Pencarian

Mustika Gerbang Dewa 1

Pendekar Mabuk 128. Mustika Gerbang Dewa Bagian 1


SERIAL SILAT. PENDEKAH MABUK. MUSTIKA GERBANG DEWA. PENDEKAH MABUK ~ MUSTIKA GERBANG DEWA.
Hak cipta dan copy right pada penerbit dibawah lindungan undang undang.
SUDAH lama Pendekar Mabuk tidak menengok gurunya yang berjuluk si Gila Tuak itu. Rasa rindu kepada sang guru membuat Suto Sinting alias si Pendekar Mabuk sempatkan diri pulang ke Jurang Lindu. Dua tenteng pete dibawanya sebagai oleh-oleh buat sang guru. Meski sang guru tidak doyan pete, tepi siapa tahu sang guru mau menjualnya buat tambahan dapur.
Tetepi alangkah terkejutnya Suto sinting setibanya di Jurang Lindu. ternyata sang guru tidak ada di sana. Selain terkejut juga kecewa. Padahal dia berharap akan disambut oleh senyuman sang guru yang sudah lama dirindukan. Maklum, sejak usia tujuh tahun Suto Sinting Ikut si Gila Tuak, sehingga tokoh tertinggi ilmunya di rimba persilatan itu sudah dianggap seperti orang tua sendiri' ', (Baca serial Pendekar Mabuk episode ke 1 : "BOCAH TANPA PUSAR").
"Tidak biasanya guru meninggalkan tempat.
MUSTIKA GERBANG DEWA. Mengapa sekarang meninggalkan tempat" Ada apa- sebenarnya?" pikir Suto Slnting dengan bingung. la mencari gurunya di sekitar curah air terjun, sebab di balik curah alr terjun itu terdapat goa yang menjadi tempat tinggal sang guru.
Setelah puyeng mencari gurunya tidak ada, Suto Slnting akhirnya masuk ke dalam goa itu lagi. la pandangi perabot yang ada di sana, ternyata tak satu pun ada yang berkurang atau berubah. Berarti tidak ada kejadian apa-apa.
"Apakah guru menghilang ditelan bumi" Ah, mana doyan si bumi menelan guru yang sudah tua begitu" Andaikata sudah terlanjur ditelan pasti dimuntahkan lagi. Anehnya, di luar sana juga tak ada tanda-tanda bekas partarungan"l Lalu... ke mana sebenarnya si Gila Tuak itu, eeh... ke mana sebenarnya kakek guru Itu"i" Ketika la ingin keluar kembali, tiba-tiba matanya tertuju pada bebatuan di samping jalan keluar goa.
'Di sana terselip selembar kulit rusa berukuran kecil.
Suto sinting curiga, maka diambilnya kulit rusa itu "Oo, rupanya guru menulis pesan di sini.
ujarnya dengan senyum mulai ceria. Tapi dahi berkerut lagi karena la belum membaca isi pesan tersebut. Maka buru-buru dibacanya pesan yang ditulis memakai dengan tinta getah pohon itu.
"Muridku, Bocah bagus tanpa udel...." Baris pertama berhenti dibaca. Hati Suto berkomentar dalam nada gerutu.
MUSTIKA GERBANG DEWA. "Habis disanjung dibanting. Memang-mentang aku tidak punya pusar, di sini ditulis 'tanpa udel' segala. Uuh... bikin kesel saja guru inii".
Mata pun kembali memperhatikan tulisan-tulisan yang kadang sukar dibaca. Maklum, menurut cerita sang guru, dulu sang guru tidak sekolah, hanya belajar silat saja. Jadi tulisannya rada jelek, atau asli jelek, sama saja.
"Kalau hari ini kau datang dan aku tidak ada di tempat, jangan kau anggap aku mati. Jangan pula kau anggap aku tenggelam ke dasar sungai. Juga jangan kau anggap aku belanja ke pasar, sebab di sini tak ada pasar. Aku sekarang sedang pergi ke langit. Hebat, kan" Aku ingin menemui mendiang guruku sendiri, yaitu eyang gurumu sendiri: Eyang Purbapati dan Eyang Nini Galih. Aku ingin bicara dengan beliau perihal usiaku yang kelamaan hidup ini, juga bicara masalah-masalah lain yang tak perlu kujelaskan nanti kebanyakan makan tempat.
Pesanku, jangan menyusuiku ke langit. Langit itu jauh, Nak. Sebaiknya perdaiam saja ilmu-ilmu yang kuajarkan
padamu, biar semakin lama semakin tambah sakti dirimu, Jika selama kepergianku ada sesuatu hal yang tak bisa kau tangani, bicarakaniah dengan bibi gurumu: Bidadari Jalang. sudah, ya Nak... sekian dulu. Lain kali disambung lagi.".
Dari gurumu : Sabawana Si Gila Tuak.
NB : Tak perlu dibalas. Karena tak ada yang akan mengirimkan surat balasanmu.
Hall-hati dijalan, kalau nyeberang tengok kanan kiri, siapa tahu ada petir lewat.
Damailah dirimu, jayalah namamu. Hidup Pendekar Mabuk.
Suto sinting geleng-geleng kapala. "ini pesan apa surat perjanjian kontrak rumah"l" gerutunya sambil melemparkan kulit rusa itu ke dipan. la duduk di dipan itu, merenungi isi surat gurunya.
"Ke langit..."l Menemui Eyang Guru..." Apa benar" Ah, aku kok jadi sangsi sendiri sama isi surat itu. Jangan-jangan guru ngibul" Cuma akal- akalan saja"l Sebaiknya kutanyakan pada bibi guru.
Zlaap, zlaap... Suto sinting melesat pergi tinggalkan kediaman gurunya. la menuju ke Lembah Badai, tempat tinggal bibi gurunya : Si Bidadari Jalang. Bibi gurunya itu adalah adik si Gila Tuak.
Adik perguruan. Padahal sebenarnya beda guru.
Gita Tuak punya guru Eyang Purbapati, Bidadari Jalang punya guru Eyang Nini Galih. Dua orang lain jenis itu bersuami-istri. Mereka sama-sama muridnya Wijayasura, yaitu Eyang Buyut Guru dari si Pendekar Mabuk. Karena suami-istri itu satu guru, maka Gila Tuak dan Bidadari Jalang dianggap satu guru juga.
Yang ikut membesarkan Suto sinting sejak usia tujuh tahun itu bukan hanya si Gila Tuak, tapi Nawang Tresni alias si Bidadari Jalang, juga ikut membesarkan, juga ikut menurunkan ilmunya, juga ikut menghajar Suto kalau sedang bandel. Maka Suto menyebut Bidadari Jalang dengan sebutan: Bibi Guru.
Perjalanan menuju Lembah Badai memakan waktu satu hari. ltu jika benar-benar jalan. seperti orang jalan pagi. Tapi karena Pendekar Mabuk mempunyai ilmu 'Gerak Siluman' yang mampu bergerak _cepat menyamai gerakan cahaya, maka jarak atara Jurang Lindu dan Lembah Badai bisa ditempuh dalam waktu yang singkat.
Lembah Badai, adalah sebuah lembah yang sering dilandai badai. Jika di lembah itu ada badai lewat tanpa permisi, berarti di tempat si gila Tuak terjadi gempa berskala agak besar. Secara alami, kedua tempat itu saling berhubungan. Entah menga- pa kedua tempat itu seperti punya kontak tersendiri, tak satu pun ada orang mau menyelidikinya.
Yang jelas. Bidadari Jalang sengaja meng asingkan diri di Lembah Badai, karena tempat ltu jarang dijamah orang dan sulit dicari dalam peta mana pun.
Apakah perempuan cantik itu yang awet muda itu tak takut terhempas badai" tidak. Bldadari Jalang termasuk penjinak badai.
Sewaktu dia menjadi tokoh sakti dalam aliran hitam, la memang dikenal sebagai penjinak badai. la mempunyai ilmu yang bisa membuat badal berbalik.
MUSTIKA GERBANG DEWA. arah bagaikan takut kepadanya. Sekarang, meskipun Bidadari Jalang sudah masuk aliran putih, mengikuti jejak kakak perguruannya. kehebatannya menjinakkan badai itu masih tetap ada. Sayang belum diturunkan kepada Suto Slnting.
'Kalau semua ilmuku kuturunkan padamu, kau bukan akan menjadi orang sakti tapi justru akan 'jadi orang gila" ujar Bidadari Jalang pada waktu itu.
"Sebab, ilmu dari kakekmu (maksudnya dari Gila Tuak - Red), sudah cukup banyak dan tinggi-tinggi.
Bahkan setengah dipaksakan untuk dapat kau terima.
Memang kau kuat. Tapi kalau ketambahan semua ilmuku, kau bukan menjadi kuat namun akan menjadi sekarat" "Jadi untuk apa aku menjadi muridmu kalau tak kau beri ilmu sedikit pun, Bibi Guru?".
"ilmuku akan kuturunkan padamu, tapi tidak semuanya. Sedikit-sedikit saja. Kelak, kalau sudah waktuku
menghadap Yang Maha Kuasa, semua ilmu akan kuturunkan padamu. Jelas?" "Belum," Suto menggeleng polos dalam candanya.
Peristiwa itu dikenangnya sepanjang perjalanan menuju Lembah Badai. Hati terasa geli mengenang masa remaja, masa kecil dan masa bodoh. Maksunya, masa la menjadi anak bodoh. Rasa geli itu terbersit dalam air mukanya, sehingga Suto Sinting tampak tersenyum-senyum sendiri bagai manusia tak punya hutang dalam hidupnya.
MUSTIKA GERBANG DEWA. Tiba di sebuah gapura yang terbuat dari pohon kering, Suto sinting berhenti sejenak. Gapura ltu adalah tanda perbatasan wilayah Lembah Badai. Di tengah gapura itu terdapat selembar belahan batang pohon yang memuat tulisan sederhana. Tulisan itu berbunyi:.
ANDA MEMASUKI WILAYAH LEMBAH BADAI.
