Pencarian

Bulan Berdarah 1

Dewi Ular 77 Bulan Berdarah Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Dewi Ular-77-Tara Zagita
Bulan Berdarah Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Novo
Editor : Jisokam
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BULANBERDARAH oleh TaraZagita
Serial: DewiUlar
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
(Oo-dwkz-234-oO)
Dua utusan dari Kahyangan datang menjemput Kumala
Dewi ke bumi. Mereka diutus untuk mengungsikan Kumala ke
perbatasan Kahyangan, karena sebentar lagi akan datang
bencana besar; hujan lahar matahari. Chongor akan
melakukan balas dendam atas kekalahan adik - adiknya dari
petarungan melawan Kumala Dewi.
Tapi kedua utusan itu tak berhasil membawa pergi Kumala.
Kebijakan dari pihak penguasa Kahyangan di tolak oleh Dewi
Ular. la bersikeras akan tetap tinggal di alam kehidupan
manusia, meski pun bencana besar itu datang menghancurkan
seluruh isi bumi. Maka pihak Kahyangan segera mengutus
panglima perbatasan, yaitu Dewa Ardhitaka. Tugasnya adalah
membawa Kumala Dewi dari bumi agar se lamat dan tidak ikut
hancur apabila hujan lahar matahari menghancurkan
kehidupan alam manusia.
Lagi-lagi Kumala menolak tegas - tegas. Sampai akhirnya,
ia harus menghadapi keganasan dan kesaktian Chongor yang
telah membuat bulan berdarah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-234-oO)
1 SEPERTI kunang-kunang menerobos kegelapan malam.
Cahaya itu tampak muncul dari atas pohon cemara di
seberang jalan. Kecil. Hijau warnanya. Cepat sekali
gerakannya. Zleseep...
"Wih, apaan tuh"!"
"Tak kurang dari dua detik kemudian terdengar suara
ledakan keras yang sangat mengejutkan.
Bleegearr...! Sebuah rumah indah menjadi sasaran cahaya kecil tadi.
Ledakan yang timbul pada saat itu sempat menggetarkan
pintu pagar dari besi. Atap teras rumah itu hancur separoh
bagian. Api menyala seketika itu juga, setelah ledakan
berbunyi sambil mengeluarkan cahaya merah membias lebar. .
"Cahaya kecil itu kayaknya beradu dengan cahaya lain yang
keluar dari dalam rumah"! Wah, gjla-tuh! Bisa kebakaran
habis-habisan tuh rumah" !" celoteh seorang pengendara
motor berboncengan dengan temannya. Saat itu si
pengendara motor hanya berani memandang dari kejauhan.
Untuk memperjelas penglihatannya tentang nasib rumah indah
tersebut, temannya mendesak agar mereka sama-sama
kembali mendekati rumah yang menjadi sasaran sinar kecil
tadi. Mereka akhirnya bergabung dengan beberapa orang
yang berkerumun di depan kios rokok, tak jauh dari rumah
indah itu. Zlaat ...... ! " Nah, adalagi.'.. ?"!" sentak suara mereka hampir
bersamaan . Mata mereka membelalak lebar, menatap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datangnya cahaya hijau kecil yang keluar dari ujung tiang
listrik Mereka meiihat jelas-jelas bahwa sinar itu berubah
menjadi merah bara sebelum akhirnya menghantam salah
satu tiang penyangga atap serambi samping.
Baaaarrr...! "Gawat! Ada perlawanan juga rupanya!"
" Ya, perlawanan dari dalam rumah kan"! Aku juga meiihat
munculnya sinar kuning dari ujung jendela samping!"
"Cepat menyingkir! Jangan di sini, kita bisa jadi korban
salah sasaran nanti! Cepat pergi dari sini, Bang!"
Wuuustt...! Jegaarr..! Zlaaap, zlaap, blaaaarrn ...!"
"Toloooong...! Aaaoowww, toloooong...!"
Jeritan histeris yang menyayat hati terdengar di antara
kegaduhan dan ketegangan suasana malam. Tentu saja jeritan
perempuan itu adalah jeritan yang berasal dari rumah korban.
Kepanikan mencekam kuat. Ketakutan melumpuhkan sendi-
sendi setiap tulang manusia di sekitarnya Tetapi ada beberapa
orang yang memaksakan diri untuk menghambur ke dalam
rumah yang sudah porak poranda itu. Dua di antaranya adalah
Mang Udin, si pedagang rokok yang kiosnya, tak jauh dari
rumah tersebut, serta Bang Satiman yang memiliki warung
kopi bersebelahan dengan kios tersebut.
"Ayo cepatan... bantuin tuh si Mak Bari! Pasti dia sangat
membutuhkan pertolongan kita secepatnya...!" Mang Udin
mencoba membangkitkan keberanian beberapa orang di
sekitarnya. Agaknya suara perempuan tersebut sangat dikenali oieh
Mang Udin maupun Bang Satiman. Mereka yakin orang yang
menjerit histeris dalam ketakutan itu tak lain adalah Mak
Bariah, pelayan yang bekerja di rumah tersebut. Dan, tentu
saja mereka mengetahui siapa Mak Bariah, sebab yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi korban sasaran ganas itu tak lain adalah rumah si
paranormal cantik: Dewi U lar, alias Kumala Dewi.
"Ya, ampuun... kenapa sampai terjadi begini sih"!"
"Hay, angkat dulu tuh kursi panjangnya baru tarik,
orangnya!"
Pontang panting mereka memberi pertolongan kepada Mak
Bariah yang nyaris pingsan. Sebelah kakinya tertindih kursi
besar. Tapi dalam waktu s ingkat ia berhasil dibawa keiuar dari
reruntuhan. Rumah itu benar-benar menyedihkan. Hancur di
sana-sini bagaikan habis terkena ledakan bom berkali-kali. Api
masih berkobar di beberapa tempat. Mereka berusaha
memadamkan secara manual. Sebagian massa sibuk
mengeluarkan sesosok tubuh yang terkapar di tengah kobaran
api. Ketika mereka berhasil membawa pergi korban dari
kobaran api, barulah mereka mengenali identitas korban
sebenarnya. Pemuda berambut kucai dengan tubuh tak terlalu
kurus itu ternyata adalah asistennya Kumala Dewi untuk
bidang mistik. Dia dikenal dengan nama: Buron.
"Kabarnya anak ini adalah jelmaan Jin Layon, tapi kok
nyaris mati terbakar begini sih"!" pikir Mang Udin yang sudah
cukup lama mengenal si jelmaan Jin Layon itu.
"Waah, apinya susah dipadamkan!!" teriak seseorang di
tengah reruntuhan. Salah satu dari yang lain ikut berseru pula.
"Telepon saja Dinas Pemadam Kebakaran! Cepat!"
"Teleponnya terbakar! Nggak bisa dipakai!"
Belum sempat ada yang pergi menghubungi Dinas
pemadam kebakaran, dari arah perempatan jalan sudah
muncul sebuah sedan hijau jenis BMW terbaru. Mobil itu
segera meluneur mendekati rumah tersebut, karena yang ada
di dalamnya adalah Kumala Dewi dan sopir setianya: Sandhi.
Tentu saja keadaan menyedihkan di rumah itu sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejutkan mereka berdua. Tetapi mereka tidak mau
terpaku di tempat berlama-lama.
Terutama Kumala Dewi, gadis itu segera melesat memasuki
rumahnya, menembus kerumunan massa yang ada di pintu
masuk. Sementara dari massa yang ada di situ merasa heran
melihat gadis cantik tahu-tahu sudah berada di tengah
reruntuhan bangunan tersebut. Mereka tak ada yang merasa
didesak atau disentuh oleh Kumala. Mereka hanya mencium
aroma wangi yang cukup tajam melintas di sekeliling mereka,
lalu tahu-tahu di seberang sana sudah muncul si Dewi Ular
dengan pakaian pestanya, menandakan baru pulang dari
sebuah acara pesta bergengsi.
"Buroon..."!" sentak Sandhi setelah mengetahui keadaan
Buron yang mengalami luka bakar, dibaringkan di bawah
pohon dekat pagar. Buron mengerang lemah, menampakkan
betul kondisinya yang parah.
"Ak... aku sudah... berusaha menahannya, ta ... tapi..
kekuatanku tak mampu menandinginya, San...! Uuhhkk...!"
"Kumalaaaa... Buron sekaraaat..!!" teriak Sandhi dengan
panik. la menjadi semakin panik me lihat Mak Bariah dalam
keadaan pingsan, dibaringkan tak jauh dari depan garasi
mobil. Tak jelas apa yang dilakukan Kumala Dewi di tengah
kobaran api itu. Tahu-tahu mereka dibuat tercengang oleh
datangnya angin kencang yang menyerupai topan kecil. Angin
itu mengandung udara yang sangat dingin.
Seperti hembusan uap salju dari Kutub Utara. Rasa dingin
itu membuat massa menggigil dan segera menjauhi rumah
tersebut secara terburu-buru. Semakin mereka menjauh
semakin, terasa kencang dan dingin hembusan angin yang
berputar-putar mengitari rumah tersebut. Mata mereka
terpaksa harus mengecil untuk menahan hembusan angin
dingin. Bahkan lama-lama mereka pun saling memejamkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mata dalam posisi memunggungr rumah Kumala. Sebagian
membentuk kelompok yang saling berpelukan, karena
khawatir akan terpental akibat hembusan angin memutar itu.
Suara gemuruh menggelegar di angkasa. Entah guntur dari
mana yang hadir saat itu. Yang jelas guntur tersebut seperti
menghantam perasaan hati mereka, membuat mereka
ketakutan dan semakin mencari tempat untuk bersembunyi.
Hanya satu-dua orang yang masih bisa memaksakan diri untuk
meiihat apa yang terjadi pada rumah Kumala.
Mereka melihat gerakan bayangan lamban di antara
kepulan asap dan tubuh si Dewi Ular sendiri. Dialah yang
mendatangkan guntur dan angin sedingin salju itu.
Tak kurang dari dua menit kemudian, deru angin pun
berhenti. Hilang begitu saja. Senyap sekali. Massa yang
bersembunyi di kejauhan mulai berani melemparkan
pandangan matanya ke arah rumah Kumala. Orang pertama
yang berani menatap ke sana adalah si pedagang rokok; Mang
Udin. "Wow... "! Apaan tuh"!" gumam hati Mang Udin penuh
kekaguman, matanya melebar memandang kilau cahaya
terang. Cahaya kemilau itu muncul dari rumah Kumala Dewi.
Begitu terangnya hingga sulit dipandang mata. Tak terlihat
apa yang terjadi selanjutnya di rumah itu. Yang jelas, sudah
tak ada api dan asap lagi. Bang Satiman, si pedagang mie dan
kopi, juga terbelalak kaget. Kedua kakinya masih gemetar.
Menggigil. la pun buru-buru menyilangkan tangan di depan
matanya agar tak terlalu silau memandang terangnya cahaya
putih seperti perak. Cahaya itu makin lebar dan semakin te-
rang selama hampir setengah menit.
Zuub... ! Tiba-tiba cahaya itu padam seketika. Seperti
bohlam menyala terang yang dipadamkan dari saklarnya.
"Hahh... "!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini hati mereka semakin diliputi rasa kagum yang
mencengangkan. Mereka melihat rumah itu dalam keadaan
utuh seperti sediakala. Seakan-akan tak pemah terbakar
sedikit pun. Tak ada tanda-tanda hangus segaris pun. Bahkan
kerusakan secuil pun tak terlihat lagi. Rumah si Dewi Ular
dalam sekejap dapat dikembalikan seperti keadaan semula.
