Pencarian

Sumpah Palapa 6

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 6


titah gurunya, resi Niskala, supaya dia terjun dalam kancah
suasana kerajaan yang sedang bergolak dengan kenyataan yang
diderita mendiang ramanya.
" Berikan tusuk sanggul ini kepada pemiliknya, puteri demang
yang kuhancurkan kebahagiaannya itu" terngiang pesan gurunya.
Tetapi kemanakah ia harus mencari wanita itu" Ia bingung dan
gelisah. Bingung karena tak tahu arah yang harus ditempuhnya.
Gelisah karena ia sudah terlanjur mengucapkan janji
kesediaannya di depan jenasah gurunya.
Pada suatu hari, setelah lebih kurang setengah bulan di
rumah, ia menghadap ibunya dan menyatakan hendak melihat-
lihat ke pura Majapahit "Apakah engkau hendak masuk menjadi
prajurit Majapahit, angger" ibunya agak cemas.
"Tidak ibu" sahutnya "hamba hanya ingin melihat-lihat
keadaan pura kerajaan yang menurut kata orang saat ini sedang
dalam suasana perihatin dengan pengangkatan raja baru"
Demikian ia segera menuju ke pura Majapahit. Setelah itu dia
terus hendak ke Kahuripan. Terkenang juga hatinya akan sang
Rani Kahuripan. Dimulai waktu ia berkelana dahulu, ia pernah
ditawan oleh rombongan prajurit Kahuripan yang mengiring Rani
Kahuripan bercengkerama di pegunungan. Kemudian ia dapat
mengalahkan penyamun yang hendak mengganggu sang Rani.
Sejak itu hubungannya dengan sang Rani makin baik. Tetapi
tiba2 turunlah titah baginda Jayanagara, yang melarang para
muda datang ke Kahuripan. Sejak itu Kertawardhanapun tak
berani mengunjungi Kahuripan lagi dan berguru pada resi Niskala
di pertapaaan Kawi. Tentang kisah hubungan antara
Kertawardhana dengan Rani Kahuripan, silakan baca cerita
GAJAH KENCANA. Kertawardhana memang gemar lelana. Alam pemandangan di
pegunungan, hutan belantara, padang rumput, sawah ladang dan
lembah, menimbulkan perasaan sejuk dan kedamaian. Dan dalam
pencerapan batinnya yang kini sudah jauh lebih matang,
315 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkesanlah dua perasaan. Kebesaran, keagungan serta
kemurahan Hyang Batara Agung pencipta seluruh alam semesta,
meresap dalam penghayatan yang dalam sekali. Kemudian timbul
pula rasa puji syukur atas kemurahan Hyang Batara Agung yang
telah melimpahkan bumi yang subur dan luas. Dan getar2 rasa
itu segera memercikkan rasa tanggung jawab yang luhur. Untuk
meluhurkan anugerah besar dari Hyang Widdhi itu, tak lain harus
merawat, mengolah dan melindungi bumi luas yang kini menjadi
kerajaan Majapahit. "Untuk melaksanakan rasa tanggung jawab itu secara
langsung, tak lain harus mengabdi kepada kera-irajaan" pikirnya.
"Ah, untuk mengabdi kepada negara, banyak sekali cara dan
jalannya. Tak selalu harus menjadi prajurit ataupun narapraja,
seseorang pun dapat membaktikan pengabdiannya kepada
negara dalam bidang dan kemampuan masing-masing" sesaat ia
membantah. "Heh ..." Kertawardhana terkejut. Dia tak merasa mendesuh tetapi
mengapa telinganya mendengar suara orang mendesuh" Ia
tertegun. Dicobanya untuk mengingat-ingat "Tidak, aku tak
mendesuh" akhirnya ia yakin akan hal itu. Pelahan-lahan ia
kerlingkan mata ke sekeliling tempat itu. Memang saat itu dia
tengah berada di sebuah hutan yang sunyi. Dan memang tak
sia2 usahanya itu. Pandang matanya segera tertumbuk akan
sebuah benda yang mengejutkan. Lebih kurang tiga tombak
jaraknya, di tepi jalan, tampak sesosok tubuh terkapar di tanah.
Rambutnya kusut masai menutup muka sehingga tak terlihat
bagaimana raut wajahnya. Dadanya berkembang kempis,
mulutnya merintih-rintih pe-lahan "Heh . . . heh .."
Kertawardhana cepat menghampiri. Dilihatnya orang itu
meregang-regang seperti menghadapi sekarat maut. Kertawardhanapun segera berjongkok, mengulurkan tangan
hendak menjamah dada orang itu. Tepat pada saat tangannya
316 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentuh dada, sekonyong-konyong orang itu mencengkeram
lengan Kertawardhana dan secepat kilat tangan kanannya
menghantam dada Kertawardhana.
Adalah karena terdorong oleh rasa kasihan maka tanpa
prasangka apa2 Kertawardhana menghampiri dengan maksud
hendak menolong orang itu. Jarak yang sedemikian dekat dan
serangan yang sama sekali tak terduga-duga, membuat
Kertawardhana tak dapat berbuat apa2. Ia rasakan dadanya
sesak, napas serasa berhenti. Sesaat ia pejamkan mata menahan
kesakitan, tiba2 lehernya dihantam pula sekuat-kuatnya "Auh . .
.." Kertawardhana menggelepar rubuh terjerembab ke belakang.
"Ha, ha" orang itupun serentak melonjak bangun. Dia ternyata
memakai topeng seperti yang dipakai orang2 Topeng Kalapa "aku
harus segera membawa ke tempat bapa resi" katanya.
Dia bekerja cepat. Tangan dan kaki Kertawardhana diikat
dengan tali, kemudian mulutnyapun disumbat dengan kain.
Setelah itu baru dia memanggulnya, tinggalkan tempat itu.
Walaupun memanggul tubuh orang, tetapi gerak langkah
orang bertopeng itu tetap lincah dan tangkas. Rupanya ia
bergegas hendak menuju ke suatu tempat "Jika berjalan di jalan,
apabila berjumpa orang tentu menimbulkan kecurigaan dan
persoalan" pikirnya. Ia memutuskan lebih baik mengambil jalan
melintas tengah hutan. Setelah menentukan arah yang menuju
ke gunung Penanggungan, ia segera menerjang hutan, melintas
lembah. Tak berapa lama, tiba2 ia mendengar gemercik air
menumpah. Dan setelah melintas gerumbul pohon ia melihat
jalur air terjun dari gunduk karang tinggi, menumpah kebawah,
tertampung di sebuah kubangan kolam dan mengalir kesebuah
parit. Tiba2 pula matanya nyalang melihat sesosok tubuh wanita
duduk diatas segunduk batu, ditengah kolam air itu. Wanita itu
tengah mandi dan rupanya sedang menggosok betisnya.
Rambutnya yang ikal mayang terurai lepas menutup mukanya
317 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tengah menunduk. Tubuhnya yang tertutup kain sampai
kedada memancarkan warna kuning bercahaya kesegaran.
Tiba2 pula wanita itu menegakkan tubuh, menyiak rambut
sehingga wajahnya tampak nyata. Seketika lelaki bertopeng
tersirap darahnya dan diluar kesadaran, serentak ia hentikan
langkah. "Bidadarikah dia ..." mulut bergumam, mata terlongong dalam
buai pesona, menikmati keindahan tubuh, kepadatan dada dan
kecantikan yang berseri dari wanita yang tengah mandi itu.
Ternyata dia seorang dara yang teramat jelita.
Sesaat dara itu menyingkap kain sehingga betisnya yang
membunting padi tampak memancar, merahlah mata dan muka
lelaki bertopeng itu dirangsang darah kepriaan yang berkobar-
kobar. Dia gemetar. (Oo-dwkz-Ismo-oO) 318 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 5 319 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 320 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Nafsu merupakan musuh yang paling besar dari manusia.
Telah ditandaskan dalam wejangan, telah ditanamkan dalam
ajaran dan telah pula dihayatkan dalam setiap tugas yang
diberikan sang guru, bahwa didalam melakukan tugas,
hendaknya jangan pikiran kita tergoda oleh penglihatan mata,
pendengaran telinga, tutur kata mulut dan lain2 daya-gerak
indriya2 kita. Karena daya gerak setiap indriya itu dapat
menimbulkan gambaran atau ujud, perasaan, pencerapan,
pikiran dan kesadaran. Orang bertopeng yang tak lain adalah Toh Braja, pemimpin
pertama dari himpunan Topeng Kalapa, sudah kerap kali
menerima ajaran dan wejangan tentang hal itu dari bapa
gurunya, resi Cakramurti. Bahkan dalam tugas yang dilagukan
kali ini, diapun mendapat pesan khusus untuk menjauhi hal2
yang mungkin dapat mengganggu penyelesaian tugasnya.
Dengan tandas pula sang resi mengingatkan bahwa godaan dari
ksatrya muda yang paling sering dialam i dan paling berbahaya
adalah wanita cantik. Toh Braja tahu hal itu dan di hadapan sang guru, ia memberi
pernyataan pasti akan mentaati pesan gurunya. Namun akhirnya
ia lancung dalam ujian. Setelah beberapa waktu Toh Brawu membawa rombongan
warga Topeng Kalapa menuju ke Kahuripan, maka timbullah
suatu angan2 dalam benak Toh Braja
"Toh Brawu memang benar" ia menimang-nimang "apakah
kita harus berpeluk tangan menunggu sampai bintang kejayaan
Majapahit sudah pudar baru bertindak" Tidak! Merelakan hal itu
sama dengan hidup kita ini hanya menunggu kematian. Betapa
tidak" Entah berapa puluh atau ratus tahun lagikah kejayaan
321 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Majapahit itu akan suram" Pada waktu itu, bukankah kita seluruh
warga T openg Kalapa sudah mati berkalang tanah?"
"Hm" desuh Toh Braja pula "perjuangan adalah cita-cita.
Perjuangan tak boleh berhenti, cita2 pantang padam. Gelorakan
gairah, nyalakan semangat dan kobarkan terus cita2 itu. Agar
tercipta suatu kesinambungan dari jeman ke jeman, masa ke
masa. Wukir Polaman ambruk, Topeng Kalapa bangkit. Topeng
Kalapa tenggelam harus ada himpunan pejuang lagi yang
melanjutkan perjuangan kita. Api harus tetap dinyalakan.
Berdosalah kita, para putera2 Daha yang mengemban tugas
masakala, harus menghentikan perjuangan hanya karena tahu
bahwa bintang kejayaan Majapahit masih bersinar terang"
Demikian renungan Toh Braja. Kemudian dia teringat akan
ucapan resi Cakramurti kepada Toh Brawu.
"Jika engkau ingat akan tugasmu, engkau tak boleh ragu2
dalam menjalankan dharma itu. Karena untuk ksatrya itu, tak ada
kemuliaan yang lebih agung daripada menjalankan kewajibannya
dalam medan juang...." demikian serasa terngiang pula wejangan
sang guru sesaat Toh Brawu hendak berangkat ke Kahuripan.
Kemudian diapun teringat akan kesanggupan resi Cakramurti
untuk membayangi perlindungan kepada Toh Brawu dan
rombongannya. Oleh karena sudah beberapa hari, tak menerima
berita dari Toh Brawu, maka Toh Brajapun menghadap resi
Cakramurti "Bapa yang mulia, sudah hampir dua pasara dari
Keberangkatan adi Brawu, sampai sekarang belum juga hamba
menerima berita suatu apa"
"O, lalu bagaimana kehendakmu ?"
"Hamba mohon petunjuk bapa guru, bagaimanakah langkah
yang harus hamba tempuh" kata Toh Braja.
Resi Cakramurti pejamkan mata beberapa saat lalu
mengangguk-angguk "Ya, memang sudah tiba waktunya kita
akan menyusul mereka"
322 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan kepalang sukacita T oh Braja mendengar pernyataan itu.
Dengan menyebut 'kita', berarti gurunya tentu akan ikut juga.
"Benar, angger" kata resi Cakramurti pula "memang aku akan
serta dalam perjalananmu ini"
Makin terkejut Toh Braja mendengar ucapan itu. Jelas gurunya
itu seorang resi yang sidik dan permana, tahu apa yang
dikandung dalam hati orang.
"Tetapi angger" kata resi Cakramurti "kurasa kepergian kita
ini, bukan untuk menyusul rombongan Brawu, melainkan
mempunyai tujuan sendiri"
"O" Toh Braja terkejut "bapa guru maksudkan kita akan
melakukan sesuatu yang lain dari apa yang sedang dilakukan adi


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Brawu?" Resi Cakramurti mengangguk "Ya. Dan hal itu tak lebih kecil
artinya daripada yang dilakukan Brawu"
"O" desuh Toh Braja makin terangsang "lalu kemanakah kita
akan menuju, bapa guru?"
"Semalam aku telah meninjau tata-lingkaran-bintang tetap
masih berkilau di timur. Kedudukan bulan: Rohini, dibawah
lindungan dewata Prajapati dan masuk mandala langit Maha-
indera. Hal itu menanda.."
"Menandakan bagaimana, bapa guru?" tanya Toh Braja
setelah beberapa saat resi Cakramurti belum juga melanjutkan
kata-katanya. "Bahwa di sebelah timur terdapat seorang manusia besar yang
kelak akan menyinari bumi kerajaan Majapahit"
"Apakah bapa guru maksudkan itu patih Dipa?" Resi
Cakramurti termenung sejenak "Bukan" sahutnya kemudian
"kurasa bukan. Karena kuingat bintang yang pernah kulihat pada
323 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemunculan patih itu, tidaklah sama sinarnya dengan bintang
yang ini" "Lalu bagaimana maksud bapa resi?"
"Mari kita ke timur untuk mencari orang itu"
"O, ke Singasari atau ke Tumapel maksud bapa resi?"
"Arahnya disekitar daerah itu. Untuk lebih jelas, aku akan ke
gunung Penanggungan untuk mencari pembuktian yang lebih
mantap" "Tetapi bagaimana dengan adi Brawu, bapa resi?"
"Brawu melakukan tugas lain dari apa yang hendak kita
laksanakan ini. Tetapi kedua tugas itu mempunyai kaitan yang
erat" Toh Brajapun menerima keterangan gurunya. Mereka lalu
berangkat ke gunung Penanggungan. Dalam perjalanan sempat
pula Toh Braja meminta keterangan, apa sebab gurunya
menghendaki gunung Penanggungan sebagai tempat untuk
mencari penemuan2 dalam alam gaib.
"Gunung Penanggungan menjadi pusat pemakaman dari
beberapa raja yang termasyhur, antara lain sang prabu
Airlangga, dewi Kilisuci dan lain2. Demikian terdapat beberapa
pertapaan dan candi. Dan yang penting pula, dari puncak gunung
itu lebih dapat meneropong pengamatan bintang2 pada malam
hari" kata resi Cakramurti.
