Pencarian

Dalam Cengkeraman Biang Iblis 3

Dewa Arak 30 Dalam Cengkeraman Biang Iblis Bagian 3


pincang!" "Haruskah Dewa Arak kita lepaskan saja, Dedemit Salju?" tanya Dedemit Api lagi.
"Sudah tiga hari kita membawa-bawa Dewa Arak, tapi tetap saja Ki Gering Langit
tidak muncul-muncul. Malah, tokoh-tokoh persilatan yang silih berganti
menghadang perjalanan kita untuk membebaskan Dewa Arak!"
"Kita sudah telanjur, Dedemit Api. Teruskan saja! Aku yakin, Ki Gering Langit
akan datang. Tidak mungkin muridnya dibiarkan mati percuma di tangan kita!
Atau..., kau gentar menghadapi tokoh-tokoh persilatan?" sahut Dedemit Salju
penuh semangat.
"Cuhhh...!"
Dedemit Api kontan meludah ke tanah. Wajahnya yang memang sudah merah, jadi
semakin tampak merah membara. Jelas kalau hatinya merasa tersinggung atas ucapan
yang dikeluarkan kakek pendek gemuk itu.
'Tidak ada kata gentar dalam kamus hidup Dedemit Api!" tandas kakek tinggi kurus
itu keras. "Atau kau sendiri ingin menjajal kepandaianku?"
"Ho ho ho...! Jangan dikira aku takut padamu, Dedemit Api! Tapi, aku lebih waras
daripadamu! Kelak apabila telah berhasil menewaskan Ki Gering Langit, baru bisa
dibuktikan, siapa yang lebih sakti di antara kita!"
"Boleh!" sahut Dedemit Api. "Kapan dan di mana pun tempat yang kau ajukan,
kuladeni!"
Dedemit Salju hanya tersenyum saja.
"Tapi aku sudah bosan terus-menerus menahan Dewa Arak, Dedemit Salju," ucap
Dedemit Api lagi.
"Sabarlah, Dedemit Api," ujar Dedemit Salju bernada menghibur. "Tunggu sampai
kita telah berada di Bukit Siluman!"
"Lalu..., setelah kita sampai di Bukit Siluman dan Ki Gering Langit tidak juga
muncul, bagaimana?" kejar Dedemit Api ingin tahu.
Dedemit Salju tercenung sejenak.
"Yahhh.... Mungkin kita harus puas bila hanya berhadapan dengan muridnya," sahut
kakek pendek gemuk itu setengah mengeluh.
"Maksudmu...?"
"Keadaan Dewa Arak kita pulihkan. Dengan demikian, dia bisa kita paksa bertarung
mewakili gurunya. Apabila menang, kita berarti telah mengalahkan Ki Gering
Langit! Bagaimana" Bagus kan, usulku ini?"
Kini Dedemit Api mengangguk-anggukkan kepala. Perhatiannya dialihkan ke sebelah
kiri, tempat Raja Racun Muka Putih berjalan sambil memapah tubuh Dewa Arak yang
lunglai. Memang setelah Arya sadar, Raja Racun Muka Purih tidak lagi memanggul, melainkan
memapahnya. Karena pemuda berambut putih keperakan itu tidak mampu berdiri.
Rupanya, Dedemit Api telah mem buatnya lemas tak berdaya dengan totokan pada
punggungnya. Meskipun keadaan tubuhnya lemas bukan kepalang, namun Dewa Arak masih mampu
mendengar percakapan itu. Tapi apa dayanya" Jangankan menyerang, menggerakkan
ujung jari kelingking saja tidak mampu!
Mendadak, kantuk yang amat berat menyerang Arya. Tanpa dapat ditahan lagi,
sepasang matanya terpejam sendiri. Dewa Arak kini tertidur! Untung saja, Raja
Racun Muka Putih memapahnya. Kalau tidak, tubuh pemuda ini sudah tersungkur
jatuh. Raja Racun Muka Putih hanya bisa menyimpan kedongkolannya dalam hati. Kalau saja
tidak takut pada Dedemit Api dan Dedemit Salju pemuda yang telah banyak
membuatnya repot ini sudah dipukul mampus.
Sementara, Arya sendiri sudah terlelap dalam tidurnya yang aneh. Mengantuk
secara mendadak, dan kedua matanya langsung terpejam tanpa mampu dicegah!
Padahal menurut perhitungan, tokoh sakti seperti Dewa Arak, tidak menjadi
masalah meskipun tidak tertidur dua hari dua malam.
Tidak ada seorang pun yang menyadari keanehan itu, tak terkecuali Dewa Arak
sendiri. Malah dia merupakan orang yang paling tidak menyadari keanehan itu,
karena telah tertidur.Dalam tidurnya itu, Arya bermimpi berada di tempat yang
sangat asing. Di sekelilingnya, tampak hanya kesunyian saja. Karuan saja Arya
kebingungan. Tempat itu sama sekali tidak dikenalnya. Dan Dewa Arak sama sekali
tidak mengerti, mengapa berada di situ.
Di sana-sini yang terlihat hanya warna keputihan saja. Yang jelas, dia seperti
berada di atas awan.
Mendadak, muncul seberkas sinar terang menyilaukan di depan Arya. Bahkan pemuda
berambut putih keperakan itu sampai memejamkan mata, karena tak kuat menahan
silau. Beberapa saat lamanya Dewa Arak bersikap demikian. Baru ketika sinar terang itu
diyakininya tidak ada lagi, sepasang matanya dibuka. Itu pun dengan perlahan-
lahan, karena khawatir kalau sinar terang itu masih ada.
Dan memang, tidak ada lagi sinar terang menyilaukan itu. Tapi sebagai gantinya,
di hadapannya berdiri sesosok tubuh yang amat dikenalnya. Sosok tubuh seorang
kakek berpakaian putih bersih. Kumis dan jenggotnya telah memutih semua. Sekujur
tubuhnya, terutama sekali wajahnya, seperti mengeluarkan cahaya sehingga membuat
orang tidak kuat berlama-lama memandangnya. Di tangannya yang keriput tergenggam
seuntai tasbih. Dialah Ki Gering Langit, guru Dewa Arak!
"Guru...!" sebut Arya seraya melangkah maju dan memberi hormat
Kakek berpakaian putih bersih yang memang Ki Gering Langit tersenyum. Aneh,
tiba-tiba jiwa Arya terasa sejuk bukan main.
"Arya...," panggil Ki Gering Langit seraya menatap wajah pemuda berambut putih
keperakan itu penuh kasih sayang.
"Ya, Guru," sahut Arya seraya mengangkat wajah dan menatap wajah Ki Gering
Langit. Tapi kepalanya segera ditundukkan kembali karena sepasang matanya tak mampu
menatap wajah kakek itu berlama-lama. Silau!
"Ada yang ingin kuberitahukan padamu mengenai ilmu 'Belalang Sakti'."
Ki Gering Langit menghentikan ucapannya. Ditatapnya Arya untuk menanti tanggapan
pemuda itu atas ucapannya. Tapi, ternyata Dewa Arak tidak memberi tanggapan apa-
apa. "Ilmu 'Belalang Sakti' bukan ilmu sembarangan, Arya. Dia merupakan ilmu hidup,
dan seperti mempunyai kemauan sendiri. Di alam gaib, ilmu 'Belalang Sakti' yang
kau miliki berbentuk seekor belalang raksasa berwarna coklat" sambung Ki Gering
Langit. "Dan ilmu
'Belalang Sakti' kuciptakan juga berdasarkan gerak-gerik belalang raksasa yang
ada di alam gaib itu."
Arya mengangkat wajahnya. Keterkejutan yang amat sangat tampak menyemburat di
sana. Memang, sama sekali tidak disangka kalau ilmu 'Belalang Sakti' nya
mempunyai riwayat yang begitu aneh.
