Pencarian

Harimau Kemala Putih 17

Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung Bagian 17


kucoba satu persatu."
"APakah ilmu pedang mereka tak mampu menandingi TOng au?" tanya Bu ki
Kim lotoa segera tertawa dingin.
"Heeh... heeh.. heeeh, jika ilmu mereka dibandingkan dengan ilmu pedang Tong toakongcu,
maka keadaanya bagaikan kunang kunan dibawah sinar bulan purnama, seperti lilin dibawah
teriknya matahari" Sambil menuding bekas pedang yang berada diatas ulu hatinya itu, ia berkata lebih jauh:
944 "Sewaktu ia melepaskan tusukan ini, hakekanya aku belum sempat melakukan persiapan
untuk melancarkan serangan balasan, sebenarnya tusukan ini dapat merenggur selembar
jiwaku, sekalipun aku mati diujung pedangnya juga tak mampu berkata apa-apa lagi"
"Akupun tahu kalau tusukan pedangnya tak pernah berperasaan, tak pernah kenal ampun, kali
ini apa sebabnya dia melepaskan dirimu?"
"Sebab tidak berperasaanya hanya ditujukan kepada orang orang yang tidak berperasaan pula"
"Kim lotoa adalah seorang yang bermuka dingin berhati hangat. Selama melancarkan
serangan terhadap orang lain, belum pernah dia berniat untuk mencelakai nyawa orang"
sambung It ciang hong. "Tapi, demi Tong toakongcu, setiap saat aku bersedia melanggar kebiasaanku itu" ujar Kim
lolos cepat cepat. Ditatapnya Bu ki dengan pandangan dingin, kemudian dia melanjutkan: "Sekarang, apakah
kau telah memahami maksud hatiku sebenarnya..?"
It ciang hong yang berada disampingnya menjelaskan cepat cepat:
"Maksudnya adalah jika kau tak ingin bentrok dengannya, paling baik kau bersikap sedikit
lebih sungkan terhadap toasiocia, jangan sekali-kali kau tunjukkan sikap kasar atau kurang
ajar kepadanya" Bu ki segera tertawa. "COba kau lihat, apakah aku mirip seseorang yang kasar atau bersifat kurang ajar?"
"Yaa, kau memang tidak mirip" jawab It ciang hong sambil tersenyum.
Suara tertawanya tampak genit sekali, lanjutnya:
"Walaupun diluaran kau tampak selalu dingin dan kaku, sesungguhnya kaupun seorang yang
berhati hangat dan halus lembut, aku percaya pasti ada banyak perempuan yang menyukaimu"
"kau melihatnya?"
945 Kembali It ciang hong tertawa genit.
"Tentu saja aku dapat melihatnya" dia menyahut, "aku toh buka seorang nona cilik yang
belum pernah berjumpa dengan orang lelaki"
Bu ki tidak menjawab lagi.
Dia sedang memperhatikan wajah si Cebol Oh, melihat dia melotot besar sambil mengepal
sepasang tinjunya kencang kencang, seakang akan ia telah bersiap sedia untuk mengayunkan
sepasang tinjunya itu keatas perutnya.........
Dia bukan Kim lotoa, juga belum pernah melatih ilmu sebangsa Kim ciong cau, atau Thi pu
san atau Cap sah tay po. Dia tak ingin merasakan tonjokan tinju orang, juga tak akan tahan menerimanya.
Agaknya kali ini Kim lotoa juga tak
akan berebut untuk berdiri dihadapanya, tak akan membantu untuk menerima tonjokan
tersebut. Untung pada saat itulah dari luar ruangan sudah kedengaran ada orang lagi berseru:
"TOasiocia datang!"
***** Bu ki selalu berharap kedatangannya, selalu berharap bisa bersua dengannya, dia ingin tahu si
nona kecil yang pada belasan tahun berselang kurus kering, berwajah pucat dan amat lemah
tersebut, kini telah berubah menjadi manusia semacam apa.
Tapi dia percaya, wajahnya tentu cantik jelita sehingga sampai Tong toa kongcu yang begitu
angkuh pun kena terpikat olehnya.
Seorang perempuan cantik yang sebenarnya memang merupakan perempuan yang diidamkan
setiap lelaki, diinginkan setiap pria, entah pria macam apapun, semuanya tidak terkecuali.
Sekarang toasiocia tersebut telah datang.
946 AKhirnya sekarang Bu ki dapat berjumpa dengan nona tersebut.
Tapi kini Bu ki justru berharap sepanjang hidup tak pernah bertemu lagi dengannya.
DIa lebih suka menebang tiga ratus kati kayu bakar, memikul enam ratus pikul air, bahkan
bersedia menemani seekor babi betina yang sepuluh kali lebih gemuk daripada TOng Koat,
bertiduran diatas pecomberan daripada berjumpa dengannya.
Andaikata ada orang dapat membuatnya jangan sampai berjumpa lagi dengan toasiocia ini,
entah pekerjaan apapun yang harus dia lakukan, dia tetap akan bersedia untuk melakukannya.
Tpai, dia tidak gila, juga tidak berpenyakit, kenapa ia bersikap demikian"
***** SI NONA YANG MINTA AMPUN Dalam ruangan itu terendus bau harum yang amat tipis seakan akan bau bunga teratai, tapi
jauh lebih harum dan segar dari pada bunga teratai.
Begitu toasiocia munculkan diri, seluruh ruangan terendus bau harum semerbak itu.
Otangnya jauh lebih manis dan cantik daripada sekuntum bunga teratai yang sedang segar.
Didalam pemandangan beberapa orang itu, dia bukan cuma seorang toasiocia, pada
hakekatnya dia adalah seorang tuan putri.
Walaupun setiap orang menyukainya, namun belum pernah ada orang berani mengusik atau
menggoda dirinya. Dia sendiri juga mengetahui akan hal itu.
Dia muda, cantik, anggun, kehidupan ibarat bunga yang sedang mekar dengan indahnya.
Entah berapa banyak gadis berusia sebaya dengannya yang diam diam sedang iri padanya,
mengaggumi dirinya. Dia seharusnya merasa gembira dan bahagia terhadap kesemuanya.
Tapi, siapapun tak tahu karena apa, selama beberapa hari ini, dia selalu bermuram durja,
seolah olah merasakan suatu kemurungan, kesedihan yang tebal.
947 Hanya dia seorang yang tahu, dia murung karena dalam hatinya terdapat suatu masalah, suatu
kesulitan yang tak dapat dipecahkan.
Dalam hatinya masih tertera bayangan tubuh seseorang, seseorang yang tak pernah dapat dia
lupakan. Tapi orang itu justru mempunyai selisih jarak yang begitu jauh dengannya, diantara mereka
berdua seakan akan dipisahkan oleh beribu ribu buah bukit tinggi, beribu ribu buah sungai
yang lebar. Kini malam sudah semakin larut, seorang nona besar seperti dia seharusnya sudah pergi tidur.
Tapi dia justru tak dapat tertidur.
Dia terlampau kesepian, dia selalu berharap bisa mendapat pekerjaan untuk dilakukan.
Sejak tiba ditempat ini, selain Siang Si seorang, hampir boleh dibilang tak seorang temanpun
yang dia miliki, tak seorang sahabatpun yang bisa diajak mengobrol.
Belum pernah dia menganggap SIang SI sebagai dayangnya.
Siang Si adalah sahabatnya.
Sebagai sahabatnya, dia tak ingin melihat dia dipermainkan orang, dianiaya orang.
Maka dia telah datang kemari.
Siang Si dengan tangan sebelah menarik ujung bajunya, dengan tangan yang lain menuding
ke arah Bu ki. "Itu dia orangnya!"
Setiap orang ditempat itu tahu dengan pasti bahwa SIang Si adalah orang yang paling
disayang dan paling dekat dengan toasiocia, tapi kenyataanya toh masih ada juga orang yang
berani menganiaya dirinya.
"Aku tahu mengapa dia menyuruh aku datang kemari, dia ingin menyuruh aku
menemaninya... menemaninya..."
948 Walau kata kata selanjutnya tak sanggup dilanjutkan oleh Siang Si, namun setiap orang tentu
akan mengerti. Bahwa toasiocia sendiripun mengerti.
Oleh karena itu, sebelum kedatanganya kesana, ia telah mempersiapkan setumpuk nasehat
yang siap siap dilontarkan kepada orang itu.
Namun, menanti dia bertemu dengan orang itu, seoalah olah menjadi tertegun dibuatnya.
Bu ki juga tertegun untuk beberapa saat lamanya.
Sebab mimpipun ida tak menyangka kalau toasiocia tersebut tak lain adalah Lian lian yang
setiap saat datang mencari gara gara kepadanya, setiap saat setiap tempat tiba tiba jatuh tak
sadarkan diri. Ternyata Lian It lian adalah Siangkoan Lian lian.
Ternyata Lian It lian adalah putrinya Siangkoan Jin.
Walaupun dia tahu bahwa orang yang dihadapannya sekarang tak lain adalah Tio Bu ki yang
selalu berusaha untuk membunuh ayahnya.
SUdah lama dia mengetahui akan hal ini, itulah sebabnya dia baru menyusul ke
perkampungan Hoo hongsan ceng.
Malam itu Tong giok telah melepaskannya karena ia sudah tahu kalau dia adalah putrinya
Siangkoan Jin. Oleh karena itu, dia baru menyuruh orang untuk mengirimnya kembali ke benteng keluarga
Tong pada malam itu juga.
Tentu semua persoalan itu dapat dipahami pula oleh Bu ki sekarang.
Hingga detik ini pemuda tersebut belum melarikan diri karena dia tahu sekalipun dapat lolos
dari rumah ini, belum tentu dapat meloloskan diri dari benteng keluarga TOng.
Diapun tahu asala gadis itu mengucapkan sepatah kata saja sekarang, dia dapat mati dalam
benteng keluarga Tong tak bisa disangkal lagi, pasti akan mati secara mengenaskan.
949 ***** Lian lian tidak mengucapkan apa apa walau sepatah katapun jua...
Tentu saja Bu ki juga tak dapat berkata apa apa pula.
Selama ini, Lian lian melotot terus ke arahnya dengan sepasang matanya yang besar dan
indah, sepasang matanya seakan akan jauh lebih besar lagi daripada dahulu.
Apakah hal ini disebabkan karena dia bertambah kurus"
Kenapa dia menjadi kurus" lantaran persoalan apakah dia menjadi makin kurus"
Bu ki masih saja memperhatikan wajahnya.
DIa tak bisa tidak haru memperhatikannya, dia ingin melihat dari balik sorot matanya yang
jeli itu untuk menentukan cara apa yang hendak ia lakukan terhadap dirinya.
Tapi ia tak berhasil melihat apa apa.
Ungkapan perasaan yang terpancar keluar dari balik matanya itu terlampau rumit, bukan cuma
Bu ki saja yang tak dapat melihatnya, bahkan dia sendiripun tidak memahami.
Siang Si juga tak berkata apa apa lagi.
Dia adalah seorang anak gadis yang pintar. tahun ini umurnya telah mencapai delapan belas
tahun, dia sudah memahami banyak urusan...