Anggun, indah, asri dan terkesan nyaman sekali. Tentu saja
semua itu bisa terjadi secara gaib, karena Dewi Ular
menggunakan kekuatan kedewaannya dalam mengembalikan
kondisi rumahnya. Kesaktian anak Dewa Permana hasil
perkawinan dangan Dewi Nagadini itulah yang membuat
rumah itu utuh kembali.
"Luarbiasa, ck, ck, ck, ck....!!" gumam hati setiap orang
yang rnenyaksikan keajaiban tersebut dari luar pagar rumah
Kumala. Dengan semburan napas saktinya, Kumala pun berhasil
memulihkan keadaan Mak Bariah. Sadar dari pingsannya dan
hilang rasa takutnya. Sebelah kakinya yang tadi tertimpa kursi
panjang itu pun tak mengalam i cedera sedikit pun. Bahkan si
jelmaan Jin Layon yang tadi nyaris terpanggang hangus, kini
menjadi pulih seperti sediakala setelah disiram cahaya hijau
tipis dari telapak tangan Kumala.
"Cahaya maut itu datang dari berbagai arah dan berbagai
tempat," tutur Buron memberi penjelasan kepada Kumala.
"Aku sudah berusaha menahannya, tapi kesaktianku tak cukup
menandinginya, Kumala. Kurasa cahaya maut itu bukan
berasal dari makhluk sembarangan. Aku yakin, pasti berasal
dari istana iblis sana!"
"Tapi kenapa tadi kau bilang cahaya itu berasal dari pohon,
tanah, dan tempat lain" Bukan berasal dari langit"!" tanya
Sandhi. "Celah dimensi gaib bukan terletak di atas kepala kita saja
Sandhi," sahut Kumala. "Bukan harus berasal dari langit. Celah
dimensi gaib yang dapat diterobos dari alam sana bisa saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berasal dari sisi Iain, dari arah depan, belakang, dan kanan-
kiri kita. Wajar saja kalau terlihat seperti muncul dari atas
pohon atau bawah tanah."
"Jadi, kau sependapat dengan Buron, bahwa serangan tadi
berasal dari istana iblis?"
Gadis cantik jelita itu mengangguk tenang. Tetap tampak
kalem, anggun dan mempesona.
"Pasti awal dari pembalasan keluarga si Dewa Kegelapan!"
ujar Buron sambil menggeram penuh dendam.
"Benarkah begitu, Kumala"!" bisik Sandhi dengan cemas
sekali. "Mungkin saja begitu,," jawab Kumala pelan, napasnya
dihembuskan panjang-panjang, seperti sedang membuang
ketegangan dalam hati.


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lokapura...," suara Buron mendesah berat Nada-nada
kebenciannya terdengar jelas. Matapun menatap nanar dalam
bayangan si pemilik nama Lokapura itu.
Semantara itu di lubuk hati Sandhi muncul sebaris getaran
cemas saat mendengar nama Lokapura disebutkan Buron.
Sandhi tahu betul siapa Lokapura. Tak lain adalah nama asli
dari sang penguasa alam kegelapan yang dikenal sebagai
Dewa Kegelapan.
Sebagaimana telah dialami dan diketahui oleh Sandhi
sendiri. Dewa Kegelapan adalah tokoh hitam yang memiliki
kesaktian hampir setara dengan dewa-dewa di Kahyangan.
Obsesinya yang dari dulu ingin merebut dan menguasai
Kahyangan telah membuat perseteruan besar antara pihak
Kahyangan dengan pihak keluarga Istana Kegelapan, yang
menjadi tempat bersemayamnya Lokapura dan anak buahnya.
Dewa murtad yang menjadi sesembahannya para iblis di
alam gaib sana ternyata juga mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat banyak. Ia memiliki banyak istri dan anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selir. Tetapi hanya delapan anak yang tingkat kesaktiannya
membahayakan para penghuni Kahyangan, seperti halnya
Kumala Dewi sendiri, Meski pun Kumala telah berhasil
memukul mundur serangan dari anak-anaknya Lokapura yang
pernah mengacau kehidupan di bumi, namun bukan berarti
Kumala lolos dari ancaman maut keluarga dewa brengsek itu.
Mereka yang pernah dikalahkan oleh Dewi Ular adalah anak
selir Lokapura yang ke delapan, yaitu Venoz. Kernudian
kakaknya juga berhasil dikalahkan Kumala, yakni Amapola,
lalu Bahorok, Pancanaka, Garnizon, Wakwak, dan yang
terakhir Marong, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
("TAMU DARI ALAM GAIB"). Tetapi masih ada satu saudara
mereka yang belum turun ke bumi, yang dalam dunia gaib ia
dikenal dengan nama Chongor.
"Hindari pertemuan langsung dengan Chongor. Jangan
coba-coba memancing bentrokan dengannya. Aku berkata
yang sesungguhnya, Dewi... kecil sekali kemungkinanmu
dapat selamat jika nekat bentrok . langsung dengan Chongor!"
Saran itu datang dari suara romantis berwajah tampan
rupawan. Argontara Bhisma, yang akrab dipanggil oleh
Kumala dengan nama: Argon. Dia adalah Dewa Pengembara
yang pernah diselamatkan oleh Kumala Dewi ketika menderita
kutukan gaib dari Pedang Hampanya si Lokapura. Tetapi
dialah yang selalu ganti menyelamatkan nyawa Kumala Dewi
dari ancaman maut anak-anaknya Lokapura.
Menurut keterangan mama kandurgnya Kumala, yaitu Dewi
Nagadini, Argon memiliki tingkat kesaktian lebih tinggi dari
Kumala Dewi, bahkan satu dua tingkat di atas kesaktian
ayahnya Kumala, yakni Dewa Permana, (Baca serial Dewi Ular
dalam episode: "RAHASIA ANAK NERAKA"). Maka, wajar jika
Argon dapat mengukur tingkat bahayanya apabila Kumala
Dewi melakukan pertarungan dengan anak-anaknya Dewa
Kegelapan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari kedelapan anak selirnya si lokapura, memang
Chongorlah yang paling berbahaya, Dewi. Ibunya adalah selir
pertama si Lokapura yang dikenal dengan nama Perawan
Lahar Matahari. la tercipta dari gumpalan lahar matahari.
Perawan ganas itu tidak bisa disentuh oleh siapa pun kecuali
Lokapura. Siapa yang menyentuhnya ia akan menjadi hangus
seketika. Lalu, menjadi abu sangat halus. Hanya Lokapura
yang memiliki ilmu penangkal seperti itu. Dan celakanya,
kesaktian Perawan Lahar Matahari itu diwariskan kepada
putranya, yaitu Chongor Ba longgor. Karenanya, jika kau nekat
melakukan pertarungan langsung dengannya, kau dapat
hangus dan menjadi abu dalam sekejap mata, Dewi,
Hindarilah itu!"
Kumala Dewi menyunggingkan senyum tipis. Lembut dan
manja. Tampak tak merasa gentar sedikit pun atas penjelasan
Argon tadi. "Serendah itukah kau menilai kesaktianku, Argon". Apa
yang membuatmu begitu yakin bahwa aku akan hancur bila
berhadapan dengan Chongor?"
"Maaf, Dewi. Bukan maksudku merendahkanmu."
Argon bernada sesal. Ia buru-buru menetralisir reaksi
Kumala yang tampaknya sedikit tersinggung atas saran
tersebut. "Sebenarnya, keyakinanku akan hal itu semata-mata timbul
karena kekhawatiranku saja. Aku khawatir kau akan
mengalami hal-hal buruk jika berhadapan dengan Chongor.
Dan, kalau kau ingin tahu apa alasanku mengkhawatirkan
dirimu..tak lain hanya karena aku sangat tak rela jika kau
celaka. Sungguh aku tak rela jika mereka menyentuh
bayanganmu sekali pun, Dewi"
Kala itu hati Kumala berdesir. Berbunga-bunga. Seluruh
tubuhnya menyebarkan aroma wangi. We- wangian itu adalah
wewangian khas bunga Kahyangan. Tak ada jenis perfum di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dunia ini yang dapat menyamai kelembutan aromanya. Maka,
gadis cantik jelita berlesung pipit itu pun tersipu malu, karena
kali ini Argon menatapnya lebih romantis lagi. Lebih tajam lagi
kelembutan pandang itu menembus relung hatinya.
"Amarahku dapat kehilangan kendali jika sampai bayanganmu di sentuh mereka, Dewi. Jangan biarkan itu
terjadi, ya?"
Semakin berdesir indah hati Dewi Ular mendengar suara
merdu itu. Sulit dilukiskan dengan kata keindahannya.
" Apa yang membuatmu sampai bisa semarah itu, Argon?"
"Entahlah. Aku belum bisa menjawabnya saat ini. Beri aku
waktu untuk mencari jawaban dari pertanyaanmu itu, Dewi"
Semakin membisik suara Argon, semakin romantis getaran
jiwa yang terpancar dari pandangan matanya yang amat
menawan. Kumala merasa sedang dipikat oleh keromantisan
tersebut. Namun, haruskah ia membiarkan dirinya terpikat
kepada dewa tampan itu, sementara dalam hidupnya
belakangan ini ia sudah memiliki pria pujaan hati sendiri; Rayo
Pasca " Cowok tampan yang menjabat sebagai staf ahli bidang riset
ini memang selalu membuat hati Kumala bangga. Bukan saja
nilai kesetiaannya, tapi juga kesabaran dan sportifitasnya
cukup tinggi, Rayo memiliki pengertian cukup besar terhadap
diri Kumala, sehingga sering kali Kumala merasa dimanjakan
oleh sifat mengalahnya Rayo. Kasih sayang dan cinta Rayo
tercermin melalui s ikap hidupnya sehari-hari yang selalu positif
thinking terhadap apapun yang dilakukan Kumala. Hanya saja
dia adalah manusia biasa. Bukan dewa seperti halnya Argon.
Dia juga memiliki nilai keromantisan tersendiri, serta punya
wajah ganteng yang serasi jika berdampingan dengan Kumala.
Sayangnya, ia tak memiliki kesaktian seperti yang dimiliki
Argon haruskah kekurangannya itu membuat Kumala
berpaling darinya dan beralih cinta kepada Argon"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tugasmu hidup di bumi bukan hanya berburu kebajikan
saja, tapi juga berburu cinta sejati, Kumala," ujar Dewi
Nagadini beberapa waktu yang lalu, ketika ia menemui
putrinya yang dibuang dari Kahyangan akibat dinilai sebagai
anak haram oleh para dewa.
"Memang betul, kamu lahir dari hasil cinta kasih ibu dengan
ayahmu sebelum kami menikah, tetapi tidak menutup
kemungkinan bagimu untuk menjadi penghuni Kahyangan
kembali. Jika cinta sajati sudah kau dapatkan, kau pun bisa
menjadi penghuni Kahyangan, Honey. Dan ingat, ciri-ciri
jodohmu... pria yang memiliki bayangan warna biru. Bayangan
itu hanya muncul pada bulan puniama"
Kumala selalu mengingat kata-kata ibundanya itu. Hanya
saja, selama ini Kumala tak pernah bisa meiihat apakah Rayo
memiliki bayangan warna biru pada malam bulan purnama,
atau memiliki bayangan warna hitam seperti layaknya manusia
biasa" Kumala tak pernah punya kesempatan itu, karena
setiap malam bulan purnama ia harus mengurung diri dalam
kamar hingga pagi. Pada malam seperti itulah tubuh sexynya
yang sintal dan sangat elok itu berubah menjadi seekor ular
bersisik emas, berkepala gadis cantik jelita. (Baca serial Dewi
Ular dalam episode: "ROH PEMBURU CINTA").
