Pencarian

Sumpah Palapa 8

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 8


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang ksatrya a-ku wajib menunaikan dharma keksatryaanku.
Aku akan menjadi seorang ksatrya kerdil apabila hanya
mengutamakan kesenangan hidup, sedangkan negara dan para
kawula sedang dicengkam kegelisahan dalam genggaman
suasana yang bergolak"
"Itulah pendirian seorang ksatrya utama, raden" seru nyi
Tundung "tetapi sebelumnya, ujilah hati raden dengan
pertanyaan mbah ini. Tidakkah raden mencintai Astri" Tidakkah
raden tak merasa kasihan apabila raden meninggalkannya"
Tidakkah Astri akan hancur hatinya digenang airmata kesedihan
apabila berpisah dengan raden ?"
Kertawardhana tertegun. Ia terdiam beberapa saat. Silih
berganti seri wajahnya berobah cahaya.
Sesaat kemudian berangsur-angsur tenanglah wajahnya lalu
berkata dengan nada sarat "Rasa asmara yang kucurahkan
kepada Astri, adalah asmara yang murni. Dan segala sesuatu
yang bersifat murni, tentulah bebas dari rasa kepentingan
peribadi, bebas pula dari rasa kemilikan. Tidakkah akan hina bagi
Astri apabila mengetahui bahwa lelaki yang mempersunting
dirinya itu seorang ksatrya kerdil" Aku kasihan sekali kepadanya
apabila kutinggal pergi. Tetapi aku lebih kasihan pula kepada
berpuluh juta kawula yang sedang menderita dalam kegelisahan
hidup yang tak menentu. Adakah rasa kasihan akan terobati
hanya karena aku mendampinginya" Tidakkah rasa kasihan itu
tak lepas dari keadaan dan suasana kehidupan negara " Jer
basuki rria-wa bea. Tanpa menghilangkan rasa kasihan, tak
mungkin akan memperbaiki rasa kasihan. Kasihan tidak cukup
untuk dirasa tetapi harus ditanggulangi. Kupercaya, mbah, Astri
bukan seorang wanita yang temaha akan kemilikan diri peribadi.
Kutahu dia cukup berbudi luhur, berhati welas asih. Tentu dia
akan menyadari-tujuanku dan akan melepaskan aku dengan
songsong senyuman doa restu"
443 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi raden benar2 rela meninggalkannya?" nyi Tundung
menegas. "Adalah karena tidak rela maka aku harus berjuang
melaksanakan cita-citaku agar kelak aku dapat memboyongnya
ke pura" kata Kertawardhana "dan rasa tak rela itu berkurang
karena masih ada mbah yang akan menjaga dan mendampinginya" "Sebelum menikah, dia adalah tanggung jawabku. Setelah
menjadi isteri, dia adalah tanggung jawab raden"
"Benar, mbah" sahut Kertawardhana "tetapi mbah tentu
menyadari betapa sulit dan tak leluasa apabila aku membawanya
kemana-mana. Bukankah lebih baik dia kutinggal disini" Baiklah,
mbah, aku mohon kerelaan dan bantuan mbah untuk
menjaganya selama aku mengembara"
Nyi Tundung tertawa dalam hati "Tanpa engkau minta,
akupun tentu akan menjaga Astri. Aku hanya menguji bagaimana
isi hatimu saja" katanya dalam hati. Namun ia bersikap dan
menyatakan "Jangan kuatir, raden. Selama raga mbah masih
bernapas, tentu mbah akan berusaha untuk menjaganya"
"Soal Astri" kata nyi Tundung lebih lanjut "secara lahiriyah
takkan ada perobahan padanya. Sejak kecil mula dia dibesarkan
di sini dan sekarangpun masih akan tetap tinggal di sini. Soal
batiniah, tentulah dia akan menderita. Tetapi mbah akan
berusaha untuk membangunkan kesadarannya sebagai seorang
wanita utama. Yang penting bagaimana perasaan raden sendiri"
Tidakkah semangat raden akan lunglai sehingga melemahkan
semangat juang raden?"
Kertawardhana menghela napas "Aku pernah teringat akan
sebuah cerita dari bapa guru tentang seorang wanita yang kalap
lalu seolah memaksa kepada sang Guru Besar untuk
menghidupkan anaknya yang mati. Guru Besar menasehatkan
supaya meminta lada dari keluarga yang belum pernah kematian
444 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
salah seorang anggauta keluarganya. Wanita itu menurut tetapi
hingga berbulan-bulan dan entah sudah berapa puluh ribu rumah
yang dikunjungi, selalu yang empunya rumah mengatakan bahwa
mereka pernah kehilangan salah seorang anggauta, entah ayah,
ibu, saudara, anak, nenek, paman kemenakan dan lain2. Dengan
putus asa kembalilah wanita itu menghadap sang Guru Besar dan
menyatakan kepaserahan hatinya"
"Dalam cerita itu bapa guru hendak menekankan bahwa
segala apa di alam dunia ini tidak kekal dan tidak langgeng. Oleh
karena itu janganlah kita terikat oleh belenggu2 kegemaran rasa
hati. Demikianlah, mbah, dasar ajaran penerangan batin yang
pernah kuteguk dari guruku untuk menggembleng hati dan
pikiran, supaya tidak terlalu berkelebihan didalam menghadapi
keadaan yang gembira maupun duka. Tidak mabuk digegap
senang, tidak tenggelam dihanyut duka"
"Baik raden" nyi Tundung mengangguk "jika raden sudah
memiliki pegangan demikian, rasanya longgarlah hati hamba
Maksud mbah hanya mengingatkan apa2 yang menjadi tujuan
raden. Mbahpun tidak memaksa. Andaikata raden ingin tetap
tinggal di sini bersama Astri, mbah senang. Raden ingin
melanjutkan tujuan raden untuk mengembara, mbahpun gembira
sekali " "Terima kasih mbah" kata Kertawardhana "mbah telah
memberi penerangan kepadaku. Kini aku sadar kemanakah
langkah yang harus kutuju"
Setelah tercapai kesepakatan maka atas pertanyaan nyi
Tundung, Kertawardhanapun mengatakan bahwa besok pagi, dia
segera berangkat. Nyi Tundung setuju dan merekapun segera
kembali ke pondok. Astri sudah menunggu dihalaman.
Tampaknya dara itu gelisah karena sudah lewat tengah hari,
mbah dan Kertawardhana tak pulang "Ah, kakang, kemana
sajakah kakang membawa mbah berjalan-jalan?" seperti bulan
tersapu dari dekapan awan, berserilah cahaya wajah Astri.
445 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kuajak raden menikmati alam pemandangan di lembah
belakang gunung, Astri" sahut nyi Tundung dengan tersenyum
walaupun ha'tinya iba terhadap cucunya.
Demikian hari itu tak tampak suatu perobahan dalam suasana
kehidupan di pondok nyi Tandung. Baik nenek itu maupun
Kertawardhana, bersikap seperti biasa. Malang hari merekapun
masuk ke bilik masing2. Tenang dan damai seperti suasana hari2
yang lalu. Malampun merayap-rayap dalam kekelaman yang rnakin lelap.
Sunyi senyap di seluruh penjuru bumi." Kertawardhana berbaring
disamping Astri dan Astri-pun sudah terlena pulas. Bibirnya
menyungging senyum kebahagiaan. Semula ia heran mengapa
malam itu Kertawardhana mengunjukkan s ikap yang amat mesra
sekali dalam berkasih-kasihan. Tidak seperti hari-hari yang lalu.
Namun dara itu tak menduga apa2 kecuali hanya menganggap
bahwa Kertawardhana tentu makin mencintainya Dan iapun
membawa rasa bahagia itu ke dalam mimpinya yang indah.
Lain pula hajnya dengan Kertawardhana. Ia belum dapat
memejamkan mata. Sukar rasanya hati dibawa tidur. Walaupun
ia lelah karena te lah mencurahkan rasa kasih yang besar sebagai
tanda perpisahan, namun ia tetap tak dapat tidur karena hati
meronta, menuntut suatu penyelesaian daripada apa yang
dibicarakan dengan nenek Tundung tadi. Dalam menghadapi
kekacauan pikiran itu, ia segera berusaha untuk membebaskan
diri. Iapun bersemedhi mengheningkan cipta. Ia teringat akan
ajaran guru, bahwa dalam semedhi itu janganlah memancang diri
pada tempat dan waktu. Dimanapun harus dapat mencapai
keheningan cipta itu. Maka diapun tak mau duduk melainkan
tetap membaringkan diri dan mengheningkan cipta.
Sayup2 dalam keheningan alam cipta yang telah menghampa
manunggal dengan kehampaan suasana malam nan sunyi, ia
seperti mendengar suara pesan gurunya "Angger, setya, mantap
dan madap akan tujuan adalah laku utama untuk mencapai cita2
446 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tujuan itu. Didalam mengemban dharma luhur, bebaskanlah
dirimu dari rasa kegemaran, baik kegemaran dalam ikatan batin
dengan hubungan keluarga, maupun dalam ikatan rasa asmara
dengan wanita serta hubungan dengan kawan dan orang2 yang
engkau cintai. Jika engkau mampu melepaskan belenggu-
belenggu rasa kegemaran itu, engkau akan menemukan arti yarig
sejati dari keutamaan seorang ksatrya ...."
Kertawardhana terkejut, membuka mata. Keringat pun
bercucuran membasahi kepala dan dahi. Adakah suara itu dari
sumber khayalannya ataukah dari suatu penyerapan keadaan
masa lampau yang kini memantul keluar pula, ia tak
menghiraukan. Yang penting, ia merasa dan mengakui
kebenaran dari pesan suara halus itu. Ia seorang ksatrya.
Perjalanan masih jauh, beban masih setinggi gunung. Dia harus
menghadapi peristiwa-peristiwa besar dalam kehidupannya
mengarungi gelombang pergolakan dunia. Bagaimana mungkin
dia akan dapat tegak menghadapi peristiwa-peristiwa besar
apabila dalam soal meninggalkan Astri untuk melanjutkan tujuan
pengembaraannya, dia tak mampu menahan perasaan hatinya
.... "Huhhh. . . huhh . . . ampun batara, ampun . . .. " tiba2
Kertawardhana dikejutkan oleh suara orang menggugu dan
mengingau. Ia kenal suara itu suara nyi T undung, tentulah nenek
itu mengalami mimpi buruk sehingga mengingau merintih-rintih
ketakutan. Serentak dia bangun dan menghampiri tempat bilik
nyi Tundung "Mbah, mbah .... bangunlah, mbah ...." serunya
seraya mendebur pintu. Rupanya Astri terkejut mendengar suara hiruk itu. Iapun
segera bangun dan menuju ke bilik nenek "Mengapa, kakang ?"
tegurnya. "Entah, mbah mengingau, merintih-rintih ketakutan" sahut
Kertawardhana. 447 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh" terdengar nyi Tundung menggeliat bangun "ya, aku
sudah bangun. Ada apa?"
"Bukalah pintu, mbah" seru Astri. Setelah pintu dibuka maka
iapun bertanya pula "kenapa engkau mbah " Apakah engkau
bermimpi ?" Nyi Tundung duduk di balai-balai, napasnya masih terengah-
engah "Benar, Astri, aku bermimpi seram"
"Minum dulu, mbah" Astri terus mengambilkan kendi. Nyi
Tundungpun meneguknya. Setelah agak tenang dia bercerita
"Aku bermimpi seram, Astri. Seorang raksasa yang berwajah
seram dan mengaku sebagai Batara Syiwa, mencekik leherku
hendak mencabut nyawaku"
"O" desuh Astri "kenapa Batara Syiwa marah kepada mbah ?"
"Entahlah" kata nyi Tundung "tetapi batara itu mengatakan
bahwa aku telah bersalah melanggar janji, nini"
"Melanggar janji " Mbah berjanji apa?"
"Maafkan mbah, raden" tiba2 nyi Tundung berkata dan
menyembah kepada Kertawardhana sehingga pemuda itu
terkejut, gopoh mendekap tangan nyi Tundung "Mbah, jangan
mbah. Mengapa mbah hendak menyembah kepadaku?"
"Menurut Hyang Syiwa, aku bersalah kepada raden dan harus
minta maaf" "Mbah" Astri makin heran dan berseru "apa saja yang terjadi
dalam mimpi mbah itu ?"
Nyi Tundung menghela napas sejenak lalu berkata "Astri,
ingatkah engkau akan peristiwa ketika pada malam itu aku
hendak memukul raden di kandang kuda ?"
"O, ya, masih ingat, mbah"
448 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Batara itulah yang kembali muncul dalam impianku dan
murka kepadaku. Akupun bertanya apa salahku sehingga sang
Hyang Syiwa hendak mencabut nyawaku. Apa katanya, nini,
cobalah engkau tebak"
"Ah, mbah, bagaimana aku mengerti"
"Cobalah, Astri"
Astri seorang gadis yang baik hati dan penurut. Untuk
menyenangkan hati nyi Tundung, diapun mau juga menuruti
"Mungkin mbah lupa memberi sesaji"
"Tidak Astri, bukan itu"
Astri merenung "Apakah masih ada hubungannya dengan
peristiwa di kandang kuda itu, mbah?"
Nyi T undung mengangguk "Benar"
Astri berusaha untuk mengingat apa yang diceritakan nyi
Tundung tentang peristiwa ma lam itu. Ia ingat bahwa nyi
Tundung telah diberi sebuah benda yang bercahaya, kemudian
ketika nyi T undung hendak menerimanya, benda itupun meluncur
pula ke udara dan melayang keluar jatuh ke dalam kandang
kuda. Dan ketika nyi Tundung memburu ke kandang kuda
hendak menerkam benda itu ternyata benda itu adalah kepala
dari Kertawardhana. "Tentang benda bercahaya yang diberikan Hyang Syiwa
kepada mbah itu" setelah teringat akan peristiwa itu segera Astri
memberi jawaban. "Engkau pintar, cucuku" nyi Tundung tertawa "memang
mengenai benda bercahaya itulah Hyang Batara Syiwa murka
kepadaku" "Apa janji mbah kepada Hyang Syiwa?"
"Dalam cipta semedhi kala itu, aku thanya berjanji akan
mentaati titah Hyang Batara yang mengatakan bahwa aku harus
449 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merawat dan menjaga baik-baik benda itu. Setitikpun aku berani
mengganggu atau menghancurkannya, nyawaku akan dicabut"
"Bukankah selama ini mbah sudah melaksanakan janji?"
"Itulah Astri" kata nyi Tundung "akupun menghaturkan
pernyataan begitu dalam mimpi tadi. Tetapi apa kata Hyang
Batara ?" "Ya, mbah, mengapa Hyang Batara Syiwa masih murka
kepada mbah ?" "Hyang Syiwa mengatakan dengan tandas, bahwa benda
bercahaya itu sebuah mustika yang akan menyinarkan cahaya
kesejahteraan pada bumi kerajaan. Aku hanya diwajibkan
merawat dan menjaga tetapi sekali-kali bukan untuk memilikinya.