TAMU HARAP LAPOR 1 X 24 JAM.
ttd. ketua RT (raja Tendangan) Bidadari Jalang.
Senyum Suto tersungging di sudut bibir.
Terbayang wajah cantik bibi gurunya yang memang jago tendangan itu. 'tak heran jika dalam pertarungannya, Pendekar Mabuk sering menggunakan jurus tendangan yang sukar dihindari lawan, karena memang ia dldikan Raja Tendangan.
Mendekati pondok sang bibi guru, Pendekar Mabuk dipaksa berkerut dahi. Yang memaksa adalah keheranan hatinya. Sebab pada waktu itu, ia melihat Ada dua tokoh tua yang cukup dikenalnya. Tokoh tua ltu adalah Braiamusti alias Batuk Maragam dari Klarnng Amuk. dan Ki Murcapana alias si Dewa Kubur dari Gunung Gandul. Sementara itu, di pintu bilik pondok, Suto juga melihat dua tokoh tua lagi yang rata-rata berusia delapan puluh tahun ke atas, tm masih sehat-sehat dan ilmunya tinggi-tinggi.
Kedua tokoh tua yang tampak berdiri di pintu masuk pondok dan sedang berbincang-bincang itu adalah resi Pakar Pantun dan Eyang Panembahan Panca Lingga dari Pantai Porong, (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode ke 87: "PEMBANTAI CANTlK").
Dalam hatinya, Pendekar Mabuk bertanya, "Ada apa ini" Mengapa para tokoh tua berkumpul di sini" Apakah pondoknya bibi guru Bidadari Jalang sekarang dipakai sebagai Panti Jompo. . . Hmmm." pasti ada apa-apanya. Karena kebiasaan yang sering kujumpai, jika ada sesuatu yang tak beres menyangkut dunia persilatan, maka para takah tua berkumpul di sini, meminta pendapat kakek guru atau bibi guru".
Ternyata di dalam pondok tersebut sudah ada beberapa tokoh wanita tua baik yang pakai ilmu awet muda maupun yang menggunakan ilmu cepat tua, di antara mereka ada si Rupa Setan alias Anjardini, Nyai Kidung Laras, Sumbaruni dan yang lainnya.
Semakin berdebar-debar hati Pendekar Mabuk, semakin bertanya-tanya terus benaknya.
Anehnya, ketika Resi Pakar Pantun mengetahui kedatangan Suto dan memberitahukan kepada yang lain, tiba-tiba percakapan mereka yang semula seperti lebah bercumbu itu meniadi hening seketika. semua mata memandang ke arah Pendekar Mabuk. Semua wajah memaksakan untuk tersenyum. Tak enak hati Suto menerima sambutan seperti itu.
Seorang perempuan cantik dengan rambut disanggul dan mengenakan jubah merah muncul dari dalam pondok. Perempuan yang berdada montok dan sangat menggiurkan kaum lelaki itu tak lain adalah si Bidadari Jalang, sang bibi guru.
Suto sinting segera memberi hormat kepada bibi gurunya, Sebab kalau tidak ia bisa digebuk tujuh puluh kali sebagai kelalaian sopan santunnya. Pada saat itu terdengar suara Batuk Maragam berkata kepada Bidadari Jalang.
"Nawang Tresni.., sepertinya hari sudah, u huk, uhuik, uhuk... siang. Aku harus pulang sekarang juga, sebab kalau tidak segera pulang, uhukk, uhuk, ihiik, ihik, hoeek...".
Batuk Maragam yang selalu batuk-batuk itu tak jadi teruskan ucapannya. Tapi apa yang dimaksudkan sudah bisa
dicerna oleh yang lain. "Bibi...," Suto baru mau bicara, tapi terpotong oleh kata-kata si Dewa Kubur.
"Bidadari Jalang, aku harus pamit sekarang juga, supaya muridku tidak terlalu lama menunggu.".
Rupa Setan berkata pula sambil menepuk pundak Bidadari Jalang. "Kapan-kapan kita ketemu lagi. Aku nda urusan penting, harus segera pulang'.
Yang lain pun begitu pula. Mereka pergi satu pnrsatu. dan Pendekar Mabuk memandang dengan longong melompong. Hatinya menjadi jengkel.
hingga ia terpaksa berkata kepada bibi gurunya dengan suara keras.
"Bibi, ada apa ini" Mengapa begitu aku datang semua pada pulang" Kalau begitu aku juga pulang".
Dewa Kubur yang ternyata selamat dari pertarungannya dengan Lapak Legong itu, mencoba menenangkan Pendekar Mabuk dengan gaya bicaranya yang mirip guru SD, selalu menggantung kalimat akhirnya.
"Jadi anak muda itu jangan mudah tersinggung.
Kalau mudah tersinggung nanti cepat tu....?".
turun. tua - ralat Dewa Kubur. "Ya, tua...," jawab Suto sambil cemberut.
"Kami lak punya maksud apa-apa. Hanya sekedar mengadakan pertemuan pelepas ri...?".
'ringsek...". "Pelepas rindu'. 'Ya, ya... pelepas rindu.".
'Kau tak boleh marah pada bibi gurumu, Sebab beliau sedang menjadi tuan rumah, tak boleh dipermalukan di depan u...?".
"uban" ' jawab Suto dengan jengkel.
"Di depan umum..." ralat Dewa Kubur lagi.
"Percayalah, kami tak punya maksud menghindarimu.
Hanya kebetulan kami sama-sama mau pulang, tepat pada saat kau da...?".
"Datang...". "Datang Bukan dagang".
"ma, iya... kubilang tadi 'datang'".
Resi Pakar Pantun ikut.bicara dengan cengar-cengir gaya penampilannya sehari-hari.
"Mandi pagi di tengah pasar, menggali jamban di tengah kamar.
Bukan maksud awak menghindar, Saat berkunjung memang sebentar.".
Suto Slnting menarik napas, mencoba untuk tidak salah tanggap dan memaklumi kepergian mereka. saat ilu, Resi Pakar Pantun menambahkan kata padanya.
"Jangan berpikir yang bukan-bukan. Justru sekarang waktumu untuk bicara dengan bibi gurumu." .
"Wajah Eyang Resi menyimpan rahasia Katakan nda apa, Eyang?".
"Tidak ada apa-apa Wajahku menyimpan jerawat, bukan rahasia. Hee, hee. hee, he...".
Resi Pakar Pantun pun pergi berdampingan dengan Batuk Maragam.
Sumbaruni, jandanya Jin Kramat yang menaruh hati kepada Suto sejak dulu itu, segera mencekal lengan Suto lalu menariknya ke bawah pohon. Dalam hati, Suto mulai berdebar-debar senang.
"Pasti dia ingin mengatakan rahasia Itul" ujarnya membatin.
Sampai di bawah pohon, agak jauh dari pondok, 'sumbaruni memandangi Pendekar Mabuk dengan sorot pandangan mata penuh kerinduan. Pendekar Mabuk segera ajukan tanya untuk menutupi rasa klkuknya.
MUSTIKA GERBANG DEWA. "Katakan saja, apa maksudmu membawaku ke tempat sepi ini, Sumbarunii".
Perempuan itu diam sebentar, kemudian mencubit pipi Suto dengan gemas.
"Tambah ganteng saja kaul".
Setelah bicara begitu, Sumbaruni pergi melesat dengan cepat. Blaas...
"Ooooom edan' Suto Sinting makin terbengong sambil mengusap-usap pipinya yang habis dicubit Sumbaruni tadi.
Lembah Badai mulai sunyi kembali. Klcau burung pun tak ada. Daun-daun bagaikan tak mau gemerisik. Angin bertiup dengan tenang, seperti melewati ruang ujian.
'Suto, masuklah..." panggil sang bibi guru.
Suto Sinting melangkah, tapi berhenti di depan serambi. Di situ ada sepotong kayu bundar yang dipakai sebagai tempat kongkow-kongkow. Suto berdiri isamping kayu itu menatap Bidadari Jalang.
'Bibi Guru, aku mencium adanya rahasia yang disembunyikan oleh Bibi dan para tokoh tua tadi.
Aku 'ngin tahu rahasi itu, Bibi".
dak ada rahasia apa-apa. Masuk|ah...".
"Tidak mau. Aku tidak mau masuk rumah kalau Bibi Guru tidak mau jelaskan rahasia yang membuat mereka pulang semua setelah melihat aku datang kemari.".
"Tidak ada rahasia apa-apa" tegas Bidadari Jalang. la memandang muridnya dengan mata tajam.
yang penuh pesona tapi memancarkan wibawa tersendiri. Suto Slnting salah tingkah dipandang demikian. la duduk di atas kayu setinggi lutut itu.
"Kalau Bibi tidak mau katakan rahasia itu, aku tidak akan beranjak dari tempat ini Sampai kapan pun aku tetap akan di sini".
"Terserah Aku mau tidur saja". Bidadari Jalang bergegas masuk ke dalam pondok. Pintu pondok ditutup dalam satu sentakan keras. Braak... Suto sinting terlonjak kaget. Buru-buru berlari menyusul bibi gurunya. la gedor~gedor pintu dengan kasar.
"Blbi...l Bibi, bukakan pintunya Bi ' ".
Brraak...l Pintu ditendang dari dalam. Suto sinting terlempar ke belakang dengan wajah hampir bonyok karena terkena hempasan daun pintu.
Bidadari Jalang hanya memandang, mendengus kesal satu kali, kemudn berkelebat masuk tanpa perdullkan Suto yang menyeringai kesakitan .
Di dalam pondok berdinding patahan kayu jati ltu, Bidadari Jalang duduk di balik meh besar dari kayu merah. Blyung Supi. pelayannya, sedang mengemasi beberapa perabot yang habis dipakai menyuguhi tamu-tamu tadi. Pendekar Mabuk masuk dengan wajah cemberut bersungut-sungut.
langkahnya yang mendekat meja diperhatikan terus oIeh Bidadari Jalang.
'Bibi, aku tadi singgah ke Jurang lindu, tapi kakek guru tidak ada. Ke mana beliau, Bibi?".
