Pencarian

Istana Iblis 2

Pendekar Pulau Neraka 13 Istana Iblis Bagian 2


atas dipan itu. Dia menelungkup, menutupi mukanya.
Tak ada suara terdengar, tapi bahunya terguncang
pelahan. Bayu menarik napas panjang. Dia tahu kalau
gadis itu menangis, tapi dibiarkannyasaja.
Cukup lama juga Wurani menelungkup di dipan itu,
lalu pelahan-lahan bangkit dan duduk. Kepalanya
tertunduk, tapi pelahan-lahan mendongak sambil
menarik napas panjang Bayu sempat memperhatikan
bola mata yang memerah sedikit sembab. Tidak ada air
mata terlihat, meskipun mata itu berkaca-kaca. Dalam
hati, Bayu kagum juga. Seorang gadis yang bisa menahan tangis, tentulah
memilikihati baja dan tegar.
*** 5 Tidak ada peristiwa yang berarti malam ini. Sampai
lewat tengah malam, tidak juga terdengar sesuatu. Dan
Bayu mulai diserang rasa kantuk yang amat sangat
Padahal dia berusaha untuk tidak tertidur. Pendekar
Pulau Neraka itu melirik Wurani yang sudah terlelap
dibuai mimpisejak tadi.
Plak! "Mampus kau!" umpat Bayu.
Pendekar Pulau Neraka memandangi seekor nyamuk
yang gepeng di telapak tangannya. Nyamuk di sini
cukup besar. Gigitannya pun cukup pedih menusuk kulit
Bayu melirik Wurani yang terjaga. Gadis itu bangkit lalu duduk memeluk lutut.
Udara malam ini memang terasa
dingin. Angin bertiup cukup kencang, masih membawa
bau tidak sedap meskipun sudah mulai berkurang
"Ada apa?" tanya Wurani seraya memandangi
pemuda yang duduk bersandar di dinding.
"Nyamuk," sahut Bayu seraya menunjukkan nyamuk yang masih melekat gepeng di
tangannya. "Uhhh. .! Nyamuk saja bikin kaget orang tidur!"
rungut Wurani. Bayu tersenyum kecut. Disentilnya bangkai nyamuk
di telapak tangannya. Lalu dibersihkan titik noda darah dengan ujung tikar.
Wurani menguap lebar menutupi
mulurnya. "Kau tidak tidur, Kakang?" pelan suara gadis itu.
"Tidak," sahut Bayu singkat.
"Tidurlah. Biar aku yang menggantikan," ujar Wurani.
"Kausaja yang tidur."
"Uh! Sudah bangun, susah lagi tidurnya. .!" keluh Wurani.
Lagi-lagi Bayu hanya tersenyum kecut. Sementara
Wurani menggosok-gosok matanya, lalu membasuh
mukanya dengan air bening dari dalam kendi tanah liat.
Wajahnya kelihaian segar kembali. Cantik juga, tapi Bayu tidak sempat
memperhatikannya.
"Kau masih marah padaku, Kakang?" tegur Wurani merasa sepi karena Bayu hanya
diam saja. Paling tidak
hanya menjawab singkat dan datar.
'Tidak," sahut Bayu singkat.
'Tapi, kenapasikapmu begitu dingin?"
"Aku tidak tahu."
"Hhh. .!"
Wurani mendesah panjang. "Kau kelihatannya masih juga belum percaya semua yang
kukatakan, Kakang."
Bayu diam saja. Matanya menerawang jauh
memperhatikan kegelapan yang menyelimuti seluruh
Desa Walang ini. Tangannya kembali memukul kakinya.
Lagi-lagi seekor nyamuk bernasib sial. Tewas di tangan Pendekar Pulau Neraka
itu. "Aku mengatakan yang sebenarnya, Kakang.
Kedatanganku ke sini memang sudah dalam keadaan
seperti ini. Aku tidak tahu siapa yang melakukannya.
Bahkan kudapatkan keluarga kakakku sudah tewas
semua. Aku sempat menguburkan mereka, tapi
malamnya aku diserang beberapa orang berbaju hitam.
Dugaanku merekalah yang membantai penduduk desa
ini. Tapi mereka sangat tangguh. Bahkan sebuah benda
kecil berhasil dihunjamkan ke punggungku. Hhh. .
Aku tidak tahu lagi kelanjutannya, dan tidak sadarkan
diri saat itu juga. Yang aku tahu. ., aku tersadar keesokan harinya. Di situ
sudah ada Ki Sampang. Aku
sempat bicara dan saling mengenal nama dengannya.
Tapi setelah itu, aku sering tidak sadarkan diri," Wurani menceritakan panjang
lebar. Padahal semua itu sudah
dikatakannya sore tadi.
"Kau lahir di sini?" tanya Bayu.
"Benar. Tapi sejak berusia tujuh tahun aku tinggal di Pertapaan Kali Anget. Aku
belajar banyak di sana,
termasuk ilmu olah kanuragan. Kedatanganku ke sini
sebenarnya hanya untuk berkunjung saja. Tapi yang
kudapatkan. .," Wurani berhenti berkata.
Bayu diam saja, seraya menarik napas panjang-
panjang dan menghembuskannya kuat-kuat.
"Kau masih belum percaya, Kakang. .?" pelan suara Wurani.
"Aku percaya," desah Bayu.
Wurani menghembuskannapas panjang.
"Kau lahir di desa ini. Aneh juga kalau sampai tidak tahu apa-apa yang telah
terjadi di sini," kata Bayu setengah bergumam.
"Aku tidak pernah lagi ke sini sejak berumur tujuh
tahun, Kakang. Baru kali inilah aku kembali."
"Hm. . "
"Mungkin kau akan lebih jelas lagi kalau ada Ki
Sampang." Bayu menatap dalam-dalam gadis itu.
"Besok siang, Ki Sampang ke sini. Itu pun kalau dia sudah menemukan saudara
gadis kecil itu. Dia kenal dan tahu keluarganya. Ki Sampang penduduk asli Desa
Walang ini," jelas Wurani.
"Kau tahu itu, kenapa tidak kau katakan
sebelumnya?" Bayu sedikit menyesali.
"Aku baru tahu setelah pergi dari sini kemarin," selak Wurani tidak ingin
disalahkan terus.
Bayu terdiam. "Dia banyak bercerita tentang keadaan di Desa
Walang ini. Tapi aku tidak mengatakan apa-apa. Bahkan
Ki Sampang tidak tahu kalau aku ke sini lebih dahulu
darinya," lanjut Wurani. 'Tapi. . "
"Kenapa?" desak Bayu.
"Anehnya, Ki Sampang selalu mengelak jika kudesak untuk menceritakan tentang
kejadian sebenarnya. .,"
sambung Wurani.
"Hm," Bayu mengerutkan keningnya.
"Bahkan waktu menyebut nama Istana Iblis,
wajahnya langsung berubah dan terus mengalihkan
pembicaraan. Setiap kali kuarahkan ke sana, Ki Sampang selalu mengelak," ujar
Wurani lagi. "Istana Iblis. .," gumamBayu pelan.
Bayu teringat kata-kata orang berjubah hitam yang
misterius. Orang itu juga menyebut Istana Iblis. Bahkan juga mengatakan kalau
dirinya pengikut atau penghuni
Istana Iblis. Pendekar Pulau Neraka mengarahkan
pandangannya ke Puncak Bukit Walang Jati. Tampaklah
sebuah bangunan batu menyerupai sebuah istana berdiri
megah di puncak bukit itu. Keadaannya sungguh
mengerikan, bagaikan. .
"Istana Iblis. .!" lagi-lagi Bayu mendesis.
*** Malam terus beranjak semakin larut. Udara pun
terasa dingin membekukan kulit. Suasana di Desa
Walang semakin mencekam. Tak lagi terdengar suara
sedikit pun, kecuali desir angin yang bertiup agak keras.
Kabut pun ikut terbawa sehingga menyelimuti seluruh
permukaan desa ini.
"Auuu. .!"
Lolongan anjing hutan terdengar lirih, membuat hati
siapa saja yang mendengarnya jadi tergiris. Lolongan
anjing hutan itu semakin banyak dan terasa dekat
terdengar. Wurani yang duduk di atas balai bambu,
menggeser duduknya lebih mendekati Pendekar Pulau
Neraka. Suasana malam ini memang sungguh
mencekam. Sepertinya seluruh udara yang terhirup
mengandung maut. Yang setiap saat dapat menyebar
dan menjemputsiapa saja.
"Kang. .," pelan dan agak tergetarsuara Wurani.
"Kenapa?" tanya Bayu.
"Kau lihat di kaki bukit itu?"
Bayu yang memang sedang memperhatikan Kaki
Bukit Walang Jati, tidak mengeluarkan suara apa pun.
Pandangannya tidak berkedip, terus mengikuti cahaya
yang bergerak timbul tenggelam di antara lebarnya
pepohonan. Suara lolongan anjing hutan terus terdengar saling sambut Dan suasana
pun semakin mencekam.
Cahaya di kaki bukit itu semakin terlihat.
'Terus mendaki, Kang," desah Wurani.
Bayu tetap diam. Cahaya itu memang terus bergerak
mendaki bukit. Semakin ke lereng, semakin jelas kalau itu merupakan cahaya obor.
Entah berapa buah obor yang
ada. Cahaya itu bergerak seperti ular menyusuri lereng bukit.
Bayu bangkit berdiri dan melangkah pelahan-lahan.
Pandangannya tidak berkedip, menatap lurus cahaya
obor yang terus mendaki bukit itu. Wurani bergegas
mengikuti, gadis itu berjalan di samping pemuda berbaju kulit harimau itu.
"Hmmm. ., siapa mereka. .?" gumam Bayu seperti bertanya pada diri sendiri.
"Sepertinya mereka menuju ke. . "
Belum habis Wurani berkata, mendadak sebuah
bayangan berkelebat cepat bagai kilat dan langsung
menyambar gadis itu. Namun Bayu lebih cepat lagi
bertindak. Didorongnya tubuh Wurani, sehingga gadis
itu jatuh bergulingan di tanah. Dan Pendekar Pulau
Neraka itu sendiri melentingkan tubuhnya ke udara, lalu cepat menukik sambil
melepaskan satu tendangan keras
ke arah bayangan hitamitu.
Duk! "Ughk!" satu keluhan pendek terdengar.
Bayu bergegas memburu, tapi secercah sinar
keperakan melesat cepat ke arah Pendekar Pulau Neraka.
"Uts!"
Cepat-cepat Bayu merundukkan kepala, maka benda
kecil berwarna keperakan itu lewat di atas kepalanya.
Dan belum lagi Bayu bisa menegakkan kepalanya
kembali, satu tendangan menggeledek melayang ke arah
dadanya. "Hap!"
