Pencarian

Terjerat Asmara Mistik 1

Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik Bagian 1


1 TERNYATA tidak semua langit berwarna biru.Tidak
semua awan berwarna putih. Di atas padang pasir ini ada
langit yang berwarna hitam, seperti jelaga. Ada awan yang
bergerak lamban berwarna merah terang seperti lahar
gunung berapi. Merahnya warna awan itu bertaburan menyebar ke
seluruh bentangan langit hitam.Langit seperti terbakar.
Menyeramkan sekali.
Padang pasir yang ada di bawahnya tidak seperti
padang pasir di Gurun Sahara.
Pasir yang menyebar memenuhi alam mistik ini
berwarna hitam bening, bak serpihan kaca yang habis
terbakar. Paduan warna pasir dan langit membuat alam ini
selalu dalam suasana redup. Karena, di sini ternyata tidak
ada matahari. Di langit yang menjadi atap gurun hanya ada
sepasang bulan kembar.
Sepasang rembulan itu berwarna perak bakar. Putih
kehitam-hitaman. Letaknya saling berseberangan.
Pancaran cahayanya tidak seterang bulan purnama,
tapi cukup untuk menerangi permukaan langit dan alam
mistik di bawahnya.
"Kita berhenti di sini."
"Kenapa berhenti" Apakah kita sudah sampai?"
"Belum. Tapi ada sesuatu yang hams kita lakukan di
sini, heh... heh... heh... heh..."
"Hey, Pak Tua... kamu jangan coba-coba
memperdaya diriku, ya"!"
"Ooo, jelas itu tidak mungkin, Nyai Dewi. Mana
berani aku memperdaya dirimu, karena aku sudah banyak
dengar tentang kesaktianmu sebagai Dewi Ular, yang sakti
mandraguna, yang..."
"Dan, kamu juga jangan menyanjungku, Pak Tua!"
potong Kumala Dewi dengan tegas dan berwibawa sekali.
"Ake bukan dewi yang gila hormat dan gila sanjungan.
Paham"!"
"Iya, iya... aku paham. Paham sekali, heh, heh, heh,
heh... !" Pak Tua yang berjubah coklat kehitaman itu
memperlihatkan sikap hormat dan rasa segannya, karena
ia tak ingin bentrok dengan bidadari yang cantik dan
sangat sexy itu. Untuk itu ia sangat hati-hati sekali tiap
bicara di depan gadis berpakaian ketat serba hijau itu.
Dan, agaknya Dewi Ular punya alasan sendiri
mengapa dia harus bersikap tegas dan berwibawa di depan
lelaki tua bermata cekung itu. Dengan jenggot pendeknya
yang berwarna uban, dan dengan badannya yang sering
terbungkuk-bungkuk, ia tak akan dapat menyembunyikan
kebusukan hatinya dengan bermodal penampilan seperti
itu. Sebab, sewaktu-waktu Dewi Ular bisa mendengarkan
suara hatinya, atau bila perlu membaca jalan pikirannya.
"Tempat apa ini?" tanya Kumala, tapi dilanjutkan
dengan ucapan batinnya, "Getaran energi gaibnya kuat
sekali. Pasti .. di sini ada iblis."
"Ini yang dinamakan Tanah Ladang Mistik. Dari
sinilah cikal bakal seluruh kekuatan mistik yang sekarang
beredar di mana-mana."
"Lalu, kenapa kau membawaku kemari, Pak Tua?"
"Kita akan melintasi Ladang Mistik ini. Tapi harus
minta izin dulu sama penguasanya. Kalau tidak, kita bisa
dianggap musuhnya."
"Siapa penguasa di sini?"
"Penguasanya adalah Ratu Tanah Mistik, yang lebih
dikenal lagi dengan nama: Nyai Jalangayu."
Pak Tua mendekat dan berbisik "Dia memang ayu.
Cantik sekali. Tapi, dia juga ganas dan keji."
Dewi Ular tetap berdiri dengan tegar dan tenang.
Matanya yang indah berbulu lentik itu melirik Pak Tua yang
ada di samping kanannya.
"Kau kenal dia, bukan?"
"Yaaah, kalau cuma kenal siapa pun yang pernah
lewat sini pasti kenal dia. Tapi, sebenarnya...",
"Kenal dekat, kan?"
"Oo, bukan begitu maksudku. Aku hanya..."
"Pasti kamu tahu banyak tentang dia. Aku yakin
begitu." "Hmm,eh... tidak terlalu banyak kok. Sumpah!"
"Jadi, sebenarnya kau ini bukan sekedar
pengembara alam gaib, seperti pengakuanmu tadi. Kau
lebih dari sekedar pengembara."
Pak Tua bermata cekung salah tingkah. Mulai
tampak bingung menghindari tatapan mata Dewi Ular yang
lembut, teduh, tapi ketajamannya seakan-akan mampu
menembus hingga ke dasar jantung.
"Jujurlah padaku, siapa kau sebenarnya, Pak Tua?"
"Hee, hee, hee, heeh... maaf kalau aku tadi lupa
menyebutkan namaku, Nyai Dewi. Aku adalah..."
Tiba-tiba tangan Kumala menyambar jubah Pak Tua
dan menariknya dengan sangat kuat.
Wuuut.-.. ! Pak Tua tersungkur hingga wajahnya nyaris
terbenam seluruhnya dalam pasir hitam: Pada saat
menarik tubuh Pak Tua, kedua kaki Kumala melompat ke
atas dan tubuhnya pun melambung di udara dalam
gerakan bersalto ke belakang.
Jegaaaaar ..... ! !
Ledakan keras itu terjadi akibat sinar merah sekecil
jarum menghantam permukaan pasir, jauh di seberang
sana. Sinar merah yang sangat lembut dan kecil itulah yang
membuat Dewi Ular menyambar jubah Pak Tua sambil
menyelamatkan diri. Beruntung sekali tadi Kumala
mengetahui kedatangan sinar itu. Andai tidak, mungkin ia
dan Pak Tua akan hancur berkeping-keping terkena sinar
tersebut. "Hampir saja!" gumam hati Kumala sambil
menghembuskan napas panjang. Merasa lega.
"Kalau saja deteksi gaibku tak menangkap gerakan
energi sinar itu, entahlah apa jadinya. Sinar itu kecil sekali,
hampir tak terlihat dengan mata telanjang begini."
"Nyai Dewi, lekas cari tempat untuk sembunyi... !"
seru Pak Tua dalam keadaan tegang. Matanya yang cekung
memandang ke sana-sini penuh rasa cemas.
Kumala Dewi juga menatap ke sana-sini, mencari si
pelaku, namun ia tak temukan siapa pun di padang pasir
hitam itu. Tak ada tempat untuk bersembunyi. Tak ada
pohon atau batu buat melakukan penyerangan diam-diam
seperti tadi. Lalu, di mana kira-kira si penyerang tadi
menyembunyikan diri " .
"Nyai Dewi, lekaslah berlindung. Pasti itu tadi
peringatan dari Ratu Tanah Mistik agar kita pergi
secepatnya dari sini."
"Mau berlindung ke mana?" gumam suara Kumala
pelan dengan mata melirik tajam ke sana-sini.
"Berlindung diii. . . atau buatlah perlindungan dalam
bentuk apa saja! Buatlah dengan kesaktianmu, Nyai
Dewi...!" Timbul keheranan kecil di hati Kumala Dewi melihat
reaksi takutnya Pak Tua itu. Padahal tadi sewaktu dia coba-
coba melawan kesaktian Kumala, dia tampak berani dan
nekat sekali. Tapi sekarang dia sangat ketakutan dan
cemas sekali, padahal baru satu sinar menyerang mereka
dan bertubi-tubi datangnya.
"Apakah penguasa tempat ini kesaktiannya lebih
tinggi dariku, sampai si Pak Tua menjadi sangat ketakutan
begitu"!" pikir Kumala sambil tetap waspada, sementara
Pak Tua berlindung di belakangnya.
Angin datang. Berhembus dari arah kanan. Dengan
cepat Dewi Ular berbalik mengadap ke arah kanannya.
Angin itu berhembus agak kencangohingga membuat
rambut panjang Kumala beterbangan meriap-riap.
Pak Tua kebingungan karena ujung rambut Kumala
mengenai mukanya. Terasa sakit bagai terkena lecutan
kecil. Pak Tua pun menyingkit ke samping seraya berbisik
dengan napas cepat.
"Ini tanda-tanda kehadirannya. Lakukan sesuatu
buat melindungi diri kita, Nyai. Lakukanlah... !"
Dewi Ular tetap diam. Sengaja tak melakukan.
apapun. Hanya matanya yang dipertajam meman dang ke
arah datangnya angin. Namun sebenarnya ia menggunakan kesaktian dewaninya yang dikenal dengan
nama: Aji Mata Dewa.
"Jangan biarkan angin ini menjadi serabut mata
pisau! Badan kita bisa habis dicabik-cabiknya, Nyai.Angin
ini sebentar lagi akan tajam !"
Bisikan suara Pak Tua tak terdengar di telinga
Kurnala, meski pun jaraknya hanya beberapa jengkal. Hal
itu disebabkan karena Kumala memusatkan perhatian
pada kekuatan matanya, sampai akhirnya ia dapat
menemukan lapisan udara yang aneh di depannya. Udara
yang dipandang dengan Aji Mata Dewa itu berbentuk
seperti permukaan air yang sangat jernih.
" Ooh, di situ dia bersembunyi," gumam hati Kumala.
Dengan cepat Dewi Ular mengibaskan tangan
kanannya, seperti melempar belati dari arah kiri ke depan.
