Pencarian

Raja Tengkorak 1

Dewa Arak 26 Raja Tengkorak Bagian 1


AJI SAKA DEWA ARAK RAJA TENGKORAK Kitab ke : 026 Ebook By : WAKINAMBORO
Cover By : WAKINAMBORO
R A J A T E N G K O R A K
O l e h A j i S a k a
C e t a k a n p e r t a m a
Penerbit Cintamedia, Jakarta
Gambar sampul oleh Herros
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
Aji Saka Serial Dewa Arak dalam episode:
Raja Tengkorak 128 hal., 12 x 18 cm
Scan, Edit Teks & Convert to PDF
By WAKINAMBORO EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com 1
Hari masih pagi sekali. Tampak matahari
menyembul dari ufuk Timur. Bentuknya laksana,
sebuah bola besar berwarna merah menyala.
Di pagi yang cerah itu, suara kecipak air laut
terdengar ketika seorang pemuda berambut putih
keperakan mengayuhkan dayungnya. Sesekali dia
menarik napas dalam-dalam untuk menghirup uda-
ra laut yang sejuk.
"Sebenarnya kita hendak menuju kemana,
Kang Arya?" tanya gadis cantik yang duduk di
sebelah pemuda berambut putih keperakan.
Pemuda itu tidak lain adalah Arya Buana atau
yang dikenal dengan julukan Dewa Arak. Dia,
bertubuh kekar dan berotot. Sepasang matanya
menatap lembut ke wajah gadis berkulit, putih di
sampingnya. Kemudian dia, melingkarkan tangannya
perlahan ke bahu gadis berpakaian putih. Ada
perasaan aman yang menyelinap di hati gadis
berambut panjang dan berwarna hitam itu.
"Coba tebak, Melati. Akan ke mana tujuan kita
sebenarnya," ujar pemuda berambut putih
keperakan tanpa menjawab pertanyaan gadis yang ter-
nyata bernamaMelati. Putri angkat Raja Bojong Gading.
Arya mengetatkan lingkaran tangannya yang mengitari pangkal lengan gadis
berkulit putih itu. Sehingga
membuat tubuh mereka makin rapat. Melati merasakan
kehangatan dalam dekapan Arya.
"Sayang sekali, Kang. Aku lagi malas menebak,"
elak Melati sambil menyandarkan kepalanya di bahu
Arya. Arya mengelus-elus rambut Melati beberapa saat
lamanya. Dijumputnya beberapa helai, dan dibawa
1 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com ke arah hidungnya. Sementara tangan
yang satunya sibuk mengayuh dayung.
Pelan tapi pasti perahu itu melaju membelah
permukaan laut yang tenang.
"Ayolah, Kang. Beri tahu aku, ke mana tujuan kita sebenamya?" desak Melati tanpa
mengangkat kepalanya. "Kita menuju Pulau Ular, Melati," jawab Arya pelan.
"Apa ... "! Pulau Ular"!"
Melati terjingkat bagai disengat kalajengking. Bola matanya terbelalak lebar,
dan menatap wajah Arya
lekat-lekat. Arya mengangguk seraya mengulas senyum.
"Memangnya kenapa, Melati?" kalem pemuda
berpakaian ungu itu mengajukan pertanyaan.
"Untuk apa kita ke tempat yang mengerikan itu, Kang?"
Arya menarik napas dalam-dalam dan
menghembuskannya kuat-kuat.
"Kau ingat ceritaku tentang Kemamang Danau
Neraka?" Dewa Arak malah balas bertanya.
Melati menganggukkan kepala. Dia sedikit paham
tempat itu. Karena Arya pemah menceritakan
kepadanya ketika pemuda itu berada di Pulau Ular
untuk mencari obat bagi kesembuhan dirinya (Untuk
jelasnya, baca serial Dewa Arak dalam episode
"Perjalanan Menantang Maut").
"Nah, aku datang untuk memenuhi janjiku, Melati,"
kata pemuda berambut putih keperakan itu. "Aku telah berjanji untuk menemuinya,
setelah kau sembuh.
Janji seorang gagah harus ditepati. Ingat, Melati.
Seorang gagah sekali berkata hitam, tetap hitam. "
"Ooo ... ! Jadi, kau adalah orang gagah, Kang"!"
g o d a M e l a t i s e r a y a m e n c i b i r k a n m u l u t n ya .
Kontan wajah Arya memerah.
2 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Ini..., eh...! Aku tidak bermaksud begitu..., maksudku
...... "Ah...! Tidak usah pura-pura, Kang!" sergah Melati cepat. Raut wajahnya dibuat
sungguh-sungguh.
Seakan-akan dia memang tidak bermaksud menggoda
Arya. "Tidak malu memuji-muji diri sendiri!"
Semakin merah wajah Arya mendengar ucapan itu.
Dia tahu Melati menggodanya. Dan, dia ingin
meloloskan diri dari godaan gadis cantik yang duduk manja di sebelah dirinya.
Tapi dia tak mampu
menghindari godaan Melati.
Di tengah kebingungan menghadapi ulah
kekasihnya, mendadak langit berubah gelap. Halilintar menyambar tak henti-henti.
Laut pun bergolak dahsyat Tak pelak lagi, perahu mereka terombangambing
dipermainkan gelombang.
Karuan saja perubahan cuaca yang mendadak itu
membuat pasangan pendekar Sakti itu terperanjat
kaget. "Ada apa, Kang"!" teriak Melati keras mengatasi suara riuh, agar suaranya dapat
didengar oleh Arya.
Wajah gadis berpakaian putih ini tampak pucat.
Gentar dan ciut juga nyalinya melihat alam
mempertunjukkan kekuatannya.
"Entahlah, Melati," jawab Arya berteriak. "Mungkin akan terjadi badai!"
Brakkk ... ! Dengan diiringi suara hiruk-pikuk yang memekakkan
telinga, perahu itu hancur dihantam segulung ombak
besar. Tubuh Dewa Arak dan Melati terpelanting, lalu tercebur ke laut.
"Kang Arya...!"
Melati menjerit keras ketika tubuhnya terpental ke
dalam laut dan jatuh dipermainkan gelombang. Sesaat kepalanya timbul di dalam
air. Tapi sekejap kemudian, tenggelam kembali diterpa segulung gelombang.
3 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Melatii ... !" teriak Arya kalap melihat tubuh kekasihnya lenyap. Tubuh pernuda
berambut putih keperakan itu juga timbul tenggelam dalam alunan
gelombang laut yang bergelora.
Hatinya lega ketika melihat kepala Melati kembali
timbul di permukaan taut. Dewa Arak berusaha sekuat tenaga berenang ke arah
Melati, yang terpisah
jauh dari dirinya. Dalam kekalutan hati, Arya
berenang dengan mengerahkan seluruh tenaga
dalamnya. Tapi apalah artinya kekuatan manusia, dibandingkan
dengan kekuatan alam" Meskipun Arya berupaya
sekuat tenaga mendekati Melati, tapi ombak besar
telah menyeret putri angkat Raja Bojong Gading itu.
Arya dan Melati makin jauh terpisah.
Dewa Arak dan Melati sadar walaupun mereka
memiliki kesaktian, tak mungkin dapat bertahan di taut yang berombak besar tanpa
alat bantu. Arya kemudian mengalihkan perhatian ke sekeliling.
Dia melihat papan pecahan perahu yang berserakan
berada tak jauh dari dirinya. Tapi, tak sepotong
papan pun berada di dekat Melati. Tanpa membuang-
buang waktu lagi, Arya segera meraih sepotong papan yang agak besar.
"Melati...! Ambil papan ini ... !"
Arya berteriak keras sambil melemparkan kepingan
papan ke arah Melati, yang tubuhnya timbul tenggelam dipermainkan gelombang
taut. Singgg ... ! Pyarrr ... !
Tak tanggung-tanggung lagi, seluruh tenaga dalam
dikerahkan Dewa Arak ketika melempar kepingan papan ke arah putri angkat Raja
Bojong Gading itu. Air laut memercik ke sana kemari tatkala terlanda papan yang
dilontarkan Arya.
Prasss ... ! Kepingan papan itu, mendarat di permukaan laut
4 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com dekat dengan Melati. Buru-buru
Melati berenang
menuju ke arah papan, yang dapat dipergunakan
sebagai pelampung.
Karena, kekhawatiran yang amat sangat akan
keselamatan gadis yang dicintainya, tak hanya satu
potong saja papan yang dilemparkan Arya. Dalam
gulungan gelombang yang semakin menggila, dia terus mengambil papan-papan itu
dan melemparkannya ke
arah Melati. Pemuda berambut putih keperakan itu baru
menghentikan kesibukannya, karena papan tinggal
sekeping lagi. Dia segera meraihnya, dan
berpegangan erat-erat sambil mengapungkan
tubuhnya di permukaan taut
Badai terus mengamuk. Laut pun bergolak. Halilintar tak henti-hentinya
menyambar. Arya jatuh pingsan.
Tapi, kedua tangannya mencengkeram erat papan
itu. Entah karena naluri untuk menyelamatkan
nyawanya. Atau, karena tangannya telah menjadi kaku.
Sehingga mencekal erat kepingan papan yang
berfungsi sebagai pelampung.
Arya tidak tahu sama sekali kalau sewaktu pingsan,
dirinya dipermainkan ornbak. Terkadang, tubuhnya
dibawa oleh segulung ombak hingga ke puncak, lalu
dihempaskan ke bawah. Dewa Arak yang terkenal
menggemparkan dunia persilatan itu kini sama sekali tidak berdaya. Tubuhnya
terapung mengikuti arah
gelombang. ooOWKNBROoo "Uhhh...!"
