Pencarian

Tiga Ksatria Bertopeng 1

Pendekar Bayangan Sukma Tiga Ksatria Bertopeng Bagian 1


PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Fahri A. 1 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA 1 Udara malam begitu dingin. Bulan di atas sana semakin renta. Bukit Alas Waru
tetap menyeramkan. Pepohonan yang tumbuh di sana bagai pasukan yang siap
membunuh siapa saja yang datang.
Namun tiga sosok tubuh itu tetap tegar menerima hembusan angin dingin. Dan salah
satu sosok tubuh nampak tengah berlutut memperhatikan sosok tubuh berpakaian
biru yang tergeletak di tanah. Sosok berpakaian biru itu telah menjadi mayat.
Wajah orang itu begitu buruk sekali. Mengerikan.
Di Bukit Alas Waru memang baru saja terjadi pertempuran yang amat hebat. Di sana
seorang tokoh jahat yang amar kejam, si Pamungkas telah tewas di tangan Madewa
Gumilang alias Pendekar Bayangan Sukma.
Di samping mayat si Pamungkas, juga bergeletak beberapa mayat para penduduk yang
juga turut mengejar si Pamungkas ke Bukit Alas Waru. Mereka tewas akibat ajian
Sambar Nyawa yang dilancarkan si Pamungkas.
Sedangkan si Pamungkas sendiri tewas akibat hantaman Pukulan Bayangan Sukma
milik dari Madewa Gumilang yang memapaki ajian Sambar Nyawa yang digabungkan
dengan ajian Seribu Bobot Besi milik si Pamungkas. Hasilnya sungguh luar biasa.
Si Pamungkas tewas mengerikan, sedangkan Madewa Gumilang harus terluka dalam di
bagian dadanya.
Fahri A. 2 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Sosok tubuh yang berdiri di samping Madewa Gumilang, adalah Kyai Paksi Brahma.
Dia seorang kakek yang berusia 65 tahun. Mengenakan pakaian putih dan berangkin
merah. Kedatangannya adalah untuk mencari Cincin Naga Sastra, cincin sakti milik
mendiang kakak seperguruannya Kyai Tapa Suci yang telah tewas.
Sebelum tewas karena bertanding dengan Dewa Nyawa Maut, Kyai Tapa Suci
memberikan Cincin Naga Sastra ke tangan Juragan Wilada Tista yang tewas di
tangan si Pamungkas. Namun sayang, sampai saat ini tak seorang pun yang tahu di
mana cincin sakti itu berada.
Sedangkan sosok tubuh yang tengah berlutut di hadapan si Pamungkas adalah Ki
Lurah Sentot Prawira, Lurah dari desa Glagah Jajar. Hatinya seakan remuk redam
ketika melihat siapa wajah di balik topeng biru itu. Wajah Mandali Sewu!!
Ki Lurah Sentot Prawira tidak menyangka sama sekali, kalau Mandali Sewu lah yang
berada di balik topeng biru dan menamakan diri si Pamungkas. Dia telah mendendam
pada keluarga Juragan Wilada Tista disamping tugas yang diberikan gurunya Dewa
Nyawa Maut untuk mencari Cincin Naga Sastra ( Baca : Munculnya si Pamungkas).
Terdengar sendat Ki Lurah yang sudah agak tua itu.
"Mengapa ini semua terjadi, Mandali" Mengapa?"
desis orang tua itu terisak. Dia amat tidak menyangka kalau Mandali Sewu yang
berbuat kejam seperti itu.
Madewa yang tengah menahan luka dalam di dadanya, memegang bahu orang tua itu.
"Ki Lurah...tidak perlu disesali... Dia telah tewas akibat Fahri A.
3 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA kekejamannya sendiri..."
"Bukan dia yang kejam, Pendekar!" kata Ki Lurah sambil tetap menatap wajah buruk
Mandali Sewu akibat perlakuan putra Juragan Wilada Tista dua belas tahun yang
lalu, saat dia masih bocah. "Tetapi putra Juragan Wilada Tista yang membuat
wajahnya jadi begini. Itulah yang menyebabkannya begitu mendendam sekali..."
"Dan dendamnya telah membakar seluruh tubuhnya menjadi kecongkakan. Bahkan
gurunya sendiri, Dewa Nyawa Maut telah dibunuhnya."
Ki Lurah Sentot Prawira mendesah panjang. Mandali Sewu memang bukan anaknya.
Bukan siapa siapa. Dia hanyalah anak yatim piatu yang diangkat sebagai anak oleh-Juragan Wilada Tista. Namun melihat kenyataan ini, hatinya begitu amat terpukul
sekali. "Aku sedih sekali menyaksikannya tewas sebagai orang jahat, Madewa..."
"Takdir telah menentukan seperti itu, Ki Lurah. Hanya sayang, Mandali Sewu tak
pernah bisa untuk merubah dirinya menjadi orang baik baik. Bila saja dia tidak
-terbakar oleh dendamnya, tak mungkin semua ini akan terjadi..." kata Madewa
Gumilang dengan suara arif.
"Benar, Ki Lurah..." kata Kyai Paksi Brahma yang sejak tadi hanya terdiam saja.
"Dia telah dibakar oleh dendam yang telah menyksanya. Dan dendam itu telah
membuatnya menjadi kejam hingga menurunkan tangan telengasnya pada siapa saja.
Apakah Ki Lurah melupakan hal itu" Betapa banyaknya anak anak perawan yang
-diperkosanya lalu dibunuhnya dengan wajah disayat sayat?"
-Fahri A. 4 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Dan betapa banyaknya para pendekar yang tewas di tangannya untuk menghentikan
sepak terjangnya yang telengas."
"Ki Lurah....bagi seroang Mandali Sewu atau si Pamungkas, memang dia lebih baik
mati saja daripada keonaran yang akan terus menerus dibuatnya di muka bumi ini."
"Dan kau harus melakukannya Ki Lurah."
Ki Lurah Sentot Prawira cuma mendesah panjang. Lalu tanpa bersuara, diangkatnya
tubuh Mandali Sewu alias si Pamungkas.
Lalu dibopongnya.
Dan langkahnya pun perlahan lahan menuruni Bukit Alas Waru dengan hati remuk
-redam. Madewa Gumilang dan Kyai Paksi Brahma tidak bisa berbuat apa apa. Karena mereka
-sadar, betapa besar rasa kecewa dan sedih yang dialami oleh Ki Lurah Sentot
Prawira. Lalu terdengar suara Madewa bertanya, "Kyai... tadi kau dan si Pamungkas menyebut
-nyebut Cincin Naga Sastra. Aku sampai sekarang belum tahu tentang cincin itu.
Bisakah kau menceritakannya padaku?"
Kyai Paksi Brahma mendesah. Baru teringat kalau tugasnya untuk mencari cincin
itu belum selesai.
"Madewa... Cincin itu adalah milik mendiang kakak seperguruanku, Kyai Tapak Suci
dan telah diberikannya pada murid tunggalnya, Wilada Tista yang dibunuh secara
licik oleh si Pamungkas."
"Aku turun dari bukit Hantu karena menyadari kalai cincin itu amat berbahaya
bila berada di tangan orang Fahri A.
5 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA jahat. Karena bila cincin direndam di dalam air dan airnya diminum, dia dapat
menyembuhkan segala macam penyakit..."
"Bukankah itu bagus, Kyai..."
"Memang. Tetapi....bila cincin itu direndam dalam air dan airnya diminum di setiap
malam Jum'at, maka yang meminum airnya akan menjadi kebal terhadap segala macam
penyakit dan segala jenis senjata sakti apapun.
Juga terhadap pukulan sakti macam mana pun. Bila cincin itu jatuh ke tangan
orang jahat, yang menguatirkan, kesaktian cincin itu akan dipergunakan dengan
jalan yang salah."
"Aku begitu cemas memikirkan hal itu, Madewa."
"Lalu di mana cincin itu sekarang?"
"Aku pun tidak tahu. Siapa pun tidak tahu. Hanya Juragan Wilada Tistalah yang
tahu. Dan dia membawa rahasia terpendam itu sampai mati."
"Sayang sekali."
"Benar, Madewa. Aku kuatir sekali bila cincin itu ditemukan oleh orang jahat."
"Bagaimana dengan bentuk cincin itu sendiri, Kyai?"
"Cincin itu berkilat, meskipun dalam tempat gelap sekalipun. Dan di atas cincin
itu ada batu permata yang berwarna biru. Sebenarnya batu permata itulah yang
membuat cincin itu menjadi amat sakti dan ampuh."
"Berarti cincin itu sendiri tidak berguna bila permata itu hilang?"
"Ya."
"Berarti, batu permata itulah yang lebih berbahaya."
"Memang benar. Cuma, senjata apa pun dan pukulan Fahri A.
6 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA sakti macam apa pun, tak akan pernah bisa memisahkan cincin itu dengan batu
permatanya. Demikian pula sebaliknya. Keduanya begitu kuat menempel."
"Sungguh hebat cincin itu."
"Khasiatnya lebih hebat lagi, Madewa. Aku tidak tahu ada khasiat apa lagi yang
terdapat dalam cincin itu."
"Kalau begitu dugaanmu, masih ada lagi khasiat dari cincin itu."
"Ya."
"Kau tahu, Kyai?"
