Pencarian

Sang Penjaga Hati 1

Sang Penjaga Hati Karya Gembel Sakti Bagian 1


_______________________ SANG PENJAGA HATI by GEMBELSAKTI _______________________ PENGANTAR PENULIS _________________________
Cinta Satu kata tanpa bentuk dan arti yang nyata Cinta yang membutakan setiap hati dan mata manusia
Cinta yang merubah jalan hidup ini Cinta yang seperti borgol dan memenjarakan jiwa Cinta juga yang memilih hati untuk bersemayam Cinta tidak pernah salah dan dipersalahkan Cinta....
Entah apa sebenarnya apa itu cinta, terkadang membuat hati ini bahagia dan penuh semangat hidup terkadang pula membuat hati ini muak dan menangis, cerita ini hanya mengisahkan secuil arti cinta bagi seorang anak manusia yang sedang mencoba mencari apa arti Cinta itu sendiri...
Namaku Slamet, dan ini sepenggal kisah yang sampai sekarang masih aku kenang dan ingin membagikan kepada kalian semua...
_________________________
PROLOG EPISODE 01 : Tempat Tinggal EPISODE 02 : Adhisty
EPISODE 03 : Makan Bareng EPISODE 04 : Tabrak Lari EPISODE 05 : Pernyataan EPISODE 06 : Akhir Catur Wulan EPISODE 07 : Sakit
EPISODE 08 : Masih Belum Jelas EPISODE 09 : Anak Baik
EPISODE 10 : Sebuah Permintaan EPISODE 11 : Janji Seorang Lelaki EPISODE 12 : Time is Over EPISODE 13 : Jarak Berbicara EPISODE 14 : Via
EPISODE 15 : Mulai Dekat EPISODE 16 : Ronny
EPISODE 17 : Ada Apa Dengan Via ANOTHER SIDE STORY
EPISODE 18 : Main ke Kost EPISODE 19 : Sepiring Berdua EPISODE 20 : Tak Sadar
EPISODE 21 : Perasaan Bersalah EPISODE 22 : Hujan
EPISODE 23 : Musibah yang Nikmat EPISODE 24 : Semakin Cantik EPISODE 25 : Bermain Hati EPISODE 26 : Firasat
EPISODE 27 : Jumpa Lagi EPISODE 28 : Diambang Batas EPISODE 29 : Harga Sebuah Kejujuran EPISODE 30 : Pengecut
EPISODE 31 : Dilema EPISODE 32 : Sakit Hati
EPISODE 33 : Terpaksa Berakhir EPISODE 34 : Merantau ke Ibukota EPISODE 35 : Masih Ada Orang Baik EPISODE 36 : Sesi Curhat
EPISODE 37 : Obrolan Perempuan EPISODE 38 : Masih Sama
EPISODE 39 : Menginap EPISODE 40 : Pendengar yang Baik EPISODE 41 : Nasib
EPISODE 42 : Tidak Jauh EPISODE 43 : Hangat Pelukan EPISODE 44 : Kampung Halaman EPISODE 45 : Kembali
EPISODE 46 : Butuh Kepastian EPISODE 47 : Berburu Kost
EPISODE 48 : Waktu Terus Berjalan EPISODE 49 : Kejutan
EPISODE 50 : Godaan Hati EPISODE 51 : Lulus
EPISODE 52 : Satu Syarat EPISODE 53 : Akhir Hubungan ?"" EPISODE 54 : Menyibukkan Diri EPISODE 55 : Sold Out
EPISODE 56 : Mencari yang Lain EPISODE 57 : Bidadari di Kesunyian EPISODE 58 : Kesalahan yang Sama EPISODE 59 : Mencari Perhatian EPISODE 60 : Teman Aneh
EPISODE 61 : Semoga Tenang Disana EPISODE 62 : Kolam Ikan
EPISODE 63 : Permintaan Terakhir EPISODE 64 : Main PS Bareng EPISODE 65 : Berjumpa Lagi EPISODE 66 : Andai Saja EPISODE 67 : Teman Saja EPISODE 68 : Bintang EPISODE 69 : Kangen
EPISODE 70 : Kau Cantik Hari Ini EPISODE 71 : Mendoan Nikmat EPISODE 72 : Persiapan MedCheck EPISODE 73 : Bertambah Ruwet EPISODE 74 : Kunjungan Kedua EPISODE 75 : Tetap Sama
EPISODE 76 : Kembali Kepada Kenyataan EPISODE 77 : Luka Lama
EPISODE 78 : Ulang Tahun EPISODE 79 : Tiga Tiket Bioskop EPISODE 80 : Tamu Special EPISODE 81 : Malam Mingguan EPISODE 82 : Tidak Ada Kebetulan EPISODE 83 : Pacar Baru
EPISODE 84 : We Can Try EPISODE 85 : Ke Kampung Bersamanya EPISODE 86 : Tiga Bulan Berlalu EPISODE 87 : Menyelesaikan Semuanya EPISODE 88 : Semakin Yakin
EPISODE 89 : Rencana Keluarga EPISODE 90 : Restu Keluarga Besar EPISODE 91 : Lamaran
EPISDOE 92 : Mimpi Buruk EPISODE 93 : Waktunya Semakin Dekat EPISODE 94 : Rasa yang Tetap Sama EPISODE 95 : Terima Kasih Untuk Semuanya EPISODE 96 : Sang Penjaga Hati
EPILOG _________________________
PROLOG _______________ Siang ini aku masih terjaga di dalam bangku bus antar kota yang akan mengantarku ke sebuah kota yang terkenal dengan Mendoan-nya, aku baru saja lulus SMP di kotaku sendiri dan mulai minggu depan aku harus bersekolah jauh dari kota asalku karena dorongan orang tua dan saudara yang sudah sukses yang sebelumnya bersekolah di situ, hampir 4 jam perjalanan ini memaksaku untuk merubah posisi duduk berkali kali...Pegel sikilku...Puanas bokongku...
Perjalanan ini berakhir setelah sang kernet berteriak... Terminal... Terminal... Habis... Habis.... Aku pun beranjak dari bangku bus ini, dan perlahan memasuki antrian penumpang untuk keluar melewati pintu belakang, aahhh...akhirnya sampai juga di kota ini, kota yang akan aku habiskan 3 tahun kedepan dan entah bagaimana nantinya saja...aku berjalan keluar dari terminal dengan menenteng tas sekolah yang penuh berisi baju dan travell bag pinjaman dari Pak Lik Mat, sesaat aku melihat ke arah bus dengan tulisan Santoso cukup besar di kaca depan...Matur suwun yo...
Dan kisah ini pun dimulai....
Episode 1 TEMPAT TINGGAL __________________________
Aku berjalan kaki menyusuri panasnya jalanan saat itu, jarak sekolah yang aku tuju dengan terminal tidak cukup jauh hanya sekitar 2 km, bagi anak kampung sepertiku berjalan kaki sudah menjadi kegiatan yang biasa bahkan terasa menyenangkan jika banyak temannya. Setelah 15 menit berjalan akhirnya aku sampai di gerbang sekolah untuk melihat hasil pembagian kelas dan sekalian bertanya dimana tempat kost yang dekat untuk tinggal sementara di kota ini.
STM XXXX tertulis di kop surat pengumuman ini, sebuah sekolah kejuruan swasta yang berbeda dengan sekolah kejuruan pada umumnya, terlihat dari hasil pembagian kelas ini, aku berada di kelas 1D dengan jumlah murid 40 anak, dimana hampir sepertiga kelas isinya perempuan. oke..setelah melihat pembagian kelas dan atribut apa saja yang harus aku siapkan untuk acara ospek hari senin besok aku berjalan ke pos satpam di depan.
"Assalamu'alaikum Pak, Maaf numpang tanya...kalo kost yang deket deket sini mana yah ?" Ucapku kepada Pak Satpam
"Wa'alaikumsalam Nak, kost campur atau kost cowok saja " klo cowok saja coba ke belakang hotel itu saja, disana banyak kok rumah yang dijadikan kost kostan, tinggal pilih sesuai budget kantong" Jawab Pak Satpam sambil menerangkan arah kost yang akan aku cari.
"Owh Baik Pak, Matur suwun nggih..kulo pamit dulu" Jawabku sambil berjalan mengikuti arah yang diberikan
Met...Slamet...Woy...Met... terdengar suara yang memanggilku berkali kali, aku menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari asal suara itu..terlihat dari kaca belakang mobil sedan warna hijau seseorang melambaikan tangannya sambil memanggil namaku. Mobil sedan itu menghampiriku perlahan lahan dan berhenti tepat di sampingku.
"Slamet...kamu mau kemana " Udah dapet kost belum ?" tanya anak itu sambil turun dari mobil
"Oh kamu to Jar kirain siapa...Belum Jar, ini baru nyampe trus mau cari kost dulu di belakang hotel sini" Jawabku
"Lah...kenapa ndak ngomong kemarin kemarin, kan bisa bareng mobilku toh aku sekolah di STM itu juga kok..wis ikut aku aja nanti kamu tinggal di rumah kontrakanku, daripada aku sendirian" jawab Fajar sambil mengajakku masuk tanpa menunggu jawabanku terlebih dahulu.
"Apa aku ndak ngrepoti Jar ?" tanyaku didalam perjalanan ke rumah kontrakannya yang terletak cukup jauh dari sekolahan
"Halah kayak sama siapa aja to Met..Wis santai aja...buat temen aku...iyo kan Yah " " jawab Fajar sambil meminta persetujuan Ayahnya
"Iyo Met, kalo Fajar ada temennya malah saya ndak khawatir lagi..." Jawab Pak Satrio, Ayahnya Fajar
Oh iya temenku ini namanya Fajar Putra, dia temen 1 SMP ku di kampung. dia termasuk anak dari keluarga yang cukup mampu, Ayahnya memiliki usaha kontraktor di jakarta dan surabaya sedangkan ibunya mempunyai usaha toko oleh oleh khas kotaku.
Silahkan masuk Pak sapa seorang bapak paruh baya sambil membukakan pintu rumah kontrakan ini, rumah ini kira kira type 36 terdapat 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 dapur di ujung pintu belakang, Pak Jono demikian namanya di panggil, Pak Jono menjelaskan tentang hal hal terkait kontrak dengan Ayahnya Fajar sedangkan aku dan Fajar merapikan barang barang bawaan dari dalam bagasi.
"Kamu kamar depan aja ya Met...aku yang belakang biar ga kena sinar matahari langsung hehehehe.." ucap Fajar
"Siyap lah Jar, lesehan depan sini juga ndak papa...ntar tinggal pake karpet" jawabku sambil tersenyum
Selesai kami merapikan barang barang kami diajak ke salah satu mall untuk membeli peralatan yang akan dibutuhkan seperti kasur, bantal, kompor, wajan, galon air dll. tidak lupa kami makan di sebuah resto yang cukup mahal untuk ukuran kantongku, Selesai makan saiang kampi kembali ke rumah kontrakan tadi dan orang tua Fajar berpamitan karena besok akan segera kembali tugas ke Jakarta. aku bersalaman dan berkali kali mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua Fajar....Matur Suwun sanget Pak..Bu...sudah ngrepoti
Matahari perlahan mulai menampakkan wajahnya, aku mulai memasuki gerbang sekolah ini dengan seragam khas ospek...celana kain hitam, baju warna putih ditambah berbagai macam aksesoris yang mungkin hampir mirip di semua sekolah. Aku berpisah kelompok dengan Fajar, aku berada di kelompok Harimau dan Fajar ada di kelompok Kelinci, entah kenapa pembagian kelompok ini tidak sesuai kelas atau sesuai urutan abjad nama. Setiap kelompok beranggotakan 10 anak dan masing masing kelompok di dampingi oleh 2 orang kakak kelas sebagai kakak pembina. Kakak pembina di kelompokku bernama Mas Gagah dan Mbak Nur...sekilas tentang Mas Gagah modelnya tipikal playboy yang suka slengekan tetapi jago bermain gitar sedangkan Mbak Nur berjilbab dan sorot matanya teduh dan kalem...aduh mbak...mleleh aku liat kamu
Acara kami di mulai dengan perkenalan tiap tiap siswa dalam satu kelompok dan kemudian semua peserta di kumpulkan dalam sebuah aula yang luas. sekilas aku melihat seorang gadis cantik yang berada di barisan terakhir di kelompok sebelah..Subhanallah...Ayu tenan cah iki, sopo yo jenenge dalam pikiranku sambil mencoba mencuri panjang kearah sebuah kertas yang dijadikan name tag di depannya, sialnya tertutupi oleh badan temannya yang berada di depannya...aaah sial ora ketok jenenge
Setelah acara sambutan - sambutan dan wejangan dari guru dan panitia yang tidak begitu aku dengarkan karena fokus melihat wajah wajah baru yang akan menjadi teman selama 3 tahun ke depan,. Tiba- Tiba
"Dek...kamu ikut saya ke belakang, sini cepet !!! " bentak salah seorang kakak pembina dan langsung menarik tanganku.
"Maaf Mbak, ada apa yah ?" " tanyaku polos dengan wajah penuh tanda tanya
"Kamu siapa namanya " daritadi saya perhatiin kamu ga fokus sama acara ya " kamu dengerin tadi Pak Guru ngomong ga ?" jawabnya ketus
"Eee...Saya Slamet Mbak, maaf tadi saya kurang konsentrasi..maaf..." jawabku sambil menunduk
"Kamu hari pertama saja sudah ga konsen, gimana selanjutnya...gini saja nanti kamu jam istirahat kamu cari saya..ada sedikit hukuman buat kamu...dah sana kembali ke barisan" ucapnya
Aku pun kembali ke barisan dan melanjutkan acara kali ini dengan sedikit serius meski sesekali melirik ke arah gadis cantik dari kelompok sebelah hehehe..
Teeet...Teeet....Bel tanda jam istirahat pun berbunyi, kami segera membubarkan diri dari aula dan menuju kantin sekolah ini yang letaknya di bagian belakang dekat lapangan basket. Aku berjalan dengan malas karena aku harus mencari kakak pembina yang tadi menegurku dan menjanjikan sebuah hukuman untukku...Lho ya..Mbak tadi namanya sopo yo " duh malah lali ndak nanya dulu tadi pikirku dalam hati sambil berusaha mencari cari wajahnya di berbagai penjuru, tetapi tidak aku dapati disekitar kantin ini. kemudian aku berjalan kembali menuju aula tanpa sempat membeli makanan atau minuman terlebih dahulu. sampai di aula aku hanya bertemu dengan Mbak Nur yang sedang terlihat sibuk merapikan peralatan ospek kelompok kami.
