Pencarian

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 19

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung Bagian 19


juga harnpir seimbang. Sulit ditentukan dalam waktu yang singkat siapa yang akan
kalah atau siapa yang akan menang.
Dua orang dan Wi Yang samkiat, yakni 16toa Wi Lam Cu dan loji Gi Hua to
bergabung melawan dua mayat dari Siang se. Empat orang saling bergebrak. Yang
tampak hanya empat sosok bayahgan kadang beradu, kadang berpencar lagi Begitu
cepatnya sehingga membuat mata orang yang rnenyaksikan jadi berkunangkunang
Sulit untuk rnemastikan manayang pihak sendiri dan mana yang merupakan pihak
musuh. GiokSi Cu dan BuTong pai dan ketuadari Wi Yang pai, Hui Km Siau rnenggenggam
pedang masing masing dan berdiri di depan bansan Lo han ttn dan Siau Lim pai
yang sudah terbenluk. Mereka berdua mendapat tugas mengatur barisan Oleh karena itu mereka tidak
terjun ke arena Tetapi tanggungjawab rnerekajuga tidak terrnasuk nngan Karena orangorang
dari delapan partai besar kernungkinan sudah terserang racun pembuyar tenaga pihak
musuh Mereka tidak dapat menunda waktu lamalaina Semakin cepat selesainya
suatu pertarungan semakin baik Sebab apabila mereka bertarung tertalu lama, maka
racun sudah keburu bereaksi dalam tubuh rnereka Lo Han tin dipersiapkan pada
sebelah kiri lapangan tersebut Giok Si Cu dan Hui Kin Siau beserta delapan mund
Bu Tong pai rnenjaga di dekatnya untuk mernberikan pertolongan kepada mereka yang
terluka ataupun racunnya kambuh. Selain itu masih ada Song Bun Cun, Ciok Sam San
dan Kwek Si Hong. Mereka bertiga tadi sudah bergebrak rnelawan Cu Tian Cun.
Mereka sudah mulai merasakan hawa murni dalam tubuh tidak dapat dihirnpun dan
bergerak dengan lancar. Meskipun mereka sudah duduk bersemedi beberapa saat dan
keadaannya agak rnernbaik. Tetapi racun rnasih mengendap di dalam tubuh Apakah
mereka masih sanggup menghadapi lawan tetap merupakan sebuah pertanyaan yang
masih belum terjawab. Oleh karena itu, mereka bertiga disiapkan sebagai orang di belakang layar yang
hanya akan turun tangan apabila keadaan benar-benar sudah terlalu mendesak.
Mereka berdiri di depan Lo Han tin dan berjagajaga apabila pihak musuh yang
jurnlahnya lebih banyak tiba-tiba menyerbu ke arah mereka.
Pengaturan posisi ini merupakan ide yang diberikan oleh Beng Ta jin. Kalau
disimak memang semuanya mendapat lawan yang tepat dan susunan strateginya juga cukup
memuaskan. Pada dasarnya dia mernaog seorang yang sangat teliti bahkan sampai ke
halhal yang sekecil-kecilnya.
Ce Po tangoan yang tadinya merupakan tempat suci bahkan tempat bersejarah saat
ini menjadi ajang pembunuhan yang berkobarkobar. Bagi orang-orang yang beragama,
hal ini merupakan musibah yang tragis. Sebab dengan pertempuran besarbesaran
seperti itu, tentu tidak sedikit orang yang akan Jatuh sebagai korban.
Dalam situasi yang panas ini, dikalakan Ciek Ban Cing yang sedang bergebrak
dengan Hun Bu Pao sudah berulang kali mengadu kekuatan. Kirakira belasan kali
benturan tenaga kemudian, Ciek Ban Cing rnulai merasakan hawa murni di dalam
tubuhnya sulit lagi dihimpun Hatinya menjadi tercekat seketika.
Justru ketika gerakannya berubah menjadi lambat, Hun Bu Pao menggunakan
kesempatan itu untuk mendesak secara rnendadak dan sebuah pukulan dari telapak
tangannya pun menghantam ke dada Ciek Ban Cing.
Dengan panik Ciek Ban Cing berusaha menahannya dengan telapak tangan. Tetapi
karena hawa murninya mulai mernbuyar, tiba-tiba tenaganya bagai hilang. Ketika
kedua telapaksaling beradu, seluruh tubuhnya tangsung bergetar. Dadanya bagai
terhantam palu. Darah dalam seluruh peredaran tubuhnya bagai bergolak Kedua
kakinya tidak sanggup berdiri dengan rnantap Tubuhnya terhuyunghuyung dan
terdesak mundur sejauh lima langkah.
Hun Bu Pao yang merasa serangannya mencapai sasaran, senang bukan main. Tanpa
sadar dia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak.
"Kim Kasin yang namanya menggetarkan kolong langit, ternyata cuma begitu ...".
Dua patah 'begitu saja'nya belurn selesai diucapkan, Ciek Ban Cing menghimpun
sisa tenaganya, rambutnya sarnpai berjingkrakan dan tiba-tiba dia meraung keras dan
menerjang ke depan dan menghantamkan pukutannya.
Serangannya ini dilancarkan dalam keadaan kritis. Tentu saja hal inidi
luardugaan Hun Bu Pao. Seseorang yang sudah terkena racun pembuyar tenaga, apabila racunnya
mulai bekerJa, maka dia tidak punya kekuatan lagi untuk menghadapi lawan, apalagi
mernbalas serangannya. Apalagi serangan Ciek Ban Cing ini dilancarkan dengan mendadak. Kecepatan dan
keanehan gerakannya tak usah dikatakan lagi Menunggu sampai Hun Bu Pao sadar
ada yang tidak beres, dia tidak mempunyai kesempatan lagi untuk menghindar.
Pukulan Ciek Ban Cing yani dab^vat itu sudah meluncur ke arah dadanya. Terdengar
suara. "Blammm!" yang memekakkan telinga. Tubuh Hun Bu Pao yang pendek kecil
langsung terbang dan melayang keluar Sebetulnya racun di dalam tubuh Ciek Ban
Cing memang sudah mulai bekerja Tetapi dengan tenaga dalam yang dilatihnya
selama puluhan tahun, dia rnasih sempat mengurus sisa tenaganya dan membalas
serangan lawan. Oleh karena itu puta, begitu serangannya selesai dilancarkan,
kakinyapun menjadi lemas dan tubuhnya terkulai dt atas tanah.
Dengan panik Giok Si Cu mengibaskan tasbih kumala di tangannya Dua orang murid
Bu Tong segera menghambur ke depan dan menggotong tubuh Ciek Ban Cing lalu
meletakkan ke dalam bansan. Hui Km Siau cepatcepat mengeluarkan sebuah kotak
berisi obat penyembuh luka dalam yang diberikan oleh Bu Cu taisu kapadanya. Dia
mengambil satu butir obat itu dan menyuapkannya ke mulut Ciek Ban Cing.
Pada saat itu, Tung Sit Cong yang sedang bartarung melawan Yan Kong Kiat, juga
dengan susah payah telah bertempur kurang lebih tlga puluhan jurus. Tiba-tiba
dia juga rnerasa tenaga dalamnya mulai melemah, dan bahu kirinya langsung terhantarn
telak oleh tinju Yan Kong Kiat. Tubuhnya limbung dan terhuyung-huyung mundur
sejauh lima tangkah. Lututnya tidak dapat menahan berat badannya dan dia pun
jatuh terduduk di atas tanah. Yan Kong Kiat memperdengarkan segulungan suara tawa yang menandakan
kebanggaan dihatinya. Dia segera mengerahkan jurus Pekpo sin cian dan
menghantamkannya ke arah Tung Sit Cong yang sudah jatuh terduduk di ates tanah
itu. Tepat pada saat itu, tampak dua bayangan berkelebat. Dua orang murid Bu Tong pai
yang mengenakan pakaian berwarna biru langsung melesat keluar dan menghadang di
depan Tung Sit Cong. Padang di tangan mereka berputar sehingga tampak cahaya
yang berkilauan. Serangkum angin pukulan yang kehcang menghantam pada kadua tubuh pedang yang
saling bersilangan. Terdengar suara yang membuat telinga menjadi ngilu dan
harnpir saja kedua murid Bu tong itu tergetar sampai tidak dapat mempertahankan kedua
kakinya. Tetapi, biar bagaimana pun mereka sudah berhasil menyambut sejurus
Pekpo sin cian yang dilancarkan oleh Yan Kong Kiat.
Dua orang mund Bu Tong pai lainnya segera membirnbing Tung Sit Cong bangun
dan membawanya roundur dan tempat tersebutDua orang murtd Bu Tong pai yang
tadi menghadang di depannya melfhat bahwa Tung Sit Cong sudah berhasil
diselamatkan oleh dua orang rekannya Mereka juga segera menarik kembali pedang
panjangnya dan mencelat mundur ke tempat semula.
Sementara itu, Sang Ceng Hun dan Long San it pei juga sudah bertarung kirakira
tiga puluhan jurus. Potlot besi Suo Yi Hu ditebaskan ke depan dan menekan pedang di
tangan Sang Ceng Hun. Menggunakan peluang yang ada, Suo Yi Hu mengulurkan
tangan kirinya dan menghantam ke depan.
Serangannya ini tidak mengandung angin kencang yang dapat mendorong lawannya,
tetapi terasa adanya arus gelombang yang dapat menekan lawannya dan setelah
jaraknya agak dekat, tiba tiba baru terasa dahsyatnya serangan tersebut.
Sang Ceng Hun tertawa dingin Dengan gerakan yang sama, dia mengulurkan telapak
tangan kirinya dan mendorong ke depan Dua buah telapak tangan saling
berkelebatan. Tentu saja dalam sekejap mata kedua telapak tangan itu sudah beradu Terdengarlah
suara. "Plak!" satu kali dan baik Sang Ceng Hun maupun Suo Yi Hu sama-sama terdesak
mundur satu langkah. Pada hari biasanya, Sang Ceng Hun selalu rnemandang tinggi dirinya sendiri
Tetapi han ini, setelah telapak tangannya beradu dengan pukulan lawan, dia baru merasakan
bahwa seorang tokoh yang kedudukannya lebih rendah dan berasal dari golongan
sesat seperti Long San itpei ternyata sanggup nrienahan pukulannya dan sulit
menentukan siapa yang lebih hebat. Diamdiam hatinya menjadi tercekat.
"Toa lat kimkong ciangl" serunya tanpa sadar.
Rupanya Toa lat kimkong ciang merupakan sejenis ilmu pukulan yang apabila
dilancarkan tidak mengeluarkan suara sedikit pun, bahkan tidak mengandung
kekuatan yang menekan lawannya Tenaga dalam secara keseluruhan terpusat pada
telapak tangan dan apabila pukulan sudah mencapai tubuh lawan, barulah kekuatan
itu mengalir keluar menghantamnya.
Telapak tangan kin Suo Yi Hu sudah beradu dengan telapak tangan Sang Ceng Hun
secara keras Tiba-tiba potlot besinya dipindahkan ke tangan kanan, mulutnya
memperlihatkan senngai yang menyeramkan.
"Sang ciang buriJin harap sambut lagi pukulan orang she Suo ini!" katanya.
Tangan kanannya diangkat ke atas, sebuah pukulan terlihat dihantamkan lagi ke depan.
Serangan ini kali menggunakan ilmu Pitkong ciang, i tapi kalau dibandingkan
dengan Pitkong ciang yang biasa, ada perbedaannya.
Bagi sebagian besar orang Bulim, asal tenaga dalamnya cukup kuat, maka banyak
yang bisa menggunakan Pitkong ciang ini llmu ini apabila dikerahkan maka akan
terasa angin yang rnenderuderu terus meluncur ke arah lawannya Sedangkan Pitkong
ciang yang dimainkan oleh Suo Yi Hu tidak mengeluarkan angin sama sekali.
Pergetangan tangan bagai angin yang bertiup lernbut menghembus ke depan,.
Sebagai seorang Ciang bunjin dari Hua San pai tentu saja Sang Ceng Hun tidak
sudi mengalah. Begitu melihat pihak lawan melancarkan serangannya, tangan kirinya
segera diangkat ke atas, kemudian diturunkan di depan dada dengan posisi menahan
baru dihantemkan keluar. Telapak tangan kedua orang itu beradu seketika, tiba-tiba Sang Ceng Hun
merasakan gelombang yang terpancar dari telapak tangan lawan masih mengandung serangkum
hawa dingin yang lernbut sekali Namun dibalik kelembutan itu tersimpan kekuatan
yang mengejutkan Sekali lagi hatinya menjadi tercekat.
"Apakah ilrnu Cuisim ciang (Telapak penghancur hati) yang dikerahkannya mi?"
tanyanya dalam hati. Dia sudah melatih ilmu pedangnya selama puluhan tahun Pedangnya sudah bersatu
dengan kemginan hatinya Begitu perasaannya terkejut, pedang paniang di tangan
kanannya sudah berubah membentuk bayangan seutas rantai. Dengan kekuatan.
tenaga dalam yang dahsyat menerjang keluar.
Serangannya im dilancarkan dalam keadaan terkesiap, segenap kekuatan tenaganya
boleh dibilang telah dilancarkan. Begitu pedangnya meluncur, tentu terbit suara
yang keras dan cahaya dingin pun berkilauan Pancarannya bahkan mencapai satu depa
lebih. llmu yang digunakan oleh Suo Yi Hu memang Cuisim ciang Hatinya sedang merasa
gembira dan bangga, dia bahkan tidak bermimpi bahwa Sang Ceng Hun dapat
menyerangnya dengan pedang pada saat seperti ini. Terlebihlebih tidak menyangka
kalau serangan ini dikerahkan dengan seluruh kekuatan tenaga dalarn yang telah
dilatihnya selama puluhan tahun. Cahaya pedangnya saja bisa memantul sampai
sejauh ini. Ketika merasa ada sesuatu yang tidak beres, dia bermaksud menggerakkan potlot
besinya Tetapi senjatanya itu masih tergenggam di tangan kiri. Apabila
menunggusaropai dia mengalihkan ke tangan kanan, tentu sudah terlambat Dalam
keadaan gugup, terpaksa dia mengerahkan tangan kinnya untuk menangkis.
Tentu saja dia tidak tahu bahwa pantulan cahaya yang terliFiat bukan benar-benar
serangan yang dilancarkan oleh Sang Ceng Hun. Kalau pedang bisa ditangkis,
sedangkan cahaya hanya merupakan panlulan sinar yang terpancar dan pedangnya
Kalau sampai ditangkis, tentu saja yang ditemukan hanya kekosongan.
Kali ini rasa terkejut dalam hati Suo Y| Hu benar-benar bukan kepalang Tangan
kirinya menggerakkan potiot besi, sedangkan tangan kanannya melancarkan pitkong
ciang Keduanya dihantamkan ke arah cahaya pedang dengan harapan dapat
mengatasinya. Pernahkah kau berdiri di bawah cahaya matahari dan mengambil sebuah cermin
untuk memantulkan sinarnya kepada orang lain" Bagaimana rnenyilaukan cahaya
seperti itu" Pftkong ciang yang dilancarkan oleh Suo Yi Hu belum mencapai
sasaran Pantulan cahaya pedang Sang Ceng Hun sudah menyinari tubuhnya Tiba-tiba dia
merasakan sekilas sinar yang mencekam melintasi tubuhnya. Dia terkeJut setengah
rnati. Dengan menjent histeris dia rnundur beberapa langkah kemudian terjatuh di
atas tanah. Orang itu sudah rnati. Dan kematiannya karena hawa pedang San Ceng Hun. Tetapi
pada saat itu juga Sang Geng Hun rnerasakan tenaga dalamnya terkuras habis oleh
serangan yang dilancarkannya itu.