"Menurut kabar yang pernah kudengar dari kakak seperguruanku...bila cincin itu
dikenakan, maka orang yang memakainya akan berubah menjadi menyeramkan dan kejam
sekali." "Luar biasa...luar biasa sekali cincin itu..."
"Benar, Madewa...yang amat menguatirkanku, bila cincin itu jatuh di tangan orang
jahat. Kau pun sependapat denganku bukan?"
Madewa Gumilang menatap Kyai Paksi Brahma. Dari wajah dan tatapannya, jelas-jelas kalau Kyai Paksi Brahma menguatirkan sekali bila hal itu terjadi,
menguatirkan segala kejadian yang mungkin bisa amat mengerikan.
Madewa pun merasakan hal itu. dia pun sulit membayangkan, teror apa yang akan
dilakukan oleh orang jahat yang menemukan cincin itu.
"Aku pun tak mau hal itu terjadi, Kyai. Tetapi kupikir, mudah mudahan cincin itu
-ditemukan oleh orang baik-baik."
"Kau salah, Pendekar."
Fahri A. 7 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Apa maksudmu, Kyai?"
"Bila cincin itu ditemukan oleh orang baik baik dan dia tidak tahu itu cincin -apa dan langsung memakainya, maka tak dapat dicegah lagi, orang itu akan berubah
menyeramkan dan menjadi amat kejam. Tetapi bila dia melepaskan cincin itu, maka
dia akan kembali ke semula. Dengan resiko, dia akan terus memakainya bila dia
ingin berbuat jahat. Madewa... tidak sedikit orang baik baik bisa berubah menjadi
-jahat karena menuruti hawa nafsunya."
Kembali Madewa tercenung. Keadaan ini memang amat menyulitkan sekali. Dan resiko
yang dihadapi oleh si penemu Cincin Naga Sastra begitu besar.
"Kyai...kita hanya bisa berharap, mudah mudahan cincin itu akan hilang selamanya."
-"Benar, Madewa... hanya itu yang bisa kita harapkan.
Semoga teror di muka bumi ini tidak akan berlanjut terus menerus..." kata Kyai
Paksi Brahma. Lalu katanya lagi, "Malam ini... aku hendak kembali ke Bukit Hantu.
Semoga kita semua beruntung, Madewa..."
"Aku harap demikian. Tidakkah kau ingin singgah dulu di tempatku, Kyai?"
"Bila Tuhan mengizinkan, aku akan datang ke tempatmu. Namamu dan nama Perguruan
Topeng Hitam yang
kau pimpin, sudah terdengar sampai ke Bukit Hantu, Madewa. Nah, kita berpisah di
sini!" Lalu tubuh itu pun melesat dengan cepat menuruni Bukit Alas Waru.
Setelah itu, Madewa pun meninggalkan pua tempat itu, menuju tempat kediamannya,
Perguruan Topeng Fahri A.
8 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Hitam. Angin malam terus berhembus dingin.
Menemani Bukit Alas Waru yang amat menyeramkan.
Fahri A. 9 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA 2 Kematian Mandali Sewu alias si Pamungkas, ternyata begitu membekas di hati Ki
Lurah Sentot Prawira. Dia amat sedih sekali. Apalagi setelah dia memberitahukan
istrinya yang langsung menangis tersedu sedu melihat kenyataan itu.-Kedua suami istri yang telah lama tidak dikarunia anak itu, menjadi amat sedih.
Padahal ketika beberapa hari yang lalu, Mandali Sewu tiba tiba muncul di hadapan
-mereka, mereka menyatakan hendak mengangkat
pemuda beerwajah buruk mengerikan itu sebagai anak.
Tetapi keinginan itu ditolak Mandali Sewu.
Dan kini pemuda yang diharapkan untuk menjadi anak oleh keduanya, telah tewas
menjadi mayat. Dan telah dikuburkan dibelakang halaman rumah Ki Lurah dan
istrinya. Sepanjang malam istrinya menangis.
Kesedihan yang melanda hati Ki Lurah pun tak kalah besarnya, namun dia tak mau
bila istrinya dirundung kesedihan terus menerus.
"Sudahlah, Nyai... relakanlah kematiannya..." katanya berulang kali membujuk
istrinya. "Iya. Ki... tapi... ah, aku amat menyesali kematiannya sebagai orang jahat..."
"Kita memang tidak tahu siapa di balik topeng berwarna biru, Nyai. Yang ternyata
Mandali Sewu. Dan aku pun tak pernah menyangka, dia telah tumbuh Fahri A.
10 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA menjadi pemuda pendendam yang kejam dan ganas sekali. Bahkan dia telah membunuh
gurunya sendiri, Dewa Nyawa Maut dengan telengas."
Tiba tiba Nyai Lurah terisak.-"Ini bukan kesalahannya, Ki... ini kesalahan putra Juragan Wilada Tista. Bila dia
tidak berbuat jahat padanya, tentunya Mandali Sewu tidak akan pernah menjadi
manusia yang kejam. Bila melihat tindak tanduk bocah itu dulu, aku yakin dia
akan tumbuh menjadi manusia yang baik dan bijaksana... Oh, mengapa dia harus hidup
seperti itu, hidup penuh dendam dan amarah..."
"Sudahlah, Nyai... kita relakan saja Mandali Sewu tenang di kuburnya..."
Nyai Lurah hanya mengangguk. Pada wajahnya
lambat laun dia memang seperti bisa melupakan kematian Mandali Sewu. Tetapi di
hatinya, begitu teriris sekali mengingat hal itu.
Apalagi setelah dia mendatangi lagi makan yang berada di belakang halaman
rumahnya. Hatinya semakin pedih dan sedih mengingat kematian Mandali Sewu.
Dan karena hal itu terus menerus di pendal dalam hatinya, perlahan lahan tubuh
-yang masih segar dan montok itu menjadi kurus. Dan perlahan lahan pula Nyai
-Lurah akhirnya jatuh sakit.
Suaminya menjadi kebingungan menghadapi per
-soalan ini. lebih membingungkan lagi karena tak seorang tabib pun yang dapat
menyembuhkan penyakitnya. Fahri A. 11 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Ki Lurah... hanya satu dugaanku yang dapat
menyembuhkan penyakit istrimu itu," kata seorang tabib yang baru saja memeriksa
tubuh Nyai Lurah.
"Katakan, katakan hal itum Ki Tabib... saya ingin istri saya sembuh..."
"Cincin Naga Sastra."
"Apa?"
"Hanya Cincin Naga Sastra yang dapat menyembuhkan penyakitnya, dengan air yang
telah direndam oleh cincin sakti itu."
"Tetapi di mana cincin itu dapat kutemukan, Ki Tabib?" tanya Ki Lurah bingung.
"Entah... aku sendiri tidak tahu..."
"Apakah tidak ada cara lain selain dengan Cincin Naga Sastra, Ki Tabib?"
"Kurasa tidak ada, Ki... penyakit istrimu ini karena kesedihan yang terus menerus
melandanya. Dan agaknya dia pun amat menyesali seseorang. Menurut ceritamu, ada
seorang pemuda berwajah buruk mengerikan yang bernama Mandali Sewu yang telah
tewas dan dikenal sebagai si Pamungkas. Menurut dugaanku, dia sedih karena
kematian Mandali Sewu.
Cara lain untuk menyembuhkan istrimu itu kecuali dengan Cincin Naga Sastra,
harus bisa menghidupkan Mandali Sewu kembali."


Pendekar Bayangan Sukma Tiga Ksatria Bertopeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Okh!"
"Maafkan aku Ki Lurah... selain itu, aku tak bisa lagi memberi petunjuk..." kata
tabib yang berusia 50 tahun itu. hampir 25 tahun dia menjadi seorang tabib
hingga namanya terkenal, namun baru kali ini dia kewalahan Fahri A.
12 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA untuk menyembuhkan penyakit istri Ki Lurah. Tabib itu bernama Ki Lamtoro. Dia
seorang laki laki yang berwajah tirus dengan jenggot dan rambut yang sudah agak -memutih.
"Tolonglah aku, Ki Tabib... apakah tidak ada cara lain untuk menyembuhkan penyakit
istriku?" "Dalam hal ini aku menyerah, Ki Lurah. Aku sudah tidak tahu lagi dengan cara apa
untuk menyembuhkan penyakit istrimu. Selain dari Cincin Naga Sastra, cincin yang
maha sakti dalam menyembuhkan segala macam penyakit, aku tidak tahu lagi dengan
cara apa."
"Agaknya memang tidak ada, Ki Lurah."
"Maafkan aku..."
Wajah dan suara Ki Lamtoro amat bersungguh-sungguh memberikan penjelasannya. Dia
memang tidak sanggup lagi untuk menyembuhkan penyakit istri dari Ki Lurah Sentot
Prawira. Dan dia menjadi teringat akan sebuah benda yang amat sakti, yang dapat
menyembuhkan segala macam penyakit. Baik yang ringan mau pun yang berat.
Ki Lamtoro mendengar desahan panjang Ki Lurah yang terdengar masygul.
"Ke mana akan kucari cincin itu, Ki Tabib?"
"Maafkan aku, Ki Lurah... aku tak dapat memberikan petunjuk yang berarti padamu.
Setahuku cincin sakti itu dimiliki oleh Kyai Tapa Suci. Tapi sekarang entah di
mana dia berada."