"Maaf Mbak Nur, tadi saya di suruh untuk mencari mbak yang tadi negur saya tapi saya lupa ndak nanya namanya siapa...bisa bantu saya ndak " " kataku
"Eh iya Dek, kenapa tadi " kakak ga denger kamu ngomong apa " " jawab Mbak Nur sambil mendekat dan memperhatikanku
" mmm...saya di suruh untuk mencari mbak yang tadi negur saya saat ada sambutan disini tapi saya lupa ndak nanya namanya ...kira kira bisa bantu saya ndak ?" jawabku sedikit grogi karena ternyata Mbak Nur sangat menawan jika dilihat dari dekat
"yang mana ya Dek " banyak soalnya...coba kasih ciri cirinya siapa tau kakak bisa bantu..." jawab mbak Nur dengan senyuman manisnya
"Rambutnya agak berombak sebahu dan ada tahi lalat kecil di bagian bawah mata kanan nya mbak..." ucapku sambil mengingat ingat sekilas wajah kakak pembina tadi
"Owh itu Kak Anna namanya, biasanya jam segini ada di mushola..yuk kakak anter sekalian kakak mau sholat " jawab Mbak Nur dan memberikan tanda untuk aku mengikutinya
Aku berjalan mengikuti Mbak Nur menuju mushola dan ternyata letaknya di seberang kantin, jadi letak mushola dan kantin hanya terpisah lapangan basket saja, sampai di mushola terlihat mbak Anna sedang berdiri bersandar dinding mushola dan wajahnya terlihat agak serius begitu melihatku.
"Tuh Kak Anna disana Met...kakak tinggal sholat dulu ya..."kata Mbak Nur
"eeh iya mbak Nur..suwun nggih " jawabku sambil mendekati Mbak Anna
"Maaf Mbak Anna, saya terlambat...saya lupa ndak nanya nama mbak dan ndak tau mbak ada dimana " ucapku sambil menundukkan muka kepada Mbak Anna.
"Hey...kamu ngomong sama siapa " kalo ngomong liat ke muka jangan ke ujung sepatu..." jawab Mbak Anna ketus
Akupun memberanikan diri menatap wajahnya, sebenernya wajah Mbak Anna ini tidak cantik tapi manis apalagi ditambah dengan gigi gingsul nya terlihat
"Maaf Mbak..." jawabku pendek
"Gini, tadi saya janjikan hukuman buat kamu kan " sekarang kamu perkenalkan diri kamu dari lahir sampai sekarang ngapain aja...buruan !!" ucap Mbak Anna
"Eee..nama saya Slamet, saya bla bla bla bla " aku jelaskan apa yang bisa aku jelaskan, aku lihat wajah Mbak Anna berubah agak sedikit tersenyum setelah mendengar sedikit sinopsis diriku.
"Oke cukup Met...berhubung waktu istirahat kamu tinggal 10 menit dan kamu belum sholat, sekarang kamu jadi imam sholat dzuhur...saya juga belum sholat gara gara nunggu kamu" potong mbak Anna
"Baik Mbak, saya wudhu dulu..." jawabku agak bingung dengan apa yang di sebut hukuman ini
Selesai mengambil air wudhu aku masuk ke ruangan sholat dan ternyata di dalam sudah ada Mbak Nur dan Mbak Anna yang menunggu aku imami sholat dzuhur kali ini....abis jadi imam sholat trus jangan minta aku jadi imam yang lain ya Mbak batinku dalam hati
Ospek hari ini berakhir dan seperti biasa kami mendapatkan tugas tugas yang harus di kumpulkan esok harinya, berhubung jarak rumah kontrakan agak jauh maka aku putuskan untuk tetap di sekolah untuk mengerjakan tugas dan kembali ke rumah menjelang isya. kami berbagi cerita dengan Fajar tentang keseharian kami dan aku jelaskan bagaimana aku harus menjalani hukuman kecil tadi. Fajar hanya tertawa sambil berkata Palingan mbak Anna seneng kowe Met hahahahaha
Hari kedua kami jalani seperti biasa dan tidak ada perbedaan dengan kegiatan di hari pertama hanya saja tugas tugasnya bertambah banyak. tapi ada satu yang berubah yaitu akhirnya aku mengetahui nama gadis cantik yang aku lihat di hari pertama...Adhisty namanya.
Hari ketiga atau hari terakhir ospek, seperti biasa kami di kumpulkan dalam aula untuk mengikuti kegiatan dan hari ini akan ada acara penutup dengan penampilan band dari kakak pembina dan simpatisan dari peserta. aku ikutin semua kegiatan hari terakhir ini mulai dari meminta tanda tangan kakak pembina dan staff pengajar sekalian berkenalan sampai baris berbaris yang entah gunanya buat apa.
Kegiatan Ospek hari ini di tutup dengan acara pemberian predikat kakak Ter apalah dan Ter apalah, peserta Ter apalah dan Ter apalah setelah tadi diberikan kertas polling untuk memilihnya, aku kurang begitu antusias lagi karena badan sudah mulai capek. Mbak Nur terpilih sebagai kakak tercantik dan Mbak Anna terpilih sebagai kakak terjutek..padahal sebenernya Mbak Anna tidak jutek lho menurutku...baik malah sama aku setelah aku terkena hukumannya hehehehe
Adhisty tampil sebagai vokalis dari band bentukan dari peserta...ternyata tidak hanya wajahnya yang cantik tetapi suaranya juga bagus..waktu itu Adhisty menyanyikan lagu lamanya almarhum Chrisye yang judulnya Lilin Lilin Kecil...mak nyes tenan suarane...duh gusti...
Episode 2 ADHISTY _________________________
Jam di tanganku masih menunjukan pukul 6 kurang sedikit tapi aku sudah sampai di sekolah ini, hari pertama resmi memakai seragam putih abu abu di umurku yang masih 14 tahun, umur yang mungkin masih belum cukup dewasa untuk menjalani hidup jauh dari orang tua demi masa depan yang mungkin lebih baik. Aku memasuki kawasan sekolah ini dengan langkah gontai karena belum sempat sarapan, milih kursi sik, bar kuwi mangan ning kantin pikirku. Sampai di kelas hanya terlihat beberapa teman yang hanya kenal wajah saja saat ospek, aku tersenyum kepada mereka dan segera menuju deretan belakang dekat kaca, spot favorit ku dari dulu..alasannya biar bisa melihat ke luar kelas jika sedang suntuk dengan pelajaran hehehe...
Selepas menaruh tas aku melangkah ke arah kantin, disana sudah terlihat beberapa kakak kelas yang sedang sarapan juga dan bergerombol. karena tidak kenal dan laper langsung saja aku menuju seorang ibu ibu yang berjualan paketan nasi kuning dengan lauk kering tempe, irisan telor dadar beserta sedikit sambal terasi, segera aku mengambil satu paket ditambah sebiji bakwan dan tak lupa request teh manis hangat...Aku duduk di pojok menyendiri untuk menikmati sarapan ini dengan tenang, sedang asyiknya meniup niup teh hangat tiba - tiba ada sesosok gadis datang dan berdiri di depanku seraya berucap
"Hai...meja ini kosong kan " boleh aku duduk sini " " ucap gadis itu
"Eeeh...ko..ko..kosong kok, silahkan saja meja ini bukan punya saya kok hehehe " jawabku terbata bata karena masih belum bisa melepas pandanganku kepada gadis itu
" Hahahaha kamu lucu ya...oh iya namaku Adhisty, kamu bisa panggil aku Adhis aja..." jawab gadis itu sambil mengulurkan tangannya
" Aku Slamet...panggil saja Slamet atau Met.." jawabku sambil menyambut uluran tangannya
" Makasih ya Met kamu udah selametin aku, sesuai nama kamu hehehe " balas Adhis dengan senyuman manis di bibirnya
" Maksudnya Dhis " ndak ngerti omongan kamu " jawabku kebingungan
" Iya, tadi aku sempet di gangguin sama itu tuh cowok-cowok norak yang beraninya bergerombol di belakang " ucap Adhis sambil memberikan gestur tidak nyaman dan kesel
" Wajar aja sih Dish, kamu cantik soalnya..aku yakin setiap cowok juga akan melakukan hal yang sama..." jawabku polos
" Yeee...udah aah kamu malah menghina wajah jelekku ini Met...dah lanjut makannya...tuh keburu dingin nasinya..." jawab Adhis dengan muka sedikit memerah
"Lha klo kayak kamu di bilang jelek, gimana nasib ku duh gusti...sak elek eleke menungso..." jawabku dengan nada melemah dan menutup muka dengan kedua tanganku
" Hahahahaha udah aah Met, kamu ga jelek jelek amat kok, masih ada ganteng nya tapi dikit doang...coba senyum deh...pasti ganteng dikit hehehehehe " jawab Adhis dan memintaku memasang senyum paling manis
" Gini ganteng " kayak Dono malah hahaha " jawabku sambil memperlihatkan gigi mirip kayak pelawak Dono
" Nah gitu kan ganteng hahahaha...bisa aja kamu Met...yuk makan aja deh bentar lagi masuk kelas..." ucap Adhis sambil mencubit hidungku gemas
Kami pun melanjutkan sarapan bersama sambil ngobrol kesana kemari, baru kali ini aku bertemu gadis cantik yang ndak jaim dan enak di ajak ngobrol...nyambung istilahnya...enak ya sarapan di temenin sama gadis cantik meski cuma pakai nasi kuning + bakwan sayur meski di sekitar banyak tatapan sinis kakak kelas dan temen seangkatan...hufff resiko deket sama cewek cantik
Teeet....Teeet...Teeet...suara bel listrik itu menyadarkanku untuk segera masuk ke kelas, kami berjalan beriringan menuju kelas kami masing masing, Adhis satu kelas dengan Fajar di 1A sedang aku di kelas 1D, pelajaran hari ini dimulai dengan perkenalan dari Bu Susi, Guru wali kelas ku yang juga Guru mata pelajaran Teknik Analog. dilanjut dengan absensi dan pemilihan ketua kelas dan pengurus kelas ini. aku kurang begitu antusias karena aku sibuk menunggu kapan bel listrik itu berbunyi tanda jam istirahat siang untuk segera bertemu dengan Adhis hehehehe
Akhirnya suara bel yang aku tunggu berbunyi segera aku merapikan buku dan menuju kelasnya Adhis, semangat 45 lah demi bertemu gadis cantik..sampai di depan kelas 1A ternyata masih belum selesai pelajarannya, tampak dari jendela Adhis masih terlihat serius mengikuti pelajaran entah apa itu, aku pun duduk menunggunya di tangga yang menuju lantai 2, oh iya gedung sekolahku ini tingkat 3 dimana kelas 1 berada di lantai paling atas, kelas 2 di tengah dan kelas 3 ada di lantai bawah karena kelas 3 akan sering berada di laboratorium atau bengkel praktek.
" Woy Met, ngopo kowe ning kono.." tiba tiba suara itu terdengar mengejutkanku
"Ealah Jar, marai kaget wae...iyo iki lagi nunggu wong..." jawabku
" Sopo e Met...wah ngeri wis entuk gebetan anyar ig...ngeri aah...yo wis aku duluan yo..." jawab Fajar sambil menepuk bahuku
" Rahasia lah...mengko kok rebut hahahaha " jawabku
Tak lama dari pintu kelas terlihat Adhis menengok ke kanan dan kiri seolah mencari cari seseorang, begitu kami beradu pandang Adhis pun setengah berlari ke arahku
" Hai Met...udah lama nunggu " maaf tadi Bu Wisnu kelamaan nerangin nya..." sapa Adhis
"Ndak kok Dhis..santai aja...mau bertahun tahun nungguin kamu juga ndak papa hehehe...yuk aah turun ke kantin..keburu penuh ntar" ucapku tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kelak
Kami berjalan beriringan menuju kantin, kami duduk di pojok dekat lapangan basket, Adhis memesan soto ayam dan aku nasi rames maklum harus banyak banyak carbo biar numbuh besar badannya hehehehe..
" Met, kamu bisa maen basket " " tanya Adhis sambil makan
" Kalo cuma ngelempar bola aja sih bisa lah Dhis...kalo serius ga sejago Fajar.." jawabku sambil menunjuk Fajar yang sedang bermain basket 3 on 3 di lapangan
" Fajar itu satu kost sama kamu ya " eh iya dia jago ya..." ucapnya sambil memperhatikan serius permainan basket nya Fajar
" Kamu bisa Dhis " atau cuma suka liat doang " " ucapku
" Aku dulu suka maen sama adikku yang cowok, cuma sejak kelas 3 SMP fokus les buat test kelulusan " terang Adhis sambil masih terus menatap lapangan basket
" Hmm...Sore ini aja yuk maen basket Met, ajakin si Fajar juga ya...please ya please.." lanjut Adhis dengan sedikit memaksa
" Eeee....Yo wis nanti aku ngomong sama Fajar, ketemu di lapangan sini atau aku jemput " " balasku
" Jemput boleh di kost-an ku " kamu naek sepeda kan " " jawab Adhis
" Siyap Tuan Putri...hamba jemput jam 4 sore nanti, ga usah pake dandan ya...udah cantik kok hehehehe..." jawabku
" Iiih...apaan sih Met, ya udah yuk balik kelas udah mau masuk.." ucap Adhis
" Boleh tunggu bentar ga " aku mau sholat dulu di mushola " pintaku kepada Adhis
" Bolehlah Met, ntar aku tunggu di deket lapangan basket aja yah.." jawab Adhis
Kami berjalan dan berpisah di lapangan basket, Adhis menunggu di samping mushola dan aku masuk ke mushola, Adhis tidak ikut sholat karena Adhis bukan muslim, Adhis beragama Nasrani. selesai sholat aku mendapati Adhis sedang serius melihat permainan basket entah melihat permaina entah melihat Fajar...mbuh lah...
Sore itu sesuai janji aku jemput Adhis dengan sepeda balap yang dibelikan Ayahnya Fajar, sedangkan Fajar memilih sepeda MTB. Kost Adhis ini tidak begitu jauh dari sekolah, typikal rumah biasa yang di tingkat 2 lantai, lantai bawah dipakai untuk yang punya rumah dan lantai atas di gunakan sebagai kost khusu putri. oh iya Ibu kost nya sudah cukup berumur dan biasa di panggil Nenek Ti
" Assalamu'alaikum..." ucapku sambil mengetok pintu gerbang, seketika muncul ibu kost dari dalam rumah
" Wa'alaikumsalam...mau cari siapa nak " biar nenek panggilkan.." jawab Nenek Ti
" Adhis ada ndak ya Nek " tadi sih sudah janjian..." jawabku
" Ada kayaknya diatas, sini masuk dulu...sebentar ya Nenek panggil dulu.." jawab nenek Ti dan bergegas masuk
Tak lama kemudian Adhis datang dengan setelan kaos oblong berlogo 3 strip, celana gombrang dan sepatu biru berlogo sama dengan kaosnya, rambutnya di ikat asal terlihat begitu sporty dan tambah cantik...
" Wow...cantik banget kamu Dhis...sumpah..." ucapku lirih
" Udah ga usah gombal, buruan jalan..ntar kesorean..." ucap Adhis dan segera mengambil posisi duduk menyamping di rangka depan dengan memegang stang sedangkan aku duduk di jok mengayuh sepeda sambil memegang pundaknya Adhis.
