Pencarian

Misteri Menara Berkabut 2

Raja Naga 03 Misteri Menara Berkabut Bagian 2


muncul di hadapanku!!"
Orang yang tahu-tahu telah berdiri di hadapannya menyeringai lebar. Lalu sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya orang itu berkata, "Ayuni Laksmi... mengapa kau
harus gusar melihatku" Bukankah seharusnya kau merasa gembira?"
* * * Sepasang rahang Nenek Konde Satu menggembung. Lalu terdengar kertakannya keras-
keras. Kepalanya diangkat penuh keangkuhan dan kemarahan.
"Bagus kau berani muncul! Sekarang sudah tiba saatnya untuk membalas semua
perlakuan busukmu kepadaku!!"
Kakek berjubah jingga itu hanya
tersenyum, yang semakin membuat muak Nenek Konde Satu.
"Lama kita tak berjumpa... dan baru kali ini kita bertemu lagi. Lantas...
mengapa kau menjadi marah-marah seperti itu" Bukankah seharusnya kau senang
berjumpa denganku" Keberadaanmu di sini sudah menunjukkan kalau kau
merindukanku, bukan?"
"Keparat! Aku datang untuk menuntut balas atas semua perbuatanmu dulu!"
bentak Nenek Konde Satu. Lalu diam-diam
membatin, "Aneh... bagaimana caranya tahu-tahu dia bisa berada di hadapanku"
Aku sama sekali tak mendengar
kehadirannya?"
Hantu Menara Berkabut menyeringai.
Masih menyeringai dia berkata, "Ayuni Laksmi... kau masih tetap saja jelita
seperti dulu. Ayolah... datanglah ke dekapanku, kita bersenang-senang seperti
yang dulu kita lakukan setiap hari...."
"Tutup mulutmu! Hantu Menara Berkabut, kau tentunya tahu maksud kedatanganku ke
sini!" bentak Nenek Konde Satu gusar. Tatapannya tajam meradang.
"Sudah tentu kau akan melepaskan kerinduanmu kepadaku, bukan?"
Mendengar kata-kata itu semakin
mengkelap wajah Nenek Konde Satu yang bernama asli Ayuni Laksmi. Dada tipisnya
bergerak-gerak pertanda kemarahan sudah menjulang tinggi.
Tangan kanannya terangkat menuding,
"Kau telah memperalatku untuk menyakiti Bandung Sulang! Manusia keparat! Tak
pernah kuketahui sebelumnya kalau kau adalah musuh besar Bandung Sulang
sebelumnya! Hingga..."
"Mengapa baru kau persoalkan sekarang" Apakah kau marah karena kutinggalkan
begitu saja?"
"Kau meninggalkanku karena merasa semua yang kau lakukan sudah cukup!
Bandung Sulang sudah mengundurkan diri dan menyembunyikan diri dalam siksaan
batin yang tinggi!"
"Itu bukan urusanku! itu adalah urusannya!"
"Tetapi semua gara-gara kau! Kau sengaja memperalatku, membujuk dan merayuku
untuk meninggalkan Bandung Sulang, karena kau ingin melihat Bandung Sulang
menderita batin!"
Sepasang mata Hantu Menara Berkabut mendadak menajam.
"Itu dikarenakan kebodohanmu sendiri!
Pada dasarnya kau memang memiliki sifat pengkhianat! Kau sendiri yang terlena
dan jatuh ke pelukanku! Apakah selama ini aku pernah memaksamu"!"
Nenek Konde Satu terdiam. Dadanya makin digemuruhi amarah tinggi.
"Keparat!!"
"Dan sungguh mengherankan, kalau kau yang selama bertahun-tahun juga
mendapatkan kenikmatan yang sama, karena kita selalu saling members, kini muncul
dengan amarah membludak! Apakah ini bukan tindakan yang lebih memperlihatkan
kebodohanmu, Ayuni Laksmi"!"
"Setaaannn"
Nenek Konde Satu sudah tak dapat
menahan amarahnya lagi, Tangan kanannya didorong ke depan.
Wussss!! Serta merta menghampar gelombang
angin berkekuatan tinggi ke arah Hantu Menara Berkabut yang menyipitkan matanya.
Lalu dengan sekali kibasan tangan, gelombang angin itu dapat diputuskan di
tengah jalan. Blaaaamm!! "Terkutuk! Aku tak akan pernah tenang sebelum melihat kau mampus, Manusia
keparat!!"
Dengan kemarahan menjadi-jadi Nenek Konde Satu melesat ke depan. Kaki kanannya
melepaskan tendangan dahsyat.
Ditempatnya Hantu Menara Berkabut menggeram, "Jahanam! Perempuan satu ini
seharusnya sudah dari dulu kubunuh!
Tetapi bila dulu kulakukan sudah tentu aku tak akan merasakan kepuasan seperti
sekarang! Hemm... biar dia bermain-main dulu melampiaskan kemarahannya!"
Bersamaan kata-kata terakhirnya,
Hantu Menara Berkabut cepat mengangkat tangan kanannya, menghadang tendangan
dahsyat itu. Bukkk!! Sosok Nenek Konde Satu kontan
terpental balik dan terjajar tiga
langkah. Namun kejap itu pula dengan wajah yang semakin mengkelap, dia sudah
menghentakkan kakinya di atas tanah.
Bersamaan tanah yang menghambur cukup tinggi, sosoknya sudah melompat kembali
dan membuat gerakan berputar dua kali di udara. Kejap lain tiba-tiba dia sudah
meluruk dengan kaki kanan kiri melepaskan tendangan dahsyat sekaligus! Dua
gelombang angin sudah mendahului tenda-ngannya, pertanda tendangan kaki kanan
kirinya itu sarat dengan tenaga dalam tinggi!
Hantu Menara Berkabut kertakkan
rahangnya, karena sadar kalau Nenek Konde Satu tak bertindak ayal. Dia cepat
melesat ke udara. Kaki kanan kirinya disentakkan berkali-kali.
Blaam! Blaaamm! Blaaammm!!
Tempat itu beberapa saat dibuncah dengan terdengarnya benturan keras beberapa
kali. Bersamaan letupan yang terakhir terdengar, Nenek Konde Satu berseru
tertahan. Sosoknya terpental di udara lalu melayang dan jatuh terduduk dengan
mata terpejam terbuka. Sementara itu kedua kakinya bergetar keras.
Di pihak lain Hantu Menara Berkabut sudah berdiri tegak di atas tanah.
Kendati nampak tak kurang suatu apa, kedua kakinya jelas kelihatan sedikit
bergetar. Nenek Konde Satu cepat mengatur napas dan mengerahkan tenaga dalamnya. Lalu dengan pandangan sengit melirik pada Hantu Menara
Berkabut yang sedang menyeringai.
"Jahanam itu memang bukan tandingan ku! Tetapi aku tak peduli! Malam ini, mati
pun aku rela, agar berhasil
melampiaskan kemarahanku dan dendam Bandung Sulang!"
Habis memaki demikian, Nenek Konde Satu tiba-tiba sudah melompat ke depan.
Kedua kakinya kembali digerakkan.
Wuutt! Wuuttt!!
Dari sepasang kakinya melesat dua gelombang dahsyat yang keluarkan deruan keras.
Hantu Menara Berkabut kembali
mengertakkan rahangnya.
"Dia terlalu keras kepala! Dan bisa menjadi duri bila tidak kuselesaikan
sekarang! Kutukan Bandung Sulang masih menjadi pikiranku!"
Bersamaan dia membatin demikian, kali ini didorong tangan kanan kirinya.
Kembali benturan dahsyat beberapa saat terjadi. Tempat itu seperti
diguncang kiamat kecil. Bahkan lumpur-lumpur yang agak jauh dari sana
bermuncratan ke udara.
Sosok Nenek Konde Satu terbanting deras di atas tanah, bergulingan dan akhirnya
berhenti setelah menabrak sebuah pohon yang kemudian bergetar. Dari mulutnya
tampak rembesan darah.
Walaupun sudah terluka dalam, Nenek Konde Satu masih berusaha berdiri.
Kekeras kepalaannya yang didasari karena penyesalan dan dendamnya telah
membuatnya menjadi seliar dan seganas harimau betina.
"Aku tak akan pernah tenang sebelum melihat kau mampus!"
Di pihak lain Hantu Menara Berkabut sudah dirundung kemarahan tinggi. Apa yang
diperlihatkan Nenek Konde Satu membuatnya meradang.
"Perempuan keparat! Kau tak tahu diuntung rupanya!" bentaknya gusar. Lalu
berseru semata untuk menyiksa batin Nenek Konde Satu, "Seharusnya kau tak perlu
gusar karena secara tak langsung aku telah menolong Bandung Sulang! Bila dia
akhirnya berhasil memperistrimu berarti dia telah memasukkan sebelah kakinya ke
dalam neraka! Hidup bersama perempuan berjiwa pengkhianat, hanya orang bodoh
yang mau melakukannya!"
Meledak kemarahan Nenek Konde Satu.
Mulutnya meracau hingga percikan-percikan ludah yang bercampur darah keluar.
"Mampuslah kau, Manusia jahanam!!"
Dengan keganasan yang sama Nenek Konde Satu melesat ke depan. Masih berada di
udara, dia langsung menyentakkan kedua tangan dan kakinya secara bersamaan.
Hingga gelombang angin dahsyat menderu-deru ke arah Hantu Menara Berkabut.
"Pukulan 'Inti Langit'!" serunya
tertahan. Segera kakek berjubah jingga ini mundur dua tindak. Lalu ditarik napas
kuat-kuat. Bersamaan dihembuskan napasnya dengan cara disentak, kedua tangannya
didorong pula. Terdengar deruan keras memburu ke arah Nenek Konde Satu.
Benturan yang sangat dahsyat yang membuat tanah muncrat dan membubung tinggi
terjadi. Dari gumpalan tanah yang menghalangi pandangan itu, mencelat sosok
Nenek Konde Satu dan untuk kedua kalinya terbanting di atas tanah! Dadanya
terasa mau pecah. Kedua tangan dan kakinya seperti tak kuasa untuk digerakkan!