"Dia sudah meninggal, Ki Tabib..."
"Okh! Benarkan ucapanmu itu"!"
"Ya... beberapa minggu yang lalu, aku bertemu Fahri A.
13 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA dengan adik seperguruannya, Kyai Paksi Brahma, yang datang untuk mencari Cincin
Naga Sastra pula..."
"Apakah dia menemukannya?"
"Tidak, Ki Tabib... Dia kembali ke tempat kediamannya di Bukit Hantu dengan tangan
hampa..." "Berarti cincin itu benar benar ada. Ah, sayang sekali... bila cinicn sakti itu -hilang begitu saja..."
"Memang benar, Ki Tabib... dalam hal ini aku pun amat menyesali andaikata aku
benar benar tidak bisa menemukan cincin sakti itu... Tetapi ketahuilah, demi nyawa
-istriku tercinta, aku akan berusaha untuk mencarinya meskipun kukorbankan
nyawaku sendiri..."
Ki Tabib Lamtoro hanya mendesah panjang mendengar kata kata yang diucapkan
-dengan sungguh-sungguh oleh Ki Lurah.
Lalu dia membereskan segala alat alatnya. Dan berkata, "Kudoakan... semoga kau
-berhasil mendapatkan cincin itu, Ki Lurah..."
Ki Lurah pun bangkit.
"Terima kasih, Ki Tabib. Dan terima kasih pula kau mau meluangkan waktumu untuk
memeriksa penyakit istriku..." katanya sembari mengantarkan Ki Lamtoro keluar.
Setelah tabib itu lenyap dari pandangan mata, kembali Ki Lurah Sentot Prawira
menemui istrinya yang tengah terbaring lesu di ranjang berselimutkan kain cukup
tebal. Wajah yang segar dan montok itu dalam beberapa hari saja sudah menjadi layu dan
kurus. Ki Lurah sedih melihat keadaan istrinya.
Fahri A. 14 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Lalu dia duduk di tepi ranjang. Dan membelai wajah istrinya yang penuh kasih,
penuh kasih sayang.
Wajah itu begitu tabah menghadapi segala cobaan hidup yang telah mereka jalani.
Tabah pula menerima kenyataan kalau mereka sampai saat ini belum dikarunia
seorang anak pun yang dapat menghidupkan suasana keluarga.
Ki Lurah tak pernah menyalahkan istrinya dalam hal ini karena dia tahu, semua
ini memang belum diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
Tiba tiba terdengar suara sepasang bibir kering itu,-"Mandali... Mandali... kembalilah, Nak... kembalilah di sisiku..."
Hati Ki Lurah galau dan teriris mendengar kata kata itu. Memang benar dugaan
-tabib Ki Lamtoro, istrinya sakit karena menyesali kematian Mandali Sewu dan
memendam rindu yang teramat sangat padanya.
Kembali tangan Ki Lurah membelai pipi yang menjadi kurus itu.
"Tenanglah, Nyai.. tenanglah.. Kau pasti sembuh..."
Entah bagaimana caranya, tiba tiba sepasang mata yang terpejam itu terbuka.
-Tatapannya tak bercahaya dan bergairah.
Fokus mata itu pun semakin jelas.
Di hadapannya nampak suaminya yang dengan setia menunggui dan merawatnya.
"Ki..."
"Ya, Nyai... ini aku?"
"Kenapa Mandali Sewu mati, Ki?"
Hati Ki Lurah semakin teriris mendengar pertanyaan Fahri A.
15 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA itu. bukankah istrinya sudah tahu mengapa Mandali Sewu alias si Pamungkas
meninggal"
Tetapi Ki Lurah tidak ingin mendiamkan istrinya, lalu katanya, "Dia meninggal
karena perbuatan jahatnya sendiri, Nyai..."
"Tidak, Ki... katamu... dia mati di tangan Madewa Gumilang... Oh, sungguh kejam sekali
dia membunuh Mandali Sewuku tersayang..."
"Tenanglah, Nyai... kau masih sakit..."
"Dia jahat, Ki... dia jahat..."
"Siapa, Nyai?"
"Madewa Gumilang. Mengapa dia membunuh
Mandali Sewu" Mengapa" Karena dia memang jahat, Ki... dia memang sengaja ingin
membunuh Mandali Sewu..."
"Tidak, Nyai... Madewa Gumilang tidak jahat. Dia memang harus membunuh Mandali
Sewu alias si Pamungkas. Kau sudah tahu bukan kekejaman si Pamungkas?"
"Tidak, dia memang sengaja ingin membunuhnya!
Kejam! Pendekar Budiman itu ternyata seroang yang kejam!!" Nyai Lurah menjerit-jerit. Sepasang matanya tiba tiba terbuka, terbelalak. Ki Lurah melihat tatapan
-yang amat mengerikan dari sepasang mata itu.
"Tenanglah, Nyai... tenanglah..."
Tetapi istrinya terus menjerit jerit. Meneriaki Madewa Gumilang sebagai orang
-jahat. Dan karena terlalu keras dan letih, dia pun tiba tiba kembali jatuh
-pingsan. Ki Lurah cuma mendesah panjang. Betapa besarnya Fahri A.
16 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA derita yang dialami istrinya. Hatinya begitu galau.
Ki Lurah pun memutuskan untuk menemui Madewa Gumilang di Perguruan Topeng Hitam,
perguruan yang dipimpin oleh manusia sakti itu.
Dia hendak bermaksud untuk meminta pertolongan dan bantuan Madewa untuk mencari
Cincin Naga Sastra.
Fahri A. 17 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA 3 Wanita itu terus melangkah dengan tertatih tatih.-Berulang kali dia terjatuh karena tersandung. Jelas sekali kalau kondisi wanita
itu amat lemah.
Tetapi dia terus berjalan.
Terus melangkahkan kakinya.
Tiba tiba kembali dia terjatuh, karena kakinya tersandung akar pohon yang
-menonjol keluar.
Tubuhnya bergulingan beberapa kali, lalu tertelungkup. Dia mengerang.
Mengaduh. Terasa sekali kalai dia amat tersiksa dengan kondisi tubuhnya.
Diusahakannya untuk bangkit dari tertelungkupnya.
Entah kenapa dia ingin meninggalkan tempat itu selama lamanya dan pergi sejauh
- -jauhnya. Tetapi karena kondisinya yang lemah, dia tak kuasa lagi untuk bangkit. Dia
merasakan amat tersiksa dan menyesali kondisinya yang tak memungkinkan.
Dan perlahan lahan kepala wanita itu terkulai.
-Pagi terus menemaninya, hingga menjelang petang.
Berulah terlihat kalau kepala yang terkulai itu perlahan-lahan bergerak.
Sepasang matanya yang lemah nampak mengerjap ngerjap.
-Tangannya mengais ngais sebatang akar pohon yang melintang. Untuk dijadikan
-pegangan dan tumpuannya untuk berdiri. Namun karena kondisinya yang amat Fahri
A. 18 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA lemah, sulit baginya untuk memegang akar pohon itu dengan kuat. Malah kini
tangannya yang mengais ngais tanah.-"Oh... Tuhan, mengapa aku harus jadi begini?" desis wanita itu dengan suara yang
amat lemah. Dan tiba tiba sepasang mata yang mengerjap ngerjap lemah itu mendadak terbuka.
- -Bercahaya. Secara tak sengaja tangannya yang mengais ngais tanah, membuat tanah
-itu semakin berlobang dan cukup dalam.
Kini matanya melihat sebentuk cincin yang sudah agak kotor. Namun permata yang
menghiasi cincin itu begitu bersinar.
Hati wanita itu tergetar.
"Oh... cincin siapakah ini?" desisnya dengan suara yang tetap lemah. Lalu hati
-hati digapainya cincin itu.
diperhatikannya dengan seksama. Permata yang ada di atas cincin itu berkilauan.
Begitu indah dan memikat.
Hati wanita itu kembali bertanya, "Oh... indah sekali cincin ini..."
Wanita yang nampak sakit itu, mendadak saja menjadi segar melihat cincin itu.
dan tanpa berpikir panjang lagi, dia pun mengenakan cincin itu di jari manisnya.
"Oh, indah sekali cincin ini..."
Diamat amatinya lagi cincin itu. Bukan main, apakah ini cincin pemberian Tuhan
-kepadaku, ataukah cincin orang lain yang hilang" Desisnya dalam hati.
Tiba tiba terdengar suara di belakangnya, "Hei, mengapa ada di sini?"
-Fahri A. 19 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Wanita itu berpaling. Dan tiba tiba saja sepasang matanya terbuka melebar.
-Tatapannya begitu mengerikan. Wajahnya memerah dengan napas mendengus-dengus.
Mata yang memancarkan sinar berbahaya itu, melihat dua sosok laki laki di
- hadapannya. Entah mengapa mendadak saja hati wanita itu menjadi murka dan panas.
"Ayo kita bantu dia!" seru yang seorang.
Lalu kedua laki laki yang agaknya mengenali wanita itu, bergegas menghampirinya.-Namun mereka terkejut bukan main. Wanita yang mereka pikir lemah dan seperti
sedang sakit itu, tiba tiba mengibaskan tangannya dan mengerang dengan marah.
-"Hei!" seru salah seorang kaget.
