Pencarian

Hijaunya Lembah Hijaunya 35

01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja Bagian 35


bertanggung jawab atas gedung perbendaharaan dan
gedung pusaka. Dengan demikian, maka orang itu akan
segera dapat mengetahui, apakah ada sesuatu yang berubah
letaknya atau bahkan hilang.
Laporan itupun sangat mengejutkan pula. Seorang
Tumenggung yang bertanggung jawab atas gedung
perbendaharaan itupun telah berlari-lari pergi ke tempat
tugasnya. Ketika Ki Tumenggung itu sampai di pintu gedung
pusaka, maka iapun menarik nafas panjang. Gedung itu
masih tertutup sebagaimana semula Demikian pula gedung
perbendaharaan. "Bukankah tidak ada apa-apa yang terjadi?" bertanya Ki
Tumenggung. "Tentu telah terjadi sesuatu Ki Tumenggung" jawab Ki
Lurah yang kemudian menceriterakan selengkapnya apa
yang telah terjadi" segala sesuatunya terserah kepada Ki
Tumenggung" Ki Tumenggung termangu-mangu sejenak. Kemudian
katanya "Kita lihat, apakah isinya ada yang berubah"
Para prajurit yang bertugas menjadi tegang. Sejenak
kemudian Ki Tumenggungpun duduk dengan tertibnya
didepan pintu gedung pusaka. Setelah menyembah maka
iapun segera membuka selarak pintu itu. Ia cenderung
untuk melihat isi gedung pusaka itu lebih dahulu, karena
didalam gedung itu tersimpan banyak sekali senjata-senjata
yang bertuah dan memiliki kekuatan yang gaib, yang
menjadi pendukung kekuasaan Sri Baginda di Kediri.
Demikian Ki Tumenggung membuka selarak, maka
sekali lagi ia duduk dan menyembah. Baru kemudian ia
berjalan jongkok memasuki ruangan itu.
Karena tugasnya, maka Ki Tumenggung itu telah
mengenal sebaik-baiknya isi gedung pusaka itu. Karena itu,
demikian pintu itu terbuka, sebenarnyalah Ki Tumenggung
langsung mengenali bahwa tidak ada sebuahpun diantara
pusaka-pusaka itu yang bergeser
Ki Tumenggung menarik nafas dalam dalam Beberapa
pusaka yang paling keramat inasih berada ditempatnya.
Karena itu, maka Ki Tumenggungpun telah keluar dari
gedung pusaka itu dan menuju ke gedung perbendaharaan
Seperti yang dilakukan di gedung pusaka, maka
dilakukannya pula digedung perbendaharaan. Namun
ketika ia memasuki gedung itu dengan berjalan jongkok,
maka terasa jantungnya bagaikan akan meledak. Ketika ia
langsung memandang ketempat penyimpanan mahkota
yang dibungkus dengan kain putih, maka terasa pandangan
matanya menjadi gelap. Mahkota itu tidak ada
ditempatnya. Dalam kekaburan penglihatannya ia masih
berusaha melihat disekitarnya, mungkin mahkota itu telah
berpindah tempat Namun ternyata bahwa didalam ruangan
itu tidak dilihatnya lagi mahkota yang terbungkus dengan
kain putih. Karena itu, maka isi dadanyapun terasa terguncang. Ki
Tumenggung tidak dapat menahan diri lagi. Tiba-tiba saja
semuanya menjadi hitam pekat.
Orang-orang yang berada diluar gedung menjadi
kebingungan melihat keadaan Ki Tumenggung. Ketika
mereka akan memasuki ruangan, maka terasa angin prahara
telah menempuh mereka sehingga langkah mereka segera
terhenti. "Apa yang dapat kita lakukan Ki Lurah " seseorang telah
bertanya. Ki Lurah itupun kemudian melakukan sebagaimana
dilakukan oleh Ki Tumenggung, sehingga iapun kemudian
dapat memasuki gedung perbendaharaan.
Dengan hati-hati ia mendekati Ki Tumenggung dan
mengamatinya. Ternyata Ki Tumenggung itu telah pingsan.
Ki Lurahpun kemudian memanggil salah seorang diantara
prajurit yang berada diluar. Dengan laku yang sama maka
prajurit itupun berhasil memasuki gedung perbendaharaan
itu. Dengan susah payah, maka Ki Lurah dan seorang
prajurit telah membawa Ki Tumenggung itu keluar.
Beberapa saat, mereka berusaha merawat Ki Tumeng gung
sehingga Ki Tumenggungpun akhirnya menjadi sadar
"Tutup pintu itu dahulu" desisnya ketika matanya mulai
terbuka. Ki Tumenggung menarik nafas dalam-dalm ketika Ki
Lurah dengan laku sebagaimana saat Ki Tumenggung akan
membuka pintu itu telah menutupnya kembali dan
menyelaraknya. "Apa yang terjadi Ki Tumenggung?" bertanya Ki Lurah
"Apakah ada yang salah"
Ki Tumenggung memandang para prajurit di sekitarnya
setelah ia bangkit dan duduk. Dengan nada datar ia berkata
"Kita telah mengalami satu bencana. Sebuah diantara
benda-benda yang paling berharga telah hilang"
"Apa?" bertanya Ki Lurah.
"Mahkota" jawab Ki Tumenggung.
"Mahkota" ulang Ki Lurah.
"Ya. Mahkota pusaka kerapian Kediri" jawab Ki
Tumenggung. Untuk beberapa saat keadaan menjadi hening. Namun
akhirnya Ki Lurah itu menyadari, bahwa ia tidak akan iapat
ingkar lagi. Karena itu, maka katanya kepada seorang
prajurit "Laporkan kepada Senapati yang memimpin
pengawalan istana malam ini"
Prajurit itupun segera berangkat kebagian depan istana
untuk melaporkan apa yang telah terjadi.
Betapa terkejutnya Senapati itu. Mahkota itu adalah
pertanda kuasa Sri Baginda di Kediri. Bahkan menurut
pendengaran Senapati itu, Mahkota itu adalah benda yang
bertuah. Karena itu. maka iapun telah bergegas pergi ke gedung
perbendaharaan. Sebenarnyalah seperti yang dilaporkan kepadanya, mahkota
itu telah hilang. Ki Tumenggung yang dibebani tugas untuk
memelihara gedung perbendaharaan dan gedung pusaka itu
mengatakan kepada Senapati yang datang itu, bahwa
mahkota itu memang sudah hilang.
"Siapa yang melaporkan kepadamu Ki Tumenggung?"
bertanya Senapati itu. "Para peronda. Aku mendapat laporan dari mereka"
jawab Ki Tumenggung. Senapati itu memandangi Ki Lurah dengan tajamnya.
Lalu katanya "Kau tidak melaporkan kepadaku sebelum
melapor kepada Ki Tumenggung?"
"Aku ingin meyakinkan apa yang terjadi. Jika tidak
terjadi apa-apa, maka bukankah kita tidak perlu rebut
seperti ini?" jawab Ki Lurah.
"Tetapi kenapa tiba-tiba saja kau menduga, bahwa ada
sesuatu yang hilang?" bertanya Senapati itu.
Ki Lurah tidak ingkar. Iapun menceriterakan semuanya
apa yang telah terjadi di gedung perbendaharaan itu.
"Jadi para prajurit yang bertugas telah tertidur?" bertanya
Senapati itu. "Ya. Dalam pengaruh ilmu sirep" jawab Ki Lurah.
"Persetan dengan sirep. Dipengaruhi atau tidak, tetapi
kenyataan yang terjadi, para prajurit telah tidur nyenyak
dalam tugas mereka" jawab Senapati itu.
"Jangan meniadakan laporan atau sebagian dari laporan
yang kami sampaikan. Sirep itu telah terjadi. Dan itu perlu
kami laporkan. Jika atasan kami menganggap bahwa kami
telah bersalah karena tidak berhasil melawan sirep, kami
tidak akan ingkar "Ki Lurah menjelaskan.
"Tetapi kenyataan itu telah terjadi. Kalian tidak dapat
mengamankan benda-benda berharga yang terdapat di
gedung perbendaharaan" bentak Senapati itu.
"Bukankah kami tidak akan ingkar. Kami akan
mempertanggung jawabkannya. Hal itu memang sudah
terjadi" jawab Ki Lurah.
Senapati itu menggeram. Tetapi ia tidak dapat berbuat
apa-apa. Ki Lurah sudah mengakui kesalahannya.
Namun demikian, yang akan bertanggung jawab
terhadap para pemimpin Kediri, termasuk Pangeran Singa
Narpada adalah Senapati yang memimpin tugas
pengawalan pada malam itu. Sehingga apapun yang
dikatakannya kepada Ki Lurah, namun yang terjadi itu
akan dapat menjeratnya kedalam kesulitan.
Tetapi Senapati itu harus mengusut persoalannya dengan
teliti. Ia memang harus membuat laporan terperinci. Saparti
yang dikatakan oleh Ki Lurah, ia memang harus
melaporkan tentang sirep itu pula.
Peristiwa hilangnya mahkota itu memang tidak dapat
disembunyikan. Menurut Ki Tumenggung, laporan harus
dibuat secepatnya, sehingga mungkin para pemimpin di
Kediri dapat mengambil langkah langkah yang perlu.
Namun demikian, Ki Tumenggung masih berpesan, agar
hilangnya mahkota itu dirahasiakan bagi rakyat banyak.
Jika berita itu tersebar, maka akan terjadi keresahan yang
mungkin akan berakibat buruk.
Senapati yang memimpin para peronda malam itu
ternyata sependapat dengan Ki Tumenggung. Karena itu,
maka iapun segera mengumpulkan para pemimpin
kelompok prajurit yang malam itu bertugas diistana.
Beberapa pesan telah diberikan. Dengan tegas Senapati
itu berkata "Demi tegaknya Kediri, kalian harus
merahasiakan apa yang terjadi. Meskipun hal ini tidak akan
dapat kita rahasiakan terhadap para pemimpin dan kepada
Sri Baginda" Para prajurit mengerti maksud Senapati itu. Karena itu,
maka merekapun bertekad untuk melaksanakannya.
Namun demikian mereka sadar, bahwa hukuman tidak
akan terlepas dari mereka, karena mereka telah melakukan
satu kesalahan yang sangat besar atas Kediri. Namun,
sebagai seorang prajurit, mereka tidak akan ingkar dari
tanggung jawab. Demikianlah, ketika laporan itu sampai kepada para
pemimpin di Kediri, maka rasa-rasanya Kediri bagaikan
telah terbakar. Jantung didalam hati Sri Baginda bagaikan
berhenti berdetak. Apalagi Sri Bagindapun menyadari,
menurut kepercayaan para raja turun temurun di Kediri,
Mahkota itu adalah tempat bersemayam wahyu keraton.
Hilangnya mahkota itu, maka Kediri akan benar-benar
hapus. Tidak saja sebagaimana saat Tumapel
mengalahkana Kediri. Karena setelah itu Kediri tetap
berdiri meskipun diba-wah pengaruh Singasari.
Tetapi jika Kediri sudah kehilangan wahyu keraton,
maka Kediri benar-benar akan tenggelam dan hilang sama
sekali dari percaturan rakyat di Singasari.
Sementara itu, darah Pangeran Singa Narpada bagaikan
telah terbakar. Dengan garang ia bertanya kepada Senapati
yang memberikan laporan "Kau sebut-sebut tentang sirep?"
"Ya Pangeran" jawab Senapati itu.
"Jika demikian, kita akan dapat menghubungkannya
dengan saat hilangnya Pangeran Lembu Sabdata berkata
Pangeran Singa Narpada. Senapati itu mengangguk-angguK. Meskipun pada saat
itu ia tidak bertugas di tempat Pangeran Lembu Sabdata
ditahan, namun ia juga mendengar bahwa semua petugas
pada waktu itu telah terbius oleh kekuatan ilmu yang mem
buat mereka mengantuk dan tertidur.
Ternyata persoalan sirep yang semula oleh Senapati yang
bertugas diistana itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak
perlu di perhatikan dalam penilaian atas mahkota yang
hilang, karena menurut Senapati itu, apapun yang terjadi,
tetapi ternyata bahwa mahkota itu telah hilang, sehingga
laporan tentang sirep itu seakan-akan hanya sekedar untuk
memperkecil kesalahan, namun ternyata bahwa justru sirep
itulah yang mendapat perhatian utama dari Pangeran Singa
Narpada. "Baiklah" berkata Pangeran Singa Narpada
kemudian'"Kita tidak akan mengingkari kenyataan.
Mahkota itu telah hilang. Kalian tidak akan dapat mencuri
tangan begitu saja atasihilangnya; pusaka itu. Kesalahan
kalian tidak kurang dari kesalahan para petugas waktu
Pangeran Lembu Sabdata hilang. Namun demikian,
keputusan tentang kalian tidak akan diberikan sekarang.
Semua tenaga apalagi yang berhubungan dengan hilangnya
mahkota itu, akan dikerah kan. Mudah-mudahan masih ada
kesempatan untuk menemukannya, atau kita bersama sama
akan tenggelam" Pangeran Singa Narpada berhenti sejenak.
Namun masih terdengar giginya yang gemeretak. Katanya
kemudian "Mundurlah. Tetapi ingat, bahwa hal ini masih
merupakan rahasia istana. Siapa yang membocorkan
rahasia ini akan mendapat hukuman yang seimbang dengan
kesalahannya. Bahkan siapa yang membocorkan rahasia ini
tidak kurang dari seorang pengkhianat"
Demikianlah mereka yang menghadap ttntuk
melaporkan hilangnya mahkota itu telah mundur dari
hadapan para pemimpin di Kediri, sementara itu Pangeran
Singa Narpada masih juga berbicara dengan para pemimpin
itu. Sri Baginda sendiri kemudian berkata kepada pangeran
Singa Narpada "Terserah kepada kalian, apa yang
sebaliknya dilakukan. Aku akan beristirahat"
Yang kemudian menjadi pusat pembicaraan adalah cara
yang mirip yang ditempuh oleh orang-orang yang
mengambil mahkota itu sebagaimana yang pernah
dilakukan untuk membebaskan Pangeran Lembu Sabdata.
Pangeran Singa Narpada sendiri yakin, bahwa Pangeran
Lembu Sabdata tidak memiliki kemampuan untuk
melontarkan ilmu sirep Karena itu, maka tentu ada pihak
lain yang telah mengambilnya dari bilik tahanannya dan
yang kemudian telah mengambil mahkota itu pula dari
gedung perbendaharaan. Satu kesimpulan yang diambil oleh Pangeran Singa
Narpada namun yang belum dikatakannya kepada
siapapun, adalah satu rangkaian usaha untuk merebut tahta
Kediri dan usaha untuk menempatkan Pangeran Lembu


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sabdata pada kedudukan tertinggi. Namun Pangeran Singa
Narpada yakin, bahwa ada satu pihak yang berdiri
dibelakang Pangeran Lembu Sabdata, justru orang itu
adalah orang yang menentukan segala-galanya.
Karena itulah, maka Pangeran Singa Narpada yakin,
bahwa yang dihadapi oleh Kediri adalah satu gerakan yang
sangat rumit. Namun Pangeran Singa Narpada yang
mempunyai ketajaman pengamatan dan perhitungan, tidak
melepaskan usaha yang sedang dilakukan itu dengan usaha
Pangeran Kuda Permati yang gagal.
