Pencarian

Hijaunya Lembah Hijaunya 17

04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja Bagian 17


Meskipun mata canggah itu masih juga meny entuh dan
menyambar ikat kepala anak muda itu, namun kepala anak
muda itu masih dapat diselamatkan.
Tetapi anak muda itu justru hanya dapat memejamkan
matanya. Ketika ikat kepalanya terbang, m aka rasa-rasanya
kepalanyalah y ang terlepas dari lehernya.
Tetapi anak muda itu menyadari keadaannya, ketika
seorang kawannya mendorongnya sambil berkata "Awas. Kau
dapat kehilangan kepalamu jika kau termenung saja seperti
itu" Anak muda itu meraba kepalanya. Ternyata kepalanya
masih ada di tempatnya. Hanya ikat kepalanya sajalah yang
terlempar jatuh, sementara rambutnya y ang memanjang
terurai kusut. Anak muda itu sempat mengikat rambutnya. Kemudian
dengan menggeretakkan giginya menyerbu ke medan
pertempuran yang menjadi semakin keras dan ka sar. Namun
anak muda y ang kepalanya ternyata masih melekat
ditubuhnya itu, justru telah kehilangan rasa takutnya.
Senjatanya telah berputar dengan cepatnya. Sambil berteriak,
maka ia telah m enyerang salah seorang perampok dari Larah
itu. Sementara itu, gegedug yang kehilangan korbannya
menjadi sangat marah. Ia merasa berhak untuk mendapatkan
gantinya. Anak muda yang membawa tombak itu harus dapat
dibunuhnya dengan senjatanya yang mengerikan itu. Ia harus
dapat menjepit lehernya kemudian memutarnya, sehingga
kepala itu akan terlepas dari lehernya.
Tetapi ternyata anak muda y ang membawa tombak itu
demikian tangkasny a. Setiap 'kali, senjatanya justru berhasil
ditepis menepi, sehingga sama sekali tidak mampu meny entuh
sa saran. Bahkan semakin lama
rasa-rasanya ujung tombak anak
muda itu ju stru semakin dekat
dengan kulitnya. Dengan menggeram marah, orang itu telah menghentakkan
kemampuannya. Namun ternyata lawanya juga, masih
mampu mengimbanginya. Bahkan dengan m enghentakkan
kemampuannya, orang itu telah
kehilangan banyak tenaga tanpa
menghasilkan apa-apa. Di sebelah lain, dua orang
anak muda dari Kabuyutan Bumiagara tengah bertempur
dengan seorang gegedug y ang bertubuh tinggi berdada bidang
dan berkumis lebat Dikening gegedug itu m embekas sebuah
luka memanjang. Sementara didadanya, nampak pula bekas
luka bakar y ang kehitam-hitaman.
Dengan kasar orang itu m engumpat-umpat sejadi-jadinya
ketika kedua orang anak m uda y ang melawannya itu m asih
sa ja mampu bertahan. Namun akhirnya kedua orang anak muda itupun telah
mengalami kesulitan pula. Gegedug itu benar-benar seorang
yang pilih tanding. Meskipun kedua orang anak muda yang
melawanya itu telah mempergunakan senjata yang
diterimanya dari Padepokan Bajra Seta, namun ternyata
bahwa kemampuan orang itu terlalu tinggi bagi anak-anak
muda Kabuy jtan Bumiagara.
Ketika kedua orang anak muda itu terdesak, maka seorang
telah tampil pula menghampirinya. Bahkan dengan lantang
anak muda itu berkata "Lepaskan orang ini. Di sebelah
pendapa masih memerlukan bantuanmu"
Kedua orang anak muda itu meloncat mengambil jarak
serta mencari kesempatan untuk berpaling. Ternyata yang
datang itu adalah salah seorang diantara kelima cantrik
Pa depokan Bajra Seta y ang berada di Bumiagara.
Karena itu, m aka kedua orang anak muda itupun segera
meninggalkan lawanya y ang berteriak marah "Jangan lari
tikus-tikus kecil y ang sombong"
"Mereka tidak lari" jawab cantrik itu "sudah menjadi
kebiasaan kami untuk berganti lawan. Aku sudah jemu
melawan seseorang y ang tidak mampu mengimbangi
kemampuanku. Dibiarkannya, senjataku melukainya
dibeberapa tempat. Sehingga dengan demikian aku akan
mencoba mencari lawan y ang lebih mengasikkan."
"Ternyata kau lebih sombong lagi dari kedua cucurut itu"
geram gegedug itu. Cantrik itu tertawa. Katanya "Bumiagara memang
tempatnya. Sejak kecil kami telah mendapat latihan untuk
meny ombongkan diri, sehingga karena itu, maka kami
memiliki kemampuan yang tinggi."
"Apa gunanya kemampuan yang tinggi sekedar untuk
meny ombongkan diri?" geram orang itu.
"Sedikitnya kami dapat membuat kau marah" jawab cantrik
itu. Orang itu tidak dapat menahan diri lagi. Gegedug y ang
bertubuh tinggi dan besar, serta berkumis lebat itu telah
meloncat meny erang. Senjatanya memang mendebarkan.
Sebuah golok y ang besar dan berat.
Cantrik itu ternyata cukup tangkas. Dengan cepat pula ia
melenting menghindari serangan itu. Bahkan pedangnya yang
juga terhitung besar dan panjang dengan cepat bergerak pula.
Sejenak kemudian keduanya telah bertempur dengan
sengitnya. Namun gegedug itu segera mengerahkan kemampuannya
untuk mendesak lawannya. Tetapi ternyata
cantrik itu tidak membiarkan dirinya didesak terus-menerus
oleh gegedug y ang bertubuh raksasa itu. Dengan tangkasnya
cantrik itu berloncatan sehingga lawannya justru kadangkadang
menjadi bingung. Gegedug y ang lainpun tidak mampu berbuat banyak.
Seorang diantara mereka telah dikurung oleh ampat orang
anak-anak muda, sehingga tidak lagi mampu memamerkan
kelebihannya diantara kawan-kawannya y ang lain. Bahkan
ampat orang anak muda itu telah membuatnya terlalu sibuk.
Dengan demikian, maka orang-orang Larah dan para
gegedug dan kawan-kawannya semakin lama merasa semakin
sulit. Kekasaran mereka telah membuat anak-anak muda
Bumiagara menjadi semakin marah, sehingga mereka tidak
lagi dapat mengekang diri. Beberapa orang Larah telah terluka
dan bahkan diantara para gegedug pun telah ada y ang tergores
ujung senjata. Gegedug yang bersenjata canggah, ternyata sulit
untuk mengimbangi kemampuan lawannya. Anak muda yang
sebenarnya adalah seorang cantrik dari Padepokan Bajra Seta
yang bersenjata tombak pendek.
Ternyata canggah yang mengerikan itu, tidak dapat
bergerak secepat tombak pendek. Setiap kali seranganserangan
gegedug itu tidak mampu mengenai sasaran.
Lawannya dapat berloncatan dengan tangkasnya, sementara
tombak pendeknya berputaran, bergetar, terayun dart sekalisekali
mematuk dengan garangnya. Benturan-benturan yang
terjadi memberikan isyarat kepada gegedug itu, bahwa anak
muda y ang menjadi lawannya itu ternyata memiliki kekuatan
yang sangat sangat besar serta ilmu y ang mapan.
Namun akhirnya, orang-orang Larah itu tidak lagi m elihat
kemungkinan untuk dapat mengalahkan orang-orang
Bumiagara. Ki Buyut Bumiagara dan para bebahu serta anak-anak
muda y ang telah mendapat latihan khusus merupakan lawan
yang sangat berat, disamping jumlah mereka y ang memang
lebih banyak. Berapapun kuainya dan besarnya kemampuan
seorang gegedug, namun menghadapi ampat orang anak muda
yang terlatih dengan senjata y ang khusus, m ereka m engalami
kesulitan. Sementara itu para cantrik ternyata mampu
menghadapi beberapa orang Larah sekaligus.
Namun orang-orang Larah itupun tidak lagi melihat
kemungkinan untuk melarikan diri. Mereka melihat cahaya
api dibalik dinding halaman rumah Ki Buyut Bumiagara.
Dengan demikian mereka menyadari, bahwa dibelakang
dinding itu terdapat beberapa buah obor y ang dipasang.
Bahkan di belakang dinding halaman samping. Namun
ternyata bukan hanya dinding depan dan samping, bahkan di
balik dinding kebun di belakang pun telah diny alakan obor
pula. Obor -obor itu m erupakan isy arat, bahwa halaman rumah
Ki Buyut itu telah dikepung rapat. Tidak ada lagi lubang yang
dapat dipergunakan untuk meloloskan diri dari tangan Ki
Buyut Bumiagara dan rakyatnya yang marah.
Namun dalam pada itu, Ki Buyut Bumiagara setelah
melihat keseluruhan medan pun telah berteriak nyaring
"Masih ada kesempatan bagi kalian yang telah datang
menyerbu Kabuyutan ini dengan membawa dendam di hati
untuk meny erah." Tetapi teriakan itu sama sekali tidak m endapat tanggapan.
Para gegedug justru telah mengamuk dengan garangnya.
Namun mereka memang tidak dapat berbuat banyak. Gegedug
yang membawa canggah itu telah terluka didadanya. Darah
telah mulai mengalir dari lukanya itu. Sementara gegedug
yang m elawan ampat orang anak muda yang sudah ditempa
oleh para cantrik dari Padepokan Bajra Seta itupun telah
tergores pula di lengan dan punggungnya.
Berbeda dengan para gegedug, maka orang-orang Larah
sama sekali telah kehilangan keberanian. Apalagi mereka yang
ditubuhnya telah menganga luka y ang parah. Bahkan ada
dian-tara mereka, sengaja atau tidak sengaja, telah terbaring
dan tidak akan bangkit lagi untuk selama-lamanya.
Karena itu, maka orang-orang Bumiagara y ang semakin
lama semakin menguasai medan, mampu memilih lawan. Para
cantrik dan bebahu Bumiagara telah mampu membedakan,
bahwa diantara orang-orang y ang meny erang itu terdapat
orang-orang berilmu y ang pantas mendapat perhatian khusus.
Yaitu para gegedug y ang t erbiasa merampok, m erampas dan
membunuh. Karena itu, maka merekapun telah menempatkan diri
untuk melawan orang-orang y ang garang itu. Sedangkan
orang-orang Larah y ang memang termasuk juga kawanan
perampok dan pencuri, tetapi mereka bukan orang-orang yang
ditakuti karena namanya yang bergetar di bulak-bulak panjang
dan tempat-tempat yang sepi. Bahkan memasuki padukuhanpadukuhan
y ang dihuni oleh orang-orang yang kaya
'Tetapi para bebahu dan para cantrik sama sekali tidak
gentar m elihat bagaimana mereka bermain senjata. Bahkan
gegedug yang bersenjata canggah itu telah benar-benar
terdesak. Canggah y ang dibangga-banggakan itu seakan-akan
tidak berarti apa -apa dihadapan cantrik yang bersenjata
tombak itu. Karena setiap kali tombak pendek itu, mampu
mendahului putaran canggah gegedug itu.
Sedangkan yang lainpun hampir tidak mendapat
kesempatan lagi. Ruang gerak mereka menjadi semakin
sempit. Meskipun mereka tidak mau melihat kenyataan yang
sama sekali tidak diduga sebelumnya, namun tubuh mereka
memang telah tersentuh oleh senjata.
Akibatnya para bebahu dan para cantrik m emang menjadi
marah pula. Apalagi dalam keadaan yang terdesak itu, mereka
sama sekali tidak berniat untuk meny erah. Bahkan masih juga
diantara mereka yang diberi kesempatan untuk meletakkan
senjata, justru telah memanfaatkan kesempatan itu untuk
menyerang. Seorang bebahu, yang kebetulan adalah Ki Jagabaya
terkejut ketika ujung senjata lawannya justru mengenai
lengannya pada saat ia berkata "Letakkan senjata.
Meny erahlah, agar kau mendapat pengampunan."
Namun kata-katanya patah karena serangan orang y ang
diberikan kesempatan meny erah itu.
Karena itu, maka Ki Jagabaya menjadi sangat marah. Ia
tidak mau lagi lengah dan apalagi menawarkan pengampunan.
Dengan garangnya, m aka ia telah b ertempur dengan segenap
kemampuannya. Kemampuan y ang memang telah dimiliki
ditambah dengan latihan-latihan y ang keras dibawah tuntutan
para cantrik di Padepokan Bajra Seta.
Apalagi seorang anak muda y ang melihat Ki Jagabaya
terluka telah terpancing untuk ikut bertempur ber samanya.
Maka lawan Ki Jagabaya itu tidak mempunyai kesempatan
lagi. Gegedung y ang telah menjelajahi bulak-bulak panjang itu
ternyata tidak mampu melawan kegarangan Ki Jagabaya,
orang y ang mendapat kepercayaan dari seisi Kabuyutan
Bumiagara untuk menjaga ketenteraman dan ketenangan
Kabuyutan. Apalagi Ki Jagabaya telah dibantu oleh seorang
anak muda y ang telah membatasi ruang gerak gegedug itu.
Dengan kemarahan yang membakar seisi dadanya, apalagi
ketika keringatnya membasahi lukanya sehingga lukanya
terasa sangat pedih, Ki Jagabaya telah m eny erang lawannya
tanpa memberinya kesempatan untuk membalas. Dalam
keadaan y ang sulit itu, anak muda yang bertempur bersamasama
dengan Ki Jagabaya telah menjulurkan senjatanya,
sebatang tombak pendek kearah dada gegedug itu. Namun
ternyata gegedug itu sempat melihat serangan itu, sehingga
dengan tangkasnya ia sempat menghindar. Sambil bergeser
kesamping gegedug itu telah merendahkan dirinya. Dengan
ayunan mendatar ia telah m eny erang anak muda itu ketika
tombaknya terjulur tanpa m engenai sa saran. Anak muda itu
mengaduh tertahan. Ujung senjata gegedug itu telah
menggores lam bungnya, sehingga kulitnya telah terkoyak
memanjang. Ki Jagabaya melihat sambaran pedang y ang mengenai
lambung anak muda itu. Kemarahannyapun tidak tertahankan
lagi. Dengan serta merah ia telah meloncat sambil
menjulurkan senjata lurus-lurus kedada Gegedug lawannya.
Gegedug yang sedang bergerak untuk berdiri tegak itu tidak
sempat menghindar. Ia memang berusaha untuk meloncat.
Tetapi Ki Jagabayapun telah meloncat pula memburunya,
sehingga ujung senjatanya telah menghunjam kedada gegedug
itu. Gegedug itu memang berusaha mengangkat tangannya
untuk menangkis serangan itu. Tetapi sama sekali tidak berarti
apa-apa. Ujung senjata Ki Jagabaya sudah terlanjur terhunjam
dalam-dalam. Orang itu terdorong beberapa langkah mundur. Namun


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika Ki Jagabaya m enarik senjatanya, maka orang itupun
telah terhuyung-huyung jatuh terjerembab.
Sementara itu, pemimpin orang-orang Larah itupun
menyadari keadaannya. Tetapi memang tidak ada pilihan lain
baginya. Apalagi setelah ia m elihat beberapa orang memang
telah menjadi korban dan terbunuh di pertempuran.
Termasuk beberapa orang diantara para gegedug dan kawankawannya.
Karena itu, maka iapun telah dicengkam oleh keny ataan
tentang k ekalahan yang diderita oleh orang -orang Larah dan
para gegedug itu. Betapa ia m encoba mengingkarinya, namun
yang terjadi itu telah terjadi. Sementara ia yakin diluar dinding
halaman rumah Ki Buyut orang-orang Bumiagara telah
menunggu mereka yang mencoba melarikan diri. Mungkin
yang berdiri diluar dinding itu tidak lebih dari orang-orang tua
yang sudah tidak m ampu bertempur atau justru anak-anak
remaja y ang baru sekali itu m eraba senjata. Namun mereka
justru akan dapat membunuh diantara mereka y ang melarikan
diri dengan semena -mena.
