Pencarian

Suramnya Bayang Bayang 4

Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja Bagian 4


seorang di antara mereka bertanya, "Kapan kalian datang,
he?" Warsi yang berada dipaling depan tidak menyahut. Ia
langsung menuju ke tangga pendapa dengan diikuti oleh
para pengiringnya. Penjaga yang bertanya itu merasa tersinggung. Sambil
berjalan disisi Warsi ia mengulangi pertanyaannya, "Kapan
kalian datang?" Warsi berpaling ke arahnya. Dipandanginya penjaga itu
dengan tajamnya. Dengan nada datar ia bergumam, "Kau
lihat, bahwa kami baru saja datang" Jika kau bertanya
sekali lagi, aku patahkan semua gigimu."
Penjaga itu mengerutkan keningnya. Namun ia benar-
benar tidak berani bertanya lagi. Ia sudah mengenal watak
dan sifat Warsi. Karena itu, ia pun bahkan bergeser
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
114 SH. Mintardja menjauh. Ketika Warsi kemudian naik ke pendapa, maka
kedua penjaga itu justru tetap tinggal di halaman.
"Ketuk pintu," desis Warsi.
Pengendangnya kemudian melangkah ke pintu dan
mengetuknya perlahan-lahan.
Sejenak kemudian, maka pintu pun terbuka. Seorang
laki-laki berambut putih berdiri dipintu.
Demikian ia melihat Warsi, maka orang itu pun
tersenyum. Ditepuknya pundak anak perempuannya sambil
berdesis, "Marilah Warsi. Aku tahu bahwa kau akan kembali
dengan selamat dengan membawa hasil yang gemilang."
Warsi menundukkan kepalanya. Tetapi ayahnya
kemudian membimbingnya masuk ke ruang dalam. Katanya
kepada para pengiring, "Marilah. Masuklah. Biarlah
gamelan itu kalian tinggalkan saja di pendapa."
Para pengiring Warsi itu pun kemudian mengikuti masuk
ke ruang dalam. Mereka pun kemudian duduk di sehelai
tikar pandan yang terbentang di tengah-tengah ruang dalam
itu. Ternyata suasana di ruang itu terasa tegang. Wajah-
wajah pun menjadi suram dan jantung pun terasa
berdegupan. Sekali-kali para pengiring itu berusaha untuk
dapat menatap wajah Warsi. Tetapi Warsi yang mereka
kenal sebagai seorang gadis yang garang itu, nampak
menunduk dengan wajah yang muram.
Orang tua berambut putih itu ternyata mampu
menangkap suasana yang dihadapinya. Ia melihat wajah-
wajah yang muram dan suasana yang mencengkam
sekelompok orang yang baru saja datang dari Sembojan itu.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
115 SH. Mintardja Karena itu, maka ia tidak sabar lagi. Dengan serta merta
maka ia pun kemudian bertanya, "Warsi. Apakah kau
berhasil membalas dendam pamanmu" Apakah anak Kepala
Tanah Perdikan Sembojan itu sudah kau bunuh, atau justru
Kepala Tanah Perdikan itu sendiri?"
Jantung Warsi terasa bagaikan runtuh dari tangkainya.
Pertanyaan itu memang sudah ditunggunya. Namun ia
masih juga merasakan ketegangan yang luar biasa
mencengkam dadanya. "Warsi," berkata ayahnya pula. "Sikapmu dan para
pengiringmu membuat aku berdebar-debar. Sebenarnya
aku ingin mempersilakan kalian beristirahat. Minum
minuman panas dan barangkali mandi dan membersihkan
diri setelah menempuh perjalanan. Tetapi aku tidak dapat
menunggu justru karena sikap kalian semuanya."
Warsi Menahan gekolak di dalam dadanya. Namun
akirnya ia sadar, bahwa ia harus mengatakannya.
Kapanpun. Jika tidak esok pagi, mungkin esok siang.
Namun baginya lebih baik segala sesuatunya segera
diketahui oleh ayahnya. "Ayah," berkata Warsi kemudian, "Aku sudah berusaha
untuk melakukan perintah ayah sebaik-baiknya. Tetapi
ternyata aku telah gagal."
"Aku baca dari ungkapan wajahmu," berkata ayahnya.
"Kenapa kau gagal" Apakah kau tidak mendapat
kesempatan untuk membunuhnya atau kau sudah
mencobanya, tetapi anak itu memiliki kemampuan
melampaui kemampuanmu?"
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
116 SH. Mintardja Jantung Warsi bagaikan akan meledak. Tetapi ia sudah
bertekad untuk segera mengatakannya. Apapun yang
terjadi. Karena itu, maka ia pun kemudian bergeser setapak
sambil berdesis, "Aku akan mengatakan segalanya ayah.
Sebelumnya aku mohon ayah memaafkan aku."
Wajah ayahnya menjadi semakin berkerut. Namun ia pun
memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengatakan
persoalan yang dibawanya dari Sembojan.
Warsipun kemudian menceriterakan sejak awal hingga
akhir perjalanan sampai ia memasuki kembali regol
rumahnya dengan hati yang berdebar-debar.
Wajah ayahnya menjadi merah, sementara telinganya
bagaikan di sentuh api. Dengan suara bergetar ia berkata,
"Anak iblis. Jadi kau korbankan harga dirimu sebagai
kemenakan Kalamerta?"
"Bukan maksudku ayah," jawab Warsi. "Tetapi aku tidak
dapat melakukannya. Ada sesuatu yang telah menahan
diriku, justru di dalam."
"Kau sudah ditempa oleh satu keadaan yang aku kira
akan dapat membuatmu menjadi masak lahir dan batin,"
berkata ayahnya dengan nada yang keras. "Ternyata bahwa
hatimu terlalu lemah untuk melakukan tugas-tugas yang
berat." "Aku mohon maaf ayah," jawab Warsi. "Tetapi dalam
hubungan kami yang singkat, pada saat-saat orang itu
mengunjungi kami di banjar, terasa ada sesuatu yang
menjerat perasaanku yang kemudian ternyata telah
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
117 SH. Mintardja berkembang dan menghambat usahaku untuk
membunuhnya." "Persetan," ayahnya
hampir berteriak. "Kau telah
terbius oleh ujud lahiriah
yang seharusnya kau abaikan. Kau telah menjadi
seorang yang sangat lemah
hati dan bertekuk lutut dihadapan wajah yang tampan dari seorang yang telah membunuh pamanmu." "Bukan anak muda itu
yang telah membunuh paman," jawab Warsi.
"Tidak ada bedanya,"
ayahnya benar-benar berteriak. "Ayahnya atau anaknya.
Tetapi hal itu tidak kau lakukan. Nyawanya yang sudah
berada di telapak tanganmu, telah kau lepaskan lagi,"
ayahnya berhenti sejenak, sorot matanya bagaikan
membakar tubuh Warsi. Namun tiba-tiba ia bertanya
dengan nada yang menekan, "Warsi, apakah kau
sebenarnya hanya sekadar membual" Apakah sebenarnya
kau telah dikalahkannya dan kau harus melarikan diri dari
arena perkelahian?" Wajah Warsi pun kemudian menjadi merah. Tetapi ia
masih berusaha menahan dirinya, karena ia berharap
dengan ayahnya. Namun demikian ia menjawab, "Laki-laki
itu sudah terluka di seluruh tubuhnya. Aku tinggal menjerat
lehernya saja setelah senjatanya terlepas. Tetapi aku tidak
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
118 SH. Mintardja dapat melakukannya ayah. Justru karena aku adalah
seorang perempuan dan Wiradana adalah seorang laki-
laki." "Itulah yang gila," geram ayahnya. Bahkan dengan suara
yang bergetar ayahnya pun kemudian berkata dengan suara
lantang, "Warsi. Sekarang kau harus kembali ke Sembojan.
Kau harus berhasil membunuh laki-laki keparat itu bersama
ayahnya. Kau tidak mempunyai pilihan lain dari perintahku
ini." Jantung Warsi bagaikan bergetar oleh runtuhnya
Gunung Kelud. Dipandanginya ayahnya dengan tajamnya.
Dengan suara yang sendat ia menjawab, "Ayah. Sudah aku
katakan. Aku tidak dapat melakukannya. Ia terlalu tampan
dan hatinya terlalu lembut untuk dibunuh karena kesalahan
ayahnya." "Aku tidak mau mendengar alasan apapun lagi," kata
ayahnya. Namun ternyata bahwa watak Warsi lah yang kemudian
melonjak dalam pembicaraan yang panas itu. Katanya,
"Baik. Jika ayah tidak mau mendengar alasan-alasan, aku
tidak akan menyebut satu alasan pun."
"Jika demikian lakukan perintah ini. Sekarang kau harus
kembali ke Sembojan."
"Tidak," jawab Warsi tegas. "Aku tidak akan ke Sembojan
dan aku tidak akan membunuh Wiradana."
"Gila," bentak ayahnya. "Warsi. Apakah kau sudah gila?"
Warsi tidak menjawab. Tetapi wajahnya masih saja
nampak kemerah-merahan. Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
119 SH. Mintardja "Warsi," suara ayahnya semakin keras. "Kau harus pergi.
Kau harus membela kehormatan keluarga kita. Kematian
pamanmu merupakan salah satu penghinaan yang tidak
dapat dimaafkan. Kau harus berhasil menebus penghinaan
ini." Warsi sama sekali tidak menjawab, sementara ayahnya
berteriak semakin meninggi, "Warsi. Apakah kau sudah
menjadi tuli dan bisu he?"
Warsi bergeser setapak. Namun ketika ayahnya
kemudian bangkit berdiri, maka Warsi pun telah berdiri
pula sambil berkata, "Aku tidak akan melakukannya. Itu
saja. Ayah tidak mau mendengar alasanku. Dan aku tidak
akan memberikan alasan."
Kemarahan ayah Warsi telah sampai ke puncak.
Selangkah ia maju. Tiba-tiba saja tangannya telah terayun
menampar pipi anak gadisnya.
Warsi sama sekali tidak mengelak. Tetapi tamparan pada
pipinya itu sama sekali tidak dirasakannya. Ia masih saja
berdiri tegak sambil memandangi ayahnya yang bagaikan
kesurupan itu. Dalam pada itu, pengikut Warsi yang selama menjadi
pengiringnya menjadi tukang gendang itu pun
memberanikan diri untuk bergeser setapak sambil berkata,
"Aku minta maaf, bahwa aku tidak berani mencampuri
persoalan ini." Ayah Warsi yang berambut putih itu berpaling
kepadanya. Namun tiba-tiba saja terdengar ia mengumpat,
"Kau orang tua yang tidak tahu diri. Buat apa kau ikut
bersamanya, jika kau sama sekali tidak dapat menentukan,
apakah Warsi dapat melakukan tugasnya atau tidak."
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
120 SH. Mintardja "Warsi masih belum memberikan alasannya yang paling
mendasar," berkata tukang gendang itu.
"Aku tahu. Ia tertarik kepada ketampanan wajah anak
yang seharusnya dibunuhnya. Apalagi ia sudah kawin dan
mempunyai ikatan paugeran yang kuat sebagai anak
seorang Kepala Tanah Perdikan. Apa yang dapat dilakukan
Warsi atasnya" Merenunginya setiap malam dan kemudian
menjadi gila?" berkata ayah Warsi.
"Bukan begitu," jawab pengendang itu. "Sebenarnya
adalah sangat wajar jika seorang perempuan pada suatu
saat tertarik kepada seorang laki-laki."
"O, jadi kau menganggap hal itu wajar" Apakah agaknya
kau justru yang telah mencegah Warsi membunuh laki-laki
itu" Kau yang telah mencari keuntungan dari kehinaan ini,"
bentak ayah Warsi. "Cobalah aku memberikan sedikit pendapatku tentang
hal ini," berkata orang itu.
"Apa yang dapat kau katakan tentang anakku" Selama ini
kau tidak mampu berbuat sesuatu bagi dirimu sendiri,"
jawab ayah Warsi. "Agaknya memang demikian," desis orang itu. "Namun
kali ini aku ingin mencoba berbicara serba sedikit tentang
Warsi. Mungkin yang aku katakan ini tidak ada gunanya
sama sekali. Tetapi mungkin akan dapat memberikan
sedikit kemungkinan untuk menyelesaikan persoalan."
Ayah Warsi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya, "Katakan. Tetapi jika ternyata justru kau yang telah
menyebabkan anakku berpikiran sesat, maka kaulah yang
akan mengalami nasib yang paling buruk."
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
121 SH. Mintardja Orang yang selama mengiringi Warsi ke Sembojan
menjadi pengendang itu pun kemudian berkata, "Ada hal
yang harus dipertimbangkan. Warsi adalah seorang gadis
dan Wiradana adalah seorang laki-laki muda. Mereka
bertemu dalam keadaan yang sangat khusus. Dan sebagai
orang tua aku dapat mengatakan, bahwa keduanya menjadi
saling tertarik. Bukankah itu wajar?"


Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak. Sama sekali tidak wajar. Wiradana sudah kawin
dan ia adalah orang yang harus dibunuh karena ia menjadi
sasaran dendam keluarga Kalamerta," jawab ayah Warsi.
"Tetapi bukankah pikiran kita mampu berkembang,"
berkata bekas pengendangnya itu. "Membalas dendam
bukanlah sekadar membunuh. Tetapi bukankah ada cara
lain yang lebih baik dari membunuh" Bukankah sekaligus
untuk satu tujuan yang jauh lebih besar dari sekadar
kematian." "Aku tidak tahu, apa yang kau katakan," geram ayah
Warsi. "Sudah sejak diperjalanan aku pikirkan. Aku sadar,
bahwa akan terjadi hal seperti itu. Dan aku pun sadar,
bahwa kekakuan watak Warsi akan membuatnya terdiam
seperti patung. Tetapi bukan berarti bahwa ia akan
melangkah surut," berkata orang itu.
"Cepat, katakan," bentak ayah Warsi yang menjadi tidak
sabar. "Baiklah," berkata pengendangnya. "Sasaran sebenarnya
dari balas dendam ini adalah Ki Gede Sembojan. Wiradana
sebenarnya bukan apa-apa. Bahkan Warsi telah bertempur
melawannya, dan Wiradana sama sekali tidak mampu
menyelamatkan dirinya seandainya Warsi membunuhnya."
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
122 SH. Mintardja "Tetapi hal itu tidak dilakukannya." teriak ayah Warsi.
"Tunggu," jawab pengendang itu. "Ada jalan yang ingin
ditempuh oleh Warsi. Ada satu alasan yang dapat
dikatakannya. Tetapi kau sudah menutup pembicaraan
dengan menolak segala macam alasan apapun juga." Orang
itu menarik nafas dalam-dalam, lalu, "Nah, bagimu
manakah yang lebih baik, membunuh Wiradana atau
membunuh Ki Gede Sembojan yang telah membunuh
Kalamerta dengan tangannya.
"Kau mengigau," geram ayah Warsi, "Bagaimana
mungkin dapat membunuh Ki Gede Sembojan?"
"Warsi akan dapat melakukannya jika kau setuju dengan
rencananya," jawab pengendang itu.
Ayah Warsi itu pun menjadi termangu-mangu.
