Pencarian

Pisau Kekasih 3

Pisau Kekasih Karya Gu Long Bagian 3


membukanya. Tidak hanya harum, tapi juga masih panas.
Ada daging bebek, ayam, ikan, burung dan juga udang
yang dimasak berbagai macam rupa.
Dan araknya tidak tanggung-tanggung, arak Lian-hoapek (Bunga teratai putih)
"Kau mau makan tidak?" Kata Wie Kai.
"Tidak." "Jika aku pergi, kau mau makan tidak?"
Loo Cong membuka matanya, berkata:
"Jika kau benar-benar pergi, aku akan benar-benar
makan." Lalu Wie Kai berdiri. "Kau benar mau pergi?"
"Seorang temanku bersedia tidak makan dan minum
selama 10 hari demi diriku, mengapa aku tidak bisa pergi"
Jika pergi untuk dipenggal sekali pun aku akan tetap pergi."
Wie Kai berjalan keluar. Sebelah tangan Loo Cong mengambil sepasang sumpit
dan sebelah tangannya lagi mengambil arak, lalu berkata:
"Benar-benar masakan dan arak yang enak!"
Di atas meja sudah penuh dengan hidangan yang
ternama serta arak yang ternama pula. Kata Wie Kai:
" Benar-benar masakan dan arak yang enak."
Senyum Lim Leng-ji pelan-pelan mengembang, berkata:
"Jika orang lain yang mengatakannya, itu tidak ada
artinya sama sekali."
"Lalu siapa yang mengatakannya baru dikata-kan
penting." "Kau." Sifat Lim Leng-ji malam ini pun berubah.
Senyumannya sanggup menaklukkan segala-nya.
Bahkan buat Wie Kai walaupun dalam ingatannya dia
sering terlihat hangat dan lembut, semuanya menjadi tawar
dibandingkan dengan senyumannya.
Wie Kai berkata: "Benarkah aku ini sangat penting artinya bagi dirimu?"
Lim Leng-ji menundukkan kepalanya malu-malu, lalu
berkata: "Aku selama ini mengganggap kau sudah tahu isi
hatiku." "Sepanjang umur manusia, ini bagai terjangan ombak
yang besar." "Apa maksud kata-kata itu?" Kata Lim Leng-ji
"Dulu aku selalu menganggap di dalam hatimu
selamanya hanya ada Loo Cong, si pemeran pengantin lakilaki."
Lim Leng-ji menggeleng-gelengkan kepalanya sambil
tertawa. "Kau benar-benar tidak mengerti hati wanita."
Wie Kai jadi terkejut, dia mungkin benar-benar tidak
mengerti hati wanita. Jika tidak, bagaimana sedemikian besarnya"
mungkin perbedaan ini Orang yang benar-benar suka padanya, dia malah
menyangka tidak menyukainya.
Orang yang tidak disukainya, dia malah menyangka
orang itu menyukainya. Memahami seorang wanita ternyata jauh lebih sulit dari
pada kasus tuan Yang-beng.
Apakah ini ada hubungannya dengan arak yang
diminum" Tiba-tiba Wie Kai berdiri dan menghampiri Lim Leng-ji.
Lalu melingkarkan kedua lengannya di bahu Lim Lengji.
Tubuh Lim Leng-ji tampak gemetar sejenak, lalu rebah
ke dalam pelukan Wie Kai.
Walaupun dalam pengaruh arak, Wie Kai dapat
mengenali dia lah Lim Leng-ji yang memiliki pandangan
berkabut dan mempesona. Dia selalu merasa orang yang mata keranjang seperti dia
baru cocok dengan perempuan seperti ini.
Melihat dia ada dalam pelukannya. Wie Kai menetapkan
hatinya saat ini yang terpenting bukanlah makanan dan
arak. Tetapi tubuh yang lembut seperti tidak ber-tulang serta
harum. Sebenarnya dia sudah tahu kapan seorang wanita akan
seperti itu. Tiba-tiba Wie Kai merendahkan kepalanya dan berkata
dengan suara lirih: "Mengulang pengalaman yang dulu?"
Lim Leng-ji mengangguk-anggukkan kepalanya lalu
mengangkat dagunya. Wie Kai lalu menggendongnya.
Kata apa yang bisa melukiskan malam yang demikian
indah ini" Kasmaran" Terlalu vulgar. Manis" Terlalu umum.
Melayang-layang" Ini malahan lebih melayang-layang
dari sekedar melayang-layang.
Situasi seperti itu sukar untuk dilukiskan.
Keadaan seperti itu tidak bisa dijabarkan dengan katakata.
Lagi pula tidak bisa diingat.
Mengapa di saat yang paling membahagiakan dalam
hidup seseorang, justru tidak bisa memahami diri sendiri
dan tidak bisa menerimanya"
Hanya jika semuanya sudah lewat baru lah bisa mencoba
untuk merasakannya kembali"
Merasakan kembali rasa daging mana bisa dibandingkan
dengan dengan keadaan yang berharga itu"
Sekarang Wie Kai mulai sadar dari mabuknya.
Dia duduk di atas kereta kuda yang mewah.
Angin dingin berhembus tajam masuk ke dalam kereta
itu, membuat dia benar-benar sadar sepenuhnya.
Sebenarnya sedari tadi dia sudah tersadar dari pengaruh
arak. Sebenarnya dia mabuk oleh kelembutan Lim Leng-ji.
Juga dengan tubuh aduhai nya. Tiba-tiba Wie Kai
memukul sekali kereta kuda itu dengan tenaga yang besar
dan berkata: "Dia sebenarnya Lim Leng-ji yang mana" Yang polos
atau yang romantis?"
Kereta itu bergoyang, karena dia mau turun dari kereta,
dia segera menarik pintu dari kereta kuda itu melompa t
turun. Wie Kai sedang ingin berjalan-jalan di jalan raya, supaya
dirinya makin lebih sadar lagi.
Waktu menunjukkan jam dua subuh, Lim Leng-ji
menatap cahaya lilin merah besar yang ada di luar tirai
yang menutup ranjang Dua batang lilin yang kemarin malam sudah tersulut
habis. Sekarang sudah diganti dengan dua batang lilin yang
baru dan sudah terbakar hampir setengahnya.
Pandangnya terus menatap lilin itu.
Pandangannya yang menatap api dari lilin itu seakan
bisa membuat lilin itu meleleh.
Pengaruh arak sudah menghilang, pada tubuhnya, ada
rasa letih yang mendera. Tetapi pandangan mata tidak terlepas dari lelehan lilin
yang turun dari batangnya, kantuk sekali-pun tidak bisa
menghalaunya. Ketika dia tiba-tiba merasa dirinya telanjang, semacam
perasaan rapuh dan malu seorang gadis segera merambat ke
seluruh tubuhnya. Dia tidak tahu bagaimana tampangnya saat itu"
Dia juga tidak ingat bagaimana tampang Wie Kai saat
itu" Guncangan dan kepedihan tidak bisa disama-kan dengan
saat itu. Dia ingin sekali lagi mengingat kejadian yang terjadi saat
itu. Tetapi dia selalu mengatakan pada dirinya sendiri bahwa
itu terlalu sembrono. Walaupun dia tidak terlalu benci melakukan hal itu,
benar-benar tidak benci. Dia bergegas mengenakan pakaian dalamnya.
Tiba-tiba seseorang muncul di luar tirai.
Tiba-tiba Lim Leng-ji merasa sedikit malu.
Tentu saja sedikit terkejut pula.
Yang membuatnya malu adalah orang yang datang ini
mungkin melihat semuanya.
Rasa tegang yang terlihat dari orang yang datang itu.
Sepertinya bukan datang untuk memuji dirinya, tidak
diragukan lagi memang seharusnya dia yang harus
menjelaskannya. Lim Leng-ji bangkit duduk dan berkata:
"A......." Kata yang selanjutnya masih belum keluar, orang yang
datang itu memotong perkataannya.
"Kau telah melaksanakan dengan sekuat tenaga!"
Lim Leng-ji berpendapat sekuat tenaga tidak akan berarti
tidak melakukan tugas. "Terima kasih, A-ih!"( bibi)
"Hanya saja kau melakukannya terlalu sungguhsungguh, malah jadi kelihatan
sedikit rendahan!" Kata-kata ini sangat bertentangan jika dibandingkan
dengan kata-kata sebelumnya, pembunuh yang membunuh
kepribadian seseorang. Raut wajah Lim Leng-ji langsung berubah: "Bibi."
"Jangan memanggilku seperti itu!"
"Lalu bagaimana aku harus memanggilmu?"
"Terserah!" Pisau berantai sudah ada di tangan. Lim
Leng-ji tiba-tiba menjerit dengan suara melengking:
"Kau lah yang membunuh ayahku..."
Di akhir hayat dia baru menyadari pembunuh ayahnya.
Walaupun kesempatan untuk membalas dendam hampir
tidak ada, tetapi masih lebih baik daripada tidak
mengetahuinya sama sekali.
Dia tahu dia bukan lawannya tetapi dia juga tidak mau
takluk begitu saja. Di tengah ketakutan dan gemetaran, Lim Leng-ji
mundur sampai ke belakang ranjang.
Lim Leng-ji berhasil mencengkram pisau yang melesat ke
arahnya. Dengan ada pisau di tangannya, dia merasa tetap saja
bukan tandingannya, sama sekali tidak bisa mengeluh.
Dia melemparkan pisau itu ke arah di mana rantainya
berada. Sepertinya pihak lawan mengeluarkan jurus itu. memang menunggu dia Pembunuh kelas atas memang curang dan cerdik.
Pembunuh bisa membunuh orang dengan dua cara,
pemborosannya sama sekali tidak sampai setengah jurus.
Pisau rantai itu dikibas balik.
Gerakan dan kecepatannya lebih cepat satu tingkat.
Pada saat sebelum pisau itu mengarah ke leher, Lim
Leng-ji mengeluarkan suara parau yang menyedihkan.
Begitu kepalanya melayang, suara parau itupun terputus.
Tubuh mati itu masih belum menyentuh lantai,
pembunuh itu sudah mendesis: "Cepat!"
Seseorang masuk sambil membawa kantung besar yang
terbuat dari kulit rusa. Orang ini melesat terlebih dulu di udara sambil
memasukkan kepala yang terpotong itu ke dalam kantung,
lalu mengarahkan mulut kantung itu ke arah mayat itu.
Mayat itu pun masuk ke dalam kantung. Dari dalam
kantung terdengar suara darah yang menetes.
Tetapi di atas lantai malah tidak terlihat setetes darah
pun. Jika seorang pembunuh sudah membunuh orang sampai
tahap seperti itu, barulah disebut pembunuh kelas saru.
Dialah Cia Peng. Marga dan namanya adalah dua huruf yang sangat
ekstrim. (Huruf Cia dari Cia Peng artinya musim panas,
sedangkan huruf Peng artinya musim dingin/es).
Tidak hanya itu, bahkan pekerjaan yang di-gelutinya pun
sangat bertolak belakang.
Dia membawa bayi yang masih merah datang ke dunia
ini. Dia juga mengirimkan orang yang tadinya masih hidup
ke alam baka. Dalam hal hidup dan matinya, terhadap kehidupan
manusia pun memerlukan pengenalan yang mendalam.
Karena itu terhadap kelahiran dan kematian dia tidak
akan peduli. Sama seperti halnya dengan menerima tamu dan
mengantarkan tamu. Wie Kai minum arak di tempat usaha lain milik Loo
Cong. Para pendekar dunia persilatan atau orang-orang
terhormat di dunia persilatan di kota Koh ini dengan
sendirinya pasti memiliki usaha lainnya.
Raut wajah Loo Cong sangat serius.
Wie Kai dan dia telah minum tiga cangkir arak, lalu Loo
Cong hanya berkata satu patah kata saja:
"Apa kabar!" "Tentu saja kabarku baik!" Wie Kai berkata lagi,
"Bagaimana pendapatmu, jika aku punya perasaan mimpi
lama menghangat kembali, aneh tidak ?"
"Aneh," Kata Loo Cong
"Aku benar-benar salut padamu!"
"Mari bersulang!"
"Tunggu dulu!" Wie Kai menahan cangkirnya sambil
berkata, "Aku bisa merasakan bahwa kau sama sekali tidak
bahagia." "Bagaimana kau bisa tahu aku bahagia atau tidak?"
"Memangnya aku tidak bisa melihat apa kau bahagia


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atau tidak?" "Walaupun iya, orang mana yang tidak pernah tidak
bahagia?" "Tetapi kau orangnya jarang sekali terpengaruh oleh halhal yang tidak
menyenangkan, terlebih pada saat aku
sedang senang." Loo Cong tiba-tiba menghela nafasnya.
"Tolong beritahu aku, Loo Cong. Apa karena masalah
tentang aku dan Lim Leng-ji?"
Loo Cong malah meneguk secangkir arak.
"Loo Cong, jika kau selalu merasa jika dia tidak bisa,
mengapa harus memaksakan diri?"
Loo Cong tiba-tiba berbicara dengan keras:
"Kau anggap apa aku ini" Orang suci" Aku juga punya
perasaan dan emosi!"
Wie Kai duduk sambil melongo.
Sebenarnya Loo Cong lebih pantas jika bersanding
dengan Lim Leng-ji. Sudah jelas-jelas dia lebih mencintai Lim Leng-ji malah
mengorbankan cinta demi persahabatan.
Wie Kai berkata dengan suara keras: t
"Kau benar-benar menyusahkan orang Iain!"
"Kau tahu apa" Cinta ku padanya tidak akan ada
gunanya." "Tidak ada gunanya?"
"Tentu saja, sebab orang yang disukainya adalah kau."
Wie Kai terdiam sejenak, lalu berkata:
"Dia benar-benar tidak suka padamu?"
"Jika dia suka padaku, apa aku akan menasihatimu?"
"Kau benar-benar orang yang paling mengerti dan
berperasaan di dunia."
"Bukan, aku adalah orang yang paling kasar, karena itu
setelah kau mendapatkannya aku merasa menyesal dan
kecewa." "Loo Cong, itulah yang dinamakan punya pengertian
dan perasaan!" "Kau tidak mengerti, kau bisa merestui orang lain juga
berani memberitahukan kepedihan hati sendiri kepada
orang lain barulah bisa disebut pengertian dan berperasaan,
cocok disebut karib."
Kata Wie Kai: "Loo Cong, aku benar-benar tidak mengerti."
"Apa yang tidak kau mengerti?"
"Mungkin memang ada masalah pada otakku ini, entah
mengapa aku selalu teringat pada Leng-ji yang kukenal
dulu." "Memangnya mengenalnya?" kau berani mengatakan kau tidak "Yang kumaksud bukan saat kanak-kanak, lagi pula
perkenalan yang dulu pun bukan perasaan seperti teman
sepermainan, tetapi hubungan antara lelaki dan
perempuan." "Bukankah sekarang hubungan di antara
adalahhubungan antara lelaki dan perempuan?"
kalian "Huh! Percuma saja bicara denganmu."
"Benar! Lagi pula di antara kalian ada gadis yang
bermarga Liauw, sebenarnya bagaimana duduk persoalan
yang sebenarnya?" "Memangnya kau tidak tahu apa-apa?"
"Kau sendiri bukannya tidak tahu kalau aku orang yang
tidak suka turut campur urusan orang lain."
"Lalu kalau masalah Leng-ji?"