Arya mengeluh perlahan. Air menerpa wajahnya
berkali-kali. Dan sinar matahari terik membakar
tubuhnya, membuat dia siuman kembali.
Pemuda berpakaian ungu itu mengerjap-ngerjapkan
5 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com sepasang matanya. Kepalanya
dirasakan agak pusing. Arya beranjak bangkit ketika air laut kembali menerpa tubuhnya yang
tergolek di pantai. Kontan
sepasang matanya beredar berkeliling.
"Ah ... ! Mengapa aku bisa berada di sini... kata pemuda berambut putih
keperakan itu dalam hati.
Arya segera berdiri. Benaknya berputar keras
mengingat-ingat peristiwa yang dialaminya. Sedangkan kedua tangannya sibuk
membersihkan butiranbutiran
pasir yang melekat di pakaiannya.
"Melati...," gumam Arya setelah mampu mengingat semua peristiwa yang menimpa
dirinya dan Melati.
Kepalanya menoleh ke sana kemari. Tapi, tetap tidak menemukan gadis berpakaian
putih yang ikut pergi
bersamanya. Ada rasa khawatir yang menyelinap di
dalam hati kecilnya. Perasaan itu segera dibuangnya, dan dia berdoa dalam hati
semoga Tuhan menyelamatkan kekasihnya.
Pemuda berambut putih keperakan itu menyusuri
tepian pantai. Sepasang matanya tertumbuk sebuah
bongkahan. Sepercik harapan terbetik di hatinya. Dia segera mempercepat langkah
kakinya. Namun tatkala
jaraknya makin dekat, dia baru tahu kalau bongkahan itu sepotong kayu yang sudah
lapuk. Arya sadar pantai tempat dirinya terdampar
cukup luas. Lalu, disusurinya tepian pantai dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuh. Sampai
matahari tenggelam di Barat, tak juga dia
menemukan Melati. Bahkan tidak ada sama
sekali tanda-tanda kalau gadis berpakaian putih itu terdampar di situ.
"Melati...," desah Arya pilu. Sepasang matanya menerawang jauh menatap laut yang
sudah tenang. Kemudian pandangannya dialihkan ke arah tempat
dirinya terdampar. Perlahan-lahan kakinya melangkah memasuki hutan, mencari kayu
untuk membuat rakit
6 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com yang akan digunakan untuk
melanjutkan perjalanan ke Pulau Ular, dan mencari Melati.
Arya bertindak hati-hati. Pulau itu berbeda
dengan pulau-pulau yang pernah. dikunjunginya. Urat-urat syaraf di sekujur
tubuhnya menegang, pertanda dia senantiasa waspada dengan segala kemungkinan.
Suasana di pulau itu mulai gelap, tapi tak
menghalangi niatnya melanjutkan perjalanan.
Pemuda berpakaian ungu itu tidak mengetahui bila


Dewa Arak 26 Raja Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerak-geriknya diawasi sosok tubuh yang berlindung di balik pepohonan. Kemudian
sosok tubuh yang
mengenakan seragam tengkorak itu melesat cepat
mendahului Arya.
7 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com 2
"Aunggg ... !"
Lolongan anjing hutan terdengar mengaung panjang,
membuat suasana malam makin menyeramkan. Tampak
beberapa sosok bayangan berkelebat cepat menuju
mulut hutan. Menilik gerakan yang ringan dan gesit, dapat dipastikan kalau
bayangan itu adalah orang-orang persilatan yang mempunyai kepandaian cukup
tinggi. Tujuan mereka cuma satu, Hutan Jambak.
"Kau percaya dengan berita yang tersebar itu,
Juriga?" tanya seorang dari dua sosok tubuh yang bergerak cepat memasuki Hutan
Jambak. DI bawah siraman sinar rembulan di langit,
tampak jelas sosok bayangan yang berbicara itu.
Seorang laki-laki bertubuh kekar dan berotot. Pada
wajahnya terdapat kumis dan jenggot yang tak terurus.
Urat tangannya tampak menonjol keluar.
"Maksudmu..., tentang pemimpin besar kita,
Dulimang?" sahut Juriga yang bertubuh kecil kurus.
Sepasang matanya seperti orang mengantuk.
Sedangkan wajahnya tampak pucat seperti orang
berpenyakitan. "Ya...," sahut laki-laki kekar berotot yang ternyata bernama Dulimang.
Sambil berkata demikian, Dulimang terus
melangkahkan kakinya. Tak terdengar deru napas
memburu ketika laki-laki bertubuh kekar dan berotot itu menjawab pertanyaan
Juriga. Dari sini dapat diketahui kalau Dulimang memiliki kepandaian yang cukup
tinggal Dulimang memalingkan kepalanya ke arah
suara yang berasal dari mulut Juriga. Memang rekannya ingin menanggapi ucapan
laki-laki bertubuh kekar dan berotot itu. Tapi karena dia diliputi rasa
khawatir, tetap 8
Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com saja dia melangkah ke depan.
"Kau percaya kalau orang yang menyuruh kita
datang ke tempat ini adalah pemimpin besar kita,
Juriga?" Dulimang tidak sabar menunggu jawaban rekannya.
"Hentikan pertanyaanmu, Dulimang. Jika kau masih sayang dengan nyawamu!" sergah
Juriga. Kontan wajah Dulimang pucat pasi. Untung saja
suasana remang-remang, sehingga warna pucat pada
wajahnya tak nampak. Bentakan pelan itu telah
menimbulkan rasa takut di hati laki-laki kekar
berotot itu. Dia tahu Juriga tidak sembarangan
bicara, karena dia sendiri telah mendengar keke jaman dan kesadisan pemimpinnya.
"Tidak cukupkah surat yang ditancapi dengan pisau berkepala tengkorak sebagai
bukti, Dulimang,"
ujar Juriga. Ucapan yang mengandung teguran keras itu
membuat Dulimang terkesima.
"Bukan aku tidak percaya, Juriga," Dulimang memperbaiki kata-kata yang diucapkan
sebelumnya. Jelas laki-laki berkumis dan
berjenggot lebat itu diliputi rasa gentar.
"Tapi, bukankah menurut kabar yang kudengar,
beliau telas tew as dalam sebuah pertempuran"!"
suara yang keluar dari mulut Dulimang terdengar
berhati-hati, pertanda ucapan rekannya tadi
berpengaruh. "Siapa tahu beliau mempunyai murid atau keturunan, Dulimang. Apakah kau tidak
berpikir sampai ke sana?"
Dulimang terdiam mendengar dugaan yang
dilontarkan Juriga. Disadari ucapan rekannya itu
mengandung kebenaran.
"Ya! Siapa tahu, tokoh yang mengundang mereka
adalah murid atau keturunan pemimpin besar. Kenapa
aku tak berpikir sampai ke situ?" rutuk Dulimang dalam 9
Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com hati.
Melihat rekannya membisu seribu bahasa, Juriga
melanjutkan langkahnya. Dia merasa sudah cukup
berbicara, dan tidak ingin berbincang-bincang
lagi. Lalu, mereka berdua melanjutkan perjalanan
tanpa berkata-kata sepatah pun.
Juriga berjalan tanpa dibebani perasaan apa
pun. Sedangkan Dulimang melangkah dengan
segumpal rasa takut Ucapan rekannya telah
membuat laki-laki kekar berotot itu diliputi rasa
khawatir bukan kepalang.
Perasaan itu muncul bukan tanpa penyebab.
Dulimang telah mendengar kekejaman dan
kesadisan pemimpin besar itu bila memperlakukan
orang yang tak disukainya. Apalagi orang yang
membicarakan tentang kejelekan dan keburukan
dirinya. Dapat dipastikan ia akan menerima hukuman
yang mengerikan dari pemimpin besar itu. Tak
mengherankan bila perasaan takut menyergap diri
Dulimang. Rasa takut dalam diri laki-laki yang bertubuh
kekar dan berotot itu makin mendalam, bila diingat
kalau ilmu yang dimiliki pemimpin besar mampu
mengetahui orang yang berniat buruk, atau
membicarakan dirinya.
Kedua orang itu makin dalam memasuki hutan.
Tampak beberapa sosok bayangan berkelebat dari
berbagai jurusan. Mereka bergerak ke arah lapang an luas. Ternyata sudah banyak
para tokoh persilatan berkumpul di sana. Dulimang dan
Juriga segera membaur dalam kerumunan itu.
Dulimang yang tengah dilanda rasa takut,
memperhatikan suasana sekelilingnya. Sepasang
matanya mengamati para tokoh persilatan yang
hadir di situ. Jumlah mereka sekitar tiga puluh
orang. Menilik gerak-gerik mereka, bisa diperkira-
10 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com kan kalau para tokoh persilatan itu
berasal dari aliran hitam. Aneh! Tak seorang pun yang berani membuka
suara. Mereka semua diam membisu. Dari sikap
yang ditunjukkan tokoh persilatan golongan hitam
itu sudah bisa diperkirakan betapa besar pengaruh
orang yang disebut pemimpin besar itu.
Di sebuah lapangan luas, tampak gundukan batu
sebesar kerbau setinggi satu tombak. Sekilas
tampak wajah Dulimang pucat ketika menatap se-
batang tongkat bergagang kepala tengkorak yang
tertancap di puncak gundukan batu. Begitulah ciri
khas pemimpin besar mereka.
"Aunggg...!"
Tiba-tiba saja terdengar lolongan serigala.Wajah-
wajah yang sejak tadi tenang mulai berubah
menegang. Mereka sudah tahu, jika serigala meng-
aung maka muncul sang pemimpin besar. Tapi, mereka
tak mengerti hubungan kedua peristiwa itu.
Begitu suara lolongan serigala lenyap, sebagian dari tokoh persilatan melihat
sosok tubuh yang melintas di atas kepala mereka. Kemudian setelah itu sosok
bayangan itu melakukan salto di udara. Dan....