"Mengapa dia menjadi pemarah sekali" Dan wajahnya itu... oh, begitu mengerikan
sekali... Dia bukan bukan seperti yang biasanya kita kenal. Begitu ramah dan baik
hati..." "Betul katamu itu. Lihat... oh, dia bangkit. Dan sepertinya dia marah pada kita..."
Wanita itu memang perlahan lahan bangkit. Tatapannya mengerikan. Dan yang
-membuat keduanya heran, karena suara wanita itu tidak seperti suara yang mereka
kenal. Begitu menakutkan dan menakutkan.
Membuat bulu roma berdiri.
"Mau apa kalian kesini"!" suara wanita itu mendadak menjadi berat. Dan kini dia
nampak tidak seperti sedang sakit. Kondisinya begitu sehat. Behkan terkesan
kekar dan beringas.
Fahri A. 20 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Bukankah..."
Kata kata itu terpotong karena dengan tiba tiba saja wanita itu berontak dan
- -bergerak menyerbu ke arahnya. Suaranya seperti mengaum, seperti srigala yang
marah. "Akkkkh! Grrrrhhh!"
Laki laki itu nampak terkejut. Dan dia segera membanting dirinya ke samping.
-Tetapi wanita yang menjadi beringas itu terus mengejar dengan terjangan
-terjangan yang tak ubahnya seperti seekor serigala yang kelaparan.
"Hati hati Manto!!" berseru yang seorang ketika melihat temannya siap siap
- -dijadikan mangsa oleh wanita itu. "Dia seperti kemasukan setan!!"
Manto pun terus bergulingan untuk menyelamatkan diri. Tetapi wanita itu jelas
-jelas tidak memberinya kesempatan untuk menyelamatkan diri. Wanita itu terus
menerjang dengan buas dan dalam bentukan serangan serangan yang amat kejam.
-Melihat hal itu, temannya pun bergerak untuk membantu. Dia mengambil sebatang
dahan pohon kering yang cukup besar. Dia berpikir, lebih baik melumpuhkan wanita
yang telah kemasukan setan ini. Daripada dia membuat onar dan menimbulkan
korban. Lalu diterjangnya wanita itu dan dihantamnya dengan dahan kayu yang cukup besar
itu. "Des!!"
Pukulan itu begitu keras sekali. Mampu merobohkan seorang laki laki bertubuh -kekar. Tetapi wanitu itu, jangankan untuk roboh, bergeming saja tidak terhantam
Fahri A. 21 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA pukulan yang cukup keras itu.
Malah tiba tiba dia berbalik.
-Matanya melotot meradang marah.
Suaranya mengerikan, "Grrrrhhh! Kubuat mampus kau, Manusia!!" geramnya dan
menerjang yang memukul tadi.
Laki laki itu terkejut bercampur takut yang amat sangat. Dia pun menyongsong
-wanita itu dengan pukulan dahan kayunya. Namun seperti kejadian tadi, wanita itu
pun tidak bergeming dihantam dahan kayu yang cukup besar.
Malah dia terus menerjang dengan kalap. Laki laki itu kaget amat luar biasa.
-Tangan wanita itu yang mendadak menjadi kuat dan kekar, mencengkeram leher-nya.
Begitu kukuh dan kuat.
Tak ubahnya seperti tang yang tengah menjepit paku.
Laki laki itu berusaha untuk meronta. Namun jepitan kedua tangan itu begitu kuat
-sekali, membuatnya menjadi sukar bernapas. Sesak.
Sepasang matanya terbeliak.
Lidahnya terjulur.
Kawannya yang melihat hal itu mencoba untuk mem
-bantu. Ditariknya wanita itu dari belakang. Namun wanita itu tetap pada posisi
semula. Tetap mencengkeram leher laki laki itu dengan kedua tangannya yang
-mendadak menjadi kuat.
Sementara kawannya terus terbeliak beliak dengan mengerikan. Dan perlahan lahan
- -gerakannya melemah dan semakin lama semakin melemah.
Kepalanya pun perlahan lahan terkulai.
- Fahri A. 22 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Dia pun mati di tangan wanita itu yang mendadak menjadi kejam. Mati karena jalan
napasnya terhambat.
Lalu dengan kasar wanita itu membanting tubuhnya ke tanah. Kemudian dia
berpaling pada laki laki yang berada di belakangnya. Yang menjadi amat -ketakutan.
Laki laki itu mundur perlahan lahan ke belakang.
- -Mulutnya meratap ratap, "Ampun... ampunkan aku...
-oh... apakah kau tidak mengenaliku" Ampun... ampun..."
Kepalanya mencari cari sekelilingnya dengan ketakutan. Dia ingin segera


Pendekar Bayangan Sukma Tiga Ksatria Bertopeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

-melarikan diri. Namun hatinya menjadi kecut, ketika menyadari amat tipis baginya
untuk melarikan diri.
Didengarnya suara wanita itu yang menggeram mengerikan.
"Grrrhh! Kau tak akan bisa melarikan diri dariku.
Manusia... kau telah berbuat lancang berani menegur-ku..."
"Ampun... ampunkan aku... apakah kau tidak
mengenaliku" Apakah kau tidak tahu siapa aku?"
"Hihihi... peduli setan! Grrrhh... kau harus mampus di tanganku!!" wanita itu
mendesis dengan geram.
"Jangan... jangan..." seru laki laki itu ketakutan dan tiba tiba membalikkan dirinya
- -lalu berlari sejadi jadinya dengan kencang.
-Namun wanita itu mendadak saja melompat mener-jangnya. Lalu menghantamnya dengan
buas. Kedua tubuh itu terjatuh bergulingan di tanah.
Laki laki itu berusaha untuk berontak. Namun kembali tangan wanita itu terayun
-dan menghantam kepalanya.
Fahri A. 23 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Krak!!"
Bunyi tanda epala itu pecah begitu keras terdengar.
Darah pun bersimbah dari kepalanya bercampur cairan putih. Wanita itu mendengus-dengus hebat. Lalu dengarkan suara mengaumnya yang cukup keras.
"Grrrrhhh! Mampuslah kau manusia manusia iseng!!
-Hihihi... manusia manusia seperti kalian lebih baik mati dari pada hidup henya
-menyusahkan saja!!! Hahaha...
akulah Dewi Kematian yang akan membuat semua manusia lebih baik mari saja
daripada hidup hanya menambah dan membuat dosa... Hahaha... ya, ya...
akulah Dewi Kematian yang akan membuat semua manusia menjadi sempurna sebelum
mereka berbuat dosa..."
Wanita yang mendadak menjadi buas dan beringas itu terbahak keras. Dia kini
menjelma menjadi wanita yang amat kejam.
Tiba tiba saja sepasang matanya yang liar menatap cincin yang ditemukannya yang
-kini melingkar di jarinya.
Cincin bermata indah itu seperti menyala di matanya.
Memukau dan memikat.
Dan entah kesadaran dari mana tiba tiba dia men-copot cincin di tangannya itu.
-Mendadak perlahan lahan tubuhnya dirasakannya melemah. Sepasang matanya pun
-mulai meredup.
Sikapnya tidak beringas lagi. Dan perlahan lahan dia merasakan kondisinya begitu
-lemah. Kepalanya dirasakannya amat pusing sekali.
Dan dia terhuyung. Wanita itu seakan menyadari kalau dia dalam keadaan sakit.
Lalu tubuh itu pun Fahri A.
24 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA ambruk. "Oh... kenapa jadi begini?" desisnya mengeluh. Dan kala dia membuka matanya yang
terpejam untuk menahan rasa sakit tadi, wanita itu terkejut bukan kepalang
melihat dua sosok tubuh telah menjadi mayat yang tergeletak di depannya.
"O! Bukaankah itu... Japra dan Kuro?" desisnya bertanya tanya. "Mengapa mereka -mati seperti ini"
Mengerikan sekali..."
Wanita itu perlahan lahan merayap mendekati dua sosok mayat laki laki yang
- -ternyata dikenalinya.
"Mengerikan sekali..."
Dan secara tiba tiba dia pun teringat akan perubahan dirinya tadi. Semula dia
-merasakan tubuhnya amat lemah dan sakit sekali. Kemudian dia terjatuh. Dan
begitu dia sadar dari pingsannya, dia melihat sebuah cincin bermata indah yang
memukau ada di hadapannya. Dia mengambil cincin itu.
Dan memakainya.
Lalu perlahan lahan dia mersakan keanehan pada tubuhnya. Dia merasa beringas.
-Dia merasa haus darah.
Dan dia merasa seperti orang yang kalap.
Dia pun ingat ketika kedua orang itu mendekatinya.
Namun dia merasa tidak mengenalinya. Entah perasaan apa yang mendorongnya untuk
membunuh kedua orang itu, tiba tiba saja dia merasakan kalau dirinyalah Dewi
-Kematian yang selalu membunuh orang daripada orang itu berbuat dosa.
"Oh! Apa yang kulakukan?" desisnya setelah menya-Fahri A.
25 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA dari semuanya. "Apakah kedua orang ini benar benar mati di tanganku?" desisnya
-pula dengan hati pilu.
Diperhatikannya lagi kedua mayat itu yang tewas sangat mengerikan. Benarkah
keduanya mati olehku"
Desis wanita itu di hati lagi. Dan dia merasa cukup sedih mengingar hal itu.
