Pencarian

Tengkorak Maut 1

Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 1


Tengkorak MautKarya : Khu Lung
Saduran : Tjan ID 2 Jilid 1 Bab 01 BENTENG MAUT!! Dalam pandangan orang2 dunia persilatan, tempat itu
merupakan sebuah istana yang mendatangkan maut bagi
siapa yang berani mendekatinya.
Benteng kuno itu dibangun diatas sebidang tanah berbatu
karang yang dikelilingi oleh tiga buah aliran sungai.
Pintu depan benteng yang menghadap ke arah daratan
selalu terbentang lebar dan memperlihatkan sebuah pintu
yang gelap gulita di atas dinding tembok tertera dua huruf
besar yang cukup membetot hati siapapun yang menyaksikan:
Benteng Maut Dibawah dua huruf besar tadi terdapat pula sebuah
tengkorak merah darah yang nampak menyeramkan.
Itulah lambang maut dari pemilik benteng kuno itu.
Selama hampir tiga puluh tahun lamanya di dunia
persilatan tercekam dalam ketakutan, kengerian yang seolaholah
hari kiamat hampir tiba, sebagian besar jago2 dari
kalangan Bu lim banyak yang mati binasa dalam keadaan
penasaran, banjir darah melanda dimana-mana.
Semua peristiwa berdarah yang terjadi selalu diakhiri
dengan tertinggalnya lambang Tengkorak maut disisi setiap
korban.. Kebrutalan serta kekejaman Tengkorak maut membuat
orang jadi ketakutan dan menjuluki dirinya sebagai malaikat
elmaut. Tetapi... lima belas tahun berselang, tiba-tiba pintu benteng
itu tertutup rapat Tengkorak maut tak pernah muncul kembali
3 di dalam dunia persilatan, seluruh Bu lim pun terlepas dari
cekaman rasa takut dan ngeri.
sementara orang menduga tengkorak maut telah
menghembuskan napasnya yang terakhir tetapi kenyataan
membuktikan lain, sebab setiap rombongan orang Bu lim yang
berangkat menyelidiki rahasia Istana maut tak seorangpun
yang kembali dengan selamat. Teka teki... peristiwa itu
merupakan suatu tanda tanya besar bagi semua orang.
Malam mencekam seluruh jagad, udara gelap gulita tidak
nampak cahaya bintang maupun rembulan... begitu pekat
hingga melihat ke lima jari sendiripun susah.
Kilat menyambar2 diiringi suara gemuruh guntur yang
bergeletar membelah bumi, kilatan tajam mendatangkan
kilatan cahaya yang menerangi seluruh jagad.
Angin berhembus kencang mengiringi desiran yang
menusuk pendengaran, menyapu seluruh benda di sekitar nya
.... ranting, daun dan debu berterbangan memenuhi
angkasa... Didalam sebuah dusun yang kecil nampak sesosok
bayangan manusia sedang melaku-kan perjalanan dengan
cepat menyeberangi jalan.
Kilat kembali menyambar... kali ini terlihat lebih jelas lagi,
kiranya bayangan tadi adalah dua sosok tubuh yang saling
berpanggulan, seorang pemuda berusia tujuh delapan belas
tahunan dengan membopong seorang pria berusia
pertengahan sedang melakukan perjalanan cepat..
Sang pemuda berwajah tampan berperawakan kekar,
sedang sang pria berusia pertengahan itu kurus kering tinggal
kulit pembungkus tulang, napasnya kempas kempis dan
rupanya sedang menderita sakit parah.
"Ayah ...." terdengar pemuda itu bergumam "Rupanya
sebetar lagi akan turun hujan badai yang amat deras"
4 Pria berusia pertengahan yang ada didalam dukungannya
mendengus lalu mengangguk.
"Benar, hujan bakal turun dengan deras nya.... inilah suatu
saat yang paling bagus bagi kita".
"Apa?"" saat yang paling bagus ?"". "
"Ehmm. sedikitpun tidak salah"
"Ayah, ananda tidak paham dengan maksudmu "
"setelah tiba ditempat tujuan nanti, kau akan segera
mengerti" "Ayah, mengapa kau harus memilih disaat yang paling jelek
untuk keluar rumah?"", sakit mu. "
"Nak. sebentar lagi kau akan paham dengan sendirinya,
ayoh cepat berangkat".
Guntur membelah bumi menggetarkan seluruh permukaan
bumi, kilat kembali menyambar dan hujan deras mulai
membasahi seluruh tempat... "Ayah, hujan telah tiba ..
bagaimana kalau kita ketempat berteduh ?"?".
"Tidak. tidak usah, cepatan dikit.."
"Tapi ayah.... sakitmu..."
"Justru karena aku, aku sakit. Aaai anakku. tak usah
banyak bicara lagi, masih jauh kah, perkampungan keluarga
Han?"" "Kita akan segera tiba ditempat tujuan, setelah belok
tikungan bukit sana" Kilat menyambar menerangi jagad,
guntur bergeletar menerangi angkasa.
Hujan deras diiringi hembusan angin puyuh melanda
seluruh jagad, begitu dahsyat hujan yang turun membuat
tanah jadi berlumpur dan sangat becek.
5 setelah membelok sebuah tikungan bukit, akhirnya
terlihatlan bayangan sebuah perkampungan muncul di
hadapan mereka. "Kita sudah...saam..saampai...nak .."
Pemuda itu mempercepat langkahnya masuk kedalam pintu
perkampungan. setibanya dalam ruangan, pemuda itu menurunkan pria
berusia pertengahan tadi keatas tanah, lalu diapun duduk
bersandar disisinya. Dibawah kilatan cahaya petir, tampak pintu perkampungan
itu sudah lapuk dan bobrok, sarang laba2 bergelantungan dimana2,
debu yang menempel diatas lantai sangat tebal.
"Ayah, apakah perkampungan ini sudah lama tidak dihuni
orang ?"". "Benar." Dengan lemas pria berusia pertengahan itu menyandarkan
diri ditepi pintu, napasnya tersengkal dan wajahnya berubah
jadi pucat pias. bagaikan mayat.
"Ayah...kau:..kenapa kau?"" jerit pemuda tadi.
"Nak...mari mari kita, masuk ke dalam .."
"Tapi ayah...keadaanmu bertambah payah, kita lebih baik
beristirahat dulu sejenak"
"Masuk." Dari balik mata pria berusia pertengahan itu mendadak
memancar keluar sorot cahaya yang sangat aneh, wajahnya
berkerut kencang, dengan kerahkan segenap kekuatannya ia
menghardik keras. Pemuda itu bergidik dan berdiri menjublak tapi sejenak
kemudian ia sudah mendukung kembali tubuh ayahnya masak
ke dalam perkampungan. 6 Hujan badai telah berhenti, gunturpun telah sirap. dengan
perasaan ragu, sangsi dan penuh tanda tanya pemuda itu
perlahan2 berjalan masuk kedalam perkampungan, ia tidak
mengerti apa sebabnya siorang tua itu tidak mempedulikan
sakitnya yang parah, di tengah hujan badai yang amat deras
mengajak dia mengunjungi perkampungan yang sudah usang
dan terbengkalai ini. Bayangan hitam yang seram dan mengerikan segera
mencekam perasaan si anak muda itu.
Jendela yang lapuk berbunyi gemericikan nyaring
terhembus angin yang kencang, bayangan hitam dari tiang
penglari, sudut ruang di balik pintu se akan2 berubah jadi
bayangan setan yang mendirikan bulu roma.
"Ayah..." seru pemuda itu tak tertahan..
"Bu...bukankah kau...kau merasa taa. . takut nak?"?"
"Tiiii . . tidak . . aku tidak . merasa takut"
Awan hitam perlahan2 membuyar, rembulan muncul dari
balik kegelapan yang mencekam seluruh jagad dan
memancarkan sinarnya menerangi perkampungan yang
terbengkalai itu hingga mirip dengas sarang hantu.
Mendadak... pemuda itu merasakan kakinya tersentuh
sesuatu benda hingga hampir saja ia jatuh tertelungkup, ,
cepat ia tunduk kan kepalanya untuk memeriksa..
"Aaaaah..." ia menjerit tertahan, badannya jadi merinding
dan bulu roma pada bangun berdiri sesosok tengkorak putih
menbujur diatas lantai. Diikuti dari balik semak belukar, sudut ruangan, beranda...
semuanya nampak tengkorak yang berceceran di-mana2.
Dua...tiga...empat...seluruh ruangan penuh berisikan tulang
tengkorak manusia yang bergelimpangan di mana2..
7 Pemuda itu segera menghentikan langkah kakinya, sekujur
badan gemetar keras, giginya saling bergemerutukan nyaring.
Kegelapan yang mencekam perkampungan yang
terbengkalai.. serta tulang tengkorak manusia yang
berserakan di mana2. Api setan yang seakan2 datang dari arah yang tak diketahui
ujung pangkalnya ini menciptakan suatu pemandangan yang
menyeramkan, mengerikan hati...
"Ayah apa yang terjadi..." seru pemuda itu.
"Jaa...jangan banyak bertanya, masuk ke dalam ruangan
tengah...". si anak muda itu ragu2 untuk melanjutkan langkah kakinya,
ia tak berani membayangkan pemandangan ngeri apa lagi
yang akan ditemui diruang tengah, dalam benaknya telah
dipenuhi dengan be ratus2 macam pertanyaan tetapi tak
sebuahpun yang sanggup diutarakan keluar.
Tapi secara lapat2 iapun dapat merasakan bahwa peristiwa
yang dialaminya matam ini bukan kejadian biasa. Ayahnya
tidak nanti tanpa alasan mengajak ia datang kedalam
perkampungan bobrok yang penuh dengan tulang berserakan
ditengah malam hujan badai yang deras.
"Ce...cepat masuk keruang tengah". terdengar pria berusia
pertengahan itu ter batuk2 dan membentak.
" Kalau tidak kau...kau se lama hidup akan menyesal".
Dengan perasaan bergidik bercampur kaget pemuda itu
mengiakan dan segara meneruskan langkahnya masuk
kedalam ruangan. Ruang tengah gelap gulita, sarang laba2 bergantungan
dimana2, debu sangat tebal dan menyiarkan bau busuk yang
sangat tak enak dibadan. 8 sekilas cahaya rembulan sempat menerobos masuk
kedalam ruangan lewat celah2 dinding yang retak. menerangi
sedikit ruangan yang gelap dan apek itu. Kembali ia saksikan
tengkorak manusia berserakan ditengah ruangan tersebut.
Tak tahan lagi si anak muda itu berseru terperanjat, ia
semakin bingung dan tak habis mengerti kenapa ayahnya
mengajak dirinya mengunjungi rumah hantu semacam ini.
"Tuu turunkan aku", seru pria berusia pertengahan itu.
Pemuda tadi mengiakan dan menurunkan ayahnya keatas
lantai, tapi tatkala ia berpaling pemuda itu segera berdiri
menjublak. terasa olehnya bahwa ia sedang bermimpi jelek:
Untuk pertama kalinya ia saksikan sang ayah yang bewajah
ramah dan penuh kasih sayang itu menunjukkan mimik yang
menakutkan, suatu perubahan air muka yang menjijikkan..
"Ayah. . .kau.." jeritnya keras2.
"Aku. . .aku bukan ayahmu " teriak pria tadi.
Dengan hati terkesiap si anak muda itu mundur satu
langkah ke belakang, dalam pikiran nya mungkin sang ayah
berada dalam keadaan tak sadar, mungkin pikirannya tidak
jernih. "Nak" terdengar pria berusia pertengahan itu berkata lagi.
"Berikan separuh .... separuh Jin som itu kepadaku..."
Dengan wajah kebingungan pemuda itu mengambil keluar
sebuah bungkusan kecil dari sakunya lalu diserahkan kepada
pria tadi. setelah menerima bungkusan tersebut, pria itu membuka
bungkusan tadi lalu mengambil jin som dan ditelannya
kedalam perut. sesaat kemudian semangat serta kesegaran nya telah pulih
kembali. 9 "Ayah bukankah sejak tadi telah kunasehati untuk menelan
separuh buah jinsom tersebut, mungkin penyakitmu tidak
akan berubah jadi separah ini...".
Pria berusia pertengahan itu tidak menggubris perkataan
putranya, dengan wajah berkerut kencang dan menunjukan
mimik yang mengerikan ia alihkan pandangannya ke arah
sesosok tulang tengkorak manusa yang membujur disisinya
penuh rasa hormat. sang pemuda yang menyaksikan tingkah laku ayahnya
makin lama semangkin bingung.. kian lama kian bertambah
terperanjat. sehabis menyembah kearah tengkorak tadi, titiktitik
air mata nampak mengucur keluar membasahi pipinya
yang kurus dan peot. "Ayah . . " kembali pemuda itu berseru.
"Aku bukan ayahmu!".
"Kau . . kau orang tua ... "
"sekarang dengarkanlah baik2 " terdengar pria berusia
pertengahan itu dengan wajah hijau membesi dan sorot mata
menggidikan menatap sianak muda itu tajam2.
" Aku bukan ayahmu, aku adalah paman gurumu yang
disebut orang si telapak naga beracun Thio Lien".
"Ayah . . . "jerit pemuda itu dengan suara gemetar dan hati
bergetar keras: sepasang mata pria berusia pertengahan itu melotot besar,
tukasnya dengan suara seram:
"Aku bukan ayahmu, aku adalah paman gurumu sitelapak
naga beracun Thio Lien".
"Paaaa...paman guru?"?".
"Tidak salah". "Kalau begitu, keponakan bukan she Tio?"
10

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak kau she Han".
"Aku she Han?"" badan sianak muda itu mulai gemetar
keras: "Benar. kau she Han. Ingat baik2, namamu adalan Han
siong Kie...".. "Han siong Kie?"?".
" Ehm ayahmu bernama Han Hoei, dia adalah Jie suko
ku ". sekilas bayangan hitam berkelebat dalam benaknya, Han
siong Kie merasa hatinya bergidik dan bulu roma pada bangun
berdiri "Lalu ayahku..."
"Dialah tulang tengkorak dari jie suhengku dialah tulang
tengkorak dari ayahmu " seru sitelapak naga beracun sambil
menuding kearah tulang membujur disisi tubuhnya.
Bagaikan disambar petir disiang hari bolong Han siong Kie
merasa dadanya jadi sesak. pandangan matanya jadi gelap
dan tak tahan lagi ia berteriak keras: "Ayah. . ."
Tubuhnya menubruk keatas tulang tengkorak tadi dan
jatuh tak sadarkan diri Dengan susah payah si telapak naga beracun Thio Lien
menyalurkan jari tangannya dan menotok beberapa buah jalan
darah di atas tubuh pemuda she Han tersebut.
Perlahan-lahan Han siong Kie tersadar kembali dari
pingsannya, ia menyembah beberapa kali dihadapan tulang
tengkorak ayahnya lalu dengan suara keras ia menjerit:
"susiok apakah perkampungan ini adalah rumah
kediamanku?"" "Tidak salah" "Tulang tengkorak manusia yang berse-rakan diseluruh
perkampungan ini ...."
11 "Mereka anggota keluarga serta anggota
perkampunganmu, semuanya berjumlah dua ratus jiwa". .
"siapakah yang melakukan pembunuhan brutal ini?"?"?".
