Pisau Kekasih 1
Pisau Kekasih Karya Gu Long Bagian 1
PISAU KEKASIH Karya Gu Long Saduran : Ynt/Liang YL Editor : Adhi H
Sumber DJVU : Manise Convert, edit, Ebook oleh : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ http://dewikz.byethost22.com/
http://cerita-silat.co.cc/
http://ebook-dewikz.com JILID KE SATU Lim Leng-ji telah datang Jika kau belum pernah bertemu dengan Lim Leng-ji,
maka kau hanya orang biasa seperti kebanyakan orang.
Jika kau melewatkan kesempatan baik bertemu dengan
Lim Leng-ji, maka kau adalah orang yang sangat bodoh.
Jika kau bertemu dengan Lim Leng-ji dan tidak merasa
silau atau takjub, mungkin kau seorang yang buta atau
idiot. Jika kau bertemu dengannya dan langsung berpikiran
kotor, tidak bisa berkata-kata, kau pastilah seekor babi.
Orang-orang berkata inilah cermin diri Lim Leng-ji.
Jika kau bisa bertemu dan duduk berdampingan dengan
Lim Leng-ji, kau pasti akan segera terpikirkan, berapa
besarkah uang yang harus dikeluarkan hanya untuk bisa
duduk sambil berbicara dengannya"
Kau pasti akan lebih berpikir barang berharga yang
paling berharga bagaimana, agar bisa membuat kita menjadi
tamu istimewanya" Benarkah Lim Leng-ji adalah wanita yang seperti itu"
Tentu saja semua ini harus melalui penyelidikan terlebih
dahulu, baru kita bisa tahu.
Kereta Lim Leng-ji masih belum memasuki jalan utama
di kota Koh. Tapi orang yang lalu lalang di jalan utama kota itu sudah
mengumumkan bahwa Lim Leng-ji sudah datang. Orang
yang masih lalu lalang di sepanjang jalan utama kota itu
pun langsung memasuki toko-toko dan rumah makan yang
berada di dua belah sisi sepanjang jalan itu, dan para
pedagang kaki lima pun memindah-kan barang
dagangannya ke sudut-sudut jalan.
Jalan utama kota itu langsung menjadi sepi.
Tidak ada panji dan payung kipas juga tidak ada suara
pukulan gong yang mengiringi, padahal dalam satu hari
penuh, malam hari adalah waktu yang paling ramai dan
penuh orang tetapi jalanan itu sekarang malah sangat sepi.
Bagaikan bak cat yang dipenuhi warna, kedua sisi kereta
itu bertatahkan giok dan emas serta ditarik oleh sepasang
kuda, kereta itu memasuki jalan utama tersebut.
Suara derit kereta kuda telah menenggelamkan bunyi
suara yang lainnya. Saat itu di setiap sudut jalan hanyalah terlihat kepalakepala orang yang
terjulur keluar melalui pintu dan jendela
toko-toko yang ada di sekitar jalan itu, mengikuti gerakan
kereta kuda yang datang. Namaku Wie Kai Seorang laki-laki yang kira-kira berumur 27-28 tahunan,
berpakaian seperti umumnya tapi memiliki senyum yang
sangat menawan hati orang di sekitarnya.
Anak muda ini sangatlah menarik perhatian orang,
karena dia sedang berdiri di tengah jalan utama itu dan
menghadang kereta kuda. Parasnya serta sikap-nya sangat
menarik perhatian orang. Entah benar-benar kurang ajar atau menghina.
Kata orang, cara mencari perhatian adalah melakukan
sesuatu yang hendak dilakukan orang lain tapi belum
sempat dilakukan, atau melakukan sesuatu yang orang lain
tidak berani melakukannya.
Tapi jika kau melakukan sesuatu yang tidak berani
dilakukan orang lain, justru pada akhirnya akan
menimbulkan rasa iri hati atau cemburu.
Hanya saja melihat kesantaian, kekurang-ajaran, serta
senyum menawan anak muda ini, orang-orang yang sedang
naik darah pun pasti akan segera reda marahnya.
Siapakah gerangan anak muda ini"
Pakaiannya tidak gemerlapan, sikapnya juga tidak
tampak serius, malahan cenderung bersifat berandalan.
Tapi hanya sedikit orang yang tahu apakah harus
menganggukkan kepala terhadapnya atau malah menggelengkan kepala. Mungkin kemunculannya bisa dipandang sebagai hasil
keberuntungan yang tidak terduga.
Kejahatan manusia justru biasanya dilandasi oleh alasan
yang lemah ini. Sekarang anak pandangannya. muda ini malah memusatkan Kereta kuda itu memasuki kota dengan perlahan lahan.
Anak muda itu sedang berdiri menghalangi jalan. Jika
kereta itu adalah kereta yang membawa raja, maka
perbuatan ini bisa disebut dengan pemberontak.
Tiba-tiba dia mengangkat tangannya, berseru:
"Oi! Nona Lim Leng-ji yang ada di dalam kereta!"
Sikapnya ini bukan hanya kasar, tetapi juga gegabah dan
kekanak-kanakan. Tapi saat itu tidak ada seorang pun yang mau
menasehatinya, malah berharap kesalahan yang dilakukannya mendapat reaksi.
Tentu saja inipun yang menjadi isi hati setiap orang.
Laki-laki yang menjadi kusir kereta itu tampak sangat
kuat, kelihatannya dia menangkap sebagai pengawalnya
juga. Sekali menghela cemeti, di udara langsung keluar
percikan api dari lecutan cemeti itu dan kemudian
menyerang anak muda itu. Paling tidak ada sebagian orang pasti bertanya-tanya
apakah serangan itu bisa mengenai anak muda itu atau
tidak. Di dunia ini kebanyakan orang pasti berpikiran seperti
itu, bahkan jika anak muda itu berpikiran rasional, pastilah
akan berpikiran seperti itu juga.
Anak muda itu mengeluarkan tangannya, dengan tenang
menahan serangan cemeti yang membabi buta.
Hanya ada beberapa orang yang benar-benar bisa
melakukan perbuatan itu dengan baik.
Pengemudi kereta yang keretanya sedang menghadap
kearah matahari terbenam itu sangat marah sampai muka
dan telinganya merah, karena serangan cemetinya bisa
ditahan. Sebelah tangan anak muda itu mencengkram cemeti itu
dan mengangkat tangan yang sarunya lagi sambil berseru:
"Lim Leng-ji Siocia yang ada di dalam kereta, ijinkan
aku melihatmu?" Tidak akan ada seorang pun yang percaya bahwa tirai
kereta itu akan terbuka. Sebab di dalam kereta itu memang ada Lim Leng-ji.
Walaupun orang yang berpikiran seperti itu jumlahnya
sangat banyak, tetapi tetap saja di antara orang yang berada
dipinggir sepanjang jalan itu, ada yang mendekati depan
kereta, mereka tidak mau melewatkan peristiwa yang
langka yaitu terbukanya tirai kereta itu.
Prilaku seperti ini dengan anggapan bahwa tirai kereta
itu tidak mungkin akan terbuka, benar-benar sangat bertolak
belakang. Kombinasi yang bertentangan.
Itulah kehidupan manusia.
Ini pastilah hanya kebetulan, tirai kereta itu perlahanlahan terbuka.
Pakaian yang berwarna putih yang membung-kus
kulitbagaikan salju. Benar-benar tidak akan ada orang yang merasa bahwa
ada sesuatu yang berbeda pada dirinya dibandingkan
dengan wanita lainnya. Tetapi pada saat yang bersamaan tidak ada satu orang
pun yang pernah menjumpai wanita yang secantik dirinya.
Lim Leng-ji benar-benar Lim Leng-ji.
Ada banyak wanita di dunia ini yang bisa menggetarkan
hati orang, tetapi mereka bukanlah Lim Leng-ji.
Di dunia ini ada dua jenis wanita yang tidak mungkin
menerima kecemburuan yang sama, jika bukan wanita yang
sangat jelek pastilah wanita sangat cantik.
Dandanan yang menarik saja tidak cukup untuk
melukiskan tentang dirinya. ^
Mereka saling memandang satu sama lainnya.
Dia mungkin satu-satunya pria yang tidak memiliki rasa
rendah diri, tetapi jantungnya tetap saja berdegup.
Dia percaya jika detak jantung dari orang-orang yang
berada di keempat penjuru kereta itu disatukan, suaranya
pasti lebih keras dibandingkan dengan tambur besar yang
dipukul sekuat tenaga. Pandangan matanya sangat tajam juga sangat serakah,
sungguh salah satu jenis pandangan mata pria yang paling
dibencinya. Tapi tiba-tiba dari matanya muncul pandangan
yang berbinar-binar. Anak muda itu menggosok-gosok ujung hidung nya
sambil berkata: "Namaku Wie Kai!"
Dia tidak bisa mengerti makna kata-kata yang
terkandung dalam pandangan mata Lim Leng-ji, tetapi
sepertinya ada perasaan yang saling mengenal satu dengan
lainnya. Jika tidak, bagaimana mungkin mereka bisa saling
memandang seperti itu"
Mereka seperti orang yang pernah bertemu di dalam
mimpi saja. Kusir kereta yang bak pengawal itu tiba-tiba saja muncul
di samping anak muda itu.
Walaupun orang ini sekujur rubuhnya dibalut oleh
busana yang indah, tetapi orang yang bermata tajam dengan
sekali lihat pasti langsung tahu kalau dia adalah orang yang
hanya patuh akan perintah.
Kepribadian yang seperti itu sudah tidak bisa dibuang
juga tidak bisa dirubah. Orang itu berkata kepada Wie Kai:
"Namamu Wie Kai, betul tidak?"
"Aku baru saja mengatakan pada nona Lim Leng-ji."
Jawab Wie kai sambil tertawa.
Kata kusir itu: "Di Ta-ih-tu-hong (wisma judi Ta-ih), kau telah
berhutang pada tuan mudaku sebanyak 320 tail."
"Tuan mudamu?" Tanya Wie Kai dengan tanpa
menghilangkan senyum di mukanya.
Kusir itu membalikkan tubuhnya dan di atas undakundakan batu di depan sebuah
kedai arak berdiri seorang
yang berpakaian indah dan menonjol.
Penampilannya menunjukkan bahwa dia orang yang
bermartabat dan air mukanya serius sehingga orang mana
pun, hanya dengan melihat sekilas pasti langsung percaya
bahwa dia adalah tuan muda yang berasal dari keluarga
kaya atau pemuda dari keluarga yang terhormat.
Hanya saja anak muda ini dengan Wie Kai adalah dua
jenis orang yang berbeda.
Wie Kai orangnya tampan, pembawaannya santai,
bebas, ada sedikit sifat berandalan, tetapi malah justru
menarik perhatian orang terutama di saat dia tertawa.
Hanya melihat tawanya, biarpun makan malam tidak
ada semangkuk nasi, juga akan terasa seperti berada di
langit ke sembilan. Wie Kai menoleh dan memandang anak muda yang
bermuka serius itu, lalu tiba-tiba berkata:
"Benar-benar orang yang berpendidikan."
Akulah Loo Cong Anak muda yang bermuka serius itu maju ke depan
seraya menyatukan kedua tangan di depan dadanya:
"Margaku Loo dan namaku adalah Cong. Terhadap
sikap budakku yang tidak sopan, harap Wie-heng jangan
masukkan ke dalam hati."
Wie Kai berkata: "Jika ingin menagih hutang, mengapa anda harus
bersikap misterius seperti itu?"
Uang sebanyak 320 tail bukanlah jumlah yang sedikit,
orang yang bermata tajam pasti bisa melihat bahwa di
tubuh Wie Kai tidak akan ada uang sebesar 320 tail.
Saat itu Wie Kai membuka kepalan tangannya dan kusir
kereta menarik kembali cemeti yang terjulur tadi.
Walaupun sedang membicarakan masalah 'pengembalian
hutang', tapi di bawah tatapan banyak orang dia sama sekali
tidak mengingkarinya. Padahal ada sebagian orang sedang mencemas kannya,
juga ada sebagian lagi yang berharap melihat gurauannya.
Pelayan yang jahat ini sengaja membuatnya malu di
depan Lim Leng-ji, tapi majikannya sama sekali tidak
peduli. Kejadian yang memalukan, kali ini sudah tidak bisa
dihindari lagi. "Harap kata-katanya jangan Wie-heng masukan ke
dalam hati!" kata Loo Cong lagi.
Hati Wie Kai terasa sangat gugup, tapi dia tetap bersikap
tenang. Lagipula tirai kereta sudah diturunkan kembali, tetapi
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia percaya, Lim Leng-ji yang berada di balik tirai krrt'hi itu
tetap memperhatikan dirinya.
Wie Kai adalah orang yang sangat pintar dan karena itu dia bisa setiap saat mengeluarkan tawa y.mj; incnggetarkan hati
setiap orang. Pandangan mata Wie Kai menyapu ke empat penjuru,
lalu tiba-tiba pandangan matanya jatuh pada seorang gadis
yang berdandan sederhana dan memiliki sepasang mata
yang besar, yang berjarak 5-7 langkah darinya.
Saat itupun dia merasa bahwa hai yang menjengkelkan
seperti ini sudah berkurang setengah-nya.
Tawanya malah semakin membingungkan orang. gembira dan semakin Dia melambaikan tangannya kepada gadis itu.
Gadis itu layak keluarganya saja. kenalannya atau pun anggota Tapi... mengapa gadis yang bermata besar itu justru
malah datang menghampiri"
Padahal mereka berdua sama sekali tidak saling
mengenal, paling tidak belum pernah sekali pun bertegur
sapa. Lalu mengapa setelah dia terperanjat malah datang
menghampirinya. Sesudah datang mendekat, barulah gadis itu sadar dan
bertanya kepada dirinya sendiri. Mengapa aku mau datang
mendekatinya" Benar-benar tidak bisa dimengerti!
Wie Kai melambai-lambaikan tangan dengan muka yang
senang berkata: "Tolong berikan uangnya pada Lpo-heng ini!"
"Aku?" Gadis yang bermata besar itu bertanya dengan
suara kecil. Wie Kai mengangguk-anggukkan kepalanya dan
wajahnya tidak berubah sedikit pun. Memperlihatkan uang
sebesar 320 tail, berkeping-keping uang saja, kenapa harus
sampai ribut-ribut segala"
Pembawaan gadis bermata besar itu sangat tenang,
bagaimana pun juga mereka adalah manusia yang sudah
berpengalaman dalam kehidupan ini.
Dari ke empat penjuru jalan tidak terdapat banyak orang
yang mengamati mereka berdua.
Jika mereka berdua hendak adu keras kepalan, mereka
benar-benar jagoan. Gadis bermata besar itu berkata dengan suara kecil:
"Walaupun aku bisa menolongmu, tapi dengan sikapmu
yang seperti ini, mengapa aku harus menolongmu?"
Suaranya sangatlah kecil sehingga hanya mereka berdua
saja yang bisa mendengarnya.
Wie Kai mengangkat tangannya sambil berkata dengan
suara kecil: "Karena namamu Hong Ku!"
"Kalau aku Hong Ku, memangnya kenapa?"
"Sebab Hong Ku adalah Sam-jiu-Koan-in (Dewi Kwanin Bertangan Tiga)."
"Kalau Sam-jiu-Koan-in, memangnya kenapa" Apa
urusannya denganmu?"
Walaupun di mulutnya mengatakan 'apa urusan mu',
tetapi raut wajahnya tersenyum.
Meski Wie Kai sedang memohon uluran tangan orang,
tetapi raut wajahnya sama sekali tidak berubah dan tetap
saja tersenyum, seperti layaknya seorang pelayan
perempuan yang bersedia melakukan apa pun demi
kepentingan majikannya. "Walaupun memang bukan urusanku, tapi tadi saat kau
melakukan beberapa 'transaksi jual beli", aku adalah satusatunya saksi mata.."
Kata Wie Kai. Raut wajah Hong Ku sedikit berubah.
"Kau?" Wie Kai berkata sambil berbisik:
"Di tubuhmu ada sebuah kalung emas, selem-bar kertas
uang (cek), dan sebuah tutup kepala dari batu giok yang
sangatmahal." Raut wajah Hong Ku langsung berubah.
"Kau!" "Setiap kali melakukan aksinya selalu bersih dan rapi,
nama Sam-jiu-Koan-in benar-benar memiliki prestasi yang
patut dibanggakan!" Tiba-tiba Hong Ku mengeluarkan tawa yang manis,
seperti layaknya pelayan yang dipuji oleh majikannya,
katanya: "Siau-kai, kau benar-benar hebat! Aku sungguh mengaku
kalah olehmu!" Wie Kai menundukan kepalanya, berkata:
"Terima kasih! Aku akan segera mengembalikannya."
Hong Ku segera mengeluarkan selembar cek dan
memberikannya kepada Loo Cong sambil berkata:
"Di jalan menagih hutang, ternyata dalam keluarga
terhormat juga diajarkan cara menagih hutang seperti ini."
Loo Cong hanya tertawa, menggerakan rahang nya,
memberi tanda memanggil kepada bawahannya.
Wie Kai mengepalkan tangannya di depan dada sambil
berkata: "Loo-heng, aku keluar rumah biasanya sangat jarang
membawa uang, jika saja pembantuku tidak berada di sini,
aku benar-benar merasa tidak enak."
Hong Ku juga bukanlah orang sembarangan.
Untuk pertama kalinya dia diperas orang dengan
menggunakan kelemahannya, belum lagi dianggap sebagai
pembantu orang lain. Hanya saja dia adalah seorang yang tahan banting alias
berkepala dingin, jika membantu orang pasti sampai tuntas,
jadi dia hanya bisa mempertahan-kan status 'pembantu' nya
sambil tertawa kecut. Siapa suruh namanya dipanggil Wie Kai.
Orang lain boleh saja tidak mengenal Wie Kai, tetapi
perbuatan mereka ini mana bisa dibiarkan"
Loo Cong bersoja sambil berkata:
"Tadi aku sudah katakan, jangan dimasukkan ke dalam
hati!" Dari begitu banyak orang, sebenarnya ada berapa banyak
orang yang tahu, saat ini akan ada berapa banyak episode"
Mungkin hanya Loo Cong yang tahu. Ada kemungkinan
Lim Leng-ji juga tahu. BAGIAN I BAB I Segala sesuatu yang ada di kota kuno ini cukup baik,
bahkan kebaikan hati orang-orangnya juga sangat terasa.
Hanya ada satu yang tidak baik yaitu jika tidak ada angin
maka tingginya tanah bisa mencapai 3 kaki, jika ada hujan
maka sepanjang jalan pasti penuh lumpur.
Bukankah ada pepatah mengatakan hujan di musim semi
lebih berharga daripada minyak" Tetapi jika hujan terus
turun selama 3 hari 3 malam lamanya, maka lorong kecil
ini pun pasti berair dan berlumpur.
Tetapi sebagian besar rumah penggadaian yang ada di
dunia ini justru berada di lorong kecil ini.
Baru saja Wie Kai hendak mengeluarkan labu air giok
dari dalam kantongnya, saat itu dia melihat rumah
penggadaian menutup pintunya.
Bisa dibilang pada awalnya dia berpikir hendak
menggadaikan labu air giok itu ke rumah gadai.
Tetapi akhirnya Wie Kai tetap kembali ke kamar
kecilnya dengan muka tersenyum.
"Cuh..." terdengar suara orang, membuang ludah.
Di atas sebuah meja kecil terdapat lima buah makanan
yang dipanggang yang terdiri dari setengah ekor ayam
panggang dan kacang lima bumbu.
Dia segera duduk di sebelah meja kecil itu dan
mengambil lentera yang ada di atas meja.
Di atas meja itu juga terdapat selembar kertas yang di
atasnya tertulis: ' Makanan ini mengandung racun, jika kau tidak berani
memakannya, maka kau bukan Wie Kai.
Di pojok bawah kertas itu tertulis huruf 'Lim'.
Tulisannya sangat indah dan ditilik dari caranya menulis,
dia pasti orang yang pernah belajar silat.
Wie Kai malah mendaratkan ciuman di atas kertas itu,
lalu mulai makan sepuasnya.
Wie Kai sama saja dengan kota kuno ini, semuanya baik,
hanya ada satu yang tidak.
Dia tidak pandai mengendalikan uang.
Menjadi orang budiman sampai titik darah penghabisan
merupakan gambaran yang indah bagi-nya, dan jika dia
menginginkan kehidupannya menjadi lebih nyaman dan
enak sedikit, baginya itu semudah membalikkan telapak
tangan saja. Sesudah kenyang, barulah dia bersiap-siap untuk masuk
ke alam mimpi. Maka dalam sekejap mata dia langsung
tertidur. Jika malam ini tidak tidur, mana ada tenaga untuk esok
hari. Bisa dikatakan di sisi lain, dia itu mirip seperti layaknya
anak orang kaya. Entah sudah berapa lama dia tertidur, tiba-tiba dia
terbangun. Ini adalah salah satu hal yang mencengangkan orang,
mau tidur langsung tidur, mau bangun langsung bangun.
Walaupun saat itu kamar kecil itu tidak ada cahaya
lentera, tetapi dia bisa melihat ada bayangan orang yang
berdiri di sebelah meja kecil itu.
Wie Kai berkata: "Sobat, kau datang bukan pada waktu yang tepat."
Orang ini berusaha menghampiri mulut jendela, tetapi
Wie Kai langsung menghadang di depan mulut jendela itu.
Kedua orang itu tidak bergerak sedikit pun, mereka
saling mereka-reka gerakan yang bakal dilaku-kan pihak
lawan. Tiba-tiba orang ini menghampiri ranjang dan malah
berbaring di atasnya. Tindakan ini malah membuat Wie Kai termangu, begitu
dia menghampiri ranjang, orang itu langsung menyemburkan sejenis serbuk dari tangan-nya.
Wie Kai tidak bisa tidak harus menghindar dan dalam
sekejap mata pihak lawan langsung melarikan diri
lewatjendela. Melihat ilmu meringankan tubuh orang itu, Wie Kai jadi
tidak ingin mengejarnya. Serbuk yang disemburkan melalui tangan orang tadi
ternyata adalah kulit kacang yang berada di atas meja kecil
yang berasal dari kacang yang dimakan-nya tadi.
Kulit kacang yang begitu ringan bisa mengeluarkan
suara, "Set... set..."
Dia menyalakan lentera dan melihat kamar kecil yang
seperti tidak ada penghidupan itu, semua sama sekali tidak
ada yang berubah, hanya ada selem-bar kertas yang hilang.
Apakah orang itu datang hanya demi selembar kertas itu"
Tentu saja, orang ini bisa membawa pergi kertas itu
tanpa harus menyalakan lentera, bisa ditebak orang itu pasti
datang karena benda ini. Bisa dilihat betapa pentingnya kertas itu bagi orang itu.
Di daerah ini, tulisan yang ditulis oleh Lim Leng-ji
sendiri jika dibawa ke rumah gadai untuk digadaikan, bisa
dihargai beberapa puluh tail.
Di saat itu tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu.
Jika di pemukiman kumuh terjadi keributan maka tidak
akan ada orang yang bertanya, tetapi Wie Kai adalah
pengecualian. Malam ini, ditempat ini tiba-tiba menjadi ramai.
Tempat ini hanyalah kamar kecil dari kayu yang terdapat
di sudut kota ini. Walaupun kau mengirimkan tandu guna mengundang
datang Sam-jiu-Koan-in Hong Ku, takutnya dia tidak akan
memandang sebelah mata pun ke kamar kecil ini.
Sebenarnya Lim Leng-ji itu membawa keberuntungan
atau malah kesialan baginya.
"Ada apa?" sahut Wie Kai.
Orang yang berada di luar pintu itu berkata:
"Aku Yo Lim, petugas keamanan yang ber-patroli di
Kabupaten Lu-lam-kong, sengaja datang untuk bertemu
dengan Wie-tayhiap."
Wie Kai bukan saja tidak pernah mendengar nama orang
ini sekalipun, bahkan jabatannya apa pun dia sama sekali
tidak tahu. Pada jaman dinasti Beng, petugas keamanan (Sun-cian)
tugasnya hampir sama dengan penjaga keamanan yang
bertugas menyelidiki suatu masalah atau kasus.
Wie Kai belum pernah berhubungan dengan orang
seperti ini sebelumnya. Tetapi dia membukakan pintu juga untuknya.
Pakaian yang dikenakan Yo Lim sangat praktis,
orangnya pun sederhana, sama sekali tidak terlihat tampang
seperti pegawai pemerintah.
Wie Kai mempersilahkan tamunya duduk lalu berkata:
"Kamar ini terlalu kecil."
Yo Lim berkata: "Seperti pejabat mengendarai kuda kurus, kerendahan
hati Wie-tayhiap sangat menyentuh hati."
Di gedung pemerintah kabupaten ini, anggota nya hanya
terdiri dari tiga orang saja, selain Bupati, juga ada kuli tinta
yang hanya bertujuan untuk mengisi perutnya saja dan
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sesuai dengan nama mereka, Cian-kok (lembah uang) dan
Bun-ang (menutupi perkara).
Petugas keamanan ini memiliki gaya bicara yang bisa
membuat kecemasan Wie Kai berkurang.
Wie Kai berkata: "Jika Yo-heng ada keperluan, mengapa tidak langsung
bicara saja?" "Di hadapan Wie-tayhiap mana mungkin aku boleh
berkata sembarangan?"
Wie Kai semakin tidak mengerti untuk apa petugas
keamanan ini datang mencari dia" .
Yo Lim mengeluarkan sebuah kertas yang hurufnya
ditulis dengan darah, menaruhnya dengan sopan di
hadapan Wie Kai sambil berkata:
"Silahkan Wie-tayhiap periksa."
'Tentang Lim Hujin yang merupakan orang pesimis serta
telah memutuskan hubungan dengan kehidupan dunia luar,
itu adalah urusan pribadinya, orang luar untuk apa ikut
campur"' Huruf di atas kertas itu bertuliskan seperti itu.
Wie Kai mengusap-usap belakang kepalanya, dia sedang
berpikir apakah dia sedang bermimpi, bahkan dia sampai
harus berurusan dengan petugas keamanan segala.
Orang yang bernama Yo Lim inipun mengeluarkan
sebuah Ki-jiu dan menaruhnya di hadapan Wie Kai.
Wie Kai tiba-tiba merasa bahwa dia telah menjadi
seorang tersangka pembunuhan, bagi manusia dan hewan,
yang telah melakukan kesalahan dan harus menerima
hukumannya. Tiba-tiba Wie Kai tertawa dan berkata: "Petugas Yo, apa
hubungannya ini dengan diriku?"
Yo Lim tertawa,tampak mukanya seperti kain sutera
yang kusut oleh tangan, lalu berkata:
"Aku merasa memang ada sedikit hubungan-nya dengan
dirimu." Wie Kai memandang padanya, melihatnya baik baik
untuk menentukan apakah dia benar-benar tidak salah
mengenali dirinya. Wie kai bertanya: "Ada sedikit hubungannya denganku?"
"Hanya sedikit, lagi pula kejadiannya baru hari ini
terjadi." Lagi pula kejadiannya baru hari ini terjadi!
Wie Kai segera menjulurkan tangannya dan mengusap
jidatnya untuk memeriksa apakah dirinya panas atau tidak.
Tetapi Wie Kai tetap saja mempertahankan mimik
tersenyum di wajahnya sambil berkata:
"Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
"Lebih baik kita tidak membicarakan masalah itu terlebih
dahulu, apakah Wie-tayhiap mengenal istri Lim Put-hoan?"
Jantung Wie Kai langsung berdegup kencang, lalu dia
menjawab: "Aku pernah mendengarnya."
Tiba-tiba Yo Lim tertawa terkekeh-kekeh lalu berkata:
"Wie-tayhiap hanya pernah mendengarnya?"
Wie Kai mengangkat tangannya sambil berkata:
"Selain pernah mendengarnya, apa lagi yang harus aku
ketahui?" "Mestinya bisa tahu sedikit lebih banyak."
Lagi-lagi Wie Kai mengusap-usap belakang kepalanya
sambil berkata: "Apakah Yo-heng bisa bicara lebih jelas lagi, apa yang
dimaksud dengan perkataanmu tadi?"
Yo Lim menjawab: "Bisa, tentu saja bisa. Apakah Wie-tayhiap mengira Lim
hujin telah memutuskan hubungan dengan dunia luar?"
"Dia?" Tanya Wie Kai.
"Waktu Lim Put-hoan meninggal dunia, dia baru saja
berusia 27 tahun 8 bulan."
"Wah, ingatanmu boleh juga."
"Nama besar hujin beserta... beserta teman-nya...
Apakah Wie-tayhiap benar-benar tidak pernah mendengarnya?" Tiba-tiba Wie Kai bertanya kepada Yo Lim:
"Petugas Yo, menurutmu apakah kedua mata kita ini
sedang bermimpi atau kita yang sedang bermimpi?"
Yo Lim tertegun sejenak, lalu berkata:
"Wie-tayhiap benar-benar pandai bergurau."
Wie Kai menjentik-jentikkan jarinya mengeluarkan bunyi "ctak.. .ctak...", lalu berkata:
sampai "Bagaimana kalau sekarang kita bicarakan tentang
masalah Lim hujin?" "Hujin adalah orang yang senang mengoleksi barangbarang antik, kabarnya nyonya
telah menerima barang mihk Yo Kui-hui (selir) berupa pispot yang telah
digunakannya bertahun-tahun yang lalu, kemudian setelah
menyadari bahwa barang itu ternyata palsu, dia
memutuskan hubungan dengan siapa pun."
"Bukankah Lim hujin adalah orang yang sangat kaya?"
Tanya Wie Kai. "Benar, menurut perkiraan orang, kekayaannya
mencapai seratus tiga puluh juta tail, pendapatan negara
tahun kemarin saja baru mencapai delapan puluh tujuh juta
tail." Wie Kai berkata: "Sudah begitu kayanya, tetapi hanya karena sebuah
pispot saja dia sampai tega memutuskan hubungan dengan
siapa pun?" Yo Lim buru-buru menjawab:
"Justru itulah mempercayainya." yang membuatku tidak bisa Wie Kai kembali lagi ke masalah yang semula:
"Apakah kau merasa bahwa aku ada hubungan nya
dengan kasus ini?" Yo Lim bertanya dengan serius:
"Kalau Wie-tayhiap sendiri sebenarnya siapa?"