Wuuut... ! Dari kedua jarinya melesatlah seberkas sinar hijau.
menyerupai mata pisau kecil.
Claaap... ! Belum sempat menyentuh lapisan udara yang dituju,
tiba-tiba muncul sinar merah dari balik udara tersebut, lalu
beradu dengan sinar hijaunya Dewi Ular.
Craaallp ..... !
Jlegggaaaaaarr-r .....!!
Ladakan lebih kuat terjadi. Tanah pasir di sekitar
tempat mereka berada menjadi bergetar. Pasir-pasirnya
menyembur naik. Kumala dan Pak Tua terdorong mundur
oleh angin ledakan tadi. Namun mereka tak sampai
terjatuh. Hanya sama-sama memalingkan wajah ke
belakang, karena angin ledakan terasa panas, meski tak
menyengat. Ketika mereka berpaling kembali ke arah semula,
pandangan mata mereka menjadi silau, namun hanya
sekejap. Cahaya menyerupai kilatan lampu blitz itu segera
padam. Dan, tampaklah sosok wanita berparas cantik
sudah berdiri di sana dengan kaki tak menyentuh.
hamparan pasir.
Wanita itu mengenakan jubah merah beludru yang
terbuka di bagian depannya.Dapat terlihat pula penutup
dada dan penutup bagian bawahnya yang berwarna hitam
berhias manik-manik putih. Karena jubah panjangnya
tersingkap ke belakang, maka wanita itu tampak seperti
mengenakan bikini. Pahanya yang mulus dan perutnya
yang berpusar kecil dapat terlihat jelas. Termasuk belahan
dada montoknya.
"Ooo, ini rupanya yang disebut-sebut Ratu Tanah
Mistik?" pikir Kumala Dewi dengan sikap tenang.
Sementara itu Pak Tua tampak semakin gugup dan
bingung menyembunyikan dirinya di belakang tubuh sintal
Dewi Ular. Wanita cantik yang mengambang di udara setinggi
satu meter dari permukaan pasir itu menatap tajam ke
arah Kumala Dewi. Ketajaman matanya memancarkan
sifat keji dan keganasan dalam dirinya.
Dewi Ular membalas tatapan mata itu dengan biasa-
biasa saja. Tapi secara diam-diam ia juga mengerahkan
kesaktiannya untuk mengimbangi energi gaib yang
dipancarkan melalui pandangan mata tajam itu.
Dari jarak sekitar 50 meter ia mendekat dalam
gerakan melayang. Perlahan-lahan merendah dan akhirnya
kedua kakinya menyentuh hamparan pasir hitam. Lalu,
berhenti dalam jarak sekitar 15 langkah dari tempat Dewi
Ular berdiri. Suaranya pun mulai terdengar agak besar. Hampir
menyerupai suara lelaki.
"Untuk apa kau bersembunyi di sana, Maling
busuk"!"
Dewi Ular berkerut dahi dan berkata dalam hati,
"Siapa yang dimaksud dengan Maling busuk" Oo, Pak Tua
ini rupanya."
"Sudah kubilang, ke mana pun kau bersembunyi aku
tetap dapat melihat batang hidungmu, Baronggo!"
Kumala kembali membatin.
"Ooo, Pak Tua ini bernama Baronggo. Rupanya ia
punya alasan sendiri mengapa sangat ketakutan berada di
sini. Ia punya masalah pribadi dengan perempuan itu. Dia
merasa bersalah, sehingga sangat ketakutan!"
Tangan perempuan cantik berjubah merah pakai
kerah tinggi itu bergerak pendek, seperti mendorong
sesuatu di depan pusarnya. Suuut... ! Kumala diam saja,
karena tak merasakan ada energi yang menyerang.
Hanya hembusan angin kecil biasa yang ia rasakan.
Tetapi, tahu-tahu Pak Tua di belakangnya tersentak dan
mengerang kesakitan.
"Uuhk... !Aahhhhkkk... !"
Dewi Ular berpaling ke balakang, melihat Pak Tua
memegangi perutnya sambil menggeliat kesakitan, dengan
badan makin bungkuk, sampai jatuh berlutut.
Tersedak tiga kali, seperti mau batuk tapi susah.
Ketika ia tersedak keempat kalinya, keluarlah gumpalan
darah segar dari mulutnya. Darah kental itu bergerak-gerak
di pasir. Kemudian dari kedalaman darah muncul binatang
kecil yang membuat Kumala tersentak kaget dalam hati.
"Kelabang"!"
Ya. Kelabang kecil seukuran kelingking itu bergerak


Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meninggalkan gumpalan darah, kemudian terbenam
masuk ke dalam pasir. Sementara itu, Pak Tua tampak
lega, terengah-engah tanpa menyeringai kesakitan iagi
sejak ia berhasil menyemburkan darah kental berisi
kelabang tadi. Dalam hatinya Kumala berkata, "Boleh juga ilmunya.
Dia menyerang Pak Tua yang ada di belakang-ku, tapi
sama sekali tidak mengenaiku. Energi gaibnya dapat
menembus badanku tanpa terasa sedikit pun."
Kumala Dewi kembali memandang ke arah semula
ketika perempuan berambut putih perak itu berseru
dengan nada menggeram.
"Aku bisa mengirimimu seribu kelabang saat ini juga,
Baronggo!"
"Jaa... jangan, Nyai! Jangan lampiaskan amarahmu
padaku, karena aku punya penjelasan sendiri yang harus
kau dengar, Nyai Jalang Ayu! Dengar dulu penjelasanku... !"
"Aku tidak butuh penjelasanmu!" sentaknya dengan
mata sedikit lebih lebar. Menyeramkan. Ia bahkan
menuding Kumala Dewi tapi bicaranya kepada Baronggo.
"Biar kau datang ke sini membawa dia sebagai
pembelamu, tapi aku tak akan gentar sedikit pun
menghadapi gadis ingusan macam dia, Baronggo! ,
Ngerti"!"
"Iiy, iya... ngerti! Tapi maksudku bukan begitu, Nyai
Ratu." Kumala Dewi melangkah ke sisi samping dengan
tetap kalem. Tindakan itu dilakukan untuk memberi kesan
pada Nyai jalang Ayu bahwa dia tidak bermaksud
mencampuri urusan mereka.
Dengan berpindahnya posisi berdiri Kumala, maka
jalur pandang keduanya menjadi bebas. Tak terhalang
tubuh Kumala, seperti tadi.
Nyai Jalang Ayu mengikuti gerakan Kumala dengan
tatapan mata penuh permusuhan. Ketika gerakan itu
berhenti, Kumala ganti menatapnya dengan teduh.Tak
memancarkan permusuhan sedikit pun dari sorot matanya.
Bahkan sempat menyunggingkan senyum tipis ketika
bicara dengan kalem.
"Silakan," seraya tangannya diayunkan ke arah
Baronggo, seperti mempersilakan seseorang untuk masuk
ke rumahnya. "Sambungnya lagi, "... aku sudah tidak
menghalangi kalian, bukan" Silakan hajar dia kalau
memang kau ingin menghajarnya. Karena aku bukan
pembelanya, dan aku tidak mau terlibat dalam urusan
kalian!" "Lalu, untuk apa kau datang kemari"!" ketus Nyai
Jalang Ayu. "Aku mau menuju ke suatu tempat. Pak Tua ini
memanduku. Menurutnya kami harus melintasi tempat ini
kalau ingin sampai ke tujuan kami."
"Omong kosong! Kau pasti bersekongkol dengan
maling busuk itu! Kau yang mengatur semua siasat
busuknya selama ini, bukan"!"
Tanah berpasir hitam itu mulai bergetar. Tidak
terlalu keras getarannya, tapi cukup terasa di kaki Kumala.
Getaran itu timbul setiap kali Nyai Jalangayu bicara dengan
nada tinggi. Kumala Dewi mulai dapat mengukur seberapa
tingkat kesaktian Ratu Tanah Mistik itu, karena emosi
kemarahannya mampu membuat tanah di sekitarnya
bergetar. Tuduhan itu ditanggapi dengan tetap tenang oleh
Dewi Ular. Lagi-lagi ia tersenyum tipis sebelum mengawali
bicaranya."Kuharap, Nyai jangan melontarkan tuduhan
seperti itu.lagi padaku. Aku dan Pak Tua itu baru kenal
beberapa saat tadi. Bahkan aku baru tahu kalau dia
bernama Baronggo, ya dari perkataan Nyai sendiri tadi. Aku
dan dia punya urusan sendiri, Nyai."
"Urusan bagi-bagi hasil curian, begitu"!"Bergetar lagi
tanah berpasir di sekitar mereka.
"Curian" Apa dia mencuri sesuatu darimu"!"
"Apakah kau belum tahu kalau dia adalah pencuri
biadab! Dia dapat julukan Durjana Sesat, karena kerjanya
mencuri dan memperkosa roh-roh wanita yang mati muda!"
"Ooh "! " Kumala segera berpaling menatap Pak Tua
yang kini sudah dalam posisi berdiri dengan wajah
tertunduk. "Kau pura-pura belum tahu atau memang bodoh,
hah"!"Tanah pasir bergetar lagi. Kumala selalu saja
menghentikan getaran tersebut dengan menyalurkan hawa
saktinya secara diam-diam melalui kedua kaki.
"Maaf, boleh aku bertanya padamu, Nyai?" Kumala
sengaja tak menanggapi sindiran Nyai Jalang Ayu, karena
ia menjadi sangat ingin tahu setelah merasa apa yang
dicurigainya sejak tadi ternyata benar.
