Pencarian

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 18

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung Bagian 18


diresmikan. Adapun katua perkumpulan ini, merupakan tokoh besar yang tidak asing
lagi, yakni Ci Sancu dari Kong Tong pai yang sejakhari ini panggilannya dirubah
menjadi Ci kaucu. Sedangkan wakil ketua perkumpulan kami ini tidak bukan dan
tidak lajn dari Hue leng senbu Cu Leng Sian'".
Cu Tian Cun merendek sejenak intuk menarik nafas dalam-dalam. Kemudian dia
melanjutkan lagi dengan suaranya yang lantang dan nyaring. "Orang-orang maupuii
tokohtokoh yang memberi dukungan kepada kami terdiri dari bekas Bulim bengcu
teidahulu yakni, Song Ceng San....".
Song Ceng San yang duduk di baris psrtama para tamu agung tersebut setengah mati
mendengar uraiannya. Tanpa sadar cia melonjak bangun dari tempat duduknya dan
berteriak.... "Tunggu dulu!".
Tampaknya Long san it pei sudah menduga bahwa Song Ceng San akan melonjak
bengun begitu namanya disebut. Dia segera turun dari aitar dan mengharnpiri
orang tua itu. Wajahnya mengembangkan seulas senyuman.
"Song loya cu, andaikata kau orang tua mempunyai pendapat apa-apa, kalau bisa
tunda dulu sampai Cong huhoat menyelesaikan pengumumannya beru kemudian
dicetuskan. Pada saat itu kami memberi kesempatan kepadamu agar orang lain juga
biaa mendengarkan dengan jelas Sekarang harap kau orang tua sudi duduk kembati,"
katanya dengan nada ramah.
Ketika Suo Yi Hu turun dari altar dan berbicara dengan Song C?ng San, Cu Tian
Cun sama seKali tidak menghentikan pengumumannya.
"Wakif dan Siau lim pai, Bu Cu taisu, Tung Sit Cong, wakil dah Bu Tong pai, Giok
Si Cu, Su Po Hin, Ciang bunjin dari Hua san pai, Sang Ceng Hun. Wakil dari Ciong San
pai, Ciok Sam San. Wakil dari Cong Lam pai, Lu Hui Peng. Ciang bunjin dari Pat Kua bun,.
Kwek Sf Hong, Kan Si Tong Wakil dari Liok Hap bun, Beng Ta ]in. Wi Yang
samkiat, Wi Lam cu, Gi Ceng Lam (Gi Hua to) dan Hui Km Siau ..." Dia
membacakannya dengan cepat sekali Dengan sekali hembusan nafas dia sudah
membacakan semua nama-nama dari para undangan yang duduk di bagian tamu
agung. Tepat pada saat itu, para undangan yang namanya disebut tadi, semuanya sudah
mengikuti tindakan Song Ceng San. Dengan serentak mereka melonjak bangun dari
tempat duduk masing-masing.
Sepasang alis Song Ceng San yang sudah memutih langsung terjungkit ke atas.
"Cu Cong huhoat tidak perlu meneruskan pengumumannya. Orang she Song
sekarang juga akan menyangkal di hadapan orang banyak bahwa pernah mendukung
Tian Te hue kalian. Aku juga tidak menyetujui diresmikannya perkumpulan kalian
ini, apalagi mengakui Ci sancu sebagai kaucu dan Hue teng senbu sebagai Hu kaucu
Harap Cu Cong huhoat membereskan masalah ini sekarang juga!" katanya dengan suara
penuh wibawa. "Apa yang Song loya cu katakan memang tepat sekali. Aku percaya setiap orang
dari delapan pactai besar yang menghadiri pertemuan ini juga tidak tahu menahu
mengenai persoalan ini. Apalagi mengakui Ci Leng Un danHue leng senbu sebagai
kaucu dan wakil kaucu. Kami juga tidak pernah memberi dukungan untuk peresmian
perkumpulan kalian. Apabila kalian memang ingin mendirikan sebuah perkumpulan,
harap dilakukan dengan cara yang baik dan dengan maksud yang baik!" sambung
Ciang bujin dari Hua san pai , Sang Ceng Hun.
Kemudian orang-orang dan Siau Lim pai, Bu Tong pal, Ciong San pai, Cong Lam
pai, Pat Kua bun, Liok Hap bun maupun Wi Yang samkiat masingmasing
mengucapkan beberapa patah kata yang intinya menyangkal pernah memberi
dukungan kepada pihak Tian Te kau dan mereka juga tidak mengakui Ci Leng Un dan
Hue Leng senbu sebagai kaucu dan wakil kaucu perkumpulan yang akan didirikan.
Parahadirin yang duduk di barisan tamu biasa mendengar dengan telinga sendiri
dan melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Tian Te kau yang akan didirikan ini
belum apaapa sudah bertindak curang. Apalagi delapan partai besar serta Song
loya cu pun sudah menyangkal secara terangterangan Hal ini membuktikan bahwa semuanya
merupakan ocehan sembarangan dari pihak penyelenggara pertemuan ini. Mereka
enggan berdiam disana tebih lama. Satu per satu mulai berdiri dari tempat
duduknya dan meninggalkan tempat tersebut.
Saat itu tampak Hue leng senbu berdiri dari tempat duduknya perlahan-lahan.
"Para hadirin harap sabar sebentar Mengenai urusan ini kami bisa memberikan
bukti yang kuat dan alasan yang tepat!" kata perempuan itu sambil merentangkan kadua
tangannya agar para hadirin agak tenang.
Dia tidak memberi kesempatan kepada Song Ceng San maupun rombongannya untuk
membantah. Dengan tenang dia melanjutkan kata-katanya.
"Cian Poa Tengl" Entah apa maksudnya memanggil Yu huhoat itu.
Cian Poa Teng segera mengiakan. Dia melangkah kaluar dan sisi belakang sang
'kaucu' kemudian mengitari meja parijang dan membungkukkan tubuhnya.
"Hamba di sinil".
"Apakah masih ada orang-orang dari delapan partai besar yang belum hadir di
sini?" tanyanya kembali. Urusan ini memang merupakan tanggung Jawab Kepala Penerimaan Tamu. Maka
Cian Poa Teng pun segera menjawab.
"Lapor Hu kaucu, di antara delapan partai besar hanya Go Bi pai yang belum
mengirimkan wakilnya.".
Hue leng senbu mengibaskan tangannya, Cian Poa Teng membungkuk sambil
mengundurkan diri dan kembali lagi ke tempat berdirinya semuta. Hue leng senbu
memanggil kembali. "Suo Yi Hu!". Long san itpei cepatcepat tampil ke depan dan membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Hamba di sini!".
Wajah Hue leng senbu kaku dan dingin sekali. Dengan nada sepatah demi sepatah
dia berkata: "Perkumpulan kita mengadakan pertemuan dengan mengundang berbagai
pactai terkemuka, termasuk Go Bi pai yang dikatuai oleh Lian Seng teisu.
Sekarang bukan saja dia tidak hadir sendiri, bahkan juga tidak mengirimkan wakilnya. Hal ini
merupakan penghinaan bagi perkumpulan kita. Coba kau katakan, menurut peraturan
dunia kangouw, orang yang menghina perkumpulan orang lain harus diapakan?".
"Or'ang yang berani menghina sebuah perkumpulan harus dihukum mati!" sahut Suo
Yi Hu tegas. "Bagaimana kaiau sebuah partal yang melakukan penghinaan tersebut?" tanya Hue
teng senbu kembali. "Sama saja," sahut Suo Yi Hu.
"Baik, Suo Yi Hu, Urusan ini kuserahkan ke tanganmu!" Terdengar suara Hue leng
senbu yang parau dan berat. Kata-kata ini membuat perasaan para hadirin menjadi terkejut setengah mati. Hal
ini merupakan tindakan pecmulaan yang berarti awal pertumpahan darah. Tian Te kau
ingin melakukan pembunuhan besarbesaran. Dan Go Bi pai seperti menJadi korban
pertama mereka. Suo Yi Hu membungkukkan tubuhnya kembali.
"Hamba menerima perintah!".
Hue leng senbu membalikkan tubuhnya lagi ke arah Song Ceng San.
"Song Ceng San, kau bilang bahwa kalian tidak mencantumkan nama sebagai
orangorang yang memberi dukungan kepada perkumpulan kami dan dengan demikian
kaljan juga tidak mengakui kami sebagai kaucu dan Hu kaucu, bukankah begitu?".
Selama tiga puluh tahun terakhir ini, belum pernah ada orang yang memanggil Song
Ceng San dengan namanya langsung Menilik dari nada suara perempuan tua ini,
tampaknya dia memang sudah terangterangan ingin mencari garagara dengan delapan
partai besar. Song Ceng San tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerrnng sedikit pun.
"Tidak salah, perkumpulan kalian seharusnya memberikan jawaban yang dapat
diterima oleh kami semua," sahutnya tenang.
Hue leng senbu tertawa dingin.
"Hitam di atas putih merupakan kenyataan yang tjdak dapat dipungkin. Apakah
perkumpulan kami memalsukan nama kalian satu per satu?" Berkata sampai di sini, dia menoleh
kepada Cu Tian Cun. "Cong huhoat, kau bawakan daftar nama biar Song loya cu lihat sendiri. Apakah
yang tercantum di sana bukan tanda tangannya?".
Cu Tian Cun menatap Hue leng senbu sekilas. Wajahnya tampak jadl serba salah.
"Hu kaucu....".
Hue leng senbu mendengus dingin.
'Apakah kau takut mereka akan menolak merobek daftar nama itu" Hal ini tidak
perlu kau khawatirkan. Mereka semua terdiri dah aliran lurus dan sudah lama mempunyai
nama basar. Mereka tidak akan melakukan perbuatan serendah itu. Pokoknya kau
bawakan saja daftar nama itr agar mereka dapat memeriksanya sendiri!".
Cu Tian Cun segera mengiakan. Dia menggapaikan tangannya ke arah Suo Yi Hu.
Dengan cepat Suo Yi Hu menghampirinya. Cu Tian Cun mengambll buku daftar
nama dan menyerahkannya kepada Suo Yi Hu.
"Bawakan buku daflar nama para pendukung ini agar mereka dapat membuktikannya
sendiri," katanya. Suo Yi Hu menganggukkan kepalanya. Dia menerima buku daftar nama tersebut
kemudian membalikkan tubuhnya turun dari altar dan berjalan ke tempat Song Ceng
San. Bibirnya mengembangkan seulas senyuman. 'Song loya cu, silahkan periksa."
Song Ceng San menyambut buku daftar nama tersebut. Pada halaman ketiga yang
mana atasnya ada tulisan yang barbunyi. Daftar nama para pandukung parkumpulan
Tian Te kau. Di barisan pertama bagian bawahnya, partama-tama memang tercantum
namanya sendiri. Lagipula dia segera mengenali bahwa tulisan yang tercantum
disana juga buah hasil tangannya sendiri. Dia tidak mengerti rnengapa tulisannya bisa
barpindah ke kertas halaman itu.
Tentu saja pihakHue leng senbu yang memalsukannya. Tapi bagaimana caranya
sampai pemilik nama sendiri tidak dapat mengemukakan perbedaan sedikitpun! Song
Ceng San merasa tertekan. Dia menyodorkan buku daftar nama itu kepada Ciang
bunjin Hua san pai, Sang Ceng Hun yang ada di sebelahnya.
Sinar mataHue leng senbu yang berbinar-binar mengerling kepada Song Ceng San
sekilas,. "Kau sudah lihat dengan jelas bukan" Apakah yang tercantum disana bukan
tulisanmu sendiri?" tanyanya dengan nada dingin.
Song Ceng San mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak.
'Lohu tidak merasa pernah mencantumkan nama dalam buku daftar tersebut, tetapi
tanda tangan yang ada di dalam buku itu tampaknya memang asli. Sampai Lohu
sendiri menjadi curiga jangan-jangan memang pernah mencantumkan nama di dalam
daftar itu!". Sekel! lag!Hue leng senbu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Kalian semua sudah melihatnya" Mungkin kalian semua ingin mengatakan bahwa
perkumpulan kami yang memalsukannya?".
Daftar nama itu sudah diedarkan ke seluruh tamu agung yang hadir, Terakhir
sampai di tangan Gi Ceng Lam, Orang tua yang mempunyai julukan Gi Hua to itu segera
menutupnya kembali dan menyodorkan kepada Suo Yi Hu, Orang itu menerimanya
dengan bibirtersenyum kemudian dia naik kembali ke atas altar dan buku itu
dipersembahkan kepada Cu Tian Cun.
Tampak Beng Ta jin tertawa terbahak-bahak.
"Kata-kata Senbu tapat sekali. Kami tidak mengatakan ada yang memalsukan tanda
tangan kami, namun apakah kami harus mengakui bahwa memang kami yang
menandatanganinya?".
Hue leng senbu tertawa sumbang.
"Di dalam dunia Bulim, untuk membedakan mana yang aliran putih dan mana yang
aliran hitam saja sulit. Kalian semua adalah tokoh kelas satu pada jaman ini. Kalau
kelian telah memastikan bahwa perkumpulan kami memang memalsukan tanda
tangan kalian, tentu tidak bersedia dibantah begitu saja. Kalau begitu, menurut
peraturan dunia Bulim, terpaksa kita menyelesaikannya dengan mengadu kepandaian,
Siapa yang menang dan kalah juga dapat membuktikan siapa yang benar dan siapa
yang salah. Entah bagaimana pendapat cuwi sekalian?".
Song Ceng San segera mengembangkan seulas senyuman lebar,.
"Apabila Senbu ada minat seperti itu, lohu tentu saja akan mengiringi!".
Bu cu taisu dari Siau lim pai langsung merangkapkan sepasang telapak tangannya.
"Omitohud! Tampaknya perkumpulan kalian sudah mengadakan persiapan sejak
mula!". Hue leng senbu memperdengarkan suara tertawa dingin satu kali. Dia menolehkan
kepalanya dan memerintahkan...,.
"Tian Cun, di antara para tamu yang hadir, apabila ada yang merasa tidak puas,
biar kau saja yang melawannya beberapa jurus Harus membuat perasaan mereka
terpuaskan baru boleh berhenti. Kalau ada orang yang sengaja rnengacau atau
memfitnah di antara para hadirin, atau sengaja mencari gara gara dengan
perkumpulan kita, jangan ragu-ragu, kau boleh bunuh sesuka hatimu!".
Benar-benar kata-kata yang sombong dan mengandung hawa pembunuhan yang
tebal!. Cu Tian Cun segera membungkukkan tubuhnya,.
"Hamba terima perintah," sahutnya,.
Cu Tian Cun menegakkan tubuhnya kembali, Dengan langkah perlahan dia berjalan
menuruni altar. Kemudian dia menjura kepada Song loya cu.
"Song loya cu, cuwi Ciang bunJin, siapa saja yang berminat memberi petunjuk,
siiahkan keluar ke halaman depan'".
Saking kesalnya, selembar wajah Song kiya cu sampai memucat. Dia mendengus
dingin satu kali. Apa" Sen bu tidak turun tangan sendiri untuk membariken petunjuk?" tanyanya.
Cu Tian Cun tersenyum simpul,.
"Song loya cu salah paham. Asal cuwi bisa mengalahkan cayhe, dengan sendirinya
Hu kaucu akan turun ke gelanggang, untuk meminta petunjuk dari cuwi, Tetapi
apabila cayhe saja, tidak sanggup cuwi kalahkan, untuk apa Hu kaucu turun tangan
sendiri?". Senyumannya begitu ceria. Kata-katanya juga diucapkan dengan santai.
Penampilannya gagah. Suaranya bening dan nyaring. Tetapi nadanya benar-benar
terlalu sombong. Benar-benar merupakan paduan yang jarang terlihat.