Tak mungkin lagi bagi Bayu untuk berkelit. Dan
cepat-cepat diangkat tangannya, menangkis tendangan
itu. Terdengar satu benturan keras menggelegar, disusul pekikan keras melengking
tinggi. Belum lagi Bayu bisa berbuat sesuatu, mendadak
Wurani melentingkan tubuhnya. Dan tahu-tahu gadis itu
sudah menghunus sebilah pedang yang langsung
dibabarkan ke arah orang berbaju serba hitam yang
tengah mengerang kesakitan.
Cras! "Aaa. .!" orang berbaju serba hitam itu menjerit keras melengking tinggi.
Tebasan pedang Wurani tepat membelah dadanya.
Darah memuncrat deras dari dada yang terbelah lebar.
Hanya sebentar orang itu masih mampu berdiri,
kemudian limbung dan ambruk menggelepar di tanah.
Wurani menarik napas panjang melihat orang itu
langsung diamtanpanyawa lagi.
"He. .!" Wurani tiba-tiba tersentak kaget
Saat menoleh, ternyata tidak ada lagi Pendekar Pulau
Neraka di sekitar tempat ini. Gadis itu jadi celingukan, dan mengedarkan
pandangannya ke sekeliling. Bayu
benar-benar sudah lenyap tidak ketahuan lagi bekasnya.
"Kakang. .!" panggil Wurani keras.
Suara teriakan gadis itu menggema, dipantulkan oleh
dinding bukit dan terus terbawa angin malam. Tapi tak
ada sahutan sama sekali. Hanya desir angin dingin yang menyambut panggilan keras
itu. Wurani kembali
mengedarkan pandangannya kesekeliling.
Tetapi tetap tidak ada tanda-tanda kehadiran
Pendekar Pulau Neraka. Pemuda berbaju dari kulit
harimau itu bagaikan lenyap tertelan bumi. Tak ada
bekas sama sekali.
"Huh!" Wurani mendengus kesal.
Bagaikan kilat gadis itu melesat cepat meninggalkan
tempat itu. Begitu tingginya ilmu meringankan tubuh
yang dimiliki, sehingga dalam sekejap saja bayangan
tubuhnya sudah lenyap ditelan kegelapan malam.
Namun dari arahnya, jelas terlihat kalau gadis itu menuju ke Bukit Walang Jati.
Dan belum begitu lama Wurani pergi, dari sebuah
rumah yang dindingnya penuh lubang muncul Pendekar
Pulau Neraka. Pemuda berbaju dari kulit harimau itu
memandang ke arah kepergian Wurani. Tampak
bibirnya menyunggingkan senyuman tipis, kemudian
cepat sekali melesat mengejar.
*** Malam terus merayap semakin larut Bayu berlari
cepat disertai pengerahan ilmu meringankan tubuh yang
sudah mencapai taraf kesempurnaan. Matanya lurus ke
depan, tanpa berkedip memperhatikan tubuh ramping
yang berkelebatan cepat menyelinap di pepohonan. Tapi
tiba-tiba saja. .
"He."!" Bayu tersentak kaget
Cepat-cepat Pendekar Pulau Neraka melompat, dan
mendarat ringan di atas sebongkah batu besar
menghitam penuh lumut. Pandangannya langsung
beredar ke sekeliling. Tidak lagi terlihat tubuh ramping yang di kutinya sejak
dari Desa Walang tadi.
"Mustahil dia bisa menghilang begitu saja!" dengus Bayu menggumam.
Pendekar Pulau Neraka mendongak ke atas. Seketika


Pendekar Pulau Neraka 13 Istana Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu juga tubuhnya melenting cepat, dan hinggap di atas pohon yang cukup tinggi.
Kembali pandangannya
beredar ke sekeliling. Tetap saja tidak melihat adanya satu bayangan pun
berkelebat. Malam begitu gelap, dan
kabut sangat tebal menghalangi pandangan mata.
Namun bagi Pendekar Pulau Neraka, hal itu bukan
merupakan halangan berarti.
"Hm. ., siapa sebenarnya gadis itu" Kenapa
menghilang begitu tiba-tiba di sini?" Bayu kembali bergumam, bertanya pada
dirinya sendiri.
Pendekar Pulau Neraka kembali melesat meluruk
turun. Tak ada suara sedikit pun dari gerakannya. Dan
begitu kakinya menjejak tanah, juga tidak menimbulkan
suara apa-apa. Tapi belum juga mengedarkan
pandangannya, mendadak sebatang tombak panjang
melesat cepat ke arahnya.
"Uts!"
Bayu bergegas memiringkan tubuhnya sedikit dan
tombak itu lewat di depan dada. Namun belum juga bisa
menarik kembali tubuhnya, kembali sebuah tombak
melayang ke arahnya, disusul bertebarannya puluhan
batang anak panah. Pendekar Pulau Neraka itu cepat
melentingkan tubuhnya ke atas, dan bersalto beberapa
kali menghindari hujan tombak dan anak panah.
Manis sekali pemuda berbaju kulit harimau itu
menotokkan ujung jari kakinya pada sebatang tombak
yang melesat lewat di bawah kakinya. Lalu dengan
gerakan yang indah dan begitu ringan, tubuhnya melesat ke atas, dan hinggap di
dahan pohon yang cukup tinggi.
Serbuan panah dan tombak berhenti seketika. Dan Bayu
mengedarkan pandangannya ke arah datangnya serbuan
tadi. Sekilas dilihat adanya gerakan halus dari dalam
semak. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Pendekar
Pulau Neraka itu melesat cepat ke arah semak itu.
Namun belum juga sampai, kembali datang puluhan
anak panah ke arahnya.
"Kampret! Hup. .! Hiyaaa. .!"
Terpaksa Bayu harus berpelantingan di udara,
menghindari hujan panah itu. Dan begitu kakinya
mendarat di tanah, cepat dia melenting ke arah semak
yang dicurigainya. Satu pukulan keras didaratkan
disertai pengerahan tenaga dalam yang sudah mencapai
taraf kesempurnaan.
Bug! Bayu merasakan pukulannya mengenai sesuatu. Dan
seketika itu juga terdengar suara jeritan melengki ng
tinggi, disusul
terpentalnya satu sosok tubuh menghantam pohon. Bayu bergegas memburu. Namun
belum juga sampai, dari balik semak dan pepohonan
berlompatan tubuh berbaju hitam pekat. Mereka
langsung memberikan serangan dahsyat tanpa berkata
apa-apa lagi. "Kadal tengik! Hiyaaa. .!" Bayu mengumpat geram.
Pendekar Pulau Neraka itu tidak dapat lagi
mengontrol kemarahannya. Merasa dirinya dipermainkan, maka dengan kecepatan yang luar biasa,
tubuhnya melompat ke belakang sambil bersalto
beberapa kali. Begitu kakinya menjejak sebatang pohon, langsung meluruk tajam
disertai seruan
keras menggelegar. "Hiyaaat. .!"
Sekitar enam orang berpakaian hitam yang seluruh
wajahnya terselubung kain hitam pekat langsung
berpelantingan berusaha menghindari terjangan Pendekar Pulau Neraka. Tapi dua orang terlambat
menghindar, dan langsung memekik keras. Tubuhnya
terpental jauh, menghantam sebatang pohon hingga
tumbang. Bayu kembali berteriak keras menggelegar, lalu
mengebutkan tangan kanannya dengan cepat. Seketika
itu juga dari pergelangan tangan kanannya melesat
sebuah benda bulat pipih yang ujung-ujungnya
melengkung berjumlah enam buah. Senjata yang dikenal
sebagai Cakra Maut itu kontan meluruk menghantam
dua orang berbaju serba hitam itu. Dua jeritan
melengking terdengar saling sambut. Dan belum lagi ada yang menyadari, Bayu
sudah melesat cepat sambil
melontarkan dua pukulan sekaligus.
"Hiyaaat. !"
"Akh!"
"Aaa. .!"
Dua orang yang tersisa tidak bisa lagi menghindar,
meskipun sudah berusaha. Serangan Pendekar Pulau
Neraka demikian cepat dan sukar dibendung lagi. Tubuh
mereka mencelat jauh ke belakang, dan tewas seketika itu juga. Bayu mengangkat
tangan kanannya sedikit maka
Cakra Maut kembali menempel di pergelangan tangan
kanannya. Pendekar Pulau Neraka itu berdiri tegak.
Tatapan matanya tajam merayapi enam sosok tubuh
hitam yang menggeletak tak bernyawa lagi. Bau anyir
darah langsung tercium terbawa angin malam yang
dingin. Bayu memutar tubuhnya, tapi mendadak tersentak
kaget. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu di
depannya sudah berdiri puluhan orang berpakaian serba
hitam. Pendekar Pulau Neraka itu memutar tubuhnya,
maka semakin tersentak kaget. Ternyata di sekelilingnya sudah berdiri orang
berbaju hitam yang berjumlah
puluhan. "Gila! Dari mana mereka muncul. ."!" desis Bayu.
Belum lagi Bayu sempat berpikir jauh, mendadak
secercah sinar merah melesat bagai kilat ke arahnya.
Seketika Bayu melompat ke samping, namun dari arah
lain meluncur lagi sinar merah. Kali ini Pendekar Pulau Neraka itu sukar untuk
menghindar, dan langsung
menggerakkan tangan kanannya, menangkis sinar merah
itu. Trang! "Heh. .!" Bayu tersentak kaget, karena merasakan tangan kanannya terbentur
sebuah benda keras.
Belum juga hilang terkejutnya, kembali sinar merah
yang memancar dari sebuah benda kecil bagai jarum itu
melesat ke arahnya dari tempat lain. Pendekar Pulau
Neraka itu buru-buru merundukkan kepalanya. Namun
satu serangan lagi yang mengarah kakinya tidak dapat
dihindarkan lagi. .
"Akh. .!" Bayu memekik keras tertahan.
Saat itu juga, Pendekar Pulau Neraka merasakan
kakinya jadi panas dan kaku. Rasanya sulit untuk
menguasai keseimbangan tubuhnya yang langsung
ambruk ke tanah. Saat itu juga dua orang yang mengu-
rungnya melompat cepat sambil melemparkan tambang,
yang langsung disambut dua orang lagi yang juga
melompat cepat. Empat orang berlompatan di sekitar
tubuh Pendekar Pulau Neraka.
Sukar dibayangkan, tahu-tahu tubuh Bayu sudah
terikat tambang dari kaki sampai ke leher. Dan pemuda
berbaju dari kulit harimau itu tidak berdaya lagi.
Tubuhnya menggeletak terikat tambang. Ditambah lagi
hawa panas yang menjalar dari kaki kirinya mulai
merambat ke seluruh tubuhnya.
"Aaakh. .!" Bayu
berteriak keras melengking.