Sementara Warsi sendiri menjadi heran atas kata-kata
bekas pengendangnya itu. Mana mungkin ia dapat
membunuh Ki Gede Sembojan. Apalagi agaknya Ki Gede
sudah sembuh dan mampu berbuat sebagaimana dilakukan
sebelum ia terluka parah.
Dalam pada itu bekas pengendang itu pun berkata, "Kita
tidak tahu persis, apakah Ki Gede dapat pulih dalam
keadaan sebelum ia mengalami luka parah dalam
pertempuran melawan Kalamerta. Namun dalam keadaan
bagaimana pun juga Warsi akan dapat membunuhnya jika
ia sudah berada di dalam lingkungan keluarga Ki Gede
Sembojan. Katakan bahwa Warsi telah jatuh cinta kepada
Wiradana. Namun yang pasti Warsi tidak akan jatuh cinta
kepada Ki Gede Sembojan."
"Omong Kosong," geram ayah Warsi. "Jika demikian kau
bermaksud membiarkan Warsi kawin dengan Wiradana
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
123 SH. Mintardja yang sudah beristeri itu" Kau biarkan anakku menjadi istri
muda dan tentu dengan cara yang hina, karena istri muda
itu diangkat dari lingkungan pengamen jalanan."
"Dengarlah," berkata tukang gendang itu. "Aku yakin
Wiradana pun telah jatuh cinta kepada Warsi. Apa salahnya
jika keduanya kemudian kawin" Tentu saja Warsi akan
dapat mengajukan syarat, bahwa istri tua itu harus
disingkirkan. Ini adalah salah satu cara pula untuk
membalas dendam. Kematian akan ditebus dengan dua
jiwa. Jiwa Ki Gede Sembojan dan jiwa istri Wiradana.
Bukankah hal itu sudah memadai. Sementara itu, jika kelak
Warsi mendapat keturunan, maka keturunannya akan
menjadi kepala Tanah Perdikan Sembojan. Bukankah itu
salah satu cara membalas dendam yang paling menarik,
sekaligus mendapat keuntungan" Sebagaimana kami
mengamen. Semula kami hanya ingin mempergunakan cara
ini untuk menyusup ke dalam lingkungan Tanah Perdikan
Sembojan, namun ternyata dalam perjalanan itu, kami juga
mendapat banyak rejeki. "
Ayah Warsi mulai merenungi kata-kata bekas
pengendang itu. Sementara Warsi sendiri pun mengangguk-
angguk. Semula ia tidak berpikir sejauh itu. Ia memang
ingin merenggut Wiradana dari tangan istrinya. Tetapi ia
belum memikirkan caranya. Namun dalam pada itu
pengendang itu telah mengatakannya, kematian Kalamerta
dapat ditebus dengan dua jiwa. Istri Wiradana dan sekaligus
ayahnya. Ada semacam perlawanan di dalam hati Warsi sebagai
seorang perempuan sebagaimana istri Wiradana itu. Tetapi
kemudian ia pun menggeretakkan giginya. Jalan itu adlaah
jalan yang sangat baik. Memenuhi keinginan sendiri dan
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
124 SH. Mintardja sekaligus membalas dendam atas kematian pamannya,
Kalamerta. Dalam pada itu, ayah Warsipun kemudian bertanya,
"Bagaimana menurut pendapatmu Warsi?"
Warsi menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian
terdengar suaranya lembut, "Bagiku, daripada membunuh
Wiradana, lebih baik aku merampasnya dari tangan
istrinya." "Dan membunuh istrinya itu?" bertanya ayahnya pula.
"Jika Wiradana tidak mau menceraikannya, apaboleh
buat," jawab Warsi hampir tidak dapat didengar.
Tetapi ayah Warsi sama sekali tidak terkejut. Ia mengenal
watak anaknya. Dan ia pun sama sekali tidak berkeberatan
jika hal yang demikian itu memang akan terjadi.
Ternyata pendapat bekas pengendang Warsi itu dapat
memberikan pemecahan. Ia dapat mengatasi ketegangan
yang terjadi antara Warsi dan ayahnya. Karena keduanya
menerima pendapat yang dikatakannya, meskipun dengan
demikian pelaksanaan dendam itu akan tertunda untuk
waktu yang tidak diketahui.
Sejenak kemudian, ayah Warsi itu pun menarik nafas
dalam-dalam. Katanya, "Penyelesaian yang diusulkan orang
ini akan aku pikirkan baik-baik. Aku masih akan berbicara
dengan beberapa pihak. Terutama Warsi sendiri. Karena
seperti sudah kita ketahui, bahwa Warsi telah mendapat
lamaran dari seseorang. Seorang yang kaya dan keturunan
orang baik-baik." "Baik-baik bagaimana maksud ayah?" bertanya Warsi.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
125 SH. Mintardja "Ia masih mempunyai hubungan kadang dengan kita.
Dan orang itu hidup dalam suasana yang wajar," jawab
ayahnya. "Apakah kita tidak hidup dalam suasana yang wajar?"
bertanya Warsi. "Jika kita sekarang harus melakukan satu
langkah yang tidak wajar, adalah karena pokal paman
Kalamerta." "Warsi, maksudku tata kehidupan dan nilai-nilai
kehidupan yang kita anut memang berbeda dengan tata
nilai dari orang itu," berkata ayahnya.
"Jika demikian, maka hidup kami kelak tentu tidak akan
menemukan satu kebahagiaan," jawab Warsi.
"Aku mengerti. Tetapi maksudku semula, aku ingin
mengajarimu hidup sebagaimana orang kebanyakan. Kau
dapat menjadi seorang perempuan sebagaimana
perempuan-perempuan lain," berkata ayahnya.
"Itu tidak mungkin," jawab Warsi. "Ayah sudah
membentuk aku menjadi begini. Aku tidak dapat berubah
lagi. Laki-laki yang ayah katakan melamar aku itu tidak
lebih dari seorang laki-laki cengeng yang tidak pantas kawin
dengan seorang perempuan. Justru hati orang itu
melampaui lemahnya hati seorang perempuan."
"Ya, aku mengerti. Tetapi ia benar-benar sudah melamar
karena ia tidak tahu siapakah kau sebenarnya. Laki-laki itu
memang pernah mengenalmu sebagaimana kau
mengenalnya. Tetapi hanya ujud lahiriahnya saja," berkata
ayahnya. Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
126 SH. Mintardja "Lupakan saja orang itu ayah," berkata Warsi. "Jika aku
terpaksa kawin dengan orang itu, maka pada suatu ketika
aku akan mencekiknya."
Ayahnya menarik nafas dalam-dalam. Warsi mungkin hanya ingin mengungkapkan ketidak inginannya untuk memilih orang itu daripada Wiradana.
Tetapi ungkapan itu akan benar-benar dapat dilakukan
jika ia dipaksa untuk melakukan perkawinan itu.
Karena itu ayahnya kemudian berkata, "Ternyata
kemudian aku condong untuk mengijinkan kau kawin dengan Wiradana, tetapi dengan syarat bahwa kau
tidak akan dimadu. Aku akan memberi tahukan kepada laki-
laki yang melamarmu itu, bahwa kau ternyata keberatan.
Tetapi biarlah hal ini kita bicarakan lebih mendalam.
Sekarang, beristirahatlah. Kalian tentu merasa lelah."
"Aku kelelahan lahir dan batin," desis Warsi perlahan-
lahan hampir ditujukan kepada diri sendiri.
Demikianlah, maka Warsi dan para pengiringnya pun
kemudian membersihkan dirinya di pakiwan. Sementara
seseorang sempat menyediakan minuman panas bagi
mereka. Baru kemudian mereka pergi ke bilik mereka
masing-masing. Warsi ke biliknya sendiri, sedang yang lain
pergi ke gandok. Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
127 SH. Mintardja Di hari-hari berikutnya, maka dengan sungguh-sungguh
ayah Warsi telah membicarakan tentang hari depan
anaknya. Rencana Warsi untuk kembali ke Tanah Perdikan
Sembojan dan merebut Wiradana dari sisi istrinya telah
disetujuinya. Dengan demikian, apabila Warsi berhasil,
maka ia akan mendapat banyak kesempatan untuk
membalas dendam kematian Kalamerta, sekaligus berharap
bahwa keturunannya kelak akan menjadi Kepala Tanah
Perdikan Sembojan. "Kepala Tanah Perdikan adalah kedudukan yang jauh
lebih baik daripada sekadar istri seorang yang kaya dan
keturunan baik-baik," berkata ayah Warsi itu di dalam
hatinya. Sehingga dengan demikian, maka ayahnya pun
sependapat bahwa Warsi mulai bersiap-siap untuk pergi ke
Sembojan sekali lagi dalam ujudnya sebagai seorang penari.
"Apakah kau tidak dapat datang dengan cara yang lebih
baik dari seorang pengamen?" bertanya ayahnya.
"Ia tertarik Warsi dalam keadaan yang demikian," sahut
laki-laki yang menjadi pengendangnya pada petualangan
yang terdahulu, namun yang akan dilakukannya pula.
Apalagi pengendang itu telah mengaku bahwa ia adalah
ayah Warsi. "Kita tidak usah menunggu terlalu lama," berkata
pengendang itu. "Kita harus memperhitungkan perasaan
Wiradana. Jika karena kebiasaan ia kemudian benar-benar
mencintai istrinya dan sanggup melawan perasaan yang
tertuju kepada Warsi maka kesempatan yang demikian akan
hilang." Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
128 SH. Mintardja "Jika demikian, aku benar-benar akan membunuhnya.
Lebih baik aku melihat Wiradana mati daripada aku
kehilangan kesempatan untuk mengambilnya dan sekaligus
menurunkan seorang Kepala Perdikan," berkata Warsi.
"Tetapi kalian juga harus memperhitungkan setiap
kemungkinan. Sebagai anak seorang Kepala Perdikan maka
Wiradana akan menjadi kiblat kehidupan anak-anak muda.
Karena itu, ia tentu tidak akan tergesa-gesa
menceraikannya. Bahkan seandainya istrinya itu meninggal
dengan alasan apapun juga, ia tentu tidak akan tergesa-gesa
kawin," berkata ayah Warsi. Lalu, "Karena itu, jika kalian
ingin berhasil, maka kalian tidak boleh tergesa-gesa. Aku
setuju bahwa kalian tidak perlu menunggu terlalu lama
untuk pergi ke Sembojan. Tetapi setelah itu, maka langkah-
langkah yang akan kalian ambil harus berdasarkan kepada
perhitungan yang mapan dan tidak tergesa-gesa."
Pengendang Warsi itu pun mengangguk-angguk.
Rencana yang akan mereka lakukan memang rencana yang
rumit. Bukan sekadar memancing Wiradana keluar dari
padukuhan dan membunuhnya. Tetapi rencana ini
berkaitan dengan tata nilai dari anak laki-laki seorang
Kepala Tanah Perdikan yang akan segera menggantikan
kedudukan ayahnya dalam segala segi kehidupan.
Karena itu, maka seperti yang dikatakan oleh ayah Warsi,
segalanya tidak dapat dilakukan dengan tergesa-gesa
sebagaimana saat Warsi akan membunuhnya.
Tetapi Warsi pun kemudian menyadari, bahwa
keinginannya untuk merebut Wiradana tidak akan dapat
dilakukannya dalam satu dua bulan. Mungkin ia harus
menunggu satu dua tahun. Tetapi sebelum waktu yang
panjang itu ia akan dapat memancing kepastian sikap sikap


Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
129 SH. Mintardja Wiradana. Dan agaknya bagi Warsi, hal itulah yang lebih
penting dari pelaksanaan rencana itu sendiri. Meskipun ia
harus menunggu satu dua tahun, namun apabila pada saat-
saat sebelum itu ia sudah mendapat keyakinan bahwa
rencananya akan berlaku, maka ia tidak akan segan
melakukannya. Apalagi sebagai manusia biasa, maka ia
akan dapat saja berhubungan dengan Wiradana kapan saja
ia kehendaki diluar batas pelaksanaan rencananya untuk
secara resmi menjadi istrinya.
Adalah kelebihan Warsi dari perempuan lain, juga dalam
persoalan Wiradana, Warsi dapat mengambil cara apapun
untuk mencapai maksudnya. Ia pun merasa tidak terikat
pada tata nilai kehidupannya, pergaulan antara sesama dan
juga dalam hubungan perkawinan.
"Jika aku menyukainya dan laki-laki itu menyukai aku,
apa peduliku terhadap orang lain," berkata Warsi dalam
hatinya. Dengan bekal sikap itulah, maka ia pun menyusun
rencana bersama dengan ayahnya dan pengendangnya
untuk kembali ke Tanah Perdikan Sembojan.
Namun dalam pada itu, sebagaimana dikatakan oleh
ayahnya, seorang laki-laki memang telah melamar Warsi.
Justru masih ada hubungan darah dengan keluarga Warsi.
Laki-laki yang kaya dan memiliki tanah yang luas serta
keturunan orang baik-baik. Namun sayang bahwa laki-laki
itu terlalu tua buat Warsi.
"Ayah dapat menolaknya," berkata Warsi. "Jangan
menunggu lebih lama lagi. Dengan demikian persoalannya
akan cepat selesai."
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
130 SH. Mintardja "Ada keseganan untuk menolaknya dengan serta merta,"
berkata ayahnya. "Bukanlah keluarganya sudah kita kenal
dengan baik?" "Tetapi itu bukan berarti bahwa kita tidak dapat
menolaknya. Ayah dapat mempergunakan sikapku sebagai
alasan. Aku tidak mau," geram Warsi.
Ayah Warsi menarik nafas dalam-dalam. Ia sadar, bahwa
ia memang harus menolak jika ia tidak ingin Warsi benar-
benar mencekik laki-laki itu.
Tetapi ayah Warsi itu pun sudah memperhitungkan,
bahwa akibat dari penolakannya itu akan dapat
menimbulkan persoalan tersendiri.
Namun ayah Warsi bukan orang yang segera menjadi
ketakutan menghadapi masalah-masalah. Yang sebenarnya
ada didalam dirinya bukanlah ketakutan. Tetapi justru
kesegaran. Demikianlah, maka ketika keluarga laki-laki itu datang
pada saat yang sudah dijanjikan, maka sebenarnyalah telah
terjadi ketegangan itu. "Jadi kau menolak?" bertanya tamunya.
"Maaf kakang," jawab ayah Warsi. "Bukan maksudku
menolak. Tetapi Warsi merasa keberatan utuk kawin
dengan seorang laki-laki yang dianggapnya sudah terlalu
tua. Anak kakang memang sudah terlalu tua buat Warsi."
"Kau jangan menghina. Sepekan yang lalu kau tentu
sudah tahu bahwa anakku memang sudah tua. Tetapi
nampaknya kau menerima lamaran itu. Bahkan sejak dua
bulan yang lalu, aku sudah menyebut-nyebut meskipun
belum secara terbuka. Dan kau tidak pernah menyatakan
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
131 SH. Mintardja keberatanmu. Warsi pun belum pernah menunjukkan sikap
sebagaimana kau katakan," berkata tamunya yang marah.
