Pencarian

Hijaunya Lembah Hijaunya 19

01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja Bagian 19


"Baiklah Ki Waruju" berkata Mahisa Murti "kami akan
membiasakannya berlari-lari ke lereng bukit itu setiap pagi
dan sore. Kita akan mulai besok pagi"
"Apakah biasanya kau juga berbuat demikian?" bertanya
Ki Waruju. "Tidak selalu Ki Waruju" jawab Mahisa Murti "tetapi
aku akan mulai acara itu sejak esok. Dan barangkali
menarik juga untuk sekali-sekali menempuh jalur jalan yang
lain. Kali ini pergi kelereng bukit, tetapi dihari lain pergi ke
daerah rawa-rawa yang jarang dilalui orang itu"
Ki Waruju mengangguk-angguk. Bahkan iapun berkata
"Dan pada saat yang lain, kau dapat saja berlari-lari
menyusuri jalan dari padukuhan yang satu ke padukuhan
yang lain. Naik ke bukit padas yang gundul itu, sehingga
dengan demikian kau akan dapat mengalihkan perhatian
para pengawas, karena jika kalian pergi ke bukit gundul itu,
kalian benar-benar tidak akan dapat berbuat apa-apa, selain
latihan menempuh perjalanan yang terjal, sulit dan cukup
jauh" Mahisa Murti dan Mahisa Pukat mengerti maksud Ki
Waruju. Karena itu, maka merekapun mengangguk-angguk
mengiakan. Demikianlah, maka ketiga orang itupun lelah menemui
para petugas sandi di rumah Ki Sanggarana itu untuk
menyampaikan pikiran mereka tentang kemungkinan yang
akan dapat mereka tempuh dalam usaha mereka untuk
memasukkan orang-orang Singasari kedalam lingkungan
Kabuyutan Talang Amba. Para petugas sandi yang mendengarkan pendapat itupun
mengangguk-angguk sambil tersenyum. Katanya "Satu
pikiran yang baik. Aku sependapat"
"Tetapi bagaimana mengatur dan mempersiapkan para
prajurit Singasari di hutan, atau di rawa-rawa atau ditempat
lain yang tersembunyi untuk sedikit demi sedikit
bergabung dengan anak-anak muda itu?"
"Kami akan mengatur. Seorang atau dua orang diantara
kami akan keluar dari padukuhan ini setelah semua rencana
kita susun dengan matang" berkata petugas-petugas sandi
itu" Kita akan menentukan hari demi hari dengan arah
yang sudah diperhitungkan. Kecuali jika karena satu dan
lain hal yang tiba-tiba saja terjadi, sehingga terpaksa
membatalkan rencana yang sudah tersusun. Dalam keadaan
yang demikian seorang diantara kami akan
memberitahukan kepada pasukan yang sudah siap ikut
dalam lingkungan anak-anak muda Talang Amba untuk
hari dan dari tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.
Bahkan dalam keadaan yang memaksa, pembatalan dapat
saja terjadi tanpa pemberitahuan apapun juga"
Dengan demikian maka para petugas sandi dan para
pemimpin dari Talang Amba itu telah menyusun rencana
yang paling baik yang akan dapat mereka lakukan.
"Semakin cepat, semakin baik" berkata petugas sandi itu
"tetapi tidak tergesa-gesa sehingga dapat menarik
perhatian" Ketika segala rencana itu telah masak, maka anak-anak
muda Talang Amba telah mulai dengan rencana itu di
keesokan harinya. Pagi-pagi benar sebelum matahari terbit,
maka anak-anak muda Talang Amba itu telah berlari-lari
memanjat lereng bukit yang terjal. Tidak terlalu cepat,
bahkan kadang-kadang mereka merayap mendaki dan
kemudian turun lagi. Hal seperti itu memang pernah dilakukan oleh anak-anak
muda Talang Amba untuk melatih ketahanan tubuh dan
ketrampilan. Sehingga karena itu, maka para peng-awaspun
telah pernah melihat kegiatan yang demikian.
Karena itu, kegiatan itu tidak terlalu menarik bagi para
pengawas. Apalagi anak-anak muda itu telah berputar dan
kemudian memasuki daerah rawa-rawa. Para pemimpin di
Talang Amba telah membekali anak-anak muda itu dengan
obat-obat yang dapat menolong jika salah seorang diantara
mereka mengalami kesulitan dengan ular-ular air.
Sementara Ki Waruju, Mahisa Murti dan Mahisa Pukat
sama sekali tidak akan terganggu oleh jenis ular yang
bagaimanapun juga. Bahkan akik dan gelang akar yang ada
pada Mahisa Murti dan Mahisa Pukat akan dapat
membantu untuk mengobati orang-orang yang digigit ular
sebagaimana yang dimiliki oleh Ki Waruju.
Di hari itu, Mahisa Murti dan Mahisa Pukat lelah
membawa dua kelompok anak-anak muda di saat yang
tidak bersamaan. Sekelompok di pagi hari dan sekelompok
yang lain disore hari. Sementara itu, dua orang petugas sandi yang ada di
Talang Ambapun telah meninggalkan Kabuyutan itu
dengan diam-diam. Mereka harus menyiapkan sepasukan
prajurit Singasari di tempat-tempat yang sudah ditentukan
di mulai sejak empat hari mendatang.
"Mudah-mudahan tidak terlambat" berkata Ki
Sanggarana ketika ia melepas petugas sandi yang
meninggalkan KabuyutanTalang Amba itu.
"Hari-hari itu adalah saat yang paling. cepat yang dapat
kami tempuh" jawab petugas sandi itu "tetapi hal itu akan
lebih baik daripada kita harus menunggu kesempatan lain"
Demikianlah, masing-masing telah melakukan tugasnya
dengan sebaik-baiknya. Sementara petugas sandi itu
menghubungi pimpinan prajurit Singasari dalam rencana
mereka menjebak seorang Pangeran Kediri yang telah
melakukan perlawanan terhadap Singasari, maka Mahisa
Murti dan Mahisa Pukat telah melakukan tugasnya pula.
Memberikan latihan-latihan seperti yang biasanya
dilakukan. Sementara itu, di pagi hari dan di sore hari ia
telah membawa anak-anak itu berlari-lari di bukit atau ke
daerah berawa-rawa. Mendaki lereng yang terjal dan
kemudian menyeberangi daerah berlumpur yang ditumbuhi
rerumputan liar dan batang-batang pandan eri.
Sebagaimana sudah diperhitungkan, maka para
pengawas yang dikirim oleh Pangeran Lembu Sabdata telah
melihat semuanya itu. Mereka melihat anak-anak muda
Talang Amba berlatih keras, bahkan kadang-kadang agak
berlebih-lebihan. Seorang diantara para pengawas itu tersenyum sambil
berkata "Orang-orang Talang Amba memang gila. Mereka
mengira dengan memaksa diri akan dapat membentuk
suatu pasukan yang kuat yang akan dapat melindungi
Kabuyutannya dari kemungkinan buruk atas balas dendam
orang-orang Kediri" Kawannya tertawa. Katanya "Mereka mengira, bahwa
orang-orang Kediri tidak lebih baik dari orang-orang
Gagelang yang dungu. "Kita masih harus membuat perhitungan jika kita ingin
menghancurkan Gagelang, karena kekuatan pokok
Gagelang adalah para pengawal yang terlatih baik
disamping orang-orang baru yang ditempa siang dan
malam" berkata orang yang pertama "tetapi orang-orang
Gagelang memang menyatakan dirinya sebagai pengawal.
Sedangkan anak-anak Talang Amba hanya
mempergunakan waktu luangnya saja, karena mereka harus
bekerja di sawah dan di ladang"
Keduanyapun tertawa. Bagi mereka, yang dilakukan oleh
anak-anak muda Talang Amba itu adalah satu kesia-siaan
belaka. Namun salah seorang diantara keduanya kemudian
berkata "Meskipun demikian, latihan-latihan itu tentu ada
juga gunanya" "Tentu" jawab kawannya "mereka akan dapat
mempergunakan senjata meskipun baru pada tataran
permulaan. Dan usaha mereka untuk meningkatkan daya
tahan tubuh mereka dan ketrampilan serta keseimbangan
itupun berguna pula. Tetapi tidak akan berarti dibandingkan
dengan kemampuan seorang prajurit yang sebenarnya"
Yang lain mengangguk-angguk. Lalu katanya "Namun
bagaimanapun juga kita harus mengawasi Kabuyutan itu.
Kita tidak akan mengulangi kegagalan yang memalukan
itu" "Hal itu terjadi bukan saja atas kelebihan orang-orang
Singasari yang berhasil menyusup. Tetapi juga karena
pengkhianatan orang-orang Gagelang" berkata kawannya.
Yang lain mengangguk-angguk. Tetapi iapun kemudian
menggeram "Tidak akan terjadi lagi sekarang dan nanti.
Kita akan mengawasi semua jalan masuk. Kita tidak akan
tertipu lagi dengan cara-cara orang-orang Singasari
berpakaian seperti petani"
"Mereka tidak akan dapat lolos " berkata kawannya
"Jika orang Singasari ingin menjebak, maka yang datang
tentu tidak hanya sepuluh. Dua puluh orang. Tetapi seratus
atau dua ratus. Kita tidak akan terkelabui lagi"
Dengan demikian, maka latihan-latihan anak-anak muda
Talang Amba itu tidak lagi sangat menarik perhatian orangorang
Kediri. Mereka menganggap latihan-latihan itu
sebagai sesuatu yang dipaksakan. Namun bagaimanapun
juga. peningkatan ilmu anak-anak muda Talang Amba tidak
akan dapat terjadi dalam waktu dua tiga hari atau bahkan
dua pekan. Sementara itu. Pangeran Lembu Sabdatapun telah selesai
dengan persiapannya. Atas bantuan beberapa orang
saudaranya maka sepasukan prajurit Kediri telah dapat
dikumpulkannya dengan diam-diam.
"Kita menunggu laporan dari Talang Amba" berkata
Pangeran Sabdata. Sebenarnyalah laporan dari Talang Amba telah
memberikan petunjuk, bahwa Pangeran Lembu Sabdata
dapat bergerak kapan saja. Tidak ada prajurit Singasari
seorangpun yang berada di daerah Kabuyutan Talang
Amba. Tetapi pada saat yang demikian, maka diluar
kemampuan pengamatan para pengawas di Kediri, anakanak
muda yang mengadakan latihan ketrampilan telah
melakukan satu tugas yang menentukan.
Ketika pagi-pagi hari anak-anak muda itu berlari-lari
mendaki tebing, maka lima orang telah menunggu mereka
di tempat sepi yang telah ditentukan. Dalam pakaian
sebagaimana kebanyakan dipakai oleh anak-anak muda
Talang Amba, maka kelima orang itu telah memasuki
barisan yang sedang berserakan mendaki tebing. Tanpa
diketahui oleh seorangpun diluar barisan itu sendiri, bahwa
jumlah anak-anak muda yang ada di dalam barisan itu telah
bertambah. Demikian pula ketika pasukan kecil anak-anak muda
Talang Amba itu turun dengan nafas yang tersenggal
senggal dan berlari dengan lelah memasuki padukuhanpadukuhan
di Kabuyutan, tidak seorangpun yang sempat
menjumlah anak-anak muda yang ada di dalam pasukan
itu. Hal yang sama telah diulang disore harinya. Di pagi
berikutnya dan di hari hari mendatang sebagaimana telah
direncanakan. Namun sementara itu, pasukan Kediri dengan diamdiam
dan sangat hati-hati telah mendekati Kabuyutan
Talang Amba. Pangeran Lembu Sabdata tidak dapat
melupakan seorang anak muda yang telah melawannya.
Seorang yang bertempur dengan serunya melawan Akuwu
Gagelang dan seorang anak muda yang lain yang memiliki
ilmu yang tinggi. Bagi Pangeran Lembu Sabdata, maka pekerjaannya kali
ini merupakan pekerjaan yang tidak terlalu berat, karena ia
hanya akan datang dan dengan mudahnya menghancurkan
sebuah Kabuyutan untuk melepaskan sakit hatinya. la akan
berbicara dengan dua orang anak muda dan seorang lakilaki
yang mampu mengimbangi kemampuan Akuwu di
Gagelang sebelum mereka juga akan dibinasakan. Ketiga
orang itu harus melihat bagaimana Talang Amba
dihancurkannya. Kemudian hutan di lereng bukit itupun
akan menjadi lautan api sehingga dihari berikutnya lereng
bukit itu akan tinggal abu yang hitam berserakan.
Sementara itu laporan dari pengawasnya memberikan
isyarat bahwa semua rencana akan dapat dilakukan dengan
aman. Tidak ada prajurit-prajurit Singasari atau Gagelang
yang ada di Talang Amba yang akan dapat mengganggu
pekerjaan para pengawal terpilih dari Kediri yang berhasil
dipengaruhi oleh Pangeran lembu Sabdata dan saudarasaudaranya
yang memihak sikap yang sama, meskipun
kadang-kadang alasannya agak berbeda dan tujuannyapun
berbeda pula. Namun dalam pada itu, yang dilakukan oleh anak-anak
muda Talang Ambapun tidak pula ada henti-hentinya.
Kadang-kadang mereka berlari-lari ke bukit terjal, ke hutan
di lereng bukit atau ke semak-semak di rawa-rawa. Namun
setiap mereka kembali, maka jumlah mereka selalu
bertambah tanpa diketahui oleh orang lain. Sehingga
dengan demikian, maka orang-orang yang memasuki
Talang Amba dengan cara yang aneh itu semakin lama
menjadi semakin banyak. Tetapi jumlah itu tidak dapat bertambah dengan cepat,
karena mereka harus menghindari kecurigaan para
pengawas yang menurut perhitungan mereka pasti ada di
sekitar Kabuyutan Talang Amba.
Sementara itu, ketika pasukan Kediri mulai bergerak,
maka Pangeran Lembu Sabdatapun telah memerintahkan
untuk mengamati daerah di sekitar Kabuyutan Talang
Amba. Mungkin ada sepasukan yang kuat yang ada di
daerah di sekitar Kabuyutan itu.
Dan perhitungan Pangeran Sabdatapun agaknya
mendekati kebenaran. Para pengawasnya harus mengamati
hutan di lereng bukit dan daerah yang berawa-rawa.
Namun ketika para pengawas itu mulai memperhatikan
daerah itu. maka pasukan Singasari yang bersembunyi di
hutan-hutan dan di rawa-rawa telah terhisap habis
memasuki Kabuyutan Talang Amba.
Dalam pada itu, maka para prajurit Singasari yang sudah
berada di Talang Ambapun berusaha untuk tidak menarik


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perhatian. Sebagian besar dari mereka berada di-rumah Ki
Sanggarana, di rumah Ki Sendawa dan di banjar-banjar
padukuhan. Namun dengan keras mereka berpesan kepada
anak-anak muda agar kehadiran mereka tetap dirahasiakan.
Bahkan sebagian dari orang-orang Talang Amba sendiri
tidak tahu, bahwa ada sepasukan Singasari yang kuat
berada di Kabuyutan mereka.
Ternyata anak-anak muda Talang Ambapun telah
memegang rahasia itu sebaik-baiknya. Mereka sadar akan
arti kehadiran pasukan itu. Singasari benar-benar ingin
menjebak Pangeran dari Kediri yang telah menyusup ke
Gagelang dan bahkan telah merencanakan penebangan
hutan di lereng bukit dengan segala macam cara.