Tappp... Gerakan yang indah dari sosok bayangan itu
mengundang rasa kagum tokoh persilatan yang
hadir di situ. Namun, yang lebih membuat tokoh-tokoh aliran hitam itu terpesona,
ketika melihat sosok
bayangan yang melakukan salto di udara tadi mendarat dengan mulus di atas
tongkat berujung tengkorak
kepala manusia, dalam posisi duduk bersila.
Puluhan pasang mata tak berkedip menatap ke arah
pemimpin besar mereka. Sungguh luar biasa kekuatan
sorot mata tokoh persilatan yang duduk bersila di atas tongkat berujung
tengkorak kepala manusia itu.
Karena pandangannya yang tajam telah membuat
11 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com rasa gentar para tokoh persilatan
beraliran hitam.
Bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya, tokoh-
tokoh persilatan golongan hitam itu menundukkan
kepalanya, tatkala sang pemimpin memandang tajam ke arah mereka. Hanya beberapa
gelintir saja Yang berani menentang pandang pemimpin besar itu, termasuk
Juriga dan Dulimang.
Dulimang memperhatikan terus sang pemimpin itu.
Tinggi tubuhnya sukar ditebak. Lantaran dia duduk
dengan posisi bersila. Sedangkan wajahnya tak dapat dikenali sama sekali, karena
tertutup kain bergambar tengkorak.
Dulimang mengalihkan pandangan ketika sang
pemimpin yang lebih patut disebut manusia tengkorak itu, menatap tajam ke arah
dirinya. Dan, buru-buru
kepalanya ditundukkan. Sebab sepasang mata Yang
tajam itu memancarkan cahaya berwama kehijauan.
Setelah mengedarkan pandangan, pemimpin besar
yang mengenakan pakaian tengkorak itu menurunkan
kedua tangannya yang semula terlipat di depan dada.
Lalu, kedua tangan itu digerakkan ke belakang
punggungnya. Gerakan yang dilakukan sang pemimpin itu perlahan
sekali. Seolah-olah tidak ada pengerahan tenaga dalam sama sekali. Anehnya,
tubuh laki-laki berpakaian
tengkorak itu melesat cepat tanpa mampu ditangkap
mata. Lalu, dia berdiri di atas gundukan batu besar.
Tampak sosok tubuhnya yang agak kurus dan
jangkung. "Di antara semua yang hadir di sini, ternyata masih ada, yang meragukan diriku
sebagai Raja Tengkorak!"
Cetus laki-laki bertubuh tinggi kurus itu.
Terdengar suara yang aneh dari mulut laki-laki
berjuluk Raja Tengkorak itu. Keanehan suara itu
mungkin disebabkan selubung bergambar
tengkorak yang menutupi seluruh kepalanya.
12 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Barangkali juga dia mengerahkan
tenaga dalam, sehingga suaranya bergema.
"Aku tahu, ada beberapa gelintir di antara
kalian yang tidak mempercayaj diriku. Dan, mereka
berbicara di belakangku," Raja Tengkorak kembali melanjutkan ucapannya. "Tapi,
itu masih bisa kumaklumi."
Laki-laki bertubuh tinggi kurus itu menghentikan
ucapannya. Sepasang matanya yang bercahaya
kehijauan, terpaku pada wajah Dulimang. Karuan saja laki-laki kekar berotot itu
menjadi cemas dan pucat.
"Benarkah kabar yang tersebar bahwa Raja
Tengkorak memiliki ilmu yang mampu mengetahui
orang yang membicarakan dirinya?" tanya
Dulimang dalam hati sambil tergesa-gesa
menundukkan kepalanya.
Laki-laki kekar berotot itu baru berani mengangkat
kepalanya kembali ketika sang pemimpin besar itu
melanjutkan ucapannya.
"Perlu kalian ketahui, aku tidak dapat mengampuni seseorang yang secara terang-
terangan menentangku!"
tandas dan jelas sekali ucapan yang dikeluarkan Raja Tengkorak.
Belum lenyap gema. ucapan Raja Tengkorak, tiba-
tiba beberapa sosok tubuh melesat dan langsung
mendarat di bawah batu besar tempat Raja Tengkorak
berdiri. "Memang, kami tidak percaya kau adalah Raja
Tengkorak!" seru seorang dari tiga sosok tubuh yang kini berdiri di bawah Raja
Tengkorak. Dia adalah seorang laki-laki bertubuh tinggi besar dan berhidung
besar. Sebuah rompi terbuat dari kulit buaya
membungkus tubuhnya yang berwarna coklat
kehitaman. Dua orang yang mengenakan rompi yang
sama, juga menganggukkan kepala pertanda
13 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com mendukung ucapan laki-laki
berhidung besar tadi.
"Siapa kau, Anjing Kecil"!" tanya Raja Tengkorak tenang. Sepasang matanya
beredar berkeliling.
Menatapi satu persatu wajah yang berdiri di, bawahnya.
"Kami bejuluk Tiga Buaya Sungai Rampoa!" jawab laki-laki yang memiliki tahi
lalat besar di pipi kiri. Dari nada suara dan dada yang dibusungkan ketika
menjawab pertanyaan Raja Tengkorak, dapat diketahui kalau laki-laki bertahi
lalat besar itu bangga
dengan julukannya.
"Hmh ...!"
Raja Tengkorak mendengus. Dan begitu suara
dengusannya lenyap, tubuhnya telah melayang ke
bawah. Padahal tidak terlihat sedikit pun kalau dia menggerakkan kaki. Tiba-tiba
dia telah berada dalam jarak satu setengah tombak di hadapan Tiga Buaya
Sungai Rampoa. Kini Raja Tengkorak dan Tiga Buaya Sungai Rampoa
saling berhadapan. Kedua tangan laki-laki bermata
kehijauan itu dilipatkan di depan dada. Sementara
kepalanya menatap ke tanah. Dia pun melangkah kecil-kecil, tai peduli dengan
kehadiran Tiga Buaya Sungai Rampoa. Jelas sikap Raja Tengkorak ini meremehkan
calon lawannya.
Melihat tingkah laki-laki bertubuh tinggi kurus itu, membuat hati Tiga Buaya
Sungai Rampoa menjadi panas. Sebab, ketiga tokoh yang dijuluki
Tiga Buaya Sungai Rampoa ini cukup ditakuti lawan dan disegani kawan di
sepanjang Sungai Rampoa. Yang dari hulu sampai hilir, merupakan wilayah
kekuasaannya.

Dewa Arak 26 Raja Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Keparat ... !" laki-laki berhidung besar berteriak memaki. "Rupanya semua
tulang-tulangmu ingin
kupatahkan!"
Ucapan itu mengenai sasarannya. Terbukti
kepala Raja Tengkorak yang sejak tali tertunduk, tiba-tiba mendongak. Ada suara
gemeretak keras yang
14 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com keluar dari mulut laki-laki
bertubuh tinggi kurus itu.
"Cecak-cecak kudisan berani berlagak menjadi
buaya sungguhan"!" Cetus Raja Tengkorak.
Ucapan bemada tantangan telah dikeluarkan Raja
Tengkorak. Rupanya meskipun kemarahan melanda
hatinya, dia tidak ingin kehilangan kewibawaannya.
Laki-laki bertubuh tinggi kurus ini tetap bersikap
tenang, seperti layaknya seorang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian
tinggi menghadapi tokoh yang
tingkatannya masih berada di bawah.
Laki-laki bertahi lalat besar tidak sanggup lagi
menahan kemarahannya. Sambil mengeluarkan pe-
kik melengking, dia melompat menerjang Raja
T e n g k o r a k . S e k a l i m e n ye r a n g , t o k o h T i g a B u a ya
Sungai Rampoa ini telah melancarkan pukulan bertubi-tubi ke arah dada, ulu hati,
dan pusar lawannya, "Hmh ... !"
Raja Tengkorak mengeluarkan suara dengusan dari
hidung. Melihat dari gelagatnya, seolah-olah laki-laki tinggi kurus ini sama
sekali tidak berniat mengelak atau menangkis serangan. Malah membiarkan setiap
serangan lawan mengenai sasarannya.
Sikap meremehkan itu, tentu saja membuat laki-laki
bertahi lalat menggelegak amarahnya.
"Raja Tengkorak palsu ini benar-benar telah
merendahkan diriku!" pekik hati salah seorang Tiga Buaya Sungai Rampoa gusar.
Bukkk, bukkk, bukkk..!
Laki-laki bertahi lalat besar memukul bertubi-tubi
dan tepat mengenai sasarannya. Tapi, bukan Raja
Tengkorak yang merasa kesakitan, malah yang
memukul menjerit menahan rasa sakit. Seolah-olah
yang dipukul bukan tubuh manusia, melainkan
sebongkah baja yang amat keras.
Dua orang anggota Tiga Buaya Sungai Rampoa
15 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com terkejut melihat kelakuan rekannya.
Tapi, sebagai tokoh persilatan yang telah mempunyai banyak pengalaman
bertarung, segera menyadari apa yang telah terjadi.
Maka.... Srettt...! Anggota Tiga Buaya Sungai Rampoa yang berhidung
besar segera mencabut senjata andalannya yang
berupa sebilah golok besar! Sedangkan rekannya, lakilaki berbibir tebal mencabut
senjatanya yang berupa gada panjang dan berduri. Mereka dengan
kemampuan masing-masing segera memainkan
senjatanya. Sementara itu, laki-laki bertahi lalat besar yang
melihat kedatangan rekan-rekannya sambil
membawa senjata, segera mencabut senjatanya
pula yang berupa sebuah bola besi bulat sebesar
kepala manusia, berduri, dan memiliki tangkai. Dia
segera membuka jurus dengan memutar senjatanya
bagai baling-baling. Sehingga menimbulkan suara
mendesing merobek udara.
