Pencarian

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 5

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung Bagian 5


"Hui toa siocia terima kasih atas pelajar anmu hari ini katanya la mengambil pe
dang Hui Fei Cin yang terjatuh di tanah dan di sodorkannya kepada gadis itu.
"Hui toa siocia Terimalah kembali pedangmu ini," lanjutnya.
Hati Hui Fei Cin masih berdebardebar, tapi wajahnya tenang sekali.
"Terima kasih kembali Di bawah pimpinan seorang panglima besar memang tidak ada
prajurit yang lemah Aku kalah dengan puas Pertandingan ini telah membuat
mataku terbuka," sahutnya.
Diterimanya pedang yang disodorkan itu. Sia Ho membungkukkan badannya dengan
hormat. "Hui toa siocia memandang budak terlalu tinggi".
Dia segera mengundurkan diri ke samping Tiong kouwnio Ciok Ciu Lan menoleh
kepada Yok Sau Cun di tempat' persembunyiannya.
"Yok Siangkong, apakah kau juga melihatnya?".
"Apa yang kau maksudkan dengan juga melihat'?" tanya Yok Sau Cun dari mana
datangnya mereka itu'" Mengapa aku tidak pernah mendengar ibu menceritakan
tentang komplotan yang mempunyai kepandaian demikian hebat".
"Yang pertama memakai sebatang pedang pendek,yang kedua menggunakan
sepasang pedang, entah yang dua lagi mempunyai keistimewaan apa?" sahut Yok Sau
Cun sambil menggelengkan kepalanya.
Song Bun Cun yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Hui Fei Cin
mengalami kekalahan di bawah sepasang pedang pendek Sia Ho. tentu saja terkejut
sekali Tapi dia tidak mau menampilkan perasaan tersebut di depan lawan Dia
segera mengembangkan senyuman lebar.
"Piau moay. kalah atau menang dalam suatu pertandingan adalah hal yang lumrah
Sekarang tentunya giliran Kongcu," katanya.
Dia melangkah dengan lebar kehadapan rombongan lawan.
"Tiong kouwnfo, apakah kau akan turun ke arena atau mengutus pelayanmu yang
lain?" tanya Song Bun Cun. Tangan kin Tiong kouwnio melambal ke arah pelayannya.
"Ciu Suang giliranmu!" perintahnya dengan nada dingin.
Ciu Suang adalah gadis yang berdiri di ujung sebelah kanan dan dia juga yang
membawakan kurungan berisi harpa tadi.
Dia segera mengiakan tapi baru saja kakinya melangkah beberapa tindak. tiba-tiba
dia berhenti Dia berdiri terpaku di tempatnya beberapa saat Song Bun Cun tahu
bahwa Tiong kouwnio sedang mengisikinya dengan ilmu Coan Im Jut Bit Yaitu
semacam ilmu yang berbicara tanpa mengeluarkan suara dan hanya tertuju pada
orang tertentu Sesaat kemudian terlihat dia melangkah lagi sampal ke badapan Song Bu
Cun. 'Apakah kouwnio yang akan bertanding dengan Kongou?" tanya Song Bun Cun
tenang. Alis Ciu Suang sangat indah Bibirnya mungit Membuat orang yang melihatnya
terpesona Namun sesual namanya (Ciu Suang berarti kesejukan di musim gugur)
wajahnya juga sangat dingin.
"Apakah masih perlu disangsikan?".
Tangannya menghunus sepasang pedang panjang dan balik punggungnya.
"Bagus sekali'" kata Song Bun Cun mernuii "Silahkan kouwrno mulai".
Ciu Suang melinknya sekilas.
"Tiong kouwnio sudah berpesan, tuan rumah harus mengalah terhadap tamunya Tapi
.". "Tapi apa?" tanya Song Bun Cun.
"llmu pedang Tian Hua san ceng sangat terkenal Pertandingan kita kali ini juga
menggunakan pedang apakah ada batasnya?".
Song Bun Cun terpana. "Apa maksud kouwnio?" tanyanya tidak mengerti.
"Tuan rumah selalu mengikuti permintaan tamunya Kau boleh kemukakan sendiri,
kirakira dalam berapa jurus kau sanggup mengalahkan aku, maka kita menggunakan
berapa jurus yang kau inginkan itu sebagai batas kalah atau unggul?" kata Ciu
Suang. Ucapan itu sangat sombong Juga sangat cerdik. Song Bun Cun sejak kecil belajar
ilmu pedang, meskipun dia belum mencapai ke sempurnaan, tapi sebagian besar ilmu
pedang Song Ceng San telah diwansi oleh nya.
Walaupun jago kelas satu di Bulim saat ini sangat banyak, namun mereka belum
tentu dapat mengalahkan Song Bun Cun dengan mudah Sekarang seorang gadis yang
masih bau kencur malah menanyakan berapaJurus yang dia sanggup
mengalahkannya'" Bukankah ini berarti tidak memandang sebelah mata Tian Hua san
ceng?" Wajah Song Bun Cun agak berubah mendengar perkataan Ciu Suang.
"Silahkan kouwnio yang kemukakan sendiri," sahutnya datar.
"Tidak Berapa jurus yang akan kau perlukan untuk mengalahkan aku, toh aku tidak
tahu Kalau yang kuajukan terlalu sedikit, belum tentu kau dapat mengalahkan aku
dalam jumtah tersebut. Kalau aku mengatakan terlalu banyak sama saja artinya aku
memandang rendah Tian Hua san ceng Untuk menghadapi seorang budak saja, masa
kau perlu menggunakanjurus sebanyak itu. 0!eh karena itu, aku jadi serba salah
Karena hal ini menyangkut nama balk Tian Hua san ceng, maka lebih baik kau yang
menentukan sendiri " kata Ciu Suang.
Dalam hati Song Bun Cun marah sekali. Tetapi karena pihaknya telah dua kali
mengalami kekalahan, maka dia berpikir kembali. Sebetulnya dia ingin mengajukan
sepuluh jurus, namun rasanya kurang tepat Kalau dalam sepuluh jurus dia tidak
dapat mengalahkan pelayan itu, bukankah dm sendiri harus mengaku kalah" Tetapi kalau
dia meng ajukan terlalu banyak, sebagai Sau ceng cu dari Tian Hua san ceng,
untuk menghadapi seorang gadis cilik saja memerlukan jurus sebanyak itu, bukankah
memalukan" Untuk sesaat Song Bun Cun kebmgungan Dia ti dak tahu bagaimana
harus menjawab. Ciu Suang tidak membtarkan berpikir lama lama.
"Bagaimana'" Apakah kau tidak mempunyai keyakinan untuk mengalahkan aku'1'"
sindirnya tajam. Song Bun Cun panas sekali mendengar pernyataannya.
"Sungguh budak yang memiliki lidah ta jam, Kongcu sedang mempertimbangkan
Apalagi untuk mengambil nyawamu, rasanya tiga jurus sudah cukup Tapi untuk
mengalahkanmu tanpa terluka, mungkin duapuluh jUrus adalah keputusannya ".
Dua puluh jurus Memang tepat dengan ilmu pedang pemnggalan Tian San Yi su yang
hebat dan belum pernah ada orang yang sanggup memecahkannya Dia mengatakan
duapuluh jurus untuk melawan ssorang budak cilik berusia belasan, sebetulnya dia
juga sudah dalam keadaan terpaksa.
"Jiwa seorang budak sama sekali tidak berharga Apalagi dalam mengadu ilmu
Pedang memang tidak bermata Kalau memang terpaksa, silahkan bunuh aku Tidak
usah berpikir panjang Tetapi aku [ngin penjelasan, sebetulnya berapa jurus yang
Song Kongcu inginkan, tiga atau duapuluh'?" tanya Ciu Suang.
"Pedang Kongcu ini tidak pernah membunuh orang yang tidak melakukan kejahatan
besar. Kita bertanding duapuluh jurus saja." sahut Song Bun Cun.
Hui Fei Cin diamdiam berpikir "Piauko mendapat didikan langsung dari paman,
malam ini penampilannya sungguh tenang, jawabannya juga tepat Sungguh jauh
berbeda dengan biasa" Dia menatap pemuda itu sejenak.
Ciok Ciu Lan menjawi! lengan baju Yok Sau Cun.
"Budak yang bernama Ciu Suang itu memaksa Song Bun Cun mengatakan berapa
jurus yang diperlukan untuk mengalahkannya Aku yakin pasti dia mempunyai
rencana tertentu" katanya.
"Apa salahnya?" tanya Yok Sau Cun.
"Di mana salahnya, aku juga tidak tahu Pokoknya ada sesuatu yang tidak beres,"
sahut Ciok Ciu Lan. Sementara itu, terdengar sahutan dari Ciu Suang.
"Baiklah. Dua puluh jurus. Sekarang kau sudah boleh mulai menyerang ".
"Kouwnio harap berhati-hati. Kongcu mulai menyerang " Dalam waktu sekejap, mimik
wajahnya berubah menjadi serius. Tangan yang menggenggam pedang,
terangkat perlahan-lahan Sepasang matanya menyorotkan sinar yang tajam Menatap
lurus ke arah pedangnya. Ciu Suang yang berdiri di hadapannya juga sudah melihat waiah Song Bun Cun yang
demikian tenang Tiba-tiba timbul perasaan hormat dalam hatinya Tepat pada saat
itu, Song Bun Cun mulai menyerang Gerakannya sangat lambat, namun kelambatan itu
hanya pembukaan saja. Sampai di tengah jalan, pedang itu meluncur dengan cepat
Begitu cepatnya sehingga seperti kilat yang menyambar Sasarannya adalah bahu kin
Ciu Suang. Mata gadis itu memang sejak tadi sudah terpaku pada pedang Song Bun Cun yang
bergerak lambat. Penampilannya sangat tenang Begitu pedang itu meluncur sampai
di tengah jalan Tubuhnya juga mencelat Dengan mudah dia berhasil menghindarkan diri
Song Bun Cun terkejut seiak tadi dia sudah memperhatikan bagaimana siau cui dan
Hui Fei Cin dikalahkan maka dan itu, dia memilih jurus yang satu ini sebagai
pembukaan Siapa sangka gadis cilik itu dapat berkelit dengan mudah" Bahkan
perubahan jurus tersebut belum sempat dikeluarkannya sama sekali.
"Bagus!" Tanpa sadar mulutnya berseru Serangannya kali ini tetap secepat tadi,
tapi jurus yang digunakannya sangat barlainan Dia mengangkat sebelah kakinya ke
belakang dan seperti orang yang sedang bermain ski salju meiuncur menyerang Ciu
Suang. Tubuhnya memutar beberapa kali, namun tikaman pedangnya tetap menuju ke
depan Dia sekaligus mengerahkan tiga jurus ampuhnya.
Ciu Suang sempat terperaniat namun ilmunya memang hebat Dapat dipastikan orang
yang melatih mereka luar biasa. Kete nangannya mengagumkan. Meskipun serangan
Song Bun Cun sangat berbahaya, tapi dia menghadapinya tanpa panik sedikit pun
Sekali kakinya dihentakkan, tubuhnya melayang ke atas tembok |embatan Dengan
alas jembatan itu, dia menutui sekali lagi dan melayang melewati kepala Song Bun
Cun. Kemudian secepat kilat tubuhnya memutar Dan menikam pemuda itu dari
belakang Dari pihak penyerang, Song Bun Cun menjadi pihak yang diserang Untung
saja reaksinya cepat, dia membahkkan tubuh dan menangkis sepasang pedang gadis
itu. "Trangi" Song Bun Cun mencelat ke atas dan turun dengan tenang Dia mengira
paling tidak gadis itu akan terpental oleh pantulan tenaga benturan pedang tadi Tapi sekali
lagi dia terkejut gadis itu bersalto di udara dan melayang turun dengan gaya yang indah.
Satu hal lagi yang menciutkan hati Song Bun Cun Dia mendapat kenyataan bahwa
ilmu yang digunakan gadis itu seakan memang sengaja dicyptakan untuk
mengimbangi kepandaian yang dimilikinya Meskipun dia menyerang dengan Jurus
apa pun, gadis itu segera mengetahui cara untuk menandinginya Song Bun Cun
berteriak lantang Dia memutar pedangnya dengan cepat Pertandingan berlangsung
semakin seru dan menegangkan Yang satu menyerang, sedangkan yang lainnya
mempertahankan diri. Wajah Ciu Suang mulai merah padam Keringatnya mulai
mengucur, tapi dia bertahan mati-matian llmunya sangat mengagumkan. Meskipun
dia seperti sudah kewalahan, tapi ilu hanya karena dia kalah tenaga saja dengan
Song Bun Cun Sedang Ran serangan pemuda itu sendiri, berhasil dielakkan dengan manis.
Tiba-tiba Ciu Suang melayang mundur sejauh lima tindak Wajahnya penuh keringat.
Nafasnya tersengalsengal Namun bibirnya tersenyum.
"Sudah lewat duapuluh jurus, apakah kau masih belum mau berhenti?" tanyanya
dingin. Song Bun Cun menarik pedangnya kembali Wajahnya muram. Kepalanya
mengangguk-angguk "Ternyata sudah duapuluh jurus lebih. Kongcu mengaku
kalah...." sahutnya sendu.
Ciu Suang menatapnya beberapa saat Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun
Wajahnya tiba-tiba berubah Dengan langkah lebar dia segera kembali ke sisi Tiong
kouwnio. Song Bun Cun menjura dalam-dalam "Malam ini kami mengaku kalah. Selamat
tinggal," katanya. Dia menoleh kepada Hui pei Cin "Piaumoi man kita pergi "Dia
segera melangkah. "Song Kongcu, berhenti sebentar!" terdengar seruan Tiong kouwnio.
Song Bun Cun berhenti melangkah Dia membalikkan tubuhnya "Apakah Tiong
kouwnio bermaksud menahan kami?" tanyanya.
Tiong Kouwnio bangkit dan tempat duduknya Bibirnya menyunggingkan senyum
datar. "Aku tadi sudah mengatakan bahwa sama sekali tidak ada maksud menahan kalian di
sini. Tetapi ada satu persoalan yang aku harap kalian mau duduk bersama agar kita
dapat membicarakannya". Dan tempat persembunyiannya, Yok Sau Cun melihat rombongan kawannya
mengalami kekalahan tiga kali berturut-turut.
"Ciok kouwnio, mari kita keluar Cayhe ingin menemui manusia she Yu untuk me
minta obat pemunah," katanya Dia segera berdiri.
Ciok Ciu Lan sedangmelamun Dia t.erkejut melihat Yok Sau Cun yang bermaksud
mengunjukkan diri Dia segera menarik tangannya.
"Untuk apa kau keluar?" tanyanya.
"Song heng belum tahu bahwa manusia she Yu yang membawanya ke man adalah
orang yang menitipkan surat beracun ke pada cayhe Mumpung Song heng masih ada
di sini, cayhe akan melucutj kedoknya dan meminta obat pemunah racun ".
"Tunggu dulu Aku tenngat sesuatu hal," kata Ciok Ciu Lan.
"Hat apa?" tanya Yok Sau Cun.
"Aku sedang berpikir, Tiong kouwnio mengajak keempat pelayannya tinggal di sini,
kemungkinan besar demi Tian Hua san ceng. Song toya cu sudah lama mendapat
sebutan Bulim it kiam llmu yang mereka pelaian, semuanya khusus untuk menandingi
ilmu Song loya cu ". "Apa yang kau katakan memang tidak salah," sahut Yok Sau Cun.
"Tetapi, karena nama Song loya cu sudah lama menggetarkan dunia kangouw,
mereka tidak berani menghadapinya langsung Oleh karena itu, mencan jalan lain,
misalnya mem peralat engkau membawakan surat beracun itu kepadanya".
"Tidak salah ".
"Ofeh karena itu, aku rasa obat pemunah itu tidak ada di tangan manusia she Yu,"
kata Ciok Ciu Lan. "Kalau begitu di tangan siapa'?" tanya Yok Sau Cun.
"Manusia she Yu itu juga menjalankan perintah saja".
"Maksudmu... obat pemunah itu ada di tangan Tiong kouwnio'?" tanya Yok Sau Cun
terperanjat. Ciok Ciu Lan tertawa lebar.
"Akhirnya kau berpikir juga," sahutnya.