Tiba tiba sepasang matanya bersinar. "Tidak salah lagi... tidak salah lagi... ya,
-ya... aku tahu... ini pasti Cincin Naga Sastra... cincin akti yang tengah
diperbincangkan oleh orang orang rimba persilatan... Ya, ya... pasti.. aku yakin -sekali..." wanita itu bergumam dengan hati ber-debar.
Tiba tiba dia menyeringai. Wajahnya menjadi
-mengerikan sekali.
Dan mendadak saja dia tertawa keras.
"Hahaha... aku bisa menyembuhkan diriku sendiri dengan air yang kurendam pada
cincin ini. Ya, ya... aku akan sembuh..."
Tiba tiba sepasang matanya beringas. Bersinar berbahaya!
-"Hhh! Akan kubalas perbuatan roang orang yang amat kejam padaku! Yang membuatku
-menderita begini! Yang membuatku sakit hati! Hhh! Orang orang itu harus mampus
-di tanganku!!"
Tiba tiba sosok tubuh itu pun perlahan lahan bangkit.
- -Dan dipaksakannya kakinya untuk meninggalkan tempat itu.
Senja pun semakin turun.
Fahri A. 26 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA 4 "Hahaha... Ki Lurah Sentot Prawira! Selamat datang di tempatku!!" desis Madewa
Gumilang tertawa lebar ketika melihat siapa tamu yang diberitahukan muridnya
datang untuk mencarinya.
Ki Lurah Sentot Prawira menjura hormat.
"Maafkan aku... bila kedatanganku mengganggu Ketua yag sedang beristirahat..."
"Mengapa kau berkata begitu" Ayo duduklah! Jangan sungkan sungkan." Kata Madewa
-Gumilang seraya duduk lebih dulu. Ratih Ningrum, istrinya pun duduk di
sebelahnya. Wanita itu pun tak mengira kalau dia bisa berkenalan dengan Ki Lurah
Sentot Prawira.
Ratih Ningrum memang belum mengenal Ki Lurah Sentot Prawira. Dia hanya mendengar
dari cerita suaminya, kalau si Pamungkas yang menebarkan teror telah mati di
tangannya. Ratih Ningrum cukup cemas ketika suaminya kembali pulang dengan membawa luka
dalam di dadanya yang cukup hebat. Dan selama seminggu Madewa Gumilang bersemedi
untuk memulihkan tenaganya dan mengem-balikan kondisi tubuhnya akibat benturan
yang di-alaminya dengan si Pamungkas.
Kini dirasakannya kondisinya telah pulih kembali.
"Ada apa, Ki Lurah" Tentunya kedatanganmu dengan suatu maksud yang menurutku
cukup penting, bukan?"
tanyanya kemudian.
Fahri A. 27 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Ki Lurah Sentot Prawira mendesar panjang.
"Memang benar, Ketua"! Kedatanganku membawa
maksud yang menurutku cukup penting."
"Apakah itu, Ki Lurah?"
"Masalah istriku, Ketua."
"Ada apa dengan istrimu?"
"Istriku sedang sakit, Madewa"
"Sakit apa?"
"Aku juga tidak tahu dia menderita sakit apa! Tetapi kondisi tubuhnya semakin
hari semakin menurun. Dan semakin hari dia seperti bunga yang semakin layu."
"Kasihan sekali."
"Menurut Tabib yang telah menolongnya, dia hanya bisa disembuhkan oleh sebuah
benda." "Benda apakah itu, Ki Lurah?"
"Benda itu Cincin Naga Sastra, Ketua."
"Oh!"
"Ya, hanya Cincin Naga Sastra yang dapat menyem-buhkannya."
"Kalau begitu, sudah amat berbahayakah penyakit yang diderita istrimu?"
"Menurut Ki Tabib Lamtoro, penyakitnya akibat kesedihannya yang terus menerus
melandanya mengingat kematian si Pamungkas yang ternyata Mandali Sewu. Istriku
amat menyayangi pemuda buruk rupa itu, Ketua..."
Madewa Gumilang terdiam. Dia dapat merasakan kepedihan hati Ki Lurah bila
teringat keadaan istrinya.
Dia pun dapat merasakan pula kesedihan yang tengah dialami istrinya akibat
kematian orang yang disayangi-Fahri A.
28 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA nya. "Ki Lurah... dalam hal ini, akulah yang bersalah..."
"Tidak, Ketua... bukan ketua yang bersalah. Keadaan yang memaksa ketua berbuat
demikian. Aku pun akan berbuat yang sama bila aku mampu mengalahkan si Pamungkas
yang ternyata Mandali Sewu."
"Tetapi akibat perbuatanku, istrimu menjadi menderita, Ki Lurah..."
"Aku mengerti, Ketua. Tetapi bila kau tidak membunuh si Pamungkas, tentunya
kejahatannya akan terus menerus dia lakukan. Dan akan terus berlanjut me-
nyebarkan teror di muka bumi ini. Aku tidak me-nyalahkanmu, Ketua... tetapi aku
amat sedih bila teringat akan keadaan istriku..."
"Begitu pula aku, Ki Lurah..."
Ratih Ningrum yang sejak tadi hanya berdiam diri saja, berkata perlahan, "Aku
pun turut bersedih atas sakitnya istrimu, Ki Lurah..."
"Terima kasih, Nyonya Ketua..." kata Ki Lurah pelan.
Lalu dia berkata pada Madewa, "Ketua... selain itu, kedatanganku pun hendak minta
bantuanmu..."
"Katakanlah, Ki Lurah... apa pun akan kulakukan untukmu. Juga untuk kesembuhan
istrimu..."
"Bantuan yang kuharapkan, hanyalah kerelaanmu untuk membantuku mendapatkan
Cincin Naga Sastra.
Satu satunya benda yang dapat menyembuhkan-
penyakit istriku..."
"Cincin Naga Sastra..." gumam Madewa tercenung.
Lagi lagi cincin itu. sampai sekarang Madewa sendiri tidak pernah tahu di mana -cincin itu berada. Tetapi Fahri A.
29 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA untuk mengenakkan hati Ki Lurah Sentot Prawira, dia pun mengiyakan.
"Terima kasih sebelumnya atas bantuanmu, Ketua.
Kalau begitu... aku pamit sekarang..."
"Ki Lurah... apakah kau tidak ingin bermalam di sini dulu?" tanya Ratih Ningrum.
"Terima kasih, Nyonya Ketua... aku menguatirkan keadaan istriku yang dalam keadaan
sakit di rumah.
Sudha seminggu lamanya aku meninggalkannya sendiri di rumah, untuk Madewa
Gumilang. sebenarnya aku teramat letih menunggang kuda selama itu. tetapi aku
lebih cemas lagi bila teringat akan istriku."
"Kalau itu mau mu, kami tidak bisa berbuat apa apa.
-Sampaikan salam kami kepada istrimu," kata Ratih Ningrum.
Ki Lurah Sentot Prawira pun menjura dan mohon diri.
Dia menunggangi lagi kudanya. Dan dipacunya dengan cepat. Membawa harapan kalau
Pendekar Bayangan Sukma itu akan menolongnya untuk menemukan Cincin Naga Sastra.
Madewa Gumilang sendiri kmudian masuk lagi ke dalam dan disusul istrinya.
Istrinya langsung bertanya ketika melihat suaminya murung.
"Ada apa, Kanda?"
Madewa mendesah. "Aku merasa kasihan sekali kepada Nyai Lurah. Dan yang tak
pernah kusangka, si Pamungkas yang tewas di tanganku adalah pemuda yang amat
disayang oleh Nyai Lurah. Bahkan dianggap sebagai anak."
"Tetapi bukankah kau mendengar sendiri kata kata Ki Fahri A.
-30 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Lurah tadi, Kanda. Bila kau tidak membunuh si Pamungkas, maka kejahatan yang
dilakukannya akan semakin merajalela dan menjadi jadi. Kau membunuhnya karena -dia orang jahat yang kerjanya menebarkan teror di mana mana."
-"Aku mengerti. Tetapi sulit bagiku membayangkan bila Nyai Lurah dalam keadaan
sakit seperti ini."
"Tapi ini semua bukan salahmu, Kanda."
"Aku pun mengerti, Dinda. Tetapi karena perbuatan-kulah maka Nyai Lurah menjadi
sakit. Bukankah ini merupakan satu beban di benakku?"
Ratih Ningrum merangkul suaminya yang sedang berdiri di tepi jendela.
Pandangannya menatap ke luar jendela. Menatap bunga bunga yang tumbuh di halaman
-samping Perguruan Topeng Hitam. Sebuah perguruan warisan Paksi Uludara yang kini
dipimpin oleh suaminya. Perguruan yang telah hampir dua puluh tahun mereka
tinggali. "Suamiku... aku tahu perasaanmu. Lalu bagaimana tindakanmu sekarang?"
"Aku akan mencari Cincin Naga Sastra untuk menyembuhkan penyakit Nyai Lurah,
Dinda..." Ratih Ningrum mendesah. Dia pun dapat merasakan beban perasaan yang tengah di
alami suaminya. Dan dia ingin dapat merasakan pula sebesar besarnya. Dia ingin
-suaminya membagi perasaan itu padanya.
"Kanda... ajaklah aku untuk menemanimu mencari Cincin Naga Sastra. Aku tidak bisa
membiarkan kau pergi dengan perasaan seperti itu..."
