Pencarian

Bulan Berdarah 2

Dewi Ular 77 Bulan Berdarah Bagian 2


arah timur seperti biasanya"! Wah, ada yang nggak beres
nih!" Benar. Sepertinya ada yang kurang beres. Matahari
menampakan cahaya fajarnya dari arah tenggara. Sempat ada
yang menyangka, bahwa matahari telah bergeser dari
posisinya. Tapi sebagian besar menyangka, kemunculari
matahari kali ini merupakan misteri yang mengandung gejala-
gejala kurang baik,
"Udaranya nggak dingin kayak biasanya. Terasa hangat.
Badanku menjadi gerah"! Aneh sekali"!"
"Bangunkan dia, San. Ini tanda-tanda nggak beres!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kamu aja, ah! Aku nggak berani membangunkan Kumala,
kecuali sebelumnya tadi dia udah pesan dulu, minta
dibangunkan , naah ... baru berani. Tapi kalau nggak ada
pesan darinya, aku nggak berani membangunkan dia! Sana,
kamu aja yang membangunkan Kumala."
Rupanya malam itu d? rumah Kumala ada yang belum
tertidur. Buron dan Sandhi memang belum tidur,karena
mereka tak mau melewatkan begitu saja acara pertandingan
sepak bola Liga Eropa yang ditayangkan di sebuah station
televisi. Mereka memang pecandu bola, sehingga meski pun
pertanding bola itu diawali pukul dua dini hari, mereka tetap
akan berusaha kuat melek sampai acara tersebut selesai.
Kebetulan pada saat itu Sandhi sempat keluar sebentar untuk
membuang sampah dalam asbak yang sudah penuh, dan ia
melihat cahaya fajar di langit tenggara. Buron pun segera
memeriksa suasana, lalu membetulkan babwa ada ketidak
beresan pada alam sekeliling mereka.
Meski pun Burong asisten gaibnya Kumala Dewi, dan sudah
dipercaya untuk melakukan apa saja dirumah itu, namun ia
tetap menjaga sopan santun serta menyimpan rasa hormatnya
kepada Kumala. Begitu pula halnya dengan Sandhi. Itulah
sebabnya mereka tak berani mengetuk pintu kamar Kumala
secara sembarangan. Maka, untuk membangunkan putri Dewa
Permana itu Buron menggunakan kekuatan gaibnya sebagai
kekuatan Jin Layon. Ia menunduk, memejamkan mata,lalu
menghentakkan kaki dengan tumitnya tiga kali. Saat itulah ia
telah membangunkan jiwa Kumala.
Dewi dengan suara batin yang membisik pelan."Kumala,bangunlah ... Bangun sebentar ada yang perlu
kau ketahui secepatnya, Kumala ..... "
Gadis cantik anak bidadari itu mendengar bisikan batin
Buron dan benar-benar terbangun, dan segera keluar dari
kamarnya dengan dahi berkerut. Menahan rasa kantuk,
membiasakan matanya menerima cahaya lampu terang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruang tengah. Melihat gadis itu keluar dari kamarnya, Buron
dan Sandhi buru-buru menyapanya. Malahan Sandhi
menghampirinya dengan wajah sedikit tegang.
"Matahari sudah muncul, padahal masih pukul dua
liwat,Kumala."
"Dari arah tenggara, lagi!!" timpal Buron.
"Hmm, ya ..... " suara Kumala agak parau. "Aku
merasakan hawa yang berbeda dari hawa biasanya"
Lalu, mereka bertiga bergegas ke halaman belakang.
"Lihat, bias sinar fajarnya dari arah sana, bukan " Biasanya
bias sinar fajar dari sebelah situ, Kumala."
"Hmm," Dewi Ular mengangguk, membenarkan pendapat
Sandhi. "Apakah keganjilan ini termasuk tanda-tanda datangnya
hujan lahar?"
"Ya. Matahari palsu telah muncul. Pasti membawa petaka
sendiri bagi kehidupan di sini. Harus segera kuhentikan!"
"Cepat lakukan sesuatu untuk mencegah matahari palsu itu
terbit di atas kepala manusia, Kumala," desak Buron yang
merasa tak sanggup melakukan pencegahan sendiri. Ia pun
kelihatan gelisah sekali, walau pun Kumala kelihatan tetap
tenang penuh waspada.
Udara terasa semakin hangat. Pasti sebentar lagi akan
berubah menjadi panas. Dalam keterangannya kemarin Nini
Ganjarlangu dan Jin Gantranoya mengatakan, suhu udara di
alam kehidupan manusia akan menjadi panas. Temperatur
naik. Hembusan anginnya menjadikan kulit tubuh terasa perih,
seperti disayat-sayat. Begitulah tanda pertama jika hujan lahar
sudah mulai mendekati alam kehidupan manusia. Keterangan
tersebut sama dengan apa yang dikatakan Amapola kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rayo tempo hari. Dan, sekarang tanda-tanda itu sudah mulai
terasa walau pun angin belurn seperti menyayat kulit.
Dewi Ular segera berubah menjadi seberkas sinar hijau
berbentuk seperti naga kecil. Zlaaap...! Ia melesat ke atas
dengan gerakan lurus vertikal. Dalam ketinggian yang tak
dapat diukur lagi cahaya seperti naga ketil itu tiba-tiba pecah
Wuuubs...! Menjadi serpihan seperti bintang yang jumlahnya
ratusan. Setiap serpihan itu pecah lagi menjadi ribuan bintik
hijau. Setiap bintik hijau pecah menjadi jutaan debu
berpendar-pendar.
Begitu seterusnya. Permukaan langit menjadi hijau
berkiluan karena dipenuhi pecahan cahaya sakti Dewi Ular.
Setiap orang yang saat itu berada di luar rumah, pasti akan
memandang ke atas penuh kekaguman. Udara hangat
menjadi sejuk sewaktu permukaan langit kian dipenuhi cahaya
hijau. Aroma wangi menyebar ke mana-mana. Hembusan
angin semilir mulai meng- hadirkan uap embun. Sementara
cahaya merah fajar di ufuk tenggara semakin redup. Akhirnya
terdengar dentuman pela. Glaarr ..! Pelan sekali. Nyaris tak
dapat tertangkap pendengaran manusia biasa. Namun
guncangan bumi dapat dirasakan. Bergetar lembut. Hanya
sekejab saja. Setelah itu normal.
Tak ada guncangan yang kedua. Tak ada lagi cahaya
merah fajar, Matahari palsu berhasil dibenamkan kembali oleh
kesaktian Dewi Ular Getaran di langit sana pun sudah tak
tampak . Bahkan warna hijau fosfor yang memenuhi
permukaan langit tampak bergerak menyatu kembali. Sekejap
kemudian menjadi sinar kecil seperti naga. Sinar itu bergerak
turun dengan luar biasa cepatnya.
Zlaaapp,.. ! Duuubbb ... ! Cahaya itu jatuh ke rerumputan
samping bangunan pendapa. Ketika menyentuh bumi cahaya
itu sudah berubah menjadi gadis cantik jelita yang berambut
panjang dan memiliki senyum lesung pipit yang mengagumkan.Kumala Dewi telah menampakan wajah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aslinya. Melegakan Sandhi dan Buron. Udara menjadi dingin.
Langit menjadi gelap. Alam telah norma l kembali. Dan saat itu
jarum jam menunjukan pukul 02.40 dini hari.
"Untung kau berhasil mencegahnya, Kumala," Buron
tersenyum bangga. Sandhi pun menghampiri Kumala dengan
senyum masygul.
"Apa yang terjadi jika matahari palsu itu sampai terbit.
penuh di atas sana, Kumala?"
"Entahlah. Tapi setidaknya wabah penyakit akan menyebar,
dan jelas akan mengganggu kehidupan kita di s ini, San"
Mereka mengiringi Kumala melangkah masuk ke dalam
rumah Tentunya mereka tidak dapat melanjutkan tidur.
Bahkan acara nonton pertandingan sepak bola di layar teve
pun dibatalkan. Toh acara tersebut memang sudah berakhir.
Mereka membahas persoalan matahari palsu itu di ruang
tengah, sebuah ruang keluarga yang cukup lebar dan
sebagian lantainya berlapiskan karpet permadani tebal.
Namun baru beberapa saat mereka membahas keganjilan
tadi, telepon di sudut ruangan berdering. Kumala Dewi
menghentikan kata-katanya, saat itu pula Sandhi yang
menjadi asistennya untuk urusan non-gaib segera menyambut
telepon tersebut. Buron memperhatikan Sandhi saat menerima
telepon, karena hati kecilnya curiga terhadap telepon yang
datang pada saat fajar belum menyingsing. Biasanya telepon
seperti itu membawa kabar yang kurang sehat yang perlu
segera ditangani oleh Kumala Dewi.
"Hallo..." sapa Sandhi sopan.
"Hallo. Apakah bisa bicara dengan Dewi Ular?"
Dahi Sandhi langsung berkerut. Merasa heran. Selama ini
hampir tidak pernah ada penelepon yang menyatakan ingin
bicara dengan Dewi Ular. Umumnya mereka menyebutnya
Kumala, bukan Dewi Ular. Tatapan mata Sandhi tertuju pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kumala dan Buron. T atapan mata itu mengandung kecurigaan
yang membuat Buron menjadi semakin penasaran. Kumala
tetap diam menunggu ucapan Sandhi.
"Dengan siapa saya bicara ini?" tanya Sandhi kepada
penelepon. "Saya perlu bicara dengan Dewi Ular. T olong sampaikanf"
"Iya. Tapi dengan siapa saya bicana ini"!"
"Penting sekali. Tolong lekas sampaikan pada Dewi Ular!"
"Saya perlu identitas Anda! Siapa diri Anda sebenarnya"!"
Sandhi mulai kesal. Wajahnya bersungut-sungut, Buron
bergegas menghampirinya. Ia berusaha mengambil alih
telepon sete lah yakin betul bahwa si penelepon terkesan
meremehkan Sandhi.
"Dia ingin bicara dengan Dewi Ular tapi tidak mau
menyebutkan siapa dirinya," kata Sandhi kepada Buron sambil
mendekap telepon. Buron tak jadi meminta telepon tersebut,
karena suara Kumala telah terdengar dari sofa empuk
tempatnya duduk itu.
"Letakan gagang teleponnya. Biar kuterima dari s ini!"
Perintah itu dilakukan Sandhi. Gagang telepon diletakan
pada tempatnya. Sepertinya hubungan telepon diputuskan.
Tapi sebenarnya Kumala Dewi sedang menerima telepon
tersebut. Sambil duduk dengan santai dan tenang, Kumala
bicara kepada si penelepon tanpa harus memegang gagang
teleppn. Seolah-olah setiap benda di sekelilingnya menjadi
mickrofon telepon yang dapat dipakai bicara, sementara suara
si penelepon hanya bisa didengarkan oleh dirinya seorang.