'Aku tidak tahu.". Gulungan kulit rusa yang dipakai sebagai surat, dikeluarkan dari baiik baju buntung warna cuklat.
Benda itu disodorkan kepada Bidadari Jalang.
"Apakah benar ini tulisan kakek guru"l".
"Mungkin saja. Pokoknya kalau tulisannya ielek, itu pasti tulisan kakek gurumu, tapi kalau tulisannya bagus, pasti tulisanku.".
"Cobalah Bibi baca isi surat itu. Hanya surat itu yang kutemukan di Jurang Lindu.".
Bidadari Jalang membaca tulisan tersebut. Dalam waktu 'sangat singkat sudah terbaca semua. la tersenyum tipls berkesan geli. Suto Sinting duduk di bangku depannya. Mereka berseberang meja dan saling pandang.
"Kurasa itu memang tulisan kakek gurumu. Dia memang pergi ke langit. Kau tak perlu menyusulnya.".
"Aku kurang percaya, Bibi Guru," ujar Suto dengan suara pelan.
"Berarti kau sudah tidak mempercayai kami sebagai gurumu?".
"Bukan begitu, Bibi. Tapi... firasatku mengatakan ` ada sesuatu yang tersembunyi dari hilangnya kakek guru Gila Tuak. Firasatku tak bisa dibohongi, Bi".
"Firasatmu terlalu mengada-ada.".
Bidadari Jalang berdiri, melangkah mendekati jendela. memandang ke arah luar dengan tenang.
"Lupakan firasatmu itu, Suto. Lebih baik kau segera pergi ke Gunung Wakas. Sahabatmu, Darah Prabu, kabarnya mau menikah dengan seorang putri raja. Coba tanyakan kepadanya, temui gurunya: Resi Badranaya. Cari kebenaran kabar tersebut.".
"Darah Prabu mau menikah" Putri raja mana yang mau dinikahi Darah Prabu, Bibi?" Suto menyusul dekati bibi gurunya.
Bidadari Jalang berpaling menatapnya. "itu yang perlu kau ketahui. Para tamu tadi membicarakan tentang itu.".
"setahuku, Darah Prabu mulai lengket dengan si Rambut Perak, orang Dasar Bumi," ujar Suto sambil mengenang hubungan Darah Prabu dengan bibinya Ajeng Ayu, orang dari Dasar Bumi yang tinggal di alam perbatasan gaib dan nyata itu.
(Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode ke 117: "TEWASNVA SEORANG PENGKHIANATU.
"Jika benar begitu, maka pihak Dasar Bumi akan merasa dikianati. Darah Prabu bisa diserang. Resi Badranaya, gurunya, akan turun tangan.
Pcrtumpahan darah akan terjadi. Tugasmu adalah mencegah agar jangan sampai terjadi pertumpahan darah tersebut. Sebab penguasa Dasar Bumi; si Dewa trrrrah, adalah sahabat baik kakek gurumu, iuga sahabat baikku Sementara si Badranaya sendiri iuga sahabat kami".
Pendekar Mabuk tertegun beberapa saat.
bidadari Jalang mendesaknya kembali agar segera berangkat ke Gunung Wakas. Mau tak mau Suto Sinting pun pergi tinggalkan Lembah Badai menuju ke Gunung Wakas.
20 MustiKA GERBANG DEWA. GUNUNG WAKAS ada di sebelah barat. Perjalanan menuju ke sana harus melewati beberapa perbukitan dan hutan belantara. Termasuk melewati beberapa desa, sawah, sumur dan beberapa jemuran. Bagi Pendekar Mabuk, perjalanan jauh bukanlah masalah, sebab la punya ilmu gerak cepat yang dapat mempersingkat waktu perjalanan.
Tetapi yang menjadi kecamuk dalam batin si pemuda tampan bertubuh tinggi, tegap, gagah dan kekar itu adalah kejanggalan sikap bibi gurunya saat memberinya perintah harus pergi ke Gunung Wakas.
Pendekar Mabuk melihat ada sesuatu yang dipaksakan oleh sang bibi guru saat bicara dengannya.
Sorot pandangan mata Bidadari Jalang dinilai menyimpan sesuatu yang tak ingin dibicarakan.
"Firasatku mengatakan, bahwa sikap bibi guru itu ada hubungannya dengan hilangnya kakek guru gila Tuak. Mengapa bibi guru tidak mau membahas perglnya kakek guru" Mengapa segera mengalihkan pada persoalan Darah Prabu" Ah. aku tetap curiga.
bagaimana pun juga aku tetap curiga. Aku merasa dikelabuhi oleh bibi guru maupun para tokoh tua yang kulihat berkumpul di Lembah Badai itu.".
Sekali pun batin berkecamuk begitu, tapi pemuda berbaju buntung wama coklat dengan celana putih kusam itu tetap melangkah menuju ke Gunung Wakas. Bumbung tuaknya menyilang di punggung.
membuat langkahnya tetap kelihatan gesit, gagah dan mantap sekali.
Pantas kalau ada sepasang mata yang mengikutinya secara sembunyi-sembunyi. Sepasang mata itu memandang dengan penuh kagum. Entah mengapa ia tak mau menampakkan diri dan menyatakan kekagumannya ltu. Mungkin si pemilik sepasang mata sudah mengetahui bahwa Pendekar Mabuk adalah calon suaminya Dyah Sarlningrum, penguasa Puri Gerbang Surgawi di Pulau Serindu.
Atau mungkin si pemilik sepasang mata itu menjaga harga dirinya agar tak terlihat jatuh di mata pemuda tampan seperti Pendekar Mabuk.
Yang jelas sepasang mata itu adalah milik seorang wanita. Wanita itu sudah tua atau masih muda itu tergantung penilaian yang memandang.
Kadang sudah berusia empat puluh tahun pun bisa dikatakan masih muda, jika yang menilai pria berusia seratus tahun. Atau usia tujuh belas tahun sudah dibilang tua, jika yang menilai anak berusia lima tahun.
Gerakan si pemilik sepasang mata itu tampak rapi dan tidak timbulkan suara gemerisik yang mencurigakan. la menggunakan ilmu 'peringan tubuh.
22 MUSTIKA GERBANG DEWA. sehingga dapat melesat dengan cepat agar tak ketinggalan langkah Suto. la mengikutinya dari atas pohon. selalu berpindah-pindah dari dahan yang satu ke dahan yang lain.
Namun kepekaan telinga Pendekar Mabuk tidak bisa dikelabuhi. la mempunyai ilmu 'Lacak Jantung' yang sering digunakan secara diam-diam. llmu 'Lacak Jantung' itu membuatnya bisa mendengarkan detak jantung orang lain dari jarak tertentu. Maka ketika Ia menangkap suara detak jantung yang bukan miliknya; dan juga bukan millk hewan, kecurigaannya pun mulai bekerja.
Kewaspadaannya dipertlnggi.
Lirikan matanya bergerak ke sana-sini dengan lincah dan jeli.
"Sebalknya aku berhenti di sini dulu. Ingin kulihat siapa orang yang mengekorku sejak tadi itu?".
pikirnya saat berada tak jauh dari gugusan cadas yang membukit.
la berlagak menenggak tuaknya. Sambil menenggak, matanya memandang ke bagian atas pohon dengan cepat. Sreet,.. Pandangan mata sudah menyapu bagian atas pohon. Tapi ia tak melihat bayangan seseorang di sekitar atas sana. Dengan berlagak menggeliatkan tubuh, seperti orang habis bangun tidur, matanya juga menatap sekeliling itu dengan cepat. Ternyata tak terlihat sesuatu yang mencurigakan.
"Detak jantung itu semakin dekat denganku.
hmmm... sepertinya ada di balik gugusan cadas yang.
MUSTIKA GERBANG DEWA. membukit itu?". Maka langkahnya pun diteruskan sedikit agar iebih dekat dengan gunung cadas tersebut. Ketika ia melewati sisi semak-semak, 'Gerak Siiumannya digunakan secara tiba-tiba. Ziaap, ziaapm Tahu-lahu ia sudah ada di atas gugusan tersebut, Bersemhunyi di balik batu setinggi pundaknya, Mata pun memandang ke sekitar kaki bukit cadas.
"Oh, itu dia..."i" gumamnya sambil tersenyum geii.
Seorang gadis tampak sedang bersembunyi di balik ceiah~ceiah dua batu besar yang berhimpitan.
Kedua batu itu membentuk lorong jarak yang pas untuk bersembunyi seorang gadis bertubuh sintal.
Gadis itu memandang ke arah tempat Suto tadi berada. ia tampak kebingungan karena incarannya hilang. Gadis itu mencari ke sana-sini dengan pandangan matanya dan masih tetap berusaha bersembunyi di ceiah bebatuan. Padahal ia sedang diperhatikan Pendekar Mabuk dari arah belakang sebelah atasnya.
"Hii, hii... orang ngintip diintip, ya begini ini.
Lucu dan konyoi," gumam Suto daiam hati dengan geli.
Pendekar Mabuk berkerut dahi karena merasa belum pernah melihat gadis berambut ungu.Rambut itu panjangnya sepunggung, diiepas tanpa pengikat.
Tapi kepalanya beriiiitkan logam kecil warna kuning emas. Mungkin emas asli, mungkin emas imltasi.
Yang jelas logam emasnya itu mempunyai hiasan burung merak di bagian depan. persis di keningnya.
Burung merak itu sangat kecii, sehingga tak mudah dilihat jelas dari jarak lima puiuh iangkah.
"Bagus sekali rambutnya. Bisa berwarna ungu begitu. Sinar matahari membuat rambut itu berkiiauan. Tapi... wajahnya bagaimana" Dari sini tak bisa dilihat dengan jelas. Cantik atau berantakan?" pikir Suto Sinling sambil berusaha mencari tempat agar dapat melihat wajah gadis itu.
Ziaaap... Suto pindah tempat yang iebih dekat lagi dengan persembunyian sl gadis. Tapi sialnya, si gadis justru memunggunglnya secara tak sengaja.
karena ia butuh tempat untuk memandang ke arah lain, mencari pemuda tampan yang diintainya sejak dari sana tadi.