Betapapun sakit hatinya menghadapi kenyataan itu, tetapi
ia masih sempat berpikir tentang orang-orang Larah yang
sudah tidak berdaya itu. Karena itu, maka iapun telah disentuh oleh sisa -sisa naluri
kemanusiaannya. Betapapun juga ia dapat berbuat paling
kejam dipertempuran bahkan disaat-saat ia melakukan
pekerjaannya sebagai perampok dan peny amun, namun
baginya masih lebih baik mengusahakan agar kawankawannya
tetap hidup daripada ditumpas dipertempuran itu.
Dengan demikian, betapa pedih dadanya ketika ia terpaksa
meneriakkan aba-aba agar orang-orang Larah itu meny erah.
Namun teriakan y ang lainpun segera terdengar "Pengecut.
Kenapa kau ajari orang-orangmu menjadi licik dan penakut."
Orang itu tidak menjawab. Namun orang-orangnyapun
segera meny erahkan diri. Mereka telah melemparkan senjatasenjata
mereka dan sama sekali tidak melawan, ketika mereka
digiring dikumpulkan didepan gandok sebelah kiri.
Tetapi sementara itu, dua orang gegedug dan tiga orang
pengikutnya masih bertempur. Sementara seorang gegedug
terluka parah dan ternyata dua orang yang lain tidak lagi dapat
tertolong jiwanya. Sambil bertempur dua orang gegedug dan tiga orang
pengikutnya mengumpat-umpat tanpa menghiraukan lagi
kemungkinan-kemungkinan y ang dapat terjadi. Bagi mereka
menyerah adalah lebih buruk dari mati di pertempuran.
Karena itu, maka kedua orang gegedug dan tiga orang
pengikutnya itu sama sekali tidak ingin meny erahkan diri.
Bahkan sekali lagi salah seorang dari kedua gegedug itu
berteriak "He orang-orang Larah. Inikah harapan y ang kau
janjikan bagi kami" Pengkhianatan ?"
Pemimpin orang-orang Larah itu masih t etap tidak
menjawab. Ia memang m erasa bersalah kepada para gegedug
itu. Tetapi ia tidak m empunyai pilihan lain, karena ia tidak
mau melihat orang-orang Larah itu ditumpas habis.
Namun y ang menjawab adalah Ki Buyut Bumiagara
"Ternyata nalar m ereka masih sempat bergerak. Namun ada
juga diantara mereka, y ang barangkali justru bukan orangorang
Larah, y ang tidak mampu lagi mempergunakan otaknya
sehingga mereka memilih membunuh diri."
"Kami bukan pengecut seperti pengkhianat-pengkhianatan
itu" teriak gegedug itu.
"Mereka bukan pengkhianat" jawab Ki Buyut "mereka
adalah laki -laki jantan y ang berani mengakui kenyataan. Nah,
bukankah kalian menjadi ketakutan melihat keny ataan itu."
"Persetan kau tikus-tikus Bumiagara. Jika kalian inginkan
kematian kami, maka kalian harus mengorbankan sepuluh
orang bagi setiap jiwa kami." teriak gegedug itu.
Tetapi Ki Buyut Bumiagara tertawa. Katanya "Pada saatsaat
terakhir, kau masih juga berkhayal" Adakah pantas bagi
seorang yang pilih tanding seperti kalian itu masih juga
berkhayal tentang sebuah pertempuran" Tidak Ki Sanak. Mau
tidak m au kau harus melihat kenyataan, bahwa kalian tidak
akan dapat banyak berbuat lagi. Karena itu, sebaiknya,
menyerahlah." Namun kedua orang gegedug y ang masih bertahan itu
berteriak keras-keras, sehingga suara mereka bagaikar
menggapai langit. Orang-orang y ang ada di halaman itu
terkejut. Namun jantung merekapun segera berdegupan. Teriakan
mereka bagaikan teriakan hantu dari dasar neraka y ang paling
dalam. Meskipun demikian, Ki Buyut Bumiagara, para bebahu dan
para cantrik dari Padepokan Bajra Seta yang ada di halaman
itu sama sekali tidak menjadi gentar. Dua orang gegedug dan
tiga orang pengikutnya y ang kemudian telah bertempur dalam
satu kelompok kecil itu, telah terkepung. Ujung-ujung senjata
rnereka teracu mengarah kepada kelima orang itu.
Kedua orang gegedug itu memang termangu-mangu
sejenak. Mereka m elihat ujung pedang, ujung tombak, trisula
bertangkai sepanjang tangkai tombak pendek. Bahkan ada
yang bersenjata kapak dan cambuk.
Namun agaknya mereka telah benar-benar kehilangan akal,
sehingga sekali lagi salah seorang gegedug itu berteriak yang
ternyata mereka anggap sebagai aba-aba. Dengan serta mereka
kelima orang itu telah bergerak serentak. Senjata -senjata
mereka mulai terayun, berputar, mematuk dan berusaha
menggapai tubuh orang-orang y ang telah mengepung mereka.
'Tetapi usaha mereka sia -sia. Yang mengepung mereka
adalah para cantrik dan para bebahu y ang telah meningkatkan
kemampuan m ereka bahkan dengan senjata khusus ditangan
mereka. Tetapi kedua orang gegedug dan pengikutnya itu telah
membuktikan sikapnya. Mereka memang memilih mati
daripada meny erah. Sebenarnyalah, orang-orang Bumiagara itu seakan-akan
juga tidak dapat memilih. Karena sikap dan pilihan orangorang
y ang terkepung itu sendiri, maka ujung-ujung senjata
telah mengoyak-kan kulit daging mereka, sehingga akhirnya
kelima orang itupun menyusul kawan-kawan mereka yang
telah terbunuh dipertempuran.
Memang mengerikan. Kematian yang demikian banyaknya.
Sementara orang-orang Larah duduk dengan gemetar
menyaksikan akhir dari serangan mereka ke Bumiagara.
Ki Buyut Bumiagara berdiri mematung memandangi tubuh
yang terbujur lintang di halaman rumahnya.
Bagaimanapun juga ia merasa ngeri mengenang apa y ang
telah terjadi. Sedangkan kemudian ia masih harus melihat
tubuh kawan dan lawan yang terbaring membeku.
Tetapi Ki Buyut dari Bumiagara itu tidak dapat memutar
waktu kembali. Ia hanya dapat meny esali, apa yang telah
dilakukannya sejak semula ia memilih mempergunakan
kekerasan untuk memenuhi keinginannya.
"Seandainya aku tidak mulai dengan berusaha mengambil
seorang cantrik dari Padepokan Bajra Seta dengan kekerasan.
Seandainya aku tidak berhubungan dengan prajurit Kediri
yang menentang pemerintahannya y ang sekarang. Seandainya
aku tidak melakukan itu semua." keluh Ki Buyut di dalam
hatinya. Tetapi ia tidak dapat memutar waktu kembali. Dengan
jantung y ang berdebar debar ia mengenang bahaya yang
sebenarnya akan datang ke Kabuyutan itu. Prajurit-prajurit
Kediri y ang pernah mengancamnya.
Sekali lagi Ki Buyut memperhatikan tubuh yang terbaring
membeku di halaman rumahnya. Jika prajurit Kediri yang
tidak patuh kepada rajanya itu datang, maka kematiankematian
itu tentu akan terulang lagi. Bahkan tentu lebih
mengerikan lagi. Mungkin seisi Kabuyutan Bumiagara akan
ditumpasnya karena Bumiagara tentu tidak akan dengan
patuh menundukkan kepalanya untuk diinjak oleh prajuritprajurit
Kediri y ang tidak patuh itu.
Ki Buyut seakan-akan tersadar dari mimpi ketika ia melihat
kelima orang cantrik dari padepokan Bajra Seta itu
mendekatinya. Bahkan Ki Jagabaya y ang terluka serta para
bebahu Kabuyutan itu. Sementara itu beberapa orang
pengawal Kabuyutan masih sibuk dengan orang-orang
padukuhan Larah y ang meny erah.
Dengan nada datar Ki Buyut itupun berkata "Kumpulkan
semua korban pertempuran ini.
"Bagaimana dengan orang-orang y ang meny erah?"
bertanya seorang pengawal.
Ki Buyut termangu-mangu sejenak. Lalu katanya
"Kumpulkan pula mereka. Kita akan memikirkan kemudian."
Ternyata Ki Buyut benar-benar menjadi letih. Bukan
wadag-ny a. ia masih akan sanggup bertempur beberapa lama
lagi. Tetapi nalarnyalah y ang seakan-akan telah menjadi
buntu. Karena itu, maka katanya kemudian "Aku akan berada
dipendapa. Aku akan minum."
Para bebahu y ang telah mengenal sifat Ki Buyutpun
mengetahui bahwa Ki Buyut sedang dibebani oleh pikiran yang
rumit, sehingga mereka tidak mengganggunya lagi. Bahkan
seorang pengawal telah pergi ke dapur untuk menyiapkan
minuman bagi Ki Buyut Bumiagara itu.
Namun dalam pada itu, para pengawal Bumiagara telah
menjadi sibuk mengumpulkan kawan-kawan mereka yang
terluka di pertempuran. Bahkan mereka yang telah gugur.
Tubuh-tubuh y ang mulai membeku itu telah dibawa naik ke
pendapa dan dibaringkannya di pringgitan.
Ki Buyut melihat tubuh-tubuh itu dengan hati yang terasa
sangat pahit. Tetapi iapun menyadari bahwa korban korban
itu memang harus diserahkan untuk kepentingan kampung
halaman mereka. Tanah kelahiran. Namun Ki Buyutpun sadar,
bahwa akan jatuh derai air mata para ibu dan gadis-gadis yang
kehilangan kekasihnya di medan pertempuran.
Dalam pada itu, dibawah pengawasan para pengawal, maka
orang"orang Larah yang menjadi tawanan, harus
mengumpulkan kawan-kawan m ereka y ang juga terbunuh di
peperangan itu. Tetapi bukan sebagai pahlawan yang
mempertahankan m artabat Tanah Kelahiran. Mereka adalah
perampok-perampok yang terbunuh karena mereka telah
gagal untuk melakukan pekerjaan mereka.
Setelah tugas mereka selesai, barulah Ki Jagabaya dan
beberapa orang bebahu naik juga ke pendapa dan duduk
dihadapan Ki Buyut yang telah minum minuman panas
beberapa teguk. Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada rendah ia berdesis "Lalu kita
apakan orang-orang Larah yang
tertawan itu?" "Apa yang baik menurut
pendapat Ki Buyut" berkata Ki
Jagabaya. Ki Buyut menganggukangguk
kecil. Diluar sadarnya tangannya telah meraih mangkuk minumannya dan mengangkatnya kebibirnya.
Setelah meneguk minumannya ia berkata "Kita akan berhubungan dengan Ki
Bekel di Larah." "Apakah tidak akan terjadi salah paham, sehingga
persoalannya justru akan berkembang menjadi semakin
buruk?" sahut Ki Jagabaya.
"Tidak. Ki Bekel di Larah tentu sudah mengetahui sifat dan
kebiasaan orang-orangnya. Ia tentu akan mengerti apa yang
telah terjadi disini, dan iapun tentu akan mengakui cacad dan
cela padukuhannya." jawab Ki Buyut Bumiagara.
Ki Jagabaya dan para bebahu Bumiagara yang lain
mengangguk-angguk. Mereka m emang sependapat, bahwa Ki
Bekel di Larah seharusnya mengetahui, apa yang telah terjadi
di padukuhan induk Kabuyutan Bumiagara, sehingga ia tidak
akan justru membuat persoalannya semakin berkembang.
"Ku minta Ki Jagabaya sendiri dan beberapa orang bebahu
datang ke Larah dan mengundang Ki Bekel di Larah untuk
menyaksikan apa y ang telah terjadi di sini."
Ki Jagabaya mengangguk sambil menjawab, meskipun agak
ragu. "Baiklah Ki Buyut. Aku akan pergi bersama dua orang
bebahu dan dua orang cantrik dari padepokan Bajra Seta"
Ki Buyut termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Baiklah Ki Jagabaya, kau dapat membawa dua orang
bebahu dan bila bersedia dua orang cantrik dari padepokan
Bajra Seta. Tetapi mereka mewakili anak-anak
mudaBumiagara." "Aku akan menemui mereka" desis Ki Jagabaya. Namun
kemudian iapun bertanya "Kapan sebaiknya kami berangkat?"
"Tentu sekarang" jawab Ki Buyut "segala sesuatunya harus
segera menjadi jela s. Jika tertunda, maka keadaannya tentu
akan lain. Mungkin Ki Bekel di Larah akan mempunyai
tanggapan y ang berbeda"
Ki Jagabayapun mengangguk-angguk. Jawabnya "Baiklah.
Aku akan segera berangkat setelah semua persiapan seleseai
kami lakukan" Ki Jagabaya kemudian bersama dua orang bebahu y ang
ditunjukkan telah menemui para cantrik dari padepokan Bajra
Seta, untuk menyampaikan keinginannya mengajak dua orang
dari antara para cantrik itu pergi ke padukuhan Larah untuk
mengundang Ki Bekel di Larah datang dan m enyaksikan apa
yang telah terjadi di Kabuyutan Bumiagara.
Ternyata para cantrik itu tidak berkeberatan. Mereka telah
menunjuk dua orang diantara mereka untuk pergi bersama Ki
Jagabaya ke Larah. Mereka m enyadari, bahwa persoalannya
memang harus dapat diselesaikan dengan tuntas.
Demikianlah, maka sejenak kemudian, lima ekor kuda telah
berderap meninggalkan padukuhan induk Kabuyutan Larah.
Mereka berpacu di dinginnya dini hari menuju ke Larah
yang letaknya memang agak jauh dari Bumiagara.
Ki Jagabaya memang menjadi berdebar-debar.
Kemungkinan salah paham dapat terjadi. Tetapi
bagaimanapun juga persoalannya memang harus diselesaikan
dengan tuntas. Jika hal itu tidak dilakukan, maka persoalan itu
akan tetap menjadi semacam bara api di dalam sekam.


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika matahari mulai naik, maka Ki Jabagaya dengan
ampat orang pengiringnya telah memasuki padukuhan Larah
yang letaknya tidak terlalu jauh dari tikungan yang menanjak
di lereng sebuah bukit kecil y ang dibelah oleh jalan yang
menuju ke Bumiagara. Ditempat itu orang -orang Larah pernah
gagal merampok orang-orang Bumiagara yang lewat
membawa pedati. Kedatangan kelirmu orang Bumiagara dirumah Ki Bekel itu
telah membuat Ki Bekel menjadi berdebar-debar. Namun
sebenarnyalah bahwa Ki Bekel sudah m enduga, tentu terjadi
sesuatu di Bumiagara y ang menyangkut orang-orangnya,
karena Ki Bekel tahu pasti, apa saja y ang telah dilakukan oleh
sebagian dari orang-orangnya.
Namun Ki Bekel t elah m enerima kedatangan Ki Jagabaya
dan pengiringnya y ang nampak lebih itu dengan ramah,
seakan-akan Ki Bekel tidak tahu apapun juga tentang
kemungkinan y ang dilakukan oleh orang-orangnya.
Ternyata Ki Bekel m emang m enunggu, sampai saatnya Ki
Jagabaya berkata "Ki Bekel. Kedatanganku bukan sekedar
memperkenalkan diri. Tetapi aku memang membawa
persoalan yang barangkali penting Ki Bekel ketahui."
"Persoalan apa Ki Jagabaya?" bertanya Ki Bekel.
"Aku yakin bahwa Ki Bekel telah m engenali dengan baik
sifat dan tabiat orang -orang Padukuhan yang Ki Bekel pimpin.