"Atau barangkali ada orang lain yang melamar anakmu
dengan mas kawin yang lebih tinggi dari yang mungkin
dapat aku berikan" Katakan berapa mas kawin yang kau
minta?" "Jangan begitu kakang," jawab ayah Warsi. "Aku bersikap
wajar sekali. Warsi ternyata telah menolak. Jika sejak
sebulan yang lalu, bahkan lebih lama lagi, aku tidak pernah
menyatakan keberatanku dan Warsi pun tidak pernah
menunjukkan sikap yang bertentangan dengan maksud itu.
Semata-mata adalah karena kakang adalah saudara yang
lebih tua meskipun sudah tatanan ketiga. Tetapi kami masih
mempunyai hubungan darah. Apalagi sikap kakang waktu
itu belum tegas. Baru sejak sebulan yang lalu, dan dengan
resmi kakang datang sepekan yang lalu pada saat Warsi
tidak ada di rumah. Demikian Warsi pulang, maka aku pun
mendapat keputusannya bahwa Warsi menolak maksud
kakang. Tetapi Warsi masih tetap menganggap keluarga
kakang sebagaimana keluarga sendiri. Warsi memang ingin
tetap dalam hubungan kadang saja dan tidak terikat dalam
hubungan perkawinan."
"Kau memang pandai menyusun alasan-alasan," berkata
orang yang datang melamar itu. "Tetapi kau harus sadar,
bahwa yang kau lakukan adalah satu penghinaan. Kau harus
belajar dari pengalaman hidup, bahwa orang yang terhina
akan dapat melakukan sesuatu yang kadang-kadang tidak
pada tempatnya." "Jangan berkata begitu kakang," jawab ayah Warsi.
"Kakang pun tentunya tahu, jika perkawinan yang tidak
dikehendaki oleh salah satu pihak itu dipaksakan, maka
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
132 SH. Mintardja akibatnya juga akan kurang baik. Mungkin perkawinan itu
tidak akan berlangsung lama. Jika hal yang demikian
terjadi, padahal keduanya sudah dikaruniai satu atau dua
orang anak, maka akibatnya akan lebih parah lagi."
"Anak-anak itu akan menjadi perekat perkawinan,"
berkata tamunya. "Tetapi tidak jarang terjadi, bahwa hidup seorang istri
justru menderita selama itu. Ia hanya bertahan untuk dapat
disebut seorang perempuan yang setia. Namun batinnya
telah tersiksa. Karena itu sebaiknya, perkawinan itu benar-
benar dapat diterima oleh kedua belah pihak," jawab ayah
Warsi. "Segalanya tergantung kepadamu. Anakmu adalah
seorang perempuan. Ia akan dapat kau paksa menurut
perintahmu," berkata orang yang melamar itu.
"Sudah aku katakan, perkawinan yang demikian tidak
akan dapat mendatangkan kebahagiaan," jawab ayah Warsi.
"Aku sudah datang kerumah ini beberapa kali.
Sekarang kau berani menghina aku seperti itu,"
geram orang yang datang melamar Warsi, "Apakah kau
menyadari apa artinya?"
"Apa maksudmu mengancam kakang?" bertanya ayah Warsi. "Apa saja namanya, tetapi
penghinaan ini akan dapat
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
133 SH. Mintardja berakibat buruk bagimu," jawab orang itu.
"Kakang," berkata ayah Warsi. "Ketika aku menanyakan
sikap Warsi, aku berkata kepadanya, bahwa bakal suaminya
adalah seorang laki-laki yang kaya dan keturunan orang
baik-baik. Aku menjelaskan kepadanya pengertian baik-
baik sebagaimana aku maksudkan. Tetapi sikap kakang
yang mengancam itu bukannya sikap seorang yang baik-
baik menurut pengertian yang aku katakan kepada Warsi."
"Sebut saja aku memang bukan orang baik-baik," jawab
orang itu. "Tetapi aku memang kaya. Aku dapat membeli
seisi padukuhan ini. Mungkin di padukuhan ini kau
dianggap orang yang paling kaya. Perabot rumahmu
termasuk perabot yang baik. Rumahmu pun termasuk
rumah yang besar dengan halaman yang luas. Tetapi kau
sudah tahu, bahwa aku dapat membeli rumah yang
besarnya lipat dua dari rumah ini buat Warsi."
"Sudahlah kakang," jawab ayah Warsi. "Aku benar-benar
mohon maaf. Tetapi kakang jangan mengancam begitu.
Akibatnya memang akan kurang baik. Bukankah kita
mempunyai aliran darah yang bersumber dari orang yang
sama, meskipun dalam tataran yang sudah terpisah
beberapa keturunan. "Aku tidak peduli," jawab orang itu. "Jika kau mengakui
bahwa aliran darah itu lebih tua, maka kau jangan
menghina keluargaku. Jangan menghina anakku yang kau
katakan terlalu tua buat Warsi. Atau katakanlah bahwa
anak-anakku telah pernah kawin sampai dua kali tetapi
gagal." Ayah Warsi menarik nafas dalam-dalam. Agaknya orang
yang akan melamar Warsi untuk anak laki-lakinya itu sama
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
134 SH. Mintardja sekali sudah tidak dapat diajak bicara. Meskipun demikian,
maka ayah Warsi itu masih berkata, "Maaf kakang. Tetapi
aku sama sekali tidak bermaksud menghina. Aku hanya
ingin anak-anak kita kelak mendapatkan kebahagiaannya.
Itu saja. Dan karena itu maka dengan menyesal kembali,
aku tidak dapat menerima lamaran kakang. Meskipun
demikian, aku mohon agar kakang bagiku tetap terkesan
sebagai orang baik-baik. Sehingga dengan demikian aku
tidak menjadi kecewa kepada kakang."
"Sudah aku katakan. Aku bukan orang baik-baik," jawab
orang itu. "Karena itu, aku dapat berbuat sesuatu yang
sangat buruk. "Kakang," ayah Warsi dengan sudah payah telah
mengekang dirinya. Sebenarnya ia bukan orang yang sabar,
yang dapat berbuat dan mengambil sikap berdasarkan atas
keseimbangan nalar dan perasaannya. Katanya kemudian,
"Sekali lagi aku minta kakang tetaplah menjadi orang baik
dimataku. Jika kakang benar-benar mengancam dan akan
mengambil langkah-langkah yang kasar, maka
kepercayaanku kepada orang lain benar-benar akan larut
sama sekali. Untuk seterusnya tidak akan percaya bahwa
sebenarnya ada orang yang baik itu."
"O," geram tamunya. "Jangan merajuk begitu. Kau sudah
menghina aku. Kemudian merajuk seperti kanak-kanak.
Jika kau sudah berani menghina aku, maka bersikaplah
seperti laki-laki." "Kakang berkata sebenarnya," jantung ayah Warsi
bagaikan akan pecah oleh ketegangan yang ditahannya.
"Ya," jawab tamunya.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
135 SH. Mintardja Akhirnya bendungan itu pun pecah juga. Jika
sebelumnya ayah Warsi berusaha untuk bersikap baik
dihadapan orang yang dianggapnya orang baik-baik, namun
ternyata kepercayaannya bahwa masih ada juga orang yang
baik itu pun telah larut. Karena itu, maka jawabnya, "Jadi
kakang mau apa?" Wajah tamunya menjadi merah padam. Katanya,
"Daripada aku melihat Warsi menjadi menantu orang lain,
maka lebih baik bagiku bahwa aku tidak akan melihat Warsi
dan kau untuk selama-lamanya."
"Jadi kakang benar-benar menjadi gila oleh penolakan
itu" Sebenarnya aku telah berusaha menyesuaikan diri
menghadapi kakang. Aku berusaha menolak dengan cara
yang paling baik yang dapat aku lakukan. Aku lebih baik
mempergunakan sifat asliku menghadapi orang yang aku
anggap terhormat seperti kakang ini," jawab ayah Warsi.
"Apa maksudmu?" bertanya tamunya.
"Pergilah kakang, sebelum segalanya berubah," berkata
ayah Warsi. Wajah tamunya itu menjadi bagaikan menyala.
Sementara itu ayah Warsi berkata, "Mungkin dalam
beberapa kejap ini aku masih mampu bertahan dengan
sikap yang aku persiapkan sejak lama menghadapi kakang
yang aku anggap mempunyai tata nilai kehidupan yang jauh
lebih baik dari aku."
"Persetan," geram orang itu. "Aku adalah orang yang
kaya. Aku akan dapat berbuat apa saja dengan uangku. Aku
tahu sejak mudamu, kau adalah seorang petualang. Tetapi
dengan uangku aku akan dapat membeli orang berapapun
aku kehendaki untuk melakukan niatku. Aku akan
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
136 SH. Mintardja mengambil sikap yang keras dan kasar. Mungkin aku akan
menculik Warsi, tetapi mungkin melenyapkannya sama
sekali. Termasuk kau."
"Cukup," potong ayah Warsi. Tangannya sudah mulai
gemetar. Rasanya ia sudah ingin menerkam tamunya yang
ternyata hatinya tidak sebersih yang diduganya.
Orang yang melamar Warsi bagi anak laki-lakinya itu pun
menggeretakkan giginya. Ia pun kemudian bangkit dan
tanpa berkata apapun juga ia melangkah keluar pintu. Di
luar dua orang pengiringnya sudah menunggu. Dua orang
yang bertubuh tinggi tegap. Seorang di antara mereka
rambutnya sudah mulai memutih. Jambangnya, kumisnya
yang panjang dan janggutnya yang telah memutih pula.
Namun tubuhnya masih tetap tegap bagaikan dilapisi baja.
Dengan demikian orang itu justru nampak menyeramkan.
Ayah Warsi yang kemudian melangkah keluar pula
melihat dua orang pengiring itu. Karena itu, maka
kepercayaannya kepada orang yang dianggapnya menganut
satu kehidupan yang mempunyai tata nilai yang baik itu


Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pun telah lenyap sama sekali.
"Orang yang disebut baik-baik itu pun pada satu saat
adalah serigala yang kelaparan," berkata ayah Warsi di
dalam hatinya. "Ternyata bahwa watak dan sifatnya tidak
ada bedanya dengan kami, orang-orang yang dianggap tidak
berkesadaran dalam peradaban sesama. Bedanya, kami
melakukan sendiri dengan tangan-tangan kami, tetapi
orang yang baik-baik itu mengupah orang untuk melakukan
hal seperti kami." Tetapi ancaman itu bagi ayah Warsi sama sekali tidak
membuatnya ketakutan. Bahkan demikian orang-orang
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
137 SH. Mintardja yang bertamu ke rumahnya itu pergi, Warsi muncul dari
balik dinding penyekat di ruang dalam. Dengan wajah yang
merah ia bergumam, "Ayah, apakah aku diperbolehkan
menyusul paman itu?"
"Untuk apa?" bertanya ayahnya.
"Aku akan menunjukkan kepada paman, bahwa apa yang
akan dilakukan itu sia-sia. Aku akan membunuh dua orang
pengiringnya dihadapan paman," jawab Warsi.
"Gila," geram ayahnya. "Kau jangan mengigau tentang
pembunuhan. Aku sudah mengatakan kepadamu lebih dari
seribu kali. Jangan mudah membunuh jika tidak terpaksa."
"Ayah mengajari aku, bahwa cara itu adalah cara yang
paling baik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
pelik di dalam kehidupan ini," jawab Warsi. Lalu, "Dan
ternyata sulit bagiku untuk mengetahui batas keterpaksaan
itu." "Tetapi kau salah menerapkan artinya," sahut ayahnya.
Warsi mengerutkan keningnya. Katanya kemudian,
"Tetapi paman juga mengancam akan membunuh aku.
Apakah ayah sangka bahwa hal itu tidak akan benar-benar
dilakukannya?" Ayah Warsi menarik nafas dalam-dalam. Katanya,
"Mungkin saja itu dilakukannya. Karena itu, kau harus
berhati-hati. Agaknya pamanmu benar-benar sakit hati."
"Jika paman benar-benar akan membunuh, maka wajar
jugalah jika aku pada suatu saat membunuh istri
Wiradana," desis Warsi.
Ayahnya terkejut. Ia tidak menyangka bahwa jalan
pikiran Warsi bergeser ke arah yang berbeda. Tetapi
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
138 SH. Mintardja kemudian ia pun mengangguk-angguk sambil berkata, "Jika
perlu. Tetapi jika Wiradana mau menceraikannya, maka kau
tidak perlu melakukannya."
Warsi menarik nafas dalam-dalam. Ia merasa lebih
mantap untuk melakukan rencananya. Orang yang dianggap
mempunyai landasan tata nilai yang baik itu pun akan
melakukan kekerasan. Apalagi orang-orang yang memang
sudah meletakkan dirinya dalam satu tataran kehidupan
yang lain seperti keluarga Warsi dan keluarga Kalamerta.
Dalam pada itu, sebenarnyalah orang yang melamar
Warsi untuk anak laki-lakinya itu benar-benar menjadi sakit
hati. Ketika ia sampai di rumahnya, maka ia pun segera
menyampaikan hal itu kepada anak laki-lakinya.
"Gila," geram anak laki-lakinya. "Jadi paman berani
menolak lamaran kita" Apakah ia sudah jemu hidup?"
"Aku sudah mengatakannya, bahwa penolakan itu akan
berarti kesulitan bagi keluarga Warsi. Tetapi ia keras kepala.
Agaknya mereka menganggap aku sekadar menakut-nakuti
saja," jawab ayahnya.
"Kita akan melakukannya. Sungguh-sungguh
melakukannya," berkata anaknya. "Aku dapat berbuat lebih
garang dari para penyamun di bulak-bulak panjang. Aku
dapat lebih kejam dari bajak laut di lautan. Aku sendiri akan
pergi bersama beberapa orang yang mengambil Warsi
dengan kasar dan membawanya kemari. Aku dapat berbuat
apa saja. Tetapi jika keadaan memaksa, aku lebih baik
melihat perempuan itu menjadi mayat."
"Aku sudah mengatakan. Tepat seperti apa yang kau
katakan," sahut ayahnya.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
139 SH. Mintardja "Jika demikian, kita tidak hanya sekadar mengancam dan
menakut-nakuti. Kita akan melakukannya," berkata anak
laki-lakinya. Dengan demikian, maka ia pun kemudian berbicara
dengan dua orang pengiringnya. Orang-orang bertubuh
raksasa. Seorang di antaranya telah berambut putih.
"Kita akan membawa lima orang kawan," berkata laki-
laki yang ingin memperistri Warsi itu. "Aku akan membayar
lipat, jika kita dapat membawa Warsi pulang dan
menyimpannya di dalam rumah ini."
Kedua orang pengiringnya itu tersenyum. Orang yang
berambut putih itu berkata, "Kau hanya membuang-buang
uang saja. Berikan uang itu kepadaku. Aku akan
mengambilnya dan membawanya kepadamu."
"Omong kosong," jawab laki-laki yang ingin memperistri
Warsi itu, "Jangan dikira kalau keluarga Warsi itu tidak
dapat mencari perlindungan. Ia juga termasuk orang yang
kaya. Sementara itu, menurut pendengaranku, ayah Warsi
adalah seorang yang suka bertualang."
"Apakah yang menarik, bahwa kau nampaknya tergila-
gila kepada gadis itu" Jika ayahnya seorang petualang,
apakah gadis itu gadis baik-baik?" bertanya orang bertubuh
raksasa dan berambut putih itu.
"Aku tidak peduli, apakah ia gadis baik-baik atau bukan.
