Pencarian

Terjebak Bencana Gaib 1

Dewi Ular 41 Terjebak Bencana Gaib Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Dewi Ular-41-Tara Zagita
Terjebak Bencana Gaib
Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Jisokam
Teks Editor : Jisokam
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TERJEBAK BENCANA GAIB
oleh Tara Zagita
Serial : Dewi Ular
Cetakan pertama
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta dilindungi oleh
undang-undang All rights reserved
(Oo-dwkz-234-oO)
Sinopsis Inggri terperosok ke negeri siluman. Ia dianggap tewas
oleh keluarganya. tapi muncul lagi sebagai gadis siluman.
Inggri bisa hidup kembali sebagai manusia jika dalam
rahimnya tertanam benih bayi dari pria yang masih berstatus
manusia. Eddu terpikat oleh kemesraan Inggri, akhirnya ia rela
dibawa lari Inggri ke negeri siluman. Menurut-keterangan si
penguasa Telaga Siluman. Inggri terjebak karena dimensi
alam siluman ada yang membukanya. Si penyihir tua itulah
yang punya tingkah menga- caukan alam gaib dan alam
siluman. Buron mengejar si peny ihir gaib yang tak lain adalah Nyai
Singgi. Namun ia justru ter- jebak ke dalam Guci Lorong Kubur
milik Dewa Bencana. Dewi Ular turun tangan. Meskipun ia
sudah diingatkan oleh Sang Ajal, tapi ia tetap nekat mencari
Buron. Akhirnya gadis cantik itu terjebak juga-ke dalam Guci
Lorong Kubur bersama Sang Ajal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mampukah anak bidadari itu melakukan pembebasan. jika
ternyata Nyai Singgi telah berhasil memiliki lima pedang
terampuh di bumi, pusaka yang membuat Dewa Bencana lari
terbirit-birit dikejar Nyai Singgi"
(Oo-dwkz-234-oO)
1 SEBUAH desa yang berada tak jauh dari daerah Pantai
Anyer, sekarang sudah menjadi tempat pemukiman elite.
Bangunan-bangunan indah berdiri di sana, dan akrab disebut-
sebut sebagai villa. Panorama pantai yang indah merupakan
sasaran utama bagi siapa pun yang menempati villa tersebut.
Tapi belakangan ini daerah villa indah itu sudah menjadi
daerah basis hantu. Panorama pantai yang semarak
menyegarkan, seolah-olah berubah menjadi wilayah berkekuatan mistik. Kengerian dan ketegangan mencekam
para penghuni v illa-villa tersebut.
Sampai-sampai ada seorang seniman yang iseng membuat
rambu-rambu lalu lintas sendiri. Rambu-rambu itu dipasang di
tikungan jalan dengan gambar tengkorak diberi garis merah
melintang dari kanan atas ke kiri bawah. Di bawah gambar itu
masih dipertegas lagi dengan tulisan berkesan konyol namun
cukup membuat tengkuk bergidik merinding. Tulisan itu
berbunyi: HANTU DILARANG PARKIR DI SINI.
Meski demikian, menurut cerita orang-orang kampung yang
tinggal tak jauh dari daerah tersebut, di tempat itu masih saja
sering terjadi peristiwa-peristiwa aneh yang menyeramkan.
Misalnya, seorang pengemudi omprengan yang bekerja
sampai larut malam sempat memergoki seorang gadis cantik
berdiri di tengah jalan. Gadis itu mengenakan gaun putih
berenda dan bertubuh tinggi, sexy dan montok. Pengemudi itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak tertarik sama sekali oleh gadis tersebut, sebab si gadis
menenteng kepalanya sendiri.
"Aku melihat jelas darah yang mengalir dari lehernya yang
buntung itu! Jelas sekali!" ujar si pengemudi saat
menceritakan kepada teman-temannya di sebuah kedai.
Seorang tukang ojek melintas di jalan bertikungan tajam
itu. Ia baru saja mengantar seseorang yang ingin
mengunjungi temannya di salah satu villa tersebut. Malam
yang gelap dan hanya diterangi oleh lampu motornya itu
membuat si tukang ojek berkali-kali merinding. Tengkuknya
seperti ada yang meniup-niup dari belakang. Ketika ia
beranikan diri menengok ke belakang, ternyata di boncengan
motornya itu telah duduk seorang wanita berambut panjang.
Wanita itu tidak mempunyai raut muka sedikitpun.
Tanpa mata, tanpa hidung, tanp.i mulut dan tanpa apa-
apa. Kosong, datar, serta polos. Esoknya si tukang ojek
ditemukan pingsan di pinggir jalan, 20 meter dari kendaraan
motornya. Dua orang pemuda yang baru saja pulang dari villa
tersebut menuju Jakarta juga mengalami nasib yang sama.
Dua pemuda itu mengendarai mobilnya di tengah malam,
karena salah satu dari mereka mendapat telepon dari
keluarganya yang tinggal di Jakarta, bahwa ibunya masuk
rumah sakit. Di ruang gawat darurat. Maka walaupun malam
sudah menunjukkan pukul 11 lebih, kedua pemuda itu nekat
mengendarai Escudo-nya menuju Jakarta.
Belum jauh dari kawasan villa-villa indah itu, tiba-tiba
mereka terpaksa menghentikan mobilnya dan menepi. Dari
arah depan tampak arak-arakan massa membawa obor
sebagai penerang jalan. Enam orang di bagian depan tampak
mengusung peti mati yang sudah berlumur tanah basah.
Sepertinya peti mati itu habis digali dari sebuah makam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aneh. Kenapa orang-orang itu saling menundukkan
kepala?" "lya. Pakaiannya serba hitam, lagi!"
Ketika arak-arakan massa pengusung peti jenazah itu
mendekati mobil, sorot lampu mobil memperjelas wajah dan
memandang ke arah lampu mobil. Kedua pemuda itu
tersentak kaget dan pingsan di tempat, karena wajah orang-
orang berpakaian hitam itu rusak semua. Berbelatung dan
berlumur darah. Bau bangkai busuk pun menembus kaca
mobil yang sebenarnya tertutup rapat.
Sepasang sejoli melintasi jalan tersebut manakala langit
terang dan rembulan memancarkan sinarnya ke bumi. Mobil
yang dikendarai mereka tiba-tiba mogok tanpa alasan yang
jelas. Ketika si pemuda membuka kap mesin, ternyata di
dalam kap mesin itu terdapat sesosok mayat tanpa busana.
Tubuh mayat dalam keadaan terpotong-potong dengan darah
segar masih menetes ke tanah. Kontan si pemuda pingsan, si
cewek pun ikut pingsan karena saat ia turun dari mobil,
kakinya dicekal oleh sepasang tangan buntung tanpa raga.
Sepasang pengantin baru menyewa salah satu villa. Masa
bulan madu mereka ternyata berakhir dengan tragis. Tengah
malam si pengantin pria bangun dari tidurnya. Ia menjerit
seketika melihat istrinya telah berlumur darah. Leher si istri
ternyata digorok oleh senjata tajam. Siapa pelakunya tak jelas.
Namun tak jauh dari ranjang, si pengantin pria menemukan
kain putih lusuh berlumur darah. Kain itu berbau busuk,
seperti habis dipakai membungkus bangkai. Selidik punya
selidik, ternyata kain itu adalah kain kafan dari dalam kuburan.
"Saya terbangun bukan karena mendengar istri saya
berteriak, tapi seperti dibangunkan oleh seseorang. Tubuh
saya diguncang-guncang, dan tangan yang mengguncang
tubuh saya itu dingin sekali. Seperti balok es. Ketika saya
terbangun, orang yang membangunkan saya itu tidak ada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang ada hanya istri saya yang sudah tidak bernyawa itu.
Ooh, istri-kuuu...," pria itu pun menangis mengenang
kematian istrinya yang misterius.
Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak,
memanfaatkan masa libur mereka dengan bersantai di salah
satu villa. Namun nasib malang telah melanda keluarga
tersebut. Si anak bungsu yang berusia 7 tahun itu menjerit
histeris di awal pagi. Ia menemukan kedua kakak dan ayah-
ibunya sudah tidak bernyawa. Mereka hanya tinggal kepala,
Sementara raga mereka tak tahu berada di mana. Sampai
sekarang raga keempat korban itu masih belum ditemukan.
Tante Riza adalah salah satu orang yang mempunyai villa di
sana. Janda berusia 40 tahun yang masih tampak cantik dan
menyan- dang jabatan sebagai presdir di sebuah perusahaan
itu tak berani menempati villa. Pemun- culan roh-roh halus
yang belakangan ini marak terjadi di sekitar villanya itu
membuat Tante Riza akhirnya menghubungi si paranormal
cantik, gadis berusia sekitar 24 tahun. Gadis berkekuatan
supranatural tinggi itu tak lain adalah Dewi Ular, alias Kumala
Dewi. "Aku sendiri nggak tahu, kenapa belakangan ini banyak roh
halus yang bermunculan di sana. Padahal sebelumnya tempat
itu adalah tempat peristirahatan yang nyaman, tenang dan
penuh kedamaian. Sepertinya ada sesuatu yang membuat
daerah itu menjadi daerah berhantu, Kumala."
"Kapan kita mau ke sana?"
"Terserah kau, kapan ada waktu luang?"
"Bagaimana kalau hari Kamis besok?"
"Boleh. Tapi, tunggu dulu... kalau kita ke sana hari Kamis,
itu sama saja datang ke sana pada malam Jumat dong."
"Memangnya kenapa kalau malam Jumat" Tante takut?"
"Takut sih nggak. Cuma... ngeri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nggak usah takut. Nggak usah ngeri. Saya akan bawa si
Buron, jelmaan Jin Layon itu. Kalau ada apa-apa, biar Buron
yang menyelesaikan. Kalau Buron nggak sanggup, baru saya
yang maju. Bagaimana?"