Demikian kedua guru dan murid itupun tiba di gunung
Penanggungan dan sebagai hasil dari renungan semedhi serta
penerawangan di puncak gunung itu, resi Cakramurti memberi
petintah kepada Toh Braja agar menuju ke Tumapel "Cobalah
engkau selidiki siapa akuwu, mentri dan priagung di Tumapel
yang mempunyai putera dewasa. Selidiki pula tentang perjalanan
hidupnya selama ini. Jika engkau menemukan seseorang diantara
mereka yang mempunyai riwayat hidup yang menurut
324 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesimpulan akan mempunyai rangkaian kaitan dengan kerajaan
Majapahit, itulah dia"
Toh Braja mengerut dahi. Rupanya ada sesuatu yang masih
mengawan dalam pikirannya.
"Toh Braja" kata resi Cakramurti pula "untuk menghindari
kesalahan, bawalah pemuda itu kemari agar aku dapat
menelitinya" "Tetapi kalau dia melawan?"
"Engkau boleh menghantamnya pingsan tetapi jangan engkau
bunuh dulu" Toh Braja mengiakan "Baik, bapa resi. Berkenan-kah bapa resi
menerima pertanyaan hamba?"
"Apa yang hendak engkau tanyakan, Braja?"
"Adakah ksatrya itu kelak akan mempunyai peranan penting
dalam kerajaan Majapahit"
"Benar, Braja. Kelak dia akan merupakan tokoh penting dalam
rangka kesinambungan kerajaan Majapahit. Bagaimana peran
yang akan direstukan dewata kepadanya, aku belum jelas. Tetapi
menurut wangsit dan pengamatan bintang, memang akan
muncul seorang besar yang akan mengangkat kewibawaan
Majapahit dalam puncak kemegahan yang jaya"
Setelah mendapat keterangan dan pesan seperlunya dari resi
Cakramurti maka berangkatlah Toh Braja ke Tumapel. Berhari-
hari ia menyelidiki beberapa narapraja dan para priagung yang
menetap di daerah itu. Baik yang masih menjabat kedudukan
dalam kalangan praja maupun yang sudah mengundurkan diri.
Sebagai hasil penyelidikan, ia cenderung untuk mengambil
kesimpulan bahwa ksatrya muda itu tak lain adalah
Kertawardhana. 325 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kesimpulan itu berlandaskan pada kesan bahwa Kertawardhana itu putera dari Cakradara, bekas akuwu Tumapel
dulu. Kedua, Kertawardhana gemar bertapa-brata berkelana. Dan
yang paling mengesankan adalah bahwasanya Kertawardhana itu
pernah berkelana ke Kahuripan dan sering berkunjung ke daerah
itu. Bahkan menurut keterangan salah seorang bujang dari
keluarga Cakradara, Kertawardhana mempunyai hubungan baik
dengan Rani Kahuripan. Penemuan itu benar2 mengejutkan hati
Toh Braja. "Jika dia" ia merenung "ya, jika dia benar2 diterima menjadi
suami Rani Kahuripan, hai . . . l" Serasa terpagut ular kejut Toh
Braja kala bersua pada rangkaian dugaan dan kesimpulan, bahwa
setelah prabu Jayanagara wafat maka kemungkinan besar Rani
Kahuripanlah yang akan menggantikan tahta kerajaan Majapahit.
"Tepat sekali dengan titah bapa guru" kata Toh Braja pula
"jelas dia akan merupakan mata rantai kesinambungan dari,
kerajaan Majapahit" Setelah menemukan kesimpulan maka Toh Braja-pun segera
mengatur langkah. Dengan berbagai macam a-kalmuslihat dan
menyaru sebagai seorang tukang rumput, Toh Braja dapat
mencari keterangan pada seorang bujang keluarga Kertawardhana yang mengabarkan bahwa Kertawardhana akan
berangkat ke Singasari. Toh Braja cepat mengatur siasat. Ia pura2 terbaring di tengah
jalan dan merintih-rintih kesakitan. Dengan siasat itu dapatlah ia
memancing perhatian Kertawardhana dan menghantamnya
pingsan. Dan bergegaslah ia membawa pem'uda itu ke gunung
Penanggungan. Tetapi ketika melintas sebuah hutan di
pegunungan, ia melihat seorang perawan ayu tengah mandi di
bawah telaga air-terjun. Seketika tergodalah hatinya menyaksikan kecantikan tubuh dara itu. Ia hampir tak percaya
bahwa di tengah2 hutan pegunungan yang sedemikian terasing
326 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari masyarakat, tumbuh sekuntum bunga mawar yang
sedemikian mempesonakan. Ia tak dapat menguasai diri lagi sesaat melihat dai ra ayu itu
menggeliatkan tubuhnya. Ia segera menghampiri ke telaga.
Dara itupun menyanggul rambut lalu berlompatan diatas
batu2 yang berserakan di telaga itu. Terakhir ia loncat ke tepi
dan menghampiri ke sebuah pohon cemara. Rupanya dia sudah
selesai mandi dan hendak mengambil pakaian. Tetapi alangkah
kejut dara itu ketika mendapatkan bahwa pakaiannya tak berada
di bawah pohon cemara itu lagi "Pakaianku. ..!" ia menjerit dan
mencari ke balik pohon, menyiak semak gerumbul yang didekat
tempat itu. Mungkin karena tertiup angin, pakaian itu kabur ke
lain tempat. Tetapi ia tak menemukannya.
"Kemanakah pakaianku?" serunya seorang diri seraya
mengeliarkan pandang, menyusur setiap jengkal tanah yang
meluangkan kemungkinan menampung pakaiannya. Iapun
meneguhkan keyakinan bahwa sebelum turun mandi ke telaga
tadi, ia menanggalkan pakaiannya dan meletakkan dibawah
pohon cemara tua. Suatu adat kebiasaan yang dilakukannya
setiap dinihari apabila dia mandi dan mengambil air. Dan setiap
sore, seperti saat2 sekarang.
"Aih ...." tiba2 ia menjerit manakala pandang matanya
tertumbuk pada sepasang mata berkilat-kilat tajam dari balik
gerumbul semak. Dan sebelum ia sempat mengucap apa2,
tersembullah sesosok tubuh lelaki muda, tertawa gembira penuh
hamburan naftu. "Nini, engkau hendak mencari pakaianmu, bukan" seru lelaki
itu yang tak lain adalah Toh Braja.
Kehadiran seorang lelaki muda yang memandangnya dengan
mata berapi-api, menebarkan rasa kejut dan tegang dalam hati
dara itu sehingga dia gemetar. Di-daerah pegunungan yang sepi
itu, hampir ia tak pernah bertemu dengan manusia, kecuali
327 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita tua renta yang menjadi neneknya. Dan sampai
menjenjang alam kedewasaan sebagai seorang dara remaja, tak
pernah ia bertegur sapa dengan lelaki.
"Eng .... kau .... engkau siapa....." seru dara itu seraya
melangkah mundur ketika Toh Braja menghampiri.
"Aku seorang manusia seperti engkau. Hanya a-ku seorang
pria muda dan engkau seorang dara" sahut T oh Braja "bukankah
engkau hendak mencari pakaianmu ?"
Dara itu mengangguk pelahan dan tertahan.
"Pakaianmu kuletakkan dibalik semak itu, nini. Mari kita ambil"
Toh Braja terus melangkah kembali ke semak gerumbul.
Dara itu terkesiap. Ia tak mau lekas2 mengikuti langkah Toh
Braja, melainkan tegak meragu.
"Nini, inilah pakaianmu" seru Toh Braja pula,
"Mengapa .... kakang mengambil"
Toh Braja tertawa "Bukan mengambil nini, melainkan
menyimpannya. Karena tadi kulihat kain dan bajumu
berhamburan di tanah. Ambillah ...."
Melihat nada lelaki itu amat ramah, mulai hilanglah rasa takut
dara itu. Iapun melangkah pelahan-lahan. Dilihatnya Toh Braja
membungkuk kedalam semak dan mengambil setumpuk pakaian.
Makin gembiralah hati dara itu. Dan pada saat sepenjangkau
tangan dari tempat Toh Braja ia berhenti. Toh Brajapun
mengangsurkan pakaian itu.
"Aih ...." tiba2 dara itu menjerit kejut ketika mengasurkan
tangan hendak menerima pakaian itu, sekonyong-konyong Toh
Braja menyambar tangannya, ditarik dan terus dipeluknya
"tolongngng ...."
Ia meronta-ronta tetapi Toh Braja sudah menyerahkan .diri
dalam cengketaman nafsu setan. Ia memeluk tubuh dara itu
328 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
makin kencang dan dengan sebuah gerak yang cepat, ia
menyambar kaki dara itu lalu dipondongnya "hm, cah ayu, sia-sia
engkau akan berteriak. Layanilah aku cah ayu, nanti kuberimu
hadiah ...." Dara itu menjerit-jerit dan meronta-ronta sekuat-kuatnya.
Tetapi apa daya. Toh Braja jauh lebih kuat, apalagi dia sedang
diamuk oleh nafsu yang menyala-nyala. Dara itu dipondongnya
ke balik semak. Disitulah ia sudah merencanakan suatu tempat
untuk melampiaskan nafsunya.
Dara ayu itu pantang menyerah. Walaupun ia belum pernah,
bertemu, bertegur sapa dengan seorang lelaki namun naluri
alamiah kedewasaan, menggetar kesadaran, bahwa lelaki itu
akan melakukan sesuatu yang kurang senonoh kepada dirinya.
Tindakannya yang kasar, ucapannya yang dusta hendak
mengembalikan pakaian yang diambilnya itu dan terutama
wajahnya yang merah dan sinar matanya yang berapi-api, makin
menunjukkan maksud jahat yang terpendam dalam hati lelaki itu.
Iapun teringat akan pesan neneknya "Astri, kini engkau sudah
menginjak alam kedewasaan. Engkau bukan seorang anak lagi
tetapi seorang perawan. Engkau harus mulai menuntut adat
kehidupan sebagai seorang perawan remaja. Ingat, Astri, jangan
engkau mudah terpikat lelaki. Jauhi orang lelaki. Orang lelaki itu
jahat semua" "Bagaimanakah orang lelaki itu, mbah?" Wanita tua berambut
putih itu terkesiap mendengar pertanyaan cucunya. Ia baru
teringat bahwa selama ini, ia telah membawa cucunya itu tinggal
di sebuah lembah belantara yeng jarang dijelajah orang. Iapun
ingat bahwa sejak kecil sehingga menjadi gadis remaja, belumlah
Astri itu pernah berjumpa dengan kaum lelaki.
"Ah" ia mengeluh dalam hati atas kelupaannya. Aku benar2
sudah pikun, pikirnya. Namun ia harus memberi jawaban juga
"Astri, lelaki itu lawan jenis dari .perempuan. Tubuhnya lebih
kuat, memakai celana bukan kain seperti kita ini. Dan disini "ia
329 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunjukkan bibir dibawih hidung seraya merentang kedua
tangannya "tumbuh rambut kumis dan juga janggutnya" ia
merabah dagunya "tumbuh rambut yang disebut jenggot"
"Ih, aneh" Astri menyeringai "mengapa banyak sekali
rambutnya " Dan mengapa aku tidak berkumis dan berjenggot,
mbah?" "Hi-hi, hi" mau tak mau nenek berambut putih itu tertawa geli
atas keluguan cucunya yang masih bodoh "itulah bedanya antara
perempuan dan lelaki, Astri. Engkau harus ingat baik2."
"Baik, mbah" sahut perawan itu "tetapi apakah semua lelaki


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu jahat?" "Ya" "Bagaimanah jahatnya, mbah?"
"Hm" dengus nenek tua itu dalam hati "Anak ini memang
bodoh, benar2. Harus kuberi keterangan yang mengerikan
hatinya" "Apakah lelaki itu buas?" menyusuli pula Astri dengan
pertanyaan. "Ya" "Tetapi lelaki itu tergolong mahluk manusia atau khewan,
mbah?" Astri makjn heran.
"Manusia seperti kita"
"Kalau manusia, mengapa jahat dan bengis" Apakah mereka
suka makan orang?" "Ya" "Lebih buas dan jahat manakah lelaki dengan macan itu,
mbah?" "Lelaki" 330 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ih" Astri ngeri "beritahukanlali mbah, betapa kejahatan dan
kebuasan lelaki itu, agar aku dapat menjaga diri"
"Begini, Astri" kata nenek tua itu "jika berhadapan dengan
manusia, harimau itu terus menerkam dan memakannya. Tetapi
lelaki tidak begitu. Ada kalanya diapun menerkam, tetapi ada
kalanya dia menggunakan kata2 manis untuk membujuk wanita
supaya mau menyerahkan dirinya"
"Untuk dimakan, mbah"
"Dia tak mau terus memakan tetapi lebih dulu dipermainkan
sepuas-puasnya, setelah itu baru dibunuh"
"Diperma inkan" Bagaimana cara lelaki mempermainkan wanita
itu, mbah" " "Duh bilah setan anak ini" gumam nenek itu dalam hati. Ia
bingung untuk menerangkan pertanyaan itu. Walaupun ia sudah
tua namun malu juga ia untuk menjelaskan hal itu kepada
cucunya. "Mbah, mengapa engkau diam saja?"
"Ya, ya, akan kuterangkan" terpaksa juga nenek itu memenuhi
keinginan cucunya "cara lelaki mempermainkan wanita itu yalah
menguasai wanita dengan semena-mena. Menjadikan wanita itu
seorang budak yang harus memenuhi segala perintah dan
keinginannya. Setelah jemu, barulah dibunuh dan dibuang"
"Tidak dimakan, mbah ?".
"Ti.. Ti . . . . dak, eh, ada juga yang dimakan" nenek itu
hampir lupa bahwa tadi dia mengatakan kalau lelaki itu suka
makan wanita "tetapi kebanyakan dibuang"
"Mengapa dibuang, mbah?"
"Karena lelaki itu hendak cari korban yang baru, wanita2 yang
muda dan cantik ...."
331 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, jadi lelaki itu gemar mencari mangsa wanita muda dan
cantik ?" "Ya" "Mengapa?" Terkesiap lagi nenek itu menerima lontaran pertanyaan
semacam itu. Beruntung dia cepat dapat memberi keterangan
"Karena yang muda itu masih segar dan dapat diperbudak
sampai waktu yang lama"
"Dan harus cantik pula?"
"Eh, Astri, engkau sudah perawan mengapa masih seperti
anak kecil saja" tegur nenek tua itu "kutanya kepadamu,
mengapa kalau engkau memetik sajur-sayufan di kebun, engkau
tentu memilih yang muda dan yang segar serta yang sedap
dipandang. Lebih jelas lagi, mengapa engkau suka memetik
bunga mawar daripada bunga gundul dan lain-lain bunga yang
tak bagus" Demikianlah lelaki itu, Astri"
"O" desis, Astri.
"Astri, engkau seorang perawan yang masih muda belia dan
cantik jelita ...." "Ah, nenek ketularan jahat". tukas Astri.
"Mengapa" Apa maksudmu, Astri?"
"Bukankah nenek pernah mengajarkan kepadaku bahwa aku
harus hati2 apabila berhadapan dengan o-rang yang memuji aku
cantik, aku ayu. Terutama apabila orang itu seorang lelaki. Orang
yang memuji-muji itu, kata nenek, tentu orang jahat"
"Uh" nenek tua Jtu tergagu. Senjata makan tuan,
pikirnya"maksudku begini, Astri. Aku mengatakan hal yang
sebenarnya terdapat pada dirimu. Dan nenek inipun juga seorang
wanita seperti dirimu. Dan aku ini nenekmu, Astri, masakan aku
332 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai pamrih jahat kepadamu. Engkau harus dapat
membedakan hal itu" "O, maaf. mbah" ucap perawan itu lalu meminta nenek tua itu
melanjutkan kata-katanya.