Warsi adalah gadis yang sangat cantik. Tubuhnya
merupakan idaman bagi setiap laki-laki. Itu saja. Mungkin
aku memerlukannya untuk waktu yang lebih lama dari
kedua perempuan yang sudah aku singkirkan itu," berkata
laki-laki yang menginginkan Warsi itu.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
140 SH. Mintardja Orang berambut putih itu tidak menjawab. Ia sudah
terbiasa dengan sifat laki-laki itu. Setiap kali ia ingin
pekerjaannya selesai dengan tuntas. Ia tidak ingin
mengalami kegagalan. Karena itu, maka ia tidak tanggung-
tanggung untuk mengambil keputusan sebagaimana
ayahnya. Dalam pada itu, seperti yang dikatakan, maka laki-laki itu
atas persetujuan ayahnya telah memanggil lima orang
gegedug yang dapat dipercaya untuk bersama-sama
mengambil Warsi. Bersama mereka adalah dua orang
pengawal laki-laki yang menginginkan Warsi, laki-laki itu
sendiri dan ayahnya. "Sembilan orang adalah satu pasukan segelar sepapan.
Seakan-akan kita akan maju berperang merebut Pajang atau
bahkan Jipang dan Demak sekaligus," berkata pemimpin
sekelompok orang yang terdiri dari lima orang itu.
"Jangan besar kepala," bentak laki-laki yang ingin
mengambil Warsi itu. "Kita tidak boleh gagal."
"Kapan kita berangkat?" bertanya ayah laki-laki itu.
"Kita akan mengambilnya malam hari," jawab anak laki-
lakinya. Seperti yang direncanakan, maka ketika malam mulai
membayang, mereka pun segera bersiap-siap. Sembilan
orang di atas punggung kuda dan senjata di tangan. Ada di
antara mereka yang menyelipkan golok di pinggangnya.
Tetapi ada yang membawa tombak pendek dengan mata
ngeripandan. Ada yang membawa kapak bertangkai pendek
dirangkapi dengan sebuah perisai yang tidak begitu besar.
Sedangkan raksasa berambut putih itu menggantungkan
bindinya di pelana kudanya, sementara sebuah pedang
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
141 SH. Mintardja pendek tetapi besar terselip di pinggangnya. Kawannya,
juga seorang yang bertubuh raksasa tetapi berkepala kecil,
bersenjata pedang lengkung yang didapatnya dari seorang
kawannya yang pernah mengembara keseberang lautan.
Pedang yang tajamnya melampaui tajamnya welat pring
wulung itu merupakan senjata yang sangat disegani lawan-
lawannya. Namun dalam pada itu, orang-orang yang agaknya
menunggu malam mendekati puncaknya. Mereka akan
berkuda langsung menuju ke rumah Warsi. Mereka tidak
akan terhalang oleh para peronda yang akan dengan mudah
mereka takut-takuti. Apalagi mereka berjumlah sembilan
orang. "Ingat," berkata laki-laki yang menginginkan Warsi,
"Gadis itu jangan sampai terluka kulitnya. Ia harus kita
dapatkan utuh sebagaimana selalu kau lihat sebelumnya."
"Jika ia melawan?" bertanya pemimpin dari kelima orang
yang diupah untuk pergi bersama ke rumah Warsi itu.
"Apa artinya tenaga seorang perempuan. Tetapi biarlah
aku sendiri yang akan menangkapnya. Aku tidak mau kulit
kalian yang kasar itu menggores kulit Warsi," jawab laki-
laki yang tergila-gila kepada Warsi itu.
Orang-orang yang mendengar jawaban itu tertawa
berkepanjangan. Bahkan akhirnya orang itu sendiri pun
tertawa pula sambil berkata, "Nah, hanya aku yang boleh
menyentuhnya. Mengerti?"
Tidak ada jawaban. Tetapi suara tertawa itu masih
terdengar. Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
142 SH. Mintardja Dalam pada itu, sebenarnyalah bahwa perjalanan mereka
sama sekali tidak terganggu. Jika mereka melewati regol
yang dijaga, maka laki-laki yang bersenjata tombak pendek
dengan mata ngeripandan itu berkata kepada anak-anak
muda di regol itu, "Beri kami jalan. Kami sedang mengejar
segerombolan perampok."
"Mereka tidak lewat jalan ini," pada umumnya para
penjaga itu menjawab demikian.
"Kami mengambil jalan memintas. Mereka merampok di
rumah Ki Demang Watumulih," jawab orang bertombak itu
pula. Tidak seorang pun yang mencegah mereka lewat. Selain
mereka percaya akan keterangannya, maka tidak akan ada
kekuatan di padukuhan itu untuk menahan agar kesembilan
orang itu tidak meninggalkan gardu mereka.
Dengan demikian, maka sedikit lewat tengah malam,
maka orang-orang itu sudah mendekati padukuhan tempat
Warsi tinggal.Pemimpin dari kelima orang itu pun
kemudian berdesis, "Kita tidak boleh memberikan kesan
yang dapat memaksa para peronda memukul tanda bahaya
jika mereka mencurigai kita."
"Kita akan memberikan jawaban seperti yang sudah kami
lakukan," jawab raksasa berkepala kecil itu.
Pemimpin dari lima orang gegedug itu mengangguk.
Tetapi katanya, "Ada beberapa perbedaan. Padukuhan ini
adalah padukuhan tempat tinggal Warsi. Jika ayahnya
menjadi cemas atas ancaman yang pernah diucapkan, maka
ia tentu telah memberitahukan kepada para peronda
kemungkinan seperti ini. Karena itu, kita harus berhati-hati.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
143 SH. Mintardja "Aku sependapat," sahut ayah laki-laki yang
menginginkan Warsi itu, "Aku memang pernah
mengancamnya. Mungkin ayah Warsi itu memang sudah
bersiaga." Pemimpin dari kelima orang gegedug itu pun menyahut,
"Sebenarnya kita tidak perlu takut, seandainya dibunyikan
isyarat titir sekalpun. Jika kita berusaha, untuk mencegah
hal itu, karena kita ingin menghindari terjadi pembantaian
yang berlebih-lebihan. Aku sebenarnya tidak ingin
membunuh terlalu banyak, karena upah yang akan aku
terima tidak terlalu banyak pula."
"Tutup mulutmu," bentak laki-laki yang menginginkan
Warsi, "Aku memberi kalian upah lipat dari kebiasaan."
Tetapi pemimpin para gegedug itu tertawa, "Memang,
upah itu dua kali lipat. Tetapi tentu tidak bernilai seperti
jika aku membunuh duapuluh lima orang malam ini karena
seisi kampung berusaha menangkap aku. Karena itu kita
harus berhati-hati, agar tidak terlalu banyak membunuh
malam ini." Laki-laki yang menginginkan Warsi itu mengumpat.
Tetapi ia tidak berkata apa-apa lagi.
Demikianlah, maka iring-iringan itu pun telah sampai ke
regol padukuhan. Seperti yang mereka duga, di regol itu
pun terdapat beberapa orang anak muda yang sedang
meronda. Mereka pun bertanya sebagaimana pernah
ditanyakan di perondan sebelumnya. Dan orang bertombak
pendek itu pun menjawab sebagaimana pernah diucapkan.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
144 SH. Mintardja Ternyata anak-anak di regol itu pun tidak banyak
membuat persoalan. Seperti
anak-anak muda di padukuhan-padukuhan lain,
mereka memang agak ketakutan melihat sembilan
orang bersenjata. Ketika orang-orang itu lewat, maka pemimpin perondan itu pun berkata,
"Bagaimana pun juga kita
harus bersiaga." "Apa yang dapat kita


Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lakukan atas mereka?"
bertanya salah seorang dari anak-anak muda itu.
"Mudah-mudahan mereka benar-benar hanya lewat,"
jawab pemimpin peronda itu. "Tetapi jika tidak, dan mereka
ingin mengganggu ketenangan padukuhan kita, setidak-
tidaknya kita dapat membunyikan isyarat dengan
kentongan." Tapi rasa-rasanya memang ngeri berurusan dengan
orang-orang itu. Meskipun demikian, bagaimana pun juga
ada secercah perasaan tanggung jawab dihati anak-anak
muda itu. Dalam pada itu, di padukuhan-padukuhan sebelumnya,
sembilan orang itu benar-benar hanya lewat dan tidak
membuat gaduh sama sekali. Agak berbeda dengan
padukuhan yang terakhir. Mereka ingin mengambil
seseorang dari padukuhan itu. Seorang gadis yang sangat
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
145 SH. Mintardja cantik, yang dikenal oleh setiap laki-laki dan bahkan tidak
jarang anak-anak muda yang memimpikannya. Sekadar
bermimpi, karena untuk benar-benar melamarnya, anak-
anak muda itu merasa segan, karena Warsi adalah anak
seorang yang termasuk kaya di padukuhan itu.
Namun ada satu hal yang tidak diketahui oleh sembilan
orang itu. Sebenarnyalah bahwa ayah Warsi telah bersiaga
menghadapi segala kemungkinan, karena ia pun yakin,
bahwa laki-laki yang melamar Warsi itu tidak hanya sekadar
bermain-main dan mengancam.
Karena itu, maka ia pun telah menempatkan dua orang
pengamat di regol padukuhan sebelah menyebelah.
Pengamat yang tidak diketahui oleh para peronda di regol.
Dalam pada itu, demikian para pengamat itu melihat
sembilan orang memasuki regol padukuhan, maka mereka
pun segera menyadari bahwa yang mereka tunggu selama
itu telah datang. Karena itu, maka kedua orang yang berada di regol yang
menjadi pintu masuk dari kesembilan orang itu segera
berloncatan dari dinding ke dinding halaman berikutnya,
meminta jalan kembali ke rumah Warsi.
Ternyata mereka datang lebih dahulu dari sembilan
orang berkuda. Mereka sempat mengetuk pintu dan
membangunkan Warsi dan ayahnya serta para pengikutnya
yang pernah menjadi pengiring pada saat Warsi pergi ke
Sembojan. Dengan cepat maka mereka pun segera mengetrapkan
pembicaraan-pembicaraan yang pernah mereka lakukan
sebelumnya. Beberapa orang pengikut ayah Warsi itu pun
tiba-tiba telah menghilang dari halaman. Namun
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
146 SH. Mintardja sebelumnya ayah Warsi berpesan, "Mereka tentu
mengambil jalan keluar yang lain dari saat mereka
memasuki padukuhan. Mereka tidak akan menempuh jalan
kembali melalui gardu para peronda di regol. Tetapi mereka
akan mengambil jalan berikutnya."
Karena itu, maka para pengikut Warsi itu pun
mengetahui kemana mereka harus pergi.
Baru sesaat kemudian, maka sembilan orang berkuda
telah memasuki regol halaman rumah Warsi. Tidak ada
seseorang pun yang menjaga rumah itu. Halaman rumah itu
nampaknya sepi saja. Tidak ada tanda-tanda kesiagaan dari
keluarga Warsi. "Gila," geram ayah laki-laki yang menginginkan Warsi,
"Ternyata mereka tidak percaya. Ternyata mereka
menganggap bahwa aku hanya main-main saja dengan
ancamanku. Dan itu sangat menyakitkan hati."
Pemimpin dari kelima orang gegedug itu tertawa,
katanya, "Kalian menyesal bahwa kalian telah bersedia
membayar kami berlima tanpa berbuat apa-apa."
"Persetan," geram laki-laki yang menginginkan Warsi.
"Apapun yang terjadi, tetapi upah kami tetap. Dua kali
lipat jika kita berhasil membawa Warsi utuh sampai ke
rumah kalian," berkata pemimpin gegedug yang lima orang
itu. Laki-laki yang menginginkan Warsi tidak menjawab.
Tetapi ia pun kemudian segera turun dari kudanya dan naik
ke pendapa. Ayahnyalah yang kemudian mengatur orang-
orangnya untuk berjaga-jaga, karena bagaimana pun juga
mereka harus berhati-hati.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
147 SH. Mintardja Perlahan-lahan laki-laki itu mengetuk pintu. Beberapa kali.
Semakin lama semakin keras.
Baru beberapa saat kemudian terdengar suara dari dalam,
"Siapa diluar?"
"Aku Kiai. Peronda di regol padukuhan." jawab laki-laki itu.
"Peronda?" ulang suara didalam.
"Ya. Aku mengantarkan seorang tamu yang mencari rumah
Kiai" jawab yang diluar.
"Siapa tamunya?" bertanya orang yang didalam.
"Silahkan menerima, Kiai. Ini orangnya ada disini" jawab yang
diluar. Sejenak kemudian telah terdengar langkap mendekati pintu.
Ketika perlahan-tahan pintu dibuka, maka ujung pedang taki-laki
yang tergila-gila kepada Warsi itu sudah teracu kearah pintu.
Karena itu maka demikian pintu terbuka, maka dengan
sigapnya laki-laki itu meloncat dan menekahkan pedangnya di
perut orang yang berdiri di belakang pintu.
"He, apa artinya ini?" orang yang membuka pintu itu
menjadi gemetar. "Aku benar-benar datang paman." berkata laki-laki yang
mengacukan pedangnya, "bukankah ayah pernah mengatakan,
jika paman berkeberatan menyerahkan. Warsi, maka kami akan
datang dengan ucekerasan. Sekarang, paman harus menyerahkan
Warsi. Tidak ada alasan apapun lagi yang dapat paman
pergunakan untuk menolaknya"
Laki-laki yang membuka pintu itu memang ayah Warsi.
Dengan tubuh gemetar maka ia pun berkata, "Baiklah. Baiklah.
Aku akan memanggil Warsi"
"Marilah. Aku akan mengantar paman." jawab laki-laki itu
sambil masih mengancam. Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
148 SH. Mintardja Ayah Warsi tidak melawan sama sekali. Dibawanya laki-laki
itu ke bilik Warsi, sementara beberapa orang pengiringaya telah
naik pula ke pendapa dan bersiap-siap menghadapi segala
kemungkinan yang dapat terjadi.
Ketika bilik Warsi dikefiuk, maka pintu bilik itu pun segera
terbuka.- Warsi yang baru saja bangun dari tidurnya tidak sempat
membenahi diri. Dalam pakaian yang tidak teratur dan rambut
yang bergerai, Warsi bergeser surut.
"Jangan takut Warsi" berkata laki-laki yang menginginkannya
itu - aku datang menjemputmu."
"Jangan sentuh aku" berkata Warsi hampir menjerit.
Tetapi laki-laki itu justru melangkah maju memasuki bilik
Warsi. Langkahnya tertegun ketika tiba-tiba saja ia melihat Warsi itu
menggapai sebilah pusau belati yang masih ada didalam
sarungnya. "Aku akan membunuh diri" desis Warsi.
"Jangan, jangan Warsi" ayahnyalah yang mencegahnya.
"Tetapi laki-laki itu?" bertanya Warsi.
"Kita tidak mempunyai pilihan lain. Jika kau dikehendaki
maka apa boleh buat. Lebih baik kau ikut bersamanya daripada
kau harus membunuh diri." berkata ayahnya.
Warsi memandang laki-laki itu sejenak. Kemudian katanya,
"Apakah yang kau kehendaki sebenarnya?"
"Kau. Apakah kau masih belum yakin?" bertanya laki-laki itu.