Tante Riza diam berpikir sambil berdebar- debar.
(Oo-dwkz-234-oO)
Sepasang suami-istri datang ke rumah Kumala Dewi.
Mereka tiba di rumah si anak bidadari itu sekitar pukul tujuh
malam lewat. Belum sampai pukul delapan. Kedatangan
mereka disambut oleh Sandhi, sopir pribadi Kumala yang
sudah seperti saudara angkat sendiri.
Selain Sandhi, ada pula seorang gadis cantik berpenampilan
lembut dan anggun. Gadis itu selalu mengenakan gaun
panjang yang menutup seluruh tubuh hingga kaki. Gaun itu
sering kali menyentuh lantai. Si gadis cantik tersebut sengaja
mengenakan gaun itu untuk menyembunyikan kakinya.
Bukan karena gadis tersebut ingin menyembunyikan
kakinya yang berbetis indah, tapi ia ingin menyembunyikan
suatu rahasia pribadi yang jarang diketahui orang. Hanya
Kumala dan beberapa orang-orangnya saja yang mengetahui
bahwa gadis itu sebenarnya tidak mempunyai telapak kaki.
Kedua telapak kakinya buntung dari sebatas pergelangan kaki.
Jika ia berjalan, tetap saja berjalan biasa, seperti gadis
bertelapak kaki. Namun sebenarnya kaki itu tidak menyentuh
lantai. Mengambang di udara dalam jarak sekitar 10
sentimeter dari lantai.
Gadis berkaki aneh itu punya nama yang cantik. Andini. Dia
adalah gadis yang pernah hidup di zaman kerajaan
Tarumanegara. Bersaing cinta dengan kakak tirinya, Andini
dikutuk menjadi seekor burung gagak. Pada waktu ia menjadi
burung gagak, ia pernah dikejar-kejar seorang pemburu.
Nyaris mati di ujung senapan. Tapi dengan kesaktiannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri, burung gagak itu menumbangkan pohon dan pohon
tersebut menimpa kedua kaki si pemburu. Pemburu tersebut
kehilangan kedua kakinya.
Meski begitu, Andini merasa bersalah. Hatinya dipenuhi
rasa penyesalan melihat pemburu itu buntung kakinya. Pada
suatu malam, Andini datang ke rumah pemburu itu secara
gaib. Lalu ia serahkan kedua kakinya kepada pemburu itu.
Kelak jika pemburu itu mati, kaki tersebut akan kembali sendiri
kepada pemilik sebenarnya, yaitu Andini, (Baca serial Dewi
Ular dalam episode: "MISTERI ASMARA TUA"). Tapi kapan
pemburu itu mati, dan di mana sekarang si pemburu itu
tinggal, Andini tak tahu.
Sentuhan tangan Dewi Ular membuat burung gagak itu
berubah menjadi manusia biasa. Tugas Andini dalam
kehidupannya di masa sekarang adalah mencari titisan
Wirasamba, yaitu kekasihnya di masa lalu yang ingin direbut
oleh kakak tirinya. Siapa titisan W irasamba dan di mana
tinggalnya, Andini juga tidak tahu. Padahal jika dalam
sembilan bulan Andini tidak dapat menemukan titisan
Wirasamba serta menikah dengannya, maka. ia akan berubah
menjadi burung gagak lagi selama-lamanya.
Jika ada seorang lelaki mempunyai dua pusar di perutnya,
maka dialah titisan s i Wirasamba. Tapi sampai detik ini, belum
dapat diketahui siapa orang yang menjadi titisan Wirasamba
itu. Padahal Kumala dan Buron. sudah ikut membantu mencari
sang titisan tersebut, tetapi mereka masih belum bisa
menemukan pria dengan dua pusar di perutnya. Alhasil, gadis
putri raja itu hidup bersama Dewi Ular, dan dianggap seperti
keluarga sendiri. Ia sering membantu Dewi Ular dalam
menyelesaikan kasus-kasus misteri, karena dalam diri Andini
sebenarnya tersimpan kekuatan supranatural yang cukup
tajam. Andini sering mewakili Kumala untuk urusan gaib. Hal itu
dilakukan jika kebetulan Kumala tidak bisa menangani urusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gaib tersebut, entah sibuk atau sedang pergi. Dan jika Andini
tak berhasil menyelesaikan urusan tersebut, Buron akan
membantunya dengan kesaktiannya sebagai jelmaan Jin
Layon. Tetapi malam itu, Buron tidak ada di rumah. Buron ikut
Dewi Ular dan Tante Riza ke daerah Pantai Anyer. Mau tak
mau Andini dan Sandhi menyambut kedatangan tamu mereka,


Dewi Ular 41 Terjebak Bencana Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepasang suami-istri yang memperkenalkan diri sebagai Oom
Daris dan Tante Onny.
"Kami memang belum menghubungi Kumala Dewi
sebelumnya," ujar Tante Onny. "Saya sendiri mendapat alamat
sini dari teman saya, dan teman saya menganjurkan agar kami
langsung saja datang kcnari malam ini juga."
"Kalau boleh saya tahu, siapa teman Tante Onny itu?"
"Zus Maya."
"Ooo, yaa, yaa... saya pun kenal dengan Zus Maya," ujar
Sandhi sambil membayang- kan seraut wajah cantik milik
wanita kaya berusia 35 tahun yang disebut-sebut sebagai Zus
Maya itu, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "DARAH
KORBAN PEMIKAT").
"Jadi, kami tidak tahu kalau hari ini Kumala Dewi nggak ada
di rumah."
"Iya nih. Sedang ada urusan di luar kota.Sejak tadi siang
perginya. Tapi mungkin besok pagi sudah ada di rumah."
"Boleh kami tahu keperluannya, Tante?" tanya Andini
dengan lemah lembut.
Sebelum Tante Onny menjawab, Sandhi yang sejak tadi
melirik perut Oom Daris itu buru-buru mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan itu dilontarkan dengan nada canda
supaya pasangan suami-istri itu tidak tersinggung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, Tante... sebelumnya saya ingin tanya, sebenarnya
yang jadi suami yang mana" Tante apa Oom?"
"Dia dong!" jawab Tante Onny dengan tersipu malu.
"Lalu, kenapa yang hamil Oom Daris" Tuh, perutnya sudah
besar begitii. Sudah berapa bulan kandungannya itu, Oom?"
"Jangan ngeledek, ah!" ujar Oom Daris yang tergolong pria
pendiam. "Perut saya sebesar ini bukan karena hamil."
"Oooo... saya kira hamil"!"
"Kamu ngaco aja deh, San!" Andini tertawa geli sambil
menepuk lengan Sandhi.
"Justru itulah kami datang kemari," sahut Tante Onny.
"Kami ingin minta bantuan Kumala Dewi untuk menyembuhkan perut suami saya yang makin hari makin
membengkak besar begitu."
"Lho, sakit apa itu, Tante" Super cacingan atau apa?"
"Itulah yang kami bingungkan," sahut Oom Daris. Tapi
istrinya buru-buru menimpali.
"Sejak dia pulang dari Ujung Kulon, menengok perkebunan
milik kakaknya yang ada di sana, kok tahu-tahu sampai rumah
perutnya jadi bengkak. Makin lama bengkaknya makin
kelihatan nyata, sampai akhirnya seperti orang hamil sembilan
bulan begini. Kami sudah berupaya ke dokter, tapi dokter
bilang... nggak ada penyakit apa-apa di dalam perut suami
saya ini. Kami juga sudah mencoba berobat ke 'orang pintar',
tapi hasilnya justru perut suami saya semakin besar begitu."
Andini yang sejuk tadi memperhatikan perut itu, tiba-tiba
berkata dengan suara lembutnya.
"Waktu pulang dari Ujung Kulon, Oom Daris sempat
singgah s i daerah pantai, ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. Saya bermalam di villanya teman saya, di daerah
Pantai Anyer."
Masih tetap memandangi perut Oom Daris, Andini berkata
lagi dengan suara lembutnya.
"Di v illa sana, Oom Daris pernah buang air kecil di bawah
pohon?" "Di bawah pohon" Kayaknya bukan pohon, tapi kalau di
bawah batu karang besar,memang iya!"
"Oo, kalau begitu penyakit itu datangnya dari batu karang
besar itu, Oom."
"Penyakit apa namanya?"
"Teluh Peri."
"Telur Peri?" Sandhi menggumam heran. "Memangnya peri
bisa bertelur?"
"Teluh!" ralat Andini. "Oom Daris kena Teluh Peri,
penunggu batu karang itu."
Oom Daris dan Tante Onny saling beradu pandang dengan
dahi berkerut penuh rasa heran.
"Tapi aneh?" gumam Andini sendiri. "Kenapa dokter bilang
nggak ada penyakit, ya?"
"Ah, dokter itu nggak bisa merasakan gangguan gaib.
Dokter bekerja berdasarkan pelajaran-pelajaran yang masuk
akal. Bekerja secara ilmiah. Bukan secara mistik."
"Ooo... pantas dokter nggak tahu, ya?"
Sandhi geleng-geleng kepala sambil menahan rasa malu.
Andini memang sering kurang mengerti tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan perkembangan zaman. Dan jika begitu,
biasanya Sandhi menjelaskan apa yang harus dimengerti
Andini untuk kehidupan masa sekarang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tante Onny berkata lagi kepada Sandhi, "Jadi bagaimana
cara menyingkirkan Teluh Peri ni, Nak Sandhi?"
"Biasanya memang Kumala yang mengobati penyakit
seperti ini, Tante. Tapi... mungkin Andini bisa. Coba saja, An."
Andini mengangguk satu kali, la segera memejamkan mata
dalam posisi tetap duduk di tempat. Tiba-tiba Oom Daris
merasa mual. Bahkan rasa ingin muntahnya tidak bisa
ditahan. Ia buru-buru lari keluar teras. Di tanah tak berumput,
Oom Daris pun akhirnya muntah-muntah seperti orang
kebanyakan minum air.
