Pencarian

Tengkorak Maut 29

Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 29


gua berserakan batu batu mutiara yang menyiarkan cahaya
tajam, tampaklah jslas ada tujuh sosok mayat yang telah
terkapar di atas lantai goa itu, jelas mayat-mayat itu adalah
hasil termakan oleh Pukulan Han siong Ki yang maha dahsyat
itu. Kurang lebih lima kaki diluar tumpukan mayat tadi
merupakan sebuah ruang batu yang amat lebar, meski masih
agak jauh, tapi sekilas pandangan dapat teriibat betapa
mewah dan megahnya isi ruangan tersebut.
Ketika itu seorang manusia lengan tunggal sedang berjalan
keluar dari ruang batu itu dengan langkah tergesa gesa.
Berjumpa dengan orang itu, kontan sepasang mata Hansiong
Ki berubah jadi merah berapi api, rasa benci dan rasa
dendam membuat peredaran darah dalam tubuhnya berjalan
dengan lebih cepat dari keadaan normal, napsu membunuh
yang amat tebal menyelimuti dada dan benaknya, ia lantas
tertawa seram. "Haaaahhh... haaahhh... haaahhh... Yu Pia-lam Bajingan
tua Tentunya kau tak menyangka bukan bahwa aku bakal
munculkan diri ditempat ini?"
orang yang baru saja munculkan diri itu memang Thian-che
kaucu Yu Pia lam adanya, diapun sedang berdiri dengan wajah
mengejang keras, matanya memancarkan cahaya tajam yang
penuh mengandung rasa benci yang menyala nyala,
keadaannya pada waku itu cukup membuat hati orang jadi
bergidik. 1944 "Manusia muka dingin" teriaknya penuh kebencian, "bila
kaucumu tidak dapat mencincang tubuhmu menjadi berkeping
keping, lalu menghancur lumatkanmujadi abu, sukar rasanya
untuk menghilangkan rasa benciku terhadapmu"
"Yu Pia lam" Han-siong Ki segera berteriak pula: " lebih
baik tutup saja mulut anjingmu, kalau ingin mengucapkan kata
kata semacam itu, lebih baik ucapkan saja pada penitisanmu
yang akan datang" "Bocah keparat, kau berani memasuki lembah ini sama
artinya pula bahwa engkau sudah mendaftarkan diri kepada
raja akhirat." "Bangsat tua, tak usah banyak ngebacot lagi serahkanlah
jiwa anjingmu itu" Ditengah bentakah nyaring, Han siong Ki segera
menggerakkan tubuhnya menerjang ke arah pintu ruangan
dimana Yu Pia lam sedang berdiri dengan seramnya...
"Criiiing......" tiba-tiba terdengar suara dentingan nyaring
berkumandang dalam lorong gua itu, menyusul kemudian
pemandangan disekitar tempat itu jadi gelap, kiranya jalan
maju dalam lorong itu sudah tertutup oleh selapis pintu baja
yang sangat kuat, untung Hari-siong Ki dapat mengerem
gerakari tubuhnya dengan jitu kalau tidak niscaya tubuh nya
akan saling bertumbukan dengan pintu baja tersebut.
"Criiiing.......!'sekali lagi terdengar suara dengan nyaring
berkumandang dari arah belakang,
Han-siong Ki bukan anak kemarin sore, dari dentingan yang
terjadi dengan cepat ia menjadi paham akan apa yang telah
terjadi. Dengar perasaan yang bergetar keras dia berpaling
kebelakang. Benar juga, pintu masuk kedalam gua itu tertutup juga oleh
selapis pintu baja yang kuat.
1945 Dengan tertutupnya kedua belah samping gua itu oleh
lapisan baja yang kuat, maka sama pula artinya bahwa ia
sudah terjebak disitu dan menjadi burung didalam sangkar
Rasa mendongkol bercampur jengkel hampir saja
meledakkan benaknya, dengan penuh kegusaran sepasang
telapak tangannya segera diayunkan ke-depan dan dihajarnya
pintu baja itu kuat-kuat.......
"Blaaaang......!" hanya benturan keras yang terjadi, tenaga
pantulao yang dihasilkan oleh serangan tersebut segera
menggetarkan tubuhnya yang membuat sianak muda itu
mundur tiga langkah ke belakang dengan sempoyongan.
Pada saat itulah, tiba-tiba kedua belah pintu baja itu pelanpelan
mulai bergeser ketengah ruangan dengan membawa
bunyi gemerutukan yang sangat nyaring.
Menyaksikan bergesernya pintu-pintu baja itu, terkejutlah
Han siong Ki dibuatnya, dia tahu jika kedua buah pintu baja
itu sampai merapat satu sama lainnya, niscaya tubuhnya akan
tergencet sehingga hancur menjadi gumpalan daging.
Dalam gugup dan gelisahnya dia lantas menggerakkan
tangannya untuk mendorong pintu baja itu agar jangan
bergeser kedepan lebih jauh, sayang usahanya itu tidak
mendatangkan hasil apa-apa.
Sekarang, jiwanya benar benar diujung tanduk, bila kedua
belah pintu baja itu sudah merapat, berarti jiwanya akan ikut
melayang pula meninggalkan raganya.
Mimpipun ia tak menyangka kalau didalam gua tersebut
telah disiapkan alat jebakan yang tak terkirakan lihay dan
ganasnya. Berbicara soal kepandaian silat, pada hakekat nya tenaga
dalam yaog dimiliki Thian-che kaucu Yu-Pia-lam sudah kalah
tingkat bila dibandingkan dengan kepandaiannya, apalagi
setelah sebuah lengannya dikutunginya ketika berada dipintu
1946 rahasia dalam markas besar perkumpulan Thian-che kau
dilembah Lian-huan-tau, boleh dibilang kepandaian silat
mereka selisih semakin jauh, atau dengan perkataan lain
dalam setiap pertarungan yang bakal terjadi, ia selalu berada
dipihak yang kalah. Apa mau dikata ternyata apa yang kemudian terjadi sama
sekali diluar dugaan, ternyata Han. siong-Ki yang malahan
berada didalam cengkeraman tangan malaikat elmaut.
