Pencarian

Hijaunya Lembah Hijaunya 24

04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja Bagian 24


harimau itu dibunuhnya" berkata orang y ang pertama.
"Apakah ia mengetahui bahwa ada orang y ang sedang
mengintipnya?" bertanya yang lain.
"Lebih dari itu, apakah ia m engetahui bahwa harimau itu
sengaja dilepaskan untuk menjebaknya agar ia gagal?" desis
prajurit y ang pertama. "Untunglah bahwa ia tidak ju stru terbunuh oleh harimau
itu" berkata kawannya.
"Jika terjadi demikian, itu adalah salahnya sendiri. Ia telah
menjauhkan diri dari kita y ang siap membantunya." berkata
prajurit y ang pertama. "Tetapi cara y ang kita lakukan memang berbahaya sekali
bagi keselamatannya. Sebenarnya ada cara lain y ang lebih
aman jika sekedar ingin menggagalkan pandadaran yang
dilakukannya" berkata prajurit itu.
"Tidak. Tidak ada cara y ang lebih
baik tanpa menimbulkan kecurigaan.
Tetapi cara itu ternyata telah gagal.
Mungkin pada pendadaran berikutnya akan dapat diketemukan
cara y ang lebih baik dan tidak
menimbulkan kecurigaan pula."
Kawannya hanya menganggukangguk
saja. Tetapi ia tidak tahu,
kenapa peserta terakhir itu harus
digagalkan.'Yang dilakukannya
adalah sekedar menjalankan perintah
dari pemimpin kelompoknya yang
bersifat rahasia, karena hanya
beberapa orang prajurit sajalah yang
mengetahuinya. Khususnya y ang ada di gardu disebelah hutan
perburuan itu. Demikianlah, maka dihari-hari berikutnya, Mahisa Pukat
yang m enunggu pendadaran berikutnya itu masih saja selalu
berada di sanggarnya. Ia sempat pula berceritera kepada Sasi
pengalaman pendadaran pada tataran pertama. Tetapi ia sama
sekali tidak menceriterakan bahwa ia mencurigai adanya
usaha^rntuk menggagalkan keberhasilannya dalam
pendadaran itu. Sasipun ikut berharap bahwa Mahisa Pukat akan dapat
berhasil. Ia tahu bahwa Mahisa Pukat adalah salah seorang
pemimpin dari sebuah padepokan. Tetapi Sasi memang lebih
senang tinggal di Kotaraja daripada di padepokan yang
terpencil. Meskipun sebelumnya ia sudah bertekad bahwa ia
tidak akan ingkar jika seandainya ia harus mengikuti
seseorang y ang dicintainya kemanapun juga. Tetapi jika ada
kesempatan y ang lebih baik serta ada kemungkinan untuk
menjatuhkan pilihan, maka ia akan memilih untuk tetap
berada di Kotaraja, dekat dengan ay ah dan ibunya serta dalam
suasana lingkungan yang sudah dikenalnya sejak ia masih
kanak-kanak. Karena itu, maka Sasipun telah mendorong agar Mahisa
Pukat berhasil melintasi pendadaran-pendadaran yang
ternyata cukup berat. "Jadi masih ada dua tataran lagi?" bertanya Sasi.
"Ya Sasi" jawab Mahisa Pukat "aku m inta kau berdoa agar
aku berhasil mengatasiny a."
"Tentu kakang. Aku akan selalu berdoa. Bahkan mungkin
ay ah akan dapat membantumu, agar kau dapat diterima tanpa
kesulitan" sahut Sasi.
"Tidak Sasi. Jangan melibatkan ayahmu. Biarlah aku
berusaha dengan kemampuanku sendiri. Sekaligus aku akan
dapat menguji, seberapa jauh kemampuan yang aku miliki
sebagai bekal hidupku dimasa mendatang. Apalagi aku y akin,
bahwa ay ahmu tentu akan menolaknya. Ayahmu tentu juga
ingin tahu, apakah aku memiliki kemampuan yang pantas
sebagai seorang anakmuda" cegah Mahisa Pukat dengan sertamerta.
Sasi mengangguk-angguk kecil. Katanya "Jika itu y ang v kau
kehendaki, aku tentu sependapat."
"Yang masih tinggal tidak begitu banyak lagi Sasi. T inggal
tujuhbelas orang. Sedangkan sepuluh diantaranya akan
diterima menjadi Pelay an Dalam." berkata Mahisa Pukat
kemudian. Dengan demikian maka Sasipun ikut berharap-harap
cemas. Seperti y ang dikatakan oleh Mahisa Pukat, Sasi
memang tidak akan m inta bantuan ayahnya. Tetapi ia hanya
sekedar menceriterakan apa yang telah dilakukan oleh Mahisa
Pukat. Arya Kuda Cemani tersenyum mendengar ceritera Sasi.
Katanya kemudian "Jika pendadaran-pendadaran itu
berlangsung wajar, maka Mahisa Pukat t entu dapat diterima.
Ia memiliki kelebihan dari semua peserta. Kecuali jika terjadi
hal y ang tidak wajar. Jika hal yang tidak wajar itu terjadi,
maka adalah kewajibanku untuk memberikan laporan
meskipun segala keputusan terakhir bukan lagi wewenangku."
Sasi memang menjadi berbesar hati. Dengan demikian,
maka kemungkinan terbesar adalah bahwa Mahisa Pukat akan
dapat diterima, menjadi Pelayan Dalam di istana Sin-gasari.
Dalam pada itu, Gajah Seraya dan beberapa orang perwira
prajurit Singasari sedang mempersiapkan pendadaran pada
tataran kedua. Peserta y ang ikut dalam pendadaran itu tinggal
tujuh belas orang. Namun Gajah Saraya kemudian berkata
kepada para perwira y ang ikut meny elenggarakan pendadaran
"Kita tidak harus mengambil sepuluh orang dari m ereka. Jika
yang tujuhbelas orang itu ternyata tidak memenuhi sy arat dan
gagal dalam pendadaran berikutnya, maka mungkin semuanya
akan batal. Tidak seorangpun yang dapat diangkat. Kita harus
mencari orang-orang baru y ang memiliki kemampuan lebih
baik sehingga kita harus mulai lagi pendadaran sejak tataran
pertama." Para perwira yang lain hanya mengangguk-angguk. Ia
menganggap bahwa ketentuan itu wajar. Yang penting bagi
Gajah Saraya bukan sekedar sepuluh orang. Tetapi sepuluh
orang yang benar-benar memenuhi persy aratan yang
ditentukan bagi seorang Pelay an Dalam.
"Dalam pada itu, maka para perwira yang mempersiapkan
pendadaran pada tataran berikutnya itu telah menentukan
bersama Gajah Saraya, bahwa setiap orang y ang mengikuti
pendadaran akan saling bertempur untuk menilai kemampuan
olah kanuragan mereka masing-masing. Setiap anak muda
yang mengikuti pendadaran itu akan bertempur masingmasing
ampat kali dengan lawan yang berlainan diantara para
peserta itu sendiri. Dengan demikian maka para perwira yang
menilai para peserta itu akan dapat menilai dan
memperbandingkan kemampuan para peserta itu, sehingga
mereka akan dapat memilih anak-anak muda y ang terbaik
diantara mereka. Anak-anak muda yang kemampuannya
berada dibawah bekal yang diharapkan pada seorang Pelay an
Dalam, tidak akan dapat mengikuti pendadaran pada tataran
berikutnya. Seandainya semuanya memiliki kemampuan yang
cukup, maka pendadaran berikutnyalah y ang akan
menentukan siapakah diahtara mereka yang terpilih."
Untuk mengatur giliran para peserta itu memang agak
rumit. Namun pada dasarnya hal itu akan dapat diatur
kemudian dengan undian. Setelah hal itu disetujui dan diatur segala sesuatunya y ang
berhubungan dengan pendadaran pada tataran berikutnya itu,
maka para peserta y ang tinggal tujuhbelas orang itupun segera
dipanggil untuk menerima penjela san dari Gajah Saraya
langsung. Diantara mereka memang termasuk Mahisa Pukat. Bagi
Mahisa Pukat memang tidak ada masalah jika ia harus
bertanding ampat kali dengan lawan y ang berbeda. Meskipun
demikian Mahisa Pukat memang tidak pernah m erendahkan
siapapun juga. Pa da hari y ang ditentukan, maka pertandingan diantara
para peserta pendadaran itu akan segera dilangsungkan. Pada
hari y ang pertama, maka baru dilakukan undian urutan dari
pertandingan. Selanjutnya pertandingan akan diselenggarakan
pagi dan sore hari. Seseorang paling banyak hanya akan
bertanding dua kali dalam sehari. Pagi dan sore. Karena itu
maka pertandingan itu memang akan memakan waktu agak
panjang. Tetapi waktu y ang panjang itu memang tidak
menjadi soal karena pendadaran itu dianggap sangat penting
bagi seorang y ang akan memasuki lingkungan Pelayan Dalam.
Sedikitnya akan diperlukan waktu tiga hari untuk keperluan
pendadaran itu. Demikianlah, maka para peserta itu harus m empersiapkan
diri mereka baik-baik. Menjelang m alam, para peserta harus
sudah berkumpul dan m ereka akan bermalam di tem pat yang
sudah disediakan. Pada pagi harinya mereka akan mulai
dengan pendadaran pada tataran kedua.
Setelah undian selesai, maka Mahisa Pukat sempat singgah
dirumah Sasi untuk memberitahukan bahwa besok pagi ia
sudah harus mulai dengan pertandingan-pertandingan dalam
rangka pendadaran. Sementara itu, ayah Sasi yang kebetulan ada dirumah dan
ikut menemui Mahisa Pukat berkata "Aku akan melihat
pertandingan-pertandingan dalam rangka pendadaran itu
seutuhnya. Aku, atas dasar tugas y ang aku emban, berhak
untuk berbuat demikian, agar pendadaran itu dapat
berlangsung Wajar." Mahisa Pukat mengangguk hormat. Ia memang tidak
mengatakan bahwa terjadi sesuatu yang dianggapnya tidak
wajar ketika seekor harimau tiba -tiba saja keluar dari hutan
perburuan, sementara duapuluh ampat orang y ang lain tidak
menjumpainya. Meskipun secara kebetulan hal itu dapat saja
terjadi, tetapi ada juga kecurigaan dihati Mahisa Pukat.
Ketika senja turun, maka Mahisa Pukatpun minta restu
kepada ay ahnya untuk memenuhi ketentuan bahwa malam itu
ia dan para peserta y ang lain harus sudah berkumpul ditempat
yang ditentukan. Besok pagi-pagi, pendadaran akan dimulai
dengan pertandingan pada putaran pertama.
Malam itu tujuhbelas orang anak m uda telah berkumpul.
Mereka masing-masing telah mempersiapkan diri sebaikbaiknya.
Mereka y ang kelelahan pada pendadaran di tataran
pertama telah nampak segar kembali. Anak muda yang
bertubuh raksasa itu tidak lagi duduk menjelujurkan kakinya.
Wajahnya tidak lagi nampak lesu dan muram. Tetapi sambil
tersenyum ia menyapa kawan-kawannya y ang juga sudah
menjadi segar pula. Ketika Mahisa Pukat datang, maka anak muda y ang
bertubuh raksasa itu menghampirinya. Sambil tersenyum ia
berkata "Apakah kau sudah benar-benar siap menghadapi
pendadaran esok?" Mahisa Pukatpun tersenyum pula. Katanya "Sejauh dapat
aku lakukan." "Aku justru curiga kepadamu" berkata anak muda bertubuh
raksasa itu. "Apa yang kau curigai?" bertanya Mahisa Pukat.
"Orang-orang y ang pendiam dan rendah hati seperti kau itu
biasanya justru mempunyai kelebihan dari banyak orang.
Berbeda dengan anak muda yang berjambang lebat itu. Tidak
lebih dari beriaknya air sungai yang dangkal dan berbatu-batu.
Sama sekali tidak ada kedalaman."
"Belum tentu" jawab Mahisa Pukat.
"Memang belum tentu. Tetapi agaknya kaupun menilai aku
terlalu banyak berbicara sehingga tidak lebih dari air yang
beriak itu." berkata anak muda itu sambil tertawa.
"Ah tidak. Kau lain. Aku justru tidak curiga kepadamu.
Tenaga dan kemampuanmu akan sesuai dengan tubuhmu
yang seperti raksasa itu." berkata Mahisa Pukat.
< ---sepertinya ada bagian yang terputus ternyata ku
coba membetulkan letak alenia yang tertukar " --- >
Malam itu m ereka y ang esok akan menempuh pendadaran
sempat saling berbincang. Ada yang sudah mulai meluncurkan
ungkapan-ungkapan yang mempunyai pengaruh jiwani kepada
yang lain, terutama y ang esok atau lusa akan berhadapan
dalam pertandingan. Mereka berniat saling melemahkan
ketahanan jiwani bakal lawan dalam pertandingan. Bahkan
ada yang berceritera b erlebihan tentang kemampuannya. Ada
juga y ang berceritera tentang perguruannya serta kemampuan
yang sampai meny entuh langit.
Mahisa Pukat sendiri hanya sempat mendengarkan. Ia tidak
terbiasa untuk berceritera sambil meny ombongkan diri atau
lingkungannya. Bahkan kadang-kadang sama sekali tidak
dapat dimengerti. Anak muda yang bertubuh raksasa itu sempat berdesis
ditelinga Mahisa Pukat "Nah, kau dengar apa yang mereka
ceriterakan" Mereka berebut kesempatan untuk
meny ombongkan diri sendiri" He, jangan ditertawakan. Aku
juga akan berbuat seperti mereka agar aku tidak menjadi
orang asing disini. Jika kau tidak ikut-ikutan, maka kau tidak
akan terkenal disini. Lawan-lawanmu besok akan maju ke
arena dengan keyakinan penuh untuk mengalahkanmu. Tetapi
jika kau mau sedikit membual, maka mereka tentu akan
mempertimbangkannya sehingga key akinannya tidak utuh
lagi." "Apakah itu perlu?" bertanya Mahisa Pukat.
"Ya. Pengaruhnya cukup besar" jawab anak muda bertubuh
raksasa itu. Tetapi Mahisa Pukat menggeleng sambil tersenyum.
Katanya "Aku tidak biasa berbuat seperti itu."
"Bukankah dengan demikian kau pantas dicurigai?"
Mahisa Pukat terseny um. Tetapi ia tidak m enjawab. Anak
muda bertubuh raksasa itu tertawa. Sambil m enepuk pundak
Mahisa Pukat ia berkata "Ternyata kau m emiliki key akinan
yang sangat teguh terhadap dirimu sendiri. Aku berani
bertaruh, bahwa dalam ampat kali pertandingan, kau tidak
akan dikalahkan." "Ah" desah Mahisa Pukat "belum tentu! Bukankah tidak
ada kelebihan apa -apa padaku selain aku tidak cakap
membual?" "Tetapi aku berani bertaruh. He, kau mau kita bertaruh"
Jika kau kalah sekali saja, maka biarlah aku yang menang
dalam taruhan ini." "Ah, kau ini. Sudahlah, membuallah jika kau ingin
membual." berkata Mahisa Pukat.