"Hmh ...!"
Raja Tengkorak mendengus dan
menyunggingkan senyuman sins melihat gerakan-
gerakan lawannya. Tidak terlihat tanda-tanda kalau lakilaki berpakaian tengkorak
ini mewaspadai serangan yang bakal dilakukan Tiga Buaya Sungai
Rampoa. Jelas, dia memandang remeh ketiga laki-
laki kasar itu. Tentu saja hal itu membuat darah tiga orang laki-laki berompi
kulit buaya itu menjadi
mendidih. Dan....
"Haaat... Serangan yang diiringi suara pekikan keras dari lakilaki berhidung besar,
melesat ke arah leher Raja
Tengkorak, setelah terlebih dahulu memutar-mutarkan senjatanya di atas kepala.
Sehingga menimbulkan suara mengaung keras pertanda kuatnya tenaga, yang
16 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com terkandung dalam putaran golok
besar itu. Sedangkan kedua rekannya segera membuka
jurus serangan. Mereka bergerak menyongsong
Raja Tengkorak dari arah yang berbeda. Dan kemudian melancarkan serangan dengan
senjata andalan masing-masing.
Raja Tengkorak tetap dengan sikapnya yang semula.
Kedua tangannya masih berlipat di depan dada.
Kepalanya menunduk menghadap ke tanah. Seolah-
olah tak ada musuh yang akan menyerangnya. Dia
tetap saja memandang remeh ketiga orang laki-laki
kasar berompi kulit buaya itu.
Ketika serangan datang dari tiga jurusan itu
menyambar dekat, tokoh yang mempunyai dandanan
mendirikan bulu kuduk ini, menggerakkan kakinya.
Sederhana saja gerakan yang dilakukan Raja
Tengkorak. Tapi anehnya, tidak ada satu pun serangan law an yang mampu mengenai
anggota tubuhnya.
Tidak hanya sampai di situ saja yang dilakukan lakilaki berpakaian tengkorak
itu. Setelah berhasil
mengelakkan serangan ketiga orang lawan, kedua
tangannya bergerak cepat. Sehingga, tangan yang
sebenamya berjumlah dua itu jadi terlihat berjumlah puluhan.
Kontan Tiga Buaya Sungai Rampoa merasakan
Pandang mata mereka berkunang-kunang. Tapi, mereka
berusaha menahan serangan yang akan di lancarkan
Raja Tengkorak, dengan mengelak sebisa-bisanya,
tapi.... Tuk, tuk, tuk. !
Suara-suara pelan terdengar disusul dengan
lumpuhnya tangan Tiga Buaya Sungai Rampoa
yang memegang senjata, disusul berjatuhannya
senjata-senjata mereka ke tanah. Ternyata totokan Raja Tengkorak tepat sekali
mendarat di belakang sikut
mereka. Sehingga membuat tangan itu lumpuh untuk
17 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com beberapa saat.
Wajah Tiga Buaya Sungai Rampoa kontan
memucat, mereka sadar lawan yang dihadapi kali ini, memililki kepandaian yang
tidak terukur. Tapi mereka telah terlambat. Raja Tengkorak tak akan membiarkan
mereka hidup. Kekejaman tokoh sesat itu terhadap
lawannya sudah sering didengar. Tiga Buaya
Sungai Rampoa menyadari hal itu. Tapi, sebagai
tokoh-tokoh persilatan tingkat tinggi, mereka lebih suka mati sebagai seekor
harimau ketimbang hidup
sebagai seekor anjing. Itulah sebabnya, meskipun tidak adanya senjata andalan di
mereka tetap mengadakan
perlawanan. Tiga Buaya Sungai Rampoa segera melancarkan
serangan bertubi-tubi dengan tangan kosong ke arah
tubuh Raja Tengkorak. Tapi serangan itu dengan mudah dapat digagalkan dengan
ilmu meringankan tubuh
yang dimiliki pemimpin besar itu. Tampaknya, dia ingin memperlihatkan tingkat
ilmu yang dimilikinya di
hadapan ketiga tokoh Sungai Rampoa itu.
Hampir sepuluh jurus lamanya Raja Tengkorak
mempermainkan lawan-lawannya. Dia sama sekali tidak mengadakan perlawanan,
kecuali mengelakkan
serangan yang datang. Laki-laki berpakaian tengkorak ini rupanya bermaksud
mempermainkan lawan sebelum
membunuhnya. Ketika napas lawan telah memburu karena rasa
capek dan amarah yang menggelegak di dalam
dada, baru Raja Tengkorak bertindak cepat. Kedua
tangannya yang masih menggenggam senjata milik Tiga Buaya Sungai Rampoa,
bergerak cepat membentuk
pusingan. Sehingga mata tokoh persilatan yang
menyaksikan pertarungan itu menjadi nanar. Begitu
Pula yang dialami Tiga Buaya Sungai Rampoa.
"Aaakh...!"
Jerit kematian terdengar susul-menyusul diiringi
18 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com dengan tumbangnya satu persatu
anggota Tiga Buaya Sungai Rampoa. Sungguh mengerikan kematian
mereka. Seluruh tubuh tercabik-cabik, dan senjata
andalan mereka sendiri tertancap di batok kepala
masing-masing. 19 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com 3
"Siapa di antara kalian yang berminat menyusul mereka, silakan maju!" ujar Raja
Tengkorak sambil mengedarkan pandangan berkeliling.
Tegas dan jelas ucapan yang keluar dari mulut
sosok berpakaian tengkorak itu. Sambil berkata
begitu, jari telunjuk tangan kanannya menunjuk ke arah tiga sosok mayat yang
tergeletak berlumuran darah.
Tak satu pun tokoh yang berani membuka suara.
Mereka merasa ngeri melihat kesaktian yang
dipamerkan Raja Tengkorak. Tiga Buaya Sungai
Rampoa adalah tokoh-tokoh persilatan yang cukup
tangguh. Tapi, tak berdaya menghadapi Raja Tengkorak Kini semua kepala tokoh
persilatan yang
menyaksikan pertarungan tadi serentak tertunduk ke
bawah. Tak satu pun yang berani mengangkat
kepala. Kegentaran merayapi hati masing-masing to-
koh persilatan yang berkumpul di sebuah tanah
lapang itu. "Perlu kalian semua ketahui ..." ujar Raja Tengkorak setelah melihat tidak ada
orang yang menentang
pandangannya. "Aku sengaja mengumpulkan kalian semua, demi kepentingan kalian
juga. " Tokoh yang menggiriskan itu menghentikan
ucapannya sebentar. Kembali pandangannya diedarkan
ke sekeliling untuk mengenali raut-raut wajah yang
tertunduk. "Selama ini, kulihat golongan kita selalu diruntuhkan oleh tokoh persilatan
aliran putih. Apalagi ketika
muncul seorang tokoh yang berjuluk Dewa Arak!"
Sampai di sini, Raja Tengkorak kembali
menghentikan ucapannya. Dia menoleh dan menatap
tokoh-tokoh yang ada di sekelilingnya, untuk melihat 20
Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com reaksi ucapannya. Dan memang,
meskipun tidak ada suara-suara ribut yang terdengar. Tapi tampak
wajah-wajah mereka memancarkan keterkejutan. Kepala mereka yang sejak tadi
tertunduk, kontan terdongak
mendengar nama Dewa Arak disebut
"Aku tidak menginginkan golongan kita senantiasa menjadi permainan golongan
putih. Dan, itu tak akan terjadi bila kita bersatu!" Raja Tengkorak menghentikan
ucapannya sejenak untuk mengambil napas.
"Aku telah melihat Dew a Arak datang ke
daerah ini. Dan, sepanjang yang kudengar, setiap
kali dia datang, pendekar yang usilan itu pasti
menghancurkan golongan kita. Dan, aku tidak mau hal itu terjadi! Kalian
mengerti"!"
Kepala semua tokoh yang berada di situ terangguk.
"Nah! Sebelum Dewa Arak menggilas kita. Dia harus kita dahului. Kita semua harus
bersatu untuk melenyapkan Dewa Arak, agar golongan kita berjaya!"
sambung laki-laki berpakaian tengkorak itu dengan
suara yang lebih keras. Lantaran semangatnya
terbangkit melihat sambutan dari orang-orang yang
berada di sekelilingnya.
"Aku yakin apabila kita bersatu, jangankan
cuma ada satu Dewa Arak, biarpun ada puluhan
Dewa Arak kita dapat melenyapkannya!
Bagaimana! Kalian semua setuju dengan usulku"!"
"Setuju ... !"
Serempak puluhan tokoh persilatan itu menyahut.
Menilik jawaban mereka yang begitu bersemangat
dan berapi-api, dapat diketahui kalau mereka semua
memang setuju dengan rencana itu.
"Kita cincang Dewa Arak...!" teriak Dulimang keras sambil mengacungkan tangan ke
atas. "Hancurkan semua tokoh golongan putih...!" sambut tokoh lainnya.
21 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Kita rajai dunia persilatan...!" tokoh lainnya pun tak mau kalah.
Dalam waktu sebentar saja, suasana di sekitar
tempat itu sudah menjadi hiruk-pikuk oleh teriakan
teriakan tokoh persilatan golongan hitam itu.
Di balik selubung bergambar tengkorak, pemimpin
baser itu tersenyum gembira. Dibiarkan puluhan tokohtokoh persilatan itu
berteriak semaunya. Setelah
dirasanya cukup, tangan kanannya diangkat ke atas.