Yang kemudian dilihat oleh para pengawas adalah
kesiagaan anak-anak muda Talang Amba. Menurut
pengamatan mereka, jumlah anak-anak muda itu tidak
berubah. Setiap kali para pengawas melihat anak-anak itu
berlari-lari. Berlatih dan bersiaga sepenuhnya menghadapi
segala keadaan. Tetapi yang dilakukan oleh anak-anak muda Talang
Amba itu sangat menggelikan bagi para pengawas. Para
pengawas itu menganggap anak-anak muda Talang Amba
menjadi tamak dan kehilangan penilaian atas diri mereka
sendiri. Sambil tertawa seorang pengawas berkata "Alangkah
lucunya. Orang-orang Talang Amba itu menganggap diri
mereka sebagai prajurit-prajurit yang akan mampu
mempertahankan diri. Setiap malam mereka berada di
gardu-gardu. Meronda mengelilingi setiap padukuhan.
Sekali-kali berlatih perang di malam hari. Seolah-olah
mereka akan mendapat wisuda menjadi prajurit-prajurit
terpilih di Singasari"
"Kita akan menghentikan permainan yang memuakkan
itu. Bukankah Pangeran Lembu Sabdata telah mulai
bergerak?" sahut kawannya.
Dalam waktu dua atau tiga hari lagi, mereka sudah akan
berada di hutan itu: Mereka akan segera turun dan
menghancurkan Kabuyutan ini. Dalam kesempatan yang
lebih baik, maka Gagelanglah yang akan dihancurkan.
Namun jika kita sudah dapat membakar hutan itu, maka
rasa-rasanya kita sudah dapat menyelesaikan sebagian besar
dari tugas-tugas kita" berkata orang yang pertama.
Kawannya mengangguk-angguk. Sebenarnyalah bahwa
mereka sudah mulai jemu dengan pekerjaan yang harus
mereka lakukan di Talang Amba itu.
Demikianlah, maka dihari berikutnya mereka mendapat
perintah untuk bersiap-siap sepenuhnya. Pasukan yang
dipimpin sendiri oleh Pangeran Lembu Sabdata benar-benar
telah bergerak. Mereka akan berada dihutan di lereng bukit
sebelum mereka akan turun menghancurkan Talang Amba.
Namun ternyata bahwa Singasari tidak sekedar
menempatkan orang-orang di Talang Amba. Tetapi
merekapun mempunyai kelengkapan pula dengan petugaspetugas
sandi sebagaimana orang-orang Kediri. Karena itu
ketika isyarat dari Kediri telah sampai kepada para petugas
di Talang Amba, bahwa pasukan yang dipersiapkan untuk
menghancurkan Talang Amba diduga sudah berangkat,
maka Talang Ambapun benar-benar telah bersiap
menghadapi segala kemungkinan.
Sementara itu, maka Singasari sengaja tidak mencegah
pasukan itu di Kediri. Karena dengan demikian maka
mereka tidak akan dapat melihat langsung di medan,
siapakah diantara para Pangeran yang telah menyusun
rencana perlawanan terhadap Singasari itu.
Dalam pada itu, kesiagaan di Talang Amba telah diatur
sebaik-baiknya. Dengan sengaja Talang Amba tidak
memberikah laporan kepada Gagelang, karena dengan
demikian maka Pangeran Lembu Sabdata dapat
mengurungkan niatnya apabila Gagelang mengirimkan
bantuan ke Talang Amba. Namun dalam pada itu. prajurit Singasari yang ada di
Talang Amba telah membaur dengan anak-anak muda.
Namun agar jumlah mereka tidak menumbuhkan
kecurigaan, maka sebagian besar dari mereka tetap berada
di banjar-banjar di rumah Ki Sanggarana dan di rumah Ki
Sendawa. Sehingga dengan demikian maka yang nampak
bersiaga diluar padukuhan, di jalan-jalan menuju ke
padukuhan induk dan di pintu-pintu gerbang adalah anakanak
muda Talang Amba. Pada saat-saat yang demikian, maka tiba-tiba saja
seorang pencari kayu di lereng bukit, telah berlari-lari
menuju ke padukuhan induk. Kayu bakar yang sudah di
ikat dan tinggal membawanya pulang, telah
ditinggalkannya. "Ada apa Ki Tanu?" bertanya seorang anak muda yang
berjaga-jaga di pintu gerbang.
"Aku akan menghadap Ki Sanggarana" jawab orang itu.
"Ya ada apa?" desak anak muda itu.
Ki Tanu termangu-mangu. Lalu katanya "Ada yang akan
aku laporkan" "Ya, apa?" desak anak muda itu "Mungkin aku dapat
membantu. Atau mungkin kau ingin langsung bertemu
dengan Ki Sanggarana sendiri"
"Ya" jawab orang itu.
"Marilah. Aku akan mengantarmu" berkata anak muda
itu. Dengan demikian, maka. anak muda itupun telah
membawa Ki Tanu ke rumah Ki Sanggarana. Anak muda
itupun yakin, tentu ada sesuatu yang penting. Orang itu
adalah orang tua yang sederhana dan tidak mempunyai
banyak persoalan di dalam hidupnya. Karena itu, jika ia
sudah dengan tergesa-gesa ingin berbicara langsung dengan
Ki Sanggarana, maka masalahnya tentu masalah yang
sangat menarik perhatiannya.
Dengan nafas terengah-engah maka orang itupun
akhirnya berhasil menemui Ki Sanggarana yang untuk
sementara telah memangku jabatan Buyut di Talang Amba.
Orang itu termasuk salah seorang yang harus disingkirkan
menurut keinginan Pangeran Lembu Sabdata.
"Ada ada Ki Tanu?" bertanya Ki Sanggarana.
"Ki Sanggarana" berkata Ki Tanu dengan gelisah "Aku
baru saja turun dari bukit"
"O, begitu?" sahut Ki Sanggarana"
"Ya Ki Sanggarana " nafas orang itu masih terengahengah.
Lalu katanya "Ketika aku selesai mencari kayu
bakar dipinggir hutan di lereng bukit, maka aku telah
melihat sebuah barisan di lereng bukit itu. Untuk beberapa
saat, aku memperhatikan barisan itu dari balik pepohonan.
Ternyata iring-iringan itu telah memasuki hutan itu pula.
Karena itulah, maka aku telah melarikan diri tanpa
membawa kayu hasil kerjaku yang sebenarnya sudah aku
ikat dan siap aku bawa turun"
Ki Sanggarana mengerutkan keningnya. Dengan
sungguh-sungguh ia bertanya "Apakah kau melihat ciri-ciri
khusus dari iring-iringan itu?"
"Tidak Ki Sanggarana. Tetapi menurut penglihatanku
yang kurang jelas, orang-orang di dalam iring-iringan itu
semuanya membawa senjata" jawab Ki Tanu.
Ki Sanggarana mengangguk-angguk. Karena ditempat
itu hadir juga Ki Waruju maka iapun kemudian berkata
kepadanya "Bagaimana menurut pendapat Ki Waruju?"
Ki Waruju mengangguk-angguk. Katanya "Apakah Ki
Sanggarana menghubungkan hal itu dengan kemungkinan
kehadiran orang-orang Kediri?"
"Ya" jawab Ki Sanggarana.
"Aku sependapat" jawab Ki Waruju.
Karena itulah, maka Ki Saggaranapun kemudian berkata
"Ki Tanu, kami mengucapkan terima kasih atas
keteranganmu. Karena itu, sekarang beristirahatlah.
Keteranganmu penting sekali bagi kami. Kami akan
membicarakannya" Ki Tanupun kemudian minta diri. Namun ada semacam
kebanggaan di dalam dirinya, bahwa ia telah berbuat
sesuatu yang penting bagi Kabuyutannya.
Sementara itu, sepeninggal Ki Tanu, maka Ki
Sanggaranapun telah mengumpulkan orang-orang yang
dianggapnya penting bagi Kabuyutannya. Disamping Ki
Waruju, Mahisa Murti dan Mahisa Pukat, maka Ki
Warujupun telah mengundang beberapa orang yang
sebenarnya adalah Senopati dari Singasari.
Dengan jelas maka keterangan Ki Tanu itupun telah
diulanginya. Sehingga dengan demikian, maka setiap orang
yang mendengarnya akan memberikan tanggapan yang
sama, bahwa yang datang itu adalah pengawal pilihan dari
Kediri. "Mulai hari ini, maka latihan-latihan kebukit itu akan
dihentikan" berkata Ki Waruju "Karena hal itu akan sangat
berbahaya. Meskipun kita sudah tidak lagi memancing
prajurit-prajurit Singasari yang akan memasuki iring-iringan
anak muda Talang Amba, namun jika anak-anak muda
Talang Amba berpapasan dengan mereka, akibatnya akan
dapat menjadi gawat bagi anak anak muda Talang Amba"
"Aku sependapat Ki Waruju. B,ahkan kita harus
meningkatkan kesiagaan dan pengawasan. Kita harus
mengamati semua jalan menuju ke Kabuyutan Talang
Amba" sahut Ki Sanggarana.
"Serangan itu dapat datang setiap saat" berkata salah
seorang dari prajurit Singasari"
Dengan demikian, maka kesiagaan Di Talang Ambapun
menjadi semakin meningkat. Namun dengan demikian,
maka hubungan Talang Amba dengan Kabuyutan disebelah
menyebelah rasa-rasanya menjadi terhambat. Orang-orang
Talang Amba memberikan alasan-alasan yang masuk akal,
kenapa Talang Amba tidak lagi mengirimkan hasil buminya
keluar dan seakan-akan Kabuyutan itu menjadi tertutup.
"Kami tidak dapat berterus terang" berkata Ki
Sanggarana "Jika demikian, maka rasa-rasanya kami sudah
mengetahui apa yang akan terjadi. Karena itu, pengurangan
pengiriman barang-barang keluar dan sebaliknya dilakukan
sedikit demi sedikit"
"Ya" jawab Ki Sendawa "kami harus menjaga anggapan
orang-orang Kediri, bahwa kami tidak tahu apa-apa
sekarang ini. Yang kami lakukan adalah mempersiapkan
diri. Latihan-latihan yang keras dan kesiagaan sepenuhnya.
Namun jika orang-orang Kediri berpendapat, bahwa
semuaa itu dilakukan oleh anak-anak muda Talang Amba
sendiri, maka mereka tentu tidak akan mengurungkan
niatnya" Namun dalam pada itu, dihari berikutnya. Talang Amba
telah dikejutkan oleh kehadiran ampat orang berkuda yang
langsung memasuki Kabuyutan Talang Amba.
Di ujung lorong dan depan pintu gerbang, anak-anak
muda yang sedang berjaga-jaga menghentikan keempat
orang itu. Dengan ragu pemimpin anak-anak muda yang
bertugas itupun bertanya "Siapakah Ki Sanak_berempat ini.
Nampaknya Ki Sanak bukan orang-orang yang sekedar
lewat di Kabuyutan kami"
"Kami ingin bertemu dengan Ki Sanggarana, yang
sekarang memangku jabatan Buyut di Talang Amba" jawab
salah seorang dari keempat orang itu.
"Untuk apa?" bertanya anak muda yang sedang bertugas.
"Aku akan berbicara dengan Ki Sanggarana. Tidak
dengan orang lain" jawab orang itu.
Anak muda yang sedang bertugas itu mengerutkan
keningnya. Nampaknya orang itu memang terlalu
sombong. "Cepat. Antarkan kami atau kami akan pergi tanpa
kalian" berkata orang berkuda itu.
Anak muda itu benar benar telah tersinggung Tetapi ia
menyadari tugasnya. Karena itu, maka katanya "Kami akan
mengantarkan kalian. Sikap kalian mencurigakan"
"Aku tidak peduli. Apakah aku kau anggap
mencurigakan atau tidak. Cepat. Bawa kami kepada Ki
Sanggarana. orang itu justru membentak.
Tetapi anak muda itu tidak mau merendahkan dirinya
untuk dibentak-bentak, karena itu jawabnya "Kaulah yang
harus menunggu kesempatan yang akan aku berikan. Bukan
kami yang harus tunduk kepada perintahmu"
"Jangan sombong" anak muda orang berkuda itu
mengeram "dengan demikian kalian akan dapat menyesal"
"Kami adalah pengawal Kabuyutan ini" jawab anak
muda itu tidak kalah lantangnya"
Orang berkuda itu menjadi tegang. Namun kemudian
katanya "Baiklah Tetapi bawa aku kepada Ki Sanggarana"
Anak muda itupun kemudian menunjuk beberapa orang
kawannya bersama dirinya sendiri untuk mengantarkan
keempat orang berkuda itu bukan ke rumah Ki Sanggarana.
tetapi ke sebuah rumah lain yang cukup besar tidak jauh
dari rumah Ki Sanggarana. sementara itu. seorang diantara
anak-anak muda yang bertugas itu harus memberitahukan
Ki Sanggarana dan sekaligus seorang yang lain lagi
memberitahukan kepada pemilik rumah itu untuk
meminjam rumahnya menerima empat orang tamu berkuda
yang belum dikenal. "Hati-hatilah" bisik anak muda itu "kita memang harus
berahasia dengan orang orang yang tidak kita kenal"
Demikianlah, maka anak muda itupun kemudian
memperpanjang waktu dengan membagikan lugas-tugas
yang sebenarnya tidak penting kepada kawan-kawannya.
Dengan demikian maka ia telah memberi kesempatan
kepada Ki Sanggarana untuk pergi ke rumah di sebelah
rumahnya itu dan mengatur agar orang orang Singasari
yang ada di rumahnya tidak berkeliaran. Sementara itu
pemilik rumah itu sendiri tidak menjadi bingung atas
kehadiran orang orang tanpa dimengerti persoalannya.
"Apakah kami harus menunggu tiga hari disini" orangorang
berkuda itu akhirnya tidak sabar lagi.
"Baiklah" jawab anak muda itu "tetapi sebagaimana Ki
Sanak mengetahui, kami tidak akan dapat meninggalkan
gerbang ini begitu saja"


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudahlah" potong salah seorang dari keempat orang
berkuda itu "jangan bicara saja"
Anak muda itu menarik nafas dalam-dalam. Namun ke
mudian bersama dengan kawan-kawannya yang telah
ditunjuknya iapun mengantarkan keempat orang berkuda
itu untuk menemui Ki Sanggarana Karena anak-anak muda
itu tidak berkuda, maka jarak yang tidak terlalu jauh itu
telah mereka tempuh dalam waktu yang cukup
menjemukan bagi keempat orang berkuda itu. Apalagi
mereka masih harus melintasi bulak kecil untuk mencapai
padukuhan induk, di mana Ki Sanggarana tinggal.
Demikianlah, akhirnya keempat orang berkuda itu telah
dibawa memasuki sebuah halaman yang cukup luas. Di atas
tangga pendapa seseorang telah menunggunya. Orang itu
adalah Ki Sanggarana. Di belakangnya berdiri Ki Sendawa
dan dua orang bebahu yang lain. melengkapi penerimaan
mereka atas ampat orang berkuda yang tidak di kenal itu.
Namun dalam pada itu. baik anak-anak muda yang
sedang bertugas, maupun Ki Sanggarana dan para bebahu
telah menduga bahwa keempat orang itu tentu merupakan
bagian dari orang-orang yang berada di lereng bukit.