Pendekar Pulau Neraka itu langsung jatuh pingsan ketika secercah sinar merah
menghantam dadanya. Tampak,
sebuah benda kecil seperti jarum menusuk dadanya. Dan
benda yang sama juga tertanam pada kaki kiri. Dua
orang bertubuh hitam dengan kepala terselubung kain
hitam pekat bergegas menghampiri. Mereka segera
menggotong tubuh Pendekar Pulau Neraka, lalu
membawanya pergi dari tempat itu. Orang-orang berbaju
serba hitamyang kepalanya terselubung kain hitamketat, juga bergegas pergi.
Sebentar saja tempat itu sudah sepi, tak ada lagi yang terlihat.
Tak ada seorang pun yang tahu, kalau semua
kejadian itu disaksikan seseorang yang sejak tadi berada di atas pohon yang
cukup tinggi, terlindung daun-daun.
Sosok tubuh itu terus mengawasi tanpa berkedip. Lalu
mendadak saja dia melesat. Gerakannya sungguh ringan,
cepat bagaikan kilat. Sekejap saja sudah tak terlihat lagi.
Hilang di antara pohon-pohon yang merapat dan hitam
oleh kabut tebal.
*** 6 Suara rintihan lirih terdengar dari bibir seorang
pemuda berbaju kulit harimau yang tergeletak di atas
pembaringan indah beralaskan kain sutra halus merah
muda. Kepalanya bergerak lemah. Kelopak matanya
mulai terbuka pelahan. Sebentar dia mengerjap, lalu
bergegas bangkit. Namun sebuah tangan halus dan
lembut menahan dadanya, membuat pemuda itu
kembali terbaring.
"Oh. ., di mana aku?" rintih pemuda itu lirih.
'Tenanglah, kau masih lemah. Jangan bergerak dulu,"
terdengarsuara lembut.
Pemuda berbaju kulit harimau itu mengerjapkan
matanya beberapa kali. Samar-samar dilihatnya sesosok
tubuh ramping berada di dekatnya. Pelahan namun pasti
pandangannya mulai jelas. Kening pemuda itu agak
berkernyit ketika melihat seorang wanita cantik dan
berambut hitam meriap bergelombang. Wanita itu
memakai baju biru muda yang sangat tipis, sehingga
memetakan bentuk tubuhnya yang ramping, membayang dari balik bajunya yang tipis.
"Siapa kau. .?" tanya pemuda itu seraya berusaha bangkit. Namun kembali tangan
halus menahan dadanya. "Berbaringlah, kau masih terlalu lemah," lembut suara wanita itu.
"Siapa kau"! Bagaimana aku bisa berada di sini"!"
tanya pemuda itu tidak mempedulikan cegahan wanita
cantik itu. Pemuda berbaju kulit harimau itu menggelinjang
bangkit, dan bergegas turun dari pembaringan ini.
Dilangkahkan kakinya menuju jendela yang terbuka
tebar. Jendela itu terhalang jeruji besi yang cukup tebal dan kuat. Sebentar
diamati keadaan di luar. Tampak
sebuah pemandangan yang cukup indah di sana. Sebuah
taman yang tertata apik dihiasi kolam berair jernih.
Beberapa gadis tampak tengah becanda ria di pinggir
kolam. Mereka hanya mengenakan kain tipis membungkus tubuhnya. Pemuda itu membalikkan
tubuhnya, langsung menatap wanita yang masih duduk
di tepi pembaringan.
"Katakan! Siapa kau dan di mana ini"!" desak pemuda itu. Sorot matanya tajam
menusuk. "Kau berada di surga, Bayu. .," lembut suara wanita itu, di ringi senyuman manis
menawan. "He. .! Kau tahu namaku. ."!" pemuda berbaju kulit harimau itu tersentak kaget
'Tentu, aku tahu," jawab wanita itu lembut.
Pemuda berjubah dari kulit harimau yang memang
bernama Bayu dan berjulukan Pendekar Pulau Neraka
itu melangkah menghampiri. Dia berdiri tegak di depan
wanita itu. Pandangannya tetap tajam menusuk.
"Siapa namamu?" tanya Bayu.
"Mega Dara," sahut wanita itu lembut memperkenalkan dirinya.
Bayu mendesah panjang, kemudian memutar
tubuhnya. Pada saat itu terdengar suara ketukan di pintu.
Mega Dara dan Pendekar Pulau Neraka menoleh ke arah
pintu hampir bersamaan. Saat itu pintu yang terbuat dari kayu jari berukir
terbuka. Tak lama, muncul seorang laki-laki bertubuh tinggi kekar dan
bertelanjang dada.
Wajahnya cukup tampan, namun sorot matanya
mencerminkan kebengisan disertai senyum tipis seperti
meremehkan. "Kau dipanggil, Mega," kata pemuda itu tanpa menoleh sedikit pun pada Bayu.
"Siapa?" tanya Mega Dara.
"Ayah."
Mega Dara bangkit berdiri. Dengan langkah gemulai,
wanita itu berjalan keluar. Sedangkan Bayu hanya
memandangi saja. Pemuda yang menjemput, bergegas
keluar, lalu menutup pintu kamar itu. Bayu bergegas
menghampiri, tapi tidak dapat membuka pintu yang
sudah terkunci dari luar. Pendekar Pulau Neraka itu
berbalik, dan menyandarkan punggungnya pada pintu.
"Aku tidak mengerti. Apa sebenarnya yang terjadi. .?"


Pendekar Pulau Neraka 13 Istana Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

desah Bayu bergumam.
Pendekar Pulau Neraka mencoba mengingat-ingat
semua yang terjadi pada dirinya. Mulai dari Desa
Walang, saat malam itu melihat cahaya api yang panjang bergerak mendaki Bukit
Walang Jati. Lalu datang
serangan kilat. Kemudian Wurani menghilang di lereng
bukit. Bayu hanya ingat saat dikepung puluhan orang
berbaju hitam, lalu diserang jarum-jarum merah. Setelah itu. ., Bayu menggeleng-
gelengkan kepalanya. Sulit untuk bisa mengingat apa yang terjadi selanjutnya.
Tahu-tahu sudah tersadar dan berada di dalam kamar ini, bersama
seorang wanita cantik yang mengaku bernama Mega
Dara. Bayu memeriksa setiap sudut kamar ini. Dinding,
lantai, pintu, dan atap serta jendela. Semuanya diperiksa.
Kamar ini tidak ada istimewanya sama sekali. Hanya
sekali pukul saja, pasti dinding atau pintunya jebol.
Pendekar Pulau Neraka itu mendongak ke atas. Untuk
keluar dari kamar ini, memang hanya melalui atap. Cara yang termudah dan cukup
aman. "Hup. .!"
Bayu mencoba melompat, tapi. .
"Akh. .!" Bayu memekik tertahan.
Hampir tidak dipercaya. Pendekar Pulau Neraka
tidak bisa lagi melompat tinggi. Sekali mencoba saja,
sudah jatuh bergulingan. Tubuhnya terasa nyeri begitu
menabrak dinding demikian keras. Bayu benar-benar
tidak mengerti, kenapa dia begitu lemas dan tidak
mampu melompat menembus atap itu.
Bayu bergegas bangkit berdiri. Dihampirinya
dinding yang tadi terlanda tubuhnya. Pendekar Pulau
Neraka mengerahkan seluruh tenaganya, lalu. .
"Hiyaaa. .!"
Keras sekali Bayu menghantam dinding yang terbuat
dari belahan papan itu, disertai pengerahan tenaga yang besar. Tapi. .
"Akh. .!" Pendekar Pulau Neraka itu memekik keras.
Bukan main terkejutnya ketika disadari kalau dinding
papan itu demikian keras. Tulang-tulang tangannya
seperti remuk saat membentur dinding itu. Bayu
meringis kesakitan, memijat-mijat tangannya yang
berdenyut nyeri.
"Setan. .!" jerit Bayu begitu menyadari apa yang terjadi pada dirinya.
Pendekar Pulau Neraka berteriak-teriak sambil
memukul-mukul dinding kamar ini sekuat tenaga. Tapi
sampai terjatuh lemas, dinding kamar itu tetap utuh.
Bahkan seluruh tangannya memerah bengkak. Bayu
sadar kalau semua tenaganya sudah lenyap. Tapi dia
tidak tahu, bagaimana semua itu terjadi.
Bayu bangkit berdiri. Wajahnya memerah dan bola
matanya menyala berang. Napasnya mendengus cepat
bagai baru saja berlari jauh. Sebentar ditatapnya Cakra Maut di pergelangan
tangannya, lalu pandangannya
beralih pada pintu yang terbuat dari kayu tebal berukir.
Pelahan-lahan Pendekar Pulau Neraka itu merentangkan
kakinya ke samping, lalu dibungkukkan tubuhnya
sedikit doyong ke kiri.
"Hiyaaat. .!"
Tiba-tiba saja Bayu menghentakkan tangan kanannya
ke depan sambil berteriak keras. Tapi Cakra Maut bersegi enam berwarna keperakan
itu tetap menempel pada
pergelangan tangan kanannya. Bayu semakin gusar, lalu
mengulangi sampai beberapa kali. Namun tetap saja
senjata andalannya itu tidak terlepas dari pergelangan tangannya. Bukan main
geramnya Pendekar Pulau
Neraka itu. Dia berlari kencang dan menubruk pintu.
Akibatnya tubuhnya terpental balik ke belakang, dan
bergulingan beberapa kali. Pendekar Pulau Neraka baru
berhenti bergulingan setelah menabrak sebuah meja.
"Setan keparat. .! Apa yang mereka lakukan
padaku. "!" geramBayu memaki.
*** Bayu tidak tahu, berapa lama dia terlelap setelah puas mengamuk, memporak-
porandakan seluruh kamar yang
mengurungnya ini. Pendekar Pulau Neraka itu baru
terbangun ketika merasakan sentuhan lembut pada
keningnya. Pemuda berbaju dari kulit harimau itu
bergegas menggelinjang bangkit. Tampak seraut wajah
cantik menyunggingkan senyuman manis begitu dekat di
depannya. Bayu merayapi keadaan kamar yang berantakan.
Meja, kursi, dan perabotan lainnya yang tidak karuan
lagi. Ada yang patah-patah, jungkir balik, tidak tentu tempatnya. Bahkan
pembaringan yang semula rapih
indah itu, kini tidak berbentuk lagi. Kamarnya ini seperti barusaja diamuk
puluhan ekor gajah.
"Apa yang kau lakukan padaku, Mega Dara?" tanya Bayu ketus. Tatapan matanya
begitu tajam menusuk.
"Kenapa"
Aku tidak melakukan apa-apa terhadapmu, Bayu," lembut dan terdengar tenang suara Mega Dara.
Dengan kasar, Bayu mencekal pergelangan tangan
gadis itu, sehingga membuat Mega Dara meringis
kesakitan. Tapi Bayu tidak peduli. Bahkan disentakkan
gadis itu, hingga jatuh ke lantai. Bayu menekan
tangannya ke leher yang putih jenjang.
