Pedang Bintang 1
Dewa Arak 01 Pedang Bintang Bagian 1
DEWA ARAK Pedang Bintang http://cerita-silat.mywapblog.com
Daftar judul cerita silat bagian 3121 harimau kemala putih122 Pendekar Riang123
Setan Harpa124 Pendekar Binal125 Si Racun Dari Barat126 Harpa Iblis Jari
Sakti127 Bentrok Rimba Persilatan128 Pedang Sesat Pisau Kematian129 Delapan
Kitab Pusaka Iblis130 Pedang Awan Merah131 Pendekar Baja132 Rahasia Mo-kau
Kaucu133 perguruan sejati134 Hikmah Pedang Hijau135 Hati Budha Tangan Berbisa136
Kemelut Di Ujung Ruyung Emas137 RAHASIA 180 PATUNG MAS138 pendekar sakti139
Pendekar wanita baju merah140 pendekar bodoh141 pendekar remaja142 Pendekar
Sadis143 Dewi Maut144 Petualang Asmara145 Perkampungan Misterius146 Balada
Pendekar Kelana147 Harta Karun Jenghis Khan148 Siluman Goa Tengkorak149 Maling
Romantis150 Rahasia Ciok Kwan Im151 Peristiwa Burung Kenari152 Mayat Kesurupan
Roh153 Legenda Kelelawar154 Legenda Bunga Persik155 Legenda Bulan Sabit156
Asmara Berdarah157 Si Kumbang Merah (Ang Hong Cu)158 Jodoh Si Mata Keranjang159
Pendekar Kelana160 Bakti Binal161 Bahagia Binal162 Pukulan Naga Sakti163
Seruling Samber Nyawa164 Bukit Pemakan Manusia165 Pendekar Bloon Cari Jodoh166
Makam Asmara167 Pendekar Sejagat168 Pertarungan Dikota Chang An169 Panji Akbar
Matahari Terbenam170 WISMA PEDANG171 Puteri Es172 Renjana Pendekar173 Riwayat
Lie Bouw Pek174 Romantika Sebilah Pedang175 Rumah Judi Pancing Perak176 Pendekar
Sakti Dari Lembah Liar177 Sang Ratu Tawon178 Sarang Perjudian179 Sebilah Pedang
Mustika180 Sepasang Golok Mustika
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 1
DEWA ARAK Pedang Bintang 1 ari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan
yang bergerak cepat H menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang rata-rata
ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang
persilatan yang berkepandaian cukup tinggi
Tentu saja berkelebatnya bayangan-bayangan itu segera diketahui para murid
Perguruan Tangan Sakti yang bermarkas di sana. Maka murid-murid itupun segera
memberitahukan hal tersebut kepada kakak seperguruan mereka.
Ketika berita itu sampai di telinga tiga orang kakak seperguruan mereka yang
bernama Seta, Satria dan Mega, tokoh-tokoh yang berdatangan itu sudah tiba di
depan pintu gerbang Perguruan Tangan Sakti yang cukup luas.
Sedangkan para murid Perguruan Tangan Sakti yang bertugas jaga di sana hanya
mengawasi dengan sikap waspada.
"Wanayasa, keluar kau! Serahkan Pedang Bintang itu!"
teriak salah seorang yang datang itu.
"Benar, serahkanlah pedang itu.....!" sambung yang lain. "Cepat, Wanayasa! Kalau
tidak, jangan salahkan kalau aku terpaksa menerobos masuk menggunakan
kekerasan!" ancam seorang yang bertubuh tinggi besar, berteriak tak sabar.
Tangannya yang besar dan kekar berotot nampak menggenggam sebatang tongkat yang
terbuat dari baja putih.
Tokoh itu berjuluk si Kerbau Gila. Seorang tokoh sesat yang terkenal memiliki
ilmu kepandaian tinggi dan ber-tenaga kuat. Apalagi ilmu tongkatnya juga
dahsyat. Entah berapa banyak tokoh golongan putih yang mencegah sepak Aji Saka (
created ebook by fujidenkikagawa 1
DEWA ARAK Pedang Bintang terjang si Kerbau Gila, tewas di tangannya.
Kemenangan demi kemenangan yang diraihnya
membuat si Kerbau Gila ini manjadi sombong dan jumawa.
Pikirnya, selain datuk-datuk dunia persilatan, tidak ada lagi tokoh yang bisa
menandinginya! Karena keyakinannya yang besar, si Kerbau Gila segera memisahkan diri dari
orang-orang yang bersamanya.
Dengan langkah lebar sambil menggenggam tongkat, dihampirinya pintu gerbang
Perguruan Tangan Sakti.
Tentu saja melihat tindakan si Kerbau Gila itu, tokoh-tokoh persilatan lainnya
menjadi kawatir. Sebab mereka takut kalau-kalau keduluan laki-laki tinggi besar
itu. Maka, begitu si Kerbau Gila ini menghampiri pintu gerbang, mereka segera
berbondong-bondong ikut melangkah maju.
Tapi baru beberapa tindak saja, terdengar suara berderak keras disusul
bergeraknya pintu gerbang itu. Si Kerbau Gila beserta para tokoh persilatan yang
mengikuti di belakangnya, serentak menghentikan langkah. Mereka semua sama-sama
memandang ke arah pintu gerbang itu sambil memasang sikap waspada.
Perlahan-lahan pintu gerbang itu terbuka. Dari balik pintunya, muncul belasang
sosok yang kemudian dengan gagahnya melangkah ke luar.
Laki-laki tingi besar yang berjuluk si Kerbau Gila itu menatap satu persatu
belasan wajah yang berdiri beberapa tombak di hadapannya. Ia mencoba menduga-
duga, mana di antara mereka yang bernama Ki Wanayasa.
"Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa"!
Majulah! Dan berikan Pedang Bintang itu padaku!" ucap si Kerbau Gila keras dan
kasar. Belum sempat salah satu dari belasan orang itu menyahut, terdengar suara tawa
bergelak. Tak lama kemudian, salah seorang dari belasan orang yang berdiri di
belakang si Kerbau Gila melesat maju ke depan.
"Ha..ha...ha....! kau jangan mau menang sendiri, Kerbau Gila! Dikira hanya kau saja
yang berniat memiliki Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2
DEWA ARAK Pedang Bintang Pedang Bintang" Aku dan semua orang yang berada di belakangmupun mempunyai niat
yang sama."
Si Kerbau Gila menoleh ke arah orang yang baru saja bicara lantang yang kini
telah berada setengah tombak di samping kanannya. Untuk sesaat dia agak terkejut
melihat seseorang yang bertubuh kecil kurus. Wajahnya mirip tikus dan berwarna
merah. Rupanya dia adalah si Tikus Muka Merah yang tak mau ketinggalan. Tokoh
sesat yang pengaruhnya merajalela di beberapa desa, dan sampai saat ini tak ada
yang berani menentangnya!
Hanya untuk sesaat si Kerbau Gila ini agak terkejut, dan kini sudah kembali pada
sikapnya semula. Sombong dan memandang rendah orang lain.
"Apa peduliku dengan segala urusanmu, tikus got?"
ejek Kerbau Gila bernada kasar.
Wajah si Tikus Muka Merah berubah semakin merah mendengar ejekan kasar itu.
Seumur hidupnya, baru kali ini dirinya dihina orang. Kemarahan yang hebat, kini
membakar hatinya. Pada saat dia sangat ditakuti sampai di beberapa desa, tapi
kini dihina si Kerbau Gila begitu saja.
Memang nama besar si Kerbau Gila telah didengarnya, maka tentu saja hatinya
menjadi gentar juga. Walaupun belum dibuktikan kebenarannya.
"Kerbau Gila," ucap si Tikus Muka Merah mencoba bersikap tenang, sungguhpun nada
suaranya tetap terdengar gemetar dan penuh tekanan. "Kalau tidak mengingat
urusan yang sangat penting ini, saat ini juga aku sudah turun tangan untuk
menghancurkan mulutmu yang telah begitu lancang menghinaku. Tapi biarlah. Kalau
tidak sekarang, nantipun jangan harap kau bisa lolos dari tanganku!" sambungnya,
berusaha memberanikan diri, karena di hadapan orang banyak.
"Keparat!" Kerbau Gila berteriak memaki. Ia marah bukan main mendengar ucapan
Tikus Muka Merah yang begitu merendahkan dirinya. Hampir-hampir saja diterjang
laki-laki kurus berwajah merah itu. Untung saja segera Aji Saka ( created ebook
by fujidenkikagawa 3
DEWA ARAK Pedang Bintang teringat akan tujuannya datang ke Gunung Waru ini. Maka segera diredam
amarahnya. Tapi sempat juga dikeluarkan sebuah ancaman yang berbau maut.
"Berhati-hatilah kau, tikus got. Sehabis mengambil Pedang Bintang, aku akan
mencarimu ke manapun.
Dan.....kukuliti dagingmu!"
Setelah puas mengancam, Kerbau Gila kini
mengalihkan perhatiannya kepada belasan orang yang keluar dari pintu gerbang
Perguruan Tangan Sakti.
"Jawab pertanyaanku sebelum kesabaranku hilang.
Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa"!" bentak Kerbau Gila.
"Apa urusanmu mencari guru kami?" tanya Seta, salah seorang dari tiga orang yang
berdiri paling depan.
"O, jadi kalian ini murid-murid Wanayasa"' tanya Kerbau Gila lagi, bernada
kurang ajar sambil memperhatikan Seta yang bertubuh tinggi kurus dan berkumis
tipis. Kulitnya coklat sawo matang.
Seta hanya mengangguk. Masih dicobanya untuk bersabar, walaupun kemarahannya
sejak tadi telah bergolak melihat kekurangajaran orang yang berdiri di
hadapannya ini. beginya kemarahan hanya akan men-datangkan kerugian.
"Aku tidak mempunyai urusan dengan kalian!" bentak si Kerbau Gila keras. "Aku
hanya mempunyai urusan dengan Wanayasa! Ayo, panggil dia dan cepat
menemuiku!"
Sret! Sret! Bagai dikomando, belasan murid Perguruan Tangan Sakti yang berdiri di belakang
Seta, bersama-sama menghunus pedangnya. Para murid Perguruan Tangan Sakti itu
sudah tidak sanggup lagi menahan amarah melihat sikap si Kerbau Gila yang telah
keterlaluan menghina guru mereka. Bahkan Satria dan Megapun sudah bersiap-siap
menyerang. Kalau saja tidak meng-hormati kakak seperguruan, mungkin sudah sejak
tadi Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 4
DEWA ARAK Pedang Bintang mereka menerjang si Kerbau Gila yang keterlaluan itu.
"Tahan....!" Teriak Seta mencegah tindak lanjut adik-adik seperguruannya.
Kemudian dengan sikap masih tenang, dihadapinya si Kerbau Gila.
"Kerbau Gila! Perlu kau ketahui. Bahwa setiap persoalan apapun yang menyangkut
guru kami, juga menjadi wewenangku untuk mengurusnya. Apapun bentuk persoalan
itu. Apalagi hanya persoalan denganmu, yang sangat sepele ini. Jangankan guruku.
Akupun mampu mengatasinya!" ujar Seta tandas.
"Keparat! Kau tidak akan mampu mengurus masalah ini. Panggil Wanayasa. Cepat,
sebelum kesabaranku hilang!"
"Sudah kukatakan tadi. Semua urusan yan menyangkut guruku, apapun bentuk urusan
itu, telah diserahkan padaku untuk mengurusnya."
"Baiklah!" si Kerbau Gila itu terpaksa mengalah.
"Karena kau telah mengaku wakil Wanayasa, maka cepat serahkan Pedang Bintang itu
padaku!" desak Kerbau Gila.
"Pedang Bintang"' Seta mengerutkan keningnya, dan untuk sesaat lamanya
tercenung. Tentu saja berita mengenai pedang itu telah didengarnya. Sebilah
pedang yang telah membuat dunia persilatan gempar. Kabarnya Pedang Bintang itu
dapat menurunkan ilmu-ilmu peninggalan Ki Gering Langit, tokoh persilatan yang
pernah mengalahkan datuk-datuk dunia persilatan di empat penjuru angin! Itulah
sebabnya semua tokoh persilatan ter-giur untuk mencari dan mendapatkan pedang
itu. "Ya!" ulang Kerbau Gila keras, karena melihat pemuda di hadapannya terbengong.
"Hah!" Seta sedikit terkejut. "Luar biasa! Kau meminta Pedang Bintang pada kami"
Apa aku tidak salah dengar, Kerbau Gila" Sepanjang yang kuketahui, guruku tidak
memiliki Pedang Bintang. Ki Gering Langitlah yang me-milikinya. Minta padanya,
bukan pada kami."
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 5
DEWA ARAK Pedang Bintang "Tidak usah banyak alasan! Kau tinggal pilih. Berikan, atau mampus"!" gertak si
Kerbau Gila. "Tidak!" jawab Seta tegas.
"Kalau begitu, mampuslah!" si Kerbau Gila segera menerjang Seta. Dalam
kemarahannya yang memuncak, laki-laki tinggi besar itu langsung menyerang dengan
tongkatnya. Angin menderu-deru hebat mengawali serangannya.
"Menyingkir kalian semua!" perintah Seta pada adik-adik seperguruannya.
Tanpa diperintah dua kali, Satria, Mega dan para murid Perguruan Tangan Sakti
lainnya segera menghindar dari situ. Bagai dikomando, begitu si Kerbau Gila
telah menyerang Seta, Tikus Muka Merah dan tokoh-tokoh persilatan lainnyapun
meluruk menyerang murid Perguruan Tangan Sakti lainnya.
Tikus Muka Merah segera menerjang Satria, yang paling dekat dengannya. Terpaksa
Satria melayaninya.
Begitu juga para murid Perguruan Tangan Sakti. Mereka semuapun diserbu puluhan
orang yang sejak tadi ber-gerombol di belakang si Kerbau Gila.
Tentu saja hal ini amat mengejutkan Seta dan adik-adik seperguruannya. Mereka
tidak punya pilihan lain lagi kecuali mempertahankan diri. Bahkan kalau mungkin,
melawan sekuat tenaga dan balas menyerang. Para murid Perguruan Tangan Sakti
yang masih berada di dalam, segera berbondong-bondong keluar, membantu kakak-
kakak seperguruannya. Memang, para murid yang keluar sejak tadi adalah yang
memiliki tingkat kepandaian paling tinggi. Mereka terdiri dari tiga orang murid
kepala, Seta, Satria dan Mega. Dan tiga belas orang murid yang se-tingkat di
bawah mereka. Sudah dapat diduga, maka terjadilah pertarungan semrawut di lapangan yang luas
itu, antara para murid Perguruan Tangan Sakti melawan para pemburu pedang Aji
Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 6
DEWA ARAK Pedang Bintang pusaka milik Ki Gering Langit.
Di antara semua pertarungan itu yang paling dahsyat adalah pertarungan antara
Seta melawan si Kerbau Gila.
Laki-laki tinggi besar ini adalah seorang tokoh sesat yang memiliki kepandaian
tinggi. Terutama ilmu tongkatnya yang bernama 'Ilmu Tongkat Angin Badai'. Boleh
dibilang, sekali tongkatnya digunakan sudah dapat dipastikan kalau nyawa lawan
melayang. 'Ilmu Tongkat Angin Badai' itu memang luar biasa. Dan itu dirasakan
Seta secara langsung yang menghadapi si Kerbau Gila.
Sejak awal, si Kerbau Gila itu menyerang lewat sapuan tongkatnya ke arah kaki.
Dan hembusan angin dahsyat dirasakan betul oleh Seta. Angin akibat sapuan
tongkat itu bisa membuat orang yang kurang kuat tenaga dalamnya akan terlempar.
Suara menderu-deru mengiringi serangan tongkat itu. Sehingga kalau saja Seta
tidak memiliki tenaga dalam tinggi, tentu sudah terjengkang sebelum serangan
tongkat itu mengenai sasaran.
Akan tetapi, Seta adalah salah satu murid andalan Perguruan Tangan Sakti. Maka
saat melihat sambaran tongkat yang menyapu kakinya, sikapnya begitu tenang.
Hanya dengan lompatan sederhana, Seta telah membuat sapuan tongkat Kerbau Gila
itu menyambar tempat kosong, lewat di bawah kakinya. Dengan cepat, murid andalan
Perguruan Tangan Sakti itu segera membalas dengan serangan-serangan yang tak
kalah dahsyatnya. Sebentar saja keduanya sudah terlibat dalam pertarungan
sengit. Seperti halnya Seta, Satriapun menghadapi lawan yang amat tangguh, yakni Tikus
Muka Merah. Laki-laki kurus ini adalah tokoh sesat yang memiliki kepandaian
tinggi. Tak terhitung tokoh golongan putih yang tewas di tangannya.
Malah sebagian besar dari mereka tewas, di saat Tikus Muka Merah belum
mengeluarkan senjata andalannya berupa sepasang tombak pendek berwarna hitam
mengkilat! Akan tetapi, lawannya kali ini adalah Satria, salah se-Aji Saka ( created ebook
by fujidenkikagawa 7
DEWA ARAK Pedang Bintang orang murid kepala Perguruan Tangan Sakti. Bahkan juga murid kesayangan Ki
Wanayasa! Jadi, walaupun Tikus Muka Merah telah berusaha sekuat tenaga untuk
merubuhkan Satria, tetap saja tidak mampu melakukannya.
Jangankan untuk merubuhkan, mendesakpun tidak mampu. Padahal, segenap kemampuan
yang dimilikinya telah dikerahkan. Bahkan pelahan namun pasti, Satria mulai
mendesaknya. Tikus Muka Merah akhirnya sadar kalau Satria terlalu tangguh jika dihadapi
dengan tangan kosong. Jelas dia kalah segala-galanya. Baik tenaga, kelincahan,
maupun ilmu silat. Kalau hal ini dipaksakan, sudah dapat dipasikan dia akan
rubuh di tangan Satria. Maka pantaslah kalau Ki Wanayasa menamakan perguruan
silatnya, Perguruan Tangan Sakti. Memang, ilmu silat tangan kosong perguruan ini
luar biasa. Pertahanannya sulit ditembus. Sedangkan penyerangannya begitu
dahsyat dan bertubi-tubi laksana gelombang.
