Pencarian

Pohon Kramat 2

Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 2


bayangan putih yang menghadang ditengah jalan itu.
"Aaaaa...." Ia mengeluarkan suara tertahan. Itulah
wanita berbaju putih yang bernama Co Yong Yen, orang
yang mengaku sebagai istri si Cendekiawan Serba Bisa
Thung Lip, "Kau?" Ia menghadapi Co Yong Yen. Orangkah yang
sedang dihadapi" Atau arwah Co Yong Yen yang sudah
dikatakan mati" "Betul...Aku." Gadis berbaju putih itu membenarkan
kata kata sipemuda. Dua gadis pelayan berbaju merah tidak berani
mengambil putusan. Mereka memandang Tan Ciu dan si
penghadang jalan yang sudah hadap berhadapan.
"Hai, kau ingin mencari diriku, bukan?". Bertanya Co
Yong Yen kepada sipemuda. Tan Ciu masih meragukan
keaslian manusianya orang ini. Ia tidak dapat bicara.
"Hai...." Panggil Co Yong Yen lagi
"Disini ada dua jalan, mana yang kau pilih" Ikut dia atau
aku?" Ternyata orang yang memberi peringatan sampai
berulang kali dengan suara gelombang tekanan tinggi itu
adalah gadis berbaju putih ini.
Kecuali si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip, keenam
kawan lainnya telah binasa. Dan si baju putih itu diragukan
sebagai istri Thung Lip yang telah lenyap.
Dapatkah Tan Ciu melepaskan dirinya begitu saja"
Tentu tidak. Perkumpulan Ang mo-kauw seperti mempunyai sesuatu
dendam permusuhan dengan Putri Angin Tornado. untuk
mengetahui keterangan yang lebih jelas, sudah tentu harus
pergi kelembah Iblis Merah. Untuk pergi ke dalam Iblis
Merah, sudah tentu saja harus mengikuti si Ular Golis.
Relakah Tan Ciu membiarkan Ular Golis pergi tanpa
diikuti oleh dirinya"
Tentu tidak. Tan Ciu menjadi bimbang dan ragu ragu.
Ia tidak menjawnb pertanyaan Co Yong Yen.
Co Yong Yen maklum hal ini, ia telah memberi
peringatan beberapa kali. Pemuda itu tidak mau
mendengarnya! Kini ia menampilkan diri dengan harapan
dapat memancing pergi Tan Ciu, agar pemuda itu tidak
turut si Ular Golis, dan masuk kedalam lembah Iblis
Merah. Menyaksikan keadaan Tan Ciu yang serba susah, Co
Yong Yen melangkah pergi.
Tan Ciu membentak. "Berhenti." Co Yong Yen menolehkan kepalanya, ia memberikan
senyuman manis. Hanya sebentar saja, Kemudian
melanjutkan langkahnya pergi menjauhi pemuda itu.
Maksudnya memancing pergi dari samping sisi si Ular
Golis yang masih belum menongolkan kepalanya dari
dalam joli tertutup itu. Tan Ciu terpancing pergi, ia melayang ke arah Co Yong
Yen. Seperti apa yang Co Yong Yen katakan maksud si Ular
Golis mengajak Tan Ciu masuk kedalam lembah Iblis
Merah hanya berupa pancingan saja. Disana ia mempunyai
banyak kawan dan cukup untuk menahannya!
Kini maksud itu akan segera gagal, tanpa
memperdulikan wajahnya terlihat orang, ia melayang
keluar dari dalam joli, cepat sekali menyusul Tan Ciu dan
memberi satu pukulan. Tan Ciu menusatkan seluruh pikirannya ke tempat Co
Yong Yen yang sudah hampir melenyapkan diri. Mana
disangka bahwa si Ular Golis dapat nongol dari dalam
jolinya dan mengirim pukulan itu" Dikala merasakan ada
sesuatu yang mengancam punggung, tangan Ular Golis
yang gesit itu telah menggebuknya.
Duuuuk.... Tan Ciu terpukul dan jatuh sempoyongan, Isi perutnya
bergolak panas. Dua gadis pelayan Ular Golis mempunyai gerakan
gerakan yang sebat, mereka meletakkan Joli dan... bek bek
... dua kali pukulan memaksa Tan Ciu jatuh ngeloso ke lain
arah, Ular Golis menyambut tubuh pemuda itu cepat
seakan menekan urat nadinya. Maksud Co Yong Yen
hampir berhasil, Tiba tiba digagalkan oleh si Ular Golis.
Ia melayang balik dan membentak. "Lepaskan."
Ular Golis tertawa seram. "Kau mengharapkan
kematiannya?" ia memperlihatkan urat nadi Tan Ciu yang
sudah berada didalam kekuasaannya.
Wajah Co Yong Yen nenunjukkan hawa pembunuhan.
Ia menghampiri ular Golis yang menggendong tubuh Tan
Ciu. Dua gadis pelayan berbaju merah menyelak keluar,
mereka membela majikannya. Co Yong Yen tidak berdaya.
Tan Ciu sadar apa yang telah menimpa dirinya. Mengapa ia
begitu lengah, tak membikin penjagaan kepada si Ular
Golis itu" Kini segala apapun telah terlambat. Ia berada
dibawah kekuasaan tongcu Ang mo-kauw tersebut.
Ia membuka kedua matanya, terlihat seorang gadis yang
sangat menggendong dirinya. Sayang hati gadis ini melebihi
ular jahatnya, Julukan si Ular Golis memang paling tepat.
"Ular Golis..." Ia mengoceh, "kau memang seorang ular
yang cantik!" Si Ular Golis tertawa puas. "Bila kau turut dibelakangku,
tentu tidak sampai terjadi hal ini." Ia berkata.
Dan memandang dua pelayan berbaju merahnya, ia
memberi perintah, "Lanjutkan perjalanan pulang!"
Mereka siap mengajak Tan Ciu masuk ke dalam lembah
Iblis Merah, Co Yong Yen menghadang perjalanan pulang
mereka. "Aku tidak mengijinkan kalian membawanya." Ia
berkata, Ular Golis mengeluarkan suara tertawa yang dingin.
"Kau lupa, bahwa jiwanya sudah berada ditanganku."
"Ular Golis." Teriak Co Yong Yen. "jangan kira aku
tidak tahu perintah kauwcumu, kau tidak diperbolehkan
membunuhnya, bukan begitu?".
Wajah si Ular Golis menjadi pucat. Didalam keadaan
terpaksa, ia mengangkat tubuh Tan Ciu tinggi tinggi.
"Kau boleh jajal saja" ia memberi ancaman.
Co Yong Yen berjalan lebih dekat lagi. Ular Golis
mengundurkan diri. Dua gadis pelayan berbaju merah
bergerak maju, mereka memukul dan menghantam Co
Yong Yen. Gadis berbaju putih itu menggerakkan tangannya, cepat
sekali, entah bagaimana ia telah berada dibelakang dua
lawannya, terdengar dua kali jeritan, dua pelayan si Ular
telah berhasil dirobohkan. Co Yong Yen hebat.
Hanya didalam satu jurus, ia membunuh dua gadis
pelayan berbaju merah yang mempunyai ilmu kepandaian
tinggi. Suatu hal yang berada di luar dugaan Tan Ciu.
Juga diluar dugaan si Ular Golis.
"Kau tidak mau meletakan dirinya?" Co Yong Yen maju
dan mengancam. Si Ular Golis mundur lagi. Jalan darah kematian Tan
Ciu masih tidak dilepas olehnya.
"Turunkan tubuhnya." Co Yong Yen memberi ancaman
yang kesekian kalinya. "Bila aku tidak mau, bagaimana?" Ular Golis berkepala
batu. "Aku dapat membunuhmu, tahu?" Co Yong Yen
mengancam. "Apakah akibatnya dengan tubuh ini?" Ular Golis
mengandalkan tubuh Tan Ciu sebagai pegangan.
"Inilah akibatnya." Co Yong Yen membentak. Tubuhnya
melesat dan menotok jalan darah si Ular Golis.
Gerakannya sungguh cepat. Lebih cepat beberapa kali
dari gerakan gerakan dua pelayan si Ular Golis.
Ular Golis tidak menyerah mentah mentah. Dengan
sebelah tangan menggendong Tan Ciu ia memukul totokan
lawan dengan sebelah tangan lainnya.
Disaat yang sama. Co Yong Yen telah mengirim
serangan yang kedua. Ular Golis tidak mungkin dapat menghindari serangan
itu. didalam keadaan terpaksa, ia melemparkan tubuh Tan
Ciu kearah lawannya! Tan Ciu menjerit sakit, ternyata Ular Golis menurunkan
tangan jahat kepada pemuda itu!
Kepandaian Co Yong Yen memang luar biasa
bagaimana cepatpun si Ular Golis tetap tak dapat
mengimbangi kecepatan lawannya.
Daarrrr !!! Dari mulutnya Ular Golis yang kecil mungil itu
memuntahkan darah merah. tubuhnya melayang jatuh.
Tiba tiba terlihat suatu bayangan merah menyambuti
tubuh Ular Golis yang terluka, kemudian, tanpa membikin
perhitungan kepada orang yang melukainya, penolong Ular
Golis itu melayang pergi dan melenyapkan diri.
Co Yong Yen tidak mengejar. Matanya memandang
wajah Tan Ciu yang sudah hampir mau mati. Cepat sekali
ia menggerakkan jarinya menotok beberapa jalan darah
penting. Dan membawa tubuh luka itu kearah rimba.
Mendadak ... Satu suara dingin membentak Co Yong Yen.
"Berhenti.!" Mendengar suara ini. wajah Co Yong Yen menjadi
pucat, ia tahu siapa yang telah tiba. Langkahnya terhenti
segera. Seorang wanita berparas cantik, dengan mengenakan
pakaian warna hitam telah tampil disana. Wanita berbaju
hitam inilah yang membentak Co Yong Yen tadi.
"Dia?" Wanita berbaju hitam itu menunjuk kearah Tan
Ciu. Co Yong Yen menganggukkan kepala.
"Apa yang ingin kau lakukan" Bertanya, wanita berbaju
hitam. "Maksudku ... "
"Menolong dirinya?"
"Betul." "Lebih baik jangan."
"Tapi, tapi ia luka parah."
"Segera letakkan dirinya dan ikut aku pulang." Bentak
lagi wanita berbaju hitam itu"
"Biar bagaimana, aku harus menolongnya dahulu." Co
Yong Yen menjadi bandel. "Berani kau melanggar perintah?"
"Tolong ... Tolonglah dirinya."
"Mati hidupnya orang itu tidak ada hubungan dengan
kita." "Aku! Aku tidak dapat membiarkan ia begini!"
Air mata mengucur keluar dari kelopak mata Co Yong
Yen. Wanita berbaju hitam menghela napas panjang-panjang.
"Bibi Kang, tolonglah...."
memohon. Co Yong "Seharusnya kau jangan turut campur."
"Tetapi keadaan telah menjadi seperti ini.."
Yen masih "Tidak mungkin ia berterima kasih kepadamu." Berkata
wanita berbaju hitam itu.
"Aku tidak mengharapkan terima kasihnya." Co Yong
Yen kukuh. "Baiklah! Aku tidak mau campur tangan!" Wanita
berbaju hitam itu sangat sayang Co Yong Yen.
"Bibi Kang, jangan kau beri tahu kepada pocu!"
Pocu berarti kedua benteng, Seorang yang menguasai
pucuk pimpinan tertinggi didalam suatu daerah.
"Bila ia tahu hal ini?"
"Tidak mungkin!" Berkata Co Yong Yen "Asal saja bibi
tidak membongkar rahasia!"
"Baiklah!" Wanita berbaju hitam itu akhirnya mengalah.
"Tapi ingat, jangan memberi keterangan sesuatu tentang
kita." "Aku tahu." "Bila sampai membelamu." ia tahu. Akupun tidak sanggup "Terima kasih."
Wanita berbatu hitam itu melayang pergi, meninggalkan
Co Yong Yen dengan Tan Ciu yang masih terluka parah.
Co Yong Yen menyusut air matanya, ia membawa Tan Ciu
kelain arah, ia harus mengobatinya segera.
Disebuah kelenteng yang sudah rusak, pada ruang teagah
yang sudah tidak digunakan orang menggeletak tubuh Tan
Ciu yang luka. Co Yong Yen telah memberikan pertolongan yang
secukupnya.. Beberapa lama kemudian, Tan Ciu membuka matanya.
Dua kali ia menderita luka, dua kali ditolong oleh
wanita. Tidak jauh dari mana ia berada, terlihat suatu
bentuk tubuh yang di selubungi oleh kain putih, itulah Co
Yong Yen. Co Yong Yen memandang alam jauh, pemandangan
disore hari agak tidak serasi dengan keadaan diwaktu ini.
Mendengar suara kereseknya Tan Ciu. tahulah ia bahwa
pemuda itu telah sembuh, ia membalikan kepalanya,
menoleh kearahnya. Tan Ciu sedang memperhatikan segala gerak gerik


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wanita itu. Dua pasang mata beradu.
Co Yong Yen mengalihkan pandangan mata, ia
menyerah. "Bagaimana dengan keadaan lukamu?"
Ia mengajukan pertanyaan. Suaranya merdu, seolah olah
seorang kekasih yang sedang memperhatikan keadaan si
jantung hati. "Terima kasih." Berkata Tan Ciu perlahan.
Co Yong Yen memandang ketempat jauh lagi. ia
berusaha menghindari sinar mata si pemuda,
"Atas jasa baikmu yang menyembuhkan dan menolong
diriku, suatu hari pasti kubalas." Berkata Tan Ciu lagi.
"Aku tidak mengharapkan pembalasanmu," berkata Co
Yong Yan. "Bolehkah aku Bertanya Tan Ciu. mengajukan beberapa "Aku tahu, apa yang kau ingin ketahui dariku!"
pertanyaan?" "Kau tahu?" "Aku dapat menduga."
"Coba kau katakan, apa yang ingin ku ketahui."
"Kau ingin mengetahui, betulkah aku istri Thung Lip,
bukan ?" "Salah satu pertanyaan yang terakhir." Berkata Tan Ciu.
"Kau ingin menanyakan tentang Pohon Penggantungan."
"Betul!" "Kau ingin tahu bagaimana kematian cicie-mu?"
"Ya." Wajah Co Yong Yen menunjukkan rasa sedih.
"Mengapa kau ingin bertanya tentang soal-soal diatas
itu?" ia berkata. "Mengapa tidak boleh. Kau tidak bersedia menjawab?"
"Betul," "Cicieku mati. digantung orang, mengapa aku tidak
boleh tahu?" "Bukan tidak boleh tahu. Tapi belum waktunya kau
tahu." "Kau tahu hal ini. tentunya salah seorang dari
rombongan pencipta Pohon Penggantungan."
Co Yong Yen menggoyangkan kepala, ia menyangkal
tuduhan yang dijatuhkan kepada dirinya.
"Kau tidak mempunyai hubungan dengan Pohon
Penggantungan?" "Betul!" "Aku tidak percaya."
"Terserah.." "Lebih baik kau ceritakan kepadaku. Agar aku tidak
melakukan sesuatu yang tidak baik."
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Kau tidak bersedia memberi keterangan?"
"Aku, aku tidak dapat."
"Baik. Ingin kuketahui pasti, betul kau istri Thung Lip?"
"Jangan kau bertanya lagi"
"Dimana Sastrawan Serba Bisa itu berada."
"Tidak tahu." "Kau tidak mau memberi keterangan?"
"Tidak ada yang dapat kuberikan."
"Kau memaksa aku menggunakan kekerasan?"
Wajah Co Yong Yen menunjukkan rasa bingungnya.
Mana mungkin pemuda ini memukul orang yang pernah
membela dirinya" "Aku tidak dapat." ia berkata.
"Kau mencari mati," Bentak Tan Ciu! Tangannya
bergerak memukul gadis itu.
Heeeeekk..! Co Yong Yen menerima pukulan sipemuda, tubuhnya
bergoyang goyang, pukulan itu hebat luar biasa.
Tan Ciu terbelalak. Dengan ilmu kepandaian Co Yong
Yen. bila gadis itu mau, tidak mungkin pukulan tadi
mengenai dirinya. menghindari diri. Mengapa dia tidak berusaha Co Yong Yen menyusut darah yang meleleh keluar dari
sela sela mulutnya. "Kau sudah puas?" Ia bertanya perlahan.
Tan Ciu marah kembali. Apa yang ingin diketahui
dirinya selain ditutup tutupi, mengapa semua orang tidak
mau menceritakan hal itu"
"Kau..." "Aku mengharapkan keterangan."