"Jangan coba-coba mempermainkan diriku, Mega
Dara!" desis Bayu bernada mengancam.
"Kau menyakiti aku, Bayu," rintih Mega Dara seraya meringis kesakitan.
"Aku bisa berbuat lebih dari ini!" dingin sekali nada suara Pendekar Pulau
Neraka. "Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Mega Dara.
Mulutnya meringis, tapi nada suaranya begitu tenang
dan tetap terdengar lembut.
"Apa yang kau lakukan padaku?" tanya Bayu dingin.
"Aku tidak melakukan apa-apa. Sungguh. .!" sahut Mega Dara serius.
"Mungkin kau tidak, tapi yang lain!"
"Aku. ., aku tidak mengerti maksudmu."
"Hih!"
Bayu menyentakkan rubuh gadis itu, dan dengan
kasar dipaksanya untuk berdiri. Pendekar Pulau Neraka
itu melingkarkan tangannya di leher Mega Dara dari
belakang, sedangkan tangan yang lain memiting tangan
gadis itu. Kembali Mega Dara meringis kesakitan. Tapi
anehnya, wanita itu kelihatan tenang. Bahkan tidak
bertindak apa pun juga. Mengaduh pun tidak.
"Kau lihat semua ini, Mega" Lihat. !" dingin nada suara Bayu
"Ya, aku lihat, Kamar ini berantakan. Dan yang pasti kau pelakunya," kata Mega
Dara kalem. "Kalau kau tahu namaku, tentunya tahu juga siapa
aku sebenarnya. Kamar ini tidak seberapa kuat, mudah
bagiku untuk menghancurkannya. Kau tahu, Mega! Kau
tahu itu. ."!"
"Ya."
"Ya. ., kau memang tahu. Dan kau mengambil semua
tenagaku! Hih. .!" Bayu menyentakkan tubuh wanita itu.
Tak sedikit pun keluar suara pekikan, meskipun
tubuh ramping itu terdorong kasar, sampai jatuh ke lantai keras. Tanpa mengeluh
sedikit pun, Mega berusaha
bangkit. Bibirnya malah tersenyum memandang wajah
Bayu yang memerah menahan amarah.
"Kenapa tersenyum"!" bentak Bayu tidaksenang.
"Aku tersenyum karena lucu," sahut Mega Dara semakin lebar senyumnya.
"Edan! Kau mengejekku, Mega Dara. .!" rungut Bayu geram.
'Tidak." "Phuih!"
Brak! Bayu berbalik sambil menghantamkan tangannya ke
dinding, sehingga ruangan ini bergetar. Pelahan-lahan
Pendekar Pulau Neraka itu memutar tubuhnya. Tatapan
matanya masih tajam, menusuk langsung ke bola mata
yang bening dan indah itu. Bola mata yang seperti tidak memiliki dosa sama
sekali. Begitu bening dan indah
dipandang. "Seharusnya kau banyak beristirahat Meluapkan
kemarahan bisa berakibat lebih fatal lagi nantinya. Kau belum pulih benar, masih
banyak yang harus dilakukan
Ayah agar kau kembali seperti semula," ujar Mega Dara lembut.
"Kau bicara seperti berhadapan dengan orang sakit!"
dengus Bayu menggerutu.
"Kau memang sedang sakit dan cukup parah," sahut Mega Dara tetap kalem.
Bayu baru akan membuka mulutnya, ketika pintu
kamar itu terkuak. Muncul seorang laki-laki tua yang
rambut dan janggutnya sudah memutih semua. Laki laki
itu memakai jubah panjang berwarna putih bersih. Sorot matanya bening bagai
telaga. Di belakangnya berdiri
seorang pemuda yang cukup tampan, namun garis-garis
ketegasan terlihat jelas pada wajah dansorot matanya.
"Ayah. .," ucap Mega Dara seraya merapatkan kedua telapak tangannya di depan
dada. Gadis itu beringsut ke samping dengan sikap penuh rasa hormat.
Laki-laki tua berjubah putih itu melangkah masuk,
dan berhenti tepat sekitar tiga langkah lagi di depan
Pendekar Pulau Neraka. Sebentar dirayapi seluruh kamar yang berantakan. Kemudian
pandangannya yang lembut
menatap wajah pemuda di depannya. Sedangkan Bayu
membalas dengan tajam.
"Kau terlalu banyak membuang tenaga dan
kemarahan, Anak Muda," tenang dan lembut sekali suara laki-laki tua berjubah
putih itu. "Siapa kau, Orang Tua?" tanya Bayu ketus.
"Orang-orang biasa memanggilku Eyang Tambak
Baja. Itu anakku, dan kau pasti sudah mengenalnya lebih dahulu," laki-laki tua
itu menunjuk Mega Dara. "Dan dia suaminya."
Bayu menatap laki-laki muda di samping laki-laki tua
berjubah putih. Eyang Tambak Baja memperkenalkan.
Namanya Padu Reksa. Laki-laki muda itu hanya
menganggukkan kepala sedikit kemudian menggeser
kakinya mendekati Mega Dara.
"Dulu pernah kualami hal yang sama denganmu,
Anak Muda. Aku juga mengamuk, marah dan tidak bisa
mengontrol diri. Memang menyakitkan menjadi orang
yang lemah tanpa daya sama sekali," kata Eyang Tambak Baja.
"Aku tidak mengerti maksudmu. . "
"Kau terkena racun yang dapat mematikan. Racun itu bekerja dengan terlebih
dahulu menghilangkan semua
kekuatan yangada pada dirimu," celetuk Mega Dara.
Bayu menatap wanita cantik itu.
"Berbaringlah, akan kuperiksa keadaanmu. Mudah-
mudahan masih bisa kukembalikan kekuatanmu," ujar Eyang Tambak Baja.
Bayu tidak menolak ketika dituntun ke pembaringan
yang berantakan. Pemuda itu menurut saja ketika
disuruh berbaring. Bahkan diam saja saat jari-jari tangan Eyang Tambak Baja
memberikan beberapa pijatan di
tubuhnya. Laki-laki tua itu tersenyum dan mengangguk-
anggukkan kepalanya, kemudian menoleh menatap
Mega Dara. "Bawa ke sini ramuan itu, Mega Dara," ujar Eyang Tambak Baja.
Mega Dara mengambil mangkuk kecil yang berada di
tangan Padu Reksa. Segera dihampiri ayahnya, dan
diserahkan mangkuk itu. Eyang Tambak Baja
menerimanya, lalu meminumkan cairan kental berwarna
merah ke mulut Bayu Hanggara. Pendekar Pulau Neraka
itu meringis, merasakan pahit yang amat sangat saat
minumcairan merah kental itu.
"Daya tahan tubuhmu sungguh luar biasa, Anak
Muda. Aku yakin, dalamdua atau tiga hari saja kau akan pulih seperti sedia
kala," jelas Eyang Tambak Baja seraya bangkit berdiri.
"Tungguh dulu!" cegah Bayu langsung duduk.
"Kalau kau ingin menanyakan sesuatu, bisa kau
tanyakan pada putriku, atau menantuku ini," kata Eyang Tambak Bajaseraya
melangkah pergi.
Bayu menatap Mega Dara dan Padu Reksa
bergantian. "Kau bisa keluar, Kakang?" pinta Mega Dara.
"Baik, tapi harus kau katakan apa adanya, Ingat pesan Ayah. Jangan menutup-
nutupi," kata Padu Reksa.
Mega Dara tersenyum manis. Padu Reksa berbalik
dan melangkah keluar seraya menutup pintu kamar
itu. Mega Dara menarik kursi yang menggeletak
terbalik di lantai. Didekatkan kursi itu ke pembaringan, lalu duduk di sana
dengan anggunnya. Bayu hanya
memperhatikan saja tanpa berkedip.
"Apa yang akan kau tanyakan" Aku siapa menjawab
semuanya," ucap Mega Dara disertai senyuman
menawan. "Aku belum tahu siapa kau dan semua yang ada di
sini," kata Bayu mulai lunak suaranya.
"Kausudah tahu nama kamisemua, Bayu."
"Apa sebenarnya yang terjadi pada diriku?" tanya Bayu langsung.
"Apa yang kau ingat saat terbangun dari pingsan?"
Mega Dara malah balik bertanya.
"Aku tidak tahu. Aku bertarung, dan. . ," suara Bayu terputus.
"Kau bertarung melawan orang-orang penghuni
Istana Iblis,"sambung Mega Dara.
"Istana Iblis. ."!" Bayu terperanjat
"Benar. Ayah melihat semuanya."
"Lalu?"
"Sebelum dibawa mereka, Ayah berhasil membebaskanmu. Tapi mereka begitu kuat. Tentu saja
Ayah tidak mungkin bisa mengalahkannya. Ayah hanya
mampu membawamu pergi dalam keadaan tidak
sadarkan diri. Hanya itu yang kutahu, Bayu," jelas Mega Dara.
Bayu terdiam. Ingatannya kembali pada semua
peristiwa yang dialaminya. Dia memang pingsan dan


Pendekar Pulau Neraka 13 Istana Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak tahu apa-apa setelah terkena dua benda berwarna
merah. Pemuda berbaju kulit harimau itu menatap Mega
Dara dalam-dalam.
"Kau berada di Puri Sapta Dewa. Tempat yang belum terjamah manusia-manusia iblis
penghuni Istana Iblis di Puncak Bukit Walang Jati," sambung Mega Dara.
"Belum. ."!" Bayu tidak mengerti.
"Belum terjamah, tapi suatu saat nanti merek pasti akan menjarah ke sini.
Seperti tempat-tempat lainnya.
Kau pasti sudah tahu keadaan Desa Walang, atau
mungkin juga kau telah ke Padepokan Gagak Hitam. Bisa
kau lihat, bagaimana keadaannya di sana. Daerah yang
sudah menjadi kekuasaan Ratu Istana Iblis," jelas Mega Dara lagi.
Bayu kembali diam membisu. Dicobanya mencerna
semua kata-kata yang diucapkan Mega Dara. Mulai
tumbuh keyakinan di hatinya kalau orang-orang di sini
tidak bermaksud buruk, bahkan berusaha menolongnya.
Bukan lagi berusaha, malah Eyang Tambak Baja sudah
menyelamatkannya dari cengkeraman orang-orang yang
tidak diketahuinya sama sekali. Orang-orang yang telah membunuh seluruh manusia
di Desa Walangsecara keji.
"Sudah beberapa kali mereka berusaha menjarah ke
sini. Tapi kami masih bisa menghalaunya. Entah jika
untuk lain kali. Ayah sudah berusaha meminta bantuan
para pendekar, tapi semua tidak ada yang mampu
melawannya. Ayah melihatmu, dan mengenali dirimu.