"Kalau demikian, kita temui Tiong kouwnio dan minta obat penawar dannya," kata
Yok Sau Cun. "Untuk mendapatkan obat penawar itu, harus menguasai Tiong kouwnio dulu Tapi
keempat pelayannya tidak mudah dihadapi Ah Ada sebuah akal".
"Apakah kau menemukan jalan yang baik'?" tahya Yok Sau Cun.
"Akal ini sangat berbahaya, tapi tidak ada salahnya kalau kita coba Dekatkan
telingamu!" kata Ciok Ciu Lan'.
Yok Sau Cun menempelkan telinganya ke bibir Ciok Ciu Lan Gadis itu segera
menguraikan akal yang terpikir olehnya tadi Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya
beberapa kali. "Baiklah Kita jalankan rencana ini,' sahutnya.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara itu, Song Bun Cun yang mendengar perkataan Tiong kouwnio segera
menolehkan wajahnya ke arah Hui Fei Cin.
"Piaumo, bagaimana pendapatmu?" tanyanya.
"Kita toh sudah datang ke man. Apalagi sudah mengalami kekalahan tiga kali
berturutturut. Orang meminta kita duduk ber sama. Apakah kita enak hati
menolaknya". Biar kita dengarkan apa yang ingin dibicarakan nanti," sahut Hui Fei Cin.
"Apa yang dikatakan Piaumoi benar juga Mari kita kesana '.
Baru saja perkataannya selesai, terde ngar suara panggilan yang lantang.
"Song heng, tunggu sebentar".
Song Bun Cun merasa suara itu tidak asing di telinganya Dia segera menoleh
Terlihat dua bayangan melesat dan balik batu besar yang terhalang oleh pohon pohon rimbun.
Mereka adalah Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan.
Mereka tidak melintasi jembatan. Sebetulnya dari balik batu besar itu harus
melintasi jembatan lebih dekat dengan tempat Song Bun Cun Tapi mereka mengambil jaian
memutarj. Hui Fei Cin merasa hatmya ber getar aneh melihat kemunculan Yok Sau
Cun yang bersama Ciok Ciu Lan.
"Apakah Yok heng berniat menyatakan sesuatu kepada cayhe?" tanya Song Bun Cun
yang agak terpana melihat kehadiran kedua orang itu.
Yok Sau Cun mengembangkan senyuman.
"Cayhe juga ingin meminta pelajaran dari Tiong kouwnio. Kebetulan kekurangan dua
saksi Karena So heng dan Hui siocia ada di sini, maka memnita kalian berdua menjadi
saksinya saja" Dia mangedipkan mata ke pada pemuda itu.
Song Bun Cun tidak mengerti apa maksudnya. Namun dia dapat menduga bahwa
Yok Sau Cun mempunyai alasan sendiri "Baiklah Entah bagaimana kami harus
bersaksi?" tanyanya.
"Song heng tunggu sebentar, biar cayhe rundingkan syaratnya dengan Tiong
kouwnio," kata Yok Sau Cun Matanya segera mengalih kepada gadis itu la
mengangkat tangannya dan menjura dalam-dalam.
"Selamat bequmpa kembali, semalam Tiong kouwnio mengutus orang membawa
cayhe pulang ke rumah Hu toa nio, cayhe masih belum sempat mengucapkan terima
ka sih Biar cayhe mengatakannya sekarang.".
"Yok Sau Cun, aku hanya memandang wajah Hong lo cianpwe, maka menyucuh
orang mengantar engkau pulang Tidak disangka, siang ini kau mengajak mereka
memenksa rumah ini dan sekarang kembali lagi untuk membiarkan dirimu
tertangkap," kata Tiong kouwnio dingin.
Yok Sau cun tertawa lebar.
"Tiong kouwnio, aku ingin menjelaskan satu hal Cayhe dengan Hong locianpwe yang
kau katakan sama sekali tidak ada hubungan apa apa Kau mengatakan kedatangan
cayhe malam ini agar diri sendiri tertangkap Sungguh tidak sedap didengar
Sedangkan kedatangan cayhe dengan memanjat tembok malam ini, adalah untuk
mencan seseorang," sahutnya.
"Siapa yang kau can"' tanya Tiong kouwnio datar.
Yok Sau Cun menunjuk ke arah laki-laki yang berdiri di samping jembatan.
"Yu heng itulah yang ingin cayhe ternui Dialah laki laki yang menitipkan surat
agar disampaikan kepada Song loya cu Akibatnya cayhe jadi kambing hitam. .".
Song Bun Cun mendengar Yok Sau Cun mengatakan bahwa yang menitipkan surat
adalah lakiiaki yang membawa mereka tadi, segera menghunus pedangnya "Rupanya
engkau yang mencelakal ayahku !" bentaknya sambil menyerbu ke arahnya.
Yok Sau Cun cepatcepat menarik tangannya.
"So heng, kau adalah saksi cayhe maka kau harus menunggu sampai perkataan cayhe
selesai" Sekali lagi dia mengedipkan mata kepada anak muda tersebut.
Hui Fei Cin juga sempat melihat isyarat mata yang dibenkan Yok Sau Cun barusan
Dia membantu membujuk piaukonya.
"Piauko, biarkan Yo Singkong menyelesaikan ucapannya, nanti masih ada waktu
untuk menanyakan orang itu," katanya.
Song Bun Cun terpaksa menahan kemarahannya Dia berdiri tanpa berkata apa-apa
tagi Sementara itu, Yok Sau Cun menoleh kembali kepada gadis Tiong.
'Oleh karena itu, tadinya tufuan kedatangan cayhe malam ini adalah untuk meminta
obat penawar dari Yu Kirn Piau Namun setelah direnungkan sekali lagi, tampaknya
Yu heng ini juga hanya men|ajankan perintah $aja Dia belum tentu memiliki obat
pemunah itu, maka ... ".
Dia sengaja menghentikan ucapannya, Tiong kouwnio mendengus sekali.
"Maka kau mencari aku bukan?" sahutnya.
Yok Sau Cun tersenyum manis.
"Tebakan Tiong kouwnio sungguh tepat Maksud cayhe memang demikian ".
"Apakah kau tidak menganggap dirimu sedang mencari kesusahan sendiri?" tanya
Tiong kouwnio sinis. "Mungkin juga Tapi pada akhir pertandmgan baru dapat terbukti benar atau tidak,"
sahut Yok Sau Cun sambil tertawa dengan gaya santai.
"Dengan cara apa kau ingin bertanding?" tanya Tiong kouwnio.
"Seperti dalam perjudian setengah angka pun dihitung Maka dan itu, cayhe
mengharapkan sebuah pertandingan yang adil dengan kouwnio," sahutnya.
"Setengah angkapun dihitung?" Tiong kouwnio tertawa dingin "Kau ingin bergebrak
dengan aku?". "Apakah Tiong kouwnio tidak berani bertaruh dengan cayhe?".
"Kalau kau ingin bergebrak dengan aku, kau harus mengalahkan dulu pelayanku baru
pantas menghadapi aku," katanya dingin.
"Hal ini cayhe sudah tahu Silahkan kouwnio pilih salah seorang pelayan kouwnio.
Cayhe akan menemani dengan senang hati," sahut Yok Sau Cun tenang Tiong
kouwnio menolehkan kepalanya ke arah empat pelayan itu.
"Tong Suat, kau hadapi dia beberapa jurus," penhtahnya.
Tong Suat segera maju dan mengiakan. Yok Sau Cun tersenyum ramah.
"Tong Suat kouwnio; silahkan keluarkan pedangmu," katanya.
Tong Suat mengeluarkan sepasang pedang dari balik punggungnya.
"Mana pedangmu'?" tanyanya.
Tangan Yok Sau Cun disentakkan.
"Cring!" Pedang lenturnya telah digenggam dalam tangan.
"Tong Suat kouwnio, hati-hati!" seru Yok Sau Cun Secepat kilat pedangnya telah
men]adi tegak lurus dihunjam ke depan Dia mengarah ke pergelangan tangan nona
itu. Dalam keadaan panik, Tong' Suat mencelat mundur Pedang Yok Sau Cun tetap
mendesaknya Tempat berdiri Tong Suat kebetulan sangat dekat dengan Ciok Ciu Lan
Gadis itu sejak tadi sudah menyiapkan sejumlah batu kecil di tangan Dengan
diamdiam dia menyentil batu-batu itu.
Perlu diketahui, bagaimana pun Ciok Ciu Lan adalah putri kesayangan Be hua popo
Perempuan itu sangat terkenal dengan ilmu Tian li san hua (Bidadari menyebar
bunga) nya Dia dapat menimpukkan delapanbelas macam senjata rahasia sekaligus
Sedangkan Ciok Cin Lan sejak kecil dididik olehnya. Meskipun kepandaiannya belum
setinggi Be nua popo, tapi paling tidak, dia juga dapat menimpukkan sembilan
macam senjata rahasia pada saat yang bersamaan Lagipula timpukkannya itu selalu tepat
di sasaran Dengan demikian Tong Suat sama sekali tidak menyadan adanya penyerang
gelap Begitu salah satu jalan darah terkena salah satu batu kecil yang disentil
oleh Ciok Ciu Lan. dia segera terkulai tanpa bangun lagi.
Gerakan Yok Sau Cun kali ini sangat cepat dan aneh Orangorang yang ada di tempat
itu tidak tahu apa yang terjadi Mereka hanya melihat sinar pedang yang berkilauan
menerjang ke arah Tong Suat, sebelum sempat melihat dengan jelas, gadis itu sudah roboh.
Pada saat itu Song Bun Cun dan Hui Fei Cin sampal terpana melihat hasil serangan
anak muda ttu Terutama Song Bun Cun, dia sudah pernah bertarung dengan Yok Sau
Cun Setahunya, ilmu silat pemuda itu memang cukup tinggi, tapi ton masih
setmgkat di bawahnya Bagaimana mungkin dalam waktu dua hari saja dapat maju begitu he
bat" Dia dapat melumpuhkan Tong Suat hanya dalam satu jurus saja'".
Setelah mengalahkan Tong Suat, Yok Sau Cun segara menggulung kembaii pedang
lenturnya. Dia menghampin Tiong Kouwnio dan tersenyum lebar.
"Cayhe sudah meraih kemenangan Kalau Tiong kouwnio kurang yakin, boleh
mengutus seorang lagi untuk menguJi cayhe," katanya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Tiong kouwnio.
"Jangan khawatir Cayhe hanya menotok jalan darahnya dengan Ujung pedang. Bu kan
hat yang mengancam jiwa," sahut Yok Sau Cun tersenyum simpul.
Sekali lagi Tiong kouwnio menggapai salah satu pelayannya.
"Cun Hong, kau hadapi dia!" perintahnya.
"Budak melaksanakan perintah!" sahut Cun Hong. Dia segera maju ke depan Yok Sau
Cun. Dikeluarkannya sepasang pedang dari balik punggung. Tindakannya sengaja
dilambatlambatkan. "Kau boleh mulai sekarang," katanya.
Dia sengaja berlaku santai Yok Sau Cun dapat menangkap maksud hatinya dia
tersenyum lebar. "Tampaknya nona tidak akan membalas kalau cayhe tidak mendahului Kalau
demikian, cayhe tidak sungkan lagi," sahutnya.
"Cring!" Sekali lagi pedang lenturnya dihentakkan sehingga menjadi kaku Dia
menudingkannya ke depan Cun Hong.
"Kouwnio, hati-hati!"teriaknya Dengan ]urus Siau cu Tian lam (Sambil tertawa
menuju ke arah Tian lamj dia mulai menyerang.
Jurus ini adalah sebuah tipuan. Ternyata Cun Hong masuk dalam perangkapnya.
Katika melihat Yok Sau Cun meluruskan pedangnya, dia mengira pemuda itu akan
mengulangi kembaii serangan tiba-tiba yang dilakukan pada Tong Suat tadi,
tubuhnya segera melayang ke alas dan dengan gerakan kilat menebas ke arah kepala pemuda
itu Siapa sangka, pedang Yok Sau Cun hanya meiuncur sampai tengah jalan, kemudian
ditariknya kembali Pemuda itu berkelit ke samping dan menyapu pedangnya ke
pergetangan tangan lawan.
"Sayang sekali kouwnio terlambat sedikit" serunya.
Pedang lentur di tangan kanannya kembali ditarik kembali. Tanpa disangkasangka
telapak tangan kirinya menepuk ke depan. Pada saat itu, tubuh Cun Hong baru saja
mendarat Tubuhnya segera limbung tersapu tepukan angin telapak Yok Sau Cun Ciok
Ciu Lan tidak menyianyiakan kesempatan itu Batu kecil ditangannya segera
disentilkan. Belum lagi tubuh Cun Hong tegak kembali, dia jatuh terkulai di atas
tanah dan tidak' terbangun lagi.
Kedua orang yang bertarung tadi bergerak dengan sangat cepat. Mereka hanya
melihat hantaman telapak tangan Yok Sau Cun telah melumpuhkan Cun Hong
Orangorang yang ada di taman itu terpana semuanya. Song Bun Cun sampai
mengerutkan keningnya Mata Hui Fei Cin di balik cadar tampak berkilau Siapa pun
tidak ada yang menyangka bahwa lumpuhnya kedua gadis tadi adalah hasil kerja
Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun mengangkat wajahnya Dia memandang ke arah Tiong kouwnio dengan
tenang dan bibir tersenyum.
"Tiong kouwnio, apakah cayhe sudah pantas bergebrak dengan nona?" Semakin tenang
penampilan Yok Sau Cun, wajah Tiong kouwnio pun semakin dingin. Peria
hanlahan dia bangkit dari tempat duduknya Sepasang mata yang tajam memandang
Yok Sau Cun dengan tatapan menusuk Dia maju beberapa tirrdak Matanya tidak
beratih dari Yok Sau Cun.
"Sudah cukup," sahutnya ketus Sia Ho dan Ciu Suang yang berdiri di sampingnya
segera memanggil serentak. "Tiong kouwnio, budak ".
Tiong kouwnio tidak membiarkan mereka meneruskan ucapannya Tangan kirinya
terangkat perlahan Maksudnya mencegah mereka bicara.
"Ambii pedangku!" perintahnya.
Ciu Suang tidak berani membantah. Dia segera menyodorkan pedang panjang dengan
gagang berbentuk kepala garuda Tiong kouwnio menyambutnya Dengan langkah
tenang dia menghampiri Yok Sau Cun.
"Kau boleh bebaskan kedua budak itu sekarang!" Perkataannya bagai sebuah
perintah yang tidak boleh dibantah siapa juga.
Yok Sau Cun pemah bertemu dengannya tadi malam. Lagipula tempat duduk mereka
hanya dihalangi sebuah meja bundar. Dua kali dia mengucapkan maaf, meskipun wa
jahnya dingin dan kaku, tapi masih mengembangkan senyuman. Jadi dia tidak merasa
kan apa pun Sekarang, dia berdiri dihadapannya. Juga di bawah cahaya lentera Dia
merasa penampilan wajahnya sangat jauh berbeda dengan semalam. Tampaknya pucat
sekali Sepasang sinar matanya dingin menusuk Orang yang memandangnya mungkin
akan bergidik Tetapi, sekaligus membLyt penampilannya begitu mempesona.
pedang Yok Sau Cun belum disimpan. Dia menjura dalamdalam dengan bibir
tersenyum lebar. "Tiong kouwnio, tentang ini harap maafkan. Kedua pelayanmu itu tidak dapat
dibebaskan sampai pertandingan antara kita berakhir, karena....".
Yok Sau Cun mendongakkan wajahnya dan membalas tatapan gadis itu.
"Karena apa?" tanya Tiong kouwnio datar. "Karena kedua pelayan semuanya memiliki
pedang. Itmu mereka sangat hebat Sedangkan beberapa teman cayhe ini juga
memegang pedang, untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan, terpaksa
harus menyiksa mereka untuk samentara," kata Yok Sau Cun.
Tiong kouwnio mendengus sekali "Baik Kau boleh mulai menyerang " "Tidak Cayhe
tadi sudah menyatakan, pertandingan kita kali ini adalah semacam pertaruhan Menang
atau kalah, siapa pun jangan menyesal Tentu saja ada sesuatu yang harus
dipertaruhkan bukan?" sahut Yok Sau Cun.