"Tetapi kegagalan itu telah memberikan banyak
pelajaran kepada pihak mereka" berkata Pangeran Singa
Narpada didalam dirinya " kini orang yang telah
menggerakkan usaha perlawanan itu, telah mengambil cara
yang lebih cermat dan lembut"
Pikiran itu merupakan pangkal usaha Pangeran Singa
Narpada untuk menelusuri hilangnya pusaka yang dianggap
menjadi tempat semayam wahyu keraton Kediri.
Tetapi sebenarnyalah Pangeran Singa Narpada telah
menjadi curiga terhadap para pemimpin Kediri sendiri.
Seolah-olah diantara mereka terdapat orang-orang yang
setiap saat akan dapat berkhianat.
Karena itu, maka untuk beberapa lama Pangeran Singa
Narpada tidak banyak memberikan pendapatnya dalam
pertemuan-pertemuan para pemimpin Kediri. Bahkan ia
telah mengatakan cara-cara yang mungkin ditempuh,
namun yang berbeda dari perhitungannya yang sebenarnya.
"Kita harus menyebarkan para petugas sandi" berkata
Pangeran Singa Narpada "Mereka harus berusaha melihat
pertanda-pertanda yang mencurigakan. Bahkan mungkin
mereka dapat mendengar atau melihat gerakan yang pantas
untuk diamati" Tetapi persoalannya tidak terlalu sederhana. Hal itu
disadari oleh Pangeran Singa Narpada.
Namun para pemimpin di Kediri itu memang belum
menemukan jalan yang menjurus kearah yang
memungkinkan untuk mengetahui jejak mahkota yang
hilang itu. Namun dalam pada itu, Pangeran Singa Narpada berniat
untuk menelusuri gerakan ini dari ujung, la harus
menemukan beberapa nama yang dapat dihubungkan
dengan Pangeran Kuda Permati. Karena Pangeran Singa
Narpadapun kemudian yakin bahwa terbunuhnya Pangeran
Kuda Permati ternyata masih belum memadamkan
perlawanan itu. Bahkan perlahan-lahan api perlawanan itu
justru semakin lama menjadi semakin membesar kembali.
Dengan demikian maka Pangeran Singa Narpada
berpendapat bahwa sumber dari gerakan itu masih harus
diketemukan. Tetapi untuk sementara Pangeran Singa Narpada merasa
dirinya sendiri. Ia tidak lagi dapat mempercayai seseorang.
Bahkan ia menduga, lepasnya Pangeran Lembu Sabdata
dan hilangnya mahkota itu, tentu berkaitan dengan
pengkhianat diantara para pemimpin Kediri sendiri.
Dalam pada itu, Ki Ajar yang telah berhasil mengambil
mahkota yang dianggap dapat menjadi tempat semayam
wahyu keraton itu telah berada kembali di padepokannya.
Yang kemudian menyimpan mahkota itu adalah Pangeran
Lembu Sabdata, yang dianggap memiliki darah raja-raja
Kediri, sehingga mahkota itu tidak akan menimbulkan
persoalan baginya. Bahkan kemudian diharapkan bahwa
wahyu keraton yang bersemayam di mahkota itu akan
dapat mendukung usaha Pangeran Lembu Sabdata untuk
menguasai tahta. "Perjuangan ini harus dilakukan sampai tuntas" berkata
Ki Ajar. Lalu "perjuangan yang dilakukan oleh Pangeran
Kuda Permati ternyata diwarnai oleh kebimbangan.
Pangeran Kuda Permati ingin merubah sikap Kediri, tetapi
ia ingin tetap membiarkan Sri Baginda untuk berada diatas
tahtanya. Sikap yang bimbang inilah salah satu sebab,
kenapa Pangeran Kuda Permati tidak berani bergerak lebih
tegas dan lebih keras" Ki Ajar itu berhenti sejenak, lalu
"sikap kita harus lain. Kita harus bersikap tegas. Meskipun
mungkin Sri Baginda itu juga disentuh oleh perasaan ragu.
sebagaimana sikapnya terhadap Pangeran Singa Narpada,
tetapi sikap yang ragu itu akan dapat menghambat
perjuangan. Karena itu, maka bagaimanapun juga, sampai
hati atau tidak, Sri Baginda harus disingkirkan"
Pangeran Lembu Sabdata yang masih lebih muda dari
Pangeran Kuda Permati itu mengangguk-angguk. Agaknya
ia akan dapat berbuat lebih keras dari Pangeran Kuda
Permati itu. Apalagi Pangeran Lembu Sabdata benar-benar
sudah berada dibawah pengaruh Ki Ajar.
"Tetapi sekali lagi Pangeran, kita tidak boleh tergesagesa"
berkata Ki Ajar "Kita harus menunggu sampai
oorang-orang Kediri melupakannya, sebagaimana saat
hilangnya Pangeran dari bilik tahanan. Baru disaat orangorang
Kediri itu tidak lagi memikirkan mahkota yang
hilang, kita akan menyusun diri. Jika hal itu kita lakukan
sekarang sebelum kita mulai, kita tentu sudah akan
digulung oleh Pangeran Singa Narpada. Sementara itu,
Pangeran masih harus menyempurnakan ilmu Pangeran
bersama dengan Putut itu"
"Baik Ki Ajar" jawab Pangeran Lembu Sabdata "Aku
memang tidak tergesa-gesa. Aku sependapat, bahwa
seharusnya aku menyempurnakan ilmu yang aku sadap dari
Ki Ajar, agar bekalku jadi memadai nanti"
"Dengan demikian, maka untuk sementara kitapun akan
melupakan mahkota itu" berkata Ki Ajar " asal Pangeran
menyimpannya dengan baik"
"Aku simpan didalam bilikku" berkata Pangeran Lembu
Sabdata " dan kita bersama-sama akan
mempertahankannya seandainya ada pihak yang berhasil
mengetahui, bahwa mahkota itu ada disini"
"Tentu" berkata Ki Ajar "Tetapi tidak akan ada orang
yang pernah menduga bahwa Pangeran berada disini.
Menurut perhitungan, para pemimpin di Kediri tentu akan
menghubungkan hilangnya mahkota ini dengan hilangnya
Pangeran dari bilik tahanan. Mereka tentu akan
memperhitungkan pula cara yang mirip yang terjadi pada
saat Pangeran diambil dari bilik tahanan itu, dan pada saat
mahkota itu hilang. Keduanya mempergunakan ilmu sirep.
Karena itu, untuk sementara kita tidak boleh menempuh
jalan yang sangat berbahaya dengan memberikan
kemungkinan seseorang dapat mengenali Pangeran"
"Tidak seorangpun lagi yang akan dapat mengenal aku"
berkata Pangeran Lembu Sabdata.
"Tetapi lebih baik kita berhati-hati. Untuk sementara
Pangeran akan tetap berada di padepokan. Biarlah orang
lain diantara kita yang melihat-lihat suasana setelah
mahkota itu hilang" berkata Ki Ajar.
Pangeran Lembu Sabdata tidak membantah. Ia patuh
kepada semua perintah Ki Ajar. Karena itu, maka untuk
beberapa lama Pangeran Lembu Sabdata tetap berada di
padepokan. Dipergunakannya waktunya untuk
memperdalam ilmunya, sehingga Pangeran Lembu Sabdata
benar-benar menjadi seorang yang jarang ada duanya
didalam olah kanuragan. Bersama Putut yang terpercaya di
padepokan itu, ilmu Pangeran Lembu Sabdata setapak demi
setapak berkembang. Sementara itu, dalam pengamatan yang dilakukan oleh
murid terpercaya dari padepokan Ki Ajar, ternyata di Kediri
suasana tidak bergejolak sebagaimana telah diduga oleh Ki
Ajar. Ki Ajar sudah memperhitungkan bahwa hilangnya
mahkota itu akan dirahasiakan, sehingga tidak akan banyak
orang yang mengetahuinya. Dengan demikian Kediri akan
dapat menjaga ketenangannya.
Namun pengamatan Putut yang tajam itu, dapat
dilihatnya bahwa ada juga pihak yang menjadi sibuk
karenanya. Meskipun tidak semata-mata, maka perondaan
yang dilakukan oleh para prajurit Kediripun agaknya telah
meningkat. Bahkan para prajurit itu telah mengamati
daerah yang luas. Para Senapati di daerah perbatasan Kora
Raja juga sibuk dan sangat berhati-hati menanggapi
perkembangan keadaan. Tetapi mereka tidak menemukan sesuatu. Tidak ada
persiapan-persiapan yang pantas dicurigai. Tidak ada
kegiatan yang mengarah kepada pembentukan satu
kekuatan. Karena itu, maka sikap para prajurit Kediri itupun
semakin lama menjadi semakin lunak pula. Juga para
Senapati di daerah perbatasan.
Namu berbeda dengan mereka, dengan diam-diam
Pangeran Singa Narpada justru telah mengadakan
pengamatan. Namun hal itupun juga dilakukannya dengan
sangat berhati-hati. Ia merasa bersalah, bahwa selama ini ia
menjadi lengah. Meskipun ia masih saja setelah berpesan, agar para
prajurit Kediri tidak pernah melupakan hilangnya Pangeran
Lembu Sabdata. namun ia tidak memerintahkan untuk
mengambil langkah-langkah yang perlu.
Tetapi sebenarnya bahwa Pangeran Singa Narpada tidak
pernah mengudga. bahwa sasaran berikutnya adalah justru
mahkota Kediri. Sebelumnya Pangeran Singa Narpada
memperhitungkan, bahwa langkah selanjutnya adalah
menghimpun kembali kekuatan Pangeran Kuda Permati
yang tercerai berai. Karena itu perhatian Pangeran Singa
Narpada sebagian besar adalah pengamatan kemungkinan
timbulnya kekuatan-kekuatan kelompok-kelompok yang
akan dapat tersusun menjadi kekuatan yang besar untuk
melawan Kediri. Namun dalam kesendiriannya. Pangeran Singa Narpada
teringat kepada Singasari. Ia memang tidak ingin
mengundang kekuatan prajurit Singasari untuk hadir di
Kediri. Sejak Singasari menarik wakil kuasa Sri Maharaja
Singasari di Kediri, sebenarnya Pangeran Singa Narpada
berharap bahwa Kediri akan mampu menegakkan dirinya
sendiri. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan oleh
Singasari ternyata tidak pernah dapat dimanfaatkan justru
karena pergolakn yang terjadi di Kediri.
Pangeran Singa Narpada tidak akan mengundang
bantuan, Singasari, karena Kediri memang tidak
memerlukannya. Dalam pada itu, Kediri masih juga belum
melihat sasaran kekuatan prajurit, yang menurut
perhitungan Pangeran Singa Narpada lambat laun tentu
akan datang juga. "Yang penting untuk dilaksanakan dengan cepat adalah
menemukan kembali mahkota yang hilang itu berkata
Pangeran Singa Narpada dalam hatinya.
Karena itu. maka telah terbersit niatnya untuk
berhubungan dengan Singasari dalam usaha menemukan
mahkota itu dengan tugas sandi.
"Aku tidak dapat mempercayai lagi orang-orang Kediri.
Meskipun aku yakin, bahwa hanya satu-dua orang saja
yang berkhianat, tetapi aku tidak tahu. yang manakah yang
hanya satu atau dua itu" desis Pangeran Singa narpada
kepada diri diri sendiri. Karena itulah, maka agaknya ia
akun merasa lebih aman untuk bekerja dengan orang-orang
Singasari "Tidak dengan satu pasukan segelar sepapan.
Tetapi hanya satu utau dua orang saja" desisnya pula.
Ternyata Pangeran Singa Narpada benar-benar ingin
melaksanakan maksudnya. Karena itu. maka dengan diamdiam
ia telah mempersiapkan dirinya untuk pergi ke
Singasari. Ia tidak akan dengan resmi menghubungi
Panglima keprajuritan di Singasari. tetapi ia ingin bertemu
langsung dengan seorang Senapati muda yang dikenalnya.
Mahisa Bunggalan, lewat seorang pemimpin Singasari yang
pernah berada di Kediri, Mahisa Agni.
"Mahisa Agni tentu sudah terlalu tua untuk
melaksanakan tugas-tugas yang berat" gumam Pangeran
Singa Narpada "Tetapi agaknya Mahisa Bunggalan akan
bersedia membantuku apabila ia mendapat ijin dari
Panglima. Kareua itulah, maka pada suatu hari Pangeran Singa
Narpada minta diri kepada kepercayaannya, namun yang
tidak juga dapat menampung kesulitannya karena hilangnya
mahkota Kediri. Betapapun juga ia mempercayainya,
namun persoalan yang dianggapnya sangat penting dan
menentukan itu dirasa perlu untuk berahasia. Pangeran
Singa Narpada tidak mengatakan bahwa ia akan pergi ke
Kediri untuk memecahkan persoalan mahkota yang hilang,
tetapi ia mengatakan bahwa ia akan mesu diri. Menyepi
untuk mendapatkan petunjuk tentang mahkota yang hilang
itu. "Nalarku sudah buntu" berkata Pangeran Singa Narpada
" karena itu, aku merasa perlu untuk mencari kesegaran
penglihatan hatiku agar aku tahu apa yang sebaiknya aku
lakukan" "Apakah Pangeran akan pergi untuk waktu panjang?"
bertanya kepercayaannya itu.
"Aku tidak tahu, berapa hari aku akan pergi" jawab
Pangeran Singa Narpada "mudah-mudahan tidak terlalu
lama. Tetapi jika seseorang mencariku, katakan bahwa aku
sedang samadi didalam sanggar. Katakan bahwa aku tidak
pergi kemana-mana. Tetapi untuk sementara aku tidak
dapat menerima tamu siapapun juga"
"Pangeran tidak membawa seorang pengawalnya?"
bertanya kepercayaannya pula.
Pangeran Singa Narpada menggeleng. Jawabnya "Aku
akan pergi sendiri. Perhatian semua pesanku. Jangan ada
yang salah langkah, atau salah. ucap"
"Baiklah Pangeran" jawab kepercayaannyaa itu "Aku
akan melakukannya sebaik-baiknya"
Demikianlah maka Pangerah Singa Narpdapun telah
meninggalkan istananya Ia keluar dari gerbang halaman
istananya pada saat matahari telah terbenam, sehingga tidak
ada seorangpun yang melihatnya. Apalagi Pangeran Singa
Narpada telah mengenakan pakaian orang kebanyakan.
Pangeran Singa Narpada sendiri sadar, bahwa


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perjalanannya adalah perjalanan yang panjang. Apalagi ia
tidak membawa seekor kuda agar ia dapat dengan leluasa
bergerak di Singasari kelak.
Sementara itu, tidak seorangpun di Kediri yang
mengetahui bahwa Pangeran Singa Narpada telah menuju
ke Singasari untuk berusaha menemukan seorang atau
sekelompok petugas sandi yang akan dapat membantunya
menemukan mahkota Kediri yang hilang. Mahkota yang
dianggap tempat bersemayam wahyu Keraton.
Dengan demikian, maka mulailah Pangeran Singa
Narpada dengan pengembaraannya. Ia sadar, bahwa tugas
yang diembannya adalah tugas yang berat dan berbahaya.
Tetapi ia merasa wajib untuk melakukannya. Jika ia tidak
berbuat sesuatu, maka hari depan Kediri akan menjadi
sangat suram. Kediri akan menjadi kuburan anak-anak
terbaiknya yang saling membunuh diantara mereka sendiri.
Meskipun demikian ada juga kecemasan dihati Pangeran
Singa Narpada. Jika selama ia pergi, ada gerakan kekuatan
yang besar, mungkin Kediri akan mengalami kesulitan.