"Aku siapa?" Yo Lim mengepalkan tangannya, berkata: "Sesudah
ceritaku selesai, aku sendiri akan memberitahukan pada
Wie-tayhiap tentang hubungannya dengan kasus ini."
Wie Kai berkata: "Lim hujin sangat muda tetapi tetap menjanda bahkan
tidak pernah menikah lagi, benar-benar setia dan patut
dipuji." Yo Lim tertawa pahit sambil berkata:
"Kekayaannya begitu banyak,- bahkan disisinya
seringkali ada 3-4 orang Siau-pek-lan (pacar gelap), untuk
apa menikah lagi?" "Siau-pek-lan tiga kata itu biasanya jarang digunakan
orang," Kata Wie kai.
Yo Lim berkata: "Kenyataannya semua adalah penjilat."
"Masa yang bermuka agak hitam sedikit pun tidak ada?"
"Tidak ada." "Sepertinya hujin tidak pernah mendapatkan piagam
keperawanan." "Wie-tayhiap lagi-lagi bergurau."
"Apakah yang mendapatkan piagam keperawanan itu
pasti perawan?" "Pertanyaan ini rasanya sama saja dengan apakah orang
yang bunuh diri itu karena merasa hidup ini sudah cukup,
suatu pertanyaan yang sulit dijawab. Di desa asalku ada
wanita yang pernah mendapatkan piagam keperawanan,
kata orang tumit kakinya penuh dengan bekas luka."
Wie Kai terkesiap, tidak menyangka bahwa untuk
mendapatkan piagam keperawanan begitu penuh
perjuangan. Yo Lim mengira Wie Kai tidak dapat menang kap katakatanya, jadi dia berkata
lebih lanjut: "Pada musim semi waktu suhu udara mulai naik, mau
tidak mau harus menggunakan tusukan untuk
mencocokkan tumit kaki, untuk memadamkan api (hasrat)."
Api ini mungkin api yang paling hebat di dunia,
begitulah pemikiran Wie Kai.
"Di antara 3-4 orang yang di samping hujin, tentu ada
satu yang paling disayang, iya kan?"
"Orang yang lalu misterius, menerima ini she Liauw dan bernama In. Bertahun-tahun
seorang hweesio Lama pernah berkata dengan
katanya ada hubungannya dengan yang
kasih sayang-nya." Jawab Yo Lim
"Apakah orangsheLiauw masih ada?"
"Seharusnya masih ada, orang ini sudah berkeluarga dan
malahan istrinya adalah seorang dukun beranak."
"Jika Lim Hujin ingin mencari orang untuk disayang,
harusnya mencari yang masih bujangan."
"Setelah Lim Hujin melahirkan seorang anak
perempuan, hubungannya dengan Liauw In menjadi
renggang, bahkan ada orang yang mengatakan kalau Liauw
In sudah menghilang."
"Petugas Yo, dilihat dari perkataanmu seperti-nya ini
sebuah kasus pembunuhan, lalu apa hubungan-nya dengan
diriku?" "Ini harus kembali ke pokok permasalahannya. Wietayhiap kenal dengan Lim Leng-
ji?" Wie Kai malah menjawab: "Apa aku masih kurang meyakinkanmu?"
"Jika tidak saling kenal, siapa yang bisa menghadang
kereta di tengah jalan dan begitu memanggil dia langsung
membuka tirai keretanya?" Kata Yo Lim
Wie Kai juga agak sedikit bingung, tapi apa yang bisa dia
katakan. Yo Lim berkata lagi: "Kata orang Lim Leng-ji adalah anak dari Lim Put-hoan,
Lim hujin." Wie Kai terdiam sebentar, lalu bertanya: "Lalu apa
hubungannya?" "Hari ini di jalan, majikan dari pengawal yang kejam
yang menagih hutang padamu juga ada hubungannya
dengan kasus ini." "Loo Cong?" YoLim mengangguk-anggukkan kepalanya.
Bukannya Wie Kai ingin main-main karena tidak ada
pekerjaan, tetapi dia jelas-jelas tidak pernah mengenal Lim
Leng-ji, pertemuan hari ini justru merupakan pertemuan
yang pertama. Jika dia tidak salah, makan malam hari ini Lim Leng-ji
juga yang mengantarkannya.
Dia tidak berani seenaknya menentukan bahwa antara
dia dan Lim Leng-ji sama sekali tidak ada hubungan apa
pun, hanya saja sama seperti impian yang sudah lama,
hanya teringat sedikit bayangannya saja.
"Petugas Yo adalah pengawal keamanan yang bertugas
di Kabupaten Lu-Iam-kong, tetapi kenapa malah sampai
bertugas di kota Koh ini?" Kata Wie Kai
Wie Kai menggosok-gosokkan belakang kepalanya
sambil berkata: "Bukankah masih ada satu orang lagi?"
Yo Lim tertawa tapi tidak menjawabnya.
Sambil menggosok-gosok bagian bawah hidung nya
sendiri, Wie Kai berkata:
"Aku juga kan?"
Yo Lim lagi-lagi menggangguk-anggukkan kepalanya.
"Lalu apa peranku dalam kasus ini?"
"Tentu saja kalau bukan muka merah mungkin muka
hitam." "Apa maksudnya itu?"
"Di dalam sandiwara opera, orang yang memegang
peranan penting selalu bermuka merah atau hitam."
"Wie-tayhiap, pada dasarnya Lim Put-hoan memang
orang yang berasal dari Kabupaten Lu-lam-kong, kasus ini
tentu saja ditangani oleh Kabupaten Lu-lam-kong. Hanya
saja orang-orang yang memiliki peranan dalam kasus ini
selalu saja bergerak, tentu saja aku pun tidak bisa tinggal
diam." "Siapa yang meninggalkan Ki-jiu dan kertas ini?" Kata
Wie Kai "Tidak tahu, tetapi ada orang yang menulis surat padaku
yang berkata tahu tentang seluk beluk kasus ini dan orang
itu ingin dibayar 500 tail. Aku pergi mencari orang itu tetapi
orang i tu malah menghilang."
"Kau tidak pergi sambil membawa uangnya?" Kata Wie
Kai "Aku membawa uang kertas, ini adalah alamat orang
itu." Sebuah surat ditaruh di atas meja.
Wie Kai melihat-lihat tulisan yang ada di atas kertas itu,
langsung bisa menebak orang rendah macam apa orang itu.
Orang itu menandatangani surat itu dengan guratan yang
sulit, namanya sama sekali tidak dikenal.
-oo0dw0ooBAB II Langit baru saja gelap. Kelihatan sekali pondok kayu kecil ini semakin kecil dan
semakin reyot.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Walaupun anjing piaraan milik keluarga kaya sekali pun
tidak akan tinggal di kandang yang seperti ini.
Perasaan Wie Kai sedikit banyak bisa mengerti perasaan
orang yang tinggal di tempat seperti ini.
Orang yang tinggal di kamar seperti ini, jika bukan
karena sangat miskin, pastilah orang yang sudah tidak
punya harapan lagi. Seorang yang membuat dirinya bejat, cemar dan kacau,
itu adalah lambang dari diri orang ini.
Pintu kamar pondok kayu itu sangat reyot, sekali
disentuh langsung terbuka.
Begitu orang masuk ke dalam kamar ini, pasti langsung
tersedak oleh bau yang aneh.
Kamar yang ditinggali Wie Kai saja sudah cukup buruk.
Tapi di tempat ini orang pasti langsung terpikir kan akan
tempat tinggal seekor babi.
Dia mengangkat lentera tinggi-tinggi dan memandang
sekeliling kamar itu dengan matanya yang besar untuk
melihat keadaan di sekeliling kamar itu.
Ada sebuah meja papan dari kayu dan sebuah kursi yang
sudah kehilangan satu kakinya.
Di atas meja itu penuh dengan mangkuk-mangkuk,
piring-piring, cangkir-cangkir, sumpit-sumpit, dan banyak
peralatan makan lainnya. Tentu saja tidak ada satu pun yang dicuci, bahkan sudah
berdebu dan ada sarang laba-labanya.
Pemandangan di dalam kamar ini bagi orang yang
hidupnya bersih dan sehat, tentu saja sangat tidak bisa
dibayangkan, mengapa bisa ada begitu banyak mangkuk,
piring serta peralatan makan yang lainnya"
Jika sudah dicuci mungkin malah bisa mem-buka toko
peralatan makan. Wie Kai justru bisa memahami orang yang memiliki
kehidupan seperti ini. Orang ini sama sekali tidak pernah mencuci mangkok
dan piring, ini membuktikan bahwa erang ini begitu selesai
makan maka dia tidak akan pernah menyentuh lagi
peralatan makan yang telah digunakannya, begitu selesai
digunakan maka dia akan segera membeli yang baru.
Jika ini berlangsung terus maka dalam kurun waktu satu
tahun kemungkinan besar tempat untuk berjalan pun sudah
tidak ada lagi. Di bawah lantai rnasih berserakkan bekas kulit kacang
dan kulit kuaci. Di atas ranjang terdapat sebuah selimut yang semula
seharusnya berwarna biru tetapi sekarang telah berubah
menjadi warna hitam yang telah sobek di sana sini serta
mengeluarkan gumpalan-gumpalan kapas yang sudah
meng-hitam. Bantal yang ada di atas ranjang juga terlihat berminyak.
Wie Kai sama sekali tidak berani bernafas dengan
normal. Dia menyadari orang maupun benda apa pun ada
kalanya tidak ada gantinya di dunia ini.
Tetapi jika mau kotor atau jorok, maka orang ini sudah
pasti tidak tertandingi jorok dan kotornya.
Di kepala ranjang masih terdapat sebuah meja kecil reyot
yang di atasnya terdapat tulisan yang dituliskan dengan
tulisan cakar ayam di atas selembar kertas rombeng dan
hurufnya sama persis dengan yang ditulis di atas kertas
yang dibawa oleh Yo Lim. Jika seseorang ingin meniru tulisan huruf kuno ini
mungkin seumur hidup pun tidak akan bisa.
Di atas kertas itu tertulis:
'Bauw Toh di Peng-hoa-louw tanggal satu dan lima belas,
Siau Kin-ya tanggal dga puluh, Pek Cu-sian di gang Hu-kui
tanggal dua puluhan setiap bulannya.'
Wie Kai tentu saja mengenal tempat ini.
Semua tempat ini adalah tempat pelacuran kelas dua di
kota Koh ini. Tetapi apa maksud dari tanggal yang tertulis di belakang
nama tiga orang gadis yang paling terkenal ini" Hanya
orang yang menuliskannya yang tahu.
Begitu matanya beralih ke bantal di atas ranjang itu, tibatiba m ata Wie Kai
bersinar-sinar. Tidak ada satu barang pun di ruangan ini yang tidak
hitam dan tidak kotor. Tetapi hanya ada 13 buah sekop terbang kecil yang
mengkilap. Benda ini bukanlah pisau terbang, walaupun banyak
orang yang beranggapan kalau benda ini sama saja dengan
pisau terbang. Ini adalah sekop kecil yang terbuat dari baja, tajamnya
tiada duanya, walaupun tidak sama seperti pedang tetapi
bendaini sangatlebar. Tidak peduli betapa jorok dan kotornya orang ini.
Tidak peduli orang lain beranggapan dia itu seekor babi
atau anjing. Hanya dengan melihat 13 buah sekop baja kecil yang
mengkilap dan tajam ini, orang-orang bisa langsung
mengetahuinya kalau dia itu adalah seorang pembunuh
tingkat tinggi pembunuh tingkat tinggi yang menggunakan
pisau terbang.... Saat itu, tiba-tiba Wie Kai mendengar suara aneh.
Orang yang berada di luar pintu tertawa dingin sambil
bertanya: "Apakah kawan atau lawan?"
"Aku adalah Sun-cian (petugas
Kabupaten Lu-lam-kong, datang membicarakan urusan bisnis."
keamanan) dari kemari ingin Orang di luar pintu itu menyahut:
"Kau bukan!" "Wah, kau terlahir dengan hidung anjing rupanya." Kata
Wie Kai. Orang di luar pintu itu berkata:
"Anggap saja aku tidak tertarik dengan bisnis ini."
"Masa dengan bisnis sebesar ini kau malah tidak
tertarik?" "Bisnis ini jalannya tidak b^ik, tidak terima ya tidak
terima!" Wie Kai membawa bungkusan dari kulit yang berisikan
13 pisau terbang itu dan membuangnya keluar sambil
berkata: "Kalau yang ini diterima, kan?"
"Kau ini sebenarnya orang yang seperti apa?"
"Bukankah setidaknya perlu ada sedikit pengorbanan
uang untuk mendapatkan suatu jawab-an?"
"Benar! Kau jangan menyesal!"
"Kau tenang saja..."
Tiba-tiba sebuah percikan api serta diikuti oleh hawa
dingin bagaikan membentuk suatu benda.
Ternyata pemikiran orang ini lebih maju satu langkah.
"Wush...." Wie Kai langsung jatuh ke tanah.
"Bodoh! Kau seharusnya mencari tahu lawan-mu,
sedang melakukan apa ...." Orang yang berada di luar pintu
itu masuk ke dalam. Kantung berisi pisau itu sudah menggantung di
pinggangnya. Biji mata orang itu tajam bagaikan teropong serta penuh
dengan kelicikan. Gerakan tangan seorang pembunuh tentu saja berbeda
dengan gerakan tangan orang biasa.
"Terimalah pisau ini...." Lagi-lagi Wie Kai bangun
dengan Lee-hie-ta-ting (Ikan meloncat), dia sudah berubah
bagaikan pegas yang mengkerut.
Dalam sekejap mengkerut dan mengembang, mengarah
pada tujuh posisi dan sudut yang berbeda.
"Tak....Tak....." Tujuh buah pisau terbang itu sebagian
ada yang menancap pada dinding dan ada juga mendarat di
atas ranjang. Bahkan tiga diantara tujuh pisau terbang itu dilemparkan
lawan dengan cepat dan memaku lengan baju kirinya pada
papan pintu. Melawan orang seperti ini sungguh tidak mudah.
Saat itu di kedua tangannya sudah ada sebilah pisau
terbang. Kedua pisau terbang itu bagaikan dilapisi oleh ratusan
ribu sisik ikan dari baja.
Wie Kai jadi menggelengkan kepalanya, dasar sialan!
Gerakan serta perpindahannya yang berubah ubah
menimbulkan halusinasi bagi lawannya.
Dalam waktu beberapa detik ini dia menghentakkan
sebelah kakinya dan menahan leher sebelah kiri lawan.
Di atas selembar kertas rombeng dia menulis-kan dua
huruf 'Wie Kai' dan di bawahnya ditulis lagi huruf 'Orang
dan Gudang', lalu pergi. Yo Lim bangkit dan menyongsong kedatangan Wie kai.
Dia merasa kepulangan Wie Kai ini terlalu cepat. "Wietayhiap, apa dia kabur?"
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Karena dia tidak ikut kembali dengan Wie-tayhiap."
Wie Kai tertawa sambil berkata:
"Si sialan ini, aku jadi benar-benar tertarik dengan orang
ini." "Tertarik?" "Ya, maka aku baru mau melumpuhkannya."
"Apakah Wie-tayhiap sudah memberi dia pelajaran"'
Wie Kai mengangguk-anggukkan kepalanya. "Maaf telah
membuatmu menunggu lama!"
"Tidak apa-apa, malah aku merasa kepulangan mu ini
terlalu cepat." Kata Yo Lim Wie Kai tertawa-tawa.
"Apakah pelajaran?" orang itu akan kembali setelah diberi Wie Kai lagi-lagi menganggukkan kepalanya.
"Apakah dia pernah punya kasus di Kabupaten Lu-lamkong ini?"
"Tidak, tidak pernah."
"Baguslah kalau begitu."
Pada saat itu, seorang pelayan berkata dari luar pintu:
"Sun-cian Tay-jin, di depan ada seorang tamu yang
mencari Wie-tayhiap."
"Siapa namanya?"
"Ada, tadi kalau tidak salah dia menyebut namanya
Hong Kie!" Yo Lim memandang pada Wie
mengibaskan tangannya sambil berkata:
Kai, Wie Kai "Suruh dia masuk."
Tiba-tiba Yo Lim merasa jabatan Sun-cian ini terlalu
sepele dan tidak berarti, dia pernah mendengar orang besar
yang bernama Hong Kie. Jika tahu dia orangnya, dia tidak akan berani mengusik
Hong Kie. Saat itu di luar pintu berdiri seorang lelaki yang berumur
kurang lebih tiga puluh tahunan, wajahnya kasar iIjii penuh
benjolan tidak rata yang mengganggu, tubuhnya sangat
super kurus, tetapi dadanya mem-lur.ung seperti seorang
gadis. Orang ini membungkuk memberi hormat:
"Wie-tayhiap, Wie-cianpwee!"
Yo Lim terpana, mengikuti ukuran usianya, dengan usia
Wie Kai saat ini mana bisa dia disapa seperti itu"
"Cianpwee, Boanpwee apaan, namaku adalah Wie Kai!"
"Wie-tayhiap, di dunia persilatan ini tidak ada orang
yang tidak tahu nama besar Cian-thauw-siau-kai?" (Kai
kecil si pemburu kepala).
"Kalau sudah tahu terus mau apa?"
"Apakah kepala 'anjingku ini juga layak untuk kau
buru?" Wie Kai menunjuk pada Yo Lim sambil berkata:
"Perkenalkan Yo Sun-cian."
"Sun-cian Tay-jin....."
Yo Lim bukanlah orang yang mudah dipermainkan
tetapi sikap Wie Kai membuat dirinya kagum seda!am-d
alamnya. Tentu saja, bagaimana dia tahu apakah Wie Kai sama
kagumnya pada Hong Kie" Kelak dia pasti akan lebih
memperhatikan kata-katanya jika berbicara di depan orang
yang demikian terkenal. Yo Lim bercakap-cakap sebentar lalu berpamit-an dan
pergi. Tiba-tiba Hong Kie berlutut dan menyembah. "Apaapaan ini?"
"Aku mau berguru!"
"Bangun!" Wie Kai berkata, "Aku tidak menerima murid
seperti dirimu, jika kau bisa berubah dan kembali ke jalan
yang benar, kau boleh mengikutiku."
"Baik." Hong Kie bangkit berdiri.
Di luar pintu ada seseorang yang menyapa Wie Kai dan
saat dia membalikkan tubuhnya, serangan yang sangat
dashyat dan tidak kenal teman tiba-tiba datang dari depan
dan belakang. Orang yang satu lagi ternyata Sam-jiu-Koan-in Hong Ku.
Mereka marganya sama dan sekaligus adalah sepasang
kekasih. Jika orang seperti mereka bergabung tentu saja bukan
lawan yang mud ah untuk dihadapi.
Bagian punggung Wie Kai seperti terpasang mata, di satu
sisi mengelak serangan dari kedua kaki Hong Ku, di sisi lain
menangkis serangan tinju dan pukulan telapak tangan dari
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hong Kie. Walaupun kedua belah pihak masih belum terlihat pihak
mana yang tidak beruntung, tetapi hasilnya sudah terlihat
dengan jelas. Sebagai orang yang hidup di dunia persilatan setidaknya
pastilah harus memiliki kemampuan.
Hanya saja Wie Kai tidak akan memberikan mereka
kesempatan untuk bertukar pikiran, dalam sekejap mata
serangannya langsung mengenai bagian vital dari tubuh
mereka berdua. Mereka berdua membungkukkan pinggang kesakitan.
Mereka langsung berlutut. Hong Ku berkata: "Tolong
terimalah kami sebagai muridmu."
"Mengapa?" "Kami merasa tidak ada orang yang lebih layak ilantnu."
"Pandangan kalian terhadap dunia persilatan ini terlalu
sempit." "Walaupun begitu, kami beranggapan dengan berguru
padamu barulah kami tidak akan bisa tergoyahkan."
"Tidak perlu! Jika ada niat baik, pasti bisa berhasil,
barulah setelah itu boleh mengikuti aku."
Keduanya saling memandang satu sama lain-nya, lalu
sepakat untuk bersumpah. Yang satu bersumpah tidak akan pernah berpura-pura
lagi menjadi orang yang terpelajar dan yang satu lagi tidak
akan lagi menjadi Hong-yauw-kai (pelacur) yang menjual
diri untuk hidup. Semua itu atas kemauan mereka sendiri.
Hong-yauw-kai semua memerlukan perlindungan, setiap
bulannya rela mengeluarkan uang puluhan tail demi
memohon agar segala sesuatunya lancar.
Hong Kie berkata bahwa kemarin dia bertemu dengan
Lim Leng-ji di luar kota yang berjarak 300 li dari kota.
Kata-kata ini sama sekali tidak relevan, Wie Kai berkata:
"Kau tanya saja pada Hong Ku, kemarin kita berdua
bertemu dengan Lim Leng-ji di jalan utama di kota ini."
"Jika keluar rumah, kalau tidak naik kereta dia pasti naik
tandu, bagaimana bisa tahu kalau dia itu yang asli atau
yang palsu?" "Bagaimana bisa membuktikannya bahwa yang kau lihat
itu adalah yang asli?" tanya Wie Kai.
"Karena aku berada di sampingnya sehingga bisa
melihatnya dengan jelas."
Wie Kai menggelengkan kepalanya.
"Sungguh! Waktu itu tengah malam, aku melihat dia
memasuki sebuah rumah penduduk dan kepandaiannya
tidak jelek." "Jika dibandingkan dengan kalian berdua bagaimana?"
Hong Kie tertawa sambil berkata:
"Tentu saja jelek sekali."
"Lanjutkan!" "Dia bertemu dengan seseorang dan orang itu bernama
Thiat-sim. Dia bertanya kepada Thiat-sim apakah dia tahu
tentang seseorang yang bernama Cia Peng. Thiat-sim
rupanya mempunyai maksud jahat padanya dan hendak
berlaku tidak senonoh padanya."
"Lalu selanjutnya bagaimana?"
"Lim Leng-ji rupanya hendak mengetahui keberadaan
orang yang bernama Cia Peng itu, lalu membohonginya
dengan merayunya jika dia bisa memberitahukan di mana
Cia Peng berada, maka dia bisa mempertimbangkannya."
Wie Kai berkata: "Hong Kie, kita pergi! Hong Ku kau tunggu saja di
rumah agar bisa bergabung dengan Yo Lim, tetapi jangan
beritahukan padanya ke mana tujuan kami."
Hong Kie bukanlah orang yang penurut dan mudah
patuh. Tetapi di samping Wie Kai dia sama sekali berbeda.
Begitu menemukan tempat yang
langsung ditundukkan oleh Hong Kie.
dituju, Tiat-sim "Tuan Hong, maaf aku tidak mengenal anda."
"Kalau tahu ini aku, lalu mau apa?"
"Tentu saja, aku tidak akan berani melawan anda."
"Apakah kau tahu yang seorang lagi siapa?"
"Mungkinkah orang yang satu lagi lebih terkenal
daripada tuan Hong?"
"Sudahlah!" Wie Kai mengangkat tangannya sambil
berkata, "Thiat-sim, di mana Cia Peng berada?"
"Aku juga tidak tahu
Hong Kie menyodokkan lututnya tepat pada - tulang
iganya. "Auw.." Tiat-sim berteriak kesakitan.
"Kau kan Thiat-sim (hati besi), pasti tidak masalah, coba
sekali lagi bagaimana?" Kata Hong Kie.
"Akan aku katakan...Cia Peng tinggal di Tiang-ciu, dia
adalah seorang seorang dukun beranak, jadi tidak ada
seorang pun yang tidak mengenalnya."
"Apa lagi yang kau ketahui?"
"Aku......" Belum selesai bicara, tiga buah pisau
terbang menyerang secara tiba-tiba. Wie Kai dan Hong
Kie keduanya bisa segera menghindari serangan yang
datang, tetapi malang bagi Tiat-sim, satu dari ketiga pisau
itu menancap mengenai ulu harinya.
"Hong Kie, kau di sini melindungi Tiat-sim, aku akan
pergi mengejar dan menangkap orang itu."
"Tiat-sim, cepat katakan! Apa lagi yang kau ketahui?"
kata Hong Kie. "Ak...aku juga tahu Liauw In...80% dialah yang
membunuhku untuk..."
Thiat-sim telah mati. Wie Kai juga kembali dengan tangan kosong. Hong Kie
menebarkan tangannya, berkata: "Wie-tayhiap, aku tidak
bisa menyelamatkannya. "Apa yang dikatakannya sebelum dia mati?"
"Katanya orang yang membunuh untuk menu-rup
mulutnya itu ada kemungkinan adalah Liauw In."
"Sayang sekali."
"Apanya yang sayang sekali?"
Wie Kai menghela nafas sambil berkata:
"Rahasia yang diketahui orang ini tidak sedikit."
"Wie-tayhiap, apa yang akan kita lakukan untuk masalah
ini?" "Mencari Cia Peng"
"Rahasia apa yang sebenarnya diketahui oleh Cia Peng"
Apa hubungannya antara rahasia ini dengan Lim hujin,
Lim Leng-ji, juga Liauw In?"
Mereka keluar dari tempat tinggal Thiat-sim dan pergi
menuju keTiang-ciu. "Berdasarkan pada Cia Peng sebagai seorang dukun
beranak, ditambah lagi suaminya adalah kenalan lama dari
Lim Hujin, tentu saja hal ini mudah membuat orang
berprasangka yang bukan-bukan."
" Wie-ya, otakku memang tidak berguna."
"Dasar kau ini!"
"Wie-ya, bisakah kita menyingkap sisi gelapnya?"
"Hong Kie, aku rasa Lim Leng-ji ada dua, kau percaya
tidak?" Hong Kie tertegun kemungkinan." sejenak lalu berkata: "Ada "Apa yang menjadi dasar sehingga kau mengatakan ada
kemungkinan?" "Bukankah kita sudah membicarakan tentang kecurigaan
akan Lim Leng-ji yang muncul terlebih dahulu dengan Lim
Leng-ji yang muncul belakangan?"
"Benar, ternyata isi otakmu tidak semuanya berisi
cairan." "Apakah Wie-ya berpendapat karena istrinya Liauw In
adalah seorang dukun beranak, lagipula jika pada dasarnya
bayi yang dilahirkan nyonya ternyata ada dua bayi dan Cia
Peng mengambil salah satunya, justru inilah yang
merupakan rahasia sebenarnya?"
"Hong Kie, ternyata otakmu lumayan juga."
"Tetapi kata Hong Ku pikiranku tidak terbuka."
Raut wajah Wie Kai berubah menjadi serius, lalu
berkata: "Hong Kie, apakah kau tahu 'Kai-kiau' (pikiran terbuka)
dua kata itu di dunia persilatan merupakan senjata yang
mematikan?" "Wie-ya, aku sama sekali tidak mengerti."
"Kata orang, Lim hujin punya ilmu Pit-kiau-tay-hoat
(ilmu menutup pikiran) dan Kai-kiau-tay-hoat (ilmu
membuka pikiran), keduanya adalah ilmu rahasia dari
negeri India." "Kalau soal ini aku lebih tidak mengerti lagi."
"Kata orang ilmu Pit-kiau-tay-hoatbisa mem-buat
seseorang melupakan semua masa lalunya dan untuk
membukanya kembali mau tidak mau harus menggunakan
ilmu Kai-kiau-tay-hoat, lagipula setelah dibuka efeknya bisa
membuat kita menjadi muda kembali."
"Wie-ya, apakah ini tidak terlalu mustahil?"
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dia tidak bisa memberikan penjelasan mengapa hal itu
tidak mustahil. Dia selalu berharap bisa memiliki
merasakan ilmu semacam Kai-kiau-tay-hoat.
pengalaman Tentu saja ini pasti merupakan hal yang luar biasa.
"Apakah maksud Wie-ya, Liauw In dan istrinya
mengambil salah satu dari bayi itu dengan tujuan untuk
merebut harta dari keluarga Lim?"
"Ini hanyalah pandangan luar saja karena keluarga Lim
memang terlalu kaya."
"Kalau begitu tujuan Liauw In dan Cia Peng tidak
semata-mata hanya demi harta?"
"Bagaimana pun juga penilaian ini terlalu subjektif, tetapi
tujuan utama mereka pastinya adalah demi Pit-kiau-tayhoat dan Kai-kiau-tay-hoat
yang dimiliki Lim hujin."
"Apa gunanya ilmu yang mustahil seperti ini haj-i dunia
persilatan?" "Untuk orang yang baik memang tidak ?k?n .ula
gunanya, tetapi untuk orang yang jahat tentu saja lain "
"Wie-ya, aku tetap saja tidak mengerti."
"Pada dasarnya banyak hal di dunia im \.nin memang
tidak mudah dimengerti oleh banyak i >i .n ty
Nama Cia Peng di Tiang-ciu tidaklah begitu terkenal.
Tetapi jika mencari seorang dukun beranak yang
berparas jelek m aka tid aklah sulit dicari.
Wie Kai dan Hong Kie ternyata menerobos tempat yang
kosong. Cia Peng sama sekali tidak ada di rumah dan juga tidak
tahu dia pergi ke mana. "Orang yang hendak membunuhnya sebagai saksi mata
pastinya telah membocorkan informasi, sehingga Cia Peng
bergegas melarikan diri."
"Wie-ya, apakah kasus yang ditangani Yo Lim dan kasus
kita ada hubungannya?"
"Sepertinya ada hubungan dengan Lim Leng-ji."
"Lalu apa hubungan Lim Leng-ji dengan kasus kita?"
"Kemungkinan ada hubungannya denganku."
"Kau?" Tiba-tiba Wie Kai keluar melalui jendela.
