Pencarian

Matahari Esok Pagi 11

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja Bagian 11


Kalau orang-orang lain menjadi heran, kemudian bersokur bahwa setelah sekian
lamanya Ki Demang mengharapkan
anak dan kini isterinya yang keenam sedang mengandung, maka Lamat mempunyai
dugaan yang lain. Anak itu pasti bukan anak Ki Demang di Kepandak. Anak itu
adalah anak Pamot. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Lamat" tiba-tiba Mnguri membentak "kenapa kau diam
saja?" Lamat menarik napas dalam-dalam. Kemudian dengan
ragu-ragu ia berkata "Ya. Sindangsari kini sudah mengandung.
Karena itu, sebaiknya perempuan itu kau lupakan saja. Kau adalah seorang anak
muda yang memiliki segala-galanya, wajah yang tampan, uang dan muda. Apalagi?"
"He, jadi maksudmu, agar aku melupakan Sindangsari dan mencari perempuan lain?"
Lamat menganggukkan kepalanya.
"Sudah tentu aku dapat melakukannya Lamat. Aku akan
dapat kawin sekaligus dengan empat orang. Tetapi aku tidak dapat melupakan
Sindangsari. Semakin jauh ia daripadaku, aku semakin terkenang kepadanya"
"Tetapi ia sekarang sudah menjadi isteri orang. Apalagi ia sudah mengandung.
Bagi Ki Demang nilai Sindangsari
sekarang pasti akan sama dengan nilai dirinya sendiri, sebab di dalam tubuh
isterinya itu terkandung bakal anaknya yang akan dapat menyambung keturunannya"
"Aku tidak peduli, tetapi aku mencintainya" bantah Manguri
"sekarang kau harus dapat membedakan, nilai cinta yang sebenarnya dengan sekedar
nafsu jasmaniah. Aku sendiri tidak mengerti, kenapa aku benar-benar telah
terikat oleh suatu pengharapan untuk memperisterinya kapanpun juga"
"Cobalah kau mempergunakan pertimbangan-pertimbangan
yang wajar. Sudah tentu kau tidak akan mengambil isteri orang yang pernah
mengandung dan kemudian melahirkan
anak" Manguri mengerutkan keningnya "Lamat" suaranya dalam
"aku sudah mencoba, tetapi aku tidak berhasil menget rapkan pertimbangan itu.
Aku mencintainya. Inilah yang tidak adil"
"Apa yang tidak adil"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Orang dapat menghargai cinta Pamot. tetapi aku yakin bahwa cintaku tidak kurang
dari cinta Pamot kepada perempuan itu" "Memang" tiba-tiba Manguri membentak "pandanglah dari sudut aku dan Pamot. Orang
menghargai cinta. Bukan nafsu.
Sekarang aku telah dibakar oleh cinta. Cinta sejati. Tetapi orang tidak
menghargai aku. Aku bersedia berkorban apa saja demi cintaku. Aku tidak peduli
apakah Sindangsari mencintai aku atau tidak. Ini adalah cintaku kepadanya.
Meskipun Sindangsari tidak mencintai aku, itu bukan suatu ukuran untuk
mengurangi nilai cintaku itu"
"Ya, ya" Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya "demikianlah hendaknya "Lamat berhenti sejenak. Lalu
katanya seakan-akan di luar sadarnya "Tetapi cinta adalah pengorbanan.
Pengorbanan bagi yang dicintainya"
"Misalnya" potong Manguri.
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Contohnya
dapat kita ketemukan di dalam ceritera wayang"
"Siapa?" "Di dalam perang Barata Yuda, tidak seorangpun yang
segan mengorbankan nyawanya untuk tanah yang mereka
cintai" "Jangan bicara tentang dongeng"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya "Baiklah, aku
mengenal orang semacam itu dipa-dukuhan ini"
"Siapa?" "Ayah Sindangsari"
Manguri mengerutkan keningnya "Tetapi aku tidak bicara tentang perang. Aku
bicara tentang cinta. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya, mereka berperang karena cinta. Bukan karena
kebencian. Mereka mencintai tanah ini"
"Kau tahu darimana Lamat" Kau dengar dari siapa" Selama ini kau hanya mampu
membelah kayu dan mengambil air"
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia tidak dapat segera menjawab
pertanyaan itu. "Kau dengar dari siapa he?"
Akhirnya ia harus menjawab "Aku sering menonton
wayang" Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Memang Lamat sering minta ijin kepadanya untuk melihat wayang apabila di padukuhan ini
ada pertunjukan wayang kulit atau beber. Ternyata anak yang dungu menurut
penilaian Manguri itu, mampu menyerap beberapa persoalan yang tidak pernah
mendapat perhatiannya. "Ternyata kau juga tidak terlampau bodoh" berkata
Manguri kemudian "tetapi yang kau katakan adalah cinta kepada tanah kelahiran.
Tidak kepada seorang perempuan. Di dalam ceritera selalu aku dengar, bahwa
negara berperang melawan negara lain karena cinta rajanya terhadap
perempuan. Orang mengagumi cinta Bandung Bandawasa
yang telah menciptakan candi Prambanan, meskipun Rara Jonggrang sebenarnya tidak
mencintainya. Tetapi cinta yang tulus dan besar itu tidak berkurang nilainya.
Onang tidak dapat menilai cintaku terhadap Sindangsari lebih rendah dari cinta
Pamot. Soalnya, Sindangsari mencintai Pamot. Tetapi seandainya tidak?"
Lamat hanya dapat mengangguk-anggukkan kepalanya.
Cinta Manguri adalah cinta yang mementingkan diri sendiri.
"Jawab. Kenapa kau diam saja. Kita sudah terlanjur
berbicara tentang cinta. Apakah kau tidak mengerti arti cinta yang sebenarnya
karena kau tidak pernah mengalaminya?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguri berhenti sejenak. Tetapi ia sama sekali tidak mengetahui atau tidak
peduli bahwa kata-katanya telah menusuk jantung Lamat sampai ke pusatnya "kau
hanya mendengar ceritera cerita wayang yang kau lihat. Di dalam ceritera wayangpun
perempuan adalah lambang kejantanan.
Kalau perin direbut dengan sayembara tanding"
Lamat kini menundukkan kepalanya dalam-dalam. Terkilas lagi bayangan Pamot dan
Sindangsari yang telah melakukan perbuatan dosa. Apakah yang pantas dikatakan
terhadap keduanya tentang hal itu dalam hubungannya dengan cinta yang tulus"
"Nah, akhirnya kau diam. Kau tidak tahu arti sebenarnya dari cinta itu Lamat.
Karena itu jangan mencoba menasehati aku. Aku lebih berpengalaman daripadamu,
aku sudah melupakannya sejak ia menghinaku, mengembalikan pemberianku sesaat setelah ia kembali ke padukuhan ini"
Lamat masih tetap berdiam diri.
"Lamat" kemudian Manguri bersungguh-sungguh "ketahuilah, bahwa keinginanku untuk mendapatkan Sindangsari tidak akan pernah padam. Sekarang, besok atau kapanpun. Meskipun
Sindangsari kelak sudah melahirkan, atau anaknya sudah menjadi sepuluh
sekalipun, setiap kesempatan yang terbuka, aku akan mengambilnya. Semakin cepat
semakin baik. Dan aku akan berusaha terus"
"Tetapi, tetapi ia adalah isteri Ki Demang"
"Persetan. Aku dapat mencurinya. Membawanya ke tempat yang terpencil. Ke tempat
yang asing, sehingga tidak
seorangpun yang mengenal aku"
"Tetapi apakah Sindangsari akan bersedia?"
"Bersedia atau tidak bersedia. Kalau kami sudah berada di tempat yang jauh, ia
pasti akan dihadapkan pada suatu keharusan. Kau mengerti?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia tidak
menjawab lagi. Manguripun kemudian pergi meninggalkannya. Sekali sekali ia memang memikirkan
kata-kata Lamat. apakah memang
tidak ada perempuan lain yang dapat mengisi hatinya"
"Aku sudah mengisi kekosongan hidupku dengan perempuan macam apapun. Tetapi aku belum pernah benar-benar jatuh cinta seperti
kepada Sindangsari" katanya di dalam hati.
Sepeninggal Manguri, Lamat menjadi semakin muram.
Dengan susah payah ia menekan perasaannya. Kebencian
yang setiap kali akan tumbuh, selalu ditekannya kuat-kuat.
Dan kini iapun berusaha untuk tetap setia kepada sikapnya.
Seperti kata orang tua-tua. Hutang budi dibawa mati. Dan ia memang sudah
berhutang budi kepada ayah Manguri.
Tetapi niat Manguri untuk mengambil Sindangsari dengan paksa telah membuatnya
semakin sedih. Kalau Manguri benar-benar melakukan niatnya, maka hal itu akan
dapat mencelakakannya. Bukan saja Manguri sendiri, tetapi juga seluruh keluarganya.
Dan yang paling sedih, ia sendiri pasti akan terlibat di dalamnya. Bukan sekedar
terlibat, tetapi bagaimana kalau Manguri
memerintahkan kepadanya untuk menculik Sindangsari" Terbayang di matanya laki-laki yang sering datang kepada ibu Manguri di saat-
saat ayah Manguri tidak ada di rumah.
Laki-laki yang akan dapat memberikan jalan dan kemungkinan kepada Manguri. Laki-
laki yang sebenarnya berbahaya juga bagi ketenangan keluarga Ki Demang di
Kepandak. "Kenapa aku justru dilihat kan oleh persoalan ini?" tiba-tiba Lamat menggeram
"apapun yang akan terjadiatas Sindangsari, sama sekali bukan urusanku. Apapun
yang akan dilakukan Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
oleh laki -laki yang sering menemui ibu Manguri itupun sama sekali bukan
tanggung jawabku. Aku adalah seorang yang tidak lebih dari seorang budak. Budak
saja" Lamatpun kemudian melangkahkan kakinya dengan
tergesa-gesa. disambarnya kapak pembelah kayu dan
disandangnya di pundaknya. Tanpa berpaling lagi kemudian ia menuju ke kebun
belakang. Dicobanya untuk melupakan
persoalan Sindangsari dengan mengerjakan pekerjaannya.
Membelah kayu. Namun demikian setiap saat persoalan itu masih juga
muncul di permukaan hatinya. Bahkan kadang-kadang tanpa disadarinya ia
meletakkan kapaknya, dan mulai merenung.
Lamat mengerutkan keningnya ketika terbayang pertunjukan wayang yang pernah ditontonnya. Betapa Prabu Dasamuka dengan segala
cara berusaha mencuri Sinta.
"Apakah Manguri mengagumi cinta Dasamuka yang tidak
dapat padam sampai akhir hayatnya. Cinta yang mendalam sampai ketulang sungsum,
namun didasari pada kepentingan diri sendiri?" Lamat bertanya di dalam dirinya.
Namun kemudian "Tetapi bagaimana dengan Ki Demang di Kepandak.
Ia tidak lebih baik dari Manguri di dalam persoalan
Sindangsari. Dan kini Sindangsari sudah mengandung.
Tetapi yang dikandung itu pasti bukan anak Ki Demang
yang sudah lima kali kawin tetapi tidak pernah mempunyai anak"
Lamat tersentak ketika ia melihat seorang pembantu
Manguri lewat di sampingnya sambil bertanya "Apa yang kau renungkan Lamat?"
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Sambil menggelengkan kepalanya ia menjawab
"Tidak ada" Sejenak kemudian maka Lamatpun telah mengayunkan
kapaknya pula. Keringat yang seakan-akan terperas dari
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tubuhnya sama sekali tidak dihiraukannya lagi. Suara yang berdentangan memercik
diantara suara lenguh sapi di
kandang dan kokok ayam jantan yang hinggap diatas pagar halaman.
Namun ternyata bukan Manguri sajalah yang menjadi
gelisah karena Sindangsari telah mengandung. Orang yang paling bersakit hati
atas hal itu adalah Ki Reksatani, adik Ki Demang sendiri. Kecemasan yang selalu
menghantuinya di saat-saat
Ki Demang kawin, kini benar-benar telah menerkamnya. Sindangsari telah mengandung. Apabila anak itu lahir, itu akan
berarti bahwa Ki Demang akan mempunyai keturunan yang dapat menggantikan
kedudukannya. Apalagi kalau anak itu laki-laki. Sedangkan apabila anak itu
perempuanpun, maka garis keturunan itu akan tetap berlaku, meskipun
yang akan menjalankan tugasnya adalah menantunya. Di rumahnya Ki Reksatani seolah-olah sama sekali tidak tenang lagi. Setiap saat
dadanya menjadi berdebar-debar.
Cita-citanya untuk dapat memotong garis keturunan kakaknya dan mengambil alih
dengan tidak menimbulkan kesan yang kurang baik, kini menjadi pudar.
"Perempuan itu benar-benar anak iblis" ia mengumpat-
umpat. Isterinya yang mengerti benar kegelisahan suaminya, tidak dapat berbuat apapun
juga. Ia sudah berusaha antuk
membantu apa yang dapat dilakukannya. Tetapi akhir dari semuanya itu ternyata
sangat mengecewakan. "Kau kurang sering mengunjungi perempuan itu" berkata Ki Reksatani.
Isterinya tidak menjawab. Ia tahu benar tabiat suaminya.


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apabila hatinya sedang gelap, ia menjadi cepat sekali marah.
"Nyai" kataya kepada isterinya "kau mulai sekarang harus sering datang
berkunjung kepadanya. Kau harus berusaha
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
membuatnya tidak kerasan. Terserah kepadamu, asal kau dapat mengeruhkan suasana
rumah tangga Kakang Demang.
Kakang Demang bukan seorang yang sabar. Kalau isterinya dapat kau hasut, maka
pasti akan sering timbul pertengkaran diantara mereka. Aku tidak peduli apakah
isterinya nanti akan keguguran atau akibat-akibat yang lain. Tetapi aku tidak
mau melihat kakang Demang mempunyai seorang anak laki-laki atau perempuan"
Isterinya mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun ia
masih bertanya "Kakang. Aku akan mencoba sejauh-jauh
dapat aku lakukan. Tetapi agaknya perempuan itu berhati batu. Di saat saat hari
perkawinannya aku sudah mencobanya.
Bahkan aku telah menyebutnya dengan berbagai macam
sebutan yang bagi orang lain, pasti sangat menyakitkan hati.
Tetapi perempuan itu seperti tidak mendengarnya atau sama sekali tidak menyentuh
perasaannya" Ki Reksatani mengerutkan keningnya "kau harus mencobanya" "Tentu. Aku akan berusaha. Tetapi kalau aku gagal"
Ki Reksatani tidak segera menjawab. Tetapi keningnya
menjadi semakin berkerut merut.
"Apakah kakang akan mencari jalan lain?"
"Ya. Kalau kau gagal, aku akan terpaksa mencari jalan lain"
"Aku belum tahu. Tetapi kalau perlu aku akan menyingkirkannya" Isterinya menjadi tegang. Terbata-bata ia bertanya "Apa maksudmu kakang"
Bagaimana kau akan menyingkirkannya?"