Warsi termangu-mangu. Namun kemudian katanya,
"Bagaimana jika aku menolak ?"
"Aku tidak mempunyai pilihan lain Warsi. Kau, ayahmu dan
seisi rumah ini akan aku binasakan. Bagiku, lebih baik aku tidak
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
149 SH. Mintardja melihatmu selamanya daripada melihatmu bersama laki laki
lain." jawab laki-laki itu.
Warsi memandang laki-laki itu dengan tajamnya. Baru sejenak
kemudian ia berkata, "Keluarlah. Aku akan membenahi diri."
"Kau tidak perlu membenahi dirimu. Ikut aku dalam. keadaan
itu. Nanti jika kau sudah berada di rumahku, kau dapat
mambenahi pakaianmu dan kau akan dapat beesolek sekehendak
hatimu." berkata laki-laki itu,
Warsi tidak segera menyahut. Namun laki-laki itu melangkah
mendekatinya sambil berkata, "Marilah. Ikut aku."
"Bagaimana dengan ayahku?" bertanya Warsi.
"Aku tidak memerlukannya. Biarlah ayahmu menjadi
urusan ayahku," berkata laki-laki itu.
Namun tiba-tiba Warsi memegang hulu pisaunya sambil
berkata, "Aku minta ayah pergi bersamaku. Jika tidak, aku
menolak keinginanmu, aku akan membunuh diri."
Sejenak laki-laki itu termangu-mangu. Ketika kemudian
ayahnya juga memasuki bilik itu dan mendengar
permintaan Warsi ia mengumpat, "Buat apa aku membawa
ayahmu Warsi." "Aku memerlukannya paman," jawab Warsi. "Jika paman
tidak mau membawa ayah bersama kami, maka aku pun
menolak untuk pergi. Jika paman memaksa, maka aku akan
membunuh diri sekarang dihadapan paman dan ayah."
"Tunggu," berkata ayah laki-laki yang menginginkan
Warsi itu. Namun kemudian sambil menarik nafas dalam-
dalam ia berkata, "Apaboleh buat."
Dengan demikian maka orang-orang yang datang ke
rumah Warsi itu pun telah bersiap-siap untuk kembali.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
150 SH. Mintardja Pemimpin dari lima orang gegedug yang menunggu di
halaman tertawa sambil berkata, "Alangkah mudahnya
pekerjaannya hari ini. Sementara itu, aku akan mendapat
upah dua kali lipat."
"Tutup mulutmu," geram laki-laki yang membimbing
Warsi. Warsi mengikuti saja. Namun pisaunya masih terselip
pada ikat pinggangnya. Ketika laki-laki itu mencoba untuk
mengambilnya, Warsi sama sekali tidak memberikannya.
Dalam pada itu, dua orang pengiring laki-laki yang
datang itu telah menyiapkan dua ekor kuda dari kandang
ayah Warsi sendiri. Kemudian kedua ekor kuda itu
diperuntukkan bagi Warsi dan ayahnya.
"Aku tidak dapat naik kuda," berkata Warsi.
Laki-laki yang menginginkannya itu pun termangu-
mangu sejenak. Namun katanya kemudian, "Jika demikian,
marilah. Berkuda saja bersama aku. Aku akan dapat
menjagamu." Warsi memandang laki-laki itu dengan tajamnya. Namun
kemudian ia berdesis, "Aku akan berkuda sendiri."
"Bukankah kau tidak terbiasa?" berkata laki-laki yang
mengambilnya itu. "Tetapi aku tidak mau berkuda berdua, kecuali dengan
ayah," jawab Warsi. "Baiklah. Cobalah berkuda sendiri. Kita tidak tergesa-
gesa," jawab laki-laki yang mengambilnya itu.
Demikianlah, maka sejenak kemudian sebuah iring-
iringan telah meninggalkan halaman rumah Warsi. Laki-
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
151 SH. Mintardja laki yang akan mengambilnya itu berusaha menuntun kuda
yang dipergunakan oleh Warsi sambil duduk di punggung
kudanya sendiri. Sementara itu, ayah Warsi berkuda di
belakang diiringi oleh dua orang bertubuh raksasa yang
pernah datang ke rumah Warsi sebelumnya. Sementara itu
lima orang upahan yang bersama mereka, berkuda
berpencar. Kadang-kadang pimpinannya ada di depan.
Tetapi kadang-kadang ada di belakang.
Ketika iring-iringan itu keluar dari regol padukuhan
diarah yang lain dari saat mereka datang, sebagaimana
diperhitungkan oleh ayah Warsi, maka laki-laki yang
menginginkan Warsi itu minta agar ayah Warsi lah yang
menjawab jika para peronda nanti bertanya.
"Bagaimana jawabku?" bertanya ayah Warsi.
"Katakan, bahwa kau akan pergi ke tempat keluargamu
yang sakit keras. Katakan bahwa kami adalah orang-orang
yang menjemputmu," jawab laki-laki itu.
"Sekian banyaknya," bertanya ayah Warsi.
"Mereka tidak akan berpikir seperti itu. Tetapi
seandainya mereka bertanya juga, maka kau dapat
menjawab, bahwa jalan yang akan kita tempuh adalah jalan
yang berbahaya," jawab laki-laki yang mengambil Warsi.
Ayah Warsi tidak menjawab. Tetapi satu dari
perhitungannya, justru landasannya, ternyata tepat. Iring-
iringan itu tidak keluar padukuhan dengan menempuh jalan
kembali. Tetapi mereka mengambil jalan seterusnya dan
keluar di regol yang lain.
Sebagaimana mereka duga, maka di regol anak-anak
muda yang sedang meronda pun telah bertanya. Seperti
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
152 SH. Mintardja yang dipesan, maka ayah Warsi pun menjawab bahwa iring-
iringan itu akan pergi ke tempat keluarganya yang sedang
sakit. "Mereka datang menjemput aku di tengah malam, karena
keadaan yang gawat," berkata ayah Warsi kepada anak
muda yang sudah dikenal dan mengenalnya.


Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Memang tidak ada yang bertanya, kenapa yang
menjemputnya sebuah iring-iringan yang besar. Sehingga
karena itu, maka ayah Warsi pun tidak perlu
menjelaskannya. Demikian mereka keluar dari regol padukuhan, maka
orang-orang dalam iring-iringan itu menarik nafas dalam-
dalam. Rasa-rasanya mereka telah selesai dengan sebuah
tugas yang besar. Namun sekali lagi pemimpin dari lima
orang yang diupah oleh laki-laki yang menginginkan Warsi
itu berdesis, "Aku merasa tugasku kali ini menyenangkan
sekali dengan upah yang cukup."
Sementara itu, raksasa yang berambut putih pun
tersenyum pula. Katanya, "Aku sudah menawarkan diri
untuk melakukannya. Tetapi segala sesuatunya harus
meyakinkan bahwa tidak akan gagal."
Tidak ada yang menyahut lagi. Iring-iringan itu berjalan
tidak terlalu cepat, karena Warsi menurut pengakuannya
belum terbiasa duduk di punggung kuda. Apalagi Warsi
harus duduk dengan kedua belah kakinya di satu sisi,
karena ia mengenakan kain panjang. Setiap kali Warsi harus
membetulkan letak duduknya karena setiap kali rasa-
rasanya tubuhnya akan meluncur turun.
"Cobalah letakkan kakimu pada sanggawedi," berkata
laki-laki yang menginginkan Warsi. "Kita harus berjalan
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
153 SH. Mintardja lebih cepat sedikit. Kita harus sampai ke rumahku sebelum
dini hari. Sebelum orang-orang bangun dan menyapu
halaman atau bahkan pergi ke pasar."
"Aku tidak dapat," jawab Warsi
"Jika kau mengalami kesulitan, duduk saja bersamaku
disini," ajak laki-laki itu.
"Tidak mau," Warsi tetap menolak.
Laki-laki itu tidak memintanya lagi. Tetapi ia berusaha
untuk mempercepat perjalanan mereka. Jika mereka
sampai disebuah simpang empat ditengah-tengah bulak,
mereka harus berbelok dan melingkari padukuhan tempat
tinggal Warsi kembali ke jalan yang semula. Mereka sama
sekali tidak akan merasa cemas atas pertanyaan-pertanyaan
dari anak-anak muda yang berada di gardu-gardu. Mereka
akan dapat menjawab apa saja seandainya ada di antara
mereka yang akan mempertanyakan Warsi yang ikut dalam
iring-iringan itu. Untuk beberapa saat perjalanan itu sama sekali tidak
terganggu. Meskipun ayah laki-laki yang menginginkan
Warsi itu sama sekali tidak merasa senang, bahwa ayah
Warsi bersama mereka, namun ia tidak dapat berbuat lain.
Jika ia memaksa orang itu tinggal dan apalagi diperlakukan
buruk, maka Warsi benar-benar akan dapat melakukan satu
tindakan yang tidak menguntungkan.
Dalam pada itu, mereka telah menjadi semakin dekat
dengan simpang empat ditengah-tengah bulak. Mereka pun
telah bersiap-siap untuk membelok dan kemudian
menempuh perjalanan melingkar.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
154 SH. Mintardja Namun tiba-tiba saja mereka melihat sesuatu yang
mencurigakan di simpang empat itu. Karena itu, maka ayah
Warsi pun telah memerintahkan kedua orang raksasa
pengiringnya untuk berada di paling depan.
"Ya, kami melihat sesuatu meskipun tidak jelas," berkata
kedua orang pengiringnya. Lalu katanya kepada pemimpin
dari lima orang upahan itu. "Nah, mungkin baru disini
kalian mendapat pekerjaan yang berarti."
Orang itu tersenyum. Katanya, "Aku tidak pernah
mendengar bahwa di daerah ini terdapat penyamun atau
perampok. Mungkin yang kita lihat di simpang empat itu
adalah para petani yang menunggu air yang mengalir sedikit
sekali di parit sebelah."
Kedua orang raksasa itu tidak menjawab. Tetapi mereka
berdua berkuda di paling depan. Bahkan raksasa yang
berkepala kecil itu telah meraba hulu pedangnya. Pedang
yang nggegirisi yang tajamnya jarang ada bandingnya.
Setiap sentuhan pada tubuh seseorang berarti koyak sampai
ke tulang. Ketika mereka menjadi semakin dekat, maka mereka
melihat semakin jelas. Beberapa orang memang berdiri di
pinggir jalan dekat dengan simpang empat itu.
Karena itu, maka orang-orang di dalam iring-iringan itu
pun menjadi semakin berhati-hati. Kelima orang yang
semula menganggap bahwa tugas mereka terlalu ringan
untuk upah yang dua kali lipat dari kebiasaannya, mulai
menjadi berdebar-debar. Bahkan salah seorang berdesis,
"Jika orang-orang itu ingin mengganggu perjalanan ini,
mereka adalah orang-orang gila yang jemu hidup, karena
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
155 SH. Mintardja mereka sudah mengganggu kenikmatan perjalanan kami
yang sangat lancar ini."
Namun dalam pada itu, laki-laki yang ingin mendapatkan
Warsi itu pun berkata lantang, "Jika mereka benar-benar
ingin berbuat jahat, maka tidak ada hukuman yang pantas
bagi mereka, kecuali kebinasaan."
Kedua orang pengiring ayah Warsi yang bertubuh kekar
itu pun mulai memperlambat kudanya. Ternyata orang-
orang yang semula berdiri di pinggir jalan itu justru telah
bergeser ke tengah, sementara yang lain justru meloncat
parit di pinggir jalan. Melihat sikap orang-orang itu, maka pemimpin dari
kelima orang upahan itu pun berkata, "Hati-hatilah. Mereka
bukan orang kebanyakan. Tentu juga bukan penyamun kecil
atau orang-orang yang sering merampok orang-orang yang
pergi ke pasar. Kelima orang gegedug itu pun mulai berpencar pula. Dua
orang bertubuh raksasa itu sudah menghentikan kudanya.
Bahkan mereka pun kemudian telah meloncat turun. Jika
terjadi sesuatu, maka medannya tidak menguntungkan
apabila mereka harus bertempur di atas punggung kuda.
Dalam pada itu, maka seluruh iring-iringan itu pun
berhenti. Beberapa orang pun telah meloncat turun. Mereka
menanggapi kehadiran orang-orang di pinggir jalan itu
dengan sangat berhati-hati.
Namun dalam pada itu, ayah laki-laki yang
menginginkan Warsi itu mulai curiga. Adalah mustahil
bahwa ayah Warsi sama sekali tidak bersiap-siap
menghadapi ancaman yang pernah diucapkannya dengan
sungguh-sungguh. Karena itu, maka ia pun cepat
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
156 SH. Mintardja menghubungkan orang-orang yang berdiri di jalan itu
dengan kesiagaan ayah Warsi.
Karena itu maka tiba-tiba saja dengan nada lantang ia
berkata, "Hati-hatilah. Mereka adalah orang-orang yang
telah diminta ayah Warsi dengan sengaja mencegat kita."
Orang-orang yang bersamanya sejenak mencoba
mengerti keterangan itu. Namun yang sejenak itu telah
mengubah segala-galanya. Warsi yang semula disangka
tidak terbiasa berkuda serta ayahnya yang gemetar itu tiba-
tiba saja meloncat keluar dari iring-iringan itu. Demikian
cepatnya sehingga tidak seorang pun mampu mencegahnya.
"Anak setan," geram laki-laki yang menginginkan Warsi,
sementara Warsi telah berdiri di seberang parit. Seorang
laki-laki di antara mereka yang mencegat iring-iringan itu
telah meloncat pula mendekatinya seakan-akan siap untuk
melindunginya. Sedangkan ayah Warsi justru telah berada
di sebelah yang lain dari jalan bulak itu.
"Kalian memang licik," geram ayah dari laki-laki yang
menginginkan Warsi. "Tetapi cara apapun yang kalian
tempuh tidak ada gunanya."
"Maaf," sahut ayah Warsi. "Aku terpaksa melakukan cara
ini. Sebenarnya aku sama sekali tidak menginginkan
perselisihan. Apalagi dengan kadang sendiri. Tetapi kau
memaksa aku untuk mempertahankan diri. Kau benar-
benar telah mengupah orang untuk mengambil Warsi.
Karena itu aku pun benar-benar harus mempertahankannya
demi kebahagiaan Warsi di hari kemudian."
"Caramu sangat licik dan pengecut," geram ayah laki-laki
itu. Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
157 SH. Mintardja "Yang aku lakukan adalah sekadar cara. Sebenarnya
bagiku lebih mudah menghancurkan kalian di halaman.
Tetapi aku tidak mau mengganggu tetangga-tetanggaku,
sehingga karena itu, maka aku telah berusaha untuk
bertempur di tengah bulak ini," jawab ayah Warsi.
"Tetapi aku masih ingin memperingatkan kalian sekali
lagi," berkata laki-laki yang menginginkan Warsi. "Serahkan
Warsi. Jika tidak, maka kalian akan menyesal. Kami tidak
segan-segan untuk mengambil tindakan yang paling kasar
sekalipun. Bahkan terakhir dari tindakan kami jika perlu
adalah membunuh Warsi sendiri."