Dalam keadaan terdorong oleh kobaran api benci dan
dendam serta keinginannya untuk melanjutkan hidup, Han
siong Ki sambil melengkungkan tubuhnya untuk menahan
gerak ma ju pintu baja tersebut, sepasang telapak tangan nya
ditempelkan lekat lekat diatas permukaan pintu besi itus dan
segenap tenaga dalamnya telah disalurkan untuk menahan
gerak maju pintu tadi. Untuk sesaat gerak maju pintu baja itu berhasil ia tahan
sehirgga tidak bergerak lagi.
Tapi, gerak maju pintu besi yang berada dibe-lakang
tubuhnya malahan menekan maju semakin kencang...
Mati hidupnya sekarang tinggal ditentukan dalam deti-detik
itu juga..,. Tiba-tiba Han siong Ki miringkan tubuhnya ke-samping,
kemudian sepasang telapak tangannya direntangkan ke kiri
dan ke kanan, masing-masing menahan sebuah pintu besi
yang sedang bergeser itu.
Bisa dibayangkan betapa besarnya daya penggerak dari
kedua belah pintu baja yang digerakkan oleh mesin itu"
geseran pintu meski bergerak lambat tapi sedikit demi sedikit
maju terus ke depan. baja itu sudah merapat, berarti jiwanya
akan ikut melayang pula meninggalkan raganya.
Sekarang Han siong Ki telah mengerahkan tenaga sakti si
mi sinkangnya mencapai puncak kesempurnaan, dengan
1947 sekuat tenaga ia menahan geseran pintu besi yang semakin
merapat itu. Demikian besarnya tenaga yang harus dikeluarkan pemuda
itu untuk menahan geseran pintu, tampaklah semua otot otot
hijau diatas keningnya pada menonjol keluar, peluh sebesar
kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.
Ia tahu cara semacam ini bukan cara yang baik untuk
mengatasi ancaman tersebut, sebab makin lama tenaga
dalamnya akan semakin melemah, suatu saat kekuatan itu
menjadi lemah, tak bisa dihindari lagi tubuhnya pasti akan
tergencet hingga menjadi gumpalan daging gepeng.
Mendadak....dari atas pintu baja itu terbuka sebuah lubang
sebesar kepalan, menyusul kemudian terdengarlah suara gelak
tertawa yang penuh rasa bangga, tekebur dan mengerikan
berkumandang keluar dari balik lubang tersebut, tentu
sajasianak muda itu tahu siapa gerangan yang sedang tertawa
itu. "Haaaahh.... haaahh.... haaahbh... bocah keparat,
bagaimana rasanya sekarang?" dia mengejek. "sanggupkah
engkau bertahan satu jam lagi" Haaahh.... haaahhh...
haaahhh.... dalam saju jam kemudian, engkau dapat
merasakan bagaimana nikmat-nya seorang yang digerumuti
oleh perasaan seram karena kematian semakin menjelang
datang, haaahhh.... haaahhh... haaaahhh... silahkan engkau
mencicipi bagaimanakah rasanya badan yang dipencet oleh
dua plat besi" Han siong Ki benar benar gusar sekali mendengar ejekan
tersebut, saking terpengaruhnya oleh emosi, serta merta daya
tahannya menjadi kendor dan pintu baja itupun bergeser
setengah depa lagi kearah depan.
Buru-buru dia pusatkan kembali semua perhatian dan
kekuatannya untuk menahan gerak maju pintu baja itu
dengan mati-matian. 1948 Tiba tiba sebilah pedang menerobos masuk lewat lubang
kecil itu dan segera menempel diatas pinggang Han siong ki.
"Bocah keparat" ujarnya lagi "misalkan saja pedang ini
kutusukkan dua inci lebih kedepan, coba terkalah apa
akibatnya" Haaahhh .....haaahhh... haaaahhh... darah pelan
pelan akan mengalir keluar dan nyawamu pelan pelan akan
ikut lenyap pula dari ragamu"
sambil menggigit bibir Han siong Ki mendengus, kemudian
muntah darah segar, sementara pintu tersebut bergeser lagi
dua inci lebih kedepan. "Bodah keparat" sekali lagi Yu Pia lam berkata dengan
juaranya yang mengerikan, "aku tak dapat membiarkan
engkau mati dengan begitu cepatnya, sebab itu terlalu
keenakan bagimu, sekalipun pintu baja itu tak bisa
menggencet tubuhmu sampai mati, aku akan membiarkan
engkau mati kelaparan disini, aku akan suruh kau mati
kehausan dan pelan pelan menemui ajalnya, haaahh.....
haaaahhh... haaaahhh"
Tenaga tekanan dari kedua belah pintu itu terasa semakin
lama semakin berat menggencet tubuhnya.
Han siong Ki merasa bahwa tenaga murninya nulai banyak
yang hilang, kepalanya mulai terasa pusing tujuh keliling,
pandangan matanya berkunang kunang dan badannya mulai
menjadi sesak. Habislah sudah.. ia merasa dirinya selangkah demi
selangkah makin mendekati kematian, nyawa pun setetes
demi setetes mendekati kemnusnahan. Apakah aku Han siong
Ki harus mati dengan membawa rasa dendam yang tidak
terbalaskan" "Tidak" Ia menjerit sekeras-kerasnya, entah dari mana datangnya
sesuatu kekuatan yang maha besar, tiba-tiba ia berhasil
1949 mendorong mundur pintu besi itu sejauh hampir satu depa
lebih. Tapi keadaan tersebut hanya berlangsung sebentar saja,
sebab sesaat kemudian hawa murninya kembali semakin
merosot hebat, pelan pelan pintu baja itu merapat kembali ke
tengah... Air mata bercampur darah mengembang dan bercucuran
membasahi matanya, rasa gusar, benci, dendam serta aneka
perasaan lainnya berkecamuk menjadi satu dalam benaknya
membuat pemuda itu berubah jadi setengah kalap .....