Tante Onny dan Sandhi terperanjat tegang melihat barang
yang dimuntahkan oleh Oom Daris ternyata berupa pasir
kering warna putih.
"Hooeek, hooeek, huuuueeeekk...!"
Selama Andini masih memejamkan mata, Oom Daris
muntah-muntah terus. Pasir kering yang dikeluarkan dari
mulutnya itu cukup banyak. Kira-kira setengah ember kecil
banyaknya. Tante Onny memijat tengkuk suaminya dengan
perasaan ngeri dan was-was.
Andini membuka matanya, menghembuskan napas pelan.
Oom Daris terengah-engah. Berhenti dari muntahnya. Ia
duduk terkulai lemas di tanah tak berumput itu. Keringat yang
keluar dari tubuhnya cukup deras, butirannya sebesar jagung.
Menyedihkan sekaligus
mengerikan bagi orang yang
melihatnya. "Tapi suatu keajaiban terjadi pada saat itu juga. Perut Oom
Daris sudah tidak membengkak lagi. Perut itu kembali normal
seperti biasanya. Kini yang dirasakan Oom Daris adalah letih,
lemah dan perih."
"Tenggorokan saya perih sekali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak apa-apa. Itu bukan karena Teluh Peri, tepi karena
terlalu banyak dipakai untuk muntah. Minum air hangat saja,"
kata Andini. "Sebentar saya ambilkan air hangat."
Andini tak mau manyuruh Sandhi. Ia sendiri yang
mengambilnya. Tapi pada waktu ia berjalan masuk ke ruang
tamu, Tante Onny terbelalak kaget mehhat kaki Andini tidak
menyentuh lantai. Kontan perempuan itu pucat pasi dan lemas
seketika. "Ooh, diia... dia.. dia nggak menyentuh tanah. Ooohhhh...."
Bruuuk...! Tante Onny pingsan karena sangat ketakutan.
Suaminya bingung melihat Tante Onny jatuh terkulai di
pangkuannya. "Yang kena teluh aku, kok yang pingsan kamu sih, Ma?"
ucap Oom Daris dengan suara bergetar.
(Oo-dwkz-234-oO)
2 VILLA milik Tante Riza tidak besar. Sedang-sedang saja.
Tapi mempunyai dua lantai. Dibangun dengan gaya bangunan
Jepang. Cukup indah dan mengesankan.
Di halaman depan terdapat dua payung pantai, lengkap
dengan meja dan bangkunya yang memutar. Jika seseorang
duduk di bawah payung pantai,
ia dapat melihat
pemandangan pantai baik di waktu malam maupun di waktu
siang. Letak villa itu sendiri berada di tanah yang agak tinggi,
walaupun tidak persis di tepi pantai. Oleh karenanya, villa itu
mempunyai posisi yang strategis untuk bersantai menikmati
panorama pantai.
Di samping villa itu, dalam jarak sekitar 40 meter, terdapat
sebuah villa juga yang berukuran lebih besar. Kesan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
timbul pada villa itu adalah bangunan mewah dengan gaya
arsitektur Eropa Timur. Entah siapa pemiliknya dan siapa
penghuninya, yang jelas ketika Kumala tiba di villanya Tante
Riza, ia melihat se- raut wajah tampan sedang duduk di
balkon v illa sebelah itu. Wajah tampan milik pemuda berusia
sekitar 27 tahun itu sempat memandang ke arah Kumala. Ia
melambaikan tangan dengan nakal, tapi Kumala hanya
tersenyum kecil, agak tersipu. Lalu meninggalkannya dengan
cuek. "Tempat ini cukup nyaman sebenarnya," kata Kumala
seperti bicara pada diri sendiri.
Tapi Tante Riza
mendengamya, karena berada di samping kirinya.
"Aku sendiri sebenarnya betah beristirahat di sini. Dulu
anak-anak sering kubawa kemari kalau sedang liburan. Tapi
sekarang aku nggak berani membawa anak-anak. Takut
terjadi apa-apa pada diri mereka bertiga."
Kumala manggut-manggut sambil memperhatikan alam
sekelilingnya. Gemuruh ombak menari di pantai terdengar dari
tempat mereka berada. Angin yang berhembus pun membawa
bau garam yang khas bagi kehidupan pantai.
"Hmmm, yaa, yaa.... Memang ada getaran gaib yang cukup
kuat di sekitar sini. Pasti ada sumbernya."
"Sumber apa maksudmu?" tanya Tante Riza.
"Sumber energi gaib, yang membuat wilayah ini menjadi
ajang pertemuan para hantu."
Buron yang sejak tadi diam saja itu kali ini ikut bicara.
"Villa sebelah itu milik siapa, Tante?"
"Oob, itu miliknya Robby Chandra, pengusaha sukses yang
bergerak di bidang otomotif."
"Pemuda yang ada di balkon itu siapa?" tanya Kumala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entah. Aku nggak kenal dia. Mungkin anaknya Robby
Chandra, atau adiknya. Nggak tahu deh!"
Tante Riza berbisik pada Kumala, "Kayaknya sih... boleh
juga tuh cowok, ya?"
Kumala tertawa pelan, lalu cuek lagi. Seolah-olah ia tidak
berminat membicarakan pemuda yang ada di balkonnya
Robby Chandra itu.
"Kalau mau menikmati sunset, lebih indah lagi jika kita
berada di lantai atas, Mala. Kita bisa melihat jelas sekali
keindahan matahari saat mau terbenam."
Tante Riza melirik arlojinya. "Kurasa... dua puluh menit lagi.
Ke atas aja, yuk?"
Saat mereka ingin menaiki tangga menuju ke lantai atas,
Kumala sempat berkata kepada Buron dengan menghentikan
langkahnya. "Apa kamu juga kepingin menikmati matahari tenggelam?"
Buron menjawab dengan agak kesal. "Kurasa aku bukan jin
norak. Tapi sekedar ikut berpartisipasi dengan kalian apa
salahnya?"
"Lebih baik langsung saja kau cari sumber energi gaib yang
ada di sekitar sini."
"Baru saja sampai, masa langsung bekerja sih?"
"Ini kerja borongan!" bisik Kumala dengan nada canda.
"Lebih cepat selesai lebih banyak keuntungannya."
Buron bersungul-sungut kesal. Menggerutu tak jelas.
Akhirnya ia pergi mencari sumber energi gaib. Tante Riza
tertegun dengan hati berdebar-debar ketika me lihat Buron
pergi menembus dinding, lalu lenyap tanpa wujud lagi.
Angin pantai semakin tajam menerpa wajah Kumala setelah
mereka berdua ada di balkon. Pemandangan memang lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik dari atas balkon itu ketimbang dari bawah tadi. Tapi
yang lebih menarik lagi bagi Tante Riza adalah sosok pemuda
bertubuh atletis yang ada di balkon villanya Robby Chandra.
Pemuda itu sengaja menggoda dengan senyum mempesona.
Senyum tersenyum mekar setelah
ia tahu Kumala menyempatkan memandang ke arahnya. "Sial! Mau apa dia itu
sebenarnya?" gerutu Kumala sambil buang muka. Tante Riza
berbisik pula sambil cekikikan pelan.
"Mungkin dia naksir kamu, Kumala."
"Dia bukan manusia."
"Ah, yang benar"!" Tante Riza kaget.
"Kalau manusia, nggak gitu caranya dong. Datang kek
kemari, kenalan kek, menyapa dengan sopan kek, bukan
cuma lirak-lirik dan cengar-cengir saja."
Tante Riza segera tertawa geli. Rupanya kata-kata Kumala
tadi hanya sekedar canda saja. Tante Riza menyimpulkan
dalam hati, bahwa ternyata diam-diam Kumala tertarik juga
pada pemuda itu. Tante bertahi lalat kecil di bawah bibirnya
itu bersiap-siap mundur jika Kumala memang ingin mendekati
pemuda itu. "Kau benar-benar berminat padanya, Mala?"
Senyum Kumala mekar tipis, ditujukan kelautan lepas.
Matanya pun tetap memandangi lautan yang mulai tampak
kemilau kuning karena pantulan sinar matahari yang mulai
mendekati cakrawala itu.
"Kalau saya tertarik sudah saya samperin dia."
"Samperin aja!"
"Kalau saya nggak mau nyamperin, berarti saya nggak
tertarik!" tegas Kumala yang merasa risi didesak seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tante mau kenalan sama dia?" tanya Kumala pelan,
berlagak memandang lautan.
"Boleh juga sih. T api gimana caranya, ya?" Tante Riza juga


Dewi Ular 41 Terjebak Bencana Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlagak memandang ombak di lautan.
"Turunlah ke bawah. Dia akan datang menghampiri Tante
dan memperkenalkan diri."
"Ah, masa bisa begitu sih" Dia kan belum kenal aku!"
"Justru itu dia akan memperkenalkan diri pada Tante.
Turunlah ke bawah."
"Ih, malu-maluin aja deh rasanya."
"Nggak apa-apa. Kenapa malu, kan dia yang nyamperin
Tante?" Timbang punya timbang, akhirnya Tante Riza nekat turun
ke bawah. Ia berlagak merapikan tanaman hias yang ada di
tepian teras. Kumala Dewi menggunakan kekuatan batinnya.
Ia mengirimkan suara batin yang bernada perintah kepada
pemuda itu. "Turun kau! Samperin perempuan yang ada di bawah itu.
Perkenalkan dirimu dan bersikaplah baik padanya. Cepat turun
sebelum dia masuk lagi!"
Pemuda yang ada di balkon itu tampak kebingungan. Tapi
ia buru-buru meninggalkan balkonnya. Dalam beberapa kejap
saja, pemuda itu sudah tampak melangkah memasuki
halaman dan mendekati Tante Riza. Kumala memandangnya
dari atas dengan tawa cekikikan.
