Sumpah Palapa 7
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 7
380 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" ibu tertawa mencemoh "engkau masih teringat akan hal
itu" Aku terpaksa menuruti titah rama prabu untuk menjadi
isterimu, karena engkau telah bersumpah menerima tugas rama
untuk memata-matai seri baginda Kertanagara. Engkau rela
menjadi seorang penghianat karena engkau ingin mempersunting
diriku. Tetapi sekarang ternyata engkau memperlakukan aku
begini hina" "Tutup mulutmu!" bentak rama tumenggung "rendah benar
budimu. Engkau hendak menghianati suami, menghianati
ramamu" "Suami" Uh, tanyalah pada batinmu, layakkah engkau
menyebut dirimu sebagai suamiku". Menghianati rama" Tidak,
aku tidak menghianati tetapi berbeda faham dengan pandangan
rama. Setelah menghadap baginda, baru aku sadar bahwa
sesungguhnya baginda Kertanagara itu seorang nata yang adil
bijaksana, seorang nata yang berwatak ksatrya, berpambeg
pandita. Aku malu menghianatinya"
"Engkau malu menghianati baginda Kertanagara tetapi engkau
tak malu menghianat pada ramamu raja Sastrajaya"
"Engkau bebas mengatakan apa saja tentang diriku tetapi aku
tetap akan menghadap seri baginda"
"Sukesi !" rama loncat menghadang ibu "apakah engkau
benar2 hendak menghadap baginda"
"Dewapun tak dapat menghalangi maksudku" ibu tetap
lanjutkan langkah. Karena tak dapat menahan luap amarahnya,
rama lalu memukul ibu sehingga rubuh terjerembab"
"Ah, mengapa tumenggnng Tirta bertindak sedemikian kasar"
seru Kertawardhana. "Pada saat itu muncullah demang Ketawang. Dia terkejut
sekali menyaksikan ibu menggeletak di lantai. Di luar
kesadarannya, demang itu terus lari mengangkat ibu seraya
381 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesali rama "Ki tumenggung, mengapa tuan sampai hati
menganiaya nyi tumenggung"."
"Setan, engkau berani ikut, campur urusanku!" rama
menyambar tombak dan menghampiri demang Ketawang.
Memang selentingan, rama telah mendengar berita tentang
hubungan ibu dengan demang Ketawang. Melihat demang itu
berani lancang memegang tubuh ibu, ramapun marah sekali.
Makin keras dugaannya bahwa demang itu memang benar
mempunyai hubungan dengan ibu.
"Ki tumenggung, aku hanya ..." belum sempat demang
Ketawang menyelesaikan kata-katanya, ramapun sudah mengayunkan tombak menusuk dadanya.
Demang Ketawang terkejut sekali. Lepaskan tubuh ibu, dia
menggeliat menghindar kesamping. Tetapi terlambat. Dadanya
selamat namun bahu kirinya termakan ujung tombak rama
sehingga bercuciiran darah.
"Tumenggung Tirta" seru demang Ketawang setelah berdiri
tegak dan menghunus keris "jangan menganggap hanya dirimu
sendiri seorang laki, demang Ketawangpun juga seorang lelaki.
Hayo, kita bertanding ketangkasan senjata. Siapa lena pasti
pralaya!" "Demang keparat! Jangan sebut aku tumenggung Tirta
banteng Singasari, apabila hari ini aku tak dapat membunuhmu,
manusia yang berani mengganggu isteri tumenggung!"
Merah padam muka demang Ketawang menerima dampratan
itu. Karena malu diapun marah. Terlanjur basah, iapun mandi
sekali "Ya, benar, aku memang kasihan melihat penderitaan
nasib gusti puteri yang engkau sia-siakan. Aku tak rela seorang
puteri yang tak berdosa, harus jatuh di tangan seorang pria yang
sekejam engkau !" "Keparat!" ramapun segera menyerang dan demang itupun
melayaninya. Terjadi pertarungan yang seru sekali.
382 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, ibupun siuman. Melihat ibu hendak
bangun, rupanya rama yang sudah kemasukan setan menjadi
makin kalap. Rama menyelimpat ke samping lalu menusuk ibu.
"Ihhhh" ibu menjerit. Tetapi sebelum ujung tombak rama
tertanam pada tubuh ibu, tiba2 demang Ketawang loncat
menikamkan keris ke punggung rama. Rama memekik keras dan
rubuh binasa. "Ah" Kertawardhana mendesuh kejut.
"Kemudian ibu dan demang Ketawang menghadap baginda
untuk menyerahkan diri. Tetapi setelah mendengarkan laporan
ibu, baginda murka sekali kepada rama. Ibu dianugerahkan
kepada demang Ketawang"
"Baginda bertindak bijaksana" kata Kertawardhana.
"Tidak sepenuhnya bijaksana" sahut nyi Tundung.
Kertawardhana kerutkan 'dahi, melontar pandang keheranan
"Maksud mbah?" "Setelah menjadi seorang tua yang banyak makan asam
garam kehidupan, barulah dapat kukupas maksud yang
tersembunyi dibalik titah baginda itu. Disamping hendak memikat
hati ibu agar terpancang kesetyaannya kepada baginda, maka
baginda berkenan membahagiakan ibu dengan menjodohkan
kepada demang Ketawang. Pun baginda hendak menghukum
raja Sastrajaya" "Menghukum raja Sastrajaya" Bagaimana buktinya, mbah?"
"Tindakan untuk menikahkan ibu kepada demang Ketawang
itu, berarti mencemohkan martabat raja Sastrajaya. Bukankah
walaupun dari garwa selir, tetapi ibu itu juga puteri seorang raja
" Tidakkah suatu tamparan pada muka raja Sastrajaya apabila
salah seorang puteri-nya diberikan kepada seorang demang "
Dan kemudian setelah itu maka bagindapun segera menitahkan
383 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar raja Sastrajaya turun tahta dan diganti oleh puteranya yani
raja Jayakatwang" "O" desuh Kertawardhana seraya mengangguk-angguk. Diam2
ia kagum atas ketajaman nenek itu menilai persoalan. Pada saat
ia hendak berbicara, tiba2 muncullah Astri yang membawa kabar
bahwa bilik sudah dipersiapkan.
"Silakan raden beristirahat" nyi Tundungpun segera
mempersilakan Kertawardhana "akan kusuruh Astri untuk
membuat ramuan jamu untuk raden"
Kertawardhana menurut saja. Tempat tidur itu walaupun
hanya terdiri dari balai-balai kayu dan tikar pandan tetapi cukup
bersih dan menyengsamkan. Bantalnya membaurkan hawa
harum segar. Rebah di pembaringan itu, ia merasakan suatu suasana yang
lain. Ia terkenang akan masa2 kehidupannya berguru pada resi
Niskala di puncak gunung. Suasananya memang tenang dan
sunyi. Tetapi ketenangan di pertapaan beda dengan ketenangan
di pondok situ. Di pertapaan ia merasakan ketenangan itu pada
pikirannya tetapi di pondok itu ia menemukan ketenangan rasa.
Setiap hari Astri selalu melayaninya, dengan penuh kepatuhan
dan ketekunan. Membawa ramuan jamu, menyajikan hidangan.
Kadang ia terkejut dan terjaga dari tidur manakala merasakan
dahinya diraba oleh sebuah tangan halus. Ataupun kakinya
tengah dipijati oleh jari jemari yang lembut. Ia dapatkan Astrilah
yang memijati kakinya "Tidurlah raden supaya engkau lekas
sembuh" Berkat perawatan Astri dan ramuan jamu dari nyi Tundung,
dalam waktu, yang singkat, kesehatan Kertawardhana pulih dan
lukanyapun sembuh. Tiap hari ia bersama Astri menuju ke kebun,
menanam dan memetik tanaman sayur. Kuda hitam Baratpun
jinak dan patuh kepadanya. Manakala ia mengantarkan Astri
mandi di telaga, ia hanya terlongong-longong menunggu
384 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perawan itu mandi dalam kesegaran air telaga yang sejuk. Dan
saat2 seperti ilu amat membahagiakan hatinya.
Pun Astri seperti menemukan suatu dunia baru. Apa yang dulu
pernah diajarkan oleh neneknya tentang kaum lelaki yang
dikatakan sebagai mahluk jahat dan buas, ternyata tak sesuai
dengan kenyataannya. Dalam diri Kertawardhana, ia mendapatkan seorang pria yang baik budi dan menyayang. Dan
tanpa menyadarinya, bayang2 raden itu mulai bersemi dalam
taman hatinya. Ia merasakan kini hatinya berisi. Entah apa
artinya isi itu, ia tak tahu tetapi merasakan dan yakin akan
kenyataannya. Astri merasakan alam disekeliling gunung itu seperti berobah.
Surya lebih gemilang, langit lebih lazuardi, daun lebih hijau, air
telaga lebih segar, kicau burung lebih merdu. Baginya kehidupan
itu lebih cerah. Ia tak mengerti mengapa ia mempunyai perasaan
begitu. Tetapi yang jelas, perasaan itu timbul sejak
Kertawardhana berada di pondoknya.
Nyi Tundung bersikap diam tetapi diam yang mawas. Dia
pernah muda dan tahu pula apa yang terjadi dalam hati kedua
insan muda itu. Diam2 terbetik dalam hatinya akan sesuatu
harapan. Harapan dari seorang nenek kepada cucunya yang
terkasih. Dan harapan itu makin membentuk suatu keinginan
manakala pada suatu malam ia bermimpi.
"Umi" seru orang tua dalam impiannya yang berwujud seperti
gurunya "aku hendak menyerahkan seekor anak macan. Anak
macan putih ini jarang terdapat dalam dunia. Dia berdarah putih,
bukan seperti macan biasa. Kelak dia tentu akan menjadi
mustikanya macan. Peliharalah baik2, Umi, agar kelak dia dapat
menurunkan bibit unggul"
"Terima kasih rama" seru nyi Tundung serya menyambuti.
Tetapi sekonyong konyong macan itu meraung, menerjang nyi
Tundung lalu lari keluar. Nyi T undung memburu keluar. Dia amat
terkejut sekali ketika melihat Astri muncul di halaman dan macan
385 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih lari kepadanya. Ah, dara itu merentang kedua tangan
hendak menangkap macan itu "'Astri, awas ...." nyi Tundung
berteriak kaget dan bangun. Keringat dingin bercucuran.
Sampai jauh malam ia terjaga memikirkan makna impian yang
aneh itu. Sejak Kertawardhana berada dalam pondok itu, sudah
dua kali dia mendapat impian yang aneh dan luar biasa. Pada
hal. sejak bertahun-tahun yang lalu, jarang dan hampir tak
pernah ia bermimpi. Mimpi pertama seperti bertemu Hyang Batara Syiwa dalam
perwujudan sebagai seorang raksasa menyeramkan. Dan dia
menafsirkan impian itu sebagai wangsit yang diamanatkan Hyang
Syiwa tentang kehadinan seorang insan
luhur, raden Kertawardhana. "Adakah macan putih itu juga mempunyai kaitan dengan diri
raden itu?" ia terus mengungkap-ungkap berbagai kemungkinan
yang mungkin untuk menjadi landasan penafsiran mimpinya itu
"putih itu, sifat suci atau luhur. Dan karena sifat2 itu maka
dapatlah kukaitkan, dengan impian yang pertama yang
kutafsirkan sebagai amanat Hyang Syiwa tentang diri raden
Kertawardhana itu. Tetapi mengapa seekor harimaju " Bukankah
harimau seekor binatang buas" Mengapa tidak berupa benda
cemerlang bahkan rembulan atau bintang apabila dewata hendak
mengamanatkan hal2 mengenai priagung besar . . . ."
Nyi Tundung tersipu-sipu dan mendesuh. Ia malu hati
manakala ia menyadari sikap alam pikirannya tadi. Mengapa
seolah ia hendak memerintahkan dewata menurut kehendak
hatinya dalam mimpinya itu" Iapun teringat-pula bahwa yang
disebut dawuh atau titah gaib ataupun wangsit dewata itu,
memang bersifat samar2, suatu perlambang yang semu. Memang
wangsit itupun sesungguhnya mengandung unsur kodrat yang
pada ha-kekatnya tidak dapat diberitahukan secara semata-mata
oleh insan yang bersangkutan. Dewapun takut, akan tulah yang
terkandung pada kodrat prakitri yang serba rahasia dan bertuah.
386 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya maka setiap lambang, baik yang tertampak pada
alam nyata semisal peristiwa bintang sapu dan lain2 peristiwa
dunia yang aneh2, maupun yang terpancar dalam mimpi, selalu
tak nyata dan hanya berupa suatu perlambang atau kiasan.
Manusialah yang harus menafsirkan maknanya sendiri.
Nyi Tundungpun menyadari akan kesalahannya itu. Ia lalu
pejamkan mata mengheningkan cipta-semedhi. Namun kali ini
dia tak menghampakan pikiran, melainkan memusatkan seluruh
pikirannya untuk membayangkan macan putih yang muncul
dalam impiannya tadi. ".... macan adalah binatang yang dahsyat. Hampir tak ada
penghuni rimba yang berani kepada macan itu. Macan adalah . . .
raja!" tiba2 nyi T undung tersentak dari semedhinya ketika terkilas
oleh kata2 raja "ah, benar, macan itu adalah raja hutan, raja
yang dipertuan dari kerajaan hutan rimba. Macan putih, raja
yang luhur" Kemudian nyi Tundungpun teringat akan pesan gurunya
dalam impian tadi "kelak dia tentu akan menjadi mustikanya
macan ....." Penemuan itu segera menjernihkan kabut yang menyelubungi
pikiran nyi Tundung "Ah, ternyata macan putih itu memang
mempunyai kaitan dengan dawuh gaib yang diamanatkan Hyang
Batara Syiwa" Setelah menemukan pemecahan itu, tenanglah pikirannya.
Perasaannya memeluk keyakinan bahwa macan putih tak lain
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tentulah anakmuda yang sekarang berada dalam pondoknya.
Anak macan berani bahwa macan itu-masih kecil atau raja yang
belum tampil "Ah ia mendesah berkepanjangan betap pun
halnya, benda gemilang" yang diberikan Hyang Batara Syiwa
kepadaku dan anak macan putih yang diterimakan rama
kepadaku dalam impian itu, makinjelas memperlambangkan akan
jiwa agung dan insan luhur pada diri raden itu"
387 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hyang Batara Syiwa menganugerahkan, demikian pula rama"
pikirnya lebih lanjut "lalu bagaimana aku harus menerimanya?"
Demikian pertanyaan itu, nyi Tundung maksudkan cara
bagaimana akan mendapatkan diri Kertawardhana. Tak mungkin
raden itu akan mau tinggal di pondoknya untuk selama-lamanya.
Pikirnya nyi Tundung. "Ah" tiba2 ia mendesuh "andaikata raden itu mau tinggal di
sini selama-lamanya, lalu bagaimana mungkin dia akan . . ." tiba2
ia teringat akan mimpinya tentang anak macan putih"bukankah
anak macan itu harus menjadi macan. Bukankah raden itu kelak
harus menjadi priagung besar " Bagaimana mungkin hal itu akan
terlaksana pada dirinya apabila dia tetap menetap di sini?"
Tersirap darah nyi Tundung manakala membayangkan
penimangan itu. Priagung itu tempatnya di praja dan raja itu
bersemayam di singgasana, bukan di pondok pegunungan.
Tiba pada pemikiran itu, pikiran nyi Tundung serentak
tersengat oleh suatu bayang2 "Benar, raden itu tentu akan
segera melanjutkan perjalanannya lagi ke Majapahit dan
Kahuripan. Dia hanya singgah dan beristirahat beberapa waktu
saja di sini. Jika dia pergi, bukankah benda cemerlang dan anak
macan putih yang diberikan kepadaku itu akan ikut lenyap
selama-lamanya?" Nyi Tundung mengucurkan keringat manakala menyadari hal
itu. Ia berusaha untuk memecahkan masalah itu. Bagaimana cara
yang tepat untuk memperoleh raden Kertawardhana sebagaimana dilambangkan sebagai benda cemerlang oleh
Hyang Syiwa dan macan putih oleh rama gurunya. Segala
kemungkinan telah dijajagi dan buntu. Satu-satunya kemungkinan yang paling mungkin adalah Astri "Ah, anak itu
memang malang nasibnya. Ibunya meninggal konduran setelah
melahirkan dia dan ramanyapun seorang lelaki yang tak
bertanggung jawab. Dia cantik bagaikan bunga mekar. Dia
388 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhati bersih dan lembut perangai, penuh rasa welas asih.
Dialah satu-satunya sarana urituk menampung anugerah dewata"
"Tetapi mungkinkah ?" pada lain saat nyi Tundung
membantah pikirannya sendiri "maukah raden Kertawardhana
menerimanya sebagai isteri " Tidakkah raden itu akan merasa
rendah diri apabila mempersunting seorang perawan gunung
seperti Astri ?" Nyi Tundung pejamkan mata dan membayangkan .pergaulan
kedua insan muda itu. Dalam perwujutan, keduanya merupakan
sejoli yang serasi sekali. Kertawardhana tampan dan berseri. Astri
cantik dan. segar bercahaya. Tetapi asal keturunan mereka
berbeda. Kertawardhana tentu putera keturunan priagung
sedang Astri hanya .... "Ah, tidak !" tiba2 nyi Tudung menegakkan kepala penuh
keangkuhan "Astri bukan keturunan orang biasa, ibuku atau
eyang buyutnya adalah puteri raja Daha. Dan ayahnyapun juga
seorang putera tumenggung"
Penemuan itu segera membangkitkan semangat nyi T undung.
Dan iapun segera mempertebal keyakinannya dengan memanjatkan doa kepada dewata "Duh, Batara Agung, apabila
paduka benar2 berkenan melimpahkan anugerah kepada diri
hamba, hamba mohon semoga perjalanan usaha hamba untuk
menjodohkan cucu hamba Astri dengan raden Kertawardhana itu
akan berhasil" Doa serupapun dihaturkan kepada rama gurunya yang telah
memberikan anak macan putih dalam mimpinya. Setelah selesai
membenahi segala kekuatan pikiran dan gejolak hatinya, dia lalu
bersemedhi lagi. (Oo-dwkz-Ismo-oO) 389 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
II Esok. Suatu permulaan yang ditandai kehadiran surya
kemudian ditutup dengan lenyapnya surya. Dimulai dari arah
timur dan berakhir di arah barat. Tetapi permulaan dan keakhiran
itu berlangsung secara berulang.. Dari hari ke hari, dahulu,
sekarang dan entah sampai kelak yang tak diketahui
keakhirannya. Hari esok merupakan hari yang dijelang bermacam perasaan.
Ada yang menyongsong dengan segunung harapan, selangit
kegembiraan. Tetapi ada pula yang menjelang dengan selembah
kecemasan, selaut penderitaan. Namun esok tetap hari esok
yang pasti akan datang dan datang tiada berkeputusan dalam
kehidupan manusia. Disambut dengan senyum harapan atau
ditolak dengan kerut kecemasan, esok hari tetap akan hadir
dalam bumi. Diantara insan yang menyambut hari esok dengan songsong
harapan dan semangat kegairahan, termasuk diri ny i T undung. Ia
mengharapkan esok hari segera tiba agar dia dapat
melaksanakan rencana yang telah dipertimbangkan semasak-
masaknya dari malam sampai menjelang dinihari.
Sesaat ia bangun, dilihatnya Astri sudah tak berada di
sampingnya. Dalam keheningan dinihari menjelang pagi, ia dapat
menangkap suara orang sedang bekerja di dapur. Mencuci
mangkuk pinggan dan memasak air "Ah, anak itu memang rajin
dan patuh akan pesan orangtua" ia teringat bahwa sejak kecil ia
sudah menanamkan ajaran kepada Astri bahwa anak perempuan
itu harus rajin mengurus rumah, bangun pagi2 membersihkan
rumah, menyapu halaman, memasak air "Anak perawan yang
rajin, kelak pasti akan mendapat jodoh yang baik" katanya
kepada Astri. 390 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan sesungguhnya, disamping memang sudah lazim bagi
seorang anak perempuan, pun bangun pagi dan mengerjakan
pekerjaan rumah itu, baik sekali untuk kesehatan. Nyatanya Astri
bertubuh sehat dan tumbuh menjadi seorang perawan yang
segar berseri. Ia segera turun dari balai-balai. Setelah membasuh muka dan
tubuh, ia menghampiri Astri "Astri, kurasa persediaan garam kita
sudah hampir habis. Suruhlah si Barat mengantar engkau ke desa
yang terletak dikaki gunung itu, membeli garam"
"Baik, mbah" Demikian setelah selesai mengerjakan pekerjaan di dapur,
Astripun membawa Barat menuju ke desa di kaki gunung. Di
desa yang sunyi itu tiap hari pasara ramai juga dengan orang
berjual beli. Astri ingat bahwa hari itu hari pasara di desa
tersebut. Ia hanya perlu membeli garam. Sayur, kayu dan lain2
keperluan dapur tak perlu membeli lagi.
Setelah Kertawardhana bangun, ia terus mencari Astri "Ah,
Astri sedang turun ke desa di kaki gunung, raden" nyi Tundung
memberi keterangan. "Seorang diri, mbah?"
"Ya" "O" Kertawardhana terkejut "apakah dia sering ke desa itu?"
"Dulu waktu masih kanak2, memang sering mbah suruh dia ke
desa itu untuk membeli keperluan dapur. Tetapi sejak berangkat
dewasa, hampir tak pernah mbah suruh lagi. Mbah sendiri yang
membeli-beli ke sana"
"Ah" Kertawardhana mendesah.
"Mengapa raden?"
"O, tak apa-apa, mbah"
391 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Tundung tertawa "Ah, jangan raden berbohong kepada
mbah. Mbah juga pernah jadi orang muda, tahu juga bagaimana
perasaan anak muda itu. Bukankah raden mencemaskan Astri?"
"Memang mbah" Kertawardhana mengaku "bukankah kurang
aman bagi seorang perawan berjalan seorang diri menuju ke
desa yang jauh itu?"
Nyi Tundung mengiakan. Dalam hati ia gembira, karena
Kertawardhana menunjukkan perhatian besar kepada Astri.
Menguatirkan diri seseorang berarti menaruh perhatian akan diri
orang itu. . . "Tetapi Astri naik si Barat" kata nyi Tundung "perjalanan itu
dapat ditempuh dengan cepat. Demikian pula penduduk didaerah
pegunungan ini jarang sekali. Selama bertahun-tahun selalu
aman" Kertawardhana menghela napas longgar mendengar keterangan nenek itu "Mbah, mengapa tak suruh Astri meminta
aku mengantarkannya?"
Makin girang hati nyi Tundung. Namun ia tejfcap bersikap
tenang "Ah, jangan raden memanjakan anak itu., Dan kurang
layaklah apabila seorang pria sepertii raden harus mengantarkan
seorang anak perawan ke pasar"
"Ah, bukan soal layak tak layak, mbah. Yang penting adalah
keselamatan Astri" "O" nyi Tundung mendesuh "adakah raden bersedia apabila
tadi Astri meminta kepada raden?"
"Tentu, mbah"' "Mengapa, raden?"
"Aku ingin melindungi keselamatan Astri, mbah"
"Mengapa raden tiba2 mempunyai pikiran demikian?"
392 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena . i.." Kertawardhana tergugu manakala harus
memberi keterangan selanjutnya "aku kasihan kalau Astri sampai
mendapat halangan yang tak diinginkan"
Nyi Tundung mengangguk "Terima kasih, raden. Apakah
raden berkenan meluluskan mbah mengajukan pertanyaan ?"
"Ah, mengapa mbah masih seperti orang lain. Katakan sajalah
apa yang mbah hendak bertanya"
"Raden Kertawardhana" tiba2 nada nyi Tundung agak
bersungguh "sudah lama mbah menyimpan perasaan ini dalam
hati mbah. Mbah mencari kesempatan, bilakah mbah dapat
menghaturkan apa yang terkandung dalam hati mbah itu ke
hadapan raden" Kertawardhana agak terkesiap me lihat sikap nenek Tundung
yang tiba2 agak lain. Mungkinkah ....
"Mbah, aku merasa berterima kasih sekali bahwa mbah mau
menerima diriku tinggal beberapa waktu di sini dan bahkan telah
memberi ramuan2 jamu untuk menyembuhkan luka2 yang
kuderita" "Ah, jangan raden berkata begitu"
"Mbah, rasanya sekarang kesehatanku sudah pulih kembali.
Tak ingin aku menambah beban kepada mbah di sini, nanti
setelah Astri pulang, akupun segera akan minta diri untuk
melanjutkan perjalanan"
"Raden!" serentak terbangkitlah nyi Tundung dan berteriak
seperti terpagut ular "tidak, raden, tidak ! Raden salah faham!"
Kertawardhana tertegun. "Serambut dibelah tujuhpun mbah tak mengandung pikiran
seperti yang raden kuatirkan itu. Apabila mbah, sepercik saja
mempunyai pikiran demikian, semoga Hyang Batara Kala
mencabut nyawa mbah saat ini juga!"
393 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah,mbah" bergegas Kertawardhana mendekap tubuh nenek
itu "maafkan, mbah. Aku tak sengaja hendak menusuk perasaan
mbah" Nyi T undung mengucurkan airmata.
"Mbah, maukah mbah memaafkan aku?"' bujuk Kertawardhana. Nyi Tundung mendekap tangan raden itu dan mencium jari
tangannya "Duh, raden, berat nian rasa hati mbah menerima
pernyataan raden seberat itu. Radenlah yang harus memberi
maaf kepada mbah karena mbah hendak menghaturkan
kandungan hati mbah ini kehadapan raden"
"Katakanlah, mbah, sudah tentu dengan segala senang hati
aku. bersedia mendengarkan"
Nyi T undung segera duduk kembali. Demikian Kertawardhana.
Mereka berhadapan, terpisah dengan sebuah meja yang telah
dilengkapi dengan minuman.
"Raden" Nyi Tundung memulai kata-katanya "pertama mbah
hendak menuturkan sekelumit kissah hidup mbah"
"O, baik mbah"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Karena riwayat rama dan ibu mbah, telah mbah ceritakan,
maka sekarang mbah hendak melanjutkan tentang kissah mbah
sendiri" Kertawardhana tampak gembira. Memang sebenarnya ia
masih ingin untuk mendengarkan kelanjutan cerita yang lalu dari
nenek itu. "Setelah dewasa, mbah hendak dinikahkan dengan seorang
putera tumenggung tetapi mbah telah direbut oleh seorang
pemuda yang gagah berani"
"Apakah pemuda itu, maaf, pernah menjalin kasih dengan
mbah?" 394 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Belum" nyi T undung gelengkan kepala "tetapi mbah memang
sudah mendengar nama dan kegagahan-nya yang termasyhur.
Mbah dengar bahwa banyak sekali wanita yang terpikat oleh
ketampanan pemuda itu, sebanyak pula ksatrya2 yang memuji
akan kegagahannya. Tetapi dia seorang manusia liar. Dia tak
henti-hentinya mengganggu wanita cantik, sedemikian pula tak
henti-hentinya dia selalu membuang mereka. Habis manis sepah
dibuang ...." "Diam2 dalam hati mbah yang masih perawan, timbul dua
macam perasaan yang saling bertentangan. Mbah ingin melihat
bagaimanakah manusia yang disohorkan tampan dan menjatuhkan hati setiap wanita yang melihatnya itu?"
"O, maksud mbah, mbah hendak menundukkan orang itu ?"
Nyi Tundung mengangguk lalu tersenyum "Memang terdapat
dua macam perasaan yang berlainan pada diri pria dan wanita
itu. Pria suka kepada seorang dara yang belum pernah disentuh
oleh lain pria. Tetapi wanita lebih memuja kepada pria yang
banyak digandrungi wanita lain. Pria menginginkan sebagai orang
pertama yang mempersunting gadis itu. Tetapi wanita bangga
menjadi wanita terakhir yang dapat merebut hati pria"
Walaupun Kertawardhana tetap diam mendengarkan tetapi
dalam hati ia heran akan uraian nenek itu. Makin keras
dugaannya bahwa nenek itu tentu mengalami gelombang besar
dalam laut kehidupannya. "Dengan perasaan kewanitaan itu, timbul suatu angan-angan
dalam hatiku untuk menuntut balas kepada manusia liar itu"
"Menuntut balas" Untuk siapakah mbah hendak menuntut
balas?" "Untuk gadis2 dan wanita yang telah menjadi korban
dicampakkan oleh manusia itu" sahut nyi T undung
395 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" desuh Kertawardhana "adakah mbah berhasil dalam usaha
itu?" Nyi T undung menghela napas "Berhasil, tetapi gagal"
Kertawardhana membeliakkan pandang bertanya.
"Ketika di candi Singasari diadakan upacara sesaji besar, aku
mendapat idin dari ibu dan rama untuk mengunjungi candi itu
dan menghaturkan sesaji. Aku tak kenal dan belum pernah
berjumpa dengan manusia gagah perkasa yang termasyhur itu.
Tetapi aku msrasa, diantara sekian ribu pengunjung terdapat
seorang lelaki muda yang selalu mengarah pandang matanya
kepadaku. Akupun sempat membalas pandang. Hatiku berdebar
keras ketika beradu pandang dengan seorang pria muda yang
tampan. Matanya berkilat-kilat tajam menusuk hati. Senyumnya
menikam kalbu ...." pada saat berkata-kata, nyi Tundung
pejamkan mata. Seolah mengenangkan peristiwa itu.
Kertawardhana tersenyum dalam hati. Ia tak mau mengusik
melainkan membiarkan nenek itu tenggelam dalam kenangan
masa muda. Kenangan yang indah itu suatu kebahagiaan.