Kecuali terjadi suatu peristiwa yang diluar dugaan, rasanya
pemuda itu memang sudah tiada harapan untuk hidup lagi
didunia ini. Tulang belulang berserakan dalam perkampungan
keluarga Han... Demi membalas dendam bagi keluarganya, membalas
dendam bagi perguruannya, ibunya dengan menanggung
malu telah kawin lagi dengan Thian che kaucu Yu Pia lam,
kemudian menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan
sukma, dari sini dapat ditarik kesimpulan betapa sengsara dan
tersiksanya perempuan itu.
Maka suatu tenaga kekuatan yang entah dari mana
datangnya sekali lagi berhasil mendorong mundur pintu baja
itu beberapa depa ke belakang.
Tenaga si mi sinkang telah disalurkan hingga mencapai
pada puncaknya, asap putih menyelimuti seluruh badannya,
setiap kali perasaannya bergolak. asap putih itu pun
mengalami pergolakan yang dahsyat, bisa dibayangkan betapa
besarnya tenaga tekanan yang kemudian terjadi di tempat itu,
terutama disuatu ruang sempit yang kecil sekali, otomatis
pergolakan tenaga tekanan itu menimbulkan suatu kekuatan
yang luar biasa. "Blaaang..." akhirnya dinding karang disekitar tempat itu
tak sanggup menahan pergolakan tenaga tekanan yang
1950 dihasilkan dari tenaga sinkang itu.... diiringi suara gemuruh
yang keras, dinding itu melar retak dan berguguran hingga
timbullah sebuah celah lekukan yang cukup dalam pada
dinding karang tadi. Mimpipun Han siong Ki tak menyangka kalau dia bakal
menjumpai suatu keajaiban dalam keadaan demikian,
sementara itu seruan kaget berkumandang pula dari balik
lubang di atas pintu baja tersebut...
secepat kitat Han siong Ki menarik kembali sepasang
telapak tangannya, kemudian bagaikan anak panah yang
terlepas dari busurnya, dia melompat masuk ke dalam celah
diatas dinding yang baru saja ambruk itu....
Pelan pelan pintu baja itu merapat ketengah, sisa hancuran
batu yang gugur ke tengah ruangan seketika digencet hingga
hancur menjadi pupur halus.
Benar benar suatu keajaibanlah yang telah menyelamatkan
Han siong Ki dari tangan malaikat elmaut, andaikata dinding
karang itu tidak ambrol, niscaya habislah sudah riwayat anak
muda itu. "Kreeek... Kreeek dengan cepat kedua belah pintu baja itu
bergeser kembali kebelakang dan kemudian lenyap dari
pandangan, yang tersisa ditengah lorong gua itu hanya
setumpuk bubuk kapur yang lembut.


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian che kaucu Yu Pia lam munculkan diri dari tempat
persembunyiannya dan menghampiri hancuran kapur itu,
setelah memeriksa sekejap sekitar tempat itu, tiba tiba ia
berseru tertahan: "Eeeeh..... aneh benar Memangnya dia belum mati?"
"Hmmm..Jika aku mati, itu namanya Thian tidak adil dan
setanlah yang akan berpesta pora" seseorang menyahut
dengan suara yang menyeramkan.
1951 Mendengar seruan tersebut, Yu Pia-lam jadi ketakutan
setengah mati, hingga sukmapun serasa melayang tinggalkan
raganya, buru buru dia kabur ke belakang, sayang terlambat,
tahu tahu lengan tunggal-nya sudah dicengkeram erat erat.
Dengan demikian, maka kedua orang itupun saling
berhadapan muka. Han siong Ki dengan sepasang matanya yang tajam
menggidikkan hati menatap musuhnya lekat-lekat, membuat
Yu Pia lamjadi ketakutan setengah mati, sekujur
badannya,mengejang keras.
"Heehhh.... heehhh... heehhh....Yu Pia lam, tentunya
mimpipun kau tak menyangka bukan?"
"Bocah keparat, kaucumu..."
Tapi sebelum ucapan tersebut selesai diucapkan, tiba tiba
.... "Plok" sebuah gaplokan telah bersarang telak diatas pipi Yu
Pia-lam membuat wajahnya jadi sembab merah.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh..." gelak tertawa itu begitu
mengerikan, begitu mendebarkan hati, membuat siapapun
merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri, karena dibalik
suara tertawa itu terseliplah hawa napsu membunuh yang
amat tebal. Yu Pia lam memang seorang jagoan yang lihay, tak urung
pucat pias juga wajahnya karena seram.
Tiba tiba Han siong Ki menarik kembali suara tertawanya,
dengan nada yang mengerikan dia berteriak:
"Yu Pia lam, tentunya kau tak menyangka bukan akan
menjumpai keadaan seperti ini?"
sekuat tenaga Yu Pia lam berusaha meronta dan
melepaskan diri dari cengkeraman musuh, tapi Han siong Ki
mencengkeram lengannya erat-erat, bahkan kelima jari
1952 tangannya sudah menembusi kulit tubuhnya, darah kental
bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh bajunya.
Gembong iblis itu kesakitan setengah mati, mukanya
berubah jadi pucat kehijau hijauan, serunya dengan penuh
kebencian: "Bocah bangsat, bajingan keparat sungguh menyesal aku
bersikap ceroboh dimasa lalu, coba kubabat rumput sampai se
akar-akarnya, niscaya kau sudah mampus sedari dulu."
"Yu Pia lam, bangsat terkutuk, itulah kalau di namakan
Thian masih maha adil...."
Tiba tiba pemuda itu mendengus tertahan, tubuhnya
mencelat sejauh satu kaki lebih sambil muntah darah segar....
-ooo0dw0ooo- BAB 104 TERNYATA ketika Han siong Ki dibuat marah sehingga
perhatiannya agak bercabang, Yu Pia lam telah manfaatkan
kesempatan itu dengan sebaik baiknya, sebuah tendangan
kilat yang bersarang telak diatas pusarnya membuat pemuda
itu terhantam sampai mencelat.