Karena ternyata m ereka mempunyai kebiasaan y ang khusus"
berkata Ki Jagabaya. Sambil mengerutkan keningnya Ki Bekel bertanya
"Kebiasaan khusus yang manakah y ang Ki Jagabaya
maksudkan?" Ki Jagabaya termangu-mangu sejenak. Namun ia tidak
sempat untuk melingkar-lingkar berbicara. Karena itu, m aka
iapun kemudian telah mengatakan apa y ang terjadi di
Bumiagara serta peri stiwa yang mendahuluinya. Percobaan
perampokan atas barang-barang yang dibawa oleh orangorang
Bumiagara dari Padepokan Bajra Seta
Ki Bekel nampak terkejut dan bertanya "Benarkah yang kau
katakan itu?" "Sudahlah Ki Bekel. Sebaiknya kita tidak usah berpurapura.
Jika aku datang kemari, aku bermaksud baik. Aku atas
nama Ki Buyut menyatakan, bahwa Kabuyutan Bumiagara
ingin agar persoalan ini cepat selesai dan tidak
berkepanjangan." Ki Bekel m enarik nafas dalam-dalam. Keningnya berkerut
semakin dalam. Dengan nada rendah Ki Bekel itupun kemudian berkata
"Baiklah Ki Jagabaya. Seharusny a aku memang tidak usah
berpura-pura." "Nah. Jika demikian aku datang atas nama Ki Buyut
Bumiagara untuk mengundang Ki Bekel agar bersedia datang
ke Bumiagara. Ki Bekel akan melihat sendiri apa yang telah
terjadi. Ki Bekel akan bertemu dan berbicara dengan orangorang
Bumiagara dan lebih daripada itu, maka Ki Bekel akan
berbicara terutama dengan orang-orang Larah sendiri."
"Kenapa aku harus datang ke Bumiagara?" bertanya Ki
Bekel. *** Ki Bekel Larah m enarik nafas dalam-dalam, sementara Ki
Buyut berkata lebih lanjut "Agaknya bukan hanya itu. Tetapi
beberapa orang Larah memang telah menjadi korban."
"Apaboleh buat" berkata Ki Bekel. Lalu hampir kepada diri
sendiri. ia berkata "Aku sudah kehilangan wibawaku di
padukuhanku sendiri. Mereka tidak lagi dapat aku
kendalikan." "Tentu ada sebabnya, kenapa hal seperti itu telah terjadi"
berkata Ki Buyut Bumiagara.
Ki Bekel termangu-mangu. Namun kemudian iapun
bertanya "Apakah Ki Buyut dapat mengatakan, apakah
sebabnya?" "Aku tidak melihat sendiri apa yang telah kau lakukan.
Tetapi aku sudah berbicara dengan lebih dari lima orangmu
yang tertawan. Aku berbicara dengan mereka dalam waktu
yang terpisah. Namun jawaban mereka serupa tentang Ki
Bekel. Tetapi Ki Bekel tidak usah marah kepada mereka.
Akupun tidak akan mengatakan, y ang manakah lima orang
diantara mereka yang telah berbicara tentang Ki Bekel itu.
Bahkan kawan-kawan mereka y ang lainpun tidak tahu
siapakah diantara kawan-kawan m ereka y ang telah berbicara
dengan aku." jawab Ki Buyut.
Ki Bekel m emandang Ki Buyut sekejap. Namun kemudian
iapun telah menundukkan wajahnya sambil berkata "Aku tidak
akan mendendam kepada mereka. Akupun tahu apa yang telah
mejeka katakan kepada Ki Buyut. Bukankah mereka
mengatakan bahwa pada satu saat akupun seorang perampok
seperti mereka. Bahwa aku seorang yang ditakuti sehingga
tidak seorangpun berani menentang aku di Kabuyutan
Sembaga sehingga aku berhasil m erebut kedudukan tertinggi
di padukuhan Larah" Namun keadaan sekarang memang
sudah berbeda. Buyut Sembaga telah diganti oleh anaknya
yang tidak silau melihat kemampuanku, sehingga akulah yang
terpaksa mengalah dan mengikuti petunjuknya, merubah
sikap dan kebiasaanku itu."
"Kau sendiri telah m elengkapi ceritera orang-orang Larah
yang tertawan itu Ki Bekel." desis Ki Buyut.
"Apa salahnya?" berkata Ki Bekel "tanpa aku lengkapi,
maka Ki Buyut tentu sudah m engetahui sebagian besar dari
jalan hidupku itu. Bahkan mungkin justru karena
keterangannya kurang lengkap, Ki Buyut akan mempunyai
pandangan y ang jauh lebih buruk dari y ang sebenarnya."
Ki Buyut mengangguk-angguk. Namun kemudian ia
bertanya "Kenapa Ki Bekel y ang ditakuti di Sembaga,
kemudian setidak-tidaknya di Larah setelah Ki Buyut di
Sembaga berganti orang y ang justru tidak sependapat dengan
Ki Bekel. Bukankah dengan dukungan Ki Buyut, Ki Bekel
dapat berbuat banyak untuk m enegakkan wibawa Ki Bekel?"
bertanya Ki Buyut. Ki Bekel mengangkat wajahnya. Sekali lagi dipandangnya
wajah Ki Buyut justru dengan pandangan m ata yang tajam.
Namun kemudian jawabnya lirih "Ki Buyut tentu sudah
mengetahui jawabnya."
"Tetapi aku ingin m endengar dari Ki Bekel sendiri" jawab
Ki Buyut. " Inikah cara Ki Buyut menghukum aku?" bertanya Ki Bekel.
"Tidak. Tetapi aku ingin m endapatkan kebenaran jawaban
vtfng pernah aku dengar dari orang-orang yang telaha
tertawan itu." sahut Ki Buyut.
"Baiklah, jika jawabanku akan dapat memberikan kepuasan
kepada Ki Buyut." Ki Bekel itupun telah menunduk pula.
Katanya "dalam beberapa hal aku m emang telah menyetujui
langkah" langkah mereka. Namun tidak dalam segala hal.
Mereka sama sekali tidak menghubungi aku ketika mereka
berangkat ke Bumiagara."
"Tetapi Ki Bekel mengetahuinya?" desak Ki Buyut.
Ki Bekel tidak m enjawab. Tetapi kepalanya justru m enjadi
semakin menunduk. "Baiklah Ki Bekel" berkata Ki Buyut kemudian "jika
demikian halnya, maka segala sesuatunya aku kembalikan
kepada Ki Bekel. Apakah Ki Bekel ingin menyelesaikan
persoalan ini dengan baik atau tidak."
"Aku tidak mempunyai pilihan Ki Buyut. Seharusnya Ki
Buyut tidak usah minta pertimbanganku. Sekarang katakan
sa ja apa yang dikehendaki oleh Ki Buyut. Sudah tentu aku
tinggal menjalaninya, karena setiap usaha untuk
menentangnya, berarti aku harus berhadapan dengan dua
kekuatan. Kabuyutan Bumiagara dan Kabuyutan Sembaga
sendiri," jawab Ki Bekel.
"Baiklah" jawab Ki Buyut. Lalu katanya meneruskan "Jika
demikian, maka aku akan mengambil sikap. Aku percaya
kepada Ki Bekel justru karena Ki Bekel tidak lagi berani
menentang kekuasaan Ki Buyut di Sembaga"
"Aku sudah terjepit oleh keadaan" jawab Ki Bekel "langkah
orang-orang Larah kali ini ternyata akan membawa perubahan
dalam kehidupan mereka selanjutnya."
"Mudah-mudahan Ki Buyut. Tetapi aku yakin, bahwa yang
dikatakan Ki Bekel itu akan benar-benar terjadi" desis Ki
Buyut. "Mudah-mudahan Ki Buyut" sahut Ki Bekel.
"Jika demikian aku akan m enyerahkan orang-orang Larah
yang tertawan itu kepada Ki Bekel. Bawalah mereka. Namun
dengan pengertian, bahwa mereka akan menjadi jera. Ki Bekel
yang mereka takuti akan membina mereka, agar mereka
menjadi, orang yang baik" berkata Ki Buyut kemudian.
Sementara itu, Ki Bekelpun telah berada diantara orangorangnya
y ang t ertawan. Dengan pandangan kosong orangorang
Larah itu mengikuti langkah dan gerak pimpinan
padukuhannya. Mereka sama sekali tidak dapat
mengharapkan apapun juga dari Ki Bekel di Larah, karena
mereka menyadari, bahwa Ki Bekel tidak membawa kekuatan
apapun untuk membebaskan mereka. Seandainya Ki Bekel
datang dengan membawa ancaman, maka merekapun tahu
tidak ada kekuatan yang akan mampu m embebaskan m ereka
dari tangan orang-orang Bumiagara. Bagi orang-orang Larah
itu, maka kekuatan Kabuyutan Sembaga, meskipun
padukuhan Larah itu termasuk Kabuyutan Sembaga.
Ketika Ki Bekel kemudian duduk diantara orang-orang
Larah y ang berada diserambi gandok itu, maka suasanapun
menjadi hening. Bebahu y ang mengantarkan Ki Bekel itupun
kemudian berkata "Silahkan Ki Bekel. Aku akan kembali ke pendapa ."
"Terima kasih Ki Sanak" jawab Ki Bekel ragu.
Bebahu itu m emang pergi. Namun Ki Bekel sadar, bahwa
para pengawal Kabuyutan Larah mengawasi mereka dari
kejauhan. Setelah bebahu itu pergi m eninggalkan orang-orang Larah
itu, maka Ki Bekelpun segera memecahkan keheningan
"Kalian kali ini ternyata gagal."
Pemimpin orang-orang Larah yang datang ke Bumiagara
itu menjawab "Ya. Dan aku sendiri telah terluka ."
"Bagaimana dengan para gegedug ?" bertanya Ki Bekel.
"Mereka telah disapu bersih. Ternyata Kabuyutan
Bumiagara mempunyai kekuatan y ang sangat besar. Jauh dari
perhitungan kami semula."
"Apa rencana kalian selanjutnya ?" bertanya Ki Bekel.
"Mencari kesempatan untuk membalas dendam. Betapapun
kuatnya Kabuyutan Bumiagara, namun kami akan mencari
kawan dan mempersiapkan diri jauh lebih matang dari
sekarang" jawab pemimpin orang-orang Larah itu.
"Bagaimana jika kalian dihukum mati atau diserahkan
kepada para prajurit Singasari ?" bertanya Ki Bekel.
Wajah mereka menjadi tegang. Seorang diantara m ereka
bertanya "Apakah benar mereka akan menghukum mati kita
atau meny erahkan kepada para prajurit Singasari ?"
"Aku tidak mengatakan demikian. Aku hanya mendugaduga"
berkata Ki Bekel. Pemimpin orang-orang Larah y ang m enyerang Kabuyutan
Bumiagara itu menarik nafas panjang. Katanya "Ki Bekel
jangan menakut-nakuti kami. Aku kira mereka tidak akan
berani m enjatuhkan hukuman mati atas kami semuanya juga
tidak akan meny erahkan kami kepada para prajurit Singasari,
karena dengan demikian, mereka harus mempertanggung
jawabkan kawan-kawan kami y ang telah mereka bunuh
disini." "Mereka akan mempertanggung jawabkannya. Seandainya
disebut bertanggung jawab, maka mereka cukup membuat
laporan apa yang telah terjadi di padukuhan induk Kabuyutan
Bumiagara ini. Mereka tidak akan dianggap bersalah
meskipun m ereka telah m embunuh beberapa orang gegedug
dan juga orang-orang Larah. Mereka tentu dianggap membela
diri." Pemimpin orang-orang Larah itu memang menjadi gelisah.
Untuk beberapa saat ia justru terdiam. Pernyataan Ki Bekel itu
benar-benar membuatnya berdebar-debar.
Namun jantungnya bagaikan terhenti berdenyut ketika ia
mendengar Ki Bekel itu berkata "Dengarlah. Hukuman yang
akan dijatuhkan atas kalian justru lebih dari hukuman yang
aku katakan itu." Pemimpin dari orang-orang Larah y ang datang ke
Bumiagara itu memandang Ki Bekel dengan wajah yang
tegang. Hampir tidak terdengar ia berkata "Jika kami m asih
harus menerima hukuman yang lebih berat daripada
diserahkan prajurit Singasari atau hukuman mati, hukuman
apakah yang harus kami jalani " Dan apakah arti kedatangan
Ki bekel ke mari " Apakah Ki Bekel tidak dapat berbuat apa-pa
sama sekali sehingga akan dapat memperingan hukuman kami
" Tentu kami tidak akan melupakan ja sa Ki Bekel. Mungkin Ki
Bekel dapat mengancam orang-orang Bumiagara dengan
kekuatan Kabuyutan Sembaga atau ancaman apapun yang
dapat memperingan hukuman kami."
Ki Bekel menggeleng. Katanya "Tidak seorangpun y ang
dapat memperingan hukuman atas kalian."
"Hukuman apa y ang akan mereka bebankan kepada kami "
Kerja paksa seumur hidup atau hukuman picis ?"
Ki Bekel menggeleng. Katanya "Tidak"
"Jadi hukuman apa ?" desak orang itu.
"Kalian telah dibeba skan dan diserahkan kepadaku" jawab
Ki Bekel. "Dibebaskan ?" beberapa orang bertanya bersama-sama.
"Ya." jawab Ki Bekel.
"Aku tidak mengerti" desis seorang diantara mereka,
nampaknya dalam keadaan seperti ini Ki Bekel masih
bergurau. "Aku tidak bergurau. Aku berkata sebenarnya. Kalian telah
dibebaskan dan diserahkan kepadaku" jawab Ki Bekel tegas.
Orang-orang Larah y ang menjadi tawanan itu termangumangu.
Antara percaya dan tidak mereka saling
berpandangan. Namun mereka m endengar lagi Ki Bekel itu
berkata dengan tegas "Kalian telah dibebaskan. Ki Buyut di
Bumiagara telah meny erahkan kalian kepadaku. Kalian
dengar?" "Apakah artinya itu Ki Bekel" Apakah Ki Buyut di
Bumiagara menyerahkan pelaksanaan hukuman atas kami


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada Ki Bekel atau bahkan m emberikan kebebasan k epada
Ki Bekel untuk m enghukum kami?" bertanya salah seorang
dari orang-orang Larah yang tertawan itu.
Ki Bekel memandang orang itu dengan m ata y ang redup.
Dengan nada alam ia kemudian berkata "Tidak. Itulah yang
justru m embuat aku selalu m erenung tentang kemungkinankemungkinan
y ang dapat terjadi atas kalian."
"Maksud Ki Bekel?" bertanya pemimpin orang-orang Larah
"Ki Buyut di Bumiagara telah meny erahkan kalian
kepadaku. Tidak ada syarat hukuman apapun. Tetapi
sy aratnya ju stru sangat berat. Bukan bagi kalian. T etapi bagi
aku" desis Ki Bekel.
"Kenapa justru bagi Ki Bekel?" bertanya pemimpin
sekelompok orang-orang Larah y ang berusaha merampok di
Kabuyutan Bumiagara itu. "Ki Buyut telah m embebaskan kalian dari segala hukuman
dan meny erahkan kalian kepadaku dengan sy arat, agar orangorang
Larah m enghentikan kebiasaan buruk yang selama ini
kita lakukan" jawab Ki Bekel.
"Kebiasaan buruk?" desis pemimpin sekelompok orangorang
Larah itu. "Ya. Kebiasaan buruk. Merampok, menyamun dan
sebagainya" jawab Ki Bekel.
"Kebiasaan buruk" desis pemimpin kelompok orang-orang
Larah itu "selama ini kita tidak meny ebutnya demikian."
Tetapi Ki Bekel dengan cepat menyahut "Kita memang
tidak meny ebutnya demikian. Tetapi kita tidak berhati batu.