"Kalau kau tak keberatan, aku cuma mau bertanya...
apa sebenarnya yang ia curi darimu?"
"Jantung muridku!"
"Jantung ,,,,, "! Dia mencuri jantung muridmu"!"
"Ya. Tapi aku memergokinya, dan ia tinggalkan
jantung itu, lalu ia kabur dariku ketika aku sibuk
memasang jantung dan menghidupkan kembali muridku "
"Aku bukan mau mencuri, Nyai," sahut Baronggo.
"Aku mau cari tahu, bagaimana kau bisa memasang
jantung manusia pada raga muridmu yang sudah
membusuk itu?"
Plaaak... ! Tiba-tiba terdengar suara tamparan keras tanpa
terlihat gerakan tangan Nyai Jalang Ayu.. Tahu-tahu Pak
Tua itu memekik dan jatuh terpuruk sambil mengerang
kesakitan. Tangannya mengusap--usap pipinya. Tampak
sepintas. pipi kiri Baronggo menjadi biru kehitam-hitaman.
Ada asap tipis mengepul dari pipi itu.
"Kurasa dia cuma pamer kesaktian di depanku,"
kata Kumala dalam hati.Sebelumnya ia menutup jalur gaib
sesaat, supaya suara hatinya tidak didengar oleh indera
keenam orang lain.
Nyai Jalang Ayu menghampiri Baronggo dan berkata,
"Kalau kau tidak bermaksud mencuri, kau tak akan lari
terbirit-birit begitu melihat kedatangaku , Iya, kan ..!"
Baronggo yang ketakutan dan masih duduk di tanah
itu tidak terlalu diperhatikan Kumala Dewi. Yang paling
diperhatikan Kumala saat itu adalah tempat di mana tadi
Nyai Jalangayu berdiri. Bekas telapak kakinya mengepulkan asap dan menyebarkan bau sangit.
Melihat pasir terbakar, Kumala Dewi tersenyum lagi.
Tipis dan tetap kalem. Ia semakin yakin, bahwa pada saat
itu Nyai Jalangayu memang pamer kesaktian secara tak
langsung. Tujuannya untuk melakukan shockterapy pada
siapa pun yang ada di situ agar ciut nyalinya jika harus adu
kekutan dengan Ratu Tanah Mistik.
"Hmh, payah. Permainan kuno masih saja
dimainkan," gumam hati Kumala yang sedikit pun tak
merasa takut jika harus berhadapan dengan Nyai
Jalangayu. Tapi ia berusaha untuk tidak terjadi permusuhan,
karena sebelumnya tak pemah ada konflik pribadi antara
dirinya dengan Ratu Tanah Mistik itu. Hanya saja, kalau
memang Nyai Jalang Ayu tak bisa diajak berdamai, maka
Kumala Dewi pun siap melayani apa yang di nginkan oleh
Ratu Tanah Mistik itu.
"Bagaimana pun juga, aku masih membutuhkan Pak
Tua itu," kata hati Kumala."Kalau dia mati atau hancur
karena kemarahan Nyai Jalang Ayu, bagaimana aku bisa
menemukan Dewa Jenaka" Pak Tua itu yang tahu di mana
paman Dewa Jenaka berada."
Itulah titik persoalan yang sebenarnya. Kumala
membutuhkan Dewa Jenaka untuk membebaskan Rayo
Pasca dari ancaman yang amat memalukan.Rayo,
kekasihnya, saat ini sedang hamil. Kehamilan itu
disebabkan ulah Dewa Jenaka yang memindahkan
kandungan seseorang ke dalam perut Rayo Pasca.
Hal itu dilakukan agar Dewi Ular mau dibawa ke
Kahyangan, di mana sang Dewa Penyebar Tawa itu
bertindak sebagai utusan yang menjemput Kumala dari
alam kehidupan manusia, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "Misteri Santet Iblis').
Jika Kumala pada waktu itu tidak mau memenuhi
undangan pihak Kahyangan, maka Dewa Jenaka tidak
akan membebaskan Rayo dari bencana kehamilan yang
memalukan itu. Karena, kehamilan itu tak dapat diganggu gugat
oleh siapa pun kecuali Dewa Jenaka yang menanganinya.
Kumala Dewi terpaksa bersedia dijemput dan dibawa ke
Kahyangan. Tapi dalam perjalanan ke sana, mereka
terpisah dan akhirnya Dewa Jenaka tak diketahui
keberadaannya. (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"Lorong Tembus Kubur").
Dewi Ular terpaksa pergi sendiri ke Kah-yangan,
namun ia hanya sampai Parit Kematian, yaitu perbatasan
wilayah Kahyangan. Ia menolak keinginan pihak
Kahyangan, yang bermaksud menobatkan dirinya sebagai
Senopati Perang dengan upacara besar-besaran.
Kumala Dewi pun pergi meninggalkan perbatasan
Kahyangan sebagai bukti atas penolakannya itu.Dalam
perjalanannya pulang itulah, Kumala Dewi melihat Pak Tua
sedang memainkan kipasnya yang sekali dihentakkan bisa
timbulkan ledakan cutup dahsyat. Kipas itu berwarna biru
cerah dari semacam kain beludru, berhias bulu-bulu hewan
warna indah. Kumala Dewi langsung menghampiri Pak Tua
berjubah coklat dengan kepala tertutup kain jubahnya juga.
Melihat kehadiran Kumala langsung saja Pak Tua pasang
lagak dan memainkan kipas tersebut. Kumala berhasil
melumpuhkannya dalam waktu singkat .
Kipas itu segera dirampas Kumala, karena ia tahu
persis kipas itu milik Dewa Bahakara alias Dewa Jenaka. Ia
sangat hapal ciri-ciri kipas tersebut.Pak Tua pun didesak
sampai akhirnya mengaku mendapat kipas itu dari seorang
lelaki bertampang tua, berbadan kurus dan mengenakan
pakaian seperti dewa; jubah biru beraris-garis putih,
rambutnya panjang, warna uban.
Tak salah lagi, itu ciri-ciri Dewa Jenaka, pikir Kumala.
Pak Tua pun semakin dikorek keterangannya. Karena
merasa tak mampu melawan Kumala, ia pun menjelaskan
apa yang dilihatnya pada diri Dewa Jenaka itu .
Menurutnya, pemilik kipas dalam keadaan tak
berdaya di suatu tempat. Kehilangan seluruh kesaktiannya
akibat suatu pertarungan hebat dengan lawan. Sisa
kesaktiannya masih tersimpan di kipas, sementara kipas
itu tak terjangkau oleh tangannya, sebab di atas tubuh
kurusnya sang lawan meletakkan sebuah batu.
"Batu itu kecil, hanya seukuran kepala bayi. Tapi
beratnya bukan main. Aku tak sanggup mengangkatnya,"
tutur Baronggo dengan serius.
Kata dia, orang kurus yang sudah tak mampu
berbuat apa-apa lagi itu menyuruhnya pergi ke mana saja
samba membawa kipasnya. Maka, Baronggo pun pergi
membawa kipas itu sampai akhirnya bertemu dengan
Kumala Dewi. Meski pun Baronggo yang mengaku sebagai
pengembara alam gaib itu tidak tahu siapa lawan Dewa
Jenaka, tapi dia mengaku masih ingat tempat di mana
kipas itu diperolehnya.
"Maukah kau mengantarku ke sana, Pak Tua?"
Setelah kehabisan alasan untuk menolak Pak Tua
pun akhirnya bersedia mengantar ke tempat tersebut.
Dalam perjalanan itulah Pak Tua mengetahui bahwa gadis
cantik jelita berbadan harum itu ternyata adalah Dewi Ular
yang namanya sedang jadi bahan pembicaraan oleh para
penghuni alam gaib, alam kubur dan alam-alam lainnya.
Pak Tua merasa bangga dapat menjadi pemandunya
Dewi Ular. Bahkan ia merencanakan untuk mengambil
jalan terdekat dengan melalui wilayah kekuasaan Ratu
Tanah Mistik. Kisah itu sempat diceritakan kepada Nyai Jalangayu.
Tentunya tidak semua yang diceritakan. Hanya garis
besarnya saja. Kata-kata Kahyangan pun tak terucap oleh
Kumala. Oleh sebab itulah, Nyai Jalang Ayu belum tahu
siapa sebenarnya gadis yang berani bersikap tenang di
hadapannya . "Itulah sebabnya aku 'butuhkan dia, Nyai Jalangayu,"
kata Kulnala Dewi.Saat itu ia sedang berusaha
menghentikan siksaan sang Nyai atas diri si Durjana Sesat.
Ditambahkan pula olehnya, "Kalau sampai Pak Tua
ini mati atau hancur akibat siksaanmu, maka aku akan
kehilangan pemandu untuk menemukan pamanku yang
dalam keadaan tak berdaya itu, Nyai. Jadi, dengan segala
hormat kumohon hentikan siksaanniu."
"Hey, aku penguasa di sini! Aku berhak melakukan
apa saja yang mau kulakukan! Tahu"!"
Kumala Dewi masih tetap bersikap merendah dan
sabar."Ya, aku tahu kau penguasa di sini, tapi aku
memohon dengan sangat hormat, tolong lepaskan dia!
Ampuni kesalahan dia. Paling tidak untuk kali ini saja,
Nyai." "Kalau aku tidak mau mengabulkan permohonanku,
kamu mau apa, hah"! Mau apa"!"Suaranya makin tinggi.
Tanah di sekelilingnya makin bergetar. Matanya yang
membelalak kini menatap Kumala dalam ketajaman mistis.