"Jangan...." "Kau betul betul ingin mati."
"Baiklah. Bunuh saja diriku." Co Yong Yen
mengkatupkan matanya, dua butir air mata bening menetes
jatuh dari matanya. Tan Ciu menggeretak gigi, lengan menguatkan hati, ia
memukul lagi. Co Yong Yen tidak menghindari datangnya serangan ini.
Tangan Tan Ciu menjadi lemas, ia menurunkan
pukulannya perlahan, gagal menghantam orang.
Mendadak saja, tangan Tan Ciu menjambret leher baju
gadis baju putih itu, ditariknya keras dan kasar.
"Kau berani membandel!" Si pemuda membentak.
Co Yong Yen ingin menangis. Air matanya tertahan,
kelakuan si pemuda yang kasar sangat menyeramkan
sekali.. "Masih tidak mau mengatakan?" Tan Ciu membentak
lebih keras. Co Yong Yen menggeleng-gelengkan kepala, ia sangat
bersedih. Tan Ciu mengacungkan tangan
menempeleng kedua pipi gadis itu!
... plak...plak... "Hayoh katakan."
Pemuda ini memang galak sekali.
Co Yong Yen menjerit. "Mengapa kau memperlakukan aku seperti ini?"
"Kau harus mengatakan rahasia Pohon Penggantungan,"
"Kau tidak memahami kesulitan orang."
"Jangan memaksa aku menggunakan cara yang lebih
keras atau lebih kejam lagi"
Co Yong Yen menarik napas. "Baiklah. Aku akan
bercerita." Akhirnya ia harus mengalah.
TAN CIU melepaskan cengkeraman tangan yang
mengekang kebebasan gadis itu.
"Nah, katakanlah, bagaimana hubungan si Cendekiawan
Serba Bisa Thung Lip?" Sipemuda mengajukan pertanyaan
pertama. Wajah Co Yong Yen menjadi biru, ia kecewa atas
perlakuan pemuda itu kepada dirinya, keterangan yang
menekan bathin hampir memecahkan urat sarapnya. Tiba
tiba ia tertawa. "Apa yang di tertawakan?" Tan Ciu membentak.
"Tan Ciu." Panggil Co Yong Yen. "Sebelum menjawab
pertanyaanmu. Ada sesuatu yang harus kau ketahui."
"Lekas katakan."
"Harus kau ketahui, akibat dari pembocoran rahasia ini,
seorang diantara kita berdoa pasti ada satu yang mati."
"Seorang diantara kita, ada satu yang akan mati?" Tan
Ciu mengulang peringatan aneh itu.
"Betul! Salah satu dari jiwa kita harus dikorbankan!"
"Tidak ada tawaran lain?"
"Pikirlah sekali lagi. Relakah kau mengorbankan dirimu,
atau diriku?" Tan Ciu harus memperhitungkan pasal yang baru bila
membiarkan gadis itu binasa karena membongkar rahasia
Pohon Penggantungan tentu keterlaluan.
Membatalkan desakannya"
Itupun tidak mungkin, Rahasia Pohon Penggantungan
sudah waktunya untuk dibuka.
Tan Ciu mengeraskan hati. ia bersedia mengorbankan
jiwanya. Hal ini untuk ketenangan dunia, untuk
memusnahkan bahaya Pohon penggantungan.
"Baik. Aku yang berkorban " Tan Ciu memberi putusan.
"Bila korban yang ditunjuk bukan dirimu."
"Kau sendiri yang dimaksudkan?"
"Betul. Bila permintaan korban menghendaki jiwaku,
bagaimana?" Gadis itu memandang sipemuda tajam-tajam.
Tan Ciu tersentak kejut, hatinya gemerinding dingin!
Ada ada saja, masakan membongkar rahasia Pohon
Penggantungan harus ditebus dengan jiwa seorang gadis,
bahkan gadis yang mempunyai wajah cantik seperti Co
Yong Yen. Gigi sipemuda beradu keras, betapa hebat pertarungan
jiwanya itu. Rahasia kematian Tan Sang harus dibeberkan,
lenyapnya Thung Lip wajib diterangkan. Bila diketahui
kemana si Cendekiawan Serba Bisa itu pergi, rahasia Pohon
Penggantungan segera pecah sama sekali. Tan Ciu
menggigit bibir! "Kau ingin menakuti diriku?"
"Bukan. Hal ini segera akan terjadi!"
"Yang penting bagiku. Bagaimana dan apa yang
menyebabkan kematian cicieku?"
"Mengapa si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip lenyap
dari keenam kawannya. Siapa pencipta Pohon
Penggantungan?" Sifat kepala batu pemuda itu membuat Co Yong Yen
goyang kepala. Ia menghela napas dan berkata dengan
suara lemah. "Baik. Aku segera memberi keterangan kepadamu,"
"Mulailah dari si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip."
"Dia adalah kekasih guruku ..."
"Namamu tentunya bukan Co Yong Yen.."
"Aku bernama Yong" Agaknya mirip dengan nama
guruku?" "Ada sesuatu dendam ganjalan diantara gurumu dan
Thung Lip?". Gadis berbaju putih itu anak murid Cong Yong Yen
yang bernama Co Yong, Co Yong menganggukkan kepala"
"Betul." Ia berkata. "Si Sastrawan Serba Bisa Thung Lip
menggunakan bisa menusuk guruku. Kemudian getah
kejahatan dilempar kepada orang lain dan mengatakan
kepada kawan-kawannya, bahwa kekasih itu di bunuh
orang." "Inilah alasan gurumu membunuh Thung Lip dirimba
Pohon Penggantungan?"
"Bukan. Guruku tidak membunuhnya"
"membawa kekasih Penggantungan." lama itu kedalam Banteng Benteng Penggantungan"! lagi lagi sebuah nama yang
seram. Tan Ciu membelalakkan mata lebar-lebar "Benteng
Penggantungan"!"
Ia kurang percaya."Setelah ada Pohon Penggantungan
masih disusul dengan nama Benteng Penggantungan. Hal
ini bukanlah soal kebetulan. Dua tempat itu pasti
mempunyai hubungan yang erat."
Co Yong menganggukan kepala.
"Kepala Benteng Penggantungan inilah tentunya yang
menciptakan Pohon Penggantungan, bukan?"
"Menurut keterangan guruku Benteng Penggantungan
tidak mempunyai sangkut paut dengan Pohon
Penggantungan." Lagi lagi keterangan yang berada diluar dugaan.
Yang satu Pohon Penggantungan lainnya Benteng
Penggantungan mungkinkah tidak ada hubungan sama
sekali" Mungkin Co Penggantungan. Yong tidak tahu rahasia Benteng Mengapa Co Yong Yen membius semua orang dibawah
Pohon Penggantungan dan menyulik si Cendekiawan Serba
Bisa Thung Lip, membawanya kedalam Benteng Pengganti!
Co Yong Yen yang kita sebut kali ini adalah Co Yong
Yen asli, guru si gadis baju putih Co Yong.
"Masih ada pertanyaan yang kau ingin ajukan?"
Bertanya Co Yong. "Dimana letak Benteng Penggantungan?" Tan Ciu
bertanya. Co Yong memandang wajah Tan Ciu dengan penuh,
perasaan takut, seperti apa yang telah diduga pada
sebelumnya, pemuda itu pasti mengajukan pertanyaan
diatas. dari sudut sudut kebandelan Tan Ciu. mana
mungkin ia tidak mendatangi Benteng Penggantungan"
Inilah yang paling dikhawatirkan olehnya.
"Dengan ilmu kepandaian yang kau miliki, belum
waktunya masuk kedalam Benteng Penggantungan."
Berkata Co Yong. "Mengapa?" Tan Ciu bertanya.
"Karena Benteng Penggantungan melarang orang luar
masuk. Kau bisa mati ditempat itu."
"Hmm ... Aku ingin melihat lihat bagaimana seramnya
Benteng Penggantungan itu,"
"Kulihat..." "Katakanlah, dimana letak Benteng Penggantungan?"


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau tidak menyesal?"
"Segala sesuatu yang telah kulakukan tidak pernah
kusesalkan." "Baik. Benteng Pengantungan terletak di lembah Siang
kiat, gunung Kerangkeng Macan"
Keterangan Co Yong disusul oleh satu suara dingin yang
dikeluarkan oleh orang yang berada diluar kelenteng.
Wajah Co Yong berubah. Pembicaraan mereka berada
dibawah pengawasan orang.
Tan Ciu terkejut, "Bukan urusanmu." Bentak Co Yong. "Kau jangan turut
Campur" Tubuhnya melesat keluar kelenteng, meninggalkan
pemuda itu seorang diri! Tan Ciu mendapat firasat buruk, seolah-olah akan terjadi
sesuatu yang tidak baik! Diluar kelenteng terdengar bentakan
"Budak hina, berani membocorkan rahasia?"
"Paman!..." Inilah suara Co Yong.
"Agar tidak mengotorkan tanganku, lebih baik kau
bunuh diri saja." Tan Ciu menggigil dingin, cepat sekali melayang keluar
kelenteng. Dilihat seorang laki laki berbaju hitam, yang
didampingi oleh dua wanita berbaju hitam juga sedang
mengadili Co Yong. Si gadis bertekuk lutut dihadapan tiga orang berbaju
hitnm itu. Tanpa membuang waktu. Tan Ciu menyela masuk dan
berdiri diantara kedua pihak.
"Kaliantentunyaorang orang dari Benteng
Penggantungan?" Ia bertanya kepada tiga orang berbaju
hitam. Dua wanita berbaju hitam diam. Laki laki adalah
pemimpin mereka ia berkata:
"Betul." "Apa yang kalian lakukan
menunjuk kearah Co Yong. kepadanya" Tan Ciu "Ini urusan benteng kami."
"Aku tidak dapat lepas tangan."
"Kukira kau tidak berhak."
"Hak itu boleh diusul belakangan."
Co Yong berteriak. "Tan Ciu, minggir. Bukan urusanmu."
Diseretnya si pemuda kesamping, menghadapi dua
wanita dan seorang lelaki berbaju hitam itu, ia berkata.
"Aku turut kalian pulang benteng."
"Baik," berkata lelaki berbaju hitam itu.
Melihat empat orang itu siap berangkat, Tan Ciu
membentak. "Tunggu dulu!" "Apa yang kau mau?" Co Yong Yen mendelikkan mata.
"Apa yang akan mereka lakukan kepadamu?"
"Sudah kukatakan. Ini bukan urusanmu."
Laki-laki berbaju merah itu berkata.
"Bila kau ada niatan untuk turut mati aku bersedia
mengantarkan jiwamu pergi kealam baka."
Tan Ciu mengetahui apa yang akan menimpa diri si
gadis berbaju putih Co Yong bila bukan karena membela
diri, bila bukan karena membocorkan rahasia Benteng
Penggantungan, Co Yong tidak akan menghadapi kesulitan
ini, Ia wajib turun tangan. Dengan geram ia telah berteriak,
"Ingin kulihat, bagaimanakah ilmu kepandaian orangorang dari Benteng
Penggantungan!" "Nah, terimalah ini." Berkata lelaki berbaju hitam yang
segera mengeluarkan pedang dan menusuk pemuda kearah
pemuda kita." Tan Ciu tidak tinggal diam, pedangnya berpindah
ketangan, dan menangkisnya.
Traanngg....... Dua badan terpisah. Tan Ciu mundur
sampai dua langkah. Laki laki berbaju hitam itu menyerang lagi! Cepat sekali
pedangnya berkilat kilat.
Tan Ciu membentak keras, dan memapaki datangnya
pedang. Pemuda ini sangat penasaran.
Disaat yang sama, dikala Tan Ciu menempur laki-laki
berbaju hitam itu, Co Yong bangkit dan memukul
punggung pemuda kita. Gerakan Co Yong sangat cepat.
Apa lagi Tan Ciu tidak bersiaga sama sekali, bagian
belakang tubuhnya kena dihajar si gadis.
Jalan pernafasan Tan Ciu menjadi sesak, mulutnya
terbuka, memuntahkan darah segar.
Laki laki berbaju hitam tidak tinggal diam, pedangnya
membayangi gerakkan lawannya, Tempat yang diancam
ialah dada si pemuda. Tan Ciu tidak dapat menghindari diri dari tusukkan
pedang ini. Sebentar lagi, jiwanya pasti melayang.
Co Yong kaget sekali, tubuhnya maju, di dorong tubuh si
pemuda ke samping. Maka Tan Ciu jatuh, tetapi terhindar
dari tusukan pedang. Karena langkah perbuatannya sendiri. Co Yong
terperosok kedepan, dialah menjadi arah ancaman pedang.
Terdengar suara jeritan si gadis, lengannya yang putih
dibasahi oleh cairan merah, itulah darahnya sendiri, darah
yang keluar dari lubang luka tusukan pedang si laki laki
berbaju hitam. Tan Ciu turut berteriak kaget.
Co Yong tidak dapat berdiri, tubuhnya jatuh ditanah,
darah masih mengalir deras. membasahi daerah
disekitarnya. Perbuataa Co Yong yang memukul Tan Ciu berada
diluar dugaan. Yang lebih membingungkan orang lagi ialah
langkah berikutnya yang menolong jiwa pemuda itu dari
lubang kematian. Kini ia telah jatuh, keadaan lukanya sangat parah.
Dua wanita berbaju hitam dan laki-laki itu memandang
sigadis dengan perasaan bingung tidak mengerti.
Tan Ciu menggerung keras, ia menyerang laki laki
berbaju hitam, serangannya sudah kalut, membabi buta,
acak acakan. Melayang turun satu bayangan merah langsung
bergumul dengan laki-laki berbaju hitam dari Benteng
Penggantungan. Terdengar suara napas seseorang yang menerima
hantaman, tubuh laki laki berbaju hitam ini jatuh
kebelakang. Disana telah bertambah seorang gadis berbaju merah.
itulah si Jelita Merah. "Aaaaa..." Tan Ciu mengeluarkan suara teriakan
tertahan. Lagi-lagi gadis ini menolong dirinya.
Dua wanita berbaju hitam maju mengeroyok Jelita
Merah. tiga orang ini bergulet dengan kemenangan.
Co Yong menggeletak ditanah, mengambang diatas
darah merah. Tan Ciu sangat terbaru, dengan sisa tenaga yang masih
ada, ia menubruk tubuh gadis itu.
"Nona Co..." Co Yong membuka matanya, ia belum mati. Dua butir
air mata meleleh keluar! Tan Ciu memanggil dengan suara
yang gemetaran "Nona Co......"
Co Yong membuka mulutnya, menggerak-gerakkan bibir
agaknya ia hendak mengucapkan sesuatu, tetapi tidak
terdengar suara yang keluar dari mulut mungil kecil itu.
Lukanya terlalu hebat, ia terlalu banyak mengeluarkan
darah. Gadis itu sudah hampir mati, Tan Ciu turun
mengucurkan air mata kesedihan. Karena ia yang memaksa
orang. Maka gadis itu menerima kematian yang
menyedihkan. "Kau ... Mengapa... kau menangis?" Terdengar suara Co
Yong bicara, "Aku telah menyusahkanmu."
"Kau....menyesal" Bukankah.... Bukankah kau tidak
pernah... menyesal.... atas segala perbuatan.... yang telah
lakukan?" Air mata Tan Ciu mengucur semakin deras.
"Apa yang harus kulakukan kepadamu?" Ia berkata
dengan suara sember. "Aku..... aku..... benci kepadamu......" Berkata Co Yong.
"Kau...kau telah menghancurkan.... hidupku.."
Apa yang gadis itu katakan memang beralasan, bila
bukan karena Tan Ciu yang muncul. tentunya ia tidak
menerima kematian ini, Suara bentakan bentakan dari tiga orang yang bertempur
telah sampai pada tingkat terakhir. Terdengar satu suara
jeritan, seorang wanita berbaju hitam telah menjadi korban
tangan si Jelita Merah. Tan Ciu tidak sempat memperhatikan jalan pertempuran
itu. Terdengar lagi suara jeritan lain, seorang wanita berbaju
hitam lagi telah mati dipukul oleh gadis baju merah itu.
Laki laki baju hitam dengan pedang ditangan maju
membentak. "Hai,kauberani Penggantungan?" membunuh orang Benteng "Ha...ha... Aku jelita Merah belum pernah takut orang."
Laki laki baju hitam itu mundur setengah langkah, nama
Jelita Merah menggetarkan hatinya.
"Kau.... Kau yang bernama Jelita Merah?"
"Kau berani melawanku?"