"Tante, perkenalkan... nama saya Eddu. Saya adiknya Bang
Robby. Saya sendirian di rumah itu, karena ingin cari
ketenangan. Saya habis mengalam i masa stress yang cukup
berat. Jadi saya butuh mengistirahatkan otak saya. Kebetulan
Bang Robby pergi ke Belanda bersama keluarga. Saya
diizinkan menempati villanya itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tante Riza terbengong kebingungan, Sejak tadi hanya bisa
berkata: a-o-a-o saja. Tapi dalam hatinya bergumam sendiri
penuh keheranan.
"Kenapa ini anak jadi begini, ya" Jangan-jangan punya
penyakit syaraf?"
Kumala semakin geli melihat Tante Riza bengang-bengong
seperti sapi ompong.
(Oo-dwkz-234-oO)
Malam bergulir tanpa bintang. Suasana sunyi terasa
mencekam, karena tak ada suara apa pun selain suara debur
ombak samar- samar. Hembusan angin pantai terasa
menaburkan udara dingin bersama menyebarnya bau amis
ikan yang samar-samar.
Seandainya malam itu Tante Riza tidak bersama seorang
paranormal cantik keturunan dewa, ia tak akan berani duduk
di bawah payung pantai, di depan villanya. Seandainya malam
itu tak ada pemuda tampan bernama Eddu, Tante Riza tak
akan sebegitu ceria berada dalam perbincangan santai
tersebut. "Eh, kayaknya di dapur ada stock mie instan deh.
Bagaimana kalau kubuatkan mie rebus untuk menghangatkan
acara malam ini" Okey?"
Kumala dan Eddu tak keberatan dengan gagasan Tante
Riza itu. Wanita cantik berambut pendek itu bergegas pergi ke
dapur. Di sana ada Mang Jamin, pelayannya yang bertugas
merawat villa. Selain Mang Jamin juga Mak Saroh, istri Mang
Jamin. Mereka bertiga menyiapkan hidangan malam,
sementara Kumala dan Eddu hanya berdua di bawah payung
pantai. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di Jakarta, aku tinggal di daerah Kemang. Aku punya
rumah sendiri. Rumah kontrakan sih, tapi sering dipakai
kumpul oleh teman- teman," kata Eddu.
"Lalu, selain nge-band, apa aktivitasmu sehari-hari, Ed?"
"Bantuin bisnisnya Bang Robby. Masarin mobil, nyariin
pembeli, ngurusin showroom, yaah... sebangsa begituanlah."
"Kuliahmu sendiri bagaimana?"
"Macet," Eddu tertawa malu. "Tahu nih, tinggal skripsi aja
malesnya bukan main."
"Kamu terlalu diperbudak oleh perasaan sih. Nggak mau
mengutamakan pikiran."
"Maksudmu?"
"Kamu terlalu ngikuti perasaan. Cuma gara-gara Rina aja
semuanya jadi berantakan."
Eddu terperanjat heran, "Lho, kok kamu kenal sama Rina
sih?" "Aku nggak kenal sama Rina."
"Kok kamu tahu kalau aku lagi kacau banget gara-gara
Rina?" Kumala Dewi tersenyum kalem. "Aku cuma untung-
untungan menyebutkan nama Rina. Memangnya Rina itu siapa
sih?" Kumala berlagak bodoh. Padahal sejak tadi mendengar
gemuruh resah hati Eddu yang selalu menyebut-nyebut nama
Rina. Eddu belum tahu bahwa Kumala adalah gadis yang
mempunyai kekuatan supranatural tinggi, dan mampu
mendengarkan suara hati seseorang, termasuk bisa membaca
pikiran orang lain.
"Hampir satu tahun aku pacaran sama Rina. Aku feeling
banget sama dia. Tapi setelah semuanya kukorbankan buat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rina, eeh... nggak tahunya dia berkhianat. Dia cuma ingin
nguras duitku doang. Dasar cewek matre! Sekarang dia kabur
nggak tahu ke mana."
"Ke Amerika."
"Kok kamu tahu" Memang sih, dengar-dengar dia punya
hubungan intim sama cowok bule, staf kedutaan. Tapi... soal
dia lari sama cowok itu ke Amerika, aku belum dapat kabar.
Baru sekarang kudengar kabar itu darimu."
"Itu juga cuma dugaanku saja. Yang penting, kamu nggak
usah mikirin soal dia lagi. Biarkan aja dia pergi bersama
kepalsuan cinta-nya. Beruntung kamu ditinggalkan sekarang.
Coba kalau kalian sudah telanjur kawin, sudah telanjur punya
anak, lalu dia pergi seperti saat ini, kan lebih parah lagi
jadinya." "Iya, ya..."!" gumam Eddu sambil termenung dan manggut-
manggut. "Mendingan energimu dipakai untuk kesibukan lain yang
bermanfaat, daripada mikirin seorang pengkhianat, nggak ada
habisnya. Bisa-bisa kamu gila hanya gara-gara mikirin cewek
begituan."
Setelah diam merenungi kata-kata Kumala, tiba-tiba Eddu
mengejutkan pertanyaan yang membuat Kumala tertawa kecil.
"Kamu sendiri bagaimana" Kamu sudah punya pacar, kan?"
Tawa kecil itu menambah kecantikan yang terpampang di
wajah anak bidadari itu. Tentu saja hati Eddu semakin
berdebar-debar ditaburi bunga-bunga indah yang mengagumkan. Eddu merasakan ada bagian tubuhnya yang
gemetar lantaran perasaan kagum yang berlebihan. Tapi ia tak
tahu bagian mana yang bergetar itu.
"Kalau aku belum punya pacar kau mau apa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eddu bertambah deg-degan. Bingung juga menjawab
pertanyaan seperti itu, apalagi di iringi tatapan mata yang
terasa tembus sampai di lubuk hati, rasa-rasanya Eddu lebih
baik tidur nyenyak ketimbang menghadapi pertanyaan seperti
itu. "Aku tahu kau kagum padaku. Kau tertarik padaku, bukan?"
ceplos Kumala, sengaja membuat pemuda itu semakin salah
tingkah. Katanya lagi, "Suka kepada lawan jenis itu hal yang wajar.
Normal-norma l saja. Nggak perlu sampai gugup dan
kehilangan seribu kata begitu dong. Santai aja.".
Senyum Kumala mekar kembali. Berseri indah, membuat
mata Eddu sulit berkedip. Bahkan menelan ludahnya sendiri
saja susahnya bukan main, apalagi jika ludah itu sudah jatuh
ke meja, jelas lebih sulit lagi untuk ditelannya kembali.
"Aku tahu kau dalam keadaan stress berat. Aku tahu
pikiranmu sangat kacau. Maukah kau kubuat tenang?"
"Hmm... hmmm... hmmmmmau... mau aja. Tapi... tapi
bagaimana caranya?"
"Oho, jangan berpikiran jorok begitu dong. Aku punya
maksud ngak sejorok yang kau bayangkan."
"Edan cewek ini. Dia tahu aku berpikiran tentang ranjang
kemesraan"!" gumam Eddu dalam hatinya.
"Begini cara membuatmu tenang. Buka telapak tanganmu!"
Eddu memang bingung, tapi ia menurut saja apa kata si
cantik berlesung pipit itu. Telapak tangan dibuka di depan
Kumala, lalu jari telunjuk Kumala menempel di telapak tangan
itu, sedikit menekan.
Eddu merasakan ada getaran aneh yang masuk ke dalam
tangannya. Getaran itu semakin merayap ke sekujur tubuh.
Eddu merasa sekujur tubuhnya seperti kesemutan Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya yang gundah dan pikirannya yang kacau balau itu
tiba-tiba menjadi tenang Sekalipun telunjuk itu sudah diangkat
dari telapak tangannya, namun Eddu masih merasa gentaran
lembut yang membuat hatinya tenteram dan diliputi
kebahagiaan. "Rasa kagumku semakin bertambah padamu," Eddu berani
bicara begitu dengan tutur kata yang lemah lembut, tanpa
kegugupan sedikit pun.
"Kagum boleh saja. Tapi... sebaiknya kau tengok dulu
simpananmu di kamar."
"Simpananku"!" Eddu berkerut dahi. "Simpanan apa
maksudmu?"
"Gadis yang sejak tadi kau tinggalkan di kamar atas itu
sudah lama menunggumu."
"Gadis yang mana"!"
"Apakah kamu nggak bisa lihat dari sini"!" sambil Kumala
melirik ke balkon villanya Robby Chandra.
"Nah, lihat itu. Bayangannya kan kelihatan dari sini. Dia
mondar-mandir dengan gelisah tuh. Dia pasti menunggumu.
Ayo, pulanglah dulu biar dia nggak marah-marah padamu."
Eddu memandang ke balkon kamarnya sendiri dengan dahi
semakin berkerut. Bahkan ia sempat bangkit dari duduknya,
maju tiga langkah untuk mempertegas penglihatannya.
Memang tampak bayangan seorang gadis berambut panjang
yang mondar-mandir di dalam kamar itu. Tapi rasa heran
Eddu justru semakin besar.
"Aku nggak nyimpen perempuan, Kumala. Aku datang
kemari sendirian?"
"Oh, ya..." Lalu, siapa perempuan ramping itu"!"
"Aak... aku... aku nggak tahu!" Eddu menyentakkan
pundaknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu kau kedatangan tamu halus."
Ketenangan Eddu buyar kembali.
(Oo-dwkz-234-oO)
3 SEMULA Eddu takut menengok kamarnya. Tapi desakan
Kumala membuat Eddu malu jika merasa takut melihat
keadaan kamar di lantai atas itu.
"Dia yang statusnya cewek aja berani, masa aku ketakutan
sih?" pikirnya.