Tiong kouwnio tampaknya tidak sabar melihat sikap Yok Sau Cun.
"Apa yang ingin kau jadikan taruhan?" tanyanya.
"Kedatangan cayhe malam im adalah untuk meminta obat pemunah," kata Yok Sau Cin.
Di wajah Tiong kouwnio tersirat hawa amarah.
"Apakah kau yakin dapat mengalahkan aku?" tanyanya.
"Pertandingan ini adalah sebuah pertaruhan. Tentu saja cayhe berusaha meraih
kemenangan dan mendapatkan obat pemunah racun," sahut Yok Sau Cun.
"Bagaimana kalau aku yang menang?" tanya Tiong kouwnio.
Meskipun wajahnya dingin dan kaku, tapi ketika berkata terlihat sedikit rona
wajah merah di pipinya Bagaimana pun dia adalah seorang gadis yang jarang berdekatan
dengan seorang pemuda. "Kalau cayhe kalah di tangan kouwnio, cayhe bersedia menurut apa perkataanmu,"
sahut Yok Sau Cun serius.
"Baik." Senyum tersimpul di bibirnya. "Apakah Marus dibataskan dengan berapa
jurus?". "Tentang itu, cayhe serahkan kepada Tiong kouwnio saja.".
Tiong kouwnio merenung sejenak.
"Bagaimana kalau limapuluh jurus?".
Sekali lagi Yok Sau Cun menjura.
"Cayhe sudah mengatakan akan menurut perkataan Tiong kouwnio saja.".
"Kau sungguh pandai bicara," kata gadis itu sambil tersenyum Sebuah senyuman
yang dingin namun membawa keindahan tersendiri.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kouwnio memuji cayhe terlalu tinggi." Yok Sau Cun menolehkan kepalanya ke arah
Song Bun Cun dan Hui Fei Cin "Cayhe dan Tiong kouwnio telah bersepakat untuk
menentukan kalah menang dalam limapuluh Jurus. Harap So heng dan Hui siocia
bersedia menjadi saksi".
Pergelangan tangan Tiong kouwnio bergerak perlahan Pedang berkepala garudanya
diangkat ke atas Tangan kirinya menggenggam sarung pedang.
"Silahkan," katanya.
"Cayhe yang memohon pelajaran. Sudah seharusnya Tiong kouwnio yang mulai
lebih dahulu," sahut Yok Sau Cun.
Tiong kouwnio tidak sebal melihat kecerewetannya lagi.
"Kalau begitu aku akan mulai menyerang," katanya Pedang panjang diulurkan Dengan
sekali putaran, dia menusuk ke depan, Tetapi serangannya ini hanya lewat di bahu Yok
Sau Cun. Belum benar-benar bermaksud melukainya.
Ciok Ciu Lan sudah lama berkelana di dunia kangouw Bagaimana mungkin dia tidak
tahu" Diamdiam dia tertawa dingin dalam hati Yok Sau Cun mundur setengah
langkah. Dia menghindar dari tusukan pedang Tiong kouwnio. Pedang lenturnya
dikerahkan Jurus yang digunakannya adalah Kui Fu tong ceng (Membuka pintu
melalui lorong). Serangannya dikeluarkan. Jurus ini tantu saja bukan untuk
mendesak lawan Dia hanya membafas kehormatan yang' dilakukan oleh Tiong kouwnio tadi.
Dia juga belum menyerang secara serius. Hanya sebagai pemanasan saja Rasanya
tidak pantas sekali menyerang langsung mengeluarkan jurus yang keji.
Ciok Ciu Lan melihat kedua orang itu saling melink. Di hatinya timbul perasaan
sebal Apalagi setelah melthat gerakan kedua orang itu seperti mainmain saja. Dia
bertambah kesal. "Yok Siangkong, pertarungan ini hanya ada lima Jurus, Kalau kau dapat
memenangkan partarungan tersebut, maka kau akan mendapatkan obat penawar Satu
jurus pun tidak boleh mengatah!" teriaknya lantang.
"Tidak boleh mengalah," Yang diucapkannya seperti sebuah jarum menusuk di hati
Tiong kouwnio. Mengapa harus mengalah" Dalam suatu pertarungan, mengatah adalah hal yang
pantang Kata-katamu itu sangat menusuk hati Apalagi bagi pendengaran Tiong
kouwnio Apalagi yang mengucapkannya adatah gadis yang datang bersama Yok Sau
Cun. Wajah Tiong kouwnio berubah hebat. Dia mendengus dingin Sinar pedang
berkilauan Pedangnya digerakkan ke samping, menuju bahu Yok Sau Cun.
Pedang lentur pemuda itu segera dikibaskan . Perlahanlahan berubah kaku. Dia
melihat pedang Tiong kouwnio seperti bintang kejora yang melayang dengan cepat.
Dalam sekejap, dia tidak sempat menggantigaya serangannya. Pedang lenturnya
tidak dige rakkan, tetapi tubuhnya tiba-tiba berjongkok Kakinya menyapu ke depan Jurus ini
perubahannya sangat cepat. Yang digunakannya adalah sebuah jurus dariKunlun
pai yang bernama Ceng liong jau san (Naga hijau mengitan gunung).
Apa yang terjadi kemudian persis seperti hujan badai. Sinarsinar yang terpancar
dari pedang mereka bagaikan petir salmg menyambar.
"Trangg' Suaranya menggelegar. Kedua pedang saling membentur Kemudian
terpisah lagi dengan tubuh keduanya yang terhuyung-huyung.
Yok Sau Cun merasakan bahunya panas membara Sedangkan Tiong kouwnio merasa
pergelangan tangannya ngilu dan kesemutan. Mereka sama-sama terdesak mundur
satu langkah Benturan kali ini membuktikan bahwa Iwekang keduanya sama kuat.
"Baru saja Yok Sau Cun memantapkan kedudukan kakinya, Tiong kouwnio sudah
memutar pergelangan tangannya dan menikam tiga kali berturutturut. Angin yang
terpancar dari serangannya menderu-deru.
Yok Sau Cun akhirakhir ini sudah melangsungkan beberapa kali pertarungan
Pengalamannya sudah bertambah. Langkah kakinya tidak kelabakan lagi Dengan
tenang dia menunggu sampai serangan Tiong kouwnio di depan mata Dengan gerakan
yang manis dia mengelit menghindarinya Dalam saat yang bersamaan pedangnya juga
membalas dua kali tikaman.
"Tampaknya kau bukan murid perguruan Bo liang pai," kata Tiong kouwnio sinis.
"Apa yang membuat Tiong kouwnio mengira cayhe murid perguruan Bo tiang pai?"
tanya Yok Sau Cun. "Karena pedang yang kau gunakan adalah benda pusaka Bo liang pai" sahut Tiong
kouwnio. Yok Sau Cun sendiri terpana mendengar keterangan tersebut.
"Rupanya begitu".
"Meskipun mulut kedua orang itu saling bertanya dan menyahut, namun gerakan
mereka tidak berhenti Mereka masih saling menyerang dengan seru. Jurusjurus yang
dilancarkan juga makin lama makin aneh Kedua bayangan mereka seperti angin yang
bergerak kian kemari Terkadang mundur, terkadang maju. Tidak terdengar lagi
suara pembicaraan kedua orang itu.
Sebentar saja dua puluh Jurus telah lewat Jurus yang dikeluarkan oieh Yok Sau
Cun, makin lama makin matang dan aneh. Setiap gerakan dan jurus yang dikerahkannya
adalah campuran dan berbagai aliran terkemuka di dunia Bulim Walaupun jurus
tersebut sebenarnya sederhana sekali, namun dimainkan oleh pemucfa itu dengan
indah dan banyak perubahan Seiuruh jurus campur aduk itu menjadi rangkaian ilmu
yang sempurna. Pedang Tiong kouwmo bagaikan sebuah senjata yang bermata. Dia mendesak Yok
Sau Cun terus menerus Tapi biar bagaimana pun dia berusaha, tetap saja ia tidak
sanggup mengenai tubuh Yok Sau Cun.
Tiong kouwnio merasakan sendiri bahwa pertarungan mereka sudah mencapai
duapuluh jurus lebih, tap! masih dalam keadaan seimbang Belum terlihat siapa
yang akan menang atau kalah. Sejak semula Tiong kouwnio menampilkan keangkuhan. Dia
mana dapat menahan kedongkolan hatinya.
Dalam sekejap, gerakannya segera berubah. Pedang di tangannya dikibaskan,
menimbulkan cahaya berkilauan bagai bunga api di angkasa Laksana bintang
bertaburan di malam hari. percikannya bagai hu|an Dengan indah menyebar ke
seiuruh bumi. Seluruh tubuh Yok Sau Cun bagai tertutup kilauan pedang, Untuk
sesaat dia panik. Sedangkan seorang turunan ahli pedang seperti Song Bun Cun
saja tidak dapat melihat dengan jelas. Dia juga tidak tahu bagaimana melepaskan diri dan
serangan maut itu". Waiah Hui Fei Cin memang tertutup oleh sehelai cadar yang tipis, jadi tidak
terlihat raut mukanya yang terkejut Tetapi tangannya yang sedang menggenggam pedang,
sejak tadi sudah berkeringat dingin. Tanpa sadar tubuhnya gemetar.
Sedangkan Ciok Qiu Lan merasa hatinya tegang sekali Deburan jantungnya seakan
hampir meledak. Sampai nafasnya pun terlihat memburu.
Tepat pada saat itu, terdengar suara gedebukan yang keras Disusul dengan. ".
"Tring! Tring!" Suara senar harpa yang diputuskan Serta dentingan senjata yang
membisingkan Tampaknya situasi di pinggir jembatan telah mengalami perubahan.
Kepala setiap orang menoleh dengan cepat Namun tiba-tiba cahaya lentera padam.
Keadaan jadi gelap gulita Terlihat sesosok bayangan sambil tertawa terbahakbahak
melintasi jembatan dengan kecepatan seperti seekor bangau besar yang sedang
terbang di angkasa Dia mengambil arah utara.
Tiong kouwnio yang sedang bertarung sengit dengan Yok Sau Cun tidak
memperdulikannya lagi. "Kongsun Kian! Kau ber'ani merusakkan harpa pusakaku!" bentaknya Dia
mendorong Yok Sau Cun Kedua kakinya menutui, tubuh bersama pedang melayang
dalam waktu yang bersamaan Menimbulkan segurat petangi Tubuhnya masih di
tengah udara, terdengar mulutnya berteriak. "Kalian jaga mereka baikbaik Siapa
pun yang datang malam ini, tidak boleh dibiarkan pergi." Kata-katanya belum selesai,
orangnya sudah menghilang dalam kegelapan.
Mendengar nada suaranya itu, tampaknya Kongsun Kian menggunakan kesempatan
selagi dia bertarung dengan Yok Sau Cun, mengendap serta diamdiam lalu
merusakkan harpa mautnya serta menolong muridnya yang tadi ditinggalkan Tidak
heran kalau Tiong kouwnio begitu marah dan ingin niengejarnya sampai dapat
Justru karena seharihannya dia memang terbiasa bersikap angkuh dan dingin maka dia
mengumbar kemarahannya karena Hek i tojin membuat rusak harpa mautnya
sehingga orang yang datang malam ini pun tidak dibiarkan pergi lagi.
Ketika Yok Sau Cun bertarung dengan Tiong kouwnio tadi, dalam pandangan
orangorang dia bagaikan terkurung oleh sinar pedang gadis itu dan dengan nekad
dia menyelinap ke dalam sinar pedang itu dan meloloskan diri Bahayanya jangan
dikatakan lagi. Sekarang dia meirhat Tiong kouwnio tiba-tiba melepaskan dirinya dan mengejar Hek
I tojin. Pedang yang sedang berkilau menusuk pandangannya tiba-tiba buyar Dia
segera menarik nafas panjang. Pedang lenturnya di simpan kembali.
Ciok Ciu Lan segera menghampirinya Dia bertanya dengan nada khawatir.
"Yok Siangkong, apakah kau baikbaik saja?".
Sementara itu, Hui Fei Cin juga sedang mendekat ke arahnya. Karena Ciok Cin Lan
sudah mengemukakan dulu pertanyaan yang ingin diajukannya, maka dia berlagak
acuh saja. Yok Sau Cun tersenyum lebar.
"llmu Tiong kouwnio memang sangat tinggi, tapi cayhe masih bisa
mengimbanginya.". Baru saia perkataannya selesai, tampak Hu toanio dengan dnringi Sia Ho, Cun
Hong, Tong Suat mengurung mereka. Ciu Suang berada di belakang. Rupanya dia bersama
Yu Kirn Piau yang melepaskan jalan darah kedua gadis Cun Hong dan Tong Suat.
Mereka menghadang jalan pergi rombongan Song Bun Cun.
Song Bun Cun menggenggam pedangnya erat-erat.
"Apa yang kalian inglnkan?" tanyanya.
"Apakah kalian tidak mendengar perintah.
Hu toanio bahwa siapa pun yang datang malam ini tidak boleh dibiarkan pargi.
Labih baik kalian menurut saja. tunggu sampal Tiong kouwnio kembali baru dibicarakan
lagi," kata Hu toanio sambil mencibir.
"Mengapa kita harus menunggu sampai dia kembali?" tanya pemuda itu.
"Kalian harus menunggu sampal dia kembali, Tidak mau juga harusl" sahut Hu
toanio garang,. Yok Sau Cun mengerutkan keningnya, Sajenak kemudian dia tertawa lebar.
"Cayhe tadinya memang bermaksud menunggu Tiong kouwnio kembaM Pertafungan
kami yang limapufuh jurus belum selesai, masih tidak tahu siapa yang menang atau
kalah. Tapi nada bicara kalian sangat memaksa, cayhe jadi enggan menunggu lagi.
Kalau Tiong kouwnio kembali nanti, tolong sampaikan bahwa cayhe, Yok Sau Cun
besok akan kembali lagi," katanya.
"Kalau Yok Sauhiap berkeras ingin pergi, bukankah sama saja dengan bermaksud
menyulitkan kami orang bawahan?" kata Yu Kirn Piau.
Mata Ciok Ciu Lan bersinar tajam. Dia tertawa mengejek.
"Tampaknya kalian begitu yakin dapat menghalangi kami?" sindirnya.
Hui Fei Cin menolehkan kepalanya Tangannya menggapai sekali.
"Yok Siangkong, Piauko man kita pergi," ajaknya.
"Kalian tidak mungkin berlalu dari sini" Tiba-tiba terdengar ucapan parau orang
tua. Dalam kegelapan, muncul seseorang yang menghampiri mereka Mata setiap orang
beralih ke arah suara tersebut Tampak orang yang datang itu adalah seorang laki
laki berusia lanjut dengan pakaian hitam Rambutnya dikepang Wajahnya penuh kenput
Rambut dan^anggutnya sudah memutih Punggungnya bungkuk, sehmgga berjalan
pun susah payah Yok Sau Cun terpana Bukankah dia adalah orang tua penjaga pintu
yang kemann ditotok oleh Ciok Ciu Lan".
Mata orang tua itu buram, jalannya juga lambat sekali Ciok Ciu Lan dengan mudah
berhasil menotok jalan darahnya namun ketika rombongan Song Bun Cun datang,
mereka tidak melihat adanya orang tua tersebut.
Saat ini dia berjalan dengan tenang, tangannya memegang sebuah pipa tembakau
yang terbuat dari rotan Langkahnya lambat laut mendekati jembatan Tampaknya
untuk melangkahkan kakinya saja, dia harus mengerahkan seluruh kekuatan
Sedangkan matanya yang sayu dan berwarna abu abu, hampir tidak terlihat jelas
bola matanya dalam kegelapan tidak ada kesan bahwa dia pernah belajar ilmu silat.
Hu toanio yang melihat kedatangan orang tua itu menjadi cerah dalam seketika.
"Kebetulan sekali kedatangan Sen lo di sini ".
Orang tua itu tidak menunggu sampai perkataannya selesai.
"Lao han sudah tahu " sahutnya.
"Untung saja Sen lo keburu datang, Tiong kouwnio berpesan ".
Orang tua itu tampaknya tidak senang Hu toanio bicara terus Dia mengibaskan
tangannya. "Bukankah Lao han sudah mengatakan bahwa mereka tidak mungkin meninggalkan
tempat ini" Satu orang tidak akan!".