Tenaga dalamnya seperti sirna Sepasang rnatanya terasa berkunang kunang Hampir
saja dia semaput Tetapi biar bagaimana pun dia adalah seorang Ciang bunjin dan
sebuah partai yang terkemuka setiap han dia melatih ilnriu tenaga dalamnya
sehingga sudah harnpir mencapai taraf kesernpurnaan. Saat ini, ketika dia merasakan
keadaan tubuhnya tidak beres, dia segera menancapkan pedangnya di tanah dan menumpu
pada pedang tersebut serta mernpertahankan dirinya jangan sampai terjatuh.
Ketika Sang Ceng Hun dan Suo Yi Hu bertarung dengan sengit, Kiuci lo han masih
bertempur melawan Su Po Hin. Siang si suangse melawan Wi Lam Cu dan Gi Hua to,
serta Goca cinjin yang menghadapi Hui Hung 1 Su Dari pihak delapan partai besar,
karena sudah terserang racun pembuyar tenaga, maka mereka pun terpaksa
mengundurkan diri sebab hawa murni di dalam tubuh sudah terasa mulai membuyar.
Mereka tidak mempunyai kemampuan untuk bertarung lebih lama Ha! inj berarti
pihak musuh yang meraih kemenangan.
Siasat yang digunakan oleh pihak musuh adalah mengulur waktu
sepanjangpanjangnya. Sampai racun d'i dalam tubuh sudah mulai bekerja, mereka
pun tidak sanggup menghadapi lawan lagi Itulah sebabnya pihak delapan partai besar
mulai merasakan tekanan yang semakin lama semakin berat.
Giok Si Cu sedang mernusatkan perhatian ke tengah arena di mana pertarungan
masih berlangsung. Tentu saja dia melihat Sang Ceng Hun yang kehabisan tenaga
Orang itu sedang berdiri dengan terhuyunghuyung. Cepatcepat dia memerintahkan
dua orang muridnya untuk keluar ke depan dan membimbing Sang C^ng Hun ke
dalam barisan Lo Han tin.
Orang yang terserang racun pembuyar tenaga masih bisa sadarkan dih. Sang Ceng
Hun yang dibimbing mengundurkan diri oleh dua orang mund Bu Tong pai membuka
suara dengan susah payah .
"Giok si toheng, cepat suruh orang kita yang sedang bertarung mundur kembali.
Semua ini termasuk rencana licik pihak musuh. Mereka berharap kita bertarung


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga racun dengan cepat menyebar. Kalau sekarang mengundurkan diri, mungkin
masih bisa mempertahankan kekuatan yang ada Kita can aka! lain untuk keluar dan
tempat ini.". "Harap toheng segera duduk benstirahat agar tenaga dapat dipulihkan kembali
Keadaan saat ini sudah suht dihentikan Kita terpaksa melihat perkernbangannya
saja.". Sang Ceng Hun menarik nafas panjang.
"Mungkin sudah merupakan takdir Yang Kuasa," katanya lirih.
Hatinya yakin, apabila pihak lawan tidak menggunakan cara licik dengan meracuni
mereka, pihak delapan partai besar tidak mungkin mengalami kekalahan dalam waktu
yang demikian singkat. "Bukan takdir, tetapi sudah diperhitungkan dengan baik oleh pihak musuh," sahut
Giok SiCu. Saat ini, dan pihak delapan partai besar yang masih bertarung hanya tingga!
empat orang. Mereka adalah Song Ceng San yang berlawanan dengan Hue leng senbu, Bu
Cu taisu yang menghadapi Cu Tian Cun, Beng Ta jin melawan Toan Pek Yang dan
Kan Si Tong yang berhadapan dengan Cian Poa Teng.
Dengan sebatang pedang di tangan, sebetulnya Song Ceng San dapat melancarkan
berbagai jurus andalaonya yang sulit disambut oleh lawan. Tetapi sSat ini
hatinya sedang digelayuti dua buah persoalan.
Pertama, ketika Cu Tian Cun bergebrak dengan Song Bun Cun, orang muda itu dapat
memecahkan berbagai juru's ilmu pedang keluarga Song dengan mudah Kedua, rom
bongan mereka telah diserang dengan racun ofeh pihak musuh. Sedangkan menurut
penglihatannya, orang-orang mereka apabila mengerahkan segenap kekuatan,
palingpaling masih'dapat berlahan sebanyak tiga puluhan jurus lagi Setelah itu
racun dalam tubuh pasti menyebar dan hawa murni pun membuyar sedikit demi sedikit
Tenaga dalamnya sendiri memang termasuk yang paling tinggi dibandingkan dengan
yang lainnya Tapi dia Juga paling=paling bias bertahan sebanyak tujuh puluhan
jurus saja. Setelah itu dia pasti tidak sanggup menghadapi lawan lagi.
Oleh karena itu, di dalam hatinya sudah mempunyai dua macam pertimbangan.
pertama, mereka harus bergerak cepat. Serangan yang dflancarkan harus mematikan.
Kalau dia ingin memben bar Jan kepada yang lainnya Maka dalam sepuluh atau dua
puluh jurus dia harus berha il membunuh Hue leng senbu Tetapi setelah bergebrak
sekian lama dengan nenp*< itu Dia sadar bahwa dirinya tidak sanggup melakukan
hal itu dalam waktu singkat Bahkan dia merasa ilmu Hue leng senbu demikian tingg;,
termasuk ilmu pedangnya. Kekuatan perempuan itu tidak berada di bawah dirinya
sendiri Biarpun dia mengerahkan segenap kemampuannya, sebelum hma ratus
jurusan, masih sulit ditentukan siapa yang akan kalah da" siapa yang akan menang
Apalagi ingin membunuhnya dalam waktu singkat.
Kedua, tetap mengulur waktu sepanjang rnungkin. Agar racun dalam tubuh jangan
sampai bekerja maka jangan rnengadu kekerasan dengan pihak lawan. Sebab untuk
mengadu kekerasan diperlukan saluran hawa murni. Dengan mempertahankan diri
saja, mungkin dalarn keadaan terdesak dapat memberikan bantuan yang berarti bagi
rombongan pihaknya. Sekarang dia justru mengembangkan pertimbangan yang kedua. Pedang panJang di
tangannya hanya bergerak kesana kemari. Dia tidak ingin beradu kekerasan dengan
Hue leng senbu. Ternyata Bu Cu taisu mempunyai pikiran yang sama dengan Song Ceng San. |!mu
yang digunakan adalah Tak rno kiarnhoat dari Siau Lim pai yang terkenal dengan
gerakannya yang tenang Sama sekali Udak terkandung kekejian sebagaimana ilmu
pedang lainnya. Sejak sepuluh tahun yang lalu, pihak Kong Tong pai sudah membujuk para mund
murtad dari berbagai aliran untuk bergabung dengan pihak mereka. Mungkin sejak
itu mereka sudah mengadakan penelitian terhadap ilmu ilmu delapan partai besar dan
menciptakan ilmu lain yang dapat digunakan untuk menghadapinya.
Tetapi Siau lim pai mempunyai tujuh puluh dua macam ilmu yang hebathebat. Bukan
saja ilmuilmu ini sangat dirahasiakan, bahkan muridmurid perguruannya sendiri,
sebelum mendapat i]in dari ketua kuil tidak boleh mempelaJan ilmu tersebut.
Meskipun Kong Tong pai audah berusaha selama sepyluh tahun, tetapi mereka belum
berhasil mendapatkan apaapa yang berarti.
Oleh sebab itu, ketika melihat Bu Cu taisu menghadapinya dengan pedang, Cu Tian
Cun segera maklurn bahwa ilmu yang akan digunakannya pasti Tat mo kian hoat Dia
sendiri belum tahu cara menghadapinya. Terpaksa dia harus mengikuti
perkembangan. Asal Bu Cu taisu menyerang satu jurus. Dia melakukannya dengan
berhatihati maka dari itu pula pertarungan mereka memakan waktu yang lama.
Beng Ta Jin dan Kan Si Tong secara terpisah menghadapi pelindung hukum kanan
dan kiri dari Kong Tong pai. Kadua belah pihak sama-sama menyerang lawannya
dengan gencar Tetapi Wi Ting sintiau Beng Ta Jin adalah pihak seorang tokoh yang
pengalamarmya luas dan banyak akalnya Melihat jumlah pihak lawan lebih banyak
dari mereka dan sebagian besar dari rekannya sudah sanggup menghadapi lawan lagi
karena racun pembuyar tenaga di dalam tubuh mereka sudah menunjukkan reaksinya,
maka sebelum terjun ketengah arena, dia sudah membisiki Kan Si Tong agar
menghadapi lawan dengan hatihati Kalau bukan dalam keadaan terdesak, jangan
salurkan hawa murni dan jangan mengadu kekerasan dengan pihak lawan.
Meskipun tenaga dalam Kan Si Tong masih kalah sedikit kalau dibandingkan dengan
suhengnya Kwek Si Hong, tetapi ketika mengerahkan Pat Kua kiamhoat, tetap saja
cahaya berkilauan memantul dan pedangnya dan langkah kakinya juga mengikuti
unsur Pat Kua. Namun dia Juga tidak mengerahkan hawa murninya untuk
menghadapi lawan, boleh dibilang Cian Poa Teng seperti sedang diajaknya berlatih
ilmu pedang dan sama sekali tidak serius.
Sedangkan iawan Beng Ta jin, yakni Toan Pek Yang justru merupakan musuh yang
tidak mudah dihadapi. Meskipun bentuk tubuhnya pendek, tetapi pedangnya yang
berbentuk lebar dapat menyapukan angin yang dahsyat.
Namun Beng Ta Jin menghadapinya dengan tenang. Liok Hap k'iamhoatnya memang
merupakan ilmu yang mengandung unsur kelembutan Biarpun lawan menyerangnya
dengan gencar, dia tetap menghadapinya dengan kalem Pedangnya hanya digerakkan
dengan perlahan dan menghindari benturan dengan pedang Toan Pek Yang. Hal ini
membuat hati Toan Pek Yang kesal sampai berkoakkoak marah.
Diamdiam Beng Ta jin merasa geli melihatnya Dan ketika hawa pedang yang
dilancarkan oleh Sang Ceng Hun berhasil membunuh Suo Yi Hu, dia pun tertawa
terbahak-bahak. "Kan heng, Sang ciang bunJin sudah mendapatkan hasil Kita toh tidak mungkin
bertarung dengan Toan toa tau dan Cian Poa Teng dengan sia-sia. Setidaknya harus
menunjukkan sedikit hasil!" katanya dengan suara lantang.
Kan Si Tong mengerti maksud hati Beng Ta jin, cepatcepat dia menganggukkan
kepalanya berkali-kali. "Betul, betul. Kita juga seharusnya meringKus kedua orang ini secepatnya," sahutnya
cepat. Mendengar percakapan mereka, hati Toan Pek Yang marasa marah sekali.
"Beng Ta jin, jangan kau membual! Lihat pedangl" bentaknya keras.
Pedang lebarnya menerbitkan suara berdesir dan langsung menerjang ke depan. Beng
Ta jin memang mengharapkan Toari Pek Yang menJadi marah. Apalagi sejak tadi dia
terus mempermainkannya, dia tahu Toan Pek Yang tidak dapat menahan kekesalan
hatinya lagi. Sekarang tiba-tiba dia tertawa terbahakbahak. pedang panjangnya
bergerak dan Liok Hap kiamhoat pun langsung dilancarkan.
"Trang!" Terdengar suara nyanng. Dalam sekejap mata pedang Beng Tajin sudah
menyampok pedang lebar Toan Pek Yang. Ta ngan kirinya malah bergerak lebih
cepat dan pedangnya. Dengan ilmu Liok Hap sin ci (Totokan sakti Liok Hap bun)
secara diam-diam dia mengincar urat darah di bagian punggung Toan Pek Yang.
Totokan sakti Liok Hap bun ini paling sulit dihindari. Apalagi Toan Pek Yang
tidak menyangka Beng Tajin akan menekan pedangnya secara tiba-tiba. Baru saja dia
bermaksud menyalurkan tenaga dalam yang lebih kuat lagi ke pedangnya, tiba-tiba
dia merasa urat nadi di bagian punggung menjadi kebaf dan separuh badannya pun
lumpuh seketika. Mana mungkm dia masih sanggup mengerahkan tenaga dalamnya"
Mulutnya mengeluarkan suara dengusan. pedang lebar teriepas dan tubuhnya pun
mundur dengan terhuyung-huyung.
Beng Ta jin sama sekali tidak mengejarnya Pedang panjangnya disimpan kembali
dan tertawa terbahak-bahak.
"Kan heng, kita tidak perlu meneruakan lagi babak ini," katanya.
Sementara itu, Cian Poa Teng masih berdiri dengan tertegun menyaksikan apa yang
telah terjadi, Kan Si Tong dan Beng Ta jin sudah mencelat mundur ke tempat
rombongannya berada. Sekarang, di tengah arena hanya tertinggal Song Ceng San dan Bu Cu taisu yang
sedang bertarung melawan Hue leng senbu dan Cu Tian Cun. Tampaknya kalah atau
menang di antara mereka masih belum dapat ditentukan dalam waktu yang singkat.
Di pihak delapan partai, saat ini ada Beng Ta jin dan Kan Si Tong yang melmdungi
dengan sepenuh hati. Meskipun hanya menjaga saja, tetapi berarti mereka sudah
menambahkan beberapa bagian kekuatan.
Mata Hue leng senbu sampai memerah saking marahnya.
"Kalian ini benar-benar kantong nasi semuanya. Hayo cepat serbu kembali Bunuh
semuanya Pokoknya orang-orang yang hadir di tempat mi, Jangan satypun yang
dibiarkan lolos hari inil" bentaknya gusar.
Begitu mendengar suara bentakannya, rombongan Kiuci lo han, Cian Poa Teng,
Siang si suangse, Goca cin lin dan yang lain-lainnya segera bergerak menyerbu ke
arah barisan Lo Han tin. Perempuan-perempuan yang berdiri di sebelah kiri seperti Ca popo, Be hua popo
Ciok Sam Ku, Liu Cing Cing, serta Hue moli Cu Kiau Kiau segera berbaris keluar
dan ikut menyerbu ke arah rombongan delapan partai besar.
Dengan demikian, pertarungan yang tadinya telah diatur satu lawan satu menjadi
ajang pertempuran besar-besaran seperti perang saja. Giok Si Cu dapat melihat
keadaan yang kurang menguntungkan Terpaksa dia memerintahkan kepada anak
murid Siau Lim pai yang membentuk Lo Han tin untuk bersiap diri dan menjaga
mereka yang terluka. Sedangkan dia sendiri segera mengajak Hui Kin Siau, Beng Ta
Jin, dan Kan Si Tong dan delapan muridnya untuk terjun ke arena untuk menyambut
serbuan musuh. Song Bun Cun, Kwek Si Hong dan Ciok Sam San bertiga sudah beristirahat cukup
lama. Mereka merasa keadaan tubuh mereka sudah agak lumayan Tanpa menunggu
perintah lagi, mereka segera terjun ke tengah ajang pertempuran untuk memberiken
bantuan kepada rekan-rekannya yang lain.
Song Bun Cun mehggetarkan pedang panjangnya. Kebetulan dia berampokan dengan
Liu Cing Cing, gadis yang mengaku bernama Cun Bwe dan menyelundup ke dalam
Tian Hua sanceng sebagai mata-mata.
"Budak keparat, antarkan nyawamu kemari!" bentaknya lantang Pedangnya segera
ditusukkan ke depan. Liu Cing Cing memparlihatkan seulas senyuman yang dingln.
'Kau kira sekarang dirimu berada di Tian Hua sanceng?" sindimya tajam. Sepasang
pedangnya langsung dilancarkan untuk menyambut serangan Song Bun Cun
Terdengar suara. "Trangl" dari benturan senjata mereka. Saat itu juga Song Bun Cun merasakan hawa
murninya agak membuyar. Tanpa dapat dipertahankan lagi, kakinya tergetar mundur
beberapa tangkah. Padahal sebatang pedang Liu Cing Cing yang lainnya sedang
meluncur dating. Untung ada seorang murid Bu Tong pai yang kebetulan di belakangnya Orang itu
segera mengulurkan pedangnya dan mewakili Song Bun Cun menyambut serangan
pedang Liu Cing Cing. Kekualan antara murid Bu Tong pai dan Liu Cing Cing
rupanya hampir seimbang. Keduanya terdesak mundur satu langkah.