Laki laki berbaju hitam membalikkan badan, tubuhnya
melayang dan lari ngabrit, tanpa memandang dua jenazah
kawannya lagi. Jelita Merah mendapat kemenangan mutlak. Lagi lagi ia
merengut dua jiwa manusia.
Tan Ciu dan Co Yong hadap berhadapan, mereka
mengucurkan air mata. 0000dw0000 JELITA MERAH tidak mengejar laki-laki berbaju hitam
yang telah melarikan diri. Ia memeriksa dua wanita berbaju
hitam, mereka sudah tidak bernapas.
Tangisan Co Yong dan isak Tan Ciu terdengar olehnya.
"Hm... Seorang laki laki mengucurkan air mata?" Ia
mendekati dua orang itu! Tan Ciu membalikkan badannya.
"Pergi.." "Eh, kau galak?" Jelita merah maju semakin dekat.
"Pergi. Aku benci kepadamu!" Berkata Tan Ciu.
Hawa pembunuhan mengarungi wajah Jelita merah, Ia
mengeluarkan suara tertawa yang sangat tajam.
"Jangan lupa bahwa jiwa kalian berada ditanganku. Bila
bukan aku yang menolong, kau kira masih hidup sampai
saat ini" " Ia tertawa.
"Budimu akan kubalas dikemudian hari!!" Berteriak Tan
Ciu, Jelita Merah memandang mereka bergantian.
"kekasihmu?" Ia bertanya kepada Tan Ciu.
"Bukan urusanmu." Sipemuda membentak.
Wajah jelita merah berubah.
"Kau tidak kenal budi." Ia berkata marah.
"Dapatkah kau melanjutkan perjalananmu." Tan Ciu
mulai memohon. "Aku tidak mau pergi." Berkata Jelita Merah. "Apa yang
dapat kau lakukan kepadaku ?"
Tan Ciu tidak bicara. Ia menggendong tubuh Co Yong
yang telah mandi darah itu. Mengambil lain arah, ia
meninggalkan si Jelita Merah.
Satu bayangan berkelebat. Jelita Merah menghadang
kepergian sipemuda. Tan Ciu memperlototkan mata.
"Apa yang kau mau?" Ia membentak.
"Eh, hanya beberapa patah terima kasih pun tidak mau
kau ucapkan!" Tan Ciu tidak mempunyai kesan baik kepada gadis
berbaju merah tersebut. Hanya lebih dari satu kali, orang
menolong dirinya. Bahkan kali ini, si Jelita Merah telah
menolong dua jiwa. bagaimana ia tidak berterima kasih.
"Baiklah. Terima kasih.
kulupakan." Ia berkata.
Bantuanmu tidak dapat Jelita Merah tertawa puas! Menuju ke arah Co Yong. ia
bertanya, "Kekasihmu?" "Bila betul, bagaimana" Bila bukan, apa pula."
"Ia segera akan mati ."
Tan Ciu menoleh kearah wajah Co Yong, didalam
pelukannya, wajah itu pucat pasi, Kehilangan darah yang
terlalu banyak menyebabkan keadaan Co Yong menjadi
payah, ia maklum, ajal gadis berbaju putih ini tidak panjang
lagi. Seperti apa yang telah kita ketahui, Tan Ciu mempunyai
seorang kakak perempuan yang bernama Tan Sang, sifat
sifatnya suka pakaian putih. Sayang Tan Sang sudah tiada,
maka bayangan kakak itu jatuh pada Co Yong yang suka
mengenakan pakaian putih putih.
Kini Co Yong segera hampir meninggal, karenanya ia
menjadi sedih sekali. "Nona Co... " ia memanggil perlahan. Co Yong
mendengar suara panggilan, ia membuka kedua matanya
perlahan. "Nona Co.." Tan Ciu memanggil lagi. Ia meletakkan
tubuh gadis ini ditanah. "Kau... sudah .. tidak... mau.. mengurus...ku?" terputus
putus Co Yong bertanya.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tan Ciu menggoyangkan kepala,
"Aku tidak membiarkan kau mati." Ia berkata.
"Aku.. sudah.. hampir .. mati."
"Jangan Khawatir, aku akan berusaha."
"Ke .. ma .. ti .. an .. ku .. menggang.. gu .. ketenangan ..
mu... Bukan?" "Aku akan menghidupkanmu."
"Ti ... dak ... mungkin ...!"
Co Yong mengatupkan kedua matanya! Maut sudah
dekat sekali! Tan Ciu tidak berdaya! Butiran air mata turun dari
kelopak mata pemuda ini! Jelita Merah turut dibuat terharu! Ia menghela napas
panjang! "Kulihat, kau cinta sekali padanya!" Ia berkata.
"Tidak. Aku hanya bersedih karena kematiannya,"
"Bila ia tidak dapat ditolong. bagaimana?"
"Aku akan sengsara seumur hidup."
"kukira hanya seorang yang dapat menolong dirinya."
Tan Ciu tersentak bangun.
"Kau katakan, ada seorang dapat menolong jiwanya dari
kematian?" Ia bertanya.
Jelita Merah menganggukkan kepala.
"Siapakah orang itu?"
"Aku tidak mau menjadi orang tolol." Berkata Jelita
Merah tersenyum senyum. "Orang tolol?" Tan Ciu tidak mengerti.
"Kau mempunyai kesan buruk kepadaku, bukan?"
Tan Ciu bungkam! "Mengapa harus membantu usahamu?" Berkata lagi Si
Jelita Merah! Tan Ciu menjadi marah! "Aku tidak percaya tidak ada orang yang dapat
menolongnya!" Ia ngambek.
"Kau tidak tahu bahwa umurnya hanya tinggal beberapa
jam saja." Berkata Jelita Merah.
Apa yang di kemukakan si Jelita Merah bukanlah
gertakan bohong. Didalam waktu beberapa jam lagi. bila
tidak ada orang yang memberi pertolongan atau memberi
transfusi darah kepada gadis baju putih itu, Co Yong pasti
mati. "Hei." Tan Cin membentak. "Kau katakan ada orang
yang dapat menolong jiwanya?"
"Betul.. " "Aku berani menyerahkan apa yang ada, termasuk
jiwaku, agar dapat menolong jiwanya, Katakanlah, siapa
orang itu?" "Aku tidak mengharap jiwamu." Berkata Jelita Merah.
"Apa yang kau mau?"
"Aku hanya mengajukan tiga syarat!"
"Katakanlah." "Syarat pertama, kau tidak boleh membenciku!"
"Baik." "Syarat kedua, kau harus mengawani aku selama satu
hari penuh." "Baik." "Dan ayarat yang ketiga kusimpan untuk dikemudian
hari, hutang syarat ini harus kau penuhi tanpa bantahan."
"Baik." Tan Ciu menjawab tiga syarat tadi dengan tiga kali 'baik'
jawaban yang terlalu cepat sekali.
"Kau tidak menyesal?" Jelita Merah meminta ketegasan!
"Tidak. Katakan lekas, siapa yang dapat menolong
jiwanya?" "Ketua perkumpulan Ang-mo kauw, Ang-mo kauwcu."
"Ang mo Kauwcu?"
"Betul." Hati Tan ciu menjadi dingin mendadak, musuh telah
terjadi diantara dirinya dan perkumpulan Ang mo-kauw
belum selesai, mungkinkah dapat meminta pertolongannya
untuk menghidupkan Co Yong"
"Ang mo Kauw cu mempunyai obat yang bernama Senghiat-hoan-hun tan," berkata
Jelita Merah. "Obat ini khusus
untuk menambah darah orang ynng telah kehilangan
banyak darah. Kawan wanitamu ini mengalami luka
dibagian ini. Hanya Seng hiat-hoan hun-tan yang dapat
menolongnya dari kematian."
Apa yang Jelita Merah katakan adalah keadaan yang
sesungguhnya. Seng hiat hoan hun-tan khusus untuk
menambah darah, siasatnya berjalan cepat. Hanya obat itu
yang dapat menolong jiwa Co Yong.
Tan Ciu menggeretek gigi. Tak perduli Ang mo Kauw cu
mau atau tidak mau, ia harus menyerahkan obat Seng-hiathoan hun tan itu.
"Baik, Aku segera kesana." Si pemuda berkata. ia
mengangkat tubuh Co Yong untuk dibawa bersama.
Menunjuk kearah tubuh gadis itu. Jelita
mengajukan pertanyaan. "Kau mengajaknya?"
Merah "Betul." Jelita merah mengkerutkan kening. "Lukanya parah.
Getaran di tengah jalan, pasti mengganggu. Menurut
hematku, lebih baik kau serahkan dirinya kepadaku."
"Kau bersedia Merawatnya?"
"Betul, Legakanlah hatimu. Aku menambah dengan
beberapa macam obat berkasiat, agar umurnya dapat
diperpanjang sehingga kau kembali membawa obat Senghiat hoan hun-tan."
"Baiklah." Tan Ciu menyerahkan Co Yong kepada si Jelita Merah.
Sedangkan ia sendiri, harus segera pergi ke lemhah Iblis
Merah menemui Ang mo Kauwcu untuk membawa Seng
hiat-hoan hun-tan. "Nah, pergilah dengan
menyambuti tubuh Co Yong.
tenang," Jelita "Aku berterima kasih kepadamu!"
"Jangan lupa. kau tidak boleh benci lagi kepadaku."
"Aku pergi." "Pergilah. Aku menunggu dikelenteng ini. Nanti, aku
akan menceritakan sebuah drama sedih kepadamu?"
"Drama sedih?" "Betul." "Tentang siapa?"
"Tentang aku dan guruku."
"Baik. Kini aku berangkat.."
"Selamat jalan."
Merah Tan Ciu tidak bicara. Ia mengeluarkan sebutir obat,
dimakannya segera. Ia pun berada dalam keadaan luka,
obat tadi dapat membantu menyembuhkan lukanya.
Tubuh si pemuda melesat, gerakkannya cepat sekali.
Sekejap mata kemudian, bayangan itu lenyap.
Jelita Merah memandang ke arah lenyapnya bayangan si
pemuda, ia menghela nafas. Tiba-tiba.
Terdengar satu suara memecah udara,
"Apa yang kau sesalkan?"
Jelita Merah terkejut, ia memandang kearah datangnya
suara. Disana terlihat seorang kakek berpakaian compang
camping, rambutnya tidak terurus.
Itulah si kakek aneh Su Hay khek.
Su Hay Khek tertawa bergelak-gelak,
"Hebat... Hebat... Babak yang sangat mengesankan."
Suaranya sangat gembira. "Tua bangka." Jelita Merah membentak "jangan kau
mengaco belo!" "Ngaco belo" Melihat gerak gerik, melihat tarikan
napasmu seperti itu... hmm... Hmm... Pasti, kau telah jatuh
cinta padanya" Wajah Jelita Merah menjadi bersemu dadu "Kau ingin
menerima tamparan?" Ia mengancam..
Kakek itu masih tertawa. "Kau tidak membutuhkan kakek comblang?" ia bandel.
"Sekali lagi kau usil mulut, betul betul aku mengirim
tamparan, tahu?" "Baik... Baik... Mulutku tidak boleh usil lagi." Kakek
aneh Su Hay Khek memang mempunyai kepribadian yang
aneh sekali. "Cukup." "Sekarang memang sudah cukup. Pada suatu hari, bila
kau meminta perantaraanku untuk...."
Su Hay Khek menutup kata katanya sampai disitu.
"Hei. bagaimana tugas yang kuserahkan kepadamu?"
bentak Jelita Merah. "Tugas yang mana?"
"Pohon Penggantungan, si Cendekiawan Serba Bisa
Thung Lip, dan jejaknya Tay Kiam Lam."
"Hasil yang kudapat agak kurang memuaskan.."
"Katakanlah lekas!"
"Pohon Penggantungan mungkin mempunyai Benteng
Penggantungan." "Heee... Benteng Penggantungan?"
"Betul. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang kawan
lama, dikatakan olehnya bahwa didalam rimba persilatan
muncul suatu Benteng Penggantungan."
"Dimanakah letak benteng ini?"
"Belum dapat kuselidiki."
"Thung Lip jatuh kedalam tangan orang Benteng
Penggantungan?". "Betul." -ooo000ooo- Jilid 4 "DAN bagaimana dengan urusan Tan Kiam Lam?"
"Kau tidak dapat menarik kembali perintah ini!"
"Kentut." "Sungguh kau ingin menemui Tan Kiam Lam."
Jelita Merah mendelikkan matanya.
"Dia...." Si kakek aneh Su Hay Khek sengaja menahan
sebentar. "Mungkin, dia adalah ayah dari saudara kecil
tadi." "Hah?" "Maksudku, bakal terjadi suatu kemungkinan bahwa
diantara Tan Ciu dan Tan Kiam Lam mempunyai
hubungan keluarga yang terdekat."
"Biar bagaimana, aku harus menemuinya." Jelita Merah
tetap mempertahankan kedudukannya.
"Aku tahu." Berkata Su Hay Khek.
"Bagaimana keadaan Tan Kiam Lam?" Bertanya lagi
Jelita Merah. "Menurut apa yang dapat kutangkap, ia masih hidup
didalam dunia." "Dimana tempat persembunyiannya?"
"Belum diketahui pasti. Bila kukatakan bahwa ketua
perkumpulan Ang mo kauw. Ang mo Kauwcu itulah Tan
Kiam Lam, tentu kau terkejut hutan?"
"Hah?" Betul betul Jelita Merah terkejut. "Masakan ketua
perkumpulan Ang mo-kauw Hu yang dikatakan sebagai
Tan Kiam Lam" Sungguh tidak masuk diakal."
"Hanya kebenaran dari dugaanku ini belum pasti.
Kemungkinannya hanya lima puluh saja. Dikatakan orang
bahwa ilmu kepandaian Ang mo kauw-cu tiada tandingan,
kecuali Tan Kiam Lam mungkinkah ada orang kedua.
Diketahui bahwa Ang mo Kauw cu menggunakan tutup
kerudung muka, bila kita dupat membuka kain penutupnya,
tentu tiada rahasia tentang Tan Kiam Lam lagi!"
"Aku ingin yang pasti. Tugas ini harus kau selesaikan
dengan baik." "Aku..... Aku seharusnya...."
"Jangan banyak bantah. Tan Ciu telah pergi kelembah
Iblis Merah, pergilah kau membantunya."
"Baiklah." Si kakek aneh Su Hay Khek mengalah. Ia
terbang menyusul Tan Ciu dilembah Iblis Merah, dimana
Ang mo Kauw cu mengeram dengan tutup kerudung, entah
wajah siapa yang berada dibalik kain penutup itu"
ooo000ooo TIDAK bercerita bagaimana Jelita Merah menggendong
tubuh Co Yong yan yang telah kehilangan banyak darah,
masuk kedalam kelenteng itu.
Tapi menyusul perjalanan Tan Ciu yang menuju
kesarang perkumpulan Ang-mo-kauw di lembah Iblis
merah! Ang mo kauw adalah nama perkumpulan yang sedang
ditakuti orang, kekuasaan besar, orangnya banyak, tidak
jarang diantara mereka yang mau menang sendiri,
menindas golongan diluar Ang mo kauw.
Nama seram Ang mo kauw tidak kalah dengan Pohon
Penggantungan. Tan Ciu telah berada diluar lembah Iblis Merah.
Melongok ke dasar lembah gelap, hanya bayangan hitam
kehitam-hitaman yang terlihat, Tan Ciu tidak segera masuk
lembah, ia membikin pemeriksaan disekitar lembah itu.
Tiba-tiba... Terdengar satu bentakan yang datangnya dari arah
belakang. "Berhenti." Tan Ciu membalikan badan cepat, disana telah berdiri
seorang Sasterawan setengah umur yang mempunyai sikap
kaku. tak ubah sebagai mayat hidup. Itulah sastrawan yang
selalu mengikuti dibelakang dirinya membayangi
kepergiannya. Mungkin sastrawan ini mempunyai hubungan dengan
lembah Iblis Merah" Atau hubungan langsung dengan
perkumpulan Ang-mo-kauw "
Sastrawan itu mengajukan pertanyaan.
"Bocah, apa maksudmn datang kemari?"
"Apa pula maksudmu berada ditempat ini?" Tan Ciu
balik mengadakan penanyaan kepada sastrawan setengah
umur itu. "Kau heran dapat berjumpa ditempat ini?"
"Betul!" "Aku bayanganmu, bukan?"


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa kau membayangi aku selalu?"
"Hei, aku ingin bertanya, apa maksudmu berkunjung ke
lembah Iblis Merah?"
"Menemui Ang-mo Kauw cu"
"Dengan maksud...."
"Inilah urusanku?"
"Bila kau gagal?"