"Dengan caraku"
Tiba-tiba isterinya menjadi pucat. Selangkah ia mendekati suaminya sambil
bertanya "Tetapi, bukankah kau tidak akan..."
isterinya tidak meneruskannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jangan ikut campur dengari caraky. Aku lebih mementingkan hari depan, anak-anakku daripada perempuan itu"
"Tetapi, tetapi..."
"Jangan turut campur. Aku sudah cukup dewasa untuk
membuat perhitungan semasak-masaknya. Kalau aku berhasil kau akan ikut serta
mengenyam hasil itu. Anak-anak kita kelak akan mendapat tempat yang pertama, di
Kademangan Kepandak" Tiba-tiba isterinya membanting dirinya di amben bambu, Diusapnya matanya yang
menjadi basah. "He Nyai. Kau berkeberatan?" Nyai Reksatani menggelengkan kepalanya. "Jadi bagaimana?"
"Aku adalah seorang ibu kakang. Aku juga seorang
perempuan seperti Sindangsari" ia berhenti sejenak, lalu
"tetapi lebih dari itu, aku mempunyai lebih dari seorang anak.
Kalau anak-anakku terlibat dalam pertikaian seperti yang terjadiatas kakang
Demang dan kakang sekarang ini, aku pasti akan menjadi sangat bersedih hati"
Kata-kata isterinya itu ternyata mampu juga menyentuh hatinya. Sejenak Ki
Reksatani merenung. Terbayang wajah anak-anaknya yang sedang tumbuh.
Apakah kelak mereka akan bertengkar dan bahkan saling memfitnah seperti yang
dilakukan sekarang terhadap Ki Demang, kakak kandungnya"
Bayangan yang buram itu mencengkamnya untuk sesaat.
Namun tiba-tiba ia menghentakkan kakinya sambil berkata
"Nyai. Anakku tidak hanya dua orang. Kalau anakku hanya dua orang laki-laki,
memang mungkiri mereka akan berebut
kedudukan seperti Kakang Demang dan aku sekarang. Itupun tidak semata-mata
berebut kedudukan. Aku hanya mencegah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
agar kakang Demang tidak mempunyai wadah untuk
menyalurkan kekuasaan yang ada di tangannya. Aku sama sekali tidak merebutnya"
Isterinya tidak menyahut. Tetapi wajahnya masih saja
muram. Bahkan dipejamkannya matanya dan di tutupinya
wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ketika terbayang anak-anaknya sedang
berkelahi memperebutkan kedudukan ayahnya. Terbayang seolah-olah anak-anaknya
sudah sebesar ayahnya. Mereka saling menggenggarn keris di tangan.
"O, tidak, tidak"
"Apa, apa yang tidak?" Ki Reksatani bertanya.
"Anak-anakku tidak akan berkelahi karena kedudukan"
"Mereka tidak akan berkelahi. Akupun tidak akan berkelahi.
Tetapi aku tidak rela. kalau kedudukan kakang Demang jatuh kepada anak Gemulung
itu" "Tetapi anak mereka berhak atas kedudukan itu"
"Persetan. Karena itu aku mencegah agar mereka tidak
mempunyai anak. Karena hal itu agaknya sudah terlanjur, maka jalan satu-satunya
adalah menyingkirkan Sindangsari"
"Kakang" "Kau jangan mencampuri masalah ini Nyai. Ki Demang
adalah kakak kandungku. Biarlah aku bertanggung jawab atas kejadian apapun
nanti. Tetapi semuanya itu aku kerjakan dengan niat yang baik. Dengan niat yang
luhur bagi anak-anakku"
"Kakang, apakah segala cara dapat ditempuh untuk
mencapai sesuatu betapapun luhurnya"
"Bagiku demikian. Segala cara dapat aku tempuh.
"O, itu dapat membahayakan kau sendiri kakang"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Sudahlah Nyai. Kau harus membantu aku. Kalau kau tidak ingin semuanya ini
terjadi, kau harus berhasil membujuk Ki Demang dan Sindangsari selalu diliputi
oleh ketegangan. Kau tahu, apabila seorang perempuan mengandung, jiwa dan
tubuhnya selalu diliputi oleh ketidak tenangan, maka
kandungannya tidak akan berkembang dengan baik"
Nyai Reksatani tidak menjawab. Tugas itu adalah tugas yang terlampau berat
baginya. Meskipun demikian ia tidak dapat mengelak. Sebagai seorang isteri yang
patuh, ia tidak dapat menolak keinginan suaminya. Apalagi keinginan itu sendiri
adalah keinginan yang baik bagi masa depan anak-anaknya.
Meskipun demikian, kadang-kadang ia merasa ngeri
memikirkan cara yang telah dipilih oleh suaminya.
Maka sejak saat itulah Nyai Reksatani sering berkunjung ke rumah
Ki Demang. Mula-mula kedatangannya adalah
kedatangan seorang saudara muda yang mendengar berita tentang kebahagiaan yang
meliputi keluarga Ki Demang.
Dengan wajah yang manis dan kata-kata yang ramah, Nyai Reksatani mengucapkan
selamat bahwa Nyai Demang kini
sudah mulai mengandung. "Berapa puluh tahun kakang Demang menunggu kesempatan serupa ini" berkata Nyai Reksatani "Akhirnya kurnia itu datang pula"
Ki Demang tersenyum sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. Jawabnya "Ya, permohonan yang bersungguh-
sungguh, akhirnya terkabul pula"
"Kalau anak Ki Demang laki-laki, maka akan semakin
bahagia rasanya" berkata Nyai Reksatani "tetapi seandainya perempuan ia pasti
seorang perempuan yang manis seperti ibunya"
Ki Demang tertawa pendek "Kau memang pandai memuji"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku berkata sebenarnya kakang" sahut Nyai Reksatani
"embok-ayu adalah isteri Kakang Demang yang paling cantik"
"Sudahlah. Jangan kau sebut-sebut lagi" potong Ki
Demang. "Kakang Demang memang suka merendahkan diri. mBok-
ayu yang baru inipun suka sekali merendahkan dirinya pula"
"Sudahlah" Nyai Reksatani tersenyum. Ditatapnya wajah Sindangsari yang menunduk. Sekilas
terbayang sorot yang aneh
memancar dari mata perempuan itu.
Demikianlah, maka Nyai Rekatani kemudian mulai mencoba untuk melakukan tugasnya.
Kedatangannya di hari-hari
berikutnya, memang menumbuhkan pertanyaan di hati
Sindangsari. Nyai Reksatani datang ke rumahnya, di saat-saat suaminya sedang
pergi. Nyai Reksatani hampir dapat
memperhitungkan, bahwa menjelang matahari sampai ke
puncak langit, Ki Demang sudah selesai dengan pembicaraan-pembicaraan di
Kademangan dengan bebahu Kademangan
yang lain. Apalagi bila tidak ada persoalan-persoalan yang penting. Sesudah itu
biasannya Ki Demang pergi berjalan-jalan di sepanjang Kademangannya. Kadang-
kadang bersama Ki Jagabaya, kadang-kadang bersama bebahu yang lain. Baru setelah matahari
melampaui titik tengah, Ki Demang pulang ke Kademangan untuk makan siang.
Kebiasaan itu menjadi rusak sesaat setelah Ki Demang
kawin dengan Sindangsari. Namun lambat laun, kebiasaan itu menjadi pulih
kembali, justru setelah Ki Demang menyadari apa yang sedang dihadapinya, dan apa
yang sebenarnya telah terjadi dengan isterinya Dengan sepenuh hati, ia mencoba
untuk menerima kenyataanya betapapun pahitnya itu.
Ia tidak lagi pergi sehari-harian dan kadang-kadang semalam suntuk. Dengan
teratur Ki Demang mulai memperbaiki cara hidupnya kembali. Di malam hari, hampir
ia tidak pernah Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
keluar lagi dari rumahnya, apabila tidak ada keperluan yang penting, meskipun di
rumah ia selalu merenung dan
menyendiri. Ketenangan hidup yang perlahan-lahan mulai pulih kembali itulah, meskipun bagi
Ki Demang dan Sindangsari sendiri hanyalah tampak pada permukaannya saja, yang
hendak diguncang oleh nyai Reksatani.
Berbagai cara telah ditempuh oleh Nyai Reksatani. Kadang kadang dengan kata-kata
tajam, namun kadang-kadang
dengan kata-kata sindiran yang halus.
"mBok ayu" berkata Nyai Reksatani "sebenarnya aku
menjadi heran, kenapa mbok-ayu dapat mengandung, sedang isteri-isteri Ki Demang
yang lain, bukan hanya satu dua orang, tetapi lima orang, tidak seorangpun yang
mengandung" Kata-kata itu tajamnya bagaikan ujung sembilu. Dengan sekuat tenaga Sindangsari
mencoba untuk bertahan, agar ia tidak terguncang karenanya.
"Semula aku meragukan, apakah kakang Demang masih
mempunyai kesempatan untuk menimang seorang anak" Nyai Reksatani berhenti
sejenak "he, bukankah kakang Demang itu saudara tua kakang Reksatani" Kakang
Demang itu adalah kakak kakang Reksatani, yang sudah tentu umurnya lebih tua"
Sindangsari tidak menyahut. Namun hatinya menjadi pedih.
"mBok-ayu" Nyai Reksatani berbisik sambil tersenyum
"ternyata Ki Reksatanipun sudah sulit untuk mendapatkan anak lagi"
Sindangsari menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia mencoba untuk menjawab
"Bukankah putera Ki Reksatani yang terkecil masih belum di sapih?"
"O, ya. Memang anak kami yang paling kecil masih
terlampau kecil untuk mempunyai seorang adik. Tetapi
agaknya anak itu memang tidak akan punya adik lagi"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari tidak menyahut lagi. Kepalanya yang tunduk menjadi semakin tunduk.
Di dalam hatinya ia bertanya
"Apakah orang ini mengetahui apa yang telah terjadi
sebenarnya?" Namun pertanyaan itu di jawabnya sendiri "Tentu tidak.
Kalau ia tahu, ia pasti akan berkata berterus-terang"
Tetapi sindiran-sindiran yang setiap kali di dengar oleh Sindangsari itu benar-
benar telah mengganggunya. Setiap ia melihat Nyai Reksatani dadanya berdesir dan
berdebar-debar. Tetapi ia tidak dapat mengelak. Ia harus menemuinya karena tidak ada orang lain
yang dapat melakukannya. Ia adalah isteri Ki Demang.
Karena itu, yang dapat dilakukannya adalah menabahkan hatinya. Seperti orang-
orang tua menase-hatkan, agar kata-kata Nyai Reksatani itu sama sekali tidak
dihiraukannya. Perempuan separo baya yang pada hari perkawinannya selalu mengawaninya itu,
diberitahunya tentang sikap Nyai Reksatani itu. Sampai saat ini perempuan itu
masih tetap menyakitkan hatinya. Menyindir dan kadang-kadang dengan kasar
melukai perasaannya. "Bukankah sudah aku katakan" jawab perempuan setengah umur itu "Nyai Reksatani
agaknya iri hati kepadamu. Kau adalah perempuan yang cantik, muda dan apalagi
kini kau akan memberikan keturunan kepada Ki Demang di Kepandak.
Seandainya aku masih cukup muda, akupun pasti iri terhadap kebahagian keluarga
ini" perempuan itu berhenti sejenak, lalu
"karena itu, jangan hiraukan. Anggaplah seperti burung prenjak, yang memang
demikianlah bunyinya. Burung prenjak tidak akan dapat bersiul dengan nada yang
berbeda" Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya. Justru
dosa yang sebenarnya telah membebani hatinyalah yang
membuatnya bertahan dengan tabahnya menghadapi sindiran-sindiran dan kadang-kadang kata-kata kasar yang menusuk perasaannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Perasaan berdosa itu, telah mendasari hatinya, seakanakan sudah sewajarnyalah
kalau ia selalu mendengar ucapan-ucapan
yang menyakitkan hati. Bahkan penghinaan- penghinaan sekalipun. Namun semakin dalam luka diliatinya, maka semakin
dekatlah ia dengan orang-orang tua yang dianggapnya


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagai orang-orang yang baik, yang dapat menggantikan ibu, kakek dan neneknya.
Kandungan Sindangsari itu semakin lama menjadi semakin besar. Sejalan dengan
kecemasan yang semakin mencengkam hati Ki Reksatani.
"Kau tidak akan berhasil" katanya kepada isterinya pada suatu saat.
"Belum tentu kakang. Aku masih akan berusaha"
"Aku tidak telaten. Aku akan mengambil jalan yang paling singkat"
"Jangan. Jangan kau lakukan. Aku sudah mengorbankan
diriku, apapun anggapan Sindangsari terhadapku. Bahkan mungkin juga Ki Demang
sendiri apabila sindangsari
menyampaikannya kepadanya"
"Tetapi aku tidak akan dapat menunggu lebih lama"
"Tetapi cara yang kau tempuh itu terlampau keji buat aku, seorang perempuan dan
seorang ibu" Ki Reksatani terpaksa menyabarkan hatinya, la masih
memberi kesempatan kepada isterinya mengambil cara lain.
Namun, dalam usahanya untuk mencegah cara yang akan
diambil oleh suaminya, yang disebutnya sangat keji itu, ternyata Nyai Reksatani
mengambil cara yang hampir serupa.
Meskipun ujudnya jauh berbeda.
Seperti biasanya, disaal-saat matahari menjelang sampai ke puncak langit, Nyai
Reksatani datang berkunjung kepadanya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi kedatangannya kali ini sangat mengejutkan Sindangsari. Nyai Reksatani tidak datang seorang diri.
Dengan kaku Sindangsari mempersilahkannya duduk di
pringgitan. Seperti biasanya pembantunya menyuguhkan air panas dan beberapa
potong makanan. "Panasnya bukan main" berkata Nyai Reksatani" Sebenarnya aku tidak ingin datang kemari. Tetapi kami sangat haus, sehingga kami
memerlukan mampir sebentar untuk
mendapatkan minum" "Ah" desah Sindangsari "hanya air"
"Air inilah yang kami perlukan di saat-saat kami haus"
sahut Nyai Reksatani "bukan yang lain"
Sindangsari tersenyum sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya "Marilah. Minumlah"
Kedua lamunyapun kemudian minum air panas dari dalam
mangkuk masing-masing. Sementara itu, dengan sudut
matanya Sindangsari memandang wajah kawan Nyai Reksatani. Seorang anak muda yang tampan dan seakan-akan penuh dengan gairah
menghadapi kehidupan. "Segar sekali" berkata Nyai Reksatani.
"Dari manakah kalian?" bertanya Sindangsari.
"Entahlah "jawab Nyai Reksatani. Namun tiba-tiba ia
tersenyum "Jangan kau katakan kepada kakang Demang,
bahwa aku singgah kemari bersama anak muda ini. Namanya Puranta"
Sindangsari mengerutkan keningnya.