Artinya, pandangan mata itu membuat seluruh bagian
kepala Dewi Ular terasa panas. Makin lama semakin
panas. Kumala Dewi tetap balas menatapnya walau pun
keringat mulai bercucuran dari seluruh bagian kepalanya.
Sambil beradu pandang dan saling kerahkan
kesaktian, Kumala Dewi berkata dalam hatinya."Dia benar-


Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar ingin menjajalku rupanya. Terpaksa aku layani
sebentar, supaya ia puas telah mencoba mengadu
kekuatan dengan Dewi Ular. Oh, ya... tapi sepertinya dia
belum tahu siapa diriku. Dari tadi baik aku maupun Pak
Tua tidak ada yang menyebut-nyebut nama Dewi Ular kan"
Hmm, biarlah... mungkin lebih baik dia tidak perlu tahu
siapa aku, biar tak ragu untuk memamerkan
kesaktiannya."
Adu pandangan mata itu mereka lakukan dalam
jarak sekitar enam meter. Masing-masing mengerahkan
hawa saktinya lewat pandangan mata. Meski pun keringat
Kumala semakiTY bercucuran, tapi ekspresi wajahnya
tetap tenang. Tidak tegang seperti Nyai Jalangayu. Padahal
Nyai Jalangayu wajahnya masih bersih tanpa peluh.
Anehnya, wajah berhidung mancung mirip bule itu
justru lebih dulu kelihatan pucat dan semakin lama
semakin pucat. Seperti selembar kertas kosong.Sementara
itu, meski pun tadi Kumala sempat terdesak mundur satu
langkah, tapi wajahnya masih tampak segar.
Keringat yang mengucur telah membuat alam
sekitarnya menjadi beraroma wangi. Sebagai anak dewa
yang masih perawan , keringat Kumala berbau harum
sekali. Tidak ada parfum yang bisa menyamai keharuman
keringat anak dewa itu. Dan keharuman itu sendiri
mempunyai pengaruh gaib, antara lain membuat perasaan
takut seseorang menjadi berani, hati yang gelisah menjadi
tenang, dan emosi kemarahan menjadi reda.
Tapi agaknya pengaruh itu tidak berlaku bagi Nyai
Jalangayu. Emosi kemarahannya masih membara. Hasrat
bermusuhan masih tampak jelas. Naluri ingin membunuhnya pun semakin kuat. Terlihat dari bola
matanya mulai tampak cahaya merah kecil. Cahaya itu
berbinar-binar dan semakin membuat darah di kepala
Kumala Dewi menjadi lebih panas lagi. Kumala segera
menggunakan Aji Cakra Salju. Dalam sekejap saja hawa
panasnya hilang, dan berbalik menyerang Nyai Jalangayu.
"Gila! Ilmu apa ini yang ia gunakan menyerang-ku"!"
geram hati Nyai Jalangayu."Oohh, badanku menjadi dingin
semua"! Ooh, 000h... aku tidak bisa bergerak. Jariku tak
bisa kugerakkan. Bahkan... bahkan lidah dan bibirku tidak
bisa bergerak sedikit pun"! Aduh... "! Gawat! Pandanganku
jadi semakin gelap"! Semakin... semakin... aaahk ..!! "
Nyai Jalangayu hanya bisa terpekik dalam hati. Itu
pun hanya satu kali. Pak Tua yang dari tadi terbengong
memperhatikan kedua Wlanita cantik beradu kesaktian,
kali ini bola matanya menjadi makin terbelalak lebar.
Karena dengan jelas sekali ia melihat tubuh Nyai Jalangayu
mulai berembun, lalu tertutupi kerak putih yang
sebenarnya adalah bunga es.
Dan, pada akhirnya Nyai Jalangayu diam tak
bergerak dalam keadaan seperti patung yang terbuat dari
es balok.Kumala Dewi mengedipkan matanya. Tenang dan
tetap kalem. Ia menatap Pak Tua, dan Pak Tua gemetar
ketakutan. "Kita lanjutkan perjalanan kita, Pak Tua!"
Seribu kata tak terucap dari mulut Pak Tua.
Mengangguk sulit, menelan ludahnya sendiri pun tak bisa.
Bukan hanya rasa kagum pada Kumala yang ada dalam
hatinya, tapi juga rasa takut terhadap kesaktian Dewi Ular
apabila ia melakukan kesalahan dalam perjalanannya
nanti.Maka, muncullah dalam benaknya sebuah siasat
untuk melarikan diri dari jeratan mata gaib Dewi Ular.
*** 2 WANITA muda yang baru menikah dua tahun yang
lalu itu masih sering menitikkan air matanya. Terutama jika
malam telah tiba dan kesunyian mencekam jiwa, maka
hadirlah duka di hati Ranni yang rindu akan tangisan bayi.
Fardan, suaminya yang memiliki ketampanan khas
pria Timur Tengah itu memang tak henti-hentinya mencoba
menghibur hati sang istri.Tapi hati Ranni tetap duka karena
bayangan dosa yang sebenarnya bukankarena kesalahannya. "Dua tahun kita menunggu kehadiran buah hati kita,
tapi baru sekarana kudapatkan tanda-tanda kehadirannya.Tahukan kamu...," ujarnya di pelukan sang
suami. "Aku merasa senang sekali, gembira sekali, ketika
dokter menyatakan aku positip hamil. Saat itu aku terasa
terbang dan ingin melonjak-lonjak bersamamu..."
"Ya, aku juga merasakan hal yang sama, Ranni. Aku
juga..." " Kamu tahu apa yang membuatku sangat bahagia
waktu itu?" Ranni mendongak menatap wajah sang suami.
"... Waktu itu aku merasa menjadi seorang istri yang
paling beruntung. Selainmemiliki suami yang penuh kasih
sayang dan kehangatan cinta, aku juga memiliki titisan
darah cinta kita berdua, yaitu seorang bayi yang pada
saatnya nanti akan kulahirkan: Aku bangga sekali jika
dapat memberikan sesuatu yang paling istimewa untukmu,
Sayang. Karena aku tahu, kau sangat menginginkan
seorang anak dariku. Dan, anak itu adalah bukti cintaku
padamu..."
Fardan memeluk istrinya erat-erat. Haru hati sang
suami mendengar ungkapan duka sang istri yang merasa
gagal menggapai harapan cinta. Padahal menurut Fardan,
semua ini bukan kesalahan istrinya.
Tapi menurut Ranni, semua ini adalah kesalahan
dirinya yang tak pandai menjaga janin dalam
kanduligannya dengan doa atau sejenisnya.
"Dengar, Sayang... kalau peristiwa hilangnya bayi
kita akibat keguguran, aku baru akan menyalahkan dirimu,
kuanggap sebagai seorang istri yang tak pandai merawat
kandungan nya. Tapi masalah yang kita hadapi ini bukan
semata-mata keteledoranmu, bukan karena kebodohanmu, tapi karena sesuatu yang bersifat mistik.
Jadi, kamu nggak perlu merasa bersalah. Siapa pun
orangnya, sepandai apapun seorang wanita merawat
kehamilannya, maka ia nggak akan bisa mempertahankan
janinnya kalau kekuatan mistik yang mengambilnya."
"Bagaimana jika bukan karena kekuatan mistik?"
"Oo, mustahil sekali. Tanpa ada ikut campurnya
kekuatan gaib, nggak mungkin kandunganmu hilang tanpa
bekas, tanpa pendarahan dan tanpa alasan medis lainnya."
"Jadi, kamu percaya betul dengan apa yang
dikatakan Mak Ayu tempo hari itu?"
"Ya, aku percaya."
"Dan, ketika kau datang ke-sana dia bilang dalam
waktu paling lama 3 hari kandunganku akan kembali, kau.
percaya?" Fardan diam tertegun. Menarik napas panjang. Dia
memahami tuntutan janji sang istri yang disampaikan
secara diplomatis itu. Sebab, paranormal wanita yang
pernah mereka mintai bantuannya itu menjanjikan waktu 3
hari untuk kembalinya kandungan Ranni. Sedangkan
sekarang sudah hari keempat dari janji itu.
"Besok aku akan ke sana menemui Mak Ayu untuk
menanyakan hasilnya. Kamu tenang aja. Jangan banyak
pikiran. Semuanya akan segera berakhir dengan
kemenangan di pihak kita, Sayang..."
"Andai dia tak mampu buktikan janjinya,
bagaimana?"
Sekali lagi Fardan terbungkam, karena memang tak
tahu harus berbuat apa seandainya janji Mak Ayu tak
terbukti. Mungkin ia akan marah sekali, karena ia sudah
berikan apa yang Mak Ayu inginkan sebagai syarat mistik.
Bukan hanya uang, kemenyan dan pernik--pernik magis
lainnya, tapi juga syarat khusus telah ia berikan pada
perempuan berdada montok itu.
Kehangatan, kenikmatan dan kepuasan.
Seandainya janji itu benar-benar tak dipenuhi ,
haruskan Fardan menuntut Astin, sebagai pihak perantara
yang menyarankan sekaligus yang mendesaknya agar
meminta bantuan Mak Ayu".
Hal yang menyedihkan dan juga menjengkelkan
Fardan adalah tingkat kesibukannya di kantor yang
semakin padat itu. Sebagai marketing manager ia banyak
melakukan lobby dengan para klien di beberapa tempat.
Bahkan tadi pagi ketika ia baru saja sampai di ruang
kerjanya, seorang rekan telah menyodorkan surat tugas
dari atasan. Hari itu ia harus terbang ke Ujungpandang
untuk menyelesaikan suatu masalah yang memang sudah
menjadi bidangnya.