Ciok Sam San dan Kwek Si Hong demikian juga. Mereka berhadapan dengan Ca
popo dan Cu Kiau Kiau. Tidak sampai satu jurus, mereka tidak dapat
mempartahankan diri lagl dan sambil mengeluh pasrah, mereka terpaksa mencelat
mundur ke dalam barisan Lo Han tin kembali.
Kalau dipikirkan, pada hari biasa, Cu Kiau Kiau dan Ca popo pasti bukan tandmgan
Ciok Sam San maupun Kwek SS Hong. Dibandingkan dengan kedudukan mereka
saja, sudah terpaut jauh. Justru inilah kelicikan pihak musuh Para perempuan
yang tadinya hanya berdiam diri di sebelah kiri, sengaja menunggu sampai racun di
dalam tubuh tokohtokoh delapan partai besar bekerja, baru turun tangan menghadapt
mereka Pada saat sekarang, tentu saja tokohtokoh itu bukan tandingan para perempuan itu
lagi. Ketika pihak musuh mulai menyerbu, delapan belas mund Siau Lim pai yang
membentuk Lo Han tirl sudah mengeluarkan tongkat besi masing-masing Mereka
menjuturkannya serentak Pergelangan tangan mereka bagai delapan belas ekor naga
yang meliuk-liuk di angkasa Suara yang terbit dari sapuan tongkat mereka
berdesirdesir. Kurang lebih lima depa tanah di sekeliling mereke terjaga dengan
ketat. Lo Han tin yang berjumlah delapan belas orang itu, di Siau Lim si merupakan
barisan Lo Han tin kecil Lo Han tin yang sebenarnya atau Lo Han tin besar merupakan
gabungan dari seratus delapan orang hwesio Tetapi kekualan Lo Han tin kecil ini
saja sudah cukup mengejutkan. Malah membawa manfaat yang besar bagi;rombongan
delapan partai besar Pihak musuh yang sedang menyerbu ke arah mereka terpaksa
tartahan di luar barisan tersebut.
Pertempuran ini benar-benar sengit. Di manamana terlihat bayangan tubuh
berkelebat. Senjatasenjata tajam saling bersilangan dan beradu. Suara begitu
menggetarkan hati bagai gemuruh geledek yang aedang mengamuk. Sinarsinar
berkilauan akibat senjata yang diktbeskan kesana kemari. Begitu senjata tajam
saling membentur, tampaklah cahaya bunga api yang memercik Benar-benar merupakan p
tarungan mati hidupyang menegangkan.
Bagi pihak delapan partai besar, partarungan ini benar-benar membahayakan
Apabila waktu terus berlalu, maka dengan parlahanlahan kekuatan mereka semakin berkurang dan
otomatis mereka yang akan keluar sebagai pecundang. Kalau sebelumnya mereka
bisa bertempur dengan tidak mengerahkan hawa murni kerena mereke menghadapi
lawan satu berbanding satu Tetapf sekarang keadaan sudah kacau. Pokoknya setiap
musuh yang ada di depan mata lang' sung diserang. Mereka tidak bisa
memperdulikan hal lainnya lagi. Sampai kapan mereka bisa bertahan, mereka akan terus berjuang
menghadapi lawan. Tangan Sang Ceng Hun masih menggenggam pedang Dia menopang pada pedangnya
dan berusaha bangkit dengan perlahanlahan. Dihimpunnya sisa tenaga yang masih
ada dan berteriak dengan sekeras-kerasnya.
"Cuwi toaya kalian tidak usah perdulikan pinto sekalian, Yang masih sanggup
menerobos keluar, harap tenang keluar dengan secepatnya Selama delapan partai
besar masih ada, asal bisa menerjang keluar secara hiduphidup, pasti bisa
kumpulkan jagojego lainnya untuk membasmi manusiamanusia sesat ini sehingga lenyap dari
muka bumi. Kalian tidak boleh berkutat terus di sini Jangan sampai kita gugur
bersama secara parcuma'".
Kata-katanya ini diucapkan dengan kekuatan tenaga yang masih tersisa Begitu
ucapannya selesai, orangnya pun terkulai jatuh ke belakang.
Melihat keadaan itu Hue leng senbu langsung tertawa terkekeh-kekeh.
"Apakah kalian masih bermimpi dapat menerjang keluar dari tempat ini?".


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pedang panjang Song Ceng San disapukan ke depan. Matanya mendelik lebar-lebar.
"Cu Leng Sian, usia Lohu sudah tinggi. Meskipun harus kehilangan selembar nyawa
ini, pokoknya kau harus merasakan dulu ketajaman pedangku ini!" Angm yang timbul dari
pedangnya begitu kencang Bahkan terhhat selarik sinar yang berkitauan bagai
seutas rantai emas yang dikibaSkan Gerakan pedangnya begai naga sakti
mengibaskan ekor Wajah Hue leng senbu sampai berubah hebat melihat serangannya
Tanpa terasa kakinya bergetar mundur sejauh lima enam langkah.
"Omitohud'". Tepat pada saat itu. terdengar suara seseorang yang menyebut nama Buddha Dia
berjalan dan arah !uar bukit menuju ke tempat pertempuran berlangsung Yang
pertamatama terlihat adalah seorang hwesio tua yang bentuk tubuhnya tinggi besar
dan berpakaian kuning Tangannya membawa sebatang pedang kuno Sinar matanya
tajam sekali Dengan berkelebat melewati orang yang bertarung, dia sampai di
depan barisan Lo Han tin. Di belakangnya mengikuti seorang hwesio lainnya yang memakai pakaian berwarna
putih ke abu-abuan. Tangannya Juga menggenggam sebatang pedang panjang.
Hwesio tua ini rupanya adalah Ciang bunjin Go Bi pai yang sekarang yakni Lian
Seng taisu. Masih ada empat perempuan yang datang bersamasama Lian Seng taisu. Mereka
adalah Hui hujin, Hui Fei Cen, Slau Cul dan seorang wanita setengah baya yang
memakai gaun panjang dan kain kasar. Keempat orang ini semuanya juga membawa
pedang dan saat ilu sedang menghampin ke arah barisan Lo Han tin.
Mata Song Ceng San yang mengedar berhenti pada diri wanita setengah baya yang
berkain kasar itu Dia cepatcepat berseru memanggilnya.
"Sam moay, Cu Tian Cun yang sedang berkelahi melawan Bu Cu taisu dari Siau Lim
Pai adalah putramu yang menghilang enam belas tahun lalu!".
Rupanya wanita setengah beya yang pakaiannya terbuat dan bahan kain kasar ini
merupakan adik ketiga dari Song Ceng San. Selama ini dia menetap di kota Kiu
Hua. Hui huJin yanapergi ke kota itu dan mengajaknya kesini.
Mendengar ucapannya Hue leng senbu marah sekali.
"Ji lo cepat hadang mereka! Jangan sampai satu pun meloloskan diri dari tempat
ini!" bentaknya lantang. Jj lo yang dipanggilnya barusan, sudah pasti Lotoa dan losam dari Kong Tong si
hao. Loji dan Losi sedang mengemban tugas ke Soat san dan sampai saat itu belum
kembali. Sejak tadi mereka mempartahankan kedudukannya yang tinggl, maka tidak ter]un ke
gelanggang, Tetapi mereka juga mempunyai tugas tersendiri, yaitu bertanggung
jawab untuk melihat jalannya partempuran Apablla ada orang dari delapan partai besar
ada yang sempat menerjang keluar dan ajang pertempuran, maka merekatah yang harus
menahan orang itu agar tidak sempat meloloskan diri. Pokoknya tidak boteh ada
seorang pun dari pihak delapan partai besar yang sempat melepaskan diri dari
perangkap mereka. Tetapi keadaan saat itu sudah berbeda. Dengan kedatangan Lian
Seng taisu beserta rombongannya, pihak delapan partai besar yang su dah
kewalahan seperti mendapat tenaga baru dan semangat terpacu kemball.
Oleh karena itu, Hue leng senbu segera menyuruh dua kakek dari Kong Tong sihao
itu untuk turun ke arena dan menghadang combongan Lian Seng taisu. Dua kakek itu
segera mengiakan. Kemudian tarlihat dua sosok bayangan melayang bagai burung
terbang menuju ke barisan Lo Han tin.
Tepat ketika tubuh kedua orang itu melesat, darl depan plntu batu juga melesat
masuk sesosok bayangan lainnya. Kedatangan sosok bayangan ini begitu mendadak,
melayangnya juga menuju ke arah kedua orang Kong Tong sihao. Memang yang
terlihat hanya satu beyangan, apabila sampai beramprokan, pasti juga satu yang
tertubruk olehnya. Siapa sangka, tiba-tiba mata lotoa dan Lo sam seperti melihat bayangan orang
yang melesat, tahutahu keduanya sudah ditabrak orang sampai terhuyung-huyung.
Terdengar suara. "Blukl Bluk!" sebanyak dua kali Tidak! Ketiga orang itu samasama terhempas ke
atas tanah. Kemudian bangkit lagi dalam waktu yang hampir bersamaan.
Toahoa dan Samhao merasa heran, Mata mereka segera terangkat. Mereka melihat
bahwa yang bertabrakan dengan mereka tadi ternyata seorang lakilaki berusia
kurang lebih lima puluh tahunan dan kepalanya ditutupi topi dari kulit labu yang
bentuknya jadi aneh Tubuh orang itu kurus sekali.
Sedangkan tampang orang ini benar-benar tidak enak dilihat. Matanya sipit
seperti mata ayam, hidungnya seperti burung betet, warna mukanya kuning seperti orang
penyakitan. Di atas bibirnya dipelihara dua baris kumis yang panJang dan tipis.
Tubuhnya seperti kulit langsung membungkus tulang. Bahunya juga memanggul dua
buah karung besar. Pada saat ini dia sedang mendelikkan sepasang mata ayamnya Dia menatap kepada
Lotoa dan Losam lekat-lekat Dengan tampang kesal dia meletakkan kedua karung
yang tadi dipanggulnya ke atas tanah.
Dia sepertl orang yang habis melakukan perialanan jauh Nafasnya masih
tersengalsengal. Dengan bersungutsungut dia menggerutu dl hadapan Lotoa dan
Losam dan Kong Tong sihao.
"Kalian berdua tua bangka ini, jalan juga tidak lihatlihat lagi ada Siau loji
yang sedang masuk ke dalam sini Juga tidak perduli barang apayang SJau loji bawa ini.
Main asal tabrak saja! Untung saja tulang kurus Siau loji ini cukup keras dan
untung saja dua buah kacung berharga ini tidak sampai terlempar ke atas tanah. Kalau
sampai dua orang yang masih hidup ini berubah menjadi orang mati, kalian tidak boleh
melemparkan kesatahan pada diri Siau Loji".
Sikapnya yang sangat khas ini sudah pasti Kim Ti jui adanya!".
Meskipun toahao tidak dapat mengenali asalusul orang yang ada di hadapannya ini,
tetapi melihat dia sanggup menabrak mereka berdua sekaligus tanpa terluka sedikit pun,
sudah membuktikan bahwa orang ini bukan orang sembarangan llmunya pasti
cukup tinggi. Toahao sama sekali tidak berani memandang remeh orang yang baru datang ini.
Bibirnya hanya mengembangkan senyuman mengejek. ..
"Siapa Saudara" Maafkan mata Lohu yang sudah lamur ini,' katanya dengan nada
dingin. Bagi toahao, ucapan yang dikeluarkannya ini sudah termasuk sungkan. Kim Tijui
memandang kadua orang itu darl atas kepala sampai ka ujung kaki. Tiba-tiba dia
tertawa terkekeh-kekeh. Sepasang kepalan tangannya segera dirangkapkan dan dia
menjura dalam-dalam. "Lao ko berdua, kalau tidak salah kalian adalah Lotoa dan Losam dari Kong Tong
sihao yang namanya sudah menggetarkan kolong langit. Rejeki Siau loji memang
bagus sekali. Baru sampai yang dicari tangsung bertemu. Siau loji sebetulnya
menerima titipan dari seseorang untuk mengantarkan dua orang kepada Lao koko
berdua. Orang itu mengatakan, asal hengte mengantarkan kedua orang ini sampai di
tujuan yang disebutkan, Lao koko berdua pasti akan menghadiahkan uang sebanyak
dua puluh tail. Sekarang orangnya sudah dlantarkan. Hi... hi... hi..,. Sesudah
kalian menerima barang aotaran, maka uang jasa itu...." Dia mengulurkan tangannya dan
membuat gayaseparti Sedang menimbangnimbang. Maksudnya tentu saja ingin
meminta upah yang dljanjikan.
"Di mana orang itu?" tanya toahao, Kim Tijui menunjuk kedua buah karung yang
diletakkannya diatas tanah. Dia mengangkat sepasang bahunya dan tersenyum
simpul. "Di dalam karung itu. Hengte memanggulnya dari kaki gunung sampai ka tempat inl.
Perjalanan yang ditempuh kurang lebih tujuh puluh delapan li. Semakin dipanggul
rasanya semakin berat. Beberapa tail uang ini sungguh tidak mudah didapatkan.
He.. he .. he....". Di dunia Bulim sekarang, orang yang berani menyebut dirinya sebagai adik di
hadapan Kong Tong sihao.'rasanya sudah tidak ada lagi.
Sam hao mendengus dingin. "Coba kau buka kedua karung itul" "'Orang itu
mengatakan behwa Lao koko berdua harus memenksanya sendiri, Lagipula hengta
sudah memanggulnya sampai demikian jauh. Untuk menarik nafas saja rasanya masih
susah, masa kalian masih ingin kerja gralis dari Siau loii"' sahut Kim Tijui.
"Sam te, coba kau saja yang buka. Lihat sebetulnya siapa yang dimasukkan ke
dalam karung itu?" kata toahao,.
Sementara itu, seprang gadis yang seJak semula berdiri di sebelah kiri dengan
termangumangu dan sepasang alisnya terjungkit ke atas, yakni Ciok Ciu Lan, telah
melihat Kedatangan Kim Tijui Dia seperti bertemu dengan sanak familinya sendiri
Dengan langkah tergopohgopoh dia segera menghambur ke arahnya.
"Lao koko, kau sudah datang, dia .
Sepasang mata ayam Kim Tijui langsung berkejapkejap. Kedua bahunya
dijungkitkan ke atas, bibirnya tersenyum cengar-cengir.
"Jangan tergesa-gesa, jangan tergesa Dia ada di belakang, Lao koko hanya datang
lebih cepat sedikit dari padanya," sahut Kim Tijui dengan nada menghibur.
Dia yang dikatakan oleh Ciok Ciu Lan dan 'Dia' yang dimaksud oleh Kim Tjjui,
kirakira siapa gerangan".
Baglan Enam Puluh Enam. Sejak turun dari gunung Soat san, Yok Sau Cun dan Tiong Hul Ciong melakukan
perjalanan dengan tergesa-gesa menuju Ce Po tangoan. Mereka takut tidak sempat
menghadiri pertamuan tersebut.
Sepanj'ang perjalanan, merekajuga harus menjaga kondisi tubuh agar stamina dapat
terj'aga dengan baik Karena siapa tahu di dalam pertemuan tersebut, tenaga
mereka akan dipertukan Terpaksa mereka hanya tmelakukan perjalanan pada siang hari.
Malam harinya mereka mencari penginapan untuk bermalam dan berangkat lagi
keesokan paginya. Pahng tidak, mereka harus memberi kesempatan bagi kudanya
untuk beristirahat. Akhirnya mereka sampai Juga di tujuan.
Tanggal satu bulan dua belas, hampir tengah hari. Dua ekor kuda pilihan dari
Soat san berjalan dengan nafas tersengalsengai. Dari mulutnya sampai terlihat uap putih
mengapulngepul Mereka berhenti di kaki gunung Oey san.
