Neraka Lembah Tengkorak 1
Pendekar Pedang Matahari 4 Neraka Lembah Tengkorak Bagian 1
PENDEKAR PEDANG MATAHARI
Dalam Episode 4 : NERAKA LEMBAH TENGKORAK
By : chimilly Edit : Gilang (pendekarpinilih@yahoo.com)
(sebagian naskah telah mengalami pengeditan sesuai dengan EYD untuk lebih
memudahkan dalam membaca naskah ini dengan tidak mengurangi isi dari naskah yang
bersangkutan) PAGI yang cerah begitu terasa indah ketika panorama alam terbentang luas di
depan mata, setidaknya hal itulah yang kini tengah di rasakan oleh pasangan muda
mudi yang sedang berjalan-jalan di sebuah bukit hijau yang sangat indah. Mereka
bercanda tawa begitu riangnya sambil menikmati keindahan alam ciptaan Sang Hyang
Widi Jagad Raya ini.
"Adik, betapa cantiknya alam di tempat kita ini. Tenang dan sangat menyejukkan
hati," ucap pemuda yang cukup tampan berkulit sawo matang dengan kumis tipis di
wajahnya. Perawakan pemuda ini sangat kekar dan menarik hati para wanita.
"Hmmm ... " gumam si gadis menanggapi ucapan sang pemuda acuh tak acuh.
"Alam ini seperti dirimu adik, cantik dan sangat menawan hatiku," ucap pemuda
itu merayu. Si gadis hanya tersenyum lembut mendengar rayuan dari pemuda itu. Hatinya
berbunga-bunga mendengar rayuan tersebut, namun tidak ia tunjukkan dalam raut
wajahnya yang ayu mempesona.
"Bagaimana menurutmu tempat ini, Adik Purbasari?" tanya pemuda tersebut kalem.
Gadis yang di panggil Purbasari itu hanya angkat bahu saja, tidak mau membuka
suara. "Kelak jika kita menikah, aku ingin membangun rumah di tempat yang indah ini,"
ucap pemuda itu sambil menatap alam di depannya itu.
"Apa"! Menikah"!" seru Purbasari kaget.
"I ya, menikah."
"Maksud, Kakang?" tanya Purbasari tidak mengerti.
"Jika kita menikah, aku ingin membangun rumah bagi kita berdua di tempat ini.
Pasti kita sangat bahagia," ucap pemuda itu sambil tersenyum lembut.
"Apa"! Kita" Maksud Kakang aku menikah dengan Kakang?" ucap Purbasari masih
bingung. Pemuda itu tersenyum lalu mengangguk pelan.
"Heh! Kakang bermimpi apa!" Siapa yang mau menikah denganmu. Huh!" seru
Purbasari sengit.
"Kenapa" Apa kamu tidak mau kita menikah?" ucap pemuda itu sedikit terkejut
namun masih bersikap sabar.
e-bukugratis.blogspot.com
"Maaf, Kakang! Bukannya aku mengecewakanmu, tapi aku tidak mencintai Kakang.
Sebaiknya Kakang cari saja calon istri yang bisa menerima Kakang dan mencintai
Kakang," ucap Purbasari pelan.
"Tapi ... aku mencintaimu, adik. Aku ingin menikahimu. Aku ingin kamu yang jadi
istriku," ucap pemuda itu berapi-api.
"Maaf, Kakang ... aku tidak bisa." Purbasari menyahuti dengan lembut.
"Tapi ... " pemuda itu jadi bingung sendiri. Mereka akhirnya sama-sama terdiam
larut dalam pikiran masing-masing.
"Permisi Kisanak Nisanak. Maaf mengganggu waktu kalian. Boleh saya numpang
bertanya?" ucap seseorang tiba-tiba tanpa mereka sadari kehadirannya.
Purbasari dan pemuda disampingnya saling pandang heran karena kemunculan
seseorang di depan mereka tidak mereka ketahui sebelumnya. Mereka sama-sama
berpikir pastilah orang yang hadir di depan mereka adalah orang yang memiliki
ilmu yang cukup tinggi, terbukti kehadirannya sama sekali tidak mereka rasakan
sebelumnya. "Maaf kalau saya mengejutkan kalian," ucap orang yang datang tadi. Orang ini
adalah pemuda gagah dan tampan sekali, berpakaian putih agak ketat menampilkan
bentuk tubuhnya yang berotot, tampak gagang pedang berhulu matahari terlihat
dari balik punggungnya.
"Ekh, tidak. Tidak apa-apa Kisanak. Kami tidak terganggu, silakan Kisanak mau
bertanya apa?" sahut Purbasari cepat sambil tersenyum lembut.
"Oh, terima kasih. Saya hendak ke Perguruan Tongkat Emas, dimana tempatnya
kalau saya boleh tahu?" ucap pemuda tampan itu kalem. Pemuda ini tak lain dan
tak bukan adalah Surya atau yang lebih dikenal Pendekar Pedang Matahari dalam
rimba persilatan. Purbasari dan pemuda disampingnya kembali saling pandang, mereka menatap
pemuda asing di depan mereka dari atas sampai bawah seolah sedang menyelidik.
"Mau apa Kisanak ke Perguruan Tongkat Emas?" tanya pemuda teman Purbasari
sedikit penuh curiga.
Surya tersenyum kecil.
"Saya ingin menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Guru Besar Perguruan
Tongkat Emas," ucapnya memberitahu tujuannya.
"Oh, begitu. Kebetulan kami juga mau kesana. Bagaimana kalau kita bersama-sama
menuju kesana," ucap Purbasari kalem sambil tersenyum lembut.
"Adik!" seru pemuda di samping Purbasari kaget. Dia tidak suka dengan sikap
Purbasari yang mengajak pemuda asing yang belum mereka kenal jalan bersama.
"Mari Kisanak," ucap Purbasari lembut.
"Oh, terima kasih. Mari!" ucap Surya kalem.
Mereka lalu berjalan bersama menuju Perguruan Tongkat Emas.
"O ya siapa nama Kisanak dan apa tujuan Kisanak ke Perguruan kami?" tanya
Barda membuka obrolan.
"Eh ya maaf. Kenalkan saya Barda dan ini adik sePerguruan saya, Purbasari. Kami
murid Perguruan Tongkat Emas." lanjut Barda mengenalkan diri dengan maksud agar
e-bukugratis.blogspot.com
pemuda asing disampingnya tahu dan menghormatinya. Bagaimanapun juga Perguruan
Tongkat Emas cukup disegani di wilayah Gunung Bromo. Jelas itu adalah sikap
jumawa yang tidak sepatutnya ditunjukkan para murid Perguruan Tongkat Emas yang
terkenal santun.
Pemuda itu jelas sekali menangkap sikap yang agaknya kurang bersahabat dari
Barda, tapi pemuda itu tersenyum kalem menanggapinya. Yang jelas dia tidak mau
cari permusuhan sesama orang dari satu golongan.
"Kebetulan sekali saya bisa bertemu dengan kalian. Namaku Surya, tujuanku ke
Perguruan kalian sekedar silaturahmi dan datang dalam pertemuan yang diadakan
Perguruan kalian," ucap Surya dengan lembut dan penuh persahabatan.
"Benarkah apa hanya itu. Kisanak?" tanya Barda cepat. Jelas sekali Barda seperti
mendakwa Surya.
"Maksud Kisanak apa?" sahut Surya heran tapi masih dengan sikap sopan.
"Bisa saja Kisanak punya tujuan lain. Seperti yang sudah-mudah."
Surya mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Banyak yang datang ke Perguruan kami dengan niat baik awalnya, tapi setelah
tujuan dan maksud mereka tidak tercapai langsung berbalik memusuhui kami," ucap
Barda tak terkontrol.
"Maaf, Kisanak. Saya benar-benar tidak mengerti maksud Kisanak apa," ucap
Surya kalem seolah ingin minta penjelasan.
"Kakang!" seru Purbasari cepat. "Tidak sepantasnya Kakang bicara begitu. Yang
berhak memutuskan segala sesuatu mengenai Perguruan adalah ayah, bukan Kakang,"
kata Purbasari tidak suka dengan sikap Barda yang dinilainya sudah tidak sopan
terhadap tamu yang hendak berkunjung ke Perguruan Tongkat Emas.
"Adik. Kita wajib tahu siapa dan apa tujuan orang yang datang ke Perguruan. Apa
kamu tidak belajar dari pengalaman yang sudah-mudah!" sahut Barda cepat.
"Aku tahu. Tapi tidak sepantasnya Kakang bersikap tidak sopan seperti itu!" seru
Purbasari tegas. "Huh! Aku duluan. Hupp ... "
Purbasari melesat cepat meninggalkan Barda dan Surya. Purbasari merasa kecewa
dengan sikap Barda yang keterlaluan terhadap orang yang hendak datang ke
Perguruan. "Adik!!" teriak Barda cepat tapi Purbasari sudah jauh dan hilang di tikungan
jalan. Barda menghela nafas cepat lalu menoleh ke arah Surya. "Kisanak! Aku peringatkan
kau, jika tujuanmu ingin mendapatkan adik Purbasari, jangan harap kau bisa!"
Surya terkejut mendengar omongan Barda yang buatnya bingung dan tidak
mengerti. Apa maksud Barda sebenarnya, kenapa bisa sampai Barda berkata seperti
itu, murid-murid Perguruan Tongkat Emas yang dikenal ramah dan sopan santun,
kenapa berbeda dengan apa yang dibicarakan orang. Sungguh sesuatu yang aneh. Itulah
berbagai macam pikiran dalam kepala Surya yang merasa heran dengan sikap Barda
salah satu murid Perguruan Tongkat Emas.
"Tunggu dulu Kisanak. Apa maksud Kisanak sebenarnya" Di antara kita belum
pernah saling ketemu dan tidak ada silang sengketa. Kenapa Kisanak seperti
mencurigai e-bukugratis.blogspot.com
saya?" tanya Surya tenang tapi dengan suara sopan. Mungkin ini hanya salah paham
saja, pikir Surya dalam hati.
Barda menatap tajam pemuda disampingnya. Tanpa bicara lagi Barda melesat pergi
meninggalkan Surya yang masih heran dan bingung dengan dua orang yang baru saja
ia temui. Surya geleng-geleng kepala saja sambil terseyum tipis.
"Dasar orang-orang aneh. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba main tuduh
saja. Ha-ha-ha-ha." Surya tertawa pelan menertawai kejadian yang baru saja di
alaminya. Mentari semakin beranjak tinggi, embun-embun yang menempel di dedaunan sudah
mengering. Tetapi kicauan burung masih mewarnai pagi yang mulai berganti siang.
--o0o-- BANGUNAN megah berdiri gagah di atas tanah lapang yang dikelilingi pagar
setinggi dua tombak, tampak di sekitar bangunan rumah besar berbentuk aula besar
itu juga berdiri rumah panjang yang berukuran lebih kecil di banding bangunan
berbentuk aula itu. Bangunan-bangunan itu tertata sangat rapi dan cukup terawat.
Di bagian gerbang pagar terdapat simbol tongkat emas yang menyilang. Itulah
simbol dari Perguruan
Tongkat Emas yang namanya cukup terkenal di kawasan Gunung Bromo.
Di tiap-tiap dinding pagar juga terdapat umbul-umbul berjarak dua tombak dengan
posisi berjajar rapi. Dilihat dari umbul-umbul yang ada terlihat kalau Perguruan
Tongkat Emas tengah mengerjakan suatu hajat yang besar, karena tepat di hari ini
Perguruan Tongkat Emas meresmikan hari berdirinya Perguruan yang sudah menginjak
lima belas tahun. Selama itu pula Perguruan Tongkat Emas menelurkan pendekar-
pendekar berbakat yang mengharumkan nama Perguruan Tongkat Emas.
Di gerbang masuk, tampak beberapa murid Perguruan tengah berjaga sambil
menyalami para tamu yang datang karena ingin menghadiri peringatan berdirinya
Perguruan Tongkat Emas. Di antara tamu yang datang juga terlihat Surya yang
dengan tenang berjalan sendirian masuk ke dalam Perguruan. Dia disambut dengan
hangat dan ramah oleh para murid Perguruan. Karena belum ada yang mengenal
Surya, maka Surya hanya dilayani oleh murid-murid Perguruan yang bertugas saja.
Sedang para sahabat dan pendekar yang dikenal langsung disambut oleh Guru Besar
Perguruan Tongkat Emas. Ki Wonoyoso adalah pendiri sekaligus Guru Besar
Perguruan Tongkat Emas. Di kalangan persilatan beliau bergelar Malaikat Tongkat
Emas dan gelar itu cukup disegani di daerah timur, bahkan di wilayah utara dan
selatan pun namanya cukup dikenal.
Surya duduk dengan tenang di tempat yang telah disediakan bagi para tamu. Surya
menyadari sedari tadi dia diperhatikan terus oleh seorang gadis jelita yang
duduk di tempat terhormat tak jauh dari Ki Wonoyoso berada. Selain gadis jelita
itu yang ternyata adalah Purbasari, ada juga memperhatikan Surya dengan
pandangan tidak senang.
Sesekali orang itu melirik Purbasari lalu beralih melihat Surya, orang yang
melihat dengan pandangan tidak senang adalah Barda, murid yang cukup berbakat
Perguruan Tongkat Emas. Jelas Barda sangat cemburu pada Surya, karena berkali-kali Barda
e-bukugratis.blogspot.com
melihat Purbasari selalu memandangi Surya, meskipun Surya diam dengan tenang
melihat ke arah panggung kehormatan tapi ini tetap membuat Barda terbakar
hatinya. Selain Barda ternyata ada beberapa orang yang menatap Surya, karena mereka yang
kagum akan kecantikan paras Purbasari jadi heran karena gadis yang mereka gilai
sedang memperhatikan seorang pemuda tampan tanpa berpaling sedikit pun.
Mereka adalah orang-orang yang gagal mendapatkan cinta sang gadis jelita
Purbasari! Di tempat duduk terhormat seorang pria berumur juga memperhatikan kehadiran si
pemuda tampan yang telah membuat Purbasari tidak melepaskan pandangannya dari
pemuda yang duduk di tempat duduk umum. Pria berumur itu berbisik pada lelaki di
sebelahnya yaitu Ki Wonoyoso Guru Besar Perguruan Tongkat Emas.
"Kakang! Perhatikan pemuda yang duduk di tempat duduk umum barisan ke lima
nomer tujuh," ucap pria berumur itu yang bernama Ki Badrun, dia adalah adik
sePerguruan Ki Wonoyoso yang bergelar Si Golok Terbang yang juga cukup disegani
lawan maupun kawan.
Pria berumur 46 tahunan itu menoleh sejenak ke Ki Badrun lalu melihat ke arah
yang disebutkan Ki Badrun tadi.
"Ada apa dengan pemuda itu, Adi?" tanyanya tidak mengerti.
"Lihat Purbasari dari tadi terus memperhatikan pemuda itu," ucap Ki Badrun yang
sesekali menunjuk ke arah Purbasari yang masih menatap Surya.
Ki Wonoyoso mengikuti arah yang ditunjuk Ki Badrun. Setelah memperhatikan
Purbasari yang tidak menoleh sedikitpun pandangannya terus melihat pemuda yang
duduk di tempat duduk umum dengan tenang sekali.
"Sepertinya ada yang aneh dengan Purbasari. Siapa pemuda itu, Adi Badrun" Apa
kau mengenalnya?"
"Tidak Kakang. Sepertinya aku belum pernah bertemu dengan pemuda itu.
Mungkin pemuda itu baru turun gunung," kata Ki Badrun menggeleng pelan.
"Mungkin kau benar, Adi. Pemuda itu mungkin saja baru turun gunung."
"Pemuda itu sangat tampan, mungkin Purbasari tertarik dengan pemuda itu,
Kakang." Ki Wonoyoso menatap Ki Badrun mengerutkan keningnya. Kemudian Ki
Wonoyoso manggut-manggut sambil mengelus jenggotnya.
"Tolong kamu cari tahu siapa pemuda itu, Adi."
"Baik, Kakang!" seru Ki Badrun cepat.
Tak berapa lama ada salah seorang naik ke atas mimbar panggung.
"Saudara-saudara yang hadir di s?ni, kami ucapkan selamat datang di hari jadi
Perguruan Tongkat Emas yang ke 15 tahun. Kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas kesediaan para saudara-saudara yang sudi hadir di tempat kami. Salam
sejahtera untuk kita semua. Silakan menikmati sajian-sajian yang kami hadirkan
untuk sarudara semua. Selamat menikmati," kata orang di atas panggung yang
ternyata selaku pembawa acara hajatan ke 15 tahun berdirinya Perguruan Tongkat
Emas. e-bukugratis.blogspot.com
Hari jadi ke 15 tahun Perguruan Tongkat Emas dimeriahkan oleh beberapa tarian
dan musik yang membuat semakin meriahnya acara tersebut. Ada juga pertunjukan
kepandaian dari beberapa murid pilihan. Menjelang sore hari acara itupun
selesai, para tamu undangan umumnya telah disediakan tempat untuk menginap,
sedang tamu umum
diberi kebebasan untuk menginap ataupun tidak karena mereka bukan tamu undangan.
Rata-rata tamu umum adalah para penduduk sekitar Perguruan dan ada juga sedikit
orang-orang persilatan yang sengaja hadir untuk mengucapkan ucapan selamat
kepada Perguruan Tongkat Emas.
Sementara itu Surya yang sudah beranjak dari tempat duduknya segera berjalan
keluar dari aula besar Perguruan. Dengan tenang Surya berjalan menuju gerbang
keluar pintu Perguruan.