Suara si penelepon langsung masuk ke telinga gadis itu. Tentu
saja kekuatan indera keenam yang sangat sempurna saja
yang bisa mendengarkan suara penelepon di seberang sana,
meski pun posisi gagang telepon diletakkan dalam posisi putus
komunikasi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa sih yang konyol begitu " Dia menyebut Kumala
dengan nama Dewi Ular?" tanya Buron. "Cowok apa cewek,
San"!"
Sandhi hanya sentakan pundaknya tanda tak mengetahui
siapa peneleponnya. Tapi ketika la ingin menjawab pertanyaan
terakhir Buron, Kumala Dewi memberi isyarat dengan telunjuk
di tempelkan di bibir ranumnya, pertanda kedua pemuda itu
diminta tidak brisik. Maka, Sandhi pun tak jadi menjawab
pertanyaan itu.
"Ya, hallo..." Siapa ini?" suara lembut Kumala menyapa si
penelepon, sementara Sandhi dan Buron hanya memperhatikan dari jarak tak seberapa jauh.
Hening. Sepi sekali. Tidak satu pun dari mereka bertiga
mengeluarkan suara. Sandhi dan Buron tetap memperhatikan
Kumala sementara yang diperhatikan hanya diam mematung.
Makin lama tampak guratan merah di sekitar wajah ayu
Kumala. Keringat dingin mulai tersembul dari kening.
Membersit tipis. Mengeluarkan aroma wangi bunga Kahyangan. Sandhi dan Buron menjadi curiga. Lebih-lebih
setelah mereka melihat Kumala menggeletukan gigi,
mengatupkan mulut rapat-rapat, lalu gemetar samar-samar.
"Ada yang nggak beres kayaknya, Ron!" bisik Sandhi.
Buron cepat-cepat bangkit dengan wajah tegang.
"Ada apa, Kumala!" Ia ingin mendekat, tapi ragu-ragu.
Kedua bola mata indahnya Dewi Ular menatapnya sangat
tajam. Buron semakin tak berani betindak apa-apa. Ia belum
pernah ditatap setajam itu. Akibatnya, jelmaan Jin Layon itu
salah tingkah sendiri.
"Ku... Kumala... ada apa....?" Hati-hati sekali ia bertanya.
Sangat pelan. Dan, belum juga mendapat jawaban.
"Ada sesuatu yang sedang menyerangnya. Dan, ia sedang
bertahan melawannya!" bisik Buron kepada Sandhi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gawat! Kelihatannya dia semakin tegang. Perlu bantuan!"
"Tapi.. tapi suara kalbunya memerintahkan kita untuk tetap
diam di tempat, San. Aku nggak bisa! melakukan apa-apa nih.
Wah, gimana, ya .. !"
Semakin resah keduanya. Semakin tegang, Kumala Dewi
pun tampak kian gemetaran. Keringatnyn membasah sekujur
tubuh Urat-uratnya tampak mengencang. Kedua tangannya
menggenggam kuat di samping pangkuannya, Hanya Buron
yang dapat mendeteksi munculnya gangguan terhadap diri
cantik itu. Ia merasakan hawa panas yang makin lama
semakin tinggi. Maka, diam-diam ia salurkan hawa saktinya
untuk membantu Kumala Dewi. Tetapi tiba-tiba posisi
berdirinya menjadi limbung. Buron terdorong mundur.
Wuuut, braaak... ! Pemuda berambut kucai itu terlempar ke
belakang. Membentur salah satu bufet kaca. Untung kacanya
tak sempat pecah. Namun hal itu membuat suasana menjadi


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semakin rnenegangkan. Menyeramkan sekali bagi Sandhi.
Apalagi sekarang lampu sempat menjadi redup nyaris padam
total. Terang kembali dan redup lagi: Seperti dipermainkan
oleh tangan konyol dari alam lain.
Suara lolongan anjing pun terdengar dari rumah seberang
Seluruh tubuh Sandhi menjadi dingin. Bulu kuduknya
merinding. Ia membantu Buron untuk bangkit, tapi jelmaan Jin
Layon menolak uluran tangan Sandhi. Ia ingin melakukan
sesuatu, karena semakin bertambah yakin lagi bahwa majikan
cantiknya sedang diganggu. Tentunya pengganggu datang
melalui gelombang suara yang hanya bsa didengar oleh
Kumala Dewi . Telepon tadi itulah awal gangguan tersebut.
Dan, memang hanya Kumala Dewi yang dapat merasakan
suara denging begitu kuat, hingga terasa ingin menjebolkan
gendang telinganya. Ia masih mencoba bertahan mengimbangi suara denying itu.
"Ron...!" sergah Sandhi dengan suara menegang.
Tangannya, menuding ke meja telepon. Buron ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membelalakkan matanya melihat boks telepon di sana tiba-
tiba berasap sendiri. Tak lama kemudian barang elektronik itu
meleleh bagaikan terbakar api dari dalam. Buron menarik
lengan Sandhi, supaya sopir kepercayaan Kumala itu tidak
mendekati meja telepon. Mereka berdua memandang dua
arah secara bergantian: telepon yang meleleh dan wajah
Kumala Dewi yang pucat pasi dengan keringat bercucuran.
"Kitaharus... harus berbuat sesuatu, Ron!"
"Aku tahu. Tapi.... lagi-lagi ku dengar Kumala melarangku
mencampuri urusan ini. Bagaimana dong?"
"Gawat betul ini! Pasti pengganggunya berilmu tinggi, yang
tak mungkin dapat kau kalahkan."
"Tunggu. Ada... maksudku, aku dapat ide!" Sandhi tak tahu
apa yang akan dilakukan Buron la hanya bisa memandangi
gerakan Buron yang diliputi kepanikan itu. Kumala masih pada
posisinya, Melihat sekujur tubuh Kumala terguncang hebat.
Buron mempercepat tindakannya. Sandhi mulai mengerti apa
yang ingin dilakukan Buron sete lah Buron membuka pintu
almari kaca, tempat menyimpan alat-alat elektronik.
"Dia mau stel kaset atau CD... "! Gila! Apa-apaan itu"!"
gerutu Sandhi, namun tak berani mencegah. Ragu untuk
menghalangi tindakan Buron. Dan, tak lama kemudian suara
musik rock terdengar keras. Volume sengaja ditinggikan.
Hingar bingar suasana di tempat itu.
"Apa-apaan kau, hah"!" seru Sandhi kepada Buron.
"Mengganggu konsentrasi! Biar dia tidak semakin hanyut
mengikuti kekuatan gaib yang menyerangnya lewat suara
telepon tadi!!"
Buron semakin meninggikan volume musik. Sandhi aampai
menutup kedua telinganya sendiri sambil berseru memaki
Buron. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sitting kau, Gilaaa...'!!" Suara seruan Sandhi tenggelam
dalam hingar bingarnya musik.
Ternyata usaha Buron itu berhasil. Kumala Dewi terlempar
dari tempatnya, seperti baru saja keluar dari pusaran arus
gaib. Ia jatuh ke lantai sambil menyeringai kesakitan Kedua
telinganya mengeluarkan darah hitam. Darah kotor akibat
terkontaminasi energi gaib dari s i pengganggu.
"Hentikan!" teriak Sandhi kepada Buron. Saat itu ia buru-
buru menghampiri Kumala Dewi, sementera Buron mematikan
musik. Gadis itu menjadi lemah. Hidungnya juga mengeluarkan darah hitam. Ketika ia tersedak batuk, maka
keluarlah darah hitam pula dari mulutnya. Sandhi menjadi
semakin panik. Demikian pula Mak Bariah yang tadi tertonjak
kaget mendengar musik, hingar bingar, lalu bergegas pergi ke
ruang tengah. Ternyata ia melihat majikan yang disayanginya
dalam keadaan sangat mengkhawatirkan.
"Buron, cepat tangani Kumala ini ..!!" seru Sandhi penuh
emosi. Buron terperangah dalam posisi tak jadi me langkah begitu
ia melihat darah keluar dari lubang hidung, telinga dan mulut
Kumala. Ia tampak pucat pasi karena kecemasannya sangat
tinggi. "Kumala....! Bertahanlah... bertahan, Kumala... " bujuk
Sandhi dengan hati sangat sedih.
Mak Bariah justru langsung menangis me lihat keadaan
Kumala sudah tak berdaya begitu. Tangisnya membuat
suasana menjadi semakin tegang, serba panik, dan tak
seorang pun dari mereka yang mengetahui apa yang harus
mereka perbuat untuk menyelamatkan Kumala Dewi.
"Ma.... tikan...." suara Kumala sangat parau. Menyedihkan..
Mereka bingung menanggapi kata-kata itu. Mereka tak tahu
apa maksud perintah tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ma... tikan... cepat!"
"Siapa yang harus kumatikan,Kumala! Bicaralah yang
jelas!" desak Buron dengan napas memburu, karena emosi
kemarahannya bergelora sangat besar.
"Kumala, siapa yang harus dimatikan" Sandhi atau Mak
Bari"!"
"Lam...-lampu...!"
"Oh lampu..."!"
"Matikan semua... dan tinggalkan aku di sini... ! Jangan
sentuh aku..."
"Cepat matikan semua lampu!" sentak Sandhi kepada Mak
Bariah. Tapi ia sendiri yang bergegas dengan cepat
menghampiri beberapa saklar listrik,dibantu oleb Buron yang
tergopoh-gopoh ke sana-sini. Mak Bariah rnenjauhi Kumala
begitu beberapa lampu telah dipadamkan. Suara tangisnya-
ditahan kuat-kuat.
Gubraak...! Praang....!
"Apa tuh..."!"
"Gue..! !'" jawab Buron-dari ruang makan. Rupanya ia
menabrak meja kecil tempat gelas. Maklum, suasana kini
sudah menjadi sangat gelap. Tak ada satu lampu pun yang
masih menyala. Mereka benar-benar meninggalkan Kumala Dewi dalam
kegelapan. Mereka berkumpul di samping bufet tinggi.
Memperhatikan ke arah tempat Kumala tadi dengan jantung
berdetak-detak cepat. Napas mereka berat. Menunggu tegang,
apa yang terjadi selanjutnya atas diri si putri tunggal Dewi
Nagadini itu. "Mencemaskan sekali," keluh Buron dengan nada sedih.
Suaranya yang pelan membisik itu membuat Sandhi mendesis
pendek. Meminta Buron agar, tidak bersuara sedikit pun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh kecil lantai rumah
bergetar. Ketegangan mereka bertiga semakin tinggi. Saling
berpegangan satu dengan yang satunya. Kemudjan mereka
mendengar suara klik.. t Seperti suara lampu dinyalakan.
Klik,klik, klik...! Byaar...!
"Hah..."!"
Saklar listrik naik sendiri. Lampu yang padam kini ipenjadi
menyala kembali. Tak ada yang menyalakan lampu, selain
kekuatan gaib yang mereka tak ketahui darimana datangnya.
Tetapi hal itu tidak begitu mereka hiraukan, karena pusat
perhatian mereka tertuju sepenuhnya ke tempat Kumala Dewi,
Gadis itu telah bangkit. Duduk di lantai. Keadaannya sehat.