Itu sebabnya kenapa Ayah nekad membebaskanmu dan
berupaya menyembuhkanmu. Harapannya, jika kau
kembali pulih seperti semula, pasti kau dapat
menghancurkan Istana Iblis itu," kata Mega Dara lagi.
"Apa yangharus kulakukan?" tanya Bayu.
"Aku tidak tahu. Mungkin hanya Ayah yang tahu,"
sahut Mega Dara.
Bayu bergumam pelan. Dia melihat noda hitam pada
dada dan betisnya. Noda seperti ini pernah dilihat pada Wurani, seorang gadis
yang ditemuinya di Desa Walang.
Pendekar Pulau Neraka itu kembali menatap Mega Dara
yang masih tetap duduk di kursinya.
"Aku pernah menyembuhkan seseorang dari luka
seperti ini," kata Bayu menunjuk luka pada dadanya.
"Oh, benarkah?" Mega Dara tampak terkejut.
"Ya. Dan kelihatannya dia tidak mengalami
kehilangan tenaga sama sekali. Bahkan katanya sudah
satu purnama terluka," kara Bayu lagi.
"Satu purnama. ." Mustahil!"
Bayu menatap dalam-dalam Mega Dara yang
menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya akan
cerita Pendekar Pulau Neraka itu. Mega Dara bangkit
berdiri dan berjalan mendekati jendela, lalu membukanya lebih lebar, sehingga
sinar matahari lebih banyak lagi yang masuk ke kamar ini. Beberapa saat
kesunyian menyelimuti kamar yang berantakan ini.
*** 7 Hampir satu pekan lamanya Bayu berada di Puri
Sapta Dewa. Dan kini mulai dirasakan kondisi tubuhnya
membaik. Bahkan kekuatannya semakin bertambah
pulih. Pendekar Pulau Neraka itu mulai berlatih jurus-
jurus ringan dan kekuatan tenaga dalamnya. Selama itu
pula Eyang Tambak Baja tidak pernah lepas
mengawasinya. Pagi ini Bayu baru saja selesai berlatih tenaga dalam.
Dia puas, karena kekuatan tenaga dalamnya sudah
benar-benar pulih. Bahkan pagi ini sudah berlatih jurus-jurus yang keras.
Pendekar Pulau Neraka itu tidak
menyadari kalau Eyang Tambak Baja selalu memperhatikannya sampai latihannya selesai. Bayu baru
mengetahuisaat berbalik hendak kembali ke puri.
"Oh. .!" Bayu agak terkejut juga.
'Tampaknya kau sudah benar-benar pulih, Bayu,"
ucap Eyang Tambak Baja seraya mendekati.
"Terima kasih. Semua ini berkat usahamu, Eyang,"
ucap Bayu merendah.
"Karena kemauanmu dan ketekunanmu, Bayu."
Pendekar Pulau Neraka itu hanya tersenyum saja,
kemudian duduk bersila di atas rerumputan di bawah
batang pohon yang cukup rindang. Eyang Tambak Baja
juga mengambil tempat, duduk di depan pemuda
berbaju dari kulit harimau itu.
"Mereka mulai mencoba menjarah tempat ini lagi.
Semalam tiga orang muridku tewas," jelas Eyang Tambak Baja setelah cukup lama
terdiam. "Oh. .!" Bayu terkejut mendengarnya.
Semalam Pendekar Pulau Neraka itu tidur nyenyak
sekali, sehingga tidak mengetahui ada peristiwa yang
menewaskan tiga orang murid Puri Sapta Dewa.
Pendekar Pulau Neraka menatap dalam-dalam laki-laki
tua di depannya.
"Memang tinggal tempat ini yang belum dijamah.
Sedangkan kekuatan yang kumiliki semakin berkurang.
Keruntuhan Puri Sapta Dewa tinggal menunggu waktu
lagi," sambung Eyang Tambak Baja bernada mengeluh.
"Itu tidak akan terjadi, Eyang," tegas Bayu.
"Aku juga berkeyakinan begitu, Bayu. Tapi setelah runtuhnya Padepokan Gagak
Hitam, keyakinanku
seperti luntur."
"Aku pernah ke Padepokan Gagak Hitam, dan
tampaknya mereka tidak mengalami sesuatu apa pun,"
selak Bayu. "Baru dua hari yang lalu mereka hancur. Tidak ada seorang pun yanghidup lagi."
"Oh!" Kali ini Bayu benar-benar tersentak kaget
"Bagaimana keadaan Eyang Jayaraga?"
'Tewas," pelan suara Eyang Tambak Baja. Bayu
mendesah lirih.
"Adi Jayaraga mencoba menentang keinginan Ratu
Istana Iblis, karena tidak memiliki lagi orang-orang yang harus dipersembahkan.
Dan dia mengambil resiko yang
cukup tinggi," lanjut Eyang Tambak Baja.
"Persembahan. .?" Bayu mengerutkan keningnya.
"Ya! Tujuh orang pemuda setiap purnama. Terutama
mereka yang memiliki kepandaian cukup tinggi"
"Untuk apa?"
"Dijadikan prajurit, setelah otaknya terkuras. Mereka tidak bisa lagi mengetahui
diri mereka sendiri. Yang
diketahuinya hanya satu, perintah dari Ratu Istana Iblis."
"Ilmu hitam. .!" desis Bayu.
Pendekar Pulau Neraka terdiam sambil menundukkan kepala. Kini baru dimengerti, kenapa
sikap orang-orang yang ada di Padepokan Gagak Hitam
selalu menutup diri. Bahkan Eyang Jayaraga sendiri
sepertinya tidak ambil peduli dengan keadaan
sekelilingnya. Rupanya sikap yang diambil hanya untuk
keselamatan diri sendiri. Dan itu semua pecah dua hari yang lalu. Rupanya Eyang
Jayaraga tidak bisa menahan
lagi tekanan-tekanan yang datang. Maka diambillah
resiko tinggi yang mengakibatkan kehancuran Padepokan Gagak Hitam. Memang sukar untuk
dimengerti, tapi memang itulah kenyataannya yang
harus dihadapi.
"Sekarang tidak ada lagi desa atau padepokan yang berdiri di Kaki Bukit Walang
Jati. Tinggal Puri Sapta
Dewa inilah satu-satunya," lanjut Eyang Tambak Baja lirih.
"Mereka harus dihentikan, Eyang!' tekad Bayu.
"Aku percaya pada kemampuanmu, Bayu. Tapi yang
jelas aku tidak akan mengorbankan lagi seorang
pendekar. Sudah begitu banyak pendekar yang kumintai
bantuan, tapi semuanya tewas di tangan Ratu Istana Iblis.
Tingkatan kepandaiannya sangat tinggi, sukar dicari
tandingannya. Aku sendiri tidak akan sanggup
menghadapinya," ujar Eyang Tambak Baja bernada
mengeluh. "Tidak ada yang langgeng di dunia ini, Eyang. Setiap
kekuatan, pasti ada kelemahannya," kata Bayu mantap.
Eyang Tambak Baja hanya diam saja. Ditariknya
napas panjang-panjang, dan dihembuskannya kuat-kuat.
Sedangkan Bayu hanya memandanginya saja dengan
mata tidak berkedip.
"Sudah berapa banyak pendekar yang kau mintakan
bantuan, Eyang?" tanya Bayu.
"Entahlah! Aku tidak menghitungnya," sahut Eyang Tambak Baja.
"Eyang selalu melihat bagaimana merekabertarung?"
"Tidak. Tidak ada yang berani mendekati Istana Iblis.
Terlalu banyak penjagaan dan sangat ketat. Aku tidak
tahu, apakah para pendekar itu dapat menembus masuk,
atau tidak kuat menahan penjagaan yang begitu ketat
Yang jelas, tidak ada seorang pun yang pernah kembali
lagi," sahut Eyang Tambak Baja menjelaskan.
"Hmmm. .," Bayu bergumampelan.
Pendekar Pulau Neraka itu bangkit berdiri dan
melangkah pelahan-lahan. Eyang Tambak Baja mengikutinya, lalu mensejajarkan langkahnya di
samping pemuda berbaju dari kulit harimau itu. Bayu
jadi teringat akan pertemuannya beberapa kali dengan
orang aneh dan misterius yang selalu mengenakan jubah
panjang yang wajahnya tertutup rambut panjang meriap.
Orang itu pernah mengatakan kalau dirinya penghuni
Istana Iblis. Apakah itu yang disebut Ratu Istana Iblis. ."
*** Apa yang dikatakan Eyang Tambak Baja memang
benar. Begitu banyak orang berbaju hitam dengan kepala terselubung kain hitam
tengah berjaga-jaga di sekitar
bangunan tua yang terbuat dari batu berlumut tebal.
Bangunan bagaikan sebuah istana yang sudah tidak
terpakai lagi. Sangat cocok dengan julukannya "Istana Iblis".
Bayu mengamati bangunan itu dari tempat yang agak
jauh dan cukup tersembunyi. Di sampingnya berdiri
Mega Dara dan suaminya, Padu Reksa. Sebenarnya Bayu
tidak ingin mereka ikut serta. Tapi keinginan Eyang
Tambak Baja sulit ditolak. Beliau telah memerintahkan
putri dan menantunya itu ikut bersama Pendekar Pulau
Neraka ke Istana Iblis.
"Kita tidak mungkin masuk ke sana, Bayu.
Penjagaannya terlalu ketat," kata Mega Dara setengah berbisik.
"Mereka terlalu banyak. Tidak mungkin menghadapi
mereka semua,"sambung Padu Reksa.
Bayu membalikkan tubuhnya, menatap pasangan
suami istri muda itu. Mereka memang benar, dan
Pendekar Pulau Neraka tidak membantah sama sekali.
Tapi Bayu tidak ingin menyerah begitu saja. Terlebih lagi sudah berjanji pada
Eyang Tambak Baja untuk
menghentikan dan menghancurkan orang-orang di
Istana Iblis itu. Kalau saja mereka memang benar terkena pengaruh ilmu hitam,
tentu ada sesuatu yang bisa
membuat mereka normal kembali. Dan sesuatu itu
adanya di dalam Istana Iblis.
"Mega Dara! Kau tentu ingat kalau aku pernah
menolong seseorang yang terluka sama persis denganku,
bukan?" Bayu menatap wanita cantik di depannya.
"Tentu," sahut Mega Dara teringat cerita Pendekar Pulau Neraka itu.
"Apa yang kau katakan waktu itu?"
"Mustahil," sahut Mega Dara.
"Tepat'"
Mega Dara memandang Bayu tidak mengerti.
"Eyang Tambak Baja juga berkata seperti itu. Tidak ada seorang pun yang bisa
tahan selama satu purnama.
Dan gadis itu tidak mengalami gangguan apa pun,
bahkan cepat sembuh hanya dalam waktu satu hari saja.
Padahal sudah jelas, luka yang diderita sama persis
dengan yang kualami."
"Maksudmu. .?" Mega Dara masih belummengerti.