Ia telah menyaksikan bahwa hubungan antara toasiocia dengan lelaki itu tampaknya sedikit
agak kurang beres. Sebenarnya dalam bagian manakah terletak ketidakberesanya itu"
DIa sendiripun tak mampu untuk memutuskan keluar.... Sekalipun dia tahu juga tak berani
mengutarakannya keluar. Oleh sebab itu terpaksa dia harus menutup mulutnya rapat rapat.
Setiap orang menutup mulutnya rapa rapat, tiada seorang telur busuk yang bodohpun didalam
ruangan itu. 950 Entah berapa lama sudah lewat tiba tiba toasiocia membalikkan badan dan pelan pelan
berjalan keluar. Mengapa pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun"
Ketika Bu ki sedang keheranan, ketika setiap orang sedang merasa keheranan, mendadak ia
mengucapkan sepatah kata.
TIba dipintu depan, tiba tiba dia membalikkan badannya menatap wajah Bu ki, lalu
mengucapkan dua patah kata.
Dia bilang: "Ikutilah aku!"
Dia minta kepada Bu ki untuk mengikutinya kemana" pergi berbuat apa...?"
Bu ki tidak bertanya, juga tak dapat bertanya.
Sekalipun dia tahu dengan pasti bahwa dia hendak membawanya naik ketiang penggantungan
atau turun ke kuali minyak mendidih, diah hanya bisa mengikutinya saja.
Sekarang dia sudah tidak memiliki pilihan lain.
***** Suasana di dalam kebun bungan amat gelap gulita dan lagi amat tenang.
\Lian lian berjalan didepan, berjalan dengan lambat, lambat sekali, seakan akan didalam
hatinya terdapat suatu masalah pelik yang tak dapat dia selesaikan.
Selama ini ia tidak berpaling, walaupun hanya sekejapun.
Bu ki berjalan juga amat lambat, mengikuti dibelakangnya dalam suatu jarang yang tertentu.
Bayangan punggungnya kelihatan ramping dan lembut, seakan akan sekali saja dia
mendorong tubuhnya, gadis itu segera akan roboh ketanah, roboh untuk selamanya, dan
disitupun tak akan ada orang yang dapat membongkar rahasia lagi.
Beberapa kali dia sudah tak tahan untuk turun tangan.
951 Tapi dia harus berusaha keras untuk mengendalikan diri, sebab dia tak boleh turun tangan
secara gegabah. Dibalik kegelapan mungkin saja dimana mana ada penjagaan yang ketat, Kim lotoa dan It
ciang hong sekalian pasti turut mengawasi pula gerak geriknya dari balik kegelapan.
Kepandaian si Cebol Oh yang hebat serta tenaga pukulannya yang dahsyat, sudah merupakan
kepandaian yang tidak gampang dihadapi.
Tak bisa disangkal lagi It ciang hong merupakan seorang musuh yang amat menakutkan,
cukup diperhatikan dari matanya yang lembut tapi lincah tangan serta kakiknya yang ramping
tapi berotot dapat diketahu kalau gerakan tubuhnya pasti gesit dan lincah.
Biasanya serangan yang dilancarkan kaum perempuan jauh lebih kecji dan buas daripada
seorang lelaki, sebab bila mereka ingin bercokol terus dalam dunia persilatan maka paling
tidak mereka harus lebih tangguh daripada kaum pria, lagipula harus memiliki serangkaian
ilmu silat yang luar biasa lihaynya.
Pia Tayhu, silelaki yang berpenyakitan itu musti seluruh tubuhnya penuh dengna penyakit,
namun sinar matanya tajam bagaikan sembilu, dapat diduga kalau tenaga dalam yang
dimilikinya pasti amat sempurna.
Tentu saja Kim lotoa lebih lebih menakutkan lagi.
Dia mempunyai pengalaman yang matang, pernah menghadapi beratus ratus kali pertempuran
besar maupun kecil entah berapa banyak jago persilatan yang pernah dijumpainya jangan
berbicara soal yang lain, cukup berbicara dari pengalamanya yang matang dalam menghadapi
beratus ratus kali pertarungan sengit dan berkali kali menantang maut, rasanya sulit bagi
orang lain untuk menandinginya.
Untuk menghadapi keempat orang ini saja sudah tidak mudah, apalagi selain mereka terdapat
entah berapa banyak jago lihay yang lebih menakutkan lagi mengikuti disekelilingnya dan
melindungi keselamatan perempuan itu secara diam diam.
952 Andaikata gadis itu sampai mati ditangan Bu ki, apakah Bu kin sendiri dapat hidup lebih
lama" Dengan posisi dan keadaan seperti ini, ia mana berani turun tangan secara gegabah"
Tapi, sekalipun dia tidak turun tangan, berapa lama pula ia masih bisa hidup"
Tak tahan Bu ki mulai bertanya kepada diri sendiri.
Seandainya aku menjadi dia, dengan jelas dan pasti aku tahu kalau dia datang untuk
membunuh ayahku, aku dapat membawanya pergi kemana"
Bagaimanakah jawabnya" setiap orang pasti dapat menduga dan memikirkannya sendiri,
sebab sekarang dia sendiripun tidak mempunyai pilihan lain.
Dia hanya bisa membawanya menuju kematian.
walaupun dia tahu, bila dirinya mengikuti gadis itu maju lebih kedepan, berarti jaraknya
dengan kematian akan bertambah dekat, namun ia justru tak dapat berhenti lagi.
Tiba tiba lian lian berhenti didepan pintu berbentuk rembulan yang kecil dibalik pintu terdapat
sebuah halaman yang bersih dan tenang.
Akhirnya dia berpaling juga.
Tapi dia sama sekali tidak memandang sekejap matapun ke arah Bu ki, hanya ujarnya pelan
ke arah kegelapan dibadanya sana:
"Orang ini adalah seorang sobat lama yang pernah kukenal dulu, aku ingin berbincang
bincang dengannya ditempat ini dengan tenang tanpa gangguan, perduli siapapun yang berani
mengganggu ketenangan kami, aku pasti akan merasa amat tak senang".
Jika Toasiocianya ini tak senang hati, siapapun tak akan menerjang masuk ke dalam untuk
mengganggu ketenangan mereka.
Tapi apa sebabnya dia hendak berbincang dibawah tatapan empat mata dengan Bu ki"
Sebenarnya dia mempunyai persoalan apa yang hendak dibicarakan dengan dirinya"
Ia telah bersiap siap menggunakan cara apa untuk menghadapinya"
953 Andai kata seseorang telah melangkah ke sebuah jalan buntu, maka peduli orang lain hendak
mempergunakan cara apa untuk menghadapinya, al itu sama sekali tak ada bedanya.
***** Ditengah halaman terdapat sebuah kolam teratai kecil
Walaupun bunga teratainya belum mekar, namun angin yang berhembus lewat membawa bau
harum yang semerbak. Angin berhembus masuk lewat luar jendela, api di ujung lilin bergoyang goyang tiada
hentinya. Daun jendela dalam keadaan terbuka lebar.
Dibawah jendela terdapat sebuah kursi yang indah dan enak diduduki, agaknya dia sering
duduk dikursi itu sambil memandang teratai diluar jendela dengan termangu.
Sekarang, dia tidak duduk diatas kursi tersebut, malah sebaliknya mempersilakan Bu ki:


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Silakan duduk!"
Bu ki duduk. Setelah berada disini, berdiri juga boleh, duduk juga boleh, kedua duanya tiada perbedaan
apapun. Diseberang sana masih terdapat daun jendela, Lian lian berdiri dibawah jendela dengan
punggung menghadap kearahnya, lewat lama kemudian ia baru menghela napas panjang.
"Bulan empat sudah lewat, bunga teratai kembali akan mekar...."
Bu ki tidak buka suara, juga tak mampu buka suara, dia hanya menanti...
Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya Lian lian berpaling dan menatap wajahnya dengan
sorot mata yang sangat aneh, tiba tiba ia berkata:
"Aku tahu siapakah kau!"
Bu ki menghela napas panjang.
954 "Aku tahu kau juga tahu!" ucapnya.
"Akupun tahu karena apa kau datang kemari"
"Kau memang seharusnya tahu"
Ia tidak menyangkal lagi, juga tak bisa menyangkal lebih jauh.
"AKu memang datang untuk membunuh Sangkoan Jin"
"Aku pikir sekarang tentunya kau juga sudah tahu bukan, orang yang hendak kau bunuh
adalah ayahku" "Akupun tahu, didunia ini tak akan ada orang yang membiarkan orang lain datang untuk
membunuh ayah sendiri"
"Yaa, memang tak mungkin ada"
"Sekarang, kau bermaksud hendak menghadapi diriku dengan cara apa...?"
Lian lian termenung, tiba tiab diapun menghela napas panjang.
"AIii.. aku sendiripun tak tahu"sahutnya.
"Mengapa kau tidak tahu?"
"Sebab perbuatanmu ini bukan suatu perbuatan salah"
"Oya?" "Bila aku adalah kau, ada orang telah membunuh ayahku, akupun pasti akan berusaha kerasa
untuk membunuhnya" "CUma sayang aku bukan kau"
"Bila orang yang hendak kau bunuh adalah orang lain, aku pasti akan berusaha sepenuh
tenaga untuk membantu usahamu itu!"
"Sayang orang yang hendak kubunuh adalah ayahmu"
Dengan hambar dia melanjutkan:
"Oleh sebab itu, entah dengan cara apa kau hendak menghadapi diriku, aku tak akan
membencimu, sebab bila aku adalah kau, akupun sama saja akan berbuat demikian"
955 Kembali Lian lian termenung sampai lama sekali, kemudian pelan pelan dia baru berkata:
"Justru karena aku adalah putrinya, maka aku selalu tidak percaya kalau dia benar benar telah
membinasakan ayahmu"
"Oooo.." "Selama ini dia selalu jujur, selalu berpandangan lurus dan bijaksana, walaupun ada kalanya
dingin dan kaku tanpa perasaan, namun dia itu berpandangan lurus,
Aku benar-benar tidak percaya kalau dia dapat melakukan perbuatan seperti ini"
"Oooh ?" "Itulah sebabnya aku harus berkunjung sendiri ke perkumpulan Ho Hong San Ceng dan
melihat sendiri keadaan di sana, apakah di balik kesemuanya itu masih terdapat rahasia lain."
"Sekarang, kau telah berkunjung ke sana bukan?"
"Yaa!" sahut Lian Lian dengan sedih, bahkan secara diam-diam aku telah berkunjung ke
kamar baca ayahmu, berdiri di termpat ayahmu terbunuh ?"
Sepasang matanya memancarkan pernderitaan dan kepedihan:
"Waktu itu malam sudah larut, empat penjuru hening tiada manusia, persis seperti saat ini
keadaannya, aku berdiri di sana seorang diri, bertanya kepada diriku sendiri, andaikata pada
suatu hari kau datang membunuh ayahku untuk membalas dendam, apa yang harus
kulakukan?" Persoalan ini memang suatu masalah pelik yang tak terpecahkan.
Setiap kali teringat akan persoalan ini, sekalipun sedang berada dalam impian, tiba-tiba dia
akan terbangun dan melelehkan keringat dingin "
Sebab dia tahu, kesalahan terletak di tangan ayahnya.
"Aku selau memberitahukan kepada diriku sendiri" kata Lian Lian, "Dia tidak dapat
melakukan kesalahan, dia berbuat demikian pasti mempunyai alasan tertentu, sayang, aku
sendiripun tak dapat mempercayai perkataan tersebut."