Suto hanya meiihat jeias pakaian si gadis yang mengenakan rumpi pendek dari kuiit harimau loreng.
Rompi itu sangat pendek, hanya separoh perut kurang. Sekaiigus menjadi penutup bagian dadanya yang belum kelihatan montok atau rnintik itu.
Penutup bagian bawahnya semacam rok mini yang terbuat dari kuiit macan loreng juga. Sangat pendek, sehingga separoh pahanya teriihat jeias berwarna putih mulus, ia memakai sandai ikat 'sebatas betis, dibalut kulit macan loreng juga. Warna lorengnya adalah kuning hitam kuning, bukan hitan putih seperti Sama dengan geiang kuiit yang dikenakan di kedua tangannya.
Pandangan Suto tertuju pada sebilah pedang yang terselip di pinggangnya. Pedang itu mempunyai sarung yang dibungkus dengan kulit macan loreng hitam~kuning juga. Tampak ada sepasang mata pedang kecl di sisi kanan-kiri gagangnya, sehingga pedang itu mirip trisula panjang.
Ujung gagangnya. diberi hiasan ronce-ronce benang ungu.
Pada saat ia semakin merunduk dan badan membungkuk, Pendekar Mabuk yang memandangnya dari belakang jadi berdebar-debar, sebab rok pendeknya sedikit terangkat dan kemulusan paha belakang tampak lebih tinggi lagi.
"Hmmh..." Suto Slnting menggeram gemas dalam hatinya. Seolah-olah la ingin tangannya bisa berulur memanjang dan meremas apa yang terbukus rok pendek loreng hitam-kuning ltu.
"Untung tanganku pendek," ujar suto membatln.
"Coba kalau tanganku panjang, hmmm... pasti aku dijuluki si Tangan Panjang alias Malingl".
Celoteh batinnya itu dilakukan untuk menunggu tindakan si gadis yang berikutnya. Suto Sinling sengaja tak mau tampakkan diri dulu, ia ingin tahu apa maksud gadis ltu mengikutinya dari tadi, dan siapa sebenarnya gadis itu.
Rupanya karena merasa yang diikuti hilang.
gadis itu pelan-pelan keluar dari celah kedua batu tersebut. la bahkan melompat dengan cepat dan berdiri di tanah datar. Lompatan cepatnya membuat.
25 MUSTIKA GERBANG DEwA. Suto Sinting berkesiap, karena menilai lompatan itu adalah lompatan orang berilmu lumayan.
Si gadis berambut ungu memandang ke sana-- sini mencari pemuda yang diincarnya tadi. Gerakan memandang ke sana-sini membuat wajahnya teriihat jelas dari tempat Suto. Pemuda kunyoi itu terperangah kagum, karena ternyata wajah gadis berambut ungu itu tampak cantik sekali.
Hidungnya mancung, bibirnya sedikit tebal tapi sensual, matanya agak lebar tapi membeialak indah, penuh ketegangan dan keyakinan diri. Tepian mata yang .berwarna hitam itu memancarkan kesan memikat asmara setiap lelaki.
ia mengenakan kalung tali hitam yang ketat leher dengan bandul batu ungu bening bertepian emas.
Bandul itu kecil berbentuk segi tiga biasa.
"Dadanya, WOW... Melon bangkok" ujar Suto dalam hatinya yang berdebar-debar, karena dada gadis itu memang montok.
Warna kulit kedua bukit- nya terlihat mulus, karena dada montok itu tidak tertutup sepenuhnya, Rumpi pendek yang panjangnya tak sampai menutup pusar itu mempunyai tali itu-silang-silang yang membuat kulit kedua bukit montoknya terlihat samar-samar. Kulit perutnya yang puluh mulus terlihat jelas karena jarak rompi dengan rok pendeknya mencapai sekitar satu jengkal kurang dikit.
Dapat dibayangkan betapa pendeknya rompi itu. Bahkan menurut Suto rumpi itu lebih layak dilkatakan sebagai kutang semi panjang.
MUSTIKA GERBANG DEWA. Si wajah cantik berkesan penuh keberanian itu kini tampak kesal dan kecewa. la memungut batu dan melemparkan ke semak-semak. la sangka pemuda yang diincarnya bersembunyl di sana. Tapi yang keluar justru seekor kelinci hutan yang segera berlari menjauhi semak, Gadis itu makin kesal.
Napasnya mendengus pendek.
Rupanya ia bermaksud meneruskan perjalanan sambil mencari incarannya tadi. Namun ketika ia baru saja mau melangkah, tiba-tlba sekelebat bayangan muncul dari semak-semak bambu dan menerjang gadis itu dengan cepat. Zraaak, wuuus...
Gadis itu terkejut. tapi secara relleks tangannya berkelebat memberikan tangkisan. Beet... Bruuus...
Tetap saja ia terlempar karena terjangan itu.
Pendekar Mabuk ikut terperanjat kaget melihat kejadian itu. Tapi ia menahan diri untuk tidak segera keluar dari persembunyiannya. Hal yang membuat Suto kaget adalah kemunculan si penyerang yang ternyata salah satu tangannya nnenggunakan tangan palsu, ujung tangan palsunya ltu dipasangi senjata berbentuk clurit.
"Keparatl Si Begundal Tengik muncul di sini?".
geram Suto Sinting menahan jengkel. "Mengapa ia menyerang gadis itu" Apa persoalannya" Sebaiknya aku tetap di sini untuk mengetahui persoalan mereka".
Begundal Tengik bukan orang asing lagi bagl Pendekar
Mabuk. Lelaki berusia sekitar Ilma puluh tahun itu memang bertampang angker.
Kepalanya botak depan, rambut belakangnya panjang sepundak.
Jenggot, alis, kumis, bulu dada, lebat semua.
Pakaiannya baju lengan panjang longgar wama merah, tidak dikancingkan. Orang bertubuh gemuk berkulit sawo matang itu pernah dihajar Suto nyaris mati.
Tapi Suto pun pernah hampir mati karena jurus 'Monyet Bertandak-nya yang berbahaya jika ditangkis lawan itu, (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode ke 115; "KEBANGKITAN lBLlS GEMBIRA).
lblis Gembira adalah pentolan Lembah Ajal. Tapi la sudah menemui ajalnya di tangan Pendekar Mabuk.
la mempunyai adik Balayoda, dan mempunyai kakak Begundal Tengik. Padahal si Iblis Gembira dan Balayoda tewas terbunuh dalam pertarungannya dengan Suto, maka wajar jika Begundal Tengik menuntut balas kepada Pendekar mabuk atas kematian adik-adiknya itu, (baca serial Pendekar Mnbuk dalam episode ke 110: "SUKMA WARISAN.
Tetapi masalah ltu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan gadis berambut ungu.
Mengapa Begundal Tengik tampak bernapsu sekali nmnbunuh gadis berambut ungu itu.
Bahkan ia lepaskan serangan beruntunnya dengan menggunakan senjata clurit di ujung tangan kanannya yang palsu itu.
Clurit itu dikibaskan secara beruntun dengan gerakan cepat dan menimbulkan suara derungan mengerikan.
MUSTIKA GERBANG DEWA. Gadis berambut ungu menggunakan pe dangnya dengan lincah dan gesit. Pedang itu berkelebat menangkis tiap sabetan clurit lawan. Trang, tring, trang. trang, trang... Sraak...
Pedang berhasll mengunci gerakan clurit yang mengait.
Tangan palsu itu terangkat kaku ke atas karena ditahan oleh pedang. Kaki si gadis segera menendang ke samping kiri. Satu hentakan kaki ternyata menghasilkan tiga~empat tendangan beruntun.
Duuukk... "Uuuhk..." Begundal Tenglk mendelik, mulutnya ternganga mengeluarkan darah.
Gadis itu melepaskan pedang pengunci clurit. Ia ;melompat agak tinggi dan berputar tubuh dengan cepat. Wwuuss... Kakinya berkelebat menendang pelipis Begundal Tengik. Prook...
Weerr... Gedebruuuk, gusraaak...
Begundal Tengik terlempar dan jatuh berguling- guling sampai di semak-semak daun kering. Si gadis memainkan pedangnya sekejap, kemudian diam membisu dalam kuda-kuda kokoh.
Pedangnya diangkat ke atas kepala dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya membertuk cakar di atas pundak kirinya.
"Jurus yang indah sekali. tapi sangat berbahaya bagi lawan" puji Suto Sinling dalam hatinya.
Begundal Tengik segera berdiri dengan menggelnynr agak sempoyongan. Tendangan.
MUsTIKA GERBANG DEWA. beruntun yang kenai dadanya cukup membuat luka panas bagai membakar paru-paru. Tendangan kaki si gadis yang kenal pelipis cukup membuat telinganya bagaikan pecah dan isi kepalanya seperti rontok semua.
Dengan menarik napas dalam-dalam dan mengerahkan tenaga intinya yang berpusat dipusarnya maka rasa sakit itu dapat diatasi untuk beberapa saat.
Si mata lebar itu tegak kembali dengan suara g?ramannya yang besar dan menyeramkan.
Gadis itu berseru dengan suaranya yang lantang.
"Sekali lagi kau mencoba membunuhku, kau akan kehilangan nyawa sendiri. Begundal Tenglk".
"Hmmrrhml Kau telah membunuh kedua istriku: .umartipah dan Elok Suyuti Tak mungkin kubiarkan kau hidup begltu saja. kecuali kau mau menggantikan kedudukannya sebagai istriku".
'Jangan mimpi sebelum tidur. Begundal Tengik.
Kedua istrimu adalah perempuan sesat yang layak dlsingkirkan dari muka bumi .Jika kau tak rela, kau pun boleh menyusulnya melalui ujung pedangku ini".


Pendekar Mabuk 128. Mustika Gerbang Dewa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bangsatl" bentak Begundal Tengik dengan lantangnya. "Kurobek mulut atas bawahmu, Tikus
betina Heeaaahh...".