"Tetapi jangan salah sangka. Kami hanya sekedar berjalan bersama-sama" sambung
Nyai Reksatani. Sindangsari kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Anak ini anak baik" katanya. Sedang anak muda yang
disebutnya dengan nama Puranta itu tersenyum tersipu-sipu.
Sedang Sindangsari melemparkan tatapan matanya jauh ke halaman.
"Anak muda ini sudah mengenal Pamot" berkata Nyai
Reksatani, sehingga dada Sindangsari berdesir karenanya.
"Ya, Pamot adalah kawan baikku" tiba-tiba anak muda itu berkata "aku sudah
mengetahui hubungan kalian dengan
Pamot. Kalian saling mencintai. Tetapi sayang, bahwa kau terpaksa sama sekali
tidak berimbang lagi"
"Kasihan umurmu yang masih terlampau muda" berkata
Nyai Reksatani "kau masih memerlukan banyak sekali dari kehidupan ini. Tetapi
tiba-tiba kau terlempar ke dalam tangan yang sudah mulai layu dan sebentar lagi
akan terkulai" "Ah" desis Sindangsari.
"Aku, yang barangkali lebih tua daripadamu, kadang-
kadang masih memerlukan kegairahan di dalam hidup ini. Ki Reksatanipun
sebenarnya sudah terlampau tua buatku.
Apalagi Ki Demang" Nyai Reksatani tersenyum sambil
berpaling kepada anak muda yang bernama Puranta itu
"Bukannya begitu?"
Anak muda itu tersenyum, namun ia tidak menjawab.
Sikap itu tiba-tiba saja telah menumbuhkan perasaan yang aneh di dalam hati
Sindangsari. Tanpa sesadarnya ia selalu memperhatikan senyum yang asing di bibir
Nyai Reksatani. Tetapi tiba-tiba Nyai Reksatani berkata "Ah, aku tidak akan tinggal terlalu lama
disini; Aku harus segera kembali sebelum kakang Demang pulang. Anak muda ini
bukan anak Kepandak. la berasal dari Kademangan yang lain"
"Jadi?" Sindangsari tidak mengerti maksud pertanyaan
sendiri. Namun ia mendengarkan jawaban "Jadi, kami akan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pulang ke rumah masing-masing. Di saat lain, kami akan dapat bertemu lagi"
Sindangsari tidak mengerti maksudnya. Namun ia tidak
bertanya. Keduanyapun kemudia minta diri. Diambang pintu Nyai
Reksatani berkata "Jangan bersedih, kau masih terlampau muda" lalu bisiknya di
telinganya Sindangsari "anak itu anak baik"
Dada Sindangsari berdesir mendengar bisikan itu. Tetapi ia tidak menjawab sama
sekali. "He, mBok-ayu, apakah para peronda di gardu itu selalu berada di sana siang dan
malam?" "Yang pasti di malam hari" jawab Sindangsari "tetapi
hampir setiap hari, gardu itu selalu terisi"
Nyai Reksatani mengerutkan keningnya, namun kemudian
ia tersenyum. Diantara senyumnya ia bertanya "He apakah kau seorang gadis
pingitan?" "Kenapa?" "Kau hampir tidak pernah keluar rumah. Sebaiknya sekali-sekali kau berkunjung ke
rumahku" "Baiklah, lain kali"
"Atau barangkali kau ingin melihat-lihat kali Praga di musim begini?"
Sindangsari benar-benar menjadi heran. Ia tidak mengerti sama sekali, apa saja
yang dimaksud oleh Nyai Reksatani.
Kunjungannya kali ini seolah-olah membuat teka-teki yang selama ini tidak
terpecahkan menjadi semakin sulit membelit hatinya.
Tetapi bagaimanapun juga, Sindangsari tidak pernah
mengatakannya kepada Ki Demang. Ia hanya mengatakan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bahwa Nyai Reksatani telah mengunjunginya. Selebihnya, disimpannya saja di dalam
hati. Apa lagi kunjungan Nyai Reksatani kali ini bersama seorang anak muda yang
tampan dan bernama Puranta.
Belum lagi teka-teki yang membuat pening itu kabur di dalam ingatan, beberapa
hari kemudian Nyai Reksatani telah datang pula. Kali ini sendiri.
"Aku tidak mengajaknya singgah" katanya "para peronda itu akan dapat mengganggu
hubungan kami" "Apa maksudmu?" bertanya Sindangsari.
"Ah, kau" Nyai Reksatani tersenyum "Mbok-ayu anak itu adalah anak yang baik. Ia
bersedia menolong kita apabila kita memerlukannya"
"Pertolongan apakah yang dapat diberikannya?"
"Kalau kita sedang kesepian"
"Ah" desah Sindangsari.
Nyai Reksatani tertawa. Katanya "Jangan kau sangka aku tidak tahu perasaan
seorang perempuan muda. Aku yang
sudah lebih tua inipun selalu merasa terganggu. Apalalgi akhir-akhir ini kakang
Reksatani sibuk dengan bendungan yang sedang disiapkan. Siang dan malam ia
berbicara tentang bendungan,
siang dan malam ia pergi mengurusi bendungannya. "Tetapi bukankah itu sudah menjadi kewajibannya"
"Ya, tetapi aku bukan benda mati yang dapat ditinggalkannya begitu saja" suara Nyai Reksatani menurun
"mBok-ayu, tiba-tiba aku jadi cemburu. Anak itu selalu menyebut-nyebut namamu.
Kau dianggapnya perempuan
yang paling cantik yang pernah dilihatnya"
"Ah" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku berani bersumpah" lalu perempuan itu berbisik "kau adalah seorang yang
masih sangat muda" "Ah" Nyai Reksatani tertawa. Katanya "mBok-ayu. Aku dengar kakang Demang akhir-akhir
ini terlampau sering pergi?"
"O. tidak. Kakang Demang sekarang justru tidak pernah pergi terlampau lama. Di
siang hari beginipun kadang ia tinggal di rumah. Tetapi karena sudah menjadi
kebiasaannya, maka sambil berjalan-jalan ia dapat langsung melihat-lihat keadaan
dan kehidupan Kademangan ini"
Nyai Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya,
kakang Demang memang seorang yang rajin, seorang
Demang yang baik. Dahulu, ayahnyapun seorang Demang
yang baik pula. Aku sudah mengenalnya. Sebagai menantunya aku terlalu
dikasihinya. Tetapi sayang, baru beberapa bulan aku kawin, ayah mertua itu
meninggal dunia, dan kakang Demang ini menggantikannya"
Sindangsari mengerutkan keningnya.
"Tetapi kakang Demang baru kawin untuk pertama kalinya"
Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ah. aku sudah terlalu lama duduk disini. Tetapi kapan mBok-ayu berkunjung ke
rumahku?" "Lain kali. Aku memang ingin datang ke rumah saudara-
saudara Ki Demang. Apalagi yang terdekat seperti Ki
Reksatani" "Marilah, pergi sekarang"
"Ah, Tentu tidak mungkin"
"Kita menunggu Ki Demang sejenak. Lalu kau minta ijin pergi ke rumahku"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jangan sekarang. Dan bukankah sebaiknya aku pergi
berdua dengan Ki Demang"
"Seperti pengantin baru" tiba-tiba suaranya meninggi "kau memang penganti baru.
tetapi Ki Demang bukan. Ia pasti bersikap lain"
"Ki Demang sudah pernah menyebut-nyebut rencana itu.
Kami memang akan berkunjung ke rumah saudara-saudara
terdekat dan orang-orang tua"
Nyai Reksatani tertawa. Katanya "Kau memang masih
terlampau hijau" lalu ia berbisik "laki-laki itu hampir menjadi gila. sekali-
sekali kau harus menemuinya"
"Tidak. Aku tidak mau"
"Tentu. Kau tentu tidak mau melayaninya. Tetapi temuilah dan katakanlah hal itu
kepadanya. Supaya ia yakin dan melupakan impiannya itu"
"Tidak" "mBok-ayu, itu akan lebih baik bagimu sendiri dan baginya.
Kalau kau tidak bersedia menemuinya dimanapun, ia akan datang kemari. Dan itu
sangat berbahaya bagimu"
"Ia tidak berhak berbuat begitu. Aku tidak mau" Nyai
Reksatani mengerutkan keningnya. Namun kemudian ia
tertawa "Jangan terlampau kasar. Ia anak muda yang baik.
Aku senang kau menolaknya. Semalam aku sudah tidak dapat tidur karena cemburu.
Tetapi kau harus memakai cara yang sebaik-baiknya"
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Pamitlah kepada Ki Demang bahwa kau akan pergi ke
rumahku" Sindangsari merenung sejenak.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dan Nyai Reksatani berbisik pula "mBok-ayu. Kau agaknya belum mengenal anak itu
baik baik. Cobalah berbicara
beberapa kalimat lagi. Kau akan segera mengenal pribadinya.
Ia sama sekali bukan anak muda yang sering berkeliaran tidak menentu. Ia juga
bukan anak muda yang suka mengganggu isteri orang. Tetapi ia mempunyai kelebihan
yang tidak dipunyai oleh orang lain. Karena itu terus-terang, aku suka
kepadanya" "Ah" Sindangsari berdesah.
"Marilah. Kita pergi sejenak. Beritahukan kepadanya bahwa kau adalah seorang
isteri yang setia, meskipun suamimu bukanlah laki-laki yang sebenarnya kau
harapkan" "Jangan berkata begitu"
"He, kenapa" Bukankah aku tahu, bahwa laki-laki yang kau harapkan adalah Pamot,
yang umurnya sebaya dengan anak yang datang bersamaku itu"
Tiba-tiba kepala Sindangsari menunduk. Tanpa sesadarnya telah mengenangkan Pamot
yang pergi ke medan perang.
Dadanya tersirap ketika ia mendengar Nyai Reksatani
berbisik "Ki Demang itu pasti tidak akan dapat memberi apa-apa lagi kepadamu
selain mementingkan dirinya sendiri"
Sindangsari tidak menyahut.
"Marilah. Kalau kau memang ingin menolak. Katakanlah"
Sindangsari masih tetap diam.
"Atau, kalau kau berpendirian lain, kau akan mendapat kesempatan"
Sindangsari tidak menyahut. Tetapi kepalanya menjadi
semakin tunduk. "Marilah, pergi ke rumahku"
Tiba-tiba Sindangsari mengusap matanya. Katanya "Aku
tidak dapat pergi sekarang"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"O" Nyai Reksatani terdiam sejenak "jadi kapan?"
"Aku tidak dapat mengatakan"
"mBok-ayu. Besok aku datang lagi kemari. Besok kita pergi bersama-sama untuk
menemui anak itu. Katakanlah apa yang akan kau katakan. Semata-mata untuk
kepentinganmu. Kalau kau tidak bersedia sekali lagi aku peringatkan, ia akan
datang kemari. Ia sudah menjadi mata gelap. Dan itu berbahaya sekali bagimu.
Bagi kebahagiaanmu, Apalagi kau sudah


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengandung. Kecuali kalau kau berpendirian lain"
Nyai Reksatanipun kemudian minta diri. Sambil menepuk bahu Sindangsari, di
halaman ia berdesis "Kau muda dan cantik. Sekuntum bunga yang indah dan lagi
mekar, tidak akan banyak artinya, jika sekedar disembunyikan di dalam dapur, di
bawah belanga atau di balik perapian"
"Ah" Nyai Reksatani tertawa sambil melangkah meninggalkan
halaman rumah Ki Demang. Sekali lagi ia berpaling. Dilihatnya Sindangsari
berdiri dengan gelisahnya. Kegelisahan dan kebingungan itulah memang yang
dimaksudkan. Apalagi apabila ia berhasil menjeratnya ke dalam perangkap yang langsung dapat
menjerumuskan isteri Ki Demang yang masih muda itu ke dalam jurang kehinaan.
Ternyata sepeninggal Nyai Reksatani, Sindangsari telah dicengkam oleh
kegelisahan. Memang sekali-sekali terbayang wajah anak muda yang tampan dan
sopan itu Sekilas senyumnya seolah-olah ditujukan kepadanya. Bahkan sekali-sekali menganggukkan
kepalanya. Tanpa sesadarnya Sindangsari berdesah di dalam hati.
Dengan perasaan yang aneh ia pergi ke dalam biliknya. Ketika ia meletakkan
tubuhnya di pembaringan, maka mulailah ia berangan-angan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari menarik nafas dalam-dalam. Terkenang olehnya, masa-masa yang mesra di saat-saat Pamot masih selalu menjumpainya. Terlintas
pula kenangan yang tidak akan terlupakan, betapa indah namun betapa pahitnya. Di
saat-saat terakhir kalinya ia bertemu dengan anak muda yang
dicintainya. Setelah itu, ia selalu dibakar oleh kesepian. Sebagai seorang isteri Sindangsari
tidak pernah menemukan arti yang sebenarnya. Ki Demang bukanlah seorang suami
yang baik baginya. "Anak muda itu memang mirip dengan Pamot" tanpa
sesadarnya tumbuhlah perasaan yang asing di dalam hatinya.
Namun kemudian Sindangsari menghentakkan tangannya
"Tidak, tidak. Aku tidak akan mengulangi genangan noda yang hampir saja
menenggelamkan aku dan nama seluruh
keluargaku. Untunglah Ki Demang seorang yang baik, yang bersedia menyimpan
rahasia itu, meskipun rahasia itu telah melukai hatinya sendiri"
Namun kemudian "Tetapi apakah artinya. Sebagai seorang isteri aku berhak
menuntut" Lalu terngiang di telinganya kata-kata Nyai Reksatani "Sekuntum bunga
yang indah dan lagi mekar, tidak akan banyak artinya jika sekedar disembunyikan
di dalam dapur di bawah belanga atau di balik perapian"
"Ah" Sekali lagi Sindangsari berdesah. Selama ini ia tidak pernah
menilai dirinya sendiri. Ia tidak pernah menghiraukannya, apakah ia seorang gadis yang cantik atau bukan. Apakah ia
seperti sekuntum bunga yang mekar atau sudah layu. Namun tiba-tiba kini ia mulai
memandang kepada dirinya, kepada bentuk tubuhnya.
Perlahan-lahan Sindangsari bangkit dari pembaringannya.
Ketika ia melangkah keluar biliknya, dilihatnya seorang pembantunya lewat.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Maaf, aku tidak dapat membantu kalian di dapur hari ini"
berkata Sindangsari "kepalaku pening"
"O" silahkan beristirahat Nyai" jawab pembantu rumahnya
"kami sudah dapat menyelesaikannya seperti petunjuk-
petunjuk Nyai" Nyai Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Ketika
pembantunya sudah hilang di balik pintu, maka Sindangsaripun pergi ke pakiwan di belakang rumah.
Tiba-tiba saja Sindangsari ingin melihat dirinya sendiri, ketika ia melihat
bayangan di wajah air jambangan. Sejenak ia berdiri mematung. Ditatapnya seraut
wajah yang cantik meskipun agak pucat, di dalam air. Sekali tersenyum,
kemudian mengerling. Sindangsari terperanjat ketika selembar daun kering jatuh ke dalam jambangan
itu. Wajah yang cantik dan pucat itu tiba-tiba telah lenyap ditelan oleh gejolak
yang lembut dipermukaan air.