"Perawan seperti ditimu ini, tentu paling digemari oleh lelaki.
Maka engkau harus berhati-hati menjaga dirimu. Ingatlah pesan
nenek ini baik2 apabila sewaktu-waktu engkau berjumpa dengan
manusia lelaki dengan ciri2 yang telah kukatakan tadi. Lekaslah
engkau lari pulang."
Demikian ingatan yang melintas dalam benak perawan gunung
yang bernama Astri itu. Sesungguhnya ia sudah was was
menduga bahwa yang berhadapan dengan ia saat itu, seorang
lelaki. Dan makin kuatlah dugaannya ketika melihat daii dekat
bahwa Toh Braja itu memelihara rambut dibawah hidung dan
didagunya. Saat itu sebenarnya dia hendak lari pulang. Tetapi
karena Toh Braja bersikap ramah dan hendak memberikan
pakaiannya, Astripun memberanikan diri. Ia takut pulang dengan
tak membawa pakaian. Dan tindakan Toh Braja untuk mendekap dan memondong ke
balik semak itu, membiaskan suatu pengakuan kuat akan
kebenaran dari pesan neneknya. Bahwa lelaki itu lebih buas dari
harimau. Bahwa lelaki itu hendak mempermainkannya,
menjadikan dia seorang budak yang harus menurut segala
keinginannya. Bahwa setelah puas mempermainkannya, lelaki itu
akan membuangnya ke dalam jurang.
Bayang2 yang mengerikan itu makin melintas jelas pada
pelapuknya. Tiba2 ia teringat akan pesan neneknya. Apabila pada
suatu waktu ia mengalam i peristiwa itu, dimana dia akan dikuasai
oleh seorang lelaki yang buas, berusahalah untuk menusuk atau
mencengkeram biji mata lelaki itu. Dan bagaimana caranya,
nenek itupun telah mengajarkan kepadanya.
333 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini ia merasa benar-benar dalam bahaya besar. Dia tengah
dikuasai oleh seorang lelaki yang buas. Ia harus melepaskan diri.
Dihimpunnya segenap sisa tenaga dan tekad, tiba2 ia
mencengkeram muka, mencakar mata Toh Braja.
"Uhhhh" Toh Braja terkejut. Dia tak menyangka bahwa
perawan yang sudah tak berdaya dalam pelukannya itu masih
mampu menyelimpatkan tangan dan mencakar matanya. Dan
sebelum sempat memikirkan cara2 untuk menguasai perawan itu,
secara naluriyah, Toh Braja katupkan mata untuk menolak jari2
dara itu menusuk biji matanya. Dan karena pada saat itu Astri
menyerempaki gerak cakaran tangan dengan gerak ronta yang
keras untuk melepaskan diri maka tergetarlah kaki Toh Braja.
Keseimbangan kakinya goyah dan terdorong ke belakang.
"Uh ...." tiba2 ia memekik kaget ketika tumit belakang
terantuk pada sesosok tubuh dan sukar baginya untuk
mempertahankan diri lagi. Ia terjerembab ke belakang.
Akan dialam i oleh setiap orang yang jatuh terjerembab ke
belakang bahwa secara gerak naluriyah, dia tentu meregangkan
kedua tangannya untuk menyambar sesuatu benda atau apapun
disekeliling yang dianggap dapat menjaga keseimbangan
tubuhnya. Paling tidak apabila sampai jatuh, kedua tangan itu
akan digunakan untuk menebah tanah agar tubuh tidak
terbanting. Demikian yang dilakukan Toh Braja. Tanpa disadari,
ia melepas dan melempar tubuh Astri, kemudian menggeliatkan
tangan untuk menebah tanah.
"Hai, jangan lari cah ayu!" secepat jatuh ke tanah, secepat itu
pula ia me lenting bangun. Ia terkejut sekali ketika me lihat Astri
melarikan diri. Saat itu pula ia loncat hendak mengejar tetapi
pada lain saat iapun teringat akan sosok tubuh yang
menyebabkan dia terjerembab tadi. Dan ingatan itupun cepat
memercikkan kesadaran, bahwa sosok tubuh yang tak lain tubuh
Kertawardhana itu penting sekali. Apabila ia lari mengejar Astri
dan tinggalkan Kertawardhana menggeletak di tempat itu,
334 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasanya ia cemas. Pikirnya pula, mudahlah untuk menyusul dara
itu. Maka iapun segera menyambar tubuh Kertawardhana,
dipanggul lalu dibawa lari mengejar Astri.
"Hai, cah ayu, jangan lari" ia berteriak seraya mempercepat
larinya. Ia agak terkejut ketika dalam saat mengangkat tubuh
Kertawardhana dan memanggulnya yang hanya berlangsung
dalam beberapa kejab itu, ternyata Astri sudah lari jauh. Dara itu
mendaki sebuah anak bukit dan kemudian turun lenyap dibalik
anak-bukit itu. Memang Toh Braja tak sampai perhitungan bahwa sebagai
perawan yang hidup didaerah pegunungan itu, setiap hari Astri
turun naik anak-bukit untuk mandi dan mengambil air di telaga.
Kebiasaan yang berlangsung bertahun-tahun itu, memberi daya
tenaga gerak luar biasa pada gadis itu. Dengan menjinjing
kelenting penuh berisi air diatas kepala, dara itu dapat berlari
mendaki anak-bukit. Alam kehidupan yang dituntut gadis itu,
menyebabkan dia bertubuh sehat, lincah dan tangkas.
Toh Brajapun mendaki anak-bukit itu. Sesaat berada dipuncak,
ia melihat Astri sudah melintas sebuah gerumbul hutan kecil.
Segera Toh Braja lari menuruni anak-bukit itu. Hampir dekat
dengan gerumbul hutan itu, ia melihat sebuah pondok papan
beratap sirap "Itu tentu rumahnya" diam2 ia gembira karena
membayangkan bahwa maksud hatinya tentu tercapai. Andaikata
dara itu masih mempunyai orangtua, tidaklah sukar untuk
mengatasi mereka. Dengan membekal harapan penuh, Toh Braja segera
menghampiri pondok itu. Sesaat tiba di halaman pondok itu,
tiba2 muncullah seorang nenek tua berambut putih, berjalan
dengan sebatang tongkat. Dara ayu tadi mengiring dibelakangnya. "O, hanya seorang nenek" makin besar kegembiraan hati Toh
Braja. 335 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berhenti!" tiba2 nenek itu menghardik seraya menudingkan
tongkatnya "siapa engkau!"
Agak terkejut Toh Braja disambar nada suara si nenek yang
menikam hati. Jantungnya mendebur keras. Tetapi dia lebih
dipengaruhi oleh kesaksian mata akan perwujutan nenek yang
bertubuh kurus kering itu, daripada merenungkan kejutan
gelombang suara nenek itu.
"Nenek tua, apakah engkau nenek dari perawan itu?" Toh Braja
tidak menjawab melainkan balas bertanya. "Keparat!" hardik nenek tua pula "engkau
siapa" Mengapa engkau
berani mengganggu cucuku?" "Nenek" teriak Toh
Braja "engkau sudah tua,
jangan keras2 nanti lekas
mati. Ketahuilah, aku suka kepada cucumu itu. Akan kuambilnya" Gemetar tubuh yang kurus dari nenek itu. Dan gerahamnya
yang sudah tiada bergigi, terdengar berderuk-deruk "Anjing
busuk! Engkau harus mati!"
"Lho, kenapa?" Toh Braja berseru. Agak mencemoh "mengapa
aku harus mati " Apakah salahku ?"
"Engkau berani datang ke pondok ini. Engkau berani
mengejar-ngejar cucuku. Dua kesalahan itu harus engkau tebus
dengan jiwamu?" 336 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, engkau hendak membunuh aku" Ha, ha, ha" Toh Braja
tertawa"silakan. Aku takkan membalas"
Nenek itu tak menjawab melainkan mendengus dan
melangkah maju "Tunggu dulu" tiba2 pula Toh Braja berseru
"bagaimana cara engkau hendak membunuh aku" Mengapa
engkau tak membekal senjata?"
"Ih, tongkatku ini akan cukup mengantar engkau ke hadapan
Batara Kala" Toh Braja tertawa. Ia meletakkan tubuh Kertawardhana di


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanah lalu tegak menghadapi nenek itu "Berapa kali harus engkau
butuhkan untuk memukul aku sampai mati!"
"Hm, anak babi, cucup satu kali"
"Ah, jangan bergurau, nenek. Engkau sudah tua, aku tak
menghendaki engkau tetapi cucumu itu"
"Siapa sudi bergurau dengan macammu, anak babi!"
"Engkau bersungguh-sungguh?"
"Jangan banyak mulut!"
"Tunggu dulu" seru Toh Braja pula. Ia mendapat pikiran untuk
memanfaatkan kesempatan yang dianggapnya sangat menguntungkan itu "bagaimana kalau aku tak mati?"
"Apa permintaanmu?"
"Cucumu itu akan kuambil!"
"Ya" Baik Toh Braja maupun Astri terkejut sekali mendengar
pernyataan nenek yang begitu serentak. Hanya kejut Toh Braja
lain dengan Astri. Toh Braja terkejut girang tetapi Astri terkejut
cemas "Mbah, mengapa engkau . . ." dara itu gugup sekali.
"Jangan takut, Astri. Mbah tahu apa yang akan mbah lakukan"
337 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi .... tetapi kalau dia tak mati, tidakkah aku akan
diambilnya ...." "Mbah yang akan mengganti dengan jiwa mbah" Astri tak
membantah. Namun tubuhnya gemetar, hati menggigil. Dia
segera berjongkok dan pejamkan mata berdoa.
"Apakah engkau sudah siap memberi pesan kepada cucumu,
nenek ?" seru Toh Braja riang.
"Apa yang perlu kupesan?"
"Suruh dia siapkan bilik dan tempat tidur yang bersih untuk
menyambut malam pengantin nanti"
"Anak anjing, lekaslah engkau bersiap!"
Toh Brajapun maju selangkah, tegak menengadahkan kepala,
siap menerima pukulan tongkat dengan sikap yang congkak
sekali. Nenek itupun maju mendekat. Setelah dua langkah dari
tempat Toh Braja, dia berhenti dan mulut berko-mat kamit
seperti mengucap mantra. Tiba2 tangannya mengacungkan
tongkat dan selintas kilat menyambar maka tongkatpun berayun
menghantam kaki T oh Braja, dek ....
Tiada terdengar suara apa2 kecuali macam ranting kayu jatuh
ke lumpur. Dan seketika itu ter-bahak-bahaklah Toh Braja
melantang tawa "Ha, ha, ha ... ha?"
Tiba2 pula tawa yang terakhir mendendangkan gelegak yang
mengejut dan suatu peristiwa aneh telah terjadi ketika
sekonyong-konyong Toh Braja ngelumpruk jatuh ke tanah.
Berulang kali ia hendak bergeliat bangun, namun tak mampu.
Berulang kali pula kedua tangannya menebah tanah untuk
mengangkat tubuh, pun sia-sia. Wajahnya makin pucat, mata
membelalak ketakutan "Aku .... aku ...."
338 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia memandang penuh ketakutan dan kebingungan kepada
nenek tua dan mulutnya gemetar keras "Nenek tua .... engkau
pengapakan .... diriku ..."
"Engkau pasti mati" sahut nenek tua dengan nada dingin.
"Tetapi mengapa aku belum mati?"
"Engkau akan mati ngurak. Mati kehausan, kelaparan dan
kedinginan. Engkau akan mati dengan derita siksa yang hebat
tetapi pelahan" "Nenek, mengapa kedua kakiku lunglai tak bertenaga?"
"Itulah yang akan menjadi penyebab kematian-mu, anak babi!
Aku tak mau membunuhmu tetapi cukup kusabat kedua kakimu
supaya engkau lumpuh selama-lamanya ...."
"Nenek!" Toh Braja menjerit sekeras-kerasnya dan berusaha
untuk meronta bangun, namun ia mendumprah pula "engkau
kejam!" "Engkau sendiri yang cari mati, anak babi Mengapa engkau
berani lancang datang ke tempat ini" Mengapa engkau berani
mengejar ngejar cucuku" Sekarang engkau harus mengenyam
segala perbuatanmu itu"
Setelah menyadari bahwa dirinya memang benar-benar
lumpuh, Toh Braja hancur kecongkakannya "Nenek, ampunilah
aku, tolonglah aku. Aku berjanji akan pergi dari sini ...."
"Hm" "Nenek, aku bersedia menghaturkan uang dan emas, asal
engkau mau menyembuhkan kakiku"
"Babi kotor! Kamu kaum lelaki memang paling gemar
mengandalkan uang dan harta. Tetapi ketahuilah, wanita yang
baik, puteri yang utama, takkan silau dengan gemerlap uang dan
harta. Makanlah uang dan emasmu!" habis berkata nenek itu
terus berputar tubuh dan melangkah ke pondok.
339 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nenek .... nenek .... tolonglah .... tolonglah aku .... aku sudah
tobat ...." teriak Toh Braja.
Namun nenek itu tak mengacuhkan.
"Nenek, engkau kejam! Aku seorang ksatrya Daha, jangan
engkau menghina diriku begini rupa, bunuh aku, hayo, nenek
keparat!" Tiba2 nenek itu hentikan langkah berbalik tubuh "Apa katamu
" Engkau orang Daha ?"
"Ya, aku memang orang Daha"
"Siapa orang tuamu?"
Terkesiap Toh Braja mendengar pertanyaan itu. Haruskah ia
memberi keterangan yang sesungguhnya" Ataukah ia berbohong" Ia menimang-nimang. Dengan menilik skap nenek
itu dikala mendengar bahwa ia orang Daha, tampaknya nenek itu
menaruh perhatian. Seorang yang menaruh perhatian tentu
mempunyai hubungan dalam persoalan itu. Mungkinkah nenek
itu juga orang Daha"
Akhirnya tibalah suatu keputusan dalam hati Toh Braja.
Keadaannya saat itu benar2 tak berdaya. Nenek itu dapat
membunuhnya dengan mudah tetapi tampaknya memang
sengaja tak mau membunuh. Dan itu bahkan merupakan siksa
yang lebih hebat daripada dibunuh Jika ia membohong, mungkin
keadaannya takkan berobah. Dia akan tetap lumpuh tak dapat
berjalan. Namun jika ia memberi keterangan, kemungkinan
walaupun hanya kecil sekali, masih mempunyai titik2 harapan.
Siapa tahu titik2 itu akan merekahkan suatu sinar yang dapat
merobah keadaannya saat itu. Andaikata tidakpun sama halnya
kalau ia memberi keterangan bohong.
"Apa maksudmu bertanyakan orang tuaku?"