"Aku selalu berpikir itu adalah urusan yang tidak ingin
aku lakukan." "Menurut pandangan orang luar, memang sesuatu yang
tidak ingin dilakukan."
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Mendiang nyonya Lim Put-hoan dahulu melahirkan
keturunan yang kemungkinan lahir kembar dan bidan yang
membantu kelahirannya adalah istri dari simpanannya
Liauw In yaitu Cia Peng. Tetapi mereka hanya
meninggalkan seorang bayi dan tidak memberi-tahu Lim
Hujin. Lim Hujin hanya tahu dia melahirkan seorang putri
yaitu Lim Leng-ji yang ada di samping-nya. Tujuan mereka
tentu saja ingin merampas Pit-kiau-tay-hoat dan Kai-kiautay-hoat yang menjadi
milik keluarga Lim."
Loo Cong berkata: "Bukankah Pit-kiau-tay-hoat dan Kai-kiau-tay-hoat ada
di keluargamu?" "Itu hanya kata orang saja, malah aku sendiri pun tidak
tahu, bahkan ada orang yang bilang kalau keluarga Wie
mempunyai lanjutannya."
Loo Cong menghela nafas dan berkata:
"Ternyata ada saja orang yang kurang kerjaan di dunia
ini." "Apakah kau tidak pernah mendengar Liauw In dan Cia
Peng kedua orang ini?"
"Tentu saja pernah."
"Benarkah mereka pembunuh bayaran kelas satu?"
"Pembunuh bayaran kelas satu terlibat perencanaan
merebut harta sebuah keluarga, ini adalah hal yang baru."
"Apanya yang aneh, seorang pembunuh pasti bertindak
demi uang. Keluarga Lim memiliki harta yang banyak,
bukan kah itu cukup menjadi alasan daripada membunuh
orang?" "Apa yang kau katakan memang tidak ada salahnya."
"Tetapi dengar-dengar di atas mereka masih ada
atasannya." "Tentu mahluk yang berkepala dan berwajah."
"Ada mahluk yang berpura-pura menjadi hantu,
gerakannya sih tidak seberapa tetapi jurusnya itu yang luar
biasa," Kata Wie Kai.
"Kau pernah bertemu dengannya?"
"Ya." "Sempat bertarung?"
"Ya." "Kekuatannya bagaimana?"
"Aku percaya jika dibandingkan denganku hampir tidak
ada bedanya, tetapi ilmu meringankan tubuhnya pasti di
atasku." "Siau-kai, jangan terlalu membesar-besarkan orang lain."
Kata Loo Cong mengibaskan tangannya.
"Kenapa" Memangnya kau pikir aku hanya membual?"
"Bukannya membual tetapi ada kalanya kau terlalu
membesar-besarkan." "Apa yang kukatakan ini adalah yang sebenar-nya,
paling tidak ilmu meringankan rubuhnya tidak dibawahku."
Loo Cong menggeleng-gelengkan kepalanya:
"Aku tetap saja tidak percaya."
"Tidak peduli kau percaya atau tidak, kau tetap saja
temanku yang paling baik."
"Memangnya tidak ada yang lebih baik dari padaku?"
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau juga
temanku yang paling baik, satu-satunya."
Jam 2 subuh. Ada orang di atas pohon. Telah berjanji bertemu setiap tanggal 1 dan 15 setiap
bulannya. Orang yang di atas pohon itu bukan Wie Kai.
Orang itu adalah Liauw Swat-keng.
Dia setiap hari selalu berharap tetapi waktu serasa
berlalu dengan lambat. Anak muda sekali jatuh cinta sama seperti lampu lentera
yang menyala. Sekilas angin berhembus, di atas pohon sudah bertambah
satu orang lagi. Liauw Swat-keng menengok sambil berkata:
"Bagaimana kau....."
Orang yang baru datang itu menutup mulutnya dan
berkata di telinganya: "Hati-hati! Liauw In dan Cia Peng adalah pembunuh
kelas satu." Liauw Swat-keng berkata: "Aku sudah menunggumu selama satu jam."
"Sekarang baru jam 2, siapa yang menyuruhmu datang
lebih pagi?" tanya Wie Kai.
Hari masih gelap sehingga tidak terlihat bagaimana
merah muka Liauw Swat-keng.
"Dua orang itu ada di rumah."
"Mereka tidak menyusahkan kalian?"
"Tidak, hanya mengeluarkan peringatan saja."
"Ada rahasia apa yang bisa kau beritahukan padaku?"
Tanya Wie Kai. "Ada satu hal yang sangat... sangat aneh."
"Hal apa?" "Kau harus baik padaku, baru aku akan bicara."
"Memangnya aku masih kurang baik pada-mu?"
"Baik apanya" Begitu datang langsung bicara serius,
sama sekali tidak menghiburku. Apakah kau tahu
bagaimana hidupku selama setengah bulan ini?"
"Aku tidak begitu bisa menghibur orang lain, terutama
pada perempuan." "Aku tidak peduli!" Dia bersandar pada pundak Wie Kai.
Wie Kai tidak mendorongnya menjauh. "Bicaralah!"
"Pada saat Sang Sin diperintahkan untuk mengemban
tugas keluar, di sebuah kota besar dia menemukan suatu hal
yang aneh." "Hal aneh apa?"
"Lim Leng-ji sedang bernyanyi di atas pentas, bahkan
sampai memiliki grup theater sendiri."
Wie Kai terkejut, apakah dia lagi-lagi sedang bermimpi"
"Bagaimana Sang Sin tahu kalau itu adalah Lim Lengji?"
Liauw Swat-keng sengaja mendekat padanya dan
berbicara di samping telinganya:
"Sang Sin hanya pernah 4-5 kali melihat Lim Leng-ji,
termasuk dulu saat kau menghadang keretanya di jalan."
Wie Kai terdiam agak lama.
Dia benar-benar tidak tahu apakah dirinya benar-benar
masih berada di alam mimpi.
Dia jelas tidak akan percaya Lim Leng-ji yang sedang
naik pentas sama dengan Lim Leng-ji yang ada di kota
Koh, lebih tidak percaya lagi dengan Lim Leng-ji yang
bersamanya malam kemarin.
Apakah ketiga Lim Leng-ji ini adalah Lim Leng-ji yang
sama" Atau kah dua di antaranya adalah satu orang"
Jika secara sekilas memang ada tiga orang, tapi
kemiripan mukanya! Dia sendiri sekarang jadi pusing tujuh
keliling. "Ada hal penting yang lain?"
"Hanya itu." "Itu saja sudah cukup."
"Tadinya aku tidak ingin memberitahumu tentang
hal ini. "Mengapa?" "Apalagi kalau membuktikannya?" bukan takut kau pergi untuk "Jika kau sudah mengatakannya, tentu saja aku akan
pergi untuk memastikannya."
"Mengapa?" "Bukankah orang yang mirip dengan Lim Leng-ji yang
ada di kota Koh juga mirip denganmu ?"
"Aku tidak kepikiran sampai ke sana." Liauw Swat-keng
berkata: "Mungkin kau benar, apakah mungkin gadis ini juga ada
hubungan darah denganku?"
"Jika kedua gadis lainnya pun ternyata ada hubungan
saudara denganmu, bagaimana perasaan-mu?"
Liauw Swat-keng berpikir sejenak lalu berkata:
"Jika itu benar, maka aku akan menangis!"
Jawaban sebagian besar wanita pasti begitu.
Bagaimana mungkin muncul lagi Lim Leng-ji yang lain"
"Apakah gadis itu juga sama bernama Lim Leng-ji ?"
Tanya Wie Kai. "Tentu saja bukan, nama panggungnya adalah Hui Cuihoa, terkenal dari selatan
sampai ke utara." "Jika begitu terkenal, mengapa tidak pernah terdengar
sebelumnya ?" "Pertama, dia belum lama keluar, juga baru pertama kali
datang merambah ke wilayah utara."
"Siapa nama aslinya?" Tanya Wie Kai.
"Kalau tidak salah sepertinya Sebun Long."
"Nama yang bagus!"
"Kau malah berkata nama itu bagus!"
Wie Kai tidak menyahut. Tetapi dia berani bertaruh kalau gadis yang ada dalam
ingatannya pasti dia. -ooo0dw0ooo- BAGIAN II BAB I Di sebuah gedung pertunjukan.
Ini adalah gedung pertunjukan yang paling lama tetapi
juga yang paling terkenal yang ada di kota ini.
Grup-grup terkenal yang dipanggil ke kota Koh ini pasti
akan tampil di gedung ini.
Seebun Long memiliki ruang rias pribadi.
Ruangan ini hanya digunakan oleh anggota utama dari
grup pertunjukan ini. Dia sedang duduk di hadapan sebuah cermin dan


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menanggalkan atribut pentas di atas kepalanya satu persatu.
Pada saat itu ada seseorang yang masuk dari luar
kemudian menutup pintu. Orang ini adalah seorang pemuda yang gagah yang
memiliki sikap kurang ajar serta pandangan mata
keranjang. Di pinggangnya tersoren sebilah golok panjang.
Di saat seperti ini di tempat seperti ini, ternyata bisa
datang seorang pemuda yang di pinggangnya tersoren
sebilah golok panjang. Pemuda itu sama sekali tidak tersenyum tetapi Seebun
Long justru tersenyum padanya di hadapan cermin.
Seebun Long sangat percaya pada dirinya bahwa bila dia
tersenyum kepada siapa pun, pasti perasaan orang itu akan
luluh tanpa kecuali. Bahkan bagi yang tidak kuat, bisa sampai melompat
setelah melihat senyumnya.
Pemuda itu duduk di sandaran tangan pada sebuah kursi.
Seebun Long memasang raut wajahnya yang paling
menarik. Tetapi pemuda itu sama sekali tidak tertarik
memandang raut wajah Seebun Long, dia berkata: "Apakah
kita pernah saling mengenal sebelumnya?"
Jawab Seebun Long sambil tertawa kecil:
"Kau boleh melupakan sudah berapa kali kita naik ke
atas ranjang yang sama, tetapi kau justru tidak boleh
menanyakan hal seperti ini."
"Apakah kau mengenal Lim Leng-ji?" tanya Wie Kai.
Seebun Long mengerutkan alisnya:
"Kau ini bicara apa?"
"Kalau begitu, kau tidak mengenalnya?"
"Ada apa denganmu hari ini?"
Tiba-tiba Wie Kai teringat sesuatu hal.
"Apakah hal itu masih berlanjut?" Wie Kai ingin
memastikan apakah benar-benar hal itu terjadi di saat dia
sendiri tidak bisa memastikan apakah benar ada kejadian
seperti itu. "Bagi laki-laki jantan, mengapa sama sekali tidak ada
keteguhan hati?" kata Seebun Long dengan sedikit kesal.
"Apa sebenarnya yang kau bicarakan?" Tiba-tiba Seebun
Long bangkit berdiri dengan marah lalu berkata:
"Sesudah semuanya diperoleh, lalu kau mau mundur?"
Wie Kai sama sekali tidak bisa berkutik, dia hanya bisa
berkata: "Di mana?" "Malam ini aku akan membawamu ke sana." Seebun
Long berkata dengan ketus, "Siau-kai, jangan lupa! Kali ini
kulakukan hanya demi dirimu!"
Demi dirinya" Wie Kai sendiri tidak begitu jelas.
Wie Kai berjalan keluar dari gedung itu.
"Wie-tayhiap, Wie-ya, tolong tunggu sebentar."
Wie Kai membalikkan kepalanya, seseorang yang
memiliki raut wajah seperti kera telah mengejar-nya.
Orang itu sepertinya tidak asing lagi tetapi entah
mengapa dia tidak bisa mengingatnya.
"Wie-ya, jika kau tidak keberatan mohon pinjamkan aku
10 tail." Tanpa ragu-ragu Wie Kai langsung bertanya:
"Siapa namamu?"
Orang yang berwajah seperti kera itu berkata sambil
menundukkan kepalanya: "Namaku adalah Yu Siau-go, seorang Hu-cou (badut
pesilat dalam opera Tiongkok). Orang penting seperti Wieya pasti sudah lupa."
"Oh, ternyata kau Yu-heng," Dia mengeluarkan uang
sebanyak 4 tail perak dan menyodorkannya ke tangan Yu
Siau-go yang terbuka sambil berkata:
"Aku hanya punya segini."
"Terima kasih Wie-tayhiap! Hanya saja masih belum
cukup." "Aku tahu tidak cukup, tapi yang kupunya hanya
sebanyak ini." Yu Siau-go menatap bayangan punggung belakang Wie
Kai sambil menimbang-nimbang 4 tail yang ada di
tangannya lalu membuang ludah sambil berkata:
"Cuh! Dasar pelit!"
Belum jauh Wie Kai berjalan, tiba-tiba di depannya ada
sebuah kereta kuda yang melintas dengan cepat.
Orang yang berada di atas kereta itu sepertinya tidak
asing. Setelah berpikir sejenak, tiba-tiba Wie Kai menepuk
dahinya seraya berkata: "Dia Sangguan Lie."
Tidak salah, orang itu memang pedagang besar yang
sangat terkenal di kota ini yaitu Sangguan Lie.
Sudah kaya, ilmu silatnya pun tinggi.
Reputasi Sangguan Lie seperti angin dahsyat yang
menyapu bersih enam propinsi di wilayah utara.
Wie Kai segera berganti haluan berjalan ke arah lain.
Saat ini, tidak boleh ada orang tahu bahwa dia pernah
berpapasan dengan kereta kuda Sangguan Lie.
Tetapi begitu hendak memasuki jalan yang panjang ini,
biji matanya tiba-tiba membesar.
Tatapan matanya terpaku pada tubuh seorang pemuda
dan juga wajahnya. Sangguan Lie tadi jelas-jelas mengarahkan kereta
kudanya pergi ke arah utara, tetapi mengapa malah berada
ditempat ini" Apa orang ini benar-benar Sangguan Lie"
Hanya saja orang ini tidak sedang mengendarai kereta
kuda dan lagi pula pakaiannya sama sekali berbeda.
Walaupun pakaian atasnya hampir serupa tetapi pakaian
Sangguan Lie yang sebelumnya adalah pakaian yang mahal
bersulamkan huruf 'Hok' sedang-kan yang ini tidak, di
tambah lagi orang ini hanya memakai sepatu biasa dan
bukan sepatu mahal. Jika saja Wie Kai bukan orang yang teliti, maka tidak
ada seorang pun yang akan memperhatikan detail seperti
ini. Bahkan pasti mengatakan persis sama.
Bahkan kantung tempat menyimpan uangnya pun
berbeda. Apakah di dunia ini ada hal aneh seperti ini" Lim Leng-ji
adabeberapa orang. Sangguan Lie pun ternyata ada dua
orang. Wie Kai buru-buru berbalik arah mengejarnya.
Tapi Sangguan Lie yang ini sudah menghilang.
Otak Wie Kai dibuat pusing tujuh keliling. Dendam
keluarga Lim Leng-ji masih belum terbalas-kan, sekarang
muncul lagi beberapa Lim Leng-ji.
Baru saja menemukan sedikit titik terang, dia sudah
berhubungan terlalu dalam dengan gadis yang lemah
lembut seperti Seebun Long.
Tetapi mereka melakukannya demi tujuan tertentu,
bukan hanya untuk harta Sangguan Lie.