956 Setelah tertawa, dia melanjutkan:
"Kau dapat membohongi setiap orang, tapi jangan harap dapat menipu dirimu sendiri."
Senyumannya sudah dipenuhi oleh penderitaan:
"Oleh sebab itu, aku selalu berusaha untuk menemani kau pada waktu itu, aku berharap
menemani kau pada waktu itu, aku berharap dapat memusnahkan rasa dendam dan bencimu
kepada ayahku, asal kau dapat memaafkan dia, apapun yang kau hendak kau suruh kulakukan,
aku tetap bersedia untuk melakukannya ?"
Dengan memandang dingin, Bu Ki memandang sekejap ke arahnya, tiba-tiba dalam hatinya
pun merasakan suatu kepedihan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Dia tak bisa tidak harus mengakui bahwa gadis itu sesungguhnya adalah seorang gadis yang
berhati mulia, seorang gadis yang pantas dikasihani.
Sebab dia bersedia untuk mengorbankan diri.
"Sayang, dendam kesumat semacam ini selamanya tak akan dapat dihilangkan dengan begitu
saja. Terpaksa dia harus mengeraskan hati dan berkata dengan dingin:
"Andaikata pada waktu itu aku sudah tahu kalau kau adalah putrinya Sang Koan Jin, aku past
akan membinasakan dirimu!"
"Seandainya kau membunuhku pada waktu itu, bukan saja aku tak akan mengalahkan dirimu,
mungkin malahan berterima kasih kepadamu!" jawab Lian Lian sedih.
"Kenapa?" Lian Lian menghela napas sedih.
"Sebab secara tiba-tiba aku merasa, lebih baik aku cepat-cepat mati saja!"
Setelah berhenti sejenak, dengan sedih dia melanjutkan:
"Bila aku sudah mati, tak mungkin akan kualami penderitaan dan kemurungan seperti
sekarang ini" 957 "Sekarang, kau masih belum seharusnya merasa kesal atau murung, toh persoalan ini tidak
sulit untuk diselesaikan!"
"O ya?" "Sekarang, seandainya aku masih dapat membunuhmu, aku pasti akan membunuh dirimu"
Lian Lian segera mengangguk.
"Aku percaya!" sahutnya.
"Selama berada di kebun bunga tadi, paling tidak aku sudah tiga kali ingin membunuhmu."
"Mengapa kau tidak turun tangan?"
"Sebab walaupun aku bisa membunuhmu. Belum tentu aku dapat meninggalkan tempat ini
dalam keadaan hidup."
Lian Lian mengakui akan hal ini.
Kembali Bu Ki berkata: "Sekalipun aku hendak membunuhmu, sesungguhnya kejadian ini merupakan suatu kejadian
yang adil." "Paling tidak kau toh bisa mengajakku untuk mati bersama."
Bu Ki segera tertawa: "Antara aku dengan kau tiada dendam atau sakit hati apa apa, dendam kesumat generasi yang
lalu sama sekali tak ada hunungannya dengan generasi sekarang, mengapa aku menyuruhmu
untuk menemani aku mati?"
Senyumannya tampak begitu tenang dan lembut.
"Kedatanganku kemari memang membawa tekad untuk mati bila gagal sekarang aku terlah
berusaha dengan sekuat tenaga. Walaupun tidak berhasil aku juga aku juga mati tanpa
menyesal." Lian Lian memperhatikannya, lewat lama lama kemudian, dia baru bertanya:
"Ucapanmu itu kau utarakan dengan hati jujur"
958 "Betul!" Kembali Lian Lian menghela napas panjang.
"Aaaai " bila seseorang dapat mati tanpa menyesal, bisa mati dengan hati yang bersih, apa
salahnya untuk mati?"
Tiba-tiba Bu Ki tertawa tergelak.
"Haaahhh " haaahhh " haaahhh " Tidak kusangka kalau kau dapat memahami maksud
hatiku?" Kembali Lian-lian menghela napas panjang.
"Aaai " seringkali aku mendengar orang berkata, hidup seribu tahun akhirnya juga mati,
maka aku selalu beranggapan, kematian merupakan suatu perbuatan yang amat sukar sekali."
"Yaaa, memang bukan suatu pekerjaan yang terlampau gampang " " Bu Ki manggutmanggut.
"Tapi sekarang aku sudah mengerti, ada kalanya hidup justru jauh lebih sulit daripada mati,
betul tidak?" Gadis itu menatap lawannya dengan sorot mata yang jeli.
Bu Ki manggut-manggut. Tak tahan diapun menghela napas panjang, katanya pelan:
"Yaa, ucapannmu itu memang tepat sekali. Ada kalanya memang demikian keadaannya."
"Oleh sebab andaikata seseorang ingin benar-benar mati, lebih baik biarkan saja mati."
"Betul!" Di atas dinding ruangan tergantung sebilah pedang, sebilah pedang panjang tiga depa tujuh
inci dengan sarung pedang berwarna hitam pekat.
Lian lian mengambil pedang itu dan ...
"Criing!" meloloskannya dari sarung, mata pedang dingin bagaikan salju.
Tiba-tiba ia serahkan pedang itu kepada Bu Ki, lalu dengan sikap yang dingin dan tenang
tiba-tiba ia berkata: "Bunuhlah!" 959 ***** TIADA PILIHAN LAIN Pedang itu sebilah pedang yang asli, sebilah pedang sungguhan.
Di kala tanganmu menggenggam di atas gagang pedang yang dingin, kaku dan keras itu, akan
kau rasakan bahwa pedang, tiada perasaan lain di dunia ini yang dapat lebih nyata dan tegas
daripada perasaan tersebut.
Bu Ki adalah seorang yang belajar pedang.
Sekarang di tangannya telah menggenggam pedang tersebut, tapi kali ini dia tidak memiliki
perasaan yang nyata dan tegas semacam itu.
Hampir saja dia tak dapat percaya kalau kejadian ini merupakan suatu kejadian yang nyata.
Lian-lian mengawasinya lekat-lekat. Kemudian sepatah demi sepatah pelan-pelan dia berkata:
"Aku bersungguh hati, aku bersungguh hati hendak menyuruhmu membunuh diriku."
"Kenapa?" tak tahan BuKi bertanya.
"Sebab ayahku telah membunuh ayahmu, aku tak dapat membiarkan aku mencelakai dirinya."
Kemudian dia menambahkan,
"Ayahku telah melakukan kesalahan, aku tak dapat membuat salah lagi ..."
Bu Ki masih belum juga dapat memahami.
"Tapi, bila aku tidak mati, kaupun tak bisa terhindar pasti akan mati di tanganku, sebab aku
tahu tak akan membiarkan kau pergi memcelakai ayahku?"
Bu Ki tertawa getir. "Bagaimana seandainya kau yang mati" Apakah dapat menyelesaikan persoalan ini?"
"Setelah aku mati, kau dan ayahku dapat hidup terus."
"kenapa?" kembali Bu Ki bertanya.
"Sebab setelah aku mati, tak akan ada barang lain lagi yang dapat menyingkap rahasiamu
lagi." 960 Kemudian ia melanjutkan: "Kim lotoa sekalian pasti akan menyangka kalau kau akan membunuhku, maka habis
membunuhku kau harus cepat cepat pergi meninggalkan tempat ini, mereka pasti tak akan
menghalangi kepergianmu, saat itu rahasiamu masih belum terbongkar, maka tidak sulit
bagimu untuk pergi meninggalkan benteng keluarga Tong!"
Bu Ki mengakui bahwa ucapannya benar.
Bila sekarang juga dia angkat kaki, memang masih tersedia kesempatan baginya untuk
melarikan diri. Kembali Lian Lian berkata:
"Tapi, setelah kau pergi membunuhku maka kau harus segera pergi dari sini, semenit pun tak
dapat tinggal di sini lebih lama lagi, oleh sebab itu kau pasti tak akan berkesempatan lagi
pergi untuk pergi mencari ayahku."
Setelah tertawa lebar, dia melanjutkan:
"Apalagi setelah kau membinasakan diriku, sedikit banyak perasaanmu akan menjadi sedih
dan menyesal, siapa tahu kalau dendam kesumat kita dua keluarga akan Makin bertambah
tawar dengan terjadinya peristiwa ini. Tentu saja akupun akan mati dengan hati yang bersih.
Oleh sebab itu setelah kupikirkan kembali pulang pergi aku rasa cara inilah merupakan cara
yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan ini."
Sebenarnya persoalan ini memang merupakan suatu persoalan yang sulit untuk diselesaikan,
hanya dengan kematian saja masalah tersebut baru dapat diselesaikan.
Andaikata Bu Ki mati, persoalan inipun sama saja dapat terselesaikan.
Tapi mengapa dia tidak membiarkan Bu Ki mati"
Ia lebih suka mengorbankan diri daripada mencelakai jiwa Bu Ki, apa sebabnya begitu"
Sekalipun Bu Ki adalah seorang manusia bodoh yang tak bisa ditolong lagi paling tidak dia
juga bisa memahami perasaan tersebut.
961 Sekalipun Bu Ki seorang manusia berhati baja yang dingin dan kaku tanpa perasaan.
Perasaannya terhadap persoalan inipun seharusnya amat berterima kasih.
Cuma sayang, sekarang ia sudah tidak berhak untuk menerima rasa haru orang lain. Sama
sekali tidak berhak untuk menerima perasaan kasih sayang orang lain.
Sebab dirinya sekarang sudah tidak terhitung milik dirinya sendiri.
Semenjak ayahnya mati secara menggenaskan, dia telah menjual dirinya kepada iblis yang
buas yang bernama "Dendam Kesumat".
Iblis buas itu sudah banyak tahun malang melintang dalam kehidupan manusia, entah sudah
betapa banyak orang yang dirasuki oleh iblis tersebut.
***** Di luar jendela ada angin.
Cahaya lentera yang bergoyang menyinari wajah Lian Lian yang pucat, dia bukan gadis
lincah yang dulu lagi. Tiba-tiba Bu Ki berkata, "Kau adalah seorang telur busuk yang bodoh!"
Ia tidak membiarkan wajahnya menunjukkan perasaan apapun.
"Hanya orang bodoh yang bisa menemukan cara amat bodoh seperti ...!"
Lian Lian sendiripun harus mengakui akan perkataan tersebut.
Cara ini memang suatu cara yang bodoh tapi inilah satu-satunya cara yang dapat ia temukan.
"Semua orang bodoh pantas untuk mati, aku memang seharusnya membinasakan dirimu."
"Lantas mengapa kau masih belum juga turun tangan?"
Pedang untuk membunuh telah berada di tangannya, orang yang harus dibunuh juga telah
berada di depan matanya. Mengapa Bu Ki belum juga turun tangan"
962 Hanya ada sebuah alasan yang dapat menjelaskan kesemuanya itu, tapi alasan itu, tak ingin
dia akui, juga tak ingin dia utarakan keluar.
Sebab ada orang yang mewakili untuk mengucapkanya keluar.
Tiba-tiba terdengar seseorang berkata dengan suara dingin:
"Dia masih belum juga turun tangan, karna dia sendiripun seorang bodoh "!"
Ternyata orang itu adalah Sangkoan Jin.
Sewaktu Bu Ki berpaling ke belakang, Sangkoan Jin telah berada di depan mata.