"Dua kali aku berusaha menangkap salah seorang
dari mereka. Tapi gadis itu sudah lebih dulu
membunuhnya sebelum aku bisa berbuat apa-apa. Dan
ketika kubuntuti, dia menghilang begitu saja. Bahkan
kemudian muncul orang-orang berbaju hitam. Di situ
aku kalah, dan selanjutnya kau sudah tahu."
"Siapa nama gadis itu?" tanya Padu Reksa yang sejak tadi diamsaja mendengarkan.
"Wurani," sahut Bayu.
"Perempuan Iblis. .!" geramPadu Reksa mendesis.
Bayu menatap laki-laki muda yang usianya tidak
jauh berbeda darinya itu. Sedangkan Mega Dara juga
mendesis dengan wajah berubah memerah.
"Kalian kenal gadis itu?" tanya Bayu.
Belum Juga Padu Reksa dan Mega Dara menjawab,
tiba-tiba berlompatan orang-orang berbaju hitam pekat
yang langsung mengurung mereka bertiga. Kemunculan
orang-orang berbaju hitam itu sungguh mengejutkan.
Dan tanpa berkata apa-apa, langsung menyerang dengan
ganas. Padu Reksa segera menghunus pedangnya, demikian
pula Mega Dara. Sedangkan Bayu menghadapi dengan
tangan kosong saja. Dia memang tidak memiliki pedang
atau senjata lain lagi, selain Cakra Maut kebanggaannya.
Tapi senjata andalannya itu hanya digunakan kalau


Pendekar Pulau Neraka 13 Istana Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keadaan terpaksa saja.
*** Bayu melihat orang berbaju hitam pekat itu semakin
banyak saja jumlahnya. Dan hatinya jadi cemas melihat
Padu Reksa dan Mega Dara mulai kewalahan
menghadapi keroyokan itu. Sedangkan dia sendiri tidak
bisa berbuat apa-apa. Begitu banyak yang mengeroyoknya tanpa memberi kesempatan sedikit pun
untuk menggunakan senjata Cakra Maut.
"Akh. .!" tiba-tiba terdengar pekikan keras tertahan.
Bayu tersentak kaget begitu melihat Padu Reksa
terhuyung-huyung sambil menekap dadanya yang
berdarah. Pendekar Pulau Neraka itu kontan melesat
menghampiri Padu Reksa. Cepat sekali tangan kanannya
mengibas, maka Cakra Maut melesat cepat bagaikan kilat menyambar dua orang
berbaju hitam sekaligus. Suara
jeritan melengking terdengar, dan Bayu langsung
mendarat di depan Padu Reksa.
"Hiyaaa. .!"
Pendekar Pulau Neraka itu melontarkan satu
tendangan keras bertenaga dalam tinggi. Seorang yang
mencoba membabatkan pedangnya, langsung memekik
keras, dan tubuhnya terlontar ke belakang. Seketika itu juga orang itu tewas
tanpa mampu mengerang lagi.
"Kau terluka, Reksa. .," ujar Bayu sambil melontarkan satu pukulan keras
bertenaga dalam sempurna. Satu
orang yang mencoba mendekat, kontan terjungkal dan
tewas seketika.
"Cukup parah,"sahut Padu Reksa.
"Secepatnya kita harus pergi dari sini," kata Bayu.
"Tidak mungkin, Bayu. Jumlah mereka semakin
bertambah banyak."
"Tapi. ."
Bayu tidak bisa melanjutkan ucapannya, karena
orang-orang berbaju hitamitu kembali menyerang ganas.
Pendekar Pulau Neraka itu bertarung sambil
mempergunakan Cakra Maut-nya. Digenggam senjata
mautnya itu pada salah satu sisinya. Dengan senjata
andalannya itu, Pendekar Pulau Neraka bagaikan singa
gurun yang terluka. Dia mengamuk, berlompatan, dan
menghajar orang-orang yang terus merangsek tanpa
mengenal takut. Padahal sudah tidak terhitung lagi dari mereka yang tewas.
Sedangkan Padu Reksa, terus bertarung dengan sisa-
sisa kekuatannya. Darah semakin banyak keluar dari
dadanya yang terluka. Sedangkan di tempat lain, tampak Mega Dara juga sudah
semakin terdesak. Keringat telah
bercucuran membasahi tubuh wanita itu. Dan Bayu
semakin cemas menyadari keadaan yang tidak
menguntungkan ini.
"Mega! Bawa suamimu pergi! Dia terluka. .!" seru Bayu keras.
"Apa. .?" tanya Mega Dara juga dengan suara keras, berusaha mengalahkan suara-
suara teriakan pertarungan
dan jerit lengking kematian.
"Suamimu terluka! Cepat bawa pergi. !"
"Hiyaaat. .!"
Mega Dara cepat melompat menghampiri Padu
Reksa begitu berhasil merobohkan dua orang,
pengeroyoknya. Wanita itu segera menggamit tangan
Padu Reksa. Mereka segera melompat melewati beberapa
kepala, sambil mengayunkan pedangnya secepat kilat
Sementara Bayu berusaha menghalangi orang orang
berbaju hitam yang berusaha menghadang pasangan
muda itu. Bayu melontarkan Cakra Maut-nya cepat maka
jeritan melengking terdengarsalingsusul.
"Hup! Hiyaaa. .!"
Bayu bergegas melompat begitu Mega Dara dan
Padu Reksa sudah lenyap. Cakra Maut sudah kembali
menempel di pergelangan Pendekar Pulau Neraka itu.
Tapi orang-orang berbaju hitam tidak memberi
kesempatan pada Bayu untuk kabur, dan memusatkan
perhatiannya pada Pendekar Pulau neraka itu. Mereka
tidak lagi peduli pada dua orang yang berhasil kabur.
"Gunakan tambang. .!" terdengar suara memerintah yang begitu keras.
Seketika itu juga beberapa orang mengeluarkan
tambang, dan langsung berlompatan sambil membawa
tambang terulur panjang, beberapa orang lagi
menyambut ujung tambang satunya lagi. Bayu jadi
kebingungan. Belum lagi menyadari apa yang terjadi,
tambang-tambang itu sudah membelit tubuhnya erat-erat
Bayu tidak kuasa lagi menguasai keseimbangan badan.
Tubuhnya limbung, lalu jatuh tersungkur, dan telah
terlilit tambang Sepuluh orang yang memegangi ujung-
ujung tambang itu langsung berlari cepat menyeret
Pendekar Pulau Neraka.
"Ughk. .!"
Bayu berusaha melepaskan diri dari belitan tambang-
tambang ini, tapi simpulnya demikian kuat. Tubuhnya
terus terseret, benar-benar tidak berdaya lagi. Sukar
baginya untuk bisa melepaskan diri. Sementara sepuluh
orang yang menyeretnya, terus berlari kencang menuju
Istana Iblis. *** 8 Bayu tergagap ketika dirasakan cairan dingin
mengguyur tubuhnya. Dia tidak tahu, berapa lama telah
jatuh pingsan. Pendekar Pulau Neraka itu mengerjapkan
matanya, dan menjadi terkejut begitu menyadari dirinya sudah terikat di sebuah
tiang. Seorang berbaju hitam
dengan kepala terselubung kain hitam pula berada di
dekatnya. Dia memegang sebuah ember dari kayu yang
sudah kosong. Seluruh tubuh Pendekar Pulau Neraka itu
basah kuyup tersiramair.
Bayu mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Disadari kalau dirinya berada di satu ruangan yang
berdinding batu. Ruangan pengap yang hanya diterangi
dua buah obor di dinding. Pandangan Pendekar Pulau
Neraka kemudian tertuju pada seseorang yang duduk di
sebuah kursi batu berhiaskan kepala-kepala tengkorak
manusia. Orang itu mengenakan jubah hitam panjang.
Rambutnya meriap tidak teratur, menutupi sebagian
wajahnya. Namun yang menjadi perhatian Bayu adalah
seorang gadis yang berada di sampingnya.
"Wurani. .," desis Bayu mengenali gadis yang berdiri disamping orang berjubah
hitamagak bungkuk itu.
Hampir saja Bayu terpekik ketika matanya tertumbuk
pada sesosok tubuh menggantung di sudut ruangan.
Sosok tubuh gadis kecil yang pernah dilihatnya di Desa Walang. Di samping tubuh
gadis kecil itu ada Ki
Sampang yang juga tergantung. Mereka semua sudah
tewas. Itu terlihat dari luka menganga di lehernya yang cukup besar,hampir
membuat leher itu buntung.
"Biadab. .!" desis Bayu berusaha memberontak. Tapi empat orang berpakaian hitam
kontan bergerak, dan
langsung menempelkan senjata mereka ke leher
Pendekar Pulau Neraka itu. Bayu langsung terdiam, dan
hanya menggeram menahan amarahnya. Pandangannya
begitu tajam menusuk langsung pada Wurani yang
sudah melangkah menghampiri. Gadis itu tersenyum-
senyum, dan baru berhenti melangkah setelah jaraknya
tinggal dua tombak lagi di depan Pendekar Pulau Neraka itu. "Sayang sekali, kita
bertemu dalam suasana yang tidak enak. .," kata Wurani di ringi senyumannya.
"Seharusnya kubunuh saja kau, perempuan iblis!"
geramBayu mendesis.
"Ha ha ha. .! Kau terlalu bodoh untuk bisa
membunuhku, Bayu!" Wurani tertawa tergelak-gelak.
Seluruh tubuh Bayu menggelegar menahan geram.
Bibirnya terkatup rapat, dan bola matanya memerah
menahan amarah. Sementara Wurani terus tertawa
terbahak-bahak sambil membalikkan tubuhnya. Suara
tawanya berhenti, dan segera
membungkukkan tubuhnya pada orang berjubah hitam yang duduk di
singgasana batu berhiaskan kepala tengkorak manusia.
"Gusti Ratu, apa yang harus kulakukan terhadap
pemuda dungu ini?" ujar Wurani.
"Kepandaiannya sangat tinggi, Wurani. Seperti
biasanya, cuci otaknya dan jadikan dia anjing yang paling setia," sahut orang
berjubah hitam itu. Suaranya serak dan kering.
"Baik, Gusti Ratu," sahut Wurani.
"Lakukan secepatnya. Aku berharap seluruh dunia
persilatan gempar. Aku ingin menggunakan dia untuk
menghancurkan orang-orang yang mencoba menantang
kita,hihi hi. .!"
Wurani membungkukkan tubuhnya. Sebentar
kemudian orang berjubah hitam itu bangkit berdiri, lalu berjalan meninggalkan
ruangan batu yang cukup besar
ini, namun berudara sangat lembab. Wurani baru berdiri tegak setelah orang
berjubah hitam itu tidak terlihat lagi.
Kemudian disuruhnya semua orang yang ada di ruangan
ini keluar. Tidak ada yang membantah. Semuanya
menuruti perintah gadis itu.