Yok Sau Cun merasa aneh dalam hati Orang tua itu tsrangterangan tidak mengerti
ilmu silat. Bahkan kemarin Ciok Ciu Lan dengan mudah menotok jalan darahnya
Andaikata dia memang bisa ilmu silat, mana mungkin dia memblarkan Ciok Ciu Lan
menotoknya tanpa melawan" Tapi, kaiau mendengar nada suara Hu toanio, dia seakan
sangat hormat kepada Lo kuan ke ini.
"Asalkan Sen lo menahan pemuda she Yok ftu, orang iainnya kita bisa hadapi,"
kata Cun Hong. Mata orang tua yang buram itu mengerling ke arah Yok Sau Cun sekilas.
"Maksudmu bocah ini"' tanyanya.
"BetuI," sahut Cun Hong.
Orang tua itu mengisap plpa tembakaunya sekali Dia menunjuk pemuda she Yok
dengan pipanya itu. "Bocah cilik .. Dari perguruan mana kau berasal?" tanyanya.
Yok Sau Cun sekarang sudah membuktikan bahwa orang tua itu adalah seorang jago
yang pandai menyembunyikan kepandaiannya.
"Cayhe berasal dari perguruan mana, rasanya tidak ada hubungannya dengan Lao
cang' sahutnya dingin. Tentu saJa ada hubungannya, Siapa tahu kau adalah murid salah seorang kenalan
lama Lao nan Oengan demikian kalau aku turun tangan nanti, mesklpun tetap harus
ditawan tapi aku bisa meringankan sedikit tanganku agar kau tidak terluka,"
sahutnya. "Bagaimana kalau cayhe bukan murid kenalanmu?" tanya Yok Sau Cun,.
"Dengan demikian Lao han tidak perlu sungkan lagi".
Dia tidak membiarkan Yok Sau Cun membantah psrkataannya "Kalau Lao han turun
tangan, kalau tidak sampai mati, paling tidak cacat Oleh sebab itu, sebelumnya lebih
baik persoalan dijelaskan ".
Yok Sau Cun tertawa tawa.
Tentang ini Lao cang harap tidak usah khawatir Suhu cayhe tidak mungkin kenalan
Lao cang,' sahutnya. "Bagaimana kau bisa begitu yakin kalau Suhumu bukan kenalan Lao han?" tanya
orang tua itu. "Karena cayhe sendiri tidak tahu siapa she dan nama Suhu," sahut Yok Sau Cun
tenang, Mata buram orang itu mengerling sekilas.
"Bagaimana mungkin" Masa ada murid yang tidak tahu she dan nama Suhunya
sendiri?". Cun Hong metihat kedua orang itu bicara tanpa berhenti Hatinya menjadi tidak


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sabar. "Sen lo, dia toh tidak tahu siapa nama gurunya Buat apa kau persoalkan hubung"
an segala?" katanya dingin Wajah orang tua itu tampak tidak senang Namun dia mana
han perasaan hatinya. "Lao han melihat beberapa gerakannya tadi mirip dengan seorang kenalan lama Oleh
sebab itu sengaja Lao han bertanya supaya jangan kesalahan ".
"Sekarang toh sudah ditanyakan Kau sudah boleh turun tangan bukan'" kata Cun
Hong sinis. Yok Sau Cun mendengar Cun Hong men desak orang tua itu agar segera bergebrak
dengannya Seakan asal orang tua itu turun tangan maka semua persoalan menjadi
beres Tibatjba timbul rasa ingin menang dalam dirinya. "Lao cang, Cun Hong
kouwnio sudah mendesak agar kau turun tangan.
Cayhe juga ingin mencoba seranganmu yang katanya kalau tidak mati. paling
sedikit cacad itu Tidak usah sungkansungkan lagi Silahkan keiuarkan iimu Lao Gang yang
paling ganas," katanya.
Orang tua itu mengisap pipa tembakaunya dua kali Tiba tiba pinggangnya
ditegakkan Dari mulutnya disemburkan asap pipa tembakau tadi.
"Bocah busuk, terimalah'.
Dengan jurus Pan liong bu pu (Rombongan naga menyapu jalanan) dia merandek ke
samping Yok Sau Cun Tangan kanannya diremangkan lima jari yang hitam dan kurus
ditekuk seperti cakar dan menyerang bahunya.
Begitu tangannya diulurkan, jari yang tadinya biasa-biasa saja tiba tiba
menjulur kuku panjang Kuku itu seperti pisau pendek tajamnya Angin yang ditlmbulkan terasa
panas Sekali lihat saja, Yok Sau Cun tahu serangan itu tidak dapat dianggap enteng Dia
segera mundur satu langkah, dengan aialb dirinya dapat Input dan serangan itu.
Mau tidak mau, orang tua itu kagum juga tarhadap kecepatan Yok Sau Cun.
"Bagus sekali!" teriaknya.
Hati Yok Sau Cun lebih mantap. Jurus yang digunakan tadi adalah Pit kiam sin
huat yang diajarkan suhunya Ternyata mamang membawa pengaruh yang balk. Sekarang
dia tidak perduli serangan apa pun yang dikeluarkan oleh orang tua itu Dengan
keyakinan besar, dia terus melanjutkan jurusjurus tadi. Orang tua itu semakin
heran. Sebetulnya ilmu yang dimiliki orang tua itu sangat hebat, Namun duabelas jurus
telah dikeluarkannya, dia tetap tidak sanggup menyantuh tubuh Yok Sau Cun. Sedangkan
pamuda itu tidak sekali pun baias menyerang, dia hanya berkelit ke kiri dan
kanan. tangkah Itu pula yang' digunakannya ketika menghadapi Tiong kouwnio tadi Hati
orang tua itu terperanjat sekali.
"Entah iimu apa yang digunakan bocah ini?" pikirnya dalam hati Namun orang tua
itu sudah mempunyai nama besar sejak berpuiuhpuluh tahun yang ialu Mana mungkin
dia mau mengaku kalau begitu saja" Dia segera merubah gerakannya, Pipa
tembakaunya dihisap berkalikali. Asapnya menyembur ke muka Yok Sau Cun.
Pemuda itu kelabakan, tetapi dia berusaha menenangkan hatinya Dia metoncat ke
atas. Tubuhnya hinggap di atas pohon Asap itu buyar tertiup angin dan melintas
di bawah tubuhnya Yok Sau Cun melayang turun kembali Dia tertawa lebar.
"Ilmu Loa cang yang mematikan atau paling tidak membuat cacad itu telah cayhe
pelajan," sindirnya. Orang tua itu marah sekali Seumur hidupnya baru kali ini dia merasa dipermainkan
oleh seorang bocah ingusan Tangannya dengan cepat merogoh sesuatu dan sakunya
Dia menaburkannya ke plpa tembakau Sekaii [agi plpa itu dihisapnya Asapnya
disemburkan Kali ini terlihat asap berwarna hitam menyembur dan mulutnya Sekali
lihat saja, orang tentu tahu bahwa asap Itu beracun. Ciok Ciu Lan terkeJUt
sekati melihat perbuatan orang tua itu.
"Dia adalah Hun bu pao (Macan tutui kabut kematian) Yok Siangkong, hati-hati'"
teriaknya panik. "Apa yang kau teriakkan?" tanya Yu Kirn Piau dingin Telapak tangannya diuturkan
Menepuk ke arah gadis itu. Ciok Ciu Lan.
tahu julukannya Ceng sat ciu Ilmu telapaknya memang ganas sekali Dia tidak
berani menyambut dengan kekerasan Dia mundur dengan cepat. Pedang pendek yang
terselip di pinggang segera dihunus.
"Ciok kouwnio, harap mundur Orang ini mencelakai ayahku dengan racun Biar aku
yang menghadapinya," tukas Song Bun Cun segera menghadang di depan Ciok Ciu Lan.
Baru saja perkataannya selesai, serangkum angin yang harum menerpa hidungnya,
Cun Hong telah berdiri di sampingnya.
"Bagian kami sudah ditentukan Kau seharusnya bertarung dengan aku.".
Song Bun Cun sekarang sudah tahu kalau ilmu andalan Cun Hong adalah San ciu to
Riam (Tangan kosong seperti pedang) Hati nya marah sekali.
"Budak can mati!" bentaknya dingin Dia tidak menunggu sampai gadis itu menyerang
terlebih dahulu Telapak tangannya menghantam ke samping.
Cun Hong tertawa dingin Tubuhnya berkelebat Dia maiu dengan nekad. Tangannya
direntangkan Terkadang menepuk, terkadang menghantam. Sampai tubuhnya berada
tepat di samping Song Bun Cun. Telapak kanannya secepat angin menerpa dada
pemuda itu. Bukan saja gerakannya yang cepat, kedua tangan yang menepuk dan menghantam
dengan kalang kabut membuat serangannya tebih berbahaya. Song Bun cun mengira
dia hanya ahit dalam ilmu pedang saja, tidak tahunya ilmu telapak gadis itu juga
begitu lihai Tangan kanannya menggenggam pedang kakinya mundur tiga langkah
Dengan gerakan cepat pula dia menusuk ke depan.
Tampaknya Cun hong benar-benar nekat Dia tidak memperdulikan serangan Song
Bun Cun Tubuhnya malah diasongkan ke depan Telapaknya tetap menghaniam bagi
an tubuh yang paling berbahaya Song Bun Cun tidak membiarkannya sekali ini
Pedangnya ditarik kembali Telapak tangan kirinya segera menyambut serangan Cun
Hong. Sementara itu, Sia Ho dan Ciu Suangjuga tidak tinggal diam Mereka menerfang ke
arah Hui Fei Cin dan Siau cui. Pertarungan makin seru Di bagian Yok Sau Cun juga
terus bertarung dengan sengit. Dia tidak sempat menghindar dari asap yang
disemburkan oleh orang tua itu. Hidungnyaterasa pedih. Tidak sedikit asap hitam
yang dihisapnya. "Ternyata serangan kakek ini memang sangat keji," pikirnya dalam hati. Dengan
gerakan cepat, dia segara menyambar pergelangan tangan orang tua itu Sekali putar, dia
menghentak dengan keras Tubuh orang tua itu dilemparnya.
Orang tua itu sama sekali tidak menyangka akhirnya akan jadi begitu Baru saja
pergelangan tangannya tercengkeram, tahutahu tubuhnya sudah melayang. Tapi
bagaimana pun, dia adalah seorang tokoh tua yang sudah banyak peagalaman. Selagi
masih di udara, tubuhnya segera bersalto Dengan mantap dia melayang kembali ke
tanah. Dia berdiri termangumangu di tempatnya Sedangkan pada saat yang
bersamaan, telinga Yok Sau Cun mendengar teriakan nyaring.
Dia menolehkan kepalanya Terlihat Ciok Ciu Lan terhantam jatuh Rupanya dia kalah
jauh dibandingkan Yu Kirn Piau Telapak tangan laki-laki tersebut berhasil
menghantamnya sehingga terpental dan jatuh di atas jembatan. Yok Sau Cun
menghampiri dengan tergesa gesa. Pada saat itu, Yu Kirn Piau juga sedang
mendekati Ciok Ciu Lan dan bermaksud menghantamnya sekali lagi.
Melihat Yok Sau Cun, dia mengalihkan telapak tangannya menghantam ke arah
pemuda itu. Yok Sau Cun sedang mencemaskan keadaan Ciok Ciu Lan Dengan jurus
yang sama. dia segera mencengkeram pergelangan tangan Yu Kirn Piau dan
melemparkannya sehingga terjatuh ke dalam Lumpur.
"Ciok kouwnio .. Ciok kouwnio " panggil Yok Sau Cun.
Kedua mata Ciok Ciu Lan terpejam erat. Wajahnya berubah hijau Sepatah pun dia
tidak menjawab. "Ciok kouwnio. " teriak Yok Sau Cun sekali lagi.
Nafas gadis itu melemah Seperti sedang sekarat. Yok Sau Cun makin cemas. Gadis
itu tetap bungkam Yok Sau Cun tidak berpikir panjang lagi Dia segera membopong
tubuh gadis itu Baru tubuhnya berputar, terdengar teriakan Hu tpanio.. .
"Tong Suat, halangi dia!".
Sesosok bayangan berkelebat, menghadang di depan Yok Sau Cun. Pemuda itu
sedang cemas. Dia tidak mau membuang waktu. Dengan serampangan pergelangan
tangan gadis itu diputarnya Sekali hentak, Tong Suat melayang ke udara. Dia
segera melangkah dengan lebar. Karena paniknya, dia membentur tubuh Ciu Suang dan Siau
cui yang sedang bertarung Sekali lagi tangannya digerakkan, kali ini Ciu Suang
terlempar olehnya. Siau cui menggunakan kesempatan itu untuk meloncat mundur
Dia melihat Song Bun Cun dan Hui Fei Cin yang masih bertarung dengan sengit.
"Siocia, Piau sauya, cepat kita pergi!" teriaknya.
Mendengar teriakan itu. Song Bun Cun dan Hui Fei Cin segera mundur dan berlari
mengikuti belakang Yok Sau Cun Hu toanio marah sekali. Dig menggereng dengan
suara keras, Secepat kilat dia menerjang ke arah pemuda itu. Yok Sau Cun seakan
sudah yakin sekali dengan ilmunya melempar orang Dia menggunakan cara ampuh itu
untuk menghadapi Hu toanio. Belum lagi dirinya sadar bahwa pergelangan tangannya
dicengkeram orang, tubuh Hu toanio telah terpental ke dalam lumpur bersamaan
dengan Yu Kirn Piau. Cun Hong dan Sia Ho melihat rombongan Yok Sau Cun melangkah pergi. Mereka
segera melangkah dengan maksud mengejar. Orang tua yang tadi bergebrak dengan
Yok Sau Cun segera menghalanginya.
"llmu bocah she Yok itu sangat aneh Katian menyusul pun belum tentu dapat
menandinginya". Song Bun Cun, Hui Fei Cin dan Siau Cui mengikuti di belakang Yok Sau Cun.
Begitu keluar dari jembatan tersebut Mereka melihat pemuda itu mengerahkan
ginkangnya sambil membopong Ciok Ciu Lan Ketika ketiga orang itu juga melewati
tembok besar gedung itu, bayangan Yok Sau Cun sudah tidak terlihat lagi.
Song Bun Cun berdiri dengan termangu-mangu Daripadang rumput yang gelap
keluar sesosok bayangan. "Kongcu, bagaimana keadaan di dalam?" tanya orang itu dengan suara rendah.
Ternyata dia adalah Ciek Ban Cing.
"Mari kita pergi," ajak Song Bun Cun.
Yok Sau Cun membopong Ciok Ciu Lan melewati tembok. Dia menundukkan
kepalanya Mata Ciok Ciu Lan masih terpejam. Denyut jantungnya makin melemah.
Wajahnya hijau menakutkan Hati Yok Sau Cun tegang sekali Dia tidak tahu apa yang
harus dilakukan" Dia melangkah tanpa tujuan pasti.
Kira-kira berjalan sepeminuman teh, tiba-tiba Yok Sau Cun teringat tengah han
tadi bertemu dengan seorang peramal Dia mengatakan bahwa gadis itu akan mendapatkan
bahaya Dirinya hanya bisa diselamatkan kalau berjalan ke arah barat Benar-benar
tepat perkataannya. Yok Sau Cun mendongakkan kepalanya. Dia mengirangira arah di mana la berada
sekarang. Setelah yakin, dia menuju barat. Tempat itu merupakan jalan setapak
bertanah merah Tidak lama kemudian, dia memasuki sebuah perkampungan, Di sisi
jalan ada sebuah kuil kecil Pintunya masih terbuka.
Yok Sau Cun teringat sekarang malam sudah sangat iarut. Di dalam perkampungan
juga sulit menemukan sebuah tabib Lebih baik dia beristirahat di kuil kecil dan
menunggu hari terang. Kakinya segera meiangkah mendekati kuil tersebut Dia mendongakkan wajahnya
Kuil itu adalah tempat pemujaan To te kong (Dewa bumi) Tampaknya sudah tidak
terpakai lagi. Yok Sau Cun membopong Ciok Ciu Lan melewati pintu pekarangan Di halaman
terdapat sebuah sumur. Rumput-rumput tumbuh tinggi karena tidak pernah disiangi.