Anak muda bertubuh raksasa itu tertawa berkepanjangan,


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga beberapa orang telah berpaling kepadanya. Tetapi
anak muda itu tidak dengan serta merta diam. Bahkan ia telah
mengambil sepotong besi y ang nampaknya sudah dibawa dari
rumahnya dan diletakkan disudut ruangan. Sambil
mengacungkan sepotong besi y ang panjangnya dua jengkal itu
ia berkata sambil menunjuk Mahisa Pukat "Anak muda yang
ikut pendadaran pada tataran pertama itu tidak percaya bahwa
aku dapat membengkokkan sepotong lempeng besi ini."
Anak-anak muda y ang ada diruang itu terdiam. Mereka
semuanya memadang kearah anak muda y ang bertubuh
raksasa itu. Ditangannya terdapat sebuah lempeng b esi yang
panjangnya dua jengkal itu.
Namun pada wajah beberapa orang memang nampak
bahwa mereka juga tidak percaya bahwa anak muda itu dapat
membengkokkan lempeng besi ditangannya itu meskipun
anak muda itu bertubuh raksasa.
"Nah, aku ingin membuktikan kepada peserta terakhir ini,
bahwa aku dapat melakukannya," berkata anak muda itu.
Semuanyapun terdiam. Wajah-wajah mereka menjadi
tegang. Sementara itu, anak muda b ertubuh raksasa itu telah
memusatkan kekuatannya di kedua telapak tangannya.
Anak muda itupun kemudian telah menghentakkan
kekuatannya. Tangannya y ang berusaha membengkokkan besi
itu menjadi gemetar. Wajahnya menjadi semburat merah.
Namun perlahan-lahan besi itu m emang menjadi bengkok
sehingga kedua ujungnya bertemu.
Ruangan itu benar-benar dicengkam ketegangan. Anak
mudayang berjambang lebat itupun memandang pameran
kekuatan itu dengan mata yang hampir tidak berkedip.
Demikian kedua ujung lempeng besi itu bertemu, maka
anak muda itupun menarik nafas dalam-dalam.
Diluar sadar, dengan serta-merta beberapa orang anak
muda bertepuk tangan. Namun anak muda y ang berjambang
tebal itu justru bangkit dan mendekatinya.
Ternyata anak muda y ang berjambang lebat itu ingin
membuktikan apakah yang dibengkokkan oleh anak muda
yang bertubuh raksasa itu benar-benar sepotong besi.
Anak muda y ang bertubuh raksasa itu tanggap akan
maksud kawannya y ang berjambang lebat itu. Karena itu,
maka iapun segera meny erahkan sepotong besi itu kepadanya.
Sebenarnyalah yang kemudian digenggamnya itu benarbenar
sepotong lempeng besi yang cukup tebal. Sehingga
iapun baru yakin bahwa anak muda bertubuh raksasa itu
memang mempunyai kekuatan yang sangat besar.
Tetapi bagi anak muda itu serta beberapa orang y ang lain,
kekuatan y ang besar bukan satu-satunya senjata untuk dapat
mengalahkan lawan dalam sebuah pertandingan. Kecerdikan,
kecepatan gerak dan ketahanan tubuh termasuk diantara
beberapa jenis senjata untuk memenangkan pertandingan.
Meskipun demikian, apa yang telah ditunjukkan oleh anak
muda bertubuh raksasa itu memang mendebarkan. Apalagi
mereka y ang pada gilirannya akan bertanding melawannya.
Demikianlah, anak muda bertubuh raksasa itu telah duduk
kembali didekat Mahisa Pukat. Sambil menyerahkan besi yang
sudah dibengkokkannya itu ia b erkata "He, apakah kau lihat
bagaimana aku membual ?"
"Ya" jawab Mahisa Pukat. "Tetapi kau tidak sekedar
membual karena kau benar-benar mampu melakukannya."
"Sudahlah" anak muda bertubuh raksasa itu berdesis "Aku
masih mempunyai kesempatan untuk menakut-nakuti bakal
lawanku besok. Aku bukan orang yang terlalu y akin akan
diriku sendiri seperti kau."
Mahisa Pukat tidak menjawab. Tetapi sebenarnyalah bahwa
pembicaraan diantara anak-anak muda itu m emang m enjadi
semakin ramai. Seperti yang dikatakan oleh anak muda yang
bertubuh raksasa itu, bahwa mereka memang sedang saling
membual, meny ombongkan diri dan berusaha mempengaruhi
perasaan calon lawan bertanding dengan berbagai macam cara
yang bagi Mahisa Pukat justru mentertawakan.
< kekeliruan letak alenia sudah ku coba betulkan-
> Namun beberapa saat kemudian, maka pertemuan itupun
berakhir. Seorang prajurit telah mempersilahkan mereka
untuk beristirahat. "Kalian harus tidur dan cukup beristirahat. Besok kalian
akan turun kegelanggang pertandingan dalam rangka
pendadaran." berkata prajurit itu.
Anak-anak muda itupun kemudian menebar ketempat
pembaringan m ereka masing-masing. Sementara itu, Mahisa
Pukatpun telah mengembalikan sepotong lempeng besi yang
tebal dan yang telah dibengkokkan oleh anak muda yang
bertubuh raksasa itu kepadanya.
Dalam pada itu Mahisa Pukat ternyata m endapat tempat
untuk tidur tidak dalam bilik yang sama dengan anak muda
yang bertubuh raksa sa itu. Namun, demikian ia
membaringkan diriny a, maka ia melihat anak muda yang
bertubuh raksasa itu mendatanginya sehingga bukan saja
Mahisa Pukat y ang terkejut. Tetapi anak muda y ang lain yang
ada didalam bilik itupun terkejut.
"O" anak muda bertubuh raksasa itu termangu-mangu
sejenak. Katanya dengan wajah y ang sedikit panas "Maaf, aku
minta maaf telah mengejutkan kalian. Tidak ada apa-apa. Aku
hanya ingin berbicara dengan anak muda itu. Selagi aku masih
ingat. Jika aku menunggu besok, mungkin aku sudah lupa."
Ketika anak-anak muda y ang lain tidak menghiraukannya
lagi, maka anak muda bertubuh raksasa itu duduk
dipembaringan Mahisa Pukat yang juga sudah duduk pula,
sambil berkata "Ternyata kau memiliki kekuatan iblis. Aku
tadi tidak sadar, bahwa kau meny erahkan sepotong besi yang
sudah m enjadi lurus kembali ini. Kau lihat, bagaimana aku
mengerahkan segenap kekuatanku untuk
membengkokkannya. Tetapi kau dengan mudah
meluruskannya kembali, karena aku tidak m elihat bagaimana
kau mengerahkan kekuatanmu untuk melakukannya."
"Sudahlah, tidurlah" desis Mahisa Pukat "anggap saja
bahwa hal itu tidak pernah terjadi. Kau tidak perlu membuat
tempat ini menjadi ricuh karena kau masih ingin membual
selagi yang lain sudah ingin tidur."
"Apakah jika hal ini aku katakan kepada seseorang aku
dianggap membual " Bukankah hal seperti ini benar-benar
sudah terjadi dan bukan sekedar bualan ?"
"Sudahlah. Tidurlah. Kau harus beristirahat. Besok kau
akan turun kegelanggang." desis Mahisa Pukat.
"Untunglah bahwa aku bukan salah seorang diantara
lawan-lawanmu" berkata anak muda bertubuh raksasa itu
sambil berdiri dan siap untuk m eninggalkan Mahisa Pukat.
Tetapi ternyata ia m asih b erkata "Aku tantang kau bertaruh.
Satu berbanding seratus. Jika sekali saja kau kalah dari
keempat lawanmu, kau dianggap menang."
"Sudahlah. Aku akan tidur" desis Mahisa Pukat sambil
membaringkan tubuhnya dipembaringannya.
Anak muda bertubuh raksasa itu tertawa. Katanya
"Ternyata kita tidak bertemu dalam pendadaran itu. Sayang,
bahwa aku juga tidak bertemu dengan anak muda berjambang
itu." "Akulah yang akan bertemu dengan anak muda itu pada
hari pertandingan terakhir." berkata Mahisa Pukat.
"Pertandingan keempat maksudmu?" bertanya anak muda
bertubuh raksasa itu. "Ya" jawab Mahisa Pukat "tetapi sejak sekarang aku sudah
menjadi berdebar-debar. Nampaknya anak muda itu sangat
meyakinkan. Ia menempuh pendadaran pertama tanpa
kelelahan." " Itulah beriaknya air y ang dangkal" jawab anak muda
bertubuh raksasa itu. Lalu katanya pula "Bukankah kau dengar
apa yang dikatakan oleh prajurit y ang membawamu ke dapur
itu?" Mahisa Pukat tersenyum. Dengan nada rendah ia berkata
"Yang penting, aku sudah berusaha sejauh dapat aku lakukan."
"Bagus" berkata anak muda bertubuh raksasa itu "aku juga
berbuat seperti itu."
<--- terjadi pergeseran letak alenia ku coba betulkan
dengan memindahkannya agar ceritanya nyambung- Dewi
KZ) Anak muda bertubuh raksasa itupun ke'mudian
meninggalkan Mahisa Pukat sambil menimang sepotong
besiny a. Sekali-sekali ia masih menggelengkan kepalanya
sambil berdesis "Kekuatan apa y ang membuat anak itu
demikian perkasa. Tidak seorangpun dapat melakukannya
tanpa diketahui orang lain, tanpa mengerahkan segenap
kekuatan dan tenaganya."
Didalam hati anak muda itu m emang merasa malu sekali.
Betapa ia meny ombongkan diri dengan menunjukkan
kekuatan raksasanya sesuai dengan tubuhnya yang tinggi dan
besar. Namun anak muda peserta terakhir pada pendadaran di
tataran pertama itu, tanpa diketahuinya telah mampu
menyamai kekuatannya bahkan lebih dari itu, tanpa
meny ombongkan dirinya. "Untunglah, bahwa aku tidak berhadapan dengan anak
muda y ang luar biasa itu." berkata anak muda bertubuh
raksasa itu didalam dirinya.
Dipembaringannya, anak muda bertubuh raksasa itu justru
tidak segera dapat memejamkan matanya. Ia masih saja
dibayangi oleh kelebihan Mahisa Pukat yang tidak diduganya
sebelumnya. Meskipun ia memang m enganggap bahwa anak
muda itu mempunyai key akinan yang mantap atas
kemampuan diri serta daya tahan y ang luar biasa sebagaimana
dilihatnya pada pendadaran yang pertama, tetapi ia tidak
menduga bahwa anak muda itu m emiliki kekuatan yang lebih
besar dari kekuatannya. Namun ketika malam menjadi semakin malam, anak muda
itu berhasil meletakkan gejolak perasaannya, sehingga iapun
tertidur karenanya. Ia memang memerlukan istirahat yang
cukup karena dikeesokan harinya ia harus turun kegelanggang
pertandingan dalam rangka pendadaran tataran yang kedua.
Ketika fajar mulai naik dihari b erikutnya, maka anak-anak
muda yang mengikuti pendadaran itupun telah bangun.
Bergantian m ereka mandi dan berbenah diri. Beberapa saat
kemudian, merekapun mendapat kesempatan untuk makan
pagi sebelum mereka akan turun kegelanggang.
buku aslinya-DewiKZ> Untuk beberapa lama mereka mendapat kesempatan untuk
beristirahat setelah m akan. Sambil bersiap-siap untuk turun
kearena pertandingan mereka melihat-lihat tempat yang
sudah dipersiapkan. Mereka melihat beberapa lingkaran yang
dibatasi dengan gawar. Ada delapan lingkaran dimana anakanak
muda itu akan bertanding.
Gajah Saraya sendirilah yang memberikan beberapa
petunjuk dan penjelasan tentang pertandingan yang akan
segera diselenggarakan. Dengan tegas Gajah Saraya berkata
"Semuanya harus berlangsung dalam kewajaran. Jika ada yang
berbuat curang, m aka ia akan disisihkan dari kemungkinan
untuk dapat mengikuti pendadaran berikutnya. Sementara itu,
kami akan memilih orang terbaik y ang akan lolos ke
pendadaran pada tataran ketiga. Tetapi perlu diketahui, bahwa
kami tidak terikat untuk menerima sepuluh orang diantara
kalian. Tetapi sepuluh orang
yang memenuhi syarat. Jika
diantara tidak seorangpun yang
memenuhi syarat maka sudah
tentu kami tidak akan dapat
menerima seorangpun diantara
kalian, sehingga kami harus
mencari orang-orang baru Untuk mulai lagi dengan pendadaran pada tataran pertama." Penjelasan Gajah Saraya cukup dimengerti oleh para
peserta. Karena itu, maka
merekapun bertekat untuk dapat lolos dari pendadaran
dan bahkan dapat dianggap
memenuhi sy arat untuk menjadi Pelayan Dalam. Karona
seperti dikatakan oleh Gajah Saraya, Manggala dari Pelay an
Dalam, bahwa y g terpenting bukannya sepuluh orang terbaik
dian-tara mereka, tetapi sepuluh orang itu harus memenuhi
syuat. Dalam pada itu, ketika Matahari mulai naik, maka para
pesertapun sudah mulai bersiap-siap untuk memasuki arena.
Beberapa orang prajuritpun segera sibuk mengatur mereka,
sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan yang didasari
dengan undian y ang sudah dilakukan beberapa hari
sebelumnya. Demikianlah, delapan orang anak muda telah memasuki
delapan buang lingkaran yang diberi gawar lawe. Sejenak
kemudian, maka delapan orang berikutnya telah memasuki
gawar itu pula sesuai dengan lawan y ang telah ditentukan.
Sedangkan seorang diantara mereka harus menunggu pada
giliran di sore hari, karena belum mendapat lawan.
Setiap lingkaran diawasi oleh dua orang prajurit y ang
bertugas khusus. Sementara itu ada beberapa orang perwira
yang menyaksikan pertandingan itu dalam keseluruhan
sebagai petugass y ang ditetapkan pula. Namun ternyata selain
mere*ka, telah hadir pula Arya Kuda Cemani dengan beberapa
orang perwiranya dari Petugas sandi Singasari untuk menilai
apakah pendadaran itu berlangsung wajar.
Gajah Saraya memang tidak mengharapkan kehadiran
mereka. Tetapi Gajah Saraya tidak dapat menolak, karena
Arya Kuda Cemani adalah Senapati dari Prajurit Sandi
Singasari. Tetapi Arya Kuda Cemani sendiri memang tidak terlalu
bersungguh-sungguh memperhatikan pertandinganpertandingan
itu. Tetapi beberapa orang perwira yang
mendapat tugas daripadanya telah hadir dekat dengan gawargawar
lawe pada kedelapan lingkaran pertandingan itu.
Diantara m ereka yang bertanding itu terdapat anak muda
yang bertubuh raksasa y ang mempunyai kekuatan yang sangat
besar itu. Lawannya y ang bertubuh sedang mengetahui, bahwa


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anak muda y ang bertubuh raksasa itu terlalu kuat. Karena itu,
ia harus berusaha untuk melawannya tanpa beradu kekuatan.
Ia harus bergerak cepat dan m emilih sasaran y ang tepat bagi
serangan-serangannya. Meskipun demikian, sebenarnyalah
lawan anak muda bertubuh raksasa itu sudah m erasa cemas
bahwa ia tidak akan dapat mengimbangi kemampuan
lawannya. Bukan berarti bahwa ia harus memenangkan
pertandingan. Tetapi harus dapat menunjukkan bahwa ia
memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi Pelay an
Dalam. Di arena yang lain, anak muda yang berjambang lebat itu
menghadapi anak muda yang agak kekurus-kurusan. Tidak
terlalu tinggi, tetapi nampaknya anak muda itu mampu
bergerak tangkas sekali. Sedangkan Mahisa Pukat menghadapi
seorang anak muda yang berwajah keras dan bermata tajam.