Karena kena disergap secara tiba tiba, otomatis
cengkeraman Han siong Ki atas lengannya juga terlepas, cepat
Yu Pia lam melompat mundur ke belakang dan kabur kedalam
ruang batu... Tak terkirakan rasa gusar Han siong Ki menghadapi
keadaan ini, sambil menggigit bibir dia lantas melompat
bangun dan mengejar dari belakangnya...
Yu Pia lam cepat menghentikan gerakan tubuhnya sambil
melepaskan sebuah pukulan dahsyat dengan lengan
tunggalnya. 1953 "Blaaang. .." sekali lagi Han siong Ki termakan oleh pukulan
tersebut hingga jatuh terjengkang ke tanah.
Yu Pia lam tertawa seram, sekarang ia putar badan sambil
balik melancarkan tubrukan kilat.
sambil menggigit bibir Han siong Ki melompat bangun,
kesepuluh jari tangannya diayun ke depan melancarkan
serangan dengan ilmu Tong kim ci.
Ditengah jerit kesakitan, lengan tungga Yu Pia Lam yang
tinggal satu satunya itu sudah kena dilubangi oleh serangan
jari itu hingga terluka parah, gembong iblis itu terdorong
mundur beberapa langkah dengan sempoyongan.
Dengan sekuat tenaga Han siong Ki menghimpun kembali
sisa kekuatan yang dimilikinya, kemudian sebuah pukulan
dahsyat sekali lagi dilontarkan kedepan.
Hembusan angin kencang menerbangkan meja dan kursi,
Yu Pia- lam yang termakan oleh pukulan itu segera terpental
sehingga badannya menempel diatas dinding ruangan.
Han siong Ki menerjang semakin dekat, tangannya
langsung mencengkeram lengan tunggal orang, sementara
tangan yang lain mencekik lehernya... pelan pelan cekikan itu
semakin kencang, rupanya dia hendak mempraktekkan sistim
gencetan pintu besi yang baru dialaminya itu untuk menyiksa
musuhnya... Yu Pia lam betul betul sudah tak dapat berkutik lagi, paras
mukanya jadi hijau jadi semu merah, sepasang matanya
melotot keluar, mulutnya terpentang lebar lebar, lidahnya
mengejang keras dan badannya menggigil...
Nyawanya makin lama makin mendekat jurang kesirnaan...
makin lama gerakannya makin lirih.. daa akhirnya sama sekali
terhenti. 1954 Dalam kekalutan yang mendekati kalap. Han siong Ki masih
mencekik terus leher musuhnya yang telah binasa itu keras
keras.... "Kraaak..." tiba tiba darah kental memancar keluar menodai
sekujur badannya. Ternyata batok kepala Yu Pia lam telah tercekik hingga
patah jadi dua dan menggelinding ke samping.
Untuk kesekian kalinya Han siong Ki menengadah, tertawa
terbahak bahak dengan seramnya.
suara tertawa itu penuh dengan nada bencidan dendam...
seperti orang kalap yang sedang tertawa.
Tentu saja keadaan semacam ini tampaknya mengerikan
sekali bahkan sedikit kelihatan kejam, tapi Han-siong Ki tidak
merasakannya sama sekali, bahkan masih juga tertawa tiada
hentinya. Akhirnya cengkeramannya dilepaskan juga, mayat Yu Pia
lam yang tanpa kepala itupun roboh, terkulai ditanah...
Han siong Ki menyepak mayat itu dengan bencinya, setelah
itu dengati wajah penuh napsu membunuh dia menerobos
masuk kedalam ruangan yang lain.
Dalam ruangan itu ditemuinya seorang kakek berambut
perak berbaring dengan tenangnya diatas sebuah
pembaringan. Han siong Ki tahu siapakah kakek itu, maka sambil
bergeser kedepan menghampiri pembaringan tersebut,
bentaknya dengan suara kaku dan sedingin es:
"Huan yu it koay, engkaulah biang keladi dari semua
peristiwa berdarah ini dan sekarang sudah tiba saatnya
bagimu untuk memberi pertanggungan jawab"
Tapi aneh sekali, suasana tetap hening dan kakek itu sama
sekali tidak menjawab. 1955 Han siong Ki segera melancarkan sebuah pukulan untuk
mendorong tubuh kakek itu hingga terguling jatuh dari
pembaringannya, tampaklah sekarang noda darah yang
membasahi sekitar pembaringan tersebut.
Melihat itu Han siong Ki merasa kaget, ia maju semakin
dekat dan memeriksanya lebih seksama, sekarang ia baru
menemukan bahwa Huan yu it koay memang telah tewas,
terbukti dari ujung jari tangan kirinya yang menancap diatas
jalan darah tay yang hiatnya itu.
Rupanya setelah mengetahui bahwa apa yang dicita citakan
selama ini telah menemui kegagalan total, gembong iblis itu
segera mengambil keputusan untuk menghabisi nyawa sendiri.
Sebenarnya manusia aneh ini boleh dibilang lumpuh
sebagian tubuhnya, baik lengan kanan, kaki kanan maupun
badan bagian kanannya tak dapat bergerak sama sekali, inilah
hasil ganjaran dari ouwyang Beng, pemilik benteng maut
angkatan pertama dalam pertarungannya dimasa lalu.
Dan sekarang menjelang cita citanya yang setinggi langit
hampir berhasil dicapai, tiba tiba semua rencananya gagal
total dan gembong iblis itupun terpaksa harus menyelesaikan
sisa hidupnya. Untuk sesaat lamanya Han siong Ki berdiri termangumangu,
akhirnya dia keluar dari ruangan itu, menghampiri
jenasah Yu Pia lam, merobek secarik kain untuk membungkus
batok kepalanya itu dan berlalulah dari gua tadi.
Dendam berdarah yang membebani pikirannya selama ini,
telah berhasil dituntut balas, pemuda itu merasakan suatu
keringanan.. suatu perasaan segar yang belum pernah
dialaminya selama ini, namun diapun merasakan suatu
kekosongan yang aneh. Dengan membawa batok kepala Yu Pia lam, ia keluar dari
lembah tersebut, ditengah jalan ia saksikan ciong pin yang
tertotok jalan darahnya masih menggeletak diantara jepitan
1956 batu cadas, rupanya sebelum esok pagi menjelang tiba, jalan
darah itu tak mungkin akan bebas dengan sendirinya. sekejap
kemudian sampailah pemuda itu diluar lembah.
