Pencarian

Tikam Samurai 24

Tikam Samurai Karya Makmur Hendrik Bagian 24


empat kali lelaki itu menoleh kebelakang, kearahnya. Lelaki itu betubuh atletis dengan rambut agak lebat dan
rapi. Si Bungsu akhirnya berbelok kegang di lantai empat. Setelah sekali lagi melirik, lelaki itu meneruskan naik
kelantai atas. Si Bungsu masuk keruang pustaka yang sepi itu. Menyapa lelaki tua gemuk yang menjadi petugas
disana. "Hei, anda yang mencari buku dan penerbitan tentang Klu Klux Klan itu bukan?" lelaki tua itu bertanya
sambil menuangkan minuman dari sebuah botol segi empat pipih kemulutnya. Bau minuman keras menusuk
hidung. "Ya,pak.." "Anda tahu" Sejak Anda membaca buku tentang ku itu, di kota ini telah terjadi semacam
pembantaian terhadap orang-orang dari kelompok rasis itu. Ada lebih selusin yang mati secara misterius. Bagi
saya ada baiknya mereka mati semua?" Si Bungsu masih tegak mendengar. Lelaki gemuk dengan pipi kemerahmerahan itu kembali menengak minuman dari botol pipih kecil ditangannya.
"Saya ingin membaca tentang FBI atau CIA, pak tua.." katanya pelan. Lelaki tua itu menatapnya.
"Kesukaan bacaanmu aneh-aneh saja, anak muda. Klu Klux Klan, FBI, CIA, semuanya organisasi penjahat?"
"Bukan, FBI dan CIA adalah organisasi kepolisian Amerika?" Si Bungsu mencoba menjelaskan. Lelaki tua
penjaga pustaka itu tertawa terkekeh. "Saya tahu, saya tahu anak muda. Cuma dalam prakteknya, FBI atau CIA
itu terkadang tak beda jauh dengan gerombolan bandit.." dan lelaki tua itu berjalan sempoyongan. Tangannya
memberi isyarat kepada Si Bungsu untuk mengikutinya. Mereka berjalan ke bahagian dalam, kemudian
menaiki sebuah tangga, sampai dilantai lima. Berjalan di gang deretan buku-buku tua, kemudian berbelok
kesebuah sudut. "Nah, disana ada buku-buku, majalah atau koran tentang CIA dan FBI.." ujar lelaki itu sambil menunjuk
dengan telunjuknya yang gemetar kesebuah tempat. "Hmm...bukankah itu juga tempat saya membaca buku
tentang Klu Klux Klan itu?" ujar Si Bungsu ketika dia mengenali tempat yang di tunjukan itu. "Persis, Bukankah
sudah saya bilang, bahwa FBI, CIA, Klu Klux Klan dan mafia adalah organisasi bandit" Itulah buku-buku tentang
mereka diletakan berdekatan. Mereka bersaudara he..he..he.." Ujar lelaki tua itu sambil tertawa terkekeh-kekeh
meninggalkan Si Bungsu. Si Bungsu melangkah kederetan buku-buku tersebut. Dia melewati deretan rak-rak
buku tentang Klu Klux Klan yang pernah dia baca. Kemudian agak disudut dia lihat buku tentan CIA dan FBI
yang dia cari. Di susun menurut alfabet, mulai dari A, B, kemudian tentang C didapat, CIA, Cuba, Cina, Chicago
dan lain-lain. Tak jauh dari sana pada deretan ke enam, pada abjad F dia jumpai tentang Formosa, Francis, FBI
serta yang lain-lain. Dia tegak beberapa saat, buku mana yang akan dia baca lebih dulu" Tentang FBI atau CIA atau mafia"
Dia teringat akan kata-kata pak tua tadi kalau FBI, CIA, Klu Klux Klan sama saja dengan mafia! Mafia, dia ingin
mencari tentang mafia. Dia ikuti terus abjad yang ada di rak-rak buku itu, sampai di abjad M, dia melihat tentang
Mauratania, Mamouth, Malaya, Mafia dan seterusnya. Ketika dia akan meraih salah satu buku tentang mafia itu,
perasaannya mengatakan kalau ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Seseorang tengah
mengintainya! Naluri yang tajam kembali bekerja. Dia masih tegak melanjutkan mengambil buku tentang mafia
itu, namun dengan waspada dia mencoba meneliti,ndimana orang yang sedang memperhatikannya itu.
Apakah orang itu, pak tua tadi" Rasanya bukan. Dia meraih sebuah buku tebal, bersamaan dengan itu
dia menoleh kekanan pada sebuah pintu yang terkunci sejak dia datang pertama kali kemari. Sekarang pintupintu itu masih terkunci, namun lewat lobang kunci, samar-samar dia melihat bayangan yang bergerak
dibelakang pintu tersebut. Dan bayangan itu lenyap waktu dia dengan tiba-tiba menoleh kesana tadi. Ada orang
yang mengintip" Dia membolak-balikkan buku tentang mafia itu. Namun hatinya tak tertuju kesana. Hati dan
pikirannya tertuju pada orang yang mengintip tadi, siapa dia" Elang Merah "
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 531
Ya, mengapa dia melupakan Indian itu" Dia baru saja berfikir kearah itu ketika tiba-tiba terdengar
kegaduhan dibalik pintu tersebut. Seperti suara perkelahian! Suara gedebuk-gedebak. Khawatir tentang
keselamatan Elang Merah, Si Bungsu segera bertindak cepat. Meletakkan buku tersebut, kemudian mencari
jalan keluar dan mencari jalan menuju pintu yang tertutup itu. Tak berapa lama dia berhasil mencapai tempat
tersebut, dan mendapatkan Elang Merah sedang meringkus seorang lelaki dilantai. "Apa yang engkau intai
disana, he?" tanya Elang Merah. Lelaki yang diringkus itu melenguh-lenguh kesakitan. Ketika Elang Merah
melihat Si Bungsu muncul, dia menceritakan kalau lelaki itu dia pergoki tengah mengintai lewat lubang kunci.
"Baik, lepaskan dia.." kata Si Bungsu.
Elang Merah melepaskan orang tersebut, yang kelihatannya memang tak berdaya menghadapi Indian
berotot itu. Ketika lelaki itu tegak, Si Bungsu segera mengenalinya sebagai lelaki yang mendahuluinya masuk,
dan berjalan didepannya ketika menaiki tangga. Lelaki ini, dua atau tiga kali menoleh padanya, ketika menaiki
tangga tersebut. Dia masih ingat, lelaki itu tadi membawa sebuah tas kecil. Kini tas itu tak ada padanya. Mereka
bertatapan. "Nah, sekarang katakan, apa maksudmu mengikuti saya?" tanya Si Bungsu pelan. Lelaki itu
membetulkan bajunya yang awut-awutan bekas dicengkram si Elang Merah. Dia tak segera menjawab
pertanyaan Si Bungsu, Si Bungsu menatap pada Elang Merah. "Apakah dia dari kelompok Ku?" tanyanya pada
Indian itu. Elang Merah menatap sesaat pada lelaki itu, kemudian menggeleng. Tanpa bicara sepatah katapun, lelaki
itu berlalu dari sana. Si Bungsu dan Elang Merah menatapnya sampai keluar gang. "Saya telah
memperhatikannya ketika dia naik ketingkat atas tadi. Saya menduga dia akan turun mencari tuan. Saya
sengaja sembunyi di balik tiang itu, sampai dia muncul dan mengintip di lubang kunci itu.." "Kau yakin, dia
bukan dari kelompok Klu Klux Klan.?" "Nampaknya tidak?" "Apakah ada semacam tanda, atau ciri tentang
mereka?" "Tidak, tapi saya punya firasat kalau dia bukan anggota ku itu?" Sepi sesaat.
Si Bungsu menarik nafas panjang. "Oke, saya lapar. Kamu mau membeli makanan untuk kita makan
disini?" Elang Merah mengangguk. Si Bungsu memberi dia uang dan menyebutkan apa yang dia inginkan. Elang
Merah turun dan Si Bungsu kembali membalik-balikan buku tentang mafia itu. Tapi setelah Elang Merah datang
membawa makanan, dan setelah mereka makan bersama, Si Bungsu merasa kantuk menyerangnya.
Dia turun dan pulang ke flatnya. Dia berniat untuk tidur. Dimanakah Angela kini " Sambil berfikir begitu
dikamarnya, dia menatap kebawah jalan yang sangat sibuk. Tanpa sengaja, matanya terpandang pada gedung
tua pustaka itu. Secara selintas, dia melihat bayangan di jendela paling pinggir dilantai enam.
Bayangan itu hanya samar-samar. Tapi karena cahaya matahari, dia segera tahu kalau orang itu tegak di
sana dan menatap kesuatu arah yang dia sendiri tak tahu. Si Bungsu teringat pada lelaki yang tadi diringkus
Elang Merah. Lelaki itukah, disana" Mengapa" Apakah secara kebetulan atau memang ada niat tertentu" Kalau
benar dia, berarti memang bukan anggota Klu Klux Klan yang memburunya. Tapi buat apa dia disana" Rasa
ingin tahunya membuatnya turun kembali, sebenarnya dia ingin sendiri tapi Elang Merah seperti bayangbayangnya. Mengikut terus, walau dalam jarak yang tak mengganggu. Si Bungsu terpaksa menunggu Elang
Merah, Menceritakan tentang orang yang ada dilantai enam gedung pustaka itu.
"Mari kita kesana, saya ingin tahu apa yang akan dia perbuat.." ujar Si Bungsu. Elang Merah mengangguk.
Mereka mencari jalan memutar agar tak dilihat oleh lelaki itu. Cukup lama baru mereka sampai disana, mereka
hanya bisa mencapai lantai enam dekat Elang Merah meringkus orang itu. Jalan kelantai dimana Si Bungsu
melihat orang itu dari jendela, nampaknya tertutup sama sekali. Mereka tak mau menanyakan ke penjaga tua
itu, dan Elang Merah memberi isyarat, pintu itu bisa di buka dengan sedikit dipaksakan.
Mereka masuk dengan perlahan dan naik anak tangga menuju keatas dan mencari-cari dimana posisi
lelaki itu. Dan setelah memperkirakan pintu ruangan paling pinggir dimana lelaki itu terlihat samar. Pintu itu
tertutup, lewat lubang kunci dia bisa melihat kalau lelaki itu memang ada disana. Masih berdiri disana, malah
sekarang lagi meneropong kearah luar. Dilantai dia melihat sebuah peti kecil, dan peti itu terbuka.
Diatasnya dia melihat sebuah bedil dan teleskop. Kemudian beberapa peluru terletak diatas beludru
diatas sebuah tas empat segi yang di pakai lelaki itu. Dan disampingnya lagi terdapat sebuah kantong kertas,
yang biasanya buat makanan, dan disekitarnya terlihat sepotong ayam dan sekaleng bir.
Orang ini nampaknya akan berada di tempat ini dalam waktu yang cukup lama. Mungkin sehari atau dua
hari, itu tampak dari persiapan makanan yang ada disitu. Mengapa dia disana" Dengan bedil dan teropong pula.
Dan orang itu nampaknya memang bukan anggota Klu Klux Klan. Sebab tak ada gunanya dia disana, kalau dia
anggota ku, dan tugasnya membunuh Si Bungsu, Elang Merah atau Angela, maka dia tak perlu sembunyi diatas
gedung tua ini. Dari tempatnya dia berada tak kan bisa menembak kearah apartemen tempat mereka tinggal.
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 532
Tapi, mengapa dia mengintip lewat lubang kunci tadi pagi" Kenapa dia harus memata-matai Si Bungsu"
Pertanyaan itu tak bisa dijawab dengan segera. Elang Merah memberi isyarat, apakah pintu di dobrak saja,
kemudian lelaki itu dibekuk" Namun Si Bungsu menggeleng.
Ke Dallas Menuntut Balas -bagian- 515-516
Malah memberi isyarat untuk menghindar dari sana. Perlahan mereka kembali turun, lalu pulang
keapartemennya. Dari jendela apartemennya Si Bungsu kembali mengintip dengan hati-hati, lelaki itu sudah
tak terlihat lagi bayangannya. Kemana dia" Pergi dari sana" Tak mungkin. Si Bungsu berfirasat bahwa lelaki itu
masih disana dengan bedilnya. Lama dia mencari tahu, dan tiba-tiba, secara samar-samar dia kembali melihat
bayangan si lelaki. Nampaknya dia tidak meneropong tetapi justru membidik dengan bedilnya.