Setelah melewati tangga batu, mereka masuk ke dalam kuil tersebut Keadaan di
dalam juga sangat gelap Tapi mata Yok Sau Cun yang tajam dapat melihat. Ruangan
itu tidak terlalu besar Di tengah-tengah terdapat patung pemujaan Di depannya
ada sebuah meja yang biasa dipakai untuk meletakkan keperluan sembahyang Selain itu
tidak ada apa-apa lagi. Meja itu penuh dengan debu Tampaknya sudah lama tidak pernah dibersihkan
Lantainya juga kotor sekali Paling tidak, sudah berbulanbulan tempat mi tidak
pernah diinjak orang Yok Sau Cun menyapu debu dan rumput-rumput yang berserakan
dengan ujung sepatunya Dia meletakkan Ciok Ciu Lan di atas tanah Dia membuka
baju luarnya dan dipakai untuk menyelimuti gadis itu.
Dia tidak tahu Ciok Ciu Lan terluka di sebelah mana" Lagi pula dia adalah
seorang gadis Dirinya enggan memeriksa sekujur tubuh Ciok Ciu Lan. terpaksa dia menunggu
sampai gadis itu sadar dan bertanya langsung.
Tapi, setelah menunggu sekian lama, Ciok Ciu Lan tetap tidak sadar. sebetulnya
Yok Sau Cun ingin membantunya dengan nafas yang disalurkan lewat mulut. Tapi karena
dia adalah seorang gadis juga maka dia tidak bisa melakukannya Yok Sau Cun makin
panik. Terpaksa dia mendekati Ciok Ciu Lan dan berbisik di telinganya.
"Ciok kouwnio bangun.." panggilnya.
Ciok Ciu Lan tidak menyahut, tapi balik patung pemujaan justru ada seseorang
yang bersin. "Kau ini memang keterlaluan Tempat memuja To te kong mana ada nona segala
macam Yang ada juga kakek atau nenek penjaga bumi Aku orang tua sudah capai
sehanan baru dapat menemukan kuil kosong ini untuk melepaskan lelah, Malah di
sini bertemu dengan orang seperti engkau. Tengah malam buta, memikir istri sampai
gila. Datang ke kuil To te kong dan memanggil nona, nona terus Aku rasa kau salah
alamat Kalau kau memang memikirkan nona itu terus, lebih baik mendatangi kelenteng di
Hang ciu Kuil itu sangat ampun untuk perjodohan Asalkan kau sembanyang siang
malam, matmu pasti terkabul" gerutu orang itu.
Yok Sau Cun mendengar orang itu mengoceh panjang lebar Rasanya suara tersebut
tidak asing di telinganya Yok Sau Cun mengarahkan pandangannya Disudut yang
gelap terlihat seseorang sedang menngkuk. Dapat dipastikan, setelah selesai
bicara tadi, dia membalikkan tubuhnya dan tidur kembali.
Yok Sau Cun segera bangkit dan menggapaikan tangannya.
"Laoko mungkin orang sekitar tempat ini. Cayhe ingin numpang bertanya. Apakah di
daerah sini ada seorang tabib?" tanyanya so pan.
Tangan orang itu mendekap di kepalanya. Tadinya dia tidak mau memperdulikan
Yok Sau Cun lagi. Tapi telinganya menangkap kata 'tabib' yang diucapkan pemuda
itu. "Untuk apa kau mencari tabib?".
"Harap Laoko ketahui, adik cayhe tiba-tiba terserang penyakit aneh Kalau di
sekitar sini ada tabib yang. .".
Kata katanya beium selesai, orang itu sudah meloncat tucun dari tempat pemujaan.
"Kebetulan sekali. Aku adalah tabib Bisa menyembuhkan segaia macam penyakit.
Meskipun yang paling parah. Kau... kau rupanya memang datang menemui aku untuk
berobat Mengapa tidak mengatakan sejak tadi?" Langkah kakinya makin dekat
dengan Yok Sau Cun "Di mana rumahmu" Cepat jalan. Paling penting mengobati


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang," katanya sambil menarik lengan baju Yok Sau Cun.
Saat itu, Yok Sau Cun sudah meiihat dengan jelas. Wajah yang khas dari orang itu
tidak mungkin dilupakannya. Dia adalah Seng mia !o yang meramalkan nasib mereka
siang tadi. "Bukankah kau si mulut emas?" tanyanya.
Seng mia lo mengucekkucek matanya beberapa kali Dia memandang Yok Sau Cun
dengan seksama Kemudian bibirnya tersenyum.
"Rupanya Siangkong ini.. Aku takut diganggu orang makasengaja mencan kuiltua ini
untuk beristirahat Ternyata Siangkong berhasil menemukan aku Siapa yang
membentahukan" Merepotkan Siangkong sampai mencan sejauh ini Man kita
berangkat," katanya.
Dia mengira Yok Sau Cun mencarinya untuk menyembuhkan seseorang.
"Lao cang adik cayhe sudah ada di sini," sahut Yok Sau Cun.,.
"Oh ." Seng mia lo tampak terpana "Kouwmo itu juga sudah datang" Di mana
orangnya?". "Adik cayhe dalam keadaan tidak sadar. Sekarang tergeletak di alas lantai Apakah
iao cang benar benar mengerti pengobatan'?".
Seorang peramal memang mengandalkan sebuah mulutnya berkelana di dunia kang
ouw. Tentu saja Yok Sau Cun tidak dapat percaya begitu saja.
Seng mia lo meluruskan pinggangnya yang pegal. Matanya mengerling sekilas ke
arah Ciok Ciu Lan Kemudian melangkah mendekati Mendengar perkataan Yok Sau
Cun, langkah kakinya terhenti Wajahnya mengunjukkan perasaan kurang senang.
Dengan senus dia berkata.
"Perkataan Siangkong ini salah besar Aku dipanggil si mulut emas Meskipun
terkadang nasib kurang mujur. Usaha kurang laku. Tapi mengenai ilmu
perbintangan, ramalan dan pengobatan Aku ahlinya Apakah Siangkong ini tidak percaya?"
tanyanya. Yok Sau Cun mengibaskan tangannya dengan gugup.
"Cayhe karena terlaiu mencemaskan adik im maka mengucapkan katakata yang tidak
pantas Harap Lao cang jangan memasukkan ke dalam hati".
Seng mia lo memainkan keningnya beberapa kali. Dia tertawa lebar.
"Siangkong cemas mencari tabib untuk menyembuhkan ponyakit kouwnio ini. Aku akan
mengunjukkan kepada Siangkong bagaimana cara pengobatan si mulut emas
agar Siangkong puas," katanya.
Yok Sau Cun tidak berani membantah lagi kali ini Seng rma lo melanJutkan
katakatanya "Coba Siangkong lihat Aku meramal nasib seseorang tanpa pertu orang
itu mengatakan apa pun Aku pasti dapat mengatakan dengan jitu masa lalu atau pun
kejadian mendatang Aku melihat penyakit seseorang demikian juga Tidak perlu
pasien bicara banyak Sekali lihat saja, Seng mia lo dapat menebak asal usul
penyakit ini Tidak percaya" Siangkong jangan mengatakan apa-apa Coba lihat apakah aku
sanggup mengutarakannya atau tidak?".
Yok Sau Cun mendengar nada bicaranya demikian serius. Dia segera
menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, lekas lao cang sembuhkan adik cayhe ini.".
Seng mia lo tidak berkata apa-apa lagi. Dia segera berjongkok dan meneliti raut
wajah Ciok Ciu Lan Tanpa sadar, mulutnya mengeluarkan seruan terkejut.
Yok Sau Cun adalah seorang pelajar. Meskipun dia tidak pernah mempelajari ilmu
pengobatan, tapi dia tahu biasanya seorang tabib akan bertanya, mendengarkan
keluhan pasien, memeriksa biji matanya dan denyut nadinya Tapi Seng mia lo tidak
melakukan semua itu Dia jadi penasaran.
"Apakah Lao cang tidak memeriksa denyut nadi adik cayhe?".
Seng mia lo tersenyum lebar.
"Aku melihat raut wajah si sakit Raut wajah dapat mengatakan keadaan jalan darah
dalam tubuh seseorang Andaikata jalan darah seseorang tersumbat maka aku dapat
melihat dari rona wajahnya Buat apa harus memeriksa denyut nadi segala macam'?"
sahutnya. Melihat raut wajah adalah kebiasaan seorang peramal untuk menentukan jalan hidup
seseorang Bagaimana pengobatan juga dapat dilihat dari raut muka".
Yok Sau Cun mengerutkan keningnya.
"Kalau begitu, Lao cang pasti sudah tahu apa penyakit yang didenta adik cayhe
ini?". Perkataan ini tampaknya sengaja untuk menguji Seng mia lo.
"Penyakit adik Siangkong adalah luka panas," sahutnya.
Yok Sau Cun merasa jawabannya kurang beres.
"Di manamana cayhe juga hanya pernah mendengar tentang luka dalam atau luka
dingin, Mana ada luka panas" Malam ini benar-benar kepergok tabib selebor,"
pikirnya dalam hati. Seng mia lo melihat Yok Sau Cun tidak menyahut Dia menyipitkan kedua matanya
"Apakah Siangkong tidak percaya'" Oh oh . Siangkong lihat kedua belah mata
kouwnio ini terpejam rapat Wajahnya kehiiauan Apakah dia berpurapura'" Tidak
bukan" Mengenai rona wajah yang menghijau, seperli sebatang kayu yang terbakar
Seseorang apabila terluka karena kayu bakar, maka wajahnya akan men}adi hijau.
Apabila Siangkong tidak percaya, silahkan mencoba Ambillah sebatang korek api
lalu nyalakan Bukankah api yang nyala akan berwarna hijau?" tanyanya.
Thian. Dia melihat suatu penyakit seperti sedang meramal nasib Segala kayu bakar
pun dibawanya. Yok Sau Cun sungguh tidak sabar mendengar keterangannya.
Seng mia lo mengangkat kedua jari telunjuk dan manisnya lalu ditudingkan ke
hidung Ciok Ciu Lan. "Seorang anak gadis Mengapa berkelahi seperti anak laki-laki yang hendak
membalas dendam dan mengadu jiwa'" Mengapa bisa terluka oleh kayu bakar'?".
Katakata itu membuat hati Yok Sau Cun tergugah.
"Lao cang, kau mengatakan adik cayhe terluka oleh kayu bakar, apa artinya?".
Seng mia io menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Aku hanya berkata sekenanya Adik Siangkong lembut dan menawan. Dengan siapa pun
tidak ada dendam apa-apa. Rasanya tidak mungkin terluka di tangan orang jahat,"
katanya. "Apa yang dikatakan Lao cang memang tepat. Adik cayhe memang dilukai orang,"
sahut Yok Sau Cun. "Benarlah kalau begitu. Sebetulnya aku sudah melihat sejak tadi. Hanya saja
tidak enak mengungkapkannya. Sekarang Siangkong sudah menjelaskan sendiri Aku pun
tidak usah sungkan lagi Adik Siangkong memang terluka oleh semacam ilmu telapak.
Karena warnanya hijau, aku berani memastikan bahwa yang digunakan orang itu ada
lah ilmu Ce sat ciang," kata Seng mia lo.
Kali ini, Yok Sau Cun benar-benar kagum kepadanya Dia tidak memaki laki laki itu
sebagai tabib selebor lagi Dia segen nem bungkuk dengan hormat.
"Lao cang ibarat dewa Seperti melihat kejadian dengan mata kepala sendiri Adik
cayhe memang terkena pukulan Ce sat ciang Harap Lao cang mau
menyembuhkannya". Seng mia lo menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Sulit.. sulit. Ilmu Ce sat ciang sangat ganas. Dalam waktu setengah hari,
seluruh tubuh akan berubah hijau. Tidak ada obatnya ".
Hati Yok Sau Cun tergatar.
"Kalau begitu, adik cayhe benar-benar tidak tertolong lagi?".
"Akal pasti ada Kau harus menceritakan dulu bagaimana sampai adik ini bisa
terkena Ce sat ciang Harus menceritakan dengan jelas Jangan sampal ada yang tertinggal. Oh
ya bukankah tadi siang aku sudah mengatakan bahwa raut wajah adik ini membawa
pertanda kurang baik" Dan aku juga menganjurkan kaiian mengambil arah barat
Sekarang centakanlah semuanya" kata Seng mia lo.
Sampai detik itu, Yok Sau Cun tidak bisa menutupi kejadian yang sebenarnya lagi
Dia terpaksa menceritakan kejadian yang mereka alarm malam ini selengkapnya Seng
mia lo mendengar sampai penstiwa rusak nya harpa Tiong kouwmo Dia
menganggukkan kepalanya berkali-kali Setelah kisah.
Sang dituturkan oleh Yok Sau Cun selesai la menarik nafas paniang.
"Tampaknya masih ada harapan " katakatanya terhenti Dia mengerutkan keningnya
Wajahnya agak tegang "Tampaknya ada yang datang. Mungkmkah mereka telah
mengejar sampai ke tempat ini?" gumamnya seorang diri.
"Biar cayhe lihat," sahut Yok Sau Cun.
"Kau tidak boleh pergi Adikmu terluka beginiparah Seandainya.. " Dia menarik
lengan baju Yok Sau Cun dan berbisik "Begini saja, aku saja yang keluar Kalau benar ada
yang menyusul, mungkin aku bisa menemukan akal mengusir mereka "
Katakatanya baru saja selesai Dia segera melangkah keluar dari kuil kosong itu.
Matam ini gelap sekali Tidak terlihat sebuah bintang pun di langit Rembulan pun
menyembunyikan diri Awan menyehmuti angkasa Seng mia lo mengangkat bahunya
Dia melesat ke depan pintu Kedua bofa ma tanya mengerling ke kiri dan kanan.
"Tampaknya aku keluar terlalu dim Mereka masih belum sampai, gumamnya.
Orangnya belum sampai tapi dia sudah tahu Bukankah telinganya dapat dikatakan
seperti telinga dewata. Seng mia !o meluruskan pinggangnya dengan matas Dia berjalan menuju sebuah batu
yang terdapat di pintu kuil dan ducfuk dengan santai Baru saja pantatnya
dihenyakkan ke atas batu tersebut Dan kejauhan sudah terlihat dua sosok bayangan yang melesat
secepat terbang Yang di de pan merupakan seorang kakek tua renta de ngan rambut
yang sudah memutih seluruhnya Tangannya menggenggam sebuah pipa tembakau
yang terbuat dan rotan Dia adaiah Hun Bu Pao Sen Yang Kao Sedangkan di
belakangnya mengikuti seorang gadis bergaun pendek Di punggungnya terselip
sebatang pedang Kalau melihat wajahnya yang dingin, sinar mata yang menggidikkan
senyumannya yang membawa perasaan menggigil namun mampu membuat orang
terpesona, maka Rita segera tahu dia tak bukan Tiong kouwnio adanya.
Kedua bayangan itu bagaikan terbang Sebentar saia sudah melayang mendekat.
"Apakah Sen hu hoat (Penanggung jawab bagian hukuman) melihat dia datang ke arah
ini?" tanya Tiong kouwnio. Hung Bu Pao menganggukkan kepalanya berkali-kaii.
"BetuI Karena iimu silatnya sangat aneh, maka Lao han mengikuti dari Jauh. Lao
han melihat dengan mata kepala sendiri, dia menggendong gadis itu masuk ke dalam
kuil itu ". "Apa yang dikatakan Sen hu hoat memang tepat, kalau orang itu tidak cepat
dibasmi, maka kelak dia akan menjadi dun dalam mata bagi partai kita ".
Ternyata kedatangannya adalah untuk membunuh Yok Sau Cun Hun Bu Pao
mengangkat pipa tembakaunya ke mulut.
"Lao han akan menjadi petunjuk Jalan bagi Tiong kouwnio," sahutnya.
Dia segera beqalan di muka Dengan langkah lebar dia menuju kuil tua Tetapi baru
saja dia menaiki tangga batu depan kuil itu Kakinya tersandung sesuatu Dia jatuh
terpelanting. Hun Bu Pao merupakan jago tua yang Budahmalang melintang di dunia Bulim se
lama tiga puluh tahun lebih Bagaimana dia bisa seceroboh itu sampai jatuh
tersandung" Reaksinya sungguh cepat Baru saja tubuhnya mencapai tanah Dia segera
bersalto di udara dan melayang turun kembali dengan mantap.