Bagaimana mungkin benda itu akan memancarkan sinarnya
apabila engkau tahan dan simpan di pondokmu sini" Demikian
titah Hyang Syiwa. Kemudian Hyang Syiwa ...."
Waktu mendengar kata-kata nyi Tundung, Astripun sudah
pucat wajahnya. Ia dapat merangkai apa yang terkandung dalam
titah Hyang Syiwa itu. Dan waktu ny i T undung mengatakan kata-
kata terakhir yang tak dilanjutkan itu, terasalah suatu firasat
yang tak enak dalam hati Astri. Namun baik atau buruk, suka
atau tak suka, ia ingin mengetahui kelanjutan titah Hyang Syiwa
itu "Kemudian bagaimana titah Hyang Syiwa, mbah?" iapun
bertanya. "Nini" nyi Tundung memandang cucunya "bersediakah hatimu
mendengar titah Hyang Syiwa itu?"
Makin terasa bagi Astri akan kenyataan dari firasat yang
dirasakannya. Namun jika hal itu memang suatu kenyataan,
dapatkah ia menghindar atau menolak garis yang sudah
dititahkan oleh Hyang Syiwa itu "
"Baik, mbah, aku bersedia" akhirnya ia merigiakan sete lah
mengemasi hatinya. 450 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau benar, Astri" kata nyi Tundung "kita hanyalah titah
manusia yang harus tunduk pada garis ketentuan yang
dilimpahkan Hyang Syiwa. Dengarkanlah, nini. Hyang Syiwa
menitahkan kepadaku "Jika benda bercahaya itu tetap kausimpan
di pondok ini, tentulah takkan memberi sinar kepada bumi
nusantara sehingga para kawula hidup dalam kegelapan. Dan ini
suatu dosa yang harus engkau tebus dengan nyawamu"
"Duh, pukulun" akupun memberanikan diri menghaturkan
pernyataan "hamba mohon amanat paduka. Apa-apa yang
paduka titahkan, pasti akan hamba laksanakan"
Dan Hyang Syiwapun bertitah "Saat ini bumi kerajaan sedang
dalam kegelapan. Lekaslah engkau lepaskan benda mustika itu
ke alam bebas agar dapat segera memancarkan sinarnya untuk
menerangi jagad. Jika engkau tak melaksanakan titahku, engkau
berdosa kepada bumi dan titah manusia di arcapada ini.
Tubuhmu akan kulempar ke dalam kawah Candradimuka selama-
lamanya" "Demikian titah Hyang Syiwa itu, nini" kata nyi Tundung
dengan menghela napas "dan akupun telah menghaturkan
pernyataan kehadapan Hyang Syiwa akan mentaati titahnya"
"Dengan begitu ... dengan begitu ..." Astri tak dapat
melanjutkan kata-katanya karena ditelan oleh rasa kesesakan
dadanya yang menghambur getar2 isak.
"Nini" cepat nyi Tundung memeluk tubuh cucunya dan
Astripun terisak-isak. Nyi Tundung membiarkan Astri melepaskan
airmatanya agar kesesakan dadanya longgar. Suasana saat itu
hening sunyi. Kertawardhana hendak melangkah keluar. Ia tak
tahan menghadapi suasana haru yang sedemikian mencengkam
perasaan "raden" tiba2 nyi T undung berseru "harap jangan pergi.
Tinggallah di sini, mbah hendak bicara dengan raden"
Kertawardhanapun hentikan langkah.
451 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Raden" ujar nyi Tundung pula "kiranya raden tentu
mendengar dan mengetahui apa yang terjadi dalam mimpi mbah
serta maknanya" kemudian nyi T undung mengulang pula tentang
percakapan ketika dalam cipta semedhi tempo hari ia bertemu
dengan Hyang Syiwa yang menampilkan perwujutan sebagai
seorang raksasa menyeramkan "bahwa jelas sudah bagi mbah,
yang dimaksud Hyang Syiwa sebagai benda bercahaya, itu tak
lain adalah diri raden"
"Ah" Kertawardhana mendesuh kejut. Rupanya baru saat itu ia
diberi keterangan nyi Tundung tentang peristiwa itu "tidak,
mbah, aku hanya seorang pemuda biasa"
"Mbah masih mempunyai bukti lain lagi" kata nyi Tundung tak
menghiraukan bantahan Kertawardhana "yalah hancurnya
tongkat mbah itu. Tongkat itu sebuah tongkat pusaka yang
terbuat daripada galih pohon Parijata berumur seratusan tahun.
Tongkat itu melupakan pusaka yang turun temurun diwariskan
dari leluhur kakek guru mbah. Yang terakhir ketika diwariskan
kepada mbah, guru mbah telah memberi pesan, bahwa
sebagaimana sifat dari setiap benda dan mahluk di jagad raya
yang tak kekal, maka tongkat itupun pada suatu saat akan
hancur pulang ke asalnya. Kehancuran itu merupakan keakhiran
tugas dari tongkat itu dan akan ditandai dengan lambang
kemunculan seorang besar yang akan ikut serta dalam mandala
cakra-panggilingan perputaran jagad"
"Kehancuran tongkat itu ternyata jatuh pada diri raden" kata
nyi Tundung pula "dan hal itu merupakan bukti yang tak dapat
dielakkan lagi akan kebenarannya sasmita gaib yang mbah terima
dari Hyang Batara Syiwa"
"Ah terlampau tinggi nian mbah menyanjungkan penilaian atas
diriku" kata Kertawardhana dalam tegun kenangan kepada pesan
dan wejangan gurunya resi Niskala dahulu. Ia menemukan suatu
titik pertemuan antara uraian nyi Tundung dengan ucapan
gurunya. Dan seketika bertebaranlah rasa rendah diri, malu
452 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bercampur sesal dalam hatinya. Betapa kecil arti dirinya
dihadapan sinar agung Hyang Widdhi pencipta segala sumber
kehidupan. Betapa malu hatinya karena sebagai seorang titah
yang telah menerima wahyu agung namun tiada rasa nalangsa
untuk mengagungkan berkah luhur itu. Dan betapa sesal
perasaannya karena selama ini, dia tenggelam dalam lautan
asmara dengan Astri sehingga hampir lupa akan tugas luhur yang
telah dibebankan paria dirinya. Maka walaupun mulut mengucap
kata-kata sanggahan kepada ucapan nyi Tundung namun ia
tersipu-sipu merah mukanya.
"Astri" nyi Tundung pelahan-lahan menyiak tubuh cucunya
"engkau sudah dewasa, bukan anak kecil lagi, cucuku. Memang
demikianlah dharma yang dituntut kepada seorang wanita.
Sebagai anak, harus taat dan bhakti kepada orangtua. Sebagai
isteri harus bhakti laki kepada suami. Sebagai ibu harus memberi
kasih sayang dan segala pengorbanan lahir batin kepada putera
puterinya. Itulah laku utama dari seorang wanita sejati"
Astripun duduk menatap mbahnya dengan pandang lengang.
"Banyak tantangan2 tugas dan kewajiban yang dihadapi dalam
kehidupan wanita itu, nini" ujar nyi Tundung pula "dan pada
umumnya hanyalah terkungkung dalam tri-dharma yang
kukatakan di atas. Hampir keseluruhan hidup mereka sudah
terhisap oleh tugas-tugas dalam tri-dharma itu sehingga mereka
lupa bahwa di atas itu, masih ada sebuah dharma yang luhur, ya
itu dharma sebagai seorang kawula terhadap negara dan bangsa"
"Negara dan bangsa merupakan suatu perpaduan yang tak
terpisahkan. Laksana bumi dengan air. Kelangsungan hidup dari
masyarakat, rumahtangga dan peribadi, tergantung dari
kelestarian negara dan bangsa itu menegakkan kelangsungan
hidupnya. Dan bangsa itu meliputi seluruh kawula tanpa
membedakan jenis dan golongan kasta. Pria wanita, tua muda,
kaya miskin, mulia papa, semua mempunyai hak dan wajib yang
453 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sama terhadap negara dan bangsa. Yang berbeda hanyalah rasa
kesadaran dari setiap kawula"
"Karena terpancang pada tri-dharma seperti yang kukatakan
di atas tadi maka wanita hampir terlelap dan terlengah dalam
dharma yang lain, dharma sebagai seorang kawula kepada
negara. Dahulu di negeri Cem-palareja, dewi Wara Srikandi puteri
raja negeri itu, dikenal sebagai seorang puteri prajurit yang sakti.
Bahkan pada waktu pecah perang besar Bharatayuda, Srikandi
telah diangkat menjadi senopati agung dari kaum Pandawa. Ini
sebagai contoh bahwa puteri wanita itu sebenarnya juga memiliki
hak, kewajiban dan kemampuan untuk membela negara"
"Telah kukatakan tadi" sambung nyi Tundung pula "jika kita
mengetahui bahwa kehidupan ini tak langgeng, bahwa hidup itu
selalu penuh dengan golak perobahan yang sukar diduga-duga,
mengapa kita harus bergembira ataupun bersedih hati
menghadapi suatu perobahan hidup yang tengah menimpa pada
diri kita " Jika kita bergembira karena mengalam i suatu
perobahan yang menggembirakan, kita tentu mudah melupakan
kepada kebesaran Hyang Wisesa sumber segala kehidupan.
Apabila kita bersedih karena menderita perobahan hidup yang
buruk, kita akan cenderung untuk kurang mempercayai ke maha-
adilan dan ke maha-agungan dari Hyang Purbenggesang. Segala
sesuatu itu telah digariskan olehNYA"
"Diantara perobahan hidup yang menyedihkan, diantara derita
seorang wanita yang harus dihadapinya, adalah apabila
dipisahkan oleh kematian dari suaminya. Begitu pula apabila
harus berpisah dengan suaminya yang akan menuju ke medan
laga. Cobalah nini, engkau bayangkan betapa besar airmata
kesedihan yang terhambur pada saat wanita itu harus
melepaskan suaminya ke medan perang ...."
Astri terkesiap. Pclahan-lahan uraian nyi Tundung yang
panjang lebar itu mulai meresap ke dalam sanubarinya. Titik-titik
kesadaran mulai merekah dalam hatinya. Ucapan nyi Tundung
454 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang terakhir itupun cepat. mendapat tanggapan dalam benak
Astri. Ia segera 'tenggelam dalam renungan sendu.
"Sekarang nini" kata nyi T undung pula "tibalah pembicaraanku
pada sasaran yang pokok. Jelas dalam titah Hyang Syiwa p?da
mimpiku itu, aku harus melepaskan raden Wardhana untuk
melanjutkan tujuannya, ikut serta dalam pergolakan suasana
kerajaan yang sedang gelap. Apabila aku tak merelakannya,
nyawaku pasti akan dicabut oleh Batara Kala. Aku sudah tua,
matipun sudah pada tempatnya. Tetapi adakah engkau
merelakan kematian mbah akibat hal itu, nini?"
"Mbah" Astri gelagapan terkejut "jangan mengatakan begitu
mbah., Aku sayang pada mbah"
"Baik, cucuku" kata nyi Tundung "sekarang tentang kerelaan
hatimu akan kepergian raden Wardhana. Jelas bahwa langkah
raden itu menuju ke arah tugas yang berat namun amat luhur,
demi keselamatan praja dan kawula. Jika hati raden lemah
karena remuk rendam digempa tangis kesedihanmu sehingga
semangat raden lunglai dan mengakibatkan kegagalan raden
dalam menunaikan tugas luhur itu, adakah engkau tak merasa
berdosa nini " Berdosa kepada bumi negara dan para kawula
sekalian?" Astri terkesiap. "Mengapa engkau bersedih, nini" Bukankah keberangkatan
raden itu bukan menuju ke medan perang" Bukankah dia hendak
melangkah ke tujuan yang luhur dan tugas suci" Bahkan
mengapa engkau tak berbesar dan berbangga hati karena
suamimu telah direstui oleh Hyang Syiwa untuk dipercayakan
menunaikan suatu tugas yang mulia itu " Dengan membantu
memberi dan membesarkan semangat juang raden, tidakkah
berarti engkan telah menunaikan dua buah dharma wajib yang
jarang dimiliki oleh wanita lain, yaitu dharma bhakti kepada guru-
lakimu dan dharma-bhakti kepada negara" Camkanlah kata-kata
mbah ini, cucuku" 455 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tergugah seketika semangat dan kesadaran Astri demi
mendengar ucapan nyi Tundung yang terakhir. Ia malu dan
menyesal dalam hajti karena telah menunjukkan sikap yang
mengurangi keutamaan seorang wanita dan melemahkan
semangat guru-lakinya. Namun tiba2 pula terkilas sesuatu dalam
benaknya, sesuatu yang selama ini belum sempat ia curahkan
kepada Kertawardhana; Ia bingung dan hendak mencari suatu
perlindungan untuk mencurahkan sesuatu yang menggunduk
dalam hatinya. Serentak ia berpaling lalu menubruk kaki
Kertawardhana "Duh, kakang Wardhana, ampunilah diri hamba
yang khilaf dan hina ini . . . ." airmatanyapun berderai-derai
membasah kaki Kertas wardhana.
Kertawardhana terkejut. Gopoh dia mengangkat tubuh Astri
dan membelai-belai rambutnya "Nini, engkau tak salah. Aku
bersyukur kepada Hyang Wid-dhi bahwa melalui mbah. kita telah
mendapat kesadaran dan penerangan batin ...."
"Nini" kata Kertawardhana pula dengan nada haru "memang
benar kata mbah, bahwa tujuanku meninggalkan Tumapel tak
lain karena hendak melaksanakan titah mendiang guruku supaya
aku terjun dalam kancah pergolakan negara yang saat ini sedang
dirundung awan gelap. Aku tak tahu bagaimana pergolakan itu
dan bagaimana pula aku dapat ikut serta menentramkannya.
Hanya dua landasan yang menjadi pijakan langkahku. Aku
melaksanakan titah guru dan aku sebagai putera negara
Majapahit, wajib menunaikan dharma-bhaktiku kepada negara.
Apapun yang akan terjadi, kuserahkan saja kepada kebesaran
Hyang Widdhi yang maha tahu"
"Nini, memang apa jang engkau rasakanpun kurasakan juga.
betapa pedih hati kita untuk berpisah. Namun dalam kemurnian
cintaku yang luhur kepadamu dan keagungan dharmaku sebagai
seorang ksatrya, kita harus berani dan rela berkorban.
Pengorbanan itu suatu sifat yang paling luhur. Pengorbanan
terhadap kasih asmara, terhadap negara, bangsa, manusia dan
456 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segala dharma hidup. Maka janganlah engkau menghambur-
hamburkan airmata, nini. Simpanlah untuk hari2 kelak dalam
perjalanan hidup kita yang masih jauh dan penuh dengan segala


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

coba derita. Telah banyak kiranya kata-kata yang diuraikan mbah
kepadamu, tak perlu aku memberi penjelasan yang panjang lebar
lagi hanya cukup dengan suatu pernyataan sebagai tanggapan
kalbuku" "Engkau tak salah, tidak pula aku, guruku, suasana negara
dan peri kehidupan kita ini. Karana apa yang tampak sebagai
kesalahan, apabila engkau mempunyai kecenderungan untuk
menyalahkan bab musabab dari perpisahan kita ini, sesungguhnya hanyalah kesalahan-kesalahan yang tidak salah.