Kita tahu apa yang baik dan apa y ang buruk, m eskipun kita
telah membutakan hati kita. Sebenarnyalah kita tahu bahwa
apa y ang sering kita lakukan itu adalah satu kebiasaan yang
buruk." Orang-orang Larah itu saling berdiam diri. Namun
sebenarnyalah bahwa merekapun mengakui bahwa apa yang
dikatakan oleh Ki Bekel itu benar adanya.
Sementara itu, Ki Bekelpun berkata selanjutnya "Nah,
adalah bebanku kemudian untuk melaksanakan sy arat yang
diberikan oleh Ki Buyut di Bumiagara itu."
Orang-orang Larah itu termangu -mangu sejenak. Mereka
menyadari bahwa tugas Ki Bekel memang menjadi t erlalu
berat. Apalagi ketika Ki Bekel berkata "Soalnya bukan hanya
menguasai kalian dan orang-orang Larah yang lain, tetapi
kalian telah berhubungan dengan orang-orang diluar Larah.
Orang-orang yang tentu sulit untuk mengerti seandainya
kalian benar-benar berubah.
"Apakah kita akan berubah?" tiba -tiba seorang diantara
para tawanan itu bertanya.
"Bukankah kita justru akan mencari kesempatan untuk
menebus kegagalan kita?" bertanya yang lain.
"Kalian jangan berusaha untuk dengan tergesa -gesa
menggali kubur kalian sendiri. Kalian sudah mengetahui
kekuatan Bumiagara y ang telah menghancurkan kalian
sekarang ini. Apalagi jika Bumiagara sudah menghimpun
seluruh kekuatannya, maka Larah dan bahkan kekuatan yang
akan disusunpun akan dihancurkannya pula. Apalagi jika
Kabuyutan Bumiagara benar-benar m enghubungi Kabuyutan
Sembaga. Maka kita tentu akan menjadi lumat" jawab Ki
Bekel. Orang-orang Larah itu mengangguk-angguk. Mereka
menyadari kelemahan mereka. Namun seorang diantara
mereka bertanya "Jadi bagaimana sikap Ki Bekel?"
"Aku tidak mempunyai pilihan. Jika aku tidak bersedia
memenuhi sy arat Ki Buyut Bumiagara, maka kalian tentu
tidak akan diserahkan kepadaku. Karena itu, maka aku telah
menyatakan kesediaanku untuk merubah tatanan hidup dan
kehidupan di padukuhan Larah. Tentu saja aku tidak dapat
melakukannya sendiri tanpa kesediaan kalian untuk
membantuku" berkata Ki Bekel itu kemudian.
"Apa y ang harus kami lakukan Ki Bekel" bertanya
pemimpin sekelompok orang-orang Larah itu.
"Membantu aku. Menghentikan segala perbuatan buruk."
jawab Ki Bekel. Beberapa orang saling berpandangan. Namun tidak
seorangpun y ang menjawab.
Namun Ki Bekel itu bertanya sekali lagi "Aku ingin bantuan
kalian. Apakah kalian bersedia menghentikan kelakuan buruk
kalian untuk seterusnya. Jawaban kalianlah yang akan aku
sampaikan kepada Ki Buyut di Bumiagara. Jika kalian bersedia
menghentikan tingkah laku kalian, maka kalian benar-benar
akan bebas. Jika tidak, maka kita semuanya akan dihancurkan
sama sekali. Bahkan mungkin bersama-sama dengan kekuatan
dari Kabuyutan Sembaga sendiri."
"Tetapi kami tidak berdiri sendiri" jawab pemimpin
kelompok orang-orang Larah itu.
Ki Bekel mengangguk-angguk sambil berkata "Aku tahu.
Karena itu maka sudah aku katakan, bahwa bebanku akan
menjadi sangat berat. Tetapi jika kita semuanya berani
memanggul beban itu, maka aku tidak akan ragu-ragu."
"Kematian para gegedug itu tentu akan m embawa akibat"
desis pemimpin kelompok orang-orang Larah yang tertawan
itu. "Aku menyadari. Kawan-kawan mereka, para gegedug y ang
lain tentu akan menuntut. Jika kalian tidak ber sedia bersama
mereka untuk membalas dendam kepada orang-orang
Bumiagara maka mereka justru akan mendendam kalian."
sahut Ki Bekel. Lalu katanya pula "Kita memang harus
memilih. Menghentikan tingkah laku kita y ang buruk, atau
berpihak kepada para gegedug yang mendendam itu. Tetapi kitapun harus
mampu memperhitungkan keadaan. Siapakah y ang lebih kuat. Para gegedug itu atau Kekuatan Kabuyutan Bumiagara y ang
bergabung dengan kekuatan Kabuyutan Sembaga." "Kita akan benar-benar
menghadap kesulitan"
desis pemimpin dari orangorang
Larah y ang tertawan itu. "Masih ada satu hal lagi.
Jika kalian bersedia bekerja sama dengan aku, maka persoalan kita dengan
Bumiagara sudah selesai. Tetapi jika kalian tidak bersedia
maka kalian tentu akan menjalani hukuman yang berat.
Setelah kalian selesai dengan hukuman itu, maka kalian akan
berhadapan dengan aku dan seluruh Kabuyutan Sembaga.
Kal ian tentu tahu, siapakah aku dan kalianpun tentu tahu, apa
sa ja y ang dapat aku lakukan. Apalagi dengan dukungan Ki
Buyut di Sembaga y ang sekarang. Kalian tentu tidak akan
mampu berbuat apa-apa meskipun kalian mendapat bantuan
dari gegedug darimanapun juga." ternyata Ki Bekel juga
mengancam. Orang-orang Larah y ang tertawan itu memang tidak dapat
lagi memilih. Mereka tidak akan mampu melawan niat Ki
Bekel yg mereka ketahui memiliki kemampuan jauh lebih
besar dari mereka semuanya.
Karena itu, maka pemimpin orang-orang Larah itupun
kemudian b erkata "Kami serahkan segala sesuatunya k epada
Ki Bekel." "Jangan berkata begitu" jawab Ki Bekel "dengan demikian
kau seakan-akan tidak ikut bertanggung jawab atas keputusan
kita bersama. Kau akan dapat berkata "Ki Bekellah yang
mengambil keputusan." Aku minta kau menjawab dengan
tegas. Ya atau tidak. Dengan demikian maka kau ikut
bertanggung jawab atas keputusan kita bersama."
Orang-orang Larah itu saling berpandangan sejenak.
Namun kemudian pemimpin kelompok itupun berkata
"Baiklah Ki Bekel. Kami sependapat dengan Ki Bekel."
"Sependapat apa ?" bertanya Ki Buyut.
Pemimpin orang-orang Larah yang tertawan di Bumiagara
itupun menjadi termangu-mangu. Sementara Ki Bekel berkata
selanjutnya "Kau harus berkata dengan tegas"
"Baiklah Ki Bekel. Kami sependapat dengan Ki Bekel.
Bahwa kami akan merubah tingkah laku kami. Bahkan kami
akan membantu Ki Bekel untuk membuat orang -orang Larah
bertingkah laku baik." jawab pemimpin orang-orang Larah
yang tertawan itu. "Bagus" jawab Ki Bekel "dengan demikian kita semuanya
akan bertanggung jawab terhadap persetujuan kita. Kita
semua akan berusaha agar orang-orang Larah tidak lagi
bertingkah laku buruk seperti sebelumnya. Aku akan
memulainya bersama kalian. Kemudian orang-orang lain
sepadukuhan. Siapa yang menolak akan dipaksa dengan
kekerasan. Agaknya kita memang terbiasa mempergunakan
kekerasan. Namun mudah-mudahan lambat laun akan dapat
berubah." Orang-orang Larah itu tidak menjawab lagi. Memang tidak
ada yang lain y ang dapat mereka katakan kepada Ki Bekel di
Larah yg sedang dibebani oleh tugas y g berat.
"Jika kalian tidak mempunyai pendapat lain, baiklah aku
berbicara lagi dengan Ki Buyut di Bumiagara" berkata Ki
Bekel. Namun katanya kemudian "Tetapi akibat dari
keputusan ini, kita harus bersiap m elakukan apa saja untuk
menghadapi para gegedug atau pengikut-pengikut mereka
yang mendendam, karena beberapa orang y ang telah terbunuh
disini karena mereka membantu kalian."
Orang-orang Larah itu tidak menjawab. Tetapi Ki Bekel
tidak menghiraukan lagi. Iapun segera bangkit berdiri dan
melangkah menuju ke pendapa.
Seorang bebahu y ang mempersilahkannya duduk berkata
"Ki Buyut baru masuk keruang dalam, sedangkan Ki Jagabaya
sedang merawat luka-lukanya. Meskipun tidak parah, tetapi
luka-luka itu akan dapat berbahaya jika tidak terawat dengan
baik." "Aku akan menunggu disini" jawab Ki Bekel.
Ki Bekel ternyata harus bermalam di Kabuyutan Bumiagara
semalam. Pagi-pagi benar Ki Bekel sudah mempersiapkan diri.
Demikian pula para tawanan y ang benar-benar telah
dibebaskan sebagaimana dikatakan oleh Ki Bekel. Namun
dengan satu sarat y ang cukup berat, karena sarat itu
menyangkut sikap dan tingkah laku mereka untuk selanjutnya.
Ketika matahari terbit, maka Ki Bekel telah membawa
orang-orangnya keluar dari Kabuyutan Bumiagara. Dengan
ucapan terima kasih yng berulang kali diucapkan, Ki Bekel
minta diri kepada Ki Buyut dan para bebahu yang
mengantarnya sampai ke regol padukuhan induk Kabuyutan
Bumiagara. Iring-iringan orang-orang Bumiagara y ang kembali ke
padukuhannya itu m emang menarik perhatian banyak orang.
Tetapi demikian iring-iringan itu lewat, maka orang-orang
itupun tidak menghiraukannya lagi.
Tetapi karena orang-orang Larah itu hanya berjalan kaki,
maka Ki Bekel dan pengiringnya yang berkuda harus dengan
telaten mengikuti mereka.
Namun akhirnya setelah menempuh perjalanan y ang
melelahkan, iring-iringan itu akhirnya sampai pula ke
padukuhan Larah. Kedatangan mereka memang sempat mengejutkan.
Beberapa orang yang sempat melihat iring-iringan itu segera
mengikutinya sampai ke rumah Ki Bekel. Namun mereka tidak
tahu apa y ang sebenarnya telah terjadi atas mereka. Satu dua
orang mengetahui, bahwa sekelompok orang Larah telah pergi
keluar untuk melakukan pekerjaan mereka sebagaimana
sering mereka lakukan. Tetapi apa y ang terjadi kemudian itulah yang menarik
perhatian mereka. Sehingga karena itu, maka mereka pun
berusaha untuk segera dapat m endengar keterangan tentang
sekelompok orang yang pulang bersama Ki Bekel itu.
Ternyata Ki Bekel tidak menahan orang-orang itu terlalu
lama di rumahnya. Setelah ia berbicara beberapa patah kata,
mengingatkan sy arat y ang telah dibebankan kepada mereka
oleh Ki Buyut di Bumiagara, maka orang-orang Larah itupun
segera diijinkannya pulang kerumah mereka masing-masing.
Pa da saat mereka keluar dari reg ol halaman Ki Bekel,
orang-orang Larah yang lain, y ang ingin segera mengetahui
apa y ang t elah terjadi, t elah m eny ongsong orang -orang yang
nampak letih itu. Bahkan sebagian dari mereka masih nampak
ternoda darah pada pakaian mereka.
"Apa y ang telah terjadi?" bertanya seseorang kepada
seorang y ang telah terluka.
"Kami telah dihancurkan" jawab orang itu.
"Tetapi kenapa kalian dapat segera pulang" Apakah Ki
Bekel telah datang menyusul kalian dan minta kalian
dibebaskan" bertanya orang itu pula.
Orang yang terluka itu termangu-mangu. Namun kawannya
yang bertanya itu mendesak "Apakah demikian besar
pengaruh Ki Bekel, sehingga orang -orang Bumiagara tidak
berani menahan dan menghukum kalian jika benar kalian
telah dihancurkan" Atau barangkali ada sebab lain?"
"Tidak" jawab orang y ang terluka itu "kami memang
dibebaskan. Bukan karena pengaruh Ki Bekel"
"Jadi?" Orang y ang terluka itupun segera menceriterakan syarat
yang diberikan oleh Ki Buyut di Bumiagara kepada para
tawanan yang dibebaskannya.
Yang mendengarkan ceritera itu justru mengerutkan
keningnya. Dengan nada dalam ia bertanya "Kalian bersedia
melakukannya?" "Disaat itu, kami tidak mempunyai pilihan lain. Tetapi
nampaknya Ki Bekel benar-benar akan melaksanakannya"
jawab orang y ang terluka itu.
"Tetapi bagaimana dengan para gegedung yang terbunuh
itu" Mereka tidak berdiri sendiri. Dibelakangnya terdapat
kekuatan yang akan dapat mengguncang ketenangan
padukuhan Larah" berkata orang y ang minta keterangan itu.
Orang yang t erluka itupun segera memberikan keterangan
pula tentang berbagai macam kemungkinan seperti yang


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikatakan oleh Ki Bekel. Kawannya itupun menarik nafas dalam-dalam. Katanya
"Kita akan terjepit oleh kekuatan-kekuatan y ang dapat
menghancurkan kita" " Itu adalah tantangan yang harus kita hadapi" jawab orang
yang terluka itu. Percakapan merekapun terhenti, karena orang yang terluka
itu telah sampai kerumahnya. Namun ia telah memberikan
banyak keterangan kepada kawannya y ang telah
meny ongsongnya itu. Sebenarnyalah orang-orang Larahpun menjadi gelisah.
Mereka seakan-akan telah berdiri disimpang jalan y ang keduaduanya
menuju kesarang serigala. Padahal mereka sudah tidak
dapat kembali lagi. Namun nampaknya Ki Bekel tanggap akan kegelisahan
orang-orangnya itu. Karena itulah, maka dihari berikutnya ia
telah memanggil semua anak-anak m uda dan laki -laki yang
masih memiliki kemampuan untuk memegang senjata.
"Kita harus memilih" berkata Ki Bekel "dan aku telah
memilih berpihak kepada orang -orang Bumiagara yang
mempunyai kemungkinan yang besar akan menghubungi
Kabuyutan Sembaga. Sehingga dengan demikian, m aka kita
harus berani menanggung akibatnya"
"Tetapi para gegedug itu juga memiliki kekuatan y ang
sangat besar" berkata salah seorang diantara mereka yang ada
di pertemuan itu. "Kita bersama-sama akan menghadapi mereka. Jika kita
sependapat, maka aku y akin, kita akan memiliki kekuatan
yang lebih besar dari para gegedug itu. Kita akan mampu
mempertahankan diri menghadapi mereka. Jika ternyata kita
mengalami kesulitan, maka kita akan dapat bekerja sama
dengan seisi Kabuyutan Sembaga."
"Tetapi apakah mereka masih mempercayai kita?" bertanya
orang lain. Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnyalah iapun
merasa ragu, apakah Ki Buyut di Sembaga masih
mempercayainya. Namun kemudian ia menjawab "Segala
sesuatunya tergantung kepada kita. Jika kita melaksanakannya
dengan sungguh-sungguh, m aka Ki Buyut di Sembaga tentu
bersedia membantu kita."
Ki Bekel berhenti sejenak. Ia nampak merenung dalam.
Baru kemudian ia berkata "Karena itu, aku akan dengan segera
memberikan laporan kepada Ki Buyut di Sembaga. Aku akan
melaporkan apa y ang telah terjadi dengan sejujurnya. Aku
mengharap bahwa Ki Buyut akan melihat niat kita y ang jujur
itu dan bersedia membantunya jika kita benar-benar
mengalami kesulitan."