"Dengarkan dulu ceritaku. pada hari Tiong Yang lima belas
tahun berselang, aku dengan membawa sutemu datang
mengunjungi ayahku, waktu itu kau masih berusia tiga tah
sutemu adalah sebaya dengan usiamu hanya dia lebih muda
dua bulan. Disaat kami sedang berbicara dan bercerita dengan
riang gembira itulah tiba2 bencana datang dari atas langit,jie
suheng segara melemparkan dirimu kepadaku sambil
berpesan: sute, tolong, selamatkanlah keturunan keluarga Han
kami.." Mendengar sampai disini Han siong Kie merasakan
pandangannya jadi ber kunang2, sambil menggertak gigi
kencang2 ia berusaha menahan golakan emosi dalam hatinya.
"Waktu itu aku telah bertekad untuk berjuang sampai titik
darah penghabisan" terdengar sitelapak naga beracun Thio
Lien melanjutkan kembali kisahnya." Tetapi pesan terakhir dari
ayahmu tak dapat kutampik, maka disaat terakhir, aku
membopong tubuh mu dan meloncat kedalam sebuah sumur
kering ditengah halaman . . . ".
"Lalu dimanakah sute?"?".
"Dia . . dia telah mati konyol mewakili dirimu" sahut Thlo
Lien dengan mata melotot besar:
Han siong Kie tak kuasa menahan diri, ia muntah darah
segar. si telapak nega beracun Thio Lien melirik sekejap
kearahnya, lalu melanjutkan:
"Ketika aku membawa kau merangkak ke luar dari sumur
tua itu, seluruh isi perkampungan telah porak poranda . . tak
seorang manusiapun berada dalam keadaan hidup,"
12 Han siong Kie menjerit keras, sekali lagi ia muntah darah
segar dan badannya mundur dengan sempoyongan.
"Dimanakah ibuku?"". .
"Ibumu?"" Thio Lien menggigit giginya.
" Kenapa dengan ibuku?"?" satu ingatan jelek kembali
berkelebat dalam benak sianak muda itu
"Ibumu bernama Say Siang Go, si siang Go cantik ong coei
Ing, pada lima belas tahun berselang merupakan wanita
tercantik didalam dunia persilatan"
"Apakah ia tidak mati didalam peristiwa berdarah itu?"?".
"Tidak " "Kenapa ?"?".
"Kejadian itu merupakan suatu teka teki hingga kini hanya
dia seorang yang masih hidup dalam keadaan segar bugar".
"sekarang ibuku berada dimana?"" susiok apakah kau
tahu?"" "Aaaai... " sitelapak naga beracun Thio Lien menghela
napas sedih. "Nak .... lebih baik kau tak usah menanyakan persoalan ini"
"Tidak ...." Jerit Han siong Kie sambil gelengkan kepalanya
berulang kali. "Aku ingin tahu susiok aku ingin tahu nasib yang
dialami ibuku". "Dia sudah menikah lagi"
"Apa?"" ibuku menikah lagi ?"?"" sekujur tubuh pemuda
she Han ini menggetar keras, hampir saja ia tak sanggup
menahan golakan hati yang terasa amat berat itu.
"sedikitpun tidak salah".
"Apakah dia tahu kalau aku masih di dunia dikolong langit
?" 13 "Ia Tahu". "Kenapa ia tidak datang mencari diriku?"
"Aku pernah membawa dirimu pergi mencari dirinya, tapi
hampir saja kita berdua mati konyol diujung telapak
tangannya, berulang kali dia memperingatkan diriku, katanya
apabila lain kali sampai bertemu lagi, maka jiwa kita berdua
pasti akan dicabut. oleh sebab peristiwa inilah selama lima
belas tahun lamanya aku tak berani munculkan diri didalam
dunia persilatan" Han siong Kie menjerit keras dan sekali lagi muntah darah
segar, ia tidak menyangka kalau dirinya ternyata memiliki
seorang ibu yang begitu kejam bagaikan kalajengking...
Blaam pemuda itu tak sanggup berdiri tegak lagi dan
segera jatuh terduduk diatas tanah. "Apakah ia tidak
mempunyai rencana untuk membalas dendam kematian bagi
keluarganya?"" "Anak kandung sendiripun sudah tidak mau, apa lagi
membicarakan soal pembalasan dendam"
"Suatu hari aku... aku mau membinasakan dirinya. "
"Apa" kau headak membunuh ibumu sendiri?"" "
Han siong Kie menutupi wajahnya dengan sepasang tangan
lalu menangis ter-sedu2. "Ya a h Allah kenapa kau bisa
mempunyai seorang ibu macam begini.?"..".
"Nak. bagamanapun juga akhirnya kau telah tumbuh jadi
dewasa, tetapi karena terikat oleh sumpah aku tak dapat
mewariskan segenap kepandaian silat yang kumiliki
kepadamu, namun dalam lima belas tahun belakangan ini kau
sudah memiliki dasar tenaga lweekang yang cukup kuat, asal
kau dapat bertemu dengan guru pandai tidak sulit untuk
memperoleh kemajuan yang pesat. Nah. sekarang kau boleh
pergi". 14 "Susiok. kau bilang apa?"?" seru Han siong Kie dengan hati
terkesiap. matanya terbelalak dan mulutnya melongo.
"Aku minta kau segera tinggalkan tempat ini "
"Aku disuruh tinggalkan tempat ini?"".
"Benar." "Lalu bagaimana dengan susiok?"?".
"Aku sudah mencuri hidup selama lima belas tahun
lamanya, tugas yang dititipkan jie suheng kepadakupun sudah
selesai sekarang aku sudah sewajarnya untuk menyusul diri
Jie suhengku" "susiok, kau... " seru Han siong Kie dengan hati sedih, ia
sebera merangkak kehadapan telapak naga beracun Thio Lien
dan berlutut di hadapannya.
"Nak, tindakan ini merupakan peraturan dari perguruan,
kau tak bakal mengerti"
"Tidak susiok. kau tak boleh..."
"Nak, itu namanya nasib"
"Bagaimanapun juga kau harus mengerti dan memahami "
"susiok. kau telah mengorbankan jiwa sute demi
menyelamatkan jiwaku, selama lima belas tahun kaupun telah
mendidik dan memelihara aku, budi kebaikan yang sedalam
lautan ini meski badan titjie harus hancur lebur pun tak akan
terbalas.". " omong kosong kesemuanya itu cuma omong kosong. "
"Tidak susiok. aku tidak akan membiarkan dirimu. ."
"Apakah kau hendak memaksa aku untuk menghianati
perguruan?" kau hendak paksa aku melanggar peraturan?" "
"Tetapi.. .susiok bagaimanapun juga kau harus mengatakan
dulu alasan2nya". 15 "Tidak bisa, ini adalah perintah dari perguruan yang tak
dapat dibangkang..."
Makin dipikir Han Siong Kie merasa semakin bimbang dan
tidak habis mengerti, ia tak dapat menangkap maksud
perkataan dari susioknya barang sepatah katapun.
"Susiok, lalu siapakah musuh besar kita.?"" akhirnya ia
bertanya lagi setelah termenung beberapa saat lamanya.
"Kau tak usah tahu siapakah musuh besar kita.. "
"Kenapa?" apakah..."
"Ingat" seru si telapak naga beracun Thio Lien dengan
mata bercahaya tajam. Pertama kau tidak diperkenankan
membicarakan atau mengungkap asal usulmu kepada
siapapunjuga. Kedua. dilarang mengubur tulang belulang yang
berserakan ditempat ini. Ketiga, Dilarang membalas dendam"
"Susiok, kau sedang mengatakan soal apa?" jerit sianak
muda itu pedih. "Ini perintah dari paman gurumu, kau tak boleh
melanggar." "Susiok, ingatanmu mungkin tidak..."
"Omong kosong, aku segar bugar otakku jernih dan tidak
melantur" "Lalu kenapa aku tak boleh membalas dendam?"".
"Kau tak usah bertanya mengapa, ayahmu yang ada
diakhirat pasti mengerti dan memahami keadaan sebenarnya
dan ia pasti dapat menyetujui tindakan yang telah kuambil
ini." "Kalau begitu tit-jie tolong tanya nama dari perguruan
kami?"". "Masa yang sudah silam tak usah dibicarakan lagi, lebih
baik kau tak usah tahu tentang hal itu lagi".
16 "Lalu ibuku yang berhati kejam bagaikan kala itu telah
kawin lagi dengan siapa?".
"Kauwcu dari perkumpulan Thian Che Kauw"
"Macam apakah Thian Che Kauwcu itu?"?"..
"Persoalan ini mungkin jarang ada orang yang bisa
menjawab. Thian Chee Kauwcu adalah pemimpin dari suatu
perkumpulan terbesar di kolong langit dewasa ini, kedudukan
nya tinggi dan kekuasaannya meliputi seluruh dunia
persilatan". "susiok. titrjie selama ini tak pernah mendengar susiok
membicarakan tentang diri susiokbo."
sinar kebencian dan penuh rasa dendam memancar keluar
dari telapak naga beracun Thio Lien.. sesaat kemudian dengan
nada sedih ia menjawabi "Apa yang telah terjadi persis seperti
peristiwa berdarah yang dialami oleh keluargamu, hanya
kejadian itu berlangsung tiga hari setelah aku tinggalkan
rumah." Dalam sedihnya yang kelewat batas Han siong Kie masih
sempat merasakan hatinya bergetar keras setelah mendengar
perkataan itu, ia hampir saja tidak mempercayai apa yang
dikatakan susioknya sitelapak naga beracun Thio Lien
terhadap dirinya, sebab apa yang terdengar olehnya hampir
mendekati tidak masuk diakal.
Mengapa keluarga Han dan keluarga Thio mengalami
peristiwa berdarah hampir bersamaan waktunya?" dan dia
mengapa di larang untuk membalas dendam serta mengubur
tulang belulang yang berserakan diseluruh perkampungan
usang itu?"" Dalam pembicaraannya, setiap kali sang susiok
menegaskan bahwa itu perintah perguruan, apa yang dia
maksudkan?" Apakah peristiwa berdarah ini mempunyai
hubungan yang erat dengan dendam berdarah dari perguruan
17 angkatan sebelumnya?" Kenapa susioknya tak mau
menerangkan tentang perguruannya?""
selama belasan tahun mereka hidup berdampingan sebagai
ayah dan anak... hubungan itu demikian rapat dan eratnya..
Belum habis dia berpikir, terdengar si telapak naga beracun
Thio Lien telah menjerit sedih:
"Suhu, tecu sudah mencuri hidup lima belas tahun
lamanya, ini hari aku baru berhasil menyelesaikan perintahmu"
. Plooook diiringi dengusan napas barat, tampaklah darah
segar berhamburan keempat penjuru, siorang tua she Thio itu
telah menghantam ubun2 sendiri hingga hancur berantakan,
otak bermuncratan ke mana2 dan jiwanya segera melayang
meninggalkan raganya. Dengan perasaan tertegun... kaku. Han siong Kie
menyaksikan drama seram itu berlangsung dihadapan
matanya, ia tidak menangis pun tidak bersuara. seakan2
segala sesuatunya sudah jauh meninggalkan dirinya.. seolaholah
ia sudah bukan termasuk didalam dirinya, yang terlihat
saat itu hanyalah kegelapan yang kelabu serta kegirangan
yang menyelubungi seluruh tubuhnya.
Ia merasa se akan2 dirinya sudah berada didunia yang lain,
disuatu tempat yang hampa ... kosong...
Thio susiok telah bunuh diri dan ia berkata bahwa
kesemuanya itu adalah perintah perguruan, kenapa?"
Ia dilarang membicarakan soal asal usulnya, dilarang
mengubur tulang belulang yang berserakan, dilarang
membalas dendam Kenapa?" kenapa demikian?"?" apa yang sebenarnya
sudah terjadi ?""
18

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Malam semakin kelam udara semakin dingin ia berdiri
seorang diri ditengah kesunyian.
-000dw000- BAB 2 FAJAR telah menyingsing, sang surya perlahan2 muncul
diufuk sebelah timur dan memancarkan sinarnya menembusi
celah2 jendela, menerobos ruang yang luas dan menyinari
mayat Thio Lien serta tulang berulang yang berserakan di
mana2. Han song kie mendusin dan sadar kembali dari kesedihan
yang kelewat batas, kengerian yang terbentang dihadapan
wajahnya membuat hatinya layu ... perih.. bercampur
dendam. Mendadak...ia temukan bayangan bewarna merah diatas
dinding tembok. cahaya itu seperti lukisan sebuah lambang,
maka didekatinya dinding tadi dan membersihkannya dari
kotoran debu, sesaat kemudian terlihatlah sebuah lukisan
tengkorak darah diatas dinding tadi. .
Tengkorak darah itu melambangkan apa?"
Mungkinkah tanda pribadi dari musuh besarnya" ataukah
lukisan dari mendiang ayahnya?""...
"Aku harus membalas dendam aku harus menyelidiki
peristiwa ini hingga jelas ....".
sambil menjerit-jerit ia lari keluar perkampungan, bagaikan
sukma gentayang berkeliaran dijalan raya....
Mimpipun ia tak pernah menyangka kalau dirinya
menpunyai asal usul yang begitu mengerikan .... begitu
memedihkan hati. 19 Ia teringat kembali keluarganya yang musnah dalam
keadaan mengerikan, ia teringat pula budi pertolongan Thio
susiok nya yang telah memeliharanya dan mendidik dirinya
selama lima belas tahun, budi kebaikan ini selamanya tak akan
bisa dibalas.... Ibunya....si siang Go cantik ong Coei Ing menurut Thio
susioknya adalah perempuan tercantik diseluruh kolomg
langit, tetapi diapun merupakan wanita paling kejam paling
berbisa hatinya dikolong jagat, bukan saja ia tak mau
mengakui anak kandungnya sendiri, tak mau membalaskan
dendam atas peristiwa berdarah itu bahkan malah kawin lagi
dengan orang lain.... Ia merasa sakit hati, merasa dendam dan malu... malu
karena mempunyai seorang ibu semacam itu.
Dalam semalam suntuk, la telah berubah jadi seorang
manusia yang lain Benci, dendam, marah dan malu telah
bercampur aduk didalam benaknya, mencair dan menjadi satu
dengan darahnya. Diatas raut wajahnya yang tampan terlintas perasaan
dingin yang menyeramkan membuat siapapun yang
memandang merasa bergidik dan ngeri.
sorot matanya memancarkan cahaya tajam penuh
kebencian, penuh perasaan dendam yang mendalam.
Bagaikan sukma gentayangan ia berjalan, ia berjalan terus
tanpa arah tujuan Mendadak... suara.. bentakan nyaring
berkumandang disisi telinganya.
"Hey, kalau jalan kau pakai matamu atau tidak?" ngawur
saja seenaknya..."..
Bagaikan baru sadar dari impian Han siong Kie tersentak
kaget, lalu angkat kepala nya, tampaklah dua orang dayang
berwajah cantik telah berdiri dihadapan matanya sementara
20 empat orang pria kekar yang menggotong sebuah tandu kecil
mangikuti di belakang dayang tadi.
Disaat sianak muda itu mendongak itulah mendadak kedua
orang dayang tersebut melenggak. lalu sambil menutupi
mulutnya tertawa cekikikan, empat biji mata yang bening
berseliweran memperhatikan sekujur tubuhnya.
Dengan dingin dan ketus, Han siong Kie melirik sekejap
lawannya, kemudian putar badan dan meneruskan
perjalanannya lewat sisi jalan.
" Kembali", serentetan suara bentakan yang mengandung
besi semberani berkumandang keluar dari dalam tandu.
Han song Kie sama sekali tidak menggubris tanpa berpaling
barang sekejappun ia meneruskan perjalanannya menuju ke
depan. Angin berbau harum berkelebat lewat, mendadak sianak
muda itu merasakan pandangannya nanar. sesosok bayangan
manusia tahu-tahu sudah menghadang dihadapannya.