Tetapi Pangeran Singa Narapada percaya kepada Panji
Sempana Murti. Dalam keadaan yang gawat, ia tentu tidak
hanya bergerak diperbatasan Utara, ia akan dapat
mengambil langkah yang akan mencegah bahaya yang akan
dapat menghancurkan Kediri sampai saatnya ia datang.
Dalam perjalanan Pangeran Singa Narpada merasa ragu.
Apakah ia akan memberikan pesan-pesan kepada Panji
Sempana Murti atau tidak.
Namun akhirnya ia memutuskan, bahwa tidak perlu ada
seorangpun yang mengetahui kepergiannya ke Singasari.
Mungkin Panji Sempana Murti tidak sependapat, sehingga
justru akan timbul persoalan diantara mereka.
Karena itu, maka keberangkatan Pangeran Singa
Narpada benar-benar tidak diketahui oleh seorangpun
diantara orang-orang Kediri. Pangeran itu menempuh
perjalanan sebagaimana seorang pengembara. Tetapi untuk
mempermudah segala persoalan diperjalanan, maka
Pangeran Singa Narpada telah membawa bekal uang yang
cukup banyak, meskipun ia tidak akan berada di Singasari
terlalu lama. Dalam perjalanannya sebagai seorang pengembara maka
Pangeran Singa Narpada justru tidak banyak mengalami
hambatan. Tidak banyak orang yang memperhatikan
perjalanan semacam itu. Bahkan beberapa orang berusaha
untuk menghindari para pengembara yang kadang-kadang
dengan memelas minta uang kepada mereka dan sulit untuk
menolaknya. Tetapi diantara mereka yang berusaha menghindar,
ternyata Pangeran Singa Narpada telah diamati oleh dua
orang yang berwajah kasar. Ketika Pangeran Singa
Narpada berada disebuah kedai, tidak sengaja Pangeran
Singa Narpada telah berbuat kesalahan sehingga kedua
orang itu mengetahui bahwa kampil yang dibawa olehnya
berisi uang yang tidak terlalu sedikit.
"He" bisik salah seorang diantara kedua orang itu kepada
kawannya "pengembara itu membawa uang"
Kawannya mengangguk. Tetapi ia tidak menjawab.
Ketajaman penglihatan Pangeran Singa Narpada
menangkap gelagat yang kurang baik. Ia menyesal bahwa ia
telah melakukan kesalahan, sehingga telah menarik
perhatian orang lain. Apalagi agaknya kedua orang itu
adalah orang yang berkelakuan tidak baik.
Tetapi hal itu sudah terlanjur terjadi. Karena itu, maka ia
harus mengatasi kemungkinan yang dapat terjadi.
Namun demikian Pangeran Singa Narpada masih akan
berusaha menghindar apabila mungkin. Sehingga tidak
usah terjadi bahwa ia mempertahankan miliknya itu dengan
kekerasan. Karena itu, demikian Pangeran Singa Narpada
membayar makanan dan minuman, sebelum kedua orang
itu selesai, dengan cepat telah meninggalkan kedai itu.
Dengan tergesa-gesa Pangeran Singa Narpada telah
memilih jalan yang banyak dilalui orang sehingga sulit bagi
kedua orang itu untuk mendapat kesempatan berbuat jahat
atas dirinya. Bahkan ternyata kemudian Pangeran Singa
Narpada sempat memasuki sebuah pasar yang ramai.
Tetapi ternyata kedua orang itu tidak melepaskannya.
Kedua orang itu berhasil menyusulnya dan mengikutinya
memasuki pasar itu pula. Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Menurut pengamatannya kedua orang itu memang dua
orang yang terbiasa melakukan kejahatan sehingga dengan
telaten mengikuti calon korbannya.
"Agaknya sulit untuk menghindari mereka" berkata
Pangeran Singa Narpada kepada dirinya sendiri.
Karena itu, maka Pangeran Singa Narpadapun
kemudian tidak lagi berusaha menghindar. Ia berjalan saja
keluar dari pasar dan berjalan menuju kesebuah
paauKuhan. "Mudah-mudahan aku akan dapat berada dibanjar
padukuhan itu sampai malam nanti" berkata Pangeran
Singa Narpada didalam hatinya.
Namun demikian kedua orang itu masih saja
mengikutinya. Tetapi keduanya masih belum mempunyai
kesempatan untuk bertindak, karena Pangeran Singa
Narpada selalu berada dijalan yang banyak dilalui orang.
Tetapi Pangeran itu kecewa. Ketika ia memasuki padukuhan
dihadapan bulak itu, ternyata padukuhan itu
sedang sibuk dengan upacara kematian. Bekel yang
memimpin padukuhan itu telah meninggal.
Pangeran Singa Narpada tidak mau mengganggu orangorang
yang sedang sibuk. Karena itu, maka iapun telah
meneruskan perjalanan. Tetapi ketika Pangeran Singa Narpada keluar dari
padukuhan itu dan menghadap kesebuah bulak yang
panjang, maka iapun mengeluh didalam hati. Ia memang
tidak mempunyai kesempatan untuk menghindar.
Namun ketika ia berada diluar regol padukuhan, ia
berhenti dan duduk disebuah sebatang pohon yang besar,
tidak jauh dari regol yang justru banyak terdapat anak-anak
muda yang masih berada dalam suasana upacara kematian
pemimpin mereka. Kedua orang yang mengikuti Pangeran Singa Narpada
itu mengumpat. Mereka tidak akan dapat berbuat apa-apa
dihadapan anak-anak muda itu.
"Pengembara itu agaknya sudah merasa bahwa kita akan
berbuat sesuatu atas dirinya" berkata salah seorang diantara
mereka. Yang lain mengangguk-angguk. Namun keduanya masih
saja termangu-mangu diregol.
Ternyata sikap kedua orang itu menarik perhatian anakanak
muda yang berada diregol. Seorang diantara mereka
telah mendekati kedua orang itu sambil bertanya "Apakah
yang menarik perhatian kalian disini?"
Kedua orang itu memandang anak muda itu dengan
wajah yang tegang. Dengan kasar ia menjawab "Apa
pedulimu" Anak muda itu terkejut. Ia tidak mengira bahwa kedua
orang itu akan bersikap sangat kasar, sehingga karena itu
maka anak muda itupun menjawabnya dengan keras pula
"Aku bertanya dengan baik. Kenapa jawabmu begitu kasar"
"Jangan ikut campur" orang itu justru membentak "ajak
saja kawan-kawanmu pergi"
Anak muda itu benar-benar tersinggung. Katanya
"Persetan. Kau jangan mencari perkara disini"
Kedua orang itu menjadi semakin marah. Namun
sementara itu beberapa orang yang lain telah
mengerumuninya pula setelah mereka mendengar nadanada
yang keras dan kasar. "Ada apa?" bertanya beberapa orang.
"Aku bertanya dengan baik. Tetapi jawabnya kasar
sekali" jawab anak muda itu.
Yang lainpun kemudian mendesak maju. Agaknya anakanak
muda itu tidak senang melihat sikap orang itu
Tetapi tiba-tiba saja salah seorang diantara kedua orang
itu berkata "Kalian mau apa?"
"Jangan begitu Ki Sanak" sahut seorang yang
nampaknya paling tua diantara anak-anak muda itu "Kita
tidak ingin bertengkar. Kenapa kita tidak berbicara dengan
baik saja?" "Jangan campuri urusanku" sekali lagi orang itu
membentak. Dengan demikian~anak-anak muda itu menjadi marah.
Beberapa orang mendesak semakin maju. Seorang diantara
mereka berkata "Kau ingin kami juga berbuat kasar?"
Tetapi jawab salah seorang dari kedua orang itu sangat
mengejutkan anak-anak muda itu. Katanya "Kau jangan
mengganggu aku anak setan. Kau dengar namaku.
Kemudian pertimbangkan, apakah kalian benar-benar ingin
berbuat kasar" orang itu berhenti sejenak, lalu "namaku
Sadkala" Anak-anak muda itu saling berpandangan sejenak.
Namun kemudian beberapa orang diantara mereka justru
menjadi gemetar. Ternyata orang itu adalah Sadkala. Orang
yang namanya sangat ditakuti.
Anak-anak muda itu belum begitu mengenal orang yang
bernama Sadkala. Namun seorang diantara mereka ternyata
memang pernah melihat orang yang bernama Sadkala.
Tetapi semula ia tidak begitu memperhatikan. Namun
demikian ia mendengar nama itu, maka iapun segera
teringat, bahwa orang itu memang bernama Sadkala.
Seorang yang namanya sering disebut-sebut dan seakanakan
tidak seorangpun yang menghalangi apapun yang
ingin dilakukannya. Karena anak-anak muda itu menjadi termangu-mangu,
maka orang yang bernama Sadkala itu berkata "Nah, apa
yang akan kalian lakukan" Sebenarnya aku tidak ingin
kalian menjadi ribut. Tetapi kalian yang mencari perkara"
Anak-anak muda itu seorang demi seorang telah bergeser
surut. Sementara itu, seorang diantara mereka berdesis
"Sebenarnya satu kesempatan baik. Jika kita tidak sedang
sibuk dengan kematian Ki Bekel, maka kita sekarang ini
dapat membunyikan pertanda, sehingga kita dan anak-anak
muda diseluruh padukuhan akan dapat menangkapnya"
Kawannya mengangguk-angguk. Tetapi katanya "Sulit
untuk menangkapnya, tetapi jika kita berbuat demikian
dengan segala kekuatan yang ada aku kira kita akan
berhasil. Tetapi sudah tentu tidak sekarang"
Anak-anak muda itu tidak berkata apa-apa lagi.
Sementara itu kedua orang itupun telah bergeser menjauhi
regol. Mereka tidak menghiraukan lagi anak-anak muda
yang menjadi gemetar mendengar namanya.
"Jadi agaknya orang itu termasuk orang yang ditakuti"
berkata Pangeran Singa Narpada didalam hatinya. Apalagi
ketika dari tempatnya ia melihat anak-anak muda itu
bergeser menjauh. Dalam pada itu, dengan kemampuan ilmunya, Pangeran
Singa Narpada sempat mendengarkan percakapan itu
meskipun lamat-lamat. Tetapi dengan demikian ia
mengerti, apa yang sedang dipercakapkan.
Namun justru karena itu, maka Pangeran Singa
Narpadapun segera bangkit dan meninggalkan tempatnya
menuju ke bulak yang panjang yang terbentang
dihadapannya. Keduanya yang melihat buruannya meneruskan
perjalanan merekapun telah meninggalkan regol itu pula.
Anak-anak muda yang ada diregol itu hanya
memandanginya saja. Namun agaknya merekapun menjadi
curiga, bahwa orang yang bernama Sadkala dan kawannya
itu sedang mengikuti seorang pengembara.
Namun salah seorang diantara mereka kemudian
berdesis "Tentu tidak. Buat apa orang yang dikenal dengan
nama Sadkala itu mengikuti seorang pengembara" Jika ia
ingin mengikuti, tentu seseorang yang mungkin akan dapat
dirampoknya" "Tetapi demikiaan orang yang duduk dibawah pohon itu
pergi, maka merekapun telah pergi pula" berkata yang lain.
"Hanya satu kebetulan" sahut kawannya.
Mereka tidak membicarakan lagi. Memang ada
kecemasan bahwa kedua orang itu akan berbuat jahat
terhadap pengembara yang nampaknya tidak berdaya.
Tetapi mereka telah menenangkan perasaan mereka sendiri,
dengan satu anggapan bahwa kedua orang perampok yang
namanya ditakuti itu tentu tidak akan merampok
pengembara yang miskin dan tidak mempunyai bekal
apapun juga. Bahkan kadang-kadang untuk makan seharihari
saja mereka minta bantuan kepada orang lain.
Namun sebenarnyalah bahwa kedua orang itu telah
mengikuti pengembara yang diketahuinya mempunyai uang
yang cukup banyak didalam kampilnya. Karena itu, maka
agaknya mereka merasa akan dapat merampas uang itu
dengan mudahnya. Ketika pengembara itu telah berada ditengah-tengah
bulak panjang, maka kedua orang itu mempercepat
langkahnya sehingga jarak mereka dengan pengembara itu
menjadi semakin lama semakin dekat.
Pangeran Singa Narpada yang memang berpakaian
sebagai seorang pengembara itu dengan sengaja telah
memancing kedua orang itu. Pangeran Singa Narpada yang
mempunyai kebiasaan yang keras terhadap kejahatan, tidak
dapat meninggalkan sifatnya. Meskipun ia dalam pakaian
seprang pengembara, namun kebiasaannya untuk ternyata
masih saja lekat padanya.
Sejenak kemudian, maka kedua orang itu telah
menyusulnya. Seorang diantara mereka berjalan disisi
kanannya, dan orang yang lain berjalan disisi kirinya.
Pangeran Singa Narpada memperlambat langkahnya.
Dengan tegang ia memandang kedua orang itu bergantiganti.
"Berhentilah berkata orang yang menyebut dirinya
Sadkala itu. Pengeran Singa Narpadapun telah berhenti pula.


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapakah kau, he pengembara?" bertanya Sadkala.
"Aku?" bertanya Pangeran Singa Narpada.
"Ya. Kau" Sadkala mulai membentak.
"Aku memang seorang pengembara" jawab Pangeran
Singa Narpada. Sadkala itu kemudian berkata "Berhentilah"
"Kenapa?" bertanya Pangeran Singa Narpada.
"Berhentilah" ulang Sadkala dengan nada yang keras.
Pangeran Singa Narpadapun berhenti. Sementara itu
Sadkala memandang ujung jalan ditengah bulak itu sampai
ke ujung yang lain. "Nah, kau lihat" berkata Sadkala itu.
"Apa?" bertanya Singa Narpada.
"Jalan ini terlalu panjang dan sepi. Jika kau berteriak,
maka tidak seorangpun yang akan mendengar. Pada saat
seperti ini, tidak kita lihat ada seorang ditengah sawah"
berkata Sadkala. -ooo0dw0oooKolaborasi 2 Website : dengan Pelangi Di Singosari / Pembuat Ebook : Sumber Buku Karya SH MINTARDJA
Scan DJVU : Ismoy o Conv erter : Editor : Raharga, Arema, Dino,
Pdf ebook : Uploader di Indozone : Din o
--ooo0dw0ooo- Jilid 023 PANGERAN Singa Narpada bergeser surut. Tetapi
kedua orang itupun bergeser pula. Bagaimanapun juga
terasa sesuatu bergetar di dada Pangeran Singa Narpada.
"Jika berbuat sesuatu yang akan dapat menyulitkanmu.
Serahkan saja kampilmu itu apapun isinya" berkata Sadkala
itu kemudian. "Lalu kenapa" Kenapa aku harus berteriak?" bertanya
Pangeran Singa Narpada. "Baiklah. Aku akan mengatakan niatku. Aku minta
kampilmu" berkata orang yang disebut Sadkala itu dengan
tegas. "Ki Sanak" berkata Pangeran Singa Narpada "kampil ini
berisi bekalku selama aku mengembara. Jika kampil ini kau
minta, aku akan kehabisan bekal"
"Jangan menentang keinginanku. He, kau tahu, siapa
aku?" bertanya Sadkala.
Pangeran Singa Narpada menggeleng. Jawabnya "Aku
belum mengenal Ki Sanak"
"Aku adalah Sadkala. Setiap orang tentu pernah
mendengar namaku" berkata orang itu.