Maka, tanpa ragu-ragu lagi Tikus Muka Merah langsung mengeluarkan senjata
andalannya yang berupa sepasang tombak pendek berwarna hitam mengkilat. Kini
dengan senjata andalannya, laki-laki kurus bermuka merah itu berusaha mendesak
Satria. Satria terperanjat ketika merasakan desakan lawan yang menggunakan sepasang
Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tombak pendek itu.
Kemampuan Tikus Muka Merah menjadi berlipat ganda!
Maka Satria tidak mau mengambil resiko. Cepat-cepat dicabut pedangnya dan
langsung dikerahkan ilmu andalannya 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'.
Dengan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga', memang
gerakan-gerakan Satria menjadi luar biasa. Belum lagi ilmu pedang itu sendiri
yang memang dahsyat. Tidak heran dalam bebrapa gebrakan saja, Tikus Muka Merah
mulai terdesak hebat. Dan pada jurus yang kedelapan, sebuah sabetan pedang
Satria berhasil membacok leher laki-laki kurus itu.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 8
DEWA ARAK Pedang Bintang Crakkk! Tanpa dapat berteriak lagi, tubuh Tikus Muka Merah rubuh ke tanah dengan leher
hampir putus. Darah langsung muncrat dari luka sayatan di lehernya. Tokoh sesat
itupun tewas seketika, setelah meregang nyawa sesaat.
Sementara itu pertarungan yang berlangsung antara Seta melawan Kerbau Gila masih
berlangsung sengit.
Walaupun laki-laki tinggi besar itu telah menggunakan senjata andalannya, dan
Seta hanya bertangan kosong, tapi tetap saja Kerbau Gila tidak mampu berbuat
banyak. Jurus 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau' yang digunakan Seta terlalu tangguh
buat si Kerbau Gila. Pertahanan Seta begitu kokoh, membuat setiap serangan
Kerbau Gila kandas di tengah jalan. Sementara serangan balasan dari pemuda murid
Perguruan Tangan Sakti itu semakin lama semakin bertambah saja kekuatannya.
Sehingga dalam beberapa puluh jurus saja Kerbau Gila sudah terdesak hebat.
Sampai akhirnya pada jurus kelima puluh delapan, sebuah totokan ujung kaki kanan
Seta dengan keras menghantam lutut kiri laki-laki tinggi besar itu.
Tukkk! Si Kerbau Gila meringis. Totokan ujung kaki Seta yang ditunjang tenaga dalam
tinggi itu membuat sambungan tulang lututnya terlepas. Rasa sakit yang hebatpun
seketika menyerang lututnya. Akan tetapi, tidak sedikitpun terdengar keluhan
dari mulut Kerbau Gila. Sifat sombong melarangnya bersikap cengeng di hadapan
lawan. Dan saat Kerbau Gila sempoyongan, tiba-tiba Seta menyerang dahsyat.
Pemuda murid Perguruan Tangan Sakti itu mengibaskan kaki kirinya sambil
berputar. Inilah salah satu gerakan
'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.
Desss! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 9
DEWA ARAK Pedang Bintang "Aaaakh....!"
Diiringi suara berdebum keras, tubuh si Kerbau Gila itu ambruk ke tanah. Tidak
bangun-bangun lagi.
*** Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 10
DEWA ARAK Pedang Bintang 2 ementara itu di arena lain, pertarungan antara murid-murid Perguruan Tangan
Sakti dengan para pemburu S pusaka Ki Gering Langit kian menghebat. Murid-murid
tingkat rendahan perguruan itu sudah banyak yang berguguran. Begitu pula dari
pihak para pemburu pusaka Ki Gering Langit.
Baru saja Seta hendak terjun lagi dalam kancah pertarungan itu, tiba-tiba
terdengar suara tawa tergelak.
Sesaat kemudian muncul sesosok tubuh tinggi besar dan berkulit hitam legam. Dua
tangannya yang kekar itu langsung diputar-putarkan di depan dada dari luar ke
dalam. Dan akibatnya sungguh dahsyat. Seketika bertiup angin keras yang mampu
membuat mereka yang sedang bertarung bagai dilanda angin ribut. Padahal jarak
orang bertubuh tinggi besar itu dengan arena pertempuran tak kurang dari lima
tombak. Pertarungan seketika berhenti. Seluruh pasang mata kini tertuju pada manusia
tinggi besar yang masih berdiri sambil terkekeh. Tak terkecuali Seta. Murid
terpandai Ki Wanayasa ini kaget bukan main melihat peragaan tenaga dalam yang
dipertunjukkan manusia tinggi besar itu. Dia sadar kalau orang yang baru datang
itu memiliki kekuatan tenaga dalam yang berada jauh di atasnya.
Terdengar gumaman kaget dari kerumunan para
pemburu pusaka Ki Gering Langit. Rupanya banyak di antara mereka yang mengenal
laki-laki tinggi besar itu. Dia adalah Bargola, yang merupakan datuk bagi kaum
sesat. Bagai kucing ditakut-takuti sapu lidi, kerumunan para pemburu pusaka Ki Gering
Langit kontan buyar. Mereka semua saling mendahului melangkah mundur, karena
takut menjadi korban Bargola.
Jantung Seta berdebar keras ketika mengetahui Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 1
DEWA ARAK Pedang Bintang manusia tinggi besar ini adalah Bargola. Sungguh di luar dugaan kalau dia saat
ini berhadapan dengan tokoh yang belum pernah terkalahkan, kecuali oleh Ki
Gering Langit! Tanpa bertempur lagi, Setapun sudah tahu kalau Bargola tak mungkin dapat
dikalahkannya. Bahkan gurunya sendiri yang bernama Ki Wanayasa, belum tentu
mampu menandingi Bargola. Akan tetapi walau demikian Seta merasa bertanggung jawab
sebagai wakil penuh dari gurunya. Maka tanpa sungkan-sungkan lagi ia maju
menghampiri laki-laki tinggi besar itu.
Melihat hal ini Satria dan Mega tidak mau berdiam diri saja. Mereka memang telah
mendengar kedahsyatan ilmu Bargola. Merekapun tahu kalau Seta bukanlah tandingan
tokoh sesat itu. Namun demikian mereka segera melangkah mengikuti di belakang
Seta. Satria dan Mega benar-benar tidak sampai hati jika harus membiarkan kakak
seperguruan mereka menentang maut sendirian.
"Merupakan kehormatan besar, seorang tokoh besar sepertimu sudi mengunjungi
tempat kami, Bargola," ucap Seta dengan suara yang terdengar tenang. Tapi
ketegangan yang luar biasa masih juga menyelimuti hatinya.
"Siapa kau" Menyingkirlah sebelum kesabaranku hilang!" bentak Bargola tanpa
memperdulikan ucapan Seta.
"Namaku Seta, murid Ki Wanayasa," jawab Seta tegas.
"O, jadi kau murid Wanayasa" Bagus. Kalau begitu cepat panggil Wanayasa! Katakan
padanya aku meminta Pedang Bintang!" tegas Bargola dengan suara keras.
"Sayang sekali Bargola. Guruku saat ini tidak ingin diganggu. Jadi menyesal
sekali kalau aku tidak dapat menyampaikan pesanmu!"
"He...he...he.... Kau beruntung Anak Muda. Sekarang ini hatiku tengah gembira. Kalau
tidak, sudah sejak tadi kau telah jadi mayat! Tapi biarlah. Kalau kau tak mau
memanggil Wanayasa, aku sendiri yang akan
memanggilnya."
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2
DEWA ARAK Pedang Bintang Setelah berkata demikian, Bargola melangkah tenang menuju pintu gerbang
Perguruan Tangan Sakti.
"Langkahi dulu mayatku!" teriak Seta tegas. Dengan berani dihadangnya tokoh
sesat itu. dan.....
Srattt! Cepat sekali Seta mencabut pedangnya. Ia tahu betul kalau lawannya kali ini
memiliki tingkat kepandaian yang sulit diukur. Maka tanpa ragu-ragu lagi segera
dicabut sebjata. Sebab, Bargola tidak bisa disamakan dengan Kerbau Gila!
Kapandaian Bargola jauh di atas Kerbau Gila.
"Ha...ha...ha...!" Bargola tertawa terbahak-bahak. "Maju dan seranglah aku, kunyuk!
Ingin kulihat sampai di mana kelihaian 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga' milik gurumu
itu!" "Hiyaaaa....!" Teriak Seta keras. Tubuhnya melesat menerjang Bargola dengan satu
tusukan lurus ke arah perut. Cepat sekali seangan yang dilakukan Seta itu.
"Hm....." dengus Bargola.
Dengan gerakan yang seperti malas-malasan, Bargola memutar-mutarkan kedua
tangannya di depan dada dari luar ke dalam. Angin keras seketika timbul dari
kedua tangan yang berputaran itu. begitu kerasnya angin itu sehingga membuat
tubuh Seta tertahan, tak dapat maju.
Tubuhnya bagai menembus dinding yang tidak nampak.
Seta menggertakkan giginya. Dikerahkan seluruh tenaganya, mencoba meneruskan
serangannya yang kandas sebelum mencapai sasaran. Sekujur tubuhnya terutama
tangannya yang terjulur menusukkan pedang bergetar keras. Sementara Bargola
tenang-tenang saja sambil memuta-mutarkan kedua tangannya di depan dada.
Sementara Satria dan Mega yang kawatir melihat keadaan kakak seperguruan mereka
yang kritis, segera mencabut pedangnya hampir bersamaan.
Srattt! Srattt!
Dengan gerakan lincah dan indah, Satria dan Mega segera meloncat ke depan dan
bersalto di udara melewati kepala Bargola. Dalam keadaan masih di atas, mereka
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 3
DEWA ARAK Pedang Bintang menukik menyerang bagian atas tubuh Bargola dengan tusukan pedang.
Hebat juga serangan kedua orang murid Perguruan Tangan Sakti itu. semua yang ada
di situ dan menyaksikan pertempuran mereka sampai menahan nafas melihat
kedahsyatan serangan itu. Mereka semua merasa tegang menantikan bagaimana
caranya datuk kaum sesat itu menghadapi serangan gabungan dalam keadaan yang
tidak menguntungkan.
Rupanya menghadapi keadaan yang sulit itu, Bargola hanya mendengus. Putaran
tangannya mendadak bertambah cepat dan berakibat dahsyat. Seta yang sejak tadi
asih memaksa maju tanpa ampun lagi terlempar ke belakang. Tampak dari sudut
bibirnya menetes darah segar.
Setelah merubuhkan Seta dengan kecepatan
mengagumkan, Bargola mengibaskan kedua tangannya ke atas. Hasilnya tusukan
pedang Satria dan Mega tersampok tangna telanjang datuk kaum sesat itu.
Trak! Trak! Satria dan Mega merasakan seluruh tubuh mereka bergetar hebat. Terutama sekali
tangan yang meng-genggam pedang yang bagaikan lumpuh. Tubuh kedua murid
Perguruan Tangan Sakti itu berputar di udara, lalu hinggap beberapa depa di
belakang Bargola seraya terhuyung-huyung.
Wajah keduanya nampak agak pucat karena sampokan tangan Bargola memang dahsyat
sekali. Bargola balikkan tubuhnya menghadap Satria dan Mega. Kedua murid kepala itu
merasakan jantungnya berdebar hebat. Datuk kaum sesat itu memang memiliki sorot
mata yang menggiriskan.
Dengan menggertakkan gigi, Satria dan Mega berusaha menghilangkan debaran
jantung mereka. Kini kedua murid kepala itu bersama-sama mulai memasang jurus
pembukaan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'. Walaupun keduanya sadar kalau ilmu yang
diandalkan itu tidak Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 4
DEWA ARAK Pedang Bintang berarti apa-apa bagi Bargola, tapi tetap saja meraka bersiap-siap menyerang
kembali. "Manusia-manusia tak tahu diri!" teriak Bargola dengan suara mengguntur.
"Sebenarnya aku tidak berniat bermain-main pada kalian. Tapi karena terlalu
kurang ajar, maka aku tidak sungkan-sungkan lagi memberi pelajaran pada kalian!"
"Hiyaaat....!" Teriak Satria sambil melompat menerjang Bargola, begitu datuk sesat
tiu menyelesaikan kata-katanya.
"Hiyaaa....!" Mega menyusul menerjang pula.
Hebat sekali serangan kedua kakak beradik
seperguruan ini. apalagi dilakukan secara bersamaan. Tapi kini yang diserang
adalah sosok yang telah terkenal kehebatannya. Bahkan boleh dibilang sebagai
pentolan kaum sesat. Tokoh yang menggiriskan ini seolah-olah hanya diam saja
menantikan serangan itu. Dan ketika serangan itu dekat, kedua tangannya bergerak
cepat bukan main.
Satria dan Mega tidak tahu lagi apa yang terjadi! Yang jelas, tangan mereka yang
menggenggam pedang terasa lumpuh. Dan di lain saat pedang mereka sudah berpindah
tangan! Rupanya saat serangan Satria dan Mega telah dekat, Bargola cepat menotok
pangkal lengan mereka dengan mengandalkan kecepatan geraknya. Di saat tanagn
mereka lumpuh, datuk kaum sesat itu merampas pedang-pedang itu.
Wajah Satria dan Mega seketika berurbah pucat.
Sekilas mereka melirik Seta yang masih terbungkuk-bungkuk menahan luka dalamnya,
lalu beralih memandang Bargola yang telah merampas pedang begitu mudahnya.
"Ha..ha...ha...!" Bargola tertawa bergelak. Kemudain dengan sedikit menggerakkan
jari-jari tangannya, dipatah-patahkannya pedang-pedang itu.
Tiba-tiba terdengar tepuk tangan yang nyaring sekali, begitu Bargola
menyelesaikan aksinya. Dan begitu suara Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 5
DEWA ARAK Pedang Bintang tepukan berhenti terdengar sebuah suara pujian yang mengandung ejekan.
"Luar biasa! Ternyata nama besar Bargola bukan omong kosong belaka. Kini telah
kulihat sendiri kebenaran berita itu. Buktinya tiga orang pemuda yang sama
sekali tidak terkenal bisa dikalahkan."
Merah padam wajah Bargola. Bahkan kedua telinganya seperti terasa sakit.
Disertai kemarahan menggelegak, ditolehkan kepalanya ke belakang kearah sumber
suara tadi. Di sebelah Seta ternyata telah berdiri seorang kakek yang berusia
sekitar enam puluh tahun. Tubuhnya tinggi kurus, agak bongkok dan berjenggot
putih panjang hingga mencapai dada. Begitu melihat kakek ini, Satria dan Mega
segera maju menghampiri dan memberi hormat.
"Guru...." Satria dan Mega menyebut berbarengan.
Kakek bongkok udang yang ternyata Ki Wanayasa hanya mengibaskan tangannya
perlahan. "Menyingkirlah. Bargola bukan lawan kalian."
Tanpa diperintah dua kali, Satria dan Mega segera menyingkir ke balik punggung
gurunya disebelah Seta. Kini mereka menyadari kelihaian Bargola yang luar biasa
itu. Bargola mendengus sebentar.
"Jadi kau rupanya yang bernama Wanayasa, Ketua Perguruan Tangan Sakti itu"!
Kebetulan sekali kau keluar, jadi aku tak perlu repot-repot lagi mencarimu ke
dalam!" kata Bargola. Ki Wanayasa menatap tajam dan masih tetap bersikap tenang.
"Setahuku aku tidak pernah mempunyai urusan
denganmu Bargola. Lalu mengapa tiba-tiba mencariku"!
Apa ada hubungannya dengan Pedang Bintang milik Ki Gering Langit itu?" ujar Ki
Wanayasa seperti minta pen-jelasan.
"Tentu saja ada. Justru kedatanganku ke mari hanya untuk mengambil Pedang
Bintang itu!" tegas Bargola Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 6
DEWA ARAK Pedang Bintang cepat. "Sayang sekali.... Kau salah alamat Bargola! Aku sama sekali tidak tahu tentang
pedang yang kau cari itu," ujar Ki Wanayasa.
"Maksudmu....?" Bargola terperangah kaget.
"Ya....." Ki Wanayasa menganggukkan kepalanya.
"Pedang Bintang itu tidak ada padaku!"
"Keparat!" teriak Bargola geram. Datuk sesat iu memang percaya akan ucapan itu.
Ia tahu, seorang pemimpin perguruan besar seperti Ki Wanayasa tidak mungkin akan
berbohong. Entah kemarahan Bargola ditujukan kepada siapa.
"Bagaimana Bargola?"
"Kalau begitu menyingkirlah Wanayasa. Aku akan memberi pelajaran pada orang-
orang yang tidak tahu adat padaku!" dengus Bargola.
Setelah berkata demikian Bargola menatap tajam ketiga orang murid kepala
Perguruan Tangan Sakti yang berada di belakang Ki Wanayasa. Sementara Ki
Wanayasa tahu kalau Bargola ingin melampiaskan kekecewaan pada tiga orang
muridnya itu. Tentu saja hal itu akan berkibat fatal. Maka sambil tetap
tersenyum, ditatapnya mata Bargola tajam-tajam. Tapi laki-laki tua itu tidak
memungkiri kalau hatinya tegang juga.
"Kalau aku tidak mau?" tanya Ki Wanayasa
memancing. "Terpaksa kau yang akan kusingkirkan lebih dulu!"
Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tegas Bargola. "Kau tinggal memilih Wanayasa. Menyingkir atau berhadapan
denganku!"
"Aku pilih yang kedua!" tegas Ki Wanayasa.
Bargola tertawa terbahak-bahak.
"Kalau begitu bersiaplah Wanayasa!" tantang Bargola.