Meski tak terlihat jelas, namun Si Bungsu yakin, lelaki itu tengah membidikkan bedilnya. Kemana lelaki
itu membidikkan bedilnya" Si Bungsu melayangkan pandangan kearah jalan raya, ketempat dimana kira-kira
bedil itu di arahkan. Di jalan, ratusan mobil sedang berseliweran. Dia menanti bunyi letusan. Lama tapi tak
satupun letusan terdengar. Atau bedil orang itu pakai peredam" Ya, barangkali pakai peredam suara. Dia
menoleh lagi kejendela itu. Apakah kacanya sudah pecah akibat peluru" Tidak. Kaca jendela ditingkat enam itu
kelihatan masih utuh. Namun lelaki itu sudah tak kelihatan lelaki itu bayangannya.
Tapi Si Bungsu yakin, lelaki itu masih disana. Masih dalam ruangan kosong itu. Berjaga-jaga, apa yang
dia nanti" Dia melayangkan lagi pandangannya kebawah. Saat itu semacam iringan-iringan kendaraan yang
agak teratur kelihatan lewat di bawah sana. Di depan didahului kendaran polisi beberapa buah, sepeda motor
dan kendaraan bak terbuka. Dan waktu itu pintu di ketuk. Si Bungsu bergegas ketika pintu di buka, Angela
tegak disana dengan pakaian dinasnya. Begitu melihat Si Bungsu dia segera memeluk lelaki itu.
"Hei, ada apa?" Angela tak segera menjawab. Dia mencium Si Bungsu. "Saya khawatir, kamu sudah
pergi"." katanya sambil menatap dalam-dalam ke mata Si Bungsu. Si Bungsu hanya tersenyum. "Saya memang
sudah pergi, tapi karena tidak tahu jalan, kembali lagi kemari.." Angela tersenyum. Dan masuk mengganti
pakaian. Si Bungsu kembali kejendela. Menatap kejalan raya. Iringan kendaraan bermotor yang di dahului
mobil polisi itu sudah lewat. Lenyap di ujung sana. "Ada apa disana?" tanya Angela yang sedang berganti baju.
"Tadi ada iring-iringan yang didahului mobil polisi?" "Itu ujicoba rute yang akan di lewati Presiden Kennedy
besok.." Si Bungsu tiba-tiba tertegun. "Presiden Kennedy?" "Ya, ada apa?" "Dia akan lewat disini besok?" "Ya,
bukankah malam tadi orang-orang FBI yang memeriksa kamar kita sudah memberi tahu..?" "Ya, Tuhan.." "Ada
apa?" "Kemarilah.. cepat..!" Dengan hanya melilitkan handuk ditubuhnya, Angela mendekat ke jendela, dan
memeluk Si Bungsu dari belakang.Langsung mengecup tengkuk lelaki itu.
"Hei nanti dulu, lihatlah kegedung tua itu.." "Ya, sejak kemaren saya sudah melihatnya?" "Lihat jendela
tingkat tujuh yang paling pinggir?" "Ya, saya melihatnya. Jendela persegi empat, berbeda dengan yang lainnya.
Berbentuk loncong mirip bangunan timur tengah?" "Kau lihat sesuatu di balik jendela kaca itu?" "Tidak.." "Ya,
sekarang memang tidak. Tapi untuk kau ketahui, di balik jendela itu ada seorang lelaki bertubuh atletis, rapi
dan berbedil pakai peredam suara?" "Mana..?" "Sekarang tak kelihatan. Barangkali dia sedang makan. Dia
membawa bekal makanan dalam kardus.." "Lalu..?" "Hei, apakah kau tidak menangkap sesuatu yang
mencurigakan dari keterangan ku tadi tentang orang itu" Besok Presidenmu akan lewat dibawah sana.
Sementara malam tadi FBI menggeledah tempat ini. Kau sendiri mengatakan bahwa ribuan polisi dan aparat
keamanan dikerahkan untuk menjaga keamanan kunjungan Presiden itu. Kau juga bilang kota ini adalah kota
para pembunuh, kota bandit. Presiden itu datang kemari untuk menemui kematiannya. Kini di gedung itu ada
seorang berbedil, sejak tadi asyik membidik ke bawah dengan bedil panjangnya. Apakah itu tak?"
Si Bungsu berhenti bicara. Sebab Angela sudah memutar nomor telepon. Wajahnya kelihatan serius. Dia
menanti sambungan dengan sedikit tegang. "Hallo, markas?" dia menyebut sebuah nomor kode, kemudian
memperkenalkan kodenya. Dia menceritakan apa yang tadi diceritakan Si Bungsu. Nampaknya lawan
bicaranya meminta penjelasan identitasnya, juga identitas Si Bungsu. Angela menyebutkan keterangan yang
diminta itu, kemudian meletakkan gagang telepon. "Anda benar, sayang. Nah, saya sudah melapor kemarkas
darurat FBI dikota ini. Kini itu bukan urusan kita lagi.." Si Bungsu menatap Angela. "Apakah kau tidak menyukai
presidenmu itu?" "Kenapa?" "Saya melihat sikap tak acuhmu terhadapnya.." "Saya tak dapat mengatakan
apakah suka atau tidak. Terlalu banyak hal lain yang saya pikirkan. Sehingga saya tak sempat memikirkan
apakah akan menyukai orang lain atau untuk membencinya.." "Angela, dengarkan. Kau tak bisa percaya begitu
saja atas orang yang menerima laporanmu tadi. Ini menyangkut nyawa presidenmu. Apakah kau tak merasa
perlu melapor kesatuanmu sendiri?" Angela menatap lelaki itu. Matanya menyinarkan kekaguman. "Well,
engkau benar, darling. Saya akan telepon untuk melaporkannya.." Berkata begitu dia lalu bergerak ke telepon.
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 533
Namun saat itu telepon berdering. "Nah, ini pasti telepon dari markas saya?" Kata Angela. Dia mengangkat
telepon. Telepon itu memang dari markasnya.
"Angela, disini Norris. Sebaiknya kau dan teman lelaki asing mu itu menghindar secepatnya dari
apartemenmu itu.." Angela kaget. "Norris..?" "Ini perintah, Angela"!" "Tapi?" "Saya baru ditelepon oleh CIA?"
Dan telepon terputus. Angela termenung. Menatap Si Bungsu yang juga tengah memandangnya dengan diam.
Angela penasaran, dia memutar telepon kemarkasnya. "Norris..?" "Ya?" "Ada apa sebenarnya..?" "Yang tadi aku
sebutkan itulah semuanya, Angela?" "Tapi..orang digedung tua itu?"" "Menurut CIA itu adalah petugasnya
yang tengah menjalani tugasnya.." Telepon diputus kembali. Angela meletakkan telepon dengan jengkel. Di luar
terdengar suara ribut-ribut. Suara Elang Merah. Suara perkelahian. Si Bungsu cepat membuka pintu. Elang
Merah terlihat tengah bergumul dengan seorang lelaki, yang seorang lagi tegak dipintu.
Begitu melihat Si Bungsu dipintu, lelaki itu meraih kantong jasnya, Si Bungsu cepat menendangnya.
Tangan yang kena tendang terdengar berderak, dia terpekik. "Kami dari FBI"!!" teriak orang itu. Si Bungsu
mengurungkan niatnya untuk menyerang. Elang Merah melepaskan cekikannya pada lelaki yang seorang lagi.
"Kami ditugaskan untuk menyuruh anda meninggalkan kamar ini.." ujar lelaki yang kena tendang Si Bungsu
tadi. Mereka saling bertatapan. Angela, Si Bungsu dan Elang Merah. "Anda datang seperti merampok,
mengintip-intip.." ujar Elang Merah. Kedua orang itu tak berkata. "Ada apa, sebenarnya..?" ujar Angela. "Kami
tak tahu, kami hanya diperintahkan untuk menyampaikan pada anda agar mencari tempat lain?" Si Bungsu
bertukar pandang dengan Angela. "Baik, kami akan pergi?" Kedua lelaki itu ngeloyor pergi. Mereka bertiga
segera masuk kekamar. "Mulai ada yang aneh.." ujar Si Bungsu sambil matanya menatap kejalan lewat jendela.
Kemudian menatap kekanan, kearah gedung tua pustaka itu.
"Saya tak yakin orang tadi anggota FBI?" kata Angela. Si Bungsu menatapnya. "Kita lupa menanyakan
identitasnya?"ujar Si Bungsu. "Bagaimana, kita pergi dari sini?" tanya Angela. "Saya rasa harus, saya mencium
sesuatu yang tak beres?" ujar Si Bungsu. Matanya kembali menatap kegedung dikanan itu. Tapi bayangan lelaki
itu tidak kelihatan bayangannya. "Mungkin orang yang diatas sana FBI atau CIA.." katanya pelan. "Maksudmu?"
"Saya,.. Entahlah! Tapi saya rasa orang itu bukan mengawasi terjadinya huru-hara.. Saya tak tahu bagaimana
persisnya. Namun..sebaiknya kita pergi?" Mereka berkemas seadanya. Namun ketika akan pergi Si Bungsu
berhenti, menatap Angela.
"Apakah tidak sebaiknya sekali lagi engkau melaporkan orang yang diseberang sana kepada pihak yang
berwajib..?" Angela menggeleng. "Saya sudah melaporkan hal itu, dan laporan kemarkas tadi di sahuti Norris,
di rekam dengan pita khusus.." "Apakah semua telepon yang masuk kesana direkam seperti itu.." "Ya, Seluruh
percakapan di markas itu direkam?" mereka segera turun dari Flat itu. "Kemana kita?" tanya Si Bungsu
sesampai dibawah. Namun pertanyaannya belum usai, ketika Angela tiba-tiba menarik tangannya memasuki
sebuah gang diikuti oleh Elang Merah. "Ada apa?" "Ssst..!" Di luar gang terdengar derap sepatu memasuki lift.
Mereka bergegas menghindar, sesampai diluar menyetop sebuah taksi.
"Ada apa..?" kembali Si Bungsu bertanya setelah berada di dalam taksi. "Lelaki yang datang tadi, seorang
diantara mereka adalah polisi Dallas yang setahun lalu direkrut CIA. Mereka pasti ketempat kita?" Sepi sesaat.
"Kemana kita..?" Si Bungsu bertanya. "Bagaimana kalau kita ketempat Yoshua..?" Si Bungsu mengangguk. Ya,
kesanalah kerumah Indian yang baik hati itu tempat mereka menghindar yang baik. Rumah itu terletak dala
hutan yang jarang diketahui orang.
Di sebuah persimpangan, Angela menyuruh taksi itu berhenti, mereka turun dan membayar. Kemudian
berjalan dua blok. Lalu menyetop sebuah taksi, naik setelah menyebutkan suatu arah. "Kita harus
menghilangkan jejak?" bisik Angela pelan. Setelah tiga kali bertukar taksi, mereka baru meneruskan
perjalanan ke rumah Yoshua. India itu tegak didepan rumahnya ketika mereka sampai. Dia tersenyum, istrinya
tegak disampingnya. Angela memeluk Elizabeth. Tanpa bicara mereka masuk kerumah.
Ke Dallas Menuntut Balas -bagian- 517-518
Esok paginya Angela pamitan untuk bertugas. Hari itu seluruh anggota polisi Dallas siaga penuh atas
kedatangan Presiden Kennedy. Tapi siangnya seisi rumah itu tersentak kaget, tatkala radio Amerika yang
menyiarkan kunjungan Presiden itu tiba-tiba menghentikan acaranya. Dalam nada yang duka, menyiarkan
bahwa Presiden Kennedy telah meninggal dunia. Mati terbunuh!
Pengumuman itu singkat saja, dilanjutkan dengan lagu kebangsaan Amerika dan nyanyian duka. Sore
harinya, seisi rumah yang memang menantikan pengumuman lebih lanjut, melihat dalam acara televisi
peristiwa pembunuhan itu bermula. Kelihatan mobil iringan yang paling depan adalah mobil polisi yang
didahului oleh dua belas polisi bersepeda motor. Menyusul Jep, kemudian dua lagi sedan berwarna hitam.
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 534
Di belakangnya terlihat Kennedy dalam sebuah mobil sedan terbuka. Dia duduk di bahagian kanan. Di
kirinya duduk istrinya Jaqqueline. Kedua mereka memakai pakaian warna gelap. Di belakang mobil Presiden
ada mobil lainnya. Presiden melambaikan tangan sambil tersenyum. Televisi mengalihkan kameranya
kederetan manusia yang memenuhi jalan raya, yang juga melambaikan tangannya pada Presiden.