Dari tempat kejauhan ia saksikan asap tebal membumbung
tinggi ke angkasa, rupanya para padri dari gereja siau lim si
sedang membakar mayat-mayat rekan mereka yang terbunuh.
sementara dia masih melamun, tiba tiba terdengar
seseorang berseru dengan lirih:
"Han siong Ki, kuucapkan selamat atas keberhasilanmu
membalas dendam kesumat tersebut"
Bukan saja suara itu sangat dikenal olehnya, lamat-lamat
menusuk pendengaran. Dengan perasaan kaget Han siong Ki berpaling, ternyata
orang itu adalah perempuan berkerudung yang misterius itu,
teringat kembali akan bantuan yang telah diberikannya selama
ini, cepat pemuda itu maju memberi hormat seraya berkata:
"Untuk semua budi kebaikan dan bantuanmu, sebelumnya
kuucapkan banyak banyak terima kasih"
"Tak usah" Aneh, aneh benar Kali ini ternyata suara perempuan itu
berubah sama sekali. Han siong Ki termenung sebentar,
akhirnya dengan penuh emosi dia berseru: "Jadi kau... kau....
kau adalah..." "Yaa, aku adalah seorang perempuan yang tak tahu malu"
jawab perempuan berkerudung itu dengan sedih.
sambil berkata, pelan-pelan dia melepas-kan kain kerudung
mukanya sehingga tampaklah raut wajahnya yang cantik jelita
bak bidadari dari kahyangan.
Dia bukan lain adalah Ratu tawon Buyung Thay yang telah
pergi karena mendongkol kepada pemuda kita.
1957 sekali lagi Han siong Ki maju ke depan memberi hormat.
"cici" bisiknya "harap engkau bersedia memaafkan
kekerasanku dimasa lalu"
"Engkau masih bersedia menyebut aku sebagai cicimu?"
tanya Buyung Thay dengan suara yang mengenaskan.
"Tentu saja, kenapa tidak?"
Rupanya selama ini Buyung Thay telah merobah cara
berdandan dan nada suaranya, ditambah lagi dia mengenakan
kain berke-rudung hitam, tak aneh kalau Han siong Ki segera
tidak mengenalnya kembali.
sekarang ia tidak bersikap misterius lagi, segala sesuatunya
berubah kembali menjadi sederhana dan biasa tanpa sesuatu
yang aneh, ia pernah kawin dengan Thian che kaucu, tentu
saja terhadap keadaan dalam lembah Lian huan tau
menguasahinya penuh. sekarang sekulum senyuman sedih telah tersungging
diujung bibirnya, membuat wajahnya yang cantik tampak
semakin mengenaskan. Walaupun senyuman tersebut mengenas-kan hati dan
membuat hati orang jadi pilu, tapi justru kesemuanya itu
menambah kecantikan wajahnya, makin mempersonakan hati,
membuat orang makin terpikat kepadanya.
Tanpa sadar Han siong Ki merasakan jantungnya berdebar
keras, berdebar keras karena tergoda oleh daya tarik
perempuan itu. "Adikku, semoga semenjak sekarang walau berada diujung
langitpun hati kita berdua dapat selalu berdampingan.."
Mendengar perkataan itu, tiba-tiba saja Han siong Ki
merasakan sesuatu kesedihan yang sukar dilukiskan dengan
kata-kata, ia merasa hatinya jadi pedih dan sepasang matanya
ikut berubah jadi merah...
1958 Buyung Thay tertawa getir.
"Adikku, asal dalam hatimu dapat selalu menerima
kehadiranku, itu sudah lebih dari cukup,"
"Tidak cici, aku..."
"Ada apa?" "Aku... aku cinta padamu"
Paras muka Buyung Thay berubah hebat, tampaknya ia
sedang dipengaruhi oleh emosi, tapi hanya sejenak kemudian
telah pulih kembali jadi tenang dan hampa kembali.
"Adikku, aku tak bisa menerima pernyataan itu, aku tak
dapat menerima limpahan cinta kasihmu" katanya dengan
sedih. "Kenapa?" tanya Han siong Ki dengan suara keras.
"sudah lupakah engkau dengan nasehat dari ibumu?"
Han siong Ki merasakan hatinya bergetar keras, rasa
bergidik tiba tiba saja muncul dari dasar hatinya, ia merasa
seakan akan mendengar kembali perkataan dari ibunya:
"... Ratu tawon... membuat semua pemuda yang ada dalam
dunia tergila gila kepada-nya.... bagaimanapun cantik dan


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menariknya perempuan itu, ia telah berusia empat puluh
tahun" Yaa benar, Buyung Thay memang pandai merawat
wajahnya, ia memang kelihatan masih berusia dua puluh
tahunan walaupun usianya sudah mencapai empat puluhan
tahun, dengan usia sebesar itu pada hakekatnya ia lebih
pantas menjadi ibunya Han siong ki dari pada menjadi
kekasihnya. Selama ini Han siong Ki selalu tak berani mengakui bahwa
ia cinta kepadanya, sebab ia tahu cinta kasih semacam ini tak
mungkin dapat terwujud, akan tetapi sekarang... tiba tiba
1959 pemuda itu merasa bahwa ia mencintai perempuan itu, suatu
daya tekanan perasaan cinta yang meluap-luap membuat ia
berani mengungkapkan perasaan yang dirahasiakan selama ini
secara terus terang. "Adikku, apakah engkau akan selalu mengatakan bahwa
engkau mencintai aku?"
Suara itu begitu lembut, begitu halus, seakan akan
tersembunyi daya rangsang dan daya pikat yang luar biasa
besarnya. Han siong Ki segera mengalihkan sinar matanya ke atas
wajah Buyung Thay yang cantik Jelita itu, kembali bisiknya:
"Aku cinta padamu"
"Sayang kesemuanya itu sudah terlambat adikku" jawaban
dari Buyung Thay itu begitu tenang dan kalemnya.