Han siong Kie tanpa sadar telah menghentikan langkah
kakinya dan mendongak, tampaklah seorang perempuan
muda, berbaju merah yang amat cantik telah menghadang
dihadapan mukanya. perempuan itu kira-kira dua puluh
tahunan wajahnya menunjukkan kegenitan serta kejalangan
yang tebal. "Hey kau dengar tidak. perkataanku?".." suaranya merdu
dan enak didengar. Begitu melihat perempuan muda berbaju merah ini,
HanSiong Kie segera teringat kembali akan ibunya, rasa benci
dan mendendam seketika muncul didalam hatinya, tanpa
sadar mendengus dingin dan melengos ke samping...
Perempuan itu jadi tercengang menyaksikan tingkah laku
lawannya, belum pernah ia berjumpa dengan seorang pria
yang sama sekali tidak ambil perduli terhadap dirinya,
21 disamping itu perempuan itupun merasa tertarik akan
ketampanan wajah lawan, jarang sekali ia menjumpai pria
tampan semacam ini. Maka sambil tertawa ter-kekeh2
tegurnya: "Heeei, saudara cilik, aku sedang mengajak kau berbicara,
kau tidak mendengar?"".
"Cayhe tidak punya kegembiraan untuk menemani kau
bicara" sahut Hansiong Kie ketus.
"Aduuuh mak. .sombong amat kau, tahukah kan siapa
aku?"" "Perduli amat siapa kau, apa sangkut paut nya dengan
diriku?" " Merah jengah sekitar wajah perempuan muda itu, tapi
sedetik kemudian telah pulih kembali seperti sedia kala.
"saudara cilik, kau..."
"Huuuh, siapa yang sudi jadi saudaramu".
"siapakah namamu?" boleh toh diberitahu kan
kepadaku?"". . "Aku merasa tiada berkewajiban dan berke-harusan untuk
memberitahukan namaku ke padamu".
"Jadi kau benar2 tidak pingin tahu siapakah aku?"".
"Tidak" habis berkata ia putar badan dan segera berlalu
dari situ... "Tidak gampang pemuda tampan kau tinggalkan tempat
ini". Diiringi seruan nyaring tahu2 perempuan muda berbaju
merah itu telah menghadang di depan tubuhnya, gerakan ilmu
meringankan tubuh yang diperlihatkan sungguh lihay dan
cukup membuat Han siong Kie merasa amat terperanjat.
"Apa yang siap hendak kau lakukan?"" teriaknya.
22 "Aku hendak paksa kau untuk menjawab pertanyaanku".
"Kalau aku tak mau menyahut?"?".
"Mungkin kau tak bisa menuruti keinginan hatimu itu".
"Hmmm" si anak muda itu kontan mendengus dingin
"Apa yang kau dengusi?"".
"Aku benci...".
"Apa yang kau benci ?"?".
"Aku benci terhadap kalian kawanan perempuan" seru Han
siong Kie dengan wajah menghina dan sinar mata penuh
kebencian. Mendengar sahutan tersebut perempuan muda berbaju
merah itu tertegun, beberapa saat kemudian ia baru berseru:
"Kau membenci semua perempuan yang ada dikolong
langit?"?". "Tidak salah". Dua orang dayang yang berada disisinya tak tahan segera
tertawa cekikikan, kejadian ini benar2 merupakan suatu
peristiwa yang sangat aneh, sungguh tak nyana seorang
pemuda tampan bisa mengutarakan kata2 semacam ini.
"Mengapa kau benci semua perempuan yang ada dikolong
langit?"..." tanya perempuan muda berbaju merah itu dengan
wajah tercengang. Han siong Kie tidak menjawab pertanyaannya, sekali enjot
badan ia menerobos lewat sisi tubuh perempuan itu.
Perempuan muda berbaju merah tadi segera tersenyum,
sepasang lengannya di rentangkan ke samping dan seketika
terasalah segulung tenaga hisapan yang amat kuat menarik
tubuhnya hingga mentah2 terdesak balik ke tempat semula.
23 Han siong Kie benar2 merasa amat terperanjat, ia tidak
mengira kalau tenaga lweekang yang dimiliki lawannya telah
mencapai puncak yang demikian sempurna nya.
"Ayoh jawab dulu pertanyaanku, maka aku akan memberi
jalan lewat bagimu" seru perempuan muda berbaju merah itu
sambil tertawa ringan. Dengan biji mata yang memancarkan perasaan penuh
kebencian, Han siong Kie menatap wajah lawannya tajam2,
lalu seru nya dengan nada gusar:
"Kau tak usah bermimpi disiang hari bolong, tidak nanti aku
akan mengabulkan permintaanmu itu".
"Huuuh dengan mengandalkan kekuatanmu semacam
itupun berani berlagak jumawa di hadapanku?" "
"Hmmm perempuan yang tak tahu malu" "
" Kurang- ajar, kami siapa yang tidak tahu malu ?"?"
bentak wanita muda berbaju merah itu dengan wajah dingin
membesi, suara tertawa dingin berkumandang tiada hentinya.
"Aku sedang memaki dirimu mau apa?"
Perempuan muda berbaju merah itu kontan naik pitam,
tiba2 di atas wajahnya yang cantik terlintas napsu membunuh
yang sangat tebal, ia mendengus dingin
"Manusia yang tidak tahu diri tangkap bangsat cilik ini"
perintahnya. Dua orang dayang yang berdiri di sisinya segera enjotkan
badannya menubruk ke arah Han siong Kie, empat buah cakar
mautnya laksana kilat meluncur ke arah depan.
Han siong Kie benar2 merasa amat gusar, begitu marahnya
sampai perut terasa mau meledak. sepasang telapaknya
secara terpisah membabat keluar dan mengancam tubuh
musuh musuhnya. 24 siapa tahu belum sampai serangan tadi mengenai
sasarannya, sepasang pergelangan terasa jadi kaku dan tahu2
tangannya sudah kena dicengkeram lawannya erat2.
Melihat kelemahan tubuh lawannya, perempuan muda
berbaju merah itu tak bisa menahan diri lagi dan tertawa
cekikikan dengan kerasnya.
"Hiiih. . hiiih.... hiiih.... kiranya kau hanyalah sebuah bantal
yang bersulam bunga"
selama lima belas tahun lamanya Han siong Kie mengikuti
diri telapak naga beracun Thio Lien, didalam tenaga lweekang
ia memiliki dasar yang sangat kuat, tetapi jurus serangannya
teramat biasa tiada keanehan apapun, karena si telapak naga
beracun pernah bersumpah ia tak boleh mewariskan jurus
serangan perguruannya kepada pemuda ini kecuali jurus-jurus
serangan yang sederhana. Begitulah sambil mencengkeram sepasang pergelangan
Han siong Kie dengan tenang kedua orang dayang cilik itu
menantikan keputusan dari perempuan berbaju merah.
Han Song Kie benar-benar merasa naik pitam sehingga
tujuh lubang inderanya terasa keluar asap panas, tetapi apa
daya ia tak sanggup berbuat sesuatu terpaksa dengan mata
melotot penuh kebencian ia awasi lawannya..
Dengan sikap yang genit dan kerlingan mautnya
perempuan berbaju merah itu selangkah demi selangkah
berjalan mendekati sianak muda itu, serunya merdu: "saudara
cilik, sekarang kau boleh menjawab pertanyaanku bukan?"...".
"Tidak.." teriak Han siong Kie dengan mata melotot..
Perempuan muda berbaju merah itu tertawa cekikikan, ia
raba pipi Han siong Kie dengan manja dan berkata lagi:
"Justru aku paling suka dengan lelaki berhati keras dan
bersikap gagah macam dirimu".
25 "Cuuuuh" Han siong Kie menyemburkan ludahnya ke arah
wajah perempuan muda itu.
Tindakan tersebut sungguh jauh di luar dugaan perempuan
berbaju merah itu, lagi pula jarak diantara mereka amat dekat
sekali, semburan ludah ini tak berhasil menghindari lagi dan
mengena dengan telak di atas wajahnya.
sepasang alis perempuan berbaju merah itu kontan
berkerut kencang, telapak tangan nya langsung diayun ke
depan menghadiahkan sebuah tempelengan keras ke atas
pipinya. "Ploook!" Han siong Kie merasakan pipi kirinya jadi amat
sakit, dan segera muncullah sebuah telapak tangan yang
berwarna merah dengan bekas yang nyata. "Perempuan sialan
yang tak tahu malu" "Ploook.." kembali sebuah tempelengan keras bersarang di
atas pipi kanannya, tempelengan kali ini jauh lebih keras dari
tamparan semula membuat si anak muda itu merasakan
matanya berkunang2 dan cairan darah menyembur keluar dari
mulutnya. Begitu sakitnya sampai2 ia merintih kesakitan.
sepasang mata Han siong Kie seketika mendelik besar,
dengan cahaya penuh kebencian dan hawa amarah yang ber
kobar2 jeritnya sambil menggertak gigi:
"Ingatlah baik2 suatu hari aku bisa mengembalikan
kesemuanya ini kepadamu bersama rentenya"
"Hmmm kau tidak akan mempunyai kesempatan untuk
berbuat begitu.." seru perempuan berbaju merah itu dengan
wajah hijau membesi, suaranya dingin dan ketus.
Han siong Kie mendengus gusar, sepasang lengannya
segera direntangkan ke samping. Meskipun ilmu silatnya biasa
dan tidak lihay tetapi didalam hal tenaga lweekang pemuda ini
mempunyai hasil latihan selama lima belas tahun, rentangan
tersebut tak bisa dipandang enteng.
26

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perempuan berbaju merah itu tertawa menjengek, telapak
tangannya perlahan2 di angkat keatas, serentetan angin
desiran segera meluncur keluar menghajar tubuh lawan.
Han siong Kie berseru tertahan dan segera roboh
terjengkang ke atas tanah setelah termakan oleh serangan jari
itu. "Angkut dan masuk ke dalam tandu" perintah perempuan
itu Kedua orang dayang tersebut sebera mengiakan, yang
seorang membohong tubuh Han siong Kie dan seorang yang
lain membuka horden di depan tandu segera menyusupkan
tubuhnya ke belakang tempat duduk.
Perempuan berbaju merah itu sendiri berkelebat masuk ke
dalam tandu, empat orang pria kekar itupun menggotong
tandu tadi dan meneruskan kembali perjalanannya.
setelah tubuhnya disusupkan ke belakang tempat duduk.
Han siong Kie segera merasakan bau harum semerbak yang
menusuk hidung berhembus lewat tiada henti nya, membuat
ia merasakan kepalanya pusing tujuh keliling dan terasa muak.
tetapi pendapatnya yang sudah berakar didalam hatinya
membuat si anak muda ini kecuali membenci perempuan yang
dianggap berbisa bagaikan kala, tiada ingatan lain lagi.
Ia tidak tahu apa tujuannya perempuan baju merah itu
bersikap demikian terhadap dirinya?"
Ia teringat pula akan hasil latihannya selama lima belas
tahun, ternyata tak sanggup untuk menahan satu jurus
serangan dari seorang dayang cilik itu, apa lagi mencari
musuh besarnya untuk membalas dendam, bukankah hal itu
bagaikan impian orang tolol?"
"Asalkan aku tidak mati, aku bersumpah harus mempelajari
kepandaian silat yang maha lihay berulang kali ia bergumam
di dalam hati kecilnya. 27 Entah sudah beberapa lamanya telah lewat dan beberapa
jauh telah mereka tempuh..
Mendadak.... tandu itu telah berhenti, diikuti desiran angin
tajam berseliweran di depan tandu.
"siapa yang menghadang pergi kita?"" bentak perempuan
muda berbaju merah itu nyaring.
" Lapor Thongcu, Kang Lam Chit Koay telah datang mencari
setori dengan kita" "suara salah seorang dayang itu
berkumandang datang. "Oooh, kiranya perempuan yang tak tahu malu ini adalah
seorang thongcu..." Pikir Han Siong Kie didalam hatinya. "
Entah ia berasal dari perkumpulan mana dan siapa pula ke
tujuh manusia aneh dari Kang lam itu"...".
"Lie In Hiang" terdengar serentetan suara bentakan berat
berkumandang keluar. "Ayoh gelinding keluar dari dalam
tandu, dan jawab pertanyaan kami".
Dari ucapan tersebut, sianak muda she Han pun lantas tahu
bahwa perempuan berbaju merah itu bernama Lie In Hian.
Perempuan berbaju merah itu segera mendengus dingin,
sambil melangkah keluar dari tandunya ia menyahut
"Kang lam chiet Koay, ada urusan apa kau menghadang
jalan pergi pun Thongcu?"?".
Suara dengusan gusar berkumandang beberapa kali, orang
yang buka suara pertama tadi segera berseru kembali dengan
suara berat: "Lie In Hiang kau tak usah pura-pura edan dan berlagak
pilon, apa salahnya Go Yoe Too pangcu dari perkumpulan Pat
Gle Pang sehingga kau bunuh dengan begitu mengerikan?"?"
"Lalu apa maksud tujuan cuwi sekalian". "
"Hutang nyawa bayar nyawa, hutang darah bayar darah".
28 "Hiiih..Hiih.... Hiiih.... aku si kupu-kupu warna-warni Leng
In Hiang merasa mendapat kehormatan untuk menerima
kunjungan kalian semua, tapi tolong tanya keadilan yang
kalian inginkan itu hendak kalian tagih cara apa ?"".
"Kau sudah larikan batok kepala Go Yoo Too kemana?"". .
"Kini masih didalam tanduku, sayang aku buru-buru harus
kembali untuk memberi laporan hingga tak bisa melayani
kalian lebih lanjut....".
"Lie In hiang "teriak seseorang dengan suaranya yang
kasar." permusuhan apakah yang terikat antara Go Yoe Too
dengan perkumpulan Thian chee Kauw?""
Han siong Kle segera merasakan hatinya bergetar keras, ia
teringat kembali bahwa ibunya yang berhati kejam bagaikan
kala si siang Go cantik ong Coei Ing telah kawin lagi dengan
Thian che Kauwcu, darah panas segera bergelora didalam
dadanya. Dalam pada itu terdengar si kupu2 warna warni Lle In
Hiang telah berseru sambil tertawa genit.
"Go Yoe Too berani memandang hina perkumpulan kami,
maka dari itu dia harus di bunuh sampai mati".
"secara bagaimana ia menghina dan memandang rendah
perkumpulan Thian chee Kauw?"".
"Pada ulang tahun Kauwcu kami sebulan berselang, semua
wakil dari partai serta perkumpulan yang ada di dunia
persilatan telah berkunjung untuk memberi hormat, hanya dia
seorang yang tidak hadir, maka dia musti dibunuh sampai mati
". Beberapa bentakan nyaring serentak bergeletar memenuhi
seluruh angkasa .... "Perkumpulah Thian Chee Kauw hendak mengangkang
seluruh kolong langit, hendak melenyapkan keadilan serta
kebenaran di dalam Bu-lim, dia harus dibunuh sampai mati."
29 Desiran angin pukulan segera men deru2, rupanya kedua
belah pihak telah saling bertarung dengan serunya.
suara menjerit ngeri yang menyayat hati bergema
mengiringi gelak tertawa yang merdu, jelas diantara tujuh
manusia aneh ada seorang telah menemui ajalnya.
Pertarungan berjalan semakin seru dan jeritan-jeritan ngeri
pun tiada hentinya bergema memecahkan kesunyian.
setiap kali jeritan berkumandang memenuhi angkasa, suara
tertawa cekikikan dari kupu-kupu warna warni Lie In Hiang
segera bergema mengiringinya.