Sejenak kemudian maka keempat orang itupun telah
dipersilahkan duduk di pendapa "Setelah Ki Sanggarana
mengucapkan basi-basi bertanya tentang keselamatan tamutamunya
diperjalanan, maka kemudian iapun bertanya
"Siapakah sebenarnya Ki Sanak berempat ini?"
Orang yang tertua diantara keempat orang itupun
kemudian menyahut "Baiklah aku berterus-terang. Aku
adalah utusan dari Kediri. Dengar baik-baik, bukan dari
Singasari. Aku mendapat perintah untuk mengambil tiga
orang pengkhianat yang ada di padukuhan ini. Kemudian
dua orang yang telah menghembus-hembuskan nafas
permusuhan dengan Kediri"
Ki Sanggarana mengerutkan keningnya. Namun ia
memang menjadi berdebar-debar.
"Siapakah yang Ki Sanak maksudkan?" bertanya Ki
Sanggarana. "Tiga orang yang di saat-saat terakhir sibuk melatih
anak-anak muda Talang Amba. Mereka tentu menyiapkan
satu pasukan untuk melawan Kediri. Karena itu, serahkan
ketiga orang itu. Kau tentu sudah tahu maksudnya.
Kemudian yang dua orang lagi adalah Ki Sanggarana
sendiri dan Ki Sendawa" jawab orang itu.
"Ki Sanak" jawab Ki Sanggarana "Yang kini memegang
pemerintahan adalah Singasari. Meskipun Kediri masih
tetap berwenang untuk mengurus dirinya sendiri, tetapi
sejak semula kami berada dibawah pemerintahan Singasari.
Karena itu, maka kami akan melakukan segala perintah
dari Singasari. Bukan dari Kediri meskipun kami tidak
memusuhi Kediri karena kami adalah satu keluarga yang
besar yang diatur dengan paugeran-paugeran dibawah
pengawasan Singasari"
"Jangan berpegang pada paugeran itu. Dengarlah. Sejak
semula kami sudah tidak mau menganut paugeran itu,
Kami tidak akan tunduk lagi kepada semua perintah
Singasari, karena sebenarnya Kedirilah yang harus
memerintah Singasari, sejak Singasari masih disebut
Pakuwon Tumapel. Karena itu, jangan menyebut peraturan
atau paugeran yang dibuat oleh Singasari karena kami tidak
mengakuinya lagi" jawab orang tertua diantara ampat
orang itu. "Ki Sanak membingungkan kami. Tetapi baiklah kami
menentukan satu sikap. Kami tidak dapat menyerahkan
orang-orang kami. Justru orang-orang kami yang terbaik,
termasuk aku sendiri" berkata Ki Sanggarana kemudian.
"Ki Sanggarana" berkata orang itu "Jika kau menolak,
maka kami akan menentukan langkah berikutnya Kami
memang sudah menduga, bahwa kau menjadi sombong
karena kau menganggap bahwa latihan-latihan itu
meskipun keras dan tidak mengenal lelah tetapi baru
dilakukan dalam waktu terlalu singkat itu tidak cukup untuk
melindungi Kabuyutanmu ini"
"Ki Sanak salah mengerti" jawab Ki Sanggarana "kami
sama sekali tidak ingin menyombongkan diri. Kami
mengerti bahwa apa yang kami lakukan itu tidak berarti
apa-apa. Kamipun menyadari sepenuhnya. Tetapi kamipun
tidak akan berani melawan kuasa Singasari"
"Kalian hanya tinggal menyerahkan lima orang yang
kami kehendaki Selanjutnya, terserah kepada kalian,
apakah kalian akan tetap tunduk kepada Singasari atau
bergabung bersama kami" berkata orang dari Kediri itu.
"Maaf Ki Sanak" jawab Ki Sanggarana "lima orang yang
kalian sebut adalah orang-orang yang sangat kami perlukan.
Aku sendiri adalah orang yang memangku jabatan Buyut di
Talang Amba. Sedangkan paman Sendawa adalah orang
yang sangat aku perlukan untuk membimbing aku dalam
tugas-tugasku. Sementara tiga orang yang kini sedang
menempa anak-anak muda Talang Amba itu adalah orangorang
yang aku harapkan akan dapat membentuk satu
pasukan yang kuat bagi Talang Amba dihari-hari
mendatang" "Ki Sanggarana" berkata orang itu "Aku tidak
menanyakan apakah orang-orang itu diperlukan oleh
Talang Amba atau tidak. Aku memerlukan mereka. Dan
aku akan membawa mereka"
"Jangan begitu Ki Sanak" jawab Ki Sanggarana "dengan
demikian maka kau akan memaksakan kehendakmu
terhadap kami, orang-orang Talang Amba"
"Tepat. Kami memerlukan orang-orang itu" geram orang
tertua diantara keempat orang itu "Meskipun kalian
berkeberatan, namun itu tidak akan berarti apa-apa. Kami
akan tetap memaksakan kehendak kami"
"Ki Sanak" berkata Ki Sanggarana "Aku tidak mengerti
wewenang apakah yang ada pada Ki Sanak, sehingga Ki
Sanak akan memaksakan kehendak itu atas kami"
"Wewenang yang ada pada kami adalah kekuatan kami"
jawab orang itu "Jika kau menolak untuk menyerahkan
lima orang yang kami kehendaki, maka Talang Amba ini
akan menjadi karang abang. Hutan di lereng bukit akan
menjadi debu. Sementara itu akhirnya yang lima orang
itupun akan kami dapatkan, hidup atau mati"
"Jangan menakut-nakuti Ki Sanak" jawab Ki
Sanggarana "Talang Amba bukannya tidak memiliki
kekuatan sama sekali. Anak-anak kami telah melakukan
latihan tanpa mengenal lelah. Ketrampilan bermain senjata
dan sekaligus ketahanan tubuh dan peningkatan kekuatan.
Meskipun yang kami lakukan itu masih terhitung belum
terlalu lama, tetapi latihan-latihan itu dilakukan dengan
tidak mengenal lelah. "Kau kira berlari-lari di lereng buki dan menyebrangi
rawa-rawa itu akan dapat meningkatkan kemampuan kalian
lima kali lipat?" potong orang Kediri itu "Nah, pikirkan
baik-baik. Aku masih memberimu kesempatan untuk satu
dua saat. Jika kalian memikirkan kepentingan Talang Amba
dalam keseluruhan, maka kalian tentu akan menerima
tawaran kami. Menyerahkan lima orang yang aku
kehendaki. Kemudian kami akan meninggalkan Talang
Amba tanpa mengusikmu sama sekali"
Ki Sanggarana menggelengkan kepalanya. Tetapi ia
masih tetap dapat menguasi dirinya. Di wajahnya sama
sekali tidak nampak gejolak perasaannya.
Namun dalam pada itu, Ki Sendawalah yang berkata "Ki
Sanak. Sanggarana adalah ikatan bagi rakyat Talang Amba.
Jika ia pergi maka Talang Amba akan kehilangan ikatannya
sehingga rakyatnya akan menjadi bercerai-berai. Aku yang
pernah mencoba untuk memutuskan ikatan itu. akhirnya
akulah yang hampir saja menjadi korban. Untunglah aku
menyadari kesalahanku sebelum terlambat. Karena itu,
maka sebaiknya Ki Sanak tidak melanjutkan usaha Ki
Sanak untuk membawanya pergi. Mungkin aku memang
orang yang tidak berarti di Talang Amba. Tetapi bukan
Sanggarana dan tiga orang yang sedang menempa anakanak
Talang Amba sekarang ini "
"Kami bukan seorang penjaja yang sedang menawarkan
barang-barang dagangan yang akan dapat ditawar" berkata
orang Kediri itu "kami datang untuk melakukan tugas kami
dengan sebaik-baiknya. Hanya ada dua ke mungkinan
Menyerahkan orang-orang yang kami kehendaki, atau
Talang Amba akan menjadi abu bersama hutan di lereng
bukit" "Ki Sanak" berkata Ki Sendawa "bukankah sebenarnya
yang kedua itulah yang kalian kehendaki" Kalian sudah
memperhitungkan, bahwa orang-orang Talang Amba akan
mempertahankan orang-orang yang kalian kehendaki.
Dengan demikian kalian mempunyai alasan untuk
melakukan sebagaimana yang kalian katakan Membakar
Talang Amba dan yang lebih penting adalah
menghancurkan hutan di lereng bukit itu.
"Gila" geram orang Kediri itu. Namun dalam pada itu.
Ki Sanggaranapun berkata "Ki Sanak. Aku yakin bahwa
yang kau lakukan itu sama sekali bukan atas perintah
pimpinan kekuasaan di Kediri. Yang kau lakukan justru
telah merusakkan citra Kediri itu sendiri. Tetapi kalian
memang tidak peduli karena kalian mempunyai arah
perjuangan menurut selera kalian sendiri, tanpa
menghiraukan hubungan dalam keluarga besar antara
Kediri dan Singasari"
Orang tertua yang datang ke Talang Amba itu tiba-tiba
tertawa. Katanya "O. Orang-orang Kabuyutan yang jauh
dari ratu tetapi dekat dengan batu. Apa yang kau ketahui
tentang kekuasaan di Kediri" Apa yang kau ketahui tentang
hubungan antara Kediri dan Singasari. Apa pula yang kau
ketahui tentang citra Kediri itu sendiri" Orang-orang yang
dungu. Menyerahlah. Aku hanya memerlukan lima orang"
"Apapun yang kau katakan, bukankah kau menghendaki
perselisihan terjadi dan kalian akan dapat melakukan
keganasan seperti yang kau katakan" jawab Ki Sendawa Ki
Sanak. Kami tidak akan menyerahkan orang-orang terbaik
dari Talang Amba. Kami akan mempertahankannya
dengan cara yang dapat kami lakukan. Jika Talang Amba
harus hancur, biarlah Talang Amba menjadi perlambang
tekad dari rakyatnya untuk mempertahankan diri terhadap
kekuasaan yang hanya berlandaskan pada kekuatan seperti
yang kalian lakukan. Tetapi kehancuran Talang Amba akan
membawa akibat yang parah bagi kalian. Karena Singasari
dan Kediri akan segera turun tangan. Kalian tidak akan
dapat melepaskan diri dari kekuasaan yang sebenarnya ada
di Singasari dan Kediri"
Keempat orang itu menjadi tegang. Namun kemudian
salah seorang diantara mereka, justru yang paling muda
menggeram "jangan menyesal. Kami akan segera datang
kembali dengan kekuatan kami untuk memaksakan
kehendak kami" "Kami akan bersiap menunggu kedatangan kalian jawab
Ki Sendawa "sebagaimana kalian lihat, disini ada beberapa
orang bebahu dan anak-anak muda yang mewakili tekad
seisi Kabuyutan ini. Selebihnya. Gagelang, Singasari dan
Kediri akan melakukan tugas mereka sebagaimana
seharusnya kelak jika kalian tidak menarik diri dari
persoalan ini. Orang-orang Kediri itu tertawa. Katanya "Kalian adalah
sejenis kecoak yang sombong. Baiklah. Tunggu dalam satu
dua hari ini. Kami akan datang kembali. Kabuyutan ini
akan menjadi lautan api"
"Aku tidak yakin bahwa kalian berani melakukan" jawab
Ki Sendawa, meskipun kata-kata itu mengejutkan juga
bukan saja bagi orang-orang. Kediri itu, tetapi juga bagi Ki
Sanggarana dan orang-orang lain yang mendengarkan. Lalu
"Yang mungkin kalian lakukan adalah sekedar melepaskan
kejengkelan kalian atas kegagalan ini dengan membakar
hutan atau tingkah laku lainnya yang justru menunjukkan
kekecilan jiwa kalian. Tetapi sama sekali bukan bertempur
heradudada dengan anak-anak muda Talang Amba"
"Gila" orang tertua diantara mereka membentak. Ki
Sendawa. Agaknya kau adalah orang yang pertama-tama
akan menjadi korban dari kesombonganmu"
"Aku memang orang sombong dan tidak tahu diri,
sebagaimana aku pernah ingin merampas kekuasaan
kemenakanku di Talang Amba. Tetapi kemudian aku sadar
bahwa aku salah. Namun agaknya kali ini akupun sadar,
bahwa aku benar menghadapi sikap kalian" jawab Ki
Sendawa. Orang-orang berkuda itu hampir tidak dapat menahan
diri lagi. Tetapi mereka tetap menahan darah mereka yang
mendidih. Mereka sadar, bahwa mereka berempat tidak
akan dapat berbuat banyak. Namun dengan demikian orang
tertua diantara mereka itupun berkata "Aku akan pergi.
Tetapi aku berjanji untuk memasuki rumah ini sekali lagi
selambat-lambatnya dua hari mendatang. Kalian akan
mengenai sikap kami yang sebenarnya. Kami akan
membawa tali gantungan dan menggantung kalian di dahan
batang pohon di halaman itu"
Orang-orang itu tidak menunggu jawaban. Merekapun
segera berdiri dan meninggalkan tempat itu dengan jantung
yang membara. Namun agaknya Ki Sendawa masih belum puas untuk
melepaskan mereka begitu saja. Ternyata ketika orangorang
itu sudah berada di punggung kudanya, Ki Sendawa
masih berteriak "Kami menunggu kalian selambatlambatnya
dua hari mendatang. Jika kalian benar-benar
merasa mempunyai kekuasaan karena kekuatan kalian,
maka kalian tentu tidak hanya sekedar membakar hutan
untuk membalas sakit hati dan dendam karena kegagalan
kalian berturut-turut"
Orang termuda diantara orang-orang Kediri itu hampir
saja meloncat dari kudanya. Tetapi orang tertua diantara
mereka telah mengantarnya sambil berkata "Kita akan
membuktikan apa yang kita katakan"
Sejenak kemudian, maka keempat ekor kuda itupun telah
berpacu membawa penunggang-penunggangnya. Hanya


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam sesaat mereka telah hilang dibalik regol halaman.
Sepeninggal orang-orang itu, maka Ki Sanggarana
menarik nafas dalam-dalam. Namun iapun masih bertanya
kepada Ki Sendawa "Kenapa paman dengan sengaja
membual hati mereka menjadi panas"
Ki Sendawa mengerutkan keningnya. Namun kemudian
katanya "Sebenarnya aku mencemaskan hutan itu.
Mungkin mereka tidak berbuat apa-apa atas kita. Tetapi
mereka hanya membakar dan menghancurkan hutan di
lereng bukit. Karena itu, aku sengaja membakar
kemarahannya, agar mereka benar-benar turun dan
menyerang Kabuyutan ini. Bukankah memang demikian
yang kita kehendaki termasuk orang-orang Singasari yang
ada disini?" Ki Sanggarana mengangguk-angguk. Ternayata dalam
keadaan yang panas, pamannya masih sempal membual
perhitungan untuk menghindarkan hutan di lereng bukit itu
menjadi sasaran kemarahan orang orang Kediri.
Karena itu, maka Ki Sanggaranapun kemudian berkata
"Jika demikian, kita harus benar-benar bersiap. Kita akan
segera memerintahkan setiap anak muda untuk bersikap
dengan senjata ditangan. Dalam dua hari ini tidak
seorangpun yang kita benarkan meninggalkan Kabuyutan.
sementara kita dapal memberikan keterangan kepada
tetangga Kabuyutan kita agar mereka tidak terkejut dan
terjebak dalam pertengkaran kita dengan orang-orang yang
ingin membinasakan hutan diwilayah kita itu" berkata Ki
Sendawa kemudian. Demikianlah maka perintah itupun segera dilaksanakan.