Kereta kuda Sangguan Lie kembali dan masuk ke dalam
sebuah rumah besar. Istrinya Liu Eng keluar menyambutnya.
Raut wajahnya terdapat jejak bekas air mata, pasti di
rumahnya telah terjadi sesuatu.
Sangguan Lie telah bercerai dengan istrinya yang
pertama sebelum dia mengambil Liu Eng sebagai istrinya
lagi. Dari luar hubungan suami istri ini terlihat cukup baik.
Hanya saja suasana hati Sangguan Lie sering berubahrubah.
Sangguan Lie tidak setiap hari marah-marah, ada
kalanya dia tertawa senang.
"Tuan, Siau-liong belum kembali. Aku sudah pergi ke
tempatnya guru Sun tetapi tidak bertemu. Kata Guru Sun
dia sudah pulang sekolah."
Sangguan Lie murka. Mungkin sepanjang hidupnya baru kali ini dia murka
sebesar ini. Dengan marah dia membentak:
"Apa yang kau lakukan dari tadi?"
"Tuan, aku kan sudah pergi mencari kesana-kemari, aku
kan tidak berbuat salah."
"Jika dia anak yang kau lahirkan, tidak mungkin kau
tidak mempedulikan seperti ini!"
"Tuan, mengapa berkata seperti itu?"
"Mengapa" Kalau hilang bagaimana" Apa kau bisa
melahirkan satu lagi?"
Dan Seebun Long melakukannya untuk dirinya. Wie Kai
tidak bisa tidak kagum padanya.
"Tuan, mungkin dia sedang bermain sebentar entah
kemana, sebentar lagi mungkin akan pulang. Aku juga kan
bukannya tidak bisa melahirkan."
"Tetapi aku....." Baru setengah kalimat terucap, dia tibatiba merubah kata-
katanya, "Suruh semua pegawai yang
ada di rumah ini pergi mencari-nya!"
"Baik, tuan." Sangguan Lie memasuki ruang tamu dan sebuah surat
berada di atasmejanya. Isi dari surat ini sangat sederhana.
Yang pertama-menghendaki 500 tail emas.
Yang kedua-menghendaki sebuah kantung kulit naga
yang tersegel. Segelnya entah menggunakan bahan apa, kecuali dengan
cara dipotong, jika tidak maka kantung ini tidak akan bisa
dibuka. Dulu sewaktu Sangguan Lie menerima kantung ini untuk
disimpan, dia di pesan, apa pun yang terjadi sampai
kepalanya hilang sekalipun, kantung ini tidak boleh sampai
hilang. Bukan hanya taruhannya. sekedar kepala tetapi nyawapun Inilah pemerasan yang meminta tebusan.
Begitu memikirkan kata 'tebusan', dalam benak nya
terbayang kepala Siau-liong yang terbang melayang.
Dia benar-benar mau gila rasanya. Orang yang
menitipkan kantung ini adalah kakak seperguruannya.
Liu Eng berkata jika Siau-liong hilang, dia masih bisa
melahirkan satu lagi. Tetapi walaupun dia bisa melahirkan
Siau-liong yang lain, tetap saja tidak bisa dibandingkan
dengan yang ini. Alasan untuk hal ini hanya dia yang tahu, tidak boleh
ada orang kedua yang tahu. Ada uang sebanyak apa pun
tidak ada yang bisa menggantikannya.
Sebenarnya berapa banyak usaha Sangguan
Mungkin dia sendiripun tidak terlalu jelas.
Lie" Terlalu banyak uang juga merepotkan.
Terlalu sedikit uangjuga menyulitkan.
Untuk menghindar dari kesulitan, yang paling ideal
adalah memiliki uang yang tidak terlalu banyak pun tidak
terlalu sedikit. Tempat ini boleh dikatakan sebagai kaki langitnya (pusat
kota) kota Koh, daerah yang terbesar di dalam kota Koh.
Tidak jauh dari situ ada sebuah gedung pertunjukan dan
di dalamnya ramai terdengar suara orang yang bertanding
silat di atas pentas. Orang separuh baya ini membuka pintu ruang tamu dan
baru saja hendak menyalakan lentera. Tiba-tiba ada orang
yang membuka suara: "Untuk apa menyalakan lentera?"
Begitu orang separuh baya ini mendengar, dia mundur
dua langkah seraya berkata:
"Siapa?" "Orang sendiri!"
Orang separuh baya itu berkata:
"Sepertinya kau belum tahu siapa aku?"
"Jika tidak tahu kau adalah Sangguan-tayhiap, untuk apa
aku kemari?" "Jika sudah tahu aku Sangguan Lie, bukankah lebih baik
menyalakan lentera dulu baru kita bicara?"
"Menyalakan lentera atau tidak memang ada bedanya?"
"Apa maksud perkataan itu?"
"Masa Sangguan-tayhiap tidak mengerti?"
"Aku Sangguan Lie selama ini mengekang diri untuk
tidak mudah terpancing marah."
"Memangnya dulu bagaimana kau bisa terpancing
marah?" "Aku sudah cukup bersabar, sebenarnya apa mau
kalian?" "Aku datang justru mau mengambil uang tebusan."
Sangguan Lie berkata: "Uang tebusannya sudah diantarkan."
Orang itu tertawa rendah sambil berkata:
"Apakah Sangguan-tayhiap mengantarkannya?" sendiri yang "Betul." "Kalau begitu siapa nama Sangguan-tayhiap?"
Sangguan Lie menjadi marah dan berkata: "Memangnya
siapa lagi yang memakai nama Sangguan Lie?"
"Kau benar-benar Sangguan Lie?" ^'
Sangguan Lie benar-benar naik pitam.
Orang yang datang itu lagi-lagi tertawa: "Memangnya
kau pikir aku tidak mengenal pendekar dunia persilatan
Sangguan Lie?" "Bagus kalau kenal, nyalakan lenteranya!"
"Bukankah sudah kukatakan, terang atau tidak kan tidak
ada bedanya?" "Apa maksud dari perkataan itu?"
"Jika menyalakan lentera tentu saja bisa terlihat bahwa
kau adalah Sangguan Lie, kalau tidak istrimu Liu Eng tidak
mungkin mau seranjang dengan orang yang tidak jelas asalusulnya?"


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sangguan Lie terguncang baik jiwa maupun raganya,
serasa hend ak pingsan. Orang yang datang itu berkata:
"Bagaimana" Apa rahasia ini cukup berbobot?"
"Ng!" "Numpang tanya, jika rahasia ini tersebar di dunia
persilatan, mau ditaruh di mana muka Sangguan Tay-ya
yang sekarang ini?" Sangguan Lienaik pitam, dengan kasar berkata:
"Omong kosong!"
Orangitu malah berkata dengan dingin:
"Kenyataan sudah di depan mata, untuk apa kau
menyangkalnya" Apakah aku harus mengatakan-nya satu
persatu di hadapanmu?"
"Sobat, coba saja kau katakan, lagi pula hari ini aku
sedang senggang," Orang itu berkata: "Sangguan Tay-ya, beberapa tahun yang lalu pernah
bertarung dengan musuhnya sehingga mengalami luka yang
cukup berat sampai tidak bisa dikenali. Nama panggilan
aslimu sebenarnya adalah Le dan karena sampai tidak bisa
dikenali lagi maka kau mengubah namamu menjadi
Sangguan Lie." Sangguan Liesama sekali tidak bersuara. Orang itu
berkata: "Kami khawatir kau tidak mau memberikan tebusan,
maka mau tidak mau berbuat seperti ini." Dia menghela
nafas sambil berkata lagi, "Hati orang itu kan terbuat dari
daging, siapa pula yang benar-benar mau mengusik rahasia
seseorang?" "Yang mau dikatakan sudah kau katakan, masih berani
berkata tidak mau mengusik rahasia orang lain?" kata
Sangguan Lie "Paling tidak ada beberapa hal lainnya yang belum aku
katakan." Kata orang itu.
Pada saat itu jendela tiba-tiba terbuka dan ada sesosok
bayangan yang masuk ke dalam.
Orang itu langsung menyerang orang yang telah datang
sebelumnya. Kedua orang itu bertarung sambil melenting ke segala
penjuru. Gerakan tubuh dan kecepatan mereka berdua bisa
diketahui dari pergerakan udara di ruangan itu.
Orang yang telah datang lebih dulu mengeluarkan suara
terlebih dahulu: "Kau adalah ketua...."
Orang yang datang belakangan menyapukan kakinya
leber-lebar, tepat di bagian ginjalnya. "
Belum juga jatuh tersungkur ke lantai, orang yang datang
belakangan sudah mencengkramnya dan membawa orang
itu keluar melewati jendela.
Orang yang bernama Sangguan Lie sama sekali tidak ada
kesempatan untuk bergerak.
Kejadian ini terjadi begitu cepat, sampai dia sama sekali
tidak sempat menggerakkan tangannya, apalagi menutup
mulutnya. Lagi pula begitu mendengar kata terakhir yang
diucapkan orang yang datang duluan itu, diapun sudah
tidak perlu turun tangan lagi.
Ini adalah pantai yang sunyi.
Sebuah perahu kecil tertambat di celah batu karang.
Perahu itu sangat kecil, sehingga kabinnya hanya cukup
untuk menampung tidur tiga orang saja. Yang laki-laki
adalah Wie Kai. Yang perempuan tentu saja Seebun Long.
Lalu ada seorang lagi anak laki-laki yang sangat manis,
kurang lebih berumur 4-5 tahun.
Ketiga orang itu sedang mendengarkan suara ombak
yang sedang menghantam badan kapal.
Suara itu sepertinya memancarkan perasaan yang
berbeda-beda dari ke tiga orang itu.
Seebun Long menahan anak ini demi Wie Kai.
Seharusnya dia merasa menyesal setelah melihat
penderitaan yang diderita anak ini tetapi dia malah tidak
ada bergerak sama sekali.
Demi kitab silat Pit-kiau-tay-hoat dan Kai-kiau-tay-hoat
yang hilang, Wie Kai terpaksa berbuat demikian.
Hanya anak ini saja yang tidak bersalah.
"Aku ingin pulang!"
Siau-liong memohon untuk pulang.
Seebun Long memandangi Wie Kai lalu berkata:
"Siau-liong, besok kita akan mengantarmu pulang."
"Tidak mau, aku mau pulang sekarang."
Walaupun Seebun Long adalah orang yang romantis,
tetapi terhadap Siau-liong ternyata dia luar biasa sabar.
Karena itu Wie Kai lagi-lagi menyadari kalau mereka
berdua tidak bisa terpisahkan. Ini karena mereka berdua ada
sedikit kemiripan. "
Dia tidak tahu bagaimana cara Seebun Long mengatasi
hal ini. "Aku mau pulang! Ayah, di mana kau berada?" Bibir
Siau-liong mulai bergetar. Ibunya yang sekarang adalah ibu
tiri jadi dia sangat dekat dengan ayahnya Sangguan Lie.
Seebun Long merangkulnya sambil berkata: "Siau-liong,
bibi besok pasti akan mengantar-mu pulang, bibi sangat
sayang padamu!" "Tidak mau! Kau orang jahat!"
Seebun Long memandang pada Wie Kai, dia merasa
serba salah. Wie Kai mengangkattangannya sambil berkata: "Di mata
seorang anak kecil, kita berdua memang orang jahat."
"Jangan bicara omong kosong! Cepat kemari bujuk dia!"
"Kau saja tidak bisa, apalagi aku?"
"Apakah kau lupa kalau semua ini aku lakukan hanya
untukmu?" "Lain kali kau jangan melakukan hal seperti ini lagi
untukku." "Lalu memangnya kau mau mengantarkannya pulang?"
Tanya Seebun Long "Jika kau setuju, aku akan langsung mengantarkannya."
Seebun Long menghela nafasnya dan berkata: "Mengapa
kau selalu saja bersitegang denganku?"
"Kau jarang sekali bersitegang terhadap apa pun." Kata
Wie Kai. "Aku mau pulang, aku mau pulang, aku mau pulang....."
kata Siau-liong. Baru saja kalimat ketiganya selesai, Wie Kai langsung
menotok nadinya. Yu Siau-go dengan tampang yang menjengkel-kan
berjalan di kabupaten Lam-kong.
Dia langsung terkena masalah.
Orang yang melayaninya adalah orang separuh baya dan
dia membawanya ke sebuah bangunan kecil dan berkata:
"Kau orang kelompok Lian-seng ?"
"Ya, numpang tanya siapa nama anda tuan polisi?"
"Namaku TonghongTa-cing."
"Ternyata Tonghong Cong-pu-thauw (kepala polisi), aku
hanyalah seorang Hu-cou, namaku Yu Siau-go"
"Nama yang bagus."
"Ah, tidak. Nama anda lah yang sangat bagus." "Ketua
kelompokmu orang daerah mana" Siapa namanya?"
"Kalau tidak salah dengar dia lahir di Ho tetapi sudah
bertahun-tahun tidak pernah menginjakkan kakinya ke
sana, namanya Suma Hen."
"Pengurus kelompok lahir di Ho juga?"
"Namanya Liu Ie-sen."
Tiba-tiba Tonghong Ta-cing berdiri dan berkata: "Ikut
denganku sebentar!" Dia dibawa lagi ke sebuah ruangan yang di tengahnya
terdapat sesosok mayat manusia. Yu Siau-go terkejut sekali.
Tonghong Ta-cing berkata seraya menunjuk kepada
mayat itu: "Apakah dia Liu Ie-sen dari Ho?"
Yu Siau-go benar-benar menyesal telah menu-ruti
perintah Sangguan Lie melapor ke polisi. Dia berkata:
"Itu....atu.....atu memang dia."
"Tidak salah?" "Tidak mungkin salah. Cong-pu-thauw, bagaimana dia
bisa mati?" "Dibunuh orang."
"Omong kosong' Yu Siau-go memaki di dalam hatinya.
Tonghong Ta-cing menunjuk pada bagian bawah tubuh
mayat itu sambil berkata:
"Bagian luar pada bagian ginjalnya cedera hingga rusak."
Yu Siau-go mengerutkan alisnya sambil sedikit
mengusap-usap bagian ginjalnya. Tonghong Ta-cing
berkata: "Mengapa Sangguan Tayhiap tidak memanggil yang
lainnya datang kemari, malah justru menyuruh-mu untuk
melaporkan perkara ini?"
Jawab Yu Siau-go: "Karena kelompok kami sedang mengadakan atraksi di
gedung pertunjukan milik Sangguan Tay-hiap, semua orang
sudah tahu hal ini."
"Cuma karena alasan itu?"
Yu Siau-go tahu kalau orang ini sangat lihai, lalu
berkata: "Sangguan Tayhiap memang ada kalanya menyuruhku
lari pontang panting kesana kemari demi dirinya, dia hanya
perlu mengangkat jarinya sedikit untuk memerintahku."
"Bagaimana hubungan antara Sangguan
dengan dengan pengurus Liu Ie-sen?"
Tay-hiap "Sangat baik!" "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Hujin masih sangat muda, cantik, dan berbudi luhur.
Bagaimana mungkin tidak baik?" "Hanya kulit luarnya
saja." Yu Siau-go menatap tajam pad anya. 'Jika tidak
percaya untuk apa bertanya pada-ku"'
Begitu Yu Siau-go pulang, ketua kelompok Lian-seng,
Sama Hen, baru datang. Usianya kurang lebih 40th-an, tinggi tubuhnya sedang.