"Kubawa pulang peristiwa itu berikut dengan selubung
keheranan. Keheranan yang segera menuntut pertanyaan,
siapakah pria muda tampan yang memandang dan tersenyum
kepadaku itu. Pada suatu hari aku benar2 dikejutkan oleh nyi Pari
yang menghaturkan sebuah kotak gading kepadaku"
"Siapakah nyi Pari itu, mbah?"
"O, dia adalah inang pengasuhku. Ketika kutanya dari siapa
kotak itu, dia hanya menjawab dari seorang pria muda dan
tampan "Siapa namanya?" kutanya tetapi bujang itu hanya
menjawab bahwa aku sudah melihatnya ketika di candi Singasari
yang lalu" "O, pria tampan yang memandang mbah di candi Singasari
itu?" 396 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" nyi Tundung mengangguk "akupun tersipu-sipu dan
berdebar-debar sekali saat itu. Kupesan nyi Pari supaya jangan
mengatakan hal itu kepada siapapun juga dan kusimpan kotak
gading itu di dalam almari. Tengah malam ketika semua orang
sudah tidur, kuambil kotak itu. Terjadi pergolakan batin yang
hebat dalam hatiku saat itu, antara keinginan tahu dan rasa
keagungan sebagai seorang puteri. Kukembalikan lagi kotak itu
ke dalam almari. Sampai lima malam berturut-turut kukeluarkan
kotak gading itu tetapi setiap berhadapan lalu kukembalikan lagi.
Mengapa aku harus membuka kotak pemberian seorang pria
yang tak kukenal" Jika pria itu memang benar pria yang
dimasyhurkan sebagai pria gagah perkasa yang binal itu, lebih
memberi alasan kepadaku, mengapa aku harus menerimanya?"
"Akhirnya apakah mbah tidak membukanya?" karena terpikat
oleh cerita itu, Kertawardhanapun bertanya.
"Ah" nyi Tundung menghela napas "sinar mata dan
senyumnya yang selalu melekat dalam pelapuk mataku itu
akhirnya dapat menyiak segala rasa keraguan dan ma lu dalam
hatiku. Pada malam yang ketujuh, kubukalah kotak gading itu ..."
Kertawardhana menahan napas, terhanyut dalam rasa ingin
tahu yang menggelora "Apakah isinya, mbah?" karena sampai
beberapa jenak belum juga nyi Tundung mengatakan, iapun
bertanya. "Kotak gading itu berisi tiga buah benda. Sebuah permata
sebesar biji jagung yang bersinar gilang gemilang. Sebuah
bungkusan dari sutera merah dan sepucuk surat. Bungkusan
sutera merah itu berisi beberapa helai rambut dan surat itu berisi
curahan hatinya ..."
"Ah" Kertawardhana seolah ikut merasakan suasana hati nyi
Tundung kala itu. Dia menyatakan ketekadannya untuk menjadi pelindung dan
berhamba kepada diriku sampai di akhir hayatnya. Dia akan mati
397 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apabila aku menolak kasihnya. Dan lain2 rangkaian kata yang
penuh rayu asmara" Kertawardhana diam tak mau mengusik. Tetapi karena dilihat
nyi Tundung juga diam seolah membayangkan peristiwa itu,
akhirnya ia mengajukan pertanyaan juga "Dan bagaimanakah
tanggapan mbah pada waktu itu?"
"Mbah bingung raden" kata nyi T undung "tak tahu bagaimana
perasaan mbah waktu itu. Memang pernah sesekali hati mbah
merekah keinginan untuk menundukkan manusia liar dan
membalaskan sakit hati para wanita yang telah menjadi
korbannya. Tetapi setelah keinginan itu menjadi suatu kenyataan
hati mbahpun bingung tak keruan rasanya!"
"Ah, mengapa mbah harus bingung apabila keinginan sudah
mendekati kenyataan?"
"Raden" kata nyi T undung "mbah seorang anak demang. Kata
orang, mbah cantik sekali. Dan saat itu rama dan ibu-mbah telah
menerima pinangan dari seorang priagung berpangkat di pura
kerajaan. Sebagai seorang wanita utama, mbah harus tunduk
pada adat dan kehendak orangtua. Mbah akan menyimpan
peristiwa itu sebagai kenangan indah dalam hati mbah"
Kertawardhana mengangguk.
"Tetapi apa yang dikatakan orang pria itu, benar-benar terjadi,
raden. Peristiwanya dimulai ketika hari pernikahanku terjadi.
Pada malam itu di kademangan telah terjadi kebakaran. Malam
pengantin yang pertama terganggu. Malam kedua, pun terjadi
kegemparan karena rumah kediamanku menjadi sasaran lontaran
batu. Se}uruh rakyat kademangan dikerahkan untuk mencari
pelempar batu itu tetapi sia2. Malam kedua itu, pengantin
lelaki'juga sibuk keluar memimpin rakyat kademangan untuk
mencari jejak pengacau itu. Malam ketiga pun terjadi kehebohan.
Seluruh warga rumah demang, sakit perut dan muntah2. Malam
keempat, kademangan dikacau dengan kemunculan hantu hitam
398 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menyeramkan. Rakyat kademangan kalang kabut dan
berkumpul di kademangan meminta perlindungan. Yang paling
menghebohkan terjadi pada malam kelima, kademangan telah
diserang oleh empat ekor harimau loreng"
"Lima malam berturut-turut tak pernah mempelai lelaki itu
sempat masuk ke dalam ruang tidurku. Dia sibuk memimpin
rakyat kademangan untuk berjaga sampai pagi. Akhirnya
diputuskan, untuk memboyong aku ke pura kerajaan agar bebas
dari gangguan itu. Tetapi di tengah perjalanan, rombongan kami
diserang oleh penjahat. Aku pingsan dan ketika sadar, kejutku
bukan alang kepalang. Pakaianku sudah tak teratur dan di sisiku
terbaring sesosok tubuh lelaki. Ketika menyadari apa yang terjadi
pada diriku, aku marah sekali. Kucabut pedang yang terletak di
sisinya lalu kutabas-nya ...."
"Adakah lelaki itu yang pernah mbah lihat ketika di candi
Singasari dahulu?" "Ya" "Siapakah namanya?" Kertawardhana mulai tegang. Ia
teringat akan cerita gurunya, resi Niskala tempo hari. Terpercik
bayang2 dugaan antara kedua peristiwa itu.
"Tidak, aku telah bersumpah tak mau menyebut namanya
lagi" nyi T undung menolak.
"O, baik, mbah" Kertawardhana dapat merasakan perasaan
nyi Tundung pada saat itu. Dia tak mau mendesak lebih lanjut
kecuali hanya meminta nenek itu melanjutkan ceritanya.
"Waktu melihat darah mengalir dari bahunya, aku menjerit
dan pingsan seketika. Pada waktu membuka mata, kulihat dia
sudah tak ada. Ternyata saat itu aku berada dalam sebuah gua.
Aku segera melangkah keluar dan melihatnya dia duduk
bersandar pada simping pintu gua. Dia memberi pedang
kepadaku dan menyuruh aku membunuhnya. Ah, raden, hati
perempuan memang lemah sekali. Melihat wajahnya yang cakap,
399 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang beriba-iba, mendengar permintaan maaf yang
penuh imbauan asmara, akhirnya aku menyerah kepadanya.
Hari2 itu penuh kebahagiaan. Kami seolah tenggelam dalam
lautan madu. Dia sering pergi dan menjelang petang baru
pulang. Tetapi hari itu sampai tengah malam dia baru pulang.
Mulutnya berbau tuak dan dalam tidurnya dia mengingau.
Seketika muaklah hatiku mendengar apa yang diocehkan. Dia
tertawa gelak2 dan mengucapkan kata2 yang cabul. Dari kata2
dalam ingaunya itu dapatlah kurangkai kalau dia telah memaksa
seorang wanita untuk melayani nafsunya. Ternyata penilaianku
kepadanya salah. Dia tetap seorang manusia iblis yang gemar
mengganggu kehormatan wanita baik2. Malam itu juga aku pergi
meninggalkannya. Dan akhirnya aku ditolong oleh seorang
pertapa yang kemudian memungutku sebagai anak serta
mengajarkan kepadaku berbagai ilmu kepandaiannya"
Sebenarnya ada keraguan dalam hati Kertawardhana setelah
mendengar cerita nyi T undung itu. Hampir ada persamaan antara
kissah hidup nenek itu dengan cerita gurunya yang lalu. Tapi
karena nenek itu menolak untuk memberitahukan siapa nama
lelaki yang pernah mencuri hatinya, iapun tak mau memaksa
bertanya. Kemudian nyi Tundung me lanjutkan ceritanya bahwa sebagai
hasil dari hubungannya dengan pria. itu, ia telah me lahirkan
seorang anak perempuan. Setelah berangkat dewasa, anak
perempuannya itu telah terpikat oleh seorang pemuda tampan
dan dibawa lari. Beberapa waktu : kemudian anak perempuan itu
kembali lagi kepada nyi Tundung dengan membawa tangis dan
cerita. Bahwa ternyata lelaki itu seorang putera tumenggung
yang gemar mempermainkan wanita2 cantik "Nasib anakku tak
beda seperti diriku, menjadi korban nafsu lelaki yang tak
bertanggung jawab" kata nyi Tundung.
Dilanjutkan pula ceritanya; bahwa anak perempuannya itupun
sudah hamil. Tetapi ketika melahirkan anak, dia meninggal "Bayi
400 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu perempuan dan yang sekarang bersama mbah" nyi Tundung
menutup ceritanya. "Astri?" tanya Kertawardhana.
"Ya" nyi Tundung mengiakan "siang malam mbah berdoa
kepada Hyang Batara Agung semoga karma hidup mbah
mendapat pengampunan. Semoga Astri, satu-satunya darah
keturunan mbah, diberkahi hidup yang bahagia"
"Semoga permohonan mbah terkabul"
"Ah, sebenarnya radenlah yang dapat menolong mbah" kata
nyi T undung. Kertawardhana terkejut "Apa maksud mbah?"
"Raden, apabila raden tidak menampik si Astri perawan
gunung yang bodoh itu, mbah hendak menghaturkan dia menjadi
pelayan raden" Kertawardhana tertegun. Ia tahu apa yang dimaksud nyi
Tundung. Berbagai bayangan melintas dalam renungan,
mengenang dara ayu itu. Ia kasihan atas nasib Astri. Ia senang
akan budi pekerti dara itu dan iapun merasa bahagia berada di
samping gadis ayu itu. Tetapi ... .
"Raden, apakah raden menolak persembahan mbah ?"
Kertawardhana terbeliak "Tidak, mbah, tetapi aku seorang
kelana yang ditugaskan guru untuk mengembara. Aku tak dapat
tinggal lama di s ini. Bukankah mbah akan kecewa dan Astri akan
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlantar?" Di luar dugaan nyi Tundung bangkit dari duduk dan terus
bersimpuh menghaturkan sembah di hadapan Kertawardhana
"Terima kasih, raden. Asal raden berkenan memperisterinya,
sekalipun hanya beberapa pasara, mbah sudah bahagia. Dan
kelak apabila raden melanjutkan mengembara, mbahlah yang
akan merawatnya" 401 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, mbah" kata Kertawardhana "aku menurut saja apa
yang mbah hendak maksudkan kepadaku"
Tiba2 pembicaraan mereka terputus oleh bunyi derap kuda
berlari. Dan sesaat kemudian, muncullah kuda hitam si Barat
tanpa membawa Astri. Kertawardhana cepat lari menyongsong ke halaman.
(Oo-dwkz-Ismo-oO) 402 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 6 403 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 404 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Prabu Danapati kepala negara Lokapala ingin mempersunting
Dewi Sukeksi, putri Prabu Suma la dari Alengka untuk menjadi
permaisurinya. Tetapi sebelum menjatuhkan keputusan, sang
dewi telah mengajukan bebana atau syarat yang berupa
sayembara. Barangsiapa dapat memberi penjelasan yang tepat
tentang ilmu Sastra Jendra Hayuning Rat, apabila dia seorang
wanita akan diakui sebagai saudara sekandung, apabila pria akan
diambil sebagai guru laki atau suaminya.
Jendra berasal dari dua kata, J a dan Endra. J a berasal dari
kata Raharja atau selamat. Ehdra dimaksudkan Batara Endra,
raja Suralaya. Menurut pengertian lain ditafsirkan Endra-Joka
yang berarti kalbu atau jantung, sumber perasaan manusia.
Hayuning Rat terdiri dari kata2 Hayu, mg dan Rat. Hayu
berasal dari kata Rahayu. Ing berarti di. Rat berarti dunia.
Hayuning rat berarti keselamatan di dunia.
Ilmu Sastra Jendra Hayuning Rat, merupakan suatu ilmu yang
bersifat terang atau agung dan luhur. Jalan atau cara untuk
mencapai kesempurnaan hidup.
Oleh karena prabu Danapati tidak tahu akan ilmu itu maka dia
menemui ayahnya, Begawan Wisrawa yang berilmu tinggi dan
faham akan ilmu itu, mewakilinya dalam sayembara itu. Tepat
pada waktu ilmu tersebut hendak diwejangkan oleh sang
begawan, datanglah suatu percobaan atau ujian dewata. Sang
Hyang Bhatara Guru menyelundup kedalam tubuh sang begawan
sedangkan Sang Hyang Bhatari Dhurga menyusup kedalam tubuh
Dewi Sukeksi. Setelah wejangan tentang ilmu tersebut selesai,
timbullah rasa asmara pada begawan Wisrawa dan Dewi Sukeksi
sehingga sang begawan lupa pada kehadirannya dalam
sayembara itu tak lain hanyalah sebagai wakil puteranya.
Begawan Wisrawa menyetujui saja pengangkatannya sebagai
suami Dewi Sukeksi. 405 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian kissah yang terjadi pada peristiwa lahirnya
Dasamuka atau dalam cerita sering disebut Alap-alapan Sukeksi.
Hampir kissah itu terjadi pada diri Kertawardhana, tetapi tidak
sama keseluruhannya. Kertawardhana tiba di pondok tengah
pegunungan, bukan sebagai peserta sayembara, melainkan
karena telah diculik Toh Braja. Tetapi samalah halnya rasa
asmara yang tumbuh dalam hati begawan W israwa dan Dewi
Sukeksi dengan Kertawardhana dan Astri. Sumber daripada rasa
asmara itu tak lain dari perhubungan. Karena terbiasa bergaul
sehari-hari maka tanpa terasa tumbuhlah rasa asmara.
Begawan Wisrawa setuju mengawini Dewi Sukeksi karena
kalah janji. Bahwa Dewi Sukeksi dalam sayembara itu telah
memberi pernyataan yang tegas. Barang-siapa yang dapat
menerangkan ilmu itu, apabila seorang pria dia akan diambil
sebagai suami. Yang menerangkan ilmu itu adalah begawan
Wisrawa, bukan prabu Danapati. Kertawardhana tidak kalah janji
melainkan merasa berhutang budi atas pertolongan Astri.
Disamping itu diapun kasihan melihat nasib dara itu. Begawan
Wisrawa lupa diri bahwa dia bertindak sebagai wakil dari
puteranya. Dia dikuasa i oleh rasa asmara. Kertawardhana tidak
lupa diri, tidak menjadi wakil siapapun kecuali hanya wakil hati
kalbunya sendiri. Hati yang tersentuh rasa terima kasin dan
kasihan, membiaskan cahaya rasa asmara yang bahagia.
Kertawardhana tetap tak lupa diri, tak lupa akan tujuan
pengembaraannya. Bahwa sebagai seorang muda, putera
Singasari, dia harus membaktikan diri dalam kancah perjuangan
'mangayu hayuning praja'. lapun sedang mengemban tugas dari
gurunya dalam pesan penghayatan sasmita, bahwa negara
Majapahit saat itu sendang dirundung kabut gelap. Dia telah
digariskan dewata sebagai insan masakala yang akan ikut serta
menghapus kabut gelap itu untuk menyongsong kembali sinar
Hyang Surya yang gilang gemilang.
406 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam kesadaran yang penuh penghayatan itu, ia tak
terpukau oleh kemilau sang Dewi Asmara. Ia tak terlena dalam
buaian bahana lagu Smarandana yang berdendang di lokananta
kalbu hatinya. Ia tetap sadar. Maka diberanikanlah ia
mengutarakan hal itu kepada nyi Tundung bahwa ia harus tetap
akan melanjutkan pengembaraannya. Nyi Tundung tidak marah
bahkan diam2 ia gembira dan memuji akan kesetyaan pemuda
itu dalam menghamba pada kehendak tekadnya.
Maka betapalah kejut Kertawardhana pada saat ia telah
menyelesaikan pembicaraan mengenai diri Astri dengan nyi
Tundung itu, tiba2 kuda hitam Barat lari pulang tanpa membawa
Astri. Pembicaraan dengan nyi Tundung itu merupakan suatu
peresmian dari pertalian hidup antara dia dengan Astri. Sejak
penyerahan itu, dia merasa bertanggung jawab akan
keselamatan dan kebahagiaan Astri. Maka bergegaslah ia lari ke
halaman untuk menyongsong Barat.
"Barat" teriaknya dengan cemas "mana momonganmu ni
Astri?" Kuda itu seperti mengerti bahasa manusia. Namun dia tak
dapat menjawab dengan bahasa manusia. Dia meringkik keras
seraya menggentak-gentakkari kaki depannya.
"Barat, antarkan raden ke tempat Astri" kata nyi Tundung
yang saat itu sudah menyusul keluar.
Kuda hitam itu me langkah dan tegak di hadapan
Kertawardhana dan Kertawardhanapun serentak loncat ke
punggung Dinatang itu "hati-hati, raden" seru nyi Tundung
mengantar kepergian Kertawardhana melarikan s i Barat.
Ingin Kertawardhana bertanya kepada si Barat, apakah yang
telah terjadi dengan Astri. Tetapi Barat itu hanya seekor kuda,
bagaimana mungkin dapat menjawabnya. Namun ia lebih
cenderung untuk menduga bahwa tentu terjadi sesuatu pada diri
dara itu "Adakah mungkin terjadi gangguan seperti yang dialami
407 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dara itu dari lelaki yang menculiknya beberapa hari yang lalu
itu?" pikirnya. Ada pula lain tafsiran, bahwa kemungkinan terjadi
kecelakaan pada diri gadis itu. Dan banyak kemungkinan lain
yang dianggap mungkin terjadi.
Namun diantara sekian banyak kemungkinan, ia lebih
cenderung pada kemungkinan pertama bahwa dara itu tentu
mengalami gangguan dari kaum lelaki "Berat nian diri seorang
anak perawan itu. Terutama perawan yang berwajah cantik,
selalu terancam oleh gangguan2 dari kaum lelaki"
"Mengapa lelaki gemar mengganggu kaum wanita?" ia
bertanya dalam pikirannya. Dan pertanyaan itu segera
memantulkan pancaran hatinya. Dia juga seorang pria. Kata
orang dia seorang pemuda yang alirn. Berbanyak sudah pitutur
dan wejangan yang diterima dari gurunya tentang kedudukan
pria dan wanita dalam kedudukan di kehidupan masyarakat. Pada
garis besarnya, ada batas2 tertentu yang disebut tata susila
dalam pergaulan pria dan wanita itu. Tata susila itu merupakan
sarana yang dituangkan dalam perundang-undangan negara
demi menjaga merosotnya ahklak, budi dan martabat kehidupan
rakyat dan negara. Hanya bangsa yang memiliki ahklak, budi dan
martabat tinggi, akan tumbuh sebagai bangsa besar.
Berbicara tentang derajat bangsa maka rakyatlah yang
menjadi unsur penting. Dan yang disebut rakyat itu adalah
insan2 manusia penghuni bumi negara itu. Lepas daripada
penggolongan kasta dalam lapisan masyarakat itu, pada
hakekatnya manusia itu hanya terbagi menjadi dua,jenis, pria
dan wanita. Untuk meningkatkan martabat dan derajat bangsa,
haruslah kedua jenis insan itu mendapat perhatian, perlakuan
dan peningkatan yang sama dan merata dalam segala hak dan
kewajiban sebagai kawula negara.
Lamunan Kertawardhana yang berkelanjutan itu sempat
berlabuh pula dalam suatu persinggahan, bahwa dalam serba
keseimbangan pada seisi alam jagadraya ini, Hyang Widdhipun
408 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah menyempurnakan kelengkapan, dari kehidupan insan
manusia. Lahir mati, siang ms lam, panas dingin, dan jenis lelaki
perempuan. Kodrat Pra-kitri yang mencangkung pengembangan
kehidupan di arcapada itu telah mengikat ketentuan2 kodrat
alamiah pada setiap mahluk, bahwa setiap jenis itu memerlukan
lawan jenisnya untuk mempertahankan dan mengembang-
biakkan kehidupan mereka. Bahkan ada pula demi kepentingan
perkembang-biakan itu, terjadi suatu sarana yang terlepas dari
kodrat insani maupun khewani. Misalnya, antara bunga dengan
kumbang, buah buahan dengan bangsa burung dan lain-lain.
"Ah, kodrat" akhirnya Kertawardhana tiba pada suatu
kesimpulan renungan "bahwa pria tentu tertarik akan wanita,
demikian pula kebalikannya. Soalnya bukan terletak pada kodrat
alamiah itu melainkan cara-cara penyaluran kodrat itu harus
sesuai dengan tata susila kehidupan beradab"
Merenungkan hal itu, tercemarlah suatu rasa dalam hati
Kertawardhana bahwa dia sebagai srorang pria jejaka, secara
jujur, pun memiliki selera-selera yang wajar dimiliki oleh kaum
pria. Dan sepanjang peristiwa-peristiwa yang dialaminva dalam
persoalan itu, hanva dua kali saja hatinya benar benar tergetar
oleh naluri kepriaannya. Pertama, pada waktu dia berjumpa
dengan sang Rani Kahuripan dahulu. Dan kedua ketika
berhadapan dengin Astri sebarang. Rasanya terhadap kedua
Wanita itu, ia mempunyai citarasa tersendiri. Ada getar-getar
halus dalam serabut hatinya yang mendebarkan putik
jantungnya. Rani Kahuripan sang dyah ayu puteri Teribuana Tunggadewi,
seorang puteri agung yang memiliki keperabadian dan
kewibawaan luhur. Memancarkan sinar kebijaksanaan dan
seorang junjungan yang memberi pengayoman dan kesejahteraan lahir batin.
Astri, perawan gunung yang bersahaja, mengungkapkan suatu
keperibadian dari kesederhanaan, kejujuran dan kemurnian yang
409 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajar. Memancarkan suatu sinar keindahan dari kehidupan alam
yang murni. Siapa mengenal alam, dia mengenal kehidupan.
Karena alam itu sumber dari segala kehidupan.
Kertawardhana memandang kedua kenya tersebut, dari
alamiah mereka sebagai wanita. Lepas dari keluhuran pangkat,
derajat dan keturunan. Dan karena melepaskan kerudung-
kerudung pakaian yang mengadakan perbedaan pangkat, derajat
dan keturunan itu, maka dapatlah Kertawardhana menemukan
suatu keperibadian yang aseli. Pada keperibadian mereka yang
aseli dan murni itulah Kertawardhana mendambakan citarasa
hatinya. "Ah" tiba2 ia tersentak dari lamunan manakala pada jarak
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sepemanah jauhnya di sebelah muka, ia melihat tiga sosok tubuh
sedang bergerak-gerak. Kuda makin memperlaju derapnya dan
makin jelaslah Kertawardhana akan keadaan ketiga sosok tubuh
itu. Mereka terdiri dari tiga insan manusia. Dua lelaki dan seorang
perempuan. Seorang dari kedua lelaki itu, yang masih muda dan
wajahnya agak aneh, tengah memegang tangan perempuan itu.
Dan ketika Kertawardhana menyeksamakan pandang matanya,
darahnyapun tersirap keras. Perempuan itu masih muda dan tak
lain adalah Astri. Lebih kurang masih lima tombak dari tempat mereka,
Kertawardhana sudah ayunkan tubuh loncat dari punggung si
Barat. Ia tepat tiba di hadapan lelaki yang memegang Astri itu.
Kini baru dia mengetahui bahwa wajah aneh dari lelaki itu
dikarenakan orang itu mengenakan topeng.
"Astri" cepat Kertawardhana berseru seraya melangkah
hendak menghampiri tetapi lelaki tua yang memelihara janggut
panjang dan mengenakan dandanan seperti seorang resi, telah
menghadangkan lengannya "Jangan terburu-buru, anakmuda"
serunya. Kertawaradana, terhenti, memandang resi tua itu dengan
pandang bertanya. Resi itupun balas memandang. Terkesiap.
410 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah engkau, ki anom?" tegur resi itu.
"Hamba Kertawardhana, eyang resi"
Resi itu tertegun, memandang kearah lelaki bertopeng yang
masih menguasai dara cantik itu. Tampak orang bertopeng itu
mengangguk pelahan. Kemudian resi itu bertanya pula "Adakah
engkau dari T umapel?"
Kertawardhana terkesiap "Bagaimana paduka mengetahui diri
hamba?" Resi itu tersenyum. Pada saat dia hendak membuka mulut,
tiba2 gadis cantik itu yang tak lain adalah Astri, berteriak minta
tolong "Kakang Wardhana, tolonglah aku .... inilah orang yang
menganiaya kakang itu . . . ."
Tersirap dada Kertawardhana mendengar ucapan Astri. Rasa
untuk menolong dara itu dan rasa untuk menuntut
pertanggungan jawab orang itu, serempak bangkit memenuhi
dadanya. Serentak dia loncat ke muka. Resi itu berusaha untuk
menyambar tubuh Kertawardhana tetapi pemuda itu dengan
gerak yang amat tangkas, berhasil menebas tangan resi yang
mencengkeram bajunya "Brattt" ujung kutang Kertawardhana
robek dan tubuh pemuda itu tergetar keras hampir jatuh namun
dia dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya.
Kertawardhana marah. Ia tahu bahwa lelaki bertopeng yang
menguasai Astri itu tentu orang jahat atau paling tidak orang
yang bermaksud jahat kepadanya. Dan kepada lelaki bertopeng
itu, ia sudah menentukan keputusan untuk menghajarnya.
Apabila perlu, mengadu jiwa. Tetapi mengapa seorang resi tua
juga ikut campur dalam peristiwa itu. Seolah resi itu bersikap
hendak memberi perlindungan orang bertopeng itu. Dua kali
sudah resi itu telah merintangi langkah untuk menolong Astri
"Resi, apa maksudmu" tegurnya dengan bahasa dan sikap yang
keras. 411 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku seorang resi yang pantang bohong" sahut resi tua itu
"maka dengan terus terang kukatakan kepadamu bahwa
maksudku tak lain adalah hendak menangkapmu"
"Menangkap aku" Apa salahku" Aku tak kenal dan tak pernah
bertemu dengan engkau"
Resi itu tertawa "Kepentingan yang telah kusanggupkan
kepada orang, tak memerlukan kenal dan bertemu dengan
engkau lebih dulu, ki anom. Aku membutuhkan pertolonganmu"
Kertawardhana makin heran "Pertolonganku" Apa sebenarnya
maksudmu itu, resi" "Aku hendak menolong seorang yang sakit dan penyakitnya
itu hanya engkau yang dapat menyembuhkan"
"Resi" teriak Kertawardhana makin tegang "aku benar2 tak
mengerti apa sesungguhnya yang terkandung dibalik ucapanmu
itu. Ataukah engkau memang hendak mengada-ada untuk
mempedayakan aku. Jika demikian katakanlah secara terus
terang" Resi tertawa pula "Sudah seterang surya pagi ini kiranya
ucapanku itu. Aku membutuhkan engkau untuk menolong
seorang sakit" "Mengapa aku " Bukankah engkau sebagai seorang resi tentu
lebih pandai dalam hal penyembuhan penyakit daripada diriku?"
"Tidak, anakmuda. Dalam peristiwa ini, engkaulah yang paling
tepat orangnya. Engkau seorang ksatrya, mengapa engkau
menolak untuk memberi pertolongan kepada orang yang sedang
menderita?" Kertawardhana tertegun. Memang ucapan resi. itu sesuai
dengan ajaran yang pernah diterimanya dari bapa gurunya.
Tetapi ada dua hal yang menimbulkan keraguan. Pertama, resi
itu jelas kawan atau mungkin guru dari lelaki bertoptng yang
pernah mencelakai dirinya dan yang saat ini jelas sedang
412 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud buruk terhadap Astri. Kedua, ia tak me lihat barang
seorang lain kecuali resi dan lelaki bertopeng itu. Dimanakah
orang sakit itu" Tidakkah hal itu hanya suatu alasan belaka untuk
melaksanakan maksudnya yang tersembunyi
Kertawardhana seorang muda yang penuh kesabaran dan
kebijaksanakan. Sebelum tahu apakah maksud yang sebenarnya
dari resi tua itu, ia tak mau bertindak lebih dulu. Kecuali apabila
terjadi sesuatu tindakan kurang ajar dari lelaki bertopeng
terhadap Astri. "Ki resi" serunya "siapakah yang sakit itu " Dimanakah dia
sekarang" Apa alasan ki resi mengatakan bahwa hanya aku yang
dapat menyembuhkan penyakit orang itu " Jawaban2 dari
pertanyaan itu akan menjadi bahan pertimbanganku, dalam
melaksanakan dharma ksatrya seperti yang ki resi ungkat itu"
"O, adakah melaksanakan dharma ksatrya, memberi
pertolongan kepada orang yang menderita, harus dipertimbangkan lagi?"
"Tentu" "Mengenai imbalannya atau lain2 pamrih ?"