Anak-anak muda Talang Amba tiba-tiba lelah hilir mudik
dari satu pedukuhan ke padukuhan yang lain. sehingga
kesibukanpun nampaknya telah berubah menjadi semacam
kebingungan. "Kita tidak dapat memilih jalan lain" berkata Ki
Sanggarana, meskipun dengan demikian berakibat
kegelisahan di lingkungan rakyat Talang Amba.
Dalam pada itu. beberapa orang pengawas yang
dipasang oleh orang-orang Kediri yang menjadi pengikut
Pangeran Lembu Sabdata mengamati keadaan di Talang
Amba sambil tersenyum. Mereka melihat anak-anak muda
Talang Amba bagaikan kebingungan. Mereka berjaga-jaga
di padukuhan-padukuhan yang terpencar. Namun dalam
waktu yang terhitung singkat mereka telah ditarik kembali
ke padukuhan induk. Tetapi beberapa saat kemudian, maka
merekapun telah memencar lagi.
"Mereka tidak tahu, bagaimana harus mempertahankan
padukuhan mereka" berkata salah seorang pengamat
"mereka menjadi bingung dari arah mana kawan-kawan
kita akan memasuki Kabuyutan. Sehingga degan demikian,
maka anak-anak muda itu seperti kehilangan pegangan.
Mereka berjaga-jaga di padukuhan-padukuhan kecil di
sekitar padukuhan induk mereka, atau mereka harus
berkumpul untuk mempertahankan padukuhan induk"
Kawannya justru tertawa. Katanya "Aku menjadi
kasihan kepada mereka. Pemimpin-pemimpin mereka yang
sombong sama sekali tidak memperhatikan keadaan yang
sebenarnya dari anak-anak muda Talang Amba yang
sebenarnya masih belum siap sama sekali menghadapi
keadaan ini" "Kemenangan yang pernah terjadi agaknya membuat
mereka mabuk. Mereka tidak dapat lagi melihat kenyataan,
bahwa kemenangan di Kabuyutan ini sebenarnya bukan
kemenangan mereka. Tetapi kemenangan orang-orang
Singasari yang licik itu" berkata orang yang pertama.
"Selambat-lambatnya dua hari lagi, Kabuyutan itu akan
menjadi karang abang. Rumah-rumah akan dibakar. Dan
anak-anak muda itu akan dibantai tanpa ampun. Mungkin
kita akan mendapatkan perempuan boyongan yang dapat
kita bawa kembali ke Kediri" sahut kawannya.
"Gila" geram yang lain "Aku sudah beristri. Jika aku
mendapatkan gadis boyongan, tentu tidak akan aku bawa
kembali ke Kediri" "Kau bawa kemana" bertanya kawannya.
"Aku tinggalkan saja ia disini" jawabnya. Kawannya
mengerutkan keningnya. Namun iapun kemudian tertawa
keras-keras. "Sst" desis yang lain "jangan menjadi gaduh seperti itu.
Ingat, tugas kita adalah tugas rahasia"
Kawannya terdiam. Namun bibirnya masih saja
tersenyum-senyum. Sebenarnyalan pada saat itu, anak-anak muda Talang
Amba bagaikan menjadi kebingungan. Bahkan ada
beberapa orang yang menyingkir dari padukuhanpadukuhan
terpencil. Mereka akan dapat menjadi korban
kebinasaan orang-orang yang mengancam akan
menghancurkan Talang Amba itu. Sebagian besar dari
mereka telah memasuki padukuhan induk Kabuyutan dan
tinggal diantara sanak kadang mereka yang berada di induk
padukuhan itu. Tetapi Ki Sanggarana dan para bebahu Kabuyutan itu
tidak berusaha untuk menenangkan mereka. Dibiarkannya
saja kebingungan itu di Talang Amba.
Dalam pada itu, persiapan-persiapan yang sebenarnya
telah dilakukan. Ki Sanggarana memang menganjurkan
agar para penghuni padukuhan-padukuhan kecil lebih baik
meninggalkan padukuhan mereka dan berada di padukuhan
induk. Sementara itu kesan kebingungan dan tingkah laku anakanak
muda yang hilir mudik dari satu padukuhan ke
padukuhan yang lain itu memang disengaja oleh Ki
Sanggarana dan para pemimpin Kabuyutan Talang Amba.
Dengan demikian maka penempatan para prajurit Singasari
ditempai tempat yang memerlukan tidak dapat diamati oleh
para pengawas yang tidak berani memasuki Kabuyutan.
Mereka hanya mengamati dari tempat yang jauh atau
memasuki daerah pategalan diantara padukuhanpadukuhan.
Sehingga mereka tidak dapat mengamat
dengan cermat apa yang sebenarnya terjadi di padukuhanpadukuhan
yang sedang bersiap-siap menghadapi segala
kemungkinan itu. Dengan keadaan yang nampaknya membingungkan dan
kegelisahan yang kurang dapat dikuasai itu. sebenarnyalah
bahwa para prajurit Singasari lelah menempati tempattempat
yang paling baik bagi mereka. Tempat yang akan
memungkinkan mereka bergerak cepat kearah yang paling
memerlukan, sementara itu, anak-anak muda Talang Amba
sendiri telah berada di gardu-gardu pengawasan di
padukuhan-padukuhan yang terpencar. Namun mereka
lelah menyiapkan alat-alat isyarat serta tanda-tanda yang
sudah saling disetujui. Demikianlah. Talang Amba telah benar-benar berada
dalam kesiagaan penuh. Selain anak-anak muda. maka para
prajurit Singasaripun telah siap menghadapi segala
kemungkinan. Dalam ujud sebagaimana anak-anak muda
Talang Amba. sebagian dari merekapun telah berada di
gardu-gardu pula. sedangkan sebagian besar tetap berada di
dalam rumah rumah yang ditentukan bagi mereka di
padukuhan-padukuhan yang tersebar.
Sementara itu untuk mempercepat gerak anak-anak
muda Talang Amba. maka mereka telah mempersiapkan
kuda sebanyak yang ada di Kabuyutan Talang Amba.
Dengan kuda-kuda itu. maka anak-anak muda Talang
Amba akan dapat digerakkan kearah pasukan lawan yang
akan memasuki Kabuyutan Talang Amba.
Namun sekali lagi para pengawas telah men tertawakan
anak-anak muda itu. Sebagian dari mereka memang telah
mempergunakan kuda-kuda itu sebagai alat penghubung
dari satu padukuhan dengan padukuhan yang lain.
"Anak-anak Talang Amba benar-benar melakukan
persiapan. Seolah-olah Kabuyutan mereka adalah satu
negara besar yang sudah bersiap menghadapi serangan
lawannya" berkata salah seorang pengawas.
"Dengan nada tengadah anak-anak muda berkuda hilirmudik"
sahut yang lain "seakan-akan mereka adalah
kesatria-ksatria yang sedang memeriksa pasukan segelar
sepapan" Keduanya tertawa. Namun merekapun tidak berkata
lebih banyak lagi. Mereka hanya tinggal menunggu
kehancuran Kabuyutan Talang Amba. karena merekapun
sebenarnya lelah menjadi jemu mengawasi Kabuyutan itu
untuk waktu yang sudah cukup lama. Meskipun mereka
melakukan bersama beberapa orang dan mereka mendapat
kesempatan untuk bergantian kembali ke Kediri, namun
tugas itu merupakan tugas yang tidak menyenangkan.
Demikianlan. ketika hari pertama telah lewat, maka
persiapanpun telah diperkuat. Agaknya orang-orang Kediri
yang menjadi pengikut Pangeran yang gagal menguasai
Talang Amba dengan memperalat Akuwu Gagelang itu
benar benar akan lurun pada hari kedua.
Sebenarnyalah, ketika matahari mulai membayang di
langit pada hari kedua, sepasukan yang kuat yang berada di
hutan di lereng bukit telah bersiap. Katika Pangeran Lembu
Sahdata memerintahkan untuk membakar hutan itu, maka
seorang pengikutnya yang ditugaskan memasuki Talang
Amba sebelumnya telah mencegahnya.
"Kita akan menghancurkannya kemudian. Kita akan
mengikat para pemimpin Talang Amba itu pada batang
batang pohon di dalam hutan ini dan membakarnya berkata
pengikutnya itu. Kita tidak perlu memasuki hutan ini lagi"
jawab Pangeran Lembu Sabdata.
"Tetapi orang-orang Talang Amba telah menghina
kami" jawab pengikutnya "ketika kami berada di Talang
Amba. mereka mengatakan, bahwa kami tidak akan berani
memasuki Talang Amba. Yang dapat kami lakukan
hanyalah menyalurkan kemarahan dan dendam kami hanya
dengan membakar hutan itu saja"
Pangeran Lembu Sabdata mengerutkan keningnya,
sementara pengikutnya itu berkata selanjutnya "kami ingin
menunjukkan kepada mereka, apa yang dapat kami
lakukan. Karena itu, kami ingin menangkap mereka,
mengikat mereka dihutan ini, kemudian membakar mereka
hidup-hidup bersama seluruh hutan ini" Mudah-mudahan
angin bertiup nanti, sehingga hutan ini akan cepat menjadi
abu. Kita akan membakar dari bagian bawah dan api akan
menjalar ke lereng yang lebih tinggi. Kami akan
memusnakan semua isinya termasuk binatang-binatang liar
yang adadi dalamnya"
Pangeran Lembu Sabdata mengangguk-angguk. Dan
pengikutnya yang lain yang ikut memasuki Talang Amba
sebelumnya menyambung "Para pemimpin di Talang
Amba terlalu sombong dan sikapnya sangat menyakitkan
hati. Dibakar hidup-hidup itupun masih merupakan
hukuman yang terlalu ringan bagimereka. Tetapi itu akan
lebih baik daripada mereka dihukum mati sebagaimana
kebiasaan kami menghukum mati seorang penjahat dengan
juru tuwek" "Terserahlah kepada kalian" desis Pangeran Lembu
Sabdata. Lalu Agaknya kalian mempunyai pertimbangan
tersendiri. Dalam akhir hidupnya, para pemimpin itupun
akan melihat, bagaimana hutan mereka akan terbakar
habis" Dengan demikian maka Pangeran Lembu Sabdata telah
mengurungkan niatnya untuk membakar hutan itu lebih
dahulu. Akhirnya iapun sependapat untuk menangkap para
pemimpin Talang Amba yang sombong dan memaksa
mereka melihat kehancuran tanah yang mereka
pertahankan. Hutan yang hijau itu akan menyala dan
mereka akan ikut terbakar di dalamnya.
Tiba-tiba saja Pangeran Lembu Sabdata itu tertawa.
Katanya "Pikiran kalian memang sangat menarik"
Demikianlah maka pasukan Pangeran Lembu Sabdata
yang untuk beberapa malam berada di hutan itupun telah
mulai bergerak. Mereka membagi pasukan mereka menjadi
beberapa kelompok. "Tutup semua jalan keluar" perintah Pangeran Lembu
Sabdati "tidak boleh seorangpun dari para pemimpin
Talang Amba yang luput dari tangan kita. Mereka semua
harus mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka. Kita
akan memasuki Talang Amba dari beberapa arah. Menurut
perhitunganku, mereka tidak akan mempertahankan
padukuhan demi padukuhan. Tetapi mereka akan
mempertahankan beberapa padukuhan terpenting saja.
Terutama padukuhan induk. Karena itu, maka kita harus
dapat mengepung padukuhan induk itu setelah menembus
beberapa padukuhan terpenting di sekitarnya"
Atas petunjuk orang-orang yang telah berada di sekitar
Talang Amba sejak beberapa saat sebelumnya, maka
kelompok-kelompok itupun bergerak menuju kesasaran.
Menurut petunjuk para pengawas, maka tiga padukuhan
utama sebelum padukuhan induk merupakan padukuhan
yang dijaga paling ketat.
"Anak-anak muda Talang Amba bagaikan kebingungan.
Seperti gabah sedang ditampi. Agaknya tidak ada petunjuk
yang mapan bagi anak-anak muda itu, bagaimana mereka
harus mempertahankan padukuhan mereka. Tetapi
menurut pengamatan kami, anak-anak muda Talang Amba
terbanyak ada di tiga padukuhan yang merupakan
padukuhan yang membayangi padukuhan induk dari tiga
jurusan" berkata salah seorang dari para pengawas.
Pangeran Lembu Sabdata mempercayai petunjuk itu.
Lapun memperhitungkan bahwa anak-anak muda Talang
Amba akan bertahan di padukuhan itu, sebelum mereka
melepaskan pasukan lawan menuju ke padukuhan induk.
Tetapi Bangeran Lembu Sabdata telah menentukan satu
isyarat bagi pasukannya. Menjelang tengah hari, setiap
kelompok harus sudah dapat menyeleaikan tugas masingmasing
di padukuhan-padukuhan itu, seterusnya setelah
isyarat dibunyikan, maka tengah hari mereka memasuki
padukuhan induk dari tiga arah dan seterusnya padukuhan
induk itu harus benar-benar dikepung rapat.


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jika ada kesulitan, maka setiap kelompok harus
memberikan laporan, sehingga bagi kelompok yang
memiliki kelebihan kekuatan akan mengirimkan bantuan
secukupnya" berkata Pangeran Lembu Sabdata.
Tetapi para pemimpin kelompok itupun tertawa. Salah
seorang diantara mereka berkata "Apakah kira-kira diantara
kita ada yang akan mengalami kesulitan" Jika demikian,
maka sebaiknya kelompok yang mengalami kesulitan itu
kembali saja ke Kediri, melepaskan pakaian pengawal kita
dan ikut masak saja didapur"
Beberapa orang pemimpin pasukan pengawal yang
terlibat dalam kegiatan Pangeran Lembu Sabdata dan
beberapa orang saudaranya itu tertawa pula. Bahkan
Pangeran Lembu Sabdatapun akhirnya tersenyum juga
sambil berkata "Siapa tahu. Anak-anak Talang Amba sudah
berlatih keras untuk beberapa hari. Mungkin ada keajaiban
yang membuat mereka memiliki kekuatan seorang prajurit
linuwih" Yang mendengar gurau Pangeran yang sebelumnya
selalu bersungguh-sungguh itupun tertawa pula.
Demikianlan, maka sejenak kemudian pasukan itu benarbenar
telah menuruni bukit. Mereka meninggalkan hutan
yang juga termasuk wilayah Talang Amba. Mereka sama
sekali tidak menghiraukan padukuhan-padukuhan kecil
yang terpencar. Tetapi mereka langsung menuju ke tiga
padukuhan yang cukup besar diseputar padukuhan induk,
sekedar dipisahkan oleh bulak-bulak sempit.
Anak-anak muda Talang Amba memang memberikan
kesan, bahwa padukuhan itulah yang paling banyak
dipertahankan, karena letaknya yang melindungi
padukuhan induk Kabuyutaan Talang Amba.
Dalam pada itu, ketika kelompok-kelompok pasukan
Pangeran Lembu Sabdata itu mendekati padukuhanpadukuhan
di Talang Amba, maka para pengawas diantara
anak-anak muda Talang Ambapun segera memberikan
laporan. Beberapa orang berkuda meninggalkan
padukuhan-padukuhan kecil yang memang tidak akan
mereka pertahankan. Tetapi, sebenarnyalah bahwa
padukuhan padukuhan itu bukannya padukuhan yang
dikosongkan oleh anak-anak muda Talang Amba.