Meskipun Han siong Kle tak dapat mengikuti pertarungan
itu dengan mata sendiri, tetapi dari suara yang bergema
diangkasa ia dapat menduga betapa seram dan ramainya
pertempuran tersebut dan membuktikan pula betapa lihay
tenaga lwekang yang dimiliki Lie In Hiang serta kekejian
hatinya. suara gaduh kian lama kian bertambah sirap dan akhirnya
sebuah jeritan keras mengakhiri pertempuran sengit itu.
Kang lam chit Koay tujuh manusia aneh dari Kang lam telah
mati binasa semuanya dalam keadaan mengerikan.
sedang si kupu-kupu warna warni Lie In Hiang dengan
penuh senyuman dan seakan akan tak pernah terjadi sesuatu
apapun, kembali masuk kedalam tandunya.
"Sungguh kejam hati perempuan ini" pikir Han song Kie
didalam hati kecilnya. Suatu hari aku pasti bisa membinasakan
dirimu Tandu kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke
depan, tidak lama kemudian terdengarlah suara gemuruh air
yang amat santar, rupanya mereka telah tiba di tepi sungai,
suara pembicaraan manusia bergema tiada hentinya, mungkin
di atas jalan raya itu banyak orang sedang melanjutkan
perjalanan. 30 secara lapat-lapat terdengar suara beberapa orang manusia
sedang membicarakan sesuatu.
"Selama Benteng Maut tidak dibasmi, dunia persilatan
selamanya akan dirundung malang. . ."
"Pemilik benteng maut sudah puluhan tahun lamanya
menjajah dunia persilatan, berapa ribu orang telah mati
diujung telapak nya."
"Aaaah, mungkin makhluk aneh yang misterius itu sudah
lama tak ada dikolong langit, entah dia mempunyai ahli waris
atau tidak?"?".
" Yang paling dikuatirkan pelbagai perkumpulan dan partai
justru adalah persoalan ini, maka atas nama perkumpulan
Thian chee Kauw yang menyebar surat undangan Bu-lim.
Tiap semua jago yang ada dikolong langit diundang untuk
berkumpul disini dan bersama2 membasmi benteng maut
ini?". "Aaah, mungkin saja pemilik Benteng Maut itu masih hidup
dikolong langit?"..".
"Tetapi pintu benteng sudah lima belas tahun lamanya
tertutup rapat, Bu-lim pun sudah tenang selama lima belas
tahun lamanya, apakah mungkin. . .."
"oooh, akibatnya sungguh menakutkan sekali".
"Kali ini jago2 lihay dari lima partai besar, It-kauw Jie-Pang
serta Jio hwie ikut hadir semua dalam pertemuan besar ini,
bahkan Lam Kay si pengemis dari selatan serta Pak Ceng
sipendeta dari utara yang amat tersohor nama nya didalam Bu
limpun katanya akan ikut munculkan diri.."
suara pembicaraan itu makin lama semakin jauh dan katakata
selanjutnya tak sempat ditangkap lagi, tetapi Han siong
kie telah dapat menangkap garis besar dari kejadian yang
sebenarnya Jelas jago2 Bu lim dari kalangan Hek to serta
31 Peksto telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk menghadapi Benteng Maut.
Tetapi ia tak tahu, apa sebetulnya "Benteng Maut" itu dan
macam apakah si pemilik Benteng Maut itu sehingga
dilukiskan begitu mengerikan dan menyeramkan sampai2
seluruh umat Bu-lim bersatu padu untuk menghadapinya.
Tandu telah berhenti dan si kupu2 warna warni Lie In
Hiang pun meloncat keluar dari tempat duduknya.
Angin berhembus amat kencang dan menyingkap kain
horden yang menutupi tandu tersebut, Han siong Kle yang
menggeletak di dasar tempat duduk sempat mengintip keluar
dari tempat berbaringnya, terlihat sebuah sungai besar
dengan ombak yang besar terbentang dihadapannya, beratus2
orang jago Bu lim sama2 berkumpul ditepi sungai.
Di tengah sungai berdiri dengan angkernya sebuah benteng
kuno, di depan benteng terdapat sebuah jembatan batu yang
menghubungkan benteng tersebut dengan tepi seberang.
sebuah tonggak batu yang besar dengan tulisan "Benteng
Maut" berdiri dengan angker nya di sisi Benteng kuno
tersebut. satu ingatan segera berkelebat dalam benak Han siong Kie,
ia segera putar kepalanya dan memandang lebih jauh ....
Mendadak ia berdiri menjublak, sekujur badannya bergetar
keras bagaikan kena aliran listrik, disisi pintu benteng yang
lain terlihatlah sebuah tengkorak berwarna merah darah,
bentuk tengkorak itu persis seperti lukisan yang terdapat di
atas dinding ruangan perkampungan keluarganya.
sekarang ia baru paham peristiwa berdarah yang menimpa
keluarga Han serta keluarga Thio pada lima belas tahun
berselang kiranya adalah hasil karya dari pemilik "Benteng
maut". 32 Ia teringat akan larangan susioknya si telapak naga
beracun Thio Lien yang tidak memperkenankan dirinya
membalas dendam serta mengubur tulang belulang
keluarganya ini disebabkan karena musuh besar mereka yang
terlampau tangguh. Tetapi kalau ditinjau dari kematian susioknya, jelas ia tidak
kesal atau murung dan berulang kali mengatakan bahwa hal
itu merupakan perintah dari perguruannya, kenapa?" kenapa
begiiu?" ia tak mengerti dan tak habis mengerti .....
sepasang matanya dengan tajam menatap di atas
tengkorak darah itu tanpa berkedip. kobaran napsu dendam
dan hati bergelora didalam hatinya.
Tetapi setelah ia teringat akan kepandaian silat yang
dimilikinya, si anak muda itu jadi lemas.... ilmu silatnya sama
sekali tak becus, sedangkan musuh besarnya adalah seorang
gembong iblis amat lihay serta harus dihadapi dengan
penggabungan segenap kekuatan golongan Pak to maupun
Hek to. Membalas dendam .... baginya mulai kabur dan tipis
harapannya. Tetapi, apakah sakit hati ini tak usah di balas?"".
. . Belum habis ingatan tersebut berkelebat didalam benaknya,
terasalah bulu kuduknya ditabok orang, ia segera berpaling dan terlihatlah seorang
pengemis cilik yang berwajah dekil sedang memandang ke
arah nya sambil tertawa bodoh..
Dalam keadaan jalan darah tertotok. ia sulit untuk buka
suara, badanpun tak dapat berkutik, hatinya jadi terperanjat
bercampur heran, ia tak tahu secara bagaimana si pengemis
cilik itu dapat menerobos masuk ke dalam tandunya.
Terdengar si pengemis cilik itu tertawa cekikikan, lalu katanya.
33 "Heng-thay, ada keramaian besar segera akan berlangsung,
kenapa kau malah bersembunyi didalam tandu.?"".
Ia mengerutkan hidungnya dan mencium beberapa kali
lagi, kemudian katanya lagi:
"Ehmm... masih tercium sisa bau harum di sini, Heei Heng
thay kau betul2 amat hok kie"
Han siong Kie yang digoda macam begitu hanya bisa
tertawa nyengir saja, matanya mendelik besar tapi mulutnya
bungkam dalam seribu bahasa, sepatah katapun tak sanggup
diutarakan keluar. setelah mengamati wajah Han siong Kie beberapa waktu
lamanya, pengemis cilik itu berkata lagi:
"Tidak aneh kalau si kupu2 warna warni bisa tertarik
hatinya, wajah Heng thay memang betul2 amat ganteng"
Han siong Kie mengerti bahwa ia sedang digoda dan
dimainkan, tetapi apa boleh buat, jalan darahnya tertotok
membuat dia tak sanggup untuk berbuat apa2.
"oooh, aku benar2 teramat tolol" tiba2 pengemis cilik itu
berseru sambil menepuk batok kepalanya sendiri "Rupanya
jalan darah heng thay tertotok. aku sungguh teledor sekali"
sambil berkata jari tangannya segera menyentil beberapa
kali ke tengah udara dan bebaslah jalan darahnya yang
tertotok. -000dw000- BAB 3

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

HAN SIONG KIE diam2 dibuat terkesiap juga oleh kelihayan
lawan, ia tak pernah menyangka kalau pengemis cilik itu
memiliki kepandaian untuk membebaskan jalan darah lawan
lewat sentilan udara, sambil meloncat bangun segera serunya
34 dengan penuh kemarahan: "Kemana perginya perempuan
busuk itu?" "Hiiih...hiiih...hiiih.. Heng-thay, kau bukan tandingannya
sekarang lebih baik kau menahan diri saja" seru pengemis cilik
itu sambil tertawa cekikikan.
Ucapan ini memang kenyataan, maka air muka Han siong
Kio seketika berubah jadi merah padam, setelah merandek
sejenak katanya lagi: "Atas bantuan yang telah kau berikan, cayhe di sini
mengucapkan banyak2 terima kasih".
"Heng thay, kau tak usah banyak adat, siapakah
namamu?". "Cay.... .. cayhe... . "
"Ooouw, tentunya heng-tay mempunyai rahasia yang sukar
dikatakan bukan" kalau begitu lebih baik tak usah dikatakan".
Karena keringat akan budi pertolongan yang telah diberikan
oleh pengemis cilik, pemuda she Han tersebut merasa tidak
enak hati untuk merahasiakan she nya, maka tanpa sadar ia
berseru: "...Cayhe she Han".
"Oooouw, Han heng siaute she Tonghong, kita boleh
mengikat tali persahabatan bukan".
"Jadi sahabat?""..
"Tidak salah, toh, tujuan serta jalan pikiran kita, hampir
bersama".." Han siong Kie tertegun, kedua belah pihak sama2 tidak
saling mengenal, berkena la npun barusan berlangsung
setengah perminum teh berselang, dari mana ia bisa tahu
kalau tujuan serta aliran mereka sama" hampir saja sianak
muda itu tertawa gelak saking gelinya.
35 "Waah... lucu amat orang ini, sifat ke kanak-kanakan serta
polosnya belum hilang juga. pikirnya didalam hati, sambil
tertawa segera katanya: "Kau bilang satu tujuan serta aliran
yang sama?"" "Benar bukankah kau amat membenci kaum wanita yang
ada dikolong langit?""
Han siong Kie merasakan hatinya bergetar keras, dari mana
ia bisa tahu perkataan serta tanya jawabnya antara dia
dengan sikupu2 bewarna Lie In Hiang?"?"
"Tidak salah "sahutnya dengan nada tercengang. "Dari
mana kau bisa tahu kalau cayhe amat membenci semua
perempuan yang ada dikolong langit?"" "
"Bukankah kau yang mengatakannya sendiri" "
"Aku memang pernah mengatakannya tetapi dari mana kau
bisa tahu?"" . Pengemis itu mengedipkan suaranya dan
tertawa. "sepanjang perjalanan aku selalu mengikuti dirimu".
"ooouww begitu?" "Han siong Kie berseru tertahan.
Pengemis cilik itu tersenyum.
"Akupun sangat membenci seluruh kaum wanita yang ada
dikolong langit, terutama mereka yang berwajah cantik...".
Diam-diam Han siong Kie berpikir didalam hatinya:
"Aku membenci kaum wanita yang ada di kalang langit
berhubung aku mempunyai seorang ibu yang berhati kejam
bagaikan kala, entah apa alasannya sehingga diapun
membenci kaum wanita?"?".
Karena berpikir demikian maka diapun lantas menukas:
"sungguhkah perkataanmu itu?".
"Tentu saja hanya perkataan di bibir saja memang tiada
berguna, lain kali kenyataan akan membuktikan bahwa
ucapanku bukanlah hanya perkataan kosong belaka. sudahlah
36 mari sekarang kita cari tempat untuk menonton keramaian
dulu ..". "Menonton keramaian apa?"".":
"Melihat kawanan manusia yang tak tahu diri
menghantarkan kematian mereka".
"Apa maksudmu?"?".
"Ilmu silat yang dimiliki pemilik Benteng Maut tiada
tandingannya dikolong langit, mereka berani memusuhi dirinya
sama artinya dengan kunang2 menubruk ke dalam kobaran
api". Han siong Kie yang teringat akan lambang tengkorak
berdarah yang dimana menurut perkiraannya si pemilik
Benteng Maut mungkin adalah musuh besar yang
membinasakan keluarganya, tanpa sadar telah mendengus
dingin. . " Eeh, apakah heng thay tidak percaya?"" tegur si
pengemis cilik itu cepat.
Han siong Kie tidak ingin menunjukkan perasaan hatinya
yang sebenarnya, setelah berpikir sejenak sahutnya:
"Bukannya tidak percaya, cuma ilmu silat luasnya bagaikan
samudra, tak mungkin ada orang yang dapat menyebut
dirinya nomor wahid dikolong langit".
"Huuuh" pengemis cilik itu segera mencibirkan bibirnya.
"Kita tak usah ribut lagi, ayoh berangkat"
Habis berkata ia sebera berkelebat keluar dari dalam tandu.
Han siong Kie ikut berkelebat keluar dari tandu, tampaklah
bayangan manusia berkumpul memenuhi tepi sungai
sementara tandu tadi digeletakkan di bawah sebuah pohon
yang rindang jauh dari keramaian.
37 Ia segera teringat kembali akan kejadian si kupu-kupu
warna warni Lie In Hiang terhadap dirinya, tanpa terasa hawa
gusar nya berkorbar dan sang telapak dengan cepat di angkat
ke atas ..... "Heng-thay, apa yang hendak kau lakukan?"?" pengemis
cilik itu segera menegur.
"Aku hendak menghancurkan tandu ini"
"Kenapa mesti repot-repot turun mangan sendiri?" siauw-te
punya akal bagus untuk menyelesaikannya " sembari berbicara
ia segera mendekati tepi tandu dan menekan sekeliling
dinding tandu itu sebentar kemudian sambil mengerdipkan
matanya ia berkata: "sudah beres nanti akan kau saksikan sesuatu pertunjukan
yang amat menyenangkan hati, ayoh kita mendaki dulu ke
atas puncak tebing batu karang itu".
sambil menarik tangan Han siong Kie bagaikan burung
walet yang meluncur ketengah angkasa pengemis cilik itu
segera melayang beberapa tombak ke depan dan meluncur ke
atas puncak tebing karang tersebut.
Melihat kelihayan orang, dalam hati kecilnya diam diam
Han siong Kie merasa menyesal, sudah belasan tahun dirinya
belajar silat tapi tiada sesuatu hasilpun yang berhasil
diperoleh. Beberapa saat kemudian kedua orang itu sudah mencapai
puncak bukit karang dan duduk berjajar diatas sebuah batu.
Tampaklah orang-orang yang ada di tepi pantai mengurung
benteng kuno itu dalam satu lingkaran, diantara gerombolan
manusia-manusia lihay tadi diantaranya terdapat seorang
hweesio tua serta seorang pengemis tua berambut putih
disamping itu masih terdapat pula seorang manusia aneh
berkerudung hitam, mereka sedang meributkan sesuatu
38 dengan ramainya, seakan-akan sedang merundingkan
bagaimana caranya menyerbu ke dalam benteng Maut.
Dengan pandangan termangu mangu Han siong Kie
memperhatikan benteng maut itu tanpa berkedip. ia sadar
bahwa dalam keadaan seperti ini tak mungkin baginya untuk
melakukan pembalasan dendam, tetapi seandainya gabungan
jago2 kangouw dari kalangan hek to maupun Pek to ini
berhasil melenyapkan benteng maut dari muka bumi, maka itu
dendam berdarahnya akan ikut tenggelam ke dasar samudra...