"Terserah, engkau mau mengatakan atau tidak. Tetapi aku
masih memberi kesempatan untuk mendengarkan jawabanmu"
340 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nenek gila" gumam Toh Braja dalam hati. Dalam sepanjang
hidupnya, bdum pernah ia mengalami derita siksaan batin seperti
saat itu. Rasanya ia ingin menyabatkan tubuh nenek itu pada
batu agar hancur berkeping-keping tulangnya. Merah padam
muka pemuda yang tak mengenakan topeng saat itu. Namun
kemarahan hatinya segera tersirap oleh kesadaran pikirannya. Ia
harus menerima kenyataan saat itu bahwa nasibnya berada di
tangan nenek itu. "Baik, dengarlah nenek tua" akhirnya ia menegakkan
semangat setelah bertemu dengan suatu keputusan. Ia akan
menggertak nenek itu agar ketakutan apabila mendengar nama
orang tuanya "aku putera seorang puteri raja"
Diluar dugaan Toh Braja, nenek tua itu hanya mendengus
"Hm" "Nenek setan" damprat Toh Braja dalam hati "dia tak mempan
digertak" "Ramaku bekas senopati Daha dan ibuku adalah puteri raja
Daha" "Raja Daha yang mana?" tiba2 nenek tua itu menceloteh
Toh Braja diam2 membatin, agaknya nenek tua itu mulai
tertarik perhatiannya "Sang prabu Jayakatwang, raja Daha yang
terakhir" "Yang dikalahkan raden Wijaya dengan pasukan Tartar itu?"
"Benar" sahut Toh Braja. Kali ini suaranya lebih garang. Ia
tahu nenek itu mulai terpengaruh
"engkau tahu juga"
"Siapa nama ibumu ?"
"Dyah ayu Retna Kesari"
"Ih" tiba2 nenek itu melengking.
341 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa?" "Apakah engkau berkata sungguh-sungguh ?"
"Mengapa aku harus bohong?"
"Mengapa engkau gentayangan ke daerah ini?"
"Aku dari T umapel"
"Apa tujuanmu?"
Toh Braja gelengkan kepala "Soal ini aku tak dapat memberi
keterangan. Kalau engkau marah, bunuhlah aku"
"Hm" nenek itu mendesuh.
"Nenek" kata Toh Braja "setelah aku memberi keterangan,
maukah engkau menolong diriku?"
Nenek itu tiba2 menghela napas "Tidak dapat"
"Mengapa?" Toh Braja terkejut sekali.
"Karena engkau terkena tongkatku ini"
"O" Toh Braja menyalang mata"tongkat apakah itu?"
"Tongkat ini tongkat pusaka dari seorang pertapa yang pernah
menyelamatkan diriku dan mengambil aku sebagai muridnya.
Barangsiapa terkena tongkat ini, akan luluhlah seluruh bayu
tenaganya. Karena kupukul kakimu, maka kakimupun lumpuh"
"Tongkat apakah itu?"
"Galih pohon Parijata yang berumur ratusan tahun"
"Engkau menerima tongkat pusaka itu, tentu juga mendapat
ajaran ramuan obatnya"
Nenek itu gelengkan kepala "Tidak"
"Tidak?" mata Toh Braja merentang makin lebar "mengapa"
Apakah pertapa itu tak memberikan obatnya"
342 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada" "Jika begitu tolonglah aku, nenek"
"Sayang aku tak mau menerima pemberian ramuan obat itu
dari guruku" "Tidak mau " Mengapa engkau tidak mau ?" Toh Braja makin
tegang sekali. "Karena aku tak menginginkan orang yang ku-sabat dengan
tongkat itu akan sembuh"
"Engkau kejam, nenek!" teriak Toh Braja.
"Tetapi aku sudah bersumpah bahwa tongkat Parijata itu
hanya kugunakan terhadap kaum lelaki saja"
"Mengapa ?" "Lelaki itu jahat. Aku benci semua orang lelaki"
"Nenek ...." "Engkaupun jahat" nenek itu terus berputar tubuh dan hendak
ayunkan langkah. "Nenek!" karena harapannya hancur bertebaran, demi melihat
nenek itu terus hendak berlalu, marah Toh Braja bukan kepalang.
Kemarahan yang bercampur dengan rasa putus asa telah
meledak dalam dada Toh Braja. Ia menjerit sekuat- kuatnya dan
lalu rubuh tak sadarkan diri.
"Mbah" melihat itu Astri yang sejak tadi masih berlutut
pejamkan mata berdoa, membuka mata dan menyaksikan Toh
Braja rubuh pingsan. Ia segera berbangkit dan menghadang
neneknya "dia pingsan, mbah"
"Ya, kenapa" Engkau kasihan?"
"Ti . . . dak, mbah. Tapi bagaimana dia nanti?"
"Bukan urusanmu, biarkan saja"
343 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah mbah bermaksud hendak membunuhnya?"
Nenek itu tertegun menerima pertanyaan Astri. Di balik
sikapnya yang begitu keras dan dingin, sebenarnya jauh dibawah
serabut2 halus nuraninya, telah terbetik suatu getar2 yang
meluap dan bergejolak dalam laut hatinya. Keterangan siapa diri
Toh Braja tadi telah menguapkan awan yang mengabut
pikirannya. Haruskah ia membiarkan pemuda itu mati"
Dalam kilasan renung yang mengilat cepat dalam sanubarinya,
ia terngiang akan kata2 gurunya "Nini, lupakanlah peristiwa yang
lalu. Percayalah akan dharmacakra. Tiada seorang manusiapun
yang terhindar dari karma. Diapun pasti akan menerima buah
dari perbuatannya. Nila setitik, rusak susu sebelanga. Janganlah
karena perbuatan seorang, engkau lalu membenci semua orang
lelaki. Tidak semua lelaki itu jahat, sebagaimana tidak semua
lelaki itu baik. Dendam hanya menyiksa batinmu sendiri. Hanya
jiwa yang luhur dan mulia dapat membalas dendam dengan
kebaikan dan menerima segala derita hidup dengan hati yang
lapang dan batin yang tenang"
"Jika dia benar putera dari puteri Retna Kesari dia masih
mempunyai hubungan sebagai cucu kemanakan dari ibuku"
nenek itu pejamkan mata mengenangkan peristiwa berpuluh
tahun yang lalu. Ibunya bernama Sukesi, puteri prabu Sastrajaya dari garwa
selir. Sedang Jayakatwang putera prabu Sastrajaya dari
permaisuri. Untuk memikat tumenggung Tirta senopati Singasari
supaya mau menjadi

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata2 Daha, prabu Sastrajaya menganugerahkan Sukesi kepadanya. Tetapi tumenggung Tirta
tak senang kepada Sukesi karena puteri itu hanya melahirkan
seorang anak perempuan, yalah nenek itu sekarang. Ia masih
ingat bagaimana baginda Kertanegara memanggil ramanya dan
mengancamnya menghukum mati kalau berani me-nyia-ny ia
Sukesi. Tetapi ternyata ramanya tetap tak mempedulikan
isterinya sehingga Sukesi marah dan hendak menghadap
344 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baginda. Tumenggung Tirta ketakutan lalu menghajar Sukesi
tetapi tiba2 demang Ketawang muncul dan melerai. Entah
bagaimana keduanya berkelahi dengan kesudahan tumenggung
Tirta tewas. Baginda menganugerahkan Sukesi kepada demang
Ketawang. "Mbah, mengapa engkau diam saja?" tiba2 ia dikejutkan oleh
suara Astri yang menegurnya.
Cepat ia mengambil keputusan "Astri, ikut aku" ia terus
berjalan masuk kedalam pondok. Disitu ia berkata pelahan-lahan
kepada Astri "dia lelaki jahat tetapi aku tak ingin dia mati di s ini.
Panggillah si Barat, naikkan orang itu kepunggung Barat dan
suruh kuda itu membawanya turun gunung"
"Lalu?" "Pesan si Barat suruh me letakkan orang itu di tepi jalan,
kemudian suruh Barat segera pulang"
"Baik, mbah" Astri terus lari keluar menuju ke belakang
pondok. Disitu terbentang sebuah ladang sayur. Melintas ladang
itu terdapat sebuah tanah lapang rumput. Seekor kuda hitam
tengah makan rumput. "Barat! Barat!" dara itu berteriak sekeras-kerasnya. Dan kuda
hitam itupun lari menghampiri.
Jinak dan patuh benar kuda itu kepada si dara. Ia berjalan
mengikuti di belakang Astri. Setiba di muka halaman pondok, Toh
Braja masih belum sadar. "Barat, jongkoklah" perintah Astri dan kuda hitam itu seperti
mengerti bahasa manusia, melakukan perintah tuannya. Agak
segan sebenarnya Astri menyentuh tubuh Toh Braja. Tetapi ia
takut kepada neneknya. Terpaksa ia menarik tubuh anakmuda itu
lalu ditelungkupkan dipunggung Barat.
Setelah mengisyaratkan supaya Barat berdiri lagi maka Astri
menepuk-nepuk kepala kuda itu dan memberi pesan "Barat,
345 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bawalah orang itu turun gunting dan letakkanlah dia ditepi jalan.
Kemudian engkau harus lekas pulang. Ini perintah nenek, Barat.
Engkau harus melakukan dengan sungguh2 dan jagalah supaya
dia jangan sampai jatuh. Besok kuajak engkau berendam di
telaga" Seolah seperti mengerti kehendak tuannya, kuda hitam itu lalu
berjalan membawa Toh Braja. Dia tak mau berlari cepat karena
kuatir orang diatas punggungnya itu akan jatuh. Beberapa kejab
kemudian lenyaplah dia dari pandang mata.
Astri menghela napas longgar. Peristiwa yang dialami hari itu,
benar2 menggetarkan hatinya. Selama hidup baru ia mengalami
peristiwa semacam itu. Sejenak termenung iapun lalu ayunkan
langkah hendak masuk ke dalam pondok. Tetapi tiba2 pandang
matanya tertumbuk akan tubuh Kertawardhana yang masih
pingsan dan tak bergerak karena tangan serta kakinya terikat.
Dan saat itu saat Kertawardhana tengah menghadap kearah-nya
sehingga Astri dapat melihat wajah pemuda itu. Entah
bagaimana, tiba2 timbullah suatu rasa aneh dalam hati dara itu.
Ia tak tahu mengapa tiba2 ia merasa iba dengan keadaan
pemuda itu. "Ih, bagaimana dengan dia" Ah, mengapa aku lupa
menanyakan kepada nenek tentang pemuda yang ini" Dan
mengapa nenekpun tidak memberi pesan apa2 kepadaku?"
serentak ia lari masuk ke dalam pondok.
"Mbah, mbah" seru Astri gopoh "mbah ..." Saat itu neneknya
sedang duduk bersila diatas balai-balai bambu, pejamkan mata
bersemedhi sebagai adat kebiasaan nenek itu setiap pagi, sore
dan malam. Dan di saat2 seperti itu, Astri tak boleh
mengusiknya. Tetapi dara itu benar2 terpancang pikirannya
kepada Kertawardhana. Ia lupa akan pesan neneknya dan
langsung berseru memanggil.
Nenek itu membuka mata "Mengapa" Apakah engkau lupa
pesanku apabila aku sedang bersemedhi?"
346 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, mbah, tetapi aku bingung"
"Mengapa bingung?"
"Itu mbah, orang yang menggeletak di halaman itu"
"Sudah engkau suruh si Barat mengangkutnya?"
"Sudah mbah. Tetapi hanya yang mbah sabat dengan tongkat
tadi. Tetapi orang yang dibawanya, masih menggeletak tak
bergerak. Kedua kaki dan tangannya diikat dengan tali, mbah"
"Apa tidak engkau naikkan ke punggung si Barat sekali?"
"Tidak, mbah" "Kenapa tidak?"
"Pertama, mbah tidak memberi pesan tentang orang itu.
Kedua si Barat sukar membawa dua orang. Dan ketiga, karena
tangan dan kaki orang itu terikat, sukar untuk menaikkan ke
punggung s i Barat" "Uh" nenek itu mendesuh "lalu apa maksudmu mengganggu
aku ?" "Hendak bertanya, mbah. Bagaimana dengan orang itu?"
"Biarkan saja dia menggeletak diluar"
"Tetapi mbah. Dia tidak bersalah. Dia tak sengaja datang
kemari melainkan dipanggul orang tadi. Dia-pun tak mengejar-
ngejar aku" "Ah, lelaki itu sama saja. Semua jahat"
"Tetapi kurasa dia tak bersalah kepada kita. Apa mbah tidak
merasa kasihan ?" "Kasihan" Lelaki itu jahat. Kalau dia tak kasihan kepada
wanita, mengapa wanita harus kasihan kepada lelaki ?" gumam
nenek itu. Seolah bukan menjawab pertanyaan Astri tetapi
berkata kepada dirinya sendiri.
347 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mbah ...." "Astri, tidurlah. Aku hendak melanjutkan semedhi yang
engkau ganggu" Astri diam tak berani membantah lagi. Sejak kecil ia memang
diasuh dalam lingkungan adat yang keras dari nenek itu. Sejak
kecil dia diharuskan bangun dini-hari, mencari air ke telaga,
mencuci- pakaian, menanam sayur, membersihkan pondok dan
lain2. Setelah berangkat menjadi perawan tanggung, Astri sudah
dapat mengurus semua pekerjaan rumah tangga. Dan iapun
menyadari bahwa pekerjaan2 itu merupakan kewajiban seorang
wanita. Tetapi suatu hal yang belum dimengerti, mengapa
mbahnya juga mengharuskan dia untuk duduk bersila,
mengheningkan cipta semedhi dan melakukan cara2 pernapasan.
Tiap pagi dan malam, ia diharuskan untuk bersemedhi.
Neneknya mengajarkan bahwa yang menciptakan manusia
dan seluruh alam ini adalah Hyang Widdhi W isesa. Dalam doa
semedhinya itu, ia harus mengucapkan syukur dan mohon
pengampunan serta mohon berkah kepada sang Hyang Widdhi.
"Bagaimanakah ujud dari sang Hyang Widdhi itu, mbah ?"
perawan kecil Astri bertanya.
"Dia tak berwujut tetapi ada dalam seluruh kehidupan kita.
Dalam tubuh setiap mahluk, benda2 yang kelihatan dan yang tak
kelihatan, misalnya, gunung, batu, pohon, air, udara, api dan
angin. Sampai pada getar2 yang paling halus dan tak tampak dari
batin, perasaan dan pikiran kita, Hyang Widdhi selalu berada dan
maha tahu" kata neneknya.
Astripun menjalankan cipta semedhinya dalam kekosongan
yang bebas dari segala ujud, bentuk, rupa yang dikhayalkan
dalam angan-angannya. Ia tak tahu bagaimana Hyang Widdhi
yang maha kuasa itu, tetapi ia merasa dan percaya akan adaNYA.
Tetapi beda malam itu ketika ia berada dalam bilik dan
bersemedhi. Peristiwa yang dialami sore tadi masih membekas
348 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bayang2 yang mencengkeram be-naknya. Dan titik pemusatan
bayang2 itu tertumpah pada pemuda yang saat itu masih
menggeletak di halaman pondok.
Setiap perhatian tertumpah maka timbullah berbagai
pemikiran. Demikian Astri, dara yang hati dan pikirannya masih
seputih kertas kosong itu, kini telah terisi dengan coret2 lukisan
dari bentuk seorang pemuda yang berwajah tampan dan dalam
keadaan yang mengibakan sekali.