"Surya ... !!" seru suara memanggil Surya.
Surya menoleh ke asal suara. Surya melihat seorang gadis jelita tersenyum
padanya. Surya membalas tersenyum lembut dan mengangguk sopan. Ternyata gadis itu adalah
Purbasari, putri dari Ki Wonoyoso.
"Nisanak memanggil saya?" tanya Surya kalem.
Purbasari mengangguk pelan.
"Kamu mau kemana?"
"Saya hendak ke kembali ke desa tempat saya menginap. Nisanak ada perlu dengan
saya?" "Panggil saja Purbasari. Itu namaku."
Surya mengangguk dan tersenyum lembut.
"Desa mana kamu menginap?" tanya Purbasari.
"Di Desa Watu Ireng."
"Oh ... cukup lumayan jauh dari sini. Sebaiknya menginap saja disini, hari sudah
sore banget. Malam baru tiba di Desa Watu Ireng kalau kamu kembali sekarang."
Purbasari menawarkan pada Surya.
Pendekar Pedang Matahari 4 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yang boleh menginap disini hanyalah para tamu undangan. Yang tidak di undang
harusnya sadar diri." tiba-tiba datang Barda dan beberapa murid Perguruan.
Ucapan Barda barusan tidak enak didengar, bernada mengusir secara halus.
"Apa kau tamu di undang Kisanak?" seru Barda dengan nada suara merendahkan.
"Kakang Barda. Apa-apaan kamu ini!" seru Purbasari tegas tidak senang dengan
ucapan Barda yang sungguh merendahkan orang lain.
Surya tersenyum tipis saja mendengar ucapan Barda yang merendahkannya itu.
"Kamu benar, Barda. Tamu yang tidak di undang harus sadar diri. Heh!" seru
seorang pemuda gagah dengan berpakaian serba coklat. Pemuda ini bernama Bagus
Kalianjar, dia salah satu orang yang tergila-gila dengan Purbasari. Bagus
Kalianjar menepuk bahu Barda pelan.
"Bagus Kalianjar!" seru Purbasari keras.
Surya melihat pemuda bernama Bagus Kalianjar dengan heran, karena pemuda itu
juga kelihatannya tidak menyukai kehadiran dirinya.
e-bukugratis.blogspot.com
"Ha-ha-ha-ha! Tentu saja, Bagus Kalianjar. Kecuali tamu tanpa undangan ini tidak
punya malu. Ha-ha-ha-ha!" ledek Barda tertawa.
"Ha-ha-ha-ha!" tawa semua yang ada di depan Surya.
Tapi Surya tetap tenang dan tersenyum tipis.
"Adi Bagus Kalianjar! Biar aku beri pelajaran pada tamu tak punya malu ini,"
ucap orang yang bersama Barda, bernama Sujiman. Tanpa menunggu persetujuan Barda
dan Bagus Kalianjar, orang yang bernama Sujiman dengan gerakan cepat menyerang Surya
tiba-tiba. Serangan mendadak yang dilontarkan Sujiman membuat Surya cukup terkejut,
namun pukulan yang mengarah wajahnya itu dengan cepat dia elakan dengan menarik
kepalanya ke samping. Begitu pukulan Sujiman lewat dengan cepat Surya berputar
menjauhi Sujiman. Namun Sujiman dengan cepat berputar juga dengan kaki kanan
bergerak ke arah kepala Surya. Melihat serangan susulan itu Surya segera menarik
badannya ke belakang sehingga tumit kaki lawan lewat di depan kepala Surya.
Sujiman terus menyerang Surya dengan jurus-jurus yang dipelajarinya di Perguruan
Tongkat Emas. Namun Sujiman tidak tahu siapa yang tengah dia serang, padahal
jika Sujiman tahu yang diserangnya adalah pendekar yang sudah membuat geger
dunia persilatan dengan kemunculan mampu membunuh tokoh sesat golongan hitam yang
menjadi momok nomor satu selama puluhan tahun.
"Tunggu Kisanak! Kenapa kau menyerangku?" seru Surya sambil menghindari
serangan Sujiman dengan jurus ''Sembilan Langkah Ajaib''.
Seruan Surya tidak dihiraukan oleh Sujiman, dia terus menyerang Surya dengan
jurus-jurus berbahaya dari rangkaian jurus Perguruan Tongkat Emas.
Pertarungan itu kontan membuat semua orang yang ada di tempat itu jadi kaget,
semua orang langsung melihat apa yang terjadi. Tak terkecuali Ki Wonoyoso dan Ki
Badrun serta para pendekar undangan segera menghampiri tempat terjadinya
pertarungan tersebut. Begitu melihat siapa yang bertarung membuat Ki Wonoyoso
kaget. "Hentikan!" bentak Ki Wonoyoso keras membuat dua orang yang bertarung
menghentikan pertarungan.
Ki Wonoyoso melangkah di antara dua orang yang bertarung.
"Kenapa kalian bertarung"!" seru Ki Wonoyoso tandas menatap tajam Sujiman dan
Surya. Sujiman menunduk takut tidak berani memandang gurunya.
"Guru! Orang itu telah mengganggu adik Purbasari!" seru Barda mengadu.
Ki Wonoyoso menoleh ke arah Barda.
"Benar, Paman. Pemuda itu tadi kulihat hendak mencelakai Purbasari!" seru Bagus
Kalianjar menambahi.
Ki Wonoyoso menoleh ke arah Bagus Kalianjar sejenak lalu menatap Surya tajam.
Ki Wonoyoso menghampiri Surya.
"Anak muda, benar apa yang dikatakan oleh mereka?" tanya Ki Wonoyoso kalem
mencoba mencari tahu kenapa sampai ada pertarungan.
Surya membungkuk hormat.
e-bukugratis.blogspot.com
"Maafkan saya Paman yang telah membuat kekacauan ini. Saya tidak punya
maksud mengganggu ketenangan hajat Paman. Sekali lagi saya mohon maaf," ucap
Surya sopan sambil kembali sedikit membungkuk.
Ki Wonoyoso sedikit tersentak melihat sikap pemuda didepannya yang sangat
sopan. Apa benar yang dua orang tadi dikatakan" Melihat sikapnya yang sopan dan
tulus, rasanya itu sangat tidak mungkin kalau pemuda ini hendak mencelakai
Purbasari, pikir Ki Wonoyoso dalam hati.
"Ayah! Mereka bohong. Surya tidak mengganggu aku bahkan hendak
mencelakaiku!" seru Purbasari cepat menghampiri Surya. "Kamu tidak apa-apa?"
tanya Purbasari kuatir dengan keadaan Surya.
"Tidak. Aku baik-baik saja Nisanak," ucap Surya menggeleng pelan.
"Syukurlah," ucap Purbasari lega. Purbasari menghadap ayahnya. "Ayah, pemuda
ini tidak mencelakaiku. Mereka yang mulai duluan mengganggu Surya."
"Adik! Apa yang kamu katakan!" seru Barda cepat.
"Maaf, saya tidak ingin membuat kesalahpahaman ini berlarut-larut. Saya mohon
diri dulu. Sekali maafkan saya," ucap Surya cepat lalu beranjak hendak berlalu
dari tempak itu.
"Nakmas Surya!" tiba-tiba ada orang memanggil Surya.
Surya menoleh ke arah suara yang memanggilnya, setelah melihat siapa yang
memanggilnya Surya langsung tersenyum senang.
"Nakmas kita ketemu lagi. Mana Nini Pandan Wangi" Tidak ikut?" tanya orang
berumur 30 tahunan.
"Ki Jarot! Pandan di penginapan Desa Watu Ireng. Maaf Ki, saya harus segera
pergi takut Pandan kelamaan menungguku."
Ki Jarot mengangguk cepat.
"Titip salam sama Nimas Pandan Wangi."
"Baik, Paman. Saya pergi."
Surya langsung melesat cepat meninggalkan Perguruan Tongkat Emas.
Ki Jarot menatap kepergian Surya dengan perasaan senang bisa berjumpa lagi
dengan sosok pendekar muda yang sangat mengagumkan baginya. Tiba-tiba bahu Ki
Jarot di tepuk seseorang pelan.
"Adi Jarot! Adi kenal dengan pemuda tadi?" ucap orang yang menepuk bahu Ki
Jarot pelan. Ki Jarot menoleh ke arah penepuk bahunya lalu tersenyum tipis.
"Maksud Kakang ... Nakmas Surya?" ucap Ki Jarot balik bertanya.
Si penepuk yang ternyata Ki Badrun mengangguk cepat.
"Oh namanya Surya."
"Dialah yang bergelar Pendekar Pedang Matahari," kata Ki Jarot menjelaskan.
"Apa"!" Ki Badrun tentu saja terlonjak kaget mendengar gelar pemuda tadi.
Meski belum pernah bertemu secara langsung dengan Pendekar Pedang Matahari
namun Ki Badrun sangat mengagumi sosok Pendekar Pedang Matahari. Tidak disangka
dirinya bisa melihat sosok pendekar muda yang telah menggemparkan dunia
persilatan. e-bukugratis.blogspot.com
Tapi sangat disayangkan kenapa harus terjadi pertengkaran yang cuma sepele saja
penyebabnya. "Kakang Badrun. Aku pamit dulu, sampai jumpa lagi," ucap Ki Jarot lalu beranjak
pergi. Ki Badrun mengangguk cepat.
Semua orang yang tadi berkumpul melihat pertarungan kini sudah bubar. Para tamu
undangan di antar ke kamar tempat mereka menginap. Haripun beranjak senja dan
berganti malam.
--o0o-- SURYA masuk ke sebuah kamar tempat dia dengan Pandan Wangi menginap.
Begitu melihat Surya sudah kembali, maka Pandan Wangi segera beranjak bangun
dari tempat tidur.
"Gimana pertemuannya?" tanya Pandan pelan.
Surya tersenyum tipis lalu duduk di kursi dekat jendela. Perlahan jendela itu di
bukanya, malam baru saja hadir menyelimuti mayapada ini.
"Pertemuannya lancar Pandan, tapi ... " Surya menghentikan ucapannya. Dia lalu
memandang Pandan.
"Terjadi salah paham," kata Surya pendek.
"Salah paham gimana?" sahut Pandan mengerutkan keningnya tidak mengerti.
Surya hanya mengangkat bahunya.
"Entahlah. Salah satu murid Perguruan Tongkat Emas menyangka kalau aku hendak
melamar putri Ki Wonoyoso," ucap Surya pelan.
"Melamar?"
Surya mengangguk.
"Yach, mungkin juga dia mengira aku hendak merebut kekasihnya kali. Waktu
hendak kembali kesini, salah seorang murid Perguruan menyerang aku."
"Apa"!"
"Tapi untungnya tidak sampai menimbulkan masalah yang terlalu besar.
Hehmmhh ... Sudahlah ... O, ya bagaimana dengan pers?apanmu besok" Apa kamu
sudah siap bertemu dengan Rangga?" tanya Surya mengalihkan pembicaraan.
Pandan angkat bahu.
"Entahlah, Kakang. Tapi siap tidak siap aku memang harus menolong Kakang
Rangga. Seperti apa yang Kakang kasih tahu." Pandan menghela nafas panjang.
Surya tersenyum lebar melihat Pandan yang sepertinya masih bingung.
"Kuatkan hatimu, Pandan. Pedang Rajawali Sakti saat ini bukanlah tandingan
Pedang Naga Suci-mu. Untuk menyempurnakan kekuatan Pedang Rajawali Sakti harus
bisa mengeluarkan makhluk yang bersemayam di dalam pedang itu dan itu hanya bisa
dilakukan dengan cara pertarungan antara Pedang Naga Suci dengan Pedang Rajawali
Sakti." "Tapi Kakang. Apa tidak ada cara lain?"
e-bukugratis.blogspot.com
"Ada."
"Apa?"
Surya kembali tersenyum tipis.
"Menyatukan Pedang Lima Unsur."
"Menyatukan Pedang Lima Unsur" Maksud Kakang?" seru Pandan cepat.
Surya menghela nafas pendek.
"Menyatukan pedang yang memiliki lima unsur tertinggi dengan alam. Ada lima
pedang di dunia ini yang memiliki unsur alam. Yaitu api, angin, air, tanah dan
petir. Jadi pedang dengan unsur tersebut harus di satukan agar lima pedang
tersebut bisa sempurna,"
jelas Surya. Pandan diam mendengar itu.
"Kita gunakan saja cara itu Kakang!" seru Pandan cepat.
Surya tertawa kecil mengerti maksud Pandan.
"Boleh saja, tapi untuk menyatukan lima pedang itu butuh waktu sangat lama. Kita
juga tidak tahu dimana Pedang Lima Unsur yang lain. Kalau saja mereka ada disini
pasti akan sangat mudah memanggil pedang-pedang itu."
"Mereka" Mereka siapa Kakang?"
"Lima orang muridku. Mereka adalah pemilik Pedang Lima Unsur itu."
"Hmmkh"!"
Surya lalu menceritakan kebenaran yang selama ini tidak pernah disangka oleh
Pandan Wangi. Semua Surya ceritakan ke Pandan Wangi dengan detail sekali sampai
asal-usul sebenarnya tentang Pandan Wangi sendiri.
"Nah, itulah kebenaran yang sebenarnya terjadi Pandan," kata Surya mengakhiri
ceritanya. Pandan Wangi terdiam mendengar cerita Surya tersebut. Memang cerita Surya
susah untuk diterima dengan akal sehat dan logika. Tapi Pandan sepenuhnya
mempercayai cerita Surya, kakaknya itu.
"Tidurlah. Siapkan tenagamu untuk besok," ucap Surya mengusap kepala Pandan
lembut penuh kasih sayang sebagai kakak.
Pandan mengangguk pelan, kemudian merebahkan tubuhnya di pembaringan yang
terbuat dari balai-balai bambu.
Surya sejenak memandang Pandan Wangi kemudian melangkah keluar kamar.
--o0o-- PAGI yang cerah telah menyambut datangnya hari. Mayapada kembali terang
seiring datangnya sang mata dewa menyinari bumi. Di sebuah jalan setapak di
pinggiran hutan kecil, tampak dua manusia tengah berjalan berjajar menyusuri
jalan berumput yang masih basah oleh embun pagi. Dua manusia berlainan jenis itu
tampak lain dari biasanya, di wajah mereka kini terpasang topeng perak tipis
menutupi muka mereka. Sesekali tawa mereka terdengar dalam candaan mereka selama
berjalan menyusuri jalanan.
e-bukugratis.blogspot.com
Ketika mereka sampai di sebuah pertigaan jalan, mereka bertemu dengan seorang
gadis jelita berpakaian cukup bagus sedang menunggang kuda warna coklat gagah.
Gadis jelita itu segera turun dari punggung kuda begitu melihat dua orang sedang
berjalan. "Maaf, permisi. Apa kalian habis dari Desa Watu Ireng?" tanya gadis itu dengan
suara merdu bernada sopan.
Dua orang yang di tanya memandang gadis jelita itu.
"Benar," sahut si gadis bertopeng yang ternyata adalah Pandan Wangi.
Gadis jelita itu tersenyum tipis.
"Apa kalian melihat seorang pemuda tampan berpakaian putih dengan sebilah
pedang di punggungnya. Nama pemuda itu Surya."
Pandan menoleh ke arah Surya sejenak dan melihat Surya hanya angkat bahu saja.
"Ya, betul. Pemuda itu siapanya Nisanak?" tanya Pandan ingin tahu apa maksud
gadis itu mencari Surya.
"Dia kekasihku," ucap gadis jelita itu mantap. Gadis jelita itu tak lain adalah
Purbasari putri tunggal Ki Wonoyoso Guru Besar Perguruan Tongkat Emas.
"Apa"!" Pandan tentu saja terkejut bukan main mendengar pengakuan gadis jelita
di depannya itu. Dalam hati Pandan memaki-maki gadis itu yang enak saja mengaku-
ngaku kekasih Surya, kakaknya itu. Pandan melirik Surya yang cuma geleng-geleng
kepala sambil tersenyum.
"Apa pemuda itu masih di Desa Watu Ireng?" tanya Purbasari cepat.
Pandan menghela nafas cepat. "Pemu ... "
"Kami lihat tadi dia sepertinya pergi terburu-buru ke arah timur saat ketemu
dengan kami," sahut Surya cepat memotong ucapan Pandan Wangi.
"Ekh"! Kalau begitu makasih Kisanak. Saya permisi dulu."
Purbasari langsung melompat ke punggung kuda dan menggebrak kudanya dengan
cepat. Kuda coklat itu meringkik keras lalu berlari cepat ke arah Desa Watu
Ireng. "Siapa gadis itu, Kakang" Kenapa dia mencarimu dan mengaku sebagai
kekasihmu?" tanya Pandan cepat setelah gadis jelita penunggang kuda itu jauh.
"Itu Purbasari putri tunggal Ki Wonoyoso," sahut Surya.
"Ouh ternyata dia yang menyebabkan terjadinya salah paham itu, ya?"
"Sudahlah. Kita lanjutkan perjalanan lagi Pandan. Ayo."
Surya melangkah pelan diikuti Pandan yang tertawa kecil.
Belum juga mereka melangkah tak begitu jauh tiba-tiba datang seorang pemuda
berkuda menghadang langkah mereka.
"Maaf, Kisanak. Apa tadi ada wanita berkuda lewat?" tanya pemuda itu cepat.
Pandan dan Surya saling Pandang.
"Ada. Dia ke arah Desa Watu Ireng baru saja lewat!" seru Pandan cepat.