"Lalu..., apakah binatang itu bisa kulihat, Guru?" tanya Arya tak tahan memendam
rasa ingin tahunya.
"Tidak, Arya. Kau tidak akan bisa melihatnya," jawab Ki Gering Langit tersenyum
sambil menggelengkan kepala. "Tapi orang lain bisa melihatnya, apabila kau telah
mampu membawa belalang raksasa yang ada di alam gaib itu ke dalam dirimu."
"Maksud, Guru. Roh binatang itu?" tanya Arya disertai rasa heran yang masih
membias di wajahnya.
"Bukan roh, Arya. Tapi, ilmu. Camkan baik-baik. Ilmu! Tapi, itulah anehnya alam
gaib. Di sana ilmu mempunyai bentuk sendiri-sendiri. Seperti ilmu 'Cakar Naga Merah'
yang dikuasai Melati. Di alam gaib, ilmu itu berbentuk seekor naga besar
berwarna merah."
Arya mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti.
"Ilmu 'Belalang Sakti' yang kau kuasai memang sudah cukup dahsyat. Tapi bila kau
berhasil membawa belalang raksasa ke dalam tubuhmu, kau akan melihat sendiri
perbedaannya."
Ki Gering Langit menghentikan ucapannya sebentar, untuk memberi kesempatan pada
Dewa Arak dalam mencerna kata-katanya.
"Bagaimana caranya agar aku bisa membawa belalang raksasa di alam gaib itu ke
dalam diriku, Gu ru," tanya Arya ingin tahu.
"Usahakanlah sendiri, Arya. Tapi pertu kau ketahui, belalang raksasa itu
mempunyai naluri yang sangat tajam. Aku yakin, dia akan bisa mengetahui kalau
kau mempunyai hubungan dengannya. Dan yang perlu kau lakukan hanyalah membuat
hubungan itu semakin dekat. Dan bila hal itu sudah terjadi, mungkin dia akan
bisa menyelusup ke dalam tubuhmu," jelas Ki Gering Langit. "Tapi, ucapanku ini
bukan berarti saat-saat sekarang kau diam dan tidak berusaha sama sekali.
Berusahalah, Arya!"
"Akan kuperhartikan nasihatmu, Guru. Tapi..., bagaimana kutahu kalau belalang
raksasa itu telah berada dalam diriku, Guru ?" desak Dewa Arak.
"Ada hembusan angin yang cukup dingin, dan bulu-bulu di tubuhmu berdiri. Itu
yang menjadi tandanya."
Arya terdiam seketika. Kini, telah cukup jelas baginya akan ilmu 'Belalang
Sakti' yang dimiliki.
"O ya, Guru. Masih ada yang ingin kutanyakan," kata Arya buru-buru. Rupanya
masih ada masalah yang dilupakannya.
"Katakanlah, Arya," sambut Ki Gering Langit, memberi kesempatan.
"Mengapa aku harus berada di puncak kekhawatiran dan ketidakberdayaan untuk
mendapatkan belalang raksasa itu, Guru?"
"Karena dalam puncak kekhawatiran, biasanya pada diri manusia timbul kekuatan-
kekuatan yang semula tidak dimiliki. Kekuatan yang tersembunyi," jelas kakek
berpakaian putih bersih itu. "Manusia memang makhluk luar biasa, Arya. Hanya
bermodalkan kekuatan batin, dan usaha, maka akan muncul hal yang diharapkan.
Yang ada itu asalnya dari tiada.
Apabila kau mendalami ilmu 'Lemah Jiwa' kau akan menyadari secara lebih jelas.
Yang ada itu asalnya dari tiada, Arya."
Arya mengernyitkan keningnya pertanda masih belum mengerti penjelasan gamblang
Ki Gering Langit
"Kau pun sebenarnya telah membuktikan kebenaran itu, Arya. Dalam puncak
kekhawatiran dan kemarahan, kau telah berhasil menggabungkan ilmu 'Sepasang
Tangan Penakluk Naga' dan 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau' dengan 'Tenaga
Sakti Inti Matahari'. Padahal, sebelumnya kau tidak pernah mampu melakukannya."
"Kau tahu hal itu, Guru..."!" tanya Arya agak kaget. Terbayang di benaknya saat
ilmu-ttmu itu berhasil digabungkannya tanpa sengaja (Untuk jelasnya, silakan
baca serial Dewa Arak dalam episode "Penghuni Lembah Malaikat").
"Kebetulan saat itu aku tengah rindu untuk melihat dirimu, Arya," sahut kakek
berpakaian putih bersih itu. "Kubuka telapak tanganku, dan kulihat kau tengah
bertarung dengan seorang pemuda berpakaian mewah....."
Arya takjub. Tapi mendadak....
Tukkk..! Kaki Arya tersandung batu. Dengan sendirinya, dia pun terbangun dari tidur.
Sepasang matanya dilayangkan ke sana kemari untuk mencari gurunya, tapi tetap
saja tidak terlihat. Bahkan tempatnya berada sekarang pun amat berbeda jika
dibandingkan tempat saat bertemu dengan gurunya. Yang dilihatnya adalah wajah
Dedemit Api dan Dedemit Salju, serta wajah Raja Racun Muka Putih.
"Rupanya aku tengah bermimpi," desah Arya dalam hati. "Tapi, benarkah aku
bermimpi" Tapi, kalau mimpi mengapa bisa begitu jelas" Apakah itu bukan sebuah
petunjuk dari guru" Guru datang dan memberi petunjuk padaku. Tapi ini tidak
seperti biasanya, karena keadaan yang tidak memungkinkan?"
Arya lebih condong pada dugaan kalau peristiwa aneh yang dialaminya bukan
sembarangan mimpi atau bunga tidur saja. Tapi, itu merupakan kejadian yang
hampir sesungguhnya. Ki Gering Langit ingin memberi petunjuk padanya. Tapi
karena keadaan tidak memungkinkan, maka digunakannya jalan melalui mimpi. Arya
percaya kalau gurunya mampu melakukan hal itu, karena Ki Gering Langit memang
memiliki banyak ilmu yang aneh dan tidak masuk akal!
Yakin kalau pertemuannya dengan Ki Gering Langit itu sungguh-sungguh terjadi,
maka Dewa Arak memutuskan untuk mencoba-coba membawa belalang raksasa itu ke
dalam dirinya. Arya memejamkan matanya, mencoba melihat belalang raksasa itu dengan batinnya.
Karena menurut penjelasan gurunya di dalam mimpi, belalang raksasa itu tidak
bisa dilihat dengan mata biasa. Bukankah itu berarti ada kemungkinan bisa
dilihat dengan mata batin"
Meskipun tubuhnya dipapah Raja Racun Muka Putih yang kini berlari cepat
membawanya, Dewa Arak sama sekali tidak peduli. Benaknya terus diputar keras
untuk mencari gambaran belalang raksasa yang dimaksud gurunya.
Namun, tidak mudah bagi Dewa Arak untuk mendapat gambaran tentang belalang
raksasa itu. Padahal seluruh alam pikirannya telah dipusatkan. Meskipun
demikian, Arya tidak putus asa. Pikirannya terus dipusatkan pada bayangan
belalang raksasa.
Tapi sampai Raja Racun Muka Purih menghentikan larinya, gambaran apa pun tentang
belalang raksasa yang dikatakan gurunya tetap belum didapat. Maka, Arya
menghentikan usahanya. Sepasang matanya dibuka untuk mengetahui apa yang akan
dilakukan musuh-musuhnya.
"Gantungkan tubuhnya di sana...!" perintah Dedemit Api pada Raja Racun Muka
Putih. Tanpa menunggu diperintah dua kali, kakek berpakaian putih itu bergerak ke arah
sebatang pohon besar yang ditunjuk Dedemit Api. Entah dari mana mengambilnya,
tahu-tahu di tangan Raja Racun Muka Putih telah tergenggam seutas tambang
berwarna putih. Dengan salah satu ujung tali itu, pergelangan kaki kanan Arya
diikatnya. Sedangkan ujung yang satu lagi dipegangnya.