Tanpa darah setetespun tanpa kepucatan seulas pun. Justru
kecantikannya memancarkan pesona yang lebih mengagumkan daripada biasanya.
"Non Mala... !"seru Mak Bariah kegirangan. Mereka pun
menghampiri Kumala dengan perasaan lega.
"Kau tidak apa-apa, Kumala"!"
"Kau sudah sehat, Boss cantik"!" Sandhi mendesak, tapi
badannya disingkirkan oleh Mak Bariah yang ingin memeluk
Kumala, menyatakan rasa bersyukurnya. Kumala menerima
mereka dengan senyum anggun dan tetap terkesan familiar
sekali. "Aku nggak apa-apa kok, Mak. T enanglah.." bujuk Kumala
kepada Mak Bariah.
"Tapi kau tadi mengeluarkan darah hitam, Kumala. Kami
sangat mencemaskan dirirnu "
"Itu serangan dari sana lewat gelombang suara"
"Maksudmu... suara cowok yang menelepon tadi adalah
suaranya si Chongor?"
"Adiknya. Tentu saja atas perintah Chongor"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adiknya" Si keparat Marong, maksufmu"!" geram Buron,
dan Kumala Dewi mengangguk dengan kalem.
"Mungkin dia mencoba ilmu baru pemberian kakaknya
untuk mencelakaiku. Tetapi tiba-tiba tadi kudengar suara
berbisik padaku, entah suara siapa. Yang jelas, kekuatan ilmu
barunya Marong itu dapat dilumpuhkan dengan cara
mengalirkan energi gaibku dalam suasana serba hitam, serba
gelap. Dan, ternyata berhasil. Seluruh kekuatannya kembali ke
asalnya." "Siapa yang berbisik padamu itu, Kumala?"
"Aku sendiri tak bisa melihat dengan jelas, Buron. Aku juga
nggak mengenali suaranya. Yang jelas, menurutku suara itu
berasal dari pihak Kahyangan."
"Ooo..., " mereka menggumam lirih. Saling manggut-
manggut. "Tapi, Kumala,..," Sandhi berbisik, sedikit tegang. "Kenapa lantai rumah kita
masih terasa sedikit bergetar" Lembut sekali
getarannya. Terasa nggak sih?"
"Ya," timpal Mak Bariah. "Lantainya masih bergetar
pelan,Non."
Mereka memperhatikan beberapa benda yang menggantung, seperti lampu kristal, lukisan dan sebagainya.
Benda-benda itu memang kelihatan bergoyang pelan. Lampu
kristal tak sampai berdenting. Namun jelas sekali gerakan
lembutnya akibat getaran aneh tersebut. Suara lolong anjing
pun masih terdengar, walau dalam jarak waktu tak sesering
tadi. "Masih ada yang kurang beres nih," bisik-Buron,
entahditujukan kepada siapa yang jelas, naluri gaibnya
sebagai Jin Layon telah menangkap adanya ketidak beresan di
sekeliling mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Angin datangr Bergemuruh. Dedaunan terguncang.Seperti
ada yang ingin mencabut semua pohon di sekeliling rumah
itu.Maka, jelas sudah, suasana belum menjadi normal seperti
biasanya Masih ada yang harus dilakukan Kumala. Apa lagi
suara gemuruh itu bertambah jelas. Getaran dinding
bertambah mengguncangkan perabot yang ada dalam rumah
itu. Rumah seperti akan roboh. Kumala segera perintahkan
orang-orangnya untuk lari keluar rumah. Mereka ke halaman
samping, karena pintu keluar ke samping lebih dekat daripada
ke arah belakang atau depan.
"Tunggu, tunggu..,!"cegah KumalaDewi ketika Buron dan
Sandhi hampir menabraknya Suara gemurah bertambah
dekat. Seperti datangnya banjir besar dari arah utara.
"Dengarkan suara itu," tarnbah Kumala Mereka menyimak
suara yang ada dengan wajah tegang. Lalu, Buron
menyimpulkannya.
"Suara kereta!"
"Goblok! Nggak pernah ke stasiun Gambir kamu, ya" Suara
kereta kok kayak gitu"!" kecam Sandhi.
"Kereta berkuda maksudku!"
"Ya, memang-benar," sahut Kumala
"Suara kereta berkuda"!" gumam Mak Bariah. Ikut
menyimak lebih cermat lagi.
"Ta... tapi suara itu semakin mendekati tempat kita, Mala!"
Sandhi menggeragap takut.
"Aku mencium bau cendanagiri " kata Buron sambil
mengendus-enduskan hidungnya.
"Cendena giri hanya ada di Kahyangan," sahut Kumala.
"Kalau begitu... kita tak perlu panik lagi. Jangan takut"
"Kanapa?" ,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada tamu yang ingin menemui kita. Mungkin utusan dari
Kahyangan. Aku harus bersiap-siap menyambutnya!"
Benarkah tamu itu datang dari Kahyangan " Buron agak
meragukan kesimpulan Kumala Dewi. Tapi dia bersiap-siap
menyambut dengan kekuatan kesaktiannya jika tamu itu
bermaksud menyerang Kumala. Menurutnya, dalam keadaan
seperti saat ini, bisa saja Kumala terkecoh oleh aroma wangi
bunga cendana giri.
(Oo-dwkz-234-oO)
5 SEPERTI dugaan Buron, suara gemuruh yang mendekati
rumah Kumala itu rnemang sebuah kereta. Namun kereta itu
bukan ditarik oleh sejumlah kuda; melainkan dibawa terbang
oleh beberapa ekor burung hantu. Jumlah burung hantu yang
menarik dan rnembawanya terbang kereta tersebut sekitar 20
ekor. Rata-rata memiliki bulu berwarna putih dan abu-abu.
Kereta itu sejenis kereta Benhur. Tidak memiliki atap dan
hanya berdinding bagian depannya saja. Mirip kereta perang
pada zaman Romawi Kuno. Ada dua orang yang berdiri di atas
kereta tersebut. Mereka berpakaian indah, berjubah kuning


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gading dan biru langit. Jubahnya berbulu lembut. Pada saat
mendekati rumah Kurnala, jubah mereka seperti bendera.
Melambai-lambai. Mengeluarkan asap tipis. Asap itulah yang
menyebarkan aroma wangi bunga cendana giri.
Sandhi dan Mak Bariah terperangah, terbengong-bengong
ketika memandangi kereta itu mendekat. Turun dari
ketinggiannya. Pada saat kereta itu mencapai setinggi pohon
tetangga, burung-burung hantu yang menariknya lenyap
secara gaib. Kereta itu sendiri ikut raib tanpa bekas setelah
menyentuh tanah. Kini tinggal dua pemuda tampan, gagah
dan mempesona yang tertinggal di tanah tempat mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendarat, Secara naluriah Sandhi dan Mak Bari yakin betul
bahwa kedua tamu itu adalah dewa penghuni Kahyangan.
Dua utusan dari Kahyangan itu memberi hormat kepada
Kumala. Agaknya satu dari kedua utusan itu sudah dikenal
lebih dulu oleh Kumala Dewi, yaitu yang berjubah kuning
gading dan berambut panjang. Terbukti saat keduanya
memberi hormat penuh kesopanan, Kumala langsung
menghampiri dewa muda yang berjubah kuning gading.
Sementara yang berjubah biru hanya memandang dengan
senyum penuh persahabatan.
"Tak perlu basa-basi begitu, Quella. Bagaimana kabarmu"
Oh, ya... sebelumnya kuucapkan selamat datang di gubukku
ini, Quella Tak kusangka kau akan datang kemari malam ini"
"Kami berdua diutus oleh penguasa Kahyangan unuk
menjemputmu, Kumala. Tapi sebelumnya perlu kuperkenalkan
dulu utusan yang satu ini, yang ada di sebetah kiriku ini, dia
adalah sepupuku yang bernarna: Amador"
"O, Amador..."
"Benar, Nyai Dewi.,.," sambil membungkukkan badan
penuh hormat. Kumala Dewi membalasnya dengan salam
Hormat yang sepadan. Amador menjentikan jarinya,cahaya
kecil berwarna biru seperti berserabut keluar dan melayang ke
depan dari jarinya. Kumala Dewi menjentikan jarinya pula,
mengeluarkan cahaya hijau berserabut. Lalu, kedua cahaya itu
saling bertemu. Byaaap...! Pecah membias sekilas. Suasana
pun menjadi tenang, Tak ada angin gemuruh. Tak ada lagi
lolongan anjing. Hati manusia diliputi kedamaian hakiki. Itulah
cara perkenalan para penghuni Kahyangan. Bukan saling
bersalarnan, melainkan saling. menyatukan hawa damai
mereka sebagai wujud dari persahabatan yang terjalin saat
itu. Quella memang lebih dulu kenal dengan Kumala Dewi, Ia
adalah cucu.dari Dewa Guyana, alias Dewa Padang Pasir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkenalan itu terjadi ketika Kumala Dewi berhasil
membebaskan hukumannya Quella yang kala itu berwujud
seekor burung hantu. la akan berubah menjadi setampan
sekarang apabila sudah melakukan 999 kali kebajikan. Tapi
dengan menolong atau berbuat kebajikan kepada anak
tunggal dewa yang masih perawan suci yaitu Kumala, maka
Quella sudah dianggap melakukan kebajikan sebanyak 10 000
kali, sehingga iapun berubah kembali, dari seekor burung
hantu menjadi pemuda tampan yang gagah menawan. (Baca
serial Dewi U lar dalam episode: "PERSIDANGAN GAIB").
Lain halnya dengan Amador. Ia memang baru kali ini
bertatap muka langsung dengan Kumala Dewi. Selama ini
yang ia dengar hanyalah cerita tentang kecantikan putri
tunggal Dewa Permana yang dibuang ke bumi. Ia pikir
kecantikan itu sama saja dengan kecantikan para bidadari
penghuni Kahyangan lainnya. Tapi setelah bertatap muka-
langsung begini, Amador tak mampu menyembunyikan rasa
kagumnya terhadap kecantikan Kumala Dewi. Menurutnya,
kecantikao Kumala lebih tinggi nilainya dibandingkan para
bidadari lainnya yang hidup di Kahyangan sana. Kenyataan
itulah yang membuat Amador sejak tadi menatap lembut
kepada Kumala. Lupa berkedip. Bahkan hanyut dalam
kekagumannya, sampai-sampai ia tak menjawab teguran
Quella. Ketika menyadari lamunannya, ia menggeragap malu
dan ditertawakan oleh yang lain.
"Maaf, aku hanyut merenungi kecantikan yang melebihi
para penghuni Kahyangan ini, Quella. Kukira... hmm,
sudahlah. Lupakan saja!" sambil Amador masih tersipu malu.
"Seperti yang kukatakan tadi, Kumala ... kami berdua
diutus oleh pihak Kahyangan untuk menjemputmu. Lebih
cepat lebih baik"
"Menjemput " Mau dibawa kemana aku ini, Quella?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ke perbatasan Kahyangan. Sebuah puri atau pondokan
indah telah disiapkan di sana untuk menampungmu sementera
waktu " "Apa maksudnya aku akan diungsikan ke sana?"