Selama ini Rayo belum mengetahui rahasia tersebut.
Sandhi, Buron dan Mak Bariah sangat rapi menyimpan rahasia
majikan mereka, sehingga Rayo tak pernah mendengar
masalah perubahan diri Kumala Dewi. Selama ini yang
diketahuinya hanya sebagian kecil saja. Kumala tak dapat
diganggugugat oleh siapa pun pada setiap malam bulan
purnama, karena gadis itu melakukan semedi ritual di dalam
kamar. Hanya itu yang diketahui Rayo, dan ia tidak mencoba
untuk menyelidik lebih dalam lagi. Ia selalu percaya dengan
apapun yang dikatakan kekasihnya, Menurutnya, mempercayai
seorang kekasih merupakan salah satu bukti akan
kesungguhan cintanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal hati nuraninya sering merasa resah manakala
kekasihnya mengurung diri pada malam bulan purnama.
Secara naluriah Rayo sering merasa penasaran dan ingin
melihat seperti apakah ritual yang dilakukan Kumala pada saat
seperti itu. Tetapi ia selalu berhasil membunuh rasa ingin
tahunya sendiri. la tak ingin Kumala menjadi kesal dan kecewa
jika mendengar bahwa dirinya ingin mengetahui tentang ritual
tersebut. Perasaan seperti itu timbul dalam hati nurani Rayo
setelah hubungannya dengan Kumala menjadi semakip dekat
dan semakin mesra.
Anehnya, setiap kekasihnya mengalami suatu fenomena
yang bersifat irasionil, hati Rayo selalu merasa berdebar-debar
dari tempatnya yang jauh. Bahkan sangat sering ia menerima
kabar tentang fenomena yang dialami Kumala di lain tempat.
Kabar itu bisa datang dari rekan-rekannya yang sangat
mendukung hubungannya dengan Kumala Dewi, atau dari
orang-orang dekatnya Kumala sendiri.
Pada malam terjadinya serangan gaib yang nyaris
membakar habis rumah Kumala Dewi, posisi Rayo Pasca pada
saat itu sedang berada di laboratorium risetnya. Kerja lembur
untuk sebuah tugas yang harus diselesaikan bersama teamnya
esok siang. Tahu-tahu ia mendapat telepon dari seorang
kenalannya yang tinggal tak jauh dari rumah Kumala.
Mendengar rumah kekasihnya hancur dan terbakar, Rayo
segera meninggalkan kerja lemburnya dan menuju ke sana
dengan mengendarai mobilnya dalam kecepatan tinggi. Ia
belum mendapat kabar tentang rumah Kumala secara ajaib
telah utuh kembali seperti sediakala.
"Ya, Tuhan... selamatkanlah dia! Selamatkanlah dial" ucap
Rayo dalam doanya selama di perjalanan. Tentunya doa itu
lahir dari hati yang sangat cemas dan jiwa yang cukup tegang.
Menandakan bahwa dirinya sangat takut kehilangan si gadis
putri tunggal bidadari Nagadini itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lewat dari separoh perjalanan, Pajero merah yang
dikendarai Rayo mengalam i keanehan Mesinnya mati
mendadak. Starter ulang berkali-kali tak berhasil. Mobil itu
sempat meluncur tanpa mesin. Menggelinding mendekati
tepian jalan. Akhirnya berhenti di tempat yang sepi, dengan
penerangan remang-remang, karena lampu mercury yang
menjadi penerang jalan berjarak sekitar 50 meter dari mobil
tersebut. "Sial !" gerutunya geram sambil melirik jarum jam yang
menunjukan pukul 23.47, hampir tengah malam tepat.
"Kenapa jadi ngadat begini mobil ini"! T adi siang nggak ada
kerusakan apa-apa"! Hmmmh, jangan-jangan ada sesuatu
yang nggak beres nih?"
Bulu kuduk pun meremang merinding. Nalurinya sudah
terlatih menangkap adanya keganjilan gaib Sejak sering
mendampingi Kumala Dewi naluri itu secara tidak langsung
terbiasa bekerja menangkap gelagat tak beres dari dunia
mistik. Maka, wajar saja jika dalam hatinya berkesimpulan,
bahwa mogoknya mobil itu bukan akibat kerusakan teknis,
melainkan akibat sesuatu yang bersifat magis. Ia pun cepat-
cepat menghubungi Kumala me lalui handphone, walau
sebenarnya sejak tadi ia selalu gagal menelepon gadis itu. Dan
agaknya kali ini ia juga gagal lagi. Tak ada yang menyambut
teleponnya, baik yang menuju HP-nya Kumala maupun
telepon rumah. "Kenapa nggak ada yang mau menerima telepon sih"!
Apakah keadaan mereka sangat parah"!"
Debar-debar kecemasan bercampur menjadi satu dengan
getaran rasa takut pada alam sekelilingnya. Angin berhembus
cepat, seperti mau turun hujan. Kadang berhenti mendadak.
Suara deru dan desir angin lenyap seketika. Hening tercipta
Tahu-tahu berhembus lagi dengan bergemuruh mencekam
perasaan. Mobil atau motor tak ada yang melintas di jalanan
tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan-jangan
ini bukan tempat sembarangan"!
Suasananya ganjil sekali. Nggak ada tanda-tanda kehidupan di
seberang sana Juga di sekitar sini. Gedung dan rumah di
sebelah sana hanya menyala lampu luarnya saja. Bagian
dalamnya padam. Seperti tak berpenghuni. Wahhh... gimana
nih?" Keresahan semakin menyiksa batinnya. Keresahan itu
sempat menjadi sedikit reda setelah dari arah belakang
tampak sorot lampu mobil. Rayo bermaksud untuk
menghentikan mobil itu. Meminta bantuan, menarik mobilnya
sampai ke bengkel terdekat. Tetapi agaknya ia harus
membatalkan rencananya, karena mobil yang akan melintas
adalah sebuah taksi. Bukan taksi kosong. Ada penumpangnya.
Mustahil taksi itu mau berbenti untuk memberikan bantuan
padanya Maka, percuma saja jika ia berusaha menghentikan
taksi tersebut.


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Weess . ! T aksi itu dibiarkan lewat. Hanya dipandangi saja.
Hati kembali mengeluh kesal Tapi keluhan itu belum habis
sudah harus diputus mendadak, karena dilihatnya taksi
tersebut berhenti di depan sana. Bahkan sekarang sedang
bergerak mundur mendekatinya, Hati pun menjadi girang
sambil bertanya-tanya penuh curiga .
"Kenapa balik lagi" Mau apa dia" Menghampiriku atau ke
tempat lain" Tapi... tempat mana lagi yang mau ditujunya
kaiau bukan tempatku ini" Bukankah.."
Benar. Taksi itu berhenti sekitar 5 meter dari depan
mobilnya Lampu di dalam taksi itu menyala. Seorang
penumpangnya sedang menyerahkan uang kepada si sopir
taksi. Rayo terbelalak kaget. Ia. mengenali bentuk penampilan
si penumpang walau dilihat-dari arah belakang, Tapi hampir
saja ia tak mempercayai penglihatannya sendiri. Ketika gadis
penumpang taksi itu turun, dan taksi itu bergegas pergi,
barulah Rayo mempercayai penglihatannya,
bahwa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penumpang taksi itu ternyata adalah Kumala Dewi. Kekasihnya
sendiri. "Lala... ?" sapanya bernada heran. Ia bergegas menyambut
kehadiran gadis cantik berambut panjang dengan busana
jeans ketat dirangkapi jaket kulit.
"Kenapa mobilmu" Ngadat"!"
"lya... iya nih. Hmm, eeh... tapi... tapi kenapa kamu naik
taksi itu tadi Lala" Mau ke mana kau" Kenapa tidak didampingi
Sandhi atau Buron"!"
"Sudahlah, penjelasannya nanti saja. Sekarang jalan dulu
deh. Antarkan aku ke suatu tempat."
"Hmm, eeh.... tapi mesin mobilku nggak mau hidup, Lala"!"
"Siapa bilang". Coba kau hidupkan!"
"Break...! Gebrakan kecil dilakukan oleh Kumala pada mobil
tersebut. Rayo mulai menstarternya. Rrruuung...! Langsung
bisa hidup normal. Mesinnya bagaikan tak pernah mengalami
kerusakan apapun. Rayo tersenyum lega. Ia tahu, kekuatan
gaib yang dimiliki kekasihnya itulah yang membuat mobilnya
dapat berjalan lagi seperti sediakala. Ia tak terlalu kagum.
Hanya sangat bersyukur dan merasa heran atas keberadaan
Kumala di tempat itu.
"Kudengar dari Benny, rumahmu seperti habis kena bom"
Hancur dan terbakar" Apa betul begitu, La?" tanya Rayo
sambil mengemudikan mobilnya dengan tenang.
"Ya. Tapi sudah bisa kuatasi. Sudah nggak ada yang perlu
di cemaskan lagi."
"Ada yang terluka parah?"
"Nggak ada," jawabnya agak tawar, sepertinya sedang
memendam sebuah kedongkolan hati. Rayo menjadi lebih
berhati-hati dalam bicaranya. Ia tak ingin membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekasihnya semakin lebih dongkol lagi. Salah-salah dialah
yang akan menjadi sasaran kedongkolannya.
"Ke mana arah kita ini, La" Padahal aku tadi baru ingin
menuju ke rumahmu, tapi tahu-tahu ada yang jahil di tempat
tadi, sehingga mobil ini jadi mogok. Untung kau lewat dan
mengenali mobilku?"
"Yang kukenali adalah getaran asmaramu "
"Oh, ya...?" Rayo mengajaknya tertawa, meski pun masih
kikuk. Kumala Dewi pun membalas dengan kaku. Tangannya
membelai pundak Rayo. Semakin lebih lunak lagi sikapnya.
Semakin lega hati Rayo jadinya.
"Cuma kamu seorang yang dapat kukenali getaran
asmaranya, dan yang dapat membuat hatiku tertarik kuat-kuat
bagaikan terhisap kekuatan magnit kutub utara," sambung
Kumala dengan nada suara,mendesah mesra. Debar-debar di
hati Rayo mulai menyesakkan pernapasannya. Ada sesuatu
yang terbakar dalam dirinya, yaitu gairah kemesraan. Ia
sempat kelu, tak dapat berkomentar apa-apa.
"Tumben dia sangat romantis" Seperti sedang dalam masa
puber?" pikir Rayo sebelum akhirnya segera menyambar
handphonenya. Dering HP itu membuyarkan konsentrasinya,
karena ia harus segera menyapa si penelepon tanpa melihat
dulu nomor telepon siapa yang masuk ke HP-nya itu.
"Hallo... "!"
"Ray, apa kau sudah dengar kabar tentang peristiwa
disini?" "Hahhh....?"
"Ray... " Hallo.... Raayy... Ada apa, Ray?"
"Be... betulkah kau... kau Lala?"
"lya. Kenapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tap ... tapi bukankah aku sedang... sedang bersamamu"!"
"Apa... "!"