Sepanjang semedhi itu hanya kegelisahan yang berkecamuk
dalam benak Astri. Rasa iba kepada pemuda itu makin bergolak
manakala hati dara itu dituntut oleh rasa kebenaran dan
keadilan. Jelas dia tidak jahat, tidak salah bahkan dia diikat kaki
tangannya oleh orang jahat tadi. Mengapa nenek menyalahkan
dan membiatkan dia tergeletak di kegelapan halaman luar.
Demikian rasa keadilan makin meiintih-rintih dalam sanubari
Astri. "Ah, tidak" akhirnya ia menyerah pada tuntutan rasa
kebenaran itu "dia tak bersalah, aku harus menolongnya"
Ia segera turun dari pembaringan dan menuju ke dapur,
mengambil air kendi lalu keluar ke halaman. Saat itu gelap sekali
di halaman. Tiba2 ia terkejut melihat suatu pemandangan yang
menyengat mata. Di tengah halaman yang terselubung
kegelapan cuaca malam kelam itu, ia me lihat suatu benda yang
bersinar terang. Benda itu sebesar buah kelapa.
Segera ia menghampiri dan betapa kejutnya ketika
mendapatkan bahwa benda bersinar itu tak lain adalah wajah
dari orang yang menggeletak itu. Ia terhenti di hadapan pemuda
itu, memandangnya dengan lekat. Ia tak tahu bagaimana wajah
orang yang jahat dan bagaimana orang yang baik. Selama ini dia
hanya mengenal dua jenis wajah. Wajah neneknya dan wajahnya
sendiri. Yang diketahui, seorang yang berwajah seperti neneknya
itu bengis. Dan orang yang berwajah seperti dirinya, menurut
perasaannya sendiri, penuh rasa kasihan, rasa kasih sayang
349 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada si Barat, ayam dan tanaman yang dipeliharanya. Bahkan
sayang juga kepada neneknya yang bengis itu. Adakah itu yang
disebut orang baik, ia tak tahu tetapi ia bahagia memiliki rasa
demikian itu. Setelah tertegun beberapa jenak, ia berjongkok dan sete lah
berjuang melalui keragu-raguan yang memanjang, akhirnya ia
memberanikan diri untuk menjulurkan tangan ke hidung
Kertawardhana. Ia merasakan hembusan angin dari lubang
hidung pemuda itu "Ah, dia masih hidup" pikirnya. Entah
bagaimana ia merasa girang.
Kemudian ia mulai berusaha untuk memberi pertolongan. Air
kendi dicurahkan kedalam telapak tangan lalu dibasuhkan ke
muka dan kepala pemuda itu. Kemudian iapun menitikkan
beberapa tetes air ke mulut pemuda itu.
Beberapa jenak kemudian, tiba2 pemuda itu men-desuhkan
suara erang pelahan dan pada lain saatpun membuka mata "Ih
... ." Astri terkejut dan menyurut mundur karena kaget dan
ketakutan. Pemuda itu memandang kian kemari, kemudian ker pada Astri
"Aku .... dirnana ini ... ."
Astri makin bingung. "Engkau siapa, nini . . . ."
Dua kali mendengar teguran, Astri mempunyai perasaan
bahwa nada orang itu halus dan mengibakan. Tidak sekasar dan
sebuas orang yang tadi "Aku Astri. Engkau .... engkau dihalaman
pondok kediamanku ... ." sahut Astri masih bernada ketakutan.
Ia tak tahu bagaimana memanggil orang itu.
"Mengapa aku berada di sini?"
"Dipanggul seorang jahat"
350 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana pejamkan mata, merenung. Tiba2 ia
menggeliat "Uh ...." ia mendesuh kesakitan ketika tak mampu
menggerakkan tangan dan kakinya.
Melihat itu Astripun menolong membuka tali pengikat tangan
dan kaki pemuda itu "Apa engkau sakit?" ia mulai agak berani
bertanya. Kertawardhana mengangguk pelahan "Di manakah orang yang
memanggul aku tadi?"
"Dia sudah pergi, diangkut Barat"
Kertawardhana kerutkan dahi, heran. Dia mulai teringat akan
peristiwa yang dialaminya di tengah jalan. Ketika menolong
seorang yang menggeletak merintih kesakitan di tengah jalan, ia
telah dihantam dadanya sehingga pingsan. Orang itu tentu
hendak membawanya ke suatu tempat dan melalui tempat ini.
Tetapi mengapa orang itu pergi" Siapakah Barat yang
mengangkutnya " "Apakah engkau terluka?" tanya Astri pula. Kertawardhana
mengangguk dan merabah leher serta dadanya "Dia masih
lunglai dan lemah. Belum mampu berpikir terang. Astri hendak
memberinya minum tetapi ia gelengkan kepala.
"Engkau tentu lapar?" tanya Astri. Tetapi Kertawardhanapun
gelengkan kepala. "Apakah engkau dapat berjalan?" Kertawardhana mengangguk
pelahan lalu mulai berbangku tetapi ia mengerang dan jatuh
terduduk lagi. Astii cemas. Sebenarnya ingin sekali ia hendak
mengajak pemuda itu masuk kedalam pondok tetapi ia takut
neneknya marah. Tiba2 ia mendapat pikiran. "Tempat ini gelap
dan dingin, lebih baik engkau beristirahat di rumah samping"
katanya. "Tetapi aku belum kuat berjalan, nini"
351 SD.Djatilaksana

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Astri bingung lagi. Bagaimana ia harus menolong orang itu"
Tetapi akhirnya sifat perangainya yang penuh rasa kasihan dan
kasih sayang terhadap segala yang berada dalam lingkungan
hidupnya, mendorong ia harus menolong orang itu "Mari, akan
kubantumu berjalan" katanya
Dengan dibantu Astri, Kertawardhanapun berdiri tetapi ia
gemetar dan hendak jatuh lagi. Melihat itu Astri cepat
memapahnya. Secara tak sadar, ia mendekap tubuh
Kertawardhana dan secara gerak keserentakan, tangan
Kertawardhanapun merangkul leher dara itu. Dengan cara itu,
walaupun tertatih-tatih, dapatlah Astri membawanya ke rumah
samping. Yang disebut rumah samping itu tak lain adalah kandang si
Barat. Sudah tentu tidak sehangat seperti dalam pondok. Tetapi
Astri yang sayang akan kudanya, telah memberi alas dami dan
rumput kering dalam kandang itu sehingga tidak dingin. Pun di
atasnya diberi atap rumbia.
"Aku tak berani membawamu masuk ke rumah karena
mbahku bengis sekali. Tidurlah disini malam ini. Besok pagi aku
akan bicara kepada mbah supaya engkau diberi obat" kata Astri
pada saat hendak meninggalkan. Ia takut terlalu lama di luar dan
neneknya akan mencarinya.
Kertawardhana mengangguk "Terima kasih, nini" Hanya
sepatah itu yang diucapkannya. Ia tak sempat memandang jelas
wajah dara itu. Namun ia hanya merasakan suatu tubuh yang
berkulit halus sedap dan bau harum bertebaran menusuk
hidungnya. Ia masih lemah. Pukulan Toh Braja yang tertuju pada
leher dan dadanya, masih meninggalkan rasa sakit yang
melunglaikan tenaganya. Setelah rebahkan diri di atas onggok
dami, iapun terlelap tidur lagi.
Malam makin tinggi dalam kekelaman yang ngeri. Setelah
menolong Kertawardhana, Astripun dapat tidur dengan tenang
Demikian pula neneknya. Dia telab mencapai kehampaan dalam
352 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memanunggalkan ciptanya. Namun kehampaan itu segera
tercemar oleh percik2 kabut yang bergulung-gulung dan
sekonyorg-konyong ber-obah dalam sebuah perwujudan sebagai
seorang raksasa yang mengerikan ....
"Hai, rara Umi" raksasa berwajah seram itu menghardik.
Nenek itu serasa tergetar hatinya dalam alam gaib
ciptalokanya. Seolah ia merasa heran mengapa raksasa itu tahu
akan nama kecilnya. Nama kecil sewaktu ia masih perawan.
Kemudian setelah tua ia berganti nama dengan nyi T undung.
"Siapakah pukulun ini?" ia memberanikan diri bertanya kepada
raksasa seram itu. Dalam saat itu ia seperti memiliki kesadaran
pikiran bahwa hanya para dewa yang mampu bersalin rupa
dalam wujud taksasa dan lain2 perwujudan.
"Titah murtad, engkau tak kenal padaku " Pandanglah dengan
seksama!" Umi atau nyi Tundung memberanikan diri. Direntang mata dan
perhatian untuk memandang "Ih" ia mendesis kejut "Hyang
Batara Syiwa ...." "Hm, engkau tahu. Tetapi mengapa engkau tak pernah
berkunjung ke candi " Mengapa tak pernah terlintas dalam puja
semedhi akan diriKU?"
"Duh, pukulun" segera nyi Tundung menungkul dengan
menghaturkan sembah "hamba memang sengaja membuang
segala pemujaan hamba, agar paduka lekas mengutus Batara
Kala untuk mencabut nyawa hamba"
"Umi" seru raksasa seram itu "rrengapa engkau mengharapkan sesuatu yang belum masanya " Engkau masih
dititahkan hidup di aicapada agar engkau mempunyai
kesempatan untuk menebus segala kedosaanmu. Tetapi
mengapa engkau tetap buta perasaan, buta pikiran dan hendak
menumpuk beban dosa yang sudah menimbuni dirimu?"
353 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duh pukulun junjungan hamba" nyi Tundung meratap pula
"perjalanan hidup hamba memang penuh dengan debu kotoran
dan lumpur kedosaan karena hamba penasaran atas nasib yang
hamba derita" "Hm, karena ulah Prajata yang telah mensia-sia-kan dirimu itu
?" seru raksasa itu "karena engkau mendendam kepadanya maka
engkau melakukan pembalasan dendam terhadap semua lelaki
Apakah engkau belum menyadari bahwa karena perbuatanmu itu
engkau telah mendapat siku denda dari dewata sehingga anak
perempuanmu Srima la mengadakan hubungan gelap dengan si
Panatar anak tumenggung di Majapahit lalu ditinggalkan begitu
saja ?" "Duh pukulun, hambi bersumpah apabila si Panatar masih
hidup dan kelak dapat bertemu hamba, akan hamba robek2
tubuhnya dan darahnya akan hamba minum "
"Ya, tumpukan dosamu memang tak berkurang tetapi malah
semakin menganak bukit. Engkau tak takut akan siksa yang akan
engkau terima di mayaloka kelak ?"
"Duh, pukulun, hamba sudah terlanjur terbenam dalam
lumpur kedosaan. Hamba takkan kepalang tanggung"
"Titah durhaka engkau, Umi" raksasa itu menyembur api
kemurkaan "berulang kali engkau dijelmakan ke dunia tetapi
batinmu tetap gelap. Engkau tahu siapa diriKU ?"
"Hyang Batara Syiwa yang mulia"
"Engkau tahu kekuasaanKU?"
"Paduka pencipta dan penghancur kehidupan ini"
"Hm, engkau tahu tetapi engkau tetap melanggar. Engkau
akan menerima derita dari karma hidupmu"
"Duh pukulun" nyi Tundung menyembah "hamba sudah
terlanjur berlumuran dosa"
354 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ada kata terlanjur itu, Umi. Setiap saat manusia dapat
menebus kedosaannya, bilamana setiap saat dia sudah
menemukan penerangan dalam batin dan kesadaran dalam
pikirannya" "Duh pukulun, adakah kehadiran paduka kemari karena
hendak mencabut nyawa hamba?"
"Akan memberi peringatan yang terakhir kepadamu, supaya
engkau lekas sadar dan menghentikan nafsu dendam yang
menghangus dirimu itu"
"Duh pukulun, hamba titah paduka, hanya paserah dan
menerima apapun yang hendak paduka titahkan kepada hamba"
"Umi, aku hendak memberimu sebuah benda. Rawat dan
jagalah sebaik-baiknya. Setitikpun engkau berani mengganggu
atau menghancurkannya, jangan engkau tanya dosa lagi. Akan
kuutus Batara Kala untuk melemparmu ke dalam kawah
Candradimuka selama-lamanya"
"Mana titah pukulun, pasti akan hamba junjung di atas kepala
hamba, pukulun" "Ingat, Umi. Benda itu suatu mustika yang akan memberi
sinar cahaya yang menerangi kesejahteraan praja dan bumi
kerajaan yang telah direstui para dewaini. Jika engkau berani
ingkar janji tentu jiwa ragamu akan kukutuk supaya lebur tanpa
dadi" Raksasa itu mengeluarkan sebuah benda sebesar buah maja
yang terang gemilang cahayanya "Terimalah Umi"
Nyi Tundung terkejut dan gopoh menyambuti. Tetapi ia
merasa silau sekali dengan cahaya benda itu sehingga luputlah
tangannya untuk menerima. Benda itu meluncur ke tanah tetapi
melambung pula ke udara dan melayang ke luar.
Nyi Tundung ketakutan. Ia segera memburu ke luar.
Dilihatnya benda itu me layang ke dalam kandang kuda. Ia terus
355 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lari lalu menerkam benda yang bercahaya di atas onggok dami
.... "Uh" tiba2 terdengar suara orang mendesuh kaget dan
seketika itu tersadarlah nyi T undung dari alam semedhi. Ia heran
mengapa tahu2 saat itu berada di kandang kuda dan tengah
menerkam kepala seorang manusia. Tetapi ia tak sempat
merenungkan bagaimana mungkin hal itu terjadi karena saat itu
terdengar suara orang berseru pelahan "Mbah, mengapa engkau
menerkam kepalaku ?"
Saat itu nyi Tundung benar2 merasa dalam alam sadar. T idak
lagi ia bersemedhi di atas balai2 tidurnya tetapi benar2 berada di
kandang kuda dan berhadapan dengan seorang lelaki muda.
"Engkau siapa!" seru nyi T undung seraya lepaskan tangan dan
berbangkit." , "Aku Kertawardhana"
"Kertawardhana " Siapa itu ?"
"Aku adalah orang yang menggeletak di halaman muka
pondok ini, mbah" Nyi Tundung mengerang kejut "Mengapa engkau berada di
sini ?" "Aku ditolong oleh cucu mbah"
"Siapa ?" "Entah siapa namanya, seorang anak perempuan"
"Keparat!" nyi T undung-menjerit lalu lari ke dalam pondok dan
pada lain saat ia muncul kembali dengan membawa tongkat
pusaka. "Setan" teriaknya "engkau tentu kawan dari lelaki yang
mengejar-ngejar cucuku tadi"
356 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, mbah, aku bahkan dianiaya oleh orang itu" seru
Kertawardhana. Tetapi rupanya nyi T undung menulikan telinga. Ia lupa sesaat
akan janjinya dalam alam cipta semedhinya tadi. Ia marah benar
karena Kertawardhana masih berada di tempat itu. Tongkat
Parijata diangkat terus diayunkan kearah kepala Kertawardhana.
Dia hendak menghancurkan kepala pemuda itu.