"Karena sebentar lagi alam ini akan dilanda bencana besar.
Hujan lahar yang turun di sini akan menenggelamkan bumi ke
dalam hamparan lahar matahari. Semuanya akan hangus dan
hancur. Para dewa di Kahyangan mengambil tindakan
pencegahan, namun agaknya usaha untuk mencegah
datangnya bencana lahar matahari itu tipis sekali dari
keberhasilan. Memang belum gagal total. Hanya saja, demi
mencegeh kesinamburrgan kehidupanmu sebagai putri dewa,
maka kami diutus menjemputmu dan mengungsikannya ke
perbatasan Kahyangan, Kumala."
Dikatakan pula oleh Amador dan Quella, bahwa beberapa
dewa yang bertugas menggagalkan rencana Chongor itu
agaknya mengalami kegagalan. Mereka tak sanggup
membendung awan panas yang terjadi akibat pengerahan
hawa lahar matahari menuju ke alam kehidupan manusia ini.
Tidak satu pun dewa yang bertugas berhasil menembus
wilayah perbatasan Istana Kegelapan, karena wilayah itu
dilapisi awan panas berkekuatan magis sangat tinggi.
"Ayahmu sendiri, Dewa Permana, tak sanggup menembus
awan panas itu. Bahkan menghentikan gerak me lawan panas
pun tak mampu dilakukan oleh beliau, Kumala," kata Amador.
"Terus terang, ayahandamu mengalami cedera akibat
menahan awan panas dan sekarang sedang dalam perawatan
Dewa Sanka, alias dewa pengobatan," tambah Quella.
Kumala terkejut mendengar ayahnya terluka. Tetapi
penjelasan berikutnya membuat rasa kagetnya mengendur.
Menurut Quella, cedera dan lukanya Dewa Permana itu masih
bisa diatasi oleh Dewa Sanka, sehingga tidak perlu
dikhawatirkan lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman Dewa Permana pun berpesan padaku, agar
sedapat mungkin menjagamu selama dalam perjalanan. Beliau
tidak ingin kau ikut celaka jika sampai awan panas itu datang
atau banjir lahar matahari itu mengganas di permukaan bumi
ini, Kumala "
"Jadi sebaiknya, sekarang juga kita bergerak pergi
meninggalkan tempat ini, Kumala," timpal Amador.
Setelah memandangi orang-orangnya sesaat, melihat
kecemasan dan duka di wajah Mak Bariah serta Sandhi, maka
Kumala Dewi pun berpaling kembali. menatap kedua utusan
dari Kahyangan itu. Ia tegas-tegas menggelengkan kepala.
'"Aku tidak akan pergi ke mana-mana Quella Aku akan
tetap ada di sini bersama mereka dan penghuni bumi lainnya"
"Kumala, tempat ini akan hancur lebur kalau sampai hujan
lahar matahari benar-benar datang!"
"Benar, kumala...," timpal Amador. "Kalau sampai kami tak
ada yang mampu menahan atau menggagalkan hujan lahar
matahari, maka semua yang ada di alam ini akan hilang.
Musnah.Binasa. Dan, kami tak menghendaki dirimu ada di
dalam kehancuran nanti, Kumala."
"Apapun yang terjadi, aku tetap akan tinggal disini!" tegas
Dewi Ular. "Kalau aku harus binasa, biarlah aku binasa
bersama orang-orang di sekelilingku ini. Aku tidak ingin
mencari keselamatan diri sendiri, sementara orang-orangku
hancur tak tertolong sedikit pun."
" Nyai Dewi U lar..."
"Amador," sahut Kumala. "Tolong sampaikan kepada para
dewa di Kahyangan, bahwa Kumala Dewi memilih tetap
tinggal di sini sampai bencana besar itu datang
menghancurkannya. Aku akan melawan kekuatan itu dengan
seluruh kesaktian yang ada padaku, Kalau toh aku harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalah, aku harus menerima kekalahan itu sebagai sikap
kesetiaanku!"
Amador dan Quella tampak salah tingkah.
"Dengar, Kumala... sebentar lagi rembulan akan berdarah.
Itu tandanya hujan lahar sudah mendekati alam kehidupan ini.
Tak ada waktu lagi untuk menyelamatkan seluruh isi
kehidupan manusia ini, selain dengan cara mengungsi ke
Kahyangan. Untuk itu..."
"Maaf, Quella...," potong Kumala dengan lembut dan
sopan. "Kalau para dewa mau rnenyelamatkan , diriku, maka
mereka harus rnau rnenyelamatkan seluruh makhluk hidup
yang tinggal di sini. Tolong sampaikan pesanku ini kepada
para dewa yang kuhormati di sana!"
Kedua utusan itu merasa kewalahan. Mereka kagum
dengan sikap pembelaan Kumala terhadap orang-orang di
sekelilingnya. Rasa kekeluargaannya begitu besar. Kesetia
kawanannyapun sangat tinggi. Sementara itu, menurut
mereka Kumala lupa bahwa orang-orang di sekelilingnya ini
bukanlah keturunan dewa. Hanya dia seorang yang keturunan
dewa dan masih diberi hak dan wewenang kedewaan,
sedangkan orang-orang di sekelilingnya bukan keturunan
dewa dan tidak memiliki hak kedewaan.
Sangat tidak mungkin jika harus dilakukan exodus ke
Kahyangan. Manusia kodratnya adalah tinggal di alam
manusia. T idak bisa masuk Kahyangan, kecuali satu dua saja
yang memiliki alasan kuat sesuai ketentuan dari Kahyangan.
Oleh sebab itu, Amador dan Quella sangat kebingungan,
bagaimana Caranya ia harus bisa membawa Kumala Dewi
untuk mengungsi sementara ke perbatasan Kahyangan.
(Oo-dwkz-234-oO)
Dari ruang kerjanya di lantai delapan, Kumala Dewi mulai
menerima keluhan dari rekan-rekan dekatnya. Keluhan itu
disampaikan melalui telepon. Ada pula yang datang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemuinya, sebentar kemudian pergi lagi. Salau satu
keluhan yang diterimanya secara langsung adalah keluhan dari
Pramuda, kakak angkatnya yang menjadi Presdir di
perusahaan berkembang itu.
"Panas matahari terasa seperti jarum, menyengat perih di
kulit. Baru saja aku keluar dari mobii untuk masuk ke sini.
Dan, hal itu kurasakan betul, Kumala."
"Ya, memang banyak yang bilang padaku soal itu."
"Coba kau keluar sebentar deh. Mungkin tadi pagi belum
terasa menyengat. Tapi siang ini rasa sengatan itu makin
tajam." "Aku percaya. Nggak perlu bukti lagi."
"Apakah, menurutmu lapisan ozon sudah sangat tipis,
sehingga sinar matahari menjadi seperti mata silet begitu?"
"Bukan sinar mataharinya yang salah, Pram "
"Lalu.."
"Udara," jawabnya kalem. "Hembusan angin yang menyatu
dengan udara siang ini telah mengandung racun yang dapat
merusak kulit manusia. Tanda-tanda itu sudah mulai muncul
lagi." "Tanda-tanda apa maksudmu?"
Kumala Dewi tertegun sesaat, lalu buru-buru menjawab
dengan senyum kikuk. Ia tak ingin menciptakan kepanikan
pada diri siapa saja, karenanya persoalan genting yang
sebenarnya tak ingin disampaikan kepada Pramuda.
"Nggak. Nggak apa-apa kok. Lupakan omonganku tadi"
"Ada yang kau sembunyikan dariku, Kumala. Kau sudah
rnulai bandel lagi, rupanya"
Kumala tertawa kecil. Menciptakan suasana sedamai
mungkin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudku, tanda-tanda pergantian musim. Jangan lekas
curiga yang nggak-nggak dulu, Boss!"
Pramuda menepis tangan Kumala yang ingin mencubit pipi.
Sengaja. dilakukan hal itu untuk menunjukkan kepada Kumala
bahwa ia merasa sedang dikelabuhi. Kecurigaannya masih
tetap ada. "Musim apaan maksudmu" Mana ada pergantian musim
membuat udara menjadi setajam jarum jahit sih!?"
"Musim damai akan berganti dengan musim bencana. Itu
yang kumaksud. Kau pasti akan bertanya bencana apa,
bukan" Sudahlah, nggak usah dipikirkan. Itu tugasku. Aku
akan menggagalkan bencana itu."
"Tapi aku perlu tahu, sebab kau ngerti kan, aku punya
bayi" Aku harus selamatkan anak-istriku lebih dulu sebelum
bencana itu datang. Karenanya, tolong jelaskan lebih lengkap
lagi, Kumala!"
Mereka beradu pandang sesaat. Pramuda mendesak lewat
tatapan matanya yang tampak menunggu kejujuran Kumala.
"Kalau kau tahu, kau akan panik dan stress berat. Jadi
sebaiknya kau tak perlu mengetahui, Pram."
"Panik " Buat apa aku punya adik cantik berilmu tinggi
kalau mendengar kabar begituan saja aku harus panik"!"
Pramuda membujuk dengan lebih mendekati Kumala.
"Katakanlah, adikku yang cantik. Putri dewa nggak boleh
bohong Iho ! Jangan bikin aku nggak simpati lagi padamu,
Kumala. Ayo, katakanlah apa sebenamya yang teijadi sehingga
udara menjadi tajam, setajam pisau cukur"!"
Kumala menarik napas. Sepertinya ia tak mungkin lagi
untuk merahasiakan hal itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan di sini tempatnya, Pram Kita bicarakan di rumah
saja. Ini kantor, tempat bicara tentang bistiis. Bukan tentang
gaib." "Mala... ayolah... !"
"Nanti aku ke rumahmu. Aku perlu bicara di depan Ema
juga. Istrimu harus rnengetahuinya jika kau pun akhirnya
harus mengetahui kasus ini, Pram."
"Jadi...."
"Kujelaskan di rumah saja. Okey?"


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pramuda mendengar, hembuskan napas lepas. Menyerah.
Kumala menjawab telepon yang masuk, dari sekretarisnya
Pramudadi lantai sambilan.
"Pram, Tuan Mark dan Pak Mahar sudah datang. Jangan
buat mereka menunggumu terlalu lama."
"Astaga! Hampir saja aku lupa ada pertemuan dengan
mereka!" Pramuda bergegas pergi Sebelum keluar dari ruang
keijanya Kumala, ia berhenti sebentar.
"Kamu nggak ada acara keluar kan?"
"Nggak"
"Ya, sudah. Mungkin nanti aku membutuhkanmu dalam
pertemuan dengan mereka."
"Okey, Boss!" Lalu, mata indahnya berkedip menggoda
kakak angkatnya. Pramuda tertawa jika Kumala bercanda
dengan kerlingan mata yang dulu pernah membuat Pramuda
hampir jatuh cinta padanya. Perasaan seperti itu menjadi
hilang dari dalam hati Pramuda setelah mengetahui bahwa
Kumala adalah anak dewa yang jatuh dari Kahyangan, yang
memiliki jodoh bukan sembarang pasangan. Hilangnya napsu
mencintai Kumala itu membuat Pramuda beralih rasa, menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat sayang dan penuh perhatian, selayaknya seorang
kakak kepada adik kandungnya sendiri. Jalinan persaudaraan
itu dirasakan makin hari semakin hangat dan semakin lekat.