"Menyingkirlah kalian!" perintah Ki Wanayasa pada ketiga orang muris kepalanya.
Tanpa diperintah dua kali Seta, Satria dan Mega segera menyingkir dari tempat
itu. Hingga kini di situ tinggal Ki Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa
7 DEWA ARAK Pedang Bintang Wanayasa dan Bargola yang sudah saling tatap sejarak empat tombak.
"Silahkan Bargola," ucap Ki Wanayasa dengan suara tenang. Namun demikian
sebenarnya jantungnya berdegup keras dalam ketegangan yang memuncak. Ki Wanayasa
tahu betul siapa itu Bargola. Sesungguhnya dia ragu, apakah mampu menghadapinya
atau tidak. Itulah sebabnya mengapa tanpa ragu-ragu lagi Ki Wanayasa sudah
menyiapkan ilmu andalannya 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.
Ilmu andalan Ki Wanayasa itu adalah ilmu yang diciptakan langsung olehnya. Dia
mengambil dan menggabung-gabungkan inti beberapa ilmu. Di antaranya adalah jurus
'Kelabang', 'Naga', 'Belalang' dan
'Kalajengking'. Sesuai dengan namanya jurus ini menitik beratkan pada bagian-
bagian penyerangan. Memang pada dasarnya setiap ilmu selalu mempunyai jurus
untuk bertahan dan jurus untuk menyerang. Hanya saja ilmu
'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'. Yang lebih ditonjolkan adalah penyerangan.
"Hm....!" Dengus Bargola.
Selesai mendengus yang menjadi ciri khasnya, Bargola meluruk menerjang Ki
Wanayasa. Kedua tangannya yang berbentuk cakar siap menggedor dada Ketua
Perguruan Tangan Sakti ini.
Angin yang berciutan keras dan tajam mengiringi serangan laki-laki tinggi besar
itu. Ki Wanayasa yang sudha dapat memperkirakan kedahsyatan serangan itu tidak
berani bersikap gegabah. Kesalahan sedikit saja akan berakibat fatal. Maka untuk
sementara dia tidak berani sembarangan menangkis, tapi segera menggeser tubuhnya
ke kanan. Akan tetapi Bargola sudah memperhitungkan hal itu.
maka begitu dilihat Ki Wanayasa menggeser ke kanan, iapun segera menyampok ke
kiri tetap mengarah ke dada Ketua Perguruan Tangan Sakti itu.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 8
DEWA ARAK Pedang Bintang Kali ini Ki Wanayasa tidak mempunyai pilihan lain lagi.
Terpaksa ditangkis serangan itu dengan jari-jari tangan terbuka disertai
pengerahan seluruh tenaga dalamnya.
Prattt....! Tubuh kedua tokoh sakti itu sama-sama bergetar hebat ketika dua pasang tangan
beradu. Hanya saja tubuh Ki Wanayasa nampak terhuyung. Jelas, kalau adu tenaga
dalam Bargola masih sedikit unggul darinya.
Bargola cukup terkejut juga. Walaupun kepandaian Ki Wanayasa memang sudah
diduganya, namun sungguh di luar dugaan kalau tenaga dalam Ketua Perguruan
Tangan Sakti ini tinggi juga. Bahkan mungkin hampir menyamai tenaga dalamnya
sendiri! Hal ini membuat Bargola yang memang beringas ini menjadi semakin murka.
"Hm....." Bargola segera mengeluarkan ilmu 'Tapak Bara' andalannya.
Diiringi dengusan keras, datuk itu membuka serangan dengan tapak tangan kanan
terbuka ke arah dada Ki Wanayasa. Sementara tangan kiri yang jari-jarinya
terbuka bersilang di depan dada.
Ki Wanayasa terperanjat bukan main. Kekagetannya itu bukan karena serangan
melainkan akibat angin panas yang mendahului menyergapnya sebelum serangan
Bargola tiba. Sebagai orang yang telah kenyang pengalaman, laki-laki tua ini
tidak mau bertindak gegabah.
Cepat-cepat dielakkan serangan itu dengan melentingkan tubuh ke samping sambil
berputar di udara menjauh. Hawa panas itu membuat dadanya terasa sesak.
Tentu saja Bargola tidak tinggal diam. Datuk beringas yang tengah murka ini
segera memburunya dengan serangan-serangan yang dahsyat. Sebentar saja Ki
Wanayasa telah terdesak. Ia hanya mengelak setiap serangan Bargola, tanpa berani
menangkis. Sesekali memang balas menyerang tapi segera ditariknya kembali begitu
dilihatnya Bargola akan memapak.
Keadaan Ki Wanayasa ini tentu saja diketahui Satria, Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 9
DEWA ARAK Pedang Bintang Seta dan Mega. Mereka ingin segera membantu tapi bagaimana caranya" Jangankan
ikut bertarung, untuk mendekat dalam jarak tiga tombak saja tidak sanggup.
Hawa panas begitu terasa menyengat!
Ki Wanayasa sadar jika keadaan ini terus berlangsung lambat laun akan rubuh di
tanan Bargola yang dahsyat itu.
hawa panas yang ditimbulkan ilmu 'Tapak Bara' Bargola benar-benar membuatnya
tersiksa. Sekujur wajah dan tubuhnya sduah dibasahi keringat. Bahkan wajahnya
nampak memerah bagai kepiting rebus. Dadanyapun terasa sesak.
Dan pada jurus ketiga belas, Ki Wanayasa tidak mampu lagi mengelak. Bargola
telah memojokkannya sedemikian rupa. Akibatnya dia tidak menemukan jalan keluar
kecuali menangkis untuk menyelamatkan selebar nyawanya.
Dengan terpaksa disambutnya tapak kanan Bargola yang merah membara dengan tapak
tangannya. Plak! Tubuh Ki Wanayasa terhuyung-huyung. Kakek ini merasakan hawa panas yang amat
sangat menjalar di sekujur tubuhnya. Tapak tangannya yang dipakai untuk
menangkis nampak hangus. Ada bau sangit daging terbakar menyeruak dari tapak
tangan itu. Sementara Bargola hanya bergetar saja tubuhnya.
Ki Wanayasa menahan napas. Dikerahkannya seluruh hawa murni yang dimiliki untuk
mengusir hawa panas yang menjalari sekujru tubuhnya. Untuk sesaat pertarungan
terhenti. "Ha..ha...ha...!" Bargola tertawa tergelak penuh kemenangan! Dengan langkah lambat-
lambat dihampirinya Ki Wanayasa yang masih berusaha mengusir hawa panas yang
menjalari sekujur tubuhnya.
"Bersiaplah untuk mati Wanayasa! Pantang bagiku membiarkan hidup seorang lawan
yang berani menentang-ku!" tegas Bargola. Suaranya begitu mengguntur.
Kakek bongkok udang itu masih berusaha mengusir Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 10
DEWA ARAK Pedang Bintang hawa panas yang menyengat ketika datuk itu menghampirinya. Kini semua pandangan
mata tertuju pada Bargola yang tengah melangkah lambat menghampiri Ki Wanayasa.
Sedangkan Ki Wanayasa hanya bersikap pasrah menanti ajal.
Sebelum niat Bargola itu terlaksana, terdengar suara mendesing nyaring. Tak lama
kemudian disusul melayangnya beberapa buah benda berkilatan ke arah Bargola.
"Hm...." Dengus Bargola.
Seketika kedua tangan laki-laki beringas itu bergerak menyampok benda berkilatan
yang melesat cepat ke arahnya! Dari suara mendesing yang sangat nyaring, datuk
kaum sesat itu dapat mengetahui betapa kuatnya tenaga dalam orang yang
melemparkannya. Namun tanpa ragu-ragu lagi Bargola menyampok dengan tangan
telanjang. Dia benar-benar tidak merasa kawatir kalau benda-benda berkilatan itu akan
melukai tangannya. Memang, pada saat mengerahkan ilmu 'Tapak Bara' kedua
tangannya menjadi kebal terhadap segala macam senjata tajam.
Trak, trak, trak! Tap!
Tiga dari empat benda berkilatan yang mengarah ke tubuhnya terpental rubuh
ketika ditangkis Bargola.
Sedangkan sebuah lagi ditangkap tangannya.
Mulanya Bargola kaget bukan main ketika merasakan tangan yang dipergunakan untuk
menyampok bergetar hebat. Dan ketika melihat benda berkilat yang ada di
tangannya, wajahnya seketika berubah! Benda berkilat itu ternyata adalah sebuah
pisau berwarna putih. Bargola tahu betul siapa pemilik pisau itu.
"Raja Pisau Terbang...." Gumam Bargola menyebut suatu nama.
Belum habis ucapan itu, tahu-tahu di depan Bargola telah muncul sesosok tubuh
berperawakan sedang.
Wajahnya gagah dan menyorotkan kesabaran. Usianya sekitar lima puluh tahun.
Memang dialah tokoh yang telah Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 11
DEWA ARAK Pedang Bintang melemparkan pisau-pisau yang berwarna putih mengkilat itu. Dia memang berjuluk
Raja Pisau Terbang, seorang tokoh beraliran putih yang disegani lawan maupun
kawan. "Sungguh tidak kusangka kalau kau bisa tersesat jauh ke sini, Bargola...." Sindir
Raja Pisau Terbang pelan.
Bargola hanya mendengus. Raut ketidak senangan tersirat jalas pada wajahnya.
"Sayang sekali, Raja Pisau Terbang. Kali ini aku tidak berminat untuk berdebat
atau bertarung denganmu. Saat ini aku tengah ada urusan lain yang lebih penting.
Kalau tidak, sekarangpun bisa ditentukan siapa yang lebih kuat di antara kita.
Jangan berharap kau akan semujur dulu!"
tegas datuk sesat itu. Suaranya kasar dan terdengar berat.
"Sampai kapanpun aku akan selalu siap sedia, Bargola," ujar Raja Pisau Terbang
sambil tersenyum.
Bargola tidak menjawab. Datuk sesat itu lagi-lagi hanya mendengus. Suatu
kebiasaan buruk yang telah menjadi ciri khasnya. Kemudian tanpa berkata-kata
lagi digerakkan tubuhnya. Tampaknya hanya seperti menggeliat, tapi tahu-tahu
tubuhnya telah bergeser sejauh lima tombak. Raja Pisau Terbang hanya memandangi
hingga tubuh Bargola lenyap di kajauhan.
Melihat kepergian Bargola, apalagi setelah mendengar bahwa Pedang Bintang tidak
ada di situ, maka para tokoh rimba persilatan pemburu Pusaka Ki Gering Langit
itu satu persatu meninggalkan tempat. Dan tak lama kemudian yang tertinggal di
situ hanya Ki Wanayasa dan murid-muridnya serta si Raja Pisau Terbang.
Ki Wanayasa yang telah pulih dari serangan hawa panas pada sekujur tubuhnya
bergegas mengahampiri Raja Pisau Terbang.
"Terima kasih atas pertolonganmu, Adi Kirin. Kalau tidak......, hhh! Bargola memang
hebat. Ilmu 'Tapak Bara'nya benar-benar dahsyat! Bahkan ilmu meringankan
tubuhnyapun luar biasa sekali...." Ucap Ki Wanayasa.
"Lupakanlah Kakang Wanayasa. Di antara kita rasanya Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 12
DEWA ARAK Pedang Bintang tidak perlu berbasa basi seperti itu. Kedatanganku ke sini hanya secara
kebetulan. Katika kulihat Bargola di Desa Ketapang di Kaki Gunung Waru ini, aku
curiga. Maka akupun mengikutinya. Jelas ini sangat mengherankan sekaligus
mencurigakan kalau Bargola yang berada jauh di Barat, tiba-tiba berkeliaran
sampai ke Timur sini. Setelah kuikuti, ternyata dia memang ingin ke sini.
Sayang, aku agak terlambat...." Sesal Raja Pisau Terbang yang bernama Kirin ini
sambil tersenyum kecil. "Ilmu 'Tapak Bara'nya memang hebat. Tapi mengenai ilmu
meringankan tubuh, rasanya masih bisa kusaingi. Kecuali terhadap tokoh yang satu
itu.... Terus terang aku takluk pada ilmu meringankan tubuh dan kecepatan
geraknya....."
"Ki Gering Langit?" tebak Ki Wanayasa.
"Bukan. Beliau tidak masuk hitungan," Raja Pisau Terbang menggelengkan kepalanya
perlahan. "Lalu siapa?" tanya Ki Wanayasa. Pikirannya berputar keras. Dan tiba-tiba
mendapatkan satu nama.
"Maksudmu...... si Ular Hitam?"
"Benar," Raja Pisau Terbang mengangguk. Ia sudah dapat menduga ketajaman
berpikir Ketua Perguruan Tangan Sakti itu.
"Ahhh....!" Ki Wanayasa mendesah pelan.
"Dialah si pemilik ilmu meringankan tubuh yang luar biasa. Bahkan kecepatan
gerak tangannya tidak bisa kusaingi. Kalau saja aku tidak memiliki pisau
terbang, mungkin sudah tewas di tangannya dulu...."
Ki Wanayasa mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya, pernah kudengar berita itu. kalau tidak salah ilmu meringankan tubuh dan
kecepatan geraknya yang luar biasa itu adalah ilmu 'Ular Terbang' dan terkenal
sebagai ilmu andalannya."
Raja Pisau Terbang hanya mengangguk.
"Kudengar selama beberapa tahun ini nama Ular Hitam tidak pernah terdengar lagi.
Apa betul begitu, Adi Kirin?"
tanya Ki Wanayasa lebih jauh.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 13
DEWA ARAK Pedang Bintang "Benar. Aku sendiri juga heran kakang Wanayasa.
Mendadak saja ia lenyap tanpa berita bagai ditelan bumi.
Kabar yang tersiar di dunia persilatan simpang siur. Ada yang mengatakan
menyembunyikan diri untuk
menciptakan ilmu-ilmu baru yang akan digunakan untuk membalas kekalahannya
terhadap Ki Gering Langit. Berita yang pasti tidak ada yang tahu. Mendadak saja
ia lenyap tanpa jejak..."
Ki Wanayasa termenung sejenak mendengar cerita Raja Pisau Terbang itu, tapi
tiba-tiba saja teringat sesuatu.
Ditepuknya keningnya sebentar.
"Tuan rumah macam apa aku ini. Ada tamu agung bukannya disambut, diajak masuk
dan disediakan minum.
Tapi malah dibiarkan berdiri berpanas-panas di luar!
Ahhh.... Mari masuk dulu Adi Kirin. Kita rayakan pertemuan yang istimewa ini di
dalam." Raja Pisau Terbang hanya tersenyum.
"Usul yang baik sekali," ucap laki-laki setengah baya ini gembira sambil
mengikuti langkah kaki Ki Wanayasa yang telah lebih dulu berjalan menuju ke
dalam bangunan Perguruan Tangan Sakti.
Sementara itu Satria segera menolong Seta yang terluka cukup parah. Sedangkan
Mega sibuk mengatur adik-adik seperguruannya untuk mengurus mayat-mayat yang
bergelimpangan di tempat itu. Beberapa murid lainnya menolong saudara
seperguruannya yang terluka.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 14
DEWA ARAK Pedang Bintang 3 alam itu langit kelihatan kelam. Bulan yang hanya sepotong di langit terlihat
tidak berdaya M menembus awan hitam dan tebal yang bergumpal-gumpal menutupinya. Angin dingin
yang berhembus dan terkadang sesekali keras itu kian menambah seramnya suasana
malam. Dan dalam suasana seperti itu orang-orang merasa lebih suka tinggal di
dalam rumah. Mereka lebih suka dibuai mimpi di peraduannya daripada berkeliaran
di luar. Tetapi kenikmatan seperti itu tidak diperoleh murid-murid Perguruan Tangan Sakti
yang tengah mendapat tugas berjaga. Walaupun keadaan alam yang tidak bersahabat,
mereka harus tetap berjaga-jaga bersikap waspada. Apalagi mengingat kejadian
tadi pagi. Bukan tidak mungkin kalau malam ini ada tokoh-tokoh persilatan yang
masih penasaran ingin menyatroni perguruan mereka untuk mencari Pedang Bintang.
Empat orang murid nampak berjaga-jaga dekat pintu gerbang memandang ke
sekeliling. Sikap mereka benar-benar waspada dalam keremangan cahaya sinar obor
yang nampak lemah tak berdaya. Beberapa murid lain menunggu di pos. Sementara
dua orang lainnya berkeliling ke sekeliling perguruan.
Keadaan benar-benar gelap. Walaupun sepasang mata dibelelakkan sebesar-besarnya
tetap saja tidak akan terlihat apa-apa selain kegelapan pekat. Tapi empat orang
murid yang bertugas jaga itu tetap memperhatikan sekelilingnya dengan mata
nyalang. Dan tiba-tiba salah seorang dari mereka melihat sesuatu dalam kegelapan malam
yang pekat itu. Beberapa saat lamanya murid itu menggeleng-gelengkan kepalanya
sambil mengucek-ucek mata untuk meyakini peng-Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 15
DEWA ARAK Pedang Bintang lihatannya. Tetapi tetap saja dia melihat sosok bayangan putih yang begitu
enaknya bersila di atas sebatang ranting.
Padahal ranting pohon itu hanya sebesar ibu jari!
"Ha...hantu...." Keluar jua ucapan itu dari mulut salah seorang murid walaupun
dengan bibir gemetar.
Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebenarnya ucapan yang keluar dari mulut murid yang sial itu tidak keras bahkan
hanya perlahan saja. Tapi karena keadaan yang begitu hening, suara yang perlahan
itu jadi terdengar keras. Dan tentu saja terdengar oleh teman-temannya yang
berada tidak jauh dari situ.
"Ada apa, Parja?" tanya salah seorang temannya sambil bergerak mendekat.
Parja, murid yang melihat sosok tubuh putih itu mencoba untuk menyahut. Tapi
ternyata tidak mampu.
Yang keluar dari mulutnya hanyala suara gumaman tidak jelas.