Dengan cerdik anak-anak muda Talang Amba yang telah
berbaur dengan prajurit-prajurit Singasari di padukuhan
padukuhan kecil itu memang menghindari pasukan
Pangeran Lembu Sabdata. Jika pasukan Pangeran Lembu Sabdata menuju ke
sebuah padukuhan kecil sekedar untuk lewat, maka anakanak
di padukuhan itu telah berusaha untuk bersembunyi.
Sementara itu pasukan Pangeran Lembu Sabdatapun tidak
banyak memperhatikan padukuhan itu. Mereka sekedar
lewat saja jalan induk yang membelah padukuhan itu
menuju ke sasaran. Apabila ketika kelompok-kelompok pasukan itu melihat
beberapa anak muda yang meninggalkan padukuhan itu
diatas punggung kuda. Maka merekapun semakin meyakini
kebenaran perhitungan mereka, bahwa pasukan Talang
Amba bertahan diseputar induk padukuhan.
Namun dalam pada itu, demikian pasukan Pangeran
Lembu Sabdata itu lewat, maka anak-anak muda Talang
Amba dan para prajurit Singasari yang berada di
padukuhan-padukuhan kecil itupun segera bersiap-siap.
Beberapa saat kemudian, maka pasukan Pangeran
Lembu Sabdata itupun telah mendekati tiga padukuhan
induk yang mereka perhitungkan menjadi daerah
pertahanan orang-orang Talang Amba. Pasukan Pangeran
Lembu Sabdata itu memang tidak menghiraukan mereka
menuju ke padukuhan induk menerobos lewat bulak-bulak
diluar ketiga padukuhan yang mereka perkirakan menjadi
daerah pertahanan orang-orang Talang Amba itu.
Pasukanitu memang akan menusuk dan menghancurkan
orang-orang Talang Amba yang bertahan di padukuhanpadukuhan
itu. Baru menjelang tengah hari pasukan itu
akan bergerak dan mengepung padukuhan induk, sehingga
tidak seorangpun yang boleh lolos dari tangan mereka.
Sementara itu, disaat pasukan Pangeran Lembu Sabdata itu
bertempur di ketiga padukuhan yang menjadi sasaran itu,
maka sekelompok kecil dari mereka akan mengamati
padukuhan induk, agar tidak ada orang yang berusaha
melarikan diri. Demikianlah, maka pasukan itupun benar-benar telah
berada dihadapan padukuhan-padukuhan yang menjadi
sasaran. Setiap kelompok akan menghadapi satu
padukuhan. Mereka mendapat waktu untuk
menghancurkan seisi padukuhan itu dalam waktu setengah
hari. sampai saatnya menjelang tengah hari mereka akan
mengepung padukuhan induk.
Untuk mempersiapkan sergapan mereka ke padukuhanpadukuhan
yang menjadi sasaran, maka kelompokkelompok
pasukan itupun kemudian telah mengatur diri.
Pasukan-pasukan yang telah disusun dalam kelompokkelompok
itu telah memencar, membuat gelar sebelum
mereka memasuki padukuhan.
"Membuang-buang waktu" desis seorang pengawal
"seharusnya kita tidak perlu menganggap lawan di
padukuhan itu sebagian lawan yang berarti, sehingga
sebenarnya kita tidak perlu menyusun gelar. Begitu saja kita
memasuki padukuhan itu lewat beberapa arah. Langsung
saja kita menghancurkan padukuhan itu dan membakar
semua rumah yang ada dan membunuh semua laki-laki
yang melawan" "Pemimpin-pemimpin kita terlalu berhati-hati" jawab
kawannya "tetapi itu tidak ada jeleknya. Kita akan
menghancurkan padukuhan itu dengan lebih sempurna
Dengan gelar kita akan menempuh lawan kita dan
menghancurkannya sampai tuntas"
Kawannya mengangguk-angguk. Namun rasa-rasanya
sangat segan untuk maju dalam gelar yang sangat mengikat
itu. Tetapi para pengawal itu tidak dapat berbuat lain.
Pimpinan mereka menghendaki demikian, dan mereka
harus melakukannya. Perlahan-lahan gelar pasukan Lembu Sabdata itupun
merayap maju. Pangeran Lembu Sabdata sendiri berada
diluar ketiga gelar yang siap untuk menghancurkan
padukuhan-padukuhan dihadapan mereka. Dengan
demikian Pangeran Lembu Sabdata akan dapat mengatur
seluruh pasukan yang dibawanya.
Dalam pada itu, sebenarnyalah anak-anak muda Talang
Amba dan para prajurit Singasari telah bersiap di dalam
ketiga padukuhan itu. Sementara itu anak-anak muda di
padukuhan-padukuhan kecil diluar ketiga padukuhan itu
telah mendapat perintah pula untuk bergerak jika
pertempuran telah terjadi. Mereka mendapat perintah untuk
menghalangi semua unsur yang ada di dalamnya pasukan
Pangeran Lembu Sabdata yang akan melarikan diri.
Ketika pasukan Pangeran Lembu Sabdata dalam gelar
yang lengkap itu semakin dekat dengan padukuhanpadukuhan
yang menjadi sasaran mereka, maka anak-anak
muda yang ada dipadukuhan-padukuhan itupun telah
mempersiapkan busur dan anak panah. Sebagaimana yang
pernah mereka lakukan, maka dalam bentuknya pertama,
mereka harus berusaha mengurangi jumlah lawan mereka
sebanyak-banyaknya. Tetapi pasukan Pangeran Lembu Sabdatapun telah
mengenal cara itu pula. Karena itu. maka mereka yang
telah berada di paling depan telah bersiap dengan perisai
untuk melindungi diri dari ujung anak panah dan lembing.
Sejenak kemudian, maka benturanpun tidak dapat
dihindarkan lagi. Ketika aba-aba terdengar dari para
Senopati dalam gelar itu. maka para pengawal dalam
pasukan Pangeran Lembu Sabdatapun telah bergerak
semakin cepat. Sebagian dari mereka dengan segan ikut
pula berlari-lari. Bahkan ada juga yang sempat bergumam
"Anak-anak Talang Amba memang gila. Mereka dapat
memaksa kami berlari-lari seperti ini. Sebaiknya kita
memasuki padukuhan itu dari arah yang manapan yang kita
kehendaki" Tetapi kawannya tidak menjawab. Tiba-tiba saja ia
terpaksa meloncat menghindar ketika sebuah lembing
mengarah kepadanya. "Satu lontaran yang luar biasa" desis Pengawal yang
hampir saja terkena itu "lembing itu melampaui perisai
yang melindungi pasukan ini"
"Kita sudah semakin dekat" jawab yang lain.
"Bagaimanapun juga kita harus berhati-hati" berkata
kawannya pula anak-anak Talang Amba pernah belajar
bagaimana mereka harus melontarkan senjata-senjata me
reka" Tidak ada jawaban lagi. Semua orang mulai
memperhatikan tugas mereka di dalam satu kelompok yang
cukup besar yang memencar dalam gelar yang melebar.
Namun yang tidak mereka duga sebelumnya, ketika tibatiba,
saja mereka melihat anak-anak muda Talang Amba
telah muncul dari balik dinding dan kemudian bahkan
berloncatan keluar. Sikap anak anak muda Talang Amba itu memang
mengejutkan. Menurut perhitungan, maka anak-anak muda
Talang Amba itu akan tetap berlindung dibalik dinding batu
sambil melontarkan anak panah dan lembing, sehingga
dengan demikian mereka berharap untuk dapat mengurangi
jumlah lawan sebanyak-banyaknya. Namun bagi pasukan
yang berpengalaman, maka mereka telah bersedia dengan
pasukan berperisai untuk mengatasinya.
Tetapi yang mereka hadapi kemudian justru anak-anak
muda Talang Amba itulah yang berloncatan keluar dari
balik dinding dengan senjata teracu.
"Aneh" desis salah seorang diantara para penyerang
"mungkin juga bahwa anak-anak itu sudah menjadi gila"
Dalam pada itu, Senopati yang memimpin setiap
kelompok itupun telah mengambil sikap menghadapi anakanak
muda Talang Amba yang justru keluar dari sarang
mereka. Dengan tegas para Senopati itu memerintahkan
agar setiap orang di dalam pasukan itu tidak ragu-ragu.
"Lakukanlah tugas kalian dengan tegas dan penuh
tanggung jawab" perintah para Senopati "Jika lawan kalian
terbunuh, adalah satu hal yang sangat wajar. Dan kalian
memang harus membunuh sebanyak-banyaknya. Sebelum
lengah hari tugas kalian disini harus sudah selesai, sebelum
kita memasuki padukuhan induk Kabuyutan"
Perinlah itu menjalar dari mulut ke mulut, sehingga
setiap orangpun kemudian mendengar "Bunuh lawan
sebanyak-banyaknya dan hancurkan padukuhan itu
sehingga menjadi abu"
Beberapa orang pengawal dan pasukan Pangeran Lembu
Sabdata itu. justru menjadi gembira. Setelah mereka
mengatasi perasaan terkejut mereka, maka mereka merasa
akan mendapat permainan yang mengasyikkan.
"Perburuan yang akan sangat menyenangkan" berkata
salah seorang diantara mereka. Lalu katanya kepada kawan
disampingnya "Marilah kita bertaruh. Siapa diantara kita
yang lebih banyak membantai lawan"
"Tentu aku" jawab kawannya.
"Dua keping uang untuk satu kepala" berkata orang
pertama "kita hitung berapa selisihnya. Tetapi kita harus
jujur" "Bagus. Kau harus menjual kerbaumu untuk membayar
taruhan ini" jawab kawannya pula.
Demikianlah, maka jarak yang menjadi semakin pendek
itupun akhirnya telah dilampaui. Kedua pasukan itupun
telah membenturkan diri dengan serunya. Keduanya telah
merundukkan senjata masing-masing. Sementara itu sorak
yang gemuruh bagaikan membelah langit, Kedua belah
pihak telah meneriakkan aba-aba. peringatan dan ancamanancaman.
Bahkan ada pula yang telah mengumpat-umpat.
Benturan itu benar-benar mengejutkan para pengikut
Pangeran Lembu Sabdata. Ternyata mereka tidak
menyangka, bahwa pada benturan pertama itu. pasukan
mereka dalam gelar itu bagaikan membentur benteng yang
sangat kuat Ternyata pada saat terakhir, anak-anak muda
Talang Amba yang berloncatan keluar dari padukuhan
itupun telah menyusun satu gelar yang dapat mengimbangi
welar pasukan Pangeran Lembu Sabdata.
Dengan demikian, maka induk pasukan dari para
pengikut Pangeran Lembu Sabdata itu telah berhadapan
dengan induk pasukan anak-anak muda Talang Amba.
Sementara itu sayap-sayapnyapun telah berhadapan dengan
sayap-sayap pasukan Talang Amba pula.
Yang terjadi itu bukan saja satu diantara tiga kelompok
pasukan Pangeran Lembu Sabdata. Tetapi ketiga kelompok
pasukan Pangeran Lembu Sabdata telah menghadapi
keadaan yang serupa. "Bukan main" geram salah seorang Senopati dari
pasukan Pangeran Lembu Sabdata "anak-anak Talang
Amba yang berlatih dalam waktu yang singkat itu telah
mampu melakukan satu gerak pasukan dengan cepat dan
rapi. Bagaimanapun kerasnya mereka melatih diri. namun
agaknya mereka mendapatkan seorang atau lebih pelatih
yang memang mumpuni dalam perang gelar"
Demikianlah yang terjadi kemudian adalah satu arena
pertempuran yang sengit. Ternyata anak-anak muda Talang
Amba bukan kambing hitam yang lemah yang dapat
diperlakukan sekehendak hati pasukan lawannya. Para
pengikut Pangeran Lembu Sabdata tidak dapal membantai
orang-orang Talang Amba sebagaimana mereka kehendaki.
Dua orang pengikut Pangeran Lembu Sabdata yang
bertaruh tentang jumlah orang yang dapat mereka bunuh,
telah terkejut pula menghadapi lawan-lawannya. Pada saat
mereka benar-benar ingin membunuh untuk mendapatkan
kemenangan di dalam taruhan, maka keduanya ternyata
telah menghadapi dua orang anak muda yang tangguh.
Masing-masing menghadapi anak-anak muda yang ternyata


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memiliki kemampuan yang tinggi dalam mempermainkan
senjata mereka. "Gila" geram pengikut Pangeran Lembu Sabdata itu
"siapakah yang mengajari kalian dalam ilmu pedang?"
Tiba-tiba saja salah seorang diantara lawan-lawannya itu
menjawab "Ki Sanggarana"
"Omong kosong" teriak pengikut Pangeran Lembu
Sabdata "suruh Sanggarana maju kehadapanku. Ia sendiri
tidak akan mampu menghadapi aku dalam sekejap"
"Tetapi aku adalah muridnya. Guru yang cakap akan
dapat membuat muridnya menjadi lebih pandai dari
gurunya. Dan agaknya Ki Sanggarana adalah guru yang
baik" "Persetan" geram pengikut Pangeran Lembu Sabdata itu.
Dengan kemarahan yang menghentak-hentak dadanya,
maka pengikut Pangeran Lembu Sabdata itupun berusaha
untuk dengan cepat mengakhiri pertempuran. Namun
ternyata lawan yang dihadapinya adalah lawan yang
tangguh Pengikut Pangeran Lembu Sabdata itu tidak dapat
mengalahkannya dalam sekejap seperti yang diduganya
Bahkan dalam benturan senjata. Pengikut Pangeran Lembu
Sabdata itu menjadi semakin heran. Lawannya bukan saja
memiliki ilmu pedang yang mapan, yang dapat
mengimbangi ilmunya, tetapi juga memiliki kekuatan yang
mengejutkan. Yang terjadi benar-benar diluar perhitungan para
pengikut. Pangeran Lembu Sabdata. Ternyata orang-orang
Talang Amba itu mampu memberikan perlawanan jauh
lebih baik dari yang mereka perhitungkan.
Namun dalam pada itu, para pengikut Pangeran Lembu
Sabdata itu telah menemukan beberapa persoalan yang
menjadi pertanyaan diantara mereka. Kadang-kadang
mereka menemukan lapisan-lapisan yang sangat lemah
diantara pertahanan lawan. Namun dalam saat-saaat yang
pendek, maka lapisan-lapisan itupun bagaikan bergeser.
Ada diantara pasukan lawan yang seakan-akan bergerak
dari satu tempat ke tempat lain. Dan ada diantara lawan
yang selalu bertempur berpasangan.
Akhirnya orang-orang yang berada di dalam pasukan
Pangeran Lembu Sabdata itupun menemukan jawabnya.
Kemampuan anak-anak muda Talang Amba itu tidak
tampak. Anak-anak muda Talang Amba itu terdiri dari
beberapa tataran. Ada yang ternyata masih baru mulai pada
tataran pertama dalam olah kanuragan, namun ada diantara
mereka yang memiliki ilmu yang telah mapan.
Hal itu telah menumbuhkan kecurigaan pula pada para
pengikut Pangeran Lembu Sabdata. Namun mereka tidak
mempunyai kesempatan terlalu banyak. Lawan mereka
mengalir dalam jumlah yang cukup besar, melamapaui
jumlah mereka. Sementara itu, sebagian dari mereka
memiliki kemampuan yang tinggi.
Sebenarnyalah pasukan Talang Amba adalah campuran
antara anak-anak muda Talang Amba sendiri dan para
prajurit Singasari yang. mengenakan pakaian seperti anakanak
muda Talang Amba. Satu pertempuran sebagaimana
pernah pula terjadi saat orang-orang Talang Amba
menghadapi para pengawal dari Gagelang.