"Hih...!"
Raja Racun Muka Putih melompat ke atas, lalu mendarat di cabang pohon tanpa
menimbulkan getaran sedikit pun. Di cabang pohon itulah ujung tali yang satu
lagi dibelitkan, setelah teriebih dulu ditarik. Sehingga, tubuh Dewa Arak
tergantung dengan jarak hampir satu tombak dari atas tanah. Kepalanya di bawah,
dan kaki di atas.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Raja Racun Muka Putih melompat turun.
*** Dedemit Api melangkah menghampiri tubuh Dewa Arak yang tergantung.
"Nyawamu tergantung pada gurumu, Dewa Arak," kata Dedemit Api. "Kalau dia tidak
datang, kau terpaksa harus berhadapan dengan kami sebagai wakil gurumu!"
"Ya! Kami akan menunggu di sini selama dua hari," sambung Dedemit Salju sambil
melangkah maju dan berdiri di sebelah Dedemit Api.
Tapi, Arya sama sekali tidak menyambuti ucapan kedua kakek sakti itu. Dia tahu,
tidak ada gunanya lagi menjawab perkataan mereka. Maka dengan sikap tidak
peduli, sepasang matanya dipejamkan. Arya memutuskan untuk mencari hubungan
dengan belalang raksasa daripada meladeni ucapan Dedemit Api dan Dedemit Salju.
Dalam keadaan tubuh tergantung, kepala di bawah dan kaki di atas, Dewa Arak
memejamkan matanya. Benaknya diputar untuk membayangkan bentuk belalang raksasa
seperri yang dikatakan Ki Gering Langit
Dedemit Api dan Dedemit Salju segera melangkah mundur ketika melihat Dewa Arak
memejamkan mata. Mereka tahu, Arya tidak mau melanjutkan pembicaraan.
Tanpa melepaskan pandangan dari Dewa Arak, Dedemit Salju dan Dedemit Api
melangkah mundur. Dalam hati mereka, bersarang pertanyaan. Apa yang hendak
dilakukan Dewa Arak.
Sementara itu, orang yang dibingungkan sama sekali tidak mengetahui Arya telah
tenggelam dalam kesibukannya membawa gambaran belalang raksasa ke dalam dirinya.
Entah sudah berapa lama tenggelam dalam kesibukan benaknya, Dewa Arak sama
sekali tidak tahu. Yang ada di benaknya hanya satu, mendapatkan gambaran
belalang raksasa seperti yang dikatakan gurunya!
Waktu berlalu tanpa disadari Arya. Matahari yang tadi masih jauh dari titik
tengahnya kini malah telah tergelincir dari atas kepala.
Dedemit Api, Dedemit Salju, dan Raja Racun Muka Putih duduk berjarak lima tombak
di hadapan Arya, di atas sebatang pohon yang telah ditumbangkan sebelumnya.
Dedemit Api dan Dedemit Salju tampak tidak sabar menunggu kedatangan Ki Gering
Langit Tapi karena melihat kelakuan Dewa Arak yang aneh, mereka duduk menunggu dengan
pandangan tertuju ke arah Arya. Hanya sesekali saja pandangan mereka dialihkan
ke sekeliling. Mendadak angin berhembus secara tidak disangka-sangka karena udara semula begitu
tenang. Tidak keras memang, tapi mengandung hawa dingin. Bahkan mampu membuat
Dedemit Api, Dedemit Salju, dan Raja Racun Muka Putih menggigil walaupun hanya
sesaat "Ikh...! Angin aneh...!" gerutu Dedemit Api ketika tanpa sadar kedua bahunya
terangkat ke atas karena hembusan angin tidak keras yang berhawa cukup dingin
itu. Seiring selesainya ucapan itu, Dedemit Api mengedarkan pandangan berkeliling.
Hal yang sama dila kukan Dedemit Salju dan Raja Racun Muka Putih. Memang, ketiga
orang itu dilanda perasaan heran. Sebuah pertanyaan yang sama bergayut di benak
masing-masing. Mengapa mereka semua menggigil oleh hembusan angin tadi"
Di antara mereka semua, yang paling merasa heran adalah Dedemit Api. Bayangkan!


Dewa Arak 30 Dalam Cengkeraman Biang Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selama ini, betapapun dinginnya cuaca di tempat bersalju sekalipun, dia tidak
merasa dingin sama sekali. Sebaliknya dia malah selalu merasa kegerahan! Itulah
sebabnya, tubuhnya hanya ditutupi selembar kain pendek. Tapi sekarang, mengapa
tubuhnya terasa begitu menggigil oleh hembusan angin yang sebenarnya tidak
keras" Jadi, siapa yang tidak merasa heran dan curiga"
Dedemit Salju juga mengedarkan pandangan berkeliling. Hatinya merasa curiga
ketika melihat Dedemit Api menggigil sebentar karena hembusan angin. Padahal dia
tahu pasti kalau rekannya itu tidak pernah menggigil sekalipun berada di tempat
yang bercuaca teramat dingin!
Tapi sampai telah leher dan sepasang mata mereka karena diputar dan dibeliakkan
ke sana kemari, tetap saja tidak tampak adanya tanda-tanda mencurigakan. Suasana
di tempat itu sunyi senyap. Yang terlihat hanyalah beberapa pepohonan di
sekelilingnya yang berupa tanah lapang luas dan ditumbuhi sedikit rumput
Dedemit Api saling berpandangan dengan Dedemit Salju. Dalam bentrok mata itu,
keduanya saling tahu kalau pandangan mata masing-masing pihak dilanda keheranan
besar. "Kau merasakan hembusan angin itu, Dedemit Salju?" tanya Dedemit Api untuk
memastikan kalau kejadian yang tadi dialaminya benar-benar terjadi dan bukan
hanya perasaannya saja.
Dedemit Salju menganggukkan kepala.
"Kau tidak merasakan adanya keanehan"!" tanya Dedemit Api lagi.
"Ya," sahut Dedemit Salju. "Aku yakin, ini bukan angin sewajarnya. Kurasakan
angin itu mengandung banyak keanehan. Hembusan anginnya tidak keras, tapi
membuat tubuh menggigil sesaat."
Dedemit Api mengangguk membenarkan.
"Tapi, jelas-jelas tidak ada siapa pun di sini," tegas Dedemit Api.
"Entahlah. Yang jelas, kita harus waspada, Dedemit Api. Siapa tahu ada orang
yang telah berada di sini."
"Sukar kubayangkan tingkat kepandaian orang itu kalau mampu hadir tanpa
diketahui oleh kita," sambut Dedemit Api bingung.
"Mungkin dialah orang yang kita tunggu-tunggu," celetuk Dedemit Salju.
"Maksudmu..., Ki Gering Langit..?" tanya Dedemit Api yang dijawab dengan
anggukan kepala oleh Dedemit Salju.
Sementara Raja Racun Muka Putih hanya diam saja. Pandangannya tertuju lurus ke
depan. Tapi, telinganya dipasang tajam-tajam untuk mendengarkan pembicaraan
kedua kakek sakti yang telah menjadi pimpinannya. Benaknya berputar keras,
mencari jalan untuk menyelamatkan Dewa Arak agar bisa mendapatkan keris milik
Brajageni. 8 Pada saat yang bersamaan dengan ribut-ributnya Dedemit Api, Dedemit Salju, dan
Raja Racun Muka Putih, dalam benak Dewa Arak mulai muncul gambaran tentang
belalang raksasa itu.