Orang-orang Larah itu hanya dapat mengangguk-angguk
sa ja. Namun salah seorang dari mereka bertanya "Tetapi
apakah y ang kemudian akan kita makan bersama keluarga kita
?" Ki Bekel mengerutkan dahinya. Dengan lantang ia
menjawab "Tanah kita masih luas. Hutan kita membentang
dari ujung sampai keujung bahkan memanjat lereng
pegunungan. Asal kita tahu diri maka sebagian hutan itu dapat
dibuka tanpa menimbulkan akibat buruk. Soalnya, apakah kita
mau bekerja keras atau tidak. Bekerja keras m engolah tanah
adalah jauh lebih baik dari melakukan pekerjaan y ang kadangkadang
harus mempertaruhkan ny awa kita. Meskipun secara
wadag kita bekerja keras, tetapi kita akan mendapat
ketenangan jiwa. Meskipun kita menjadi letih, tetapi hidup
kita akan tenteram. Kita akan mendapatkan kedamaian dihati
kita. Kita tidak akan merasa diburu dan dimusuhi oleh sesama.
Dalam keletihan tubuh kita, kita akan dapat tidur ny enyak
diantara keluarga kita."
Orang Larah itupun mengangguk-angguk. Mereka mengerti
arti kata-kata Ki Bekel. Namun ada pula diantara mereka yang
masih saja merasa bahwa kehidupan mereka akan menjadi
lebih buruk dimasa mendatang. Mereka tidak akan dapat lagi
melihat kilauan permata dan m engkilapnya emas yang dapat
mereka rampas dari orang lain. Mereka hanya akan bergulat
dengan lumpur dan batu-batu padas.
Namun satu pertanyaan akan timbul. Apakah benar mereka
akan dapat hidup tenang dan t enteram serta kedamaian hati
meskipun wadag mereka menjadi letih oleh kerja keras.
Ketika pertemuan itu kemudian ditutup oleh Ki Bekel
dengan janji yang sama-sama mereka ucapkan untuk merubah
tatanan hidup mereka serta bersama-sama menghadapi
kemungkinan buruk yang dapat ditimbulkan oleh para
gegedug, maka pertemuan itupun segera dibubarkan.
"Aku akan menghadap Ki Buyut di Sembaga" berkata Ki
Bekel. Sebenarnyalah, Ki Bekelpun kemudian telah pergi ke
Kabuyutan Sembaga untuk menghadap Ki Buyut. Meskipun Ki
Buyut tetap mencurigainya, namun Ki Bekel telah diterimanya
dengan baik. Dengan jujur Ki Bekel menceriterakan apa yang telah
terjadi atas orang -orangnya di Kabuyutan Bumiagara. Dengan
jujur pula Ki Bekel menyampaikan niat orang-orang Larah
untuk merubah tatanan hidup mereka.
"Peristiwa di Bumiagara merupakan peringatan yang sangat
keras bagi kami Ki Buyut" berkata Ki Bekel kemudian.
Ki Buyut yang terhitung masih muda itu menarik nafas
dalam-dalam. Katanya "Ako sebenarnya sudah jemu
memikirkan orang-orang Larah. Aku bahkan sudah
memutuskan untuk tidak peduli lagi, apa saja y ang terjadi dan
apa y ang diperbuat oleh orang-orang Larah. Bahkan aku sudah
bertekad, jika orangorang Larah melakukan satu kejahatan
atas padukuhan-padukuhan lain di lingkungan Kabuyutan
Sembaga, maka padukuhan Larah akan aku hancurkan
sendiri. Tetapi ternyata orang-orang Larah telah mendapat
peringatan langsung dari Yang Maha Agung dengan lantaran
Kabuyutan Bumiagara."
"Agaknya memang demikian Ki Buyut. Peringatan itu
demikian kerasnya sehingga harus dikorbankan beberapa
orang Larah y ang terbunuh di Kabuyutan Bumiagara. Selain
itu beberapa orang gegedug yang bersama-sama kami datang
di Bumiagara malam itu juga terbunuh" berkata Ki Bekel
sambil menundukkan kepalanya.
Ki Buyut mengangguk-angguk. Katanya "Sokurlah. Mudahmudahan
apa y ang dikatakan Ki Bekel itu benar-benar akan
mendapat dukungan sepenuhnya dari orang-orang Larah.
Tetapi apakah Ki Bekel telah memperhitungkan kawan-kawan
dari para gegedug yang terbunuh itu " Jika Ki Bekel m enolak
untuk membalas dendam atas orang-orang Bumiagara, maka
dendamnya akan diarahkan kepada orang-orang Larah."
"Ya Ki Buyut." jawab Ki Bekel "kami, orang-orang Larah
menyadari kemungkinan buruk y ang dapat t erjadi. Tetapi
kami sudah bertekad untuk menghadapi kemungkinan itu.
Namun jika kami mengalami kesulitan, maka sudah
sepantasnya kami mohon perlindungan kepada Ki Buyut di
Sembaga." Ki Buyut mengangguk-angguk kecil. Namun kemudian
katanya dengan nada rendah "Segala sesuatunya tergantung
kepada orang-orang Larah sendiri. Jika orang-orang Larah
memegang janjinya, maka aku tidak akan berkeberatan untuk
memenuhinya" Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Terima
kasih Ki Buyut. Aku berjanji, bahwa Larah akan berubah.
Leherku akan aku pertaruhkan untuk itu.'-
Namun pembicaraan mereka terputus ketika mereka
mendengar derap kaki kuda yang berhenti didepan regol
halaman Kabuyutan Sembaga.
Ternyata tidak hanya seekor kuda. Tetapi tiga ekor kuda.
Orang-orang yang ada di pendapa rumah Ki Buyut di
Sembaga itupun segera bangkit berdiri untuk meny ongsong
orang-orang berkuda y ang kemudian menuntun kuda-kuda
mereka memasuki halaman. Ki Bekel di Larah terkejut melihat orang itu. Orang itu
adalah Ki Buyut di Bumiagara bersama dua orang
pengiringnya. Ki Buyut Bumiagara y ang melihat kehadirana Ki Bekel
itupun tersenyum sambil berkata "Ternyata Ki Bekel telah
lebih dahulu menghadap Ki Buyut di Sembaga."
"Ya. Ki Buyut. Aku ingin m enyatakan kesungguhan hatiku
untuk memenuhi sy arat y ang diberikan oleh Ki Buyut
Bumiagara." Sementara itu Ki Buyut di Sembaga pun telah mempersilahkan
Ki Buyut Bumiagara untuk naik dan duduk di pendapa
bersama kedua orang pengiringnya. Setelah saling
memperkenalkan diri, maka merekapun mulai berbicara
tentang keperluan Ki Buyut di Bumiagara datang ke
Kabuyutan Sembaga. "Adalah kebetulan bahwa Ki Bekel Larah ada disini"
berkata Ki Buyut Bumiagara.
Ki Buyut di Sembaga pun mengangguk-angguk. Dengan
demikian m aka iapun segera mengetahui, arah pembicaraan
mereka selanjutnya. "Aku mengucapkan terima kasih atas langkah-langkah
bijaksana yang telah Ki Buyut ambil" berkata Ki Buyut
Sembaga "mudah-mudahan, dengan demikian orang-orang
Larah benar-benar akan berubah. Selama ini aku telah
kehabisan akal untuk mengendalikan tingkah laku orangorang
Larah. Bahkan aku pernah berpikir untuk
menghancurkan sama sekali padukuhan Larah, Namun
ternyata bahwa Ki Buyut Bumiagara dapat membantu kami,
orang-orang Sembaga, untuk merubah sikap dan pandangan
hidup orang-orang Larah."
"Hanya satu kebetulan Ki Buyut" jawab Ki Buyut
Bumiagara "jika aku datang sekarang ini, maksudku untuk
mohon agar Ki Buyut di Sembaga bersedia untuk ikut
mengawasi tingkah laku orang-orang Larah."
"Aku akan melakukannya" jawab Ki Buyut. Lalu katanya
"Bahkan aku sudah berjanji untuk membantu padukuhan
Larah jika kawan-kawan para gegedug y ang terbunuh di Larah
mendendam bukan saja kepada orang -orang Bumiagara, tetapi
juga kepada orang -orang Larah yang tentu akan dianggap
berkhianat jika m ereka m erubah sikap dan pandangan hidup
mereka." "Sokurlah" jawab Ki Buyut Bumiagara "kamipun tentu tidak
akan tinggal diam atau membiarkan saja kesulitan y ang akan
dialami oleh padukuhan Larah jika para gegedug itu kemudian
benar-benar datang untuk melepaskan dendamnya. Namun
jarak antara Larah dan Bumiagara memang cukup jauh. Lebih
daripada itu Bumiagara sendiri sekarang sedang berada dalam
ancaman sekelompok prajurit Kediri yang tidak mau tunduk
kepada Sri Baginda di Kediri. Mereka telah mencoba untuk
memeras Kabuyutan Bumiagara. Mereka m engancam untuk
mengambil padi kami dan bahkan anak-anak muda kami."
Ki Buyut Sembaga mengangguk-angguk kecil. Namun
nampak di wajahnya kerut-kerut yang dalam. Dengan nada
rendah Ki Buyut Sembaga itu bertanya "Untuk apa mereka
memeras Kabuyutan Rumiagara?"
Pertanyaan itu memang membuat dahi Ki Buyut Bumiagara
berkeringat. Bagaimanapun juga perasaan bersalah masih
belum dapat dihapuskannya dari ingatannya.
Namun Ki Buyut Bumiagara itu menjawab "Aku tidak tahu
pasti, kenapa para prajurit y ang melawan pimpinannya itu
memilih Bumiagara. Agaknya karena Bumiagara termasuk
Kabuyutan y ang subur dan memiliki anak-anak muda yang
sedikit banyak mempunyai kemampuan bermain senjata."
"Lalu, bagaimana sikap Ki Buyut?" bertanya Ki Buyut di
Sembaga. " Itulah sebabnya, kami merasa sangat terpukul dengan
serangan y ang dilakukan oleh orang-orang Larah justru saat
kami sedang menyusun kekuatan. Kami harus melepaskan
beberapa anak muda yang gugur dan sebagian lagi terluka.
Namun dengan demikian orang"orang Larah pun telah
membentur Kabuyutan yang telah mempersiapkan diri untuk
melawan kekuatan para prajurit Kediri itu, sehingga orangorang
Larah dapat kami tundukkan dengan cepat. Tetapi
sudah tentu kami tidak akan menambah lawan justru kami
berada dalam saat y ang gawat. Kami lepaskan orang-orang
Larah dengan janji."
Ki Buyut di Sembaga mengangguk-angguk. Katanya "Aku
dapat mengerti, bahwa Bumiagara sedang menghadapi
kesulitan. Namun agaknya kami tidak dapat berbuat apapun
juga." "Aku mengerti Ki Buyut" jawab Ki Buyut di Bumiagara "aku
sudah merasa berterima kasih jika Ki Buyut Sembaga bersedia
mengawasi orang -orang padukuhan Larah. Kami akan
mencoba untuk m engatasi sendiri para prajurit Kediri yang
memberontak itu. Aku tahu bahwa itu adalah tugas y ang berat
sekali. Namun kami m empunyai harga diri sehingga apapun
yang t erjadi kami harus menunjukkan bahwa kami akan
mempertahankan hak kami dengan segenap kemampuan
kami." "Apakah Ki Buyut sudah m enghubungi prajurit Singasari
untuk mohon perlindungan?" bertanya Ki Buyut di Larah.
"Aku akan mencobanya. Tetapi apakah Singasari akan
mempercayainya." Ki Buyut di Sembangapun merenung sejenak. Tetapi
kemudian iapun menjawab "Apakah ada alasan Singasari
untuk tidak mempercayainya ?"
Ki Buyut di Bumiagara menarik nafas dalam-dalam. Ia
memang tidak dapat segera menjawab pertanyaan itu. Yang
terbayang adalah justru apa yang telah dilakukannya. Jika ia
menghubungi Singasari, m aka Singasari tentu akan mencari
sebab, kenapa Bumiagara y g justru m enjadi sa saran orang2
Kediri y g memberontak itu.
"Jika Singasari mengetahui, bahwa kami pernah
berhubungan dengan orang -orang Kediri yang memberontak
itu, maka Singasari tentu akan mengusutnya lebih jauh"
berkata Ki Buyut itu didalam hatinya.
Namun jawaban y g kemudian diucapkan "Aku akan
mencoba. Ya. Aku harus mencobanya."
"Mudah-mudahan Ki Buyut mendapat perhatian sehinigga
Bumiagara tidak mengalami kesulitan. Orang-orang Kediri
yang tidak tunduk kepada para pemimpinnya itu tentu
mempunyai sikap y g akan dapat membuat Bumiagara


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengalami bencana."berkata Ki Buyut Sembaga.
Pembicaraan mengenai orang -orang Kediri y ang tidak
tunduk kepada para pemimpinnya itui tentu mempunyai sikap
yang akan dapat membuat Bumiagara mengalami bencana."
berkata Ki Buyut Sembaga.
Pembicaraan mengenai orang -orang Kediri y ang tidak
tunduk kepada para pemimpinnya itu, apalagi mereka adalah
prajurit, telah membuat Ki Buyut Bumiagara m enjadi gelisah.
Ia tidak ingin berbicara lebih panjang lagi, karena setiap kali ia
meneybut para prajurit Kediri y ang m elawan atasannya1 itu,
rasa-rasanya jantungnya bagaikan tertusuk duri.
Karena itu, setelah Ki Buyut m endapat hidangan m inum
dan makanan, iapun segera minta diri.
"Agaknya apa y ang akan aku sampaikan, telah Ki Buyut
ketahui" berkata Ki Buyut Bumiagara "bahkan kebetulan sekali
Ki Bekel di Larah juga ada di sini. Dengan demkian maka
kewajibanku rasa"rasanya memang sudah selesai, sehingga
aku dan para pengiringku akan mohon diri."
"Begitu tergesa -gesa ?" bertanya Ki Buyut di Sembaga.
Sementara Ki Bekel di Larah berkata "Aku ingin
mempersilahkan Ki Buyut bermalam barang semalam di
Larah" "Terima Kasih Ki Bekel" jawab Ki Buyut Bumiagara " seperti
aku katakan, bahwa mendung sedang bergantung diatas
Kabuyutan Bumiagara. Aku tidak dapat terlalu lama
meninggalkan Kabuyutanku. Sesuatu akan dapat terjadi setiap
saat. Jika kebetulan aku tidak ada di rumah, sementara
prajurit Kediri yg melawan atasannya itu datang, maka
keadaan Kabuyutan Bumiagara akan menjadi kalut."
Ki Buyut Sembaga dan Ki Bekel Larah menganggukangguk.
Mereka dapat mengerti keberatan Ki Buyut
Bumiagara itu. Demikianlah, maka Ki Bekel dan Ki Buyut Sembaga
mengantar Ki Buyut Bumiagara dengan pengiringnya sampai
ke reg ol halaman. Sambil memandang langit Ki Buyut berkata
"Ki Buyut akan kemalaman
diperjalanan." Ki Buyut Bumiagarapun memandang langit. Matahari
telah jauh turun ke Barat.
Namun katanya "Ya. Tetapi aku
sudah terbiasa menempuh perjalanan di malam hari."
Demikianlah maka sejenak kemudian tiga ekor kuda telah
berpacu membelah padukuhan
induk Kabuyutan Sembaga langsung menuju ke Kabuyutan
Bumiagara. Disepanjang jalan tidak banyak y ang mereka percakapkan.
Hanya sekali-sekali Ki Buyut berbicara disela-sela anganangannya
yang menerawang menembus dadanya sendiri.