Sampai di lapangan basket sudah terlihat beberapa orang sedang bermain shooting ball , Adhis memilih latihan menembak di ring sebelah dan Aku pun bermain 5 lawan 5 dengan kakak kelas 2 sebagai lawannya, Aku mengambil peran Power Forward, Fajar sebagai Point Guard , Andi sebagai Center, Anton sebagai Shooting guard dan Aris sebagai Small Forward. Andi, Anton dan Aris temen satu kelasnya Fajar dan Adhis. cuma aku yang beda kelas.
Pertandingan berjalan seru dan beberapa kali Anton berhasil menembak 3 points dari samping, spot terbaiknya, sementara aku dan Andi bermain agak ke dalam untuk under basket atau mencari rebound, setelah 15 menit pertandingan ini berakhir karen harus gantian dengan tim lain, skor 20 - 17 untuk kemenangan tim kami, berkat 3 point play nya Fajar di menit akhir. kami duduk lesehan di samping lapangan sambil membahas pertandingan tadi, Adhis pun mendekati kami untuk ikut bergabung oboran kami. aku melihat wajah Adhis agak berubah setelah melihat permainan Fajar dan terlihat antusias saat Fajar bercerita tentang skenario pertandingan tadi...
Duuh...muncul saingan berat iki....sak omah meneh
Episode 3 MAKAN BARENG _________________________
Semenjak pertemuan hari pertama dengan Adhis, hampir setiap hari aku meluangkan waktu lebih untuk mencoba bersamanya, entah kenapa jika ada di dekatnya perasaan jadi terasa ada yang aneh, Pagi ini aku terbangun pukul 5 pagi, aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri serta mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat subuh. Pagi ini aku akan menjemput Adhis untuk sarapan bubur ayam di samping sekolahan, segera aku membuka gerbang dan mengelap sepeda balap warna putih ini.
"Jar, aku mangkat disik ya.." ucapku
"Okey Met...aku masih ngantuk, ntar aja aku nyusul " jawab Fajar sambil menyalakan TV dan kembali tiduran di ruang depan.
Lantunan lagu mulai terdengar dari walkman pemberian Mas Rizal kakak sulungku, lagu dari KLa Project ini menemaniku menyusuri jalanan pagi ini. ku kayuh sepedaku perlahan sambil bernyanyi kecil mengikuti nada yang terdengar...
Di bayang wajahmu Kutemukan kasih dan hidup Yang lama lelah aku cari Dimasa lalu
Kau datang padaku Kau tawarkan hati nan lugu Selalu mencoba mengerti Hasrat dalam diri
Kau mainkan untukku Sebuah lagu tentang negeri di awan Dimana kedamaian menjadi istananya Dan kini tengah kaubawa Aku menuju kesana
Ternyata hatimu Penuh dengan bahasa kasih Yang terungkapkan dengan pasti Dalam suka dan sedih
Pukul 06.05 aku sudah sampai di depan kost nya Adhis, tetapi sepertinya keadaan rumah masih sangat sepi...ucapan salamku berkali kali tidak ada jawaban sama sekali, aku mencoba melihat ke atas tidak tampak aktifitas di dalam nya, Duh piye iki carane ngasih tau klo udah nyampe... batinku dalam hati, ya udah aku tunggu saja di sini sampai ada yang keluar rumah...selang 10 menit terdengar suara tertawa kecil dari arah lantai 2, aku mencoba melihat ke arah lantai 2 terlihat Adhis tersenyum lebar sambil tertawa kecil.....cantik....
"Malah ketawa...jadi ndak makan bubur " " ucapku
"Jadi to Met...kasihan udah nunggu lama ya di bawah ?" jawabnya
" Ndak Kok, cuma dapet 2 lagu doang...ya udah buruan turun sini, udah hampir lumutan nih disini " ucapku
" Hehehehe iya iya...belum mengkristal kan " " jawabnya
"Ya wis lah...aku jalan duluan aja ya..Daah..." ucapku sambil pura pura ngambek dan naik ke sepeda
"Met...jangan ngambek dong...tungguin bentar, tinggal pake sepatu doang..." jawabnya sambil berlari ke bawah
"iiiihhh Slamet...bikin olah raga pagi aja, untung ga jatuh..." ucap Adhis dengan nafas tersengal sengal karena habis berlari dari lantai 2 sampai ke gerbang dan memasang muka cemberut.
"Duh cemberut aja cantik gitu...gimana tersenyum....hehehe yuk naik" jawabku dengan tersenyum
Sampai di tukang bubur ternyata masih sepi, tukang nya masih sibuk merapikan daganganya. Kami pelanggan pertamanya sepertinya, langsung saja aku ambilkan kursi plastik untuk Adhis dan segera memesan bubur ayam komplit.
"Met, buat aku kecap manisnya dikit aja ya.." pinta Adhis
"Siyap...tumben biasanya malah minta dibanyakin..." jawabku
"Iya...lagi pengen aja...lagian takut diabetes ah...soalnya di sebelahnya udah manis..." kata Adhis
"M-M-Maksudnya Dhis ?" jawabku kaget
"Udah deh ga usah di bahas..yuk makan Met" ucap Adhis sambil tersenyum
Bubur ayam itu entah kenapa berbeda dari biasanya, apa karena efek ucapan Adhis tadi atau hanya perasaanku saja...mbuh lah..
Selesai sarapan Adhis meminta berjalan kaki saja ke sekolahan, masih pagi soalnya jadi tidak perlu terburu buru. aku ikuti Adhis jalan kaki di sampingnya sambil menuntun sepedaku, kami ngobrol kesana kemari sambil menikmati udara pagi yang masih segar dan jauh dari suara bising kendaraan bermotor.
Satu bulan berlalu tanpa aku sadari, semakin hari semakin dekat dengan Adhis tapi entah kenapa belum ada keberanian untuk menyatakan apa yang ada dalam hati. Antara takut nanti kan berubah jika memang ternyata bertepuk sebelah tangan dengan keyakinan bahwa sampai saat ini aku sendiri tidak mengetahui status Adhis sendiri bagaimana, apakah sudah mempunyai pacar atau belum
Jujur saja selama sebulan ini aku tidak pernah menanyakan statusnya Adhis seperti apa, dan Adhis juga tidak pernah menyinggung statusku, sebenarnya tidak perlu tanya juga Adhis mungkin sudah tahu kalau tampang sepertiku ini limited edition alias ga laku di pasaran...memang seumur hidupku belum pernah pacaran sama sekali, hanya pernah sebatas suka sama seseorang gadis teman sebangku saat SMP tapi buru buru aku pendam perasaan itu setelah mengatahui bahwa gadis itu sudah punya pacar di kelas lain.
Malam ini seperti biasa aku main ke kost Adhis sekalian mengajaknya makan malam, tetapi ada hal yang tidak biasa di sana, dari gerbang aku melihat sepeda motor Yamaha F1ZR warna paduan kuning dan silver terparkir di depan, entah punya siapa.
"Assalamu'alaikum..." Ucapku
"Wa'alaikumsalam.." jawaban dari yang aku dengar berbeda karena ini suara lelaki
Aku buka gerbang dan menuju ruang tamu, betapa kagetnya aku melihat Mas Andri kakak kelas 3 ada di dalam ruang tamu dan sedang duduk berdua dengan Adhis. Aku melihat raut muka Adhis juga berbeda dari biasanya...raut muka seperti orang yang bingung atau sedang memikirkan sesuatu.
"Ehh..lagi ada tamu ya, maaf ndak tau...aku ke depan saja takut kalo ganggu" ucapku sambil berpamitan
"Ga usah Met, ini juga udah mau pulang kok.." jawab Mas Andri
"Ah jadi ndak enak mas, kayak di tundung aja.." ucapku
Aku perhatikan wajah Adhis sedikit tersenyum setelah mengetahui bahwa Mas Andri akan pulang, Mas Andri pun berpamitan dengan Adhis dan aku sambil berkata
"Aku pulang ya Dhis, ga harus sekarang kok, santai saja...Duluan ya Met.." kata Mas Andri
"Eh seriusan to Mas...monggo nderekae klo gitu..." jawabku
Entah kenapa Adhis tidak menjawab hanya tersenyum saja kepada Mas Andri, selepas suara sepeda motor mulai tidak terdengar Adhis masih terdiam tidak bicara sepatah apapun, ini yang membuat aku jadi serba salah...maksudnya apa ya omongan Mas Andri tadi pikirku...
Aku beranikan diri untuk bertanya dengan Adhis apa yang terjadi tapi Adhis hanya menggelengkan kepala tanda tidak setuju untuk menceritakan hal itu..
"Makan di Pasar Wage aja yuk Met, pengen minum jahe susu sama bakwan udang...ga papa kan agak jauhan" ucap Adhis memecah kesunyian
"Yuk jalan Dhis, udah laper soalnya hehehe" jawabku
Sepanjang perjalanan Adhis memilih diam saja, mulutku serasa terkunci dan tidak bisa bicara apalagi bertanya ada apa sebenarnya yang terjadi antara Adhis dan Mas Andri. hanya saja aku memegang bahu Adhis dan sesekali menepuk pelan pelan sebagi bentuk support. Kami pun masih saling terdiam begitu sampai di warung yang berjualan jahe susu, Adhis duduk lesehan bersandarkan tembok toko cat yang sudah tutup, aku segera memesan jahe susu 2 dan membawa sepiring bakwan udang sesuai kemauan adhis.
"kamu kenapa to Dhis " kok ndak biasanya kamu kayak gini " " ucapku mencoba mencairkan suasana
"Gimana ya Met...aku bingung mau ngomong mulai darimana dulu.." jawabnya lirih
"Ya ngomong aja, aku berjanji akan menjadi pendengar yang baik Dish" ucapku dengan memasang muka serius dan fokus kepada Adhis
" Sebenernya tadi Mas Andri nembak aku Met...Mas Andri mau aku jadi pacarnya.." jawab Adhis
Seketika jantung ini seakan berhenti, bagai di sambar petir aku mendengar ucapan Adhis..membeku semua organ dalam tubuh ini...
entah kenapa aku tidak bisa menyembunyikan perasaan ini dan mencoba menunggu kelanjutan cerita Adhis
"Trus " " jawabku singkat
"Itu yang bikin aku bingung Met...di satu sisi aku ndak enak sama Mas Andri di satu sisi ada orang lain yang aku suka.." jawabnya
"Hmm...trus kalo dari dalam hati kamu gimana Dhis " " tanyaku sambil berusaha tegar
"Ga tau Met...bingung aku.." jawab Adhis kemudian menunduk dengan kedua tangan memegang pipi kana dan kirinya
"Eee..Boleh tau seseorang yang kamu suka itu siapa Dish " " ucapku
" Rahasia Met...yang pasti orangnya baik banget lah, perhatian dan selalu ada untuk aku..." jawab Adhis
"Halah halah...pake acara rahasia rahasiaan sama aku, kayak sama sopo wae Dhis.." ucapku penasaran
"Silahkan Mas..Mbak...Jahe susu nya, ada pesanan lagi ?" " ucap penjaga warung memotong pembicaraan
"Makasih Mas" jawabku dan Adhis hampir bersamaan
Kami pun menikmati jahe susu dan bakwan udang itu tanpa pernah membahas masalah itu lagi karena aku sudah berjanji kepada Adhis untuk tidak membahas hal itu lagi, Kami menikmati malam itu bersama seperti biasanya, meski dalam hati kecilku berkata
Siapa lelaki yang beruntung mendapat cintamu itu Dish...
Episode 4 TABRAK LARI _________________________
BRRAAAK...Suara itu terdengar sangat dekat, seperti suara beradunya dua benda dengan kecepatan yang cukup kencang. Aku melihat beberapa orang datang mengerumuniku, entah apa yang terjadi saat ini. Suara vokal Mas Duta SO7 masih terdengar lirih dari telinga kiriku, masih sibuk menyanyikan lagu peluk erat pinggangku saat kita melaju diatas dua roda..bla bla bla.. sementara telinga kananku berdenging cukup lama.
"Adek ndak papa ?" tanya salah seorang yang mengerumuniku sambil membantuku bangun
"Eeeee...saya kenapa ya Pak ?" jawabku lirih
"Adek tadi kesenggol angkot, tp angkotnya kabur...tuh lagi dikejar warga " jelasnya
"Owh gitu Pak, sepatu sama sepeda saya mana Pak " " tanyaku kebingungan karena sepatu yang aku pakai cuma sebelah kanan saja
"Itu Dek di bawah pohon, tapi sepertinya roda sama stang sepedanya bengkok, ga bisa dipake lagi " jawab bapak itu
Aku merasakan agak perih di telapak tangan dan siku kananku, rupanya ada beberapa luka gores dan masih ada darah yang mengalir terutama dari telapak tanganku
"Met...Slamet...kamu ndak papa " sini aku obatin luka nya " tanya Adhis dan segera menggandengku untuk duduk di tepian jalan
"Kok kamu bisa di sini Dhis " " jawabku menahan perih akibat luka di balur betadhine
"Iya Met, tadi Rina ngasih tau kalo kamu kecelakaan disini...kamu tahan dikit Met, di telapak tanganmu ada pecahan kaca di dalamnya..." jawab Adhis
" I-I-Iya Dhis...pantesan kok nyeri, ada pecahan kaca nya yah " " jawabku
Adhis berusaha mengambil pecahan kaca yang masih tertanam dengan wajah serius, setelah beberapa kali mencoba akhirnya pecahan kaca bisa di ambil dan darah segar kembali mengalir agak banyak, langsung saja di siram alkohol 70% untuk mensterilkan luka dan segera di perban untuk menghentikan pendarahan sementara.
Wajah Adhis begitu serius, nampak sedikit kekhawatiran dari sikapnya, selesai memasang perban dan mengambil sepatuku langsung buru buru Adhis mengajakku meninggalkan tempat itu, sepedaku aku titipkan di bengkel untuk diperbaiki.
Sebenarnya hari ini aku berniat mengajak Adhis berjalan jalan pagi sambil mencari sarapan, mumpung hari minggu, tetapi sepertinya rencana itu berubah, sekarang aku berada di ruang tamu kost Adhis dengan perban di tangan kanan dan celana sobek di bagian lutut. Tak lama Adhis pun datang bersama dengan Dea temen satu kost nya, Adhis membawa sekantong plastik hitam di tangannya.
"Tunggu bentar Met, mau minum apa ?" tanya Adhis
"Teh anget aja dish, kalo ndak ngrepotin" jawabku
"Okey, tunggu bentar ya..." ucap Adhis
Tak lama kemudian Adhis datang membawa sepiring nasi berikut lauk dan segelas teh manis di kedua tangannya.