Ciok Sam San dari Ciong San pai langsung mendengus dingin.
"Orang she Ciok sudah lama berkecimpung di dunia kangouw, Orang yang pernah
kutemui juga tidak sedikit, tetapi belum pernah ada yang demikian tidak tahu malunya
mengagulkan diri sendiri'".
Cu Tian Cun melirik ke arahnya sekilas.
"Hal ini pasti karena pengetahuan saudara yang sempit," sindicnya. Kemudian dia


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjura kembali kepada Song Ceng San,.
"Song loya cu, silahkan." ".
Meskipun Song Ceng San sebal terhadap nada bicaranya yang sombong, tetapi biar
bagaimana pun dia merupakan seorang bekas Bulim bengcu yang disegani orang
banyak. Dengan kedudukannya sekarang, tentu tidak baik apabita dia mengumbarkan
hawa amarahnya. Akhirnya dia mengeluselus jenggotnya yang panjang dan
menyunggingkan seutas senyuman, Dengan gaya santai, dia berjalan keluar.
Ciang bunjin Hua San pai, Sang Ceng Hun dan rekanrekan yang lain segera
mengikuti langkeh Song Ceng San kelyar dari ruangan tersebut. Pakaian Cu Tian
Cun yang berwarna biru berkibarkibar, Dengan langkah mantap dia menginngi Song Ceng
San menuju lapangan yang terdapat di halaman depan.
Long san itpei tidak mau ketinggalan Beserta rombongannya dia j'uga bergegas
keluar, Para hadirin yang duduk di barisan tamu biasa tidak jadi meninggalkan
tempat itu. Dengan berbondongbondong mereka ikut keluar dari ruangan tersebut untuk
ikut menyaksiken keramaian yang akan berlangsung,.
Pada saat itu, kedua meja yang tadi mengapit di kiri kanan jalan telah diangkat.
Beberapa pemuda segera menyediakan dua buah kursi tinggi di ujung lapangan.
Kaucu Tian Te kau, yakni Ci Leng Un berdlrl dengan dipapah oleh wanita tadi. Yu
huhoat Cian Poa Teng dan Cuo huhoat Toan Pek Yang masih mengawal di kedua
slsinya. Bersama-sama dengan Hu keucu Cu Leng Sian, mereka keluar menuju
lapangan terbuka. Beng Hui Ing. Hue moti Cu Kiau Kiau, Be Hua popo Ciok Sam ku, Yi Ju Si dan Ca
popo langsung berjalan menuju lapangan terbuka dan berdtri berbaris dideretan
sebelan kanan. Tampang Cu Tian Cun berubah menjadi sehus. Dia menjura kepada Song Ceng San
dengan sepesang mata terangkat ke atas.
"Apakah Song loya cu ingin turun sendiri memberi petunjuk?".
Terangterangan dia menantang Song Ceng San dj hadapan umum. Begitu
mendongkolnya Song Ceng San, sampai d!a merasa dirinya hampir mengamuk.
Hamplr saja dia ingin mengatakan 'Kau balum pantas bertarung denganku. Tetapi
kata-kata ini akan merendahkan derajatnya sendiri aebagat bakas Bulim bengcu
yang diseganl. Oleh karena itu dia hanya mendengus dingln. Kemudlan membalikkan
tubuhnya,... "Cun ji, bawakan pedang!" perintahnya.
Sekali berkelebat, Song Bun Cun sudah berada di hadapannya. Dia membungkukkan
tubuhnya menghormat. "Tia, usia Cu Cong huhoat tidak terpaut Jauh dengan anak. Dia masih balum pantas
melawan kau orang tua. Biar anak saja yang menerima beberapa jurus petunjuk
darinya Anak ingin lihat sampai di mana kehebatannyasehingga berani menantang
delapan partai besar?".
Tentu saja Song Ceng San sadar bahwa dalam pertarungan hari Jni, pihak lawan
sudah mempunyai persiapan yang matang, Tetapi Hue leng senbu hanya mengunjuk
Cu Tian Cun seorang untuk melawan pihak meraka. Hal ini membuktikan bahwa
kepandaian anak muda ini pasti sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali
sehingga Hue leng senbu menaruh kepercayaan yang besar pada dirinya.
Berdasarkan kedudukannya sendiri, sebetulnya dia tidak boleh bergebrak dengan
anak muda ini. Untung saja putranya, Bun Cun sudah mendapat didikan langsung
darinya selama bartahuntahun, Mengandafkan Song ka pekkiam. biarpun anak Cun
tidak bisa menang, tetapi rasanya juga tidak mudah dikalahkan. Setelah mempunyal
pikiran seperti itu, akhirnya Song Ceng San menganggukkan kepalanya.
"Baikiah, llmu silat orang yang satu ini pasti sudah mencapai tingkat yang
tinggi sekali Harap kau berhatihati menghadapinya," pesannya dengan suara lirih.
Song Bun Cun membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Anak mengerti," sahutnya sembari membalikkan tubuh dan berjalan ketangah arena.
Terpaut dari Cu Tian Cun kurang lebih delapan cun, dia menghentikan langkah
kakinya serta merangkapkan sepasang kepetan tangannya menjura,.
"Song Bun Cun dari Tian Hua sanceng pertamatama yang Ingin menyambut
beberapa jurus petunjuk dari Cu Cong huhoat," katanya.
Kiuci lo han Cu Siang Hu segera melesat keluar ke tengah arena dan
membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Cu Tian Cun.
"Cu Cong huhoat, biar hamba saja yang melawannya!" katanya menawarkan diri,.
Cu Tian Cun menggelengkan kepalanya perlahan-lahan,.
"Tidak usah," sahutnya sambil mengibasken tangannya memberi isyarat agar Kiuci
lo han keluar dari arena tersebut.
Kiuci lo han tidak barani membantah. Dia terpaksa mengundurkan dJri ke tempatnya
semula. Sementara itu, Cu Tian Cun menatap ke arah Song Bun Cun sekilas
kemudian mendongakhan wajahnya menatap langit.
"Apakah kau putra kesayangan Song loya cu yang bernama Song Bun Cun?".
Song Bun Cun dapat mendengar nada suaranya yang sangat angkuh, seakan tidak
memandang sebelah mata terhadapnya. Tanpa sadar dia mengeluarkan suara tawa
yang mengandung kemarahan.
'Tidak salah, kongcumu ini memang Song Bun Cun adanya. Apakeh engkau yang
mengaku diri sendiri sebagai Jago andalan Ci Leng Un dan merupakan anak angkat
dah Cu Leng Sian?" tanya Song Bun Cun kembali.
Dia sengaja memanggil Ci Leng Un dan Cu Leng Sian dengan namanya langsung,
Ha| ini tentu merupakan penghinaan bagi Cu Tian Cun. Tentu saja Cu Tian Cun
merasa marah sekati. Sepasang alisnya langsung menjungkit ke atas. Wajahnya yang
tampen segera menyiratkan hawa pembunuhan. Di keningnya terlihat uraturat hijau
bertonjolan. "Bukankeh kau ingin meminta petunjuk dariku" Terimalah seranganku ini!" Dia
tidak menghunus pedangnya. Kaki kirinya melangkah ke depan, tangan kanan diulurkan
dan kipasnya pun dikibeskibaskan.
Tiba-tiba dia menarik kipasnya kembali kemudian meluncur keluar dengan kecepatan
tinggi. Jurus yang digunakan adaiah 'Tangan mengembangkan lima jari', sasarannya
menuju ke arah dada kanan Song Bun Cun. Serangannya ini merupekan totoken kilat
yang menggunakan ujung kipas.
Gerakannya langsung mengincar tampat yang berbahaya. Tetapi tubuhnya hanya
didorong sedikit ke depen, Tampaknya begitu sederhana namun gayanya mempesona.
Dia seperti sedang bermalnmain dan tidak menganggap Song Bun Cun sebagai lawan
yang serius. Padang panjang Song Bun Cun masih belum dikeluarkan. Hanya tubuhnya yang
berkelebat sedikit dan sekejap mata dia sudah berhasil menghindarkan diri dari
serangan Cu Tian Cun,. "Cu Cong huhoat, mengapa masih belum keluarkan senjatamu?" tanyanya dengan suara
nyaring,. Dia memang tidak malu disebut sebegai putra dari Bulim toalo, Penampilannya
tidak kalah gagah. Gerakannya cepat dan nngan, orang yang menyaksikannya jadi ikut
terpesona. Kedua orang ini patut disebut generasi muda harapan bangsa yang
berbakat tinggi'. Terdengar sahutan Cu Tia.n Cun dengan nada yang angkuh,.
"Orang she Cu ini Justru ingin menjajal sampai di mana kehebatan seratus jurus
ilmu pedang keluarga Song. Kalau sampai kau sanggup mendesak aku untuk terpaksa
menggunakan pedang, dengan sendirinya pedang in! akan kukeluarkan. Kau tidak
usah perdulikan hal itu. Yang penting lihat sampai di mana kemampuanmu
sendiril". Padahal biasanya Song Bun Cun sudah tecmasuk seorang pemuda yang angkuh.
Sekarang dia menemukan Cu Tian Cun yang ternyata Jauh lebih angkuh dari padanya,
Orang Jtu malah mengucapkan kata-kata yang menyatakan kalau dia bisa
mendesaknya sedemikian rupa sehingga terpaksa menggunakan pedang, dia tentu
akan mengeluarkan pedangnya pada saat itu.
Hampir sa]a Song Bun Cun tidak dapat menahan kemarahan di hatinya. Namun di
depan hadapan begitu banyaknya tokoh kangouw yang berkumpul, dia terpaksa
menahan sebisanya. Untuk sesaat, dari sepasang matanya tersorot sinar kekejian
yang mencekat. Kemudian dia menutupinya dengan tertawa terbahak-bahak,.
"Ucapan Saudara sombong sekali. Song Bun Cun hari ini justru ingin melihat
begaimana caranya kau menghadapi seranganku apabila kau tidak mengeluarkan
pedangmu itu?". "Trang!" Cahaya kilat berkelebat, pedang panjangnya telah dihunus. Tangan
kanannya mehyusul bergerak, dia mengerahkan jurus Awan terbang menembus langit,
Pedangnya ibarat seekor ular terbang yang melesat keluar dari balik rerumputan.
Sebetulnya Song loya cu merupakan murid perguruan Hua San pal. Oleh karena itu,
gerakan pedang yang dimainkan oteh Song Bun Cun ini juga merupakan Hua san
kiamhoat, Telapi karena hatinya mendongkol sekaii mendengar ucapan pihak lawan
yang pongah maka dia sengaja memainksn jurus Awan terbang menembus langit int.
Tetapi baru mencapai setengah jurus saja, pedangnya mendadak berputar arah. Dia
telah mengganti gerakannya dengan jurus yang iain. KalJ ini yang dikerahkannya
adalah Tian San k?amhoat, yakni menguak gunung menerobos batu,.
Pada saat itu juga terlihat cahaya pedang memijar dan menimbulkan baberapa kali
kelebetan kilat yang menggigilkan. Cahayacahaya itu mengurung dah kiri dan kanan
kemudian menyerang ke arah lawan.
Gerakan perubahan pedang Song Bun Cun sudah cukup cepat, tetapi tarnyala Cu
Tian Cun malah lebih cepat setengah langkah dari padanya, mululnya mengaiuarkan
suara dengusan dingin satu kall. Tubuhnya melesat dengan ringan. Dalam sekejap
mata dia sudah menerobos ke dalam cahaya pedang yang berbungabunga. Kamudian
terdengar suara. "Trak!" dari kipasnya yang telah dibuka. Setelah itu meluncur lurus ke arah
tubuh pedang Song Bun Cun dan menekennya.
Serangannya kati ini bukan saja mengandalkan gerakan tubuhnya yang ringan, jurus
yang dilancarkan juga aneh, demikian pula putaran pergelangan tangannya. Orangorang
delapan partai besar yang menyaksikannya tidak ada satu pun yang tidak
berubah wajahnya. Tentu saja Song Ceng San yang paiing khawatir.
"Soat san pei mempunyai semacam ilmu gerakan tubuh yang ajaib. Janganjangan
inilah 'Tian Sin Hoat' dari Soat san pai", Pikirnya dalam hati.
Hanya Tian sin hoat dari Soat San pai yang mempunyai gerakan tubuh tidak
berwujud namun sanggup menyambut serangan ilmu pedang dari aliran mana pun.
Perlarungan kedua belah pihak ini, sama-sama mempunyai kecepatan seperti kilat
yang sedang menyambar. Ketika pedang Son Bun Cun dilancarkan, beru saja terlihat
tubuhnya melesat, lawannya sudah menerjang datang. Dalam waktu sesaat, Song Bun
Cun tkiak sempat lagi menarik kembali jurus serangannya. Dia terdesak mundur
dengan terhuyung-huyung sampai beberapa cun, baru terhitung dapat menghindarkan
diri. Kali ini, demikian kesal dan marahnya Song Bun Cun sampei selembar wajahnya
menjadi merah padam. Bayangkan saja, berpuluh tahun yang lalu saja ayahnya sudah
mendapatjutukan jago pedang nomor satu di Bulim. Sebagai putranya, Song Bun Cun
mendapat didikan langsung dari ayahnya, Tetapi barusan dengan sebatang pedang,
ternyata hanya dalam satu Jurus saja, lawannya berhasit mendesaknya sampai
terhuyunghuyung mundur dengan sebuah kipas yang panjangnya hanya satu cun
lebih. Rasa malu yang dirasakannya terlebihlebih daripada ditusuk satu keli oleh Cu
Tian Cun. Mulutnya berteriak histen's. Begitu mundur langsung menerjang lagi. Pedang
panjangnya dijulurken ke depan, tubuhnya berkelebat mengikuti gerakan pedang.
Dia langsung mengerahkan jurus yang hebat dari Song ka pekkiam. Tampak kilatan
cahaya yang dingin melesat dan menerbitkan titik sinar yang beterbangan,
pedangnya terus menyerang dengan gencar.
Serangannya kali ini dipenuhi rasa amarah. Bukan saja gerakannya demikian cepat
seperti kalap, sekitas cahaya pedangnyajuga bagai ular putih yang mengejar
mangsanya. Kehebatannya tidak terkirakan,.
Dalam sekeJap mata Cu Tian Cun segera terkurung dalam cahaya pedang yang
membentuk bayangan berkilauan. Dia sama sekali tidak berani memandang ringan
serangan ini, Kipasnya segera digetarkan sehingga timbul bayangan dalam jumlah
banyak. Pakaiannya yang berwarna biru berkibarkibar mengikuti gerakan tubuhnya.
Sapuan pedang Song Bun Cun sudah termasuk hebatnya bukan main, tetapt tidak
disangka gerakan kipas di tangan Cu tian Cun lebih cepat lagi mengagumkan.
Hampir setiap Jurus dapat dilayaninya dengan baik.
Dalam waktu yang singkat, para hadirin maupun orang-orang dan detapan partai
hanya merasakan pedang dan kipas saling berkelebat, kecepatannya bagai kitat,
mereka belum merasakan apa-apa. Tetapi sebagai seorang yang sudah memiliki
kepandaian tinggi, Song Ceng San memandang dengan penuh perhalian. Di wajahnya
tersirat rasa kekhawatiran yang dalam.
Tidakl Begitu terkejutnya orang tua itu sampaisampai tangannya mengeluarkan
keringat dingin. Tentu saja sebagai seorang ayah dia mencemaskan keselamatan
putranya. Sedangkan kaiau ditilik dari keadaan yang sedang bertangsung, lipis
sekali harapan bagi Song Bun Cun untuk memenangkan pertandingan ini.