"Sama sekali tidak mengenai hal itu" tegas2 Kertawardhana
membantah "tetapi sudah layak kiranya bahwa setiap langkah,
setiap tindakan, buruk atau baik, tentu melalui pertimbangan hati
dan pikiran" Semisal langkah ki resi untuk mencari aku, tidakkah
juga melalui pertimbangan pula?"
"Apa yang engkau kehendaki lagi?"
"Ki resi belum menjawab pertanyaanku tentang diri dan
keadaan orang yang engkau katakan sakit itu"
"O" seru resi "dia seorang wanita, masih muda. Baru
empatpuluh hari menikah, suaminya mati. Wanita itu sedih sekali
sehingga jatuh sakit. Dia datang kepadaku. Akupun telah
berusaha untuk memberi segala macam, jamu namun sia-sia.
413 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya kunasehati supaya dia memanjatkan doa memohon
pengampunan kepada Hyang Purbeng gesang. Beberapa hari
yang lalu dia bermimpi, seperti bertemu dengan suaminya.
Suaminya memberi pesan, supaya mencari seorang ksatrya dari
Tumapel dan suruh berhamba kepadanya, entah sebagai isteri,
selir ataukah dayang pelayan. Hanya dengan usaha itu barulah
penyakitnya sembuh" "O, adakah hal itu yang menyebabkan ki resi mencari aku?" .
"Ya" "Aneh" gumam Kertawardhana "adakah ksatrya Tumapel itu
hanya aku seorang" Tidakkah banyak jumlah ksatrya2 muda dari
Tumapel itu" Mengapa engkau dapat menentukan kalau yang
dilambangkan dalam mimpi suami wanita itu adalah aku ?"
"Pertanyaan yang bagus" seru resi Itu "begini ki muda. Dalam
sasmita gaib yang terpancar melalui renungan mimpi itu, wanita
yang kumaksudkan, telah menerima keterangan dari mendiang
suaminya. Bahwa ksatrya Tumapel yang diisyaratkan itu adalah
ksatrya yang pertama kali dijumpainya waktu dalam perjalanan
menuju ke Tumapel. Dan karena wanita itu masih lemah badan
maka ia meminta pertolongan kepadaku. Dalam perjalanan ke
Tumapel ini, engkaulah ksatrya pertama yarg kujumpai maka
akupun tak ingkar lagi untuk mengatakan bahwa engkaulah
ksatrya yang dapat memberi pertolongan kepada wanita itu"
Kertawardhana tertegun dalam menung. Dia memang seorang
yang halus budi berhati welas asih. Hati segera tersentuh oleh
cerita yang dirangkai resi tua itu namun pikiran masih
tercengkam dalam keraguan akan kebenaran cerita itu "Ki resi,
engkau seorang resi yang sudah tua. Dapatkah kupercaya
keteranganmu itu?" "Resi Cakramurti memberi janji"
"Teguhkan janjimu dengan suatu ikrar sumpah"
414 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi tua tertawa "Bagi resi Cakramurti, janji itu sudah suatu
sumpah. Aku tak ingin bersumpah karena urusan ini dapat kita
selesaikan sendiri tanpa harus mencemarkan nama dan dan
keagungan dewata" "Mudah-mudahan ucapanmu itu jangan berselubung tidak
mencemarkan yang mencemarkan"
"Apa maksudmu ?" resi Cakramurti mengerut dahi.
"Sumpah merupakan kesaksian yang kokoh akan kesucian dan
kesungguhan dari sesuatu yang dikatakan. Jika memang suci dan
bersih, mengapa takut bersumpah hanya karena tak ingin
mencemarkan keagungan dewata" Bukankah ketakutan itu sudah
mengunjukkan isi hati yang sebenarnya walaupun hendak ditutup
dengan selubung kata2 indah untuk memuji keagungan dewata?"
"Ki sanak" seru resi tua Cakramurti "kata mengunjuk
kecerdasan pikiran, cermin hati dan budi. Makin jelas sudah
bahwa engkau memang ksatrya yang kami kehendaki untuk
menolong derita sakit wanita itu. T unjukkanlah sifat ksatryaanmu
sesuai dengan jiwa ksa-tryamu!"
"Baik, ki resi" dengan penuh kemantapan hati Kertawardhana
menjawab "tetapi aku ingin bertanya. Mengapa dia" Kertawardhana menunjuk pada lelaki bertopeng "menangkap
gadis yang tak bersalah suatu apa!"
Resi itu agak gelagapan "Ia menyelimpatkan pandang kearah
lelaki bertopeng "Ketahuilah" rupanya lelaki bertopeng itu tahu
apa yang dimaksud resi tua maka diapun segera berseru
memberi jawaban "kami memerlukan gadis ini untuk merawat
wanita yang sakit itu"
"Adakah hal itu termaktub dalam mimpi wanita sakit seperti
yang dikatakan oleh ki resi tadi ataukah atas kehendakmu
sendiri?" 415 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki bertopeng itu tentu berobah cahaya mukanya tetapi
karena dia mengenakan topeng maka tak tampaklah bagaimana
perobahan itu. Tetapi yang jelas dia tampak tertegun sesaat
"Menolong orang tak boleh kepalang tanggung. Engkau dan
gadis ini dibutuhkan dalam pertolongan itu"
"Hm, jelas" gumam Kertawardhana "bahwa hal itu atas
kehendakmu sendiri. Jelas pula bahwa engkau masih belum jera
untuk mengganggu dara itu walaupun di hadapan neneknya
engkau sudah meratap minta ampun ...."
"Keparat, jangan menghina!"
"Adakah suatu kenyataan itu suatu penghinaan" Jika engkau
meratap kasihan kepada nenek gadis itu, engkau sendirilah yang
menghina dirimu" Lelaki bertopeng itu makin berang tetapi sebelum dia
membuka mulut, Kertawardhana sudah beralih pandang kepada
resi Cakramurti "Resi, aku bersedia ikut engkau tetapi dengan
syarat supaya gadis itu dibebaskan"
"Tidak kakang, jangan pergi!" teriak Astri cemas
"Jangan kuatir, Astri"
"Tidak kakang! Jangan percaya kepada omongan mereka!
Mereka hendak menipumu"
"Menurut nilai tingkatannya, resi dan pandita itu lebih tinggi,
dari kaum ksatrya. Ksatrya yang takut menghadapi bahaya, itu
hina. Tetapi resi yang menipu, itu lebih nista!"
Merah padam wajah resi Cakramurti mendengar dampratan
yang walaupun tidak langsung tetapi cukup tajam, menusuk
hatinya. "Hm, tak ada suatu syarat apapun yang hak padamu"
"Engkau menolak?"
416 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm" "Jika begitu aku menuntut suatu penyelesaian secara ksatrya"
"Apa maksudmu?"
"Jika gadis itu tak dilepaskan, akupun menolak ikut engkau"
"Apakah engkau mampu menolak kehendakku?"
"Silakan" seru Kertawardhana dengan sikap tegas. Ia tak
dapat bersabar lebih lama "engkau atau lelaki beitopeng itu yang
harus menjadi lawanku"
Resi Cakramurti tertawa "Engkau masih belum layak menjadi
lawanku ...." "Benar, akulah yang pantas menjadi lawanmu resi bedebah"
tiba2 terdengar sebuah suara yang tajam dari samping dan
ketika mereka terkejut, berpaling ke arah tempat itu, dari balik
gerumbul pohon, muncul seorang wanita tua berjalan dengan
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebatang tongkat yang tinggal separoh.
"Mbah" serentak Astri menjerit ketika melihat nenek itu nyi
Tundung, mbahnya sendiri,
Nyi Tundung berpaling "O, engkau berani mengganggu
cucuku lagi" Adakah orang Daha tak dapat dipercaya janjinya"
Baik, tunggulah setelah kuselesaikan gurumu ini" kemudian ia
beralih memandang resi Cakramurti "Kudengar semua pembicaraanmu dengan anakmuda ini. Engkau bohong!"
Resi Cakramurti diam2 terkejut atas kehadiran nenek itu. Ia
sudah mendapat keterangan dari orang bertopeng yang tak lain
adalah Toh Braja tentang nenek sakti yang memiliki tongkat
pusaka galih pohon Parijata. Kemudian ia makin terkejut ketika
mengetahuin nenek itu berada di balik gerumbul pohon tanpa
diketahuinya. Bila dan bagaimana nenek itu datang dan
bersembunyi dibalik gerumbul pohon sama sekali dia tak dapat
417 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangkap dengan indriya pendengarannya. Tidakkah hal itu
menunjukkan bahwa nenek itu memang benar2 berisi"
"Wanita tua, jangan lancang mulut!" di hadapan muridnya
dituding berbohong oleh nyi Tundung, resi Cakramurti malu
kemudian marah. Ia harus menjaga kewibawaannya sebagai
seorang resi sakti dan untuk melaksanakan hal itu ia harus
menghapus getar rasa cemas yang membayang dalam
pikirannya. Lebih pula setelah berhadapan dan menyaksikan
perwujutan nyi T undung seorang nenek yang kurus kering, makin
meluaplah semangatnya. "Lancang mulut bukan suatu kejahatan tetapi lancung mulut
merangkai cerita bohong itu suatu dosa, terlebih bagi seorang
resi pandita seperti engkau!"
"Dapatkah engkau membuktikan ucapanmu itu?"
"Tentu" jawab nyi T undung mantap "mari kita adu ilmu. Siapa
bohong, siapa culas, dia tentu dikutuk dewata dan kalah"
Makin terpojok resi Cakramurti menghadapi tantangan nyi
Tundung. Dahulu semasa mendiang gurunya masih hidup, ia
pernah mendapat pesan bahwa kelak apabila bertemu dengan
orang yang memiliki tongkat pohon Parijata, harus menyingkir
"Tiada seorang manusia betapapun saktinya yang mampu
menerima sabatan tongkat gaib itu. Aku sendiripun nyaris
menderita kelumpuhan ketika disabat tongkat itu oleh pemiliknya.
Untung guruku datang dan terus membawaku lari meninggalkan
resi tua pemilik tongkat itu" demikian guru dari resi Cakramurti
memberi penjelasan. Namun betapapun ia harus menyelamatkan muka agar tidak
merosot derajatnya dimata Toh Braja. Ia sudah terlanjur
menghadapi nenek itu. Ia malu untuk mundur. Ia yang mengajak
Toh Braja untuk mencari ksatrya dari Tumapel yang menurut
wawasan gaib dari cipta semedhinya, kelak akan menjadi
manusia besar yang akan membawa kerajaan Majapahit ke
418 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jenjang kejayaan. Jika ia mengundurkan diri setelah menemukan
ksatrya yang dituju itu, bukankah ia akan dituduh Toh Braja
sebagai guru yang tidak bertanggung jawab " Bukankah dia akan
dianggap pengecut karena tak berani menghadapi seorang
nenek" Bukankah dia akan dicela sebagai seorang guru yang tak
mampu membalaskan hinaan yang diderita muridnya"
Ah, banyak dan berat nian tanggung jawab lahir batin seorang
guru itu. Andaikata dia menempatkan diri dalam kedudukannya
sebagai resi yang mencari jalan kebenaran suci dan
kesempurnaan hidup, tentu dia tak menghiraukan soal
kewibawaan, soal gengsi, soal celaan dan lain-lain. Terapi dia
sudah terlanjur terjun dalam suatu kancah pergolakan dunia,
perjuangan negeri Daha. Ia masih lebih terpengaruh oleh jiwa
keksatryaan dari pada jiwa kepanditaan. Cita-cita membangun
kembali kerajaan Daha yang bebas dan berdaulat, tak mungkin
terlaksana hanya dengan jalan bertapa dan bersemedhi. Itu jalan
menuju ke kesempurnaan batin. Alamnya lain dengan alam dunia
kasunyatan, dunia perjuangan negara. Untuk melaksanakan cita2
membangun Daha itu maka dia menerjunkan diri untuk
memimpin perjuangan pejuang-pejuang taruna putera Daha. Dia
diangkat sebagai sesepuh dan guru dari T openg Kalapa.
"Apa maksud kata-katamu, nyi tua?" akhirnya ia membalas
bertanya. Ia sudah mempunyai perhitungan cara menghadapi nyi
Tundung. "Untuk menanda engkau bohong atau tidak, mari kita adu
ilmu" ny i T undung menandaskan.
"Engkau menantang bertempur?" resi Cakramurti menandas
dalam nada yang mencemoh "aku seorang resi yang selama ini
pantang untuk bei tempur dengan kaum wanita terutama yang
setua engkau" Karena tak menyadari apa yang tersembunyi dalam kata-kata
resi itu, nyi Tundungpun serentak menjawab "Engkau resi tua,
akupun perempuan tua. Kita adu ilmu bukan dengan cara
419 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur. Malu dilihat anak-anak muda itu. Tetapi dengan cara
lain" "Cara apakah yang engkau kehendaki!" diam2 resi Cakramurti
gembira karena berhasil menyingkirkan ancaman tongkat
Parijata. "Sebagai seorang resi, engkau tentu memiliki ilmu kesaktian
dalam semedhi. Engkau tentu dapat memancarkan daya tenaga
gaib melalui cipta semedhi. Nah, dengan cara itulah akan kuajak
engkau mengadu ilmu"
"O, engkau tentu memiliki ilmu semedhi yang sakti, nyi tua"
seru resi Cikramurti dengan nada lapang karena hatinya amat
gembira mendengar tantangan itu. Ia yakin akan mampu
mengatasi, si nenek. "Tidak" sahut nyi Tundung "aku hanya seorang perempuan
tua gunung yang tak mengerti akan segala ilmu prana dan
semedhi. Aku hanya berpijak pada suatu keyakinan bahwa
dewata tentu akan memberkahi orang yang benar dan mengutuk
orang yang salah" Karena sudah terlanjur merangkai cerita tentang seorang
wanita sakit yang minta pertolongan kepadanya, maka resi
Cakramurtipun terpaksa harus mempertahankan ceritanya itu
"Semoga keyakinanmu itu tak benar," sahutnya diiringi tawa
lepas. "Baik" seru nyi Tundung "mari kita mulai. Ia terus duduk
bersila di tanah. Resi Cakramurtipun duduk berhadapan pada
jarak setombak dari nyi Tundung. Namun dia tak segera
pejamkan mata melainkan memandang kearah tongkat yang
berada di pangkuan nyi T undung, tanpa mengucap apa-apa.
Rupanya nyi Tundung tahu apa arti sasmita pandang mata
resi itu "ia berpaling kearah Astri, kemudian beralih kepada
Kertawardhana "raden, terima lah tongkat mbah ini dan tolonglah
Astri" habis berkata dan melontarkan tongkat ke tempat
420 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana, nyi Tundungpun terus pejamkan mata memulai
semedhinya" Resi Cakramurti terkejut. Bergegas ia berseru kepada
Kertawardhana "Ki muda, jangan engkau terburu menggunakan
kekerasan terhadap muridku itu. Tunggulah selesainya adu ilmu
kesaktian antara aku dengan nyi tua ini"
"Hm" Kertawardhana hanya mendesuh. Suatu jawaban yang
sukar ditafsirkan. Resi Cakramurti menafsirkan pemuda itu setuju
akan permintaannya, sehingga resi itu terus memulaikan
semedhinya, pejamkan mata menghampakan pikiran. Tetapi lain
dengan anggapan Kertawardhana. Dengan tidak memberi
jawaban yang tegas itu, ia menyatakan bahwa ia tak terikat
dengan janji apa-apa. Adakah ia hendak menindak lelaki
bertopeng atau tidak, tergantung dengan perobahan suasana
dan kepentingan keadaannya.
Nyi Tundung dan resi Cakramurti sudah memulaikan suatu
adu ilmu yang aneh. Keduanya saling berhadapan, saling
bersemedhi untuk memancarkan daya tenaga-gaib. Tenaga itu
dipancarkan melalui getar gerak ilmu prana yang menghayat
dalam semedhi itu, disebut gaib karena tak kelihatan suatu apa,
baik berupa buny i ataupun desau angin ataupun suatu hamburan
hawa yang berlainan dengan hawa disekeliling tempat itu.
Kesemuanya hanya berlangsung serba sunyi dan serba tenggang.
Sepintas pandang keduanya menyerupai orang yang tengah
duduk bersemedhi mengheningkan cipta, memohon sesuatu yang
terkandung dalam cita keinginannya kepada dewata.
Hanya kedua orang itu sendiri yang dapat merasakan
bagaimana keadaan mereka saat itu. Bahwa dalam alam udara
dipermukaan bumi hingga ke angkasa itu, terdapat gelombang
getaran yang berlapis-lapis. Melalui lapisan getar udara itulah
seorang berilmu dapat melepaskan atau menerima suara gaib,
mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran orang. Bahkan
421 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mengangkasakan tenaga-gaib itu jauh sampai ke-seberang
laut dan lain-lain. Tetapi apa yang dilakukan oleh kedua orang
itu agak berlainan satu sama lain. Resi Cakramurti
memang mengembangkan ilmu Prana untuk memancarkan tenaga-gaib dalam cipta semedhinya. Dia memusatkan daya-cipta
kearah jantung atau yang disebut Cakram Ana Hata dalam dada nyi Tundung dan menghancurkannya dengan tenaga-gaib yang digetarkan melalui ujung jarinya. Tetapi tidak demikian dengan nyi Tundung. Memang diapun menerima ajaran ilmu Prana
yang di-satu- ragakan dalam
semedhi dari bapa angkat yang menjadi gurunya "Nini, jika
engkau tekun dan giat berlatih ilmu Prana dan semedhi,
kehampaan pikiran dan batinmu akan menumbuhkan suatu
kekuatan bathin yang sakti. Ada pula semedhi itu yang didahului
dengan pengantaran mantra-mantra yang sesungguhnya
hanyalah suatu sarana untuk memiliki keyakinan, kepercayaan
dan penguasaan atas diri sendiri, batin dan pikirannya. Tetapi
oleh sementara aliran mahzab, mantra itu khusus dikembangkan
menjadi sesuatu yang dapat mendatangkan kesaktian. Dan
karena berlandas pada kesaktian, merekapun cenderung untuk
beralih kelain arah. Tidak untuk mencapai tujuan kesempurnaan
batin yang suci me lainkan untuk hal2 yang masih dipengaruhi
422 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keduniawian, mencapai kekuasaan dan kemenangan terhadap
lain orang yang dianggap lawan dari keinginannya" kata guru nyi
Tundung. Berkata resi itu pula "Timbulnya aliran untuk menjadikan
kesaktian2 dalam ilmu mantra itu menjadi satu alat untuk
mencapai tujuannya dalam soal2 keduniawian itu, melahirkan
suatu aliran yang disebut aliran Hitam. Hitam lawan dari putih
dan putih adalah lambang kebersihan hati atau kesucian batin.
Dan kepadamu nini, takkan kuberi ilmu mantra itu tetapi akan
kuajarkan kepadamu sebuah mantra saja, yaitu mantra Tirta
Kamandalu. Mantra itu adalah anugerah dari sang Dewi Uma,
mantra yang menjadi dasar sumber semua kehidupan, pencuci
kehidupan di bumi, membersihkan segala kekotoran dan yang
bersifat kotor. Jika engkau berhadapan dengan lawan, asal
engkau berpijak pada landasan kebenaran dan kesucian dan
lawan kotor batin dan jahat nafsu, walaupun dia seorang sakti
mandraguna yang tiada tanding, namun akan hancur jua segala
ilmunya" Setelah mendengar pembicaraan resi Cakramurti yang
merangkai cerita tentang wanita sakit yang membutuhkan
pertolongan ksatrya Tumapel yani Kertawardhana, seketika
tahulah nyi Tundung bahwa resi itu bohong. Maka nyi
Tundungpun berani menantangnya adu ilmu. Ia yakin resi yang
bohong itu, betapapun saktinya, tentu akan dapat dikalahkannya
dengan mantra Tirta Kamandalu itu. Dan nyi Tundung memang
benar. Resi Cakramurti diam2 terkejut ketika semua mantra aji
yang dilancarkan terhadap diri perempuan tua itu, tak memberi
hasil suatu apa. Wajah nyi Tundung setenang gunung, sejernih
air telaga. Pada saat resi Cakrawamurti dan nyi Tundung sedang adu
ilmu kesaktian, tiba2 disebelah sana Astri berteriak "Kakang
Wardhana, tolonglah aku . . . ." rupanya dara itu muak karena
terus menerus dipegang oleh lelaki bertopeng. Lebih marah pula
423 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dara itu ketika mendapatkan tangan lelaki bertopeng itu mulai
jahil, merabah-rabah tubuhnya. Astri berontak sekuat kuatnya. Ia
hendak menggabungkan diri dengan Kertawardhana. Tetapi lelaki
bertopeng itu makin memperkeras cekalan-nya sehingga Astri
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjerit kesakitan "Aduh ...."
Kertawardhana tersadar. Sejak tadi ia mencurahkan perhatian
mengikuti perkembangan nyi Tundung yang sedang mengadu
ilmu sakti dengan resi tua itu. Pikirnya, apabila nyi Tundung
sampai terancam bahaya, ia akan cepat2 bertindak memberi
pertolongan. Ia terkejut ketika mendengar seruan Astri yang
disusul pula dengan jerit kesakitan dara itu. Serentak diapun
berpaling dan menghampiri lelaki bertopeng atau Toh Braja
"Lepaskan !" bentaknya seraya mengulurkan tangan hendak
mencengkeram tangan Toh Braja yang mencekal lengan Astri,
Toh Braja berusaha mengisarkan tubuh Astri untuk menyongsong
cengkeraman Kertawardhana tetapi dia tak menduga bahwa
dengan suatu gerak yang teramat cepat, tangan kiri
Kertawardhana menyambar siku lengan Toh Braja. Toh Braja
terkejut sekali. Apabila s iku lengannya dikuasa i, cengkeramannya
pada lengan Astri tentu akan lunglai. Dalam keadaan yang
sedemikian tak menguntungkan, terpaksa ia harus memilih jalan
untuk menyelamatkan diri. Serentak melepaskan lengan Astri,
serentak itu pula ia hantamkan tangan kiri untuk menepis tangan
Kertawardhana "Uh" ia mendesuh kejut ketika tepisannya
mengenai tempat kosong. Lebih terkejut pula ketika melihat Astri
telah ditarik oleh Kertawardhana beberapa langkah ke belakang.
Memang tujuan Kertawardhana adalah hendak membebaskan
Astri. Waktu melihat Toh Braja gerakkan tangan kiri untuk
menepis tangannya yang berhasil mencengkeram siku lengan
orang itu, cepat Kertawardhana mendorong lawan ke belakang
dan secepat itu pula menyambar tangan Astri untuk ditarik
mundur. 424 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Astri, tenanglah" kata Kertawardhana seraya menarik tubuh
dara yang merangkulnya itu ke belakang dirinya "aku harus
menghadapi orang itu"
Iapun menyerahkan tongkat Parijata kepada Astri "Pergunakanlah tongkat mbah ini untuk melindungi dirimu"
kemudian dia maju selangkah menghadapi Toh Braja yang juga
maju menghampiri "Hm, kiranya engkau pandai juga ulah kanuragan, ki sanak"
seru Toh Braja. "Apapun terserah katamu" sahut Kertawardhana "tetapi yang
jelas, segala ilmu yang kumiliki hanya kugunakan untuk jalan
kebenaran; bukan untuk jalan kejahatan seperti dirimu"
"Akupun menyerahkan juga kepadamu" balas Toh Braja
"untuk menilai apa saja. Tetapi aku mempunyai landasan sendiri.
Dan perjuangan untuk melaksanakan landasan itu, tak kenal
batas jahat atau baik t dalam arti kehidupan biasa. Perjuanganku
hanya mengutamakan tujuan, bukan cara"
"Walaupun dengan cara curang seperti yang pernah engkau
lakukan kepada diriku beberapa waktu yang lalu itu?"
"Ya" sahut Toh Braja.
"Apa tujuanmu?"
"Tak dapat kukatakan kepadamu" kata Toh Braja "engkau tak
berhak mengetahui tetapi hanya wajib mematuhi apa yang
kuperintahkan" "Aku sudah bersedia ikut kalian asal kalian jangan
mengganggu gadis itu"
"Apa kepentinganmu dengan dara itu" Engkau menyukainya,
bukan?" "Engkaupun tak berhak mengetahui urusan peribadiku. Yang
jelas, dia tak berdosa dan tak ada kaitan sama sekali dengan
425 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
urusan ini. Jelas engkau hendak memaksakan kehendakmu
sendiri yang berselubung nafsu khewan!"
Toh Braja tertawa mengejek "Aku seorang jantan. Apa
salahnya aku memiliki keinginan terhadap seorang kenya " Nah,
jika engkau tak ingin kuperlakukan seperti beberapa waktu yang
lalu lagi, serahkan gadis itu kepadaku"
"Akan kuserahkan" sahut Kertawardhana dengan tegas
"apabila engkau sudah merubuhkan aku"
"Bagus, engkau ksatrya juga!" seru Toh Braja "tetapi sayang,
hanya dalam ucapan saja. Karena dalam beberapa gebrak saja,
aku pasti dapat merubuhkan engkau"
"Silakan" Kertawardhanapun segera mengambil sikap. Dan
Toh Brajapun segera menerjang. Krak, sebuah pukulan yang
ditangkis Kertawardhana telah menimbulkan bunyi derak yang
keras. Keduanya tertegun. Toh Braja terkejut karena tertolak
kebelakang oleh tenaga tangkisan lawan. Sedang Kertawardhanapun lebih terkejut karena tangannya terasa
tergetar linu. Keduanya telah saling menguji tenaga pukulan masing-masing
dan sama2 dapat menilai kekuatan lawan. Pertempuran
selanjutnya berlaku dengan serangan-serangan yang gencar dari
Toh Braja. Dalam adu pukulan tadi, diam2 ia dapat menilai
kekuatan lawan. Jelas dirinya lebih unggul dalam hal tenaga.
Maka ia memaksakan suatu serangan yang deras.
Kertawardhanapun tahu akan kelebihan lawan. Ia-pun
mengembangkan ilmu permainan yang mendasarkan pada
kelincahan dan ketangkasan. Latihan2 yang diperolehnya selama
di gunung, memberi suatu daya ketangkasan dan kelincahan
yang hebat pada dirinya. Demikian pula dalam soal napas, ia
lebih menang. Selama itu tak pernah berkedip mata Astri mengikuti
pertarungan antara Kertawardhana lawan lelaki bertopeng itu.
426 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berbagai perasaan cemas dan gembira silih berganti
mencengkam hatinya. Apabila melihat Kertawardhana berhasil
lolos dari serangan yang berat, diam2 ia gembira. T etapi apabila
melihat lelaki bertopeng melancarkan serangan yang menggebu-
gebu bagai hujan mencurah, cemaslah hati dara itu. Seluruh
perhatiannya terpancang pada diri Kertawardhana sehingga ia
lupa akan neneknya yang beradu ilmu sakti dengan resi tua.
Setelah berlangsung beberapa waktu dan masih tak dapat
merubuhkan lawan, diam2 Toh Braja mulai berdebar. Ia
memperhatikan bahwa tenaga dan napas lawannya tetap
mengalir seperti air bengawan yang tiada putus-putusnya. Ia
menyadari bahwa apabila pertempuran itu berjalan lama, jelas
dialah yang akan menderita kekalahm karena napasnya habis,
tenaga menurun. Oleh karena itu dia harus mencari akal. Dalam
kesempatan bertempur itu ia misih dapat menyelimpatkan
pandang, menyaksikan Astri sedang terpikat perhatiannya
menyaksikan pertempuran itu. Cepat sekali ia dapat memperoleh
akal dari pengamatan itu.
Sengaja ia membuka suatu lubang kesempatan untuk
Kertawardhana agar pemuda itu terangsang untuk menghantam
dadanya. Pancingan itu berhasil termakan Kertawardhana.
Karena masih kurang dalam pengalaman bertempur, pada saat
melihat suatu kesempatan terbuka, Kertawardhana terus maju
dan menebah dada lawan "Duk" dada Toh Braja terkena tangan
sehingga terjerembab ke belakang tetapi pada saat terjerembab
itu, kakinya dapat menendang paha Kertawardhana sehingga
pemuda itu juga terpental ke belakang. Kemudian Toh Braja
sempat menggulingkan tubuh ke samping dan pada saat yang
tak terduga-duga diapun sudah meraih kaki Astri.
"Tolong" teriak Astri dalam nada kejut yang tak terperikan
ketika merasa kedua kakinya telah didekap kedua tangan Toh
Braja. Pada saat tubuhnya berguncang hendakjatuh, tiba2
terlintas dalam benak dara itu pada tongkat Parijata yang masih
427 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digenggam dalam tangannya "Bluk ...." serentak dia ayunkan
tongkat itu ke kepala Toh Braja.
Kali ini Toh Braja yang sekejut disambar halilintar. Ia tahu
bagaimana keampuhan tongkat Parijata itu. Tempo hari kakinya
d sabat tongkat itu oleh nyi Tundung dan dia lumpuh tak dapat
berdiri. Kini apabila kepalanya yang tersabat, entah dia tak tahu
bagaimana akan jadinya. Tetapi yang jelas, dia pasti akan
menderita lebih hebat lagi dari dulu Untuk menghindar ataupun
menangkis ia tak berani. Maka dalam keputusan terakhir, ia
membuang tubuhnya ke belakang seperti ikan melenting kedalam
air "Ah" ia mengeluh kejut ketika kakinya kembali tersabat
tongkat. Walaupun ia dapat menyelamatkan kepala tetapi tetap
tak dapat menghindarkan kakinya.
Toh Braja terkapar. Ia menggeliat bangun tetapi tak dapat
cepat berdiri. Dengan segenap tenaga ia memaksa diri untuk
bangkit berdiri dan berhasil tetapi kedua kakinya gemetar keras.