Anak-anak muda y ang harus menempuh pendadaran itu
sudah tahu bahwa yang terpenting dalam pertandingan itu
bukan harus dapat mengalahkan keempat lawannya. Namun
yang penting, para prajurit y ang mengamati pendadaran itu
yakin, bahwa peserta pendadaran itu memiliki kemampuan
yang cukup untuk memasuki tingkat pendadaran berikutnya.
Lebih dari itu mereka memiliki bekal yang pantas bagi seorang
Pelay an Dalam. Pertandingan y ang diselenggarakan itu bukan
sa ja dapat memantau kekuatan dan ketangkasan di arena,
tetapi dari pendadaran itu juga dapat dipergunakan untuk
menilai kecerdasan seseorang. Bagaimana seseorang harus
mengambil keputusan pada saat dan dengan cara yang tepat.
Ketika bende berbunyi sekali, maka anak-anak muda di
arena itupun telah bersiap-siap. Kemudian terdengar bende
berbuny i dua kali. Pertanda bahwa pendadaran itupun sudah
dimulai. Enambelas anak muda itupun mulai bergerak. Mereka
bergeser mengambil arah. Sementara itu, maka satu dua
diantara mereka mulai meny erang. Bahkan seorang anak
muda y ang bertubuh tidak terhitung tinggi, tetap kokoh
seperti bukit batu, dengan serta merta telah meny erang
lawannya dengan mengerahkan segenap tenaga dan
kemampuannya. Tetapi lawan anak muda y ang bertubuh sekokoh batu itu
ternyata tangkas sekali. Meskipun ia menyadari bahwa
kekuatan lawannya sangat besar, tetapi ia tidak menjadi
bingung dan kehilangan akal. Dengan tangkasnya ia
menghindari setiap benturan. Tetapi dengan tiba-tiba pula, iamenyerang
jika ia melihat kesempatan terbuka disela-sela
pertahanan lawannya yang terlalu bernafsu menyerang itu.
Sekali dua kali serangan anak muda y ang sangat tangkas itu
mengenai sa saran. Tetapi anak muda y ang tubuhnya sekokoh
batu hitam itu seakan-akan tidak merasakan serangan itu. Ia
masih saja bergerak maju tanpa menghiraukan seranganserangan
lawannya itu. Dengan demikian maka lawannyapun mulai menjadi
gelisah. Serangan-serangannya seakan-akan tidak
menimbulkan akibat apapun pada lawannya y ang bertubuh
kekar tetapi tidak terhitung tinggi itu.
Meskipun demikian, lawannya termasuk seorang anak
muda yang tidak cepat menjadi putus asa. Ia mulai membidik
tempat -tempat yang berbahaya, meskipun ada beberapa
bagian tubuh y ang memang tidak boleh menjadi sasaran
serangan. Tetapi selain tempat -tempat yang terlarang itu,
masih ada bagian-bagian y ang akan dapat melemahkan
ketahanan lawan. Dengan demikian, maka anak muda itu mempercepat
geraknya. Setiap kali seakan-akan ia telah menghilang dari
sa saran. Bahkan dengan loncatan tinggi dan berputar diudara.
Menghindari serangan dengan kecepatan yang tinggi, namun
yang kemudian dengan tiba -tiba meny erang dengan cepat
pula. Betapapun kokohnya anak muda yang bertubuh sekokoh
batu hitam itu, namun sentuhan-sentuhan serangan
lawannyapun terasa semakin menyakitinya.
Demikian pula anak muda y ang bertubuh seperti raksasa
itu. Meskipun lawannya hanya bertubuh sedang, tetapi
ternyata cukup tangkas dan bahkan cerdik. Meskipun
demikian, maka kekuatan dan ketahan tubuh anak muda
bertubuh raksasa itu memang sulit untuk diatasinya.
Ju stru karena itu, lawan anak muda b ertubuh raksasa itu
memang tidak berniat untuk berusaha memenangkan
pertandingan itu. Justru karena itu, maka ia nampak tenang.
Meskipun sekali-sekali ia terdor ong surut, namun ia sempat
menunjukkan kemampuannya dalam olah kanuragan. Ia
mampu menunjukkan betapa ia menguasai berbagai macam
unsur gerak y ang bahkan kadang-kadang mengejutkan.
Dengan demikian, maka lawan anak muda y ang bertubuh
raksasa itu justru lebih banyak memamerkan unsur-unsur
geraknya serta kecepatannya meny erang dan menghindar.
Anak muda itu memperhitungkan pertandinganpertandingan
berikutnya. Ia akan tetap dalam keadaan utuh
baik tenaga maupun tubuhnya. Tetapi jika ia benar-benar
membenturkan kekuatannya maka ia akan kelelahan dan
bahkan mungkin tulang-tulangnya akan dapat menjadi sakit
sehingga dalam pertandingan-pertandingan berikutnya
tenaganya akan menyusut banyak, atau tulang-tulangnya tidak
akan dapat bergerak dengan tenaga utuh.
Meskipun beberapa kali ia terdesak, tetapi para prajurit
yang bertugas mengamatinya telah memujinya. Anak itu
cukup cerdik karena pertandingan akan dilakukan ampat kali.
Di arena yang lain, anak muda yang berjambang lebat itu
ternyata telah mendapat peringatan sampai dua kali. Ia tidak
menghiraukan sa saran serangannya. Ia seakan-akan tidak
ingat lagi bahwa ada bagian-bagian tubuh y ang tidak boleh
menjadi sa saran serangannya. Tetapi dua kali ia mengenai
tempat -tempat y ang seharusnya terlarang itu.
Menghadapi kegarangan anak muda b erjambang lebat itu,
lawannya memang agak m engalami kesulitan. Bagaimanapun
juga lawannya masih berpegang pada tatanan y ang harus
dihormati, sehingga ia tidak m au meny erang tempat-tempat
terlarang. Sementara itu Mahisa Pukat juga bertanding dengan
lawannya. Jika diamati sepintas saja, maka nampaknya
keduanya masih bertanding dengan sengitnya. Namun para
prajurit yang m engamati sejak semula telah melihat, bahwa
pertandingan itu sebenarnya telah selesai. Menurut penilaian
mereka, Mahisa Pukat benar-benar memiliki kelebihan dari
kebanyakan anak muda y ang ikut dalam pendadaran itu,
meskipun bukan berarti lawannya sama sekali tidak berdaya.
Lawannya juga seorang anak m uda y ang memiliki landasan
yang kuat. Namun Mahisa Pukatlah y ang mempunyai
kelebihan pada jarak y ang agak jauh.
Sementara itu, dibeberapa lingkaran pertandingan, para
prajurit yang bertugas telah menyatakan bahwa pertandingan
telah selesai. Mereka telah dapat menilai anak-anak muda
yang bertanding. Pada umumnya mereka memang m emiliki
bekal y ang cukup. Tetapi sudah tentu bahwa ada diantara
mereka yang terpaksa harus tertinggal karena yang akan
diterima sebanyak-banyaknya hanya sepuluh orang saja.
Sebelum matahari mencapai puncak, maka pertandingan
itu m emang sudah selesai. Anak muda yang bertubuh raksasa
itu memang telah lebih dahulu menyelesaikan lawannya.
Tetapi ia bertanding pun bukan berarti bahwa lawannya akan
dianggap gagal dalam pendadaran itu.
Anak muda y ang berjambang lebat itupun telah
memenangkan pertandingan. Tetapi pertandingannya
merupakan pertandingan yang terkeras. Lawannya masih saja
ragu-ragu menghadapinya. Meskipun lawannya menjadi
marah dan ingin membalas kecurangan anak muda
berjambang lebat itu dengan kecurangan, namun hatinya
masih dikekang oleh ketaatannya kepada paugeran.
Sementara itu anak muda berjambat lebat itu mendapat
peringatan keras dari para prajurit yang mengamati
pertandingan. Seorang diantara mereka berkata "Yang akan
mengamati sore nanti akan menilaimu dengan sangat berhatihati,
karena mereka tentu sudah mendapatkan laporan kami
tentang kau. Bahkan mungkin kami berdualah y ang akan
mendapat tugas untuk mengamatimu kembali."
Anak muda itu tidak menjawab. Tetapi dari kedua matanya
terpancar gejolak perasaannya. Rasa-rasanya anak muda itu
justru ingin m enantang kedua prajurit itu untuk m emasuki
arena pertandingan. Tetapi keinginannya itu tidak terucapkan
lewat mulutnya. Meskipun demikian kedua prajurit itu dapat
menangkap getar itu lewat sor ot matanya, sehingga keduanya
justru telah mengancam pula dengan tatapan mata mereka
yang tajam. Demikianlah, maka para peserta pendadaran itu m endapat
kesempatan untuk beristirahat sambil makan siang. Nanti
menjelang sore, mereka harus bertanding lagi.
Karena itu, maka mereka harus mempergunakan
kesempatan itu sebaik-baiknya. Beberapa orang setelah
mencuci kaki, tangan, sambil menyeka keringat yang
membasahi seluruh tubuhnya, segera mencari tempat untuk
beristirahat sebaik-baiknya. Ada y ang berbaring diamben
panjang di serambi, ada y ang duduk-duduk di kebun dibawah
sejuknya pepohonan. Ada y ang justru berjalan jalan di
halaman untuk melemaskan urat-uratnya, tetapi ada juga yang
berniat untuk tidur barang sejenak sebelum mereka
mempersilahkan untuk makan siang. Tetapi ada juga yang
memijit-mijit kaki dan tangannya yang terasa menjadi sakit
dan ny eri. Mahisa Pukat setelah membersihkan keringatnya dan
berbenah diri, duduk diamben bambu diteritisan di belakang
menghadap kebun yang rim bun oleh pepohonan. Anak muda
yang bertubuh raksasa itu duduk disampingnya. Agaknya anak
muda itu masih saja membicarakan kekuatan Mahisa Pukat
yang tidak dapat diukur dengan penalarannya. Apalagi melihat
tubuh Mahisa Pukat y ang sedang-sedang saja.
"Sudahlah" desis Mahisa Pukat "kenapa kau tidak berbicara
tentang makan y ang akan kami terima sebentar lagi" Apakah
kira-kira lauknya dan apakah terlalu pedas apa tidak?"
"Kau selalu mengelak jika aku berbicara tentang
kemampuanmu yang luar biasa itu. Kenapa?" bertanya anak
muda yang bertubuh raksasa itu.
"Sudahlah" jawab Mahisa Pukat "lihat, prajurit itu tentu
minta kita untuk makan siang."
Sebenarnyalah bahwa prajurit yang berkeliling itupun
memberitahukan bahwa makan siang sudah tersedia.
Sesaat kemudian telah terdengar pula suara bende.
Pertanda bahwa para peserta itu diminta untuk pergi ke dapur.
Ternyata bahwa hidangan bagi mereka merupakan
hidangan yang sangat baik dan lengkap. Hidangan yang
memadai bagi mereka y ang sedang mengikuti pendadaran
yang berat. Untuk beberapa lama maka anak-anak muda itu
beristirahat lagi setelah m ereka makan. Pada saatnya mereka
akan tampil lagi di arena pertandingan melanjutkan
pendadaran y ang akan diselenggarakan di sore hari.
Sementara itu, para prajurit y ang mengawasi pertandingan
itupun telah bertemu dan membicarakan pertandingan yang
baru saja selesai serta pertandingan y ang akan
diselenggarakan di sore hari. Sementara itu, para petugas
sandi ikut pula menyaksikan pembicaraan-pembicaraan itu
untuk memantau keseluruhan pelaksanaan pendadaran itu.
Tidak ada hal yang tidak sesuai dengan ketentuan dan
paugeran y ang berlaku dalam pendadaran itu. Sehingga para
petugas sandi masih tidak mencampuri pendadaran yang
sedang dilangsungkan. Namun mereka masih akan tetap
mengikutinya sampai selesai.
Demikianlah ketika matahari mulai turun disisi langit
sebelah Barat, serta anak-anak muda y ang mengikuti
pendadaran itu sudah cukup lama beristirahat, m aka segala
persiapanpun dilakukan untuk meny elenggarakan
pertandingan-pertandingan berikutnya.
Seperti sebelumnya, maka delapan lingkaran y ang dibatasi
dengan gawarpun telah terisi. Pa sangan-pasangan yang akan
bertandingpun telah bersiap.
Ketika bcnde berbunyi satu kali, maka semuanyapun telah
bersiap. Meskipun ketegangan y ang mencengkam seluruh
arena itu tidak lagi sebagaimana pertandingan y ang pertama,
namun setiap orang yang sudah berada dalam lingkaran gawar
lawe telah memusatkan perhatian mereka kepada lawan
mereka masing-masing. Demikian bende berbuny i untuk kedua kali, maka
pertandingan pun segera dimulai.
Masing-masing masih harus kembali melakukan penjajagan
karena lawan mereka berbeda. Namun dalam beberapa
saat, pertandinganpun telah berlangsung dengan sengitnya.
Menghadapi lawan baru, maka setiap orang harus
mempergunakan cara yang lain untuk melawannya sesuai
dengan sikap dan tata gerak lawan mereka masing-masing.
Ternyata pertandingan itu juga berlangsung cukup lama.
Karena kemampuan mereka pada umumnya setingkat, maka
tidak segera nampak siapakah y ang akan menang dan
siapakah yang akan kalah. Anak muda yang bertubuh raksasa
itu mendapat seorang lawan yang juga memiliki kekuatan yang
sangat besar. Namun kemudian ternyata bahwa dalam
benturan-benturan kekuatan y ang terjadi, anak muda
bertubuh raksasa itu masih mempunyai kelebihan dari
lawannya. Tetapi ternyata lawannya mampu bergerak lebih
cepat, sehingga kadang-kadang anak muda yang bertubuh
raksasa itu terlambat mengimbangi kecepatan geraknya.
Sementara itu, anak muda yang berjambang lebat itu
ternyata m endapat pengawasan yang ketat dari para prajurit
yang mengawasiny a. Meskipun mereka bukan prajurit-prajurit
yang mengawasiny a pada pertandingan pertama, tetapi
agaknya mereka y ang mengawasiny a itu sudah mendapat
laporan dari para pengawas sebelumnya.
Di arena pertandingan yang lain, Mahisa Pukat mendapat
lawan y ang lebih kuat, tetapi agak lebih lamban. Seperti
sebelumnya, sebenarnya ia dapat meny elesaikan lawannya
dengan cepat. Tetapi ia tidak ingin membuat lawannya
kehilangan kesempatan berikutnya. Karena itu, maka ia
dengan sengaja telah menyesuaikan diri sehingga


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertandingan itu kelihatan menjadi seru dan seimbang.
Tetapi seperti yang terdahulu pula, maka para prajurit y ang
mengamatinya melihat sesuatu y ang lain pada anak muda
yang bernama Mahisa Pukat itu. Meskipun prajurit yang
mengawasiny a sebelumnya tidak memberitahukan kepada
prajurit y ang m engawasinya kemudian, namun prajurit yang
mengawasiny a kemudian itu telah dapat menangkap kelebihan
Mahisa Pukat. Seperti para pengawas sebelumnya, prajurit
itupun mengerti, bahwa Mahisa Pukat dengan sengaja
membiarkan lawannya menunjukkan bahwa ia mampu
memberikan perlawanan yang baik.