"Gagal?" "Yang kuartikan kau tidak dapat keluar dari dalam
Lembah Iblis Merah, bukankah tidak ada orang yang
melanjutkan usahamu?"
Tan Ciu harus percaya keterangan yang sastrawan itu
berikan, bila sampai terjadi orang orang Ang mo kauw
menangkap dirinya. bukankah Co Yong turut binasa juga"
Lalu apa yang harus dikerjakan"
Meninggalkan lembah Iblis Merah yang berbahaya"
Tidak!! Ia wajib menolong dan menyelamatkan jiwa Co
Yong. Walau harus menanggung bermacam macam
siksaan. "Aku akan menerjang."
"Kukira kau segera mati dibawah tangan Ang mo-kauw
cu." "Setiap orang pasti mati. Hanya cepat lambatnya yang
belum diketahui bukan?"
Tapi belum waktunya kau mati,"
"Mengapa?" "Setidak tidaknya kau harus mengetahui asal usulmu
dahulu, setelah bertemu dengan pencipta Pohon
Penggantnngan." "Kau terlalu meremehkan kepandaianku. Mungkinkah
tidak dapat keluar dari dalam lembah Iblis Merah didalam
keadaan hidup?" "Aku tahu, kau ingin menolong Co Yong. Kau rela mati
karena membelanya." "Eh. mengapa kau tahu?" Tan Ciu terkejut. Dimanakah
sastrawan ini pada kala itu"
"Kematiannya tidak ada hubungan denganmu." Berkata
si sastrawan. "Mungkin lebih baik dan lebih
menguntungkan dirimu."
"Kuanjurkan agar kau tidak menyusahkan diri untuk
membela Co Yong." "Mengapa" Tidak pantaskah aku mengorbankan diri
karena ia telah menolong jiwaku?"
"Menolong seseorang dengan mengorbankan jiwamu
sendiri?" "Betul." Sastrawan berwajah kaku itu mengkerutkan kedua
alisnya, apa yang Tan Ciu ucapkan tadi sungguh berada
diluar dugaan. Akhirnya ia menghela napas,
"Baiklah" Ia berkata.
"Boieh aku mengetahui, bagaimana sebutanmu?" Tan
Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kukira belum waktunya"
"Mengapa ?" "Apa guna memberi tahu hubungan kita, karena tidak
lama lagi. kau akan mati didalam lembah Iblis Merah?"
"Kau percaya, pasti aku mati didasar lembah"
"Bila kau berkepala batu, kukira pasti."
"Aku berterima kasih kepadamu yang telah memberi
peringatan. Hanya tekatku tidak dapat diubah lagi."
"Apa boleh buat." Berkata sastrawan kaku itu sambil
mengoyangkan kepala. Tubuhnya dibalikkan, dan berjalan
pergi, meninggalkan Tan Ciu seorang diri.
Tan Ciu mengenang kembali apa yang di kemukakan
oleh sastrawan tersebut, bahaya Ang mo kauw tidak boleh
diremehkan. Mengundurkan diri" Tan Ciu pantang mundur. Sesuatu yang telah digariskan
olehnya, tidak pernah mengalami pembatalan. Mati pun
akan diterjang juga lembah Iblis merah.
Pemuda ini masuk, kedalam lembah Iblis Merah.
Ang mo kauw berarti perpukumpulan Iblis Merah,
anggauta perkumpulan ini mengenakan seragam pakaian
merah, pohon pohon yang tumbuh didalam lembah mereka
adalah semacam pohon yang berdaun merah, segala sesuatu
serba merah.. Darah-darah yang mengambang dari korbankorban mereka tidak
sedikit, didalam keadaan yang serba
merah itu, lahirlah perkumpulan Iblis Merah.
Memasuki pohon pohon berdaun merah Itu, Tan Ciu
mencari markas Ang mo kauw.
Tidak seorang pun yung di jumpai, tidak sebuah rumah
pun yang ditemui. Heran, dimanakah letak pesanggrahan
Ang mo kauw" Tan Ciu telah memeriksa seluruh lembah tidak berhasil
ia menjumpai tempat yang ingin dikunjungi.
Kini ia mulai merambat naik keatas tebing tiba-tiba
terlihat sebuah guha, dua bayangan berdiri didepan mulut
guha itu, seolah-olah menjaga pintu.
Nah, itulah pintu masuk kedalam markas Ang-mo-kauw.
Tan Ciu mendekati guha tersebut. Disana berdiri dua orang,
yang dikanan adalah seorang kakek berbaju merah, yang
dikiri seorang wanita yang mengenakan pakaian warna
merah pula. Kakek berbaju merah menatap Tan Ciu, kemudian
mengajukan pertanyaan. "Apa maksud kunjunganmu ketempat ini?"
"Aku ingin bertemu dengan kauwcu kalian!" Tan Ciu
memberi jawaban singkat. "Sebutkan namamu!"
"Tan Ciu!" "Aaaaaaaaaaa..." Kakek dan wanita ber-baju merah itu
mengeluarkan suara tertahan, agaknya mereka terkejut.
"Kau yang bernama Tan Ciu?" Siwanita mengajukan
pertanyaan. "Betul." "Memang hebat, Keberanianmu sungguh luar biasa."
"Terima kasih kepada pujianmu?"
"Kauwcu kami sedang siap memilih orang untuk
mengundangmu. Tidak disangka kau telah datang lebih
dahulu." "Tolong beritahu tentang kedatanganku!"
Kakek baju merah menyela maju, ia berkata.
"Tan Ciu kudengar ilmu kepandaianmu liehay. Aku Ie
Tong Hauw tidak puas, dengan ini aku meminta sedikit
pengajaran." Ia memasang posisi bertempur.
Wanita baju merah turut berkata.
"Aku Tao Hui Hui juga tidak ketinggalan Mari kita
bermain main beberapa jurus."
Ie Tong Houw dan Tan Hui Hui memandang.
Tan Ciu ketawa. "Aku harus menerjang kalian" Baru dapat bertempur
dengan kauwcu kalian?" Ia mengajukan pertanyaan.
"Betul!" Hampir berbareng Ie Tong Houw dau Tan Hui
Hui berkata. "Tidak dapat ditangguhkan?"
"Mereka menggembar gemborkan bagaimana tinggi ilmu
kepandaianmu, disini kami mendapat kesempatan
bagaimana dapat ditangguhkan sehingga lain kali?"
"Tidak lama, setelah selesai urusanku. Sebelum
meninggalkan lembah Iblis merah pasti kalian mendapat
kepuasan." Seolah olah Tan Ciu berkata, tidak pula terburu buru,
setelah membereskan Ang mo kauw-cu mereka akan
menjadi gentar sendiri. Ie Tong Houw mengeluarkan suara dingin.
"Kau kira masih dapat meninggalkan lembah iblis
Merah?" "Kau kira aku pasti terkurung ditempat ini?"
"Aku tahu bahwa Ilmu kepandaianmu tinggi, hanya kau
belum menyaksikan bagaimana hebat ilmu kepandaian
kauwcu kami... hmm ... hmm ..."
"Didalam waktu setengah hari, kau dapat mengetahui
hal itu." "Baiklah, Aku memuji keberanian dan segera memberi
tahu kedatanganmu kepadanya. tunggulah sebentar."
Ie Tong Houw membiarkan Tan Hui menunggu di mulut
guha, ia masuk kedalam untuk memberi tahu kepada sang
kauwcu tentang kedatangan pemuda itu.
Dari dalam guha lari keluar dua orang dengan pedang
dipunggung. warna pakaian merekapun merah. Melihat
cara jalannya Li Tong Houw yang berlainan, mereka
mengajukan pertanyaan. "Ie toako, apa yang telah terjadi?"
"Dia telah datang!"
"Siapa?" "Tan Ciu." "Aaaaaaaa...." "Dipintu. hanya Tan Hui Hui seorang. Tolonglah kalian
membantu menjaga pintu masuk itu."
Dua orang itu lari kedepan.
Ie Tong Houw masuk semakin dalam. Guha itu hanya
berapa pintu istimewa, tidak jauh, keadaan melebar seperti
biasa, itulah dasar lembah Iblis Merah yang tersembunyi.
Suatu bangunan indah yang berwarna merah, menjulang
tinggi, empat orang berbaju merah menjaga pintu masuk
bangunan itu. Ie Tong Hauw menganggukan kepala dan langsung
masuk kedatam. Ditempat ruang tamu sedang berkumpul empat orang,
tiga laki dan si Ular Golis yang gagal mengundang Tan Ciu.
Melihat kedatangan Ie menghentikan perundingan.
Tong Hauw, mereka Ie Tong Hauw memberi hormat kepada laki laki yang
agak tua. "Cauw tongcu..." Ia memanggil pelahan.
"Ada apa?" Bertanya orang ini, namanya Cauw Lam,
pemimpin para tongcu dari perkumpulan Ang mo kauw!
"Tan Ciu sudah berada didepan." Ie Tong Hauw
memberi laporan. "Hah?" Semua orang terkejut. Cauw Lam menatap
wajah Ie Tong Hauw tajam tajam!
"Ulang sekali lagi!" ia memberi perintah,
"Tan Ciu sudah berada dimulut guha," Ie Tong Hauw
berkata! "Ada mengajak kawan?"
"Tidak." "Apa maksud kedatangannya?"
"Dikatakan ingin berjumpa dengan kauwcu."
"Ha ha ha...." Tiba-tiba Cauw Lam tertawa, "segera
undang ia masuk." Ie Tong Houw menjalankan perintah ini, Cauw Lam
memandang tiga kawannya. "Bagaimana pendapat kalian?" Ia meminta pendapat.
"Bunuh saja beres." Berkata laki-laki tua itu.
"Tidak baik!" Berkata si Ular Golis "Kauw cu
membutuhkannya." "Kukira menyerahkannya kepada kauw cu." Berkata lakilaki berbaju yang termuda.
"Bereskan saja. Ia agak kurang ajar."
"Itulah, bila kauwcu tahu..." Perundingan mereka
terputus Tan Ciu sudah terlihat masuk!
Melihat keempat orang disana, si pemuda agak terkejut.
"Selamat datang." Berkata Cauw Lam maju memapaki,
dia adalah kepala dari para tongcu.
"Maksudku ialah ..."
"Ingin bertemu, dengan kauwcu kami?"
Tan Ciu mengawasi laki laki ini tajam.
"Kau bukan kauwcu Ang-mo kauw?" Ia bertanya.
"Bukan. Aku adalah kepala para tongcu. Namaku Cauw
Lam." "Oooo, ... Cauw tongcu."
"Apa maksudmu menemui kauwcu kami."
"Hal ini dapat kuselesaikan dengannya!"
"Berurusan dengankupun boleh." Berkata Cauw Lam.
"Tidak!" Tan Ciu menolak," Kau orang apa" Hanya
kepala Tongcu biasa."
Wajah Cauw Lam berubah, ia sangat tersinggung sekali.
Kata kata sipemuda sangat menusuk hati.
SI Ular Golis tampil kedepan, ia berkata "Tan Ciu, Kita
pun harus membikin perhitungan lama."
Luka yang si Ular Golis derita karena si pemuda ini, ia
masih menaruh rasa sakit hati. Tan Ciu menggoyangkan
kepala, "Kedatanganku bukan menempur kalian!" Ia
berkata. "Lalu mau apa?"
"Sudah kukatakan, aku ingin mencari kauw cu kalian."
"Apa kedudukanmu, ingin berjumpa dengan kauwcu
kami?" "Kauwcu kalian tidak dapat menemui orang" Hidungnya
sudah gerompong." "Kurang ajar.!"
"Ha ha ha....." Tan Ciu tertawa..
0OooodwoooO0 EMPAT tongcu perkumpulan Iblis Merah menghadapi
Tan Ciu. Mereka sangat marah sekali.
"Kau sudah bosan hidup?" Membentak Ular Golis.
"Ha, ha....." Tau Ciu mengejek.
Ular Golis mencabut pedang, menusuk ke arah pemuda
sombong itu. Tan Ciu menyingkir dari ujung pedang, dengan sinar
mata menghina ia berkata.
"Hei, orang-orang Ang mo-kauw tidak kenal aturan."
"Kepada pemuda yang tidak tahu aturan, kami tak
menggunakan aturan melayaninya!"
"Aku sangat berterima kasih atas perlayanan yang tidak
tahu aturan ini."

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku memang tak kenal aturan, lalu mau apa?" Ular
Golis menantang. Pedangnya disabet-sabetkan, menyerang
sehingga beberapa kali. Tan Ciu lompat kian kemari, agak repot. Tiba-tiba
terdengar satu suara yang membentak keras. "Berhenti!!"
Dengungan suara ini menggema seluruh isi ruangan,
wajah semua orang yang berada tempat itu berubah,
Termasuk si Ular Golis, ia segera menghentikan serangan
pedangnya. Seorang lelaki berjubah merah telah berada
dipusat ruangan, wajahnya ditutup dengan kain merah juga.
segala serba merah. Empat tongcu Ang mo kauw menjatuhkan diri memberi
hormat. "Kauw cu...." Mereka memanggil perlahan, Inilah Angmo Kauw-cu ketua perkumpulan
Iblis Merah. Ang mo Kauw-cu menggeram. "Kalian terlalu melunjak."
"kami menerima salah."
"kalian telah menyapu mukaku sampai bersih. Apa yang
tokoh tokoh rimba persilatan katakan kepadaku, bila kalian
menghadapi orang tamu seperti ini" Tentu mereka mencela
kebijaksanaanku yang tidak keras, pasti mereka mengatakan
Ang mo Kauw-cu tidak mempunyai aturan tata tertib."
"Teristimewa kau." Ang mo Kauw cu menuding kearah
si Ular Golis. "Kau menurunkan derajat dan martabat Angmo kauw."
Wajah Ular Golis semakin pucat, tubuhnya gemetaran.
"Mana orang?" Terdengar Ang-mo Kauw cu berteriak
keras. Dua orang berbaju menunggu perintah, merah masuk. Mereka siap "Tangkap!!" Berkata Ang-mo Kauw cu sambil menuding
ke arah si Ular Golis. Si Ular Golis gemetaran badannya:
"Kauw-cu, ampunilah memohon." kesalahan kali ini. hamba Ang-mo Kauwcu tidak menggubris permintaan Ular
Golis. Ia memandang jauh kearah lain.
Dua orang berbaju merah sudah menyeret Ular Golis,
mereka menggusurnya untuk dijebloskan kedalam tahanan.
"Beri hukuman mati kepadanya." Berkata Ang mo kauwcu memberi perintah lagi.
Tiba tiba Tan Ciu maju memberi hormat kepada ketua
Ang-mo-kauw dan berkata, "Kauw-cu dapatkah mendengar sedikit permohonanku?"
"katakan." Berkata Ang-mo Kauw-cu.
"Tan Ciu pernah menanam dendam permusuhan dengan
Ular Golis karena ia berlaku sedikit kurang ajar. Hal ini
agak lumrah. Dapatkah mengganti keputusan tadi?"
Permintaan grasi untuk si Ular Golis yang Tan Ciu
ajukan, berada diluar dugaan semua orang. Tidak disangka,
bahwa pemuda ini mempunyai jiwa besar, tidak menarik
panjang perkara itu. Ang-mo Kauw cu berpikir sebentar, kemudian ia berkata.
"Baik." Dipandangnya Cauw Lam sekalian dan membentak
mereka. "Masih tidak segera mengucapkan terima kasih?"
Ciuw Lam dan dua orang berbaju merah mengucapkan
terima kasih. Ular Golis memandang Tan Ciu dengan wajah penuh
rasa terima kasih. Dua orang berbaju merah yang siap
menggusur Ular Golis memandang ketua mereka, meminta
putusan. "Kalian boleh pergi." Berkata Ang mo Kauw cu.
Kemudian memandang Ular Golis berkata. "Mengingat
kebaikan Tan siauwhiap. aku menarik kembali putusan
tadi, lekas kau menghaturkan terima kasih kepada Tan
siauw hiap." Ular Golis menghaturkan terima kasihnya, Ang mo
Kauw cu menghadapi Tan Ciu. "Atas kelancangan dan
kekurangan ajaran orang orangku dengan ini aku
menyatakan penyesalan. Harap kau jangan menaruh
didalam hati," ia berkata.
"Kauwcu mempunyai langkah langkah yang bijaksana,
mana berani aku menaruh didalam hati?"
"Aku sedang berembuk untuk mengundangmu, tidak
disangka kau telah datang lebih dahulu."
"Bolehlah aku bertanya, bagaimana nama sebutan Kauw
cu ?" Bertanya Tan Ciu kepada kauwcu Ang-mo kauw yang
menggunakan tutup kerudung muka itu.