Apabila tongkat Parijata itu masih utuh dan digunakan nyi
Tundung, tentulah Toh Braja akan lumpuh. Tetapi karena tongkat
itu separoh dari bagian ujungnya sudah hancur ketika digunakan
nyi Tundung untuk memukul Kertawardhana di kandang kuda
maka daya-saktinyapun sudah berkurang. Apalagi yang
menggunakan Astri. Namun sekalipun demikian, masih sakti juga
tongkat pusaka itu, walaupun tidak lumpuh tetapi membuat kaki
Toh Braja gemetar keras seperti tak kuat berdiri.
Pada saat itu Astripun lupa. Dua kali ia menderita gangguan
lelaki bertopeng, ia takut akan mengalami lagi. Dan rasa
ketakutannya sedemikian besar sehingga mendorong suatu rasa
tak sadar untuk mengenyahkan orang yang menimbulkan
bayang2 ketakutannya itu. Ia maju menghampiri Toh Braja lalu
ayunkan tongkat Parijata. Astri yang dalam kehidupan sehari-hari
seorang dara yang berhati lemah lembut, penuh rasa kasih
sayang terhadap segala mahluk, saat itu hendak memukul orang.
428 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan, Astri" tiba2 terdengar suara orang berseru mencegah
dan ketika Astri berpaling, dibelakang-nya tampak Kertawardhana
mengangkat tangan memberi isyarat. Astri memandang pemuda
itu "Mengapa kakang?" tanyanya heran.
"Dia sudah menderita tak dapat bergerak. Jangan kita bunuh
orang yang sudah tak berdaya" kata Astri.
Astri menerima kembali kesadaran hatinya "O, terima kasih,
kakang" ia terus menubruk ke dada pemuda itu, meluapkan
tangis kegembiraan. Kertawardha-napun menghiburnya, membelai-belai rambut dara itu dengan penuh rasa kasih sayang.
Sesaat mereka lupa bahwa mereka masih berada di sebuah
gelanggang pertempuran yang gawat. Andaikata mereka tahu
siapa Toh Braja dan siapa resi Cakramurti, mungkin mereka
takkan sesantai seperti saat itu.
"Engkau curang, nenek" tiba2 terdengar resi Cakramurti
berteriak seraya menghantam nyi Tundung kemudian dengan
tangkas melenting bangun, menerjang Kertawardhana lalu
menyambar Toh Braja terus dipanggul dan dibawa lari.
Kertawardhana terkejut ketika melihat resi tua menerjangnya
dengan bengis. Untunglah dia masih sempat bergerak
memondong Astri dan loncat menghindar ke samping. Setelah
meletakkan tubuh Astri, dia berpaling dan ternyata resi tua itu
sudah jauh dan beberapa saat kemudian lenyap di balik tikung
jalan. Iapun beralih pandang mencari nyi Tundung. Nenek itu
masih tampak duduk bersila di tanah, pejamkan mata. Bergegas
dia dan Astri menghampiri.
"Mbah" teriak Astri gugup dan hendak mendekap tubuh
neneknya tetapi di cegah Kertawardhana
"jangan, nini, mbah sedang; bersemedhi" ia menghibur dara
itu walaupun dalam hati diam2 ia cemas juga melihat wajah
nenek itu pucat. 429 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka menunggu dengan penuh keperihatinan. Beberapa
waktu kemudian tampak wajah nyi Tundung mulai menebar
warna merah dan pelahan-lahan membuka mata "Mbah" teriak
Astri dengan gembira "bagaimana keadaanmu?"
Nyi Tundung mengangguk pelahan "Tak apa.,.." baru
mengucap begitu, ia menguak dan muntah darah.
"Mbah" Astri menjerit dan menubruk mbahnya "mbah, engkau
.... engkau ...." "Ya, dadaku terasa sesak. Resi itu licik sekali" kata nyi
Tundung "tetapi tak membahayakan jiwaku. Dan engkau
bagaimana, Astri?" Astripun menuturkan peristiwa Kertawardhana menolongnya
dari tangan lelaki bertopeng, hingga sampai lelaki bertopeng itu
dapat disabatnya dengan tongkat Parijata "Habis menghantam
mbah, resi itupun menerjang kakang Wardhana, kemudian
membawa lari lelaki bertopeng"
Nyi Tundung mengangguk "Karena mendengar lelaki
bertopeng menderita kekalahan, resi itu pecah, pemusatan
semedhinya. Dia marah dan menghantam aku. Aku tak
menyangka dia akan bertindak menyalahi janji sehingga aku
harus menderita" "Mbah, mari kita pulang agar kami dapat merawat mbah" kata
Kertawardhana. Nyi T undung mengangguk senyum.
(Oo-Myrnakz-ismo-oO) Hari itu amat cerah. Secerah wajah Astri, dara ayu yang kini
menjadi isteri Kertawardhana. Dan hari-hari berlalu dalam
430 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
genangan madusari. Sari madu yang dicurahkan Hyang Batara
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Asmara. Hyang Batara Asmara tak menghiraukan gubuk atau istana,
tua atau muda, kaya atau miskin, mulia atau hina. Dimana hati
dari dua insan lain jenis bertemu maka muncullah Hyang Batara
Asmara untuk menyiramkan Tirta Kamajaya yang terbuat dari
sari madu Rasasejati yang berasal dari Sumber Urip di Awang-
awang lapis ketujuh. Demikian kebahagiaan yang dinikmati Kertawardhana dan
Rara Astri. Betapa indah dunia itu dikala mereka mandi di telaga
air-terjun. Pada saat2 itu Kertawardhana yang selesai mandi
masih berjemur diri menikmati sinar Hyang Baskara yang hangat-
hangat kuku suam sambil menunggu Astri menyelesaikan
cuciannya. Dulu ketika berada di Tumapel, kerapkali Kertawardhana
mendengar Gatra, pengalasan yang tua dan setya itu,
berdendang menyanyikan tembang. Ia masih ingat jelas akan
kata-kata dalam tembang yang menurut Gatra tembang
Smaradana. Isinya tak lain-hanya memuji-muji kecantikan wanita
yang sempurna. Kala itu ia hanya tertawa dan menganggap
Gatra sedang di-mabuk asmara.
Tetapi kini setelah menyaksikan wajah Astri, diam-diam dia
mengakui bahwa apa yang ditembangkan Gatra itu bukan suatu
khayalan melainkan memang terdapat dalam kenyataan.
Kecantikan wanita adalah suatu seni keindahan. Dan agaknya
dewata telah menciptakan apa yang dapat dicipta, memberikan
apa yang dapat diberi pada diri insan yang menjelma sebagai
Astri. Tetapi. mengapa tidak setiap wanita memiliki kecantikan
sebagai Astri" Mengapa dewata seolah membeda-bedakan
titahnya" T idakkah akan kecewa hati wanita yang tidak dikaruniai
dengan kecantikan itu " Mengapa" Demikian tiba-tiba timbul
suatu pertanyaan dalam hati Kertawardhana.
431 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tak dapat menemukan jawaban. Dipejamkannya mata
untuk menjernihkan pikiran. Ia menginginkan kejernihan pikiran
itu akan melahirkan suatu angan-angan yang dapat memberi
jawaban. Tetapi keinginan itu tak pernah kunjung tiba.
Dicobanya lagi, pun tetap tak menemukan sesuatu yang
diinginkan. "Ah" beberapa waktu kemudian ia menghela napas manakala
menyadari bahwa ia ulah melakukan suatu paksaan pada
keinginan itu. Pikiran yang dipaksa oleh keinginan, takkan
memberi yang diinginkan. Bilamanapun dapat memberi, maka
pemberian itupun menurut kehendak keinginan, sesuatu yarg
dicipta dan direka oleh keinginan itu sendiri. Jelas bukan
merupakan sesuatu yang diluar dari cipta keinginannya.
Kertawardhana melepas pula pengheningan cipta dan
membuka mata. Ia mengurai pandang mata ke telaga dan air-
terjun yang mencurah. Lama sekali ia mematenkan indriya
penglihatan kearah alam dan benda-benda di sekeliling telaga itu.
Ia merasakan suatu rasa yang sedap dan nyaman, sejuk dan
indah. Ia merasakan suatu keserasian warna-warni alam dan
seluruh benda-benda yang terada di sekeliling telaga itu. Tak
jemu mata memandang, tak bosan hati menjelang. Pelahan-
lahan terseraplah rasa keindahan itu kedalam benaknya dan
kemudian mulai timbul kesan. Kesan melahirkan rasa gemar atau
suka. Kesanpun segera menciptakan kesadaran, kesadaran
kegemarannya itu. Dan terlepas dari ikatan rasa kegemaran, dari
celah-celah kesadaran itu timbul pula suatu kesimpulan yang
mengejutkan hatinya "Ah, benar" gumamnya dalam hati
"keindahan alam ini terjadi dari keserasian warna dari alam dan
benda-benda di sekeliling. Andaikata air-terjun itu saja ataupun
telaga itu saja, tanpa hutan2 pohon dan kerindangan semak
belukar yang menghijau, tanpa pula ditaungi langit lazuardi dan
awan putih yang berarak-arak, tanpa gunduk2 batu yang
beraneka corak dan warnanya, tidakkah akan tak indah air-terjun
itu" Tidakkah akan hambar telaga itu?" ia melayangkan angan-
432 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angan lebih lanjut, mengkhayalkan andaikata telaga itu dipindah
ke sebuah padang yang tandus tanpa suatu latar belakang dari
kehijauan pohon-pohon "ah, hambar tampaknya"
Penemuan itu menggetarkan suatu kesadaran pada hati
Kertawardhana bahwa bentuk, corak dan warna dari mahluk,
benda dan seisi alam itu tampak indah karena tercipta dari
berbagai macam corak dan ragam benda-benda itu. Ia
menengadah dan memandang langit. Andaikata langit itu tiada
berhiaskan awan dan mega putih kelabu, andaikata langit itu
seluruhnya berwarna biru tentulah juga kurang indah "O, benar-
benar" akhirnya ia mengangguk seorang diri "kiranya Hyang
Jagadnata itu sudah mencipta alam semesta dengan seluruh
isinya dengan amat lengkap dan, sempurna. Bahkan dalam
ciptaanNYA yang berupa insan manusia, pun telah dicipta dengan
berbagai bentuk dan wajah. Tidak seluruhnya cantik, juga tidak
seluruhnya jelek tetapi bermacam-macam. Yang cantik, yang
sedang, yang jelek, yang manis, yang agung, yang bengis
sehingga merupakan suatu perpaduan indah serta lengkap dalam
kesempurnaannya" tiba2 Kertawardhana teringat akan cerita
Gatra ketika ia masih kecil. Gatra menceritakan tentang beberapa
dewa-dewa menurut kepercayaan agama Hindu. Dewa-dewa
itupun wajahnya tidak sama. Tidak semua dewa dan dewi itu
mesti cantik dan tampan. Mereka berwajah sesuai dengan sifat,
perangai dan tugas-tugasnya.
Tiba pada pemikiran itu redalah pikiran Kertawardhana dari
kejaran keinginannya. Keinginan yang dirangsang hasrat
mengetahui sesuatu yang tak diketahui
"Kakang, engkau sedang melamun?" tiba2 ia di kejutkan oleh
suara yang tak asing lagi pada pendengarannya. Suara yang
setiap saat menghimbaukan irama merdu dalam hatinya. Ia
gelagapan "O, Astri, apakah engkau sudah selesai?"
433 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, mari kita pulang" kata Astri. Keduanya pun segera pulang
ke pondok "Kakang, apakah yang engkau sedang lamunkan tadi"
Mengapa engkau tak mengetahui sama sekali ketika aku
menghampiri?" "Aku melamunkan sesuatu yang aneh tetapi, ternyata tidak
aneh, Astri" "O, apakah itu, kakang?"
"Engkau ingin mengetahui?"
"Adakah hal itu pantang kuketahui ?" Astri balas bertanya.
"Tidak ada hal2 yang pantang engkau ketahui" kata
Kertawardhana "hanya lamunan itu tiada artinya. Aku malu
mengatakan kepadamu"
"Kakang, aku adalah isterimu. Adakah suatu rahasia yang
harus engkau rahasiakan kepadaku ?"
Kertawardhana tertawa "Yang kulamunkan tak lain adalah
engkau sendiri, Astri. Dikala memandang sedang engkau mencuci
pakaian di telaga tadi, pikiranku melayang-layang dan tertumbuk
pada langit-langit hatinya. Mengapa dewata terlalu mengasihi
dan memanjakan dirimu dengan kecantikan yang serba lengkap"
Mengapa dewata tidak meratakan anugerahnya kepada setiap
wanita yang lain" Apa beda dirimu dengan wanita-wanita lain?"
"O" desis Astri "engkau aneh kakang Wardhana. Akupun tak
merasa dan tak mengetahui apa yang terjadi pada diriku"
Akupun tak tahu wajah ayahku yang mengukir diriku dan wajah
ibuku yang melahirkan aku"
"Benar Astri" Kata Kertawardhana "bukan, soal engkau tahu
atau tak tahu akan wajah rama ibumu. Karena andaikata engkau
tahu, pun tiada pengaruhnya sama sekali kepada bentuk
kelahiranmu sebagai bayi. Tidak engkau, tidak pula ayah dan
ibumu tahu akan hal itu karena kesemuanya itu adalah ciptaan
434 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dewata Agung semata-mata. Aku, engkau dan semua insan,
hanya menerima apa yang dikehendakiNYA"
Astri mengangguk "Benar, kakang. Lalu apakah yang engkau
temukan dalam lamunanmu tadi ?"
"Telah kukatakan" jawab Kertawardhana "bahwa aku
tertumbuk akan langit-langit hatiku. Dan pada langit-langit hatiku
itu telah tercantum jawaban-jawaban yang kuinginkan. Bahwa
Hyang Widdhi memang Maha Tahu, Maha Adil dan Maha
Sempurna dalam menciptakan seluruh alam semesta dengan
isinya ini. Tak ada yang aneh, tak ada yang ganjil bagi Hyang
Ma? ha Pencipta itu. Hanya manusia dengan indriya-indriya
kemanusiawiannya yang kurang sempurna tak dapat menjangkau
sifat kebesaran Hyang Widdhi Agung itu sehingga seringlah
manusia-manusia itu menganehkan hal yang tak aneh,
mengkhayalkan barang yang tak khayal, membentuk lingkaran
gaib pada hal yang tak gaib. Manusia dengan bekal2 kelebihan
pada kecerdasan pikirannya, berusaha untuk mengawangkan
alam pikirannya ke alam yang tinggi. Alam yang hampa tiada
batasnya. Kemudian mereka bimbang, bingung dan kehilangan
faham. Sesungguhnya kesemuanya itu sudah terbawa dalam diri
manusia itu. Dunia ini tak langgeng tetapi langgeng ...."
"Kakang, lihatlah, mbah sudah bangun dan membersihkan
halaman" tiba2 Astri menukas "rupanya mbah makin sehat"
Merekapun tiba di pondok. Dan hari itu mereka melewatkan
hari yang cerah penuh kegembiraan. Kertawardhana tenggelam
dalam lautan madu kebahagiaan.
Pada suatu hari ketika Astri sedang berada di kebun memetik
sayuran, nyi Tundung menghampiri Kertawardhana "Raden,
maukah raden menemani mbah berjalan-jalan?" ,
Kertawardhana terkejut. Tidak sari-sarinya nyi Tundung
mengajaknya berjalan-jalan "Ah, mungkin ia merasa sehat dan
ingin menikmati pemandangan di pegunungan ini" pikirnya.
435 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi bagaimana Astri, mbah?" tanya Kertawardhana "Akan
kuberitahukan dulu agar dia tak mencari kita"
Ia mendapatkan Astri di kebun tengah memetik daun bayam.
Astri agak terkejut ketika diberitahu Kertawardhana "Aneh,
mengapa mbah hendak berjalan-jalan?"
"Biarlah, Astri, mungkin mbah ingin melemaskan kaki karena
sejak sakit, baru hari ini dia keluar"
Demikian Kertawardhana segera bersama nyi Tundung
berjalan menurut sepembawa kakinya. Ternyata nyi Tundung
membawa Kertawardhana melintasi puncak bukit lalu turun
kesebuah lembah " Mari kita beristirahat di dalam cekung karang
itu" kata nyi T undung pula.
Walaupun heran tetapi Kertawardhana menurut juga. Selama
tinggal di pondok, belum pernah dia menjelajah sampai ke
tempat itu. Tiap hari dia bersama Astri hanya menuju ke telaga
dan merawat kebun sayur. "Raden" setelah duduk berhadapan, nyi Tundung mulai
membuka pembicaraan "bagaimana perasaan raden atas
pelayanan si Astri selama ini?"
Kertawardhana agak tersipu mendengar pertanyaan begitu
"Ah, dia seorang gadis yang baik dan bakti-laki kepada suaminya,
mbah" "Raden mencintainya?"
"Ah, mbah, mengapa harus diulang pula hal yang sudah
menjadi kenyataan?" Kertawardhana tertawa "jika tidak suka
kepadanya, masakan aku menerima permintaan mbah"
"Berapa lamakah sudah raden menetap disini?" Kembali
Kertawardhana teikejut. Apakah maksud nenek itu mengajukan
pertanyaan sedemikian" Namun ia menjawab juga "Sudah dua
warsa, mbah" 436 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, cepat nian waktu berlangsung" nyi Tundung menghela
napas, kemudian ia bertanya pula "bagaimana perasaan raden
selama tinggal di pondok mbah?"
"Aku merasa bahagia"
"Bukankah pondok mbah itu jelek dan terletak di tengah
pegunungan belantara yang jauh dari keramaian " Bukankah
raden tinggal di gedung dalam kota besar dan ramai " Mengapa
raden merasa bahagia tinggal di sini?"
"Mbah" jawab Kertawardhana "kebahagiaan itu bukan di
dalam istana, gedung indah ataupun di pura yang ramai. Bukan
pula di desa, di puncak gunung atau di lembah sunyi. Tetapi
dalam hati mbah" "Tetapi benarkah perasaan yang terkandung dalam hati raden
itu merupakan kebahagiaan yang sesungguhnya" Tidakkah raden
berangan-angan untuk mencari kebahagiaan yang lebih dari ini ?"
"Aku memang berangan-angan tetapi tak tahu bagaimana
harus mengangan-angan. Aku ingin mencari bahagia tetapi tak
tahu bagimana bahagia itu. Mbah, bagaimana aku dapat mencari
sesuatu yang belum kuketahui ?"
"Lalu mengapa raden mengatakan sudah menemukan bahagia
itu di pondok sini" Apakah bahagia yang raden temukan itu?"
"Apa yang kutemukan adalah apa yang kurasakan mbah.
Adakah itu yang disebut bahagia, aku tak tahu dan mungkin tak
dapat mengetahui. Yang jelas aku merasa bahagia dan itulah
yang kuanggap bahagia"
"Bagaimana kira2 wujut bahagia yang raden temukan itu ?"
"Bahagia itu suatu rasa. Tak berwujut tetapi terasa. Ada tetapi
tak ada. Tak ada tetapi ada"
Nyi T undung tertawa "Raden tentu murid dari seorang berilmu
tinggi yang telah mendapat penerangan batin. Jika mendengar
437 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
uraian raden, aku merasa seperti kembali pada suasana di kala
aku menghadap guru yang menjadi bapa angkatku" ia berhenti,
pejamkan mata merenungkan sesuatu.
"Aku teringat" tiba2 nyi Tundung membuka mata pula dan
melanjutkan kata-katanya "pada suatu hari pernah aku bertanya
kepada bapa guruku "Bapa resi, mengapa diri hamba selalu
dirundung kemalangan" Mengapa kehidupan hamba selalu
dicurah hujan penderitaan " Apakah dalam penjelmaan dahulu,
hamba telah berbuat karma yang buruk" Adakah kelak hamba
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat menitis pula dalam kehidupan yang lebih bahagia ?"
Bapa resi mengangguk "Nini, mengapa engkau menanyakan
soal itu " Apakah kepentinganmu mengetahui hal itu" Dan
setelah tahu, apakah manfaatnya bagimu?"
"Karena hamba bingung, bapa resi. Bingung memikirkan nasib
diri hamba yang tiada putus2 dirundung duka nestapa. Setelah
mengetahui bab musabab dari rantai duka nestapa itu, dapatlah
hamba memiliki pegangan yang akan hamba jadikan sebagai
penerangan hidup hamba"
"Baik, nini" jawab bapa resi "pertama-tama hendak kutanya,
bagaimanakah pengertianmu tentang tumimbal-lahir atau menitis
kembali itu?" "Bahwa setelah hamba mati maka kelak hamba akan menitis
kembali. Itulah pengertian hamba, bapa resi"
"Itupun benar" kata sang resi "tetapi pengetrapannya salah.
Engkau Umi, merupakan Nama-rupa yang sekarang. Engkau
mengangankan bahwa yang kelak menitis kembali itu adalah
Nama-rupa yang sekarang ini, bukan?"
"Demikian, bapa resi"
"Tak benar" kata sang resi "bukan Nama-rupa yang sekarang
ini yang dilahirkan kembali ke dunia kelak. T etapi dengan Nama-
rupa yang sekararg i-nilah maka orang berbuat sesuatu hal,
438 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin baik dan mungkin tidak baik dan karena perbuatan
itulah maka dilahirkan Nama-rupa baru dalam penjelmaan yang
akan datang" "Bapa resi" kata nyi Tundung "hamba masih bingung dalam
kegelapan menerima keterangan paduka ini. Sudilah paduka
memberi penjelasan pula"
"Umi" kata sang resi "dapat saja kuberimu keterangan yang
memuaskan hatimu. Aku dapat mengatakan bahwa yang
menjelma kelak itu adalah engkau sekarang. Tetapi apa guna aku
menghibur dirimu dengan suatu kenyataan yang aku sendiri tak
yakin akan kebenarannya. Jelasnya, mengapa aku harus
menggembirakan hatimu dengan kebohongan" Dan mengapa
engkau akan bergembira untuk sesuatu yang tak nyata ?"
"Benar, bapa resi. Janganlah hendaknya paduka menggembirakan hati hamba dengan keterangan yang paduka
tak yakin. Keterangan yang sejati adalah keterangan yang benar.
Orang harus tunduk pada kebenaran, bukan kebenaran yang
disesuaikan untuk menggembirakan atau memuaskan hati orang"
"Baik, nini" kata sang resi "umpama, ada seorang membuat
api unggun untuk menghangatkan tubuh ditengah musim
kemarau yang dingin pada malam hari, kemudian orang itu pergi
tanpa lebih dulu memadamkan api sehingga terjadilah kebakaran
dalam hutan itu. Layakkah orang itu dihukum?"
"Layak" "Tetapi orang itu menyangkal dan mengatakan bahwa api
yang dibuatnya itu bukan api yang membakar hutan"
"Apapun alasan yang dikemukakan tetgpi jelas bahwa api
yang membakar hutan itu adalah api yang dibuat orang itu" kata
nyi T undung "dia wajib menerima hukuman"
"Benar nini" kata sang resi "demikian juga halnya dengan
orang yang berbuat sesuatu yang baik maupun yang tidak baik
439 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam penjelmaan Nama-rupa yang sekarang. Maka karena
perbuatannya itu, dilahirkanlah Nama-rupa baru dalam
penjelmaannya yang akan datang"
Sang resi berhenti beberapa jenak. Setelah tak menerima
tanggapan suatu apa dari nyi Tundung, ia melanjutkan kata-
katanya "Dengan keterangan itu, makalak perlu engkau bimbang
lagi. Jangan hiraukan akan masa yang lalu ataupun penitisan
yang lalu. Jangan pula memikirkan atau me lakukan sesuatu
dengan belenggu pemikiran, apa yang akan terjadi kelak. Kutahu
alam pikiranmu, nini. 'Bahwa setelah engkau mengetahui tentang
rahasia ke-matian dan fumimbal lahir, engkau lalu bersiap diri
untuk melakukan amal perbuatan baik pada hidupmu yang
sekarang dengan tujuan agar kelak dalam penirisan pada
kehidupanmu yang akan datang, engkau akan memperoleh buah
yang lebih, bahagia. Belenggu pemikiran semacam itu tidaklah
benar. Engkau mempunyai pamrih yang mencemarkan kesucian
batin dan kejernihan pikiranmu. Dan itu akan menggagalkan
semua tujuan mu" "Lalu apakah tak baik kalau orang beramal dharma yang baik
dan berhati suci itu, bapa resi?"
"Tiada yang lebih luhur daripada dharma yang baik dan hati
yang suci, nini. Tetapi janganlah engkau cemarkan kebaikan dan
kesucian itu untuk suatu pamrih tertentu. Jika engkau berbuat
demikian, maka kebaikan dan kesucianmu itu tak murni lagi. Nini,
jelasnya, janganlah engkau memikirkan hal2 yang tak perlu-
engkau pikirkan. Yang penting engkau hidup sekarang dan
berusahalah untuk hidup yang baik tanpa belenggu pemikiran
suatu apa" "Demikian raden, percakapan mbah dengan guru mbah kala
itu" nyi Tundung mengakhiri ceritanya "dan sekarang mbah
hendak menyambung pembicaraan kita lagi. Raden, apa yang
menyebabkan raden bahagia dan betah tinggal di pondok hutan
pegunungan ini?" 440 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Kertawardhana tersipu "Ah, mbah, perlukah harus
kujawab pertanyaan mbah itu ?"
"Baik" kata nyi Tundung "tak perlu. Bukankah karena si Astri
itu " Itu memang benar. Akupun pernah mendalami masa muda
dan saat2 yang bahagia seperti kalian. Sekarang yang hendak
kutanyakan kepadamu, raden, adalah begini. Apakah keadaan
dan kebahagiaan yang raden m iliki saat ini sudah menjadi tujuan
hidup raden yang terakhir " Jelasnya, apakah raden sudah puas
akan tinggal di s ini selama-lamanya ?"
Kertawardhana terkesiap. "Raden, apakah tujuan raden meninggalkan Tumapel akan
menetap di sini" Ataukah karena raden bahagia tinggal di sini
maka radenpun menghapus segala cita-cita hidup raden yang
pokok ?" Kertawardhana makin terpana "Adakah mbah tak menghendaki aku menetap di sini?"
"Tidak, raden" sahut nyi Tundung dengan tandas "mbah
sudah tentu gembira sekali raden hidup bersama kami di sini
karena mbah ingin me lihat cucu mbah si Astri itu akan hidup
bahagia bersama raden, karena itulah satu-satunya harapan dan
keinginan hidup mbah. Tetapi mbah seorang tua yang sadar dan
tak ingin memaksakan keinginan mbah itu secara picik. Bukan
kehendak mbah apabila kalian tinggal di sini agar dapat
membahagiakan hati mbah. Mbah sudah tua, ibarat surya sudah
menjelang petang. Tetapi kajian adalah ibarat surya yang sedang
naik ke tengah angkasa. Masih jauh dan banyak bumi yang harus
kalian jelajahi, masih terbentang tujuh samudra yang harus
kalian karungi" Berhenti sejenak nyi Tundung melanjutkan pula "Ciptakan
kebahagiaan itu untuk kalian bukan demi kepentingan mbah,
raden. Oleh karena itu maka timbullah pertanyaan mbah tadi.
Apakah tujuan dan cita2 hidup raden sebagai seorang ksatrya itu
441 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya terbatas sampai di sini saja karena raden sudah
memperoleh bahagia hidup bersama si Astri ?"
Kertawardhana gelagapan. Seperti terjadi suatu kilatan sinar
yang memancar dalam hati, menerangi seluruh taman
sanubarinya. Seolah tampak di situ tumbuh sekuntum padma
yang mengandung mustikaning rat atau mustika buana
"Tebarkan biji-biji mustikaku ke seluruh bumi nuswantara agar
bersemi, tumbuh dan mekar, memancarkan cahaya pengayoman
bagi seluruh kawula dan manusia ...."
Percik kilatan sinar dan suara gaib itu serentak menggugah
kesadaran Kertawardhana dan membangkitkan semangatnya. Ia
telah menemukan keperibadi-annya kembali "Aku ini seorang
ksatrya yang telah memberi kesanggupan untuk melaksanakan
titah ..bapa guru. Dewasa ini negara sedang berkabut awan
kegelapan. Baginda wafat dan penggantinya belum diangkat.
Suasana dalam negeri Majapahit guncang, tentu di daerah2 akan
timbul pergolakan dan pengacauan. .Lelaki bertopeng dan resi
tua itu merupakan bukti yang berbicara bahwa di Daha sedang
bergolak suatu gerakan. Akupun mengemban tugas luhur untuk
mengembalikan keluhuran nama baik dari mendiang rama.
Sebagai seorang putera bumi Majapahit, aku wajib memberikan
dharma-bhakti kepada negara. Dan bukankah dalam pesan bapa
guru itu samar2 seperti terkandung suatu amanat bahwa aku
oleh dewata agung telah direstui menjadi insan masakala yang
harus ikut serta berkecimpung dalam pergolakan dunia" pikirnya,
Merah seketika rasa hatinya manakala teringat apa yang ia
lakukan selama di pondok itu dan apa yang-ia ucapkan pada nyi
Tundung tadi "Mbah ..." serentak ia menjerit karena dironta
tegangan hati. "Mengapa raden ?" tenang2 nyi T undung memandangnya.