Sindangsari menjadi kecewa karenanya. Tetapi ia tidak menunggu air itu menjadi
tenang kembali. Ditinggalkannya jambangan air itu dengan berbagai macam persoalan di dalam
hatinya. Seakan-akan baru saat itu ia mengerti, bahwa ia adalah seorang
perempuan yang cantik. Sedang suaminya adalah seorang yang sudah jauh lebih tua daripadanya dan tidak
dapat memberinya kebahagiaan
sebagai seorang isteri. "Bukan salahnya" Sindangsari menelungkup di pembaringannya ketika ia sudah berada di dalam biliknya kembali "Akulah yang
telah bersalah. Aku sudah menodai kesucian perkawinan ini"
Tanpa disadarinya, air mata Sindangsari mulai membasah di pelupuknya. Ia
menyesal, kenapa ia jatuh ke tangan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Demang di Kepandak ini. Kalau ia dibiarkan kawin dengan Pamot, maka ia pasti
akan merasa bahagia. Sindangsari terperanjat ketika tiba-tiba pula hatinya telah diterkam oleh gema
suara Nyai Reksatani di dalam hatinya
"kau muda dan cantik"
Sekilas lewat di dalam angan-angannya anak muda yang
datang bersama dengan Nyai Reksatani itu.
"Tidak, tidak" Sindangsari menjadi gelisah. Sekali ia menelungkup, kemudian
menelentang. Sindangsari tidak menyadari berapa lama ia berbaring
dengan gelisah di pembaringannya. Tiba-tiba saja ia sudah mendengar desir
langkah yang dikenalnya baik-baik. Langkah Ki Demang setelah terdengar pintu
pringgitan berderit. Dengan tergesa-gesa Sindangsari bangkit. Dibenahinya
pakaiannya dan diusapnya matanya yang basah. Tetapi
sebelum ia keluar dari dalam biliknya, Ki Demang sudah menjengukkan kepalanya
sambil bertanya "Apakah kau
merasa tidak enak badan lagi?"
"O, tidak Ki Demang" jawab Sindangsari terbata-bata "Aku hanya merasa sedikit
pening" Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya "Kau
memang harus banyak beristirahat. Tidurlah"
"Aku sudah lama berbaring Ki Demang" Ki Demang
mengangguk-anggukkan kepalanya. Dan Sindangsari berkata seterusnya "Biarlah aku
menyiapkan makan siang. Barangkali agak terlambat karena aku tidak membantu di
dapur" "Aku belum lapar. Biarlah orang-orang di dapur itu
menyelesaikannya. Kalau kau mencium bau berambang kau akan muntah-muntah lagi"
"Sekarang justru tidak Ki Demang"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Demang tidak menyahut. Dibiarkannya Sindangsari
melakukan apa yang dikehendakinya. Sambil memandang
isterinya sampai hilang di balik pintu. Ki Demang berkata di dalam hatinya
"Keluarga ini adalah keluarga yang aneh.
Namun semakin lama aku justru semakin mencintainya,
meskipun aku tidak dapat melupakan noda yang melekat pada dirinya. Anak itu
merupakan duri di dalam hubungan
kekeluargaan ini, tetapi sekaligus memberi kebanggaan pula kepadaku"
Sejenak kemudian maka Sindangsaripun setelah menyiapkan makan siang buat Ki Demang. Ia mencoba untuk berbuat seperti
kebiasaannya tanpa sentuhan apa-apa di dalam hatinya.
Namun setiap kali dadanya terasa berdesir. Setiap kali terbayang
wajah Nyai Reksatani yang tertawa berkepanjangan. Kemudian wajah seorang anak muda yang tampan yang sudah tentu
lebih tampan dan jauh lebih muda dari Ki Demang di Kepandak. Bahkan kadang-
kadang yang melintas di dalam angan-angannya adalah wajah anak muda yang kini
sedang pergi ke medan perang. Pamot.
Setiap kali Sindangsari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dicobanya untuk mengusir segala macam angan-angan yang mengganggunya. Namun
setiap kali bayangan, gambaran dan anyaman
perasaannya sendiri, selalu kembali mengganggunya. Untunglah bahwa menurut tanggapanKi Demang, Sindangsari masih diganggu saja oleh kehamilannya. Wajahnya yang pucat, dan sorot matanya yang suram,
membuatnya menjadi beriba hati.
Ketika Ki Demang sudah selesai dan ketika semua alat alat dan sisa-sisa
makanan sudah dibersihkan,
maka Ki Demangpun berkata "Sudahlah Sari.
Tidurlah. Jangan terlampau banyak bekerja. Kau harus menjaga kesehatanmu sebaik-baiknya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Akupun akan beristirahat di gardu"
"Ki Demanglah yang sebenarnya terlampau kurang
beristirahat" berkata Sindangsari kemudian.
"Tetapi aku sehat. Aku tidak sedang dalam keadaan seperti kau. Adalah kelajiman
seorang perempuan yang sedang hamil, bahwa ia harus banyak beristirahat"
Sindangsari menganggukkan kepalanya.
"Nah, tidurlah"
Sindangsaripun kemudian kembali ke biliknya. Tetapi wajah Nyai Reksatani masih
saja seolah-olah melekat di rongga matanya.
"Tidak. Tidak. Aku tidak akan pergi. Tetapi kata-kata itu dibantahnya sendiri,
bagaimana kalau justru anak muda itu yang datang kemari" Aku tentu akan menemui
kesulitan karenanya" Kebingungan yang bergolak di dadanya telah membuatnya menjadi sangat gelisah.
Dan kegelisahan itu membayang di dalam sikap dan perbuatannya sehari-hari.
Kadang kadang ia bermaksud untuk minta ijin kepada Ki Demang, untuk
memenuhi ajakan Nyai Reksatani. Namun kadang-kadang ia menjadi ketakutan, apakah
yang sebenarnya akan terjadi dengan dirinya" Sindangsari merasa bahwa dirinya
bukanlah seorang yang tabah dan kuat. Ternyata ia sudah tergelincir bersama
Pamot. Meskipun pada mulanya ia berteguh hati terhadap anak muda inipun
Sindangsari merasa cemas. Ia sama
sekali tidak ingin berkhianat lagi terhadap perkawinannya dan terhadap cintanya kepada Pamot, yang dianggapnya cinta yang
paling luhur, namun di dalam keadaan di luar sadarnya, mungkin oleh tekanan
keadaan yang tidak terhindarkan lagi, ia akan terjerumus untuk kedua kalinya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Demikianlah dada Sindangsari bergolak sehari-harian. Ia sama sekali tidak
menduga, bahwa perasaan yang demikian itulah yang memang dikehendaki oleh Nyai
Reksatani. Bahkan lebih dari itu apabila ia dapat melakukannya.
Kegelisahan itu menjadi semakin memuncak ketika di hari berikutnya. Nyai
Reksatani datang pula kepadanya dan
bertanya "Bagaimana" Apakah kau sudah minta diri kepada suamimu, kakang Demang,
bahwa hari ini kau akan pergi ke rumahku?"
Sindangsari menggelengkan kepalanya.
"Ah kau. Aku sudah ikut cemas memikirkan keadaanmu
apabila anak itu datang kemari"
"Kenapa anak itu kau bawa singgah kemari?" bertanya
Sindangsari dengan kesal.
"Aku tidak tahu, bahwa kedatangannya akan membawa
akibat yang panjang"
"Karena itu, hentikan persoalan ini. Katakan kepadanya, aku tidak mempunyai
kepentingan apa-apa"
Nyai Reksatani mengerutkan keningnya, namun kemudian
ia tertawa "Jangan berkata begitu mBok-ayu. Pada suatu saat kaulah yang akan
mencarinya" "Tidak, tentu tidak" sahut Sindangsari dengan serta-merta.
Ia tidak senang sekali mendengar kata-kata Nyai Reksatani itu.
Tetapi Nyai Reksatani hanya tersenyum saja. Katanya
"mBok-ayu. Aku sendiri pernah mengumpat-umpatinya,
mengusirnya seperti anjing. Tetapi ia memang anak yang baik.
Ia tidak pernah mendendam dan marah. Dengan sabar ia
mencoba meluluhkan hatiku. Ah, begitulah kira-kira yang sudah terjadi"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari tidak menyahut. Kepalanya kini ditundukkannya. "Mbok-ayu, anak itu sekarang ada di luar padukuhan ini. Ia menunggu di bawah
pohon preh" Nyai Reksatani berhenti sejenak" atau barangkali kau merasa rindu
kepada ibu, kakek dan nenekmu?"
"Seminggu yang lalu, kakek datang kemari"
"O. tetapi ibumu"
"Aku akan mengunjunginya. Tetapi sudah tentu bersama
dengan Ki Demang"

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nyai Reksatani menarik nafas. Hampir saja ia menjadi
putus-asa. Tetapi ia masih mencoba "Terserahlah kepadamu mBok-ayu. Apakah kau
menunggu anak itu datang ke rumah ini dan menemui Ki Demang"
"Gila" "Usahakan menemuinya dan mengatakan isi hatimu. Besok aku akan datang kemari
lagi. Kau harus minta diri kepada Ki Demang bahwa kau akan mengunjungi aku"
Nyai Reksatani tidak menunggu jawaban Sindangsari.
Iapun segera berdiri dan minta diri sambil berkata "Jangan sia-siakan kemudaan
dan kecantikanmu. Kau sekarang sedang mengandung.
Tidak akan ada akibat yang dapat membahayakan hubunganmu dengan Ki Demang"
"Ah, gila. Gila" Sindangsari hampir berteriak. Apalagi ketika ia melihat Nyai
Reksatani tertawa. Wajahnya menjadi merah padam.
"Terserahlah" berkata Nyi Reksatani kemudian sambil
meninggalkan halaman rumah Ki Demang.
Hari itu Sindangsari menjadi semakin bingung. Hampir saja ia kehilangan akal dan
berbuat di luar sadarnya, mencari
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kesempatan untuk pergi. Tetapi untunglah bahwa kemudian ia sadar, bahwa hal itu
tidak akan mungkin dapat dilakukan.
Akhirnya Sindangsari tidak dapat lari dari kejaran
perasaannya. Betapapun beratnya, ia terpaksa mengatakan kepada Ki Demang, bahwa
Nyai Reksatani mengharapkannya datang berkunjung kepadanya.
"Aku akan segera mencari kesempatan" berkata Ki Demang
"Aku memang ingin mengunjungi keluarga itu. Sudah lama sekali aku tidak datang
kesana" "Ki Demang" berkata Sindangsari "Aku tidak ingin
mengganggu tugas Ki Demang. Kalau Ki Demang mengijinkan, besok Nyai Reksatani
akan singgah kemari"
Ki Demang mengerutkan keningnya.
"Dimana kau bertemu dengan Nyai Reksatani"
"Siang tadi ia datang kemari. Ia mengajak aku pergi hari ini. Tetapi aku
berkeberatan, karena aku belum minta ijin Ki Demang lebih dahulu"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian
ia bertanya "Apakah kau ingin berkunjung kepada keluarga itu?"
Sindangsari menganggukkan kepalanya.
Ki Demang merenung sejenak, lalu "Baiklah kalau kau
memang ingin mengunjunginya. Tetapi kau mempunyai
persoalan yang lain dari Nyai Reksatani"
Sindangsari mengerutkan dahinya.
"Sari, sebaiknya aku berterus terang. Sebenarnya aku tidak sampai hati
melepaskan kau pergi sendiri. Bukan karena aku tidak percaya lagi kepadamu
karena peristiwa yang pernah terjadi. Tetapi aku cemas bahwa masih ada orang-
orang yang berniat kurang baik terhadapmu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari masih tetap berdiam diri. Tetapi sorot matanya seolah-olah bertanya
kepada Ki Demang, apakah maksudnya.
"Sindangsari, di Kademangan ini masih ada orang yang
tergila-gila kepadamu. Bahkan mungkin tidak hanya satu atau dua, setelah Pamot
dan aku. Tetapi yang paling banyak harus diperhatikan adalah Manguri"
Dada Sindangsari berdesir mendengar nama itu. Karena itu, ia menjadi semakin
terbungkam. Kalau terjadi sesuatu, maka akibatnya pasti akan sangat menyakitkan
hatinya. Sejenak ia telah dicengkam oleh kebimbangan yang dalam.
Kalau ia pergi, peringatan Ki Demang itu memang seharusnya mendapat
perhatiannya. Tetapi kalau ia tidak juga pergi bagaimanakah jadinya kalau laki-
laki muda itu benar akan datang kepadanya, tanpa menghiraukan apakah suaminya
ada atau tidak. Dengan demikian Sindangsari telah dicengkam oleh
kebimbangan tentang bermacam-macam persoalan. Laki-laki muda itu, Nyai
Reksatani, suaminya dan bulu-bulunya
meremang ketika diingatnya seorang anak muda yang
bernama Manguri itu. "Meskipun barangkali kecemasanku itu berlebih-lebihan Sari" berkata Ki Demang
pula "karena setiap orang kini sudah mengetahui bahwa kau adalah isteriku"
Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi ia tidak menjawab.
"Kalau kau memang ingin pergi ke rumah Reksatani" Ki
Demang meneruskan "tidak ada salahnya kalau kau memilih waktu yang tepat. Jangan
terlampau siang. Di tengah hari, jalan-jalan menjadi sepi. Kalau kau pulang
terlampau sore, suruhlah Reksatani mengantarkanmu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Baik Ki Demang" jawab Sindangsari "besok aku akan
berangkat begitu Nyai Reksatani datang. Ia mengharap sekali aku berkunjung ke
rumahnya" Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sama
sekali tidak berprasangka apapun terhadap adik iparnya.
Di keesokan harinya, Ki Demang sengaja tidak pergi
berjalan jalan di sekitar padukuhannya. Ia ingin bertemu dengan Nyai Reksatani
yang akan menjemput isterinya yang sedang mengandung itu.
"Aku titipkan Sindangsari kepadamu" berkata Ki Demang.
Nyai Reksatani menjadi berdebar-debar. Ia tidak mengira bahwa Ki Demang
memerlukan menunggunya dan justru
menyerahkan Sindangsari kepadanya.
Karena itu, dengan ragu-ragu ia menganggukkan kepalanya sambil menjawab "Baiklah
kakang Demang. Aku akan menjaganya baik-baik"
Demikianlah tanpa kecurigaan apapun juga. Sindangsari telah dilepaskannya pergi
bersama Nyai Reksatani. Setelah ia berpesan agar mereka menempuh jalan yang
ramai sampai ke rumah Ki Reksatani.
"Apakah kakang Demang takut kalau Nyai Demang hilang
di jalan?" "Tentu tidak" "Atau anak-anak muda yang menggilainya masih akan
mengganggunya?" Ki Demang tidak menjawab. Tetapi karena angan-angannya dapat ditebak oleh Nyai
Rekksatani, maka iapun hanya
tersenyum saja. "Jangan takut Ki Demang. Jalan ke rumahku tidak melewati Gemulung, kalau kakang
Demang mencemburui anak muda
yang bernama Manguri itu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ah" Sindangsari berdesis. Sedang Nyai Reksatani tertawa pendek.