Hal-hal yang dianggap janggal itupun kemudian telah
dilaporkan pula kepada Pangeran Lembu Sabdata.
Beberapa dugaan telah membuat Pangeran Lembu Sabdata
itu marah sekali. "Jadi kita mendapatkan keterangan yang salah?" bentak
Pangeran Lembu Sabdata. "Masih dalam penyelidikan Pangeran" jawab seorang
pengawalnya "tetapi ada diantara anak-anak Talang Amba
yang memiliki kemampuan yang mengagumkan. Mereka
berhasil mengimbangi kemampuan orang-orang kita"
"Hanya tiga orang di Talang Amba yang dapat
diperhitungkan disamping Ki Sanggarana dan Ki Sendawa.
Yang lain adalah tikus-tikus kecil yang tidak akan dapat
melawan kalian" Pangeran Lembu Sabdata hampir
berteriak. "Ya Pangeran" pengawalnya menjadi Cemas melihat
sikap Pangeran yang marah itu, sehingga ia tidak
memberikan laporan lebih terperinci, karena pengawal
itupun sedang menunggu mungkin ada perkembangan
keadaan yang menguntungkan bagi pasukan Pangeran
Lembu Sabdata itu. Namun ternyata arena pertempuran itu tidak segera
berubah. Pasukan Pangeran Lembu Sabdata tidak segera
dapat mendesak lawannya. Jika pasukan itu bersepakat
untuk menyelesaikan padukuhan-padukuhan itu sebelum
tengah hari, untuk selanjutnya mereka akan memasuki
padukuhan induk, maka ternyata kemajuan mereka tidak
seperti yang mereka perhitungkan. Bahkan dibeberapa
bagian dari medan itu, jumlah anak-anak muda Talang
Amba yang terlalu banyak, telah membuat lawan mereka
mengalami kesulitan. Karena itulah, maka Pangeran Lembu Sabdata kemudian
menjadi curiga tentang kekuatan lawan. Dengan demikian
maka iapun kemudian memanggil pengawalnya dan
memerintahkannya untuk melihat langsung perkembangan
keadaan. "Kita tidak boleh terlambat" berkata Pangeran Lembu
Sabdata "sebelum matahari sampai di puncak langit kitaharus
sudah menyelesaikan pertempuran ini"
Dua orang diantara pengawal khususnya itupun
kemudian langsung menuju ke medan, untuk melihat
sendiri, apa yang sebenarnya telah terjadi, sehingga
pasukannya seakan-akan tidak mampu untuk mendesak
maju anak-anak muda Talang Amba.
Sekilas kedua orang itu melihat, bahwa lawan memang
terlalu banyak, Anak-anak muda Talang Amba bertempur
dalam kelompok-kelompok untuk menghadapi para
pengikut Pangeran Lembu Sabdata. Dan ternyata bukan
saja anak-anak muda yang telah turun ke medan. Tetapi
orang-orang yang lebih tuapun telah ikut pula. Seolah-olah
semua laki-laki di Talang Amba telah ikut dalam
pertempuran itu. Untuk beberapa saat kedua pengawal itu mengamati
dengan saksama. Namun akhirnya merekapun menemukan
kejanggalan seperti yang pernah dilaporkan. Ada sebagian
dari pasukan Talang Amba yang memiliki kemampuan
yang mencurigakan. "Aku tidak percaya bahwa orang-orang yang mampu
menahan kemajuan pasukan kita itu adalah anak-anak
muda Talang Amba" berkata salah seorang dari mereka.
"Jadi, mereka orang-orang mana?" bertanya kawannya.
"Aku jadi curiga pula terhadap kemampuan para
pengawas yang ditugaskan oleh Pangeran Lembu Sabdata
mengamati daerah ini sebelum ditentukan serangan ini"
jawab yang pertama. "Maksudmu, Talang Amba telah disusupi oleh pasukan
Singasari seperti yang pernah terjadi?" bertanya kawannya.
"Ya" jawab yang pertama.
" Dalam jumlah yang besar?" bertanya kawannya pula.
"Ya" jawab yang pertama pula.
Tetapi kawannya menggeleng. Katanya "Pengawas yang
ditempatkan didaerah ini tidak hanya satu orang. Tetapi
cukup banyak. Jika didaerah ini telah didatangi sepasukan
dari Singasari, mereka tentu melihatnya. Mungkin pada
saat mereka memasuki padukuhan-padukuhan. Mungkin
pada hari-hari yang lain"
Orang yang pertama mengangguk-angguk. Pengawas
yang dikirim kedaerah Talang Amba memang cukup
banyak. Mereka dapat mengawasi jalan-jalan masuk ke
Kabuyutan. Jika satu pasukan memasuki Kabuyutan ini,
maka mereka tentu melihatnya. Seandainya pasukan itu
dipecah-pecah dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil,
maka merekapun akan dapat pula mengetahuinya.
"Sulit bagi pasukan Singasari untuk berada di Kabuyutan
Talang Amba tanpa diketahui oleh para pengawas" berkata
orang yang pertama itu. Namun tiba-tiba kawannya bertanya "Bagaimana jika
orang-orang Singasari itu memang belum beranjak sejak
peristiwa dengan orang-orang Gagelang itu?"
"Tentu tidak" jawab orang pertama "menurut
keterangan yang sampai kepada kita, mereka telah
meninggalkan Talang Amba. Yang ada di Kabuyutan itu
tinggal dua orang anak muda dan seorang yang sudah lebih
tua Hanya itu" "Tetapi apakah mungkin anak-anak muda Talang Amba
memiliki kemampuan yang demikian tinggi hanya dalam
waktu penempaan yang pendek, betapapun tinggi ilmu
orang yang menempa mereka?"
"Tentu tidak" jawab orang pertama.
"Jadi kesimpulanmu?" desak kawannya.
Orang yang pertama itu termangu-mangu. Namun
menilik pertempuran yang berlangsung dengan dahsyatnya
itu, maka iapun berdesis "Memang agaknya ada unsur
orang diluar Kabuyutan ini yang ikut dalam pertempuran
itu seperti yang pernah terjadi. Tetapi kapan mereka berada
di dalam lingkaran Kabuyutan itu"
Kawannya mengangguk-angguk. Lalu iapun bertanya
lagi "Jadi apa yang akan kita laporkan kepada Pangeran
Lembu Sabdata?" Orang yang pertama itu menarik nafas dalam-dalam.
Katanya "Aku tidak sampai hati untuk mengatakan bahwa
pasukan dari luar Kabuyutan memang ada diantara anakanak
muda Talang Amba" "Kenapa tidak sampai,hati?" bertanya kawannya.
"Kau sadar, apa yang akan dilakukan Pangeran Lembu
Sabdata dan Senopati yang memimpin pasukan ini terhadap
para pengawas" Para pengawas itu tentu akan mendapat
hukuman yang sangat berat. Apalagi jika pasukan Pangeran
Lembu Sabdata nanti dapat dihancurkan.
"Jadi, apa yang akan kita katakan" Jika kita tidak
mengatakan yang sebenarnya, tetapi akhirnya pasukan kita
itu pecah, apakah justru bukan kita sendiri yang akan
mendapat hukuman?" "Aku sadar" jawab orang pertama "agaknyaa kita akan
melaporkan saja apa yang kita lihat tanpa memberikan
dugaan apapun tentang orang-orang yang ada diantara
anak-anak muda Talang Amba. Kita hanya akan
mengatakan bahwa diantara anak-anak muda Talang Amba
terdapat anak-anak muda yang memiliki ilmu yang dapat
mengimbangi orang-orang kita. Siapapun mereka. Mungkin
anak-anak muda Talang Amba sendiri yang sudah berlatih
dengan keras, sehingga mereka memilikikemampuan yang
mengejutkan" Kawannya mengangguk-angguk. Ia sependapat dengan
kawannya itu. lapun tidak ingin melihat para pengawas
mendapat hukuman yang berat karena mereka tidak dapat
mengetahui tataran kemampuan lawannya. Bahkan
mungkin ada unsur dari luar yang telah memasuki
Kabuyutan Talang Amba. Demikianlah merekapun kemudian kembali kepada
Pangeran Lembu Sabdata yang dikawal oleh beberapa
orang mengamati pertempuran dari jarak yang cukup.
Ketika para pengawal yang mendapat perintah untuk
mengamati pertempuran dari dekat itu menemuinya, maka
dengan serta merta Pangeran itupun bertanya "Bagaimana
menurut pertimbanganmu atas laporan-laporan tentang
keadaan medan?" "Memang ada beberapa masalah yang timbul Pangeran"
jawab salah seorang dari mereka "ternyata anak-anak muda
Talang Amba sebagian memiliki kemampuan yang mampu
mengimbangi pasukan kita. Mungkin mereka adalah anakanak
muda yang telah mendapat tempaan yang berat
selama ini. Mungkin Talang Amba telah menunjuk
sebagian dari anak mudanya yang memang sudah memiliki
sedikit ilmu kanuragan. Kemudian orang-orang yang sudah
memiliki dasar itu telah ditempa sehingga mereka menjadi
pengawal Kabuyutan yang kuat sekarang ini"
Tetapi Pangeran Lembu Sabdata membentak "Jangan
mengigau. Anak-anak muda Talang Amba tidak akan
mungkin mencapai tataran kemampuan pasukan kita.
Mungkin mereka memang meningkat, tetapi tentu masih
jauh dari tataran pasukan Kediri"
Tetapi kami memang melihat orang orang yang memiliki
ilmu yang tinggi" desis pengawal itu.
"Gila. Ada yang tidak wajar di Talang Amba. Dan ini
adalah kesalahan para pengawas" geram Pangeran Lembu
Sabdata. Dalam pada itu. maka dua orang pengawal yang lain
telah datang pula berlari-lari kecil dengan nafas terengahengah.
Dengan sertu merta kedua orang itu menghadap
Pangeran Lembu Sabdata. Seorang diantaranya berkata
sendat "Pangeran. Agaknya memang benar Ada orang
Singasari atau Gagelang yang ada diantara anak-anak muda
Talang Amba" Pengawal yang lapor pertama itu menarik nafas dalamdalam,
la sudah berusaha melindungi para pengawas.
Tetapi agaknya kawan-kawannya tidak berbuat demikian,
sehingga mereka mengatakan terus terang, apa yang telah
mereka lihat. "Jadi menurut pertimbanganmu, yang memiliki ilmu
yang mampu mengimbangi ilmu orang-orang kita itu bukan
anak muda Talang Amba sendiri?"
"Bukan Pangeran" jawab pengawal itu "Aku yakin
bahwa mereka bukan anak-anak muda Talang Amba meski
pun menilik pakaian mereka memang demikian"
Pangeran Lembu Sabdata menggeram. Kemarahannya
bagaikan membakar jantungnya. Dengan suara bergetar ia
berkata "Jadi, apa artinya aku menempatkan para
pengawas di sekitar Kabuyutan ini untuk waktu yang cukup
lama dengan beaya yang tinggi. Ternyata mereka tidak
mampu melakukan tugas mereka mengamati Kabuyutan
Talang Amba. Jika benar diantara anak-anak muda dan
pengawal Kabuyutan itu orang-orang Singasari atau


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gagelang, maka tugas kita akan menjadi berat. Tidak
mudah untuk menghancurkan mereka. Apalagi sesuai
dengan rencana kita untuk menyelesaikan tugas kita
masing-masing disetiap padukuhan sampai sebelum tengah
hari" "Tidak mungkin dapat kita lakukan Pangeran" pengawal
yang melaporkan tentang kehadiran orang-orang dari luar
Kabuyutan itu menyambung "pertempuran, di padukuhanpadukuhan
itu ternyata sulit untuk dapat maju meskipun
hanya setapak" Pangeran Lembu Sabdata menjadi tegang. Katanya
"Aku masih menunggu-laporan dari dua orang yang
melihat keadaan padukuhan yang satu lagi"
Sejenak kemudian, dua orang pengawal telah mendekati
mereka pula. Dua orang pengawal yang mengamati
pertempuran di padukuhan ketiga.
"Bagaimana pendapatmu?" bertanya Pangeran Lembu
Sabdata ketika keduanya mendekat.
"Ada kekuatan lain yang membantu orang-orang Talang
Amba Pangeran. Kami meragukan bahwa kemampuan
anak-anak muda Talang Amba akan dapat maju demikian
pesatnya dalam waktu yang dekat" jawab pengawal itu
"tetapi kami belum mendapat bukti, dari manakah orangorang
yang ada diantara orang-orang Talang Amba itu"
jawab pengawal itu. "Bodoh" geram Pangeran Lembu Sabdata "Kenapa kau
tidak menyebutkan saja orang Singasari atau orang
Gagelang?" "Bagaimana kami dapat menyebut demikian. Pangeran"
jawab pengawal itu "kami tidak melihat perbedaan lahiriah
antara orang-orang yang kami anggap memiliki kelebihan
itu dengan anak-anak muda Talang Amba sendiri.
"Bagus" Pangeran Lembu Sabdata hampir berteriak "orang
manapun mereka, tetapi ada kekuatan dari luar Talang
Amba yang membantu mereka"
Kedua jorang itu ragu-ragu. Namun akhirnya mereka
mengangguk. "Nah, bukankah sudah lengkap. Ketiga padukuhan itu
sudah diamati. Hasilnya sama. Ada kekuatan lain yang ada
di Kabuyutan Talang Amba. Meskipun diantara kalian
tidak berani menyebut bahwa mereka berasal dari Singasari
atau Gagelang. Tetapi itu bukan soal. Soalnya adalah para
pengawas tidak melihat ada kekuatan lain yang memasuki
Talang Amba itu" kemarahan Pangeran Lembu Sabdata
bagaikan akan meledakkan jantungnya.
Para pengawal yang telah mengamati pertempuran di
tiga padukuhan itu tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka
memang mengatakan demikian. Mereka melihat kekuatan
yang bukan anak-anak Talang Amba sendiri.
Dalam pada itu, tiba-tiba saja Pangeran Lembu Sabdata
itu berteriak "Panggil pemimpin pengawas itu. Ia ada disini
sekarang" Para pengawal itu menjadi termangu-mangu. Pemimpin
pengawas itu memang berada di medan itu bersama para
pengawas yang lain. Mereka ikut serta di dalam pasukan
Pangeran Lembu Sabdata. Ketika pasukan itu mendekati
Talang Amba, maka mereka langsung bergabung dengan
pasukan itu. "Cepat" teriak Pangeran itu pula.
Dua orang pengawal telah melangkah meninggalkan
sekelompok pengawal yang berada di sekitar Pangeran
Lembu Sabdata yang marah. Demikian keduanya
melangkah menjauh, maka seorang diantara mereka berkata
"Pengawas itu memang bodoh. Mereka tidak dapat melihat,
kapan orang-orang dari luar itu masuk. Jika hanya satu atau
dua. Mungkin sepuluh dua puluh, masih dapat dimengerti.