"Aku" .. Pentingkah"!" Kauwcu Ang mo kauw sulit
memberi sahutan. "Penting sekali"
"Bolehkah aku mengetahui kepentinganmu."
"Kauw-cu pernah mengutus orang membunuhku,
dengan alasan bahwa aku adalah murid Puteri Angin
Tornado, tentu ada sesuatu yang pernah terjadi diantara
kauwcu dan guruku itu."
"kau menduga bahwa aku adalah musuh gurumu?"
"Mungkinkah bukan?"
"Kukira kau dikemudiaa hari!" akan mengetahui duduk perkara "Mengapa tidak sekarang saja" Mengapa tak mau
membuka tutup kerudung muka itu?"
"Belum waktunya kau melihat wajahku!"
Tan Ciu tidak berdaya! "Maksudku datang kemari ialah merundingkan sesuatu,"
sipemuda berkata. "Aku tahu!!" "Kau sudah tahu?" Tan Ciu menatap wajah yang tertutup
oleh selaput kain merah itu.
"Maksud kunjunganmu untuk meminta obat Seng-hiat
Hoan hun tan, bukan?"
Tan Ciu terbelalak. "Untuk menolong kawan wanitamu yang kehilangan
banyak darah, bukan?" Meneruskan sang ketua
perkumpulan Ang-mo-kauw. Tan Ciu semakin bingung. Bagaimana orang
berkerudung merah ini tahu maksud kedatangannya"
Bukankah orang terlalu hebat"
Segera ia menduga mata-mata ketua Ang-mo kauw yang
tersebar luas, tentu mata mata itu yang memberi tahu
kejadian tersebut, Siapakah mata mata Ang mo kauw itu" Tan Ciu hampir
pecah kepala, memikirkan soal tadi.
Ketua Ang mo kauw tersenyum puas.
"Tentunya kau sedang bertanya tanya, mengapa aku tahu
hal ini, bukan?" "Betul. Bersediakah kau memberi obat itu?"
"Tentu saja boleh.."
"Dengan syarat-syarat tertentu?"
"Sudah berada didalam dugaanmu."
"Katakanlah apa syarat itu?"
"Aku mengharapkan tenagamu didalam Ang mo-Kauw."
"Menjadi anggauta Ang-mo kauw?"
"Betul!!" "Aku menolak." Tan Ciu menggoyangkan kepala
"Sudah kuduga, pasti kau keberatan."
"Betul..Aku kebetatan."
"Maka, kecuali memberi hadiah obat Seng-hiat hoan-tan,
aku akan menyertai dengan hadiah-hadiah lainnya?"
"Hadiah hadiah lainnya" Hadiah apakah yang kau
maksudkan"'" "Kesatu, aku akan memberi tahu, siapa orang yang
menciptakan Pohon Penggantungan?"
Hati Tau Ciu tergerak, inilah yang sedang diharapharapkan.
"Dan hadiah lainnya?"
"Aku akan menceritakan tentang Tan Kiam Lam, Orang
yang mempunyai hubungan dekat denganmu."
"Nah, inipun wajib diketahui."
Dua syarat embel-embel itu saagat menarik. Bila
ditambah dengan obat Seng-hoat-hun tan. pemberian
pemberian ini memang hebat.
Bersediakah Tan Ciu menerima syarat tersebut"
Bila ia menjadi anggauta Ang mo kauw. tentu berada
dibawah perintah ketua perkumpulan itu, bagaimana jika
dipaksa melakukan kejahatan kejahatan.
Tan Ciu segera memancing!
"Bila aku tidak mau?"
"Perjanjian boleh dibatalkan. Aku akan menyuruh orangorangku mengantar kau ke
luar dari lembah Iblis Merah."
Sengaja Aug-mo Kauw cu mengucapkan kata kata
seperti itu. diketahui si pemuda sangat membutuhkan obat
Seng-hiat hoan hun tan, di ketahui si pemuda ingin mencari
asal usul Tan Kiam Lam, diketahui si pemuda mau
membongkar rahasia Pohon Penggantungan. Mungkin
tidak masuk kedalam kotak yang telah tersedia.
Bila siketua Ang-mo-kauw mau, jiwa sipemudapun akan
diserahkan kepadanya, demi menolong Co Yong yang
sudah berada dipintu akhirat itu!
Tan Ciu berkata dingin! "Kau kejam sekali."
"Kaumengharapkan mengharapkan tenagamu"
sesuatu "Apa yang dapat dikatakan kejam?"
dariku, akupun Tan Ciu tidak berdaya! Melulusi tawaran ketua ini
berarti mengikat diri sendiri, menolak berarti membunuh
jiwa Co Yong! Baik buruknya sesuatn perkumpulan berada ditangan
orang, bila ia dapat mengubah Ang-mo kauw keluar dari
golongan sesat. mengganti anggaran anggaran dasar dan
rumah tangga perkumpulan itu, apakah salahnya menjadi
seorang anggauta Ang mo kanw".
Tan Ciu keputusan. menggeretek gigi, ia telah mengambil "Baik. Aku mengabulkan permintaanmu.Dengan syarat
kau menambah lain hadiah."
"Apa permintaanmu?"
"Aku meminta kebebasan satu tahun. Setelah itu, aku
baru bersedia disumpah menjadi anggauta Ang-mo-kauw."
"Aku keberatan."
Tan Ciu terpaksa mencari jalan lain.
Ketua Ang mo kauw tidak mendesak ia menantikan
jawaban orang dengan sabar.
"Baiklah. Aku ingin mengetahui wajah aslimu!"
"Permintaan ini boleh kukabulkan."
"Nah. katakanlah, siapa kau?"
"Kau tidak akan menyesal?"
"Bila aku menyesal. Aku masih mempunyai kesempatan
bunuh diri. bukan?" "Kini, bersumpahlah."
"Aku Tan Ciu tidak percaya kepada Tuhan. Aku tidak
membutuhkan sumpah."
"Hm ..." Ketua Ang mo kauw mengeluarkan suara dari
hidung. "Bila kau berani melanggar janji. Aku segera
membunuhmu, tahu?" "Katakaniah segera, siapa yang telah menyiptakan
Pohon Penggantungan?" Tan Ciu mulai mengajukan
pertanyaan, "Pohon Penggantungan ...."
Suara ketua Ang mo kauw terputus, diluar terdengar
suara penjaga pintu membentak. "Siapa?"
Ketua Aug-mo kauw menoleh kearah pintu. Ternyata
penjaga pintu tak berhasil membendung kedatangan orang
itu. Disana telah melesat satu bayangan, itulah kakek aneh
Su Hay Khek. Kepandaian Su Hay Khek memang tinggi, dengan tidak
rewel berhasil nyelusup masuk.
Terlihat ia tertawa. Cauw Lam. Ular Golis dan dua tongcu lainnya maju
menghadang orang tua itu.
Gerak-gerik ketua Ang-mo kauw terlihat tidak bebas.
Kini Su Hay Khek membuka suara.
"Ang mo kauwcu. tentunya kau marah kepadaku, yang
berhasil nyelusup masuk tanpa ijin dan panggilanmu."
"Apa maksud kunjunganmu ketempat ini?" Ketua Ang
mo kauw membentak. "Ang mo Kauwcu," panggil Su Hay Khek. "Kau tidak
boleh menghina anak kecil. Jangan kira karena telah
menutupi wajahmu dengan selaput kain merah, lantas
berlaku sewenang-wenang, kau kira aku tidak tahu bahwa
kau orang keluarga Tan."
"Siapa yang menjadi orang keluarga Tan?" ketua Angmo kauw mendebat.
"Kau!" Berkata sikakek aneh Su Hay Khek. "Namamu
ialah Tan Kiam Lam?"
"Kau ngelepus. Aku bukan Tan Kiam Lam.. "
"Tidak mungkin. Kau Tan Kiam Lam."
Tan Ciu dibuat berteriak.
Sipemuda keterangan. memandang Su Hay Khek meminta "Betul" Berkata kakek itu "Kukira, dialah yang menjadi


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi ayahmu." "Aaaaa..." Tan Ciu termundur beberapa langkah, tubuhnya hampir
kehilangan keseimbangan "Kau ayahku?" Ia bertanya.
Ketua Ang-mo-kauw membentak.
"Salah. Kau bukan anakku"
Ia menyangkal keras. "Tidak salah" Su Hay Khek ngotot. "Dia adalah suami
Melati Putih" Kemudian memandang orang berjubah dan berkerudung
kain merah itu, Su Hay Khek mengeram.
"Kau benci Melati Putih, maka kau hampir mati
dibawah tangannya." Melati Putih adalah nama julukan istri Tan Kiam Lam.
"Kentut.. Aku bukan Tan Kiam Lam."
"Dimana Tan Kiam Lam?"
"Tan Kiam Lam sudah mati."
"Bohong.Tan Kiam Lam belum mati. Orang yang
sedang kuhadapi inilah Tan Kiam Lam."
"Tutup mulut." Tan Ciu maju menyelesaikan pertengkaran mulut
diantara kedua Ang-mo kauw dan Su Hay Khek!
"Biar aku yang menyelesaikan!" Ia berkata.
Dihadapinya ketua Ang mo kauw seraya membentak.
"Lekas katakan, kau bukan ayahku Tan Kiam Lam?"
"Bukan!" Perhatian ditujukan kearah Su Hay Khek, dan bertanya
kakek ini. "Kau tahu pasti bahwa dia yang menjadi ayahku ?"
"Kemungkinannya sangat besar sekali."
"Kau pernah melihat wajah ayahku bukan?"
"Pernah" "Baik, setelah ia membuka tutup kerudung mukanya, kau
dapat menyaksikan dugaan ini. Benarkah ia ayahku ?"
"Kau betul." Tan Ciu menghadapi ketua Ang mo kauw, "Cobakan
buka tutup kerudung muka itu."
Ketua dingin. Ang-mo-kauw mengeluarkan suara tertawa "Dengan alasan apa?"
"Aku ingin mengetahui betulkah engkau adalah ayahku?"
"Setelah kubuka kain penutup ini kau harus menjadi
anggauta Ang mo kauw."
"Baik!" "Kau harus turut perintah"
"Tentu." "Bila tidak, aku segera membunuhmu."
"Tentu." Su Hay Khek mulai kehilangan pegangan, Bila seperti
apa yang diduga pada sebelumnya, bila orang berkerudung
merah ini bukan Tan Kiam Lam. Tidak mungkin
mengucapkan kata-kata seperti itu.
0ooOdwOoo0 PERCAKAPAN diantara Tan Ciu dan ketua Ang mo
kauw telah selesai. Maka Ang mo kauw mengalihkan
pandangan dan memandang Su Hay Khek.
"Kau sangat usil. Bagianmu ialah Kematian."
"Ha, ha...!" Su Hay Khek tertawa, "Umurku telah lebih
dari tujuh puluh tahun. Matipun tidak menjadi soal."
"Nah, gunakanlah waktu kalian baik baik," Berkata ketua
Ang mo Kauw cu. Pelahan-lahan ia membuka tutup kerudung mukanya.
Su Hay Khek sudah merasakan kegagalan, firasat buruk
menyerang dirinya. Tan Ciu menantikan dengan hati berdebar-debar, ia
mempentang mata lebar lebar.
Dan kini, kain merah yang menutupi wajah. Ang mo
Kauw cu telah terbuka, terlihat wajah seorang lelaki
setengah umur yang agak cakap,
Tan Ciu memandang wajah itu, ia tak kenal kepada
ayahnya, tidak tahu bagaimana muka ini. Maka menoleh
kearah Su Hay Khek. Mata Su Hay Khek membelalak.
"Kau"!!" Seruan ini keluar dari mulutnya
Hati Tan Ciu memukul keras.
"Siapa?" Ia bertanya.
"Sim In." Jawaban Su Hay Khek singkat,
Ternyata ketua Ang-mo kauw bukan orang yang
bernama Tan Kiam Lam. Ia bernama Sim In dan Su Hay
Khek sangat kenal sekali.
Wajah Sim In tidak berkesan didalam benak pikiran Tan
Ciu. Tetapi Sim In itu tidak terlalu asing, itulah nama yang
sering disebut oleh gurunya.
Ketua perkumpulan Ang mo Kauw, Sim In mendapat
kemenangan. Ia menghadapi Su Hay Khek dengan wajah
penuh ancaman. Su Hay Khek mundur beberapa langkah, ia berusaha
menjauhi orang itu. "Su Hay Khek aku akan membunuhmu terlebih dahulu."
Berkata Sim In geram. Su Hay Khek mundur kebelakang.
Jubah merah si ketua Ang-mo-kauw berkelebat, dengan satu
gerakan yang paling cepat memukul Su Hay Khek. Si kakek
aneh mempunyai kepandaian yang telah digolongkan
kedalam kelas satu, tubuh nya melayang, menghindari dari
serangan Sim In itu. Sim In tidak berhenti, ia mengincar lagi, Tan Ciu turut
bergerak, ia menyela diantara dua orang itu,
"Berhenti," Terdengar suara bentakannya yang keras.
Gerakan Ang-mo Kauw cu terhalang. Ia memandang
wajah pemuda itu dengan tajam.
"Apa yang kau mau?" Bentaknya mengguntur.
Tan Ciu tertawa panjang. "Sim In," ia memanggil nama orang. "Sudah lama kucari
cari nama ini. Kini aku mengerti. mengapa kau menutup
wajahmu dengan selaput kain merah, mengapa kau
menyuruh orang-orangmu mengganggu aku. kau tentunya
sudah tahu, bahwa aku adalah anak murid Putri Angin
Tornado." "Mengapa kau merusak wajahnya?" Guru Tan Ciu
adalah seorang wanita berkepandaian ilmu silat
tinggi,dengan julukan nama Putri Angin Tornado, suatu
angin yang terhebat dan dahsyat, ia pernah menggegerkan
rimba persilatan, suatu saat jatuh cinta kepada seorang
pemuda tampan yang bernama Sim In, dan entah mengapa,
pemuda itu merusak wajahnya, mengutungi kakinya.
Kini Tan Ciu mengajukan tuntutan.
"Karena aku benci." Sim In memberi jawaban.
"Hanya ini alasannya?"
"Aku benci kepadanya karena Tan Kiam Lam ayahmu
itu." "Katakanlah lebih jelas."
"Putri angin Tornado adalah kekasihku, dengan alasan
apa ia menyintai Tan Kiam Lam" Tidak pantaskan aku
mengambil tindakan kepadanya?"
"Disini telah terjadi salah paham. Kau melakukan
sesuatu karena terburu nafsu."
"Jangan kau menutup-nutupi kejelekan gurumu.
Siapakah yang tidak tahu bahwa putri Angin Tornado
menyintai Tan Kiam Lam?"
"Kau adalah seorang buta yang melek. Dengan sungguhsungguh hati dia menyintai
dirimu, tetapi apa balasmu.
Merusak wajahnya, mengutungi kakinya dan merebut Kimsay-cu,"
"Aku tidak menyangkal telah melakukan perbuatanperbuatan itu!"
"Semua disebabkan karena salah paham"
"Tidak! Tidak pernah terjadi salah paham."
"Hubungannya dengan Tan Kiam Lam sebagai sahabat
biasa." "Tidak perlu kau menggugat hal ini." Berkata ketua Angmo-kauw tersebut.
"Baik. Kini kembalikanlah Kim-say-cu kepadaku."
Berkata Tan Ciu menyodorkan tangan. Meminta barang
yang menjadi hak gurunya.
"Kemudian... Serahkan jiwamu."
"Kau tidak mempunyai itu kekuatan."
"Nah, rasakanlah kekuatanku." Berkata Tan Ciu yang
betul-betul mulai menyerang orang. Gerakan dan pukulanpukulan si pemuda sungguh
hebat. Sim In melesat jauh, dengan satu gerakan yang paling
cepat, ia telah berada didekat Su Hay Khek, telapak
tangannya direntangkan, memukul kakek aneh.
Su Hay Khek menutup serangan yang dilontarkan
kepada dirinya. Tan Ciu menyusul datang, apa mau dua orang itu telah
berkutet menjadi satu. Tidak ada kesempatan untuknya
memasuki areaa pertempuran, Ia berdiri disamping.
Maka Su Hay Khek menempur Ang-mo kauw yang
ternyata adalah kekasih guru Tan Ciu yang bernama Sim
In. Dua jago ini mempunyai kekuatan yang seimbang,
kecepatan yang sama, beberapa gebrak kemudian, sulitnya
membedakan mana tubuh Sim In, dan mana tubuh Su Hay
Khek. Sim In melesat jauh, dengan satu gerakkan yang paling
cepat, ia telah berada didekat Su Hay Khek, telapak
tangannya direntangkan memukul kakek aneh itu..