Tentu saja yang lain tidak mengerti maksudnya.
Untungnya Parja juga menuding-nudingkan jari telunjuk ke arah tempat ia melihat
sosok tubuh serba putih itu tadi.
Serentak kepala teman-temannya menoleh ke arah yang ditunjuk Parja. Dan betapa
terkesiapnya hati mereka ketika melihat sesuatu yang ditunjuk Parja.
"Han...hantu...." Desis mereka dengan suara bergetar.
Walaupun mereka telah digembleng untuk tidak takut menghadapi maut, akan tetapi
pada mahluk halus tetap saja gentar!
Tapi rupanya salah seorang penjaga yang beranama Wiji tidak percaya dengan
adanya hantu. "Aku tidak percaya kalau hantu atau siluman itu ada.
Buktinya dari dulu aku tidak pernah bertemu segala mahluk tetek bengek itu! aku
yakin ini hanyalah satu siasat orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dari
suasana malam yang tidak seperti biasanya ini!" tegas Wiji dengan sikap tenang.
Ucapan dan sikap dari Wiji membuat Parja dan teman-temannya menjadi agak lebih
berani. Kini mereka menatap Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 16
DEWA ARAK Pedang Bintang sosok bayangan putih itu penuh perhatian.
Mendadak saja sosok bayangan putih itu bangkit dari bersilanya. Dan secepat itu
pula tubuhnya melompat dari ranting pohon yang tadi didudukinya kearah Wiji,
Parja dan seorang rekannya yang tengah memperhatikan. Sosok bayangan putih itu
begitu ringan hinggap sekitar empat tombak di depan para murid Perguruan Tangan
Sakti. Dengan bantuan sinar obor apalagi pakaian orang itu serba putih, Wiji dan tiga
murid lainnya dapat melihat lebih jelas sosok bayangan putih itu lagi. Sedangkan
Parja bergerak menjauh karena rasa takut yang menyerangnya.
Dia hanya memperhatikan tanpa berkedip.
Sosok bayangan putih itu bertubuh tinggi kurus.
Wajahnya tertutup selubung putih yang memiliki dua buah lobang kecil untuk mata.
Pakaiannya juga serba putih. Di bagian dada terdapat sebuah gambar tengkorak
kepala manusia.
Wiji dan teman-temannya memperhatikan sosok
bayangan putih itu dengan bulu tengkuk meremang.
Apalagi ketika menatap sepasang mata yang mencorong kehijauan di balik selubung
itu! Sepasang mata itu lebih mirip mata harimau dalam gelap! Manusiakah sosok
yang berdiri di hadapan mereka ini"
Dan belum lagi sadar dari keterpakuannya, sosok serba putih itu tiba-tiba
mengebutkan tangannya. Kelihatannya pelan saja tapi akibatnya hebat sekali!
Tubuh Wiji dan kedua orang temannya terlempar ke belakang sejauh lima tombak
lebih. Bagai diterjang angin ribut saja layaknya.
Tubuh mereka masih terguling-guling di tanah beberapa tombak jauhnya. Dan begitu
daya lontar serangan sosok serba putih itu habis, tubuh merekapun berhenti.
Mereka kini tidak bergeak lagi dengan sekujur tubuh berwarna kebiruan. Tewas!
Parja dari kajauhan menatap mayat ketiga temannya dengan perasaan campur aduk.
Marah, kaget dan juga ngeri! Jelas sekali dilihatnya kalau sosok serba putih itu
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 17
DEWA ARAK Pedang Bintang hanya menggerakkan tangannya perlahan saja. Dan akibatnya begitu hebat dan
mengerikan! Parja sadar kalau sosok serba putih ini memiliki kepandaian amat
tinggi dan jelas bukan tandingannya. Maka cepat-cepat dia memukul kentongan
tanda bahaya. "Tidak ada ampun bagi orang yang berani meremehkan Siluman Tengkorak Putih!"
ucap sosok serba putih itu.
Tok! Tok! Tok! Dalam sekejapan saja suara kentongan itu telah memecah keheningan malam kelam.
Sosok serba putih yang ternyata berjuluk Siluman Tengkorak Putih membiarkan saja
apa yang dilakukan Parja. Parja memang sengaja tidak di bunuh agar
memberitahukan kedatangannya. Keonaran ini memang sengaja dibuat untuk membuat Ki Wanayasa
keluar dari tempatnya.
Apa yang diharapkan Siluman Tengkorak Putih ternyata memang tidak salah. Suara
kentongan yang dipukul Parja itu segera saja menimbulkan kegemparan di bangunan
besar Perguruan Tangan Sakti. Berbondong-bondong para murid perguruan bergerak
menuju arah kentongan berbunyi. Di antara mereka nampak pula murid utama
Perguruan Tangan Sakti.
Seta yang memiliki ilmu meringankan tubuh paling tinggi di antara murid-murid
lainnya adalah orang pertama yang paling dulu tiba di tempat Parja memukul
kentongan. Ia telah sembuh kembali seperti sediakala setelah diobati gurunya siang tadi.
Yang pertama dilihat Seta adalah sosok serba putih yang tengah berdiri tenang
sambil menatap parja yang masih sibuk memukul kentongan.
"Ada apa Parja?" tanya Seta begitu tiba di samping Parja.
"Siluman itu membunuh rekan-rekan kita Kang," jawab Parja dengan suara
tersendat. Untuk beberapa saatnya lamanya Seta celingukan.
Sepasang matanya nyalang mengawasi sekitarnya. Yang Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 18
DEWA ARAK Pedang Bintang dicari adalah mayat adik-adik seperguruannya yang menurut laporan Parja telah
dubunuh sosok putih di depannya. Tapi sampai sakit matanya dia tidak melihat
apa-apa. Suasana malam yang gelap menghalangi pandangannya.
Beberapa saat kemudian ketika para murid perguruan lainnya yang membawa obor
tiba, Seta akhirnya dapat melihat mayat adik-adik seperguruannya. Obor-obor yang
dibawa cukup menerangi keadaan sekitar tempat itu.
Melihat hal ini amarah Seta meluap. Dengan sinar mata merah ditatapnya sosok
bayangan putih di depannya.
"Hai, Siluman! Apa persoalannya dengan kami sehingga kau begitu kejam membunuh
murid-murid Perguruan Tangan Sakti"!"
Siluman Tengkorak Putih hanya tertawa. Tawanya begitu aneh. Pelan, berat dan
bergaung. Sepertinya bukan keluar dari mulut manusia!
Semula tidak ada yang aneh pada awa itu selain bunyinya yang tidak seperti tawa
manusia pada umumnya.
Tapi beberapa saat kemudian suara tawa itu mulai menampakkan akibatnya. Seta
merasakan suara tawa pelahan namun pasti, mulai menyakiti telinga dan membuat
sesak dadanya. Otak Seta yang cerdas segera saja menduga ada ketidak wajaran
pada suara tawa itu.
Sekilas diliriknya Parja.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Seta melihat Parja tengah duduk bersila.
Kedua tangannya menutupi kedua telinga untuk menghalangi serangan suara tawa
itu. Ternyata bukan hanya Praja saja. Terlihat semua adik seperguruannya duduk
bersila dan menutup kedua telinganya. Tak terkecuali Satria dan Mega! Bahkan ada
beberapa orang adik seperguruannya yang telah menggigil sekujur tubuhnya. Seta
yang telah berpengalaman, tahu kalau adik seperguruannya itu tidak akan dapat
bertahan lama. Sebenarnya dia juga mengalami hal yang sama. Tapi karena tenaga
dalamnya lebih kuat, dia lebih dapat Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa
19 DEWA ARAK Pedang Bintang bertahan. "Hiyaaaat.....!"
Sambil berteriak keras Seta melompat menerjang Siluman Tengkorak Putih yang
masih tertawa. Disadari kalau lawannya ini mempunyai ilmu kepandaian tinggi.
Maka tanpa ragu-ragu lagi dicabut pedangnya dan langsung dikeluarkan ilmu
andalan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'!
Suara berdesing nyaring mengawali serangan.
Walaupun Siluman Tengkorak Putih sudah dapat memperkirakan kedahsyatan serangan
lawan, tetapi dia hanya mendengus saja.
"Manusia tidak tahu diri! Kalau mau aku telah membunuhmu dengan suara tawaku
itu!" Setelah berkata demikian tangannya yang telanjang bergerak cepat menangkis
serangan pedang Seta.
Kecepatan gerak tangannya mengingatkan orang pada serangan seekor ular pada
mangsanya. Begitu cepat dan tiba-tiba.
Trak! "Akh....!"
Seta menyeringai. Tangannya yang menggenggam pedang mendadak lumpuh sesaat
begitu tangan Siluman Tengkorak Putih menangkis pedangnya. Tanpa dapat dicegah
lagi pedangnya terlepas dari pegangan.
Belum lagi Seta sempat berbuat sesuatu, serangan belasan Siluman Tengkorak Putih
telah mengancam. Murid utama Perguruan Tangan Sakti itu hanya melihat kelebatan
sinar putih menyambar ke arahnya. Dirasakannya juga hembusan angin dingin menuju
ke arahnya. Seta kaget bukan main. Sebisa-bisanya dilempar tubuhnya ke belakang dan
bergulingan di tanah beberapa kali. Tapi tetap saja ekor matanya melihat ada
sekelabatan sinar putih mendekati ubun-ubunnya. Seta terus bergulingan.
Sementara itu kelebatan sinar putih itu tetap mencecar ubun-ubunnya.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 20
DEWA ARAK Pedang Bintang Satria, Mega dan beberapa adik seperguruannya melihat semua itu disertai rasa
cemas yang mendalam.
Berbeda dengan Seta mereka yang kini sudah bebas dari serangan tawa itu dapat
melihat jelas semua yang terjadi.
Memang kakak seperguruan mereka berusaha mati-matian mengelak dari ancaman
tangan Siluman Tengkorak Putih yang mencecar ubun-ubunnya.
Satria dan Mega yang bergegas melompat hendak membantu ternyata terlambat!
Tangan manusia siluman itu telak sekali menghantam ubun-ubun murid utama
Perguruan Tangan Sakti itu.
Crokkk....! "Akh!"
Seta memekik tertahan, sebelum tubuhnya rubuh dengan ubun-ubun kepala pecah.
"Kang Seta.....!" teriak Satria dan Mega hampir bersamaan. Dua orang murid utama
Perguruan Tangan Sakti itu tercenung. Pandangan mata mereka seolah-olah tidak
percaya dengan apa yang dilihatnya. Untuk beberapa saat lamanya keduanya
terbengong-bengong.
"Tidak ada ampun bagi orang yang berani menyerang Siluman Tengkorak Putih!"
ancam sosok bayangan putih itu dengan suara yang khas. Pelan, berat dan
bergaung. Kontan Satria dan Mega tersadar dari termenungnya.
Ketika kesadaran mereka timbul maka timbul pula kemarahan di dada.
Srat! Srat! Bagai dikomando kedunya mencabut pedangnya
masing-masing secara bersamaan. Akan tetapi.....
"Tahan.....!"
Tiba-tiba suatu bentakan nyaring menahan gerak Satria dan Mega yang akan
menerjang Siluman Tengkorak Putih.
Serentak keduanya mengurungkan niatnya. Dikenali betul pemilik suara itu. Siapa
lagi kalau bukan guru mereka, Ki Wanayasa.
Keduanya serentak menoleh ke arah asal suara.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 21
DEWA ARAK Pedang Bintang Tampaklah Ki Wanayasa berjalan bersama tamunya Raja Pisau Terbang.
"Aku telah dapat memastikan, Kakang Wanayasa.
Siluman Tengkorak Putih ini ada hubungannya dengan si Ular Hitam! Aku tahu betul
gerakannya waktu menewaskan Seta adalah ilmu 'Ular Terbang'!" bisik Raja Pisau
Terbang pada Ki Wanayasa.
"Tapi.... bukankah Ular Hitam telah lama lenyap dari dunia persilatan" Lagi pula,
sepanjang yang kuketahui si Ular Hitam tidak pernah punya murid!" bantah Ki
Wanayasa. Sepasang matanya menatap marah ke arah Siluman Tengkorak Putih yang
telah membunuh murid kesayangannya.
"Ah, Kakang. Siapa yang mengetahuinya" Di antara seluruh datuk persilatan dialah
satu-satunya datuk yang paling misterius. Siapa yang tahu dia punya murid atau
tidak?" "Hey.....! Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa" Mengakulah sebelum
terlambat!" bentak Siluman Tengkorak Putih. Nadanya tidak sabar begitu melihat
keduanya telah mendekat.
Raja Pisau Terbang dan Ki Wanayasa hanya tersenyum.
Apalagi si Raja Pisau Terbang. Padahal si Raja Pisau Terbang adalah salah
seorang datuk persilatan yang ditakuti lawan dan disegani kawan. Dan kini
diancam seroang tokoh yang baru dikenal dan berjuluk Siluman Tengkorak Putih!
Siapa yang tidak geli"
"Kisanak," ucap Raja Pisau Terbang dengan sabar.
"Sungguh tidak kusangka kalau kau begitu sombong.
Melihat gerakanmu aku yakin kau mempunyai hubungan dengan si Ular Hitam. Entah
sebagai murid atau adik seperguruannya. Atau kau adalah pencuri kitab-kitab ilmu
silatnya" Hanya yang perlu kau ketahui Kisanak.
Jangankan dirimu. Ular Hitam saja tidak berani berkata seperti itu kepadaku!"
Ha...ha...ha...!
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 22
DEWA ARAK Pedang Bintang Tiba-tiba terdengar suara tawa terbahak-bahak begitu Raja Pisau Terbang
mengakhiri ucapannya. Belum lagi gema suara itu lenyap, muncul sesosok tubuh
pendek kekar. Rambutnya awut-awutan dan bermata merah. Dan kini orang itu telah
berada di sebelah kanan Siluman Tengkorak Putih.
"Raja Racun Pencabut Nyawa...." Desis Raja Pisau Terbang begitu melihat sosok
tubuh yang berdiri di sebelah kanan Siluman Tengkorak Putih.
Ki Wanayasa tersentak kaget juga. Telah didengar banyak tentak tokoh ini dari
adik seperguruannya. Raja Racun Pencabut Nyawa tinggal di Barat dan pernah
dikalahkan si Ular Hitam dalam pertarungan merebutkan kedudukan datuk di Barat.
Karena kekalahannya itu dia menyingkir ke Selatan. Ternyata dia di situ membuat
kekacauan sehinnga membuat adik seperguruan Ki Wanayasa turun tangan
menantangnya. Kali inipun Raja Racun Pencabut Nyawa harus menelan pil pahit.
Adik seperguruan Ki Wanayasa tidak mampu dikalahkannya.
Kepandaian keduanya berimbang. Sehingga dalam pertarungan mati-matian itu mereka
sama-sama mendapat luka. Itulah berita yang didengar Ki Wanayasa dari adik
seperguruannya. Sungguh tidak diduga kalau malam ini dia akan bertemu tokoh itu.
"Gerda, orang yang berbicara tadi itu adalah Raja Pisau Terbang," ujar Raja
Racun Pencabut Nyawa memberitahu.
"Oh, pantas. Dia begitu sombong. Jadi kalau bagitu orang yang disebelahnya
adalah Ki Wanayasa, Paman?"
tanya Siluman Tengkorak Putih meminta ketegasan.
"Betul."
Kini dengan sorot mata garang, Siluman Tengkorak Putih menatap Ki Wanayasa penuh
selidik. Diperhatikannya kakek bongkok udang itu lekat-lekat.
"Ki Wanayasa! Kau tentu sudah tahu maksud
kedatanganku ke sini bukan?" tanya Siluman Tengkorak Putih tenang.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 23
DEWA ARAK Pedang Bintang Ki Wanayasa hanya tersenyum.
"Sudah bisa kutebak maksud kedatanganmu, Siluman Tengkorak Putih. Apalagi kalau
bukan masalah Pedang Bintang"! Bukankah demikian?"
"He...he....he..." Siluman Tengkorak Putih hanya
terkekeh. "Ahhhh....sayang sekali!" ujar Ki Wanayasa sambil menghela napas.
Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mengapa?"
"Pedang itu sama sekalu tidak ada padaku."
"Bohong!" bentak Siluman Tengkorak Putih keras.
"Jaga mulutmu Kisanak!!" bentak Ki Wanayasa tak kalah garangnya. "Jangan dikira
aku takut padamu!"
"Keparat!" Siluman Tengkorak Putih menggeram hebat.
Sudah dapat diduga kalau akhirnya laki-laki berjubah ini akan menyerang Ki
Wanayasa. "Gerda, sabar dulu...."
Siluman Tengkorak Putih yang bernama Gerda itu mengurungkan niatnya. Ditatapnya
wajah Raja Racun Pencabut Nyawa lekat-lekat.
"Dia telah menghinaku, paman" protes Siluman Tengkorak Putih.
"Hal itu bisa diurus nanti. Sekarang yang penting adalah persoalan Pedang
Bintang. Sabarlah sebentar......"
jelas Raja Racun Pencabut Nyawa sambil memegang bahu Siluman Tengkorak Putih.
Beberapa saat lamanya Siluman Tengkorak Putih termenung. Tapi akhirnya
menganggukkan kepalanya juga.
Kini Raja Racun Pencabut Nyawa mengalihkan pandangannya pada Ki Wanayasa.
"Ki Wanayasa...." Sapa Raja Racun Pencabut Nyawa pelan. Seulas senyum licik
tersungging di bibirnya.
"Tidak usah banyak peradatan, Raja Racun!" selak Ki Wanayasa keras. "Katakan
saja apa maumu dan jangan bertele-tele!"