"Siapa'?" bentaknya.
"Aduh. Bagaimana sih kau ini'" Mengapa Jalan tidak pakai mata'".
Kakimu hampir saja meremukkan tulang aku orang tua." Di atas batu yang ada di
depan pintu, rupanya terdapat seseorang Pasti dia tertidur di tempat itu Karena cuaca
sangat gelap Hun Bu Pao tidak memperhatikannya Saat ini, orang itu sedang
mengerang kesakitan Dia memeluk dengkulnya sambil merintih terus.
Hun Bu Pao marah sekali Matanya mendelik.
"Siapa kau" Mengapa bisa tidur di depan pintu?" bentaknya.
Mulut Seng mia lo masih merintih kepanjangan Tampaknya dia kesakitan.
"Aku merasa hawa di daiam sangat panas. Mana banyak kotoran dan rerumputan.
Banyak nyamuk Maka setelah berpikir bolakbalik, rasanya lebih enak tidur di
luar. Bukan saja keadaannya lebih bersih, hawanya pun lebih sejuk Siapa sangka, tengah
malam buta bisa sial begini Datang orang yang tidak melihat lagi langsung mendepak
dengkulku. Sakitnya bukan main Aku men can makan dengan meramal nasib orang.
Tapi sekarang dengkulku tertendang olehmu Bagaimana aku bisa mencan nafkah
besok?". Akhir musim gugur Bulan sembilan adalah saatnya sebentar lagi akan turun salju.
Dia mengatakan tidur luar karena udaranya lebih sejuk Bukankah aneh" Hun Bu Pao
telah berkelana di dunia Bulim selama tiga puluh tahun lebih Segala macam
manusia sudah pernah dilihatnya Sepakan kakinya i tadi, meskipun tidak disengaja, kalau
orang biasa saja pasti sudah mati Mana mungkin masih sanggup mengoceh panjang
lebar" Apalagi tubuhnya sendiri sampai terpelan ting. Dia segera mengunjukkan
tawa seram. "Bocah tua Siapa sebenarnya engkau" Di hadapan orang yang ahli, jangan coba
berbohong Lebih balk kau jangan macammacam!" bentaknya.
Seng mia lo tertawa kering 'Aku hanya kebetulan lewat dan beristirahat di tempat
ini," sahutnya. "Di depan orang tua she Sen kau masih Oerani berdusta"' bentak Sen lo sekali
lagi , Hatinya makin curiga. "Rupanya Sen toaya Aku bernama Sai Kuan Lo julukan si Mulut Emas Pekerjaan
meramal nasib, melihat keberuntungan atau pun bencana.".
"Kalau begitu, kau bisa meramal?" tanya Hun Bu Pao.
"Betul. betul. Aku dipanggil Mulut Emas Tentu saja bisa meramal Baik
keberuntungan atau pun bencana Kalau tidaktepat, sepeser pun tidak usah bayar,'
sahut Seng mia lo. "Apakah kau pernah meramal nasibmu sendiri" Kapan kau akan dijemput Giam lo ong
(Malaikat elmaut)'?" tanya Hun Bu Pao sinis.
'Mengenai nasibku sendiri, aku Seng mia lo sudah bosan menghitungnya Istri dan
harta, bukan bagianku Mengenai tutup usia, malam ini, tahun ini, bulan ini
memang ada sebuah penghalang Kalau saja aku dapat melewati nntangan ini, maka aku akan
hidup sampai usia delapan puluh tiga," sahutnya.
"Sayangnya kau tidak dapat melewati malam ini," kata Hun Bu Pao.
Tangan kanannya terangkat Pipa tembakau sejak tadi sudah siap Dengan gerakan
yang tidak terduga Pipa tembakau yang se besar kepalan tangan anak kecil itu
dihantamkan ke batok kepala Seng mia lo Belum sempat mulut laki-laki itu
mengaduh, kedua lututnya sudah terkulai dan rubuh di atas tanah.
Tiong kouwnio becmaksud mencegah, tetapi sudah terlambat Keningnya berkerut
Dia menggerutu kepada Hun Bu Pao.
"Kau turun tangan terlalu keras Gerakgerik orang ini mencurigakan aku rasa bukan
peramal biasa yang berkelana di dunia kangouw. Seharusnya kita menyelidiki lebih
lanjut". Hun Bu pao menyadan dirinya memang turun tangan terlalu cepat, dia tidak berani
membantah Sementara itu, Yok Sau Cun yang bersembunyi di dalam kuil tadinya
merasa geli mendengar tanya jawab antara Seng mia lo dan Hun Bu Pao Tiba-tiba
dia

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat plpa tembakau Hun Bu Pao menghantam kepala tukang ramal itu Hatinya
terkejut sekali Dia mencemaskan keadaan Seng mia lo Baru saja dia bermaksud
keluar untuk melihat telinganya mendengar suara laki-laki yang sedang mengomel.
"Bocah busuk1 Pipa tembakau laokomu itu benar-benar terlalu keras. Hampir saja
otak tua tukang ramal ini hancur berantakan. Tapi, seharusnya aku mengucapkan
terima kasih. Laoko sudah membantu aku melewati penghalang bencana tahun ini.
Dengan demikian, aku bisa hidup sampal delapan pu luh tiga tahun Untung saja dia
tidak bersungguhsungguh mengetuk kepalaku " katanya sambil bangkit berdiri dan menjura
tiada hentinya. Tetapi, Hun Bu Pao yang melihat hantamannya tidak mematikan orang itu, malah
meniura sambil tertawatawa dan mengucapkan terima kasih kepadanya, jadi marah
seka!i Matanya mendelik kepada Seng mia lo.
Setelah menjura berkali-kali, tiba tiba Seng mia lo menatap Hun Bu Pao dengan
pandangan melongo. "Ada apa dengan laoko ini" Matanya mendelikdelik Apakah sedang marah
kepadaku" Memang batok kepalaku ini juga kekerasan sedikit, apakah membuat
tanganmu menjadi sakit?".
Tiong kouwnio menatap dan samping de ngan pandangan dingin. Sefak semula dia
sudah menduga kalau laki-laki ini bukan se kedar tukang ramal biasa. Dia pasti
seorang jago yang tidak mau mengunjukkan diri Kalau tidak, hantaman pipa
tembakau Hun Bu Pao yang dapat menghancurkan sebuah batu karang, mengapa tidak
mempan terhadapnya" Tetapi dia yakin dengan kepandaian Hun Bu Pao, dia tentu
tidak akan membiarkan orang itu begitu saja Lebih baik dia membiarkan untuk
sementara dan melihat kelanjutannya.
Dia segera berdiri di samping tanpa mengucapkan apa-apa Sampai saat itu, Seng
mia lo masih menjura terus sambil mengucapkan terima kasih Sedangkan Hun Bu Pao
tidak mengunjukkan reaksi apa-apa. Tiong kouwnio merasa ada sesuatu yang tidak
benar Dia segera melesat mendekati kedua orang itu.
"Apa yang kau lakukan terhadap Sen Yang Kao?" tanyanya dingin.
Seng mia lo tampak ketakutan Dia mundur tiga langkah dengan tubuh gemetar.
"Harap kouwnio jangan marah Aku juga tidak tahu apa yang terjadi Tiba-tiba saja
Laoko ini berdiri tanpa bergerak dengan mata mendelik Eh Apakah dia terganggu roh
haius penjaga kuil ini?". Tiong kouwnio tertawa dingin.
"Sobat ini tampaknya berilmu tinggi. Sia pa kau sebenarnya" Sebaiknya dijelaskan
saja," katanya. "Tidak... tidak berilmu tinggi,.. Aku benar-benar bernama Kirn ti kou (Mulut
Emas). Bisa membaca rezeki alaupun bencana. .".
Mata Tiong kouwnio berkilauan. Tangannya perlahanlahan terangkat Pedangnya
sudah tergenggam. "Mana senjatamu?" tanyanya sinis.
Seng mia lo mundur satu langkah. Dia menatap Tiong kouwnio dengan mata
terbelalak. "Apakah kau ingin bergebrak dengan aku?" tanyanya ketakutan.
"Tidak salah Tiong Hui Ciong Ingin meminta pelajaran barang beberapa jurus.
Ternyata nama kepanjangannya adalah Tiong Hui Ciong.
Mata Seng mia lo menyipit,.
"Aduh.... Nenek. ... Apakah kau ingin mengambil nyawaku" Pekerjaanku adalah
tukang ramal, setiap hari membantu orang mengusir bencana. Pedang memang ada,
tapi terbuat dari kayu, hanya untuk menakutnakuti setan saja.".
"Jangan mengoceh lagi. Kalau tidak mau mengeluarkan senjatamu, berarti kau men
cari mati sendiri.Aku tetap akan menyerangmu," kata Tiong Hui Ciong ketus.
Seng mia lao menggoyangkan tangannya dengan panik.
"Tunggu... tunggu dulu. Kalau nona berkeras ingin bertarung dengan aku,
bagaimana pun aku harus mengambil senjata dulu," sahutnya.
"Di mana pedangmu sekarang?".
Seng mia lo menunJuk ke arah kuil kosong.
"Ada di dalam kuil itu," sahutnya.
"Balk, cepat kau ambi!" kata Tiong Hui Ciong.
"Aku akan mengambilnya sekarang. Ha rap nona tunggu sebentar," sahut Seng mia lo
dengan bahu terangkat Dia langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju
kuil. Tiong Hui Ciong memperhatikan punggungnya. Diam diam hatinya berpikir.
"Orang ini usianya mungkin sekitar lima puluhan. Kalau memang seorang tokoh
terkenal, mengapa aku tidak pernah mendengar bahwa di dunia Bulim ada seorang
jago yang demikian?".
Dia segera melangkah menghampuri Hun Bu Pao Dia mengulurkan tangannya dan
menepuk salah satu urat nadi orang tua itu. Maksudnya ingin membebaskan Hun Bu
Pao dan totokannya. Siapa sangka, meskipun dia sudah menepuk jalan darah itu,
tapi Hun Bu Pao masih berdiri mematung Totokannya belum terlepas Hatinya tergetar.
Sekali lagi telapak tangannya diangkat Kali ini dia menepuk beberapa kali Tapi
Hun Bu Pao masih juga tidak bergerak. Tampaknya totokan itu masih belum terbebas fuga
Hatinya makin kecut Dia berpikir dalam hati...
"llmu Go teng hui guan milikku ini adalah ilmu membebaskan totokan jenis apa
saja. Tap! mengapa totokan atas diri Hun Bu Pao tidak dapat kubuka" Entah ilmu apa
yang digunakannya?" Dia terpaksa membiarkan Hun Bu Pao dalam keadaan tertotok.
Sementara itu, Seng mia lo berlanlari ke dalam kuil dengan muka bersenseri Dia
menghampin tempat persembunyian Yok Sau Cun.
"Bagus bagus Dewa penolong sudah datang," katanya.
"Maksud Lao cang ?".
Seng mia lo membongkar buntalannya yang terdapat di belakahg patung pemujaan.
Dia mengeluarkan sebatang pedang kayu.
"Sekarang aku tidak sempat bercerita panjang lebar kepadamu Pokoknya adik
Siangkong sudah dapat disembuhkan," katanya.
"Apakah dia mempunyai obat pemunah?" tanya Yok Sau Cun, yang dimaksud
olehnya adalah Tiong Hui dong.
"Ce sat ciang tidak ada obat pemunahnya," sahut Seng mia lo "Cepat ikut aku
keluar Kau akan bertindak sebagai saksi" Tanpa banyak cakap lagi, dia menarik ujung lengan
baju Yok Sau Cun dan menyeretnya keluar.
Sampai di luar, Seng mia lo memandang Tiong Hui ^Cong dengan bibir tersenyum
"Aku akan tTertarung denganmu Tentu harus ada seorang saksi Seandainya kau
kalan, pasli tidak dapat mungkir bukan?".
Tiong Hui dong mendongakkan wajahnya. Dia melihal laki-laki yang mengaku
sebagai tukang ramal itu menyeret seseorang keluar dari dalam kuil Orang itu
adalah Yok Sau Cun. Dia tertawa dingin.
"Sejak semuia aku sudah curiga kalau kalian ini satu komplotan ".
"Tebakan kouwnio salah, aku dengan Lao cang inj bukan satu komplotan," sahut Yok
Sau Cun datar. "Seandainya satu komplotan, juga tidak apa-apa Mari mari... Aku hendak
bertanding dengan nona ini Siangkong menjadi wasit antara kami," tukas Seng mia lo dengan
mulut tertawa terus. Tiong kouwnio mendengus sekali Dia sebal melihat gerakgerik Seng mia lo Laki-
laki tukang ramal itu tidak memperdulikan sikapnya yang dingin.
"Kouwnio, coba katakan, bagalmana kita harus bertanding?" tanyanya.
Mata Tiong Hui Ciong mendelik ke arah tangan Seng mia lo. Orang tua tidak kenal
mampus ini benar-benar membawa sebuah pedang kayu untuk bertanding dengannya
Dia marah sekali. Seumur hidup, dia belum pernah menerima hinaan sebesar ini
Beraniberaninya dia bertanding dengan Tiong Hui Ciong yang membawa pedang
pusaka. Kalau orang ini tidak gila, kemungkinan lain, dia pasti seorang tokoh
yang benlmu tinggi. Tiong Hui Ciong tidak berani meremehkan lawannya.
"Bagaimana kalau kita batasi sebanyak sepuluh jurus?" tanyanya,.
Seng mia lo mengangkat bahunya Dia menunjuk dengan tiga buah jari.
"Menolong orang seperti memadamkan kebakaran Sepuluh jurus terlalu banyak.
Kalau benar-benar mau bertanding, tiga jurus sudah cukup," sahutnya.
Tiong Hui Ciong merasa heran mendengar perkataannya.
"Menolong orang" Siapa yang hendak kau tolong" Apa hubungannya dengan
pertandingan kita?".
"Ada.. ada, Tentu saja ada hubungannya. Nanti kouwnio akan tahu sendiri," sahut
Seng mia lo sambil tertawatawa.
"Sebetulnya berapa jurus yang kau inginkan sebagai batas?".
Seng mia lo mengeluarkan tiga jari tangannya Dia memutarbalikkan sejenak,
kemudian kepalanya manggutmanggut.
"Begini tiga jurus saja.".
Tiong Hui Ciong benar-benar hampir muntah melihal lagaknya. Mana matanya sipit.
Hidungnya besar, giginya rada tonggos.
Apakah orang seperti ini mempunyai kepandaian yang tinggi" Dia bahkan seperti
seekor singa yang membuka mulutnya, berani bertanding melawannya hanya dengan
tiga jurus saja Bahkan hanya mengandalkan sebatang pedang kayu Bukankah sama
saja mencan mati" Untuk sesaat, dia merasa [ucu, geli juga kesal.
"Baiklah Tiga jurus Kau boleh mulai sekarang," katanya.
Seng mia lo mengulurkan telapak tangannya kemudian dilambaikannya.
"Tunggu dulu, perkataanku belum selesai,".
"Katakanlah," kata Tiong HUI Ciong tidak sabar.
"Pertandingan kita hanya sampai batas saling menutui saja. Jangan sampai ada
yang terluka," sikap Seng mia lo menjadi serius.
"Silahkan menyerang. Aku tidak akan melukaimu," kata Tiong Hui Ciong.
"Betul, betui Hanya sampai batas saling menutui saja Toh kita ada saksi yang
menilai pertandingan ini," sahut Seng mia lo Tiba-tiba dia seperti teringat sesuatu
"Oh... tidak. Selama berkelana di dunia kangouw, aku tidak pernah menyerang orang terlebih
dahulu Silahkan kouwnio saja yang mulai menyerang.".
Yok Sau Cun yang ditarik oleh Seng mia lo sebagai saksi, mengerutkan keningnya
Dia melihat tukang ramal ilu bicara seenaknya, seperti sedang mempermainkan
Tiong kouwnio. Hatinya menjadi curiga. Apakah dia memang mempunyai kepandaian yang
dapat diandalkan. Tiong Hui Ciong mendengus sekali Dia tidak berkata apa-apa lagi Tangan kanannya
terangkat Pedang pusaka yang digenggam disentak ke atas.