Rayo tak dapat bicara lagi. Ia menerima telepon dari
Kumala Dewi, sementara saat itu ia sedang duduk
bersebelahan dengan Kumala Dewi. Jika benar penelepon itu
adalah kekasihnya, lalu siapa gadis yang duduk di sampingnya
dan sedang mengusap-usap pahanya dengan senyum
menantang itu. (Oo-dwkz-234-oO)
2 GELAP tanpa bintang. Sunyi tanpa suara. Rayo Pasca
akhirnya membuka kelopak mata. Terang. Dia berada di
tempat yang terang. Bahkan bernuansa hangat. Tidak segelap
dan sedingin tadi. Hanya sunyi yang masih menyertainya.
"Oh, dimana ini"!"
Tengok sana tengok sini. 0, rupanya ia berada di sebuah
kamar Ia baru saja bangkit dari posisi berbaringnya. Kasur
empuk dan ranjang hangat menjadi tempatnya duduk
melonjor. Namun ia tak kenali sama sekali tempat itu.
"Kamar tidur siapa ini" Dan... dan aroma wangi yang
menyebar di sekitar sini jelas bukan aroma wanginya Kumala
Dewi. Astaga!"
Baru sadar dirinya ternyata sudah tidak mengenakan baju
lagi. Bahkan ikat pinggangnya sudah terlepas dari pengaitnya.
Retsleting celananyapun sudah turun ke bawah. Tapi celana
itu masih dalam keadaan rnembungkus bagian bawahnya.
Maka, buru-buru diraih baju yang tadi dikenakannya dari
tepian ranjang. Kamar penuh wangi parfum romantis itu masih
sepi. Tak ada orang Iain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pria ganteng berperawakan gagah itu pun mulai dapat
mengingat.Kumala Dewi yang turun dari taksi diyakini sebagai
Kumala yang palsu. Seandainya ia tidak memperhatikan
Kumala palsu yang segera naik ke mobilnya, tentunya ia akan
melihat keganjilan pada taksi tersebut: T api karena ia terpusat
perhatiannya pada Kumala palsu, maka ia tak melihat bahwa
taksi yang ditumpangi gadis itu melaju cepat, lalu lenyap
menembus lapisan dimensi gaib. Taksi itu sebenarnya adalah
taksi setan. Telepon yang menyadarkan dirinya bahwa saat itu ia
bersama Kumala palsu, ternyata sempat diingatnya pula..Ia
buru-buru menghentikan mobilnya. Menatap lebar-lebar wajah
gadis di sampingnya. Suaranya menggeram karena gemetar.
"Kau bukan dia...!"
"Apa maksudmu ?"
"Kaau... kau bukan Kumala. Dia baru saja meneleponku!"
"O, ya..,."!"
"Claaap....!" dari kedua mata Kumala palsu keluar sinar
putih seperti kilatan larnpu blitz. Sinar itu menyilaukan sekali.
Menembus di kedua bola mata Rayo. Setelah itu... entah
bagaimana Rayo tak sadar diri. Seperti pingsan seketika. Ia
tak ingat lagi apa yang terjadi. Begitu membuka matanya,
ternyata ia sudah berada dalam sebuah kamar tidur
berdinding cream, berperabot mewah, beranjang empuk, dan
ukuran kamar tidur itu tergolong luas. Ranjang yang berlapis
seprei lembut warna pink itu pun berukuran lebar. Pada
dinding kanan-kirinya terdapat cermin lebar. Ia dapat melihat
bayangan dirinya di atas ranjang melalui cermin di sebelah
kanan-kiri itu.
"Celaka! Aku terjebak. Pasti aku terperangkap oleh..."
Belum habis ucapan batinnya, sudah lebih dulu beralih
perhatiannya ke pintu kamar mandi. Pintu itu terbuka. Tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja ada yang membukanya dari dalam. Lalu, dari kamar
mandi itu muncul seraut wajah cantik berlesung pipit. Wajah
sang kekasih, Kumala Dewi. Rambutnya diurai lepas.
Tubuhnya terbungkus handuk tebal-warna biru. Panjangnya
dari batas dada sampai separoh paha. Kemulusan pahanya
nyaris terbuka semua. Membakar gairah cinta pria mana pun
yang manatapnya.
"Hey, kenapa mau pakai baju lagi" Biar begitu saja!" sambil
melangkah mendekati ranjang, sambil tersenyum dengan
tatapan menggoda hasrat seorang lelaki. Dan, lelaki yang
digodanya menjadi gemetar. Hatinya berdebar-debar antara
bergairah dan ketakutan. Ia coba untuk menguasai diri dan
tetap ingat kondisi. Ia coba untuk memperoleh ketenangan
kembali, meski sesungguhnya ia semakin berdebar-debar
melihat gadis itu naik ke ranjang. Tepian handuknya
tersingkap lebih lebar. Kemulusan pahanya kelihatan lebih
menggoda birahi lagi.
"Menjauhlah. Kau bukan Kumala Dewi!" sambil beringsut
mundur. "Hey, tenang. Aku nggak bermaksud menyakitimu, Rayo,"
katanya dengan setengah tertawa. Tapi ia tetap merangkak
mendekati Rayo.
"Sial!" geram hati Rayo. latersandar pada mahkota ranjang
yang merapat dengan dinding. Tubuhnya menjadi kaku. Tak
bisa bergerak. Bahkan merapikan kancing bajunya pun tak
mampu dilakukan. Semakin berkeinginan lari atau menghindar, semakin tegang urat-uratnya, sehingga sulit
digerakkan. "Jangan takut, Ray. Aku nggak punya maksud jahat
padamu. Aku merasa senang sekali bisa berada di sini
bersamamu. Lebih senang lagi kalau... kalau... hmm, bajumu
dilepas lagi, ya" Kamu tampak sexy sekali kalau nggak pakal
baju seperti tadi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rayo bermaksud menolak sentuhan gadis itu. T api semakin
sulit dirinya untuk menggerakkan persendian tulangnya. Maka,
ia pun kehilangan upaya. Ia biarkan gadis itu melepas bajunya
lagi. Ternyata semakin ia pasrah dan menuruti keinginan gadis
itu, samakin lemas tubuhnya, sehingga punya kemampuan
untuk bergerak. Tapi jika ia punya keinginan untuk lompat dari
ranjang dan lari, sekujur tubuhnya menjadi kaku kembali.
"Pasti dia memancarkan gelombang gaib dari matanya,
yang membuatku jadi sulit bergerak ke mana-mana. Dia
mencoba memperdaya diriku dengan energi gaibnya. Ohh,
celaka betul kalau begini!"
Gadis jtu tertawa kecil. Sepertinya ia mendengar keluh
kesah dalam hati Rayo. Ia tertawa sambil melepaskan baju,
lalu melemparkannya ke lantai. Seenaknya ia duduk di
pangkuan Rayo seperti seorang lelaki membonceng motor.
Kedua kakinya ada di kanan-kirinya Rayo. Dadanya ada di
depan mata Rayo. Kurang dari sejengkal jaraknya dari mulut
Rayo. Handuk yang membungkus dadanya itu tampak mulai
terlepas, tapi belum menyingkap lebar-lebar.
"Kau benar-benar lelaki yang menggairahkan, Ray,"
sammbil kedua tangannya mengusap pipi Rayo. Berani dan
sangat menggoda.
"Ja...jangan..."
"Aku bergairah sekali padamu. Cumbulah aku, Sayang...
dengan wajah makin mendekat. Bibir sebentar lagi merapat di
mulut Rayo. Kian gugup Rayo menghadapinya. Ia tak ingin
mencumbu gadis itu, sebab ia tahu gadis itu bukan
kekasihnya. Tapi bagaimana ia akan menghindari kecupan
tersebut jika urat lehernya tiba-tiba menjadi kaku, seperti besi
beton" "Baiklah. Tunggu sebentar!"
Rupanya kata-kata itu adalah satu-satunya senjata yang
masih bisa dimanfaatkan oleh Rayo. Tak bisa lewat gerak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghindar, toh masih ada kata-kata untuk menangkal.
Begitu pikimya. Dan, terbukti gadis itu menarik diri. Menunda
hasratnya yang tampak bernapsu sekali ingin melumat bibir si
ganteng yang sexy itu.
"Untuk apa kau harus menggunakan wajah kekasihku;
Kumala" Sebenarnya wajah Kumala justru sulit membangkitkan gairah cintaku, selain gairah kasih sayang
semata " "Betulkah begitu?"
"Benan selama ini aku memang menyayangi Kumala, tapi
aku nggak punya gairah untuk bercumbu kepuncak asmara.
Dia tidak menggairahkan bagiku.Dia hanya membuatku
merasa bangga."
"Kasihan betul dia kalau begitu."
"Kalau ingin bercumbu denganku, tolong jangan gunakah
wajah Kumala. Tampakan wajah aslimu saja. Itu saja
membangkitkan hasratku untuk bergumul mesra denganmu"
"Kau akan mendustaiku Rayo."
"Toh aku sudah tak berdaya dalam dekapanmu."
"Kau akan menolakku jika aku menggunakan wajah asliku"
"Apapun yang kulakukan, kau tetap akan dapat
menguasaiku, bukan?"
Gadis yang menggunakan wajah Kumala Dewi itu diam
sesaat. Tersenyum-senyum nakal. Sorot matanya sayu
mesum. Kedua tangannya merayapi wajah dan dada Rayo


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Agaknya ia sangat menyukai sentuhan tangannya ke bagian
tubuh Rayo itu.
"Ayolah, tampakan wajahmu Sebenarnya," bisik Rayo
mendesaknya. "Kau bisa melihatnya lewat pantulan cermin "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rayo buru-buru berpaling ke kiri, menatap ke permukaan
cermin lebar itu. Ia menahan rasa kagetnya. Karena, gadis
yang duduk di atas pangkuannya itu memiliki bayangan wajah
yang berbeda dengan kecantikan Kumala Dewi. Rambutnya
pendek. Cepak tomboy. Hidungnya kecil bangir. Bibirnya
mungil menggoda. Matanya bundar bening. Bulu matanya
lentik. Tapi kecantikan itu terkesan seperti kecantikan wanita-
wanita cukup umur. Seperti berusia 32 tahun. Badannya putih
lebih padat berisi, dan dada menjorok ke depan. Montok
sekali. Ketika Rayo berpaling kembali, memandanginya langsung,
ternyata wanita yang dipangkuannya itu sudah berubah
seperti yang tampak dalam cermin tadi. Cepat sekali
perubahan itu terjadi. Rayo tak perlu terheran-heran, sebab
kini ia semakin yakin bahwa wanita yang menyekapnya itu
bukan wanita biasa. Mungkin siluman, atau makhluk
sejenisnya,yang dapat berubah wajah hanya dalam satu
kedipan mata saja.
"Puas melihat wajah asliku?" tanyanya mulai mendekatkan
wajah kembali. Bernapsu sekali untuk mengecup bibir Rayo.
Tapi pemuda berusia 27 tahun itu berusaha mengulur waktu
agar tak terjadi kecup dan cumbu rayu maksiat di tempat itu.
"Temyata kau lebih cantik daripada Kumala "
"lih, kamu ..... !" Ia mencubit lembut pipi Rayo.
"Kau lebih menggairahkan ketimbang tadi"
"Benarkah, Ray.. " Ia mendesah, menyemburkan napas
hangat yang membakar relung birahi lawannya.
"Beri aku kebebasan bergerak agar aku dapat membalas
kecupanmu nanti. Napasku sesak dalam keadaan begini."
"0, begitu... ?" Lalu, ia turum dari pangkuan Rayo. Sempat
menempelkan bibir dan hidungnya di dada Rayo. Mengecupnya sepintas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangannya masih memegangi lengan Rayo. Seolah-olah
takut ditinggal pergi walau hanya sedetik saja. Rayo pun
bermain siasat. Ia menjaga emosinya agar tak terkesan ingin
menghindar, supaya ia dapat bergerak dan bergerak terus.