Tiba2 pengemis cilik itu menyikut perutnya sambil berbisik:
"Han heng. antara dirimu dengan aku sebenarnya tidak
pernah saling mengenal tapi kini kita bisa bertemu satu sama
lainnya, itu namanya jodoh, andaikata kau tidak memandang
rendah diriku sebagai seorang pengemis yang rudin lagi
dekil..." "Kalau aku tidak memandang rendah dirimu, kau mau
apa?"" "Bagai mana kalau kita mengikat tali persaudaraan?".
apakah kau mau?"..."
"Bagus" seru Han siong Kie menyatakan setuju.
"Baik, kalau begitu kita musti tahu urutannya dulu, siauw-te
Tonghong Hwie tahun ini berusia enam belas tahun"
"Apa?" kau bernama Tonghong Hwie?"
"Benar ada apa" apakah namaku kurang sedap
didengar^?" "Bukannya begitu, aku cuma merasa bahwa nama tersebut
sedikit mengandung nama kaum wanita".
"Aaah, nama toh cuma suatu perlambang bagi seseorang
belaka, perduli amat persis nama perempuan atau lelaki,
bukan begitu saudara Han?""
39 "Hhmm, memang masuk diakal, siauw-heng Han siong Kie,
tahun ini berusia delapan belas tahun".
"Bagus, mari kita bersama-sama angkat sumpah".
"ooouw... apa musti angkat sumpah segala?""
"Tentu saja kalau tidak menuruti aturan lalu apa gunanya
kita angkat saudara"
"Baiklah. "Han Siong Kie segera jatuhkan diri berlutut di
atas batu dan berdoa. "Atas nama Thian yang ada di langit,
cayhe Han siong Kie sejak hari ini akan angkat saudara
dengan Tonghong Hwie. sepanjang persaudaraan ini masih
terikat maka bila ada kesenangan akan kita cicipi bersama,
kalau ada kesusahan kita akan tanggulangi bersama, apabila
aku melanggar sumpah ini, Thian akan mengutuk diriku. Thian
akan mengutuk diriku"
Tonghong Hwie yang berlutut disisinya segera ikut
mengulangi pula isi sumpah tadi dengan seksama dan penuh
kesungguhan. Menanti kedua orang itu telah duduk bersanding kembali
dengan wajah berseri-seri si pengemis cilik itupun berkata:
"Mulai sekarang aku harus menyebut dirimu sebagai
Engkoh Kie ". "Aku akan menyebut kau sebagai adik Hwie cuma ... aaaai
aku yang jadi engkoh mu merasa malu sekali.".
" Kenapa ?" apa yang kau malukan ?"?"
" Kalau berbicara mengenai tenaga lweekang serta ilmu
silat, keadaanku bagai kan langit dengan bumi kalau
dibandingkan dengan dirimu coba bayangkan masa aku tidak
merasa malu "."
"Aaaah itu toh urusan kecil, kesempatan di kemudian hari
bagi engkoh Kie untuk berlatih masih panjang, lagi pula aku
lihat dasar tenaga lweekang mu sudah amat kuat "
40 "Benar, aku sudah belasan tahun lamanya berlatih ilmu
tenaga dalam" "Apa?"" belasan tahun lamanya?" apakah kau hanya
berlatih ilmu tenaga dalam belaka?""
"Benar ". " Engkoh Kie, apakah kau dapat menyebutkan asal usul
perguruan mu?"."
"Dia...dia sudah tak ada dikolong langit lagi, maafkanlah
kalau aku tidak akan menyebutkan namanya".
"Baiklah omong kosong tiada gunanya, aku ada beberapa
patah kata hendak kukatakan kepadamu"
" Katakanlah, asal aku bisa menjawab pasti akan
kuberitahukan kepada dirimu"
"Di kemudian hari, bagaimanapun juga keadaannya kau
tak boleh meninggalkan diriku lho".
"Tentu saja, bukankah kita sudah mengangkat sumpah?""
ucapanmu itu bukan kah sama sekali tak ada gunanya?"" "
"Bukannya begitu, cuma perkataan ini harus kukatakan
lebih dahulu". Dalam pada itu para jago yang mengurung di sekeliling tepi
sungai telah menyebarkan diri dan perlahan lahan mulai
menyerbu ke dalam benteng Maut.
Suasana hening sunyi.. tak kedengaran sedikit suarapun hal
ini menunjukkan bahwa mereka akan bersiap sedia melakukan
suatu tindakan terhadap Benteng Maut, tetapi berhubung
Benteng Maut sudah puluhan tahun lamanya memberikan
kemisteriusan, kengerian serta keseraman bagi setiap umat
Bu-lim yang ada dikolong langit, maka pada saat itu hati
setiap orang merasa kebat-kebit tidak keruan.
41 Terdengar pengemis kecil itu sambil menuding ke arah tepi
sungai, katanya: "Pengemis tua yang berdiri paling depan itu adalah Pak
Ceng padri dari utara, dan manusia berkerudung hitam itu
bukan lain adalah Kauwcu dari perkumpulan Thian chee
Kauw". . -000dw000- Jilid 2 MENGUNGKAP tentang diri Thian chee Kauwcu hati Han
siong Kie seketika bergolak kencang, ia teringat kembali akan
ibunya yang kawin lagi dengan manusia aneh itu.
Belum habis pikirannya berlalu, terdengar pengemis cilik itu
telah melanjutkan kembali kata2nya:
"Ketiga orang itu adalah jago2 yang paling lihay didalam
dunia persilatan dewasa ini"
"Diantara mereka bertiga, siapakah yang terhitung paling
kosen dan paling ampuh?"
"Hal ini sulit untuk dikatakan ilmu silat yang dimiliki lam Kay
serta Pak ceng katanya seimbang, sedangkan kepandaian
yang dimiliki Thian chee Kauweu menurut berita yang tersiar
amat lihay sehingga sukar diukur dengan kata2, tetapi tak
seorang pun yang pernah bergebrak melawan dirinya dan tak
seorangpun yang pernah menyaksikan raut wajah yang
sebenarnya". "Bagaimana kalau dibandingkan dengan Pemilik dari
Benteng Maut tersebut...?""
"Huuuh mereka tak akan kuat menahan sebuah
pukulannya"

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

42 "Eeei. adik Hwie, darimana kau bisa mengetahui akan hal
ini?"". "Tentang soal ini... tentang soal ini... akupun hanya
mendengar dari berita yang tersiar belaka"
"Adik Hwie coba lihat, mereka sudah mulai bergerak maju "
"Itu berarti suatu drama berdarah yang sangat
mengerikanpun segera akan mulai berlangsung".
Han Siong Kie mengepal tangannya kencang-kencang,
tanpa berkedip ia menatap ke arah para jago yang berada
ditepi sungai. Puluhan sosok bayangan manusia telah menggerakkan
tubuhnya melewati jembatan batu dan tiba didepan pintu
besar benteng maut. Pada saat itulah... serentetan suara suitan aneh yang amat
nyaring serta memekikkam telinga berkumandang keluar dari
dalam ben-teng maut, begitu keras suaranya sehingga
menusuk pendengaran siapapun juga.
Han siong Kie yang berada diatas bukit sebera merasakan
telinganya bagaikan di tusuk2 dengan belasan bilah pisau
tajam, buru2 ia menutupi sepasang telinganya dengan tangan,
sementara jantungnya berdebar keras se-olah2 hendak
meloncat keluar dari rongga dadanya. .
Puluhan jago lihay yang telah tiba didepan pintu
besarBenteng Maut itu segera menghentikan langkah kakinya
begitu mendengar suara suitan tersebut, air muka mereka
berubah hebat. Kegaduhan yang amat hebatpun terjadi ditepi pantai.
Beberapa saat kemudian suara suitan nyaring yang amat
memekikkan telinga itu mendadak sirap. diikuti pintu benteng
Maut yang bewarna hitam pekat lambat2 membentang lebar
dan muncullah sebuah gua yang besar dan gelap gulita.
43 Dengan hati terkesiap puluhan orang jago lihay Bu lim yang
ada didepan pintu mundur tiga tombak ke belakang dengan
tergesa2. seketika itu juga suasana di sekeliling tempat itu berubah
jadi tegang dan diliputi oleh napsu membunuh.
setelah perminuman teh sudah lewat. tetapi suasana di
dalam Benteng Maut itu masih tetap tenang dan tidak nampak
suatu gerakan apapun juga...
Puluhan orang jago lihay yang berdiri di depan pintu
benteng mulai berteriak keras kemudian bagaikan gelombang
samudra yang menghantam pantai mereka menyerbu masuk
kedalam benteng tersebut...
"Hmm "Terdengar pengemis cilik itu men- dengus dingin.
"Rombongan pertama yang menghantar kematiannya telah
berangkat". Han siong Kie melirik sekejap kearahnya lalu arahkan
kembali sinar matanya kebawah.
Tiga puluh orang lebih jago lihay Bu lim yang termasuk
didalam rombongan kedua mulai melewatijembatan batu
sambil berteriak keras menyerbu pula kedalam pintu benteng
dengan dahsyatnya: "Rombongan kedua yang menghantar kematiannya kembali
sudah berangkat ...." terdengar pengemis cilik itu bergumam
lagi. Baru saja sipengemis cilik itu menyelesai kan kata2nya,
mendadak terlihatlah bayangan manusia satu persatu
terlempar ke luar dari dinding benteng dan meluncur ke arah
luar. Ada diantaranya yang tercebur ke dalam sungai, ada pula
yang terbanting ke atas lantai tepat didepan Benteng Maut
tersebut. Dalam sekejap mata seluruh jago lihay Bu lim yang baru
saja menyerbu masuk kedalam benteng maut itu sudah
44 terlempar ke luar semua dari balik benteng dalam keadaan
mati tanpa bernyawa lagi. Menyaksikan pembunuhan massal
tersebut, para jago lihay yang masih tersiksa di luar benteng
jadi gaduh, suara bisikan lirih mulai kedengaran
berkumandang memecah kesunyian. Han siong Kie,
menyaksikan jalannya pembunuhan brutal itu dari atas bukit
hanya bisa memandang dengan mata mendelong dan mulut
melongo belaka, sekujur tubuhnya gemetar keras dan tak
sepatahpun yang sanggup diucapkan keluar.
sebenarnya pemilik Benteng maut itu seorang manusia
ataukah iblis?" ternyata ia memiliki kepandaian silat yang
demikian dahsyatnya?""
Belum habis sianak muda itu berpikir, tampaklah jago lihay
Bu lim rombongan kedua yang belum lama berselang
menyerbu masuk kedalam benteng, kini sudah terlempar pula
semuanya keluar dari dinding tembok.
Tak seorangpun berada dalam keadaan hidup, tak
seorangpun yang masih bernapas..
Mereka musnah dan lenyap dengan begitu saja. Napsu
membunuh yang mengerikan pun mulai menyelimuti seluruh
kalangan. Ratusan jago lihay yang berkumpul ditepi sungai semakin
gaduh lagi, tetapi tak seorangpun berani tampil kedepan untuk
membentuk rombongan ke tiga pergi mengantar kan
kematiannya. Beberapa saat kemudian, tampaklah lam Kay serta Pak
ceng selangkah demi selangkah mulai menyebrangi jembatan
batu. Han siong Kie tak dipat menahan rasa tegang yang
menyelimuti hatinya, ia merasa dari telapak tangannya mulai
mengucurkan keringat dingin, dengan hati bergejolak
tanyanya kepada sipengemis cilik itu
45 "Adik Hwie, menurut penglihatanmu bagaimana
kesudahannya setelah pengemis dari selatan serta sipadri dari
utara menyerbu masuk kedalam benteng maut?"?"
"Mungkin mereka dapat mengundurkan diri dalam keadaan
selamat" jawab pengemis cilik itu setelah termenung sejenak.
Mendadak...terdengar pengemis dari selatan dan padri dari
utara bersama sama membentak keras, kemudian badannya
melesat ketengah udara dan laksana dua ekor burung elang
raksasa mereka meluncur kearah tembok benteng, bukan
pintu benteng yang mereka lalui justru tembok setinggi
delapan tombak itulah yang mereka arah.
setelah tiba diatas dinding benteng tersebut dengan suatu
gerakan yang sangat manis kedua orang itu berjumpalitan
beberapa kali ditengah udara dan langsung menyerbu
kedalam benteng. Para jago lihay yang menyaksikan demonstrasi ilmu
peringin tubuh tersebut sama sama bersorak memuji, teriakan
keras dan suara tepuk tangan bergema memecah kan
kesunyian. Han siong Kie sendiripun tak dapat menahan diri,
la segera berseru memuji: "suatu ilmu kepandaian yang
sangat bagus" Disaat tubuh pengemis dari selatan danpadri dari utara
hampir saja menyusup kedalam benteng maut itulah, tiba-tiba
badan mereka terpental keluar bagaikan sebuah bintang yang
jatuh dari langit dengan cepatnya tubuh kedua orang itu
terpental kebelakang dan melesat ke arah tengah sungai, jelas
kedua orang itu sudah termakan oleh sebuah angin pukulan
yang maha dahsyat. Para jago lihay yang berdiri ditepi sungai sama sama
menjerit tertahan, air muka mereka berubah hebat dan hati
orang-orang itu sama-sama terkesiap.
Kepandaian silat yang dimiliki Pemilik Benteng Maut ini
benar-benar sangat mengerikan hati sehingga dua orang jago
46 terlihay dari dunia persilatan dewasa itupun tak sanggup
melewati garis perbatasan benteng tersebut barang satu
langkahpun. " Yaaah, kalau mereka tahu diri seharusnya pada detik itu
juga mereka segera mengundurkan diri", terdengar pengemis
cilik itu bergumam seorang diri.
"Adik Hwie" Han siong Kie segera mengerling sekejap ke
arahnya. "Apa maksud ucapanmu itu?"?" "
Maksudku seharusnya sipengemis dari selatan serta sipadri
dari utara mengerti keadaan sendiri dan segera
mengundurkan diri dari kalangan tersebut.. "
"Aku lihat rupa rupanya kau menaruh rasa simpatik yang
sangat mendalam terhadap Benteng Maut?" "
"Aku hanya berbicara sesuai dengan kenyataan yang
terbentang didepan mata, apa perdulinya dengan rasa
simpatik atau tidak. "
"Apa sih kedudukannya sipengemis dari selatan, didalam
perkumpulun Kaypang?""
"Pemimpin dari para tiang loo perkumpulan tersebut"
"Kau toh seorang anggota Perkumpulan kay-pang juga,
mengapa bukannya membantu tiangloomu, justru malah
sebaliknya". "Aku sih tidak termasuk dalam anggota perkumpulan
mereka, aku hanya seorang pengemis gelandangan belaka."
"Pengemis gelandangan?" apa itu pengemis
gelandangan?"."
"Tidak terikat oleh peraturan perkumpulan manapun,
berkeliaran kemana-mana menurut kehendak hatinya sendiri".
"ooouw, sungguh aneh sekali, belum pernah aku dengar
ada kejadian semacam ini"
47 Baru saja ia menyelesaikan kata2nya, terlihatlah sipengemis
dari selatan serta si padri dari utara telah menubruk keatas
dinding benteng maut untuk kedua kalinya. Pengemis cilik itu
sebera tertawa cekikikan.
Tubrukan mereka yang pertama kali tadi boleh dibilang
sudah berhasil mencapai puncak dinding benteng tersebut,
tetapi hanya sekejap mata saja tubuh mereka sudah mencelat
dan terpukul roboh kembali kebawah. Yang tidak dimengerti
oleh semua orang adalah tiada munculnya sesosok bayangan
manusiapun, kenapa kedua orang jago lihay itu bisa termakan
oleh angin pukulan hingga rontok kebawah?"
satu ingatan berkelebat didalam benak Han siong Kie, ia
segera berpaling dan ujarnya kepada sipengemis cilik itu.