Krakkkk .... Terdengar letupan yang cukup keras ketika tongkat puiaka
Parijata melayang ke kepala Kertawardhana. Dan terdengarlah
jeritan yang ngeri "Aduh ...."
Suatu peristiwa yang aneh telah tcjadi. Yang menjerit itu
bukan Kertawardhana, melainkan nyi Tundung seraya terseok
seok ke belakang. Tangannya masih mencekal tongkat pusaka
Parijata tetapi sudah tidak utuh lagi melainkan hanya tinggal
separoh. Ujung tongkat yang hampir mengenai kepala
Kertawardhana entah bagaimana tiba2 pecah berhamburan.
Dalam pandang nyi Tundung tongkat itu seperti membentur
caling dari raksasa seram yang muncul dalam cipta semedhinya
tadi. "Duh pukulun" serta merta nyi Tundung berlutut dan
menyembah ke hadapan Kertawardhana "hamba mohon ampun
...." Sayup2 serasa terngiang pula pesan dari raksasa tadi "Ingat,
apabila engkau berani mengganggu atau menghancurkannya,
jangan engkau tanya dosa lagi..."
Saat itu malam sudah larut tinggi. Bintang Panjer-rino sudah
mulai condong ke barat. Sayup2 terdengar ayam hutan berkokok
di kejauhan hutan. Astri terjaga dari tidurnya ketika mendengar
suara bergedobrakan di belakang rumah. Ia teringat bahwa
orang yang ditolongnya tadi, tidur di kandang kuda. Adakah
sesuatu yang terjadi pada diri lelaki itu"
357 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagi Astri, menolong itu suatu kewajiban. Dan sebagaimana
dengan lain-lain kewajiban, iapun tak mau setengah-setengah
melakukan pertolongan itu. Segera ia lari keluar menuju ke
belakang. Ia terkesiap ketika melihat sebuah benda hitam
menggunduk di muka kandang kuda. D.in sesaat pandang
matanya makin terang menembus keremangan malam yang
berkemas melenyapkan diri, ia makin terkejut. Benda hitam itu
jelas tubuh dari neneknya "Ah, tak mungkin mbah berada di
muka kandang kuda pada saat seperti ini" bantahnya sendiri.
Ia kembali masuk ke pondok dan membuka pintu bilik
neneknya "Ah, mbah tak ada" desuhnya yang segera disusul
dengan menebalnya kepercayaan bahwa apa yang dilihatnya di
kandang kuda itu memang benar tubuh neneknya. Segera ia lari
keluar pula. Pelahan-lahan ia menghampiri ke belakang nenek itu Dan
makin dekat makin jelas pandang matanya bahwa tubuh itu jelas
tubuh neneknya. Ia tak berani menegur atau mengusik,
melainkan berdiri diam di belakang nyi T undung.
Astri benar2 heran mengapa neneknya berada di muka
kandang dan tengah berjongkok menyembah ke arah kandang
kuda. Apakah yang terjadi" Tiba2 ia teringat bahwa dalam
kandang kuda itulah ia menempatkan lelaki yang ditolongnya
tadi. Adakah lelaki itu masih berada di s itu"
Terdorong oleh rasa ingin tahu akan keadaan Kertawardhana,
Astri segera berindap-indap melingkar ke samping, kemudian
melayangkan pandang ke dalam kandang. Di atas onggok dami,
dilihatnya sesosok tubuh masih terbaring "Ah" diam2 ia menghela
napas longgar karena melihat lelaki itu masih tidur.
Ia takut akan mengganggu neneknya maka iapun melingkar
kembali ke belakang nenek itu. Walaupun pelahan, tetapi
akhirnya kabut malampun tersiak oleh ke-rekahan sinar dinihari.
Dan beberapa waktu kemudian, haripun makin terang. Namun
nenek itu masih tetap menyembah ke arah kandang kuda.
358 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya Astri tak dapat menahan kesabaran hatinya lagi
"Mbah ...." tegurnya pelahan "mbah mengapa mbah disini?"
Namun nyi Tundung diam laksana patung. Tubuhnya masih
gemetar. Astri makin heran. Apakah yang terjadi pada mbahnya"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mbah .... mbah ...."
"Nini" sekonyong-konyong Astri dikejutkan oleh sebuah
teguran yang pelahan dari arah kandang kuda. Ia berpaling darj
tampak Kertawardhana muncul. Pemuda itu berdiri dengan
sebelah tangan memegang tiang kandang "bagaimana mbahmu
itu ?" Astri bingung dan diluar kesadaran ia berseru menjawab
"Entah. Dia duduk bersila membungkukkan tubuh dan
menyembah kearah tempatmu"
"Nini" kata Kertawardhana pula "maukah engkau memapah
aku ke tempat mbahmu ?"
Astri terkejut "Jangan" teriaknya cemas "mbah tentu marah
kalau aku dekat dengan orang lelaki"
"Tetapi nini, aku dapat membangunkan mbahmu, apabila
engkau mau menolong aku"
"Tetapi ...." "Tolong berikan aku sebatang galah untuk penopang agar aku
tak jatuh" Astri setuju. Dia lari ke belakang rumah dan kembali dengan
membawa sebatang tongkat bambu lalu diserahkan kepada
Kertawardhana. "Inilah" seru Astri seraya mengulurkan bambu itu. Namun
Kertawardhana tak menyambuti. Dia tegak terlongong-longong
melihat Astri. Saat itu baru dia dapat memandang jelas betapa
wajah perawan itu. Hampir ia tak percaya akan pandang
359 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
matanya saat itu, bahwa di pondok diatas puncak pegunungan
yang sunyi, terdapat seorang perawan yang sedemikian ayu.
Selama hidup di T umapel, ia sudah sering melihat wanita2 dan
gadis2 yang datang berkunjung ke rumah kediamannya. Ibu
gadis2 itu kenal dengan ibu Kertawardhana dan mereka sering
datang berkunjung dengan membawa puterinya yang sudah
remaja puteri. Namun selama ini belum pernah hati Kertawardhana
tertambat pada salah seorang puteri2 itu. Entah bagaimana
ketika melihat Astri, semangatnya serasa terbang. Ia tak
menyadari bahwa tadi malam yang mendekap dan dipeluknya itu
ternyata seorang dara ayu.
Astri mengangkat muka dan memandang ke wajah
Kertawardhana. Siat itu sepasang mata Kertawardhana tengah
menatap lekat kepadanya. Dan dua pasang mata telah beradu
pandang. Astri tersipu-sipu menundukkan kepala "Inilah tongkat
yang engkau minta" serunya seraya masih menunduk.
Kertawardhana tersadar. Ia merasa, memandang seorang
gadis dengan begitu lekat, kurang susila. Segera ia menyambuti
tongkat dan mulai ayunkan langkah. Tetapi tiba2 tubuhnya
bergetar condong ke samping hendak jatuh. Melihat itu diluar
kehendaknya, Astri segera mendekapnya
"Uh, terima kasih nini" seru Kertawardhana, merangkul pula
leher dara ayu itu lalu ayunkan langkah menghampiri ke muka
nyi T undung. "Mbah, silakan bangun" seru Kertawardhana "mengapa mbah
menyembah ke arah kandang kuda?"
"Gusti, ampunilah kesalahan hamba" saat itu baru nyi
Tundung mulai mau buka suara.
"Gusti " Siapakah yang engkau maksudkan, mbah?"
"Paduka gusti" 360 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku?" teriak Kertawardhana terkejut sekali "aku bukan gusti,
mbah. Aku adalah orang yang engkau cekik tadi, mbah"
Mendengar itu Astri terbeliak. T etapi ia tak berani mengajukan
pertanyaan. "Benar, gusti" kata nyi Tundung "hamba tak tahu bahwa
paduka yang berada dalam kandang kuda itu sehingga hamba
sampai bertindak kurang tata"
"Mbah, apakah yang telah terjadi?" karena tak mengerti
persoalannya, Astri tak dapat menahan keinginan untuk
mengetahui "dia adalah orang yang menggeletak di halaman itu.
Mengapa mbah menyebutnya gusti?"
"Tidak, Astri "sahut nyi T undung "dia adalah seorang priagung
luhur. Engkau harus menghaturkan sembah kepadanya"
Astri tercengang dan memandang Kertawardhana. Kertawardhanapun memberi isyarat dengan gelengkan kepala.
"Astri, mengapa engkau tak mau mendengar kata mbah?" nyi
Tundung memperingatkan cucunya. Terpaksa dara itu menurut.
Dia berjongkok dan menghaturkan sembah kepada Kertawardhana. Kertawardhana heran "Mbah, aku seorang pemuda biasa,
bukan gusti bukan pula priagung luhur. Apakah yang telah terjadi
pada mbah?" "Gusti, hamba tak dapat menerangkan. Itu rahasia gaib yang
hamba terima dari dewata"
"Tidak, mbah. Aku tak menghendaki hal itu. Namaku
Kertawardhana, dari Tumapel. Aku bukan priagung luhur
melainkan seorang kelana. Jangan berbahasa gusti kepadaku,
mbah" "Tidak, gusti, hamba tak berani"
361 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kekukuhan nenek itu, Kertawardhanapun merenung.
Sekilas ia dapat merangkai apa yang sudah terjadi di tempat itu.
Ketika ia dibawa oleh orang yang tak dikenalnya itu, tiba didesa
situ orang itu tentu terpikat oleh kecantikan dara ayu itu dan
mengejarnya. Entah bagaimana mengapa orang itu melarikan diri
dan meninggalkannya di tempat ini.
Kemudian pada tengah malam dara itu keluar memberi
pertolongan dan menempatkan dia di kandang kuda. Lalu
menjelang himpir dinihari, nenek itu muncul dan menerkam
kepalanya. Aneh mengapa dia melakukan itu " Pikirnya.
"Ah, mungkinkah ia bermimpi" Atau ...." tiba2 ia teringat akan
kata2 nyi Tundung tentang rahasia gaib yang diterimanya dari
dewata "mungkinkah dia benar menerima wangsit gaib tentang
diriku?" Tetapi pada lain kilas, Kertawardhanapun menghapus
pemikiran itu "Ah, dia sudah tua. Mungkin banyak bermimpi dan
gangguan dalam tidur"
Kemudian ia menimang bahwa memang kebanyakan orang
yang sudah lanjut usia tentu agak berobah perangainya. Apa
yang mereka percaya, sukar untuk dibantah. Mengapa ia tak
menurutkan saja alam pikiran nenek itu agar hatinya senang" Ia
mengangguk-angguk dalam hati.
"Baiklah, mbah, jika mbah menganggap diriku ini seorang
priagung luhur, akupun hanya menurut saja asal mbah senang"
katanya kepada nyi Tundung "tetapi aku tetap meminta agar,
mbah jangan menyebut gusti kepadaku"
"Tetapi ...." "Aku yang menghendaki begitu, mbah"
"Baiklah kalau begitu" akhirnya nyi Tundung mengalah "lalu
bagaimana mbah harus menyebut ?"
"Panggil saja namaku, mbah"
362 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak!" teriak nyi T undung "aku tak berani"
Kertawardhana geleng2 kepala "Terserahlah bagaimana mbah
hendak menyebut asal jangan 'gusti'"
"Raden" seru nyi Tundung gembira "ya, karena raden berasal
dari Tumapel, sebuah praja yang ramai dan makmur, tentulah
raden putera dari nayaka atau orang berpangkat. Maka tepatlah
kalau kupanggil dengan sebutan raden"
Menganggap bahwa membantah juga tak berguna maka
Kertawardhanapun mengalah. Dia tak mau mempersoalkan
sebutan itu lebih panjang lagi "Baiklah, mbah, kalau mbah
menginginkan begitu, akupun menurut saja"
"Raden" seru nyi Tundung dengan nada cerah "mari kita
masuk ke pondok" Merekapun masuk ke dalam pondok. Walaupun Astri tetap
membantu memapah Kertawardhana berjalan, namun nyi
Tundung tak mempersoalkan lagi. Bahkan dalam hati, tiba2
timbul suatu percik angan-angan terhadap kedua insan muda itu.
"Astri, siapkan hidangan. Sejak kemarin raden tentu belum
dahar" Astri melakukan perintah neneknya. Diam2 timbullah
keheranan besar dalam hati dara itu. Mengapa dalam waktu
semalam saja telah timbul perobahan besar pada sikap
neneknya. Bertahun-tahun nenek mengajarkan supaya aku
membenci lelaki dan tak boleh dekat orang laki. T etapi mengapa
tiba2 nenek bersikap begitu hormat dan ramah kepada lelaki
muda itu" Pikirnya. Amat sederhana hidangan yang disajikan Astri saat itu. Hanya
nasi putih dengan gudangan rebung. Yang disebut gudang atau
gudangan yalah buah kelapa yang diparut dan dicampur dengan
sambal. 363 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, raden" kata nyi Tundung "maklum orang gunung hanya
mampu menyuguhkan hidangan sekasar ini"
"Ah, tidak, mbah, Mbah salah" kata Kertawardhana "apakah
sesungguhnya hidangan yang paling lezat bagi orang makan itu,
mbah?" "Sudah tentu raden yang tinggal di praja, lebih tahu dari
mbah" kata nyi Tundung "orang2 praja tentu menikmati
hidangan lauk-pauk dari ikan ayam, kambing, ikan laut dan
bermacam macam gulai dan sayuran"
"Itukah yang, mbah anggap sebagai hidangan lezat?"
"Tentu raden" jawab nyi Tundung. Kertawardhana geleng2
kepala "Belum tentu, mbah. Banyak orang di praja yang tak
mempunyai nafsu makan atau yang takeran makannya sedikit"
"Lho aneh" nyi Tundung mengernyit dahi "apa sebab begitu,
raden ?" "Orang yang hidup di praja, terutama para mentri dan
narapraja kebanyakan kurang sekali nafsu makannya. Mengapa"
Karena mereka terlalu banyak pikiran"
"O" desuh nyi Tundung "apa yang mereka pikirkan lagi"
Pangkat, harta, serba tak kekurangan"
"Para mentri narapraja itu selalu sibuk memikirkan tugas2
kewajibannya. Itu sudah cukup berat apabila mereka benar-
benar memiliki rasa tanggung-jawab penuh atas kewajibannya.
Masih ketambahan pula mereka2 yang memiliki nafsu keinginan
untuk mencapai kedudukan lebih tinggi. Mereka berusaha keras
untuk melaksanakan hal itu. Bahkan kadang dengan cara2 yang
kurang benar, antara lain dengan cara mengambil muka kepada
orang atasan dan memfitnah sesama kawan. Ada pula yang
dicengkeram oleh nafsu untuk menumpuk harta kekayaan.