Tapi otaknya mencari jalan keluar yang baik.
"Ia tak boleh dilawan secara terang-terangan. Semakin
kulawan, semakin tak berkutik aku dibuatnya" pikir Rayo
ketika ia bertanya dengan suara dibuat mesra.
"Jadi siapa dirimu sebenarnya " aku ingin tahu jati dirimu,
supaya dapat lebih romantis lagi kusebut namamu saat
hasratku nanti mendekati puncak kemesraan kita."
"Kau bisa memanggilku... Fagien."
"Fagien" Oh, nama yang bagus itu."
"Betulkah?" Ia tertawa kecil, agak serak: "Kamu suka nama
itu?" "Tentu"
"Kalau begitu, cepatlah peluk aku, Ray... !"seraya menarik
tangan Rayo agar memeluknya.
Maka, Rayo pun mendekapnya Ia sengaja berdiri dengan
kedua lututnya. Dengan begitu dekapan tersebut membuat
kepala Fagien berada di dadanya. Ia berikan ciuman di ubun-
ubun si rambut cepak, walau pun. hanya berupa ciuman tanpa
tarikan napas. Tapi saat itu lidah Fagien menjalar. Menyapu
dada Rayo. Membuat kecupan hangat dan gigitan kecil
menggelitik birahi kejantanan. Rayo buru-buru melepaskan
dekapan itu. Ia nyaris hanyut terbawa arus kemesraan yang
diinginkan Fagien.
"Aku ingin mengenalmu lebih dalam lagi, Fagien. Biar lebih
dalam juga kenikmatan yang akan kita rasakan nanti "
"Oh, benar-benar pria romantis kau sebenarnya, Rayo...,"
sanjungnya sambil berusaha menarik lengan Rayo agar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali mendekapnya. Rayo: mempertahankan posisi. Tetap
memberikan senyuman mesra. Seolah-olah tak ingin
menghindar lagi.
"Kau pasti bukan wanita sembarangan, Fagien Kau pasti
wanita luar biasa, bukan?"
"Benar. Aku lawan bercumbu yang terhebat, Rayo,"
"Mengapa kau menghendaki diriku sebagai pasangan
kencanmu?"
"Karena diam-diam aku mengincarmu dari dulu. Aku naksir
kamu. Sayangnya, kamu selalu dekat dengan Kumala Dewi,
sehingga aku nggak bisa punya kesempatan untuk
menyerobot kehangatanmu "
"Dari mana kau mengincarmu?" potongRayo.
"Dari alamku sana "
"Ooo.. " semakin yakin hati Rayo akan kebenaran dari
dugaannya tadi. Ia manggut-manggut sambil membiarkan
Fagien menjelajahi bagian tubuhnya yang tidak berpakaian
dengan jari-jari lentiknya.
"Aku ingin membawamu ke alamku, Rayo "
"Bagaimana jika aku menolak?"
"Kamu akan menyesal sekali. Aku cuma ingin menyelamatkan kamu dari kehancuran. Dan, kamu bisa hidup
abadi denganku di sana."
Sorry .... Hal 38 dan 39 Blong gak da cetakannya
langsung ke hal 40
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kata-katamu?"
"Karena hujan lahar itu merupakan murkanya kakakku yang
sulung. Dia marah besar, dan akan melampiaskannya dengan
cara begitu!!"
"Si... siapa kakakmu itu" Dan, kepada siapa sebenarnya ia
menjadi murka, Fagien" Mengapa harus semuayang ada di
permukaan bumi ini yang menjadi korban kemarahannya?"
"Uhh, kamu..." Fagien cemberut rnanja. "Tanya melulu dari
tadi. Beri aku bukti kesetiaan asmara dan cumbu rayumu dulu
dong. Nanti akan kutambah lagi penjelasannya, Sayang..."
Lalu kedua tangannya meraih kepala Rayo, dan ciumannya
mencecar deras. Mencari bibir Rayo. Membuat Rayo
menggeragap lebih tegang lagi. Berusaha menghindar, namun
jangan sampai kentara dan kasar.
"Awas, aku jatuh, Sayang... ouuw, oohh... jatuh deh...!"
Rayo sengaja berlagak jatuh dari ranjang. Menggelinding di
permukaan lantai keramik putih. Fagien menertawakan.
Girang sekali. Kemudian bergegas untuk menjemput Rayo
kembali dalam keadaan handuknya telah terlepas. Tak ada lagi
bagian tubuhnya yang tertutupi oleh sehelei benang pun. Rayo
cepat berdiri. Terbengong memandanginya. Gemetar kedua
kakinya. "Ooh, Ray... peluklah aku, Sayang..."
Pada saat Fagien menghampirj Rayo yang terpaku di
tempat, seberkas cahaya melesat dari cermin dinding
seberang ranjang. Cahaya itu bagaikan serpihan kaca yang
memiliki warna pijar hijau. Cahaya tersebut menyambar Rayo
dengan cepat, dalam sekejap saja Rayo sudah tidak ada di
tempat. Creaalp, zaaap.!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Raayy... ?"!" sentak Fagien berang. Matanya menjadi
nanar. Mengikuti ke mana larinya cahaya tadi.
"Tak semudah itu mendapatkanrtya, kawan!" geram suara
merdu bernada sinis.
Senyumnyapun tampak getir. Seakan-akan sedang membanggakan keberhasilannya menyambar Rayo, dan
menertawakan kegagalan lawannya.
"Hmmmh ...'" Fagien menggeram liar. "Biadab kau, Dewi
Ular" Benar Cahaya hijau itu ternyata gelombang energi gaibnya
si Dewi Ular yang berhasil menemukan letak keberadaan
kekasilmya. Rayo sempat tersentak kaget. Bingung dan salah
tingkah. Mereka berdua ada di salah satu sudut- kamar,
berjarak sekitar lima langkah dari Fagien.
"Lala dia adalah ... "
"Biar kutangani sendiri dia!" sambil Kumala menarik lengan
Rayo ke belakang. Kini pemuda ganteng itu berada
dibelakangnya. Kumala Dewi siap melindungi Rayo dari jangkauan wanita
jalang itu. Siap mati demi menyelamatkan kekasihnya.
Sikapnya tetap tenang. Tampil kalem Tapi penuh wibawa,
kharisma, dan sangat waspada. Bola matanya yang indah
seakan menjangkau seluruh sisi, sehingga gerakan sekecil
apapun dari Fagien dapat terlihat olehnya.
"Dia sudah hampir menjadi milikku, Dewi Ular! Tak akan
mungkin siapapun merebutnya dari pelukanku!"
"Hanya kau yang berani berkata begitu di depanku. Tapi
jangan harap aku akan menyerahkan dia ke pelukanmu begitu
saja!" "Jahanaaam...! Hhhgggrrrhh...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wuuust....! Perempuan tanpa selembar benang pun itu
meliuk gesit bagaikan leak. Mulutnya terbuka, lidahnya
terjulur. Lidahnya berukuran panjang. Keras dan tajam. Itulah
yang disebut ajian 'Lidah Pedang'. Sasaran utama lidah
pedang adalah memenggal kepala Dewi Ular yang kala itu
tampil dengan kaus tank top ketat dan celana sebatas betis
yang lentur, pas badan. Tebasan lidah pedang itu sengaja tak
dihindari. Namun secepatnya Kumala Dewi menghantamkan
dua jarinya yang tegak ke arah depan. Seketika itu pula lidah
pedang. terpotong menjadi dua bagian. Treeng...! Suaranya
seperti besi yang terpotong baja tajam. Bunga api memercik.
"auuhh...!" Fagien mengerang kesakitan, selayaknya orang
terpotong lidahnya.
Pluk..! Potongan lidah itu jatuh ke lantai dengan empuk,
bagaikan secuil daging, Namun potongan lidah tersebut
segera meluncur ke mulut pemiliknya setelah Fagien membuka
mulut dan menghisapnya dari kejauhan. Cluup... ! Lidah itu
tersambung lagi. Hal itu membuat Fagien dapat bicara dengan
normal kembali.
"Kau memang biadab terkutuk, Dewi Ular! Kau akan
mampus bersama seluruh penghuni bumi ini sebentar lagi!
Aku hanya ingin menyelamatkan Rayo Pasca, karena hanya
dialah yang pantas selamat dari kehancuran alam kehidupan
manusia!" "Jangan terlalu naif di depanku," balas Kumala dengan
kalem. Senyumnya membias dengan lebih cerah lagi. Senyum itu
terasa sebagai hinaan yang lebih membakar emosi bagi
Fagien, sehingga ia melakukan penyerangan kembali dengan
lebih ganas dibanding yang tadi.
Wuut, wuut, wusst... ! Plaak, blaaar, blaar jegaeaearr..!
Ledakan-besar terjadi secara beruntun. Kecepatan gerak
keduanya memang tak sempat tertangkap oleh gerak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandangan mata Rayo. Namun bagian akhir dari pertarungan
cepat itu berhasil tertangkap oleh penglihatan Rayo. Jelas-
jelas dilihatnya tubuh Dewi Ular yang melambung setinggi
kepala Fagien itu menghentakan kakinya tepat di kepala
perempuan nudis tersebut. Saat itulah dentuman terakhir
terdengar menggetarkan alam sekeliling mereka. Tubuh
Fagien -melesak ke bawah. Terbenam kuat ke dalam bumi.
Bruuussss...! Sluuup .... !
" Aaaaaaaahhk... !" jeritannya menggema ke mana-mana.
"Tunggu hari kehancuran kalian, Jahanaaam....!"
Suara gemuruh semakin keras, Gempa terjadi di tempat
mereka berpijak. Rumah itu akan runtuh. Guncangan makin
kuat. Dengan cepat Dewi U lar menyarribar kekasihnya.
'Wuuuet, blaass...! Melambung naik bagaikan roket.
Menembus atap rumah, namun tak terasa menyentuh apa-
apa. Tahu-tahu Rayo sadar dirinya sudah berdiri di atas
gugusan karang, di antara deru ombak samudera. Maka, ia
pun segera menyadari bahwa sebenarnya sejak tadi ia tidak
sedang berada di dalam kamar tidur sebuah rumah, melainkan
di antara permukaan air laut dan gugusan karang. Tempat
indah tadi hanya sebuah ilusi gaib yang mempengaruhi
seluruh inderanya.
Separoh cahaya rembulan masih tampak di permukaan
langit biru. Cahaya pucat rembulan membuatnya mampu
menatap wajah cantik sang kekasih. Lalu, ia memeluknya. Erat
sekali Dewi Ular membalas pelukan itu sebagai tanda hatinya
merasa lega dan gembira, karena berhasil menyelamatkan
Rayo sebelurn segalanya terlambat.
Weeees...! Pelukan erat itu membuat Rayo bagaikan
terpental. Tapi sebenarnya ia dibawa terbang cepat oleh
kekasihnya. Tahu-tahu ia sudah berada di pantai, Jauh dari
jangkauan lidah ombak.
"Kau datang tepat waktu, Lala."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku hampir putus asa, karena ia menutupi gelombang
energi kehidupanmu dengan kekuatan gaibnya. Tapi untung
aku dapat segera menyirnpulkan, bahwa di balik getaran
gelombang gaib yang cukup tinggi tadi, pasti terdapat tempat
untuk menyembunyikan dirimu. Dan, ternyata aku tidak salah
alamat, bukan?"