Hong Kie juga ikut melesat keluar. Di bagian belakang
rumah itu ada sebuah kebun sayuran yang panjangnya
kurang lebih 20 tombak dan di sana lagi-lagi menemukan
seseorang, orang itu adalah Yo Lim.
Yo Lim dan Wie Kai sama-sama berdiri.
Hong Kie benar-benar mengabdi pada Wie Kai, hanya
berdasarkan pendengaran yang peka saja, dia bisa
mengacaukan dunia persilatan.
"Yo Sun-cian, ada apa kau datang kemari?"
Walaupun pertanyaan Hong Kie terkesan tidak sopan,
tetapi justru itulah yang diharapkan Wie Kai.
Yo Lim tertawa sambil berkata:
"Hong lote, apakah kau lupa kalau aku ini Sun-cian dari
kabupaten Lu-lam-kong" Jika kasus Lim hujin belum
tuntas, bagaimana mungkin aku diam saja dan tidak
peduli?" "Tetapi bagaimana kau bisa tahu tempatini?"
Tidak bisa menutup mulut terkadang ada guna nyajuga.
Bagi Wie Kai, apa yang tidak bisa dia tanyakan, Hong
Kie justru sudah mewakilinya untuk bertanya.
Yo Lim menggoyang-goyangkan tangannya:
"Setidaknya kali ini aku tidak mengecewakan orang,
sesudah menyelidiki ke sana ke mari barulah tahu Cia Peng
tinggal di tempat ini."
"Memangnya kenapa kalau Cia Peng tinggal di sini?"
Yo Lim agak sedikit tersinggung, dia sama sekali tidak
berurusan dengan Hong Kie tetapi dia tidak bisa tidak harus
memberi muka pada Wie Kai.
Hanya saja Wie Kai sama sekali tidak mengeluarkan
suara sedikit pun, apa yang ada di benaknya sama sekali
tidak terbaca, hal ini membuat Yo Lim semakin panas.
"Lote, apakah kau tidak memandang terlalu rendah
diriku?" Hong Kie adalah jenis orang yang kasar tetapi juga
cermat. Di dalam dunia persilatan, jika ingin bisa bertahan hidup
bagi orang dewasa maupun anak-anak, tidaklah cukup
hanya mengandalkan keahlian silat saja.
"Yo Sun-cian, kau adalah ahlinya dalam memecahkan
kasus, aku hanya ingin belajar darimu saja."
"Lote, lagi-lagi kau ingin menyindir aku, ya?"
"Mengapa berkata seperti itu" Aku hanya ingin tahu saja
bagaimana kau bisa tahu kalau Cia Peng tinggal di tempat
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini?" Yo Lim menjawab: "Kasus ini terjadi di kabupaten Lu-lam-kong dan orang
yang ada sangkut pautnya dengan Lim hujin sudah berada
di dalam genggamanku. Cia Peng adalah istri dari Liauw In
dan juga seorang wanita yang tangguh, bagaimana mungkin
aku tidak tahu?" Hong Kie tertawa sambil berkata:
"Yo Sun-cian, mohon jangan diambil hati, aku hanya
sedikit merasa semuanya terlalu kebetulan."
BAB III Wie Kai sedang minum arak bersama dengan Hong Kie.
Mereka tetap saja belum bisa menemukan Cia Peng
sampai sekarang. Yo Lim sudah pergi. Kata Hong Kie:
"Yo Lim si kurang ajar itu ternyata tidak terlalu jelek."
"Di bagian bagusnya?"
"Reaksinya." "Jika dia itu meniru bagaimana?"
"Maksudnya dia belajar dari kita?" Wie Kai menghirup
araknya. Dia mempunyai prinsip, baik arak yang baik maupun
arak yang murahan, semuanya bisa dia minum, maka dari
itu dia bisa mempertahankan senyumannya.
"Dasar Yo Lim sialan!" kata Hong Kie.
Wie Kai tetap saja tidak bersuara, malah dia berdiri dan
berkata: "Kita pergi!" Kali ini di tempat kediaman Cia Peng ada orang.
Ternyata orang mendebarkan hati. itu seorang gadis yang sangat Hong Kie termangu-mangu sejenak, katanya
"Wie-ya, aku berani jamin orang ini pasti Lim Peng-ji."
Wie kai menyuruh menutup mulut nya
Dengan mengintip ke dalam ruangan dari atas atap
rumah, dia bisa melihat dengan jelas apa yang sedang
dilakukan oleh gadis ini.
Jika dilihat sekilas saja, memang dia adalah Lim Leng-ji.
"Apakah kau merasa kalau dia bukanlah Lim Leng-ji?"
Kata Hong Kie. Wie Kai menggeleng-gelengkan
mengangguk-anggukkan kepalanya.
kepalanya juga Hong Kie mengusap-usap bagian belakang kepala nya
sambil berkata: "Bagaimana ini?"
"Kau cari angin saja di sini, aku akan turun untuk
melihat-lihat." Mendadak Wie Kai memasuki rumah itu, membuat
gadis itu segera berdiri, dengan raut wajah yang cerah
berkata: "Nyalimu besar juga!"
Wie Kai tertawa-tawa. "Siapa Kau?" Wie Kai merasa gadis ini sama sekali tidak
mengenalnya, jadi dia bukanlah Lim Leng-ji, lagi pula
kelihatannya dia tidak berpura-pura.
"Siapa aku sebenarnya sama sekali tidak penting."
"Lalu apa yang penting?"
"Tujuanku datang ke tempat ini."
"Benar! Apa maksudmu datang ke tempat ini?"
Dia benar-benar persis seperti Lim Leng-ji, baik postur
tubuhnya maupun parasnya.
Tetapi daya tariknya sama sekali berbeda.
Orang bisa meniru seseorang dari bagian luar dan gaya
bicara sekaligus, tetapi tidak akan bisa meniru daya
tariknya. "Apa kau memiliki saudara perempuan?"
"Aku yang bertanya padamu, apa maksudmu datang ke
tempat ini?" "Pertanyaan yang baru saja kutanyakan pada-mu, itulah
jawabannya." "Jadi bertanya padaku apakah aku memiliki saudara
perempuan atau tidak, itukah tujuanmu?"
"Benar!" "Apa urusannya denganmu,
perempuan atau tidak?"
memiliki "Hubungannya denganku tidaklah
denganmu itu justru besar hubungannya."
saudara besar, tetapi "Bukankah ini hanya omong kosong belaka?"
"Ini bukan omong kosong!"
"Mengapa aku harus menjawabnya?"
"Demi asal usul dirimu, kau harus menjawabnya."
"Demi asal usul diriku?"
"Benar." "Namaku Liauw Swat-keng, anak tunggal Apakah asal
usulku penting untuk diselidiki?"
"Kau seharusnya she Lim."
Dia membelalakkan matanya menatap Wie kai lalu
berkata: "Berani sekali kau!"
"Apa maksudnya itu?"
"Jika bukan karena tampangmu bukan bertampang orang
jahat, kau sudah pasti mati."
"Wah, sungguh tidak kelihatan kalau kau ini cukup sadis
juga!" "Maksudku yang melakukannya adalah ayah dan ibuku!"
"Ayahmu adalah Liau w In?"
"Dari mana kau tahu?"
"Ibumu adalah Cia Peng, dia adalah seorang dukun
beranak, betul tidak?"
"Ternyata kau menyelidiki latar belakangnya juga ya?"
"Memang dari mula memang ada sedikit."
"Apa maumu sebenarnya?"
"Memperjelas jati dirimu yang sebenarnya, untuk
membalaskan dendam ayahmu."
"Kau sebenarnya bicara apa sih?" Gelagatnya sangat
menyentuh hati. Memang pada umumnya bagi gadis yang cantik, walau
pun sedang menangis pun pasti terlihat cantik.
Pokoknya tidak ada tindak tanduk dari gadis cantik yang
tidak menyentuh hati orang.
"Jika aku berkata kau memiliki seorang saudara
perempuan dan orang tuamu yang sekarang bukanlah orang
tua kandungmu, balikan mereka adalah musuh-mu, kau
pasti tidak akan percaya."
Matanya yang indah terus menatap Wie Kai.
Wie Kai pun terus memandangnya sambil tersenyum.
"Dasar orang ini! Jika kau seorang pembohong, pastilah
pembohong yang sudah sangatberpengalam-an." Wie Kai
menggoyang-goyangkan lengannya:
"Aku berbohong apa padamu?"
"Harta, kekayaan, dan lain-lain."
Wie Kai lagi-lagi tertawa, lalu berkata:
"Buatku dua hal itu, seharusnya sangat mudah untuk
diperoleh." "Kau membual!" Liauw Swat-keng tiba-tiba mundur dua
langkah. "Aku memang sangat senang membual! Tetapi demi
membuatmu percaya pada perkataanku, aku sama sekali
tidak main-main, bagaimana pun caranya aku harus bisa
membuatmu supaya percaya."
"Bagaimana caranya agar bisa membuatku percaya?"
"Dengan tangan!"
Liauw Swat-keng langsung waspada, berkata:
"Kau mau coba" Jangan menyesal."
Wie Kai langsung menyerang.
Gerakan Liauw Swat-keng sangat cepat, tidak kalah
dibandingkan dengan Hong Ku.
Pada saat yang bersamaan, Wie Kai sekaligus bisa
merasakan kehebatan ilmu Liauw In dan Cia Peng.
Tetapi setelah mengeluarkan sepuluh jurus, dia bisa
menahan gerakan Liauw Swat-keng.
Seperti lingkaran baja, Wie Kai menahan persendian siku
Liauw Swat-keng. "Orang tuaku pasti akan membesetmu!"
"Sudah pasti itulah yang akan mereka lakukan j i ka aku
sampai jatuh ke dalam tangan mereka."
"Apakah kau bersedia untuk bertemu deng.Mii saudara
kandungmu?" kata Wie Kai.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan" Apakah kau tidak
salah mencari orang?"
"Tentu saja tidak, hanya saja kau lah yang salah melihat
orang." "Kau berpikir bahwa ada masalah mengenai jati diriku,
kalaupun ada, lalu apa urusannya dengan dirimu?"
"Bisa dikatakan asal usul dirimu sangat ber-kaitan erat
dengan masa depan dunia persilatan."
"Kau benar-benar bekerja bukan demi harta atau
kekayaan?" Wie Kai mengendurkan tangannya, berkata:
"Jangan suka menuduh orang sembarangan."
Tiba-tiba Liauw Swat-keng menyerang dengan gerakan
yang lebih cepat dan lebih mematikan.
Tadi memang dia belum mengeluarkan ilmu yang
dirasanya paling dikuasainya.
Sekarang dia telah menggunakannya tetapi tetap saja
belum sampai sepuluh jurus, lagi-lagi serang-annya bisa
ditahannya. "Siapa kau sebenarnya?"
"Kau berharap aku ini siapa?"
"Bukan orang jahat!"
Wie Kai lagi-lagi mengendurkan pegangannya:
"Kau dengarkan, tidak peduli apa kau percaya pada
perkataanku atau tidak, jangan sampai menjadi wanita yang
bodoh, ayahmu adalah Lim Put-hoan dan ibumu adalah
istrinya Lim Put-hoan, mereka tinggal di Kabupaten Lulam-kong ini."
Mata Liauw Swat-keng lagi-lagi membesar.
Wie Kai berkata lagi: "Bertahun-tahun yang lalu, Liauw In adalah kekasih
gelap Lim Hujin, setelah Lim Put-hoan meninggal dunia, di
samping Lim Hujin ada beberapa laki-laki, tetapi dia tetap
salah satu laki-laki yang paling di sayang olehnya."
"Kau bohongi" "Kau dengarkan aku dulu sampai habis cerita-nya, bisa
kan?" Wajah Liauw Swat-keng dipenuhi oleh amarah. Tidak
ada satu anak perempuan pun yang tidak marah mendengar
ayahnya jadi gula-gula seseorang.
"Sewaktu Lim hujin melahirkan, kemungkinan anak
yang dilahirkannya adalah anak kembar, tetapi di samping
Lim hujin ternyata hanya ada satu anak dan dia adalah Lim
Leng-ji, sedangkan yang satunya lagi adalah kau."
"Lim Leng-ji?" "Benar." "Rasa-rasanya aku pernah mendengar orang tuaku
menyebut-nyebut nama ini."
"Jangan sekali-kali kau bertanya pada mereka karena hal
itu malah bisa memperkeruh suasana."
"Lalu mengapa ibuku menyisakan aku dan bahkan
membohongi Lim hujin?"
"Semua orang pasti berpikir dari sisi 'menculik'."
"Tetapi kau seperti tidak berpikir demikian."
"Ini hanyalah salah satu dari tujuannya, di balik itu
masih ada tujuan yang lebih besar."
"Tujuan apa?" "Ilmu silat rahasia dari dunia persilatan yang berasal dari
negeri India yaitu Pit-kiau-tay-hoat (Ilmu menutup pikiran)
dan Kai-kiau-tay-hoat (Ilmu mem-buka pikiran) dan kedua
ilmu ini ada di tangan Lim Hujin. Tujuan utama mereka
adalah mendapatkan kedua ilmu tersebut."
"Tapi bukankah Lim Hujin sudah meninggal?"
"Jika tebakanku benar, Lim Hujin pasti telah
memberikan rahasia ilmu silat itu pada Lim Leng-ji, yang
juga merupakan saudara perempuanmu."
"Aku mengerti sekarang!"
"Baguslah jika kau sudah mengerti!"
"Kau juga salah saru orang yang menghendaki ilmu
tersebut." Wie Kai menghela nafasnya tetapi sama sekali tidak
bersuara. "Kenapa" Apa karena kedokmu sudah terbongkar. ..
betul kan?" "Tidak peduli kau percaya atau tidak, yang penting
jangan bertanya pada orang tuamu."
"Kalau bertanya, lalu kenapa?"
"Itu ibarat sudah susah payah membesarkanmu tetapi
kau sama sekali tidak membawa keuntungan bagi mereka."
"Jadi maksudmu Lim Put-hpan adalah orang yang
sangat kaya?" "Kekayaan keluarganya berkisar ratusan juta tail. Jika
dibandingkan Ho-sian (Dewa harta), orang yang suka
menyita barang orang, tentu saja orang itu masih kalah
jauh, pendapatan dia baru mencapai sekitar 80 juta tail
sedangkan pemasukan negara baru mencapai 70 juta tail."
Liauw Swat-keng menatap lama, lalu berkata:
"Siapa namamu?"
"Wie kai." Dia sedikit terkejut dan membelalakan matanya yang
besar kepada Wie Kai.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ternyata kau lah yang bernama Wie Kai."
"Dibandingkan dengan Wie Kai yang ada dalam
bayangan mu, lebih bagus atau lebih jelek?"
"Tidak bagus juga tidak jelek, rasanya ayah dan ibuku
juga pernah menyebut namamu."
"Lalu bagaimana pandangan mereka terhadapku?"
"Biasa saja." "Apakah kau pernah mendengar pepatah yang
mengatakan jika orang bijaksana tidak mati, maka tidak
bisa menjadi pencuri?"
Liauw Swat-keng mencibirkan bibirnya:
"Kalau begitu apa gunanya Pit-kiau-tay-hoat?"
"Kegunaannya sangat besar, hanya saja aku sendiri saat
ini tidak begitu jelas."
"Apa yang kau mau dariku?"
"Aku berharap kalian dua bersaudara saling bertemu."
"Apa maksudmu?"
"Hanya dengan kalian saling bertemu muka barulah
percaya bahwa kalian memang memiliki saudara yang lain.
Pokoknya singkat kata, kau tidak percaya, dia juga tidak
percaya." "Kau pernah mencobanya pada dia?"
"Belum." "Jika belum pernah mencoba, bagaimana bisa tahu kalau
dia tidak akan percaya?"
"Bukankah kau ini contohnya?"
Tiba-tiba di luar terdengar suara gaduh.
Hong Kie sedang bertarung dengan seorang wanita
setengah baya di tengah taman.
Wanita ini bisa bertahan demikian lama terhadap
serangan Hong Kie dan tidak kalah, Hong Kie benar-benar
kesal. Hong Kie hendak menggunakan pisau terbang.
Setidaknya dia merasa percaya diri dalam meng gunakan
pisau terbang. Wie Kai bisa melihat bahwa ilmu silat wanita itu
bukanlah ilmu sembarangan.
"Hong Kie, minggirlah!"
Wanita itu ternyata adalah Cia Peng dan walaupun
usianya sudah mencapai sekitar 45-46 tahun, tetapi dia
kelihatannya seperti wanita yang baru berusia sekitar 30
tahunan. Sebenarnya pikiran Cia Peng hampir sama dengan Hong
Kie, tidak bisa mengalahkan lawannya benar-benar
membuat dirinya tidak bisa menerimanya.
Tetapi begitu mendengar lawannya bernama Hong Kie,
dia tidak bisa tidak merasa terkejut.
Untuk apa Hong Kie datang ke tempat ini"
Lalu dia melihat pada orang yang baru datang, walaupun
usianya jauh lebih muda dibandingkan dengan Hong Kie
tetapi bisa memerintahnya. Hati Cia Peng agak sedikit tidak
tenang, ialu bertanya: "Siapa kau?" "Hanya orang biasa yang tidak terkenal!"
Cia Peng tentu saja tidak percaya begitu saja, jika benar
hanya orang biasa yang tidak terkenal tentu saja tidak
mungkin begitu rendah hati.
Ada kalanya 'rendah hati' bisa merupakan sebuah
senjata, bahkan merupakan senjata yang paling mematikan
"Apa yang kalian lakukan di rumah milik pribadi ini?"
tanya Cia Peng. "Apa itu juga harus ditanyakan" Orang yang datang
bersama dengan Hong Kie, jika bukan demi barang-barang
berharga, lalu demi apa?"
"Kalian benar-benar merusak pemandangan!" Cia Peng
tiba-tiba mengeluarkan pedang lenturnya.
Wie Kai tetap menghadapinya dengan tangan kosong.
Setelah bertarung lima jurus, hati Cia Peng mulai
gamang. Dia memang orang yang memiliki kecemasan, tidak
berani mengakuinya tetapi juga khawatir akan puterinya.
"Siau-keng........Siau-keng......."
Di dalam rumah itu tidak ada suara orang sedikit pun,
Cia Peng berkata sambil memaki:
"Apa yang telah kalian lakukan pada puteri-ku?"
"Untuk itu kau tidak perlu khawatir! Walaupun teman
Hong Kie ini bukanlah barang yang bagus, tetapi tidak akan
berani mengambil keuntungan dalam kesempitan," jawab
Wie Kai. Cia Peng mengira Liauw Swat-keng tidak berada di
rumah itu, dia menyapukan pedangnya ke arah lawan
dengan keras lalu melarikan diri.
Hong Kie tidak mengejarnya.
Wie Kai menepuk tangannya beberapa kali dan terlihat
Hong Kie keluar mengapit Liauw Swat-keng.
Di kota Koh ini Lim Leng-ji bukanlah bagian dari
anggota keluarga kerajaan juga bukan berasal dari keluarga
pejabat. Nama Lim Put-hoan hanya terkenal di tempat ini saja,
tidak sampai ke tempat lain.
Hanya saja harta kekayaan yang dimiliki oleh sebagian
besar pejabat negara tidak ada yang bisa menandingi
kekayaannya. Rumah dan halaman yang ada di kota Koh ini pun jauh
lebih megah dibandingkan dengan dengan kediaman
menteri sekalipun. Warna tengah malam benar-benar indah.
Lim Leng-ji sedang menyesap teh di dalam paviliun di
tepi air. (sejenis saung Cina yang biasanya berada di tengah
kolam yang dihubungkan dengan jembatan yang meliukliuk).
Permukaan air yang beriak itu memantulkan bayangan
dari paviliun yang meliuk-liuk.
Di dunia ini terdapat banyak orang dan benda yang sama
seperti bayangan, yang meliuk-liuk.
Dia berjalan keluar dari paviliun itu dan berdiri di
samping jembatan yang meliuk-liuk itu sambil memandangi
permukaan air. Wie Kai yakin tidak ada pelukis terkenal mana pun yang
bisa melukiskan daya tariknya saat ini.
Dia dan Liauw Swat-keng sedang bersembunyi di atas
pohon dan jarak paviliun dari pohon ini tidak lebih dari 4-5
tombak. Otak Liauw Swat-keng serasa tumpul.
Dia seakan-akan melihat bayangan dirinya.
Liauw Swat-keng ingin berteriak tetapi bibirnya terasa
ada yang menahan. "Biar aku turun lebih dulu." Bisik Wie Kai
"Mengapa tidak sama-sama saja?"
"Menurut pendapatku, lebih baik
memanggilmu dulu, barulah kau keluar."
aku yang Secara tiba-tiba di samping Lim Leng-ji ada bayangan
seseorang berkelebat. Lim Leng-ji agak terkejut.
Reaksi dirinya tentu saja wajar dan dirinya tanpa sadar
mundur sampai tiga langkah.
"Ini aku," Wie Kai melambai-lambaikan tangannya lalu
berkata, "Maaf, aku sedikit lancang."
Lim Leng-ji memandangnya sekilas dengan matanya
yang bersinar laksana bintang di langit, lalu katanya:
"Apakah kau memiliki perasaan yang kuat kalau kita
akan bertemu lagi?" "Ada," Wie Kai tiba-tiba merasa tersanjung dengan katakata tadi.
Walau seorang walikota sekali pun yang menga takan
kalimat itu kepadanya, dia tidak akan merasakan perasaan
tersanjung seperti itu. "Apakah kau masih mengingat hal yang lain?"
"Sepertinya ada, ini sungguh seperti bayangan yang ada
di dalam mimpiku, benar-benar aneh!
Tiba-tiba Lim Leng-ji tertawa, lalu katanya: "Kau sama
sekali tidak berubah."
"Aku" Dari mana kau tahu?"
Lim Leng-ji termenung sambil menerawang seakan-akan
membayangkan hal yang telah lampau, lalu berkata dengan
berguman: "Apakah kau masih ingat tentang kita bertiga?"
"Kita bertiga?"
"Yang seorang adalah aku, yang satu lagi adalah Loo
Cong, dan yang lainnya adalah kau........"
"Ada kau dan juga ada Loo Cong?"
"Kira-kira waktu berumur 5-6 tahun atau mungkin lebih
kecil sedikit, kita setiap hari selalu bersama."
Wie Kai berusaha mengingat masa yang telah lalu, tetapi
bayangan yang samar-samar selalu saja tampak
menyelubungi, berkerumun untuk menghalau ingatan.
Wie Kai tidak bisa mengatakan kalau dia tidak ada
sedikit pun ingatan akan hal itu.
Lim Leng-ji berkata sambil berguman:
"Jika anak kecil sudah bersama-sama, pastilah akan
bermain rumah-rumahan. Kau pura-pura sebagai
penyamun, aku pura-pura sebagai pengantin perem-puan
Loo Cong, ceritanya aku diculik oleh penyamun dan Loo
Cong datang menolongku dan merebutku kembali."
"Aku selalu berpura-pura sebagai penyamun?"
"Seringnya begitu."
"Aku belum pernah berpura-pura sebagai pengantin lakilaki?" tanya Wie Kai.
"Sepertinya belum pernah."
"Apakah karena aku tidak bersedia berpura-pura menjadi
pengantin laki-laki atau kau yang tidak bersedia berpurapura menjadi pengantin
perempuan-ku?" "Aku juga sudah lupa! Sepertinya Loo Cong yang selalu
ingin agar aku yang berpura-pura menjadi pengantin
perempuannya." "Loo Cong benar-benar beruntung."
"Bagaimana pun itu hanyalah kenangan masa lalu anak
kecil." "Tetapi beberapa tahun ini, bukankah setiap kali
mengingatnya selalu menjadi sesuatu yang layak untuk
dibanggakan?" "Jika pada waktu itu kau yang menjadi pengantin lakilakinya, apakah sekarang ini
kau akan merasa sangat bangga?" "Tentu saja." Wie Kai tiba-tiba bertanya, "Waktu dulu
Loo Cong selalu ingin kau yang pura-pura menjadi
pengantin perempuannya dan kau tidak pernah sekali pun
menolaknya?" Lim Leng-ji menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pandangan mata Wie Kai jatuh ke permukaan air, tetapi
sinar mata Wie Kai jauh lebih terang dibandingkan dengan
permukaan air. "Kenapa" Apa kau sedikit pun tidak ingat akan hal ini?"
"Aku juga sukar untuk mengatakannya, entah mengapa
ingatanku tiba-tiba menjadi sangat jelek."
"Coba kau pikir-pikir lagi, masa sekali pun tidak pernah
ingat?" "Yang kau maksud itu yang mana?"
"Pada saat Loo Cong tidak menjadi pengantin laki-laki."
"Sudah tidak ingat lagi! tampaknya tidak pernah."
Wie Kai lagi-lagi bertanya sambil memandang padanya:
"Ingatanmu memang tidak begitu bagus, tetapi ingatanku
justru lebih parah, karena tiba-tiba aku merasa tidak pernah
ingat padamu!" Lim Leng-ji tertawa dingin. . Walaupun hanya sekedar
sebuah tawa dingin, tetapi mungkin ada sebagian orang
yang bakal ber-terima kasih seumur hidup karena senyum
itu. Tetapi karena Lim Leng-ji sedikit demi sedikit sudah
membuka kunci dari ingatannya, dia tiba-tiba merasa agak
sedikit meremehkan Lim Leng-ji.
Mengapa bisa begitu"
Dia tidak berani mengemukakan ingatan akan anganangan yang ada di dalam otaknya.
Itu sepertinya kejadian yang belum lama terjadi.
Sepertinya hubungan mereka tidak hanya begitu saja.
Hanya saja jika semakin diusut dan semakin diingatkan
kembali, ingatan yang tidak berarti dan sayup-sayup itu
lagi-lagi seperti kabut yang meng-hilang.
Karena i tu dia sering memukuli kepalanya sendiri.
Karena itu dia juga sering penasehati diri sendiri, masa
lalu tidak peduli baik atau buruk, tidak perlu dipikirkan,
tidak boleh dipikirkan, juga kadang kala bukan sesuatu hal
yang baik. Karena itu dia sering kali bisa tersenyum dengan ramah
dan membuat orang lain menjadi senang.
Tiba-tiba Lim Leng-ji menatapnya dengan tekad yang
bulat dan berkata: "Mengapa waktu itu sekali pun kau tidak pernah
meminta menjadi pengantin laki-laki?"
Ketika menanyakan hal ini, dia agak sedikit manja dan
malu-malu. Kata orang saat-saat tercantik bagi seorang pi-rempuan
justru pada waktu dia tersipu malu.
"Betulkah aku tidak pernah sekali pun meminta untuk
menjadi pengantin kali-Iaki?"
Dia menggelengkan kepalanya pelan-pelan.
"Sekali pun tidak pernah?"
Lim Leng-ji lagi-lagi menggelengkan kepalanya.
"Mengapa aku bisa begitu?"
Lim Leng-ji berkata dengan nada menyesal:
"Kau bukan hanya tidak pernah menjadi seorang
pengantin laki-laki, kau juga sering memukul-ku."
"Memukulmu" Aku bahkan memukulmu?"
"Iya, setiap kali kau memukulku, Loo Cong pasti balas
memukulmu." Ingatan Wie Kai lagi-lagi muncul ke permuka-an.
Dia memukul bagian punggung Lim Leng-ji dengan
perlahan. Dia memukul lengannya dengan perlahan.
Dia menarik kepang rambutnya dan Lim Leng-ji
menangis sambil memanggil-manggil nama Loo Cun.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi Wie Kai sendiri tahu, dia memukulnya serta
menarik kepang rambutnya, bukanlah karena dia benarbenar ingin memukulnya.
Wie Kai hanya menyukai salah satu reaksi yang
dikeluarkan Lim Leng-ji. Tetapi tidak banyak orang yang memahami cara ini, juga
bagi perempuan lainnya pada umumnya.
Sering kali demi membela Lim Leng-ji, Loo Cong
terlihat berani dan perkasa.
Tentu saja balasan dari Wie Kai juga sama terlihat berani
dan perkasa. Walaupun dia bukan sungguh-sungguh ingin memukul
Lim Leng-ji. Tetapi pukulan balasannya terhadap Loo Cong sama
sekali tidak asal-asalan.
Pintu ingatannya hanya terbuka sampai di situ saja, yang
lainnya masih membingungkan dan samar-samar.
Tiba-tiba Lim Leng-ji menaikkan alis matanya, menatap
tajam padanya sambil berkata:
"Mengapa ada kesan penyesalan di wajahmu?"
"Kapan?" "Sekarang ini."
Wie Kai tertawa pahit sambil menggelengkan kepalanya,
lalu berkata: "Ada masalah yang aku agak sedikit tidak enak untuk
memberitahukannya padamu."
"Jika sudah datang kemari, ada hal apa lagi yang
tidakbisa dibicarakan!"
Wie Kai menggosok-gosokkan tangannya, mengayunkan
kepalanya ke depan dan ke belakang, bahkan mengangkatangkat bahunya.
Semua adalah gerakan yang tidak pernah ditunjukkannya sebelumnya, prilaku yang menunjuk-kan
keragu-raguan dan ketidak pastian.
"Tiba-tiba saja aku baru teringat, hubungan antara kau
dan aku bisa menjadi dua kutub yang tidak seimbang."
"Waktu masih anak-anak?"
"Bukan, justru waktu belum lama ini."
"Tidak seimbang yang bagaimana?"
Wie Kai lagi-lagi menggosok-gosok tangannya, lalu
berkata: "Kau tidak akan keberatan jika kukatakan?"
"Asal bukan direka-reka seenaknya, untuk apa aku
keberatan?" "Sebelum melangkah lebih jauh, mohon perhati arinya!
Ini bukanlah inspirasi atau ilham yang tiba-tiba muncul
atau terlihat dari ingatan, sepertinya aku dan kau I i nggal
bersama-sama." "Tinggal di mana?"
"Sudah tidak ingat lagi! Hanya saja kadang-kadang
tinggal bersama, bahkan....bahkan seperti layaknya suami
istri saja." Lim Leng-ji tiba-tiba memandangi Wie Kai dengan
pandangan agak meremehkannya.