Luar biasa! Seketika itu juga suara-suara berisik itu kontan lenyap. Dari
pertunjukan ini sudah bisa
diketahui kalau tokoh-tokoh persilatan aliran hitam yang hadir di situ, telah
tunduk sepenuhnya pada Raja
Tengkorak. "Untuk pertemuan kali ini, aku bisa memaklumi kalau yang hadir hanya beberapa
orang. Untuk menambah
pengikut, aku akan mengadakan pertemuan lagi.
Kuminta kalian mengabarkan kepada tokoh-tokoh


Dewa Arak 26 Raja Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

golongan kita lainnya. Kalian mengerti"!"
"Mengerti ... !" sahut puluhan tokoh-tokoh persilatan itu serempak.
"Perlu kalian ketahui, sekarang lawan yang
paling berat dan harus kita taklukkan adalah Dewa
Arak! Kita bungkam dia untuk selama-lamanya!
Nah! Cukup sampai di sini pertemuan kita!"
Setelah berkata demikian, Raja Tengkorak segera
melesat dari tempat situ. Luar biasa! Hanya dalam
beberapa langkah saja, tubuhnya telah lenyap
ditelan kegelapan malam dan kerimbunan semak-
semak. Sepeninggal tokoh yang menggiriskan itu, suasana
kembali menjadi riuh. Masing-masing tokoh persilatan berbicara, sehingga membuat
suasana di tempat itu
menjadi berisik bukan kepalang.
Cukup lama juga tokoh-tokoh persilatan itu
saling berbicara. Baru beberapa saat kemudian, mereka 22
Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com mulai meninggalkan tempat itu.
Suasana kembali menjadi hening seperti sediakala.
Kini yang terdengar hanyalah suara kerik jangkerik
dan binatang malam lainnya.
ooOWKNBROoo "Uhhh ... !"
Arya membuka mulutnya lebar-lebar. Kedua kaki
dan tangannya dijulurkan sejauh-jauhnya. Semua itu
dilakukannya untuk membuang rasa kantuk yang masih
melanda. Perlahan-lahan sepasang kelopak matanya terbuka.
Tapi langsung ditutup kembali. Karena merasa silau
terkena sinar matahari pagi yang menyorot lewat celah-celah dedaunan. Memang,
pemuda berambut putih
keperakan itu tertidur di atas sebatang pohon besar, yang batangnya saja
memerlukan empat orang dewasa
untuk mengukurnya.
"Uaaah ... !"
Arya kembali membuka mulutnya lebar-lebar. Jelas
kalau perasaan ngantuk yang menderanya masih
cukup kuat Kemudian setelah mengerjap-ngerjapkan
sepasang kelopak matanya, dia bangkit dari
berbaringnya. Pemuda tampan yang mengenakan pakaian
berwarna ungu itu lalu mengulurkan tangan, untuk
menjumput guci araknya yang tergantung di dahan
pohon. Setelah menyampirkan gucinya di punggung, Arya
lalu melompat turun. Gila! Cabang pohon yang
tingginya dua setengah tombak dari tanah itu
dilompatinya dengan ringan sekali. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun, kedua
kakinya mendarat di tanah.
Hal ini tidak aneh karena ilmu meringankan tubuh
pemuda berpakaian ungu itu memang amat tinggi.
23 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Begitu kedua kakinya mendarat di
tanah, Arya lalu
melangkah cepat meninggalkan pohon itu. Dia sengaja menggunakan ilmu meringankan
tubuh, karena perutnya yang lapar segera minta diisi.
Arya tak mengetahui letak desa yang paling
dekat dari hutan ini. Padahal, rasa lapar telah begitu melilit perutnya.
Itulah sebabnya Arya memutuskan untuk mencari
makanan sendiri. Maka dia pun hendak mengisi
perutnya dengan binatang-binatang penghuni hutan.
Sekaligus mencari jejak Melati, walaupun sudah ada
perasaan tidak akan bertemu dengan gadis itu di
pulau ini. Karena tidak adanya tanda-tanda kalau Melati juga terdampar di sini.
Arya mengedarkan pandangannya ke sana kemari.
Tidak hanya itu saja, semak-semak pun dihampiri
dan disibaknya. Tapi tetap saja tidak ditemukannya
binatang-binatang buruan.
Hutan yang disinggahi Dewa Arak kali ini memang
lain dari biasanya. Banyak pohon-pohon besar
berbatang coklat dan licin. Tak satu pun terdengar
suara binatang-binatang yang biasanya menghuni
hutan. Setelah lama mencari-cari dan tidak bertemu, Arya
putus asa. Diambilnya keputusan untuk menghentikan
pencarian. Lalu melangkah meninggalkan tempat itu
tanpa mengedarkan pandang seperti sebelumnya.
Perut yang lapar mendorong Dewa Arak
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, agar dapat
cepat keluar dari hutan. Sesaat kemudian, yang
tampak hanya sekelebatan bayangan ungu yang
melesat cepat. Entah sudah berapa lama pemuda berambut putih
keperakan ini berlari. Yang jelas, tak lama kemudian, di hadapannya terlihat
sebuah sungai. Wajah Arya seketika berseri-seri. Tak bisa
24 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com menyantap daging hewan penghuni
hutan pun, tak mengapa. Karena kini ada makanan pengganti yang tak kalah lezatnya. Binatang-
binatang penghuni
sungai! Apa lagi kalau bukan ikan"
Seketika itu juga Arya mempercepat larinya.
Semangatnya seketika bangkit membayangkan
perutnya akan terisi penuh binatang-binatang peng-
huni sungai itu.
Sekejap kemudian Dewa Arak telah berada di pinggir
sungai. Diamat-amatinya sejenak permukaan sungai
yang berair jernih, sehingga sampai terlihat ke
dasarnya. Senyum di mulut pemuda berpakaian ungu itu
semakin lebar tatkala melihat ikan besar dan kecil
berseliweran di bawah permukaan air.
Tapi senyum itu perlahan mulai memudar, ketika
menyadari dirinya tidak membawa alat untuk
menangkap ikan! Lalu, Arya memutar otak, bagaimana
caranya menangkap ikan tanpa menggunakan kail,
jala, atau bubu"
Cukup lama juga Dewa Arak memutar otaknya.
Kemudian dia menemukan sebuah cara menangkap
ikan. Dengan kayu panjang yang berujung runcing!
Matra bergegas pandangannya diedarkan ke sekeliling mencari-cari benda yang
dapat dipergunakan
menangkap ikan.
Mendadak Arya tersentak. Pandangannya tertumbuk
pada sesosok tubuh, yang tengah duduk di pinggir
sungai, dan bersandar pada pohon besar di
belakangnya. Sebuah kail yang gagangnya
ditancapkan di tanah, berada di depannya. Rupanya
sosok tubuh itu tengah mengail!
Pemuda berambut putih keperakan ini mengerutkan
alisnya. Dia kebingungan sejenak. Mengapa tadi
sewaktu menuju ke sungai ini dia tidak melihat sosok tubuh di situ" Tapi begitu
pandangannya tertumbuk
25 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com pada pohon yang disandari sosok
tubuh itu, Arya
jadi maklum mengapa tadi tidak melihatnya. Orang itu terhalang batang pohon yang
disandarinya. Seketika itu juga Dewa Arak lupa dengan
maksudnya semula. Sepasang matanya menatap
sosok tubuh yang tengah duduk bersandar itu.
Sosok tubuh itu berpakaian hitam. Wajahnya tidak
tampak jelas karena tertutup oleh taping lebar.
Mendadak kayu kail itu terangguk-angguk. Talinya
pun menegang. Jelas ada sesuatu yang telah
menariknya dari dalam sungai. Apa lagi kalau bukan
ikan" Arya mengerutkan alisnya ketika melihat orang
berpakaian hitam itu tidak menarik pancingannya sama sekali.
"Tertidurkah dia?" tanya Arya dalam hati.
Kayu pancingan itu semakin keras teranggukangguk.
Tapi, orang berpakaian hitam itu tidak juga menariknya.
Maka Arya melangkah menghampirinya, dan berniat
memberi tahu orang itu kalau umpan pada kailnya
telah dimakan ikan.
Selangkah demi selangkah Arya mendekati
sosok tubuh berpakaian hitam itu. Tapi, sampai
jaraknya tinggal satu batang tombak lagi, tetap saja orang berpakaian hitam itu
sama sekali tidak
bergerak "Matikah orang itu?" duga Arya lagi dalam hati.
Dewa Arak memperhatikan perut orang itu, kontan
sepasang mata pemuda berambut putih keperakan ini
terbelalak karena tak ada gerak sama sekali di perut orang berbaju hitam itu.
Bergegas Dewa Arak menghampiri orang bercaping
lebih dekat lagi. Sepasang alisnya berkerut ketika
melihat pakaian orang itu tidak hitam seluruhnya. Tapi ada lukisan aneh berwama
putih. Begitu telah berada di dekat orang itu, Arya segera 26
Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com berjongkok untuk memeriksa keadaan
orang berpakaian hitam itu.
Mendadak orang berpakaian hitam itu bangkit dari
sandarannya, dan langsung mengirimkan totokan
tangan bertubi-tubi ke arah dada dan ulu hati Dewa
Arak. Jari-jari kedua tangan orang itu lures dan
menegang kaku. Kedudukan jari-jari tangannya mirip
jurus 'Ular'. Wuttt ... ! Angin yang berkesiut nyaring pertanda kalau
serangan itu didukung pengerahan tenaga dalam
yang kuat. Dewa Arak terkejut bukan kepalang. Serangan itu
benar-benar di luar dugaannya. Dia sama sekali tidak siap untuk menghadapi
serangan yang tiba-tiba
seperti itu. Meskipun begitu, karena sudah terbiasa mendapat
serangan mendadak, Dewa Arak bergerak cepat
Kedua tangannya dihentakkan ke bawah untuk
mematahkan serangan itu.
Plak, plak ... !