"Kasihan Pram dan keluarganya kalau sampai bumi
dihanguskan oleh tingkah lakunya si Chongor itu, Sama saja
aku ikut membinasakan kehidupan Pram sekeluarga, kalau hal
itu kubiarkan terjadi seperti yang diramalkan para dewa. Aku
harus bisa menggagalkan, datangnya bencana itu! Hmmm,
tapi bagaimana caranya, jika ayahku saja nggak mampu
menghentikan misi balas dendamnya Chongor?"
Renung gadis cantik yang menjadi konsultan di perusahaan
tersebut. Ia merenungi hal itu sambil berdiri tak jauh dari
jendela kaca. Dari sana ia dapat melihat pemandangan
gersang kota Jakarta. Menurutnya, mereka yang berlalu-lalang
di bawah sana sudah mulai tertekan batinnya, menahan rasa
perih di kulit mereka akibat angin panas yang mirip mata pisau
itu. Mungkin saja siang itu masih seperti ribuan jarum jahit,
tapi sebentar lagi pasti akan seperti mata pisau cukur. Angin
dapat merobek kulit manusia. Bahkan menurut keterangari Jin
Gantranoya dan Nini Ganjarlangu tempo hari, angin bencana
nanti. akan dapat merobek kulit pohon, termasuk
menggoreskan luka pada dinding-dinding batu.
Sepenggal potongan musik klasik karya Beethoven
terdengar nyaring. Kumala Dewi bergegas menghampiri meja
kerjanya. Musik itu berasal dari telepon genggamnya. Maka, ia
pun segera menyambut dengan suara merdu dan lembut.
Nomor yang muncul di HP-nya adalah nomor HP milik
kekasihnya; Rayo Pasca.
Itulah sebabnya sambutan
pertamanya sudah diawali dengan nada-nada mesra.
"Ya,?ayang..."
"Lala, rasa-rasanya ada yang nggak beres pada suhu udara
siang ini Apakah kau merasakannya?"
"Memang. Hmmm, kau ada di mana, Ray?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dalam perjalanan menuju ke kantor."
"Kalau bisa pulang saja. Tetaplah tinggal di rumah. Jangan
ke mana-mana dulu. Udara memang sedang tidak sehat, Ray."
"Apa yang terjadi sebenarnya?"
"Tanda-tanda beneana itu sudah mulai tampak lagi"
"Maksudmu, sepefti yang dikatakan oleh Amapola tempo
hari?" "Benar Dan, firasatku mengatakan bahwa sebentar lagi
akan muncul tanda-tanda berikutnya."
"Celaka!" keluh Rayo dalam desah ketegangan. "Lantas,
bagaimana dengan dirimu, Lala"1'
"Aku baik-baik saja. Mungkin sebentar lagi aku akan sibuk "
"Aku harus mendampingimu, Lala "
"Jangan,Ray. Ini bukan urusan manusia, tapi.."
"Aku akan menuju kantormu saja! Sekarang juga."
"Ray....!" Lalu, kata-kata itu tak berlanjut lagi. Rayo
memutuskan percakapannya. Lala yang cantik diam tertegun
ditempat. Mata indahnya memandang ke arah luar melalui dinding
kaca ruangan itu. Dahinya sedikit berkerut. Ada sesuatu yang
mencurigakan di luar sana. Cahaya matahari menjadi redup.
Tidak benderang seperti saat menerima telepon dari Rayo
tadi. Redupnya sinar mentari bukan sesuatu yang wajar
menurutnya. Bayangan awan tampak bergumpal-gumpal ingin
menutupi permukaan matahari seluruhnya. Awan itu adalah
awan putih keabu-abuan. Tetapi semakin lama akan menjadi
semakin tebal. Mungkin sinar matahari akan sulit menembusnya. "Awan petaka mulai datang," gumam hati Kumala, karena
ia melihat merah-merah samar-samar mulai muncul di ujung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
awan. Warna merah jambu itu bukan warna yang indah bagi
awan petaka. Sebentar lagi akan berubah menjadi merah
seluruhnya. Dan, warna merah itu adalah warna lahar
matahari yang akan tumpah kebumi jika waktunya tiba.
Tok,tok,tok. Ketukan pintu membuat Kumala Dewi melepaskan
renungannya. "Masuk...!"
Sekretarisnya muncul dengan sikap penuh hormat.
"Seorang tamu ingin bertemu Zus Mala. Beliau mendesak
terus." "Katakan aku sedang sibuk. Sebentar lagi akan aku temui di
lobby." "Dia tidak mau menunggu, Zus Mala. Dia ingin , segera
bertemu. Katanya, membawa kabar sangat penting"
"Siapa orang itu?"
"Namanya... Tuan Ardhitaka "
"Ardhitaka... "!" Kumala tertegun sesaat. Seperti merasa
akrab dengan nama itu. Tiba-tiba ia terperangah, karena ingat
tentang nama Ardhitaka, tanpa sebutan Tuan.
"Oh... "! Hmm, eeh... cepat persilakan masuk tamu itu!"
"Baik," jawab sekreterisnya sambil memendam perasaan
heran. Mengapa sekarang Kumala Dewi tampak gugup"
Apakali ia punya masalah hutang dengan Tuan Ardhitaka"
pikir sang sekretaris.
Sesaat kemudian muncul seraut wajah tua, namun masih
tampalc bersemangat muda. Wajah tua itu berpakaian serba
merah, dengan kemeja krah rendah potongan shanghai dan
berlengan panjang. Meski warna pakaiannya serba merah,
namun kesari trendy-nya sangat kuat. Rambut kakek yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kira-kira berusia 70 tahun itu tergolong panjang. Rambut putih
kemerah-merahan itu diikat ke belakang, sedangkan bagian
depannya tersisir rapi.
Melihat senyum ramah sang kakek berpenampilan
fashionable itu, Kumala Dewi membalasnya dengan kikuk. Ia
memberi hormat lebih dulu kepada tamunya sedikit
menggeragap menyambutnya.
"Selamat siang, Paman Ardhitaka. Terimalah hormat dan
sembahku."
"Kuterima Tapi bersikaplah biasa-biasa saja. Jangan sampai
orang lain tahu siapa diriku, Kumala. Kalem saja, kalem...!"
"Hmm, ehh, iya... silakan duduk, Paman. Mari...!"
"Maaf, Cah ayu kalau kedatanganku ini mengganggumu.
Aku terpaksa melanggar tata cara bertamu di kantormu ini,
Nak " "Itu hanya prosedur untuk manusia, Paman. Tak apa."
Tentu saja Kumala Dewi sedikit gugup menghadapi
tamunya, sebab sang tamu sebenamya adalah pamannya
sendiri, yaitu Dewa Ardhitaka, dewa penguasa bencana yang
menjadi komandan pasukan perbatasan di Kahyangan. Dulu,
Kumala pernah bertarung melawannya. Ia unggul, tapi Dewa
Ardhitaka segera dihalau oleh Dewa Pralaya. Maka,
pertarungan pun dihentikan, (Baca serial Dewi Ular cjalam
episode: "DENDAM DUKUN JALANG").
Kali ini Dewa Ardhitaka menjelma sebagai sosok manusia
biasa. Sudah tentu ada maksud-maksud tersendiri atas
kunjungannya ini. Kumala menduga, pasti ada kaitannya
dengan penolakan dirinya atas jemputan Quella dan Amador
dua hari yang lalu itu. Ternyata dugaan Kumala memang
benar. Dewa Ardhitaka mengunjungi Kumala bukan sekedar
menengok keponakannya yang cantik jelita itu, melainkan
diutus oleh Sang Hyang Maha Dewa untuk menjemput
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kumala. Mengungsikan gadis cantik itu ke perbatasan
Kahyangan. "Bencana dahsyat akan menghancurkan bumi dan se isinya,
Kumala. Kekuatanku tak mampu menghadang bencana buatan
anak selir pertamanya si Lokapura itu. Kabarnya kekuatan
bencana tersebut dibantu oleh Lokapura sendiri. Sebagai
Dewa Bencana, aku gagal menghentikan bencana yang bukan
berasal dari garis kodrat . Maka, sebelum aku gagal total dan
ikut hancur bersama bencana buatan si Chongor, aku diutus
untuk menjemputmu mengungsikan dirimu dari ancaman
bencana besar itu, Kumala"
"Saya menolak, Paman!" tegas Kumala. "Apapun yang
terjadi, saya tetap harus bersama para penghuni alam ini.
Paman ingat, saya dibuang dari Kahyangan ke sini bukan
karena kesalahan saya. Saya dianggap anak haram, dan tidak
diizinkan tinggal di Kahyangan sebelum menemukan cinta
sajati dari alam ini. Maka, apapun yang terjadi atas diri saya,
saya tidak mau diungsikan ke Kahyangan."
"Kumala Dewi yang cantik. .. coba pertimbangkan lagi
keputusanmu itu. Kau adalah anak dewa, dan punya hak
untuk tinggal di Kahyangan, walau pun kau harus menemukan
cinta sejati terlebih dulu. Dalam keadaan genting seperti ini,
pihak Kahyangan tidak ingin mengorbankan satu pun dewa-
dewi yang tidak..."
"Maaf, Paman!" potong Kumala. "Jika harus hancur, biarlah
saya hancur bersama para penghuni alam pembuangan ini!"
"Oh,Dewa Agung...!" sang paman mengeluh sedih "Aku
akan mendapat hukuman lebih besar lagi kalau pulang tanpa
membawa dirimu, Kumala Dewi. Tolong pertimbangkan lagi
keputusanmu. Jadilah keponakanku yang cantik dan bijaksana,
Kumala " "Paman, seandainya Paman menjadi diriku, apakah Paman
akan tega membiarkan dan meninggalkan sahabat-sahabatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hancur dilanda bencana, sementara diri kita selamat karena
melarikan diri dari tanggung jawab bersama " Bagi saya,
Paman..hancur bersama penghuni alam ini merupakan
kebajikan tersendiri yang tak dapat saya tinggalkan begitu
saja. Keselamatan di bumi ini adalah tanggung jawab saya,
Paman. Saya tak boleh lari dari tanggung jawab. Ibarat
sebuah kapal, saya adalah nahkodanya, dan saya harus
hancur bersama kapal itu, Paman."
"Itu falsafah manusia awam, Kumala."
"Anggap saja saya manusia awam, Paman. Lagi pula
datangnya ancaman bencana itu adalah karena perbuatan
saya, Paman. Chongor menaruh dendam kepada saya.
Pantaskah saya lari rnenyelamatkan diri dan membiarkan
manusia bumi menjadi korban dendam tersebut, Paman?"