"Brengsek. Purbasari pasti ingin menemui pemuda sialan itu. Hiaaa ... " pemuda
berkuda itu tanpa mengucapkan terima kasih langsung menggebrak kudanya cepat.
Surya dan Pandan menatap kepergian pemuda berkuda itu dengan heran karena
sikapnya tidak sopan sekali.
"Sombong sekali orang itu. Tidak punya sopan santun." maki Pandan jengkel.
e-bukugratis.blogspot.com
"Sudahlah biarkan saja. Ayo," ucap Surya sambil menarik tangan Pandan untuk
melanjutkan perjalanan lagi. Walau hatinya jengkel akhirnya Pandan mengikuti
Surya juga. Mereka dengan berlari cepat menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sudah
mencapai taraf sempurna, menjadikan sosok mereka bagai bayangan yang
berkelebatan menembus sebuah hutan dengan pepohonan jarang. Menjelang siang hari
mereka tiba di atas bukit dengan tanah lapang yang luas. Hanya ada satu pohon
besar yang tumbuh di atas bukit itu.
Itulah Bukit Tandur tempat perjanjian antara Surya dengan Rangga, si Pendekar
Rajawali Sakti satu purnama yang lalu. Pandan dan Surya duduk di bawah pohon
besar itu dengan tenang tapi Pandan tampak gelisah sendiri karena akan bertemu
dengan Rangga kekasihnya setelah satu purnama tidak ketemu lagi.
"Tenanglah Pandan, jangan gelisah begitu. Sebentar lagi kamu pasti ketemu
dengan kekasihmu itu," ucap Surya menenangkan.
Pandan hanya merengut saja mendengar itu, jauh dalam hatinya dia sangat tidak
ingin melakukan apa yang Surya suruh yaitu menolong Rangga dengan cara
Pendekar Pedang Matahari 4 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertarung. Tapi mau tidak mau Pandan harus melakukannya karena itu adalah jalan yang
terbaik untuk bisa menolong kekasihnya tersebut.
"Krraaagkh ... " tiba-tiba suara bagai halilintar menggelegar di angkasa.
Surya dan Pandan Wangi langsung berdiri melihat ke atas. Tampak seekor burung
rajawali putih raksasa melayang berputar-putar di angkasa. Dengan menukik cepat
burung raksasa itu dalam sekejap sudah mendarat tak jauh dari pohon besar tempat
Surya dan Pandan Wangi berada. Seorang pemuda tampan berbaju rompi putih
melompat turun dari punggung rajawali putih itu. Pemuda itu mengedarkan
pandangannya ke sekitar, lalu menatap dua orang yang berdiri di bawah pohon
besar. Pemuda yang bernama Rangga itu melangkah pelan ke arah pohon besar dimana
Surya dan Pandan berada. Rangga berhenti setelah jaraknya dengan dua orang di
depannya kurang lebih tujuh langkah.
Rangga menatap tajam pemuda bertopeng yang berdiri di depannya. Rangga masih
ingat bagaimana pemuda bertopeng itu bertarung melawan Pandan Wangi dan dengan
mudah mengalahkan Pandan Wangi bahkan pemuda bertopeng itu menculik Pandan
Wangi. Walau hatinya geram dan dendam dengan pemuda bertopeng itu, namun jiwa
kependekaran yang selalu mengutamakan kebaikan dan menegakkan kebenaran
membuatnya mampu bersikap tenang.
Sungguh jiwa seorang pendekar besar yang dikagumi banyak orang!
"Kita ketemu lagi, Sobat. Apa kau masih ingat padaku?" ucap Surya tenang sekali
membuka omongan.
Rangga mengangguk cepat.
"Mana Pandan, Kisanak?" seru Rangga cepat.
Rangga melirik ke gadis bertopeng di samping Surya.
"Hmmm ... apa gadis bertopeng itu Pandan Wangi" Dilihat dari postur tubuhnya
memang sama dengan Pandan. Tapi gadis bertopeng itu tidak membawa kipas sakti
dan Pedang Naga Geninya. Pedang yang ada di punggung gadis bertopeng itu memang
e-bukugratis.blogspot.com
berkepala naga tapi itu bukan Pedang Naga Geni. Aku paham dengan Pedang Naga
Geni milik Pandan," batin Rangga dalam hati mengira-ira siapa gadis bertopeng di
samping Surya. Surya tertawa kecil melihat lirikan mata Rangga ke arah Pandan yang kini
memakai topeng.
"Hemmh! Soal Pandan Wangi kekasihmu, aku minta maaf karena gadis itu telah
tewas di tangan adikku ini, Dewi Topeng Perak. Aku menyesalkan atas kejadian
naas pada kekasihmu itu," ucap Surya berbohong untuk memancing emosi Rangga.
"Apa"!" teriak Rangga kaget. "Kau jangan berdusta, Kisanak. Pandan tidak akan
mudah dikalahkan. Itu tidak mungkin terjadi!" teriak Rangga mulai gusar.
Surya tersenyum tipis melihat reaksi Rangga yang mulai gusar terpancing
omonganya. "Kalau kau tidak percaya lihat ini buktinya."
Surya memajukan dua tangannya yang dari tadi di belakang badannya. Tampak di
tangan Surya tergenggam Pedang Naga Geni dan kipas baja putih.
Rangga kontan terperanjat melihat dua senjata milik Pandan Wangi. Amarahnya
mulai tak bisa dia bendung lagi. Melihat dua senjata andalan Pandan Wangi dibawa
pemuda bertopeng itu jelas pasti Pandan Wangi telah tewas di tangan dua orang
itu. "Bangsat! Akan kubunuh kalian. Hiaaaattt ... !"
Rangga berteriak nyaring penuh amarah langsung menerjang pemuda bertopeng
tapi belum sempat pukulannya mengenai Surya, dari arah samping berkelebat cepat
bayangan biru mematahkan pukulan Rangga.
"Baik! Kau yang akan kubunuh pertama kali!" teriak Rangga geram.
Sorot matanya begitu tajam bernafsu ingin membunuh lawannya. Mendengar
kekasih yang ia cintai tewas, membuat Rangga jadi murka dan tak bisa lagi
mengontrol emosinya.
Pandan yang melihat teriakan dan sikap Rangga yang begitu garang sesaat
membuatnya terkejut dengan perubahan sikap kekasihnya itu. Namun Pandan segera
menepis perasaan itu karena tujuannya adalah menolong Rangga kekasihnya itu.
"Hiaaaatt ... !"
"Haiiitt!"
Rangga langsung menerjang gadis bertopeng dengan rangkaian jurus 'Rajawali
Sakti'. Pandan mengimbangi dengan rangkaian jurus 'Naga Suci'. Pertarungan
mereka terlihat seimbang dan sangat sengit sekali. Sementara itu Surya dengan
tenang duduk bersandar di bawah pohon mengamati pertarungan Pandan dan Rangga.
Surya melirik ke arah burung rajawali raksasa yang sedari tadi terus menatap
dirinya dengan pandangan aneh.
"He-he-he! Ternyata si Putih sudah besar dan sepertinya dia mengenaliku," ucap
Surya dalam hati.
Pertarungan Pandan dengan Rangga berlangsung semakin cepat dan meningkat
namun Rangga sangat heran karena jurus-jurusnya dapat dipatahkan terus oleh
gadis bertopeng. Apalagi gerakan jurus si gadis begitu unik dan sangat
berbahaya. e-bukugratis.blogspot.com
Sriiiiiiing ... !
Rangga mencabut Pedang Rajawali Saktinya, tampak cahaya biru terang keluar dari
badan pedang. Pamornya kuat sekali. Pandan tidak mau ketinggalan, maka dengan
cepat dia mencabut Pedang Naga Sucinya. Tampak cahaya putih kemerahan mampu
menekan pamor dari Pedang Rajawali Sakti milik Rangga.
Dua pedang sakti beradu di udara, setiap sabetan selalu membuat satu ledakan
keras sehingga Bukit Tandur benar-benar bagai di landa gempa hebat. Deru angin
berhembus kencang menambah parahnya keadaan Bukit Tandur.
Rangga melompat ke belakang empat langkah.
"Gadis itu luar biasa hebat! Aku harus gunakan Ajian 'Pedang Pemecah Sukma'!"
Rangga dengan cepat memutar Pedang Rajawali Saktinya di depan lalu menariknya
ke belakang. Sungguh luar biasa sekali, Rangga langsung jadi terlihat berlipat
ganda dan semakin banyak. Itulah Ajian 'Pedang Pemecah Sukma' yang mampu
memperbanyak diri tapi itu semua hanyalah bayangan belaka dan berguna untuk
membingungkan lawan
karena Rangga terlihat jadi banyak.
"Ajian 'Pedang Pemecah Sukma'! Akan gunakan jurus yang sama yaitu 'Naga Suci
Pemecah Sukma'!" batin Pandan.
Dengan gerakan halus Pandan mengangkat Pedang Naga Sucinya tinggi-tinggi
kemudian tangannya memutar lebar dan berhenti di depan dada. Tiba-tiba tubuh
Pandan menjadi banyak sama halnya seperti Rangga.
Melihat kenyataan itu membuat Rangga jadi terkejut. Karena lawan juga memiliki
jurus yang bersifat sama. Sebenarnya ini tidak mengherankan karena semua ilmu
yang dimiliki oleh dua orang itu bersumber dari Surya.
Pertarungan dua pendekar sakti itu sudah menghabiskan ratusan jurus namun belum
ada yang kelihatan terdesak, tapi jika dilihat dengan teliti sebenarnya Rangga
sudah mencapai batas kemampuannya karena ilmu yang dikeluarkan selalu sama serta
nafas Rangga sudah tidak teratur, beda dengan Pandan Wangi yang masih teratur
nafasnya serta masih mampu mengeluarkan ilmu-ilmu baru.
Tak terasa pertarungan mereka sudah sampai malam, sementara itu Surya sudah
membuat api unggun untuk memanggang beberapa ikan dan ayam hutan yang Surya
tangkap dari bawah Bukit Tandur.
Pertarungan Pandan Wangi dengan Rangga berlangsung sangat sengit sekali karena
kedua pendekar kelas atas itu seimbang namun jika dilihat dengan seksama Pandan
Wangi lebih unggul sebab nafas Pandan masih teratur agak sedikit memburu
sedangkan Rangga nafasnya sudah memburu dan mulai kelelahan. Sudah ratusan jurus
yang mereka keluarkan tapi belum ada yang terdesak. Rangga yang bergelar
Pendekar Rajawali Sakti tampak terheran-heran dengan lawannya kali ini. Biasanya
Rangga akan selalu unggul jika berhadapan musuh sekuat apapun, namun melawan
seorang gadis bertopeng yang
belum pernah dia lihat dan terkenal Rangga malah kesulitan menghadapinya.
Berbagai macam jurus dan ilmu yang Rangga miliki tak mampu menjatuhkan gadis
bertopeng lawannya itu. Variasi serangannya selalu dapat dibaca dan dimentahkan
oleh gadis itu. Bahkan ilmu pamungkasnya yang sangat Rangga andalkan yaitu Ajian
'Pedang e-bukugratis.blogspot.com
Pemecah Sukma' juga tidak berguna karena si gadis juga memiliki ilmu yang
sealiran dengan Ilmu 'Pedang Pemecah Sukma' miliknya.
Menjelang larut malam dua pendekar itu tampak mulai kendur serangannya, sebab
batas ketahanan tubuh mereka sudah mencapai batasnya. Inilah yang sangat
ditunggu Surya karena jika batas ketahanan tubuh dua pendekar itu mencapai
batasnya maka otomatis kekuatan makhluk yang bersemayam dalam pedang mereka akan keluar untuk
menolong penggunanya. Benar yang Surya pikirkan, tak berapa lama kedua pendekar
itu kelelahan yang amat sangat kehabisan tenaga.
Dua pendekar kelas atas dunia persilatan itu roboh lalu pingsan!
Secara gaib dua pedang pusaka yaitu Naga Suci dan Rajawali Sakti melayang-
layang di udara saling bertarung. Bahkan dua pedang pusaka itu telah berubah ke
bentuk aslinya yaitu perwujudan naga putih besar bermata biru indah dan rajawali
putih raksasa. Dua hewan perwujudan dua pedang pusaka itu bertarung dengan kekuatan maha
dahsyat mengerikan. Bukit Tandur laksana terkena bencana alam hebat, semua
porak-poranda dihajar kekuatan dari dua hewan sakti tersebut.
Melihat keadaan yang semakin gawat itu membuat Surya segera bertindak cepat.
Sriiiiiiing ... !
Surya mencabut Pedang Matahari dari sarungnya. Seketika tempat itu menjadi
terang oleh cahaya kuning keemasan dari pamor Pedang Matahari.
Suiiiing ... ! Pedang Matahari milik Surya dilempar ke udara maka dengan gerakan agak cepat
Pedang Matahari itu berputar-putar di udara membentuk lingkaran besar. Tak
berapa lama lingkaran kuning besar itu meluruk cepat membungkus dua hewan sakti
tersebut. Naga Suci menggeliat-geliat terbungkus lingkaran kuning keemasan, begitu pula
dengan rajawali putih raksasa juga menggelihat seolah ingin meronta melepaskan
diri dari lingkaran kuning keemasan yang membungkus tubuh mereka. Semakin dua
hewan sakti itu meronta maka semakin erat pula tubuh mereka terbungkus lingkaran
kuning keemasan itu, hingga akhirnya dua hewan sakti itu diam tak meronta lagi.
Slaappp ... ! Dua hewan sakti itu tiba-tiba berubah menjadi sosok manusia. Naga Suci berubah
menjadi seorang gadis cantik jelita bermata biru indah, sedangkan rajawali putih
raksasa berubah menjadi seorang pemuda tampan dan gagah bermata biru juga. Dua
sosok manusia perwujudan hewan gaib itu melayang di udara lalu perlahan-lahan melayang
turun di hadapan Surya.
Mereka merapatkan dua tangan masing-masing di depan hidung menunduk hormat.
"Hormat hamba, Yang Mulia Pangeran," ucap mereka bersamaan.
Surya membuka topeng peraknya lalu mengangguk cepat.
"Naga Suci, Rajawali Sakti. Akhirnya kita bertemu lagi sejak kalian aku hukum di
dalam pedang. Wujud kalian sudah kembali ke wujud asli kalian. Mulai sekarang
kalian telah aku bebaskan dari hukuman yang selama ini aku jatuhkan pada
kalian," ucap Surya penuh wibawa.
Naga Suci dan Rajawali Sakti kembali menunduk hormat.
e-bukugratis.blogspot.com
"Sekarang kalian boleh kembali ke asal kalian. Sampaikan pesanku pada raja
kalian bahwa lima purnama ke depan, aku ingin Raja kalian menemuiku di Goa Lima
Warna," ucap Surya lagi.
Mereka mengangguk pelan lalu merapatkan tangan di depan hidung.
"Pergilah. Jalani kehidupan kalian yang selama ini tidak kalian dapatkan."
Mereka saling pandang, tetapi tak juga beranjak pergi dari hadapan Surya.
"Ada apa?" tanya Surya heran melihat mereka tak juga beranjak pergi.
"Ampun, Gusti. Apakah hamba boleh mengajukan satu permintaan Gusti." Rajawali
Sakti membuka suara.
Surya mengerutkan keningnya heran.
"Ijinkan hamba untuk tetap menjadi Pedang Rajawali Sakti. Hamba ingin berbuat
jasa kepada bangsa kami dengan jalan membasmi keangkaramurkaan di dunia ini.
Hamba mohon Gusti Pangeran Matahari mengabulkan keinginan hamba," Rajawali Sakti
yang berwujud pemuda gagah itu berlutut di depan Surya.
"Begitu pula dengan hamba, Gusti. Ijinkan hamba tetap menjadi Pedang Naga
Suci," ucap Naga Suci juga berlutut di depan Surya.
Mendengar permintaan mereka Surya malah tersenyum lebar. Dia tidak menyangka
dua orang perwujudan hewan gaib itu mengajukan hal yang tidak wajar bagi bangsa
mereka. "Hemm ... apa kalian sadar dengan permintaan kalian itu?" tanya Surya meyakinkan
permintaan mereka berdua. "Ketahuilah. Jika kalian tetap menjadi pedang sakti,
maka kalian tahu apa akibat yang kalian tanggung. Kalian tidak akan bisa kembali
ke wujud asal kalian lagi. Apa kalian mengerti itu?" tanya Surya ingin tahu
kesungguhan hati mereka.
Naga Suci dan Rajawali Sakti sejenak terdiam, mereka saling pandang lalu
mengangguk mantap dengan keinginan mereka itu.
"Tekad kami sudah bulat, Gusti. Kami siap menanggung segala akibatnya meski
kami tidak bisa kembali ke wujud asli kami!" seru mereka dengan penuh keyakinan.
Surya manggut-manggut melihat tekad mereka yang begitu kuat. Kemudian Surya
melangkah maju menghampiri mereka berdua. Sejenak Surya menatap tajam pada
mereka. "Kembalilah ke istana. Minta pada Raja kalian Mustika Langit, katakan aku yang
mengutus kalian. Pergilah," ucap Surya tenang penuh kewibawaan.
Walau tidak mengerti apa maksud Surya tapi mereka segera pergi mengerjakan apa
yang di perintahkan oleh mereka itu.
Surya menatap Naga Suci dan Rajawali Sakti yang berubah jadi dua hewan raksasa
kemudian melesat ke angkasa, hilang ke dua arah yang berbeda. Naga Suci ke timur
sedang Rajawali Sakti ke arah selatan.