Benturan kedua tangan yang sama-sama dialiri
tenaga dalam itu menimbulkan suara yang amat
keras. Usaha yang dilakukan Arya memang tidak sia-
sia. Serangan lawan berhasil dimentahkannya.
Tapi meskipun din mampu mengelakkan serangan
mendadak itu, tak urung bajunya di bagian dada
berlobang sebesar jari tangan.
Begitu telah berhasil memunahkan serangan itu,
Dewa Arak segera bersalto ke belakang beberapa kali untuk memperbaiki keadaannya
yang tidak menguntungkan. "Hih...!"
Orang berpakaian hitam itu menjumput capingnya
dan kemudian melontarkannya ke arah Dewa Arak.
Wunggg... 27 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Dengan diiringi suara mengaung
keras, caping bambu itu meluncur deras ke arah kepala Arya.
Pemuda berambut putih keperakan itu terkejut bukan
kepalang. Saat caping lawan meluncur, tubuhnya
tengah berada di udara. Sulit baginya untuk
mengelakkan serangan itu. Menangkis dengan
tangan kosong merupakan tindakan gegabah. Dari suara mengaung keras dapat
diperkirakan kekuatan tenaga
dalam pemiliknya. Arya berusaha mengelakkan
serangan itu. Tubuhnya digeliatkan ke camping. Dan....
Crass... ! Meskipun sudah berusaha mengelakkan
serangan itu, tak urung sebagian rambut Dewa Arak
terserempet. Akibatnya rambut yang berwama putih
keperakan itu pun putus!
"Hup ...!"
Tanpa suara Dewa Arak mendaratkan kedua kakinya
di tanah, berbarengan dengan orang berpakaian hitam menangkap capingnya. Rupanya
caping yang dilempar ke arah tubuh Arya tadi dapat berbalik
kembali. Arya menatap wajah orang berpakaian hitam yang
kini tidak mengenakan caping lagi. Seketika itu Pula sepasang mata pemuda
berpakaian ungu ini
terbelalak. Wajah dan pakaian orang berpakaian hitam itulah yang membuatnya
terperanjat. Memang wajar kalau pemuda berambut putih
keperakan ini merasa terkejut. Sosok berpakaian hitam itu ternyata mengenakan
seragam tengkorak. Terlihat jelas gambar semua tulang-belulangnya. Tubuh yang
tinggi kurus semakin menambah keangkerannya.
"Siapa kau, Kisanak" Mengapa menyerangku?"
tanya Dewa Arak penasaran. Sementara
benaknya sibuk menduga-duga dan mengingat-
ingat siapa gerangan tokoh yang memiliki, ciri-ciri seperti itu.
28 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Hmh ... !"
Laki-laki berpakaian hitam yang tak lain adalah Raja Tengkorak mendengus sebelum
menjawab pertanyaan
Arya. "Agar kau tidak mati penasaran, kuperkenalkan
diriku. Aku adalah Raja Tengkorak! Dan maksudku
menghadangmu di sini adalah untuk melenyapkan
orang usilan sepertimu!"


Dewa Arak 26 Raja Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah berkata demikian, kembali tangan lakilaki
berpakaian tengkorak itu bergerak Dan....
29 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com 4
Wunggg ... ! Suara berdengung keras mengiringi serangan caping
bambu. Belum lagi serangan itu mengenal sasaran, Raja Tengkorak telah melepaskan
ikatan rantai berujung
tengkorak kepala manusia yang membelit pinggangnya.
Begitu rantai yang panjangnya tak kurang dari dua
tombak tidak lagi membelit pinggangnya, lakilaki
bertubuh tinggi kurus itu segera memutarmutarkannya di atas kepala. Kemudian
melontarkan ke arah Dewa
Arak Meskipun mendapat serangan beruntun, Dewa Arak
tidak gugup. Dia sudah dapat memperkirakan kekuatan tenaga dalam lawannya ketika
tangan mereka saling
berbenturan tali.
Arya segera mengerahkan tenaga dalam ke
tangan kanannya. Dengan keberanian luar biasa,
luncuran caping bambu itu ditangkap.
Tappp ... ! Caping bambu berhasil dipegang Dewa Arak, tapi
pemuda berambut putih keperakan ini merasakan
getaran hebat pada tangannya.
Bukan hanya itu saja. Tanpa mampu ditahan,
tubuhnya terhuyung ke belakang. Dari sini saja,
sudah bisa diperkirakan betapa dahsyat tenaga
dalam yang terkandung pada lemparan caping bambu
itu. Ngunggg... Di saat itulah, serangan rantai berkepala tengkorak menyambar cepat ke arah
kepala Dewa Arak.
Jangankan kepala manusia, batu karang yang
paling keras pun akan hancur apabila terkena
hantaman rantai itu.
30 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Hih ...!"
Sambil menggertakkan gigi, Dewa Arak melemparkan
caping bambu ke rantai tengkorak yang mengarah ke
tubuhnya. Prakkk .. ! Caping bambu itu hancur berkeping-keping tatkala
berbenturan dengan kepala tengkorak yang terdapat di ujung rantai baja.
Raja Tengkorak menggeram marah melihat
serangannya berhasil dipatahkan Dewa Arak. Rantai
berujung kepala tengkorak berputar-berputar di atas kepalanya. Lalu, diluncurkan
kembali ke arah kepala Arya.
Dewa Arak tidak berani bertindak main-main lagi. Dia sadar tokoh berjuluk Raja
Tengkorak ini memililiki
kepandaian luar biasa. Maka buru-buru dijumput guci arak yang tersampir di
punggungnya. Lalu, ditenggak isinya.
Gluk.. gluk... gluk...!
Suara tegukan arak yang melewati tenggorokan
pemuda berambut putih keperakan itu terdengar. Hanya dalam sekejap saja, hawa
hangat menyebar di
perutnya. Kemudian perlahan-lahan naik ke atas kepala.
Di saat itulah, tengkorak yang berada di ujung rantai baja meluncur cepat ke
arah kepala Dewa Arak.
Dengan langkah terhuyung seperti akan jatuh, Arya
memapak serangan itu dengan guci araknya.
Klanggg ... ! Suara berdentang keras terdengar ketika tengkorak
itu berbenturan dengan guci.
Raja Tengkorak ternyata sangat ahli memainkan
rantai berujung kepala tengkorak. Terbukti, begitu
senjata andalannya tertangkis, langsung ditarik kembali dan diluncurkan cepat ke
arah leher Dewa Arak.
Jarak antara mereka terlalu jauh. Arya tahu
keadaan itu sangat menguntungkan lawan. Sehingga
31 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com dia sulit melancarkan serangan-
serangan balasan.
Sementara lawan dengan mudah mengirim serangan ke
arahnya. Senjata lawan yang panjang memungkinkan
untuk melakukan gempuran yang membahayakan.
Maka, pemuda berambut putih keperakan ini
berusaha keras memperpendek jarak.
Sebagai seorang yang mempunyai tingkat ke-
pandaian amat tinggi, tentu saja Raja Tengkorak tahu maksud Arya. Dia tidak
menghendaki lawan mencapai
jarak serang. Bila pemuda berambut putih keperakan itu berhasil memperkecil
jarak, senjata rantai bajanya akan kehilangan keampuhan.
Menyadari kelemahan senjata rantai bajanya,
berbagai cara dilakukannya untuk mencegah maksud
Arya. Serangan pun bertubi-tubi dilancarkan, agar bisa melompat mundur untuk
mempertahankan jarak. Ketika
Raja Tengkorak melompat ke belakang, serangan berikut segera menyusul untuk
membuat pemuda berambut
putih keperakan Itu tidak mampu mencecamya terus-
menerus. Arya mengeluh dalam hati. Disadari kalau keadaan
seperti itu berlangsung terus, dia dapat dilumpuhkan lawan. Menilik sikap laki-
laki berpakaian tengkorak ini, sudah bisa diperkirakan, kalau seandainya kalah,
dia akan dibunuh! Padahal pemuda berambut putih
keperakan itu masih mempunyai tugas yang teramat
panting. Mencari Melati, baik hidup ataupun mati.
Karena didorong oleh keinginan itulah Dewa Arak
mengadakan perlawanan dengan seluruh kemampuan
yang dimilikinya. Ilmu 'Belalang Sakti'nya
dikeluarkan seluruhnya. Guci, kedua tangan, langkah kaki yang aneh, dan juga
semburan-semburan arak
semua dikeluarkan.
Meskipun begitu, tetap saja usaha yang
dilakukan pemuda berambut putih keperakan itu belum membuahkan hasil. Raja
Tengkorak benar-benar
32 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com merupakan seorang tokoh sakti luar
biasa. Dia mampu membuat semua usaha Arya untuk mende-
katinya kandas.
Arya menggertakkan gigi. Lima puluh jurus telah
berlalu, tapi tetap saja dia tidak mampu memperpendek jarak Dengan sendirinya,
dia selalu menjadi pihak yang diserang dan didesak Untung saja dia memiliki
jurus 'Delapan Langkah Belalang' yang aneh, sehingga
membuat setiap serangan rantai Raja Tengkorak
selalu dapat dikandaskan. Tapi berapa lama dia akan mampu bertahan"
Akhimya ketika telah berlalu enam puluh lima jurus
dan dia belum mampu juga memperpendek jarak, Arya
jadi tidak sabar lagi.
" H i h . . . ! "
Pemuda berambut putih keperakan itu
menghentakkan kedua tangannya ke depan. Lalu,
meluncurkan pukulan jarak jauh dengan
mempergunakan jurus 'Pukulan Belalang'.
Wusss ... ! Angin keras berhawa panas menyengat dan
menyambar deras ke arah Raja Tengkorak. "Hm
...!" Laki-laki berpakaian tengkorak itu bergumam untuk
menutupi perasaan kaget, setelah menerima pukulan
jarak jauh yang dilancarkan Dewa Arak.