"Lakukan apa yang ingin kalian lakukan," berkata Warsi
yang tiba-tiba saja telah melepaskan kain panjangnya,
sehingga ia tinggal mengenakan pakaian sebagaimana
seorang laki-laki. Sambil membenahi rambutnya ia berkata
selanjutnya, "Kami sudah siap untuk mempertahankan
hidup kami. Tetapi ingat, setiap kali aku berhadapan
dengan seseorang yang benar-benar ingin membunuhku,
maka aku pun ingin membunuhnya."
Sikap Warsi memang mengejutkan. Dengan wajah yang
tegang laki-laki yang akan memperistrinya itu bertanya,
"Apakah kau juga akan ikut berkelahi?"
"Sebagaimana akan aku lakukan, aku pun mampu
melakukannya. Dan sebagaimana kalian kehendaki atas
kami, kami pun menghendaki demikian pula atas kalian.
Karena itu, maka kami pun ingin memberikan satu
peringatan atas kalian. Tinggalkan tempat ini. Aku masih
tetap menyadari, bahwa kita adalah bersaudara," berkata
Warsi. Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
158 SH. Mintardja "Kau jangan berbicara yang aneh-aneh Warsi," berkata
laki-laki yang menghendakinya. "Kau harus menyadari,
bahwa kau tidak mempunyai pilihan. Tetapi jika kau keras
kepala, maka apaboleh buat. Sudah aku katakan. Daripada
aku melihat kau diperistri oleh orang lain, maka aku lebih
baik senang melihat kau di usung ke kubur."
"Aku memberi kesempatan kepada kalian sekali lagi,"
teriak Warsi. Suaranya benar-benar membuat jantung
orang yang mendengarnya menjadi berdebar-debar.
"Tinggalkan tempat ini. Sikap kalian akan kami maafkan.
Tetapi sekali kami membenturkan kekerasan, maka yang
akan terjadi kemudian adalah kematian. Kalian semuanya
akan kami tumpas di simpang empat ini. Tidak seorang pun
akan tersisa." "Cukup," teriak laki-laki yang menginginkan Warsi,
"Gadis secantik kau masih mampu membual pula."
"Waktu kalian telah habis," berkata Warsi tanpa
menghiraukan kata-kata laki-laki yang akan mengambilnya.
"Sekarang kalian tidak mempunyai jalan keluar dari
simpang empat ini. Kalian benar-benar akan mati."
Sebelum laki-laki yang menginginkan Warsi dan yang
menjadi sangat marah itu sempat menjawab, maka ayah
Warsi telah mendahului, "Maaf kakang. Kakang sendiri
yang membakar setumpuk jerami kering di dalam lumbung.
Jika kemudian api akan berkobar dan menelan semua yang
kau bawa, termasuk anak laki-lakimu dan kau sendiri, sama
sekali bukan tanggung jawabku. Kau sendirilah yang masuk
ke dalam api seperti sulung di malam hari."
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
159 SH. Mintardja "Tutup mulutmu," bentak ayah laki-laki yang
menginginkan Warsi itu. "Kalian benar-benar akan
membunuh diri." Namun dalam pada itu, tiba-tiba saja terdengar
pemimpin dari para gegedug yang diupah oleh laki-laki
yang menginginkan Warsi itu tertawa. Katanya, "Aku
menjadi muak mendengar orang bertengkar tanpa ujung
pangkal. Masing-masing mengancam untuk saling
membunuh. Tetapi tidak seorang pun yang mulai berbuat
sesuatu." "Bagus," sahut Warsi. "Marilah. Jika benar-benar kita
harus saling membunuh."
"Itulah," jawab pemimpin dari kelima orang itu.
"Waktuku tidak terlalu banyak," lalu katanya kepada laki-
laki yang menginginkan Warsi. "Uruslah perempuan itu.
Kami akan membersihkan jalan yang akan kalian lewati."
Orang di kedua belah pihak kemudian justru terdiam.
Pemimpin dari kelima orang upahan itu pun segera
membagi orangnya. Ia sendiri bersiap menghadapi laki-laki
yang berdiri di sebelah Warsi, yang ternyata adalah
pengendangnya. Sementara itu, laki-laki yang
menginginkan Warsi itu pun telah siap untuk menangkap
Warsi dan membawanya. Ayah laki-laki itu telah bersiap
pula menghadapi ayah Warsi.
"Orang tua tidak tahu diuntung," ia masih bergeremang
sambil melangkah maju. "Jika anak perempuanmu mati
malam ini dalam umurnya yang masih muda, maka kaulah
yang bertanggung jawab."
"Anakku dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Mau atau tidak mau tergantung kepada Warsi. Tidak
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
160

Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

SH. Mintardja kepadaku. Karena itu, tanggung jawabnya pun ada pada
anakku sendiri," berkata ayah Warsi.
"Kau gila. Kau mau mencuci tangan he" Jika anakmu
mati, kau persalahkan anakmu itu sendiri," geram ayah laki-
laki itu. "Segalanya memang terserah kepadanya," jawab ayah
Warsi. Ayah laki-laki yang menginginkan Warsi itu pun tidak
sabar lagi. Tiba-tiba saja ia pun sudah meloncat menyerang
sambil berteriak, "Kaulah yang harus dibunuh lebih
dahulu." Ayah Warsi meloncat mengelak sambil berkata, "Kau
tahu kakang, bahwa aku adalah seorang petualang. Karena
itu, seharusnyalah kau menyadari, bahwa dalam keadaan
yang memaksa aku dapat menjadi keras dan kasar.
Sementara itu pengalamanpun cukup luas menghadapi
keadaan yang lebih buruk dari keadaan ini."
Tetapi ayah Warsi terpaksa berhenti berbicara. Tiba-tiba
saja senjata lawannya berdesing hampir mengenai
mulutnya. Dalam pada itu, maka orang-orang yang berada di
simpang empat itu pun mulai bergerak. Lima orang gegedug
itu pun berpencar, sementara dua orang raksasa pengiring
ayah laki-laki yang menginginkan Warsi itu pun sudah
mulai bergerak pula. Sejenak kemudian pertempuran benar-benar telah
membakar simpang empat itu. Kedua belah pihak telah
mendapatkan musuhnya masing-masing.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
161 SH. Mintardja Namun agaknya para pengikut Warsi jumlahnya lebih
banyak dari sembilan orang yang datang ke rumahnya.
Karena itu, maka raksasa yang berambut putih itu harus
bertempur melawan dua orang.
Ternyata orang yang bertubuh tegap kekar, meskipun
rambutnya sudah mulai memutih, demikian pula
jambangnya, kumis dan janggutnya, namun orang itu masih
segarang harimau kelaparan.
Demikianlah sejenak kemudian pertempuran telah
menjadi semakin garang. Semua orang telah terlibat
kedalamnya, kecuali Warsi dan laki-laki yang ingin
mengambilnya. "Kenapa kau masih termangu-mangu?" bertanya Warsi.
"Kau jangan melakukan sesuatu yang dapat menyulitkan
keadaanmu. Bagaimanapun juga, aku masih berusaha untuk
menyelamatkanmu. Meskipun ayah sudah mengambil
keputusan untuk membunuh semua orang tetapi aku akan
dapat menyelamatkan kau," berkata laki-laki itu.
"Sudah dikatakan oleh ayah dan sudah aku katakan pula,
aku tidak mau kau ambil dengan cara apapun juga. Apalagi
dengan cara yang kasar ini," berkata Warsi.
"Jika demikian, maka menyesal sekali, bahwa aku akan
memperlakukan kau sebagaimana aku katakan," berkata
laki-laki itu. Tetapi laki-laki itu menjadi heran. Warsi justru tertawa.
Ia sama sekali tidak menjadi cemas apalagi ketakutan.
Bahkan katanya, "Dengar. Aku sudah mengatakan. Aku
akan memperlakukan kau sebagaimana kau ingin
memperlakukan aku. Jika kau ingin membunuh aku, maka
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
162 SH. Mintardja aku pun ingin membunuhmu. Dan agaknya aku sama sekali
tidak akan merasa kehilangan jika kau mati."
"Anak iblis," geram laki-laki itu.
Warsi masih saja tertawa. Bahkan ia masih sempat
memperhatikan pertempuran yang membakar simpang
empat itu. Namun terasa jantungnya berdegup keras, ketika
ia melihat orang-orang yang disewa oleh laki-laki yang
menginginkannya itu. Mereka nampaknya benar-benar
ingin menyelesaikan pertempuran itu dengan cepat. Sekilas
Warsi melihat tombak bertangkai pendek dengan ujung
ngeri pandan. Ia pun melihat jenis-jenis senjata yang lain.
Seseorang dengan kapak dan perisai bertempur bagaikan
mengamuk. Sedangkan yang lain mempergunakan sebuah
golok yang besar. Sementara itu, sebilah pedang telah
menggetarkan dada Warsi. Pedang yang lengkung, tetapi
tajamnya tujuh kali pisau penyukur. Dalam cahaya bintang
daun yang lengkung itu nampak berkilat seakan-akan
melemparkan cahaya yang menyilaukan.
Namun Warsi tidak mempunyai banyak kesempatan
untuk merenung. Laki-laki yang akan mengambilnya itu
benar-benar marah. Dengan tangkasnya ia pun telah
meloncat menyerang. Tetapi agaknya ia masih berusaha
untuk dapat menangkap Warsi dalam keadaan utuh,
sehingga karena itu ia sama sekali tidak mempergunakan
senjata. Tetapi laki-laki itu terkejut bukan kepalang. Sebagai
seorang yang tidak hidup dalam lingkungan olah kanuragan
seutuhnya, maka ia sama sekali tidak dapat berbuat sesuatu,
ketika justru pada saat ia menyerang, maka kaki Warsi telah
mengenai dadanya. Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
163 SH. Mintardja Laki-laki itu terlempar beberapa langkah. Tubuhnya
terbanting bagaikan sebatang pohon pisang yang rebah.
Terdengar laki-laki itu menyeringai. Punggungnya rasa-
rasanya akan patah. Ia sama sekali tidak menduga bahwa
hal seperti itu dapat terjadi. Ia hanya mengira bahwa Warsi
yang benar-benar tidak mau mengikutinya itu berbuat lepas
dari penalaran. Seolah-olah Warsi akan mampu melawan
dan membebaskan dirinya. Tetapi yang terjadi ternyata bertentangan dengan
dugaannya. Kaki Warsi itu benar-benar menghantam
dadanya sehingga ia terlempar jatuh ditanah. Ia benar-
benar mengalami kesakitan pada punggungnya dan
dadanya bagaikan terhimpit sehingga nafasnya terasa
menjadi sesak. Namun laki-laki itu kemudian masih juga berusaha
bangkit. Ketika ia melihat Warsi berdiri tegak dengan
tangan bertolak pinggang, maka rasa-rasanya ia melihat
Warsi yang lain. Bukan Warsi yang cantik yang berkulit
semulus kulit mundu masak. Tetapi Warsi dimatanya telah
berubah menjadi iblis betina yang memang harus
dibinasakan. Warsi tidak berbuat sesuatu ketika laki-laki itu berusaha
untuk tegak berdiri. Dengan wajah yang membara laki-laki
itu memandang Warsi yang masih saja berdiri bertolak
pinggang. "Kau benar-benar tidak tahu diri," geram laki-laki itu.
"Sudah aku katakan," jawab Warsi. "Aku akan
membunuhmu. Tetapi aku masih mencoba sekali lagi
memberimu kesempatan. Hal ini tidak pernah aku lakukan
sebelumnya. Pergilah. Pulanglah dan menangislah jika kau
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
164 SH. Mintardja kesakitan. Tetapi jika kau benar-benar tidak ingin
meninggalkan tempat ini, apalagi bermimpi untuk
membawaku pulang, maka aku benar-benar akan
membunuhmu disini. Namun, masih ada kesempatan yang
terbuka. Justru karena kita masih mempunyai hubungan
darah." "Persetan," geram laki-laki itu. "Kau benar-benar ingin
mati." Warsi mengerutkan keningnya ketika ia melihat laki-laki
itu benar-benar menarik senjatanya dari sarungnya. Sehelai
pedang yang berwarna kehitam-hitaman.
"Luwuk itu pernah aku lihat," desis Warsi.
Sejenak ia mengingat-ingat. Namun tiba-tiba saja ia
berkata lantang, "He, luwuk itu ternyata telah kau curi dari
rumah kakek ya?" Laki-laki itu menggeram. Katanya, "Kakekmu mencuri
luwuk ini dari rumah kakekku. Bukankah kakekku lebih tua
dari kakekmu dalam tataran keturunan" Kakekkulah yang
berhak atas luwuk ini. Tetapi kekekmu telah mencurinya.
Karena itu, aku telah mengambilnya kembali."
"Luwuk itu hilang ketika aku masih terlalu kecil untuk
mengerti persoalannya. Tetapi aku pernah melihat luwuk
itu di rumah kakek. Beberapa saat kemudian kakek menjadi
marah-marah karena luwuk itu telah hilang. Ternyata
kaulah yang mencurinya. Karena itu, kembalikan luwuk itu.
Jika kau keberatan, maka kau bersalah ganda terhadapku.
Hukumanmu adalah hukuman mati dua kali. Artinya kau
akan mati perlahan-lahan," berkata Warsi.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
165 SH. Mintardja Wajah Warsi benar-benar menjadi menyeramkan. Di luar
sadarnya bulu-bulu di tengkuk laki-laki itu meremang.
Namun kemudian ia menjadi tatag kembali. Sambil
mengayunkan pedang berwarna hitam dan berhulu ukiran
kepala serigala, maka laki-laki itu melangkah mendekati
Warsi. "Aku benar-benar akan membunuhmu iblis betina,"
geram laki-laki itu. Tetapi jawab Warsi mendebarkan, "Jika demikian aku
sudah mengambil keputusan. Membunuh tanpa peringatan
lagi." Namun kata-kata Warsi terdiam. Laki-laki itu telah
meloncat menyerangnya dengan ayunan pedang mendatar.
Pedang yang disebut oleh Warsi luwuk itu.
Tetapi Warsi dengan tangkasnya meloncat mundur.
Serangan itu sama sekali tidak membuat jantungnya
bergejolak. Ternyata laki-laki itu menjadi makin marah. Seakan-
akan Warsi dengan sengaja telah menghinanya dengan
sikapnya itu. Dengan demikian maka laki-laki itu pun kemudian
bertempur semakin garang.
Selain kemarahan laki-laki itu yang menghentak-hentak
dadanya, ternyata luwuk itu memang bukan luwuk
kebanyakan. Luwuk itu seakan-akan mempunyai
kemampuan untuk mendorong tangan yang
menggenggamnya bergerak lebih cepat.
Karena itu, maka sejenak kemudian, Warsi mulai
berloncatan dengan langkah-langkah panjang. Luwuk di
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
166 SH. Mintardja tangan laki-laki itu bagaikan mengejarnya. Bahkan seakan-
akan laki-laki itulah yang terseret oleh kekuatan luwuk di
tangannya. "Gila," geram Warsi. "Betapa dungunya laki-laki ini,
tetapi dengan luwuk kakek ditangannya ia menjadi garang
dan sangat berbahaya."
Dalam pada itu, kemarahan laki-laki itu rasa-rasanya
tidak dapat lagi diendapkan. Ia tidak lagi melihat wajah
seorang gadis yang cantik yang berdiri di depannya sambil
tersenyum manis, tetapi ia merasa benar-benar berhadapan
dengan iblis betina yang dengan taring-taringnya yang
tajam siap menghisap sampai kering.