Dengan sekali toncat, Yok Sau Cun turun dari kudanya. Dia menepuknepuk kepala
binatang itu dan membiarkan kedua ekor kuda itu beristirahat di bawah sebatang
pohon yang terdapat di pegunungan. Tiong Hui Ciong sagera menambatkan kedua
ekor kuda tersebut. Dia memalingkan kepalanya ke arah Yok Sau Cun.
"Adik Cun, mari kita teruskan perialanan.".
Kedua orang itu segera mendaki ke atas. Jalanan di pagunungan itu bertikuliku.
Tidak berapa lama kemudian mereka sudah melewati Sing husi, nama sebuah kuil.
Pemandangan di sana sangat indah. Suasananya tenang. Mungkm hal inilah yang
membuat nama Oey san jadi terkenal.
Tentu saja mereka berdua tidak berminat menikmali pamandangan yang indah.
Mereke bahkan meneruskan perjalanan dengan targesa-gesa. Kirakira mencapai
setengah perJalanan, Mereka sampai di sebuah sungai yang airnya bening sekali.
Di sampingnya ada sebelang pohon siong yang sudah tua sekali. Di bawahnya duduk
sepasang pria dan wanita yang tampaknya sedang memadu kasih. Di sisi kedua orang
itu tardapat dua buah karung yang ukurannya cukup besar.
Yang laki-laki bersandar dengan bahunya karena pinggangnya sudah bungkuk.
Tampak seperti orang yang sudah berlanjut usia. Tetapi yang perempuan justru
mempunyai rambut yang indah. Bentuk tubuhnya langsing sekali. Kulit tangannya
yang tersembul Juga sangat halus. Tampaknya usia kedua orang itu terpaut cukup
jauh. Sepasang kekasih yang sedang beristirahat di bawah pohon, pada dasarnya adalah
peristiwa yang jamak Tetapi justru karena lakilakinya begitu tua dan
perempuannya masih muda, maka menank perhatian orang yang kebetulan lewat di tempat itu.
Sekali linkan itu membuat pikiran Tiong Hui Ciong meriJadi tergerak. Perempuan
itu mengenakan paRaian barwarna hijau dan tecbuat dan bahan sutera Kalau dilihat
dari bagian punggungnya ada sedikit kemlripen dengan selir Li.
Padahal kedua orang' itu sudah berjalan menelusurl pegunungan untuk menuju ke
puncaknya, tetapi karena kecurigaan yang timbul dalam hati Tiong Hui Ciong maka
dia segera berseru.... Adik Cun, tunggu sebentarl".
Langkah kaki Yok Sau Cun otomalis terhenti,.
"Apakah Ciong cici menemukan sesuatu?" tanyanya.
Tiong Hui Ciong menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Aku melihat seseorang yang tampaknya seperti selir Li. Mari kita balik ke
tempat tadi dan lihat sekali lagi," ajaknya.
Kedua orang itu segera membalikkan tubuh dan kembali ke tepi sungai tadi
Sekarang di bawah pohon Siong itu hanya tiriggat seorang saJa, yakni si perempuan berpakaian
hijau tadi' Dia duduk sambii menundukkan kepalanya Lakilaki yang duduk
bersamanya barusan sudah tidak tertihat lagi.
Semakin diperhatikan, perempuan itu semakin mirip selir Li. Dengan diamdiam dia
memberi isyarat kepada Yok Sau Cun agar dia berjagajaga apabila perempuan itu
becmaksud melarikan diri.
Tubuhnya berkelebat bagai hembusan angin. Sekali melesat saja dia sudah sampai
di hadapan perempuan berpakaian hijau itu. Matanya segera menatap lekat-lekat.
Kalau perempuan itu bukan selir Li yang meloloskan diri dari Soan san, habis'siapa
lagi" Wajahnya menjadi berseriseci seketika.
"Adik Cun, cepat ke sini! Dia memang sellr Li!" teriaknya keras-keras.
Baru saja suaranya sirna, tiba-tiba terdengar suara tertawa yang tarbahak-bahak.
Suara itu berkumandang dari atas pohon.
"Ha... ha... ha.. kami sudah menunggu kalian di tempat ini cukup lamal".
Yok Sau Cun segera melesat ke depan. Dia berdiri di samping Tiong Hui Ciong
dengan sikap melindungi. "Siapa" Mengapa masih belum mengunjukkan diri'"' bentaknya dengan suara lantang.
"Kami sudah keluar!" Terdengar suara desiran lengan baju, dan atas pohon
berkelebat empat lima sosok bayangan Dalam sekejap mata kedua orang itu sudah terkurung di
tengahtengah. Yok Sau Cun dan Tiong Hui Ciong segera memperhatikan siapa orang-orang itu.
Tanpa sadar mulut mereka mengeluarkan suara seperti helaan nafas panjang. Orang
yang menjadi pemimpin itu langsung tertawa terkekeh-kekeh. Dia memalingkan
wajahnya ke arah empat orang yang melayang turun bersama-sama dengannya tadi.
"Coba katian lihat. Bagaimana" Apa yang Siau loji duga lidak pernah salah,
bukan?". WaJah Tiong Hui Ciong dan Yok Sau Cun tampak berseriseri. Mereka memanggil
dengan serentak.

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lao koko!". Rupanya orang yang memimpin itu memang si tukang ramal nasib, Kim Tijui
adanya. Sedangkan keempat orang lainnya, tentu saja pelayan Tiong Hui Ciong,
yakni Cun Hong, Sia ho, Ciu Suang dan Tung Soat.
Kim Tijui mengangkat sepasang bahunya dan tetap tertawa terkekeh-kekeh.
"Lao koko mengatakan kepada mereka agar tidak usah langsung ke Ce Po tangoan.
Asal menurut apa kate Siau loji, yaitu menunggu di sini saja, pasti dapat
bertemu dengan kalian. Tadinya mereka masih tidak per'caya!" katanya kepada Tiong Hui
Ciong. Tiong Hui Ciong melirik sekilas ke arah selir Li. Perempuan itu duduk bersandar
di batang pohon dan tidak bergerak sama sekali. Seperti orang yang tertotok jalan
darahnya. Tidak usah diragukan lagl ini pasti perbuatan Kim Tijui.
"Lao koko, bagalmana kau bisa tahu bahwa kaml sedang mencari perempuan inl dan
tangsung meringkusnya?" tanyanya heran.
'Mudah saja. Bukankah dia baru saja meloloskan diri dari Soat san?".
Yok Sau Cun merasa kagum sekali.
"Lao koko, sepertmya kau memang benar-benar bisa meramal hal yang belum
terjadi?". "Tukang ramal kalau tidak tahu apa yang telah terjadi dan apa yang akan lerjadl,
namanya kan bukan tukang ramal lagi?" sahut Kim TiJui sambil
mengembangkempiskan pucuk hldungnya. Bibirnya tersenyum lebar sehingga dua
bans giginya yang kekuningkuningan tangsung terlihat jelas 'Siau hengte, Lao
koko hanya bercanda Baiklah, aku akan mengatakan terus terang Sebetulnya aku
mendengarnya dari Kong Tong jihao.".
Tiong Hui Ciong terkejut sekali.
"Lao koko, apakah kau juga sudah bertemu dengan Kong Tong Jihao dan Sihao yang
baru turun dari Soat san?".
Kim Tijui menunjuk ke arah dua buah karung yang tergeietak di atas tanah.
"Bukankah mereka ada di dalam situ." Rupanya Kong Tong jihao dan Sihao sudah
dimasukkan ke dalam karung olehnya. Yok Sau Cun sampai penasaran mendengar
kata-katanya. "Lao koko..,.".
Kim Tijui mengibasngibaskan tangannya. Dia segera menukas ucapan Yok Sau
Cun.... "Jangan panggil Lao koko tecus. Kalian harus cepat berangkat Kalian kira keadaan
d< Ce Po tangoan masih amanaman saja" Biar Lao koko beritahu kepada kalian, saat ini
orangorang dari delapan partai besar $udah kembang kempis menghadapi lawan
Kalau kalian masih tidak berangkat juga, sebentar lagi mereka pasti tamat
hwayatnya.". Mendengar keterangannya, Yok Sau Cun menjadi panik.
"Begitu gawat" Lao koko, kalau begitu kita berangkat sekarang juga!".
Kim Tijui menggelenggelengkan kepalanya.
"Lao koko justru karena menunggu kelian di sini, kalau tidak se|ak tadi aku
sudah berangkat. Tapi, Siang hengte, hari ini kau meCLipakan pemeran utama. Nenek she
Cu itu harus kau yang menghadapinya. Mari, kau sudah belajar dua jurus ilmu
pedang, tepi kau masih belum sanggup membunuhnya. Sekarang juga Lao koko akan
mengajarkan jurus yang ketiga.".
Yok Sau Cun merasa ragu-ragu.
"Apakah jurus ketiga ini tidak sukar dipelajan" Masa baru belajar sudah bisa
digunakan?". "Sekarang juga Lao koko akan mengajarkannya kepadamu Hari ini kau harus unjuk
gigi. Cepat dekatkan telingamu ke mari," sahut Kim TI]UI.
Yok Sau Cun masih bimbang, tetapi dia mendekatkan juga tetinganya ke samping
mulut Kim Tijui Tukang ramal nasib itu segera berbisik dj felinganya " "Ingat,
setelah menjalankan jurus yang kedua, pedang ditusukkan ke sebelah kanan kirakira satu
cun tebih sedikit.". Mendengar kata-katanya, Yok Sau Cun menjadi tertegun.
"Itu yang Lao koko maksudkan dengan jurus ketiga?" tanyanya dengan nada kurang
percaya. Kim Tijui tertawa lebar. "Tidak salahl".
"Masa begitu gampang?" tanya Yok Sau Cun masih kurang yakin.
"Begitu kau bilang gampang?" Kim Tijui mengangketangkat
melanjutkan lagi kata-katanya. 'Tigajurus ini merupakan
jaman ini. Jangan kau anggap enteng. Boleh dibilang, di
belum ada orang yang sanggup memecahkannya Baiklah, Lao
behunya. Kemudlan dia ilmu pedang paling dahsyat pada
bawah kolong langit ini masih
koko akan berangkat duluan. Kalau sampai terlambat bisa gawat." Dia tangsung mengangkat
kedua buah karung yang tadinya tergeletak di atas tanah. Kakinya mulai melangkah,
tetap! kepalanya sempat menoleh satu kali. "Nyonya muda ini Lao koko serahkan kepada
kalian saja!" Sebentar kemudian bayangan tubuhnya sudah tidak terlihat lagi.
Yok Sau Cun juga menofehkan kepalanya.
"Ciong cici, kita juga harus berangkat!" ajaknya.
"Tenang sa|a. Ada Lao koko yang sampai duluan di sana, pasti tidak akan terjadi
apaapa. Sedangkan perempuan ticik ini sudah tertangkap di tangan kita. Seharusnya kita
lanyaKan dulu sampai jelas, racun apa sebetulnya yang diberikan kepada Yaya. Dan di mana
kita bisa mendapatkan obat pemunahnya?" sahut Tiong Hui Ciong.
Yok Sau Cun menganggukken kepalanya. "Apa yang cici katakan memang benar."
Melihat sikap Yok Sau Cun yang selalu menurut kepadanya, hatt Tiong Hui Ciong
senang sekali. Seulas senyuman manis fangsung tersungging di sudut bibirnya.
Kemudian dia berjalan ke bawah pohon Siong dan menepuknepuk tiga jalan darah
selir Li berturut-turut. Selir Li mengeJapngejapkan matenya. Perlahanlahan dia mutai tersadar. Sekali
lihat, dia langsung mengenad siapa yang sedang berdiri di hadapannya Tanpa terasa
mulutnya mengeluarkari seruan terkejut,.
Cun Hong, Sia Ho, Ciu Suang dan Tung Soat tidak menunggu perintah lagi. Tubuh
mereka segera melesat dan mengambil posisi mengurung selir Li. Wajah Tiong Hui
Ciong menjadi dingin dan kaku.
"Selir Li, kau pasti tidak menyangka bahwa kau akan terjatuh di tanganku bukan"
Aku boleh memandang muka Ci Sancu dan tidak menyusahkan dirimu. Tetapi kau
harus menjawab baik-baik. Apabila ada setengah patah kata saja kau berdusta,
jangan salahkan kalau aku turunkan tangan kejam terhadapmu!" ancamnya dengan nada
sinis. Mendengar perkataannya, tanpa menunggu perintah lagi Cun Hong, Sia Ho, Ciu
suang dan Tung Soat segera menghunus pedang masing-masing. Terdengar suara.
"Trang! Trang! Trang! Trang!" sebanyak empat kali. Empat larik cahaya yang
memantulkan hawa dingin pun memenuhi tempat itu.
Hal Jni saja sudah cukup menyiutkan nyali orang yang melfhatnya. Tetapi selir Li
mengedipngedipkan matanya dengan genit. Dia mengedarkan pandangannya ke arah
rombongan Tiong Hui Ciong Kemudian terdengar suara tertawa cekikikan keluar dari
mulutnya. "Ji kouwnio, tahukah tempat apa kita sekarang berada?" tanyanya kenes.
Sikap Tiong Hui Ciong masih kaku seperti tadi.
"Aku tidak perduli tempat apa ini. Kau sudah tecjatuh ke dalam tanganku, maka
kau harus menjawab pertanyaanku.".
Sekali lagi selir Li tertawa terkekeh-kekeh.
"Mungkin kalian masih kurang paham. Jarak Ce Po tangoan darl tempat Ini hanya
kurang iebih dua belas li. Di sini sudah termasuk wilayah Tian Te kau. Apakah kau masih
berani mengumbarkan kemarahanmu pada diriku?".
"Memangnya kenapa kalau wilayah Tian Te kau?".
"Tampaknya hal ini kau juga belum paham. Wilayah Tian Te kau berarti tempat yang
berada di bawah pengawasan Tian Te kau. Mulai siang hari ini, Tlen Te kau sudah
menguasai dunia Bulim. Tiga perkumpulan delapan partai, sungai telaga dan
berbagai pegunungan semuanya harus mengakui kejayaan Tian Te kau. Aku adalah salah satu
dari selir pendamping kiri kanan dari kaucu Tian Te kau. Mengandalkan diri
kalian saja, memangnya bisa berbuat apa terhadap diriku?".
Akhirnya Tiong Hui Ciong mengerti juga. Rupanya Tian Te kau yang dia bicarakan
adalah hasil ulah orang-orang Kong Tong pai. Mungkin perkumpulan ini akan
diresmikan pada pertemuan besarbesaran di Ce Po tangoan.
"Hm, menguasai dunia Bulim" Nada bicara mereka benar-benar cukup berani,"
pikirnya dalam hati. Pikirannya tergerak, tanpa terasa dia mendengus dingin.
"Kalau hanya mengandalkan sebuah Kong Tong pai saja, memapgnya seberapa besar
kemampuan kalian?" sahutnya sinis.
Selir Li mencibirkan bawah bibirnya yang merah menawan.
"Kalau kalian tidak percaya, mengapa tidak ikut aku ke Ce Po tangoan dan
saksikan sendiri. Delapan partai besar Huh! Mungkin sejak tadi sudah menyerah".
"Aku tidak percaya!" tukas Yok Sau Cun. Selir Li mengangkat jan tangannya. "Coba
kalian lihat, bukankah tukang ronda.
pegunungan tni sudah datang?" Tiong Hui Ciong tertawa dingin. "Selir Li, tidak
perlu berbuat macam-macam di hadapanku !".
Belum lagi kata-katanya sirna, tiba-tiba sebuah suara yang parau berkumandang ke
arah mereka. "Siapa di sana?" Lima sosok bayangan seperti terbang metesat ke tempat Tiong Hui
Ciong dan rombongannya berada. Tidak, seluruhnya berjumlah enam orang Tetapl
orang yang terakhir melangkah dengan lambat sekali. Dapat dipasiikan bahwa
kedudukan orang ini lebih tinggi sehingga dia sengaja berjalan di bagian pating
belakang. Lima orang yang berjalan di depan, dalam sekejap mata sudah sampai di hadapan
mereka. Kelima orang ini, sudah pasti dikenali oleh Yok Sau Cun.