Padahal Song Ceng San mengetahui bahwa itmu yang baru dimainkan oleh Song Bun
Cun merupakan satah satu jurus mematikan dari seratus jurus ilmu pedang keluarga
Song. llmu ini keluaran Tian San I Sou. Setiap jurusnya mempunyai perubahan yang sulit
dipecahkan. Apalagi Song Bun Cun yang turun tangan lebih dahulu. Seharusnya Cu Tian Cun
tebih lambat setengah jurus dari padanya. Tetapi gerakan kipas di tangan orang
itu malah lebih cepat lagl, bahkan mengejar setangah jurus di depan Song Bun Cun.
Pertu diketahui, sebagian orang apabila dapat mengejar setengah jurus di muka,
tetapi kalau kau turun tangan dengan cepat, tetap saja tidak dapat berbuat apa-apa.
Namun gerakan Cu Tian Cun yang lebih cepat setengah jurus dengan hasil mengejar kece^
patan, tentu tidak dapat disamakan.
Dia hanya menggunakan sebatang klpas yang panjangnyacumasatu cun lebih. Begitu
mengerahkan jurus yang pertama, serangan pertama Song Bun Cun pun berhasil
disambutnya dengan baik. Sedangkan Song Bun Cun sendiri yang melihat jurus partamanya berhasil disambut
oleh Cu Tian Cun dengan baik, segera merubah jurusnya. Siapa sangka begitu jurus
kedua dikerahkan, kipas Cu Tian Cun dengan secepat kilat menerjang datang. Song
Bun Cun yang baru menjalankan jurus kedua setengah bagian, segera merasakan
apabila diteruskan tentu dapat dipecahkan lagi oleh lawan, maka dalam keadaan
panik dia segera merubah lagi gerakannya.
Cu Tian Cun melihat dia mengganti jurus yang lain, Juga ikutikutan mecubah
gerakan kipasnya. Pokoknya, dalam tiga puluh jurus yang telah berlangsung, kedua
orang itu tidak hentinya mengganti gerakan dan jurus. Semuanya merubah gerakan
ketika setengah jurus baru dimainkan. Tidak ada satu pun yang menyelesaikan satu
Jurus sampai selesai. Yang membuat Song Ceng San begitu terkejut justru dalam tiga puluh jurus ini,
ilmu yang digunakan Song Bun Cun semuanya terdiri dari ilmu pedang keluarga Song.
Tetapi Cu Tian Cun dapat memecahkannya dengan tanpa kesulitan sama sekati,.
Selama berpuluh tahun terakhir ini, seratus Jurus ilmu pedang kaluarga Song yang
dikatakan sebagai ilmu pedang yang tidak terpecahkan, ternyata hari ini sudah
berhasil dipecahkan semuanya. Bagaimana hal ini tidak membuat parasaan Song


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ceng San Jadi tertekan".
Apabiia ingin memecahkan ilmu pedang sebuah partai atau sebuah keluarga yang
terkenal, paling tidak harus memahami dulu s?cara keseluruhan itmu tersebut,
Kalau ditilik dari keadaan sekarang, beracti pihak mereka sudah mengadakan persiapan
sebelumnya. Hanya melalui pangamatan seorang ahli seperti Ci Leng Un, kemudian
merundingkennya bersama lalu menciptakan jurus panangkalnya, barulah ilmu
pedang keluarga Song dapat dipecahkan.
Hati Song Ceng San merasa cemas dan marah Baru saja dia ingin membuka mulut
membentak, tahu-tahu terdengar suara tertawa dingin dari mulut Cu Tian Cun.
"Cukup. Seratus jurus ilmu pedang keluarga Song ternyata hanya begitu sa]a!"
Tubuhnya berkelebat, tangan kirinya tiba-tiba terjulur keluar dan mencengkeram
ke arah pedang Song Bun Cun. Serangannya ini tampaknya hanya asal mencengkeram saja. Sama sekali tidak
terlihat kaistimewaan apa-apa. Tangan yang mendadak dijulurkan untuk mencengkaram
pedang malah membuat orang merasa orang ini tidak mengenal bahaya. Tetapi
kenyataannya gerakan Cu Tian Cun memang indah sekali.
Song Bun Cun yang sedang menikamkan pedangnya ke depan, melihat dia
mengulurkan tangan untuk mencengkeram padangnya. Sejak usia kecil dia sudah
melatih ilmu pedang. Tentu saja dia dapat melihat gerakan tangan lawan yang
aneh. Dan yang lebih aneh tagi pedangnya seperti menghampiri sendiri ke arah tangan Cu
Tian Cun. Hatinya terkesiap. Dia bermaksud merubah gerakan pedangnya tetapi sudah
tertambet. Ujung padangnya sudah ter|epit oleh dua ]ari telunjuk dan tengah Cu
Tian Cun. Dalam keadaan panik, tangan kanannya mengerahkan tenaga dan diputar.
Sedangkan telapak tangan kirinya segera mengirimkan sebuah pukulan yang
meluncur ka arah Cu Tian Cun yang sedang menerjang datang.
Dua jari tangan kiri Cu Tian Cun tetap menjepit ujung pedang. Kipas di tangan
kenannya mengipas perlahan. Wajahnya segera menyiratkan senyuman yang dingin.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan....
"Pergilahl". Tangan kanan diangkat ke atas dan mendorong ke depan. Tubuh Song Bun Cun
menjadi tidak seimbang. Orang berikut pedangnya melayang di udara kemudian
berjungktr balik satu kali lalu terdengar suara,.
"Bluk!" dan Song Bun Cun pun terhempas di atas tanah.
Cu Tian Cun tidak mengejarnya lebih lanjut, Bahkan dia tidak meliriknya sekilas
pun. Hanya kipasnya yang direntangkan di depan dada kemudian digerakkannya dengan
perlahan-lahan. "Siapa lagl yang bersedia memberikan petunjuk?" tanyanya dengan nada dingin dan
angkuh,. Dengan menopang Song Bun Cun berdiri perlahan-lahan, begitu malunya Song Ceng
San sampai selembar wajahnya merah padam. Song Ceng San segera menggapaikan
tangannya memberi isyarat agar dia mengundurkan diri.
Saat itu Clek Ban Cing yang sudah terpancjng kemarahannya segera melesat keluar
ke tengah lapangan dengan suara tertawa yang lantang.
"Biar orang she Ciek Yang saja yang mencoba jurusJurus mautmul" katanya dengan
nada yang keras. Dalam waktu yang hampir bersamaan, ada lagi seorang yang melesat keluar dari
rombongan para tamu agung Dia adalah Ciok Sam San dan Cong San pai.
"Ciek Congkoan harap tunggu sebentac. Hengte sudah lama ingin mengenal ilmu
hebat dari Kong Tong pai. Biar babak ini kau mengalah sa|a kepada hengte,
bagaimana?" tukasnya dengan lantang.
Belum lagi Ciek Ban Cing sempat menjawab, Cu Tian Cun sudah memperdengackan
suara tawa dingin. "Kalian berdua tidak perlu berebutan. Lebih baik turun tangan berdua sa|a!"
sindirnya dengan berani. Mata Ciok Sam San merah membara. Sei perti ada api yang berkobarkobar di
dalamnya. Dia tertawa terbahak-bahak.
"Saudara adalah Cong huhoat darl Tian Te kau. Apakah kau mengerti peraturan dan
tata krama dunia kangouw" Kau anggap manusia apa lohu ini'?".
Sikap Cu Tian Cun tetap tenang seperti tadi.
"Daiam setiap pertarungan memang hanya ada kalah atau menang. Semua ini
mengandalkan kepandaian yang dimilikt. Apebila tidak ada keyakinan penuh, apa
salahnya turun tangan bersama?".
Ciok Sam San benar-benar dibuatnya kesal sehingga wajahnya merah padam
menahan kegusaran. Dia tertawa seperti orang kalap. Dari belakang punggungnya
dia mencabut sebilah pedang yang bentuknya agak lebar. Ukurannya kira-kira empat
cun. Dan saat itu dia menudingkannya ke arah Cu Tian Cun.
"Bagus sekali Han irn lohu akan memberi petejaran untuk bocah sombong seperti
dirimu!" bentaknya dengan suara penuh emosi.
Kim ka sin Ciek Ban Cing melihat kemarahan Ciok Sam San benar-benar sudah tidak
terbendung lagi, sedangkan orang ini adalah angkatan tua Cong San pai yang sudah
termashyur, tentunya dia tidak enak hati untuk tetap berkeras merebut
pertarungan babak ini. Akhirnya dia terpaksa mengundurkan diri.
Cu Tian Cun mengerling sekilas kepada Ciok Sam San. Dia sengaja berdehem satu
kali. "Apakah kau tokoh Cong San pai yang mendapat julukan Kera sakti bermata emas?".
"Tidak salah. Memang lohu lah orangnya!" sahut Ciok Sam San.
"Tadi kau mengatakan bahwa kau akan memberi pelajaran kepada cayhe?" tanya Cu
Tian Cun kembali. "Betul Lohu memang mengatakan demikian!".
Cu Tian Cun menariknarik pakaiannya agar terlihat lebih rapi. Lagaknya sungguh
pongah. Kipasnya direntangkan di depan dada kemudian digerakgerakannya dengan
santai. Separti orang yang sedang menikmati pemandangan alam dan bukan sedang
menghadapi seorang musuh tangguh. Kemudian dengan gerak kemalasmalasan,
diamenunjuk ke arah Song Bun Cun dengan uJung kipasnya.
"Tadi karena cayhe ingin melihat ilmu pedang keluarga Sonc ing menggetarkan
kolong langit maka seriy |a bertanding dengan Song heng itu sebanyak tiga puluh tiga
setengah Jurus. Tiga puluh tiga setengah Jurus tepat sepertiga dari jumlah
keseluruhannya yang mencapai seratus jurus. Terhadap seratus jurus ilmu padang
keluarga Song ini, cayhe sempat merenung cukup lama...." Dia sengaja
menghentikan ucapannya seJenak, Ktpasnya diketukkan ka Jantung telapek tangan dengan
perlahanlahan. Kemudian melanjutkan lagi kata-katanya. "Tetapi menghadapl Ciong san ktam hoat,
cayhe Juga sudah lama mendengar kehebatannya. Kalau Saudara barmaksud
memberi pelajaran dengan ilmu pedang tersebut, rasanya masih belum tentu sanggup
melakukannya. Begini saja, kirakira berapa Jurus Saudara ini memberi pelajaran
kepada cayhe?". Kata-kata yang diucapkannya tentu saja dimengerti oleh para hadirin. Dia justru
bermaksud melihat kehebatan seratus jurus ilmu pedang keluarga Song maka baru
bergebrak dengan Song Bun Cun sebanyak tiga puluh tiga setengah jurus. Hal ini
berarti apabila benar-benar ingin bertarung saja dengan Song Bun Cun. tidak
perlu menunggu sampat sedemikian banyak jurus untuk mengalahkannya. Oleh karena itu
pula, sekarang dia menanyakan kepada Ciok Sam San. berapa jurus yang ingin
digunakannya untuk memberi palajaran kepadanya" Ucapan ini tidak diragukan lagi
kesombongannya. Apakah karena dia terlalu yakin dengan kepandaiannya sendiri
maka dia mengucapkan kata-kata seperti itu" Atau dibalik semua ini sudah
dipasang jebakan lainnya". "Bagaimana menurut pendapatmu sendiri?" Ciok Sam San membalikkan
pertanyaannya. Cu Tian Cun merenung sejenak.
"Sedemikian besarnya bumi ini, tapi belum pernah ada seorang pun yang dapat
melepaskan diri dalam sepuluh jurus ilmu pedang cayhe. Biar cayhe tetap
menggunakan klpas ini untuk menyambut sepuluhjurus pelajaran darimu!".
Belum pernah ada seorang pun yang dapat keluar dengan selamat dalam sepuluh
jurus ilmu pedangnya. Dan dia ingin melawan Ciok Sam San dengan sebatang kipas
di tangannya. Secara kasardia ingin mengatakan bahwa untuk melawan Ciok Sam San
sa]a dia masih belum perlu mengeluarkan pedangnya.
Sepasang mata Ciok Sam San terlihat menyorotkan sinaryang mengerikan Kalau bisa
dia ingin menelan orang muda ini hiduphidup. Tanpa terasa dia tertawa kalap.
"Tampaknya Saudara mempunyai keyakinan penuh?".
Cu Tian Cun tertawa dingin.
"Kalau kau bisa menyambut sepuluh jurus saja, maka hitunglah cayhe yang katah
datam pertarungan ini". Kemarahan Ciok Sam San hampir tidak terbendung. Tanpa dapat menahan diri lagi
dia bertanya.... "Setelah kau kalah, bagaimana kelanjutannya?".
Terdengar suara. "Trakkk!!!" Kipas Cu Tian Cun telah dibuka. Dia mengipasngipaskannya di depan
dada. Kemudian terlihat bibirnya mengulum senyuman datar.
"Cayhe sebagai Cong huhoat dari Tian Te kau mewakili perkumpulan ini untuk
meminta petunjuk dari katian. Tentu saja urusan hari ini diselesaikan
penentuannya oleh kekalahan ataupun kemenangan cayhe. Tadi Hu kaucu sudah berpesan, cayhe
harus meraih kefnenangan sampai hati kalian benar-benar merasa puas. Kalau pihak
cayhe kalah, berarti Tian Te kau juga yang kalah. ApabilaTian Te kau sampai
mengalami kekalahan, maka di dunia kangouw tidak akan ada tempat lagi bagi Tian
Te kau untuk berpijak!" katanya tegas.
Mendengar ucapannya itu, wajah setiap tamu yang hadir segera berubah hebat.
Biarpun anggota Tian Te kau sendiri, banyak Juga yang merasa ucapannya itu
terlalu tinggl. Dia terlalu mengagungkan dirinya sendiri.
Ciok Sam San langsung tertawa terbahak-bahak.
"Bagus! Meskipun lohu tidak mewakili kedelapan partai besar yang hadir di sini,
tetapi lohu tetap mewakili Ciong San pai. Hari ini dapat mendengar kata-kata yang
barusan Saudara ucapkan ini, dengan senang hati Lohu akan menerima sepuluh Jurus ilmumu
yang tinggi itu!". Cu Tian Cun segera mengangkat kipasnya ka atas.
"Silahkan!". Ciok Sam San mengulurkan pedangnya ke depan kemudian menggetarkannya.
Dengan wajah serius dia berkata,... "Dalam pedang lohu ini masih adapadang
lainnya. Harap Saudara berhati-hati!".
Cu Tian Cun tertawa datar.
"Saudara tidak perlu ragu, silahkan mulail".
Parahadirin yang mendengar ucapan Ciok Sam San, langsung timbul barbagai dugaan
dalam hati mereka. Entah apa yang dimaksudkannya dengan 'Dalam pedang masih
ada pedang lainnya"'.
Beberapa puluh tahun yang lalu parnah terjadi perselisihan antara Ciong San pai
dengan Kong Tong pai. Dalam pertarungan itu, Ciong San pai mengalami kekalahan
yang tragis. SeJak itu, Jarang ada murid Ciong San pai yang berkedmpung di dalam
dunia kangouw. Selama tiga puluh tahun ini, tentunya Ciong San pai tidak melupakan
kekalahan yang mereka alami. Mereka beriatih dengan giat. Kali ini kedatangan Ciok Sam San
menghadiri pertemuan tersebut, tentu sudah mempunyai keyakinan yang
besar. Kata-kata 'di daiam pedang masih ada pedang lainnya' tentu bukan hanya
ocehan gertak sambal belaka.
Tiba-tiba tubuh Ciok Sam San berkelebat.
"Baik, harap Saudara sambut serangan ini!" Tubuhnya melesat, lengannya mengulur
dengan pedang digatarkan lalu langsung menyerang ke arah dada lawan.
Bentuk tubuhnya kurus kecil, itulah sebabnya dia mendapat julukan Kera sakti.