"Sini Met, Makan dulu...tadi beli di warteg depan...kamu belum makan kan" nih makan biar bisa minum obat" ucap Adhis
"Lah..ga usah repot repot Dhis...kamu aja juga belum makan kan ?" jawabku
"Udah diem, buka mulutnya..aaaa..." ucap Adhis dengan muka sedikit galak
"Aku bisa makan sendiri kok Dhis..sini piringnya " ucapku
"Emang kamu bisa pegang sendok " orang tangan kanan kamu pake perban banyak gitu...dah ga usah rewel...anak laki rewel bener " kata Adhis
Akhirnya aku pasrah saja menuruti mau nya Adhis, agak aneh aja udah segede ini makan aja di suapin...ama gadis cantik lagi hehehehe
Selesai makan, Adhis memberikan obat penicillin agar luka ku segera sembuh. segera aku meminumnya, kami berdua duduk berdekatan di sofa ruang tamu ini


Sang Penjaga Hati Karya Gembel Sakti di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Makasih ya Dhis..udah ngrepotin kamu " ucapku
"Santai aja Met...selagi aku bisa bantu kamu aku bantu.." jawab Adhis
"Oh iya gimana Mas Andri " udah kamu kasih jawaban ?" tanyaku
Seketika wajah Adhis berubah begitu mendengar pertanyaanku, tanpa menjawab Adhis pergi meninggalkan ku sendirian, Tak lama kemudian Adhis membawa setumpuk surat dan beberapa bunga dan oleh oleh
"Ini semua dari Mas Andri..belum aku buka dan baca semua suratnya" ucap Adhis
"Maksudnya Dish " " tanyaku
"Kamu aja yang buka dan baca Met..." jawabnya
"Oh iya aku mandi dulu, abis itu kita ke klinik depan.." lanjut Adhis dan segera berjalan masuk ke rumah
Aku lihat setumpuk surat itu, masih utuh belum terbuka satu pun. Aku tidak berani membukanya meski tadi Adhis memintaku membacanya, aku hanya melihat dan membaca sampul depannya saja. Ternyata Mas Andri mengirim surat ini hampir setiap hari klo aku lihat dari tanggal cap pos nya...
Setelah 15 menit Adhis kembali ke ruang tamu ini dengan memakai celana jeans panjang dan kaos warna biru muda, rambutnya di kuncir satu di belakang
"Udah di baca Met ?" tanya Adhis
"Belum Dhis, ga enak aja...kan surat ini buat kamu..mosok aku yang baca" jawabku
" Hufff....kan tadi aku minta kamu baca Met, aku udah kasih ijin kamu buat buka dan baca !! " ucap Adhis dengan nada agak tinggi
"I-I-Iya aku buka dulu" jawabku
"Udah nanti aja, sekarang kita ke klinik depan buat check luka kamu dulu" kata Adhis
Aku dan Adhis berjalan beriringan menuju klinik 24 jam, sampai di dalam klinik aku disuruh duduk menunggu dan Adhis mengurusi administrasi pendaftaran pasien baru. tak lama kemudian Adhis kembali duduk di sebelahku
"Antri Met, dokternya cuma 1 kalo hari minggu.." ucap Adhis
"iya ndak papa kok, sebenernya ga perlu ke klinik juga ntar sembuh sendiri Dhis " jawabku
"Udah diem, ikutin aku aja..!!! " jawab Adhis
"iya iya...eeee...maaf Dhis, klo masalah tadi itu gmn ?" tanyaku penasaran
"Masalah apa lagi Met ?" tanya Adhis
"Masalah Mas Andri Dhis.." jawabku
"Met...kamu jangan nambah beban pikiranku lagi yah, Aku ga mau ngomong sama kamu lagi kalo kamu masih mau bahas masalah itu lagi !!!" ucap Adhis dengan muka marah
"Iya Iya...tapi Kamu tetep cantik lho Dhis meski sedang marah hehehehehe" jawabku
Seketika Adhis memencet perban di tangan kananku
"Sakit nggak " Heh...Perayu Gombal cap ikan asin " ucapnya sambil tertawa
"Aw aw sakit tau..tuh kan berdarah lagi..." jawabku sambil meniup tangan kananku
"Aku janji ga bahas lagi deh...lepasin dulu " lanjutku
Episode 5 PERNYATAAN _________________________
Seminggu setelah kejadian itu kami kembali ke klinik untuk membuka perban ini, ada 4 jahitan rupanya dan selama itu pula aku selalu makan disuapin layaknya anak kecil oleh Adhis.
"Siang Dokter, hari ini tolong dibuka perban nya, saya jadi ndak bisa naek sepeda" ucapku kepada dokter jaga
"Sebentar saya lihat dulu ya...kalau sudah kering bisa di lepas...obat masih di minum kan " " tanya dokter
" Masih Dok, soalnya perawat di samping saya ini selalu cerewet masalah minum obat heheheh" jawabku
"Beruntung kamu ya..dapat perawat yang perhatian dan cantik " ucap Dokter
Aku melihat wajah Adhis bersemu merah mendengar percakapan antara aku dan dokter jaga ini, senyuman manisnya selalu terkembang jika aku memuji dirinya cantik. toh bukan hanya aku yang mengakui kalau Adhis memang cantik.
" Mas Slamet, ini lukanya sudah mulai kering, jangan langsung dipaksa naik sepeda ya, lebih baik naik kendaraan umum atau jalan kaki dulu " ucap dokter setelah membuka perban di tamgan kananku
" Iya Dok, selama seminggu ini memang saya naik kendaraan umum untuk ke sekolah, kira kira masih perlu minum obat lagi ndak " " tanyaku
" Obatnya masih ada " jika masih di habisin saja...tapi kalo habis ya ga perlu nambah" jawab dokter
"Masih 3x minum lagi kok Dok" jawab Adhis memotong pembicaraan kami
"Nah tuh Mas, kata perawat pribadinya masih ada..di habiskan ya " kata Dokter
Aku hanya mengangguk tanda setuju, setelah dokter menulis nota di kertas maka kami berpamitan kepada dokter jaga untuk membayar di kasir depan.
"Met, siang ini mau makan apa " jangan nasi warteg mulu...bosen aku hehehe" tanya Adhis dalam perjalanan kembali ke kostnya
"Manut aja Dhis, sebenernya aku ndak laper" jawabku
"Ndak bisa!!! kamu harus makan, kan harus minum obat !!!" ucap Adhis dengan nada sedikit tinggi
"Iya Iya bu Dokter, saya nurut saja apa kata bu dokter " jawabku sambil tersenyum
"Nah gitu dong, eh kita makan Mie Ayam aja yuk...yang deket kantor pos situ " pinta Adhis
"Makan disitu " malu aah ntar kalo kamu suapin aku di tempat umum " jawabku
" Huuu...ngarep, kan udah di buka perbannya...bisa dong makan sendiri" ucap Adhis sambil mencubit hidungku
"Hahahaha kirain mau di suapin lagi...habis jadi kebiasaan sih selama seminggu ini " jawabku
Sampai di warung mie ayam, segera aku memesan mie ayam bakso dua porsi tanpa memakai vetsin atau msg, tetapi meminta sayur agak banyakan. untuk hal satu ini selera aku dan Adhis sama..anti vetsin atau msg.
Selesai makan, kami kembali ke kostnya Adhis. oh iya Fajar juga ada disini, dia sudah pacaran dengan Rina teman satu kost nya Adhis, sedangkan aku sampai sekarang belum berani mengungkapkan perasaan yang ada di dalam hati ini. Jujur aku akui aku bukan type lelaki yang mudah mengatakan perasaan hati kepada wanita, entah kenapa aku selalu terdiam tak bisa bicara di depan wanita jika kondisinya serius.
Malam itu aku kembali ke rumah kontrakan bersama Fajar, di dalam perjalanan Fajar banyak bertanya tentang hubunganku dengan Adhis
"Sebenere kowe wis pacaran belum sih Met ?" tanya Fajar
"Yo kayak gini aja Jar, aku belum ngomong sih...takut " jawabku
' Mosok sih " Aku pikir udah jadian Met, sikapmu sama sikapnya Adhis udah persis orang pacaran " ucap Fajar
"Serius Jar, aku masih pendekatan dan jujur aku takut untuk mengungkapkan " jawabku
"Kesuwen, kelamaan...ntar keburu di ambil orang baru nyesel " ucap Fajar
Benar juga ya ucapan Fajar barusan, secara Adhis cantik pasti banyak yang naksir dan suka kepadanya, tapi di satu sisi aku belum siap untuk menyatakannya, belum siap jiwa dan raga jika ternyata Adhis menolakku...duh gusti...tolong
Seminggu sebelum ujian cawu 1 aku memberanikan diri untuk mencoba menyatakan seluruh perasaanku kepada Adhis, hampir setiap malam aku konsultasi kepada Fajar tentang hal ini, karena ini memang pertama kalinya aku menyatakan perasaanku kepada seorang wanita.
Selepas kami makan malam bersama dengan Fajar dan Rina, Aku dan Adhis berpamitan duluan karena mau jalan ke arah Alun Alun, disana lah rencana aku untuk menyatakan perasaanku.
Sampai di alun alun kami duduk lesehan di warung jagung bakar, kami memesan jagung bakar berikut dengan kopi dan teh manis. Sambil menunggunya kami ngobrol kesana kemari sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk berbicara serius dengan Adhis
"Eeee Dhis, boleh aku ngomong sedikit ?" ucapku
" Lah daritadi kan kamu udah ngomong banyak Met, apa kamu lupa " " jawab Adhis
"Bukan itu Dhis...duh piye sih iki " ucapku kebingungan harus mulai darimana
" Hehehe yo wis aku dengerin Met, kamu mau ngomong apa " " jawab Adhis
Bismillah...S-S-Sebenernya aku..aku sayang kamu Dhis, aku....cinta kamu...eee kamu gimana ?" ucapku terbata bata
Aku melihat Adhis tersenyum kecil melihat aku yang tidak seperti biasanya, di cubitnya hidungku seraya berkata
"Aku gimana maksudnya Met " aku baik baik aja kan dari tadi " jawab Adhis
"Duh...bukan itu maksudnya Dhis...Ya Allah...aku kudu ngomong opo meneh iki " jawabku lirih sambil menunduk
"Maksudnya kamu ada perasaan yang sama ndak ke aku ?" lanjutku
" Maaf ya Met.....Sebelumnya aku minta maaf banget sama kamu..." jawab Adhis
"Maaf kenapa Dhis " Kamu ndak suka sama aku ya " " ucapku lirih dan mencoba menahan rasa sakit dalam hati
"Bukan gitu Met, Aku juga sayang sama kamu, aku juga cinta sama kamu...kamu pikir selama ini aku lakuin semua hal ini sama kamu karena apa " Aku sayang dan cinta kamu...tapi.. " ucap Adhis
" Tapi kenapa Dhis ?" tanyaku serius
"Tapi saat ini aku belum siap untuk menjalin hubungan serius dengan siapapun Met...aku masih trauma dengan pacarku sebelumnya...maafin aku Met " jawab Adhis
DEG !!!!! seakan berhenti jantung ini mendengar penolakan halus dari Adhis...jika ada yang tanya apakah sakit di tolak gadis pujaannya " aku bisa menjawabnya sekarang...sakit nya lebih sakit dari luka yang tersiram alkohol 70%
"Hufff.....ya udah gapapa Dhis..aku seneng kok kalau kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku meski mungkin aku harus menunggu sampai saat itu tiba...entah kapan " jawabku
Entah kenapa kopi ini terasa hambar dan pahit, apa karena penjualnya lupa memasukkan gula atau memang lidah dan perasaanku kelu setelah ada penolakan ini...malam itu kami akhiri tanpa banyak pembicaraan, kami lebih sering terdiam menatap langit malam dengan bintang yang berkerlip di atas sana.
Setelah aku mengantar pulang Adhis ke kost, segera aku berpamitan dan di depan gerbang Adhis masih memegang tanganku erat
"Kamu yakin ga papa Met " kok perasaanku ndak enak gini " tanya Adhis
"Gapapa kok Dhis, santai aja...aku pamit pulang dulu ya, udah ga usah sedih gitu.." ucapku dengan sedikit senyuman yang aku paksakan
Sepanjang perjalanan pulang pikiranku melayang entah kemana, berkali kali terdengar suara klakson sepeda motor atau mobil menyadarkanku bahwa aku melewati jalur tengah atau hampir di tabraknya.
Kalau The Cure bisa bilang Boy's Dont Cry atau Bob Marley bilang No Women No Cry, tetapi aku lebih memilih Audy dengan Menangis Semalam nya...Perasaan ini kalut tidak menentu seakan dunia ini tidak berpihak kepadaku...
Episode 6 AKHIR CATUR WULAN _________________________
Ujian catur wulan ini aku lalui dengan setengah hati, entah bagaimana hasilnya nanti. Sebenarnya males belajar karena suasana hati sedang tidak menentu tetapi suara dan doa bapak serta simbok disana yang selalu ada meski tidak aku minta membawaku untuk selalu berusaha membahagiakan mereka.
Semenjak malam penolakan itu, aku mulai mengurangi intensitas waktuku bersama Adhis, dari biasanya bertemu semenjak sarapan pagi sampai selesai makan malam, kini hanya bertemu di waktu makan siang saja atau sampai sore saat aku bermain basket. jujur ada sesuatu yang hilang dari biasanya, tidak ada lagi yang perhatian masalah makanan, tidak ada lagi yang cerewat kalau aku sakit dan masih banyak lagi yang tidak bisa aku jelaskan.
Sesekali Adhis memintaku untuk main ke kostnya lewat omongan Fajar, atau sesekali bergabung saat aku sarapan di kantin tapi aku lihat sorot mata Adhis berbeda dari sebelumnya. Terkadang aku merasa menyesal sudah menyatakan perasaan ini sehingga hubungan kami menjadi serba tidak nyaman, tapi di satu sisi aku tidak mau terjebak di zone nyaman tanpa ada status yang jelas.
Seminggu setelah ujian, pengumuman dan pembagian raport berjalan lancar hari ini, alhamdulillah nilaiku tidak terlalu hancur seperti hatiku dan tidak terlalu baik juga seperti perasaan orang orang yang senang melihatku hancur.
Sistem sekolah kami hanya memberikan rangking hanya pada 10 besar tiap kelas saja, jadi sisanya tidak ada tulisan rangking di raport nya. Selain itu liburan catur wulan ini akan dimulai hari ini selama 1 minggu kedepan, banyak yang sudah berencana pulang ke rumah masing masing atau sekedar menjalankan hobby masing masing seperti mendaki gunung atau camping di pantai.
"Met...Slamet...Tunggu bentar..." terdengar suara teriakan yang sangat aku pahami pemilik suara ini...ya suara indahnya Adhis
"Iya Dhis, kenapa ?" jawabku singkat dan menghentikan laju sepedaku
"Met, boleh aku jalan kaki bareng sama kamu ?" pinta Adhis
"Boleh lah Dhis...asal ndak ada yang marah aja nanti kalo ada yang lihat kamu jalan sama aku" godaku
"Udah deh Met, aku ga mau bahas itu lah " jawab Adhis
"Oh iya Met, gimana hasil ujian kamu ?" tanya Adhis
"Ya gini aja Dhis, ga ada rangkingnya hehehe..beda ama kamu yang ndak belajar aja udah pinter " jawabku sambil memperlihatkan nilai raportku yang rata-rata cenderung ke bawah
"Gara gara aku ya Met, nilai kamu jadi ancur ?" ucap Adhis dengan muka sedih
"Ndak lah Dhis, memang murni hasil otakku yang sama kayak wajahku..paspas an cenderung jelek hehehehe" jawabku dengan nada bercanda
"Kok kamu ngomong gitu Met, jujur aja Met, setelah malam itu aku kepikiran sama kamu" ucap Adhis
"Kepikiran apa Dhis " takut aku kenapa napa?" tanyaku
"Kamu berubah Met setelah malam itu, kamu seperti ambil jarak sama aku, jujur aku merasa kehilangan sosok kamu Met...Aku kangen kamu Met... " ucap Adhis sambil meyeka air matanya
Melihat Adhis menangis reflek aku berhenti dan menatap wajah Adhis...tanpa sadar kedua tanganku mengusap air mata yang jatuh di pipinya...