Tiga orang yang paling depan adalah Ma blnlong Sen Kiu, Pek pilong, Pak Seng.
Yang terakhir Toan bwelong Tio Cao. Dua orang yang lainnya adalah Potlot besi Li
pak Tou dan Kang Jiauho Pak Tong Mereka pernah bertemu di kedai arak yang
terdapat di kote Kwa Ciu.
Si Potlot besi Li pak Tou langsung melihat Yok Sau Cun. Hatinya merasa heran.
Tetapi dia segera merangkapkan sepasang kepalan tangannya dan menjura
dalamdalam. "Kalau ingatan hengte tidak salah, kau tentunya Yok kongcu bukan" Dalam jarak
dua puluh ini merupakan wilayah Tian Te kau, entah apa keperluan Yok kongcu datang ke
tempat ini?" tenyanya ramah.
Tiong Hui Ciong menyahul tanpa menofehkan kepatanya sama sekali,.
"Aku ada sedikit upupan dl tempat ini, kalian enyahlah!" katanya ketus.
Kang Jiau yang adatnya lebih berangasan tangsung maju satu langkah.
"Slapa kau" Berani-beraninya blcara seperti itu di hadapan Li totoa?".
Belum lagi kumandang suaranya sirna, sudah terdengar suara.
"Plokl Plok!" sebanyak dua kali. Mata Ho Pak Tung sampai berkunangkunang terkena
pukulan itu. Rupanya dalam sekejap mata, di hadapannya sudah bertambeh
seorang tua yang tubuhnya kurus kering. Dialah yang menampar Ho Pak Tung tadi.
"Kau benar-benar sudah buta" Berani-beraninya kau membentak Ji kuownio,
mungkln batok kepalamu sudah bosan berdiam di atas lehermu?" bentaknya marah.
Ho Pak Tung menatep orang tua berpakaian biru yang ada dihadapannya semb'ari
mengelusngelus pipinya yang langsung membengkak. Tubuhnya membungkuk
dalam-dalam. "Betul, betul. Hamba minta ampun....".
Orang tua berpakaian biru itu melink pun tidak kepada Ho Pak Tung. Dia
membungkukkan tubuhnya sedikit sebagai tanda penghormatan.
"Hamba tidak tahu ada Ji kouwnio di sini. Bawahan hamba tadi tidak mempunyai bi|
i mata, harap Jj kouwnio sudi memaafkan.".
Selir Li segera mendengus dingin.
"Sun Bukai, jadi kau hanya melihat Ji kuownio dan Nyonyamu yang sebesar ini
tidak terlihat olehmu" Mana majikanmu, Cao Kuan Tu?" bentaknya kesal.
Rupanya orang tua berpakeian blru itu memang Houw Jiau Sun B.ykai adanya.
Mendengar ucapan itu, matanya segera dialihkan. Dia melihat empat gadis yang
masih mudamuda dengan tangan masing-masing menggenggam sebilah pedang
pendek. Dan ujung pisau yang tajam ditempelkan pada leher seorang nyonya muda
berpakaian hijau. Nada bicara nyonya muda berpakaian hijau ini sombong sekati. Tetapi dia sendiri
belum pernah melihat orang itu. Tanpa terasa dia jadi termangu-mangu.
"Sebetulnya apa yang sedang terjadi di tempat itu?" Hatinya bertanya-tanya.
Tentu saja dia mengenali bahwa keempat gadis yang usianya masih muda itu adalah
pelayan pribadi Ji kouwmo. Tetapi siapa perempuan berbaju hijau itu".
Justru kelika dia sedang tertegun itulah, terdengar kumandang suara yang nyaring
sekati dari kejauhan...,. "Siapa yang menanyakan diri lohu?".
Majikan Sun Bukai, siapa lagi kalau bukan Hek Houwsin Cao Kuang Tu" Seiring
dengan berkumandangnya suara tadi, dari kejauhan tampak dua sosok bayangan
melesat dengan cepat menghampiri.
Kedua orang itu semakin mendekat. Semua orang dapat melihat kalau yang berjalan
di muka adalah seseorang yang mengenakan jubah panjang berwarna abuabu.
Tubuhnya kurus tinggi hampir sama dengan batang bambu. Wajahnya datar tanpa
menunjukkan mimik apa pun Sampaisampai kedua bola matanya juga hampir tidak
pernah bergerak. Orang ini adalah Houw Cang Au Bu Ki. Bersamasama Sun Bukai, mereka berdua
merupakan orang kepercayaan Hek Houwsin Cao Kuang Tu.
Di mana tampak Sung Bukau, Hek Houwsin belum tentu ada di sekitar tempat itu.
Tetapi apabila muncul Au Bu Ki, Hek Houwsin pasti ada di belakangnya.
Sekarang yang berjalan di depan adalah Au Bu Ki, yang di belakangnya terdapat
seorang lakilaki yang bertubuh tinggi besar, alisnya tebal dan matanya buas.
Orang ini mengenakan jubah longgar berwarna hitam. Siapa lagi kalau bukan Hek Houwsin
Kuang Tu". Tiong Hui Ciong tertawa dingin.
"Perempuan laknat, kau kira dengan kedatangan Cao Kuang Tu, kau pasti bisa
diselamatkan olehnya" tdatang adalah Ci sancu sendiri, aku akan membuat kau hidup enggan ingin matipun
sulit!" ancamnya sembari menolehkan kepala kepada Yok Sau Cun dan memberi
perintah. "Adik Cim, kau halangi Cao Kuang Tu. Jangan sampai dia mendekat ke
mari!".

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya. Dia segera maju beberapa langkah. Ketika
Tiong Hui Ciong mengucapkan kata-katanya, Au Bu Ki yang berjalan di depan
Hek'Houw Sin sudah hampir sampai di dekat batang pohon Siong.
"Saudara harap berhenti! ' bentak Yok Sau Cun.
Sepasang mata Au Bu KJ yang seperti orang buta itu langsung mendelik lebarlebar.
Belum lagi sempat dia mengucapkan sepatah kata pun, He Houwsin yang melangkah
di belakangnya sudah membentak dengan suara nyaring.
"Enyah kau! Matanya segera beredar dan berhenti pada diri Tiong Hm Ciong Tentu
saja dia juga sudah meiihat adanya selir Li di tempat itu. Wajahnya menjadi terpana.
Dia segera menjura dalamdatam. "Mohon tanya kepada Ji kouwnio, apa sebetulnya
yang terjadi di sini?". "Di sini tidak ada urusanmu!" sahut Tiong Hui Ciong sinis.
"Lohu mengemban tugas menjaga di pegunungan ini Ji kuownio harus tahu behwa
nyonya ini adatah salah satu selir pendamping kaucu kami. Apabila terjadi
kesalahpahaman, seharusnya Ji kuownio laporkan kepada kaucu. Ji kuownio
meringkus selir Li, di sini jadi...
"Aku sudah mengatakan bahwa di sini tidak ada urusanmu Kau tidak usah ikut
campur!" sahut Tiong Hui Ciong masih dengan nada dingin dan kaku.
Wajah Hek Houwsin menjadi kelam seketika.
"Perbuatan Ji kuownio ini tidak dapat dibenarkan. Lohu bertugas menjagakeamanan
di pegunungan ini Kalau di sini terjadi sesuatu, sebagai seorang yang diserahi
tugas, bagaimana mungkin Lohu diam saja?".
Tiong Hui Ciong mendengus dingin.
"Hm, kehancuran Kong Tong pai sudah di depan mata Untuk apa lagi kau menjaga
keamanan di pegunungan ini Cepat enyah darl hadapanku!".
Kata-kata yang diucapkan oleh Tiong Hui Ciong ini merupakan sindiran yang telak
Sepasang mata Hek Houwsin sampai memancarkan sinar yang menusuk.
"Ji kuownio, apa yang kau maksudkan?" tanyanya dengan nada berat.
"Apakah kau masih belum mendengar jelas apa yang kukatakan tadi?".
"Apakah Ji kuownio bermaksud berkhianat".
"Aku bergegas datang dari Soat san justru ingin membuat perhitungan dengan Hue
Leng senbu," sahut Tiong Hui Ciong.
Hek Houwsin tertawa terbahak-bahak.
"Rupanya Ji kuownio bermaksud berpaling hati. Terpaksa Lohu ringkus dulu dirimu
dan seret ke Ce Po tengoan.".
Tiong Hui Ciong marah sekali.
"Cao Kuang Tu, kau berani berbicara seperti itu terhadapku?".
"Mengapa Lohu tidak beram?" Baru saja dia hendak melangkahkan kakinya. ..
"Cao Kuang Tu, berhentil" Yok Sau Cun sudah membentaknya.
Hek Houwsin bermaksud mempertahankan kedudukannya. Dia merasasungkan
bergebrak dengan Yok Sau Cun. Kapalanya segera dipalingkan ke belakang.
"Bu Ki, wakili Lohu ringkus orang inil".
Houwcang Au Bu Ki segera mengiakan. Gerakan orang ini lambat sekali. Dengan
tampang kemalas-malasan dia melangkahkan kakinya. Hanya mututnya saja yang
terdengar membentak. "Enyah!". Telapak tangannya terulur kemudian dihantamkan ke depan. Apabila orang-orang dl
dunia kangouw bertamu dengan Houwjiau Sun Bukai, di bawah cakar mautnya masih
ada yang mungkin bisa meloioskan diri. Tetapi apabila bertemu dengan Au Bu Ki,
maka sembilan di antara sepuluh pasti tewas di bawah pukulannya. Itulah sebabnya
dia becnama Au Bu Ki (Sombong karena tidak tectanding).
Hek Houwsin tadi memberi perintah kepadanya untuk menngkus Yok Sau Cun.
Karena tidak dikatakan apakah dia harus meringkus Yok Sau Cun hiduphidup atau
dalam keadaan mati, maka Au Bu Ki merasa tidak perlu melelahkan diri Kan lebih
mudah menangkap orang mati dan pada orang hidup".
Yok Sau Cun berdiri tegak sambll memangku tangan. Dia tidak menghindar atau pun
menangkis. Pukulan Au Bu Ki dengan telak menghantam dadanya. Tubuh Yok Sau
Cun bahkan tidak bergerak sedikit pun. Tangan kirinya diulurkan dan tahutahu
pergelangan tangan kanan Au Bu Ki sudah tercengkeram olehnya. Mulutnya
mengeluarkan suara bentakan....
"Kau saja yang enyah!" Tangannya bergerak, tubuh Au Bu Ki langsung melayang
melewati kepala yang Jainnya dan terpental sampai jauh.
Au Bu Ki tidak menyangka lawannya tidak menghindarkan diri atau pun menangkis.
Dengan dada menantang anak muda itu membiarkan pukulannya menghantam telak
pada sasarannya. Oia terlebihlebih tidak menyangka bahwa dalam keadaan tidak
menyadari sedikit pun tahutahu tubuhnya sudah dilempar orang sampai terpental
jauh. Tetapi biar bagaimana pun, dia adalah seorang tokoh yang sudah punya nama seiama
puluhan tahun. Begitu tubuhnya melayang di udara, kakinya segera dihentakkan.
Dengan berjungkir balik, tiba-tiba dia menerjang kembali ke mari.
.'Kakinya belum sempat memijak tanah sedikit pun, dari lengan bajunya yang
longgar terlihat dua titik sinar yang berkilauan. Dua batang pisau terbang
meluncur lebih cepat dari pada kilat menyerang ke arah dada sebelah kiri dan kanan Yok
Sau Cun. Pada gagang kedua bilah pisau terbang ini terdapat kaitan yang disambungkan
dengan seutas rantai halus, jadi dapat dilemparkan atau ditarik kembali dengan
sesuka hati. Selama ini belum pernah mengalami kegagalan.
Namun ketika dua titik sinar yang membawa hawa dingin itu meluncur ke bagian
depan tubuh Yok Sau Cun, tahutahu keduanya sudah terjepit oleh jari telunjuk dan
jari tengah anak muda itu Alis Yok Say Cun segera terjungkit ke atas.
"Au Bu Ki, orang she Yoksudah lama mendengar bahwa tindakanmu selalu
semenamena Kau adalah pembunuhnya Hek Houwsin. Dengar-dengar kau sudah
banyak mewakilinya membunuh orang Sepasang tanganmu berlumuran darah Hari ini
orang she Yok akan membasmi bencana bagi dunia Bu lim. Tetapi orang she Yok
selamanya tidak suka membunuh orang Nyawamu boleh diampuni, tetapi sepasang
tanganmu yang berlumuran darah itu harus dibuat cacat!" Kedua tangan mengibas,
dua belah pisau terbang berubah menjadi dua cank kitat dan meluncur kembali ke
arah Au Bu Ki. Melihat dua belah pisau terbang itu berhasil dijepit dengan jan tangan oleh Yok
Sau Cun, Au Bu Ki langsung sadar bahwa anak muda yang dihadapinya ini bukan lawan
enteng. Ketika Yok Sau Cun sedang berbitfara, secara diamdiam dia menarik
kembali rantai halus di. tangannya, tetapi dia tidak berhasil. Pisau terbang yang
terjepit di tangan Yok Sau Cun tidak bergeming sedikit pun,.
Saat itu dia mefihat Yok Sau Cun menyambitkan kembali kedua pisau terbang itu ke
arahnya, dalam hati dia masth sempat menertawakan.
"Pisau terbangku itu mempunyai kaitan rantainya, mana rtiungkin bisa melukai
diriku?" katanya dalam hati. Mana tahu pikirannya masih bergerak, tiba-tiba mulutnya mengeluarkan suara
Jeritan ngeri. Dua batang pisau terbang itu sudah menancap di kedua lengannya. Bahkan
tulangnya pun ikut tersayat putus. Begitu sakitnya dia sampai berguhngan di atas
tanah. Dari sepasang mata Hek Houwsin terpancar dua sorot sinar yang tajam. Dia
mendengus berat,. "Bocah busuk, lohu benar-benar salah melihat. Baik! Sambutlah pukulan lohu ini'"
benteknya marah. Ternyata dia memang pantas menyandang gelar Hek Houwsin. Kegarangannya
tersirat jelas. Kakinya segera melangkah maju dan mendesak maju. Tiba-tiba
terdengar mulutnya mengaum keras, tangan kanannya terangkat ke atas. Tampaklah
warna kulit telapaknya yang putih keabuabuan. Ukuran telapak tangannya Jauh
lebih besar dari orang biasa Lima jarinya menekuk, kemudian meluncur ke arah Yok Sau
Cun. Yang paling aneh justru telapak tangannya begitu pucat sehingga berwarna putih
keabuabuan, tetapi kuku jan tangannya malah hitam pekat dan mengkilap Tiong Hui
Ciong yang melihat keadaan itu segera berteriak....
"Adik Cun, hati-hati terhadap Hek Houwtok ciangnya. (Pukulan beracun harimau
hitam)!". Yok Sau Cun tidak memandang sebelah mata kepada Hek Houw Sin, Dia matah
menolehkan kepalanya kepada Tiong Hui Ciong.
"Apakah Ciong cici pernah mendengar sebuah cerita tentang seorang anak kecil
yang ingin menggambar hanmau tetapi yang dibuatnya malah lebih minp seekor anjing
budukan! Siaute Justru merasa bahwa orang ini hanya seekor anjing buas di dalam
dunia kangouw,,,.". Mendengar kata-katanya, tanpa dapat menahan diri lagi Cun Hong, Sia Ho, Cu
Suang, langsung tertawa cekikikan.
Sebelah telapak tangan Hek Houwsin yang besar baru meluncur setengah jalan. Di
dalam dunia kangouw, dia terkenal sebagai orang yang selatu menganggap tinggi
dirinya sendiri Dia masuk ke perguruan Kong Tong pai dan menjabat sebagai kepala
keamanan. Kedudukannya tidak berada di bawah Cong huhoat.