Seorang perempuan seperti itu, meskipun pandangan
meremehkan orang seperti itu ditujukan ki-pada siapa pun,
mereka akan tetap merasa terJika seorang perempuan yang luar biasa yang
dapatmenggerakkan hati seseorang memandangi seorang
laki-laki dengan pandangan seperti itu, kecuali jika laki-laki
itu adalah suaminya atau teman baiknya, biasanya laki-laki
ini tidak bisa memastikan pikirannya hanya melihat dari
ekspresi mukanya saja, juga tidak bisa menyadari suasana
hatinya yang dicerminkan oleh ekspresinya.
Karena pandangan matanya sangat tajam menusuk
seperti kilat yang menyambar.
Semua orang dalam hal ini hanya bisa terkejut.
Segala macam pemikiran untuk sementara terhenti.
"Aku tahu kau pasti akan merasa tidak pantas atau
marah." "Mengapa kau bisa berpikir seperti itu?"
"Ini kan hanyalah potongan kecil dari kenangan masa
lalu! Mengapa kau malah bertanya mengapa aku bisa
berpikir seperti itu?"
"Jika siang hari ada pikiran, maka malam hari ada
mimpi. Semuanya hanya menjadi sebuah impian."
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bukan mimpi?" "Aku masih bisa mengingatnya dengan jelas antara
mimpi dan ingatan." "Bagus...bagus.... sudahlah jangan bicarakan lagi hal
yang membosankan ini. Apa lagi yang masih kau ingat?"
Wie Kai berjalan perlahan-lahan mengelilingi paviliun
pinggir air itu. Lim Leng-ji pun mengikuti, berjalan mengelilingi
paviliun itu. Bayangan kedua orang itu terpantul di permukaan air,
benar-benar seperti sepasang bayangan kembar.
Liauw Swat-keng yang berada di atas pohon tiba-liba
merasa seakan-akan harta yang telah berada di tangannya
tiba-tiba jatuh ke tangan orang lain.
Kemungkinan bahwa gadis ini adalah bayangannya, bisa
saja terjadi. Perasaannya saat ini benar-benar kacau.
Wie Kai bolak-balik tetap saja menatapnya.
Setiap kali Wie Kai menatap gadis itu sekali, orang yang
berada di atas pohon juga menggertakkan giginya s"-kali.
"Kau masih belum menjawab pertanyaanku."
Wie Kai merendahkan suaranya sehingga hanya mereka
berdua saja yang bisa mendengarnya.
Bahkan orang yang berada di atas pohon pun tidak bisa
mendengarnya. "Rasa-rasanya kita sudah memiliki hubungan sa mpai
tidur di bantal dan kamar yang sama seperti suami istri."
Lim Leng-ji nyaris saja menamparnya.
Hanya saja dalam kata-katanya terkandung dua kata
'rasa-rasanya'. 'Rasa-rasanya' dua kata itu kegunaannya sangat brsar,
ada kalanya bukanlah kata yang hanya omong kosong
belaka. Walaupun ada orang yang membenci kata 'rasa-i asanya',
'mungkin', bahkan 'kurang lebih', dan lain-lain.
Wie Kai membalikkan kepalanya memandang dan
melihat raut wajah Lim Leng-ji yang tampak sangat tidak
menyenangkan. Lim Leng-ji lalu berkata:
"Loo Congpasti tidak akan pernah mengeluar-kan katakata seperti itu."
Wie Kai berkata: "Loo Cong adalah Loo Cong, aku adalah aku."
"Karena itu, dulu kau
menjadi......" kata Lim Leng-ji.
tidak pernah sekalipun Dia tidak melanjutkan perkataannya.
Sebenarnya dikatakan atau tidak sama saja.
Seorang anak kecil pun pasti bisa menebaknya.
Kedua orang itu tetap saja berjalan perlahan-lahan
mengelilingi paviliun itu sampai 2-3 putaran sambil tetap
tidak mengeluarkan suara.
Tiba-tiba Lim Leng-ji bertanya:
"Kau masih ada ingatan aneh apa lagi tentang masa
lalu?" "Untuk sementara ini tidak ada!"
'"Untuk sementara' dan 'tidak ada' adalah kata yang
saling bertentangan, betul tidak?"
"Aku hanya takut kau marah."
"Semua yang paling membuatku marah sudah kau
katakan tadi." "Ingatan akan masa lalu yang sedikit ini mungkin malah
bisa membuatmu tambah marah."
Lim Leng-ji sedang mempertimbangkan apakah perlu
mendengar kata-kata yang kurang ajar ini.
Atau mungkin dia sedang menebak apa sebenar nya isi
kata-kata itu" Mungkin kata-kata tadi adalah kata-kata yang kotor.
Lim Leng-ji tahu dirinya jelas-jelas sama sekali belum
ternoda. Tetapi dia malah mendengar desas-desus yang
disebarkan orang lain tentang dirinya yang disebarkan di
belakang punggungnya. Seseorang tidak peduli betapa kaya dan makmur nya dia,
tetap saja tidak bisa menghindar dari kecemburuan orang
lain. Lihat saja Baginda Raja, entah berapa banyak rakyat
jelata yang merasa cemburu dan iri di dalam hati padanya"
Lim Leng-ji mengayunkan tangannya, berkata:
"Jika memang ada yang perlu dibicarakan, katakan saja!"
"Sebenarnya aku mengatakannya." sama sekali tidak ingin "Kecuali ini hanya rekaanmu saja!"
"Untuk apa aku mereka-reka hal seperti itu?"
Perasaan Lim Leng-ji mengatakan, jika orang ini datang
hanya untuk bermanis-manis alias menjilat, kata-katanya
benar-benar berbahaya, benar-benar bisa mencelakakan
orang lain. Wie Kai sejenak ragu lagi lalu berbisik:
"Kau dan orang itu malah sudah memiliki seorang jnak
laki-laki kecil... tentu saja kemungkinan anak laki-laki kecil
itu bukanlah anakmu, tetapi anak orang itu dengan wanita
lain........." Tiba-tiba Lim Leng-ji melayangkan tamparan padanya.
Tamparan ini benar-benar sangat keras. Bagi penonton
yang berada di atas pohon, tamparan tadi ibarat sengsara
membawa nikmat Paling tidak tamparan tadi menunjukkan kalau "barang
berharga"nya masih terjaga dengan baik.
Tetapi bagi Wie Kai, tamparan tadi membuat-nya sedikit
tersadar. Bagi Lim Leng-ji sendiri, dia merasa kalau tamparannya
tadi memang agak sedikit kelewatan.
"Berani-beraninya kau berkata seperti itu!"
Wie Kai berkata dengan sungguh-sungguh:
"Aku tidak main-main dengan perkataanku tadi, paling
tidak aku tidak mengarang-ngarang."
"Di dunia ini mana ada hal yang seperti itu" Siapa yang
telah menyuruhmu untuk menghina diriku?"
Wie Kai mengusap-usap mukanya tanpa ber-kata sepatah
kata pun. "Rupanya kau menyesal telah mengeluarkan kata-kata
seperti itu, ya kan?"
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya:
"Sebenarnya masih ada yang harus dikatakan."
"Masih ada?" "Aku masih ingat secara samar-samar, tetapi aku tidak
ingin mengatakannya!"
"Semua perkataan yang kurang ajar itu sudah kau
katakan semuanya, masih ada yang mana lagi yang belum
kau katakan?" "Aku kan tadi sudah bilang, itu hanyalah ingatan yang
setengah tidur, aku tidak berani terlalu membenarkannya."
"Jika semua itu bukan bohong, katakan saja semuanya
secara terus terang!"
Wie Kai menghela nafas: "Jika bicara terus terang, nanti kau akan memukulku
lagi." "Kau takut dipukul?"
"Ya tidak juga, hanya takut membuatmu marah!" "Aku
tidak marah!" "Kau pasti tidak akan percaya, karena sebenar-nya nku
memang sengaja menghinamu."
"Apakah benar segawat itu?"
"Itu tergantung apakah kau percaya atau tidak?"
"Coba kau ingat-ingat lagi, apakah semua ini ,idalah
khayalan saja ataukah mimpi yang benar-benar nyata?"
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau begitu kau mungkin sudah mengidap penyakit
lupa ingatan yang ringan."
"Mungkin saja, belakangan ini aku juga ber-pikir
demikian, tetapi di lain pihak, aku sama sekali tidak
memiliki gejala akan penyakit tersebut."
"Baiklah, kalau begitu katakan saja!"
Wie Kai berhenti dan bersandar pada pagar paviliun itu
lalu berkata: "Kau masih marah padaku karena menying-gung soal
anak laki-laki kecil tadi."
Lim Leng-ji lagi-lagi mengangkat tangannya tetapi
sebelum memukul dia sudah menurunkan kembali
tangannya dan bertanya dengan bersuara keras:
"Penyakitmu benar-benar sudah tidak tertolong lagi."
"Mungkin tidak lah terlalu berat, tetapi adalah sedikit."
"Kau tengah malam begini datang menemuiku, apa
hanya untuk mengatakan hal ini?"
"Tidak. Aku datang demi mengungkapkan jati dirimu
yang sebenarnya, juga jati diri adik perempuan kembarmu.''
"Apa maksudmu dengan adik perempuan kembarku?"
Lim Leng-ji menduga penyakit yang dideritanya benarbenar parah karena semua hal
ini tidak mungkin terjadi
pada dirinya. Lim Leng-ji menatapnya dengan tajam. Wie Kai berkata:
"Kau sama sekali tidak mempercayai hal ini, aku
sedikitpun tidak merasa aneh."
"Kau ini mengarang cerita apa lagi?"
"Dulu Lim Hujin pernah mempunyai seorang teman
yang bernama Liauw In, apakah kau pernah men
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengarnya?" "Pernah." "Kalian Keluarga Lim adalah keluarga yang kaya raya,
kata orang kekayaan keluarga kalian sampai ratusan juta
tail, apakah kau mengetahuinya?"
"Wah, ternyata orang luar lebih tahu dibandingkan
dengan keluarga kami sendiri."
Dia hampir saja mengatakan termasuk Wie Kai di
dalamnya. "Kau jangan salah paham dulu, katanya Liauw In
mempunyai seorang istri yang bernama Cia Peng dan dia
adalah seorang bidan, sewaktu nyonya melahirkan, dia
melahirkan sepasang anak kembar
("tapi dia mengira hanya melahirkan seorang anak saja."
Lim Leng-ji sangat terkejut.
Tetapi setelah rasa terkejutnya lewat, tiba-tiba dia U'i
tawa lalu berkata: "Perkataanmu malam ini benar-benar bisa membuat
orang yang sudah meninggal tidak bisa beristirahat dengan
tenang." "Aku sudah tahu kau tidak akan percaya, jika kau
percaya maka orang yang melakukan tipu muslihat ini,
apakah masih memiliki masa depan?"
"Wie Kai, yang selanjutnya aku sudah tidak ingin
mendengarnya lagi." "Mengapa?" "Aku juga tidak berani memastikan, lagi pula tidak
mungkin persoalan mengenai kakak-beradik kembar seperti
ini bisa muncul secara tiba-tiba."
"Pikiran ini memang yang paling masuk akal, "ikan
tetapi di dunia ini ada kalanya timbul persoalan aneh yang
tidak pernah terpikirkan orang sebelum-nya."
"Apakah adasaksi atau barang bukti?"
"Aku telah membawa adik kembarmu kemari."
Lim Leng-ji lagi-lagi terkejut dan bertanya:
"Di mana dia?" Wie Kai bertepuk tangan lalu:
"Swat-keng, silahkan keluar!"
Sekarang bisa dilihat betapa paniknya Lim Leng-ji.
Dia mengikuti arah pandangan mata Wie Kai, tetapi di
atas pohon itu tidak terdapat gerakan sedikit pun.
Wie Kai tahu Liauw Swat-keng adalah seorang gadis
yang nakal, tetapi itu juga tergantung sekali suasana
hatinya, membuat dirinya cemas saja!
Wie Kai lagi-lagi bertepuk tangan, berkata:
"Swat-keng .... Swat-keng di saat hendak bertemu dan
mengenal saudara perempuan kembarmu kau malah nakal"
Kau ini benar-benar keterlaluan!"
Sama seperti sebelumnya, tetap saja di atas pohon itu
tidak aToakorakan apa pun.
Wie Kai memandangi Lim Leng-ji dan melihat dia sama
sekali tidak bereaksi apa pun.
Dari pada ada reaksi, tidak ada reaksi sama sekali malah
membuatnya semakin tidak tenang.
Wie Kai sedikit naik pitam dan berseru:
"Liauw Swat-keng, jangan kurang ajar! Aku ini benarbenar lari kesana kemari demi
orang lain, jangan membuatku tambah repot, bisa kan?"
Di atas pohon itu sama sekali tidak ada orang.
Berdasarkan kemampuan pendengaran Wie Kai dan
jarak dengan pohon itu demikian dekat, dia bisa tahu
bahwa di atas pohon itu sudah tidak ada orang dan itu
membuatnya naik pitam. Lim Leng-ji sama sekali tidak berkata sepatah kata pun. ^
Bahkan saat itu keinginan Lim
mengeluarkan pendapat pun sudah sirna.
Leng-ji untuk Pada teman sejak kecil yang setelah sekian lama baru
bertemu kembali, sebenarnya dia sudah berhasrat untuk
merencanakan pertemuan kembali.
Tetapi perjumpaannya kali ini telah memadamkan hasrat
hatinya. Wie Kai sangat murka, tanpa menggerakan bahu dan
kakinya, tubuhnya melesat melewati kolam tanpa
menghindari ranting daun pada pohon.
Lim Leng-ji hanya mendengar suara "aduh" yang tiada
hentinya dari tengah pohon itu.
Suara ini mau tidak mau membuat sudut mulut nya
terangkat. Liauw Swat-keng merasa jika dia tidak muncul di
hadapan Lim Leng-ji, walaupun Wie Kai berbicara sampai
langit terang dan bibir bengkak, Lim Leng-ji tidak akan
mungkin percaya. Jika Lim Leng-ji tidak percaya maka dia bukanlah
pilnikyang kalah. Masalah di antara pria dan wanita memang "aili-rhana
seperti itu. Apakah seorang wanita itu bahagia atau tidak, mencintai
atau tidak, memang begitulah cara membedakannya.
Selama di dalam perjalanan dari propinsi Tiang-i m
menuju ke kota Koh ini, Liauw Swat-keng sudah
mengetahui bagaimana perasaan dirinya terhadap Wie h ai
Hanya saja masalah di antara pria dan wanita memang
tidak lah sesederhana itu.
Lim Leng-ji menengadah melihat warna langit lalu birkala:
"Sudah larut!" "Memang, sudah waktunya bagi
mengundurkan diri," Jawab Wie Kai
tamu untuk Apakah seorang tamu sudah waktunya pergi atau belum
semuanya tergantung tuan rumah yang memutuskannya.
Jika tuan rumah tidak memutuskan maka tamulah yang
membuat kepurusan sendiri.
BAB IV Sebagian besar orang tidak dapat dipungkiri pasti
mempunyai perasaan aneh terhadap mereka.
Hweesio Lama (Hweesio Budha dari Tibet) ini
sepertinya tidak terlalu menarik perhatian orang,
perawakannya juga tidak gemuk, usianya sekitar 50 tahun,
dan di wajahnya terlihat ada sedikit senyuman.
Dia berjalan tidak cepat-cepat juga tidak lambat, pastinya
dia adalah seorang pengikut Budha yang taat.
Dia memasuki lorong kecil lalu tiba-tiba dia mengangkat
kedua alis matanya dan raut wajahnya berubah menjadi
berseri-seri. Begitu membalikkan badannya dan dengan
menggunakan ilmu meringan-kan tubuh dalam waktu
sekejap mata dia sudah memasuki taman sebelah kiri di
dalam sebuah rumah penduduk.
Rumah ini memiliki taman yang luas dan dipenuhi oleh
bunga-bunga dan pepohonan.
Sinar lentera yang keluar dari sebuah ruangan kecil
menerpa bunga-bunga dan pepohonan yang ada di
sekitarnya sehingga membuat taman ini menjadi mem
pesona. Kegelapan malam bermandikan cahaya. di tempat ini seakan-akan Sewaktu hweesio Lama itu berdiri di depan pintu
mangan kecil itu, dia menunduk memberikan hormat.
Di dalam ruangan kecil itu terdapat sebuah dipan
(bangku panjang jaman dulu yang menyerupai ranjang)
yang di atasnya terdapat seorang wanita separuh baya.
"Maaf Boan-lai mengganggu Ciasicu."
Wanita separuh baya itu membuka matanya seraya
menjulurkan tangannya sambil berkata:
"Orang sendiri tidak perlu sungkan."
Padahal dia sendiri tahu bahwa orang yang datang itu
adalah hweesio Lama itu, tetapi sampai hweesio Lama itu
mengeluarkan suara dia sama sekali tidak menyambutnya.
Hweesio Lama itu masuk ke dalam ruangan kecil itu lalu
duduk di kursi yang ada di depan dipan itu dan berkata:
"Apakah ada kabar dari majikan?"
"Masih belum ada, apakah taysu ada keperluan penting
dengan majikan?" jawab wanita itu.
"Orang she Wie itu kelakuannya benar-benar sangat
mencolok mata, bahkan sampai mencari Liauw Kouwnio.
Apakah hal ini tidak akan semakin memperburuk
keadaan?" "Majikan juga sudah memperhatikan hal ini."
Pan Lai Lama bertanya lagi:
"Apakah Cia Sicu ada perintah untuk di laksanakan?"
"Mohon Taysu dapat secepatnya," Kata wanita itu.
menemukan Siau-keng Pan Lai Lama berkata: "Lo-na (saya) juga sedang mengusahakannya." Wanita
itu menggangguk. "Taysu sudah menghilang?" tahu dari dulu kalau Siau-keng "Belum lama." Jawab Pan Lai Lama
"Berapa lama?" "Tidak sampai sepuluh hari."
"Bagaimana cara Taysu sampai bisa mengetahuinya?"
Pan Lai berkata terus terang:
"Semua hal yang terjadi di desa ini, hanya sedikit yang
Lo-na tidak tahu." Wanita itu tertawa sambil berkata: "Taysu benar-benar
luar biasa." "Ah, sama sekali tidak."
"Tolong terus beri kabar, kalau bertemu dengan nya
langsung bawa dia kembali."
Pan Lai bertanya: "Jika Liauw Kouwnio bersama-sama dengan orang she
Wie itu, bagaimana?"
"Mengapa dia mesti bersama dengan orang itu?"
"Karena mereka memiliki arah tujuan yang sama yaitu
dari arah Tiang-ciu menuju kota Koh."
Wanita ini seharusnya merasa senang setelah mendengar
berita ini, tetapi raut wajahnya tetap saja ilingin tanpa
ekspresi sama sekali bahkan suaranya pun tajam bagaikan
pedang. Wanita itu berkata: "Kalau begitu, maaf merepotkan
membawanya pulang kemari."
taysu untuk "Apakah Sicu bermaksud untuk sementara waktu t ii lak
ingin bermasalah dengan she Wie ini?"
"Taysu, memangnya perkataan ini harus diulang berapa
kali?" Sekali saja sudah lebih dari cukup, pastinya Pan I ai tidak
akan berani untuk bertanya kedua kalinya.
Pan Lai berdiri d an memohon pamit.
Wanita itu lagi-lagi berkata secara tiba-tiba: "Soal Cianthauw-siau-kai (Kai
kecil si pem-buru kepala) ini, biar
orang-orang di atas yang meng-urusnya, kau dan aku tidak
perlu repot-repot meng-urusinya."
"Apakah maksud Sicu itu berarti untuk seterusnya?"
Wanita itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
Hweesio Lama itu baru saja pergi. Di dalam ruangan itu
tiba-tiba ada seseorang yang muncul.
Bahkan sepertinya orang itu memang sudah ada dari tadi
dan berdiri di tengah ruangan itu tanpa disadari.
"Yang di atas memangnya ada kabar apa?"
Nada bicara serta prilaku wanita itu saat ini dengan
sewaktu berbicara dengan Pan Lai Lama tadi amat
sangatberbeda. Begitu juga dengan keadaannya, yang dari tadi hanya
berbaring saja di atas dipan panjang dan sama sekali tidak
bergerak, sekarang tiba-tiba berlutut di atas tanah.
"Tidak perlu memberi hormat secara berlebihan seperti
itu!" Orang yang baru datang itu berkata dengan tegas dan
wanita itu langsung segera berdiri.
Terhadap siapa pun dia bisa bersikap tidak peduli dan
masa bodoh. Karena di dalam dunia persilatan, pendekar wanita yang
lebih hebat dari dirinya sudah tidak banyak.
Hanya saja begitu bertemu dengan orang yang di atas
tentu saja berbeda, apa lagi kalau bukan disebab kan ilmu
dan kekuatannya sangat tinggi.
Orang yang berasal dari jajaran atas ini memiliki
kekuatan yang misterius. Sungguh kekuatan yang hebat dan misterius.
Sang majikan itu berkata dengan lemah lembut:
"Kalian suami istri demi masalah Oh-tiap-go (Sarang
kupu-kupu), sudah bekerja tiada siang atau pun malam
tanpa mengenal lelah, aku sudah menge-tahuinya ilan
menyimpannya di dalam hati."
Wanita itu membungkuk sambil berkata:
"Hamba hanya berusaha sekuat tenaga!"
"Berusahalah terus!" Kata Sang majikan.
"Baik!" "Cia Peng." "Ya, Tuan." "Bagaimana menurutmu tentang Pan Lai?"
"Tuan tentu lebih mengerti Pan Lai daripada aku."
Cia Peng menyahut dengan kesopanan yang tangat
dalam juga dengan kata-kata yang sangat menjunjung
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tinggi. "Aku justru ingin tahu bagaimana pandangan-mu
terhadap dia." Cia Peng tahu dia tidak bisa tidak bicara, lalu heikata:
"Barusan dia datang kemari. Dia membicarakan masalah
yang terjadi di desa ini dan hal yang tidak dia ketahui
sangatlah sedikit." Sang majikan itu sama sekali tidak bergerak.
Cia Peng juga berdiri tanpa bergerak sedikit pun.
Orang yang bisa dipercayai oleh orang ini baru bisa
berjaya. Jika majikan saja langsung datang untuk ber-tanya
padanya, itu tandanya dia menaruh kepercayaan padanya.
"Bagaimana menurutmu mengenai orang-orang dari
Liok-san-bun (Perkumpulan Enam Kipas)?"
"Sampai saat ini boleh dikatakan masih bisa diandalkan,
tetapi tidak cukup waspada."
Sang majikan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil
berkata: "Dalam pandanganku, orang yang tidak cukup waspada
tidak ada bedanya dengan orang yang tidak bisa
diandalkan." Perkataan ini sama sekali bukan ditujukan kepada Cia
Peng. "Ya, Tuan." Tetapi dia tetap saja merasa begitu.
Tiba-tiba Cia Peng dengan hati-hati membuka simpul
kancing dari baju luarnya yang terbuat dari kain satin lunak
mulai dari bawah dagunya hingga membuka.
Lagipula memang sudah saatnya untuk membicarakan
hal yang panas. Di saat-saat tertentu ada kalanya sinar saja tidak lah
cukup, tetap saja harus menyalakan api baru bisa.
Jika kau ingin memberikan bingkisan kepada orang
tertentu, tentu saja dibutuhkan suatu kepandaian sehingga
pada saat orang tersebut menerima bingkisan atau hadiah
itu, dia akan merasa nyaman dan wajar.
Yang paling penting lagi adalah jika diberikan pada
waktu yang tepat. Hanya dua buah kancing saja yang baru terbuka.
Mungkin saja dia hanya merasa panas, atau mungkin
merasa agak terlalu ketat.
Akan tetapi gerakan ini sangat jelas artinya dan luar
biasa di mata majikannya.
Sang majikan sama sekali ti dak bergerak.
Apakah sang majikan menyadari dua buah kancing
bajunya yang sudah terbuka" Cia Peng tidak berani
memastikannya. Pandangan mata Cia Peng menunduk memandang ujung
atas sepasang sepatu sulamnya.
Dia juga tahu banyak gadis-gadis muda dari keluarga
terpandang yang memiliki kaki yang indah, tetapi tidak
pernah diketemukan ada yang memiliki kaki yang lebih
indah daripada sepasang kakinya yang mengenakan sepatu
bersulam. Ada juga orang yang pernah memegang kaki-nya yang
telanjang. Orang itu mengelusnya sembari berkata:
"Indah sekali!"
Sayangnya hanya terucap dua patah kata saja.
Walaupun hanya dua patah kata 'indah sekali' saja.
Tapi pada waktu itu hati Cia Peng merasa sangat bangga
sekali, bahkan tubuhnya serasa tumbuh sepasang sayap.
Tetapi apa yang sedang dipikirkan oleh Cia Peng sama
sekali berbeda dengan situasi yang akan terjadi ?"ikarangini.
Tiba-tiba sang majikan berkata dengan suara lembut:
"Aku ingin menyampaikan sebuah pesan, kau
dengarkan baik-baik."
Pikiran Cia Peng langsung terfokus jawabnya: "Baik!"
"Hati keras bagaikan besi, mengantar Budha ke langit
barat, tiga hari tidak ada kabar, kapas terbang musim semi
sudah berakhir." Ekspresi yang sebelumnya ada di mata Cia Peng
langsung hilang dalam sekejap.
Seperti layaknya tiupan angin musim dingin yang datang
menghembus, panas yang ada di dalam tubuh hilang
sampai tidak berbekas sedikit pun.
Cia Peng benar-benar bisa merasakan kekuatan yang di
atas penalaran manusia. "Sudah mengerti belum?"
"Ada sebagian sudah mengerti, ada sebagian lagi yang
tidak mengerti." Sang majikan berkata dengan lembut:
"Tidak apa jika tidak mengerti. Jika tidak mengerti
tidakboleh berlagak seolah-olah mengerti."
"Baik!" "Bagian mana yang tidak dimengerti. Coba keluarkan
dan tanyakan!" Nada bicara serta tutur katanya sangat halus sama seperti
layaknya perkataan yang d"itujukan kepada orang yang
lebih tua saja. Cia Peng berkata: "Hati keras bagaikan besi, apakah itu menunjuk pada
hati besi yang digantungkan?"
Sang majikan menggangguk-anggukkan kepala nya.
Cia Peng menengadah memandangi sang majikan sambil
berkata lagi: "Mengenai mengantar Buddha ke langit barat, hamba
juga mengerti. Artinya adalah mengantar Buddha pergi."
"Ng!" "Tapi kalau berakhir.........." kapas terbang musim semi sudah Dia menengadah menatap sang majikan.
Tidak peduli dalam situasi apa pun, dia selalu
menengadah menatap sang majikan.
Dengan suara lembut sang majikan berkata:
"Kapas terbang itu berasal dari mana?"
Mata Cia Peng langsung bersinar-sinar, reaksi-nya
sangatlah cepat. Tentu saja, kesusastraan Cia Peng walaupun rendah tapi
tidaklah jelek. Dulu Liauw In pernah berkata sambil ber-kelakar bahwa
jika membelah kulit perut Cia Peng maka bisa le-.rlihatisi
tinta yang ada di dalam perutnya.
Sang majikan berkata dengan lembut:
"Jika belum mengerti masih boleh bertanya!"
Nada bicaranya seperti berbicara kepada anak kecil saja.
"Hamba sudah mengerti! Kapas terbang datang nya dari
tempat Yang-liu." "Ng! Bagus sekali. Kau masih belum mengata-kan
mengerti atau tidak tentang kalimat yang ketiga?"
Raut wajah Cia Peng tiba-tiba berubah.
"Tidak mengerti ataukah ada sesuatu yang tidak beres?"
Cia Peng lagi-lagi berlutut sambil menjawab:
"Apakah majikan bisa memberikan
kepadanya untuk menebus dosa" Sekali saja!"
kesempatan "Sebenarnya tidak bisa, tetapi melihat kesetiaan kalian
berdua suami istri selama ini, aku akan memberikan satu
kali kesempatan kepadanya, hanya satu kali ini saja!"
"Terima kasih Tuan."
"Kau tahu kan yang dimaksud dengan satu kali itu apa?"
"Silahkan Tuan jatuhkan hukuman!"
"Jika dalam setengah bulan dari sekarang dia tidak
pulang baik-baik untuk mengaku dosa, maka kalian berdua
yang akan menanggung akibatnya!"
Begitu Cia Peng menengadah lagi, bayangan dari orang
itu sudah tidak ada lagi.
Suasana di paviliun air sangat sunyi. Malam hari tidak
berangin. Di atas air hampir tidak terdengar suara dari gerakan
sirip ikan yang berenang.
Dua cangkir arak ditaruh di atas meja di hadapan dua
orang. Yang seorang adalah Lim Leng-ji dan yang seorang lagi
adalah seorang pria yang tampan dan memakai pakaian
yang indah, yaitu Loo Cong.
Loo Cong tiba-tiba berkata:
"Dasar Siau-kai! Dia benar-benar telah lupa akan
kejadian di masa lalu."
Lim Leng-ji tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Loo
Cong lagi-lagi berkata: "Justu karena aku sudah tahu bahwa dia sudah
melupakan semua yang terjadi di masa lalu, maka dari itu
tidak bisa dikatakan betapa sedihnya diriku. Maka-nya aku
sengaja menyuruh bawahanku untuk mencobanya. Siapa
sangka bahkan aku pun tidak diingatnya!"
"Mengapa seseorang tanpa sebab bisa kehilang-an
ingatannya?" kata Lim Leng-ji.