Mulut si Begundal Tengik terbuka lebar. Suaranya yang besar terlontar keras. Tubuhnya yang gemuk ltu mampu melayang terbang seringan kapas.
Melesat cepat. "Apakah gadis itu bernama Tikus Betina" Anh,..
kurasa bukan ltu pasti hanya nama hinaan saja".
ujar Suto dalam hati. Kata-katanya berhenti. karena perhatiannya lebih tertarik pada adegan tegang berikutnya, dl mana Begundal Tengik yang melayang di udara itu disambut oleh sl gadis berambut ungu dengan gerakan seperti terbang juga. Mereka bertemu di udara dan beradu senjata dengan kecepatan tinggi. Trang, trang, triing, srrak...
Kini clurit si Begundal Tengik mengunci pedang lawannya. Tangan kiri segera disodorkan ke depan dan tepat kenal pinggang si gadis. Buuuhk...l.
"Aakh.. ' si gadis pun terlempar ke samping.
Jatuh terbanting di bawah pohon. Brruuk...
"Auuhh., erangnya lirih sambil memejam mata kuat-kuat. Dan sudut bibirnya tampak cairan darah kental meleleh akibat pukulan bertenaga dalam di pinggangnya tadi.
Begundal Tengik memanfaatkan kesempatan emas itu untuk lepaskan serangan berikutnya. la tak mau menunggu lawannya bangkit lebih dulu.
Pendekar Mabuk merasa cemas, tapi tetap menahan diri untuk tidak mencampuri pertarungan tersebut.
"Akan kulihat seberapa tangguhnya gadis itu menghadapi lawan yang ganas dan liar seperti si Begundal Tengik" ujar Suto dalam hatinya.
Tapi ia sudah siapkan sentiian 'Jari Guntur' yang punya kekuatan tenaga dalam cukup besar itu. jika Begundal Tengik benar-benar akan menghabisi nyawa gadis itu dalam keadaan si gadis tidak berdaya, maka sentiian 'Jari Guntur' akan bertindak sebagai penghalang kekejaman Begundal Tengik.
TaPI' ternyata ketika Begundal Tengik berlari harnpiri gadis itu dengan tangan palsu siap diayunkan ke depan. gadis berambut ungu cepat sentakkan tangan kirinya. Dari tangan kiri itu keluar hawa panas menghantam perut Begundal.
Begundal Tengik terhuyung-huyung mundur. *Tapi cepat menahan napas untuk tegak kembali. _Si gadis sendiri buru-buru berdiri dengan menggigit bibir sebagai penahan rasa sakit di pinggangnya.
Begitu ia tegak berdiri, tiba-tiba Begundal Tengik keluarkan sinar merah berserabut dari telapak tangan kirinya. Claap...
"Gila Dia pergunakan jurus 'Monyet Bertandakk--W Bahaya betul gadis itu"' Suto Sinting bergegas untuk menyambar gadis.
?"Tapi Sebelum ia bergerak, ternyata si gadis lebih faham dalam menghadapi sinar merah tersebut.
si gadis menjejakkan kakinya ke dan tubuhnya melayang lurus dengan pedang tuntaskan ke dahi Begundal Tengik. la melayang di antara sinar merah tersebut, sehingga jurus 'Monyet bertandak Begundal Tengik hanya kenai batang Pohon. Buuuuss... Pohon itu hanya hangus.
Racun yang membuat tubuh lawan bisa bengkak dan gatal-gatal itu menimpa nasib si pohon.
Hanya sayangnya sl pohon tidak bisa garuk-garuk seperti hal yang dulu dialami oleh Suto sinting saat terkena jurus 'Monyet Bertandak' tersebut.
Sementara itu, pedang si gadis segera ditangkls oleh clurit Begundal Tengik. Trrang... Tapi kaki gadis itu cepat mengayun ke depan dan tepat kenai wajah Begundal Tengik. Prook...i.
"Aaaaff...". Bengundal Tengik terhuyung-huyung mundur. la cepat sentakkan kaki dan berjumpaiitan mundur. Sl gadis menyerang dengan tabasan jurus pedangnya secara beruntun. Wizz, wiiiz, wiiz, wuz ...
Begundal Tengik bersalto mundur terus-menerus. Wuuk, wuuk, wukk, wuuk .
'Heaah. Gadis itu segera melenting ke atas, melebihi ketinggian Begundal
Tengik. la bersalto panjang, melambung jauh, sehingga ketika Begundal Tengik hentikan jungkirbaliknya, gadis Itu sudah berada di belakangnya.
"Bangsati Hiaaah..." Begundal Tengik langsung menyerang dengan tubuh besarnya berputar tegak lurus.
Tapi si gadis juga melompat dan berputar tegak lurus. Pedang dan clurlt terdengar beradu dua dentingan. Trang, triin i Wiiz, wiiiz, wliz, .
Pedang ilu tak terlihat lagi gerakannya. Tapi ketika mereka sama-sama adu telapak tangan.
' keduanya ternyata sama-sama terpental mundur.
Begundal Tengik berhasil mendarat dengan kaki tegak, demikian pula sl gadis berambut ungu. Tetapi kejap berikut Begundal Tengik terbelalak kaget.
Matanya menjadi sangat lebar.
'Hahh...?". Rupanya tebasan pedang tadi telah mencabik- cabik pakaian si Begundal Tengik.
Bukan hanya bajunya yang robek-robek seperti gelandangan, tapi juga celananya menjadi hancur bagai habis dicabik- cabik tiga ekor beruang.
Sruuut... Celana itu melorot ke bawah karena kolornya putus.
Begundal Tengik cepat menangkap dan memegangi celananya hingga kain celana itu tak sampai jatuh ke tanah.
"Bangsat busuk kau' geram Begundal Tengik.
ia kebingungan pegangi celananya. Si gadis hanya memandang dengan senyum sinis.
"Awas. TUNGGU pembalasanku berikutnya. Kau tak akan kubiaikan hidup lebih lama lagi, Ratu rimba".
blaasss... Begundal Tengik pun pergi.
gadis yang ternyata bernama Ratu rimba. Si gadis tak mengajarnya, hanya memandang dengan senyum makin sinis. Pedang dimasukkan ke dalam sarungnya. Sraak.
Pendekar Mabuk tertawa geli melihat Begundal tengik kedodoran dalam larinya.
Tapi tawa geli yang memanjang dalam hati itu segera berhenti setelah tiba-tiba gadis itu memekik dengan suara pendek. Mata Suto pun segera diarahkan kepada si Ratu Rimba.
"Aahkk. ". "Apa itu..."t" sentak hati Suto dengan tegang.
Rupanya ada anak buah Begundal Tengik yang berbuat curang. la melemparkan dua pisau terbang dari belakang Ratu Rimba. Kedua pisau itu menancap di punggung gadis Itu.
Si gadis menggeliat sambil menyeringai kesakitan. la berpegangan puhon saat sebelum jatuh terpuruk.
Wuuut, jleeg... Seorang lelaki bertampang liclk muncul dari persembunyiannya.
Terkekeh-kekeh pandangi si Ratu Rimba yang sudah tak punya kekuatan lagi itu.
"Akhirnya akulah yang berhasll membunuhmu, Ratu Hlmba Akulah yang akan diangkat sebagai wakilnya Begundal Tengik Heeeh, heeeh, heeeh, heeeh, heeeh...
Pendekar Mabuk bertindak cepat. Jurus 'Jari Guntur" dilepaskan sambil ia melesat keluar dari persembunyiannya.
Tees... Buuuhkkk... "Huueeekkml suara orang itu menyentak keras, memuntahkan cairan kuning dari mulutnya. sebab sentiian 'Jari Guntur' itu tepat kenal perutnya.
Orang itu terkapar dalam keadaan kejang tiga hitungan.
"Manusia licik panggil ketuamu, suruh dia hadapi aku. Sentak Suto dengan berang.
la paling benci melihat kelicikan seperti ltu.
Orang yang wajahnya langsung pucat itu semakin terbelalak kaget dan gemetar. Rupanya ia kenali siapa pemuda yang muncul tiba-tiba itu.
Dengan sisa tenaganya, ia pun segera melarikan diri.
walaupun harus tersungkur sungkur beberapa kali.
Pendekar Mabuk lebih mementingkan keselamatan ratu Rimba ketimbang mengejar anak buah Begundal Tengik. Gadis itu menatap Suto dengan pandangan sayu. Kejap berikutnya tubuh si Ratu Rimba merosok
ke bawah pohon dan terpuruk di sana.
"Hei, hei... Bertahaniah, jangan mati dulu" seru Suto Sinting dengan panik dan berdebar-debar tegang.
...... HAMPIR saja nyawa si Ratu Rimba amblas tak terkejar. Kedua luka bekas tempat pisau menancap itu ternyata beracun ganas. Selain memberikan minum tuak saktinya, Pendekar Mabuk masih harus kerahkan hawa murninya untuk membantu kalahkan racun dari pisau tersebut.
Ratu Rimba selamat. "Selamat, Ratu Rimba".
Gadis itu berkerut dahi ketika diajak berjabat tangan dengan Pendekar Mabuk.
"Apa maksudmu?" tanya Ratu Rimba berlagak ketus.
"Aku mengucapkan selamat padamu atas keberhasilanmu membuat Begundal Tengik lari terbirit-birit," jawab Suto Sintlng sambil pamerkan senyum pemikatnya.
Plaak... Ratu Rimba menampar pipi Suto. Tentu saja tindakan itu sangat mengejutkan, sangat di luar dugaan, dan sangat keterlaluan. Tetapi sebagai seorang pendekar, Suto sinting mencoba bersikap sabar dan bijak. Dengan senyum sedikit sepet, Suto Sinting ajukan tanya pada ratu Rimba.
"Mengapa kau menamparku, Ratu Rimba?".
"Ternyata kau mengintip pertarunganku dengan Begundal Tengik. Aku paling benci pada orang yang suka mengintip pertarungan orang lain" tegas Ratu Himba.