Su Hay Khek menutup serangan yang dilontarkan kearah
dirinya. Tan Ciu menggeser kaki. mendekati dua orang itu,
apa mau Ciauw Lam telah turut maju, maka ia harus
melayani kepala tongcu Ang-mo kauw ini.
Bila Tan Ciu dipaksa menempur Ciauw Lam dengan
dipaksa tidak mengadakan kompromi terlebih dahulu.
Disana, keadaan Su Hay Khek tidak banyak perbedaan,
ia harus melayani ketua Ang-mo kauw Sim In telah
memberi tiga kali pukulan.
Su Hay Khek membalas dengan empat tangkisan.
Dilain pihak. Tan Ciu dan Ciuw Lam mengalami
keadaan yang serupa, ilmu kepandaian mereka hampir
dikatakan tidak ada selisih sama sekali. Untuk sementara
waktu, sulit menentukan kemenangan.
Hanya tenaga dalam Tan Ciu jauh lebih keras dari
lawannya, beruntun sehingga beberapa kali, sipemuda
melontarkanserangantajam,
menguntungkan sang lawan hal mana tidak Beberapa kali menerima hantaman Tan Ciu, Ciauw Lam
merasa kewalahan, ia tidak berani menghadapi dengan
menerima pukulan-pukulan kuat tersebut.
Suatu ketika Tan Ciu menghantam hebat.
Ciauw Lam lompat membentur pintu. mundur, tubuhnya hampir Tan Ciu girang, ia maju lebih cepat lagi.
Inilah yang Ciauw Lam harapkan. Dari suatu arah yang
mempunyai posisi bagus, ia menyerang lawannya,
Dua pukulan beradu, Tan Ciu dipukul mundur,
tubuhnya melayang keluar dari pintu ruang Ang-mo kauw.
Ciauw Lam girang, ia turut melesat, siap menamatkan
jiwa sipemuda. Disaat inilah. Melayang suatu
menghadang kedatangan Ciauw Lam,
bayangan tepat Ciauw Lam batal mengejar, ia balik masuk kedalam
ruangan lagi. Tan Ciu memandang orang yang berada didepan pintu,
disana berdiri seorang sastrawan setengah umur, sifatsifatnya kaku, dingin dan
tidak banyak bicara. "Aaa ... Kau datang lagi ?" mulut Tan Ciu berteriak
seperti ini. Sastrawan itu selalu membayangi dibelakang dirinya.
Kedatangan sastrawan ini menghentikan pertempuran
diantara Tan Ciu dan Ciauw Lam.
Dilain pihak, Su Hay Khek dan Sim In belum selesai
mengadu kekuatan, pertempuran diantara dua jago ini
sangat seru, mereka tidak tahu kedatangan sastrawan kaku
itu. Ciauw Lam dan Tan Ciu memandang kearah sastrawan
setengah umur itu, mata mereka tidak berkedip.
Si sastrawan memandang Sim In dan Su Hay Khek,
pertempuran ini sangat memikat hatinya, matanyapun tidak
berkesiap. Tentang asal usul sastrawan itu agak aneh, Tan Ciu
belum dapat menduga sama sekali, ia memperhatikan apa
yang hendak dilakukan olehnya"
Terlihatsastrawanitumendekati
pertempuran, tiba tiba ia membentak keras,
gelanggang "Berhenti!" Suaranya dingin sekali, tetapi cukup keras.
Su Hay Khek dan Ang-mo kawcu Sim In menghentikan
pertempuran mereka. Satu melesat ke kanan dan lainnya
berdiri disisi kiri. Sastrawan itu memandang dua orang.
Sim In dan Su Hay Khek memandangnya pula.
"Aaaa... " Tiba tiba Su Hay Khek berteriak.
"Ekh.. Kau!!" Suara Sim In juga menonjolkan rasa
terkejutnya. Tiga orang itu saling pandang dengan tegang, kaget,
bingung, semua terjadi diluar dugaannya.
Tan Ciu menyaksikan kejadian itu, Ia turut bingung juga.
Apa yang terjadi diantara mereka"
Terlihat tubuh Su Hay Khek dan Sim In menjadi
gemetaran, kemudian mata mereka memancarkan sinar
marah, mereka marah, seolah-olah sedang menghadapi
musuh besar yang kuat, melawan tidak dapat.


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siapakah sastrawan kaku itu"
Tan Ciu masih menduga duga.
Akhirnya ketua Aug mo kauw Sim In memecah
kesunyian, ia berkata. "Tidak kusangka, aku mendapat kunjunganmu"
"Aku mengganggu pertempuran
sastrawan setengah umur itu.
kalian?" Berkata "Kukira kau sudah mati?" Berkata Sim In! Su Hay Khek
tidak tinggal diam, iapun turut membuka mulut. "Kukira,
aku sedang menemukan hantu."
"bukan." Sastrawan setengan umur itu menggoyangkan
kepalanya. "Kau memang hantu." Berkata Su Hay Khek.
"Bukan." Bantah sastrawan tersebut. "Aku masih hidup."
Tiba tiba ketua Ang mo-kauw Sim In membentak.
"Tan Kiam Lam, aku akan mencincang dirimu ..."
Tan Ciu tersentak tinggi.
Tan Kiam Lam" Bukankah nama orang yang dikatakan
orang sebagai ayahnya ini"
Sastrawan kaku inikah yang jadi ayahnya"
Mengapa Sim In memanggilnya seperti tadi.
Tan Kiam Lam... Tan Kiam Lam ... Entah manusia yang
mempunyai keanehan seperti apakah orangnya "
Terlihat pemuda kita maju tiga langkah langsung
menghadapi sastrawan tersebut kemudian ia menggeram.
"Kau Tan Kiam Lam?"
Sastrawan setengah umur itu membawakan sikapnya
yang selalu kaku seperti patung,
"Betul." Su Hay Khek memberikan jawaban, "Dialah
ayahmu." Tan Ciu mengkerutkan alisnya, inikah wajah sang ayah"
Orang yang selalu membayangi dirinya"
"Kau bernsma Tan Kiam Lam?" sipemuda masih
meragukan kenyataan. Orang yang ditanya tidak memberikan jawaban.
sastrawan itu masih memandang dan menatap ketua Ang
mo kauw yang bernama Sim In itu.
Sim In menggeram lagi, tubuh melesat tinggi, kemudian
menerkam sastrawan setengah umur tersebut, gerakannya
seperti seekor alap-alap yang sedang menerkam anak ayam.
Tentu saja. orang yang dihadapi bukan seekor anak
ayam. Terlihat tubuh sastrawan itu menyingkir kesamping,
maka terkaman Sim In mengenai tempat kosong.
Sim In tanpa menghentikan gerakannya, menyerang lagi.
Sastrawan itu membentak. "Sim In..." Tubuhnya melesat dan menghindari serangan ketua Ang
mo kauw. Sim In marah sekali. Dua kali serangannya digagalkan
dengan mudah. "Bila bukan aku yang mati, tentu kau binasa ditempat
ini." Ia menggeram. "Mengapa?" Sastrawan itu sangat tenang.
"Jangan pura-pura!" Sim In sangat marah!
"Kau kira aku Tan Kiam Lam?" Sastrawan itu
mengajukan perranyaan. Aneh!
Mungkinkah dia bukan Tan Kiam Lam"
Tidak mungkin. Sim In dan Su Hay Khek mana boleh
salah mata bersama" Terdengar suara geraman Sim In yang sudah meluap
luap. "Wajahmu tidak dapat kulupakan."
Sastrawanitu tidak marah,
pandangannya kearah Su Hay Khek.
ia mengalihkan "Su Hay Khek," katanya kaku "Coba kau katakan,
namaku Tan Kiam Lam?"
Sa Hay Khek mundur setengah langkah, agak takut
sekali! "Kukira tidak salah." Suara Su Hay Khek tidak sekeras
tadi. Sastrawan setengah umur itu menggoyang-goyangkan
kepalanya. "Aku bukan Tan Kiam Lam." Ia memberi keterangan.
Suaranya mantap dan pasti. Tidak sepeiti main-main
atau berolok-olok. Su Hay Khek tidak percaya.
Sim In juga tidak percaya.
"Kau malu bertemu dengan anakmu, maka tidak mau
mengaku." Berkata ketua perkumpulan Iblis Merah ini.
"Aku memang bukan Tan Kiam Lam." Sastrawan itu
memberikan dan menandaskan keterangannya.
Sim In tertawa dingin, ia memandang Su Huy Khek dan
mengajukan pertanyaan! "Kau percaya keterangannya?"
Su Hay Khek menggelengkan kepala!
"Tidak percaya," katanya.
"Akupun tidak percaya." Berkata Sim In.
Sastrawan itu lebih tepat dikatakan sebagai patung
hidup, tidak ada perubahan sama sekali. Bagaimana orang
tidak mempercayakan keterangannya, iapun tidak marah.
Dengan suara datar ia membuka mulut.
"Kalian tentunya belum pernah tahu bahwa Tan Kiam
Lam mempunyai saudara kembar."
"Aaaaaa..." Su Hay Khek membelalakkan mata. "Kau
Tan Kiam Pek." "Betul." Sastrawan kaku itu menganggukkan kepala.
Sim In dan Tan Ciu sangat kecewa, Berkotetan setengah
hari, orang yang sedang dihadapi bukan bernama Tan Kiam
Lam, tetapi saudara kembar tokoh misterius itu yang
bernama Tan Kiam Pek. Dua saudara kembar" Betulkah keterangannya" Apa
menggunakan siasat nama sama"
tidak mungkin Diantara dua saudara kembar yang menipunyai wajah
sama, mempunyai banyak persamaan persamaan itu, tentu
tidak mudah untuk menetapkan, siapa yang bernama Tan
Kiam Lam, dan siapa yang bernama Tan Kiam Pek.
ia Mereka masih ragu-ragu. Terlihat sastrawan setengah umur yang mengaku
bernama Tan Kiam Pek itu bertanya kepada ketua Ang mo
kauw Sim In. "Sim kauwcu, tahukah maksud kedatanganku ketempat
ini?" "Katakanlah" Berkata Sim In.
"Aku sedang mencari Tan Kiam Lam."
"Kau juga mencari Tan Kiam Lam?"
"Betul!" "Mengapa mencari ditempat lembah Iblis Merah?"
"Karenahanya persembunyiannya." kau yang tahu tempat "Kentut." Sim In membentak keras.
"Hal ini adalah suatu kenyataan yang tidak dapat
dibantah" Berkata Tan Kiam Pek.
"Bila aku tahu dimana Tan Kiam Lam menyembunyikan
diri, akulah orang yang pertama-tama membikin
perhitungan dengannya."
"Hm...." Tan Kiam Pek mengeluarkan suara hidung.
"Kau tidak tahu bahwa di peralat yang bernama Tan Kiam
Lam." "Siapa.... Siapa yang kau artikan dengar dia itu?"
"Orang yang masih dibelakang layar perhimpunan Angmo Kauw."
Sim In masih belum dapat menangkap arti kata kata Tan
Kiam Pek. Su Hay Khek berteriak. "Hei, Sim In masih berada dibawa perintah orang"
Masih ada orang yang main di belakang layarnya?"
"Betul." Berkata Tan Kiam Pek.
"Siapakah orang itu?" Bertanya Hay Khek.
Tan Kiam Pek tidak menjawab. Ia memandang kearah
ketua Ang mo kauw. Sim In mengajukan kecurigaannya.
"Kau katakan bahwa... bahwa ketua
Penggantungan itu bernama Tan Kiam Lam?"
Benteng "Hal ini bukan tidak mungkin." Berkata Tan Kiam Pek.
Perkembangan baru yang berada diluar dugaan semua
orang. Tan Ciu, Su Hay Khek dan Sim In saling pandang
Haruskah mereka percaya kepada keterangan orang yang
mengaku bernama Tan Kiam Pek itu.
Mungkinkah ketua Benteng Penggantungan bernama
Tan Kiam Lam" Siapa itu Tan Kiam Lam"
Bagaimana tindak tanduk tokoh silat misterius tersebut"
Mari kita mengikuti cerita berikutnya.
0ooOdwOoo0 SUASANA sangat sunyi dan sepi sekali.
Semua orang diam. Akhirnya Sim In yang mulai memecahkan kesunyian itu
berteriak. "Tidak mungkin."
Tan Ciu dan Su Hay Khek memandang ketua
perkumpulan Iblis Merah itu, alasan apa yang akan
dikemukakan olehnya"
Sastrawan setengah umur yang mempunyai sifat sifat
kaku seperti patung, yang mengaku bernama Tan Kiam Pek
itn berkata dingin. "Mengapa tidak mungkin" Kau pernah melihat ketua
Benteng Penggantungan itu?"
"Belum." Terus terang Sim In memberi keterangan.
"Kau bersekongkol dengan Benteng Penggantungan.
Segala sesuatu mendengar perintahnya, mungkinkah tidak
tahu, siapakah yang menjadi ketua benteng ini?"
Pertanyaan itu sangat menyinggung perasaan hati Sim
In. Sebagai seorang ketua perkumpulan Iblis Merah yang
ditakuti orang, siapakah yang tidak menaruh hormat
kepadanya. Tan Kiam Pek bukan saja tidak menaruh hormat.
Bahkan Tebih dari pada itu. ia menceritakan dirinya,
mengatakan bersekongkol dengan Benteng Penggantungan,
mengatakan ia berada di bawah perintah ketua benteng
misterius itu. Sungguh keterlaluan, tidak seharusnva ia membuka
rahasia orang ditempat umum.
Terdengar lagi suara Tan Kiam Pek berkata,
"Sim In, dengan ilmu kepandaian yang kau miliki. tidak
seharusnya tunduk dibawah perintahnya.
"Jangan kau turut campur urusanku." Bentak Ketua iblis
merah itu dengan marah. Tan Kiam Pek tersenyum menghina. "Aku tidak sudi
mencampurkan diri ke dalam urusanmu" Ia berkata. "Aku
hanya menyayangkan ilmu kepandaianmu yang telah
disalah gunakan olehnya."
Sim In mengeretek gigi. langkahnya menuju kearah
pintu, agaknya ia ingin meninggalkan tempat itu.
Tan Kiam Pek turut bergerak, maka sastrawan yang
serba kaku ini telah menghadang jalan orang ia membentak
dengan suara dingin, "Apakah yang ingin kau lakukan?"
Sim In mendelikan mata. "Minggir!" Ia membentak keras
"Aku ingin tahu, kemana kau pergi!" Berkata Tan Kiam
Pek yang aneh itu. "Kau tidak perlu tahu."
"Kau ingin menjumpai ketua Benteng Penggantungan?"
"Betul, Aku harus segera menemuinya. Harus kuketahui
pasti, betulkah dia yang menjadi jelmaan si manusia
bajingan Tan Kiam Lam!"
"Bila dugaan ini betul?"
"Bila apa yang kau katakan itu betul betul terjadi, aku
harus membunuhnya." Tan Kiam Pek mengeluarkan suara dari hidung.
"Dengan ilmu kepandaian yang kau miliki ini, ingin
membunuh Tan Kiam Lam?" Ia sangat memandang
rendah. Apa yang dikemukakan oleh Tan Kiam Pek memang
cukup beralasan, dengan ilmu kepandaian Sim In. memang
tidak mungkin untuk berhadapan dengan ketua Benteng
Penggantungan yang misterius itu.
Sin In juga maklum, hanya di mulut ia tidak mau
menyerah kalah. "Dimisalkan aku mati dibawah tangannya, ada
hubungan apa denganmu?" ia menatap sastrawan yang
bernama Tan Kiam Pek itu "Aku tidak mengharapkan kau mati dibawah tangan
saudaraku." Berkata Tan Kiam Pek tenang.
Ketua Ang mo kauw Sim In membentak. "Bukan
urusanmu!" Suara ini disertai dengan pukulan tangannya. Tan Kiam
Pek mengibaskan lengan baju, ia menyingkirkan serangan
Sim In tadi kearah samping. Sim In telah mengerahkan
delapan bagian tenaganya, seharusnya tidak mungkin dapat
disingkirkan dengan mudah. Hanya kenyataan harus
dipercaya, bahwa ilmu kepandaian Tan Kiam Pek itu
berada di atas darinya. Maka orang dapat menghindari
dengan mudah. WHutt.... Sekali lagi Sun In mengirim pukulan.
Tan Kiam Pek menyambut serangan ini dengan telapak
tangan. Terdengarlah suara yang menggelegar, dua


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayangan mereka terpisah segera, tubuh Sim In terhuyung
mundur enam langkah. Sedangkan Tan Kiam Pek hanya
menggeser sedikit posisi kedudukan-nya yang semula saja,
Perbedaan tenaga yang menyolok mata.