***** Paras muka Bu Ki sama sekali tidak berubah.
Paras muka Sangkoan Jin juga sama-sama tidak berubah.
Walaupun mereka adalah musuh besar yang saling bermusuhan, namun paling tidak mereka
mempunyai satu persamaan "
Musuh besar yang dibenci sampai merasuk ke tulang telah berada di depan mata.
Pertemuan ini sudah buka pertuan mereka yang pertama kali lagi, tak dapat disangkal
pertemuan ini adalah pertemuan mereka yang terakhir kalinya.
Bu Ki tahu, inilah kesempatan yang terakhir baginya.
Ternyata Thian masih bermurah hati kepadanya, sebuah kesempatan yang terakhir kembali
dia dapatkan, kali ini dia harus manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.
Dia tak boleh merasa sangsi lagi, tak boleh melepaskan kesempatan yang terakhir kali ini
demi siapapun dan persoalan apapun
Kasihan, iba, berbaik hati " semua perasaan yang maha agung itu dibuangnya jauh-jauh
Demi berhasilnya pembalasan dendam tersebut, terpaksa dia harus melakukan perbuatan
apapun juga. Cahaya pedang berkelebatan lewat, tahu-tahu ujung pedangnya telah berada di atas
tenggorokan Lian Lian. 963 Sangkoan Jin Hanya memandangnya dengan dingin, berkedippun tidak.
Jilid 33________ Sambil tertawa dingin Bu-ki lantas berkata: "Kau anggap aku benar-benar tak berani
membunuhmu?" "Tentu saja kau tak berani!"


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebab yang hendak kau bunuh adalah aku, bukan dia, bila kau membuhunnya maka kau tak
akan memperoleh kesempatan untuk membunuhku lagi!"
Mau tak mau Tio Bu ki harus mengakui bahwa pandangannya memang tepat sekali.
"Oleh sebab itu sama sekali tak berguna bila kau hendak menyandera dirinya untuk
mengancam diriku, aku bukanlah seorang yang akan menyerah dengan begitu saj bila
diancam" "AKu bisa melihatnya"
"akupun dapat melihat, kau tak akan melepaskan dia dengan begitu saja.... "
"Yaa, memang tak mungkin"
"Oleh sebab itu aku hanya bisa membiarkan kau menggunakan dia sebagai jaminan untuk
berbincang bincang denganku"
"Apakah kau juga tahu kalau aku hendak menawarkan suatu barter denganmu?"
"Yaa, asal kau melepaskan dirinya, akupun akan memberi sebuah kesempatan kepadamu"
"Kesempatan apa?"
"Kesempatan untuk bertarung secara adil"
"Ehmm, kedengarannya tawaranmu ini cukup menarik"
"Kujamin kau pasti tak akan menemukan langganan yang lebih baik daripada diriku"
"Tapi, dari mana aku bisa tahu kalau ucapanmu itu dapat dipercaya?"
"Kau tidak tahu"
"Cuma sayang, agaknya aku sudah tiada pilihan lain kecuali menuruti perkataanmu itu?"
964 "Ya, memang tapat sekali"
Bu ki menataonya tajam tajam, sementara dalam hatinya bertanya kepada diri sendiri:
"Benarkah aku sudah tidak memiliki pilihan lain?" tampaknya jawaban yang diperoleh tegas
sekali. "Benar!"
Justru karena ayahnya terlampau percaya dengan orang ini, maka sebagai akibatnya dia pun
tewas dibunuh oleh orang ini. Asal dia masih mempunyai pilihan yang lain, dia tak akan sudi
untuk mempercayai orang ini. Sayang sekali, dia tidak punya.
Angin berhembus sepoi sepoi diluar jendela, cahaya lentera berkedip kesana kemari. Sinar
yang redup itu menyinari wajah Lian-lian yang cantik, cahaya pedang yang dingin juga
menyinari raut wajahnya itu.
Tiba tiba saja paras mukanya itu berubah menjadi semacam warna pucat pias yang bening,
seakan akan kaca putih kristal saja. Ia tak dapat membiarkan Bu ki ditipu sekali lagi oleh
ayahnya, dia tak boleh membiarkan Bu ki mati. Dia lebih lebih tak ingin menyaksikan
ayahnya tewas diujung pedang orang lain.
Sayang, dia justru tidak memiliki kemampuan untuk berbuat demikian...... Mata pedang
ditangan Bu ki sudah makin mendekati tenggorokannya, mendadak dia berteriak keras:
"Kumohon kepadamu, lepaskanlah dia.... oooh, kumohon kepadamu, lepaskanlah dia...... "
Mendadak dia mendorong tenggorokannya sendiri keatas mata pedang, darah segar segera
berhamburan, tubuhnya turut roboh terkapar ditanah. Persoalan ini merupakan sebuah simpul
mati, hanya "kematian" saja yang dapat membebaskannya. dia pun sudah tidak memiliki
pilihan yang lain lagi. ***** PEDANG MESTIKA BERMATA DUA
965 Kalau sudah tiada pilihan lain lagi, ya apa boleh buat" Keadaan yang paling menyedihkan
bagi kehidupan manusia bukan perpisahan, bukan kematian, bukan kecewa, bukan, kekalahan,
semuanya bukan. Keadaan yang paling mengenaskan dan tragis bagi kehidupan manusia adalah pasa saat ia
tidak memiliki pilihan lain lagi, disaat apa boleh buat lagi. Hanya orang-orang yang sudah
berpengalaman saja yang tahu betapa menakutkannya penderitaan tersebut. Bu-ki memahami
keadaan tersebut. Ia menyaksikan Lian lian mendorong tenggorokannya sendiri ke ujung mata
pedang, melihat darah segar memancar keluar dari tenggorokan Lian lian.
Dia pun merasakan pula kesakitan yang luar biasa, seakan tubuhnya kena tertusuk pula.
Tusukan itu tidak menembusi tenggorokannya, tusukan itu menembusi ulu hatinya, kumohon
kepadamu, lepaskanlah dia. Ia sedang memohon kepada Tio Bu ki untuk membebaskan
ayahnya" ataukah sedang memohon kepada ayahnya untuk membebaskan Tio Bu ki"
Siapapun tidak tahu. Namun kekuatan yang terkandung dalam perkataan itu, justru jauh lebih
besar dari pada pedang mustika macam apapun yang ada di dunia ini.
Gadis itu hanya berharap dengan kematiannya bisa mendapatkan rasa kasih sayang dan
pengampunan dihati masing-masing.
Bagi dirinya, kematian bukan se suatu yang luar biasa.
Dia cuma berharap dapat membiarkan meraka tahu bahwa antara mati dan hidup sebenarnnya
tidak terdapat suatu perbedaan yang seserius apa yang mereka bayangkan. Pada detik itu juga,
Bu ki merasakan dirinya tergetar dam terpesona oleh ungkapan perasaannya yang begitu
agung. Pada detik itu juga, hampir saja dia melupakan segala galanya, bahkan rasa dendam kesumat
yang dalam sampai merasuki tulang itupun terlupakan. Pada detik itu jiga, Sangkoan Jin dapat
menggerakkan tangannya untuk membunuh dia. tapi anehnya, justru Sangkoan Jin talah
memberikan kesempatan sekali lagi kepadanya.
966 Menanti dia tergetar sadar dari lamunannya, mendadak dia menjumpai kesempatan yang
diidam idamkan selama ini telah tertera didepan mata.
***** Lian lian sudah roboh kebawah, terkapar diatas tanah. Sangkoan Jin telah menerjang ke muka,
membungkukkan badan sambil memeriksa keadaannya. Saat itu dia sedang membelakangi Bu
ki. Punggungnya lebar, tusukan yang dilancarkan dalam posisi bagaimanapun, pasti akan
berhasil menembusi tubuhnya. Setiap orang muda pasti suka bermimpi, bermimpi indah,
bermimpi aneka macam. Bu ki termasuk masih muda. Dalam suatu impian indah yng pernah dialaminya, keadaan
semacam ini sudah pernah dilihatnya. Dalam genggamannya masih terdapat pedang, musuh
besarnya sedang berjongkok membelakanginya, menunggu tusukan itu menembusi tubuhnya.
Tapi impian semacam itu benar benar terlalu berkhayal.... impian yang indah selalu terasa
seditik berkhayal. Belum pernah dia mengharapkan impian semacam ini berubah, manjadi kenyataan, sungguh
tak disangka impian tersebut ternyata kini menjadi suatu kenyataan.
Musuh besarnya sedang berjongkok membelakanginya. Kebetulan juga ditangannya terdapat
pedang, kesempatan semacam ini mana boleh dia lewatkan dengan begitu saja" Mana bisa ia
lewatkan. Semua penderitaan dan siksaan yang pernah dialami, semua kesedihan dan rasa dendam yang
membara didada, membuatnya tidak menyia nyiakan kesempatan tersebut denagn begitu saja.
Cahaya pedang berkelebat lewat, tahu tahu pedang itu sudah berada ditangan, Anehnya,
pedang tersebut sama sekali tidak ditusukan kedepan.
Untung saja pedang itu tidak ditusukkan ke depan, Untung saja Thian masih bersikap cukup
baik kepadanya, sehingga tidak membiarkan pedang itu benar-benar ditusukan kebawah.
967 Noda darah yang membasahi tenggorokan Lian-lian masih belum mengering. Tusukan
tersebut tidak dia lakuakan bahkan lantaran sama sekali tak beralasan.
Sugong Siau hong pernah menyerahkan pebuah harimau kemala putih kepadanya, ia pernah
berpesan, sebelum membunuh Sangkoan jin, harimau kemala putih itu harus diserahkan
dahulu kepada Sangkoan Jin.
Tusukan tersebut tidak ia lakukan, juga bukan sama sekali lantaran asalan tersebut. Dia selalu
adalah seorang yang amat memegang janji, dia telah menyanggupi permintaan Sugong Siauhong,
tapi dalam detik tersebut, pada hakekatnya ia telah melupakan kejadian itu.
Tusukan itu tidak ia lakukan, lantaran dia adalah Tio Bu-ki. Entah masih ada berapa banyak
alasan lagi yang membuat tusukan pedang tersebut tak sanggup dia lakukan.
Ada sebab pasti ada akibat, ada akibat tentu ada sebab.
Walaupun teori in berasal dari agama Buddha, namun banyak peristiwa didunia ini yang
berteorikan demikian. Sekalipun tusukan tersebut tidak dilanjutkan, mata pedang telah berada tak sampai seinci dari
urat nadi besar dibelakang tengkuk kiri Sangkoan Jin.
Tentu saja Sangkoan Jin dapat merasakan hawa pedang yang menyayat kulit badannya iru.
Tapi ia sama sekali tidak memberi reaksi apa-apa.
Bu-ki menggenggam gagang pedang itu erat-erat, semua otot hijaunya pada menonjol keluar
semua karena penggunaan tenaga terlampau besar.
Dia berusaha keras untuk tidak memandang Lian-lian yang terkapar diatas tanah, sepatah
demi sepatah katanya: "Sangkoan Jin, berpaling kau, pandang aku, aku hendak menyuruh kea melihat jelas siapakah
aku?" Sangkoan Jin tidak memjawab pertanyaan itu, delang sejenak kemudian ia baru berkata
dingin: 968 "Aku sudah melihat jelas tentang dirimu, sejak kau berumur sepuluh tahun sudah melihat
dirimu sejelas jelasnya, sekarang aku tak perlu melihat lagi"
"Kau sudah tahu siapakah aku?" paras muka Bu-ki agar berubah.