"Tetapi hati-hatilah" Ki Demang masih berpesan. Dengan hati yang berdebar-debar,
maka Sindangsaripun kemudian berangkat mengikuti Nyai Reksatani. Ketika ia
meninggalkan halaman rumahnya ia menjadi ragu-ragu, sehingga langkahnyapun menjadi tertegun-tegun. Ketika ia berpaling, dan melihat Ki Demang
berdiri di regol, terasa dada
Sindangsari berdesir. Hampir saja ia lari kepadanya dan mengadukan persoalan itu
dengan jujur. Namun dalam kebimbangan itu Nyai Reksatani berbisik
"mBok-ayu, jangan ragu-ragu. Kau harus menemuinya dan berkata
kepadanya, bahwa kau sama sekali tidak mengharapkan apa-apa daripadanya. Semuanya akan segera selesai, dan kau tidak
akan selalu dibayangi oleh kecemasan dan kegelisahan. Aku juga tidak lagi
dibayangi oleh kecemburuan. Kecuali kalau kau memang merasa terlampau kesepian. Aku tidak
berhak untuk mencegahnya, karena aku dan anak muda itu tidak mempunyai ikatan
yang mutlak" "Tidak, tidak" sahut Sindangsari"
"Jangan berteriak" desis Nyai Reksatani.
Sindangsaripun terdiam. Dan Nyai Reksatani berkata
selanjutnya "Katakan, apa yang tersimpan di hatimu. Dengan jujur. Kau tidak usah
berpura-pura setia atau segala macam kebiasaan. Hanya seakan-akan kebiasaan dan
keharusan. Bukan memancar dari sanubari"
Ketika Sindangsari akan menjawab, Nyai Reksatani
mendahuluinya "Jangan kau jawab. Lihat sajalah ke dalam dirimu sendiri"
Keduanyapun kemudian terdiam. Langkah mereka semakin
lama menjadi semakin cepat. Apalagi ketika mereka telah berada di luar
padukuhan. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Meskipun belum sampai ke puncak namun terasa matahari menyengat kulit. Beberapa
orang yang bekerja di sawah telah mulai mengemasi alat-alat, sedang orang-orang
yang berjalan di jalan-jalan tampak menjadi sangat tergesa-gesa. Meskipun
demikian Nyai Reksatani dan Sindangsari yang menempuh jalan seperti yang
dinasehatkan oleh Ki Demang masih banyak berpapasan dengan orang-orang yang
pulang dari pasar. Sementara itu, seseorang yang bertubuh raksasa dan
berkepala botak, sedang duduk di pematang sambil
membersihkan cangkulnya dengan air parit yang mengalir gemericik di bawah
kakinya. Sekali-sekali orang yang bertubuh raksasa itu menengadahkan wajahnya.
Namun kemudian menarik nafas dalam-dalam.
Ia berpaling ketika seseorang memanggilnya dari atas
gubug "He, Lamat. Aku akan pulang dahulu. Tunggu air itu sampai sawah menjadi
penuh" Lamat berdiri sejenak. Sambil menganggukkan kepalanya ia menjawab "Baik. Aku
akan menunggui sawah ini"
"Kalau kau mau makan, makanlah nasi ini. Aku akan makan di rumah saja"
"Ya" sahut Lamat pendek.
Anak muda yang berada di dalam gubug ilupun kemudian
meloncat turun dan berjalan menyusuri pematang pulang ke rumahnya.
Lamat kemudian tinggal sendiri di sawahnya. Ia kembali duduk di pematang sambil
memandangi air yang mengaliri parit yang membujur di daerah persawahan itu.
Sekali-sekali tangannya menyentuh percikan air yang jernih itu. Kemudian kembali
ia mengangkat wajahnya memandang kekejauhan.
Semula ia tidak memperhatikan sama sekali, ketika ia
melihat seorang anak muda yang berjalan dengan tergesa-gesa. Namun ketika anak
muda itu menjadi semakin dekat,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
berjalan dijaian yang menyilang parit tempat ia mencuci cangkulnya.
Lamat menjadi berdebar-debar. Tanpa sesadarnya ia berjongkok dan bergeser surut, ke balik tanaman yang sedang
menghijau. "Anak itu" desisnya "Kenapa ia berada di Kademangan ini?"
Dengan penuh pertanyaan Lamat memperhatikannya,
tanpa diketahui oleh orang yang sedang lewat itu.
"Apa kerja Puranta itu disini?" pertanyaan itu telah
memburunya. Lamat menarik nafas dalam-dalam ketika Puranta itu telah menjadi semakin jauh.
Perlahan-lahan Lamat berdiri. Dipandanginya orang yang berjalan dengan tergesa-gesa itu sampai jauh di balik
ndeg pengamun-amun. Lamat yang kemudian duduk kembali di pematang, ditepi parit itu menjadi selalu
bertanya-tanya tentang Puranta. Ia tidak dapat membiarkannya tanpa merenungkan,
apakah kepentingannya berada di Kademangan ini.
"Untunglah Manguri sudah pergi" desisnya "kalau Manguri melihatnya, maka
perselisihan itu dapat saja terjadi setiap saat. Kalau aku tidak memisahnya,
mereka pasti sudah berkelahi karena perempuan itu"
Terbayang di dalam angan-angan Lamat, bagaimana
keduanya berbareng datang ke rumah seorang janda muda.
Perselisihan tidak dapat dihindarkan. Untunglah Manguri masih mendengar
nasehatnya saat itu "Jangan berkelahi. Persoalan ini akan membuat keluarga
Manguri semakin dijauhi orang.
Kenapa kau harus berkelahi karena janda yang hina itu"
Ternyata ia menerima siapa saja datang ke rumahnya"
Betapapun kemarahan menghentak-hentak di dada Manguri, namun agaknya ia masih cukup mempunyai harga diri, sehingga
ditinggalkannya perempuan itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Namun sesudah itu, tanpa dikehendakinya sendiri, Lamat mendengar bahwa ayah
Manguripun pernah bertengkar
dengan anak itu. Bahkan anak itu hampir saja dibunuhnya.
Persoalannya adalah persoalan yang serupa.
Akhirnya dari Manguri ia mendengar bahwa anak muda
yang bernama Puranta itu adalah anak yang selalu membuat onar ia tidak lagi,
menghiraukan pagar ayu. Apalagi kini ia merasa kuat, karena ia mempunyai
beberapa orang kawan yang sejalan.
"Kalau saja ia tinggal di Kademangan ini" desis Lamat
"maka ia dan Manguri akan dapat menjadi kawan yang baik, atau menjadi musuh
bebuyutan" Tetapi Lamatpun kemudian mencoba untuk tidak menghiraukannya lagi. Mungkin ia kebetulan saja berjalan melalui Kademangan ini
untuk pergi ke tempat kawan-kawannya atau saudara-saudaranya.
"Apa peduliku" desis Lamat Dan bahkan ia sama sekali
tidak berniat untuk mengatakannya kepada Manguri.
Karena itu, maka Lamatpun segera pergi ke gubug di
tengah-tengah sawah. Di dalam gubug itu terdapat sebungkus nasi. Perlahan-lahan
ia membuka bungkusan itu, dan mulai menyuapi mulutnya. Namun setiap kali ia
terhenti apabila ia teringat anak muda yang bernama Puranta itu.
Dalam pada itu Puranta berjalan dengan tergesa-gesa ke rumah Ki Reksatani. Ia
sudah mendapat kepastian bahwa hari ini Sindangsari akan datang ke rumah itu. Ia
tahu benar bahwa segala sesuatunya pasti sudah diatur. Ki Reksatani pasti tidak
ada di rumah karena Ki Reksatanipun tahu benar akan rencana yang telah disusun
oleh isterinya itu. Ketika Puranta sampai ke rumah Ki Reksatani, ternyata Sindangsari telah ada di
rumah itu pula. Sejenak ia tertegun di depan pintu. Ditatapnya wajah Sindangsari
dengan sorot mata yang membara sehingga Sindangsari sama sekali tidak berani
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengangkat wajahnya. "Masuklah" berkata Nyai Reksatani
"kakang Reksatani tidak ada di rumah hari ini"
"Ya, aku tahu. Aku melihatnya ia pergi ke pasar ternak.
Agaknya Ki Reksatani ingin membeli seekor atau dua ekor lembu"
"Mungkin" sahut Nyai Reksatani "marilah. Sindangsari
sudah terlampau lama menunggu"
"Ah" Sindangsari berdesah.
"Maaf Nyai Demang" berkata Puranta "Aku terlambat. Aku harus meyakinkan dahulu,
apakah Ki Reksatani benar-benar tidak ada di rumah"
Tiba-tiba saja dada Sindangsari terasa menghentak-hentak.
Apalagi ketika anak muda itu kemudian melangkahi tlundak pintu, masuk ke
pringgitan dan tanpa di duga-duga telah duduk di sampingnya.
"Apakah Nyai Demang sudah lama?" bertanya Puranta.
Sindangsari tidak segera dapat menyahut. Mulutnya serasa tersumbat dan dadanya
menjadi terlampau sesak. "Sudah" Nyai Reksatanilah yang menyahut "sudah terlalu lama. Kemanakah kau
sepanjang pagi ini?"
"Sudah aku katakan, meyakinkan apakah Ki Reksatani tidak ada di rumah"
Nyai Reksatani tersenyum. Namun tiba-tiba ia berkata "kau tentu haus. Aku
ambilkan air sebentar"
Nyai Reksatanipun kemudian bangkit dari tempatnya.
Namun sebelum ia melangkah Sindangsari berkata "Duduklah Nyai, biarlah aku yang
mengambil minum untuk tamumu"
"Aneh sekali. Kau juga tamu disini"
"Bukan, aku bukan tamu. Aku adalah keluarga sendiri.
Duduklah menemui tamumu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Akulah yang mempunyai rumah dan akulah yang
mempunyai tamu" Nyai Reksatani tertawa. Kemudian tanpa berkata apapun lagi ia
meninggalkan Sindangsari dan Puranta di pringgitan.
Hati Sindangsari menjadi semakin berdebar-debar. Tanpa sesadarnya ia bergeser
menjauhi Puranta yang duduk di sampingnya.
"Panasnya bukan main" Puranta berdesis "tetapi ruangan ini terasa terlampau
sejuk" Sindangsari tidak menyahut.
"Nyai Demang" bertanya Puranta kemudian "apakah Nyai
Reksatani pernah berkata sesuatu tentang aku?"
Denyut jantung Sindangsari serasa menjadi semakin cepat bergetar. Sejenak ia
masih tetap berdiam diri, sedang keringat dinginnya membasahi segenap tubuhnya.
"Maksudku" berkata Puranta selanjutnya "apakah Nyai
Reksatani pernah menceritakan hubungannya dengan aku?"
Hampir tanpa disadarinya Sindangsari menggeleng "Tidak"
jawabnya lirih. "Bagus" berkata Puranta kemudian "hubungan kami
tampaknya memang terlampau baik. Aku sering dimintanya datang kalau suaminya
tidak ada di rumah. Akhir-akhir ini Ki Reksatani memang sering pergi
meninggalkannya. Tetapi itu sama sekali bukan maksudku. Aku tahu, bahwa
berhubungan dengan seorang perempuan yang sudah bersuami adalah
suatu dosa" Sindangsari mengerutkan keningnya. Kata-kata anak muda itu terdengar mapan
sekali. Ia menyadari bahwa hubungan yang demikian itu adalah suatu dosa.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari mengerutkan keningnya. Kata-kata anak muda itu terdengar mapan
sekali. Ia menyadari bahwa hubungan yang demikian itu adalah suatu dosa.
"Tetapi aku terlampau kasihan kepadanya" berkata Puranta selanjutnya "itu adalah
kelemahanku. Aku tidak tahan melihat seseorang yang bersedih hati. Nyai
Reksatani benar-benar merasa kesepian, sehingga aku telah terjebak ke dalam
rumah ini. Bukan saja ke dalam rumah ini, tetapi aku sudah terseret masuk ke
dalam biliknya" suaranya kemudian menurun
"sebenarnya aku menyesal sekali. Setiap kali aku memutuskan untuk pergi
daripadanya. Tetapi setiap kali aku tidak sampai hati menyakiti perasaannya"
Tanpa sesadarnya Sindangsari mengangguk-anggukkan
kepalanya. Ternyata anak ini bukan anak yang terlampau jelek. Ia mengerti apa
yang baik dan apa yang buruk. Tetapi ia tidak dapat menolak karena perasaannya
yang terlampau halus"
"Kini aku seolah-olah telah dibelenggunya. Aku seakan akan telah terhutang budi,
karena aku sering menerima pemberiannya"
Kegelisahan Sindangsari lambat laun menjadi semakin
berkurang. Ia menyangka bahwa anak itu akan berbuat
kurang sopan. Tetapi ternyata ia mengerti apa yang sebaiknya dilakukannya.
Puranta berhenti berbicara ketika Nyai Reksatani kemudian memasuki ruangan itu
sambil membawa beberapa mangkuk
air panas. Katanya "Nah. minumlah. Bukankah kalian haus.
Akupun haus pula. Tetapi, biarlah aku mengambil beberapa potong makanan untuk
kalian" Sindangsari kini tidak menahan lagi ketika Nyai Reksatani meninggalkannya.
Bahkan sekilas dipandanginya wajah anak muda yang bernama Puranta itu. Tampaklah
matanya menjadi redup dan wajahnya selalu menunduk. Wajah yang seakan-
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
akan telah berubah sama sekali dari wajahnya di saat ia datang dengan tatapan
mata yang membara. Sepeninggal Nyai Reksatani anak muda itu berkata
seterusnya "Sebenarnya hatiku telah tertutup bagi perempuan yang manapun juga
sepeninggal bakal istriku beberapa tahun yang lalu"
Puranta mengangkat wajahnya sejenak ketika ia mendengar Sindangsari tiba-tiba bertanya "Kemanakah bakal isterimu itu?"
"Lari. Lari dengan seorang laki-laki lain" suaranya menjadi dalam "Aku tidak
tahu kenapa ia begitu saja meninggalkan aku. Tanpa pesan dan tanpa penjelasan
apapun" Sindangsari menarik nafas, seakan-akan ia ingin melepaskan sesak nafasnya selama ia menahan diri dalam kegelisahan.
"Berbeda dengan kau Nyai Demang" berkata Puranta
kemudian "kau sama sekali tidak lari. Kau terpaksa memenuhi nafsu Ki Demang yang
tidak terkendalikan" Puranta berhenti sejenak, lalu "apakah kau ingin tahu,
siapakah perempuan yang lari dengan laki-laki itu?" Seolah-olah tidak disengaja
Sindangsari mengangguk. "Mereka tidak lari jauh. Maksudku, lari daripadaku.