Pedang yang digunakannyajustru mempunyai ukuran.
lebar separti tetapak tangan. Panjangnya kira-kira empat cun. Dengan tinggi
tubuhnya hampir tidak berbeda.
Saat itu pedangnya yang lebar sudah digerakkan. Meskipun jurus yang satu ini
tidak mengandung banyak perubahan, tetapi begitu pedang diluncurkan, panjangnya
mengejutkan dan cahayanya berkilauan. Pergelangan tangannya bagai seutas rantai
yang dihentakkan ke depan.
Hanya tampak pergelangan tangannya yang menJulur ke depan bagai seutas rantai.
Orangnya sendiri tldak kelihatan. Rupanya tubuh orang itu meluncur seiring
dengan gerakan pedangnya. Tubuhnya langsung diselimuti cahaya pedang yang berkilauan
Apalagi dia sedang melayang di tengah udara. Sinar pedang memijarmijar. Tubuhnya
yang kucus dan kecil langsung terselimuti sehingga tidak tampak lagi.
Para hadirin yang menyaksikan Jalannya pertarungan, memperhatikan dengan
seksama gerakannya. Mereka dapat merasakan kekuatan dari serangannya itu. Tanpa
terasa, mereka menganggukkan kepalanya secara diamdiam. Ciok Sam San sudah
hampir tiga puluh tahunan tidak terjun ke dunia kangouw. Ternyata ilmu silatnya
sudah mengatami kemajuan yang pesat.
Cu Tian Cun tidak menghindar ataupun memberi kesempatan. Kipas di tangan
kanannya mengibas ke atas, Timbul secarik bayangan kipas yang berbentuk
lingkaran. Sekali berkelebat langsung menyambut datangnya cahaya pedang Ciok Sam San.
Dengan sebatang kipas yang panjangnya hanya satu cun lebih, ternyata dia berani
menyambut serangan pedang Ciok Sam San yang lebar. Bahkan dia menyambutnya
dengan kekerasan. Cahaya pedang yang berkilauan dari pedang Ciok Sam San
demikian cepatnya. Sebentar saja sudah beradu dengan percik sinar darl kipas di
tangan Cu Tian Cun. Ciok Sam San hanya merasakan bahwa dari percikan sinar kipas Cu Tian Cun
terpancar segulungan arus tenaga yang tidak bersuara maupun berwuJud Kemudian
dengan keras membentur pedangnya sehingga terdorong ke belakang. Demikian
kerasnya sehingga timbul suara yang berdentangan darl tubuh pedangnya.
Selama tiga puluh tahun ini, Ciok Sam San tidak hentinya melatih Ctong San kiam
hoat, masih mending kalau senjata lawannya tidak membentur padangnya itu. Tetapi
kalau sekall beradu, makin keras makin baik. Sebab semakin keras tenaga benturan itu,
hati Ciok Sam San pun semakin senang,.
Hal ini disebabkan karena Ciong San ktamhoat barbeda dengan aliran Umu pedang
lainnya. Dalam ilmu pedang biasa, kita harus menyalurkan tenaga dalam dengan
menghimpun hawa murni dari tubuh kita senrfbaiuntuk mengisi kekuatan dalam
pedang SWa padang Ciong Sp.n kiamhoat justru menggunakan tenaga datam orang
lain yang membentur pedangnya. Dengan demikian dia seperti meminjam tenaga
lawannya untuk menghadapi lawan itu sendiri, Akibatnya separti senjata makan
tuan. Begitu merasakan kuatnya tenaga yang terpancar dari kipas Cu Tian Cun ketika
membentur pedangnya, diamdiam Ciok Sam; San tertawa dalam hati. Sepasang
kakinya segera menutul ka udara dengan bentuan tenaga pantulan dari kipas


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lawannya. Tubuhnya jungkir balik satu kali kamudian rnencelat balik dan
menerjang cepat ke arah Cu Tian Cun. Tepat pada saat itu juga pedang lebarnya segera dihunjamkan ke depan. Cahaya
pedang menimbulkan segumpal awan putih yang menebas kepala Cu Tian Cun.
Pedangnya belum sampai, namun cahayanya yang menimbulkan serangkum hawa
dingin telah menyelimuti sekitar tempat itu. Serangan ini bahkan membuat orang
merasa bahwa awan putih itu mengandung hawa pembunuhan yang tebal.
Jurus ini bernama Awan kelabu menuju atap rumah, jurus yang paling maut dari
Ciong San kiamhoat. Bahkan Bulim toalo Song Ceng San sampai mengawasinya
dengan tidak berkedip. Seakan takut kahilangan kesempatan itu. Dia mengelus-elus
jenggotnya dan menganggukkan kepalanya berkali-kali.
Sementara itu, Cu Tian Cun masih berdirj tegak dengan kipas direntangkan di
depan dada Seperti juga yang lainnya, dia juga ikut menatap datangnya serangan pedang
Ciok Sam San yang sudah hampir mencapai sasarannya. Tampaknya dia separti tidak
merasakan apa-apa dan tidak mengadakan parsiapan sama sekali.
Sampai cahaya pedang hanya tinggal satu cun menekan di atas kepalanya, kipasnya
baru diangkat ke atas seiring dengan tubuhnya yang bergerak ringan dan memutar
bagai seekor ular yang sedang melilit. Sekejap kemudian dia sudah mencelat ke
samping. Ketjka tubuhnya berputar, yang terlihat hanya secank sinar kipas yang membentuk
bayangan. Kemudian pergelangan tangannya yang diangkat ke atas tegak lurus bagai
sebuah pagoda yang tidak bergeming meskipun diterpa hujan badai. Segulung cahaya pedang
menekan dari atas ke bawah, secara perlahan-lahan semakin melorot dan
sesaat kemudian terdengar suara dentangan yang bartubitubi serta memekakkan
telinga Paling tidak suara tadi terdengar sebanyak tujuh delapan kali.
Hal ini membuktikan bahwa meskipun jurus Awan kelabu menutupi atap rumahyang
dijalankan oleh Ciok Sam San ini terdiri dari satu Jurus, tetapi secara
berturut-turut dapat melancarkan tujuh delapan serangan. Tetapi semuanya dapat disambut oleh Cu
Tian Cun dengan baik. Awan putih yang timbul dari pedang Ciok Sam San dan bayangan kipas sirna
seketika. Serangan Ciok Sam San yang pertama kali mengalami kagagalan, tubuhnya
yang sedang melorot turun berjarak kurang dari satu depa dengan tanah. Pada saat
dentangan kedelapan kalinya terdengar, tahu-tahu tubuhnya sudah melayang lagi ke
atas. Pedang lebarnya mengeluarkan cahaya seperti pelangi seiring dengan gerakan
tubuhnya. Dia kembah menyerang dengan gencar.
Karena kali ini padangnya sudah beradu dengan kipas Cu Tian Cun sebanyak delapan
kali, pantLilan tenaganya otomatis jauh lebih kuat. Tubuh diri pedang melesat ke atas
setinggi lima depa Bahkan timbu! cahaya yang lebih terang dari sebelumnya. Tiba-
tiba tubuhnya yang sedang melayang di udara itu memutar dan dengan pedang di
muka, orangnya di belakang, dia menikam dari atas ke bawah.
Meskipun jurus ini tidak mengandung perubahan, tetapi secarik sinar pedang dari
ketinggian lima depa menusuk ke bawah bagai gunung berapi yang meletus. Juga
laksana air bah yang mengalir dengan deras dari sungai Huang Ho. Begitu
dahsyatnya serangan yang satu ini, malah jauh lebih hebat dari jurus Awan kelabu menutupi
atap rumah yang sebelumnya. Temyata Ciong San kiamhoat mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan
ilmu pedang tujuh partai besar lainnya!.
Tampang Cu Tian Cun tadinya gagah serta berwibawa. Seakan tidak menaruh
perhatian sama sekali. Namun saat ini tiba-tiba saja wajahnya menjadi serius dan
berkonsentrasi penuh. Dia sendiri merasakan apabila ingin menghadapi pedang
tebar Ciok Sam San ini dengan sebatang kipas di tangannya, bukan hal yang mudah.
Sebelumnya dia terlalu memandang remeh lawannya itu.
Tetapi, biar bagaimanapun, tidak terlihat setitik pun ketakutan di wajahnya.
Kipasnya masih direntangkan di depan dada. matanya menatap datangnya serangan lawan
lekatlekat. Tubuhnya berdiri tegak tidak bergeming sedikitpun,.
Para hadirin yang menyaksikan pertarungan itu tantu dapat metihat Cu Tian Cun
yang berdiri tegak sambil merentangkan kipasnya di depan dada. Oia seperti
sedang termenung memikirkan cara untuk menyambut serangan lawannya. Pada dasarnya,
serangan Ciok Sam San kali inf sangat hebat. Biar dfIJhat dari sudut mana pun,
susah menemukan kelemahannya. Entah bagaimana cara Cu Tian Cun menyambut jurus
Naga langit mencarj tempat persembunyian dah Ciok Sam San ini".
Dapat dibayangken sampai dl mana kecepatan kelebatan cahaya yang tarpancar dari
pedang Ciok Sam San ini! Justru ketika tubuhnya meluncurturun dari ketinggian
lima depa mencapai tiga depa, tidak ada seorang pun yang melihat bagaimana cara kaki Cu
Tian Cun melesat meninggalken tanah dan orang itu mendadak sudah melayang ke
atas dengan posisi tubuh seperti semula,.
Yang satu merupakan sekilas sinar yang menghunjam ke bawah sedangkan yang
lainnya mengandalkan posisi tubuh yang tegak lurus mencelat ke atas. Keduanya
bartemu pada jarak dua depa di atas tanah. Cu Tian Cun menghindarkan diri dari
hunjaman pedang yang sedang menusuk ke bawah dan menunggu sampai tubuh
mereka hampir saling beradu. Tiba-tiba kipasnya bagai seutas rantai yang
disapukan ke arah sinar pedang yang berkitauan,.
Dalam jurus yang satu ini, pedang dan kipas tanpa dapat ditahan lagi beradu di
uda' ra. Terdengarlah suara benturan yang memecahkan kesunyian yang mencekam Dua
sosok bayangan tergetar sampai mental ke kiri dan kanan Tepat pada saat itulah,
para hadirin melihat titik-titik sinar dingin memercik dari cahaya pedang Ciok Sam
San yang lebar. Tadinya para hadirin masih mengira bahwa titiktitik sinar itu merupakan
bungabunga api yang tlmbul akibat benturan pedang dan kipas yang keras. Tetapi setelah
dlperhatikan dengan seksama, rupanya titiktitik sinar itu merupakan lima batang
pedang pendek yang mengeluarkan sinar berkilauan dan langsung meluncur ke arah
tubuh Cu Tian Cun. Tepat pada saat itu, para hadirin langsung mengerti apa yang dimaksudkan oleh
Ciok Sam San dengan di dalam pedang masih ada pedang lainnya.
Kedua orang itu mendapat getaran di tengah udara dalam waktu yang bersamaan.
Bahkan tubuh mereka sampai terpental. Boleh dikatakan, menggunakan peluang
ketika kekuatan tenaga mulai melemah ialu meluncurkan kelima batang pedang
pendek Itu menyerang tawan merupakan saat yang paling tepat.
Tubuh Cu Tiang Cun sedang terpental.
karena getaran benturan tadi, matanya melihat lima titik sinar sedang meluncur
ke arahnya Kipasnya langsung dibuka dan dikibaskan SenJatanya yang satu ini memang
khusus untuk menangkis serangan am gi (senJata rahasia).
Tetapi sialnya saat itu tubuhnya sedang melayang di udara Sedangkan pedang lebar
Ciok Sam San masih mengancamnya. Apabila dia menggerakkan kipasnya untuk
menangkis serangan senjata rahasia, maka dia tidak keburu menghindarkan diri dan
serangan pedang lawan. Akhirnya dia mengulurkan tangan kinnya ke atas dan
menyapu ketima batang pedang kecil tadi dengan ujung lengan bajunya.
Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang singkat. Ciok Sam San yang baru saja
menyambitkan lima batang pedang pendek, langsung merasa kepalanya pusing tujuh
keliling. Padahal saat itu, tubuhnya sedang melayang di udara. Hawa murninya
tidak dapat dihimpun. Oengan kepala di bawah dan kaki di atas, dari ketinggian kurang
lebih dua depaan, Ciok Sam San tarhempas jatuh, Terdengarlah suara.
"Blukkki" yang cukup keras.
Tepat pada saat itu juga, Cu Tlan Cun melayang turun di atas tanah, Kettka dia
menundukkan kepalanya, dia melihat ujung lengan baju kirinya sudah tardapat tima
buah lubang kecil akibat tusukan pisau yang disambit oleh Ciok Sam San. Wajahnya yang
tampan langsung berubah hebat. Baru saja dia hendak melancarkan serangan kembeli, dia melihat Clok Sam San yang
terjatuh di atas tanah seperti tidak sanggup bangun lagl. Hatinya merasa aneh.
Gerakan kipasnya terhenti seketika. Dia memperlihatkan tawanya yang dingln.
"Kenapa kau?". Tepat pada saat Jtu, orang-orang dari delapan partai basar Juga melihat tingkah
laku Ciok Sam San yang aneh. Tampaknya gerak gerik orang itu kurang wajar. Ciek Ban
Cing dan Wi Ting slntiau merupakan orang-orang yang berada paling dekat
dengannya. Kedua orang itu segera menghambur kaluar dan memapah bangun Ciok
Sam San. Dalam waktuyang bersamaan mereka melihat sinar keemasan terpancar darl dalam
lengan ba|U kihnya. Ternyata di sana terdapat lima batang pisau pandek separti
yang disambitkannya kepada Cu Tian Cun tadi. Apabila di tengah udara tadi dia tidak
merasakan kelainan pada hawa murni di tubuhnya, kelima batang pisau keol ini
pasti dapat merobohkan lawannya dengan telak.
"Ciok taihiap, apakah kau terluka?" tanya CJek Ban Cing panik.
Ciok Sam San dibtmbing bangun oleh kedua orang itu. Dia berusaha menggerakkan
seluruh anggota tubuhnya, tetapi rasanya tidak ada yang nyeri atau pun sakit.
Hatinya diamdiam merasa aneh. "Heran, tubuh hengte tampaknya tidak mengalami luka apa pun.".
"Lalu bagaimana Ciok heng bisa tarjatuh dari atas?" tanya Beng Ta Jin.
"Hengte tadi baru saja menyambitkan lima batang pisau terbang. Tiba-tiba kepela
terasa pusing tujuh keliling. Ketika mencoba menghimpun hawa murni untuk
mempertahankan diri, ternyata tidak bisa. Dengan demikian tubuh terus metuncur
turun dan terjatuh ke bawah Kejadian semacam ini beium pernah hengte alami
sebelumnya," sahut Ciok Sam San.
Diamdiam timbul rasa curiga dalam hati Beng Ta JJn. llmu yang dilatih o[eh murid
Ciong San pai memang ada semacam yang merupakan melemparkan pisau terbang
dan udara. Meskipun berada di ketinggian lima enam depa sekalipun, asal hawa
murni dihimpun, gerakan tubuh pun dapat diimbangkan sesuka hati Sedangkan bagi Ciok
Sam San yangsudah melatih ilmu iniselamatiga puluh tahunan, tidakmungkm akan
terjadi kesalahan apalagi kegagalan Kecuaii kalau dia dibokong musuh. Tetapi
mereka semua tidak melihat Cu Tlan Cun melakukan serangan apa-apa. Hatinya jadi
tergerak seketika Cepatcepat dia menoleh kembafi kepada Ciok Sam San dan berkata
dengan suara rendah. "Coba Ciok heng himpun hawa murni sekall lagi. Apakah ada sesuatu yang dirasakan
tidak waJar?". Ciok Sam San Juga jego tua yang sudah lama barkecimpung di dunia kangouw.