Menyadari kedahsyatan pukulan jarak jauh
Dewa Arak, Raja Tengkorak tidak berani bertindak
sembarangan. Buru-buru dia melompat ke samping dan
bergulingan di tanah.
Dan, keadaan itu memang ditunggu-tunggu
Dewa Arak. Begitu melihat lawannya melompat, dia
segera memburu.
"Hmh ... !"
Raja Tengkorak mendengus. Jelas bukan dengus
karena penyakit bengek, tapi dengus mengandung
33 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com cemoohan. Berbarengan dengan
keluarnya dengusan
itu, tangan kirinya bergerak mengibas.
Sing, sing, sing...!
Beberapa buah benda mirip pisau terbang
menyambar cepat ke arah Dewa Arak.
Arya kaget bukan kepalang. Tidak menduga sama
sekali kalau lawan ternyata cerdik dan lihai. Dalam keadaan terjepit, dia masih
mampu mengirim serangan yang membahayakan lawan.
Semula pemuda berambut putih keperakan ini
bermaksud menangkap benda mirip pisau yang
menuju ke arahnya. Tapi niat itu diurungkan, tatkala mencium bau amis yang
menyebar seiring serangan
pisau-pisau terbang itu.
Dengan kecepatan gerak seorang yang memiliki
kepandaian tinggi, tangan Dewa Arak segera
bergerak ke arah punggung. Kontan guci arak yang
tadi tersampir di punggung ketika dia melancarkan
jurus 'Pukulan Belalang', sudah terpegang kembali di tangan, dan kini berada di
depan dada. Trang, trang, trang...
Suara berdentang keras, diiringi bunga api yang
memercik ke udara menyemaraki benturan antara guci
dengan pisau-pisau terbang. Akibatnya sudah bisa
diduga, pisau-pisau terbang akan berpentalan tak tentu arah.
"Hup ...!"
Raja Tengkorak bangkit berdiri, bersamaan dengan
kedua kaki Dewa Arak yang menjejak di tanah.
Secepat itu pula, tokoh sesat yang menggriskan itu
kembali mengayunkan rantai bajanya.
Wunggg ... ! Suara mengaung keras terdengar seiring de-
ngan rantai baja yang meluncur ke arah kepala
Arya. Untuk kesekian kali, pemuda berambut putih
keperakan itu gagal memperpendek jarak.
34 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Arya buru-buru menundukkan kepala
seraya merendahkan tubuh. Maka....
Wusss ... ! Rambut dan pakaian pemuda itu berkibar
keras, ketika rantai berujung tengkorak manusia
lewat di atas kepalanya. Jelas kalau sambaran rantai itu ditopang tenaga dalam
yang amat kuat.
Terdengar suara menggertak keras dari mulut Raja
Tengkorak Laki-laki berpakaian hitam ini memang geram terhadap Dewa Arak. Karena
selalu berhasil mematahkan serangannya.
'Hih ... ! "
Gila! Dengan sentakan yang cepat, rantai baja
berujung tengkorak kepala manusia itu telah meluncur kembali ke arah Arya. Kali
ini serangannya ditujukan pada kedua paha Arya.
Tidak ada pilihan lain bagi pemuda berpakaian ungu
itu, kecuali menjejakkan kaki ke tanah, dan melompat ke atas. Memang, hal itulah
yang dilakukan Arya.
"He he he...
Raja Tengkorak tertawa terkekeh. Tangan kiri nya
langsung bergerak. cepat ke balik baju. Dan, tiba-tiba melesat sejumlah pisau
bergagang kepala tengkorak.
Sing, sing, sing...
Sebelum pisau-pisau terbang itu berhasil mendarat
pads sasarannya, tangan laki-laki berpakaian
tengkorak itu kembali bergerak. Dan, beberapa
bilah pisau kembali menyambar ke arah Arya.
Karuan saja serangan itu membuat Dewa Arak kaget
bukan kepalang. Keadaan yang dihadapinya kurang
menguntungkan. Karena ia masih berada di udara, dan sukar sekali menghindari
pisau yang meluncur dalam
posisi seperti itu. Yang dapat dilakukan pemuda
berpakaian ungu ini hanyalah menangkis serangan itu.
Arya memutar gucinya di depan dada untuk
memapak serangan pisau. Setiap kali pisau membentur 35
Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com guci, terdengar suara dentingan
nyaring. "Akh...!"
Arya memekik tertahan tatkala sebatang pisau
berkepala tengkorak mengenai bahu kirinya. Rasa
panas dan gatal-gatal, kontan menyengat di bagian
tubuhnya yang terluka. Sesaat kemudian, pandangan
pemuda berambut keperakan itu berkunang-kunang.
"Hup ...!"
Dengan tubuh agak terhuyung, Arya menjejakkan
kakinya di tanah. Namun rasa posing yang mendera,
membuat apa pun yang dilihatnya berputar.
"He he he...!"
Raja Tengkorak tertawa terkekeh. Dia tahu apa yang
diderita Dewa Arak. Tanpa membuang-buang waktu, dia segera mengayunkan kembali
rantai bajanya.
Wunggg ... ! Bukkk..
Tubuh Arya terlempar ke belakang ketika tengkorak
kepala manusia membentur bahu kanannya. Tak ayal
lagi, sungai yang tak jauh dari tempat dia berdiri semula segera menampung
tubuhnya. Byurrr...! Dewa Arak tercebur ke dalam sungai yang
berarus cukup deras. Tak pelak lagi, tubuhnya
diseret arus. Arya masih sadar, memang sengaja dia
tidak melawan arus sungai.
"Habisi dia...!" teriak Raja Tengkorak keras seraya jari telunjuk kirinya


Dewa Arak 26 Raja Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunjuk ke arah tubuh Arya yang terapung di permukaan air.
Arya merasa heran dan Samar-Samar mendengar
perintah itu. Tidak salahkah pendengarannya" Sesaat kemudian rasa kagetnya
lenyap, kesadarannya mulai
pulih. Kendati pandangan masih ber kunang-kunang,
tapi masih mampu menangkap beberapa sosok tubuh
yang melompat dari atas ke sungai.
Byurrr... ! Byurrr....! Byurrr...
Air memercik tinggi ke atas tatkala beberapa sosok
36 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com tubuh berjatuhan di sungai.
Ternyata mereka, adalah tokoh-tokoh aliran hitam, anak buah Raja Tengkorak.
Mereka berenang dengan cepat dan berusaha menyusul
Dewa Arak. Walaupun sepasang mata Arya hanya mampu
menangkap sosok bayang-bayang dengan kabur.
Tapi, dia berusaha meloloskan diri dari sergapan
lawannya. Tak dihiraukannya lagi rasa gatal, sakit
dan panas yang mendera bagian tubuhnya. Yang
terpikir dalam benaknya, bagaimana menghindarkan
dirinya dari ancaman bahaya.
Dalam usaha untuk menyelamatkan dirinya dari
kejaran pihak lawan, Dewa Arak meluncurkan jurus
'Pukulan Belalang'nya. Serangan itu dilakukan
sekenanya. Sebab pandangan matanya masih kabur
dan tak mampu menangkap sosok lawannya.
Deru angin keras berhawa panas susul-menyusul
dilancarkan Dewa Arak. Tanpa dia tahu apakah
serangan itu berhasil mengenai sasaran atau tidak.
Sebetulnya dalam keadaan terluka seperti itu,
menggunakan jurus 'Pukulan Belalang' terlalu ba nyak mengandung risiko. Karena
jurus tersebut banyak
menguras tenaga. Padahal, keadaan pemuda
berambut putih keperakan ini sudah payah. Akibatnya, luka yang dideritanya pun
semakin parah. Tapi, Arya terus saja mengirimkan jurus'Pukulan
Belalang'nya. Tentu saja kedahsyatan pukulan itu
makin berkurang karena kekuatannya pun semakin
melemah. Serangan-serangan 'Pukulan Belalang' yang
dilancarkan Dewa Arak terhenti, ketika pemuda
berambut putih keperakan ini jatuh pingsan, tak
sadarkan diri. Dewa Arak tidak tahu sama sekali kalau orang-orang
yang mengejarnya, sebagian tewas terkena 'Pukulan
Belalang'. Sedangkan sebagian lagi mengurungkan
37 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com niatnya karena serangan pemuda
berambut putih keperakan itu datangnya bertubi-tubi. Sehingga
memaksa mereka mundur dan naik ke darat
"Maafkan kami, Ketua. Kami gagal memenuhi
perintah Ketua," ucap Dulimang, salah seorang
Yang selamat dari serangan pukulan jarak jauh
Dewa Arak. "Hm ... !" hanya gumaman pelan menyambut ucapan laki-laki bertubuh kekar dan
berotot itu. Sepasang matanya tertuju pada hulu sungai
yang telah membawa tubuh Dewa Arak.
"Tidak jadi soal, Dulimang. Yang jelas, belum ada
orang yang berhasil selamat dari keganasan racun
pisauku. "
"Tapi..., mengapa Ketua menyuruh kami
membinasakannya?" tanya Dulimang penuh keheranan mendengar ucapan Raja
Tengkorak. "Aku ingin melihat dia mati dengan mata
kepalaku sendiri," ucap laki-laki berpakaian serba hitam itu.
Setelah berkata demikian, Raja Tengkorak
melangkah meninggalkan tempat itu. Diikuti Dulimang dan rekan-rekannya.
38 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com 5
Suara senandung bernada gembira keluar dari mulut
seorang kakek bertubuh tinggi kurus, dan berpakaian longgar berwarna hitam Dia
duduk bersila di atas
sebongkah batu besar yang menonjol melewati
permukaan sungai.