Dewa Ardhitaka tersudut. Ia seperti kehabisan kata-kata
untuk membujuk Kumala Dewi. Baru sekarang ia melihat
kebajikan Kahyangan ditolak oleh anak dewa. Geram
kemarahan tersembunyi di hati Dewa Ardhitaka. Tetapi
menurutnya sia-sia saja membujuk Kumala dengan kekerasan-
Tempo hari ia pernah dihajar habis-habisan oleh Kumala. Oleh
sebab itu, ia hanya bisa mondar-mandir kebingungan
menghadapi keteguhan pendirian dari sang keponakan yang
cantik jelita itu.
"Ayah-bundamu pasti akan marah pada paman kalau
paman pulang tanpa dirimu, Kumala."
"Katakan pada siapa saja yang bermaksud menjatuhkan
hukuman dan amarah pada Paman, bahwa keputusan ini
adalah keputusan Dewi Ular. Siapa pun boleh marah dan
menjatuhkan hukuman pada Paman, jika ia sudah mampu
menjatuhkan hukuman dan amarahnya kepada Dewi U lar, biar
saya sendiri yang akan menghadapi amarah dan hukuman
mereka. Paman tak perlu khawatir."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau benar-benar menjamin pembebasanku,
Kumala?" "Saya yang menjaminnya, Paman! Paman jangan takut"
"Beri aku tanda jaminan dari kebebasan itu, Kumala,"
"Baik"
Claap... ! Seberkas sinar hijau kecil melesat dari ujung jari
Kumala. Sinar itu menghantam telapak tangan Dewa Ardhitaka
yang bermaksud menangkisnya. Ternyata tidak menimbulkan
sakit apapun. Tapi pada telapak tangan itu membekas tato
warna hijau berbentuk seekor naga kecil. Tato itulah tanda
jaminan kebebasan dewa Ardhitaka. Dengan tato itu, siapa
pun tak berhak menghukum dan menumpahkan amarahnya
kepada Dewa Ardhitaka, sebelum lebih dulu menghadapi
Kumala. (Oo-dwkz-234-oO)
6 MASIH pukul empat sore. Awan semakin tebal. Alam
menjadi gelap, Suasana seperti pukul enam menjelang
petang. Hanya sedikit orang yang berani keluar dari rumah.
Bahkan yang berada di kantornya merasa terjebak di sana.
Mereka tak berani terkena angin di luaran sana. Kulit mereka
seperti disayat-sayat manakala angin menerpa cukup keras.
Banyak yang merintih kesakitan lantaran tubuh dan wajahnya
mengalami luka sayatan. Siapa pun yang berada di luar atau


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di jalanan agak lama sedikit, maka ia akan menjerit kesakitan
dengan tubuh seperti tercabik-cabik. Rumah sakit penuh
pasien menderita luka aneh seperti itu, sehingga para medis
kewalahan menanganinya.
"Tutup semua pintu dan jendela. Jangan biarkan angin
berhembus masuk ke dalam gedung ini!" perintah Kumala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewi kepada para petugas keamanan setempat. Ia ikut
terjebak dalam bangunan berlantai sembilan bersama
beberapa karyawan lainnya. Bahkan, di situ
juga ada Rayo Pasca yang tetap setia mendampinginya.Ikut
membantu menutup semua lubang masukke dalam gedung.
Duaarr... deaer... dooor...! Pesssses...!
"Lala, roda-roda mobil yang diparkir di luar meletus
semua!" seru Rayo Pasca. Belum sempat seruan itu ditanggapi
Kumala, mereka dikejutkan oleh suara kaca pecah. Praaang...!
Pyaaar...! "Pindah semua ke lantai sembilan!" seru Kumala Dewi.
Suasana menjadi semakin gaduh, semakin panik, semakin
menegangkan. Mereka berbondong-bondong memasuki lift
atau menaiki tangga darurat untuk pindah ke lantai atasnya.
Dengan begitu maka angin yang masuk melalui dinding kaca
yang pecah tidak dapat menjangkau mereka yang ada di lantai
atas. "Lala lihat diluar sana!" seru Rayo lagi. Tapi tak didengar oleh Kumala yang
sibuk menenangkan suasana setempat,
Pramuda mendengar seruan itu, ia ikut memandang ke arah
luar. "Astaga ... ! Rembulan muncul"! Warnanya kok seperti
itu"!"
"Rembulan berdarah, Pram!" kata Rayo Pasca dengan nada
sangat tegang. Sandhi menyusul masuk ke ruangan tersebut.
Terperangah takut melihat wajah rembulan berwarna merah
separoh bagian.
"Bulan berdarah....! Gawatl" geramnya dengan suara
bergetar. Blegaaarr....! Gluuurrrrr...!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka yang tersekap saling berteriak ketakutan.Suara
guntur bergemuruh sambung-menyambung. Seperti pasukan
neraka yang berarak-arak hendak menyerbu alam kehidupan
menusia. Tanda-tanda yang pernah didengar Rayo semakin
jelas. Dialah orang yang paling cemas, karena dialah orang
pertama yang mengetahui tanda-tanda datangnya bencana
besar. Tercekap dan tersiksa sekali batinnya. Kadang ia hibur
sendiri dengan menyadari bahaya ia tidak sendirian. Ia ada
bersama putri tunggal Dewa Permana. Meski begitu, kadang
hatinya bertanya pula, dapatkah Kumala Dewi menyelamatkan
kehidupan di bumi dengan kesaktiannya yang tak seimbang
dibandingkan kesaktian lawannya itu"
"Ray, tetaplah di sini. Jangan pergi ke mana-mana walau
gedung ini runtuh. Paham"!"
"Kau sendiri mau ke mana, Lala?"
"Akan, kucoba menghalangi gelombang lahar matahari
yang sedang menuju kemari!"
"Aku ikut denganmu, Lala! Aku akan..."
"Ray, ini bukan urusan manusia, Kumohon kau bisa
memahami maksud kata-kataku ini," ujarnya dengan. lembut,
tetap kalem, walau sebenarnya menyimpan ketegangan dalam
hatinya. "Baiklah. Akan kupatuhi pesanmu tadi. Biar gedung ini
runtuh, aku tetap akan di sini, Lala"
"Terimakasih. Aku tahu semua itu karena kau sangat
menyayangiku, Ray. Aku... aku merasa tersanjung dengan
kepatuhanmu."
Kemudian gadis cantik yang masih mengenakan pakaian
kantor itu memeluk Rayo Pasca. Tak peduli menjadi perhatian
mereka, pelukan itu menjadi semakin kuat. Didekapnya
kecantikan itu dalam dada bidang Rayo. Lalu, dikecupnya
kening indah itu dengan kelembutan yang amat agung,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semoga kau selamat, Sayang," bisik Rayo lirih sekali.
"Doakan aku, ya Ray... "
Rayo menganggukkan kepala. "Aku akan terus berdoa
untukmu, sambil mencoba mengatasi kepanikan di s ini."
Sekali lagi Kumala Dewi memeluk erat-erat kekasihnya,
seolah-olah pelukan itu sebagai pelukan yang terakhir sebelum
ia harus berpisah selamanya. Mengharukan di hati Sandhi dan
di hati mereka yang mengetahui keadaan sebenarnya. Tetapi
keharuan mereka akhirnya terputus oleh kekaguman. Gadis
cantik dalam dekapan Rayo tiba-tiba berubah menjadi putri
elok berpakaian ratu, mengenakan mahkota kecil dan
menyebarkan aroma wangi yang menentramkan hati mereka.
Kecantikan Kumala sangat luar biasa. Melebihi kecantikan
sehari-hari. Ia mengenakan jubah hijau bermotif sisik ular
emas. Mahkotanya memiliki hiasan dari emas permata
berbentuk kepala naga.
Ssssuuuuubb...! Duuubb...!
Seberkas sinar kuning masuk menembus dinding ruangan
Semua terkejut.Semakin terkejut lagi setelah sinar kuning itu
berubah menjadi sosok pemuda berambut kucai yang sudah
dikenal oleh beberapa karyawan di situ. Buron. Ia muncul di
atas galon dispenser.
"Jin konyol!" geram Sandhi. Meski Buron mendengarnya
tapi ia tak menghiraukan kata-kata Sandhi. Perhatiannya
terpusat pada Kumala Dewi. Wajahnya dalam ketegangan
yang terpendam.
"Kumala, keadaan sudah semakin kritis!"
"Gelapkan semuanya, Buron!"
Buron membuang sesuatu, seperti menaburkan bunga ke
berbagai arah. Dalam satu kelebatan saja tangannya
menyebarkan percikan cahaya putih menyilaukan. Semua
mata menjadi gelap. Termasuk mata Rayo dan Sandhi. Semula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka menyangka gelapnya mata karena merasa sangat
silau menerima bias cahaya yang ditaburkan Buron.
Ketika mata mereka bisa melihat normal kembali, ternyata
Buron dan Kumala Dewi sudah tidak ada di tempat. Rupanya
perintah 'gelapkan semuanya' adalah membuat mata mereka
buta sedetik. Dalam keadaan mata para karyawan itu buta,
Kumala Dewi melesat menggunakan kesaktiannya, diikuti oleh
Buron. Dengan begirtu mereka tidak mengetahui bagaimana
cara Kumala dan Buron pergi dari tempat itu. Mereka tak
melihat lapisan dimensi pembatas alam telah dirobek dengan
kekuatan ilmunya si Dew Ular. Mereka juga tidak melihat
Kumala berubah menjadi seekor ular naga yang melesat
cepat, melebihi kecepatan cahaya.
Glegaaaarrr... ! Blaaar.... !Bluuuung,Jagaaar.. !
Suara guntur beradu di langit menggema kemana-mana.
Mengguncangkau alam kehidupan manusia. Beberapa pohon
muda tumbang akibat getaran dan gelombang daya ledak
tersebut. Sementara itu, Rayo, Sandhi, Pramuda dan yang
lainnya, hanya bisa melihat percikan cahaya hijau-kuning di
langit lepas. Cahaya itu sepertinya menghantam awan
kemerah-merahan. Sandhi dan Rayo menduga, hal itu terjadi
akibat perlawanan Dewi Ular yang mencoba menerobos
gumpalan gaib hitamnya Chongor. Warna merah pada
rembulan semakin jelas. Suara guntur bersahutan tiada henti-
hentinya. Saluran telepon terputus dengan sendirinya.
Frekuensi radio, teve, internet, semuanya terganggu. Tak
berfungsi sebagaimana mestinya.Mereka tidak mengetahui
perlawanan Kumala yang sebenarriya. Mereka tidak
menyangka bahwa Kumala Dewi saat itu terlempar begitu jauh
dengan luka hangus di bagian perut dan punggung. Untung
saja saat itu Buron berada di belakangnya, sehingga dengan
sigapnya Buron menangkap tubuh Kumala Dewi. Huup...!
Kemudian dibawanya lari mencari tempat yaiig aman. Wess..!
"Kumala, bagaimana keadaanmu"!" cemas Buron.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku terbakar. Uhhk... !" Kumala menyeringai kesakitan.
Buron berusaha menyembuhkan dengan kesaktiannya, namun
tak berhasil. Ia semakin cemas dan sedih.