Kemudian kamera beralih lagi pada presiden. Lalu pada istrinya yang melambaikan tangan kiri dengan
senyumannya yang khas. Di bangku kanan depan, di sebelah sopir duduk ajudan Presiden, berkaca mata hitam
yang nampaknya sebagai pelindung matanya yang plarak-plirik kesegala arah dengan waspada. Mobil itu
kemudian berbelok kekanan, dan di latar dilatar belakang Si Bungsu melihat perpustakaan tua itu!
Hatinya berdebar melihat gedung itu, kemudian kamera kembali mengarahkan lensanya pada Presiden.
Dan..persis saat itu, ya persis saat itu terjadilah peristiwa itu. Mulanya seperti tak terjadi apa-apa. Presiden
Kennedy yang tengah melambai, kelihatan turun tangannya. Kepalanya seperti akan menunduk. Istrinya yang
juga melambai, dengan bibir masih tersenyum menoleh kepada Presiden. Kepala Presiden tiba-tiba terkulai
pada pangkuan istrinya. Kepalanya kelihatan berdarah! Jaqqueline Kennedy berobah wajahnya. Tangannya
terangkat, menutup mulutnya, wajahnya panik. Kemudian tangannya yang menutup mulut, merangkul kepala
suaminya. Dia memekik. Bajunya yang putih dilumuri darah presiden.
Sampai detik itu, belum seorang pun pengawal presiden yang tahu apa yang telah terjadi. Baik yang di
mobil belakang, maupun ajudannya. Disaat Jaqqueline terpekik itulah ajudan yang duduk di bangku depan
menoleh kebelakang. Dia segera bangkit. Dan saat itu Jaqqueline yang panik menolakkan kepala suaminya.
Kepala presiden terkulai kekanan. Dan..sesuatu yang tak lumrah pun terjadi.
Dalam paniknya, isteri presiden kelihatan berdiri di bangku mobil. Kemudian lewat kap yang terbuka,
dia merangkak naik kekap belakang, dan terjun kejalan! Wajahnya amat panik dan takut. Istri presiden itu lari
meningggalkan mobil. Dan saat itulah salah seorang pengawal presiden kelihatan menyeret Jaqqueline naik
kembali ke mobil. Mendudukkannya disisi presiden dan mungkin sadar akan peristiwa itu, Jaqqueline
kemudian memeluk presiden.
Dan setelah itu, adalah huru-hara! Orang berkumpul. Kamera televisi kelihatan goyang. Barangkali
kameranya terdesak-desak oleh kerumunan petugas. Namun peristiwa tertembaknya Kennedy itu kelihatan
jelas. Mobil presiden kelihatan dijalankan dan keluar dari iringan semula. Dengan pengawalan yang amat ketat,
yang sebenarnya sudah terlambat, mobil itu dilarikan ke rumah sakit.
Demikian jelasnya peristiwa tersebut. Dan Si Bungsu amat yakin, tembakan itu ada sangkut pautnya
dengan gedung tua pustaka dan lelaki dengan berbedil di lantai enam itu! Kemudian televisi kembali
memperdengarkan lagu kebangsaan Amerika, disambung dengan lagu-lagu gereja serta doa-doa yang
menghanyutkan rakyat Amerika dalam duka yang amat dalam.
"Dia akhirnya meninggal, terbunuh?" terdengar suara Yoshua getir disudut ruangan. Si Bungsu
menoleh. Melihat lelaki Indian itu menunduk dalam. Tapi tetap saja kelihatan pipi tuanya basah! Lama sunyi.
Si Bungsu memikirkan dimana Angela kini. Dia tentu sibuk sekali. Presiden itu akhirnya terbunuh. Persis
seperti ramalan Angela. Suara Yoshua sementara itu terdengar lagi, getir dan bergetar. "Sesudah Abe Lincoln,
dialah satu-satunya presiden yang menaruh simpati pada Negro dan Indian, yang memperhatikan nasib suku
bangsa yang hampir punah ini. Akhirnya dia mati" akankah mati pula harapan kami, orang-orang Indian
pemilik sah benua ini".?" Sepi.
Pertanyaan itu memang tak untuk dijawab. Si Bungsu menunduk. Pikirannya tertuju pada Angela tak
pulang. Berita tentang kematian Kennedy tetap merupakan berita utama siaran televisi dan radio. Siang itu,
mayat presiden itu dibawa dengan pesawat American One, pesawat kepresidenan. Dan di pesawat itu pula,
ketika masih diudara menuju Washington, Wakil Presiden Lyndon B. Jhonson diambil sumpahnya sebagai
Presiden, menggantikan kennedy yang meninggal.
Yang mengambil sumpahnya adalah jaksa Agung Amerika, Robert Kenndey, adik Presiden yang
meninggal. Jaqqueline Kennedy, istri mendiang presiden itu menjadi saksi dalam sumpah tersebut. Janda itu
memakai pakaian serba hitam, wajahnya dibasahi air mata. Televisi Amerika menyiarkan berita itu kesegenap
penjuru tanah air.

Tikam Samurai Karya Makmur Hendrik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Itulah peristiwa paling tragis dipermukaan bumi pada tanggal 22 november 1963. Seorang Presiden dari
negara terbesar dan terkuat didunia, negara yang paling depan dalam demokrasi dan hak asasi manusia,
dibunuh oleh orang yang saat dia di angkut ke Washington belum diketahui identitasnya.
Malam itu Si Bungsu tersentak ketika mendengar siaran radio, kemudian siaran televisi, bahwa telah
ditemukan tempat darimana pembunuh itu berada. Kamera kemudian memperlihatkan beberapa petugas FBI,
CIA dan Polisi dallas menuju... gedung pustaka! Si Bungsu tahu gedung itu! Petugas-petugas itu masuk kelantai
pertama. Diterima oleh petugas pustaka tua dan gemuk! Kemudian mereka masuk, naik lewat tangga kelantai
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 535
enam. Masuk keruang kosong yang kemaren ditempati oleh "petugas" berbedil panjang itu. Di dalam ruangan
itu terlihat dua petugas menjaga. Di lantai ada sebuah senapan. Si Bungsu telah melihat senapan itu kemaren
ketika dia mengintip kesana bersama Elang Merah. Di lantai berserakan beberapa selongsong peluru.
Si Bungsu merasa tegang. Jahanam, firasatnya benar, tapi.. Bukankah Angela telah melaporkan apa yang
mereka lihat dan mereka curigai itu pada Polisi Dallas, pada CIA dan FBI" Bukankah Instansi-instansi itu
mengatakan bahwa orang berbedil dilantai enam, yang selalu mengintip dari belakang Jendela ke jalan raya
yang akan dilewati presiden itu adalah anggota keamanan" Para petugas itu malah sempat datang keapartemen
mereka. Nampaknya untuk menangkap mereka! Bulu tengkuk Si Bungsu merinding. Nampaknya ini semacam
persengkokolan! Ah, mustahil petugas-petugas keamanan itu bersekongkol membunuh presiden mereka. Tibatiba Elang Merah kaget dan tertegak. Si Bungsu pun jadi kaget, menatap padanya. "Lihat! Lihat itu
Angela..!"pekiknya. Si Bungsu menoleh dan melihat seorang polisi wanita di borgol dan digiring diantara petugas keamanan.
Si Bungsu gemetar. Angela kelihatan beberapa kali menoleh ke kamera televisi. Dan suatu saat, dia memekik
sambil menolehkan wajahnya ke kamera yang agak mendekat. "Darling, jangan perlihatkan dirimu!
Menghindarlah, please..!" suara gadis itu penuh permohonan. Jutaan pemirsa televisi tidak mengerti pada siapa
ucapan itu ditujukan, mereka hanya tahu, bahwa beberapa orang yang dicurigai ditahan. Di antaranya adalah
polisi wanita berpangkat Letnan itu. "Nampaknya, ini suatu persekongkolan.." ujar reporter televisi tersebut
melanjutkan," barangkali perwira polisi itu ingin menyampaikan pesan pada pembunuh Kennedy, yang
mungkin kekasihnya, agar jangan menampakkan diri?" Si Bungsu berpeluh.
Wajahnya pucat, dia tahu. Ucapan Angela itu ditujukan padanya. Gadis itu menyampaikan pesan
padanya. Ketika dia melihat kamera televisi, dia mempergunakan kesempatan itu dengan harapan siaran
televisi itu akan dilihat Yoshua atau Si Bungsu! Pesan itu memang sampai! Si Bungsu melihat dan mendengar
suara nya yang memohon. Si Bungsu tahu pesan itu khususnya untuknya! Ya Tuhan! Ya Tuhan!Angela ternyata
terseret sebagai kambing hitam. Di tuduh sebagai salah seorang komplotan pembunuhan kennedy!
Si Bungsu ingin bangkit. Namun seluruh tubuhnya terasa lemas. Fikirannya tak bisa bekerja dengan
normal. Dia menoleh pada Yoshua, yang matanya nanap menatap televisi. Seperti tak percaya apa yang dia lihat
sebentar ini. "Yoshua.." ujar Si Bungsu seperti mohon pertolongan. Masih ditempat duduknya, Indian itu lantas
berkata. "Kita akan bebaskan dia, Nak. Demi arwah nenek moyangku, dia akan kita bebaskan. Betapun caranya.
Saya yakin dia korban dia korban dari suatu komplotan yang ingin mencari dalih untuk mengalihkan perhatian
orang pada yang lain?"
Si Bungsu semalaman tak bisa tidur. Tolehan kepala Angela beberapa kali mencari kamera televisi,
kemudian ucapannya yang terdengar memohon, yang terekam oleh pesawat televisi itu mengiang berulangulang di telinganya. "Kekasih jangan perlihatkan dirimu. Menghindarlah, kumohon?" Siapa yang berkomplot
membunuh presiden itu" Si Bungsu membalik di pembaringan. Gelisah. Keringat membasahi pakaian tidurnya.
Siang esoknya, televisi tiba-tiba menyiarkan tertangkapnya pembunuh itu! Si pembunuh bernama Oswald! Dia
adalah lelaki yang dicekik Elang Merah karena kedapatan mengintip Si Bungsu di pustaka.
Dan kini Si Bungsu jadi tahu kenapa lelaki itu mengintip dia. Barangkali dia curiga kalau Si Bungsu adalah
petugas FBI atau CIA. Yang di tugaskan pula untuk mengamankan gedung itu. Lelaki bernama Oswald itu di
tangkap disebuah gedung teater. Kemudian dipenjarakan disebuah penjara bawah tanah kota Dallas. Reporter
televisi Amerika mengulas bahwa dalam kasus pembunuhan Kennedy seperti ada reinkarnasi peristiwa
Presiden Abraham Lincoln.
Kedua presiden ini mempunyai banyak persamaan. Lincoln adalah pembenci perbudakan. Dialah
pembebas Amerika dari perbudakan yang telah ratusan tahun lamanya. Sebaliknya Kennedy juga benci pada
perbudakan serta sikap rasisme lainnya. Termasuk sikap kulit putih pada orang Indian.
Sikap begini amat jarang tersua pada Presiden Amerika. Kalaupun mereka tak menyukai Rasialisme,
mereka tak berani menyatakan terus terang. Sebab takut akan dibenci kulit putih. Lain halnya dengan Kennedy.
Salah seorang perwira senior yang dinaikkan pangkatnya menjadi Jendral berbintang empat adalah Negro.
Negro pertama dengan pangkat setinggi itu.
Kemudian juga memproklamirkan pembebasan fasilitas sekolah dan hak kehidupan yang lebih layak
bagi orang-orang Negro dan Indian. Tindakannya itu dapat kecaman yang pedas dari senat Amerika. Namun
dia tak peduli. Untuk menindak pelanggaran yang terjadi, terutama dalam menjalankan politik anti rasis dalam
negeri itu, dia mengangkat adiknya Robert Kennedy jadi Jaksa Agung. Kemudian, menurut reporter televisi,
dalam peristiwa pembunuhannya sendiri kedua presiden yang dicintai rakyatnya itu terdapat kesamaankesamaan "aneh". Lincoln dan Kennedy sama-sama dibunuh dengan senjata api. Peluru menembus tengkuk
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 536
keduanya dari belakang. Lincoln di bunuh digedung teater, kemudian pembunuhnya melarikan diri ke pustaka.
Kennedy di bunuh dari pustaka, pembunuhnya melarikan diri ke teater.