"Anak muda y ang satu ini agaknya memiliki kelebihan y ang
jarang dimiliki oleh anak-anak muda sebay anya" seorang
diantara para pengawas itu berbisik kepada kawannya.
Kawannya mengangguk kecil. Katanya "Ya. Aku melihat
kelebihan itu. Tetapi ia tidak m au membuat lawannya malu
atau kehilangan kesempatan untuk mengikuti pendadaran
berikutnya." "Jika saja ada sepuluh orang seperti anak muda itu, m aka
mereka akan dapat menjadi tulang punggung kekuatan
Pelay an Dalam di istana Singasari" desis prajurit yang
pertama. Ternyata dalam pertandingan berikutnya kelebihan Mahisa
Pukat semakin nampak betapapun ia tidak sengaja
memperlihatkan. Meskipun kadang-kadang ia memberikan
kesempatan lawannya mengenainya dengan seranganserangan
y ang keras dan cepat, namun Mahisa Pukat sering
lupa tidak menunjukkan bahwa ia menjadi kesakitan oleh
serangan itu. Sementara itu, para prajurit itupun sempat
melihat, bahwa Mahisa Pukat sering tidak mempergunakan
kesempatan untuk menghindar atau menangkisnya.
Seperti pertandingan y ang pertama, maka Mahisa Pukat
bukanlah orang yang mendahului para peserta yang lain untuk
mengalahkan lawannya bertanding. Tetapi ia ju stru
membiarkan lawannya bertanding sampai kesempatan yang
hampir berakhir. Menj elang senja maka pertandingan dihari pertamapun
telah berakhir. Para peserta kemudian bergantian telah pergi
ke pakiwan untuk mandi dan berbenah diri Merekapun
kemudian menebar untuk beristirahat sambil membawa
mangkuk minuman hangat serta makanan.
Angin senja bertiup perlahan-lahan meny egarkan tubuh
para peserta pendadaran. Sambil menghirup minuman
hangat, satu dua mereka duduk sambil berbincang. Meskipun
mereka baru saja berhadapan dalam pertandingan, namun
mereka tidak benar-benar menjadi bermusuhan. Kecuali anakanak
muda y ang pernah bertanding melawan anak muda yang
berjambang lebat itu. Kekasaran anak muda berjambang lebat
itu membuat lawannya benar-benar m enganggapnya sebagai
seorang musuh. Mahisa Pukatpun duduk pula bersama dua orang peserta
yang lain diserambi. Seorang diantara mereka adalah anak
muda yang bertanding melawannya pada kesempatan
pertama. -oo0dw0oo- (Bersambung Jilid 107 ) Conv ert & Editing by
Pdf ebook : Dan HIJAUNYA LEMBAH HIJAUNYA LERENG PEGUNUNGAN Jilid 107 Cetakan Pertama PENERBIT: "MURIA" YOGYAKARTA Kolaborasi 2 Website : dengan Pelangi Di Singosari / Pembuat Ebook : Sumber Buku Karya SH MINTARDJA
Scan DJVU : Ismoyo, Arema
Converter : Editor : MCH dan Pdf ebook : --ooo0dw0ooo- Naskah ini untuk keperluan kalangan sendiri,
penggemar karya S.H. Mintardja dimana saja berada y ang
berkumpul di Web Pelangi Singosari dan Tiraikasih
Jilid 107 DILUAR dugaan anak muda itu berkata "Aku memang
mencari kesempatan untuk dapat mengucapkan terima ka sih
kepadamu." "Kenapa?" Mahisa Pukat menjadi heran.
"Kau memberi kesempatan kepadaku untuk memberikan
perlawanan. Dengan demikian maka aku tidak nampak t erlalu
lemah dimata para prajurit y ang mengawasi pertandingan
kita." "Apa y ang sudah aku lakukan" Bukankah aku berbuat
sebagaimana kau lakukan" Juga sebagaimana kawan-kawan
kita yang lain melakukan?" bertanya Mahisa Pukat.
Tetapi anak muda itu tergawa pendek. Katanya "Tidak. Kau
telah m embiarkan aku m emberikan perlawanan untuk waktu
yang cukup lama. Sebenarnya jika kau mau, maka aku akan
dapat kau jatuhkan pada gerakanmu yang pertama."
"Ah, itu sangat berlebihan" jawab Mahisa Pukat "aku telah
berbuat sejauh dapat aku lakukan."
Tetapi anak muda itu menggeleng. Katanya "Tidak. Kau
berbaik hati membiarkan aku tidak kehilangan kesempatan
pada saat itu juga" "Jangan mengada-ada" desis Mahisa Pukat.
"Aku tidak mengada -ada. Yang mengatakan kepadaku
adalah seorang prajurit y ang mengawasi kita bertanding.
Prajurit itu adalah pamanku. Ia berkata jujur kepadaku."
berkata anak muda itu. "Tidak" jawab mahisa Pukat "sama sekali tidak. Dongeng
itu akan dapat merugikan kedudukanmu sendiri."
"Menurut pamanku, kedudukanku tidak akan terpengaruh.
Yang mereka lihat adalah kemampuanku. Meksipun lawanku
jauh lebih baik dari aku, tetapi kemampuanku berada setidaktidaknya
pada tataran yang diperlukan." berkata anak muda
itu. "Sudahlah" berkata Mahisa Pukat "kita berbicara tentang
yang lain." Anak muda itu mengangguk angguk, sementara kawannya
yang seorang lagi berkata "Aku juga mendengar seorang
prajurit memuji kelebihanmu"
"Sudahlah" berkata Mahisa Pukat "Kenapa kita tidak
berbicara tentang pertandingan esok pagi" Aku besok pagi
akan berhadapan dengan anak muda y ang bertubuh pendek
tetapi nampaknya sekokoh batu karang itu. Aku tidak tahu,
apakah aku dapat bertahan."
Tetapi anak m uda itu tertawa. Katanya "Kau tidak dapat
menyembuny ikan kelebihanmu. Tetapi seperti kata kawanku
ini, kau terlalu baik, sehingga kau sama sekali tidak berniat
menjatuhkan orang lain cari kemungkinan untuk m engikuti
pendadaran berikutnya."
Mahisa Pukat menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Jika
kau memang beranggapan demikian, sudahlah. Tetapi tidak
usah disebut-sebut lagi. Biarlah kalian, berdua saja yang
menganggap bahwa aku memiliki kelebihan dari kawan-kawan
kita. Karena jika itu didengar oleh orang lain yang mengetahui
kemampuanku yang sebenarnya, mereka akan mentertawakan
aku." "Baiklah" berkata anak muda yang menjadi lawan
bertanding Mahisa Pukat pada pertandingan pertama "Tetapi
aku percaya kepada ceritera itu."
Mahisa Pukat tersenyum. Katanya "Aku hanya dapat
mengucapkan terima kasih."
Namun Mahisa Pukat menjadi berdebar-debar ketika ia
melihat anak m uda bertubuh raksasa itu m endekat mereka.
Jika saja anak muda itu masih berbicara tentang sepotong besi
itu, maka pembicaraan tentu akan semakin berkepanjangan.
Tetapi justru ada orang lain, ternyata anak muda bertubuh
raksasa itu tidak meny inggung lagi tentang sepotong besi baja
itu. Karena itu, maka merekapun kemudian sekedar berbicara
tentang pertandingan pertandingan y ang telah mereka
lakukan. Malam itu, maka para peserta itupun telah beristirahat
sebaik baiknya. Menjelang fajar, maka merekapun telah
bangun dan bergantian pergi ke pakiwan. Seperti hari
pertama, mereka-pun segera berbenah diri, makan pagi dan
beristirahat beberapa saat sebelum mereka memasuki
lingkaran pertandingan. Pa da pertandingan ketiga, maka mulai nampak anak-anak
muda y ang daya tahannya tidak t erlalu kuat. Ada diantara
mereka y ang sudah nampak menjadi lelah. Tetapi masih juga
ada anak-anak muda yang nampak segar dan seakan-akan
kekuatannya masih tetap utuh.
Dengan demikian, maka para prajurit y ang mengamati
pertandingan-pertandingan itupun mulai membuat catatancatatan
penting atas para peserta pendadaran.
Menj elang tengah hari, maka pertandinganpun telaji
selesai. Anak-anak muda itu pada umumnya memang nampak
letih. Karena itu, maka merekapun telah berusaha beristirahat
sebaik-baiknya. Di sore hari mereka akan memasuki arena
sekali lagi. Kecuali masih ada y ang ter sisa dan y ang akan
dipertandingkan esok pagi, maka pertandingan di sore hari itu
adalah pertandingan yang terakhir.
Demikian pula bagi Mahisa Pukat. Pertandingan di sore
hari itu baginya juga merupakan y ang terakhir. Sementara itu
lawan-lawannya adalah anak muda yang berjambang lebat,
yang sudah beberapa kali mendapat peringatan.
Beberapa orang anak m uda y ang telah mendengar serba
sedikit tentang MahisaPukat justru berpengharapan, bahwa
anak muda itu akan menemukan lawan y ang akan dapat
memberikan sedikit peringatan kepada anak muda yang
berjambang lebat itu. Sementara itu, para prajurit yang menunggui pertandingan
yang masih belum selesai telah memerintahkan untuk
meneruskan pertandingan. Mereka tidak boleh terpengaruh
oleh keadaan diluar lingkaran pertandingan mereka m asingmasing.
< -- sepertinya ada bagian cerita yang hilang -- >
Mahisa Pukat masih berdiri tegang. Giginya gemeretak
menahan kemarahan yang menyala didadanya. Tetapi
dihadapan beberapa orang prajurit yang bertugas ia masih
menahan diri. Ia sadar, bahwa pernyataan kedua orang
prajurit yang bertugas itu belum merupakan keputusan
terakhir. Seorang perwira y ang berdiri didekat seorang petugas sandi
bertanya "Apakah kalian yakin bahwa anak muda ini sudah
melanggar paugeran."
"Ya. prajurit itu memang tegas sehingga seakan-akan ia
benar-benar y akin akan penglihatannya, bahwa Mahisa Pukat
telah melanggar paugeran.
"Apa yang dilakukannya ?" bertanya seorang perwira
petugas sandi yang mengamati pendadaran itu.
" Ia meny erang dengan kakinya sasaran yang terlarang.
Tumitnya mengenai bagian bawah perut anak muda
berjambang itu." "Tidak" sahut Mahisa Pukat.
Tetapi prajurit y ang seorang lagi berteriak "Diam. Kau
hanya boleh berbicara jika kau ditanya."
Mahisa Pukat memandang prajurit itu dengan tajamnya.
Tetapi ia tidak berkata apapun juga.
< sepertinya ada bagian yang terlompat>
Anak muda berjambang itupun kemudian bangkit tertatihtatih
sambil m enyeringai kesakitan. Sambil m enunjuk kearah
Mahisa Pukat ia berkata "Anak iblis itu telah berbuat curang.
Seharusnya aku dapat mengalahkannya."
< sepertinya ada bagian yang terlompat>
Namun tiba-tiba seorang prajurit y ang berdiri diantara
mereka y ang berkerumun itu berdesis "Tidak masuk akal jika
anak muda berjambang itu dapat mengalahkannya. Aku y akin
bahwa anak muda itu tidak dapat dikalahkan oleh siapapun,
peserta pendadaran ini."
Prajurit y ang mengawasi pertandingan antara Mahisa
Pukat dan anak muda berjambang itu berpaling kepadanya
sambil membelalakkan matanya "Kau tidak melihat
pertandingan ini. Tetapi apakah kau sudah memihak ?"
"Aku tidak memihak siapapun. Tetapi kita dapat berbicara
dengan kawan-kawan kita y ang telah m enunggui anak muda
ini bertanding." jawab prajurit itu.
< sepertinya ada bagian yang terlompat>
Namun tiba -tiba mereka mendengar seseorang membentak
"Cukup. Bukankah kita mempunyai paugeran " Kenapa kita
harus berbantah disini ?"
Mereka y ang sedang berkerumun itupun berpaling.
Ternyata yang berdiri dua langkah dari mereka adalah
Manggala Pelayan Dalam Gajah Saraya.
Tidak seorangpun y ang menjawab. Sementara Gajah Saraya
berkata selanjutnya "Keputusan memang berada ditangan
para prajurit y ang mengawasi pendadaran. Tetapi jika salah
seorang peserta menyatakan keberatan atas keputusan yang
diambil, maka akan diadakan pembicaraan khusus tentang
pertandingan itu. Bukankah jela s" Kenapa kita harus
berbantah disini seolah-olah kita bukan sekelompok prajurit
yang berpegang pada ketentuan dan paugeran yang pasti ?"
Semuanya m emang terdiam. Sementara itu, Gajah Saraya
berkata "Kita ikuti ket entuan itu. Kita akan berbicara khusus
mengenai pertandingan ini. Sekarang juga."
Semuanya masih berdiam diri. Sementara itu, Gajah
Sarayapun segera memerintahkan mereka yang
berkepentingan untuk berkumpul diruang yang telah
disediakan. Kedua orang prajurit y ang mengawasi langsung,
seorang perwira petugas sandi dan kedua orang anak muda
yang bertanding. Dengan jela s dan terperinci kedua orang prajurit y ang


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengawasi pertandingan itu memberikan laporan tentang
pelanggaran y ang dilakukan oleh Mahisa Pukat.
"Berapa kali. Tetapi y ang terakhir adalah pelanggaran y ang
terberat," jawab salah seorang prajurit y ang mengawasi
pertandingan itu. "Berapa kali kalian memberikan peringatan." bertanya
Gajah Saraya pula. "Sesuai dengan ketentuan. Jika pelanggaran itu terjadi
dengan sengaja dan m enimbulkan akibat y ang paling buruk,
sehingga lawannya bertanding tidak dapat melanjutkan
pertandingan, maka y ang melanggar paugeran itu dapat
dikeluarkan dari arena. Dan tidak akan dapat mengikuti
tataran berikutnya."
Mahisa Pukat memang menjadi tegang. Ia sudah
berprasangka buruk terhadap Gajah Saraya. Tetapi ternyata
Gajah Saraya tidak segera mengambil keputusan
membenarkan tindakan kedua orang prajurit yang mengawasi
pendadaran itu. Bahkan Gajah Saraya masih bertanya kepada Mahisa Pukat
"Kenapa kau berkeberatan terhadap keputusan kedua prajurit
yang mengawasi pendadaran itu ?"
"Aku tidak m erasa melakukan pelanggaran." jawab Mahisa
Pukat "Aku bertanding dengan wajar."
"Tetapi kedua orang prajurit itu melihat kau melakukan
pelanggaran" berkata Gajah Saraya kemudian.
"Aku tidak merasa melakukannya" jawab Mahisa Pukat
pasti. Lalu katanya "Aku y akin bahwa aku akan dapat
mengalahkannya tanpa melakukan pelanggaran."
< sepertinya ada bagian yang terlompat>
Kedua orang prajurit itu termangu-mangu. Seorang
diantara mereka bertanya "Siapakah y ang kau maksud
diantara kita" Kau atau aku atau siapa?"