"Ndak usah nangis Dhis, aku minta maaf kalo selama ini aku mengambil jarak dan jarang banget ketemu sama kamu...aku juga kangen kamu Dhis " ucapku
Adhis memelukku erat dan masih terlihat kerlingan air matanya membasahi kerah bajunya, aku hanya bisa mengusap kepalanya dan sesekali mencium keningnya
"Aku janji Dhis, aku ndak akan pernah tinggalin kamu, aku janji ndak akan berubah...tolong kamu jangan sedih lagi" pintaku
"Janji ya Met..." ucap Adhis
"Janji Dhis, meski mungkin suatu saat nanti perasaanku atau perasaanmu berubah seiring dengan jalannya waktu..saat ini perasaanku masih berharap bahwa kamu bisa lebih dari sekedar temanku" ucapku
" Oh iya , kamu liburan mau kemana Dhis " pulang kampung " " lanjutku mencoba mengalihkan topik pembicaraan
"Iya Met, Aku pulang kampung seminggu full...kamu sendiri gimana Met " " tanya Adhis sambil melepas pelukannya
"Ndak tau Dhis, belum kepikiran mau kemana..Bapak sama Simbok sih kemarin minta kalo sempet aku pulang, soalnya Simbok kangen " jawabku
"Trus kamu mau kemana kalo ga pulang " kasihan Simbokmu lho..." tanya Adhis
"Rencana sih mau ke rumahmu Dhis, mau ngelamar sekalian...siapa tau Papa Mamamu setuju hehehe " jawabku ngasal
"Huh Dasar...masih kecil aja ngajak nikah...ngaco aja kamu Met..m" jawab Adhis dengan senyuman
"Nah gitu dong senyum...kan makin cantik pujaan hati Slamet " jawabku
"Bisa aja kamu Met...ini yang bikin aku kangen kamu...perhatian kamu, candaan kamu..yang pasti kehadiran kamu Met " ucap Adhis
"Yang pasti aku akan kehilangan sosok kamu selama seminggu ke depan...kamu baik baik ya Met " lanjut Adhis
"Emang kamu pulang kapan " Sore ini juga atau besok pagi Dhis ?" tanyaku
"Tadinya sore ini aku pulang, tapi kayaknya besok pagi aja lah...malam ini aku mau jalan ama kamu dulu Met...boleh ga ?" ucap Adhis
"Ya boleh lah Dhis, dengan senang hati " jawabku
Tidak terasa kami sudah sampai di kost nya Adhis, Aku berpamitan untuk langsung pulang dulu agar Adhis bisa berkemas kemas dengan barang-barang yang akan di bawa pulang besok.
Selepas Maghrib aku sudah sampai di depan kostnya Adhis, kost ini nampak sepi karena beberapa sudah pulang kampung sore tadi, tersisa Adhis dan Rina saja, Rina akan pulang besok pagi bersama dengan Fajar karena memang sebenarnya kami bertiga berasal dari satu kota yang sama, cuma dulu beda SMP saja.
Adhis tampak cantik dengan rok jeans 3/4 dipadu dengan kaos warna pink dengan motif bunga, terlihat raut wajahnya terpancar senyuman manis begitu melihat kedatanganku
"Jadi mau makan dimana Tuan Putri nan cantik jelita ?" ucapku memberi dengan berbungkuk memberi salam layaknya kepada putri raja
"Slamet..Slamet...paling bisa kamu nge-gombalin aku " jawab Adhis
" Ini sih jujur Dhis, emang kamu cantik.." jawabku dengan wajah serius
"Udah aah, yuk jalan..Met.." ajak Adhis
"Jalan kaki aa naek sepeda Dhis ?" tanyaku
"Jalan kaki aja biar bisa lamaan sama kamu..." jawab Adhis sambil mencubit pelan hidungku
"Siyap kalo gitu, sepeda aku masukin garasi dulu ya..bentar " ucapku
Malam itu kami habiskan dengan makan malam bersama sambil bersendau gurau layaknya tidak pernah terjadi kejadian yang menyedihkan itu. kami pulang menjelang tengah malam, kebetulan Nenek kost nya sedang pergi jadi tidak takut di gembok kuncinya.
Pagi ini suasana Terminal Bus ini sudah ramai, karena dampak liburan anak sekolah dan banyak yang akan berpergian keluar kota, Adhis masih memeluk tas kecilnya sambil duduk di bangku besi, Bus jurusan ke kota nya belum datang, mungkin sedikit terlambat dari jadwal biasanya.
Nih makan lontong dulu Dhis, lumayan buat ganjel perut, tadi pagi ndak sempet sarapan kan " " ucapku seraya menyerahkan lontong berikut tahu isi yang aku beli di warung dekat terminal
" Iya Met, makasih ya...emang tadi pagi bangun kesiangan jadi ga sempat sarapan " jawabnya
" Semalem kamu tidur jam berapa " kamu ndak bisa tidur " " tanyaku sambil duduk di sebelahnya
" Iya Met, semalem kayaknya jam 3an masih belum bisa tidur " jawab Adhis
"Mikirin aku Dhis ampe ndak bisa tidur " heheheh" ucapku dengan nada bercanda
"Emang...mikirin kamu semalem " jawab Adhis enteng
"Heh...seriusan Dhis " Emang kenapa aku nya ?" tanyaku
" Mikirin kamu lah, tapi males jelasin kenapa hehehe " jawab Adhis
"Yeee...tapi makasih ya kamu udah mikirin aku, selam ini kan cuma bapak sama simbokku doang yang mikirin aku hehehe " ucapku
Adhis tampak tersenyum tanpa menjawabnya, tak lama kemudian bus yang akan membawa Adhis pulang masuk ke jalur di depan kita, tertulis Ke Semarang di kaca depannya...segera aku membantu Adhis membawakan travel bag nya ke dalam bus, banyak orang yang berdesakan untuk segera masuk agar bisa duduk di dalam, maklum perjalanan yang akan di tempuh lebih dari 5 jam.
Akhirnya Adhis mendapatkan tempat duduk di bagian tengah bus dekat dengan kaca, travel bag nya aku taruh di bagian kakinya dan segera aku pamitan karena bus akan segera jalan
"Ati-ati ya Dhis, Maaf ga bisa anterin kamu..salam buat keluarga disana...jangan lupa kasih kabar ya" ucapku
" Iya Met, makasih, kamu juga jaga diri baik baik... kalo kangen telpon ya" jawab Adhis sambil memelukku
" Iya Dhis...makasih juga atas perhatianmu...aku turun ya " ucapku sambil mencium keningnya
Bus perlahan mulai berjalan menjauhi terminal ini...tampak Adhis melambaikan tangannya dari balik kaca sampai bus tidak kelihatan dari terminal ini...kini tinggallah ku sendiri disini yang masih terpaku menatap kepergianmu Dhis...
See you next week Dhis...Doaku bersamamu
Episode 7 SAKIT _________________________
Dua hari tanpa mendengar suaramu dan melihat senyumanmu seperti waktu berdetak lebih lama dari biasanya. Terakhir aku dengar suaramu sore itu dari ujung telepon wartel depan sekolah, meski tidak lebih dari 5 menit sudah lebih cukup untuk mengobati rasa rinduku padamu.
Malam ini aku mendengar berita yang membuat hatiku semakin tidak menentu, semakin kalut perasaan ini, baru saja Fajar memberitahuku bahwa tadi sore dapat sms dari Rina bahwa kamu masuk rumah sakit... Duh kowe piye keadaane Dhis...
Suasana Terminal Bus ini masih tampak sepi, aku kembali ke jalur dimana 2 hari yang lalu mengantarmu pulang...aku bulatkan tekad ku untuk menjengukmu meski aku tidak tahu bagaimana bentuk kotamu.
Bus pertama yang akan menuju kotamu perlahan menjauhi terminal kota ini, sepanjang perjalanan aku habiskan untuk bertanya kepada kondektur bus ini tentang gambaran kotamu dan bagaimana cara menuju rumah sakit tempatmu di rawat.
Setelah hampir lebih dari 5 jam perjalanan, sampailah aku di terminal kotamu, tampak beberapa bus kecil mengular untuk menunggu antrian penumpang menuju kawasan masing-masing. segera aku mencari bus kecil yang akan melewari jalur menuju rumah sakit
" Maaf Mas, nyuwun ngapunten, numpang tanya..kalo mau ke rumah sakit XXXX naik bis yang mana yah ?" tanyaku kepada security terminal
" Owh RS. XXXX ya, itu di jalur nomer 3 sana ada bis kecil warna hijau, bilang aja turun perempatan XXX, nanti dari perempatan itu tinggal jalan kaki paling 200-300 meter " terang security itu
"Matur nuwun Pak, saya pamit duluan...pareng..." ucapku seraya menuju jalur bus yang di maksud
20 menit setelah perjalanan akhirnya sampai juga di depan pintu masuk rumah sakit ini, langsung saja aku menuju bagian informasinya
"Selamat Siang Suster, mohon maaf mau tanya, kalo pasien atas nama Adhistya di rawat di ruang mana yah " " tanyaku kepada suster jaga
" Sebentar ya Mas, saya check terlebih dahulu " jawab suster itu
"Adhiatya yang baru masuk kemarin sore ya?" tanya suster
"Iya Suster, yang alamat rumahnya di jalan xxxxxx no 31" jawabku sambil membuka catatan kecil dari saku jaketku
" Owh iya, sekarang ada di Pavilion Melati kamar 301 yah, Mas naik lift saja nanti di lantai 3 sebelah kanan ruangannya" terang suster itu
"Terima kasih ya suster..." jawabku sambil berpamitan dengan suster jaga itu
Dari kaca pintu depan ruangan tempat kamu menginap aku melihat seorang ibu sedang menyuapimu makan Dhis, dan ada anak seumuran SD di sampingmu...apa itu ibu dan adikmu Dhis "
Aku beranikan untuk mengetuk pelan pintu ruangan ini, dan kemudian aku perlahan masuk ke dalam setelah anak kecil itu membukakan pintunya
"Siang Dhis...Siang Tante..." ucapku
" Slamet " kok bisa nyampe sini " sama siapa " " jawab Adhis dengan muka kaget
" Iya Dhis, sendirian aja hehehe...kamu sakit apa " " ucapku
" Mah, kenalin ini Slamet..Met, kenalin ini Mamahku dan Adikku " ucap Adhis
Perkenalkan saya Slamet Tante, temen sekolahnya Adhis " kataku sambil menggulurkan tanganku
" Owh ini to Nak Slamet yang kamu ceritakan kemarin Dhis " Saya Mamahnya Adhis" jawab Mamahnya Adhis dan menjabat tanganku
"Eh maaf Tante, Adhis cerita apa yah " jadi ndak enak saya " jawabku
" Nggak papa kok, cuma kata Adhis kamu yang selalu temenin Adhis di sana..owh iya silahkan duduk Met, maaf seperti ini keadaannya " jawab Mamahnya Adhis
"Ndak papa Tante, maaf kalo saya yang malah merepotkan " ucapku
Mamahnya Adhis pun memberikan ruang untukku duduk di samping Adhis, nampak selang infus tertancap di tangan kirinya, wajah cantiknya terlihat agak pucat dengan rambut sedikit berantakan.
"Gimana kondisimu Dhis ?" tanyaku
"Udah agak mendingan Met...kamu tau darimana aku sakit " oh iya kamu naik apa kesini " balas Adhis
"Alhamdulillah kalo udah mendingan, aku tau dari Fajar, Fajar dapet sms dari Rina...aku naik bus hehehe " jawabku
"Kamu nekat Met, kan kamu belum pernah kesini sendirian " jawab Adhis
"Iya Dhis modal nekat aja, abis kepikiran mulu sama orang yang aku sayang yang sekarang lagi sakit didepan mataku hehehehe " jawabku ngasal
"Huh gombal kamu Met..." ucap Adhis
"Eh kamu udah makan Met ?" tanya Adhis
"Udah gampang Dhis, ntar aja masih kenyang...nah mendingan kamu yang terusin makannya, sini aku suapin " ucapku
" Ga ah malu ada Mamah sama Adikku " jawab Adhis sambil melihat Mamah
dan Adiknya " Oh iya lupa hehehe " jawabku
"Nggak papa kok Met, malahan saya mau pamit anter adiknya Adhis pulang dulu mumpung ada yang jagain Adhis" ucap Mamahnya Adhis
"Silahkan Tante, biar Adhis saya jagain" jawabku
" Mamah tenang kalo gini, Dhis..Met...Mamah pulang duluan ya...kasihan adikmu rewel minta pulang..." ucap Mamahnya Adhis
" Iya Tante..Hati-Hati dijalan...Daah adik.." jawabku
Diciumnya pipi Adhis dan segera pergi meninggalkan kami berdua
"Kamu sakit aja tetep cantik Dhis " ucapku sambil mencium keningnya
" Iih dateng dateng udah gombal aja " jawab Adhis
" Aku kangen kamu Dhis...kok kamu ndak ngasih kabar langsung ?" ucapku
" Aku ga mau kamu sedih dan panik Met..makanya aku ga kasih kabar ke kamu " jawabnya
" Ya udah ndak papa toh sekarang aku ada disini buat kamu Dhis.." jawabku
Episode 8 MASIH BELUM JELAS _________________________
Sudah 3 hari Adhis terbaring di kasur ini, hari ini rencana pulang jika hasil medical check nya bagus. selama itu juga aku berada di ruangan ini menjagamu siang dan malam, sesekali Mamahmu datang membawakan baju ganti buatmu dan makanan untukku, Mamah kamu baik banget sama aku Dhis meski awalnya sempet kaget setelah mengetahui bahwa ternyata aku seorang muslim, saat itu Mamah kamu datang saat aku sedang sholat ashar di ujung ruangan ini. kemudian Mamah kamu mengajakku berbicara serius masalah aku dan kamu yang intinya mamah meminta aku selalu menjagamu Dhis meski mungkin untuk kedepannya agak berat karena masalah perbedaan prinsip.
Alhamdulillah kamu sudah bisa duduk dan kondisi kamu sudah lebih baik di banding hari-hari sebelumnya, senyuman manismu tampak lebih sering muncul dan itu yang membuat rasa capekku hilang meski beberapa hari ini aku tidur cuma beberapa jam saja.