Ke Dallas Menuntut Balas -bagian- 519-520
Siang itu Elang Merah pulang dengan wajah lesu. Pagi tadi, tanpa setahu Si Bungsu dia ditugaskan
pamannya Yoshua untuk menyelidiki dimana Angela di tahan. "Saya sudah mendatangi empat kantor polisi
wilayah. Namun orang-orang yang diduga terlibat dalam peristiwa pembunuhan Kennedy itu, amat di
rahasiakan tahanannya. Tak ada yang bisa memberi petunjuk?" "Tak ada yang bisa disogok" Bukankah banyak
saja polisi di Dallas ini yang bisa buka mulut untuk seratus Dollar..?" "Untuk hal lain mungkin mau, tapi
peristiwa ini tampaknya terlalu hebat. Mereka benar-benar tidak tahu?" Yoshua menarik nafas panjang.
"Jika tak dapat dengan cara itu, pasti ada cara lain, pasti! Kita akan dapatkan cara itu?" kata Indian tua
itu pelan. Malam itu dia mengajak Si Bungsu untuk pergi berdua. Mereka tak mengatakan kemana tujuannya.
Yoshua menyetir mobil. Sepanjang perjalanan menuju kota, mereka hampir tidak bicara sepatah katapun.
Ketika memasuki kota Yoshua menghentikan mobil dekat sebuah telepon umum. Dia masuk ketempat telpon
itu. Bicara dengan seseorang diujung sana. Si Bungsu hanya menatap dengan diam dimobil.
Kemudian Yoshua masuk lagi kemobil dan menjalankannya dengan cepat kearah selatan. Mereka segera
melewati gedung pustaka tua dimana pembunuh Kennedy itu sembunyi sebelum melakukan aksinya. Melewati
flat yang dulu ditempati Si Bungsu dan Angela. Kemudian menikung diantara dua bangunan. Mobilnya
dihentikan mendadak. Yoshua memberikan sebuah kantong kertas kepada Si Bungsu, yang nampaknya telah
dia siapkan dari rumah kepada Si Bungsu.
"Sarungkan itu di kepala mu nak, kita harus hati-hati?" Dia sendiri lalu menyarungkan kantong itu di
kepalanya. Sarung kertas itu menutup kepala sampai keleher. "Cepatlah?" ujar Yoshua sambil menatap
kedepan, pada sebuah mobil yang mendekat. Si Bungsu menyarungkan kantong kertas itu kekepalanya. Mobil
dari depan itu makin dekat, dan tiba-tiba, Indian itu menjalankan mobilnya. Membelintangkannya di tengah
jalan. Mobil yang lewat itu tak dapat menghindari tabrakan dan berhenti mendadak. "Hei, sialan?" sumpah
orang yang membawa mobil itu sambil keluar. Yoshua masih duduk di belakang kemudi. Kemudian dengan
cepat sekali keluar dan mendekati orang itu. Tangannya bergerak, dan lelaki yang menyumpah itu tiba-tiba
terkulai. Si Bungsu masih duduk dimobil. Tak tahu apa yang diperbuat Yoshua yang telah meletakkan lelaki itu di
jok belakang. Dia segera memundurkan mobil dan melepaskannya dari mobil yang menabrak tadi. Kemudian
dengan cepat keluar dari areal tersebut. Setelah beberapa kali menikung tajam, mobil itu berhenti di suatu
tempat yang gelap. Yoshua keluar, dengan mudah dia menenteng lelaki yang dibelakang itu keluar. "Cepat ikuti
aku.." katanya pada Si Bungsu yang masih duduk bengong dalam mobil tersebut. Si Bungsu keluar. Mengikuti
Yoshua melangkah kesuatu tempat. Indian itu kenal benar tempat yang mereka tuju ini. Itu terbukti meski
dalam gelap, dimana Si Bungsu harus meraba-raba, dia berjalan dengan cepat dan segera memasuki sebuah
gedung tua. Tubuh yang dia pangku itu, yang masih saja belum diketahui Si Bungsu orangnya diletakkan diatas
sebuah meja tua penuh debu dalam ruangan tersebut. "Tutupkan pintunya?" kata Yoshua begitu Si Bungsu
berada dalam ruangan. Suara menggema terdengar ketika pintu itu ditutup agak keras. Yoshua mengeluarkan senter dari
kantongnya. Memeriksa kantong baju orang yang dia pukul hingga pingsan itu. Mengeluarkan sebuah pistol
dan sebuah medali perak simbol kepolisian Dallas. Kartu pengenalnya ditemukan dalam jas bahagian dalam.
Yoshua membaca keterangan orang itu. "Norris, Kapten Norris?" katanya pelan. Si Bungsu segera mengingat
nama itu sebagai polisi yang beberapa kali menelpon Angela. Inikah rupanya bekas pacar gadis itu. Dari cahaya
senter yang menerangi wajah sang Kapten, Bungsu melihat Kapten itu berwajah gagah. Mirip orang inggris.
Barangkali moyangnya dari Scotlandia. Satu keturunan dengan moyang Kennedy.
Yoshua mengambil sehelai saputangan dan botol kecil dari kantongnya. Nampaknya dia telah
menyiapkan segala sesuatu atas "operasi" malam itu. Botol itu berisi sejenis Amoniak. Dia tuangkan kesapu
tangannya, kemudian meletakkannya diatas hidung Kapten itu. Norris segera sadar. Dia menyumpah dan
berontak duduk, merogoh kantong dan segera sadar kalau dia sudah dilucuti. "Anda bisa dihukum lima belas
tahun atas perbuatan ini, Bung?" perwira itu berkata dan menyumpah. Dia tak dapat melihat wajah orang yang
menyekapnya dan menahannya dalam kegelapan ini. Sebab selain gelap, wajahnya disoroti terus dengan
senter. Matanya jadi silau. "Oke, Kapten. Kini kau hanya punya kesempatan untuk menjawab. Dan menjawab
dengan benar. Kita mulai, dimana Angela dipenjarakan?" "Jahanam, kau..Hukk..!"
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 537
Sumpah Kapten itu terhenti. Dihentikan oleh pukulan yang hebat di ulu hatinya. Si Bungsu yang dari tadi
hanya diam, merinding juga melihat kerja Indian ini memaksa si perwira. "Di mana dia ditahan?" Sepi. Dan
sebuah pukulan lagi menerpa! Kali ini pukulan itu menghantam mulut si Kapten. Darah meleleh. "Bicaralah,
Kapten. Selagi kau bisa?" "Dia ditahan di Indiana Bronx?" "Kau pasti?" "Jahann"Aduh"!" Pukulan Indian itu
mendarat lagi diwajah si Kapten.
"Jangan menyumpah, jangan memaki, Kapten. Saya bertanya dan kau menjawab. Bukankah praktek
begini juga dilakukan dikantor kalian bila ada tahanan yang kalian periksa" Baik, Anda katakan dia ditahan di
Indiana Bronx. Tempat itu dengan mudah dicapai. Kami akan mencek kesana. Tapi bila ternyata kau bohong,
kau akan rasakan akibatnya. Oke, cek omongan orang ini?" Sambil berkata begitu,Yoshua memberi isyarat
pada Si Bungsu. Dan Si Bungsu melangkah kearah pintu. "Saya tak tahu apakah dia dipindahkan atau tidak.
Kemaren dia ditahan disana?" "Kami tak mau tahu Kapten. Jika dia tak disana berarti kau membohongi kami.
Dan kau akan menyesali tindakanmu itu?" "Jahanam! Dia ditahan di distrik selatan. Kalian akan menyesal
dengan perlakuan ini..!"Akhirnya Norris memberitahukan tempat tahanan itu sambil menyumpah-nyumpah.
"Nah, begitu lebih baik. Tapi kau belum boleh meninggalkan tempat ini kawan.." Yoshua melanjutkan
"mengerjain" Kapten polisi Dallas itu. Dia memborgol tangannya dengan gari yang dibawa si Kapten. Kemudian
mengambil lagi sebuah botol dari kantongnya. Menumpahkan isi botol kesaputangan. Kemudian
mendekapkannya kehidung si Kapten. "Ini ramuan tradisional yang bisa membuat anda tidur dengan nyenyak
kawan.." katanya. Hanya dua detik setelah itu, si Kapten terkulai, tidur! "Dia akan tidur, paling tidak empat
puluh delapan jam karena obat bius keras yang baru dia sedot barusan?" ujar Yoshua sambil menyenter wajah
Si Bungsu. "Kini mari kita pergi. Sampai detik ini dia tak mengetahui siapa kita. Dia pasti tak bohong tentang
tempat tahanan Angela?" Sehabis berkata begitu mereka segera bergegas meninggalkan tempat tersebut.
Si Bungsu hanya mengikuti dari belakang. Dia tak menyangka bekas buruh perkebunan turunan Indian
ini begitu mahir dengan tiap pekerjaan yang dia lakukan. Kelihatan demikian profesional. Mereka sudah berada
kembali di mobil dan meluncur kejalan raya lewat jalur yang berlainan dari arah mereka datang tadi. Yoshua
menyetir menyetir mobil itu dengan diam. Ada beberapa tempat yang di kenali Si Bungsu.
Diantaranya toko tekstil dimana dulu dia menghajar orang-orang Klu Klux Klan yang membunuh tongky.
Kemudian pos polisi dimana dia bertemu dengan Angela buat pertama kalinya. Setengah jam setelah mereka
meninggalkan Norris, mobil dihentikan Yoshua. Di depan ada sebuah gedung yang kelihatan kukuh dan angker.
"Itu markas polisi yang disebut sebagai distrik selatan itu. Sebuah markas polisi yang amat rahasia. Kita harus
berusaha masuk kedalamnya?"
Si Bungsu menoleh pada Yoshua. Dia memang ingin sekali bertemu dengan Angela, namun ini pekerjaan
yang alangkah berbahaya. Mereka tengah melawan suatu sistem yang amat kukuh. Kepolisian Dallas! "Kenapa
ragu?" Yoshua bertanya sambil tetap menatap kedepan. "Sedangkan Klu Klux Klan yang demikian di takuti, kita
hantam. Kepolisian Dallas hanya sepersepuluh dari organisasi tersebut"." tambah yoshua. Ucapan itu
membuat semangat Yoshua berkobar. "Mari kita masuk?" kata Si Bungsu sambil kembali memakai topeng
kertas itu. Yoshua berbuat hal yang sama. Kemudian mereka meninggalkan mobil di tempat yang gelap. Tapi
bukanlah hal yang mudah bagi kedua orang itu untuk masuk kepenjara tersebut. Penjara itu dijaga dengan
ketat sekali. Mereka sampai di bahagian belakang. Di sana terang benderang. Tiap sudut penjara itu disorot dengan
lampu besar. Apapun yang bergerak di sekitarnya dapat dilihat dengan jelas oleh penjaga diatas dinding
penjara tersebut. Di rumah jaga di atas dinding penjara itu, pejaga bersiaga dengan senapan siap dimuntahkan.
"Mustahil untuk masuk?" kata Si Bungsu. Yoshua yang jongkok disisinya, menatap dengan diam. Nampaknya
dia sedang mempelajari sesuatu. "Kita harus mematikan aliran listrik"." terdengar suara Yoshua. "Bagaimana
mematikannya?" "Itulah yang harus kita. Ayo?"
Yoshua mengendap-ngendap kebahagian lain. Mereka memutar lagi kejalan raya. Kembali ke tempat
mereka meninggalkan mobil. Kemudian berjalan kearah yang berlawanan dari arah semula. Yoshua
memperhatikan bangunan-bangunan disekitar penjara. "Mencari apa?" tanya Si Bungsu. "Gardu listrik?"
Mereka mengendap-ngendap terus, sampai akhirnya diutara penjara itu kelihatan sebuah bangunan beton
empat segi berpintu besi dan luarnya dipagar kawat berduri. "Nah, itu gardu listrik untuk penjara tersebut?"
kata yoshua. Mereka mempelajari situasi gardu itu. Disana ada seorang petugas, bukan polisi. Nampaknya
petugas listrik biasa. "Dengarkan. Kita harus menyelesaikan petugas itu. Kunci pasti ada dalam kantong celananya. Kurasa
kau bisa menyudahi orang itu, jangan dibunuh. Setelah dia dilumpuhkan, kita akan masuk dan merusak
peralatan di dalamnya. Memutuskan aliran listrik kepenjara tersebut, kita harus masuk dari dinding utara tadi.