Perwira yang mempunyai tugas mengatur itu berkata
"Maksudku, orang -orang yang sejalan dengan kita. Aku dapat
menunjuk dua orang yang bersama kalian bertugas di gardu
dibelakang hutan perburuan itu."
"Baik" jawab prajurit itu "tetapi bagaimana jika ada orang
lain y ang ikut mengawasi?" bertanya prajurit y ang lain.
" Itu diluar kekuasaanku. Tetapi aku akan mencari jalan
agar kita dapat mengatasiny a meskipun sulit," jawab perwira
itu. " Ingat. Jika kami berdua diketahui berlaku curang, maka
kaupun akan terlibat." desis salah seorang dari kedua prajurit
itu. "Kenapa kau menjadi gila sehingga mengancamku" Aku
tahu itu. Tetapi bukankah kekuasaanku terbatas" Apakah aku
harus mengatur agar pertandingan ulangan itu dilakukan,
ditempat tertutup dan hanya kalian berdua saja y ang boleh
masuk?" jawab perwira itu dengan wajah geram.
Kedua prajurit itu terdiam. Kekuasaan perwira itu memang
terbatas sehingga ia tidak dapat menentukan lebih dari
wewenang y g diberikan kepadanya.
Namun dengan demikian maka kedua orang prajurit itupun
semalaman tidak dapat tidur. Mereka sudah membayangkan
bahwa kecurangan mereka akan terungkap. Mereka tahu
bahwa sulit bagi anak muda berjambang lebat itu dapat
mengalahkan Mahisa Pukat.
Selain kedua orang prajurit itu, anak muda berjambang
lebat itupun sulit pula untuk memejamkan matanya. Ia
menyesal, bahwa sebelum b ertanding melawan Mahisa Pukat
ia sudah sering melakukan pelanggaran, sehingga para prajurit
yang mengawasiny a telah memberikan kesaksian yang
merugikannya. Seandainya sebelumnya ia tidak pernah
melakukan pelanggaran maka keputusan Gajah Saraya akan
dapat lain. Anak muda itu terlambat m enyadari kesombongannya. Ia
begitu bernafsu untuk menunjukkan kelebihannya dengan
mengalahkan lawan-lawannya dalam waktu y ang pendek,
sehingga justru karena itu, ia telah m elakukan pelanggaranpelanggaran
y ang ternyata telah menjeratnya pada bagian
terakhir dari pertandingan-pertandingan yang
diselenggarakan itu. "Tetapi semuanya sudah terjadi" anak muda itu menggeram
"aku tidak mempunyai pilihan lain kecuali dalam waktu yang
singkat menghentikan perlawanannya. Tanpa melakukan
pelanggaran sama sekali."
Tiba-tiba saja anak muda itu bangkit dari pembaringannya.
Diambilnya sebuah bumbung kecil y ang berisi serbuk dari
kantoner ikat Dinererane kulitnya y ang lebar.
Sambil mengamati bumbung kecilnya anak muda itu
tersenyum. Bumbung itu berisi serbuk racun y ang tidak terlalu
keras. Serbuk itu tidak membunuh. Tetapi serbuk itu akan
dapat membuat seseorang kehilangan tenaganya. Jika racun
itu mengenai tubuh seseorang maka serbuk itu akan
menyusup lewat lubang-lubang kulit. Racun itu akan dapat
bekerja lebih cepat jika tubuh seseorang terluka meskipun
hanya segores kecil. Luka yang segores kecil itu akan
mempercepat penyusupan racun kedalam darah dan mengalir
keseluruh tubuh. Semakin banyak orang itu bergerak, m aka
semakin cepat pula racun itu menghisap tenaganya nieskipun
hanya untuk sementara. Tetapi sebelum tenaga itu tumbuh
dan pulih kembali, m aka ia tentu sudah dapat m engalahkan
lawannya, siapapun lawannya itu.
"Terima kasih guru" desis anak muda berjambang lebat itu.
Racun dari gurunya itu ternyata akan dapat dipergunakan
untuk mengatasi kesulitannya menghadapi anak muda yang
bernama Mahisa Pukat itu. Ia harus m engalahkan anak muda
itu dan menggagalkan agar ia t idak dapat memasuki tugas
Pelay an Dalam di Istana Singasari.
"Besok serbuk racun itu tidak boleh ketinggalan." desis
anak muda itu. Tetapi katanya kemudian "Tetapi aku juga
tidak boleh lupa minum penawarnya. Jika tidak,
tenaganyapun akan dihisapnya sehingga aku akan menjadi
tidak berdaya." Dengan demikian maka anak muda itu tidak lagi m enjadi
gelisah. Bahkan ia menjadi tenang dan dapat tidur dengan
ny enyak. Mahisa Pukat sendiri tidak terlalu banyak memikirkan
pertandingan ulangan. Selain pertandingan ulangan itu masih
ada satu pertandingan y ang lain, karena jumlah pesertanya
adalah tujuh bela s orang.
Menurut perhitungan Mahisa Pukat, maka ia tentu akan
dapat m engalahkan anak muda itu meskipun ia tidak ingin
merendahkannya, Bahkan ia masih juga berdoa, agar ia
mendapat tuntutan sehingga usahanya untuk menjadi
keluarga Pelayan Dalam di istana Singasari dapat terlaksana.
Menj elang fajar dinihari berikutnya, maka Mahisa Pukatpun
telah mempersiapkan diri. Demikian anak-anak muda
yang lain, meskipun sebagian besar mereka sudah tidak akan
bertanding lagi, namun merekapun telah bersiap-siap untuk
melihat apa yang akan terjadi diarena, terutama dalam
pertandingan ulangan antara anak muda y ang berjambang
lebat itu dengan mahisa Pukat.
Anak muda y ang berjambang lebat itupun mandi dan
berbenah diri adalah minum-minuman hangat y ang telah
tersedia didapur. Kemudian tanpa diketahui seorangpun ia
telah menelan sebutir ramuan obat untuk menolak dan
menawarkan serbuk racunnya.
Anak muda itu ter senyum sendiri. Ia y akin akan dapat
memenangkan pertandingan itu. Para prajurit y ang akan
mengawasi pertandingan itu tentu akan berterima ka sih
kepadanya apabila mereka berdiri dipihaknya. Apalagi jika
yang akan mengawasinya nanti kedua orang prajurit yang
kemarin mengawasinya. "Mereka tentu sudah m enjadi gelisah" berkata anak muda
berjambang lebat itu didalam hatinya, Ketika saat makan pagi
tiba, maka anak m uda berjambang lebat itu justru berjalan
hilir mudik dengan wajah tengadah, ter senyum-senyum dan
tertawa-tawa sambil berbincang dengan beberapa orang
peserta yang lain m eskipun tanggapan kawan-kawannya agak
kurang akrab. Mahisa Pukat memang agak heran melihat sikap anak
muda itu. Ternyata ia masih juga terlalu y akin akan dirinya.
Anak muda berjambang itu sama sekali tidak menjadi gelisah,
bahwa ia akan dapat dikalahkannya dalam pendadaran
ulangan. Namun Mahisa Pukatpun tidak menghiraukannya. Tetapi ia
sudah bertekad untuk tidak terjebak kedalam pelanggaran
paugeran sehingga ia akan dapat dianggap kalah dalam
pertandingan ulangan itu.
Beberapa saat kemudian, setelah mereka beristirahat
sejenak, maka para peserta itupun telah dikumpulkan di
halaman depan. Gawar kedelapan arena masih terpa sang
meskipun y ang akan dipergunakan hanya dua. Satu
diantaranya adalah pertandingan ulangan antara Mahisa
Pukat dan anak muda berjambang lebat itu.
Dalam pada itu keempat orang anak muda y ang akan
memasuki arenapun telah diminta untuk bersiap-siap. Mereka
telah berada disekitar arena yang ditentukan bagi keempat
orang anak muda yang akan bertanding didua arena.
Mahisa Pukatpun telah ber siap-siap pula. Ketika ia berdiri
dekat dengan gawar lawe arena pertandingannya, maka anak
muda berjambang itu mendekatinya sambil berdesis "Kau
akan menyesal dengan ulahmu kemarin. Pagi ini kau akan
mengalami keadaan y ang lebih buruk. Dan kau akan segera
tersisih dari deretan para calon Pelayan Dalam. Kaupun tidak
akan mungkin ikut dalam pendadaran tataran berikutnya."
Mahisa Pukat menarik nafas dalam-dalam. Katanya
"Apapun akhir dari pertandingan ulangan ini akan aku terima
jika itu hasil yang kita capai dengan jujur."
"Kau memang tidak akan dapat dengan semena-mena
melanggar paugeran lagi" berkata anak muda itu.
Mahisa Pukat mengerutkan keningnya. Tetapi ia masih
tetap mengendalikan diri. Sebentar lagi ia akan memasuki
arena untuk benar-benar mengukur kemampuan mereka
berdua. Demikianlah sejenak kemudian maka para prajurit y ang
bertugaspun telah mempersiapkan diri. Sementara itu anak
muda yang berjambang lebat itu minta ijin untuk pergi ke
pakiwan sebelum pertandingan ulangan itu dilaksanakan.
"Cepatlah" berkata prajurit y ang bertugas untuk mengawasi
pertandingan itu, yang ternyata adalah dua orang prajurit yang
meskipun bukan y ang m engawasiny a kemarin, tetapi m ereka
adalah orang-orang y ang berdiri dipihak anak muda
berjambang lebat itu. "Kemana anak itu ?" bertanya seorang prajurit yang lain.
"Ke Pakiwan sebentar" jawab prajurit y ang mengawasinya.
Prajurit y ang bertanya itu mengangguk-angguk. Tetapi ia
tidak mengatakan sesuatu.
Dalam pada itu, kedua orang prajurit yang bertugas untuk
mengawasiny a itupun memang menjadi gelisah. Tetapi
mereka sudah pasrah apapun y ang terjadi. Mereka hanya
menunggu keajaiban saja bahwa anak muda berjambang itu
akan memenangkan pertandingan ulang itu.
Apalagi ketika di sekitar arena pertandingan itu terdapat
beberapa orang perwira prajurit dan bahkan prajurit sandi.
Arya Kuda Cemani sendiri hadir didekat arena bersamasama
dengan Gajah Saraya. "Bagaimana mungkin mendapatkan cara untuk menyelamatkan anak muda berjambang itu" desis salah
seorang dari kedua orang prajurit y ang mengamatinya.
Namun kawannya menjawab "Tetapi anak itu
sendiri nampaknya begitu yakin akan memenangkan pertandingan." "Mudah-mudahan. Mungkin ia berbuat sesuatu
di pakiwan." Sebenarnyalah anak muda y ang pergi ke pakiwan itu telah
menaburkan serbuk racunnya pada kedua telapak tangannya.
Serbuk itu memang tidak begitu nampak. Meskipun serbuk itu
bekerja cepat, tetapi tidak membahayakan jiwa orang yang
terkena. Sementara itu, anak muda berjambang itu sendiri
sudah menelan obat penawarnya sehingga racun itu tidak akan
mempengaruhinya meskipun melekat pada kulitnya.
Beberapa saat kemudian, maka anak muda itu telah
kembali dan siap memasuki arena. Kedua prajurit yang
mengawasi pertandingan ulang itupun mendekatinya dan
seorang diantaranya bertanya "Kau sudah siap sepenuhnya?"
Anak muda itu tertawa. Katanya "Aku akan
menyelesaikannya dalam waktu singkat."
"Apakah kau tidak membual ?" bertanya prajurit itu hampir
berbisik. "Lihat saja apa yang akan terjadi." jawab anak muda itu.
Kedua prajurit itu saling berpandangan sejenak. Sementara
itu terdengar suara bende untuk pertama kali. Dengan
demikian maka para pesertapun segera bersiap didalam arena
pertandingan. Dua orang peserta y ang akan m enyelesaikan pertandingan
telah memasuki arena. Demikian pula anak muda berjambang
lebat itu bersama Mahisa Pukat.
Ketika pertanda berikutnya dibunyikan, maka pertandingan
itupun telah siap untuk dimulai.
Anak muda berjambang lebat itu masih saja ter senyum
ketika Mahisa Pukat mulai bergeser. Selangkah ia maju
mendekat sambil berdesis "Kau akan aku habisi dalam waktu
sekejap." Mahisa Pukat tidak menjawab. Tetapi ia memang heran
melihat sikap anak muda berjambang lebat itu.
Sementara itu, selain kedua orang prajurit y ang bertugas
mengamati pertandingan itu, maka beberapa orang perwira
ada disekitar arena itu. Bahkan Arya Kuda Cemani dan Gajah
Saraya juga menyempatkan diri untuk melihat hasil
pertandingan ulangan itu. Mereka ingin melihat kebenaran
dari laporan kedua orang prajurit y ang mengawasi


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertandingan sebelumnya. Namun kesan y ang mereka dapatkan pada saat
pertandingan itu akan dimulai, memang meyakinkan. Anak
muda berjambang lebat itu benar-benar percaya diri bahwa ia
akari dapat meny elesaikan pertandingan dengan cepat.
Sementara itu, Mahisa Pukat tidak m enunjukkan sikap yang
dapat m emberikan kesan sesuatu. Meskipun ia tetap tenang,
tetapi tidak mengesankan satu keyakinan bahwa ia akan
menang. Dalam pada itu, anak m uda y ang berjambang lebat y ang
telah m enaburi telapak tangannya dengan serbuk racun itu
hanya tinggal berusaha meny entuh kulit Mahisa Pukat
dibagian manapun. Dan itu sama sekali bukan soal yang sulit.
Jika ia meny erang dengan cepat, maka sentuhan-sentuhan
yang diperlukan akan segera terjadi. Apalagi anak muda itu
serba sedikit sudah dapat mengenali bagaimana Mahisa Pukat
itu mempertahankan dirinya.
Demikianlah, ketika anak muda berjambang lebat itu
melihat satu kesempatan, maka iapun segera meloncat
menyerang. Tangannya terayun dengan cepat mengarah
kening. Tetapi Mahisa Pukat yang sudah siap itupun sempat
menghindari serangan itu. Dengan cepat pula Mahisa Pukat
bergeser sehingga serangan itu tidak mengenai sasarannya.
Tetapi anak muda itu terus saja memburunya. Bahkan tidak
lagi mempergunakan unsur-unsur gerak y ang mapan, seakanakan
asal saja anak itu membenturnya.
Mahisa Pukat yang mengalami serangan dengan serta
merta itu m emang berusaha menangkis. Tangan anak muda
berjambang yang menyambar dengan cepat kearah dada itu
ditepisnya kesamping. Namun diluar dugaan Mahisa Pukat,
tangan anak muda itu yang lain justru berusaha menangkap
pergelangan tangannya. Serangan y ang demikian memang merupakan serangan
yang tidak terbia sa dilakukan. Karena itu, maka Mahisa Pukat
memang terlambat menghindar. Pergelangan tangannya
memang benar-benar telah ditangkap oleh anak muda
berjambang itu. Ternyata tangan Mahisa Pukat telah ditariknya dengan
sekuat tenaga. Begitu menghentak dan tiba-tiba.
Mahisa Pukat memang terseret oleh tarikan itu. Dengan
satu putaran tangan Mahisa Pukat hampir saja terpilin.
Namun Mahisa Pukat dengan cepat berguling dan memutar
tubuhnya. Demikian kakinya meny entuh tanah, m aka iapun
segera melenting meny erang dengan kakinya.