"Adik Hwie, bukankah kau pernah mengatakan bahwa
tenaga lweekang yang dimiliki Thian chee kauwcu jauh di atas
kepandaian silat yang dimiliki sipengemis dari selatan serta si
padri dari utara?"?".
"Menurut berita yang tersiar didalam dunia persilatan,
memang demikian keadaannya"
"seandainya mereka bertiga mau turun tangan bersama,
bukankah keadaannya mungkin akan mengalami perubahan
besar?"?". "Aaah, belum tentu begitu".
" Kenapa ?""
"selama sepuluh tahun lamanya entab sudah berapa ratus
kali terjadi peristiwa semacam ini, tetapi mereka yang bisa
mengundurkan diri dalam keadaan selamat boleh dibiltang
amat jarang sekali, oleh sebab itu aku merasa bahwa keadaan
pada saat inipun tidak bakal jauh berbeda dari keadaan yang
sudah2 " " Kenapa Thian chee Kauwcu tidak ikut turun tangan?"?".
48 "soal ini harus ditanyakan kepada dirinya pribadi"
Han song Kie menghembuskan napas panjang dan
membungkam dalam seribu bahasa, ia tidak habis mengerti
mengapa Thian chee Kauwcu tidak mau turun tangan sendiri,
padahal sewaktu dia masih berada dalam tandu tadi dengan
jelas mendengar bahwa dalam gerakannya kali ini untuk
menghadapi Benteng Maut perkumpulan Thian chee Kauw lah
yang menduduki sebagai pucuk pimpinan, tapi dalam
kenyataan Thian cheo Kauwcu sendiri sama sekali tidak ikut
campur didalam penyerbuan tersebut. kejadian benar2
membingungkan orang. Apakah Thian chee Kauwcu telah
mempunyai rencana lain?"
Dalam pada itu..si Pengemis dari selatan serta si Padri dari
utara yang berada didepan benteng Maut, untuk ketiga kalinya
telah menubruk ke arah Benteng tersebut.
Suatu kejadian diluar dugaan telah barlangsung, kali ini
tubrukan mereka berhasil dan tubuh kedua orang jago lihay
dari dunia persilatan dewasa itupun lenyap dibalik dinding
tembok benteng Maut. Para jago yang berada di tepi sungai segera bersorak sorai
dengan ramainya, sebagian besar diantara mereka segera
berebutan menyebrangi jembatan batu dan menyerbu ke
dalam pintu Benteng... Han siang Kie segera merasakan jantungnya berdebar
keras, ia tak bisa membayangkan bagaimanakah perasaan
hatinya pada waktu itu. Dia berharap serbuan dari gabungan para jago lihay itu
bisa berhasil menghancurkan Benteng Maut yang ditakuti
seluruh umat Bu lim dan si pemilik benteng bisa dilenyapkan
dari permukaan bumi. Tetapi, diapun berharap bahwa serbuan para jago itu tidak
mendapatkan hasil, sebab bila usaha mereka memperoleh
keberhasilan maka itu berarti bahwa ia akan kehilangan
49 kesempatan untuk membalas dendam sakit hatinya...
Sipengemis cilik itupun dengan tegangnya segera bangkit
berdiri. Dikala serbuan para jago Bu lim gelombang ketiga hampir
mencapai pintu depan Benteng maut itulah.
Mendadak tampaklah dua sosok bayangan manusia dengan
langkah perlahan dan wajah layu selangkah demi selangkah
berjalan keluar dari balik pintu benteng. Seluruh jago Bulim
segera berdiri tertegun. Kiranya kedua sosok bayangan manusia itu bukan lain
adalah sipengemis dari selatan serta si padri dari utara.
Pengemis cilik itu segera tersenyum dan duduk kembali
keatas batu. Sedangkan Han Siong Kie dengan perasaan
tercengang segera bertanya.
"Eeei, mereka sudah keluar?""
"Inilah pengecualian yang terjadi selama puluhan tahun
lamanya, untuk pertama kalinya ada orang yang bisa ke luar
dari Benteng Maut dalam keadaan hidup rupanya mereka
berdua sudah menderita kerugian yang amat besar, bisa juga
sipemilik Benteng Maut

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menaruh rasa kagum dan hormat terhadap kedua orang ini
maka ia tidak tega untuk turun tangan keji".
"Adik Hwie. rupanya tidak sedikit yang kau ketahui?"
"Hiih. . Hiiih. ..Hiiiih.. aku hanya menduga menurut
keadaan yang terbentang didepan mata saja".
Disaat sipengemis dari selatan serta sipadri dari utara telah
meninggalkan pintu benteng itulah, kedua pintu raksasa
yang hitam pekat itu perlahan-lahan menutup kembali.
Pengemis dari selatan serta padri dari utara tidak
memperdulikan para jago Bu lim yang mengurung di sekeliling
tubuhnya, tidak menjawab semua pertanyaan yang mereka
50 ajukan, setelah menyeberangi jembatan batu dan tiba ditepi
pantai, dengan mulut membungkam mereka berlalu dari situ.
Para jago lihay lainnya jadi tertegun dan tidak habis
mengerti, tapi akhirnya mereka pun mengumpulkan semua
jenasah yang berserakan diluar benteng dan ikut bertalu dari
situ. Suatu hujan badai yang amat mengerikan pun mulai
reda.. Thian chee Kauwcu sendiri dibawah iringan para anak
buahnya tanpa mengucap kan sepatah katapun ikut berlalu
dari situ. Akhirnya si kupu2 warna warni Lie In Hian dengan
membawa kedua orang dayangnya serta ke empat orang
tukang tandu nya kembali kearah tandunya di bawah pohon
itu Han song Kie tak kuat menahan rasa dongkolnya, ia
mendengus dan bergumam seorang diri:
"Perempuan busuk. suatu hari aku akan mencari dirimu
untuk membereskan hutang piutang pada hari ini ".
" Engkoh Kie, kau jangan marah dulu" bisik sipengemis cilik
sambil tertawa cekikikan. "suatu pertunjukkan bagus segera
akan berlangsung didepan mata".
Tampaklah si kupu2 warna warni Lie in Hiang menyingkap
horden dan melangkah masuk ke dalam tandu, tapi secara
mendadak ia mundur tiga langkah ke belakang, rupanya
perempuan itu telah menemukan bahwasanya Han siong Kie
lenyap tak berbekas, setelah ditengoknya sejenak ke kiri dan
ke kanan akhirnya ia menyusup ke dalam tandunya.
000dewi000 BAB 4 51 "ENGKOH KIE, cepat lihat" seru pengemis cilik itu dengan
penuh kegirangan. Tampaklah ke empat orang pria kekar itu sambil
menggotong tandu berjalan beberapa langkah ke depan,
mendadak.. Braak terdengar suara ledakan keras, tandu itu
merekah dan hancur berkeping2, dalam keadaan yang
mengenaskan sekali si kupu2 warna warni Lie In Hiang jatuh
mendeprok di atas tanah. Han siong Kie yang menyaksikan kejadian itu jadi ikut
merasa geli, pikirnya: "Adik Hwie benar2 pandai sekali menggoda orang, kiranya
sebelum meninggalkan tandu tadi ia sudah melakukan sesuatu
disekeliling tandu tersebut..." Pengemis cilik itu tak bisa
menahan diri lagi, ia sebera berteriak keras: "Bagus sekali".
Teriakan ini cukup keras dan segera memancing perhatian
dari si kupu2 warna warni Lie In Hiang, dengan cepat sinar
mata nya dialihkan ke arah tebing batu tersebut.
"Aduuuh Celaka" bisik Han siong Kie terperanjat. "Kali ini
habis sudah riwayat ku".
Dalam pada itu sipengemis cilik itu telah mendorong tubuh
si anak muda itu sambil berseru:
" Engkoh Kie, cepat lari, biar akulah yang menghadapi
mereka". "Tidak. aku tak mau pergi"
" Kalau kau tidak lari, mereka akan menggasak dirimu
sampai peyot". "Tidak. tidak bisa. masa aku akan tinggalkan dirimu
seorang diri ditempat ini?""
"Haaah...haaah...haaah.. tolol amat kau, berangkatlah
duluan, sebentar lagi aku akan menyusul dirimu".
52 "Tidak. aku tak akan meninggalkan tempat ini seorang diri".
"Engkoh Kie, si kupu2 warna warni Lie In Hiang adalah
Thongcu nomor satu dari perkumpulan Thian chee Kauw,
kepandaian silatnya cukup ampuh dan hebat, sekali pun kedua
orang dayangnya serta ke empat orang tukang tandu itupun
mempunyai kepandaian silat yang sebanding dengan jago Bu
lim kelas satu. Siapapun diantara mereka berenam tak nanti
bisa kau tandingi... maka dari itu berlalulah lebih dahulu.
selama kau masih berada disini, justru malahan memecahkan
perhatianku " Merah jengah selembar wajah Han long Kie sehabis
mendengar perkataan itu, dengan terputus2 katanya:
"Aaa...adik Hwie aa...apakah kau sa... sanggup untuk
menghadapi mee...mereka ?"
"Tidak menjadi soal, dari belakang batu karang itu larilah
ke arah depan, maka kau akan tiba didalam sebuah hutan,
aku segera akan memancing kepergian mereka?"".
Sementara itu perlahan-lahan si kupu-kupu warna warni Lie
In Hiang telah munculkan diri di atas tebing karang tersebut.
"cepat lari..." seru sipengemis cilik itu dengan hati cemas.
"Kalau terlambat akan tidak sempat lagi"
Han Siong Kie tidak berani berayal lagi, ia segera
menjejakkan kakinya dan meloncat turun kebawah tebing batu
itu kemudian lari masuk ke dalam hutan.
Menanti bayangan punggung si anak muda itu sudah
lenyap dari pandangan, pengemis cilik itu baru meloncat turun
dari atas tebing dan sambil tertawa cengar-cengir
disongsongnya kedatangan kupu2 warna warni Lie In Hiang.
Dengan wajah penuh napsu membunuh dengan mata
melotot sadis selangkah demi selangkah si kupu2 warna warni
Lie In Hiang maju ke depan, ke dua belah pihak menghentikan
langkahnya pada jarak dua tombak.
53 Ketika dilihatnya orang yang mengejek dan
mempermainkan dirinya bukan lain adalah seorang pengemis
muda, perempuan itu langsung naik pitam, bentaknya dengan
penuh kemarahan: "Pengemis edan, kau berani mempermainkan aku si nenek
tua hah?"" "Apa?" aku mempermainkan apa mu?"" sahut sipengemis
dengan alis berkerut. "Bukankah kau yang bermain setan dengan tanduku ini?""
"Berdasarkan alasan apa kau mengatakan bahwa aku yang
mempermainkan tandumu?"
"Hmm ayoh jawab, kau telah membawa kemana orang
yang berada di dalam tanduku itu?".. "
"Apa?" pengemis cilik itupura2 berlagak kaget, "pria atau
wanita yang kau maksud kan". "
selapis napsu membunuh yang sangat mengerikan
memancar di atas wajah perempuan itu, jengeknya ketus.
"Pengemis edan, tahukah kau siapa diriku?"
"Aku si peminta- minta tak pernah mengadakan hubungan
dengan kaum perempuan, percayakah kau "
"Bangsat, kaupingin hidup atau mati" "
"Eeei.. apa maksud ucapanmu itu " "
"Kalau pingin hidup maka katakanlah ke mana perginya
bangsat cilik itu, sebaliknya kalau kepingin mati..."
" Kenapa?"" "
"Pun Thongcu seketika ini juga akan kirim nyawamu
kembali ke akhirat" Pengemis cilik itu tundukkan kepalanya dan berpikir
sebentar kemudian menjawab. "Aku pingin mati saja"
54 si Kupu2 warna warni Lie In Hiang yang mendengar
perkataan itu jadi tertegun, kemudian serunya: "Hm, kau
sungguh pingin mati?" "
"Sesungguhnya tidak salah, aku sudah terlalu muak sebagai
pengemis kecil, maka dari itu aku tidak pingin hidup lebih
lanjut di kolong langit ini.. "
si Kupu2 warna warni Lie In Hiang bukanlah seorang bocah
kemarin sore yang gampang dipermainkan, sekilas
memandang ia sudah tahu kalau pengemis kecil itu memang
sengaja hendak memperolok-olok serta mempermainkan
dirinya, napsu membunuh seketika itu juga muncul di dalam
benaknya, sambil tertawa dingin katanya:
"Kalau pingin mati sih gampang, Pun Thongcu bisa
memberikan kematian yang paling lambat dan paling nikmat
bagimu". sembari mengulapkan tangannya ia berkata lebih
jauh "Tangkap bajingan cilik ini".
Kedua orang dayang yang berada di sisi mereka itu segera
maju kedepan, satu dari kiri dan yang lain dari kanan laksma
kilat mencengkeram tubuh si pengemis cilik itu.
"Eeei eeeit . nanti dulu" teriak pengemis eilik iiu berulang
kali sambil goyang goyang kao tangannya. Seorang pria sejati
tak akan melayani kaum perempuan untuk bermain-main.
Sembari berkata ia segera enjotkan badan nya. tahu2 sang
tubuh sudah berada kurang lebih saiu tembok jauhnya dari
tempat semula. Gerakan tubuh ini sangat indah dan lihay sekali, bukan saja
membuat kedua orang da yang itu menjulurkan lidahnya,
55 bahkan si-kupu2 warna warni Lie In Hiang pun merasakan
hatinya bergetar keras, sadarlah perempuan ini bahwa
pengemis cilik itu bukan lah seorang munusia yang sederhana.
Sementara itu setelah tertegun beberapa saat lamanya
kedua orang dayang itu segera maju kembali kearah depan,
secara terpisah mereka lancarkan serangan gabungan yang
amat dahsyat, telapak dan jari dilancarkan secara serentak.
"Aduuuh mak!" teriak pengemis itu keras keras bukannya
mundur ia malah maju lebih kedepan badannya menerobos
masuk ke dalam lingkaran bayangan cakar serta deruan angin
pukulan. Suara dergusan berat berkumandang memecahkan
kesunyian, tahu tahu kedua orang dayang itu jatuh
terpelanting dan roboh ke-atas tanah.
Air muka sikupu kupu warna warni Lie In Hiang kontan
berobah hebat, tenaga lwee-kang yang dimiliki pengemis cilik
itu ternyata sudah mencapai keadaan yang sangat
mengerikan, bukan saja gingkangnya diluaf dugaan bahkan
iapun memiliki kepandaian menotok jalan darah lewat sentilan
udara, dalam sekali gebrakan saja ia telah berhasil
merobohkan kedua orang dayang andalan nya.
Suara bentakan keras segera bergeletar memecahkan
kesunyian, empat orang pria peng golong tandu yang semula
berdiri tegak di sisi kalangan, kini sudah menubruk maju
secara serentak, masing masing pihak mengirim satu babatan
yang amat dahsyat. Empat gulung desiran angin tajam menggulung jadi satu
membentuk suatu gulungan tenaga yang amat mengerikan,
laksana ambruk nya sebuah bukit tinggi angin serangan
tersebut langsung menyapu ke depan:
Melihat datangnya ancaman tersebut, pengemis cilik itu
segera tertawa cekikikan. "Hiiih..hiiih....hiiiih bagus bagus
beginilah baru sangat berarti".