Tetapi Pangeran Singa Narpada menggeleng. Katanya
"Aku belum pernah mendengarnya"
"Persetan" bentak Sadkala itu pula "semua orang sudah
mendengar. Kau tentu juga sudah mendengarnya. Aku
adalah orang yang paling ditakuti. Karena itu, jangan
mencoba mempertahankan milikmu itu jika kau tidak ingin
kehilangan nyawamu" "Kedua-duanya tidak" jawab Pangeran Singa Narpada
nyawaku tidak. Kampilkupun tidak"
"Setan alas"Orang itu mengumpat "Kau memang belum
pernah mendengar namaku. He, kau berasal dari nama?"
"Gunung Lawu" jawab Pangeran Singa Narpada asal
saja menjawab. Kedua orang itu memandang Pangeran Singa Narpada
dengan tajamnya, sementara Sadkalapun berkata "Pantas
kau orang Gunung Lawu, bahwa kau berani menolak
keinginanku. Tetapi aku peringatkan bahwa jika kau tidak
mau menyerahkan kampilmu, maka yang akan aku ambil
adalah jiwamu. Bagiku justru akhirnya sama saja.
Kampilmu akan jatuh juga ketanganku"
"Jangan suka membunuh" berkata Pangeran Singa
Narpada "Yang pantas dibunuh adalah penjahat-penjahat
seperti kalian. Seharusnya Kediri dan Singasari bersih dari
penjahat-penjahat seperti kalian itu"
Wajah kedua orang itu menjadi merah. Dengan suara
gemetar Sadkala menggeram menahan marah "Kau
memang sudah gila. Kau memang harus dibunuh"
Pangeran Singa Narpadapun telah menjadi muak.
Karena itu, iapun menjawab "Ketahuilah, aku adalah
prajurit Kediri yang mendapat tugas untuk menemukan
orang yang bernama Sadkala dimanapun ia berada. Aku
harus memenggal kepalanya dan melemparkannya kepada
anak-anak muda di gerbang padukuhan itu"
"Setan" geram Sadkala. Tetapi ia justru melangkah surut
untuk mengambil jarak. Pengakuan Pangeran Singa
Narpada bahwa ia adalah seorang prajurit Kediri telah
menimbulkan tanggapan tersendiri bagi Sadkala. Dengan
demikian ia menduga bahwa petugas sandi itu dengan
sengaja telah menunjukkan uang di dalam kampilnya untuk
memancingnya. Karena itu, maka iapun justru menjadi berhati-hati.
Sementara kawannyapun telah bergeser pula sambil berkata
"Kau kira, jika kau menggertak kami dengan menyebut
dirimu sebagai prajurit dalam tugas sandi, kami akan
menjadi ketakutan?" "Tidak. Aku justru mengharap kalian melawan. Barulah
kalian dapat disebut perampok yang jantan. Jika kalian
menyerah, maka kalian tidak lebih dari seekor kelinci
pengecut" jawab Pangeran Singa Narpada.
Kedua orang itu ternyata tidak dapat menahan diri lagi.
Merekapun segera bersiap untuk memaksa Pangeran Singa
Narpada menyerahkan kampilnya yang berisi uang.
"Siapapun kau, tetapi kampilmu berisi uang" geram
Sadkala. Pangeran Singa Narpadapun segega bersiap. Ia sadar,
bahwa orang yang ingin merampok uangnya adalah
perampok yang agaknya ditakuti orang, sehingga mereka
tentu mempunyai kemampuan yang dapat dibanggakannya.
Sejenak kemudian, maka Sadkalapun mulai
menyerangnya sambil menggeram "Aku akan berbangga
bahwa aku telah membunuh seorang petugas sandi dari
Kediri" Pangeran Singa Narpada yang memang sudah bersiap
tupun dengan tangkasnya mengelak, Tetapi ia belum
sempat membalas dengan serangan ketika perampok yang
lain telah menyerangnya pula.
Demikianlah, maka pertempuranpun segera berkobar
diantara kedua orang perampok itu melawan Pangeran
Singa Narpada. Namun dalam pada itu, Pangeran Singa Narpada
memang tidak dapat melepaskan diri dari sifat dan
wataknya. Baginya kedua penjahat itu memang harus
dimusnahkan agar mereka tidak dapat lagi mengganggu
orang-orang lain. Bahkan kedua orang itu telah sampai hati
merampok seorang pengembara sebagaimana Pangeran
Singa Narpada pada waktu itu.
Namun ternyata kedua perampok itu memang memiliki
bekal yang cukup untuk dapat menakut-nakuti orang.
Dengan demikian, maka pertempuran itupun semakin
lama menjadi semakin seru. Kedua orang perampok itu
mulai merasa, bahwa mereka ternyata telah membentur
satu kekuatan yang tidak mereka duga. Bahkan kedua
perampok itu. mulai meyakini, bahwa lawannya memang
seorang prajurit yang tangguh.
Dalam pada itu, sambil membawa kampilnya yang
talinya diikatkannya dipinggangnya, Pangeran Singa
Narpada bertempur dengan tangkasnya. Untuk beberapa
saat Pangeran itu masih berusaha untuk manjajagi
kemampuan lawannya. Namun akhirnya Pangeran Singa Narpada, seorang
Panglima yang ditakuti di Kediri bukan saja oleh prajuritprajuritnya,
tetapi juga oleh orang-orang yang dianggap
berilmu tinggi itu, mulai menunjukkan kemampuannya
yang sebenarnya. Dengan tata gerak yang mengejutkan. Pangeran Singa
Narpada mulai mendesak kerdua lawannya yang bertempur
semakin lama menjadi semakin kasar.
Dengan demikian, maka Pangeran Singa Narpadapun
menyadari, bahwa kedua perampok itu tentu murid dari
salah satu perguruan yang memang menyebarkan ilmu yang
sesat dan kasar. Sehingga dengan kemampuan yang mereka
dapatkan, maka mereka telah melakukan kejahatan tanpa
belas kasihan. "Tidak ada tempat bagi kalaian untuk tetap hidup, baik
di Kediri maupun di Singasari" geram Pangeran Singa
Narpada setelah ia mulai melihat kekasaran tata gerak
lawannya. "Persetan" Sadkala itu tiba-tiba saja berteriak "jangan
menyesali kematianmu"
Justru dengan demikian, maka Sadkala itupun telah
menghentakkan ilmunya. Ilmu yang semakin keras dan
kasar. Kedua orang perampok itu bertempur sambil
berteriak dan mengumpat-umpat. Apalagi ketika mereka
tidak lagi menahan diri untuk mempergunakan senjata
mereka. Ternyata Sadkala telah mempergunakan senjatanya yang
dibanggakan, sebaliknya keris yang sangat besar, sementara
kawannya telah mempergunakan sebilah golok yang
berwarna kehitam-hitaman.
Pangeran Singa Narpada bergeser surut. Sebagai seorang
pengembara, Pangeran Singa Narpada tidak nampak
membawa senjata apapun. Namun menghadapi kedua
orang kasar yang bersenjata itu, maka Pangeran Singa
Narpada telah melepas ikat pinggang kulitnya yang tebal
dan besar. Ternyata ikat pinggang Pangeran Singa Narpada itu
merupakan senjata yang menggetarkan bagi lawanlawannya.
Ketika Sadkala mengayunkan kerisnya ke kening
Pangeran Singa Narpada, maka Pangeran Singa Narpada
telah merentangkan ikat pinggangnya. Demikian sentuhan
terjadi, Pangeran Singa Narpada telah mengendorkan ikat
pinggangnya itu, namun dengan tiba-tiba saja ia telah
menghentakkannya. Hampir saja keris Sadkala itu terlempar. Hentakan ikat
pinggang Pangeran Singa Narpada mempunyai kekuatan
yang tidak terduga. Dengan demikian, maka kedua orang
perampok itupur semakin yakin, bahwa yang dihadapi
memang seseorang yang berilmu tinggi.
Dengan demikian maka pertempuranpun semakin lama
menjadi semakin seru. Kedua perampok dengan senjata
mereka masing-masing bergerak semakin cepat. Menyerang
dari arah yang berbeda dengan mengayunkan senjatasenjata
mereka yang mengerikan. Tetapi ikat pinggang Pangeran Singa Narjpada yang
nempaknya dibuat dari kulit itu. ternyata merupakan
senjata yang aneh. Ikat pinggang itu mampu melawan
pedang dan keris. Dalam benturan-benturan yang terjadi,
kedua perampok itu merasa seolah-olah senjata mereka
telah membentur senjata yang terbuat dari baja yang
terpilih. Namun kadang-kadang ikat pinggang itu mampu
menggapainya sebagai senjata yang lentur.
"Anak setan" Sadkala menggeram. Namun ia tidak
dapat, ingkar dari kenyataan bahwa yang dihadapinya
adalah seorang yang memiliki kemanrpuan yang sangat
tinggi. Sebenarnyalah Pangeran Singa Narpada menguasai
senjatanya dengan sebaik-baiknya. Meskipun ujud dari
senjata itu adalah sebuah ikat pinggang kulit, tetapi
penggunaannya ternyata melampaui kemampuan keris yang
dipergunakan oleh Sadkala maupun golok kawannya.
Bahkan kemudian ikat pinggang itulah yang bergerak
menyambarnyambar, sehingga kedua perampok itu sulit
untuk dapat berbuat lain kecuali sekedar menangkis dan
menghindar. Tetapi Pangeran Singa Narpada telah mengambil
keputusan sebagaimana yang sering diambil pada saat-saat
ia berada di Kediri. Ia adalah seorang Pangeran yang sangat
membenci kejahatan sebagaimana dilakukan oleh kedua
orang itu. Dan orang-orang Kediripun selalu dapat
menebak, apa yang akan dilakukan oleh Pangeran yang
keras hati itu. Apalagi menghadapi kedua orang perampok itu Pangerar
Singa Narpada telah dengan langsung membenturkan
senjatanya. Sehingga dengan demikian, maka upaya untuk
mengatasi gejolak perasaannya agak sulit dilakukannya.
Karena itulah, maka kedua orang perampok itu
kemudian harus menghadapi kenyataan yang sangat pahit.
Setelah mereka bertempur beberapa saat, maka sampailah
Pangeran Singa Narpada pada batas kesempatan yang
diberikannya kepada kedua orang itu untuk berusaha
membela diri. Ketika kedua orang itu bertempur semakin keras dan
dasar, maka Pangeran Singa Narpadapun telah menjadi
jemu karenanya. Dengan demikian, maka iapun berusaha
untuk segera mengakhiri permainan itu.
Menghadapi Pangeran Singa Narpada yang menjadi
bersungguh-sungguh, maka kedua orang itu benar-benar
telah kehilangan kesempatan. Keris yang besar, yang
merupakan kebanggaan Sadkala dan golok yang berat,
senjata andalan kawannya, sama sekali tidak berarti
menghadapi senjata Pangeran Singa Narpada yang asing
itu. Sementara itu, Pangeran Singa Narpada yang sudah
muak dengan tingkah laku yang keras dan kasar itupun,
telah mengambil sikap terakhir terhadap keduanya.
Karena itulah maka ikat pinggangnyapun telah
berputaran. Namun ketika sekali menebas, menyusup
pertahanan salah seorang dari kedua perampok itu, maka
akibatnya benar-benar telah mengejutkan. Sentuhan sisi ikat
pinggang kulit yang mengenai lengan perampok itu telah


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengoyak kulit dagingnya, sebagaimana sebilah mata
pedang yang sangat tajam.
Kawan Sadkala yang ditakuti itu melompat surut. Terasa
tangannya yang disentuh oleh ikat pinggang itu dicengkam
oleh perasaan sakit dan pedih.
Namun orang itu masih sempat mengumpat dan
meneriakkan kata-kata kotor. Darah yang mengalir dari
lukanya menandai tingkat ilmu pengembara yang
disangkanya tidak lebih dari orang-orang lemah yang akan
mati dengan sekali hentak di tengkuknya.
Meskipun lengannya sudah terluka, tetapi ternyata
perampok itu masih beringsut maju dengan golok yang
teracung, sementara Sadkala sendiri telah mengambil
kesempatan dan meloncat menyerang dengan garangnya.
Kerisnya yang besar terayun dengan derasnya menyambar
dada Pangeran Singa Narpada.
Namun ternyata Pangeran Singa Narpada sempat
merentangkan ikat pinggangnya. Demikian keris itu
mengenai ikat pinggangnya, maka Pangeran Singa Narpada
telah menghentakkannya. Tetapi Sadkala sudah
mendapatkan satu pengalaman, sehingga karena itu, maka
iapun dengan kuatnya telah mempertahankan kerisnya dan
justru masih sempat memutar dan dengan langkah panjang
ia meloncat maju dengan ujung keris mematuk lurus ke
depan mengarah ke lambung.
Tetapi segalanya sudah saatnya berakhir. Pangeran Singa
Narpada sebagaimana dilakukan di Kediri, telah
mengambil keputusan untuk menjatuhkan hukuman yang
paling keras terhadap kejahatan.
Demikian keris itu mematuknya, maka dengan tangkas
ia bergeser menghindar. Namun demikian ia meloncat
selangkah, tangannya telah mengayunkan ikat
pinggangnya. Ternyata ikat pinggang itu mampu menebas seperti
pedang langsung mengoyak dada Sadkala yang masih
berusaha untuk memutar kerisnya dan menyerang
lawannya. Terdengar Sadkala mengumpat dengan kasarnya.
Namun iapun telah terhuyung-huyung beberapa langkah
surut, sementara kawannya .yang terluka dilengannya
berusaha untuk melindunginya.
Tetapi Pangeran Singa Narpada bergerak terlalu cepat.
Sambil merendah ia menyerang lawannya tepat pada
lambungnya, sehingga sebuah luka yang dalam dan panjang
telah menganga. Kedua orang perampok itu ternyata tidak mampu
berbuat sesuatu lagi. Luka-luka itu terlalu berat untuk
diatasi. Darah menyembur tanpa dapat terbendung.
Sejenak kemudian, maka keduanya telah terjatuh di
tanah. Sadkala masih menggeliat. Tetapi kemudian, iapun
telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, sementara
kawannya sama sekali tidak berdaya untuk berbuat apapun
juga. Untuk beberapa saat orang itu masih sempat
memandangi pemgembara itu dengan penuh kebencian.
Namun sejenak kemudian, mata itu menjadi redup dan
tertutup sama sekali. Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Kematian kedua orang perampok itu akan dapat
mengurangi ketegangan-ketegangan yang terjadi di Kediri
dan Singasari, yang masih saja dilanda pertentangan yang
nampaknya tidak berkeputusan. Hilangnya Pangeran
Lembu Sabdata, kemudian disusul hilangnya mahkota yang
menjadi tempat semayam wahyu keraton.
Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam
Dipandanginya kedua sosok tubuh yang kemudian tidak
bergerak sama sekali itu.
Namun Pangeran Singa Narpada tidak membiarkan
tubuh itu silang melintang dijalan. Tetapi iapun kemudian
menempatkan tubuh yang membeku itu dibawah sebatang
pohon perindang dipinggir jalan.
"Anak-anak muda di padukuhan itu akan segera
menemukannya dan. menyelenggarakannya" berkata
Pangeran Singa Narpada di dalam hatinya. Bahkan
kemudian seakan-akan ia bergumam diluar sadarnya
"Jangan menambah beban para prajurit Kediri yang sedang
disibukkan oleh pemberontakan yang belum dapat teratasi
sampai tuntas" Demikianlah, setelah membenahi pakaiannya, maka
Pangeran Singa Narpadapun telah melanjutkan
perjalanannya. Ia masih saja selalu dibayangi oleh
kemungkinan-kemungkinan yang dapat meledak di Kediri.