Ternyata anak muda berjambang itu dengan cepat
melepaskan tangannya dan meloncat surut, sehingga serangan
Mahisa Pukat tidak mengenainya.
Sejenak kemudian, maka keduanya telah berdiri lagi
berhadapan. Ma sing-masing telah siap melanjutkan
pertandingan. Beberapa orang prajurit, perwira dan bahkan Arya Kuda
Cemani dan Gajah Saraya memang menjadi berdebar-debar.
Pertandingan itu berlangsung dengan cepat. Namun
merekapun segera m elihat, betapa tangkasnya Mahisa Pukat
mengatasi k esulitan yang dengan tibartiba dialaminya dalam
pertandingan itu. Ketika Mahisa Pukat sudah siap melanjutkan pertandi
ngan, maka anak muda berjambang itu tersenyum sambil
berdesis "Kau tidak meny esali kecuranganmu kemarin"
Semuanya sudah terjadi. Kau tinggal menerima akibat dari
kecuranganmu itu, karena kau akan segera tersisih."
Mahisa Pukat sama sekali tidak menjawab. Tetapi ia justru
mulai memperhatikan pergelangan tangannya yang hampir
sa ja terpilin. Ia tidak merasa bahwa pergelangannya itu
menjadi sakit atau bahkan ny eri. Tetapi ia memang merasakan
sesuatu. Mahisa Pukat termangu-mangu sejenak. Ketika lawannya
bergeser, iapun bergeser pula. Namun ia sempat mengusap
pergelangan tangannya dengan tangannya yang lain.
Ra sa -rasanya ada berpuluh-puluh semut yang merayap
dipergelangan tangannya dan bahkan kemudian di telapak
tangannya y ang lain. Bahkan kemudian terasa seakan-akan
pergelangan tangannya dan telapak tangannya yang lain itu
tertusuk-tusuk oleh ujung duri yang lembut, m emang tidak
sakit. Tetapi seolah-olah duri-duri y ang lembut itu ju stru
menyusup ke. dalam urat-urat darahnya dan kemudian
mengalir keseluruh tubuhnya.
Anak muda berjambang itu melihat betapa Mahisa Pukat
merasa terganggu pada pergelangan tangannya dan telapak
tangannya yang lain. Tanpa m enghiraukan orang-orang yang
berada disekitar arena, maka iapun tertawa berkepanjangan.
Orang-orang yang ada disekitar arena itu menjadi heran.
Mereka belum melihat tanda-tanda bahwa anak muda itu akan
memenangkan pertandingan. Karena itu, m aka sikapnya itu
telah mengundang pertanyaan.
Bahkan anak muda itu kemudian bertanya "Kenapa kau
nampak menjadi bingung ?"
Mahisa Pukat termangu-mangu sejenak. Ia
menghubungkan perasaan aneh pada pergelangan tangan dan
telapak tangannya. Diluar sadarnya ia mengawasi pergelangan
dan telapak tangannya itu. Ternyata Mahisa Pukat dapat
melihat bahwa tangannya memang telah terkena serbuk yang
tentu telah menimbulkan perasaan asing itu.
"Racun" berkata Mahisa Pukat didalam hatinya. Apalagi
ketika ia melihat sikap dan pertanyaan anak muda berjambang
yang aneh itu. Karena Mahisa Pukat tidak segera menjawab, maka anak
muda itu bertanya pula "Apakah kau akan meny erah saja ?"
Mahisa Pukat m engerutkan dahinya. Dengan nada rendah
ia berkata "Bukankah kita baru mulai " Apakah kau m elihat
tanda-tanda bahwa aku akan menyerah ?"
"Tentu. Kau menjadi bingung dan bahkan seakan-akan
ketakutan menghadapi pertandingan ulangan ini" jawab anak
muda itu. "Agaknya kau sedang bermimpi" sahut Mahisa Pukat
"bangunlah. Kita berada di arena pertandingan dalam rangka
pendadaran untuk memasuki lingkungan Pelay an Dalam."
Orang-orang yang ada disekitar arena itu justru
mengangguk-angguk mendengar jawaban Mahisa Pukat itu.
Seakan-akan Mahisa Pukat telah mewakili mereka
mengatakan sebagaimana pernyataan didalam hati mereka.
Anak muda itu memandang Mahisa Pukat dengan tajam. Ia
melihat Mahisa Pukat masih berdiri tegak dan bahkan bersiap
untuk meneruskan pertandingan.
Anak muda itupun kemudian telah bergeser selangkah
maju. Bahkan kemudian tanpa berkata apapun lagi, dengan
garangnya ia telah meny erang Mahisa Pukat. Ia berharap
bahwa jika Mahisa Pukat bergerak lebih banyak, maka racun
itu akan beredar lebih cepat didalam tubuhnya. Dengan
demikian maka Mahisa Pukat itu akan segera m enjadi lemah
dan kehilangan kekuatannya.
Mahisa Pukatpun meloncat menghindari serangan itu.
Namun sebenarnyalah bahwa Mahisa Pukat telah m engambil
satu sikap. Ia ingin dengan cepat menyelesaikan pertandingan
itu. Anak muda berjambang itu telah cukup banyak
melontarkan pernyataan yang meny inggung perasaannya
bahkan penghinaan dengan m enawarkan agar Mahisa Pukat
itu menyerah saja Karena itu, demikian Mahisa Pukat menghindari serangan
anak muda itu, m aka iapun segera menghentakkan segenap
kemampuannya. Meskipun ia belum merambah keilmu
andalannya, namun tenaga dan kemampuannya sudah cukup
untuk dengan cepat menghentikan perlawanan anak muda
berjambang lebat itu. Apalagi Mahisa Pukat menyadari, bahwa
anak muda itu telah mempergunakan racun untuk
mengalahkannya meskipun Mahisa Pukatpun tahu bahwa
racun yang dipergunakan itu adalah racun y ang dapat bekerja
dengan cepat tetapi lunak sehingga tidak akan membunuh
orang y ang dikenainya meskipun orang itu bukan Mahisa
Pukat. Dengan cepat Mahisa Pukatlah y ang kemudian justru
menyerang. Dengan loncatan panjang Mahisa Pukat
menyerang. Tangannya terjulur lurus mengarah kedada.
Ketika lawannya itu menghindar kesamping, maka Mahisa
Pukat justru berputar. Kakinya bergerak mendatar dengan
cepatnya. Anak muda berjambang itu terkejut. Tetapi ia tidak sempat
berbuat banyak. Meskipun ia berusaha menangkis, namun
hentakkan kekuatan kaki Mahisa Pukat itu telah
mendorongnya beberapa langkah surut.
Mahisa Pukat ternyata tidak melepaskannya. Dengan cepat
Mahisa Pukat meloncat menyusulnya. Hampir saja Mahisa
Pukat memukul kepala anak muda y ang sedang terbungkuk
itu. Namun niat itu diurungkan, karena Mahisa Pukat tidak
mau m embuat kepala anak m uda itu terguncang sampai ke
otaknya. Karena itu, maka Mahisa Pukatpun telah
mengayunkan tangannya mendatar. Dengan punggung telapak
tangannya yang terbuka, Mahisa Pukat mengenai kening anak
muda itu. Anak muda itu terhuyung-huyung dan disaat ia hampir
kehilangan keseimbangannya, maka serangan Mahisa Pukat
telah m enyusul sekali lagi. Sisi telapak tangannya y ang sudah
terangkat dan hampir saja terayun ketengkuknya telah
diurungkannya. Sisi telapak tangan itu kemudian hanya
mengenai pundak kanan anak muda yang berjambang itu.
Ternyata serangan beruntun Mahisa Pukat itu sama sekali
tidak memberi kesempatan kepada lawannya untuk mengelak
dan apalagi m embalas. Serangan Mahisa Pukat pada pundak
anak muda itu telah membuatnya tidak mampu bertahan.
Perasaan sakit yang tajam telah menggigit pundaknya itu.
Tulang-tulangnya bagaikan berpatahan.
Tekanan pukulan Mahisa Pukat telah mendorong anak
muda itu sehingga jatuh tertelungkup.
Yang terdengar kemudian adalah erang kesakitan. Anak
muda itu memang berusaha untuk bangkit. Tetapi iapun telah
terjatuh kembali menelentang sambil mengaduh menahan
sakit. Ternyata dalam waktu y ang sangat singkat pertandingan itu
telah diselesaikan oleh Mahisa Pukat.
Pertandingan ulangan itu ternyata menjadi sangat menarik
perhatian. Dua orang prajurit y ang seharusnya mengamati
pertandingan y ang ter sisa, beberapa kali telah berpaling
melihat apa yang terjadi di arena yang lain, arena
pertandingan ulangan antara anak muda y ang berjambang
lebat, y ang sombong dan beberapa kali melanggar paugeran
dengan anak muda yang memiliki ilmu y ang dianggap lebih
baik dari kebanyakan para peserta pendadaran.
Bahkan dua orang y ang m eny elesaikan pertandingan y ang
tersisa itupun kadang-kadang justru terhenti dan berusaha
pula m elihat apa y ang terjadi diarena yang lain. Apalagi para
peserta y ang sudah meny elesaikan pertandingan mereka.
Semuanya telah berkumpul dan menyaksikan pertandingan
ulangan itu. Ternyata semua orang telah tercenung melihat akhir
pertandingan itu. Dalam waktu y ang sangat singkat
pertandingan ulangan itu telah berakhir. Anak muda
berjambang lebat itu sama sekali tidak mampu berbuat
apapun juga. Bahkan serbuknya sama sekali tidak
berpengaruh atas Mahisa Pukat.
Dengan demikian kepercayaan anak muda itu kepada
gurunya berguncang. Ia m enganggap bahwa racun itu tidak
mempunyai arti apa-apa. Tidak sebagaimana dikatakan oleh
gurunya. Namun sebenarnyalah bahwa anak muda itu tidak tahu
sama sekali bahwa Mahisa Pukat bukan anak muda
kebanyakan. Anak muda itu memiliki kemampuan untuk
menangkal racun. Apalagi racun y ang lunak, bahkan racun
yang paling tajam sekalipun tidak akan dapat membunuhnya.
Dengan demikian, m aka diputuskan bahwa Mahisa Pukat
telah m emenangkan pertandingan itu. Sebenarnya keputusan
menang atau kalah itu tidak mutlak diperlukan. Bahkan ada
diantara mereka yang dianggap memiliki kemampuan dan
kekuatan yang sama sehingga tidak ada y ang menang atau
kalah. Namun justru karena ada persoalan diantara kedua
anak muda y ang bertanding itu, maka kemenangan salah
seorang diantaranya memang diperlukan.
Kedua orang prajurit y ang menunggui pertandingan itu
tidak dapat berbuat banyak. Apalagi mereka tahu bahwa Gajah
Saraya dan Arya Kuda Cemani khusus datang untuk m elihat
hasil dari pertandingan itu, sehingga keduanya harus
menyatakan hasil y ang sebenarnya y ang m emang tidak dapat
disembuny ikannya. Namun dengan demikian, setiap orang yang mengikuti
pendadaran itu telah menjadi curiga terhadap kedua orang
prajurit yang menunggui pertandingan sebelumnya yang
menganggap bahwa Mahisa Pukat seharusnya disisihkan dari
pendadaran pada tataran berikutnya karena dianggap curang.
Tetapi siang itu juga, sebelum keduanya dapat diusut lebih
lanjut, maka datang perintah dari kesatuan kedua orang
prajurit itu, bahwa keduanya harus segera kembali ke
kesatuannya karena ada tugas lain y ang lebih penting.
Perintah itu datang dari pemimpin kelompoknya y ang juga
mengirimkan dua orang prajurit y ang lain sebagai gantinya
jika diperlukan. Gajah Saraya memang menjadi heran atas sikap pemimpin
kelompok kedua orang prajurit y ang dicurigai melakukan
tindakan yang tidak benar itu. Tetapi Gajah Saraya tidak dapat
dengan tergesa -gesa mengambil tindakan, karena hal Itu akan
menyangkut wibawa antara kesatuan. Karena itu, maka
diperlukan waktu untuk menghubungi pemimpin y ang lebih
tinggi lagi dari pemimpin kelompok itu untuk mengambil
langkah-langkah berikutnya.
Dalam pada itu, pendadaran pada tataran kedua itupun
telah berakhir. Para prajurit y ang bertugas akan segera
menentukan, siapakah diantara ketujuhbelas orang itu yang
pantas untuk mengikuti pendadaran selanjutnya.
Anak muda yang berjambang itu sudah tidak
berpengharapan lagi untuk dapat memasuki pendadaran
tataran berikutnya. Namun iapun tidak dapat melupakan anak
muda yang telah mempermalukannya. Mahisa Pukat. Sehingga


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

iapun telah mendendamnya dan bahkan timbul k einginannya
untuk membalas dendam apapun caranya.
Sementara itu Mahisa Pukat yang sejak semula telah
berprasangka buruk terhadap Gajah Saraya menjadi raguragu.
Sampai pendadaran pada tataran kedua tidak nampak
bahwa Gajah Saraya dengan sengaja ingin menyisihkannya.
Bahkan pada tataran kedua Gajah-Saraya justru telah
memberinya kesempatan untuk menunjukkan bahwa ia
memiliki kemampuan untuk dapat meneruskan pendadaran
pada tingkat selanjutnya.
Tetapi apa yang terjadi kemudian, Mahisa Pukat tidak
dapat menduganya. Bahwa kedua orang prajurit yang
mengamatinya dalam pertandingan terakhir sebelum
pertandingan ulangan dilakukan, begitu saja dibiarkannya
meninggalkan tempat pendadaran, telah menimbulkan
pertanyaan pula dihati Mahisa Pukat.
Demikianlah, maka malam setelah pertandingan y ang
terakhir serta pertandingan ulang selesai, para peserta masih
diperintahkan untuk tetap tinggal di tempat pendadaran.
Demikian semua prajurit dan Pelayan Dalam yang ikut serta
menyelenggarakan pendadaran itu, kecuali dua orang prajurit
yang sudah ditarik oleh kesatuannya karena ada tugas lain
yang lebih penting. Malam itu, para peny elenggara pendadaran telah
mengadakan pembicaraan. Esok pagi akan diumumkan
langsung, siapakah y ang harus melakukan persiapan untuk
mengikuti pendadaran pada tataran berikutnya
Malam itu anak muda yang bertubuh raksasa itu telah
menemui Mahisa Pukat. Katanya "Nah, aku telah
memenangkan taruhan. Kau tidak sekalipun terkalahkan."
Mahisa Pukat menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Hanya
satu kebetulan." "Tidak" jawab anak muda bertubuh raksasa itu "bukan satu
kebetulan. Kau memang m emiliki k elebihan dari semua yang
ikut pendadaran ini. Kita tunggu saja hasilnya Aku tidak akan
menyesal seandainya aku termasuk diantara mereka yang
harus menyingkir dari pendadaran berikutnya. Tetapi aku
akan sangat menyesal jika kau y ang tidak dapat m emasuki
tataran ketiga dari pendadaran ini."
"Bukankah keputusan terakhir terletak pada mereka y ang
bertugas menilai pertandingan ini?" jawab Mahisa Pukat "aku
akan menerima semua keputusan. Juga y ang menyangkut
diriku." "Kau tidak dapat berbuat seperti itu" berkata anak muda
bertubuh raksasa itu "nampaknya memang ada sesuatu yang
tidak wajar terjadi dalam pendadaran ini Dan kau harus
membela diri jika kau mendapat perlakuan y ang tidak adil."