Di tangan kakek bertubuh tinggi kurus yang
berwajah tirus, tergenggam sebatang joran. Jelas,
kakek yang berpakaian hitam itu sedang memancing
ikan. Sepintas perbuatan yang dilakukan kakek bertubuh
tinggi kurus itu tidaklah aneh. Sebagian orang kerap berbuat serupa itu bila
memancing. Namun, jika diamati secara cermat, akan terlihat keanehannya.
Kakek bertubuh tinggi kurus itu duduk di atas
permukaan batu besar yang berada di tengah-tengah
sungai. Lebar sungai tak kurang dari sepuluh tombak Jadi, batu itu terletak
dalam jarak lima tombak dari tepi sungai. Bagaimana kakek ini dapat duduk di
situ" Padahal tidak ada batu yang menonjol dan dapat
dijadikan perantara untuk tiba di situ.
Dari keanehan itu sudah dapat diduga kalau kakek
berpakaian hitam itu bukanlah tokoh sembarangan.
Tidak semua tokoh persilatan mampu melompat dalam
jarak seperti itu. Apalagi, tempat sasaran sulit
dijangkau, seperti letak batu, tempat kakek bertubuh kurus memancing ikan.
"Hup ... !"
Kakek berwajah tirus itu menarik jorannya. Di ujung joran tampak seekor ikan
berkelojotan. Sebetulnya,
joran milik kakek bertubuh tinggi kurus itu tak pantas disebut joran. Karena
tidak ada tali, pelampung dan mata kail. Ternyata benda itu hanya sebatang kayu
39 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com yang bentuknya mirip joran. Sungguh
luar biasa cara kakek berbaju hitam itu memancing ikan.
Sambil bersiul-siul, kakek bertubuh tinggi kurus itu menjumput ikan yang
menggeliat di ujung joran. Lalu, dimasukkan ke dalam keranjang yang telah berisi
ikan hasil tangkapan.
Setelah memasukkan ikan ke dalam keranjang, kakek
berwajah tirus itu kembali bermaksud mencelupkan
jorannya ke dalam sungai. Tapi mendadak gerakan
tangannya terhenti di udara, tatkala melihat sesosok tubuh yang terapung terbawa
arus sungai, sekitar dua tombak di depannya.
Semula tidak ada guratan perasaan apa pun di wajah
kakek yang mengenakan pakaian berwarna hitam itu.
Tapi, ketika sosok tubuh itu makin mendekat, bola
matanya segera terbelalak. Perasaan kaget tampak
jelas di wajah kakek yang mulai keriput itu.
Sosok tubuh yang terapung itu mengenakan pakaian
warna ungu. Rambutnya tampak berwarna putih
keperakan. Siapa lagi kalau bukan Dewa Arak!
Tidak salahkah penglihatanku ... ?" kata kakek berwajah tirus dengan suara
bergetar. "Benarkah itu Kuku Tengkorak?"
Sepasang mata kakek tinggi kurus itu menatap tak
berkedip pada benda yang menancap di bahu kiri
Arya. Pisau bergagang kepala tengkorak!
Makin lama tubuh Dewa Arak makin mendekati
tempat kakek berpakaian hitam. Begitu tubuh Arya
lewat di dekat batu besar, tangan kakek berwajah
tirus cepat menyambarnya.
Tappp ... ! Baju bagian leher Arya dicekal kakek berpakaian
hitam. Dan sekali tangannya bergerak, tubuh pemuda
berambut putih keperakan terangkat naik dan
diletakkannya di batu.
Dan secepat tubuh itu tergeletak di atas batu, segera 40
Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com pandangannya tertuju lekat pada
bahu kiri Arya, tempat pisau bergagang tengkorak kepala tertancap.
"Ya, Tuhan ... !" delis kakek bertubuh tinggi kurus sambil mendekapkan tangan ke
arah wajahnya. "Benar-benar Kuku Tengkorak! Mungkinkah ini.,."!
Mustahil ... ! Apakah aku bermimpi?"
Sambil berkata begitu, kakek berpakaian hitam
mencabut pisau bergagang kepala tengkorak yang
ternyata bernama Kuku Tengkorak. Diamatinya gagang
dan mata pisau itu dengan cermat.
Keadaan mata pisau menyeramkan bukan kepalang.
Warnanya yang putih dan berkilat-kilat mencerminkan ketajaman yang luar biasa.
Gagang pisau bertengkorak kepala manusia makin menambah keangkeran senjata
yang membuat Arya tak berdaya.
"Kuku Tengkorak...!" ujar kakek berpakaian hitam seraya menyipitkan matanya.
"Andaikata kau bisa bercerita, pasti aku akan bertanya padamu. Kenapa kau bisa
muncul kembali, sedangkan pemilikmu tak pernah terjun lagi ke dunia persilatan."
Kakek berpakaian hitam menghentikan sejenak
ucapannya. Raut kebingungan tampak tergambar di
wajahnya. "Entah siapa pula pemuda ini," gumam kakek berwajah tirus itu sambil merayapi
sekujur tubuh Dewa Arak. Kemudian diperiksanya denyut jantung dan nadi Arya.
Mendadak tangan kakek berpakaian hitam itu ditarik
kembali begitu memegang kulit Arya.
"Gila...!" desis keterkejutan terlontar dari mulutnya.
Betapa tidak" Sekujur tubuh pemuda berambut putih
keperakan itu panas bukan main. Dia, merasakan ada
getaran-getaran kuat di balik permukaan kulit.
Sepasang mata kakek yang mengenakan pakaian
berwama hitam itu menatap wajah Dewa Arak Dia tak
percaya dengan pandangannya.
41 Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Tidak kelirukah aku" Tadi kurasakan ada getaran-getaran kuat di balik kulit
tubuhnya" Mungkinkah
orang semuda ini telah memiliki tenaga dalam yang
begitu tinggi" Kalau benar demikian, dia pasti
seorang yang memiliki kepandaian luar biasa!"
Mulut kakek bertubuh tinggi kurus mengucapkan
kata-kata demikian, tapi sepasang matanya tercenung.
Jelas ada sesuatu yang dipikirkannya. Kemudian
diperiksanya lagi keadaan Arya.
Kelopak mata Arya yang terpejam dibuka. Mulut pun
dingangakan dan dengan teliti diperhatikan oleh kakek berpakaian hitam itu.
"Sekujur tubuhnya telah terkena racun. Kalau saja dia tidak memiliki tenaga
dalam yang bersih dan
kuat, dia mungkin sudah tewas. Aku harus
menyelamatkannya. Dialah saksi hidup yang bisa
bercerita padaku mengenai ihwal Kuku Tengkorak ini!"
Usai mengucapkan kata-kata demikian, kakek
bertubuh tinggi kurus itu menatap kembali pisau
yang bergagang tengkorak kepala.
"Nasibmu baik, Anak Muda," bisik kakek berwajah tirus itu, seolah-olah berbicara
dengan seseorang yang tidak pingsan. "Kau terjatuh ke tangan yang tepat "
Kemudian kakek berpakaian hitam itu
memanggul tubuh Dewa Arak Tanpa mempedulikan
lagi joran dan hasil tangkapannya.
"Hih ... !"
Sekali menggenjotkan kaki, tubuh kakek berwajah
tirus itu telah melayang, dan mendarat di pinggir sungai dengan mantap tanpa
menimbulkan suara. Ringan sekali kakek itu melakukannya, padahal kedua tangannya
memondong tubuh Arya.
Begitu tiba di darat, kakek berpakaian hitam segera melesat dari situ.
Gerakannya cepat sekali, sehingga yang terlihat hanya sekelebatan bayangan
hitam. Jelas kalau kakek bertubuh tinggi kurus itu memiliki ilmu 42
Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com meringankan tubuh yang tinggi.
Dalam waktu sekejap saja, tubuh kakek
berw ajah tirus itu telah mengecil, dan lamat-
lamat hilang dari pandangan mata.
ooOWKNBROoo "Uhhh..."
Arya menggeliat dan mengerjap-ngerjapkan
sepasang matanya. Begitu kelopak matanya terbuka,
tampak sepasang alis pemuda berambut putih
keperakan itu bertaut Dia mulai sadar bahwa dirinya terbaring di balai-balai di
sebuah ruangan yang
sederhana. "Mengapa aku bisa berada di sini?" tanya Arya dalam hati.
Matanya menatap ke sekeliling ruangan. Sepasang
alisnya masih tetap saling bertaut, karena
pemuda berpakaian ungu ini tengah mengingat-
ingat kejadian yang dialami sampai dia bisa berada di sini.
Arya berusaha bangkit, tapi terpaksa diurungkan.
Mulutnya menyeringai menahan rasa sakit. Yang sangat Memang, ada luka di bagian
bahu kirinya. Pemuda berpakaian ungu itu menyibak bajunya.
Tampak kain putih membalut bagian bahu yang terluka.
Noda merah pada kain itu membantu Arya mengingat-
ingat peristiwa yang dialaminya. Kini dia teringat
semua kejadiannya, sejak bertarung menghadapi Raja
Tengkorak sampai dia tercebur di sungai. Melihat dari keadaannya, bisa
diketahuli ada orang yang telah
menolongnya. "Hmh ...!"
Sebuah deheman pelan membuat Arya terkejut dan
menoleh ke arah sumber suara. Mengapa suara langkah sama sekali tidak terdengar"
Diakui kalau dia tengah 43
Dewa Arak - 026. Raja Tengkorak
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com sibuk mengingat peristiwa yang
menimpa dirinya.
Di ambang pintu berdiri seorang kakek berwajah
tirus dan berpakaian hitam. Tubuhnya tinggi kurus, dan kumis menghiasi bagian
tengah atas bibir yang
Rajawali Emas 10 Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pedang Pelangi 14
^