Di pihak lain, Hantu Menara Berkabut terseret ke belakang. Masih terseret ke
belakang digerakkan tangan kanan kirinya ke atas. Lalu....
"Heeeh!!"
Diarahkan kedua telapak tangannya itu ke atas tanah tepat di depan kedua
kakinya. Bersamaan tanah yang muncrat, tubuhnya
yang terseret tiba-tiba
berhenti. "Keparat sial!!" makinya dengan wajah memerah padam.
Nenek Konde Satu mengangkat wajahnya.
Tatapannya angkuh dan tajam. Lalu dia menyeringai.
"Kau harus mampus di tanganku!
Harus!" "Setan perempuan! Kau yang akan kukirim ke neraka sekarang juga!"
Belum habis bentakan itu terdengar, Hantu Menara Berkabut sudah melompat sembari
mendorong tangan kanan kirinya.
Nenek Konde Satu menggeram. Dia masih berusaha untuk menahan kedua pukulan itu.
Tetapi karena tenaganya telah terkuras, apa yang dilakukannya hanyalah sebuah
kesia-siaan belaka.
Des! Des!! Nenek Konde Satu terlempar ke
belakang dan melolong panjang laksana hendak merobek langit. Namun laksana
dibetot setan, lolongannya itu putus
seketika. Tubuhnya masih tetap terlempar ke belakang sebelum akhirnya terhempas
jatuh di atas tanah. Tubuhnya mengejang-ngejang beberapa saat dan di saat lain
diam tak bergerak. Nyawa nenek yang pernah diperalat oleh Hantu Menara Berkabut
ini telah putus!
Hantu Menara Berkabut menggeram
pendek. "Itulah akibatnya berani menantangku!
Kau seharusnya menyadari siapa dan mengapa aku mendekatimu dulu! Dasar bodoh!
Dasar pengkhianat! Kau justru melibatkan diri dalam asmara palsu yang
kuberikan!!"
Kemudian Hantu Menara Berkabut
merangkapkan kedua tangannya di depan
dada. Dalam keadaan berdiri diatur napas dan dikerahkannya tenaga dalamnya.
Beberapa saat berlalu dalam keheningan.
Bersamaan terdengar suara burung malam yang serak, Hantu Menara Berkabut telah
menurunkan kedua tangannya.
"Satu lagi orang yang berani menantangku telah mampus! Huh! Kini tinggal
menunggu kabar dari Dadung Bongkok dan Ratu Sejuta Setan tentang putra Pendekar
Lontar dan Dewi Lontar!"
desisnya sambil memandang mayat Nenek Konde Satu.
Mendadak dia melangkah mendekati
mayat itu. Lalu disertai dengusan tinggi, disepaknya.
Wusss!! Mayat Nenek Konde Satu melayang deras dan jatuh di atas lumpur. Untuk beberapa
saat mayat itu mengambang namun lama kelamaan lenyap tertelan lumpur hidup itu.
Hantu Menara Berkabut terdiam dengan mata menyipit.
"Kutukan Bandung Sulang tak bisa kupandang remeh! Sebelum aku mengetahui secara
pasti apakah putra Pendekar Lontar masih hidup atau sudah mampus, aku tetap tak
akan tinggal diam! Tak akan
kujalankan rencanaku
sebelum berhasil
mengetahui keadaannya!"
Dibawanya pandangannya ke sekeliling,
ke tempat yang sangat dikenalinya.
"Sebaiknya... aku menunggu di Menara Berkabut...."
Lalu dengan setengah berlari Hantu Menara Berkabut menuju ke arah kanannya.
Di sebuah balik ranggasan semak, dia berhenti melangkah. Dipandanginya ke
sekeliling dengan seksama. Kemudian di sibakkannya semak belukar itu.
Ditemukannya sebuah pengait terbuat dari baja.
Diangkatnya baja itu yang seketika ter-pampang sebuah lubang yang cukup besar.
Setelah memperhatikan sekelilingnya dia segera masuk ke sana.
Melalui jalan itulah Hantu Menara Berkabut tahu-tahu muncul di hadapan Nenek
Konde Satu! * * * 6 RAJA Naga yang tiba di sebuah jalan setapak menghentikan langkahnya tatkala
melihat dua sosok tubuh yang sedang berlari. Dalam sekali lihat saja dia sudah
mengenali keduanya.
"Dewi Bunga Mawar! Dan kakek berjubah hitam itu.... Astaga! Bukankah dia Iblis
Telapak Darah"!" desisnya kemudian.
"Hemm... rupanya mereka bersahabat!"
Pikiran yang singgah di benak murid
Dewa Naga ini membuatnya mengerutkan kening. Otaknya berpikir keras untuk
mendapatkan jawaban dari apa yang dipikirkannya barusan.
"Kalau begitu... apakah aku salah menduga tentang Dewi Bunga Mawar" Semula aku
berpikir kalau gadis itu hanya terkena pengaruh gurunya belaka, hingga dia
bersikap seperti yang kulihat beberapa hari lalu. Tindakannya yang mendadak
menjadi berang tatkala kukatakan kalau dia terkena pengaruh gurunya, bisa jadi
hanyalah kebohongan belaka."
Boma Paksi tak meneruskan ucapannya.
Keningnya berkerut, terus memikirkan apa yang ada di otaknya.
"Yang kutahu sekarang kalau Dewi Bunga Mawar sedang mencari Lembah Naga.
Di sanalah guruku tinggal. Dan satu hal lagi, bisa jadi kalau dia juga
diperintahkan untuk melacak keberadaanku. Guru telah melontarkan ancaman pada
Dadung Bongkok dua belas tahun silam kalau akulah yang akan membalas segala
perbuatannya. Dan sekarang... gadis itu bersama-sama dengan Iblis Telapak
Darah!" Tatapan angker dari pemilik mata yang kedua lengannya sebatas siku bersisik
coklat ini menyalang dalam. Seperti hendak menelan siapa saja yang dilihatnya.
Kejap kemudian digeleng-gelengkan
kepalanya. "Tidak! Aku tak boleh mengambil kesimpulan seperti itu! Bisa jadi kalau Dewi
Bunga Mawar memang sebenarnya tak tahu urusan! Iblis Telapak Darah tentunya sama
keji dan liciknya seperti Dadung Bongkok! Tentunya dia telah menceritakan apa
yang dialaminya, dan akan membuat Dewi Bunga Mawar semakin
murka terhadapku! Ah, urusan ini justru menjadi runyam..."
Sesaat Raja Naga
terdiam dengan tatapan tak berkedip ke depan, sebelum meneruskan kata-katanya pada dirinya
sendiri, "Aku tak boleh mengambil


Raja Naga 03 Misteri Menara Berkabut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesimpulan sebelum kuketahui apa yang terjadi. Sebaiknya... kususul saja
keduanya. Barangkali mereka membawaku ke tempat yang kutuju. Dan sungguh
kebetulan keduanya berlari ke arah timur...."
Memutuskan demikian, pemuda dari
Lembah Naga ini sudah mengempos tubuhnya untuk menyusul kedua orang yang
dilihatnya. Sementara itu jauh di depan, sambil berlari gadis berpakaian putih bersih itu
berseru, "Mengapa kau mengajakku ke Menara Berkabut, Iblis Telapak Darah?"
"Dewi... keadaan sudah semakin kacau balau! Kita sama-sama tahu kalau putra
Pendekar Lontar masih hidup! Aku yakin gurumu tentunya juga ingin mengetahui
tentangnya!"
"Tapi aku harus ke Lembah Naga! Guru bisa murka bila aku tak segera
menjalankan perintahnya!"
Iblis Telapak Darah yang di tengah perjalanan mengusulkan untuk ke Menara
Berkabut segera menjawab, "Kau tak perlu khawatir! Percayalah, gurumu tak akan
marah!" "Tetapi mengapa kita harus ke Menara Berkabut"!"
"Hantu Menara Berkabut adalah junjunganku! Sebenarnya aku dan Iblis Penghancur
Raga hendak menuju ke sana!
Tetapi karena kemunculan Dua Serangkai Jubah Hijau dan pemuda berompi ungu itu,
banyak waktuku yang terbuang!"
Diah Harum tak menjawab, dia terus berlari, seperti menyongsong matahari yang
semakin meninggi. Lalu serunya,
"Iblis Telapak Darah! Kau adalah sahabat guruku, tetapi aku merasa tak pasti
kalau kau lebih mengenal guruku daripada aku sendiri!"
"Gadis ini masih ketakutan kalau gurunya marah karena dia tidak menuju ke Lembah
Naga! Hemm... aku harus berusaha meyakinkannya. Karena biar bagaimanapun juga,
aku berharap Dadung Bongkok akan membantuku untuk membunuh Raja Naga. Di samping
itu, Hantu Menara Berkabut akan kujadikan sebagai tumpuan yang terakhir
mengingat kesaktian pemuda bersisik coklat itu begitu tinggi!" kata Iblis
Telapak Darah dalam hati. Sadar kalau Dewi Bunga Mawar sedang menunggu
jawabannya dia segera berkata, "Dewi Bunga Mawar! Mungkin aku tak lebih mengenal
Dadung Bongkok ketimbang kau sendiri! Tetapi percayalah dia tidak akan gusar
dengan apa yang kau lakukan! Bahkan dia akan gembira setelah mendengar ceritamu
nanti!" "Lantas... mengapa kita harus ke Menara Berkabut?"
"Karena aku yakin gurumu berada di sana! Paling tidak, dia baru dari sana!"
"Hei! Bagaimana kau bisa mengambil kesimpulan seperti itu?"
Iblis Telapak Darah sesat terdiam sebelum kemudian berkata, "Percayalah!
Aku mengandalkan naluriku!!"