" Makasih ya Met, kamu udah mau capek capek datang buat temenin aku " ucap Adhis
"kayak sama siapa aja Dhis, justru aku seneng bisa temenin kamu" jawabku
''Tapi gara-gara aku sakit, kamu jadi ndak bisa liburan...oh iya kamu udah bilang bapak sama simbokmu kan klo kamu disini " tanya Adhis
"Justru aku bahagia bisa deket sama kamu, deket keluarga kamu disini daripada aku liburan sendirian " jawabku
"Kok pertanyaanku yang satunya ga kamu jawab Met ?" ucap Adhis
" Oh iya, aku memang ndak kasih tau Bapak sama Simbok klo aku di sini, biar ga kepikiran aja di sana" jawabku
"Kok gitu Met, kasihan dong orang tua mu " ucap Adhis
"Besok gampang bisa mampir sebentar, dah ga usah di pikirin Dhis...yang penting kamu sehat dulu..." ucapku sambil mengusap keningnya
Tak lama kemudian Dokter yang menangani Adhis datang bersama seorang suster dan segera memeriksa kondisi Adhis. tampak berkali kali dan sambil menulis di kertas yang di bawa suster itu.
"Dari hasilnya udah baik nih, masih ada keluhan ga ?" tanya Dokter itu kepada Adhis
"Nggak ada Dok, cuma pegel saja bagian punggung" jawab Adhis
"Owh itu karena kamu ga gerak dan kebanyakan posisi tidur atau duduk, ntar juga sembuh...ya udah hari ini kamu bisa pulang ya..jaga kesehatan ya..." jawab Dokter sambil bersalaman dengan Adhis dan segera pamit
"Makasih ya Dok" ucapku
"Sama-sama, segera di urus administrasinya ya mas" jawab Dokter dan segera berlalu meninggalkan ruangan ini
Segera aku kabari Mamahnya Adhis untuk segera datang ke rumah sakit, dan aku rapikan barang-barang yang akan di bawa pulang. tak lama kemudian Mamahnya Adhis datang kali ini dengan Papahnya, sudah ambil ijin dari kantor nya sehingga bisa pulang naik mobilnya. setelah Papahnya Adhis kembali dari bagian administrasi segera aku membantu membawakan barang-barang ke mobil dan membantu memapah Adhis untuk masuk ke dalam mobil, perjalanan ini singkat karena memang jarak dari rumah sakit ke rumahnya Adhis hanya beberapa kilo saja.
Sampai di rumahnya Adhis, Adhis meminta untuk duduk di sofa depan. aku pun duduk di sebelahnya sambil membawa tas bututku, sementara kedua orang tuanya masuk ke dalam rumah.
"Makasih ya Met, udah bantuin dan jagain aku selama sakit.." ucap Adhis
''Sama-sama Dhis, makasih juga ndak ngusir aku hehehehe " jawabku
"Kemarin kamu ngobrol apa sama Mamah ?" tanya Adhis
"Ya intinya sih mamah suka dan dukung aku jalan sama kamu...tapi udah aku jelasin juga kalo antara kita belum ada ikatan apapun Dhis.." ucapku lirih
"Trus mamah bilang apa lagi ?" tanya Adhis
"Eee..Eee..Gimana yah jelasinnya...intinya sih aku harus siap menerima kenyataan bahwa aku dan kamu berbeda Dhis..." jawabku tersenyum
"Karena kita beda agama maksudnya ?" ucap Adhis
"Iya Dhis..." jawabku singkat
"Trus kamu mau gimana Met ?" tanya Adhis
"Bukan aku harus gimana Dhis, tapi kamu yang harus tentukan...gimana aku tergantung hati kamu Dhis...kan kamu masih belum siap" jawabku sambil memegang tangan Adhis
"Selama hati kamu masih belum siap dan hati kamu masih belum menyimpan cinta untuk lelaki lain...aku akan selalu setia menunggumu Dhis..." ucapku pelan
Kali ini Adhis diam tanpa berbicara lagi, aku lihat air matanya mulai menetes membasahi pipinya...
"Kenapa kamu nangis Dhis " kan ga enak kalo mamah papah kamu tau..." jawabku sambil mendekat dan mengusap air matanya
"Kamu baik banget Met...tapi maaf kalo sampai saat ini aku belum siap...." jawab Adhis sambil terus mengalirkan air matanya
"Udah Dhis...tolong kamu berhenti nangisnya yah...please...senyum dong" pintaku dan memeluknya dari samping
"Oh iya aku pamit yah, kan kamu udah sembuh dan udah di rumah kamu sendiri jadi ga perlu aku temenin lagi kan " " lanjutku
"Kamu ga nginep sini aja Met, ada kamar kosong kok" pinta Adhis
"Bukannya aku ndak mau Dhis, tapi ndak enak saja sama tetangga sekitar..lagian aku juga mau nengokin bapak simbok sebelum lusa aku balik ke sana" jawabku
"Yakin mau balik sekarang Met" ga bareng aku aja besok ke sananya ?" ucap Adhis
"Iya Dhis, lusa aku kesini lagi kalo kamu udah mau balik ke sana " jawabku
" Ya udah aku ga bisa maksa kamu..aku panggilin Papah sama Mamah dulu ya..." ucap Adhis
Tak lama kemudian Mamah dan Papahnya Adhis datang, akupun segera berpamitan dan segera menuju ke depan
"Yakin ga nginep sini dulu Nak Slamet " kalo capek istirahat dulu saja..ada kamar kosong kok" ucap Mamahnya Adhis
"Terima kasih Tante..Om..saya pulang saja, kasihan bapak sama simbok di rumah nungguin..kapan kapan saya main kesini lagi" jawabku
"Om anterin sampai depan ya, lumayan jauh kalo jalan kaki.." ucap Papahnya Adhis
"Ndak usah Om...malah ngrepotin...deket kok" jawabku sambil bersalaman dengan Mamah dan Papahnya Adhis
"Ati Ati ya Nak Slamet, makasih duah bantuin dan jagain Adhis...titip salam buat bapak ibu ya" ucap Mamahnya Adhis
"sama-sama Tante..Om...Insyaalah saya sampaikan nanti...Saya pamit dulu..." pamitku


Sang Penjaga Hati Karya Gembel Sakti di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Adhis berjalan menemaniku menuju gerbang depan sambil menggandeng tanganku, tampak wajah cantik dengan senyuman khas terlihat jelas dari sorot mukanya saat itu...
"Ati -Ati ya Met...kabarin klo udah nyampe rumah ya" ucap Adhis
"Iya Dhis, kamu jaga baik kesehatanmu ya dan aku akan selalu menunggumu entah sampai kapan..." jawabku sambil mencium keningnya
"Makasih ya Met..." jawab Adhis
Aku berjalan sendiri menyusuri jalan kotamu Dhis...entah kapan lagi aku akan kesini menjemput hatimu...semoga
Episode 9 ANAK BAIK _________________________
Bus kecil ini perlahan masuk ke kotamu, tidak butuh waktu lama untuk kembali lagi kesini sesuai janjiku untuk menjemputmu sebelum kembali ke kota tempat kita sekolah. tapi kali ini aku tidak ke rumahmu, kamu memilih untuk menungguku di terminal itu. Perlahan dengan pasti bus ini mulai memasuki jalur masuk terminal di kotamu, mataku bergerak ke kanan kiri mencoba mencari keberadaanmu, namun tampaknya tidak berhasil menemukan sosok cantikmu. Aku turun dari bus kecil ini dan segera mencarimu di tempat yang telah kamu janjikan, tapi setelah 2 kali aku memutari terminal ini tidak juga bertemu denganmu. Aku lirik arloji di tangan kiriku menunjukkan pukul 09.54 tapi kamu belum datang juga, hampir 1 jam aku mencarimu Dhis...kamu dimana Dhis "
Aku duduk di bangku plastik di depan warung rokok ini, aku nikmati secangkir kopi hitam dengan sebungkus roti kering untuk mengganjal perutku yang belum terisi apapun sedari pagi. sudah 2 Bus yang akan menuju kota kita sudah berangkat tetapi sampai sekarang aku belum menemukanmu, apa kamu lupa sama janjimu Dhis " atau kamu masih di perjalanan ke sini " tapi aku akan tetap disini, ditempat yang kamu janjikan, aku akan selalu menunggumu Dhis...
Suara Adzan Dzuhur berkumandang dari sebuah musholla tak jauh dari tempatku menunggumu, segera aku menuju musholla itu dan ikut berjamaah dengan beberapa calon penumpang, selesai sholat aku berfikiran untuk menyusul ke rumahmu saja Dhis, sekedar bertanya kepada orang tua mu tentang keberadaanmu...
Di dalam angkutan ini pikiranku melayang menerka apa yang akan aku lakukan, sesaat kemudian aku sudah berada di depan rumahmu. Aku melihatmu duduk di halaman teras dengan jaket abu abu kesukaanmu...begitu melihatku kamu segera berlari menjemputku
"Hore...Akhirnya Slamet kesini juga...sini Met...masuk..." ucap Adhis sambil
membukakan gerbang "Dhis, kok kamu ndak ke Terminal " aku udah nunggu hampir 3 jam disana" jawabku
"Maaf Met...ini rencana dari Papah...mendingan kamu masuk dulu Met...Papah sama Mamah nungguin kamu di dalam " ucap Adhis sambil menggandeng tanganku
" Maksudnya Dhis " aku ndak ngerti " tanyaku
"Udah masuk aja...yuk " ucap Adhis
" Pah..Mah...Slamet datang nih, apa Adhis bilang...Slamet pasti kesini kan " teriak Adhis
"Sini masuk Met... ucap Papahnya Adhis
"Maaf ya Nak Slamet, jadi nunggu lama ya di Terminal ?" ucap Mamahnya Adhis
"Hehehehe lumayan Om..Tante...hampir 3 jam saya disana nunggu Adhis " jawabku
" Trus kenapa ga kamu tinggal saja Met ?" tanya Papahnya Adhis
"Kan saya udah janji Om, jadi saya tunggu sampai Adhis datang, karena saya yakin Adhis akan datang sesuai janjinya " jawabku
"Hmmm...trus kenapa kamu kepikiran kemari ?" tanya Papahnya Adhis lagi
"Sebenernya feeling saja Om, saya paham Adhis seperti apa, selama ini Adhis selalu pegang janjinya, dan saya kemari untuk sekedar menanyakan keberadaan Adhis kepada Om dan Tante " jawabku
"Kamu ga merasa capek dan marah Met ?" tanya Papahnya Adhis
"Meski saya capek menunggu dan kepanasan, saya ga akan ingkari janji saya untuk menunggu Adhis di sana Om...kata bapak saya jadi lelaki harus bisa di pegang omongannya " jawabku
"Kamu benar-benar anak yang baik Met...kamu tanggung jawab dan bisa di percaya..saya yakin banyak yang akan memintamu sebagai anak" ucap Papahnya Adhis
"Sebenarnya ini rencana saya Met, saya memang meminta Adhis untuk menunggu di rumah sini meski sudah janji denganmu di terminal, saya ingin melihat keseriusan dan tanggung jawabmu...dan kamu berhasil Met..." lanjut Papahnya Adhis
"Tuh kan Pah...Mah...Adhis ga salah pilih kan " Slamet baik, perhatian dan tanggung jawab " ucap Adhis
"Iya Dhis...tapi sebenarnya hal itu yang membuat Papah jadi bingung sendiri" jawab Papahnya Adhis
"Maksud Papah ?" tanya Adhis dengan muka serius
" Papah yakin Slamet cocok jika di jadikan mantu idaman Papah, Slamet baik, perhatian dan tanggung jawab..sayang sama kamu Dhis..tapi..." ucap Papahnya Adhis
"Tapi apa Pah ?" tanya Adhis sambil melihat ku
"Sebelum hubungan kalian semakin dalam dan semakin dekat, lebih baik kalian berpisah sekarang " ucap Papahnya Adhis
"Papah kok ngomong gitu " maksud Papah apa mau pisahin aku sama Slamet " Slamet kurang apa Pah " Slamet udah buktiin apa yang Papah minta" tanya Adhis sambil berlinang air mata
Aku hanya bisa terdiam dan aku mencoba menahan sakit perihnya hati ini
"Kalian berbeda Dhis...makanya Papah minta dari sekarang sebelum semua terjadi dan menjadi lebih sulit lagi " jelas Papah Adhis
" Slamet sudah dewasa, pasti paham maksud Papah...iya kan Met ?" tanya Papahnya Adhis
"Slamet paham Om...Tante...memang Slamet yang salah sudah berusaha menjadi yang terbaik untuk Adhis meski secara prinsip saya dan Adhis berbeda" jawabku lirih
"Papah Jahat sama Adhis...di saat hati Adhis terbuka dan menerima kehadiran Slamet tapi Papah rusak semua rencana Adhis " jawab Adhis dengan tangis terisak
"Papah kamu ndak salah Dhis, justru aku yang salah, sudah tau kit berbeda tetapi aku masih mencoba untuk cinta dan suka sama kamu" jawabku sambil memegang erat tangan Adhis
Papah dan Mamahnya Adhis pun ikut menangis melihat Adhis menangis sambil teriak teriak, aku hanya terdiam membayangkan apa yang akan terjadi nanti
"Papah sama Mamah minta maaf...bukan Papah dan Mamah tidak setuju dengan hubungan kalian tetapi mencegah lebih baik sebelum semakin rumit dan susah ke depannya " jawab Papahnya Adhis
" Slamet boleh minta 1 permohonan Om..Tante...?" ucapku
"Boleh Met...apa permintaan kamu ?" jawab Papahnya Adhis
"Ijinkan saya pulang bersama Adhis hari ini saja, setelah itu saya janji tidak akan dekat-dekat dengan Adhis lagi " ucapku dengan sekuat tenaga menahan perih dalam hati
"Om dan Tante kabulkan Met...Maaf ya Met...kamu anak yang baik banget" ucap Papahnya Adhis
"Terima kasih Om..Tante..yuk Dhis kita jalan.." ucapku sambil memegang tangan Adhis
Aku dan Adhis berjalan menyusuri jalanan kota ini, ini yang terakhir kalinya aku berjalan bergandengan tangan denganmu Dhis...disaat hatimu terbuka untukku ternyata di saat yang sama pula kita harus berpisah...
Sepanjang perjalanan itu Adhis menangis dan memelukku..aku tahu apa yang kamu rasakan Dhis...karena aku juga merasaakan hal yang sama...tidurlah di pangkuanku untuk yang terakhir kalinya Dhis, besok mungkin aku ndak ada di sampingmu lagi...tapi aku akan selalu mencintaimu meski mungkin di dunia yang berbeda..
Seminggu setelah kejadian itu hidupku semakin tidak karuan, aku mulai mengenal asap rokok yang sebelumnya tidak pernah aku sentuh...pola makan dan pola hidupku berubah tapi masih ada yang tidak berubah Dhis...Aku masih sayang dan cinta kamu...walau mungkin tidak akan pernah bersama...