Setelah melihat mayat itu, pandangan mata Suma Hen
berkabut, katanya: "Kemarin dia masih baik-baik saja, sebenarnya siapa
yang telah melakukan ini padanya?"
"Siapa yang tahu?" kata Tonghong Ta-cing.
"Mohon Cong-pu-thauw segera menemukan pelakunya
untuk diadili atas perbuatannya."
"Tentu saja. Kalau boleh tahu, bagaimana kepribadian
dari korban?" "Dia orang yang sangat sopan."
"Tidak pernah berselisih dengan anggota yang lain?"
"Sejauh ini tidak pernah. Cong-pu-thauw, boleh kah
kubawa jasadnya pulang?"
"Tentu saja boleh."
"Kalau begitu aku akan pulang dulu memang-gil orang
untuk membawa jasad ini pulang."
Begitu Suma Hen keluar dari ruangan, Tong-hong Tacing berkata kepada Kao Hie
bawahannya: "Coba uji dia."
"Baik." Kao Hie selalu merasa isi otak Tonghong Ta-cing
selalu lebih banyak daripada orang lain.
Suma Hen berjalan tidak cepat juga tidak lambat.
Begitu memasuki sebuah lorong, langkah kakinya
menjadi lebih cepat. Kondisinya pada saat dia datang sama dengan pada saat
dia pulang, tidak sedih juga tidak gembira.
Di belakangnya datang seseorang, langkah kakinya pun
tidak lambat. Keadaan ini berlalu beberapa saat, kemudian tiba-tiba
orang yang di belakangnya mulai bertindak.
Gerakannya sangat cepat juga sangat lincah, sampai
membuat tubuh Suma Hen terhempas.
Tapi Suma Hen hanya berguling di tempat, lalu setengah
berjongkok di atas tanah.
Gerakannya boleh dikatakan tidak lambat juga.
"Mau apa kau?" "Maaf!" KaoHie berkata, "Salah kenal orang."
Suma Hen menatapnya sejenak, lalu berkata: "Lain kali
kalau keluar rumah jangan lupa bola matanya dibawa!"
"Bagaimana?" tanya Tonghong
menunggu laporan dari Kao Hie.
Ta-cing sedang "Tidak terbaca sepenuhnya."
"Sedikit pun tidak terlihat?"
"Setidaknya dia pasti bisa silat 2-3 jurus."
OooodwoooO BAB II Dalam hal tebusan dan mengurus anak, Wie Kai dan
Seebun Long saling berbagi tugas.
Wie Kai bagian tebusan dan kantung kulit naga.
Seebun Long bagian mengurus anak.
Entah mengapa Wie Kai merasa perhatian Seebun Long
terhadap anak itu agak kelewatan.
Jika sudah menganggap anak itu sebagai tebusan tapi
justru malah terlalu diperhatikan, jadi memang terasa
sedikit berlebihan. Malam semakin larut. Jarak tempat penyerahan tebusan dengan sisi pantai
hanya 1/2 Li. Mereka sudah sepakat jika tebusan telah diserahkan
maka dia akan mengeluarkan suara kicauan burung
sebanyak 3 kali, setelah itu Seebun Long baru melepaskan
sandera. Wie Kai bersembunyi di balik sebuah layar besar.
Sebuah bayangan hitam datang mendekat.
Dia sendiri tidak yakin apa yang sebenarnya sedang
dilakukan" Tetapi yang pasti dia sebenarnya tidak ingin melakukan
hal ini.

Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang yang datang itu berdiri di depan layar tetapi tidak
masuk ke dalam, berkata: "Sangguan Lie datang membawa tebusan."
Wie Kai mengenakan sebuah caping besar, ditambah
gelapnya malam, orang itu tidak mungkin bisa
mengenalinya. Dia pun keluar dari balik layar.
Kedua belah pihak saling menatap.
Sangguan Lie menjatuhkan dua buah kantong. Kantong
yang pertama itu berisikan kepingan uang yang sangat berat
sampai melesak ke dalam pasir di tanah.
Kantong yang satu lagi sangat ringan.
Sangguan Lie berkata: "Inilah uang emas sebanyak 500 tail dan sebuah kantong
kulit naga." Wie Kai mengibaskan tangannya menyuruh dia untuk
mundur selangkah. Walaupun Sangguan Lie kesal tetapi hanya bisa
menahan diri dan terpaksa menurut.
Wie Kai terlebih dulu mengambil kantong kulit naga.
Yang paling menarik perhatiannya adalah benda ini.
Kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam
kantongnya dalam-dalam. Tiba-tiba dia menyentuh sebuah benda yang dingin,
lentur dan lembek. Wie Kai sangat terkejut, buru-buru menarik tangan
kirinya kembali. Untung saja tangannya masih utuh.
Tentu saja dia tahu yang ada di dalam kantong tadi tidak
mungkin ular beracun biasa.
Tetapi walaupun ular beracun biasa, tadi telah
menggigitnya tiga kali, jika dalam 2 jam tidak segera
ditolong mungkin hidupnya tidak akan tertolong lagi.
Pada saat yang bersamaan, sebuah pedang emas
berkelebat menyerang. Wie Kai menghindar serangan pedang pertama, kedua,
lalu ketiga. Dia terpaksa melepaskan kantong kulit naga yang telah
dipegangnya tadi ke tanah.
Tetapi Wie Kai tidak ingin bertarung dengan-nya.
Alasannya adalah di antara mereka sama sekali tidak ada
dendam ataupun benci, orang itu menggunakan ular hanya
karena ingin melindungi miliknya dan tidak ingin sampai
direbut orang lain. Wie Kai sangat mengerti akan hal ini.
Tetapi Sangguan Lie sama sekali tidak berpikir demikian.
Dia sangat ingin menghabisi Wie Kai, dia benci orang ini
karena telah membuat dia ketakutan dan membuat derita
anak tercintanya selama beberapa hari.
Dia berpendapat dengan membunuh orang ini maka dia
bisa menyelamatkan anak tercintanya.
Tetapi serangan pedang yang ke empat belum keluar,
tiba-tiba ada sebuah bayangan besar yang muncul dan
mengambil kantong kulit naga yang ada di atas tanah itu.
Baik Wie Kai mau pun Sangguan Lie sama-sama melihat
bahwa bayangan itu tidak berkepala.
Bayangan besar tidak berkepala itu sudah tidak asing lagi
bagi Wie Kai. Tetapi lain halnya dengan Sangguan Lie, dia terkejut
sambil berkata: "Inilah barang tebusan untuk anakku...."
Gerakan bayangan tanpa kepala sangat cepat bagaikan
angin, tiba-tiba dia mengarahkan jarinya ke arah pantai
seakan ingin mengatakan bahwa anaknya berada di dalam
perahu kecil yang ada di sana.
Sangguan Lie terpaku sejenak.
Wie Kai dengan cepat mendekati bayangan tanpa kepala
itu. Wie Kai tahu dirinya terkena racun ular sehingga
membuatnya sukar untuk bertarung.
Tetapi dia sangat penasaran terhadap mahluk misterius
ini. Menurutnya, orang ini adalah mahluk yang aneh, bisa
jadi dia lah orang yang memegang kendali di balik semua
ini. Wie Kai merasakan firasat buruk akan hal ini.
Memangpada dasarnya dia orangyang cerdas.
Jika bukan karena ingatannya yang kadang muncul
kadang hilang, dia pasti sudah menjadi orang yang sangat
terkenal. Dalam mengejar orang, itu artinya dia harus adu ilmu
meringankan diri. Untuk mengatasi racun ular, dia mengerahkan tenaga
dalamnya ke salah satu tangannya dan men-desak racun itu
keluar. Bayangan tanpa kepala itu sambil merampok sambil
mengeluarkan suara kicauan burung sebanyak tiga kali.
Saat itupun Wie Kai menyadari kalau taktiknya dengan
Seebun Long sudah terbongkar.
Tetapi dalam situasi seperti ini dia pun tidak bisa
memberitahu Seebun Long untuk tidak melepas-kan
sandera. Bayangan tanpa kepala dengan cepat melesat masuk ke
dalam hutan dan tiba-tiba dari dalam hutan muncul lagi
sesosok bayangan kecil pendek yang juga tidak berkepala.
Golok berantai. Wie Kai terpaksa mengeluarkan goloknya.
Walaupun baru mengeluarkan golok berantai tetapi
sudah dapat dipastikan kemampuan orang ini tidak berada
di bawah Sangguan Lie. Tetapi sialnya setelah Wie Kai mncabut golok-nya, dia
tidak bisa mengeluarkan racun ular dari tangannya.
"Trang...trang...trang..." terdengar suara golok beradu
disertai percikan sinar akibat gesekan kedua benda itu.
Leher bayangan tanpa kepala itu tertebas setengah tetapi
yang tertebas ternyata hanya sebongkah kayu.
Entah takut kepalanya keluar atau tertebas, bayangan itu
segera menarik golok berantainya dan melesat masuk ke
dalam hutan. Bayangan tanpa kepala yang bertubuh besar yang ada di
dalam hutan sepertinya orang yang rada aneh, dia
menimbang-nimbang kantung yang telah dibuka tadi.
Di dalam kantung itu terdapat dua buah buku, tetapi
setelah dibuka di dalamnya tidak ada huruf sama sekali.
Dia mendengus lalu membuangnya ke tanah. Tetapi
seketika itu dipungutnya kembali dan kemudian
menghilang dalam kegelapan malam.
Pada saat yang bersamaan.
Sangguan Lie telah melihat ada sebuah perahu kecil yang
tertambat di pinggir pantai.
Dan di atas perahu itu terdapat sinar lentera.
Sangguan Lie berpendapat orang aneh yang merampas
kantung kulit naga tadi menunjuk, memberikan pengarahan
padanya, lagi pula sebelum merampas kantung tadi dia
sudah mengetahui rahasia dari para penculik ini.
Oleh karena itu dia percaya pada petunjuk orang aneh
itu. Begitu dia naik ke atas perahu itu, dia langsung
berteriak: "Siau-liong, Siau-liong ku....."
Tidak ada suara sedikit pun dari dalam perahu itu. Dia
yakin perahu itu tidak ada orang sama sekali.
Sangguan Lie maiah sekali.
Saking marahnya sampai dari hidungnya keluar suara
dengusan. Perahu itu sangat kecil ukuran-nya sehingga
dengan sekali melihat pun semuanya terlihat.
Dia telah tertipu. Kedua bola matanya menjadi merah.
Kejadian seperti ini hanya terjadi pada saat melihat Liu
Eng dan orang itu bermesraan di atas tempat tidur.
Tetapi hal itu terjadi dengan persetujuan darinya.
Kadang-kadang dia berpikir, sebenarnya dia sendiri orang
macam apa " Jika orang lain sampai tahu akan hal ini, mereka akan
mengatai dirinya seperti apa "
Tentu saja dia bisa menebak dengan jelas. "Siauliong...........Siau-
liong.............."
Terdengar suara ratapan hembusan angin malam. dari mulutnya disertai Kedudukan Sangguan Lie di kalangan dunia persilatan
termasuk posisi kelas atas yang kaya dan orang seperti
Tonghong Ta-cing tentu saja tidak akan dianggap.
Itulah hal yang lumrah dipikirkan oleh banyak orang.
Tetapi pada saat Tonghong Ta-cing datang mengunjungi
Sangguan Lie, dia malah diperlakukan dengan penuh
hormat. Karena Sangguan Lie adalah orang yang memiliki intuisi
yang tajam. Maka dengan sekali lihat dia sudah tahu nilai
yang dimiliki orang tersebut.
Bahkan di saat yang bersamaan dia pun bisa langsung
menebak jati diri dari orang tersebut.
Menurutnya Tonghong Ta-cing bukanlah kepala polisi
dari kabupaten Lamkiong. Teh sudah terhidang. "Cong-pu-thauw pasti sudah mendengar perihal anakku."
Kata sangguan Lie. Tonghong Ta-cing mengangguk-anggukkan kepalanya.
Kedua mata Sangguan Lie terlihat merah.
Dia sudah sehari semalam tidak tidur. Tonghong Ta-cing
berkata: "Apakah Sangguan Tayhiap
tebusannya tetapi tidak berhasil ?"
sudah membayar "Ya!" Sangguan Lie terlihat marah sekaligus tidak
berdaya, berkata: "500 tail emas tetapi tetap saja anakku tidak kembali."
"Umumnya para penculik hanya mau uangnya saja."
Kata Tonghong Ta-cing. "Memang benar."
"Apakah aku bisa melihat surat ancamannya?"
Sangguan Lie dikeluarkan juga. ragu-ragu sejenak tetapi akhirnya Sesudah membaca, Tonghong Ta-cing berkata: "Apakah
Sangguan Tayhiap berkenan men-jawab beberapa
pertanyaanku ?" "Tentu saja." Pandangan mata Tonghong Ta-cing menera-wang keiuar
jendela lalu berkata: "Konon ketua kelompok pertunjukan Lian-seng, Bunga
Fajar Seebun Long, adalah istri simpanan-mu ?"
Sangguan Lie terdiam seribu bahasa.
Di dunia ini tidak ada yang namanya benar-benar
rahasia. Jika sudah diketahui orang lain maka sudah tidak bisa
dipungkiri lagi. Sangguan Lie yang selalu menutupi lagi, akhirnya
menjawab: "Memang benar."
"Kalian pastinya tidak tinggal di dalam kota ini, kan?"
"Kami tinggal di sebuah kota kecil berjarak 100 Li di luar
kota ini." "Sudah tinggal berapa lama sebelum berpisah?"
"5-6 tahun, tentu saja kami tidak selalu bersama setiap
saat sebab dia harus pergi ke sana ke mari untuk melakukan
pertunjukan." "Pada saat itu dia belum terkenal seperti sekarang, kan?"
"Ya. Hanya saja hal ini tidak ada hubungannya sama
sekali dengan kejadian ini."
"Itu belum tentu juga." Tonghong Ta-cing berkata,
"Kemarin sesudah menyanyikan lagu Tay-eng-to, dia
langsung menghilang."
"Bukan, katanya dia sakit sehingga diwakilkan oleh Jitlu-hoa-tan (Bunga fajar
dua arah), Lok Hiang"
Tonghong Ta-cing berkata:
"Apakah kau tahu siapa penculik itu ?"
Sangguan Lie menggeleng-gelengkan kepala-nya.
"Aku bisa memberitahukannya padamu sedikit,
orangnya dua orang dan salah satunya adalah wanita."
"Wanita?" "Apakah kau berpikir wanita tidak bisa menjadi seorang
penculik?" "Tidak, tentu saja wanita malah berpeluang besar untuk
hal seperti ini, hanya saja banyak yang mengatakan kalau
wanita akan menemui kegagalan jika melakukan hal ini."
Tonghong Ta-cing berkata:
"Ada banyak kasus di mana dalam melakukan hal
semacam ini wanita jauh lebih hebat dibandingkan lakilaki."
"Memangnya Cong-pu-thauw sudah melihat wanita itu
siapa ?" "Ada kalanya janganlah terlalu dekat pada sesuatu, tetapi
kau justru telah melakukan kesalahan yang fatal."
"Aku?" "Pada saat melakukan tebusan, seharusnya kau tidak
perlu memperlakukan laki-laki itu sampai begitu."