Perempuan itu adalah isteri Ki Demang yang kelima. Laki-laki itu adalah Ki
Demang, suamimu. Berbeda dengan kau,
perempuan itu dengan senang hati menanggapi lamaran Ki Demang"
Sindangsari terperanjat mendengar keterangan itu. Sejenak ia seolah-olah
membeku. Ditatapnya wajah Puranta yang menjadi semakin suram. "Perempuan itu
melepaskan aku, tidak seperti kau terlepas dari Pamot"
Sindangsari masih tetap terdiam diri. Tiba-tiba saja
timbullah perasaan ibanya kepada laki-laki itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Alangkah berbahagianya Pamot, apalagi jika ia berhasil mengawinimu. Laki-laki
yang mempunyai seorang isteri seperti kau, tentu akan merasa bahwa ia telah
berada di pintu gerbang sorga"
"Ah" Sindangsari berdesah.
"Sindangsari" tiba-tiba saja laki-laki
itu memanggil namanya, sehingga jantung Sindangsari berdentangan karenanya "Aku belum pernah melihat seorang perempuan secantik kau. Bukan saja
bentuk lahiriah, tetapi juga hati dan jiwamu. Itulah agaknya, meskipun kau sama
sekali tidak berniat kawin dengan Ki Demang kau tetap setia pula
kepadanya " Wajah Sindangsari menjadi merah padam.
"Maafkan aku. Aku hanya ingin sekedar menyebut
namamu. Hanya menyebut namamu saja. Tidak dengan
sebutan Nyai Demang. Tetapi namamu sendiri yang manis semanis orangnya.
Sindangsari" "Ah" Sekali lagi Sindangsari berdesah. Tetapi ia merasa aneh, kenapa tiba-tiba
saja ia merasa gemetar. Bukan lagi karena ketakutan karena anak muda itu duduk
di sampingnya. Sejenak anak muda itu tidak berkata sesuatu. Sehingga dengan demikian ruangan
itupun menjadi sepi. Kesepian itupun kemudian dipecahkan oleh suara Nyai
Reksatani yang datang sambil membawa beberapa potong
makanan. Katanya "Tidak ada apa-apa yang pantas aku
suguhkan. Hanya ini. Jadah bakar. Tidak seperti di
Kademangan" "Jangan terlampau sibuk Nyai" berkata Sindangsari. Tetapi ia tidak
mempersilahkan Nyai Reksatani itu duduk bersama mereka.
Namun setelah meletakkan makanan itu, Nyai Reksatanipun duduk diantara mereka.
Katanya "Apa saja yang sudah kalian
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bicarakan. Aku tidak mendengar kalian tertawa atau
berkelakar. Agaknya kalian berbicara bersungguh-sungguh.
"Tidak Nyai" jawab Puranta "kami berbicara tentang diri kami masing-masing"
"O, kau juga berbicara tentang aku?"
"Tidak" "Bohong" "Tidak Nyai, sungguh. Aku tidak berbicara tentang Nyai"
Nyai Reksatani memandang Sindangsari sejenak, kemudian berganti di pandanginya
Puranta. Tiba-tiba saja Nyai Reksatani itu tersenyum "Ha, kenapa tidak kau
katakan saja kepadanya langsung" Bahkan Sindangsari adalah perempuan yang paling
cantik di muka bumi ini. Jauh lebih cantik daripadaku"
"Ah Nyai" potong Puranta.
"Itu lebih baik bagimu. Kau lebih senang menyebutnya
dengan namanya, Sindangsari daripada Nyai Demang di
Kepandak. Begitu?" "Jangan begitu Nyai"
"Aku tidak apa-apa. Kalian adalah anak-anak muda.
Seandainya kalian memang sudah menemukan sesuatu di
dalam diri masing-masing, aku sama sekali tidak berkeberatan. Tetapi aku masih ingin mengajukan syarat, bahwa Puranta tidak
boleh meninggalkan aku sama sekali"
"Ah, Nyai terlampau cepat mengambil kesimpulan" sahut Puranta.
"Kau sangka aku tidak tahu hati anak-anak muda?" berkata Nyai Reksatani "sejak
pertama kali kau bertemu dengan perempuan itu, kau selalu mengigau. Sindangsari,
Sindangsari adalah nama yang manis sekali"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari sendiri duduk sambil menunduk dalam-dalam.
Wajahnya menjadi merah oleh perasaan yang tidak menentu.
Setelah sekian lama ia berada di rumah Kademangan
Kepandak, dan setelah sekian lama ia seolah-olah hidup sendiri dalam kesepian,
tiba-tiba seorang anak muda yang tampan telah menyebut namanya.
"He, jangan termenung mBok-ayu" berkata Nyai Reksatani sambil tersenyum
"marilah, minum dan makanlah apa adanya"
"Terima kasih" Sindangsari tergagap.
"mBok-ayu tidak usah tergesa-gesa pulang. Nanti biarlah kakang Reksatani
mengantarkan seperti pesan, Ki Demang. Ia akan pulang sebelum senja" Nyai
Reksatani terdiam sejenak
"Apabila kau lelah, biarlah mBok-ayu berbaring saja disini, di dalam bilikku"
"Terima kasih" sahut Sindangsari "Aku tidak lelah"
Sambil memandang wajah Puranta, Nyai Reksatani
bertanya pula "apakah kau ingin beristirahat?"
"Aku akan duduk disini mengawani Sindangsari" jawab
Puranta. Sebuah desir yang halus telah menyentuh jantung
Sindangsari sehingga iapun tunduk semakin dalam.
"Baiklah, agaknya lebih baik kita berbicara saja., Nah, mulailah, tentang apa
saja" Merekapun kemudian berbicara, tentang berbagai macam
hal. Dari persoalan yang mereka hadapi sehari-hari sampai masalah yang paling
pelik di dalam hidup mereka. Namun Sindangsari sendiri, seakan-akan hanya
sekedar menjadi pendengar.
Tetapi akhirnya anak muda itupun menjadi lelah juga,
sehingga iapun kemudian terdiam, sambil mengangguk-
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
angguk. Apalagi ketika kemudian mereka dijamu dengan
makan. Maka ruangan itupun menjadi semakin sepi.
Setelah beristirahat sejenak, maka anak muda itupun minta diri untuk pulang ke
rumahnya. "Sebentar lagi Ki Reksatani pasti akan pulang" katanya "Aku minta diri Nyai"
"Belum. Ki Reksatani akan pulang nanti menjelang senja"
"Siapa tahu. Tiba-tiba saja ia muncul di muka pintu"
"Kenapa cemas" Aku dapat mengatakan bahwa kau adalah
kawan Sindangsari" "Ah" Sindangsari berdesis lemah "jangan"
Nyai Reksatani tertawa "Kau masih sangat hijau"
Sindangsari tidak menjawab. Tetapi kepalanya saja yang tertunduk dalam-dalam.
"Baiklah" berkata Nyai Reksatani kemudian "kalau kau ingin pulang, pulanglah.
Kau harus segera datang kembali. Hampir setiap hari Ki Reksatani tidak ada di
rumah. Ia sedang sibuk dengan bendungannya"
Puranta tertawa. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ia berkata "Aku akan berusaha" lalu kepada
Sindangsari ia berkata "sudahlah Sari. Pertemuan kita berakhir sampai disini
saja hari ini. Tetapi kau bagiku adalah seorang perempuan yang paling baik,
lahir dan batin" "Ah" Sindangsari berdesah. Ia sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya.
Meskipun kemudian anak muda itu
berdiri di kuti oleh Nyai Reksatani dan diantarkannya sampai keluar rumah,
Sindangsari masih tetap duduk di tempatnya.
Ketika keduanya sampai ke regol Nyai Reksatani berpaling sejenak. Karena
Sindangsari tidak dilihatnya, maka iapun kemudian berkata "Bersabarlah. Kau akan
mendapat segala- Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
galanya. Kau akan mendapat perempuan cantik itu dan
sekaligus upah yang cukup banyak dari Ki Reksatani. Kalau pada suatu saat Ki
Reksatani dapat membuktikan bahwa isteri Ki Demang itu berbuat sedeng, maka ia
pasti akan diceraikannya" "Tetapi, bagaimana kalau Ki Demang menjadi marah dan


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahkan membunuh kami berdua bersama-sama. Bukankah Ki Demang seorang yang tidak
terlawan" Bukan saja di
Kademangan Kepandak, tetapi hampir di seluruh daerah
Selatan ini mengenal siapakah Demang di Kepandak itu"
"Tetapi kau tahu juga, bahwa Ki Reksatani adalah adiknya.
Ia dapat mengusulkan, agar kalian berdua diusir saja dari Kepandak. Dan kalian
dipaksa untuk kawin. Terutama kau.
Kau dipaksa untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu.
Apa kau mau?" Puranta tertawa. Jawabnya "Kalau Ki Reksatani bersedia memberiku bekal untuk
modal rumah tanggaku, aku tentu bersedia. Kalau aku sudah mempunyai isteri
secantik Sindangsari mungkin aku akan berhenti bertualang. Seandainya Nyai Reksatani bukan isteri Ki Reksatani, maka kata-kata Puranta
terputus oleh suara tertawanya.
"Ora nyebut" sahut Nyai Reksatani "anakku sudah
sekandang" Puranta masih saja tertawa
"Aku yakin, akan berhasil" berkata Nyai Reksatani
kemudian. "Dan Ki Reksatanipun berhasil pula"
"Meskipun perempuan itu sudah mengandung, tetapi ia
akan dapat menjadi isteri yang baik"
"Tetapi hal itu akan merupakan tanggung jawab yang berat bagiku Nyai. Aku pada
suatu saat mungkin akan berhadapan dengan Manguri atau Pamot kalau ia kembali
dari medan" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Anak itu akan mati di medan perang. Jarang sekali orang berhasil kembali dengan
selamat" Puranta mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu iapun
minta diri meninggalkan halaman rumah Ki Reksatani.
Nyai reksatani yang kemudian masuk kembali dan duduk di sebelah Sindangsari
bertanya "He, mBok-ayu. Kenapa kau diam saja setelah kau bertemu sendiri dengan
orangnya" Untunglah aku belum mengatakan kepadanya, bahwa kau
tidak akan bersedia bertemu lagi dengan anak itu. Kalau demikian, maka akulah
yang disangka iri atau cemburu yang berlebih-lebihan"
"O" Sindangsari mengangkat wajahnya sejenak, namun
wajah itu lalu menunduk lagi ketika ia mendengar Nyai Reksatani berkata "Nah,
bukankah kau berpendirian lain setelah kau bertemu dan berbicara agak panjang
dengan anak itu?" "Tidak" sahut Sindangsari, tetapi suaranya seolah olah tersangkut di
kerongkongan. "Tetapi kau tidak mengatakan apa-apa. Kau diam saja,
bahkan asyik berbicara"
"Aku lupa, benar-benar terlupa" jawab Sindangsari yang mencoba untuk membela
diri "Kenapa kau tidak mengingatkan aku?"
"Bagaimana mungkin aku dapat mengingatkan kau di
hadapan anak itu" sahut Nyai Reksatani "dan bagaimana mungkin kau dapat
melupakan hal itu" Kau datang kemari dengan satu-satunya keperluan untuk berkata
kepada anak itu, bahwa kau tidak akan mau menemuinya lagi. Kau tidak mau
terganggu, karena kau adalah seorang perempuan yang sangat setia kepada suami.
Tetapi, keperluan satu-satunya itu ternyata telah kau lupakan. Lalu apakah
kerjamu datang kemari" Bukan maksudku un tuk mengatakan penyesalanku bahwa kau
sudah berkunjung kemari. Aku dan Ki Reksatani
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
akan senang sekali menerima mBok-ayu disini. Tetapi bahwa kau lupa mengatakan
keperluanmu itu ternyata menggelikan sekali"
Sindangsari tidak segera dapat menjawab. Ia memang
merasa aneh terhadap dirinya sendiri. Kenapa tiba-tiba saja ia terlupa, bahwa ia
ingin menghentikan semua hubungan yang dapat menyeretnya ke dalam suatu keadaan
yang sesat. Tetapi hal itu memang sudah terjadi. Anak muda itu sudah pergi sehingga ia tidak
akan mempunyai kesempatan lagi hari ini untuk mengatakan bahwa hubungan mereka
tidak akan berlangsung lebih lama lagi.
"mBok-ayu. Akibai daripada iui adaiah, bahwa anak itu pasti akan selalu mencari
kesempatan bertemu dengan kau"
Tiba-tiba saja Sindangsari menjadi ragu-ragu.
"Nah, pikirlah masak-masak" Nyai Reksatani tertawa.
Wajah Sindangsari menjadi merah "Tidak. Tidak"
Nyai Reksatani tidak menjawab. Tetapi ia tertawa saja berkepanjangan.
Suara tertawa itu terputus ketika ia mendengar seseorang mendehem di halaman.
Dengan wajah yang tegang Nyai
Reksatani berdesis "Ki Reksatani"
"Untung sekali" dengan serta-merta Sindangsari menyahut.
"Kenapa?" "Anak muda itu telah pergi"
Nyai Reksatani tersenyum "Tidak akan ada persoalan apa-apa"
Sejenak kemudian pintupun berderit. Ketika sebuah kepala tersembul di pintu
pringgitan, maka Sindangsaripun berdiri sambil menganggukkan kepalanya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"O, mBok-ayu" Ki Reksatani menyapanya dengan suara
yang jernih "mimpi apa aku semalam" Itulah agaknya maka burung perenjak sehari
penuh kemarin dan sejak fajar selalu berkicau di sebelah kiri pendapa. Agaknya
hari ini seorang tamu agung telah berkunjung ke rumah yang kotor ini"
"Ah, Ki Reksatani selalu merendahkan diri"
"Aku senang sekali mendapat kunjungan mBok-ayu.
Silahkan. Silahkan. Aku akan mencuci kaki"
Demikianlah, setelah membersihkan dirinya dan makan
siang, Ki Reksatani menemui Sindangsari seperti seorang adik yang baik menemui
kakak iparnya. "mBok-ayu akan bermalam disini"
"Aku pulang nanti"
"Kaulah yang harus mengantarkan menurut pesan kakang
Demang" potong Nyai Reksatani
"Aku?" "Ya" "Kakang Demang tidak kemari?"
"Kakang Demang baru sibuk"
Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam
"Begitulah mBok-ayu. Sebaiknya mBok-ayu berusaha untuk menyesuaikan diri.
Belajarlah dari pengalaman isteri-isteri kakang Demang yang lalu. Mereka yang
tidak tahan oleh kesepian, tidak akan dapat bertahan lebih satu atau dua tahun"
Dada Sindangsari menjadi berdebar-debar.
"mBok-ayu harus belajar mengatasi kesepian itu. Lakukanlah dengan apa saja. Belajar menenun. Apakah mBokayu sudah bisa" Kalau
belum belajarlah disini"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya" Nyai Reksatani hampir berteriak, sehingga suaminya berdesis "Sst, kenapa
kau berteriak-teriak"
"Aku senang sekali mendapat kawan di rumah. Kau sangka aku tidak selalu kesepian
juga?" "Ah. Jangan merasa dirimu seperti pengantin baru"
Nyai Reksatani tersenyum.