Pengalamannya sudah luas sekali. Kalau membayangkan dirinya sendiri yang sudah
melatih ilmu pedang ini selama puluhan tahun, tidak mungkin dia terJatuh dari
udara seperti anak kecil yang baru mulal latihan. Selama ini dia belum pernah menemui
kejadlan seperti itu. Mendengar ucapan Beng Ta jin, hatinya jadi tercekat. Cepatcepat dia mengikuti
permintaan rekannya dan memejamkan matanya untuk menghimpun hawa murni. Dia
berusaha menemukan kelainan pada dirinya. Ternyata begitu dia menghimpun
hawa'murni untuk dialirkan ke seluruh tubuh, dia segera merasakan hawa murrn itu
terkadang ada dan terkadang menghilang Ada kalanya dia merasa agak susah
bernafas seperti orang sesak. Tetapi selain ftu dia tidak merasakan apa-apa tagi.
Beng Ta Jin menunggu sampai dia membuka matanya kembali baru mengajukan
pertanyaan. "Apa yang Ciok heng rasakan?".
Alis Ciok Sam San tampak berkerut-kerut.
"Benarbanar mengherankan. Hengte merasa hawa murnt dl datam tubuh ini
terkadang ada dan terkadang tidak. Di an^ara ada dan tidak itu hawa murni terasa
sedikitsedlkit membuyar. Hal inl belum pernah tarjadi pada diri hengte selama
puluhan tahun ini.".
Beng Tajin langsung mengeluarkan suara keluhan. Wajahnya menjadi kelam
seketika. "Cuwi totiang cepat-cepet himpun hawa murni dalam tubuh. Coba lihat apakah ada
tarasa kelainan pada diri sendiri. Tetapi jangan sampai membuat pihak lawan menjadi
curiga." katanya dengan nada berbisik.
Mendengar ucapannya yang serius, para hadirin yang lain segera menghimpun hawa
murni mereka secara diamdiam. Tetapi mereka tidak merasakan sesuatu yang tidak
wajar. Ciok Sam San menarik nafas panjang.
"Mungkin hengte memang sudah tua.".
"Kemungkinan ketika Ciok Heng berada di udara dan menyambitkan pisau terbang
dengan emosi yang meluapluap sehingga untuk sesaat hawa murni jadi tidak
terhimpun dengan lancar," sahut Beng Ta jln.
"Tia, ketika anak menghimpun hawa murnl barusan, anakjuga merasaken hawa murni
di dalam tubuh ini buyar sedikit demi sedikit," terdengar Song Bun Cun mengatakan kepada
ayahnya. Song Ceng San agak terkejut mendengar keterangan anaknya.
"Bisa begitu?".
Ciok heng dan Song sau heng berdua, sama-sama sudah bergebrak dengan Cu Tian
Cun Sekarang mereka sama-sama merasakan hawa murni di dalam tubuh buyar
sedikit demi sedikit Apakah di balik semua ini ada hal yang aneh" Pikir Beng Ta
jin dalam hatinya. Cu Tian Cun yang melihat pihak lawan tidak menjawab pertanyaan, tetapi malah
berbicaradengan bisikbisiksekarang menggerakkan kipasnya di depan dada dan
menunggu sejenak lagi. Namun dari pihak lawan tetap tidak ada orang yang keluar
menyambutnya. Hatinya mulai merasa tidak sabar.
"Hei! Apakah perundingan kalian sudah selesai" Siapa sebetulnya yang ingin
rnenjadi lawan orang she Cu Jni?" teriaknya kesal.
Ciang bunjin dari Pat Kua bun, Kwek Si Hong segera mengeiuarkan pedang panjang.
Dia melangkah ke tengah arena dengan perlahan-lahan.
"Plnto tidak mengukur kekuatan sendiri dan ingin mencoba beberapa jurus ilmu
Cong huhoat yang tinggi," katanya.
Karena pihak lawan yang tampil kali ini adala.h seorang Ciang bunjin, Cu Tian
Cun tidak enak hati menghadapinya dengan sebatang kipas. Oleh karena itu, dia "^egera
menutup kembali kipasnya kemudian menyelipkannya ke pinggang. Dia langsung
meng^iunus pedang panjangnya kemudian menjura dalam-dalam.
"Apabila Kwek totiang bersedia memberikan petunjuk, cayhetentu akan menemani
dengan senang hati," sahutnya.
Pedangnya yang panjang langsung digetarkan. Terdengar suara.
"Serrr'" cahaya hijau pun tampak dan pedang tersebut. Tanpa perlu diragukan


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi, senjata yang digunakannya inj pasti merupakan sebatang pedang pusaka.
"Totiang, silakan.".
Kata-kata yang diucapkannya sangat sungkan, tetapi mimik wajahnya begitu dingin.
Penampilannya tetap gagah. Kwek Si Hong menatapnya lekat-lekat. Diamdiam dia
menarik nafas panjang. Usia orang ini masih muda sekati. Pasti belum ada tiga puluh tahunan, Namun ilmu
yang dimilikinya sudah demikian tinggi kalau dlpikirkan, dia termasuk generasi muda
yang mempunyai bakat gemilang dan pasti bisa menonjolkan diri kelak, Sayangnya
dia tidak masul' dalam allran lurus, malah bergabung dengan Kong Tong pai. Bukan
saja dia menjadi tulang punggung mereka hari ini, tetapi juga merupakan bibit
bencana di kelak kemudian hari, Tampaknya orang ini tidak boleh dibiarkan hidup
Dia pesti akan merajatela nantinya. Lebih baik dienyahkan dari sekarang jugal
kata Kwek Si hong dalam hatinya. Usia orang tua ini sudah di atas tujuh puluhan. Baik rambut maupun jenggotnya
sudah memutjh. Saat itu dia berdiri tegak dengan pedang di tangan. Karena
pikirannya tergerak untuk membasmi bibit bencana bagi dunia Bulim, tanpa sadar sepasang
matanya mengilaukan cahaya seperti kilat. Dia menatap lekatiekat pada diri Cu
Tian Cun dengan pandangan menusuk,.
Cu Tian Cun melihat Kwek Si Hong terus menatap dirinya. Pedangnya masih belum
dihunus, tetapi sinar matanya telah menyiratkan hawa pembunuhan yang tebal.
Hatinya diamdiam menJadi terkesiap.
"Hawa pembunuhan pada dfri totiang ini tebal sekali", Diamdiam dia berpikir. Di
luarnya dia tidak menunjukkan perasaan apa-apa. Tangannya dirangkapkan dan
menJura sekali lagi. "Totiang sudah boleh mulai sekarang!".
Kwek Si Hong segera melintangkan pedangnya di depan dada. Sebelah tangannya
membuat tanda penghormatan.
"Siancai! Siancai! Pinto terpaksa berlaku lancang.".
Kaki kirinya bertindak setengah langkah. pedang panjang di tangan kanannya
segera dikibaskan ke udara. Terdengar suara berdesir yang terbit dari getaran pedang
tersebut. Tiga larik cahaya segera terlihat, dengan gerakan lurus pedang itu
terus menghunjam ke depan. Serangannya ini merupakan salah satu jurus ilmu Pat Kua kiamhoat yang bernama
Tiga berantai. Gerak pembukaannya sudah demikian hebat, hal inl membuktikan
bahwa ilmu pedang yang dikuasai orang tua ini tidak dapat dianggap remeh.
Tiga larik sinar yang terbit dari pedangnya Ini bukan hanya mengandung enam
puluh empat perubahan, tetapi suara yang berdesirdesir dari getaran pedang itu pun dapat
membuat perasaan orang menggigil sampai ke tulang sumsum dan jarak beberapa
cun. Tangan Cu Tian Cun memegang Ceng pengkiam alias Pedang hijau yang
digunakannya Kaki kirinya juga menindak ke depan setengah langkah, kemudian
tibatiba memutar. Gerakannya indah, dengan mudah dia sudah berhasil mengelakkan diri dan
serangan Kwek Si Hong yang menimbulkan tiga larik sinar itu. Matanya menatap ke
sebelah kanan Dalam waktu yang bersamaan, tangan kinnya juga menjulur keluar
ke arah kanan. Juluran tangannya ini tampaknya ringan saja, tetapi sebenarnya mengandung
kekuatan dan kecepatan yang tidak terkirakan. Serangan itu langsung meluncur ke
bagian depan tubuh Kwek Si Hong.
Sebetutnya gerakan tangan kirinya yang mengarah ke sebefah kanan ini hanya
gertakan saja Begitu sampai di depan dada Kwek Si Hong, tenaganya sudah buyar.
Jurusnya pun diganti lagi, Seiring dengan gerakan tubuhnya, pedangnya diangkat
ke atas, lalu tubuhnya berputar sekali lagi dan tampaklah sekumpulan cahaya yang juga
memancarkan hawa dingin. Sasarannya lagilagi dada Kwek Si Hong.
Tentu saja Kwek Si Hong tidak menyangka dia akan menyerang lagi tempat yang
sama. Tipuannya ini sangat bagus. Kalau tokoh kangouw biasa saja pasti tidak
bisa menghindarkan diri lagi Tentu dengan telak pedangnya akan menikam ke dada.
Tadi Kwek Si Hong sudah menyaksikan pertarungan antara orang ini dengan Song
Bun Cun. Lalu dia bertarung lagi dengan Ciok Sam San. Dia tahu gerakan yang
dllakukan Cu Tian Cun selalu mengandung perubahan yang mengejutkan, Karena
sejak permulaan dia sudah mempersiapkan diri, padang panjangnya segera
digetarkan, Secara berturutturut beberapa titik sinar memijar. Jurus yang digunakannya
adalah Meninggalkan jejak di tanah. Dua lahk cahaya yang timbul dari pedang dengan
tepat menahan serangan lawan. Dua titik sinar yang lain terus meluncur ke arah dua
urat nadi penting di tubuh Cu Tian Cun.
Cu Tian Cun tidak menyangka Kwek Si Hong yang sedang menangkis serangan
pedangnya masih dapat memencarkan titik kekuatan yang timbul dari pedangnya
untuk menotok jalan darahnya. Mulutnya mengeluarkan suara tawa dingin. Tubuhnya
melesat dan pedang Ceng pengkiamnya langsung ditusukkan ke depan.
Tiba-tiba cahaya pedang menjadi sirna. Kemudian berubah menjadi titiktitik
bintang yang berkilauan. Pergelangan tangan Cu Tian Cun bagai ranting pohon yang
melambailambai. Gerakannya seperti orang yang sedang menari Tetapi dan
pedangnya timbul titiktitlk yang jumlahnya mungkin mencapai ratusan.
Kwek Si Hong juga tidak memperdutikannya. Hanya tangannya yang terus
menggerakkan pedang, kakinya terus bertindak maju.
Cahaya yang timbul dari pedangnya memenuhi sekitar tempat itu kemudian terlihat
berkelebat dari kiri ke kanan Tubuhnya juga mengikuti gerakan kakinya, orang
yang tidak paham tentu mengira dirinya sedang melakukan upacara pengusiran setan.
Rupanya selama berpuluh tahun ini Kwek Si Hong melatih ilmu pedang yang
mengikuti unsur Pat kua. Pada dasarnya langkah Pat kua memang merupakan ajaran
tentang Im dan Yang seperti yang biasa digunakan untuk upacaraupacara ntual
untuk meminta hujan di musim kemarau, pengusiran rohroh Jahat yang mengganggu dan
sebagainya. Tentu saja ilmu yang dipelajan Kwek Si Hong bukan jenis ilmu itu. Tetapi ilmu
pedangnyalah yang mengandung langkah Pat kua Tadi mereka berdua menggerakkan
pedang masing-masing untuk menangkis dan menyerang. Sekarang ini Kwek Si Hong
hanya mengulurkan pedangnya dan menggerakkan kakinya. Tetapi keanehannyajustru
terietak di sini. Dia seperti terus berputar pada posisi segi delapan itu.
Hujan titik sinar yang keluar dari pedang Cu Tian Cun seperti tidak berhasii
menemukan sasarannya. Dia seperti kehilangan musuhnya secara tibatfba. Padahal
mata Cu Tian Cun masih dapat melihat Kwek Sl Hong yang tarus berputaran. Dalam
waktu yang singkat, titik-titik yang timbul itu sirna dengan perlahan-lahan.
Perlu diketahui bahwa ratusan titlk-titik seperti bintang yang terpancar dari
padang Cu Tian Cun tentu saja merupakan fantasi saja, Sedangkan titik pusat hanya ada
satu. Dan tltik pusat ini terselimut dalam bayangan titik-titik yang merupakan fantasi
tadi. Hal ini membuat lawan sulit menentukan mana yang benar-benar mecupakan Ujung
pedang yang sedang mengancamnya. Semua titik ini bagai nyata tetapi seperti juga
tipuan. Dengan demikian perasaan lawannya jadi mendugaduga. Pada saat musuh
lengah itulah, titik pusat tersebut akan menyerang dengan kecepatan tinggi dan
tentunya sulit dihindari lagi.
Tentu saja ketika Kwek Si Hong mengerahkan Pat Kua kiamhoat, Cu Tian Cun
segera menyerangnya dengan titik pusat tersebut. Tetapi serangannya ini
mengalami kegagalan. Orang tuar hanya mellhat titik-titik seperti bintang jatuh, tidak
sempat mellhat bagaimana dia menusukkan pedangnya. Itulah sebabnya mereka hanya
melihat titiktkik itu sirna dengan perlahan-lahan dan sama sekali tidak tahu
kalau Cu Tian Cun sudah menyerang dan ternyata gagal.
Kwek Si Hong sama sekali tldak memperdulikan hujan titik-titik yang memenuhi
sekitar tempat itu la juga tak memperdulikan titik-titik yang kemudian sirna
itu. Dia masih terus melangkah mengitari unsur Pat kua. Pedang di tangannya juga terus
digerakkan. Selarik demi selarik cahaya pedang berkelebat semakin lama semakin
cepat. Tubuhnya yang terus memutar itu juga bergerak semakin cepat.
Dia hanya menggunakan sebatang pedang. Tentu saja dia tidak bisa membuat
janngan bayangan dari pedang itu pada ukuran satu depa di sekelilingnya. Tetapi
karena langkah kakinya terus mengikuti unsur Pat kua, maka cahaya pedangnya
terus berkelebat. Terkadang muncul di sebelah timur, terkadang pula muncul di sebelah
barat. Dengan kecepatan seperii kilat dan bayangan yang kadang timbul, terkadang
menghilang. Cu Tian Cun berdiri di tengahtengah. Dia seperti egak terkesima. Terangterangan
Kwek Si Hong beijalan melewati sampingnya. Dia sepertl merasakan seperti juga
tidak. Dia terus memperhatikan bayangan pedang yang kadang ada dan kadang
menghilang. Lama sekali dia tidak melakukan gerakan apa-apa. Kirakira
sepemirruman teh telah berlalu Tiba-tiba mulut meraung keras dan pedang
panjangnya diulurkan lalu menerjang ke dalam bayangan pedang Kwek Si Hong yang
berkilauan. Sebetulnya gerakan pedang Kwe Si Hong Jni memantulkan cahayayang berkilauan.
Tetapi begitu cahaya ttu timbul, Kwek Si Hong sendiri sudah menggeser ke arah
lain. Sekarang Cu Tian Cun justru menerjang ke arah bayangan pedangnya. Tentu saja
serangannya ini akan mengalami kegagalan.
Kelika serangannya tidak mencapai sasaran, Cu Tian Cun mana sudi membiarkan
saja. Pergelangan tangan kanannya segera digerakkan, secara berturutturut dia
mengeluarkan serangan sebanyak tujuh delapan kali.