56 sepasang telapak diayun kedepan dan diapun melancarkan
sebuah babatan dahsyat yang menimbulkan gulungan angin
serangan yang amat mengerikan hati.
Blaaaam suara ledakan keras bergelegar menggoncang kan
permukaan bumi, pasir dan debu berterbangan memenuhi
angkasa, pusaran angin pukulan yang kencang menggetarkan
ke empat orang pemandu itu dan memaksa mereka
menyebarkan diri ke empat penjuru.
"Kalian lebih baik mundur saja" tiba-tiba si kupu-kupu
warna warni Lie In Hiang berseru sambil mengulapkan
tangannya. Dengan wajah lesu dan badan lemas ke empat orang pria
kekar itu buru buru mengundurkan diri ke belakang.
"Hei, pengemis cilik. laporkan asal usul perguruanmu" seru
perempuan itu kemudian. "Aku tidak punya perguruan".
"Kau termasuk cabang dari kota mana di dalam
keanggotaan perkumpulan Kay Pang?"
"Hmmm .. Hmmm aku sipengemis cilik adalah seorang
pengemis gelandangan".
"Pengemis gelandangan?"?".
"sedikitpun tidak salah".
"Apa itu pengemis gelandangan?" Belum pernah aku
mendengar nama seperti itu?""
"oooh.. pengemis gelandangan adalah pengemis luntang
lantung diempat penjuru sesuka nya yang gentayangan, tidak
tergabung dalam partai maupun perkumpulan, bebas merdeka
melayang kesana kemari".
"Bangsat, kau kepingin modar?"".
57 "Aduuuh...nyonya bawel, mungkin lubang telingamu terlalu
banyak kotorannya, apa kau tidak dengar?" sedari tadi toh
aku sudah berkata bahwa aku tidak pingin hidup, cuma
sayang...". "sayang kenapa?".
''Sayang dengan andalkan kekuatanmu masih tidak pantas
untuk menghantar aku sipengemis cilik untuk masuk keliang
kubur." Si kupu2 warna warni Lie In Hiang jadi sangat gusar,
saking mendongkolnya sampai sekujur tubuhnya gemetar
keras, dengan kedudukannya yang terhormat sebagai seorang
Thongcu kelas satu didalam perkumpulan Thian Chee Kauw
ternyata sudah diolok-olok dan dipermainkan cleh seorang
pengemis cilik yang tidak diketahui asal usulnya, ia segera
membentak keras: "Bangsat. Pun thongcu akan bunuh dirimu! ".
Sepasang telapak tangannya dengan suatu gerakan yang
sangat aneh segera menyapu ke depan, secara terpisah ia
cengkeram pergelangan kiri serta bahu kanan pengemis itu
gerakan cengkeraman tersebut dilancarkan dengan kecepatan
laksana sambaran kilat, bahkan bayangan cakar berlapis lapis


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seakan akan terdapat berpuluh puluh buah tangan yang
bersamaan waktunya mencengkeram ke luar.
Menyaksikan kehebatan lawannya pengemis cilik itu
terkesiap buru-buru tubuhnya meleset kesamping untuk
menghindar... tetapi gerakan tubuhnya terlambat satu tindak,
tahu2 bahunya terasa amat kencang dan bahu kanannya
sudah kena dicengkeram oleh lawannya.
Napsu men bunuh yang menyelimuti wajah si kupu2 warna
warni Lie In Hiang semakin menebal, sambil tertawa dingin
serunya : 58 "Keparat cilik! sekarang ayoh jawab, apakah Pun Thongcu
pantas untuk menghantar kematianmu?"?".
"Tidak pantas! mau apa kau?"".
"Kalau kau berani mengatakan sekali lagi, kucengkeram
bahumu ini biar hancur berantakan".
"Tidak pantas! tidak pantas! Tidak pantas!'.
Si Kupu2 Warna wirni Lie Ia Hiang benar2 naik pitarn, jari
tangannya yang mencekeram bahu pengemis cilik itu segera
ditambahi dengan beberapa lipat tenaga dalam, maksudnya
tulang bahu sipengemis cilik itu akan dicengkeram sampai
hancur lumat, siapa tahu baru saja cakarnya menggencet
tubuh lawan, segera terasalah tangannya se-olah2 memegang
sesuatu benda yang sangat licin batinya jadi amat terperanjat.
"Kepandaian silat apakah ini?"" " pikirnya di dalam hati.
Belum habis ia berpikir, bagaikan seekor ikan belut
sipengemis cilik itu sudah meloncat mundur sejauh satu
tombak lebih, jengeknya sambil tertawa cekikikan:
"Hiiih...hiiih...hiih... Lie In Hiang perempuan bermuka tebal
yang tak tahu malu, maaf kalau aku tak sudi melayani dirimu
lebih jauh .... " Dia enjotkan badannya dan segera meleset ke
arah dalam hutan. Air muka si kupu2 warna warni Lie In Hiang berubah jadi
pucat pias bagaikan mayat, mimpipun ia tak pernah
menyangka kalau dirinya bakal jatuh kecundang di tangan
seorang pengemis cilik. setelah tandunya tak dapat digunakan lagi, dengan
perasaan gemas ia berpaling ke arah mana lenyapnya
bayangan sipengemis cilik itu sambil makinya:
"Anak sialan cucu monyet, hati2 kau suatu hari aku bisa
membeseti kulit tubuhmu dan mencabuti otot2 didalam
badanmu". 59 setelah mendepak- depakan kakinya ke atas tanah, ia
segera membebaskan jalan darah dari kedua orang dayangnya
yang tertotok kemudian berlalu dari situ.
Kedua orang dayangnya serta keempat orang pria kekar itu
tak berani berayal, merekapun segera enjotkan badannya dan
menyusul dari belakang tubuhnya.
-000dewi000- Ombak dan memecah d itepi pantai. Benteng Maut yang
berdiri dengan angkernya diatas tebing karang telah pulih
kembali dalam kesunyian serta keheningan yang mencengkam
seluruh jagat. Pengemis cilik yang sangat menghawatir-kan keselamatan
kakak angkatnya Han siong Kie, tidak ingin berdiam terlalu
lama disitu, setelah melepaskan diri dari kurungan si
perempuan she Lie tadi ia segera menerobos masuk kedalam
hutan dan menyusul si anak muda itu.
Tetapi, walaupun ia sudah mencari kesana kemari dan
keluar masuk hutan, bayangan tubuh Han siong Kie masih
juga belum ditemukan, ia jadi tercengang dan tidak habis
mengerti. "Kemana perginya engkoh Kie?" "pikir pengemis cilik ini
didalam hati kecilnya. "Tadi aku toh sudah menerangkan
dengan jelas kepadanya agar langsung masuk kedalam
hutan?" entah ia sudah tersesat sampai dimana?"?"
Makin lama hatinya merasa semakin gelisah sehingga tak
tahan lagi sambil menerobos masuk kedalam hutan
Thonghong Hwie sipengemis eilik itu berseru tiada hentinya
'Engkoh Kie engkoh Kie..."
Namun tiada sesuatu jawabanpun yang kedengaran,
pikirnya lebih jauh: 60 "Aaah mungkin dia sudah langsung keluar dari hutan dan
melanjutkan perjalanannya!'
Karena berpikir demikian maka iapun segera enjotkan
badannya dan meluncur kearah depan.
Sementara itu Han Siong Kie setelah masuk kedalam hutan
perasaan hatinya makin lama kian terasa semakin tidak enak,
ia merasa sebagai seorang lelaki sejati ternyata harus minta
perlindungan orang, bahkan di dalam keadaan bahaya harus
melarikan diri, sikap angkuhnya segera muncul. Pikirnya di
dalam hatii ''Apabila aku tidak berhasil melatih serangkaian ilmu silat
yang mengejutkan hati orang, aku tidak akan berjumpa lagi
dengan adik angkatku Tonghong Hwie !"'
Karena berpiKir demikian maka ia tidak menuruti petunjuk
dari sipengemis cilik itu untuk masuk kedalam hutan,
sebaliknya malah membelok meiuju kearah timur.
Semakin berjalan menuju kedepan ia merasa hutan belukar
yang mengelilingi sekitar tempat itu semakin lebat dan tinggi,
begitu rimbunnya dedaunan sampai cahaya mata hari tak
dapat menyorot kedalam. suasana gelap gulita dan sianak
muda itupun dengan mata membuta berjalan kesana kemiri
sekenanya. Beberapa saat kemudian suasana semakin gelap gulita
sehingga susah melihat kelima jari tangan sendiri, arah
tujuanpun semakin kabur.dalam keadaan begini wajahnya
berubah jadi bengkak dan hijau sebab besar karena berulang
kali harus mencium pohon atau ranting, pakaiannya koyak dan
hancur tak karuan. Sekarang sianak muda itu baru sadar bahwa ia telah
memasuki sebuah hutan belantara yang sangat mengerikan.
61 Tetapi menyesalpun sadah terlambat, ia tak sanggup untuk
menemukan kembali arah yang benar untuk lolos dari
cengkeraman hutan belantara yang sangat lebat itu.
Suara ular dan auman binatang buas bergema silih berganti
menambah seramnya suasana disekitar hutan tersebut, dalam
keadaan begitu pemuda she-Han itupun berpikir: "Habis sudah
riwayatku! .. rupanya aku Han Siong Kie harus menemui
ajalnya ditempat seperti ini... aaai, cepat atau lambat aku
pasti dicabut ular berbisa atau diterkam binatang buas"
Tetapi ia tidak berhenti sampii disitu saja, ia tidak putus asa
dan meneruskan petualangannya menjelajahi hutan belantara
iru secara buta. Rasa lapar, haus, lelah, ditambah rasa nyeri dan sakit dari
mulut luka yang menganga disekujur tubuhnya akibat duri
serta ranting membuat tulang belulangnya terasa hancur
berantakan, badannya lemas tak bertenaga, perjalanan terasa
semakin berat lagi. Tapi sianak muda itu tak mau menghentikan usahanya
sampai disana. tak bisa berjalan diapun mulai merangkak dan
merayap diatas tanah.. kesadarannya... pikirannya kian
lama kian bertambah kabur.
Entah berapa saat sudah lewat, mendadak pemuda itu
merasakan segulung hawa dingin yang sangat aneh
menyerang ulu hatinya, ia segera membuka matanya.
Tampaklah ia telah berbaring ditepi sebuah kolam kecil,
separuh tubuhnya terbenam didalam air tersebut. Hal ini
membuat hati nya bergetar keras, pikirnya :
"Sungguh berbahaya, setengah depa lagi aku maju
kedepan niscaya tubuhku sudah tenggelam didasar kolam ini
dan jiwaku tentu sudah melayang...".
Tiba2 satu ingatan berkelebat didalam be naknya, ia
berpikir lebih jauh : 62 "Aaaah. tidak benar apakah aku sudah keluar dari hutan
belantara tersebut?""''.
Dengan Cepat ia mengerangkak bangun dari atas tanah
dan melongok keempat penjuru, tampaklah sekeliling situ
hanya berubah pepohonan yang sangat lebat, lebih jauh dari
itu yang hanya kegelapan yang mencekam, dimana ia berdiri
saat ini merupakan sebidang tanah kosong yang luas dan
persis di-tengah tanah kosong tadi terdapat sebuah kolam
kecil seluas lima tombak.
Satu pikiran dengan cepat berkelebat di dalam benaknya
dan pemuda itu pun kembali berdiri tertegun. mengapa pada
saat ini ia tidak merasa lapar maupun dahaga?" bahkan rasa
sakit yang dideritanya tadi sekarang lenyap tak berbekas, ia
segera tundukkan kepalanya dan memeriksa.
Tampaklah kulit tubuh yang telah terendam air kini sudah
sembuh sama sekali dari lukanya, bahkan luka2 itu telah
merapat dan sedikitpun tidak terasa sakit, kejadian ini tentu
saja mencengangkan hatinya.
Mendadak... sinar matanya terbentur dengan sebuah
tonggak batu yang berdiri tegak disisi tubuhnya, diatas
tonggak tadi tertulislah beberapa huruf yang kurang lebih
berbunyi demikian: "sumber air kulit bumi, Mencopot kulit berganti tulang".
setelah membaca tulisan itu, sadarlah si anak muda itu apa
sebenarnya yang telah terjadi, pikirnya:
"Aaaah, benar, pastilah air didalam kolam ini adalah
sumber air mujarab yang berasal dari kulit bumi seperti apa
yang sering tersiar diluaran, tidak aneh kalau luka diseluruh
tubuhku telah sembuh kembali setelah tercebur didalam air...
perduli amat aku bisa keluar dari hutan ini atau tidak,
pokoknya akan kucoba kembali"
63 Berpikir demikian iapun segera loncat ke dalam kolam
dihadapannya, terasa air tersebut dingin menusuk tulang
hingga membuat giginya saling beradu dengan kerasnya.
sekujur tubuhnya direndamkan kedalam air kecuali batok
kepalanya yang menongol diluaran, dikala hatinya mulai lega
dan pikiran mulai mengendor itulah kejadian masa lampau
kembali berkelebat didalam benak nya.
Ia teringat kembali akan beratus ratus sosok tulang
tengkorak yang berserakan didalam perkampungan keluarga
Hari itulah rumah keluarganya.
susiok sitelapak naga beracun Thlo Lien setelah
mengutarakan asal usulnya segera bunuh diri, apa
sebabnya?"". . suatu misteri
Benarkah si pembunuh keji yang telah membasmi keluarga
Han serta keluarga Thio adalah si Pemilik dari Benteng Maut?"
sebab lambang tengkorak berdarah yang ia temukan diatas
dinding ruangan tengahnya persis seperti lambang dari si
pemilik Benteng Maut tersebut. Kalau benar apa sebabnya ia
melakukan pembunuhan tersebut" kembali merupakan satu
misteri ... Diikuti pelbagai ingatanpun berkelebat di dalam benaknya:
susioknya, sitelapak naga beracun Thio Lien kenapa tidak
memperkenankan dia untuk membalas dendam?" kalau dilihat
sikap paman gurunya tadi jelas dia sudah tahu siapakah
pembunuh keji tersebut, tapi ia tidak mau mengatakannya
keluar, bahkan tidak memperkenankan pula dirinya untuk
mengubur tulang tengkorak yang berserakan itu, apa
sebabnya" Dengan mempertaruhkan jiwa putranya, sang paman guru
telah menyelamatkan dia dari kematian dan mendidiknya
hingga dewasa, tetapi apa yang kemudian diwaris kan
kepadanya hanya dasar berlatih ilmu tenaga dalam belaka,
sedang jurus silatnya tak sepotongpun yang diwariskan
64 kepadanya, sang susiok mengatakan bahwa ia terikat oleh
sumpah, apakah isi sumpah tersebut?"
seluruh keluarganya mati binasa dalam peristiwa berdarah
itu kecuali ibunya seorang yang masih hidup, mengapa?""
Iapun teringat kembali akan kesadisan serta kekejian yang
terlihat sewaktu berada didepan Benteng Maut.
Diikuti terbayang kembali wajah adik angkatnya si
pengemis cilik Tonghong Hwie, mungkinkah ia masih ada
kesempatan untuk saling berjumpa muka"...
Mendadak.... ia merasakan sekujur badan nyajadi amat
panas hingga sukar ditahan, bukan saja air kolam.. yang itu
tidak terasa dingin lagi bahkan makin lama terasa semakin
panas bagaikan air mendidih.