"Apakah karena ada perasaan memandang hina terhadap
orang kaya?" "Menjadi orang kaya benar-benar serba salah, banyak
orang yang memandang hina kepada orang kaya tetapi
justru banyak karya tulis terkenal yang berisikan kalimat
Senopati Pamungkas I 15 Si Kumbang Merah Ang Hong Cu Karya Kho Ping Hoo Eng Djiauw Ong 26
PISAU KEKASIH Karya Gu Long Saduran : Ynt/Liang YL Editor : Adhi H
Sumber DJVU : Manise Convert, edit, Ebook oleh : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ http://dewikz.byethost22.com/
http://cerita-silat.co.cc/
http://ebook-dewikz.com JILID KE SATU Lim Leng-ji telah datang Jika kau belum pernah bertemu dengan Lim Leng-ji,
maka kau hanya orang biasa seperti kebanyakan orang.
Jika kau melewatkan kesempatan baik bertemu dengan
Lim Leng-ji, maka kau adalah orang yang sangat bodoh.
Jika kau bertemu dengan Lim Leng-ji dan tidak merasa
silau atau takjub, mungkin kau seorang yang buta atau
idiot. Jika kau bertemu dengannya dan langsung berpikiran
kotor, tidak bisa berkata-kata, kau pastilah seekor babi.
Orang-orang berkata inilah cermin diri Lim Leng-ji.
Jika kau bisa bertemu dan duduk berdampingan dengan
Lim Leng-ji, kau pasti akan segera terpikirkan, berapa
besarkah uang yang harus dikeluarkan hanya untuk bisa
duduk sambil berbicara dengannya"
Kau pasti akan lebih berpikir barang berharga yang
paling berharga bagaimana, agar bisa membuat kita menjadi
tamu istimewanya" Benarkah Lim Leng-ji adalah wanita yang seperti itu"
Tentu saja semua ini harus melalui penyelidikan terlebih
dahulu, baru kita bisa tahu.
Kereta Lim Leng-ji masih belum memasuki jalan utama
di kota Koh. Tapi orang yang lalu lalang di jalan utama kota itu sudah
mengumumkan bahwa Lim Leng-ji sudah datang. Orang
yang masih lalu lalang di sepanjang jalan utama kota itu
pun langsung memasuki toko-toko dan rumah makan yang
berada di dua belah sisi sepanjang jalan itu, dan para
pedagang kaki lima pun memindah-kan barang
dagangannya ke sudut-sudut jalan.
Jalan utama kota itu langsung menjadi sepi.
Tidak ada panji dan payung kipas juga tidak ada suara
pukulan gong yang mengiringi, padahal dalam satu hari
penuh, malam hari adalah waktu yang paling ramai dan
penuh orang tetapi jalanan itu sekarang malah sangat sepi.
Bagaikan bak cat yang dipenuhi warna, kedua sisi kereta
itu bertatahkan giok dan emas serta ditarik oleh sepasang
kuda, kereta itu memasuki jalan utama tersebut.
Suara derit kereta kuda telah menenggelamkan bunyi
suara yang lainnya. Saat itu di setiap sudut jalan hanyalah terlihat kepalakepala orang yang
terjulur keluar melalui pintu dan jendela
toko-toko yang ada di sekitar jalan itu, mengikuti gerakan
kereta kuda yang datang. Namaku Wie Kai Seorang laki-laki yang kira-kira berumur 27-28 tahunan,
berpakaian seperti umumnya tapi memiliki senyum yang
sangat menawan hati orang di sekitarnya.
Anak muda ini sangatlah menarik perhatian orang,
karena dia sedang berdiri di tengah jalan utama itu dan
menghadang kereta kuda. Parasnya serta sikap-nya sangat
menarik perhatian orang. Entah benar-benar kurang ajar atau menghina.
Kata orang, cara mencari perhatian adalah melakukan
sesuatu yang hendak dilakukan orang lain tapi belum
sempat dilakukan, atau melakukan sesuatu yang orang lain
tidak berani melakukannya.
Tapi jika kau melakukan sesuatu yang tidak berani
dilakukan orang lain, justru pada akhirnya akan
menimbulkan rasa iri hati atau cemburu.
Hanya saja melihat kesantaian, kekurang-ajaran, serta
senyum menawan anak muda ini, orang-orang yang sedang
naik darah pun pasti akan segera reda marahnya.
Siapakah gerangan anak muda ini"
Pakaiannya tidak gemerlapan, sikapnya juga tidak
tampak serius, malahan cenderung bersifat berandalan.
Tapi hanya sedikit orang yang tahu apakah harus
menganggukkan kepala terhadapnya atau malah menggelengkan kepala. Mungkin kemunculannya bisa dipandang sebagai hasil
keberuntungan yang tidak terduga.
Kejahatan manusia justru biasanya dilandasi oleh alasan
yang lemah ini. Sekarang anak pandangannya. muda ini malah memusatkan Kereta kuda itu memasuki kota dengan perlahan lahan.
Anak muda itu sedang berdiri menghalangi jalan. Jika
kereta itu adalah kereta yang membawa raja, maka
perbuatan ini bisa disebut dengan pemberontak.
Tiba-tiba dia mengangkat tangannya, berseru:
"Oi! Nona Lim Leng-ji yang ada di dalam kereta!"
Sikapnya ini bukan hanya kasar, tetapi juga gegabah dan
kekanak-kanakan. Tapi saat itu tidak ada seorang pun yang mau
menasehatinya, malah berharap kesalahan yang dilakukannya mendapat reaksi.
Tentu saja inipun yang menjadi isi hati setiap orang.
Laki-laki yang menjadi kusir kereta itu tampak sangat
kuat, kelihatannya dia menangkap sebagai pengawalnya
juga. Sekali menghela cemeti, di udara langsung keluar
percikan api dari lecutan cemeti itu dan kemudian
menyerang anak muda itu. Paling tidak ada sebagian orang pasti bertanya-tanya
apakah serangan itu bisa mengenai anak muda itu atau
tidak. Di dunia ini kebanyakan orang pasti berpikiran seperti
itu, bahkan jika anak muda itu berpikiran rasional, pastilah
akan berpikiran seperti itu juga.
Anak muda itu mengeluarkan tangannya, dengan tenang
menahan serangan cemeti yang membabi buta.
Hanya ada beberapa orang yang benar-benar bisa
melakukan perbuatan itu dengan baik.
Pengemudi kereta yang keretanya sedang menghadap
kearah matahari terbenam itu sangat marah sampai muka
dan telinganya merah, karena serangan cemetinya bisa
ditahan. Sebelah tangan anak muda itu mencengkram cemeti itu
dan mengangkat tangan yang sarunya lagi sambil berseru:
"Lim Leng-ji Siocia yang ada di dalam kereta, ijinkan
aku melihatmu?" Tidak akan ada seorang pun yang percaya bahwa tirai
kereta itu akan terbuka. Sebab di dalam kereta itu memang ada Lim Leng-ji.
Walaupun orang yang berpikiran seperti itu jumlahnya
sangat banyak, tetapi tetap saja di antara orang yang berada
dipinggir sepanjang jalan itu, ada yang mendekati depan
kereta, mereka tidak mau melewatkan peristiwa yang
langka yaitu terbukanya tirai kereta itu.
Prilaku seperti ini dengan anggapan bahwa tirai kereta
itu tidak mungkin akan terbuka, benar-benar sangat bertolak
belakang. Kombinasi yang bertentangan.
Itulah kehidupan manusia.
Ini pastilah hanya kebetulan, tirai kereta itu perlahanlahan terbuka.
Pakaian yang berwarna putih yang membung-kus
kulitbagaikan salju. Benar-benar tidak akan ada orang yang merasa bahwa
ada sesuatu yang berbeda pada dirinya dibandingkan
dengan wanita lainnya. Tetapi pada saat yang bersamaan tidak ada satu orang
pun yang pernah menjumpai wanita yang secantik dirinya.
Lim Leng-ji benar-benar Lim Leng-ji.
Ada banyak wanita di dunia ini yang bisa menggetarkan
hati orang, tetapi mereka bukanlah Lim Leng-ji.
Di dunia ini ada dua jenis wanita yang tidak mungkin
menerima kecemburuan yang sama, jika bukan wanita yang
sangat jelek pastilah wanita sangat cantik.
Dandanan yang menarik saja tidak cukup untuk
melukiskan tentang dirinya. ^
Mereka saling memandang satu sama lainnya.
Dia mungkin satu-satunya pria yang tidak memiliki rasa
rendah diri, tetapi jantungnya tetap saja berdegup.
Dia percaya jika detak jantung dari orang-orang yang
berada di keempat penjuru kereta itu disatukan, suaranya
pasti lebih keras dibandingkan dengan tambur besar yang
dipukul sekuat tenaga. Pandangan matanya sangat tajam juga sangat serakah,
sungguh salah satu jenis pandangan mata pria yang paling
dibencinya. Tapi tiba-tiba dari matanya muncul pandangan
yang berbinar-binar. Anak muda itu menggosok-gosok ujung hidung nya
sambil berkata: "Namaku Wie Kai!"
Dia tidak bisa mengerti makna kata-kata yang
terkandung dalam pandangan mata Lim Leng-ji, tetapi
sepertinya ada perasaan yang saling mengenal satu dengan
lainnya. Jika tidak, bagaimana mungkin mereka bisa saling
memandang seperti itu"
Mereka seperti orang yang pernah bertemu di dalam
mimpi saja. Kusir kereta yang bak pengawal itu tiba-tiba saja muncul
di samping anak muda itu.
Walaupun orang ini sekujur rubuhnya dibalut oleh
busana yang indah, tetapi orang yang bermata tajam dengan
sekali lihat pasti langsung tahu kalau dia adalah orang yang
hanya patuh akan perintah.
Kepribadian yang seperti itu sudah tidak bisa dibuang
juga tidak bisa dirubah. Orang itu berkata kepada Wie Kai:
"Namamu Wie Kai, betul tidak?"
"Aku baru saja mengatakan pada nona Lim Leng-ji."
Jawab Wie kai sambil tertawa.
Kata kusir itu: "Di Ta-ih-tu-hong (wisma judi Ta-ih), kau telah
berhutang pada tuan mudaku sebanyak 320 tail."
"Tuan mudamu?" Tanya Wie Kai dengan tanpa
menghilangkan senyum di mukanya.
Kusir itu membalikkan tubuhnya dan di atas undakundakan batu di depan sebuah
kedai arak berdiri seorang
yang berpakaian indah dan menonjol.
Penampilannya menunjukkan bahwa dia orang yang
bermartabat dan air mukanya serius sehingga orang mana
pun, hanya dengan melihat sekilas pasti langsung percaya
bahwa dia adalah tuan muda yang berasal dari keluarga
kaya atau pemuda dari keluarga yang terhormat.
Hanya saja anak muda ini dengan Wie Kai adalah dua
jenis orang yang berbeda.
Wie Kai orangnya tampan, pembawaannya santai,
bebas, ada sedikit sifat berandalan, tetapi malah justru
menarik perhatian orang terutama di saat dia tertawa.
Hanya melihat tawanya, biarpun makan malam tidak
ada semangkuk nasi, juga akan terasa seperti berada di
langit ke sembilan. Wie Kai menoleh dan memandang anak muda yang
bermuka serius itu, lalu tiba-tiba berkata:
"Benar-benar orang yang berpendidikan."
Akulah Loo Cong Anak muda yang bermuka serius itu maju ke depan
seraya menyatukan kedua tangan di depan dadanya:
"Margaku Loo dan namaku adalah Cong. Terhadap
sikap budakku yang tidak sopan, harap Wie-heng jangan
masukkan ke dalam hati."
Wie Kai berkata: "Jika ingin menagih hutang, mengapa anda harus
bersikap misterius seperti itu?"
Uang sebanyak 320 tail bukanlah jumlah yang sedikit,
orang yang bermata tajam pasti bisa melihat bahwa di
tubuh Wie Kai tidak akan ada uang sebesar 320 tail.
Saat itu Wie Kai membuka kepalan tangannya dan kusir
kereta menarik kembali cemeti yang terjulur tadi.
Walaupun sedang membicarakan masalah 'pengembalian
hutang', tapi di bawah tatapan banyak orang dia sama sekali
tidak mengingkarinya. Padahal ada sebagian orang sedang mencemas kannya,
juga ada sebagian lagi yang berharap melihat gurauannya.
Pelayan yang jahat ini sengaja membuatnya malu di
depan Lim Leng-ji, tapi majikannya sama sekali tidak
peduli. Kejadian yang memalukan, kali ini sudah tidak bisa
dihindari lagi. "Harap kata-katanya jangan Wie-heng masukan ke
dalam hati!" kata Loo Cong lagi.
Hati Wie Kai terasa sangat gugup, tapi dia tetap bersikap
tenang. Lagipula tirai kereta sudah diturunkan kembali, tetapi
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia percaya, Lim Leng-ji yang berada di balik tirai krrt'hi itu
tetap memperhatikan dirinya.
Wie Kai adalah orang yang sangat pintar dan
setiap orang. Pandangan mata Wie Kai menyapu ke empat penjuru,
lalu tiba-tiba pandangan matanya jatuh pada seorang gadis
yang berdandan sederhana dan memiliki sepasang mata
yang besar, yang berjarak 5-7 langkah darinya.
Saat itupun dia merasa bahwa hai yang menjengkelkan
seperti ini sudah berkurang setengah-nya.
Tawanya malah semakin membingungkan orang. gembira dan semakin Dia melambaikan tangannya kepada gadis itu.
Gadis itu layak keluarganya saja. kenalannya atau pun anggota Tapi... mengapa gadis yang bermata besar itu justru
malah datang menghampiri"
Padahal mereka berdua sama sekali tidak saling
mengenal, paling tidak belum pernah sekali pun bertegur
sapa. Lalu mengapa setelah dia terperanjat malah datang
menghampirinya. Sesudah datang mendekat, barulah gadis itu sadar dan
bertanya kepada dirinya sendiri. Mengapa aku mau datang
mendekatinya" Benar-benar tidak bisa dimengerti!
Wie Kai melambai-lambaikan tangan dengan muka yang
senang berkata: "Tolong berikan uangnya pada Lpo-heng ini!"
"Aku?" Gadis yang bermata besar itu bertanya dengan
suara kecil. Wie Kai mengangguk-anggukkan kepalanya dan
wajahnya tidak berubah sedikit pun. Memperlihatkan uang
sebesar 320 tail, berkeping-keping uang saja, kenapa harus
sampai ribut-ribut segala"
Pembawaan gadis bermata besar itu sangat tenang,
bagaimana pun juga mereka adalah manusia yang sudah
berpengalaman dalam kehidupan ini.
Dari ke empat penjuru jalan tidak terdapat banyak orang
yang mengamati mereka berdua.
Jika mereka berdua hendak adu keras kepalan, mereka
benar-benar jagoan. Gadis bermata besar itu berkata dengan suara kecil:
"Walaupun aku bisa menolongmu, tapi dengan sikapmu
yang seperti ini, mengapa aku harus menolongmu?"
Suaranya sangatlah kecil sehingga hanya mereka berdua
saja yang bisa mendengarnya.
Wie Kai mengangkat tangannya sambil berkata dengan
suara kecil: "Karena namamu Hong Ku!"
"Kalau aku Hong Ku, memangnya kenapa?"
"Sebab Hong Ku adalah Sam-jiu-Koan-in (Dewi Kwanin Bertangan Tiga)."
"Kalau Sam-jiu-Koan-in, memangnya kenapa" Apa
urusannya denganmu?"
Walaupun di mulutnya mengatakan 'apa urusan mu',
tetapi raut wajahnya tersenyum.
Meski Wie Kai sedang memohon uluran tangan orang,
tetapi raut wajahnya sama sekali tidak berubah dan tetap
saja tersenyum, seperti layaknya seorang pelayan
perempuan yang bersedia melakukan apa pun demi
kepentingan majikannya. "Walaupun memang bukan urusanku, tapi tadi saat kau
melakukan beberapa 'transaksi jual beli", aku adalah satusatunya saksi mata.."
Kata Wie Kai. Raut wajah Hong Ku sedikit berubah.
"Kau?" Wie Kai berkata sambil berbisik:
"Di tubuhmu ada sebuah kalung emas, selem-bar kertas
uang (cek), dan sebuah tutup kepala dari batu giok yang
sangatmahal." Raut wajah Hong Ku langsung berubah.
"Kau!" "Setiap kali melakukan aksinya selalu bersih dan rapi,
nama Sam-jiu-Koan-in benar-benar memiliki prestasi yang
patut dibanggakan!" Tiba-tiba Hong Ku mengeluarkan tawa yang manis,
seperti layaknya pelayan yang dipuji oleh majikannya,
katanya: "Siau-kai, kau benar-benar hebat! Aku sungguh mengaku
kalah olehmu!" Wie Kai menundukan kepalanya, berkata:
"Terima kasih! Aku akan segera mengembalikannya."
Hong Ku segera mengeluarkan selembar cek dan
memberikannya kepada Loo Cong sambil berkata:
"Di jalan menagih hutang, ternyata dalam keluarga
terhormat juga diajarkan cara menagih hutang seperti ini."
Loo Cong hanya tertawa, menggerakan rahang nya,
memberi tanda memanggil kepada bawahannya.
Wie Kai mengepalkan tangannya di depan dada sambil
berkata: "Loo-heng, aku keluar rumah biasanya sangat jarang
membawa uang, jika saja pembantuku tidak berada di sini,
aku benar-benar merasa tidak enak."
Hong Ku juga bukanlah orang sembarangan.
Untuk pertama kalinya dia diperas orang dengan
menggunakan kelemahannya, belum lagi dianggap sebagai
pembantu orang lain. Hanya saja dia adalah seorang yang tahan banting alias
berkepala dingin, jika membantu orang pasti sampai tuntas,
jadi dia hanya bisa mempertahan-kan status 'pembantu' nya
sambil tertawa kecut. Siapa suruh namanya dipanggil Wie Kai.
Orang lain boleh saja tidak mengenal Wie Kai, tetapi
perbuatan mereka ini mana bisa dibiarkan"
Loo Cong bersoja sambil berkata:
"Tadi aku sudah katakan, jangan dimasukkan ke dalam
hati!" Dari begitu banyak orang, sebenarnya ada berapa banyak
orang yang tahu, saat ini akan ada berapa banyak episode"
Mungkin hanya Loo Cong yang tahu. Ada kemungkinan
Lim Leng-ji juga tahu. BAGIAN I BAB I Segala sesuatu yang ada di kota kuno ini cukup baik,
bahkan kebaikan hati orang-orangnya juga sangat terasa.
Hanya ada satu yang tidak baik yaitu jika tidak ada angin
maka tingginya tanah bisa mencapai 3 kaki, jika ada hujan
maka sepanjang jalan pasti penuh lumpur.
Bukankah ada pepatah mengatakan hujan di musim semi
lebih berharga daripada minyak" Tetapi jika hujan terus
turun selama 3 hari 3 malam lamanya, maka lorong kecil
ini pun pasti berair dan berlumpur.
Tetapi sebagian besar rumah penggadaian yang ada di
dunia ini justru berada di lorong kecil ini.
Baru saja Wie Kai hendak mengeluarkan labu air giok
dari dalam kantongnya, saat itu dia melihat rumah
penggadaian menutup pintunya.
Bisa dibilang pada awalnya dia berpikir hendak
menggadaikan labu air giok itu ke rumah gadai.
Tetapi akhirnya Wie Kai tetap kembali ke kamar
kecilnya dengan muka tersenyum.
"Cuh..." terdengar suara orang, membuang ludah.
Di atas sebuah meja kecil terdapat lima buah makanan
yang dipanggang yang terdiri dari setengah ekor ayam
panggang dan kacang lima bumbu.
Dia segera duduk di sebelah meja kecil itu dan
mengambil lentera yang ada di atas meja.
Di atas meja itu juga terdapat selembar kertas yang di
atasnya tertulis: ' Makanan ini mengandung racun, jika kau tidak berani
memakannya, maka kau bukan Wie Kai.
Di pojok bawah kertas itu tertulis huruf 'Lim'.
Tulisannya sangat indah dan ditilik dari caranya menulis,
dia pasti orang yang pernah belajar silat.
Wie Kai malah mendaratkan ciuman di atas kertas itu,
lalu mulai makan sepuasnya.
Wie Kai sama saja dengan kota kuno ini, semuanya baik,
hanya ada satu yang tidak.
Dia tidak pandai mengendalikan uang.
Menjadi orang budiman sampai titik darah penghabisan
merupakan gambaran yang indah bagi-nya, dan jika dia
menginginkan kehidupannya menjadi lebih nyaman dan
enak sedikit, baginya itu semudah membalikkan telapak
tangan saja. Sesudah kenyang, barulah dia bersiap-siap untuk masuk
ke alam mimpi. Maka dalam sekejap mata dia langsung
tertidur. Jika malam ini tidak tidur, mana ada tenaga untuk esok
hari. Bisa dikatakan di sisi lain, dia itu mirip seperti layaknya
anak orang kaya. Entah sudah berapa lama dia tertidur, tiba-tiba dia
terbangun. Ini adalah salah satu hal yang mencengangkan orang,
mau tidur langsung tidur, mau bangun langsung bangun.
Walaupun saat itu kamar kecil itu tidak ada cahaya
lentera, tetapi dia bisa melihat ada bayangan orang yang
berdiri di sebelah meja kecil itu.
Wie Kai berkata: "Sobat, kau datang bukan pada waktu yang tepat."
Orang ini berusaha menghampiri mulut jendela, tetapi
Wie Kai langsung menghadang di depan mulut jendela itu.
Kedua orang itu tidak bergerak sedikit pun, mereka
saling mereka-reka gerakan yang bakal dilaku-kan pihak
lawan. Tiba-tiba orang ini menghampiri ranjang dan malah
berbaring di atasnya. Tindakan ini malah membuat Wie Kai termangu, begitu
dia menghampiri ranjang, orang itu langsung menyemburkan sejenis serbuk dari tangan-nya.
Wie Kai tidak bisa tidak harus menghindar dan dalam
sekejap mata pihak lawan langsung melarikan diri
lewatjendela. Melihat ilmu meringankan tubuh orang itu, Wie Kai jadi
tidak ingin mengejarnya. Serbuk yang disemburkan melalui tangan orang tadi
ternyata adalah kulit kacang yang berada di atas meja kecil
yang berasal dari kacang yang dimakan-nya tadi.
Kulit kacang yang begitu ringan bisa mengeluarkan
suara, "Set... set..."
Dia menyalakan lentera dan melihat kamar kecil yang
seperti tidak ada penghidupan itu, semua sama sekali tidak
ada yang berubah, hanya ada selem-bar kertas yang hilang.
Apakah orang itu datang hanya demi selembar kertas itu"
Tentu saja, orang ini bisa membawa pergi kertas itu
tanpa harus menyalakan lentera, bisa ditebak orang itu pasti
datang karena benda ini. Bisa dilihat betapa pentingnya kertas itu bagi orang itu.
Di daerah ini, tulisan yang ditulis oleh Lim Leng-ji
sendiri jika dibawa ke rumah gadai untuk digadaikan, bisa
dihargai beberapa puluh tail.
Di saat itu tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu.
Jika di pemukiman kumuh terjadi keributan maka tidak
akan ada orang yang bertanya, tetapi Wie Kai adalah
pengecualian. Malam ini, ditempat ini tiba-tiba menjadi ramai.
Tempat ini hanyalah kamar kecil dari kayu yang terdapat
di sudut kota ini. Walaupun kau mengirimkan tandu guna mengundang
datang Sam-jiu-Koan-in Hong Ku, takutnya dia tidak akan
memandang sebelah mata pun ke kamar kecil ini.
Sebenarnya Lim Leng-ji itu membawa keberuntungan
atau malah kesialan baginya.
"Ada apa?" sahut Wie Kai.
Orang yang berada di luar pintu itu berkata:
"Aku Yo Lim, petugas keamanan yang ber-patroli di
Kabupaten Lu-lam-kong, sengaja datang untuk bertemu
dengan Wie-tayhiap."
Wie Kai bukan saja tidak pernah mendengar nama orang
ini sekalipun, bahkan jabatannya apa pun dia sama sekali
tidak tahu. Pada jaman dinasti Beng, petugas keamanan (Sun-cian)
tugasnya hampir sama dengan penjaga keamanan yang
bertugas menyelidiki suatu masalah atau kasus.
Wie Kai belum pernah berhubungan dengan orang
seperti ini sebelumnya. Tetapi dia membukakan pintu juga untuknya.
Pakaian yang dikenakan Yo Lim sangat praktis,
orangnya pun sederhana, sama sekali tidak terlihat tampang
seperti pegawai pemerintah.
Wie Kai mempersilahkan tamunya duduk lalu berkata:
"Kamar ini terlalu kecil."
Yo Lim berkata: "Seperti pejabat mengendarai kuda kurus, kerendahan
hati Wie-tayhiap sangat menyentuh hati."
Di gedung pemerintah kabupaten ini, anggota nya hanya
terdiri dari tiga orang saja, selain Bupati, juga ada kuli tinta
yang hanya bertujuan untuk mengisi perutnya saja dan
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sesuai dengan nama mereka, Cian-kok (lembah uang) dan
Bun-ang (menutupi perkara).
Petugas keamanan ini memiliki gaya bicara yang bisa
membuat kecemasan Wie Kai berkurang.
Wie Kai berkata: "Jika Yo-heng ada keperluan, mengapa tidak langsung
bicara saja?" "Di hadapan Wie-tayhiap mana mungkin aku boleh
berkata sembarangan?"
Wie Kai semakin tidak mengerti untuk apa petugas
keamanan ini datang mencari dia" .
Yo Lim mengeluarkan sebuah kertas yang hurufnya
ditulis dengan darah, menaruhnya dengan sopan di
hadapan Wie Kai sambil berkata:
"Silahkan Wie-tayhiap periksa."
'Tentang Lim Hujin yang merupakan orang pesimis serta
telah memutuskan hubungan dengan kehidupan dunia luar,
itu adalah urusan pribadinya, orang luar untuk apa ikut
campur"' Huruf di atas kertas itu bertuliskan seperti itu.
Wie Kai mengusap-usap belakang kepalanya, dia sedang
berpikir apakah dia sedang bermimpi, bahkan dia sampai
harus berurusan dengan petugas keamanan segala.
Orang yang bernama Yo Lim inipun mengeluarkan
sebuah Ki-jiu dan menaruhnya di hadapan Wie Kai.
Wie Kai tiba-tiba merasa bahwa dia telah menjadi
seorang tersangka pembunuhan, bagi manusia dan hewan,
yang telah melakukan kesalahan dan harus menerima
hukumannya. Tiba-tiba Wie Kai tertawa dan berkata: "Petugas Yo, apa
hubungannya ini dengan diriku?"
Yo Lim tertawa,tampak mukanya seperti kain sutera
yang kusut oleh tangan, lalu berkata:
"Aku merasa memang ada sedikit hubungan-nya dengan
dirimu." Wie Kai memandang padanya, melihatnya baik baik
untuk menentukan apakah dia benar-benar tidak salah
mengenali dirinya. Wie kai bertanya: "Ada sedikit hubungannya denganku?"
"Hanya sedikit, lagi pula kejadiannya baru hari ini
terjadi." Lagi pula kejadiannya baru hari ini terjadi!
Wie Kai segera menjulurkan tangannya dan mengusap
jidatnya untuk memeriksa apakah dirinya panas atau tidak.
Tetapi Wie Kai tetap saja mempertahankan mimik
tersenyum di wajahnya sambil berkata:
"Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
"Lebih baik kita tidak membicarakan masalah itu terlebih
dahulu, apakah Wie-tayhiap mengenal istri Lim Put-hoan?"
Jantung Wie Kai langsung berdegup kencang, lalu dia
menjawab: "Aku pernah mendengarnya."
Tiba-tiba Yo Lim tertawa terkekeh-kekeh lalu berkata:
"Wie-tayhiap hanya pernah mendengarnya?"
Wie Kai mengangkat tangannya sambil berkata:
"Selain pernah mendengarnya, apa lagi yang harus aku
ketahui?" "Mestinya bisa tahu sedikit lebih banyak."
Lagi-lagi Wie Kai mengusap-usap belakang kepalanya
sambil berkata: "Apakah Yo-heng bisa bicara lebih jelas lagi, apa yang
dimaksud dengan perkataanmu tadi?"
Yo Lim menjawab: "Bisa, tentu saja bisa. Apakah Wie-tayhiap mengira Lim
hujin telah memutuskan hubungan dengan dunia luar?"
"Dia?" Tanya Wie Kai.
"Waktu Lim Put-hoan meninggal dunia, dia baru saja
berusia 27 tahun 8 bulan."
"Wah, ingatanmu boleh juga."
"Nama besar hujin beserta... beserta teman-nya...
Apakah Wie-tayhiap benar-benar tidak pernah mendengarnya?" Tiba-tiba Wie Kai bertanya kepada Yo Lim:
"Petugas Yo, menurutmu apakah kedua mata kita ini
sedang bermimpi atau kita yang sedang bermimpi?"
Yo Lim tertegun sejenak, lalu berkata:
"Wie-tayhiap benar-benar pandai bergurau."
Wie Kai menjentik-jentikkan jarinya mengeluarkan bunyi "ctak.. .ctak...", lalu berkata:
sampai "Bagaimana kalau sekarang kita bicarakan tentang
masalah Lim hujin?" "Hujin adalah orang yang senang mengoleksi barangbarang antik, kabarnya nyonya
telah menerima barang mihk Yo Kui-hui (selir) berupa pispot yang telah
digunakannya bertahun-tahun yang lalu, kemudian setelah
menyadari bahwa barang itu ternyata palsu, dia
memutuskan hubungan dengan siapa pun."
"Bukankah Lim hujin adalah orang yang sangat kaya?"
Tanya Wie Kai. "Benar, menurut perkiraan orang, kekayaannya
mencapai seratus tiga puluh juta tail, pendapatan negara
tahun kemarin saja baru mencapai delapan puluh tujuh juta
tail." Wie Kai berkata: "Sudah begitu kayanya, tetapi hanya karena sebuah
pispot saja dia sampai tega memutuskan hubungan dengan
siapa pun?" Yo Lim buru-buru menjawab:
"Justru itulah mempercayainya." yang membuatku tidak bisa Wie Kai kembali lagi ke masalah yang semula:
"Apakah kau merasa bahwa aku ada hubungan nya
dengan kasus ini?" Yo Lim bertanya dengan serius:
"Kalau Wie-tayhiap sendiri sebenarnya siapa?"