Kali ini Dewi Bunga Mawar tak
menjawab. Hati si gadis masih kebat-kebit mengingat dia tak segera menjalankan
perintah gurunya. Bahkan sebelum
ditemukannya Lembah Naga, dia justru mau mengikuti usulan dari lelaki berjubah
hitam ini untuk menuju ke Menara
Berkabut. "Ah... bagaimana dia bisa
berkesimpulan Guru baru saja dari Menara Berkabut atau berada di sana" Apakah
sebenarnya Iblis Telapak Darah diperintah
oleh Guru untuk mencariku" Dan membawaku ke Menara Berkabut?"
Hati Dewi Bunga Mawar semakin
diliputi banyak pertanyaan. Tetapi segera ditindihnya berbagai pertanyaan itu.
Lalu terus disejajarkan larinya di samping kiri Iblis Telapak Darah.
Di pihak lain, Iblis Telapak Darah diam-diam menarik napas lega karena tak lagi
banyak mendengar berondongan pertanyaan dari murid Dadung Bongkok.
Keduanya terus berlari ke arah timur.
Setengah penanakan nasi kemudian, masing-masing orang menghentikan lari mereka
di sebuah tempat yang agak lapang dan dipenuhi ranggasan semak belukar.
Bukan karena tempat itu yang membuat keduanya hentikan langkah, tetapi sosok
perempuan tua kontet berkulit hitam legam yang telah berdiri sejarak dua belas
langkah di hadapan mereka itulah yang menyebabkannya.
"Ratu Sejuta Setan...," desis Iblis Telapak Darah dalam hati. Wajahnya tiba-tiba
dihiasi butiran keringat.
Di pihak lain Dewi Bunga Mawar
memicingkan matanya dalam-dalam.
"Rasa-rasanya... Guru pernah bercerita kalau dia memiliki seorang sahabat persis
seperti ciri yang ada pada perempuan kontet itu...."
Perempuan tua itu sendiri, menger-
takkan rahangnya. Matanya memandang tak berkedip pada masing-masing orang. Lalu
ditujukan pada Iblis Telapak Darah yang diam-diam menahan napas.
"Orang busuk berjubah hitam! Tak kusangka kalau kita akan berjumpa lagi di sini!
Kendati kita tak punya silang urusan, tetapi melihat gadis itu berada di
sampingmu, aku yakin kalau kau punya maksud busuk padanya!"
Ditembak seperti itu iblis Telapak Darah sejenak gelagapan sebelum dia menindih
rasa tegangnya. Buru-buru dia tersenyum.
"Ratu Sejuta Setan... apakah kau tidak tahu ke mana arah yang kutuju saat ini,
hingga kau berani melontarkan ucapan lancang seperti itu?"
Sementara Ratu Sejuta Setan
mendengus, Dewi Bunga Mawar membatin,
"Ratu Sejuta Setan... ya, ya... aku ingat kalau perempuan tua kontet inilah yang
memang pernah diceritakan Guru sebagai salah seorang sahabatnya."
"Menuju ke arah timur berarti sedang menuju ke Menara Berkabut! Orang licik
seperti kau tentunya punya maksud tertentu untuk tiba di sana!" sahut Ratu
Sejuta Setan. "Kata-kata perempuan tua keparat ini dapat menggagalkan seluruh
rencanaku. Dewi Bunga Mawar bukanlah gadis bodoh.
Kalau begitu aku harus berusaha untuk memutar balikkan omongan...."
Lalu berhati-hati Iblis Telapak Darah berkata, "Ratu Sejuta Setan... apakah kau
tidak tahu siapa gadis yang berdiri di sebelah ku ini"! Dia adalah murid sahabat
ku yang tentunya juga sahabat mu...."
"Jangan berbelit-belit!"
Iblis Telapak Darah tersenyum.
"Dia adalah murid Dadung Bongkok!"
sahutnya tenang. Begitu dilihatnya sesaat kedua mata Ratu Sejuta Setan membuka,
segera disambungnya dengan ucapan lebih tenang, "Apakah kau berpikir aku akan
melakukan tindakan lancang seperti yang kau tuduhkan?"
Untuk sesaat Ratu Sejuta Setan tak bersuara. Dipandanginya Dewi Bunga Mawar yang
tersenyum karena merasa senang berjumpa dengan salah seorang sahabat gurunya
yang lain. "Kalau memang apa yang dikatakan orang berjubah itu benar, berarti gadis itulah
yang dimaksud oleh Dadung Bongkok saat mendatangi Menara Berkabut. Aku tak tahu
bagaimana Iblis Telapak Darah bisa bersama-sama dengannya. Tentunya orang itu
punya pikiran licik yang memang selalu ada di kepalanya. Tapi...."
Memutus jalan pikirannya sendiri, Ratu Sejuta Setan berseru, "Bagus kalau kau
memang murid Dadung Bongkok!
Lantas... apa yang kau lakukan bersama dengan manusia keparat Ini"!"
Dewi Bunga Mawar sesaat melirik Iblis Telapak Darah yang sedang menindih
kegeramannya, lalu katanya pada Ratu Sejuta Setan, "Sebelumnya Guru memerintah
ku untuk mendatangi Lembah Naga! Kendati aku tahu apa yang diperintahkan Guru,
tetapi aku tak mengerti...."
"Jangan berbelit-belit!"
Dewi Bunga Mawar sesaat merapatkan mulutnya mendengar bentakan orang. Gadis yang
panasan ini tak segera buka mulut.
Dipandanginya perempuan tua kontet itu dengan seksama.
Lalu sambil menindih gusarnya dia berkata, "Aku bersamanya karena hendak
menjumpai guruku!"
"Iblis Telapak Darah... kudengar kau juga hadir di rumah duka dua belas tahun
yang lalu?"
"Aku hadir di sana bersama sahabatku Iblis Penghancur Raga...."
"Sejak tadi aku ingin menanyakan di manakah sahabatmu itu berada!"
Iblis Telapak Darah mendadak
menggeram. Kedua tangannya mengepal kuat-kuat.
"Sahabatku telah mampus dibunuh oleh putra Pendekar Lontar!"
Mendengar jawaban itu Ratu Sejuta Setan hanya memperdengarkan dengusan.
"Dan kau sekarang justru membawa pemuda bersisik coklat itu ke tempat yang
ditujunya"! Keparat betul! Kau bukannya dapat mempengaruhi Hantu Menara Berkabut
seperti yang kau niatkan! Tetapi kau akan dihancurkan oleh Hantu Menara
Berkabut!"
Mendengar kata-kata itu, Iblis
Telapak Darah segera memperhatikan sekelilingnya dengan paras tegang. Di pihak
lain Dewi Bunga Mawar hanya memandangi
perempuan tua kontet di
hadapannya. "Mengapa tahu-tahu dia berkata begitu?" desisnya dalam hati. "Ucapannya selalu
tajam menyelekit, tetapi Iblis Telapak Darah tidak berani memperlihatkan
ketersinggungannya!"
Ratu Sejuta Setan berseru gusar,
"Lelaki berjubah! Kau terlalu tolol melakukan tindakan seperti ini hingga kau
tidak tahu kalau ada seseorang yang mengikutimu!"
Kalau sebelumnya Iblis Telapak Darah memandangi sekitarnya dengan tegang, kali
ini dia nampak bersiaga.
Justru Dewi Bunga Mawar yang
mengerutkan keningnya lagi.
"Ada orang yang mengikuti?" desisnya pelan. Sebelum disambungnya lagi kata-
katanya, terdengar suara dengungan keras dari sisi kanannya!
Wussss!! Gelombang angin dahsyat sudah
menggebrak ke arah salah satu ranggasan semak belukar yang tak jauh dari
tempatnya! Seiring letupan terdengar dan
muncratnya ranggasan semak itu ke udara, satu sosok tubuh telah melenting lebih
dulu dan hinggap di atas tanah dengan kedua kaki tegak! Tatapan sosok tubuh ini
angker, nyalang dan tajam. Terutama pada Iblis Telapak Darah dan Ratu Sejuta
Setan! "Boma!!" terdengar seruan Dewi Bunga Mawar tertahan.
* * * Sosok tubuh yang melenting dari balik ranggasan semak itu dan bukan lain Boma
Paksi alias Raja Naga adanya,
memperlihatkan senyuman angker. Matanya ditujukan pada Ratu Sejuta Setan.
"Perempuan tua kontet! Kau tadi berkata hendak membunuh putra Pendekar Lontar!
Sekarang aku telah berada di sini! Apakah kau akan tetap melaksanakan
tujuanmu"!"
Sebagai tanggapan suara dingin itu Ratu Sejuta Setan terkikik.
"Sudah tentu aku akan membasmi semua keturunan Pendekar Lontar dan Dewi Lontar!
Tak terkecuali kau adanya! Perlu
kau ketahui, aku juga hadir pada kematian ayahmu dua belas tahun yang lalu! Aku
datang untuk meminta pusaka milik ayahmu!
Sekarang katakan padaku, di mana pusaka itu berada"!"
"Tentunya yang dimaksud dengan pusaka itu adalah gumpalan daun lontar yang kini
ada di balik pakaianku. Aku belum tahu apa kegunaan benda pusaka ini. Dadung
Bongkok juga menginginkan benda yang sama sampai dia membunuh ibuku."
Usai membatin Raja Naga berseru,
"Kendati kau pernah melakukan tindakan makar terhadap kedua orangtuaku, kau
bukanlah orang yang kutuju!"
"Dengan kata lain kau ngeri
menghadapiku"!"
Tatapan itu semakin angker bersinar.
"Perempuan tua kontet! Lebih baik menyingkir sebelum kau menyesali keadaan!
Aku hanya mencari Dadung Bongkok yang telah membunuh ibuku! Dan mencari Hantu
Menara Berkabut yang telah membunuh ayahku!"
"Kedua orangtuamu telah tewas, dan sekarang kau unjuk gigi di hadapanku!
Katakan, di mana pusaka gumpalan daun lontar itu berada"!"
"Kendati aku tahu di mana benda yang kau inginkan itu berada, tetapi tak akan
pernah kuucapkan sesuatu pun mengenai benda itu!"