Hatinya jadi amat terkesiap. jangan2 air kolam ini
mengandung racun yang awat jahat?" tapi ia tidak merasakan
tanda2 keracunan. Buru2 tubuhnya merangkak naik keatas tepian. namun...
rasa panas yang menyengat badannya kian lama kian menjadi
dan makin lama bertambah hebat... bagaikan sekujur
badannya dibakar oleh api besar hingga terasa amat sakit.
Hampir saja sianak rnuda itu jadi gila, ia tak kuat menahan
siksaan serta penderitaan yang menyerang tubuhnya..,
pemuda itu segera bergelindingan ditepi kolam, meronta
kesana menekuk kemari. Tidak lima kemudian ia jatuh tak sadarkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat, ketika ia siuman kembali
diri pingsannya terasalah sekujur tubuhnya segar dan nyaman,
rasa sa kit telah hilang lenyap tak berbekas dengan hati sangsi
bercampur curiga segera tanyanya pada diri sendiri:
"Mungkin aku sudah berganti kulit bertukar tulang?" ".
65 Ia bangkit berdiri dan terasalah suasana disekeliling
tubuhnya terasa lebih terang, sinar matanya dapat mencapai
pindangan sejauh ratusan tombak, hatinya jadi amat
kegirangan, setelah ia dapat melihat ditengah kegelapan
berarti keluar dari hutan belantara tersebut bukanlah satu
persoalan yang menyulitkan.
Sinar matanya segera menyapu sekeliling tempat itu,
mendadak beberapa tombak dan ia berdiri saat ini, tepatnya
ditepi sebuah pohon tua pemuda itu menemukan sesosok
bayangan manusia sedang duduk bersila disitu- batinya jadi
amat kegirangan, ia tak mengira kalau ditempat semacam ini
bisa bertemu dengan seseorang, laksana kilat tubuhnya
meloncat kedepan. Sekali enjot badan ia segera merasakan tubuhnya enteng
bagaikan burung walet, hampir saja badannya menumbuk


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diatas tubuh bayangan manusia itu yang bukan lain adalah
seorang kakek tua berambut putih.
Sianak muda ini jadi terperanjat, sekarang ia baru sadar
bahwa tubuhnya bisa enteng pastilah disebabkan kasiat dari
sumber air mujarab dari kulit bumi.
Buru2 dia mundur tiga langkah kebelakang dan menjura
untuk memberi hormat, kata nya :
"Loocianpwee! berhubung boanpwee tersesat jalan hingga
sampai disini, maka mohon sudilah kiranya loocianpwee
memberi petunjuk jalan bagi diriku untuk lolos dari tempat
ini!". Perkataan itu diulangi sampai tiga kali namun tiada
jawaban, ia segera memperhatikan wajah orang itu lebih
seksama. "Aaah " Han siong Kie berseru tertahan, bulu kuduknya
pada bangun berdiri dan hatinya jadi amat bergidik. ternyata
kulit badan si kakek tua itu sudah mengering dan layu, yang
tersisa hanya sekerat kerangka manusia belaka, rupanya
66 kakek tua itu sudah banyak tahun menghembuskan napasnya
yang terakhir disitu. Beberapa saat kemudian rasa kaget dan
bergidiknya baru agak reda, pikirnya:
"Apa yang musti aku takuti?" kalau aku tak bisa keluar dari
hutan belantara ini maka keadaan pun tidak akan jauh
berbeda dengan dirinya...".
Ketika dipandangnya mayat itu lebih jelas, maka si anak
muda itu menemukan sekujur tulang kakek tua itu sudah
penuh ditumbuhi lumut hijau yang amat lebat sehingga
sepintas lalu nampaknya seolah2 dia memakai pakaian.
Menyaksikan keadaan itu timbul rasa kasihan didalam
hatinya, iapun lantas bergumam seorang diri:
"Loocianpwee, daripada tulang belulang mu terlantar diatas
bumi, baiklah biar aku kubur secara baik2".
sambil berkata dengan tangannya ia lantas membersihkan
lumut hijau yang tumbuh disekeliling mayat tersebut, tapi
kembali hatinya merasa terperanjat sebab diatas kulit didepan
mayat itu ternyata terukir beberapa huruf dengan amat jelas:
"Air mujarab melindungi badan, kulit dan tulang tak akan
membusuk." "Bila beberapa tahun kemudian ada orang yang sampai
ditempat ini, tolong kebumikanlah jenasah loohu dibawah
pohon jati bercabang tiga yang tumbuh disebelah timur
kolam". Membaca tulisan tersebut, dalam hati Kiepun lantas
berpikir: "Baiklah, aku akan kabulkan keinginanmu itu agar
sukmamu dialam baka bisa jadi tenang".
Di sebelah timur kolam ternyata benar2 terdapat sebuah
pohon jati yang bercabang tiga, maka sianak muda itu sebera
mematah-kan sebuah ranting dan mulai menggali liang kubur
67 dibawah pohon tadi, satu depa... dua depa... tiga depa...
empat depa. Mendadak.... ujung rantingnya seolah-olah menyentuh
suatu benda yang amat keras.
"Aaaah. mungkin benda keras itu adalah batu karang atau
sebangsanya... biarlah, empat depa pun rasanya sudah cukup
dalam" pikir Han Siong Kie didalam bati.
Belum habis pikiran itu berkelebat didalam benaknya, tiba
tiba permukaan tanah yang dipinjamnya mulai bergerak dan
bergetar keras diikuti benda keras yang berada-didalam tanah
itu mulai munculkan diri dari permukaan tanah can menyeret
tubuhnya ke arah depan. Kejadian ini tentu saja amat mengejutkan hati sianak muda
itu, matanya jadi terbelalak dan sukmanya terasa hampir
melayang meninggalkan ragarya,
Benda tadi kian lama kian bertambah naik keatas sehingga
akhirnya permukaan tanah mereka dan muncullah seekor kura
kura raksasa yang amat besar sekali sambil menggoyangkan
kepalanya makhluk besar itu perlahan-lahan merangkak
kemuka. Meskipun kura kura tak dapat melukai orang tetapi makhluk
aneh berbentuk raksasa yang demikian besarnya ini jarang
sekali di dalam kolong langit, hal itu tentu saja membuat
siapapun yang menyaksikan merasakan hatinya bergidik.
Mendadak...kura-kura itu membentangkan mulutnya dan....
wessssss... segulung hawa tekanan yang amat dahsyat segera
menggulung kearah tubuhnya.
Mimpipun Han Sions Kie tak pernah menyangka kalau
mahluk raksssa tersebut dapat memuntahkan hawa tekanan
yang demikian dahsyatnya, dalam keadaan tanpa siap siaga
barang sedikitpun badannya segera terroboh diatas tanah,
68 sementara kura kura tadi segera merangkak kearah depan dan
menindihi diatas tubuhnya....
Tindihan tersebut benar benar sangat kuat terryata sianak
muda itu tak sanggup meloloskan diri, tanpa sadar sukmanya
terasa melayang meninggalkan raganya, ia tak mengira kalau
maksud baiknya hendak mengubur tulang belulang sikakek tua
itu mendatangkan bencana yang demikian anehnya.
Dalam pada itu sikura kura tadi sudah membentangkan
mulutnya yang besar dan menggigit batok kepala Han Siong
Kie. "Aduuuuh .... mati aku habis sudah nyawaku kali ini ..."
teriak si anak muda itu dengan hati terjelos.
Tapi sungguh aneh sekali, walau sudah lama ia menunggu
namun batok kepalanya sama sekali tidak digigit hancur,
sebaliknya kepala yang berada didalam mulut kura-kura itu
terasa sangat tidak enak badan.
Ketika ia berada dalam keadaan sangat takut menghadapi
kematian yang sealiran hawa panas mengalir masuk lewat
jalan darah Thian Leng Hiat diatas ubun-ubunnya menyebar
keseluruh badan. Han siong Kie sudah merasa yakin bahwa dirinya bakal
mati, mimpipun ia tak pernah mengira kalau bakal terjadi
peristiwa aneh semacam ini, ia mulai merasa sangsi apakah
dirinya masih hidup dikolong langit" kalau tidak maka ia
pastilah sedang mendapat satu impian yang jelas yang sangat
menakutkan. sementara itu aliran panas yang menyusup keluar dari
mulut kura kura itu makin lama, semakin deras bahkan
akhirnya deras bagaikan gulungan ombak ditengah samudra.
sejak kecil Han siong Kie mempelajari bagaimana caranya
mengatur pernapasan dan kini tanpa dia sadari dengan
kepandaian yang pernah dipelajari itulah ia menyambut
69 datangnya aliran hawa panas tersebut. kemudian mengatur
melewati urat nadi dan mengelilingi sekujur badan.
Tetapi aliran panas tadi kian lama kian bertambah deras
bagaikan air terjun yang membelah bumi, daya tekanannya
makin lama bertambah makin dahsyat setelah mengelilingi
sekujur tubuhnya hawa panas tadi mulai menerjang kearah
Jen serta Tok dua nadi terpenting.
Han siong Kie merasakan sekujur badannya bergetar keras
dan akhirnya diapun jatuh tak sadarkan diri
Entah berapa saat sudah lewat, perlahan-lahan sianak
muda itu siuman kembali dari pingsannya, ia merasa
pandangannya jadi jernih dan terang, ketika berpaling
kesamping tampaklah si kura-kura tadi sudah meninggalkan
dirinya dan berbaring kurang lebih delapan depa disisi
kalangan. Ia mengucak-ucak sepasang matanya untuk membuktikan
bahwa apa yang dilihatnya bukanlah impian belaka. ia coba
mengatur pernapasan, terasa hawa murni yang bergelora
didalam badannya menggulung-gulung bagaikan ombak
samudra, bahkan kedua buah urat nadi penting Jien serta Tok
meh yang dimilikipun sudah tertembusi.
Ia jadi tertegun, sianak muda itu tak berani mempercayai
bahwa apa yang telah terjadi merupakan suatu kenyataan,
kura2 ternyata dapat mengerahkan hawa murni untuk
disampaikan kepada manusia.
Kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru sadar
kembali dari lamunan, pelahan-lahan sianak muda itu bangkit
berdiri dan berjalan mendekati sikura-kura tadi.
Ditemuinya kura2 tersebut telah menemui ajalnya,
sementara diatas punggung kura2 itu di terukir serangkaian
tulisan yang kecil rapat dan lembut sekali:
70 Diatas kulit punggung ternyata masih ada tulisannya. hal ini
benar-benar jauh berada diluar dugaan Hansiong Kie, buru2 ia
bersihkan punggung makhluk raksasa tadi dari lumpur serta
kotoran sehingga tulisan tadi dapat terlihat dengan lebih jelas.
serangkaian kata2 pertama yang terbaca olehnya adalah
berbunyi demikian: "Leng Koe sinkang, dihadiahkan bagi
mereka yang berjodoh".
Han siong Kie merasakan jantungnya berdebar amat keras,
ia merasa bahwa kejadian ini merupakan titik tolak dari
sejarah kehidupannya dan iapun merasa bahwa dirinyalah
orang yang berjodoh dengan tenaga murni tersebut.
Dengan perasaan bergolak keras ia membaca tulisan
tersebut lebih jauh. "Aku adalah Leng Koan sangjien, berhubung mengalami
keadaan jalan api menuju neraka pada tahun Jien Boe maka
akhirnya aku menemui ajal ditempat ini..."
Menggunakan jari tangannya Han siong Kie mulai
menghitung jarak tahun Jien Boe hingga saat itu yang
ternyata sudah terpaut enam puluh lima tahun, dus berarti
Leng Koe sangjien telah enam puluh tahun lebih lamanya
meninggal dunia ditepi sumber air mujarab dari kulit bumi ini,
seandainya tiada kemustajaban air tersebut, mungkin jenasahnya
sudah hancur lebur semenjak dulu kala.
Diapun membaca lebih jauh :
"Kura kura ini sudah enam puluh tahun lamanya mengikuti
diriku, sifatnya jinak dan sudah mendekati kepintaran
manusia, disaat aku hendak menghembuskan napas yang
terakhir, seluruh hawa murni yang ku miliki telah kusalurkan
kedalam lambung kura2 ini. bagi mereka yang berjodoh
memperloleh hawa sakti ini, mala ia berarti akan memiliki
tenaga lweekang bagaikan hasil latihan selama seratus tahun
lamanya....". 71 Sekujur badan Ha" Siong Kie gemetar semakin keras,
gumamnya seorang diri : "Aku mungkin sedang bermimpi?" aku. ..aku telah
rremperoleh tenaga lweekang bagai kan seratus tahun hasil
latihan?" Kura2 sakti itu telah menyalurkan segenap hawa
murninya kedalam tubuhku?"Ooooh!! mulai sekarang aku
mendapat kesempatan untuk membalas dendam sakit
hatiku!". Diapun membaca lebih lanjut :
"Setelah menyalurkan hawa murninya, kura kura ini pasti
akan mati karena kehabisan tenaga, akan boleh mengubur
bangkainya didalam satu liang bersama diriku! dibelakang ini
aku wariskan pula serangkain ilmu gerakan serta ilmu pukulan
yang merupakan inti sari dari seluruh kepandaian yang
kumiliki sepanjang hidup, setelah berhasil menguasahi
kepandaian tersebut meskipun belum dapat menjagoi dunia
persilatan tanpa tandingan, tetapi kawanan Bu Lim dari
golongan biasa tidak akan dapat mengalahkan dirimu, setelah
rahasia ilmu itu berhasil dihapalkan. ambillah sebuah kantong
kecil yang terikat dibelakang ekor kura kura ini. isi kantong
merupakan sebutir pil penghancur yang dapat menghapus
seluruh tulisan yang tertera diatas punggung kura kura ini.
daripada rahasia kepandaian Sakti tersebut terkisar luas
didalam dunia persilatan"
Han Siong Kie tarik napas panjang-panjang ia membaca
lebih jauh dimana yang tertera merupakan rahasia untuk
melatih ilmu gerakan tubuh, tiga jurus ilmu telapak serta ilmu
Koe Sie Toa Hota yang khusus untuk mengendalikan hawa
darah yang bergerak di dalam tubuhnya.
Koe sie Toa Hoat merupakan kepandaian sakti yang sudah
lenyap dari peredaran Bulim, sungguh tak nyana ia
mempunyai jodoh untuk mempelajarinya, semangat segera
berkobar2 dan rasa girang yang bergelora di dalam dadanya
sukar dilukiskan dengan kata2:
72 Han siong Kie cerdik dan berontak encer, setelah membaca
tiga kali seluruh rahasia ilmu tersebut telah hapal diluar
kepala. Ilmu gerakan tubuh tersebut bernama "Hoe Keng Keng-im
" atau Cahaya Kilat Lintasan Bayangan, sedangkan ketiga
jurus ilmu pukulan tersebut bernama Leng Koe sam sie, setiap
jurus mengandung sembilan gerakan perubahan, meski untuk
sesaat tak dapat memahami intisari yang sedalamnya, tetapi
sekilas memandang dapat diketahui bahwa kepandaian
tersebut merupakan ilmu pukulan yang sangat ampuh.
Akhirnya diujung paling bawah tertera pula beberapa baris
tulisan kecil yang berbunyi demikian:
"selesai mengerjakan sesuatunya kau boleh tinggalkan
tempat ini . belok tiga kearah timur kemudian putar empat
kearah selatan maka kau telah lolos dari hutan belantara ini?".
Lama sekali sianak muda itu termenung memikirkan
maksud dari belok tiga ketimur putar empat selatan...
beberapa waktu kemudian akhirnya ia berseru tertahan:
"Aaaah, mengerti aku sekarang, yang di maksudkan
pastilah berjalan tiga li ke arah timur kemudian putar ke arah
Harimau Kemala Putih 17 Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Kisah Tiga Kerajaan 9
^