'Oh, maaf...," ujar Suto pelan sekali. seperti memendam rasa malu tak ketulungan.
"Sebenarnya aku tidak bermaksud mengintip, tapi kebetulan lewat dan melihat. Jadi.
"Cukupl" tegas Ratu Rimba. "Siapa dirimu sebenarnya?".
"Aku". aku seorang pengembara, dan....".
Plaak l. Suto ditampar lagi. Napas ditarik dalam-dalam untuk menahan keberangan. Bagiamana pun sebagai pendekar Suto tetap berusaha untuk sabar.
"Mengapa kau menamparku lagi, Ratu Rimba?".
tanya Suto dengan nada ramah.
"Aku paling tak suka kepada orang yang baru kukenal, lalu mengaku seorang pengembara.
Sebutkan namamu dan dari mana asalmu ltu yang kumau".
"Oo, namaku Suto.., aku dari Lembah Badai mau kn Gunung Wakas.".
"Hmmm..." Ratu Rimba manggut-manggut.
berjalan mengitari Suto sambil memandang penuh selidik. Kepalanya sedikit manggut-manggut hingga la tampak seperti gadis yang angkuh dan sombong.
Kedua tangannya bertolak pinggang, seakan.
MUSTIKA GERBANG DEWA. tunjukkan keberaniannya di depan siapa pun.
"Siapa yang mencabut pisau di punggungku dan yang membuatku sehat kembali tanpa luka begini".
"Aku sendiri, Ratu Rimba.".
Plaak. Tiga kali Suto Sinling ditampar pipinya. Makin bengkak dada Suto karena menahan marah. Tapi ta tetap mampu bersikap sabar terhadap gadis yang dianggap ngelunjak itu. la hanya tersenyum. seakan tak merasakan tersinggung sedikit pun, seakan tamparan itu bukan apa-apa baginya.
"Padahal panas sekali wajahku. Sudah tiga kali ditampar, seperti disiram pakal air mendidih. Busyet..
Tamparannya iebih keras dari seporong papan jati".
Jangan-jangan gadis ini cacat jiwanya alias gila?".
gumam Suto bernada gerutu. Tapi mulutnya bertutur kata dengan manis.
"Mengapa kau menamparku lagi, Ratu Rimba?".
"Kau pemuda yang lancangl Berani sembuhkan lukaku tanpa izin. Lain kall jika kau berani bertindak begitu, kupenggal lehermu seketika itu juga.
Mengerti". Plaak... Kini tangan Suto yang berkelebat menampar gadis itu. Tamparan itu cukup kuat. Ratu Rimba terpelanting jatuh seketika, wajahnya menjadi merah. la buru-buru bangkit. Menggeram dengan mata memandang tajam.
"Mengapa kau menamparku, hah?" bentaknya dengan galak.
Mustika GERBANG DEWA. "Setiap aku menjawab pertanyaanmu kau selalu menamparku. Kini sebelum
kujawab pertanyaanmu, aku harus menamparmu lebih dulu. Nah, sekarang aku akan menjawab pertanyaanmu tadi...".
"Cukupl" sentaknya sambil mengusap-usap pipi.
"Tamparanmu boleh juga, Kau berilmu tinggi, ya?".
"Tidak lebih tinggi dari dirimu, Ratu Rimba" kini Suto menjawab dengan tegas walau bersikap merendah.
la berdirl dengan gagah dan tampak siap betui menangkis tamparan atau ulah si cantik yang galak serta konyol itu.
"Maafkan aku. ltu tadi hanya candaku saja.
Begituiah aku jika bercanda" ujarnya dengan nada masih kurang akrab, namun Pendekar Mabuk menganggapnya sudah cukup ramah dan akrab.
"Gadis Ini agak lain." pikir Suto.
"Candanya kasar, tapi bersikap tegas dan berani mengakui kesalahannya'.
ratu Rimba berdiri dengan tangan bersandar pada pohon. Pandangan matanya sengaja tidak ditunjukkan pada Suto, melainkan memandang ke arah jauh. la seperti sedang memikirkan sesuatu, dan Suto memberinya waktu untuk berpikir dengan tak mengajaknya bicara untuk sesaat.
Namun karena terlalu lama saling membisu, Suto Slnting tidak tahan. la segera mendekati Ratu Rimba dari samping kiri. Tuaknya ditenggak dulu beberapa tequk, baru perdengarkan suaranya.
"Ratu Rimba, ketika kau tadi berjalan melewati hutan sebelah timur sana, ada sepasang mata yang mengikutiku terus dari balik perseinbunyiannya. Aku tak tahu dia bersembunyi di mana, dan....".
Ratu Rimba palingkan wajah dengan cepat.
Pandangannya sangat tajam, dahinya berkerut seperti merasa tak suka mendengar ucapan Suto.
Mau tak mau Suto Slnting tak jadI lanjutkan kata-katanya.
"Aku tidak pernah mengikutimu. Untuk apa aku menguntit pemuda yang belum kukenal" Jangan menuduhku seenak mulutmu begitu, Sutol".
Dengan senyum kalem Pendekar Mabuk berkata.
"Aku tidak menuduhmu. Jika kau merasa tertuduh, berarti kaulah yang menguntitku".
'Kau pikir aku gadis murahan, hah" bentak Ratu Rimba.
Beet.. Tangan Ratu Rimba menghantam wajah Suto. Tapi dengan sigap Suto Sinting menangkap genggaman tangan itu. Deeb...
Genggaman tersebut diremasnya agak keras. Ratu Rimba kecllkan mata penanda menahan rasa sakit. Kemudian Suto Sinting menyentakkan tangan itu ke bawah sambil melepaskannya. Wuuut l.
Ratu Rimba membatin.. aku menguntitnya". Pendekar Mabuk berkata dengan kalem tapi tegas, "Baikian Bukan kau orang yang kumaksud.".
Suto sunggingkan senyum sedikit sinis dan geli.
"Sial Dia bisa tahu kalau aku menguntitnya.
"Pasti orang lain yang mengikutiku. Tapi kalau boleh kutahu, hendak ke mana tujuan langkahmu, Ratu Rimba".
"Untuk apa kau mengetahui tujuanku" Kau mau menguntitku".
"Kalau kau izinkan, aku akan menguntitmu.Tapi kalau tak kau izinkan, aku akan teruskan langkahku ke puncak Gunung Wakas.".
"Kalau begitu kau Ingin ke tempat kediaman Resi Badranaya?".
"Benar Kau kenal beliau rupanya?".
"Ya, karena aku kenal dengan muridnya yang bernama `Darah Prabu" jawabnya tetap bernada tegas, dan kali ini sambil berpaling memandang ke arah lain.
"Kebetulan sekali aku juga sahabat Darah Prabu".
Seet. Wajah cantik berkesan galak itu berpaling cepat dengan gerakan patah. Sekali lagi gadis itu menatap tajam dengan dahi berkerut seperti menyimpan kecurigaan.
"Kau jangan membual di depanku. Darah Prabu tidak punya sahabat bernama Suto".
"Aku tidak membual. Aku memang sahabatnya.
berani sumpah. Kalau aku bohong padamu, biarlah aku mati dalam pelukanmu".
Beet, plaak...l. Tiba-tiba Ratu Rimba melepaskan pukulannya iagi. Suto Slnting yang selalu waspada Itu berhasil membuang pukulan itu dengan sentakan slku kirinya. Tapl gadis itu buru-buru berlutut dan meyodokkan telapak tangan kirinya ke perut Suto.
MUSTIKA GERBANG DEWA. Sinting. Buuhk... "Huuhhk..."l" Pendekar Mabuk mendelik, terlempar mundur, jatuh berlutut dengan memegang perut. sekujur dada dan perut bagaikan kaku. "Edanl Sodokan tangannya bertenaga dan berbahaya. Napasku seperti tersumbat. Jangan' jangan lambungku retak.
Aduh, bagaimana ini.. Kram.... Perutku jadi'
kram...?" . Ratu Rimba dekati Suto dengan tetap bertolak pinggang. la berhenti tepat satu langkah d' depan Suto. Wajah pemuda tampan itu menatapnya dengan sedikit mendongak.
"Candamu kelewatan, ratu Rimba. Kau sungguh' sungguh memukulku".
"Kalau tidak kupancing begltu: kau tak mengaku sebagai sahabat si keparat Darah prabu itu. Karena kau sahabatnya,"kau harus mendapat ganjaran dari kebiadabannya.
' ada apa dengan Darah Prabu".
"Ini jawabannya Hiaaah...".
Beet... Tendangan kaki Ratu Rimba menyerang wajah Suto secara mendadak. Untung Suto segera iepaskan perut dan menangkis itu. Dees...
Lengannya jadi sasaran kaki Ratu rimba.
Lengan itu sekokoh pilar besi, tapi tendangan ratu Rimba sekeras pilar baja. Mau tak mau Suto Sinting terjungkal ke belakang dan menyeringai kesakitan.
Tulang lengannya bengkak mendadak. Biru legam.
Semakin terbengong wajah Suto pandangi tangannya. la buru-buru berdiri setelah tarik napas dalam-dalam dan menyalurkan hawa murninya ke dalam perut. Dengan begitu perutnya yang kram sudah mulal lemas kembali.
"Hiaaaaaahhhmll".
Gadis berambut ungu itu melambung di udara dalam gerakan terbang. la sempat lakukan jungkir balik jarak panjang seperti seekor naga sedang terbang. Tanpa diketahui gerakan tangannya, tahu- tahu ia sudah menggenggam pedang dan ditebaskan ke arah Suto Sinling. Wuuut...
Trraang... Bumbung tuak berhasil disilangkan di atas kepala. Pedang itu membentur bumbung tuak dan memercikkan bunga api bersama letupan kecil.
Daaar... Tepat tubuh ilu bergerak turun di depan Suto sinting, tangan Suto menghantam ke depan dengan gerakan cepat tak terlihat. Beet, buullhk...
Suto langsung bergulingan ke tanah, wuut... Bangkit berdiri dengan lutut ditekuk, miring ke kiri dan berhenti dalam posisi kaki ditarik ke belakang.