"Aku khilaf, mbah. Mbah telah menyadarkan kegelapan hatiku"
serunya "benar, mbah, tujuan hidupku bukanlah untuk mencari
kebahagiaan peribadi seperti yang kurasakan di sini. Sebagai
442 SD.Djatilaksana Kemelut Di Majapahit 4 Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng Lembah Merpati 7
380 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" ibu tertawa mencemoh "engkau masih teringat akan hal
itu" Aku terpaksa menuruti titah rama prabu untuk menjadi
isterimu, karena engkau telah bersumpah menerima tugas rama
untuk memata-matai seri baginda Kertanagara. Engkau rela
menjadi seorang penghianat karena engkau ingin mempersunting
diriku. Tetapi sekarang ternyata engkau memperlakukan aku
begini hina" "Tutup mulutmu!" bentak rama tumenggung "rendah benar
budimu. Engkau hendak menghianati suami, menghianati
ramamu" "Suami" Uh, tanyalah pada batinmu, layakkah engkau
menyebut dirimu sebagai suamiku". Menghianati rama" Tidak,
aku tidak menghianati tetapi berbeda faham dengan pandangan
rama. Setelah menghadap baginda, baru aku sadar bahwa
sesungguhnya baginda Kertanagara itu seorang nata yang adil
bijaksana, seorang nata yang berwatak ksatrya, berpambeg
pandita. Aku malu menghianatinya"
"Engkau malu menghianati baginda Kertanagara tetapi engkau
tak malu menghianat pada ramamu raja Sastrajaya"
"Engkau bebas mengatakan apa saja tentang diriku tetapi aku
tetap akan menghadap seri baginda"
"Sukesi !" rama loncat menghadang ibu "apakah engkau
benar2 hendak menghadap baginda"
"Dewapun tak dapat menghalangi maksudku" ibu tetap
lanjutkan langkah. Karena tak dapat menahan luap amarahnya,
rama lalu memukul ibu sehingga rubuh terjerembab"
"Ah, mengapa tumenggnng Tirta bertindak sedemikian kasar"
seru Kertawardhana. "Pada saat itu muncullah demang Ketawang. Dia terkejut
sekali menyaksikan ibu menggeletak di lantai. Di luar
kesadarannya, demang itu terus lari mengangkat ibu seraya
381 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesali rama "Ki tumenggung, mengapa tuan sampai hati
menganiaya nyi tumenggung"."
"Setan, engkau berani ikut, campur urusanku!" rama
menyambar tombak dan menghampiri demang Ketawang.
Memang selentingan, rama telah mendengar berita tentang
hubungan ibu dengan demang Ketawang. Melihat demang itu
berani lancang memegang tubuh ibu, ramapun marah sekali.
Makin keras dugaannya bahwa demang itu memang benar
mempunyai hubungan dengan ibu.
"Ki tumenggung, aku hanya ..." belum sempat demang
Ketawang menyelesaikan kata-katanya, ramapun sudah mengayunkan tombak menusuk dadanya.
Demang Ketawang terkejut sekali. Lepaskan tubuh ibu, dia
menggeliat menghindar kesamping. Tetapi terlambat. Dadanya
selamat namun bahu kirinya termakan ujung tombak rama
sehingga bercuciiran darah.
"Tumenggung Tirta" seru demang Ketawang setelah berdiri
tegak dan menghunus keris "jangan menganggap hanya dirimu
sendiri seorang laki, demang Ketawangpun juga seorang lelaki.
Hayo, kita bertanding ketangkasan senjata. Siapa lena pasti
pralaya!" "Demang keparat! Jangan sebut aku tumenggung Tirta
banteng Singasari, apabila hari ini aku tak dapat membunuhmu,
manusia yang berani mengganggu isteri tumenggung!"
Merah padam muka demang Ketawang menerima dampratan
itu. Karena malu diapun marah. Terlanjur basah, iapun mandi
sekali "Ya, benar, aku memang kasihan melihat penderitaan
nasib gusti puteri yang engkau sia-siakan. Aku tak rela seorang
puteri yang tak berdosa, harus jatuh di tangan seorang pria yang
sekejam engkau !" "Keparat!" ramapun segera menyerang dan demang itupun
melayaninya. Terjadi pertarungan yang seru sekali.
382 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, ibupun siuman. Melihat ibu hendak
bangun, rupanya rama yang sudah kemasukan setan menjadi
makin kalap. Rama menyelimpat ke samping lalu menusuk ibu.
"Ihhhh" ibu menjerit. Tetapi sebelum ujung tombak rama
tertanam pada tubuh ibu, tiba2 demang Ketawang loncat
menikamkan keris ke punggung rama. Rama memekik keras dan
rubuh binasa. "Ah" Kertawardhana mendesuh kejut.
"Kemudian ibu dan demang Ketawang menghadap baginda
untuk menyerahkan diri. Tetapi setelah mendengarkan laporan
ibu, baginda murka sekali kepada rama. Ibu dianugerahkan
kepada demang Ketawang"
"Baginda bertindak bijaksana" kata Kertawardhana.
"Tidak sepenuhnya bijaksana" sahut nyi Tundung.
Kertawardhana kerutkan 'dahi, melontar pandang keheranan
"Maksud mbah?" "Setelah menjadi seorang tua yang banyak makan asam
garam kehidupan, barulah dapat kukupas maksud yang
tersembunyi dibalik titah baginda itu. Disamping hendak memikat
hati ibu agar terpancang kesetyaannya kepada baginda, maka
baginda berkenan membahagiakan ibu dengan menjodohkan
kepada demang Ketawang. Pun baginda hendak menghukum
raja Sastrajaya" "Menghukum raja Sastrajaya" Bagaimana buktinya, mbah?"
"Tindakan untuk menikahkan ibu kepada demang Ketawang
itu, berarti mencemohkan martabat raja Sastrajaya. Bukankah
walaupun dari garwa selir, tetapi ibu itu juga puteri seorang raja
" Tidakkah suatu tamparan pada muka raja Sastrajaya apabila
salah seorang puteri-nya diberikan kepada seorang demang "
Dan kemudian setelah itu maka bagindapun segera menitahkan
383 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar raja Sastrajaya turun tahta dan diganti oleh puteranya yani
raja Jayakatwang" "O" desuh Kertawardhana seraya mengangguk-angguk. Diam2
ia kagum atas ketajaman nenek itu menilai persoalan. Pada saat
ia hendak berbicara, tiba2 muncullah Astri yang membawa kabar
bahwa bilik sudah dipersiapkan.
"Silakan raden beristirahat" nyi Tundungpun segera
mempersilakan Kertawardhana "akan kusuruh Astri untuk
membuat ramuan jamu untuk raden"
Kertawardhana menurut saja. Tempat tidur itu walaupun
hanya terdiri dari balai-balai kayu dan tikar pandan tetapi cukup
bersih dan menyengsamkan. Bantalnya membaurkan hawa
harum segar. Rebah di pembaringan itu, ia merasakan suatu suasana yang
lain. Ia terkenang akan masa2 kehidupannya berguru pada resi
Niskala di puncak gunung. Suasananya memang tenang dan
sunyi. Tetapi ketenangan di pertapaan beda dengan ketenangan
di pondok situ. Di pertapaan ia merasakan ketenangan itu pada
pikirannya tetapi di pondok itu ia menemukan ketenangan rasa.
Setiap hari Astri selalu melayaninya, dengan penuh kepatuhan
dan ketekunan. Membawa ramuan jamu, menyajikan hidangan.
Kadang ia terkejut dan terjaga dari tidur manakala merasakan
dahinya diraba oleh sebuah tangan halus. Ataupun kakinya
tengah dipijati oleh jari jemari yang lembut. Ia dapatkan Astrilah
yang memijati kakinya "Tidurlah raden supaya engkau lekas
sembuh" Berkat perawatan Astri dan ramuan jamu dari nyi Tundung,
dalam waktu, yang singkat, kesehatan Kertawardhana pulih dan
lukanyapun sembuh. Tiap hari ia bersama Astri menuju ke kebun,
menanam dan memetik tanaman sayur. Kuda hitam Baratpun
jinak dan patuh kepadanya. Manakala ia mengantarkan Astri
mandi di telaga, ia hanya terlongong-longong menunggu
384 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perawan itu mandi dalam kesegaran air telaga yang sejuk. Dan
saat2 seperti ilu amat membahagiakan hatinya.
Pun Astri seperti menemukan suatu dunia baru. Apa yang dulu
pernah diajarkan oleh neneknya tentang kaum lelaki yang
dikatakan sebagai mahluk jahat dan buas, ternyata tak sesuai
dengan kenyataannya. Dalam diri Kertawardhana, ia mendapatkan seorang pria yang baik budi dan menyayang. Dan
tanpa menyadarinya, bayang2 raden itu mulai bersemi dalam
taman hatinya. Ia merasakan kini hatinya berisi. Entah apa
artinya isi itu, ia tak tahu tetapi merasakan dan yakin akan
kenyataannya. Astri merasakan alam disekeliling gunung itu seperti berobah.
Surya lebih gemilang, langit lebih lazuardi, daun lebih hijau, air
telaga lebih segar, kicau burung lebih merdu. Baginya kehidupan
itu lebih cerah. Ia tak mengerti mengapa ia mempunyai perasaan
begitu. Tetapi yang jelas, perasaan itu timbul sejak
Kertawardhana berada di pondoknya.
Nyi Tundung bersikap diam tetapi diam yang mawas. Dia
pernah muda dan tahu pula apa yang terjadi dalam hati kedua
insan muda itu. Diam2 terbetik dalam hatinya akan sesuatu
harapan. Harapan dari seorang nenek kepada cucunya yang
terkasih. Dan harapan itu makin membentuk suatu keinginan
manakala pada suatu malam ia bermimpi.
"Umi" seru orang tua dalam impiannya yang berwujud seperti
gurunya "aku hendak menyerahkan seekor anak macan. Anak
macan putih ini jarang terdapat dalam dunia. Dia berdarah putih,
bukan seperti macan biasa. Kelak dia tentu akan menjadi
mustikanya macan. Peliharalah baik2, Umi, agar kelak dia dapat
menurunkan bibit unggul"
"Terima kasih rama" seru nyi Tundung serya menyambuti.
Tetapi sekonyong konyong macan itu meraung, menerjang nyi
Tundung lalu lari keluar. Nyi T undung memburu keluar. Dia amat
terkejut sekali ketika melihat Astri muncul di halaman dan macan
385 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih lari kepadanya. Ah, dara itu merentang kedua tangan
hendak menangkap macan itu "'Astri, awas ...." nyi Tundung
berteriak kaget dan bangun. Keringat dingin bercucuran.
Sampai jauh malam ia terjaga memikirkan makna impian yang
aneh itu. Sejak Kertawardhana berada dalam pondok itu, sudah
dua kali dia mendapat impian yang aneh dan luar biasa. Pada
hal. sejak bertahun-tahun yang lalu, jarang dan hampir tak
pernah ia bermimpi. Mimpi pertama seperti bertemu Hyang Batara Syiwa dalam
perwujudan sebagai seorang raksasa menyeramkan. Dan dia
menafsirkan impian itu sebagai wangsit yang diamanatkan Hyang
Syiwa tentang kehadinan seorang insan
luhur, raden Kertawardhana. "Adakah macan putih itu juga mempunyai kaitan dengan diri
raden itu?" ia terus mengungkap-ungkap berbagai kemungkinan
yang mungkin untuk menjadi landasan penafsiran mimpinya itu
"putih itu, sifat suci atau luhur. Dan karena sifat2 itu maka
dapatlah kukaitkan, dengan impian yang pertama yang
kutafsirkan sebagai amanat Hyang Syiwa tentang diri raden
Kertawardhana itu. Tetapi mengapa seekor harimaju " Bukankah
harimau seekor binatang buas" Mengapa tidak berupa benda
cemerlang bahkan rembulan atau bintang apabila dewata hendak
mengamanatkan hal2 mengenai priagung besar . . . ."
Nyi Tundung tersipu-sipu dan mendesuh. Ia malu hati
manakala ia menyadari sikap alam pikirannya tadi. Mengapa
seolah ia hendak memerintahkan dewata menurut kehendak
hatinya dalam mimpinya itu" Iapun teringat-pula bahwa yang
disebut dawuh atau titah gaib ataupun wangsit dewata itu,
memang bersifat samar2, suatu perlambang yang semu. Memang
wangsit itupun sesungguhnya mengandung unsur kodrat yang
pada ha-kekatnya tidak dapat diberitahukan secara semata-mata
oleh insan yang bersangkutan. Dewapun takut, akan tulah yang
terkandung pada kodrat prakitri yang serba rahasia dan bertuah.
386 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya maka setiap lambang, baik yang tertampak pada
alam nyata semisal peristiwa bintang sapu dan lain2 peristiwa
dunia yang aneh2, maupun yang terpancar dalam mimpi, selalu
tak nyata dan hanya berupa suatu perlambang atau kiasan.
Manusialah yang harus menafsirkan maknanya sendiri.
Nyi Tundungpun menyadari akan kesalahannya itu. Ia lalu
pejamkan mata mengheningkan cipta-semedhi. Namun kali ini
dia tak menghampakan pikiran, melainkan memusatkan seluruh
pikirannya untuk membayangkan macan putih yang muncul
dalam impiannya tadi. ".... macan adalah binatang yang dahsyat. Hampir tak ada
penghuni rimba yang berani kepada macan itu. Macan adalah . . .
raja!" tiba2 nyi T undung tersentak dari semedhinya ketika terkilas
oleh kata2 raja "ah, benar, macan itu adalah raja hutan, raja
yang dipertuan dari kerajaan hutan rimba. Macan putih, raja
yang luhur" Kemudian nyi Tundungpun teringat akan pesan gurunya
dalam impian tadi "kelak dia tentu akan menjadi mustikanya
macan ....." Penemuan itu segera menjernihkan kabut yang menyelubungi
pikiran nyi Tundung "Ah, ternyata macan putih itu memang
mempunyai kaitan dengan dawuh gaib yang diamanatkan Hyang
Batara Syiwa" Setelah menemukan pemecahan itu, tenanglah pikirannya.
Perasaannya memeluk keyakinan bahwa macan putih tak lain
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tentulah anakmuda yang sekarang berada dalam pondoknya.
Anak macan berani bahwa macan itu-masih kecil atau raja yang
belum tampil "Ah ia mendesah berkepanjangan betap pun
halnya, benda gemilang" yang diberikan Hyang Batara Syiwa
kepadaku dan anak macan putih yang diterimakan rama
kepadaku dalam impian itu, makinjelas memperlambangkan akan
jiwa agung dan insan luhur pada diri raden itu"
387 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hyang Batara Syiwa menganugerahkan, demikian pula rama"
pikirnya lebih lanjut "lalu bagaimana aku harus menerimanya?"
Demikian pertanyaan itu, nyi Tundung maksudkan cara
bagaimana akan mendapatkan diri Kertawardhana. Tak mungkin
raden itu akan mau tinggal di pondoknya untuk selama-lamanya.
Pikirnya nyi Tundung. "Ah" tiba2 ia mendesuh "andaikata raden itu mau tinggal di
sini selama-lamanya, lalu bagaimana mungkin dia akan . . ." tiba2
ia teringat akan mimpinya tentang anak macan putih"bukankah
anak macan itu harus menjadi macan. Bukankah raden itu kelak
harus menjadi priagung besar " Bagaimana mungkin hal itu akan
terlaksana pada dirinya apabila dia tetap menetap di sini?"
Tersirap darah nyi Tundung manakala membayangkan
penimangan itu. Priagung itu tempatnya di praja dan raja itu
bersemayam di singgasana, bukan di pondok pegunungan.
Tiba pada pemikiran itu, pikiran nyi Tundung serentak
tersengat oleh suatu bayang2 "Benar, raden itu tentu akan
segera melanjutkan perjalanannya lagi ke Majapahit dan
Kahuripan. Dia hanya singgah dan beristirahat beberapa waktu
saja di sini. Jika dia pergi, bukankah benda cemerlang dan anak
macan putih yang diberikan kepadaku itu akan ikut lenyap
selama-lamanya?" Nyi Tundung mengucurkan keringat manakala menyadari hal
itu. Ia berusaha untuk memecahkan masalah itu. Bagaimana cara
yang tepat untuk memperoleh raden Kertawardhana sebagaimana dilambangkan sebagai benda cemerlang oleh
Hyang Syiwa dan macan putih oleh rama gurunya. Segala
kemungkinan telah dijajagi dan buntu. Satu-satunya kemungkinan yang paling mungkin adalah Astri "Ah, anak itu
memang malang nasibnya. Ibunya meninggal konduran setelah
melahirkan dia dan ramanyapun seorang lelaki yang tak
bertanggung jawab. Dia cantik bagaikan bunga mekar. Dia
388 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhati bersih dan lembut perangai, penuh rasa welas asih.
Dialah satu-satunya sarana urituk menampung anugerah dewata"
"Tetapi mungkinkah ?" pada lain saat nyi Tundung
membantah pikirannya sendiri "maukah raden Kertawardhana
menerimanya sebagai isteri " Tidakkah raden itu akan merasa
rendah diri apabila mempersunting seorang perawan gunung
seperti Astri ?" Nyi Tundung pejamkan mata dan membayangkan .pergaulan
kedua insan muda itu. Dalam perwujutan, keduanya merupakan
sejoli yang serasi sekali. Kertawardhana tampan dan berseri. Astri
cantik dan. segar bercahaya. Tetapi asal keturunan mereka
berbeda. Kertawardhana tentu putera keturunan priagung
sedang Astri hanya .... "Ah, tidak !" tiba2 nyi Tudung menegakkan kepala penuh
keangkuhan "Astri bukan keturunan orang biasa, ibuku atau
eyang buyutnya adalah puteri raja Daha. Dan ayahnyapun juga
seorang putera tumenggung"
Penemuan itu segera membangkitkan semangat nyi T undung.
Dan iapun segera mempertebal keyakinannya dengan memanjatkan doa kepada dewata "Duh, Batara Agung, apabila
paduka benar2 berkenan melimpahkan anugerah kepada diri
hamba, hamba mohon semoga perjalanan usaha hamba untuk
menjodohkan cucu hamba Astri dengan raden Kertawardhana itu
akan berhasil" Doa serupapun dihaturkan kepada rama gurunya yang telah
memberikan anak macan putih dalam mimpinya. Setelah selesai
membenahi segala kekuatan pikiran dan gejolak hatinya, dia lalu
bersemedhi lagi. (Oo-dwkz-Ismo-oO) 389 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
II Esok. Suatu permulaan yang ditandai kehadiran surya
kemudian ditutup dengan lenyapnya surya. Dimulai dari arah
timur dan berakhir di arah barat. Tetapi permulaan dan keakhiran
itu berlangsung secara berulang.. Dari hari ke hari, dahulu,
sekarang dan entah sampai kelak yang tak diketahui
keakhirannya. Hari esok merupakan hari yang dijelang bermacam perasaan.
Ada yang menyongsong dengan segunung harapan, selangit
kegembiraan. Tetapi ada pula yang menjelang dengan selembah
kecemasan, selaut penderitaan. Namun esok tetap hari esok
yang pasti akan datang dan datang tiada berkeputusan dalam
kehidupan manusia. Disambut dengan senyum harapan atau
ditolak dengan kerut kecemasan, esok hari tetap akan hadir
dalam bumi. Diantara insan yang menyambut hari esok dengan songsong
harapan dan semangat kegairahan, termasuk diri ny i T undung. Ia
mengharapkan esok hari segera tiba agar dia dapat
melaksanakan rencana yang telah dipertimbangkan semasak-
masaknya dari malam sampai menjelang dinihari.
Sesaat ia bangun, dilihatnya Astri sudah tak berada di
sampingnya. Dalam keheningan dinihari menjelang pagi, ia dapat
menangkap suara orang sedang bekerja di dapur. Mencuci
mangkuk pinggan dan memasak air "Ah, anak itu memang rajin
dan patuh akan pesan orangtua" ia teringat bahwa sejak kecil ia
sudah menanamkan ajaran kepada Astri bahwa anak perempuan
itu harus rajin mengurus rumah, bangun pagi2 membersihkan
rumah, menyapu halaman, memasak air "Anak perawan yang
rajin, kelak pasti akan mendapat jodoh yang baik" katanya
kepada Astri. 390 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan sesungguhnya, disamping memang sudah lazim bagi
seorang anak perempuan, pun bangun pagi dan mengerjakan
pekerjaan rumah itu, baik sekali untuk kesehatan. Nyatanya Astri
bertubuh sehat dan tumbuh menjadi seorang perawan yang
segar berseri. Ia segera turun dari balai-balai. Setelah membasuh muka dan
tubuh, ia menghampiri Astri "Astri, kurasa persediaan garam kita
sudah hampir habis. Suruhlah si Barat mengantar engkau ke desa
yang terletak dikaki gunung itu, membeli garam"
"Baik, mbah" Demikian setelah selesai mengerjakan pekerjaan di dapur,
Astripun membawa Barat menuju ke desa di kaki gunung. Di
desa yang sunyi itu tiap hari pasara ramai juga dengan orang
berjual beli. Astri ingat bahwa hari itu hari pasara di desa
tersebut. Ia hanya perlu membeli garam. Sayur, kayu dan lain2
keperluan dapur tak perlu membeli lagi.
Setelah Kertawardhana bangun, ia terus mencari Astri "Ah,
Astri sedang turun ke desa di kaki gunung, raden" nyi Tundung
memberi keterangan. "Seorang diri, mbah?"
"Ya" "O" Kertawardhana terkejut "apakah dia sering ke desa itu?"
"Dulu waktu masih kanak2, memang sering mbah suruh dia ke
desa itu untuk membeli keperluan dapur. Tetapi sejak berangkat
dewasa, hampir tak pernah mbah suruh lagi. Mbah sendiri yang
membeli-beli ke sana"
"Ah" Kertawardhana mendesah.
"Mengapa raden?"
"O, tak apa-apa, mbah"
391 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Tundung tertawa "Ah, jangan raden berbohong kepada
mbah. Mbah juga pernah jadi orang muda, tahu juga bagaimana
perasaan anak muda itu. Bukankah raden mencemaskan Astri?"
"Memang mbah" Kertawardhana mengaku "bukankah kurang
aman bagi seorang perawan berjalan seorang diri menuju ke
desa yang jauh itu?"
Nyi Tundung mengiakan. Dalam hati ia gembira, karena
Kertawardhana menunjukkan perhatian besar kepada Astri.
Menguatirkan diri seseorang berarti menaruh perhatian akan diri
orang itu. . . "Tetapi Astri naik si Barat" kata nyi Tundung "perjalanan itu
dapat ditempuh dengan cepat. Demikian pula penduduk didaerah
pegunungan ini jarang sekali. Selama bertahun-tahun selalu
aman" Kertawardhana menghela napas longgar mendengar keterangan nenek itu "Mbah, mengapa tak suruh Astri meminta
aku mengantarkannya?"
Makin girang hati nyi Tundung. Namun ia tejfcap bersikap
tenang "Ah, jangan raden memanjakan anak itu., Dan kurang
layaklah apabila seorang pria sepertii raden harus mengantarkan
seorang anak perawan ke pasar"
"Ah, bukan soal layak tak layak, mbah. Yang penting adalah
keselamatan Astri" "O" nyi Tundung mendesuh "adakah raden bersedia apabila
tadi Astri meminta kepada raden?"
"Tentu, mbah"' "Mengapa, raden?"
"Aku ingin melindungi keselamatan Astri, mbah"
"Mengapa raden tiba2 mempunyai pikiran demikian?"
392 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena . i.." Kertawardhana tergugu manakala harus
memberi keterangan selanjutnya "aku kasihan kalau Astri sampai
mendapat halangan yang tak diinginkan"
Nyi Tundung mengangguk "Terima kasih, raden. Apakah
raden berkenan meluluskan mbah mengajukan pertanyaan ?"
"Ah, mengapa mbah masih seperti orang lain. Katakan sajalah
apa yang mbah hendak bertanya"
"Raden Kertawardhana" tiba2 nada nyi Tundung agak
bersungguh "sudah lama mbah menyimpan perasaan ini dalam
hati mbah. Mbah mencari kesempatan, bilakah mbah dapat
menghaturkan apa yang terkandung dalam hati mbah itu ke
hadapan raden" Kertawardhana agak terkesiap me lihat sikap nenek Tundung
yang tiba2 agak lain. Mungkinkah ....
"Mbah, aku merasa berterima kasih sekali bahwa mbah mau
menerima diriku tinggal beberapa waktu di sini dan bahkan telah
memberi ramuan2 jamu untuk menyembuhkan luka2 yang
kuderita" "Ah, jangan raden berkata begitu"
"Mbah, rasanya sekarang kesehatanku sudah pulih kembali.
Tak ingin aku menambah beban kepada mbah di sini, nanti
setelah Astri pulang, akupun segera akan minta diri untuk
melanjutkan perjalanan"
"Raden!" serentak terbangkitlah nyi Tundung dan berteriak
seperti terpagut ular "tidak, raden, tidak ! Raden salah faham!"
Kertawardhana tertegun. "Serambut dibelah tujuhpun mbah tak mengandung pikiran
seperti yang raden kuatirkan itu. Apabila mbah, sepercik saja
mempunyai pikiran demikian, semoga Hyang Batara Kala
mencabut nyawa mbah saat ini juga!"
393 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah,mbah" bergegas Kertawardhana mendekap tubuh nenek
itu "maafkan, mbah. Aku tak sengaja hendak menusuk perasaan
mbah" Nyi T undung mengucurkan airmata.
"Mbah, maukah mbah memaafkan aku?"' bujuk Kertawardhana. Nyi Tundung mendekap tangan raden itu dan mencium jari
tangannya "Duh, raden, berat nian rasa hati mbah menerima
pernyataan raden seberat itu. Radenlah yang harus memberi
maaf kepada mbah karena mbah hendak menghaturkan
kandungan hati mbah ini kehadapan raden"
"Katakanlah, mbah, sudah tentu dengan segala senang hati
aku. bersedia mendengarkan"
Nyi T undung segera duduk kembali. Demikian Kertawardhana.
Mereka berhadapan, terpisah dengan sebuah meja yang telah
dilengkapi dengan minuman.
"Raden" Nyi Tundung memulai kata-katanya "pertama mbah
hendak menuturkan sekelumit kissah hidup mbah"
"O, baik mbah"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Karena riwayat rama dan ibu mbah, telah mbah ceritakan,
maka sekarang mbah hendak melanjutkan tentang kissah mbah
sendiri" Kertawardhana tampak gembira. Memang sebenarnya ia
masih ingin untuk mendengarkan kelanjutan cerita yang lalu dari
nenek itu. "Setelah dewasa, mbah hendak dinikahkan dengan seorang
putera tumenggung tetapi mbah telah direbut oleh seorang
pemuda yang gagah berani"
"Apakah pemuda itu, maaf, pernah menjalin kasih dengan
mbah?" 394 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Belum" nyi T undung gelengkan kepala "tetapi mbah memang
sudah mendengar nama dan kegagahan-nya yang termasyhur.
Mbah dengar bahwa banyak sekali wanita yang terpikat oleh
ketampanan pemuda itu, sebanyak pula ksatrya2 yang memuji
akan kegagahannya. Tetapi dia seorang manusia liar. Dia tak
henti-hentinya mengganggu wanita cantik, sedemikian pula tak
henti-hentinya dia selalu membuang mereka. Habis manis sepah
dibuang ...." "Diam2 dalam hati mbah yang masih perawan, timbul dua
macam perasaan yang saling bertentangan. Mbah ingin melihat
bagaimanakah manusia yang disohorkan tampan dan menjatuhkan hati setiap wanita yang melihatnya itu?"
"O, maksud mbah, mbah hendak menundukkan orang itu ?"
Nyi Tundung mengangguk lalu tersenyum "Memang terdapat
dua macam perasaan yang berlainan pada diri pria dan wanita
itu. Pria suka kepada seorang dara yang belum pernah disentuh
oleh lain pria. Tetapi wanita lebih memuja kepada pria yang
banyak digandrungi wanita lain. Pria menginginkan sebagai orang
pertama yang mempersunting gadis itu. Tetapi wanita bangga
menjadi wanita terakhir yang dapat merebut hati pria"
Walaupun Kertawardhana tetap diam mendengarkan tetapi
dalam hati ia heran akan uraian nenek itu. Makin keras
dugaannya bahwa nenek itu tentu mengalami gelombang besar
dalam laut kehidupannya. "Dengan perasaan kewanitaan itu, timbul suatu angan-angan
dalam hatiku untuk menuntut balas kepada manusia liar itu"
"Menuntut balas" Untuk siapakah mbah hendak menuntut
balas?" "Untuk gadis2 dan wanita yang telah menjadi korban
dicampakkan oleh manusia itu" sahut nyi T undung
395 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" desuh Kertawardhana "adakah mbah berhasil dalam usaha
itu?" Nyi T undung menghela napas "Berhasil, tetapi gagal"
Kertawardhana membeliakkan pandang bertanya.
"Ketika di candi Singasari diadakan upacara sesaji besar, aku
mendapat idin dari ibu dan rama untuk mengunjungi candi itu
dan menghaturkan sesaji. Aku tak kenal dan belum pernah
berjumpa dengan manusia gagah perkasa yang termasyhur itu.
Tetapi aku msrasa, diantara sekian ribu pengunjung terdapat
seorang lelaki muda yang selalu mengarah pandang matanya
kepadaku. Akupun sempat membalas pandang. Hatiku berdebar
keras ketika beradu pandang dengan seorang pria muda yang
tampan. Matanya berkilat-kilat tajam menusuk hati. Senyumnya
menikam kalbu ...." pada saat berkata-kata, nyi Tundung
pejamkan mata. Seolah mengenangkan peristiwa itu.
Kertawardhana tersenyum dalam hati. Ia tak mau mengusik
melainkan membiarkan nenek itu tenggelam dalam kenangan
masa muda. Kenangan yang indah itu suatu kebahagiaan.