Artinya, sesuatu yang memang telah diatur dan digariskan oleh
Hyang Pur-bawisesa. Mengapa Hyang Purbawisesa menggariskan
a-pa yang engkau rasakan sebagai suatu kesalahan, tentu sudah
diketahuinya karena Dia Maha Tahu. Tentu sudah diaturNYA
karena Dia adalah Sumber dari segala kehidupan"
"Dan ketahuilah Astri, bahwa kepergianku ini bukanlah suatu
keberangkatan menuju ke medan laga ataupun suatu perpisahan
selamanya. Tidak, nini. Aku akan me laksanakan pesan guru dan
duduknya diriku sebagai seorang ksatrya dalam menghadapi
suasana negara yang sedang kisruh ini"
"Dan kakang .... tentu kembali lagi setelah tugas kakang
selesai ?" dengan berurai airmata, bergetar isak, Astri bertanya.
"Ya" sahut Kertawardhana "aku akan kembali kepadamu"
Astri mengangguk. Perasaannya makin longgar terhibur
harapan terang "Kakang . . . ,"
Kertawardhana terkejut dan menunduk demi melihat Astri
terisak-isak pula "Kenapa Astri" Adakah engkau anggap
ucapanku tadi salah ?"
457 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak kakang" Asri terisak "engkau tak bersalah suatu apa
dan akupun sudah menyadari kesemuanya ini. Hanya aku ingin .
. . ingin mamberitahu ..."
"Katakanlah Astri, apa yang hendak engkau katakan?"
Kertawardhana menunduk melekatkan telinga ke mulut Astri. Dan
dengan suara berbisik-bisik lembut, Astri mengucapkan beberapa
patah kata. Seketika Kertawardhana terkejut "O, benarkah itu,
Astri?" Astri tidak menjawab melainkan mengangguk seraya
menundukkan kepala. Dan Kertawardhanapun tertegun dalam-
dalam. "Raden, apakah yang terjadi pada Astri ?" tiba2 nyi Tundung
menegur. Dan Kertawardhanapun gelagapan "Anu, mbah . ..
Astri sudah . .. mengandung. . "
"O, Batara Agung yang mulia" serentak nyi Tundung
menjelangkan kedua tangan menengadahkan kepala ke atas
"hamba menghaturkan sembah puji segenap jiwa dan raga
hamba kehadapan Hyang Batara Agung. Dipermuliakan kiranya
segala berkah yang paduka limpahkan atas diri cucu hamba"
Sedemikian gembira nyi Tundung mendengar berita itu. Ia
merasa bahwa segala puji doa yang dipanjatkan setiap malam
sunyi kehadapan Hyang Batara Agung telah direstui. Kini
permohonannya itu terkabul, Astri telah mengandung benih dari
Kertawardhana. Kertawardhana dan Astri terlongong memandang ulah nyi
Tundung yang telah memanjatkan doa puji syukur kehadirat
Yang Maha Agung itu "Raden, Astri" tiba2 pula nyi Tundung berseru "berbahagialah
kalian atas rahmat luhur yang telah dilimpahkan Hyang Syiwa itu"
Kertawardhana mengangguk sedang Astri hanya tersipu-sipu
menunduk. 458 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tampaknya nyi Tundung amat gembira sekali saat itu "Astri,
berbahagialah engkau nini. Jangan engkau bersedih lagi.
Lepaskanlah raden berangkat dengan segala kelapangan batimu.
Engkaupun kini mempunyai tugas penting untuk merawat dan
mengasuh putera raden Wardhana yang berada dalam
kandunganmu itu" kemudian diapun segera berkata kepada
Kertawardhana "Raden, sekarang sudah menjelang fajar.
Beristirahatlah dan berkemas-kemas agar besok raden dapat
berangkat. Persoalan diri Astri dan putera raden, mbahlah yang
akan menjaganya" Demikian persoalan yang dirasakan berat oleh Kertawardhana
dalam menghadapi perpisahan dengan Astri, berkat peristiwa nyi
Tundung mengingau karena mengalami mimpi seram, telah
dapat diselesaikan dengan lancar dan gembira. Kegembiraan itu
timbul karena ternyata Astri sudah mulai mengandung.
Astri telah sadar akan dirinya dalam menghadapi perpisahan
dengan Kertawardhana. Diapun sudah makin dewasa untuk
meresapi dharma seorana wanita sebagaimana diuraikan oleh
mbahnya. Namun ketika menghadapi saat-saat perpisahan itu, ia
tetap tak kuasa menahan gelombang airmata yang mencurah
deras dari kalbunya. "Astri, sebelum aku pergi, aku hendak meninggalkan pesan
kepadamu" kata Kertawardhana "pertama, mengenai putera yang
engkau kandung itu. Kelak apabila dia seorang putera lelaki,
berilah nama raden Sotor. Dan apabila seorang putera
perempuan, kuserahkan kepadamu untuk memberinya nama"
"Sotor " Apakah arti nama itu, kakang?"
"Sotor adalah langit-langit. Kumaksudkan sebagai langit-langit
tempat pertautan harapan dan pengayoman bagi cita-cita hidup
kita dan bagi kesejahteraan titah manusia"
"Baik, kakang. Akan kujunjung segala pesan kakang sampai
akhir hayatku" 459 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang kedua" kata Kertawardhana seraya merogok ke dalam
ikat pinggangnya "apabila dewata tak merestui aku kembali ke
smi karena harus menanggulangi tugas2 dharma-hidupku
sebagai seorang ksatrya, apabila puteramu ingin mencari aku,
maka berikanlah benda ini kepadanya agar menjadi suatu tanda
bahwa dia benar puteraku. Simpanlah benda ini, Astri"
Kertawardhanapun menyerahkan sebuah benda yang berkilau-
kilau cahayanya. "O, tusuk sanggul" bisik Astri sesaat menyambuti pemberian
Kertawardhana. "Tusuk sanggul?" tiba2 nyi Tundung yang ikut menghadiri
keberangkatan Kertawardhana terkejut ketika melihat benda
yang berada di tangan Astri.
"Astri, cobalah mbah pinjam" katanya kepada Astri dan
Astnpun segera menyerahkan tusuk sanggul itu. Ia heran
mengapa nyi Tundpng tertarik akan benda itu.
Tampak wajah nyi T undung berobah tegang ketika memeriksa
tusuk itu "Raden, dari manakah engkau memperoleh benda ini ?"
serunya tegang. "Dari guruku, mbah"
"Siapa namanya?" nada nyi Tundung makin tegang.
"Resi Niskala" "Resi Niskala ?" ulang nyi Tundung berkerut dahi seperti
merenungkan nama itu. "Benar, mbah. Pada saat hendak menghembuskan napas yaog
terakhir, disamping jenasah bapa resi terdapat tusuk itu.
Rupanya terlepas dari cekalan tangannya. Dan pada lantai gua
tempat pertapaannya, bapa resi telah meninggalkan tulisan yang
digurat dengan kuku jarinya. Bunyi tulisan itu bapa resi meminta
aku melakukan dua buah pesannya"
460 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, apakah pesannya?"
"Pertama, tusuk sanggul permata itu supaya kuberikan kepada
seorang wanita yang dipuja dalam hidupnya dan pernah
dicemarkan kehormatannya"
"Ih" mulut nyi T undung mendesis gemetar.
"Kedua, bila aku dapat menemukan wanita yang dicintainya
itu, supaya aku memohonkan ampun atas segala kesalahan bapa
resi kepadanya ...."
"O" nyi T undung mendesuh kejut. Tubuhnya gemetar.
"Kenapa mbah ?" Kertawardhana kejut2 heran melihat
keadaan nyi Tundung. "Tak apa-apa" nyi Tundung paksakan menggelengkan kepala
"teruskan apa pesannya yang kedua"
"Bapa resi menitahkan supaya jenasahnya jangan ditanam
atau dibakar tetapi suruh aku menyandarkan pada dinding gua
pertapaannya" "Siapakah nama gurumu waktu masih muda?"
"Bapa guru tak pernah mengatakan" Kertawardhana mengerut
dahi "tetapi pernah menceritakan kisah kehidupannya semasa
muda" "O, cobalah raden menuturkan kepada mbah" Sejenak
mengingat-ingat maka Kertawardhanapun lalu menuturkan
kembali apa yang pernah diceritakan resi Niskala dahulu ketika
merebut puteri demang Katawang yang diboyong oleh suaminya,
putera tumenggung Suprajata ke Singasari, kemodian dibawanya
kenya yang amat dicintai itu ke tengah pegunungan sunyi jauh
dari keramaian. Walaupun semula puteri demang itu menangis
dan marah karena dirinya telah dinodai Niskala tetapi akhirnya
luluhlah hati wanita itu menghadapi bujuk rayuan dari Niskala.
Mereka berdua hidup bahagia sampai suatu hari terjadi suatu
461 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malapetaka yang manghancur-berantakkan kehidupan mereka.
Ketika pulang dari kota, Niskala mabuk tuak dan mengingau
sedang merayu wanita. Puteri demang itu marah dan me larikan
diri. Niskala mengejar tetapi puteri demang itu telah ditolong oleh
seorang pertapa sakti. Dalam pertempuran dengan pertapa itu,
resi Niskala dilumpuhkan seluruh ilmu kepandaiannya. Niskala
menyesal lalu bertapa mengasingkan diri di puncak gunung Ka wi,
hingga sampai akhir hayatnya.
"Bapa guru benar2 menyesal karena telah melukai hati satu-
satunya wanita yang dicintai dalam kehidupannya. Maka waktu
meninggal, dia memesan aku supaya menyampaikan rasa sesal
dan mohon maaf kepada wanita itu ... ."
"Bukankah di bawah bibir gurumu itu tumbuh sebuah tahi lalat
?" "Benar! Mengapa mbah tahu!" teriak Kertawardhana berseru
kejut. "O, kakang Prajaka ...." nyi Tundung menjerit dan rubuh tak
sadarkan diri. "Mbah" Astripun menjerit dan memeluk tubuh neneknya
"Astri, mari kita angkat ke balai-balai" Kertawardhana segera
mengangkat tubuh nyi Tundung di letakkan ke balai2 tempat
tidurnya. Setelah dturut urut dan diberi minum akhirnya
tersadarlah nyi Tundung. Namun wanita tua itu masih merintih-
rintih "Duh, kakang Prajaka, akupun menyesal karena telah
membuat engkau hidup sengsara . . ."
Kertawardhana tertegun. Siapakah Prajaka yang diucapkan
nenek itu" Namun segera ia teringat akan penuturan nyi
Tundung waktu mengisahkan kehidupannya yang lalu. Pada saat
itu sebenarnya ia sudah curiga dan merangkai sesuatu. Ia
menghubungkan kisah nyi Tundung itu hampir menyerupai
dengan kisah hidup gurunya, resi Niskala. Tidakkah diantara
mereka terselip suatu hubungan dalam rangkaian kehidupan
462 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masa muda mereka " Namun ia tak sempat mengutarakan
pertanyaan karena nyi T undung sudah memancang larangan, tak
ingin menyebut lagi nama lelaki yang merusak dirinya itu untuk
selama-lamanya. Dan kini timbul bahkan makin kuat dugaan itu
terungkap dalam hatinya manakala nyi Tundung pingsan setelah
mendengar kisah hidup resi Niskala.
"Mbah, siapakah Prajaka itu?" ia memberanikan diri untuk
bertanya. Nyi T undung tak menangis. Rupanya airmatanya sudah kering
dibawa keusaian derita hatinya "Dia, dia adalah .... gurumu itu
...." "Resi Niskala?"
"Ya" "O" Kertawardhana mengeluh kejut yang dalam "adakah mbah
yakin akan hal itu ?"
Mengacungkan tusuk sanggul yang berada di tangannya, nyi
Tundung berkata sendu "Tusuk ini adalah tusuk sanggul milikku.
Seperti engkau tentu masih ingat waktu aku bercerita beberapa
waktu yang lalu bahwa dia telah mengantarkan sebutir permata
besar. Aku bingung, haruskah kusimpan atau kupakai permata
itu. Akhirnya aku menemukan akal. Kupecah permata itu dan
kusuruh buat sebuah tusuk sanggul permata. Waktu aku lari
meninggalkan gua itu, tusuk ini telah ketinggalan dan disimpan
kakang Prajaka" Kani barulah Kertawardhana menyadari rangkaian peristiwa
itu. Serta-merta diapun segera berjongkok dan menyembah pada
nyi Tundung "Jika demikian, mbah adalah isteri dari bapa
guruku" Nyi Tundung terkejut dan gopoh mengangkat Kertawardhana
bangun "Jangan raden. Silakan bangun. Ya, memang tak dapat
dipungkiri lagi, bahwa guru raden resi Niskala itu adalah kakang
463 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prajaka yang telah mengisi kehidupan dengan peristiwa bahagia
dan derita. Kala itu aku masih muda. Aku tak mengetahui sifat
lelaki seperti kakang Prajaka. Dia memang memiliki naluriah
kelelakian yang berkelebihan. Karena tak ingin menyiksa diriku
maka dia mencari kepuasan keluar. Tetapi jelas bahwa dalam
hatinya, hanya berisi aku seorang. Sedangkan karena sifat
kemilikanku yang besar untuk memiliki dirinya, akupun marah
ketika dia melakukan perbuatan yang kuanggap nyeleweng dari
ke-setyaanku kepadanya maka akupun segera melarikan diri"
"Mbah tak salah" Kertawardhana menghibur.


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tetapi apakah engkau tahu raden" kata nyi Tundung pula
"betapa remuk rendam hatiku setelah berpisah dengan kakang
Prajaka?" Nyi Tundung menatap wajah Kertawardhana dan pemuda
itupun balas mencurah pandang tanya "Bukankah selama ini nyi
Tundung mengunjuk sikap yang sangat membenci kepada
suaminya itu?" "Ya, kutahu pertanyaan yang timbul dalam hati raden" kata
nyi Tundung pula "memang tampaknya aku membenci dan tak
sudi lagi menyebut namanya. Tetapi sebenarnya hal itu hanya
untuk menutup kehancuran hatiku belaka. Sebenarnya aku masih
mencintai dan selalu mengenangnya dalam impianku. Engkau
tahu raden, setelah guru atau bapa angkatku itu meninggal, aku
pernah mencoba untuk mengembara mencari dimana kakang
Prajaka berada. Tetapi dia seolah hilang lenyap ditelan bumi.- Ah,
siapa tahu, ternyata dia telah menyiksa diri dalam gua pertapaan
untuk selama-lamanya. Kesemuanya itu tentulah diperuntukkan
memohon ampun kepada Hyang Batara A-gung atas
kesalahannya kepadaku"
"Jadi mbah dapat mengampuninya ?" tanya Kertawardhana.