Episode 10 SEBUAH PERMINTAAN _________________________
Matahari masih belum menampakkan sinarnya di pagi yang dingin ini, Mata ini tidak berhasil terpejam barang semenit pun dari kemarin. Aku nikmati seduhan kopi hitam dalam cangkir plastik ini dan segera aku bakar sebatang rokok filter untuk menemaniku. Sudah sebulan ini aku tidak pernah berkunjung ke kost mu lagi Dhis, aku juga sudah pindah dari rumah kontrakan Fajar, aku berusaha meninggalkan semua kenangan indah bersamamu di sana. aku memilih kost yang agak jauh dari sekolahan yang berkebalikan arah dengan kostmu, semua aku lakukan hanya untuk membunuh rasa cinta dan sayangku yang belum sempat berkembang sempurna.
Di sekolah pun aku memilih menghabiskan jam istirahatku untuk bermain basket atau bermain musik sampai malam menjelang, pernah beberapa kali kamu mencoba menemuiku dan memintaku untuk bertemu denganmu dan hanya di saat kamu meminta itu saja aku luangkan waktu untuk sekedar bertemu untukmu..jujur aku masih belum bisa membunuh embrio rasa cintaku kepadamu, bahkan semakin sering aku mencoba membunuhnya justru semakin tumbuh subur rasa cintaku padamu Dhis..Ya Allah...kenapa Kau anugerahkan cinta di hatiku yang tidak mungkin untuk bersatu....
Sore itu selepas pulang sekolah, seperti biasa aku habiskan waktu bermain basket di lapangan ini, saking asyiknya bermain tanpa ku sadari kamu datang untuk menemuiku di pinggir lapangan
"Met...gimana kabarmu " udah lama ga pernah ngobrol sama kamu" ucapmu lirih sambil duduk disampingku
"Eh Adhis...Alhamdulillah sehat sehat aja Dhis, kamu sendiri gimana ?" jawabku dengan perasan canggung
"Met...aku kangen kamu..." ucap Adhis seraya memelukku dari samping
Aku hanya bisa terdiam, hatiku masih terasa perih dan mulutku terasa terkunci...entah apa yang harus aku perbuat sekarang, semua terlihat abstrak dalam pikiranku
"Dhis...aku juga kangen kamu...." jawabku lirih
"Kamu masih cinta dan sayang aku kan Met " sama seperti rasa cinta dan sayangku padamu " " tanya Adhis
"Semakin aku mencoba membencimu dan membunuh perasaan ini entah kenapa justru aku semakin sayang dan cinta kamu Dhis" ucapku
Aku melihat air mata Adhis menetes membasahi pipinya, Air mata ini yang terkadang membuat logika dalam otakku menghilang dan berganti dengan besarnya rasa cinta dan sayangku kepadamu Dhis...aku usap air mata Adhis dan ku kecup keningnya sambil berdoa dalam hati seandainya perbedaan bukan sebagai penghalang bersatunya cinta tulus kami...
"Minggu depan aku ulang tahun, kamu datang ke tempatku ya...aku mau kamu ada di sisiku" pinta Adhis
"Aku pasti datang Dhis...oh iya gimana kabar Papah sama Mamah kamu ?" tanyaku
"Papah Mamah baik Met..kemarin sempat kesini dan nanyain kamu" jawab Adhis
"Kok kamu ga kasih tau aku Dhis?" ucapku
"Aku berusaha mencarimu Met...di sini ga ada, di studio musik ga ada, di kostmu juga ga ada...kamu kemana emang Met kayak hilang di telan bumi ?" jawab Adhis dengan wajah cemberut
"aku di kost kok, ga pernah pergi kemana mana, mungkin pas kamu dateng pas aku diatas genteng" jawabku
"Diatas genteng " maksud kamu Met ?" tanya Adhis
"Iya Dhis, terkadang kalo aku kangen kamu aku suka naik ke atas genteng untuk sekedar duduk duduk sambil ngerokok" jawabku
"Kamu sekarang ngerokok Met " sejak kapan " soalnya aku ga pernah lihat kamu ngerokok semenjak pertama ketemu" tanya Adhis
"Semenjak aku berusaha menjauh dari kamu Dhis..." jawabku
"Ngerokok ga baik buat kesehatan kamu Met, lebih baik kamu berhenti...janji " " ucap Adhis
"Maaf Dhis aku ndak yakin untuk saat ini...Yuk aku anter pulang, udah mau maghrib" jawabku sambil membereskan tas dan bola basketku
Sepanjang perjalanan ke kost nya Adhis untuk pertama kalinya aku berjalan beriringan tapi tanpa berpegangan tangan seperti dulu, memang aku sengaja untuk membuat jarak dengan Adhis sesuai janjiku kepada orang tuanya Adhis....sakit...perih...tapi harus aku rasakan sekarang untuk kebahagiaan Adhis...
Di malam ulang tahunmu ini aku sudah siapkan kado kecil buatmu Dhis, aku berjalan menyusuri jalanan ini menuju kostmu, tampak sudah berdatangan teman teman lain yang juga kamu undang. Aku memilih duduk di bagian luar kostmu sambil menyulutkan api untuk membakar ujung batang rokok di mulutku. aku hisap asap nikotin ini dalam dalam dan aku hembuskan pelan pelan...
"Kamu datang juga Met...aku pikir kamu ga mau datang kesini" suara Adhis membuyarkan lamunanku
"Eehh..kok kamu ada disini, bukannya di dalam acaranya Dhis" " jawabku
"Aku nungguin kamu Met...yuk masuk ke dalam, ada Papah sama Mamah juga" ucap Adhis sambil menarik lenganku dan menyandarkan kepalanya di bahuku
"Lho kok ndak bilang bilang kalo ada Papah dan mamah kamu Dhis" ucapku sambil membuang rokok dari tanganku
"Kan udah aku bilang Papah sama Mamah mau ketemu kamu"
Aku dan Adhis masuk ke dalam dan segera aku bersalaman dengan Papah dan Mamahnya Adhis
" Malam Om..Tante..." ucapku
"Duduk sini Nak Slamet..udah lama ga ketemu, gimana kabarnya ?" ucap Papahnya Adhis
"Alhamdulillah baik Om..Tante...Om sam Tante sendiri sehat ?" jawabku
"Baik semua Met, Tantemu ini yang kepikiran kamu terus...nanti jangan pulang duluan ya, Om sama Tante mau ngomong sebentar..bisa kan ?" ucap Papahnya Adhis
"B-Bisa Om..nanti saya tunggu di luar saja" jawabku
Acara ulang tahun Adhis pun dimulai, aku memilih duduk di luar sambil membakar nikotin, entah beberapa acara sudah berjalan dan aku hanya bisa meilihat senyuman Adhis dari balik kaca jendela ini, senyuman yang mungkin tidak pernah akan aku lupakan selama hidupku..
Tiba tiba beberapa orang memanggil namaku dan menyuruhku masuk ke dalam, aku berjalan perlahan dan kemudian aku melihat Adhis membawa sepotong kue untukku, potongan kue pertama dari kue ulang tahunmu yang seharusnya bukan untukku Dhis...aku terdiam dan tak kuasa untuk menerimanya...aku ndak layak menerimanya Dhis...aku hanya sebatas angin lalu dalam hidupmu...
"Met, kue spesial ini buat kamu...aku suapin ya.." ucap Adhis
"Kenapa aku Dhis" lebih baik buat Papah sama Mamah saja.." jawabku dengan senyuman yang aku paksakan
"Aku mohon Met, sekali ini saja...buka mulut kamu" pinta Adhis
"Iya Dhis..." jawabku sambil membuka mulutku
Kue ulang tahun yang bagi sebagian orang bilang enak sekali rasanya tetapi bagiku terasa pahit dan susah sekali aku menelannya, selesai acara aku masih duduk menunggu di luar sesuai janjiku kepada orang tuanya Adhis, tak lama Papahnya Adhis datang dan duduk di sampingku
"Maaf agak lama Met, tadi si adek rewel" ucap Papahnya Adhis
" Ndak papa kok Om...apa yang Om akan bicarakan sama saya ?" tanyaku
"Om dengar dari Adhis, kamu udah jarang ketemu Adhis ya Met ?" tanya Papahnya Adhis
"Eh iya Om sesuai janji saya kepada Om dan Tante, meski mungkin dari hati saya belum bisa menerima kenyataan ini" ucapku
"Maaf ya Met, bukan maksud Om dan Tante pisahin kalian, tapi sebelum semua menjadi semakin sulit" jawab Papahnya Adhis
"Iya Om...saya paham kok dan sampai saat ini saya berusaha menjaga jarak dengan Adhis.." jawabku dengan perasaan yang sakit
"Oh iya Met, Om boleh minta tolong kamu sekali lagi ?" ucap Papahnya Adhis
"Selama saya bisa bantu, akan saya bantu sebisa saya.." ucapku
"Tolong jaga Adhis...sampai akhir tahun ini, karena tahun depan kami sekeluarga akan pindah ke kota lain" ucap Papahnya Adhis
"Maksudnya Om " Adhis mau pindah sekolah juga ?" tanyaku
"Iya Met, Om pindah tugas ke luar kota yang jaraknya cukup jauh dari pulau jawa...jadi sepertinya Adhis terpaksa ikut kami pindah...tapi tolong jaga rahasia ini karena Adhis belum tau, pelan pelan Om akan kasih tau ke Adhis.." ucap papahnya Adhis
"B-Baik Om, saya akan jaga dan bahagiakan Adhis...saya janji" ucapku
"Kamu memang anak yang baik Met, makasih ya..udah merepotkan kamu..sana temuin Adhis di dalam.." ucap Papahnya Adhis sambil menepuk bahuku
"Baik Om..." ucapku
Aku masuk rumah dan menemui Adhis, tak lupa aku berikan kado kecil ini untuknya, kotak kado yang berisi kalung perak dengan gantungan inisial namaku dan namanya dalam huruf sambung, Adhis tampak bahagia sekali dan langsung memintaku memakaikan kalung ini ke lehernya. Aku peluk Adhis dan berkata dalam hati... Aku akan menjaga dan membahagiakanmu Dhis sampai saat itu tiba...
Episode 11 JANJI SEORANG LELAKI ________________________
Janji seorang lelaki harus dijaga sampai apa yang dijanjikan terpenuhi, begitu juga dengan janjiku kepada Papahmu untuk menjaga dan membahagiakan kamu Dhis...entah aku sanggup atau tidak dengan perasaan hati yang tidak pernah tahu bagaimana ke depannya....
Pagi ini aku kembali ke rutinitas sebelum liburan sekolah kemarin, dimana aku harus mencoba kembali merajut asa dan mimpi yang mungkin tidak akan pernah terjadi. aku jemput kamu Dhis, kali ini jalan kaki bukan dengan sepeda. kita sarapan seperti biasa di meja pojok kantin sekolah ini, senyuman di wajahmu tampak begitu indah sama seperti sebelum terjadi kejadian di rumahmu, apa karena sekarang aku ada untukmu Dhis " apa kamu anggap hubungan ini akan berjalan dengan lancar jika kamu tahu apa yang akan terjadi akhir tahun besok " apa kamu sanggup Dhis " biarlah waktu yang akan menjawabnya bila saat itu tiba.
"Kamu kenapa Met kok diem aja " ga selera sama menunya ?" ucap Adhis membuyarkan lamunanku
"Ndak papa Dhis, iya nih tumben lagi ga selera makan hehehe"
"Tumben Met, biasanya kamu paling suka makan nasi kuning pake telor dadar gitu...apa karena makan sama aku ?" ucap Adhis
"Bukan karena menu atau makan barengan kamu Dhis, mulut aku aja rasanya pahit...padahal biasanya minum jamu pahit aja kalo sama kamu bisa jadi manis hehehehe" jawabku berbohong
"Iiih...mulai deh gombalnya....apa kamu sakit Met " aku anter ke Dokter yuk" ucap Adhis
"Ndak usah Dhis, paling masuk angin doang...ntar juga sembuh " jawabku
"Makanya ga usah ngerokok lagi, ga usah begadang lagi, ga usah sok naiknaik ke genteng lagi...kan yang kamu kangenin ada di depan mata kamu..." jawab Adhis
"Masa sih " kok ndak kelihatan..mana yah ?" ucapku bercanda sambil menolehkan pandangan ke kanan dan ke kiri
"Ya udah kalo ga kelihatan...aku pergi aja.." jawab Adhis dengan nada marah dan beranjak berdiri dari kursi
"Cie Cie..ngambek niye...tuh kan ngambek aja cantik apalagi senyum..." ucapku sambil menahan tangan Adhis
"Sebel sama kamu Met..." ucap Adhis kembali duduk di depanku
"Sebel " Senang Betul " Alhamdulillah..." jawabku tertawa kecil
"Emang...kamu ga ngerasa Met ?" ucap Adhis
"Ehhh..maksudnya Dhis" tanyaku
"Met, kenapa sekarang kita harus takut jika kita tidak tau kedepannya akan seperti apa ya " kenapa kita tidak coba untuk mengesampingkan semua perbedaan yang ada " " ucap Adhis
"Dhis...jika kamu berpikir untuk saat ini iya benar apa yang kamu omongin...tapi jika kamu berfikir untuk ke depannya mungkin akan terasa berat karena perbedaan ini, aku tidak menyalahkan saran dari Papah dan Mamahmu...mungkin aku pun akan melakukan hal yang sama jika nanti aku di posisi mereka" jawabku
"Tapi Met...kan kita aja belum jalanin status ini, belum tau juga nanti kamu memang jodohku atau bukan...ga da salahnya mencoba kan ?" ucap Adhis
"Aku ga tau Dhis..." jawabku singkat
"Kamu tau ga Met...setelah kamu anter aku pulang ke kost hari itu...aku menangis berhari hari...aku butuh kamu ada di sisiku...tapi aku paham kondisi kamu terikat janji dengan Papah dan Mamahku..." jawab Adhis
"Aku paham Dhis, hal yang sama aku rasakan..bahkan sampai saat ini..." jawabku
"Aku sayang dan cinta kamu Met...apa salah dengan perasaan ini ?" tanya Adhis
"Aku juga cinta dan sayang kamu Dhis...aku juga ndak tau salah atau ndak dengan perasaanku...tapi aku sudah berjanji Dhis.." jawabku
"Kenapa di saat hati ini terbuka untuk kamu masuk tapi disaat itu juga harus dipaksa tertutup kembali..." ucap Adhis dengan tatapan nanar
"Mungkin pola pikir kita masih terlalu muda untuk membahas masalah ini Dhis...yuk masuk kelas udah jam 7 lebih dikit.." ucapku sambil menggandeng tangannya
"Pokoknya aku cuma mau sama kamu Met, Please jangan tinggalin aku ya Met...Please" ucap Adhis
"Aku akan selalu ada untuk kamu Dhis...aku janji " jawabku
Wajah Adhis tersenyum manis setelah mendengar ucapanku, kamu tahu ndak sih Dhis...bukan aku yang akan ninggalin kamu...tapi kamu yang akan ninggalin aku...dan sampai saat itu tiba aku akan selalu ada untukmu dan menjagamu...