Karena itu, dengan luwuk pusaka itu, ia memang benar-
benar berniat membinasakan Warsi.
Sikap laki-laki itu ternyata terasa oleh Warsi. Niat untuk
membunuhnya itu benar-benar telah memantapkan
sikapnya. Ia pun harus membunuh pula. Bahkan bukan saja
laki-laki yang menghendakinya itu. Tetapi sekilas terbersit
pula kemantapan sikapnya untuk memaksakan
keinginannya dengan cara itu. Merampas Wiradana dengan
kekerasan. Sesaat kemudian Warsi pun benar-benar telah
kehilangan kendali. Ia tidak mengingat lagi bahwa laki-laki
itu adalah masih kadang sendiri. Apalagi laki-laki itu pun
tidak pula mengingat hal yang demikian, sedangkan laki-
laki itu dapat disebut seorang laki-laki dari keturunan baik-
baik. Karena itu, maka sesaat kemudian, ketika Warsi menjadi
semakin terdesak, ia pun telah mengurai rantainya dari
balik bajunya. Rantai yang merupakan senjata andalannya.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
167 SH. Mintardja Sejenak kemudian rantai itu pun telah berputar di atas
kepalanya. Suaranya berdesing seperti seribu kumbang yang
beterbangan di sekitar sarangnya.
Dalam pada itu, pertempuran antara dua kekuatan itu
pun menjadi semakin lama semakin dahsyat. Orang
berambut putih itu benar-benar seorang yang memiliki ilmu
yang mapan. Dua orang lawannya sekali-kali justru merasa
terdesak. Hanya karena kerja sama di antara mereka yang
cukup rapi, maka keduanya mampu bertahan melawan
amukan kekuatan orang berambut putih itu.
Sementara itu, pedang lengkung yang berada di dalam
genggaman raksasa berkepala kecil itu memang sangat
mengerikan. Kilatan cahaya yang terpantul oleh daun
pedang yang melengkung itu bagaikan bunga api yang
berloncat-loncatan. Dalam pada itu, lima orang upahan yang bertempur
dipihak laki-laki yang menginginkan Warsi itu benar-benar
bertempur dengan cara mereka. Mereka sama sekali tidak
menghiraukan tata nilai apapun juga. Yang mereka lakukan
adalah bertempur dengan segenap kemampuan yang ada
pada mereka. Dengan senjata mereka yang aneh dan
nggegirisi. Namun ternyata mereka telah membentur satu kekuatan
yang merupakan bagian dari kekuatan keluarga Kalamerta.


Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kekuatan yang memang hidup di dalam lingkungan
kekerasan. Dengan demikian, maka sejenak kemudian, mereka telah
sampai kepada kebiasaan mereka masing-masing. Keras,
kasar dan bahkan kemudian menjadi buas dan liar. Kedua
belah pihak telah saling menerkam dan mendesak
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
168 SH. Mintardja lawannya. Keduanya telah mengerahkan segenap
kemampuan mereka, tanpa menghiraukan aturan apapun
juga. Dalam pada itu, ayah Warsi masih bertempur dengan
sengitnya melawan ayah laki-laki yang menginginkan Warsi
itu. Namun ternyata bahwa ayah Warsi memiliki
pengalaman petualangan yang lebih luas. Bahkan sekali-kali
ayah Warsi yang mempunyai pengalaman lebih itu terlibat
pula dalam lingkungan petualangan Kalamerta.
Karena itu, maka sejenak kemudian, ayah Warsi telah
berhasil mendesak lawannya. Bahkan agaknya ayah Warsi
pun sudah tidak lagi dapat mengingat bahwa orang yang
menjadi lawannya itu adalah masih saudara kadang sendiri.
Bersambung ke Jilid 4. Naskah diedit dari e-book yang diupload di website Tirai
kasih http://kangzusi.com/SH_Mintardja.htm
Terima kasih kepada Nyi DewiKZ
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
169 SH. Mintardja Jilid Keempat Cetakan Pertama Naskah ini disusun untuk kalangan sendiri:
Bagi sanak-kadang yang berkumpul / cangkrukan di
"Padepokan" pelangisingosari atau di
http://pelangisingosari.wordpress.com.
Keberadaan naskah ini tentu melalui proses yang
panjang, mulai scanning, retype " editing dan
layouting sehingga menjadi bentuknya seperti
sekarang ini. Admin mempersilahkan mengunduh naskah ini
secara gratis dengan harapan buku yang mulai langka
ini dapat dibaca oleh sanak kadang di seluruh
Nusantara bahkan di seluruh dunia (WNI yang ada di
seuruh dunia). Untuk menghargai jerih payah beliau-beliau yang
telah bekerja dengan ikhlas demi menghadirkan buku
ini, maka dilarang menggunakan untuk tujuan
komersiil bagi naskah ini.
satpampelangi Koleksi: Ki Arema dan Ki Truno Prenjak
Scanning: Satpampelangi dan Ki Truno Prenjak
Retype: Nyi Dewi KZ di Web http://kangzusi.com/SH_Mintard
ja.htm Edit ulang: Ki Arema Lay-out: Satpampelangi Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
170 SH. Mintardja Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
1 SH. Mintardja DUA ORANG raksasa yang biasanya menjadi
pelindung ayah laki-laki yang menginginkan Warsi itu
menjadi gelisah. Tetapi ternyata mereka sedang
menghadapi lawan mereka masing-masing yang tidak dapat
mereka tinggalkan. Apalagi raksasa berambut putih itu
harus menghadapi dua orang sekaligus yang agaknya
memiliki kemampuan yang bersama-sama dapat
mengimbangi kemampuannya.
Yang bertempur tidak jauh dari Warsi adalah pemimpin
dari lima gegedug itu. Tetapi ia pun mendapat lawan yang
mengejutkan pula. Orang yang pernah menjadi tukang
gendang disaat-saat Warsi ngamen ke Tanah Perdikan
Sembojan itu ternyata mampu mengimbangi ilmu dari
pemimpin gegedug yang garang itu.
"Gila," geram pemimpin gegedug itu, "Ternyata ada juga
orang yang mampu melawan aku lebih dari sepenginang."
"Jangan terlalu sombong," jawab pengendang itu. "Aku
dapat menggilasmu lebih cepat. Tetapi aku masih ingin
menunjukkan ilmuku. Mudah-mudahan kau dapat
mengenali, bahwa aku adalah salah seorang pengikut
Kalamerta yang setia."
"Persetan dengan Kalamerta," geram pemimpin gegedug
itu. "Kau kira aku takut mendengar nama itu. Nama seorang
perampok kecil yang tidak berarti, yang mati terbunuh di
petualangannya. He, bukankah Kalamerta sudah mati."
Hampir diluar dugaan, bahwa pembicaraan itu didengar
oleh Warsi sehingga ia menjawab, "Memang. Paman
Kalamerta sudah meninggal. Tetapi kau masih dapat
melihat ilmunya yang tertinggal padaku."
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
2 SH. Mintardja Pemimpin gegedug itu mengumpat. Bahkan ia pun
bergerak lebih cepat untuk mendesak lawannya. Namun
dalam pada itu, laki-laki yang menginginkan Warsi itu
menjadi berdebar-debar. Ia sudah pernah mendengar nama
Kalamerta. Bahkan ia mengerti bahwa Kalamerta
sebagaimana ayah Warsi, masih ada hubungan kadang.
Namun yang paling mendebarkan ialah, bahwa laki-laki
yang menginginkan Warsi itu mengetahui, bahwa
Kalamerta adalah orang yang memiliki kemampuan yang
sulit dicari bandingnya. Karena itu, ketika Warsi mengaku bahwa ia memiliki
ilmu Kalamerta, maka hatinya pun tiba-tiba menjadi kecut.
Apalagi ketika kemudian senjata Warsi itu berputar
semakin cepat. Tetapi semuanya sudah terlambat. Warsi sudah
menentukan akhir dari pertempuran itu. Sebagaimana laki-
laki itu berniat untuk membunuh Warsi, maka Warsi pun
telah bertekad untuk membunuh laki-laki itu.
Dalam pada itu, kelima gegedug yang diupah oleh ayah
laki-laki yang menginginkan Warsi itu pun berusaha untuk
dengan segera mengakhiri pertempuran. Ia melihat laki-laki
yang mengupahnya ayah beranak itu terdesak. Jika mereka
mengalami cidera, maka mungkin sekali akan ada
perhitungan tentang upah mereka.
Karena itu, maka para gegedug itu pun bertempur
semakin cepat dan garang.
Demikian pula kedua orang pengawal ayah dari laki-laki
yang menginginkan Warsi itu. Keduanya bertempur
semakin seru. Bahkan keras dan kasar.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
3 SH. Mintardja Para pengikut ayah Warsi yang bertempur dengan
segenap kemampuan mereka, benar-benar membentur
kekuatan yang sulit untuk ditundukkan. Bahkan raksasa
berambut putih yang bertempur melawan dua orang itu pun
masih belum terkalahkan. Bahkan sesaat kemudian, maka raksasa yang berpedang
lengkung itu pun telah berhasil menyentuh kulit lawannya.
Sentuhan yang kebetulan terjadi ketika ia berusaha
menangkis pedang lengkung itu. Tetapi ujung pedang itu
bergerak melingkar dan menyentuh kulitnya.
Lawan raksasa berpedang lengkung itu mula-mula tidak
merasakan sesuatu pada tubuhnya. Ia baru sadar, bahwa
kulitnya tersentuh, ketika kemudian ia merasa bahwa darah
mengalir dari lengannya. "Gila," orang itu menggeram sambil meloncat surut.
Ketika dengan telapak tangannya ia meraba lengannya,
alangkah terkejutnya. Luka itu ternyata merupakan luka
yang dalam. Ternyata darah itu telah membuat orang itu bagaikan
menjadi gila. Dengan garang ia berloncatan menyerang
raksasa berkepala kecil dan bersenjata pedang lengkung itu.
Namun raksasa itu memang memiliki ilmu yang luar biasa.
Dalam pada itu, di luar sadarnya, raksasa berkepala kecil
itu melihat keadaan laki-laki yang menginginkan Warsi itu
menjadi semakin sulit. Ia semakin terdesak dan sekali-kali
rantai di tangan Warsi berdesing hampir menyentuhnya.
Namun bagaimana pun juga binalnya Warsi, kadang-
kadang ia masih juga disentuh satu kesadaran, bahwa laki-
laki itu adalah masih kadangnya sendiri.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
4 SH. Mintardja "Tetapi ia bersalah ganda," Warsi menggeregetkan
giginya untuk mengusir kelemahan hatinya. "Ia berniat
membunuhku dan ia sudah mencuri luwuk kakekku."
Dalam keragu-raguan itu, setiap kali laki-laki yang
menginginkannya itu rasa-rasanya mendapat kesempatan
untuk lolos dari bayangan maut.
Namun sementara itu telah terjadi sesuatu yang
mempengaruhi keseimbangan dari pertempuran itu ketika
raksasa berkepala kecil itu dengan garangnya
memanfaatkan keadaan. Lawannya yang sudah terluka itu,
yang menjadi bagaikan kehilangan akal oleh kemarahan
yang menghentak-hentak, justru telah mendapat
kesempatan. Darah yang semakin banyak mengalir memang
sangat berpengaruh. Sementara itu pedang lengkung itu
pun bergerak semakin cepat.
Ketika sekali lagi pedang itu berhasil menyentuh
pundaknya, maka kulitnya benar-benar telah terkoyak
sampai ke tulang. Bahkan rasa-rasanya sebelah tangan
orang itu tiba-tiba saja telah menjadi lumpuh.
Pada saat yang tegang raksasa berkepala kecil itu telah
berhasil menggoreskan tajam pedangnya yang lengkung itu
di dada lawannya. Karena itu, maka lawannya pun terdesak
tertahan. Namun ia tidak mampu bertahan. Luka-lukanya
benar-benar menjadi sangat parah, sehingga ia tidak
mampu untuk berbuat apa-apa ketika pedang lengkung itu
menghunjam langsung mengarah jantung.
Orang bertubuh raksasa dan berkepala kecil itu menarik
pedangnya sambil menggeram, "Kematian adalah wajar
bagi seorang laki-laki yang sombong dan dungu."
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
5 SH. Mintardja Sebenarnyalah kematian itu membuat kedua belah pihak
menjadi semakin terbakar oleh kemarahan. Sementara itu
raksasa berkepala kecil yang melihat bahwa laki-laki yang
menginginkan Warsi itu justru semakin mengalami
kesulitan, maka ia pun telah melangkah mendekatinya.
"Bagus," desis laki-laki yang menginginkan Warsi itu.
"Kita bunuh saja perempuan iblis itu. Jika ia tetap hidup,
maka ia adalah perempuan binal yang paling berbahaya.
Aku tidak memerlukannya lagi."
Kata-kata itu sangat mengejutkan Warsi. Baru ia
menyadari kesalahannya, bahwa ia tidak segera membunuh
laki-laki itu. Ia merasa bahwa ia telah membiarkan laki-laki
itu terlalu lama sehingga ternyata kemudian seseorang akan
sempat membantunya. Tetapi Warsi adalah seorang yang mewarisi kemampuan
Kalamerta. Karena itu, maka tiba-tiba saja ia pun
menggeram dengan suara yang bagaikan menggetarkan
bumi. Memang mengejutkan, bahwa seorang perempuan telah
menggeram dengan suara yang menggetarkan jantung.
Namun bagi laki-laki yang semula menginginkannya, Warsi
memang sudah berubah menjadi iblis betina yang
mengerikan. Raksasa berkepala kecil dengan pedang lengkung itu pun
menjadi semakin dekat. Wajahnya menjadi tegang ketika ia
melihat cara Warsi menggerakkan rantainya.
Sementara itu Warsi pun telah mempersiapkan diri
sebaik-baiknya. Ia sadar bahwa raksasa berkepala kecil itu
memiliki kemampuan yang tinggi.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
6 SH. Mintardja Tetapi justru karena itu, maka kebinalan Warsi pun
justru berkembang. Ia ingin menunjukkan kepada laki-laki
yang menginginkannya itu, bahwa ia benar-benar memiliki
kemampuan bertempur yang tidak hanya sekadar dapat
mengalahkannya saja. Karena itulah, maka Warsi telah menunggu. Jika
dikehendaki, maka ia dapat mempergunakan saat-saat yang
pendek itu untuk membunuh laki-laki yang
menginginkannya itu untuk mengurangi bebannya pada
pertempuran yang mendatang. Tetapi ia tidak
memerlukannya. Bahkan ia menunggu raksasa berkepala
kecil yang telah membunuh seorang di antara pengawalnya
itu. "Raksasa ini pun harus mendapat hukuman," berkata
Warsi di dalam hatinya. "Ia sudah membunuh satu dari
orang-orangku yang setia."
Karena itu, demikian laki-laki berpedang lengkung itu
mendekat, maka Warsi pun berkata, "Marilah. Aku memang
menunggu. Aku tidak membunuh laki-laki cengeng itu
sebelum ia yakin, bahwa aku memang memiliki kemampuan
untuk melakukannya. Bukan hanya atas dirinya sendiri,
tetapi juga atasmu raksasa yang berkepala kecil. Apalagi kau
sudah membunuh seorang di antara para pengikut ayahku."