Tetapi jika mahkota yang hilang itu dapat diketemukan,
maka kemungkinan itu akan dapat dikuranginya.
Tetapi hambatan itu tidak terlalu banyak menyita waktu
Pangeran Singa Narpada. Iapun segera melanjutkan
perjalanannya. Namun ia tidak sekedar berjalan saja. Tetapi
ia juga berusaha mendengar dan melihat kemungkinankemungkinan
yang dapat menuntunnya untuk mendapat
petunjuk jejak sasaran yang dicarinya.
Namun tidak ada yang dapat memberikan sedikit
petunjukpun tentang Pangeran Lembu Sabdata maupun
mahkota yang hilang. Semakin jauh ia meninggalkan Kota
Raja, maka semakin jauh pula ia dari kemungkinan untuk
mendapatkan petunjuk itu.
Karena itu, maka yang kemudian menjadi tujuan
Pangeran Singa Narpada satu-satunya adalah Singasari.
Tidak ada hambatan yang berarti yang mengganggu
perjalanan Pangeran Singa Narpada selanjutnya. Sehingga
kemudian iapun dengan selamat telah memasuki Kota Raja
Singa sari. Sebagaimana yang direncanakan, maka
Pangeran Singa Narpada tidak akan menghubungi Singasari
sebagai satu kekuasaan yang membawahi kekuasaan di
Kediri, tetapi ia lebih condong untuk menghubungi orangorang
yang akan dapat diajak untuk bekerja bersama
dengan tidak banyak diketahui oleh pihak lain.
Tujuan utamanya adalah untuk menemui Mahisa
Bungalan lewat Mahisa Agni. Orang-orang yang telah
banyak berbuat sesuatu untuk kepentingan Singasari dan
Kediri. Karena itu, maka sebagai seorang pengembara, maka
Pangeran Singa Narpada yang tidak ingin banyak terganggu
karena kedudukannya di Kediri jika ia dikenalinya
sebagaimana ia sebenarnya, iapun telah berusaha untuk
datang langsung ke tempat tinggal Mahisa Agni.
Tidak terlalu sulit untuk menemukannya. Sehingga
karena itu, maka pada satu pagi, kedatangannya telah
mengejutkan Mahisa Agni yang berada di lingkungan istana
Singasari. Seorang prajurit yang mengantarkannya menjadi curiga,
ketika ternyata Mahisa Agni nampak belum mengenalnya.
Sementara itu, kepada prajurit itu Pangeran Singa Narpada
mengakunya bahwa ia adalah masih mempunyai hubungan
darah dengan Mahisa Agni.
"Apakah orang ini berbohong?" bertanya prajurit itu.
Tetapi bukan kebiasaan Mahisa Agni untuk dengan
begitu saja mengambil sikap yang dapat menyulitkan orang
lain. Karena itu maka katanya "Biarlah aku berbicara"
Orang itu termangu-mangu. Namun kemudian tapua
menarik nafas dalam-dalam. Mahisa Agni adalah orang
yang memiliki kematangan sikap dan ilmu, sehingga
seandainya orang itu ingin berbuat jahat, maka ia akan
terlalu mudah antuk dapat berhasil.
Apalagi Mahisa Agni sendiri kemudian mempersilahkan
prajurit itu untuk meninggalkannya "Jika aku
memerlukanmu aku akan memanggilmu"
Prajurit itupun kemudian minta diri. Meskipun demikian
sekali-sekali ia masih juga berpaling kearah pengembara
yang berdiri termangu-mangu.
Sepeninggal prajurit itu, maka Mahisa Agnipun segera
mempersilahkan pengembara itu memasuki ruang dalam.
Dengan nada datar ia bergumam "Jika tidak penting sekali,
kau tentu tidak akan menemui aku. Siapakah kau
sebenarnya?" Pangeran Singa Narpadapun kemudian bertanya
"Apakah kau benar-benar lupa kepadaku?"
Mahisa Agni mengerutkan keningnya. Namun kemudian
tiba-tiba saja ia berdesis "Apakah kau seorang Pangeran
dari Kediri?" Pangeran Singa Narpada tersenyum. Katanya "Kau
tentu masih dapat mengingat, siapakah aku"
Mahisa Agni menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Aku
tidak mengira, bahwa Pangeran mengenakan pakaian
seperti itu. Aku benar-benar tidak dapat langsung mengenal
karena aku sama sekali tidak menyangka. Tetapi akhirnya
aku dapat juga mengenalimu. Bukankah aku berhadapan
dengan Pangeran Singa Narpada?"
"Ya" jawab Pangeran Singa Narpada.
"Tetapi kenapa kau datang dengan mengenakan pakaian
dan melakukan penyamaran seperti itu" Kenapa kau tidak
datang dalam kedudukanmu, Pangeran?" bertanya Mahisa
Agni. Pangeran Singa Narpadapun kemudian menceriterakan
apa yang sebenarnya telah terjadi. Dan iapun mengatakan
lengan terus terang, keinginannya untuk minta bantuan
Mahisa Bungalan atau yang lain yang menurut Mahisa
Agni dapat dihubunginya. "Kediri memang tidak melakukannya dengan resmi
karena kehilangan itu masih dirahasiakan. Jika kehilangan
mahkota itti diketahui oleh orang banyak maka akan terjadi
keresahan di Kediri, karena banyak orang yang
mengungkap bahwa mahkota itu adalah tempat
bersemayam wahyu keraton Kediri" berkata Pangeran
Singa Narpada kemudian "karena itu, aku datang dalam
penyamaran ini. Aku tidak dapat berbuat banyak bersama
orang-orang Kediri sendiri, karena aku mengira masih ada
orang-orang yang tidak dapat dipercaya dilingkungan kami.
Tetapi akupun tidak dapat minta bantuan Singasari dengan
terus terang, karena kami, orang-orang Kediri tidak ingin
menggantungkan diri kepada Singasari. Karena itu, maka
aku telah menempuh jalan tersendiri"
Mahisa Agni mengangguk-angguk. Ia dapat mengerti
rencana Pangeran Singa Narpada. Pangeran Singa Narpada
ingin satu atau dua orang kawan untuk bersama-sama
menemukan mahkota yang hilang. Adalah lebih baik
apabila mereka sekaligus dapat menemukan Pangeran
Lembu Sabdata. "Keduanya hilang dengan cara yang sama. Karena itu,
maka di belakang hilangnya keduanya, tentu ada kekuatan
yang sangat besar yang menggerakkan peristiwa itu"
berkata Pangeran Singa Narpada.
Mahisa Agni mengangguk-angguk. Katanya "Seseorang
yang berilmu sangat tinggi telah mencampuri persoalan
pertentangan antara keluarga Kediri itu"
"Ya" sahut Pangeran Singa Narpada "Tetapi
persoalannya lebih luas dari pertentangan antara keluarga di
Kediri. Tetapi jika aku boleh berterus-terang, persoalannya
menyangkut hubungan antara Kediri dan Singasari"
Mahisa Agni mengangguk-angguk. Katanya "Aku
mengerti. Agaknya Pangeran sudah bertindak dengan
bijaksana, bahwa Pangeran tidak langsung melaporkan dan
minta bantuan Singasari. Karena itu, maka biarlah kami
akan membantu sajauh dapat kami lakukan. Jika Pangeran
menghendaki, seorang yang masih termasuk tataran yang
masih muda, maka aku sependapat bahwa Pangeran
berhubungan dengan Mahisa Bungalan. Aku akan
mempertemukan Pangeran dengan orang muda itu. Aku
akan berusaha agar ia mendapat ijin untuk melakukan tugas
khusus seperti ini" "Terima kasih" berkata Pangeran Singa Narpada
"mudah-mudahan ia bersedia"
"Jika demikian silahkan Pangeran tinggal disini barang
satu dua hari sambil menunggu ijin khusus itu" berkata
Mahisa Agni "karena ia baru saja minta ijin untuk satu
kepentingan pribadi"
"Terima kasih" berkata Pangeran Singa-Narpada "Aku
akan tinggal disini dengan senang hati. Bahkan rasa-rasanya
aku lebih senang untuk tinggal disini saja, jika aku tidak
mengingat tanggung jawabku atas Kediri"
Mahisa Agni menarik nafas dalam-dalam. Ungkapan itu
menunjukkan betapa kelelahan jiwani telah mencengkam
Pangeran Singa Narpada. Tetapi ia tidak dapat mengingkari
kewajiban dan tanggung jawabnya. Karena itu, maka
Mahisa Agni merasa wajib untuk memberikan bantuan
kepada Pangeran yang letih itu.
Dengan demikian maka Pangeran Singa Narpada itu
tejah berada di Singasari untuk beberapa hari. Sementara
itu, Mahisa Bungalanpun telah dipertemukannya pula
dengan Pangeran Singa Narpada.
"Aku sama sekali tidak berkeberatan" berkata Mahisa
Bungalan. Tugas itu adalah tugas kita semuanya. Tetapi
aku mohon paman mempergunakan pengaruh paman, agar
aku mendapat ijin untuk meninggalkan tugasku di
Singasari. "Aku akan berusaha" berkata Mahisa Agni "dalam satu
dua hari ini, aku akan dapat mengatakan, apakah kau
diijinkan atau tidak"
"Jika paman yang memberikan penjelasan, maka aku
justru akan mendapat tugas untuk membantu Pangeran
Singa Narpada. Satu tugas yang berat, tetapi akan dapat
memberikan arti kepadaku, bahwa aku telah melakukan
sesuatu yang bermanfaat bagi Tanah yang aku huni ini"
sahut Mahisa Bungalan. Mahisa Agni menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia
sependapat dengan Mahisa Bungalan, sehingga iapun
kemudian berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat
menjelaskan bahwa Mahisa Bungalan akan melakukan satu
tugas yang penting tanpa menyebutkan rencana yang
sebenarnya ingin dilakukannya.
"Tugas yang sebenarnya itu masih perlu dirahasiakan"
berkata Mahisa Agni kepada Mahisa Bungalan


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"sebagaimana orang-orang di Kediri, mungkin orang-orang
di Singasaripun mempunyai sikap yang lain dengan sikap
kita. Jika hal ini diketahui oleh orang-orang yang berwatak
keras, maka mungkin sekali mereka akan melakukan
langkah-langkah yang tidak sesuai dengan rencana kita.
Mungkin Singasari akan menggerakkan satu kesatuan
petugas sandi dalam jumlah yang besar, yang justru akan
dapat mengacaukan suasana"
"Segalanya aku serahkan kepada kebijaksanaan paman.
Aku akan melakukannya dengan sebaik-baiknya" jawab
Mahisa Bungalan. Sementara itu, apalagi Mahisa Agni berusaha
mempergunakan pengaruhnya, untuk memberikan
kesempatan kepada Mahisa Bungalan membantu Pangeran
Singa Narpada, maka tidak seorangpun yang mengetahui
bahwa seorang Pangeran dari Kediri telah berada di dalam
lingkungan istana Singasari. Dengan sangat hati-hati
Pangeran Singa Narpada menjaga dirinya, karena jika ia
salah langkah, maka ia tentu akan segera dikenal oleh
beberapa orang Pangeran di Singasari yang memang pernah
mengenalnya sebelumnya. Ternyata Mahisa Agni berhasil mempergunakan
pengaruhnya sehingga Mahisa Bungalan justru mendapat
tugas dalam tugas sandi untuk mencari keterangan yang
lebih mendalam tentang sikap orang-orang Kediri terhadap
Singasari setelah pemberontakan Pangeran Kuda Permati
dapat diatasi setelah kematian Pangeran Kuda Permati itu
sendiri. "Satu tugas yang berat. Kau harus melakukan keduanya.
Tugas yang memang dibebankan kepadamu, dan tugas yang
harus kau lakukan bagi kepentingan Pangeran Singa
Narpada" pesan Mahisa Agni.
"Aku akan mencoba melakukannya dengan sebaikbaiknya"
berkata Mahisa Bungalan. "Aku akan mencoba melakukannya dengan sebaikbaiknya"
berkata Mahisa Bungalan. "Kau harus melakukannya segera. Pangeran Singa
Narpada sudah terlalu lama berada di Singasari" berkata
Mahisa Agni yang mengerti bahwa Pangeran Singa
Narpada sangat diperlukan kehadirannya di Kediri pada
saat-saat yang penting. Demikianlah, maka pada saat yang ditentukan,
menjelang fajar menyingsing, Mahisa Bungalan dan
Pangeran Singa Narpada telah meninggalkan lingkungan
istana di Singasari. Tetapi mereka tidak langsung pergi ke
Kediri. Mereka masih akan singgah dirumah Mahendra.
Mahisa Bungalan ingin minta diri kepada ayahnya sekaligus
melihat perkembangan kedua adiknya dalam olah
kanuragan, karena Mahisa Bungalanpun mengetahui,
bahwa kedua adiknya sedang dalam puncak usahanya
untuk mewarisi ilmu ayahnya dan pamannya Witantra
yang seperguruan, meskipun ada perbedaan tekanan dalam
pengembangan ilmunya Ketika mereka sampai dirumah ayahnya Mahisa
Bungalan, ternyata bahwa kedua adiknya tengah berada
dalam puncak laku yang sangat berat. Karena itu, maka
Mahisa Bungalan tidak ingin mengganggunya agar kedua
adiknya dapat menyelesaikan usahanya dalam waktu yang
direncanakan. Namun demikian Mahisa Bungalan
memerlukan untuk minta diri kepada ayahnya Mahendra
dan pamannya Witantra. "Hati-hatilah" berkata Mahendra dengan sungguhsungguh
"Kau akan melakukan satu kewajiban yang sangat
berat. Kau akan memasuki daerah kegelapan yang belum
kau ketahui apa yang ada di dalamnya. Mudah-mudahan
Pangeran Singa Narpada akan dapat menuntunmu"
"Aku akan berhati-hati ayah" jawab Mahisa Bungalan.
Namun sementara itu Pangeran Singa Narpada berkata
"bukan aku yang akan dapat menuntunnya. Justru aku akan
tergantung kepadanya"
"Pangeran selalu merendahkan diri" sahut Witantra
"semua orang tahu tentang Pangeran Singa Narpada.
Mudah-mudahan Mahisa Bungalan akan dapat membantu
Pangeran dan tidak justru mengecewakan"
"Aku yakin akan kemampuannya" berkata Paageran
Singa Narpada. Bahkan kemudian "Apalagi bahwa dalam
waktu singkat kedua adiknyapun akan dapat menyelesaikan
laku yang berat untuk mencapai ilmu puncaknya"
Mahendra menarik nafas dalam-dalam. Katanya
kemudian "Mahisa Murti dan Mahisa Pukat masih
memerlukan beberapa waktu lagi. Mudah-mudahan mereka
dapat menyelesaikannya dengan tuntas"
"Mungkin pada saatnya, kami memerlukan bantuan
mereka" berkata Pangeran Singa Narpada.
Mahendra menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Jika
mereka dapat melakukannya, maka mereka tentu akan
dengan senang hati memenuhinya"
"Suatu waktu aku akan datang lagi" berkata Pangeran
Singa Narpada. Demikianlah, maka Pangeran Singa Narpadapun telah
minta diri bersama Mahisa Bungalan untuk melakukan
tugas mereka yang tidak mereka ketahui, kapan akan dapat
mereka selesaikan atau justru sebaliknya, mereka akan
ulang dalam arus tugas mereka itu.