Tetapi kekuatan yang ada di Talang Amba terdiri dari
beberapa kelompok yang memencar di semua padukuhan"
Dua orang pengawal itu menyadari, apa yang mungkin
dapat terjadi atas pemimpin pengawas itu, karena para
pengawas yang berada di sekitar Kabuyutan ini memang
sudah menghabiskan banyak beaya. Seolah-olah semua
yang mereka minta telah dipenuhi dengan satu harapan,
bahwa Pangeran Lembu Sabdata akan dapat memasuki
Talang Amba dengan rancak dan membakar rumah-rumah
yang dikehendaki. Yang terakhir Pangeran Lembu Sabdata
akan membakar hutan di lereng bukit tanpa diganggu oleh
siapapun. Tetapi keinginan Pangeran Lembu Sabdata itu telah
pecah ketika diketahuinya, bahwa ada kekuatan lain yang
membantu Kabuyutan talang Amba.
Demikianlah, maka Kcdua pengawal itu telah mencari
pemimpin pengawas yang memang ada di medan. Semula
mereka berada dibelakang pasukan para pengikut Pangeran
Lembu Sabdata yang bertempur di padukuhan dihadapan
mereka. Namun ketika kedua pengawal itu sampai ke
belakang medan, mereka tidak segera dapat menemukan
pemimpin pengawas itu. "Agaknya ia telah melibatkan diri" berkata salah seorang
dari para pengawal itu. "Apakah mereka memang mendapat tugas yang
demikian?" bertanya kawannya.
"Aku tidak tahu. Menurut pendapatku, kewajiban
mereka sudah selesai sampai saatnya Pangeran Lembu
Sabdata datang ke Kabuyutan ini, karena mereka hanya
bertugas untuk mengawasi. Tetapi apabila mereka dengan
suka rela ikut pula di dalam pasukan ini, hal itu memang
mungkin sekali terjadi"
Kawannya mengangguk-angguk. Mungkin para
pengawas termasuk pemimpinnya itu melihat kesulitan
yang terjadi di medan, sehingga mereka terdorong untuk
ikut serta membantunya. Karena itu, maka kedua orang pengawal itupun telah
mendekati arena pertempuran untuk mencari pemimpin
pengawas yang mungkin telah ikut bertempur.
Tetapi mereka tidak segera melihat pemimpin pengawas
itu. Meskipun mereka sudah beberapa lama berada di
medan, seakan-akan telah menilik semua orang yang
bertempur, namun seorangpun dari pengawas tidak
diketemukannya. "Mungkin ia berada di padukuhan yang lain" gumam
salah seorang diantara kedua orang pengawal itu.
"Mungkin. Tetapi mungkin mereka telah tidak ada di
medan di Kabuyutan Talang Amba ini" jawab yang lain.
"Pergi?" bertanya kawannya.
"Ya. Melarikan diri. Bukan saja untuk menyingkir dari
kemungkinan ditangkap oleh orang-orang Talang Amba,
tetapi jika mereka tetap berada disini, mereka tentu akan
ditangkap oleh Pangeran Lembu Sabdata sendiri. Jika
demikian, maka nasib mereka akan jauh lebih buruk
daripada mereka ditangkap oleh orang-orang Singasari, jika
yang berada di Talang Amba itu prajurit-prajurit Singasari"
jawab yang lain. Kawannya mengangguk-angguk. Katanya "Kau benar,
Jika ia jatuh ketangan Pangeran Lembu Sabdata yang
melihat kesulitan di medan kali ini, maka mungkin sekali,
umurnya tidak akan sampai malam nanti"
"Tetapi, nasib kita sendiripun menjadi gawat, jika kita
tidak dapat menghadapkan para pengawas" desis yang lain.
"Kedudukan kita agak lain. Kita tidak pernah
dianggapnya menipu atau berkhianat" berkata kawannya.
Meskipun demikian keduanya menjadi berdebar-debar
juga. Mereka bersepakat untuk mencari pengawas itu di
kedua padukuhan yang lain, yang juga menjadi ajang
pertempuran. Namun di kedua padukuhan itupun mereka
tidak menemukan para pengawas. Apalagi pemimpinnya.
"Mereka menyadari kegagalan mereka, sehingga mereka
tidak dapat melihat bahwa ada sepasukan prajurit yang
memasuki Kabuyutan ini. Karena itu, maka lebih baik bagi
mereka untuk melarikan diri saja" berkata salah seorang
dari keduanya. Kawannya mengangguk-angguk.
Dengan demikian, setelah mereka yakin tidak akan dapat
menemukan para pengawas, maka merekapun segera
kembali ke tempat Pangeran Lembu Sabdata memimpin
seluruh pasukannya. Laporan tentang lenyapnya para pengawas itu membuat
Pangeran Lembu Sabdata semakin marah. Ia sadar, bahwa
para pengawas itu telah mengkhianatinya ketika mereka
menyadari bahwa tugas mereka telah gagal.
"Kerahkan semua pasukan cadangan. Kita akan
menghancurkan orang-orang Talang Amba sebagaimana
kita rencanakan. Sebelum tengah hari, maka padukuhanpadukuhan
itu harussudah selesai, sehingga kemudian kita
akan dapat pergi ke padukuhan induk.
Demikianlah, maka perintah itupun telah jatuh. Semua
pasukan cadangan, dan bahwa para pengawal Pangeran
Lembu Sabdata itupun telah dikerahkan ke medan. Bahkan
Pangeran Lembu Sabdatapun telah langsung berada di
antara pasukannya di salah satu medan di padukuhanpadukuhan
di sekitar padukuhan induk Kabuyutan Talang
Amba. Sebenarnyalah pada waktu itu, para pengawas telah
melihat kegagalan tugasnya. Dengan jantung yang
berdentang-an mereka melihat, tiba-tiba saja ada kekuatan
yang tidak mereka kenal berada di Talang Amba. Para
pengawaspun yakin, bahwa mereka tentu bukannya anakanak
muda Talang Amba - sendiri. Sehingga dengan
demikian, maka mereka telah mengambil kesimpulan
bahwa mereka tidak dapat melaksanakan tugas mereka
dengan baik. Karena itulah, maka para pengawas itu bersepakat untuk
melarikan diri saja dari medan. Karena jika mereka jatuh
ketangan Pangeran Lembu Sabdata, maka ujung kerisnya
tentu akan segera mengakhiri hidup para pengawas itu.
Tanpa ampun. Namun ternyata mereka sekali lagi salah hitung. Ketika
mereka meninggalkan padukuhan yang berada dekat
dengan padukuhan induk itu, maka di padukuhan kecil
yang merupakan pintu keluar dari Kabuyutan Talang
Amba, para pengawas itu telah dicegat oleh beberapa orang
anak muda. "Kalian akan pergi kemana Ki Sanak?" bertanya seorang
diantara anak-anak muda itu.
"Kami akan meninggalkan neraka ini" jawab salah
seorang dari para pengawas itu.
"Siapakah kalian sebenarnya" bertanya pemimpin dari
anak-anak muda yang menghentikan para pengawas itu.
"Kami adalah orang-orang Kediri. Kami tidak mau
diadu dengan orang-orang Talang Amba. Karena itu, maka
kamipun merasa lebih baik untuk pergi" jawab salah
seorang dari para pengawas.
Tetapi pemimpin dari anak-anak muda itu berkata
"Jangan pergi Ki Sanak. Kami persilahkan Ki Sanak tinggal
di padukuhan ini sampai pertempuran berakhir. Nanti
segalanya akan diselesaikan dengan baik. Karena Ki Sanak
adalah bagian dari orang-orang yang menjadi pengikut
Pangeran dan Kediri itu, maka untuk sementara Ki Sanak
menjadi tawanan kami"
"Aku bukan pengikut Lembu Sabdata" bentak pengawas
itu. "Siapa" Lembu Sabdata" Jadi Pangeran dari Kediri itu
bernama Lembu Sabdata?" bertanya seorang diantara anakanak
muda Talang Amba itu. "Ya. Pangeran Lembu Sabdata. Nah, beri aku jalan
keluar" geram salah seorang diantara para pengawas itu.
"Jangan Ki Sanak. Lebih baik Ki Sanak tidak bersikap
bermusuhan" jawab pemimpin dari anak-anak muda itu.
Para pengawas itu menjadi tegang. Diluar sadar, mereka
memperhatikan anak-anak muda yang telah menghentikan
mereka. Menurut ujudnya mereka adalah anak-anak muda
Talang Amba. Tetapi seperti yang berada di padukuhan di
sekitar padukuhan induk Talang Amba, ternyata terdapat
beberapa kelompok orang yang memiliki kemampuan yang
tinggi, yang pasti bukan anak-anak muda Talang Amba,
sehingga para pengawas itu merasa telah melakukan satu
kesalahan, bahw a mereka tidak melihat, kapan orang-orang
itu hadir. Karena itulah, maka mereka lebih baik menghindarkan
diri dari Pangeran Lembu Sabdata yang akan dapat
menghukum mereka, karena pada saat mereka melakukan
tugas, seakan-akan apa saja yang mereka kehendaki telah
dipenuhi. Sehingga dengan demikian maka pengawasan itu
telah menelan beaya yang cukup banyak. Namun yang
ternyata tidak ada artinya sama sekali.
Dengan demikian, bukan saja karena beaya yang besar,
tetapi juga karena pasukan para pengikut Pangeran Lembu
Sabdata itu telah terjebak memasuki satu lingkungan
pasukan lawan yang sangat kuat.
Untuk beberapa saat para pengawas yang ingin
menghindari kemarahan Pangeran Lembu Sabdata itu
termangu-mangu. Namun hampir semua diantara mereka
berpendapat, bahwa kekuatan orang-orang dari luar Talang
Amba tentu berada di tiga padukuhan di sekitar padukuhan
induk itu. Karena itulah, maka para pengawas itu menganggap
bahwa yang mereka hadapi itu benar-benar hanya anakanak
muda Talang Amba saja. "Ki Sanak" berkata salah seorang diantara para
pengawas "seharusnya Ki Sanak tidak mengganggu kami.
Kami sudah menyatakan bahwa kami tidak mau diadu
domba dengan anak-anak muda Talang Amba. Karena itu,
kami akan pergi saja. Tetapi Ki Sanak justru menghalangi
kami. "Kami terpaksa melakukannya" jawab pemimpin anakanak
muda itu "kami memerlukan keterangan selengkapnya
tentang pasukan yang tiba-tiba telah menyerang Talang
Amba tanpa sebab ini. Karena itu maka kami berharap
bahwa kalian bersedia tinggal. Karena menurut pengamatan
kami, kalian tentu termasuk orang-orang yang akan dapat


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberikan keterangan kepada kami"
"Jangan memaksa" tiba-tiba salah seorang pengawas itu
menggeram "Aku akan dapat mengambil jalan kekerasan
untuk meninggalkan tempat ini"
"Jika demikian sikap Ki Sanak untuk menghindari
permusuhan dan adu domba itu tidak ada artinya" berkata
pemimpin anak muda itu. "Ada bedanya. Kami sekedar mempertahankan
kebebasan kami. Mempertahankan hak kami sebagai
seorang yang tidak berada dibawah kuasa kalian" jawab
salah seorang pengawas "Karena itu maka jangan halangi
kami. Dengan demikian maka kami benar-benar tidak akan
bermusuhan dengan kalian"
Tetapi pemimpin anak-anak muda Talang Amba itu
menggeleng. Katanya "Maaf Ki Sanak. Kami tidak akan
melepaskan kalian. Kami curiga terhadap siapapun juga.
Apalagi Kalian, karena kalian akan dapat menjadi
penghubung untuk mendapatkan bantuan dari kawankawan
kalian yang mungkin kini berada di disatu tempat"
"Gila" seorang pengawas yang bertubuh tinggi besar dan
berjambang panjang menggeram "Jika demikian, maka
kami benar-benar akan mempergunakan kekerasan. Jangan
menyesal jika dengan demikian ada diantara kalian yang
terbunuh" "Kami adalah pengawal Kabuyutan" jawab pemimpin
pengawal itu "Jika ada diantara kami yang harus gugur
dalam tugas ini, adalah satu akibat yang sangat wajar.
Karena itu kami tidak akan takut karenanya"
Para pengawas yang ingin melepaskan diri dari tangan
Pangeran Lembu Sabdata itu menggeram. Namun agaknya
anak-anak muda yang menahan mereka itu benara-benar
tidak akan melepaskan mereka begitu saja. Karena itu,
maka memang tidak ada jalan lain untuk keluar kecuali
dengan kekerasan. Karena itu, maka para pengawas itupun telah
mempersiapkan diri untuk bertempur.
Demikianlah, anak-anak muda Talang Amba itupun
telah memencar. Mereka menghadapi para pengawas itu
dari berbagai arah. Namun dengan demikian, maka para
pengawas yang gagal melakukan tugas mereka itupun
seakan-akan telah terkepung.
-ooo0dw0oooKolaborasi 2 Website : dengan Pelangi Di Singosari / Pembuat Ebook : Sumber Buku Karya SH MINTARDJA
Scan DJVU : Ismoy o Conv erter : Editor : Raharga, Arema, Dino,
Pdf ebook : Uploader di Indozone : Din o
--ooo0dw0ooo- Jilid 014 SEJENAK kemudian, maka para pengawas itupun telah
menggerakkan senjata mereka. Agaknya waktu memang
terlalu sempit bagi mereka. Karena mereka harus dengan
segera keluar dari Talang Amba.
Dengan demikian, maka pertempuranpun tidak dapat
dihindarkan lagi. Para pengawas itupun segera menyerang
anak-anak muda Talang Amba yang telah menahan
mereka. Namun dalam pada itu, para pengawas itupun terkejut.
Meskipun diantara lawan-lawan mereka ada yang dengan
cepat terdesak, sehingga mereka harus bertempur
berpasangan, namun ada juga diantara mereka yang justru
mampu mendesak. "Gila" geram para pengawas. Ternyata bahwa yang
mereka hadapi itupun bukan semua anak-anak muda
Talang Amba. Sedangkan anak muda Talang Amba
jumlahnya jauh lebih banyak dari para pengawas itu,
sehingga merekapun telah menyerang berpasangan dari
segala arah. Dalam waktu yang singkat, maka para pengawas itu
segera mengalami kesulitan. Kecuali jumlah lawan yang
terlalu banyak, namun diantara lawan itupun terdapat
orang-orang yang memiliki ilmu yang memadai.
Karena itu, maka sejenak kemudian kepungan anak-anak
muda Talang Amba itupun menjadi semakin sempit,
sehingga para pengawas itu kehilangan arena untuk
bergerak dengan leluasa. Meskipun demikian para pengawas gagal itu tidak segera
menyerah. Mereka telah mengerahkan kemampuan mereka.
Diantara anak-anak muda yang mengepung mereka, para
pengawas itu memang melihat mata kepungan yang lemah,
yang agaknya akan dapat mereka pecahkan.
Tetapi setiap kali mereka menyerang bagian yang mereka
anggap lemah, ternyata mereka telah membentur kekuatan
yang tidak dapat mereka tembus.
Demikianlah dengan sepenuh kemampuan para
pengawas itu berusaha untuk dapat melepaskan diri dari
kepungan anak-anak muda Talang Amba. Atas pimpinan
seorang yang berhati batu, maka mereka telah bertempur
habis-habisan. Dengan mengerahkan segenap kemampuan
yang ada, mereka telah menghantam di satu bagian saja
dari kepungan itu. Namun justru dibagian itu rasa-rasanya mereka telah
membentur gelang-gelang baja yang sangat kuat, yang tidak
mungkin mereka pecahkan. Bahkan kepungan itu semakin
lama rasa-rasanya menjadi semakin menekan, sehingga
nereka menjadi semakin sulit untuk bergerak. Dari segala
arah rasa-rasanya ujung-ujung senjata telah teracu kepada
mereka. Akhirnya betapapun keras hati mereka, namun mereka
tidak dapat mengingkari kenyataan. Kepungan itu tidak
dapat mereka pecahkan, sementara ujung-ujung senjata
menjadi semakin merapat diseputar mereka.