"Kenapa?" "Perkataan tersebut pernah kau ucapkan, tapi sekarang
telah tak terbantahkan semua oleh keadaan-"
"Aku tidak mengerti dengan perkataan itu"
"Ketika kita baru saja berkenalan tempo hari, kita berdua
sama sama pernah mengatakan tentang soal "cinta", dan cinta
pada waktu itu adalah cinta yang sesungguhnya, cinta yang
masih suci bersih tanpa ternoda oleh apapun jua, tapi
kenyataan telah membuat engkau mencurigai watakku,
engkaupun mencurigai perasaan cintaku. cinta ibaratnya mata
manusia, mata tersebut tak dapat kemasukan sebiji pasirpun,
kecurigaan merupakan selapis awan hitam yang menutupi
kesucian cinta tersebut..."
"Tapi itu semuakan sudah berlalu" Kenapa musti kau
singgung singgung kembali?"
"Justru oleh karena kejadian itu sudah lewat, maka aku
lebih suka mempertahankan kenangan kita dimasa lalu dari
1960 pada membuat kenangan baru yang belum tentu hangat, lagi
pula akupun sudah memahami arti kata dari cinta yang
sesungguhnya, sering kali suatu persahabatan yang akrab bisa
menangkan suatu perpaduan, suatu perkawinan yang belum
tentu akan mendatangkan kebahagiaan"
"Oooh .....cici, apakah engkau tak dapat merubah
pendirianmu lagi?" pinta Han siong Ki dengan sedih.
"Yaa, pikiranku sudah tetap dan tak mungkin bisa dirubah
lagi" "Aaaai..... kalau memang demikian, akupun tak dapat
memaksa lebih jauh, aku hanya bisa berdoa kepadamu
semoga engkau dapat menjaga diri baik-baik, semoga lain
kesempatan kita bisa berjumpa kembali"
Dengan membawa perasaan sedih yang tak terkirakan Han
siong Ki putar badan dan berlalu dari situ.
Ketika Han siong Ki telah pergi, air mata yang semenjak
tadi sudah mengembang dimata Buyung Thay, tidak
terbendung lagi akhirnya bercucuranlah air matanya.
"Ooooh... adikku sayang, tahukah engkau bahwa akupun
mencintaimu, mungkin cintaku padamu jauh melebihi cintamu
kepadaku, tapi sayang kita tak dapat bersatu, pernikahan
belum tentu dapat memberikan kebahagiaan bagi kita
berdua." Setelah bayangan punggung dari Han siong Ki lenyap dari
pandangan, pelan pelan ia baru beranjak dan berlalu
tinggalkan tempat itu. sementara itu Han siong Ki yang pergi meninggalkan
Buyung Thay, tiba tiba merasakan hatinya begitu sepi begitu
hampa dan kosong. Dalam hati ia selalu berpikir, apa yang bisa diperoleh
seseorang sepanjang sejarah hidup,nya"
1961 Tonghong Hui telah mati"
Go siau-bi telah pergi tanpa pamit.
Dan sekarang Buyung Thay meninggalkan dirinya.
Untuk pertama kalinya ia merasa hidupnya begitu sepi,
begitu sendiri tanpa sanak tanpa saudara, merasa bagaikan
baru sadar dari sebuah impian, rasa mesrah, pahit, getir,
kecewa, kosong, kehampaan semuanya berkecamuk menjadi
satu dalam benaknya. --ooo0dw0ooo-- Beberapa hari kemudian, tibalah si anak muda itu
dibenteng maut. Pertama tama ia berkunjung dahulu keatas batu cadas
ditepi sungai, berziarah di depan kuburan Tonghong-Hui.
Hancur lembut rasanya perasaan Han siong Ki pada waktu
itu, dengan perasaan kalut dia mendaki bukit batu cadas
tersebut. Berdiri kaku didepan kuburan tersebut, air matanya jatuh
berlinang membasahi wajahnya, dia merasa semua tumpukan
harapannya telah musnah semua perasaannya ikut lenyap,
lenyap bersama lewatnya sang waktu.
Ia termenung dan makin lama semakin murung.
Tonghong-Hui telah menyaru sebagai seorang pengemis
kecil, dimana mereka telah angkat saudara dan hidup dengan
penuh kegembiraan. Kemudian penyaruan Tonghong-Hui ketahuan rahasianya,
maka pertama kalinya ia mencintai seorang perempuan,
seluruh cinta kasihnya telah ia persembahkan kepadanya.
1962 Tapi akhirnya, bagaikan guntur yang membelah bumi
ditengah hari bolong, kenyataan membuktikan bahwa
Tonghong-Hui adalah bibi gurunya.
Kenyataan yang keji, kenyataan yang tak berperasaan telah
mencabik cabik impian indah yang penuh kemesrahan- .
Adat istidat yang kokoh telah memusnah cinta kasih
mereka... Maka Tonghong Huipun mengorbankan diri
sering kali ia merasa gelak tertawanya dan suara
pembicaraannya seakan akan berada dihadapan matanya, tapi
setiap kali ia membuka matanya kembali, semuanya itu lenyap
dengan begitu saja hingga tak berbekas.
Diapun teringat kembali sumpah setia-nya...
sekalipun hidup tak dapat berdampingan, setelah mati dia
ingin dikuburkan dalam satu liang.
"Yaaa.. benar, kecuali kematian, hidupnya akan selalu
dirundung kesedihan... karena ia sudah terjepit dalam
kepedihan yang tiada habisnya.
Tapi... mungkinkah ia mencari mati" Mungkinkah suatu
kematian akan menyelesaikan semua kesulitan yang sedang
dihadapinya. Tiba tiba ia teringat kembati nasehat dari ibunya: Beliau
pernah berkata bahwa ketidak berbaktian ada tiga, tiada
keturunan merupakan ketidak berbaktian yang terutama..