464 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan hanya mengampuni pun aku akan berdoa memohon
ampun juga kepadanya. Akulah yang telah membuatnya
sengsara" "Tidak mbah" kata Kertawardhana "kesemuanya itu terjadi
karena salah faham. Dan setelah keduanya saling menyadari
maka keadaanpun telah berobah lain hingga mbah dan guruku
tak dapat bertemu untuk selama-lamanya. Namun Hyang Batara
telah memaklumi kesetyaan hati mbah dan guruku. Kelak dalam
Indraloka, mbah tentu dapat berjumpa pula dengan guruku"
Nyi Tundung menghela napas. Beberapa saat kemudian tiba2
ia bertanya "Raden, apa sebab raden memberikan tusuk ini
kepada Astri" Bukankah kakang Prajaka menitahkan raden
supaya memberikan kepada wanita yang dimaksudkan kakang
Prajaka itu?" "Maaf, mbah" kata Kertawardhana "sesungguhnya tak ada
setitik keinginanku untuk mengingkari pesan bapa guru. Tetapi
mengingat bahwa bapa guru sudah begitu lanjut usia, tentulah
wanita yang dikasihinya itu juga sudah tua, mungkin juga sudah
meninggal. Kedu-a, demi terdorong untuk memberi suatu tanda
kepada putera yang dikandung Astri, sedang aku tak membekal
benda lain, maka terpaksa kuberikan tusuk kundai ini. Kemudian
yang ketiga, aku merasa amat tersentuh hati ketika mengetahui
derita nasib hidup guruku dengan wanita yang dikasihinya itu.
Namun akupun kagum dan menjunjung tinggi atas kesetyaan
bapa guru kepada wanita itu. Dengan mengambil sari lambang
dari asmara murni bapa guru kepada wanita itu, maka
kuberikanlah tusuk itu kepada Astri, sebagai tanda kemurnian
perasaanku kepada Astri, adalah sebesar kemurnian cinta bapa
guru kepada mbah" "Raden, engkau seorang pria yang mulia"
"Apakah mbah tak marah kepadaku karena kelancanganku
memberikan tusuk itu kepada Astri?"
465 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak raden" sahut nyi Tundun "bara asmara dalam hatiku
sudah ikut lenyap dengan mokshanya kakang Prajaka. Raden
adalah murid tersayang dari kakang Prajaka. Raden kuanggap
sebagai wakil kakang Prajaka dan Astri itu adalah peremajaan
dari diriku. Sungguh suatu kebahagiaan yang tak pernah
kuharapkan bahwa kelangsungan dari cinta kasih kakang Prajaka
kepadaku, tetap lestari dalam kesinambungan curahan kasih
raden kepada Astri, cucu kakang Prajaka"
Kertawardhana ikut gembira.
"Raden" kata nyi Tundung pula "kiranya raden berkenan hati,
mbah ingin mempersembahkan sebuah harapan kepada raden"
"O, silakan mbah mengatakan, aku pasti akan melakukannya"
"Aku tak mau menghalangi langkah perjalanan raden untuk
melaksanakan pesan kakang Prajaka itu, dengan meminta raden
supaya mengantarkan aku ke tempat gua kakang Prajaka. Tetapi
aku berharap, apabila kelak tak sempat bertemu dengan raden,
raden dapat mengusahakan agar kerangka mayatku dapat
dikubur dalam satu liang dengan kakang Prajaka"
"O" desuh Kertawardhana agak terkejut.
"Biarlah dalam kehidupan ini, aku hanya laksana bermimpi
menikmati kebahagiaan dengan kakang Prajaka, namun kelak
dalam alam Nirwana aku dapat berkumpul di sisi kakang Prajaka
untuk selama-lamanya ...."
Kertawardhana mengangguk. Ia dapat meresapi ke-setyaan
cinta nyi Tundung kepada Prajaka atau resi Niskala "Baik, mbah.
Aku pasti melaksanakan pesan mbah dan semoga Hyang Batara
Agung merestui keinginan mbah itu"
Kertawardhana merasa bahagia karena telah dapat melaksanakan pesan gurunya. Secara tak terduga-duga ternyata
nyi Tundung itu adalah wanita yang menurut pesan gurunya,
466 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah yang harus ditemui untuk memintakan ampun dan
menyerahkan tusuk permata itu.
(Oo-Myrnakz-ismo-oO) II Langkah Kertawardhana di sepanjang jalan yang merentang
ke utara, terasa ringan, seringan hatinya yang lapang.
Waktu menuruni tanah pegunungan tempat pondok nyi
Tundung dan Astri, hati Kertawardhana serasa masih tertinggal di
pondok. Walaupun hanya dua warsa, namun kebahagiaan hidup
yang dinikmati bersama Astri itu meninggalkan kesan yang
melekat dalam relung hatinya.
"Ah, mengapa hatiku sendiri yang lemah ?" katanya seorang
diri manakala ia teringat betapa lapang dan cerah nada
ucapannya ketika meminta pamit dari Astri "Astri, agar
perjalananku menjelang surya gemilang, aku minta bekal
kepadamu" "O, apakah masih ada yang kurang dalam bekal kakang ?"
Astri agak gugup. "Bekal perjalanan sudah cukup, namun bekal hati masih
belum, Astri" "Ah, kakang" Astri menunduk tersipu-sipu.
"Astri, aku benar2 membutuhkan bekal itu"
Astri mengangkat muka "Apakah yang kakang kehendaki?"
"Bekalilah aku dengan senyummu, nini ...." Teringat akan
peristiwa perpisahan dengan Astri pada saat itu, Kertawardhana
tersenyum gembira. Dia tak ingin melihat perpisahan itu
berlangsung dalam suasana sedih bercurah airmata, tetapi ia
467 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingin suatu suasana yang cerah. Itulah sebabnya ia bersikap dan
sengaja bergurau untuk melenyapkan kesedihan Astri.
Namun sesungguhnya dia sendiri merasa sendu juga.
Langkahnya serasa berat sehingga lama sekali baru dia dapat
mencapai jalan di kaki gunung Hatinya masih sarat terbeban
derita perasaan. Ia berjalan seperti seorang yang kehilangan
semangat. "Ki bagus" tiba-tiba terdengar seseorang menegurnya.
Kertawardhana terkejut, berhenti dan berpaling. Seorang kakek
tua, berjalan laju menghampirinya "ki bagus, apakah engkau
sakit" Kulihat wajahmu pucat dan langkahmu terhuyung" seru
kakek tua itu. Kakek itu rambut, alis, kumis dan janggutnya sudah putih
semua namun masih tampak segar dan bersemangat "Tidak
kakek, aku tak sakit" sesaat kemudian Kertawardhana menjawab
seraya memandang lekat pada kakek itu.
"Ah, ki bagus tentu sakit. Sedangkan aku seorang kakek yang
sudah begini tua renta masih berjalan penuh semangat, mengapa
ki bagus yang masih muda belia tampak begitti lesu"
Kertawardhana terkesiap. Diam2 ia malu hati kepada kakek
tua itu "Aku benar2 tak sakit" katanya.
"O" desuh kakek tua "sakit itu ada beberapa macam, ki bagus.
Bukan melainkan jasmani, pun pikiran dan hati juga dapat sakit.
Memang orang muda seperti ki bagus, sering mengalami sakit
bukan jasmani tetapi pikiran atau batin"
Kertawardhana tersenyum kuyu "Ah, kakek ini pandai mereka-
reka saja. Hendak ke manakah kakek akan menuju?"
"Ke ladang dan kebun, ki bagus"
"Mengapa seorang diri " Di manakah putera dan cucu kakek?"
Kertawardhana agak heran.
468 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak-anak kakek sudah berumah tangga sendiri dan cucu-
cucu kakekpun sudah besar dan bekerja sendiri"
"Berapakah anak kakek"
"Delapan orang. Yang lima sudah mati, sekarang tinggal tiga"
Kertawardhana kerutkan dahi "Anak kakek sudah ada yang
meninggal pada hal kakek masih segar begini. Berapakah umur
kakek ?" "Lebih dari seratus tahun, ki bagus"
"Seratus tahun?" Kertawardhana makin terkejut "mengapa
kakek masih segar sekali?"
Kakek itu tertawa. Mereka berjalan seiring "Kakek sudah
mengalami beberapa raja. Sejak baginda Wisnuwardhana,
kemudian baginda Kertanegara, lalu baginda Kertarajasa dan
yang terakhir prabu Jayanagara ini"
"Jika begitu kakek sudah mengalam i perobahan beberapa
kerajaan" "Benar ki bagus. Kakek mengalami kerajaan Singasari hingga
sampai kerajaan Majapahit yang sekarang ini"
Kertawardhana geleng2 kepala "Sungguh bahagia sekali kakek
dapat mengalami beberapa perobahan jeman" katanya "mengapa
kakek harus mengerjakan ladang dan kebun kakek sendiri "
Bukankah selayaknya kalau anak cucu kakek yang mengerjakannya?" Kakek itu tertawa "Ladang dan kebun kakek itu peninggalan
dari bapa kakek. Tak ada seorangpun anak-anak dan cucu kakek
yang mau melanjutkan mengurus tanah warisan itu. Mereka
bekerja menurut selera cita-citanya sendiri. Kebanyakan mereka
menuju ke pura kerajaan dan bekerja di sana"
"Ah, kakek tentu payah"
469 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu gelengkan kepala, tertawa "Tidak, ki bagus, sama
sekali aku tak merasa payah. Sudah berpuluh-puluh tahun aku
bekerja di ladang dan kebun"
"Apakah kakek tidak jemu?"
"Ki bagus" kata kakek itu dengan nada bersungguh2
"bagaimana mungkin aku merasa jemu" Selama aku masih hidup
dan kuat, takkan aku merasa jemu untuk berladang dan
berkebun. Hidup itu bergerak. Kalau sudah tak dapat bergerak,
itu mati namanya. Mati dalam hidup. Banyak sekali orang-orang
sekarang yang sudah mati dalam hidup sebelum dia mati
beikubur" Kertawardhana kerutkan alis "Apa maksud kakek?"
"Orang yang tak mau bekerja tetapi hidup di atas beban orang
lain. Golongan narapraja yang gemar memeras rakyat untuk
memperkaya diri sendiri. Orang-orang yang masih sehat,
bertenaga dan suka makan tetapi tak mau bekerja. Semuanya itu
tak ubah seperti mati dalam hidup atau mati sebelum mati"
"Mati itu ada beberapa macam" rupanya kakek itu bergembira
dan melanjutkan kata-katanya "mati raga, mati .pikiran, mati
rasa, mati kesadaran dan lain-lain. Orang2 yang kusebutkan tadi,
termasuk mati pikiran dan perasaannya. Ada pula yang mati
kesadaran yani mereka, terutama golongan orang muda yang
hanya ingin memburu pangkat, ingin mencapai kedudukan yang
dihormati orang. Mereka berbondong bondong menuju ke pura
kerajaan karena mengira di sanalah pusat kehidupan yang akan
memberi mereka hidup yang enak dan mewah"
Agak tersinggung hati Kertawardhana mendengar kata2 kakek
yang terakhir. Ia merasa, iapun juga akan menuju ke pura
kerajaan. Tetapi ia merasa tidak membekal tujuan seperti yang
dikatakan kakek itu. Maka berkatalah ia "Benarkah kata-kata
kakek itu?" 470 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar" tiba2 kakek itu tersadar. Tentu ada sesuatu yang
menyebabkan pemuda itu bertanya demikian "ki bagus, ke
manakah tujuanmu ?" iapun segera bertanya
"Aku hendak ke pura kerajaan" kata Kertawardhana "tetapi
tujuanku bukan hendak mencari pangkat dan kedudukan"
Kakek itu terkesiap "Dapatkah ki bagus memberi tahu
kepadaku, apa tujuan ki bagus ke pura kerajaan?"
"Saat ini kerajaan sedang dirundung awan gelap. Beberapa
waktu yang lalu baginda Jayanagara telah tewas dicidera seorang
rakryan mentri kerajaan sendiri tetapi hingga saat ini belum juga
kerajaan menetapkan pengganti raja. Aku hendak ke sana untuk
melihat suasana negara Majapahit "
"Hanya untuk melihat?"
"Ada orang yang melihat karena hanya sekedar ingin tahu.
Tetapi ada pula orang yang melihat karena dari penglihatan itu
akan timbul pencerapan dan kemudian kesan yang akan
memberinya kesadaran. Demikian termasuk diriku ini, kakek.
Dimana tenagaku dibutuhkan aku wajib mewajibkan diri untuk
mempersembahkan dharma-bhaktiku kepada negara. Aku tak


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempunyai pamrih apa-apa lagi oleh karena itu aku tak menolak
semua tugas ataupun kewajiban yang akan menjadi sarana
terlaksananya cita-citaku berbakti kepada negara. Jadi prajurit
rendah, pun aku bersedia demi kepentingan negara"
"Ki bagus, engkau sungguh hebat" seru kakek itu memuji
"baru pertama kali ini aku mendengar keterangan dari seorang
anak muda seperti engkau. Pada umumnya orang muda tentu
memilih pekerjaan, pangkat yang enak dan yang menghasilkan
banyak rejeki. Dalam hal itu sudah tentu engkau tak tergolong
pada apa yang kumaksud dengan istilah mati kesadaran tadi. Aku
hendak mengatakan bahwa banyak orang-orang muda yang
meninggalkan desanya untuk berbondong-bondong ke pura
kerajaan. Mereka mengira bahwa kehidupan di pura kerajaan itu
471 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih ramai, lebih mewah dan lebih makmur. Mereka segan untuk
bekerja di desa masing masing karena pekerjaan di desa hanya
bercocok tanam, mengerjakan ladang dan lain-lain pekerjaan
kasar. Padahal, cobalah engkau pandang alam sekeliling kita ini,
ki bagus. Betapa indah, betapa subur bumi tanah air kita ini;
Gunungnya menjulang perkasa, hutannya lebat, ladangnya hijau,
airnya jernih, anginnya semilir, margasatwa hidup riang dengan
bebasnya. Adakah di pura dan kota besar terdapat alam
pemandangan yang seindah ini ?"
Kertawardhana tertegun. "Tidakkah sayang apabila bumi subur yang dilimpahkan
dewata kepada kita, harus kita diamkan saja dalam keadaan
terbengkelai. Biarlah orang-orang itu meninggalkan desa mencari
kenikmatan hidup di pura kerajaan, tetapi 'aku kakek tua ini,
tetap akan mengerjakan ladang dan kebun. Berdosalah aku
kepada kakek moyangku yang telah mewariskan tanah kepadaku.