Sangguan Lie terkejut. Ternyata Cong-pu-thauw pun melihat kejadian waktu
itu. "Apakah waktu itu Cong-pu-thauw pun ada di sekitar
tempat itu ?" Tonghong Ta-cing tidak berkata, tapi dia menganggukanggukkan kepalanya.
"Jika aku tidak berbuat seperti itu bagaimana?"
Tonghong Ta-cing berdiri sambil berkata:
"Aku rasa mereka sudah melepaskan anak itu tetapi ada
orang lain lagi yang membawa anak itu pergi."
"Kalau begitu waktunya terjadi sesudah pen-culik itu


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pergi dan pada saataku naik ke atas perahu kecil itu?"
Tonghong Ta-cing mengangguk-anggukkan kepalanya:
"Di dalam kelompok Lian-seng, apakah masih ada orang
yang mengerti tulisan cukup bagus?" Sangguan Lie berkata:
"Ada seorang Bu-seng (pemain) bernama Hoa Cian, jika
dibandingkan dengan Liu Ie-sen dia jauh lebih baik, hanya
saja permainan dramanya tidak bagus."
"Tetapi bukan berarti ilmu silatnya jelek."
"Memang benar."
Sangguan Lie menghela nafasnya panjang-panjang, jika
kali ini ada orang lain lagi yang menginginkan 500-1000 tail
emas darinya dan memberi kan Sangguan Liong kembali
padanya, dia akan rela. Dia mulai membenci harta.
Jika bukan karena hartanya, hal ini tidak akan terjadi.
Kekayaan hanya membawa masalah baginya, tetapi
memang tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan
uang. Ada hal yang tidak dapat dibeli oleh uang. Tiba-tiba
Tonghong Ta-cing berkata: "Bagaimana kepribadian dari
istri simpanan-mu, Seebun Long?"
"Sesuai dengan namanya, agak seperti ombak."
"Jika tidak demikian, dia tidak mungkin terkenal seperti
sekarang." Sangguan Lie benar-benar tidak ingin mem-bahas
tentang Seebun Long. "Jika tebakkanku tidak salah, Seebun Long adalah salah
satu tersangka penyandera anakmu."
Sangguan Lie tertegun lalu segera menggelengkan
kepalanya dengan keras tanda tidak percaya.
..........................................
Tonghong Ta-cing tidak berani bergerak sedikit pun.
"Mengapa Cong-pu-thauw bisa berpikir seperti itu ?" kata
Sangguan Lie. "Otak yang dimiliki manusia memang aneh, hal aneh
apa pun bisa terpikirkan."
"Tetapi pikiran aneh ini sama sekali tidak beralasan."
"Jika otak manusia tidak digunakan untuk memikirkan
hal-hal yang aneh, itu malah sesuatu yang patut sangat
disesalkan." "Mengapa ?" "Sebab Seebun Long adalah salah satu tersangkanya.
Pada saat Seebun Long merencanakan langkah-langkah
penculikan ini dengan seorang lelaki yang lain di dalam
ruangannya, hal ini terdengar oleh Hoa Cian, dia lalu
memberitahukan pikiran melantur-nya kepada Ji-lu-hoatan, Lok Hiang, sebab mereka
adalah sahabat." Sangguan Lie benar-benar lupa akan Tonghong Ta-cing.
Dia berpikir, 'orang ini jadi kepala polisi pasti karena dia
senang mengumpulkan bukti-bukti aneh seperti ini.'
Walaupun Sangguan Lie tidak menilai rendah orang ini,
tetapi ternyata dia malah menilai orang ini terlalu tinggi.
Sangguan Lie berkata: "Bagaimana tentang kasus ini menurut pandangan Congpu-thauw ?"
"Jika punya bukankah itu berarti kasusnya sudah
terpecahkan ?" "Paling tidak Cong-pu-tauw tahu tentang kasus ini secara
garis besarnya." "Hoa Cian tahu rencana jahat Seebun Long dan rekan
penculiknya!" Sangguan Lie murka. Dia tidak bisa percaya kalau dulu dia bisa merasa simpati
pada orang macam Hoa Cian dan Lok Hiang.
Mereka berdua memang jahat tetapi mereka tidak
berbuat itu langsung terhadapnya tetapi terhadap para
penculik itu. "Apa mungkin anakku ada di tangan mereka?" kata
Sangguan Lie. "Jika memang benar ada di tangan mereka semua malah
jadi lebih mudah, tetapi sayangnya tidak ada pada mereka."
"Jadi usaha mereka sia-sia ?"
"Mungkin, begitu mereka baru saja mendapat-kan anak
itu, lagi-lagi sudah diculik kembali oleh orang lain."
Sangguan Lie menutupi wajahnya dengan kedua
tangannya. Di saat seperti ini dia rela seandainya dirinya bukan
seorang pendekar dari dunia persilatan.
Dia juga tidak ingin menjadi orang yang kaya raya.
Dia tidak peduli menjadi seorang pelayan atau kuli
asalkan bisa hidup bersama dengan anaknya, dia sudah
cukup puas. Tiba-tiba Tonghong Ta-cing berjalan meng-hadap pintu
masuk, lalu membalikkan kepalanya dan berkata:
"Siau-liong bukanlah anak yang dilahirkan oleh istrimu
Liu Eng, bukan?" "Dia adalah anak yang dilahirkan oleh Seebun Long."
"Pantas saja kalau begitu!"
Tiba-tiba Sangguan Lie tersadar.
"Apakah menurut Cong-pu-thauw ini........"
Tonghong Ta-cing menghela nafasnya sambil berkata:
" Mungkin bakal sedikit merepotkan!"
Raut wajah Sangguan Lie seperti kehilangan warna. "
"Maksud Cong-pu-thauw, untuk sementara ini anakku
tidak mungkin kembali ?"
Tonghong "Khawatirnya kembali." Ta-cing mungkin berkata dengan masam: selamanya bisa tidak akan
Kata-kata Tonghong Ta-cing tadi laksana pedang yang
menusuk Sangguan Lie. Sangguan Lie melihat ke sekelilingnya mencari pedang
lalu kemudian menghunuskannya ke tengah punggung
Tonghong Ta-cing. Saat ini dia benar-benar sudah gelap mata dan
menganggap Tonghong Ta-cing sebagai musuhnya.
Malah mungkin dalam hatinya dia meng-anggap
Tonghong Ta-cing sebagai dalang dari penculik an ini.
Siapa sangka ternyata di belakang punggung Tonghong
Ta-cing seperti ada sepasang mata.
Pedang itu hanya melewati sisi tubuhnya begitu saja.
Tonghong Ta-cing menghindar sekitar dua langkah
sambil membalikkan tubuhnya lalu berkata dengan dingin:
"Aku benar-benar penasaran, apakah kau benai benar
Sangguan Lie ?" "Jika aku bukan Sangguan Lie, lalu siapa?"
"Sukar untuk dikatakan!"
"Biar pun sukar, kau tetap harus menjelaskan apa
maksud kata-kata mu tadi!"
Tonghong Ta-cing tertawa pahit lalu berkata:
"Banyak hal di dunia ini yang bisa membuat orang tidak
berdaya. Apa yang kau mau aku katakan, pasti akan aku
katakan tetapi kau pasti tidak bisa menerimanya!"
Satu wajah Sangguan Lie berubah:
"Mengapa?" "Coba pikirkan baik-baik, kau akan mengerti sendiri."
"Apakah kau bisa memberitahukan walau pun sedikit?"
"Baik. Pertama, orang dengan kedudukan seperti
Sangguan Lie, tidak mungkin akan turun tangan terhadap
seorang Cong-pu-thauw. Kedua, orang licin seperti
Sangguan Lie tidak akan menanyakan pertanya-an yang
tidak boleh ditanyakan."
Sangguan Lie mematung. Kata-kata Tonghong Ta-cing memang ada benarnya.
Mengapa tadi dia begitu ceroboh" Sampai berani
menguji ilmu silat Tonghong Ta-cing. Mungkin karena ada
kemungkinan dia juga salah satu dalang dari penculikan itu.
Hoa Cian dan Lok Hiang lagi-lagi bersama. Sepanjang
sejarah manusia hal yang paling banyak terjadi adalah hal
yang seperti ini. Inilah kamar yang mereka sewa untuk sementara waktu.
Hoa Cian berkata dengan jengkel: "Kita berdua benarbenar belum sempat mak.ni
daging kambing, tetapi sudah
membuat tubuh kacau." KataLokHiang:
"Sudahlah! Sudah bagus tidak ada orang lain yang tahu.
Anggap saja semuanya hanya mimpi '
"Aku tidak habis pikir." Hoa Cian berkata lagi, "Mereka
mengambil tebusan tetapi mengapa malah diculik lagi?"
"Apakah kau bisa memastikan orang yang mengambil
tebusan itu adalah Wie Kai atau Seebun Long ?"
"Bukan mereka, jangan-jangan ada orang lain lagi yang
tahu tentang rahasia mereka ?"
"Apakah kau tidak merasa pandangan mata dan gerak
gerik pengurus rombongan dan Suma Hen belakangan ini
agak aneh ?" "Apakah menurutmu dia tahu tentang rahasia ini?"
"Kau menilai terlalu tinggi tentang rencana kita." Hoa
Cian berkata: "Masa Bodoh! lebih baik kita
pertunjukkan kita baru bicara lagi."
selesaikan dulu Inilah sebuah kamar yang lain lagi.
Di bagian depan dan di belakangnya terdapat pagar
tanaman, di sekitarnya ada terdapat sekitar 10 buah rumah
tinggal penduduk. Di atas pagar tanaman itu terdapat bunga dan di atas
bunga terdapat kupu-kupu yang beterbangan.
Pemandangan ini benar-benar sangat indah. Hanya saja
Wie Kai dan Seebun Long tidak punya niat untuk
menikmatinya. "Pergilah!" Seebun Long berkata, "Tujuan
tercapai, mengapa masih belum pergi juga ?"
sudah "Tujuan masih belum tercapai," kata Wie Kai.
"Apa yang sebenarnya yang ada di benakmu?"
"Apa lagi yang harus aku pikirkan?" Wie Kai berkata,
"Apalagi kalau bukan merasa bersalah kepada Siau-liong ?"
"Jadi semua ini demi Siau-liong?" Raut wajah Seebun
Long menjadi cerah, lalu berkata lagi, "Tidak kusangka."
"Memangnya kenapa?"
"Kau gelisah hanya karena penculikan ini."
"Siau-liong bagaimana pun juga dilahirkan oleh orang
tuanya," Wie Kai berkata lagi, "Kau sebagai seorang
wanita, seharusnya sedikit banyak ada perasa-an kasih
sayang terhadap anak itu."
"Demi membantu tercapainya tujuanmu, memang sudah
seharusnya sedikit lembut padanya, tetapi tetap saja tidak
bisa." "Aku merasa, Siau-liong agak mirip dengan-rrai."
Seebun Long terpaku menatap Wie Kai.
"Seperti aku?" Seebun Long seperti berkelit.
"Ya," kata Wie Kai, "Terutama bagian hidung dan
matanya." Seebun Long membelalakkan matanya sambil berkata:
"Aku sendiri malah tidak memperhatikannya." Kedua
mata Seebun Long sangat indah, tidak ada duanya di dunia
ini. Sangat mirip dengan milik Lim Leng-ji.
Hanya saja Wie Kai yang sekarang menjadi bingung,
apakah Lim Leng-ji itu benar-benar ada.
Sebab dia beranggapan kalau Lim Leng-ji itu adalah
Seebun Long. Diapun lupa walaupun kecantikan bola mata Lim Lengji sedikit kalah indah jika
dibandingkan dengan Seebun
Long, tetapi dari sisi bentuk tubuh serta daya tariknya, Lim
Leng-ji lebih unggul dibandingkan dengan Seebun Long.
Lagi pula dia sangat perhatian pada Wie Kai. Bagaimana
Wie Kai tidak puas "
Tetapi dia pun hampir melupakan Sangguan Siau-liong.
Sepertinya anak itu tidak hanya mirip dengan Seebun
Long, tetapi juga mirip dengan orang yang satu lagi.
Tiba-tiba pintu terkuak lebar, di dalam ruangan telah
berdiri seseorang yang raut wajahnya tertutup topeng yang
hanya menampakkan sepasang mata yang bersinar.
Saat itu Wie Kai sedang bersandar pada tempat tidur,
dengan sekejap dia berdiri di hadapan tempat tidur sambil
berkata: "Siapa kau?" Orang itu sama sekali tidak bersuara. "Sobat, semoga kau
salah masuk ruangan."
Bola mata orang itu menatap tajam Wie Kai.
Itu menyatakan bahwa dia sama sekali tidak salah
masuk. Tiba-tiba orang ini mengeluarkan tangannya. Tetapi
ternyata yang dia gerakkan kakinya terlebih dahulu.
Gerakan kakinya serasa lebih hidup dibandingkan
dengan tangannya. Dalam sekejap mata sebuah tendangan telah membuat
Wie Kai terdorong mundur sebanyak dua langkah.
"Sobat yang tidak diundang, jika menyesal tanggung
sendiri akibatnya!" kata Wie Kai.
Wie Kai mengeluarkan golok di kedua tangan-nya dan
maju menyerang. Sret, bagian atas celana panjang orang itu sobek
setengahnya. Tiba-tiba orang itu melesat keluar melalui pintu.
Wie Kai tidak mengejarnya sebab lukanya masih belum
sembuh. Orang itu sejak datang sampai perginya sama sekali tidak
berkata sepatah kata pun.
"Mungkin orang ini ada hubungannya dengan Siauliong," kata Seebun Long.
"Jika kedatangannya kemari ingin menebuSjSiau-liong,
seharusnya dia mengeluarkan uang tebusan nya terlebih
dahulu." "Apa mungkin orangnya Tonghong Ta-cing?"


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sukar untuk dikatakan."
"Siapa sebenarnya Tonghong Ta-cing itu" Dia tentu
bukan kepala polisi dari kabupaten Lam-kong."
"Tentu saja bukan," Wie Kai berkata, "Tapi dia pasti
bukan orang sembarangan."
"Lalu perannya apa ?" kata Seebun Long.
"Walaupun dia mungkin dari lingkungan pejabat, tetapi
dia pasti orang yang melawan hukum."
"Kau mengenalnya ?" tanya Seebun Long.
"Biar pun kenal belum tentu mengerti dia. Aku tidak
mengenalnya, yang penting asalkan selalu dekat padanya,
maka akan lebih mudah mengetahui dia itu orang seperti
apa." Seebun Long berjalan mendekat. Wie Kai dapat
mendengar suara nafasnya.
Sebenarnya itu adalah suara akibat reaksi fisiologis.
Bahkan lengannya menggantung di pundak Wie Kai dan
bola matanya yang indah tiada duanya itu memberikan
tatapan mengundang padanya.
-ooo0de0oooBAB III Malam semakin gelap. Di dalam kamar Sangguan Lie terdapat dua orang yang
sedang duduk berhadapan tetapi mereka sama sekali tidak
menyalakan lentera. Salah satu dari mereka berkata:
"Apakah keadaanmu belakangan ini baik-baik saja?"
"Sangguan-heng, sebelumnya." keadaanku masih sama seperti "Bagaimana dengan dia?"
"Dia" Maksudmu Liu......."
Lawan bicaranya pembicaraannya. mengangkat tangan memotong "Dia juga baik."