"Aku siapa?" Yo Lim mengepalkan tangannya, berkata: "Sesudah
ceritaku selesai, aku sendiri akan memberitahukan pada
Wie-tayhiap tentang hubungannya dengan kasus ini."
Wie Kai berkata: "Lim hujin sangat muda tetapi tetap menjanda bahkan
tidak pernah menikah lagi, benar-benar setia dan patut
dipuji." Yo Lim tertawa pahit sambil berkata:
"Kekayaannya begitu banyak,- bahkan disisinya
seringkali ada 3-4 orang Siau-pek-lan (pacar gelap), untuk
apa menikah lagi?" "Siau-pek-lan tiga kata itu biasanya jarang digunakan
orang," Kata Wie kai.
Yo Lim berkata: "Kenyataannya semua adalah penjilat."
"Masa yang bermuka agak hitam sedikit pun tidak ada?"
"Tidak ada." "Sepertinya hujin tidak pernah mendapatkan piagam
keperawanan." "Wie-tayhiap lagi-lagi bergurau."
"Apakah yang mendapatkan piagam keperawanan itu
pasti perawan?" "Pertanyaan ini rasanya sama saja dengan apakah orang
yang bunuh diri itu karena merasa hidup ini sudah cukup,
suatu pertanyaan yang sulit dijawab. Di desa asalku ada
wanita yang pernah mendapatkan piagam keperawanan,
kata orang tumit kakinya penuh dengan bekas luka."
Wie Kai terkesiap, tidak menyangka bahwa untuk
mendapatkan piagam keperawanan begitu penuh
perjuangan. Yo Lim mengira Wie Kai tidak dapat menang kap katakatanya, jadi dia berkata
lebih lanjut: "Pada musim semi waktu suhu udara mulai naik, mau
tidak mau harus menggunakan tusukan untuk
mencocokkan tumit kaki, untuk memadamkan api (hasrat)."
Api ini mungkin api yang paling hebat di dunia,
begitulah pemikiran Wie Kai.
"Di antara 3-4 orang yang di samping hujin, tentu ada
satu yang paling disayang, iya kan?"
"Orang yang lalu misterius, menerima ini she Liauw dan bernama In. Bertahun-tahun
seorang hweesio Lama pernah berkata dengan
katanya ada hubungannya dengan yang
kasih sayang-nya." Jawab Yo Lim
"Apakah orangsheLiauw masih ada?"
"Seharusnya masih ada, orang ini sudah berkeluarga dan
malahan istrinya adalah seorang dukun beranak."
"Jika Lim Hujin ingin mencari orang untuk disayang,
harusnya mencari yang masih bujangan."
"Setelah Lim Hujin melahirkan seorang anak
perempuan, hubungannya dengan Liauw In menjadi
renggang, bahkan ada orang yang mengatakan kalau Liauw
In sudah menghilang."
"Petugas Yo, dilihat dari perkataanmu seperti-nya ini
sebuah kasus pembunuhan, lalu apa hubungan-nya dengan
diriku?" "Ini harus kembali ke pokok permasalahannya. Wietayhiap kenal dengan Lim Leng-
ji?" Wie Kai malah menjawab: "Apa aku masih kurang meyakinkanmu?"
"Jika tidak saling kenal, siapa yang bisa menghadang
kereta di tengah jalan dan begitu memanggil dia langsung
membuka tirai keretanya?" Kata Yo Lim
Wie Kai juga agak sedikit bingung, tapi apa yang bisa dia
katakan. Yo Lim berkata lagi: "Kata orang Lim Leng-ji adalah anak dari Lim Put-hoan,
Lim hujin." Wie Kai terdiam sebentar, lalu bertanya: "Lalu apa
hubungannya?" "Hari ini di jalan, majikan dari pengawal yang kejam
yang menagih hutang padamu juga ada hubungannya
dengan kasus ini." "Loo Cong?" YoLim mengangguk-anggukkan kepalanya.
Bukannya Wie Kai ingin main-main karena tidak ada
pekerjaan, tetapi dia jelas-jelas tidak pernah mengenal Lim
Leng-ji, pertemuan hari ini justru merupakan pertemuan
yang pertama. Jika dia tidak salah, makan malam hari ini Lim Leng-ji
juga yang mengantarkannya.
Dia tidak berani seenaknya menentukan bahwa antara
dia dan Lim Leng-ji sama sekali tidak ada hubungan apa
pun, hanya saja sama seperti impian yang sudah lama,
hanya teringat sedikit bayangannya saja.
"Petugas Yo adalah pengawal keamanan yang bertugas
di Kabupaten Lu-Iam-kong, tetapi kenapa malah sampai
bertugas di kota Koh ini?" Kata Wie Kai
Wie Kai menggosok-gosokkan belakang kepalanya
sambil berkata: "Bukankah masih ada satu orang lagi?"
Yo Lim tertawa tapi tidak menjawabnya.
Sambil menggosok-gosok bagian bawah hidung nya
sendiri, Wie Kai berkata:
"Aku juga kan?"
Yo Lim lagi-lagi menggangguk-anggukkan kepalanya.
"Lalu apa peranku dalam kasus ini?"
"Tentu saja kalau bukan muka merah mungkin muka
hitam." "Apa maksudnya itu?"
"Di dalam sandiwara opera, orang yang memegang
peranan penting selalu bermuka merah atau hitam."
"Wie-tayhiap, pada dasarnya Lim Put-hoan memang
orang yang berasal dari Kabupaten Lu-lam-kong, kasus ini
tentu saja ditangani oleh Kabupaten Lu-lam-kong. Hanya
saja orang-orang yang memiliki peranan dalam kasus ini
selalu saja bergerak, tentu saja aku pun tidak bisa tinggal
diam." "Siapa yang meninggalkan Ki-jiu dan kertas ini?" Kata
Wie Kai "Tidak tahu, tetapi ada orang yang menulis surat padaku
yang berkata tahu tentang seluk beluk kasus ini dan orang
itu ingin dibayar 500 tail. Aku pergi mencari orang itu tetapi
orang i tu malah menghilang."
"Kau tidak pergi sambil membawa uangnya?" Kata Wie
Kai "Aku membawa uang kertas, ini adalah alamat orang
itu." Sebuah surat ditaruh di atas meja.
Wie Kai melihat-lihat tulisan yang ada di atas kertas itu,
langsung bisa menebak orang rendah macam apa orang itu.
Orang itu menandatangani surat itu dengan guratan yang
sulit, namanya sama sekali tidak dikenal.
-oo0dw0ooBAB II Langit baru saja gelap. Kelihatan sekali pondok kayu kecil ini semakin kecil dan
semakin reyot.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Walaupun anjing piaraan milik keluarga kaya sekali pun
tidak akan tinggal di kandang yang seperti ini.
Perasaan Wie Kai sedikit banyak bisa mengerti perasaan
orang yang tinggal di tempat seperti ini.
Orang yang tinggal di kamar seperti ini, jika bukan
karena sangat miskin, pastilah orang yang sudah tidak
punya harapan lagi. Seorang yang membuat dirinya bejat, cemar dan kacau,
itu adalah lambang dari diri orang ini.
Pintu kamar pondok kayu itu sangat reyot, sekali
disentuh langsung terbuka.
Begitu orang masuk ke dalam kamar ini, pasti langsung
tersedak oleh bau yang aneh.
Kamar yang ditinggali Wie Kai saja sudah cukup buruk.
Tapi di tempat ini orang pasti langsung terpikir kan akan
tempat tinggal seekor babi.
Dia mengangkat lentera tinggi-tinggi dan memandang
sekeliling kamar itu dengan matanya yang besar untuk
melihat keadaan di sekeliling kamar itu.
Ada sebuah meja papan dari kayu dan sebuah kursi yang
sudah kehilangan satu kakinya.
Di atas meja itu penuh dengan mangkuk-mangkuk,
piring-piring, cangkir-cangkir, sumpit-sumpit, dan banyak
peralatan makan lainnya. Tentu saja tidak ada satu pun yang dicuci, bahkan sudah
berdebu dan ada sarang laba-labanya.
Pemandangan di dalam kamar ini bagi orang yang
hidupnya bersih dan sehat, tentu saja sangat tidak bisa
dibayangkan, mengapa bisa ada begitu banyak mangkuk,
piring serta peralatan makan yang lainnya"
Jika sudah dicuci mungkin malah bisa mem-buka toko
peralatan makan. Wie Kai justru bisa memahami orang yang memiliki
kehidupan seperti ini. Orang ini sama sekali tidak pernah mencuci mangkok
dan piring, ini membuktikan bahwa erang ini begitu selesai
makan maka dia tidak akan pernah menyentuh lagi
peralatan makan yang telah digunakannya, begitu selesai
digunakan maka dia akan segera membeli yang baru.
Jika ini berlangsung terus maka dalam kurun waktu satu
tahun kemungkinan besar tempat untuk berjalan pun sudah
tidak ada lagi. Di bawah lantai rnasih berserakkan bekas kulit kacang
dan kulit kuaci. Di atas ranjang terdapat sebuah selimut yang semula
seharusnya berwarna biru tetapi sekarang telah berubah
menjadi warna hitam yang telah sobek di sana sini serta
mengeluarkan gumpalan-gumpalan kapas yang sudah
meng-hitam. Bantal yang ada di atas ranjang juga terlihat berminyak.
Wie Kai sama sekali tidak berani bernafas dengan
normal. Dia menyadari orang maupun benda apa pun ada
kalanya tidak ada gantinya di dunia ini.
Tetapi jika mau kotor atau jorok, maka orang ini sudah
pasti tidak tertandingi jorok dan kotornya.
Di kepala ranjang masih terdapat sebuah meja kecil reyot
yang di atasnya terdapat tulisan yang dituliskan dengan
tulisan cakar ayam di atas selembar kertas rombeng dan
hurufnya sama persis dengan yang ditulis di atas kertas
yang dibawa oleh Yo Lim. Jika seseorang ingin meniru tulisan huruf kuno ini
mungkin seumur hidup pun tidak akan bisa.
Di atas kertas itu tertulis:
'Bauw Toh di Peng-hoa-louw tanggal satu dan lima belas,
Siau Kin-ya tanggal dga puluh, Pek Cu-sian di gang Hu-kui
tanggal dua puluhan setiap bulannya.'
Wie Kai tentu saja mengenal tempat ini.
Semua tempat ini adalah tempat pelacuran kelas dua di
kota Koh ini. Tetapi apa maksud dari tanggal yang tertulis di belakang
nama tiga orang gadis yang paling terkenal ini" Hanya
orang yang menuliskannya yang tahu.
Begitu matanya beralih ke bantal di atas ranjang itu, tibatiba m ata Wie Kai
bersinar-sinar. Tidak ada satu barang pun di ruangan ini yang tidak
hitam dan tidak kotor. Tetapi hanya ada 13 buah sekop terbang kecil yang
mengkilap. Benda ini bukanlah pisau terbang, walaupun banyak
orang yang beranggapan kalau benda ini sama saja dengan
pisau terbang. Ini adalah sekop kecil yang terbuat dari baja, tajamnya
tiada duanya, walaupun tidak sama seperti pedang tetapi
bendaini sangatlebar. Tidak peduli betapa jorok dan kotornya orang ini.
Tidak peduli orang lain beranggapan dia itu seekor babi
atau anjing. Hanya dengan melihat 13 buah sekop baja kecil yang
mengkilap dan tajam ini, orang-orang bisa langsung
mengetahuinya kalau dia itu adalah seorang pembunuh
tingkat tinggi pembunuh tingkat tinggi yang menggunakan
pisau terbang.... Saat itu, tiba-tiba Wie Kai mendengar suara aneh.
Orang yang berada di luar pintu tertawa dingin sambil
bertanya: "Apakah kawan atau lawan?"
"Aku adalah Sun-cian (petugas
Kabupaten Lu-lam-kong, datang membicarakan urusan bisnis."
keamanan) dari kemari ingin Orang di luar pintu itu menyahut:
"Kau bukan!" "Wah, kau terlahir dengan hidung anjing rupanya." Kata
Wie Kai. Orang di luar pintu itu berkata:
"Anggap saja aku tidak tertarik dengan bisnis ini."
"Masa dengan bisnis sebesar ini kau malah tidak
tertarik?" "Bisnis ini jalannya tidak b^ik, tidak terima ya tidak
terima!" Wie Kai membawa bungkusan dari kulit yang berisikan
13 pisau terbang itu dan membuangnya keluar sambil
berkata: "Kalau yang ini diterima, kan?"
"Kau ini sebenarnya orang yang seperti apa?"
"Bukankah setidaknya perlu ada sedikit pengorbanan
uang untuk mendapatkan suatu jawab-an?"
"Benar! Kau jangan menyesal!"
"Kau tenang saja..."
Tiba-tiba sebuah percikan api serta diikuti oleh hawa
dingin bagaikan membentuk suatu benda.
Ternyata pemikiran orang ini lebih maju satu langkah.
"Wush...." Wie Kai langsung jatuh ke tanah.
"Bodoh! Kau seharusnya mencari tahu lawan-mu,
sedang melakukan apa ...." Orang yang berada di luar pintu
itu masuk ke dalam. Kantung berisi pisau itu sudah menggantung di
pinggangnya. Biji mata orang itu tajam bagaikan teropong serta penuh
dengan kelicikan. Gerakan tangan seorang pembunuh tentu saja berbeda
dengan gerakan tangan orang biasa.
"Terimalah pisau ini...." Lagi-lagi Wie Kai bangun
dengan Lee-hie-ta-ting (Ikan meloncat), dia sudah berubah
bagaikan pegas yang mengkerut.
Dalam sekejap mengkerut dan mengembang, mengarah
pada tujuh posisi dan sudut yang berbeda.
"Tak....Tak....." Tujuh buah pisau terbang itu sebagian
ada yang menancap pada dinding dan ada juga mendarat di
atas ranjang. Bahkan tiga diantara tujuh pisau terbang itu dilemparkan
lawan dengan cepat dan memaku lengan baju kirinya pada
papan pintu. Melawan orang seperti ini sungguh tidak mudah.
Saat itu di kedua tangannya sudah ada sebilah pisau
terbang. Kedua pisau terbang itu bagaikan dilapisi oleh ratusan
ribu sisik ikan dari baja.
Wie Kai jadi menggelengkan kepalanya, dasar sialan!
Gerakan serta perpindahannya yang berubah ubah
menimbulkan halusinasi bagi lawannya.
Dalam waktu beberapa detik ini dia menghentakkan
sebelah kakinya dan menahan leher sebelah kiri lawan.
Di atas selembar kertas rombeng dia menulis-kan dua
huruf 'Wie Kai' dan di bawahnya ditulis lagi huruf 'Orang
dan Gudang', lalu pergi. Yo Lim bangkit dan menyongsong kedatangan Wie kai.
Dia merasa kepulangan Wie Kai ini terlalu cepat. "Wietayhiap, apa dia kabur?"
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Karena dia tidak ikut kembali dengan Wie-tayhiap."
Wie Kai tertawa sambil berkata:
"Si sialan ini, aku jadi benar-benar tertarik dengan orang
ini." "Tertarik?" "Ya, maka aku baru mau melumpuhkannya."
"Apakah Wie-tayhiap sudah memberi dia pelajaran"'
Wie Kai mengangguk-anggukkan kepalanya. "Maaf telah
membuatmu menunggu lama!"
"Tidak apa-apa, malah aku merasa kepulangan mu ini
terlalu cepat." Kata Yo Lim Wie Kai tertawa-tawa.
"Apakah pelajaran?" orang itu akan kembali setelah diberi Wie Kai lagi-lagi menganggukkan kepalanya.
"Apakah dia pernah punya kasus di Kabupaten Lu-lamkong ini?"
"Tidak, tidak pernah."
"Baguslah kalau begitu."
Pada saat itu, seorang pelayan berkata dari luar pintu:
"Sun-cian Tay-jin, di depan ada seorang tamu yang
mencari Wie-tayhiap."
"Siapa namanya?"
"Ada, tadi kalau tidak salah dia menyebut namanya
Hong Kie!" Yo Lim memandang pada Wie
mengibaskan tangannya sambil berkata:
Kai, Wie Kai "Suruh dia masuk."
Tiba-tiba Yo Lim merasa jabatan Sun-cian ini terlalu
sepele dan tidak berarti, dia pernah mendengar orang besar
yang bernama Hong Kie. Jika tahu dia orangnya, dia tidak akan berani mengusik
Hong Kie. Saat itu di luar pintu berdiri seorang lelaki yang berumur
kurang lebih tiga puluh tahunan, wajahnya kasar iIjii penuh
benjolan tidak rata yang mengganggu, tubuhnya sangat
super kurus, tetapi dadanya mem-lur.ung seperti seorang
gadis. Orang ini membungkuk memberi hormat:
"Wie-tayhiap, Wie-cianpwee!"
Yo Lim terpana, mengikuti ukuran usianya, dengan usia
Wie Kai saat ini mana bisa dia disapa seperti itu"
"Cianpwee, Boanpwee apaan, namaku adalah Wie Kai!"
"Wie-tayhiap, di dunia persilatan ini tidak ada orang
yang tidak tahu nama besar Cian-thauw-siau-kai?" (Kai
kecil si pemburu kepala).
"Kalau sudah tahu terus mau apa?"
"Apakah kepala 'anjingku ini juga layak untuk kau
buru?" Wie Kai menunjuk pada Yo Lim sambil berkata:
"Perkenalkan Yo Sun-cian."
"Sun-cian Tay-jin....."
Yo Lim bukanlah orang yang mudah dipermainkan
tetapi sikap Wie Kai membuat dirinya kagum seda!am-d
alamnya. Tentu saja, bagaimana dia tahu apakah Wie Kai sama
kagumnya pada Hong Kie" Kelak dia pasti akan lebih
memperhatikan kata-katanya jika berbicara di depan orang
yang demikian terkenal. Yo Lim bercakap-cakap sebentar lalu berpamit-an dan
pergi. Tiba-tiba Hong Kie berlutut dan menyembah. "Apaapaan ini?"
"Aku mau berguru!"
"Bangun!" Wie Kai berkata, "Aku tidak menerima murid
seperti dirimu, jika kau bisa berubah dan kembali ke jalan
yang benar, kau boleh mengikutiku."
"Baik." Hong Kie bangkit berdiri.
Di luar pintu ada seseorang yang menyapa Wie Kai dan
saat dia membalikkan tubuhnya, serangan yang sangat
dashyat dan tidak kenal teman tiba-tiba datang dari depan
dan belakang. Orang yang satu lagi ternyata Sam-jiu-Koan-in Hong Ku.
Mereka marganya sama dan sekaligus adalah sepasang
kekasih. Jika orang seperti mereka bergabung tentu saja bukan
lawan yang mud ah untuk dihadapi.
Bagian punggung Wie Kai seperti terpasang mata, di satu
sisi mengelak serangan dari kedua kaki Hong Ku, di sisi lain
menangkis serangan tinju dan pukulan telapak tangan dari
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hong Kie. Walaupun kedua belah pihak masih belum terlihat pihak
mana yang tidak beruntung, tetapi hasilnya sudah terlihat
dengan jelas. Sebagai orang yang hidup di dunia persilatan setidaknya
pastilah harus memiliki kemampuan.
Hanya saja Wie Kai tidak akan memberikan mereka
kesempatan untuk bertukar pikiran, dalam sekejap mata
serangannya langsung mengenai bagian vital dari tubuh
mereka berdua. Mereka berdua membungkukkan pinggang kesakitan.
Mereka langsung berlutut. Hong Ku berkata: "Tolong
terimalah kami sebagai muridmu."
"Mengapa?" "Kami merasa tidak ada orang yang lebih layak ilantnu."
"Pandangan kalian terhadap dunia persilatan ini terlalu
sempit." "Walaupun begitu, kami beranggapan dengan berguru
padamu barulah kami tidak akan bisa tergoyahkan."
"Tidak perlu! Jika ada niat baik, pasti bisa berhasil,
barulah setelah itu boleh mengikuti aku."
Keduanya saling memandang satu sama lain-nya, lalu
sepakat untuk bersumpah. Yang satu bersumpah tidak akan pernah berpura-pura
lagi menjadi orang yang terpelajar dan yang satu lagi tidak
akan lagi menjadi Hong-yauw-kai (pelacur) yang menjual
diri untuk hidup. Semua itu atas kemauan mereka sendiri.
Hong-yauw-kai semua memerlukan perlindungan, setiap
bulannya rela mengeluarkan uang puluhan tail demi
memohon agar segala sesuatunya lancar.
Hong Kie berkata bahwa kemarin dia bertemu dengan
Lim Leng-ji di luar kota yang berjarak 300 li dari kota.
Kata-kata ini sama sekali tidak relevan, Wie Kai berkata:
"Kau tanya saja pada Hong Ku, kemarin kita berdua
bertemu dengan Lim Leng-ji di jalan utama di kota ini."
"Jika keluar rumah, kalau tidak naik kereta dia pasti naik
tandu, bagaimana bisa tahu kalau dia itu yang asli atau
yang palsu?" "Bagaimana bisa membuktikannya bahwa yang kau lihat
itu adalah yang asli?" tanya Wie Kai.
"Karena aku berada di sampingnya sehingga bisa
melihatnya dengan jelas."
Wie Kai menggelengkan kepalanya.
"Sungguh! Waktu itu tengah malam, aku melihat dia
memasuki sebuah rumah penduduk dan kepandaiannya
tidak jelek." "Jika dibandingkan dengan kalian berdua bagaimana?"
Hong Kie tertawa sambil berkata:
"Tentu saja jelek sekali."
"Lanjutkan!" "Dia bertemu dengan seseorang dan orang itu bernama
Thiat-sim. Dia bertanya kepada Thiat-sim apakah dia tahu
tentang seseorang yang bernama Cia Peng. Thiat-sim
rupanya mempunyai maksud jahat padanya dan hendak
berlaku tidak senonoh padanya."
"Lalu selanjutnya bagaimana?"
"Lim Leng-ji rupanya hendak mengetahui keberadaan
orang yang bernama Cia Peng itu, lalu membohonginya
dengan merayunya jika dia bisa memberitahukan di mana
Cia Peng berada, maka dia bisa mempertimbangkannya."
Wie Kai berkata: "Hong Kie, kita pergi! Hong Ku kau tunggu saja di
rumah agar bisa bergabung dengan Yo Lim, tetapi jangan
beritahukan padanya ke mana tujuan kami."
Hong Kie bukanlah orang yang penurut dan mudah
patuh. Tetapi di samping Wie Kai dia sama sekali berbeda.
Begitu menemukan tempat yang
langsung ditundukkan oleh Hong Kie.
dituju, Tiat-sim "Tuan Hong, maaf aku tidak mengenal anda."
"Kalau tahu ini aku, lalu mau apa?"
"Tentu saja, aku tidak akan berani melawan anda."
"Apakah kau tahu yang seorang lagi siapa?"
"Mungkinkah orang yang satu lagi lebih terkenal
daripada tuan Hong?"
"Sudahlah!" Wie Kai mengangkat tangannya sambil
berkata, "Thiat-sim, di mana Cia Peng berada?"
"Aku juga tidak tahu
Hong Kie menyodokkan lututnya tepat pada - tulang
iganya. "Auw.." Tiat-sim berteriak kesakitan.
"Kau kan Thiat-sim (hati besi), pasti tidak masalah, coba
sekali lagi bagaimana?" Kata Hong Kie.
"Akan aku katakan...Cia Peng tinggal di Tiang-ciu, dia
adalah seorang seorang dukun beranak, jadi tidak ada
seorang pun yang tidak mengenalnya."
"Apa lagi yang kau ketahui?"
"Aku......" Belum selesai bicara, tiga buah pisau
terbang menyerang secara tiba-tiba. Wie Kai dan Hong
Kie keduanya bisa segera menghindari serangan yang
datang, tetapi malang bagi Tiat-sim, satu dari ketiga pisau
itu menancap mengenai ulu harinya.
"Hong Kie, kau di sini melindungi Tiat-sim, aku akan
pergi mengejar dan menangkap orang itu."
"Tiat-sim, cepat katakan! Apa lagi yang kau ketahui?"
kata Hong Kie. "Ak...aku juga tahu Liauw In...80% dialah yang
membunuhku untuk..."
Thiat-sim telah mati. Wie Kai juga kembali dengan tangan kosong. Hong Kie
menebarkan tangannya, berkata: "Wie-tayhiap, aku tidak
bisa menyelamatkannya. "Apa yang dikatakannya sebelum dia mati?"
"Katanya orang yang membunuh untuk menu-rup
mulutnya itu ada kemungkinan adalah Liauw In."
"Sayang sekali."
"Apanya yang sayang sekali?"
Wie Kai menghela nafas sambil berkata:
"Rahasia yang diketahui orang ini tidak sedikit."
"Wie-tayhiap, apa yang akan kita lakukan untuk masalah
ini?" "Mencari Cia Peng"
"Rahasia apa yang sebenarnya diketahui oleh Cia Peng"
Apa hubungannya antara rahasia ini dengan Lim hujin,
Lim Leng-ji, juga Liauw In?"
Mereka keluar dari tempat tinggal Thiat-sim dan pergi
menuju keTiang-ciu. "Berdasarkan pada Cia Peng sebagai seorang dukun
beranak, ditambah lagi suaminya adalah kenalan lama dari
Lim Hujin, tentu saja hal ini mudah membuat orang
berprasangka yang bukan-bukan."
" Wie-ya, otakku memang tidak berguna."
"Dasar kau ini!"
"Wie-ya, bisakah kita menyingkap sisi gelapnya?"
"Hong Kie, aku rasa Lim Leng-ji ada dua, kau percaya
tidak?" Hong Kie tertegun kemungkinan." sejenak lalu berkata: "Ada "Apa yang menjadi dasar sehingga kau mengatakan ada
kemungkinan?" "Bukankah kita sudah membicarakan tentang kecurigaan
akan Lim Leng-ji yang muncul terlebih dahulu dengan Lim
Leng-ji yang muncul belakangan?"
"Benar, ternyata isi otakmu tidak semuanya berisi
cairan." "Apakah Wie-ya berpendapat karena istrinya Liauw In
adalah seorang dukun beranak, lagipula jika pada dasarnya
bayi yang dilahirkan nyonya ternyata ada dua bayi dan Cia
Peng mengambil salah satunya, justru inilah yang
merupakan rahasia sebenarnya?"
"Hong Kie, ternyata otakmu lumayan juga."
"Tetapi kata Hong Ku pikiranku tidak terbuka."
Raut wajah Wie Kai berubah menjadi serius, lalu
berkata: "Hong Kie, apakah kau tahu 'Kai-kiau' (pikiran terbuka)
dua kata itu di dunia persilatan merupakan senjata yang
mematikan?" "Wie-ya, aku sama sekali tidak mengerti."
"Kata orang, Lim hujin punya ilmu Pit-kiau-tay-hoat
(ilmu menutup pikiran) dan Kai-kiau-tay-hoat (ilmu
membuka pikiran), keduanya adalah ilmu rahasia dari
negeri India." "Kalau soal ini aku lebih tidak mengerti lagi."
"Kata orang ilmu Pit-kiau-tay-hoatbisa mem-buat
seseorang melupakan semua masa lalunya dan untuk
membukanya kembali mau tidak mau harus menggunakan
ilmu Kai-kiau-tay-hoat, lagipula setelah dibuka efeknya bisa
membuat kita menjadi muda kembali."
"Wie-ya, apakah ini tidak terlalu mustahil?"
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dia tidak bisa memberikan penjelasan mengapa hal itu
tidak mustahil. Dia selalu berharap bisa memiliki
merasakan ilmu semacam Kai-kiau-tay-hoat.
pengalaman Tentu saja ini pasti merupakan hal yang luar biasa.
"Apakah maksud Wie-ya, Liauw In dan istrinya
mengambil salah satu dari bayi itu dengan tujuan untuk
merebut harta dari keluarga Lim?"
"Ini hanyalah pandangan luar saja karena keluarga Lim
memang terlalu kaya."
"Kalau begitu tujuan Liauw In dan Cia Peng tidak
semata-mata hanya demi harta?"
"Bagaimana pun juga penilaian ini terlalu subjektif, tetapi
tujuan utama mereka pastinya adalah demi Pit-kiau-tayhoat dan Kai-kiau-tay-hoat
yang dimiliki Lim hujin."
"Apa gunanya ilmu yang mustahil seperti ini haj-i dunia
persilatan?" "Untuk orang yang baik memang tidak ?k?n .ula
gunanya, tetapi untuk orang yang jahat tentu saja lain "
"Wie-ya, aku tetap saja tidak mengerti."
"Pada dasarnya banyak hal di dunia im \.nin memang
tidak mudah dimengerti oleh banyak i >i .n ty
Nama Cia Peng di Tiang-ciu tidaklah begitu terkenal.
Tetapi jika mencari seorang dukun beranak yang
berparas jelek m aka tid aklah sulit dicari.
Wie Kai dan Hong Kie ternyata menerobos tempat yang
kosong. Cia Peng sama sekali tidak ada di rumah dan juga tidak
tahu dia pergi ke mana. "Orang yang hendak membunuhnya sebagai saksi mata
pastinya telah membocorkan informasi, sehingga Cia Peng
bergegas melarikan diri."
"Wie-ya, apakah kasus yang ditangani Yo Lim dan kasus
kita ada hubungannya?"
"Sepertinya ada hubungan dengan Lim Leng-ji."
"Lalu apa hubungan Lim Leng-ji dengan kasus kita?"
"Kemungkinan ada hubungannya denganku."
"Kau?" Tiba-tiba Wie Kai keluar melalui jendela.
Hong Kie juga ikut melesat keluar. Di bagian belakang
rumah itu ada sebuah kebun sayuran yang panjangnya
kurang lebih 20 tombak dan di sana lagi-lagi menemukan
seseorang, orang itu adalah Yo Lim.