Senyum manis menawan hati mekar di bibir ranum Kumala


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dewi. "Tapi... dari mana kau tahu kalau aku dalam bahaya, Lala"'
"Suaramu dalam telepon meragukan. Maka, kucoba
mendeteksi energi kehidupanmu, dan ternyata kutemukan
kejanggalan yang semakin membuatku curiga Kau pasti dalam
bahaya. Setidaknya ada sesuatu yang tak beres dan kau tak
dapat keluar dari ketidak beresan itu. Maka, aku sendiri yang
segera pergi melacak keberadaanmu. Tapi... hmmm... tapi kau
tidak apa-apa, bukan?"
"Aku masih utuh," jawabnya dengan tersipu malu. "Cuma
bajuku yang tadi tidak ikut terbawa dari kamar iblis itu"
Kumala cekikikan geli. " Kamu memang pantas tanpa baju.
Mirip tarsan kota!"
"Ih, jahat kamu, La .... '" sambil tangannya ingin mencubit
pipi Kumala, tapi tangan itu dapat segera ditangkap dan
ditempeikan ke pipi dengan pelan-pelan. Rayo tak jadi
mencubit, melainkan mengusap dengan penuh kasih sayang.
"Kau... hmmm.."
"Apa.. ."!" potong. Kumala, mendesak sambil menggoda.
Rayo semakin kikuk menghadapinya.
"Hmm, anu... nggak apa-apa kok. Aku cuma mau tanya,
apakah kamu kenal dengan perempuan iblis itu?"
"O, itu pertanyaanmu?" Kumala segera melangkah,
menggandeng kekasihnya. Mendekati mobil Pajero merah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tadi terlupakan oleh pemiliknya, karena sibuk menyiasati
rayuan maut. Rayo sendiri tak menyangka kalau mobilnya
temyata ada di pantai, seperti sedang diparkirkan di depan
sebuah rumah. Rumah bayangan setan.
"Aku pemah berhadapan dengannya, karena itulah aku
mengetahui siapa cewekmu tadi."
"Dia bukan cewekku!" ralat Rayo. "Aku cuma ingin. tahu, siapa dia sebenarnya!"
"Apa dia tak sebutkan namanya?"
"Dia mengaku bernama Fagien. Tapi aku tak yakin bahwa
itu nama aslinya. Pasti dia punya identitas asli, dan mungkin
juga punya wajah asli yang kau ketahui "
"Memang. Dia adalah... Amapola. Ibunya Pandita Agung di
Puri Iblis yang menjadi selir ketujuhnya si Lokapura..."
"Oh, dia anaknya Dewa Kegelapan"!" Rayo tersentak kaget
dan wajahnya menjadi tegang. Ia batal melangkahkan kaki,
memasuki mobilnya. Sentakan kaget itu memancing rasa ingin
tahu Kumala. "Memangnya kenapa, Ray?"
"Hmm, eeh... lalu... lalu kalau dia menyebut kakak sulung,
siapa yang dimaksud kakak sulungnya itu, Lala?"
"Tentu saja anak dari selir pertamanya si Lokapura, yaitu...
Chongor ! Dialah yang dimaksud kakak sulungnya Amapola.
Ada apa?" "Dia... dia tadi sempat bicara tentang bocoran."
"Bocoran apa"!" Kumala makin penasaran
"Bencana besar bagi kehidupan kita ini, Lala]Hujan lahar"
"Hujan lahar... ?" Kumala Dewi sedikit berkerut dahi,
menanggapi kata-kata Rayo dengan sangat serius!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu di hati Rayo sendiri sempat tersirat
keraguan, benarkah hujan lahar akan terjadi" Benarkah
permukaan bumi akan dibanjiri oleh lahar panas yang
menghancurkan seluruh kehidupan ini"!
(Oo-dwkz-234-oO)
3 DAPAT dipastikan, Amapola mengincar Rayo ketika ia
datang ke bumi dengan misi balas dendam atas kekalahan
adiknya; Venoz. Kala itu iapun menyamar sebagai Kumala
Dewi. Namun misinya gagal, sehingga ia pulang dengan
membawa kekalahan, yang pada akhirnya membuat kakaknya
turun ke bumi untuk membalas kekalahan itu kepada Kumala,
(Baca serial Dewi Ular dalam episode: "MISTERI CUMBUAN
LIAR") "Nekat betul dia itu," kata Sandhi setelah mendengarkan
cerita dari Kumala dan Rayo "Sudah kalah babak belur begitu
masih berani datang lagi malah mau menculik buah hati
lawannya. Kalau bukan iblis nekat, nggak ada tuh yang berani
kayak gitu!"
"Iblis gila!" timpal Buron. Wajahnya masih bersungut-
sungut. Ikut berang mendengar pacar majikannya akan
dibawa kabur ke alam kegelapan sana.
"Menurutku,dia punya alasan sangat kuat, sehingga berani
nekat muncul kembali"
"Karena tergila-gila pada Rayo?" tanya Buron, memaksa
Kumala untuk menjawabnya. Acara makan pagi bersama
terhenti sesaat hanya untuk mendengarkan jawaban Kumala
Dewi. "Bukan itu alasan utamanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi...?" Sandhi berbisik.
"Apa yang dikatakannya pada Rayo semalam, benar-benar
akan menjadi kenyataan. Kalau hal itu bukan kenyataan, dia
nggak akan berani senekat itu datang kemari. Dia terkesan
buru-buru mengamankan Rayo sebelum bencana itu benar-
benar terjadi"
"Maksudmu," potong Rayo. "... dia mendengar rencana
abangnya, lalu nekat datang kemari, begitu?"
"Benar. Dia nggak ingin kamu ikut hancur dalam bencana
besar nanti. Tapi mungkin karena dia nggak mampu lagi
menahan dorongan hasrat birahinya, maka dia bermaksud
menikmatimu sesaat, setelah itu baru dibawa kabur ke
alamnya." "Bencana apa sih maksudnya?" tanya Sandhi. Buron tak
jadi bertanya. Keduanya sama-sama tertegun ragu setelah
mendengar jawabannya.
"Hujan lahar! Chongor akan menurunkan hujan lahar untuk
menghancurkan kehidupan manusia dan seluruh kehidupan
lainnya." "Gawat!" desis Sandhi. Cemas sekali. Kumala buru-buru
menetralkan suasana di pagi itu.
"Mudah-rnudahan keyakinanku
ini me leset. Mudah-
mudahan itu cuma siasatnya Amapola saja. Tapi... kita lihat
saja dalam beberapa hari nanti: Benarkah tanda-tanda hujan
lahar itu akan muncul " Kurasa sekarang belum waktunya bagi
kita untuk mencemaskan. Nikmati saja sarapan pagi ini seperti
biasa, Ron. Nggak usah tegang begitu dong."
"Bukan aku yang tegang, Sandhi tuh... " Buron menutupi
rasa malunya, karena hatinya memang sedang tegang. Upaya
menutupi rasa malu itu menimbulkan benih tawa sesaat, dan
suasana pun berangsur-angsur menjadi normal kembali. Ceria.
Entah untuk berapa lama, mereka bisa tetap ceria, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hati meraka masing-masing menyimpan rasa ingin
tahu; benarkah tanda-tanda hujan lahar itu akan datang "
Kapan saatnya terjadi"
Entah kapan. Yang jelas, siang ini Kumala Dewi sengaja
tidak pergi ke kantornya. Driver setianya mengemudikan BMW
hijau dengan tenang. Mereka berdua menuju ke arah 'kota
hujan', Bogor. Di sana Kumala Dewi menemui kakak
sepupunya, yang dulu adalah bidadari penghuni Kahyangan,
tapi sekarang sudah menjadi manusia seutuhnya. Separoh
lebih dari kesaktian sang dewi itu hilang, karena ia sudah
menikah dengan anak manusia yang cukup tampan yaitu
Kanda. Kakak sepupunya itu adalah Dewi Cantika Puri, yang
sekarang sudah tidak berhak menyandang gelar kedewaannya. (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"MISTERI BOCAH JELMAAN").
Cantika Puri masih tetap tampak cantik, meski Kumala Dewi
punya kecantikan dua tingkat lebih tinggi darinya. Tapi
perempuan itu masih mempunyai separoh kesaktian yang
membuatnya awet muda; awet cantik, dan awet sexy. Selama
ini ia jarang mau ikut campur urusan Kumala, karena merasa
minder atas statusnya yang sudah tidak berhak menyandang
gelar kedewaannya itu. Jika diminta atau sangat terpaksa,
barulah Cantika turun tangan membantu Kumala. Kini ia sudah
memiliki seorang anak, masih berusia 2 tahun kurang.
Dan, figur seorang ibu mulai tampak nyata pada dirinya.
"Bagaimana kabar di Kahyangaa Kumala " Apakah kau
mendapat informasi tentang suasana di sana?"
"Sudah lama aku nggak ke sana. Ayahandaku dan ibu juga
belum datang "menengok ke sini. Hanya sedikit kabar yang
kuterima dari Argon, bahwa Kahyangan tetap sama seperti
dulu. Belum ada supermarket atau plaza yang dibangun di
sana, Cantika."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keduanya tertawa cerah. Familiar sekali. Setelah itu
Kumala mulai masuk ke pembicaraan yang serius. Sandhi ikut
ada di antara mereka. Tapi Kanda tidak
ada di tempat. Kabarnya sudah dua hari Kanda berada di
luarkota untuk urusan bisnisnya.
"Sebenarnya aku..."
"Sorry kupotong, Kumala!" sergahnya. "Kalau nggak salah
kamu tadi menyebut nama Agron. Apakah yang kau maksud
adalah Argontara Bhisma, si Dewa Pengembara itu"!"
"Benar, Cantika. Kau pasti mengenalnya, bukan?"
"O, iya! Sangat kenal. Tapi bukankah dia dalam bentuk
hampa " Maksudku, dia terkena Pedang Hampanya si
Lokapura dan tidak bisa tampak di mata siapa saja, selain
hanya suaranya?"
"Memang. Tapi aku berhasil memulihkan wujudnya.
Cantika." "Luar biasa!" Cantika berdecak kagum. "Kau sangat
beruntung bisa bertemu dengan Bhisma. Dia tampan dan
sakti. Apalagi kalau kau kenal dia lebih dekat lagi, maksudku...
pacaran.. Hii ... hii ...."
"Ah, kau ini ada-ada saja!" Kumala tersipu-sipu. Sandhi ikut
nyengir menggoda.
"Benar kok, Mal! Jadi pacarnya dewa romantis itu enak lho.
Dia satu-satunya dewa yang mampu menembus benteng
pertahanan gaib di istana hitam sana, tempat bersemayamnya
si Lokapura. Yaah.... mungkin dewa senior kita juga mampu,
tapi baru Bhismalah yang kutahu berhasil menembus benteng
gaib di istana hitam sana. Setidaknya, itu merupakan jaminan
atas kemampuannya melindungi kekasih dari gangguan anak
cucunya si Lokapura. Kalau kau menjadi pacarnya, kau aman
dari usikan s i jahanam Lokapura, Kumala."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa benar begitu?"
"Nah, kau mulai tertarik kan?"
"Bukan soal tertarik menjadi pacarnya, tapi aku tertarik
dengan keteranganmu yang barusan tadi. Apa benar dia
mampu menembus gerbang gaib atau benteng gaibnya si
Lokapura?"
"Kurasa, memang dialah yang mampu menghadang segala
sepak terjang anak-cucunya Lokapura."