"Mudah-mudahan tidak ada perlakuan y ang tidak adil itu."
jawab Mahisa Pukat. "Ya. Mudah-mudahan tidak ada" desis anak muda bertubuh
raksasa itu. Dalam pada itu, disebuah ruangan tertutup Gajah Saraya
memimpin sebuah pertemuan untuk memilih siapakah yang
diperkenankan mengikuti pendadaran berikutnya dan siapa
yang tidak. Menurut para prajurit y ang m engawasi jalannya
pendadaran, m aka pada umumnya mereka yang ikut dalam
pertandingan itu memiliki kemampuan yang hampir setingkat.
Namun yang jelas tidak dapat mengikuti pendadaran pada
tataran berikutnya adalah anak muda berjambang lebat itu.
Beberapa orang prajurit memang memberikan kesaksian
bahwa ia sudah terlalu sering diperingatkan karena melanggar
paugeran. Juga dalam pertandingan ulangan anak muda
berjambang itu sama sekali tidak berdaya. Namun Mahisa
Pukat masih melindungi anak muda berjambang itu karena ia
tidak mengatakan bahwa anak muda itu telah menebarkan
racun meskipun racun y ang lemah, tetapi akan dapat
mempengaruhi pertandingan y ang sedang berlangsung
seandainya Mahisa Pukat tidak memiliki penawar racun.
Dalam pembicaraan selanjutnya, maka ternyata ada dua
orang lagi yang terpaksa tersisih karena tenaga dan
kemampuan mereka dianggap paling rendah diantara kawankawannya
yang lain. Dengan demikian mereka y ang akan ikut
dalam pendadaran berikutnya hanyalah ampat belas orang
sa ja. Diantara mereka memang termasuk Mahisa Pukat.
Keputusan itulah y ang akan diumumkan dikeesokan
harinya kepada para peserta. Kemudian para peserta akan
diijinkan pulang dan m enunggu pendadaran berikutnya yang
hanya akan bertenggang waktu sepekan dengan pendadaran
yang baru saja dilakukan itu.
Demikianlah, sejak fajar, para peserta pendadaran itu
sudah bersiap-siap untuk m endengarkan pengumuman yang
akan diberikan oleh Manggala Pelay an Dalam. Ra sa-rasanya
waktupun berjalan sangat lambat, sehingga para peserta itu
sudah tidak sabar lagi menunggu.
Namun pada umumnya mereka yang merasa dirinya berada
dibawah tataran kawan-kawannya sudah merasa, bahwa
mereka akan tertinggal dan tidak mendapat kesempatan untuk
mengikuti pendadaran berikutnya.
Ternyata pengumuman itu baru diberikan setelah para
peserta itu selesai makan pagi dan beristirahat sejenak.
Dengan jantung y ang berdebar-debar para peserta itu
berkumpul di sebuah ruangan y ang telah disediakan.
Manggala Pelay an Dalam sendirilah yang akan
mengumumkan siapakah diantara mereka y ang akan dapat
mengikuti pendadaran berikutnya.
Sebelum menyatakan nama-nama mereka yang dapat
meneruskan pendadaran, maka Gajah Saraya sudah
memberikan sedikit keterangan bagi mereka y ang gagal.
"Bidang pengabdian tidak hanya terbatas pada bidang
keprajuritan dan Pelay an Dalam. Dimanapun kalian berada,
asal kalian benar"benar melakukan dengan ikhlas dan
bersungguh-sungguh bagi kepentingan Singasari dan seisinya,
maka kalian telah melakukan pengabdian tidak kalah nilainya
dengan para prajurit dan Pelay an Dalam. Jika kalian bekerja
bersungguh-sungguh sebagai seorang petani, atau seorang
pedagang atau seorang nelayan, atau apapun y ang bermanfaat
bagi banyak orang, m aka itu sudah merupakan pengabdian
bagi Singasari." Anak-anak muda itu mendengarkan dengan gelisah.
Namun apa yang dikatakan oleh Gajah Saraya itu sedikit
meredakan gejolak jantung anak-anak muda y ang merasa
memiliki kekurangan dari kawan-kawan mereka.
Baru sejenak kemudian, Gajah Sarayapun mengumumkan
nama-nama mereka yang ikut mendapat kesempatan bagi
tataran berikutnya. Dua orang anak muda yang tidak dapat melanjutkan
pendadaran itu memang kecewa. Tetapi mereka merasa bahwa
kemampuan mereka memang berada dibawah kemampuan
kawan-kawannya. Sementara itu Gajah Saraya masih berkata
pula "Kalian masih muda. Pada kesempatan lain, kalian dapat
mengikutinya lagi. Mungkin kalian
sudah menjadi lebih siap menghadapi pendadaran mendatang." Yang menjadi sangat kecewa
dan bahkan mendendam adalah
anak m uda berjambang lebat itu.
Ia termasuk diantara mereka y ang
namanya tidak disebutkan untuk
mengikuti pendadaran berikutnya.
Namun dendamnya terutama tertuju kepada Mahisa Pukat.
yang hilang> Anak y ang bertanya itu mengangguk-angguk. Sementara anak muda yang bertubuh
raksasa itu berkata selanjutnya "Padahal aku tidak
mentertawakannya." "Nampaknya ia memang aneh" desis anak muda y ang
bertanya itu "sejak pada pendadaran y ang pertama, ia sudah
menunjukkan sikapnya yang kurang wajar."
Mahisa Pukat sama sekali tidak menyahut justru karena ia
pernah mempunyai persoalan dengan anak muda itu.
Demikiarilah maka akhirnya anak muda itupun saling
berpisah. Mereka berpencar menuju ke rumah mereka
masing-masing. Di rumah Mahisa Pukat telah berceritera tentang
pendadaran pada tataran kedua itu. Iapun berceritera tentang
anak muda berjambang lebat itu dan sikap Gajah Saraya,
Manggala Pelayan Dalam Singasari.
"Aku mula-mula memang berprasangka buruk. Tetapi
ternyata ia justru memberi kesempatan kepadaku" berkata
Mahisa Pukat. "Mudah-mudahan ia bersikap baik. Setidak-tidaknya
bersikap wajar. Juga pada pendadaran pada tataran terakhir."
"Agaknya akan ada pendadaran ketrampilan olah senjata
dan naik kuda" berkata Mahisa Pukat "para perwira Pelay an
Dalam sudah mengisy aratkan, agar kami para peserta bersiapsiap
untuk menempuh pendadaran ketrampilan olah senjata
dan naik kuda." "Mudah-mudahan kau dapat berhasil" berkata Mahendra.
"Jika para pengawas dan mereka y ang menentukan
penerimaan para calon Pelay an Dalam itu wajar, maka
menurut perhitungan aku akan dapat diterima." berkata
Mahisa Pukat. " Itulah masalahnya. Wajar atau tidak wajar. Tetapi
menurut ceritamu pada dua tahap pendadaran sudah terjadi
ketidakwajaran. Bahkan pada tataran pertama ketidak wajaran
itu sudah mengancam jiwamu. Bahkan m ungkin cara itu jika
ditrapkan pada orang lain akan benar-benar dapat
menimbulkan korban jiwa." sahut Mahendra.
Dengan demikian maka Mahendra telah berpesan agar
Mahisa Pukat t etap berhati-hati. Mungkin masih ada usaha
untuk menggagalkannya dengan cara y ang tidak terduga sama
sekali. "Ya ayah" Mahisa Pukat mengangguk-angguk. Ia menyadari
bahwa hal seperti itu masih mungkin dapat terjadi.
Di hari berikutnya, meskipun Mahisa Pukat memiliki
ketrampilan olah senjata dan naik kuda cukup baik dan yang
menurut perhitungan berada di atas kemampuan anak-anak
muda yang lain, tetapi Mahisa Pukatpun memenuhi anjuran
para perwira Pelayanan Dalam. Mahisa Pukatpun telah
membiasakan diri lagi berkuda berkeliling pada rumput
dipinggir Kotaraja bersama dengan ayahnya. Mahisa Pukatpun
berlatih mempergunakan senjata sambil dipunggung kuda.
Dengan melarikan kudanya, Mahisa Pukat melemparkan
lembing kesa saran yang telah disiapkan. Seonggok batang padi
kering y ang diikat pada batang bambu y ang dipancangkan di
pinggir padang rumput itu. Sambil melarikan kudanya, maka
Mahisa Pukat berusaha mengenai sa sarannya setinggi orang
itu tepat pada bagian y ang dianggapnya sebagai dadanya.
"Sasaran itu adalah sasaran yang diam" b erkata Mahendra
"jika sasarannya orang yang sebenarnya, maka sa saran itu
dapat bergerak." Tetapi Mahisa Pukat y ang sudah sampai pada tataran
puncak dalam ilmu kanuragan itu sama sekali tidak
mengalami kesulitan. Jika latihan-latihan itu dilakukan,
baginya sekedar meny egarkan kembali ilmu y ang telah
dikuasainya dengan baik itu.
Demikian pula kemampuan membidik dengan anak panah.
Kemampuan ilmu pedang dan bahkan cambuk, parang,
tongkat dan senjata apa saja. Bahkan akar-akar dan sulur
pepohonan atau cabang kay u y ang patah atau ikat kepala yang
dipakainya. "Tetapi ingat Mahisa Pukat" berkata Mahendra "kau akan
memasuki lingkungan pelay anan Dalam. Kau tidak perlu
meny ombongkan kemampuanmu. Kau sebaiknya hanya
menunjukkan kemampuanmu secukupnya, asal kau dapat
diterima menjadi pelay an dalam."
Mahisa Pukat m engangguk-angguk. Ia juga melakukannya
pada pendadaran tataran pertama dan kedua. Ia tidak
menunjukkan kelebihannya dalam pertandinganpertandingan.
Di pertandingan ulangan ia memang agak lebih
banyak mengurai ilmunya karena sikap anak muda
berjambang lebat yang menyakitkan hati itu.
Hari demi haripun telah dilalui. Pada hari ketiga Mahisa
Pukat telah mendapat pemberitahuan dan petunjuk bagi
pendadaran y ang akan diselenggarakan segera.
Sebenarnyalah bahwa para peserta dituntut untuk
membawa bekal kemampuan dan ketrampilan olah senjata
dan berkuda. Juga kemampuan membidik dengan anak panah
dan lontaran lembing. Pendadaran bagi Pelay an Dalam m emang lebih berat dari
pendadaran untuk menjadi seorang prajurit. Selain jumlah
Pelay an Dalam m emang hanya sedikit, sehingga kesempatan
yang dapat diberikanpun menjadi sempit, Pelayan Dalam juga
dituntut untuk mempunyai kemampuan dan ilmu y ang cukup
karena Pelay an dalam juga bertugas untuk menjaga
keselamatan istana seisiny a. Termasuk Sri Maharaja dan
keluarganya. Pa da saatnya Mahisa Pukat benar-benar sudah siap. Dihari
kelima sebagaimana disebut dalam pemberitahukan yang telah
diterimanya, Mahisa Pukat telah berkumpul di tempat
pendadaran. Masih ditempat pendadaran pada tataran kedua.
Namun pendadaran akan dilakukan dihalaman belakang. Di
tempat y ang lapang. Beberapa jenis perlengkapan pendadaran
sudah disiapkan, termasuk beberapa ekor kuda.
Malam itu para peserta masih belum tahu, apa yang harus
mereka lakukan esok. Mereka belum mendapat
pemberitahuan tentang urutan mereka masing-masing.
Karena itu, mereka harus siap untuk melakukan apa saja yang
akan diperintahkan esok pagi.
Ada ampatbelas orang y ang sudah siap mengikuti
pendadaran pada tahap ketiga. Agaknya pendadaran itu cukup
berat. Selain menunggang kuda, juga ketrampilan
mempergunakan berbagai senjata sebagaimana y ang sudah
disiapkan di arena yang sudah tersedia dihalaman belakang.
Seperti pendadaran y ang terdahulu maka pada hari y ang
pertama itu, Manggala Pelay an Dalam m emberikan beberapa
penjelasan tentang pendadaran yang bakal dilangsungkan.


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari menunggang kuda, mempergunakan senjata dan ternyata
yang terakhir adalah penjajagan langsung oleh para prajurit
dan Pelayan Dalam yang sudah ditunjuk atas kemampuan
para peserta. Mahisa Pukat memang menjadi berdebar-debar. Ada
beberapa kemungkinan dapat terjadi pada dirinya. Bukan
karena ia cemas menghadapi pendadaran yang bagaimanapun
bentuknya, tetapi ia menjadi cemas akan kemungkinan bahwa
pendadaran itu akan berlangsung tidak sewajarnya.
Sementara itu, Mahisa Pukat sudah menyatakan kepada
Sasi, bahwa ia memang berniat untuk menjadi Pelay an Dalam.
Jika ia gagal, maka penilaian Sasi terhadap dirinya akan dapat
menjadi lain. Ternyata pada hari pertama itu belum ada pendadaran.
Setelah beberapa keterangan langsung dari Gajah Saraya serta
beberapa orang perwira selesai diberikan, maka beberapa
orang Pelayan Dalam telah siap memberikan beberapa contoh
peragaan pendadaran yang akan dilakukan esok.
Ternyata seperti y ang sudah diduga oleh Mahisa Pukat,
maka para peserta akan dinilai k emampuannya menunggang
kuda sambil bermain dengan senjata. Beberapa batang pisang
telah ditancapkan di arena. Setiap peserta sambil menunggang
kuda akan menebas batang-batang pisang y ang sudah
ditentukan bagi mereka masing-masing. Kemudian mereka
juga diwajibkan melontarkan lembing sambil memacu
kudanya lewat jalur y ang sudah ditentukan pula dengan
sa saran disisi kiri dan sisi kanan jalur.
Para peserta pendadaran itu menjadi berdebar-debar
melihat beberapa orang Pelay an Dalam menunjukkan
kemampuan mereka. Agaknya setiap Pelayan Dalam akan
dituntut untuk dapat melakukannya. Meskipun tidak
setangkas mereka, namun para peserta pendadaran itu harus
menunjukkan bekal serta meyakinkan para prajurit dan
Pelay an Dalam y ang m engamati mereka, bahwa mereka pada
satu saat akan mampu pula melakukannya.
Peragaan itu dilakukan sampai sedikit lewat tengah hari.
Beberapa m acam peragaan dari jenis pendadaran y ang akan
mulai dilakukan esok pagi. Ampatbelas orang calon Pelay an
Dalam itu akan m enjalani pendadaran tidak dengan urutan
yang sama. Tetapi mereka akan terbagi dalam kelompokkelompok
kecil yang akan melakukan pendadaran pada urutan
yang berbeda. Tetapi pada dasarnya mereka akan m enjalani
semua jenis pendadaran sebagaimana sudah ditentukan.
Sore hari para peserta itu sempat beristirahat sambil
berbincang-bincang. Anak muda bertubuh raksasa itu berkata
kepada Mahisa Pukat "Aku sudah mencoba lagi naik kuda. Aku
tidak takut terjatuh. Dan aku m emang terjatuh tidak kurang
dari tiga kali. Tetapi aku tidak apa-apa. Aku tidak mati.