--o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
PAGI yang cerah menyambut datangnya hari, sang mata dewa bersinar hangat dari
ufuk timur cakrawala. Kicau burung bersahutan menyambut pagi yang sangat cerah
ini. Di atas sebuah bukit yang keadaannya porak-poranda dengan hanya menyisakan satu
pohon besar di atasnya tampak dua orang tengah terbaring pingsan di samping
seekor burung rajawali putih raksasa. Tak jauh dari burung rajawali terdapat
perapian yang masih menyala. Dari arah timur bukit, tampak seorang pemuda
bertopeng tengah berjalan ringan sambil membawa beberapa ekor ikan di tangannya.
Setelah sampai di perapian pemuda bertopeng yang tak lain adalah Surya langsung
memanggang ikan-ikan yang ia bawa tadi. Bau harum daging ikan terbakar langsung
menusuk hidung.
Bau harum pengundang nafsu makan langsung menusuk hidung dua orang yang
pingsan tadi. Perlahan-lahan salah satu orang yang pingsan tersadar siuman dari
pingsannya akibat sesuatu yang harum menusuk hidungnya. Pemuda berbaju rompi
yaitu Rangga bangkit dari tidurnya. pandangannya langsung tertuju pada burung
rajawali putih disampingnya.
"Putih. Kau masih disini sobat?" ucap Rangga pelan.
Rangga mengalihkan pandangannya ke samping, ia melihat di dekatnya gadis
bertopeng tengah terlelap tidur atau masih pingsan.
"Kau sudah sadar, Kisanak?" ucap Surya kalem setelah melihat Rangga sadar dari
pingsan. "Ekh"!" Rangga terkejut melihat pemuda bertopeng tak jauh dari tempatnya.
Sejenak pikiran sehatnya bekerja.
"Pemuda itu masih disini. Sebenarnya siapa orang bertopeng itu" Dari golongan
mana dia sebenarnya" Benar-benar aneh." batin Rangga dalam hati.
"Kemarilah. Aku sudah siapkan ikan bakar untukmu. Pasti kamu lapar setelah satu
hari satu malam bertarung," ucap Surya tenang.
"Kisanak. Siapa kau sebenarnya" Kenapa kau tidak membunuhku saat pingsan tadi"
Bukankah itu kesempatanmu!" seru Rangga dengan nada suara penuh tekanan. Matanya
tajam menatap orang bertopeng tak jauh darinya itu.
Surya tersenyum lembut mendengar pertanyaan Rangga itu. Dia malah melempar
gelas bambu yang berisi air ke Rangga. Sungguh luar biasa air dalam gelas dari
bambu itu tidak tumpah sedikitpun. Rangga dengan cepat menangkap gelas bambu
berisi air tersebut.
"Minumlah," ucap Surya kalem.
Rangga agak ragu-ragu meminum air dalam gelas bambu itu namun akhirnya air
dalam gelas bambu itu ditenggaknya juga sampai habis. Rangga tidak takut
diracuni karena tubuhnya kebal terhadap racun jadi dia tenang saja.
Tak berapa lama gadis bertopeng di sebelah Rangga tersadar karena bau harum ikan
Pendekar Pedang Matahari 4 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bakar membuatnya jadi siuman. Gadis bertopeng yaitu Pandan Wangi duduk dan
menguap lalu menggerakkan tangan dan tubuhnya untuk merenggangkan ototnya yang
kaku. "Kau sudah sadar, Pandan?" seru Surya begitu melihat Pandan duduk sambil
merenggangkan otot. Sama seperti Rangga, Surya juga melemparkan gelas bambu
berisi e-bukugratis.blogspot.com
air ke Pandan. Pandan langsung menangkap gelar bambu itu dan langsung
menghabiskan air dalam gelas itu.
"Uuhk, segarnya!" seru Pandan setelah menghabiskan air dalam gelas bambu.
"Pandan"!" ucap Rangga lirih terkejut mendengar orang bertopeng memanggil
gadis bertopeng dengan nama : Pandan. Rangga langsung menatap gadis bertopeng
dengan tajam. "Pandan! Buka topengmu. Agaknya kekasihmu ingin sekali melihat wajahmu!" seru
Surya cepat. Pandan membuka topeng yang melekat di wajahnya. Rangga melihat gadis
bertopeng itu membuka topengnya dengan perasaan tak menentu. Begitu topeng perak
lepas dari wajah si gadis, maka Rangga terkejut bukan main melihat wajah yang
sangat ia kenal dan sangat dirindukannya.
"Pandan"!" seru Rangga keras seolah tidak percaya dengan wajah yang ia lihat di
hadapannya. "Kakang!" Pandan tersenyum lembut pada pemuda yang dicintainya tersebut.
"Pandan"! Benarkah ini kau" Pandan!" seru Rangga langsung memeluk Pandan
dengan erat. Tanpa malu-malu Rangga menciumi wajah Pandan Wangi.
"Syukurlah kau selamat. Aku sangat khawatir sekali. Aku sangat merindukanmu,
Pandan." "Aku juga sangat merindukanmu, Kakang," ucap Pandan sambil memeluk erat
pemuda yang sangat dicintainya.
Dua insan saling mencintai itu saling berpelukan erat melepas rasa rindu karena
satu purnama tidak ketemu. Mereka sampai melupakan kalau ada Surya di tempat itu
juga. "Sampai kapan kalian akan terus berpelukan. Apa kalian tidak lapar?" ucap Surya
menyadarkan dua insan saling mencinta itu.
"Ekh"! Kakang. Maaf sampai lupa kalau Kakang ada disini," ucap Pandan tersipu
malu. "Kalian makanlah. Ikan bakarnya sudah matang. Cukup untuk kalian berdua," kata
Surya sambil berdiri.
Surya lalu melangkah mendekati rajawali putih tunggangan Rangga.
"Putih! Ayo kita jalan-jalan. Biarkan mereka disini melepas kangen," ucap Surya
sambil mengusap leher rajawali putih itu.
"Khrrrrgghk ... " suara rajawali mengerti ucapan Surya sambil kepalanya
mengangguk-angguk.
Surya naik ke punggung rajawali putih itu dan menyuruh rajawali itu terbang.
Maka dengan cepat rajawali putih raksasa itu melesat terbang ke angkasa.
Rangga yang dari tadi melihat orang bertopeng bicara dengan rajawalinya jadi
tersentak heran. Apalagi kini rajawali putih itu terbang tinggi bersama Surya,
ini membuat Rangga jadi tak habis pikir. Rajawali miliknya itu sangat sukar
didekati apalagi sampai naik di atas punggungnya, rajawalinya itu akan mengamuk
dan tanpa ampun
menyerang orang yang coba mendekatinya. Tapi kini orang bertopeng yang tidak
Rangga e-bukugratis.blogspot.com
kenal telah terbang di atas punggung rajawalinya. Bahkan rajawali itu begitu
jinak dan hormat sekali sama orang bertopeng itu.
"Kakang, ada apa?" tanya Pandan pelan melihat Rangga yang dari tadi terdiam
sambil menatap ke angkasa dimana burung rajawali miliknya terbang bersama orang
lain. Rangga tersadar lalu menoleh ke Pandan Wangi.
"Tidak. Tidak apa-apa," ucap Rangga.
Pandan Wangi tersenyum lebar.
"Aku tahu. Kakang pasti heran dengan rajawali-mu yang begitu jinak terhadap
orang bertopeng itu. He-he-he-he. Itu wajar," kata Pandan Wangi kalem.
"Wajar" Maksudmu?" seru Rangga penasaran.
"Sudahlah. Nanti akan aku ceritakan semua ke Kakang. Sebaiknya kita makan dulu
ikan bakar ini. Aku sudah kelaparan."
Pandan Wangi langsung memakan ikan bakar di tangannya.
Rangga walau masih bingung akhirnya makan juga.
--o0o-- MALAM ini adalah malam bulan punama. Bulan begitu terang cahayanya di langit
malam yang begitu cerah. Semilir angin sepoi-sepoi berhembus begitu sejuknya.
Suara suara nyanyian serangga malam begitu merdu terdengar mengiri malam yang
sangat tenang itu. Di kegelapan malam yang sunyi terlihat berkelebatan lima orang dengan pakaian
yang berlainan warna. Merah, hijau, biru, kuning dan putih. Lima orang yang
ternyata adalah gadis memakai topeng tipis menyerupai tengkorak membuat wajah
mereka jadi terlihat menyeramkan. Jika tidak teliti melihatnya, maka semua pasti
mengira kalau lima gadis itu berwajah menakutkan, ini akibat topeng mereka
sangat tipis hampir tidak bisa diterka kalau sebenarnya itu adalah topeng.
Kelima gadis bewajah tengkorak itu bergerak dengan cepat menembus kegelapan
malam menuju ke sebuah Perguruan Silat Tongkat
Emas. Begitu sampai di depan gerbang Perguruan, kelima gadis berwajah tengkorak
itu langsung menghabisi penjaga gerbang Perguruan Tongkat Emas. Tidak hanya itu
saja, kelima gadis berwajah tengkorak tersebut langsung menyerbu masuk ke
Perguruan Tongkat Emas membantai siapa saja yang mereka temui.
Seluruh murid Perguruan Tongkat Emas langsung disibukkan dengan pertarungan
melawan lima gadis berwajah tengkorak tersebut. Keganasan lima gadis berwajah
tengkorak sungguh mengerikan, dalam tempo singkat, hampir setengah murid
Perguruan Tongkat Emas tewas dibantai dengan sadis oleh lima gadis berwajah
tengkorak tersebut.
"Berhenti!" teriak seseorang keras.
Dia adalah Ki Wonoyoso atau si Malaikat Tongkat Emas. Matanya begitu tajam
menatap lima gadis berwajah tengkorak.
"Siapa kalian" Kenapa menyerang Perguruanku?" seru Ki Wonoyoso, geram.
"Ha-ha-ha-ha! Akhirnya kau keluar juga Malaikat Tongkat Emas!" seru gadis yang
berpakaian merah. Kelihatannya gadis berpakaian merah adalah pemimpin dari lima
e-bukugratis.blogspot.com
gadis berwajah tengkorak itu. "Ha-ha-ha-ha. Kami adalah Lima Iblis Lembah
Tengkorak!" seru si gadis berpakaian merah menyebutkan nama mereka.
"Lima Iblis Lembah Tengkorak"!" seru Ki Wonoyoso pelan mengerutkan
keningnya. "Malaikat Tongkat Emas! Malam ini nama besarmu akan berakhir. Ha-ha-ha-ha!"
"Huh! Jangan anggap enteng kemampuanku, Gadis Muka Tengkorak. Hari ini aku
bersumpah akan kubunuh kalian yang telah membantai murid-muridku!" ucap Ki
Wonoyoso geram sekali.
"Ha-ha-ha-ha! Majulah. Aku ingin lihat apa benar nama besar Malaikat Tongkat
Emas begitu hebat atau hanya omong kosong saja!" seru si Gadis Merah Muka
Tengkorak meremehkan.
Panaslah hati Ki Wonoyoso diremehkan oleh Gadis Muka Tengkorak.
"Tutup mulutmu, Gadis Muka Tengkorak. Akan kubuat kalian tidak bisa melihat
matahari esok lagi. Hiaaaatt ... !"
Ki Wonoyoso langsung menerjang si gadis merah dengan senjata andalannya yaitu
Tongkat Emas yang selama ini telah banyak merobohkan tokoh-tokoh sakti dunia
persilatan. Senjata tongkat yang terbuat dari baja berlapis emas putih sangat
keras tidak mudah patah.
"Ha-ha-ha-ha. Serang ... !!" teriak Gadis Merah Muka Tengkorak memerintahkan
empat temannya menyerang Ki Wonoyoso.
Pertarungan lima melawan satu sungguh pertarungan yang tidak seimbang jika
dilihat dengan kasat mata, tetapi jika diamati pertarungan itu sangat seru dan
berimbang. Ki Wonoyoso yang bergelar Malaikat Tongkat Emas begitu lincah menangkis setiap
gempuran yang dilancarkan Lima Iblis Lembah Tengkorak. Murid-murid Perguruan
Tongkat Emas berdiri memegang senjata tongkat mengitari arena pertempuran Lima
Iblis Lembah Tengkorak melawan guru mereka, Ki Wonoyoso.
Jurus-jurus tingkat tinggi sudah dikeluarkan oleh Ki Wonoyoso dan ini membuat
Lima Iblis Lembah Tengkorak jadi terdesak. Lima Iblis Lembah Tengkorak
berlompatan ke belakang sejauh dua tombak di hadapan Ki Wonoyoso.
"Huh! Rupanya tidak sia-sia kau menyandang gelar Malaikat Tongkat Emas. Tapi
jangan senang dulu karena kami belum mengeluarkan seluruh ilmu kami.
Bersiaplah!"
seru Gadis Muka Tengkorak.
"He-he. Majulah, keluarkan ilmu yang kalian miliki. Aku tidak takut," ucap Ki
Wonoyoso tandas. Matanya begitu tajam bagai singa kelaparan mengintai buruannya.
"Keluarkan jurus 'Lima Kala Menari Membius Kematian'!" seru Gadis Merah
Muka Tengkorak cepat.
Kelima Gadis Muka Tengkorak bergerak membentuk formasi siap menyerang. Di
mulai dari gadis merah yang bergerak ke depan meliuk liukan tubuhnya bagai orang
menari membuat lawan jadi terlena karena gerakan lembut lima Gadis Muka
Tengkorak itu. Di dalam kelembutan gerakan mereka menyimpan bahaya kematian jika
lawan sampai terbius oleh gerakan mereka. Itulah efek yang ditimbulkan oleh jurus
'Lima Kala e-bukugratis.blogspot.com
Menari Membius Kematian'. Sungguh jurus mematikan yang membuat lawan tidak
menyadari bahaya yang mengancam.
Ki Wonoyoso bukan pendekar kemarin sore, dengan pengalamannya selama
berkelana di dunia persilatan dulu membuat Ki Wonoyoso tahu akan bahaya yang
mengancam di setiap gerakan yang dilakukan lima Gadis Muka Tengkorak bagai orang
menari. Ki Wonoyoso langsung menggunakan jurus 'Tongkat Emas Memukul Air'. Ini
jurus yang jarang di keluarkannya.
Jurus 'Tongkat Emas Memukul Air' sungguh luar biasa sekali. Setiap sabetan
selalu menimbulkan desiran angin yang bergelombang. Suara angin yang ditimbulkan
juga mengerikan. Namun gerakan jurus 'Lima Kala Menari Membius Kematian' juga sangat
unik. Gerakannya-gerakan yang silih berganti oleh Lima Iblis Lembah Tengkorak
sangat membingungkan sekali, hingga di saat kuda-kuda Ki Wonoyoso agak limbung
tiba-tiba Gadis Merah Muka Tengkorak menyebarkan serbuk beracun. Seketika
pernafasan Ki Wonoyoso jadi tercekat, kepalanya pusing dan mata berkunang-kunang. Di sisi
lain, Gadis Muka Tengkorak berpakaian putih melemparkan senjata rahasia berupa
jarum hitam yang sangat beracun.
"Aaakh!" teriak Ki Wonoyoso keras terkena senjata rahasia.
Tubuh Ki Wonoyoso langsung menghitam roboh dan nyawanya melayang.
Sungguh licik sekali cara bertarung Lima Iblis Lembah Tengkorak.
"Kala Biru, Kala Putih! habisi murid Perguruan Tongkat Emas yang tersisa!" seru
Kala Merah cepat. "Kala Hitam dan Kala Kuning bakar Perguruan ini."
Dengan cepat mereka membantai semua murid Perguruan Tongkat Emas tanpa ada
yang tersisa satupun. Rumah-rumah di bakar tanpa belas kasihan. Perguruan
Tongkat Emas musnah rata dengan tanah. Sungguh pembantaian yang sadis di bulan
purnama malam ini. --o0o-- SIANG yang terik membuat bumi menjadi panas, sinar mentari langsung menyinari
bumi tanpa terhalang awan sedikitpun. Memang siang ini cuaca sangat cerah
sekali. Tiada sedikitpun awan yang memayungi bumi.
Di sebuah sungai yang cukup besar namun dangkal dan berbatu-batu memiliki air
yang sangat jernih. Di salah satu batu besar yang terletak di bawah pohon yang
cukup lebat daunnya, tampak seorang pemuda berbaju putih agak ketat dengan
memakai topeng perak di wajahnya. Siapa lagi kalau bukan Surya alias Pendekar
Pedang Matahari. Surya duduk dengan tenang memandangi ikan-ikan yang berlarian
di sela-sela batu sungai.
Tiba-tiba Surya lamat lamat mendengar suara ribut.
"Hemmm! Ada suara perkelahian. Siapa yang bertarung di tengah hutan yang sepi
ini?" batin Surya sambil mengerahkan Ilmu 'Pembeda Gerak Dan Suara'.
"Agaknya pertarungan terjadi di sebelah barat. Aku harus melihat siapa yang
tengah bertarung," ucap Surya lirih.
e-bukugratis.blogspot.com
Dengan cepat Surya beranjak dari atas batu melompat tinggi lalu berlari ke arah
barat. Begitu sampai di tanah yang cukup luas, Surya melihat seorang gadis
sedang dikeroyok lima orang pria yang rata-rata memiliki perawakan tegap dan
berwajah sangar dipenuhi cambang tebal serta codet di pipi mereka.