Setelah minta diri kepada adik-adiknya pula, maka
Mahisa Bungalanpun meninggalkan rumah ayahnya untuk
satu tugas yang berat "Kalian harus bekerja dengan sungguh-sunggah" pesan
Mahisa Bungalan kepada adik-adiknya "Kalian akan dapat
membantu kami, karena kalian telah mempunyai hubungan
dengan jalur yang mungkin kita perlukan dalam tugas ini di
Kediri" Mahisa Murti dan Mahisa Pukat mengangguk. Mereka
memang menyadari sepenuhnya bahwa mereka harus
bekerja keras apalagi justru pada saat-saat terakhir.
Demikianlah, maka Pangeran Singa Narpada dan.
Mahisa Bungalanpun segera menuju ke Kediri. Pada saat
sebagaimana Pangeran Singa Narpada meninggalkan
istananya, maka iapun kembali pada saat tidak ada orang
yang dapat melihatnya. Dengan diam-diati Pangeran Singa
Narpada telah mengetuk pintu bilik kepercayaannya yang
merupakan satu-satunya orang yang mengetahui bahwa
Pangeran Singa Narpada meninggalkan istananya. Para
petugas yang berada di istana itupun tidak mengetahui
sama sekali, bahwa yang keluar pintu gerbang dimalam hari
beberapa hari yang lalu adalah Pangeran Singa Narpada
karena pakaian yang dikenakannya. Mereka menganggap
bahwa yang keluar saat itu adalah seorang abdi yang akan
pulang dimalam hari. Ketika pintu itu terbuka, maka kepercayaannya itupun
terkejut. Hampir saja ia menyapanya, namun Pangeran
Singa Narpda segera berdesis "Tidak ada orang yang
melihat aku memasuki halaman"
"Apakah para petugas diregol tidak menyapa
sebagaimana saat Pangeran keluar" Tetapi agaknya bagi
mereka yang akan memasuki regol, akan lebih cepat
mengundang kecurigaan daripada mereka yang keluar.
Apalagi saatnya sudah terlalu malam"
"Aku tidak memasuki halaman lewat regol" jawab
Pangeran Singa Narpda. "Jadi, Pangeran memasuki halaman lewat mana?"
bertanya kepercayaannya. "Aku telah meloncati dinding" jawab Pangeran Singa
Narpada. Kepercayaannya itu mengerutkan keningnya. Namun
kemudian iapun mengangguk-angguk. Tetapi sekilas
dipandanginya Mahisa Bungalan yang datang bersama
Pangeran Singa Narpada. "Ini adalah saudaraku" berkata Pangeran Singa Narpada
"Kami bersama-sama telah menempuh laku prihatin dalam
sepinya samadi" "O" kepercayaannya itu mengangguk-angguk. Lalu
katanya "Marilah silahkan Pangeran. Dan apakah yang
Pangeran kehendaki sekarang" Mungkin ada sesuatu yang
harus aku kerjakan?"
"Sekarang tidak ada. Besok pagi-pagi saja sediakan aku
air abu merang. Aku akan mandi keramas, karena aku
sudah keluar dari samadiku di dalam sanggar" Pangeran
Singa Narpada berhenti sejenak lalu "Apakah ada seseorang
yang menanyakan aku pada saat pergi?"
"Sri Baginda memanggil Pangeran" jawab
kepercayaannya itu "Tetapi aku memberikan jawaban
sebagaimana Pangeran kehendaki. Namun agaknya Sri
Baginda tidak sabar. Jika dalam dua hari ini Pangeran
masih belum melepaskan samadi, maka Sri Baginda akan
memerintahkan membuka pintu sanggar dengan paksa"
"O, apakah ada berita dari istana?" bertanya Pangeran
Singa Narpada. "Tidak ada selain panggilan Sri Baginda" jawab
kepercayaannya. Demikianlah, maka dengan diam-diam Pangeran Singa
Narpda memasuki istananya lewat pintu butulan. Tidak ada
seorangpun yang mengetahuinya. Besok pagi, orang-orang
seisi istana itu, bahkan para pengawal akan menduga,
bahwa Pangeran Singa Narpada telah keluar dari
sanggarnya dan mencucikan diri dengan air abu merang
untuk mandi keramas. Mahisa Bungalanpun dipersilahkannya masuk pula ke
dalam istana itu. Ia akan menjadi tamu Pangeran Singa
Narpada. Tetapi dengan satu penyamaran, seolah-olah
Mahisa Bungalan akan mengabdikan diri pula di istana itu.
Kepada kepercayaannya ia berkata "Saudaraku yang
mengalami masa prihatin bersama ini, telah aku bawa
kemari dan agaknya iapun ingin mengabdikan diri di istana
ini, setelah ia mengenali aku bahwa aku adalah seorang
Pangeran. Dan aku akan menempatkannya sebagai seorang
pelayan dalam" Kepercayaannya itu mengangguk-angguk. Tetapi ia
mengerti, bahwa setiap langkah Pangeran Singa Narpada
telah dipikirkannya masak-masak. Karena itu, maka ia tidak
mempersoalkannya lagi. Bahkan kepercayaannya itu
menduga, bahwa dalam samadinya, agaknya Pangeran
Singa Narpada telah mendapat petunjuk tentang orang itu
yang mungkin akan dapat membantu menjernihkan
kekalutan pikiran Pangeran Singa Narpada.
Demikianlah, sejak hari itu, Mahisa Bungalan berada di
istana Pangeran Singa Narpada sebagai seorang pelayan
dalam. Dengan demikiania akan lebih banyak berada dekat
dengan Pangeran Singa Narpada. Namun dengan bijaksana
Pangeran Singa Narpada tidak membuat kepercayaannya
menjadi kecewa, karena hadirnya seorang yang lain di
dalam istana itu. Demikian pula para pelayan dalam yang
lain serta para pemimpin pengawalnya. Namun pada saatsaat
tertentu keduanya sempat berbicara tanpa diketahui
oleh orang lain. "Maaf, bahwa aku harus bermain dengan agak kasar,
sehingga kau terpaksa menjalani peran yang barangkali
tidak menyenangkan" berkata Pangeran Singa Narpada.
"Ah, tidak" jawab Mahisa Bungalan "Aku senang
dengan perananku. Tetapi dalam keadaan seperti ini, maka
langkah kita akan terhenti"
"Aku akan menghadap Sri Baginda" berkata Pangeran
Singa Narpada "Jika aku datang, maka mungkin Sri
Baginda benar-benar akan marah. Baru kemudian kita akan
menentukan langkah-langkah"
Mahisa Bungalan mengangguk-angguk. Agaknya Sri
Baginda mempunyai kepentingan yang mendesak dengan
Pangeran Singa Narpada. Ketika Pangeran Singa Narpada menghadap, maka
wajah Sri Baginda nampak terlalu marah. Dengan nada
datar Sri Baginda itu bertanya "Apa yang kau lakukan
selama ini" "Ampun Sri Baginda. Hamba mencoba untuk mencari
jalan dengan cara yang lain dari yang hamba tempuh
selama ini. Hamba berada di dalam sanggar" jawab
Pangeran Singa Narpada. Lalu "selama ini hamba merasa
kehilangan jalan. Hamba telah dicekam oleh perasaan yang
belum pernah hamba rasakan sebelumnya. Hamba hampir
berputus-asa. Sementara itu perhitungan hamba melihat
akan timbulnya satu kemungkinan yang sangat gawat bagi
Kediri. Karena itu, hamba tidak ingin terjebak dalam
keputus-asaan. Hamba telah mencoba untuk mencari
ketenangan di dalam sanggar, agar hamba tetap dapat
berdiri teguh dalam kewajiban hamba" Pangeran Singa
Narpada berhenti sejenak, lalu iapun bertanya "Apakah ada
sesuatu yang sangat mendesak Sri Baginda?"
Sri Baginda menarik nafas dalam-dalam. Dengan suara
berat Sri Baginda berkata "Aku tidak dapat menyingkir dari
belitan kegelisahan. Ternyata aku memerlukan tempat
untuk menampung kegelisahan ini. Selama ini kau dapat
menyelamatkan Kediri yang sudah goyah dan lemah ini.
Karena itu, ketika kau untuk beberapa hari tidak nampak di
paseban, aku menjadi gelisah. Jika disaat-saat yang
demikian datang bencana, maka Kediri benar-benar akan
tumbang" "Hamba mohon maaf" berkata Pangeran Singa Narpada
"Tetapi sebenarnyalah bahwa hambapun sedang berusaha
untuk memecahkan kegelisahan di hati hamba. Namun
sementara itu, jika terjadi sesuatu yang gawat, maka para
Panglima diperbatasan telah mampu untuk bertindak cepat.
Terutama Panji Sempana Murti. Pengalaman telah
menempa mereka menjadi prajurit yang lebih baik"
Sri Baginda menarik nafas dalam-dalam. Namun
kemudian iapun bertanya "Tetapi, apakah kau sama sekali
belum menemukan jejak tentang benda pusaka yang hilang
itu "Belum Sn Baginda" jawab Pangeran Singa Narpada
"justru karena itu hamba berusaha untuk menemukan
keheningan budi, agar hamba dapat menelusuri jejak
mahkota yang hilang itu"


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sampai kapan kau memerlukan waktu untuk itu?"
bertanya Sri Baginda. "Hamba tidak dapat menyebut Sri Baginda, satu
perjuangan yang baru hamba lakukan tanpa dapat
memperhitungkan waktu. Namun hamba menyadari,
bahwa hamba harus melakukannya dengan sekuat tenaga.
Sebesar kemampuan hamba dan dengan taruhan yang
paling berharga yang hamba miliki, nyawa hamba"
Sri Baginda menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnyalah
pada saat-saat Pangeran Singa Narpada tidak kelihatan
dipaseban, hati Sri Baginda menjadi sangat cemas. Seakanakan
ia telah kehilangan perisai yang akan dapat menjaga
tegaknya tahta Kediri, meskipun Sri Baginda menyadari,
bahwa para Panglima di perbatasan justru telah ditempa
oleh pengalaman. Para prajuritpun menjadi semakin
dewasa menanggapi keadaan.
Namun Sri Bagindapun justru percaya, bahwa mahkota
yang hilang itu adalah tempat semayam wahyu keraton
Kediri. Tetapi demikian Pangeran Singa Narpada menghadap,
maka rasa-rasanya hati Sri Baginda menjadi tenang.
Seakan-akan perlindungan yang selama beberapa saat
bagaikan lenyap, telah kembali sebagaimana sebelumnya.
Dalam keadaan yang demikian, Pangeran Singa Narpada
justru menjadi bimbang. Seharusnya ia berterus terang
kepada Sri Baginda, bahwa untuk menemukan jejak
mahkota yang hilang itu ia memerlukan waktu dan bahkan
harus meninggalkan Kota Raja.
Jika ia tidak berbuat apa-apa dan hanya menunggui
istana dan Sri Baginda, maka seperti yang dikatakan oleh
Mahisa Bungalan, semua usaha akan terhenti sampai
sekian. Dan mahkota yang hilang itu apalagi Pangeran
Lembu Sabdata tidak akan mungkin dapat diketemukan.
Tetapi Pangeran Singa Narpada tidak sampai hati untuk
dengan serta merta menyampaikan maksudnya
meninggalkan Kota Raja. Sri Baginda yang baru saja
menemukan ketenangannya akan menjadi gelisah kembali.
Karena itu, maka Pangeran Singa Narpada telah
menunda kepergiannya Kepada Mahisa Bungalan Pangeran
Singa Narpada setibanya di istananya menjelaskan "Aku
tidak sampai hati untuk meninggalkan Kota Raja dalam
satu dua hari ini. Bahkan mungkin dalam dua tiga pekan.
Sri Baginda benar-benar berada dalam kecemasan"
"Kita akan dapat menunggu" berkata Mahisa Bungalan
"Tetapi sudah barang tentu, bahwa tanpa berbuat sesuatu,
kita tidak akan dapat menemukan apapun juga"
"Aku menyadari" jawab Pangeran Singa Narpada
"namun demikian, aku akan dapat melakukannya di Kota
Raja satu usaha yang setidak-tidaknya akan dapat
membantu merintis jalan"
"Apa yang dapat Pangeran lakukan?" bertanya Mahisa
Bungalan. "Aku akan melanjutkan usahaku untuk mengetahui,
siapakah yang telah berhubungan dengan Pangeran Kuda
Permati pada masa pemberontakannya dan sebelumnya.
Aku akan dapat menghubungi orang-orangnya yang
terdekat yang berhasil ditangkap dan dipenjarakan oleh para
prajuri Kediri. Dengan demikian kita akan mendapatkan
nama-nama dari orang-orang yang pernah berdiri di
belakangnya dan mungkin, hanya satu kemungkinan,
bahwa orang yang telah mengambil Pangeran Lembu
Sabdata dan kemudian mahkota itu adalah salah seorang
diantara mereka meskipun kita harus mengamatinya
dengan sangat cermat" jawab Pangeran Singa Narpada.
Mahisa Bungalan mengangguk-angguk. Memang hal itu
dapat dilakukan oleh Pangeran Singa Narpada sebagai
penunjuk arah, langkah yang manakah yang pertama-tama
dapat dilakukan meskipun mungkin langkah itu tidak akan
sampai kesasaran, tetapi mungkin juga akan dapat
membuka tirai yang menyelubungi rahasia hilangnya
Pangeran Lembu Sabdata dan mahkota yang dipercaya
menjadi tempat semacam Wahyu Keraton itu.
"Pangeran dapat mencobanya" berkata Mahisa
Bungalan. "Ya. Namun aku harus melakukannya sendiri.
Seandainya aku sempat menemukan nama yang aku
perlukan, hanya aku sajalah yang mengetahuinya. Aku
memang mencurigai orang-orang Kediri"
Mahisa Bungalan mengangguk-angguk. Tetapi tidak ada
salahnya bahwa Pangeran Singa Narpada bekerja dengan
cermat dan berhati-hati dalam kemelut yang ternyata masih
belum padam. Sepercik api yang tersisa dari pemberontakan
Pangeran Kuda Permati itu masih akan dapat menjadi besar
dan kembali membakar Kediri dengan api pemberontakan
yang semakin besar dan berbahaya.
Dengan demikian, sambil menunggu kesempatan untuk
dapat meninggalkan Kota Raja, maka Pangeran Singa
Narpada yang sudah menghentikan pemeriksaan terhadap
para pengikut Pangeran Kuda Permati, telah mulai lagi
dengan caranya. Pangeran Singa Narpada telah memanggil orang-orang
yang dianggapnya dekat dengan Pangeran Kuda Permati
dan bertanya kepada mereka, Siapa sajalah yang pernah
berhubungan dan dekat dengan PangeranKuda Permati.
yang mempunyai kemampuan yang tinggi dan tidak
tertangkap sampai saat terakhir dari pemberontakan
Pangeran Kuda Permati itu.
Orang orang itu sudah mengenal dengan baik, siapakah
Pangeran Singa Narpada. sehingga demikian seorang
diantara mereka memasuki ruangan seorang diri
berhadapan dengan Pangeran Singa Narpada, maka rasarasanya
orang itu tidak lagi mempunyai kesempatan untuk
keluar dengan kaki tegak.
Karena itu. sebagian dari mereka tidak lagi berusaha
untuk menyembunyikan sesuatu. Meskipun Pangeran Singa
Narpada tidak berbuat apa-apa, namun setiap orang
diantara mereka. merasa, setiap cercah bagian dari tubuh
mereka seolah-olah telah mulai meremang.