Yo Lim dan Wie Kai sama-sama berdiri.
Hong Kie benar-benar mengabdi pada Wie Kai, hanya
berdasarkan pendengaran yang peka saja, dia bisa
mengacaukan dunia persilatan.
"Yo Sun-cian, ada apa kau datang kemari?"
Walaupun pertanyaan Hong Kie terkesan tidak sopan,
tetapi justru itulah yang diharapkan Wie Kai.
Yo Lim tertawa sambil berkata:
"Hong lote, apakah kau lupa kalau aku ini Sun-cian dari
kabupaten Lu-lam-kong" Jika kasus Lim hujin belum
tuntas, bagaimana mungkin aku diam saja dan tidak
peduli?" "Tetapi bagaimana kau bisa tahu tempatini?"
Tidak bisa menutup mulut terkadang ada guna nyajuga.
Bagi Wie Kai, apa yang tidak bisa dia tanyakan, Hong
Kie justru sudah mewakilinya untuk bertanya.
Yo Lim menggoyang-goyangkan tangannya:
"Setidaknya kali ini aku tidak mengecewakan orang,
sesudah menyelidiki ke sana ke mari barulah tahu Cia Peng
tinggal di tempat ini."
"Memangnya kenapa kalau Cia Peng tinggal di sini?"
Yo Lim agak sedikit tersinggung, dia sama sekali tidak
berurusan dengan Hong Kie tetapi dia tidak bisa tidak harus
memberi muka pada Wie Kai.
Hanya saja Wie Kai sama sekali tidak mengeluarkan
suara sedikit pun, apa yang ada di benaknya sama sekali
tidak terbaca, hal ini membuat Yo Lim semakin panas.
"Lote, apakah kau tidak memandang terlalu rendah
diriku?" Hong Kie adalah jenis orang yang kasar tetapi juga
cermat. Di dalam dunia persilatan, jika ingin bisa bertahan hidup
bagi orang dewasa maupun anak-anak, tidaklah cukup
hanya mengandalkan keahlian silat saja.
"Yo Sun-cian, kau adalah ahlinya dalam memecahkan
kasus, aku hanya ingin belajar darimu saja."
"Lote, lagi-lagi kau ingin menyindir aku, ya?"
"Mengapa berkata seperti itu" Aku hanya ingin tahu saja
bagaimana kau bisa tahu kalau Cia Peng tinggal di tempat
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini?" Yo Lim menjawab: "Kasus ini terjadi di kabupaten Lu-lam-kong dan orang
yang ada sangkut pautnya dengan Lim hujin sudah berada
di dalam genggamanku. Cia Peng adalah istri dari Liauw In
dan juga seorang wanita yang tangguh, bagaimana mungkin
aku tidak tahu?" Hong Kie tertawa sambil berkata:
"Yo Sun-cian, mohon jangan diambil hati, aku hanya
sedikit merasa semuanya terlalu kebetulan."
BAB III Wie Kai sedang minum arak bersama dengan Hong Kie.
Mereka tetap saja belum bisa menemukan Cia Peng
sampai sekarang. Yo Lim sudah pergi. Kata Hong Kie:
"Yo Lim si kurang ajar itu ternyata tidak terlalu jelek."
"Di bagian bagusnya?"
"Reaksinya." "Jika dia itu meniru bagaimana?"
"Maksudnya dia belajar dari kita?" Wie Kai menghirup
araknya. Dia mempunyai prinsip, baik arak yang baik maupun
arak yang murahan, semuanya bisa dia minum, maka dari
itu dia bisa mempertahankan senyumannya.
"Dasar Yo Lim sialan!" kata Hong Kie.
Wie Kai tetap saja tidak bersuara, malah dia berdiri dan
berkata: "Kita pergi!" Kali ini di tempat kediaman Cia Peng ada orang.
Ternyata orang mendebarkan hati. itu seorang gadis yang sangat Hong Kie termangu-mangu sejenak, katanya
"Wie-ya, aku berani jamin orang ini pasti Lim Peng-ji."
Wie kai menyuruh menutup mulut nya
Dengan mengintip ke dalam ruangan dari atas atap
rumah, dia bisa melihat dengan jelas apa yang sedang
dilakukan oleh gadis ini.
Jika dilihat sekilas saja, memang dia adalah Lim Leng-ji.
"Apakah kau merasa kalau dia bukanlah Lim Leng-ji?"
Kata Hong Kie. Wie Kai menggeleng-gelengkan
mengangguk-anggukkan kepalanya.
kepalanya juga Hong Kie mengusap-usap bagian belakang kepala nya
sambil berkata: "Bagaimana ini?"
"Kau cari angin saja di sini, aku akan turun untuk
melihat-lihat." Mendadak Wie Kai memasuki rumah itu, membuat
gadis itu segera berdiri, dengan raut wajah yang cerah
berkata: "Nyalimu besar juga!"
Wie Kai tertawa-tawa. "Siapa Kau?" Wie Kai merasa gadis ini sama sekali tidak
mengenalnya, jadi dia bukanlah Lim Leng-ji, lagi pula
kelihatannya dia tidak berpura-pura.
"Siapa aku sebenarnya sama sekali tidak penting."
"Lalu apa yang penting?"
"Tujuanku datang ke tempat ini."
"Benar! Apa maksudmu datang ke tempat ini?"
Dia benar-benar persis seperti Lim Leng-ji, baik postur
tubuhnya maupun parasnya.
Tetapi daya tariknya sama sekali berbeda.
Orang bisa meniru seseorang dari bagian luar dan gaya
bicara sekaligus, tetapi tidak akan bisa meniru daya
tariknya. "Apa kau memiliki saudara perempuan?"
"Aku yang bertanya padamu, apa maksudmu datang ke
tempat ini?" "Pertanyaan yang baru saja kutanyakan pada-mu, itulah
jawabannya." "Jadi bertanya padaku apakah aku memiliki saudara
perempuan atau tidak, itukah tujuanmu?"
"Benar!" "Apa urusannya denganmu,
perempuan atau tidak?"
memiliki "Hubungannya denganku tidaklah
denganmu itu justru besar hubungannya."
saudara besar, tetapi "Bukankah ini hanya omong kosong belaka?"
"Ini bukan omong kosong!"
"Mengapa aku harus menjawabnya?"
"Demi asal usul dirimu, kau harus menjawabnya."
"Demi asal usul diriku?"
"Benar." "Namaku Liauw Swat-keng, anak tunggal Apakah asal
usulku penting untuk diselidiki?"
"Kau seharusnya she Lim."
Dia membelalakkan matanya menatap Wie kai lalu
berkata: "Berani sekali kau!"
"Apa maksudnya itu?"
"Jika bukan karena tampangmu bukan bertampang orang
jahat, kau sudah pasti mati."
"Wah, sungguh tidak kelihatan kalau kau ini cukup sadis
juga!" "Maksudku yang melakukannya adalah ayah dan ibuku!"
"Ayahmu adalah Liau w In?"
"Dari mana kau tahu?"
"Ibumu adalah Cia Peng, dia adalah seorang dukun
beranak, betul tidak?"
"Ternyata kau menyelidiki latar belakangnya juga ya?"
"Memang dari mula memang ada sedikit."
"Apa maumu sebenarnya?"
"Memperjelas jati dirimu yang sebenarnya, untuk
membalaskan dendam ayahmu."
"Kau sebenarnya bicara apa sih?" Gelagatnya sangat
menyentuh hati. Memang pada umumnya bagi gadis yang cantik, walau
pun sedang menangis pun pasti terlihat cantik.
Pokoknya tidak ada tindak tanduk dari gadis cantik yang
tidak menyentuh hati orang.
"Jika aku berkata kau memiliki seorang saudara
perempuan dan orang tuamu yang sekarang bukanlah orang
tua kandungmu, balikan mereka adalah musuh-mu, kau
pasti tidak akan percaya."
Matanya yang indah terus menatap Wie Kai.
Wie Kai pun terus memandangnya sambil tersenyum.
"Dasar orang ini! Jika kau seorang pembohong, pastilah
pembohong yang sudah sangatberpengalam-an." Wie Kai
menggoyang-goyangkan lengannya:
"Aku berbohong apa padamu?"
"Harta, kekayaan, dan lain-lain."
Wie Kai lagi-lagi tertawa, lalu berkata:
"Buatku dua hal itu, seharusnya sangat mudah untuk
diperoleh." "Kau membual!" Liauw Swat-keng tiba-tiba mundur dua
langkah. "Aku memang sangat senang membual! Tetapi demi
membuatmu percaya pada perkataanku, aku sama sekali
tidak main-main, bagaimana pun caranya aku harus bisa
membuatmu supaya percaya."
"Bagaimana caranya agar bisa membuatku percaya?"
"Dengan tangan!"
Liauw Swat-keng langsung waspada, berkata:
"Kau mau coba" Jangan menyesal."
Wie Kai langsung menyerang.
Gerakan Liauw Swat-keng sangat cepat, tidak kalah
dibandingkan dengan Hong Ku.
Pada saat yang bersamaan, Wie Kai sekaligus bisa
merasakan kehebatan ilmu Liauw In dan Cia Peng.
Tetapi setelah mengeluarkan sepuluh jurus, dia bisa
menahan gerakan Liauw Swat-keng.
Seperti lingkaran baja, Wie Kai menahan persendian siku
Liauw Swat-keng. "Orang tuaku pasti akan membesetmu!"
"Sudah pasti itulah yang akan mereka lakukan j i ka aku
sampai jatuh ke dalam tangan mereka."
"Apakah kau bersedia untuk bertemu deng.Mii saudara
kandungmu?" kata Wie Kai.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan" Apakah kau tidak
salah mencari orang?"
"Tentu saja tidak, hanya saja kau lah yang salah melihat
orang." "Kau berpikir bahwa ada masalah mengenai jati diriku,
kalaupun ada, lalu apa urusannya dengan dirimu?"
"Bisa dikatakan asal usul dirimu sangat ber-kaitan erat
dengan masa depan dunia persilatan."
"Kau benar-benar bekerja bukan demi harta atau
kekayaan?" Wie Kai mengendurkan tangannya, berkata:
"Jangan suka menuduh orang sembarangan."
Tiba-tiba Liauw Swat-keng menyerang dengan gerakan
yang lebih cepat dan lebih mematikan.
Tadi memang dia belum mengeluarkan ilmu yang
dirasanya paling dikuasainya.
Sekarang dia telah menggunakannya tetapi tetap saja
belum sampai sepuluh jurus, lagi-lagi serang-annya bisa
ditahannya. "Siapa kau sebenarnya?"
"Kau berharap aku ini siapa?"
"Bukan orang jahat!"
Wie Kai lagi-lagi mengendurkan pegangannya:
"Kau dengarkan, tidak peduli apa kau percaya pada
perkataanku atau tidak, jangan sampai menjadi wanita yang
bodoh, ayahmu adalah Lim Put-hoan dan ibumu adalah
istrinya Lim Put-hoan, mereka tinggal di Kabupaten Lulam-kong ini."
Mata Liauw Swat-keng lagi-lagi membesar.
Wie Kai berkata lagi: "Bertahun-tahun yang lalu, Liauw In adalah kekasih
gelap Lim Hujin, setelah Lim Put-hoan meninggal dunia, di
samping Lim Hujin ada beberapa laki-laki, tetapi dia tetap
salah satu laki-laki yang paling di sayang olehnya."
"Kau bohongi" "Kau dengarkan aku dulu sampai habis cerita-nya, bisa
kan?" Wajah Liauw Swat-keng dipenuhi oleh amarah. Tidak
ada satu anak perempuan pun yang tidak marah mendengar
ayahnya jadi gula-gula seseorang.
"Sewaktu Lim hujin melahirkan, kemungkinan anak
yang dilahirkannya adalah anak kembar, tetapi di samping
Lim hujin ternyata hanya ada satu anak dan dia adalah Lim
Leng-ji, sedangkan yang satunya lagi adalah kau."
"Lim Leng-ji?" "Benar." "Rasa-rasanya aku pernah mendengar orang tuaku
menyebut-nyebut nama ini."
"Jangan sekali-kali kau bertanya pada mereka karena hal
itu malah bisa memperkeruh suasana."
"Lalu mengapa ibuku menyisakan aku dan bahkan
membohongi Lim hujin?"
"Semua orang pasti berpikir dari sisi 'menculik'."
"Tetapi kau seperti tidak berpikir demikian."
"Ini hanyalah salah satu dari tujuannya, di balik itu
masih ada tujuan yang lebih besar."
"Tujuan apa?" "Ilmu silat rahasia dari dunia persilatan yang berasal dari
negeri India yaitu Pit-kiau-tay-hoat (Ilmu menutup pikiran)
dan Kai-kiau-tay-hoat (Ilmu mem-buka pikiran) dan kedua
ilmu ini ada di tangan Lim Hujin. Tujuan utama mereka
adalah mendapatkan kedua ilmu tersebut."
"Tapi bukankah Lim Hujin sudah meninggal?"
"Jika tebakanku benar, Lim Hujin pasti telah
memberikan rahasia ilmu silat itu pada Lim Leng-ji, yang
juga merupakan saudara perempuanmu."
"Aku mengerti sekarang!"
"Baguslah jika kau sudah mengerti!"
"Kau juga salah saru orang yang menghendaki ilmu
tersebut." Wie Kai menghela nafasnya tetapi sama sekali tidak
bersuara. "Kenapa" Apa karena kedokmu sudah terbongkar. ..
betul kan?" "Tidak peduli kau percaya atau tidak, yang penting
jangan bertanya pada orang tuamu."
"Kalau bertanya, lalu kenapa?"
"Itu ibarat sudah susah payah membesarkanmu tetapi
kau sama sekali tidak membawa keuntungan bagi mereka."
"Jadi maksudmu Lim Put-hpan adalah orang yang
sangat kaya?" "Kekayaan keluarganya berkisar ratusan juta tail. Jika
dibandingkan Ho-sian (Dewa harta), orang yang suka
menyita barang orang, tentu saja orang itu masih kalah
jauh, pendapatan dia baru mencapai sekitar 80 juta tail
sedangkan pemasukan negara baru mencapai 70 juta tail."
Liauw Swat-keng menatap lama, lalu berkata:
"Siapa namamu?"
"Wie kai." Dia sedikit terkejut dan membelalakan matanya yang
besar kepada Wie Kai.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ternyata kau lah yang bernama Wie Kai."
"Dibandingkan dengan Wie Kai yang ada dalam
bayangan mu, lebih bagus atau lebih jelek?"
"Tidak bagus juga tidak jelek, rasanya ayah dan ibuku
juga pernah menyebut namamu."
"Lalu bagaimana pandangan mereka terhadapku?"
"Biasa saja." "Apakah kau pernah mendengar pepatah yang
mengatakan jika orang bijaksana tidak mati, maka tidak
bisa menjadi pencuri?"
Liauw Swat-keng mencibirkan bibirnya:
"Kalau begitu apa gunanya Pit-kiau-tay-hoat?"
"Kegunaannya sangat besar, hanya saja aku sendiri saat
ini tidak begitu jelas."
"Apa yang kau mau dariku?"
"Aku berharap kalian dua bersaudara saling bertemu."
"Apa maksudmu?"
"Hanya dengan kalian saling bertemu muka barulah
percaya bahwa kalian memang memiliki saudara yang lain.
Pokoknya singkat kata, kau tidak percaya, dia juga tidak
percaya." "Kau pernah mencobanya pada dia?"
"Belum." "Jika belum pernah mencoba, bagaimana bisa tahu kalau
dia tidak akan percaya?"
"Bukankah kau ini contohnya?"
Tiba-tiba di luar terdengar suara gaduh.
Hong Kie sedang bertarung dengan seorang wanita
setengah baya di tengah taman.
Wanita ini bisa bertahan demikian lama terhadap
serangan Hong Kie dan tidak kalah, Hong Kie benar-benar
kesal. Hong Kie hendak menggunakan pisau terbang.
Setidaknya dia merasa percaya diri dalam meng gunakan
pisau terbang. Wie Kai bisa melihat bahwa ilmu silat wanita itu
bukanlah ilmu sembarangan.
"Hong Kie, minggirlah!"
Wanita itu ternyata adalah Cia Peng dan walaupun
usianya sudah mencapai sekitar 45-46 tahun, tetapi dia
kelihatannya seperti wanita yang baru berusia sekitar 30
tahunan. Sebenarnya pikiran Cia Peng hampir sama dengan Hong
Kie, tidak bisa mengalahkan lawannya benar-benar
membuat dirinya tidak bisa menerimanya.
Tetapi begitu mendengar lawannya bernama Hong Kie,
dia tidak bisa tidak merasa terkejut.
Untuk apa Hong Kie datang ke tempat ini"
Lalu dia melihat pada orang yang baru datang, walaupun
usianya jauh lebih muda dibandingkan dengan Hong Kie
tetapi bisa memerintahnya. Hati Cia Peng agak sedikit tidak
tenang, ialu bertanya: "Siapa kau?" "Hanya orang biasa yang tidak terkenal!"
Cia Peng tentu saja tidak percaya begitu saja, jika benar
hanya orang biasa yang tidak terkenal tentu saja tidak
mungkin begitu rendah hati.
Ada kalanya 'rendah hati' bisa merupakan sebuah
senjata, bahkan merupakan senjata yang paling mematikan
"Apa yang kalian lakukan di rumah milik pribadi ini?"
tanya Cia Peng. "Apa itu juga harus ditanyakan" Orang yang datang
bersama dengan Hong Kie, jika bukan demi barang-barang
berharga, lalu demi apa?"
"Kalian benar-benar merusak pemandangan!" Cia Peng
tiba-tiba mengeluarkan pedang lenturnya.
Wie Kai tetap menghadapinya dengan tangan kosong.
Setelah bertarung lima jurus, hati Cia Peng mulai
gamang. Dia memang orang yang memiliki kecemasan, tidak
berani mengakuinya tetapi juga khawatir akan puterinya.
"Siau-keng........Siau-keng......."
Di dalam rumah itu tidak ada suara orang sedikit pun,
Cia Peng berkata sambil memaki:
"Apa yang telah kalian lakukan pada puteri-ku?"
"Untuk itu kau tidak perlu khawatir! Walaupun teman
Hong Kie ini bukanlah barang yang bagus, tetapi tidak akan
berani mengambil keuntungan dalam kesempitan," jawab
Wie Kai. Cia Peng mengira Liauw Swat-keng tidak berada di
rumah itu, dia menyapukan pedangnya ke arah lawan
dengan keras lalu melarikan diri.
Hong Kie tidak mengejarnya.
Wie Kai menepuk tangannya beberapa kali dan terlihat
Hong Kie keluar mengapit Liauw Swat-keng.
Di kota Koh ini Lim Leng-ji bukanlah bagian dari
anggota keluarga kerajaan juga bukan berasal dari keluarga
pejabat. Nama Lim Put-hoan hanya terkenal di tempat ini saja,
tidak sampai ke tempat lain.
Hanya saja harta kekayaan yang dimiliki oleh sebagian
besar pejabat negara tidak ada yang bisa menandingi
kekayaannya. Rumah dan halaman yang ada di kota Koh ini pun jauh
lebih megah dibandingkan dengan dengan kediaman
menteri sekalipun. Warna tengah malam benar-benar indah.
Lim Leng-ji sedang menyesap teh di dalam paviliun di
tepi air. (sejenis saung Cina yang biasanya berada di tengah
kolam yang dihubungkan dengan jembatan yang meliukliuk).
Permukaan air yang beriak itu memantulkan bayangan
dari paviliun yang meliuk-liuk.
Di dunia ini terdapat banyak orang dan benda yang sama
seperti bayangan, yang meliuk-liuk.
Dia berjalan keluar dari paviliun itu dan berdiri di
samping jembatan yang meliuk-liuk itu sambil memandangi
permukaan air. Wie Kai yakin tidak ada pelukis terkenal mana pun yang
bisa melukiskan daya tariknya saat ini.
Dia dan Liauw Swat-keng sedang bersembunyi di atas
pohon dan jarak paviliun dari pohon ini tidak lebih dari 4-5
tombak. Otak Liauw Swat-keng serasa tumpul.
Dia seakan-akan melihat bayangan dirinya.
Liauw Swat-keng ingin berteriak tetapi bibirnya terasa
ada yang menahan. "Biar aku turun lebih dulu." Bisik Wie Kai
"Mengapa tidak sama-sama saja?"
"Menurut pendapatku, lebih baik
memanggilmu dulu, barulah kau keluar."
aku yang Secara tiba-tiba di samping Lim Leng-ji ada bayangan
seseorang berkelebat. Lim Leng-ji agak terkejut.
Reaksi dirinya tentu saja wajar dan dirinya tanpa sadar
mundur sampai tiga langkah.
"Ini aku," Wie Kai melambai-lambaikan tangannya lalu
berkata, "Maaf, aku sedikit lancang."
Lim Leng-ji memandangnya sekilas dengan matanya
yang bersinar laksana bintang di langit, lalu katanya:
"Apakah kau memiliki perasaan yang kuat kalau kita
akan bertemu lagi?" "Ada," Wie Kai tiba-tiba merasa tersanjung dengan katakata tadi.
Walau seorang walikota sekali pun yang menga takan
kalimat itu kepadanya, dia tidak akan merasakan perasaan
tersanjung seperti itu. "Apakah kau masih mengingat hal yang lain?"
"Sepertinya ada, ini sungguh seperti bayangan yang ada
di dalam mimpiku, benar-benar aneh!
Tiba-tiba Lim Leng-ji tertawa, lalu katanya: "Kau sama
sekali tidak berubah."
"Aku" Dari mana kau tahu?"
Lim Leng-ji termenung sambil menerawang seakan-akan
membayangkan hal yang telah lampau, lalu berkata dengan
berguman: "Apakah kau masih ingat tentang kita bertiga?"
"Kita bertiga?"
"Yang seorang adalah aku, yang satu lagi adalah Loo
Cong, dan yang lainnya adalah kau........"
"Ada kau dan juga ada Loo Cong?"
"Kira-kira waktu berumur 5-6 tahun atau mungkin lebih
kecil sedikit, kita setiap hari selalu bersama."
Wie Kai berusaha mengingat masa yang telah lalu, tetapi
bayangan yang samar-samar selalu saja tampak
menyelubungi, berkerumun untuk menghalau ingatan.
Wie Kai tidak bisa mengatakan kalau dia tidak ada
sedikit pun ingatan akan hal itu.
Lim Leng-ji berkata sambil berguman:
"Jika anak kecil sudah bersama-sama, pastilah akan
bermain rumah-rumahan. Kau pura-pura sebagai
penyamun, aku pura-pura sebagai pengantin perem-puan
Loo Cong, ceritanya aku diculik oleh penyamun dan Loo
Cong datang menolongku dan merebutku kembali."
"Aku selalu berpura-pura sebagai penyamun?"
"Seringnya begitu."
"Aku belum pernah berpura-pura sebagai pengantin lakilaki?" tanya Wie Kai.
"Sepertinya belum pernah."
"Apakah karena aku tidak bersedia berpura-pura menjadi
pengantin laki-laki atau kau yang tidak bersedia berpurapura menjadi pengantin
perempuan-ku?" "Aku juga sudah lupa! Sepertinya Loo Cong yang selalu
ingin agar aku yang berpura-pura menjadi pengantin
perempuannya." "Loo Cong benar-benar beruntung."
"Bagaimana pun itu hanyalah kenangan masa lalu anak
kecil." "Tetapi beberapa tahun ini, bukankah setiap kali
mengingatnya selalu menjadi sesuatu yang layak untuk
dibanggakan?" "Jika pada waktu itu kau yang menjadi pengantin lakilakinya, apakah sekarang ini
kau akan merasa sangat bangga?" "Tentu saja." Wie Kai tiba-tiba bertanya, "Waktu dulu
Loo Cong selalu ingin kau yang pura-pura menjadi
pengantin perempuannya dan kau tidak pernah sekali pun
menolaknya?" Lim Leng-ji menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pandangan mata Wie Kai jatuh ke permukaan air, tetapi
sinar mata Wie Kai jauh lebih terang dibandingkan dengan
permukaan air. "Kenapa" Apa kau sedikit pun tidak ingat akan hal ini?"
"Aku juga sukar untuk mengatakannya, entah mengapa
ingatanku tiba-tiba menjadi sangat jelek."
"Coba kau pikir-pikir lagi, masa sekali pun tidak pernah
ingat?" "Yang kau maksud itu yang mana?"
"Pada saat Loo Cong tidak menjadi pengantin laki-laki."
"Sudah tidak ingat lagi! tampaknya tidak pernah."
Wie Kai lagi-lagi bertanya sambil memandang padanya:
"Ingatanmu memang tidak begitu bagus, tetapi ingatanku
justru lebih parah, karena tiba-tiba aku merasa tidak pernah
ingat padamu!" Lim Leng-ji tertawa dingin. . Walaupun hanya sekedar
sebuah tawa dingin, tetapi mungkin ada sebagian orang
yang bakal ber-terima kasih seumur hidup karena senyum
itu. Tetapi karena Lim Leng-ji sedikit demi sedikit sudah
membuka kunci dari ingatannya, dia tiba-tiba merasa agak
sedikit meremehkan Lim Leng-ji.
Mengapa bisa begitu"
Dia tidak berani mengemukakan ingatan akan anganangan yang ada di dalam otaknya.
Itu sepertinya kejadian yang belum lama terjadi.
Sepertinya hubungan mereka tidak hanya begitu saja.
Hanya saja jika semakin diusut dan semakin diingatkan
kembali, ingatan yang tidak berarti dan sayup-sayup itu
lagi-lagi seperti kabut yang meng-hilang.
Karena i tu dia sering memukuli kepalanya sendiri.
Karena itu dia juga sering penasehati diri sendiri, masa
lalu tidak peduli baik atau buruk, tidak perlu dipikirkan,
tidak boleh dipikirkan, juga kadang kala bukan sesuatu hal
yang baik. Karena itu dia sering kali bisa tersenyum dengan ramah
dan membuat orang lain menjadi senang.
Tiba-tiba Lim Leng-ji menatapnya dengan tekad yang
bulat dan berkata: "Mengapa waktu itu sekali pun kau tidak pernah
meminta menjadi pengantin laki-laki?"
Ketika menanyakan hal ini, dia agak sedikit manja dan
malu-malu. Kata orang saat-saat tercantik bagi seorang pi-rempuan
justru pada waktu dia tersipu malu.
"Betulkah aku tidak pernah sekali pun meminta untuk
menjadi pengantin kali-Iaki?"
Dia menggelengkan kepalanya pelan-pelan.
"Sekali pun tidak pernah?"
Lim Leng-ji lagi-lagi menggelengkan kepalanya.
"Mengapa aku bisa begitu?"
Lim Leng-ji berkata dengan nada menyesal:
"Kau bukan hanya tidak pernah menjadi seorang
pengantin laki-laki, kau juga sering memukul-ku."
"Memukulmu" Aku bahkan memukulmu?"
"Iya, setiap kali kau memukulku, Loo Cong pasti balas
memukulmu." Ingatan Wie Kai lagi-lagi muncul ke permuka-an.
Dia memukul bagian punggung Lim Leng-ji dengan
perlahan. Dia memukul lengannya dengan perlahan.
Dia menarik kepang rambutnya dan Lim Leng-ji
menangis sambil memanggil-manggil nama Loo Cun.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi Wie Kai sendiri tahu, dia memukulnya serta
menarik kepang rambutnya, bukanlah karena dia benarbenar ingin memukulnya.
Wie Kai hanya menyukai salah satu reaksi yang
dikeluarkan Lim Leng-ji. Tetapi tidak banyak orang yang memahami cara ini, juga
bagi perempuan lainnya pada umumnya.
Sering kali demi membela Lim Leng-ji, Loo Cong
terlihat berani dan perkasa.
Tentu saja balasan dari Wie Kai juga sama terlihat berani
dan perkasa. Walaupun dia bukan sungguh-sungguh ingin memukul
Lim Leng-ji. Tetapi pukulan balasannya terhadap Loo Cong sama
sekali tidak asal-asalan.
Pintu ingatannya hanya terbuka sampai di situ saja, yang
lainnya masih membingungkan dan samar-samar.
Tiba-tiba Lim Leng-ji menaikkan alis matanya, menatap
tajam padanya sambil berkata:
"Mengapa ada kesan penyesalan di wajahmu?"
"Kapan?" "Sekarang ini."
Wie Kai tertawa pahit sambil menggelengkan kepalanya,
lalu berkata: "Ada masalah yang aku agak sedikit tidak enak untuk
memberitahukannya padamu."
"Jika sudah datang kemari, ada hal apa lagi yang
tidakbisa dibicarakan!"
Wie Kai menggosok-gosokkan tangannya, mengayunkan
kepalanya ke depan dan ke belakang, bahkan mengangkatangkat bahunya.
Semua adalah gerakan yang tidak pernah ditunjukkannya sebelumnya, prilaku yang menunjuk-kan
keragu-raguan dan ketidak pastian.
"Tiba-tiba saja aku baru teringat, hubungan antara kau
dan aku bisa menjadi dua kutub yang tidak seimbang."
"Waktu masih anak-anak?"
"Bukan, justru waktu belum lama ini."
"Tidak seimbang yang bagaimana?"
Wie Kai lagi-lagi menggosok-gosok tangannya, lalu
berkata: "Kau tidak akan keberatan jika kukatakan?"
"Asal bukan direka-reka seenaknya, untuk apa aku
keberatan?" "Sebelum melangkah lebih jauh, mohon perhati arinya!
Ini bukanlah inspirasi atau ilham yang tiba-tiba muncul
atau terlihat dari ingatan, sepertinya aku dan kau I i nggal
bersama-sama." "Tinggal di mana?"
"Sudah tidak ingat lagi! Hanya saja kadang-kadang
tinggal bersama, bahkan....bahkan seperti layaknya suami
istri saja." Lim Leng-ji tiba-tiba memandangi Wie Kai dengan
pandangan agak meremehkannya.