Demikianlah, maka ketika matahari telah menjadi semakin rendah,
Ki Reksatanipun bersiap-siap pula untuk mengantarkan Sindangsari pulang ke rumahnya, rumah Ki Demang di Kepandak.
Sementara itu, tanpa disengaja, sekali lagi Lamat melihat seseorang yang
berjalan dengan langkah yang lamban
melintasi jalan persawahan. Wajahnya tampak cerah seperti cerahnya langit yang
kemerah-merahan. "Hem"Lamat berguman "dari mana sebenarnya anak itu"
Tetapi Lamat, sama sekali tidak berbuat apa-apa. Ia
berjongkok saja di balik dedaunan yang hijau rimbun.
Dalam pada itu, Ki Reksatani yang telah selesai bersiap-siap bertanya
kepada isterinya "Apakah kau tidak ikut mengantarkan mBok-ayu pulang?"
"Nanti anak-anak rewel. Silahkan. Aku sudah pergi ke
Kademangan menjemputnya tadi pagi"
Ki Reksatani mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Hati-hatilah di rumah" ia
berhenti sebentar "tetapi bukankah kau membuat pondoh jagung gurih" Kakang
Demang senang sekali makanan serupa itu"
"Ah, di Kademangan ada lebih dari sepuluh macam
makanan yang jauh lebih enak dari pondoh jagung gurih"
"Bungkuslah. Kau tidak percaya" Kakang Demang gemar
sekali. Bukankah begitu mBok-ayu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari mengangguk sambil tersenyum "Begitulah"
sahutnya . Demikianlah, maka ketika matahari telah berada di
pungung bukit. Ki Reksatani berjalan perlahan-lahan di belakang Sindangsari.
Bayangan senja yang kemerah-merahan, membuat wajah Sindangsari menjadi semakin
bercahaya. Dari belakang Ki Reksatani melihat betapa
lehernya yang jenjang dan betapa langkahnya yang sudah mulai guntai oleh
perutnya yang semakin besar.
"Perempuan ini memang cantik" ia berdesis di dalam
hatinya "tetapi perempuan ini benar-benar telah membunuh masa depanku dan masa
depan anak-anakku" Ki Reksatani mengerutkan keningnya. Dipandanginya saja punggung Sindangsari yang
berjalan tanpa berpaling.
"Kalau aku masih muda, semuda Puranta, ia bergumam
terus di dalam hatinya. Tiba-tiba saja ia terkenang kepada sebuah permintaan yang aneh baginya. Tetapi
ia tidak dapat mengabaikan saja
permintaan itu, karena permintaan itu datang dari seorang perempuan. Seorang
perempuan yang selama ini tersangkut di dalam
perjalanan hidupnya, namun yang sempat dirahasiakannya, sehingga hampir tidak seorangpun yang mengetahuinya, selain
orang-orang yang paling dekat dengan perempuan itu, termasuk anak laki-lakinya.
Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam, sehingga tanpa sesadarnya Sindangsari
berpaling. "O" Ki Reksatani tergagap "kita memang sedang
berprihatin" "Kenapa" bertanya Sindangsari"
"Musim panas yang panjang. Sawah menjadi kering"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tetapi bukankah parit-parit selalu mengalirkan air seperti parit di sisi jalan
ini?" "O, ya, ya. Kebetulan. Kebetulan sekali hari ini parit ini mengalir. Itulah
sebabnya aku sedang sibuk dengan
bendungan, agar bahaya kering tidak melanda persawahan terutama di daerah
Kepandak" Sindangsari hanya dapat mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi ia tidak bertanya apapun lagi.
Ki Reksatanipun kemudian hanyut kembali ke dalam angan-angannya.
"Tetapi itu berbahaya sekali" desisnya "Ki Demang akan segera mengetahuinnya dan
bertindak atasnya dan mungkin keluarganya. Kalau kakang Demang menjadi gila dan
memeras mereka dengan kekerasan, akan sampai pula
akhirnya ia menyebut namaku"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya "Tetapi
kalau anak ini, Puranta, setiap orang yang agak binal sedikit, dapat mengenal
namanya. Mungkin kakang Demang akan
membunuhnya, dan Sindangsari diceraikannya. Baru sesudah itu aku akan berpikir
untuk perempuan yang ditangisi anaknya itu.
Semuanya seakan-akan telah masak di kepala Ki Reksatani.
Bahkan kemudian "Kalau kakang Demang tidak membunuh
Puranta karena ia sempat menahan hati, akulah yang akan membunuhnya
dengan seribu alasan, agar mulutnya terbungkam. Setiap orang akan mempercayai tindakanku
sebagai tindakan sakit hati yang tidak pantas untuk diusut dan dihukum.
Ki Reksatani tersenyum sendiri sambil mengangguk-
anggukkan kepalanya. Seakan-akan semua itu sudah terjadi, dan jabatan tertinggi
di Kademangan Kepandak itu telah berada di tangannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kakang Demang pasti sudah menunggu" berkata Sindangsari tiba-tiba sehingga Ki Reksatani tergagap karenanya. "Tidak, tentu tidak"
"Ia akan menjadi cemas karenanya"
"Bukankah kakang Demang sudah berpesan agar aku
mengantarkanmu" Memang itu lebih aman. Kalau ada laki-laki yang karena sakit
hati, atau karena sesuatu sebab,
mendendammu, maka kau memang memerlukan perlindungan
disenja begini. Kalau di siang hari sebelum matahari naik ke puncak langit, aku
kira tidak akan ada seorangpun yang berani berbuat gila di padukuhan yang
tenteram ini, kalau ia tidak ingin menjadi merah biru dan bengkak-bengkak
seluruh tubuhnya. Tetapi di malam hari, hal itu memang dapat saja terjadi, karena tidak
ada seorangpun yang mengetahuinya "
Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia dapat
memaklumi keterangan adik iparnya itu.


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku hanya membuat repot saja" berkata Sindangsari
kemudian. "Tidak. Tidak. Bukan begitu. Itu adalah suatu sikap berhati-hati"
Merekapun kemudian terdiam. Langkah-langkah mereka
sajalah yang terdengar berdesir menyentuh rerumputan yang sudah mulai berwarna
kekuning-kuningan. Ketika mereka sampai di bulak yang panjang, maka hari sudah menjadi semakin
suram. Yang tampak kemudian adalah ujung-ujung mega yang kemerah-merahan
membentang di langit. Tiba-tiba terbersit pikiran di kepala Ki Reksatani "Aku dapat membunuhnya
sekarang" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dada Ki Reksatani menjadi berdebar-debar "Aku dapat
menguburnya di tengah-tengah sawah. Kemudian aku akan berkata kepada kakang
Demang, bahwa Sindangsari telah pulang lepas tengah hari. Ia tidak sabar
menunggu aku" Sejenak Ki Reksatani menimbang-nimbang dengan dada
yang tegang. Terasa jantungnya menjadi semakin cepat
berdenyut. "Tetapi, apakah kakang Demang mempercayainya" Dan
sudah barang tentu isterikulah yang dipersalahkannya"
Akhirnya Ki Reksatani menggelengkan kepalanya "Lebih
baik aku tidak tergesa-gesa" katanya "agaknya Puranta akan berhasil. Aku harus
memancing Nyai Demang ini untuk
bermalam semalam saja di rumahku. Kemudian memanggil
Puranta. Kalau anak itu sudah datang aku akan menghubungi Ki Demang. Aku harus
memberitahukan kepadanya bahwa
isterinya telah berbuat serong. Ternyata rumahku adalah sekedar tempat mereka
membuat janji" Ki Reksatani
mengangguk-anggukkan kepalanya "Aku dapat mencari seribu alasan sehingga kakang
Demang akan mempercayainya"
Demikianlah, keduanyapun sampai ke rumah Kademangan
Kepandak setelah lampu-lampu dinyalakan. Bahkan obor
regolpun telah dipasang. Di depan regol Ki Reksatani tertegun sejenak ketika ia
melihat seseorang berdiri bersilang tangan di dada. Di belakangnya dua orang
berdiri bersandar dinding.
"Hem" ia menarik nafas dalam-dalam "agaknya perempuan itu benar-benar telah
mengikat hati Ki Demang. Benar juga dugaan Sindangsari. Ia sudah menjadi gelisah
menunggunya. Hal yang tidak pernah terjadi dengan isteri-isterinya yang lain"
"Hampir saja aku pergi menyusul" berkata Ki Demang,
ketika Sindangsari sampai di depan regol.
"Ki Reksatani suami isteri selalu menahan kalau aku minta diri" jawab
Sindangsari. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kami mengharap mBok-ayu bermalam di rumah kami
meskipun hanya semalam. Anak-anak kami senang sekali
mendapat kunjungan bibinya. Bibi yang kali ini lain dengan bibi-bibi yang pernah
dikenalnya. O - oodwoo---O Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Matahari Esok Pagi Karya : SH Mintardja Sumber DJVU http://gagakseta.wordpress.com/
Convert by : Dewi KZ Editor : Dino
Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Jilid 6 "Ah" Sindangsari berdesah.
"Jangan aneh-aneh Reksatani" berkata Ki Demang.
Ki Reksatani tertawa "Tetapi aku minta ijin, agar mBokayu pada suatu saat boleh
menginap di rumahku. Kemanakannya pasti akan senang sekali. Lebih, daripada itu
Sindangsari, eh, mBokayu, akan belajar menenun"
Ki Demang hanya tersenyum saja, Ia sama sekali,
segelugutpun tidak menaruh prasangka apapun.
Ternyata Ki Reksatani benar-benar telah mematangkan
rencananya. Ketika malam itu ia pulang dari Kademangan, maka bersama isterinya
dibuatnya perangkap yang paling baik untuk menjebak Sindangsari dan Puranta.
"Persetan, apakah keduanya akan dibunuh oleh Ki
Demang" desis Reksatani.
"Tetapi jangan Sindangsari" minta Nyai Reksatani.
Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam "Ya, Sindangsari tidak" Namun dalam pada
itu Ki Reksatani sedang memikirkan permintaan perempuan yang ditangisi anaknya,
yang tergila-gila kepada Sindangsari. Katanya di dalam hati "Mudah-mudahan aku
mendapatkan kedua-duanya. Sindangsari
terlepas dari kakang Demang dan anak itu mendapatkan janda itu"
Tetapi masih ada satu persoalan yang dipikirkannya
"Bagaimana anak di dalam kandungan itu" Anak itu adalah anak kakang Demang.
Meskipun seandainya Sindangsari telah diceraikannya, namun anak itu akan dapat
menuntut haknya. Sekali lagi terbersit cara yang paling keji "Bayi itu harus mati di saat
lahirnya" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka dengan segala cara, Nyai
Reksatani telah membujuk agar Sindangsari mau bermalam semalam saja di rumahnya.
"Kau harus mengatakannya. Setiap hari anak itu bertanya kepadaku. Hampir saja ja
memaksa untuk datang kemari"
Tetapi Sindangsari selalu berusaha untuk mengelak.
Demikian ia berada dekat dengan suaminya ia merasa, bahwa ia memang harus
menghentikan permainan yang dapat
membakar dirinya. Namun kadang-kadang di malam hari Sindangsari sama
sekali tidak dapat memejamkan matanya. Apabila ia berada di pembaringannya,
seorang diri sejak hari perkawinannya, terasa betapa kesepian telah membakar
jantungnya. Memang kadang-kadang terbayang, betapapun suramnya,
bayangan wajah anak muda yang bernama Puranta itu.
Kadang-kadang merupakan sebuah bayangan rangkap, Pamot dan samar-samar garis-
garis wajah Puranta itu. "Tidak. Aku adalah seorang isteri. Bagaimanapun juga aku mempunyai seorang
suami" geramnya. Tetapi Nyai Reksatani tidak berputus-asa. Ia berusaha terus. Membujuk, merajuk
dan bahkan kadang-kadang mengancam. Sedang Ki Reksatani setiap kali berkata kepada Ki Demang "Kenapa
mBokayu tidak kakang perbolehkan
bermalam di rumahku?"
"Aku bukan tidak memperbolehkan" jawab Ki Demang
"tetapi mBokayumu agaknya masih belum berhasrat"
"Ah, mBokayu sendiri pernah mengatakan, bahwa ia ingin bermalam meskipun hanya
semalam untuk mempelajari cara menenun"
"Kalau memang di nginkannya, aku tidak berkeberatan"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Akhirnya usaha suami istri itupun tidak sia-sia. Lewat cara apapun juga, mereka
berhasil membujuk Sindangsari untuk bermalam di rumah Ki Reksatani.
"Ia akan menemuimu" berkata Nyai Reksatani kepada
Sindangsari, Kemudian "Jangan lupa. Katakan apa yang ingin kau katakan. Kalau
kau memang tidak ingin bertemu lagi dengan orang itu, katakanlah berterus-
terang. Tetapi kalau kau memerlukannya karena kau kesepian, aku tidak
berkeberatan, katakanlah kepadanya. Aku yakin, ia dapat mengerti.
Dada Sindangsari menjadi berdebar-debar. Ia tidak
mengerti apakah sebenarnya yang telah bergolak di dalam dirinya.
"Kau harus berbuat sebaik-baiknya Nyai" pesan Ki
Reksatani "kalau datang saatnya, aku akan memanggil kakang Demang. Berkuda
supaya cepat" "Aku akan membawanya ke rumah itu. Aku sudah
menyediakan sebuah alat tenun yang baik"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya
"Ingat, keterangan yang akan kita berikan kepada Ki Demang harus sama. Jangan
sampai terjadi kekeliruan, apalagi pertentangan, karena kakang Demang adalah
seorang yang teliti dalam menghadapi persoalan yang paling rumit"
"Ya. Tetapi belum tentu kakang Demang dapat meneliti hal yang menyangkut
perasaan sendiri seperti persoalan orang lain"
"Mungkin. Memang mungkin"
Malam yang telah direncanakan itupun datang pula pada saatnya. Ki Demang
melepaskan isterinya dengan sepenuh kepercayaan kepada adiknya.
"Besok pagi aku akan menjemputnya" berkata Ki Demang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya, kami menunggu kakang"
Bersama Ki Reksatani suami isteri Sindangsari meninggalkan rumahnya, lepas tengah hari. Ia membawa
beberapa helai pakaian karena ia berjanji akan bermalam.
"Mudah-mudahan mBok ayu senang bermalam di rumah
kami" "Tentu" jawabnya ragu-ragu.
Di sepanjang jalan, jantung Sindangsari terasa semakin berdebar-debar.
Bagaimanakah caranya untuk mengatakan maksudnya kepada Puranta, bahwa ia
berkeberatan untuk bertemu dengannya.
Bahwa hubungan apapun harus
diputuskannya. Dada Sindangsari berdesir ketika mereka berhenti di
sebuah halaman, beberapa patok sebelum mereka sampai di rumah Ki Reksatani.