"Sejak kau melangkah masuk ke dalam benteng keluarga Tong, aku sudah tahu siapakah kau"
Tiba-tiba dia menghela napas panjang, kemudian melanjutkan: "Tio Bu ki, kau tidak
seharusnya datang kemari"
Paras muka Bu ki segera berubah. Andaikata Sangkoan Jin sudah tahu siapa kah dia sejak itu,
kenapa ia tidak membongkar rahasianya" Ia menampik untuk memikirkan pertanyaan itu.
Pada hakekatnya dia tidak percaya akan pengakuannya itu.
"Bila kau anggap dirimu benar benar bisa membohongi kami, maka keliru besar pendapat itu"
ucap Sangkoan Jin, "kau bukan cuma memandang rendah diriku, juga memandang rendah orang orang keluarga
Tong" Suaranya bertambah dingin dan kaku: "Sekarang, kau seharusnya sudah mati sebanyak empat
kali" Bu ki tidak berkata apa apa, dia hanya tertawa dingin tiada hentinya.
Ia masih tetap belum mau percaya, apapun yang diucapkan Sangkoan Jin, ia menolak untuk
mempercanyainya. Kembali Sangkoan Jin Berkata: "Kau mengakui dirimu sebagai Li Giok-tong, berasah dari
dusun Ki si Si-tou-cun, pada saat itu juga seharusnya kau telah mati"
"Oya?" "Kau belum mati, karena orang yang diutus untuk menyelidiki asal usulmu itu talah disuap
orang, disuap agar merahasiakan keadaan yang sebenarnnya"
"siapa yang telah menyuapnya?" tak tahan Bu ki bertanya.
"Seorang yang masih belum menginginkan kematianmuu"
969 Persoalan ini merupakan persoalan yang selama ini tidak dipahami oleh Bu ki, mau tak mau
dia harus mengakui, tampo hari dia memang benar benar lolos dari elmaut.
Sangkoan Jin kembali berkata: "Malam pertama baru saja tiba di sini, ternyata kau berani
seorang diri menyelidiki benteng keluarga Tong"
Suara pembicaraan itu seperti mengandung hawa amarah yang berkobar kobar, terdengar ia
melanjutkan: "Kau anggap benteng keluarga Tong ini seebagai suatu tempat macam apa"
Nyali mu benar benar terlalu besar!"
Mau tak mau Bu ki harus mengakui kembali, sebenarnnya saat itupun dia bakal mati. Dia
tidak mati karena ada orang telah memancing pergi penjaga penjaga disekitar sana.........
Seseorang yang masih tidak menginginkan kematiannya.....
"Andaikata tiada orang yang membantumu membunuh Siau-po, kaupun bakal mampus !"
"Kenapa?" tak tahan Bu-ki bertanya.
"Sebab kau tak akan membunuhnya, kau pasti akan berusaha untuk mencari akal agar dia
dapat meloloskan diri, karena kau sudah tahu kalau orang itu adalah mata mata Tay-hongtong
yang diselundupkan kemari"
Dengan ujar dingin ia melanjutkan: "Tapi bila kau tidak membunuhnya, berarti kau bakal
mampus" "Apakah Tong Koat juga telah berhasil memcari tahu asal usulnya yang sebenarnya?"
"Dia menyuruh kau membunuh Siau po karena dia hendak mencoba dirimu, dia jauh lebih
lihay dari pada apa yang kau banyangkan selama ini"
Tiba-tiba sambil tertawa dingin dia melanjutkan: "Lui Ceng-thian?"
"Kau anggap dia dapat bekerja sama denganmu untuk bersama sama menghadapi benteng
keluarga Tong" Padahal ia sudah bersiap-siap untuk menjual dirimu kepada orang lain, sebab
baginya, orang itu jauh lebih berguna dari pada dirimu"
970 "Untung saja ada orang mengetahui kejadian ini, dan membantuku untuk membinasakan Lui
Ceng-thian?" kata Bu-ki.
"Benar" "Apakah Sian-po juga dibunuh orang itu?"
"Benar" "Diakah orang yang tidak menginginkan kematianku" Kalau bukan dia, aku sudah mati
sebanyak empat kali?"
"Benar!" Tiba tiba Bu ki menutup mulutnya rapat-rapat. Sebenarnnya dia masih mempunyai banyak
persoalan yang hendak ditanyakan, paling tidak ia harus mengetahuinya. Siapakah orang itu"
Dan siapa pula namanya"
Darimana Sangkoan Jin bisa mengatahui semua persoalan ini" Dia tidak bertanya.
Padahal dia memang bertanya, sebab tanpa bertanyapun dia sudah mengetahui jawaban dari
kedua buah persoalan. Tapi dia menolak untuk mempercanyainya. Menolak untuk mengakuinya.
Bagaimanapun juga, dia harus membunuh Sangkoan Jin. Sudah terlalu besar pengorbanan
yang dia berikan untuk persoalan itu.
Dia tak dapat merubah tekadnya lagi walau karena alasan apapun juga.
Sayang bagaimanapun juga dia adalah manusia, seorang manusia yang mempunyai pikiran
dan perasaan, ada banyak persoalan memang tak usah dia tanyakan, namun tak bisa tidak
untuk memikirkannya: Tiba tiba ia menemukan tangannya sedang gemetar pedangnya juga
sedang gemetar karena bagaimanapun juga dia toh masih terbayang juga akan persoalan yang
menakutkan itu. Apakah orang yang empat kali menolongnya adalah Sangkoan Jin "
Tapi, mengapa Sangkoan Jin hendak menolongnya "
971 Ia tak berhasil menemukan setitikpun alasannya.
Cahaya pedang berkilauan, mau tak mau dia harus bertanya kepada diri sendiri.
Kalau pedang ada yang bermata dua, apakah persoalan inipun ada pula bagian yang
berlawanan " ***** RAHASIA HARIMAU KEMALA PUTIH
PEDANG mestika ada yang bermata dua, sebiji mata uang ada bagian depan dan ada pula
bagian kebalikannya, ada banyak persoalan kebanyakan mempunyai bagian muka serta
kebalikannya ...... kecuali kebenaran, hampir setiap persoalan pasti ada.
Sudut pandangan yang di lihat Bu-ki dalam persoalan ini adalah :
Sangkoan Jin telah membunuh ayahnya, mengkhianati Tay hong tong, tidak jujur, tidak setia
kawan, dosanya tak terampuni.
Kesemuanya itu merupakan kenyataan dengan bukti yang jelas, tiada orang yang dapat
membantah lagi. Dia tak menyangka sama sekali kalau peristiwa ini masih mempunyai sudut
pandangan yang lain. Perduli apakah Sangkoan Jin telah menolongnya atau tidak, perduli apa sebabnya Sangkoan
Jin telah menolongnya, hal tersebut tetap sama saja.
Dia masih tetap akan membunuh orang ini.
Tapi ketika dia bertekad hendak turun tangan, mendadak teringat olehnya akan Harimau
kemala putih. Mengapa Sugong Siau hong menitahkan kepadanya untuk menyerahkan harimau kemala
putih tersebut kepada Sangkoan Jin sebelum ia membunuhnya "
Rahasia apakah yang terdapat didalam Harimau kemala putih itu "
Harimau kemala putih itu masih ada.
972 Setiap waktu setiap saat dia selalu menggembol Harimau kemala putih itu, cukup tangan itu
merogoh ke dalam saku, benda tersebut segera akan di didapatkan.
Sekarang ia telah menggenggam Harimau kemala putih itu ditangannya.
Tangannya yang lain masih tetap menggenggam pedang.
Bagaimanapun juga ia hendak membunuh Sangkoan Jin lebih dulu.
Bagaimanapun juga, dia harus menyerahkan Harimau kemala putih ini kepada Sangkoan Jin
lebih dulu. Dalam hatinya timbul pertentangan batin yang saling bertolak belakang, otot-otot hijau di atas
tangannya sudah menonjol keluar semua karena kelewat tegang.
Mendadak ..... "Bluum!" ternyata Harimau kemala putih itu sudah diremasnya hingga hancur.
Harimau kemala putih yang tampaknya kuat dan keras dipandang dari luar ini ternyata
bagaikan kuncu yang yang tampaknya lemah lembut saja, dalamnya ternyata kosong
melompong. Hanya bedanya saja, isinya bukan kejahatan atau kemunafikan melainkan segulung kertas
dengan sebuah rahasia. Sebuah rahasia yang mengejutkan sekali.
Sebuah rahasia yang cukup untuk merubah nasib banyak orang, juga merubah kehidupan dari
Tio Bu-ki. Kertas yang disembunyikan dalam Harimau kemala putih itu ternyata ditulis sendiri oleh
ayahnya, surat yang di tulis sendiri oleh Tio Kian menjelang kematiannya.
Apa yang tertulis di sana merupakan sebuah rahasia besar yang mimpipun tak akan disangka
orang. Tentu saja yang ditulis olehnya merupakan suatu kenyataan yang tak dapat dibantah lagi.
Peristiwa ini terjadi pada hari baik yang cocok untuk melakukan pelbagai kegiatan tahun itu.
973 Pada waktu itu Pek lek tong telah bergabung dengan keluarga Tong di propinsi Szechuan,
kekuatan mereka yang berlipat ganda sudah tak mampu di bendung lagi oleh kekuatan Tay


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hong tong. Waktu itu keadaan Tay hong tong kian kemari kian bertambah rendah dan merosot.
Apabila tidak terjadi suatu penemuan aneh, asal Pek lek tong dan keluarga Tong melancarkan
serangan bersama, tidak sampai tiga bulan, Tay hong tong pasti akan hancur berantakan tak
karuan. Waktu itu, tongcu dari Tay hong tong yakni Im hui yang Im loya cu sedang menutup diri,
bagaimanapun gawatnya situasi ini, mustahil ia bisa menampilkan diri untuk menyelamatkan
Tay hong tong, maka tanggung jawab inipun jatuh di pundak Tio Kong, SUgong Siau hong
dan Sangkoan Jin. Tentu saja mereka tidak dapat duduk tenang di rumah sambil menantikan terjadinya
penemuan aneh. Sudah barang tentu mereka lebih-lebih tak dapat membiarkan Tay hong tong hancur musnah
di tangan lawan. Oleh sebab suatu kejadian aneh tak mungkin bisa muncul, terpaksa mereka harus
menggunakan suatu "siasat aneh"
Mereka teringat kembali dengan suatu cerita pada jalan Cun ciu Cian kok tempo dulu, teringat
akan pengorbanan para ksatrianya demi menyelamatkan negera dari kehancuran.
Mereka teringat pula diri Niat Ceng, Sin Ko, Ko Kiang lei dan Kou Cian.....
Beberapa orang itu ada yang mengorbankan diri demi membunuh raja lalim, ada yang beradu
jiwa bersama musuhnya. Ada yang mengandung derita dan sengsara demi membalaskan
dendam negara. Walaupun cara yang dipergunakan orang-orang itu berbeda, namun pengorbanan mereka
semuanya gagah dan perkasa.
974 Demi Tay hong tong, merekapun tak sayang untuk mengorbankan diri.
Maka rencanapun segera di atur dan di putuskan....