Ratu Rimba jatuh terhempas oleh pukulan yang kenai perutnya_tadl. la jatuh dalam posisi duduk bruuk..
Ujung tulang ekornya membentur batu.
Wajah cantik itu menyeringai kesakitan. Tapi segera bangkit dan pasang kuda-kuda jurus pedang.
Pendekar Mabuk tegak kembali dengan tubuh meliuk seperti orang mabuk mau tumbang.
Kuda-kuda tidak dipasang. Tapi kedua kakinya merengganq dan badannya tegap. Dada membusung maju, tangan kiri menggenggam kuat, tangan kiri menggenggam taii bumbung tuak. Bumbung tuak dalam posisi berdiri tegak di depan dada kanannya.
"Apa maksudmu menyerangku, Ratu rimba.
Katakan apa persoalan sebenarnya".
"Aku benci pada siapa pun yang mengaku saudara si keparat Darah Prabu itu.
"Tapi aku tak tahu persoalanmu dengan Darah Prabu" Jangan iibatkan diriku".
'Tak mungkin. Kau pasti ikut membantu tindakan busuk si Darah Prabu itul".
"Ratu Rimba..." tegas Pendekar mabuk sambil maju dua langkah.
Wut, Wut. Wut. ratu rimba merubah posisi kuda-kuda jurus pedang.
pedang diarahkan lurus ke depan. Keruncingannya siap menghujam leher Suto Sinting yang berdiri didepan darinya.
kalau memang aku bersalah, aku akan bersedia menerima hukuman. Aku bukan seorang Pengecut- ratu Rimba Tapl jika aku tak bersalah, sampai kapan pun aku akan membela diri dan tak perdulikan siapa lawanku Untuk itu, tolong jelaskan dulu?".
apa yang dilakukan Darah Prabu. aku bersedia menegurnya llka memang ia salah.dan bersedia menghadap sendiri kepada gurunya: Resi Badranaya".
"Darah Prabu mencuri Mustika Gerbang Dewa.
Ketegangan otot di tubuh Suto mengendur. Kini yang nampak tegang dahinya yang berkerut. la memandang Ratu rimba dengan kesan heran dan bingung.
"Apa itu Mustika Gerbang Dewa?".
"Jangan berlagak bodoh kau".
Suuut... Pedang disentakkan ke depan. Suto Sinting _mundur dengan cepat. Tak tahu kalau di belakangnya ada pohon. la terdesak di situ, Ujung pedang berada di depan Iehernya, berjarak kurang dari setengah jengkal.
"Kau pasti mengetahuinya" tuduh Ratu rimba.
"Tidak. Aku sama sekali tidak mengetahuinya".
tegas Pendekar Mabuk, tapi dengan siap
tenang. seakan pasrah dengan ancaman ujung pedang itu.
"Kau bisa mati di ujung pedangku kalau masih membual terus, Suto".
'Silakan. Hujamkan saja "pedangmu ke leherku jika aku kau anggap membual. Aku bukan seorang pendusta, Ratu Rimba".
Mereka saling pandang. Suasana cukup tenang, tapi Pendekar Mabuk pandai mengendalikan dlrl sehingga tak kelihatan tegang.
"Jangan membuat kesabaranku habis, Suto.
Katakan sekarang juga. di mana Mustika Gerbang dewa itu disembunyikan oleh Darah Prabu?".
"Aku tidak tahu Sumpah Mampuslah aku kalau aku bohong padamu.".
"Kalau begitu aku terpaksa membunuhmu sekarang juga".
"Ya, silakan Lakukan apa yang ingin kau lakukan Bukankah mudah sekali bagimu untuk menghuiamkan pedang ke leherku sementara aku tidak berdaya begini" Ayo sentakkan pedangmu".
Diam-diam Suto sudah persiapkan iurus 'Gerak Siluman'. Sedikit saja ada gerakan dari Ratu Rimba.
ia akan melesat dengan cepat sehingga tampak seperti menghilang. Dengan begitu huJaman pedang akan kenai pohon yang ada di belakangnya. Jika pedang menancap pada pohon, pasti punya waktu untuk mencabutnya. Waktu itu akan dipergunakan Suto buat melayangkan tendangannya ke tubuh Ratu Rimba.
Kalau sudah begitu, lumpuhlah gadis galak yang berani nekad itu.
Tetapi agaknya rencana tetaplah rencana.
Perhitungan tetaplah perhitungan. Diam tetaplah diam. Tak ada gerakan sedikit pun dari ratu rimba.
Tapi pandangan mata mereka masih saling beradu tajam.
Bedanya, ketaiaman pandangan Suto berkesan lembut, pasrah, seperti tak berdaya, tapl punya wibawa. Sementara itu pandangan mata Ratu Rimba berkesan tajam, berani, keras, tapi dalam kebimbangan yang merisaukan hatinya.
Setelah lebih dari sepuluh helaan napas mereka saling diam dan saling bungkam, akhirnya suara Ratu Rimba pun terdengar pelan walau tetap bernada tegas.
"Siapa diri-mu sebenarnya" Kulihat gerakan iurusmu seperti gerakan Pendekar Mabuk.".
"Apakah kau pernah bertemu Pendekar Mabuk?".
Pendekar 'mabuk hanya kutemukan dalam cerita dong?ng-dongeng menjelang tidur," jawab Ratu rimba berkesan polos.
"Kulihat ciri~ciri pendekar Mabuk keluar dari dalam mulut orang-orang yg mendongeng itu di sekitarku'.
"Lalu apa keslmpulanmu?".
"Jawab perlanyaanku" bentak Ratu Rimba.
Siapa kau sebenarnya?".
aku yang ada dalam dongeng menjelang tidur itu.
"Setan" .sentak Ratu Rimba dalam desahan.
Pedangnya dikibaskan-ke samping wuuk see. sreep... Pedang itu masuk dalam sarungnya dalam waktu amat singkat.
"Gilal cepat sekali jurus pedangnya" gumam . suto sambil hembuskan napas lega.
ratu Rimba melangkah cepat seperti mau pergi.
Tapi sebelum Suto sinting memanggilnya' ia sudah berhenti dan duduk di bawah pohon seberang.
Tampaknya ia ingin merenung sendiri di sana .suto .sinting memandang dengan senyum kekaguman. la juga sempat gelang-gelang kepala pula,, sebagai unqkapan :rasa kagumnya terhadap gadis cantik yang satu itu.
"Dia lain dari yang lain. Percampuran antara Perawan sinting dengan Pandawi" ujar hatl Suto, teringat tentang Perawan Sinting dan Pandawi.
Mereka adalah dua gadis konyol yang tegas, lincah, galak tapi menaruh rasa cinta padanya, (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode 85 dan 97: "PERAWAN SINTING' dan RATU PEMBURU GAIRAH").
Pendekar Mabuk menenggak tuaknya. Badan terasa segar kembali. la mulai beranikan diri dekati Ratu Rimba, Sl gadis berpakaian sexy serba ioreng itu masih diam terbungkam, tapi matanya memandang ke arah Suto dalam sebuah lamunan.
Suto jadi kikuk sendiri. Dengan sentakan kecil kakinya, tubuh Pendekar Mabuk melambung di udara dan bersalto satu kali.
Wuuut... Jleeg... Melihat tingkah Suto seperti itu, orang lain akan menyangka Suto unjuk kebolehan, pamer ilmu, sok- sokan dan sebagainya. Tapi rupanya gerakan Pendekar Mabuk Itu punya arti tersendiri. Begitu kakinya menapak di tanah depan Ratu Rimba, tangan kirinya yang menggenggam itu segera dibuka dan ditunjukkan kepada Ratu Rimba.
"Seseorang ingin membunuhmu".
"0oh...?" Ratu Rimba
terkeiut. Dalam genggaman Suto itu terdapat sekeping logam berbentuk trisula kecil. Logam itu berwarna putih anti karat, tapi ujung- ujungnya bewarna biru pertanda mengandung racun.
Bentuknya yang seperti trisuia kecil itu memungklnkan sekali untuk dapat' menancap di leher Ratu Rimba.
Tentu Saja gadis_ itu cepat bangkit dan memandang Sek?ilimg dengan waspada.
Tangannya masih' memegangi gagang Pedang, siap untuk dicabut sewaktu-waktu.
"Dari mana senjata rahasia itu tadi?".
Kulihat kemiiau pantulan iogamtadi berasal dari Semak-semak berbatu besar' sebelah sana," sambil Suto menunjukkan melalui pandangan matanya.
Blaasss... Ratu melesat cepat. Rambut Suto Yang Panjangnva sepundak tanpa ikat kepala sempat 'terangkat karena hembusan angin gerakan Ratu rlmba tadi.
Tahu-tahu gadis itu sudah ada di atas batu seberang sana, memandang ke arah sekelilingnya dengan mata liar dan ganas.
Pendekar Mabuk tetap kalem.
Matanya memandang sekeliling juga. Dugaannya benar, orang Yang melemparkan senjata rahasia itu pasti sudah kabur setelah mengetahui senjatanya gagal kenai sasaran.
Ketika Suto menengok ke arah utara tampak Perbukitan yang sedikit jauh dari tempat itu.


Pendekar Mabuk 128. Mustika Gerbang Dewa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perbukitan tandus itu tanpa sebatang pohon pun. Di sana tampak seseorang sedang berlari untuk menuruni lereng seberangnya. la akan menghilang di lereng perbukitan itu.
"Ratu Rimba... lihat di sebelah utara itu" seru.
MUSTIKA GERBANG DEWA. Suta Sinting. ratu rImba menatap ke arah yang dimaksud.
Tampak olehnya seseorang berpakaian hitam' sedang menuruni lereng seberang dan menghilang lagi.
Ratu Rimba tak mau kehilangan kesemPatan pula orang itulah pemilik senjaia rahasia trisula kecil itu. Maka la pun melesat ke arah Perbukitan tersebut.