"Kau dengar! Apa yang di nginkan Gusti Ratu tadi, Bayu?" ucap Wurani seraya
mendekati Pendekar Pulau Neraka.
Bayu hanya diam saja. Segera diatur jalan napasnya,
mencoba untuk melenturkan seluruh otot-otot di
tubuhnya. Dengan bantuan hawa mumi dan kelenturan
otot, memang bisa diatur keseimbangan tubuhnya agar
kenyal seperti karet. Dan ilmu itu dinamakan 'Ragaseda'.
Satu ilmu yang belum pernah digunakan sebelumnya,
dan didapatkan dari gurunya di Pulau Neraka. Memang
membutuhkan waktu yang tidak sedikit Bayu harus bisa
memancing gadis ini agar tidak cepat-cepat mencuci
otaknya. "Apa yang akan kau lakukan padaku, Wurani?" tanya Bayu mencoba mengalihkan
sedikit perhatian gadis itu.
Sudah mulai dirasakan otot-ototnya mulai melentur, tapi belumcukup untuk
melepaskan diri dari ikatan ini.
"Mencuci otakmu dan menjadikanmu budak yang
sangat patuh pada perintah. Bahkan kau tidak akan bisa mengenal dirimu lagi. Kau
hanya patuh pada perintahku
saja,"sahut Wurani disertai senyumyang merekah.
"Seperti yang kau lakukan pada mereka?"
"Ha ha ha. .! Rupanya kau sudah tahu banyak,
Pendekar Pulau Neraka!"
"Hanya sedikit Tapi aku tidak percaya dengan
kelanggengan ilmu hitammu."
"Mungkin kau sudah mendengar. Tapi mungkin juga
kau tidak akan percaya kalau aku tidak menggunakan
benda apa pun untuk melakukannya. Hanya
menggunakan kekuatan batin yang sempurna. Tidak ada
seorang pun yang bisa mengembalikan mereka, kecuali
kematiankusendiri. Tapi itu sulit. , sulit."
"Hebat. .!" desis Bayu sinis.
"Memang! Bahkan Ratu sendiri berada di bawah
kekuasaanku," dengus Wurani bangga.
"Ratu. , heh!" Bayu tersenyumsinis.
"Dia memang bukan seorang Ratu, tapi hanya
perempuan tua yang memiliki kepandaian cukup tinggi.
Aku hanya menjadikannya sebuah boneka agar istana ini
memiliki ratu yang berada di bawah kendaliku. Dan
sebenarnya, akulah Ratu Istana Iblis ini! Ha ha ha. .!"
Wurani tertawa terbahak-bahak.
Bayu diam saja. Semakin terasa muak mendengar
ocehan gadis itu Tapi dalam diamnya, Pendekar Pulau
Neraka terus berusaha mengerahkan Ilmu 'Ragaseda'.
Sudah mulai dirasakan ikatan pada pergelangan
tangannya mengendur. Dan tidak berapa lama lagi ikatan tambang iniakan terlepas.
"Wurani! Aku pernah terkena benda beracun, persis seperti yang kau alami. .,"
kata Bayu kembali mencoba mengalihkan perhatian gadis itu.
"Ha ha ha. .! Kau benar-benar bodoh, Bayu. Aku yang memiliki senjata itu, dan
tentu juga memiliki
pemunahnya," sahut Wurani.
"Lalu, apa maksudmu berbuat begitu?"
"Kau terlalu banyak tanya, Bayu!" dengus Wurani mulai tidak senang. "Aku bisa
melakukan apa saja
sesukaku. Dan Ki Sampang tolol itu hampir saja
membocorkan rahasiaku di depanmu! Maka hanya
kematianlah yang pantas untuknya!"
Bayu menggumam tidak jelas. Hatinya sudah bisa
tersenyum karena ikatan di tangannya sudah terlepas,
tapi masih dipegangi tambang itu agar tidak jatuh. Dia menunggu kesempatan yang
baik untuk bergerak.
Sementara itu Wurani mulai menggerak-gerakkan
tangannya di depan wajah Pendekar Pulau Neraka. Dari
bibirnya keluar suara mendesis. Dan Bayu mulai
merasakan kepalanya pening, lalu mencium bau tidak
sedap. Bayu sadar kalau Wurani mulai beraksi
menggunakan kekuatan batin untuk mencuci otaknya
agar menjadi budak yang patuh.
"Cukup, Wurani. .!" bentak Bayu tiba-tiba disertai pengerahan tenaga dalamyang
sangat sempurna.
"Heh!" Wurani tersentak kaget Dan belum lagi gadis itu hilang dari
keterkejutannya, mendadak Bayu
menghentakkan tangannya ke depan. Begitu cepatnya
gerakan itu, sehingga Wurani tidak

Pendekar Pulau Neraka 13 Istana Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sempat mengetahuinya. Dan. .
Buk! "Akh. .!" Wurani memekik tertahan.
Gadis itu terpental sejauh tiga batang tombak ke
belakang. Hentakan tangan Pendekar Pulau Neraka tepat
menghantam dadanya. Namun gadis itu cepat bangkit
berdiri, meskipun agak limbung tubuhnya. Tampak dari
sudut bibirnya mengalir darah.
"Setan. .!" geram Wurani mendesis. Disekanya darah yang mengalir di bibir.
*** "Bersiaplah
untuk mati, iblis!"
desis Bayu menggeram. Seketika itu juga, Pendekar Pulau Neraka cepat
menerjang sambil mengirimkan dua pukulan secara
beruntun. Wurani cepat-cepat berkelit dengan melompat
ke samping, dan bergulingan beberapa kali. Gadis itu
segera bangkit berdiri, dan melompat ke pintu. Tapi Bayu sudah kembali menerjang
sambil melontarkan satu
pukulan jarak jauh.
"Hiyaaa. .!"
"Hup!"
Wurani melentingkan tubuhnya ke atas, maka
pukulan Pendekar Pulau Neraka itu hanya menghantam
dinding batu, sehingga jebol berentakan menimbulkan
suara bergemuruh. Ruangan yang besar ini bergetar
hebat. Pada saat itu, beberapa orang berbaju hitam
berlarian masuk ke dalam.
"Bunuhsetan keparat itu. .!" perintah Wurani.
Sekitar sepuluh orang bersenjata pedang, serentak
berlompatan menyerang Pendekar Pulau Neraka.
Namun terjangan mereka begitu mudah dapat dihindari.
Bahkan Bayu membalasnya tidak kalah dahsyatnya. Jerit
pekik kematian terdengar saling susul di ringi
bertumbangannya tubuh-tubuh berbaju hitamitu.
Wurani jadi geram. Dalam waktu sebentar saja, enam
orang sudah tergeletak tak bernyawa di tangan Pendekar Pulau Neraka. Gadis itu
berteriak keras memanggil yang lainnya. Tidak berapa lama, dari pintu
bermunculan orang-orang yang mengenakan baju hitam dengan
kepala terselubung kain hitam pula. Tampak seorang
bertubuh kurus bungkuk mengenakan jubah hitam ikut
muncul. "Ada apa Wurani?" tanya orang berjubah hitamitu.
"Huh! Setan keparat itu. .!" dengus Wurani.
"Biaraku yang menanganinya."
"Bunuhsaja,aku tidak memerlukannya lagi!"
"He he he. .!" orang itu terkekeh, kemudian melompat cepat ke dalamkancah
pertempuran. "Mundur. .!"
Mendengar teriakan keras itu, orang-orang yang
tengah mengeroyok Bayu, kontan berlompatan mundur.
Seketika orang berjubah hitam yang wajahnya tertutup
rambut panjang itu mendarat lunak sekitar satu batang
tombak jaraknya di depan Pendekar Pulau Neraka.
"Aku sudah menawarkan dengan baik padamu,
bocah. Tapi rupanya kau malah memilih mampus!"
dingin nada suara orang itu.
Disibakkan rambut yang menutupi wajahnya. Agak
bergidik juga Pendekar Pulau Neraka saat melihat seraut wajah yang hampir tidak
memiliki kulit dan daging lagi.
Sebelah matanya bolong. Pipi kirinya terkelupas,
menampakkan tulang pipinya, hingga bagian gigi-
giginya terlihat.
Dan belum lagi Bayu
bisa menghilangkan keterkejutannya, orang itu sudah melompat menyerang
cepat luar biasa. Bergegas Bayu membanting tubuhnya
ke tanah, lalu bergulingan beberapa kali. Cepat pula
Pendekar Pulau Neraka itu melompat bangkit. Tapi
belum juga berdiri sempurna, orang berjubah hitam itu
sudah menyerang ganas kembali. Kali ini Bayu tidak
ingin lagi berlama-lama. Langsung dihentakkan tangan
kanannya ke depan. Seketika itu juga, dari pergelangan tangan kanannya melesat
secercah sinar keperakan yang
datang dari senjata Cakra Maut. Senjata bersegi enam itu meluncur deras bagaikan
kilat. Crab! Cakra Maut kontan menembus dada orang berjubah
hitam itu yang masih di udara. Dia tidak sempat lagi
berkelit menghindarinya.
"Aaa. .!" orang itu menjerit melengking tinggi.
Tubuh berjubah hitam itu ambruk dan menggelepar
di tanah. Bayu mengangkat tangan kanannya, maka
Cakra Maut melesat keluar dari dada yang berlumuran
darah, langsung menempel kembali di pergelangan
tangan Pendekar Pulau Neraka. Semua orang yang
melihat terkejut setengah mati. Kematian ratu mereka
begitu cepat dan tidak terduga sama sekali. Demikian
pula Wurani. Gadis itu sampai terbengong tidak percaya.
"Kenapa bengong. ." Serang! Bunuh keparat itu. .!"
seru Wurani keras.
Teriakan-teriakan
keras terdengar. Seketika berlompatanlah tubuh-tubuh berbaju hitam, meluruk ke
arah Pendekar Pulau Neraka.
Bayu tidak ingin lagi menguras tenaga menghadapi
mereka yang sebenarnya tidak pernah menyadari akan
semua perbuatannya. Bahkan tidak lagi mengenal siapa
dirinya sebenarnya. Setelah menewaskan tiga orang yang terdepan, Pendekar Pulau
Neraka itu langsung melesat
cepat ke udara. Tangannya yang terkepal erat
menghantamatap yang terbuat dari batu cadas keras.
"Hiyaaa. .!"