Bahkan pingsanpun tidak. Juga tulang-tulangku tidak
berpatahan." "Nah. Bukankah kau tetap utuh dan dengan demikian maka
kau tetap mempunyai harapan untuk berhasil menembus
pendadaran ini?" sahut Mahisa Pukat.
"Ya. Untunglah bahwa aku mengikuti petunjukmu. Jika
tidak, maka aku tidak akan mempunyai harapan lagi. Aku
tidak akan mampu mengikuti pendadaran khususnya jenis
menunggang kuda. Apalagi sambil mempermainkan senjata."
"Kau juga sudah berlatih menebas batang pisang ?"
bertanya Mahisa Pukat. "Kebetulan pamanku seorang prajurit. Ia menganjurkan
agar aku melakukannya. Dan aku memang sudah
melakukannya" jawab anak muda itu.
Mahisa Pukat mengangguk-angguk. Ia ikut bergembira
melihat wajah anak muda bertubuh raksasa itu cerah penuh
harapan. Ketika malam tiba, sesudah makan malam, para peserta
memang mendapat kesempatan untuk bertemu dan kembali
berbincang diantara mereka. Namun suasananya sudah jauh
berbeda dengan malam sebelum pendadaran pada tataran
kedua berlangsung. Anak-anak muaa itu t idak saling
menunjukkan kelebihan m ereka. Di pendadaran berikutnya,
mereka tidak akan saling berhadapan. Tetapi mereka harus
menunjukkan ketrampilan mereka dan akhirnya penilaian
langsung oleh para prajurit dan Pelayan Dalam.
Dalam perbincangan itu mereka justru m embicarakan apa
yang kira-kira akan mereka lakukan besok. Kemungkinankemungkinan
baik dan sebaliknya. Namun pada umumnya para peserta pendadaran itu
nampak menjadi cemas. Apalagi setelah mereka melihat
peragaan dari para prajurit dan Pelayan Dalam.
Tetapi mereka y ang sudah mantap untuk memasuki
lingkungan Pelay an Dalam, m emang bertekad untuk berbuat
sebaik-baiknya dalam pendadaran y ang akan dimulai esok.
Ketika malam menjadi semakin larut, maka anak-anak
muda y ang akan mengikuti pendadaran itupun telah berada
diatas pembaringan masing -masing. Tetapi beberapa diantara
mereka tidak segera dapat tidur. Mereka masih saja
membayangkan apa y ang akan terjadi esok. Apakah mereka
akan dapat lolos dari pendadaran y ang nampaknya cukup
berat itu. Tetapi akhirnya menjelang tengah malam, anak-anak muda
itu sudah terlelap. Pagi-pagi benar m ereka sudah bangun. Sedikit m emanasi
tubuh mereka sebelum mereka mandi dan berbenah diri.
Seperti kemarin dan saat mereka mengikuti pendadaran
sebelumnya, maka m erekapun segera dipersilahkan pergi ke
dapur untuk makan pagi. Selanjutnya mereka mendapat
kesempatan beristirahat sejenak.
Anak-anak muda itu terkejut ketika mereka mendengar
buny i bende. Mereka tidak segera tahu apa yang harus mereka
lakukan. Tetapi beberapa orang prajurit datang kepada mereka
dan mempersilahkan mereka berkumpul di halaman belakang
yang cukup luas. Ternyata di halaman itu telah siap beberapa orang prajurit
dan Pelayan Dalam y ang akan mengatur pendadaran yang
segera akan dilakukan. Seorang perwira telah memanggil nama-nama anak-anak
muda yang akan mengikuti pendadaran itu sesuai dengan
urutan jeni snya. Ada diantara m ereka yang akan m elakukan
pendadaran ketrampilan berkuda dan bahkan menggunakan
senjata diatas punggung kuda. Tetapi ada yang akan
menempuh pendadaran kemampuan bidik dengan busur dan
anak panah, paser dan lembing. Bahkan bandil.
Senjatayangjarang dipergunakan. Sedangkan yang lain akan
dinilai langsung oleh para perwira Pelayan Dalam tentang olah
kanuragan. Pa da urutan pertama, Mahisa Pukat dan dua orang y ang
lain mendapat giliran mengikuti pendadaran tentang
kemampuan bidik dengan busur dan anak panah serta yang
lain. Ber sama beberapa orang prajurit yang akan menilai
kemampuan mereka, maka sekelompok kecil itu telah dibawa
ketempat yang telah dipersiapkan.
Demikianlah, ketika terdengar lagi isy arat suara bende,
maka pendadaran itupun segera dimulai menurut jenisny a.
Mahisa Pukat memang tidak banyak m engalami kesulitan.
Ia memiliki kemampuan bidik y ang cukup tinggi. Sebenarnya
ia dapat jauh melampaui kemampuan kedua orang kawannya.
Tetapi Mahisa Pukat tidak ingin terlalu menarik perhatian
sehingga ia cukup melampaui keduanya dengan lapisan yang
tidak terlalu tebal. Hari itu, Mahisa Pukat dan kedua temannya meny elesaikan
pendadarannya paling cepat dari kawan-kawannya yang lain.
Karena itu maka Mahisa Pukat dan kedua orang kawannya
sempat melihat pendadaran tentang ketrampilan berkuda.
Mereka masih sempat melihat seorang diantara para peserta
yang naik diatas punggung kuda sambil membawa pedang
ditangan dan tombak dengan tali pada landeannya bergantung
dipunggung. Anak muda itu harus menebas dua batang pisang
yang tertancam pada jarak yang tidak begitu jauh. Kemudian
anak muda itu harus melarikan kudanya pada jalur y ang telah
ditentukan sambil mengambil t ombak dari punggungnya dan
melontarkan pada sebatang pohon pisang yang lain.
Anak-anak muda serta para prajurit dan Pelay an Dalam
yang menyaksikan menjadi berdebar -debar, dari seorang
prajurit Mahisa Pukat mendengar bahwa anak muda yang
terdahulu mampu menebas dua batang pisang. Tetapi ia
terlambat mengambil tombaknya dan melontarkan sasaran.
Sejenak kemudian, maka isyaratpun dibunyikan. Kuda
itupun segera melompat, berlari. Dengan tangkasnya anak
muda y ang berada di punggung kuda itu menebas dengan
pedangnya. Batang pisang yang pertama memang terpenggal. Tetapi
batang yang kedua ternyata tidak sempat putus meskipun
patah. Kudanya agaknya berlari terlalu jauh dari sasaran.
Namun sementara itu, anak muda itu telah menggapai
tombaknya dipunggung. Ia berhasil menggenggam tangkai
tombaknya meskipun tergesa-gesa. Sebenarnya ia mempunyai
kesempatan untuk mengenai sasarannya. Tetapi sekali lagi ia
kurang menguasai kudanya sehingga jaraknya agak t erlalu
jauh. Ketika tombak itu dilepaskan, ternyata tidak mengenai
sa saran. Meskipun demikian yang menonton pendadaran itu
bertepuk tangan. Sementara anak muda itu menjadi berdebardebar
dan Bahkan c emas. Apakah dengan demikian ia dapat
dianggap berhasil dalam pendadaran itu.
Hari y ang pertama, lewat sedikit tengah hari pendadaran
itupun telah selesai untuk dilanjutkan keesokan harinya
dengan urutan y ang berbeda.
Dihari berikutnya Mahisa Pukat mendapat giliran untuk
dinilai langsung oleh para prajurit atau Pelayan Dalam yang
bertugas. Sementara itu anak muda yang bertubuh raksasa itu
mendapat giliran untuk menjalani pendadaran kemampuan
bidiknya. Dengan busur dan anak panah, lembing dan bahkan
bandil seperti y ang dilakukan Mahisa Pukat dihari pertama
itu. Seperti hari pertama, maka dihari kedua itupun anak-anak
muda peserta pendadaran bangun pagi-pagi. Sedikit
pemanasan kemudian mandi dan makan pagi. Ketika matahari
mulai naik, maka pendadaran dihari kedua itupun segera
dimulai. Yang mengejutkan dan tidak dilakukan pada hari y ang
pertama adalah, Manggala Pelayan Dalam, Gajah Saraya
sendiri akan melakukan penilaian langsung terhadap anakanak
muda yang mengikuti pendadaran itu dalam sebuah
pertandingan.
Dalam pada itu, Mahisa Pukat masih berdiri termangumangu
diarena. Ia tidak tahu apa y ang harus dilakukannya.
Sementara itu, diarena y ang lain, pertandingan masih
berlangsung antara para prajurit dan Pelay an Dalam yang
bertugas dengan anak-anak muda yang sedang mengalami
pendadaran. Seorang prajurit kemudian telah mendekati Mahisa Pukat
sambil berkata "Pertandingan sudah selesai. Kau dapat
meninggalkan arena."
Mahisa Pukat termangu-mangu. Dipandanginya prajurit itu
sejenak. Kemudian beberapa orang yang masih berada
disekitar arena. Namun Gajah Saraya dan Arya Kuda Cemani
telah m elangkah meninggalkan arena pertandingan. Mereka
seolah-olah tidak mempedulikan lagi Mahisa Pukat yang
termangu-mangu. Akhirnya Mahisa Pukatpun meninggalkan arena itu pula.
Seorang prajurit y ang pernah bertugas menjaga jalur jalan
bagi para calon pada pendadaran tataran pertama yang
melihat Mahisa Pukat menangkap benda y ang dibungkus
dengan kain putih y ang dipergunakan untuk mengganggu
anak-anak muda yang sedang menelusuri jalur pendadaran
dimalam hari, mendekatinya sambil berdesis "Sejak kau
menelusuri jalan pada pendadaranmu tataran pertama aku
sudah melihat kelebihanmu."
"Aku tidak mempunyai
kelebihan apa-apa." jawab
Mahisa Pukat. "Tentu ada. Manggala
Pelay an Dalam itu memerlukan untuk melakukan
pendadaran langsung atasmu,
tentu ada sebabnya. Justru
karena ia melihat kelebihanmu
maka ia merasa perlu untuk
meyakinkannya. Hal itu hanya
dapat dilakukan dengan cara
yang dipilihnya itu. Nampaknya ia menjadi puas
karenanya." "Ah, aku kira bukan karena
itu. Bahkan mungkin Manggala Gajah Saraya merasa kecewa
setelah melakukan pendadaran langsung atasku tadi." desis
Mahisa Pukat. Tetapi prajurit itu tertawa. Katanya "Tidak ada seorangpun
diantara para calon. Bahkan para prajurit dan Pelay an Dalam
yang memiliki landasan kemampuan ilmu sebagaimana kau.
Kau tidak usah merasa segan. Bukankah kami terbiasa menilai
kemampuan para calon prajurit atau Pelay an Dalam. Aku
bertugas seperti ini bukan untuk yang pertama kali. Tetapi
baru pertama kali aku m elihat seorang anak muda m emiliki
kemampuan setinggi kemampuanmu. Karena itu, maka
Manggala Pelay an Dalam itu tertarik untuk turun sendiri ke
arena." Mahisa Pukat m enarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia tidak
menjawab lagi. Sementara itu, pertandingan yang lain masih b erlangsung.
Demikian pula pendadaran pada jenis y ang lain. Kemampuan
bidik dan kemampuan naik kuda serta kemampuan
mempergunakan berbagai jenis senjata.
Mahisa Pukat y ang masih belum mey akini apa y ang
dikatakan oleh Manggala Pelayan Dalam itupun kemudian
telah melangkah mendekati arena-arena pertandingan.
Dilihatnya beberapa orang anak muda masih bertanding. Para


04 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

prajurit dan Pelayan Dalam y ang melakukan pendadaran
langsung itu ternyata cukup berhati-hati. Mereka berusaha
untuk memancing kemampuan tertinggi dari para calon
Pelay an Dalam itu, agar m ereka dapat menilai, apakah anakanak
muda itu memiliki landasan dasar yang cukup bagi
seorang Pelayan Dalam. Beberapa orang prajurit yang semula melihat pertandingan
antara Mahisa Pukat dengan Manggala Pelayan dalam yang
kemudian melihat pertandingan y ang lain, dengan serta merta
menilai bahwa ilmu yang dimiliki Mahisa Pukat jauh berada di
atas kemampuan mereka. Namun para prajurit itu masih m enunggu. Besok Mahisa
Pukat akan melakukan pendadaran jenis kemampuan berkuda
dan dihari berikutnya kemampuan mempergunakan segala
jenis senjata dan bahkan senjata dengan benda-benda
seadanya. Mahisa Pukat sendiri juga tidak begitu tertarik melihat
pertandingan yang masih berlangsung. Hampir diluar
kehendaknya maka Mahisa Pukatpun berjalan menyusuri
tempat pendadaran yang luas itu. Disudut yang lain, beberapa
orang anak muda nampaknya sudah m endekati peny elesaian.
Mereka sedang menempuh pendadaran kemampuan
mempergunakan senjata bidik. Termasuk lembing dan bandil.
Dibagian lain, beberapa orang menjalani pendadaran
kemampuan mereka berkuda dan mempergunakan senjata
selagi memacu kuda. Mahisa Pukat terhenti dipinggir arena.
Dua orang prajurit mendekatinya. Seorang diantara mereka
berdesis " Jenis pendadaran yang paling sulit. Mudahmudahan
kau mampu m elakukannya, karena pada jenis yang
lain, kau memiliki kelebihan."
Mahisa Pukat menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Tidak
ada kelebihan apa-apa."
Kedua orang prajurit itu tertawa. Namun perhatian
merekapun kemudian sepenuhnya tertuju ke arena.
Seorang anak muda dengan tangkasnya memacu kudanya.
Ditangan kanannya tergenggam sebilah pedang y ang tajam.
Sebatang pohon pisang ditebasnya sehingga putus dibatas
setinggi leher seseorang y ang tubuhnya sedang. Kemudian
batang pisang y ang keduapun ditebasny a putus. Namun
kemudian, ternyata ia agak terlambat menggapai tombaknya
yang tersangkut dipunggungnya. Ketika ia siap untuk
melemparkan tombaknya, sasarannya sudah lewat meskipun
baru satu dua langkah. Tetapi anak muda itu m elemparkan
tombaknya pula dan tertancap ditanah selangkah dari sa saran.
Mahisa Pukat mengamati pendadaran ketangkasan berkuda
dan olah senjata itu sambil mengangguk-angguk kecil. Hasil
pengamatannya sejak hari pertama memberi isyarat
kepadanya, bahwa kebanyakan anak-anak muda y ang sedang
menjalani pendadaran dalam jeni s ketangkasan berkuda dan
olah senjata itu terlambat meluncurkan tombaknya
"Harus ada cara yang dapat mengatasi kelambatan itu"
berkata Mahisa Pukat didalam hatinya. "Penempatan tombak
itu atau sedikit memperlambat lari kudanya."
Sambil merenungi kemungkinan-kemungkinan yang dapat
dilakukan apabila esok ia mendapat giliran melakukannya,
Mahisa Pukat masih juga merenungi kata-kata Manggala
Gajah Saraya, bahwa ia akan dapat diangkat menjadi
pemimpin kelompok dari para Pelayan Dalam y ang baru yang
nanti akan diangkat dari antara mereka y ang mengikuti
pendadaran itu. "Apakah aku tidak salah dengar?" desis Mahisa Pukat
didalam hatinya. Demikianlah maka Mahisa Pukatpun telah meninggalkan
Lembah Merpati 1 Anugerah Bidadari Karya Sherls Astrella Pertarungan Di Planet Iskoort 3
^