Untuk menyelamatkan bahaya yang mengancam Tay hong tong, mereka harus melakukan
beberapa macam pekerjaan.
Berusaha untuk memecah belah kerjasama Pek lek tong dengan keluarga Tong, menyuap anak
buah mereka dan menciptakan pertumpahan darah dalam tubuh mereka sendiri.
Berusaha untuk mengorek rahasia pihak lawan, mencari cara yang paling jitu untuk
menghadapi senjata rahasia beracun dari keluarga Tong serta mencuri resep obat dari keluarga
Tong. Menyelidiki dan menemukan mata-mata serta pengkhianat dalam tubuh Tay hong tong
sendiri. Untuk melaksanakan beberapa persoalan ini maka harus ada seorang diantara mereka yang
dapat menyusup ke tubuh lawan serta memperoleh kepercayaan mereka.
Siapakah diantara anggota Tay hong tong yang sanggup melaksanakan tugas ini"
Keluarga Tong jauh berada dengan perguruan-perguruan serta aliran-aliran lain.
Sebab mereka bukan membentuk kelompok atau perguruan karena demi kepentingan
bersama, sebaliknya merupakan suatu kelompok marga, suatu kelompok keluarga yang besar,
bukan saja mereka sudah memiliki kekuatan nyata yang bisa diandalkan, lagipula mempunyai
banyak tahun sejarah yang cemerlang dan patut dipuji.
Bukan suatu perbuatan yang mudah untuk menembusi sampai bagian terdalam dari keluarga
itu, kecuali orang ini bisa memperoleh kepercayaan yang besar dari mereka.
Cara yang paling baik untuk meraih atau mendapatkan kepercayaan dari mereka, adalah
melakukan beberapa macam pekerjaan atau perbuatan yang sudah lama ingin mereka lakukan
namum tak sanggup melakukannya dengan baik.
975 Atau menggunakan suatu benda atau suatu keinginan yang sudah lama ingin mereka dapatkan
namun tidak sanggup untuk mendapatkan barang itu.
Asal barang yang mereka idam idamkan itu kau sodorkan kepada mereka, sudah dapat diduga
seratus persen, mereka pasti akan menerimamu dengan tangan yang terbuka lebar.
Tapi...... timbul kembali suatu masalah baru, mesalahnya yang bukan sembarangan orang bisa
mengetahuinya. Apakah yang sudah lama diinginkan pihak benteng keluarga Tong, namun sampai kini tidak
berhasil diperolehnya" Yaa, benda apakah itu"
Berpikir akan persoalan semacam ini tanpa tenaga Sugong Sau hong, Sangkoan Jin dan Tio
Kian, beberapa orang gembong dari Tay hong tong ini teringat akan suatu cerita lain.
Suatu cerita yang merupakan inti sari semua rencana dan siasat yang mereka jalankan
selanjutnya. Cerita apakah itu"
Mereka teringat kembali dengan suatu kisah pada jaman dahulu kala ketika seorang panglima
she Huan yang mempersembahkan batok kepalanya kepada musuhnya.
Pihak penglima Huan yang terdesak, telah mempersembahkan batok kepala dari panglimanya
untuk memperoleh kepercayaan dari musuhnya.
Setiap orang, setiap umat persilatan tahu kalau Tio Kian mempunyai dendam kesumat
sedalam lautan dengan keluarga Tong.
Dendam kesumat yang tiada taranya......
Seandainya ada seseorang yang menghantar batok kepala Tio Kian kepada lawanya, dapat
dipastikan dengan angka seratus persen bahwa pihak keluarga Tong pasti akan sangat
berterima kasih kepada orang yang mempersembahkan batok kepala itu.
Yaa, seperti juga kisah di jaman dahulu kala, agar memberi kesempatan baik kepada si Ceng
untuk melakukan pembunuhan terhadap lawannya, Huan ciangkun atau panglima Huan tidak
sayang untuk mengorbankan sebutik batok kepalanya.
976 Dan kini, disebabkan alasan yang tidak
jauh berbeda, Tio Kian pun tidak sayang untuk memenggal batok kepala sendiri dan
mempergunakan batok kepalanya itu sebagai suatu "hadiah" yang tak bernilai harganya bagi
pihak lawan. Tapi kemudian, timbul kembali sebuah masalah baru, suatu masalah yang lebih pelik:
Siap yang akan ditugaskan untuk berangkat kebenteng keluarga Tong dan mempersembahkan
batok kepala dari Tio Kian tersebut.
Sebab pengorbanan yang bakal dilakukan orang ini, nilai yang pasti dibayar oleh orang ini,
jauh lebih besar dan hebat daripada kematian TioKian sendiri.
Demi mensukseskan jalan pemikiran sendiri demi baktinya kepada organisasi yang disetiai
sampai mati, kematian Tio Kian merupakan suatu pengorbanan yang mata besar dan amat
berharga. Siapapun akan merasa bahwa kejadian ini bukan sesuatu yang menyiksa batin, bukan suatu
perderitaan. Sebab sebagai gantinya dia akan memperoleh nama yang harum, rasa kagum semakin tebal
dari setiap anggota organisasinya dari sang pemimpin sampai kebawahannya.
Kematian yang memperoleh imbalan penghormatan dan nama harum bukan suatu
pengeorbanan yang sia sia belaka.
Sebaliknya orang itu, orang yang akan mempersembahkan batok kepala Tio Kian kepada
pihak benteng keluarga Tong"
Bukan saja dia akan menerima sumpah serapah dan caci maki dari setiap manusia yang ada
didunia ini, dia akan dicap sebagai penghianat, sebagai anjing laknat, sebagai manusia rendah
yang tak tahu malu, dia akan dihina orang dicemooh dan diludahi orang.
977 Sebelum duduk persoalan yang sebenarnnya terungkap, sebelumnya khalayak ramai
mengetahui duduk persoalan yang sebenarnnya, dia akan menerima aib tersebut, dia akan
selalu di hina dan diludahi orang.
Bukan terbatas sampai disitu saja, Bukan saja orang ini harus pandai menahan malu, pandai
mengendalikan perasaan, dia pun harus tahan uji, tahan menghindari segala godaan dan
percobaan yang sudah pasti tak terlukiskan besar dan beratnya....
Selain daripada itu, diapun harus tenang, seorang pandai yang pandai membawa diri, otaknya
mesti cerdas, punya kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan situasi yang
dihadapinya. Sebab hanya manusia macam begini yang akan memperoleh kepercayaan dari pihak benteng
keluarga Tong, hanya manusia semacam inilah yang dapat menyelundup ke dalam tubuh
lawan tanpa kuatir diketahui rahasianya oleh orang lain dan tidak kuatir dicuri orang.
Bukan hanya pengorbanan saja yang dituntut oleh orang ini, diapun bakal memikul suatu
beban, suatu tugas yang maha berat, suatu tugas yang tak terlukiskan beratnya....
Lalu siapa yang bersedia mengorbankan diri untuk dihina, dicemooh dan dicacimaki orang"
Siapakah yang bersedia dicap sebagai pengkhianat, sebagai pengecut, manusia rendah"
Siapa pula yang memiliki kecerdasan yang hebat, memiliki kemampuan untuk menghadapi
setiap masalah dengan tenang, mantap dan pandai mengikuti perubahan situasi"
Setelah mencari kian kemari, akhirnya hanya seorang manusia saja yang pantas untuk
melaksanakan tugas ini. Dia tak lain adalah Sangkoan Jin.
Sangkoan Jin! Manusia ketiga di dalam organisasi Tay hong tong... orang ketiga yang
bertanggung jawab atas keutuhan Tay hong tong.
***** 978 Akhirnya, setelah melakukan pemikiran dan penyusunan rencana yang lama, teliti dan
matang, semuanya barus dilaksanakan dengan tertib.
Mereka jatuhkan pilihannya untuk melaksanakan rencana itu pada saat dilangsungkannya
perkawinan Tio Bu ki yang meriah.
Mereka memilih hari yang sangat baik itu untuk menjalankan rencananya.
Tio Kian, Tio jiya dari Tay hong tong mengorbankan diri dengan memenggal batok kepala
sendiri. Kemudian, Sangkoan Jin dengan membawa kepala rekannya menyusup ke sarang musuh.
Sedangkan Sugong Siau Hong bertugas untuk menjaga dalam sarang sambil melaksanakan
tugas-tugas rutin. Demi Tay hong tong, demi kejayaan dan keutuhan organisasi yang mereka cintai, ketiga
orang itu sama-sama telah mengorbankan diri, hanya cara untuk berkorban berbeda satu
dengan lainnya. Mereka memilih hari baik itu untuk melaksanakan rencananya, karena hari itu adalah hari
baik dari putra tunggal Tio Kian, hari perkawinan dari Tio Bu ki.
Siapakah yang akan menduga, kalau seseorang bakal melakukan perbuatan semacam itu di
saat putranya sedang melangsungkan perkawinan" Ya, ayah manakah yang bakal melakukan
perbuatan nekatnya di saat melangsungkan perkawinan bagi putranya"
Untuk suksesnya rencana mereka, untuk memperoleh kepercayaan penuh bagi keluarga Tong,
mereka benar-benar telah melakukan setiap hal, setiap rencana tersebut secara jitu dan
mematikan. Selain daripada itu, untuk melaksanakan operasi rencana rahasia ini, merekapun telah
menjanjikan suatu kode rahasia..
Mereka namakan operasinya kali ini sebagai:
Harimau Kemala Putih! 979 ***** Sudah barang tentu, rencana yang mereka susun bersama ini merupakan suatu rahasia yang
besar sekali. Untuk menjaga keutuhan dari rahasia tersebut, untuk mencegah agar rahasia itu tidak bocor
sebelum dilaksanakan, mereka hanya melibatkan tiga orang saja.
Tentu saja ketiga orang yang mereka libatkan itu merupakan gembong-gembong paling top
dari organisasi Tay hong tong.
Sebab ketiga orang itu tak lain adalah:
Sugong Siau hong, manusia pertama dalam hirarki Tay hong tong.
Tio Kian, otak dari rencana ini.
Sangkoan Jin, pelaksana dari penyusupan tersebut.
Mereka bertekad untuk menutup rahasia ini serapat rapatnya, jangankan terhadap sanak
keluarga mereka sendiri, bahkan terhadap Bu ki sendiri pun hal ini dirahasiakan.
Seandainya Sangkoan Jin telah telah membuhun Tio Kian, akan tetapi putra Tio Kian sama
sekali tidak berusaha untuk melaksanakan pembalasan dendam bagi kematian ayahnya,
siapakah yang tak akan curiga menyaksikan kejadian ini"
Mungkin hanya manusia bodoh saja yang akan percaya dengan keadaan semacam itu.
Oleh karena itu, Tio Bu ki mereka pakai sebagai kunci kesuksesan dari rencana ini.
Mereka hendak menggunakan peranan Tio Bu ki dalam usahanya untuk membalaskan
dendam bagi kematian ayahnya untuk semakin menyaksikan permaian sandiwara mereka.
Asal pihat klenteng keluarga Tong mengetahui akan niat ini dan tahu kalau Tio Bu ki benar
benar berniat sungguh sungguh untuk menemukan Sangkoan Jin serta membunuhnya, mereka
baru akan percaya kalau Sangkoan Jin betul betul telah membunuh Tio Kiam.