Madewa membalikkan tubuhnya. Matanya lekat
Fahri A. 31 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA menatap sepasang mata istrinya. Istri yang telah menemaninya hampir dua puluh
lima tahun. Istri yang setia dan bijaksana. Dalam keadaan seperti ini Madewa
teringat akan putranya yang tengah pergi bertualang dengan anak menantunya.
Entah di mana kabar Pranata Kumala dan istrinya, Ambarwati sekarang.
"Dinda..." anggilnya dengan suara mesra.
"Ya, Kanda..."
"Kau memang seorang wanita yang agung dan mulia yang diberikan Gusti Allah
kepadaku..."
"Kanda... aku hanyalah seorang wanita yang merasa harus mengabdi dan setia pada
suami..." kata Ratih Ningrum sambil merabehkan kepalanya di dada bidang suaminya.
Madewa mendesah pelan. dirangkulnya kepala yang ada di dadanya.
Erat. Makin erat. Fahri A. 32 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA 5 Kuda yang ditunggangi oleh Ki Lurah Sentot Prawira berhenti di dekat sebuah
sungai. Lalu laki laki setengah baya itu mengambil air minum sementara kduanya -sendiri ditambatkan di sebatang pohon yang dekat dengan air sungai itu.
Kudanya pun tengah asyik munum.
Sudah dua hari dua malam dengan sekali sekali beristirahat Ki Lurah Sentot
-Prawira memacu kudanya dari Perguruan Topeng Hitam. Di sepanjang jalan dia amat
mencemaskan keadaan istrinya.
Hatinya tidak tenang. Dan dia ingin cepat cepat tiba di rumahnya. Dia sudah


Pendekar Bayangan Sukma Tiga Ksatria Bertopeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

-tidak sabar ingin melihat istrinya.
Setelah dirasakan dahaganya hilang dan penat tubuhnya mulai berkurang, dia pun
bermaksud hendak memacu kudanya lagi. Namun baru saja dua langkah dia bergerak,
tiba tiba dirasakannya angin berdesir deras ke arahnya.
-Dengan satu gerak reflek yang cukup terlatih, Ki Lurah Sentot Prawira besalto ke
muka. Dan begitu hinggap dia dapat melihat benda apa yang berdesir ke arahnya
tadi. Sebatang paku dan kini menancap di sebuah batu hingga pangkalnya. Ini menandakan
betapa hebatnya tenaga dalam orang yang melemparkan senjata rahasia berbentuk
paku itu. Ki Lurah Sentot Prawira mendengus, dia menjadi bersiaga karena merasa ada orang
yang hendak berbuat Fahri A.
33 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA jahat padanya. Matanya waspada.
Berkeliling. Dia berseru, "Hhh! Siapa adanya pembokong gelap yang pengecut seperti ini"!"
Tidak ada suara sahutan. Yang terdengar hanya desir air sungai yang bergemuruh.
Ki Lurah membentak lagi. "Tongolkan batang hidung-mu manusia pengecut!!"
Tetap tidak ada sahutan. Dan mendadak saja Ki Lurah Sentot Prawira merasakan ada
desiran angin kembali yang mengarah kepadanya.
"Bangsat!!" makinya sambil bersalto menghindari sambaran angin yang ditimbulkan
oleh senjata rahasia.
Dan kembali dia melihat paku paku itu menancap di batu. "Manusia keparat! Cepat -tongolkan batang hidungmu!!"
Kali ini Ki Lurah Sentot Prawira tidak perlu menunggu lama lama dari hasil
-seruannya. Karena mendadak saja melompat satu sosok tubuh entah dari mana dan
kini berdiri di hadapannya setelah hinggap di tanah dengan ringannya.
Ki Lurah memperhatikan dengan seksama. Sosok tubuh itu berpakaian hitam hitam
-dan bertopeng hitam pula. Setahu Ki Lurah Sentot Prawira, hanya murid-murid
Perguruan Topeng Hitamlah yang berpakaian seperti itu.
Mengingat hal itu, Ki Lurah menjadi marah karena merasa murid Perguruan Topeng
Hitam telah mengganggunya. Fahri A. 34 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Hhh! Mau apa kau murid Perguruan Topeng Hitam menghadang perjalananku"!"
dengusnya gusar.
"Jangan banyak bacot, Ki Lurah! Yang kuminta hanya Cincin Naga Sastra darimu!
Tidak lebih!!" bentak orang berpakaian hitam hitam dan bertopeng hitam itu -dengan suara berwibawa dan angker.
"Cincin Naga Sastra" Apa maksudmu meminta Cincin Naga Sastra padaku"!"
"Karena kau menginginkan cincin itu!"
"Kepara! Kupikir semua murid Perguruan Topeng Hitam bertingkah laku arif seperti
ketua kalian Madewa Gumilang. tapi nyatanya ada pula yang durjana seperti kau!!"
"Aku tidak suka banyak bacot seperti ini! Serahkan cincin itu padaku cepat!!"
"Hhh! Sampai saat ini aku belum pernah melihat cincin itu. dan sampai saat ini
pula cincin itu tidak berada di tanganku!"
"Jangan berlagak lagi, Ki Lurah! Aku sudah bosan melihat tampangmu yang pengecut
seperti itu!"
"Kau yang pengecut, murid laknat! Buka topengmu dan kita bertarung sampai mati!"
Orang bertopeng hitam itu terbahak. "Hahaha...
membunuhmu tak sulit, Ki Lurah. Tapi bila kau tidak memberikan cincin itu
apdaku, maafkan aku bila kuturunkan tangan telengas padamu!"
"Meskipun cincin itu ada padaku, tak pernah akan kuberikan pada murid laknat
seperti kau!!"
Wajah di balik topeng hitam itu memerah. Matanya berkilat waspada. Ki Lurah
Sentot Prawira pun menjadi Fahri A.
35 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA siaga melihat manusia itu terdiam dan mendengar nafasnya yang mendengus dengus.
-"Kalau begitu... jangan salahkan aku bila kucabut nyawamu, Ki Lurah!!"
"Berbuatlah sesukamu! Tapi aku tak akan pernah mundur selangkah pun dari
hadapanmu!!"
"Aku amat menyukai jiwa kwatria seperti yang kau miliki, Ki Lurah!!" seru orang
itu dan tiba tiba saja dia ebrgerak dengan cepat menyerbu ke arah Ki Lurah -Sentot Prawira.
Ki Lurah Sentot Prawira yang sejak tadi sudah bersiaga, menghindari serangan itu
dengan cepat dan bergerak membalas. Sebentar saja keduanya sudah saling tempur
dengan hebat. Gerakan dan gebrakan yang dilakukan manusia bertopeng hitam itu
demikian cepat dan ganas. Ki Lurah Sentot Prawira sendiri agak kewalahan
sebenarnya menghadapinya.
Namun Ki Lurah yang menganggap manusia
bertopeng itu adalah murid Perguruan Topeng Hitam yang durhaka, tidak mau kalah
begitu saja. Malah dia berambisi untuk mengalahkannya dan membawa
kembali orang itu ke Perguruan Topeng Hitam untuk diadili oleh Madewa Gumilang.
Namun sungguh di luar dugaannya, karena orang bertopeng hitam itu dapat bergerak
sedemikian cepat dan hebat. Bahkan tidak hanya sampai di sana saja, dia mampu
membuat Ki Lurah menjadi kewalahan
menghadapi serangan serangan yang dilancarkannya.
-"Lebih baik kau memberikan cincin itu kepadaku, Ki Lurah!!"
Fahri A. 36 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Persetan dengan semua permintaanmu! Biarpun cincin itu di tanganku sekarang tak
akan pernah kuberikan pada manusia laknat macam kau!!"
"Kalau begitu, kau harus mampus di tanganku, Ki Lurah!!" seru orang bertopeng
itu dengan suara yang geram dan penuh kemarahan.
"Lakukanlah bila kau mampu!" seru Ki Lurah dengan suara yang gagah. Dia telah
siap untuk menghadapi resiko apa pun. Dan dia tidak takut bila mati di tangan
manusia bertopeng ini yang tetap dipikirnya murid dari Perguruan Topeng Hitam.
Tetapi yang dikuatirkannya bila dia tidak sempat lagi melihat keadaan istrinya.
Dan hal inilah yang mendorong Ki Lurah untuk bertahan mati matian. Bahkan kalau
-bisa dia bermaksud untuk menangkap manusia bertopeng ini dan akan dihadapkannya
kepada Madewa Gumilang.
Namun sungguh di luar dugaannya. Manusia
bertopeng hitam itu ternyata begitu tangguh dan hebat dalam menyerang. Gerakan
-gerakannya demikian
cepat. Mengandung tenaga yang begitu berbahaya.
Sebentar saja Ki Lurah Sentot Prawira terdesak hebat.
Berkali kali tangan dan kaki manusia bertopeng hitam itu mengenai sasarannya.-Meskipun Ki Lurah sudah bertahan sekuat tenaga, namun dia merasa tidak mampu
untuk bertahan lebih lama. Tiba tiba saja dia menjerit keras, mencoba menyerang
-dan menerobos serangan serangan dari manusia bertopeng hitam itu.
-"Mampuslah kau, Manusia keparat!!" geramnya.
Dan Ki Lurah pun menyerang dengan membabi buta.