Disana ada anjing pemburu. Barangkali ada dua atau tiga ekor. Tugas mu lagi yang menyudahi anjing itu.Dalam
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 538
kegelapan, barangkali petugas menara takkan melihat kita. Kita tak tahu di ruangan mana Angela ditahan. Tapi
rasanya kita akan mudah mencari. Kita hanya punya waktu sekitar sepuluh menit untuk menemukan dan
membawa Angela keluar. Setelah lewat waktu itu, saya rasa lampu akan dihidupkan melalui mesin cadangan
di penjara itu. Kita harus keluar sebelum lampu dihidupkan. Faham?" Si Bungsu masih belum menjawab.
"Kita mulai?" tanya Yoshua. "Sepuluh menit, saya rasa terlalu pendek waktunya?" "Kita tidak liburan,
nak. Kita menyongsong maut. Sepuluh menit itu kalau tak terjadi apa-apa. Mana tahu, kita hanya butuh satu
menit, kemudian didor!mati..!"
Ke Dallas Menuntut Balas -bagian-521-522
"Bagaimana kalau salah seorang dari diantara kita mencari sentral cadangan dalam penjara itu,
melumpuhkan alirannya. Yang seorang lagi mencari Angela?" "Hmm, Idemu bagus juga. Baik, kau mencari
Angela, saya mencari sentral itu. Namun tetap saja bertindak cepat. Mana tahu saya tak menemukan central
cadangan itu. Ayo kita mulai?" "Saya hanya punya samurai kecil, saya khawatir, lemparan saya akan
membunuh penjaga gardu itu?" "Kalau begitu saya yang menyudahinya.." kata Yoshua
Dia mengambil kapak dari kakinya. Kampak itu terbuat dari kuningan selebar dua jari dengan tangkai
sebesar telunjuk. Dia ikatkan dengan karet dibalik pipi celananya. Dia membidik dan melemparkan kapak itu.
Si penjaga gardu kena hantam tengkuknya, petugas itu kontan melosoh jatuh. Yoshua dan Si Bungsu berlari
kesana. Kemudian Yoshua memeriksa kantongnya. Menemukan serangkai kunci. Si Bungsu menyeret penjaga
yang pingsan karena punggung kapak itu ketempat yang gelap. Begitu dia selesai, terlihat pijar-pijar api. Listrik
dipenjara itu tiba-tiba padam. Gelap total. "Cepat"!" ujar Yoshua.
Mereka berlari kearah utara. Dari sana, lewat tiang listrik yang tadi mereka tandai, mereka memanjat
keatas. Lalu terjun dibalik pagar. Disana dua ekor anjing melompat dengan mengeram ganas. Dan itu tugas Si
Bungsu. Tangannya bergerak, dan dua bilah samurai kecil melayang menyongsong anjing yang menerkam itu.
Anjing itu melambung terus, dan menghantam dinding batu. Mati! Si Bungsu kembali lagi, mengambil dua
samurai itu. Dia berlari kearah pintu utama. Sementara Yoshua sudah tak ada lagi disana.
Si Bungsu menyelinap, cahaya senter kelihatan simpang siur dan derap sepatu berseliweran. Dia
bersembunyi dibalik sebuah mobil dipekarangan penjara itu. Ketika seorang polisi lewat dengan senter, dia
menghantam tengkuk orang itu. Polisi itu melenguh, Si Bungsu menyangga tubuhnya yang akan jatuh, lalu
menyeretnya ketempat gelap.Terdengar sumpah serapah kerana lampu mati dan polisi yang lalu lalang. Si
Bungsu akhirnya menemukan jalan tempat terbaik untuk masuk. Beberapa menit kemudian dalam pakaian
dinas polisi yang dia buat tak berkutik itu, dia sudah berjalan mondar-mandir dalam penjara tersebut.
Ada dua orang polisi yang mengontrol kamar tahanan. Seorang diantaranya adalah Si Bungsu. Ada enam
belas kamar tahanan yang sudah dia lihat, namun tak ada Angela disana. Dia sudah hampir putus asa, apakah
Norris berdusta" Barangkali sudah lewat waktu lima belas menit. Lampu belum menyala. Kalau begitu Yoshua
berhasil menemukan diesel cadangan untuk penjara dan merusak instalasinya. Tapi dimana Angela"
Dia masih berusaha mencarinya. Ada dua gang lagi. Dipintu gang itu seorang polisi berdiri dengan diam.
Bedil tetap ditangannya. Dia ikut mondar mandir dalam gelap tersebut. Si Bungsu mendekat kesana sambil
menyenter kiri kanan. "Mati semua?" terdengar polisi itu bicara. "Yap.." jawab Si Bungsu berusaha untuk tidak
bicara agar aksennya tidak diketahui. Sambil berjalan, dia menyenter wajah polisi itu. "Mesin brengsekk.. hei..
sial..! aduh?" Polisi itu sempat juga menyumpah, tapi hanya sekian. Sebab sesaat setelah wajahnya disenter,
dan matanya jadi silau, Si Bungsu menghantam tengkuknya dengan senter. Polisi itu tumbang. Si Bungsu
merogoh kantongnya, mengambil sebuah kunci dan membuka pintu yang tadi dijaga polisi itu. Dia cepat masuk,
menyenter kedepan, dan hanya melihat sebuah pintu disana. Pintu itu dikunci, dan tak ada kuncinya. Dia
menyenter kedalam. Angela!
"Angela?" panggilnya. Letnan Polisi wanita itu sedang tidur, namun suara yang memanggilnya amat dia
kenal. Amat dikenalnya! Bahkan suara itu tak bisa membuat dia tidur selama di penjara ini. Dia terlompat
bangun. "Bungsu?" sebelum dia bangun dan lari kepintu. Lewat jerajak besi dia mengeluarkan tangan, dan
mereka saling peluk. "Oh Tuhan. Bagaimana kau masuk" sayang, Bagaimana?" "Jangan dipikirkan kita harus
keluar.." "Tapi?" "Dimana kunci pintu ini?" "Ada pada polisi yang menjaga pintu masuk kemari. Tapi?"
Si Bungsu tak mendengar ucapan Angela. Dia berbalik kepintu masuk dimana dia barusan menghatam
penjaganya sampai pingsan. Kemudian mencabut kunci yang masih terletak dilobang kunci tersebut. Bergegas
dia kembali ketahanan Angela, membuka pintu tahanan gadis itu. "Cepat, waktu kita hanya sedikit?" Angela
segera memeluk Si Bungsu begitu dia bebas. Memeluk dan menciumnya. "Lekaslah. Masih ada waktu lain. Kau
harus keluar dari tahanan jahanam ini.." "Tapi my dear, aku tak ditahan?" "Tidak ditahan?" Si Bungsu tertegun.
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 539
"Lalu apa namanya ini" Kau dijadikan kambing hitam.." sambungnya. Angela menutup mulut Si Bungsu dengan
tangannya, kemudian dengan bibirnya.
"Dengarlah sayang, dengarlah.. Saya disini dititipkan Norris. Dia khawatir akan keselamatan saya. Semua
orang mencari saya. Kau tahu, pembunuhan ini adalah permainan tingkat tinggi. Baramgkali didalamnya
terlibat mafia, atau yang lebih menakutkan lagi, didalamnya terdapat tangan CIA! Badan Intelijen Amerika yang
tersohor itu. Dengarkan, laporan kita pada polisi dallas itu direkam. Dan banyak pihak ingin mendapatkan
rekaman tersebut. Mereka ingin memusnahkan bukti bahwa kita pernah melaporkan itu. Lelaki di pustaka itu,
kau ingat" Kau benar sayang, lelaki itulah pembunuhnya. Namanya Oswald. Saya memang memilih untuk tetap
disini, disini tempat yang aman. Kau mengerti maksudku?" Si Bungsu pusing.
Tak tahu dia harus memikirkan apa. Gadis ini ditangkap karena tuduhan ikut berkomplot, dan dia segera
ingat tuduhan yang disiarkan telivisi Amerika itu. "Kau tak dititipkan Angela, kau ditangkap dengan tuduhan
terlibat pembunuhan itu. Kau..Kau bicara padaku ditelivisi itu bukan" Atau kalimat itu kau tujukan pada orang
lain, Angela..?" Angela kembali memeluk Si Bungsu. "Dengarkan, sayang?" "Kini kau yang harus mendengarkan
aku, upik! Aku dan Yoshua harus menyabung nyawa untuk bisa masuk kesini. Kami ingin membawamu keluar
dari sini. Kini kau ingin keluar atau tidak?" "Oh.." Angela tak menjawab, malah kembali menncium Si Bungsu. Si
Bungsu jadi jengkel. "Hei, upik. Bibirmu bisa tipis, hidungmu bisa pesek berciuman terus begini. Aku harus pergi. Kau dengar
derap sepatu itu?" "Saya harus disini Bungsu. Saya tak bisa berada diluar. Saya tak sangsi pada kemampuanmu
melindungi diriku, tapi kemana saya harus pergi dinegeri ini" Ini negeri saya. Saya tak mau jadi buronan. Kau
mengerti maksudku bukan?" Si Bungsu merasa menelan sesuatu yang pahit. "Baiklah, baiklah?" "Terimakasih
kau melihatku disini, aku merindukan mu" Saya amat kehilanganmu"oh.." Gadis itu menangis terisak. Tapi Si
Bungsu harus bertindak cepat. Suara sepatu berderap berlarian. "Jika itu pilihanmu, saya harus pergi Angela.."
Dan saat itu cahaya senter berseliweran di gang utama. "Bungsu..saya berharap kau masih menantikanku
keluar dari sini.." ujar Angela.
Si Bungsu melepaskan pelukan gadis itu dari tubuhnya. "Ku harap apa yang kau katakan tentang dirimu
hanya "dititipkan" disini benar adanya, Angela. Hingga kita bisa bertemu lagi" Nah, saya harus segera pergi
dari sini?" Dia mulai melangkah, Angela memburunya, kemudian memeluknya dan menciumnya dengan erat.


Tikam Samurai Karya Makmur Hendrik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lalu melepaskan anak muda itu, pergi dalam pakaian seragam polisi Dallas, menuju keluar.
Ke Dallas Menuntut Balas -bagian- 523-524
Dia sudah masuk ke mobil, namun Yoshua belum ada disana. Dia jadi gelisah. Sejak pertama dari gedung
gardu yang dimatikan lampunya itu, telah berlalu waktu setengah jam lebih. Tiba-tiba lampu penjara itu
menyala! Suara sirene. Suara tembakan. Salak anjing. Si Bungsu menanti dengan tegang.
Untung tempat mereka menaruh mobil ditempat yang gelap. Dan tiba-tiba di ujung digang, kelihatan
seseorang lari terseok-seok. Si Bungsu segera mengenalnya. Yoshua! Dia segera turun dari mobil. Menyongsong
Indian itu. Memapahnya kemobil. "Cepat..! Sebentar lagi tempat ini.."
Ucapan selanjutnya tak perlu lagi, karena di ujung gang darimana tadi dia datang kelihatan cahaya
senter. Kemudian gonggongan anjing, suara sempritan pluit! Si Bungsu dan Yoshua segera menutupkan pintu
mobil dan Yoshua segera menghidupkan mobil. Menanti sedetik, seekor anjing telah melompati mobil. Hanya
terbentur dipintu. Yoshua melarikan mobil dengan sebuah sentakan. Terdengar tembakan. Kaca belakang
hancur. Yoshua membelokkan mobil kesebuah gang. Melaju, berbelok lagi, Melaju lagi. Malam sudah larut.
Namun Yoshua tahu, segala jalan pasti sudah dikepung. Mobil-mobil unit patroli polisi Dallas pasti sudah
dihubungi. Dan kini mereka tengah memblokade jalan-jalan utama. Luka dipahanya terasa amat sakit. "Bisakah
anda menghidupkan lampu mobil..?" tanya Si Bungsu. Tanpa menjawab Yoshua menghidupkan lampu kabin.
Lewat cahaya lampu Si Bungsu melihat paha kiri Yoshua bergelimang darah. "Tembus kebelakang?" tanyanya.
Yoshua menggeleng. Si Bungsu tahu, peluru yang bersarang dipaha itu pastilah amat sakit. "Kenapa kau tak
membawa Angela. Kau tak berhasil menemukannya?" tanya Yoshua sambil membelokkan mobil kekanan
hampir sembilan puluh derajat.
Jalan yang mereka lalui sepi. Nampaknya Yoshua memilih jalan diantara gedung-gedung tua yang kalau
siang hari fungsinya hanya sebagai gudang. "Saya bertemu dengannya. Malah pintu penjara sudah saya buka.