Namun Cu Tian Cun mengulangi kesalahan yang sama Tujuh delapan kali
serangannya ini terus diluncurkan ke arah bayangan pedang Kwek Si Hong. Ketika
pedangnya mencapi pantulan bayangan itu, kambali tubuh Kwek Si Hong sudah
berganti arah ke posisi yang lain. Maka serangannya kali ini pun tldak
berhasil,. Rupanya inilah kaistimewaan dari Pat kua kiamhoat. Rumus ilmu padang Pat Kua
kiamhoat ini memang mengandung keanehan yang membuat lawannya terkejut dan
bingung. Apabila Iwekang seseorang yang menjadi lawannya kurang tinggi, lama
kelamaan dia sendiri bingung menentukan mana lawan dan mana dirinya sendiri.
Sehingga tidak jarang yang akhirnya berakibat senjata makan tuan.
Asalkan orang sudah tertarik oleh pesona gerakan Pat kuanya, maka ia seperti
memasuki barisan Pat Ceng tu yang ada jaman dahulu diciptakan oleh Cui Kek
Liang, si manusiajenius. Orang tak dapat lagi menentukan mana timur, barat, selatan atau
utara. Perhatian tidak dapat dipusatkan dengan kasadaran penuh dan ia bisa terjebak di
dalamnya. Meskipun orang luar yang berdiri sebagai penonton dapat melihat semuanya dengan
Jelas, Cu Tlan Cun malah dibuat terpesona oleh cahaya pedang yang
berpindahpindah, Dia sama sekali tidak dapat menentukan lagi dl mana Kwek Si
Hong berada. Matanya separti berkunangkunang. Yang terlihat olehnya hanya cahaya
pedang yang kadang timbul dan terkadang menghilang begitu saja.
Selama tiga puluh tehun tarakhir ini, Kong Tong pai telah msmusatkan segafa
perhatian dan bekerja keras guna memecahkan ilmu pedang dari berbagai partai
besar yang terdapat di Bu lim. Boleh dibilang usaha mereka ini tidak sia-sia. Hampir
seluruh aliran ilmu pedang di dunia ini telah berhasil mereka selidiki dengan
teliti bahkan mereka juga telah menciptakan berbagai ilmu untuk memecahkannya.
Tetapi ilmu pedang Kwek Si Hong kelewat aneh. llmu Pat Kua kiamhoat yang
dikerahkannya dengan ilmu Pat Kua kiamhoat yang asli memang mempunyai aliran
yang sama. Tetapi setiap jurusnya sudah mengalami banyak perubehan di sana sini
sehingga jauh berbeda dengan Pat Kua kiamhoat yang dulu. Oleh.karena itu,
meskipun Cu Tian Cun sudah mempelajari semacam ilmu yang dapat memecahkan
Pat Kua kiamhoat, namun dia tetap menemui kesulitan dalam unsur Pat kua ini.
Tetapi, biar bagaimana pun Cu Tian Cun adalah ahli waris Ci Sancu yang berilmu
tinggi. Setelah delapan kali serangannya mengalami kagagalan, hatinya langsung
tersentak. Suatu ingatan melintas di benaknya.
Tadi dia pernah mengatakan, apabila ada orang yang sanggup menyambut sepuluh
kali serangannya, maka terhitung dia yang kalah dalam pertarungan tersebut.
Sedangkan dia sudah mempertaruhkan nama Tian Te kau atas kepandaiannya sendiri,
Apabila dia mengalami kekalahan, maka berarti Tian Te kau juga sudah kalah.
Barusan dia sudah melancarkan serangan sebanyak delapan kali. Kalau ditambah
lagi dengan serangannya yang pertama, berarti semuanya sudah berjumlah sembilan kali
serangan. Sekali ini apabila dia gagal lagi. bukankah berarti Kwek Si Hong sudah
dapat menyambut sepuluh kali serangannya seperti yang diumbarkannya sendiri tadi".
Sekarang perasaan Cu Tian Cun menjadi panik sekaligus marah. Tiba-tiba kepalanya
mendongak ke atas dan dari mulutnya berkumandang suara siulan yang panjang.
Pedang Ceng Pengkiamnya digerakkan ke atas. Secarik sinar hijau mendadak
meliukliuk bagai naga sakti yang bergerak di angkasa. Dalam sekejap mata dia
sudah berhasil meloloskan diri dari pesona Pat kua kiamceng tersebut.
Kakinya pun dihentakkan dan tubuhnya melesat setinggi tiga depa. Melayang ke
atas mernang merupakan cara yang paling tepat untuk memecahkan kelemahan Pat Kua
kiamhoat. Hal ini tentu Jarang dikatahui lawan lainnya karena mereka telah
terjerat dalam pengaruh bayangan pedang itu sendiri.
Tubuh Cu Tian Cun yang sedang melayang di udara diiringi suara siulan yang
panjang. Pedang Ceng Pengkiamnya pun bergerak di angkasa. Dalam waktu yang
singkat, cahaya kehijauan memijar. Dalam sekejap mata berubah menjadi sembilan
larik sinar. Setiap sinar pedang menyelimuti pergelangan tangan Cu Tian Cun
sehingga tidak terlihat lagi. Cahayanya yang kehijauan seperti mengandung hawa
kekejian yang dalam. Bagai seutas rantai panjang meluncur ke arah kepala si Kwek
Si Hong. Melihat keadaan yang sedang berlangung, hati Song Cong San menjadi tercekat.
"Fun kuang kiamhoat (llmu pedang memencarkan cahaya)!" serunya dalam hati.
Serangan Cu Tian Cun ini, kecuali Song Ceng San yang mengenalinya sebagai Fun
kuan kiamhoat, orang yang lainnya melihat pun tidak pernah. Tidak salah! llmu
yang dijalankan oleh Cu Tian Cun kali ini memang Fun kuang kiam hoat. Sedangkan jurus
yang digunakannya adalah Kiu liong kicuj atau Sembilan naga menyedot air. llmu ini
merupakan ciptaan Ci Sancu dan Kong Tong sihao yang perumusannya memakan
waktu hampir sepuluh tahun.
Kegunaan ilmu ini memang khusus untuk menghadapi ilmu pedang yang aneh dari
Pat Kua kiamhoat. Dalam satu jurus terdapat sembilan kali serangan. Delapan
sinar di antaranya adalah untuk memecahkan pengaruh dari langkah Pat Kua bun, sedangkan
titik sinar yang satunya iagi merupakan inti dari ilmu itu yang khusus didptakan
untuk menghadapi Pat Kua kiamhoat.
Coba bayangkan, apabila ilmu sakti darj Pat Kua kiamhoat ini kehilangan


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekuatannya, maka titik sinar yang terakhir itu, bukankah bisa segera merenggut
nyawa" Kwek Sj Hong yang melihat tubuh Cu Tian Cun sedang melesat ke udara dan
dapat meloloskan diri dari pengaruh langkah Pat kuanya, diam-diam merasa hatinya
tercekat!. "Rupanya orang ini benar-benar lawan yana tangguh!" Pikirnya dalam hati. M?
Tepat pada saaf itu dia melihat sembilan larik sinar memijar dari pedang Cu Tian Cun dan
terus meluncur ke bawah. Sebagai orang yang sudah berpengalaman, dia segera sadar
bahwa iurus yang digunakan orang ini memang khusus untuk memecahkan Pat Kua
kiamhoatnya. Hatinya semakin tercekat.
Sementara itu salah satu titik sinar yang sedang meluncur itu memang khusus
ditujukan kepada dirinya. Tetapi saat itu dia sudah tidak mempunyai banyak waktu
untuk merenungkan ha| ini. Mulutnya mengeluarkan suara raungan yang keras.
Pedang panjangnya langsung digerakkan ke atasdan menyambut serangan Cu Tian
Cun. Dengan mengandalkan selarik sinar pedang untuk melawan sembilan larik sinar yang
terpancar dari pedang lawan, biar dihhtung bagaimana pun, sedikit sekali
kemungkinannya untuk meraih kemenangan. Rumus ini tentu saja disadari sekati
oleh Kwek Si Hong. Justru yang membuat pikirannya teri ganggu adalah dari sembilan
titik sinar yang terpancar dari pedang pihak lawan, hanya satu yang merupakan
titik inti yang mematiKan. Meskipun titik sinar yang pertama sudah nnenekan dan atas
ke bawah, tapi tenaga dalamnya masih dapat menanggulangi masalah ini.
Tetapi ternyata dugaannya salah. Sembilan titik sinar yang terpancar dari pedang
Cu Tian Cun ini bagai keluar dalam waktu yang bersamaan. Hal ini terjadi karena
kecepatan gerak orang muda itu. Fun kuang kiamhoat berbeda dengan ilmu pedang
lainnya, yakni tidak ada satu pun yang merupakan Jurus tipuan.
Tiba-tiba ciang bunjin dan Hua San pai, San Ceng Huan dan Giok Si Cu dan Bu
Tong pai dapat melihat sesuatu yang kurang beres. Dalam waktu yang bersamaan,
keduanya segera melesat ke tengah arena.
Kan Si Tong dari Pat kua bun melihat suhengnya melancarkan sejurus serangan
untuk menangkis sembilan titik sinar dari pedang lawannya. Tentu sulit bagi Kwek
Si Hong meraih keuntungan dari hal ini Tadinya dia masih ragu apakah dia harus
keluar untuk memberikan bantuan. Tapi dia melihat Sang Ceng Hun dan Giok Si Cu
berduaduaan sudah meiayang ke depan maka dia pun tidak bimbang lagi dan
mengikuti di belakang mereka.
Kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata. Terdengar suara.
"Trang' Trang!" sebanyak dua kali. Semua orang merasakan mata mereka silau
karena kilatan cahaya. Sebegitu silaunya sampaisampai mereka tidak sanggup
membuka mata Kemudian disusui dengan suara berdentangan yang lain sampai
sembilan kali berturut-turut. Suara itu begitu nyaring sehingga telinga terasa
pekak dibuatnya Angin yang timbul dari pertarungan kedua orang itu menderuderu. Hal
ini membuat perasaan orang-orang yang menyaksikannya menjadi semakin tertekan.
Suara dentangan yang pertama dan kedua merupakan suara pedang Sang Ceng Hun
dan Giok Si Cu yang dicabut dalam waktu yang hampir bersamaan Begitu Tai
pekkiam milik Sang Ceng Hun dihunus, terlihat|ah secarik sinar keperakan yang
memanJang bagai seutas rantai lalu meluncur di tengah udara. Meskipun saat itu
adalah tengah hari, tetapi sinar yang berkilauan dari pedangnya tetap terlihat
dengan jelas. Pedang Ceng Kangkiam dari Giok Si Cu Juga dihunus dalam waktu yang bersamaan.
Ketika digerakkan terlihat selarik sinar hijau yang panjang, tetapi sinar ini
begitu lembut tidak menusuk mata. llmu yang dilatih tosu ini adalah Tai kit kiamhoat
yang tenang namun mengandung kekuatan yang dalam. Dan di balik kekuatan ini ada
mengandung unsur Im yang lembut.
Kedua orang tokoh Bulim yang mempunyai kedudukan tinggi ini ternyata tidak
mengindahkan peraturan kangouw lagi serta langsung menghunus pedang mereka
menerjang ke tengah arena. Hal ini membuktikan betapa gentingnya situasi yang
sedang berlangsung. Suara memekakkan telinga yang timbul dari benturan kedua batang pedang itu
bagaikan bebatuan longsor yang timbul akibat gempa bumi. Cahaya pedang
memenuhi angkasa, kumandang gaungannya terdengar kemanamana. Telinga para
hadirin seperti berdengungdengung. Tetapi dalam waktu yang smgkat suasana di
lapahgan itu menjadi sunyi senyap,.
Para hadirin segera memusatkan perhatiannyaketengah arena. PadasaatituCuTian
Cun sudah melayang turun di atas tanah. Selembar wajahnya yang tampan sekarang
berubah menjadi hijau membesi. Dari sepasang matanya terpancar gelombang
pembunuhan yang tebal. Sepasang alisnya masih berkerutkerut. Tetapi meskipun dia
berusaha menenangkan hatinya seakan dia tidak merasakan apaapa, namun sulit
baginya untuk menahan perasaan amarahnya yang meluapluap. Dadanya tampak naik
turun dengan cepat. Pedang panjang milik Kwek Si Hong telah terkutung bagian demi bagian Natasnya
tersengalsengal. Mirnik wajahnya tampak lelah sekali Seperti orang yang beru
bekerja berat sepanjang hari. Dapat dipastikan bahwa dengan sekali tarikan nalas dia
menyambut tujuh buah serangan Cu Tian Cun.
Sedangkan dua serangan yang lainnya, disambut oleh San Ceng Hun dan Giok Si Cu
yang Mewakili Kwek Si Hong. Sekarang kedua orang itu sudah berdiri di
sampingnya. Sementara itu, Kan Si Tong yang ikut menghambur ke tengah arena,
sudah terlambat satu tindak untuk memberi bantuan. Tetapi dia juga tidak perduli
techadap Cu Tian Cun yang sedang berdiri memandang ke arah me" reka dengan sinar
mata menusuk. Dia segera menghampiri Ciang bun suhengnya dan bertanya dengan
suara berbisik. "Ciang bunjin, bagaimana keadaanmu?".
Kwek Si Hong meliriknya sekilas Mulutnyaterbuka sedikit....
''Tidak....". Masih lumayan kalau dia tidak membuka mutut. Begitu buka mulut dan
mengucapkan sepatah kata 'tidak', tubuhnya langsung bergoyanggoyang dan hampir
saja dia teriatuh ke atas tanah.
Kan Si Tong terkejut sekali Dengan panik dia mengulurkan tangan memapahnya.
"Ciang buniin, sebetuinya bagaimana keadaannnu?" tanyanya cemas.
Kwek Si Hong menutup matanya seienak.
"Aneh sekali. Barusan Gi heng merasakan hawa murni di dalam tubuh seperti buyar
dan tidek dapat dihimpun," katanya dengan suara lemah.
'Lebih baik Ciang bunjin.duduk dulu untuk beristirahat sejenak," Kan Si Tong
segera membantu Kwek Si Hong duduk.
Diamdiam dalam hatinya sudah timbul perasaan yakin. Rombongan merekayang
hadir dalam pertemuan ini pasti telah terperangkap dalam rencana licik musuh.
Beberapa orang rekan mereka yang sudah bergebrak dengan musuh pasti merasakan
hambatan pada hawa murninya. Sepertinya hawa murni dalam tubuh itu sedang
membuyar dengan perlahan-lahan. Keadaan ini membukttkan bahwa mereka telah
terserang racun yang proses kerjanya tambat.
Tapi, kapan pihak musuh turun tangan meracuni mereka" Tidak salah' Ketika ingin
masuk ke dafam ruang pertemuan, rombongan mereka diharuskan memasang pita di
dada kiri yang mana disematkan oleh dua orang gadis berpakaian kuning Pasti pada
saat itu mereka menyebarkan racun yang tidak berbau sama sekali.
Tian Te kau sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Mereka memang
bermaksud menahan rombongan ini di tempat tersebut. Tentunya agar dapat menahan
rombongan mereka apabila menunjukkan sikap tidak setuju. Hal ini karena
rombongan mereka terdiri dari para tokoh dunia kangouw yang paling disegani pada
zaman ini. Juga merupakan penghalang terbesar untuk mewujudkan citacita mereka
yang ingin menguasai dunia persilatan,.
Setelah pikiran demikian melintas dibenaknya, mana mungkin Kan Si Tong dapat
menahan kemarahan hatinya. Saat itu juga dia melonjak bangun, sepasang alisnya
berkerutkerut. Mimik wajahnya menunjukkan kegusaran hatinya.
Telunjuktangannyalangsung menuding wajah Cu Tian Cun.