Fahri A. 37 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Dengan penuh tenaga dan menyongsong resiko.
Manusia bertopeng hitam itu sungguh tidak menyangka kalau Ki Lurah Sentot
Prawira yang dilihatnya sudah terdesak dengan tiba tiba saja menyerangnya dengan
-hebat. "Sialan!!" makinay seraya bersalto ke sana kemari menghindari serangan Ki Lurah.
Namun lagi lagi sungguh di luar dugaannya, dengan tiba tiba saja Ki Lurah Sentot
- -Prawira menghentikan sesrangannya selagi manusia bertopeng hitam itu kocar
kacir. Ki Lurah langsung melompat ke kudanya melihat adanya jalan untuk
meloloskan diri.
Lalu digebraknya kudanya hingga melesar lari dengan cepat.
Manusia bertopeng hitam itu menggeram dengan hebat.
*** "Kemana kita akan mencari Cincin Naga Sastra itu, Kanda?" tanya Ratna Ningrum
pada suaminya yang menunggang kuda di sisinya. Jalan kuda kuda mereka pelan
-sekali. Seakan hendak menikmati panorama kehidupan yang tengah mereka lihat.
Madewa tersenyum.
"Aku pun tidak tahu, Dinda."
"Kalau begitu... bagaimana kemungkinannya kita dapat menemukan cincin itu?"
"Mudah mudahan gusti Allah membimbing kita untuk menemukannya cincin itu."-Fahri A.
38 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Apakah tidak sebaiknya kita tengok dulu keadaan Nyai Lurah, Kanda?"
"Keinginan untuk menengok wanita itu memang ada di hatiku, Dinda."
"Lalu megnapa tidak sebaiknya kita segera mengarah ke sana?"
"Aku bermaksud untuk mendatangi Bukit Hantu."
"Bukit Hantu?" ulang Ratih Ningrum.
"Ya."
"Di manakah letak Bukit Hantu itu, Kanda?"
"Cukup jauh dari sini."
"Untuk apa kau ke sana dan hendak menjumpai siapa, Kanda?"
"Bukankah aku sudah menceritakannya padamu,
Dinda?" "Tentang apa?"
"Tentang peristiwa yang terjadi di Bukit Alas Waru."
"Lantas?"
"Saat itu, ada pula seorang kakek yang ikut bertempur untuk membunuh si
Pamungkas."
"Maksudmu... Kyai Paksi Brahma?"
"Ya, Dinda."
"Ah... kau belum cerita kalau dia tinggal di Bukit Hantu, Kanda?"
Madewa tersenyum. "Ya, aku hendak menjumpai Kyai Paksi Brahma. Dan untuk apa...
untuk meminta petunjuknya di mana kira kira bisa kudapatkan Cincin Naga Sastra?"
-"Apakah dia tahu di mana, Kanda?"
"Setahuku, dia juga tidak tahu. Tetapi aku akan Fahri A.
39 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA menyelidikinya dari awal."
"Maksudmu?"
"Aku hendak meminta petunjuknya tentang asal usul cincin itu."
"Bukankah cincin itu milik kakak seperguruannya, Kyai Tapa Suci yang kemudian
diberikannya kepada murid tunggalnya Wilada Tista yang telah tewas di tangan si
Pamungkas" Bukankah itu yang kau ceritakan padaku, Kanda?"
"Benar, Dinda."
"Lalu untuk apa lagi?"
"Aku ingin tahu di mana tempat pertarungan maut yang terjadi antara Kyai Tapa
Suci dengan Dewa Nyawa Maut beberapa tahun silam."
"Setelah itu?"
"Aku pun ingin tahu ke mana larinya Wilada Tista setelah Cincin Naga Sastra
diberikan padanya oleh Kyai Tapa suci."
"Bukankah kita tahu dia adalah orang terkaya di desa Glagah Jajar?"
"Ya."
"Lalu?"
"Sebelum dia menjadi kaya itulah aku ingin tahu di mana dia sebelumnya tinggal.
Mungkin ada petunjuk yang bisa membawa kita untuk menemukan Cincin Naga Sastra.
Menurut persaanku, cincin itu tidak lagi dipegang oleh almarhum Wilada Tista.
Mungkin disimpan di suatu tempat atau hilang begitu saja.
Sebenarnya keberadaan cincin itu adalah rahasia almarhum Wilada Tista sampai
akhir hayatnya. Sama Fahri A.
40 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA seperti pengakuan si Pamungkas yang mengatakan dia tidak menemukan cincin sakti
itu untuk mengobati sakit dan luka yang diderita gurunya Dewa Nyawa Maut setelah
menderita sakit tahunan luka karena bertarung dengan Kyai Tapa Suci."
"Benar juga pendapatmu itu, Kanda."
"Jadi kau setuju, Dinda... bila kita pergi ke Bukit Hantu sekarang?"
"Mengapa tidak?" sahut Ratih Ningrum tersenyum.
"Kau memang istriku yang setia, Dinda..." desis Madewa Gumilang.
Lalu keduanya pun menjalankan kuda mereka menuju Bukit Hantu.
Fahri A. 41 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA 6 Selain menyeramkan, Bukit Hantu juga seperti menyimpan misteri yang tak pernah
terpecahkan. Di belakang bukit itu terdapat sebuah gunung tak bernama yang
nampak makin menambah keseraman Bukit
Hantu. Suasana selalu sepi baik siang maupun malam.
Mungkin hanya binatang binata saja yang suka tinggal di tempat semacam itu.-Tetapi bagi Kyai Paksi Brahma, bukit itu adalah suatau tempat yang amat
menyenangkan. Tempat yang hampir sepuluh tahun didiaminya. Tempat yang telah
memberikan segala ketenangan dan kesenangan
baginya. Namun pagi ini, nampak di gubuknya yang tidak begitu besar Kyai Paksi Brahma
sedang berdiam. Dia memang hidup sendiri di tempat itu.
Laki laki yang berjanggut putih itu terdengar mendesah perlahan. Dia nampaknya -memang tengah memikirkan sesuatu. Dan yang tengah dipikirkannya saat ini tak
lain adalah Cincin Naga Sastra milik kakak seperguruannya Kyai Tapa Suci.
Sampai saat ini Kyai Paksi Brahma amat menyesali karena dia belum mendapatkan
kabar yang baik mengenai di mana Cincin Naga Sastra itu berada.
"Ah... aku kuatir sekali bila cincin sakti itu ditemukan oleh orang jahat..."
desahnya. Dan tiba tiba dia seperti Fahri A.
-42 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA teringat sesuatu.
Dia ingat sekali ketika suatu saat kakak seperguruannya mengajak ke satu tempat. Saat itu Kyai Paksi Brahma elum tahu
tempat apa. Namun setelah dia mendatangi tempat itu bersama almarhum kakak
seperguruannya dia menjadi tahu.
Suasana tempat itu sepi. Seperti hutan kecil yang tak berpenghuni.
"Ini adalah tempat yang indah dan nyaman untukku merenungi kembali apa yang
telah kulakukan dan semua kehidupan yang telah kujalani..." kata Kyai Tapa Suci
kala itu. "Jadi Kakak selama itu ke sini?"
"Benar, Adi Paksi. Tempat ini hanya aku dan muridku yang tahu."
"Wilada Tista pun tahu tempat ini, Kakang?"
"Benar, Adi Paksi. Dia adalah satu satunya pemuda yang kuangkat sebagai muridku.
-Karena aku begitu suka padanya. Dan menyukai segala tindak tanduknya."
"Aku pun menyukai Wilada Tista, Kakang..."
"Kau benar, Adi... pada Wilada Tistalah aku akan menurunkan semua ilmu yang
kumiliki ini. juga padanyalah aku menceritakan segala rahasia yang ada pada
diriku." "Juga tentang Cincin Naga Sastra, Kakang?"
"Ya, Adi. Aku pun menceritakan cincin itu padanya."
"Kau begitu mempercayainya, Kakang?"
"Benar, Adi. Dan aku pun memberitahukan di mana aku bila hendak menyimpan
sesuatu. Apa saja."
"Misalnya, Kakang?"
Fahri A. 43

Pendekar Bayangan Sukma Tiga Ksatria Bertopeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Ya... misalnya Kitab Angin Puyuh. Sebelum kuberikan dan kuturunkan pada Wilada
Tista aku telah menyembunyikannya di satu tempat."
"Di manakah tempat itu, Kakang?"
"Ayo kutunjukkan padamu, Adi Paksi..."
Saat itu, Kyai Paksi Brahma pun melihat apa yang ditunjukkan oleh kakak
seperguruannya. Mereka mendatangi sebuah pohon yang besar yang akarnya melintang
ke sana kemari.
"Pohon inilah yang menyimpan semua rahasiaku, Adi Paksi."
"Apa itu, Kakang?"
"Pohon dan akar akar ini sebagai tanda bagiku dengan mudah untuk menemukannya -kembali."
"Lalu rahasia apa yang kau maksudkan, Kakang?"
"Kau akan segera melihatnya, Adi Paksi. Nah, kau lihatlah ini. Ini adalah akar
yang paling kecil dari beberapa akar melintang dari pohon ini. Di sinilah
rahasianya."
"Aku belum mengeti, Kakang..."
"Kau akan melihatnya, Adi Paksi..." kata Kyai Tapa Suci kala itu sambil berlutut.