Pedang Keabadian 3 Pedang Dan Kitab Suci Puteri Harum Dan Kaisar Karya Khu Lung Wanita Gagah Perkasa 2
PENDEKAR PEDANG MATAHARI
Dalam Episode 4 : NERAKA LEMBAH TENGKORAK
By : chimilly Edit : Gilang (pendekarpinilih@yahoo.com)
(sebagian naskah telah mengalami pengeditan sesuai dengan EYD untuk lebih
memudahkan dalam membaca naskah ini dengan tidak mengurangi isi dari naskah yang
bersangkutan) PAGI yang cerah begitu terasa indah ketika panorama alam terbentang luas di
depan mata, setidaknya hal itulah yang kini tengah di rasakan oleh pasangan muda
mudi yang sedang berjalan-jalan di sebuah bukit hijau yang sangat indah. Mereka
bercanda tawa begitu riangnya sambil menikmati keindahan alam ciptaan Sang Hyang
Widi Jagad Raya ini.
"Adik, betapa cantiknya alam di tempat kita ini. Tenang dan sangat menyejukkan
hati," ucap pemuda yang cukup tampan berkulit sawo matang dengan kumis tipis di
wajahnya. Perawakan pemuda ini sangat kekar dan menarik hati para wanita.
"Hmmm ... " gumam si gadis menanggapi ucapan sang pemuda acuh tak acuh.
"Alam ini seperti dirimu adik, cantik dan sangat menawan hatiku," ucap pemuda
itu merayu. Si gadis hanya tersenyum lembut mendengar rayuan dari pemuda itu. Hatinya
berbunga-bunga mendengar rayuan tersebut, namun tidak ia tunjukkan dalam raut
wajahnya yang ayu mempesona.
"Bagaimana menurutmu tempat ini, Adik Purbasari?" tanya pemuda tersebut kalem.
Gadis yang di panggil Purbasari itu hanya angkat bahu saja, tidak mau membuka
suara. "Kelak jika kita menikah, aku ingin membangun rumah di tempat yang indah ini,"
ucap pemuda itu sambil menatap alam di depannya itu.
"Apa"! Menikah"!" seru Purbasari kaget.
"I ya, menikah."
"Maksud, Kakang?" tanya Purbasari tidak mengerti.
"Jika kita menikah, aku ingin membangun rumah bagi kita berdua di tempat ini.
Pasti kita sangat bahagia," ucap pemuda itu sambil tersenyum lembut.
"Apa"! Kita" Maksud Kakang aku menikah dengan Kakang?" ucap Purbasari masih
bingung. Pemuda itu tersenyum lalu mengangguk pelan.
"Heh! Kakang bermimpi apa!" Siapa yang mau menikah denganmu. Huh!" seru
Purbasari sengit.
"Kenapa" Apa kamu tidak mau kita menikah?" ucap pemuda itu sedikit terkejut
namun masih bersikap sabar.
e-bukugratis.blogspot.com
"Maaf, Kakang! Bukannya aku mengecewakanmu, tapi aku tidak mencintai Kakang.
Sebaiknya Kakang cari saja calon istri yang bisa menerima Kakang dan mencintai
Kakang," ucap Purbasari pelan.
"Tapi ... aku mencintaimu, adik. Aku ingin menikahimu. Aku ingin kamu yang jadi
istriku," ucap pemuda itu berapi-api.
"Maaf, Kakang ... aku tidak bisa." Purbasari menyahuti dengan lembut.
"Tapi ... " pemuda itu jadi bingung sendiri. Mereka akhirnya sama-sama terdiam
larut dalam pikiran masing-masing.
"Permisi Kisanak Nisanak. Maaf mengganggu waktu kalian. Boleh saya numpang
bertanya?" ucap seseorang tiba-tiba tanpa mereka sadari kehadirannya.
Purbasari dan pemuda disampingnya saling pandang heran karena kemunculan
seseorang di depan mereka tidak mereka ketahui sebelumnya. Mereka sama-sama
berpikir pastilah orang yang hadir di depan mereka adalah orang yang memiliki
ilmu yang cukup tinggi, terbukti kehadirannya sama sekali tidak mereka rasakan
sebelumnya. "Maaf kalau saya mengejutkan kalian," ucap orang yang datang tadi. Orang ini
adalah pemuda gagah dan tampan sekali, berpakaian putih agak ketat menampilkan
bentuk tubuhnya yang berotot, tampak gagang pedang berhulu matahari terlihat
dari balik punggungnya.
"Ekh, tidak. Tidak apa-apa Kisanak. Kami tidak terganggu, silakan Kisanak mau
bertanya apa?" sahut Purbasari cepat sambil tersenyum lembut.
"Oh, terima kasih. Saya hendak ke Perguruan Tongkat Emas, dimana tempatnya
kalau saya boleh tahu?" ucap pemuda tampan itu kalem. Pemuda ini tak lain dan
tak bukan adalah Surya atau yang lebih dikenal Pendekar Pedang Matahari dalam
rimba persilatan. Purbasari dan pemuda disampingnya kembali saling pandang, mereka menatap
pemuda asing di depan mereka dari atas sampai bawah seolah sedang menyelidik.
"Mau apa Kisanak ke Perguruan Tongkat Emas?" tanya pemuda teman Purbasari
sedikit penuh curiga.
Surya tersenyum kecil.
"Saya ingin menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Guru Besar Perguruan
Tongkat Emas," ucapnya memberitahu tujuannya.
"Oh, begitu. Kebetulan kami juga mau kesana. Bagaimana kalau kita bersama-sama
menuju kesana," ucap Purbasari kalem sambil tersenyum lembut.
"Adik!" seru pemuda di samping Purbasari kaget. Dia tidak suka dengan sikap
Purbasari yang mengajak pemuda asing yang belum mereka kenal jalan bersama.
"Mari Kisanak," ucap Purbasari lembut.
"Oh, terima kasih. Mari!" ucap Surya kalem.
Mereka lalu berjalan bersama menuju Perguruan Tongkat Emas.
"O ya siapa nama Kisanak dan apa tujuan Kisanak ke Perguruan kami?" tanya
Barda membuka obrolan.
"Eh ya maaf. Kenalkan saya Barda dan ini adik sePerguruan saya, Purbasari. Kami
murid Perguruan Tongkat Emas." lanjut Barda mengenalkan diri dengan maksud agar
e-bukugratis.blogspot.com
pemuda asing disampingnya tahu dan menghormatinya. Bagaimanapun juga Perguruan
Tongkat Emas cukup disegani di wilayah Gunung Bromo. Jelas itu adalah sikap
jumawa yang tidak sepatutnya ditunjukkan para murid Perguruan Tongkat Emas yang
terkenal santun.
Pemuda itu jelas sekali menangkap sikap yang agaknya kurang bersahabat dari
Barda, tapi pemuda itu tersenyum kalem menanggapinya. Yang jelas dia tidak mau
cari permusuhan sesama orang dari satu golongan.
"Kebetulan sekali saya bisa bertemu dengan kalian. Namaku Surya, tujuanku ke
Perguruan kalian sekedar silaturahmi dan datang dalam pertemuan yang diadakan
Perguruan kalian," ucap Surya dengan lembut dan penuh persahabatan.
"Benarkah apa hanya itu. Kisanak?" tanya Barda cepat. Jelas sekali Barda seperti
mendakwa Surya.
"Maksud Kisanak apa?" sahut Surya heran tapi masih dengan sikap sopan.
"Bisa saja Kisanak punya tujuan lain. Seperti yang sudah-mudah."
Surya mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Banyak yang datang ke Perguruan kami dengan niat baik awalnya, tapi setelah
tujuan dan maksud mereka tidak tercapai langsung berbalik memusuhui kami," ucap
Barda tak terkontrol.
"Maaf, Kisanak. Saya benar-benar tidak mengerti maksud Kisanak apa," ucap
Surya kalem seolah ingin minta penjelasan.
"Kakang!" seru Purbasari cepat. "Tidak sepantasnya Kakang bicara begitu. Yang
berhak memutuskan segala sesuatu mengenai Perguruan adalah ayah, bukan Kakang,"
kata Purbasari tidak suka dengan sikap Barda yang dinilainya sudah tidak sopan
terhadap tamu yang hendak berkunjung ke Perguruan Tongkat Emas.
"Adik. Kita wajib tahu siapa dan apa tujuan orang yang datang ke Perguruan. Apa
kamu tidak belajar dari pengalaman yang sudah-mudah!" sahut Barda cepat.
"Aku tahu. Tapi tidak sepantasnya Kakang bersikap tidak sopan seperti itu!" seru
Purbasari tegas. "Huh! Aku duluan. Hupp ... "
Purbasari melesat cepat meninggalkan Barda dan Surya. Purbasari merasa kecewa
dengan sikap Barda yang keterlaluan terhadap orang yang hendak datang ke
Perguruan. "Adik!!" teriak Barda cepat tapi Purbasari sudah jauh dan hilang di tikungan
jalan. Barda menghela nafas cepat lalu menoleh ke arah Surya. "Kisanak! Aku peringatkan
kau, jika tujuanmu ingin mendapatkan adik Purbasari, jangan harap kau bisa!"
Surya terkejut mendengar omongan Barda yang buatnya bingung dan tidak
mengerti. Apa maksud Barda sebenarnya, kenapa bisa sampai Barda berkata seperti
itu, murid-murid Perguruan Tongkat Emas yang dikenal ramah dan sopan santun,
kenapa berbeda dengan apa yang dibicarakan orang. Sungguh sesuatu yang aneh. Itulah
berbagai macam pikiran dalam kepala Surya yang merasa heran dengan sikap Barda
salah satu murid Perguruan Tongkat Emas.
"Tunggu dulu Kisanak. Apa maksud Kisanak sebenarnya" Di antara kita belum
pernah saling ketemu dan tidak ada silang sengketa. Kenapa Kisanak seperti
mencurigai e-bukugratis.blogspot.com
saya?" tanya Surya tenang tapi dengan suara sopan. Mungkin ini hanya salah paham
saja, pikir Surya dalam hati.
Barda menatap tajam pemuda disampingnya. Tanpa bicara lagi Barda melesat pergi
meninggalkan Surya yang masih heran dan bingung dengan dua orang yang baru saja
ia temui. Surya geleng-geleng kepala saja sambil terseyum tipis.
"Dasar orang-orang aneh. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba main tuduh
saja. Ha-ha-ha-ha." Surya tertawa pelan menertawai kejadian yang baru saja di
alaminya. Mentari semakin beranjak tinggi, embun-embun yang menempel di dedaunan sudah
mengering. Tetapi kicauan burung masih mewarnai pagi yang mulai berganti siang.
--o0o-- BANGUNAN megah berdiri gagah di atas tanah lapang yang dikelilingi pagar
setinggi dua tombak, tampak di sekitar bangunan rumah besar berbentuk aula besar
itu juga berdiri rumah panjang yang berukuran lebih kecil di banding bangunan
berbentuk aula itu. Bangunan-bangunan itu tertata sangat rapi dan cukup terawat.
Di bagian gerbang pagar terdapat simbol tongkat emas yang menyilang. Itulah
simbol dari Perguruan
Tongkat Emas yang namanya cukup terkenal di kawasan Gunung Bromo.
Di tiap-tiap dinding pagar juga terdapat umbul-umbul berjarak dua tombak dengan
posisi berjajar rapi. Dilihat dari umbul-umbul yang ada terlihat kalau Perguruan
Tongkat Emas tengah mengerjakan suatu hajat yang besar, karena tepat di hari ini
Perguruan Tongkat Emas meresmikan hari berdirinya Perguruan yang sudah menginjak
lima belas tahun. Selama itu pula Perguruan Tongkat Emas menelurkan pendekar-
pendekar berbakat yang mengharumkan nama Perguruan Tongkat Emas.
Di gerbang masuk, tampak beberapa murid Perguruan tengah berjaga sambil
menyalami para tamu yang datang karena ingin menghadiri peringatan berdirinya
Perguruan Tongkat Emas. Di antara tamu yang datang juga terlihat Surya yang
dengan tenang berjalan sendirian masuk ke dalam Perguruan. Dia disambut dengan
hangat dan ramah oleh para murid Perguruan. Karena belum ada yang mengenal
Surya, maka Surya hanya dilayani oleh murid-murid Perguruan yang bertugas saja.
Sedang para sahabat dan pendekar yang dikenal langsung disambut oleh Guru Besar
Perguruan Tongkat Emas. Ki Wonoyoso adalah pendiri sekaligus Guru Besar
Perguruan Tongkat Emas. Di kalangan persilatan beliau bergelar Malaikat Tongkat
Emas dan gelar itu cukup disegani di daerah timur, bahkan di wilayah utara dan
selatan pun namanya cukup dikenal.
Surya duduk dengan tenang di tempat yang telah disediakan bagi para tamu. Surya
menyadari sedari tadi dia diperhatikan terus oleh seorang gadis jelita yang
duduk di tempat terhormat tak jauh dari Ki Wonoyoso berada. Selain gadis jelita
itu yang ternyata adalah Purbasari, ada juga memperhatikan Surya dengan
pandangan tidak senang.
Sesekali orang itu melirik Purbasari lalu beralih melihat Surya, orang yang
melihat dengan pandangan tidak senang adalah Barda, murid yang cukup berbakat
Perguruan Tongkat Emas. Jelas Barda sangat cemburu pada Surya, karena berkali-kali Barda
e-bukugratis.blogspot.com
melihat Purbasari selalu memandangi Surya, meskipun Surya diam dengan tenang
melihat ke arah panggung kehormatan tapi ini tetap membuat Barda terbakar
hatinya. Selain Barda ternyata ada beberapa orang yang menatap Surya, karena mereka yang
kagum akan kecantikan paras Purbasari jadi heran karena gadis yang mereka gilai
sedang memperhatikan seorang pemuda tampan tanpa berpaling sedikit pun.
Mereka adalah orang-orang yang gagal mendapatkan cinta sang gadis jelita
Purbasari! Di tempat duduk terhormat seorang pria berumur juga memperhatikan kehadiran si
pemuda tampan yang telah membuat Purbasari tidak melepaskan pandangannya dari
pemuda yang duduk di tempat duduk umum. Pria berumur itu berbisik pada lelaki di
sebelahnya yaitu Ki Wonoyoso Guru Besar Perguruan Tongkat Emas.
"Kakang! Perhatikan pemuda yang duduk di tempat duduk umum barisan ke lima
nomer tujuh," ucap pria berumur itu yang bernama Ki Badrun, dia adalah adik
sePerguruan Ki Wonoyoso yang bergelar Si Golok Terbang yang juga cukup disegani
lawan maupun kawan.
Pria berumur 46 tahunan itu menoleh sejenak ke Ki Badrun lalu melihat ke arah
yang disebutkan Ki Badrun tadi.
"Ada apa dengan pemuda itu, Adi?" tanyanya tidak mengerti.
"Lihat Purbasari dari tadi terus memperhatikan pemuda itu," ucap Ki Badrun yang
sesekali menunjuk ke arah Purbasari yang masih menatap Surya.
Ki Wonoyoso mengikuti arah yang ditunjuk Ki Badrun. Setelah memperhatikan
Purbasari yang tidak menoleh sedikitpun pandangannya terus melihat pemuda yang
duduk di tempat duduk umum dengan tenang sekali.
"Sepertinya ada yang aneh dengan Purbasari. Siapa pemuda itu, Adi Badrun" Apa
kau mengenalnya?"
"Tidak Kakang. Sepertinya aku belum pernah bertemu dengan pemuda itu.
Mungkin pemuda itu baru turun gunung," kata Ki Badrun menggeleng pelan.
"Mungkin kau benar, Adi. Pemuda itu mungkin saja baru turun gunung."
"Pemuda itu sangat tampan, mungkin Purbasari tertarik dengan pemuda itu,
Kakang." Ki Wonoyoso menatap Ki Badrun mengerutkan keningnya. Kemudian Ki
Wonoyoso manggut-manggut sambil mengelus jenggotnya.
"Tolong kamu cari tahu siapa pemuda itu, Adi."
"Baik, Kakang!" seru Ki Badrun cepat.
Tak berapa lama ada salah seorang naik ke atas mimbar panggung.
"Saudara-saudara yang hadir di s?ni, kami ucapkan selamat datang di hari jadi
Perguruan Tongkat Emas yang ke 15 tahun. Kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas kesediaan para saudara-saudara yang sudi hadir di tempat kami. Salam
sejahtera untuk kita semua. Silakan menikmati sajian-sajian yang kami hadirkan
untuk sarudara semua. Selamat menikmati," kata orang di atas panggung yang
ternyata selaku pembawa acara hajatan ke 15 tahun berdirinya Perguruan Tongkat
Emas. e-bukugratis.blogspot.com
Hari jadi ke 15 tahun Perguruan Tongkat Emas dimeriahkan oleh beberapa tarian
dan musik yang membuat semakin meriahnya acara tersebut. Ada juga pertunjukan
kepandaian dari beberapa murid pilihan. Menjelang sore hari acara itupun
selesai, para tamu undangan umumnya telah disediakan tempat untuk menginap,
sedang tamu umum
diberi kebebasan untuk menginap ataupun tidak karena mereka bukan tamu undangan.
Rata-rata tamu umum adalah para penduduk sekitar Perguruan dan ada juga sedikit
orang-orang persilatan yang sengaja hadir untuk mengucapkan ucapan selamat
kepada Perguruan Tongkat Emas.
Sementara itu Surya yang sudah beranjak dari tempat duduknya segera berjalan
keluar dari aula besar Perguruan. Dengan tenang Surya berjalan menuju gerbang
keluar pintu Perguruan.