Suasana hening sesaat, hanya terdengar surupan teh yang
diminum mereka. Mereka berdua adalah laki-laki dan usia mereka berdua
pun tidak jauh berbeda, hanya status sosial mereka yang
berbeda. "Apakah kau bahagia?"
"Aku.....tidak terlalu."
"Apakah kau tidak merasa ini adalah suatu hal yang
menyenangkan?" "Jika kau adalah aku, kau juga akan merasakan hal yang
sama." "Mengapa tidak senang" Semua orang mengatakan dia
sangat panas." "Memang." "Lagi pula aku pun memberikan upah pada-mu."
Orang tersebut terdiam karena kata 'upah' itu serasa
pisau yang menghujam tajam ke dadanya.
Orang ini berkata: "Sangguan-heng, mengapa kau menyebutnya sebagai
upah?" "Mengapa, tidak boleh?"
Orang ini menjadi marah dan berkata :
"Setiap kali orang melihat diriku di jalanan, tidak peduli
menganggukkan kepalanya atau membungkukkan tubuhnya, aku selalu merasa gentar dan hilang percaya
diri." "Oh?" "Yang membuat gentar adalah khawatir mereka
menanggap aku mirip denganmu, tapi justru tidak mirip
denganmu. Yang membuatku hilang percaya diri adalah
saat aku berduaan dengan Liu Eng, sebagian besar
waktunya hanya melihat nyala lentera, tidak berbicara,
tetapi berusaha bekerja dengan keras!"
"Berusaha?" "Ya. Sebab jika tidak berusaha keras, dia tidak akan
puas." "Apakah malam ini kau ingin istirahat?"
"Ya. Terlalu lelah, jika mau menggantikan......"
Orang itu berdiri berjalan keluar dari ruangan itu sambil
berkata: "Mungkin ada sebagian laki-laki yang iri padamu, tetapi
sebagian besar laki-laki tidak beranggapan seperti itu."
Orang itu keluar berjalan ke ruangan lain.
Dia berbaring di atas ranjang, di tengah kegelapan
malam sambil berpikir bahwa Liu Eng ternyata wanita yang
lumayan juga. Saat itu sinar bulan masuk melalui sela-sela jendela dan
barulah terlihat ada seseorang di dalam kamar itu.
Tampang orang itu tidak terlihat jelas. Segera saja dia
bangun dan duduk di ranjang lalu berkata:
"Siapa?" "Tidak perlu bertanya, cepat jawab saja."
"Jawab apa?" "Tentang semua siasat kalian dan juga tentang masalah
upah." Orang yang ada di atas ranjang melompat terbang tapi
sebuah tendangan bagaikan gelombang datang menghantamnya. Orang yang tidak diundang itu melakukan tendangan
berputar yang cepat seperti gasing.
Walaupun dia bisa menghindar dengan cukup cepat dan
gerakannya pun lincah. Tapi kaki lawan yang satu telah
mengenai dada dan yang satunya lagi tetap mengenai
pinggang sehingga tubuh orang itu mendarat di atas meja
dan membuat meja terpecah menjadi dua.
Bagian dada dan pinggangnya terasa sakit seperti
terbelah dua. "Asalkan kau mendengarkan kata-kataku," kata tamu
tidak diundang itu, "kelak apa pun yang kau mau, pasti
akan ku berikan." "Kau?" "Ng! Memang aku!"
"Jangan-jangan kau itu......"
"Tidak perlu kau katakan!"
"Yang membunuh Bu-seng Liu Ie-sen dari kelompok
pertunjukan Lian-seng pasti kau orangnya."
"Membunuh orang adalah pekerjaan yang sangat
menjemukan, tetapi dia tidak bisa tidak harus dibunuh."
"Menjemukan?" "Membunuh adalah pekerjaan yang mudah, tetapi
sesudah membunuh, harus dibersihkan noda-nodanya,
sama seperti jika kau telah memenggal ayam, bebek, atau
ikan." Ditilik dari ucapannya, bagi orang ini mem-bunuh sudah
merupakan makanannya sehari-hari.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan?"
"Aku mau bagaimana lagi" Hanya ingin selanjutnya kau
harus mendengarkan aku."
"Baiklah." "Kau memang rekan kerja sama yang baik"
"Selama ini aku memang sangat bekerja sama."
"Kau pasti tahu di mana Sangguan Siau-liong sekarang?"
"Bagaimana mungkin aku tahu?"
"Mungkin tahu lokasi di mana Wie Kai dan Seebun
Long sekarang?" "Untuk apa semua itu" Kau ingat baik-baik! Kau beri saja
apa yang dia minta, toh dirimu sendiri sudah cukup
makmur." "Sobat, tidak segampang yang kau katakan. Ini kan
menyangkut harga diri seorang laki-laki."
Tamu tidak diundang itu tertawa dingin.
"Harga diri apaan" Di dunia ini ada segala macam orang
dan segala macam masalah, hal yang belum pernah kau
pikirkan mungkin sudah dialami oleh orang lain, jangan
terlalu dibesar-besarkan!"
"Terserahlah!" "Jika ucapanmu bagaimana?" berlawanan dengan isi hatimu "Maksudnya?" "Kita jangan bicarakan yang lain dulu, aku ingin
menimpakan soal kematian Liu Ie-sen padamu."
"Dari pertama sudah terlihat hubungan kalian antara ibu
dan anak." Kata Wie Kai.
Dia sudah mulai tidak sabar.
"Jika kau mengikuti apa kataku, kau bisa melanjutkan
kehidupan enakmu dengan damai."
"Sampai berapa lama?"
"Selama kau belum bosan pada Liu Eng, terserah kau
mau berapa lama." "Tetapi bagaimana dengan Sangguan Lie?"
"Soal itu biar aku yang urus, biarkan saja dia marah
dalam hati." Raut wajah yang semerah arak.
Begitulah keadaan Seebun Long.
Lelaki yang bersama dengan Seebun Long juga tidak
berbeda jauh keadaannya. Dia menegak secangkir arak sambil berkata:
"Aku punya sebuah pertanyaan yang ingin ku tanyakan
padamu." Seebun Long menatap dirinya sejenak lalu berkata:
"Bukan hal yang mendesak, bukan?"
"Sangat mendesak!" Wie Kai berkata, "Apakah kau ibu
dari Sangguan Siau-liong ?"
Seebun Long diam seribu bahasa.
"Jika aku yang melahirkannya, mana mungkin aku
menculiknya?" "Apa anehnya?" Wie Kai berkata, "Pertama, bisa
mendapatkan uang. Kedua, bisa bertemu dengan anak
kandungmu untuk sementara waktu."
"Kau jangan berpikir yang tidak-tidak."
Wie Kai menjengut sejumput rambutnya yang indah.
Sejak pertama kali mereka saling mengenal, hal ini baru
pertama kalinya terjadi. Seebun Long berkata dengan suara keras: "Wie Kai, kau
harus meminta maaf padaku!"
"Bicara tidak?"
Seebun Long sangat mengenal wataknya.
Jika dia tidak mengatakannya, pasti akan mendapat
siksaan yang lebih hebat lagi.
"Benar, dia memang anakku. Lepaskan aku l"
Wie Kai malah tambah menarik rambutnya lagi sambil
berkata: "Sangguan Lie bukan ayah kandungnya betul?"
"Siapa bilang?"
Wie Kai tambah keras menarik rambutnya: "Bicara
tidak?" Seebun Long menjerit: "Lebih baik kau BUNUH saja
aku!" "Tidak mau bicara, ya?"
Seebun Long menahan amarahnya: "Wie Kai, lepaskan
tanganmu, nanti aku akan memberitahukan padamu."
Wie Kai melepaskan tangannya, lalu mengisi dua
cangkir arak sampai penuh.
Dengan muka cemberut Seebun Long berkata:
"Ternyata kau orang yang seperti itu!"
"Kata-kata ini seharusnya aku yang bilang."
"Dia adalah anakmu....." kata Seebun Long.
Arak yang ada di salah satu cangkir tadi dilemparkan ke
wajah Seebun Long. Arak yang dingin membasahi wajah Seebun Long.
Seebun Long segera menyingkir sambil berkata: "Apa yang
kau lakukan?" "Cara seperti itu tidak akan mempan padaku."
Seebun Long berkata sambil membiarkan arak yang
membasahi wajahnya: "Apa kau tidak tahu aku melakukannya semua ini hanya
untuk dirimu?" "Kau seharusnya tahu, aku tidak bisa menerima bantuan
seperti itu." "DASAR TIDAK PUNYA HATI !" Seebun Long
berkata dengan suara keras.
Wie Kai minum araknya tanpa berkata apa pun.
Dia sedang berpikir apa yang harus diperbuat pada
anaknya. Yu Siau-go tiba-tiba muncul.
"Kalian berdua jangan tegang," kata Yu Siau-go, "Aku
tahu di mana Sangguan Siau-liong berada."
"Kau?" Wie Kai bangkit dari tempat duduknya.
Yu Siau-go memutar tubuhnya sambil berkata: "Wie-ya,
tolong dengarkan aku dulu."
Wie Kai diam. "Sewaktu kalian berdua sedang sibuk meng-ambil
tebusan, aku melihatnya dari samping, kemudian aku
mengambil anak itu dan membawanya pergi."
Tangan Wie Kai mencengkram Yu Siau-go:
"Di mana dia?" "Wie-ya, apa begini yang namanya berbisnis?"
"Berbisnis?" Yu Siau-go tertawa, katanya: "Kenapa" Apakah menurut


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wie-ya ini bukan sebuah bisnis?"
Wie Kai melepaskan tangannya: "Duduk!"
Yu Siau-go duduk, Seebun Long menuangkan arak
baginya dan berkata: "Ada syarat apa langsung saja katakan!"
Yu Siau-go menyesap araknya sambil meng-ambil
sayuran dengan sumpit dan mengunyah di dalam mulutnya.
Dia benar-benar orang yang dingin.
"Wie-ya, menurut kabar Sangguan Tayhiap akan
membayar 500 tail emas sebagai tebusannya."
Wie Kai mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Wie-ya, kau kan tahu kalau aku selalu hidup miskin."
"Jika kau bertele-tele, maka aku tidak akan segan-segan
membunuhmu!" "Baik... baik....! Aku akan bicara langsung saja," katanya
lagi, "Anak itu kan anak majikan Seebun Long, aku tidak
mungkin berbuat yang tidak-tidak" tentu saja aku ingin
mengembalikannya, tetapi....."
"Mau uang?" "Wie-ya, dari 500 tail yang aku butuhkan hanyalah 50
tail saja sudah cukup."
Wie Kai mengambil kantung yang berisi uang tebusan
dan melemparkan ke hadapan Yu Siau-go sambil berkata:
"Semuanya untuk mu!"
"Wie-ya, semua ini ada berapa?"
"500 tail!" Bukan hanya Yu Siau-go yang terpana, Seebun Long
juga dibuat terkejut setengah mati:
"Wie Kai, kau sudah gila ya!"
Wie Kai mengibaskan tangannya:
"Tutup mulutmu!"
Yu Siau-go tertawa lalu berkata:
"Wie-ya, kau sedang bergurau denganku?"
"Apakah aku mau bergurau dengan orang seperti
dirimu?" "Betul juga, orang sepertimu tidak mungkin mau
bergurau dengan orang sepertiku."
"Ambil semua uang itu, lalu antarkan Sang-guan Siauliong ke kediaman Sangguan
Lie." Tiba-tiba Yu Siau-go menatap tajam Wie Kai sambil
berpikir apakah dia sedang main-main.
Biar pun dia sedang bermimpi, tetap saja tidak pernah
terpikirkan uang sebesar 500 tail emas.
"Wie-ya, be.. ..benarkah?"
Tiba-tiba dia berlutut dihadapan Wie Kai dan berkata:
"Wie-ya, aku sudah berbuat jahat terhadapmu tetapi kau
tidak menyalahkan aku malah memberiku uang, budi
baikmu akan kuingat seumur hidupku."
"Segera kau pergi membawa anak itu kepada Sangguan
Lie. Sesudah pergi dari tempat ini, ganti namamu dan
berdaganglah, jangan berbuat jahat lagi."
"Baik, Wie-ya." Sesudah mengangguk-angguk-an
kepalanya sebanyak tiga kali, mengambil kantung yang
berisi uang itu lalu beranjak pergi.
Kata Wie Kai: "Ingat! Anak itu harus sampai ke tangan Sangguan Lie.
Tidak peduli alasan apa yang kau katakan atau kau antar
saja anak itu sampai ke depan rumahnya lalu mengetuk
pintunya dan pergi. Jangan berbicara apa pun pada orang
lain kalau Siau-liong adalah anak kami."
"Baik." "Kau memang orang aneh!" kata Seebun Long. "Tetapi
orang yang membuatku aneh justru belum mengenalku."
"Jika kau merindukan anakmu, mengapa tidak kau taruh
dia di sisimu?" "Dengan situasi sekarang ini, jika anak itu ada di sisiku
justru malah membahayakan. Yang kucemas-kan justru
dirinya." "Kau selalu berpikir jauh dibandingkan aku."
Wie Kai hanya menatap tajam padanya.
Yu Siau-go tergesa-gesa pergi memasuki sebuah
perkampungan kemudian menghampiri sebuah rumah
penduduk yang pintunya terbuka.
Begitu masuk rumah dia langsung memanggil: "Guji....Gu-ji......"
Dia memanggil beberapa kali tetapi tidak ada yang
menyahut. Apakah telah terjadi sesuatu"
Setelah memeriksa seluruh rumah, ternyata memang
tidak ada seorang pun. Yu Siau-go melihat kantung yang ada di tangannya lalu
tertawa. Jika orangnya ada, pasti dia akan mengantarkan kepada
Sangguan Lie, lalu pergi.
Jika sudah tidak ada, dia juga tidak punya keberanian
untuk kembali ke tempat Wie Kai.
Sebab uangnya pasti diminta kembali.
Lagi pula Wie Kai kan sudah menyuruhnya untuk pergi
jauh-jauh dan mencari sebuah tempat untuk berdagang.
Baru saja hendak keluar dari rumah itu, tiba-tiba di
pekarangan terdengar suara.
Sekarang dia sangat takut jika bertemu dengan orangorang seperti Wie Kai, juga
Tonghong Ta-cing dan Sangguan Lie. Dia melihat keluar jendela dan ternyata yang datang
adalah sesosok wanita. Begitu diperhatikan lebih lama, Yu Siail-go terkejut
setengah mati. Orang yang datang itu ternyata Liu Eng.
Dulu ketika Yu Siau-go datang ke rumah Sangguan Lie,
dia selalu memandanginya.
Waktu itu dia tidak berani memikirkan wanita itu v/alau
dalam mimpi sekalipun. Tetapi sekarang, dia merasa akhirnya kesempat an itu
datang juga. "Siau-liong ......... Siau-liong ........"Liu Eng memanggil
dengan suara kecil sebab rumah itu memang tidak ada
cahaya dan di pekarangan pun gelap sekali. Saat itu sudah
jam 4 dini hari. Liu Eng memasuki rumah itu dengan hatihati dan di dalamnya dia
melihat bayangan seseorang yang
sedang berdiri sehingga dia langsung membalikkan tubuh
hendak melarikan diri. "Nyonya! Ini aku." Yu Siau-go menahannya.