"Kalau begitu, apakah aku harus meminta bantuan dia lagi
... !" "Maksudmu... "
"Jelaskan saja semua masalah kita, Kumala " saran Sandhi
yang sudah seperti keluarga sendiri itu. Maka, Kumala pun
menjelaskan persoalan yang sebenarnya. Cantika sedikit
cemas ketika mendengar kabar baliwa Chongor akan
menurunkan hujan lahar. Menurutnya, Chongor memang
mempunyai kesaktian dan kemampuan seperti yang
digambarkan Amapola kepada Rayo tempo hari.
"Celaka! Ka lau benar s i Chongor melakukan kebiadaban itu,
habislah kita semua yang hidup di alam ini, Kumala, Aduuh...
mana anakku masih terlalu kecil lagi . Masa sih ia harus ikut
binasa oleh balas dendamnya si Chongor"!"
"Aku juga berharap hal itu tidak benar-benar terjadi"
"Kalau sarnpai itu terjadi, kau ikut menanggung kutukan,
Kumala , karena, dendam Chongor terbakar, oleh sebab
tindakanmu, Kumala. Bisa nggak bisa kamu harus mencegah
teejadinya hujan lahar, supaya roh setiap makhluk yang
dihanguskan Chongor dari muka bumi ini tidak mengutukmu
beramai-ramai! Kau harus berbuat sekarang juga, Kumala!
Lakukan sesuatu untuk mencegah tindakan Chongor!"
"Menurutmu apa yang harus kulakukan"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Temui dia dan meminta pengampunan darinya "
"Kau sarankan diriku untuk sehina itu, Cantika"!"
"Maksudku...," Cantika menjadi salah tingkah sendiri. Ia
bukan hanya cemas lagi sekarang, tapi sangat khawatir dan
bingung menyikapi kenyataan yang ada. Ia tak ingin anaknya
harus ikut hancur hanya gara-gara si anak iblis itu melakukan
balas dendam kepada Dewi Ular.
"Maksudku, ambil jalan damai saja, Kumala. Jangan sampai
persoalan pribadimu harus mengorbankan sekian juta makhluk
yang hidup di muka bumi ini! Itu lebih hina lagi, menurutku."
"Jalan damai bagaimana,"
tanya Kumala setelah mempertimbangkan saran tersebut beberapa saat.
"Entahlah. Aku nggak bisa kasih pandangan lagi. Tapi, coba
saja temui dewa-dewa senior kita. Mungkin mereka punya
saran lebih baik dari diriku. Yang penting, cepat lakukan
tindakan pencegahan, Kumala Jangan sampai awan di langit
menjadi merah warnanya!"
Kumala terbungkam mendengar ketegasan nada bicara
Cantika. Ia mulai merasa dipersalahkan. Beban tanggung
jawabnya mulai terasa berat setelah mendapat pandangan
dari kakak sepupunya itu. Meski bagaimana pun, Kumala tetap
akan bersikap tenang, dan tetap sabar menerima kecaman tak
langsung dari siapa pun nantinya. Kedatangannya ke rumah
Cantika bukan menghasilkan suatu solusi yang melegakan,
tapi justru menambah beban pikirannya. Hanya sedikit makna


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dapat dipetiknya dari pembicaraan itu, yaitu menemui
dewa senior untuk meminta saran dan pendapatnya.
Dewa senior yang mana yang harus ia temui "
Ayahandanya sendiri " Atau kakeknya yang tegas dan galak
itu; Dewa Murkajagat " Bukankah bisa-bisa Kumala akan kena
marah kakeknya karena membuat umat manusia di bumi
terancam bahaya maut"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan menemui ibuku, dan meminta saran dari beliau.
Adakah kau mengizinkannya, Kumala?" tanya Buron yang ikut
prihatin atas tuduhan tak langsung dari Cantika Puri itu.
Kumala masih menimbang-nimbang,apakah
persoalan pribadinya perlu meminta saran kepada bangsa jin, semacam
ibunya Buron, yaitu Jin Ganjarlangu"
Belum sempat diperoleh keputusan. Gemuruh angin malam
datang. Kecurigaan mereka timbul. Saling berpandangan
dalam bungkam. Menyimak suara gemuruh angin yang tak
sewajarnya. Seperti suara air bah datang dari arah selatan.
"Ada sesuatu yang datang," bisik Buron kepada mereka!
"Ya;" Kumala mengangguk. "Bersiap siagalah kau!"
"Tanda-tanda hujan laharkah itu?" tanya Sandhi kepada
Kumala. Tapi yang menjawab justru sang asisten gaibnya
Kumala; Buron. "Sepertinya bukan. Tapi perlu kuselidiki dulu. Aku pergi
menyongsong gemuruh itu, Kumala "
"Tak perlu!" cegah Kumala sambil buru-buru mencekal
tangan Buron. Ia berkata lagi, "Ada yang sengaja ingin datang
kemari, rupanya. Mari kita sambut di halaman belakang saja!"
Lalu mereka bertiga, pergi ke halaman belakang. Di sana
ada bangunan yang biasa digunakan untuk acara Htual.
Sebuah pendapa, berlantai panggung, tanpa dinding di
sekelilingnya, kecuali dinding pagar yang mengurung taman
belakang rumah sampai depan. Tinggi tembok pengurung
halaman itu sekitar 3 meter kurang.Pepohonan buah dan
bunga tumbuh subur dan terawat rapi di sana. Lampu taman
menerangi sekeliling tempat itu. Suasananya nyaman dan
indah. Gemericik suara air terjun buatan yang mengaliri kolam
hias tertutup oleh suara gemuruh angin semakin dekat.
Kumala Dewi berdiri di atas rerumputan hijau bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permadani. Tak jauh dari tangga menuju lantai pendapa.
Sementara itu, Buron sengaja berdiri di tempat yang lega.
Memandang ke arah langit. Begitu pula halnya dengan Sandhi.
Tapi posisi Sandhi berada tak jauh dan Kumala. la merasa
takut jika jauh dari majikan cantiknya itu.
"Langit masih terang. Belum berwarna merah, Kumala,"
bisik Sandhi. Ia tak peduli walau hanya mendapat jawaban
gumam pendek dari Kumala. Tapi hati kecilnya sedikit lega,
karena suara gemuruh itu bukan tanda-tanda datangnya
banjir lahar dari alam gaib.
Kini semua daun terguncang hebat. Hembusan angin
kencang terasa betul di tubuh mereka. Gulungan rambut
panjang Kumala Dewi sempat terlepas dan rambut indah bak
serat-serat sutera itu terurai, meriap-riap disapu angin. Sandhi
merapat di tepian tangga Pendapa. Buron masih berada di
tengah taman, tempat yang lega. Tangannya terulur ke atas
kedua-duanya. Lalu, mereka melihat udara kosong di atas sana
memancarkan sinar, seperti cermin pecah.
Claaap .... ! Tak lama kemudian sesuatu seperti jatuh dari tempat
pecahnya udara tersebut. Buuuk...! Dan, sesuatu yang jatuh
itu membuat Buron terlonjak mundur satu langkah. Tanah di
sekitar tempat itu terguncang, bergetar selama setengah
menit kurang. Sosok tinggi besar muncul di hadapan Buron.
"Paman Gantranoya..."!" sapa Buron agak kaget.
"Hmmmrrh ...... "
Geram suaranya membuat bangunan rumah Kumala
bergetar semua. Hampir saja tembok pagar mengalami retak-
retak atau mungkin bahkan dapat menjadi roboh jika Kumala
Dewi tidak segera melepaskan gelombang saktinya melalui-
hembusan napas dewani. Sementara itu, Sandhi bergerak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merapat ke sisi Kumala. la gemetar dan merasa ngeri melihat
sosok tinggi, besar, hitam, berwajah menyeramkan. Tinggi
makhluk itu sekitar 7 meter lebih. Kakinya amat besar dan
bersisik seperti duri dinosaurus. Ia sedikit lega setelah Buron
menyapa makhluk itu. karena dengan begitu ia tahu bahwa
mahkluk yang datang tak lain adalah Jin Gantranoya,
algojonya para jin, tapi juga termasuk pamannya Buron
sendiri. "Jangan tampilkan sosokmu seperti itu, Paman. Di sini
bukan alam kita. Sesuaikanlah agar Nyai Dewi Ular tidak
tersinggung atas kedatanganmu, Paman Gantranoya!"
"Maaf.." gema suara Jin Gantranoya meretakkan salah satu
dahan pohon terdekat dengannya. Tapi dalam waktu beberapa
kejap berikutnya tubuhnya yang tinggi besar itu mengalami
perubahan. Ia menjadi surut dan seukuran dengan tinggi
tubuhnya Kumala Dewi, sekitar 173 cm. Hanya saja rupa dan
perwujudannya masih tetap sama menyeramkan bagi manusia
biasa. "Nyai Dewi Ular, mohon maaf jika kedatanganku
mengganggumu, Nyai Dewi Ular" ujar Jin Gantranoya yang
segera berlutut di depan Kumala Dewi. Gadis itu menyambut
dengan keramahan yang familiar.
"Nggak apa-apa, Paman Gantranoya Bangunlah. Mari kita
duduk di pendapa saja."
"Terima kasih, Nyai Dewi." Suaranya masih besar, tapi tak
menggema dan tak menggetarkan apa-apa. Ketika mereka
duduk bersila di lantai pendapa, Buron sengaja mengambil
posisi antara Kumala dan pamannya. Sikapnya menunjukan
bahwa dirinya siap menjadi perantara antara pamannya dan
Kumala Dewi. Sementara itu, Sandhi sengaja duduk sedikit
lebih ke belakang dari tempatnya Kumala. Ia tetap tak berani
dekat-dekat Jin Gantranoya, sebab ia sudah pernah
mendengar cerita keganasan si algojo bangsa jin itu. (Baca
serial Dewi U lar dalam episode: "PEMBURU DUKUN SANTET").
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada keperluan apa Paman datang kemari" Apakah
membawa kabar penting atau hanya sekedar singgah semata,
Paman?" "Aku ada urusan penting dengan Nyai Dewi Ular, Layon !
Ini menyangkut tentang ibumu!"
"Ibu.."!" Buron tersentak kaget mulai tampak tegang.
Jin Gantranoya mengenakan cawat berselempang di
dadanya. Cawat itu terbuat dari kulit binatang yang sulit
diketahui jenis binatangnya. Tebal, kumal dan alot. Dari tali
cawatnya yang menyilang di dada itu ia mengeluarkan sesuatu
yang agaknya sejak tadi sudah disembunyikan di sana.
Sesuatu yang diambilnya itu segera diperlihatkan kepada
mereka. Ukurannya kecil, panjangnya sekitar 10 cm kurang,
Boneka kecil itu di letakkan di atas kedua telapak tangannya.
"Jenglot..."!" gumam Sandhi dengan nada rendah, tapi
tertangkap oleh pendengaran yang lainnya.
"Ini bukan jenglot!" kata Jin Gantranoya.
"Lalu, apa itu, Paman" Kok bentuknya boneka seperti..."
"Inilah ibumu, Layon!"
"Hahh...?" Buron terpekik.
"Ibumu telah berubah menjadi boneka sekecil ini. Tapi
sebenarnya ia bukan boneka, melainkan arang padat
berbentuk boneka. Aku... aku sangat.... " suaranya menjadi
lemah. "Sangat- sedih..."
"Ibuu... "!" Buron segera meraih boneka yang menyerupai
jenglot itu. T api oleh pamannya tak diizinkan.
"Jangan kau sentuh sembarangan, Layon!"