Semula, tidak tampak jelas gambaran belalang raksasa yang didapatkan Arya. Tapi,
satu hal telah menggembirakan hatinya. Ternyata warna tubuh binatang itu persis
dengan yang dijelaskan Ki Gering Langit Belalang raksasa itu berwarna coklat!
Semakin lama, semakin tampak jelas gambaran yang didapat Dewa Arak mengenai
belalang raksasa itu. Ternyata, belalang yang menjadi sumber ilmu 'Belalang
Sakti' ciptaan Ki Gering Langit mempunyai bentuk seperti jangkrik. Tubuh-
tubuhnya terlihat begitu kokoh dan keras!
Karuan saja hal ini membuat semangat Dewa Arak bertambah! Dan sebagai akibatnya,
usaha yang dilakukannya pun semakin keras. Maka, Arya semakin tekun memusatkan
pikirannya. Mendadak... "Iblis-iblis berwajah manusia...! Orang seperti kalian memang harus dimusnahkan
dari muka bumi!"
Arya tersentak kaget. Suara itu amat dikenalnya. Siapa lagi kalau bukan Melati!
Tapi benarkah Melati yang datang untuk menolongnya. Kalau benar demikian,
tunangannya itu pasti akan celaka! Lawan-lawan yang akan dihadapi Melati terlalu
kuat! Jangankan putri angkat Raja Bojong Gading itu, Iblis Hitam yang luar biasa
saja tidak mampu menghadapi Dedemit Api! Jelas, Melati hanya akan mengantarkan
nyawa sia-sia. Seketika itu juga pusat pikiran Dewa Arak buyar. Dengan sendirinya, gambaran
belalang raksasa itu pun lenyap. Apalagi, Arya telah membuka mata untuk melihat
kebenaran dugaannya.
Dan memang, dugaan Dewa Arak sama sekali tidak keliru. Tampak seorang gadis
berpakaian putih yang tak lain dari Melati tengah melesat cepat ke arah tiga
orang datuk kaum sesat itu dengan pedang di tangan.
Melihat hal ini, Dedemit Api, Dedemit Salju dan Raja Racun Muka Putih serentak
bangkit berdiri.
"Siapa kau, Nisanak"! Mengapa kau memaki-maki kami"! Cepat menyingkir dari sini
sebelum aku berubah pikiran!" dengus Dedemit Api.
Tokoh yang selalu bertelanjang dada ini merasa malu untuk menghadapi seorang
gadis muda seperti Melati. Walaupun kecepatan gerak gadis berpakaian putih itu
telah dilihatnya, tapi tetap saja kakek tinggi kurus itu memandang rendah.
"Namaku Melati. Dan kedatanganku kemari untuk membasmi kalian yang telah menahan
kawanku secara curang! Aku bersedia pergi dan tidak melanjutkan masalah ini
apabila kawanku dibebaskan!"
Semula, Melati ingin membebaskan Arya dengan kekerasan. Tapi di saat-saat
terakhir, gadis itu teringat akan nasihat kekasihnya kalau jalan kekerasan tidak
selalu akan berhasil dalam memecahkan masalah. Ada kalanya masalah bisa
diselesaikan tanpa kekerasan.
Apalagi, jalan kekerasan sepertinya tidak menguntungkan. Dan Melati mencoba
kebenaran nasihat itu, ketika melihat lawan-lawan yang akan dihadapinya bukan
orang sembarangan.
Ucapan yang dikeluarkan Melati terdengar tegas dan gagah. Dan kesan kegagahan
itu semakin mantap, karena Melati menutup kata-katanya dengan melintangkan
pedang di depan dada. Sementara, dadanya pun dibusungkan ke depan.
Sepasang alis Dedemit Api hampir bertautan mendengar ucapan Melati yang bernada
keras. Bahkan sepasang matanya mencorong tajam, karena amarah yang melanda hati.
"Kotor sekali ucapanmu, Nisanak!" seru kakek tinggi kurus. keras. "Kau katakan
kami telah menahan kawanmu secara curang"! Jelaskan maksud ucapanmu, Nisanak!
Cepat, sebelum kesabaranku habis!"
"Hmh...! Tidak perlu bersikap sok gagah, Cacing Kurus!" ejek Melati tanpa kenal
takut "Aku tahu, siapa kawanku. Kalau kalian tidak mengeroyoknya dan melakukan
tindakan-rindakan curang, dia tak akan mungkin bisa kalian tangkap!"
"Keparat! Mulutmu semakin kotor, Wanita Liar! Rupanya kau minta dihajar!" maki
Dedemit Api kalap. "Aku, Dedemit Api bukan sejenis orang yang kau tuduhkan!"
Setelah berkata demikian, Dedemit Api melangkah menghampiri dengan sikap
mengancam. "Eit..! Tidak malukah kau, Kek. Kau tokoh yang terkenal dan berjuluk Dedemit Api
akan menyerang seorang wanita muda"! Ah! Ingin kutahu, bagaimana tanggapan
orang-orang persilatan apabila mendengar berita ini!" cegah Melati.
Rupanya, ucapan Melati mengenai sasaran. Langkah Dedemit Api kontan terhenti.
Bahkan wajah kakek tinggi kurus itu memerah. Sedangkan kedua tangannya tampak
menggigil keras, pertanda besarnya kemarahan yang melanda hatinya.
"Kau... kau..., Wanita Liar...! Hiya...!" Tak tahan menanggung perasaan geram
yang melanda, Dedemit Api menghentakkan kedua tangannya. Tapi, bukan ke arah
Melati melainkan ke sebelah kanannya, ke arah sebatang pohon besar.
Wusss...! Brakkk...! Angin keras yang berhawa panas membakar kulit, keluar dari kedua tangan Dedemit
Api yang dihentakkan. Sambaran angin itu menghantam pohon hingga hancur
berantakan dalam keadaan hangus. Asap tipis tampak mengepul dari batang pohon
yang hangus seperti tersambar petir!
Melati terkejut bukan kepalang melihat akibat pukulan jarak jauh Dedemit Api.
Memang sudah diduga kalau kakek tinggi kurus itu memiliki kepandaian tinggi.
Namun, tidak disangka akan sehebat ini akibat pukulan jarak jauhnya. Melati
yakin, pukulan jarak jauh Dedemit Api tidak kalah dahsyat bila dibandingkan ilmu
pukulan jarak jauh yang dimiliki kekasihnya!
Meskipun kekagetan yang amat sangat melanda hatinya, tapi Melati mampu
menyembunyikannya. Sehingga, tidak tampak pada wajahnya. Bahkan bibirnya mampu
menyunggingkan senyum mengejek.
"Baru mempunyai ilmu pukulan seperti itu sudah berani bersikap sombong"! Ingin
kulihat, bagaimana wajahmu bila kawanku yang kau tangkap secara curang itu
mengunjukkan kebolehannya padamu!" kata Melati kalem. Sengaja ucapannya pada
kalimat yang terakhir ditekan untuk lebih memanaskan hati Dedemit Api yang sudah
terbakar. "Keparat kau, Wanita Liar! Mulutmu terlalu kotor! Akan kau lihat sendiri akibat
ucapanmu itu. Kawanmu akan kubuat mampus!"
Setelah berkata demikian, Dedemit Api segera melesat ke arah tubuh Dewa Arak
yang tergantung. Karuan saja, hal itu membuat Melati terkejut bukan kepalang.
"Kakek pengecut! Apa yang akan kau lakukan!"
Seiring keluarnya ucapan itu, Melati segera melesat mengejar Dedemit Api.
Pedangnya diputar di depan dada, sehingga menimbulkan suara menggerung keras
seperti naga tengah murka.
Wunggg...! Suara menggerung keras kembali terdengar ketika Melati menusukkan pedangnya ke
arah punggung Dedemit Api.