"Apa nggak ada orang lain yang bisa tangani
masalah ini sih" Kenapa selalu harus aku yang
menyelesaikannya"!"Ia bicara pada Samon, yang status
jabatannya satu tingkat lebih tinggi. Tapi agaknya. Samon
menanggapinya dengan santai sekali.
"Kamu lebih piwai daripada yang lain. Udahlah,
terima aja tugas ini. Kalau kamu yang tanganin nggak
sampai dua hari, kan?"
"Aku ada urusan keluarga hari ini!"
"Bukankah bekerja di sini juga untuk urusan
keluarga?" sambil Samon menepuk pundak Fardan,
kemudian pergi ke ruang kerjanya sendiri.
Fardan penasaran dan mengikuti Samon, karena ia
yakin Samon dapat mempengaruhi atasan mereka untuk
pengalihan tugas tersebut ke orang lain .
"Sam, tolong bantu aku dong. Hari ini aku
benar-benar ada keperluan sangat penting, menyangkut
kejiwaan istriku."
"Memangnya, istrimu kenapa" Sakit jiwa?" Samon
tertawa kecil. "Kamu jangan becanda dulu deh. Aku serius. Kamu
yang bilang sama Pak Hans untuk serahkan tugas ini sama
yang lain; Herman, Ruddy, Pak John atau Linda, kan bisa."
"Boss lebih percaya dengan kemampuanmu
daripada kemampuan mereka, tahu" Terus terang saja,
yang usulkan penunjukkan tugas ini adalah aku. Jadi,
nggak mungkin aku pengaruhi Pak Hans untuk
melimpahkan tugas ini ke orang lain."
"Yaah, payah kamu, Sam. Kenapa nggak kompromi
dulu denganku waktu kamu diajak rapat sama Pak Hans"
Kamu kan tahu kalau aku masih dalam suasana duka
begini?" "Maksudmu, suasana duka bagaimana?" Samon
menatap dengan mengernyitkan alisnya.
"Lha, kan udah dari kemarin-kemarin aku bilang
kalau istriku kena musibah."
"Astaga"! Musibah apaan"! Aku baru dengar
sekarang."
"Ah, masa' sih baru dengar sekarang?"
"Sungguh, Far! Baru sekarang kudengar tentang
musibah itu. Kamu tahu kan kalau dalam seminggu penuh
ini aku sibuk mondar-mandir Bali-Jakarta untuk proyeknya
Bu Inneke?"
"Ooo, jadi kamu belum tahu kalau..."
"Musibah apa yang dialami istrimu"!"
"Kandungannya hilang."
"Maksudmu... keguguran?"
"Bukan!" Fardan agak ngotot.
"Lalu..." hilang bagaimana sih?"
" Hi .... hilang, ! Ya, hilang begitu saja. Lenyap tanpa
bekas! Seperti nggak pernah hamil! Bahkan kata dokter...
perangkat kehamilan istriku juga nggak ada. Jadi, bukan
bayinya saja yang hilang, Sam."
"Ya, ampuuuun...," Samon terbengong sesaat.
Pandangi wajah Fardan, dan ia temukan rona keseriusan
pada wajah itu. Artinya, ia yakin Fardan bicara hal yang
sebenamya. Bukan mengada-ada.
"Nah, nanti sore pulang kantor, aku mau ke rumah
dukun itu, yang mengatakan bahwa kandungan istriku
dicuri secara gaib dan ia sanggup mencari serta
mengembalikan kandungan istriku itu. Janjinya cuma tiga
hari. Ini sudah hari ke lima. Makanya..."
"Wah, hati-hati kamu kalau main dukun begitu, Far.
Memang gaib harus dilawan dengan gaib. Dan, menurutku
gaib itu memang ada. Mistik juga ada. Tapi, kita jangan
menjadi bego gara-gara menghadapi masalah mistik.
Salah-salah kita bisa jadi korban kelicikan orang--orang
yang mengaku dukun atau paranormal."
"Justru itulah, Sam..."
"Sekarang lagi musim profesi dukun. Hati-hati aja.
Ada yang cuma bisa melakukan pengobatan lewat pijat
urat saraf, tapi. sudah mengaku sebagai orang pintar atau
paranormal yang tahu dunia gaib. Atau ada yang nggak
bisa apa-apa tapi mengaku bisa apa-apa. Tujuannya cuma
mau dapatkan keuntungan dari orang-orang panik macam
kamu. Kadang-kadang bukan cuma uang atau harta
lainnya yang dia ambil dari kita, bisa-bisa nyawa kita atau
jiwa sanak saudara kita. Malah ada yang cuma pengen
dapat kepuasan bercinta dari kita, Far. Ada tuh yang
begitu! Nggak percaya kamu" !"
Fardan menjawab pelan sekali, "Percaya sih..."


Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suara Fardan memang sangat lemah. Karena,tanpa
disengaja perkataan Samon yang terakhir cukup
menyengat bagi batinnya. Seperti sebuah sindiran yang
telak mengenai lubuk hatinya paling dalam.Tapi ia yakin,
Sam tidak bermakud menyindirnya, karena Sam dan yang
lain tidak mengetahui apa yang sudah ia lakukan demi
mendapatkan janin anak pertamanya itu.
"Makanya, Sam.... Aku minta tolong sama kamu
untuk..." "Begini saja deh," sahut Samon lagi. "Aku punya
kenalan yang memang menguasai sekali dalam bidang
mistik atau sejenisnya. Mungkin kamu pemah mendengar
namanya...."
Belum selesai Samon bicara, dering telepon di meja
kerjanya berbunyi. Samon buru-buru menyambutnya
karena telepon itu dari line 1, berarti dari atasannya.
Menjelang makan siang, Fardan terpaksa menghubungi seseorang melalui telepon di mejanya.
Karena, upaya pengalihan tugas ke Ujungpandang gagal. Ia
tetap harus berangkat ke sana. Ticket pesawat sudah
disiapkan atas nama dirinya. Dua jam lagi ia harus sudah
tiba di bandara Soekarno-Hatta.
"Sampai sekarang aku belum ke sana lagi, As. Jadi,
tolong nanti kamu sempetin ketemu Mak Ayu dan..."
Fardan diam sebentar, lalu terdengar suaranya kembali
bernada keluh. "Aduuh, Astiiin.:. kan sudah kubilang tadi, kalau aku
nggak pergi ke luar kota, aku akan datang sendiri...
Kenapa..." Iya, tapi Ranni nggak sabar, dia minta kepastian
hmm" Iya... Pelayanan apa maksudmu" Ah, ngaco aja
kamu. Masa aku harus tidur sama Mak Ayu sih..." udah,
udah pokoknya gitu aja, aku minta bantuanmu... !"
Fardan buru-buru memutus pembicaraan karena
kecemasan yang tiba-tiba datang menghantuinya. Jika
telalu lama bicara dengan Astin, ia khawatir ada sejengkal
rahasia yang akan terbongkar dari mulut Astin ke telinga
Ranni. Astin teman akrab Ranni sejak mereka kuliah dalam
satu kampus hingga sekarang. Astin memang lebih dulu
kenal Mak Ayu. Juga, lebih dulu mendapatkan bukti
kehebatan MakAyu dalam dunia mistik. Ia memperoleh
keuntungan besar melalui bantuan gaibnya Mak Ayu.
Keuntungan besar itu adalah Rangga, yang sekarang
menjadi suaminya. Putra pengusaha kaya itu berhasil
ditundukkan hatinya oleh Astin lewat bantuan guna-guna
ilmu peletnya Mak Ayu.
Setelah mendapatkan Rangga dan kekayaannya,Astin masih sering mengunjungi MakAyu,
membawakan oleh-oleh bermuatan upeti. Bisa makanan,
bisa barang, tapi yang paling utama adalah uang. Sebab,
Astin takut cinta Rangga luntur dan ia tak bisa
membuatnya tunduk lagi apabila ia tak setor upeti kepada
Mak Ayu, sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan.
*** Sederhana. Begitulah kesan penampilan rumah
yang memiliki corak bangunan model lama itu. Tapi belum
bisa dikatakan sebagai rumah tua atau kuno. Rumah itu
terletak di perkampungan yang masyarakatnya sudah
mulai mengikuti gaya hidup modern, namun masih
kampungan dalam pola pikirnya. Rumah berwarna cream
lusuh itu terletak di ujung jalan perkampungan. Agak
terpisah dari rumah-rumah lainnya, namun bukan berarti
terpencil. Halaman depannya cukup luas. Memiliki. beberapa
pohon buah yang tumbuh di tempat-tempat tertentu.
Daunnya yang lebat, dahan-dahannya yang mengembang
menyempai payung, telah membuat runah itu tampak
teduh, namun juga misterius.
Temeramnya cahaya bulan sabit di malam hari,
sering membuat rumah itu seakan-akan memancarkan
pesona klasik berbau mistik.
Seorang perempuan yang pantasnya berusia 35
tahun tinggal di rumah tersebut bersama seorang
pembantunya. Perempuan itu bukan pemilik rumah, tapi
warga pendatang yang mengontrak rumah itu sejak
beberapa waktu yang lalu. Ia tertarik untuk tinggal di situ
karena ia menyukai tempat yang sepi. Hening. Tak
terganggu aktivitas tetangga, atau kebisingan hidup pada
umumnya. Masyarakat sekitar tempat itu tidak tahu banyak
tentang penghuni rumah tersebut. Mereka hanya tahu
bahwa rumah tersebut dikontrak oleh seorang wanita,
cantik, sekal, tidak terlalu kaya dan hidup tanpa suami.