"Ayolah, kita tengok bersama, Ed. Kalau ada apa-apa biar
kutangani sendiri!"
Waktu itu Tante Riza ikut keluar, dan melihat juga
bayangan seorang wanita dari jendela kaca kamar tersebut.
Tante Riza menyarankan agar Eddu tak perlu takut jika
bersama Kumala.
"Mungkin kamu belum tahu, ya..." Kumala ini 'orang pintar'
yang sudah nggak asing lagi dengan hal-hal kayak gitu.
Semua setan, hantu, dan sejenisnya... lari pontang-panting
kalau ketemu Kumala. Sudah, Sana...! Tengok dulu siapa yang
ada di kamarmu itu!"
Hanya berdua mereka menengok kamar tersebut. Dalam
hati Eddu masih sangsi, "Benarkah Kumala 'orang pintar'
sejenis dukun" Masa dukun cantiknya bukan main sih"
Setibanya di dalam kamar itu, ternyata kamar tersebut
dalam keadaan kosong. Eddu mencarinya sampai ke balkon,
tetap tak ada siapa-siapa. Tapi ia mencium bau wangi
kembang yang menurutnya bukan berasal dari parfumnya.
Eddu pun merinding setelah sadar bau kembang itu adalah
kembangnya orang mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kumala menatap ke arah ranjang. Eddu iadi ikut-ikutan
memandangi ranjang. Dahi Eddu berkerut, karena seprai
ranjang itu tampak lusuh.
"Saat kutinggalkan, ranjang ini masih rapi. Seprainya nggak
lusuh begini."
"Perempuan itu tadi sudah berbaring di sini dengan hati
gelisah. Sepertinya ia menunggu seseorang yang tiada
kunjung datang. Mungkin kaulah yang ditunggunya."
"Tapi aku nggak bawa perempuan siapa pun, Kumala.
Berani sumpah deh! Aku sendirian!" tegas Eddu.
"Kamu nggak sadar kalau dari tadi bersama dia."
"Dia siapa?"
Kumala memejamkan mata. "Dia berwajah cantik,
hidungnya mancung, alisnya agak lebat, bulu matanya lentik,
dadanya... hm, cukup lumayan montoknya. Dan... ooh, di
lengannya ada tato gambar naga terbang berukuran kecil."
'Tato naga terbang"!" Eddu menggumam tegang. Kumala
membuka mata, menarik napas dalam-dalam. Tetapi bersikap
tenang dan kalem.
"Siapa cewek yang punya tato naga terbang di lengan
kirinya itu" Kurasa kau pernah bertemu dengannya, Ed."
Dengan suara lirih dan parau, mata memandang datar dan
kosong, Eddu menyebutkan sebuah nama yang sempat
terekam dalam ingatannya.
"Inggri...."
Kini ganti Kumala yang sedikit berkerut dahi.
"Inggri nama gadis bertato naga terbang itu"!"
Eddu menganggukkan kepala, menatap Dewi Ular dengan
mengandung kecemasan. Tanpa diminta Eddu menjelaskan
tentang siapa Inggri sebenarnya. Penjelasan itu dituturkan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Dewi Ular 41 Terjebak Bencana Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat Tante Riza, sehingga janda cantik yang masih punya
tubuh tergolong sexy itu ikut mendengarkan juga.
"Sebelum aku akhirnya memutuskan untuk mengasingkan
diri di sini, aku sempat keluar masuk diskotek selama
beberapa malam. Pikirku, dengan cara begitu aku bisa
melupakan kekecewaanku terhadap Rina. Ternyata otakku
justru semakin kusut. Aku selalu ingat Rina pada saat-saat
kubawa ke diskotek atau ke cafe-cafe."
Kumala dan Tante Riza menikmati mie rebusnya sambil
menyimak apa yang dituturkan Eddu. Pemuda itu sendiri
justru tidak menelan apa pun kecuali kopi hangatnya. la tak
punya gairah untuk menikmati hidangan malam itu.
"Dalam keadaan seperti itu," lanjut Eddu. "Aku bertemu
dengan seorang gadis yang berpakaian seperti rocker. Sepatu
lars kulit, rok mini sekali dari kulit sintetis, mengenakan blus
ketat cekak tak berlengan dari kulit juga, dan rambutnya
disanggul asal-asalan. Di lengannya kulihat tato biru
bergambar naga terbang. Aku tertarik padanya. Dia tidak
menutup kesempatan padaku, sehingga aku tahu dia bernama
Inggri." "Apa profesinya" Wanita malam?" sela Tante Riza.
"Bukan. Dia mengaku sebagai penyanyi tetap di sebuah
bar. Setiap hari Kamis dia off, dan hari pertemuanku itu
adalah hari Kamis."
"Malam Jumat dong?" gumam Tante Riza bernada tegang.
"Ya. Tapi aku nggak menghiraukan tentang hari. Yang
jelas, Inggri enak diajak bicara. Sempat membuatku lupa
tentang pengkhianatan Rina. Akhirnya, malam itu juga dia tak
keberatan jika obrolan kami lanjutkan di kamar sebuah hotel."
"Kau bercinta dengannya?" sela Tante Riza lagi.
"Yah... begitulah," Eddu menjawab apa adanya. "Kami
saling menikmati kebahagiaan. Kami sama-sama memperoleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepuasan. Kami sama-sama tidur saling berpelukan. Ketika
aku bangun, ternyata Inggri sudah nggak ada. Dia sudah
pergi. Esoknya kucoba lagi mencari dia di Ligos Cafe, sebab
sebelum aku kehilangan dia, aku ingat dia pernah
menyinggung nama Ligos Cafe sebagai tempat kerjanya di
malam berikutnya."
"Lalu, kau temukan dia di Ligos Cafe?"
Eddu menggeleng lesu. "Aku nggak ketemu dia.
Kutanyakan pada salah seorang personil band yang kebetulan
adalah mantan anggota kelompok band-ku sendiri. Tapi
penjelasan yang kuterima sangat mengejutkan."
"Apa kata temanmu itu?" desak Tante Riza semakin tak
sabar. "Temanku bilang, sebulan yang lalu memang mereka
mengiringi penyanyi rocker bernama Inggri. Tetapi sekitar
seminggu yang lalu, Inggri tewas dalam sebuah kecelakaan.
Mayatnya tak ditemukan, karena mobilnya ikut masuk ke
jurang. Entah jurang mana, yang jelas... Inggri telah tewas."
"Oh, kalau begitu... malam itu kau bersama rohnya Inggri?"
Tante Riza menghentikan makannya.
"Agaknya memang begitulah kenyataan yang kualami,
Tante Yang jelas, sejak itu aku menjadi semakin kacau. Lalu
kuputuskan untuk mengasingkan diri di s ini beberapa hari. Aku
berharap dengan menyendiri di sini ketenanganku. kembali
kudapatkan dan semangat hidupku kembali menyala seperti
dulu lagi."
Suara lembut Kumala pun terdengar di antara kebisuan
yang tercipta sekitar 5 detik itu.
"Bukan hanya manusia yang ingin bernostalgia, bukan
hanya manusia yang punya rindu, tapi roh halus pun bisa
punya rindu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gawat! Hati-hati kamu, Ed. Bisa-bisa kamu diajak pergi ke
alam sana, nggak balik-balik baru tahu rasa luh!"
Eddu tersenyum dingin. "Setelah aku tahu dia bukan
manusia, aku nggak ingin bertemu Inggri lagi. Dan... dan aku
nggak lahu kalau malam ini dia sempat muncul di kamarku itu.
Aku jadi takut tidur di sana. Aku ingin kembali ke Jakarta
saja." "Ngapain malam-malam begini pulang ke Jakarta" Kalau
memang kamu takut tidur di sana, ya sudah... tidur di sini
saja," kata Tante Riza sambil melirik Kumala dengan senyum
tipis punya makna tersendiri.
Kumala menarik napas, mengalihkan suasana dengan suara
desahannya yang bernada cemas.
"Si Buron ke mana, ya" Dari tadi sore belum balik-balik
juga tuh anak"!"
"Oh, iya! Buron bagaimana tuh"!" timpal T ante Riza dengan
wajah sedikit tegang.
Buron diperintahkan mencari sumber energi gaib. Mengapa
sampai sebegitu malam ia belum kembali" Di mana jelmaan
Jin Layon itu sekarang berada"
(Oo-dwkz-234-oO)
Ada sesuatu yang tak beres pada diri Buron. Begitulah
firasat batin Kumala saat gagal mencari Buron melalui
teropong gaibnya. Dewi Ular sudah mencoba mendeteksi
keberadaan Buron dengan kekuatan batinnya, tapi ternyata ia
gagal mendeteksi posisi Buron di malam itu.
"Saya harus segera menyusulnya, Tante."
"Aduh, terus gimana dengan diriku dong?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tante tetap saja di sini. Tempat ini sudah saya pagar
dengan kekuatan gaib yang nggak bisa ditembus oleh roh
halus dari mana pun juga asalnya. Saya pasang penangkal
mengelilingi villa ini, bahkan sampai villanya Eddu."
"Benarkah begitu?"
"Ya. Asal Tante dan Eddu jangan keluar dari batas pagar,
saya jamin nggak akan terjadi apa-apa. Saya akan kembali
secepatnya setelah menemukan Buron.''
"Ba... bagaimana kalau... kalau rohnya Inggri datang lagi?"
"Dia nggak akan bisa masuk kemari. Kalau toh dia datang
lagi, dia hanya bisa menampakkan diri di luar pagar, atau di
jalanan sana. Sebaiknya kalian nggak perlu memandang ke
arah luar biar nggak terganggu oleh kemunculan jahil dari
mereka." "Tapi cepat kembali lho!"
"Ya. Secepatnya saya akan kembali!"
Di ruang makan itu, Eddu me lihat dengan mata kepala
sendiri sebuah keajaiban yang dilakukan oleh Kumala Dewi.