Glaaar. .! Atap batu itu hancur berhamburan. Batu-batu besar
dan kecil berjatuhan. Seluruh ruangan itu bergetar bagai terjadi gempa yang
sangat dahsyat. Jerit dan pekik
terdengar gaduh. Beberapa orang mulai menggelepar
tertimpa batu-batu yang berguguran. Dua kali Pendekar
Pulau Neraka itu menghantam dinding dan atap
ruangan batu tersebut, kemudian melesat keluar begitu
melihat Wurani bergegas berlari keluar menyelamatkan
diri. *** Tapi baru saja Bayu berada di luar, dua sinar merah
meluruk ke arahnya. Pendekar Pulau Neraka bergegas
melentingkan tubuhnya ke udara, dan bersalto tiga kali menghindari terjangan
sinar merah itu. Kemudian
dengan bertumpu pada dinding batu, pemuda berbaju
kulit harimau itu segera menggenjot tubuhnya, langsung meluruk deras ke arah
Wurani yang tengah melarikan
diri dari dalamistana batu ini.
"Hiyaaa. .!" Bayu berteriak keras melengking tinggi.
Dua kali pukulan dilontarkan, tapi Wurani gesit
sekali bisa menghindarinya. Bahkan gadis itu langsung
melesat keluar. Pukulan Pendekar Pulau Neraka itu
menghantam sebuah pilar dan dinding bangunan istana
di Puncak Bukit Walang Jati ini. Ledakan keras terdengar menggelegar dahsyat,
membuat bangunan yang
seluruhnya terbuat dari batu itu bergetar semakin keras.
Bayu bergegas melesat keluar, sebelum istana ini benar-benar runtuh seluruhnya.
"Heh. .!" Bayu tersentak kaget begitu sampai di bagian depan halaman istana batu
itu. Tampak Eyang Tambak Baja tengah bertarung
melawan Wurani. Sedangkan tidak jauh dari situ, terlihat Mega Dara tengah
dikeroyok tidak kurang dari tiga
puluh orang berbaju hitam pekat Di tempat lain lagi
terlihat pula Padu Reksa yang juga tengah bertarung.
Sementara di belakang Pendekar Pulau Neraka, istana
batu di Puncak Bukit Walang Jari ini semakin keras
bergetar. Suara bergemuruh terdengar dahsyat membuat
tanah berguncang.
"Akh. .!" tiba-tiba terdengar pekikan keras tertahan.
Tampak Eyang Tambak Baja terhuyung-huyung
sambil menekap dadanya yang berlumuran darah. Saat
itu Wurani sudah melompat cepat sambil menusukkan
pedangnya yang berwarna hitam pekat dan mengeluarkan uap kebiru-biruan.
"Hiyaaa. .!"
Bagaikan kilat, Bayu melompat menghadang
terjangan Wurani. Dikebutkan tangan kanannya, maka
Cakra Maut melesat bagai kilat. Senjata andalan Bayu itu langsung menghajar
pedang yang hampir saja menusuk
dada Eyang Tambak Baja.
Tring! "Akh!" Wurani memekik tertahan.
Hampir saja pedang di tangan gadis itu terpental
ketika terbentur Cakra Maut Untung saja Wurani cepat-
cepat melompat mundur. Pada saat itu. Bayu cepat
mengirimkan satu tendangan keras menggeledek yang
tidak terduga sama sekali. Kembali gadis itu memekik
keras terhantam tendangan yang mengandung tenaga
dalam sangat sempurna itu. Tubuhnya terpelanting,
bergulingan beberapa kali di tanah.
"Hoek. !" Wurani memuntahkan darah kental.
Gadis itu berusaha bangkit berdiri, tapi tubuhnya
limbung. Sementara Bayu segera menolong Eyang
Tambak Baja berdiri. Laki-laki tua itu merintih, meringis menahan sakit pada
dadanya yang terbelah cukup dalam
dan panjang. Darah mengucur deras membasahi jubah
putihnya. Pada saat yang sama, Wurani sudah kembali
melompat sambil berteriak keras menggelegar. Secepat
itu pula, Bayu memutar tubuhnya sambil mengebutkan
tangan kanannya. Kembali Cakra Maut melesat cepat
bagai kilat, menyongsong terjangan Wurani
"Hiyaaa. .!"
Wurani mengebutkan pedangnya, menghalau
terjangansenjata Pendekar Pulau Neraka.
Trang! "Hiyaaa. .!"
Bayu langsung melentingkan tubuhnya ke atas, dan
secepat itu pula dilontarkan dua pukulan beruntun
disertai pengerahan tenaga dalam sempurna. Wurani
cepat-cepat berkelit dengan menarik miring tubuhnya.
Tapi sungguh tidak diduga sama sekali. Kaki Pendekar
Pulau Neraka itu melayang sebelum menjejak tanah,
langsung menghantamiga gadis itu.
"Akh!" kembali Wurani memekik tertahan.
"Hup! Hiyaaa. .!"
Begitu Bayu mendarat di tanah, langsung dikebutkan
tangan kanannya cepat. Dan Cakra Maut yang baru saja
melesat balik, seketika kembali berkelebat ke arah Wurani yang sedang berusaha
bangkit berdiri. Gadis itu
terperangah, dan matanya membeliak lebar. Dan. .
"Aaa. .!" Wurani menjerit melengking tinggi Cakra Maut menghunjam dalam membabat
leher yang putih
jenjang itu. Wurani menggelepar di tanah dengan leher
hampir terpenggal buntung. Sementara Bayu mengangkat tangannya ke atas, maka senjata cakra
bersegi enam itu kembali menempel di pergelangan
tangan kanannya. Pendekar Pulau Neraka itu
memandangi Wurani yang mengerang sambil menggelepar. Darah terus mengucur deras dari lehernya
yanghampir buntung.
Cukup lama juga gadis itu meregang nyawa, dan
pada akhirnya diam tidak bergerak-gerak lagi. Pendekar Pulau
Neraka menarik napas panjang dan menghembuskannya kuat-kuat. Dia menoleh pada
Eyang Tambak Baja yang berdiri bertumpu pada
tongkatnya. Darah di dadanya sudah berhenti mengalir.
Tadi Bayu memang sempat memberikan totokan untuk
menghentikan aliran darah di dada laki-laki tua berjubah putih itu.
*** Pendekar Pulau Neraka membalikkan tubuhnya ke
arah Puncak Bukit Walang Jati yang masih bergetar
hebat. Dan pelahan-lahan bangunan istana batu yang
disebut Istana Iblis itu runtuh. Batu-batu berguguran
memperdengarkan suara bergemuruh, membuat bukit
ini berguncang bagai terjadi gempa dahsyat. Tampak
orang-orang berpakaian serba hitam berusaha keluar,
berlarian di antara reruntuhan batu-batu Istana Iblis itu.
Pertempuran Mega Dara dan Padu Reksa melawan


Pendekar Pulau Neraka 13 Istana Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang-orang berbaju hitam langsung berhenti seketika.
Mereka semua memandangi runtuhnya Istana Iblis.
Sebuah bangunan yang selama ini menjadi momok
menakutkan bagi semua orang. Satu suara ledakan
dahsyat terdengar menggelegar, bersamaan dengan
ambruknya Istana Iblis itu. Debu berkepul membumbung tinggi ke udara.
Tepat saat bangunan batu itu ambruk, terlihat orang-
orang berbaju hitam yang berhasil selamat langsung
bergelimpangan ke tanah. Eyang Tambak Baja, Mega
Dara, Padu Reksa, dan Bayu Hanggara memandangi
mereka yang bergelimpangan tanpa sebab itu. Sementara
debu terus membumbung tinggi dari reruntuhan
bangunan Istana Iblis di Puncak Bukit Walang Jati ini.
"Kenapa mereka, Ayah?" tanya Mega Dara tidak mengerti melihat ke arah orang-
orang berpakaian serba
hitamitu. "Pengaruh kekuatan batin mereka telah hilang.
Mereka telah terbebas dari penguasa Istana Iblis," sahut Eyang Tambak Baja
"Aku tidak mengerti. .," gumamMega Dara.
"Selama ini mereka di bawah pengaruh kekuatan
ilmu hitam, sehingga membuat mereka tidak ingat lagi
dirinya sendiri, dan selalu patuh pada perintah Wurani,"
selak Bayu menjelaskan.
"Pencucian otak," sambung Eyang Tambak baja.
"Mempengaruhi jiwa dan pikiran manusia lewat
kekuatan ilmu hitam. Bisa juga dari kekuatan suatu
benda,atau kekuatan batin."
"Ilmu sihir, Ayah?" tebak Mega Dara.
"Sejenisnya, tapi ini lebih kuat pengaruhnya dan
sangat berbahaya."
Sementara itu, orang-orang berbaju hitampekat mulai
siuman. Mereka bangkit sambil merintih memegangi
kepalanya. Orang-orang itu tampak kebingungan, lalu
membuka selubung kain yang membungkus kepalanya.
Satu sama lain saling bertanya-tanya, tapi tak ada yang memberikan jawaban.
Mereka memandangi reruntuhan
puing-puing Istana Iblis, lalu sama-sama berpaling
menatap Eyang Tambak Baja, Mega Dara, Padu Reksa
dan Pendekar Pulau Neraka.
Dengan singkat, Eyang Tambak Baja memberikan
keterangan tentang semua yang telah terjadi. Sebagian
dari mereka, belum bisa mengerti sepenuhnya. Tapi tak
ada yang bertanya lagi. Eyang Tambak Baja meminta
mereka semua untuk kembali ke tempat tinggal masing-
masing. Tapi ada beberapa orang yang kebingungan,
karena tidak tahu harus pergi ke mana. Sebab Eyang
Tambak Baja telah memberitahu mengenai beberapa desa
yang hancur dan padepokan-padepokan yang kini sudah
tidak ada lagi.
Eyang Tambak Baja ingin meminta pendapat pada
Pendekar Pulau Neraka. Tapi begitu menoleh, pemuda
berbaju kulit harimau itu tidak nampak lagi di tempat ini.
Mega Dara dan Padu Reksa juga tidak mengetahui ke
mana perginya Pendekar Pulau Neraka itu.
"Hhh. .! Aku tidak tahu, harus mengucapkan apa.
Terlalu besar jasanya bagi kita semua," desah Eyang Tambak Baja.
"Ayah! Sebaiknya mereka yang tidak mempunyai
tempat, bisa tinggal sementara di Puri Sapta Dewa," usul Mega Dara.
"Baiklah," sahut Eyang tambak Baja menyetujui.
"Sudah hampir pagi, sebaiknya kita segera pulang."
Eyang Tambak Baja, Mega Dara, dan Padu Reksa
berjalan menuruni Bukit Walang Jati ini. Sementara
orang-orang berbaju hitam yang belum punya tujuan
hanya mengikuti dari belakang. Tepat pada saat matahari muncul dari peraduannya,
Bukit Walang Jati kembali
tenang. Tampak puluhan orang tengah bergerak
menuruni bukit itu, menuju Puri Sapta Dewa.
Pembuat Ebook :
Scan buku ke djvu : Abu Keisel
Convert : Abu Keisel
Editor : Molan_150
Ebook oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ http://ebook-dewikz.com/
TAMAT Si Rajawali Sakti 1 Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung Wanita Iblis 25
^