Entah berapa lama dia berdiri melamun, hingga akhirnya
sapaan yang halus dan ramah menyadarkan kembali si anak
muda itu dari lamunannya. "Nak, engkau telah kembali?"
Dengan perasaan kaget Han siong Ki menengadah, tahutahu
ibunya sudah berdiri dihadapan mukanya.
Dengan rasa sedih dan murung yang amat sangat,
pertemuannya kembali dengan ibunya membuat si anak muda
itu tak sanggup mengendalikan emosinya lagi, tiba-tiba ia
1963 mendekap ibunya dan menangis tersedu sedu seperti anak
kecil. Padahal jelek-jelek begitu Han siong Ki adalah seorang
ketua dari suatu perguruan besar, walaupun demikian berada
dihadapan ibunya ia nampak begitu lemah dan sama sekali tak
mampu berbuat apa apa.. "Nak. tak usah menangis lagi" bisik ibunya dengan suara
yang amat lembut, "aku cukup mengetahui betapa besarnya
penderitaan yang kau alami selama ini, tapi aaaai ..."
Han siong Ki segera berhenti menangis, dengan suara
cukup lantang dia berkata:
"ibu, ananda telah berhasil membalas dendam sakit hati
kita yang dalamnya bagaikan lautan itu"
"Kau... kau... kau berhasil membalas dendam?" si siang- go
cantik ong Cui Ing terselimut oleh golakan perasaan yang
sangat hebat. "Yaaa... ananda telah berhasil membalas dendam, dalam
bungkusan kain inilah berisikan batok kepala dari Thian che
kaucu Yu Pia lam, musuh besar kita"
Berkata sampai disitu maka secara ringkas pemuda itupun
menceritakan kisah pemba-lasan dendam yang telah
dialaminya selama ini. Dengan air mata bercucuran kerena terharu si siang- go
cantik ong cui ing berkata:
"Nak, bila arwah ayah dan Thio susiokmu dapat
menyaksikan kesemuanya ini di alam baka maka mereka akan
beristirahat dengan senyum di kulum"
"lbu" kata Han siong Ki kemudian, "bagaimanapun juga Yu
Pia lam adalah murid murtad dari Perguruan benteng maut,
perlukah kita laporkan kejadian ini kepada sucou"."
"Tak usah" 1964 "Tidak usah" Kenapa?"
"sejak mengalami musibah yang datang secara beruntun,
sucoumu telah mengambil keputusan untuk mengasingkan diri
selama lamanya, sejak kini benteng maut sudah ditutup,
beliau tak ingin mencampuri urusan dunia luar lagi, maka aku
rasa engkau pun tak perlu masuk ke dalam benteng untuk
memberi laporan" "Kalau bagitu bagaimana kalau kita pulang saja ke
perkampungan keluarga Han?"
"Aku sudah pergi ke sana tempo hari, tempat itu sudah
kuperbaiki, dan tulang tulang yang berserakanpun sudah
kukubur semua..." "lbu, perlukah kita gunakan batok kepala dari bangsat ini
untuk bersembahyang kepada arwah ayah dan anggota
keluarga lainnya?" "Tentu saja harus"
"Kalau begitu bagaimana kalau kita berangkat sekarang
juga?" "Ayolah, mari kita berangkat sekarang juga... oya,
bagaimana dengan keadaan Go Siau bi?" Mendengar
pertanyaan itu, paras muka Han siong Ki berubah sangat
hebat, sahutnya kemudian-
"Ananda telah berhasil mendapatkan obat mustika si mia
kim wan untuk menyembuh-kan luka-lukanya, tapi..... tapi..."
"Tapi kenapa?" tukas si siang go cantik ong cui ing kurang
sabaran lagi. "Dia.... dia telah pergi"
"Dia telah pergi?"
1965 "sebenarnya apa yang telah terjadi?" tiba tiba siang go
cantik ong cui ing mengguncang- guncangkan tubuh Han
siong Ki dengan penuh perasaan emosi.
Terpaksa Han siong Ki harus memberitakan Go siau bi yang
telah pergi tanpa pamit serta isi surat yang ditinggalkan
untuknya itu... selesai mendengar kisah tersebut, siang go ong
cui ing pun berkata: "Nak. bagaimanapun juga engkau harus mencari dirinya
sampai ketemu, sebab diatas kertas dia sudah menjadi
istrimu, dia sudah menjadi menantunya keluarga Han,
bagaimanapun juga dia tak bisa kau biarkan dia luntanglantung
sendirian dalam dunia persilatan, ingatlah bahwa dia
sudah tak punya rumah lagi"
"Tapi ibu.. dunia begini luas, kemana aku harus
mencarinya...." "Jadi engkau ada maksud hendak meninggalkan dirinya
nak?" perempuan itu menegur dengan wajah kurang senang.
"ooh tidak... tidak... ananda sama sekali tidak mempunyai
maksud untuk berbuat begitu" jawab Han siong Ki dengan
ketakutan. . "Aaaai... akupun berharap agar engkau jangan mempunyai
pikiran demikian, ingatlah baik-baik perkataanku Bagaimanapun
juga, engkau harus mencarinya sampai ketemu dan
lakukan pernikahan dengannya, jika engkau tidak menuruti
perkataanku itu, berarti bahwa engkau lebih suka menjadi
anak yang tak berbakti"
"Ananda tak berani melupakan peringatan dari ibu
Bagaimanapun juga ananda pasti akan berusaha untuk
melaksanakan perintah ibu dengan sebaik-baiknya"
"Baik, kalau begitu sekarang juga mari kita berangkat"
Menyinggung soal rumah, ibu dan anak dua orang itu
kembali merasakan kepedihan yang bukan kepalang.
1966 Hari itu juga berangkatlah mereka mening-galkan benteng
maut menuju perkampunga keluarga Hansepanjang
jalan tiada kejadian apapun yang di alami,
beberapa hari kemudian, sampailah mereka ditempat tujuan.
setelah masuk pintu gerbang suasana yang mengharukan
serta keadaan bangunan yang tak terawat sudah tidak
nampak lagi, meski tulang belulang juga telah dibereskan,
namun keheningan dan suasana sepi yang mencekam serasa
mendatangkan suatu perasaan yang benar-benar tak sedap.