Pendapat Ki Buyut Sembaga memang masuk akal. Agar ia
menyampaikan persoalannya kepada para pemimpin di
Singasari. Namun Ki Buyut meragukan kemungkinan y ang justru akan dapat
menjeratnya dalam kesulitan..
Karena itu, maka katanya kepada diri sendiri "Aku akan
menyelesaikannya sendiri. Jika aku minta pertolongan, maka
lebih baik aku pergi ke Padepokan Bajra Seta yg telah dengan
pasti berniat membantu Bumiagara, meskipun aku pernah
berniat menghancurkan Padepokan itu. Apalagi Padepokan itu
telah mengirimkan cantrik-cantriknya disertai dengan
segerobag senjata untuk Kabuyutan Bumiagara.
Sambil menganyam angan-angannya Ki Buyut berpacu
terus menuju ke Kabuyutan Bumiagara. Mereka berpacu di
kereman-gan senjaj y ang bahkan kemudian gelap m alampun
telah meny elimuti jalan-jalan y ang dilalui oleh Ki Buyut
Bumiagara bersama pengiringnya.
Namun akhirnya ketiga orang itupun memasuki Kabuyutan
Bumiagara dengan selamat. Mereka tidak mendapat gangguan
apapun juga diperjalanan.
Tetapi Ki Buyut harus menghadapi keny ataan y ang
mengguncangkan perasaannya ketika ia sampai di rumahnya.
Seorang bebahu y ang adadirumahnya, meny ongsongnya
dengan tergesa-gesa. "Ada apa ?" bertanya Ki Buyut yang baru saja meloncat dari
punggung kudanya bersama kedua orang pengiringnya.
"Di gandok ada lim a orang yang bermalam" jawab bebahu
itu. Ki Buyut mengerutkan keningnya. Dengan ragu ia
bertanya "Siapa ?" "Prajurit-prajurit Kediri" jawab bebahu itu.
"Prajurit Kediri " Mak sudmu prajurit Kediri y ang pernah
datang kemari ?" bertanya Ki Buyut.
"Ya. Mereka y ang m elawan atasan m ereka" jawab bebahu
itu. Jantung Ki Buyut bagaikan berhenti. Ia sadar, bahwa
prajurit -prajurit itu tentu datang dengan maksud tertentu
sebagaimana pernah m ereka katakan. Jika kemudian terjadi
kekerasan, maka Bumiagara benar-benar belum siap, apalagi
setelah baru saja Bumiagara menyerahkan beberapa orang
anak mudanya y ang terbaik karena kedatangan orang-orang
Larah dan para gegedug yang ingin merampok padukuhan
induk Bumiagara habis-habisan.
Karena itu, maka Ki Buyut itupun berkata "Sebaiknya aku
tidak menemui mereka. Aku akan pergi saja sampai mereka
meninggalkan Bumiagara."
"Tetapi Ki Buyut akan pergi ke mana?" bertanya bebahu itu.
"Aku akan bersembunyi disalah satu padukuhan di
Kabuyutan ini. Setiap kali aku akan menghubungimu lewat
seorang penghubung untuk menanyakan apakah mereka
sudah pergi" jawab Ki Buyut.
"Tetapi itu tidak meny elesaikan per soalan" sahut bebahu
itu. "Setidak-tidaknya memberi kesempatan kepada para
pengawal dan anak-anak muda untuk bersiap-siap. Aku akan
memimpin langsung persiapan itu dari tempat
persembunyianku" berkata Ki Buyut dengan suara bergetar.
Karena sebenarnyalah ia menyadari bahwa bersembunyi
bukan peny elesaian terakhir dari per soalan Kabuyutan
Bumiagara dengan para prajurit Kediri y ang tidak mau tunduk
kepada atasannya itu. Bebahu yang ada di Kabuyutan itu tidak dapat membantah
lagi. Karena itu maka katanya "Segala sesuatunya terserah
kepada Ki Buyut." Ki Buyut memang menjadi ragu -ragu. Namun kemudian
iapun berdesis "Baiklah. Aku akan pergi. Setidak-tidaknya aku
sempat berpikir dan mempersiapkan diri untuk berbicara
dengan mereka." Namun y ang terjadi tidak seperti y ang dikehendaki oleh Ki
Buyut. Demikian ia menarik kudanya, maka pintu bilik
pringgitan pun telah terbuka. Dua orang prajurit muncul dari
pintu itu. "Selamat malam Ki Buyut" berkata salah seorang dari
prajurit itu. Ki Buyut hanya dapat m enarik nafas dalam-dalam. Namun
iapun kemudian menyahut "Selamat malam Ki Sanak."
"Kami sudah lebih menunggu Ki Buyut" berkata prajurit itu
"bahkan kami harus bermalam disini, karena kami bertekad
untuk tidak meninggalkan Kabuyutan ini sebelum kami
bertemu dengan Ki Buyut. "Marilah" berkata Ki Buyut "silahkan naik ke pendapa, atau
kita akan berbicara besok saja setelah lewat malam."
Kedua orang prajurit itu saling berpandangan sejenak.
Namun keduanya berpaling ke dalam bilik. Agaknya mereka
ingin mendapat pertimbangan dari kawan-kawannya y ang ada
di dalam. Sementara itu Ki Buyut masih saja berdiri sambil berharap,
agar para prajurit itu memberinya kesempatan berpikir disisa
malam itu sebelum ia berbicara dengan para prajurit itu.
Namun Ki Buyut pun menarik nafas panjang k etika salah
seorang prajurit itu berkata "Baiklah. Besok pagi-pagi saja kita
berbicara. Agaknya Ki Buyut masih letih dan perlu
beristirahat. "Terima kasih atas kesempatan ini Ki Sanak. Silahkan Ki
Sanak juga beristirahat" berkata Ki Buyut.
Kedua orang prajurit itupun segera kembali memasuki
biliknya di gandok. Sementara Ki Buyut pun berkata kepada
bebahu itu "Panggil Ki Jagabaya. Masuk ke serambi samping.
Jangan lewat regol depan, tetapi bawalah ia masuk lewat pintu
butulan dinding halaman samping sebelah kiri."
"Ki Jagabaya juga belum lama meninggalkan pendapa ini"
jawab bebahu itu. "Aku akan berbicara dengannya. Namun sebelum datang
kemari, mintalah Ki Jabagaya menemui para cantrik. Aku
ingin mendengar pendapatnya" pesan Ki Buyut.
Bebahu itupun kemudian telah meninggalkan rumah Ki
Buyut, sementara Ki Buyut pun telah m eny erahkan kudanya
kepada pengiringnya yang membawa kuda-kuda itu langsung
ke kandang. Ki Buyut yang naik ke pendapa itu langsung melewati
pringgitan. Beberapa kali ia mengetuk pintu. Demikian pintu
dibuka, Ki Buyut pun segera masuk ke ruang dalam. Namun Ki
Buyut itu langsung menuju ke serambi samping.
Dalam keadaan demikian, maka Ny i Buyut Bumiagara tidak
dapat banyak berbuat. Namun Ny i Buyut yang gelisah melihat
sikap Ki Buyut itu sempat bertanya "Apakah Ki Buyut tidak
makan dahulu?" Ki Buyut termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Bawa makan itu ke serambi."
"Biarlah nasi dan say urnya dipanasi sebentar. Sudah
dingin, karena makan Ki Buyut sudah disiapkan sejak malam
turun." berkata Ny i Buyut.
"Tidak usah. Aku akan makan di serambi" jawab Ki Buyut.
Sambil menghidangkan makan dan minuman y ang sempat
dihangatkan sedikit, Ny. Buyut bertanya "Ki Buyut masih
nampak gelisah saja. Bukankah para perampok itu sudah
berjanji untuk tidak melakukannya lagi?"
Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak ingin
membuat keluarganya juga gelisah. Karena itu, maka katanya
"Tidak apa -apa. Aku menunggu Ki Jagabaya. Ada sesuatu yang
harus aku bicarakan."
Seperti biasanya, Ny i Buyut memang tidak banyak
mencampuri persoalan-per soalan suaminya. Namun bagaimanapun
juga sebagai seorang isteri ia merasakan, bahwa Ki
Buyut masih saja dicengkam oleh kegelisahan y ang sangat.
Untuk beberapa saat Ny i Buyut masih sibuk melayani Ki
Buyut y ang sedang makan. Tetapi nasi y ang dikunyahnya rasarasanya
tidak tertelan. "Aku sudah kenyang" tiba -tiba saja Ki Buyut meletakkan
mangkuk nasiny a. "Justru dalam kesibukan, Ki Buyut sebaiknya makan cukup
banyak" berkata Ny i Buyut.
Ki Buyut menggelengkan kepalanya. Katanya "Aku sudah
makan di Kabuyutan Sembaga."
Nyi Buyut tidak dapat memaksanya. Jika ia mencoba
memaksa, maka Ki Buyut justru dapat menjadi marah.
Karena itu, maka Ny i Buyut itupun segera m enyingkirkan
mangkuk-mangkuk y ang masih berisi Namun sementara itu,
Nyi Buyut sempat membangunkan pembantunya untuk
merebus air. "Nampaknya akan ada tamu" bertanya Ny i Buyut.
"Bukankah tamunya bermalam di gandok ?" sahut
pembantunya. "Maksudku tamu yang lain" desis Nyi Buyut.
Pembantunya tidak menjawab lagi. Namun iapun segera
mengisi kuali untuk merebus air, sementara apipun telah
dinyalakan oleh Ny i Buyut sebelumnya.
"Ny i Buyut telah merebus air" desis pembantunya
kemudian. "Hanya sedikit, untuk Ki Buyut" jawab Ny i Buyut.
Diserambi Ki Buyut hampir kehilangan kesabaran
menunggu kedatangan Ki Jagabaya. Ny i Buyut setelah
memberikan beberapa pesan kepada pembantunya, telah
menemani suaminya duduk Namun tidak banyak y ang mereka
percakapkan. Ki Buyut hanya menjawab pertanyaanpertanyaan
isterinya sepatah-sepatah.
Demikianlah, ketika Ki Buyut tidak sabar lagi menunggu,
bebahu yang diperintahkannya menyusul Ki Jagabaya telah
datang melalui pintu butulan y ang tidak diselarak dari dalam
Ber sama Ki Buyut telah datang pula seorang dari antara pan
cantrik Padepokan Bajra Seta y ang ada di Kabuyutan
Bumiagara. "Aku mewakili kawan-kawanku" berkata cantrik itu. Lalu
katanya pula "jika kami datang berlima, maka agaknya akan
dapat menarik perhatian."
"Ya, y a." Jawab Ki Buyut "agaknya memang sudah cukup,
karena kau mewakili para cantrik y ang lain."
"Mereka tidak mau berkata apa -apa. Mereka hanya akan
berbicara dengan Ki Buyut. Karena itu, maka mereka akan
menunggu sampai Ki Buyut datang. Kapanpun" jawab Ki
Jagabaya. Ki Buyut mengangguk-angguk. Katanya "Tetapi kita sudah
mengetahui, apa yang akan mereka katakan."
"Ya" sahut Ki Jagabaya "kami menunggu perintah Ki
Buyut." "Bagaimana pendapat kalian " Apakah kita akan
menyerahkan beras dan anak-anak muda kita. Seandainya
mereka hanya menuntut beras berapa pedatipun, mungkin
kita akan dapat memenuhinya. Tetapi jika mereka minta
sejumlah anak-anak muda kita, maka kita tentu akan
berkeberatan." Ki Jagabaya mengangguk-angguk. Namun cantrik yang ada
diantara merekapun bertanya "Apa yang sebenarnya terjadi di
Kabuyutan ini ?" Ki Buyut tidak dapat bersembunyi lagi. Iapun telah m enceriterakan
apa yang sebenarnya telah terjadi, yang sebagian
memang sudah didengarnya.
"Sekarang mereka datang untuk menagih hutang y ang telah


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka berikan." berkata Ki Buyut kemudian.
Cantrik itu mengangguk-angguk. Dengan ragu iapun
kemudian bertanya "Apa yang akan Ki Buyut lakukan ?"
"Sebenarnyalah aku tidak rela. Itulah sebabnya, kami telah
bersiap-siap m enempa anak-anak muda di Bumiagara. Tetapi
ternyata bahwa y ang kami hadapi pertama kali adalah orangorang
Larah." "Tetapi pertempuran dengan orang-orang Larah itu dapat
dianggap sebagai pemanasan" berkata cantrik itu.
"Tetapi prajurit Kediri y ang menolak perintah atasannya itu
tentu jauh lebih kuat dari orang -orang Larah. Jauh lebih kuat
pula dengan orang -orang Bumiagara." berkata Ki Buyut.
"Jika demikian, aku akan kembali ke Padepokan untuk
memanggil bantuan agar Bumiagara sempat diselamatkan."
berkata cantrik itu. "Terlambat" jawab Ki Buyut "mereka telah berada disini.
Selain kelima orang itu, maka pasukannya tentu sudah berada
disekitar Kabuyutan ini."
Cantrik itu menarik nafas dalam-dalam. Sementara Ki
Jagabayapun berkata "Apapun y ang terjadi, kita akan
melawan. Aku akan menghubungi setiap padukuhan, agar
mereka bersiap. Kita kumpulkan semua kekuatan y ang ada.
Bukan sekedar para pengawal dan anak-anak mudanya saja.
Tetapi semua laki -laki yang m asih sanggup bertempur akan
turun ke medan. Mungkin akan terjadi pembantaian besarbesaran.
Tetapi kita mempertahankan harga diri kita."
Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam. Setiap kali m aka ia
selalu dibay angi oleh perasaan bersalah. Karena itu, maka
beberapa saat Ki Buyut justru menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Agaknya Ki Jagabaya mengerti bahwa ki Buyut m asih saja
dihantui oleh perbuatannya sendiri. Karena itu ' maka Ki
Jagabaya pun berkata "Kita tidak perlu m eny esali apa yang
telah terjadi. Hal itu t idak akan menolong keadaan. Kita harus
melihat, apa y ang sekarang sedang kita hadapi."
Ki Buyut mengangguk-angguk. Katanya "Aku sudah
mencoba. Tetapi sulit bagiku untuk melupakannya."
"Ki Buyut. Jika kita selalu berpaling, maka kita tidak akan
bergerak m aju. Apapun y ang terjadi, kita harus menghadapi
mereka. Bukan sekedar meny esali masa lalu." berkata Ki
Jagabaya. "Aku mengerti" berkata Ki Buyut.
"Bahkan bukan hanya sekedar harga diri. Tetapi k ita harus
berbuat apa saja untuk m elindungi kampung halaman kita.
Apa yang dilakukan oleh para prajurit yang menolak perintah
atasan mereka itu jauh lebih buruk dari perbuatan orangorang
Larah. Sehingga kitapun harus melayani mereka. Jika
harus jatuh korban y ang tidak terhitung jumlahnya, apabolah
buat. Bahkan mungkin seisi padukuhan ini akan mereka
bantai. Tetapi kita tidak mati sambil berpeluk tangan.
Ki Buyut mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah Ki
Jagabaya. Siapkan seluruh kemampuan yang ada di
Kabuyutan ini. Kita akan melawan sampai orang yang
terakhir." Ki Buyut terhenti sejenak, lalu katanya kepada
cantrik Padepokan Bajra Seta itu "Tinggalkan Kabuyutan ini
selagi masih sempat. Keluarlah dari Bumiagara agar kalian
tidak ikut menjadi korban ketamakanku."
Tetapi cantrik itu menggeleng. Katanya "Aku sudah
terlanjur ada disini. Aku akan tetap berada disini."
Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Kau
seharusnya tidak ikut terlibat."
"Kami sengaja melibatkan diri" jawab cantrik itu.
"Jika demikian, aku hanya dapat mengucapkan terima
kasih. Hutangku bertimbun terhadap Padepokan Bajra Seta.