"Setan jahanam! Berarti kau ingin mampus"!"
"Sekali lagi kukatakan, aku hanya punya urusan dengan Dadung Bongkok dan Hantu
Menara Berkabut!" suara itu semakin dingin. "Tetapi aku bisa berkompromi
denganmu! Katakan di mana kedua manusia dajal itu, maka akan kukatakan padamu di
mana gumpalan daun lontar milik mendiang ayahku yang kau inginkan"!"
Mendengar kata-kata pemuda bermata angker itu, ketamakan Ratu Sejuta Setan
muncul. "Aku tak punya urusan dengan Dadung Bongkok dan Hantu Menara Berkabut!
Kalaupun punya, karena kami memiliki kepentingan yang sama! Tetapi
kepentinganku jauh di atas segala-galanya! Dadung Bongkok sudah menutup diri
dari keinginannya untuk mendapatkan pusaka Pendekar Lontar! Berarti... ini
kesempatanku! Keduanya akan mampus di tangan pemuda itu pun aku tak peduli!
Hanya saja... pemuda ini terlalu berani menantang mereka! Dia tidak tahu kalau
dia sudah memasukkan kedua kakinya ke dalam liang lahat!"
Pikiran tamak itu semakin menari-nari di benak Ratu Sejuta Setan. Tetapi sebelum
dia buka mulut, sudah terdengar bentakan keras, "Boma Paksi! Sejak tadi kau
bicara semaumu saja! Membunuh guruku,
dan membunuh guruku! Apakah kau pikir akan semudah itu kau lakukan"!"
Raja Naga melirik gadis yang
membentak tadi. Diam-diam pemuda dari Lembah Naga ini merasa tidak enak
mendengar kata-katanya. Ditatapnya gadis yang telah mengguncangkan perasaannya
itu. Kemudian katanya, "Diah Harum... kau tak tahu apa yang telah terjadi...."
"Aku tidak tahu apa yang terjadi"!"
melotot Diah Harum dengan kegeraman yang kentara. "Apakah kau anggap aku ini
gadis bodoh"!"
Sembari menggelengkan kepalanya Raja Naga berkata, "Diah Harum... gurumu adalah
manusia sesat yang telah membunuh ibuku. Termasuk kedua orang yang berada di
dekatmu itu. Dan perlu kau ketahui, momok dari semua urusan ini adalah Hantu
Menara Berkabut yang telah membunuh ayahku!"
Wajah Diah Harum memerah dalam.
Dikertakkan rahangnya sambil melotot gusar.
"Boma! Kau sudah keterlaluan! Kalau beberapa hari lalu kau dapat meloloskan
diri, kali ini kau akan mampus di tanganku!"
Baru saja habis bentakannya, gadis jelita yang di atas dadanya terdapat dua buah
bunga mawar di kanan kiri sudah
menerjang ke depan!
* * * 7 "DIAH! Kau terlalu dibutakan oleh kemarahan! Bila belum kau ketahui
kebenarannya, kau memang tak akan tahu apa yang akan terjadi!" seru Raja Naga
dengan pandangan disipitkan.
Diah Harum tak mempedulikan ucapan itu. Dia justru lipat gandakan tenaga
dalamnya. Angin deras mendahului kedua jotosannya.
Rupanya Raja Naga tak ingin bertindak lebih lama lagi. Dia tidak marah dengan
sikap yang diperlihatkan Dewi Bunga Mawar karena dia tahu kalau gadis itu berada
dalam kesalah pahaman. Tetapi membiarkan gadis ini dirundung amarahnya, justru
akan merepotkan.
Cepat Raja Naga menggeser tubuhnya sedikit, gelombang angin yang mendahului
jotosan tangan kiri kanan Dewi Bunga Mawar melesat. Bersamaan dengan ranggasan
semak meletup, kedua tangannya diarahkan pada wajah dan dada Boma Paksi.
Boma Paksi membuka matanya lebar-
lebar. Sesaat Dewi Bunga Mawar merasakan kengerian dari tatapan itu, tetapi dia
tak peduli. Buk! Buk! Dua kali benturan itu terjadi. Raja Naga bergerak cepat. Mulutnya bersuara,
"Maaf... Diah...."
Desss!! Jotosannya bersarang di dada si gadis yang seketika terhuyung. Karena memang tak
ingin mencelakakan Dewi Bunga Mawar, Boma Paksi cepat menyambar tubuh yang
begitu dipegangnya telah jatuh pingsan.
Lalu berhati-hati dibaringkannya
tubuh si gadis di atas rumput.


Raja Naga 03 Misteri Menara Berkabut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mungkin kau tak perlu mengetahui keadaan ini untuk sementara waktu...,"
desisnya. Di seberang Iblis Telapak Darah
menegakkan kepalanya dengan mata membuka lebar.
"Gila! Gerakan pemuda itu sungguh cepat! Dan...
dan... murid Dadung
Bongkok" Gila! Begitu mudah dipatahkan serangannya sekaligus dibuat pingsan!"
Sementara itu Ratu Sejuta Setan
menggeram. "Kau hanya berani dengan orang yang baru lepas dari susuan Ibu,
Pemuda keparat! Serahkan gumpalan daun lontar itu Atau... kau sengaja berdiam diri
lebih lama semata untuk menunggu Dewa Tombak"!"
Perlahan-lahan Raja Naga bangkit.
Kedua matanya bersinar lebih angker.
Sisik-sisik coklat yang terdapat pada kedua tangannya sebatas siku, tiba-tiba
lebih terang terlihat.
"Dia menyinggung soal Dewa Tombak!
Hemm... bisa jadi di saat aku berjumpa dengan Dewa Tombak dia berada di sekitar
sana! Keparat! Pantas dia mengetahui aku bersembunyi tadi! Tentunya dia
membuntuti ku dan mendahuluiku untuk menjumpai Dewi Bunga Mawar dan Iblis
Telapak Darah!"
Setelah mengertakkan rahangnya dan tatapan kian angker, murid Dewa Naga mendesis
dingin. "Tadi sudah kukatakan usulku! Beri tahu padaku di mana Dadung Bongkok
berada, dan jalan yang harus kutempuh menuju Menara Berkabut! Maka kau akan
mendapatkan apa yang kau inginkan!"
"Hemm... ini memang kesempatan yang tak boleh ditinggalkan," desis Ratu Sejuta
Setan dalam hati. Lalu dengan seringaian lebar dia
terkikik-kikik.
"Ucapan memang mudah! Tetapi apakah aku akan mendapat kebenaran"!"
"Aku hanya melontarkan usulan sekali saja! Kau menolak, urusan selesai!"
"Setaaann! Kau bisa mencari Dadung Bongkok..."
"Perempuan tua jahanam! Kau mencoba mendapatkan kesempatan dengan menjadi
seorang pengkhianat! Terkutuk! Selesai pemuda itu kubereskan, nyawamu yang akan
kukirim ke neraka!!"
Habis bentakan yang tiba-tiba itu terdengar, mendadak terlihat satu sosok tubuh
berputar di udara tiga kali. Lalu dengan lincah dan ringannya sosok tubuh itu
telah berdiri dengan kedua kaki tegak.
"Dadung Bongkok!" desis Ratu Sejuta Setan dengan mata membuka. "Keparat! Tak
seharusnya dia muncul lebih dulu!"
Kemudian serunya keras, "Keparat bongkok! Kemunculanmu telah menggagalkan
rencanaku!"
Orang yang baru datang itu memang Dadung Bongkok. Serta merta sepasang matanya
yang dalam dan tajam memandang tak berkedip pada Ratu Sejuta Setan yang
mementangkan matanya pula.
"Terkutuk!! Ratu Sejuta Setan! Jangan bikin hari ini juga kuputuskan untuk
mencabut nyawamu!"
"Jangan banyak bicara! Pemuda yang kau cari sudah berada di hadapanmu! Kau
menunggu selama dua belas tahun
kehadirannya! Hadapi pemuda itu! Bila kau menang, maka kau akan menghadapiku
untuk menerima kematian!!"
Kumis dan jenggot Dadung Bongkok yang seperti terpintal bersatu bergerak tatkala
dia mendengus. Lalu pandangannya mengarah pada sosok pingsan yang
dikenalinya. "Keparat! Siapa yang berani bikin
pingsan muridku, hah"!"
Ratu Sejuta Setan menunjuk Raja Naga.
"Kalau kau mau tahu, dialah yang telah melakukannya!"
"Terkutuk! Terkutuk!!"
Di pihak lain, Raja Naga memperhatikan sosok bongkok berpakaian hitam penuh
tambalan itu. Dan pancaran matanya kian menajam tatkala orang yang ditatap-nya
membalikkan tubuh, juga menatapnya.
"Ibu... manusia keparat itu telah muncul di hadapanku. Kini tiba saatnya untuk
membalas perbuatannya dua belas tahun lalu...," desisnya dingin.
Seraya maju dua tindak ke muka,
pemuda berambut dikuncir hijau ini berseru, "Dua belas tahun bukanlah waktu yang
singkat dalam perjalanan hidup manusia! Tetapi sepertinya begitu singkat karena
sudah berada di hadapan kita! Dua belas tahun menunggu saat-saat yang tepat!
Dadung Bongkok! Siang ini juga kau akan kukirim ke neraka!!"
Dadung Bongkok menggeram.
"Ucapan hanyalah sebuah ungkapan yang terkadang dipergunakan untuk menutupi diri
dari kenyataan! Pemuda bersisik!
Niatmu untuk membalas kematian ibumu hanyalah sebuah kesia-siaan!!"
Nyalang mata angker itu.
"Bila belum melihat bukti. mengapa harus bicara besar"! Bersiaplah untuk
mampussss!!"
Habis ucapannya, Raja Naga sudah
menggebrak ke depan. Tahu kalau lawannya bukan orang sembarangan, segera
digerakkan tangan kanan kirinya melepaskan ilmu 'Kibasan Naga Mengurung Lautan'.