Mungkin janda, mungkin perawan tua. Sedang-kan anak
remaja yang tinggal bersamanya itu bukan anaknya
melainkan pelayannya.
Hanya itu yang mereka ketahui tentang penghuni
rumah ujung. Beberapa orang yang tinggalnya lebih dekat
memang ada yang tahu, bahwa perempuan yang selalu
tampil sederhana tapi memancarkan kharisma itu dikenal
dengan nama Mak Ayu. Tapi mereka tak tahu dengan pasti
apa profesi Mak Ayu sebenarnya.
Sementara itu, mereka yang tinggalnya jauh dan
perkampungan tersebut, seperti Astin misalnya, justru tahu
banyak tentang MakAyu. Mereka tahu bahwa Mak Ayu
memiliki kemampuan di bidang supranatural. Kabarnya,
kekuatan supranatural yang dimiliki Mak Ayu itu tukup
menjanjikan. Bisa dibuktikan, bisa dirasakan dan bisa
dipercaya kebenarannya.
Hanya saja, sudah tiga hari ini. Mak Ayu menolak
tamu yang ingin bertemu dengannya. Setiap ada yang
datang, pelayannya yang menyambut dan mengatakan,
"Maaf, untuk saat ini Mak Ayu tidak bisa menerima
tamu. Beliau sedang menjalankan ritual hening."
Sering ditambahkan pula oleh si pelayan, bahwa
dalam menjalankan ritual hening itu MakAyu tidak boleh
bicara dengan siapa pun dan tidak boleh mendengar
pembicaraan dari siapapun. Praktis selama prosesi ritual
hening itu Mak Ayu mengunci diri dalam kamarnya. Sampai
batas waktu tertentu baru ia berhenti lakukan hal itu dan
bisa keluar dan kamarnya.
Dalam disiplin ilmu aliran Mak Ayu, ritual hening
memang ada. Tetapi. saat ini dia sebenarnya bukan
sedang melakukan ritual hening. Perempuan beralis tebal
tapi tersusun rapi itu memang mengurung diri di dalam
kamar, tapi tidak terus-terusan di dalam kamar. Ada
kalanya ia keluar dari kamar untuk memanggil pelayannya,
atau hal-hal lain yang hams dilakukan di luar kamar.
Kemarin, misalnya, Mak Ayu keluar dari kamar untuk
mengambil sebuah mangkuk beling putih di dapur Ia
berjalan agak limbung. Sesekali menyeringai, menggigit
bibir sendiri, menandakan bahWa ia sedang merasakan
sesuatu yang menyakitkan.
"Sudah agak sehat, ya?" tegur anak lelaki berusia
remaja, pelayan setianya.
"Lumayan."
"Oo, syukurlah. Sepertinya luka di kepala sudah
hilang." ". Ya, Yang dikepala mudah hilang. Tapi yang di
dadaku ini masih belum bisa kuatasi. Sekujur tubuhku
seperti digerogoti hewan kecil-kecil bergigi tajam. Sakit
seamua." Pelayan berbadan kurus dan berkulit lusuh
memandang dengan iba. Ia tampak sekali turut bersedih
atas kejadian yang menimpa Mak Ayu belum lama ini.
"Carikan aku darah."
"Baik," Pelayan itu mengangguk patuh.
"Kalau bisa sebelum gelap sudah kau dapatkan."
"Akan saya usahakan secepatnya."
"Tidak perlu harus darah segar, dan tidak perlu.
banyak-banyak."
"Baik."
Sang pelayan pergi lewat tengah hari. Menjelang
adzan maghrib berkumandang, ia sudah tiba di rumah. Ia
berhasil mendapatkan darah manusia meski tak segar.
Tapi juga belum membusuk. Bahkan cukup banyak,
sedangkan yang dibutuhkan hanya sedikit.
Mak Ayu tak perlu bertanya lagi di mana si pelayan
mendapatkan darah tersebut. Dari wadahnya sudah dapat
diterka, si pelayan mendapatkan darah dari PMI, dan,
sudah pasti ia mencurinya.
Buat Mak Ayu hal itu tidak pernah dipermasalahkan.
Suara adzan maghrib selesai berkumandang, Mak Ayu
masuk kamar kembali dan tidak keluar lagi sampai esok
harinya. Saat itulah memang ia melakukan ritual gaib, tapi
bukan ritual hening namanya. Ritual yang dilakukan itu
pada dasarnya untuk mempercepat proses penyembuhan
luka di dada. Luka itu membentuk satu lubang bundar. Memang
sudah tidak mengucurkan darah lagi seperti awalnya,tapi
rasa sakit masih belum bisa teratasi sepenuhnya.
Sebenarnya bukan hanya dada, tapi juga kepala Mak Ayu
terluka berlumuran darah.Tapi luka dikepala akibat
benturan dengan besi pintu gerbang sebuah vil a.
Tergolong sebagai luka alami. Mak Ayu sudah berhasil
mengobati sendiri luka tersebut. Bahkan sekarang
kepalanya dalam keadaan bersih, seperti tak pernah
terluka apapun. Tentu saja yang membuat luka di kepala
itu lenyap adalah kekuatan gaib pada diri Mak Ayu.
Sedangkan luka berlubang di dadanya berasal dari
kekuatan hawa gaib lawannya. Luka itu mengandung
semacam racun berbahaya yang ternyata sulit ditangkal
dengan kekuatan gaibnya Mak Ayu. Berbagai ramuan
mistik sudah dicobanya. Tetap gagal.
Dalam hatinya, MakAyu mengagumi gadis kecil yang
menjadi lawannya.,Dalam usia sekitar 6 tahun, anak itu
sudah bisa melukainya dengan meninggalkan racun yang
sukar ditangkal.
Peristiwa itu terjadi ketika Mak Ayu melacak
kandungan istri Fardan yang hilang secara gaib itu. Ia
merasakan getaran gaib dari kandungan itu di sebuah vil a,
di Puncak.Pada saat itu vil a tersebut memang ditempati
Rayo Pasca, dan pada saat itu memang benar pria tampan,
dan gagah yang menjadi kekasih Kumala Dewi itu sedang
hamil. Tetapi Mak Ayu tak dapat masuk ke vil a itu karena
seorang bocah menghalanginya, bahkan bertarung
dengannya dan membuat lubang di dada, sehingga Mak
Ayu terpaksa melarikan diri, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "Parit Kematian").
Tak disangsikan lagi, gadis cilik berwajah cantik
yang menjadi lawan Mak Ayu itu pasti bukan bocah biasa.
Mak Ayu mengakui kehebatan bocah itu. Kesaktiannya
cukup tinggi. Mak Ayu sepertinya tak sanggup jika harus
melawannya lagi. Maka, untuk mengatasi lukanya itu, Mak
Ayu terpaksa melakukan meditasi gaib. Beberapa sarana
dijadikan medianya, termasuk darah manusia tadi.
Sekitar pukul 3 dini hari, terdengar suara gemuruh
angin kencang mengacaukan alam sekitar rumah Mak Ayu.
Angin itu berputar-putar hanya di sekitar rumah tersebut.
Beruntung peristiwa aneh itu terjadi pada saat semua
penduduk perkampungan sedang nyenyak-nyenyaknya
tidur, sehingga tak ada yang melihat gerakan angin aneh di
sekitar rumah Mak Ayu.Meski pun terdengar suara
lolongan anjing bersahutan, tapi Mak Ayu sedikit pun tak
mempedulikan hal itu. Bukan sesuatu yang aneh baginya.
Justru keadaan malam yang ganjil itulah yang menjadi
harapan utama dalam meditasi gaibnya.
MakAyu tetap duduk di lantai, bersila, tanpa sehelai
benang pun pada tubuhnya. Kamar yang gelap, hanya
diterangi oleh sebatang Jilin kecil, kini menjadi bercahaya
samar-samar. Cahaya itu muncul pada setiap sisi dinding kamar.
Dinding menjadi seperti lempengan bara. Merah
berpendar-pendar. Sesaat kemudian terdengar suara yang
tidak asing lagi bagi Mak Ayu.
"Ada apa dengan dirimu,.hah"!"
Suara itu sebenamya cukup pelan, tapi mempunyai
tekanan sedikit menyentak. Itu artinya si pemilik suara
merasa kesal atas undangan Mak Ayu. Jadi, ternyata
beberapa hari ini Mak Ayu berusaha memasuki dimensi
gaibnya untuk minta bantuan sehubungan dengan
lukanya..Tetapi pintu gaibnya tidak dibuka-buka.
Mak Ayu .menggedor-gedornya setiap saat, sampai
si pemilik pintu dimensi itu membukanya dengan rasa
jengkel. Terdengarlah suaranya yang mirip suara lelaki itu.
"Apa maksudmu, hah"! Jelaskan apa maksudmu!"
"Mohon ampun sebelumnya, Guru...," kata Mak Ayu.
Rupanya yang datang saat itu adalah gurunya.
"Saya memang memaksa Guru untuk datang kemari,
karena saya butuh pertolonganmu, Nyai Guru."
"Dasar bodoh!"
"Saya terluka, Guru."
"Ya, itulah kebodohanmu!"
"Saya sudah coba kerahkan seluruh kekuatan, tapi
luka ini belum juga bisa ditaklukkan, Guru. Racunnya
sangat kuat dan ganas."
"Dasar dungu! Coba rentangkan tanganmu... !"