"Surya ... !!" seru suara memanggil Surya.
Surya menoleh ke asal suara. Surya melihat seorang gadis jelita tersenyum
padanya. Surya membalas tersenyum lembut dan mengangguk sopan. Ternyata gadis itu adalah
Purbasari, putri dari Ki Wonoyoso.
"Nisanak memanggil saya?" tanya Surya kalem.
Purbasari mengangguk pelan.
"Kamu mau kemana?"
"Saya hendak ke kembali ke desa tempat saya menginap. Nisanak ada perlu dengan
saya?" "Panggil saja Purbasari. Itu namaku."
Surya mengangguk dan tersenyum lembut.
"Desa mana kamu menginap?" tanya Purbasari.
"Di Desa Watu Ireng."
"Oh ... cukup lumayan jauh dari sini. Sebaiknya menginap saja disini, hari sudah
sore banget. Malam baru tiba di Desa Watu Ireng kalau kamu kembali sekarang."
Purbasari menawarkan pada Surya.
Pendekar Pedang Matahari 4 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yang boleh menginap disini hanyalah para tamu undangan. Yang tidak di undang
harusnya sadar diri." tiba-tiba datang Barda dan beberapa murid Perguruan.
Ucapan Barda barusan tidak enak didengar, bernada mengusir secara halus.
"Apa kau tamu di undang Kisanak?" seru Barda dengan nada suara merendahkan.
"Kakang Barda. Apa-apaan kamu ini!" seru Purbasari tegas tidak senang dengan
ucapan Barda yang sungguh merendahkan orang lain.
Surya tersenyum tipis saja mendengar ucapan Barda yang merendahkannya itu.
"Kamu benar, Barda. Tamu yang tidak di undang harus sadar diri. Heh!" seru
seorang pemuda gagah dengan berpakaian serba coklat. Pemuda ini bernama Bagus
Kalianjar, dia salah satu orang yang tergila-gila dengan Purbasari. Bagus
Kalianjar menepuk bahu Barda pelan.
"Bagus Kalianjar!" seru Purbasari keras.
Surya melihat pemuda bernama Bagus Kalianjar dengan heran, karena pemuda itu
juga kelihatannya tidak menyukai kehadiran dirinya.
e-bukugratis.blogspot.com
"Ha-ha-ha-ha! Tentu saja, Bagus Kalianjar. Kecuali tamu tanpa undangan ini tidak
punya malu. Ha-ha-ha-ha!" ledek Barda tertawa.
"Ha-ha-ha-ha!" tawa semua yang ada di depan Surya.
Tapi Surya tetap tenang dan tersenyum tipis.
"Adi Bagus Kalianjar! Biar aku beri pelajaran pada tamu tak punya malu ini,"
ucap orang yang bersama Barda, bernama Sujiman. Tanpa menunggu persetujuan Barda
dan Bagus Kalianjar, orang yang bernama Sujiman dengan gerakan cepat menyerang Surya
tiba-tiba. Serangan mendadak yang dilontarkan Sujiman membuat Surya cukup terkejut,
namun pukulan yang mengarah wajahnya itu dengan cepat dia elakan dengan menarik
kepalanya ke samping. Begitu pukulan Sujiman lewat dengan cepat Surya berputar
menjauhi Sujiman. Namun Sujiman dengan cepat berputar juga dengan kaki kanan
bergerak ke arah kepala Surya. Melihat serangan susulan itu Surya segera menarik
badannya ke belakang sehingga tumit kaki lawan lewat di depan kepala Surya.
Sujiman terus menyerang Surya dengan jurus-jurus yang dipelajarinya di Perguruan
Tongkat Emas. Namun Sujiman tidak tahu siapa yang tengah dia serang, padahal
jika Sujiman tahu yang diserangnya adalah pendekar yang sudah membuat geger
dunia persilatan dengan kemunculan mampu membunuh tokoh sesat golongan hitam yang
menjadi momok nomor satu selama puluhan tahun.
"Tunggu Kisanak! Kenapa kau menyerangku?" seru Surya sambil menghindari
serangan Sujiman dengan jurus ''Sembilan Langkah Ajaib''.
Seruan Surya tidak dihiraukan oleh Sujiman, dia terus menyerang Surya dengan
jurus-jurus berbahaya dari rangkaian jurus Perguruan Tongkat Emas.
Pertarungan itu kontan membuat semua orang yang ada di tempat itu jadi kaget,
semua orang langsung melihat apa yang terjadi. Tak terkecuali Ki Wonoyoso dan Ki
Badrun serta para pendekar undangan segera menghampiri tempat terjadinya
pertarungan tersebut. Begitu melihat siapa yang bertarung membuat Ki Wonoyoso
kaget. "Hentikan!" bentak Ki Wonoyoso keras membuat dua orang yang bertarung
menghentikan pertarungan.
Ki Wonoyoso melangkah di antara dua orang yang bertarung.
"Kenapa kalian bertarung"!" seru Ki Wonoyoso tandas menatap tajam Sujiman dan
Surya. Sujiman menunduk takut tidak berani memandang gurunya.
"Guru! Orang itu telah mengganggu adik Purbasari!" seru Barda mengadu.
Ki Wonoyoso menoleh ke arah Barda.
"Benar, Paman. Pemuda itu tadi kulihat hendak mencelakai Purbasari!" seru Bagus
Kalianjar menambahi.
Ki Wonoyoso menoleh ke arah Bagus Kalianjar sejenak lalu menatap Surya tajam.
Ki Wonoyoso menghampiri Surya.
"Anak muda, benar apa yang dikatakan oleh mereka?" tanya Ki Wonoyoso kalem
mencoba mencari tahu kenapa sampai ada pertarungan.
Surya membungkuk hormat.
e-bukugratis.blogspot.com
"Maafkan saya Paman yang telah membuat kekacauan ini. Saya tidak punya
maksud mengganggu ketenangan hajat Paman. Sekali lagi saya mohon maaf," ucap
Surya sopan sambil kembali sedikit membungkuk.
Ki Wonoyoso sedikit tersentak melihat sikap pemuda didepannya yang sangat
sopan. Apa benar yang dua orang tadi dikatakan" Melihat sikapnya yang sopan dan
tulus, rasanya itu sangat tidak mungkin kalau pemuda ini hendak mencelakai
Purbasari, pikir Ki Wonoyoso dalam hati.
"Ayah! Mereka bohong. Surya tidak mengganggu aku bahkan hendak
mencelakaiku!" seru Purbasari cepat menghampiri Surya. "Kamu tidak apa-apa?"
tanya Purbasari kuatir dengan keadaan Surya.
"Tidak. Aku baik-baik saja Nisanak," ucap Surya menggeleng pelan.
"Syukurlah," ucap Purbasari lega. Purbasari menghadap ayahnya. "Ayah, pemuda
ini tidak mencelakaiku. Mereka yang mulai duluan mengganggu Surya."
"Adik! Apa yang kamu katakan!" seru Barda cepat.
"Maaf, saya tidak ingin membuat kesalahpahaman ini berlarut-larut. Saya mohon
diri dulu. Sekali maafkan saya," ucap Surya cepat lalu beranjak hendak berlalu
dari tempak itu.
"Nakmas Surya!" tiba-tiba ada orang memanggil Surya.
Surya menoleh ke arah suara yang memanggilnya, setelah melihat siapa yang
memanggilnya Surya langsung tersenyum senang.
"Nakmas kita ketemu lagi. Mana Nini Pandan Wangi" Tidak ikut?" tanya orang
berumur 30 tahunan.
"Ki Jarot! Pandan di penginapan Desa Watu Ireng. Maaf Ki, saya harus segera
pergi takut Pandan kelamaan menungguku."
Ki Jarot mengangguk cepat.
"Titip salam sama Nimas Pandan Wangi."
"Baik, Paman. Saya pergi."
Surya langsung melesat cepat meninggalkan Perguruan Tongkat Emas.
Ki Jarot menatap kepergian Surya dengan perasaan senang bisa berjumpa lagi
dengan sosok pendekar muda yang sangat mengagumkan baginya. Tiba-tiba bahu Ki
Jarot di tepuk seseorang pelan.
"Adi Jarot! Adi kenal dengan pemuda tadi?" ucap orang yang menepuk bahu Ki
Jarot pelan. Ki Jarot menoleh ke arah penepuk bahunya lalu tersenyum tipis.
"Maksud Kakang ... Nakmas Surya?" ucap Ki Jarot balik bertanya.
Si penepuk yang ternyata Ki Badrun mengangguk cepat.
"Oh namanya Surya."
"Dialah yang bergelar Pendekar Pedang Matahari," kata Ki Jarot menjelaskan.
"Apa"!" Ki Badrun tentu saja terlonjak kaget mendengar gelar pemuda tadi.
Meski belum pernah bertemu secara langsung dengan Pendekar Pedang Matahari
namun Ki Badrun sangat mengagumi sosok Pendekar Pedang Matahari. Tidak disangka
dirinya bisa melihat sosok pendekar muda yang telah menggemparkan dunia
persilatan. e-bukugratis.blogspot.com
Tapi sangat disayangkan kenapa harus terjadi pertengkaran yang cuma sepele saja
penyebabnya. "Kakang Badrun. Aku pamit dulu, sampai jumpa lagi," ucap Ki Jarot lalu beranjak
pergi. Ki Badrun mengangguk cepat.
Semua orang yang tadi berkumpul melihat pertarungan kini sudah bubar. Para tamu
undangan di antar ke kamar tempat mereka menginap. Haripun beranjak senja dan
berganti malam.
--o0o-- SURYA masuk ke sebuah kamar tempat dia dengan Pandan Wangi menginap.
Begitu melihat Surya sudah kembali, maka Pandan Wangi segera beranjak bangun
dari tempat tidur.
"Gimana pertemuannya?" tanya Pandan pelan.
Surya tersenyum tipis lalu duduk di kursi dekat jendela. Perlahan jendela itu di
bukanya, malam baru saja hadir menyelimuti mayapada ini.
"Pertemuannya lancar Pandan, tapi ... " Surya menghentikan ucapannya. Dia lalu
memandang Pandan.
"Terjadi salah paham," kata Surya pendek.
"Salah paham gimana?" sahut Pandan mengerutkan keningnya tidak mengerti.
Surya hanya mengangkat bahunya.
"Entahlah. Salah satu murid Perguruan Tongkat Emas menyangka kalau aku hendak
melamar putri Ki Wonoyoso," ucap Surya pelan.
"Melamar?"
Surya mengangguk.
"Yach, mungkin juga dia mengira aku hendak merebut kekasihnya kali. Waktu
hendak kembali kesini, salah seorang murid Perguruan menyerang aku."
"Apa"!"
"Tapi untungnya tidak sampai menimbulkan masalah yang terlalu besar.
Hehmmhh ... Sudahlah ... O, ya bagaimana dengan pers?apanmu besok" Apa kamu
sudah siap bertemu dengan Rangga?" tanya Surya mengalihkan pembicaraan.
Pandan angkat bahu.
"Entahlah, Kakang. Tapi siap tidak siap aku memang harus menolong Kakang
Rangga. Seperti apa yang Kakang kasih tahu." Pandan menghela nafas panjang.
Surya tersenyum lebar melihat Pandan yang sepertinya masih bingung.
"Kuatkan hatimu, Pandan. Pedang Rajawali Sakti saat ini bukanlah tandingan
Pedang Naga Suci-mu. Untuk menyempurnakan kekuatan Pedang Rajawali Sakti harus
bisa mengeluarkan makhluk yang bersemayam di dalam pedang itu dan itu hanya bisa
dilakukan dengan cara pertarungan antara Pedang Naga Suci dengan Pedang Rajawali
Sakti." "Tapi Kakang. Apa tidak ada cara lain?"
e-bukugratis.blogspot.com
"Ada."
"Apa?"
Surya kembali tersenyum tipis.
"Menyatukan Pedang Lima Unsur."
"Menyatukan Pedang Lima Unsur" Maksud Kakang?" seru Pandan cepat.
Surya menghela nafas pendek.
"Menyatukan pedang yang memiliki lima unsur tertinggi dengan alam. Ada lima
pedang di dunia ini yang memiliki unsur alam. Yaitu api, angin, air, tanah dan
petir. Jadi pedang dengan unsur tersebut harus di satukan agar lima pedang
tersebut bisa sempurna,"
jelas Surya. Pandan diam mendengar itu.
"Kita gunakan saja cara itu Kakang!" seru Pandan cepat.
Surya tertawa kecil mengerti maksud Pandan.
"Boleh saja, tapi untuk menyatukan lima pedang itu butuh waktu sangat lama. Kita
juga tidak tahu dimana Pedang Lima Unsur yang lain. Kalau saja mereka ada disini
pasti akan sangat mudah memanggil pedang-pedang itu."
"Mereka" Mereka siapa Kakang?"
"Lima orang muridku. Mereka adalah pemilik Pedang Lima Unsur itu."
"Hmmkh"!"
Surya lalu menceritakan kebenaran yang selama ini tidak pernah disangka oleh
Pandan Wangi. Semua Surya ceritakan ke Pandan Wangi dengan detail sekali sampai
asal-usul sebenarnya tentang Pandan Wangi sendiri.
"Nah, itulah kebenaran yang sebenarnya terjadi Pandan," kata Surya mengakhiri
ceritanya. Pandan Wangi terdiam mendengar cerita Surya tersebut. Memang cerita Surya
susah untuk diterima dengan akal sehat dan logika. Tapi Pandan sepenuhnya
mempercayai cerita Surya, kakaknya itu.
"Tidurlah. Siapkan tenagamu untuk besok," ucap Surya mengusap kepala Pandan
lembut penuh kasih sayang sebagai kakak.
Pandan mengangguk pelan, kemudian merebahkan tubuhnya di pembaringan yang
terbuat dari balai-balai bambu.
Surya sejenak memandang Pandan Wangi kemudian melangkah keluar kamar.
--o0o-- PAGI yang cerah telah menyambut datangnya hari. Mayapada kembali terang
seiring datangnya sang mata dewa menyinari bumi. Di sebuah jalan setapak di
pinggiran hutan kecil, tampak dua manusia tengah berjalan berjajar menyusuri
jalan berumput yang masih basah oleh embun pagi. Dua manusia berlainan jenis itu
tampak lain dari biasanya, di wajah mereka kini terpasang topeng perak tipis
menutupi muka mereka. Sesekali tawa mereka terdengar dalam candaan mereka selama
berjalan menyusuri jalanan.
e-bukugratis.blogspot.com
Ketika mereka sampai di sebuah pertigaan jalan, mereka bertemu dengan seorang
gadis jelita berpakaian cukup bagus sedang menunggang kuda warna coklat gagah.
Gadis jelita itu segera turun dari punggung kuda begitu melihat dua orang sedang
berjalan. "Maaf, permisi. Apa kalian habis dari Desa Watu Ireng?" tanya gadis itu dengan
suara merdu bernada sopan.
Dua orang yang di tanya memandang gadis jelita itu.
"Benar," sahut si gadis bertopeng yang ternyata adalah Pandan Wangi.
Gadis jelita itu tersenyum tipis.
"Apa kalian melihat seorang pemuda tampan berpakaian putih dengan sebilah
pedang di punggungnya. Nama pemuda itu Surya."
Pandan menoleh ke arah Surya sejenak dan melihat Surya hanya angkat bahu saja.
"Ya, betul. Pemuda itu siapanya Nisanak?" tanya Pandan ingin tahu apa maksud
gadis itu mencari Surya.
"Dia kekasihku," ucap gadis jelita itu mantap. Gadis jelita itu tak lain adalah
Purbasari putri tunggal Ki Wonoyoso Guru Besar Perguruan Tongkat Emas.
"Apa"!" Pandan tentu saja terkejut bukan main mendengar pengakuan gadis jelita
di depannya itu. Dalam hati Pandan memaki-maki gadis itu yang enak saja mengaku-
ngaku kekasih Surya, kakaknya itu. Pandan melirik Surya yang cuma geleng-geleng
kepala sambil tersenyum.
"Apa pemuda itu masih di Desa Watu Ireng?" tanya Purbasari cepat.
Pandan menghela nafas cepat. "Pemu ... "
"Kami lihat tadi dia sepertinya pergi terburu-buru ke arah timur saat ketemu
dengan kami," sahut Surya cepat memotong ucapan Pandan Wangi.
"Ekh"! Kalau begitu makasih Kisanak. Saya permisi dulu."
Purbasari langsung melompat ke punggung kuda dan menggebrak kudanya dengan
cepat. Kuda coklat itu meringkik keras lalu berlari cepat ke arah Desa Watu
Ireng. "Siapa gadis itu, Kakang" Kenapa dia mencarimu dan mengaku sebagai
kekasihmu?" tanya Pandan cepat setelah gadis jelita penunggang kuda itu jauh.
"Itu Purbasari putri tunggal Ki Wonoyoso," sahut Surya.
"Ouh ternyata dia yang menyebabkan terjadinya salah paham itu, ya?"
"Sudahlah. Kita lanjutkan perjalanan lagi Pandan. Ayo."
Surya melangkah pelan diikuti Pandan yang tertawa kecil.
Belum juga mereka melangkah tak begitu jauh tiba-tiba datang seorang pemuda
berkuda menghadang langkah mereka.
"Maaf, Kisanak. Apa tadi ada wanita berkuda lewat?" tanya pemuda itu cepat.
Pandan dan Surya saling Pandang.
"Ada. Dia ke arah Desa Watu Ireng baru saja lewat!" seru Pandan cepat.