Wajah cantik bertubuh sintal itu tiba-tiba berubah seperti
genangan air di udara. Samar-samar tampak perubahan wujud
Kumala menjadi seekor ular hijau. Namun hanya sekejap hal
itu bisa disaksikan dengan mata telanjang. Ular hijau itu
bagaikan melesat masuk ke dalam lapisan udara, dan lenyap
tanpa bekas apa pun. Bayang-bayang genangan air pun tak
ada. Yang tersisa hanyalah aroma wangi cendana bercampur
pandan. Wewangian tersebut sebenarnya adalah bau keringat
dari tubuh si anak bidadari itu.
Pada mulanya Eddu memang menggigil melihat Kumala
Dewi lenyap secara gaib. Wajahnya menjadi pucat pasi.
Demikian halnya dengan Tante Riza. Ia memang baru kali itu
melihat Kumala berubah wujud dan lenyap secara misterius.
Tetapi karena ia sudah sering mendengar cerita seperti itu dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teman-temannya yang juga kenal Kumala, maka rasa
kagetnya tidak sampai membuatnya shock seperti Eddu.
Justru Tante Riza mencoba memberi penjelasan kepada Eddu
tentang siapa sebenarnya Kumala, pehingga ketegangan dan
rasa takut Eddu pun mulai berkurang.
"Aku justru merasa tersiksa berada di tempat ini. Upayaku
mencari ketenangan jiwa nggak berhasil. Yang kudapatkan
malah guncangan jiwa berkali-kali."
Eddu bicara dengan nada mengeluh. Tante Riza mencoba
memberikan terapi dengan caranya sendiri agar Eddu tidak
merasa semakin tersiksa batinnya. Dengan menampakkan
rasa pedulinya terhadap perasaan Eddu, lama-lama pemuda
itu merasa mendapat tempat untuk mencurahkan segala
kepahitan hatinya.
"Kita bicara di lantai atas saja. Biar nggak terganggu suara
teve," kata Tante Riza. la merasa tak enak hati jika harus
memadamkan teve, karena Mang Jamin dan Mak Saroh
sedang asyik-asyiknya mengikuti acara teve yang mereka
gemari. Terpaksa Tante Riza merasa harus mengalah dengan
melanjutkan percakapannya di lantai atas.
Di dalam kamar tidur yang berukuran sedang jtu,
percakapan mereka benar-benar tak terganggu oleh suara apa
pun. Kamar itu semi kedap suara. Debur ombak pun tak akan
terdengar jika pintu balkon tidak dibuka. Tante Riza sengaja
tidak menghidupkan teve ataupun CD agar apa yang sedang
mereka bicarakan dapat lebih terfokus lagi.
Di alam gaib yang serba mendung itu, Kumala tidak
berwujud seperti ular, melainkan tampil dalam keadaan biasa,
sebagaimana seorang gadis cantik yang mengenakan jeans
dan T shirt ketat. Ia seperti anak ABG yang tersesat di alam
gaib. Setiap gerakannya menimbulkan kesan mencari sesuatu.
Dalam dimensi alam gaib itu, Dewi Ular mampu bergerak
cepat bagaikan angin. Bagi penghuni alam gaib, gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secepat itu bukan hal aneh lagi. Mereka yang tinggal di sana
dapat mengikuti gerakan secepat apa pun tanpa merasa
kebingungan. Namun di alam gaib itu Kumala justru merasa kebingungan
sendiri. Selama ia bergerak mondar-mandir ke sana-sini,
ternyata yang ia temukan hanya kesunyian. Sepi, lengang,
dan gersang. Pohon-pohon yang tumbuh di sana tanpa daun
dan tanpa air. Kering. Tanahnya pun berdebu tanpa rumput
hidup sehelai pun.
"Kenapa jadi sesepi ini"!" gumamnya dalam hati. "Nggak
biasanya tempat ini sangat sepi dan lengang begini. Ke mana
perginya roh-roh yang biasanya bergentayangan dengan
keusilannya masing-masing itu?"
Tiba-tiba dari arah belakang, Kumala merasakan adanya
hembusan angin yang mendekat. Hembusan itu terasa
hangat, makin dekat makin panas. Dengan gerakan cepat,
anak Dewa Permana dan bidadari Dewi Nagadini itu
membalikkan badan, berhadapan dengan datangnya hawa
panas tadi. la segera mengangkat tangan kanannya lurus ke
depan dengan telapak tangan menghadap ke depan pula.
Deebb...! Ada sesuatu yang dirasakan berhenti dalam jarak
5 meter darinya. Sesuatu yang berhenti itu adalah gumpalan
kabut abu-abu yang mengambang di udara. Namun dalam
waktu sangat singkat, gumpalan kabut itu berubah wujud
menjadi sosok manusia berkerudung hitam. Seluruh tubuhnya,
dari kepala sampai kaki, terbungkus kerudung hitam. Hanya
bagian wajahnya yang tampak tak tertutup kerudung hitam
itu. Di tangan orang berkerudung hitam itu tergenggam
tongkat berujung sabit panjang, seperti paruh burung bangau.
Senjata garda tersebut dikenal oleh Kumala sebagai
senjatanya El Maut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi agaknya kali ini yang datang menghampirinya bukan
El Maut sendiri. Agaknya orang yang berkerudung hitam itu
adalah anak buah atau pesuruhnya si pencabut nyawa: El
Maut. la berwajah separuh tengkorak, separuh utuh seperti
manusia biasa. Mengerikan sekali wajah itu bagi orang awam.
Tapi bagi Kumala, wajah menyeramkan itu sudah bukan hal
yang aneh dan tak bisa membuatnya ketakutan.
"Kumohon segeralah menyingkir dari sini, Nyai Dewi Ular!"
"Oh, kau tahu siapa diriku rupanya. Tapi aku belum tahu
siapa kau sebenarnya?"
"Aku...'. Sang Ajal, penjaga Gerbang Neraka."
"Oo, kamu pelayannya El Maut?"
"Benar, Nyai Dewi. Aku diutus untuk memperingatkan
dirimu agar jangan berada di jalur petaka ini."
"Kenapa aku nggak boleh berada di jalur ini?" tanva Kumala
dengan nada tegas dan berwibawa.
"Apakah kau belum dengar, bahwa Guci Lorong Kubur
sedang dibuka penutupnya"! Roh mana pun yang lewat jalur
petaka ini dapat terhisap masuk ke dalam guci itu dan tak
akan bisa keluar lagi. Jika ingin melanjutkan perjalananmu,
tunggulah beberapa waktu lagi, sampai bulan merah muncul
dan Guci Lorong Kubur akan tertutup dengan sendirinya."
"Guci Lorong Kubur"! Hmm, siapa yang menggunakan guci
keramat itu"!"
"Penyihir tua itu berhasil merampasnya dari tangan Dewa
Bencana. Dialah sekarang yang menguasai roh-roh dari mana
pun, menjadi tuan bagi kekuatan gaib yang terperangkap
dalam guci keramat itu!"
"Celaka! Ka lau begitu temanku pasti terperangkap di sana!"
"Kalau boleh kutahu, siapa teman yang kau cari, Nyai
Dewi?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jin Layon!"
"Tepat sekali. Dia memang terperosok masuk ke dalam guci
keramat itu. Aku melihatnya dari kejauhan."
"Aku harus membebaskannya sekarang juga!"
"Nyai Dewi...!" cegah Sang Ajal sebelum Dewi Ular
berkelebat pergi. Tokoh berwajah separuh tengkorak itu
segera menghalang berdiri di depan Dewi U lar.
"Kalau kau nekat ke sana, kau akan terjebak dalam guci
keramat itu, Nyai Dewi. Jika kau terjebak ke dalam sana, kau
tak akan bisa keluar lagi dan akan menjadi budaknya si
penyihir tua itu!"
Sebelum Kumala Dewi berkata lagi, tiba- tiba datang kabut
merah yang berhembus sangat cepat. Kabut merah itu
berputar-putar membentuk pusara badai yang luar biasa
cepatnya dan sulit dihindari lagi.
"Sang Ajal, awaass...!"
Wuuuussss...! Sang Ajal tersapu badai kabut merah.
Tongkatnya sempat terulur hampir membabat kepala Dewi
Ular. Namun justru tongkat itu ditangkap oleh kedua tangan
Dewi Ular dan digenggamnya kuat-kuat.
"Nyai Dewi, pertahankan diriku!" seru Sang Ajal. Dewi Ular
mengerahkan tenaga untuk menahan tubuh Sang Ajal agar
tidak terbawa hembusan badai kabut itu. Tetapi kekuatan
tersebut ternyata kalah besar dengan daya hisap badai kabut,


Dewi Ular 41 Terjebak Bencana Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga Sang Ajal pun melayang dalam putaran cepat. Dewi
Ular terbawa serta tanpa bisa mempertahankan dirinya
sendiri. Wuuuuurssss...!
"Pegang tongkatmu kuat-kuat, Sang Ajaaaall...!" terdengar
seruan Dewi U lar yang makin lama makin menjauh, kemudian
lenyap tergulung badai kabut bersama Sang Ajal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-234-oO)
4 GERIMIS turun membasahi bumi. Sekalipun hujan malam
itu tak seberapa deras, tapi karena disertai hembusan angin
kencang yang menyerupai badai, maka cuaca di sekitar pantai
menjadi sangat buruk. Pucuk-pucuk pohon meliuk ke sana-sini
bagaikan ingin tercabut dari akarnya. Bahkan di jalan raya
menuju Jakarta, pohon besar sempat tumbang melintang di
tengah jalan. Arus lalu lintas macet total.
"Hujan gerimis ini kayaknya bukan hujan sembarangan,
Ed." "Iya, nih. Hawa dinginnya sangat mencekam. Kayaknya
mampu menembus dinding!"
"Astaga...! Lihat keluar, Ed...! Ada busa salju di atas
dedaunan"!"