Tapi dia menolak untuk dibawa. Katanya dia ditahan disana hanya untuk keamanannya. Pembunuhan kennedy
adalah pembunuhan tingkat tinggi. Dia diamankan karena mengetahui dimana pembunuh itu berada?" "Lalu
kenapa dia berteriak menyampaikan pesan itu padamu ketika dia berada didepan kamera televisi ketika
ditangkap itu?" Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 540
Si Bungsu terdiam. Ternyata Yoshua juga menangkap dan mengerti kepada siapa isyarat Angela itu di
sampaikan. "Saya tak tahu kenapa, Yoshua.." di mulut gang, sebuah sedan patroli polisi tiba-tiba menghadang.
"Tekankan kakimu kedepan kuat-kuat Bunngsu?" kata Yoshua. Dia memperlambat mobil didepan sana baru
akan turun, Yoshua tiba-tiba menekan gas. Membelok kekiri, menghantam bagian belakang, mobil polisi itu.
Mobil yang mereka tumpangi terguncang hebat ketika tubrukan dengan mobil polisi itu terjadi. Mobil
polisi itu berputar. Pantatnya menghadap kearah yang kini mereka tuju. Sementara kepalanya menghadap
kearah mereka datang tadi. Dua polisi yang sudah mencabut pistol, terbelalak matanya melihat mobil yang
mereka cegat itu menambahkan kecepatan. Dan kedua polisi itu menyuruk kemobil ketika melihat mobil yang
mereka cegat itu akan menabrak buntut mobil mereka. Dan ketika benturan keras itu terjadi, mereka mencoba
mencari pegangan. Tubuh mereka saling bertubrukan, pistol yang mereka pegang terlempar entah kemana.
"Setan! Babi! Jahanam..!" rutuk polisi yang berpangkat Sersan sambil meraba kepalanya yang bengkak.
Teman yang satunya lagi tak bicara, hanya mengeluh mengaduh-ngaduh. Tangannya menghapus darah
yang mengalir dari hidungnya akibat dihantam kepala temannya sendiri. Ada beberapa saat berlalu barulah
goncangan mobil itu berhenti. Mereka merangkak keluar dan melihat pistol mereka tergeletak di parit kecil.
Dan mobil yang mereka hadang tadi sudah tak kelihatan lagi bayangannya. Yang hidungnya berdarah itu,
segera menghidupkan mesin mobil. Kemudian mengadakan kontak dengan mobil patroli lainnya, melaporkan
buronan yang mereka cegat lolos.!
Si Bungsu juga terlambung-lambung tatkala mobil yang disopiri Yoshua itu menghantam belakang mobil
polisi tersebut. Namun Yoshua nampaknya telah memperhitungkan tubrukan besar itu. Sebab dia masih
mengemudi dengan tenang. Dia membawa mobilnya berbelok-belok diantara bangunan-bangunan tua
dibahagian selatan kota Dallas itu. Nampaknya dia tetap menghindari muncul dijalan raya agar tak berpapasan
dengan patroli polisi. Suatu saat mobil dia hentikan dengan mendadak ditempat yang gelap. Kemudian bergegas turun. Si
Bungsu mengikuti Indian itu. Turun dari mobil dan bergegas mengikuti Yoshua yang terpincang-pincang dari
belakang. Indian itu nampaknya tahu benar apa yang dia lakukan. Dia menuruni sebuah anak tangga.
Nampaknya jalan menuju kesebuah ruangan bawah tanah. Senter ditangan Yoshua menerangi jalan itu.
Setelah menuruni lima anak tangga, mereka menemui sebuah pintu kecil. Pintu dihantam dengan kuat
oleh Yoshua dengan kakinya. Pintu itu terpental, mereka masuk. Dibalik pintu itu ada ruangan besar yang
lantainya penuh debu. Bahagian selatan dimana mereka kini berada, merupakan gedung-gedung tua yang telah
ditinggalkan pemiliknya. Yoshua melangkah melintas ruangan besar berdebu itu. Di Ujung dia membuka lagi
sebuah pintu, bergegas masuk dengan Si Bungsu di belakangnya.
Yoshua nampaknya kenal betul ruangan yang mereka masuki ini. Dia sangaat mengenal setiap ruang dan
gang yang mereka masuki. Setelah melewati dua ruangan lagi, Yoshua membawa Si Bungsu menaiki sebuah
anak tangga. Di atas mereka membuka sebuah pintu, lalu sampai disebuah ruangan yang tak terlalu besar.
Ketika senter diarahkan kearah suatu tempat, Si Bungsu segera tahu, ruangan itu adalah ruangan dimana
terakhir mereka meninggalkan tubuh Norris, Kapten polisi kota dallas itu terikat dan terbius!
Kapten itu masih terlihat tergeletak diatas meja berdebu dengan tangan terborgol. Yoshua melangkah
kesana. Memeriksa mata Kapten itu. Memastikan apakah dia masih hidup atau sudah mati. "Dia masih hidup..
sebentar lagi sadar.." katanya. Sambil menarik nafas panjang dia duduk disebuah kursi reot. Menyenter luka
dipahanya. Si Bungsu mendekat. "Pelurunya bisa aku keluarkan.." katanya pelan. "Ya, saya yakin itu. Kini kau
lakukanlah, Bungsu?" "Anda harus menggigit sesuatu?" "Jangan kuatir, kau keluarkan saja peluru jahanam itu
dari kakiku?" Si Bungsu masih ragu. Namun yoshua terus mendesak, maka tak ada jalan lain bagi dia, Si Bungsu segera
mencongkel peluru itu dari paha si Indian itu. Dia menggoyangkan tangan kanannya. Dan secara otomatis,
sebuah samurai kecil yang tersembunyi dilengannya meluncur turun ketelapak tangannya. Dia
menyingsingkan lengan bajunya. Untuk pertama kalinya Yoshua melihat dikedua lengan anak muda itu, diikat
dengan sebuah tali dari kulit terselip enam buah samurai kecil yang besarnya hanya sejari telunjuk. Tiga
dilengan kiri dan tiga dilengan kanan. "Maaaf?"kata Si Bungsu.
Lalu tanpa menunggu jawaban, dia mulai bekerja. Pertama yang dilakukannya adalah mengiris paha
yoshua. Diiris untuk memperbesar lobang yang kecil bekas peluru tersebut. Sementara Yoshua sudah selesai
mengikat pangkal pahanya dengan ikat pinggang. Si Bungsu mengiris paha Yoshua cukup dalam. Ternyata
peluru didekat tulang paha. Sedalam itu pula Si Bungsu terpaksa mengiris daging paha Yoshua. Namun Indian
itu sedikitpun tak terdengar mengerang atau mengaduh. Sayatan samurai kecil yang tajam itu didaging
pahanya seperti tak dia rasakan. Meskipun peluh telah membasahi wajah dan tubuhnya. Si Bungsu merinding
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 541
juga melihat ketahanan tubuh si Indian tua ini. Dia cepat mencongkel peluru tersebut. Kemudian menghapus
darah yang menggenang disekitar luka.
"Nah, saya rasa selesai sudah?" katanya. Yoshua menyenter luka yang menganga dipahanya. Dan
merogoh kantongnya, mengeluarkan sebuah botol pipih persegi. "Tolong terangi dengan senter?" katanya. Si
Bungsu mengambil senter itu, kemudian menerangi luka tersebut dengan cahaya senter yang makin redup
karena kelamaan dipakai. Yoshua menuangkan isi botol yang tak lain adalah alkohol keluka tersebut. Hal itu
diperlukan mencegah infeksi. Si Bungsu tahu betapa pedihnya luka yang disiram alkohol.
Ke Dallas Menuntut Balas-bagian-525-526
Namun Indian itu tetap diam bertahan. Mereka disadarkan dari kebisuan yang mencekam itu ketika dari
samping mereka terdengar suara mengerang pelan. Si Bungsu menyenter kearah suara itu. Mereka melihat
Norris mulai bergerak. Mula-mula dia menggerakkan kepala, lalu matanya menatap kearah senter, memicing
karena silau. Lalu menyumpah-nyumpah. "Laknat, kalian akan mendapat hukuman setimpal atas hal ini.."
rutuknya. Dia berusaha dan bersusah payah untuk duduk. Yoshua memegang bahunya dan menariknya hingga
perwira polisi dallas itu terduduk. "Kini dengarkan Kapten, apa penyebab ditahannya Angela dipenjara itu.?"
"Kalian tak kan pernah bisa masuk kesana. Penjara itu.." "Tak perlu kau komentari. Kami baru saja dari sana.
Kini kau jawab saja apa maksudmu menahannya. Bukankah kau tahu dia tidak ada sangkut pautnya dengan
pembunuhan Kennedy" Bukankah kau sendiri yang menerima teleponnya tentang adanya seorang bersenjata
yang mencurigakan di pustaka tua itu, yang menurut kalian adalah anggota FBI dan ternyata orang itu yang
membunuh Kennedy?" Norris tak segera menjawab. Barangkali sulit baginya untuk mencari cara untuk menjelaskan persoalan
ini pada kedua orang yang memborgolnya itu. Satu hal tiba-tiba membuat Si Bungsu agak terkejut, yaitu subuh.
Ya, subuh telah datang lewat cahaya teram temaram yang membias lewat kisi-kisi tinggi di gedung tua itu. Dia
melihat keatas. Yoshua juga. Norris juga. Subuh telah datang, berarti kesempatan mereka untuk meloloskan
diri dari kepungan polisi makin tipis. "Hari telah siang.." tanpa sengaja Si Bungsu berkata pelan.
Dan ucapannya memang tak perlu dikomentari yang lain. Yoshua mematikan lampu senternya yang
telah redup. Kini cahaya diruangan itu remang-remang. "Boleh saya merokok?" ujar Norris perlahan. Yoshua
merogoh kantong Norris. Di kantong kirinya hanya ada lambang kepolisiannya. Di kantong kanannya baru
ditemukan sebungkus rokok. Rokok itu diambilnya sebatang, meletakkannya di bibir norris, lalu memasukkan
kembali sisa rokok yang hanya tinggal setengah bungkus itu kekantong perwira polisi itu. Dari kantong celana
sebelah kanan Norris Yoshua menemukan Lighter. Menghidupkannya dan menyulut rokok yang ada di mulut
polisi dallas itu. Norris menghisapnya dalam-dalam dan memejamkan matanya. "Terima kasih.." katanya
sambil kembali menghisap rokoknya dengan nikmat. Kemudian menghembuskan asapnya lewat hidung dan
mulut. "Kalian akan tertangkap disini.." Norris berkata pelan. "Mereka hanya bisa menangkap kami, setelah
engkau kubunuh?" ujar Yoshua dengan datar. "Jika itu kau lakukan, regu tembak akan membunuhmu?" "Heee..
hee.. Sejak kapan di Dallas ini tak berniat menggantung orang Indian?" Norris tak menjawab sindiran Yoshua
yang tajam itu. "Kini jelaskan, kenapa gadis itu kalian sekap dipenjara itu.." ujar Yoshua lagi. "Jalan itu satusatunya untuk menyelamatkannya dari pembunuhan?" "Tapi penangkapannya disiarkan televisi secara
langung bahwa dia salah satu dari komplotan dari pembunuh itu.." "Itu hanya taktik?" "Tapi taktik itu akan
menghancurkan hidupnya. Orang mengenalnya dikota ini. Dan orang selalu akan mengganggapnya sebagai
pembunuh.." "Bukankah tempat untuk hidup tidak hanya dikota ini" Masih banyak kota lain didunia. Dengan
uang yang cukup orang bisa hidup di Hawaii, Florida, Eropa?" Yoshua meludah.
"Kalian para penegak hidup haram jadah. Saya punya keyakinan, engkau ikut dalam mata rantai
pembunuhan Kennedy, Kapten?" Norris tak bereaksi. "Kalau aku tak salah, menurut Angela kau dulu bertugas
di kota ini Kapten. Kemudian dipindahkan ke New York. Dua pekan sebelum kunjungan Kennedy ini, kau
dipindahkan pula kemari sebagai seorang perwira Intelijen. Dibawah pengawasanmu, presiden terbunuh"."
Norris masih tak bereaksi apa-apa. Dia menghisap rokok. Memicingkan mata ketika menghembuskan
asap rokok tersebut. Di luar pagi telah datang. Di kejauhan terdengar sirene mobil polisi mondar-mandir.
Namun nampaknya mereka belum menemukan mobil yang tadi ditinggalkan Yoshua dan Si Bungsu diluar sana.