Tetapi seharusnya kalian tidak usah berkorban dengan
mempertaruhkan nyawa." berkata Ki Buyut
"Jangan pikirkan itu Ki Buyut" jawab cantrik itu "aku sudah
siap menghadapi segala kemungkinan.",
"Baiklah. Jika demikian, bersiaplah. Baru besok aku akan
berbicara dengan para prajurit itu. Mungkin pembicaraan
kami akan menemui jalan buntu, sehingga akan terjadi
kekerasan." Berkata Ki Buyut dengan wajah y g muram.
"Baiklah" berkata Ki Jagabaya "aku mohon diri."
Ber sama cantrik Padepokan Bajra Seta maka Ki
Jagabayapun segera meninggalkan rumah Ki Buyut. Mereka
langsung pergi ke padukuhan-padukuhan untuk
mempersiapkan segenap kekuatan yang dapat dihimpun di
Kabuyutan itu. Ternyata para Bekel di padukuhan-padukuhanpun telah
menyediakan diri untuk memimpin pengawal, anak-anak
muda dan bahkan setiap orang yang masih sanggup turun
kemedan. "Aku akan mengumpulkan mereka menjelang pagi."
berkata para bekel. Namun Ki Jagabaya berpesan agar mereka tidak m embuat
penduduk menjadi gelisah, karena segala sesuatunya masih
belum pasti. "Mereka tidak akan m enjadi gelisah. T etapi mereka justru
akan bersiap-siap menghadapi kemungkinan y ang mungkin
harus mereka hadapi" berkata para Bekel.
Ki Jagabaya tidak berkeberatan. Namun ia berpesan "Tetapi
apa y ang kalian lakukan jangan memancing persoalan. Jika
kekerasan harus terjadi, bukan kita y ang memulainya."
Ternyata Ki Jagabaya memerlukan waktu yang cukup lama.
Ketika ia sampai kerumahnya, maka haripun menjelang pagi.
Bahkan Nyi Jagabaya telah sibuk menyiapkan makan pagi.
Ki Jagabaya masih sempat berbaring sejenak. Tetapi
matanya tidak mau dipejamkan. Seakan-akan terbayang
diangan-angan-ny a, para prajurit Kediri y ang melawan
atasannya itu tengah sibuk membantai orang-orang
Bumiagara. Kadang-kadang Ki
Jagabaya memang meny esali tindakan Ki Buyut yang telah
menjerumuskan Kabuyutannya kedalam kesulitan. Bahkan
mungkin kemusnahan. Tetapi peny esalan itu tidak akan
menyelesaikan persoalan. Para prajurit Kediri yang menolak
tunduk kepada pimpinannya itu harus dihadapi dengan
kekuatan meskipun akhirnya kekuatan itu akan lebur menjadi
debu. Sementara itu, ketika matahari terbit, maka padukuhanpadukuhan
diseluruh Kabuyutan Bumiagara sudah siap
menghadapi segala kemungkinan. Anak-anak muda tidak
pergi kesawah. Tetapi mereka bersiap-siap dirumah mereka
masing-masing. Jika terdengar isy arat maka merekapun akan
menghambur berkumpul dibanjar. Bukan hanya anak-anak
muda dan para pengawal. Tetapi semua laki -laki yang masih
sanggup turun kemedan pertempuran.
Setelah membenahi diri, maka Ki Jagabayapun segera pergi
ke Kabuyutan. Ketika ia memasuki halaman Kabuyutan,
dilihatnya beberapa orang bebahu sudah berada di pendapa.
Namun Ki Jagabaya belum melihat Ki Buyut dan juga para
prajurit Kediri y ang bermalam di rumah Ki Buyut itu.
"Mereka baru makan di dalam biliknya" berkata seorang
bebahu y ang duduk di pendapa.
Ki Jagabaya mengerutkan dahinya. Dengan heran ia
bertanya "Kenapa mereka makan didalam biliknya " Bukankah
itu tidak biasa " Kenapa mereka tidak makan bersama Ki
Buyut diruang dalam ?"
"Mereka m inta m akan didalam biliknya. Merekalah y ang
minta makan dan minum mereka diantar" jawab bebahu yang
semalam juga berada di rumah Ki Buyut itu.
"Ki Buyut ada dimana ?" bertanya Ki Jagabaya.
"Ki Buyut masih ada didalam bersama salah seorang cantrik
dari padepokan Bajra Seta." jawab bebahu itu.
"Hanya seorang ?" bertanya Ki Jagabaya selanjutnya.
"Ya. Yang lain ada diantara para pengawal y ang masih
tersebar di padtikuhan induk. Namun set'jap saat mereka
dapat digerakkan. Sementara Ki Jagabaya pergi ke
padukuhan-padukuhan, para pengawal di padukuhan induk
telah ditangani oleh para cantrik." jawab bebahu itu pula.
Ki Jagabaya m engangguk-angguk. Iapun telah duduk pula
diantara beberapa orang bebahu yang duduk dipendapa.
Baru sejenak kemudian Ki Buyut keluar dari ruang dalam
dan duduk pula diantara para bebahu. Dengan nada berat ia
bertanya "Apakah mereka belum selesai?"
"Nampaknya belum Ki Buyut" jawab seorang bebahu.
"Akulah y ang justru menjadi tidak sabar lagi. Aku ingin
segera berbicara dengan mereka. Kemudian menentukan sikap
dan biarlah terjadi apa y ang harus terjadi." berkata Ki Buyut.
Para bebahu itupun terdiam. Bahkan kepala merekapun
menunduk seakan-akan mereka menghindar dari tatapan
mata Ki Buyut yang tajam.
Namun mereka tidak perlu menunggu terlalu lama.
Beberapa saat kemudian, maka lima orang prajurit, lengkap
dengan senjata mereka telah keluar dari dalam biliknya.
Seorang y ang bertubuh tinggi dan berdada lebar, mengusap
kumisnya y ang tebal sementara mulutnya masih berkumatkumit
mengunyah sisa makanan yang ada didalam mulutnya.
Ki Buyut berserta beberapa orang bebahu itupun segera
bangkit berdiri meny ongsong kelima orang prajurit dari Kediri
yang menentang kebijaksanaan Sris Baginda di Kediri itu.
Sejenak kemudian, merekapun telah duduk dii pendapa
bersama Ki Buyutdan para bebahu yang telah lebih dahulu
berada di pendapa. "Agaknya kalian sudah menunggu" berkata prajurit y ang
tertua diantara mereka. "Ya. Kami sudah beberapa saat menunggu" jawab Ki Buyut.
"Kami sedang m enikmati hidangan yang Ki Buyut berikan.
Jarang kami menjumpai masakan y ang demikian lezatnya,
sehingga kami terpaksa makan terlalu banyak."
"Ah. Hanya seadanya saja" sahut Ki Buyut.
Para prajurit itu mengangguk-angguk. Sambil m emandang
berkeliling prajurit y ang tertua diantara mereka itupun
berkata "Agaknya para bebahu berkumpul disini."
"Hanya sebagian saja Ki Sanak" jawab Ki Buyut. Kemudian
katanya " semalam aku belum sempat bertanya, siapakah Ki
Sanak berlima dan apakah keperluan Ki Sanak?"
"Aku sudah mengatakan siapakah kami kepada para
bebahu yang ada disini semalam. Tetapi aku m emang belum
mengatakan, untuk apa kami datang kemari" jawab prajurit
itu. "Ya, mereka telah mengatakan, siapakah Ki Sanak. Tetapi
aku masih ingin mey akinkan keterangan bebahu Bumiagara
itu." berkata Ki Buyut kemudian.
"Baiklah. Aku ingin mengulangi keterangan kami tentang
diri kami. Kami adalah prajurit-prajurit Kediri. Kami pernah
bekerja bersama dengan Ki Buyut melawan Padepokan Bajra
Seta. Sementara petugas kamipun pernah datang ke
Kabuyutan ini untuk menyampaikan beberapa pesan dari
pimpinan kami." jawab prajurit itu. Lalu katanya "Nah, dengan
demikian, bukankah persoalannya menjadi lebih jelas."
"Ya. Kami ingat. Tetapi silahkan mengatakan,
bagaimanakah jelasnya tugas Ki Sanak datang ke Kabuyutan
ini." desis Ki Buyut yang jantungnya berdetak semakin cepat.
"Baiklah. Baiklah. Nampaknya Ki Buyut adalah seorang
yang sulit mempercayai orang lain atau mungkin seorang yang
harus mendapatkan kepastian sebelum menentukan satu
keputusan." berkata prajurit y ang tertua. Lalu setelah
mengambil nafas panjang iapun berkata "Ki Buyut. Kami
memandang perlu untuk datang ke Kabuyutan ini pada saat
ini. Kami tahu bahwa baru saja Ki Buyut m engalami cobaan
yang b erat karena sekelompok datang ke Kabuyutan ini pada
saat ini. Kami tahu bahwa baru saja Ki Buyut mengalami
cobaan yang berat karena sekelompok perampok telah
mencoba untuk merampok Kabuyutan Bumiagara. Untunglah
bahwa Bumiagara telah siaga. Lima orang cantrik dari
Pa depokan Bajra Seta yang ada di Kabuyutan ini telah
berusaha untuk meningkatkan kemampuan para pengawal
dan anak-anak muda di Kabuyutan ini. Untuk itu, bukan saja
Bumiagara y ang berterima kasih t etapi kamipun sangat
berterima kasih untuk itu. Karena itu, maka setelah peristiwa
dengan orang-orang Larah itu selesai, kamipun dengan segera
datang kemari. Kami ingin menagih janji orang-orang
Bumiagara beberapa saat y ang lalu. Kami sekarang
memerlukan bahan makanan dan tenaga. Semula hanya
tenaga untuk mengangkut barang-barang dan perbekalan,
karena kami memang kekurangan tenaga. Tetapi setelah kami
ketahui bahwa anak-anak muda Bumiagara justru memiliki
kemampuan sebagaimana seorang prajurit, m aka kami ju stru
semakin memerlukan mereka."
Jantung Ki Buyut bagaikan berhenti berdeny ut. Ternyata
prajurit Kediri yang tidak patuh kepada atasannya itu tahu
benar apa y ang terjadi di Bumiagara. Mereka tahu bahwa
orang-orang Larah telah meny erang Kabuyutan itu.
Merekapun tahu bahwa lima orang cantrik dari Padepokan
Bajra Seta ada pula di Kabuyutan itu.
Karena Ki Buyut tidak segera menjawab, maka orang tertua dari antara orang-orang Kediri itu berkata "Ki Buyut tidak usah
heran jika aku tahu banyak
hal tentang Kabuyutan ini.
Karena itu Ki Buyut tidak
usah berusaha membohongi kami." Ki Buyut masih termangumangu
sejenak. Ia memang tidak segera menemukan jawaban atas permintaan orang-orang Kediri yang tidak tunduk kepada Sri Baginda di Kediri itu. Sementara itu orang tertua itu m asih berkata pula "Kami
tahu apa saja y ang kalian lakukan. Sekarang Ki Buyut tidak
dapat berbuat lain. Ki Buyut hanya dapat memenuhi
permintaan kami. Ki Buyut tidak dapat mengirimkan orang
kemanapun untuk minta bantuan. Para Cantrik itupun tidak
akan dapat meninggalkan Kabuyutan ini, karena Kabuyutan
ini sudah diawasi di segala penjuru."
Ki Buyut Bumiagara kemudian justru mengangguk-angguk.


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Katanya "Apa y ang kau katakan benar Ki Sanak. Juga tentang
kelima orang cantrik itu."
"Sokurlah jika Ki Buyut tidak berniat untuk ingkar" berkata
orang tertua diantara kelima orang itu "agaknya per soalan
diantara kita akan cepat selesai."
"Aku ingin mendengar, apa saja y ang kau minta dari
Kabuyutan Bumiagara ini Ki Sanak ?" bertanya Ki Buyut.
"Menurut pengetahuanku, Bumiagara terdiri dari delapan
padukuhan. Setiap padukuhan terdiri atas tiga atau ampat
padesan sehingga seluruhnya Kabuyutan Bumiagara terdiri
lebih dari duapuluh lima padesan. Jika dari setiap padesan aku
minta lima orang saja, maka akan terkumpul seratus duapuluh
lima orang. Sementara itu Kabuyutan ini mempunyai
padukuhan induk yang lebih padat penduduknya dari padesan
yang lain. Karena itu, maka aku minta seluruhnya seratus lima
puluh orang berserta seluruh padi y ang tersimpan dilumbung
Kabuyutan. Sedangkan setiap orang akan aku m inta menurut
kerelaan mereka masing-masing, karena kami bukan orang
yang dapat berbuat sewenang-wenang terhadap orang lain."
Wajah Ki Buyut menjadi merah. Ia sadar, bahwa y ang
dilakukan itu adalah satu pemerasan. Namun orang-orang
Kediri itu tentu benar-benar sudah siaga untuk m emaksakan
kehendaknya. Sebelum Ki Buyut menjawab, orang tertua itu sudah
mendahuluinya berkata "Maaf Ki Buyut. Yang kami ajukan
bukan semacam tawaran y ang dapat diterima oleh Ki Buyut
atau barangkali Ki Buyut ingin menawarnya. Yang kami
ajukan kepada Ki Buyut adalah satu hal y ang sudah pasti harus
dipenuhi." Ki Buyut mengatupkan giginya rapat-rapat. Sementara para
bebahu y ang lainpun telah menahan diri untuk tidak
mencampuri pembicaraan y ang membuat darah mereka
menjadi panas. "Ki Sanak" berkata Ki Buyut kemudian "permintaan kalian
tidak masuk akal." "Kenapa ?" bertanya orang tertua diantara kelima orang itu
"kami sudah membuat perhitungan y ang cermat. Kami sudah
mempelajari apa saja yang ada di Kabuyutan ini serta apa saja
yang terjadi. Karena itu, perm intaan kami sudah kami
pertimbangkan masak-masak. Karena itu, maka tugas.Ki
Buyut adalah memenuhi permintaan kami. Tidak lebih dan
tidak kurang. Perlu kami beritahukan bahwa di padukuhanpadukuhan
lainpun kami telah me-lakukannya pula. Tetapi
karena tidak ada per soalan y ang pornah timbul diantara kami
dan padukuhan-padukuhan itu, maka kami hanya minta
disediakan bahan makanan dan beberapa orang anak muda
yang akan membawa bahan makanan itu ke barak kami. Tidak
lebih dari ampat atau lima orang. Mungkin sebuah pedati
dengan dua ekor lembu. Hanya itu. Tetapi Kabuyutan
Bumiagara adalah Kabuyutan y ang telah lama bekerja bersama
kami dalam suka dan duka. Karena itu, maka kami
mengajukan permintaan khusus y ang agak lain dengan
padukuhan atau Kabuyutan y ang lain."
"Kami akan membicarakannya Ki Sanak" berkata Ki Buyut.
"Permintaan kami tidak untuk dibicarakan seperti sudah
aku katakan" jawab orang itu.
"Maksudku, tentu harus menentukan, siapa yang akan pergi
bersama kalian." sahut Ki Buyut.
"Tidak. Aku minta Ki Buyut memanggil para Bekel
sekarang. Kemudian m emerintahkan m ereka datang kembali
dengan membawa masing-masing lima orang anak muda.
Kemudian akan terkumpul di halaman Kabuyutan ini seratus
limapuluh orang anak muda y ang akan ikut bersama kami.
Mungkin lima atau enam pedati padi dan jagung serta
mungkin ada bahan-bahan lain y ang dapat Ki Buyut
sumbangkan kepada kami. Kawan seperjuangan Ki Buyut.
Ingat. Jangan berbuat apa -apa y ang dapat meretakkan
persahabatan kita. Sebenarnyalah Kabuyutan ini sudah
diawasi dari segala sudut. Kami tinggal bersuit saja untuk
menggerakkan pasukan kami jika Ki Buyut membuat
persoalan. Terus-terangnya Kabuyutan ini telah terkepung
rapat." " Itukah cara y ang ditempuh oleh seorang sahabat ?"
bertanya Ki Buyut. Orang itu tertawa. Katanya "Apakah kau tersinggung
dengan cara y ang kami tempuh " Apa boleh buat."