980 Seandainya Sangkoan Jin tidak membunuh Tio Kiam mengapa anaknya mati matian
menyelusuri jejaknya dan berusaha untuk membunuh mampus dirinya...."
Itulah sebabnya rahasia ini jangan sekali kali sampai diketahui oleh Tio Bu ki.
Bahkan yang lebih hebat lagi adalah mereka telah bertekad andaikata keadaan terlalu
memaksa, bahkan Bu ki pun bila perlu harus dikorbankan pula...
Prinsip mereka adalah: Lebih baik mengorbankan satu orang lagi daripada semua rencana dan semua pengorbanan
yang telah mereka susun, mereka laksanakan sampai tengah jalan berantakan tak karuan.
Tapi Sangkoan Jin pun tak boleh mati sebelum selesai melaksanakan tugasnya, atau paling
tidak sebelum rencana yang mereka laksanakan mendatangkan hasil yang diinginkan.
Oleh karena itu, merekapun harus mempertimbangkan kembali hal ini masak-masak.
Seandainya usaha mati matian dari Bu ki untuk menyingkirkan semua penghalang dan
perintang yang dijumpainya berhasil dengan sukses, seandainya dia berhasil menyusul masuk
kedalam benteng keluarga Tong dan menemukan kesempatan baik untuk melaksanakan
niatnya untuk membunuh Sangkoan Jin, apa yang harus mereka lakukan.
Yaa, apa yang harus mereka lakukan"
Jelas hal inipun merupakan suatu masalah pelik yang membutuhkan suatu pemikiran yang
seksama. Sekali saja mereka salah bertindak maka bisa berakibat porak porandanya semua usaha
mereka selama ini. Setelah mempertimbangkannya cukup lama akhirnya mereka hanya menemukan sebuah cara
yang terbaik. Cara yang terbaik itu adalah:
Membeberkan semua duduk persoalan yang sebenarnya kepada Bu ki, agar diapun
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
981 Tapi inipun disertai lagi dengan sebuah catatan dibawahnya:
Apabila keaddan tidak mencapai pada keadaan yang amat kritis, lebih baik jangan biarkan dia
tahu. Oleh karena sebelum meninggal dunia Tio Kiam telah menulis rahasia ini didalam secarik
kertas dan kertas itu disimpan dalam harimau kemala putih.
Itulah sebabnya sebelum berangkat meninggalkan rumahnya Sugong Siau hong telah
memanggil Bu ki untuk menghadap, kemudian menyerahkan harimau kemala putih tersebut
kepadanya. Sekarang Bu ki baru memahami segala galanya.
Dia baru tahu kenapa Sugong Siau hong bisa memandang harimau kemala putih itu jauh lebih
berharga dari pada nyawa sendiri.
Yaa, diapun baru tahu akan segala sesuatunya sekarang, ia baru tahu mengapa Sangkoan Jin
begitu sukar ditemukan. Rupanya segala sesuatunya telah diatur dengan rapi oleh ayah dan kedua rekannya.
Bu ki hanya bisa menghela napas panjang, kecuali menghela napas, apa lagi yang bisa dia
lakukan. Selama ini dia selalu berjuang dan berusaha untuk menemukan Sangkoan Jin, walaupun
pengorbanan dan siksaan apapun yang harus dihadapi, dia jalani semua dengan saksama dan
teguh. Apa yang dicarinya selama ini "
Hanya membalas dendam ! Tapi sekarang......."
Tapi semua usahanya ini tidak mendatangkan hasil yang diharapkan, ternyata segala
sesuatunya hanya sandiwara belaka.
Bukankah kehidupan manusia didunia ini pun hanya suatu sandiwara belaka......
982 Membayangkan segala sesuatu yang telah dialamainya, Bu ki tertawa getir, yaa hanya tertawa
getir......... ***** HIDUP TERUS Sekarang, Harimau kemala putih, lambang dari rahasia tersebut telah hancur lebur.
Tapi tugas yang dibebankan kepadanya belum selesai, tapi pengorbanannya telah
mendatangkan hasil seperti apa yang diinginkan dan diharapkan.
Apa yang berhasil diperoleh Bu ki selama ini"
Apa yang telah didapatkannya setelah mengembara dan berjuan mati matian selama ini"
Ayahnya telah lama mati, entah berada dalam keadaan dan situasi seperti apapun jua, tak
mungkin orang yang telah tiada bisa hidup kembali di dunia ini.
Rumahnya, dimana merupakan tumpuan harapannya selama ini juga telah musnah.
Adiknya, istrinya telah hidup terpisah, hidup tercerai berai entah dimana.
Walaupun perpisahan tersebut hanyalah perpisahan belaka, namun etiap saat kemungkinan
besar akan berubah menjadi perpisahan untuk selamanya.
Calon istrinya yang dicintai, kemungkinan besar kini telah berada didalam pukulan orang lain.
Dulu, ia masih sanggup untuk menahan kesemuanya itu, sebab ia merasa apa yang
dikorbankan itu ada nilainya.
Tapi sekarang" Sekarang dia telah mengetahui semua rahasia tersebut, pengorbanan yang semula dianggap
sebagai suatu pengorbanan yang berharga, suatu pengorbanan yang tak ternilai harganya, kini
telah berubah sama sekali.
Kini segala sesuatunya terasa berubah menjadi sangat menggelikan hati, membuat orang ingin
tertawa saja.

Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

983 Hampir saja dia tak sanggup untuk menahan diri, hampir saja dia ingin tertawa terbahak
bahak..... Dia ingin tertawa sampai seluruh isi perutnya tertumpak keluar, kemudian menginjak injak isi
perutnya tadi, mencincangnya dengan pedang hingga hancur berkeping keping, lalu
membakarnya sampai menjadi abu, dan dibuang kedalam gecomberan agar dimakan anjing..
agar manusia yang bernama Tio Bu ki lenyap dari perdaran dunia, lenyap dan musnah untuk
selama lamanya. Di merasa hanya dengan berbuat demikianlah, panderitaan serta siksaan batin yang
mencekam hatinya selama ini baru dapat terlampiaskan dengan melenyapkan dirinya dari
dunia ini, memusnakan untuk selama lamanya, semua penderitaan tersbut, baru hilang lenyap.
Sayang seribu kali sayang...
Di tak mungkin bisa melakukannya, tak mungkin dia dapat melenyapkan segala sesuatunya
itu... Karena dia sudah ada didunia ini, dan penderitaan sudah ada didalam hatinya sekarang.
Kenyataan ini tak mungkin bisa dirubah oleh siapapun, persoalan apapun, dan dengan cara
apapun juga. Sebab kenyataan tetap merupakan kenyataan, sesuatu yang tak mungkin bisa kau hapus.
Sekalipun aku dapat membuhun dirimu, dapat mencincang tubuhmu atau bahkan membakar
tubuhmu dan memberikan sisa tubuhmu untuk makanan anjing, agar kau bisa lenyap dari
dunia ini, tapi kenyataan tinggal kenyataan, tak mungkin kenyataan tersebut dapat berubah
hanya dikarenakan perbuatanmu itu.
Bahkan apa yang dilakukan semisalnya di berbuat demikian, hanyalah suatu tindakan untuk
menyembunyikan diri dari kenyataan belaka.
Tapi siapakah yang sanggup untuk melakukannya"
984 Sekarang dia masih berdiri tegak disitu dengan pedang terhunus, sebilah pedang tajam yang
memancarkan cahaya berkilauan.
Orang yang hendak dibunuhnya pun masih tergeletak, diatas tanah tergeletak tepat diatas
ujung pedangnya itu. Asal senjata itu dia dorong lebih ke depan niscaya ujung senjata yang tajam itu akan
menembus dada orang itu dan merenggut selembar jiwanya.
Tapi, sanggupkah dia melakukan hal ini"
Orang yang hendak dibunuhnya itu sudah empat kali menyelamatkan jiwanya dari ancaman
bahaya maut. Empat kali! Suatu jumlah yang tak bisa dikatakan terlalu sedikit, apa lagi menyangkut soal
nyawa. Pada hal dengan otak jernih dia masih ingat kalau orang yang tergeletak dibawah ujung
pedangnya itu adalah musuh besar pembunuh ayahnya.
Akan tetapi, orang itu justru merupakan tuan penolong yang telah beberapa kali
menyelamatkan jiwanya. Orang itu jelas dikenali sebagai penghianat, seorang manusia laknat yang rendah akhlaknya
manusa tidak setia, manusia murtad serta seratus macam hinaan lainnya lagi....
Tapi sekarang, dia justru sekarang merupakan kesatria sejati, seorang pahlawan dari
perkumpulannya yang bersedia mengorbankan diri demi kegayaan dan kehidupan Tay hong
tong, seorang manusia yang sedang mengemban tugas berat dari perkumpulannya.
Di hendak membunuh orang ini karena telah membunuh ayahnya, maka ia hendak
membunuhnya telah membalas dendam tapi sekarang.....
Sekarang, bia dia membunuh orang ini sudah dapat dipastikan arwah ayahnya di alam baka
pasti tak dapat beristirahat dengan mata meram.
985 Sebenarnya dia tak segan segannya untuk mengorbankan diri dengan mengorbankan apa-pun
tak segan segannya dia melakukan perbuatan dengan tindakan apapun, asal ia dapat
membunuh orang yang berada dihadapannya sekarang.
Tapi sekarang sekalipun tubuhnya bakal dicincang menjadi hancur berkeping keping tak
mungkin ia dapat mencelakai orang ini lagi, walau hanya seujung rambutnya.
Bayangkan saja betapa besarnya pertentangan batin yang dialaminya sekarang.
Suatu siksaan batin yang tak terlukiskan dengan perkataan apapun.
Siapakah manusia didalam dunia ini yang pernah mengalami siksaan dan penderitaan seperti
ini" Siapa yang pernah membayangkannya"
***** PEDANG yang berkilauan tajam itu masih berada dalam genggaman Tio Bu ki.
Tapi hawa pembunuhan yang semula menyelimuti pedang tersebut, kini sudah punah dan
lenyap tak berbekas. Seandainya sebilah pedang sudah tidak memiliki hawa pembunuhan lagi, maka senjata
tersebut akan berubah ibaratnya sebuah benda mati belaka.......
Siapakah yang akan merasa takut lagi terhadap sebuah benda mati yang sama sekli tidak
mendatangkan perasaan ancaman"
Itulah sebabnya walau pun Sangkoan Jin masih berada dibawah todongan pedang, namun ia
sudah dapat membalikkan badannya.
Sebab dia tahu, pedang tersebut sudah tak dapat digunakan lagi untuk melukai orang.
"Aku mengerti, apa yang sedang kau pikirkan dalam hatimu sekarang...." tiba tiba ia berkata.
"Oya........?" Hanya sepatah kata. "Seandainya kau bukan kau, melainkan orang lain, mungkin kau telah
membunuhku sekarang, " kembali Sangkoan Jin berkata.
986 "Oooooh.......!"
Hanya suara itu saja yang muncul dari mulut Bu ki.
"Kau tidak membunuhku karena kau adalah Tio Bu ki, walau berada dalam situasi macam
apapun, kau masih dapat mempergunakan otak dan akal sadarmu untuk berpikir, sebab sudah
terluka banyak penderitaan dan siksaan yang telah kau alami banyak percobaan dan tekanan
batin yang kau rasakan, oleh karen itu kau sama sekli berbeda dengan orang lainnya."