Ternyata Tan Kiam Pek mempunyai kepandaian silat
dan tenaga dalam yang cukup hebat, sampai si ketua Iblis
Merah tak sanggup menyingkirkan dirinya, Sim In
mematung ditempat... Tan Kiam Pek mengeluarkan suara
geraman, "Sim kauwcu, bila betul-betul kau sudah bosan hidup
dan ingin mati dibawah tangan Tan Kiam Pek.
Selesaikanlah dulu urusan ditempat ini!"
"Urusan apa?" Bertanya ketua Ang-mo-kauw itu tidak
mengerti. Tan Kiam Pek menengok ke arah Tan Ciu dan berkata
kepada pemuda itu. "Batalkah kau membutuhkan keterangannya?"
Sampai saat ini baru Tan Ciu mempunyai kesempatan
untuk bicara, segera ia maju mendekati Sim In,
"Sim kauwcu!" ia memanggil "Aku mengharapkan kau
dapat memberikan obat Seng hiat-hoan tan itu,"
"Aku tidak bersedia menyerahkan kepadamu."
"Baik." Berkata Tan Ciu "Beri tahulah. siapa ketua
Benteng Penggantungan"
"Aku tidak tahu!"
Tan Ciu tidak berdaya, maka ia memandang kearah
pamannya, Tan Kiam Pek yang dingin dan kaku itu. Tan
Kiam Pek dapat menduga isi hati orang, maka ia
menghadapi Sim In dan berkata.
"Sim kauwcu, bila kau dapat membatalkan niatmu.
Tentu tidak akan menderita kerugian"
"Apa yang dibatalkan?" Bertanya Sim In marah!
"Memisahkan diri dari Bentang Perggantungan!"
"Bila aku dapat membuktikan bahwa ketua benteng
Penggantungan adalah Tan Kiam Lam, tanpa diminta aku
akan meninggalkan dan memisahkan diri dari kekuasaan
Benteng Penggantungan."
Tan Ciu hilang sabar, Ia membentak.
"Sim In kau tidak mau menyerahkan obat Seng hiat
hoan-hun-tan?" "Kecuali kau masuk menjadi anggota Ang mo kauw."
"Kau adalah musuh guruku. Tak mungkin..."
"Maka diantara kita, tidak mungkin ada perdamaian."
-ooo000ooo- Jilid 5 TAN CIU berada di dalam keadaan jalan yang sudah
buntu. Jiwa Co Yong sangat membutuhkan obat Seng hiathun tan, bagaimana bila Sim
In kukuh tidak memberikan
obat" Haruskah ia menggunakan kekerasan"
Tan Kiam Pek turut ikut campur, katanya.
"Sim kaucu, berilah sebutir obat
membutuhkan pertolonganmu."
itu. Ia "Dengan dalih aturan siapa harus memberikan obat
kepadanya?" Sim In mengeluarkan suara dingin.
"Aku telah memberitahukan penyamaran Tan Kiam
Lam, Kau wajib memberi upah jasa bukan?"
"Tidak!". Wajah Tan Kiam Pek yang kaku itu agak beringas.
"Sim In," ia memanggil langsung. "Kau tidak bersedia
mendengar saranku?" sangat "Aku mengatakan lebih dari satu kali, bukan?" Ternyata
ketua Ang mo kauw inipun seorang kepala batu.
"Kau ingin merasakan tangan besiku!" Tan Kiam Pek
bergeser lebih dekat. "Kau ingin bertempur?"
"Bila kau telah kukuh diri"
"Baiklah. Apa boleh buat. Aku harus melayani segala
tantangan yang datangnya dari luar perkumpulan Ang mo
kauw." Sim In memandang para tongcu perkumpulannya,
Ciauw Lam mengajak dua kawannya maju kedepan,
mereka siap menjalankan tugas yang akan jatuh pada diri
mereka. Ular Golis mengambil arah lain, ia masuk ke dalam
ruangan dalam. Tan Ciu dan Su Hay Khek tidak diam, mereka turut
maju pula. Didalam ruangan itu terjadi ketegangan yang
memuncak. Tangan Tan Kiam Pek terayun, memukul Sim In yang
keras kepala. Ciauw Lam dan dua kawanannya tidak membiarkan
kauwcu mereka yang dihina, merekapun maju memberi
bantuan. Tetapi Tan Ciu dan Su Hay Khek tidak berpeluk tangan,
tiga orang perkumpulan Iblis merah ini ditahan olehnya.
Dua lawan tiga. Pertempuran berjalan dengan hebat.
Disana Sim In bukanlah tandingan Tan Kiam Pek,
sebentar saja ketua Iblis merah itu telah mandi keringat.
Suatu saat Tan Kiam Pek menggeram tangannya terayun
cepat. Maka tubuh sang lawan berhasil dipukul jatuh. Sim
In merayap bangun, bibirnya berdarah, Tan Kiam Pek
membentak. "Bersediakah kau menyerahkan obat itu?"
"Tidak." Sim In mempertahankan gengsinya.
"Sim In, kau harus pandai melihat gelagat. Bukan
waktunya untuk main kepala batu." Berkata Tan Kiam Pek
yang menguarkan ancaman. "Lebih baik kau menyerahkan
barang yang kuminta."
"Tidak.!" "Ingin mati?" Tan Kiam Pek marah besar, tubuhnya bergerak.
Sim In menjauhkan diri dari kejaran sastrawan kaku itu!
Gerakan Tan Kiam Pek sungguh gesit, ia telah berada
dibelakang orang, tangannya di ulurkan dan berhasil
mencengkeram leher baju ketua Ang mo kauw.
Sim In mengirim satu pukulan balikan.
Tan Kiam Pek menangkap tangan itu, kemudian
menotok jalan darahnya, maka betul betul Sim In tidak
berdaya. Dengan menenteng tubuh Sim In yang telah berhasil
ditaklukkan, Tan Kiam Pek memandang jalan pertempuran
diantara Tan Ciu. Su Hay Khek melawan Ciauw Lam
beserta dua kawannya. Su Hay Khek memukul berulang kali, di-bawah bantuan
Tan Ciu yang mengisi segala kekosongan dirinya, orang tua
aneh itu berhasil melukai seorang tongcu Ang mo kauw.
Tan Kiam Pek segera mengeluarkan teriakan.
"Semua berhenti."
Suaranya keras dan berwibawa.
Tan Ciu, Su Hay Kbek, Ciauw Lam dan dua tongcu
Ang-mo kauw menghentikan pertempuran. Mereka
memandang kearan datangnya suara, di sini disaksikan
bagaimana Sim In telah dibuat mati kutu.
Tan Ciu dan Su Hay Khek girang.
Ciauw Lam dan dua kawannya terkejut, wajah mereda
berubah pucat. Tan Kiam Pek menekan orang tawanannya.
"Sim kauwcu, kau tidak mau menyerahkan obat itu?"
"Tidak" Sim In telah menjadi nekad.
"Ketahuilah bahwa jiwamu telah berada di tanganku,"
Ancam lagi Tan Kiam Pek. "Kau menyerah kalah?"
"Tidak" "Mungkinkah jiwamu lebih penting dari obat itu?"
"Lebih baik aku mati." Sim In memejamkan mata, ia
lebih rela menyerahkan jiwanya.
"Aku tak percaya, kau sanggup menerima tekananku."
Berkata Tan Kiam Pek yang segera menotok empat jalan
darah ketua perkumpulan Iblis Merah itu.
Inilah cara penyiksaan yang hebat, Sim In berkelejetan
ditanah. rasa gatal, perih, sakit dan nyeri menyerang jadi
satu. ia mengerang, merintih, tetapi keras kepala, tidak mau
menyerahkan obat yang orang minta.
Suara rintihan Sim In merindingkan bulu roma.
Tan Kiam Pek membentak. "Bagaimana?"
"Kau... kau mimpi." Sim In mempertahankan siksaan.
"Ingin kulihat, berapa lama lagi kau dapat bertahan?"
Berkata Tan Kiam Pek. Sim In masih berguling guling, merintih-rintih, saking
jahatnya totokan itu, ia mengeluarkan air mata.
Melihat sang ketua merana, Ciauw Lam maju berteriak.
"Bebaskan ketua kami ." Ia siap mengadu jiwa.
Su Hay Khek melintang dijalan, ia menghadang majunya
orang. "Kau belum mendapat giliran." Ia berkata. Ciauw Lam
memukul Su Hay Khek. Su Hay Khek memapaki dengan
pakulan Pula. Dua tenaga beradu, dan Ciauw Lam dipaksa
membatalkan niatnya untuk menotok si ketua.
Disaat ini !!! Sim In tidak sangggup menerima siksaan yang lebib
hebat, ia jatuh kelenger.
Hal ini berada diluar dugaan Tan Kiam Pek. Ternyata
ketua Ang-mo kauw itu adalah seorang sejati, rela
mengorbankan diri, demi menjaga gengsi kepribadian
dirinya. Tan Kiam Pek mengerutkan kening, ia memandang Tan
Ciu dan dia berkata kepada pemuda itu.
"Aku mengalami kegagalan." Suaranya lemah. Tan Ciu
maklum hal ini. Ia tidak menialahkan paman tersebut.
"Aku tahu ," ia berkata. Tan Kiam Pek memungut tubuh
Sim In yang jatuh pingsan itu dan menyerahkan kepada
Tan Ciu. "Kuserahkan berkata. kepadamu." demikian "Apa guna?" Tan Ciu tidak mengerti,
sastrawan ini "Serahkan kepada gurumu. Dia dapat menyelesaikan
urusan ini." Memang diantara si Puteri Angin Tornado dan Sim In
pernah terjalin hubungan percintaan. Walau cinta itu telah
putus, mereka lebih mudah menyelesaikan perkara. Tan
Ciu menerima saran ini. "BagaimanadenganCoYong?"TanCiu
mengkhawatirkan keselamatan gadis itu. Bila tidak ada
Seng hiat hoan-hun-tan, pasti jiwa si gadis melayang.
"Menolong Co Yong, tidak banyak guna untukmu."
Berkata Tan Kiam Pek. "Mengapa" Dia menderita luka karena membela diriku."
"Dimisalkan dia adalah musuh. Kau bersedia
menolongnya juga?" Tan Kiam Pak menatap kearah Tan
Ciu tajam tajam. "tentu!" Tan Ciu menganggukan kepala,
"Baiklah." Berkata Tan Kiam Prk. "Aku telah berdaya
upaya. Sim In berkepala batu. biarpun kau kutungi
lehernyapun, tidak mungkin ia mau mengeluarkan obat
Seng hiat hoat hun tan itu."
Tan Ciu menundukkan mukanya ketanah.
"Bila gadis itu mati. Kau boleh meminta maaf didepan
makam kuburannya " Berkata Tan Kiam Pek.
Kecuali segera menyerahkan Sim In kepada gurunya,
memang tidak ada jalan lain. Tan Ciu harus mererima
nasib. Tan Kiam Pek menggapaikan tangan kepada Su Hay
Khek dan berkata. "Kalian boleh berangkat lebih dahulu."
Su Hay Khek berjalan pergi, diikuti pula oleh Tan Ciu
dengan orang tawanannya. Ciauw Lam dan dua kawannya memancarkan
pandangan mata liar. Tetapi mereka tidak berdaya. Tan Ciu
telah menggendong sang ketuanya.
Tan Kiam Pek menunggu ssmpai orang telah berangkat,
baru ia melesat pergi meninggalkan lembah Iblis Merah.
oo OdwO oo SELURUH ISI GOA IBLIS MERAH telah menjadi
sepi, ternyata Tan Kiam Pek telah menotok jalan darah
orang-orang Sim In. Tan Ciu dan Su Hay Khek telah berada diluar goa pintu
masuk perkumpulan Ang-mo kauw. Tiba tiba terdengar
suara orang yang lari dari belakang.
Tan Ciu memegang keras keras tawanannya.
Su Hay Khek menghentikan jalan dan siap menghadapi
orang yang mengejar. Terlihat seorang gadis melarikan diri cepat, itulah si Ular
Golis. "Tan siauwhiap, tunggulah sebentar." Berkata gadis ini
memanggil Tan Ciu. Tan Ciu dan Su Hay Khek
menatapnya tajam tajam. Ular Golis menghampiri Tan Ciu lebih dekat, dari dalam
saku bajunya mengeluarkan sebuah bungkusan kecil,
diserahkannya kepada si pemuda dan berkata.
"Ambilah ini obat Seng hiat hoan hun tan!"
Sungguh diluar dugaan. Barang yang sulit didapat datang
sendiri tanpa banyak kesulitan,
"Aku harus berterima kasih kepadamu yang menolong
jiwaku dari kematian " Berkata Ular Golis. "Hanya ini yang
dapat kuberikan padamu."
Ternyata dikala Ular Golis hampir dihukum oleh Sim In,
Tan Ciu pernah meminta grasinya. dan permintaan itu
dikabulkan. Ular Golis terhindar dari kematian, ia merasa
hutang budi dan membalasnya dengan menyerahkan obat
Seng hiat hoan-hun tan. Tan Ciu masih ragu-ragu. Ia tidak segera menyambuti
obat yang disodorkan kepadanya,
Su Hay Khek memperhatikan wajah gadis itu, dilihat
sepintas lalu, memang tidak ada alasan untuk
mencurigainya. Wajah Ular Golis bersungguh sungguh.


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ular Golis menyerahkan obat semakin dekat.
"Ambillah." Ia berkata.
Tan Ciu memandang obat itu sekian lama, Kemudian
mengulurkan tangan menyambutnya.
"Terima kasih." Ia berkata dengan suara gemetar.
Dengan obat ini, ia dapat menyembuhkan lukanya Co
Yong yang telah mengeluarkan banyak darah.
Setelah menyerahkan obat itu. Ular Golis membalikkan
tubuh dan masuk kedalam goa Iblis Merah lagi.
"Selamat berjumpa pada lain kali." Hanya kata-kata ini
yang keluar dari mulutnya.
"Selamat berjumpa." Tan Ciu mengajak Su Hay Khek
melanjutkan perjalanan. Tidak lupa, mereka membawa
tubuh Sim In sebagai orang tawanannya.
Di kelenteng yang pernah Tan Ciu tinggalkan Co Yong
dan Jelita Merah... Mereka telah tiba dengan cepat ditempat itu, langsung
masuk kedalam kelenteng. Setelah meletakkan tubuh Sim In ditanah. Tan Ciu
mencari dua gadis tersebut. Puas mata memandang, hanya
tempat kosong yang terlihat. setelah memeriksa seluruh
kelenteng, mereka tidak berhasil menemukan dua orang
yang ditinggalkan belum lama ini.
Tan Ciu merasakan ada sesuatu yang buruk telah terjadi.
ia membuka mulut memanggil. "Jelita merah,..."
Tidak ada penyahutan. Suasana sangat sepi dan sunyi.
Disana tidak ada bayangan si Jelita Merah, juga tidak ada
Co Yong yang luka parah. Su Hay Khek turut memeriksa, bertemu dengan Tan Ciu,
ia mengajukan pertanyaan.
"Kemanakah mereka?" Tan Ciu masih memanggil
manggil nama dua gadisDi saat ini, melayang satu tubuh, itulah Tan Kiam Pek,
segera ia memberi penjelasan.
"Ada sesuatu yang telah terjadi?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Bila tidak ada sesuatu yang penting, tak mungkin Jelita
Merah membawa Co Yong meninggalkan tempat ini," ia
memberi keterangan Tentu saja, luka Co Yong sangat parah mana mungkin
dibawa bawa kelain tempat" Kecuali ada sesuatu yang
mengancam keselamatan dua orang itu!
Apakah yang telah terjadi dikelenteng ini"
Tan Kiam Pek segera mengeluarkan pendapat.
"Kukira hanya satu kemungkinan!"
"Kemungkinan yang bagaimana?" Tan Ciu memandang
paman itu. "Setelah kau meninggalkan mereka! Orang orang dari
Benteng Penggantungan segera tiba ditempat ini."
"Mungkin. Hanya satu kemungkinan."
Tan Ctu, Su Hay Khek dan Tan Kiam Pek saling
pandang- Mereka tidak berdaya,
Beberapa saat kemudian Tan Kiam pek memandang Su
Hay Khek dan berkata. "Bolehkah aku mengajukan
pertanyaan?" "Silahkan." Berkata orang tua aneh itu.
"Bagaimana asal usul Jelita Merah itu?" Betanya Tan
Kiam Pek. "Aku tidak tahu." Jawab Su Hay Khek.