Mereka menggunakan kedudukan dan pangkat untuk melakukan
hal2 yang tak dibenarkan dalam tugasnya. Karena selalu
364 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memeras pikiran, nafsu makan merekapun berkurang. Bagi
golongan-golongan itu, hidup bukan untuk makan tetapi untuk
mencari pangkat tinggi dan menumpuk kekayaan yang
berlimpah-limpah agar kelak dapat menikmati kehidupan yang
mewah" "O, begitukah cara orang praja menuntut kehidupan?" seru nyi
Tundung. "Dan juga ada lain hal lagi" kata Kertawardhana menambah
pula "lepas dari golongan apakah para mentri narapraja itu, yang
baik atau yang penuh nafsu keinginan itu, tetapi pada umumnya
mereka memang selalu sibuk dalam menggunakan pemikiran2
sehingga mereka sering bekerja tanpa mengenal waktu. Tak
sempat memikirkan kesehatan dan hampir tak pernah melakukan
pekerjaan2 badaniah atau pekerjaan2 yang menggunakan tenaga
badan" Nyi Tundung mengangguk "Lalu apakah yang raden
maksudkan dengan hidangan yang paling enak dari orang makan
itu ?" Kertawardhana tertawa. "Hidangan yang paling enak bagi orang makan tak lain yalah
lapar" "Lapar?" "Ya, mbah. Seorang yang lapar tentu merasa lezat dan nikmat
akan makanannya. Beda dengan orang yang sudah kenyang,
walaupun menghadapi hidangan apa saja, tentu tak bernafsu
makan" "Ah, raden pandai bcrseloroh" nyi Tundung tertawa. Astripun
ikut tertawa. Baru pertama kali itu sejak berpuluh tahun ia
mendengarkan mbahnya tertawa sedemikian cerah dan riang.
Dan pertama kali. Itu pula ia melihat neneknya berbicara
365 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedemikian bersemangat dengan orang. Bahkan dengan kaum
lelaki yang dibencinya. "Memang demikianlah kenyataannya, mbah. Yang penting
rasa lapar dan rasa lapar itu harus dibangkitkan me lalui kerja
badaniah yang penuh gairah" kata Kertawardhana pula.
"Adakah raden merasa enak dengan hidangan yang
dihaturkan Astri ini?"
"Ah, tentu mbah" sahut Kertawardhana "belum saja aku
hendak bertanya, hidangan apakah ini?" kata Kertawardhana
sembari mengambil pula sejemput gudangan rebung.
"Hanya rebung diberi sambal bercampur kelapa, raden"
"Ah, benarkah itu, mbah ?"
"Benar, raden. Tetapi mengapa?"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa rasanya sedemikian lezat bekali " Siapakah yang
membuatnya, mbah ?" "Ah, harap raden jangan berolok-olok, Astri anak gunung, tak
dapat membuat hidangan lezat kecuali hidangan kasar sejenis
gudangan rebung itu"
"Yang membuat Astri?" Kertawardhana menegas.
"Benar, raden. Maaf, kalau tak memenuhi selera raden"
"Tidak, mbah. Aku memang berkata dengan sesungguhnya.
Belum pernah aku makan hidangan rebung seenak ini. Jenis
rebung apakah ini, mbah ?"
"Mbah kurang tahu, raden. Di kebun kami terdapat beberapa
pohon bambu" kata nyi Tundung kemudian berpaling ke arah
cucunya "Astri, rebung apakah yang engkau hidangkan kepada
raden?" "Rebung palapa, mbah" '
366 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rebung palapa ?" nyi Tundung terkejut "bukankah jarang
sekali pohon itu bersemi ?"
"Benar mbah" kata Astri "ketika aku ke kebun hendak memetik
sayur mayur, tiba-tiba kulihat rumpun perdu bambu wulung
diujung kebun, menguncup tunas bambu"
"Apakah beberapa waktu yang lalu engkau tak mengetahui hal
itu?" "Tidak mbah" jawab Astri "sudah bertahun-tahun lamanya,
perdu itu tak pernah bersemi kuncup tunas. Baru tadi aku
mengetahui" Nyi T undung menghela napas,
"Mengapa mbah?" Astri heran.
Tetapi nyi Tundung hanya gelengkan kepala dan pejamkan
mata. Ia terkenang akan peristiwa aneh dalam cipta semedhinya
semalam. Kemudian terjadi dua peristiwa yang benar2
menggemparkan hatinya. Pertama, hancurnya tongkat pusaka
galih pohon Parijata. Kedua, tumbuhnya tunas palapa di kebun.
Ia masih teringat bagaimana pesan pertapa sakti yang telah
menolong jiwanya dan kemudian memungutnya puteri angkat
dan murid "Umi, menurut sasmita yang kutanggapi, kiranya tak
lama lagi aku akan berpisah dengan engkau"
Saat itu ia sangat terkejut sekali mendengar kata rama
gurunya "Kemanakah rama hendak pergi ?"
"Aku harus menunaikan dharmaku yang terakhir sebagaimana
yang ditentukan bagi setiap titah dewata, Umi. Aku akan pergi
jauh, jauh sekali ke suatu alam yang sunyi dan damai ...."'
"Rama" teriak Umi serentak "maksud rama, rama akan ...."
"Benar, Umi" sahut sang pertapa "itulah kodrat kehidupan dari
hidup, perjalanan hidup dari kehidupan setiap titahi Maka
janganlah engkau terkejut, tertegun, termenung ataupun berurai
367 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duka dalam curahan airmata. Hidup ini hanya salah satu masa,
tempat dan keadaan dari suatu perjalanan yang merentang
panjang tanpa keakhiran . . . ."
"Duh, rama, adakah kelak hamba juga akan mengalami
peristiwa itu?" "Engkau seorang titah dewata apa beda dengan lain2 titah"
Bukankah raga yang engkau sandang itu pada suatu hari akan
rusak binasa" Dapatkah engkau menjaga kelestarian dari ragamu
itu ?" Umi mengangguk "Tak dapat rama. Lalu kemanakah setelah
raga itu rusak binasa" Adakah seperti yang rama ucapkan tadi
hendak menempuh kelanjutan dari suatu perjalanan yang belum
selesai dan takkan pernah selesai ?"
"Secara singkat kukatakan bahwa Hidup itu suatu perjalanan
peristiwa, masa dan keadaan yang tak kenal akan keakhiran
daripada peristiwa, masa dan keadaan' itu sendiri" kata pertapa
itu "mungkin sekarang engkau belum dapat menghayati
ucapanku ini. Tetapi kelak, mudah-mudahan engkau dapat"
"Duh, rama, mengapa paduka tak berkenan memberi petunjuk
kepada hamba agar hamba dapat menempuh perjalanan hidup
hamba yang benar" "Yang benar dan yang salah itu, tak cukup untuk didengar dan
diterima dari petunjuk orang Jika ku-beritahu yang benar, engkau
tentu tak tahu bagaimana yang salah. Selanjutnya engkaupun
hanya hidup dalam kebenaran menurut petunjuk yang kuberikan.
Engkau tak mengerti bagaimana yang salah itu. Dan selama
engkau tak mengetahui hal itu, bagaimana mungkin engkau
dapat berpijak pada jalan yang benar" Kebenaran itu hanya satu,
tetapi mempunyai bayang2 beratus bahkan beribu kebenaran,,
kebenaran menurut anggapan masing2 insan. Semisal dengan
perjalanan hidup, demikian pula dengan perjalanan kebenaran
itu. T ak kenal batas, waktu dan keakhiran"
368 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rama, hamba bingung memikirkan uraian rama ini" akhirnya
Umi menyerah. "Engkau bingung karena engkau terbaur oleh ber-macam-
macam tafsiran akan apa yang kuucapkan tadi. Engkau silau
akan warna Kebenaran semu yang berbagai corak warnanya itu.
Nah, cobalah engkau pejamkan mata. Engkau akan bebas dari
semua penglihatan, pemikiran dan tafsiran2. Karena engkau
hanya berhadapan dengan kehampaan yang pekat. Jelasnya,
apabila engkau hentikan semua daya indriya, pikiran dan
batinmu, maka engkau akan berada dalam keadaan yang bebas
danhampa.Di situlah letak kebenaran, di situlah keakhiran dari
perjalanan hidup itu"
"O, adakah kebenaran dan hidup itu berwarna hitam gelap,
rama?" Pertapa tertawa "Yang penting adalah sifat kehampaan yang
bulat. Hitam atau putih itu hanya warna, tidak mempengaruhi
sjfat hakiki dari kemanunggalan rasa akan kehampaan yang
Widhi. Dan aku peri-badi memang lebih senang menggunakan
warna hitam itu sebagai suatu lambang bahwa hal itu merupakan
rahasia, rahasia dari Kodrat dan Hidup. Tak mungkin insan
manusia akan mengetahuinya, ..termasuk diriku ini, nini"
Umi mengangguk. Ia mengerti yang tak dimengertinya,
menghayati yang tak dihayatinya.
"Umi," kata sang periapa pula "maksudku memanggilmu
menghadap kemari, bukanlah hendak memperbincangkan hal2
yang kelak akan engkau ketahui juga dan hanya engkau, batinmu
sendiri yang akan mengetahuinya. Tetapi aku hendak
meninggalkan sebuah benda, satu-satunya warisan yang hendak
kuberikan kepadamu" "Baik rama" "Aku tak mempunyai harta benda apa2 karena memang
tujuan hidupku ini bukan hendak menumpuk harta benda. Aku
369 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya masih mempunyai sebuah benda yani sebatang tongkat
ini" pertapa itu mengambil tongkat yang terletak di sampingnya
dan ditaruhkan di atas pangkuannya "tongkat ini adalah
pemberian dari guruku dahulu. Tongkat ini terbuat daripada galih
pohon Parijata. Umurnya entah sudah berapa ratus tahun. Turun-
temurun dari seorang guru kepadar'murid, kemudian diberikan
kepada muridnya dan murid yang kemudian menjadi guru itupun
memberikan lagi kepada muridaya. Sampai terakhir jatuh di
tanganku dan kini hendak kuberikan kepadamu"
Sejenak pertapa itu berhenti memulangkan napas, kemudian
melanjut pula "Tongkat Parijata itu besar sekali tuahnya. Apabila
disabatkan kepada orang, orang itu tentu lumpuh selama-
lamanya, betapapun ilmu kesaktian yang dimilikinya. Keampuhan
tongkat itu telah diakui oleh berpuluh-puluh korban yang
menjelebak tanah, merintih-rintih minta ampun ...."
"Tetapi, Umi" sesaat berhenti, pertapa itu me lanjut pula
"tongkat pusaka yang kelewat ampuh dayanya ini, mempunyai
pantangan juga" "O, apakah pantangannya, rama ?"
"Tak boleh digunakan terhadap orang yang tak bersalah,
orang suci dan orang yang direstui dewata. Keampuhan tongkat
itu akan hilang, nini"
"O, baik rama" Umi mengangguk kemudian menyambut
tongkat yang diberikan oleh ramanya itu.
"O, aku hampir lupa mengatakan, Umi" tiba2 pertapa itu
menyusuli kata2 "menurut pesan bapa guruku, pada suatu saat
tongkat itu akan hancur"
"Hancur " Mengapa hancur, rama ?" Umi terkejut.
"Ingat, Umi, bahwa segala benda di arcapada ini takkan
langgeng selama-lamanya. Dia harus pulang kembali ke asalnya
lagi" 370 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu bagaimana peristiwa kehancuran itu akan berlangsung,
rama" "Tongkat pusaka itu akan hancur apabila digunakan terhadap
jiwa luhur, seorang insan yang dikasihi dewata dan dianugerahi
wahyu agung" "Siapa yang dapat digolongkan sebagai insan yang berjiwa
luhur dan direstui dewata dengan wahyu itu, rama"
"Calon raja junjungan seluruh kawula. Tongkat itu tentu
hancur" kata pertapa "maka ingatlah baik2 Umi, jangan sekali-
kali engkau gunakan tongkat itu terhadap seorang insan kekasih
dewata itu" "Tetapi kalau menurut eyang guru, bukankah tongkat ini telah
dikodratkan akan mengalami kehancuran, rama?"
Pertapa mengangguk "Benar, Umi. Tetapi kuharap semoga
jangan engkau yang melakukan hal itu. Maka waspada dan
berhati-hatilah engkau menjaga dan menggunakan. Jangan
sembarangan engkau menggunakannya . , . ."
"Terima kasih, mbah" tiba2 nyi T undung dikejutkan oleh kata2
Kertawardhana yang saat itu sudah selesai menikmati hidangan
"Uh, jangan mengucap demikian, raden" nyi Tundung gelagapan
terhenyak dari lamunan "bahkan kamilah yang harus mengha-
.turkan maaf kepada raden karena menyuguhkan hidangan yang
sedemikian buruk" "Tidak, mbah. Aku merasa senang dan bahagia sekali dengan
hidangan ini. Terus terang, belum pernah aku makan hidangan
rebung yang selezat ini"
Demikian setelah berbincang- bincang beberapa saat maka
berkatalah nyi Tundung "Raden, bagaimanakah asal mula raden
sampai jatuh ke tangan orang itu ?"
Kertawardhanapun menceritakan tentang tujuannya hendak
ke Singasari, kemudian ke Majapahit lalu ke Kahuripan "Dewasa
371 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini kerajaan Majapahit sedang dilanda awan mendung yang
gelap, mbah. Seri baginda Jayanagara telah dicidera oleh ra
Tanca, tabib keraton, sehingga baginda sampai tewas"
"Oh" nyi T undung terkejut. Demikian pula Astri "lalu siapakah
yang menggantikan baginda di tahta kerajaan, raden?"
"Kudengar sampai saat ini belum ada, mbah. Baginda
Jayanagara belum mempunyai permaisuri sehingga tak
berputera. Hak tahta akan jatuh pada salah seorang dari dua
saudaranya" "O, itu bijaksana"
"Tetapi ada yang harus disayangkan sehingga hal itu
menimbulkan pertimbangan dan pertentangan di pura kerajaan,
mbah" "Bagaimana hal itu terjadi, raden?"
"Karena kedua saudara baginda itu dua-duanya adalah puteri,
mbah. Yang seorang adalah gusti Rani di Kahuripan dan yang
seorang gusti Rani di Daha. Andai kedua rani itu putera semua,
tentulah takkan timbul persoalan apa2 lagi"
"Adakah pjteri tak dibenarkan menduduki tahta kerajaan ?"
"Itulah yang menjadi persoalan, mbah, sehingga sampai
sekarang belum ada keputusannya, siapakah yang akan
menggantikan tahta kerajaan Majapahit"
"Itu tidak adil, raden" tiba2 nyi Tundung membantah "yang
penting adalah meluruskan hak pewaris tahta. Kemudian menilai
pewaris calon pengganti raja itu. Adakah dia sehat tidak
mengidap penyakit jiwa dan cacat tubuh yang tak memungkinkan
dia duduk di tahta. Soal pewaris tahta itu putera atau puteri,
bukanlah soal yang harus dipersoalkan"
Kertawardhana terbeliak. Dipandangnya wajah nyi Tundung.