"Nak" ucap ong cui ing kemudian- "kerangka dari semua
anggota keluargamu telah kukubur menjadi satu dalam hutan
dibelakang perkampungan, serta Thio susiokmu berada dalam
satu kuburan yang terpisah dan bila dikemudian hari ada
kesempatan, pindahkanlah kuburan adikmu dan adik
seperguruanmu Thio sau-kun kemari, jangan lupa pesanku ini"
"Yaa ibu" selang sesaat kemudian mereka sudah berada di ruang
tengah, tapi pemandangan yang terbentang di depan mata
membuat Han siong Ki merasakan hatinya terperanjat.
Kiranya ditengah ruangan telah berjajar dua buah peti mati,


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang satu telah disegel sedangkan yang lain setengah terbuka,
jelas peti itu adalah sebuah peti mati yang kosong.
Paras muka si siang- go cantik ong cui ing tampak berubah
hebat, sambil menunjuk ke arah peti mati yang ada disebelah
kanan ujarnya dengan sedih. "Itulah lelayon dari ayahmu"
Tak terkirakan rasa sedih Han siong Ki mendengar
perkataan itu, dalam keadaan demikian ia tak sempat
menanyakan tentang soal peti mati kosong lagi, sambil
berlutut di depan peti mati ayahnya, pemuda itu menangis
tersedu sedu. Lama .... lama sekali.... ia baru bangkit berdiri
sambil membesut air matanya.
1967 "lbu... bukankah engkau mengatakan bahwa kerangka Thio
susiok telah dikebumi-kan diperkampungan belakang" Lalu
apa gunanya peti mati yang kosong ini"
"Soal itu kita bicarakan nanti saja" tukas ibunya dengan
cepat "sekarang sulutlah lilin dan hio, kemudian
bersembahyanglah untuk arwah ayahmu"
Meskipun agak keheranan bercampur curiga, toh Han siong
Ki menurut juga perkataan ibunya, dia lantas pasang hio dan
menyulut lilin, menyajikan batok kepala Yu Pia lam didepan
peti mati ayahnya, lalu bersama sama ibunya dengan air mata
bercucuran mereka berlutut dan bersembah-yang dengan
hikmat. selesai bersembahyang, kembali Han siong Ki menanyakan
soal peti mati kosong itu.
si siang go cantik ong cui ing duduk dengan angkernya
diatas kursi kebesaran- dia perintahkan Han siong Ki untuk
berdiri tepat dihadapannya, kemudian dengan suara berat
ujarnya: "Nak, walaupun ibu sudah kawin lagi dengan orang lain,
akan tetapi sampai sekurang aku masih tetap suci bersih,
belum pernah kunodai nama baik keluarga Han kita..."
"lbu tentang soal ini ananda sudah tahu, kejadian yang
sudah lewat buat apa kita singgung kembali?" seru Han siong
Ki dengan wajah ketakutan-
Paras muka siang go cantik ong cui ing berubah jadi hijau
membesi, tapi nada suaranya masih tetap tenang dan kalem,
sambungnya lebih jauh: "sekalipun aku tetap suci bersih tanpa noda, tapi
bagaimanapun juga nama baikku tetap ternoda..."
Ketika mendengar sampai disitu, suatu firasat tak enak
melintas dalam benak Han siong Ki, cepat dia berseru dengan
ketakutan: 1968 "oooh...ibu, jangan kau berkata demikian, keadaanlah yang
memaksa engkau orang tua berbuat demikian"
"Memang demikianlah keadaannya nak. ketika aku
menggunakan nama samaran orang yang kehilangan sukma,
dapatkah engkau mencamkan makna serta arti yang
sebenarnya dari ucapan itu?"
"Nak, ingatlah baik-baik pesanku, cari Go siau bi sampai
ketemu, kemudian kawini dia dan carikan keturunan bagi
keluarga Han kita..."
"ibu, kau..." "Nak. perasaan ibumu sakarang sudah amat tenang Nah,
selamat tinggal, semoga engkau baik-baik menjaga diri.."
selesai mengucapkan kata kata tersebut, mendadak sekujur
badan si siang- go cantik ong cui ing bergetar keras, kemudian
matanya terpejam untuk selama lamanya.
Han siong Ki merasa terkejut bercampur takut, ia merasa
sukmanya seolah-olah telah melayang tinggalkan raganya,
dengan cepat ia menubruk ibunya, sayang sedetik sebelumnya
perempuan itu telah memutuskan denyutan jantungnya
dengan tenaga dalamnya yang lihay.
Menyaksikan kematian ibunya, Han siong Ki hanya bisa
berdiri mematung tanpa bergerak barang sedikitpunjua,
lama... lama sekali ia baru menangis tersedu-sedu.
Malam telah menjelang, Tapi Han siong Ki masih duduk
termenung didepan jenasah ayah dan ibunya.
Ketika fajar telah menyingsing, ia baru masukkan tubuh
ibunya kedalam peti mati yang kosong itu, kemudian dikubur
dalam seliang dengan kerangka ayahnya.
seratus hari kemudian setelah kematian ibunya, Han-siong
Ki mulai melaksanakan pesan ibunya untuk mencari jejak Go
siau bi. 1969 setahun.... dua tahun.... lima tahun..... ketika mencapai
dua belas tahun lamanya sejak pencarian dimulai, akhirnya
pada suatu ketika sianak muda itu berhasil menemukan jejak
Go siau bi dibekas reruntuhan perkumpulan keluarga Go
dibukit si sin gan. Dengan pelbagai penjelasan yang berbelit belit serta
bujukannya yang amat berat, akhirnya Go siau bi berhasil
dilemaskan kembali hatinya.
Dan sejak itulah mereka hidup bersama hingga akhir tua.
TAMAT Makam Bunga Mawar 20 Perawan Lembah Wilis Karya Kho Ping Hoo Pendekar Laknat 13
^