Begitu menyentuh Liu Eng, tubuh Yu Siau-go langsung
terserang panas bagaikan disembur api. Hal seperti inipun
tidak pernah berani dipikirkan dulu.
Wanita milik Sangguan Lie sama sekali tidak boleh
disentuh, tiba-tiba dia teringat akan hal itu.
Liu Eng terpaku sejenak lalu bersuara:
"Kau Yu Siau-go?"
Yu Siau-go masih memegangi tangannya. "Yu Siau-go,
apa yang kau lakukan di sini?"
"Nyonya sendiri sedang apa di sini?"
"Aku tidak sengaja mendengar suara tangisan anak kecil
di sekitar sini." "Setelah kejadian penculikan itu, nyonya kan tidak
pernah peduli." "Siapa bilang?"
"Nyonya, bagaimana kalau kita berdua saling jujur saja?"
"Lepaskan aku! Aku sama sekali tidak mengerti apa
maksudmu." "Kau tidak terlalu mengerti, tetapi kau tampak lebih
mengerti dibandingkan dengan diriku."
"Siau-liong ada di tanganmu?"
"Menurutmu?" "Aku memang sudah mengira kau pasti ada sangkut
pautnya dengan kasus penculikan itu."
"Untuk apa Nyonya mencari Siau-liong?"
"Kata-kata mu sangatkurang ajar!"
"Siau-liong bukanlah anak kandungmu, jika dia ada
maka di kemudian hari pembagian harta yang kau peroleh
pasti lebih sedikit. Apakah betul nyonya tidak pernah
berpikir akan hal ini" Kalau begitu untuk apa malam ini
nyonya ada di tempat ini" Jadi membuat orang penasaran!"
"Lalu untuk apa aku datangkesini?"
"Apakah hal itu masih perlu ditanyakan?"
Liu Eng tahu dia tidak bisa dikelabui.
Jika sudah begini, terpaksa dia juga memanfaatkan orang
ini: "Dia ada ditanganmu?"
"Tentu saja." "Yu Siau-go, kau bisa mendukungku?"
Hati Yu Siau-go berbunga-bunga.
"Soal itu tentu saja harus dilihat dari bagaimana sikap
nyonya terhadapku?" "Kalau begitu langsung saja mau berapa!"
"Uang" Sekarang ini aku tidak butuh, yang kubutuhkan,
kau bisa menemaniku semalam saja."
Liu Eng terkejut setengah mati. Dia tidak menyangka
bahwa dirinya ternyata telah masuk ke mulut seekor
serigala. "Yu Siau-go, lebih baik kau jangan macam-macam!"
"Apakah kau mau menyuruh Sangguan Lie untuk
mengertakku?" "Khawatirnya Sangguan
menggertak orang lain."
Lie tidak segan-segan "Aku hanya ingin mengatakan satu hal, bagi Sangguan
Lie kau tidak berharga sama sekali!"
"Kalau kau berani mengatakannya di depan Sangguan
Lie. Coba saja!" "Maksudku dia adalah seorang bajingan!"
Liu Eng memberontak sambil berteriak:
"Lepaskan aku! Dasar orang rendahan!"
Tentu saja Yu Siau-go tidak mau melepaskan-nya, dia
malah tertawa dan berkata:
"Aku memang bukan orang terpandang," berkata lagi,
"Apa kau tahu, tidak lama setelah kau dan Sangguan Lie
menikah, dia terluka berat sehingga kejantanannya tidak
berfungsi?" Liu Eng bagaikan tersambar petir di siang bolong.
"Karena Sangguan Lie tidak bisa mengatakan bahwa dia
telah kehilangan kemampuannya, maka dia mencari
seseorang untuk menggantikannya."
Mata Liu Eng terbelalak lebar-lebar.
Memang benar, meskipun tubuh orang itu sama persis
dengan Sangguan Lie, tetapi entah mengapa ada kalanya
dia merasa ada yang aneh.
Tetapi dia sama sekali tidak pernah membayangkan
bahwa di dunia ini ada orang yang mencari pengganti
dirinya untuk melakukan hubungan suami istri.
Liu Eng berkata dengan suara keras: "Kau BOHONG!
"Jika kau tidak percaya, aku bisa membawamu untuk
menemui Sangguan Lie yang satunya lagi."
Liu Eng mau tidak mau terpaksa percaya.
"Bekerja samalah denganku maka semua keinginanmu
akan terpenuhi, lagi pula membangkang terhadapku pun
hanya buang-buang tenaga saja."
"Siau-liong benar-benar ada di tanganmu?"
"Ya." Lalu Yu Siau-go bertanya, "Mau keadaan hidup
atau mati?" Tangan Yu Siau-go sudah gatal.
Dia tidak pernah menyangka bahkan wanita yang tidak
berani dimimpikannya, sekarang bisa dia permainkan
sepuasnya. Liu Eng tidak bisa berbuat apa-apa karena dia sendiri
yang menghantarkan dirinya.
Asalkan tujuannya tercapai, sedikit berkorban apalah
artinya. Apalagi perbuatan Sangguan Lie terhadapnya sudah
sangat keterlaluan. "Coba saja lihat! Tidak ada anaknya,
apa dia masih bisa galak."
Liu Eng bisa merasakan tangan Yu Siau-go yang
mengusap naik turun di atas pinggulnya.
Paling tidak, Sangguan Lie yang itu sama sekali tidak
pernah melakukan hal ini, begitu masuk langsung
mematikan lentera, melakukan tugasnya tanpa terucap
sepatah kata pun. Setelah selesai langsung pergi ke kamarnya sendiri.
Tapi dia juga tidak semudah itu terpengaruh oleh Yu
Siau-go: "Di mana Siau-liong?"
"Dia ada di sini."
"Mengapa aku tidak melihatnya?"
"Orangku menyembunyikan di tempat lain sebab tadi
situasinya tidak aman, tenang saja dia nanti pasti akan
membawanya kemari." Tangan Liu Eng terangkat ke dada Yu Siau-go dan tanpa
sengaja menyentuh sebuah benda keras.
Saat ini Yu Siau-go sama sekali tidak berpikir apa-apa
karena tubuhnya sedang terbakar nafsu.
Dengan cepat dan tanpa ragu-ragu Liu Eng mengambil
benda itu dan menghujamkannya ke tubuh Yu Siau-go.
Ternyata benda itu adalah sebilah pisau. Terdengarlah
jeritan Yu Siau-go. Dalam situasi terjepit seperti ini, sudah
pasti orang biasanya mengambil jalan pintas.
Sesudah membunuh, barulah Liu Eng merasa panik. Dia
tergesa-gesa keluar lewat pintu belakang dan pada saat
itupun dia mulai merasa bersalah.
Baru saja berjalan tidak lama, dia merasa ada seseorang
yang mengikutinya. Bagaimana jika kejadian ini terbongkar" Bagaimana jika
Sangguan Lie tahu bahwa dia sudah membunuh orang"
Lalu kasus penculikan itu jadi bagaimana kelanjutannya"
Buru-buru dia memasuki sebuah biara tua yang sudah
rusak. Biasanya dia tidak akan berani masuk ke tempat seperti
ini karena tempat seperti ini suka ada penunggunya.
Baru saja duduk bersandar di bawah patung dewa, dari


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arah pekarangan terdengar suara langkah kaki seseorang.
Orang ini pasti melihat jelas dia masuk biara tua ini.
Tidak lama kemudian menemukannya. Liu Eng tidak
bisa melihat orang itu dengan jelas tetapi orang itu malah
bisa melihatnya dengan jelas. "Kau mau apa?"
"Aku mau menuntaskan hal yang belum dituntaskan
oleh Siau-Yu tadi." "Apakah kau tidak takut pada Sangguan Lie?"
Orang itu tertawa dingin sambil berkata:
"Yu Siau-go saja tidak takut, mengapa aku harus takut?"
Ternyata orang ini mendengarkan semua pembicaraan
antara Yu Siau-go dan dirinya tadi. "Siapa kau?"
"Bagi dirimu, semua orang kan sama saja." .
Memang benar, jika saja pisau itu tidak menan-cap di
dada Yu Siau-go, maka sepanjang hidupnya sampai sejauh
ini mungkin sudah ada 3 orang pria yang pernah
menyentuhnya. Di tambah satu orang lagi memang tidak ada bedanya.
"Jika kau menginginkanku, setidaknya aku harus tahu
dulu siapa dirimu!" kata Liu Eng.
"Namaku Hoa Cian! Dalam grup Lian-seng aku berperan
sebagai Bu Song di Su-sai-lou (gedung singa)."
"Apa rencanamu?" tanya Liu Eng.
"Membawamu pergi jauh dari sini."
"Memangnya kau bisa menghidupiku?"
"Apakah ini tidak cukup?" Hoa Cian mengeluarkan
kantung yang berisi uang yang dibawa Yu Siau-go tadi dan
menaruhnya di samping tubuh Liu Eng.
Uang 500 tail emas terlihat berkilauan diterpa sinar
bulan. Liu Eng tidak bisa berkata apa-apa.
Mau tidak mau hati Liu Eng tergugah juga melihat uang
sebanyak itu. Tetapi sepertinya Hoa Cian berbeda dengan Yu Siau-go,
sampai saat ini dia tidak melakukan tindakan apa pun.
"Mengapa kau diam saja?"
"Kau tidak tahu." Hoa Cian berkata, "Selama ini aku
belum pernah melihat tubuh yang indah seperti ini."
"Benarkah?" "Untuk apa aku menipumu?"
"Apakah kau suka?"
"Suka?" Hoa Cian berkata, "Aku bahkan memujanya!"
Liu Eng membawa tangan Hoa Cian ke tubuh-nya untuk
mengusapnya. Dia sudah berpengalaman tidur dengan lelaki tetapi yang
ini berbeda. Dia tahu semua pria hanya menginginkan rubuhnya saja
dan hanya untuk memuaskan nafsu mereka saja, tanpa
memikirkan perasaannya sehingga dia tidak pernah
menikmatinya. Tetapi Hoa Cian berbeda. "Kau ternyata lumayan juga," kata Liu Eng. "Hari sudah
mulai pagi!" Baru saja Hoa Cian bangkit, tiba-tiba sebuah golok
berkelebatsecepat kilat. Golok itu datangnya terlalu cepat, hanya menge luarkan
suara "sing" sekejab.
Kepala Hoa Cian sudah terbang ke pekarangan dalam
sekejap. Orang itu menendang sisa tubuh Hoa Cian yang tergolek
dengan kakinya tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
Pada saat yang bersamaan dia melemparkan baju Liu
Eng ke atas wajahnya. Dalam keadaan gelap seperti ini tentu saja Liu Eng tidak
bisa melihat apa pun. Dia bahkan tidak sadar bahwa Hoa Cian sudah mati.
Dia juga tidak tahu bunyi yang didengarnya tadi itu
suara apa" Mengapa Hoa Cian melemparkan pakaiannya ke atas
mukanya" ' Baru saja dia hendak mengenakan pakaiannya, sebilah
golok sudah ada di lehernya.
Liu Eng terkejut setengah mati!
Mengapa Hoa Cian berbuat seperti itu"
"Kau.....kau ini mau apa?"
Orang ini tidak berkata sepatah kata pun, kedua
tangannya mengelus pundaknya dengan lembut.
"Hoa Cian, apa yang sedang kau lakukan" Setelah
melakukannya, cepat pergi dari sini!"
Tangan yang tadinya lembut tiba-tiba menjadi kasar.
Liu Eng sampai menjerit. Golok yang ada di lehernya sedikit menekan, malah
terasa menggores dagingnya sedikit. Liu Eng meringis
kesakitan. Liu Eng tidak berani bertanya siapa gerangan orang ini.
Dia sudah ketakutan setengah mati.
Orang ini sangat penasaran mendengar Hoa Cian
memuji tubuh Liu Eng tadi.
Selama ini dia tidak pernah menyadari tubuh-nya begitu
indah dan molek. Dia meraba-raba tubuh Liu Eng tanpa henti.
Dia menyesal mengapa tidak dari dulu dia menyadari hal
ini. Tiba-tiba dia mendengar suara orang di jalan yang
sedang berbicara. Dia sangat mengenal suara ini.
Itu adalah suara Cong-pu-thauw Tonghong Ta-cing dan
Kao Hie. Dia segera menghilang lewat belakang.
Sangguan Lie sedang termenung dalam gelap di atas
ranjang di dalam kamarnya.
Sejak kajadian itu, dia memang sering seperti ini.
Dia pun kadang-kadang suka menangis di saat seperti
ini. Pada saat itu tiba-tiba ada berkelebat bayangan manusia
yang masuk melalui jendela.
Ilmu meringankan tubuh orang ini sangat tinggi, jika
hendak membunuhnya tidak akan menjadi hal yang sulit.
"Siapa?" "Tuan Sangguan."
"Oh... ternyata orang dari Lian-seng....."
Orang itu mengangkat pembicaraan Sangguan Lie.
tangannya memotong "Masalah Siau-liong ini, mungkin kaulah dalangnya."
Kata Sangguan Lie. "Tidak bisa dikatakan seperti itu," kata orang itu. "Kasus
ini pun membuatku pusing juga."
"Lalu apakah kau datang membawakan kabar baik?"
"Benar, aku bisa membuat hidupmu kembali normal
seperti biasa." "Apakah Siau-liong ada di tanganmu?"
"Tentu saja tidak, tetapi aku bisa menemukannya."
"Jika demikian, cepat cari."
"Selain itu aku masih punya 2 hadiah lagi yang harus
kuserahkan." "Hadiah apa?" "Benda berharga yang hidup."
"Siapa?" "Lok Hiang dan Liu Eng."
Sangguan Lie terpaku. Sangguan Lie berkata dengan nada geram: "Jika Liu Eng
memang menghianatiku, aku tidak akan peduli soal
nyawanya. Lok Hiang juga sama."
Orang asing itu berkata: "Kau tidak ingin tahu alasan Liu
Eng?" "Tidak terbersit sedikitpun."
"Dia bermaksud menyuap Yu Siau-go untuk membunuh
Siau-liong." Sangguan Lie murka luar biasa mendengarnya. "Kau
jangan bicara sembarangan!"
"Aku punya saksinya."
"Siapa" Apakah Yu Siau-go dan Hoa Cian" Mereka
berdua sekarang sudah mati."
Orang itu berkata: "Mereka berdua memang sudah mati, tetapi masih ada
Lok Hiang yang bisa menjadi saksi. Dia adalah sekutu Yu
Siau-go dan juga pernah mengatur pertemuan antara Yu
Siau-go dan Liu Eng sebelumnya. Liu Eng ingin Yu Siau-go
membunuh Siau-liong dan Yu Siau-go meminta Liu Eng
membayar dengan tubuh-nya."
Sangguan Lie menatap tajam orang itu.
Orang itu melanjutkan: "Tetapi sebelum Yu Siau-go mendapatkan tubuhnya, Liu
Eng sudah membunuhnya terlebih dahulu. Dan kemudian
ada orang lain lagi yang membunuh Hoa Cian, yang juga
menginginkan tubuh Liu Eng."
"Ternyata kau telah melihat semuanya."
"Hanya melihat sebagian saja," kata orang itu.
"Orang itu langsung pergi menghilang setelah mendengar
suara Tonghong Ta-cing dan Kao Hie. Aku menggunakan
kesempatan itu untuk membawa pergi Liu Eng."