Tetapi yang disebut oleh sebagian besar dari mereka
adalah para Senapati yang hampir seluruhnya telah
tertangkap atau terbunuh di peperangan. Jika ada juga satu
dua orang Senapati yang disebut namanya dan tidak
diketahui apakah mereka masih hidup sudah mati, maka
Pangeran Singa Narpada yakin bahwa Senapati itu tidak
akan mampu melakukan sebagaimana pernah terjadi atas
Pangeran Lembu Sabdata dan mengambil mahkota di
Gedung Perbendaharaan itu.
Ketika Pangeran Singa Narpada berhadapan dengan
seorang perwira yang terdekat dengan Pangeran Kuda
Permati yang justru pada saat-saat setelah kematian
Pangeran Kuda Permati dan isterinya yang membunuh diri
telah menghentikan perlawanannya meskipun sebagian
besar dari para pengikut Pangeran Kuda Permati masih
bertempur terus, maka ia berusaha untuk mendapat
keterangan yang lain dari yang selalu didengarnya dari
orang-orang yang pernah dihadapkan kepadanya
sebelumnya "Aku tidak memerlukan lagi nama-nama orang-orang
yang berada di dalam lingkungan keprajuritan Kediri yang
telah memberontak itu" berkata Pangeran Singa Narpada
"nama itu sudah cukup lengkap aku ketahui. Aku
menginginkan nama-nama orang yang pernah berhubungan
dengan Pangeran Kuda Permati diluar lingkungan
keprajuritan. Mungkin ia pernah berhubungan dengan satu
padepokan atau siapapun juga"
"Siapakah namai pertapa itu?" bertanya Pangeran Singa
Narpada. "Tidak seorangpun yang tahu. Tetapi kami hanya
mendengar Pangeran Permati memanggilnya Guru" jawab
Senapati itu. Lalu "Tetapi meskipun ia seorang pertapa,
namun ia bukan orang yang terasing. Ia mengetahui banyak
hal tentang hubungan antara Kediri dan Singasari, serta tata
pemerintahan yang ada di Singasari"
"Aku akan berhubungan dengan Arya Rumpit" berkata
Pangeran Singa Narpada. Namun iapun kemudian bertanya
"Apakah ia juga tahu orang ketiga?"
"Entahlah" jawab Senapati itu "Mudah-mudahan ia
mengetahuinya" "Sulit lagi orang ketiga itu" minta Pangeran Singa
Narpada. "mPu Lengkon" jawab Senapati itu "Aku tidak tahu
apakah itu memang namanya atau sekedar sebutan. Orang
itu telah memberikan sipat kandel kepada Pangeran Kuda
Permati berupa sebilah keris. Agaknya keris itu adalah keris
bertuah yang mampu menompang kemampuan Pangeran
Kuda Permati yang memang sudah berada diatas
kemampuan orang kebanyakan"
"Apakah kau dapat membuka sedikit kemungkinan
untuk dapat menemuinya dimanapun?" bertanya Pangerai
Singa Narpada. "Aku sama sekali tidak tahu. Entahlah dengan Arya
Rumpit yang banyak mendapat tugas sebagai penghubung
daripada aku sendiri. Justru karena ia seorang perwira dari
pasukan berkuda" jawab Senapati itu.
Pangeran Singa Narpada mengangguk-angguk. Ia
percaya sepenuhnya apa yang dikatakan oleh Senapati itu.
Justru karena itu maka Pangeran Singa Narpada sama
sekali tidak berusaha mendesak tentang orang yang disebut
terakhir. mPu Lengkon. Namun demikian ia berkata di
dalam hatinya "Mudah-mudahan Arya Rumpitpun
mengetahui pula. Dengan demikian, maka Senapati itupun
segera dikembalikan ke bilik tahanannya. Sementara itu,
Pangeran Singi Narpada telah berusaha untuk dapat
menemukan seorang tahanan yang bernama Arya Rumpit"
Usaha Pangeran Singa Narpada tidak terlalu sulit.
Ternyata bahwa Arya Rumpit itu tidak menjadi bebanten
dime-dan perangi Sehingga dengan demikian, maka ia akan
dapat menjadi sumber keterangan bagi Pangeran Singa
Narpada. "Pada pemeriksaan yang terdahulu, orang ini justru
terlampaui, atau ia dapat ingkar dihadapan orang yang
memeriksanya" berkata Pangeran Singa Narpada di dalam
hatinya. Namun seingat Pangeran Singa Narpada, bukan
ialah yang telah memeriksa Arya Rumpit itu.
Pangeran Singa Narpada mengangguk-angguk. Ia
percaya kepada keterangan Senapati itu, bahwa Pangeran
Kuda Permati memang tidak pernah mempergunakan ilmu
seperti itu. Bahkan seandainya Pangeran Kuda Permati
memilikinya, maka ia akan lebih senang datang dengan,
dada tengadah, kemudian bertempur untuk mencapai
sasaran dengan membunuh lawan-lawannya.
Namun demikian, Pangeran Singa Narpada akhirnya
bertanya juga tentang ketiga orang yang dimaksud itu.
Senapati itupun kemudian berkata "Aku hanya dapat
menyebut beberapa hal tentang mereka. Tetapi belum
satupun padepokan mereka yang aku ketahui"
Pangeran Singa Narpada termenung sejenak. Namun
kemudian katanya "Sebut apa yang kau ketahui"
Senapati itu termangu-mangu. Namun kemudian ia
mulai mengingat-ingat, orang-orang yang pernah
berhubungan dengan Pengeran Kuda Permati. Namun
diantara sekiah banyak orang yang dikenalnya, tiga orang
yang telah menarik perhatian.
"Ulangi, siapakah tiga orang yang kau sebut terakhir"
berkata Pangeran Singa Narpada "nampaknya mereka perlu
mendapat perhatian" "Itulah sebabnya, mereka aku sebut terakhir, karena
menurut pendapatku. mereka jugalah yang paling
berpengaruh atas Pangeran Singa Narpada" jawab Senapati
itu. Yang kemudian mengulangi menyebut tiga orang yang
dikatakannya dalam urutan terakhir "Seorang yang disebut
Panembahan Bajang. Seorang Panembahan yang bertubuh
kecil. Namun memiliki ilmu yang sulit dicari duanya.
Menurut pendengaranku. Panembahan ini datang dari
timur. Aku belum tahu, dimanakah Padepokannya. Namun
seorang pengawal Pangeran Kuda Permati pernah datang
ke padepokan itu" "Kau tahu, siapakah pengawal itu?" berkata Pangeran
Singa Narpada. "Seorang Senapati dari pasukan berkuda. Menurut
pengertianku, ia tidak terbunuh dalam peperangan, karena
aku pernah melihatnya juga tertawan" jawab Senapati itu
"namanya Arya Rumpit"
"O" Pangeran Singa Narpada mengangguk angguk "Aku
mengenalnya. Arya Rumpit, seorang Senapati dari pasukan
berkuda" "Ya. Arya Rumpit pernah datang kepadepokan
Panembahan Bajang" berkata Senapati itu pula. Lalu "Arya
Rumpit pulalah yang pernah datang kepada orang Kedua.
Seorang pertapa yang jarang nampak bersama Pangeran
Kuda Permati. Tetapi Pertapa itu pulalah yang telah banyak
memberikan ilmu kepada Pangeran Kuda Permati. Latah
penganjur yang paling gigih agar Pangeran Kuda Permati
melepaskan diri dari ikatan hubungan dengan Singasari
yang dianggapnya telah menghina Kediri"
Perwira Pangeran Kuda Permati itu menarik nafas
dalam-dalam. Ia mengerti maksud Pangeran Singa
Narpada. Tetapi ia ragu-ragu untuk mengatakannya.
"Ki Sanak" berkata Pangeran Singa Narpada "Aku
minta kau menyadari keadaan yang dihadapi oleh Kediri.
Aku memang dapat memaksamu untuk berbicara. Tetapi
aku kira, aku tidak bermaksud demikian. Aku berharap
bahwa kau yang telah mengalami perang yang berakhir
dengan kehancuran dimana-mana itu dapat membuat
pertimbangan-pertimbangan yang jernih menghadapi
keadaan sekarang ini"
Perwira itu mengangguk-angguk. Sebenarnya iapun tidak
ingin melihat lagi mereka sebagaimana yang pernah dibuat
oleh Pangeran Kuda Permati semasa hidupnya.
Sementara itu Pangeran Singa Narpada "Aku minta


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesadaranmu Ki Sanak. Bagaimanapun juga ternyata kau
adalah putra Kediri. Bahkan dalam jenjang keprajuritan,
kau adalah seorang perwira yang pernah menjadi Senapati
terdapat dengan Pangeran Kuda Permati, Apakah kau tidak
menjadi iba melihat Kediri dibakar api pertempuran dan
memuaskan iba melihat Kediri dibakar api pertempuran
dan memuaskan putra-putra terbaiknya"
Perwira itu mengangguk-angguk. Katanya "Sebaiknya
keadaan yang parah itu tidak terulang lagi"
"Kau dapat membantu menciptakan satu suasana yang
lebih baik. iika kau dapat menyebut nama orang-orang yang
pernah berhubungan dengan Pangeran Kuda Permati"
berkata Pangeran Singa Narpada "sebab hilangnya
Pangeran Lembu Sabdata akan dapat menumbuhkan satu
keadaan sebagaimana pernah terjadi. Dan kau melihat,
akibat dari peristiwa itu bagi Kediri"
Perwira itu mengangguk-angguk. Ada satu beban yang
terasa memberati hatinya. Ia memang dapat mengelak
sebagaimana seharusnya dilakukan. Perwira itu tahu pasti,
dengan siapa ia berhadapan. Tetapi sebenarnyalah, sebagai
seorang Senapati yang tangguh, ia tidak gentar seandainya
ia harus menghadapi tekanan kekerasan. Dan iapun akan
sanggup untuk tetap membungkam bahkan sampai
nyawanya terlepas dari tubuhnya.
Namun yang membebaninya bukan perasaan gentar
menghadapi tekanan kekerasan. Sebagaimana pernah
dilakukan oleh isteri Pangeran Kuda Permati sendiri dengan
mengorbankan orang yang paling dicintainya bahkan
menuntut kematiannya sendiri, maka seharusnya iapun
melakukannya. Ia harus membantu memadamkan sumber
api itu sendiri. Tetapi sebenarnyalah Senapati itu tidak tahu pasti,
orang-orang yang manakah yang pantas untuk dicurigai
mengambil Pangeran Lembu Permati. namun demikian,
agaknya jika ia memang menghendaki membantu
mencegah timbulnya lagi bantuan kekerasan dan
pembunuhan, maka ia dapat menyebut beberapa nama,
meskipun ada kemungkinan bahwa nama-nama yang
disebutnya itu ternyata tidak ada hubungannya dengan
hilangnya Pangeran Lembu Sabdata.
"Nah, kemudian terserah kepadamu" berkata Pangeran
Singa Narpada selanjutnya "Tetapi satu hal yang ingin aku
katakan, aku tidak akan memaksa lagi seseorang untuk
berbicara, kecuali atas kesadarannya sendiri"
"Tidak seorangpun yang akan dapat mamaksa aku
berbicara Pangeran" berkata Senapati itu "Tetapi
sebagaimana telah aku alami sendiri, betapa parahnya
Kediri jika terjadi lagi permusuhan seperti pada masa
hidupnya Pangeran Kuda Permati. Lepas dari salah dan
benar, namun Kediri benar-benar telah menjadi neraka.
Karena itu, alangkah terpujinya langkah yang diambil oleh
isteri Pangeran Kuda Permati dipandang dari satu segi,
meskipun akan berlawanan jika dinilai dari segi lain"
"Kau bebas untuk memilih" berkata Pangeran Singa
Narpada "Yang manakah yang baik dan dipandang dari legi
mana menurut kehendakmu sendiri"
Senapati itu menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
katanya "Aku akan menyebut beberapa nama"
Pangeran Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalamdalam.
Sebenarnyalah bahwa Senapati itu telah menyebut
beberapa nama orang-orang berilmu yang pernah dihubungi
oleh Pangeran Kuda Permati menurut pengetahuannya.
"Apakah mereka tidak terlibat dalam pertempuran"
bertanya Pangeran Singa Narpada.
"Ada diantara mereka yang langsung memasuki medan
dengan para pengikutnya, tetapi ada diantara mereka yang
tidak, yang sekedar membantu dengan cara yang lain.
Bahkan ada dua tiga orang yang memberikan bantuan
dengan cara yang sangat khusus. Mereka adalah orangorang
berilmu tinggi yang seakan-akan telah
menggabungkan kemampuan mereka dan melimpahkannya
kepada Pangeran Kuda Permati" berkata Senapati itu.
"Maksudmu dua tiga orang itu bersama-sama
memberikan ilmu mereka masing-masing kepada Pangeran
Kuda Permati?" bertanya Pangeran Singa Narpada.
"Ya" jawab Senapati itu.
"Tetapi apakah kau tahu, siapakah diantara mereka yang
memiliki ilmu sirep yang sangat tajam?" bertanya Pangeran
Singa Narpada mendesak. Senapati itu menggeleng. Katanya "Sayang, aku tidak
mengetahuinya. Namun ternyata Pangeran Kuda Permati
sendiri sampai akhir hidupnya tidak pernah
mempergunakan ilmu seperti itu"
Sebenarnyalah bahwa Arya Rumpit baru untuk pertama
kali berhadapan langsung dengan Pangeran Singa Narpada.
Namun demikian bukan berarti bahwa Arya Rumpit tidak
mengenal Pangeran Singa Narpada. Sebagai seorang
Senapati maka ia telah mengenal Pangeran Singa Narpada
dengan baik, bahkan Pangeran Singa Narpadapun telah
mengenalnya. "Marilah" Pangeran Singa Narpada mempersilahkan
"Kita bertemu lagi"
"Sayang, dalam keadaan yang kurang memadai
Pangeran" jawab Arya Rumpit. Seorang Senapati dari
pasukan berkuda. "Keadaan telah menentukan, cara yang paling baik bagi
pertemuan kita kali ini adalah cara ini" jawab Pangeran
Singa Narpada. Arya Rumpit mengerutkan keningnya. Namun ia masih
juga menjawab "Pangeranlah yang menentukan"
"Ya, karena kau adalah seorang tawanan" berkata
Pangeran Singa Narpada dengan tegas.
Arya Rumpit mengangguk. Jawabnya "Pangeran benar.
Aku sekarang seorang tawanan dan Pangeran adalah orang
yang menawan aku" Karena itu, maka kau harus menyadari apa yang
mungkin terjadi" berkata Pangeran Singa Narpada.
Arya Rumpit memandang Pangeran Singa Narpada
dengan wajah yang membayangkan ketabahan hati seorang
Senapati. Namun dengan penuh kesadaran akan
kedudukannya pada pertemuan itu. Bahwa ia memang
berhadapan dengan seorang Pangeran yang berhati singa.