Mereka juga tak tahu tak jauh dari tempat mereka mondar-mandir orang yang tengah mereka cari tengah
berbincang-bincang justru dengan salah seorang perwira mereka. Yoshua menatap pada perwira polisi Kota
Dallas itu dan berkata. Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 542
"Jika penangkapan gadis itu merupakan taktik yang datang darimu, Kapten, maka taktikmu itu akan
menghancurkan hidupnya. Taktikmu itu jelas menyembunyikan komplotan yang barangkali kalian atur dengan
rapi. Kau tak layak hidup atas perbuatanmu itu, Kapten. Membiarkan seorang pembunuh bersembunyi
ditempat yang akan dilalui Presiden, dan setelah Presiden terbunuh, kau justru menangkap orang lain. Seorang
gadis yang justru pernah mencintaimu, dan yang telah melaporkan tentang pembunuh itu jauh sebelum
presiden lewat di sasaran tembak bedilnya"."
Yoshua berhenti bicara menanti reaksi perwira itu. Dan Norris memang kali ini bereaksi. Reaksi
pertamanya ketika Yoshua berkata bahwa Angela pernah mencintainya. Norris sesaat menatap pada Si Bungsu.
Dan kemudian menoleh pada Yoshua dan mulutnya menyumpah panjang pendek. Dan Yoshua, entah mengapa,
tiba-tiba menghantam mulut perwira itu dengan keras. Tubuh Norris sampai terpental, saking kuatnya pukulan
itu. Si Bungsu jadi kaget kenapa yoshua benar-benar berang pada Norris. Karena tangannya masih diborgol,
Norris berusaha bangkit dengan susah payah. Namun Yoshua seperti kesetanan, kakinya melayang
menghantam rusuk norris. "Jahanam, Injun biadab. Kalian memang suku biadab..!" Ucapannya terhenti lagi ketika tendangan
Yoshua menghajar kepalanya! Si Bungsu kaget bukan main. Namun dia tak berniat mencampurinya. Tubuh
Norris tertelentang dengan bibir dan hidung berdarah. Dia terjajar pingsan. Yoshua bergerak mendekatinya.
Membuka pakaian perwira itu, melucutinya hingga tinggal kolornya saja. Dia memakai, pakaian sipil perwira
itu. Kelihatan agak pas, meskipun ada bagian yang kelihatan kekecilan. Sebab tubuh Yoshua memang berotot
karena bekerja di perkebunan. "Kita tinggalkan dia?" katanya sambil membuka borgol Norris.
Mereka kemudian melangkah meninggalkan ruangan itu. Namun Norris rupanya berpura-pura pingsan.
Ketika dia mengetahui kedua orang itu meninggalkannya, dia segera beraksi. Dia membuka mata, dan melihat
pistol yang malam tadi diambil oleh Indian itu, kini terletak sejangkauan tangan darinya. Pistol itu dilemparkan
oleh Indian yang dia sebut "injun" itu. Injun adalah sebutan penghinaan buat suku Indian. Mungkin sama kalau
orang menyebut "niger"pada orang negro.
Dia bangkit dan meraih pistolnya cepat. Lalu menembak kearah injun yang kini telah berada sekita
sepuluh depa darinya. Tapi, yoshua memang memasang perangkap. Dia tahu Norris tidak pingsan. Dia tahu
kalau perwira itu pura-pura tak sadar. Makanya dia memancing dengan melemparkan pistol itu kedekat polisi
itu ketika akan pergi. Yoshua bukannya tak tahu, ketika norris membuka mata, begitu mereka membelakangi
dan ketika Norris membidik, Si Bungsu terkejut. nalurinya mengatakan bahaya mengancam. Dia membalik dan
tangannya berayun. Dua bilah samurai kecil melesat dengan cepat. Dan saat itu pistol Norris bergema.
Namun pelurunya menghantam kaca. Sementara tubuhnya sendiri melosoh jatuh. Yang bergerak tidak
hanya Si Bungsu, Yoshua yang telah dari tadi memasang perangkap juga berbuat sama. Norris tertelentang
mati. Tangan kananya tertancap dua bilah samurai kecil milik Si Bungsu. Yang membunuhnya bukan dua
samurai, itu hanya melumpuhkan nadi dan bukan untuk membunuhnya. Yang membunuhnya justru kapak
kecil yang dilemparkan sambil berbalik oleh Yoshua dalam jarak sepuluh depa itu. Kapak kecil yang terbuat
dari kuningan itu menancap diantara alis norris!
Si Bungsu menoleh pada Yoshua. Yoshua berjalan cepat kearah norris. Mengambil kapak kecilnya,
kemudian mencabut samurai kecil milik Si Bungsu dari tangan Norris. Lalu berjalan lagi kearah Si Bungsu yang
masih saja tertegun ditempatnya. Dia tak mengerti ada dendam apa diantara yoshua dan Norris, hingga dia
menghabisi nyawa perwira polisi tersebut. "Cepat, kita harus keluar dari tempat ini?"ujar Yoshua sambil
bergegas menuju jalan lain dari mereka tempuh untuk masuk malam tadi.
Si Bungsu juga bertindak cepat, karena sayup-sayup terdengar sirene polisi mendekat. Mereka
menuruni sebuah tangga berdebu, nampaknya jalan ini menuju ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai
gudang. Suara langkah mereka terdengar bergema dalam ruang pengap dingin dan remang-remang.
Ke Dallas Menuntut Balas -bagian- 527-528
Mereka turun lagi kesebuah ruangan yang berisi air sehingga mata kaki. Tikus kelihatan berkeliaran
dengan mata merah menatap terheran-heran pada manusia yang barangkali sudah beberapa tahun tak mereka
lihat. Mereka kini berada diruangan bawah tanah. Tak lama kemudian, mereka menaiki tangga.
Setelah naik cukup tinggi, dan akhirnya keluar disebuah ruangan kecil. Diluar ada kendaraan simpang
siur. Yoshua kenal betul tempat ini. Mereka mengintip lewat jendela yang kabur oleh debu. Memperhatikan
kalau-kalau diluar ada patroli polisi. Namun keadaan aman.
"Nampaknya engkau mengenal tiap sudut kota ini?"kata Si Bungsu pelan sebelum mereka keluar.
"Dahulu gedung ini adalah tempat membuat sepatu. Saya bekerja disini. Hampir sepuluh tahun jadi buruh
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 543
gedung ini. Akhirnya perusahaan bangkrut, sahamnya dijual pada orang lain. Saya berhenti dan bekerja di
perkebunan. Itulah sebabnya saya sangat mengenal setiap lobang dan lorong disini. Kini kita keluar?"
Sesaat mereka tegak dibawah bayang-bayang teras yang buram. Beberapa buah taksi lewat di depan
mereka. Mereka masih berdiam diri diam, meneliti gang kiri sampai keujung sana. Gang kanan juga demikian.
Nampaknya gang ini tak banyak dilewati orang. Agak sepi. Tak jauh dari mereka, di gang sebelah kanan, kedua
orang anak-anak Negro tengah duduk dikaki lima. Pakaian mereka compang-camping. Tak jauh dari mereka
kelihatan dua ekor anjing kejar-kejaran. Kedua anjing itu kurus. Di gang sebelah kiri kertas-kertas beterbangan
ditiup angin. Debu terangkat naik keatas. Seorang perempuan setengah baya, yang datang entah darimana,
menutup hidungnya dengan tangan. "Kita pergi?" kata Yoshua ketika disebelah kiri dia lihat sebuah taksi.
Mereka meninggalkan tempat dibawah bayang-bayang gedung tua itu. Tegak dipinggir jalan, dan Yoshua
memberi isyarat pada taksi itu. Taksi berhenti. Yoshua membuka pintu, dan masuk lebih dulu, kemudian
menyusul Si Bungsu. Yoshua menyebutkan sebuah alamat. Dan taksi itu meluncur. Lima blok dari tempat
mereka naik tadi taksi itu berhenti. Yoshua menyetop taksi lain. Kemudian menyebutkan lagi sebuah tempat.
Dengan cara beranting demikian, akhirnya mereka sampai dirumah. Malam harinya, mereka mendengar berita
yang mengejutkan. Pembunuh Kennedy yang bernama Oswald yang ditangkap dipustaka bekas gedung teater
itu, yang kemudian ditahan disebuah penjara bawah tanah di salah satu bahagian kota Dallas yang amat
dirahasiakan, telah ditembak mati!
Penembaknya tertangkap saat itu juga. Menurut televisi Amerika, penembakan terjadi tatkala
serombongan polisi datang kepenjara itu untuk menjemput Oswald. Dia dibawa dari ruang tahanannya dengan
pengawalan yang sangat ketat. Tapi ketika berada dijalan menuju keluar, masih dalam gedung penjara itu juga,
seorang lelaki dalam jarak hanya dua meter, mencabut pistol dan menembak Oswald tiga kali hingga mati
disana.! Kejadian itu persis berada didepan mata polisi dan FBI yang selusin banyaknya itu! Dan tak ada yang
tahu persis, kenapa orang yang menembak Oswald itu, yang bernama Jack Ruby, bisa lolos dan berada dalam
bangunan penjara bawah tanah itu! Anggota komplotan "tingkat atas" itu, kata siaran televisi tersebut,
khawatir kalau Oswald sampai diadili lelaki itu akan bicara membuka rahasia mereka. Karena itu, Oswald harus
dibunuh. Untuk itu disewa seorang lelaki yang memang tak ada sangkut pautnya dengan pembunuhan itu.
Lelaki itu adalah Jack Ruby. Untuk bisa masuk kepenjara bawah tanah itu, komplotan tingkat atas itu mengatur
permaianan dengan pihak FBI dan kepolisian Dallas. Jika tak demikian mustahil pembunuh itu bisa berada
diantara lusinan aparat di tempat yang amat dirahasiakan itu. Dan berhasil pula menembak Oswald dari jarak
dekat. Dua hari kemudian, sebuah berita televisi membuat Si Bungsu terhenyak lemah. Pada acara lewat tengah
hari, masih dalam rangkaian pembunuhan Kennedy, televisi menyiarkan bahwa seorang polisi wanita kota
Dallas berpangkat letnan bernama Angela, dan seorang perwira bernama Norris juga terbunuh dalam
rangkaian yang sama dengan pembunuhan Kennedy.
Si Bungsu tak mampu bicara. Dia teringat pada pertemuan terakhirnya dengan Angela di penjara itu.
Gadis itu menolak untuk ikut dengannya. Alasannya dia merasa aman dipenjara itu, dia ditahan disana karena
untuk menghindar dari jangkauan pembunuhan. Siapa nyana, dia ditahan disana justru memudahkan orang
untuk membunuhnya! Si Bungsu mendengar isak tertahan dibelakangnya. Ketika dia menoleh, dia lihat
Elizabeth, istri Yoshua yang masih cantik itu mengusap air matanya. Perempuan itu merasa sangat kehilangan
atas kematian Angela! Persabatan mereka yang cukup singkat itu, ternyata meninggalkan bekas yang dalam dihatinya. Si
Bungsu untuk beberapa hari tak bisa bicara. Dia benar-benar merasa terpukul atas kematian Angela. Dia tahu,
gadis itu mencintainya. Kenapa dia tak memaksanya untuk keluar dan melarikan diri dari kamar tahanannya
malam itu" Tapi gadis itu yang bersikeras tak mau keluar. Dia amat merasa aman dalam penjara itu. Dan kini,
lihatlah. "Kau ingat betapa aku bertindak amat keras terhadap Kapten Norris saat itu?" yoshua bertanya pada
Si Bungsu yang tengah duduk termenung diberanda belakang. Si Bungsu menoleh pada Indian itu. Dan tanpa
menjawab, dia kembali mengingat betapa yoshua sengaja memancing agar Norris mempergunakan pistol,
kemudian disudahi nyawanya dengan kampak Apachenya.
"Kapten itu adalah seorang yang amat licik. Saya mengenal manusia dengan melihat matanya. Saya yakin,
Kapten itu membuat suatu perangkap untuk Angela. Dan saya juga yakin Kapten itu terlibat dalam komplotan
pembunuhan Kennedy. Itulah sebabnya saya tak membiarkan dia hidup?" ujar Yoshua perlahan. Si Bungsu
hanya mendengarkan dengan diam. Ingatannya terhadap hari-hari ketika bersama Angela membuncah
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 544
pikirannya. Dia ingat pertemuannya dengan Angela ketika dia berhasil menerobos malam itu kepenjara dimana
gadis itu ditahan. Dan mengajaknya lari. Saat itu Angela berkata.