"Apa yang harus kulakukan kalau begini, Kumala"! Duuh,
bagaimana ini"! Badanmu semakin hitam. Kaki kananmu
sudah ikut menjadi hitam. Hangus!"
"Buron, aku butuh air hujan murni!"
"Aa... air hujan...murni... "!"
Buuuhmmm....! Tiba-tiba sebelum Buron berbuat sesuatu,
ada sesuatu yang berdentum di atas mereka. Bersamaan
dengan dentuman itu terjadi, percikan air dingin membasahi
mereka. Hujan air murni turun mengguyur mereka berdua.
Hujan itu hanya terjadi dalam lingkup kecil, sekitar radius lima
meter dari tempat mereka.
"Hu... hujan! Hujan turun sendiri, Kumala!" Buron
kegirangan. "Bukan turun sendiri. Pasti ada... ooohhh, leganya! Pasti
ada yang membantu kita, Buron. Ada yang menolongku .."
ujarnya dengan riang. Luka bakar yang amat berbahaya dan
dapat mengeringkan seluruh energi gaibnya itu kini cepat
menjadi sembuh. Pulih kembali, Dewi Ular tak jadi kehilangan
energi kesaktiannya. Namun ia masih kebingungan mencari-
cari s iapa pihak yang telah menyelamatkan dirinya.
"Kita ada di mana ini, Ron?"
Buron belum menjawab, tahu-tahu mereka mendengar
suara lain yang berasal dari arah belakang mereka. Suara itu
cukup merdu dan mesra kedengarannya. Tapi jelas dari jenis
suara lelaki. "Ada di perbatasan wilayahku, Dewi."
Kumala dan Buron berpaling serempak. Seeet..!
"Oh, kamu rupanya.. "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senyum tipis Kumala tersungging saat menatap dewa
tampan berdagu belah. Buron pun mengenali dewa berambut
ikal selewat bahu itu tak lain adalah si dewa pengembara:
Argontara Bhisma. Dewa ini punya kesetiaan sebagai
penyelamat dan pelindung Dewi Ular. Tanpa diduga-duga
bantuannya akan selalu tiba tepat pada saat Kumala dalam
keadaan kritis.
"Argon, terima kasih atas bantuan hujan murnimu tadi.
Dan..." "Simpan dulu rasa terima kasihmu itu, Dewi. Sekarang yang
penting menyingkirlah dari sini secepatnya. Gelombang lahar
matahari sebentar lagi akan melewati perbatasan wilayahku.
Aku harus menyingkirkannya agar tidak merusak tempat ini,
Dewi." "Baik. Aku mengikuti saranmu. Tapi, akan mampukah kau
menyingkirkan gelombang lahar matahari itu, Argon?"
"Akan kucoba dengan segenap kesaktiaanku yang ada.
Syukur kalau ternyata bisa kutahan agar tak jatuh ke bumimu.
Sebab...."
Gluueerrr....! Dentuman aneh terdengar di kejauhan.
Tempat mereka berpijak mulai bergetar. Argontara memandang jauh dengan raut wajah menyimpan kecemasan.
"Mereka telah datang, Dewi. Lekas pergi.Selamatkan
dirimu!" "Aku akan menghadapinya bersamamu, Argon. Kurasakan
bahwa yang akan me lintasi tempat ini sangat ganas. Aku
khawatir jika kau kewalahan, dan.. "
"Buron, bawa pergi dia!" tegas Argontara Bhisma. Perintah
itu sulit ditolak oleh-Buron, karena suara Argon menghentak
dan mencekam kuat di hati sanubari jelmaan Jin Layon itu.
Buron pun segera menyambar tubuh Dewi Ular. Wuuusst...!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bertepatan dengan itu badai lahar datang. Argontara
menghadang dengan mengerahkan kesaktiannya. Tetapi
kecepatan badai lahar sangat luar biasa. Kekuatannya pun
sangat tinggi. Dalam sekejap, tubuh dewa ganteng itu
terlempar dengan mengeluarkan cahaya putih menyilaukan.
Cahaya itu berbinttk-bintik hijau, nenggulungnya dengan
cepat. Sulit dikendalikan arahnya, walau pun ia luput dari suhu
udara yang sangat tinggi.
Gerakan Argon yang memutar membuat pancaran dari
tubuhnya menyebar sangat lebar. Gerakan lari Buron saat
membawa kabur Dewi Ular sempat kehilangan arah. Tapi
karena ia terkena pancaran cahayanya Argon, maka ia dan
Kumala pun selamat dari kehangusan yang mengerikan.
Hanya saja, mereka berdua melayang berputar cepat, dan
tersedot kekuatannya Argon sehingga bertemu menjadi satu.
Dewi Ular tak sempat meronta atau melakukan tindakan
apapun, karena kejadian itu luar biasa cepatnya.
Tahu-tahu mereka bertiga terlempar ke sisi dimensi lain.
Terdampar di tanah dan bukit serba hitam. Bebatuannya
tinggi-tinggi dan berwarna hitam. Tak ada tanaman satu pun
yang tumbuh di tanah itu. Belakangan mereka tahu dari Argon
bahwa tempat itu dinamakan Padang Arang., Seluruh tanah
dan bebatuannya terdiri dari arang. Ada yang keras, ada yang
lunak. "Argon.;. "! Bagaimana keadaanmu"!"
Kumala mencemaskannya.
"Aku baik-baik saja," sambil dewa ganteng itu terengah-
engah. Kumala merasa lega, karena Buron pun dalam keadaan
tak cedera. "Kupikir aku sudah menjadi debu, tadi," katanya.
"Kita selamat berkat Aji Surya Gegananya Argon," lalu
Kumala melirik dewa tampan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita tak boleh lebih lama lagi berada di Padang Arang ini,
Dewi. Tempat ini juga akan dilalui lahar jahatnya si Chongor
tadi. Ayo, lekas kita pergi! Kurasa, aku tak akan mampu lagi
mencegahnya,"
"Lantas bagaimana cara menghentikan petaka itu, Argon?"


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Entahlah. Yang jelas, kekuatan intinya ada pada rembulan.
Selama rembulan masih berdarah, maka pancaran cahayanya
akan memancing lahar matahari mendatangi tempat yang
terkena pancaran cahaya bulan berdarah."
"Kalau begitu, tutup saja rembulan dengan kabut biru !"
"Percuma. Ibundamu sudah melakukan, toh rnasih bisa
ditembus oleh pancaran bulan berdarah. Yang penting, kita
harus lebih dulu meninggalkan tempat ini, baru kita
rundingkan lagi! Ayo, Dewi!"
Krraakk...! Tiba-tiba tanah hitam arang itu retak. Ada
sesuatu yang mengguncangnya, sehingga keretakan terjadi di
mana-mana. "Tempat ini akan terbelah, Dewi!"
Seeet.! Argon melambung ke alas dan berhenti bagaikan
berdiri di udara lepas. Dewi U lar dan Buron pun melakukan hal
yang serupa. Maka, ketika tanah hitam itu terbelah-belah
lebar, mereka tak sempat jatuh ke dalam celah-celah
keretakan. Bertepatan dengan itu, tampak sesuatu meleset
keluar dari dalam keretakan. Bentuknya seperti sinar biru
berekor. Claaaap... !
Argontara mengetahui munculnya bahaya tersebut, maka ia
segera menyambutnya dengan pukulan sakti. Tangannya
menghentak dan mengeluarkan sinar orange. Sinar itu
menghantam cahaya yang baru saja keluar.
Bleeeggggaaarrr ....!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padang Arang mengalami kerusakan berat. Sebagian besar
terbenam dan hancur. Asap kemerah-merahan mengepul dari
lubang besar yang menyerupai jurang.Cahaya biru keruh tetap
utuh walau telah dihantam oleh pukulan saktinya Argon
Sebaliknya, ledakan besar tadi membuat Argon teelempar
sangat jauh, karena ledakan tadi menyemburkan api besar
yang mendorong Argon tanpa ampun lagi.
"Buron, kejar Argon. Bantu dia! Aku akan menutup
rembulan!" seru Dewi Ular yang sudah melesat cukup jauh.
Suaranya hanya bisa diterima Buron samar-samar Namun
cukup jelas apa yang harus dilakukan, sehingga Buron pun
melesat mengejar Argon dalam bentuk sinar kuning mirip
meteor. Dewi Ular meluncur cepat menuju permukaan rembulan
yang tampak semakin memerah itu. Ia berbentuk sinar hijau
menyerupai naga kecil. Tetapi di belakangnya tampak sinar
biru berekor segera mengejarnya. Kecepatan sinar biru keruh
itu sungguh luar biasa: Dalam,waktu s ingkat ia sudah berhasil
menyusul Dewi U lar dan menabraknya dari belakang.
Buuummmmm....! Dentuman dahsyat terjadi. Rembulan
tampak terguncang bagaikan ingin runtuh separoh bagian.
Sinar hijau menyerupai naga itu melayang hilang kendali.
Langit menjadi semakin berawan. Merah warnanya. Guntur
menggelegar beruntun. Kilatan cahayanya bagaikan mencambuk sinar hijau. Dalam waktu singkat sinar itu
merubah diri menjadi seekor naga besar bersisik dan
bertanduk baja.
Di lain pihak, sinar biru keruh tadi juga merubah bentuk
dan menampakkan wujudnya sebagai seekor kelelawar
raksasa bersayap tembaga. Kelelawar itu memiliki kepala
seperti singa, namun mulutnya agak panjang seperti buaya. Ia
bertanduk pula. Masing-masing tanduknya memiliki dua
keruncingan yang menyerupai matapedang. Putih kemerahan
runcing dan sangat tajarn. Matanya bundar, merah bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besi membara. Mulutnya memiliki sepasang taring yang
panjangnya sekitar satu hasta. Taringnya berwarna merah,
seperti gumpalan lahar panas yang selalu berasap tipis.
Kelelawar raksasa itu dapat berhenti, diam di udara bebas,
baik membentangkan sayap maupun mengatupkan sayapnya.
Ia memiliki sepasang tarigan dan kaki yang mirip kaki bebek.
Berkuku panjang dan tajam.. Sikapnya tampak menghadang
gerakan Dewi Ular. Ia berdiri dengan menantang di depan
naga besar jelmaan Kumala itu. Sementara di pihak Kumala
pun tampak siap menghadapi pertarungan dengan meliuk-
liukan ekomya meski kepala dan badannya berhenti
mengambang di udara.
"Mau lari kemana kau, Dewi U lar!" geram suara besar yang
menggetarkan jantung lawannya. Kelelawar itu memandang
ganas dan liar. Ia memiliki ekor panjang yang seperti terbuat
dari besi baja dengan ujung runcing bak mata panah. Tapi
agaknya Dewi U lar tidak merasa gentar menghadapinya. Naga
besar itu melebarkan keenam kakinya sebagai tanda siap
menghadapi serangan lawan kapan saja.
"Sudah kuduga kau akan termakan oleh pancinganku, Dawi
Ular. Kau akan datang kemari dan menebus dosa-dosarnu
yang telah menyengsarakan adik-adikku!"