Pada lekuk2 keriput yang menghias dahi dan wajah wanita tua
372 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, masih membekaskan suatu bentuk wajah kecantikannya
masa muda. Dan dalam kubang gundu matanya itu masih
memancar sinar yang mengandung kedukaan dan dendam
kecewa yang amat dalam. Ia heran mengapa seorang nenek
yang hidup di tengah pegunungan belantara dapat mengungkapkan pernyataan yang keras tetapi tepat dalam
menilai persoalan praja. Dari nada ucapannya, jelas nenek itu
dapat menempatkan pertimbangan pada tempat yang adil
walaupun agak cenderung untuk membela kepentingan wanita
kaum jenisnya. "Raden tentu menganggap aku hendak membela gusti puteri
Rani Kahuripan dan Rani Daha, karena aku juga seorang wanita"
"Kebenaran dan keadilan itu tak membedakan jenis dan
derajat, pria-wanita, kaya-miskin, mulia-hina, mbah. Jika mbah
tidak merasa memiliki rasa memihak pada kepentingan suatu
fihak, kurasa mbah tak perlu cemas walaupun andaikata aku
ataupun orang lain menganggap mbah membela kaum puteri"
"Benar, raden" kata nyi Tundung menerima tanggapan
Kertawardhana dengan penuh pengertian "karena aku hendak
berbicara membela kaum wanita, bukan karena aku justeru
seorang perempuan, melainkan karena menghayati nilai dari
kaum wanita itu dengan segala rasa syukur"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kertawardhana agak bingung memikirkan kemana gerangan
arah tujuan kata2 nenek itu. Namun ia diam tak meminta
penjelasan. "Raden tentu bingung mendengar kata2 mbah tadi" kata nyi
Tundung "maksud mbah, mbah akan mengungkap sesuatu
tentang sepercik peristiwa yang mbah pernah mendengar ketika
mbah masih perawan kedi"
"O, baiklah mbah" Kertawardhana menyambut gembira"silakan mbah bercerita, aku senang sekali mendengarkan, mbah" 373 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi raden" tiba2 nyi Tundung seolah teringat sesuatu
"mbah rasa raden masih lemas tentu raden menderita siksa dari
lelaki yang memanggul raden itu. Baiklah raden beristirahat dulu,
nanti akan mbah suruh Astri membuatkan ramuan jamu untuk
raden" "Terima kasih, mbah. Tetapi kurasa aku tak ..."
"Raden" cepat nyi Tundung menukas "dengan segala
kerendahan dan kesungguhan hati, mbah mohon agar raden
berkenan mengasoh di pondok mbah yang buruk ini sampai
beberapa hari sehingga luka raden sembuh"
Kertawardhana tertegun. "Ah" tiba2 nyi T undung menghela napas "tak apa ...."
"Mengapa mbah" Apa maksud mbah?" 'Kertawardhana
terkejut melihat nyi T undung bermuram durja.
"Betapapun rasa kesungguhan yang memancar dari lubuk hati
mbah dalam menyertai permohonan mbah tadi, namun mbah
takkan memaksa kehendak raden. Mbahpun maklum, sebagai
priyayi praja, tentulah kurang layak apabila raden menetap di
pondok yang begini buruk"
"O, jangan mengatakan begitu,mbah "seru Kertawardhana
"sama sekali aku tak menolak keinginan mbah, bahkan
kebalikannya aku merasa berat hati menerima budi kebaikan
mbah yang berlimpah ruah ini"
"Duh, raden Kertawardhana, mbah mohon janganlah raden
memiliki perasaan demikian. Mbah sudah merasa bersyukur
sekali apabila raden berkenan tinggal di pondok ini dan berkenan
pula menerima ramuan jamu yang hendak mbah persembahkan"
"Ya, baiklah, mbah" Kertawardhana tertawa "aku menurut saja
apa yang mbah katakan"
374 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah nyi Tundung tampak cerah pula. Kemudian ia
mengulangi lagi, mempersilakan Kertawardhana beristirahat
"Astri, bersihkan bilikmu untuk raden. Engkau tidur bersama aku"
"Jangan mbah" cegah Kertawardhana "biarlah aku tidur di
balai-balai sini" "Jangan raden" seru Astri terkejut "raden masih sakit, perlu
beristirahat yang tenang" kemudian dara itu terus melangkah
masuk. "Mbah mohon janganlah raden menolak. Kasihan Astri, dia
tentu kecewa" Kertawardhana kerutkan alis. Heran.
"Perangai anak itu memang aneh. Dia penuh berhati welas
asih terhadap semua mahluk. Bahkan waktu salah seekor ayam
peliharaannya mati, dia mengucurkan airmata. Dia akan
menderita apabila tak dapat menolong raden"
Kertawardhana mengangguk. Diam2 wajah dara ayu itu
membayang dipelapuk matanya.
"Mbah" katanya sesaat kemudian "sambil menunggu Astri
mempersiapkan bilik, maukah mbah menceritakan pengalaman
yang mbah alami semasa mbah masih gadis kecil itu?"
"O, baiklah raden" nyi Tundung tertawa. Kemudian dia mulai
bercerita. "Dahulu ketika aku masih kecil aku merasa ramaku tak begitu
menyayang kepadaku. Entah apa sebabnya aku tak tahu. Dan
sering pula secara tak sengaja, aku melihat ibu berdoa di tengah
malam. Pernah aku diajak ibu ke sebuah vihara untuk
menghaturkan sesaji. Dalam doanya, kudengar ibu memohon
kepada arca Hyang Syiwa yang dipuja di vihara itu. Airmata ibu
bercucuran dikala memanjatkan doa ...."
375 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah yang menjadi doa permohonan ibu mbah sehingga
sampai sedemikian sedihnya, mbah" sela Kertawardhana.
"Aku masih ingat, walaupun tak jelas seluruhnya bahwa ibu
berdoa agar Hyang Syiwa me limpahkan berkah seorang
keturunan lagi kepada ibu. Dan keturunan itu hendaknya seorang
putera" "O, dia menghendaki putera lelaki?" kata Kertawardhana.
"Setelah lebih mengerti tentang masalah2 kehidupan, aku
harus dapat mengetahui bahwa permohonan ibu itu sesungguhnya untuk memenuhi kehendak rama. Ibu hanya
melahirkan aku seorang anak perempuan. Sehingga sudah
berumur delapan tahun, aku masih belum punya adik. Rama
kecewa karena putera yang didambakan itu tak kunjung tiba.
Lama kelamaan, sikap rama terhadap ibupun agak berobah
tawar. Bahkan menurut keterangan bujang perempuan yang
menjadi kepercayaan ibu, rama bermaksud hendak mengambil
selir" "Ibu seorang puteri utama. Darah keturunannya lebih tinggi
dari rama. Dia dapat menerima alam naluriyah seorang pria
tetapi merasa tertusuk perasaannya apabila dasar dari tindakan
rama itu semata dikarenakan ibu hanya melahirkan seorang anak
puteri. Sejak saat itu kehidupan rumahtanggaku mulai suram
suasananya" "Rupanya keretakan rumahtanggaku itu, entah siapa yang
melaporkan, terdengar juga oleh seri baginda Kertanagara. Pada
suatu hari rama dititahkan menghadap ke istana bersama ibu"
"O, sedemikian besar perhatian baginda terhadap orang
bawahaorya?" seru Kertawardhana.
"Ya, baginda memang seorang junjungan yang mulia dan arif
bijaksana" kata nyi T undung "entah apa yang dititahkan baginda,
tetapi ketika pulang kulihat rama dan ibu rukun lagi. Akupun ikut
bahagia" 376 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu apakah yang dititahkan baginda kala itu kepada, ah,
siapakah nama orangtua mbah itu ?"
"Tumenggung T irta" kata nyi Tundung "aku baru mengetahui
setelah beberapa bulan kemudian ibu memberitahukan peristiwa
itu kepadaku "Umi" kata ibu kala itu "engkau wajib berdoa
mempersembahkan puji syukur kepada sang nata yang arif
bijaksana itu. Karena beliaulah yang menyelamatkan rumahtangga kita. Karena sang natalah yang membuka
kesadaran pikiran ramamu"
"Bagaimana hal itu terjadi, ibu" aku bertanya.
"Pada waktu aku dan ramamu menghadap baginda, baginda
murka kepada ramamu dan menitahkan prajurit untuk
menangkap dan menghukumnya. Ramamu terkejut sekali dan
menghaturkan permohonan agar baginda berkenan melimpahkan
penjelasan tentang kesalahan ramamu. Baginda menuding
ramamu dan memakinya sebagai seorang pria yang tak
bertanggung jawab. Adalah karena me lihat kesetyaan ramamu,
maka baginda berkenan memberi restu ramamu menerima
anugerah dari raja Jayakatwang. Tetapi ternyata ramamu telah
mensia-siakan aku yang berarti ingkar akan pemberian ganjaran
raja Daha. Saat itu baginda benar2 murka sekali, Umi"
"Lalu bagaimana kesudahannya, itu ?"
"Baginda memberikan sebuah kitab yang memuat tentang
cerita perjalanan sang Buddha Gautama dan menitahkan ramamu
membaca pada bagian kissah raja dari Kosa la. Dan ramamupun
segera mengindahkan titah sang nata :
Pada seorang raja dari Kosala yang tidak menunjukkah tanda2
kegembiraan hati ketika mendapat laporan bahwa permaisurinya
melahirkan seorang puteri, maka sang Buddha segera
mengingatkan "O, raja, seorang puteri akan dapat menjadi lebih
mulia daripada seorang putera, karena ia akan dapat menjadi
mempelai perempuan dengan kebijaksanaan dan kebajikan,
377 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dihargai oleh mentua perempuan dan dapat melahirkan seorang
pahlawan atau seorang kepala negara. Ia akan dapat menjadi ibu
dari seorang pemimpin bangsa"
"Nah, Tirta" sabda baginda "sudahkah engkau menghayati apa
yang engkau baca itu dan sudahkah engkau menyadari akan
kegelapan pikiranmu?"
Serta merta tumenggung Tirta menghaturkan sembah ke
bawah duli baginda dan memohon ampun.
"Jika harus menyesal, maka akulah yang lebih menyesal dari
engkau. Engkau tahu Tirta, akupun tidak berputera melainkan
mempunyai puteri2. Kepada siapakah kelak akan kuwariskan
tahta kerajaan ini ?" seru baginda Kertanagara dengan nada
meluap-luap "tentu saja kepada puteriku itu. Dan ingat Tirta,
kesemuanya itu sudah digariskan oleh Hyang Widdhi. Anak2, laki
atau perempuan, bukanlah milik kita hakiki. Mereka adalah titah
dewata dan milik dewata. Ayah dan .ibu hanyalah pangkal
sumber yang dipercaya dewata untuk melahirkan dan
mengejawantah mereka. Mereka hanyalah milik kita dalam
hubungan kehidupan kita saat ini tetapi tidaklah dalam hubungan
abadi dalam a-lam kehidupan kita selanjutnya kelak"
"Kutahu apa sebab engkau kecewa karena mempunyai anak
perempuan itu. Dasarnya engkau memiliki keinginan2 tertentu.
Supaya harta bendamu jatuh kepada puteramu. Supaya kelak
pada harituamu engkau dapat meneduh pada puteramu. Supaya
engkau dapat menyambung keturunanmu, dan lain2 keinginan
yang kesemuanya itu tak lepas dari sifat2 kemilikan nafsu ke-
Aku-anmu. Nafsu2 keinginan yang kelak akan membelenggu
jiwamu pada saat2 engkau dipanggil menghadap ke hadirat
Hyang Widdhi. Dan engkau Tirta, bukankah hidupmu untuk
mengabdi kepada kepentingan negara" Andaikata terjadi
peperangan, tidakkah semua impianmu itu hancur berantakan
karena jiwamu sendiripun tiada ketentuannya. Sekalipun tidak
ada peperangan, dapatkah engkau meng-hak-i jiwamu apabila
378 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap saat entah esok entah lusa, Hyang Purbawisesa akan
memanggilmu menghadap" Bukankah engkau akan meninggalkan segala yang engkau cintai dan segala kenikmatan
keduniawianmu ?" "Tirta" masih baginda melanjut "ketahuilah, bahwa yang
penting bukanlah engkau mempunyai anak atau tidak,
mempunyai anak laki atau perempuan, tetapi tanggung jawabmu
sebagai titah kepada Y ang Menitahkan, sebagai seorang manusia
kepada dharma hidupmu, sebagai seorang insan kepada sesama
insan sebagai seorang umat kepada agamamu dan sebagai
seorang peribadi kepada diri peribadimu. Hidup itu suatu
pertanggungan jawab yang besar"
"Tetapi ah" nyi Tundung menghela napas.
"Mengapa mbah ?" Kertawardhana terkejut heran "bukankah
rama dan ibumu sudah rujuk dan rukun kembali?"
"Ya" sahut nyi T undung "tetapi hanya untuk beberapa waktu.
Karena akirnya terjadilah suatu peristiwa yang menghancur-
berantakkan rumahtanggaku"
"O, apakah yang terjadi, mbah?"
Nyi Tundung pejamkan mata, menghela napas lalu berkata
pelahan "Sebenarnya hal ini merupakan rahasia keluargaku. Baik
atau buruk, ramalah yang menurunkan aku dan ibu yang
melahirkan aku" "O, maaf mbah" Kertawardhana gopoh menyusuli kata "jika
hal itu menyangkut rahasia keluarga mbah, akupun tak layak
bertanya" "Ya, memang demikian" nyi Tundung mengangguk "tetapi
kenyataan itu, baik atau buruk, tetap merupakan suatu yang
nyata. Tak mungkin dapat ditutupi. Adalah kesalahan orangtua
maka aku sebagai anak yang tak tahu apa2, harus ikut
menderita" 379 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana diam. Menunggu.
"Petaka yang menimpa rumahtanggaku, memang timbul dari
sikap rama sendiri. Beberapa waktu sete lah menerima
kemurkaan baginda, rama memang bersikap baik kepada ibu.
Tetapi lama kelamaan, kambuh lagi penyakitnya. Dia mulai
mencari-cari alasan untuk memarahi ibu. Bahkan secara terang-
terangan dan di luar persetujuan ibu, rama lelah mencemarkan
kesucian seorang dayang tumenggungan yang masih perawan.
Ibupun marah dan sedih"
"Ya, memang sudah selayaknya beliau bersikap demikian"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata Kertawardhana. "Lebih menyakitkan sekali ketika dayang perawan itupun hamil
dan kemudian melahirkan seorang putera lelaki. Rama dimabuk
kegirangan. Seluruh perhatian dan kasihnya tertumpah pada
dayang selir dan puteranya itu. Kekuasaan keluarga tumenggunganpun hendak diberikan kepada selir itu"
"Benar2 tak tahu diri dayang itu" Kertawardhana memberi
tanggapan. "Dalam meratapi nasibnya yang merana, ibupun bersua
dengan seorang pria yang tahu akan perasaan hati ibu. Pria itu
adalah demang Ketawang, seorang demang bawahan rama, yang
masih muda, cakap dan halus budi pekertinya. Ibu
mendambakan seorang pria yang tahu akan jiwanya dan demang
Ketawangpun iba akan penderitaan ibu. Rasa bertemu rasa dan
terpadulah bahana asmara"
"O" Kertawardhana hanya mendesuh tetapi tak berani
memberi tanggapan apa2. "Pada puncak penderitaan ibu atas perlakuan rama yang
makin semena-mena, akhirnya bangkitlah kemarahan ibu. Ibu
hendak menghadap baginda Kertanagara untuk melaporkan
kelakuan rama "Gila engkau" hardik rama "mengapa engkau
condong pada musuh yang di benci ramamu raja Sastrajaya ?"
Pedang Kiri 8 Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung Pedang Penakluk Iblis 11
^