Serta merta menghampar gelombang angin merah yang bergemuruh menggidikkan.
"Dadung Bongkok mengertakkan rahangnya kuat-kuat. Setelah menjejakkan kaki
kanannya tubuhnya meluruk ke depan seraya mendorong tangan kanan kirinya pula.
Seketika menggebah awan-awan hitam yang menebarkan hawa dingin.
Jlegaaaarrr!! Bertemunya gelombang angin merah dan awan-awan hitam itu mengakibatkan letupan
yang sangat keras. Tanah di mana bertemu-nya dua serangan itu kontan membuyar ke
udara. menghalangi pandangan untuk beberapa saat.
Mendadak dari gumpalan tanah itu
melesat sosok Raja Naga diiringi teriakan membahana. Dadung Bongkok yang tadi
surutkan langkah, mengangkat kepala dan melakukan gebrakan yang sama.
Untuk kedua kalinya letupan keras terjadi. Kali ini terlihat muncratan angin
merah dan pecahnya awan-awan hitam.
Dan kalau tadi Raja Naga langsung melancarkan serangan, kali ini pihak lawan
yang mendahuluinya.
Merasakan adanya gelombang angin yang menderu serabutan, si pemuda menepukkan
tangan kanannya pada lengan kirinya.
Wuuuttt!! Angin berputar tiba-tiba menderu, melingkar dan membubungkan tanah dalam
pusarannya. Melihat hal itu, Dadung Bongkok
mengurungkan niatnya menyerang. Dibuang tubuhnya ke samping kanan. Bersamaan
dengan itu Raja Naga sudah menjejakkan kaki kanannya ke tanah. Bersamaan
tubuhnya melenting ke atas, tanah menghambur ke arah Dadung Bongkok yang
terkesiap dan segera membuang tubuh.
Blaaaarrr!! Tempat itu laksana dihantam kiamat kecil. Ranggasan semak berhamburan. Iblis
Telapak Darah berdiri terengah-engah.
Bila saja tadi dia tidak segera menghindar, maka tubuhnya akan hancur terkena
serangan si pemuda yang berhasil di hindari Dadung Bongkok.
"Keadaan ini jelas-jelas tak mengun-tungkan. Pemuda itu ternyata lebih hebat
dari apa yang pernah diperlihatkannya kepadaku. Hemm... lebih baik... aku
menyingkir saja dari sini. Kulihat tanda-tanda kalau Ratu Sejuta Setan pun sudah
tidak sabar untuk melancarkan serangan.."
Memutuskan demikian, Iblis Telapak Darah perlahan-lahan mundur. Ditunggunya
kesempatan untuk meninggalkan tempat itu.
Sementara itu Dadung Bongkok yang berhasil menghindar sedang menarik napas
dalam-dalam. Dadanya turun naik. Wajahnya sedikit memucat
"Gila! Ilmunya sungguh di luar dugaan! Tentunya Dewa Naga sudah
menurunkan semua kepandaiannya pada pemuda itu!" desisnya dalam hati.
"Dadung Bongkok! Kau sudah terlalu tua untuk menghadapi lawan yang lebih muda
dan gagah! Bila kau mau memohon bantuan, lakukan! Aku akan segera membantumu!"
seru Ratu Sejuta Setan tiba-tiba.
Dadung Bongkok menggeram dingin.
"Perempuan tua kontet itu sudah tak bisa dimaafkan lagi segala tindakannya!
Ucapannya barusan benar-benar bikin dadaku mau pecah! Huh!" makinya dalam hati.
Tetapi di pihak lain satu pikiran sudah singgah di benaknya, "Begitu bodoh kalau
aku tidak mau dibantunya! Dia hanya menuntut tindakan memohon! Bagus! Itu akan
kulakukan! Kalau perempuan kontet itu mampus, tak ada lagi yang akan menghalangi
niatku untuk mendapatkan pusaka Pendekar Lontar!"
Memutuskan demikian, Dadung Bongkok berkata dengan suara ditekan, "Ratu Sejuta
Setan! Aku mohon bantuanmu!"
"Keparat! Kau bukan memohon, tetapi
membentak!"
"Setan alas! Kubunuh juga dia!" maki Dadung Bongkok geram. Tetapi ditindih
amarahnya demi rencana yang sudah ada di benaknya. Lalu katanya dengan suara
dibuat mengiba, "Aku memohon bantuanmu untuk menghadapinya...."
Meledak tawa Ratu Sejuta Setan.
"Bagus! Kita akan maju bersama-sama untuk membunuhnya!"
Di depan Raja Naga mendesis angker,
"Ratu Sejuta Setan! Kau memang musuh kedua orangtuaku! Tetapi kau tidak lakukan
pembunuhan seperti yang dilakukan Dadung Bongkok! Sebaiknya kau menyingkir dari
sini sebelum ketiban sial!"
Wajah hitam Ratu Sejuta Setan semakin menghitam karena mengkelap.
"Keparat! Tak akan pernah kusesali apa yang terjadi! Keturunan Pendekar Lontar
harus mampus!"
Kejap itu pula Ratu Sejuta Setan
sudah melancarkan serangan ganasnya.
Dadung Bongkok segera menyusul.
Raja Naga mengertakkan rahangnya
keras-keras. Tatapannya bertambah angker, sisik coklat pada kedua tangannya
sebatas siku, semakin menyala. Tiba-tiba dihen-takkan kaki kanan kirinya di atas
tanah. Kontan tanah itu bergerak, bergelombang cepat diiringi suara mengerikan ke arah
Ratu Sejuta Setan dan Dadung Bongkok.
Yang diserang sama-sama memekik
tertahan dan sama-sama membuang tubuh ke kanan kiri. Sambil membuang tubuh,
Dadung Bongkok menghentakkan tangan kanannya.
Wusss! Awan-awan hitam yang menebarkan hawa dingin menderu ganas ke arah Raja Naga.
Awan-awan itu langsung putus dihalau jurus 'Kibasan Naga Mengurung Lautan'!
Namun sinar-sinar merah ganas yang dilepaskan Ratu Sejuta Setan membuat Raja
Naga harus surutkan langkah. Tetapi di kejap itu pula, dia sudah langsung
menerjang ke depan.
Ratu Sejuta Setan palangkan kedua tangannya di atas kepala, kejap kemudian
disentakkan dengan cara membuka.
Buk! Buk! Benturan keras itu membuat Raja Naga terlempar tiga langkah ke belakang. Di
pihak lain Ratu Sejuta Setan terseret dua tombak. Kalau Ratu Sejuta Setan sudah
kembali berdiri tegak, justru Raja Naga terpelanting ke samping kiri.
Karena tendangan kaki kanan Dadung Bongkok telah menghantam pinggangnya!
"Pergilah menyusul kedua orangtuamu ke akhirat!!" seru Dadung Bongkok menyerbu
ganas. Melihat hal itu, Ratu Sejuta Setan tak mau ketinggalan. Dia sudah menerjang
diiringi teriakan membahana. Dua serangan
secara bersamaan yang datang dari kanan kiri itu membuat Raja Naga sejenak
terkesiap. Cepat diempos tubuhnya ke belakang dan bersalto dua kali.
Buummm!! Tanah di mana tadi sosoknya berdiri kontan muncrat dan membentuk kubangan lebar
tatkala dua serangan ganas itu menghantam tempat kosong! Tempat itu sesaat
bergetar. Ranggasan semak merang-gas rengkah!
Sementara itu begitu hinggap kembali di atas tanah, kembali Raja Naga
menghentakkan kaki kanannya di atas tanah.
Brrolll!! Letupan keras terdengar. Tanah
bergerak cepat ke arah Ratu Sejuta Setan dan Dadung Bongkok. Masing-masing orang
segera melompat, langsung mengarahkan serangan masing-masing pada Raja Naga.
Sementara itu Iblis Telapak Darah hanya terperangah melihat pertarungan yang
sangat ganas. Beberapa saat dia hanya terdiam menyaksikan, sebelum kemudian
teringat kembali dengan apa yang ingin dilakukannya.
"Hemmm... selagi
mereka sibuk bertarung, sebaiknya aku segera meninggalkan tempat ini...."
Sejenak diperhatikannya dulu bagai-
mana Dadung Bongkok dan Ratu Sejuta Setan sedang melancarkan serangan beruntun
pada Raja Naga, sebelum kemudian ditinggalkannya tempat itu.
Di pihak lain Raja Naga berusaha
untuk menghadang setiap serangan yang datang.
"Gabungan kekuatan keduanya ini sangat luar biasa! Jalan satu-satunya mungkin
aku harus menggunakan ilmu 'Naga Mengamuk'! Tetapi... tidak! Ilmu itu akan
kupergunakan untuk menghadapi Hantu Menara Berkabut!"
"Pemuda bersisik! Apa yang kau dapatkan selama berguru pada Dewa Naga itu,
hah"!" ejek Dadung Bongkok menyerang ganas. Suasana di tempat itu sudah tak
karuan. "Kau hanya bisa kentut seperti dirinya belaka!"
Raja Naga menggeram dingin. Wajahnya semakin bertambah angker dan mengerikan.
Sisik-sisik coklat pada kedua tangannya sebatas siku kian menyala. Yang nampak
sekarang hanyalah wujud dari ganasnya seekor naga!
Mendadak dia meluruk seraya mengibaskan tangan kanan kirinya. Dadung Bongkok
membentur! Des! Sosoknya terseret ke belakang
sementara Raja Naga sendiri goyah. Saat itulah Ratu Sejuta Setan yang begitu
Raja Naga menyerang melompat ke depan dan kini berada di belakang si pemuda, sudah
menderu dengan tenaga dalam lipat ganda!
"Mampuslah kau!!!"
* * * 8 NAMUN yang terjadi kemudian sungguh mengejutkan! Karena sosok Ratu Sejuta Setan
justru yang terpental ke belakang, seperti menabrak sebuah tembok yang sangat
tebal! "Astaga!!" pekikan kagetnya terdengar dan cepat dikuasai keseimbangannya. Dia
memang berhasil berdiri tegak kembali, tetapi tangan kanan dan kirinya terasa
ngilu luar biasa.