Sekarang Yok Sau Cun malah menganggapnya sebagai seekor anjing buduk dalam
dunia kangouw, apalagi ucapannya itu dikeluarkan di hadapan para bawahannya.
Mana mungkin dia sanggup menahan dirinya".
Begltu marahnya dia sampaisampai telapak tangannya yang sudah diiuncurkan bisa
berhenti di tengah jalan. Bewok yang memenuhi wajahnya seperti berdiri kaku.
Pakaiannya yang longgar seperti tambah mengembang. Matanya bagai mengandung
bara api, terlihat sorot kebuasan seperti ingin menerkam lawannya hidup-hidup.
Mulutnya mengeluarkan suara tawa yang menyeramkan.
'Bocah cilik, justru karena kata-katamu itu. lohu akan memakan jantungmu
mentahmentah'" Benar-benar menggidikkan! Rupanya dia Juga suka makan jantung
manusia. llmu andalan Hek Houwsin adalah Houw hong patsut (Delapan jurus terjangan
harimau) Ganasnya serangan ini bagai hanmau mengamuk di tengah pegunungan.
Bukan saja keji, tetapi kecepatannya juga bagai hembusan angin. Di daiam dunia
kangouw belum pernah ada orang yang sanggup menerima tiga kali pukulannya Dia
juga belum pernah melancarkan serangan sebanyak delapan kali berturut-turut.
Kali ini dia berhadapan dengan Yok Sau Cun. Boleh dibilang merupakan musuh
tertangguh yang baru dltemuinya selama puluhan tahun ini. Oleh karena itu dia
langsung melancarkan delapan pukulan secara berturutturut. Tetapi suara yang
menggelegar dari pukulan-pukulan Mu terang-terangan ada sembilan kali!.
Setelah terdengar suara pukulan sebanyak sembilan kaii, kedua orang itu
langsufig terpisah lagi. Batu dan debu yang beterbangan membuat tempat itu bagai
diselimuti kabut tebal. Lambatlaun debudebu itu memudar, tampak jarak kedua orang itu
sekarang kurang lebih satu depaan.
Selembar wajah Yok Sau Cun yang tampan menjadi pucat pasi Sepasang mata Hek
Houwsin yang tadinya berbmarbinar sekarang mulai memudar cahayanya. Kepalanya
tertunduk perlahanlahan Jubahnya yang tadi menggelembung sekarang seperti balon
yang kempes Di depan dadanya tercetak jelas tanda telapak tangan.
Angin bertiup sepoisepof Pakaiannya di bagian dada langsung membuyar bagai
kertas yang terbakar api. Kemudian beterbangan ke angkasa,.
"Tenaga pukulan yang hebat!" Hek Houw sin hanya sempat mengucapkan beberapa
patah kata itu saja. Dari sudut bibirnya terlihat darah mengallr. Di antara darah yang
mengalir itu masih tarlihat gumpalan darah lainnya yang merupakan gumpalan-gumpalan
kecil. Rupanya ketika Yok Sau Cun mendengar bahwa dia ingin memakan jantungnya
mentahmentah, dia sudah mengambil keputusan untuk mennbasmi bencana bagi dunia
perEilalan. Setelah menyambut delapan kali pukulannya, suara menggelegar yang
kesembilan kali merupakan hantaman telapak tangan Yok Sau Cun yang langsung
mengenai dadanya Hal ini membuat jantungnya tergetar hingga pecah berantakan.
Setelah mengucapkan kata-kata terakhir, tubuh Hek Houw Sin pun limbung dan
akhirnya terhempas ke atas tanah. Sun Buhai yang melihat majikannya mati
terkapar Jadi terkejut setengah mati Bersamasama dengan Potlot besi Li Pak Tou, Kangjiau Ho
Pak Tong serta tiga bersaudara Sen Kiu, Pak Sen dan Tio Cao Jadi kebat-kebitdan
bermaksud melarikan diri dari tempat itu.
"Kalian semua berhentil" bentak Yok Sau Cun dengan suara garang,.
Tubuh Houw jiau Sun Buhai gemetaran.
"Siauhiap....".
Wajah Yok Sau Cun kereng sekali.
"Meskipun kau adalah anak buah Hek Houw sin, tapi aku tahu pada hari biasanya
kau tidak seberapa Jahat. Aku juga tidak suka membunuh orang yang tidak terlalu
bersalah. Li Pak Tou, Ho Pak Tong, kalian juga orang-orang dan golongan sesat.
Biasanya masih mengikuti peraturan kangouw, hanya Ma binlong Sen Kiu bertiga,
selalu berbuat kaJahatan,. .".
Ma Binlong Sen Kiu bertiga ketakutan sekali mendengar kata-katanya Wajah mereka
berubah hebat. Tanpa disuruh lagi, ketiganya segera menjatuhkan diri berlutut di
atas tanah.... "Mohon ampun, Yok siauhiap Hamba bertiga mulai sekarang akan menjadi orangorang
baikbaik. Harap siauhiap bersedia membuka hati mamberi pengampunan.".
Yok Sau Cun tersenyum simpul.
"Kalau aku ingm turun tangan, apakah kalian masih mempunyai kesempatan hidup"
Aku sudah mengatakan tidak akan membunuh kalian. Tetapi sejak hari ini kalian
harus merubah semua tingkah laku dan memulai hidup baru. Kehancuran Tian Te kau
sudah di depan mata, Cao Kuang Tu merupakan contoh yang nyata. Baiklah, kalian
kuburkan dia baik-baik kemudian boleh tinggalkan tempat ini'".
Ma binlong bertiga segera. mengiakan. Mereka langsung mengangkat mayat Cao
Kuang Tu. Dengan dibantu oleh Li Pak Tou, Ho pak Tung dan Sun Buhai, sebentar
saja sebuah lubang yangcukup dalam sudah tecgali. Mereka segera menguburkan
mayat itu kemudian mengucapkan tenma kasih berulang kali dan menggotong Au Bu
Ki yang tangannya sudah cacat meninggalkan tempat itu.
Tiong Hui Ciong segera menotehkan kepalanya.
"Selir Li, Cao Kuang Tu sudah mati. Orang-orang Kong Tong pai yang berada di Ce
Po tangoan kemungkinan juga sudah hampir tamat riwayatnya. Kalau kau masih tidak
bersedia meniawab terus terang semua pertanyaanku, kau harus tahu bahwa
kesabaranku ada batasnya. Aku tidak akan berlaku sungkan tagi," Selasai berkata,
dia memalingkan kepalanya kembali dan berpesan. "Cu Hong, aku akan mengajukan
sebuah pertanyaan. Kalau dia tidak menyahutmaka kau iris sebelah
telinganya.Pertanyaan kedua tidak dijawab, kau potong lagi telinga sebelahnya.
Kalau masih belum mau menjawab, maka kau potong hidungnya. Pokoknya kaiau dia masih
tidak mau bicara, kau boleh potong seluruh anggota tubuhnya satu per satu.".
Cun Hong membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Budak tahu, pokoknya yang penting tinggalkan mulutnya saja, bagian lamnya boleh
dipotong sesuka hati," sahutnya tersenyum simpul.
Kali ini selir Li benar-benar ketakutan. Mana berani dia berbuat macammacam
lagi. "Ji kouwnio, suruh dia Jangan turun tangan dulu, aku akan bicara.".
"Baik!" Tiong Hui Ciong menganggukkan kepalanya kepada Cun Hong, kemudian mulal
mengajukan pertanyaan. "Coba katakan, siapa yang menyuruh kau meracuni kakakku"
Dan racun apa yang kau gunakan?".


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku mendapat perintah dari Hu kaucu,.
Pada saat itu Ci Sancu balum mengetahui apa-apa. Sefelah Hue leng senbu
mengajaknya berunding, dia mengatakan bahwa ketiga cucu perempuan Lao sinsian
sudah turun gunung. Sekarang tidak ada orang yang melayamnya Ci sancu merupakan
sahabat lama dengan Lao sinsian, maka aku disuruh pergi ke Soat san untuk
melayaninya. Matah Sancu sendiri yang mengantar aku ke sana. Aku disuruh Senbu
untuk memberikan racun yang reaksinya lambat. Sama seperti yang dibenkan kepada
Ci sancu dan ditambahkan dengan obat penghilang kesadaran yang jumlahnya sedikit
sekali ." sahut selir Li. Yok Sau Cun terkejut sekali mendengar keterangannya.
"Kalian Juga membenkan racun pembuyar tenaga itu kepada Ci sancu'"'.
"Betul. Tapi bukan aku yang membenkannya, melainkan selir Liu, seiir yang
satunya lagi, karena Ci sancu tidak setuju dengan rencana Senbu yang ingin menguasai dunia
persilatan.". "Kau dan selir Liu berdua adalah orang-orang yang melayani Ci sancu
sehariharinya, mengapa kalian malah menurut perkataan Hue leng senbu?" tanya Yok Sau Cun
kembali. Selir Li memperiihatkan tertawa yang getir.
"Kami kan orangerangnya Hue leng senbu, lagipula kami sudah menelan racun yang
dibenkan olehnya. Biar bagaimana pun kami harus menuruti kata-katanya kafau tidak ingin
mengalami kematian yang mengerikan," sahut selir Li.
"Racun yang kau benkan kepada Yaya adalah racun pembuyar tenaga dan racun
penghilang kesadaran. Apakah ada obat pemunahnya?" tanya Tiong Hui Ciong.
"Mengenai hal ini, aku kurang jelas," sahut selir Li.
"Lalu, kedua macam racun itu diramu oleh Siapa?" tanya Tiong Hui Ciong kembali.
"Be Hua popo Ciok Sam Ku dan Ca popo yang meramunya. Kemungkinan
besarmereka mempunyai obat pemunahnya. Karena racun pembuyar tenaga
merupakan warisan dari keluarga Ca di Sia Pak. Sedangkan racun penghilang
kesadaran merupakan warisan kaluarga Be hua popo. Kedua Jenis racun ini samasama
tidak berbau dan tidak berwarna. Kalau dicampurkan ke dalam tah pasti sulit di
ketahui. Mereka berdua sekarang tidak pernah berpisah dengan Hu kaucu. Mungkin
karena takut kedua orang itu akan membocorkan rahasia," sahut selir Li.
Sejak berpisah dengan Yok Sau Cun di Yang Ciu, Ciok Ciu Lan bagai tenggelam ke
dasar lautan. Sama sekali tidak pernah terdengar kabar beritanya. Hati Yok Sau
Cun terus tenngat kepadanya. Tetapi karena banyak kejadian yang dialaminya, Yok Sau
Cun tidak mempunyai kesempatan untuk mencarinya. Sekarang dia mendengar bahwa
orang-orang yang meramu racun pembuyar tenaga dan racun penghilang kesadaran
adalah Be Hua popo dah Ca popo yang mana kedua orang itu tidak pernahberpisah
sejengkal pun dengan Hue leng senbu, hatinya langsung yakin bahwa Ciok Ciu Lan
pasti ada di samping ibunya. Mengingat hal itu, tanpa bisa menahan perasaannya
lagi dia langsung bertanya.... "Apakah Be Hua popo juga sudah bergabung dengan Kong Tong pai?".
Selir Li tersenyum manis.
"Be Hua popo memang merupakan orang kepercayaan Senbu, Dia berjuatan bunga
sebetulnya hanya sebagai kedok. Tujuan sebenarnya adalah mencari orang-orang
dunia kangouw yang memiliki ilmu tinggi dan membujuk mereka bergabung dengan
Kong Tong pai.". Be Hua popo pandai menggunakan racun penghilang kesadaran, tentu merupakan hal
yang mudah baginya untuk membujuk tokohtokoh dunia kangouw untuk bergabung
dengan Kong Tong pai. "Ciong cici, apakah pertanyaanmu sudah selesai?" tanya Yok Sau Cun Dia ingin
bergegas berangkat ke Ce Po tangoan.
"Baiklah, kita berangkat sekarang " Dia menolehkan kepalanya dan berpesan kepada
kaempat pelayannya." Kalau sudah tiba di Ce Po tangoan nanti, di antara kalian
berempat, biar Ciu Suang dan Tung Soat yang mencekal selir Li Cun ftong dan Sia
Ho harus bersiap-siap meringkus orang!".
Ciu Suang dan Tung Soat segera mengiakan.
"Ji siocia, siapa yang harus diringkus oleh budak berdua?" tanya Cun Hong.
"llmu silat Be Hua popo cukup tinggi, biar aku yang menghadapinya. Kau dan Sia
Ho harus meringkus Ca popo. Tetapi ingat. orang ini mempunyai hubungan yang penting
dengan keselamatan Yaya Kalian harus meringkusnya hiduphidup, namun jaga jangan
sampai dia metoloskan diri!".
"Budak mengerti Ji siocia jangan khawatir Pasti tidak terjadi kesalahan," sahut
Sia Ho. "Kalau hanya seorang Ca popo saja, tidak perlu khawatir dia bisa tumbuh sayap,"
tukas Cun Hong. "Tidak Urusan ini kalian tidak boleh mainmain. Karena hanya dengan menngkusnya
secara hidup-hidup baru bisa menyelamatkan diri Yaya dan racunnya," kata Tiong Hui
Ciong,. Ciu Suang dan Tung Soat mengemban tugas mengginng selir Li Dengan Ujung
pedangnya, Tung Soat menutuk tahu perempuan itu.
"Bangun, bangun Kita mau berangkat. Buat apa kau masih enak-enakan bersandar di
sana?" teriaknya pura-pura galak.
Selir Li sudah terjatuh ke tangan mereka, Terpaksa dia menanma hinaan ini. Dia
tidak percaya Tian Te kau yang sudah lama direncanakan dengan segala persiapan
matang oleh Hu kaucu dapat dihancurkan begitu saja. Apalagi untuk menghadapi
orang-orang dari delapan partai besar, Hu kaucu sudah menebarkan racun pembuyar
tenaga. Siapa lag! yang mempunyai kemampuan sebesar Itu hendak berbentrok
dengan Tian Te kau" Oleh karena itu, mendengar mereka akan menyeretnya ke Ce Po
tangoan, diamdiam dalam hatinya merasa senang bukan kepalang. Dia segera
melonjak bangun mendengar perintah Tung Soat.
Tiong Hui Ciong mengedarkan pandangannya.
"Adik Cun, mari kita berangkatl" katanya kemudian.
Tung Soat dan Ciu Suang yang menggiring selir Li berjalan di bagian buntut.
Mereka meneruskan perjalanan dengan tergesa-gesa. Tidak iama kemudian mer6ka sudah
sampai di Ce po tangoan. Pada saat itu, pertarungan di dalam berlangsung dengan seru. Tetapi dari luar
suasananya sunyi mencekam, Kalau dilihat dari jauh, tampaknya tidak terjadi
keributan apa-apa. Apabila didengarkan dengan seksama, maka samarsamar akan
terdengar suara bentakan dan benturan senjatanya.
Ternyata kedua belah pihak masih melangsungkan pertarungan. Hati Yok Sau Cun
tercekat sekali. Langkah kakinya segera dipercepat. Tiba-tiba dari pintu sebeiah
kanan keluar delapan orang manusia yang mengenakan cadar berwarna hijau untyk
menutupi sebagian wajahnya.
Wajah mereka tidak terlihat Jelas Tetapi tangan nnasingmasing mencekal sebatang
pedang panjang. Warna kulit mereka pucat, mata menyorotkan sinar dingin Di balik
langkah kaki mereka yang nngan, terlihat sedikit kekakuan.
Dalam sekejap mata mereka sudah sampai di hadapan Tiong Hui Ciong dan Yok Sau
Cun. Dari balik cadar yang tipis, terlihat sorot yang menyeramkan dari mata
mereka. Tiong Hui Ciong langsung merasa curiga melihat keadaan delapan orang ini.
"Adik Cun, hati-hati. Kedelapan orang ini bukan tokoh sembarangan!".