Blaass... blasss...i. "Bukan maln..." Suto sinting geIeng-geleng kepala. "Gadis itu benar~benar punya gerakan CePat Sama seperti gerakan si Candu Asmara atau Angln Betina. Hmmm... Benar~benar keras ,berani dan liar.
Zlaaap, Ziaaap... Pendekar Mabuk menyusul Ratu Rimba dengan jurus 'Gerak Siluman'nya. Kecepatannya melebihi kecepatan ratu rimba.
Dalam waktu 'singkat Suto Sinting sudah tampak berada di bukit tandus.
ratu rimba hentikan iangkahnya- Matanya terbelalak mulutnya terbengong, karena ia m?lihat suto sinting sudah ada di tempat itu lebih dulu darinya. Namun demi menutupi kekagumannya dengan menampakkan wajah berangnya terhadap Pelempar senjata rahasia tersebut.
"Dia menghilang di dalam keiebatan hutan ujar Suto Sinting sambil menunjuk ke arah kaki bukit tersebut.
"Jahanam...l" geram Ratu rimba. Matanya memandang penuh dendam. Napasnya tampak dihela dengan berat.
"Kaiau....". Blaaass .. blaaass ... blaaass...
Suto Slnting tak jadi bicara. Ratu Rimba sudah lebih dulu melesat menuruni bukit, mengejar si pemilik senjata rahasia itu. la masuk ke dalam hutan yang lebat. Mau tak mau Suto sinting menyusulnya dengan jurus 'Gerak Siluman' lagi.
Zlaahp, zlaaap... .jleeg... Suto sinting sengaja berhenti di depan langkah Ratu Rimba. Gadis itu terpaksa hentikan langkahnya.
"Percuma Di hutan selebat ini, dia bisa sembunyi ke mana saja dan kita bisa kehilangan arah" ujar Suto sinting saat Ratu Rimba memandang tajam.
seakan menyuruhnya menyingkir.
Suto berujar lagi, 'Bukan begitu cara mengejar lawan. Tenagamu hanya akan dikuras. Dalam keadaan tenagamu lemah, dia mudah melumpuhkan dirimu.
Pakailah siasat dan perhitungan, Ratu Rimba".
"Hmmmh Ratu Rimba mendengus kesal.
Agaknya ia terpaksa menerima saran Pendekar Mabuk.
Suto mendekatinya, menunjukkan senjata kecil itu.
"Mungkin kau kenal siapa pemilik senjata rahasia ini?".
"Ya, aku kenal" jawabnya ketus dan singkat.
'Bagus. Kalau kau kenal kenapa harus kau kejar".
Sebaiknya datangi saja tempat tinggalnya dan bereskan urusan di sana Kalau kau takut. aku akan mendampingimu, asal kau
jelaskan persoalannya".
Seet... Serrt... Tangan kiri Ratu Rimba mencengkeram baju Suto Sintlng. Badan tegap itu ditarik sedikit hingga maju mendekatinya. Wajahnya sendiri didekatkan ke wajah Suto, namun giginya menggeluiuk dan suaranya menggeram marah.
"Aku tidak takut pada siapa pun, tahu" Hati-hati jika kau bicara padaku, Pendekar Mabuk".
Suto tersenyum kalem. "Maaf...," suaranya lirih sekali. Gadis itu melepaskan cengkeraman tangannya.
Tubuh Suto disentakkan ke belakang.
"Benar-benar kasar gadis ini. Tapi... mengesankan sekali buatku," ujar Suto membatin.
"Boieh kutahu. siapa pemilik senjata rahasia ini tanya Suto setelah sama-sama bungkam sekitar tiga helaan napas.
Wuuut... Sekeping logam putih itu disahut oleh ' Ratu Rimba dari tangan Pendekar Mabuk. Senjata tersebut diperhatikan sebentar, lalu ditimang-timang dengan tangan kanannya.
"Hanya orang yang bernama Selendang Jantan yang memiliki senjata rahasia berbentuk seperti ini".
Siapa Selendang Jantan..?" Suto sinting berkerut dahi.
'Dia muridnya Pandita Delapan Jari dari Kuil Genta Agung.".
'Ooo. Ya Yaa... aku pernah mendengar nama itu.
bahkan pernah bertemu sebentar dengan selendang Jantan. Dia seorang pemuda yang berpakaian putih dengan corak bunga warna-warni dan berkalung selendang merah. bukan?".
"Benar" jawab Ratu Rimba pelan. "Kapan kau bertemu dengannya?".
"Beberapa waktu yang iaiu, jawab Suto, ialu men?eritaakan sedikit pertemuannya dengan selendang Jantan. Yang waktu itu sedang dikejar-kejar Perawan sinting (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode ke 126: "KORBAN ASMARA TERKUTUK).
"Kalau kau yakin senjawa itu milik Seiendang Jantan. sebaiknya kau datangi dia ke Kuil Genta Agung dan bikin perhitungan dengannya!".
"Tapi senjata ini bukan milik Selendang Jantan.".
Kepala Suio ditarik ke belakang sedikit dengan dahi berkerut lagi.
"Aneh kamu Ini. Tadi katamu hanya si Selendang Jantan yang mempunyai itu?".
"Senjata ini lebih ringan dari miliknya Selendang Jantan!".
"Hebat Dari mana kau bisa mengingat-ingat berat senjata milik Selendang Jantan?".
"Aku kenai betul padanya," jawab Ratu Rimba seraya menatap Suto, meyakinkan apa yang dikatakannya, "Dia sahabat dekatku.
"Sahabat atau kekasih?".
Plaak. Tangan kiri ratu Rimba berkelebat menampar Suto. Tapi tangan kanan Suto Yang kebetulan tidak memegangi bumbung tuak itu segera menangkisnya.
"Jangan anggap diriku mudah jatuh cinta pada pemuda setampan dia atau setampan dirimu" tegas Ratu Rimba dengan tangan menuding bernada mengancam.
"Ratu Rimba bukan gadis murahan, yang mudah jatuh cinta pada Pemuda Sehebat apapun" Yang diancam justru tertawa, 'tapi pelan.
"Baiklah Aku percaya dia sahabat dekatmu. Kita kembali ke persoalan sen|ata rahasia ini. Jika bukan miiik Selendang Jantan, lalu millk siapa?".
Ketegangan gadis itu reda kembali.
"Pasti ada pihak yang memalsunya dengan maksud mengadu domba antara aku dengan Selendang Jantan".
"Hmmm, yaah... masuk akal juga perhltunganmul'.
"Akan kubicarakan dulu pada Selendang Jantan.
Mungkin dia bisa tunjukka siapa orang yang memalsu senjata rahasianya '.
"Jadi kau mau ke ....".
"Kuil Genta Agung" jawabnva cepat, lalu melangkah pergi tanpa pamit iagi.
Senjata itu dibawanya, disellpkan dalam gumpalan sesak di dadanya. Suto sinting ditinggalkan begitu saja.
Suto tak mau ditinggalkan. sebab ada sesuatu yang dianggapnya belum beres. Pendekar Mabuk pun segera menyusul Ratu _Rimba hingga langkah mereka menjadi berdampingan. Ternyata gadis itu tidak mengusir Suto, berarti dia tidak keberatan diikuti Suto sinting.
"Ratu Rimba, kau belum...".
"Baiklah sahut Ratu Rimba. "Terima kasih atas pertolonganmu yang telah dua kali selamatkan nyawaku. Tapl perlu kau catat dalam ingatanmu, Ratu Rimba dapat selamatkan diri sendiri tanpa bantuan siapa saja".
"Oh, aku.. aku bukan
mau bicarakan soal rasa terlmakasihmu, aku... aku hanya ingin katakan bahwa kau belum jelaskan padaku tentang Mustika Gerbang Dewa itu".
Ratu Hlmba hentikan langkah, menatap dengan iengkel. Napasnya dihembuskan satu kali.
"Aku Juga ingin tahu, kira-kira apa sebabnya Darah Prabu mencuri Mustika Gerbang Dewa" Seperti apa bentuk mustika itu, dan apa kegunaannya".
Ratu Rimba menggerutu, "Tampan-tampan cerewetnya bukan main orang satu ini"i".
Suto sinting tersenyum masam. Sebenarnya ia kesal juga dengan ketengilan ratu rimba. Tapl ia butuhkan keterangan tersebut sehubungan dengan perintah dari sang bibi guru untuk menemui Resi Badranaya dan Darah Prabu.
Suto sangat berharap Ratu Rimba mau menjelaskamm SEmua tentang pencurian Mustika Gerbang Dewa itu.
000000. TERIK matahari memancarkan hawa panas yang dapat membuat kering kerak nasi dalam beberapa kejap saja. Tentunya jika kerak itu dijemur oleh pemiliknya. Jika disekap di bawah bantai, tentu tak akan cepat kering.
Tapi yang jelas, sinar matahari di siang itu bagaikan ingin membakar bumi.
Beruntung sekali perjalanan Pendekar Mabuk dan Ratu Rimba melalui hutan belantara. Kerimbunan daun-daun dan hutan itu bagaikan payung peneduh yang tidak membuat kuiit kuning langsat menjadi cepat hitam keling.
"Guru mengutusku untuk dapatkan kembali Mustika Gerbang Dewa," ujar Ratu Rimba sambil melangkah tak terlalu cepat.
"Seperti apa bentuknya?".
"Mustika Gerbang Dewa adaiah sebuah tongkat kristal sepanjang satu hasta. Di ujung tongkat kristai itu terdapat sebutir berlian murni, sebesar buah manggis.".
"Woowmi Besar sekaii?" Suto menggumam kagum.
"Berlian asii itu dikeiiiingi oieh keiopak-kelopak bunga yang terbuat dari kristai juga. Semua berwarna putih.".
"Tunggu duiu..." sergah Pendekar Mabuk.
Tangannya mencekai lengan Ratu Rimba. Langkah gadis itu terhenti, matanya memandang Suto dengan raut wajah tampak kurang suka dicekai lengannya.
Panasnya Bunga Mekar 10 Mustika Lidah Naga 3 The Familiar 1
^