"Jangan keras kepala" berkata salah seorang yang
menilik ujudnya tidak ubahnya seperti anak-anak muda
Talang Amba "Kalian Hdak mendapat kesempatan lagi"
Pemimpin dari para pengawas itu menggeram. Namun
tiba-tiba seorang diantara para pengawas itu mengaduh.
Ujung senjata dari mengepung mereka itupun mulai
melukai para pengawas itu.
Ternyata pemimpin pengawas itu kemudian tidak mem
punyai pilihan lain. Ketika dua orang diantara mereka
terluka pula, maka para pengawas itu tidak dapat lagi
menolak ketika anak-anak muda yang mengepungnya itu
memerin tahkan mereka untuk menyerah.
Dengan demikian, maka merekapun telah melepaskan
senjata-senjata mereka dan kemudian dengan patuh
melakukan segala perintah-perintah anak-anak muda itu.
Para pengawas itupun kemudian telah dibawa kedalam
salah satu halaman yang tidak terlalu luas. Mempersilahkan
mereka naik pendapa. "Silahkan duduk Ki Sanak. Kalian dapat membantu
mengobati kawan kalian yang terluka. Tetapi jangan
berbuat sesuatu yang dapat mempersulit kedudukan kalian
sendiri" perintah anak-anak muda itu.
Para pengawas itu tidak menjawab. Tetapi merekapun
kemudian duduk melingkar di pendapa. Dengan obat yang
ada pada mereka, maka para pengawas itu telah mengobati
kawan-kawan mereka yang terluka.
Sementara itu, beberapa orang anak muda Talang Amba
bersiap-siap serta mengawasi mereka dihalaman.
Dalam pada itu, selagi para pengawas yang duduk di
pendapa itu mengumpat-umpat dengan gelisah karena nasib
mereka yang buruk itu, di padukuhan di sekitar padukuhan
induk, pasukan Pangeran Lembu Sabdata masih bertempur
dengan sengitnya. Kedua belah pihak berusaha untuk
segera dapat menguasai lawannya.
Ternyata jumlah anak-anak muda Talang Amba yang
jumlahnya lebih banyak, apalagi diantara mereka terdapat
anak-anak muda yang memiliki kemampuan yang tinggi,
mempunyai pengaruh yang besar pada pertempuran itu.
Jika para pengikut Pangeran Lembu Sabdata ingin
menyelesaikan lawan mereka sebelum tengah hari, maka
ternyata mereka justru telah terdesak semakin menjauhi
padukuhan-padukuhan itu. Meskipun pasukan cadangan telah dikerahkan, dan
bahwa Pangeran Lembu Sabdata sendiri telah mendekati
arena pertempuran, namun ternyata bahwa pasukan
Pangeran itu tidak berhasil segera mendesak lawannya.
Bahkan terasa betapa beratnya tekanan lawan yang justru
telah keluar dari padukuhan-padukuhan menyongsong
kehadiran para pengikut Pangeran Lembu Sabdata itu.
Kemarahan Pangeran Lembu Sabdata menjadi semakin
memuncak. Tiba-tiba saja ia memanggil beberapa
pengawalnya dan berkata "Kita harus mempengaruhi hati
dan jantung orang-orang Talang Amba dan barangkali juga
para prajurit Singasari. Kita akan membakar rumah-rumah
di padukuhan-padukuhan kecil disekeliling padukuhan ini"
"Lalu, siapakah yang harus melakukannya?" bertanya
pengawalnya. "Panggil dua orang. Mereka harus pergi dari satu
padukuhan kepadukuhan yang lain. Membakar rumah dan
isinya bukannya satu pekerjaan yang sulit. Dalam sekejap
hal itu dapat dilakukan" geram Pangeran Lembu Sabdata.
Pengawalnyapun tidak membantah. Bahkan dengan
tergesa-gesa ia telah memanggil dua orang pengawal dan
ditarik dari arena. "Pergi ke padukuhan-padukuhan kecil itu. Bakar rumahrumah
yang ada di padukuhan itu" perintah Pangeran
Lembu Sabdata. Pengawal itupun segera mengerti maksudnya. Tetapi ia
masih bertanya "Semua rumah, atau beberapa saja untuk
sekedar memberikan kesan bahwa padukuhan itu sudah
terbakar" "Bagus" desis Pangeran Lembu Sabdata "otakmu cukup
cerdas. Lakukan. Tidak semua rumah"
Pengawal. pengawal itu tidak bertanya lebih lanjut.
Pekerjaan itu memang lebih mudah daripada harus berada
di medan, bertempur dengan anak-anak muda Talang
Amba. Namun yang memiliki kemampuan prajurit
Singasari Demikianlah, maka kedua pengawal itupun segera pergi
ke padukuhan yang paling dekat dengan padukuhan yang
menjadi arena pertempuran itu. Dengan penuh dendam dan
kebencian keduanya siap untuk melakukan perintah
Pangeran Lembu Sabdata. Alangkah mudahnya tugas
mereka. Membakar rumah-rumah yang terbuat dari dinding
bambu atau kayu. "Kita akan memilih satu yang paling mudah untuk
dibakar sebelum kita membakar yang lain. Rumah yang
beratap ilalang meskipun kecil, tetapi akan cepat memanggil
perhatian. Kemudian rumah yang lebih, besar dan bahkan
rumah yang terbesar di padukuhan itu" geram salah seorang
diantara kedua pengawal yang mendendam itu.
Dalam pada itu, Pangeran Lembu Sabdata dengan
gelisah menyaksikan pertempuran yang menjadi semakin
sulit bagi para pengikutnya. Di semua medan, pasukan
Pangeran Lembu Sabdata telah terdesak. Perlahan-lahan
mereka terpaksa bergeser surut menjauhi padukuhanpadukuhan
yang seharusnya mereka hancurkan sebelum
tengah hari. Namun yang terjadi, mereka sama sekali tidak dapat
memasuki padukuhan-padukuhan itu. Apalagi memasuki
padukuhan induk. Sementara itu, anak-anak muda Talang Amba telah
bertempur dengan berani untuk mempertahankan kampung
halaman mereka dari kemungkinan yang paling buruk yang
dapat terjadi jika para pengikut Pangeran Lembu Sabdata
berhasil memasuki Kabuyutan mereka. Apalagi setelah
mereka menyadari, bahwa para prajurit Singasari yang ada
di Kabuyutan itu mampu menahan serangan para pengikut
Pangeran Lembu Sa,bdata. Meskipun anak-anak muda Talang Ainba tidak akan
dapat menahan serangan lawan mereka apalagi mereka
harus menghadapi seorang lawan seorang, namun anakanak
muda Talang Amba itu sudah mendapat petunjuk
sebelumnya bahwa sebaiknya mereka bertempur
berpasangan, atau bahkan dalam kelompok-kelompok kecil
sekalipun, karena jumlah mereka mencukupi.
Dalam pada itu, dengan jantung yang berdebaran.
Pangeran Lembu Sabdata menunggu kedua orang yang di
tugaskannya untuk memancing perhatian orang-orang
Talang Amba, sehingga dalam keadaan yang gelisah,
mereka akan dapat didesak mundur.
Namun ternyata sudah beberapa lama ditunggu, tidak
sebuah rumahpun yang terbakar. Tidak ada asap mengepul,
apalagi api yang menjilat sampai keudara.
"Gila, apakah orang-orang itu hanya tidur saja atau
mereka tidak mampu membuat api?" geram Pangeran
Lembu Sabdata. "Mereka mempunyai thithikan. Dengan embun gelugut
aren mereka akan dapat,. membuat api. Kemudian dengan
belarak atau ilalang kering, mereka akan dengan cepat
dapat membuat api" jawab salah seorang penga. yai
Pangeran Lembu Sabdata itu.
Tetapi kenapa mereka tidak melakukan sesuatu?"
Pangeran Lembu Sabdata hampir berteriak.
Tidak seorangpun diantara para pengawal khusus dari
Pangeran Lembu Sabdata yang dapat menjawab. Mereka
hanya saling berpandangan dengan pertanyaan yangsama di
hati mereka. Sebenarnyalah pada saat itu kedua orang pengawal yang
memasuki padukuhan kecil dihadapan padukuhan yang
menjadi arena pertempuran itu, telah terjebak. Ketika
mereka mendekati padukuhan yang mereka kira sebuah
padukuhan yang kosong sebagaimana saat mereka


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memasukinya menuju ke padukuhan yang telah memadi
arena pertempuran itu, tidak seorangpun yang mereka lihat.
Tetapi demikian mereka berada di dalam regol, maka
beberapa orang anak muda telah mengepung mereka.
"Siapa kau dan apa maksudmu" bertanya salah seorang
dari anak-anak muda itu. Wajah kedua orang itu menjadi tegang. Namun adalah
satu kenyataan bahwa mereka telah dikepung.
Tetapi kedua orang pengawal itu menyangka, bahwa
mereka hanya menghadapi anak-anak muda Talang Amba
saja. Bukan orang-orang yang memiliki ilmu yang tinggi.
"Orang-orang yang berilmu itu tentu berkumpul di
padukuhan disebelah padukuhan induk itu atau
dipadukuhan induk sendiri" berkata kedua orang itu di
dalam hatinya. Karena itu, maka keduanya sama sekali tidak gentar
ketika anak-anak muda itu mengacukan senjata mereka.
"Jangan besar kepala" geram salah seorang dari kedua
pengawal itu "pergi, atau kalian akan mati seperti babatan
batang ilalang disini"
"Memang mengerikan" jawab salah seorang diantara
anak-anak muda yang mengepungnya "tetapi kami tidak
akan membiarkan diri kami menjadi babatan ilalang disini.
Kami akan menangkap kalian berdua sebelum kalian dapat
membunuh seorangpun diantara kami" jawab salah seorang
dari anak-anak muda itu. "Jangan terlalu sombong anak-anak muda" bentak
pengawal yang lain "Kalian belum mengenal permainan
senjata yang sebenarnya"
"Kami sudah berlatih dengan sungguh-sungguh" jawab
salah seorang anak muda itu "siang dan malam. Pagi dan
sore, kapan saja ada waktu. Kami menempa diri dengan
tanpa mengenal lelah. Nah. karena itu, maka permainan
senjata apapun tidak akan mengherankan kami"
"Anak iblis" bentak pengawal itu pula "bayi yang belum
pernah melihat api, tidak akan takut menggenggam bara
meskipun kemudian tangannya akan terbakar. Kalian pun
tidak akan takut mendengar ilmu pedang kami, karena
kalian tidak mengerti bahayanya. Nah, sekarang kalian
akan tahu, bahkan mengalami. Kalian tidak akan
menganggap remeh ilmu pedang kami, setelah tangan
kalian pu tus diatas pergelangan.
Anak-anak muda yang mengepung kedua orang pegawai
Pangeran Lembu Sabdata itu menjadi tegang. Sejenak
mereka termangu mangu. Namun dalam pada itu, seorang
diantara merekapun melangkah maju sambil berkata
"Jika hal itu terjadi, maka kami memang akan menjadi
ketakutan. Tetapi aku berharap bahwa hal seperti itu tidak
akan terjadi. Tidak seorangpun diantara kami yang akan
membiarkan tangan kami terpenggal di atas pergelangan"
"Gila" salah seorang dari kedua orang pengawal itu
menggeram "agaknya kalian memang ingin mengalami
bencana yang gawat bukan saja bagi dirimu sendiri, tetapi
bagi Kabuyutanmu. Tetapi baiklah. Marilah kita buktikan.
Siapa diantara kalian yang ingin pertama kali tangannya
terputus?" "Jangan memakai istilah itu" berkata salah seorang
diantara anak-anak muda itu "Jika kalian menantang kami,
baiklah. Tetapi jangan bertanya, siapa diantara kami yang
pertama-tama tangannya ingin kau putuskan"
"Persetan" pengawal itu hampir berteriak. Sementara itu
pedangnya telah teracu kearah anak-anak muda yang
mengepungnya. Kedua orang itu berdiri beradu punggung
dengan wajah yang tegang. Sementara ujung pedang
mereka telah mulai bergetar.
Tetapi yang terjadi adalan sangat menyakitkan hati
mereka Bukan anak-anak muda yang mengepungnya itu
bergeser maju dan bersama-sama menyerang mereka.
Tetapi yang mendekati keduanya yang berdiri beradu
punggung itu hanyalah dua orang saja diantara anak-anak
muda itu. Seorang diantara kedua anak muda itu membawa
sebatang tombak pendek, sedangkan yang lain membawa
sepasang trisula di kedua tangannya.
"Kami telah siap Ki Sanak" berkata anak muaa yang
membawa trisula itu. Kedua pengawal itu menggeram. Seorang diantara
mereka berkata "Jadi kalian berdua yang ingin lebih dahulu
mati?" "Kami akan menangkap kalian. Bukan hanya kami
berdua. Tetapi kami semuanya pada saatnya akan
bertindak" jawab anak muda yang membawa tombak
pendek. Kedua orang pengawal Pangeran Lembu Sabdata itu
tidak menjawab. Keduanya kemudian telah memutar
pedang mereka yang panjang dan besar menurut ukuran
pedang kebanyakan. Namun pedang yang panjang dan
besar itu di tangan mereka nampaknya tidak lebih berat dari
sepotong lidi. Demikianlah, maka pertempuran antara kedua orang
pengawal Pangeran Lembu Sabdata melawan dua orang
anak muda di padukuhan yang akan dijadikan karang
abang itu telah mulai. Dengan marah kedua orang
pengawal itu menyerang iawannya dengan pedang terjulur.
Namun kedua orang anak muda itupun telah bersiap
sepenuhnya. Mereka bergeser surut sambil menggerakkan
senjata masing-masing. Justru karena kedua orang pengawal Pangeran Lembu
Sabdata yang beiadu punggung itu masing-masing
memburu lawan mereka, maka merekapun kemudian
menjadi renggang. Tetapi kedua orang anak muda itu agaknya benar-benar
ingin bertempur melawan dua orang pengawal itu tanpa
orang lain. Karena itu, maka keduanyapun kemudian ber
siaga sepenuhnya untuk melawan seorang lawan seorang.
Kemarahan yang memuncak telah menyeret kedua orang
pengawal itu untuk melayani kedua orang muda itu.
sehingga kemudian mereka memang bertempur seorang
melawan seorang. Sejenak kemudian, maka di dalam kepungan anak-anak
muda Talang Amba, telah terdapat dua lingkaran
pertempuran antara dua orang pengawal Pangeran Lembu
Sabdata melawan dua orang anak muda yang semula
berada diantara anak-anak . muda Talang Amba itu.
Namun sebenarnyalah bahwa keduanya bukan anak muda
Talang Amba itu sendiri. Dengan demikian, maka pertempuran antara para
pengawal dan anak-anak muda itupun menjadi semakin
seru. Ternyata bahwa dugaan kedua orang pengawal
tentang lawan-lawan mereka itu keliru.
"Apakah kedua orang ini juga bukan anak-anak muda
Talang Amba?" pertanyaan ini mulai timbul di dalam hati
kedua orang itu. Namun agaknya seorang diantara para pengawal itu tidak
Malaikat Berdarah Biru 2 Si Pemanah Gadis Karya Gilang Bukan Impian Semusim 5
^