Seorang perempuan seperti itu, meskipun pandangan
meremehkan orang seperti itu ditujukan ki-pada siapa pun,
mereka akan tetap merasa terJika seorang perempuan yang luar biasa yang
dapatmenggerakkan hati seseorang memandangi seorang
laki-laki dengan pandangan seperti itu, kecuali jika laki-laki
itu adalah suaminya atau teman baiknya, biasanya laki-laki
ini tidak bisa memastikan pikirannya hanya melihat dari
ekspresi mukanya saja, juga tidak bisa menyadari suasana
hatinya yang dicerminkan oleh ekspresinya.
Karena pandangan matanya sangat tajam menusuk
seperti kilat yang menyambar.
Semua orang dalam hal ini hanya bisa terkejut.
Segala macam pemikiran untuk sementara terhenti.
"Aku tahu kau pasti akan merasa tidak pantas atau
marah." "Mengapa kau bisa berpikir seperti itu?"
"Ini kan hanyalah potongan kecil dari kenangan masa
lalu! Mengapa kau malah bertanya mengapa aku bisa
berpikir seperti itu?"
"Jika siang hari ada pikiran, maka malam hari ada
mimpi. Semuanya hanya menjadi sebuah impian."
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bukan mimpi?" "Aku masih bisa mengingatnya dengan jelas antara
mimpi dan ingatan." "Bagus...bagus.... sudahlah jangan bicarakan lagi hal
yang membosankan ini. Apa lagi yang masih kau ingat?"
Wie Kai berjalan perlahan-lahan mengelilingi paviliun
pinggir air itu. Lim Leng-ji pun mengikuti, berjalan mengelilingi
paviliun itu. Bayangan kedua orang itu terpantul di permukaan air,
benar-benar seperti sepasang bayangan kembar.
Liauw Swat-keng yang berada di atas pohon tiba-liba
merasa seakan-akan harta yang telah berada di tangannya
tiba-tiba jatuh ke tangan orang lain.
Kemungkinan bahwa gadis ini adalah bayangannya, bisa
saja terjadi. Perasaannya saat ini benar-benar kacau.
Wie Kai bolak-balik tetap saja menatapnya.
Setiap kali Wie Kai menatap gadis itu sekali, orang yang
berada di atas pohon juga menggertakkan giginya s"-kali.
"Kau masih belum menjawab pertanyaanku."
Wie Kai merendahkan suaranya sehingga hanya mereka
berdua saja yang bisa mendengarnya.
Bahkan orang yang berada di atas pohon pun tidak bisa
mendengarnya. "Rasa-rasanya kita sudah memiliki hubungan sa mpai
tidur di bantal dan kamar yang sama seperti suami istri."
Lim Leng-ji nyaris saja menamparnya.
Hanya saja dalam kata-katanya terkandung dua kata
'rasa-rasanya'. 'Rasa-rasanya' dua kata itu kegunaannya sangat brsar,
ada kalanya bukanlah kata yang hanya omong kosong
belaka. Walaupun ada orang yang membenci kata 'rasa-i asanya',
'mungkin', bahkan 'kurang lebih', dan lain-lain.
Wie Kai membalikkan kepalanya memandang dan
melihat raut wajah Lim Leng-ji yang tampak sangat tidak
menyenangkan. Lim Leng-ji lalu berkata:
"Loo Congpasti tidak akan pernah mengeluar-kan katakata seperti itu."
Wie Kai berkata: "Loo Cong adalah Loo Cong, aku adalah aku."
"Karena itu, dulu kau
menjadi......" kata Lim Leng-ji.
tidak pernah sekalipun Dia tidak melanjutkan perkataannya.
Sebenarnya dikatakan atau tidak sama saja.
Seorang anak kecil pun pasti bisa menebaknya.
Kedua orang itu tetap saja berjalan perlahan-lahan
mengelilingi paviliun itu sampai 2-3 putaran sambil tetap
tidak mengeluarkan suara.
Tiba-tiba Lim Leng-ji bertanya:
"Kau masih ada ingatan aneh apa lagi tentang masa
lalu?" "Untuk sementara ini tidak ada!"
'"Untuk sementara' dan 'tidak ada' adalah kata yang
saling bertentangan, betul tidak?"
"Aku hanya takut kau marah."
"Semua yang paling membuatku marah sudah kau
katakan tadi." "Ingatan akan masa lalu yang sedikit ini mungkin malah
bisa membuatmu tambah marah."
Lim Leng-ji sedang mempertimbangkan apakah perlu
mendengar kata-kata yang kurang ajar ini.
Atau mungkin dia sedang menebak apa sebenar nya isi
kata-kata itu" Mungkin kata-kata tadi adalah kata-kata yang kotor.
Lim Leng-ji tahu dirinya jelas-jelas sama sekali belum
ternoda. Tetapi dia malah mendengar desas-desus yang
disebarkan orang lain tentang dirinya yang disebarkan di
belakang punggungnya. Seseorang tidak peduli betapa kaya dan makmur nya dia,
tetap saja tidak bisa menghindar dari kecemburuan orang
lain. Lihat saja Baginda Raja, entah berapa banyak rakyat
jelata yang merasa cemburu dan iri di dalam hati padanya"
Lim Leng-ji mengayunkan tangannya, berkata:
"Jika memang ada yang perlu dibicarakan, katakan saja!"
"Sebenarnya aku mengatakannya." sama sekali tidak ingin "Kecuali ini hanya rekaanmu saja!"
"Untuk apa aku mereka-reka hal seperti itu?"
Perasaan Lim Leng-ji mengatakan, jika orang ini datang
hanya untuk bermanis-manis alias menjilat, kata-katanya
benar-benar berbahaya, benar-benar bisa mencelakakan
orang lain. Wie Kai sejenak ragu lagi lalu berbisik:
"Kau dan orang itu malah sudah memiliki seorang jnak
laki-laki kecil... tentu saja kemungkinan anak laki-laki kecil
itu bukanlah anakmu, tetapi anak orang itu dengan wanita
lain........." Tiba-tiba Lim Leng-ji melayangkan tamparan padanya.
Tamparan ini benar-benar sangat keras. Bagi penonton
yang berada di atas pohon, tamparan tadi ibarat sengsara
membawa nikmat Paling tidak tamparan tadi menunjukkan kalau "barang
berharga"nya masih terjaga dengan baik.
Tetapi bagi Wie Kai, tamparan tadi membuat-nya sedikit
tersadar. Bagi Lim Leng-ji sendiri, dia merasa kalau tamparannya
tadi memang agak sedikit kelewatan.
"Berani-beraninya kau berkata seperti itu!"
Wie Kai berkata dengan sungguh-sungguh:
"Aku tidak main-main dengan perkataanku tadi, paling
tidak aku tidak mengarang-ngarang."
"Di dunia ini mana ada hal yang seperti itu" Siapa yang
telah menyuruhmu untuk menghina diriku?"
Wie Kai mengusap-usap mukanya tanpa ber-kata sepatah
kata pun. "Rupanya kau menyesal telah mengeluarkan kata-kata
seperti itu, ya kan?"
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya:
"Sebenarnya masih ada yang harus dikatakan."
"Masih ada?" "Aku masih ingat secara samar-samar, tetapi aku tidak
ingin mengatakannya!"
"Semua perkataan yang kurang ajar itu sudah kau
katakan semuanya, masih ada yang mana lagi yang belum
kau katakan?" "Aku kan tadi sudah bilang, itu hanyalah ingatan yang
setengah tidur, aku tidak berani terlalu membenarkannya."
"Jika semua itu bukan bohong, katakan saja semuanya
secara terus terang!"
Wie Kai menghela nafas: "Jika bicara terus terang, nanti kau akan memukulku
lagi." "Kau takut dipukul?"
"Ya tidak juga, hanya takut membuatmu marah!" "Aku
tidak marah!" "Kau pasti tidak akan percaya, karena sebenar-nya nku
memang sengaja menghinamu."
"Apakah benar segawat itu?"
"Itu tergantung apakah kau percaya atau tidak?"
"Coba kau ingat-ingat lagi, apakah semua ini ,idalah
khayalan saja ataukah mimpi yang benar-benar nyata?"
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau begitu kau mungkin sudah mengidap penyakit
lupa ingatan yang ringan."
"Mungkin saja, belakangan ini aku juga ber-pikir
demikian, tetapi di lain pihak, aku sama sekali tidak
memiliki gejala akan penyakit tersebut."
"Baiklah, kalau begitu katakan saja!"
Wie Kai berhenti dan bersandar pada pagar paviliun itu
lalu berkata: "Kau masih marah padaku karena menying-gung soal
anak laki-laki kecil tadi."
Lim Leng-ji lagi-lagi mengangkat tangannya tetapi
sebelum memukul dia sudah menurunkan kembali
tangannya dan bertanya dengan bersuara keras:
"Penyakitmu benar-benar sudah tidak tertolong lagi."
"Mungkin tidak lah terlalu berat, tetapi adalah sedikit."
"Kau tengah malam begini datang menemuiku, apa
hanya untuk mengatakan hal ini?"
"Tidak. Aku datang demi mengungkapkan jati dirimu
yang sebenarnya, juga jati diri adik perempuan kembarmu.''
"Apa maksudmu dengan adik perempuan kembarku?"
Lim Leng-ji menduga penyakit yang dideritanya benarbenar parah karena semua hal
ini tidak mungkin terjadi
pada dirinya. Lim Leng-ji menatapnya dengan tajam. Wie Kai berkata:
"Kau sama sekali tidak mempercayai hal ini, aku
sedikitpun tidak merasa aneh."
"Kau ini mengarang cerita apa lagi?"
"Dulu Lim Hujin pernah mempunyai seorang teman
yang bernama Liauw In, apakah kau pernah men
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengarnya?" "Pernah." "Kalian Keluarga Lim adalah keluarga yang kaya raya,
kata orang kekayaan keluarga kalian sampai ratusan juta
tail, apakah kau mengetahuinya?"
"Wah, ternyata orang luar lebih tahu dibandingkan
dengan keluarga kami sendiri."
Dia hampir saja mengatakan termasuk Wie Kai di
dalamnya. "Kau jangan salah paham dulu, katanya Liauw In
mempunyai seorang istri yang bernama Cia Peng dan dia
adalah seorang bidan, sewaktu nyonya melahirkan, dia
melahirkan sepasang anak kembar
("tapi dia mengira hanya melahirkan seorang anak saja."
Lim Leng-ji sangat terkejut.
Tetapi setelah rasa terkejutnya lewat, tiba-tiba dia U'i
tawa lalu berkata: "Perkataanmu malam ini benar-benar bisa membuat
orang yang sudah meninggal tidak bisa beristirahat dengan
tenang." "Aku sudah tahu kau tidak akan percaya, jika kau
percaya maka orang yang melakukan tipu muslihat ini,
apakah masih memiliki masa depan?"
"Wie Kai, yang selanjutnya aku sudah tidak ingin
mendengarnya lagi." "Mengapa?" "Aku juga tidak berani memastikan, lagi pula tidak
mungkin persoalan mengenai kakak-beradik kembar seperti
ini bisa muncul secara tiba-tiba."
"Pikiran ini memang yang paling masuk akal, "ikan
tetapi di dunia ini ada kalanya timbul persoalan aneh yang
tidak pernah terpikirkan orang sebelum-nya."
"Apakah adasaksi atau barang bukti?"
"Aku telah membawa adik kembarmu kemari."
Lim Leng-ji lagi-lagi terkejut dan bertanya:
"Di mana dia?" Wie Kai bertepuk tangan lalu:
"Swat-keng, silahkan keluar!"
Sekarang bisa dilihat betapa paniknya Lim Leng-ji.
Dia mengikuti arah pandangan mata Wie Kai, tetapi di
atas pohon itu tidak terdapat gerakan sedikit pun.
Wie Kai tahu Liauw Swat-keng adalah seorang gadis
yang nakal, tetapi itu juga tergantung sekali suasana
hatinya, membuat dirinya cemas saja!
Wie Kai lagi-lagi bertepuk tangan, berkata:
"Swat-keng .... Swat-keng di saat hendak bertemu dan
mengenal saudara perempuan kembarmu kau malah nakal"
Kau ini benar-benar keterlaluan!"
Sama seperti sebelumnya, tetap saja di atas pohon itu
tidak aToakorakan apa pun.
Wie Kai memandangi Lim Leng-ji dan melihat dia sama
sekali tidak bereaksi apa pun.
Dari pada ada reaksi, tidak ada reaksi sama sekali malah
membuatnya semakin tidak tenang.
Wie Kai sedikit naik pitam dan berseru:
"Liauw Swat-keng, jangan kurang ajar! Aku ini benarbenar lari kesana kemari demi
orang lain, jangan membuatku tambah repot, bisa kan?"
Di atas pohon itu sama sekali tidak ada orang.
Berdasarkan kemampuan pendengaran Wie Kai dan
jarak dengan pohon itu demikian dekat, dia bisa tahu
bahwa di atas pohon itu sudah tidak ada orang dan itu
membuatnya naik pitam. Lim Leng-ji sama sekali tidak berkata sepatah kata pun. ^
Bahkan saat itu keinginan Lim
mengeluarkan pendapat pun sudah sirna.
Leng-ji untuk Pada teman sejak kecil yang setelah sekian lama baru
bertemu kembali, sebenarnya dia sudah berhasrat untuk
merencanakan pertemuan kembali.
Tetapi perjumpaannya kali ini telah memadamkan hasrat
hatinya. Wie Kai sangat murka, tanpa menggerakan bahu dan
kakinya, tubuhnya melesat melewati kolam tanpa
menghindari ranting daun pada pohon.
Lim Leng-ji hanya mendengar suara "aduh" yang tiada
hentinya dari tengah pohon itu.
Suara ini mau tidak mau membuat sudut mulut nya
terangkat. Liauw Swat-keng merasa jika dia tidak muncul di
hadapan Lim Leng-ji, walaupun Wie Kai berbicara sampai
langit terang dan bibir bengkak, Lim Leng-ji tidak akan
mungkin percaya. Jika Lim Leng-ji tidak percaya maka dia bukanlah
pilnikyang kalah. Masalah di antara pria dan wanita memang "aili-rhana
seperti itu. Apakah seorang wanita itu bahagia atau tidak, mencintai
atau tidak, memang begitulah cara membedakannya.
Selama di dalam perjalanan dari propinsi Tiang-i m
menuju ke kota Koh ini, Liauw Swat-keng sudah
mengetahui bagaimana perasaan dirinya terhadap Wie h ai
Hanya saja masalah di antara pria dan wanita memang
tidak lah sesederhana itu.
Lim Leng-ji menengadah melihat warna langit lalu birkala:
"Sudah larut!" "Memang, sudah waktunya bagi
mengundurkan diri," Jawab Wie Kai
tamu untuk Apakah seorang tamu sudah waktunya pergi atau belum
semuanya tergantung tuan rumah yang memutuskannya.
Jika tuan rumah tidak memutuskan maka tamulah yang
membuat kepurusan sendiri.
BAB IV Sebagian besar orang tidak dapat dipungkiri pasti
mempunyai perasaan aneh terhadap mereka.
Hweesio Lama (Hweesio Budha dari Tibet) ini
sepertinya tidak terlalu menarik perhatian orang,
perawakannya juga tidak gemuk, usianya sekitar 50 tahun,
dan di wajahnya terlihat ada sedikit senyuman.
Dia berjalan tidak cepat-cepat juga tidak lambat, pastinya
dia adalah seorang pengikut Budha yang taat.
Dia memasuki lorong kecil lalu tiba-tiba dia mengangkat
kedua alis matanya dan raut wajahnya berubah menjadi
berseri-seri. Begitu membalikkan badannya dan dengan
menggunakan ilmu meringan-kan tubuh dalam waktu
sekejap mata dia sudah memasuki taman sebelah kiri di
dalam sebuah rumah penduduk.
Rumah ini memiliki taman yang luas dan dipenuhi oleh
bunga-bunga dan pepohonan.
Sinar lentera yang keluar dari sebuah ruangan kecil
menerpa bunga-bunga dan pepohonan yang ada di
sekitarnya sehingga membuat taman ini menjadi mem
pesona. Kegelapan malam bermandikan cahaya. di tempat ini seakan-akan Sewaktu hweesio Lama itu berdiri di depan pintu
mangan kecil itu, dia menunduk memberikan hormat.
Di dalam ruangan kecil itu terdapat sebuah dipan
(bangku panjang jaman dulu yang menyerupai ranjang)
yang di atasnya terdapat seorang wanita separuh baya.
"Maaf Boan-lai mengganggu Ciasicu."
Wanita separuh baya itu membuka matanya seraya
menjulurkan tangannya sambil berkata:
"Orang sendiri tidak perlu sungkan."
Padahal dia sendiri tahu bahwa orang yang datang itu
adalah hweesio Lama itu, tetapi sampai hweesio Lama itu
mengeluarkan suara dia sama sekali tidak menyambutnya.
Hweesio Lama itu masuk ke dalam ruangan kecil itu lalu
duduk di kursi yang ada di depan dipan itu dan berkata:
"Apakah ada kabar dari majikan?"
"Masih belum ada, apakah taysu ada keperluan penting
dengan majikan?" jawab wanita itu.
"Orang she Wie itu kelakuannya benar-benar sangat
mencolok mata, bahkan sampai mencari Liauw Kouwnio.
Apakah hal ini tidak akan semakin memperburuk
keadaan?" "Majikan juga sudah memperhatikan hal ini."
Pan Lai Lama bertanya lagi:
"Apakah Cia Sicu ada perintah untuk di laksanakan?"
"Mohon Taysu dapat secepatnya," Kata wanita itu.
menemukan Siau-keng Pan Lai Lama berkata: "Lo-na (saya) juga sedang mengusahakannya." Wanita
itu menggangguk. "Taysu sudah menghilang?" tahu dari dulu kalau Siau-keng "Belum lama." Jawab Pan Lai Lama
"Berapa lama?" "Tidak sampai sepuluh hari."
"Bagaimana cara Taysu sampai bisa mengetahuinya?"
Pan Lai berkata terus terang:
"Semua hal yang terjadi di desa ini, hanya sedikit yang
Lo-na tidak tahu." Wanita itu tertawa sambil berkata: "Taysu benar-benar
luar biasa." "Ah, sama sekali tidak."
"Tolong terus beri kabar, kalau bertemu dengan nya
langsung bawa dia kembali."
Pan Lai bertanya: "Jika Liauw Kouwnio bersama-sama dengan orang she
Wie itu, bagaimana?"
"Mengapa dia mesti bersama dengan orang itu?"
"Karena mereka memiliki arah tujuan yang sama yaitu
dari arah Tiang-ciu menuju kota Koh."
Wanita ini seharusnya merasa senang setelah mendengar
berita ini, tetapi raut wajahnya tetap saja ilingin tanpa
ekspresi sama sekali bahkan suaranya pun tajam bagaikan
pedang. Wanita itu berkata: "Kalau begitu, maaf merepotkan
membawanya pulang kemari."
taysu untuk "Apakah Sicu bermaksud untuk sementara waktu t ii lak
ingin bermasalah dengan she Wie ini?"
"Taysu, memangnya perkataan ini harus diulang berapa
kali?" Sekali saja sudah lebih dari cukup, pastinya Pan I ai tidak
akan berani untuk bertanya kedua kalinya.
Pan Lai berdiri d an memohon pamit.
Wanita itu lagi-lagi berkata secara tiba-tiba: "Soal Cianthauw-siau-kai (Kai
kecil si pem-buru kepala) ini, biar
orang-orang di atas yang meng-urusnya, kau dan aku tidak
perlu repot-repot meng-urusinya."
"Apakah maksud Sicu itu berarti untuk seterusnya?"
Wanita itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
Hweesio Lama itu baru saja pergi. Di dalam ruangan itu
tiba-tiba ada seseorang yang muncul.
Bahkan sepertinya orang itu memang sudah ada dari tadi
dan berdiri di tengah ruangan itu tanpa disadari.
"Yang di atas memangnya ada kabar apa?"
Nada bicara serta prilaku wanita itu saat ini dengan
sewaktu berbicara dengan Pan Lai Lama tadi amat
sangatberbeda. Begitu juga dengan keadaannya, yang dari tadi hanya
berbaring saja di atas dipan panjang dan sama sekali tidak
bergerak, sekarang tiba-tiba berlutut di atas tanah.
"Tidak perlu memberi hormat secara berlebihan seperti
itu!" Orang yang baru datang itu berkata dengan tegas dan
wanita itu langsung segera berdiri.
Terhadap siapa pun dia bisa bersikap tidak peduli dan
masa bodoh. Karena di dalam dunia persilatan, pendekar wanita yang
lebih hebat dari dirinya sudah tidak banyak.
Hanya saja begitu bertemu dengan orang yang di atas
tentu saja berbeda, apa lagi kalau bukan disebab kan ilmu
dan kekuatannya sangat tinggi.
Orang yang berasal dari jajaran atas ini memiliki
kekuatan yang misterius. Sungguh kekuatan yang hebat dan misterius.
Sang majikan itu berkata dengan lemah lembut:
"Kalian suami istri demi masalah Oh-tiap-go (Sarang
kupu-kupu), sudah bekerja tiada siang atau pun malam
tanpa mengenal lelah, aku sudah menge-tahuinya ilan
menyimpannya di dalam hati."
Wanita itu membungkuk sambil berkata:
"Hamba hanya berusaha sekuat tenaga!"
"Berusahalah terus!" Kata Sang majikan.
"Baik!" "Cia Peng." "Ya, Tuan." "Bagaimana menurutmu tentang Pan Lai?"
"Tuan tentu lebih mengerti Pan Lai daripada aku."
Cia Peng menyahut dengan kesopanan yang tangat
dalam juga dengan kata-kata yang sangat menjunjung
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tinggi. "Aku justru ingin tahu bagaimana pandangan-mu
terhadap dia." Cia Peng tahu dia tidak bisa tidak bicara, lalu heikata:
"Barusan dia datang kemari. Dia membicarakan masalah
yang terjadi di desa ini dan hal yang tidak dia ketahui
sangatlah sedikit." Sang majikan itu sama sekali tidak bergerak.
Cia Peng juga berdiri tanpa bergerak sedikit pun.
Orang yang bisa dipercayai oleh orang ini baru bisa
berjaya. Jika majikan saja langsung datang untuk ber-tanya
padanya, itu tandanya dia menaruh kepercayaan padanya.
"Bagaimana menurutmu mengenai orang-orang dari
Liok-san-bun (Perkumpulan Enam Kipas)?"
"Sampai saat ini boleh dikatakan masih bisa diandalkan,
tetapi tidak cukup waspada."
Sang majikan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil
berkata: "Dalam pandanganku, orang yang tidak cukup waspada
tidak ada bedanya dengan orang yang tidak bisa
diandalkan." Perkataan ini sama sekali bukan ditujukan kepada Cia
Peng. "Ya, Tuan." Tetapi dia tetap saja merasa begitu.
Tiba-tiba Cia Peng dengan hati-hati membuka simpul
kancing dari baju luarnya yang terbuat dari kain satin lunak
mulai dari bawah dagunya hingga membuka.
Lagipula memang sudah saatnya untuk membicarakan
hal yang panas. Di saat-saat tertentu ada kalanya sinar saja tidak lah
cukup, tetap saja harus menyalakan api baru bisa.
Jika kau ingin memberikan bingkisan kepada orang
tertentu, tentu saja dibutuhkan suatu kepandaian sehingga
pada saat orang tersebut menerima bingkisan atau hadiah
itu, dia akan merasa nyaman dan wajar.
Yang paling penting lagi adalah jika diberikan pada
waktu yang tepat. Hanya dua buah kancing saja yang baru terbuka.
Mungkin saja dia hanya merasa panas, atau mungkin
merasa agak terlalu ketat.
Akan tetapi gerakan ini sangat jelas artinya dan luar
biasa di mata majikannya.
Sang majikan sama sekali ti dak bergerak.
Apakah sang majikan menyadari dua buah kancing
bajunya yang sudah terbuka" Cia Peng tidak berani
memastikannya. Pandangan mata Cia Peng menunduk memandang ujung
atas sepasang sepatu sulamnya.
Dia juga tahu banyak gadis-gadis muda dari keluarga
terpandang yang memiliki kaki yang indah, tetapi tidak
pernah diketemukan ada yang memiliki kaki yang lebih
indah daripada sepasang kakinya yang mengenakan sepatu
bersulam. Ada juga orang yang pernah memegang kaki-nya yang
telanjang. Orang itu mengelusnya sembari berkata:
"Indah sekali!"
Sayangnya hanya terucap dua patah kata saja.
Walaupun hanya dua patah kata 'indah sekali' saja.
Tapi pada waktu itu hati Cia Peng merasa sangat bangga
sekali, bahkan tubuhnya serasa tumbuh sepasang sayap.
Tetapi apa yang sedang dipikirkan oleh Cia Peng sama
sekali berbeda dengan situasi yang akan terjadi ?"ikarangini.
Tiba-tiba sang majikan berkata dengan suara lembut:
"Aku ingin menyampaikan sebuah pesan, kau
dengarkan baik-baik."
Pikiran Cia Peng langsung terfokus jawabnya: "Baik!"
"Hati keras bagaikan besi, mengantar Budha ke langit
barat, tiga hari tidak ada kabar, kapas terbang musim semi
sudah berakhir." Ekspresi yang sebelumnya ada di mata Cia Peng
langsung hilang dalam sekejap.
Seperti layaknya tiupan angin musim dingin yang datang
menghembus, panas yang ada di dalam tubuh hilang
sampai tidak berbekas sedikit pun.
Cia Peng benar-benar bisa merasakan kekuatan yang di
atas penalaran manusia. "Sudah mengerti belum?"
"Ada sebagian sudah mengerti, ada sebagian lagi yang
tidak mengerti." Sang majikan berkata dengan lembut:
"Tidak apa jika tidak mengerti. Jika tidak mengerti
tidakboleh berlagak seolah-olah mengerti."
"Baik!" "Bagian mana yang tidak dimengerti. Coba keluarkan
dan tanyakan!" Nada bicara serta tutur katanya sangat halus sama seperti
layaknya perkataan yang d"itujukan kepada orang yang
lebih tua saja. Cia Peng berkata: "Hati keras bagaikan besi, apakah itu menunjuk pada
hati besi yang digantungkan?"
Sang majikan menggangguk-anggukkan kepala nya.
Cia Peng menengadah memandangi sang majikan sambil
berkata lagi: "Mengenai mengantar Buddha ke langit barat, hamba
juga mengerti. Artinya adalah mengantar Buddha pergi."
"Ng!" "Tapi kalau berakhir.........." kapas terbang musim semi sudah Dia menengadah menatap sang majikan.
Tidak peduli dalam situasi apa pun, dia selalu
menengadah menatap sang majikan.
Dengan suara lembut sang majikan berkata:
"Kapas terbang itu berasal dari mana?"
Mata Cia Peng langsung bersinar-sinar, reaksi-nya
sangatlah cepat. Tentu saja, kesusastraan Cia Peng walaupun rendah tapi
tidaklah jelek. Dulu Liauw In pernah berkata sambil ber-kelakar bahwa
jika membelah kulit perut Cia Peng maka bisa le-.rlihatisi
tinta yang ada di dalam perutnya.
Sang majikan berkata dengan lembut:
"Jika belum mengerti masih boleh bertanya!"
Nada bicaranya seperti berbicara kepada anak kecil saja.
"Hamba sudah mengerti! Kapas terbang datang nya dari
tempat Yang-liu." "Ng! Bagus sekali. Kau masih belum mengata-kan
mengerti atau tidak tentang kalimat yang ketiga?"
Raut wajah Cia Peng tiba-tiba berubah.
"Tidak mengerti ataukah ada sesuatu yang tidak beres?"
Cia Peng lagi-lagi berlutut sambil menjawab:
"Apakah majikan bisa memberikan
kepadanya untuk menebus dosa" Sekali saja!"
kesempatan "Sebenarnya tidak bisa, tetapi melihat kesetiaan kalian
berdua suami istri selama ini, aku akan memberikan satu
kali kesempatan kepadanya, hanya satu kali ini saja!"
"Terima kasih Tuan."
"Kau tahu kan yang dimaksud dengan satu kali itu apa?"
"Silahkan Tuan jatuhkan hukuman!"
"Jika dalam setengah bulan dari sekarang dia tidak
pulang baik-baik untuk mengaku dosa, maka kalian berdua
yang akan menanggung akibatnya!"
Begitu Cia Peng menengadah lagi, bayangan dari orang
itu sudah tidak ada lagi.
Suasana di paviliun air sangat sunyi. Malam hari tidak
berangin. Di atas air hampir tidak terdengar suara dari gerakan
sirip ikan yang berenang.
Dua cangkir arak ditaruh di atas meja di hadapan dua
orang. Yang seorang adalah Lim Leng-ji dan yang seorang lagi
adalah seorang pria yang tampan dan memakai pakaian
yang indah, yaitu Loo Cong.
Loo Cong tiba-tiba berkata:
"Dasar Siau-kai! Dia benar-benar telah lupa akan
kejadian di masa lalu."
Lim Leng-ji tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Loo
Cong lagi-lagi berkata: "Justu karena aku sudah tahu bahwa dia sudah
melupakan semua yang terjadi di masa lalu, maka dari itu
tidak bisa dikatakan betapa sedihnya diriku. Maka-nya aku
sengaja menyuruh bawahanku untuk mencobanya. Siapa
sangka bahkan aku pun tidak diingatnya!"
"Mengapa seseorang tanpa sebab bisa kehilang-an
ingatannya?" kata Lim Leng-ji.
"Apakah karena ada perasaan memandang hina terhadap
orang kaya?" "Menjadi orang kaya benar-benar serba salah, banyak
orang yang memandang hina kepada orang kaya tetapi
justru banyak karya tulis terkenal yang berisikan kalimat
Senopati Pamungkas I 15 Si Kumbang Merah Ang Hong Cu Karya Kho Ping Hoo Eng Djiauw Ong 26