Raksasa berkepala kecil itu menjadi marah, justru karena
ia telah disinggung cacatnya. Karena itu, maka ia pun segera
telah meloncat menyerang dengan garangnya.


Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Warsi seakan-akan telah mendapatkan satu
kegembiraan. Ia mendapat lawan yang terasa
perlawanannya. Karena itu maka ia pun menjadi semakin
lincah. Warsi mulai berloncatan seperti anak kijang. Namun
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
7 SH. Mintardja sekali-kali menyambar lawannya bagaikan seekor burung
sikatan. Dua orang laki-laki yang menjadi lawannya berusaha
untuk bertempur berpasangan. Saling mengisi dan saling
memecah perhatian Warsi. Tetapi ternyata Warsi adalah
tetap seorang perempuan yang garang.
Perhatian Warsi kemudian memang lebih banyak tertuju
kepada raksasa yang berkepala kecil. Serangannya terasa
mantap dan desing pedangnya memang mendebarkan
jantung. Namun rantai di tangan Warsi pun berputar
seperti baling-baling. Kadang-kadang rantai itu menebas
mendatar. Namun tiba-tiba rantai itu mematuk dengan
cepat bagaikan terjulur memanjang.
Raksasa berpedang lengkung itu mulai merasakan. Warsi
memang memiliki ilmu yang tinggi. Ia bukan sekadar
seorang perempuan binal. Tetapi ia memang memiliki bekal
dalam kebinalannya itu. Dalam pada itu pertempuran memang sudah diwarnai
dengan darah. Selain seorang sudah terbunuh, maka
seorang lagi pengikut Warsi sudah terluka. Tetapi luka
segores di lengannya itu masih belum berarti
melumpuhkannya. Ia masih memberikan perlawanan
sebagaimana sebelumnya. Tetapi sementara itu, raksasa yang berambut putih, yang
bertempur melawan dua orang pengikut Warsi mulai
terdesak. Ketika seorang di antara kedua orang yang
bertempur berpasangan itu mencoba membantu Warsi,
maka Warsi berteriak, "Selesaikan kuda tua berambut putih
itu. Raksasa berkepala kecil ini tidak berbahaya sama
sekali." Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
8 SH. Mintardja "Gila," raksasa berpedang lengkung itu marah sekali.
Dengan serta merta ia menyerang dengan garangnya.
Pedangnya yang tajamnya tujuh kali lipat tajamnya pisau
cukur itu berdesing, hampir saja menyambar telinga Warsi.
Warsi mengumpat kecil. Namun sementara itu, ia mulai
mencemaskan keadaan para pengikutnya. Apalagi ketika ia
mengetahui bahwa seorang dari pengikutnya telah terluka
pula setelah seorang terbunuh.
Kemarahan itulah yang mendorong Warsi untuk
menghentakkan ilmunya. Rantainya berputar semakin
cepat. Sekali-kali rantai itu mematuk memanjang dan
menyambar sendal pancing sebagaimana sebuah cambuk.
Raksasa berkepala kecil itu mulai merasa, betapa sulitnya
menjinakkan Warsi. Bahkan ketika ia berusaha menembus
putaran rantai Warsi sambil menjulurkan pedangnya, maka
terasa ujung rantai Warsi telah menyengat pundaknya.
"Iblis betina," teriak raksasa itu. Tetapi demikian
mulutnya terkatup, demikian cepatnya seakan-akan
mendahului penglihatannya, ujung rantai itu telah
menyentuh lambung laki-laki yang menginginkan Warsi itu.
Terdengar orang itu mengaduh. Darah mulai mengalir
dari lambung laki-laki itu dan dari pundak raksasa
berkepala kecil itu. Pertempuran selanjutnya menjadi semakin garang bagi
kedua belah pihak. Tetapi laki-laki yang menginginkan
Warsi dan yang sudah terluka di lambung itu menjadi
semakin lemah. "Ayah," desis laki-laki itu.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
9 SH. Mintardja Tetapi ayahnya tidak dapat menolongnya. Ia terlibat
dalam pertempuran melawan ayah Warsi. Pertempuran
yang menjadi semakin cepat. Namun yang mulai terasa,
bahwa ayah Warsi telah mendesak lawannya semakin berat.
Yang seimbang adalah bekas pengendang Warsi yang
bertempur melawan pemimpin gegedug yang diupah oleh
ayah laki-laki yang menginginkan Warsi itu. Ternyata
pemimpin gegedug itu benar-benar seorang yang sudah
mapan di dalam dunianya. Ia sama sekali tidak ragu-ragu
menyerang dan bahkan apabila mungkin menghancurkan
lawannya sampai lumat. Tetapi lawannya pun seorang yang memiliki pengalaman
yang luas di dalam olah kanuragan. Karena itu, maka
pemimpin gegedug itu tidak segera dapat menguasai
lawannya. Betapa ia berusaha mengerahkan ilmunya.
Namun pemimpin gegedug itu melihat, seorang
kawannya telah berhasil melukai lawannya. Jika ia dengan
cepat dapat memenangkan pertempuran itu, maka
semuanya akan segera selesai. Apalagi pengawal laki-laki
yang mengupahnya itu sendiri telah mampu membunuh
seorang lawan. "Jika kedua raksasa itu merupakan kunci
kemenangannya, maka kami tidak akan dapat upah yang
lebih banyak," berkata pemimpin gegedug itu di dalam
hatinya. Namun sebenarnyalah bahwa mereka tidak dapat
mengingkari kenyataan. Warsi yang marah itu akhirnya
benar-benar berhasil menguasai kedua lawannya. Raksasa
yang berkepala kecil dan berpedang lengkung itu sudah
dilukainya dan kehilangan kemampuan untuk bergerak
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
10 SH. Mintardja secepat saat ia mulai dengan pertempuran itu. Bahkan rasa-
rasanya serangan Warsi semakin lama semakin cepat.
Rantainya menyambar-nyambar semakin dahsyat bagaikan
ribuan lebah di seputar tubuhnya dan sekali-kali terasa
ujungnya menyengat kulitnya.
Raksasa itu mempercayakan ilmunya pada landasan
kekuatannya yang sangat besar, sesuai dengan besar
dadanya. Tetapi menghadapi senjata rantai, pedangnya
menjadi tidak begitu banyak dapat menyalurkan
kekuatannya. Benturan yang terjadi, bukannya kekuatan.
Jika ia dengan sengaja menangkis serangan Warsi, maka
yang terjadi justru kesulitan. Sekali-kali rantai itu membelit
daun pedangnya. Ketika Warsi menariknya menghentak,
hampir saja pedangnya itu terlepas dari tangannya.
Laki-laki yang menginginkan Warsi dalam pertempuran
yang semakin cepat dan keras, seakan-akan tidak berarti
apa-apa lagi. Meskipun ia masih berusaha membantu
raksasa yang berkepala kecil itu, namun gerak dan sikapnya
tidak banyak mempengaruhi pertempuran yang semakin
keras itu. Dalam pada itu, seorang dari para gegedug yang berhasil
melukai lawannya itu semakin mendesak. Darah yang
mengalir benar-benar berpengaruh bagi kemampuannya
untuk tetap bertahan. Dengan harapan untuk segera mengakhiri pertempuran
itu, maka gegedug itu berusaha semakin keras untuk
dengan cepat mengalahkan lawannya yang sudah terluka.
Tetapi yang kemudian terdengar mengaduh adalah
raksasa berkepala kecil dan bersenjata pedang lengkung itu.
Rantai Warsi yang berputar benar-benar mengacaukan
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
11 SH. Mintardja pertahanannya. Tiba-tiba saja rantai yang berputar itu
bagaikan terurai. Ujungnya terjulur memanjang dan
mematuk kearah dada. Raksasa itu sempat mengelak. Tetapi tiba-tiba saja rantai
itu terayun mendatar. Demikian cepatnya, sehingga rantai Itu telah mengoyak
lambung raksasa berkepala kecil dan bersenjatakan pedang
lengkung itu. Sejenak raksasa itu terhuyung-huyung beberapa langkah
surut. Namun Warsi tidak membuang kesempatan itu. Ia
sadar, bahwa salah seorang pengikutnya telah terbunuh dan
seorang lagi telah terluka. Jika ia tidak dengan cepat
menyelesaikan pertempuran itu, maka akibatnya akan
dapat menjadi parah bagi orang-orangnya.
Karena itu, maka Warsi pun telah meloncat memburu.
Dengan garangnya dan tanpa ampun Warsi mengayunkan
rantainya dan sekali lagi menyambar lawannya. Akibatnya
benar-benar menentukan justru karena rantai itu
menyambar leher lawannya.
Dengan demikian, maka sejenak kemudian raksasa
bersenjata pedang lengkung itu sudah terkapar di tanah.
Diam. Sementara nafasnya pun telah terputus pula.
Dalam pada itu, laki-laki yang menginginkan Warsi dan
yang telah terluka itu pun telah berusaha untuk mencegah
hal itu terjadi. Dengan cepat ia meloncat sambil
mengayunkan pedangnya mengarah ke arah leher Warsi.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
12 SH. Mintardja Namun ternyata Warsi dengan tangkasnya telah
merendah. Demikian pedang
itu menjulur di atas kepalanya, maka sambil berjongkok Warsi pun telah
mengayunkan rantainya mendatar. Dengan derasnya
rantai itu telah menyambar
sekali lagi lambung laki-laki
itu. Bahkan ujungnya telah
melingkar, bagaikan memeluk tubuhnya. Ketika Warsi menarik rantai itu,
maka laki-laki itu telah terputar. Namun yang terdengar adalah jerit melengking. Tubuhnya yang
telah dipeluk oleh rantai itu ternyata telah terkoyak pula.
Laki-laki itu pun kemudian jatuh pula terguling. Masih
terdengar ia mengaduh. Sementara itu, jeritnya telah memanggil orang-orang
yang sedang bertempur itu untuk berpaling. Ketika ayahnya
melihat laki-laki itu terputar dan kemudian jatuh terguling,
ia meloncat jauh-jauh dari lawannya, ayah Warsi.
"Anakku," terdengar suaranya patah oleh kemarahan
yang menyesak di kerongkongan. Kemarahannya benar-
benar telah membakar jantungnya yang membuat darahnya
mendidih. Karena itu, maka dengan serta merta ia pun telah
meloncat menyerang lawannya membabi buta.
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
13 SH. Mintardja "Kau menjadi gila," geram ayah Warsi, yang
bagaimanapun juga merasa bahwa laki-laki yang kehilangan
anaknya itu adalah masih kadangnya sendiri.
Tetapi laki-laki itu tidak menghiraukannya. Ia masih saja
menyerang dengan garangnya tanpa sempat berpikir sama
sekali. Dalam pada itu, Warsi kemudian berdiri tegak di antara
kedua sosok tubuh yang terbaring diam. Ketika terlihat
olehnya luwuk yang sudah terlepas dari genggaman tangan
laki-laki yang menginginkannya itu, maka luwuk itu pun
segera diambilnya. "Luwuk ini milik kakek," desis Warsi sambil mengamati
luwuk itu. Sejenak kemudian ia pun telah berjongkok di samping
laki-laki yang menginginkannya itu. Di amatinya laki-laki
itu. Ternyata bahwa laki-laki itu benar-benar tidak bernafas.
Satu kematian yang pahit, karena laki-laki itu telah
terbunuh oleh perempuan yang akan diambilnya menjadi
istrinya. Perlahan-lahan Warsi telah menarik wrangka luwuk itu
dari lambung laki-laki itu. Terasa cairan yang hangat telah
membasahi wrangka luwuk itu. Darah yang mengalir dari
lambung yang koyak oleh rantai Warsi itu sendiri.
Dalam pada itu, ayah Warsi itu pun kemudian berkata,
"Kakang, cobalah menyadari keadaanmu selagi semuanya
belum terlanjur. Kau masih sempat menarik diri dari arena
ini, karena kau adalah masih kadangku sendiri."
Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
14 SH. Mintardja "Persetan," geram laki-laki yang kehilangan anaknya itu.
"Anak perempuanmu memang iblis betina. Ia membunuh
anakku." "Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya," berkata
ayah Warsi. "Bukankah aku sudah mengatakan, bahwa
segala sesuatu akan dipertanggung jawabkannya sendiri."
"Kaulah yang bertanggung jawab. Kau ajari anakmu
menjadi pembunuh, he?" teriak ayah laki-laki yang
terbunuh itu. "Lalu kau ajari apa anak laki-lakimu itu" Kawin berulang
kali dan merampas perempuan dengan paksa" Jika hal
seperti ini tidak atas Warsi, maka perempuan yang malang
itu harus melayani sebagai budak kegilaannya. Tetapi
karena anakmu membentur perempuan yang kebetulan
adalah Warsi dengan sifat-sifatnya, maka ia harus menebus
kelakuannya dengan sangat mahal," jawab ayah Warsi.
"Persetan dengan kata-katamu. Kau dan perempuan iblis
itu harus mati," geram laki-laki yang kehilangan anaknya
itu. Ayah Warsi tidak menjawab lagi. Ia sudah cukup
memberi peringatan kepada lawannya yang masih
kadangnya sendiri itu. Tetapi peringatan itu sama sekali


Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak dihiraukannya, sehingga ia justru berusaha
menyerang ayah Warsi semakin keras.
Dalam pada itu, Warsi masih berjongkok disamping
tubuh laki-laki yang akan mengambilnya menjadi istrinya
itu. Namun tiba-tiba ia terkejut. Seorang pengikutnya
berusaha berloncatan menjauhi lawannya. Bahkan dengan
susah payah menghindari serangan-serangan yang
memburunya. Http://kangzusi.com/ dan http://pelangisingosari.wordpress.com/
15 SH. Mintardja Warsi mengangkat wajahnya. Seorang pengikutnya yang
terluka itu benar-benar mengalami kesulitan. Karena itu,
maka Warsi pun kemudian meloncat berdiri dan dengan
tiba-tiba saja ia sudah berdiri disamping pengikutnya yang
terluka dan sudah kehilangan harapan untuk tetap
bertahan. "Minggirlah," desis Warsi.
Lawan pengikutnya itu tertegun sejenak. Orang itu
mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh Warsi. Tetapi ia
sama sekali tidak menjadi gentar. Ia memang ingin berbuat
sesuatu yang dapat menentukan, sehingga kehadirannya
tidak dapat dianggap sebagai sekadar pelengkap. Raksasa
berkepala kecil dan bersenjata pedang lengkung itu sudah
terbunuh, sehingga peranannya tidak dapat dianggap
menentukan. Kehadiran Warsi memberikan harapan kepadanya,
bahwa ia akan mengalahkannya, sehingga ayah laki-laki
yang menginginkan Warsi itu akan sangat berterima kasih
kepadanya. "Aku harus cepat menyelesaikan perempuan iblis itu agar
kemudian aku dapat menolong orang yang harus
mengupahku. Jika orang itu mati juga seperti anaknya,
maka sia-sialah semua kerja yang mempertaruhkan nyawa
ini," berkata gegedug itu di dalam hatinya.
Pedang Medali Naga 16 Pendekar Tongkat Dari Liongsan Liong-san Tung-hiap Karya Kho Ping Hoo Pendekar Remaja 10
^