Lalu Kyai Paksi Brahma melihat kalau kakak seperguruannya mengorek tanah tepat
di bagian tengah akar itu. Lalu lama kelamaan terlihatlah sebuah lubang empat
persegi. "Inilah rahasianya, Adi Paksi..." katanya.
Ternyata lobang itu berbentuk lingkaran, sepertu lobang biasa. Tetapi di dalam
lobang itu terdapat sebuah benda seperti kotak hingga nampak berbentuk empat
persegi panjang. Kotak itu diangkatnya.
Fahri A. 44 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Di sinilah aku menaruh dan menyimpan semua barang barang milikku, Adi Paksi..."-Tiba tiba Kyai Paksi Brahma tersentak dari
-lamunannya. Semua kejadian yang tadi dikenangnya kembali menghilang. Dia
bergumam sendiri. "Oh, Tuhan! Ya, ya... aku tahu, aku tahu di mana Cincin Naga
Sastra itu berada! Tidak salah lagi... ya, ya... aku akan menggambarkan dulu
perhitungan yang ada di kepalaku ini..."
Kyai Paksi Brahma terdiam sejenak. Nampaknya dia tengah berpikir. Tiba tiba dia -mengangguk angguk.
-"Tidak salah lagi. Aku tahu di mana Cincin Naga Sastra itu berada. Selain Kyai
Tapa Suci dan aku, Wilada Tista pun tahu tempat persembunyian milik Kakang Kyai
Tapa Suci. Dan aku yakin sekali, kalau di tempat itulah Cincin Naga Sastra
disembunyikan oleh Wilada Tista. Hmm...
sebaiknya aku tak perlu membuang waktu lagi. Senja ini pula aku akan ke sana..."
Lalu Kyai Paksi Brahma pun segera memeprsiapkan diri. Dia tak mau berlama lama
-lagi. Dia kuatir kalau Cincin Naga Sastra ditemukan orang.
Namun baru saja dia melangkah dua tindak dari gubuknya, langkahnya terhenti. Di
hadapannya berdiri satu sosok tubuh berpakaian hitam hitam dan dia mengenakan
-topeng hitam! Kyai Paksi Brahma teringat akan murid murid dari Madewa Gumilang yang bernaung
-di bawah panji Perguruan Topeng Hitam. Lalu mau apa seorang murid Perguruan
Topeng Hitam datang ke sini" Apakah hendak membawa kabar dari ketua mereka"
Fahri A. 45 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Kyai Paksi Brahma pun tersenyum, karena menyangka orang berpakaian dan bertopeng
hitam itu adalah murid dari Perguruan Topeng Hitam sebagai utusan dari Madewa
Gumilang. Namun bukan main terkejutnya dia karena secara tiba tiba manusia bertopeng hitam
-itu menyerangnya dengan serangan yang berbahaya dan ganas.
"Hei!!" seru Kyai Paksi Brahma terkejut. Lalu dia pun menhindari serangan itu
dengan tangkas. "Hei...
mengapa begini"!"
"Hihihi... jangan terkejut, Kyai Paksi Brahma! Aku datang untuk mencabut nyawa
tuamu!!" Setahu Kyai Paksi Brahma, semua murid Perguruan Topeng Hitamadalah laki laki.
-Tetapi mengapa manusia bertopeng hitam ini bersuara mirip seorang wanita.
Hmm... kalau begitu, tentunya dia bukanlah murid dari Perguruan Topeng Hitam!
Menyadari hal itu, Kyai Paksi Brahma pun segera membalas menyerang karena dia
menduga orang bertopeng hitam ini bermaksud jahat padanya.
"Siapa kau, wanita bertopeng hitam"!" bentak Kyai Paksi Brahma sambil membalas
menyerang. "Aku datang hanya untuk mencabut nyawamu, Kyai Paksi Brahma! Dan jangan banyak
bacot lagi!!" seru wanita itu terus menyerang dengan ganas.
Kyai Paksi Brahma pun diam diam terkejut melihat serangan serangan yang begitu - -cepat dan hebat dilakuakn wanita bertopeng hitam itu.
Senja semakin turun. Matahari pun semakin condong ke Barat. Dan keduanya
bertarung demikian hebatnya.
Fahri A. 46 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA Gempuran yang saling mereka lancarkan begitu kejam dan
buas. Terutama serangan serangan
-yang dilancarkan oleh wanita bertopeng hitam itu.
Jurus demi jurus pun telah berlalu demikian cepat.
Namun dari gebrakan keduanya belum terlihat adanya yang tedesak atau pun kalah.
"Hihihi.... Tak kusangka kau hebat juga, Kakek tua!"
terkekeh wanita bertopeng hitam itu.
"Ku pun hebat sekali, wanita busuk! Lebih baik kau buka topengmu itu dan biarkan
aku tahu siapa wajah di balik topeng hitammu itu"!" balas Kyai Paksi Brahma dan
terus menyerang.
Tetapi wanita bertopeng itu benar benar begitu tangguh. Dua kali tangannya
-menghantam dada Kyai Paksi Brahma. Dan yang mengherankan Kyai Paksi Brahma,
pukulannya yang mengandung tenaga dalam yang cukup besar seakan tidak dirasakan
oleh wanita itu.
Malah wanita bertopeng itu seakan membiarkan saja bagian bagian tubuhnya
-dihantam oleh Kyai Paksi Brahma.
"Hihihi.... Ayo keluarkan semua ilmu yang kau miliki, Paksi!!"
"Bangsat bertopeng! Aku akan mengadu jiwa
denganmu!!" geram Kyai Paksi Brahma murka. Lalu dia pun mengeluarkan ajian
Pukulan Penebas Nyawa nya.-Diserangnya wanita bertopeng itu dengan ajiannya itu. namun lagi lagi hasilnya
-di luar dugaannya. Tidak membawa hasil yang memuaskan.
Wanita bertopeng itu terbahak.
Fahri A. 47 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA "Hihihi... sia sia belaka kau membuang buang
- -tenagamu saja, paksi!"
"Persetan dengan ucapanmu itu!!" geram Kyai Paksi Brahma yang cukup terkejut
melihat serangannya tidak membawa hasil apa apa.
-Dan dia pun kini yang harus menghindarkandiri menghadapi serangan serangan yang
-dilancarkan wanita bertopeng itu. Biarpun sekali sekali dia membalas, namun
-tidak membawa hasil yang memuaskan.
Bahkan secara tiba tiba wanita bertopeng itu melenting ke atas, dan mendadak
-pula dia menukik dengan satu pukulan lurus ke wajah Kyai Paksi Brahma.
Sebisanya dia mencoba memapaki. Karena memang sulit baginya untuk menghindar.
"Des!!"
Meskipun Kyai Paksi Brahma memapaki dengan ajian Pukulan Penebas Nyawa, namun
tubuhnya terhuyung beberapa langkah ke belakang. Bahkan belum lagi dia bisa
menguasai keseimbangannya, tiba tiba saja tubuh wanita bertopeng itu yang masih
-melenting di atas berputar dua kali. Dan kedua kakinya menghantam dada Kyai
Paksi Brahma. Kali ini tanpa ampun lagi tubuhnya pun terhempas ke tanah.
Debu debu beterbangan kala tubuhnya terhempas.
-Lalu tubuh wanita bertopeng itu hinggap dengan ringan di tanah. Dia terkikik.
"Hihihi... agaknya kematian memang jalan yang paling baik untukmu, Paksi!!"
"Wanita laknat! Siapakah kau sebenarnya"!!" bentak Kyai Paksi Brahma kalap.
Tangan kanannya memegangi Fahri A.
48 PENDEKAR BAYANGAN SUKMA dadanya yang terasa amat sakit.
Wanita itu hanya terkikik menyahuti seruan Kyai Paksi Brahma.
"Hihihi... sebaiknya kau tak perlu tahu siapa aku, Paksi! Tetapi yang kau perlu
tahu adalah... ini!!" wanita bertopeng itu membuka sarung tangannya yang berwarna
hitam pula. Sepasang mata Kyai Paksi Brahma terbuka lebar.
"Okh!!"
"Hihihi... kau terkejut bukan, Paksi"!" wanita bertopeng itu terkikik.
"Dari... dari mana kau dapatkan Cincin Naga Sastra itu, wanita busuk"!"
"Hihihi.... Bukankan cincin ini yang kau cari, Paksi"
Dan sekarang breada di tanganku... hihihi!!"
"Berikan cincin itu padaku cepat!!"
"Hihihi... mengapa kau tidak bangkit untuk
mengambilnya sendiri dari tanganku, Paksi"!"
"Wanita busuk! Berikan cincin itu padaku, cepat!!"
geram Kyai Paksi Brahma gusar. Pantaslah bila wanita bertopeng itu tidak
mengalami apa apa ketika dihantamnya dengan ajian Pukulan Penebas Nyawa.-"Hihihi... ambillah sendiri, paksi! Tentunya kau heran bukan, di mana cincin ini
kutemukan"!"
"Bangsat! Kau pasti menemukannya secara tidak sengaja! Kau pasti menemukannya di
Pedang Naga Kemala 5 Kisah Sepasang Bayangan Dewa 8 Jurus Lingkaran Dewa 2 Karya Pahlawan Kemelut Di Majapahit 6
^