"Paman... apa yang terjadi pada ibu"! Kenapa, dengan
ibuku. Paman! Lekas katakan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Buron mulai beremosi. Ia menggeram antara marah dan
sedih. T api Kumala Dewi segera berhasil menenangkannya. Ia
kembali duduk di samping Kumala dengan napas terengah-
engah. Menahan luapan murkanya.
"Apa yang teijadi sebenarnya, Paman Gantranoya?" tanya
Kumala. "Tolong Jelaskan lebih lengkap lagi, apa yang
membuat Nini Ganjarlangu menjadi sekecil itu" Apakah beliau
masih hidup?"
"Masih, Nyai Dewi. Aku merasakan getaran kehidupannya.
Dia hanya mengalami perubahan dari segi sosok tubuhnya
saja. Dia belum sempat menjadi arang secara keseluruhannya.
Jiwanya masih ada di dalam s ini, karena aku sudah lebih dulu
menyelamatkannya dari maut yang mengejarnya itu, Nyai
Dewi." "Maut apa maksudnya, Paman"! Siapa yang mengejamya"!" desak Buron semakin tak sabarlagi.
"Di alam sana, jauh dari alam kita, Layon... telah terjadi
perubahan suasana. Hujan lahar mulai diturunkan. Sasarannya
adalah alam kehidupan manusia ini. Tapi perjalanan hujan
lahar matahari itu sempat tersendat-sendat oleh gelombang
gaibnya orang-orang suci, atau mahkluk yang tidak
menghendaki hujan lahar. Ibumu kebetulan ada tak jauh dari
sana. Ia dikejar oleh hujan lahar, dan uap hujan itu telah
menyusutkan raganya menjadi sekecil ini, Layon. Ketika
kulihat ia nyaris lenyap, aku menyambarnya dan membawanya
kemari untuk meminta pertolongan."
Bergidik bulu roma Sandhi membayangkan peristiwa itu.
Uap hujan lahar dapat membuat Jin Ganjarlangu menjadi
sekecil boneka jenglot. Apalagi jika terkena hujan laharnya
langsung, entah menjadi seperti apa. Padahal yang terkena
uap hujan lahar itu adalah jenis jin, yang mestinya memiliki
tingkat kesaktiandan energi gaib lebih tinggi dari manusia
biasa. Dapat dibayangkan seperti apa jadinya jika uap itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri mengenai manusia seperti halnya Sandhi, Mak Bariah
atau,yang lainnya. Sungguh mengerikan. Sadis!
"Keparat betul si Chongor!" geram Buron. "Aku mau bikin perhitungan dengannya!"
"Tahan emosimu," sambil Kumala menepuk pundak Buron.
Kata-katanya sangat kalem. Tapi tepukannya mengandung
kekuatan yang dapat meredakan gemuruh dendam di dalam
dada jelmaan jin Layon itu. Sedikit pun Buron tak mampu
ngotot kepada Kumala Dewi.
"Kumohon pulihkan kembali emakku ku, Kumala kau harus
mampu mengembalikan emakku, karena cuma kamulah yang
kuandalkan. Paman sendiri juga mengandalkan dirimu,
Kumala" "Tenanglah, Buron. Aku nggak mungkin diam saja dalam
hal ini." Kumala Dewi berpaling kepada Sandhi yang ada di
sampingkirinya.
"Tolong ambilkan handuk putihku yang tadi siang habis
disetrika oleh Mak Bariah itu, San."
"Baik," jawab Sandhi patuh, kemudian segera pergi.
"Paman Gantranoya, sekiranya nanti aku berhasil
mengembalikan keadaan Nini Ganjarlangu, apakah Paman
sanggup menjaga beliau agar tidak nekat menemui Chongor
untuk melakukan balas dendam?".
"Sanggup. Aku akan paksa saudaraku ini agar tidak
bertindak gegabah dan bodoh, Nyai Dewi."
"Terirna kasih sebelumnya. Dan, kau Buron.. . kau juga
nggak boleh nekat menyerang Chongor. Sebab, aku nggak
mau kau mengalami nasib yang lebih buruk dari ibumu ini.
Mengerti?"
"Ya, aku mengerti," jawab Buron patuh sekali. Wajahnya
masih tampak sedih memperhatikan-keadaan ibunya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat memprihatinkan itu. Tak lama kemudian Sandhi pun
datang membawa handuk yang dimaksud Kumala tadi. Kini
handuk itu dilipat menjadi empat bagian, lalu digunakan
sebagai alas meletakan Nini Ganjarlangu. Seperti boneka kecil
yang ditaruh dialas tumpukan serat sutera.
Dewi Uiar yang duduk bersimpuh dengan badan tegak itu
segera mengangkat kedua tangannya. Di depannya persis
sosok kecil mirip jenglot. itu berbaring tanpa daya apapun.
Beberapa saat kemudian dari setiap jari-jari Kumala
memancarkan cahaya hijau fosfor. Cahayanya itu memancar
makin terang, menyinari sosok kecil di depannya. Kedua
tangannya gemetar dan napasnya tertahan kuat-kuat.
Keringatpun mulai membasahi setiap tubuhnya Aroma
wanginya menyebar kemana- mana.
Pengerahan hawa sakti itu cuktup besar. Menimbulkan
gelombang hawa padat yang pada akhirnya menghentak ke
berbagai penjuru. Seperti kantong plastik yang terisi udara
penuh, melebihi kapasitasnya. Letupan yang terjadi pada saat
itu sangat tak disangka-sangka oleh mereka. Duuuubb.! Dan,
mereka pun terpental ke berbagai arah. Termasuk si gadis
cantik, Kumala Dewi, juga ikut terpental ke belakang. Keluar
dari pendapa. Sandhi terpental paling jauh dari mereka. Ia
sempat melayang lebih dulu hingga akhirnya membentur
pohon hias, lalu jatuh ke kolam ikan yang berjarak sekitar 20
meter dari pendapa. Byuuurrr . !
Kumala Dewi cepat-cepat bangkit. Menenangkan gelombang getaran yang membuat tiang-tiang pendapa
terguncang. Jika terlambat ditenangkan, atap pendapa dapat
roboh akibat getaran kuat tersebut. Sementara di lantai
pendapa, tempat boneka jenglot dibaringkan, cahaya hijau
masih memancar berpendar-pendar. Ada gerakan aneh yang
membuat guncangan hebat pada sosok kecilnya Nini
Ganjarlangu itu. Getaran yang mengguncang itu sulit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Dewi Ular 77 Bulan Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikendalikan oleh Kumala. Makin lama makin tampak besar.
Tapi akhirnya berhenti dengan sendirinya.
"Nyai Dewi... apakah aku perlu ..."
"Tenang, Paman!" potong Kumala Dewi kepada Jin
Gantranoya yang tampaknya ingin melakukan,tindakan
berbahaya, karena menyangka ada gangguan dari pihak lain.
Dengan suara tegas penuh wibawa, Kumala berhasil
menenangkan kepanikan mereka. Ketika cahaya hijau itu
padam, semua memandang ke arah pendapa, termasuk
Sandhi yang menggerutu akibat sekujur tubuhnya basah
kuyup itu. "Maaak... I" seru Buron dengan nada Jiang. "Mak, kau
selamat! Kau telah diselamatkan oleh Kumala, Mak...,!"
Buron menghanipiri Nini Ganjarlangu yang sudah berubah.
menjadi wujud sebenamya. Tetapi ukuran tingginya secara
otomatis menyesuaikan ukuran normal yang ada di sekitarnya,
Kumala sendiri yang tadi buru-buru menahan pemulihan sosok
raga Jin Ganjarlangu dengan kekuatannya dari jarak agak
jauh. Jika tidak dilakukan penahanan maka Nini Ganjarlangu
akan tumbuh besar, tinggi, seperti wujud yang sebenarnya.
Hal itu dapat merusakkan atap pendapa.
Nini Ganjarlangu segera dipeluk oleh anaknya Ia pun
tampak senang sekali menyadari dirinya dapat hidup kembali,
walau dalam sosok raga mensesuaikan sekelilingnya.
Sementara itu, Jin Gantranoya menggeram-geram
menyatakan rasa bersyukurnya melihat saudara tuanya telah
pulih kembali. Ia menghampiri Nini Ganjarlangu dan ketiga
bangsa jin itu berlutut menghanturkan rasa terima kasihnya
kepada gadis cantik jelita; Dewi U lar.
"Sungguh mulia hatimu, Nyai Dewi. Apakah budi yang
harus kulakukan sebagai imbalannya, Nyai Dewi "
"Tidak ada, Nini. Aku tidak membutuhkan imbalan apapun
darimu. Hanya satu harapanku, jangan coba-coba dekati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chongo rlagi. Dia sangat berbahaya bagi makhluk mana saja,
Nini." "Akan kupatuhi pesanmu, Nyai Dewi."
"Dan, untuk sementara ini aku butuh banyak keterangan
mengenai hujan lahar matahari yang sudah dilepaskan oleh
Chongor di alam seberang sana. Barangkali kau memiliki
banyak keterangan serta saran untukku mengenai hal itu,
Nini." "Mak, bantu Nyai Dewi Ular mengatasi bencana besar itu,
Mak!" desak Buron kepada ibunya. Sang ibu menggeram
karena merasa kurang suka digurui oleh anaknya. Sementara
itu; Sandhi berpikir sendiri, mungkinkah Nini Ganjarlangu bisa
membantu Kumala untuk mencegah terjadinya hujan lahar di
alam kehidupan manusia ini "
(Oo-dwkz-234-oO)
4 SUARA ayam berkokok memecah kesunyian. Terutama bagi
masyarakat yang hidup tak jauh dari perkampungan, atau
yang berada di pinggiran kota Jakarta, mereka akan bergegas
bangun dari tidur nyenyak begitu mendengar ayam berkokok.
Tanda-tanda alam itu sejak dulu sudah dikenali sebagai
munculnya sang pagi. Fajar telah menyingsing. Matahari mulai
bangkit dari peraduannya.
"Ah, kenapa masih pukul dua lewat" Apa jam itu yang
salah?" pikir mereka yang begitu bangun langsung melirik jam
dinding. "Ngaco! Masih belum pukul tiga sudah ada suara kokok
ayam!" gerutu yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayam-ayam sudah gila, barangkali. Jam segini kok sudah
berkokok. Tapi... tapi kenapa langit sudah tampak kemerah-
merahan" "
Di mana-mana, khususnya di wilayah waktu Indonesia
bagian barat jarum jam masih menunjukkan pukul 02.33 dini
hari. Tetapi ayam berkokok sudah saling bersahutan. Bahkan
suara burung berkicau mulai terdengar sesekali. Warna langit
mulai kemerah-merahan, selayaknya hari sudah menjelang
fejar. Tentu saja banyak orang dibuat bingung oleh suasana
yang ganjil itu .
"Apa benar sekarang matahari terbit sebelum pukul empat"
Apakah bumi berputar lebih cepat dari biasanya?"
Ada pula yang berkomentar penuh keheranan, "Nggak
salah tuh, matahari terbit jam segini"!"
Satu-persatu mereka mengawali aktiv itasnya. Terutama
para pembantu rumah tangga. Tapi mereka tetap dibayang-
bayangi rasa heran. semakin lebih heran lagi setelah mereka
menyadari kondisi alam yang semakin ganjil lagi. Ada yang
sempat terperangah sendirian di halaman rumahnya.
"Gila"! Matahari terbit dari arah tenggara"! Kok bukan dari
Naga Dari Selatan 7 Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo Pendekar Seribu Diri 10
^