"Kubawa pulang peristiwa itu berikut dengan selubung
keheranan. Keheranan yang segera menuntut pertanyaan,
siapakah pria muda tampan yang memandang dan tersenyum
kepadaku itu. Pada suatu hari aku benar2 dikejutkan oleh nyi Pari
yang menghaturkan sebuah kotak gading kepadaku"
"Siapakah nyi Pari itu, mbah?"
"O, dia adalah inang pengasuhku. Ketika kutanya dari siapa
kotak itu, dia hanya menjawab dari seorang pria muda dan
tampan "Siapa namanya?" kutanya tetapi bujang itu hanya
menjawab bahwa aku sudah melihatnya ketika di candi Singasari
yang lalu" "O, pria tampan yang memandang mbah di candi Singasari
itu?" 396 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" nyi Tundung mengangguk "akupun tersipu-sipu dan
berdebar-debar sekali saat itu. Kupesan nyi Pari supaya jangan
mengatakan hal itu kepada siapapun juga dan kusimpan kotak
gading itu di dalam almari. Tengah malam ketika semua orang
sudah tidur, kuambil kotak itu. Terjadi pergolakan batin yang
hebat dalam hatiku saat itu, antara keinginan tahu dan rasa
keagungan sebagai seorang puteri. Kukembalikan lagi kotak itu
ke dalam almari. Sampai lima malam berturut-turut kukeluarkan
kotak gading itu tetapi setiap berhadapan lalu kukembalikan lagi.
Mengapa aku harus membuka kotak pemberian seorang pria
yang tak kukenal" Jika pria itu memang benar pria yang
dimasyhurkan sebagai pria gagah perkasa yang binal itu, lebih
memberi alasan kepadaku, mengapa aku harus menerimanya?"
"Akhirnya apakah mbah tidak membukanya?" karena terpikat
oleh cerita itu, Kertawardhanapun bertanya.
"Ah" nyi Tundung menghela napas "sinar mata dan
senyumnya yang selalu melekat dalam pelapuk mataku itu
akhirnya dapat menyiak segala rasa keraguan dan ma lu dalam
hatiku. Pada malam yang ketujuh, kubukalah kotak gading itu ..."
Kertawardhana menahan napas, terhanyut dalam rasa ingin
tahu yang menggelora "Apakah isinya, mbah?" karena sampai
beberapa jenak belum juga nyi Tundung mengatakan, iapun
bertanya. "Kotak gading itu berisi tiga buah benda. Sebuah permata
sebesar biji jagung yang bersinar gilang gemilang. Sebuah
bungkusan dari sutera merah dan sepucuk surat. Bungkusan
sutera merah itu berisi beberapa helai rambut dan surat itu berisi
curahan hatinya ..."
"Ah" Kertawardhana seolah ikut merasakan suasana hati nyi
Tundung kala itu. Dia menyatakan ketekadannya untuk menjadi pelindung dan
berhamba kepada diriku sampai di akhir hayatnya. Dia akan mati
397 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apabila aku menolak kasihnya. Dan lain2 rangkaian kata yang
penuh rayu asmara" Kertawardhana diam tak mau mengusik. Tetapi karena dilihat
nyi Tundung juga diam seolah membayangkan peristiwa itu,
akhirnya ia mengajukan pertanyaan juga "Dan bagaimanakah
tanggapan mbah pada waktu itu?"
"Mbah bingung raden" kata nyi T undung "tak tahu bagaimana
perasaan mbah waktu itu. Memang pernah sesekali hati mbah
merekah keinginan untuk menundukkan manusia liar dan
membalaskan sakit hati para wanita yang telah menjadi
korbannya. Tetapi setelah keinginan itu menjadi suatu kenyataan
hati mbahpun bingung tak keruan rasanya!"
"Ah, mengapa mbah harus bingung apabila keinginan sudah
mendekati kenyataan?"
"Raden" kata nyi T undung "mbah seorang anak demang. Kata
orang, mbah cantik sekali. Dan saat itu rama dan ibu-mbah telah
menerima pinangan dari seorang priagung berpangkat di pura
kerajaan. Sebagai seorang wanita utama, mbah harus tunduk
pada adat dan kehendak orangtua. Mbah akan menyimpan
peristiwa itu sebagai kenangan indah dalam hati mbah"
Kertawardhana mengangguk.
"Tetapi apa yang dikatakan orang pria itu, benar-benar terjadi,
raden. Peristiwanya dimulai ketika hari pernikahanku terjadi.
Pada malam itu di kademangan telah terjadi kebakaran. Malam
pengantin yang pertama terganggu. Malam kedua, pun terjadi
kegemparan karena rumah kediamanku menjadi sasaran lontaran
batu. Se}uruh rakyat kademangan dikerahkan untuk mencari
pelempar batu itu tetapi sia2. Malam kedua itu, pengantin
lelaki'juga sibuk keluar memimpin rakyat kademangan untuk
mencari jejak pengacau itu. Malam ketiga pun terjadi kehebohan.
Seluruh warga rumah demang, sakit perut dan muntah2. Malam
keempat, kademangan dikacau dengan kemunculan hantu hitam
398 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menyeramkan. Rakyat kademangan kalang kabut dan
berkumpul di kademangan meminta perlindungan. Yang paling
menghebohkan terjadi pada malam kelima, kademangan telah
diserang oleh empat ekor harimau loreng"
"Lima malam berturut-turut tak pernah mempelai lelaki itu
sempat masuk ke dalam ruang tidurku. Dia sibuk memimpin
rakyat kademangan untuk berjaga sampai pagi. Akhirnya
diputuskan, untuk memboyong aku ke pura kerajaan agar bebas
dari gangguan itu. Tetapi di tengah perjalanan, rombongan kami
diserang oleh penjahat. Aku pingsan dan ketika sadar, kejutku
bukan alang kepalang. Pakaianku sudah tak teratur dan di sisiku
terbaring sesosok tubuh lelaki. Ketika menyadari apa yang terjadi
pada diriku, aku marah sekali. Kucabut pedang yang terletak di
sisinya lalu kutabas-nya ...."
"Adakah lelaki itu yang pernah mbah lihat ketika di candi
Singasari dahulu?" "Ya" "Siapakah namanya?" Kertawardhana mulai tegang. Ia
teringat akan cerita gurunya, resi Niskala tempo hari. Terpercik
bayang2 dugaan antara kedua peristiwa itu.
"Tidak, aku telah bersumpah tak mau menyebut namanya
lagi" nyi T undung menolak.
"O, baik, mbah" Kertawardhana dapat merasakan perasaan
nyi Tundung pada saat itu. Dia tak mau mendesak lebih lanjut
kecuali hanya meminta nenek itu melanjutkan ceritanya.
"Waktu melihat darah mengalir dari bahunya, aku menjerit
dan pingsan seketika. Pada waktu membuka mata, kulihat dia
sudah tak ada. Ternyata saat itu aku berada dalam sebuah gua.
Aku segera melangkah keluar dan melihatnya dia duduk
bersandar pada simping pintu gua. Dia memberi pedang
kepadaku dan menyuruh aku membunuhnya. Ah, raden, hati
perempuan memang lemah sekali. Melihat wajahnya yang cakap,
399 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang beriba-iba, mendengar permintaan maaf yang
penuh imbauan asmara, akhirnya aku menyerah kepadanya.
Hari2 itu penuh kebahagiaan. Kami seolah tenggelam dalam
lautan madu. Dia sering pergi dan menjelang petang baru
pulang. Tetapi hari itu sampai tengah malam dia baru pulang.
Mulutnya berbau tuak dan dalam tidurnya dia mengingau.
Seketika muaklah hatiku mendengar apa yang diocehkan. Dia
tertawa gelak2 dan mengucapkan kata2 yang cabul. Dari kata2
dalam ingaunya itu dapatlah kurangkai kalau dia telah memaksa
seorang wanita untuk melayani nafsunya. Ternyata penilaianku
kepadanya salah. Dia tetap seorang manusia iblis yang gemar
mengganggu kehormatan wanita baik2. Malam itu juga aku pergi
meninggalkannya. Dan akhirnya aku ditolong oleh seorang
pertapa yang kemudian memungutku sebagai anak serta
mengajarkan kepadaku berbagai ilmu kepandaiannya"
Sebenarnya ada keraguan dalam hati Kertawardhana setelah
mendengar cerita nyi T undung itu. Hampir ada persamaan antara
kissah hidup nenek itu dengan cerita gurunya yang lalu. Tapi
karena nenek itu menolak untuk memberitahukan siapa nama
lelaki yang pernah mencuri hatinya, iapun tak mau memaksa
bertanya. Kemudian nyi Tundung me lanjutkan ceritanya bahwa sebagai
hasil dari hubungannya dengan pria. itu, ia telah me lahirkan
seorang anak perempuan. Setelah berangkat dewasa, anak
perempuannya itu telah terpikat oleh seorang pemuda tampan
dan dibawa lari. Beberapa waktu : kemudian anak perempuan itu
kembali lagi kepada nyi Tundung dengan membawa tangis dan
cerita. Bahwa ternyata lelaki itu seorang putera tumenggung
yang gemar mempermainkan wanita2 cantik "Nasib anakku tak
beda seperti diriku, menjadi korban nafsu lelaki yang tak
bertanggung jawab" kata nyi Tundung.
Dilanjutkan pula ceritanya; bahwa anak perempuannya itupun
sudah hamil. Tetapi ketika melahirkan anak, dia meninggal "Bayi
400 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu perempuan dan yang sekarang bersama mbah" nyi Tundung
menutup ceritanya. "Astri?" tanya Kertawardhana.
"Ya" nyi Tundung mengiakan "siang malam mbah berdoa
kepada Hyang Batara Agung semoga karma hidup mbah
mendapat pengampunan. Semoga Astri, satu-satunya darah
keturunan mbah, diberkahi hidup yang bahagia"
"Semoga permohonan mbah terkabul"
"Ah, sebenarnya radenlah yang dapat menolong mbah" kata
nyi T undung. Kertawardhana terkejut "Apa maksud mbah?"
"Raden, apabila raden tidak menampik si Astri perawan
gunung yang bodoh itu, mbah hendak menghaturkan dia menjadi
pelayan raden" Kertawardhana tertegun. Ia tahu apa yang dimaksud nyi
Tundung. Berbagai bayangan melintas dalam renungan,
mengenang dara ayu itu. Ia kasihan atas nasib Astri. Ia senang
akan budi pekerti dara itu dan iapun merasa bahagia berada di
samping gadis ayu itu. Tetapi ... .
"Raden, apakah raden menolak persembahan mbah ?"
Kertawardhana terbeliak "Tidak, mbah, tetapi aku seorang
kelana yang ditugaskan guru untuk mengembara. Aku tak dapat
tinggal lama di s ini. Bukankah mbah akan kecewa dan Astri akan
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlantar?" Di luar dugaan nyi Tundung bangkit dari duduk dan terus
bersimpuh menghaturkan sembah di hadapan Kertawardhana
"Terima kasih, raden. Asal raden berkenan memperisterinya,
sekalipun hanya beberapa pasara, mbah sudah bahagia. Dan
kelak apabila raden melanjutkan mengembara, mbahlah yang
akan merawatnya" 401 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, mbah" kata Kertawardhana "aku menurut saja apa
yang mbah hendak maksudkan kepadaku"
Tiba2 pembicaraan mereka terputus oleh bunyi derap kuda
berlari. Dan sesaat kemudian, muncullah kuda hitam si Barat
tanpa membawa Astri. Kertawardhana cepat lari menyongsong ke halaman.
(Oo-dwkz-Ismo-oO) 402 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 6 403 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 404 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Prabu Danapati kepala negara Lokapala ingin mempersunting
Dewi Sukeksi, putri Prabu Suma la dari Alengka untuk menjadi
permaisurinya. Tetapi sebelum menjatuhkan keputusan, sang
dewi telah mengajukan bebana atau syarat yang berupa
sayembara. Barangsiapa dapat memberi penjelasan yang tepat
tentang ilmu Sastra Jendra Hayuning Rat, apabila dia seorang
wanita akan diakui sebagai saudara sekandung, apabila pria akan
diambil sebagai guru laki atau suaminya.
Jendra berasal dari dua kata, J a dan Endra. J a berasal dari
kata Raharja atau selamat. Ehdra dimaksudkan Batara Endra,
raja Suralaya. Menurut pengertian lain ditafsirkan Endra-Joka
yang berarti kalbu atau jantung, sumber perasaan manusia.
Hayuning Rat terdiri dari kata2 Hayu, mg dan Rat. Hayu
berasal dari kata Rahayu. Ing berarti di. Rat berarti dunia.
Hayuning rat berarti keselamatan di dunia.
Ilmu Sastra Jendra Hayuning Rat, merupakan suatu ilmu yang
bersifat terang atau agung dan luhur. Jalan atau cara untuk
mencapai kesempurnaan hidup.
Oleh karena prabu Danapati tidak tahu akan ilmu itu maka dia
menemui ayahnya, Begawan Wisrawa yang berilmu tinggi dan
faham akan ilmu itu, mewakilinya dalam sayembara itu. Tepat
pada waktu ilmu tersebut hendak diwejangkan oleh sang
begawan, datanglah suatu percobaan atau ujian dewata. Sang
Hyang Bhatara Guru menyelundup kedalam tubuh sang begawan
sedangkan Sang Hyang Bhatari Dhurga menyusup kedalam tubuh
Dewi Sukeksi. Setelah wejangan tentang ilmu tersebut selesai,
timbullah rasa asmara pada begawan Wisrawa dan Dewi Sukeksi
sehingga sang begawan lupa pada kehadirannya dalam
sayembara itu tak lain hanyalah sebagai wakil puteranya.
Begawan Wisrawa menyetujui saja pengangkatannya sebagai
suami Dewi Sukeksi. 405 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian kissah yang terjadi pada peristiwa lahirnya
Dasamuka atau dalam cerita sering disebut Alap-alapan Sukeksi.
Hampir kissah itu terjadi pada diri Kertawardhana, tetapi tidak
sama keseluruhannya. Kertawardhana tiba di pondok tengah
pegunungan, bukan sebagai peserta sayembara, melainkan
karena telah diculik Toh Braja. Tetapi samalah halnya rasa
asmara yang tumbuh dalam hati begawan W israwa dan Dewi
Sukeksi dengan Kertawardhana dan Astri. Sumber daripada rasa
asmara itu tak lain dari perhubungan. Karena terbiasa bergaul
sehari-hari maka tanpa terasa tumbuhlah rasa asmara.
Begawan Wisrawa setuju mengawini Dewi Sukeksi karena
kalah janji. Bahwa Dewi Sukeksi dalam sayembara itu telah
memberi pernyataan yang tegas. Barang-siapa yang dapat
menerangkan ilmu itu, apabila seorang pria dia akan diambil
sebagai suami. Yang menerangkan ilmu itu adalah begawan
Wisrawa, bukan prabu Danapati. Kertawardhana tidak kalah janji
melainkan merasa berhutang budi atas pertolongan Astri.
Disamping itu diapun kasihan melihat nasib dara itu. Begawan
Wisrawa lupa diri bahwa dia bertindak sebagai wakil dari
puteranya. Dia dikuasa i oleh rasa asmara. Kertawardhana tidak
lupa diri, tidak menjadi wakil siapapun kecuali hanya wakil hati
kalbunya sendiri. Hati yang tersentuh rasa terima kasin dan
kasihan, membiaskan cahaya rasa asmara yang bahagia.
Kertawardhana tetap tak lupa diri, tak lupa akan tujuan
pengembaraannya. Bahwa sebagai seorang muda, putera
Singasari, dia harus membaktikan diri dalam kancah perjuangan
'mangayu hayuning praja'. lapun sedang mengemban tugas dari
gurunya dalam pesan penghayatan sasmita, bahwa negara
Majapahit saat itu sendang dirundung kabut gelap. Dia telah
digariskan dewata sebagai insan masakala yang akan ikut serta
menghapus kabut gelap itu untuk menyongsong kembali sinar
Hyang Surya yang gilang gemilang.
406 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam kesadaran yang penuh penghayatan itu, ia tak
terpukau oleh kemilau sang Dewi Asmara. Ia tak terlena dalam
buaian bahana lagu Smarandana yang berdendang di lokananta
kalbu hatinya. Ia tetap sadar. Maka diberanikanlah ia
mengutarakan hal itu kepada nyi Tundung bahwa ia harus tetap
akan melanjutkan pengembaraannya. Nyi Tundung tidak marah
bahkan diam2 ia gembira dan memuji akan kesetyaan pemuda
itu dalam menghamba pada kehendak tekadnya.
Maka betapalah kejut Kertawardhana pada saat ia telah
menyelesaikan pembicaraan mengenai diri Astri dengan nyi
Tundung itu, tiba2 kuda hitam Barat lari pulang tanpa membawa
Astri. Pembicaraan dengan nyi Tundung itu merupakan suatu
peresmian dari pertalian hidup antara dia dengan Astri. Sejak
penyerahan itu, dia merasa bertanggung jawab akan
keselamatan dan kebahagiaan Astri. Maka bergegaslah ia lari ke
halaman untuk menyongsong Barat.
"Barat" teriaknya dengan cemas "mana momonganmu ni
Astri?" Kuda itu seperti mengerti bahasa manusia. Namun dia tak
dapat menjawab dengan bahasa manusia. Dia meringkik keras
seraya menggentak-gentakkari kaki depannya.
"Barat, antarkan raden ke tempat Astri" kata nyi Tundung
yang saat itu sudah menyusul keluar.
Kuda hitam itu me langkah dan tegak di hadapan
Kertawardhana dan Kertawardhanapun serentak loncat ke
punggung Dinatang itu "hati-hati, raden" seru nyi Tundung
mengantar kepergian Kertawardhana melarikan s i Barat.
Ingin Kertawardhana bertanya kepada si Barat, apakah yang
telah terjadi dengan Astri. Tetapi Barat itu hanya seekor kuda,
bagaimana mungkin dapat menjawabnya. Namun ia lebih
cenderung untuk menduga bahwa tentu terjadi sesuatu pada diri
dara itu "Adakah mungkin terjadi gangguan seperti yang dialami
407 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dara itu dari lelaki yang menculiknya beberapa hari yang lalu
itu?" pikirnya. Ada pula lain tafsiran, bahwa kemungkinan terjadi
kecelakaan pada diri gadis itu. Dan banyak kemungkinan lain
yang dianggap mungkin terjadi.
Namun diantara sekian banyak kemungkinan, ia lebih
cenderung pada kemungkinan pertama bahwa dara itu tentu
mengalami gangguan dari kaum lelaki "Berat nian diri seorang
anak perawan itu. Terutama perawan yang berwajah cantik,
selalu terancam oleh gangguan2 dari kaum lelaki"
"Mengapa lelaki gemar mengganggu kaum wanita?" ia
bertanya dalam pikirannya. Dan pertanyaan itu segera
memantulkan pancaran hatinya. Dia juga seorang pria. Kata
orang dia seorang pemuda yang alirn. Berbanyak sudah pitutur
dan wejangan yang diterima dari gurunya tentang kedudukan
pria dan wanita dalam kedudukan di kehidupan masyarakat. Pada
garis besarnya, ada batas2 tertentu yang disebut tata susila
dalam pergaulan pria dan wanita itu. Tata susila itu merupakan
sarana yang dituangkan dalam perundang-undangan negara
demi menjaga merosotnya ahklak, budi dan martabat kehidupan
rakyat dan negara. Hanya bangsa yang memiliki ahklak, budi dan
martabat tinggi, akan tumbuh sebagai bangsa besar.
Berbicara tentang derajat bangsa maka rakyatlah yang
menjadi unsur penting. Dan yang disebut rakyat itu adalah
insan2 manusia penghuni bumi negara itu. Lepas daripada
penggolongan kasta dalam lapisan masyarakat itu, pada
hakekatnya manusia itu hanya terbagi menjadi dua,jenis, pria
dan wanita. Untuk meningkatkan martabat dan derajat bangsa,
haruslah kedua jenis insan itu mendapat perhatian, perlakuan
dan peningkatan yang sama dan merata dalam segala hak dan
kewajiban sebagai kawula negara.
Lamunan Kertawardhana yang berkelanjutan itu sempat
berlabuh pula dalam suatu persinggahan, bahwa dalam serba
keseimbangan pada seisi alam jagadraya ini, Hyang Widdhipun
408 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah menyempurnakan kelengkapan, dari kehidupan insan
manusia. Lahir mati, siang ms lam, panas dingin, dan jenis lelaki
perempuan. Kodrat Pra-kitri yang mencangkung pengembangan
kehidupan di arcapada itu telah mengikat ketentuan2 kodrat
alamiah pada setiap mahluk, bahwa setiap jenis itu memerlukan
lawan jenisnya untuk mempertahankan dan mengembang-
biakkan kehidupan mereka. Bahkan ada pula demi kepentingan
perkembang-biakan itu, terjadi suatu sarana yang terlepas dari
kodrat insani maupun khewani. Misalnya, antara bunga dengan
kumbang, buah buahan dengan bangsa burung dan lain-lain.
"Ah, kodrat" akhirnya Kertawardhana tiba pada suatu
kesimpulan renungan "bahwa pria tentu tertarik akan wanita,
demikian pula kebalikannya. Soalnya bukan terletak pada kodrat
alamiah itu melainkan cara-cara penyaluran kodrat itu harus
sesuai dengan tata susila kehidupan beradab"
Merenungkan hal itu, tercemarlah suatu rasa dalam hati
Kertawardhana bahwa dia sebagai srorang pria jejaka, secara
jujur, pun memiliki selera-selera yang wajar dimiliki oleh kaum
pria. Dan sepanjang peristiwa-peristiwa yang dialaminva dalam
persoalan itu, hanva dua kali saja hatinya benar benar tergetar
oleh naluri kepriaannya. Pertama, pada waktu dia berjumpa
dengan sang Rani Kahuripan dahulu. Dan kedua ketika
berhadapan dengin Astri sebarang. Rasanya terhadap kedua
Wanita itu, ia mempunyai citarasa tersendiri. Ada getar-getar
halus dalam serabut hatinya yang mendebarkan putik
jantungnya. Rani Kahuripan sang dyah ayu puteri Teribuana Tunggadewi,
seorang puteri agung yang memiliki keperabadian dan
kewibawaan luhur. Memancarkan sinar kebijaksanaan dan
seorang junjungan yang memberi pengayoman dan kesejahteraan lahir batin.
Astri, perawan gunung yang bersahaja, mengungkapkan suatu
keperibadian dari kesederhanaan, kejujuran dan kemurnian yang
409 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajar. Memancarkan suatu sinar keindahan dari kehidupan alam
yang murni. Siapa mengenal alam, dia mengenal kehidupan.
Karena alam itu sumber dari segala kehidupan.
Kertawardhana memandang kedua kenya tersebut, dari
alamiah mereka sebagai wanita. Lepas dari keluhuran pangkat,
derajat dan keturunan. Dan karena melepaskan kerudung-
kerudung pakaian yang mengadakan perbedaan pangkat, derajat
dan keturunan itu, maka dapatlah Kertawardhana menemukan
suatu keperibadian yang aseli. Pada keperibadian mereka yang
aseli dan murni itulah Kertawardhana mendambakan citarasa
hatinya. "Ah" tiba2 ia tersentak dari lamunan manakala pada jarak
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sepemanah jauhnya di sebelah muka, ia melihat tiga sosok tubuh
sedang bergerak-gerak. Kuda makin memperlaju derapnya dan
makin jelaslah Kertawardhana akan keadaan ketiga sosok tubuh
itu. Mereka terdiri dari tiga insan manusia. Dua lelaki dan seorang
perempuan. Seorang dari kedua lelaki itu, yang masih muda dan
wajahnya agak aneh, tengah memegang tangan perempuan itu.
Dan ketika Kertawardhana menyeksamakan pandang matanya,
darahnyapun tersirap keras. Perempuan itu masih muda dan tak
lain adalah Astri. Lebih kurang masih lima tombak dari tempat mereka,
Kertawardhana sudah ayunkan tubuh loncat dari punggung si
Barat. Ia tepat tiba di hadapan lelaki yang memegang Astri itu.
Kini baru dia mengetahui bahwa wajah aneh dari lelaki itu
dikarenakan orang itu mengenakan topeng.
"Astri" cepat Kertawardhana berseru seraya melangkah
hendak menghampiri tetapi lelaki tua yang memelihara janggut
panjang dan mengenakan dandanan seperti seorang resi, telah
menghadangkan lengannya "Jangan terburu-buru, anakmuda"
serunya. Kertawaradana, terhenti, memandang resi tua itu dengan
pandang bertanya. Resi itupun balas memandang. Terkesiap.
410 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah engkau, ki anom?" tegur resi itu.
"Hamba Kertawardhana, eyang resi"
Resi itu tertegun, memandang kearah lelaki bertopeng yang
masih menguasai dara cantik itu. Tampak orang bertopeng itu
mengangguk pelahan. Kemudian resi itu bertanya pula "Adakah
engkau dari T umapel?"
Kertawardhana terkesiap "Bagaimana paduka mengetahui diri
hamba?" Resi itu tersenyum. Pada saat dia hendak membuka mulut,
tiba2 gadis cantik itu yang tak lain adalah Astri, berteriak minta
tolong "Kakang Wardhana, tolonglah aku .... inilah orang yang
menganiaya kakang itu . . . ."
Tersirap dada Kertawardhana mendengar ucapan Astri. Rasa
untuk menolong dara itu dan rasa untuk menuntut
pertanggungan jawab orang itu, serempak bangkit memenuhi
dadanya. Serentak dia loncat ke muka. Resi itu berusaha untuk
menyambar tubuh Kertawardhana tetapi pemuda itu dengan
gerak yang amat tangkas, berhasil menebas tangan resi yang
mencengkeram bajunya "Brattt" ujung kutang Kertawardhana
robek dan tubuh pemuda itu tergetar keras hampir jatuh namun
dia dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya.
Kertawardhana marah. Ia tahu bahwa lelaki bertopeng yang
menguasai Astri itu tentu orang jahat atau paling tidak orang
yang bermaksud jahat kepadanya. Dan kepada lelaki bertopeng
itu, ia sudah menentukan keputusan untuk menghajarnya.
Apabila perlu, mengadu jiwa. Tetapi mengapa seorang resi tua
juga ikut campur dalam peristiwa itu. Seolah resi itu bersikap
hendak memberi perlindungan orang bertopeng itu. Dua kali
sudah resi itu telah merintangi langkah untuk menolong Astri
"Resi, apa maksudmu" tegurnya dengan bahasa dan sikap yang
keras. 411 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku seorang resi yang pantang bohong" sahut resi tua itu
"maka dengan terus terang kukatakan kepadamu bahwa
maksudku tak lain adalah hendak menangkapmu"
"Menangkap aku" Apa salahku" Aku tak kenal dan tak pernah
bertemu dengan engkau"
Resi itu tertawa "Kepentingan yang telah kusanggupkan
kepada orang, tak memerlukan kenal dan bertemu dengan
engkau lebih dulu, ki anom. Aku membutuhkan pertolonganmu"
Kertawardhana makin heran "Pertolonganku" Apa sebenarnya
maksudmu itu, resi" "Aku hendak menolong seorang yang sakit dan penyakitnya
itu hanya engkau yang dapat menyembuhkan"
"Resi" teriak Kertawardhana makin tegang "aku benar2 tak
mengerti apa sesungguhnya yang terkandung dibalik ucapanmu
itu. Ataukah engkau memang hendak mengada-ada untuk
mempedayakan aku. Jika demikian katakanlah secara terus
terang" Resi tertawa pula "Sudah seterang surya pagi ini kiranya
ucapanku itu. Aku membutuhkan engkau untuk menolong
seorang sakit" "Mengapa aku " Bukankah engkau sebagai seorang resi tentu
lebih pandai dalam hal penyembuhan penyakit daripada diriku?"
"Tidak, anakmuda. Dalam peristiwa ini, engkaulah yang paling
tepat orangnya. Engkau seorang ksatrya, mengapa engkau
menolak untuk memberi pertolongan kepada orang yang sedang
menderita?" Kertawardhana tertegun. Memang ucapan resi. itu sesuai
dengan ajaran yang pernah diterimanya dari bapa gurunya.
Tetapi ada dua hal yang menimbulkan keraguan. Pertama, resi
itu jelas kawan atau mungkin guru dari lelaki bertoptng yang
pernah mencelakai dirinya dan yang saat ini jelas sedang
412 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud buruk terhadap Astri. Kedua, ia tak me lihat barang
seorang lain kecuali resi dan lelaki bertopeng itu. Dimanakah
orang sakit itu" Tidakkah hal itu hanya suatu alasan belaka untuk
melaksanakan maksudnya yang tersembunyi
Kertawardhana seorang muda yang penuh kesabaran dan
kebijaksanakan. Sebelum tahu apakah maksud yang sebenarnya
dari resi tua itu, ia tak mau bertindak lebih dulu. Kecuali apabila
terjadi sesuatu tindakan kurang ajar dari lelaki bertopeng
terhadap Astri. "Ki resi" serunya "siapakah yang sakit itu " Dimanakah dia
sekarang" Apa alasan ki resi mengatakan bahwa hanya aku yang
dapat menyembuhkan penyakit orang itu " Jawaban2 dari
pertanyaan itu akan menjadi bahan pertimbanganku, dalam
melaksanakan dharma ksatrya seperti yang ki resi ungkat itu"
"O, adakah melaksanakan dharma ksatrya, memberi
pertolongan kepada orang yang menderita, harus dipertimbangkan lagi?"
"Tentu" "Mengenai imbalannya atau lain2 pamrih ?"