Dengan tertawa Ki Reksatani berkata
"Bukankah mBok-ayu ingin belajar menenun. Alat tenun kami yang paling baik
berada di rumah ini. Apalagi disini tidak ada anak-anak kecil yang akan
mengganggu. Biarlah isteriku mengawanimu disini"
Sejenak Sindangsari berdiri termangu-mangu. Ditatapnya wajah suami isteri itu
berganti-ganti, seolah-olah ingin mendapat penjelasan yang lebih banyak lagi
dari mereka. "Silahkan" Ki Reksatani mempersilahkan. Iapun kemudian mendahuluinya memasuki
regol halaman yang tidak begitu lebar itu"
"Ini juga rumahku" berkata Ki Reksatani "kalau aku jemu berada di rumah sebelah
karena kericuhan anak-anak, aku pergi dan tidur di rumah ini. Disinilah alat-
alat tenun kami yang baik kami simpan"
Sindangsari masih belum menjawab. Meskipun Ki Reksatani sudah berada di dalam
regol, namun Sindangsari masih berdiri di tempatnya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Akhirnya ia terpaksa melangkah maju ketika tangan Nyai Reksatani membimbingnya.
"Jangan takut" katanya "daerah ini adalah daerah yang paling aman. Apalagi
setiap orang tahu bahwa rumah ini adalah rumah Ki Reksatani. Hanya orang yang
ingin membunuh diri sajalah yang berani mengganggu rumah ini.
Sindangasari tidak menyahut. Dengan penuh kebimbangan ia berjalan melintasi
halaman naik ke pendapa rumah yang tidak begitu besar itu. Tetapi ketika ia
menjengukkan kepalanya ke dalam, dilihatnya rumah itu cukup bersih, sebersih
rumah Ki Reksatani yang pernah dikunjungnya.
"Ada dua orang pelayan yang khusus mengurusi rumah ini"
berkata Ki Reksatani "duduklah. Tetapi barangkali disini terdapat banyak
kekurangan, karena pada dasarnya rumah ini kosong. Di siang hari dipergunakan
oleh beberapa orang untuk menenun. Sesudah senja, rumah ini hanya ditunggui oleh
dua orang pelayan, suami isteri"
Kecurigaan Sindangsari atas rumah itupun semakin lama menjadi semakin berkurang.
Dipandanginya dinding-dinding kayu nangka yang kekuning-kuningan dihiasi oleh
serat-serat yang berwarna coklat muda sampai kecoklat tua.
Setelan mereka duduk sejenak di sebuah amben yang
besar, maka pelayan yang menunggui rumah itu menyuguhkan air panas, gumpalan-gumpalan gula kelapa dan beberapa jenis makanan.
"Berlakulah seperti di rumah sendiri mBokayu" berkata Ki Reksatani "jangan
merasa dirimu asing disini"
"Terima kasih" jawab Sindangsari kaku.
"Di dalam bilik itulah alat tenunku yang paling baik, yang khusus aku pergunakan
sendiri aku simpan,. Nanti, kita coba bersama, apakah mBok-ayu tertarik pada
pekerjaan kasar itu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya. Ketika ia berpaling dilihatnya lewat
lubang pintu yang terbuka sebuah alat tenun yang terletak disebuah amben yang
besar pula. Demikianlah setelah berbicara sejenak, maka Ki Reksatanipun kemudian berkata "Maaf mBok-ayu. Aku akan pergi ke rumah sebelah
sejenak. Nanti aku akan datang lagi kemari. Belajarlah menenun. Barangkali mBok-
ayu tertarik pada pekerjaan itu untuk sekedar mengisi waktu selagi mBakayu
kesepian" Sindangsari menganggukkan kepalanya "Baiklah. Aku akan belajar"
Sepeninggal Ki Reksatani, Nyai Reksatani menarik nafas dalam-dalam. Katanya
"Hampir saja aku lupa menyahut kata-kata kakang Reksatani, bahwa mBok-ayu akan
dapat mencari kesempatan untuk mengisi kesepian dengan cara yang jauh lebih baik
dari menenun. Bukankah begitu?"
"Ah" Sindangsari berdesah.
"Jangan takut. Anak itu akan datang kemari"
"Tetapi aku tidak ingin menemuinya malam ini"
Nyai Reksatani tertawa "Semua sudah aku persiapkan baik-baik. Jangan takut.
Kakang Reksatanipun tidak akan tahu"
Dada Sindangsari menjadi semakin berdebar-debar.
Dalam pada itu, Nyai Reksatani memandang Sindangsari
dengan tatapan mata yang aneh. Selagi Sindangsari
menundukkan kepalanya, Nyai Reksatani menarik nafas
dalam-dalam sambil berdesah di dalam hatinya "Bukan
maksudku mBok-ayu. Tetapi kepentingan hari depan anak-anakku telah menuntut agar
aku berusaha membantu suamiku dalam pekerjaan ini"
Terbayang di dalam angan-angannya apa yang akan terjadi malam itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kalau Puranta telah datang, kau harus secepatnya
memberitahu agar aku segera dapat mengundang kakang
Demang" pesan Ki Reksatani itu selalu terngiang di telinganya.
Dengan demikian, maka hati Nyai Reksatani yang
tampaknya selalu tersenyum dan tertawa itu, sebenarnya telah dicengkam oleh
kegelisahan yang semakin memuncak, Semakin rendah matahari, hati Nyai Demang
menjadi semakin berdebar-debar.
Ketika senja turun, maka Nyai

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Reksatanipun mempersilahkan Sindangsari mandi dipakiwan di belakang rumah. Kemudian mereka
berdua duduk bercakap-cakap
sejenak. Nyai Reksatani berkata "Marilah, lihatlah, bagaimana aku menenun"
Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi ia bertanya "Lalu bagaimana
dengan anak-anak, kalau kau
berada disini?" "Aku mempunyai pembantu-pembantu. Nanti sebentar aku
memang harus pulang. Aku akan mengambil anakku yang
terkecil. Di malam hari ia masih sering menanyakan
biyungnya" Sindangsari masih mengangguk-angguk ketika kemudian
Nyai Reksatani membawanya masuk ke dalam bilik tenunnya.
Di sudut bilik itu lampu minyak telah menyala. Cahayanya yang kemerah-merahan
membuat ruangan itu serasa menjadi semakin panas. Bayangan yang bergerak-gerak
memantul dari benang-benang yang berwarna tajam yang telah tersusun pada
alat tenun Nyai Reksatani. Sejenak kemudian perempuan itupun telah duduk pada alat tenunnya. Ketika
semuanya telah siap, maka mulailah ia melemparkan coba, alat untuk melontarkan
gulungan benang yang akan menyilang benang-benang yang telah disusun
membujur. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dengan sungguh-sungguh Sindangsari memperhatikan
gerak tangan Nyai Reksatani. Dengan memberikan beberapa petunjuk, tangannya
bergerak terus, bahkan kakinya untuk menggerakkan suri dari benang yang
membujur. Namun tiba-tiba Nyai Reksatani berkata "mBok-ayu,
sebentar lagi ia akan datang. Kau akan dapat kesempatan segala-galanya. Kalau
kau memang tidak mau bertemu lagi dengan anak itu, kau akan mendapat kesempatan
untuk mengatakannya, sedangkan kalau kau memerlukan yang lain, aku tidak akan
mencegahnya" "Ah" Sindangsari selalu hanya dapat berdesah. Tetapi
dengan demikian tiba-tiba perhatiannya terhadap gerak tangan dan kaki Nyai
Reksatani menjadi kabur. Sejenak Sindangsari menjadi bingung. Ia sendiri tidak mengerti apakah sebenarnya
yang di nginkannya. Apakah ia ingin memutuskan semua hubungan, ataukah
sebenarnya ia memang mengharapkannya untuk mengisi kesepian.
"Malam ini aku tahu, kakang Reksatani akan berjaga-jaga di rumah tetangga yang
sakit keras. Ia sudah mengatakan
kepadaku pagi tadi" Sindangsari menjadi semakin berdebar-debar. Pikirannya menjadi semakin kalut
sehingga ia sama sekali tidak
menjawab lagi. "Kita menunggu kedatangannya. Akulah yang meminta
kepada kakang Reksatani, agar kami diperkenankan mempergunakan rumah ini. Rumah yang biasanya hanya
dipergukan untuk mengerjakan pekerjaan khusus dan
menenun" Dada Sindangsari menjadi sesak. Ia merasa terjebak
karenanya. Namun ada juga terbersit sesuatu yang memang diharapkannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Namun kemudian ia mencoba menemukan seluruh
kekuatan yang ada di dalam dirinya. Meskipun tidak
terucapkan ia mencoba berkata kepada diri sendiri "Aku adalah Nyai Demang di
Kepandak" Karena Sindangsari tidak menjawab, maka Nyai Reksatanipun terdiam pula. Hanya tangan dan kakinya sajalah yang masih bergerak-
gerak mempermainkan alat tenunnya.
Sementara langit di luar menjadi semakin lama semakin kelam.
"Kalau anak itu datang, aku harus segera berlari
memberitahukannya kepada kakang Reksatani" desis Nyai Reksatani.
Dan dalam pada itu Ki Reksatanipun telah menyusun
rencananya dengan lengkap. Begitu isterinya memberitahukan kedatangan anak muda
itu, ia akan berpacu kepada kakaknya.
"Kakang Demang pasti mempercayai aku" desisnya.
Sementara itu, ketika Kademangan Kepandak telah menjadi semakin gelap, seseorang
berjalan dengan tergesa-gesa melintasi jalan persawahan. Sekali-sekali ia
tersenyum sendiri. Terngiang kata-kata Ki Reksatani "Jangan sampai gagal.
Bukankah kau tidak pernah gagal menghadapi perempuan
yang bagaimanapun juga keras hatinya" Kau harus tetap ada pada perempuan itu
sampai kakang Demang datang.
Semuanya serahkan kepadaku. Kalian akan selamat. Tetapi kakang Demang pasti akan
memaksamu kawin dengan perempuan itu" Anak muda yang bernama Puranta itu kemudian
mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya di dalam hati
"Kali ini aku mendapat pekerjaan yang aneh. Biasanya aku melakukannya sebagai
suatu keharusan oleh dorongan dari dalam diriku sendiri. Tetapi kali ini aku
akan mendapatkan kedua-duanya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sekali lagi ia tersenyum seorang diri sambil melangkah terus. Namun sama sekali
tidak terbersit suatu prasangka apapun kepada Ki Reksatani. Ia tidak berpikir
terlampau jauh, bahwa Ki Reksatanilah yang akan membinasakannya, karena Ki
Reksatani sama sekali tidak ingin, bahwa rahasia ini pada suatu saat akan bocor
dan anak di dalam kandungan
Sindangsari itu apabila berkesempatan hidup akan menuntutnya kelak, atau orang-orang lain yang setia kepada Ki Demang.
"Jagabaya yang bodoh itu pasti tidak akan dapat diajak berbicara dengan cara
apapun. Kalau pada suatu ketika ia mengerti tentang rencana ini, maka tidak ada
cara lain, ia harus dihadapi menurut cara yang dipilihnya. Ia pasti akan
mempergunakan kekerasan" pertimbangan itupun agaknya
telah mempengaruhi keputusannya.
Sementara itu Puranta berjalan semakin cepat. Menurut Ki dan Nyai Reksatani, ia
harus datang setelah padukuhan menjadi sepi, tetapi jangan sampai lewat tengah
malam. Dalam pada itu, Lamat yang tidak mempunyai pekerjaan
lagi di rumah, masih saja selalu dikejar oleh pertanyaan, apakah yang dilakukan
oleh Puranta di Kademangan Kepandak ini.
Bukan hanya satu kali ia melihat anak itu lewat. Dengan demikian
kecurigaannyapun menjadi semakin kuat, bahwa Puranta telah melakukan perbuatan
yang terkutuk itu pula, kali ini di Kademangan Kepandak.
"Apakah peduliku" ia bergumam. Bahkan kemudian
"Kenapa aku mempersoalkan anak itu, sedang di rumah inipun ada pula seorang anak
muda yang melakukan perbuatan
serupa?" Lamat mencoba menghilangkan pikiran itu sambil berbaring di pembaringannya.
Tetapi setiap kali wajah anak muda yang bernama Puranta itu selalu saja
terbayang. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lamat terkejut ketika tiba-tiba saja pintu biliknya terdorong keras-keras.
Ketika bilik itu terbuka, ia melihat Manguri berdiri di muka pintu dengan wajah
yang tegang. "He, kau benar-benar seorang pemalas" tiba-tiba saja ia membentak.
Lamatpun segera bangkit. Perlahan-lahan ia berdiri dan berjalan mendekati
Manguri "Apakah ada sesuatu?"
"Ikut aku" Lamat tidak menyahut. Iapun kemudian berjalan mengikuti Manguri keluar biliknya
dan pergi ke regol halaman.
"Lamat, ada kerja yang harus kita lakukan"
"Apa?" "Kau pernah melihat anak muda yang bernama Puranta
itu?" Hati Lamat menjadi berdebar-debar. Sambil mengangguk ia menjawab "Ya. Aku pernah
melihatnya" "Ia kini berkeliaran di Kademangan ini" berkata Manguri.
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia masih belum menjawab.
"Kau tahu apa yang ia lakukan di sini?"
Lamat menggelengkan kepalanya.
"Bodoh kau. Kau pasti harus mengetahuinya"
"Tetapi aku tidak tahu apa yang dilakukannya.
"Kita sudah mengenalnya. Jadi kita dapat memastikan,
bahwa ia sudah mulai meraba Kademangan ini dengan
tangannya yang kotor itu"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya, itu suatu
dugaan" "Bukan sekedar dugaan. Aku dapat memastikan"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Sebaiknya, jangan pedulikan anak itu. Dengan demikian kau hanya akan menambah
lawan. Biar sajalah ia melakukan apa saja yang dikehendakinya"
"Aku tidak menolak cara apapun yang akan dilakukannya.
Tetapi kalau laki-laki itu adalah anak muda yang bernama Puranta, aku sama
sekali tidak akan dapat menerima"
"O, jadi kita akan menutup mata" Dan kita akan
membiarkan perbuatan terkutuk itu terjadi di Kademangan ini?" Manguri berhenti
sejenak sedang nafasnya tiba-tiba memburu "aku tidak rela. Atau barangkali kau
ingin mengatakan, bahwa akupun sering melakukan hal yang
serupa seperti juga ayahku" Baiklah, jika demikian apa yang dilakukan di
Kepandak adalah suatu penghinaan bagiku, seolah-olah di Kepandak tidak ada
seorang laki-lakipun"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya, meskipun ia
berdesah di dalam hati. "Marilah kita pergi ke sawah. Aku pernah melihatnya lewat di jalan itu,
melintasi bulak di sebelah sawah kita"
"Tetapi tentu di siang hari"
"Tidak. Kadang-kadang di malam hari"
Lamat menggeleng-gelengkan kepalanya "Ia lewat di saat-saat yang tidak kita
Kisah Si Rase Terbang 8 Hantu Wanita Berambut Putih Pek Hoat Mo Lie Karya Liang Ie Shen Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan 5
^