Belum lagi suara bentekannya sirna, kedelapan orang itu tanpe mengucapkan
sepatah katapun langsung menggerakkan pedang masing-masing dan menyerbu ke arah
mereka. Sinarpedang berkilauan, hawayang terpancar dari kedelapan batang pedang
itu sangat keji dan mematikan.
Tanpa sadar sepasang alis Yok Sau Cun langsung terjungkit ke atas.
"Tidak tahu diri!" bentaknya marah.
"Cring!" Dia mengeluarkan sebatang pedang yang diujungnya terdapatdua buah
kaitan. Sebetulnya itu merupakan senjata Ci sancu yang direbut dan langan selir Li
Pedang iUi mengeluarkan cahaya putih keperakperakan. Dalam sekejap mata dia
sudah menyapukan ke arah empat manusia berkain cadar itu.
Tiong Hui Ciong Juga tidak bertambatlambat. Dalam waktu yang bersamaan dia
menghunus Han engkiamnya Kakinya segera maju ke depan menghadang keempat
manusia bercadar tersebut.
Cun Hong dan Sia Ho tidak menunggu perintah lagi. Mereka membalikkan tubuh dan
berdiri di samping Ciu Suang dan Tung Soat untuk berjaga-jaga apabila ada
kemungkinan pihak lawan yang ingm menyelamatkan selir.
Tapi tampaknya tujuan kedelapan manusia bercadar itu bukan untuk menolong selir
Li. Setelah melihat dua orang lawan di hadapannya, mereka langsung menjulurkan
pedang menyerang. Untuk sesaat, hawa pedang mulai menebal Bayangan pedang
kokoh bagai gunung Serangan mereka sangat keji dan juga kehebatannya tidak usah
diragukan lagi. Gerakan tubuh Tiong Hui Ciong dan Yok Sau Cun bagai awan yang berarak.
Sepasang pedang mereka bagai dua ekor naga yang meliuk-liuk Mereka menghadapi
serangan kedetapan manusia bercadar itu Dalam sekejap saJa mereka sudah
menemukan bahwa ilmu pedang yang digunakan kedelapan orang ini semuanya
berlainan Jenis. Ada yang menggunakan Hua San kiamhoat, ada yang berasal dan Go
Bi pai, Bu Tong pai dan beberapa partai dunia persiiatan lainnya. Dan masing-
masing sudah menguasai ilmu itu dengan mahir sekali.
Salah satu yang berhadapan dengan Yok Sau Cun mempunyai gerakan yang aneh.
llmu pedang yang digunakannya berasal dari Bu Liangkiam pai. Tenaga dalam yang
dimilikinya bahkan lebiil tinggi dari Ciang bunjin Bu Liangkiam pai sendiri,
yakni Hong Lam San,. Dengan kekuatan tenaga Tiong Hui Ciong dan Yok Sau Cun, mereka malah berhasil
mendesak kedua jago kita hingga hanya mempunyai kesempatan untuk
mempertahankan diri saja. Dalam waktu yang singkat, mereka berdua sudah
berputaran sampai belasan kali.
Tiba-tiba Tiong Kui Ciong merasakan bahwa kedelapan orang ini hanya tahu
menyerang musuhnya dengan gencar. Mereka sama sekali tidak memperdulikan
keselamatan diri masing-masing Hatinya jadi tergerak, dia segera berkata dalam
hatinya. "Cu Leng Sian menggunakan racun penghilang kesadaran Bahkan Yaya dan Ci sancu
pun diracuninya. Jangan-jangan ingatan orang ini juga sudah hilang sehingga
menyerang orang tanpa memperdulikan keselamatan diri...".
Mengingat hal itu, dia segera berseru kapada Yok Sau Cun.
"Adik Cun, rasanya kedelapan orang ini sudah kehilangan kesadarannya. Jangan
sampai melukai mereka di tempat yang membahayakan nyawanya!" kemudian dia
berpaling ke arah empat pelayannya. "Kalian berempat, cepat robohkan merekal".
Baru saja ucapannya selesai, Cun Hong, Sia Ho, Ciu Suang dan Tung Soat segera
mengibaskan tangannya. Tampaknya beberapa titik sinar yang meluncur dengan
pesat. Apabila mata orang itu kurang awas, pasti tidak dapat melihat dengan
jelas. Karena sinar itu begitu halus.
Di sebelah sini sinar berkeredep, di sebelah sana delapan orang berkain cadar
itu rubuh di atas tanah Rupanya kata-kata yang diucapkan oleh Tiong Hui Ciong
merupakan isyarat bagi keempat pelayannya. Sebab dia melihat kedelapan orang itu
hanya perduli menyerang musuh dan tidak memperdulikan keselamatan diri mereka
sendiri Oleh karena itu dia menyuruh Cun Hong berempat merubuhkannya,
Sedangkan keempat pelayan itu segera mengerti apa yang dimaksudkannya, Mereka
langsung menyambitkan Jarum yang haius untuk merubuhkan mereka.
Jarum itu sebetulnya merupakan ilmu khas dari Soat san sameng. Senjaia rahasia
itu dinamakan Bwehua ciam (Jarum bunga bwe). Tetapi Jarum yang digunakan Oleh
Tiong Hui Ciong ini Jauh lebih halus dari Bwehua ciam yang biasa. Setiap
jarumnya hanya seukuran bulu kerbau. Khusus untuk menusuk ke dalam urat nadi lawan. Tiong Hui
Ciong sendiri menamakannya Jarum angin, karena sentuhannya hanya seperti
tiupan angin sehingga orang sulit menghindannya.
Yok Sau Cun sampai tertegun melihat kedeiapan orang itu tahu-tahu sudah rubuh di
atas tanah. Baru saja dia ingin menanyakan hal ini kepada Tiong Hui Ciong, tiba-tiba
terdengar suara teriakan seseorang....
"Yok siauhiap, harap jangan melukai mereka!".
Yok Sau Cun segera menolehkan kepalanya. Dia melihat beberapa sosok bayangan
sedang melesat ke arahnya. Yang paling depan merupakan seorang tosu tua yang
mengenakan jubah berwarna biru. Dia adalah Ciang bujin dari Bu Liangkiam pai,
Hong Lam San. Sedangkan delapan orang yang mengikuti di belakangnya sudah pasti
merupakan murid orang itu.
Yok Sau Cun menyimpan pedangnya kembali. Dia tangsung menjura dalam-dalam.
"Rupanya totiang juga sudah datang kemari," sapanya.
Hong Lam San menyingkapkan sebelah tangannya, dia bahkan belum sempat
mengatakan apa-apa. Kakinya langsung menuju ke tempat delapan orang bercadar itu
terkapar. Diperhatikannya mereka satu per satu.
"Apakah Yok siauhiap yang meringkus mereka?"tanyanya.
Hong Lam San sudah banyak pengalaman di dunia kangouw. Sekali lihat saja dia
langsung menyadari bahwa kedelapan orang ini tidak mengalami luka apa pun. Hanya
jalan darahnya saja yang tertotok.
"Tidak salah. Aku lihat kesadaran mereka seperli hilang, maka sengaJa hanya
menotok jalan darah mereka saja," sahut Tiong Hui Ciong.
"Baguslah kalau begitu," kata Hong Lam San sambil menyingkapkan sebelah
tangannya sekali lagi. "Pinto mendapat undangan dari Kong Tong pai, karenanya bergegas
datang ke tempat in.i. Hanya kedatangan Pinto agak terlambat. Tadi dari kejauhan Pinto
melihat Yok siauhiap bergebrak melawan seseorang yang
menggunakan Bu liangkiam hoat. Baik bentuk tubuh maupun gerakannya ada
kemiripan dengan suheng pinto, Ca Nam Kiau Itulah sebabnya Pinto minta Yok
siauhiap jangan melukai mereka ...".
"Suheng totiang mungkin sudah diracuni dengan sejenis obat yang dapat meng^
hilangkan kasadaran sehingga pribadi mereka tidak dapat dikenali lagi. Sekarang
mereka lertotok oleh Tian hongciam dan sebelum obet pemunah drdapatkan,
totokannya lebih baik jangan dibuka dulu," tukas Tiong Hui Ciong.
"Kong Tong pai juga termasuk salah satu partal besar di dunia kangouw. Mengapa
mereka bisa menggunakan racun penghilang kesadaran" Apakah mereka tidak takut
akan ditertawakan oleh sahabatsahabat dari dunia kangouw?" tanya Hong Lam San.
"Mungkin karena totiang datang terlambat sehinggatidaktahu urusan yang
sebenarnya Sekarang ini pihak detapan partai besar sedang bertarung matimatian dengan pihak
Kong Tong pai .." sahut Tiong Hui Ciong.
"Masa ada kejadian seperti itu?" Hong Lam San lerkejut setengah mati.
"Kaml juga baru datang dari Soat san. Keadaan yang sebenarnya juga belum paham
betul Menurut kabar, banyak orang-orang dari delapan partai besar yang sudah
terkena racun pihak Kong Tong pai. Apabila totiang masuk ke dalam, tentu akan
membuktikan sendiri. Tetapi kadelapan orang ini sekarang sedang dalam keadaan
tertotok, mereka tidak bisa bergerak. Untuk sementara ini leblh baik totiang
suruh kedelapan muridmu itu untuk menjaga mereka di sini Setetah mendapatkan obat
pemunahnya, baru kita bebaska.n totokan di tubuh mereka. Entah bagainnana
pendapat totiang?" kata Tiong Hui Ciong mengeluarkan pendapatnya.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong Lam San segera menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Apa yang Nona katakan memang benar." Dia menolehkan kepalanya dan memberi pesan
kepada delapan mundnya. "Kedelapan orang ini dalam keadaan tertotok. Kalian jaga saJa
di sini, tidak perlu ikut Suhu masuk ke dalam.".
Kedelapan orang muridnya segera membungkukkan badan mengiakan. Hong Lam
San mengulapkan tangannya.
"Yok siauhiap, Nona. . silahkan!".
Karena tidak tahu bagaimana keadaan di dalam, YoK Sau Cun ingin bergegas masuk
untuk melihatnya. Oleh karena itu, dia tidak sungkan lagi. Dengan langkah lebar
dia masuk ke daiam Ce po tangoan. Tiong Hui Ciong dan Hong Lam Sair pun ikut
melebarkan langkah kaki mereka. Cun Hong, Sia Ho, Ciu Suang dan Tung Soat tidak
menunggu perintah lagi. Mereka segera menyeret selir Li dan mengikuti di
belakang ketiga orang tersebut. Saat itu di dalam Ce po tangoan yang sedang tarjadi pertempuran besar-besaran,
sudah terjadi perubahan! K"lau tadi pihak delapan partai besar sudah mulai
kewalahan menghadapi musuh, tetapi sejak kemunculan Liang Seng taisu, Hui hujin,
Hue Fei Cin dan Tan hujin, semangat mereka kembali terpacu.
Di antera delapan partai besar, meskipun sudah banyak orang-orangnya yang
merasakan hawa murni di datam tubuhnya mulai membuyar sedikit demi sedikit,
setelah mengadakan pertarungan yang sengit Tetapi beberapa yang memegang
peranan penting seperti Song Ceng San, Bu Cu taisu, Beng Ta jin dan Kan Si Tong
masih dapat mempertahankan diri. Hal ini karena mereka menahan diri agar jangan
mengerahkan hawa murni ketika melawan musuhnya tadi. Apalagi tenaga dalam
orang-orang ini memang sangat tinggi. Jadi sampai sekarang racun masih belum
bereaksi. Sementara itu Giok Si Cu dan Hui Kin Siau berlugas membantu rekanrekan yang
tidak sanggup berlempur lagi Sejak tadi mereka belum bergebrak dengan siapa pun.
Otomatis hawa murni di datam tubuh mereka masih belum membuyar,.
SedangkandipihakTlanTekau, Long San itpei Suo Yi Hu sudah terbunuh oleh Ciang
bunjin Hua San pai, Sang Ceng Hun. Hun Bu Pao dan Ciek Ban Cing yang bertarung
dengan sengit, akhirnya sama-sama terluka. Pekpo sin cian Yan Kong Kiat yang
menghadapi Tung Sit Cong sama-sama lerkuras habis tenaganya, akhirnya
mengundurkan diri berdua untuk menghimpun tenaga baru. Cuo huhoat Toan Pek
Yang tertotok oleh ilmu Liok Hap sinci mili Beng Ta jjn, hampir saja hawa
mucninya buyar semua. Saat ini ia juga sedang memejamkan matanya bersemedi. Bagi Tian Te
kau, semua ini merupakan kerugian besar.
Ketika Lian Seng taisu, Hui hujin, Tan hujin serla yang lainnya sampai ke tempat
itu, sebetulnya Hue leng senbu telah menyuruh toahao dan samhao dari Kong Tong sihao
untuk menghalangi mereka. Tetapi tiba-tiba muncul Kim Ti jui yang menahan kedua
kakek tersebut. Cian Poa teng yang sedang bertarung melawan Kan Si Tong tadi, tanpa alasan apa
pun ditinggalkan begitu saja Karena tidak mempunyai lawan lagi, dia segera
menghunus pedang panjangnya dan menghadang di depan Lian Seng taisu. Ca popo
dan Be Hua popo Ciok Sam Ku Juga tidak mau ketinggalan. Mereka segera
menyambut kedatangan Hu hujin dan Tan hujin.
Sementara itu, Hue moli Cu Kiau Kiau melihat munculnya Hui Fei Cin. Dia paling
benci pada gadis yang satu ini (karena menganggapnya sebagai saingan dalam
asmara). Mulutnya langsung mengeluarkan suara bentakan....
"Hui Fei Cin, tepat sekali. kedatanganmu.
Sambut pedangku ini!" Dengan jurus ajaran Hue leng senbu sendiri, yakni Ya hue
sau tian atau api berkobar-kobar ke atas langit, dia segera menyerang ke arah Hui Fei
Cin. Pedang Sit kim kiam di tangan Hui Fei Cin diulurkan ke depan. Bibirnya tersenyum
mengejek. "paling-paling kau hanya bisa main beberapa jurus senjata api,
memangnya selain itu kau masih memiliki ilmu lain yang lebih hebat" Berani-beraninya
menantang akul" terdengar suara "Trak!" Pedang Cu Kiau Kiau pun tertangkis
olehnya. Pergelangan tangannya barputar, dia juga melancarkan sebuah serangan.
Siau Cui mengikuti di belakang nonanya. Melihat Liu Cing Cing, dia langsung
menghampiri. "Bagus sekali kaulah yang mengaku bernama Cun Bwe!" bentaknya nyaring. Pedang
pendeknya dituding ke depan dan sebuah serangan pun segera dikerahkan.
Giok Si Cu melihat bantuan tenaga sudah datang. Semangatnya terbangkit kembali
Dia meminta Beng Ta Jin menggantikan dirtnya dan Hui Kin Siau untuk mengatur
barisan Lo han tin Tepat pada saat itu duamayat dari Siang si menerjang ke arah
mereka Pikiran Giok Si Cu langsung tergerak Dia mengambil keputusan untuk
membasmi kedua manusia sesat ini Pedangnya ia getarkan ke udara kemudian
ditudingkan kepada dua mayat dan Siang si lersebut.
"Goheng liek tin (Barisan tangguh lima langkah)! bentaknya dengan suara nyaring.
Dia memerintahkan kepadalima muridnya untuk segera membentuk barisan dan
mengurung kedua orang itu. Dan delapan murid Bu Tong pai yang ikut hadir dalam
pertemuan itu,lima di antarahya segera maju dengan pedang masing-masing di
tangan Dalam sekejap mata mereka sudah mengambil posisi mengurung Siang si suangse
Cahaya pedang bersambungan membantuk jaring. Kedua musuh sudah terkepung di
tengah-tengah barisan. Pedang panjang Giok Si Cu dikibaskan, dia menyerang ke arah Go Ca cinjin yang
sedang menerjang datang Pada waktu yang bersamaan, Hui Kin Siau pun
menghadang di depan Kiu ci lo han.