"Apapun yang kau inginkan dariku akan kulayani. Tapi
kuminta batalkan niatmu menurunkan hujan lahar kebumi
Persoalan ini adalah persoalan pribadi antara kau dan aku,
Chongor. Jangan mengorbankan orang-orang bumi atau
penghuni alam lain yang tidak terlibat persoalan ini!"
"Kau telah memancing murkaku. Maka, apapun yang
kulakukan tak pernah peduli dengan pertimbangan yang lain-
lain. Murkaku adalah murkaku. Tak akan padam api dendamku
sebelum kau hancur di depan mataku, Dewi Ular!"
"Kau yang menjual, aku hanya membeli, Choagor! T erserah
apa maumu sekarang "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ggrrrrrhhhkk....!
Inilah pembalasanku, Keparat! Graaaoww....!"
Beeet...! Kelelawar besar itu memutar badannya, ekornya
menyambar kepala naga. Tapi dengan sigap ekor naga itu
tahu-tahu melejit, melengkung ke depan dan menghadang
sabetan lawan. Jegaaaaarrr..,!
"Auh...!" Dewi Ular terpekik pelan. Menahan rasa sakit di
sekujur badannya. Ledakan yang terjadi akibat adu kekuatan
dari ekor telah membuat ekor naga menjadi merah dan
berasap. Ekor naga terluka cukup parah. Tulang punggungnya
bagaikan remuk. Ia terpelanting berputar bagaikan gangsing.
Dalam sekejap kemudian telah mampu mengendalikan
keseimbangan. Pada saat berhasil berhenti dari keadaannya
yang terpelanting itu, Dewi U lar segera menghembuskan upas
naga dari hidungnya.
Wuuuurrsss....!
Asap hitam pekat menyembur ke arah lawan. Tapi Chongor
pun tak kalah tangkas. Dengan cepat ia menyemburkan
kobaran api bercampur lahar dari mulutnya yang ternganga
lebar itu. Wooorsss...! Semburan beradu dengan semburan.
Terjadi dentuman hebat lagi.
Blegaaar... ! Naga besar itu terlempar melayang-layang lepas kendali.
Kelelawar besar mengejarnya. Weesst...,! Lalu, menyemburkan api bercampur lahar dari mulutnya lagi.
Wooorsss...! "Aauhk..."erang suara naga yang menggema di alam
sekitarnya. Naga itu terbakar pada bagian badan hingga ke
ekor. Ia menggeliat seperti menunggu ajal. Ia berusaha
memadamkan api itu, namun tak berhasil. Semakin bergerak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin besar kobaran api yang membungkusnya. Kini hampir
mencapai bagian kepalanya.
Zlesp, zleeap, zlaaap....!
Tampak beberapa bayangan keluar dari naga yang sekarat.
Bayang itu menjelma menjadi sosok naga kembar. Kini
jumlahnya mencapai kembar seribu. Rupanya saat itu Kumala
Dewi menggunakan kesaktiannya yang bernama aji Lintang
Sewu, di mana dari masing-masing kembarannya dapat
mengeluarkan topan Cahaya, yaitu serat-serat sinar hijau
seperti serpihan kaca yang dapat menghancurkan kesaktian
lawan. Hanya saja, ia tidak tahu bahwa Chongor pun memiliki
kesaktian seperti itu. Dalam sekejab kelelawar besar
mengeluarkan sinar merah membentuk bayangan, dan
bayangan itu menjelma menjadi wujud kembarya yang
berjumlah dua ribu sosok. Masing-masing sosok wujud
kembarnya dapat menyemburkan cairan merah, yang
dinamakan Darah Lahar Petaka. Kesaktian itu ternyata
digunakan untuk melawan Topan Cahaya. Sehingga, terjadi
badai guntur secara beruntun yang mengguncangkan seluruh
alam, seluruh dimensi, dan membuat Kahyangan sendiri
menjadi seperti dilanda gempa kecil.
Bulan makin berdarah. Bergerak-gerak akibat ikut
terguncang oleh gelombang dentuman dahsyat tadi. Sosok
kembar seribunya Dewi Ular musnah seketika. Kini tinggal
seekor naga besar yang sedang digulang lahar dan kobaran
api di sekujur tubuhiiya. Tinggal bagian kepala naga yang
belurn terbungkus api. Sementara sosok kembar dua ribu
kelelawar besar itu menyatu kembali, membentangkan
sayapnya. Lalu, mengepak-ngepakkan sayapnya hingga menimbulkan
angin badai. Angin badai itu bukan saja mengobarkan api
yang membakar tubuh naga, tapi juga membuat badan naga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersayat-sayat. Angin itu mengandung ketajaman racun yang
di bumi dirasakan seperti ketajaman pisau cukur.
"Auuugggrrrh....!!" Naga itu mengerang panjang. Mirip
hewan yang sedang sekarat. Kobaran api yang membungkusnya menjadi tinggi. Membuat bayangan rembulan tampak seperti semakin berlumuran darah.
"Haaaakkrr, haaakr, haaaakr, haaaakr...!" Chongor tertawa
jelek. Ia terbang melayang-layang mengelilingi lawannya yang
diyakini akan segera hancur menjadi debu. Namun pada saat
itu tampak seberkas cahaya kecil seperti kunang-kunang
melintas di atas kepala naga. Slaap... !.
Kunang-kunang itu mengeluarkan asap putih. Asap menjadi
gumpalan kabut bening, lalu pecah mencair menjadi hujan
salju berwarna kebiru-biruan. Hujan salju itu mengguyur
kobaran api, dan memadamkannya dalam tempo sangat
singkat. "Jahanam... ! Kau mau ikut campur juga. Dharmaraa... !!"
teriak Chongor dengan sangat murka. Kunang-kunang tadi
segera menjelma dalam wujud aslinya sebagai Dewa
Dharmasura adik dari ayahnya Kumala yang selama ini sering
mengganggu keponakannya. Bahkan ia pernah dikejar-kejar
ayahnya Kumala karena melukai Kumala hingga gadis cantik
itu nyaris kehilangan lubang urinenya, (Baca serial Dewi Ular
dalam episode.. "MISTERI KEMATIAN" dan "MISTERI
CUMBUAN LIAR"). Rupanya, kali ini Dharmasura mempunyai
alasan sendiri sehingga ia memihak keponakannya.
"Kumala, semburkan Upas Naga Purnama di rembulan, biar
kuhancurkan si jahanam ini. Karena memang begitulah
sumpahku kepada ayahmu yang telah membebaskan diriku
dari segala kesalahanku itu!"
"Paman... !" suara naga merintih sedih, walau kondisinya
sudah pulih kembali. Seakan ia tak rela jika Dewa Dharmasura
nekat ingin menghadapi Chongor.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lekas lakukan, Kumalaaa...!"
Teriakan Dharmasura dibarengi gerakan tubuhnya yang
melayang berputar-putar membentuk gumpalan kabut ungu.
Dewi Ular melaksanakan perintah itu, meluncur ke arah
rembulan. Lalu, dari hidung dan mulut naga itu tersembur uap
wangi yang mirip gas alam bocor. Wuurss! Wooooossss... !
Semburan uap itu segera membentuk kabut yang menyelimuti
rembulan berdarah. Dalam sekejap cahaya rembulan padam.
Rembulan seperti hilang. Tapi tak lama kemudian, ia rnuncul
kembali. Keadaannya sudah menjadi bersih. Rembulan tidak
lagi berdarah. Dan, melihat hal itu Chongor menjadi lebih
ganas dan lebih murka lagi.
"Tidaaaaaakkk...!!"
Tepat pada saat itu Dharmasura melesat ke arahnya dalam
gumpalan kabut ungu.Kabut itu masuk ke mulut Chongor yang
ternganga lebar sekali. Lalu, di dalam mulut itu ia berbenturan
dengan lahar kesaktian Chongor. Maka, terjadilah ledakan
super dahsyat yarg mengguncangkan seluruh alam termasuk
Kahyangan. Jlegaaaaaerrrrrr....! Blooouuummm...!
"Pamaaaaaannn...!!" teriak naga Dewi Ular sambil
menghampiri kembali tempat pertarungan itu. Namun, ia
terlambat. Chongor telah pecah menjadi serpihan sebesar
emping. Dharmasura pun hancur. Hangus menjadi debu
wangi. Sementara itu, roh Chongor masih tetap utuh. Ia
hanya. kehilangan sosok raga iblisnya. Roh itu melayang
menjauhi Kumala Dewi, sebab sekujur tubuhnya sudah tidak
dimiliki lagi. Seluruh kekuatannya hancur akibat diledakkan
oleh kesaktiannya Dewa Dharmasura.
"Jangan merasa menang dulu kau, Dewi Ular! Ayahku tidak
akan tinggal diam menghadapi kekalahan anak-anaknya!" seru
roh itu menggema ke mana-mana, Kemudian alam tersebut
menjadi sunyi.

Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seekor naga bergerak pelan-pelan, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menandakan ia amat berduka atas tindakan Dharmasura,
pamannya, yang nekat melakukan harakiri demi menyelamatkan keponakannya.
Rupanya, sudah terjadi kesepakatan antara Dewa
Dharmasura dengan Dewa Permana, ayah Kumala, tempo hari
mengejar-ngejarnya untuk menghajar Dharmasura agar
berhenti mengganggu Kumala Dewi. Dharmasura memohon
ampun kepada kakaknya, dan berjanji akan melindungi
Kumala Dewi apabila ia dibebaskan dari hukuman abadi sang
kakak. Maka, perjanjian dan sumpah itu pun dipenuhi oleh
Dharmasura. la lebih baik hancur dan musnah selamanya demi
membela keponakannya., daripada harus menjalani hukuman
abadi dari kakaknya.
Kumala Dewi sangat bersedih. Terharu sekali mendengar
penjelasan itu dari ayahnya. Ia menghadap Ayahnya bersama
Argon dan Buron. Argon sudah berhasil disembuhkan dari luka
parahnya. Kumala juga yang menyembuhkannya. Namun, di
samping mereka terdapat pula beberapa dewa senior,
termasuk Dewa Ardhitaka.
"Bencana maut dari kemunculan rembulan berdarah
memang berhasil kau gagalkan, Kumala. Tapi mulai saat ini
waspadalah dan lebih berhati-hati, karena Dewa Kegelapan, si
Lokapura itu, pasti akan membuat perhitungan sendiri pada
kita. Setidaknya dia akan turun sendiri untuk melakukan balas
dendam atas kekalalahan anak-anaknya!" kata Dewa
Ardhitaka yang diiyakan oleh dewa-dewa lainnya.
Kini semua penghuni Kahyangan berpikir mencari jalan
damai demi agar Dewa Kegelapan tidak melakukan murka
balas dendamnya kepada Kumala. Dapatkah mereka
membujuk Lokapura, atau menandingi kesaktiaannya " Ikuti
kisah berikutnya.
SELESAI Naga Beracun 7 Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong Panji Tengkorak Darah 2
^