"Kukira kau tahu." Berkata lagi Tan Kiam Pek.
"Sungguh. Aku memang tidak tahu." Su Hay Khek
menandaskan keterangannya.
"Seharusnya kau tidak memberikan keterangan palsu."
"Mengapa harus memberikan keterangan palsu?" Su Hay
Khek menjadi tidak puas. "Inilah keteranganku yang sungguh sungguh."
"Bagaimana kau dapat galang gulung dengannya?"
Bertanya lagi Tan Kiam Pek.
"Malu untuk diceritakan." Berkata Su Hay Khek,
"munculnya gadis bertangan kejam ini dalam rimba
persilatan telah menggemparkan rimba persilatan dengan
cepat. Aku segera menantangnya untuk bertempur, dengan
janji. siapa yang kalah harus turut perintah pihak yang
menang. Maksudku ialah agar menindas tangan ganasnya.
Siapa tahu ilmu kepandaian Jelita Merah berada diatasku'
akulah yang dikalahkan olehnya. Apa boleh buat, aku harus
mentaati janji dan menjadi kacung pesuruhnya."
"Kecuali ini, tidak ada yang kau tahu?"
"Betul." "Misalnya mengetahui sesuatu dari maksud tujuannya?"
"Ia mencari si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip."
"Mungkinkah orang itu dari Pencipta pohon
Penggantungan?" Su Hay Khek belum tahu asal usul Jelita
Merah itu. "Belum dapat dipastikan." Berkata Tan Kiam Pek.
Sampai disini, Tan Ciu turut buka suara
"Jelita Merah mempunyai hubungan dengan Pohon
Penggantungan"!"
"Hal ini harus mencari bukti yang kuat." Berkata Tan
Kiam Pek. "Aku pernah melihat bayangan si Pencipta Pohon
Penggantungan itu!" "Hah?" Tan Ciu mengeluarkan
"bagaimanakah bentuk tubuhnya?"
seruan tertahan! "Ia mengenakan kerudung." Berkata Tan Kiam Pek
"Ternyata seorang wanita!"
"Seorang wanita" Pencipta Pohon Penggantungan adalah
seorang wanita?" "Betul." "Siapakah dia"'*
"Hanya ada dua kemungkinan, hanya dua orang yang
mempunyai ilmu kepandaian tinggi dan dapat menjadi si
Pencipta Pohon Penggantungan!"
"Siapakah orang orang itu?" Bertanya Tan Ciu. Ia sangat
tertarik. "Dugaanku yang pertama jatuh kepada si Melati putih."
Berkata Tan Kiam Pek. "Melati putih?" Tan Ciu mengulang kata-kata ini.
Su Hay Khek turut memberi keterangan.
"Bila betul kau putra dari Tan Kiam Lam, Maka Melati
Putih itu adalah ibumu."
Tan Ciu termenung, memikirkan kebenaran dari dugaan
dugaan itu. Su Hay Khek segera mengajukan pertanyaan tentang
dugaan berikutnya. "Dan kemungkinan yang kedua?"
"Kemungkinan yang kedua dari si Pencipta Pohon
Penggantung dugaanku jatuh kepada perawan dari Kutub
Utara." "Perawan dari Kutub Utara?"
"Betul!. Didalam rimba persilatan, hanya dua wanita
itulah yang mempunyai ilmu kepandaian tertinggi."
"Dikabarkan mereka telah tiada didunia, bukan?" Su Hay
Khek mengajukan pertanyaan.
Tan Kiam Lam menggoyangkan kepala. "Hanya desas
desus saja, mereka diberitakan mati didalam rimba gelap
yang ada pohon Penggantungan itu." Katanya. "Tetapi
kebenaran ini masih disangsikan! Mungkin hanya seorang
diantara mereka yang mati. Seorang lagi tidak, dan
menciptakan Pohon Penggantungan itu."
Tan Ciu belum mengetahui jelas, ia bertanya!
"Dimisalkan betul aku putra Tan Kiam Lam, apa yang
terjadi dengan Melati Putih itu?"
Tan Kiam Pek tidak segera menjawab pertanyaan ini,
sebaliknya memandang Su Hay khek dan berkata
kepadanya. "Kau tentunya tahu kejadian kejadian ini?"
"Hanya sedikit." Jawab Su Hay Khek.
"Bagaimana pendapatmu" Haruskan memberitahu
drama ini kepadanya?" Bertanya lagi Tan Kiam Lam.
Su Hay Khek menggoyangkan kepala.
"Untuk sementara, lebih baik ia tidak tahu." Berkata
kakek aneh ini! "Mengapa aku tidak boleh tahu?" Tan Ciu mengajukan
protes. "Kita sayang kepadamu!" Berkata Tan Kiam Pek! "Maka
tidak mau menceritakan kejadian buruk ini kepadamu!
Yang kau boleh tahu ialah diantara kedua orang tuamu itu
pernah terjadi drama yang sangat sedih, bukanlah cerita
baik!" "Aku bersedia menerima segala pukulan!" Berkata Tan
Ciu! "Jangan. Belum waktunya." Tan Kiam Pek mempunyai
pandangan penilaian yang lain dari si pemuda.
Su Hay khek turut bicara.
"Betul, Sudah pasti kita harus memberi tahu kejadian ini
kepadamu. Tetapi bukan hari ini."
"Bila?" Bertanya si pemuda.
"Selelah kau mempunyai ilmu kepandaian yang lebih
tinggi dari Tan Kiam Lam."
"Mengapa" Sangat tinggikah ilmu kepandaian Tan Kiam
Lam"." "Betul." Tan Kiam Pek menganggukkan kepala. "Sudah
mencapai pada tingkatnya yang paling sempurna."
"Bagaimanabila Kepandaianmu?" dibandingkan dengan ilmu "Aku?" Tan Kiam Pek menyengir. "Aku mana dapat
menandinginya?" Didalam hati Tan Ciu mengigil dingin.
Dengan ilmu kepandaian yang seperti Tan Kiam Pek
masih belum dapat menandingi ilmu kepandaian Tan Kiam
Lam. bukankah ilmu orang itu sudah sangat hebat sekali"
Sampai dimanakah kehebatannya" Masakan tidak ada
orang yang dapat mengalahkannya"
"Bukankah dia telah menjadi seorang jago tanpa
tandingan?" Tan Ciu mengemukakan pendapat.
"Betul." Berkata Tan Kiam Pek. "Bagaimana ilmu
kepandaianku dapat mengatasinya" Suatu hal yang tidak
mungkin terjadi." Tan Ciu menghela napas. "Segala sesuatu susah untuk diramalkan." Berkata Su
Hay Khek. "Siapa tahu, pada suatu hari, ilmu
kepandaianmu mencapai kemajuan besar dan mengalahkan
dirinya. Itu waktulah kita beritahu rahasia itu."
"Setelah ilmu kepandaianku berada diatas dirinya?"
"Setelah ilmu kepandaianmu berada diatas dirinya. kau
pasti membunuhnya." "Membunuh Tan Kiam Lam?" Tan Ciu berteriak.
"Membunuh ayahku sendiri?"
"Betul." Su Hay Khek tidak menyangsikan hal itu.
"Tidak mungkin." Berteriak Tan Ciu.
"Mungkin." Tan Kiam Pek turut bicara.
"Mungkinkah ada seorang anak yang dapat membunuh
ayah sendiri?" "Mungkin. Tapi hal ini hampir belum pernah terjadi. Bila
sampai terjadi. Maka drama ini sangat penting sekali, suatu
drama pembunuhan yang paling mengenaskan. Kekuatan
hatimu mengalami suatu ujian berat!"
Pikiran Tan Ciu melayang jauh, di atas awang-awang
tinggi, terdampar ke sana dan ke sini!!!
Si pemuda memberi peringatan kepada diri sendiri!
"Aku harus menemukan Tan Kiam Lam, yaag penting
aku harus pergi kegunung Benteng Penggantungan dahulu,
si Cendekiawan serba Bisa Thung Lip dibawa oleh Co
Yong yen. ia tahu banyak perkara...!"
Tan Kiam Pek mengajukan usul. "Lebih baik kau
membawa Sim In kepada gurumu dahulu."
"Bagaimana dengan Jelita Merah dan Co Yong?" Tan
Ciu mengawatirkan keselamatan dua gadis itu.
"Ilmu kepandaian Jelita Merah telah kau saksikan."
Berkata Tan Kiam Pek. "Kecuali orang orang dari Benteng
Penggantungan keluar semua, atau ketua Benteng
Penggantungan pribadi yang menangkapnya. Kukira tidak
mungkin ada orang lain yang mengalahkannya! Legakanlah
hatimu." "Co Yong yang luka parah itu?"
"Lebih lebih tidak boleh ditaruh didalam hati."
"Mengapa?" "Hal ini penting sekali, Suatu hari nanti kau pasti
mengerti duduk perkara."
Setelah mengucapkan beberapa patah kata lagi. Tan
kiam Pek meninggalkan mereka. Berjalan lebih dahulu.
Tan Ciu dan Su Hay Khek membawa Sim In
meninggalkan kelenteng itu juga, mereka berjalan
dibelakang Tan Kiam Pek! Tiba tiba, terdengar satu suara rintihan yang keluar dari
semak semak pohon, tidak jauh dari jalan yang mereka
lewati. Tan Kiam Pek adalah orang pertama yang mendengar
suara rintihan itu, dan dia juga yang bergerak paling cepat.
Su Hay Khek dan Tan Ciu mengikuti di-belakangnya.
Membongkar semak-semak itu. Tan Kiam Pek
menyaksikan pemandangan yang penuh dengan darah. Dua
wanita berbaju hitam yang telah tiada bernapas
menggeletak menjadi mayat, disampingnya turut
menggeletak si Jelita Merah.
Suara rintihan keluar dari mulut Jelita Merah. Wajahnya
pucat, darah mengalir terlalu banyak, diapun berada
didalam keadaan luka parah.
Tan Ciu yang menyusul belakangan, tidak berhasil
menemukan Co Yong. Su Hay Khek melesat maju, ia mengangkat tubuh Jelita
Merah dan memanggil. "Jelita Merah.."
Sigadis membuka matanya, segera dikenali akan kakek
aneh yang telah kalah bertaruh dengannya, kakek ini tidak


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ubahnya sebagai perintis pembuka jalannya.
"Kau" ..." Ia mengeluarkan ucapan itu perlahan,
"Apa yang telah terjadi?" Bertanya Su Hay Khek.
"Dimana Tan Siauhiap?" Bertanya Jelita Merah. Ia tidak
menjawab pertanyaan yang Su Hay Khek ajukan
kepadanya. "Aku disini." Berkata Tan Ciu yang segera menampilkan
diri. Dengan suara yang sangat lemah hampir tidak terdengar
sama sekali, si Jelita Merah berkata.
"Aku telah menelantarkan tugas yang kau berikan
kepadaku itu." Tan Cin bertanya cepat. "Dimana nona Co?"
"Dia .. Dia ..." Jelita Merah jatuh lagi, lukanya terlalu
hebat sampai memberi keterangan pun tidak dapat.
oo OdwO oo TAN KIAM PEK yang menyaksikan kejadian itu segera
berkata. "Ia sudah hampir mati. Terlalu banyak mengeluarkan
darah." "Tidak ..." Tan Ciu berteriak! "Ia tidak boleh mati."
Su Hay Khek segera memberi peringatan.
"Segera beri makan obat Seng hiat hoan bun tan itu."
Tan Ciu berteriak girang segera dikeluarkan obat Seng
hiat.hoan hun tan, dan diberikannya kepada Su Hay Khek.
Su Hay Khek memasukan obat itu kedalam mulut Jelita
Merah. Tan Ciu membantu mengurut urut dan mempercepat
jalan darah Jelita Merah.
Disaat mereka sedang mencurahkan semua perhatiannya
kepada Jelita Merah, satu bayangan bergerak cepat
bagaikan hantu gentayangan mendekati ketiga orang itu.
Lain bayangan lagi bergerak, ia mengikuti dibelakang
bayangan yang pertama. Yang didepan adalah laki-laki, sedangkan yang
mengikuti dibelakangnya adalah Wanita. Mereka
mengenakan pakaian warna hijau.
Terdengar perlahan. wanita berpakaian hijau itn bertanya "Bocah itukah yang bernama Tan Ciu?"
Laki laki berpakaian hijau sedang memperhatikan gerak
gerik ketiga orang itu didepannya, ia menanggukkan kepala.
"Apa langkah kita?" Bertanya lagi wanita berpakaian
hijau itu, tentu saja suaranya di kerahkan perlahan, agar
tidak mengganggu usaha mereka.
"Ketua Benteng kita berpesan agar Sim In tidak sampai
dibawa pergi olehnya." Berkata laki laki tersebut.
"Alasannya?" Bertanya yang wanita.
"Sim In dapat membongkar semua rahasia kita." Berkata
yang laki laki. "Membunuh Sim In ?"
"Harus membunuh ketiga orang ini dahulu."
"Tenaga kita hanya dua orang..."
"Inipun cukup. Perlahan lahan kita mendekati mereka!
Kemudian masing-masing membunuh satu! Setelah berhasil
membokong, hanya tinggal seorang maka dengan tenaga
dua orang, kita pasti dapat mengalahkannya!"
Mereka telah mendapat persepakatan, dan berjalan maju
lagi semakin dekat...semakin dekat ...
Tan Ciu bertiga masih belum tahu bahwa jiwa mereka
sudah diincar oleh elmaut. mereka sedang memusatkan
perhatian kepada luka si Jelita Merah!
Siapakah laki laki dan wanita berbaju hijau itu"
Jelasnya mereka adalah orang-orang dari Benteng
Penggantungan, dua tokoh kuat di-dalam Benteng itu.
Luka yang diderita Jelita Merah hebat, dengan
kepandaian Tan Ciu, ia belum sanggup menyembuhkannya.
Tan Kiam Pek segera turun tangan, ia menempelkan
kedua tangan dipundak gadis itu, demikian mencurahkan
tenaga dalam kepada sang penderita luka, agar cepat pulih
semangatnya. Tan Ciu melepaskan usahanya, Ia menyudut keringat.
Disaat ini dua orang dari Benteng Penggantungan telah
tiba, gerakan mereka menimbulkan suara, Tan Ciu dan Su
Hay Khek membalikkan kepala!
"Aaaaaa...." Wajah mereka berubah. Tan Kiam Pek yang sedang
memusatkan seluruh perhatiannya tidak boleh terganggu,
sedikit halangan akan melukai dirinya.
Su Hay Khek Penggantungan. menghadapi dua orang Benteng "Siapa kalian?" Ia membentak.
Wanita berbaju hijau mengeluarkan suara dingin.
"Kau tidak perlu tahu!"
"Apa maksud tujuan kalian?"
"Merengut jiwa semua orang."
Su Hay Khek telah menduga akan menerima jawaban
yang seperti ini,dengan mengambil posisi disamping kanan
Tan Ciu, ia telah siap sedia.
Wanita berbaju hijau mendekati Tan Kiam pek mengirim
satu pukulan. Sebat sekali gerakannya.
Su Hay Khek melesat dan mewakili Tan Kiam Pek
menerima pukulan ini, Maka berdua telah bertempur
menjadi satu. Disaat yang sama, Tan Ciu berhadapan dengan laki-laki
berbaju hijau itu, merekapun menguji ilmu kepandaian
masing-masing. Empat orang terpisah menjadi dua
melangsungkan pertandingan perang silat.
rombongan, Tan Kiam Pek dapat mendengar sesuatu ia membuka
matanya yang dimeramkan. Dilihat kedatangan dua musuh
itu, tetapi ia tidak boleh melepaskan usaha ditengah jalan,
dikatupkan lagi kedua mata itu, mempercepat proses
penyembuhan luka Jelita Merah.
Berlangsung belasan gebrak, ternyata Tan Ciu bukan
tandingan laki-laki berbaju hijau itu. keadaan si pemuda
agak terdesak. Difihak lain, Su Hay Khek mendapat tandingan yang
setimpal. Kekuatan mereka ternyata sama kuat.
Suatu ketika, Su Hay Khek melirik kearah kawannya,
didalam hati kakek aneh inipun mengerti, ia harus cepatcepat mengakhiri
pertempuran. Bila terlambat, pasti Tan
Ciu menderita kerugian. Dan itu waktu, sulitlah
mempertahankan fihaknya. Wanita berbaju hijau itupun berkepandaian tinggi, dalam
waktu yang singkat, mana mungkin Su Hay Khek menarik
satu keuntungan darinya! Wanita Iblis 13 Raden Banyak Sumba Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Dendam Empu Bharada 22
^