Untuk sesaat, pertarungan yang tadinya semrawut sekarang dapat teratasi lagi.
Barisan lo han tin yang dibentuk oleh delapan belas orang murid Siau lim pai
masih tetap gagah seperti semula Selain itu masih ada Beng Ta jin dan Kan Si Tong yang
berdiri santai menyaksikan jalannya pertempuran. Mereka hanya menjaga di tempat
itu bersama sisa tiga murid Bu Tong pai dan empat murid Go Bi pai yang diajak
oleh Lian Seng taisu Apabila keadaan menjadi genting, mereka baru turun tangan.
Situasi saat itu bukan hanya menjadi tenang, bahkan ada kemungkinan pihak
delapan partai besar yang akan meraih kemenangan.
Diceritakan kembali tentang Kim Tijui yang meletakkan dua buah karung di atas
tanah. Mendengar perintah dari toahao, samhao segera maju dengan maksud
membuka kedua karung tersebut. Kim TiJui segera merentangkan tangannya
mencegah Bibirnya tetap tersenyum.
"Samhao lao koko, jangan terburu-burul" Kesabaran samhao hampir habis
menghadapi orang yang satu ini.
"Ada urusan apa lagi?" bantaknya kesal.
Kim Tijui menyurutkan kepafanya. Bahunya diturun naikkan. Tangan kanannya
terJulur ke depan dan mulutnya cengar-cengir.
"Ini... He... he... he. . Lao koko berdua, kerja keras hengte ini....".
"Kau mau minta upah?" tanya samhao.
Kim Tijui langsung memanggLitmanggutkan kepalanya Bibirnya tersenyum simpul.
"Barang kan sudah diantar kemari, tentunya upah capai lelah juga harus segera
diberikan". Samhao tambah kesal melihat tampangnya.
"Biar matipun kau masih tetap minta uang itu?" bentaknya sambil menghantamkan
sebuah pukulan. "Kalau Lao koko tidak mau memberikan upah, tidak apa-apa. Jangan sernbarangan
memukul orang. Benar-benar orang yang tidak tahu aturan. Kalau memang kepingin
pukul, hayo! Pukul saja" Tangan kirinya segera bergerak dan tahu-tahu sebuah
karung sudah diangkat olehnya dan digendong di depan tubuhnya.
Coba beyangkan sampai di mana kecepatan gerakan samhao. Di dunia ini ada barapa
orang yang sanggup menghindarkan diri dari serangannya" Kim TiJui bukan saja
tidak menghindar, bahkan bicaranya saja seperti sengaja dilambat-lambatkan.
Selesai bicara dia baru meraih karung yang tergeletak di atas tanah dan menggendongnya
sebagai perisai. Seberapa banyak waktu yang dihabiskannya untuk melakukan semua
ini". Tetapi dia mengambil karung itu dan menggendongnya di bagian depan, gerakannya
itu malah lebih cepat dan serangan yang dilancarkan oleh Samhao Melihat keadaan
nu, toahao langsung membentak..
"Lao sam, tunggu dulu!".
Kong Tong sihao melatih ilmu tenaga dalam hampir tujuh puluh tahunan. Tentu saja
serangannya dapat dilancarkan ataupun ditarik kembali sesuka hati Mendengar
suara bentakan sang toahao, samhao segera menghentikan serangannya. Padahal Jaraknya
dengan karung itu tinggal satu cun. Dia memalingkan kepalanya dan bertanya....
"Lotoa, ada urusan apa lagi?".
"Sahabat ini sengaja menghantarkan kedua buah karung itu ke sini. Kita tidak
boleh berpandangan picik. Berapa yang dia inginkan, kita berikan saja," sahut toahao.
Kim Ti Jui tersenyum senang.
"Memang pikiran toahao lao koko lebih terbuka.".
"Berapa yang kau inginkan?" tanya samhao.
Kim Tijui mengangkat kedua bahunya. Dua jari tangannya ditunjukkan dan
digerakgerakkan. Bibirnya tersenyum-senyum.
"Ini kan sudah menurut perjanjian.... Orang yang menitipkan kedua karung itu
mengatakan, asal aku mengantarkan kedua karung ini ke hadapan Lao koko berdua,
maka aku akan menerima upah sebanyak dua puluh tail.".
"Baik, kau akan mendapatkan dua puluh tail itu," sahut samhao.
Kim Tijui masih tersenyum simpul.
"Dua puluh tail memang tidak banyak, tapi takutnya kantong Lao koko berdua
sedang kosong sekarang," katanya.
Sindirannya memang telak. Orang seperti mereka mana pernah membawa uang"
Oleh karena itu, toahao segera memalingkan kepalanya ke arah seorang gadis
berpakaian hijau. "Kalian cepat ambilkan uang sebanyak dua puluh tail" perintahnya.
Gadis berpakaian hijau itu segera menglakan. Dia membalikkan tubuhnya dan
menuju ke dalam ruangan. Tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan
sebongkah uang perak di tangan.
"Hei, uang ini berjumlah empat puluh tail. Ambillah semuanyai".
Kim Tijui tidak mengulurkan tangannya untuk menyambut uang perak tersebut.
Mulutnya malah tertawa cengengesan.
"Selamanya Siau Loji rnerupakan orang yang paling taat pada peraturan Sudah
bilang dua puluh tail, tetap harus dua puluh tail. Nona tadi mengatakan uang itu jumlahnya
lebih, Siau loji semakin tidak berani menerima Maaf, Nona. Kalau uang itu lebih, harap
disimpan saja kembali. Siau loji hanya menginginkan dua puluh tail, kurang tidak
sudi, lebih pun tidak mau.".
"Bagaimana sih kau ini?" gerutu gadis berpakaian hijau itu kesal.
Sepasang mata toahao bersinar tajam menusuk, tetapi bibirnya menyunggingkan
senyuman. "Tampaknya sahabat ini sedang mengulurkan waktu, apakah sedang menantikan
datangnya bala bantuan?".
Kim Tijui terlawa terkekeh-kekeh.
"Apa yang Lao koko tebak hanya benar setengahnya saja. Hengte memang sedang
menantikan kedatangan seseorang Orang itu kemLingkinan akan membuka harga
yang lebih tinggi untuk membeli kedua buah karung ini. Tetapi bukan bala bantuan
seperti apa yang Lao koko katakan barusan.".
Kim Tijui mendongakkan kepalanya Dia melihatlihat cuaca Tiba-tiba tangannya di
ma sukkan ke dalam saku baju dan mengeluarkan sesuatu benda yang warnanya
kehitamhitaman. Dia melemparkan ke arah samhao.
"Maukah kau mencoba ini?" tanya Kim TiJUI seenaknya.
Samhao tidak tahu benda apa yang dilemparkan Kim Ti Jui tadi. Dengan gugup dia
mencelat mundur beberapa langkah.
Kim Tijui memandang ke arahnya sambil memamerkan dua baris giginya yang
kekuning-kuningan. "Lao sam, mengapa kau mundur dengan moratmarit" Hengte hanya menawarkan
sepotong tahu kering Hm, harum sekalil" Dia menggigit tahu kenng itu sedikit,
bibirnya mendecapdecap Kemudian dia menggelenggelengkan kepalanya "Sayangnya sudah
terlalu lama disimpan dalam saku sehingga meniadi kenng sekali Gigitnya saja pun susahl".
Dia sendiri yang mangatakan menggigitnya saja susah. tetapi lagaknya seperti
orang yang kepalang tanggung. Sepotong basar tahu kering itu dimasukkannya sekaligus ke
dalam mulut. Dengan susah payah dia mengunyah...
Sepotong tahu kenng ukurannya memang tidak terlalu besar. Tetapi kalau
dimasukkan ke dalam mulut sekaligus, tentu saja susah mengunyahnya. Tetapi kalau
tidak dikunyah, bagaimana dapat menelannya".
Terdengar suara krokt krokl dari tenggorokannya. Tampaknya Kim Tijui terselak
karena berusaha menelan aepotong tahu kering itu sekaligus. Hidungnya
bergerakgerak. Tanpa dapat ditahan lagi, dia berbangkis sampai keras sekali.
Sepotong tahu kering yang masih ada di dalam mulutnya, seperti pancuran air mancur
bermuncratan kemana-mana. Di arena pertempuran, orang yang pertama mendapat hasil seharusnya terhitung
barisan Goheng liek tin dari Bu Tong pai. Begitu barisan pedang terbentuk, bukan
saja berhasil mengurung Siang 51 suangse, tetapi kurang lebih dalam waktu
sepembakaran hio terdengar suara siulan panjang, Pertamatama Sam yan ciangsi Bun
Cing Ho tertusuk satu pedang, mulutnyalah yang mengeluarkan siulan panjang itu.
Yang kemudian disusul dengan jehtan ngeri. Gerakan barisan pedang dari Bu Tong
pai ini cepat seperti angin. Mereka menyerang lawan dengan cara berputaran. Asal
lawan sudah terkena satu tusukan pedang, maka tusukan yang lain pun akan menyusul
sampai genap lima kali. Begitutah apa yang terjadi pada saudara tua Siang si suangse
tersebut. Rupanya dia menjerit ngeri ketika empat tusukan yang lain menembus
tubuhnya. Sudah tentu riwayat hidup orang itu tinggal sebentar lagi.
Saudara kedua dari Siang si suangse, yakni Bu Cing Lui. melihat kakaknya rubuh
terkapar di atas tanah. Hatinya menjadi panik sekaligus marah. Begitu
perhatiannya terpencar, pinggang kanannya pun tertusuk satu pedang. Dengan memberontak dia
bangun kembali. Namun justru di saat dia sedang berjuang untuk berdiri, bagian
belakang pinggangnya kembali terkena satu tusukan. Disusul lagi bagian tubuhnya
yang lain. Sesaat kemudian dia sudah rubuh di atas tanah.
Dua orang iblis yang telah banyak berbuat kejahatan, akhirnya mati bersama dalam
bahsan Goheng liek tin dari Bu Tong pai Suatu akhir yang tragis namun sesuai dengan
kejahatan yang telah mereka lakukan.
Sementara itu, Cu Kiau Kiau yang menggenggam sebatang Hue lengkiam telah
melancarkan berbagai ilmunya yang aneh. Tetapi selalu pedangnya terhisap oteh
Sit kimkiam di tangan Hui Fei Cin. Walaupun belum sampai kalah, tapi dia sudah mulai
kelabakan menghadapi lawannya.
Hui hujin menghadapi Be Hua popo, sedangkan Tan hujin menghadapi Ca popo.
Meskipun kedua nenek itu berilmu tinggi, telapi kedua kakak beradikyang


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dihadapinya mengerahkan seratus Jurus Hmu pedang dari keluarga Song. llmu pedang
mereka merupakan ilmu tingkat tinggi di dunia kangouw. Dalam belasan jurus saja, baik
Be Hua popo maupun Ca popo sudah mulai barada dj bawah angin.
Cian Poa Teng juga bukan tandingan Lian Seng taisu dan Go Bi pai. Di antara tiga
kali serangannya, pasti ada satu kali yang hampir tidak dapat disambut oleh Cian Poa
Teng. Berulang kali dia terdesak mundur.
Dengan sebatang potlot besi, Kiuci lo han menghadapi Hui Kin Siau yang
menggunakan sebatang pedang Meskipun masih bisa mempertahankan diri, tapi
gerakgeriknya sudah mulai kalang kabut.
Go ca cinjin Bun Tian Hong berhadapan dengan Ciok Si Cu dari Bu Tong pai.
Sebelumnya dia sudah bertarung melawan Hui Hung I su. Tubuhnya sudah mulai
lelah. Sedangkan Oiok Si Cu belum bertarung dengan siapa pun. Begitu terjun ke
arena dia langsung mengerahkan jurus-jurus yang mematikan. Satah satu ilmunya
yang hebat adalah Tai kiat kiamhoat. Cahaya yang terpancar dari pedang
segelombang demi segelombang menerJang datang. Hal ini membuat Goca cinjtn
sampai ber]ingkrak kesana kamari untuk menghindari serangannya.
Hanya Siau Cui yang bukan tandingan Liu Cing Cing. Setelah beberapa gebrakan,
dia mulai kewalahan. Beberapa kali hampir dia tertebas pedang lawannya Justru
pada saat itulah, telinga semua orang mendengar suara bangkisan yang keras Kecuaii Hue
leng senbu, Cu Tian Cun, Cian Poa Teng, Be Hua popo berempat yang tanaga
dalamnya lebih tinggi, selain itu orang Fang seperti Kiuci Lo han, Goca cinJin,
Ca popo, Hue moli Cu Kiau Kiau dan Liu Cing langsung terkulai lemas akibat semburan
tahu kering dari mulut Kim Tijui yang langsung menotokjalan darah beberapa orang itu
dalam waktu yang bersamaan. Orang-orang dari pihak delapan partai besar yang sudah merasa gusar sekali
seperti Hui Kin Siau, langsung nnenggunakan kesempatan itu untuk menebas putus batok
kepala Kiuci lo han. Giok Si Cu juga ti ak kalah sigap. Pedangnya langsung
menusuk ke arah jantung Goca cinjin sampai tembus ke betakang. Tan huJin pun tidak mau
ketinggalan, pedangnya juga menikam ke dada Ca popo sehingga darah muncrat
kemanamana. Beberapa kali terdengar dengusan marah yang menyusul suara
bangkisan tadi. Kim Tijui (nenjadi panik sekali. Dia segera berteriak sekeras-kerasnya.
"Hei! Hej! Kalian semua berhenti! Jangan sampai menambah dosa Siau loji yang
memberikan kesempatan membLinuh untuk kalian...!".
Toahao sama sekali tidak menyangka kalau semburan tahu kering dan mulut Kim
Tijui saja sudah mempunyai kekuatan sedahsyat itu Hatinya menJadi marah sekali.
"Tua bangka! Sambut pukulan!" Telapak tangannya menjulur dan melancarkan sebuah
serangan ke arah Kim Tijui. Bayangkan saja bagaimana hebatnya tenaga
dalam Toahao yang sudah dilatih hampir tiga perempat abad itu.
Dalam waktu yang bersamaan, samhao juga melangkah maju, tahu-tahu dia sudah
sampai di bagian belakang punggung Kim Tijui. Lima jari tangan kanannya segera
menekuk membentUk cakar dan diluncurkan ke arah punggung lawannya.
Tafflpaknya Kim Tijui sejak semuta sudah menduga kalau dia akan diserang dari
depan belakang oleh dua bersaudara itu. Sepasang tangannya secepat kilat
mengangkat kedua karung di atas tanah dan menjadikannya pensai untuk bagian dada
dan punggungnya. "Tenang, tenang! Kalian benar-benar menginginkan selembar nyawa tua ini" Apa
tidak bisa perlahan-lahan'' Apakah kalian tidak perduli lagi dengan nyawa kedua
orang saudara kalian ini?" teriaknya berkaok-kaok.
Hali toahao jadi cunga seketika. Tanpa sadar telapak tangannya langsung berhenti
di tengah jalan. "Apa yang kau katakan?" bentaknya dengan suara parau.
"Apa yang aku katakan, masa kau tidak mendengarnya?".
"Saudara siapa yang kau katakan barusan?" tanya toahao sekali lagi.
"Masa perlu ditanyakan lagi" Kalian kan terdiri dari Kong Tong sihao, kemana dua
orang saudara kalian yang lainnya?" sahut Kim TiJui sambil mengangkat sepasang bahunya
dan tertawa cengar-cengir. Terdengar suara tertawa yang aneh dari mulut samhao.
"Kau bermaksLid mengatakan bahwa orang yang ada di dalam karung ini adalah Loji
dan losi?". Sepasang mata ayam Kim Tijui langsung mendelik lebar-lebar.
"percaya atau tidak, terserah!".
"Coba lohu lihat sendicil" sahut samhao sambil melesat maJu dan mengulurkan
Terbang Harum Pedang Hujan 9 Oeyse Karya Thio Tjin Boen Kisah Pedang Di Sungai Es 5
^