"Oooh......!" "Oleh karena itu memelihki kelebihan hebat, kelebihan yang tak akan bisa dimiliki oleh orang
lain, maka kau tahu bahwa bagaimanapun juga kau tak dapat membuhuhku dan akupun tak
dapat mati, walau berada dalam situasi seperti apapun."
"Aku tak dapat membuhuhmu dalam keadaan apapun" Kau tak dapat mati dalam situasi
apapun?" gumam Bu ki.
Walaupun dia sedang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Sangkoan Jin, akan tetapi dia
sendiri sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakannya sekarang.
Dia benar-benar tidak tahu apa yang telah diucapkan dan apa yang hendak diucapkan.
Dia merasa dirinya sendiri sepreti tidak memiliki suatu perasaan apapun, seluruh perasaannya
seakan-akan menjadi kaku.
Walaupun suara itu muncul dari dalam mulutnya, tapi suara tersebut kedengaran begitu lirih,
bahkan dia sendiripun merasa seakan akan berasal dari suatu tempat yang jauh sekali, seakan
akan bukan dia yang mengucapkan kata kata itu, bukan dari mulutnya kata-kata itu meluncur
keluar, melainkan dari mulut seorang yang lain.
"Kini kau sudah tahu kalau aku tak dapat mati, maka kau hanya bisa berharap dirimu cepat
mati saja!" kata Sangkoan Jin lagi.
"Oooh....!" "Kau tahu kenapa aku bisa berkata demikian kepadamu?"
987 Buki hanya menggeleng, selalu menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali, ia tak tahu
apa yang musti dikatakan lagi.
"Sebab kau telah beranggapan bahwa penderitaanmu itu hanya bisa dihilangkan dan di
musnahkan dengan metian belaka karena sekarang kau telah beranggapan bahwa kau sudah
boleh mati, sudah boleh melepaskan diri dari kesengsaraan hidup"
"Jadi aku tak boleh mati?"
Pertanyaan ini diajukan oleh pemuda itu dengan wajah tertegun seperti orang bingung.
"Tentu saja tak boleh, kau tak bolehmati, apalagi pada saat seperti ini."
"Ooooooh...." "Kau tahu, kenapa kau tak boleh mati?"
Untuk kesekian kalnya si anak muda itu menggeleng.
"Kau tak boleh mati, karena kau masih ada persoalan lebih penting lagi yang harus kau
lakukan" "Persoalan apakah itu?"
"Kau harus melindungi aku, menggunakan segenap tenaga, pikiran dan perasaan yang kau
miliki untuk melindungi diriku"
Buki segera tertawa lebar.
Ternyata manusia yang telah dianggapnya sebagai musuh paling besar ini telah mengucapkan
perkataan semacam begitu, ternyata musuh besarnya menginginkan agar dia mempergunakan
segenap tenaga, pikiran dan perasaan yang dimiliki untuk melindungi dirinya........
Peristiwa semacam ini benar benar merupakan suatu kejadian yang lucu, suatu kejadian yang
amat menggelikan hati......
Walaupun ia tak sampai tertawa tergelak karena kegelian, paling tidak ia merasa seakan akan
sedang tertawa tergelak.........
988 Mungkin, orang lain menganggap dia seakan akan lagi menangis, tapi ia tak ambil peduli, dia
acuh terhadap kesemuanya itu....
Dia tak ingin pikirannya dibebani oleh persoalan lainnya lagi, sudah cukup penuh dia
menghadapi pelbagai persoalan yang menumpuk dihadapan matanya.......
Terdengar Sangkoan Jin telah berkata lagi:
"Dulu, kau berhasrat sekali untuk membunuh diriku, karena kau berkeinginan untuk
membalaskan dendam bagi kematian ayahmu, sebab kau ingin melaksanakan kewajibanmu
sebagai seorang anak yang berbakti, agar sukma ayahmu dialam baka bisa beristirahat dengan
mata meram." "Oooh...." Setelah sejenak dan menarik napas panjang, Sangkoan Jin berkata lebih lanjut.
"Akan tetapi andaikata aku sampai mat.... apakah pernah kau bayangkan keadaan itu akan
membuat kematian dari ayahmu menjadi sama sekali tak ada artinya lagi?"
"Jadi aku tak dapat membunuh dirimu?" tanya Bu Ki sambil menatap wajahnya lekat-lekat.
"Yaa, bukan saja kau tak dapat membunuhku, kaupun tak boleh membiarkan aku sampai mati
ditangan orang lain."
"Ooooh..." "Pernahkan kau bayangkan senadainya aku tidak bersedia untuk melindungi aku, sehingga
akhirnya aku mati dibunuh orang, apapula bedanya dengan mati ditanganmu sekarang" Toh
kedua duanya akan menyebabkan ayahmu mati dengan sia-sia tanpa hasil yang berhasil di
capainya." Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan:
"Oleh karen itu, jikalau kau ingin menjadi seorang yang berbakti, jika kau ingin hidup sebagai
orang yang bertanggung jawab kepada orang tua maupun organisasimu, kau harus melindungi
aku, seperti kau berusaha untuk membuhuhku dulu, kau harus berusaha sekuat tenaga,
989 menggunakan segala macam kemampuan serta kekuatan yang kau miliki, tanpa takut
menderita, tersiksa maupun terhina, kau harus melakukan kesemuanya itu dengan segala
kemampuan yang ada, dengan demikian ayahmu baru bisa mati dengan mata meram."
Bu ki membungkam dalam seribu bahasa, ia benar-benar tak mampu untuk mengucap sepatah
katapun. Secara tiba-tiba ia menjadi sadar, sesadar-sadarnya, tersadar oleh rangsangan yang kuat dari
kebimbangan dan pikiran yang saling bertentangan dalam hatinya.
Sekarang ia sudah menyadari segala sesuatunya, menyadari betapa tepatnya ucapan dari
Sangkoan Jin dan menyadari pula betapa pentingnya perlindungan yang harus dia berikan
kepada orang yang semula dianggap sebagai musuh besar pembunuh ayahnya ini.
Terdengar Sangkoan Jin berkata lagi:
"Kecuali aku masih ada orang pula yang harus kau lindungi keselamatan jiwanya?"
Dia memandang sekejap kearah putrinya, kemudian melanjutkan:
"Kaupun tak boleh membiarkan dia mati lantaran dikau, kalau tidak kau bakal menyesal
untuk selamanya." Lian lian belum mati. Kini darah yang meleleh keluar ari mulut lukanya itu telah membeku dan merapat kembali.
Ayahnya telah menaburkan pupur obat luka paling mujarab disekeliling mulut itu, agar darah
tidak mengalir keluar lagi, agar luka itu segera dapat merapat kembali.
Bagi setiap ahli silat yang berkelana dalam dunia persilatan, dia selalu memiliki sejenis obat
luka pencegah aliran darah yang paling mujarab, obat mujarab yang berhasil digali dan
diciptakannnya seetelah mengalami beberapa kali penderitaan dan siksaan berat, diperoleh
dari pengalaman berat yang dibeli dengan pengorbanan yang tak terlukiskan dengan katakata,
bahkan obat tersebut pasti mereka bawa selalu dibadan entah kemanapun mereka pergi.
990 Sangkoan Jin adalah seorang jago kawakan dari dunia persilatan yang sudah cukup banyak
makan asam garam, pengalman yang dimilikinya tak terhitung banyaknya, oleh karena itu
diapun tak terkecuali. Kemana dia pergi, kejadian macam apapun yang dia hadapi, tak pernah ia lupa auntuk
membawa serta obat mujarab itu.
Pelan-pelan Bu ki memalingkan kepalanya.
Sesaat kemudian, sorot matanya dialihkan keatas wajahnya, wajah Lian lian yang pucat...
Mendadak... pelbagai ingatan berkecamuk didalam benaknya, dia sekan-akan menyaksikan
pula bayangan tubuh Hong nio dan Cian cian muncul pula dihadapan mukanya.
Gadis-gadis tersebut seperti juga nasib Lian lian, setiap saat, setiap detik, kemungkinan besar
mereka bakal mati lantaran dia, mati karena persoalannya...
Mereka tak boleh mati, karena mereka semua tidak bersalah, mereka semua sama sekali tidak
tersangkut dalam persoalan ini.
Tiba-tiba timbul satu tekad yang kuat dari dalam hati Bu-ki, dia bertekad hendak melindungi
mereka semua, melindungi dengan sepenuh tenaga, melindungi keselamatan jiwa mereka.
Sekarang, walaupun Harimau kemala putih sudah hancur, namun rencana "Harimau kemala
putih" harus dilaksanakan terus sampai berhasil.
Mendadak Bu-ki berpaling, menatap wajah Sangkoan Jin lekat-lekat, kemudian sepatah dia
berkata : "Aku pasti tak akan mati!"
Jawaban tersebut sama sekali tidak diluar dugaan Sangkoan Jin, sebab dia selalu menaruh
kepercayaan penuh terhadap Bu-ki.
"Aku pasti akan hidup lebih lanjut!" janji Bu-ki.
Suaranya penuh dengan keyakinan dan kebulatan tekadnya:
"Bagaimanapun juga, aku akan hidup terus di dunia ini, aku pasti akan hidup terus."
991 "Aku percaya!" Sangkoan Jin manggut-manggut.
***** Kisah Harimau kemala putih ini menceritakan tentang suatu pergolakan persaan manusia
didalam hati kecilnya. Suatu pergolakkan antara perasaan dengan akl budi, pertentangan antara persaan cinta kasih
dengan kewajiban atau tanggung jawab, dan pertentangan antara cinta dan dendam.
Walaupun sepanjang kisah ini banyak terjadi liku-likunya persoalan serta segala macam
perubahan dan kejadian yang tak terhitung banyaknya, namun selalu dan selama pertentangan,
batinlah yang akan membuat gejolaknya perasaan manusia.
Dan itulah yang dialami oleh tokoh cerita kita Tio Bu-ki.
Kini pertentangan didalam batin Tio Bu-ki telah terikat menjadi suatu tali simpul sebuah tali
simpul mati. Maka cerita itupun akan berakhir sampai disini lebih dulu.
Tapi Tio Bu-ki masih harus melanjutkan hidupnya.
Ia harus memperjuangkan terus kehidupannya untuk melepaskan diri dari pelbagai belenggu
yang mengikat dirinya. Bagaimanapun juga dan apapun juga yang bakal terjadi, yang pasti cepat atau lambat tali
simpul mati yang terbenam di dalam hati kecilnya itu harus dilepaskan dan dibebaskan.
Itulah sebabnya, cerita inipun pasti akan dilanjutkan lebih jauh ....
Bagi pembaca sekalian yang menanyakan tentang nasib selanjutnya dati Tio Bu-ki, Hong-nio,
Bian-cian, Lian-lian, Ci-peng, Long-au, Tong-koat dan sepasang bocah kembar yang aneh
tapi menyenangkan itu, harap menantikan selalu kisah selanjutnya tentang mereka........
Nah, pembaca yang budiman, kisah "Harimau kemala putih" akan saya akhiri sampai disini
dulu, dan sampai jumpa lain kesempatan.
Tamat________ 992 Kemelut Di Majapahit 6 Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen Pedang Kayu Cendana 3
^