"Sama sekali tidak mengenai hal itu" tegas2 Kertawardhana
membantah "tetapi sudah layak kiranya bahwa setiap langkah,
setiap tindakan, buruk atau baik, tentu melalui pertimbangan hati
dan pikiran" Semisal langkah ki resi untuk mencari aku, tidakkah
juga melalui pertimbangan pula?"
"Apa yang engkau kehendaki lagi?"
"Ki resi belum menjawab pertanyaanku tentang diri dan
keadaan orang yang engkau katakan sakit itu"
"O" seru resi "dia seorang wanita, masih muda. Baru
empatpuluh hari menikah, suaminya mati. Wanita itu sedih sekali
sehingga jatuh sakit. Dia datang kepadaku. Akupun telah
berusaha untuk memberi segala macam, jamu namun sia-sia.
413 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya kunasehati supaya dia memanjatkan doa memohon
pengampunan kepada Hyang Purbeng gesang. Beberapa hari
yang lalu dia bermimpi, seperti bertemu dengan suaminya.
Suaminya memberi pesan, supaya mencari seorang ksatrya dari
Tumapel dan suruh berhamba kepadanya, entah sebagai isteri,
selir ataukah dayang pelayan. Hanya dengan usaha itu barulah
penyakitnya sembuh" "O, adakah hal itu yang menyebabkan ki resi mencari aku?" .
"Ya" "Aneh" gumam Kertawardhana "adakah ksatrya Tumapel itu
hanya aku seorang" Tidakkah banyak jumlah ksatrya2 muda dari
Tumapel itu" Mengapa engkau dapat menentukan kalau yang
dilambangkan dalam mimpi suami wanita itu adalah aku ?"
"Pertanyaan yang bagus" seru resi Itu "begini ki muda. Dalam
sasmita gaib yang terpancar melalui renungan mimpi itu, wanita
yang kumaksudkan, telah menerima keterangan dari mendiang
suaminya. Bahwa ksatrya Tumapel yang diisyaratkan itu adalah
ksatrya yang pertama kali dijumpainya waktu dalam perjalanan
menuju ke Tumapel. Dan karena wanita itu masih lemah badan
maka ia meminta pertolongan kepadaku. Dalam perjalanan ke
Tumapel ini, engkaulah ksatrya pertama yarg kujumpai maka
akupun tak ingkar lagi untuk mengatakan bahwa engkaulah
ksatrya yang dapat memberi pertolongan kepada wanita itu"
Kertawardhana tertegun dalam menung. Dia memang seorang
yang halus budi berhati welas asih. Hati segera tersentuh oleh
cerita yang dirangkai resi tua itu namun pikiran masih
tercengkam dalam keraguan akan kebenaran cerita itu "Ki resi,
engkau seorang resi yang sudah tua. Dapatkah kupercaya
keteranganmu itu?" "Resi Cakramurti memberi janji"
"Teguhkan janjimu dengan suatu ikrar sumpah"
414 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi tua tertawa "Bagi resi Cakramurti, janji itu sudah suatu
sumpah. Aku tak ingin bersumpah karena urusan ini dapat kita
selesaikan sendiri tanpa harus mencemarkan nama dan dan
keagungan dewata" "Mudah-mudahan ucapanmu itu jangan berselubung tidak
mencemarkan yang mencemarkan"
"Apa maksudmu ?" resi Cakramurti mengerut dahi.
"Sumpah merupakan kesaksian yang kokoh akan kesucian dan
kesungguhan dari sesuatu yang dikatakan. Jika memang suci dan
bersih, mengapa takut bersumpah hanya karena tak ingin
mencemarkan keagungan dewata" Bukankah ketakutan itu sudah
mengunjukkan isi hati yang sebenarnya walaupun hendak ditutup
dengan selubung kata2 indah untuk memuji keagungan dewata?"
"Ki sanak" seru resi tua Cakramurti "kata mengunjuk
kecerdasan pikiran, cermin hati dan budi. Makin jelas sudah
bahwa engkau memang ksatrya yang kami kehendaki untuk
menolong derita sakit wanita itu. T unjukkanlah sifat ksatryaanmu
sesuai dengan jiwa ksa-tryamu!"
"Baik, ki resi" dengan penuh kemantapan hati Kertawardhana
menjawab "tetapi aku ingin bertanya. Mengapa dia" Kertawardhana menunjuk pada lelaki bertopeng "menangkap
gadis yang tak bersalah suatu apa!"
Resi itu agak gelagapan "Ia menyelimpatkan pandang kearah
lelaki bertopeng "Ketahuilah" rupanya lelaki bertopeng itu tahu
apa yang dimaksud resi tua maka diapun segera berseru
memberi jawaban "kami memerlukan gadis ini untuk merawat
wanita yang sakit itu"
"Adakah hal itu termaktub dalam mimpi wanita sakit seperti
yang dikatakan oleh ki resi tadi ataukah atas kehendakmu
sendiri?" 415 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki bertopeng itu tentu berobah cahaya mukanya tetapi
karena dia mengenakan topeng maka tak tampaklah bagaimana
perobahan itu. Tetapi yang jelas dia tampak tertegun sesaat
"Menolong orang tak boleh kepalang tanggung. Engkau dan
gadis ini dibutuhkan dalam pertolongan itu"
"Hm, jelas" gumam Kertawardhana "bahwa hal itu atas
kehendakmu sendiri. Jelas pula bahwa engkau masih belum jera
untuk mengganggu dara itu walaupun di hadapan neneknya
engkau sudah meratap minta ampun ...."
"Keparat, jangan menghina!"
"Adakah suatu kenyataan itu suatu penghinaan" Jika engkau
meratap kasihan kepada nenek gadis itu, engkau sendirilah yang
menghina dirimu" Lelaki bertopeng itu makin berang tetapi sebelum dia
membuka mulut, Kertawardhana sudah beralih pandang kepada
resi Cakramurti "Resi, aku bersedia ikut engkau tetapi dengan
syarat supaya gadis itu dibebaskan"
"Tidak kakang, jangan pergi!" teriak Astri cemas
"Jangan kuatir, Astri"
"Tidak kakang! Jangan percaya kepada omongan mereka!
Mereka hendak menipumu"
"Menurut nilai tingkatannya, resi dan pandita itu lebih tinggi,
dari kaum ksatrya. Ksatrya yang takut menghadapi bahaya, itu
hina. Tetapi resi yang menipu, itu lebih nista!"
Merah padam wajah resi Cakramurti mendengar dampratan
yang walaupun tidak langsung tetapi cukup tajam, menusuk
hatinya. "Hm, tak ada suatu syarat apapun yang hak padamu"
"Engkau menolak?"
416 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm" "Jika begitu aku menuntut suatu penyelesaian secara ksatrya"
"Apa maksudmu?"
"Jika gadis itu tak dilepaskan, akupun menolak ikut engkau"
"Apakah engkau mampu menolak kehendakku?"
"Silakan" seru Kertawardhana dengan sikap tegas. Ia tak
dapat bersabar lebih lama "engkau atau lelaki beitopeng itu yang
harus menjadi lawanku"
Resi Cakramurti tertawa "Engkau masih belum layak menjadi
lawanku ...." "Benar, akulah yang pantas menjadi lawanmu resi bedebah"
tiba2 terdengar sebuah suara yang tajam dari samping dan
ketika mereka terkejut, berpaling ke arah tempat itu, dari balik
gerumbul pohon, muncul seorang wanita tua berjalan dengan
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebatang tongkat yang tinggal separoh.
"Mbah" serentak Astri menjerit ketika melihat nenek itu nyi
Tundung, mbahnya sendiri,
Nyi Tundung berpaling "O, engkau berani mengganggu
cucuku lagi" Adakah orang Daha tak dapat dipercaya janjinya"
Baik, tunggulah setelah kuselesaikan gurumu ini" kemudian ia
beralih memandang resi Cakramurti "Kudengar semua pembicaraanmu dengan anakmuda ini. Engkau bohong!"
Resi Cakramurti diam2 terkejut atas kehadiran nenek itu. Ia
sudah mendapat keterangan dari orang bertopeng yang tak lain
adalah Toh Braja tentang nenek sakti yang memiliki tongkat
pusaka galih pohon Parijata. Kemudian ia makin terkejut ketika
mengetahuin nenek itu berada di balik gerumbul pohon tanpa
diketahuinya. Bila dan bagaimana nenek itu datang dan
bersembunyi dibalik gerumbul pohon sama sekali dia tak dapat
417 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangkap dengan indriya pendengarannya. Tidakkah hal itu
menunjukkan bahwa nenek itu memang benar2 berisi"
"Wanita tua, jangan lancang mulut!" di hadapan muridnya
dituding berbohong oleh nyi Tundung, resi Cakramurti malu
kemudian marah. Ia harus menjaga kewibawaannya sebagai
seorang resi sakti dan untuk melaksanakan hal itu ia harus
menghapus getar rasa cemas yang membayang dalam
pikirannya. Lebih pula setelah berhadapan dan menyaksikan
perwujutan nyi T undung seorang nenek yang kurus kering, makin
meluaplah semangatnya. "Lancang mulut bukan suatu kejahatan tetapi lancung mulut
merangkai cerita bohong itu suatu dosa, terlebih bagi seorang
resi pandita seperti engkau!"
"Dapatkah engkau membuktikan ucapanmu itu?"
"Tentu" jawab nyi T undung mantap "mari kita adu ilmu. Siapa
bohong, siapa culas, dia tentu dikutuk dewata dan kalah"
Makin terpojok resi Cakramurti menghadapi tantangan nyi
Tundung. Dahulu semasa mendiang gurunya masih hidup, ia
pernah mendapat pesan bahwa kelak apabila bertemu dengan
orang yang memiliki tongkat pohon Parijata, harus menyingkir
"Tiada seorang manusia betapapun saktinya yang mampu
menerima sabatan tongkat gaib itu. Aku sendiripun nyaris
menderita kelumpuhan ketika disabat tongkat itu oleh pemiliknya.
Untung guruku datang dan terus membawaku lari meninggalkan
resi tua pemilik tongkat itu" demikian guru dari resi Cakramurti
memberi penjelasan. Namun betapapun ia harus menyelamatkan muka agar tidak
merosot derajatnya dimata Toh Braja. Ia sudah terlanjur
menghadapi nenek itu. Ia malu untuk mundur. Ia yang mengajak
Toh Braja untuk mencari ksatrya dari Tumapel yang menurut
wawasan gaib dari cipta semedhinya, kelak akan menjadi
manusia besar yang akan membawa kerajaan Majapahit ke
418 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jenjang kejayaan. Jika ia mengundurkan diri setelah menemukan
ksatrya yang dituju itu, bukankah ia akan dituduh Toh Braja
sebagai guru yang tidak bertanggung jawab " Bukankah dia akan
dianggap pengecut karena tak berani menghadapi seorang
nenek" Bukankah dia akan dicela sebagai seorang guru yang tak
mampu membalaskan hinaan yang diderita muridnya"
Ah, banyak dan berat nian tanggung jawab lahir batin seorang
guru itu. Andaikata dia menempatkan diri dalam kedudukannya
sebagai resi yang mencari jalan kebenaran suci dan
kesempurnaan hidup, tentu dia tak menghiraukan soal
kewibawaan, soal gengsi, soal celaan dan lain-lain. Terapi dia
sudah terlanjur terjun dalam suatu kancah pergolakan dunia,
perjuangan negeri Daha. Ia masih lebih terpengaruh oleh jiwa
keksatryaan dari pada jiwa kepanditaan. Cita-cita membangun
kembali kerajaan Daha yang bebas dan berdaulat, tak mungkin
terlaksana hanya dengan jalan bertapa dan bersemedhi. Itu jalan
menuju ke kesempurnaan batin. Alamnya lain dengan alam dunia
kasunyatan, dunia perjuangan negara. Untuk melaksanakan cita2
membangun Daha itu maka dia menerjunkan diri untuk
memimpin perjuangan pejuang-pejuang taruna putera Daha. Dia
diangkat sebagai sesepuh dan guru dari T openg Kalapa.
"Apa maksud kata-katamu, nyi tua?" akhirnya ia membalas
bertanya. Ia sudah mempunyai perhitungan cara menghadapi nyi
Tundung. "Untuk menanda engkau bohong atau tidak, mari kita adu
ilmu" ny i T undung menandaskan.
"Engkau menantang bertempur?" resi Cakramurti menandas
dalam nada yang mencemoh "aku seorang resi yang selama ini
pantang untuk bei tempur dengan kaum wanita terutama yang
setua engkau" Karena tak menyadari apa yang tersembunyi dalam kata-kata
resi itu, nyi Tundungpun serentak menjawab "Engkau resi tua,
akupun perempuan tua. Kita adu ilmu bukan dengan cara
419 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur. Malu dilihat anak-anak muda itu. Tetapi dengan cara
lain" "Cara apakah yang engkau kehendaki!" diam2 resi Cakramurti
gembira karena berhasil menyingkirkan ancaman tongkat
Parijata. "Sebagai seorang resi, engkau tentu memiliki ilmu kesaktian
dalam semedhi. Engkau tentu dapat memancarkan daya tenaga
gaib melalui cipta semedhi. Nah, dengan cara itulah akan kuajak
engkau mengadu ilmu"
"O, engkau tentu memiliki ilmu semedhi yang sakti, nyi tua"
seru resi Cikramurti dengan nada lapang karena hatinya amat
gembira mendengar tantangan itu. Ia yakin akan mampu
mengatasi, si nenek. "Tidak" sahut nyi Tundung "aku hanya seorang perempuan
tua gunung yang tak mengerti akan segala ilmu prana dan
semedhi. Aku hanya berpijak pada suatu keyakinan bahwa
dewata tentu akan memberkahi orang yang benar dan mengutuk
orang yang salah" Karena sudah terlanjur merangkai cerita tentang seorang
wanita sakit yang minta pertolongan kepadanya, maka resi
Cakramurtipun terpaksa harus mempertahankan ceritanya itu
"Semoga keyakinanmu itu tak benar," sahutnya diiringi tawa
lepas. "Baik" seru nyi Tundung "mari kita mulai. Ia terus duduk
bersila di tanah. Resi Cakramurtipun duduk berhadapan pada
jarak setombak dari nyi Tundung. Namun dia tak segera
pejamkan mata melainkan memandang kearah tongkat yang
berada di pangkuan nyi T undung, tanpa mengucap apa-apa.
Rupanya nyi Tundung tahu apa arti sasmita pandang mata
resi itu "ia berpaling kearah Astri, kemudian beralih kepada
Kertawardhana "raden, terima lah tongkat mbah ini dan tolonglah
Astri" habis berkata dan melontarkan tongkat ke tempat
420 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana, nyi Tundungpun terus pejamkan mata memulai
semedhinya" Resi Cakramurti terkejut. Bergegas ia berseru kepada
Kertawardhana "Ki muda, jangan engkau terburu menggunakan
kekerasan terhadap muridku itu. Tunggulah selesainya adu ilmu
kesaktian antara aku dengan nyi tua ini"
"Hm" Kertawardhana hanya mendesuh. Suatu jawaban yang
sukar ditafsirkan. Resi Cakramurti menafsirkan pemuda itu setuju
akan permintaannya, sehingga resi itu terus memulaikan
semedhinya, pejamkan mata menghampakan pikiran. Tetapi lain
dengan anggapan Kertawardhana. Dengan tidak memberi
jawaban yang tegas itu, ia menyatakan bahwa ia tak terikat
dengan janji apa-apa. Adakah ia hendak menindak lelaki
bertopeng atau tidak, tergantung dengan perobahan suasana
dan kepentingan keadaannya.
Nyi Tundung dan resi Cakramurti sudah memulaikan suatu
adu ilmu yang aneh. Keduanya saling berhadapan, saling
bersemedhi untuk memancarkan daya tenaga-gaib. Tenaga itu
dipancarkan melalui getar gerak ilmu prana yang menghayat
dalam semedhi itu, disebut gaib karena tak kelihatan suatu apa,
baik berupa buny i ataupun desau angin ataupun suatu hamburan
hawa yang berlainan dengan hawa disekeliling tempat itu.
Kesemuanya hanya berlangsung serba sunyi dan serba tenggang.
Sepintas pandang keduanya menyerupai orang yang tengah
duduk bersemedhi mengheningkan cipta, memohon sesuatu yang
terkandung dalam cita keinginannya kepada dewata.
Hanya kedua orang itu sendiri yang dapat merasakan
bagaimana keadaan mereka saat itu. Bahwa dalam alam udara
dipermukaan bumi hingga ke angkasa itu, terdapat gelombang
getaran yang berlapis-lapis. Melalui lapisan getar udara itulah
seorang berilmu dapat melepaskan atau menerima suara gaib,
mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran orang. Bahkan
421 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mengangkasakan tenaga-gaib itu jauh sampai ke-seberang
laut dan lain-lain. Tetapi apa yang dilakukan oleh kedua orang
itu agak berlainan satu sama lain. Resi Cakramurti
memang mengembangkan ilmu Prana untuk memancarkan tenaga-gaib dalam cipta semedhinya. Dia memusatkan daya-cipta
kearah jantung atau yang disebut Cakram Ana Hata dalam dada nyi Tundung dan menghancurkannya dengan tenaga-gaib yang digetarkan melalui ujung jarinya. Tetapi tidak demikian dengan nyi Tundung. Memang diapun menerima ajaran ilmu Prana
yang di-satu- ragakan dalam
semedhi dari bapa angkat yang menjadi gurunya "Nini, jika
engkau tekun dan giat berlatih ilmu Prana dan semedhi,
kehampaan pikiran dan batinmu akan menumbuhkan suatu
kekuatan bathin yang sakti. Ada pula semedhi itu yang didahului
dengan pengantaran mantra-mantra yang sesungguhnya
hanyalah suatu sarana untuk memiliki keyakinan, kepercayaan
dan penguasaan atas diri sendiri, batin dan pikirannya. Tetapi
oleh sementara aliran mahzab, mantra itu khusus dikembangkan
menjadi sesuatu yang dapat mendatangkan kesaktian. Dan
karena berlandas pada kesaktian, merekapun cenderung untuk
beralih kelain arah. Tidak untuk mencapai tujuan kesempurnaan
batin yang suci me lainkan untuk hal2 yang masih dipengaruhi
422 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keduniawian, mencapai kekuasaan dan kemenangan terhadap
lain orang yang dianggap lawan dari keinginannya" kata guru nyi
Tundung. Berkata resi itu pula "Timbulnya aliran untuk menjadikan
kesaktian2 dalam ilmu mantra itu menjadi satu alat untuk
mencapai tujuannya dalam soal2 keduniawian itu, melahirkan
suatu aliran yang disebut aliran Hitam. Hitam lawan dari putih
dan putih adalah lambang kebersihan hati atau kesucian batin.
Dan kepadamu nini, takkan kuberi ilmu mantra itu tetapi akan
kuajarkan kepadamu sebuah mantra saja, yaitu mantra Tirta
Kamandalu. Mantra itu adalah anugerah dari sang Dewi Uma,
mantra yang menjadi dasar sumber semua kehidupan, pencuci
kehidupan di bumi, membersihkan segala kekotoran dan yang
bersifat kotor. Jika engkau berhadapan dengan lawan, asal
engkau berpijak pada landasan kebenaran dan kesucian dan
lawan kotor batin dan jahat nafsu, walaupun dia seorang sakti
mandraguna yang tiada tanding, namun akan hancur jua segala
ilmunya" Setelah mendengar pembicaraan resi Cakramurti yang
merangkai cerita tentang wanita sakit yang membutuhkan
pertolongan ksatrya Tumapel yani Kertawardhana, seketika
tahulah nyi Tundung bahwa resi itu bohong. Maka nyi
Tundungpun berani menantangnya adu ilmu. Ia yakin resi yang
bohong itu, betapapun saktinya, tentu akan dapat dikalahkannya
dengan mantra Tirta Kamandalu itu. Dan nyi Tundung memang
benar. Resi Cakramurti diam2 terkejut ketika semua mantra aji
yang dilancarkan terhadap diri perempuan tua itu, tak memberi
hasil suatu apa. Wajah nyi Tundung setenang gunung, sejernih
air telaga. Pada saat resi Cakrawamurti dan nyi Tundung sedang adu
ilmu kesaktian, tiba2 disebelah sana Astri berteriak "Kakang
Wardhana, tolonglah aku . . . ." rupanya dara itu muak karena
terus menerus dipegang oleh lelaki bertopeng. Lebih marah pula
423 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dara itu ketika mendapatkan tangan lelaki bertopeng itu mulai
jahil, merabah-rabah tubuhnya. Astri berontak sekuat kuatnya. Ia
hendak menggabungkan diri dengan Kertawardhana. Tetapi lelaki
bertopeng itu makin memperkeras cekalan-nya sehingga Astri
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjerit kesakitan "Aduh ...."
Kertawardhana tersadar. Sejak tadi ia mencurahkan perhatian
mengikuti perkembangan nyi Tundung yang sedang mengadu
ilmu sakti dengan resi tua itu. Pikirnya, apabila nyi Tundung
sampai terancam bahaya, ia akan cepat2 bertindak memberi
pertolongan. Ia terkejut ketika mendengar seruan Astri yang
disusul pula dengan jerit kesakitan dara itu. Serentak diapun
berpaling dan menghampiri lelaki bertopeng atau Toh Braja
"Lepaskan !" bentaknya seraya mengulurkan tangan hendak
mencengkeram tangan Toh Braja yang mencekal lengan Astri,
Toh Braja berusaha mengisarkan tubuh Astri untuk menyongsong
cengkeraman Kertawardhana tetapi dia tak menduga bahwa
dengan suatu gerak yang teramat cepat, tangan kiri
Kertawardhana menyambar siku lengan Toh Braja. Toh Braja
terkejut sekali. Apabila s iku lengannya dikuasa i, cengkeramannya
pada lengan Astri tentu akan lunglai. Dalam keadaan yang
sedemikian tak menguntungkan, terpaksa ia harus memilih jalan
untuk menyelamatkan diri. Serentak melepaskan lengan Astri,
serentak itu pula ia hantamkan tangan kiri untuk menepis tangan
Kertawardhana "Uh" ia mendesuh kejut ketika tepisannya
mengenai tempat kosong. Lebih terkejut pula ketika melihat Astri
telah ditarik oleh Kertawardhana beberapa langkah ke belakang.
Memang tujuan Kertawardhana adalah hendak membebaskan
Astri. Waktu melihat Toh Braja gerakkan tangan kiri untuk
menepis tangannya yang berhasil mencengkeram siku lengan
orang itu, cepat Kertawardhana mendorong lawan ke belakang
dan secepat itu pula menyambar tangan Astri untuk ditarik
mundur. 424 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Astri, tenanglah" kata Kertawardhana seraya menarik tubuh
dara yang merangkulnya itu ke belakang dirinya "aku harus
menghadapi orang itu"
Iapun menyerahkan tongkat Parijata kepada Astri "Pergunakanlah tongkat mbah ini untuk melindungi dirimu"
kemudian dia maju selangkah menghadapi Toh Braja yang juga
maju menghampiri "Hm, kiranya engkau pandai juga ulah kanuragan, ki sanak"
seru Toh Braja. "Apapun terserah katamu" sahut Kertawardhana "tetapi yang
jelas, segala ilmu yang kumiliki hanya kugunakan untuk jalan
kebenaran; bukan untuk jalan kejahatan seperti dirimu"
"Akupun menyerahkan juga kepadamu" balas Toh Braja
"untuk menilai apa saja. Tetapi aku mempunyai landasan sendiri.
Dan perjuangan untuk melaksanakan landasan itu, tak kenal
batas jahat atau baik t dalam arti kehidupan biasa. Perjuanganku
hanya mengutamakan tujuan, bukan cara"
"Walaupun dengan cara curang seperti yang pernah engkau
lakukan kepada diriku beberapa waktu yang lalu itu?"
"Ya" sahut Toh Braja.
"Apa tujuanmu?"
"Tak dapat kukatakan kepadamu" kata Toh Braja "engkau tak
berhak mengetahui tetapi hanya wajib mematuhi apa yang
kuperintahkan" "Aku sudah bersedia ikut kalian asal kalian jangan
mengganggu gadis itu"
"Apa kepentinganmu dengan dara itu" Engkau menyukainya,
bukan?" "Engkaupun tak berhak mengetahui urusan peribadiku. Yang
jelas, dia tak berdosa dan tak ada kaitan sama sekali dengan
425 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
urusan ini. Jelas engkau hendak memaksakan kehendakmu
sendiri yang berselubung nafsu khewan!"
Toh Braja tertawa mengejek "Aku seorang jantan. Apa
salahnya aku memiliki keinginan terhadap seorang kenya " Nah,
jika engkau tak ingin kuperlakukan seperti beberapa waktu yang
lalu lagi, serahkan gadis itu kepadaku"
"Akan kuserahkan" sahut Kertawardhana dengan tegas
"apabila engkau sudah merubuhkan aku"
"Bagus, engkau ksatrya juga!" seru Toh Braja "tetapi sayang,
hanya dalam ucapan saja. Karena dalam beberapa gebrak saja,
aku pasti dapat merubuhkan engkau"
"Silakan" Kertawardhanapun segera mengambil sikap. Dan
Toh Brajapun segera menerjang. Krak, sebuah pukulan yang
ditangkis Kertawardhana telah menimbulkan bunyi derak yang
keras. Keduanya tertegun. Toh Braja terkejut karena tertolak
kebelakang oleh tenaga tangkisan lawan. Sedang Kertawardhanapun lebih terkejut karena tangannya terasa
tergetar linu. Keduanya telah saling menguji tenaga pukulan masing-masing
dan sama2 dapat menilai kekuatan lawan. Pertempuran
selanjutnya berlaku dengan serangan-serangan yang gencar dari
Toh Braja. Dalam adu pukulan tadi, diam2 ia dapat menilai
kekuatan lawan. Jelas dirinya lebih unggul dalam hal tenaga.
Maka ia memaksakan suatu serangan yang deras.
Kertawardhanapun tahu akan kelebihan lawan. Ia-pun
mengembangkan ilmu permainan yang mendasarkan pada
kelincahan dan ketangkasan. Latihan2 yang diperolehnya selama
di gunung, memberi suatu daya ketangkasan dan kelincahan
yang hebat pada dirinya. Demikian pula dalam soal napas, ia
lebih menang. Selama itu tak pernah berkedip mata Astri mengikuti
pertarungan antara Kertawardhana lawan lelaki bertopeng itu.
426 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berbagai perasaan cemas dan gembira silih berganti
mencengkam hatinya. Apabila melihat Kertawardhana berhasil
lolos dari serangan yang berat, diam2 ia gembira. T etapi apabila
melihat lelaki bertopeng melancarkan serangan yang menggebu-
gebu bagai hujan mencurah, cemaslah hati dara itu. Seluruh
perhatiannya terpancang pada diri Kertawardhana sehingga ia
lupa akan neneknya yang beradu ilmu sakti dengan resi tua.
Setelah berlangsung beberapa waktu dan masih tak dapat
merubuhkan lawan, diam2 Toh Braja mulai berdebar. Ia
memperhatikan bahwa tenaga dan napas lawannya tetap
mengalir seperti air bengawan yang tiada putus-putusnya. Ia
menyadari bahwa apabila pertempuran itu berjalan lama, jelas
dialah yang akan menderita kekalahm karena napasnya habis,
tenaga menurun. Oleh karena itu dia harus mencari akal. Dalam
kesempatan bertempur itu ia misih dapat menyelimpatkan
pandang, menyaksikan Astri sedang terpikat perhatiannya
menyaksikan pertempuran itu. Cepat sekali ia dapat memperoleh
akal dari pengamatan itu.
Sengaja ia membuka suatu lubang kesempatan untuk
Kertawardhana agar pemuda itu terangsang untuk menghantam
dadanya. Pancingan itu berhasil termakan Kertawardhana.
Karena masih kurang dalam pengalaman bertempur, pada saat
melihat suatu kesempatan terbuka, Kertawardhana terus maju
dan menebah dada lawan "Duk" dada Toh Braja terkena tangan
sehingga terjerembab ke belakang tetapi pada saat terjerembab
itu, kakinya dapat menendang paha Kertawardhana sehingga
pemuda itu juga terpental ke belakang. Kemudian Toh Braja
sempat menggulingkan tubuh ke samping dan pada saat yang
tak terduga-duga diapun sudah meraih kaki Astri.
"Tolong" teriak Astri dalam nada kejut yang tak terperikan
ketika merasa kedua kakinya telah didekap kedua tangan Toh
Braja. Pada saat tubuhnya berguncang hendakjatuh, tiba2
terlintas dalam benak dara itu pada tongkat Parijata yang masih
427 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digenggam dalam tangannya "Bluk ...." serentak dia ayunkan
tongkat itu ke kepala Toh Braja.
Kali ini Toh Braja yang sekejut disambar halilintar. Ia tahu
bagaimana keampuhan tongkat Parijata itu. Tempo hari kakinya
d sabat tongkat itu oleh nyi Tundung dan dia lumpuh tak dapat
berdiri. Kini apabila kepalanya yang tersabat, entah dia tak tahu
bagaimana akan jadinya. Tetapi yang jelas, dia pasti akan
menderita lebih hebat lagi dari dulu Untuk menghindar ataupun
menangkis ia tak berani. Maka dalam keputusan terakhir, ia
membuang tubuhnya ke belakang seperti ikan melenting kedalam
air "Ah" ia mengeluh kejut ketika kakinya kembali tersabat
tongkat. Walaupun ia dapat menyelamatkan kepala tetapi tetap
tak dapat menghindarkan kakinya.
Toh Braja terkapar. Ia menggeliat bangun tetapi tak dapat
cepat berdiri. Dengan segenap tenaga ia memaksa diri untuk
bangkit berdiri dan berhasil tetapi kedua kakinya gemetar keras.