"Hmh...!" dengus Dedemit Api. Dan begitu suara dengusannya lenyap, tubuh Dedemit
Api segera dibungkukkan ke depan. Sehingga serangan Melati hanya mengenai tempat
kosong, lewat beberapa jengkal di atas punggungnya.
Pada saat yang bersamaan dengan lolosnya serangan pedang Melati, Dedemit Api
melancarkan tendangan ke belakang tanpa mengubah keadaan tubuhnya. Kaki kirinya
meluncur cepat ke arah perut Melati.
Meskipun kaget karena mendapat serangan balasan yang sama sekali tidak disangka-
sangka, Melati masih mampu mempertunjukkan kelihaiannya. Maka, tangan kirinya
cepat ditetakkan ke bawah untuk memunahkan serangan itu.
Dukkk...! Tubuh Melati teriontar ke belakang. Mulutnya yang berbentuk indah itu nampak
menyeringai karena menahan rasa sakit yang mendera tangannya akibat berbenturan
dengan kaki Dedemit Api. Tulang-tulang tangannya terasa seperti patah-patah!
Untungnya, Dedemit Api tidak mengerahkan tenaga istimewanya dalam tangkisan itu.
Kalau dikerahkan, mungkin kulit tangan Melati akan hangus!
*** "Melati...!" teriak Arya ketika melihat tubuh kekasihnya terlontar ke belakang.
Kalau menuruti perasaan hati, ingin Dewa Arak melompat menerjang Dedemit Api
untuk menolong Melati, Tapi, apa daya" Jangankan melompat, menggerakkan ujung
jari kelingkingnya saja tidak mampu!
Melati tak bisa segera menjawab panggilan Dewa Arak, karena sedang sibuk
mematahkan kekuatan yang membuat tubuhnya teriontar.
Dan memang, berkat ilmu meringankan tubuhnya yang sudah mencapai tingkatan
tinggi, gadis itu tidak mengalami kesulitan untuk mendaratkan kakinya di tanah.
Belum juga Melati dapat menyadari apa yang terjadi, Dedemit Api telah berhasil
mencapai tempat Arya tergantung tanpa kesulitan.
Dedemit Api mengulurkan tangan, setelah terlebih dulu menyusun jari-jarinya.
Jari telunjuk dan jari tengah dijulurkan, sedangkan jari-jari tangan lain
dikepalkan. Kemudian, kedua jari yang semula merapat itu direnggangkan satu sama lain, dan
diselipkan ke arah tali yang menggantung tubuh Dewa Arak.
Tasss...! Brukkk! Kontan tubuh Dewa Arak jatuh berdebuk di tanah begitu jari-jari tangan yang
merenggang itu dirapatkan satu sama lain untuk menjepit tali. Luar biasa! Dengan
pengerahan tenaga dalamnya, Dedemit Api mampu membuat jari-jari tangannya
seperti gunting. Sehingga, dia mampu memutuskan tali!
"Manusia pengecut! Jangan hanya terhadap orang yang tengah tidak berdaya saja
nyalimu kau tunjukkan! Nih, lawan aku!" teriak Melati kalap seraya melangkah
maju. "Tutup mulut dan diam di tempatmu, Wanita Liar! Kalau tidak, kepala temanmu ini
akan kuhancurkan!"
Baru beberapa tindak, putri angkat Raja Bojong Gading itu segera menghentikan
langkahnya. "Apa maumu, Dedemit Api"!" sentak Melati. Dia merasa tidak berdaya. Disadari,
tak mungkin akan mampu membebaskan Arya. Ada tiga orang lawan yang harus
dihadapinya. Padahal, menghadapi satu orang saja tidak akan mampu.
Teringat akan jumlah lawan, membuat Melati mengedarkan pandangan ke arah
Dedemit Salju dan Raja Racun Muka Putih. Tapi, kedua kakek sakti itu seperti
diam saja. Sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan campur tangan.
"Aku hanya menuruti kemauanmu saja, Wanita Liar!" kata Dedemit Api berapi-api.
Jelas, kemarahan hebat masih melandanya.
Melati mengernyitkan dahi karena bingung. Mengapa Dedemit Api mengatakan
melakukan semua itu untuk menuruti kemauannya"
"Tadi kau mengatakan, aku telah menahan kawanmu secara curang! Dan kepandaian
yang kutunjukkan kepadamu tidak ada artinya bila dibandingkan kepandaian yang
dimiliki kawanmu ini!" sambung Dedemit Api, bernada menjelaskan karena melihat
adanya raut ketidakmengertian di wajah Melati. "Nah! Sekarang, akan kita
buktikan! Aku akan bertarung dengan kawanmu!"
Dedemit Api menghentikan ucapannya sejenak untuk mengambil napas. Sedangkan
Melati mendengarkan penuh perhatian.
"Manusia pengecut! Jangan hanya terhadap orang yang tidak berdaya saja nyalimu
kau tunjukkan! Nih, lawan aku!" teriak Melati kalap.
"Tutup mulutmu dan diam di tempat, Wanita Liar! Kalau tidak, kepala temanmu ini
akan kuhancurkan!" ancam Dedemit Api tidak main-main.
"Tapi, ingat! Kalau kawanmu kalah, dia tetap menjadi tawanan kami. Sedangkan
nasibmu tergantung pada kami! Kau harus mempertanggungjawabkan atas
kepongahanmu. Perlu kau ketahui, Nisanak. Tidak ada seorang pun yang akan dapat lolos dari
hukuman setelah mempermainkan Dedemit Api!"
Melati menelan liur untuk membasahi tenggorokannya yang mendadak kering.
Sungguh tidak disangka akan seperti ini akibat ucapannya. Dia tidak yakin kalau
Dewa Arak akan mampu menghadapi, apalagi sa mpai mengalahkan Dedemit Api! Tapi
apa mau dikata"
Nasi sudah menjadi bubur! Semua sudah telanjur. Dan kini bukan saatnya menyesali
diri! "Lalu..., bagaimana kalau kau yang kalah...?" tanya Melati dengan suara sumbang.
Dedemit Api tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya, bibirnya malah
menyunggingkan senyum mengejek.
"Aku" Kalah" Ho ho ho...! Kau tahu, Nisanak! Tidak ada kata kalah dalam kamus
hidupku! Yang ada hanya satu, menang! Kau dengar, Nisanak" Menang! Ho ho ho...!"
"Kau jangan coba-coba mengakaliku, Dedemit Api!" tandas Melati. "Cepat katakan,
apa taruhanmu kalau kau yang kalah!"
"Dengar baik-baik, Wanita Liar! Kalau kalah, aku akan membebaskannya. Juga, aku
akan pergi dari sini! Aku tidak akan mengganggunya, dan kau lagi. Tapi dengan
catatan, kau dan dia tidak menggangguku! Bagaimana" Cukup adil bukan?"
Melati mengangguk-anggukkan kepala.
"Cukup adil," ucap gadis berpakaian putih itu. "Tapi..., apakah janji yang kau
ucapkan itu berlaku juga untuk kedua kawanmu itu?"
"Apa maksudmu, Nisanak"!" tanya Dedemit Api dengan alis berkernyit marah.
"Aku hanya khawatir, kalau kau nanti tewas oleh kawanku, kedua orang kawanmu itu
bersama-sama mengeroyok kawanku yang sudah lelah. Mereka jangan-jangan nanti
beralasan, tidak ikut dalam perjanjian ini!"
Terdengar suara menggeretak dari mulut Dedemit Api.
"Mulutmu terlalu kotor, Nisanak. Jangan
salahkan kalau nanti aku akan
menghancurkannya apabila kawanmu itu kalah!" ancam Dedemit Api, geram. "Tapi
biar hatimu tenang, akan kujelaskan. Janjiku ini juga menyangkut dua orang
temanku! Aku berbicara dan berjanji mewakili kedua orang kawanku!"