"Arya Rumpit" berkata Pangeran Singa Narpada "ada
sesuatu yang ingin aku tanyakan. Aku yakin bahwa kau
mengetahuinya. Karena itu, maka aku minta kau dapat
menjawab sebagaimana kau ketahui"
"Silahkan Pangeran" berkata Arya Rumpit "Aku tidak
akan dapat berbuat lain kecuali menjawab semua
pertanyaan dengan sebaik-baiknya"
"Terima kasih" desis Pangeran Singa Narpada "dengan
demikian kau akan membantu menghindarkan Kediri dari
malapetaka yang lebih besar"
Arya Rumpit mengerutkan keningnya. Namun
kemudian sambil menarik nafas dalam-dalam ia berkata
"Aku mengerti. Kematian-kematian yang telah terjadi di
Kediri karang menjadi tanpa arti. Selama masih ada orangorang
yang menentang penempatan kembali tataran derajat
Kediri, maka selama itu usaha untuk hal itu tidak akan
berhasil" "Tepat" berkata Pangeran Singa Narpada "langkah yang
diambil oleh Pangeran Kuda Permati tidak lebih dari
penyebaran kematian yang sia-sia. Tidak ada apapun yang
akan dicapai meskipun seandainya Pangeran Kuda Permati
berhasil merebut Kediri dengan caranya, karena Singasari
akan dapat melakukan satu langkah yang akan
menyebabkan keadaan Kediri semakin parah. Mungkin
Kediri akan dimusnahkan sampai ke akar-akarnya dan tidak
akan mungkin bangkit kembali"
Arya Rumpit mengerutkan keningnya. Ia kurang
sependapat dengan Pangeran Singa Narpada. Sebagai
senapati yang berjuang atas dasar satu sikap yang diyakini,
maka Arya Rumpitpun berkata "Jika Kediri utuh dan bulat,
maka Singasari tidak akan dapat menindas kekuatan
Kediri" "Satu mimpi yang buruk" berkata Pangeran Singa
Narpada "seolah-olah kita tidak mengetahui kekuatan
Singasari yang sebenarnya. Tetapi jika memang demikian,
maka adalah satu kebodohan yang tidak apat dimanfaatkan,
karena kebodohan itu ternyata akan dapat memusnahkan
Kediri" Arya Rumpit termangu-mangu sejenak Tetapi iapun
Menyadari bahwa perbedaan sikap itu memang sulit untuk
dipertemukan. Dalam kedudukannya maka agaknya tidak
ada gunanya baginya untuk membantah. Pangeran Singa
Narpada tentu juga mempunyai landasan sikap yang kuat.
Karena Arya Rumpit tidak menjawab, maka Pangeran
Singa Narpadapun berkata selanjutnya "Arya Rumpit.
Sebenarnya aku mengharap bantuanmu dalam
kedudukannya. Dalam pertempuran yang telah berlangsung
sekian lama dengan menelan korban sekian banyaknya,
ternyata kita masih belum mencapai satu penyelesaian yang
tuntas. Kami ingin berhubungan dengan orang-orang yang
pernah menjadi landasan kekuatan Pangeran Kuda Permati.
Aku ingin berbicara dengan mereka sehubungan dengan
hilangnya Pangeran Lembu Sabdata. Jika hilangnya
Pangeran Lembu Sabdata itu merupakan atau persiapan
bagi satu kekuatan sebagaimana pernah dilakukan oleh
Pangeran Kuda Permati, maka kau akan dapat
membayangkan, bahwa yang pernah terjadi akan terulang
kembali. Mungkin akan menjadi lebih dahsyat lagi dari
neraka yang pernah dicipta-kan oleh Pangeran Kuda
Permati" Arya Rumpit menarik nafas dalam-dalam. Meskipun ia
berbeda sikap, tetapi iapun mengakui bahwa jika Pangeran
Lembu Sabdata kemudian mengambil langkah seperti
Pangeran Kuda Permati maka yang terjadi tidak akan lebih
berarti dari langkah yang pernah diambil oleh Pangeran
Kuda Permati itu. Seperti Senapati yang mendampingi Pangeran Kuda
Permati pada saat terakhirnya dan menghentikan
perlawanannya terhadap kekuatan Pangeran Singa
Narpada, maka Arya Rumpitpun tidak melihat bahwa
langkah-langkah yang sama akan dapat memberikan arti.
Bahkan ia telah menduga, bahwa langkah yang diambil
oleh Pangeran Singa Narpada dengan mencari keterangan
tentang orang-orang yang pernah melandasi kekuatan
Pangeran Kuda Permati itu adalah karena telah tercium
adanya usaha kearah itu. Untuk beberapa saat lamanya Arya Rumpit itu
termangu-mangu. Ada beberapa macam pertimbangan yang
bergejolak di dalam hatinya. Bagaimanapun juga rasarasanya
sangat berat baginya untuk mengkhianati setiap
pengi kut Pangeran Kuda Permati. Apalagi orang-orang
yang pernah melandasi perjuangan Pangeran Kuda Permati
dengan ilmu dan sipat kandel.
Namun keterangan Pangeran Singa Narpada memang
masuk di akalnya. Orang-orang yang telah memberikan
bekal ilmu dan pusaka kepada Pangeran Kuda Permati Itu,
seakan-akan tidak ikut mengalami betapa pahitnya
perjuangan. Seperti seorang penyabung ayam yang
memasang taji di kaki ayam jantannya. Namun yang
kemudian masuk ke arena dan bertarung sampai mati
adalah ayam itu sendiri. Sementara itu penyabung ayam itu akan mencari ayam
yang lain yang akan dilemparkan pula ke arena untuk mati
atau menang dan memberikan keuntungan yang besar
baginya. "Apakah kau melihat kemungkinan bahwa pusaka
Pangeran Lembu Sabdata atau orang-orang yang berdiri di
belakangnya sebagaimana pada masa Pangeran Kuda
Permati itu akan mencapai satu hasil sebagaimana
diharapkan, atau sekedar menambah angka kematian yang
sia-sia?" Bertanya Pangeran Singa Narpada.
Arya Rumpit menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
katanya "Cara Pangeran memeras keterangan kali ini
ternyata tidak sebagaimana aku duga. Tetapi justru karena
itu agaknya Pangeran telah berhasil. Aku justru merasa
ingin menyebut orang-orang yang Pangeran anggap
landasan perjuangan Pangeran Kuda Permati itu, karena
mereka seakan-akan membiarkan Pangeran Kuda Permati
tenggelam dalam gejolak perjuangannya tanpa berbuat apaapa
selain menonton sebagaimana menonton ayam
sabungannya yang mati diarena. Dan kini mereka telah
mengambil Pangeran Lembu Sabdata untuk dijadikan ayam
sabungan mereka yang baru dan kemudian membiarkannya
mati sebagaimana Pangeran Kuda Permati.
Pangeran Singa Narpada mengerutkan keningnya.
Agaknya Arya Rumpitpun mempunyai penilaian yang
hampir sama meskipun tanpa mengorbankan keyakin
annya, karena sebenarnyalah bahwa Arya Rumpit seakanakan
telah menuntut kepada orang-orang yang melepaskan
Pangeran Kuda Permati berjuang sampai batas
kematiannya. Karena itu, Pangeran Singa Narpada tidak mendesaknya.
Ia menunggu saja sampai saat Arya Rumpit mengucap kan
karena dorongan kehendaknya sendiri. Karena Pangeran
Singa Narpada menyadari, bahwa apabila orang itu
tersinggung, mungkin ia akan membatalkan niatnya. Jika
demikian maka tidak akan ada cara untuk dapat memeras
keterangannya bahkan sampai kematiannya sekalipun.
Justru karena Pangeran Singa Narpada tidak menyahut
atau bahkan mendesaknya, maka Arya Rumpit telah
bercerita tentang orang-orang yang telah mendorong dan
kemudian memberikan bekal ilmu kepada Pangeran Kuda
Permati. Katanya kemudian "Nah, jika Pangeran ingin bertindak
atas mereka, lakukan. Pangeran Singa Narpada termangu-mangu. Keterangan
yang diberikan oleh Arya Rumpit itu sesuai dengan
keterangan Senapati yang pada saat pergolakan terjadi


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dekat dengan Pangeran Kuda Permati, yang telah
menghentikan perlawanan setelah Pangeran Kuda Permati
terbunuh justru oleh isterinya sendiri.
Arya Rumpitpun telah menyebut pula tiga orang
sebagaimana pernah dikatakan oleh Senapati itu Dan Arya
Rumpitpun telah menunjukkan padepokan mereka masingmasing.
Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Kemudian katanya "Aku percaya sepenuhnya kepadamu
Arya Rumpit. Aku berterima kasih karena kau telah
bersedia membantu aku, meskipun dengan tujuan yang lain.
Tetapi keteranganmu itu telah memberikan batasan,
kemana sebaiknya aku bergerak, meskipun da kemungkinan
justru bukan ketiga orang itu yang ielr. jlakukannya.
"Memang mungkin Pangeran. Tetapi jika yang
melakukannya orang lain, maka aku tidak akan dapat
memberikan petunjuk apapun juga" Berkata Arya Rumpit.
"Baiklah. Aku akan mulai dengan ketiga orang itu"
jawab Pangeran Singa Narpada.
"Tetapi Pangeran harus berhati-hati. Aku tahu bahwa
Pangeran Singa Narpada memiliki ilmu yang sulit dicari
bandingnya. Tetapi ketahuilah Pangeran, bahwa ketiga
orang itu, atau seorang-seorang diantara mereka, adalah
orang-orang yang melampaui tataran orang kebanyakan.
Mereka seakan-akan memiliki ilmu iblis yang nggegirisi"
"Aku akan mencobanya" sahut Pangeran Singa Narpada
mudah-mudahan aku dapat menemukannya.
"Iblis-iblis itu tidak sendiri di dalam padepokan mereka.
Mungkin ada putut atau cantrik terpercaya yang juga
memiliki ilmu. Karena itu, Pangeran jangan membawa
pengawal biasa, atau jika Pangeran membawa pengawal
prajurit, bawalah pasukan segelar sepapan. Kepung
padepokan itu satu demi satu dan hancurkan mereka
sampai ke-akarnya" Berkata Arya Rumpit.
"Nampaknya kau mendendam" desis Pangeran Singa
Narpada yang baru dapat diucapkannya setelah Arya
Rumpit menyebut ketiga orang yang dimaksud.
Wajah Arya Rumpit menegang. Namun ia menjawab
dengan jujur "Ya. Justru mereka tidak melibatkan diri
langsung setelah Pangeran Kuda Permati terseret oleh arus
pemberontakannya, sehingga kematiannya" jawab Arya
Rumpit. Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Tugas yang terbentang dihadapannya ternyata akan
merupakan beban yang memang berat dan sulit untuk
diselesaikan. Tetapi tidak ada tugas yang diingkari oleh
Pangeran Singa Narpada. Sejenak kemudian maka katanya kemudian "Aku
berterima kasih kepadamu, Arya Rumpit. Barangkali kau
dapat memperalat aku untuk melepaskan dendammu.
Tetapi sebenarnya aku sendiri sangat berkepentingan.
Mungkin salah seorang diantara merekalah yang telah
mengambil Pangeran Lembu Sabdata"
"Silahkan Pangeran" berkata Arya Rumpit kemudi an
"Mudah-mudahan Pangeran berhasil, sehingga Pangeran
Lembu Sabdata tidak akan menjadi ayam sabungan yang
kedua yang akan dilemparkan sampai mati ke arena"
Dengan demikian, maka Arya Rumpitpun telah
dikembalikan ke dalam bilik tahanannya, sementara
Pangeran Singa Narpada sempat berbincang dengan Mahisa
Bungalan ketika ia berada di istananya kembali.
"Apakah kita akan pergi ke padepokan-padepokan itu?"
bertanya Mahisa Bungalan.
"Ya. Kita akan pergi. Tidak banyak padepokan yang
harus kita datangi. Hanya tiga. Mudah-mudahan kita akan
berhasil berkata Pangeran Singa Narpada.
"Mudah-mudahan Pangeran Lembu Sabdata ada di
salah satu diantara ketiga padepokan yang disebut itu"
jawab Mahisa Bungalan. "Tetapi aku harus berbicara dengan Sri Baginda. Mudahmudahan
Sri Baginda tidak berkeberatan jika aku
meninggalkan Kediri. Mungkin tidak terlalu lama, tetapi
mungkin kita tidak akan kembali" berkata Pangeran Singa
Narpada. "Kenapa?" bertanya Mahisa Bungalan.
"Arya Rumpit telah mengatakan, bahwa padepokanpadepokan
itu merupakan tempat-tempat yang sangat
berbahaya bagi orang-orang yang tidak dikehendaki. Orangorang
yang disebut oleh Arya Rumpit dan Senapati yang
terdekat dengan Pangeran Kuda Permati itu adalah orangorang
yang sangat berbahaya"
Jawab Pangeran Singa Narpada "Tetapi itu adalah
tanggung-jawab seorang prajurit"
Mahisa Bunganpun menarik nafas dalam-dalam. Ia pun
menyadari bahwa salah satu kemungkinan yang dapat
terjadi dengan tugasnya adalah kematian.
Demikianlah keduanya telah bersepakat untuk mencari
orang-orang yang sudah disebut oleh Arya Rumpit.
Meskipun mungkin yang akan mereka dapatkan sekedar
keterangan, namun jika keterangan itu dapat memberikan
kejelasan mengenai masalah yang dihadapi oleh Kediri,
maka keterangan itu akan menjadi sangat berarti.
Namun yang harus dilakukan lebih dahulu oleh
Pangeran Singa Narpada adalah mohon diri kepada Sri
Baginda, sementara itu ia harus menghubungi para
Panglima di perbatasan Kota Raja untuk bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan.
Ketika Pangeran Singa Narpada menghadap Sri Baginda,
maka seperti yang diduganya, Sri Baginda merasa agak
berkeberatan untuk memberikan ijin kepada Pangeran Singa
Narpada untuk meninggalkan Kota Raja.
"Jika terjadi sesuatu, maka tidak ada orang yang dapat
aku ajak berbincang sekarang ini" berkata Sri Baginda.
"Sebenarnya Sri Baginda tidak perlu mencemaskan
keadaan sekarang ini. Suasananya menjadi semakin baik.
Sementara itu kesiagaan prajurit di daerah perbatasan
menjadi semakin mantap" Pangeran Singa Narpada
berusaha meyakinkan "Panji Sempana Murti adalah
seorang Senapati yang dapat dipercaya, sementara itu
Senapati yang lain diperbatasan juga telah menjadi semakin
baik dalam tugasnya"
Sri Baginda masih juga ragu-ragu. Namun Pangeran
Singa Narpada menjelaskan "Sri Babinda. Sementara ini
hamba telah mengamati perkembangan keadaan. Sudah
tentu jika terjadi satu gerakan, maka hal itu tidak akan
dapat dilakukan dengan tiba-tiba. Satu kekuatan tentu harus
disusun, sehingga baru kemudian gerakan itu dapat
dilakukan. Sementara kekuatan itu disusun, maka para
petugas sandi Kediri yang semakin tajam mengamati
keadaan setelah pengalaman pahit yang terjadi baru-baru
ini, tentu akan dapat menciumnya"
Sri Beginda mengangguk-angguk. Namun kemudian ka
tanya "Aku mengerti. Tetapi akupun mencemaskan dalam
tugasmu yang berat itu. Apakah tidak ada orang lain yang
dapat kau percaya untuk pergi. Sementara kau bersiap-siap
menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
sepeninggal Pangeran Lembu Sabdata?"
Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Katanya kemudian "Sri Baginda. Dalam tugas yang berat
ini, hamba tidak akan dapat sekedar mempercayakan
kepada orang lain. Memang mungkin hamba tidak akan
dapat kembali karena hamba gagal keluar dari tugas ini
dengan selamat. Tetapi masih ada beberapa orang Senapati
yang dapat dipercaya. Pangeran-pangeran yang lain, jika Sri
Baginda menunjuknya dengan dukungan para Senapati
akan dapat menyelesaikan persoalan, Sedangkan jika Sri
Bloon Cari Jodoh 4 Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Gadis Hari Ke Tujuh 4
^