Seketika wajah Raja Racun Pencabut Nyawa berubah Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 24
DEWA ARAK Pedang Bintang setelah mendengar teguran kasar itu. Sesaat sepasang matanya berkilat penuh
Tangan Berbisa 9 Peristiwa Bulu Merak Karya Gu Long Tamu Dari Gurun Pasir 8
DEWA ARAK Pedang Bintang http://cerita-silat.mywapblog.com
Daftar judul cerita silat bagian 3121 harimau kemala putih122 Pendekar Riang123
Setan Harpa124 Pendekar Binal125 Si Racun Dari Barat126 Harpa Iblis Jari
Sakti127 Bentrok Rimba Persilatan128 Pedang Sesat Pisau Kematian129 Delapan
Kitab Pusaka Iblis130 Pedang Awan Merah131 Pendekar Baja132 Rahasia Mo-kau
Kaucu133 perguruan sejati134 Hikmah Pedang Hijau135 Hati Budha Tangan Berbisa136
Kemelut Di Ujung Ruyung Emas137 RAHASIA 180 PATUNG MAS138 pendekar sakti139
Pendekar wanita baju merah140 pendekar bodoh141 pendekar remaja142 Pendekar
Sadis143 Dewi Maut144 Petualang Asmara145 Perkampungan Misterius146 Balada
Pendekar Kelana147 Harta Karun Jenghis Khan148 Siluman Goa Tengkorak149 Maling
Romantis150 Rahasia Ciok Kwan Im151 Peristiwa Burung Kenari152 Mayat Kesurupan
Roh153 Legenda Kelelawar154 Legenda Bunga Persik155 Legenda Bulan Sabit156
Asmara Berdarah157 Si Kumbang Merah (Ang Hong Cu)158 Jodoh Si Mata Keranjang159
Pendekar Kelana160 Bakti Binal161 Bahagia Binal162 Pukulan Naga Sakti163
Seruling Samber Nyawa164 Bukit Pemakan Manusia165 Pendekar Bloon Cari Jodoh166
Makam Asmara167 Pendekar Sejagat168 Pertarungan Dikota Chang An169 Panji Akbar
Matahari Terbenam170 WISMA PEDANG171 Puteri Es172 Renjana Pendekar173 Riwayat
Lie Bouw Pek174 Romantika Sebilah Pedang175 Rumah Judi Pancing Perak176 Pendekar
Sakti Dari Lembah Liar177 Sang Ratu Tawon178 Sarang Perjudian179 Sebilah Pedang
Mustika180 Sepasang Golok Mustika
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 1
DEWA ARAK Pedang Bintang 1 ari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan
yang bergerak cepat H menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang rata-rata
ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang
persilatan yang berkepandaian cukup tinggi
Tentu saja berkelebatnya bayangan-bayangan itu segera diketahui para murid
Perguruan Tangan Sakti yang bermarkas di sana. Maka murid-murid itupun segera
memberitahukan hal tersebut kepada kakak seperguruan mereka.
Ketika berita itu sampai di telinga tiga orang kakak seperguruan mereka yang
bernama Seta, Satria dan Mega, tokoh-tokoh yang berdatangan itu sudah tiba di
depan pintu gerbang Perguruan Tangan Sakti yang cukup luas.
Sedangkan para murid Perguruan Tangan Sakti yang bertugas jaga di sana hanya
mengawasi dengan sikap waspada.
"Wanayasa, keluar kau! Serahkan Pedang Bintang itu!"
teriak salah seorang yang datang itu.
"Benar, serahkanlah pedang itu.....!" sambung yang lain. "Cepat, Wanayasa! Kalau
tidak, jangan salahkan kalau aku terpaksa menerobos masuk menggunakan
kekerasan!" ancam seorang yang bertubuh tinggi besar, berteriak tak sabar.
Tangannya yang besar dan kekar berotot nampak menggenggam sebatang tongkat yang
terbuat dari baja putih.
Tokoh itu berjuluk si Kerbau Gila. Seorang tokoh sesat yang terkenal memiliki
ilmu kepandaian tinggi dan ber-tenaga kuat. Apalagi ilmu tongkatnya juga
dahsyat. Entah berapa banyak tokoh golongan putih yang mencegah sepak Aji Saka (
created ebook by fujidenkikagawa 1
DEWA ARAK Pedang Bintang terjang si Kerbau Gila, tewas di tangannya.
Kemenangan demi kemenangan yang diraihnya
membuat si Kerbau Gila ini manjadi sombong dan jumawa.
Pikirnya, selain datuk-datuk dunia persilatan, tidak ada lagi tokoh yang bisa
menandinginya! Karena keyakinannya yang besar, si Kerbau Gila segera memisahkan diri dari
orang-orang yang bersamanya.
Dengan langkah lebar sambil menggenggam tongkat, dihampirinya pintu gerbang
Perguruan Tangan Sakti.
Tentu saja melihat tindakan si Kerbau Gila itu, tokoh-tokoh persilatan lainnya
menjadi kawatir. Sebab mereka takut kalau-kalau keduluan laki-laki tinggi besar
itu. Maka, begitu si Kerbau Gila ini menghampiri pintu gerbang, mereka segera
berbondong-bondong ikut melangkah maju.
Tapi baru beberapa tindak saja, terdengar suara berderak keras disusul
bergeraknya pintu gerbang itu. Si Kerbau Gila beserta para tokoh persilatan yang
mengikuti di belakangnya, serentak menghentikan langkah. Mereka semua sama-sama
memandang ke arah pintu gerbang itu sambil memasang sikap waspada.
Perlahan-lahan pintu gerbang itu terbuka. Dari balik pintunya, muncul belasang
sosok yang kemudian dengan gagahnya melangkah ke luar.
Laki-laki tingi besar yang berjuluk si Kerbau Gila itu menatap satu persatu
belasan wajah yang berdiri beberapa tombak di hadapannya. Ia mencoba menduga-
duga, mana di antara mereka yang bernama Ki Wanayasa.
"Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa"!
Majulah! Dan berikan Pedang Bintang itu padaku!" ucap si Kerbau Gila keras dan
kasar. Belum sempat salah satu dari belasan orang itu menyahut, terdengar suara tawa
bergelak. Tak lama kemudian, salah seorang dari belasan orang yang berdiri di
belakang si Kerbau Gila melesat maju ke depan.
"Ha..ha...ha....! kau jangan mau menang sendiri, Kerbau Gila! Dikira hanya kau saja
yang berniat memiliki Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2
DEWA ARAK Pedang Bintang Pedang Bintang" Aku dan semua orang yang berada di belakangmupun mempunyai niat
yang sama."
Si Kerbau Gila menoleh ke arah orang yang baru saja bicara lantang yang kini
telah berada setengah tombak di samping kanannya. Untuk sesaat dia agak terkejut
melihat seseorang yang bertubuh kecil kurus. Wajahnya mirip tikus dan berwarna
merah. Rupanya dia adalah si Tikus Muka Merah yang tak mau ketinggalan. Tokoh
sesat yang pengaruhnya merajalela di beberapa desa, dan sampai saat ini tak ada
yang berani menentangnya!
Hanya untuk sesaat si Kerbau Gila ini agak terkejut, dan kini sudah kembali pada
sikapnya semula. Sombong dan memandang rendah orang lain.
"Apa peduliku dengan segala urusanmu, tikus got?"
ejek Kerbau Gila bernada kasar.
Wajah si Tikus Muka Merah berubah semakin merah mendengar ejekan kasar itu.
Seumur hidupnya, baru kali ini dirinya dihina orang. Kemarahan yang hebat, kini
membakar hatinya. Pada saat dia sangat ditakuti sampai di beberapa desa, tapi
kini dihina si Kerbau Gila begitu saja.
Memang nama besar si Kerbau Gila telah didengarnya, maka tentu saja hatinya
menjadi gentar juga. Walaupun belum dibuktikan kebenarannya.
"Kerbau Gila," ucap si Tikus Muka Merah mencoba bersikap tenang, sungguhpun nada
suaranya tetap terdengar gemetar dan penuh tekanan. "Kalau tidak mengingat
urusan yang sangat penting ini, saat ini juga aku sudah turun tangan untuk
menghancurkan mulutmu yang telah begitu lancang menghinaku. Tapi biarlah. Kalau
tidak sekarang, nantipun jangan harap kau bisa lolos dari tanganku!" sambungnya,
berusaha memberanikan diri, karena di hadapan orang banyak.
"Keparat!" Kerbau Gila berteriak memaki. Ia marah bukan main mendengar ucapan
Tikus Muka Merah yang begitu merendahkan dirinya. Hampir-hampir saja diterjang
laki-laki kurus berwajah merah itu. Untung saja segera Aji Saka ( created ebook
by fujidenkikagawa 3
DEWA ARAK Pedang Bintang teringat akan tujuannya datang ke Gunung Waru ini. Maka segera diredam
amarahnya. Tapi sempat juga dikeluarkan sebuah ancaman yang berbau maut.
"Berhati-hatilah kau, tikus got. Sehabis mengambil Pedang Bintang, aku akan
mencarimu ke manapun.
Dan.....kukuliti dagingmu!"
Setelah puas mengancam, Kerbau Gila kini
mengalihkan perhatiannya kepada belasan orang yang keluar dari pintu gerbang
Perguruan Tangan Sakti.
"Jawab pertanyaanku sebelum kesabaranku hilang.
Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa"!" bentak Kerbau Gila.
"Apa urusanmu mencari guru kami?" tanya Seta, salah seorang dari tiga orang yang
berdiri paling depan.
"O, jadi kalian ini murid-murid Wanayasa"' tanya Kerbau Gila lagi, bernada
kurang ajar sambil memperhatikan Seta yang bertubuh tinggi kurus dan berkumis
tipis. Kulitnya coklat sawo matang.
Seta hanya mengangguk. Masih dicobanya untuk bersabar, walaupun kemarahannya
sejak tadi telah bergolak melihat kekurangajaran orang yang berdiri di
hadapannya ini. beginya kemarahan hanya akan men-datangkan kerugian.
"Aku tidak mempunyai urusan dengan kalian!" bentak si Kerbau Gila keras. "Aku
hanya mempunyai urusan dengan Wanayasa! Ayo, panggil dia dan cepat
menemuiku!"
Sret! Sret! Bagai dikomando, belasan murid Perguruan Tangan Sakti yang berdiri di belakang
Seta, bersama-sama menghunus pedangnya. Para murid Perguruan Tangan Sakti itu
sudah tidak sanggup lagi menahan amarah melihat sikap si Kerbau Gila yang telah
keterlaluan menghina guru mereka. Bahkan Satria dan Megapun sudah bersiap-siap
menyerang. Kalau saja tidak meng-hormati kakak seperguruan, mungkin sudah sejak
tadi Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 4
DEWA ARAK Pedang Bintang mereka menerjang si Kerbau Gila yang keterlaluan itu.
"Tahan....!" Teriak Seta mencegah tindak lanjut adik-adik seperguruannya.
Kemudian dengan sikap masih tenang, dihadapinya si Kerbau Gila.
"Kerbau Gila! Perlu kau ketahui. Bahwa setiap persoalan apapun yang menyangkut
guru kami, juga menjadi wewenangku untuk mengurusnya. Apapun bentuk persoalan
itu. Apalagi hanya persoalan denganmu, yang sangat sepele ini. Jangankan guruku.
Akupun mampu mengatasinya!" ujar Seta tandas.
"Keparat! Kau tidak akan mampu mengurus masalah ini. Panggil Wanayasa. Cepat,
sebelum kesabaranku hilang!"
"Sudah kukatakan tadi. Semua urusan yan menyangkut guruku, apapun bentuk urusan
itu, telah diserahkan padaku untuk mengurusnya."
"Baiklah!" si Kerbau Gila itu terpaksa mengalah.
"Karena kau telah mengaku wakil Wanayasa, maka cepat serahkan Pedang Bintang itu
padaku!" desak Kerbau Gila.
"Pedang Bintang"' Seta mengerutkan keningnya, dan untuk sesaat lamanya
tercenung. Tentu saja berita mengenai pedang itu telah didengarnya. Sebilah
pedang yang telah membuat dunia persilatan gempar. Kabarnya Pedang Bintang itu
dapat menurunkan ilmu-ilmu peninggalan Ki Gering Langit, tokoh persilatan yang
pernah mengalahkan datuk-datuk dunia persilatan di empat penjuru angin! Itulah
sebabnya semua tokoh persilatan ter-giur untuk mencari dan mendapatkan pedang
itu. "Ya!" ulang Kerbau Gila keras, karena melihat pemuda di hadapannya terbengong.
"Hah!" Seta sedikit terkejut. "Luar biasa! Kau meminta Pedang Bintang pada kami"
Apa aku tidak salah dengar, Kerbau Gila" Sepanjang yang kuketahui, guruku tidak
memiliki Pedang Bintang. Ki Gering Langitlah yang me-milikinya. Minta padanya,
bukan pada kami."
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 5
DEWA ARAK Pedang Bintang "Tidak usah banyak alasan! Kau tinggal pilih. Berikan, atau mampus"!" gertak si
Kerbau Gila. "Tidak!" jawab Seta tegas.
"Kalau begitu, mampuslah!" si Kerbau Gila segera menerjang Seta. Dalam
kemarahannya yang memuncak, laki-laki tinggi besar itu langsung menyerang dengan
tongkatnya. Angin menderu-deru hebat mengawali serangannya.
"Menyingkir kalian semua!" perintah Seta pada adik-adik seperguruannya.
Tanpa diperintah dua kali, Satria, Mega dan para murid Perguruan Tangan Sakti
lainnya segera menghindar dari situ. Bagai dikomando, begitu si Kerbau Gila
telah menyerang Seta, Tikus Muka Merah dan tokoh-tokoh persilatan lainnyapun
meluruk menyerang murid Perguruan Tangan Sakti lainnya.
Tikus Muka Merah segera menerjang Satria, yang paling dekat dengannya. Terpaksa
Satria melayaninya.
Begitu juga para murid Perguruan Tangan Sakti. Mereka semuapun diserbu puluhan
orang yang sejak tadi ber-gerombol di belakang si Kerbau Gila.
Tentu saja hal ini amat mengejutkan Seta dan adik-adik seperguruannya. Mereka
tidak punya pilihan lain lagi kecuali mempertahankan diri. Bahkan kalau mungkin,
melawan sekuat tenaga dan balas menyerang. Para murid Perguruan Tangan Sakti
yang masih berada di dalam, segera berbondong-bondong keluar, membantu kakak-
kakak seperguruannya. Memang, para murid yang keluar sejak tadi adalah yang
memiliki tingkat kepandaian paling tinggi. Mereka terdiri dari tiga orang murid
kepala, Seta, Satria dan Mega. Dan tiga belas orang murid yang se-tingkat di
bawah mereka. Sudah dapat diduga, maka terjadilah pertarungan semrawut di lapangan yang luas
itu, antara para murid Perguruan Tangan Sakti melawan para pemburu pedang Aji
Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 6
DEWA ARAK Pedang Bintang pusaka milik Ki Gering Langit.
Di antara semua pertarungan itu yang paling dahsyat adalah pertarungan antara
Seta melawan si Kerbau Gila.
Laki-laki tinggi besar ini adalah seorang tokoh sesat yang memiliki kepandaian
tinggi. Terutama ilmu tongkatnya yang bernama 'Ilmu Tongkat Angin Badai'. Boleh
dibilang, sekali tongkatnya digunakan sudah dapat dipastikan kalau nyawa lawan
melayang. 'Ilmu Tongkat Angin Badai' itu memang luar biasa. Dan itu dirasakan
Seta secara langsung yang menghadapi si Kerbau Gila.
Sejak awal, si Kerbau Gila itu menyerang lewat sapuan tongkatnya ke arah kaki.
Dan hembusan angin dahsyat dirasakan betul oleh Seta. Angin akibat sapuan
tongkat itu bisa membuat orang yang kurang kuat tenaga dalamnya akan terlempar.
Suara menderu-deru mengiringi serangan tongkat itu. Sehingga kalau saja Seta
tidak memiliki tenaga dalam tinggi, tentu sudah terjengkang sebelum serangan
tongkat itu mengenai sasaran.
Akan tetapi, Seta adalah salah satu murid andalan Perguruan Tangan Sakti. Maka
saat melihat sambaran tongkat yang menyapu kakinya, sikapnya begitu tenang.
Hanya dengan lompatan sederhana, Seta telah membuat sapuan tongkat Kerbau Gila
itu menyambar tempat kosong, lewat di bawah kakinya. Dengan cepat, murid andalan
Perguruan Tangan Sakti itu segera membalas dengan serangan-serangan yang tak
kalah dahsyatnya. Sebentar saja keduanya sudah terlibat dalam pertarungan
sengit. Seperti halnya Seta, Satriapun menghadapi lawan yang amat tangguh, yakni Tikus
Muka Merah. Laki-laki kurus ini adalah tokoh sesat yang memiliki kepandaian
tinggi. Tak terhitung tokoh golongan putih yang tewas di tangannya.
Malah sebagian besar dari mereka tewas, di saat Tikus Muka Merah belum
mengeluarkan senjata andalannya berupa sepasang tombak pendek berwarna hitam
mengkilat! Akan tetapi, lawannya kali ini adalah Satria, salah se-Aji Saka ( created ebook
by fujidenkikagawa 7
DEWA ARAK Pedang Bintang orang murid kepala Perguruan Tangan Sakti. Bahkan juga murid kesayangan Ki
Wanayasa! Jadi, walaupun Tikus Muka Merah telah berusaha sekuat tenaga untuk
merubuhkan Satria, tetap saja tidak mampu melakukannya.
Jangankan untuk merubuhkan, mendesakpun tidak mampu. Padahal, segenap kemampuan
yang dimilikinya telah dikerahkan. Bahkan pelahan namun pasti, Satria mulai
mendesaknya. Tikus Muka Merah akhirnya sadar kalau Satria terlalu tangguh jika dihadapi
dengan tangan kosong. Jelas dia kalah segala-galanya. Baik tenaga, kelincahan,
maupun ilmu silat. Kalau hal ini dipaksakan, sudah dapat dipasikan dia akan
rubuh di tangan Satria. Maka pantaslah kalau Ki Wanayasa menamakan perguruan
silatnya, Perguruan Tangan Sakti. Memang, ilmu silat tangan kosong perguruan ini
luar biasa. Pertahanannya sulit ditembus. Sedangkan penyerangannya begitu
dahsyat dan bertubi-tubi laksana gelombang.