Hari berganti dan waktu berlalu kami selalu bersama dalam situasi dan kondisi apapun, dimana ada kamu disitu pula ada aku, sampai akhirnya saat itu tiba....waktu yang sangat aku takutkan selama ini akan terjadi dalam beberapa hari kedepan, jujur aku belum siap kehilangan kamu Dhis...gimana dengan kamu"
Episode 12 TIME IS OVER ________________________ Senyum manismu masih tampak dari wajahmu, semoga akan selalu tersenyum untukku Dhis...Hari ini hari terakhir ujian, artinya semakin sedikit waktu untuk bersamamu Dhis...aaarghh...seandainya semua bisa sesuai dengan rencana manis yang kau ucap Dhis...
"Met...nanti maen ke kost ya, Papah sama Mamah dateng " ucap Adhis membuyarkan lamunanku
"A-Apa Dhis...tadi ngomong apa...ga fokus hehehehe " jawabku
"Iiihh...mau ujian malah ngelamun aja met...ntar ke kost ada Papah sama Mamah" jawab Adhis sambil mencubit pelan hidungku
"Owh Siyap lah Tuan Putri...ada calon mertua masak ga dateng" godaku
"Ngarep bener iih..." ucap Adhis
"Ya udah deh..ga jadi dateng aja..." ucapku lirih sambil pura pura menekuk wajah
"diih ngambekan kamu Met...sini sini peluk dulu biar ga sensi..." ucap adhis langsung memelukku
"Alhamdulillah rejeki mau ujian dipelukin cewek cantik " godaku sambil membalas pelukan Adhis
"Slamet.....hiih..sebel aah.." ucap Adhis gantian ngambek dan melepas pelukannya
"Hahahaha gantian sekarang yang ngambek...sini cium dulu..." ucapku sambil memanyunkan mulut
"Ogah ogah...iih takut aah..hehehehe jawab Adhis menghindar
"Becanda aah...bukan muhrim juga hehehe" ucapku
"Sok bener kamu Met...biasanya juga diem kalo aku cium hehehehe ucap Adhis
"Namanya rejeki masa di tolak sih Dhis...hehehehe " ucapku
"Dasar...aku balik kelas dulu ya Met, kerjain soal yang bener...biar naik kelas, mudah-mudahan bisa sekelas ya Met.." ucap Adhis
"I-Iya Dhis...kamu juga ya...iya enak kali ya kalo sekelas...bisa nyontek kamu hehehe" jawabku dengan lidah kelu
"Daah Slamet...Love You... ucap Adhis sambil berjalan meninggalkanku yang masih terpaku dengan kata katamu tentang sekelas di tingkat dua nanti
Sampai saat ini kamu masih belum tau ya Dhis...bahwa sebentar lagi kita akan jarang bertemu setiap hari atau bahkan mungkin ndk akan bertemu lagi...
Selesai ujian aku menunggu di depan kelasmu, tak lama kemudian kamu datang menghampiriku dan duduk di sampingku
"Gimana Met ujiannya " bisa kan " " tanya Adhis
"Alhamdulillah bisa Dhis...kan semalem udah kamu ajarin rumus rumusnya hehehe" jawabku
"Siip...udah ga sabar aja pengen sekelas ama kamu Met..hehehe " jawab Adhis
"I-Iya Dhis...yuk pulang..eh makan dulu atau gmn ?" tanyaku
"Ga usah Met, udah di bawain sama Mamah " jawab Adhis dan langsung menggandeng tanganku
Kami berjalan bergandengan tangan meski tidak pernah ada status resmi dalam hubungan ini...biarlah berjalan apa adanya...yang penting saling jaga dan saling mencintai...
"Sini masuk Met...udah Om tunggu dari tadi" Ucap Papahnya Adhis setelah kami sampai di gerbang kost
"Iya Om..gimana kabarnya Om " Sehat kan ?" ucapku sambil mencium punggung tangannya
"Baik baik semua Met...kamu gimana " lancar ujiannya ?" jawab Papahnya Adhis
"Alhamdulillah Om..banyak dibantu Adhis belajar soalnya klo ndak sih bisa jadi ndak naek kelas hehehehe " ucapku
"Bisa aja kamu Met...Dhis, kamu belum makan kan " bilang sama Mamah suruh bawain makanan ke depan sekalian bareng Slamet" ucap Papahnya Adhis
"Iya Pah, Adhis masuk dulubya Met..." jawab Adhis sambil masuk ke dalam
"Makasih ya Met, kamu udah jagain Adhis" kata Papahnya Adhis
"Sama sama Om...sesuai janji saya...ngomong-ngomong jadi pindah om ?" tanyaku
"Jadi Met, kemarin Om sudah survey rumah dan sekolah disana " jawab Papahnya Adhis
"Mudah-mudahan betah disana Om...rencana kapan mau kasih tau Adhis Om?" tanyaku
"Malam ini Met, sengaja nunggu selesai ujian biar ga terganggu konsentrasinya " jawab Papahnya Adhis
Tak lama kemudian Adhis datang bersama Mamahnya, dan membawa seplastik makanan buat kami makan bersama sama
"Met, mau minum apa Teh atau Kopi?" tanya Adhis
"Apa aja Dhis, air putih aja biar kamu ndak repot " jawabku
"Kok cuma Slamet doang yang di tawarin minum...Papah kan juga mau Dhis" ucap Papahnya Adhis
"Papah kan ada Mamah, minta mamah aja hehehe " jawab Adhis
Papahnya Adhis hanya tersenyum melihat tingkah laku putrinya yang sangat di sayanginya
Selesai makan kami ngobrol kesana kemari sampai menjelang sore, segera aku berpamitan untuk pulang dahulu karena sehabis maghrib Papahnya Adhis mengajak makan di luar.
Menjelang isya aku sudah berada di depan gerbang kostmu Dhis, dengan pakaian sedikit pantas untuk jalan bersama keluargamu, kamu terlihat cantik dengan baju biru dipadu dengan celana jeans model 3/4.
"Masuk Met, Duduk sini" pinta Adhis sambil menepuk kursi di sebelahnya
Iya Dhis... jawabku "Tumben kamu rapi dan wangi Met..biasanya bau acem hehehe" ucap Adhis
"Bau asem tapi ngangenin kan " hehehehe " ledekku
"Yang ngangenin orangnya bukan baunya... jawab adhis sambil menyandarkan kepalanya di bahuku
Kami terdiam sesaat dalam posisi paling nyaman ini, mungkin kami merasa posisi seperti ini ndak akan terulang lagi...
"Udah diem-diemannya " klo belum Papah tungguin deh" ucap Papahnya Adhis menyadarkan kami
"Iih Papah...abis lama bener sih" jawab Adhis
Mamah kamu lama kalo dandan..yuk jalan" ucap Papahnya Adhis
Kami berhenti di sebuah rumah makan sunda yang terdiri dari beberapa saung saung yang saling terpisah, Adhis dan Mamahnya sibuk memesan makanan sedangkan Papahnya Adhis terlihat membolak balik menu minuman di ujung meja.
"Met, mau makan apa " biar aku tulisin " ucap Adhis
"Apa aja Dhis, ndak ngerti masakannya, yang enak aja hehehe" jawabku
"Okey Met, ntar makan berdua sama aku ya..dijamin pilihannya enak" jawab Adhis
Aku hanya mengangguk tanda setuju, di pikiranku sebenernya lebih fokus apa reaksi mu setelah mendengar bahwa rencana rencanamu berubah dan tidak sesuai kenyataan Dhis...
Tak lama makan malam kami terhidang dan segera kami menyantapnya dengan lahap, berkali kali juga Adhis menyuapiku entah potongan daging atau ikan...Papah dan Mamahnya Adhis hanya tersenyum melihat tingkah laku anaknya.
Selesai makan Papahnya Adhis mulai bercerita tentang pekerjaannya, dan sampai juga saat untuk membicarakan masalah pindah ke daerah karena pengangkatan jabatan menjadi kepala bagian di kantornya.
"Papah bohong...kenapa ga bilang Adhis dari dulu ?" ucap Adhis
"Papah cuma pengen kamu tenangin pikiran dulu sampai kenaikan kelas Dhis " jawab Papahnya Adhis
"Adhis ga mau ikut, Adhis disini aja sama Slamet...iya kan Met?" ucap Adhis
Aku hanya terdiam tak mampu menjawabnya, kali ini aku tidak ingin mencampuri urusan keluarga Adhis...maaf Dhis...aku ndak bisa bantu...
Perundingan itu begitu alot dan sampai akhirnya Adhis menangis sambil memelukku...
"Met...bilang sama Papahku kalo kamu bisa jagain aku...bilang Met..." ucap Adhis sambil terus menangis
"Dhis, Kamu harus nurut sama orang tuamu...jangan jadi anak durhaka ya sayang" jawabku sambil mengusap kepalanya
"Tapi kan kita jadi pisah Met...aku ga mau pisah ama kamu" ucap Adhis
"Dhis...selama kita masih ada rasa cinta dan sayang...jarak bukan jadi alasan untuk tidak saling menyayangi " jawabku
"Kamu masih bisa main kesini kalo liburan atau aku yang akan kesana...udah ga usah nangis" lanjutku
"Kamu yakin nanti masih cinta dan sayang aku Met.." tanya Adhis
"Aku ndak akan pernah berubah Dhis...selama ini apakah aku pernah sakitin kamu" apa aku pernah mengeluh tentang hubungan ini " ndak kan ?" jawabku meyakinkan Adhis meski didalam hatiku sakit dan menangis
"Janji ya Met...love you " ucap Adhis sambil mencium bibirku...
Mungkin ini ciuman yang terakhir darimu Dhis...aku ndak tau gimana hidupku setelah kamu pergi...
Pagi itu aku hanya bisa mengantarmu sampai bandara di kotamu...ingin sekali aku ikut denganmu Dhis...tapi semua tidak memungkinkan saat ini...
"Aku pergi sebentar ya Met...jaga diri baik baik disana..ga usah ngerokok lagi...ga usah panjat panjat genteng lagi...kalo kangen telpon ya Met...Janji untuk ga lupain aku " ucap Adhis sebelum memasuki ruang tunggu pesawat
"Iya Dhis, kabarin klo udah sampe sana...baik baik juga disana...inget ada aku selalu menjaga hati ini untuk kamu... Love You Dhis..." ucapku sambil memeluk mencium kening dan bibirnya
"Love You Too...Makasih buat semuanya ya Met... ucap Adhis
Adhis masih terlihat tersenyum sambil berulang kali melambaikan tangannya sampai tak terlihat lagi dari sini..perlahan aku meninggalan bandara ini...meninggalkan seluruh kenangan indah bersamamu Dhis...semoga kita masih bisa bertemu lagi...
Episode 13 JARAK BERBICARA _________________________
Sebulan setelah kepergianmu membuat rasa hati ini semakin hampa Dhis, terakhir kabar dari kamu bahwa kamu di sana sudah sekolah di salah satu SMA terbaik di sana, ada beberapa teman baru yang kamu ceritakan, pengalaman baru tinggal di kota yang asing sebelumnya, dengan sedikit berbeda pola kehidupannya meski semua itu kamu ceritakan lewat telepon atau web chat lewat warnet di depan sekolah... aku kangen kamu Dhis....
Aku sering jalan ke tempat - tempat yang biasa kita kunjungi dulu, aku foto dan aku kirimkan lewat email hanya untuk membantumu mengingat masa masa bersamaku, semakin lama semakin sakit hati ini aku rasakan, hidupku berubah kembali seperti masa setelah kejadian di rumahmu, mulai tidak teratur lagi pola hidupku...
Sampai suatu hari kamu telpon sambil menangis di kamarmu, kamu bercerita bahwa selama ini kamu disana juga merasakan hal yang sama denganku...
"Met...kamu lagi apa " aku kangen kamu...kapan ya bisa ketemu..." ucap Adhis sambil menangis
"Aku juga kangen kamu Dhis...jarak dari sini ke tempatmu sangat jauh Dhis...nanti kalo aku ada rejeki aku maen ke sana..." jawabku kelu
"Gimana kabarmu disana " udah banyak kan temen temen disana ?" tanyaku
"Iya lumayan udah banyak, mereka welcome sama aku kok..." jawab Adhis
"Met...sebenarnya gimana sih ya hidup kita ini sekarang ?" lanjut Adhis
"Maksudnya Dhis ?"" jawabku
"Kamu ga ada niat untuk mencari penggantiku Met ?" ucap Adhis
"Sampai saat ini ndak Dhis...Kamu sendiri gimana ?" jawabku
"Sama Met, semakin aku coba membunuh perasaan ini justru semakin sayang dan cinta sama kamu Met" ucap Adhis
"Tapi kan..." jawabku
"Iya Met..aku tau kita berbeda...tapi setelah aku pikirkan selama beberapa hari ini, kayaknya kita ga bisa terus menerus seperti ini..jalani hubungan yang kedepannya kita tau ga bisa bersama, apalagi sekarang ditambah jarak memisahkan raga kita..." ucap Adhis
"Iya sih Dhis...aku juga ndak ingin sia sia in waktu kamu hanya untuk hubungan tanpa kejelasan ini" ucapku
"Aku juga berpikiran sama Met, kalo memang kita jodoh pasti kita bertemu dan bersatu..." ucap adhis kembali menangis
"Mungkin saat ini kita dak di takdirkan bersama Dhis, ndak tau kedepannya gimana besok...biar waktu yang akan menjawabnya" jawabku berusaha tegar menahan tangis
"Jadi mulai sekarang, bukalah hatimu untuk yang lain Met...aku cabut janjimu untuk setia dan menungguku..." ucap Adhis terisak
"Dhis..." jawabku
"Iya Met, percayalah...klo kita emang garis tangan kita di takdirkan untuk bersama maka kita kan bersama entah kapan... yang pasti aku akan bahagia sekali jika memang itu terjadi..." ucap Adhis


Sang Penjaga Hati Karya Gembel Sakti di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku percaya itu Dhis...makasih untuk semuanya...makasih untuk cinta dan sayangmu..makasih untuk waktu dan semua yang kamu berikan buat aku..aku akan selalu menyimpan cinta untukmu di sisi hatiku yang paling dalam..." jawabku
"Sama sama Met...makasih untuk semuanya juga, kamu ga akan pernah aku lupakan sampai ajal menjemputku kelak...semoga bisa bersatu lagi ya Met.." ucap Adhis dengan suara parau
"Love you Dhis...." ucapku
"Love you too Met...tapi kita masih tetep bertemen kan Met ?" jawab Adhis
"Iya Dhis..." Setelah percakapan itu selesai baru aku mengeluarkan tangisanku, aku tidak ingin Adhis tau kalo aku bersedih...semalaman aku menangis.. bukan menangisi atas semua yang telah terjadi antara aku dan kamu tetapi atas cinta yang tidak mungkin bersama...
Semenjak hari itu frekuensi komunikasi kami sedikit berkurang tetapi masih tetap berkomunikasi meski hanya sekedar tanya kabar atau ucapin selamat ultah sampai akhirnya kamu kasih kabar jika sudah punya pacar di sana...Gagah nama pacarmu sekarang...sosok lelaki yang kata kamu mirip denganku, dari postur sampai wajah hampir mirip...hanya saja yang berbeda adalah Gagah satu prinsip dalam kehidupan denganmu...
Pedang Keadilan 11 Dewa Arak 58 Mayat Hidup Pembalasan Dewa Pedang 1
^