Lebih berdosa pula aku kepada Batara Agung apabila aku tak
dapat memelihara dan mengerjakan pemberianNYA yang amat
berharga ini" "Benar kakek"' akhirnya terkesan juga Kertawardhana atas
semangat dan pandangan hidup kakek tua itu "pura kerajaan dan
kota besar adalah pusat pemerintahan tetapi desa adalah sumber
kehidupan. Tanpa mengolah bumi dan menghasilkan bahan
kebutuhan hidup, tak mungkin kehidupan negara itu akan dapat
berjalan lancar. Kakek jasamu amat besar terhadap negara"
"Ah, tidak, ki bagus. Aku hanya mengerjakan tanahku sendiri.
Aku tak berjasa kepada kerajaan dari akupun tak menginginkan
apa-apa kecuali ketenteraman dan kesejahteraan hidup"
"Itulah jasamu yang tak ternilai besarnya, kakek Engkau
seorang pahlawan kesejahteraan negara yang sepi dari pamrih"
472 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, ki bagus" kakek itu tertawa "aku malu untuk menerima
sebutan begitu. Aku hanya seorang kawula kecil yang sudah tua
tak berguna" "Tidak, kakek, jangan engkau mempunyai anggapan begitu.
Setiap insan manusia itu tentu berguna. Kakekpun demikian"
Tak terasa mentaripun sudah sepenggalah tingginya dan
ketika tiba disebuah simpang jalan, kakek itu-pun berpisah
dengan Kertawardhana. Pertemuan dengan kakek tua itu menimbulkan kesan bagi
Kertawardhana. Masih terngiang-ngiang dalam ingatannya akan
ucapan kakek tadi mati itu berbagai macam. Mati raga, mati
pikiran, mati rasa, mati kesadaran dan lain-lain. Ia terkejut ketika
meneliti diri "Ah, adakah aku tergolong mati pikiran dan mati
kesadaran " Mengapa aku tak dapat melenyapkan kesan-kesanku
selama menetap di pondok pegunungan itu?"
"Tidak, aku masih hidup dan harus hidup pula segenap
indriyaku. Akupun bahkan jauh lebih muda dari kakek tadi. Jika
dia yang sudah setua itu masih bersemangat untuk melakukan
kewajibannya pada pekerjaan, mengapa harus kutanggalkan
gairah semangatku di kelesuan kenangan usai" Tidakkah aku
akan menjadi seperti orang-orang yang dikatakan kakek sebagai
manusia yang hanya gemar mencari kesenangan dan kenikmatan
hidup belaka?" Makin bergelora semangat Kertawardhana untuk bangkit 'dari
kelesuan hati. Langkahnyapun makin mantap, pikirannya makin
jernih. Ia tak merasa jalan yang merentang jauh ke utara itu
sebagai suatu siksaan, melainkan sebagai suatu undangan yang
ramah. Pohon-pohon di kejauhan pandang, bergoyang-goyang
dalam hembusan angin. Daun-daunnya yang hijau, seolah-olah
melambai-lambai kepadanya. Dan kicau burung di celah
kerimbunan daun pepohonan, seolah berdendang-kan lagu yang
riang gembira mengantar sepanjang perjalanan. Apa yang
473 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirasakan sekarang, jauh berbeda dengan ketika ia menuruni
gunung tadi. Demikian selama dalam perjalanan itu, tak ada peristiwa apa-
apa yang ditemuinya. Pada hari itu, matahari sudah rebah ke
barat. Haripun sudah sore. Sayup2 di kejauhan, selepas anak
panah jauhnya, ia melihat gerumbul pohon yang rindang dan
lebat. Itulah sebuah desa, pikirnya. Dan bergegaslah ia
melajukan langkah agar sebelum malam tiba, ia dapat menginap
di rumah salah seorang penduduk desa itu.
Setelah melintas sebuah bulak, tampak jalan dise-belah depan
agak menanjak, kemudian membiluk membelah sebuah hutan
kecil. Dan ketika ia tiba di jalan tanjakan itu, tiba-rtiba ia
mendengar suara hiruk yang bingar. Suara orang berteriak-teriak
dan ringkik kuda yang bingar.
Kertawardhana terkejut "Adakah orang-orang itu sedang
melakukan pertempuran ?" serentak ia teringat akan suasana
negara pada saat itu. Memang ketika di Tumapel, ia sering
mendengar berita-berita tentang makin terganggunya keamanan.
Di beberapa tempat telah muncul beberapa gerombolan
penyamun dan perampok. Dalam menilai apa yang terjadi pada
suara keributan disebelah hutan di muka itu, ia cenderung untuk
menduga, bahwa jika memang benar suatu pertempuran
tentulah dilakukan oleh kawanan penyamun terhadap korbannya.
Tiba pada dugaan itu Kertawardhana tergugah semangatnya
untuk memberi pertolongan. Serentak ia lari menuju ke tanah
tanjakan itu. Selepas anakpanah jauhnya, di mulut jalan yang
melintas hutan, ia melihat beberapa sosok tubuh manusia sedang
bergerak-gerak berbaku hantam "Benar, ada orang berkelahi.
Tentu kawanan penyamun" pikirnya.
Tiba pada sepuluhan tombak dari tempat pertempuran itu, ia
melihat jelas seorang lelaki bertubuh kekar sedang dikerubut oleh
enam orang yang berpakaian serba hitam dan mengenakan
topeng. 474 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai, berhentilah" serentak Kertawardhana mempercepat
larinya seraya berteriak. Rupanya kawanan orang bertopeng itu
terkejut ketika melihat kehadiran Kertawardhana.
"Bunuh orang itu" perintah salah seorang dari kawanan
beropeng. Dua orang bertopeng meninggalkan gelanggang untuk
menyongsong kedatangan Kertawardhana
"Serahkan nyawamu" teriak kedua lelaki bertopeng seraya
langsung menerjang Kertawardhana, Kertawardhana sudah
bersiap menghadapi kemungkinan itu. Maka diapun segera
menyambut serangan mereka.
Menderita-serangan kedua orang bertopeng itu makin kuat
dugaan Kertawardhana, bahwa mereka tentulah gerombolan
penyamun. Disamping Itu terbetik pula dalam kecurigaan hatinya
tidakkah gerombolan orang bertopeng itu sekawan dengan lelaki
bertopeng yang mengganggu Astri di tengah pegunungan itu"
Jika benar, tentulah ada hubungan dengan resi tua yang
menamakan diri sebagai resi Cakramurti dari tanah Daha itu.
Namun Kertawardhana tak sempat melanjutkan penilaiannya.
Serangan yang dilancarkan kedua lelaki bertopeng itu cukup
membuatnya sibuk "Hm, untuk menyingkap tabir rahasia mereka, aku harus
mengalahkan kedua orang ini" pikir Kertawardhana. Tiba2 ia
teringat akan lelaki kekar yang sedang dikerubut oleh empat
orang bertopeng. Serentak makin menggelora semangatnya
untuk mematahkan perlawanan kedua orang-bertopeng itu
dengan segera. Setelah itu baru ia akan membantu lelaki muda
bertubuh kekar itu. Langkah dan tangan segera disusunnya
dalam gaya ilmu. kanuragan. Serangan dilancarkan dengan
gencar dan cepat sekali. Karena latihan-latihan yang berat
selama berguru di gunung, ia memiliki gerak yang amat tangkas
sekali. 475 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raden, tenang-tenanglah menghadapi musuh. Jangan terburu
nafsu tiba2 ia mendengar suara seseorang. Nada suara itu
agaknya ia sudah pernah bertemu tetapi lupa2 ingat, entah di
mana. Karena ingin mengetahui siapa sesungguhnya orang itu
iapun berpaling ke arah lelaki kekar yang bertanding dengan
empat orang bertopeng. Ia menduga tentulah orang itu yang
berkata kepadanya. Bukan kepalang kejutnya ketika melihat lelaki bertubuh kekar
itu tak lain adalah ki Dipa yang diketahuinya pernah menjabat
patih di Kahuripan. Dalam perkelanaan beberapa tahun yang lalu
ia bertemu dan kenal baik dengan patih itu
"Engkau, ki . . . ."
"Awas, raden" belum Kertawardhana menyelesaikan kata-
katanya, tiba-tiba lelaki bertubuh kekar atu berteriak memberi
peringatan supaya waspada.
Sebenarnya walaupun tak diberi peringatan, Kertawardhanapun sudah terkejut karena dadanya terancam tinju
dari salah seorang lawannya. Hanya sekejab mata ia berpaling ke
arah patih Dipa tetapi kesempatan itu sudah dimanfaatkan
sebaik-baiknya oleh lawan yang segera maju dan menghunjam
dadanya. Tak mungkin lagi Kertawardhana menangkis ataupun
menghindar. Dalam detik-detik yang berbahaya itu, ia hanya
dapat mengisar bahunya untuk menerima pukulan lawan. Bahu
lebih ringan akibatnya daripada apabila yang terkena bagian
dada. Duk . . . Kertawardhana terhuyung-huyung. Cukup tenaga
pukulan orang itu. Sementara yang seorang dengan gerak
macam harimau menerkam, pun terus loncat menerkam
Kertawardhana yang belum sempat berdiri tegak.
"Keparat, jangan kurang tata!" tiba2 terdengar suara orang
meraung sedahsyat harimau marah dan patih Dipapun sudah
loncat menerpa tengkuk orang yang hendak menerkam
476 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana itu. Orang itu menjerit dan terkapar di tanah. Dia
merintih-rintih kesakitan karena tulang tengkuk remuk.
"Curang!" teriak keempat lelaki bertopeng yang merasa
kehilangan lawan karena patih Dipa meninggalkan mereka untuk
menghajar orang yang menyerang Kertawardhana itu. Keempat
orang itu serempak menyerbu patih Dipa
"Driya, bawalah lari Pangkah dan rawatlah lukanya" tiba-tiba
salah seorang dari lelaki bertopeng yang bertubuh tinggi besar
memberi perintah. Dan salah seorang yang menyerang
Kertawardhana tadipun segera loncat keluar gelanggang
mengangkat tubuh kawannya yang menggeletak di tanah terus
dibawa lari. Pertempuran berlangsung pula. Tiga orang menyerang patih
Dipa dan dua orang mengembut Kertawardhana.
"Maaf, raden" patih Dipa masih menyelimpat kesempatan
untuk meminta maaf. Adalah karena ia berseru2 memberi
peringatan kepada Kertawardhana tadi maka terpecahlah
perhatian Kertawardhana sehingga menderita terhantam bahunya. "Ah, tak apa, ki patih" sahut Kertawardhana seraya berkisar
menghindar kesamping dari pukulan seorang lawan, kemudian
balas menerpa lengan lawan yang seorang.
"Apakah raden terluka?" masih patih Dipa bertanya pula
walaupun dia sedang menghadapi terjangan ketiga lawannya.
"Sakit sedikit tetapi hanya di kulit saja" jawab Kertawardhana
"terima kasih atas .... " belum sempat ia meneruskan kata-
katanya, seorang lawan nekad loncat menerkam pinggangnya. Ia
terkejut, pinggangnya telah dipeluk orang dan dicengkam
sekeras-kerasnya. Lebih terkejut pula ketika ia melihat kawan
dari penyerang itu maju mengayun tangannya kearah dada.
477 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh" tiba2 orang yang hendak menyerang itu menjerit keras
dan jatuh tertelungkup ke tanah. Kembali patih Dipalah yang
bertindak. Menyelimpat dari kepungan ketiga lawannya, dengan
sebuah gerak yang amat tangkas, ia menghantam kepala orang
itu sehingga rubuh berlumuran darah.
Sementara di sanapun terdengar suara orang menjerit keras.
Kiranya pada saat pinggangnya terasa makin sakit dijepit kedua
tangan lawan yang berhasil menerkamnya, Kertawardhana
menghimpun segenap tenaganya dan menghantam kepala orang
itu sekuat-kuatnya. Orang itu longsor me luncur ke tanah tetapi
Kertawardhanapun juga terhuyung-huyung. Ia merasa tenaganya
telah lunglai. Tangan orang yang menjepit pinggangnya itu luar
biasa kuatnya hingga apabila ia tak lekas bertindak untuk
menghantam kepala orang itu, tentulah tulang rusuknya
berantakan. "Raden" patih Dipa berteriak kejut

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika melihat Kertawardhana jatuh terduduk di tanah. Cepat ia loncat
menghampiri dan menolongnya.
Kertawardliana menggeliat- bangun "Cengkaman tangan
orang itu kuat sekali. Siapakah mereka ?"
Setelah melihat Kertawardhana tak menderita apa-apa kecuali
tulang rusuk serasa patah namun saat itu sudah berkurang
sakitnya, patih Dipa seperti diingatkan oleh ucapan raden itu.
Serentak ia berpaling "Hai, mereka telah berlari" ia berseru kaget.
Keenam lelaki bertopeng itu tak lain adalah warga Topeng
Kalapa yang diperintah Toh Brawu untuk menuju ke
Kedungpeluk, mencegat perjalanan patih Dipa. Rombongan itu
dipimpin oleh Sura Bangga, lelaki bertopeng yang bertubuh tinggi
perkasa tadi. Pada waktu membawa sejumlah besar warga Topeng Kalapa
menuju ke Kahuripan, Toh Brawu telah mengatur rencana yang
478 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup ketat. Tujuan orang2 Topeng Kalapa itu tak lain hanya
untuk melenyapkan patih Dipa yang dianggap sebagai
penghalang utama dari gerakan para pejuang taruna yang
hendak membangun kerajaan Daha lagi.
Topeng Kalapa menilai bahwa persetujuan damai antara
himpunan Wukir Polaman yang dipimpin sang Manggala, yani
tokoh pimpinan Wukir Polaman yang serba rahasia dan belum
diketahui siapa sesungguhnya dia, merupakan suatu penyerahan
terselubung dari para pejuang Daha yang tergabung dalam
himpunan itu. Topeng Kalapa yang warganya terdiri dari para pejuang taruna
Daha, menolak dalih dari pimpinan Wukir Polaman yang dahulu,
bahwa peisetujuan damai itu bukan suatu penyerahan, melainkan
suatu syarat untuk memberi kesempatan kepada patih Dipa yang
berjanji akan membangun dan meningkatkan kehidupan praja
Daha, sama dengan Majapahit dan Kahuripan
"Jika patih Djpa ingkar janji, kita akan berjuang lagi" kata
sang Manggala. "Tidak sang Manggala" tegas2 pimpinan Topeng Kalapa yang
diwakili Toh Braja dan Toh Brawu menyanggah "jika paduka
menerima persetujuan itu, berarti paduka m e n g a k u i
kedaulatan Majapahit atas bumi Daha. Jelasnya, paduka telah
menghilangkan bumi tercinta Daha dan menyerahkan kepada
Majapahit" Pimpinan Wukir Polaman serta seluruh warga himpunan itu
yang ikut menghadiri pertemuan dari hati ke hati dengan
segenap warga T openg Kalapa, terkesiap mendengar sanggahan
pimpinan Topeng Kalapa yang masih muda. Beberapa warga
Wukir Polaman menyatakan menyesal dan ingin menggerakkan
pula himpunan Wukir Polaman tetapi sang Manggala menolak
dengan tegas "Tidak! Ksatrya Daha harus mengutamakan
perilaku kesatryaannya. Kita sudah berjanji kepada patih Dipa
479 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan patih itu tampaknya telah melaksanakan janjinya kepada
kita" "Apakah kami harus mengubur diri dalam keramaian hidup,
sang Manggala?" tanya salah seorang warga.