Raja Naga yang tadi sudah bersiap untuk menghadang serangan Ratu Sejuta Setan
tetapi perempuan tua kontet itu sudah terlempar, mengerutkan keningnya.
"Aneh! Apa yang terjadi"! Siapa yang telah membantuku"!" desisnya tak mengerti.
Namun lain halnya dengan Dadung Bongkok. Kakek bongkok berpakaian hitam compang-
camping ini justru menjadi tegang.
"Dulu... dua belas tahun yang lalu...
aku pun tak mudah membokongnya dari belakang! Satu tenaga dahsyat telah
keluar dari tato naga hijau pada
punggungnya! Rupanya ilmu aneh yang dimilikinya itu masih ada!"
Kemudian dia berseru, "Ratu Sejuta Setan! Jangan coba-coba kau menyerang
punggungnya!"
"Kenapa"!"
"Dia memiliki tato seekor naga hijau pada punggungnya! Dan tadi kau terpental
karena terhalang oleh tenaga tak nampak yang keluar dari tato itu!"
"Gila! Apakah kau sudah gila, Dadung Bongkok"!"
"Jangan mendebat! Aku pernah mengalami hal itu dua belas tahun yang lalu!" maki
Dadung Bongkok keras (Untuk mengetahui pengalaman Dadung Bongkok itu silakan
baca : "Tapak Dewa Naga").
Sementara itu, Raja Naga yang tak mengerti apa yang tadi terjadi, diam-diam
membatin, "Tato seekor naga hijau" Aku tahu kalau aku memiliki gambar tato itu
semenjak aku lahir. Menurut Guru, ada sesuatu di balik gambar itu. Rasanya


Raja Naga 03 Misteri Menara Berkabut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang aku mulai memahaminya. Tetapi mengapa baru sekarang tenaga tak nampak
itu bisa keluar padahal sejak tadi keduanya selalu mencoba membokongku?"
Pertanyaan pada dirinya sendiri itu mendapat jawaban
dari mulut Dadung
Bongkok, "Gambar naga hijau pada punggungnya akan menimbulkan satu tenaga
gaib yang dahsyat!"
"Ciiih! Kau begitu ketakutan sekali"!
Aku tak merasakan kedahsyatannya tadi!"
cibir Ratu Sejuta Setan.
"Bodoh! Semakin dia marah, tenaga yang keluar itu akan semakin dahsyat!!"
Ratu Sejuta Setan tak bersuara tetapi mulutnya berkemak-kemik mengumbar kejeng-
kelan. Di pihak lain Raja Naga diam-diam berkata dalam hati,
"Semakin aku marah, semakin dahsyat tenaga yang keluar" Astaga! Sepertinya ini
sangat membahayakan! Kalau begitu, aku tak boleh terpengaruh oleh amarahku
sendiri?" Sementara itu Ratu Sejuta Setan
nampak masih belum puas dengan apa yang dikatakan Dadung Bongkok. Dia membentak,
"Kakek bongkok keparat! Aku akan membuktikan kalau apa yang kau katakan itu
tidak benar! Lihat!!"
Habis ucapannya, Ratu Sejuta Setan menerjang ke depan. Kali ini Raja Naga
langsung membalikkan tubuh. Hingga apa yang diinginkan Ratu Sejuta Setan jelas
gagal. Raja Naga sendiri sudah
menghentakkan kedua tangannya.
Blaar! Blaaarr!!
Ratu Setan terpuruk ke belakang.
"Perempuan kontet! Sejak tadi kukatakan, jangan ikut campur urusanku!
Aku hanya menginginkan nyawa kakek
bongkok itu!"
Menyusul Boma Paksi melancarkan
serangannya pada Dadung Bongkok!
Mendapati serangan ganas itu Dadung Bongkok tak mau tinggal diam. Tetapi karena
Ratu Sejuta Setan masih terdiam menahan sakit, dia jadi kewalahan. Murid Dewa
Naga itu semakin mengganas.
"Perempuan kontet! Bantu aku!!" seru Dadung Bongkok keras.
Ratu Sejuta Setan mengertakkan
rahangnya. "Kau hadapi dia sendiri! Karena kaulah orang yang diburunya!"
"Perempuan hina!!"
"Huh! Begitu bodoh kalau kukorbankan diriku untuk kepentinganmu sendiri! Aku
sudah tak peduli lagi dengan gumpalan daun lontar milik Pendekar Lontar!
Tetapi... aku akan membalas semua perlakuannya hari ini!!"
"Setaaann!!" maki Dadung Bongkok keras. Dia berusaha melancarkan
serangannya pada Ratu Sejuta Setan, tetapi urung karena serangan Raja Naga sudah
menggebrak kembali.
Ratu Sejuta Setan menggeram dingin.
"Keparat! Dia bermaksud membunuhku!
Jahanam! Masa bodoh sekarang! Semua ini adalah urusannya! Dia mampus pun aku tak
peduli! Lebih baik aku berlalu untuk kelak kembali lagi ke hadapan pemuda
itu!" desisnya dalam hati.
Lalu pandangannya terbentur pada
sosok Dewi Bunga Mawar yang masih jatuh pingsan.
"Hemm... gadis ini belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan dia tidak tahu
kalau gurunya telah muncul di sini!
Bodoh! Mengapa aku jadi bodoh! Lebih baik gadis ini kubawa! Dia akan kudidik
untuk membalas kekalahanku hari ini pada Raja Naga! Bagus, bagus sekali! Aku
ternyata memiliki otak yang cerdik!"
Lalu dia melangkah mendekati Dewi Bunga Mawar yang masih pingsan. Dengan sekali
menyentakkan kaki dan menggerakkan tangannya, Ratu Sejuta Setan sudah memanggul
Dewi Bunga Mawar.
Kemudian serunya pada Dadung Bongkok,
"Kakek bongkok yang sudah menjelang mampus! Muridmu kubawa serta! Kau hadapilah
kematianmu seorang diri!"
"Keparat kau! Kubu.. ."
Bentakan Dadung Bongkok terputus
karena dia harus menghindari serangan Raja Naga.
Sementara itu berkumandang tawa Ratu Sejuta Setan di saat dia berlalu sambil
membawa sosok Dewi Bunga Mawar!
Perginya Ratu Sejuta Setan membawa murid kesayangannya, membuat Dadung Bongkok
hilang percaya dirinya. Meskipun dia masih dapat menghindari setiap
serangan Raja Naga, namun karena terus didesak sekali waktu dadanya telak
terhantam jotosan Raja Naga!
Bukkk! Tubuhnya kontan terlempar ke belakang dan muntah darah. Dadung Bongkok
tersentak karena mendadak saja kaki Raja Naga telah menginjak dadanya!
"Kau telah membunuh ibuku! Kau hidup pun justru akan banyak menimbulkan petaka!
Hari ini kau lebih baik mampus!!"
Pucat pasi wajah Dadung Bongkok.
"Jangan... jangan bunuh aku... aku...
aku mohon maaf... aku mohon ampun...."
"Kau telah membunuh ibuku!"
Suara dingin itu makin membuat Dadung Bongkok mengkeret. Dia terus bersuara
mengibakan. Sesungguhnya Raja Naga memang memiliki sifat yang lembut, hingga
setelah beberapa lama terdiam, akhirnya dia berkata,
"Kuampuni nyawamu... bila kau mau menunjukkan jalan menuju ke Menara Berkabut!"
"Oh! Gila! Kau... kau... akan mampus sebelum tiba di sana... Kalaupun kau
berhasil tiba di Menara Berkabut, kematian sudah menunggu."
"Aku tak peduli apa pun yang menungguku! Tetapi aku percaya kalau kau tahu jalan
yang menuju tempat itu!" desis Raja Naga dingin. Kakinya ditekan lebih
kuat hingga Dadung Bongkok mengerang.
Kedua matanya membeliak, mulutnya terbuka menahan sakit.
"Ya! Ya! Aku akan menunjukkannya!"
serunya parau. "Bagus!" Raja Naga mengangkat kakinya dari dada Dadung Bongkok. Lalu
disentakkannya tubuh kakek itu ke atas.
"Cepat tunjukkan padaku sekarang!!"
Penuh amarah, kemuakan, dendam
sekaligus rasa takut, Dadung Bongkok berjalan terseret-seret. Dia langsung
memutuskan untuk mengatakan jalan rahasia menuju ke Menara Berkabut. Pikirnya,
sudah tentu pemuda itu akan mampus di tangan Hantu Menara Berkabut!
"Jangan coba-coba mengelabuiku!"
"Aku... aku...." Dadung Bongkok tak meneruskan ucapannya. Dia memang telah
kafah. Tetapi dia merasa belum kalah sepenuhnya. Masih ada harapan satu-satunya
melihat pemuda ini mampus. Hantu Menara Berkabut yang akan melakukan untuknya!
Dengan seluruh rencana yang telah tersusun, kakek bongkok itu menunjukkan jalan
rahasia di mana dia biasa
melaluinya bila mendatangi Menara Berkabut.
"Buka!" bentak Raja Naga sambil menatap Dadung Bongkok yang sedang berlutut di
hadapan tanah di balik
ranggasan semak.
Dengan kemarahan yang ditindih,
Dadung Bongkok menarik sebuah besi kecil yang menempel pada dinding tanah.
Boma Paksi melongok.
"Hemm... ada undakan menuju ke bawah.
Mudah-mudahan dia tidak berdusta...,"
desisnya dalam hati.
"Kau telah kutunjukkan jalan menuju ke Menara Berkabut yang lebih aman!
Sesuai janjimu... kau akan melepaskanku, bukan?"
desis Dadung Bongkok sambil
mengerjap-ngerjap.
Raja Naga mementangkan mata
angkernya. "Aku bukanlah orang yang pandai berdusta! Hari ini kuampuni nyawamu!