"Brengsek. Purbasari pasti ingin menemui pemuda sialan itu. Hiaaa ... " pemuda
berkuda itu tanpa mengucapkan terima kasih langsung menggebrak kudanya cepat.
Surya dan Pandan menatap kepergian pemuda berkuda itu dengan heran karena
sikapnya tidak sopan sekali.
"Sombong sekali orang itu. Tidak punya sopan santun." maki Pandan jengkel.
e-bukugratis.blogspot.com
"Sudahlah biarkan saja. Ayo," ucap Surya sambil menarik tangan Pandan untuk
melanjutkan perjalanan lagi. Walau hatinya jengkel akhirnya Pandan mengikuti
Surya juga. Mereka dengan berlari cepat menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sudah
mencapai taraf sempurna, menjadikan sosok mereka bagai bayangan yang
berkelebatan menembus sebuah hutan dengan pepohonan jarang. Menjelang siang hari
mereka tiba di atas bukit dengan tanah lapang yang luas. Hanya ada satu pohon
besar yang tumbuh di atas bukit itu.
Itulah Bukit Tandur tempat perjanjian antara Surya dengan Rangga, si Pendekar
Rajawali Sakti satu purnama yang lalu. Pandan dan Surya duduk di bawah pohon
besar itu dengan tenang tapi Pandan tampak gelisah sendiri karena akan bertemu
dengan Rangga kekasihnya setelah satu purnama tidak ketemu lagi.
"Tenanglah Pandan, jangan gelisah begitu. Sebentar lagi kamu pasti ketemu
dengan kekasihmu itu," ucap Surya menenangkan.
Pandan hanya merengut saja mendengar itu, jauh dalam hatinya dia sangat tidak
ingin melakukan apa yang Surya suruh yaitu menolong Rangga dengan cara
Pendekar Pedang Matahari 4 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertarung. Tapi mau tidak mau Pandan harus melakukannya karena itu adalah jalan yang
terbaik untuk bisa menolong kekasihnya tersebut.
"Krraaagkh ... " tiba-tiba suara bagai halilintar menggelegar di angkasa.
Surya dan Pandan Wangi langsung berdiri melihat ke atas. Tampak seekor burung
rajawali putih raksasa melayang berputar-putar di angkasa. Dengan menukik cepat
burung raksasa itu dalam sekejap sudah mendarat tak jauh dari pohon besar tempat
Surya dan Pandan Wangi berada. Seorang pemuda tampan berbaju rompi putih
melompat turun dari punggung rajawali putih itu. Pemuda itu mengedarkan
pandangannya ke sekitar, lalu menatap dua orang yang berdiri di bawah pohon
besar. Pemuda yang bernama Rangga itu melangkah pelan ke arah pohon besar dimana
Surya dan Pandan berada. Rangga berhenti setelah jaraknya dengan dua orang di
depannya kurang lebih tujuh langkah.
Rangga menatap tajam pemuda bertopeng yang berdiri di depannya. Rangga masih
ingat bagaimana pemuda bertopeng itu bertarung melawan Pandan Wangi dan dengan
mudah mengalahkan Pandan Wangi bahkan pemuda bertopeng itu menculik Pandan
Wangi. Walau hatinya geram dan dendam dengan pemuda bertopeng itu, namun jiwa
kependekaran yang selalu mengutamakan kebaikan dan menegakkan kebenaran
membuatnya mampu bersikap tenang.
Sungguh jiwa seorang pendekar besar yang dikagumi banyak orang!
"Kita ketemu lagi, Sobat. Apa kau masih ingat padaku?" ucap Surya tenang sekali
membuka omongan.
Rangga mengangguk cepat.
"Mana Pandan, Kisanak?" seru Rangga cepat.
Rangga melirik ke gadis bertopeng di samping Surya.
"Hmmm ... apa gadis bertopeng itu Pandan Wangi" Dilihat dari postur tubuhnya
memang sama dengan Pandan. Tapi gadis bertopeng itu tidak membawa kipas sakti
dan Pedang Naga Geninya. Pedang yang ada di punggung gadis bertopeng itu memang
e-bukugratis.blogspot.com
berkepala naga tapi itu bukan Pedang Naga Geni. Aku paham dengan Pedang Naga
Geni milik Pandan," batin Rangga dalam hati mengira-ira siapa gadis bertopeng di
samping Surya. Surya tertawa kecil melihat lirikan mata Rangga ke arah Pandan yang kini
memakai topeng.
"Hemmh! Soal Pandan Wangi kekasihmu, aku minta maaf karena gadis itu telah
tewas di tangan adikku ini, Dewi Topeng Perak. Aku menyesalkan atas kejadian
naas pada kekasihmu itu," ucap Surya berbohong untuk memancing emosi Rangga.
"Apa"!" teriak Rangga kaget. "Kau jangan berdusta, Kisanak. Pandan tidak akan
mudah dikalahkan. Itu tidak mungkin terjadi!" teriak Rangga mulai gusar.
Surya tersenyum tipis melihat reaksi Rangga yang mulai gusar terpancing
omonganya. "Kalau kau tidak percaya lihat ini buktinya."
Surya memajukan dua tangannya yang dari tadi di belakang badannya. Tampak di
tangan Surya tergenggam Pedang Naga Geni dan kipas baja putih.
Rangga kontan terperanjat melihat dua senjata milik Pandan Wangi. Amarahnya
mulai tak bisa dia bendung lagi. Melihat dua senjata andalan Pandan Wangi dibawa
pemuda bertopeng itu jelas pasti Pandan Wangi telah tewas di tangan dua orang
itu. "Bangsat! Akan kubunuh kalian. Hiaaaattt ... !"
Rangga berteriak nyaring penuh amarah langsung menerjang pemuda bertopeng
tapi belum sempat pukulannya mengenai Surya, dari arah samping berkelebat cepat
bayangan biru mematahkan pukulan Rangga.
"Baik! Kau yang akan kubunuh pertama kali!" teriak Rangga geram.
Sorot matanya begitu tajam bernafsu ingin membunuh lawannya. Mendengar
kekasih yang ia cintai tewas, membuat Rangga jadi murka dan tak bisa lagi
mengontrol emosinya.
Pandan yang melihat teriakan dan sikap Rangga yang begitu garang sesaat
membuatnya terkejut dengan perubahan sikap kekasihnya itu. Namun Pandan segera
menepis perasaan itu karena tujuannya adalah menolong Rangga kekasihnya itu.
"Hiaaaatt ... !"
"Haiiitt!"
Rangga langsung menerjang gadis bertopeng dengan rangkaian jurus 'Rajawali
Sakti'. Pandan mengimbangi dengan rangkaian jurus 'Naga Suci'. Pertarungan
mereka terlihat seimbang dan sangat sengit sekali. Sementara itu Surya dengan
tenang duduk bersandar di bawah pohon mengamati pertarungan Pandan dan Rangga.
Surya melirik ke arah burung rajawali raksasa yang sedari tadi terus menatap
dirinya dengan pandangan aneh.
"He-he-he! Ternyata si Putih sudah besar dan sepertinya dia mengenaliku," ucap
Surya dalam hati.
Pertarungan Pandan dengan Rangga berlangsung semakin cepat dan meningkat
namun Rangga sangat heran karena jurus-jurusnya dapat dipatahkan terus oleh
gadis bertopeng. Apalagi gerakan jurus si gadis begitu unik dan sangat
berbahaya. e-bukugratis.blogspot.com
Sriiiiiiing ... !
Rangga mencabut Pedang Rajawali Saktinya, tampak cahaya biru terang keluar dari
badan pedang. Pamornya kuat sekali. Pandan tidak mau ketinggalan, maka dengan
cepat dia mencabut Pedang Naga Sucinya. Tampak cahaya putih kemerahan mampu
menekan pamor dari Pedang Rajawali Sakti milik Rangga.
Dua pedang sakti beradu di udara, setiap sabetan selalu membuat satu ledakan
keras sehingga Bukit Tandur benar-benar bagai di landa gempa hebat. Deru angin
berhembus kencang menambah parahnya keadaan Bukit Tandur.
Rangga melompat ke belakang empat langkah.
"Gadis itu luar biasa hebat! Aku harus gunakan Ajian 'Pedang Pemecah Sukma'!"
Rangga dengan cepat memutar Pedang Rajawali Saktinya di depan lalu menariknya
ke belakang. Sungguh luar biasa sekali, Rangga langsung jadi terlihat berlipat
ganda dan semakin banyak. Itulah Ajian 'Pedang Pemecah Sukma' yang mampu
memperbanyak diri tapi itu semua hanyalah bayangan belaka dan berguna untuk
membingungkan lawan
karena Rangga terlihat jadi banyak.
"Ajian 'Pedang Pemecah Sukma'! Akan gunakan jurus yang sama yaitu 'Naga Suci
Pemecah Sukma'!" batin Pandan.
Dengan gerakan halus Pandan mengangkat Pedang Naga Sucinya tinggi-tinggi
kemudian tangannya memutar lebar dan berhenti di depan dada. Tiba-tiba tubuh
Pandan menjadi banyak sama halnya seperti Rangga.
Melihat kenyataan itu membuat Rangga jadi terkejut. Karena lawan juga memiliki
jurus yang bersifat sama. Sebenarnya ini tidak mengherankan karena semua ilmu
yang dimiliki oleh dua orang itu bersumber dari Surya.
Pertarungan dua pendekar sakti itu sudah menghabiskan ratusan jurus namun belum
ada yang kelihatan terdesak, tapi jika dilihat dengan teliti sebenarnya Rangga
sudah mencapai batas kemampuannya karena ilmu yang dikeluarkan selalu sama serta
nafas Rangga sudah tidak teratur, beda dengan Pandan Wangi yang masih teratur
nafasnya serta masih mampu mengeluarkan ilmu-ilmu baru.
Tak terasa pertarungan mereka sudah sampai malam, sementara itu Surya sudah
membuat api unggun untuk memanggang beberapa ikan dan ayam hutan yang Surya
tangkap dari bawah Bukit Tandur.
Pertarungan Pandan Wangi dengan Rangga berlangsung sangat sengit sekali karena
kedua pendekar kelas atas itu seimbang namun jika dilihat dengan seksama Pandan
Wangi lebih unggul sebab nafas Pandan masih teratur agak sedikit memburu
sedangkan Rangga nafasnya sudah memburu dan mulai kelelahan. Sudah ratusan jurus
yang mereka keluarkan tapi belum ada yang terdesak. Rangga yang bergelar
Pendekar Rajawali Sakti tampak terheran-heran dengan lawannya kali ini. Biasanya
Rangga akan selalu unggul jika berhadapan musuh sekuat apapun, namun melawan
seorang gadis bertopeng yang
belum pernah dia lihat dan terkenal Rangga malah kesulitan menghadapinya.
Berbagai macam jurus dan ilmu yang Rangga miliki tak mampu menjatuhkan gadis
bertopeng lawannya itu. Variasi serangannya selalu dapat dibaca dan dimentahkan
oleh gadis itu. Bahkan ilmu pamungkasnya yang sangat Rangga andalkan yaitu Ajian
'Pedang e-bukugratis.blogspot.com
Pemecah Sukma' juga tidak berguna karena si gadis juga memiliki ilmu yang
sealiran dengan Ilmu 'Pedang Pemecah Sukma' miliknya.
Menjelang larut malam dua pendekar itu tampak mulai kendur serangannya, sebab
batas ketahanan tubuh mereka sudah mencapai batasnya. Inilah yang sangat
ditunggu Surya karena jika batas ketahanan tubuh dua pendekar itu mencapai
batasnya maka otomatis kekuatan makhluk yang bersemayam dalam pedang mereka akan keluar untuk
menolong penggunanya. Benar yang Surya pikirkan, tak berapa lama kedua pendekar
itu kelelahan yang amat sangat kehabisan tenaga.
Dua pendekar kelas atas dunia persilatan itu roboh lalu pingsan!
Secara gaib dua pedang pusaka yaitu Naga Suci dan Rajawali Sakti melayang-
layang di udara saling bertarung. Bahkan dua pedang pusaka itu telah berubah ke
bentuk aslinya yaitu perwujudan naga putih besar bermata biru indah dan rajawali
putih raksasa. Dua hewan perwujudan dua pedang pusaka itu bertarung dengan kekuatan maha
dahsyat mengerikan. Bukit Tandur laksana terkena bencana alam hebat, semua
porak-poranda dihajar kekuatan dari dua hewan sakti tersebut.
Melihat keadaan yang semakin gawat itu membuat Surya segera bertindak cepat.
Sriiiiiiing ... !
Surya mencabut Pedang Matahari dari sarungnya. Seketika tempat itu menjadi
terang oleh cahaya kuning keemasan dari pamor Pedang Matahari.
Suiiiing ... ! Pedang Matahari milik Surya dilempar ke udara maka dengan gerakan agak cepat
Pedang Matahari itu berputar-putar di udara membentuk lingkaran besar. Tak
berapa lama lingkaran kuning besar itu meluruk cepat membungkus dua hewan sakti
tersebut. Naga Suci menggeliat-geliat terbungkus lingkaran kuning keemasan, begitu pula
dengan rajawali putih raksasa juga menggelihat seolah ingin meronta melepaskan
diri dari lingkaran kuning keemasan yang membungkus tubuh mereka. Semakin dua
hewan sakti itu meronta maka semakin erat pula tubuh mereka terbungkus lingkaran
kuning keemasan itu, hingga akhirnya dua hewan sakti itu diam tak meronta lagi.
Slaappp ... ! Dua hewan sakti itu tiba-tiba berubah menjadi sosok manusia. Naga Suci berubah
menjadi seorang gadis cantik jelita bermata biru indah, sedangkan rajawali putih
raksasa berubah menjadi seorang pemuda tampan dan gagah bermata biru juga. Dua
sosok manusia perwujudan hewan gaib itu melayang di udara lalu perlahan-lahan melayang
turun di hadapan Surya.
Mereka merapatkan dua tangan masing-masing di depan hidung menunduk hormat.
"Hormat hamba, Yang Mulia Pangeran," ucap mereka bersamaan.
Surya membuka topeng peraknya lalu mengangguk cepat.
"Naga Suci, Rajawali Sakti. Akhirnya kita bertemu lagi sejak kalian aku hukum di
dalam pedang. Wujud kalian sudah kembali ke wujud asli kalian. Mulai sekarang
kalian telah aku bebaskan dari hukuman yang selama ini aku jatuhkan pada
kalian," ucap Surya penuh wibawa.
Naga Suci dan Rajawali Sakti kembali menunduk hormat.
e-bukugratis.blogspot.com
"Sekarang kalian boleh kembali ke asal kalian. Sampaikan pesanku pada raja
kalian bahwa lima purnama ke depan, aku ingin Raja kalian menemuiku di Goa Lima
Warna," ucap Surya lagi.
Mereka mengangguk pelan lalu merapatkan tangan di depan hidung.
"Pergilah. Jalani kehidupan kalian yang selama ini tidak kalian dapatkan."
Mereka saling pandang, tetapi tak juga beranjak pergi dari hadapan Surya.
"Ada apa?" tanya Surya heran melihat mereka tak juga beranjak pergi.
"Ampun, Gusti. Apakah hamba boleh mengajukan satu permintaan Gusti." Rajawali
Sakti membuka suara.
Surya mengerutkan keningnya heran.
"Ijinkan hamba untuk tetap menjadi Pedang Rajawali Sakti. Hamba ingin berbuat
jasa kepada bangsa kami dengan jalan membasmi keangkaramurkaan di dunia ini.
Hamba mohon Gusti Pangeran Matahari mengabulkan keinginan hamba," Rajawali Sakti
yang berwujud pemuda gagah itu berlutut di depan Surya.
"Begitu pula dengan hamba, Gusti. Ijinkan hamba tetap menjadi Pedang Naga
Suci," ucap Naga Suci juga berlutut di depan Surya.
Mendengar permintaan mereka Surya malah tersenyum lebar. Dia tidak menyangka
dua orang perwujudan hewan gaib itu mengajukan hal yang tidak wajar bagi bangsa
mereka. "Hemm ... apa kalian sadar dengan permintaan kalian itu?" tanya Surya meyakinkan
permintaan mereka berdua. "Ketahuilah. Jika kalian tetap menjadi pedang sakti,
maka kalian tahu apa akibat yang kalian tanggung. Kalian tidak akan bisa kembali
ke wujud asal kalian lagi. Apa kalian mengerti itu?" tanya Surya ingin tahu
kesungguhan hati mereka.
Naga Suci dan Rajawali Sakti sejenak terdiam, mereka saling pandang lalu
mengangguk mantap dengan keinginan mereka itu.
"Tekad kami sudah bulat, Gusti. Kami siap menanggung segala akibatnya meski
kami tidak bisa kembali ke wujud asli kami!" seru mereka dengan penuh keyakinan.
Surya manggut-manggut melihat tekad mereka yang begitu kuat. Kemudian Surya
melangkah maju menghampiri mereka berdua. Sejenak Surya menatap tajam pada
mereka. "Kembalilah ke istana. Minta pada Raja kalian Mustika Langit, katakan aku yang
mengutus kalian. Pergilah," ucap Surya tenang penuh kewibawaan.
Walau tidak mengerti apa maksud Surya tapi mereka segera pergi mengerjakan apa
yang di perintahkan oleh mereka itu.
Surya menatap Naga Suci dan Rajawali Sakti yang berubah jadi dua hewan raksasa
kemudian melesat ke angkasa, hilang ke dua arah yang berbeda. Naga Suci ke timur
sedang Rajawali Sakti ke arah selatan.