Maka, tanpa ragu-ragu lagi Tikus Muka Merah langsung mengeluarkan senjata
andalannya yang berupa sepasang tombak pendek berwarna hitam mengkilat. Kini
dengan senjata andalannya, laki-laki kurus bermuka merah itu berusaha mendesak
Satria. Satria terperanjat ketika merasakan desakan lawan yang menggunakan sepasang
Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tombak pendek itu.
Kemampuan Tikus Muka Merah menjadi berlipat ganda!
Maka Satria tidak mau mengambil resiko. Cepat-cepat dicabut pedangnya dan
langsung dikerahkan ilmu andalannya 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'.
Dengan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga', memang
gerakan-gerakan Satria menjadi luar biasa. Belum lagi ilmu pedang itu sendiri
yang memang dahsyat. Tidak heran dalam bebrapa gebrakan saja, Tikus Muka Merah
mulai terdesak hebat. Dan pada jurus yang kedelapan, sebuah sabetan pedang
Satria berhasil membacok leher laki-laki kurus itu.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 8
DEWA ARAK Pedang Bintang Crakkk! Tanpa dapat berteriak lagi, tubuh Tikus Muka Merah rubuh ke tanah dengan leher
hampir putus. Darah langsung muncrat dari luka sayatan di lehernya. Tokoh sesat
itupun tewas seketika, setelah meregang nyawa sesaat.
Sementara itu pertarungan yang berlangsung antara Seta melawan Kerbau Gila masih
berlangsung sengit.
Walaupun laki-laki tinggi besar itu telah menggunakan senjata andalannya, dan
Seta hanya bertangan kosong, tapi tetap saja Kerbau Gila tidak mampu berbuat
banyak. Jurus 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau' yang digunakan Seta terlalu tangguh
buat si Kerbau Gila. Pertahanan Seta begitu kokoh, membuat setiap serangan
Kerbau Gila kandas di tengah jalan. Sementara serangan balasan dari pemuda murid
Perguruan Tangan Sakti itu semakin lama semakin bertambah saja kekuatannya.
Sehingga dalam beberapa puluh jurus saja Kerbau Gila sudah terdesak hebat.
Sampai akhirnya pada jurus kelima puluh delapan, sebuah totokan ujung kaki kanan
Seta dengan keras menghantam lutut kiri laki-laki tinggi besar itu.
Tukkk! Si Kerbau Gila meringis. Totokan ujung kaki Seta yang ditunjang tenaga dalam
tinggi itu membuat sambungan tulang lututnya terlepas. Rasa sakit yang hebatpun
seketika menyerang lututnya. Akan tetapi, tidak sedikitpun terdengar keluhan
dari mulut Kerbau Gila. Sifat sombong melarangnya bersikap cengeng di hadapan
lawan. Dan saat Kerbau Gila sempoyongan, tiba-tiba Seta menyerang dahsyat.
Pemuda murid Perguruan Tangan Sakti itu mengibaskan kaki kirinya sambil
berputar. Inilah salah satu gerakan
'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.
Desss! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 9
DEWA ARAK Pedang Bintang "Aaaakh....!"
Diiringi suara berdebum keras, tubuh si Kerbau Gila itu ambruk ke tanah. Tidak
bangun-bangun lagi.
*** Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 10
DEWA ARAK Pedang Bintang 2 ementara itu di arena lain, pertarungan antara murid-murid Perguruan Tangan
Sakti dengan para pemburu S pusaka Ki Gering Langit kian menghebat. Murid-murid
tingkat rendahan perguruan itu sudah banyak yang berguguran. Begitu pula dari
pihak para pemburu pusaka Ki Gering Langit.
Baru saja Seta hendak terjun lagi dalam kancah pertarungan itu, tiba-tiba
terdengar suara tawa tergelak.
Sesaat kemudian muncul sesosok tubuh tinggi besar dan berkulit hitam legam. Dua
tangannya yang kekar itu langsung diputar-putarkan di depan dada dari luar ke
dalam. Dan akibatnya sungguh dahsyat. Seketika bertiup angin keras yang mampu
membuat mereka yang sedang bertarung bagai dilanda angin ribut. Padahal jarak
orang bertubuh tinggi besar itu dengan arena pertempuran tak kurang dari lima
tombak. Pertarungan seketika berhenti. Seluruh pasang mata kini tertuju pada manusia
tinggi besar yang masih berdiri sambil terkekeh. Tak terkecuali Seta. Murid
terpandai Ki Wanayasa ini kaget bukan main melihat peragaan tenaga dalam yang
dipertunjukkan manusia tinggi besar itu. Dia sadar kalau orang yang baru datang
itu memiliki kekuatan tenaga dalam yang berada jauh di atasnya.
Terdengar gumaman kaget dari kerumunan para
pemburu pusaka Ki Gering Langit. Rupanya banyak di antara mereka yang mengenal
laki-laki tinggi besar itu. Dia adalah Bargola, yang merupakan datuk bagi kaum
sesat. Bagai kucing ditakut-takuti sapu lidi, kerumunan para pemburu pusaka Ki Gering
Langit kontan buyar. Mereka semua saling mendahului melangkah mundur, karena
takut menjadi korban Bargola.
Jantung Seta berdebar keras ketika mengetahui Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 1
DEWA ARAK Pedang Bintang manusia tinggi besar ini adalah Bargola. Sungguh di luar dugaan kalau dia saat
ini berhadapan dengan tokoh yang belum pernah terkalahkan, kecuali oleh Ki
Gering Langit! Tanpa bertempur lagi, Setapun sudah tahu kalau Bargola tak mungkin dapat
dikalahkannya. Bahkan gurunya sendiri yang bernama Ki Wanayasa, belum tentu
mampu menandingi Bargola. Akan tetapi walau demikian Seta merasa bertanggung jawab
sebagai wakil penuh dari gurunya. Maka tanpa sungkan-sungkan lagi ia maju
menghampiri laki-laki tinggi besar itu.
Melihat hal ini Satria dan Mega tidak mau berdiam diri saja. Mereka memang telah
mendengar kedahsyatan ilmu Bargola. Merekapun tahu kalau Seta bukanlah tandingan
tokoh sesat itu. Namun demikian mereka segera melangkah mengikuti di belakang
Seta. Satria dan Mega benar-benar tidak sampai hati jika harus membiarkan kakak
seperguruan mereka menentang maut sendirian.
"Merupakan kehormatan besar, seorang tokoh besar sepertimu sudi mengunjungi
tempat kami, Bargola," ucap Seta dengan suara yang terdengar tenang. Tapi
ketegangan yang luar biasa masih juga menyelimuti hatinya.
"Siapa kau" Menyingkirlah sebelum kesabaranku hilang!" bentak Bargola tanpa
memperdulikan ucapan Seta.
"Namaku Seta, murid Ki Wanayasa," jawab Seta tegas.
"O, jadi kau murid Wanayasa" Bagus. Kalau begitu cepat panggil Wanayasa! Katakan
padanya aku meminta Pedang Bintang!" tegas Bargola dengan suara keras.
"Sayang sekali Bargola. Guruku saat ini tidak ingin diganggu. Jadi menyesal
sekali kalau aku tidak dapat menyampaikan pesanmu!"
"He...he...he.... Kau beruntung Anak Muda. Sekarang ini hatiku tengah gembira. Kalau
tidak, sudah sejak tadi kau telah jadi mayat! Tapi biarlah. Kalau kau tak mau
memanggil Wanayasa, aku sendiri yang akan
memanggilnya."
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2
DEWA ARAK Pedang Bintang Setelah berkata demikian, Bargola melangkah tenang menuju pintu gerbang
Perguruan Tangan Sakti.
"Langkahi dulu mayatku!" teriak Seta tegas. Dengan berani dihadangnya tokoh
sesat itu. dan.....
Srattt! Cepat sekali Seta mencabut pedangnya. Ia tahu betul kalau lawannya kali ini
memiliki tingkat kepandaian yang sulit diukur. Maka tanpa ragu-ragu lagi segera
dicabut sebjata. Sebab, Bargola tidak bisa disamakan dengan Kerbau Gila!
Kapandaian Bargola jauh di atas Kerbau Gila.
"Ha...ha...ha...!" Bargola tertawa terbahak-bahak. "Maju dan seranglah aku, kunyuk!
Ingin kulihat sampai di mana kelihaian 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga' milik gurumu
itu!" "Hiyaaaa....!" Teriak Seta keras. Tubuhnya melesat menerjang Bargola dengan satu
tusukan lurus ke arah perut. Cepat sekali seangan yang dilakukan Seta itu.
"Hm....." dengus Bargola.
Dengan gerakan yang seperti malas-malasan, Bargola memutar-mutarkan kedua
tangannya di depan dada dari luar ke dalam. Angin keras seketika timbul dari
kedua tangan yang berputaran itu. begitu kerasnya angin itu sehingga membuat
tubuh Seta tertahan, tak dapat maju.
Tubuhnya bagai menembus dinding yang tidak nampak.
Seta menggertakkan giginya. Dikerahkan seluruh tenaganya, mencoba meneruskan
serangannya yang kandas sebelum mencapai sasaran. Sekujur tubuhnya terutama
tangannya yang terjulur menusukkan pedang bergetar keras. Sementara Bargola
tenang-tenang saja sambil memuta-mutarkan kedua tangannya di depan dada.
Sementara Satria dan Mega yang kawatir melihat keadaan kakak seperguruan mereka
yang kritis, segera mencabut pedangnya hampir bersamaan.
Srattt! Srattt!
Dengan gerakan lincah dan indah, Satria dan Mega segera meloncat ke depan dan
bersalto di udara melewati kepala Bargola. Dalam keadaan masih di atas, mereka
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 3
DEWA ARAK Pedang Bintang menukik menyerang bagian atas tubuh Bargola dengan tusukan pedang.
Hebat juga serangan kedua orang murid Perguruan Tangan Sakti itu. semua yang ada
di situ dan menyaksikan pertempuran mereka sampai menahan nafas melihat
kedahsyatan serangan itu. Mereka semua merasa tegang menantikan bagaimana
caranya datuk kaum sesat itu menghadapi serangan gabungan dalam keadaan yang
tidak menguntungkan.
Rupanya menghadapi keadaan yang sulit itu, Bargola hanya mendengus. Putaran
tangannya mendadak bertambah cepat dan berakibat dahsyat. Seta yang sejak tadi
asih memaksa maju tanpa ampun lagi terlempar ke belakang. Tampak dari sudut
bibirnya menetes darah segar.
Setelah merubuhkan Seta dengan kecepatan
mengagumkan, Bargola mengibaskan kedua tangannya ke atas. Hasilnya tusukan
pedang Satria dan Mega tersampok tangna telanjang datuk kaum sesat itu.
Trak! Trak! Satria dan Mega merasakan seluruh tubuh mereka bergetar hebat. Terutama sekali
tangan yang meng-genggam pedang yang bagaikan lumpuh. Tubuh kedua murid
Perguruan Tangan Sakti itu berputar di udara, lalu hinggap beberapa depa di
belakang Bargola seraya terhuyung-huyung.
Wajah keduanya nampak agak pucat karena sampokan tangan Bargola memang dahsyat
sekali. Bargola balikkan tubuhnya menghadap Satria dan Mega. Kedua murid kepala itu
merasakan jantungnya berdebar hebat. Datuk kaum sesat itu memang memiliki sorot
mata yang menggiriskan.
Dengan menggertakkan gigi, Satria dan Mega berusaha menghilangkan debaran
jantung mereka. Kini kedua murid kepala itu bersama-sama mulai memasang jurus
pembukaan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'. Walaupun keduanya sadar kalau ilmu yang
diandalkan itu tidak Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 4
DEWA ARAK Pedang Bintang berarti apa-apa bagi Bargola, tapi tetap saja meraka bersiap-siap menyerang
kembali. "Manusia-manusia tak tahu diri!" teriak Bargola dengan suara mengguntur.
"Sebenarnya aku tidak berniat bermain-main pada kalian. Tapi karena terlalu
kurang ajar, maka aku tidak sungkan-sungkan lagi memberi pelajaran pada kalian!"
"Hiyaaat....!" Teriak Satria sambil melompat menerjang Bargola, begitu datuk sesat
tiu menyelesaikan kata-katanya.
"Hiyaaa....!" Mega menyusul menerjang pula.
Hebat sekali serangan kedua kakak beradik
seperguruan ini. apalagi dilakukan secara bersamaan. Tapi kini yang diserang
adalah sosok yang telah terkenal kehebatannya. Bahkan boleh dibilang sebagai
pentolan kaum sesat. Tokoh yang menggiriskan ini seolah-olah hanya diam saja
menantikan serangan itu. Dan ketika serangan itu dekat, kedua tangannya bergerak
cepat bukan main.
Satria dan Mega tidak tahu lagi apa yang terjadi! Yang jelas, tangan mereka yang
menggenggam pedang terasa lumpuh. Dan di lain saat pedang mereka sudah berpindah
tangan! Rupanya saat serangan Satria dan Mega telah dekat, Bargola cepat menotok
pangkal lengan mereka dengan mengandalkan kecepatan geraknya. Di saat tanagn
mereka lumpuh, datuk kaum sesat itu merampas pedang-pedang itu.
Wajah Satria dan Mega seketika berurbah pucat.
Sekilas mereka melirik Seta yang masih terbungkuk-bungkuk menahan luka dalamnya,
lalu beralih memandang Bargola yang telah merampas pedang begitu mudahnya.
"Ha..ha...ha...!" Bargola tertawa bergelak. Kemudain dengan sedikit menggerakkan
jari-jari tangannya, dipatah-patahkannya pedang-pedang itu.
Tiba-tiba terdengar tepuk tangan yang nyaring sekali, begitu Bargola
menyelesaikan aksinya. Dan begitu suara Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 5
DEWA ARAK Pedang Bintang tepukan berhenti terdengar sebuah suara pujian yang mengandung ejekan.
"Luar biasa! Ternyata nama besar Bargola bukan omong kosong belaka. Kini telah
kulihat sendiri kebenaran berita itu. Buktinya tiga orang pemuda yang sama
sekali tidak terkenal bisa dikalahkan."
Merah padam wajah Bargola. Bahkan kedua telinganya seperti terasa sakit.
Disertai kemarahan menggelegak, ditolehkan kepalanya ke belakang kearah sumber
suara tadi. Di sebelah Seta ternyata telah berdiri seorang kakek yang berusia
sekitar enam puluh tahun. Tubuhnya tinggi kurus, agak bongkok dan berjenggot
putih panjang hingga mencapai dada. Begitu melihat kakek ini, Satria dan Mega
segera maju menghampiri dan memberi hormat.
"Guru...." Satria dan Mega menyebut berbarengan.
Kakek bongkok udang yang ternyata Ki Wanayasa hanya mengibaskan tangannya
perlahan. "Menyingkirlah. Bargola bukan lawan kalian."
Tanpa diperintah dua kali, Satria dan Mega segera menyingkir ke balik punggung
gurunya disebelah Seta. Kini mereka menyadari kelihaian Bargola yang luar biasa
itu. Bargola mendengus sebentar.
"Jadi kau rupanya yang bernama Wanayasa, Ketua Perguruan Tangan Sakti itu"!
Kebetulan sekali kau keluar, jadi aku tak perlu repot-repot lagi mencarimu ke
dalam!" kata Bargola. Ki Wanayasa menatap tajam dan masih tetap bersikap tenang.
"Setahuku aku tidak pernah mempunyai urusan
denganmu Bargola. Lalu mengapa tiba-tiba mencariku"!
Apa ada hubungannya dengan Pedang Bintang milik Ki Gering Langit itu?" ujar Ki
Wanayasa seperti minta pen-jelasan.
"Tentu saja ada. Justru kedatanganku ke mari hanya untuk mengambil Pedang
Bintang itu!" tegas Bargola Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 6
DEWA ARAK Pedang Bintang cepat. "Sayang sekali.... Kau salah alamat Bargola! Aku sama sekali tidak tahu tentang
pedang yang kau cari itu," ujar Ki Wanayasa.
"Maksudmu....?" Bargola terperangah kaget.
"Ya....." Ki Wanayasa menganggukkan kepalanya.
"Pedang Bintang itu tidak ada padaku!"
"Keparat!" teriak Bargola geram. Datuk sesat iu memang percaya akan ucapan itu.
Ia tahu, seorang pemimpin perguruan besar seperti Ki Wanayasa tidak mungkin akan
berbohong. Entah kemarahan Bargola ditujukan kepada siapa.
"Bagaimana Bargola?"
"Kalau begitu menyingkirlah Wanayasa. Aku akan memberi pelajaran pada orang-
orang yang tidak tahu adat padaku!" dengus Bargola.
Setelah berkata demikian Bargola menatap tajam ketiga orang murid kepala
Perguruan Tangan Sakti yang berada di belakang Ki Wanayasa. Sementara Ki
Wanayasa tahu kalau Bargola ingin melampiaskan kekecewaan pada tiga orang
muridnya itu. Tentu saja hal itu akan berkibat fatal. Maka sambil tetap
tersenyum, ditatapnya mata Bargola tajam-tajam. Tapi laki-laki tua itu tidak
memungkiri kalau hatinya tegang juga.
"Kalau aku tidak mau?" tanya Ki Wanayasa
memancing. "Terpaksa kau yang akan kusingkirkan lebih dulu!"
Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tegas Bargola. "Kau tinggal memilih Wanayasa. Menyingkir atau berhadapan
denganku!"
"Aku pilih yang kedua!" tegas Ki Wanayasa.
Bargola tertawa terbahak-bahak.
"Kalau begitu bersiaplah Wanayasa!" tantang Bargola.