"Bagus! Kini tenanglah hatiku!" ucap Melati sambil tersenyum manis. "Sekarang,
tinggalkan kawanku di situ!"
Dedemit Api hanya bisa menggertakkan gigi karena geram mendengar ucapan-ucapan
Melati yang seenaknya saja. Kemudian tubuh Dewa Arak ditinggalkannya setelah
tedebih dulu dibebaskan totokannya.
"Kang Arya...!" seru Melati seraya menubruk tubuh pemuda berpakaian ungu itu.
Arya yang kini telah bebas, tersenyum lebar. Tangannya diulurkan, dan
dipegangnya tangan Melati.
"Sungguh tidak kusangka kau akan seberani ini, Melati," kata Arya sambil


Dewa Arak 30 Dalam Cengkeraman Biang Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggeleng-gelengkan kepala. Sementara sepasang matanya menatap wajah
kekasihnya, menyorotkan kekaguman besar.
Hanya senyuman lebar Melati yang menyambuti ucapan Dewa Arak.
"Jangan berpacaran dulu, Dewa Arak! Pulihkan tenagamu. Besok pagi kita harus
bertarung! Ingat! Kawanmu telah berjanji atas namamu untuk taruhan pertarungan
kita besok!"
Melati menganggukkan kepala. "Pulihkan tenagamu, Kang. Besok adalah hari
penentuan. Betapapun
lihainya kakek itu, aku percaya kau pasti akan
mampu mengalahkannya."
Arya menganggukkan kepala sambil tersenyum lebar untuk menenangkan hati Melati.
Padahal dalam hati, harus diakui kalau Dedemit Api mempunyai kepandaian amat
tinggi. Dan bukan tidak mungkin berada di atasnya. Kekalahan Iblis Hitam telah
semakin menguatkan dugaannya. Tapi, Arya berjanji akan berusaha sekuat tenaga
untuk memenangkan pertarungan itu demi Melati! Walaupun, sebenarnya harapan
untuk itu amat tipis!
Memang, kecil kemungkinan Dewa Arak akan keluar sebagai pemenang dalam
pertarungan besok. Dia tahu, Iblis Hitam memiliki tingkat tenaga dalam yang sama
dengan dirinya. Bahkan dalam hal ilmu meringankan tubuh, Kala Sunggi yang dulu
jahat, masih lebih unggul sedikit. Tapi, toh Dedemit Api mampu mengalahkannya.
Padahal, Iblis Hitam sedikit memiliki keuntungan karena mengenakan mantel
pusakanya. Pikiran-pikiran itulah yang mengganggu Dewa Arak. Namun dia segera melupakannya
ketika mulai duduk bersila untuk bersemadi. Punggungnya ditegakkan dan kedua
telapak tangannya dipertemukan di depan dada. Sesaat kemudian, pemuda berambut
putih keperakan itu telah tenggelam dalam keheningan semadinya.
Melati menatap wajah Dewa Arak yang sudah sibuk bersemadi. Beberapa saat lamanya
gadis itu berbuat demikian, sebelum duduk di sebelah Arya. Tidak bersemadi, tapi
hanya berjaga-jaga saja.
Arya benar-benar tenggelam dalam keheningan semadinya. Dia sama sekali tidak
berbuat apa-apa lagi, kecuali menyatukan pikirannya dengan Yang Maha Pencipta.
Dadanya tampak turun naik, menarik dan menghembuskan napas berulang-ulang untuk
memulihkan keadaannya seperti semula.
Sedangkan di sebelahnya, Melati hanya berjaga-jaga. Sepasang matanya mengawasi
sekeliling dengan sikap waspada. Metihat dari gerak-geriknya, rupanya dia sudah
bersiap-siap apabila ada bahaya yang mengancam Dewa Arak.
Sebenarnya, Melati tidak perlu bersikap demikian. Karena bila ada bahaya yang
mengancam Dewa Arak, Dedemit Api yang duduk berjarak sepuluh tombak di
hadapannya pun tidak akan tinggal diam.
Berbeda dengan Dewa Arak, Dedemit Api sama sekali tidak bersemadi. Saat ini, dia
berada dalam keadaan siap tarung.
Karena tidak seorang pun yang berbicara, suasana di tempat itu pun terasa
hening. Yang terdengar hanyalah helaan udara yang keluar masuk dari mulut Dewa Arak.
Tapi ketika telah lewat larut malam, di saat sepasang mata Melati beberapa kali
terpejam tapi kemudian terbuka kembali, Arya menghentikan semadinya. Kini
tenaganya terasa telah putih kembali seperti semula.
Pemuda berambut putih keperakan itu membuka mata dan mengedarkannya
berkeliling. Tapi yang tampak hanya keremangan. Karena bulan bersembunyi di
balik awan yang cukup tebal
Meskipun demikian, tubuh tiga orang musuh tangguhnya di depan cukup jelas
terlihat. Dan diam-diam Arya mengeluh ketika teringat akan pertarungan besok.
Dewa Arak sama sekali tidak takut mati! Tidak! Tapi, dia tidak ingin Melati jadi
korban akibat kekalahannya.
Untuk pertama kalinya, Dewa Arak merasa ragu akan kemampuan dirinya. Dan hal itu
bukan tanpa absan. Telah
disaksikannya sendiri kelihaian
Dedemit Api, sehingga
membuatnya tak yakin kalau dirinya akan mampu menandingi kakek tinggi kurus itu.
Hampir Arya terlonjak kaget ketika teringat akan belalang raksasa yang telah
pernah terlihat dalam benaknya. Ketimbang bengong-bengong, bukankah lebih baik
memusatkan perhatian untuk lebih memudahkan belalang raksasa itu masuk ke dalam
dirinya" Tanpa membuang-buang waktu lagi, Arya kembali memejamkan sepasang matanya.
Seluruh pikirannya dipusatkan pada belalang raksasa itu.
Aneh! Belum berapa lama memusatkan pikiran, bayangan belalang raksasa itu telah
tergambar di benaknya. Bahkan semakin lama semakin jelas. Kini Arya bisa melihat
secara jelas, kaki dan badan belalang itu yang bergerigi.
Arya menghentikan pemusatan pikirannya, kemudian memulai lagi dari semula.
Sampai akhirnya hanya dengan memejamkan mata, telah timbul gambaran belalang
raksasa secara jelas. Kini Dewa Arak menghentikan kesibukannya, lalu
beristirahat. *** Sang surya sudah sejak tadi menampakkan sinarnya. Hawa hangat telah menyebar ke
seluruh persada ketika Dewa Arak dan Dedemit Api telah saling berhadapan dalam
jarak tiga tombak. Tampak jelas, kedua tokoh sakti ini sudah siap bertarung.
Dalam jarak sekitar lima tombak di belakang kedua belah pihak berdiri kawan
masing-masing. Wajah mereka yang berada di situ, kecuali Raja Racun Muka Putih,
menampakkan ketegangan.
Dedemit Api dan Dedemit Salju rupanya dilanda perasaan tegang juga. Mereka
teringat kalau Raja Racun Muka Putih yang telah demikian lihai saja, sampai
menggunakan cara licik untuk mengalahkan Dewa Arak. Dan hal itu pasti tidak akan
dilakukan kalau kakek berpakaian merah itu mampu mengimbangi Dewa Arak!
Dewa Arak mengambil guci peraknya yang tersampir di punggung. Guci itu didapat
Arya dari Dedemit Api menjelang pertarungan. Memang, senjata andalan Dewa Arak
yang semula dirampas anak buah Raja Racun Muka Putih, telah dibawa oleh tiga
tokoh hitam itu.
Gluk.. gluk.. gluk..!