Eddu ikut memandang dari pintu kaca balkon. Gorden yang
melapisinya disingkapkan sedikit, dan tampaklah daun-daun
berwarna putih serta butiran gerimis yang bercampur serbuk
putih bertaburan. Serbuk putih itu tak lain adalah busa-busa
salju yang makin lama semakin membungkus bumi.
"Gila! Kenapa cuaca bisa jadi seburuk ini, ya?" gumam
Eddu dengan cemas. "Matikan AC-nya deh, Tante."
"Kan sudah kumatikan dari tadi."
"Kok masih dingin begini s ih?"
"Hawa salju itu yang meresap masuk ke kamar ini!" ujar
Tante Riza dengan kedua tangan memeluk diri sendiri. Ia
membuka lemari pakaian.
"Pakai sweaterku, ya Ed. Buat mengurangi rasa dingin ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nggak usah, Tante. Aku...."
"Nih, pakai!" Tante Riza nekat melemparkan sweater tebal
untuk Eddu. Mau tak mau pemuda itu akhirnya
mengenakannya. Tante Riza sendiri juga mengenakan sweater
lain yang berleher tinggi.
"Gila! Masih dingin juga, ya?"
"lya nih. Kurasa cuaca malam ini adalah cuaca bikinan
iblis!" ujar Tante Riza.
"Bagaimana kalau kita pakai buat minum champagne"
Kamu doyan champagne kan?"
"Boleh juga buat melawan rasa, dingin ini, Tante."
"Atau... mau vodca" Aku juga punya stock vodca buat
tamu-tamu asingku yang kebetulan bersantai di s ini."
"Champagne aja deh!"
Tante Riza mengeluarkan sebotol Champagne dari bufet
kaca yang ada di luar kamar. Ia menuangkan ke dalam dua
gelas kecil berkaki panjang.
"Ini minuman kesukaanku," ujarnya sambil torsenyum
bangga. Hujan semakin deras. Suara gemuruh semakin jelas.
Karena kamar itu semi kedap suara maka gemuruh yang
didengar hanya samar-samr.
Terlalu banyak minuman beralkohol yang diteguknya, Eddu
menjadi kliyengan. Agaknya Tante Reza pun mulai dipengaruhi
minuman tersebut, sehingga suaranya semakin sumbang dan
sedikit parau. "Kalau begini terus, bisa mati kedinginan kita, ya Ed?"
"lya nih. Kok masih terasa dingin juga sih?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tante Riza bergeser lebih dekat lagi. "Udara seperti ini
enaknya memang buat berpelukan. Pasti hangat deh."
"Ah, lebih enak lagi dipakai buat tidur," kata Eddu sambil ia
bergegas naik ke ranjang. Tante Riza terpaksa mengikutinya.
Naik ke ranjang juga.
"Tidur sambil berpelukan akan terasa semakin hangat, Ed."
"Iya sih. Cuma... siapa orang yang mau memelukku?"
"Aku juga ingin dipeluk. Tapi siapa yang mau, ya?" sambil
Tante Riza tersenyum dengan mata mulai memandang sayu.
"Ed, bagaimana kalau kita saling berpelukan?"
"Jangan, ah. Nanti giliranku terbakar."
"Nggak apa-apa. Kalau memang gairahmu terbakar, aku
akan memadamkannya."
"Ah, Tante bisa saja!" Eddu tersipu malu. Ia menarik
selimut, menutupi tubuh sebatas perut. Tante Riza ikut masuk
ke dalam selimut itu. Tanpa ragu-ragu lagi tangannya
memeluk dada Eddu.
"Cukup lama aku nggak berpelukan begini lho, Ed."
"Masa...?"
"Karena terlalu sibuk ngurusin bisnis, jadi nggak sempat
berpelukan begini. Malahan... aku lupa rasanya bercinta."
Eddu tertawa kecil. "Ada-ada aja, Tante ini."
"Aduh, hangat sekali kalau berpelukan begini, ya?"
"Lebih hangat lagi kalau saling berciuman,Tante."
"Oh, ya" Coba kau berikan ciuman padaku. Benar-benar
hangat nggak?"
"Tante nggak marah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku justru merasa gembira. Aku... aku butuh kehangatan
seorang lelaki, Ed."
Sambil berkata begitu, wajah Tante Riza makin mendekati
Eddu. Bibirnya berada tepat di depan mulut Eddu. Pemuda itu
pun mendekatkan mulutnya, lalu mengecup bibir Tante Riza
dalam posisi sama-sama tidur miring.
Tante Riza seperti bensin tersundut api. Begitu bibirnya
dikecup, ia membalas melumat bibir Eddu dengan bergelora.
Tangannya meremas rambut belakang Eddu, tubuhnya
semakin dirapatkan lagi, sehingga sebentuk kehangatan terasa
diperolehnya sampai ke dasar hati.
"Ooh, Ed... ternyata benar-benar hangat sekali kecupan
bibirmu." "Itu baru kecupan di bibir, Tante."
"O, ada yang lainnya lagi?"
"Kecupan di tempat lain juga akan membuat Tante menjadi
semakin hangat."
"Mau dong...!" rengek T ante Riza. "Lakukan di tempat lain
dong, Ed."
Tangan Eddu menyingkapkan blus dan sweater yang
menutupi dada Tante Riza. Sepasang bukit yang masih
tergolong sekal itu tersentuh oleh tangan Eddu. Ia
meremasnya pelan-pelan. Tante Riza memejamkan mata
dengan mulut mendesis dan bibir merekah.
Eddu segera bergeser turun. Kepalanya masuk ke dalam
selimut tebal. Di sana mulut Eddu menemukan pucuk-pucuk
bukit yang merentang penuh tantangan. Eddu memagutnya
pelan-pelan. ''Oouh, Eddd... yaaaah, hangat sekali, Eddu. Oouuuh...."
Saling menukar kehangatan membuat mereka semakin
hanyut dalam kobaran api gairah. Cumbuan Eddu sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat Tante Riza tak bisa bilang apa-apa kecuali
mendesah, mengerang dan menghamburkan sanjungan
kemesraan. "Ooh Eeduuuuu... oouuhhff...!" tangan Tante Riza menarik
lengan Eddu, seolah-olah ingin membawa bibir Eddu ke
bibirnya. Fada saat itu, Eddu sendiri telah me lepaskan diri dari
pembungkus tubuhnya. Maka ketika Eddu memberi kecupan di
bibir Tante Riza, perempuan itu mengerang panjang dalam
satu sentakan nikmat.
"Uuhhhmmmmmm...!!"
Kedua tangan Tante Riza memeluk kuat-kuat tubuh Eddu,
karena ia merasakan tikaman hangat yang melambungkan
jiwanya kelangit-langit asmara. Eddu telah memberikan
kehangatan yang sejati. Ia mengayun perahu cintanya dengan
lembut, seolah-olah setiap sentuhan diresapi betul keindahannya. Hujan salju menjadi semakin deras. Hujan asmara pun
sangat deras, membuat Tante Riza tersentak dan memekik
penuh ungkapan rasa bahagianya. Eddu telah memberikan
kemesraan yang sangat deras, dan kemesraan seperti itu
sudah lama tak diperoleh Tante Riza. Wajar jika janda cantik
itu tak ingin me lepaskan pelukannya yang mencengkeram
kuat-kuat punggung Eddu.
"Tetaplah begini sampai pagi, Eddu. Kau sanggup?"
"Kalau hanya saling memeluk begini, apa sulitnya sih?"
Eddu tertawa kecil di sela engahan napasnya.
Sayangnya beberapa saat kemudian, ada sesuatu yang
memaksa mereka harus melepaskan pelukan. Sesuatu yang
membuat mereka saling melepaskan diri adalah suara seorang
wanita yang berseru dari luar di sela deru angin dan gemuruh
hujan bertabur busa salju itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eddduuuuuu...!! Eeeeeddd,..! Edduuuuu...!"
Mereka sama-sama tersentak kaget. "Suara siapa itu"!"
"Nggak tahu!" Eddu menggeleng dengan wajah tegang.
Suara itu samar-samar sekali kedengarannya. Tapi ketika
Tante Riza membuka pintu balkon, bukan hanya angin dan
busa salju saja yang menerobos masuk, melainkan suara asing
itu juga terdenqar jelas memanggil Eddu.
"Eeduuuu...! Jangan berikan kemesraanmu padanya!
Eddduuu, aku ingin memiliki kemesraanmu itu, Sayaaang...!"
Tante Riza buru-buru menutup pintu balkon. Bukan hanya
takut basah, tapi juga takut dengan suara perempuan yang
melengking tinggi itu. Wajahnya menjadi tegang dan pucat
ketika memandang ke arah Eddu.
"Ada perempuan di luar sana! Dia berambut panjang dan
bergaun putih!"
Sekalipun dililit perasaan takut, tapi hati Eddu sangat
penasaran. Ia pun bergegas- mengintai dari balik kain gorden
pelapis pintu kaca.
"Hahh..."!" Eddu tersentak semakin tegang. Ia melihat
seorang perempuan cantik berdiri di luar pagar. Perempuan itu
mengenakan gaun putih tanpa lengan dan hanya bertali kecil
di pundaknya. Rambut perempuan itu meriap-riap dipermainkan angin. Busa-busa salju melekat di rambut
panjang itu. Eddu hafal betul dengan wajah cantik lersebut. Ia menjadi
gemetar, bahkan menggigil dan sulit bicara. Tante Riza
membujuknya terus agar Eddu mau menjelaskan siapa
perempuan tersebut.
"Ddi... dia... dia... yang bernama.... Inggri ! "
"Ooh, benarkah"!" Tante Riza ikut menggigil ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eduuu, jangan bagikan kemesraanmu pada perempuan
itu. Datanglah kemari, Eddu! Datanglah kemari, Sayaaang...!"