"Cring!!!" Kemudian diulurkannya ke depan Kaki kirinya juga maju setengah
langkah. Sedangkan telapak kiri diluruskan. Inilah jurus Hui hong can yi (Burung hong
terbang mementangkan sayap) Dia menggunakan jurus ini sebagai pembukaan.
Keempat pelayan Tiong Hui Ciong masinginasing memitiki kepandaian yang tinggi
Dengan kepandaian yang dimilikinya se betulnya dia tidak usah memakai jurus
pembukaan lagi Tapi dia sengaja melakukannya karena ingin melihat apakah
lawannya yang bertampang cecurut itu juga akan memakai jurus pembukaan" Dan
gerakannya nanti, mungkin dia bisa menebak asalusul orang itu.
Seng mia lo yang berdiri di hadapannya, juga mulai bergerak Pedang kayu di
tangannya digerakgerakkan. Dia tidak tergesa , gesa Gerakannya sangat lambat Dia
me narik nafas perlahan lahan Tangan kanannya juga diangkat Pedang kayunya juga
disentak ke atas, namun tidak menimbulkan suara..
"Cringg" Seperti milik Tiong Hui Ciong Pedang tersebut diulurkannya ke depan
Kaki kirinya juga maju setengah langkah. Telapak kinnya diluruskan Tubuhnya
terhuyunghuyung seolah kedudukan kakinya kurang mantap Ternyata gerakan yang
dilakukannya persis seperti Tiong Hui Ciong Itulah Jurus pembukaan dan Hui Hong
Can Yi. Rupanya mata Seng mia lo yang sipit dari tadi memperhatikan gerak gerik gadis
itu dengan seksama Apa yang diiakukannya, dia pun mengikuti Persis seperti seorang
yang sedang belajar ilmu dannya Tetapi, murid yang satu ini malah mengacaukan
segalanya Baik gerak tubuh, uluran pedang ataupun langkah kaki, tidak ada satu
pun yang benar Hanya terlihat agak mirip saja.
Yok Sau Cun yang melihat apa yang di lakukan Seng mia lo, diamdiam berpikir
."Bukankah dia sama saja dengan mencan kematian?".
Baru saja dia mgin memperingatkan, tiba-tiba Seng mia lo menolehkan wajahnya dan
tersenyum simpul Tiong Hui Ciong melihat gerakan yang dilakukan tukang ramal itu
hanya memru dirinya Dia mencoba mengikuti jurus Hui Hong Can Yi Kakinya masih
becgoyanggoyang seakan hendak jatuh Hati nya kesal, lucu sakaligus kesal
Diamdiam dia memaki. "Kakek cari mampus'".
Kemudian dia raenatap tajam kepada Seng mia lo,.
"Apakah kau sudah siap?" tanyanya.
Tukang ramal itu menganggukkan kepalanya berkali-kali Wajahnya serius.
"Pembukaan yang jelek sekali Harap kouwnio jangan menectawakan Silahkan
mulai," katanya. Kata-kata itu membuat hati Tiong Hui Ciong marah sekali. Apa yang dimainkannya
tadi adalah meniru gerakannya Sekarang dia mengatakan pembukaan itu jelek
sekali. Bukankah maksudnya menyindir Tiong Hui Ciong bahwa jurus pembukaan yang
dimainkannya tadi sangat jelek" Hm.. Hui Hong Can Yi tiada tandingannya di dunia
ini Be rani kau menghina" Pikirnya dalam hati Wajahnya tambah kaku Matanya
bersinar dingin menusuk. "Hatihati!" tetiaknya. Tangannya segera bergerak. Kakinya juga ikut maju
Tubuhnya melayang bagaikan seekor burung. Pedang nya mengeluarkan suara gemerincing Dia
menikam ke bawah Putaran pedang bagaikan kitiran angin. Baru setengah jalan
berubah lagi menjadi menyerang bagian atas. Melewati bahu Seng mia lo dan
membalik lagi. Mata Seng mia lo yang menyipit. Dia memandang Tiong Hui Ciong tanpa berkedip.
Lawannya maju dua langkah, dia juga cepat cepat maju dua langkah Pedang yang
tergenggam di tangannya juga melakukan gerakan yang sama, pertamatama menikam
ke bawah, kemudian berbalik ke alas Dia menirukan jurus yang dimainkan gadis
itu. Kedua orang itu samasama maju Jurus yang dimainkan pun sama Muka mereka
saling berhadapan Tentu saja orang yang pertama menyerang akan meraih keuntungan
Apalagi pedang yang digunakan Tiong Hui Ciong adalah sebatang pedang pusaka
yang berkilauan Sekali lihat saja, orang akan tahu kalau pedang itu sangat
tajam. Sekali tebas saja, pedang kayu Seng mia to akan tertebas menjadi dua bagian.
Entah bagaimana, ketika pedang gadis itu sudah sampai di depan mata, tiba-tiba saja
melesat ke kin, melewati bahu Seng mia lo.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tukang ramal itu sendiri tetap menirukan gerakan Tiong Hui Ciong. Tiga gerakan
yang dilakukan oleh kakinya, tidak ada satu pun yang benar. Kalau gadis itu
melangkah dengan tubuh tegak, sedangkan dia kakinya saja masih gpyah. Dia
melangkah melewati bahu Tiong Hui Ciong.
Pokoknya mereka tidak seperti sedang bertarung, melainkan seperti dua orang yang
sedang berlatih ilmu silat dan kedua nya sibuk dengan gerakan masinginasmg Tiong Hui
Ciong melesat ke udara, dan dengan gerakan yang indah, dia membalikkan
tubuhnya Seng mia lo masih belum menya dan, dia melangkah terus Ketika dia
menolehkan kepalanya, dia baru melihat bahwa gadis itu sudah memutar. Dengan
kelabakan dia segera mengikutinya Matanya mengerling ke arah Yok Sau Cun dan
tersenyum lebar. "Saksi, jangan melotot saja Jurus pertama sudah lewat'" teriaknya.
'Bagus!" seru Tiong Hui Ciong Tiba tiba kedua ujung kakinya berjingkat Sebelah
tangannya mengepal, sebeiahnya lagi menudingkan pedang Bayangannya mencelat ke
udara. Pedang panjangnya melancarkan tikaman sebanyak tiga kali Kecepatannya
seperti angin, menenang ke arah Seng mia lo.
Laki-laki itu segera mengikuti gerakannya Kedua uiung kakinya berjingkat
Tangannya yang sebelah juga dikepalkan, sebelah menuding dengan pedang kayunya
Kaki dihentak, Tiong Hui Ciong langsung melayang di udara Dia hanya
meloncatloncat saja Lagaknya lucu sekali Pedang kayunya meniru gerakan Tiong Hui
Ciong dan ditusukkannya ke depan, tapi tak ada cahaya yang berkilauan seperti
pedang gadis itu Apa lagi dia selalu melihat dulu baru meniru gerakannya, lentu
saja dia terlambat dan Tiong Hui Ciong Pada saat yang sama pedang gadis itu sudah
hampir mencapal tubuhnya Dengan kalang kabut dia mengangkat pedang kayunya di
atas kepala dan menangkis sembarangan.
Hati Yok Sau Cun tergetar Tangannya basah karena keringat dingin.
"Celaka!" serunya.
Siapa pun yang melihat suasana pertarungan waktu itu, pasti akan mencemaskan
keadaan Seng mia lo Tetapi, meskipun gerakan laki-laki itu lambat sedikit
dibandingkan Tiong Hui Ciong, tetap ada manfaatnya juga Dengan kepala menunduk,
pedang kayunya menahan bacokan dari gadis itu. Terdengar suara.
"Tang! Tang' Tang'" Dengan penuh keajaiban. Pedang kayunya berhasil menahan
pedang pusaka Tiong Hui Ciong Begitu mendengar suara beradunya pedang, tubuh
gadis itu segera mencelat mundur beberapa langkah.
Yok Sau Cun terpesona melihat pertarungan itu Dia sekarang baru yakin Seng mia
lo adalah seorang tokoh benlmu tinggi. Kepandaiannya sungguh tidak masuk akal Perlu
diketahui, bagi seorang yang berlatih ilmu silat, untuk menyaiurkan tenaga dalam
ke pedang tidaklah terhitung sulit. Tapi dengan sebatang kayu menerima serangan
pedang pusaka lawan dengan kekerasan, harus menyaiurkan hawa murni untuk
melindungi pedang kayunya, sedangkan kekuatan tenaga dalamnya tidak boleh
berkurang. Ilmu ini belum tentu dapat dipelajari sembarang orang.
Yok Sau Cun masih berdiri dengan termangumangu. Terdengar teriakan dari Seng
mia lo' "Hai saksi, lihat dengan jeias. Sekarang sudah dua jurus'".
Mata Tiong Hui Ciong seperti sebongkah es layaknya Wajahnya semakin kaku.
Hawa pembunuhan mulai terasa dalam sorot matanya.
"Bagus! Terimalah jurus ketiga dariku!" bentaknya.
Seng mia lo mengibasngibaskan pedang kayunya.
"Eh Kouwnio, kita sudah sepakat untuk membatasi dengan saling menutui sa|a
Tenaga nona harus dikurangi sedikit Pedang kayuku ini untuk mencari makan, kalau
sampai patah. aku tidak bisa membantu langganan mengusir setan lagi!" teriaknya
nyaring. Tiong Hui Ciong hanya tertawa dingin Tubuhnya kembali seperti seekor burung
melayang di udara la tidak menjingkatkan kaki seperti tadi lagi melainkan
langsung melesat ke atas Sampai di tengah jalan baru dia memutar tubuhnya dan secara
tiba-tiba pedang di pergelangan tangannya ditudingkan untuk menusuk kepada Seng mia
lo. Kali ini, Seng mialo memandang dengan1 terpana. Dia tidak sempat menirukan
gerakannya lagi, kepaianya mendongak memandang pedang Tiong Hui Ciong yang
sedang menerjangnya. Tubuh gadis itu seperti terbang Pedangnya lebih cepat lagi.
Sinar pedang yang berkilauan memercikkan bunga-bunga di angkasa.
Seng mia lo teriak ketakutan.
"Mat! aku'" Dengan kalang kabut dia jatuhkan dirinya, tiarap di atas tanah.
Pedang kayunya dikibaskibaskan serampangan di atas kepala.
Kejadiannya sungguh cepat Tujuh delapan tikaman Tiong Hui Ciong tetah
disambutnya, kemudian terhhat bayangan pedang berkelebat. Tahutahu gadis itu
sudah terkulai di tanah. Entah bagaimana terjadinya penstiwa itu Tapi dapat
dipastikan Tiong Hui Ciong sudah tertotok oleh Seng mia lo.
Gadis itu merasakan separuh tubuhnya bagai kesemutan Tangan kanannya lemas.
"Tingi" Pedang pusaka terlepas dari genggamannya Seng mia lo menyipitkan matanya
Mulutnya tertawa terkekehkekeh Tangannya dilambai-lambaikan.
"Nona sengaja mengalah kepadaku. Sejak semula aku sudah menyatakan bahwa
pertandingan kita hanya terbatas dalam saling menutul saja. Untunglah aku tidak
menyalahi janji," katanya.
Tidak menyalahi janji' yang dimaksudkannya adalah dia berhasil melmpuhkan Tiong
Hui Ciong hanya dengan menutul tubuhnya dengan ujung pedang kayu Dia sama
sekali tidak melukai nona itu. Tiong Hui Ciong kesal sekali Wajahnya merah padam
Tetapi percuma saja, jalan darahnya telah ditotok oleh Seng mia lo. Mulutnya tidak bisa
bicara. Tubuhnya sama sekali tidak, dapat bergerak Dia terpaksa memejamkan
matanya menunggu nasib. Yok Sau Cun menjura kepada Seng mia lo.
"Selamat Lao cang, kemenanganmu sungguh mengagumkan " katanya.
"Hei, saksi Cepat gendong dia ke dalam!" teriak Seng mia lo.
"Untuk apa'?" tanya Yok Sau Cun kebingungan.
"Menolong adikmu," sahut Seng mia lo.
"Apakah dia harus.menolong adik cayhe'?".
Seng mia lo melambal lambaikan tangannya.
"Kau tidak perlu banyak bertanya dulu Cepat bawa dia ke dalam ".
Yok Sau Cun terpaksa menuruti permintaan Seng mia lo. Digendongnya Tiong Hui
Ciong ke dalam kuil kosong Tukang ramal itu sendiri segera mendekati Hu Bu Pao.
Ditepuknya bahu orang tua itu satu kali.
"Harap kau jaga di sini Siapa pun tidak boleh mendekat satu langkah ke kuil itu,
mengerti. Meskipun totokanmu sudah bebas. dan tenagamu sudah pulih kembali, tapi
ada satu hal yang harus kau ketahui Aku teiah menotok dua jalan darah pentinginu
yang lain. Sebelum matahari terbit esok hari, jalan darahmu harus aku yang
membebaskan, bila tidak jangan harap kau dapat menikmati matahari untuk
selanjutnya," kata Seng mia io. Tanpa menunggu jawaban dari Hu Bu Pao dia segera
melangkah ke dalam kuil. Yok Sau Cun masih berdiri dengan termangumangu ketika Seng mia lo
menghampirinya. "Waktu sudah mendesak, cepat totok tujuh jalan darahnya," kata tukang rama! itu.
"Jalah darah apa saja yang harus cayhe totok?" tanya Yok Sau Cun.
Seng mia !o menyebutkan ketujuh jalan.
darahyang, dimaksudkannya. Yok Sau Cun terpana mendengarkan keterangannya, ka
renasemua bagian jalan darah yang disebutkan Seng mia lo terdapat di daerah
peka. Bagaimana dia harus turun tangan" Meskipun di dunia kangouw tidak ada peraturan
tertulis bahwa ada perbedaan antara lakiiaki dan perempuan, atau laki-laki tidak
boleh menotok jalan darah perempuan, tapi dengan sendirinya Yok Sau Cun enggan
melakukannya. "Mengapa cayhe harus menotok jalan darahnya'"' tanya Yok Sau Cun.
"Karena kau ingin menolong adikmu bukan?" sahut Seng mia lo.
"Apakah ada hubungannya dengan penyembuhan adik cayhe?".
"Hubungannya besar sekaii Bukankah tadi aku mengatakan bahwa dewa penolong
sudah datang'" Dialah satusatunya orang yang dapat menyembuhkan adik
Siangkong," sahut Seng mia lo.
"Cayhe semakm tidak mengerti Lao cang telah berhasil menguasai Tiong kouwnio,
kalau dia memang mempunyai obat untuk menyembuhkan adik cayhe, mengapa tidak
memaksanya saja untuk mengeluarkan obat tersebut?"' tanya Yok Sau Cun tambah
bingung. Sekali lagi Seng mia lo mengibasngibaskan tangannya.
"Aku sudah mengatakan bahwa Ce sat ciang tidak ada obatnya.".
"Kalau memang demikian, untuk apa menotok jalan darah Tiong kouwnio?".
"Siangkong yang mulia, aku benar-benar kehabisan rasa sabar kepadamu Apa yang
kulakukan adalah untuk kebaikan adikmu sendiri Tentunya tidak akan saiah Aih, kau harus
tahu, di dunia ini cuma tinggal dia seorang yang dapat menyembuhkan adikmu Untuk itu,
kita perlu menotok jalan darahnya," sahuttukang ramal itu sambi! meng hentakhentakkan
kakinya ke tanah. Yok Sau Cun setengah percaya setengah curiga.
"Ini .". "Apa yang kau cemaskan" Nyawa manusia lebih penting dari segalanya Aku hanya
dapat memben jalan. Kalau kau memang enggan menotok jalan darahnya, maka
nyawa adikmu sulit dipertahankan lagi. Terserah keputusanmu sendiri ".
Yok Sau Cun yang mendengar nadanya begitu senus, jadi cemas. Takuttakut kalau
Seng mia lo tidak akan memperdulikan persoalan ini lagi. Dia juga berpikir
kembali. Kalau memang hanya Tiong kouwnio yang dapat mengobati Ciok Ciu Lan, dia tidak
mungkin menolak lagi. "Baiklah, satu pertanyaan lagi. Setelah cayhe menotok Jalan darah Tiong kouwnio,
bagaimana caranya dia menyembuhkan adik cayhe?".