Suara tegukan dari arak yang melalui tenggorokan Arya terdengar ketika guci itu
dituangkan ke mulut. Hanya dalam sekejap saja, hawa hangat menjalar di perut
Arya. Lalu perlahan-lahan, hawa hangat itu naik ke atas kepala sehingga membuat
kaki-kaki Dewa Arak tidak bisa berdiri tetap lagi di tanah. Ini berarti Dewa
Arak telah siap menggunakan ilmu
'Belalang Sakti'nya.
Bukan hanya Dewa Arak saja yang langsung mengeluarkan ilmu andalan. Dedemit Api
pun melakukan hal yang sama. Kakek tinggi kurus ini langsung mengeluarkan ilmu
'Telapak Tangan Api' miliknya.
"Haaat..!"
Sekeliling tempat itu bergetar hebat. Bahkan Melati sampai mendekapkan kedua
telapak tangannya ke telinga, saking kerasnya teriakan yang dikeluarkan Dedemit
Api ketika melompat menerjang
Sekali menyerang, Dedemit Api sudah melancarkan serangan bertubi-tubi. Jari-jari
tangannya mencengkeram ke arah dada dan ulu hati Dewa Arak
Sergapan hawa panas menggigit lebih dulu melanda, sebelum serangan itu sendiri
tiba. Arya tidak berani bertindak gegabah, karena belum mengetahui kedahyatan serangan
itu. Maka Dewa Arak tidak berani menangkis. Yang dilakukan Dewa Arak hanya
melompat jauh ke belakang tanpa bersalto dan membalikkan tubuh, sehingga
serangan Dedemit Api mengenai tempat kosong.
Dedemit Api tidak putus asa melihat serangannya gagal. Kembali dilancarkannya
serangan-serangan yang tak kalah dahsyat. Sesaat kemudian, kedua belah pihak
sudah teriibat dalam pertarungan sengit.
Arya mengeluh dalam hati. Seperti yang sudah diduga, Dedemit Api memang
merupakan lawan amat tangguh yang memiliki ilmu-ilmu luar biasa.
Untuk menahan hawa panas yang mendera, Dewa Arak menggunakan ilmu 'Belalang
Sakti' disertai pengerahan 'Tenaga Sakti Inti Matahari' untuk mengimbangi hawa
panas yang ditimbulkan ilmu 'Telapak Tangan Api' milik Dedemit Api yang membuat
suasana di sekltar tempat itu seperti di dalam kawah gunung berapi. Panas dan
pengap! Arya mengerahkan seluruh kemampuannya. Kedua tangan, guci, dan araknya,
dikerahkan untuk menahan setiap serangan, sekaligus menggilas habis pertahanan
Dedemit Api. Tapi kali ini Arya berhadapan dengan lawan yang amat berat. Dedemit Api ternyata
lebih unggul. Baik dalam hal ilmu meringankan tubuh, maupun tenaga dalam. Hanya
dalam mutu ilmu silat saja Dewa Arak menang. Tapi itu pun hampir tidak berarti
banyak. Karena setiap kali terjadi benturan tangan atau kaki, pemuda berambut
putih keperakan itu terhuyung-huyung disertai rasa sakit yang mendera anggota
tubuhnya. Meskipun kalah dalam hal ilmumeringankan tubuh dan tenaga dalam, Dewa Arak masih
mampu mengadakan perlawanan sengit. Sehingga, seluruh tubuhnya telah dibasahi
keringat, akibat hawa panas yang timbul di sekitar arena pertarungan.
Karena terlalu memusatkan perhatian pada pertarungan, baik Dewa Arak maupun
Dedemit Api sama sekali tidak tahu kalau tempat itu telah didatangi tokoh-tokoh
persilatan. Rupanya, kabar tentang pertarungan yang seharusnya dilakukan Dedemit Api dan
Dedemit Salju melawan Ki Gering Langit, telah didengar orang banyak. Memang,
Iblis Hitam yang telah dikalahkan Dedemit Api yang mengabarkannya pada seluruh
tokoh persilatan, baik aliran purih maupun hitam. Tokoh yang bernama asli Kala
Sunggi itu diam-diam juga mengikuti kepergian Dedemit Api, Dedemit Salju, dan
Raja Racun Muka Putih. Kala Sunggi tahu kalau Ki Gering Langit tidak datang,
maka Dewa Arak akan dihukum mati. Itulah sebabnya, dia bersama tokoh-tokoh silat
aliran putih berusaha membebaskan Dewa Arak. Tapi kini puluhan orang tokoh
persilatan itu malah menyaksikan pertarungan antara Dedemit Api melawan Dewa
Arak. Ini berarti, Ki Gering Langit tidak jadi datang. Tapi kenapa Dewa Arak
tidak dihukum mati" Dan kenapa kini malah bertarung"
Memang, berita yang tersebar di dunia persilatan bahwa Dewa Arak akan dihukum
mati oleh Dedemit Api dan Dedemit Salju di Bukit Siluman telah membuat dunia
persilatan gempar.Karuan saja puluhan tokoh persilatan itu merasa heran melihat
Dewa Arak tengah bertempur sengit dengan Dedemit Api. Pertanyaan-pertanyaan
seperti ini memang terus bergayut di benak mereka. Serunya pertarungan yang
terpampang, membuat mereka melupakan keheranan dan menatap penuh perhatian ke
depan. Sementara pertarungan antara Dewa Arak dan Dedemit Api telah memasuki jurus
keseratus. Namun, keadaan Arya semakin terdesak. Rupanya Dedemit Api mengetahui
dasar pergerakan jurus 'Delapan Langkah Belalang'. Sehingga, dia dapat menduga
ke mana Arya akan mengelak. Dengan sendirinya, keistimewaan jurus itu jadi
tumpul. Di jurus keseratus sebelas, Dedemit Api melancarkan serangan ke arah dada Dewa
Arak. Kakek tinggi kurus ini melompat cepat ke arah Arya dengan tangan kanan
meluncur cepat ke arah sasaran.
Melihat serangan ini, Arya terkejut bukan kepalang. Saat itu Dewa Arak baru saja
mengelakkan serangan. Malah, tubuhnya masih berada di udara. Akibatnya, dia
tidak mempunyai tempat berpijak yang dapat digunakan untuk mengelakkan serangan.
Meskipun demikian, Dewa Arak berusaha keras menyelamatkan selembar nyawanya.
Tubuhnya digeliatkan sebisa-bisanya. Tapi....
Bukkk! Tangan Dedemit Api masih juga mengenai bahu kiri Dewa Arak. Kontan tubuh pemuda
berambut putih keperakan itu terjengkang ke belakang. Asap tampak mengepul dari
bagian yang terkena serangan itu. Bahkan pakaian Arya di bagian itu hangus!
Memang, hantaman itu mendarat telak di sasarannya.
Namun dalam keadaan seperti itu, Dewa Arak masih mampu membuktikan kalau
dirinya adalah tokoh tingkat tinggi. Kedua kakinya masih mampu mendarat di
tanah, walau agak terhuyung-huyung. Darah segar yang meleleh di sudut-sudut
mulutnya menjadi pertanda kalau Arya terluka dalam!
Dedemit Api benar-benar tidak mau memberi kesempatan lagi. Begitu kedua kakinya
mendarat di tanah, kembali tubuhnya meluruk ke arah Arya. Kali ini, tangan
kirinya yang meluncur ke arah dada.
Dewa Arak terkejut bukan main. Serangan Dedemit Api tiba begitu cepat, sehingga
sulit untuk bisa dielakkan. Apalagi saat ini Arya dalam keadaan belum mampu
memperbaiki keadaannya. Tambahan lagi, Dewa Arak kini tengah terluka dalam!
Bahkan Melati dan semua tokoh persilatan aliran putih pun sampai memekik kaget
melihat bahaya yang datang mengancam Arya.
Arya bertjndak nekat. Diputuskan untuk menangkis serangan itu, meskipun akan
berakibat membahayakan keselamatan nyawanya. Dan sekejap sebelum menangkis
serangan itu, mendadak Dewa Arak teringat pada belalang raksasa.