Darah Ki Buyut serasa mendidih didalam jantungnya.
Tetapi ia tidak boleh tergesa-gesa bertindak. Ia memang
percaya bahwa Kabuyutan Bumiagara memang sudah
terkepung. "Jika aku tidak mempunyai pilihan lain, baiklah. Aku harus
memanggil para bekel untuk berkumpul disini." berkata Ki
Buyut kemudian. "Terima kasih atas kesediaan Ki Buyut" berkata orang itu.
"Jika demikian, kami persilahkan kalian beristirahat di
gandok. Kami akan mengatur tugas-tugas kami." berkata Ki
Buyut. "Apa salahnya aku berada disini" Apakah aku
mengganggu?" bertanya orang tertua itu.
Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam. Namun katanya
kemudian " Baiklah. Jika Ki Sanak memang ingin m enunggui
pembagian tugas yang akan kami lakukan."
"Terima kasih atas persetujuan ini Ki Buyut" berkata orang
itu sambil ter senyum. Ki Buyutpun kemudian berkata kepada Ki Jagabaya dan
para bebahu yang ada dipendapa "Panggil para Bekel untuk
datang kemari. Aku akan berbicara dengan mereka."
Ki Jagabaya termangu-mangu sejenak. Agaknya ada y ang
ingin ditanyakan. Tetapi kelima orang prajurit Kediri yang
tidak tunduk kepada atasannya itu membuat ragu-ragu.
Sementara itu Ki Buyut berkata selanjutnya "Kita memang
tidak mempunyai pilihan. Tetapi kita tetap pada pendirian
kita." Dengan dahi berkerut prajurit tertua itu bertanya "Apa
maksud Ki Buyut ?" "Sebenarnya sejak semula kami sudah tidak mempunyai
pilihan. Tetapi menurut dugaan kami, tuntutan kalian tidak
sejauh y ang kalian berikan sekarang. Namun apa boleh buat.
Kita tidak dapat berbuat lain" jawab Ki Buyut.
"Jangan m encoba untuk melakukan perlawanan m eskipun
Ki Buyut sudah m empersiapkan anak-anak muda Bumiagara,
karena Ki Buyut tidak boleh mengukur kekuatan kami dengan
kekuatan orang-orang Larah." berkata orang itu pula.
"Aku tahu" jawab Ki Buyut "karena itu, maka aku
perintahkan untuk memanggil para bekel sebagaimana kau
minta." Ki Jagabaya tidak b ertanya apapun juga. Ia pun kemudian
bangkit bersama beberapa orang bebahu yang ada di pendapa
itu. "Kami minta diri Ki Buyut" berkata Ki Jagabaya.
"Baiklah. Lakukan tugas kalian sebaik-baiknya." pesan Ki
Buyut. Sejenak kemudian, maka Ki Jagabaya itupun telah
meninggalkan halaman rumah Ki Buyut Bumiagara. Namun ia
masih sempat berbicara dengan para bebahu yang pergi
bersamanya untuk memanggil para Bekel "Apa maksud Ki
Buyut sebenarnya dengan pesan-pesannya ?"
"Aku kira Ki Buyut ingin m engingatkan kita, bahwa kita
harus siap melawan, apapun yang terjadi." jawab salah
seorang bebahu. "Ya. Aku juga berpendirian seperti itu" berkata Ki Jagabaya
kemudian" seandainya seisi Kabuyutan ini akan dibantai,
apaboleh buat. Kita tidak mau mengorbankan seratus
limapuluh orang anak-anak muda kita. Itu sesuatu y ang gila.
Yang tidak m asuk akal. Kita akan kehabisan orang daripada
kita kehilangan seratus limapuluh orang anak muda, lebih baik
kita melawan apapun y ang terjadi. Lima atau sepuluh pedati
padi dan jagung bukan soal bagi kami. Tetapi anak-anak muda
itu." Para bebahu itupun mengangguk-angguk. Seorang diantara
mereka berkata "Kita akan berbicara dengan para Bekel."
Sejenak kemudian merekapun telah berpisah. Ma singmasing
pergi ke padukuhan y ang berbeda untuk memanggil
para Bekel. Namun mereka ternyata telah menetapkan satu
sikap yang sama, y ang akan m ereka sampaikan kepada para
Bekel. Beberapa saat kemudian, m aka para bebahu itupun telah
selesai dengan tugas mereka. Mereka semua telah
menghubungi para bekel dengan pesan y ang sama. Para Bekel
harus datang ke Kabuyutan namun setelah m enyiapkan para
pengawal dan anak-anak mudanya. Bahkan semua laki-laki
yang masih sanggup bep tempur untuk mempertahankan
harga diri serta hak Kabuyutan mereka.
Di Kabuyutan, kelima orang prajurit Kediri y ang
memberontak itu hampir kehilangan kesabaran mereka.
Namun kemudian seorang demi seorang para Bekelpun
berdatangan. "Aku hampir tidak sabar" berkata salah seorang dari para
prajurit itu. Ki Buyut hanya berdiam diri saja. Sementara para Bekelpun
telah dipersilahkan duduk dipendapa.
Beberapa saat kemudian, para Bekelpun telah berada di
pendapa. Semuanya hadir. Sementara kelima orang cantrik
Pa depokan Bajra Seta telah ada di Kabuyutan itu pula,
meskipun mereka berada diruang dalam.
"Semua sudah berkumpul" berkata Ki Buyut kepada para
prajurit itu. "Kaulah yang berkepentingan dengan mereka Ki Buyut"
berkata prajurit yang tertua itu.
"Baiklah" sahut Ki Buyut "aku akan berbicara dengan
mereka." Orang tertua diantara kelima orang itu ter senyum. Katanya
"Mudah-mudahan Ki Buyut tidak m enjadi bingung berbicara
dihadapan para Bekel. Tetapi aku yakin bahwa para Bekel
sudah tahu apa y ang akan Ki Buyut katakan setelah mereka
melihat aku disini. Tetapi sudah tentu bahwa Ki Buyut tidak
akan salah lidah meskipun Ki Buyut telah mempersiapkan
anak-anak muda Kabuyutan ini bahkan dengan memanggil
lima orang cantrik dari Padepokan Bajra Seta"
Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam. Namun wajahnya
memang nampak menjadi tegang, karena jantungnya yang
berdegup semakin keras. Sejenak ia bergeser membetulkan
letak duduknya menghadap kepada para Bekel yang juga
menunggu perintah Ki Buyut dengan tegang.
Baru sejenak kemudian Ki Buyut berkata "Saudarasaudaraku
para Bekel di lingkungan Kabuyutan Bumiagara.
Hari ini kita mendapat lima orang tamu dari Kediri. Mereka
adalah prajurit-prajurit yang pernah bekerja bersama dengan
kita beberapa saat y ang lampau. Kini mereka datang untuk
melanjutkan hubungan diantara kita dengan para prajurit
Kediri itu" Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
dilanjutkannya "Namun cara yang akan ditempuh agak
berbeda dengan cara yang pernah kita lakukan. Karena kerja
sama y ang sekarang akan kita lakukan sifatnya memang
berbeda dengan cara y ang pernah kita lakukan sebelumnya"
Ki Buyutpun kemudian menguraikan apa yang diminta oleh
para prajurit Kediri yang tidak tunduk kepada pimpinannya
itu. Mereka memerlukan seratus limapuluh orang dan
beberapa pedati beras dan jagung. Bahkan dengan pedatinya
dan dengan lembunya sekaligus.
Para Bekelpun terkejut mendengar permintaan itu. Seorang
diantara mereka dengan serta merta berkata "Kami tidak
merelakannya" Beberapa orang y ang lainpun telah menyatakan sikapnya
pula. Bahkan ada pula y ang berteriak ny aring "Kita
menolaknya" Wajah kelima orang prajurit itulah y ang kemudian menjadi
tegang. Yang tertua diantara mereka berkata "Segala
sesuatunya ter serah kepada Ki Buyut. Jika Ki Buyut salah
lidah, maka Kabuyutan ini akan lumat menjadi debu"
Ki Buyut berusaha untuk menenangkan hatinya. Tetapi
kegelisahannya telah membuat suaranya menjadi bergetar
"Saudara -saudara para Bekel yang memimpin padukuhanpadukuhan
di Kabuyutan Bumiagara. Tegak dan runtuhnya
Kabuyutan ini tergantung kepada kalian dan rakyat
Bumiagara. Karena itu, maka aku hanya akan m endengarkan
suara kalian y ang mewakili rakyat Bumiagara"
Wajah para prajurit itupiin menjadi semakin tegang.
Mereka tidak segera tahu maksud kata-kata Ki Buyut itu.
Sementara itu para Bekelpun telah berteriak-teriak dengan
riuhnya "Kami menolak. Kami menolak"
Kelima orang prajurit y ang berada di pendapa itu bergeser
mendekati Ki Bekel. Seorang diantara m ereka berkata " Ingat
Ki Buyut. Kami tidak sekedar mengancam atau bahkan mainmain.
Apa y ang kami katakan akan kami lakukan. Kami benarbenar
telah siap" Namun kelima orang itu terkejut ketika Ki Buyut kemudian
berkata "Kabuyutan ini bukan milikku. Kabuyutan ini milik
seluruh rakyat, sehingga aku akan tunduk kepada kehendak
mereka sementara kalian mendengar sendiri apa y ang mereka
katakan." 0oo0dw0oo0 (Bersambung Jilid 101 ) Conv er by Editing: MCH Pdf ebook : Dan HIJAUNYA LEMBAH HIJAUNYA LERENG PEGUNUNGAN Jilid 101 Cetakan Pertama PENERBIT: "MURIA" YOGYAKARTA Kolaborasi 2 Website : dengan Pelangi Di Singosari / Pembuat Ebook :

04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sumber Buku Karya SH MINTARDJA
Scan DJVU : Ismoyo, Arema
Converter : Editor : Pdf ebook : --ooo0dw0ooo- Naskah ini untuk keperluan kalangan sendiri,
penggemar karya S.H. Mintardja dimana saja berada y ang
berkumpul di Web Pelangi Singosari dan Tiraikasih
Jilid 101 DENGAN demikian maka aku tidak dapat berkata lain
kecuali menirukan apa y ang mereka katakan. Mereka ternyata
menolak permintaan kalian. Maka akupun harus menolaknya
pula" "Apakah kau sadari sikapmu itu Ki Buyut?" bertanya orang
tertua diantara para prajurit itu.
"Aku sadar sepenuhnya Ki Sanak. Dengarlah sekali lagi,
bahwa aku sekedar mewakili mereka menyampaikan
keputusan mereka. Ternyata m ereka telah m enolak. Karena
itu, maka akupun harus menolak pula"
"Kau jangan menjadi gila, Ki Buyut. Kau harus dapat
membuat perhitungan bahwa keputusan itu sama halnya
dengan menghancurkan Kabuyutanmu sendiri"
"Apapun y ang terjadi Ki Sanak. Permintaanmu memang
permintaan y ang gila. Tidak masuk akal dan hanya orangorang
yang tidak waras sajalah y ang akan bersedia
menerimanya" "Apakah kau tidak akan menyesal?" bertanya orang tertua
itu dengan dahi berkerut.
"Tidak. Aku tidak akan meny esal. Aku tahu pasti apa yang
aku lakukan" jawab Ki Bekel.
"Baiklah. Jika Ki Buyut dan orang-orang Bumiagara sendiri
menghendaki hancurnya Kabuyutan ini, maka aku akan
melaksanakannya. Aku akan menghubungi Senapati yang
memimpin pasukan y ang sudah siap menghancurkan
Kabuyutan ini" geram orang tertua dari antara kelima orang
prajurit itu "Tidak Ki Sanak" berkata Ki Buyut "Ki Sanak tidak akan
dapat m enghubungi mereka. Kami akan menahan Ki Sanak
berlima disini" "Gila" orang tertua diantara para prajurit itu berteriak
dengan marah. "Apaboleh buat" jawab Ki Buyut "seandainya Kabuyutan ini
akan hancur, biarlah hancur bersama kita dan kalian berlima.
Seperti kami, maka kalianpun tidak mempunyai pilihan"
"Wajah kelima orang itupun menjadi merah oleh
kemarahan yang menghentak jantung mereka. Hampir
berbareng m ereka bangkit berdiri sambil berkata "Ki Buyut,
kau jangan kehilangan akal. Jika aku tidak kembali hari ini,
maka besok pagi-pagi saat matahari terbit, m aka Kabuyutan
ini akan dihancur lumatkan. Tidak seorangpun yang akan
tinggal hidup." Tetapi jawaban Ki Buyut membuat kelima orang itu
semakin marah "Kalian dan kami memang tidak mempunyai
pilihan. Seandainya kami membiarkan kalian pergi, tetapi
kami tidak meny erahkan apa yang kalian minta, maka
Kabuyutan ini juga akan kalian hancurkan. Karena itu lebih
baik, kami menahan kalian disini. Setidak -tidaknya kami akan
dapat membunuh lima orang dari antara para prajurit Kediri."
"Tetapi hukuman kalian akan menjadi semakin berat jika
kami tidak kembali hari ini." geram prajurit y ang tertua itu.
"Kami, orang-orang Bumiagara tidak peduli" jawab Ki
Buyut. Ketika kelima orang itu hampir bersama-sama menarik
senjatanya, maka Ki Jagabaya, para bebahu dan para Bekelpun
segera bangkit pula. Merekapun segera menarik senjatasenjata
mereka pula. "Jangan bodoh" berkata Ki Buyut "jika kau mencoba
melawan orang-orang Bumiagara y ang sedang marah, m aka
akibatnya akan sangat pahit bagi kalian. Mungkin kalian akan
dapat dihukum picis dihalaman Kabuyutan ini sebelum
kawan- kawanmu memasuki halaman rumah ini biarlah
mereka melihat tubuh-tubuh kalian yang terikat pada tiang di
halaman ini dengan penuh luka."
"Apakah kau kira para prajurit Kediri t idak dapat
memperlakukan kalian seperti yang kalian katakan itu "
Kal ianpun akan dapat diikat pada tiang-tiang di halaman.
Kepanasan di siang hari dan kedinginan di malam hari.
Sementara itu, setiap prajurit akan melukai kulit kalian dan
membubuhkan garam pada luka itu sampai kalian mati."
geram prajurit yang tertua itu.
Namun Ki Buyut berkata "Kalian telah mengajar kami
pelaksanaan dari hukum picis itu. Karena itu meny erahlah
agar kami tidak perlu melaksanakannya sebagaimana kau
katakan." "Kami adalah prajurit -prajurit y ang terlatih. Meskipun
kami hanya berlima, namun kami akan dapat menghancurkan
kalian semuanya." teriak prajurit itu.
"Kau jangan mencoba menakut-nakuti kami. Bukankah kau
sendiri mengakui, bahwa anak-anak muda kami telah berlatih
seperti prajurit dan kemampuan kami setingkat dengan
prajurit pula " Nah, apakah dengan demikian, kau berlima
akan dapat melawan kami, para Bekel dan bebahu Kabuyutan
Bumiagara ?" bertanya Ki Buyut.
Kelima orang prajurit itu menjadi ragu-ragu. Namun di
wajah mereka membayang kemarahan yang membakar
jantung. Namun mereka harus m enghadapi kenyataan bahwa
dihadapan m ereka berdiri lebih dari lima puluh orang. Para
Bekel, Ki Buyut dan para bebahu. Kemudian beberapa anak
muda yang tiba-tiba sudah ada di regol halaman Kabuyutan
Bocah Sakti 14 The Truth About Forever Karya Orizuka Seruling Kematian 1
^