"Menyingkirlah kalian!" perintah Ki Wanayasa pada ketiga orang muris kepalanya.
Tanpa diperintah dua kali Seta, Satria dan Mega segera menyingkir dari tempat
itu. Hingga kini di situ tinggal Ki Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa
7 DEWA ARAK Pedang Bintang Wanayasa dan Bargola yang sudah saling tatap sejarak empat tombak.
"Silahkan Bargola," ucap Ki Wanayasa dengan suara tenang. Namun demikian
sebenarnya jantungnya berdegup keras dalam ketegangan yang memuncak. Ki Wanayasa
tahu betul siapa itu Bargola. Sesungguhnya dia ragu, apakah mampu menghadapinya
atau tidak. Itulah sebabnya mengapa tanpa ragu-ragu lagi Ki Wanayasa sudah
menyiapkan ilmu andalannya 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.
Ilmu andalan Ki Wanayasa itu adalah ilmu yang diciptakan langsung olehnya. Dia
mengambil dan menggabung-gabungkan inti beberapa ilmu. Di antaranya adalah jurus
'Kelabang', 'Naga', 'Belalang' dan
'Kalajengking'. Sesuai dengan namanya jurus ini menitik beratkan pada bagian-
bagian penyerangan. Memang pada dasarnya setiap ilmu selalu mempunyai jurus
untuk bertahan dan jurus untuk menyerang. Hanya saja ilmu
'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'. Yang lebih ditonjolkan adalah penyerangan.
"Hm....!" Dengus Bargola.
Selesai mendengus yang menjadi ciri khasnya, Bargola meluruk menerjang Ki
Wanayasa. Kedua tangannya yang berbentuk cakar siap menggedor dada Ketua
Perguruan Tangan Sakti ini.
Angin yang berciutan keras dan tajam mengiringi serangan laki-laki tinggi besar
itu. Ki Wanayasa yang sudha dapat memperkirakan kedahsyatan serangan itu tidak
berani bersikap gegabah. Kesalahan sedikit saja akan berakibat fatal. Maka untuk
sementara dia tidak berani sembarangan menangkis, tapi segera menggeser tubuhnya
ke kanan. Akan tetapi Bargola sudah memperhitungkan hal itu.
maka begitu dilihat Ki Wanayasa menggeser ke kanan, iapun segera menyampok ke
kiri tetap mengarah ke dada Ketua Perguruan Tangan Sakti itu.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 8
DEWA ARAK Pedang Bintang Kali ini Ki Wanayasa tidak mempunyai pilihan lain lagi.
Terpaksa ditangkis serangan itu dengan jari-jari tangan terbuka disertai
pengerahan seluruh tenaga dalamnya.
Prattt....! Tubuh kedua tokoh sakti itu sama-sama bergetar hebat ketika dua pasang tangan
beradu. Hanya saja tubuh Ki Wanayasa nampak terhuyung. Jelas, kalau adu tenaga
dalam Bargola masih sedikit unggul darinya.
Bargola cukup terkejut juga. Walaupun kepandaian Ki Wanayasa memang sudah
diduganya, namun sungguh di luar dugaan kalau tenaga dalam Ketua Perguruan
Tangan Sakti ini tinggi juga. Bahkan mungkin hampir menyamai tenaga dalamnya
sendiri! Hal ini membuat Bargola yang memang beringas ini menjadi semakin murka.
"Hm....." Bargola segera mengeluarkan ilmu 'Tapak Bara' andalannya.
Diiringi dengusan keras, datuk itu membuka serangan dengan tapak tangan kanan
terbuka ke arah dada Ki Wanayasa. Sementara tangan kiri yang jari-jarinya
terbuka bersilang di depan dada.
Ki Wanayasa terperanjat bukan main. Kekagetannya itu bukan karena serangan
melainkan akibat angin panas yang mendahului menyergapnya sebelum serangan
Bargola tiba. Sebagai orang yang telah kenyang pengalaman, laki-laki tua ini
tidak mau bertindak gegabah.
Cepat-cepat dielakkan serangan itu dengan melentingkan tubuh ke samping sambil
berputar di udara menjauh. Hawa panas itu membuat dadanya terasa sesak.
Tentu saja Bargola tidak tinggal diam. Datuk beringas yang tengah murka ini
segera memburunya dengan serangan-serangan yang dahsyat. Sebentar saja Ki
Wanayasa telah terdesak. Ia hanya mengelak setiap serangan Bargola, tanpa berani
menangkis. Sesekali memang balas menyerang tapi segera ditariknya kembali begitu
dilihatnya Bargola akan memapak.
Keadaan Ki Wanayasa ini tentu saja diketahui Satria, Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 9
DEWA ARAK Pedang Bintang Seta dan Mega. Mereka ingin segera membantu tapi bagaimana caranya" Jangankan
ikut bertarung, untuk mendekat dalam jarak tiga tombak saja tidak sanggup.
Hawa panas begitu terasa menyengat!
Ki Wanayasa sadar jika keadaan ini terus berlangsung lambat laun akan rubuh di
tanan Bargola yang dahsyat itu.
hawa panas yang ditimbulkan ilmu 'Tapak Bara' Bargola benar-benar membuatnya
tersiksa. Sekujur wajah dan tubuhnya sduah dibasahi keringat. Bahkan wajahnya
nampak memerah bagai kepiting rebus. Dadanyapun terasa sesak.
Dan pada jurus ketiga belas, Ki Wanayasa tidak mampu lagi mengelak. Bargola
telah memojokkannya sedemikian rupa. Akibatnya dia tidak menemukan jalan keluar
kecuali menangkis untuk menyelamatkan selebar nyawanya.
Dengan terpaksa disambutnya tapak kanan Bargola yang merah membara dengan tapak
tangannya. Plak! Tubuh Ki Wanayasa terhuyung-huyung. Kakek ini merasakan hawa panas yang amat
sangat menjalar di sekujur tubuhnya. Tapak tangannya yang dipakai untuk
menangkis nampak hangus. Ada bau sangit daging terbakar menyeruak dari tapak
tangan itu. Sementara Bargola hanya bergetar saja tubuhnya.
Ki Wanayasa menahan napas. Dikerahkannya seluruh hawa murni yang dimiliki untuk
mengusir hawa panas yang menjalari sekujru tubuhnya. Untuk sesaat pertarungan
terhenti. "Ha..ha...ha...!" Bargola tertawa tergelak penuh kemenangan! Dengan langkah lambat-
lambat dihampirinya Ki Wanayasa yang masih berusaha mengusir hawa panas yang
menjalari sekujur tubuhnya.
"Bersiaplah untuk mati Wanayasa! Pantang bagiku membiarkan hidup seorang lawan
yang berani menentang-ku!" tegas Bargola. Suaranya begitu mengguntur.
Kakek bongkok udang itu masih berusaha mengusir Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 10
DEWA ARAK Pedang Bintang hawa panas yang menyengat ketika datuk itu menghampirinya. Kini semua pandangan
mata tertuju pada Bargola yang tengah melangkah lambat menghampiri Ki Wanayasa.
Sedangkan Ki Wanayasa hanya bersikap pasrah menanti ajal.
Sebelum niat Bargola itu terlaksana, terdengar suara mendesing nyaring. Tak lama
kemudian disusul melayangnya beberapa buah benda berkilatan ke arah Bargola.
"Hm...." Dengus Bargola.
Seketika kedua tangan laki-laki beringas itu bergerak menyampok benda berkilatan
yang melesat cepat ke arahnya! Dari suara mendesing yang sangat nyaring, datuk
kaum sesat itu dapat mengetahui betapa kuatnya tenaga dalam orang yang
melemparkannya. Namun tanpa ragu-ragu lagi Bargola menyampok dengan tangan
telanjang. Dia benar-benar tidak merasa kawatir kalau benda-benda berkilatan itu akan
melukai tangannya. Memang, pada saat mengerahkan ilmu 'Tapak Bara' kedua
tangannya menjadi kebal terhadap segala macam senjata tajam.
Trak, trak, trak! Tap!
Tiga dari empat benda berkilatan yang mengarah ke tubuhnya terpental rubuh
ketika ditangkis Bargola.
Sedangkan sebuah lagi ditangkap tangannya.
Mulanya Bargola kaget bukan main ketika merasakan tangan yang dipergunakan untuk
menyampok bergetar hebat. Dan ketika melihat benda berkilat yang ada di
tangannya, wajahnya seketika berubah! Benda berkilat itu ternyata adalah sebuah
pisau berwarna putih. Bargola tahu betul siapa pemilik pisau itu.
"Raja Pisau Terbang...." Gumam Bargola menyebut suatu nama.
Belum habis ucapan itu, tahu-tahu di depan Bargola telah muncul sesosok tubuh
berperawakan sedang.
Wajahnya gagah dan menyorotkan kesabaran. Usianya sekitar lima puluh tahun.
Memang dialah tokoh yang telah Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 11
DEWA ARAK Pedang Bintang melemparkan pisau-pisau yang berwarna putih mengkilat itu. Dia memang berjuluk
Raja Pisau Terbang, seorang tokoh beraliran putih yang disegani lawan maupun
kawan. "Sungguh tidak kusangka kalau kau bisa tersesat jauh ke sini, Bargola...." Sindir
Raja Pisau Terbang pelan.
Bargola hanya mendengus. Raut ketidak senangan tersirat jalas pada wajahnya.
"Sayang sekali, Raja Pisau Terbang. Kali ini aku tidak berminat untuk berdebat
atau bertarung denganmu. Saat ini aku tengah ada urusan lain yang lebih penting.
Kalau tidak, sekarangpun bisa ditentukan siapa yang lebih kuat di antara kita.
Jangan berharap kau akan semujur dulu!"
tegas datuk sesat itu. Suaranya kasar dan terdengar berat.
"Sampai kapanpun aku akan selalu siap sedia, Bargola," ujar Raja Pisau Terbang
sambil tersenyum.
Bargola tidak menjawab. Datuk sesat itu lagi-lagi hanya mendengus. Suatu
kebiasaan buruk yang telah menjadi ciri khasnya. Kemudian tanpa berkata-kata
lagi digerakkan tubuhnya. Tampaknya hanya seperti menggeliat, tapi tahu-tahu
tubuhnya telah bergeser sejauh lima tombak. Raja Pisau Terbang hanya memandangi
hingga tubuh Bargola lenyap di kajauhan.
Melihat kepergian Bargola, apalagi setelah mendengar bahwa Pedang Bintang tidak
ada di situ, maka para tokoh rimba persilatan pemburu Pusaka Ki Gering Langit
itu satu persatu meninggalkan tempat. Dan tak lama kemudian yang tertinggal di
situ hanya Ki Wanayasa dan murid-muridnya serta si Raja Pisau Terbang.
Ki Wanayasa yang telah pulih dari serangan hawa panas pada sekujur tubuhnya
bergegas mengahampiri Raja Pisau Terbang.
"Terima kasih atas pertolonganmu, Adi Kirin. Kalau tidak......, hhh! Bargola memang
hebat. Ilmu 'Tapak Bara'nya benar-benar dahsyat! Bahkan ilmu meringankan
tubuhnyapun luar biasa sekali...." Ucap Ki Wanayasa.
"Lupakanlah Kakang Wanayasa. Di antara kita rasanya Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 12
DEWA ARAK Pedang Bintang tidak perlu berbasa basi seperti itu. Kedatanganku ke sini hanya secara
kebetulan. Katika kulihat Bargola di Desa Ketapang di Kaki Gunung Waru ini, aku
curiga. Maka akupun mengikutinya. Jelas ini sangat mengherankan sekaligus
mencurigakan kalau Bargola yang berada jauh di Barat, tiba-tiba berkeliaran
sampai ke Timur sini. Setelah kuikuti, ternyata dia memang ingin ke sini.
Sayang, aku agak terlambat...." Sesal Raja Pisau Terbang yang bernama Kirin ini
sambil tersenyum kecil. "Ilmu 'Tapak Bara'nya memang hebat. Tapi mengenai ilmu
meringankan tubuh, rasanya masih bisa kusaingi. Kecuali terhadap tokoh yang satu
itu.... Terus terang aku takluk pada ilmu meringankan tubuh dan kecepatan
geraknya....."
"Ki Gering Langit?" tebak Ki Wanayasa.
"Bukan. Beliau tidak masuk hitungan," Raja Pisau Terbang menggelengkan kepalanya
perlahan. "Lalu siapa?" tanya Ki Wanayasa. Pikirannya berputar keras. Dan tiba-tiba
mendapatkan satu nama.
"Maksudmu...... si Ular Hitam?"
"Benar," Raja Pisau Terbang mengangguk. Ia sudah dapat menduga ketajaman
berpikir Ketua Perguruan Tangan Sakti itu.
"Ahhh....!" Ki Wanayasa mendesah pelan.
"Dialah si pemilik ilmu meringankan tubuh yang luar biasa. Bahkan kecepatan
gerak tangannya tidak bisa kusaingi. Kalau saja aku tidak memiliki pisau
terbang, mungkin sudah tewas di tangannya dulu...."
Ki Wanayasa mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya, pernah kudengar berita itu. kalau tidak salah ilmu meringankan tubuh dan
kecepatan geraknya yang luar biasa itu adalah ilmu 'Ular Terbang' dan terkenal
sebagai ilmu andalannya."
Raja Pisau Terbang hanya mengangguk.
"Kudengar selama beberapa tahun ini nama Ular Hitam tidak pernah terdengar lagi.
Apa betul begitu, Adi Kirin?"
tanya Ki Wanayasa lebih jauh.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 13
DEWA ARAK Pedang Bintang "Benar. Aku sendiri juga heran kakang Wanayasa.
Mendadak saja ia lenyap tanpa berita bagai ditelan bumi.
Kabar yang tersiar di dunia persilatan simpang siur. Ada yang mengatakan
menyembunyikan diri untuk
menciptakan ilmu-ilmu baru yang akan digunakan untuk membalas kekalahannya
terhadap Ki Gering Langit. Berita yang pasti tidak ada yang tahu. Mendadak saja
ia lenyap tanpa jejak..."
Ki Wanayasa termenung sejenak mendengar cerita Raja Pisau Terbang itu, tapi
tiba-tiba saja teringat sesuatu.
Ditepuknya keningnya sebentar.
"Tuan rumah macam apa aku ini. Ada tamu agung bukannya disambut, diajak masuk
dan disediakan minum.
Tapi malah dibiarkan berdiri berpanas-panas di luar!
Ahhh.... Mari masuk dulu Adi Kirin. Kita rayakan pertemuan yang istimewa ini di
dalam." Raja Pisau Terbang hanya tersenyum.
"Usul yang baik sekali," ucap laki-laki setengah baya ini gembira sambil
mengikuti langkah kaki Ki Wanayasa yang telah lebih dulu berjalan menuju ke
dalam bangunan Perguruan Tangan Sakti.
Sementara itu Satria segera menolong Seta yang terluka cukup parah. Sedangkan
Mega sibuk mengatur adik-adik seperguruannya untuk mengurus mayat-mayat yang
bergelimpangan di tempat itu. Beberapa murid lainnya menolong saudara
seperguruannya yang terluka.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 14
DEWA ARAK Pedang Bintang 3 alam itu langit kelihatan kelam. Bulan yang hanya sepotong di langit terlihat
tidak berdaya M menembus awan hitam dan tebal yang bergumpal-gumpal menutupinya. Angin dingin
yang berhembus dan terkadang sesekali keras itu kian menambah seramnya suasana
malam. Dan dalam suasana seperti itu orang-orang merasa lebih suka tinggal di
dalam rumah. Mereka lebih suka dibuai mimpi di peraduannya daripada berkeliaran
di luar. Tetapi kenikmatan seperti itu tidak diperoleh murid-murid Perguruan Tangan Sakti
yang tengah mendapat tugas berjaga. Walaupun keadaan alam yang tidak bersahabat,
mereka harus tetap berjaga-jaga bersikap waspada. Apalagi mengingat kejadian
tadi pagi. Bukan tidak mungkin kalau malam ini ada tokoh-tokoh persilatan yang
masih penasaran ingin menyatroni perguruan mereka untuk mencari Pedang Bintang.
Empat orang murid nampak berjaga-jaga dekat pintu gerbang memandang ke
sekeliling. Sikap mereka benar-benar waspada dalam keremangan cahaya sinar obor
yang nampak lemah tak berdaya. Beberapa murid lain menunggu di pos. Sementara
dua orang lainnya berkeliling ke sekeliling perguruan.
Keadaan benar-benar gelap. Walaupun sepasang mata dibelelakkan sebesar-besarnya
tetap saja tidak akan terlihat apa-apa selain kegelapan pekat. Tapi empat orang
murid yang bertugas jaga itu tetap memperhatikan sekelilingnya dengan mata
nyalang. Dan tiba-tiba salah seorang dari mereka melihat sesuatu dalam kegelapan malam
yang pekat itu. Beberapa saat lamanya murid itu menggeleng-gelengkan kepalanya
sambil mengucek-ucek mata untuk meyakini peng-Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 15
DEWA ARAK Pedang Bintang lihatannya. Tetapi tetap saja dia melihat sosok bayangan putih yang begitu
enaknya bersila di atas sebatang ranting.
Padahal ranting pohon itu hanya sebesar ibu jari!
"Ha...hantu...." Keluar jua ucapan itu dari mulut salah seorang murid walaupun
dengan bibir gemetar.
Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebenarnya ucapan yang keluar dari mulut murid yang sial itu tidak keras bahkan
hanya perlahan saja. Tapi karena keadaan yang begitu hening, suara yang perlahan
itu jadi terdengar keras. Dan tentu saja terdengar oleh teman-temannya yang
berada tidak jauh dari situ.
"Ada apa, Parja?" tanya salah seorang temannya sambil bergerak mendekat.
Parja, murid yang melihat sosok tubuh putih itu mencoba untuk menyahut. Tapi
ternyata tidak mampu.
Yang keluar dari mulutnya hanyala suara gumaman tidak jelas.