Apabila tongkat Parijata itu masih utuh dan digunakan nyi
Tundung, tentulah Toh Braja akan lumpuh. Tetapi karena tongkat
itu separoh dari bagian ujungnya sudah hancur ketika digunakan
nyi Tundung untuk memukul Kertawardhana di kandang kuda
maka daya-saktinyapun sudah berkurang. Apalagi yang
menggunakan Astri. Namun sekalipun demikian, masih sakti juga
tongkat pusaka itu, walaupun tidak lumpuh tetapi membuat kaki
Toh Braja gemetar keras seperti tak kuat berdiri.
Pada saat itu Astripun lupa. Dua kali ia menderita gangguan
lelaki bertopeng, ia takut akan mengalami lagi. Dan rasa
ketakutannya sedemikian besar sehingga mendorong suatu rasa
tak sadar untuk mengenyahkan orang yang menimbulkan
bayang2 ketakutannya itu. Ia maju menghampiri Toh Braja lalu
ayunkan tongkat Parijata. Astri yang dalam kehidupan sehari-hari
seorang dara yang berhati lemah lembut, penuh rasa kasih
sayang terhadap segala mahluk, saat itu hendak memukul orang.
428 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan, Astri" tiba2 terdengar suara orang berseru mencegah
dan ketika Astri berpaling, dibelakang-nya tampak Kertawardhana
mengangkat tangan memberi isyarat. Astri memandang pemuda
itu "Mengapa kakang?" tanyanya heran.
"Dia sudah menderita tak dapat bergerak. Jangan kita bunuh
orang yang sudah tak berdaya" kata Astri.
Astri menerima kembali kesadaran hatinya "O, terima kasih,
kakang" ia terus menubruk ke dada pemuda itu, meluapkan
tangis kegembiraan. Kertawardha-napun menghiburnya, membelai-belai rambut dara itu dengan penuh rasa kasih sayang.
Sesaat mereka lupa bahwa mereka masih berada di sebuah
gelanggang pertempuran yang gawat. Andaikata mereka tahu
siapa Toh Braja dan siapa resi Cakramurti, mungkin mereka
takkan sesantai seperti saat itu.
"Engkau curang, nenek" tiba2 terdengar resi Cakramurti
berteriak seraya menghantam nyi Tundung kemudian dengan
tangkas melenting bangun, menerjang Kertawardhana lalu
menyambar Toh Braja terus dipanggul dan dibawa lari.
Kertawardhana terkejut ketika melihat resi tua menerjangnya
dengan bengis. Untunglah dia masih sempat bergerak
memondong Astri dan loncat menghindar ke samping. Setelah
meletakkan tubuh Astri, dia berpaling dan ternyata resi tua itu
sudah jauh dan beberapa saat kemudian lenyap di balik tikung
jalan. Iapun beralih pandang mencari nyi Tundung. Nenek itu
masih tampak duduk bersila di tanah, pejamkan mata. Bergegas
dia dan Astri menghampiri.
"Mbah" teriak Astri gugup dan hendak mendekap tubuh
neneknya tetapi di cegah Kertawardhana
"jangan, nini, mbah sedang; bersemedhi" ia menghibur dara
itu walaupun dalam hati diam2 ia cemas juga melihat wajah
nenek itu pucat. 429 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka menunggu dengan penuh keperihatinan. Beberapa
waktu kemudian tampak wajah nyi Tundung mulai menebar
warna merah dan pelahan-lahan membuka mata "Mbah" teriak
Astri dengan gembira "bagaimana keadaanmu?"
Nyi Tundung mengangguk pelahan "Tak apa.,.." baru
mengucap begitu, ia menguak dan muntah darah.
"Mbah" Astri menjerit dan menubruk mbahnya "mbah, engkau
.... engkau ...." "Ya, dadaku terasa sesak. Resi itu licik sekali" kata nyi
Tundung "tetapi tak membahayakan jiwaku. Dan engkau
bagaimana, Astri?" Astripun menuturkan peristiwa Kertawardhana menolongnya
dari tangan lelaki bertopeng, hingga sampai lelaki bertopeng itu
dapat disabatnya dengan tongkat Parijata "Habis menghantam
mbah, resi itupun menerjang kakang Wardhana, kemudian
membawa lari lelaki bertopeng"
Nyi Tundung mengangguk "Karena mendengar lelaki
bertopeng menderita kekalahan, resi itu pecah, pemusatan
semedhinya. Dia marah dan menghantam aku. Aku tak
menyangka dia akan bertindak menyalahi janji sehingga aku
harus menderita" "Mbah, mari kita pulang agar kami dapat merawat mbah" kata
Kertawardhana. Nyi T undung mengangguk senyum.
(Oo-Myrnakz-ismo-oO) Hari itu amat cerah. Secerah wajah Astri, dara ayu yang kini
menjadi isteri Kertawardhana. Dan hari-hari berlalu dalam
430 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
genangan madusari. Sari madu yang dicurahkan Hyang Batara
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Asmara. Hyang Batara Asmara tak menghiraukan gubuk atau istana,
tua atau muda, kaya atau miskin, mulia atau hina. Dimana hati
dari dua insan lain jenis bertemu maka muncullah Hyang Batara
Asmara untuk menyiramkan Tirta Kamajaya yang terbuat dari
sari madu Rasasejati yang berasal dari Sumber Urip di Awang-
awang lapis ketujuh. Demikian kebahagiaan yang dinikmati Kertawardhana dan
Rara Astri. Betapa indah dunia itu dikala mereka mandi di telaga
air-terjun. Pada saat2 itu Kertawardhana yang selesai mandi
masih berjemur diri menikmati sinar Hyang Baskara yang hangat-
hangat kuku suam sambil menunggu Astri menyelesaikan
cuciannya. Dulu ketika berada di Tumapel, kerapkali Kertawardhana
mendengar Gatra, pengalasan yang tua dan setya itu,
berdendang menyanyikan tembang. Ia masih ingat jelas akan
kata-kata dalam tembang yang menurut Gatra tembang
Smaradana. Isinya tak lain-hanya memuji-muji kecantikan wanita
yang sempurna. Kala itu ia hanya tertawa dan menganggap
Gatra sedang di-mabuk asmara.
Tetapi kini setelah menyaksikan wajah Astri, diam-diam dia
mengakui bahwa apa yang ditembangkan Gatra itu bukan suatu
khayalan melainkan memang terdapat dalam kenyataan.
Kecantikan wanita adalah suatu seni keindahan. Dan agaknya
dewata telah menciptakan apa yang dapat dicipta, memberikan
apa yang dapat diberi pada diri insan yang menjelma sebagai
Astri. Tetapi. mengapa tidak setiap wanita memiliki kecantikan
sebagai Astri" Mengapa dewata seolah membeda-bedakan
titahnya" T idakkah akan kecewa hati wanita yang tidak dikaruniai
dengan kecantikan itu " Mengapa" Demikian tiba-tiba timbul
suatu pertanyaan dalam hati Kertawardhana.
431 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tak dapat menemukan jawaban. Dipejamkannya mata
untuk menjernihkan pikiran. Ia menginginkan kejernihan pikiran
itu akan melahirkan suatu angan-angan yang dapat memberi
jawaban. Tetapi keinginan itu tak pernah kunjung tiba.
Dicobanya lagi, pun tetap tak menemukan sesuatu yang
diinginkan. "Ah" beberapa waktu kemudian ia menghela napas manakala
menyadari bahwa ia ulah melakukan suatu paksaan pada
keinginan itu. Pikiran yang dipaksa oleh keinginan, takkan
memberi yang diinginkan. Bilamanapun dapat memberi, maka
pemberian itupun menurut kehendak keinginan, sesuatu yarg
dicipta dan direka oleh keinginan itu sendiri. Jelas bukan
merupakan sesuatu yang diluar dari cipta keinginannya.
Kertawardhana melepas pula pengheningan cipta dan
membuka mata. Ia mengurai pandang mata ke telaga dan air-
terjun yang mencurah. Lama sekali ia mematenkan indriya
penglihatan kearah alam dan benda-benda di sekeliling telaga itu.
Ia merasakan suatu rasa yang sedap dan nyaman, sejuk dan
indah. Ia merasakan suatu keserasian warna-warni alam dan
seluruh benda-benda yang terada di sekeliling telaga itu. Tak
jemu mata memandang, tak bosan hati menjelang. Pelahan-
lahan terseraplah rasa keindahan itu kedalam benaknya dan
kemudian mulai timbul kesan. Kesan melahirkan rasa gemar atau
suka. Kesanpun segera menciptakan kesadaran, kesadaran
kegemarannya itu. Dan terlepas dari ikatan rasa kegemaran, dari
celah-celah kesadaran itu timbul pula suatu kesimpulan yang
mengejutkan hatinya "Ah, benar" gumamnya dalam hati
"keindahan alam ini terjadi dari keserasian warna dari alam dan
benda-benda di sekeliling. Andaikata air-terjun itu saja ataupun
telaga itu saja, tanpa hutan2 pohon dan kerindangan semak
belukar yang menghijau, tanpa pula ditaungi langit lazuardi dan
awan putih yang berarak-arak, tanpa gunduk2 batu yang
beraneka corak dan warnanya, tidakkah akan tak indah air-terjun
itu" Tidakkah akan hambar telaga itu?" ia melayangkan angan-
432 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angan lebih lanjut, mengkhayalkan andaikata telaga itu dipindah
ke sebuah padang yang tandus tanpa suatu latar belakang dari
kehijauan pohon-pohon "ah, hambar tampaknya"
Penemuan itu menggetarkan suatu kesadaran pada hati
Kertawardhana bahwa bentuk, corak dan warna dari mahluk,
benda dan seisi alam itu tampak indah karena tercipta dari
berbagai macam corak dan ragam benda-benda itu. Ia
menengadah dan memandang langit. Andaikata langit itu tiada
berhiaskan awan dan mega putih kelabu, andaikata langit itu
seluruhnya berwarna biru tentulah juga kurang indah "O, benar-
benar" akhirnya ia mengangguk seorang diri "kiranya Hyang
Jagadnata itu sudah mencipta alam semesta dengan seluruh
isinya dengan amat lengkap dan, sempurna. Bahkan dalam
ciptaanNYA yang berupa insan manusia, pun telah dicipta dengan
berbagai bentuk dan wajah. Tidak seluruhnya cantik, juga tidak
seluruhnya jelek tetapi bermacam-macam. Yang cantik, yang
sedang, yang jelek, yang manis, yang agung, yang bengis
sehingga merupakan suatu perpaduan indah serta lengkap dalam
kesempurnaannya" tiba2 Kertawardhana teringat akan cerita
Gatra ketika ia masih kecil. Gatra menceritakan tentang beberapa
dewa-dewa menurut kepercayaan agama Hindu. Dewa-dewa
itupun wajahnya tidak sama. Tidak semua dewa dan dewi itu
mesti cantik dan tampan. Mereka berwajah sesuai dengan sifat,
perangai dan tugas-tugasnya.
Tiba pada pemikiran itu redalah pikiran Kertawardhana dari
kejaran keinginannya. Keinginan yang dirangsang hasrat
mengetahui sesuatu yang tak diketahui
"Kakang, engkau sedang melamun?" tiba2 ia di kejutkan oleh
suara yang tak asing lagi pada pendengarannya. Suara yang
setiap saat menghimbaukan irama merdu dalam hatinya. Ia
gelagapan "O, Astri, apakah engkau sudah selesai?"
433 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, mari kita pulang" kata Astri. Keduanya pun segera pulang
ke pondok "Kakang, apakah yang engkau sedang lamunkan tadi"
Mengapa engkau tak mengetahui sama sekali ketika aku
menghampiri?" "Aku melamunkan sesuatu yang aneh tetapi, ternyata tidak
aneh, Astri" "O, apakah itu, kakang?"
"Engkau ingin mengetahui?"
"Adakah hal itu pantang kuketahui ?" Astri balas bertanya.
"Tidak ada hal2 yang pantang engkau ketahui" kata
Kertawardhana "hanya lamunan itu tiada artinya. Aku malu
mengatakan kepadamu"
"Kakang, aku adalah isterimu. Adakah suatu rahasia yang
harus engkau rahasiakan kepadaku ?"
Kertawardhana tertawa "Yang kulamunkan tak lain adalah
engkau sendiri, Astri. Dikala memandang sedang engkau mencuci
pakaian di telaga tadi, pikiranku melayang-layang dan tertumbuk
pada langit-langit hatinya. Mengapa dewata terlalu mengasihi
dan memanjakan dirimu dengan kecantikan yang serba lengkap"
Mengapa dewata tidak meratakan anugerahnya kepada setiap
wanita yang lain" Apa beda dirimu dengan wanita-wanita lain?"
"O" desis Astri "engkau aneh kakang Wardhana. Akupun tak
merasa dan tak mengetahui apa yang terjadi pada diriku"
Akupun tak tahu wajah ayahku yang mengukir diriku dan wajah
ibuku yang melahirkan aku"
"Benar Astri" Kata Kertawardhana "bukan, soal engkau tahu
atau tak tahu akan wajah rama ibumu. Karena andaikata engkau
tahu, pun tiada pengaruhnya sama sekali kepada bentuk
kelahiranmu sebagai bayi. Tidak engkau, tidak pula ayah dan
ibumu tahu akan hal itu karena kesemuanya itu adalah ciptaan
434 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dewata Agung semata-mata. Aku, engkau dan semua insan,
hanya menerima apa yang dikehendakiNYA"
Astri mengangguk "Benar, kakang. Lalu apakah yang engkau
temukan dalam lamunanmu tadi ?"
"Telah kukatakan" jawab Kertawardhana "bahwa aku
tertumbuk akan langit-langit hatiku. Dan pada langit-langit hatiku
itu telah tercantum jawaban-jawaban yang kuinginkan. Bahwa
Hyang Widdhi memang Maha Tahu, Maha Adil dan Maha
Sempurna dalam menciptakan seluruh alam semesta dengan
isinya ini. Tak ada yang aneh, tak ada yang ganjil bagi Hyang
Ma? ha Pencipta itu. Hanya manusia dengan indriya-indriya
kemanusiawiannya yang kurang sempurna tak dapat menjangkau
sifat kebesaran Hyang Widdhi Agung itu sehingga seringlah
manusia-manusia itu menganehkan hal yang tak aneh,
mengkhayalkan barang yang tak khayal, membentuk lingkaran
gaib pada hal yang tak gaib. Manusia dengan bekal2 kelebihan
pada kecerdasan pikirannya, berusaha untuk mengawangkan
alam pikirannya ke alam yang tinggi. Alam yang hampa tiada
batasnya. Kemudian mereka bimbang, bingung dan kehilangan
faham. Sesungguhnya kesemuanya itu sudah terbawa dalam diri
manusia itu. Dunia ini tak langgeng tetapi langgeng ...."
"Kakang, lihatlah, mbah sudah bangun dan membersihkan
halaman" tiba2 Astri menukas "rupanya mbah makin sehat"
Merekapun tiba di pondok. Dan hari itu mereka melewatkan
hari yang cerah penuh kegembiraan. Kertawardhana tenggelam
dalam lautan madu kebahagiaan.
Pada suatu hari ketika Astri sedang berada di kebun memetik
sayuran, nyi Tundung menghampiri Kertawardhana "Raden,
maukah raden menemani mbah berjalan-jalan?" ,
Kertawardhana terkejut. Tidak sari-sarinya nyi Tundung
mengajaknya berjalan-jalan "Ah, mungkin ia merasa sehat dan
ingin menikmati pemandangan di pegunungan ini" pikirnya.
435 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi bagaimana Astri, mbah?" tanya Kertawardhana "Akan
kuberitahukan dulu agar dia tak mencari kita"
Ia mendapatkan Astri di kebun tengah memetik daun bayam.
Astri agak terkejut ketika diberitahu Kertawardhana "Aneh,
mengapa mbah hendak berjalan-jalan?"
"Biarlah, Astri, mungkin mbah ingin melemaskan kaki karena
sejak sakit, baru hari ini dia keluar"
Demikian Kertawardhana segera bersama nyi Tundung
berjalan menurut sepembawa kakinya. Ternyata nyi Tundung
membawa Kertawardhana melintasi puncak bukit lalu turun
kesebuah lembah " Mari kita beristirahat di dalam cekung karang
itu" kata nyi T undung pula.
Walaupun heran tetapi Kertawardhana menurut juga. Selama
tinggal di pondok, belum pernah dia menjelajah sampai ke
tempat itu. Tiap hari dia bersama Astri hanya menuju ke telaga
dan merawat kebun sayur. "Raden" setelah duduk berhadapan, nyi Tundung mulai
membuka pembicaraan "bagaimana perasaan raden atas
pelayanan si Astri selama ini?"
Kertawardhana agak tersipu mendengar pertanyaan begitu
"Ah, dia seorang gadis yang baik dan bakti-laki kepada suaminya,
mbah" "Raden mencintainya?"
"Ah, mbah, mengapa harus diulang pula hal yang sudah
menjadi kenyataan?" Kertawardhana tertawa "jika tidak suka
kepadanya, masakan aku menerima permintaan mbah"
"Berapa lamakah sudah raden menetap disini?" Kembali
Kertawardhana teikejut. Apakah maksud nenek itu mengajukan
pertanyaan sedemikian" Namun ia menjawab juga "Sudah dua
warsa, mbah" 436 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, cepat nian waktu berlangsung" nyi Tundung menghela
napas, kemudian ia bertanya pula "bagaimana perasaan raden
selama tinggal di pondok mbah?"
"Aku merasa bahagia"
"Bukankah pondok mbah itu jelek dan terletak di tengah
pegunungan belantara yang jauh dari keramaian " Bukankah
raden tinggal di gedung dalam kota besar dan ramai " Mengapa
raden merasa bahagia tinggal di sini?"
"Mbah" jawab Kertawardhana "kebahagiaan itu bukan di
dalam istana, gedung indah ataupun di pura yang ramai. Bukan
pula di desa, di puncak gunung atau di lembah sunyi. Tetapi
dalam hati mbah" "Tetapi benarkah perasaan yang terkandung dalam hati raden
itu merupakan kebahagiaan yang sesungguhnya" Tidakkah raden
berangan-angan untuk mencari kebahagiaan yang lebih dari ini ?"
"Aku memang berangan-angan tetapi tak tahu bagaimana
harus mengangan-angan. Aku ingin mencari bahagia tetapi tak
tahu bagimana bahagia itu. Mbah, bagaimana aku dapat mencari
sesuatu yang belum kuketahui ?"
"Lalu mengapa raden mengatakan sudah menemukan bahagia
itu di pondok sini" Apakah bahagia yang raden temukan itu?"
"Apa yang kutemukan adalah apa yang kurasakan mbah.
Adakah itu yang disebut bahagia, aku tak tahu dan mungkin tak
dapat mengetahui. Yang jelas aku merasa bahagia dan itulah
yang kuanggap bahagia"
"Bagaimana kira2 wujut bahagia yang raden temukan itu ?"
"Bahagia itu suatu rasa. Tak berwujut tetapi terasa. Ada tetapi
tak ada. Tak ada tetapi ada"
Nyi T undung tertawa "Raden tentu murid dari seorang berilmu
tinggi yang telah mendapat penerangan batin. Jika mendengar
437 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
uraian raden, aku merasa seperti kembali pada suasana di kala
aku menghadap guru yang menjadi bapa angkatku" ia berhenti,
pejamkan mata merenungkan sesuatu.
"Aku teringat" tiba2 nyi Tundung membuka mata pula dan
melanjutkan kata-katanya "pada suatu hari pernah aku bertanya
kepada bapa guruku "Bapa resi, mengapa diri hamba selalu
dirundung kemalangan" Mengapa kehidupan hamba selalu
dicurah hujan penderitaan " Apakah dalam penjelmaan dahulu,
hamba telah berbuat karma yang buruk" Adakah kelak hamba
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat menitis pula dalam kehidupan yang lebih bahagia ?"
Bapa resi mengangguk "Nini, mengapa engkau menanyakan
soal itu " Apakah kepentinganmu mengetahui hal itu" Dan
setelah tahu, apakah manfaatnya bagimu?"
"Karena hamba bingung, bapa resi. Bingung memikirkan nasib
diri hamba yang tiada putus2 dirundung duka nestapa. Setelah
mengetahui bab musabab dari rantai duka nestapa itu, dapatlah
hamba memiliki pegangan yang akan hamba jadikan sebagai
penerangan hidup hamba"
"Baik, nini" jawab bapa resi "pertama-tama hendak kutanya,
bagaimanakah pengertianmu tentang tumimbal-lahir atau menitis
kembali itu?" "Bahwa setelah hamba mati maka kelak hamba akan menitis
kembali. Itulah pengertian hamba, bapa resi"
"Itupun benar" kata sang resi "tetapi pengetrapannya salah.
Engkau Umi, merupakan Nama-rupa yang sekarang. Engkau
mengangankan bahwa yang kelak menitis kembali itu adalah
Nama-rupa yang sekarang ini, bukan?"
"Demikian, bapa resi"
"Tak benar" kata sang resi "bukan Nama-rupa yang sekarang
ini yang dilahirkan kembali ke dunia kelak. T etapi dengan Nama-
rupa yang sekararg i-nilah maka orang berbuat sesuatu hal,
438 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin baik dan mungkin tidak baik dan karena perbuatan
itulah maka dilahirkan Nama-rupa baru dalam penjelmaan yang
akan datang" "Bapa resi" kata nyi Tundung "hamba masih bingung dalam
kegelapan menerima keterangan paduka ini. Sudilah paduka
memberi penjelasan pula"
"Umi" kata sang resi "dapat saja kuberimu keterangan yang
memuaskan hatimu. Aku dapat mengatakan bahwa yang
menjelma kelak itu adalah engkau sekarang. Tetapi apa guna aku
menghibur dirimu dengan suatu kenyataan yang aku sendiri tak
yakin akan kebenarannya. Jelasnya, mengapa aku harus
menggembirakan hatimu dengan kebohongan" Dan mengapa
engkau akan bergembira untuk sesuatu yang tak nyata ?"
"Benar, bapa resi. Janganlah hendaknya paduka menggembirakan hati hamba dengan keterangan yang paduka
tak yakin. Keterangan yang sejati adalah keterangan yang benar.
Orang harus tunduk pada kebenaran, bukan kebenaran yang
disesuaikan untuk menggembirakan atau memuaskan hati orang"
"Baik, nini" kata sang resi "umpama, ada seorang membuat
api unggun untuk menghangatkan tubuh ditengah musim
kemarau yang dingin pada malam hari, kemudian orang itu pergi
tanpa lebih dulu memadamkan api sehingga terjadilah kebakaran
dalam hutan itu. Layakkah orang itu dihukum?"
"Layak" "Tetapi orang itu menyangkal dan mengatakan bahwa api
yang dibuatnya itu bukan api yang membakar hutan"
"Apapun alasan yang dikemukakan tetgpi jelas bahwa api
yang membakar hutan itu adalah api yang dibuat orang itu" kata
nyi T undung "dia wajib menerima hukuman"
"Benar nini" kata sang resi "demikian juga halnya dengan
orang yang berbuat sesuatu yang baik maupun yang tidak baik
439 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam penjelmaan Nama-rupa yang sekarang. Maka karena
perbuatannya itu, dilahirkanlah Nama-rupa baru dalam
penjelmaannya yang akan datang"
Sang resi berhenti beberapa jenak. Setelah tak menerima
tanggapan suatu apa dari nyi Tundung, ia melanjutkan kata-
katanya "Dengan keterangan itu, makalak perlu engkau bimbang
lagi. Jangan hiraukan akan masa yang lalu ataupun penitisan
yang lalu. Jangan pula memikirkan atau me lakukan sesuatu
dengan belenggu pemikiran, apa yang akan terjadi kelak. Kutahu
alam pikiranmu, nini. 'Bahwa setelah engkau mengetahui tentang
rahasia ke-matian dan fumimbal lahir, engkau lalu bersiap diri
untuk melakukan amal perbuatan baik pada hidupmu yang
sekarang dengan tujuan agar kelak dalam penirisan pada
kehidupanmu yang akan datang, engkau akan memperoleh buah
yang lebih, bahagia. Belenggu pemikiran semacam itu tidaklah
benar. Engkau mempunyai pamrih yang mencemarkan kesucian
batin dan kejernihan pikiranmu. Dan itu akan menggagalkan
semua tujuan mu" "Lalu apakah tak baik kalau orang beramal dharma yang baik
dan berhati suci itu, bapa resi?"
"Tiada yang lebih luhur daripada dharma yang baik dan hati
yang suci, nini. Tetapi janganlah engkau cemarkan kebaikan dan
kesucian itu untuk suatu pamrih tertentu. Jika engkau berbuat
demikian, maka kebaikan dan kesucianmu itu tak murni lagi. Nini,
jelasnya, janganlah engkau memikirkan hal2 yang tak perlu-
engkau pikirkan. Yang penting engkau hidup sekarang dan
berusahalah untuk hidup yang baik tanpa belenggu pemikiran
suatu apa" "Demikian raden, percakapan mbah dengan guru mbah kala
itu" nyi Tundung mengakhiri ceritanya "dan sekarang mbah
hendak menyambung pembicaraan kita lagi. Raden, apa yang
menyebabkan raden bahagia dan betah tinggal di pondok hutan
pegunungan ini?" 440 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Kertawardhana tersipu "Ah, mbah, perlukah harus
kujawab pertanyaan mbah itu ?"
"Baik" kata nyi Tundung "tak perlu. Bukankah karena si Astri
itu " Itu memang benar. Akupun pernah mendalami masa muda
dan saat2 yang bahagia seperti kalian. Sekarang yang hendak
kutanyakan kepadamu, raden, adalah begini. Apakah keadaan
dan kebahagiaan yang raden m iliki saat ini sudah menjadi tujuan
hidup raden yang terakhir " Jelasnya, apakah raden sudah puas
akan tinggal di s ini selama-lamanya ?"
Kertawardhana terkesiap. "Raden, apakah tujuan raden meninggalkan Tumapel akan
menetap di sini" Ataukah karena raden bahagia tinggal di sini
maka radenpun menghapus segala cita-cita hidup raden yang
pokok ?" Kertawardhana makin terpana "Adakah mbah tak menghendaki aku menetap di sini?"
"Tidak, raden" sahut nyi Tundung dengan tandas "mbah
sudah tentu gembira sekali raden hidup bersama kami di sini
karena mbah ingin me lihat cucu mbah si Astri itu akan hidup
bahagia bersama raden, karena itulah satu-satunya harapan dan
keinginan hidup mbah. Tetapi mbah seorang tua yang sadar dan
tak ingin memaksakan keinginan mbah itu secara picik. Bukan
kehendak mbah apabila kalian tinggal di sini agar dapat
membahagiakan hati mbah. Mbah sudah tua, ibarat surya sudah
menjelang petang. Tetapi kajian adalah ibarat surya yang sedang
naik ke tengah angkasa. Masih jauh dan banyak bumi yang harus
kalian jelajahi, masih terbentang tujuh samudra yang harus
kalian karungi" Berhenti sejenak nyi Tundung melanjutkan pula "Ciptakan
kebahagiaan itu untuk kalian bukan demi kepentingan mbah,
raden. Oleh karena itu maka timbullah pertanyaan mbah tadi.
Apakah tujuan dan cita2 hidup raden sebagai seorang ksatrya itu
441 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya terbatas sampai di sini saja karena raden sudah
memperoleh bahagia hidup bersama si Astri ?"
Kertawardhana gelagapan. Seperti terjadi suatu kilatan sinar
yang memancar dalam hati, menerangi seluruh taman
sanubarinya. Seolah tampak di situ tumbuh sekuntum padma
yang mengandung mustikaning rat atau mustika buana
"Tebarkan biji-biji mustikaku ke seluruh bumi nuswantara agar
bersemi, tumbuh dan mekar, memancarkan cahaya pengayoman
bagi seluruh kawula dan manusia ...."
Percik kilatan sinar dan suara gaib itu serentak menggugah
kesadaran Kertawardhana dan membangkitkan semangatnya. Ia
telah menemukan keperibadi-annya kembali "Aku ini seorang
ksatrya yang telah memberi kesanggupan untuk melaksanakan
titah ..bapa guru. Dewasa ini negara sedang berkabut awan
kegelapan. Baginda wafat dan penggantinya belum diangkat.
Suasana dalam negeri Majapahit guncang, tentu di daerah2 akan
timbul pergolakan dan pengacauan. .Lelaki bertopeng dan resi
tua itu merupakan bukti yang berbicara bahwa di Daha sedang
bergolak suatu gerakan. Akupun mengemban tugas luhur untuk
mengembalikan keluhuran nama baik dari mendiang rama.
Sebagai seorang putera bumi Majapahit, aku wajib memberikan
dharma-bhakti kepada negara. Dan bukankah dalam pesan bapa
guru itu samar2 seperti terkandung suatu amanat bahwa aku
oleh dewata agung telah direstui menjadi insan masakala yang
harus ikut serta berkecimpung dalam pergolakan dunia" pikirnya,
Merah seketika rasa hatinya manakala teringat apa yang ia
lakukan selama di pondok itu dan apa yang-ia ucapkan pada nyi
Tundung tadi "Mbah ..." serentak ia menjerit karena dironta
tegangan hati. "Mengapa raden ?" tenang2 nyi T undung memandangnya.
"Aku khilaf, mbah. Mbah telah menyadarkan kegelapan hatiku"
serunya "benar, mbah, tujuan hidupku bukanlah untuk mencari
kebahagiaan peribadi seperti yang kurasakan di sini. Sebagai
442 SD.Djatilaksana Kemelut Di Majapahit 4 Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng Lembah Merpati 7