Tetapi bila kelak kudengar lagi sepak terjangmu, jangan harapkan kau dapat hidup
lebih lama!"
"Ya, ya... aku... aku berjanji...."
"Pergi dari sini!!"
Dadung Bongkok mengangguk anggukkan kepalanya seraya mundur. Lalu berlari
sekencang mungkin.
Raja Naga memandang sesaat sosok
Dadung Bongkok sebelum menghilang ditelan pepohonan. Dia kini berlutut pada
lubang yang menganga.
"Undakan tanah ini tak terlalu banyak dan nampaknya tempat di bawahnya pun tidak
lebar. Bisa jadi aku harus
membungkuk," desisnya sambil melongok ke dalam lubang itu. Ditarik napasnya
pelan-pelan, lalu ditengadahkan kepalanya pada matahari yang sekarang sudah
disaputi senja. "Ayah... kini tiba saatnya untuk menuntut balas pada orang yang
telah membunuhmu. Ibu... maafkan aku yang telah melepaskan Dadung Bongkok...
tetapi aku berjanji, bila kudengar dia melakukan tindakan makar lagi, maka tak
akan pernah kuampuni nyawanya."
Kemudian pemuda berompi ungu itu
menahan napas sejenak. Sambil dihembuskan dia mulai memasukkan kaki kanannya ke
lubang yang sebelumnya tertutup tanah dan berada di balik ranggasan belukar.
Namun sebelum dilakukannya, awan-awan hitam dingin menderu ganas dari samping
kanan! Sejenak murid Dewa Naga menegakkan kepalanya.
"Keparat!" desisnya.
Sambil menundukkan kepala, tangan
kanannya ditepukkan pada tanah. Serta merta tanah itu bergerak cepat,
bergelombang dan bergemuruh.
Menyusul terdengar jeritan keras,
"Aaaakhhhh!!"
Sosok bongkok berpakaian hitam
terpental ke udara dan terbanting deras di atas tanah! Terlihat sejenak
menggeliat-geliat penuh erangan kesakitan sebelum di saat lain meregang tegang
dan terdiam tak bergerak!
Raja Naga menggeram.
"Aku sudah mengampuni nyawanya...
tetapi dia masih mencoba membokongku!"
desisnya. Lalu dia pun masuk ke dalam lubang itu. Ditutupnya sebelum menyusuri jalan
sempit di dalam tanah.
Di atas tanah, Dadung Bongkok telah tergolek menjadi mayat! Rupanya kakek
bongkok itu masih tidak puas dengan apa yang dialaminya. Dia sengaja berlari
kencang tadi untuk cepat lenyap dari pandangan si pemuda, tetapi dia justru
memutar dan mencari kesempatan untuk melancarkan serangan.
Tetapi sayang, serangan balik dari Raja Naga lebih cepat datang dan mengirim
nyawanya ke neraka! Padahal, anak muda dari Lembah Naga itu sudah mengampuni
kesalahannya! * * * 9 PERJALANAN menuju ke Menara Berkabut yang ditempuh Raja Naga melalui lorong
rahasia itu pun berakhir. Anak muda dari Lembah Naga itu kini berada di undakan
pertama menuju ke bagian atas menara.
Dinding menara yang terbuat dari batu
hitam itu tak ada celah jendela ataupun lubang angin. Suasana cukup gelap. Raja
Naga yakin kalau dia bisa melihat keluar, yang dipandang hanyalah kegelapan
semata. Anak muda bersisik coklat ini tak segera melangkahkan kaki menuju ke atas.
Dia mempertimbangkan keadaan terlebih dulu.
"Aku belum tahu di bagian mana dari tempat ini Hantu Menara Berkabut berada.
Bisa jadi dia berada di puncak menara ini, karena di sini hanya terdapat undakan
tangga belaka. Kalau begitu...."
Memutus kata-katanya sendiri, Raja Naga berhati-hati menaiki undakan tangga
menuju ke atas.
Keheningan mencekam. Kegundahan
mendadak terjadi. Raja Naga terus melangkah dengan membuka mata dan telinga
lebih lebar. Dinding-dinding hitam Menara Berkabut seperti memiliki mata,
memandang sinis dan curiga padanya.
Baru saja dia menaiki setengah
perjalanan menuju ke atas, mendadak tawa menggema berkumandang, bertalu-talu dan
menyakitkan gendang telinga.
"Selamat datang di Menara Berkabut!
Menara penyimpan misteri berkepanjangan akan menjemput nyawamu ke akhirat!"
Bergemanya suara itu sesaat membuat Raja Naga terdiam. Napasnya sedikit ditahan.
Dia menunggu beberapa saat.
Setelah tak didengarnya lagi suara dia mulai melangkah lagi, lebih berhati-hati.
"Aku yakin... orang yang bersuara itu adalah Hantu Menara Berkabut! Berarti...
dia telah mengetahui kehadiranku!"
Tiba-tiba saja murid Dewa Naga
menoleh ke samping kiri, karena mendadak terdengar suara berderak cukup keras,
menggema ke bawah dan ke atas menara.
Menyusul meluncurnya sepuluh buah tombak hitam!
"Heiiit!"
Cepat anak muda ini menggerakkan
tangan kanannya. Jurus 'Kibasan Naga Mengurung Lautan' menggebrak. Terdengar
suara patah-patahan beberapa kali. Namun sepuluh buah tombak lainnya menyusul
menggebrak, kali ini dari atas dan siap menghujam di kepala Raja Naga!
Anak muda ini cepat memalangkan kedua tangannya yang segera didorong ke atas.
Suara patah-patahan benda terdengar lagi.
Sebuah patahan tombak itu mengenai bahunya yang terasa sedikit ngilu.
"Keparat! Aku bukan hanya harus berhati-hati, tetapi harus berlari untuk tiba di
atas!" Memutuskan demikian, Boma Paksi
segera mengempos tubuhnya menuju ke atas.
Namun dia segera melompat turun kembali.
Karena sebuah Jala besar mendadak turun!
"Gila!!" serunya keras dan....
Croook! Croook!
Kedua tangannya menghujam pada
dinding menara di mana saat ini tubuhnya menempel seperti laba-laba. Jala besar
itu jatuh ke bawah dan menimbulkan suara cukup keras.
Belum lagi Raja Naga membebaskan
dirinya dari kedudukannya sekarang, dinding di mana kedua tangannya menghujam
tiba-tiba saja bergerak. Dan...
Brroolll!! Kontan tubuhnya terdorong ke
belakang, menghantam dinding menara sebelahnya lagi. Wajah anak muda ini
terlihat tegang, karena pecahnya dinding itu melontarkan bebatuan ke arahnya!
Serta merta diliukkan tubuhnya dan melompat ke atas.
Bersamaan suara keras berkali-kali menghantam dinding, Raja Naga terus melesat
ke atas, mempergunakan ilmu peringan tubuhnya.
"Hebat! Sungguh hebat! Beberapa jebakan di Menara Berkabut berhasil kau atasi!
Dan kupikir sudah selesai
pemanasan itu! Teruslah kau naik, Anak muda! Karena maut sudah menunggumu di
sini!!" Boma Paksi terus berlari ke atas
hingga akhirnya dia memasuki sebuah tempat yang cukup lapang di bagian atas
Menara Berkabut!
Begitu dia berada di sana, dilihatnya satu sosok tubuh telah berdiri angkuh
dengan kedua tangan melipat di depan dada. Raja Naga melangkah pelan, mencari
kedudukan yang lebih aman.
Dipandanginya sosok tubuh itu dengan tatapan angker.
"Hantu Menara Berkabut!" serunya
menggema. "Aku datang untuk menuntut balas perbuatanmu terhadap ayahku dua belas
tahun lalu!!"
Orang berjubah jingga itu tertawa keras.
"Kau hanya mengantarkan nyawamu percuma, Anak muda!"


Raja Naga 03 Misteri Menara Berkabut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita lihat apa yang akan terjadi!"
seru Raja Naga keras. Pemuda dari Lembah Naga ini sudah tak bisa lagi menahan
gejolak amarahnya. Dia langsung mendorong tangan kanan kirinya yang serta merta
menghampar angin merah berkekuatan ganas.
Orang berjubah jingga itu
menjerengkan sepasang matanya, menyingkir sedikit dan tiba-tiba meluruk ke
depan! Entah apa yang dilakukannya mendadak saja Raja Naga merasa perutnya terkena
jotosan kuat. Tubuhnya terhuyung ke belakang dan menghantam dinding menara!
"Huh! Ternyata kau tak jauh berbeda dengan kedua orang
tuamu yang tak mempunyai kemampuan apa-apa! Sudah kukatakan tadi, kau datang hanya
mengantar nyawa! Sekarang juga akan kucabut nyawamu!!"
Berada di tempat yang tak terlalu luas itu dan keadaan yang cukup gelap, membuat
pertarungan yang kemudian terjadi seperti berat sebelah. Karena Hantu Menara
Berkabut sangat hafal dengan setiap sudut yang ada di Menara Berkabut.
Sementara Raja Naga harus mengandalkan nalurinya.
Berulang kali terdengar letupan demi letupan yang sangat keras. Raja Naga
menjejakkan kaki kanannya untuk melancarkan jurus 'Barisan Naga Penghancur
Karang'. Namun justru dia yang langsung melompat ke samping. Karena begitu
dilepaskan jurus 'Barisan Naga Penghancur Karang' lantai bagian atas Menara
Berkabut ambrol!
Sementara itu, sepasang mata Hantu Menara Berkabut menyipit.
"Apa yang diperlihatkannya barusan tentunya sebuah ilmu yang luar biasa!
Tetapi tak bisa digunakan karena begitu dikeluarkannya ilmu itu, lantai langsung
ambrol! Ini kesempatanku untuk
membereskan keturunan Pendekar Lontar!"
Lalu dengan ganasnya Hantu Menara Berkabut menerjang. Dinding Menara Berkabut
jebol ketika terhantam jotosannya.