"Yang dikubur hanyalah Wukir Polaman. Tetapi kini di Daha
telah tumbuh pula sebuah wadah baru yang telah diisi oleh para
taruna pejuang kita. Kita harus memberi kesempatan kepada
para muda itu. Dimana yang tua2 gagal, biarlah yang muda akan
berhasil" "Tetapi sang Manggala ...."
"Secara perorangan aku tak melarang warga himpunan Wukir
Polaman untuk bergerak memenuhi panggilan hati tuntutan
nurani mereka terhadap bumi tanah air yang dicintainya. Tetapi
secara resmi, Wukir Polaman itu sudah tiada lagi. Ini
pertanggungan laku ksa-tryaanku terhadap patih Dipa dan
pertanggungan jawabku kepada kawan-kawan pejuang Daha"
Demikian terjadinya serah terima tugas perjuangan dari
pejuang Daha angkatan yang tua dengan angkatan muda. Dan
sejak itu sang Manggalapun lenyap dari bumi Daha, entah tak
ketahuan beritanya. Setelah mendapat restu dari para pejuang Wukir Polaman
yang walaupun gagal merupakan angkatan pertama atau yang
terdahulu, maka pimpinan Topeng Kalapapun mengadakan
musyawarah besar untuk membahas dan menilai kegagalan dari
perjuangan himpunan Wukir Polaman. Hasil-hasil pembahasan itu
dijadikan pegangan untuk langkah-langkah mereka selanjutnya.
Berat nian. beban yang harus mereka hadapi karena, seiring
dengan perkembangan daerah Daha yang makin meningkat
dalam tata kehidupannya maka makin lenyaplah titik-titik kesan
para kawula kepada perjuangan Wukir Polaman yang lalu. Ini
cukup menggelisahkan para taruna Daha warga Topeng Kalapa.
480 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertama, semangat rakyat Daha harus dibangkitkan dan
digelorakan ke arah kesadaran bahwa Daha itu masih dikuasai
Majapahit, Bahwa sejarah kebesaran Daha lebih agung dan jaya
dari Majapahit. Bahwa Daha layak dan wajib menjadi pusar dari
pusara kerajaan Nuswantara"
"Kedua, menyusun rencana untuk mengadakan perlawanan
dengan cara apapun juga, baik secara terang maupun gelap.
Dalam menunggu suatu kesempatan yang memungkinkan suatu
gerakan besar untuk menghancurkan kekuasaan Majapahit
secara keseluruhannya, maka dalam jangka pendek akan
dilaksanakan rencana untuk mengadakan kekacauan, gangguan
keamanan sehingga rakyat cemas dan berkurang rasa
kepercayaannya kepada kerajaan Majapahit. Gerakan gelap,
menyusup ke dalam tubuh pemerintahan di pusat kerajaan
dengan cara mengadakan hubungan dengan para mentri
senopati yang tak setya kepada kerajaan Majapahit. Menyebarkan fitnah untuk mengadu domba dan memencilkan
golongan satu dengan golongan lain agar kekuatan pemerintahan
ringkih karenanya" "Kedudukan kita lebih menderita. Baik dalam soal jumlah
kekuatan maupun keadaan lain-lain. Oleh karena itu segala
macam cara dibenarkan untuk mencapai tujuan yang kita
dambakan itu " demikian pesan pimpinan Topeng Kalapa kepada
segenap warganya. Pimpinan Topeng Kalapapun menganggap, bahwa kekuatan
lawan yang menonjol dan tak boleh diabaikan adalah tampilnya
patih Dipa dalam gelanggang percaturan pemerintahan
Majapahit. Pimpinan Topeng Kalapa itu masih muda dan anakmuda
memang masih belum dapat melepaskan diri dari nafsu-nafsu
yang digelorakan darah muda. Disamping akan dapat
menyingkirkan suatu penghalang besar, pun apabila mereka
berhasil membunuh patih Dipa maka mereka akan dapat
481 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunjukkan kepada warga Wukir Polaman bahwa patih Dipa itu
bukan manusia sakti mandraguna, melainkan hanya manusia
biasa yang masih dapat dibunuh. Dan hal itu akan merupakan
suatu kesaksian yang tegas, bahwa apa penolakan Topeng
Kalapa terhadap dalih pimpinan Wukir Polaman dahulu, memang
benar. Secara tunjuk hidung, kesalahan2 yang dilakukan Wukir
Polaman dahulu memang terbukti jelas.
Dan kepada segenap warga Topeng Kalapa serta seluruh
kawula Daha, pimpinan Topeng Kalapa akan dapat mencanangkan pendiriannya yang lebih mantap.
"Para taruna, pejuang dan kawula Daha. Marilah kita
serempak dan serentak menggelorakan semangat juang kita
untuk membangun kejayaan Daha lagi. Jangan putus asa dan
pantanglah menyerah dalam imbauan janji-janji muluk dari
kerajaan Majapahit yang jelas-jelas masih menguasai bumi tanah
kita . . . . !" (Oo-Myrnakz-ismo-oO) 482 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 7 483 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert, edit dan PDF Ebook : Myrna KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 484 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Pertemuan antara patih Dipa dengan Kertawardhana amat
menggembirakan sekali. Sejak perkenalan di Kahuripan dulu,
keduanya menyukai dan saling mengindahkan keperibadian
masing-masing, Kertawardhana tahu bahwa prajurit Dipa yang
waktu itu masih menjabat sebagai bhayangkara keraton
Kahuripan, menjadi seorang pengalasan yang terpercaya dari
Rani Kahuripan dan Dipapun tahu bagaimana hubungan
Kertawardhana dengan Rani.
Tetapi sejak turun amanat seri baginda Jayanagara yang
melarang setiap ksatrya muda dan setiap prianom masuk ke pura
Kahuripan dan pura Daha maka Kertawardhanapun menghilang.
Sesungguhnya Dipa yang pada saat amanat seri baginda itu
diturunkan, sudah menjabat sebagai patih Kahuripan, ikut
perihatin manakala ia sering memperhatikan sang Rani
bermuram durja dan kadang termenung-menung. Diam2 iapun
telah berusaha untuk mencari Kertawardhana. Ia hendak
mengundang raden itu ke Kahuripan atas tanggung jawabnya
sendiri. Tetapi usahanya tak pernah berhasil. Kertawardhana telah
menyepi ke gunung Kawi berguru kepada resi Sinumaya.
Larangan yang termaktub dalam amanat seri baginda Jayanagara
itu merupakan suatu berkah yang terselubung baginya. Ia
menyadari betapa amat kurang ilmu yang dimilikinya.
Pengembaraan yang dilakukan selama ini, banyak menambah
pengetahuan yang memantapkan kesadarannya. Ia mendapat
kesan betapa luas telatah negara Majapahit itu. Betapa subur
bumi dan alamnya. Dan betapa berat tanggung jawab
pemerintahan yang harus mengatur dan membawa negara serta
rakyat kearah kemajuan. Mencita-citakan kemajuan negara dan bangsa, merupakan
suatu beban yang luas dan berat. Negara sebagai wadah, kawula
485 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai penghuni. Pembauran wadah dan penghuni itu
melahirkan suatu budaya hidup yang memerlukan sarana-sarana
dalam hal kelestarian hidup dan kesejahteraan kehidupan lahir
batin. Kesejahteraan itu mencangkum bidang pemerintahan
keamanan, keagamaan, seni-budaya, pertanian, perdagangan
dan segala sesuatu tata-kehidupan.
"Apakah yang dapat kusumbangkan kepada negara dengan
kemampuan dan kepandaianku yang masih jauh dari kurang ini?"
sering bertanyalah Kertawardhana kepada dirinya sendiri. Dan
jawabannya hanya Suatu rasa kecil hati dan rasa samar.
Itulah sebabnya maka ia memutuskan untuk berguru kepada
resi Sinumaya. Ia masih muda dan masih mempunyai
kesempatan untuk menuntut segala ilmu sebagai bekal untuk
pengabdiannya kepada negara.
Kini bertemulah kedua sahabat lama itu di hutan sebelah luar
desa Kedungpeluk. Walaupun pertemuan yang tak terduga itu
terjadi di tengah pertempuran dengan gerombolan orang
bertopeng, namun tidaklah mengurangkan kegembiraan hati
keduanya yang meluap-luap.
"Raden, bagaimana raden dapat tiba ditempai ini dan
kemanakah raden hendak menuju?" setelah beristirahat di tepi
jalan, patih Dipapun membuka pembicaraan.


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku heidak menuju ke pura Majapahit, ki patih"
Kertawardhana lalu menerangkan tentang maksudnya hendak
meninjau keadaan di pura kerajaan yang konon sedang
dirundung suasana keperihatinan akibat mangkatnya seii baginda
Jayanagara. Patih Dipa membenarkan ucapan Kertawardhana "Memang
saat ini kerajaan Majapahit sedang dirundung awan keperihaiin m
yang mendalam. Seri baginda Jayanagara wafat dan hingga kini,
Dewan Kerajaan belum mengeluarkan keputusan tentang
pengganti raja" 486 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" Kertawardhana terkejut "tidakkah hal
itu akan mempengaruhi pemerintahan ?"
Pa ih Dipa mengangguk "Raja ibarat soko guru utama dalam
negara. Hilangnya soko-guru tentu akan menimbulkan kegoncangan. Besar kecilnya goncangan itu tergantung dari
susunan tiang-tiang lain yang menjadi penyangga perumahan
negara itu Dalam hal ini karena seri baginda Jayanagara wafat
secara n endadak yang tak terduga-duga maka goncangan itupun
tentu terasa besar" "Tetapi tidakkah karena justeru goncangan itu besar maka
usaha untuk menegakkan kembali soko-guru kerajaan itu harus
lebih bersemangat?" "Demikianlah" kata patih Dipa "Dewan Keraton menyadari hal
itu. Tetapi suasana masih kisruh, tidak selancar seperti yang
diharapkan para kawula"
"Mengapa?" tanya Kertawardhana.
Patih Dipa lalu menuturkan tentang keadaan yang masih si
npang siur belum menentu dalam memilih calon pengganti raja
"Seperti raden ketahui, seri baginda Jayanagara belum
mempunyai permaisuri sehingga tak menurunkan putera. Hal ini
menjidi persoilan yang hangat dipertimbangkan"
"Bukankah dewan keraton mempunyai hak penuh untuk
menentukan pengganti raja?"
Patih Dipa mengiakan "Memang benar, raden. Keputusan
dewan keraton itu mutlak dan mempunyai landasan hukum
dalam undang undang kerajaan. Tetapi buian hanya landasan
hukum undang-undang saja yang harus dipertimbangkan dalam
memilih calon pengganti baginda itu. Karena hal itu menyangkut
tegaknya kewibawaan kerajaan atas kesetyaan para kawula
terutama didaerah- daerah yang tersebar luas diseluruh
nusantara. Memang tidak semudah yang diperkirakan orang
dalam soal menentukan calon pengganti raja itu"
487 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana mengerut dahi, merenung lalu bertanya
"Tentunya ki patih dapat memberi keterangan kepadaku, dalam
soal apakah maka pemilihan calon pengganti raja itu terasa sulit
dan berat" "Menurut pendapat raden" kata patih Dipa "siapakah kiranya
yang tepat diangkat sebagai pengganti raja?"
"Menurut hematku" kata Kertawardhana "karena seri baginda
tidak berputera maka yang layak duduk ditahta kerajaan adalah
saudara baginda" "Itulah kesulitannya, raden" ujar patih Dipa.
"Mengapa" Bukankah seri baginda mempunyai beberapa
saudara?" Patih Dipa tersenyum "Benar, saudara seribeginda adalah
gusti Rani Kahuripan dan gusti Rani Daha"
"O" desuh Kertawardhana serentak "adalah karena kedua
gusti Rani itu terlahir sebagai puteri" Itukah yang menjadi
persoalannya?" "Tepat, raden" patih Dipa menyetujui "persoalan itulah yang
menimbulkan keresahan"
"Mengapa" Apakah berdasarkan landasan undang-undang
ataukah hanya karena berdasar kedua puteri itu bukan seorang
pria?" Dipa menghela napas kecil "Sejauh yang kuketahui, tak
tertulis dalam undang-undang kerajaan bahwa pengganti raja
yang mengundurkan diri dari tahta kerajaan karena wafat atau
karena sudah lanjut usia, harus seorang putera atau puteri. Yang
disebutkan yalah putera raja yang sebelumnya telah diangkat
sebagai putera mahkota kemudian akan menjadi pengganti raja.
Pengertian kata2 putera itu, umumnya memang ditafsirkan anak
laki-laki. Tetapi menurut hematku, kata-kata putera itu berarti
anak, tanpa penjelasan anak lelaki atau perempuan. Maka secara
488 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harfiah, putera raja itu adalah anak raja. Karena dalam undang-
undang tidak disebutkan bahwa pengganti raja itu harus putera
laki-laki maka apabila raja hanya berputera seorang puteri, sang
puterilah yang menggantikan tahta singgasana kerajaan"
"Mengapa persoalan putera raja itu tidak diberi penjelasan
dalam undang- undang, adalah karena selama ini, sejak rajakula
Singasari yang pertama yani rahyang ramuhun Sri Rajasa sang
Amurwabhumi hingga sampai pada raja Singasari terakhir yani
sang prabu Kertana-gara, semua putera raja itu adalah putera
laki-laki. Maka tak menjadi persoalan. Andaikata Singasari tak
dikalahkan Daha, tentulah dalam penggantian sang prabu
Kertanagara itu sudah terjadi persoalan karena sang prabu tidak
berputera laki-laki tetapi berputera anak perempuan"
Kertawardhana diam mendengarkan.
"Kemudian rahyang ramuhun Kertarajasa Jayawisnuwardhana
rajakula Majapahit, pun dapat menurunkan tahta kerajaan
kepada putera lelaki baginda, sang prabu Jayanagara. Oleh
karena sebelum berpermaisuri dan menurunkan putera, sang
prabu sudah mangkat dicidera ra Tanca, maka persoalan
pengganti raja menjadi ricuh"
"Mengapa ricuh, ki patih" Bukankah yang berhak mengganti
sang prabu itu adalah putera lain dari rahyang ramuhun sri
Kertarajasa. Dan karena putera lain dari rahyang ramuhun sri
Kertarajasa itu keduanya puteri semua maka wajiblah dipilih
salah seorang sebagai pengganti raja"
Patih Dipa tertawa ringan "Memang sepintas persoalan itu
mudah dilaksanakan seperti yang raden katakan itu. Tetapi
masing-masing fihak telah bersitegang untuk mengajukan dalih
untuk calon yang diajukannya"
"O" Kertawardhana terkejut "siapa gerangan fihak yarg
bersitegang itu" Dan bagaimana dalih yang mereka kemukakan?"