"Cu Tian Cun, perbuatan kalian sungguh rendah. Hati kalian teramat keji.
Ternyata secara ticik kalian menggunakan kesempatan untuk menyebarkan racun pembuyar
tenaga kepada pihak kami. Tidak heran kau berani membuka muiut besarbesar bahwa
tidak ada seorang pun yang sanggup menyambut sepuluh jurus seranganmu. Apakah
kalian tidak tekut orang-orang Bulim akan timbul amarahnya dan bersatu untuk
membasmi perkumpulan kalian ini"'1 bentaknya dengan suara lantang.
Cu Tian Cun menjadi tertegun mendengar ucapannya.
"Kan Si Tong, apa yang kau maksudkan?".
Kan Si Tong memperdengarkan serangkaian tawa dingin.
"Apa yang aku maksudkan, tentun a hatimu sendiri jauh lebih paham!".
"Omong kosong!" Wajah Cu Tian Cun menjadi kelam. "Cuwi semua adalah tokohtokoh
keias tinggi dunia Bulim Orang she Cu hari ini meraih kemenangan
dengan mengandalkan kepandaian sendiri. Dengan sendirinya aku tahu bahwa aku
belum pernah melakukan cara licik untuk menghadapi kalian. Kalau kau sendiri
merasa tidak puas, mengapa tidak cabut senjatamu dan coba sambut jurus serangan
dari orang she Cu ini?".
Hue leng senbu yang seiak tadi duduk di kursi kebesarannya berdiri seketika.
Matanya memancarkan sinar yang dingin.
"Tian Cun, tidak perlu kau banyak bicara dengan mereka. Delapan partai besar
ternyata tidak mengindahkan peraturan dunia kangouw dan berusaha meraih
kemenangan dengan cara mengeroyok.... Kalian tentunya jugatidak perlu lagi
mengmdahkan peraturan yang ada. Kalian para anggota Tian Te kau, boleh turun
tangan bersama. Urusan hari ini pokoknya tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Kalau musuh ada, maka kita yang tidak ada. Kalau tidak ada, merekalah yang harus
tenyap dan muka bumi ini. Orang-orang dari defapan partai besar, satu pun Jangan ada
yang dibiarkan lolos!". Meskipun kata-katanya ini diucapkan kepada Cu Tian Cun, tetapi sama artinya
bahwa diatelah menurunkan perintah untukmenyerbu. Long san itpei mempunyai
kedudukan sebagai wakil Cong huhoat. Dia segera menggapaikan tangannya kepada
Hu Bu Pao, Kiuci lohan, Siang si suangse, Pekpo sin cian Yan Kong Kiat, Goca
ciniin Bun Tian Hong agar menghunus seniata masingmasing dan berjalan menghampiri
orang-orang dari delapan partai besar.
Hanya rombongan perempuan dari pihak lawan yang tidak bergerak. Mereka masih
tetap berdiri pada posisi semula. Salah seorang gadis yang berdiri di samping Be
Hua popo, yakni Ciok Ciu Lan, berulang kali melemparkan pandangannya ke arah pintu
masuk. Sepasang atisnya terus merapat. Hatinya bagai diganduli beban yang berat.
Hal ini tersirat jelas dari wajahnya.
Bulim toaio Song Ceng San dapat merasakan suasana yang semakin tegang. Dia
sadar pertarungan besar-besaran dengan pihak musuh tidak dapat dihindarkan tagi.
Cepat-cepat dia menghampiri Ciok Sam San dan Kwek Si Hong.
Kwek toheng, Ciok toheng, apakah kalian berdua masih sanggup menghadapi
musuh?" tanyanya dengan suara rendah.
"Hengte hanya merasakan hawa murni di tubuh sedikit buyar. Rasanya tidak terlalu
mengkhawatirkan," sahut Ciok Sam San.
Sinar mata Song Ceng San berbincarbinar Dia memalingkan kepalanya menghadap
Bu Cu taisu dan Giok Si Cu dari Bu Tong pai,.
"Situasi di depan mata sangat gawat. Taisu harus perintahkan ke delapan mufid
yang taisu bawa untuk segera membentuk barisan. Biar dapat membuka lalan mundur bagi
klta. Sedangkan delapan murid dari Bu Tong pai, harus bersiap diri untuk
membentuk barisan setiap waktu. Kita harus meniaga kemungkinan kalau pihak lawan juga
membentuk barisan dan untuk menoiong orang-orang yang racunnya sudah mulai
bekerja, Kita harus bersiaga apabila pihak lawan mempunyai perangkap yang lain,"
katanya dengan nada berbisik.
Mendengar ucapannya, Bu Cu taisu dan Giok Si Cu menganggukkan kepalanya
berkali-kali. Kemudian mereka langsung menurunkan perintah seperti apa yang
dikatakan oleh Song Ceng San barusan.
Delapan belas murid Siau lim pai berjaga di sebelah kiri. Mereka segera
membentuk barisan Lo han tin. Delapan mund Bu tong sudah menghunus pedangnya
masingmasing. Dengan posisi membentang sayap, mereka bersiapsiap untuk
membentuk barisan pedang setiap waktu.
Song Ceng San memperhatikan gerakgerik murid Siau lim pai dan Bu Tong pai yang
sigap tTtenghadapi situasi yang ada. Dalam waktu singkat mereka sudah
menjalankan perintah seperti yang diturunkan oleh atasannya masingmasing. Melihat kaadaan
ini, Song Ceng San menganggukkan kepalanya berkali-kali. Setelah itu "dia memalingkan
kepalanya dan memesankan beberapa patah kata dengan nada berbisik kepada Sang
Ceng Hun. Dia mengulurkan tangan dan mengambii pedang dari tangan Song Bun
Cun. Dengan langkah tenang dan perlahan dia berjalan menuju lapangan.
Parajago pihaklawanyang sudah berjalan menghampiri mereka, dapat melihat
kemungkinan Song loya cu yang menggenggam sebatang pedang. Biar bagaimana
pun, hampir tiga puluh tahun yang lalu, dia sudah mendapat sebutan Jago pedang
nomor satu di dunia Bulim.
Memang benar pepatah yang mengatakan 'Masuk hutan takut melihat bayangan,
bertemu orang takut dengan nama besarnya'. Biar bagaimana kewibawaannya sampai
sekarang masih terpancar nyata. Para Jago pihak musuh yang sudah mulai mendekat,
tanpa terasa menyurut kembali. Hanya Cu Tian Cun yang berdiri tegak tanpa bergeming sedikit pun. Orang yang
lainnya sudah menghunus pedang masingmasing, pedangnya sendiri malah sudah
dimasukkan kembali ke dalam sarung. Dia menyongsong kedatangan Song Ceng San
sambil menjura. "Apakah Song ioya cu ingin memberikan petunjuk langsung kepada cayhe?".
Sinar mata Song Ceng San menatapnya dengan tajam. Terdengar suara tawanya yang
berat dan parau,. "Anak muda, kau ingin bergebrak dengan lohu" Kau masih belum pantas, lebih baik
panggil saja Cu Leng Sian untuk menghadapiku," sahutnya sinis.
Mendengar nada suaranya yang memandang rendah dirinya, tanpa terasa sepasang
alis Cu Tian Cun langsung teriungkit ke atas. Wajahnya menyiratkan perasaannya
yang gusar. "Kau...!".
Dalam waktu yang bersamaan, wajah Song Ceng San seperti orang yang terpana
Dengari terharu dia juga mengucapkan sepatah kata.... "Kau...?".
Dua petah 'kau' ini boleh dibilang diucapkan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Cu Tian Cun dapat merasakan pandangan Song Ceng San yang seperti orang terkejut.
Kata-kata yang tadi hendak diucapkan jadi berhenti setengah jalan.
"Ada apa dengan cayhe?" tanyanya bingung.
Dua bola mata Song Ceng San terus menatap wajah Cu Tian Cun lekatleka}.
Kemudian dia bertanya dengan cepat....
"Apakah nama kecil Cong huhoat ialah Liong Koan?".
Rupanya ketika Cu Tian Cun mengerutkan sepasang alisnya tadi, dia sempat melihat
setitik tahi ialat merah di atas alis kinnya. Tentunya para pambaca masih ingat
ketika Yok Sau Cun pertama kali terjun dunia kangouw, dia segera menuju ke Tian Hua
sanceng, karena dia mewakili gurunya menyelesaikan dua buah permintaan.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yang satu harus dengan anggukkan kepala Song loya cu bacu bisa terpenuhi. Sampai
sekarang Yok Sau Cun masih tidak mengertj apa permintaan gurunya yang satu itu.
Satu lagi adalah mencan pulranya yang menghilang enam belas tahun yang lalu.
Satusatunya tanda lahir yang masih diingatnya adatah tahi lalat merah di atas
alis kirinya, dan namanya sewaktu kecil adalah Liong Koan. Ketika menghilang, usia
anak itu bacu dua belas tahun. Kalau masih hidup, semestinya sekarang sudah
berusia dua puluh delapan tahun. Hal di atas ini Yok Sau Cun yang memberitahukan pada Song loya cu.
Kemudian, setelah mendapatkan pertolongan budi beberapa kali dari Yok Sau Cun,
akhirnya Song loya cu mengabulkan juga permintaan gurunya. Dia memberikan
sebilah giok dan meminta Yok Sau Cun membawanya kepada Hui hujin. Pada waktu
itu Song loya cu memang tidak menJelaskan secara terangterangan kepada Yok Sau
Cun. Tetapi dalam hatinya sudah yakin bahwa suhu Yok Sau Cun yang bergelar Bu
beng lojin adalah adik iparnya yang bungsu. Adik iparnya yang tua adalah Hui Kin
Siau. Mereka adalah suami istri sudah berpisah selama dua puluh tahun lebih. Padahal
sebab musababnya timbul dari masalah yang kecil. Menurut Yok Sau Cun, suhunya
mengatakan bahwa urusan ini hanya bisa diselesaikan dengan anggukkan kepala Song
loya cu. Tentu saJa Yok Sau Cun tidak mengerti. Tetapi Song loya cu segera
memahami maksud adik iparnya yang berharap dia bersedia mendamaikan mereka
suami istn. Song !oya cu menyerahkan sebelah giok kepada Yok Sau Cun dan
memintanya menyerahkan kepada Hui hujin juga karena urusan ini. Dia meminta
bantuan adiknya, Hui hujin, untuk membujuk Tan hujin yang merupakan guru Yok
Sau Cun dan memiliki nama asli Sian.
Dan anak mereka yang hilang itu sudah barang tentu keponakan luarnya.
Kita kembali lagi pada Cu Tian Cun yang mendengar pertanyaan Song toya cu.
Orang tua itu menanyakan apakah nama kecllnya Liong Koan" Untuk sesaat dia tidak
dapat menyahut. Tetapi nama itu seakan tidak asing di telinganya, Namun biar
bagaimana dia menguras otaknya, tetap saja dia tidak dapat mengingatnya kembali
Oleh karena itu, dia menggelengkan kepalanya dengan perlahan.
"Cayhe tidak mempunyai nama kecil. Sudafi tentu Liong Koan bukan nama kecil
cayhe. Mungkin Song loya cu salah mengenali orang," sahutnya.
Sudah barang tentu Song loya cu tidak mau menyudahi begitu saja.
"Apakah tahun ini kau berusia dua puluh delapan tahun?" lanyanya kembali.
Sekali lagi Cu Tian Cun menjadi tartegun mendengar pertanyaannya. Belum lagi
sempat dia menjawab, tahu-tahu senbu sudah melonjak bangun dari kursi
kebesarannya. Dari seorang wanita palayan yang bardiri di belakangnya, dia
mengambil pedang pusakanya. Kemudian terdengar suara tawanya yang sumbang.
"Song Ceng San, tadi kau mengajukan tantangan kepadaku! Hu kaucumu ini
sekarang juga akan mengabulkan keinginanmu," katanya dengan suara lantang.
Dengan tangan menggenggam padang pusaka, dia barjalan ketuar dan
rombongannya. Tentu saJa tindakannya ini untuk iriencegah Song Ceng San
mengajukan lebih banyak pactanyaan kepada Cu Tian Cun.
Terdengar suara. "Trangl' yang nyaring. Pedang panjang Song Ceng San pun sudah dihunus dari
sarungnya. "Boleh juga. Setelah kalah dan menang di antara kita sudah ketahuan, masih balum
terlambat untuk bertanya kepadanya," sahutnya santai.
Hue leng senbu menudingkan pedangnya ke depan. Dengan suara barat dia
berkata.... 'Kami tidak bertarung untuk menentukan siapa yang akan kalah atau siapa yang
akan menang. Pokoknya salah satu di antara kita harus ada yang terkapar di atas tanah
tanpa bisa bangkit lagi untuk selamanyal" Tibetiba tangan kanannya terjulur ke depan
dan menusuk ke arah bahu kiri Song Ceng San.
Song Ceng San tertawa terbahak-bahak,.
"Bagusl Bagusl Lohu justru ingin lihat apakah kau mempunyai kemampuan untuk
membunuh Lohu?" Pedang panjang yang ada di tangannya langsung diulurkan ke
depan. Kedua tokoh kelas tinggi ini sama-sama sudah mengeluarkan pedangnya dan mulai
bergebrak. Kalau dilihat sepintas selalu, tampaknya tidak ada yang aneh dan
tidak juga ada yang istimewa. Satu hal yang barbeda depgan pertarungan orang-orang laln,
yakni hredua pedang mereka sama sekali tidak menimbulkan suara.
Tetapi hawa yang terpancar dari setiap pedang, dalam jarak beberapa cun saja su'
dah dapat dirasakan hawa dinginnya, bahkan ; terasa sampai menyusup ke dalam tulang
sumsum. Kalau lawannya adalah Jago kelas teri, pedangnya belum sampai,
rangkuman hawa dinginnya sudah dapat membuatnya mati dalam keadaan baku.
Begitu kedua orang ini mulai bergebrak, Suo Ying Hu dan rekanrekannya juga lang'
sung menyerbu ke arah orang-orang detapan partai besar. Suara teriakan mereka
bagai orang kalap. Dari pihakdelapan partai besar. baru Song Ceng San yang keluar ke
tengah arena. Tapi sebelumnya dia sudah berpesan kepada Ciang bunjin Hua San
pai, yakni Sang Ceng Hun, dan memintanya berunding dengan Wi Ting sintiau Beng Ta
jin mengenai cara membagi orang-orang yang harus mereka hadapi.
Dan ketika Song Ceng San dan Cu Tian Cun sedang berbicara, Sang Ceng Hun sudah
mengajak Beng Ta jm ke samping dan menghitung jumlah jago pihak lawan lalu
membandingkannya dengan jago dari pihak sendiri Sekarang mereka sudah
menentukan siapa yang harus melawan siapa dari pihak lawan.
Saat ini mereka melihat pihak musuh sudah datang menyerbu ke arah mereka Dan
sesuai dengan hasil perundingan, masingmasing pun segera keluar dan kerumunan
dan menghadapi lawan yang telah ditentukan. Tentu saja mereka bukan sembarangan
menentukan pihak yang harus dihadapi, tetapi mempartimbangkannya sesuai dengan
ketinggian ilmu masing-masing.
Bu Cu taisu segera menghentakkan tongkatnya ke atas tanah sehingga menimbulkan
suara. "Bluk! Bluk!"sebanyakduakali. Kemudian dia melemparkan tongkat itu ke samping
serta mengeluarkan pedang panjangnya.
"Trang! Pedangnya itu pasti merupakan sebilah pedang yang sudah tua sebab
warnanya saja sudah mulai pudar. Setelah itu dia melangkah keluar dan
merangkapkan sepasang telapaktangannya kepada Cu Tian Cun.
"pinceng memohon petunjuk dari Cu sicu." katanya.