Sang guru agaknya tipe guru yang temperamental
sekali. Galak. Terkesan kasar. Tapi tetap saja ia punya
perhatian pada muridnya. Tak tega ia biarkan sang murid
terluka tanpa bisa terobati lagi.


Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hanya saja, setelah.ia menangani luka itu, ternyata
ia sendiri tidak sepenuhnya mampu melenyapkan luka
tersebut. "Siapa yang melukaimu ini?"
"Anak kecil, Guru. Entah anak siapa dia. Saya seperti
pernah melihat, tapi juga sepertinya baru kali ini ketemu
dia." "Kalau sudah selesai tugasmu, kasih tahu aku ciri-
-cirinya. Biar kubalaskan lukamu ini. Tapi...," suara sang
guru merendah. "Tapi kenapa, Nyai Guru?"
"Lukamu ini sepertinya berasal dari kesaktian...
kesaktian...," suara sang guru semakin pelan, membuat
Mak Ayu kian penasaran.
"Dari kesaktian apa, Guru" Katakan... !"
Hening sejenak, setelah itu baru terdengar lagi
suara sang guru.
"Racunnya sudah kulumpuhkan. Tapi jejak gaibnya
masih belum bisa hilang tuntas."
"Apakah tidak ada kekuatan lain untuk dapat
menghilangkan jejak gaib ini, Guru" Saya tidak mau luka ini
menjadi borok yang mengganggu ruang gerak saya,Guru." ,
"Hmmm, gunakan darah kemesraan. Bisa hilang."
Kata-kata tegas sang guru sangat meyakinkan
sekali, sehingga Mak Ayu merasa lega. Hanya saja,
kelegaan tersebut belum lengkap jika is masih diganggu
oleh rasa penasaran atas kata-kata gurunya tadi.
"Terima kasih atas pertolonganmu, Nyai Guru.. , Tapi
sebelum Guru pulang, tolong jelaskan kesaktian milik siapa
sebenarnya yang dapat melukai saya sampai seperti ini"
Katakan, kesaktian dari mana yang dimiliki gadis kecil itu,
Guru"!"
Sepi. Tapi dinding masih menyala merah bara
berpendar-pendar, menandakan bahwa sang guru belum
pergi. Rupanya ada sesuatu yang sedang dipertimbang-kan
oleh sang guru, hingga akhirnya terdengar.kembali
suaranya yang agak besar, seperti suara lelaki itu.
"Kalau kau bertemu dengan bocah itu, lebih baik.
jauhi dia secepatnya. Jangan sampai terlibat masalah lagi
dengan bocah itu. Dan, jangan coba-coba mengusiknya.
Paham"!"
"Jadi... siapa bocah itu sebenarnya, Guru?"
Lama tak ada jawaban. Apakah sang guru punya
pertimbangan lain yang membutuhkan waktu berpikir agak
lama" Atau, ada sesuatu yang dikeijakan sang gum pada
saat itu hingga lupa memberi jawaban"Yang jelas, ketika
Mak Ayu ingin bertanya lagi, tiba-tiba angin besar datang.
Cepat dan mengagetkan sekali.
Wuuurrrrsss ... !!
Hanya beberapa detik, lalu hilang secara mendadak.
Wuuzztt... ! Hening lagi. Sepi kembali. Dinding tak menyala
seperti tadi. Sudah padam.
"Aaah, brengsek! Guru sudah pergil" geram Mak Ayu
setelah menyadari hal itu.
"Kenapa dia nggak mau kasih tahu aku tentang
bocah itu, ya?" pikir Mak Ayu seraya mulai berkemas
mengenakan pakaian. Rasa sakit pada lukanya sudah
tidak ada. Hilang sama sekali.
Tapi lubang luka di dadanya belum bisa hilang.
Hanya tampak mulai mengering.
"Sepertinya guru sangat tahu siapa gadis kecil itu.
Pasti dia tahu. Dan, pasti sengaja bikin aku penasaran,
maka dia nggak mau jawab pertanyaan-ku tadi. Uuuh,
masa' bodo... ! Sekarang yang harus kupikirkan adalah
mencari darah kemesraan untuk menghilangkan jejak gaib
pada luka ini. Hmmm... darah kemesraan siapa yang akan
ku-pakai untuk melenyapkan luka ini, ya?"
Mak Ayu mulai bersolek pada hari berikutnya. Ia
sudah siap terima tamu kapan saja. Tapi untuk sementara
ini ia berpesan pada pelayannya yang sering menjadi
penerima tamu itu.
"Utamakan tamu lelaki. Aku butuh obat penghilang
luka .." Sampai lewat tengah hari, belum ada tamu yang
datang. Mak Ayu berniat mengaktifkan handphone-nya.
Sejak ia terluka HP pemberian dari Astin itu sengaja
tidak diaktifkan. Ia tidak mau diganggu oleh telepon dari
kliennya. Dan, sekarang ia butuhkan HP itu untuk mencoba
menghubungi beberapa klien lelaki yang pernah dibantu
menyelesaikan masalahnya.
Namun, sebelum HP diaktifkan, tiba-tiba HP itu
berdering sendiri. Mak Ayu sedikit curiga, namun segera
tenang kembali. Ia dapat menduga siapa yang
menghubunginya dalam keadaan HP tidak aktif. Tentunya
bukan berasal dari kliennya.
"Ya, siapa ini"!" sapanya dengan nada tegas.
"Arumpati."
"Kenapa menghubungi u lewat jalur ini, Arum". Ada
apa?" "Maaf, aku kehilangan jejakmu. Aku hanya mau
kasih kabar, bahwa guru dalam keadaan bahaya."
"Apa maksudmu?"
"Guru tidak bisa bergerak lagi. Kami tidak ada yang
bisa melawan pengaruh gaib yang membungkus sekujur
tubuh Guru. Tolong pulanglah sebentar, siapa tahu kau
bisa membebaskan Guru dari pengaruh itu."
Mak Ayu diam sesaat, tapi hatinya menggumam
heran."Guru terkena pengaruh gaib" Ironis sekali.
Semalam dia habis bebaskan aku dari pengaruh racun,
sekarang dia sendiri yang terkena. Hmm, siapa sebenarnya
yang bisa membut Guru sampai seperti itu" Apakah aku
harus pulang dalam keadaan masih ada luka di dadaku ."
Suara yang masuk melalui saluran telepon itu
terdengar lagi."Bagaimana, kau bisa pulang sebentar kan?"
"Nanti akan kukabari. Untuk sementara, , sebaiknya
kalian segera hubungi Mirahkunti. Suruh dia pulang dan
coba bebaskan Guru. Aku akan selesaikan dulu satu
persoalan di sini, baru aku pulang kalau memang
Mirahkunti tidak bisa mengatasinya."
"Baik, aku akan hubungi Mirahkunti sekarang juga?"
Handphone berdenging seperti suara babi kena
tabrak. Huuuiik... ! Kemudian lampu layarnya padam, Diam dalam
keadaan off seperti tadi. Mak Ayu tidak pikirkan HP-nya,
bahkan belum jadi diaktifkan. Yang terpikir olehnya adalah
kabar tentang keadaan sang guru itu. Ia nyaris tidak
percaya mendengar gurunya dapat dilumpuhkan lawan.
"Siapa yang bisa mengalahkan Guru, ya" Hebat
sekali dia. Apa perlu aku berguru sama dia?"
*** 3 REMBULAN kembar ditinggalkan. Kini si pemandu
tua membawa Kumala Dewi ke suatu tempat yang juga
masih asing bagi Kumala sendiri. Maldum, alam gaib
ternyata sangat luas.Lebih luas dari alam kehidupan
manusia. "Apakah masih jauh tempatnya?" tanya Kumala
Dewi. "Di balik bukti itu,"
Baronggo menunjuk ke arah perbukitan yang
membentang di depah mereka. Perbukitan itu tidak sama
seperti per-bukitan di alam manusia. Tidak seperti
bukitbarisan di Sumatera.Perbukitan yang membentang di
depan Dewi Ular ,tidak terlaIu tinggi. Mudah dijangkau
denganjalan kaki biasa. Tetapibukit itubukan bukit cadas,
melainkan bukit karang putih.
Beberapa pohon tampak menjulang tinggi, tapi
pohon itu juga berwarna putih karena terdiri dari batuan
karang. Sementara di lerengnya tampak anak karang
berserakan dalam keadaan runcing-runcing. Ketajaman
ujungnya tampak jelas, seperti sedang menunggu mangsa
untuk dirobektakinya.
"Nggak ada laut, tapi ada karang sebesar itu"!"
gumam lirih Dewi Ular sambil memperhatikan sisi-sisi lain
dariperbUkitan itu.
"Tempat kita berdiri ini tadinya lautan. Tapi karena
terkena kutukannya si Penghulu Iblis, maka lautan itu
menjadi beku begini."
"Penghulu Iblis" Apakah maksudmu, Bahoddam?"
tanya Kumala sambil memperhatikan hamparan batu yang
luas tanpa pepohonan itu. Warna merah kehitaman dimiliki
semua bebatuan di situ terrnasuk tanahnya yang keras,
serupa dengan kerasnya batu granit.
Setelah Baronggo membenarkan dugaan Kumala
tadi, bidadari cantik jelita itu bertanya kembali sambil
memperhatikan hamparantanah berbatu itu.
"Jika benar di sini dulu ada lautan, kenapa sekarang
hamparan batu dan tanahnya berwarna merah?"
"Karena mernang berasal dari lautan darah:"
"Ooo...," Kumala Dewi manggut-manggut.
"Melintasi hamparan batu ini bukan hal yang sulit.