--o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
PAGI yang cerah menyambut datangnya hari, sang mata dewa bersinar hangat dari
ufuk timur cakrawala. Kicau burung bersahutan menyambut pagi yang sangat cerah
ini. Di atas sebuah bukit yang keadaannya porak-poranda dengan hanya menyisakan satu
pohon besar di atasnya tampak dua orang tengah terbaring pingsan di samping
seekor burung rajawali putih raksasa. Tak jauh dari burung rajawali terdapat
perapian yang masih menyala. Dari arah timur bukit, tampak seorang pemuda
bertopeng tengah berjalan ringan sambil membawa beberapa ekor ikan di tangannya.
Setelah sampai di perapian pemuda bertopeng yang tak lain adalah Surya langsung
memanggang ikan-ikan yang ia bawa tadi. Bau harum daging ikan terbakar langsung
menusuk hidung.
Bau harum pengundang nafsu makan langsung menusuk hidung dua orang yang
pingsan tadi. Perlahan-lahan salah satu orang yang pingsan tersadar siuman dari
pingsannya akibat sesuatu yang harum menusuk hidungnya. Pemuda berbaju rompi
yaitu Rangga bangkit dari tidurnya. pandangannya langsung tertuju pada burung
rajawali putih disampingnya.
"Putih. Kau masih disini sobat?" ucap Rangga pelan.
Rangga mengalihkan pandangannya ke samping, ia melihat di dekatnya gadis
bertopeng tengah terlelap tidur atau masih pingsan.
"Kau sudah sadar, Kisanak?" ucap Surya kalem setelah melihat Rangga sadar dari
pingsan. "Ekh"!" Rangga terkejut melihat pemuda bertopeng tak jauh dari tempatnya.
Sejenak pikiran sehatnya bekerja.
"Pemuda itu masih disini. Sebenarnya siapa orang bertopeng itu" Dari golongan
mana dia sebenarnya" Benar-benar aneh." batin Rangga dalam hati.
"Kemarilah. Aku sudah siapkan ikan bakar untukmu. Pasti kamu lapar setelah satu
hari satu malam bertarung," ucap Surya tenang.
"Kisanak. Siapa kau sebenarnya" Kenapa kau tidak membunuhku saat pingsan tadi"
Bukankah itu kesempatanmu!" seru Rangga dengan nada suara penuh tekanan. Matanya
tajam menatap orang bertopeng tak jauh darinya itu.
Surya tersenyum lembut mendengar pertanyaan Rangga itu. Dia malah melempar
gelas bambu yang berisi air ke Rangga. Sungguh luar biasa air dalam gelas dari
bambu itu tidak tumpah sedikitpun. Rangga dengan cepat menangkap gelas bambu
berisi air tersebut.
"Minumlah," ucap Surya kalem.
Rangga agak ragu-ragu meminum air dalam gelas bambu itu namun akhirnya air
dalam gelas bambu itu ditenggaknya juga sampai habis. Rangga tidak takut
diracuni karena tubuhnya kebal terhadap racun jadi dia tenang saja.
Tak berapa lama gadis bertopeng di sebelah Rangga tersadar karena bau harum ikan
Pendekar Pedang Matahari 4 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bakar membuatnya jadi siuman. Gadis bertopeng yaitu Pandan Wangi duduk dan
menguap lalu menggerakkan tangan dan tubuhnya untuk merenggangkan ototnya yang
kaku. "Kau sudah sadar, Pandan?" seru Surya begitu melihat Pandan duduk sambil
merenggangkan otot. Sama seperti Rangga, Surya juga melemparkan gelas bambu
berisi e-bukugratis.blogspot.com
air ke Pandan. Pandan langsung menangkap gelar bambu itu dan langsung
menghabiskan air dalam gelas itu.
"Uuhk, segarnya!" seru Pandan setelah menghabiskan air dalam gelas bambu.
"Pandan"!" ucap Rangga lirih terkejut mendengar orang bertopeng memanggil
gadis bertopeng dengan nama : Pandan. Rangga langsung menatap gadis bertopeng
dengan tajam. "Pandan! Buka topengmu. Agaknya kekasihmu ingin sekali melihat wajahmu!" seru
Surya cepat. Pandan membuka topeng yang melekat di wajahnya. Rangga melihat gadis
bertopeng itu membuka topengnya dengan perasaan tak menentu. Begitu topeng perak
lepas dari wajah si gadis, maka Rangga terkejut bukan main melihat wajah yang
sangat ia kenal dan sangat dirindukannya.
"Pandan"!" seru Rangga keras seolah tidak percaya dengan wajah yang ia lihat di
hadapannya. "Kakang!" Pandan tersenyum lembut pada pemuda yang dicintainya tersebut.
"Pandan"! Benarkah ini kau" Pandan!" seru Rangga langsung memeluk Pandan
dengan erat. Tanpa malu-malu Rangga menciumi wajah Pandan Wangi.
"Syukurlah kau selamat. Aku sangat khawatir sekali. Aku sangat merindukanmu,
Pandan." "Aku juga sangat merindukanmu, Kakang," ucap Pandan sambil memeluk erat
pemuda yang sangat dicintainya.
Dua insan saling mencintai itu saling berpelukan erat melepas rasa rindu karena
satu purnama tidak ketemu. Mereka sampai melupakan kalau ada Surya di tempat itu
juga. "Sampai kapan kalian akan terus berpelukan. Apa kalian tidak lapar?" ucap Surya
menyadarkan dua insan saling mencinta itu.
"Ekh"! Kakang. Maaf sampai lupa kalau Kakang ada disini," ucap Pandan tersipu
malu. "Kalian makanlah. Ikan bakarnya sudah matang. Cukup untuk kalian berdua," kata
Surya sambil berdiri.
Surya lalu melangkah mendekati rajawali putih tunggangan Rangga.
"Putih! Ayo kita jalan-jalan. Biarkan mereka disini melepas kangen," ucap Surya
sambil mengusap leher rajawali putih itu.
"Khrrrrgghk ... " suara rajawali mengerti ucapan Surya sambil kepalanya
mengangguk-angguk.
Surya naik ke punggung rajawali putih itu dan menyuruh rajawali itu terbang.
Maka dengan cepat rajawali putih raksasa itu melesat terbang ke angkasa.
Rangga yang dari tadi melihat orang bertopeng bicara dengan rajawalinya jadi
tersentak heran. Apalagi kini rajawali putih itu terbang tinggi bersama Surya,
ini membuat Rangga jadi tak habis pikir. Rajawali miliknya itu sangat sukar
didekati apalagi sampai naik di atas punggungnya, rajawalinya itu akan mengamuk
dan tanpa ampun
menyerang orang yang coba mendekatinya. Tapi kini orang bertopeng yang tidak
Rangga e-bukugratis.blogspot.com
kenal telah terbang di atas punggung rajawalinya. Bahkan rajawali itu begitu
jinak dan hormat sekali sama orang bertopeng itu.
"Kakang, ada apa?" tanya Pandan pelan melihat Rangga yang dari tadi terdiam
sambil menatap ke angkasa dimana burung rajawali miliknya terbang bersama orang
lain. Rangga tersadar lalu menoleh ke Pandan Wangi.
"Tidak. Tidak apa-apa," ucap Rangga.
Pandan Wangi tersenyum lebar.
"Aku tahu. Kakang pasti heran dengan rajawali-mu yang begitu jinak terhadap
orang bertopeng itu. He-he-he-he. Itu wajar," kata Pandan Wangi kalem.
"Wajar" Maksudmu?" seru Rangga penasaran.
"Sudahlah. Nanti akan aku ceritakan semua ke Kakang. Sebaiknya kita makan dulu
ikan bakar ini. Aku sudah kelaparan."
Pandan Wangi langsung memakan ikan bakar di tangannya.
Rangga walau masih bingung akhirnya makan juga.
--o0o-- MALAM ini adalah malam bulan punama. Bulan begitu terang cahayanya di langit
malam yang begitu cerah. Semilir angin sepoi-sepoi berhembus begitu sejuknya.
Suara suara nyanyian serangga malam begitu merdu terdengar mengiri malam yang
sangat tenang itu. Di kegelapan malam yang sunyi terlihat berkelebatan lima orang dengan pakaian
yang berlainan warna. Merah, hijau, biru, kuning dan putih. Lima orang yang
ternyata adalah gadis memakai topeng tipis menyerupai tengkorak membuat wajah
mereka jadi terlihat menyeramkan. Jika tidak teliti melihatnya, maka semua pasti
mengira kalau lima gadis itu berwajah menakutkan, ini akibat topeng mereka
sangat tipis hampir tidak bisa diterka kalau sebenarnya itu adalah topeng.
Kelima gadis bewajah tengkorak itu bergerak dengan cepat menembus kegelapan
malam menuju ke sebuah Perguruan Silat Tongkat
Emas. Begitu sampai di depan gerbang Perguruan, kelima gadis berwajah tengkorak
itu langsung menghabisi penjaga gerbang Perguruan Tongkat Emas. Tidak hanya itu
saja, kelima gadis berwajah tengkorak tersebut langsung menyerbu masuk ke
Perguruan Tongkat Emas membantai siapa saja yang mereka temui.
Seluruh murid Perguruan Tongkat Emas langsung disibukkan dengan pertarungan
melawan lima gadis berwajah tengkorak tersebut. Keganasan lima gadis berwajah
tengkorak sungguh mengerikan, dalam tempo singkat, hampir setengah murid
Perguruan Tongkat Emas tewas dibantai dengan sadis oleh lima gadis berwajah
tengkorak tersebut.
"Berhenti!" teriak seseorang keras.
Dia adalah Ki Wonoyoso atau si Malaikat Tongkat Emas. Matanya begitu tajam
menatap lima gadis berwajah tengkorak.
"Siapa kalian" Kenapa menyerang Perguruanku?" seru Ki Wonoyoso, geram.
"Ha-ha-ha-ha! Akhirnya kau keluar juga Malaikat Tongkat Emas!" seru gadis yang
berpakaian merah. Kelihatannya gadis berpakaian merah adalah pemimpin dari lima
e-bukugratis.blogspot.com
gadis berwajah tengkorak itu. "Ha-ha-ha-ha. Kami adalah Lima Iblis Lembah
Tengkorak!" seru si gadis berpakaian merah menyebutkan nama mereka.
"Lima Iblis Lembah Tengkorak"!" seru Ki Wonoyoso pelan mengerutkan
keningnya. "Malaikat Tongkat Emas! Malam ini nama besarmu akan berakhir. Ha-ha-ha-ha!"
"Huh! Jangan anggap enteng kemampuanku, Gadis Muka Tengkorak. Hari ini aku
bersumpah akan kubunuh kalian yang telah membantai murid-muridku!" ucap Ki
Wonoyoso geram sekali.
"Ha-ha-ha-ha! Majulah. Aku ingin lihat apa benar nama besar Malaikat Tongkat
Emas begitu hebat atau hanya omong kosong saja!" seru si Gadis Merah Muka
Tengkorak meremehkan.
Panaslah hati Ki Wonoyoso diremehkan oleh Gadis Muka Tengkorak.
"Tutup mulutmu, Gadis Muka Tengkorak. Akan kubuat kalian tidak bisa melihat
matahari esok lagi. Hiaaaatt ... !"
Ki Wonoyoso langsung menerjang si gadis merah dengan senjata andalannya yaitu
Tongkat Emas yang selama ini telah banyak merobohkan tokoh-tokoh sakti dunia
persilatan. Senjata tongkat yang terbuat dari baja berlapis emas putih sangat
keras tidak mudah patah.
"Ha-ha-ha-ha. Serang ... !!" teriak Gadis Merah Muka Tengkorak memerintahkan
empat temannya menyerang Ki Wonoyoso.
Pertarungan lima melawan satu sungguh pertarungan yang tidak seimbang jika
dilihat dengan kasat mata, tetapi jika diamati pertarungan itu sangat seru dan
berimbang. Ki Wonoyoso yang bergelar Malaikat Tongkat Emas begitu lincah menangkis setiap
gempuran yang dilancarkan Lima Iblis Lembah Tengkorak. Murid-murid Perguruan
Tongkat Emas berdiri memegang senjata tongkat mengitari arena pertempuran Lima
Iblis Lembah Tengkorak melawan guru mereka, Ki Wonoyoso.
Jurus-jurus tingkat tinggi sudah dikeluarkan oleh Ki Wonoyoso dan ini membuat
Lima Iblis Lembah Tengkorak jadi terdesak. Lima Iblis Lembah Tengkorak
berlompatan ke belakang sejauh dua tombak di hadapan Ki Wonoyoso.
"Huh! Rupanya tidak sia-sia kau menyandang gelar Malaikat Tongkat Emas. Tapi
jangan senang dulu karena kami belum mengeluarkan seluruh ilmu kami.
Bersiaplah!"
seru Gadis Muka Tengkorak.
"He-he. Majulah, keluarkan ilmu yang kalian miliki. Aku tidak takut," ucap Ki
Wonoyoso tandas. Matanya begitu tajam bagai singa kelaparan mengintai buruannya.
"Keluarkan jurus 'Lima Kala Menari Membius Kematian'!" seru Gadis Merah
Muka Tengkorak cepat.
Kelima Gadis Muka Tengkorak bergerak membentuk formasi siap menyerang. Di
mulai dari gadis merah yang bergerak ke depan meliuk liukan tubuhnya bagai orang
menari membuat lawan jadi terlena karena gerakan lembut lima Gadis Muka
Tengkorak itu. Di dalam kelembutan gerakan mereka menyimpan bahaya kematian jika
lawan sampai terbius oleh gerakan mereka. Itulah efek yang ditimbulkan oleh jurus
'Lima Kala e-bukugratis.blogspot.com
Menari Membius Kematian'. Sungguh jurus mematikan yang membuat lawan tidak
menyadari bahaya yang mengancam.
Ki Wonoyoso bukan pendekar kemarin sore, dengan pengalamannya selama
berkelana di dunia persilatan dulu membuat Ki Wonoyoso tahu akan bahaya yang
mengancam di setiap gerakan yang dilakukan lima Gadis Muka Tengkorak bagai orang
menari. Ki Wonoyoso langsung menggunakan jurus 'Tongkat Emas Memukul Air'. Ini
jurus yang jarang di keluarkannya.
Jurus 'Tongkat Emas Memukul Air' sungguh luar biasa sekali. Setiap sabetan
selalu menimbulkan desiran angin yang bergelombang. Suara angin yang ditimbulkan
juga mengerikan. Namun gerakan jurus 'Lima Kala Menari Membius Kematian' juga sangat
unik. Gerakannya-gerakan yang silih berganti oleh Lima Iblis Lembah Tengkorak
sangat membingungkan sekali, hingga di saat kuda-kuda Ki Wonoyoso agak limbung
tiba-tiba Gadis Merah Muka Tengkorak menyebarkan serbuk beracun. Seketika
pernafasan Ki Wonoyoso jadi tercekat, kepalanya pusing dan mata berkunang-kunang. Di sisi
lain, Gadis Muka Tengkorak berpakaian putih melemparkan senjata rahasia berupa
jarum hitam yang sangat beracun.
"Aaakh!" teriak Ki Wonoyoso keras terkena senjata rahasia.
Tubuh Ki Wonoyoso langsung menghitam roboh dan nyawanya melayang.
Sungguh licik sekali cara bertarung Lima Iblis Lembah Tengkorak.
"Kala Biru, Kala Putih! habisi murid Perguruan Tongkat Emas yang tersisa!" seru
Kala Merah cepat. "Kala Hitam dan Kala Kuning bakar Perguruan ini."
Dengan cepat mereka membantai semua murid Perguruan Tongkat Emas tanpa ada
yang tersisa satupun. Rumah-rumah di bakar tanpa belas kasihan. Perguruan
Tongkat Emas musnah rata dengan tanah. Sungguh pembantaian yang sadis di bulan
purnama malam ini. --o0o-- SIANG yang terik membuat bumi menjadi panas, sinar mentari langsung menyinari
bumi tanpa terhalang awan sedikitpun. Memang siang ini cuaca sangat cerah
sekali. Tiada sedikitpun awan yang memayungi bumi.
Di sebuah sungai yang cukup besar namun dangkal dan berbatu-batu memiliki air
yang sangat jernih. Di salah satu batu besar yang terletak di bawah pohon yang
cukup lebat daunnya, tampak seorang pemuda berbaju putih agak ketat dengan
memakai topeng perak di wajahnya. Siapa lagi kalau bukan Surya alias Pendekar
Pedang Matahari. Surya duduk dengan tenang memandangi ikan-ikan yang berlarian
di sela-sela batu sungai.
Tiba-tiba Surya lamat lamat mendengar suara ribut.
"Hemmm! Ada suara perkelahian. Siapa yang bertarung di tengah hutan yang sepi
ini?" batin Surya sambil mengerahkan Ilmu 'Pembeda Gerak Dan Suara'.
"Agaknya pertarungan terjadi di sebelah barat. Aku harus melihat siapa yang
tengah bertarung," ucap Surya lirih.
e-bukugratis.blogspot.com
Dengan cepat Surya beranjak dari atas batu melompat tinggi lalu berlari ke arah
barat. Begitu sampai di tanah yang cukup luas, Surya melihat seorang gadis
sedang dikeroyok lima orang pria yang rata-rata memiliki perawakan tegap dan
berwajah sangar dipenuhi cambang tebal serta codet di pipi mereka.
Pedang Keabadian 3 Pedang Dan Kitab Suci Puteri Harum Dan Kaisar Karya Khu Lung Wanita Gagah Perkasa 2