Tiba-tiba Sangguan memandang orang itu. Lie mengangkat kepalanya Walaupun dia tidak bisa melihat raut wajah orang itu,
tetapi mau tidak mau terpikir olehnya bahwa tidak ada
lelaki yang bisa tahan melihat kemolekan tubuh Liu Eng."
Terhadap orang ini pun dia berpikir pasti tidak ada
bedanya karena dia merasa orang ini bukanlah orang yang
budiman. Jadi kemungkinan kekasih Liu Eng bertambah satu lagi.
Bagaimana perasaan seorang suami yang memiliki istri
seperti itu. Dia sering kali berpikiran seperti itu. Jika orang
lain, apa yang akan mereka lakukan"
Sangguan Lie berkata: "Uangnya jatuh ke tangan siapa?"
"Entahlah, siapa yang tahu?"
500 tail emas bagi dirinya tidaklah terlalu berarti.
"Ada satu hal aneh lagi yang mau sekalian kuberitahu,"
kata orang itu. "Orang yang telah membunuh Hoa Cian itu
sangat aneh." "Aneh apanya?" "Dia hanya mengagumi kemolekan tubuh LiuYing tetapi
sama sekali tidak menyentuhnya."
"Apakah benar di dunia ini ada orang aneh seperti itu,"
kata Sangguan Lie. "Ya, di dunia ini segala macam orang ada. Jika orang ini
bukan impotent, maka pastinya orang ini ada kelainan."
"Hal yang pertama, Seebun Long menculik darah
dagingnya sendiri, betulkan?"
Sangguan Lie mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Hal yang kedua Liu Eng juga berusaha membunuh
putranya sendiri, betul juga bukan?"
"Anak itu bukan anak kandungnya."
"Ada orang yang tidak mau diketahui orang lain karena
tidak mampu berhubungan tubuh dengan perempuan, tetapi
mengagumi tubuh perempuan adalah hal yang ketiga,
betul?" Sangguan Lie tidak bersuara juga tidak menganggukkan
kepalanya. "Masih ada satu hal lagi."
Sangguan Lie tiba-tiba mengangkat kepalanya sambil
berkata: "Masih ada lagi?"
"Tetapi untuk sementara aku tidak ingin menga takannya
dulu." "Berikan saja Siau-liong padaku, aku tidak akan macammacam."
"Kita bicara dulu tentang jumlahnya."
Sangguan Lie berkata langsung: "500 tail bagaimana?"
"Boleh, tail emas ya! Aku juga bisa sekalian membawa
kedua wanita itu padamu."
"Tidak perlu," kata Sangguan Lie.
"Tetapi berikan pelajaran pada mereka, aku percayakan
ini padamu." "Kalau Seebun Long bagaimana?"
Sangguan Lie berpikir sejenak lalu berkata:
"Aku dan dia memang sudah berpisah, tetapi bagaimana
pun juga aku masih tertarik padanya. Tetapi aku benci Wie
Kai." "Jika kau menginginkan Seebun Long, aku akan
mencarikan akal." "Tetapi aku juga tidak bisa tidak memperingat kanmu,
"kata orang itu. "Seebun Long masih memiliki tunangan laki-laki."
"Siapa?" "Tonghong Ta-cing."
Sangguan Lie terkejut sekali.
Sebetulnya dia melihat semuanya adalah hal yang
sederhana. Tetapi siapa sangka ternyata rumit sekali di dalamnya.
Wie Kai percaya siapa pun akan memerlukan wanita
seperti Lok Hiang. Wie Kai membawa Lok Hiang tetapi tidak tahu mau
ditempatkan di mana, tiba-tiba ada seseorang muncul di
belakangnya dan berkata: "Wie-ya?" "Siapa kau?" tanya Wie Kai.
"Aku adalah Kao Hie."
"Kau kaki tangan Tonghong Ta-cing."
"Benar, Wie-ya," kata Kao Hie. "Tetapi kau tenang saja."
"Tenang saja?" "Ya, karena walaupun aku pegawai pemerintah tetapi
aku bekerja untuk orang-orang seperti kalian."
"Apa maumu?"

Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wie-ya, saat ini apa pun tidak penting. Yang penting
sekarang bukankah harus mencari tempat untuk menaruh
orang ini?" "Terima kasih! Ini adalah masalahku."
"Wie-ya, apakah kau bermaksud menempatkan di rumah
Seebun Long?" "Mengapa" Memangnya tidak boleh?"
"Wie-ya, memangnya dia ada di rumahnya?"
"Wie-ya, Seebun Long berada di tempat ketua kelompok
pertunjukan Lian-seng, Suma Hen."
"Apa dia pasti ada di sana?"
"Menurutmu dia tidak ada alasan untuk berada di tempat
itu?" Dari pertama Wie Kai sudah kurang suka dengan Suma
hen. Tetapi Seebun Long tidak berpikir demikian.
Dia sudah mengenalnya mempercayainya. lama sehingga sangat "Wie-ya, berdiri di tengah jalan seperti ini tidak baik.
Jika kau percaya padaku, ikutlah denganku. Ada sebuah
tempat untuk beristirahat sejenak."
Wie Kai menggeleng-gelengkan kepalanya:
"Tidak disangka aku ternyata harus bekerja sama dengan
teman-teman salah satu dari enam perkumpulan besar."
Tidak lama kemudian mereka sampai di depan pintu
sebuah gadai. Kao Hie mengetuk pintu sebanyak tiga kali, lalu pintu
terbuka. Kao Hie masuk terlebih dahulu dan diikuti oleh
Wie Kai. Di dalam rumah hanya terdapat seorang laki-laki.
Kao Hie memberikan Lok Hiang kepada laki-laki itu dan
berkata: "Masukan kedalam gudang, jangan diberi makan dan
minum, juga jangan sampai kabur!"
"Tenang saja, Kao-ya."
"Kao-heng, apakah kau menggadaikan orang juga?"
tanya Wie Kai. "Walaupun ini tidak bisa dibilang menggadai-kan orang,
tetapi bukannya tidak bisa."
"Aku masih kurang tenang."
"Wie-ya, bagaimana pun kau harus tenang. Jika tidak
kau tidak akan bisa bermanis-manis di hadapan Suma Hen
dan Tonghong Ta-cing."
"Siapa sebenarnya Tonghong Ta-cing itu?"
"Pokoknya dia bukan orang yang patut kau lawan," Kao
Hie berkata lagi, "Yang penting asalkan kita berdua bekerja
sama, pasti sukses."
"Kemungkinan kau yang sukses tetapi aku tidak."
"Wie-ya, sekarang aku akan memberitahukan sebuah
rahasia padamu." Wie Kai mendengarkannya dengan seksama.
Jika ingin menemui gadungannya, Sangguan Lie sangat
berhati-hati. ' Jika orang lain melihat mereka, pasti mereka menyangka
mereka berdua adalah adik kakak.
Mereka berdua sudah sejak tadi duduk saling berhadapan
tanpa bersuara. Orang ini bernama Bu Si-cin.
Kata BuSi-cin: "Sangguan-heng, kita berdua
cengkraman tangan orang lain."
berada di dalam "Kita berdua?" "Ya, kau di dalam cengkraman Tonghong Ta-cing
sedangkan aku di dalam cengkraman Suma Hen."
Sangguan Lie tertawa dingin: "Bagaimana bisa?"
"Sejak kasus penculikan ini muncul, sudah bukan rahasia
lagi orang-orang seperti Liu Eng, Lok Hiang, Yu Siau-go,
Liu Ie-sen, dll, terlibat dalam hal ini."
"Kau cukup perhatian juga, ya."
"Jangan begitu Sangguan-heng, penderitaanku lebih
besar daripadamu." "Penderitaanmu?"
"Tentu saja." Bu Si-cin berkata, "Aku kan sama sekali
tidak ada bedanya dengan kerbau yang dicocok hidungnya."
Kata Bu Si-cin: "Tonghong Ta-cing ingin membunuhmu, sedangkan
Suma Hen ingin membunuhku."
Dosa apa yang telah diperbuat Sangguan Lie di masa
lalu" Sehingga di buru orang di sana sini, orang yang mau
membunuhnya juga datang dari sana dan sini.
Istri ditiduri oleh orang lain bahkan sampai harus
'dibayar' pula. Putranya berada di tangan orang lain dan uangnya terus
menerus beralih ke pihak lain.
Kata Sangguan Lie, "Memangnya membunuhmu?" kenapa jika Suma Hen ingin "Dia bakal menggunakan rahasiamu yang tidak boleh
diketahui umum untuk mengendalikan dirimu."
"Jika Tonghong Ta-cing membunuhku?"
"Setelah dia membunuhmu, aku pasti disuruh
menggantikanmu. Pada dasarnya aku kan memang
gadunganmu, mana bisa aku membantah?"
Sangguan Lie kesal sekali dan juga marah.
Bisa-bisanya orang lain mendesaknya sampai seperti ini.
Tapi dia tidak bisa menyalahkan orang lain, hanya bisa
menyalahkan ketidakmampuan dirinya.
Hanya sebagian besar orang yang bertemu dengan
masalah seperti ini, bisa menyalahkan orang lain.
"Jadi aku harus bagaimana?"
"Kau harus tarik ulur dengan mereka."
"Tarik ulur dengan mereka" Bukankah itu malah
membuat Siau-liong semakin menderita?"
"Dia sama sekali tidak berada di tangan Suma
Hen,"KataBuSi-cin Sangguan Lie marah sekali mendengarnya.
Dia sama sekali tidak percaya bahwa suatu hari dia akan
dibuat tidak berkutik seperti ini.
"Jika Siau-liong tidak ada di tangan mereka, lalu di
tangan siapa?" kata Sangguan Lie.
"Aku juga tidak tahu. Mungkin di tangan Tonghong Tacing atau di tangan orang
lain." "Apakah Siau-liong masih hidup?"
"Pasti masih hidup."
Tonghong Ta-cing dan Kao Hie datang menemui
Sangguan Lie. Walaupun Sangguan Lie tidak dalam keadaan marah,
tetapi sikapnya sangat dingin sekali. Tonghong Ta-cing
berkata: "Selama t Sangguan Tayhiap! "Selamat?"
"Ya." Tonghong Ta-cing berkata, "Kami
menemukan tempat putramu sekarang berada."
sudah Sangguan Lie hampir saja terjatuh dari kursi-nya,
katanya: "Di mana?" "Di tangan si keledai hitam dari Lian-sen, Be Nengseng."
Sangguan Lie berdiri. "Cong Pu-thauw, apakah aku bisa segera ber-temu
dengan Siau-liong" Apakah dia benar-benar berada di
tangan si keledai hitan dari Lian-sen, Be Neng-seng?"
"Tentu saja." Tonghong Ta-cing berkata, "Mari kita
berangkat sekarang."
oooOdwOooo BAB IV Sangguan Siau-liong akhirnya kembali ke pangkuan
Sangguan Lie. Bagi mereka ayah dan anak, semua ini bagaikan mimpi
buruk yang panjang. Walaupun sudah bangun dari mimpi buruk ini, tetapi
tetap seperti masih berada di dalam mimpi.
Kedua ayah dan anak itu selalu bersama-sama setiap
harinya, seakan-akan ingin menebus segala kerinduan dan
penderitaan yang mereka alami selama perpisahan mereka
Baik tidur maupun makan mereka selalu bersama-sama.
Jika saat ini ada orang yang hendak menculik Siau-liong
lagi maka dia harus membunuh Sangguan Lie terlebih
dahulu. Sekarang keduanya sedang menikmati santap malam.
Sangguan Lie tidak henti-hentinya mengambilkan sayur
untuk anaknya. Pada saat ini sesosok bayangan berkelebat masuk dan
berdiri di samping meja mereka. ,
Orang yang datang ternyata Suma Hen.
Kata Suma Hen dengan dingin:
"Kau telah menghianatiku!"
"Tidak!" kata Sangguan Lie.
"Kau masih berani bilang tidak?"
"Tidak ya tidak!"
"Bukankah kau yang membocorkannya?"
"Bukan!", kata Sangguan Lie, "Kemarin Tonghong Tacing datang kemari dan
mengatakan bahwa Siau-liong
berada di tangan si keledai hitam Be Neng-seng, karena itu
aku segera membawa beberapa orang pergi ke sana."
"Tapi jika memang kau yang membocorkannya, aku pun
tidak akan peduli!" "Sudahku katakan, tidak ya tidak!"
Suma Hen berkata lagi: "Lagi pula Liu Eng masih ada di tanganku."
"Lalu kenapa?" kata Sangguan Lie.
"Jika aku mengumumkan rencananya pada dunia
persilatan, semua akan geger."
"Kau mau berapa?" kata Sangguan Lie.
"Masih jumlah yang sama seperti dulu."
Maksudnya jumlah yang sama pasti mengacu pada uang
yang 500 tail itu. "Untuk saat sekarang aku tidak bisa mengeluar kan uang
sejumlah itu, tunggulah dalam tiga hari ini."
"Siapa yang bakal tahu apa yang terjadi tiga hari
kemudian?" "Kalau begitu bagaimana kalau kuberi cek uang tail
perak?" "Bagaimana kalau cek nya, yang sebagian tail perak dan
yang sebagian lagi tail emas?"
Sangguan Lie berkata dengan marah:
"Tuan, di dunia ini tidak ada orang yang bisa kaya
mendadak!" "Untuk hal ini aku lebih paham dari padamu."
Dari ucapannya sepertinya orang ini tidak akan lama
berada di tempat ini. Di sebuah rumah gadai, Wie Kai sedang minum arak
bersama dengan Kao Hie. Di dalam hatinya dia ingin sekali melihat Siau-liong.
Sekarang giliran dia merasakan apa yang dirasa kan oleh
Sangguan Lie dulu. Bahkan dia sampai terpikir untuk mengganti namanya
menjadi Wie Siau-liong. Kata Wie Kai: "Benarkah Siau-liong sudah berada di tangan Sangguan
Lie?" "Tentu saja. Apakah kau ingin melihatnya?"
"Aku sudah pernah melihatnya," kata Wie Kai. "Yang
aku ingin tahu sekarang adalah apakah dia sekarang benarbenar berada di tangan Sangguan Lie?"
"Soal anak itu kau tidak perlu khawatir, untuk sekarang
ini tidak akan terjadi apa-apa. Sementara itu Seebun
Long.....?" "Jangan singgung tentang dia!"
"Mengapa?" tanya Kao Hie.
"Terlalu liar!"
Kao Hie tertawa sambil berkata lagi:
"Ternyata jadi perempuan itu susah juga."
"Kau seperti sangat mengerti perempuan."
"Jika seorang perempuan terlalu jujur, maka laki-laki
yang mengejarnya pasti mengatakan yang sebaliknya di
belakang punggungnya."
"Aku bukan orang seperti itu." Kata Wie Kai.
"Laki-laki kebanyakan memang seperti itu, tetapi jika
seorang perempuan sedikit kelewat batas, para lelaki lebih
tidak bisa menerimanya."
"Sepertinya kekasihmu adalah wanita yang gampangan."
"Aku belum punya kekasih," kata Kao Hie. "Mungkin
jika kau sudah memilikinya kelak, pendapatmu pasti
berubah." "Berubah bagaimana?"
"Seorang wanita sedikit liar di atas ranjang tidak apa,
tetapi setelah turun dari ranjang dia harus tahu sedikit
Pendekar Bunga Merah 4 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Jaka Lola 7
^