Seketika angin besar dan dingin masuk, membuat wajah masing-masing orang seperti
disentak tamparan keras. Dan keduanya segera mengalirkan tenaga dalam masing-
masing. Kendati angin besar masuk menyerbu, tetapi gumpalan kabut hitam yang
kini kelihatan tetap tak bergerak!
Keduanya sama-sama tahu, terlempar melalui dinding yang jebol itu berarti
menyongsong maut!
Hal itulah yang kemudian dilakukan oleh Hantu Menara Berkabut. Dia mencoba
mendesak Raja Naga agar terlempar ke dinding yang jebol.
Sadar kalau dirinya bisa terjatuh, Raja Naga mencoba mencari tempat yang lebih
aman. Dia terus melancarkan serangan hebatnya. Bahkan dia sudah mempergunakan
ilmu 'Naga Mengamuk' yang membuat tempat itu seperti bergetar dihantam badai.
Dalam waktu singkat saja tiga dinding bagian atas Menara Berkabut sudah jebol.
Angin besar semakin banyak yang masuk dan membuat masing-masing orang harus
lebih berhati-hati.
"Keparat! Bila berada di tanah terbuka, sudah tentu aku akan kewalahan
menghadapi putra mendiang Pendekar Lontar ini! Ilmu-ilmunya begitu hebat dan
mengerikan! Tetapi dipergunakan pada tempat yang tak lapang ini ilmu itu seperti
tak ada gunanya! Malah membahayakan dirinya sendiri! Aku harus mempergunakan
lebah- lebahku sekarang!"
Seraya menghindari serangan beruntun dan cepat dari Raja Naga, Hantu Menara
Berkabut segera melepaskan lebah-lebah beracunnya. Suara mendengung itu sejenak
membuat Raja Naga mundur. Dibuka matanya lebih lebar untuk melihat dari mana
asal suara itu.
"Lebah!" desisnya setelah mengenali benda-benda yang berdengung keras.
Tatkala teringat kematian ayahnya yang diakibatkan lebah-lebah beracun itu, anak
muda ini segera membuang tubuh. Lalu mendorong tangan kanannya.
Wuuss! Tiga ekor lebah kontan berjatuhan dan mati.
Tetapi lebah-lebah berikutnya yang dilepaskan Hantu Menara Berkabut
membuatnya agak sedikit kewalahan. Lebah-lebah itu menyerangnya dari berbagai
penjuru. "Kau tak akan pernah bisa bertahan lebih lama untuk menikmati kehidupan ini,
Pemuda keparat!!" seru Hantu Menara Berkabut sambil tertawa keras.
Raja Naga merandek gusar. Sepasang matanya yang bersinar angker, lebih
mengerikan. Bila saja tempat itu agak sedikit terang, dapat terlihat sisik-sisik
coklat pada kedua tangannya sebatas siku semakin bersinar! Pertanda kemarahan
sudah melanda diri pemuda itu!
Tiba-tiba terdengar seruan ter-
tahannya! "Aaakhhh!!"
Hantu Menara Berkabut berkata sinis,
"Seekor lebahku sudah menyengat tubuhmu!
Bersiaplah untuk mampus!!"
Dilihatnya bagaimana sosok pemuda berompi ungu itu terhuyung ke belakang, ke
arah dinding yang jebol. Melihat hal itu Hantu Menara Berkabut segera
menerjang ke depan.
Wusss!! Raja Naga segera menghindar ke
samping, tubuhnya agak terhuyung. Melihat hal itu semakin keras tawa Hantu
Menara Berkabut. Dia yakin kalau putra mendiang Pendekar Lontar itu sudah
terkena racun dari lebah miliknya.
"Hmmmm! Akan kugiring dia ke arah dinding yang jebol biar dia jatuh dari
ketinggian ini!!"
Dengan ganas Hantu Menara Berkabut terus melancarkan serangannya. Dilihatnya
huyungan tubuh Raja Naga semakin menjadi-jadi.
"Kau tak akan bisa melepaskan diri dari kematian.
Hari ini keturunan
Pendekar Lontar dan Dewi Lontar akan berakhir!"
Huyungan tubuh Raja Naga semakin
nampak, bahkan terdengar berulang kali
keluhannya menahan rasa sakit. Namun di balik rasa sakit itu, Raja Naga
menggeram dalam hati.
"Hemm... dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diriku sekarang ini!
Lebah itu memang menyengatku, tetapi tidak kurasakan sakit seperti yang selama
ini kudengar! Bahkan kurasakan tenagaku semakin kuat! Aku tidak tahu mengapa ini
terjadi" Tapi... aku yakin, gambar naga hijau pada punggungku inilah yang
mungkin menanggulangi racun berbahaya dari lebah miliknya! Hanya saja... mengapa
begitu lebah ini menyengat, perutku seperti meregang dan ada hawa panas yang
naik?" Tetap bersikap terhuyung dan seperti tak mampu menghalangi setiap serangan
lawan, dia tetap menghindar.
"Manusia satu itu kelihatan
mengarahkan diriku ke dinding yang jebol!
Tentunya dia ingin melihatku jatuh terhempas ke bawah! Bagus! Akan kupancing
dia!" Memutuskan demikian, Boma Paksi
menghindari setiap serangan ganas itu dan sengaja mengarahkan dirinya pada
dinding yang jebol. Bahkan dia nekat mencondong-kan tubuhnya pada dinding jebol
itu! Kedua tangannya berpegangan di bagian atas dan kedua kakinya mengganjal di
bagian bawah. Angin besar menampar-nampar punggungnya! Walau terasa agak nyeri
tetapi dia tidak peduli.
Di pihak lain, Hantu Menara Berkabut terbahak-bahak keras melihat keadaan si
pemuda. "Nyawamu tinggal selangkah lagi akan lepas dari jasad! Berarti... lenyap sudah
keturunan Pendekar Lontar!"
Dengan membuat wajahnya seperti
menahan sakit dan suara diparaukan, Raja Naga mendesis, "Kau hanya bisa banyak
omong! Ayo serang aku! Apakah kau ternyata hanya seorang pengecut"!"
Ejekan itu membuat gusar Hantu Menara Berkabut. Segera kerahkan tenaga
dalamnya. Kejap berikutnya dia sudah menerjang ke depan.
Raja Naga menyipitkan sepasang
matanya. Begitu jotosan tangan kanan kiri lawan bergerak ke arahnya, anak muda
ini cepat membuang tubuh ke samping. Dan....
Tap! Tangan kanannya sudah menangkap
tangan kiri Hantu Menara Berkabut. Kejap itu pula dengan kekuatan berlipat ganda
dibetotnya tubuh Hantu Menara Berkabut ke arah dinding yang jebol.
"Heiiii!!" Hantu Menara Berkabut berteriak keras. Wajahnya seketika menjadi
pias. Dia berusaha menahan gerakan tubuhnya yang disentakkan Raja Naga. Tetapi
satu tendangan memutar yang dilakukan Raja Naga membuat dia
kehilangan keseimbangan.
Maka tanpa ampun lagi tubuhnya
terlempar keluar dari Menara Berkabut.
"Aaaaaakhhhhhh!!"
Lolongan laksana seekor serigala
menyayat dahsyat, terdengar keras dan semakin lama menjadi pelan untuk kemudian
lenyap tak terdengar lagi!
Di atas Menara Berkabut, Raja Naga menarik napas panjang. Untuk beberapa saat
murid Dewa Naga ini tak bersuara.
Kemudian digeleng gelengkan kepalanya.
"Musuh-musuh utamaku sudah tewas sekarang.... Berarti tugasku untuk membalas
kematian kedua orangtuaku telah selesai.... Ah, apakah masih ada
persoalan lain yang akan kuhadapi?"
Kembali pemuda berambut dikuncir ini terdiam.
"Guru tak menghendaki aku kembali ke Lembah Naga walaupun tugasku sudah selesai.
Berarti... yah, aku akan memulai saja petualanganku ini. Ke mana kedua kakiku
melangkah, aku akan mengikutinya."
Kemudian perlahan-lahan Boma Paksi menuruni undakan tangga Menara Berkabut.
Kembali melewati lorong rahasia dan kembali tiba di tempat dari mana dia datang
tadi. Dipandanginya sekelilingnya. Malam telah datang. Hembusan angin cukup
dingin. Di atas sana rembulan bersinar terang.
"Seharusnya aku bisa menahan kepergian Ratu Sejuta Setan yang membawa Dewi Bunga
Mawar. Gadis itu belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Dia tidak tahu kalau berulang kali dia telah diperalat. Pertama oleh gurunya
sendiri si Dadung Bongkok. Kemudian tentunya oleh Iblis Telapak Darah yang entah
berada di mana sekarang. Dan aku yakin... Ratu Sejuta Setan akan terus mengisi
perasaan si gadis dengan segala kebenciannya kepadaku hingga gadis itu tetap tak
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi?"
Raja Naga menarik napas panjang.
Kembali diedarkan pandangannya.
"Aku berharap dapat berjumpa kembali dengan Dewi Bunga Mawar. Biar
bagaimanapun dialah gadis jelita yang pertama kujumpai dan sempat menggetarkan
hatiku..."
Lalu ditengadahkan kepalanya, menatap rembulan yang bersinar indah. Kejap
kemudian pemuda yang kedua tangannya sebatas siku bersisik coklat ini sudah
melangkah memulai petualangannya.
Dan dia tidak tahu, kalau sengatan lebah beracun milik Hantu Menara Berkabut
bukan ditanggulangi oleh tato gambar naga hijau pada punggungnya, melainkan oleh
gumpalan daun lontar yang berada di balik perutnya. Itulah sebabnya, mengapa
tadi dia sempat merasakan hawa panas.
SELESAI Scan/E-Book: Abu Keisel
Juru Edit: Mybenomybeyes
S P O N S O R E D BY
http://padepokan212.com/w/
Harimau Kemala Putih 10 Dewa Arak 18 Kelelawar Beracun Harimau Mendekam Naga Sembunyi 10
^