Tetapi mendaki bukit itu bukan sesuatu yang mudah.
Keruncingan tanah karang dapat membuat kita terluka dan
membusuk secepatnya. Sebab, bukit karang itu
mengandung racun yang sangat berbahaya. Tidak ada
penangkalnya.Mati membusuk atau hancur jadi debu
adalah ancaman dari bukit karang itu. Maka, bukit tersebut
sering disebut-sebut sebagai Bukit Neraka."
"Lalu, bagaimana kau bisa meninggalkan Dewa
Jenaka dalam keadaan selamat" Tanpa luka beracun
sedikit pun."
"Hee, hee, hee, hee... , aku punya jembatan sendiri
buat melintasi perbukitan itu, atau tempat-tempat beracun
lainnya." "Jembatan apa maksudmu?"
Pak Tua bermata cekung itu segera merapatkan
telapak tangan kanannya ke dada. Kemudian tangan itu
disentakkan ke depan dengan sentakan tak terlalu kuat.
Seeet.. : Maka, telapak tangan itu membiaskan cahaya
pelangi yang makin lama semakin besar. Zuuutizt. ! Dalam
sekejap cahaya pelangi itu melampaui bukit tersebut tanpa
putus, membentuk satu lengkungan panjang.
"Ini jembatanku, Nyai Dewi..."
"Hebat juga kau rupanya."
"Silakan Nyai Dewi jalan duluan."
"Tidak. Kamu saja yang jalan duluan, Pak Tua."
Cahaya pelangi itu bisa berubah menjadi sesuatu
yang padat dan keras, sehingga ketika Pak Tua melompat
ke atasnya, tak ada getaran sedikit pun pada cahaya
pelangi tersebut. Dewi Ular dan Pak Tua pun meniti
pelangi, melintasi bekas lautan berdarah, melintasi puncak
perbukitan sampai akhirnya mereka tiba di suatu tempat
aneh. Sebuah hutan membentang di balik Bukit Neraka.
Hutan itu bertanah kering. Retak-retak. Bahkan ada yang
membentuk celah panjang. Tiap retakan tanahnya
mengeluarkan asap putih seperti kabut. Pohon-yohon yang
tumbuh di situ dalam keadaan kering semua, baik batang,
dahan, ranting, sampai daunnya berwarna coklat kering.
Yang membuat hutan itu tampak lebih aneh lagi
adalah munculnya wajah-wajah aneka rupa pada tiap
pohon. Seperti sebuah ukiran, setiap pohon kering disitu
memiliki bentuk wajah yang rnenyeringai, terbelalak dan
berbagai ekspresi lainnya .Bahkan beberapa pohon
memiliki bentuk dahan seperti sepasang tangan yang
merentang, seperti mahiduk aneh yang ingin menerkam
mangsanya. Wajah yang tersumbui dari batang pohon itu
ada yang menyerupai wajah manusia biasa, tapi juga ada
yang menyerupai wajah iblis dan sejenisnya.
Sementara batu-batu yang ada di situ rata-rata
berwarna hitam kelam. Seperti gundukan arang. Tetapi tiap
batu mempunyai bentuk aneh. Ada yang seperti orang
meringkuk, ada yang berbentuk orang berlutut, ada Pula
yang menyerupai orang nungging, dan yang lainnya.
Melihat keadaan seperti itu, Dewi Ular hanya bisa berkata
dalam hati. "Aku merasakan jejak gaib berserakan di sekitar sini.
Tapi tidak ada gaib yang masih utuh. Hanya jejaknya saja.
Hhmmmmmm... tempat apa ini sebenarnya"!"
Bertepatan dengan pertanyaan ,dalam hati Kumala,
suara Baronggo pun terdengar jelas di sampingnya.
"Ini namanya Hutan Kutukan."
"Pantas aku merasakan jejak gaib banyak di sekitar
sini." "Dulu tempat ini adalah hutan hidup. Siapa masuk
kemari, dia akan menjadi makanan pohon dan batu yang
ada di sini. Tetapi sekarang sudah menjadi hutan mati,
karena penguasa hutan ini kalah bertarung melawan si
Penghulu Iblis. Rakyatnya dikutuk oleh Penghulu Iblis,
sehingga menjadi pithon berwajah atau batu sekarat
Pengaruh kutukan itu sekarang sudah tidak ada, kecuali
yang di seberang sana, masih ada pengaruhnya. Jadi,
jangan kita melewati hutan seberang sana, karena begitu
kita terkena pengaruhnya maka kita akan menjadi pohon
atau batu seperti yang ada di sini."
"Terima kasih atas saranmu. Lalu, di mana kau
temukan kipasnya paman Jenaka" Apakah masih jauh dari
sini?" "Tidak. Ikuti langkahku!"
Baronggo berjalan lebih dulu dengan melompat-
lompat seperti seekor rasa berlari. Kumala Dewi
mengikutinya dengan melayang di udara setinggi 1 meter
dan permukaan tanah.
*** Menjelang awal petang tiba, Astin sudah ada di
rumah Mak Ayu. Wanita muda yang sudah menjadi
menantunya pengusaha besar itu datang dengan
mengendarai sedan Vios warna biru metalik. Dia sendiri


Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mengemudikan sedan tersebut.Dulu dia datang ke
situ dengan taksi, atau kadang menggunakan ojek.
"Fardan titip salam, Mak."
"Aku ngerti maksudnya. Bilang sama dia, aku sudah
menemukan di mana kandungan istrinya berada. Tapi
untuk mengambilnya aku butuh kekuatan baru."
"Maksudnya?"
Mak Ayu membuka kemeja pria yang dikenakan
saat- itu. Dua kancing atas dibuka, ia sudah dapat
menunjukkan luka berlubangnya.
"Kamu lihat luka ini?"
"Ya, ampuun... kenapa itu, Mak?"
"Saat aku mau merebut kandungan itu, aku
bertarung melawan pencurinya. Aku terkena pukulan yang
cukup parah. Dia punya kesaktian lebih tinggi satu tingkat
denganku. Jadi, aku butuh tenaga baru untuk
meningkatkan kesaktianku. Setelah itu aku akan bertarung
mengalahkan si pencuri dan merebut kembali kandungan
istrinya Fardan."
Astin manggut-manggut kagum. Ia tak tak sadar
kalau saat itu ia sedang mendengar bualan yang
meyakinkan. "Lalu, kekuatan baru itu bagaimana maksudnya?"
Mak Ayu mendekatkan wajahnya dan berkata pelan.
"Carikan aku teman kencan malam ini. Fardan juga
boleh." Astin tidak merasa kaget, hanya tersenyum geli.
Rupanya ia sudah sering mendengar hal itu. Atau memang
sudah sering membantu Mak Ayu dalam hal itu. Jadi bukan
hal aneh baginya kalau mendengar Mak Ayu minta
dicarikan teman kencan.
"Fardan sedang ke luar kota," kata Astin. "Makanya
dia suruh aku datang kemari menanya-kan hasilnya. Kalau
dia tidak ditugaskan oleh kantornya ke luar kota, dia
sendiri yang mau datang kemari."
"Selain Fardan... ?"
"Selain Fardan, hmmm... siapa, ya?" Astin berpikir
serius. "Tonny yang agak botak itu juga boleh."
"Ah, Tonny udah lama nggak di Jakarta, Mak. Udah
pulang ke Balikpapan sejak berhasil menikahi Ernas."
Mak Ayu tarik napas panjang. "Kalau kamu nggak
bisa bantu aku lagi ya sudahlah. Nggak usah berlagak
pusing memikirkannya."
Kata-kata itu terasa betul menyengat di hati Astin. Ia
paling takut kalau Mak Ayu marah atau kecewa padanya.
Sebab, ia tetap ingat bahwa Mak Ayu pegang kunci utama
dalam perkawinannya dengan Rangga. Kekecewaan dan
kejengkelan dapat membuat Mak Ayu melepaskan tali
pengikat cintanya Rangga pada Astin.
"Aku ada teman, dia punya masalah. Tapi dia nggak
punya uang. Jangan dimintain uang, ya" Ntar dia kusuruh
kemari aja," kata Astin.
"Yang kubutuhkan bukan uangnya. Kau tahu itu
kan?" "Iya, aku tahu. Ya, udah... aku pamit sekarang aja,
Mak. Biar nggak terlalu malam. Sebab, kalau ketemu dia
terlalu malam, bisa jadi dia nggak mau datang hari ini.
Mungkin besok."
"Aku butuh malam ini."
"Ya, udah kalau gitu. Kalau nanti aku nggak sempat
antar dia, biar dia cari sendiri alamat rumah sini, ya"
Pokoknya, Mak ingetin aja... dia berbadan sedang, berkulit
putih, matanya kecil, terus.."
. "Siapa namanya?"
"Jonny, dipanggilnya: Jo."
Ada suatu keharusan bagi Astin untuk memenuhi
keinginan Mak Ayu. Bukan soal materi, tapi soal kebutuhan
yang sangat pribadi seperti saat itulah yang harus
diupayatan oleh Astin. Sadar atau pun tidak, dia sudah
terbebani oleh hal-hal yang seharusnya bukan menjadi
tugasnya. Namun toh sampai sekarang Astin belum pernah
mengeluh dalam hati. Hanya menggerutu kesal, itu pun
sekedar gerutu kekonyolannya saja.
Aroma therapy mulai menyebar di seluruh ruangan
rumah itu. Mak Ayu membakar serbuk kayu cendana yang
Kaki Tiga Menjangan 45 Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok Dendam Iblis Seribu Wajah 18
^