"Ed, ja... jangan! Jangan keluar. Ingat pesan Kumala!"
cegah Tante Riza dengan suara terbata-bata. Mereka duduk di
tepian ranjang, sama-sama menggigil dan saling berpelukan.
Sementara itu, suara roh Inggri masih terdengar memanggil-
manggil Eddu, dan mengharap kedatangan Eddu padanya.
"Eddu, keluarlah sekarang juga! T inggalkan perempuan itu,
Eddu! Kalau kau tak mau keluar, kuhancurkan rumah ini
bersama penghuninya! Cepat, keluarlah sekarang juga, Eddu!
Aku rindu padamu, Sayang ...!"
Eddu dan Tante Riza semakin tegang. Villa itu akan
dihancurkan. Haruskah Eddu tetap berada dalam pelukan
Tante Riza" Haruskah Tante Riza tetap memeluk Eddu dan
membiarkan ancaman itu jadi kenyataan"
(Oo-dwkz-234-oO)
Kubah merah transparan berukuran separuh kota Jakarta
telah mengurung mereka. Dewi Ular dan Sang Ajal ada di
dalamnya. Kubah merah transparan itu adalah tutup dari Guci
Lorong Kubur yang telah menyedot seluruh roh kekuatan gaib.
Mereka yang berkeliaran di jalur petaka tak dapat menghindari
daya hisap guci m ilik Dewa Ardhitaka, alias Dewa Bencana.
Bukan hanya Sang Ajal dan Dewi Ular saja yang
terperangkap dalam Guci Lorong Kubur, tetapi roh lain juga
ada di situ. Para jin dan anak buah si raja iblis Damasscus
juga ikut terperangkap.
Melihat Dewi Ular jatuh ke dalam guci tersebut, Buron
segera menghampirinya. Ia menceritakan perjalanannya yang
gagal menemukan sumber energi gaib, namun justru terjebak
masuk dalam guci itu. Kumala cukup memaklumi jika Buron
tidak berhasil menghindari daya serap Guci Lorong Kubur,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena memang kesaktian guci itu sangat tinggi. Sulit dilawan
oleh kesaktian seorang jelmaan jin seperti Buron. Bahkan
kesaktian Kumala sendiri kalah menghadapi daya hisap guci
tersebut. "Setahuku," kata Dewi Ular. "... guci pusaka ini untuk
menampung roh-roh orang yang mati secara sesat. Tapi
kenapa guci ini sampai bisa jatuh ke tangan si penyihir tua"!"
"Sepertinya mustahil sekali Dewa Ardhitaka dapat
dikalahkan oleh penyihir tua itu,?" timpal Buron.
Sang Ajal menjawab, "Aku me lihat sendiri pertarungan
Hyang Dewa Ardhitaka dengan penyihir tua. Seancainya si
penyihir tua itu tidak menggunakan lima pusaka pedang
terampuh di bumi, Dewa Ardhitaka tidak akan terpental dan
gucinya tidak akan jatuh dari tangan."
"Lima pedang terampuh" Ooh, pedang milik siapa itu, Sang
Ajal?" "Milik lima raja besar di bumi yang telah dicuri oleh si
penyihir tua. Beratus-ratus tahun si penyihir tua itu hanya
menyimpan empat pedang, kini ia telah rnemiliki satu pedang


Dewi Ular 41 Terjebak Bencana Gaib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pusaka terampuh di bumi, yang dicurinya dari Pegunungan
Hima laya. Kini dengan menguasai lima pedang terampuh di
bumi itu, si penyihir tua berani melawan dewa apa saja.
Sebagai korban pertama adalah Dewa Ardhitaka."
"Apakah Dewa Ardhitaka tewas di tangan si penyihir tua?"
"Tidak, Nyai Dewi. Hyang Dewa Ardhitaka sedang mengadu
ke Kahyangan. Si penyihir tua memburunya ke sana. Mungkin
dia akan bikin Kahyangan menjadi berantakan dengan lima
pedang terampuh di bumi itu!"
"Celaka! Ayah-ibuku ada di sana, jangan-jangan menjadi
korban juga"!" geram Kumala dengan cemas. "Siapa
sebenarnya si penyihir tua itu, Sang Ajal" Apakah kau dapat
mengenalinya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia adalah tokoh sesat yang pernah hidup ketika kerajaan
Tarumanegara masih berdiri. Dia pun musuh dari para raja di
zaman pemerintahan kerajaan Tarumanegara. Setahuku.,.."
"Nyai Singgi"!" sahut Kumala Dewi.
"Benar, Nyai Dewi! Penyihir tua itu punya nama panggilan:
Nyai Singgi. El Maut sendiri takut menghadapinya, karena tak
akan mampu menandingi kesaktian lima pedang di tangan
Nyai Singgi."
Tertegun bisu Kumala merenungi kata-kata Sang Ajal.
Buron hanya bisa menggeram penuh murka yang tertahan.
Mereka tahu persis siapa Nyai Singgi.
Mereka pernah berurusan dengan Nyai Singgi, yaitu ketika
roh peny ihir tua itu merasuki raga seorang pemuda dan
menyuruh pemuda itu membunuh Kumala dan Andini. Nyai
Singgi adalah tokoh ilmu hitam yang telah membantu kakak
tirinya Andini untuk memperebutkan cinta mereka kepada
Wirasamba. Dengan bantuan Nyai Singgi, maka kakak tiri
Andini itu berhasil mengutuk Andini menjadi seekor burung
gagak, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "MISTERl
ASMARA TUA").
"Memang brengsek perempuan terkutuk itu!" geram Buron.
"Kalau Andini belum menikah dengan titisan Wirasamba, sulit
sekali menghancurkan kekuatan si penyihir tua itu! Sekarang
malah dewa pun dilawannya. Edan-edanan benar setan
penyihir itu!"
"Guci ini harus kupecahkan!" kata Kumala.
"Dewa Ardhitaka akan marah padamu, Kumala!"
Dewi Ular menghembuskan napas panjang. "Benar juga.
Salah-salah aku bisa dihukum oleh Paman Ardhitaka."
"Sebaiknya usahakan tutup guci ini terbuka tanpa harus
memecahkannya, Nyai Dewi,"'sela Sang Ajal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau mampu melakukannya?"
Setelah diam sebentar, Sang Ajal menjawab pelan, "Akan
kucoba!" Tubuhnya yang terbungkus kain hitam gombrong itu
melesat ke atas. Tongkat berujung sabit panjang itu
diayunkan memutar. Makin tinggi makin cepat putarannya.
Seberkas cahaya biru menyebar dari putaran tongkat itu.
Blaar... blaar... blaaaang...!
Guci raksasa itu terguncang, tapi tidak seberapa parah.
Sang Ajal meluncur turun kembali. Ia memandang ke atas,
kubah merah transparan masih menutupi mereka. Itu
pertanda tutup guci belum bisa terbuka.
Sang Ajal mencobanya lagi. Kali ini dibantu oleh Buron.
Cahaya kuning berbentuk pipih dan lebar keluar dari kedua
tangan Buron. Cahaya itu membaur dengan cahaya birunya
Sang Ajal. Kedua cahaya tersebut menghantam tepian kubah.
Blegaaarrr...! Guci berguncang hebat. Mereka yang ada di dalamnya
saling terlempar tunggang langgang. Mereka saling berbenturan satu dengan yang lain, tapi saling tembus
bagaikan asap membentur asap.
"Payah...! Kalau tidak punya kemampuan jangan coba-coba
membuka guci ini! Hanya akan bikin sengsara kami saja!" seru
salah satu roh, entah yang mana, tak jelas.
"Panaasss...! Wooowww... panaaaasss .....!"
Mereka saling berteriak kepanasan. Memang suasana di
dalam guci raksasa itu menjadi panas. Mereka seperti berada
dalam belanga yang dipanggang. Hawa panas itu adalah
pantulan dari kedua sinar Sang Ajal dan Buron.
"Padamkan hawa panas ini! Hooiii...! Siapa yang sok-sokan
tadi, ayooo... padamkan hawa panas ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita bisa hangus terbakar!"
"Aku tidak ingin jadi debu lagi! Padam-kaaaann...!"
Mereka saling meneriakkan protes keras. Tapi Sang Ajal
segera melompat ke atas gugusan tanah yang membukit. Dari
sana ia menyalurkan kesaktiannya melalui getaran suara.
Tanpa ngotot kuat-kuat, suaranya sudah bisa menggema dan
didengar oleh semua yang terperangkap dalam guci raksaa
itu. "Siapa yang akan bertingkah, aku tak segan-segan melebur
kalian!" Semua suara menjadi bungkam. Kharisma dan wibawa
Sang Ajal cukup ditakuti oleh mereka, tak peduli dia roh halus
atau jin dan anak iblis.
"Aku mencoba membebaskan kalian. Kalau ternyata gagal,
kalian harus bisa memaklumi karena kita berada dalam sebuah
pusakanya Dewa Bencana."
"Panaaaasss...!" rintih sesosok roh wanita tua yang
melayang ke sana-sini.
Wuuut...! Dewi Ular melompat cepat, dalam sekejap sudah
berada di samping Sang Ajal. Ia masih berpakaian seperti
manusia biasa, sehingga para roh yang terpenjara itu tidak
tahu siapa gadis cantik yang rambutnya kini terurai lepas itu.
"Menyingkirlah sedikit, Sang Ajal. Akan kupadamkan dulu
hawa panas ini."
"Silakan, Nyai Dewi!" Sang Ajal sedikit membungkuk
sebagai tanda menghormat.
Dewi Ular merapatkan kedua telapak tangannya di dada.
Tiba-tiba kedua tangan itu disentakkan ke atas dengan satu
Dendam Iblis Seribu Wajah 7 Bunga Ceplok Ungu Karya Herman Pratikto Tusuk Kondai Pusaka 5
^