Gila! Tiba-tiba tubuh Arya bergetar hebat. Kemudian bulu-bulu di sekujur
tubuhnya berdiri seiring di benaknya tergambar seekor belalang raksasa yang
masuk ke dalam tubuhnya. Kejadian itu dibarengi hembusan angin yang cukup
dingin. "Hmrrrhhh...!"
Dengan geraman keras yang selama ini tidak pernah keluar dari mulutnya, Dewa
Arak menggerakkan tangan untuk memapak serangan itu.
Blanggg...! Luar biasa akibat benturan itu! Tubuh Dedemit Api yang tengah berada di udara
teriempar kembali ke belakang. Darah segar kontan keluar dari mulutnya dan
membasahi tanah sepanjang tubuhnya melayang. Jelas Dedemit Api telah terluka
dalam Meskipun begitu, Dedemit Api mampu mempertunjukkan kelihaiannya. Sungguhpun agak
terhuyung kedua kakinya berhasil didaratkan di tanah.
Tapi, Dewa Arak tidak memberi kesempatan. Dia melesat memburu tubuh Dedemit Api
dengan serangan bertubi-tubi. Dari mulutnya mengeluarkan geraman yang
menyeramkan. Dedemit Api tidak berani menangkis serangan Dewa Arak lagi. Karena tahu kalau
tenaga dalam lawan, entah secara bagaimana telah menjadi kuat bukan kepalang.
Dan itu bisa diketahuinya dari benturan tadi yang membuatnya terluka dalam.
Maka, Dedemit Api memutuskan untuk mengelak.
Hati Dedemit Api tercekat ketika samar-samar tapi jelas, di belakang tubuh Dewa
Arak tampak bayangan seekor belalang raksasa.
Dedemit Api memang tokoh yang luar biasa! Meskipun telah terluka dalam, namun
serangan-serangan dahsyat itu dapat juga dielakkannya dalam beberapa jurus.
Pada jurus kesebelas, Dewa Arak melancarkan pukulan tak terduga-duga ke arah
dada Dedemit Api. Sehingga....
Bukkk! Telak dan keras sekali serangan Arya menghantam dada Dedemit Api. Tak pelak
lagi, tubuh tokoh sesat yang menggiriskan itu pun melayang deras ke belakang.
Darah segar berhamburan dari mulut, hidung, dan telinganya.
Brukkk! Tubuh Dedemit Api jatuh di tanah. Dia menggereng sesaat sambil berkelojotan,
lalu diam tidak bergerak lagi. Mati!
Dedemit Salju melesat memburu rekannya sambil mengeluarkan lolong menyayat hati.
Diperhatikannya sejenak mayat Dedemit Api, kemudian tubuhnya dibungkukkan. Lalu,
diangkatnya mayat Dedemit Api
Sesaat Dedemit Salju menatap wajah Dewa Arak, kemudian melesat meninggalkan
tempat itu. Tidak dipedulikannya lagi keberadaan Raja Racun Muka Putin. Dan
karena tidak ada orang yang menghalangi, sesaat kemudian tubuhnya telah lenyap.
"Kang Arya...! Ma ri kita pergi...!" ajak Melati seraya bergerak meninggalkan
tempat itu. Arya yang masih terpaku kaku melihat kematian Dedemit Api menoleh ke arah
Melati. Terdengar adanya tekanan dalam ucapan kekasihnya. Maka, dia tidak membantah.
Tambahan lagi benaknya masih bingung melihat kematian Dedemit Api.
Dan kini, Arya melesat menyusul tubuh Melati dan meninggalkan para tokoh
persilatan yang masih terpaku kaku. Jelas, ada sesuatu yang telah membuat mereka
seperti kaget dan tak percaya.
*** "Kang..., apa sebenarnya yang terjadi...?" tanya Melati setelah tubuh mereka
berdua telah jauh meninggalkan tempat semula.
Arya menolehkan kepala menatap wajah Melati. Sepasang alisnya tampak berkernyit
dalam. Terdengar adanya nada kegentaran dalam suara kekasihnya. Memang, tadi
sewaktu mengajaknya pergi pun, wajah Melati tampak pucat. Tapi hal itu tidak
dipedulikannya karena dikiranya putri angkat Raja Bojong Gading ini masih
tegang. "Aku tidak mengerti maksudmu, Melati...?"
"Aku..., aku melihat ada keanehan pada dirimu sewaktu kau akan menangkis
serangan Dedemit Api. Kang," kata Melati terputus-putus.
"Keanehan?" ulang Arya heran.
Memang, saat itu Dewa Arak merasa sekujur tubuhnya bergetar hebat. Bahkan ketika
menangkis serangan Dedemit Api pun dirasakannya ada aliran tenaga dalam yang


Dewa Arak 30 Dalam Cengkeraman Biang Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

amat kuat meluncur ke arah tangannya.
"Apa yang kau lihat, Melati" Aku sebenarnya juga merasa bingung melihat kematian
Dedemit Api...'
"Aku..., aku... ahhh...! Aku takut, Kang," sahut Melati ragu-ragu.
"Katakanlah, Melati. Apakah keanehan yang kau lihat itu" Sungguh mati, aku
benar-benar tidak mengetahuinya," desak Arya, sedikit merasa heran melihat
ketakutan yang membayang di wajah kekasihnya.
Melati menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya kuat-kuat. Hal itu
dilakukan beberapa kali. Sedangkan Arya membiarkannya saja. Dia tahu kalau
Melati tengah menenangkan hati.
"Aku metihat adanya gambaran samar-samar seekor makhluk yang mengerikan di
sekujur tubuhmu, Kang. Aku..., aku tidak bisa memastikan binatang apa itu. Tapi
yang jelas, binatang itu bersayap. Dan lagi..., kau..., saat itu... nggg...,
begitu liar! Bahkan kau mengeluarkan suara aneh.... Ah! Aku ngeri, Kang."
Setelah berkata demikian, Melati mendekapkan kedua tangan di wajahnya.
Arya segera merangkul tubuh Melati. Gadis berpakaian putih itu pun menyandarkan
kepala di dada kekasihnya yang bidang.
' Tenanglah, Melati. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Mungkin kau salah lihat,"
jawab Arya sedikit berbohong. Dia memutuskan untuk tidak menceritakan tentang
belalang raksasa itu sebelum semuanya jelas. Meskipun mulut Arya mengatakan
demikian, dan tangannya membelai-belai rambut Melati yang berada di pelukannya,
benak pemuda ini juga berputar keras. Jadi, tewasnya Dedemit Api karena dia
telah berhasil membawa belalang raksasa ke dalam dirinya" Benarkah itu" Arya
sendiri tidak mampu menjawab pertanyaan itu.
Matahari naik semakin tinggi. Namun
Arya dan Melati sama sekali tidak
mempedulikannya, karena tengah terlibat oleh kesibukan masing-masing.
Dan yang tertinggal kini hanyalah pertanyaan pertanyaan, siapa kah pemuda tampan
yang telah menyuruh orang-orang yang menyamar sebagai anggota pasukan khusus
Kerajaan Bojong Gading untuk membunuh Melati" Bagaimana tindakan Dedemit Salju
karena rekannya telah tewas di tangan Dewa Arak" Dan bagaimana kelanjutan
rahasia ilmu 'Belalang Sakti' Arya" Untuk mengetahui semua jawaban pertanyaan
itu, silakan ikuti sambungan petualangan Dewa Arak dalam episode "Perkawinan
Berdarah".
SELESAI Pembuat Ebook :
Scan buku ke djvu : Abu Keisel
Convert : Abu Keisel
Editor : Fujidenkikagawa
Ebook oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ http://cerita_silat.cc/
Gajahmada 8 Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo Naga Beracun 19
^