Tentu saja yang lain tidak mengerti maksudnya.
Untungnya Parja juga menuding-nudingkan jari telunjuk ke arah tempat ia melihat
sosok tubuh serba putih itu tadi.
Serentak kepala teman-temannya menoleh ke arah yang ditunjuk Parja. Dan betapa
terkesiapnya hati mereka ketika melihat sesuatu yang ditunjuk Parja.
"Han...hantu...." Desis mereka dengan suara bergetar.
Walaupun mereka telah digembleng untuk tidak takut menghadapi maut, akan tetapi
pada mahluk halus tetap saja gentar!
Tapi rupanya salah seorang penjaga yang beranama Wiji tidak percaya dengan
adanya hantu. "Aku tidak percaya kalau hantu atau siluman itu ada.
Buktinya dari dulu aku tidak pernah bertemu segala mahluk tetek bengek itu! aku
yakin ini hanyalah satu siasat orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dari
suasana malam yang tidak seperti biasanya ini!" tegas Wiji dengan sikap tenang.
Ucapan dan sikap dari Wiji membuat Parja dan teman-temannya menjadi agak lebih
berani. Kini mereka menatap Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 16
DEWA ARAK Pedang Bintang sosok bayangan putih itu penuh perhatian.
Mendadak saja sosok bayangan putih itu bangkit dari bersilanya. Dan secepat itu
pula tubuhnya melompat dari ranting pohon yang tadi didudukinya kearah Wiji,
Parja dan seorang rekannya yang tengah memperhatikan. Sosok bayangan putih itu
begitu ringan hinggap sekitar empat tombak di depan para murid Perguruan Tangan
Sakti. Dengan bantuan sinar obor apalagi pakaian orang itu serba putih, Wiji dan tiga
murid lainnya dapat melihat lebih jelas sosok bayangan putih itu lagi. Sedangkan
Parja bergerak menjauh karena rasa takut yang menyerangnya.
Dia hanya memperhatikan tanpa berkedip.
Sosok bayangan putih itu bertubuh tinggi kurus.
Wajahnya tertutup selubung putih yang memiliki dua buah lobang kecil untuk mata.
Pakaiannya juga serba putih. Di bagian dada terdapat sebuah gambar tengkorak
kepala manusia.
Wiji dan teman-temannya memperhatikan sosok
bayangan putih itu dengan bulu tengkuk meremang.
Apalagi ketika menatap sepasang mata yang mencorong kehijauan di balik selubung
itu! Sepasang mata itu lebih mirip mata harimau dalam gelap! Manusiakah sosok
yang berdiri di hadapan mereka ini"
Dan belum lagi sadar dari keterpakuannya, sosok serba putih itu tiba-tiba
mengebutkan tangannya. Kelihatannya pelan saja tapi akibatnya hebat sekali!
Tubuh Wiji dan kedua orang temannya terlempar ke belakang sejauh lima tombak
lebih. Bagai diterjang angin ribut saja layaknya.
Tubuh mereka masih terguling-guling di tanah beberapa tombak jauhnya. Dan begitu
daya lontar serangan sosok serba putih itu habis, tubuh merekapun berhenti.
Mereka kini tidak bergeak lagi dengan sekujur tubuh berwarna kebiruan. Tewas!
Parja dari kajauhan menatap mayat ketiga temannya dengan perasaan campur aduk.
Marah, kaget dan juga ngeri! Jelas sekali dilihatnya kalau sosok serba putih itu
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 17
DEWA ARAK Pedang Bintang hanya menggerakkan tangannya perlahan saja. Dan akibatnya begitu hebat dan
mengerikan! Parja sadar kalau sosok serba putih ini memiliki kepandaian amat
tinggi dan jelas bukan tandingannya. Maka cepat-cepat dia memukul kentongan
tanda bahaya. "Tidak ada ampun bagi orang yang berani meremehkan Siluman Tengkorak Putih!"
ucap sosok serba putih itu.
Tok! Tok! Tok! Dalam sekejapan saja suara kentongan itu telah memecah keheningan malam kelam.
Sosok serba putih yang ternyata berjuluk Siluman Tengkorak Putih membiarkan saja
apa yang dilakukan Parja. Parja memang sengaja tidak di bunuh agar
memberitahukan kedatangannya. Keonaran ini memang sengaja dibuat untuk membuat Ki Wanayasa
keluar dari tempatnya.
Apa yang diharapkan Siluman Tengkorak Putih ternyata memang tidak salah. Suara
kentongan yang dipukul Parja itu segera saja menimbulkan kegemparan di bangunan
besar Perguruan Tangan Sakti. Berbondong-bondong para murid perguruan bergerak
menuju arah kentongan berbunyi. Di antara mereka nampak pula murid utama
Perguruan Tangan Sakti.
Seta yang memiliki ilmu meringankan tubuh paling tinggi di antara murid-murid
lainnya adalah orang pertama yang paling dulu tiba di tempat Parja memukul
kentongan. Ia telah sembuh kembali seperti sediakala setelah diobati gurunya siang tadi.
Yang pertama dilihat Seta adalah sosok serba putih yang tengah berdiri tenang
sambil menatap parja yang masih sibuk memukul kentongan.
"Ada apa Parja?" tanya Seta begitu tiba di samping Parja.
"Siluman itu membunuh rekan-rekan kita Kang," jawab Parja dengan suara
tersendat. Untuk beberapa saatnya lamanya Seta celingukan.
Sepasang matanya nyalang mengawasi sekitarnya. Yang Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 18
DEWA ARAK Pedang Bintang dicari adalah mayat adik-adik seperguruannya yang menurut laporan Parja telah
dubunuh sosok putih di depannya. Tapi sampai sakit matanya dia tidak melihat
apa-apa. Suasana malam yang gelap menghalangi pandangannya.
Beberapa saat kemudian ketika para murid perguruan lainnya yang membawa obor
tiba, Seta akhirnya dapat melihat mayat adik-adik seperguruannya. Obor-obor yang
dibawa cukup menerangi keadaan sekitar tempat itu.
Melihat hal ini amarah Seta meluap. Dengan sinar mata merah ditatapnya sosok
bayangan putih di depannya.
"Hai, Siluman! Apa persoalannya dengan kami sehingga kau begitu kejam membunuh
murid-murid Perguruan Tangan Sakti"!"
Siluman Tengkorak Putih hanya tertawa. Tawanya begitu aneh. Pelan, berat dan
bergaung. Sepertinya bukan keluar dari mulut manusia!
Semula tidak ada yang aneh pada awa itu selain bunyinya yang tidak seperti tawa
manusia pada umumnya.
Tapi beberapa saat kemudian suara tawa itu mulai menampakkan akibatnya. Seta
merasakan suara tawa pelahan namun pasti, mulai menyakiti telinga dan membuat
sesak dadanya. Otak Seta yang cerdas segera saja menduga ada ketidak wajaran
pada suara tawa itu.
Sekilas diliriknya Parja.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Seta melihat Parja tengah duduk bersila.
Kedua tangannya menutupi kedua telinga untuk menghalangi serangan suara tawa
itu. Ternyata bukan hanya Praja saja. Terlihat semua adik seperguruannya duduk
bersila dan menutup kedua telinganya. Tak terkecuali Satria dan Mega! Bahkan ada
beberapa orang adik seperguruannya yang telah menggigil sekujur tubuhnya. Seta
yang telah berpengalaman, tahu kalau adik seperguruannya itu tidak akan dapat
bertahan lama. Sebenarnya dia juga mengalami hal yang sama. Tapi karena tenaga
dalamnya lebih kuat, dia lebih dapat Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa
19 DEWA ARAK Pedang Bintang bertahan. "Hiyaaaat.....!"
Sambil berteriak keras Seta melompat menerjang Siluman Tengkorak Putih yang
masih tertawa. Disadari kalau lawannya ini mempunyai ilmu kepandaian tinggi.
Maka tanpa ragu-ragu lagi dicabut pedangnya dan langsung dikeluarkan ilmu
andalan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'!
Suara berdesing nyaring mengawali serangan.
Walaupun Siluman Tengkorak Putih sudah dapat memperkirakan kedahsyatan serangan
lawan, tetapi dia hanya mendengus saja.
"Manusia tidak tahu diri! Kalau mau aku telah membunuhmu dengan suara tawaku
itu!" Setelah berkata demikian tangannya yang telanjang bergerak cepat menangkis
serangan pedang Seta.
Kecepatan gerak tangannya mengingatkan orang pada serangan seekor ular pada
mangsanya. Begitu cepat dan tiba-tiba.
Trak! "Akh....!"
Seta menyeringai. Tangannya yang menggenggam pedang mendadak lumpuh sesaat
begitu tangan Siluman Tengkorak Putih menangkis pedangnya. Tanpa dapat dicegah
lagi pedangnya terlepas dari pegangan.
Belum lagi Seta sempat berbuat sesuatu, serangan belasan Siluman Tengkorak Putih
telah mengancam. Murid utama Perguruan Tangan Sakti itu hanya melihat kelebatan
sinar putih menyambar ke arahnya. Dirasakannya juga hembusan angin dingin menuju
ke arahnya. Seta kaget bukan main. Sebisa-bisanya dilempar tubuhnya ke belakang dan
bergulingan di tanah beberapa kali. Tapi tetap saja ekor matanya melihat ada
sekelabatan sinar putih mendekati ubun-ubunnya. Seta terus bergulingan.
Sementara itu kelebatan sinar putih itu tetap mencecar ubun-ubunnya.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 20
DEWA ARAK Pedang Bintang Satria, Mega dan beberapa adik seperguruannya melihat semua itu disertai rasa
cemas yang mendalam.
Berbeda dengan Seta mereka yang kini sudah bebas dari serangan tawa itu dapat
melihat jelas semua yang terjadi.
Memang kakak seperguruan mereka berusaha mati-matian mengelak dari ancaman
tangan Siluman Tengkorak Putih yang mencecar ubun-ubunnya.
Satria dan Mega yang bergegas melompat hendak membantu ternyata terlambat!
Tangan manusia siluman itu telak sekali menghantam ubun-ubun murid utama
Perguruan Tangan Sakti itu.
Crokkk....! "Akh!"
Seta memekik tertahan, sebelum tubuhnya rubuh dengan ubun-ubun kepala pecah.
"Kang Seta.....!" teriak Satria dan Mega hampir bersamaan. Dua orang murid utama
Perguruan Tangan Sakti itu tercenung. Pandangan mata mereka seolah-olah tidak
percaya dengan apa yang dilihatnya. Untuk beberapa saat lamanya keduanya
terbengong-bengong.
"Tidak ada ampun bagi orang yang berani menyerang Siluman Tengkorak Putih!"
ancam sosok bayangan putih itu dengan suara yang khas. Pelan, berat dan
bergaung. Kontan Satria dan Mega tersadar dari termenungnya.
Ketika kesadaran mereka timbul maka timbul pula kemarahan di dada.
Srat! Srat! Bagai dikomando kedunya mencabut pedangnya
masing-masing secara bersamaan. Akan tetapi.....
"Tahan.....!"
Tiba-tiba suatu bentakan nyaring menahan gerak Satria dan Mega yang akan
menerjang Siluman Tengkorak Putih.
Serentak keduanya mengurungkan niatnya. Dikenali betul pemilik suara itu. Siapa
lagi kalau bukan guru mereka, Ki Wanayasa.
Keduanya serentak menoleh ke arah asal suara.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 21
DEWA ARAK Pedang Bintang Tampaklah Ki Wanayasa berjalan bersama tamunya Raja Pisau Terbang.
"Aku telah dapat memastikan, Kakang Wanayasa.
Siluman Tengkorak Putih ini ada hubungannya dengan si Ular Hitam! Aku tahu betul
gerakannya waktu menewaskan Seta adalah ilmu 'Ular Terbang'!" bisik Raja Pisau
Terbang pada Ki Wanayasa.
"Tapi.... bukankah Ular Hitam telah lama lenyap dari dunia persilatan" Lagi pula,
sepanjang yang kuketahui si Ular Hitam tidak pernah punya murid!" bantah Ki
Wanayasa. Sepasang matanya menatap marah ke arah Siluman Tengkorak Putih yang
telah membunuh murid kesayangannya.
"Ah, Kakang. Siapa yang mengetahuinya" Di antara seluruh datuk persilatan dialah
satu-satunya datuk yang paling misterius. Siapa yang tahu dia punya murid atau
tidak?" "Hey.....! Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa" Mengakulah sebelum
terlambat!" bentak Siluman Tengkorak Putih. Nadanya tidak sabar begitu melihat
keduanya telah mendekat.
Raja Pisau Terbang dan Ki Wanayasa hanya tersenyum.
Apalagi si Raja Pisau Terbang. Padahal si Raja Pisau Terbang adalah salah
seorang datuk persilatan yang ditakuti lawan dan disegani kawan. Dan kini
diancam seroang tokoh yang baru dikenal dan berjuluk Siluman Tengkorak Putih!
Siapa yang tidak geli"
"Kisanak," ucap Raja Pisau Terbang dengan sabar.
"Sungguh tidak kusangka kalau kau begitu sombong.
Melihat gerakanmu aku yakin kau mempunyai hubungan dengan si Ular Hitam. Entah
sebagai murid atau adik seperguruannya. Atau kau adalah pencuri kitab-kitab ilmu
silatnya" Hanya yang perlu kau ketahui Kisanak.
Jangankan dirimu. Ular Hitam saja tidak berani berkata seperti itu kepadaku!"
Ha...ha...ha...!
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 22
DEWA ARAK Pedang Bintang Tiba-tiba terdengar suara tawa terbahak-bahak begitu Raja Pisau Terbang
mengakhiri ucapannya. Belum lagi gema suara itu lenyap, muncul sesosok tubuh
pendek kekar. Rambutnya awut-awutan dan bermata merah. Dan kini orang itu telah
berada di sebelah kanan Siluman Tengkorak Putih.
"Raja Racun Pencabut Nyawa...." Desis Raja Pisau Terbang begitu melihat sosok
tubuh yang berdiri di sebelah kanan Siluman Tengkorak Putih.
Ki Wanayasa tersentak kaget juga. Telah didengar banyak tentak tokoh ini dari
adik seperguruannya. Raja Racun Pencabut Nyawa tinggal di Barat dan pernah
dikalahkan si Ular Hitam dalam pertarungan merebutkan kedudukan datuk di Barat.
Karena kekalahannya itu dia menyingkir ke Selatan. Ternyata dia di situ membuat
kekacauan sehinnga membuat adik seperguruan Ki Wanayasa turun tangan
menantangnya. Kali inipun Raja Racun Pencabut Nyawa harus menelan pil pahit.
Adik seperguruan Ki Wanayasa tidak mampu dikalahkannya.
Kepandaian keduanya berimbang. Sehingga dalam pertarungan mati-matian itu mereka
sama-sama mendapat luka. Itulah berita yang didengar Ki Wanayasa dari adik
seperguruannya. Sungguh tidak diduga kalau malam ini dia akan bertemu tokoh itu.
"Gerda, orang yang berbicara tadi itu adalah Raja Pisau Terbang," ujar Raja
Racun Pencabut Nyawa memberitahu.
"Oh, pantas. Dia begitu sombong. Jadi kalau bagitu orang yang disebelahnya
adalah Ki Wanayasa, Paman?"
tanya Siluman Tengkorak Putih meminta ketegasan.
"Betul."
Kini dengan sorot mata garang, Siluman Tengkorak Putih menatap Ki Wanayasa penuh
selidik. Diperhatikannya kakek bongkok udang itu lekat-lekat.
"Ki Wanayasa! Kau tentu sudah tahu maksud
kedatanganku ke sini bukan?" tanya Siluman Tengkorak Putih tenang.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 23
DEWA ARAK Pedang Bintang Ki Wanayasa hanya tersenyum.
"Sudah bisa kutebak maksud kedatanganmu, Siluman Tengkorak Putih. Apalagi kalau
bukan masalah Pedang Bintang"! Bukankah demikian?"
"He...he....he..." Siluman Tengkorak Putih hanya
terkekeh. "Ahhhh....sayang sekali!" ujar Ki Wanayasa sambil menghela napas.
Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mengapa?"
"Pedang itu sama sekalu tidak ada padaku."
"Bohong!" bentak Siluman Tengkorak Putih keras.
"Jaga mulutmu Kisanak!!" bentak Ki Wanayasa tak kalah garangnya. "Jangan dikira
aku takut padamu!"
"Keparat!" Siluman Tengkorak Putih menggeram hebat.
Sudah dapat diduga kalau akhirnya laki-laki berjubah ini akan menyerang Ki
Wanayasa. "Gerda, sabar dulu...."
Siluman Tengkorak Putih yang bernama Gerda itu mengurungkan niatnya. Ditatapnya
wajah Raja Racun Pencabut Nyawa lekat-lekat.
"Dia telah menghinaku, paman" protes Siluman Tengkorak Putih.
"Hal itu bisa diurus nanti. Sekarang yang penting adalah persoalan Pedang
Bintang. Sabarlah sebentar......"
jelas Raja Racun Pencabut Nyawa sambil memegang bahu Siluman Tengkorak Putih.
Beberapa saat lamanya Siluman Tengkorak Putih termenung. Tapi akhirnya
menganggukkan kepalanya juga.
Kini Raja Racun Pencabut Nyawa mengalihkan pandangannya pada Ki Wanayasa.
"Ki Wanayasa...." Sapa Raja Racun Pencabut Nyawa pelan. Seulas senyum licik
tersungging di bibirnya.
"Tidak usah banyak peradatan, Raja Racun!" selak Ki Wanayasa keras. "Katakan
saja apa maumu dan jangan bertele-tele!"
Seketika wajah Raja Racun Pencabut Nyawa berubah Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 24
DEWA ARAK Pedang Bintang setelah mendengar teguran kasar itu. Sesaat sepasang matanya berkilat penuh
Tangan Berbisa 9 Peristiwa Bulu Merak Karya Gu Long Tamu Dari Gurun Pasir 8