489 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Fihak-fihak itu terdiri dari beberapa golongan. Pertama,
golongan yang mempertahankan kedudukan gusti
ratu Indreswari sebagai ibunda sang piabu Jayanagara di kerajaan
Majapahit. Kedua, golongan yang mendukung dan menghendaki
agar kerajaan Majapahit kembali kepada putera puteri keturunan
seri baginda Singasari yani sang prabu Kertanagara. Dalam hal ini
gusti ratu Teribuana dan gusti ratu Gayatri yang ber-putera dua
orang puteri. gusti Rani Kahuripan dan gusti Rani Daha.
Golongan ketiga, yalah golongan yang ingin 'memancing di air
keruh', mencari keuntungan dalam suasana yang kisruh.
Golongan ketiga ini terpecah menjadi tiga kelompok. Kelompok
orang2 yang berkulit bunglon, mana fihak yang kuat dan menang
akan diikuti, asal dapat memperoleh keuntungan berupa
kedudukan atau pangkat. Kelompok kedua, mereka yang menjadi
'musuh dalam selimut", bekerja sama dengan musuh2 Majapahit
dengan jalan merongrong dan menggeragoti kewibawaan
Majapahit. Kelompok ketiga, sisa-sisa pengikut Dharmaputera ra
Kuti yang masih mencari kesempatan untuk membalas dendam"
Kertawatrdhana makin tertarik perhatian. Ia tak mau
mengganggu pembicaraan patih Dipa dan mendengarkan dengan
penuh perhatian. "Golongan pertama yang mempertahankan kedudukan gusti
ratu Indreswari, mengemukakan dahh bahwa setelah sang prabu
Jayanagara wafat, maka gusti ratu Indreswari sebagai ibunda
baginda, berhak penuh untuk menerima penyerahan tahta
kerajaan itu dan kemudian berwewenang untuk menentukan
siapa calon pengganti raja. Dalam hal ini, merekapun sudah
mempunyai calon yang kuat"
"Siapakah calon mereka, ki patih?" karena terangsang
keinginan tahu maka bertanyalah Kertawardhana.
"Calon tunggal mereka adalah gusti Adityawarman"
Kertawardhana terkejut "Gusti Adityawarman pangeran dari
Swanadwipa itu" Siapakah golongan pertama itu, ki patih?"
490 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka adalah para arya dari Sriwijaya tanah Malayu. Hal itu
dapat dimaklumi karena beradanya para arya dari Sriwijaya di
kerajaan Majapahit itu adalah sehubungan dengan ikatan
keluarga dengan gusti ratu Indreswari yang berasal dari puteri
Malayu" "Adakah pada masa hidupnya, sang prabu Jayanagara dapat
menerima kehadiran mereka di pura Wilwatikta?"
Patih Dipa gelengkan kepala "Tidak, raden. Sang prabu
Jayanagara adalah seorang raja Majapahit yang aseli. Adalah
karena masih menghormati ibunda gusti ratu Indreswari maka
sang prabupun menerima mereka. Tetapi aku jelas akan pendii
ian sang prabu. Hal itu terjadi pada waktu aku mengemban titah
sang prabu untuk menundukkan raja Bedulu Bali. Mendengar
berita bahwa Majapahit hendak memberi peringatan kepada raja
Bedulu Bali yang tak mau tunduk kepada Majapahit maka
Srivvijayapun segera mengirim pasukan untuk membantu
Majapahit. Dengan berbagai upaya, Arya Damar pemimpin
pasukan Malayu itu, hendak mengambil pimpinan atas pasukan
Majapahit yang akan menyerang Bedulu. Tetapi sang prabu
berkeras mempercayakan pimpinan pasukan kepadaku. Dan
secara diam-diam sang prabupun telah me limpahkan kekuasaan
penuh kepadaku untuk mengawasi dan bila perlu menindak para
arya dari tanah Malayu itu apabila selama di Bali mereka berbuat
yang melanggar ketertiban pasukan"
"O, jika demikian, sang prabu Jayanagara itu benar2 seorang
putera Majapahit yang menjunjung keluhuran warisan pusaka
ramandanya" "Raden" kata patih Dipa dengan nada mantap "kiranya aku
telah mendapat kesempatan yang tak pernah kuimpikan, dapat
mendampingi secara dekat pada sang prabu. Dan dari
pengamatanku selama itu aku mendapat kesan bahwa sang
prabu memang seorang raja yang keras dan sibuk untuk
menegakkan kembali kewibawaan kerajaan dari bekas para
491 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kadehan rahyang ramuhun sri Kertarajasa yang tak puas dan
mengadakan pemberontakan. Maka selama memegang pusara
kerajaan, sang prabu tak sempat untuk memikirkan dan
menjalankan usaha-usaha keluar bumi Jawadwipa, untuk
menebarkan kekuasaannnya mengayomi daerah-daerah di
telatah nusantara" "Ki patih" kata Kertawardhana "adakah gusti Adityawarman itu
menurut undang-undang berhak menerima warisan tahta
kerajaan Majapahit?"
"Menurut hukum kerabat, karena sang prabu jayanagara
wafat, kekuasaan singgasana itu harus kembali pada gusti ratu
Indreswari. Dan hukum kerabat itupun memberi hak kepada gusti
ratu untuk menyerahkan tahta kepada kerabatnya. Maka gusti
ratupun berhak dalam hubungan dengan hukum kerabat itu,
menyerahkan tahta kepada gusti Adityawarman karena gusti
Adityawarman itu masih putera kemanakan gusti ratu sendiri"
"O" desuh Kertawardhana terkejut.
"Tetapi menurut hukum dalam undang-undang kerajaan
Majapahit, rahyang ramuhun sri Kertarajasalah yang menjadi
sumber utama. Maka apabila sang prabu Jayanagara wafat atau
berhalangan menjalankan tugas sebagai raja, putera yang lain
dari rahyang ramuhun Kertarajasa yang wajib mengganti di
singgasana" "Kurasa itulah yang benar, ki patih" Kertawardhana memberi
tanggapan. "Tetapi masih banyak yang harus dipertimbangkan, raden"
kata palih Dipa "karena golongan2 yang berfihak pada gusti ratu
Indreswari dan mereka yang tak ingin melihat kerajaan Majapahit
aman lestari, menentang diangkatnya Rani Kahuripan sebagai
prabu puteri. Karena sejak kerajaan Singasari hingga Majapahit,
belum pernah pusara kerajaan itu dipegang oleh seorang puteri.
Betapapun prabu puteri itu tak mungkin melebihi atau menyamai
492 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kewibawaan dan kecakapan seorang raja putera dalam
memimpin biduk pemerintahan. Inilah alasan mereka"
"Ki patih" setelah mendengarkan uraian yang jelas itu,
Kertawardhana memberi tanggapan "pertama-tama, untuk
menegakkan kewibawaan kerajaan maka undang-undang yang
telah disyahkan sebagai hukum yang berlaku untuk kerajaan
Majapahit, harus dijunjung dan ditaati. Mengingkari .undang-
undang hanya berarti mengingkari kewibawaan Majapahit.
Mengingkari kewibawaan praja, sama dengan menghapus
kenyataan negara Majapahit. Dan ini jelas akan menimbulkan
akibat yang luas, perpecahan yang berakibat dengan
pertumpahan darah" "Benar, raden" patih Dipa mengangguk.
"Oleh karena itu" kata Kertawardhana pula "s iapa yang berhak
diangkat sebagai calon pengganti raja harus menurut bunyi dan
jiwa dari undang-undang itu. Dan oleh karena negara ini negara
Majapahit, maka hukum yang berlaku adalah menurut undang2
kerajaan Majapahit. Hal itu termasuk pula segala bentuk hukum
kerabat dan hukum adat, harus menurut hukum di Majapahit.
Bahkan hukum dan undang-undang Majapahit itu yangla-yak
diundangkan merata keseluruh nusantara. Bukan hukum tanah


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Malayu atau daerah lain yang harus berlaku di Majapahit"
Diam2 patih Dipa terkejut dan girang. Ia mendapatkan bahwa
pada diri pemuda itu telah tumbuh semangat dan jiwa seorang
ksatrya Majapahit "Inilah lambaran lahir dan batin yang akan
menegakkan kelestarian kerajaan Majapahit" pikirnya manakala
ia menghubungkan diri Kertawardhana dalam perpaduannya
dengan Rani Kahuripan apabila kelak kedua darah priagung itu
akan bersatu dalam memegang pusara dampar kencana
singgasana kerajaan Majapahit.
Penemuan itu amat menggirangkan hati patih Dipa. Karena
dalam rangka mengusahakan agar raden Kertawardhana dapat
ikut serta dalam sayembara yang dititahkan Rani Kahuripan, ia
493 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bercita-cita akan mengusahakan agar itu dapat memenangkan
sayembara itu. Langkah itu didasari dari seorang patih terhadap
gusti dan dari seorang muda yang dapat menghayati isi hati
junjungannya yang masih muda. Tetapi sebenarnya masih ada
sesuatu yang terasa kosong atau belum terpenuhi dalam tugas
patih Dipa, yani tugas sebagai seorang kawula, narapraja dan
seorang pejuang Majapahit. Kekosongan itu tak lain adalah
penilaian atas diri Kertawardhana peribadi.
Sudah lama patih Dipa mengenal Kertawardhana, mengenal
peribadinya sebagai seorang ksatrya utama tetapi belum sempat
patih Dipa menghayati pendirian dan jiwa Kertawardhana
terhadap negara Majapahit. Lebih penting pula hal itu dirasakan
patih Dipa karena ia menginginkan, mudah mudahan hal itu
dapat terlaksana, agar raden Kertawardhana dapat menjadi
sisihan Rani Kahuripan. Sebagai suami, tentulah kelak raden itu
akan mempunyai peranan penting dalam membantu sang Rani
mengemudikan pusara negara. Hal itulah yang mendorong patih
Dipa untuk mengetahui pendirian dan jiwa Kertawardhana
terhadap Majapahit. Dari pembicaraan singkat mengenai
kericuhan disekitar soal pengangkatan pengganti raja, patih Dipa
dapat meneguk suatu pengetahuan bahwa nyata-nyata
Kertawardhana penuh dengan rasa bhakti-setia terhadap bumi
negaranya, Majapahit. Penemuan inilah yang menggembirakan
hati patih Dipa. "Ki patih" tiba2 Kertawardhana berkata pula "lalu bagaimanakah keputusan dewan keraton mengenai pengganti
raja itu" Bagaimana pendirian gusti ratu Indreswari, Teribuana
dan Gayatri?" "Gusti ratu Indreswari dan gusti ratu Teribuana sudah
beberapa waktu, mengidap penyakit. Kesehatan kedua gusti ratu
itu makin buruk dan tak mengidinkan untuk ikut serta
memikirkan keadaan pemerintahan."
494 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, pada hal kedua gusti ratu itu amat penting
kelungguhannya. Gusti ratu Indreswari adalah ibunda sang prabu
Jayanagara. Gusti raru Teribuana adalah ibunda gusti Rani
Kahuripan dan gusti Rani Daha. Jika golongan pertama yang
mendukung gusti ratu Indreswari menang maka yang berhak
untuk menentukan pengganti raja itu adalah gusti ratu
Indreswari. Tetapi apabila golongan kedua yang menghendaki
agar tahta kerajaan diduduki oleh putera keturunan Singasari,
maka gusti Teribuanalah yang berhak menentukan pilihan raja
itu" "Raden" kata patih Dipa "yang jelas kedua gusti ratu itu sudah
tak mungkin ikut campur lagi dalam pemerintahan karena
kesehatan mereka. Dan rupanya dewan keraton lebih, condong
untuk berpijak pada landasan undang- undang Majapahit"
"Memilih salah seorang dari kedua Rani itu sebagai
penggantinya?" Patih Dipa mengiakan. "Tetapi bagaimana akan hal gusti ratu Teribuana yang gering
dan mungkin ikut dalam urussan kerajaan" Bukankah gusti ratu
Teribuana yang akan menerima kekuasaan dan kemudian
melimpahkan kekuasaan tahta kepada pengganti raja yang
dipilihnya?" "Tidak, raden" sahut patih Dipa "yang berhak adalah gusti ratu
Gayatri. Diantara ketiga permaisuri ramuhun rahyang seri
Kertarajasa, gusti ratu Gayatri diluhurkan sebagai Rajapatni atau
permaisuri raja. Dalam hal ini, menurut keadaan dan hak, maka
gusti ratu Gayatrilah yang layak menerima penyerahan
kekuasaan itu dan kemudian memilih pengganti raja"
"Tetapi bukankah kedua gusti Rani itu putera dari gusti ratu
Teribuana ?" "Benar" kata patih Dipa "gusti Rani Kahuripan atau gusti puteri
Teribuanatunggadewi dan gusti Rani Daha atau gusti puteri
495 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wijayadewi adalah puteri dari gusti ratu Teribuana. Tetapi gusti
ratu Gayatri adalah ibunda kandung dari kedua gusti Rani itu"
Kertawardhana terkejut dan meminta penjelasan "Benarkah
hal itu, ki patih" Tetapi bukankah seluruh kawula Majapahit
mengenal bahwa kedua gusti Rani itu adalah putera dari gusti
ratu Teribuana?" "Ya" kata patih Dipa "memang demikianlah. Dan hal itu
memang merupakan rahasia keraton yang tak diketahui para
kawula. Tetapi sesungguhnya kedua gusti Rani itu adalah putera
puteri dari gusti ratu Gayatri. Demi menjaga keluhuran nama
gusti ratu Teribuana maka gusti ratu Gayatri telah memberikan
kedua puteiinya itu kepada ayundanya. Memang sukar untuk
memahami keluhuran budi gusti Gtyatri itu. Sebagaimana yang
telah terjadi sejak rahyang ramuhun sri Kertarajasa wafat, maka
gusti ratu Gayatripun ikut bela-pati"
Kertawardhana terbeliak "Apa katamu ki patih " Gusti ratu
Gayatri ikut juga bela-pati " Bukankah gusti ratu Gayatri masih
hidup?" "Benar" sahut patih Dipa "memang gusti ratu Gayatri masih
hidup tetapi sudah mati. Yang hidup itu adalah jasadnya tetapi
jiwanya sudah mati, mati dari segala kegemaran nafsu
keduniawian. Gusti ratu telah meninggalkan segala keinginan
keduniawian dan mcnsucikan diri sebagai bhiksuni. Gusti Gayatri
telah menetapi kewajiban sebagai seorang permaisuri, ikut bela-
pati pada raja yang telah wafat. Hanya caranya tidak ikut
menceburkan diri dalam api perabuan jena-sah baginda
melainkan dengan cara mematikan jiwa dari segala keduniawian
dan mencari kemokshaan pati yang suci"
Kertawardhana mengangguk-angguk. Beberapa saat kemudian ia bertanya "Lalu bagaimana dengan tindakan Dewan
Keraton dalam memutuskan persoalan pengganti raja itu?"