Para hwesio Siau lim pai jarang yang menggunakan pedang panjang. Itulah aebabnya
orangorang dunia kangouw mengira bahwa di Siau lim pai tidak ada jurus ilmu
pedang yang hebat Partai ini terkenal dengan pukulannya. Padahal di Siau lim paj
ada tujuh puluh dua macam ilmu pusaka. Dan yang terdaltar sebagai nomor satu justru
adalah Tat mokiam. Tetapi, para murid yang belum mencapai taraf tianglo tidak
boleh mempelajarinya. Oleh karena itu jarang orang yang mengetahui hal ini.
Sekarang Bu Cu taisu tiba-tiba melemparkan tongkatnya dan menggantikannya
dengan pedang. Hal ini membuktikan bahwa orang tua ini sudah menguasai Tat
mokiam. Sebagai seorang tokoh generasi muda yang sudah banyak mempelajari
berbagai ilmu pedang dari berbagai aliran, tenUi saja Cu Tian Cun tahu mengenai
Tat mo kiamhoat ini. Selain rumit, ilmu pedang ini juga mengandung kekuatan yang
dahsyat. Oleh karena itu dia sarfta sekali tidak berani memandang ringan
musuhnya yang satu ini. Dia segera mengeluarkan pedangnya yang terselip di pinggang.
Mulutnya mengembangkan seulas senyuman.
"Taisu barsedia memberi petunjuk benar-benar merupakan kehormatan bagi cayhe."
Cu Tian Cun merangkapkan sepasang kepalan tangannya dan menjura dalam-dalam.
"Silahkanl". "Cu sicu, silahkan!".
Blbir Cu Tian Cun tetap tersenyum.
"Selama bertarung menghadapi lawan, cayhe belum parnah turun tangan tertebih
dahulu. Silahkan taisu yang mulai dutuan saja," katanya.
"Kalau begitu pinceng tidak sungkan lagi." Pedang Bu Cu taisu langsung
digerakkan. Serangannya yang tanpa suara sedikit pun ini tidak langsung diarahkan kepada Cu
Tian Cun, melainkan ditusukkan ke tengah udara.
Meskipun serangan Bu Cu taisu ini tidak menimbulkan suara dan tidak terasa
dorongan angin yang kencang tetapi gerakannya begitu sempurna dan wajar. Seakan
padangnya itu sudah bersatu dengan lengannya sendiri dan apabila dia
menggerakkan pedangnya, yang terlihat malah seperti orang yang menggerakkan tangan dengan
seenaknya. Hal ini membuktikan bahwa latihan pedangnya sudah mencapai taraf yang
demlkian tinggi sehingga dia sudah bisa menggerakkannya dengan menyesuaikan
keinginan hati. Sepasang mata Cu Tian Cun memancarkan sinar yang tajam. Tubuhnya bergerak ke
depan dan pedangnya pun langsung ditun' curkan. Dalam waktu yang sangat singkat,
kedua orang itu sudah mulai bergebrak, Suara benturan senjata tajam pun terdengar riuh
rendah bagai berpadu menjadi satu.
Tangan Ciang bunjin Hua San pai, San Ceng San sudah menggenggam pedang
panjang. Perlahan-lahan namun pesti dia menyambut kedatangan Suo Yi Hu. Orang
ini terkenal karena ilmu pukuiannya. Sekarang dia melihat yang menyambut
kedatangannya justru Sang Ceng San. Tanpa terasa sepasang alisnya langsung
terjungkit ke atas. Perlu diketahui bahwa dan rombongan Song Ceng San serta delapan partai besar,
maka kalau ditilik dari ilmu pedangnya, yang pallng tinggi sudah pasti Song loya
cu. Sedangkan orang keduajustru Ciang bunim Hua San pai ini, yakni Sang Ceng Hun.
Hua San Kiamhoat di dunia kangouw sudah sangat terkenal. Apalagi kalau
dihubungkan, sebetulnya Sang Ceng Hun itu masih adik seperguruan Song Ceng San.
Tentu saja orang ini tidak dapat dianggap enteng.
Long san itpei Suo Yi Hu memang bertangan kosong. Dia segera merangkapkan
sepasang kepalan tangannya dan menjura dalam-dalam. Bibirnya menyunggingkan
seulas senyum yang dipaksakan,.
"Ciang buiin membawa pedang menuju ke slni, apakh berarti Ingin bergebrak dengan
hengte". Sang CengHun menatapnya dengan dingin.
"Tidak sala. Urusan hari ini tampaknya tidak dapat dialaskan lagi dengan
musyawarah. Hu Cag huhoat harap keluarkan senjatal".
Long san it pei tersenyum simpul.
"Hengte jaraig sekeli bergebrak dengan orang Tetapi k'adaan hari ini memang
berbeda. Hengte tepaksa menemani!".
Dengan keergganengganan dia mengeluarkan sebatarg potlot besi yang panjangnya
kurang lebh satu cun Digerakkannya potiot besi itu daiam genggaman serta
mendongakkan kepalanya sambil tertawa lebar.
"Sang Ciang bunjin, silahkan'.".
Sang Ceng Sai melihat senjatanya hanya berupa sebatang potlot besi. Dia langsung
menyadari bahwa keahlian lawan adalah ilnui menotok jalan darah Apalagi di dunia
kangouw ada sebuah ucapan yang sangat terkenal, yaitu satu cun lebih pendek,
maka satu totokan lebih keji. "Beng Ta jin parnah menglakan bahwa orang ini licik sekali. Tampakny kata-kata
itu memang tidak salah," pikirny dalam hati. Membawa piklran demikjan, rulutnya
langsung mengeluarkan suara taw yang dingin.
''Silahkan!". Tai Pekkiam segera bergrak memutar. Timbul selarik smar berwana keperakan yang
langsung metuncur ke cepan. Sebagai ciang bunjin dari Hua San pa, tentu saja dia
tidak sudi menarik keuntunian dari orang lain. Gerakan pedangnya lanbat sekall.
Padahal ilmu pedang Hua San aai terkenal dengan kelincahannya dan kecepatannya.
Dia membuka serangan dengan perlahan hanya karena menjaga pamornya siJa.
Long san itp^, memperdengarkan suara tawa yang seram.
"Sang ciang bunjin tertafu sungkan!" Kakinya langsung bargerak m^'u beberapa
fangkah mendahului. Tangan kanannya mengibas, setitik sinar berwarna kelabu
bagaikan blntang komet meluncur ke rusuk kanan Sang Ceng Hun. Siapa sangka, baru
saja Tou Smgpit (Potlot bintang jatuh) nya bergerak, pedang di tangan Sang Ceng
Hun tiba-tiba ber. putar dan menimbulkan cahaya pelangl yang berkilauan. Gerakan itu sungguh indah
dan tepat meluncur ke arah pergelangan tangan ';anan yang menggenggam pollot
besi. Long san itpei terkejut sekali. "Terhyata Hua san kiamhoat mempunyai gerakan
yang demikian cepat," katanya dalam hati. Pergelangan tangannya segera ditarik
sedikit. Terdengarlah suara. "Trang!" yang keras dan kedua senjata yang berbeda itu pun sudah saling
membentur. Pedang Sang Ceng Hun bergerak bagai awan yang berarak Tidak begitu
mudah bila ingin menekannya Dia telah merasakan kekualan tenaga yang terkandung
dalam potlot besi Suo Yi Hu Ternyata orang ini juga melatih semacam ilmu tenaga
dalam yang berasal dari luar perbatasan Namun dia tidak I gugup sama sekali
Tibatiba pedangnya i ditarik kembali lalu menusuk ke arah pinggang lawan. Long san itpei
pun terdengar sampai menggeser ke samping dengan terburu-buru. Pada jurus kedua,
baik Sang Ceng Hun maupun Long san it Pei sudah muai menunjukkan kecepatan
masingmasing. Kehebatan mereka pun mulai diunjukkan. Sang Ceng Kun meraih
keuntungan dari Hua san kiamhoatnya yang mengandalkan kecepatan. Tampaknya
Long san itpei sebentar lag! akan berada di bawah angin.
Telapi kelihatannya Long san itpei tidak merasa khawatir sama sekali. Mulutnya
sekali tag! memperlihatkan seringai yang menyeramkan. Pottot besinya diputarkan
satu lingkaran, kemudian seiring dengan tubuhnya yang bergerak, potlot itu pun
meluncur ke depan. Pertarungan di antara kedua pihak yang mana satu menggunakan
pedang dan satunya lagi memakai potlot besl pun berlangsung dengan sengit dalam
waktu yang singkat. Lawan yang telah ditentukan untuk dlhadapi oteh Kim kasin Ciek Ban Cing adalah
Hun Bu Pao. Ketika tubuhnya melesat dan melayang keluar, sepasang tangannya
sudah direntangkan di depan dada. Dia sama sekali tidak menyapa lawannya.
Mulutnya mengeluarkan suara raungan yang keras. Sepasang telapak tangannya
langsung dihantamkan. Serangkum angin yang kencang segera terpancar dari
sepasang telapak tangannya meneriang ke depan.
Hun Bu Pao juga menghampiri maiu dengan tangan kosong. Melihat pukulan telapak
tangan Ciek Ban Cing melucur ke arahnya, rnulutnya langsung menyenngai seram.
"Serangan yang bagusl" Dia membentak lantang dan kakinya langsung bergerak maju
kurang lebih lima cun. Tangan kanannya mengerahkan jurus Menyapu dedaunan yang
rontok, dia bergerak di samping pinggang Ciek Ban Cing dan tiba-tiba tubuhnya
memutar mengikuti luncuran telapak Tangan kirinya bagai sebilah pisau yang tajam
menebas ke arah belakang punggungnya Serangannya ini tidak menimbulkan suara
sedikit pun. Ciek Ban Cing mempunyai postur tubuh yang tinggi besar. Sedangkan Hun Bu Pao
adalah seorang tua yang tubuhnya pendek kecil, Kalau dibandingkan dengan Ciek
Ban C'mg, palingpaling tingginya hanya mencapai pundak orang itu.
Bagi oraig yang bentuk tubuhnya pendek kecil, gerakannya pastt lebih lincah.
Sekali

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berputar, tubuhnya sudah nriencapai bagian punggung Ciek Ban Cing Sayangnya
Ciek Ban Cing bukan golongan tokoh yang mudah dihadapi. Dengan gerakan yang
tidak kalah cepatnya, dia meraung keras. Rambut dan jenggotnya sampai
berkibarkibar. Sepasang telapak tangannya diangkat sedikit kemudian dihantamkan
ke depan. Tubuh Hun Bu Pao yang pendek segera mencelat mundur sembilan cun. Kembali
Ciek Ban Cing mendengus dingin Lengan. nya bergetar dan mendahului menyerang
Sepasang telapak tangannya langsung menyerang dengan gencar.
Hun Bu Pao terlawa dingin.
"Ciek Ban Cing, kau anggap orang she Liau ini takut kepadamu?" Sepasang
lengannya bergerak maju. Sekaligus dia melancarkan dua buah pukulan Yang pertama diarahkan
ke bagian perutCiek Ban Cing, kemudian tubuhnya dengan lincah melesat
maju mengitari lawannya. Dengan panik Ciek Ban Cing segera mem balikkan tubuhnya. Hatinya m.arah sejtali
mendengar ucapan Hu Bu Pao.
"Kalau kau benar-benar tidak takut menghadapi Ciek toaya, mengapa kau selalu
menghindar dari pukulan telapak tanganku ini?".
"Kau kira aku tidak berani?" Menggunakan kesempatan ketika tubuh Ciek Ban Cing
baru berputar, Hun Bu Pao mencelat ke udara. Sepasang telapak tangannya bagai
golok yang menerjang dan depan Ternyata kedua pukulan ini menimbulkan suara
seperti siulan dan mengandung kekejian yang tersembunyi.
Ciek Ban Cing malah senang melihat serangannya itu Sepasang telapak tangannya
segera didorong ke depan Terdengarlah suara.
"Blam! Blaml" sebanyak dua kali Empat buah telapak tangan saling beradu Ciek Ban
Cing masih berdiri tegak di tempat semula. Sedangkan tubuh Hun Bu Pao berjungkir
balik di udara Keiika tubuhnya melorot turun, kakinya pun bergerak memutar dan
langsung mengeluarkan tendangan.
Ciek Ban Cing segera menepuk ujung kaki lawannya. Pukulannya belum sampai,
angin yang diterbitkan bagai kapakyan tajam.
Di antara kedua orang ini, yang satu bermaksud meraih kemenangan dengan
mengandalkan kekuatan dan kekejian ilmu pukulannya, sedangkan yang satu lagi
lebih mengandalkan kelincahan gerakannya. Namun sebetulnya ilmu pukulan yang
dikuasai kedua orang ini hampir seimbang.
Begitu kedua orang ini bergebrak, di tengah-tengah suara deruan tangan, Ciek Ban
Cing tidak hentihentinya mengeluarkan suara bentakan yang keras, kadangkadang
terdengar pula satu atau dua kali suara getaran akibat pukulan yang sating
beradu. Perkelahian antara pihak lawan dengan rornbongan ini, tidak kalah serunya dengan
pertarungan yang terjadi antara Ciek Ban Cing dengan Hun Bu Pao Di antaranya
Tung Sit Cong dan Pekpo sin cian Yan Kong Kiat.
llmu yang dipelajari oleh Tung Slt Cong adalah Kan Kunjiu dari Siau limpai
Sedangkan Kan Kunjiu ini termasuk ilmu nomor tuJuh belas dan tujuh puluh dua
macam ilmu andalan Slau lim pai. llmu ini masih di atas Lo Han cian (tinju Lo
Han) tatapi sama-sama merupakan ilmu yang mengandung kekerasan.
Sedangkan lawannya mempunyai julukan Pekpo sin cian (Tinju sakti seratus
langkah). Dah namanya saja sudah kentara bahwa ilmu ini juga termasukyang lebih
mengutamakan gwakang. Yang aneh justru duaduanya mengambil nama ilmu yang
dipelajarinya sebagai julukan Hal ini membuktikan bahwa mereka berdua sudah
mempelaiari ilmu ini. secara khusus. Begitu pertarungan dimulai, yang satu segera melancarkan sepasang tinjunya yang
bagai baja Sedangkan yang satunya lagi berkali-kali menebas sepasang telapak
tangannya bagai kapak membuka gunung. Siapa pun di antara mereka berusaha
dengan segenap kemampuan untuk merobohkan musuhnya Berulang kali tinju dan
lelapak mereka beradu Timbul angin yang kencang bahkan terasa sampai di kejauhan
satu depa. Halaman terbuka Ce Po tangoan dikelilingi tembok batu, tanahnya telah dialasi
dengan batu-batu pipih dan besar yang di zaman sekarang disebut pelataran.
Meskipun tidak ada debu-debu yang beterbangan atau batu-batu yang berpentalan,
tapi suara benturan senjata maupun pukulan dan tendangan itu menimbulkan suara
yang rnemekakkan telinga, bahkan terdengar seperti bangunan yang rubuh akibat
gempa burni yang dahsyat. Tetapi itu tentunya hanya pengumpamaan tentang
perasaan saja. Di antara para pgo yang bertarung ada lagi HLH Hung 1 Su yang menghadapi Goca
cinJtn, Bun Tian Hong Cahaya pedang yang satu berkelebatan naikturun, laksana
pelangi yang melintas di angkasa Sedangkan yang satunya menggerakkan garpu
besarnya sehingga mennnbulkan suara yang menggidikkan hati.
Wt Ting sintiau Beng Ta jin melawan Cuo huhoat Kong Tong pai, yakni Toan Pek
Yang Kan Si Tong melawan Yu huhoatCian poa Teng, tampaknya kekuatan rnereka
Kelana Buana 6 Peristiwa Merah Salju Karya Gu Long Keris Pusaka Sang Megatantra 12
^