"Aku tefah mengatakan bahwa nanti kau akan tahu dengan sendirinya ''.
"Pertanyaan terakhir Apakah akan tenadi sesuatu pada Tiong kouwnio apabila cayhe
menotok tujuh buah jalan darahnya itu?" tanya Yok Sau Cun.
"Tentang itu, kau tidak usah khawatir. Aku jamin tidak akan terjadi apa apa
padanya," sahut Seng mia lo. "Baiklah Apakah aku harus menotok jalan darahnya sekarang juga?" tanya Yok Sau
Cun terpaksa menyetujui. "Tunggu dulu Kau harus mendengar perintahku. Apabila aku menyuruhmu menotok,
maka kau harus segera melakukannya Tidak boleh terlambat sedikit juga, mengerti?"
sahut Seng mia lo. "Cayhe akan ingat baik-baik.".
Seng mia lo segera mengulurkan telapak tangan kanannya Dengan kencang dia
mencengkeram bahu kiri Yok Sau Cun Tangan kinnya sendiri kembali diulurkan, dia
memegang urat nadi pergelangan tangan kanan pemuda itu.
Yok Sau Cun terkejut sekali.
"Lao cang, apa yang kau lakukan?" tanyanya.
"Jangan bergerak, aku memegang urat nadi pergelangan tanganmu agar dapat me
nyalurkan hawa murni Sedangkan cengkeraman tangan mi kulakukan supaya hawa
murni tersebut tidak mencapal tangan satunya," sahut Seng mia lo.
Hati Yok Sau Cun diamdiam merasa heran.
"Mengapa dia harus menyalurkan hawa murni terlebih dahulu baru membiarkan aku
menotok jalan darah Tiong kouwnio?".
Tiba-tiba dia merasa ada serangkum hawa panas mengalir dari tangan Seng mia lo
Panasnya seperti air yang baru mendidih.
Hampir saja dia tidak sanggup menahannya, tetapi telinganya mendengar bisikan
dari tukang. ramal tersebut. 'Cepat kepalkan tanganmu Ulurkan jari telunjuk dan siap untuk menotok jalan
darahnya ". Yok Sau Cun segera menuruti permintaannya Dia mera"a hawa panas tadi berkumpul
di ujung telunjuknya Tanpa sadar, dia menunduk Hatinya tercekat, ternyata
telunjuknya telah berubah menjadi merah matang Entah ilmu apa yang digunakan
Seng mia lo'" Tepat pada saat itu, telinganya mendengar kembati bisikan dan laki
laki tersebut. "Cepat!". Yok Sau Cun tidak ayal lagi Dia segera menotok jalan darah yang dikatakan oleh
Seng mia lo Pertamatama di bawah tengkuknya, kemudian pindah ke depan di bagian
tengah dada Setelah itu, di bagian kanan kiri ketiak, di alas payudara sebelah
kanan, di pusar, dan lambung. Jalan darah Tiong Hui Ciong memang sejak semula sudah ditotok oleh Seng mia lo.
Mulutnya tidak bisa dibuka. Tubuhnya tidak dapat bergerak. Tgtapi dia tentu tahu jalan
darah bagian mana saja yang ditotok oleh Yok Sau Cun saat itu Sebagai seorang
gadis yang biasa dipuja oieh banyak orang, tiba-tiba disentuh oleh laki laki pada
bagian peka di tubuhnya meskipun hanya dengan telunjuk, tetap saja dia merasa malu dan pamk
Kenngat dingin menetes Kedua matanya dipejamkan. Berkedip pun dia
tidak berani. "Kendorkan kepalan tanganmu," kata Seng mia lo.
Tangan kanannya sendiri yang mencengkeram bahu Yok Sau Cun dilepaskan Aneh
juga, begitu cengkeraman itu dilepaskan Telunjuk Yok Sau Cun yang berwarna merah
membara segera pulih seperti biasa Namun tubuhnya telah basah oleh kenngat,
wajahnya masih merah padam Tentu saja hal ini disebabkan ofeh rasa panas pada
sebelah tangannya tadi yang menjalar sampai ke atas Lagipula sejak kecit belum
pernah dia menyentuh tubuh perempuan Perasaan ini juga membuat tubuhnya
membara dan kenngat mengalir.
Yok Sau Cun menariknapas panjang Wajahnya masih tersipu-sipu.
"Lao cang, sebetuhya ini " Tadinya dia ingin berkata. 'Sebetulnya ilmu apa ini"'
Tetapi Seng mia lo tidak membiarkan dia meneruskan pertanyaannya Tangannya
rrtemberi isyarat kepada Yok Sau Cun.
"Lebih baik kita bereskan urusan yang lebih penting Kita boleh mangajukan syarat
kepada nona Ini sekarang," katanya Tangannya diulurk'an Dia membebaskan jafan darah
yang pertama ditotoknya dengan pedang kayu tadi.
"Tiong kouwnio, adik kecilku ini mempunyai sedikit permohonan Apakah kau
bersedia menolong'?" tanyanya.
Wajah Tiong Hui Ciong merah padam Kali ini bukan karena malu tapi marah
Matanya mendelik ke arah tukang ramal itu.
"Kau menyalurkan Hwe leng cu kepada Yok Sau Cun agar menotok jalan darahku
Apalagi yang harus kukatakan'?" katanya ketus.
Rupanya ilmu yang digunakan Seng mia lo adalah Hwe leng cu (Telunjuk sukma api)
Tukang ramal itu mengangkat bahunya.
"Itu adalah persyaratan yang akan kita rundingkan Menolong orang lain, berarti
menolong dirimu sendiri Aku jamin kau tidak akan apa-apa" sahutnya.
Tadi Tiong Hui Clong memang dalam keadaan tidak dapat bergerak Terpaksa
membiarkan Yok Sau Cun menotok jalan darahnya Wajahnya sudah terbiasa dingin
dan kaku. Tapi bagaimana pun dia adalah seorang anak gadis Rasa malu menyetimuti
hatinya Sampai saat mi, dia tidak berani menolehkan wajahnya untuk melink Yok
Sau Cun sekilas pun Dia hanya menunduk saja.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa yang harus kutolong?" tanyanya.
"Hi hi hi Berarti Tiong kouwnio sudah setuju," sahut Seng mia lo sambil tertawa
cekikikan Dia meraba raba hidungnya yang pesek "Bukan orang lain yang harus kau
tolong Dia adalah adik Yok Siangkong ini. Lukanya parah sekali Hanya dengan ilmu Kim
heng ciang (Telapak bayangan emas) mitik nona baru dia dapat disembuhkan.".
Yok Sau Cun mulai mengerti Rupanya dia ingin memaksa secara halus agar Tiong
kouwnio menggunakan ilmu Kim heng ciang yang dikatakannya untuk
menyembuhkan Ciok Ciu Lan. Wajah Tiong Hui Clong menampilkan perasaan heran.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku mem pelajan Kim heng ciang'?".
Sekali Seng mia lo mengangkatangkat bahunya. Kelima jannya ditempeikan ke
dadanya sendiri. "Aku sudah menjadi peramal selama belasan tahun Kim bokeui hweto (Emas kayu,
air, api dan tanah) semua masuk dalam hitungan Bagaimana bisa terlepas dan mataku yang
tua?" sahutnya. Tiong Hui dong tertawa dingin Dia tidak berkata apa-apa.
"Kalau Tiong kouwnio sudah setuju lebih baik kita mulai sekarang ".
Sekali Tiong Hui dong tertawa dingin. Matanya mengerling sekilas.
"Luka apa yang diderita adik Yok Siangkong'?" tanyanya.
"Dia terluka oleh ilmu Ce sat ciang Di dunia ini hanya Kim heng ciang nona yang
dapat menyembuhkannya Dengan demiki an kami terpaksa menyusahkan Tiong
kouwnio beberapa saat" Sebelum Yok Sau Cun sempat menyahut, Seng mia lo sudah
memotong lebih dahulu. Tiong Hui Ciong melirik Yok Sau Cun sekilas.
"Apakah gadis itu adik Yok Siangkong?" tanyanya sinis Kata-katanya sangat sinis.
Matanya yang tadi mengerling ke arah Yok Sau Cun sempat melihat ketampanan
pemuda tersebut Tanpa sadar. wajahnya jadi merah padam. Wajah Yok Sau Cun juga
tersipu-sipu. "Dia adalah adik angkat cayhe Kalau Tiong kouwnio bersedia menolong, cayhe
mengucapkan beribu-ribu terima kasih," sahutnya.
Tiong Hui Ciong tidak meladeninya. Dia menoleh kembali kepada Seng mia lo.
'Bagaimana aku harus menolongnya'?".
Tampaknya dia sudah menyetujui Seng mia lo mengangguk-anggukkan kepalanya
beberapa kali. "Kim heng ciang adalah ilmu ajaib dari partai Ciong lam pai Juga merupakan ilmu
telapak yang paling hebat di dunia ini Apa bila melukai orang yang tenaga dalamnya belum
seberapa tinggi, dapat mati seketika Usia Tiong kouwnio masih sangat muda
Mungkin baru sampai tingkat tiga yang berhasil nona pelajari. Tetapi meskipun
hanya sampai tingkat tiga, hebatnya sudah bukan main. Untuk menyembuhkan luka Ce sat
ciang, mungkin memerlukan tenaga dalam lima bagian," katanya.
"Apa yang kau katakan memang tidak salah Aku belum lama mempelajarinya Bisa
menyerang tapi tidak bisa menarik kembali. Ilmu itu belum sanggup kukendalikan.
Kau mengharuskan aku mengeluarkan tenaga sebanyaklima bagian saja, terus terang
aku belum sanggup melakukannya " sahut Tiong Hui Ciong.
"Tepat!" kata Seng mia lo sambil menepuk tangannya sekali "Aku memang sudah
menduganya Oleh karena itu, aku menyuruh Tok Siangkong menotok tujuh jalan
darahmu. Waktu kau mengerahkan ilmu itu. Hanya satu jalan darah saja yang boleh
dibebaskan. Dengan demikian, tenaga yang akan terpancar dari telapak tanganmu
hanyalima bagian saja".
Mendengar keterangan itu, Yok Sau Cun benar benar mengerti.
"Rupanya dia bukan hanya ingin memaksa Tiong kouwnio menyembuhkan Ciok Ciu
Lan saja, tapi sudah menduga segala sesuatunya dengan tepat," pikirnya.
Sedangkan Tiong Hui Ciong juga sedang berpikir secara diam-diam.
"Maling tua ini sungguh banyak akalnya Lebih baik kuturuti saja apa kemauannya,
kalau tidak dia tentu tidak akan melepaskan diriku" Gadis itu lalu memandang kepada
Seng mia lo sambil menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, aku setuju," sahutnya.
"Terima kasih, Tiong kouwnio Kau ternyata mau memberi muka kepada tukang
ramal jaianan ini Lain kali tentu akan kubalas budi kebaikanmu hari ini," kata
Seng mia lo sambil tersenyum lebar.
"Bagaimana akan kau balas kebaikanku'?" tanya Tiong Hui Ciong.
Tangan Seng mia lo mengelus-engelus hidungnya yang pesek Dia tertawa.
"Hal ini sulit dijelaskan. " Kemudian dia menggunakan ilmu Coan im jut bit ke
telinga gadis itu "Kouwnio tidak usah banyak bertanya. Apa yang diderita nona malam ini,
kelak hari aku akan berusaha keras agar semuanya akan berjalan lancar.".
Wajah Tiong Hui Ciong merah padam Dia tentu saja mengerti apa yang dimaksudkan
Seng mia lo Dia tidak berkata apa-apa.
"Waktu sudah tinggat sedikit Harap kouwnio segera turun tangan" kata Seng tnia
lo setelah meiihat gadis itu tidak memberikan reaksi.
"Bagaimana caranya aku belum tahu'?" ta nya Tiong Hui Ciong.
Seng mia lo menunjuk ke arah samping Ciok Ciu Lan.
'Tiong kouwnio harap duduk memejamkan mata di sebelah sana" katanya.
Tiong Hui Ciong merasa urusan sudah terlanjur Lebih baik dia menurut sa|a Dia
segera duduk di tempat yang ditunjuk oleh Seng mia lo Sekali lagi tukang ramal
itu menunjuk Sekarang ke arah Tiong kouwnio.
"Yok Siangkong. kau juga duduk di samping Tiong kouwnio," katanya.
Yok Sau Cun mengikuti perintah laki-laki ftu. Seng mia lo segera menempatkan
diri di belakang pemuda tersebut Tangan kanannya diulurkan untuk mencengkeram bahu
kiri Yok Sau Cun sedangkan tangan kinnya kembaii meraba pergelangan tangan
kanan pemuda itu Seperti tadi, serangkum hawa panas mengaiiri pergelangan tangan
Yok Sau Cun. "Yok Siangkong, sekarang kau totok jalan darah punggung Tiong kouwnio" Dia
menunggu seJenak "Sekarang Tiong kouwnio mengulurkan telapak tangannya ke arah dada adik
Yok Siangkong Jangan berhenti sebelum ada perintah dariku ".
Tiong Hui Ciong juga merasakan tubuhnya panas membara Hal ini disebabkan oleh
totokan telunjuk Yok Sau Cun yang mengalirkan hawa tersebut.
"Sekarang totokan Yok Siangkong dipindahkan pada bagian tulang pinggul Tiong
kouwnio. Dan Tiong kouwnio harus menotok bagian pusar nona Ciok itu." Seng mia lo kembaii
memberikan petunjuknya. Setelah beberapa lama, terdengar suara Seng mia lo kembaii "Sudanselesai
Sekarang kalian boleh berdiri".
Yok Sau Cun segera bangkit dari tanah. Dia memandang tukang ramal itu.
"Lao cang, apakah hanya demikian saja'?" tanyanya.
Begitu totokan ian Yok Sau Cun lepas dan tubuhnya. Tiong Hui Ciong merasakan
hawa panas itu pun menyurut seketika Dia merasa malu sekali Wajahnya merah
padam Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia segera bangkit dan berjalan keluar.
"Selamat jalan, Tiong kouwnio." kata Seng mia lo Dia menoleh kepada Yok Sau Cun.
"Jangan kau lihat wajahnya begitu kaku, sebetulnya hati gadis itu penuh
kehangatan ". Yok Sau Cun tenngat kembaii tindak tanduknya kepada gadis itu tadi Wajahnya jadi
merah Beketika Dia segera mengalihkan pokok pembicaraan.
"Lao cang, adik cayhe .".
"Tidak usah cemas,' kata Seng mia lo sambit menarik tangan pemuda itu dan
mengajaknya duduk di atas tanah. '"Adik Siangkong hanya terkena serangan Ce sat
ciang Dengan bantuan ilmu Kim heng ciang dan Tiong kouwnio, sekarang
masalahnya sudah selesai Biarkan dta tidur semalaman. Esok pagi tentu semua
penderitaannya sudah tidak terasa lagi".
Yok Sau Cun merasa terima kasih sekali atas bantuan tukang ramal itu Dia berdiri
dan menjura beberapa kali. "Terima kasih, Lao cang Seandainya malam mi ...".
Tangan Seng mia lo memberi tanda agar dia jangan berkata lagi.
"Kita tidak usah sating berterima kasih. Rasanya risih mendengar katakata itu
Lagipula Lao kokomu ini juga hanya menerima perintah orang lain.".
Yok Sau Cun terpana. "Menerima perintah dari orang lain" Siapa?" tanyanya heran.
Seng mia lo mengangkat bahunya Dia tersenyum tipis.
"Selain Suhu, siapa lagi di duma ini yang dapat memerintah aku'?".
"Entah Cianpwe mana yang menjadi Suhu Lao cang?" tanya Yok Sau Cun.
"Siau hengie, bolehkah jangan sedikitsedikit memanggil aku Lao cang''' Makin
lama aku merasa semakin tua saja," sahut Seng mia lo sambil tertawa cekikikkan. Ketiga
jar'r tangannya kembali meraba hidungnyayang pesek. Entah bagimana, tiba tiba saja
Pedang Penakluk Iblis 8 Dendam Sembilan Iblis Tua Karya Kho Ping Hoo Naga Beracun 4
^