496 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dewan Keraton telah bersidang dan mengambil keputusan.
Dan keputusan itu dihaturkan kehadapan gusti ratu. Gusti ratu
Gayatripun telah berkenan merestui. Maka keputusan itupun
telah bulat tentang siapa yang akan menjadi pengganti raja"
Kertawardhana makin tegang. Pada saat itu juga ia hendak
segera bertanya. Tetapi pada lain saat iapun menyadari bahwa
ketegangan hatinya itu hanya sekedar ketegangan yang diluap
oleh rasa ingin tahu belaka. Pada hal jelas bahwa keputusan
Dewan Keraton telah dikeluarkan. Ia tegang atau tenang, ia
gopoh atau pe-lahan, tidaklah akan merobah keputusan itu. Maka
iapun segera menenangkan diri, mengemasi kata dengan
rangkaian pertanyaan yang terarah "Ki patih, siapa pengganti
raja yang telah diputuskan oleh dewan keraton itu?"
"Gusti Rani Kahuripan dan Gusti Rani Daha" sahut patih Dipa.
Ia tahu bahwa Kertawardhana sebenarnya merasa tegang tetapi
berusaha menahan diri. Diam2 ia memuji kekuatan jiwa pemuda
itu. "O" Kertawardhana agak terkejut "mengapa harus kedua Rani
itu " Bukankah raja itu hanya seorang ?"
"Ya" sahut patih Dipa "terus terang raden. Sebenarnya hal itu
akulah yang memperjuangkan sehingga para gusti yang duduk
dalam Dewan Keraton menyetujui"
Kertawardhana mulai terangsang pula "Bagaimana dasar
pendirian ki patih dalam saran yang engkau haturkan kehadapan
Dewan Keraton ?" "Pertama, untuk menghilangkan keraguan golongan-golongan
yang menentang pengangkatan seorang puteri sebagai raja.
Bahwa kekurangan2, kalau ada, dalam diri seorang raja puteri,
dapat ditutup dengan kehadiran dua orang puteri sebagai raja.
Kedua, untuk memantapkan tuntutan golongan, dan golongan ini
lebih besar pengaruhnya dan mendapat dukungan dari hampir
seluruh kawula, bahwa tahta kerajaan Majapahit harus diduduki
497 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh putera keturunan Singasari sebagai sumber dari kerajaan
Majapahit. Keinginan rakyat menjadi landasan dari pendirianku
terhadap persoalan itu, raden"
Kertawardhana menyetujui "Benar, ki patih. Demi menyelamatkan kepentingan dan keutuhan kerajaan Majapahit
dari bencana perpecahan, kita harus mendengarkan keinginan
suara hati rakyat. Dan pada hake-katnya suara hati rakyat itu
sudah seirama dengan bunyi undang-undang kerajaan Majapahit.
Dan rasanya, kini persoalan itu sudah selesai, bukan?"
Diluar dugaan patih Dipa gelengkan kepala "Belum selesai,
raden" "Belum selesai ?" Kertawardhana terbeliak.
"Ya, belum selesai karena masih ada lain persoalan lagi yang
tak kurang gawatnya"
"Masih ada persodan yang gawat pula" Persoalan apakah itu,
ki patih?" Dengan tenang dan jelas patih Dipa lalu menguraikan semua
peristiwa yang dialam inya di Kahuripan "Dan kini raden, gusti
Rani telah melimpahkan amanat tentang sayembara itu"
Kertawardhana terkejut. Namun seperti tadi, dia-pun
menyadari bahwa, menunjukkan rasa tegang takkan merobah
keadaan bahkan akan merisaukan hati dan mempergelap pikiran
belaka. Namun ia merasa bahwa sayembara itu memang gawat
sekali sifatnya. Bukankah anugerah yang dijanjikan Rani itu
bertitah, apabila yang menang itu seorang wanita, maka akan.
diambil sebagai saudara kandung. Dan apabila pria maka akan
diambil sebagai suami "Ah" diam2 Kertawardhana mengeluh
dalam hati. Dan serentak melayanglah pikirannya akan kenangan
masa lampau dimana pada waktu pertama kali ia mengembara
ke Kahuripan dan bertemu dengan Rani Kahuripan.
498 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Renungan makin membubung tinggi ke awang-awang,
memancarkan cahaya gemilang yang menguntum harap.
Harapan dari jiwa muda yang membahana suara hati "Duhai
Rembulan dewi, sinarmu memberi kedamaian pada jiwaku.
Sukmaku ingin me layang kehadapanmu, menyerahkan jiwaku,
ragaku dan seluruh hidupku. Namun adakah tangga-langit yang
dapat kutiti mencapai tempatmu?"
Rintihan itu pernah menggetar jiwanya. Ia tahu siapa dirinya
dan menyadari siapa Rani Kahuripan. Dapatkah rembulan
meluncur turun ke bumi atau dia terbang keangkasa" Sedemikian
dekat di mata, sedemikian lekat di hati tetapi sedemikian jauh,
sejauh langit dengan bumi " "Aku .... dia .... aku .... dia .... "
demikian setiap penilaian atas diri Rani dengan dirinya, hanya
berkisar perbandingan antara dia dan aku, seolah antara dia dan
aku itu terpisah oleh jurang pem'sah yang tak mungkin tergapai.
Dan pada puncak terakhir dari perbandingan antara bobot 'dia
dan aku' itu, akhirnya ia menyerah dan memaserahkan diri
kepada Hyang Purbenggesang.
Memang persambungan tali rasa antara hatinya dengan Rani
Kahuripan itu, tak pernah padam tetapipun tak pernah berkobar-
kobar. Setenang perasaannya memandang rembulan. Ingin dia
bersimpuh mendambakan keagungannya, mempersembahkan
gita puja sanjungan hati. Namun ia tahu, ia sadar, bahwa segala
keinginannya dapat terlaksana, memandang, menikmati, memuja
dan mengharap, kecuali hanya satu yang tak mungkin yani
mencapainya. Maka kini demi mendengar penuturan patih D'pa tentang
tindakan Rani Kahuripan yang berkenan membuka sayembara
demi menyelamatkan rakyat Kahuripan dari musibah bencana
wabah, Kertawardhana tergugah, semangatnya menyala pula
bagai api ditambah minyak "Benarkah rembulan akan jatuh
kebumi sehingga dapat tercapai" Ah" ia mendesuh keluh "tetapi
rembulan adalah dewi, tak mudah menerima kejatuhannya.
499 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya ksatrya linuwih atau titah yang telah direstui dewata, batu
dapat menyongsong dewi itu ke pangkuannya"
Rupanya patih Dipa dapat memperhatikan sikap Kertawardhana dari perobahan sinar mata dan cahaya wajah
yang memancar meriah. Diam2 ia gembira. Namun tidaklah ia
terburu buru untuk meledakkan perasaan hatinya. Ia hendak
meniti bagaimana perasaan pemuda itu lebih dulu. Kalau perlu ia
harus mengobarkan semangatnya.


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Raden" tegurnya pelahan "bagaimana tanggapan raden
mengenai langkah gusti Rani yang mempertaruhkan segala-
galanya dalam sayembara itu?"
"Ki patih" jawab Kertawardhana setenang patih Dipa bertanya
"menurut keterangan andika, prasaran itu berasa l dari ki patih.
Dalam hal itu tentulah ki patih suiah mempunyai keyakinan
bahwa sayembara itu akan berhasil sebagaimana yang ki patih
harapkan" "Benar laden" jawab patih Dipa "aku bertanggung jawab
sepenuhnya akan sayembara itu. Terhadap gusti Rani dan kawula
Kahuripan" "Apakah dasar pijakan ki patih dalam kesediaan ki patih untuk
mempertanggung jawabkan hal itu?"
"Pertama, kepercayaan kepada keagungan Hyang Widdhi dan
kedua, keyakinan akan usaha yang kulakukan sebagai
perwujutan daripada sembah permohonan restu kepadaNYA. Dan
ketiga, kepercayaan terhadap diri raden"
Serasa terpagut ular kejut Kertawardhana mendengar ucapan
patih itu. Ia menyalangkan mata "Apa kata ki patih?" ia menegas.
"Dalam rangka untuk melaksanakan usahaku agar sayembara
itu membuahkan hasil seperti yang kami harapkan, maka dari
Kahuripan, jauh2 aku menuju ke Tumapel untuk menemui raden"
500 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" Kertawardhana seperti diingatkan bahwa sejak dalam
percakapan tadi, ia belum menanyakan a-sal mula patih Dipa
berada di desa Kedungpeluk dan berhantam dengan gerombolan
orang bertopeng "adakah ki patih habis berkunjung ke Tumapel?"
"Demikianlah raden"
"Dan perlu mencari aku?"
"Ya" "Dapatkah ki patih memberi keterangan kepadaku, apakah
maksud tujuan ki patih hendak mencari a-ku?"
Patih Dipa beringsut membenahi letak duduknya, kemudian
berkata dengan tenang "Tak lain untuk me laksanakan usahaku
dalam mewujutkan agar sayembara itu dapat berhasil seperti
yang kita harapkan" Kertawardhana terkesiap mendengar patih Dipa menggunakan
sebutan 'kita' yang berarti bukan hanya diri patih Dipa sendiri,
pun termasuk orang yang menjadi lawan bicaranya atau
Kertawardhana. Diam2 timbul suatu pertanyaan dalam hati,
adakah patih Dipa memang hendak menggunakan sayembara itu
sebagai jalan agar ia dapat menjadi pendamping Rani Kahuripan
"Ah" sebuah desah serentak merekah dalam belah hatinya dan
bertebaran rasa berterima kasih terhadap perhatian patih Dipa.
Tebaran rasa terima kasih itu bergulung-gulung menciptakan
suatu rasa ingin membalas kebaikan patih itu. Membalas
kebaikan, bukan dengan seribu satu macam rangkaian kata-kata
yang indah tetapi hanya dengan suatu tindakan nyata,
mewujutkan apa yang menjadi keinginan patih itu kepadinya
"Ah" tersigap pula kesadarannya kearah titik puncaknya bahwa
perhatian dan kebaikan patih Dipa itu meuipakan suatu
kepercayaan. Dan kepercayaan itu pada hakekatnya sebuah
tanggung jawab. Tanggung jawab untuk melaksanakan usaha
patih Dipa "betapa berat nian tanggung jawab yang harus
kulaksanakan" 501 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selama itu patih Dipa tak putusnya melekatkan pengamatannya akan isi hati Kertawardhana melalui perobahan
cahaya wajahnya. Diamatinya betapa semula wajah Kertawardhana yang memancar cerah bu, bero-bah tegang dan
akhirnya suram seperti menanggung soal yang sarat. Ia harus
lekas2 menanggulangi kesulitan yang mengancam pikiran
Kertawardhana "Raden, engkau sungguh cermat sekali dalam
menilai kata-kataku. Memang dengan menggunakan kata 'kita'
itu, aku mengharapkan kesediaan raden untuk menggabungkan
diri dalam usaha untuk menyelamatkan kepentingan gusti Rani
dan kawula Kahuripan. Bukankah raden bersedia?"
"Sebagai pernyataan terima kasihku atas perhatian ki patih,
tak ada sesuatu yang dapat kukatakan kecuali kesediaanku untuk
memenuhi keinginan ki patih" kata Kertawardhana.
Patih Dipa berseri girang.
"Tetapi adakah ki patih percaya bahwa aku akan sanggup
melakukannya" kata Kertawardhana menyusuli.
"Aku percaya penuh, raden. Walaupun aku tak berani
mendahului garis Prakhri, namun kepercayaan itu harus kumiliki
sebagai landasan lahir batin dalam mengusahakan terlaksananya
hal itu" "Jika demikian" setelah merenung beberapa saat, Kertawardhana berkata "katakanlah bagaimana maksud ki patih"
"Isi daripada segala pertimbangan yang tertuang demi
kepentingan gusti Rani peribadi, kawula Kahuripan dan demi
menegakkan kelestarian Majapahit dan kejayaannya, aku Dipa
secara peribadi, sebagai narapraja yang dipercayakan gusti Rani
Kahuripan dan sebagai seorang pejuang yang mengabdikan
seluruh jiwaraga kepada kerajaan Majapahit, akan mohon raden
berkenan untuk ikut serta dalam sayembara Kahuripan itu"
Setiap patah kata yang dilantangkan dengan mantap dan
tegas oleh patih Dipa itu, bagaikan sangsakala yang meraung-
502 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
raung membangkitkan semangat prajurit dalam hati Kertawardhana untuk serentak maju ke medan-bhakti. Sekuat
getar yang menggempa dalam sanubari, sekuat itu pula
Kertawardhana be;usaha menekan dalam ketenangan yang
tersusun "Ketenangan adalah landasan kekuatan" demikian
ajaran yang telah dihayatinya.
Dalam meniti ucapan patih Dipa yang menyinggung
kepentingan Rani Kahuripan, makin terpancar pengertian
Kertawardhana akan maksud yang terkandung dalam permintaan
patih Dipa itu. Dan hal itu makin mendorong hasratnya untuk
membalas kebaikan patih itu.
"Baik ki patih" akhirnya ia memberi pernyataan "lepas dari
segala keinginan dan bentuk ganjaran yang dilimpahkan sang
Rani, aku bersedia menurut permintaanmu, demi menyelamatkan
seluruh kawula Kahuripan"
"Terima kasih, raden"
"Tetapi kesediaanku itu bukan merupakan suatu jaminan yang
kuberikan, bahwa aku pasti berhasil dalam sayembara itu, ki
patih" Patih Dipa mengangguk "Aku gembira mendengar landasan
dari kesediaan raden ikut dalam sayembara itu. Landasan itu
sudah memancarkan kebersihan batin dan keluhuran jiwa.
Mencari pusaka dan benda-benda keramat, bekalnya adalah
kesucian batin, kebersihan raga dan keluhuran langkah
tujuannya. Raden telah melangkahkan tujuan ikut dalam
sayembara itu kepada kepentingan menyelamatkan kawula
Kahuripan yang menderi'a. Ini suatu tujuan yang luhur. Kiranya
dewata pasti takkan ingkar kepada amanatnya. Yang jujur pasti
luhur, yang luhur pasti mujur"
Setelah pembicaraan telah mencapai kesepakatan maka
bertanyalah Kertawardhana bagaimana langkah mereka saat itu.
503 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Malam ini kita harus berangkat melanjutkan perjalanan"
jawab patih Dipa. "Malam ini" Tidakkah kita sudah tiba di kebuyutan
Kedungpeluk?" "Ya" jawab patih Dipa "harap raden maklum bahwa
Pedang Langit Dan Golok Naga 37 Pusaka Para Dewa Karya Lovely Dear Kesatria Baju Putih 20
^