"Saya harus disini, Bungsu. Saya tak bisa berada diluar. Saya tak sangsi pada kemampuanmu. Tapi kemana
saya harus pergi dinegeri ini" Ini negeri saya. Saya tak mau jadi buronan. kau mengerti maksudku bukan?" Lalu,
Angela dalam isaknya berujar "Terimakasih kau melihatku disini, saya amat meridukanmu" saya amat
kehilanganmu.. oh?" Saat itu terdengar derap suara sepatu berlarian. "Jika itu pilihanmu, saya harus pergi


Tikam Samurai Karya Makmur Hendrik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Angela?" ujarnya. "Bungsu, aku masih berharap engkau masih akan menantikanku keluar dari tempat ini.." ujar
Angela. Lamunan Si Bungsu diputus oleh suara Elizabeth. "Dia amat mencintaimu, Bungsu.. amat
mencintaimu?" Dia seperti tertelan sesuatu yang amat pahit. Namun dia jawab juga ucapan perempuan itu.
"Terimakasih, mam. Terimakasih. Tapi" Kini dia telah tiada?" ujarnya perlahan dengan fikiran masih
menerawang. Untuk apalagi dia berada di Amerika ini" Dia datang kebenua asing ini untuk mencari Michiko. Tongky,
sahabatnya, terbunuh dalam upaya mencari kekasihnya. Perempuan yang dia cari itu telah ditemukan. Dia telah
menikah. Untuk mencari Michiko dia kemudian dibantu oleh Angela. Kini gadis itu terbunuh pula. Kenapa
kehadirannya dimana-mana selalu dikelilingi bencana dan gelimang darah" Adakah yang salah dengan suratan
nasibnya" Sejak ayah, ibu dan kakaknya terbunuh di Situjuh Ladang Laweh di tangan Saburo Matsuyama,
sampai hari ini, hidupnya berkisar antara letusan senjata dan sabetan samurai!
Berapa orangkah yang telah mati ditangannya atau yang mati dengan kehadirannya" Sebelas, tiga puluh,
seratus" Ah, dia tak bisa lagi menghitung. Tak bisa lagi dihitung! Kematian sudah sesuatu yang amat lumrah
dalam kehidupannya. Apakah dia lahir dengan sebuah kutukan, sehingga demikian banyak mayat
bergelimpangan disekitar kehidupannya."
Hari-hari setelah itu menjadi hari-hari yang murung bagi Si Bungsu. Tiap hari kerjanya hanya
mendengar siaran radio dan televisi. Berita kedua media itu, termasuk surat kabar, didominasi oleh siaran
seluk beluk kematian Kennedy. Presiden yang dianggap sebagai reinkarnasi dari Abraham Lincoln. Presiden
yang dianggap (dan memang demikian adanya) amat dekat orang-orang Negro dan Indian. Dua suku bangsa
yang saat itu amat dikucilkan masyarakat kulit putih, yang merasa dirinya amat superior.
Ke Dallas Menuntut Balas -bagian- 529-530
Tentang pembunuhan Kennedy, pemerintah membentuk suatu komisi penyelidik yang di ketua oleh
Warren. Hasil penelitian komisi ini amatlah kontroversial. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa presiden
dibunuh oleh seorang pembunuh, yaitu Lee Harvey Oswald. Dan orang itu disampaikan oleh komisi sebagai
orang yang tidak waras. Artinya, pembunuhan ini berdiri sendiri. Dia membunuh presiden karena tidak waras. Dus, tak tahu
siapa yang dibunuhnya. Dan tak seorangpun yang berdiri dibelakang pembunuhan ini. Artinya, kalau pun
Oswald tidak dibunuh oleh Jack Ruby, dan diseret kepengadilan, karena tidak waras. Maka orang ini tak bisa
dihukum! Sebab menurut hukum, seorang yang tak waras tak bisa di mintakan pertanggungjawaban atas apa yang
diperbuatnya! Paling-paling pengadilan hanya akan memutuskan bahwa pembunuh itu harus dirawat di rumah
sakit jiwa, dibawah pengawasan dokter!
Si Bungsu menjadi saksi sejarah, tatkala hasil penyelidikan komisi Warren ini menimbulkan gelombang
protes hebat dari segenap lapisan masyarakat Amerika, termasuk Dallas. Namun gelombang itu seperti
menerpa dinding karang yang amat terjal dan kukuh. Tragedi berikutnya justru kembali menimpa keluarga
Kennedy. Yaitu dalam pemilihan Presiden berikutnya. Adik Jhon F Kennedy, yaitu Robert kennedy, yang menjabat
sebagai Jaksa Agung Amerika Serikat ketika kakaknya jadi Presiden, maju sebagai calon presiden berikutnya
Lyndon B Jhonson. Tapi apa yang terjadi" Kennedy yang satu ini tertembak mati! Saat dia nyaris sudah
mencapai kursi kepresidenan di Gedung Putih.
Apakah yang terjadi dengan keluarga Kennedy yang legendaris itu" Cukup lama waktu berlalu saat
kongres Amerika serikat memutuskan membentuk komisi sendiri untuk menyelidiki kebenaran laporan
komisi Warren yang menghebohkan itu.
Setelah bekerja berbilang tahun juga, komisi kongres itu sampai pada kesimpulan bahwa laporan komisi
warren yang terdahulu, yang menyatakan pembunuh Kennedy yang bernama oswald itu seorang yang tak
waras dan pembunuhan itu berdiri sendiri tanpa ada otak dibelakangnya adalah bohong besar!.
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 545
Komisi kongres Amerika Serikat sampai pada kesimpulan yaitu setelah menemukan bukti-bukti,
Presiden Kennedy dan saudaranya Robert Kennedy dibunuh oleh persekongkolan maut kelompok MAFIA!
"Tentu saja kami tidak menemukan revolver yang masih berasap." kata salah seorang dari anggota komisi itu.
Jejak-jejak pada waktu sebelum dan sesudah pembunuhan itu telah dihapus dengan cermat sekali.
Namun setelah dua setengah tahun mengadakan penyelidikan, menginterview ribuan orang, mulai dari
pejabat, polisi, pedagang, orang yang lewat, penonton televisi, dan menelan biaya jutaan dollar. Komisi itu
berhasil menemukan suatu komplotan yang memusuhi Kennedy bersaudara itu. Menurut penyelidikan komisi,
semula sasaran utama untuk dibunuh komplotan mafia itu adalah Robert Kennedy, yang waktu itu menjabat
Jaksa Agung Amerika Serikat.
Laporan tersebut menyebutkan kalau Robert Kennedy sebagai jaksa agung mencurahkan segala upaya
dan kemampuannya untuk menumpas kejahatan yang ada di Amerika. Kejahatan yang dia maksud, yang akan
dia tumpas adalah kelompok mafia. Ya, apalagi induk kejahatan di Amerika kalau bukan Mafia! Memang ada
komplotan lain yang juga sadis, yaitu Klu Klux Klan. Namun ada perbedaan yang menyolok antara kedua
kelompok penjahat ini. Klu Klux Klan hanya menujukan terornya pada penduduk Indian dan terutama Negro.
Sementara mafia menujukan kejahatan pada semua bangsa. Tak peduli orang manapun.
Klu Klux Klan tidak menentukan dalam hal perekonomian. Mafia amat memegang peranan dalam hal
yang satu ini. Mengatur segala sesuatu di Amerika. Mereka adalah perantau-perantau dari pulau Sicilia di Eropa
sana. Mereka bisa mengatur siapa yang akan menjadi gubernur di suatu negara Bagian. Mengatur siapa anggota
senat yang akan diangkat. Mereka juga mengatur pembunuhan-pembunuhan politik. Dan inilah tugas utama
Jaksa Agung Amerika itu, menumpas Mafia. Motonya adalah Amerika menumpas Mafia atau Mafia yang akan
menumpas Amerika.! Lebih lanjut Komisi Kongres Amerika itu melaporkan : Dengan membunuh Bob (panggilan dari Robert
Kennedy) para anggota Mafia harus pula menghadapi kemarahan Abang Jaksa ini, yaitu Presiden Amerika
Kennedy. Mungkin Presiden akan mengerahkan angkatan bersenjata untuk memberikan pukulan yang
mematikan Mafia. Mengingat akibat yang besar ini, maka sasaran utama segera ditukar. Yang dibunuh
terdahulu haruslah si Presiden! Jika akan membunuh ular, pukul kepalanya. Bukan ekornya! Jika presiden
sudah mati, adiknya dengan mudah dihabisi.
Dengan demikian, bertukarlah sasaran utama pembunuhan yang direncanakan mafia tersebut, kedua
rencana itu ternyata berhasil. Kennedy dibunuh tahun 1963, adiknya terbunuh dalam masa pemilihan di tahun
1968! Komisi Kongres Amerika dalam penyelidikannya membuktikan pula hubungan yang jelas antara kedua
pembunuhan kakak beradik itu. Yang selama ini disiarkan atau diduga dilakukan oleh berbagai pembunuh yang
bertindak sendiri-sendiri.
Sebagai tokoh-tokoh inti dalam komplotan membunuh kedua Kennedy bersaudara itu, komisi menyebut
dua orang pimpinan penting Mafia, yaitu Garlos Marcello alias "Kaisar Louisiana" yang menguasai dunia
Gangster di belahan tenggara Amerika Serikat, dan Santos Trafficante, raja perdagangan gelap heroin di
Florida. Komisi berpendapat, dalam mempersiapkan pembunuhan Presiden di Dallas itu, Marcello dan
Trafficanto membatasi hanya mengeluarkan perintah- perintah saja. Kontak-kontak antara mereka dengan
Oswald serta beberapa orang Cuba anti Castro, yang ingin menggagalkan suatu pendekatan antara Kennedy
dengan pimpinan Cuba tersebut. Di selenggarakan oleh beberapa orang "Letnan" Mafia, Sam Giancana dari
Chicago dan Jhon Roselli dari Miami.
Pada tahap persiapan itu, Jim Hoffa pun memainkan peranan penting. Hoffa adalah seorang tokoh
menonjol dalam dunia kejahatan dan menjadi presiden suatu sindikat yang paling berkuasa di Amerika Serikat.
Yaitu sindikat "supir pengangkut barang". Hoffa memang tengah terlibat dalam suatu" peperangan" yang siasia melawan Jaksa Agung Amerika Serikat, Robert Kennedy, yang sudah hampir berhasil melemparkannya
kepenjara. Agen-agen penghubung Hoffa ini mempunyai seorang pembantu di Dallas, namanya"Jack ruby!
Komisi menganggap Ruby sebagai salah satu tokoh sentral dalam komplotan tersebut. Pembunuh ini
telah menerima perintah untuk menembak mati Oswald! Oswald harus ditembak mati ketika dibawa dari
penjara bawah tanah Dallas. Tugas ini berhasil dengan baik, berkat kerja sama dengan beberapa anggota polisi
Dallas! Jauh sebelum peristiwa itu, tepatnya pada 4 April 1961, seorang lelaki berperawakan kecil, dengan
rambut agak beruban sedikit di pelipis kiri dan kanan, sedang melangkah menuju kantornya di New Orleans.
Pada jarak tertentu berjalan para tukang pukulnya, mengawasi Boss ini dengan seksama. Menjaganya
dari berbagai kemungkinan yang tak diingini. Mereka bukan hanya ahli karate dan judo yang tangguh, tetapi
juga ahli tembak yang jitu. Di balik bajunya mereka menyelipkan sepucuk pistol berpeluru penuh!
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 546
Orang beruban di pelipis itu, yang bertubuh kecil dan berjalan dengan tenang itu tak lain tak bukan
daripada Carlos Marcello. Tak ada yang tak mengenalnya. Dialah orang yang paling kaya dan paling berkuasa
di Louisiana. Dia pemilik puluhan Casino, hotel, motel, pabrik-pabrik juke box, bar tempat-tempat striptease,
pemimpin perdagangan gelap narkotika, rumah-rumah lacur, dan segala bentuk judi lainnya. Tak seorangpun
berani menyentuhnya. Dia seperti berada di luar jangkauan hukum Amerika. Dia bisa dengan mudah
mengibaskan tangan kirinya ketika ada Jaksa atau Polisi yang mencoba menangkap atau mengusutnya.
Kekuasaannya diperoleh berkat uangnya. Dia menyogok dan "membeli" para penguasa dan polisi
dengan uang dan perempuan. Ini menyebabkan penguasa tak berani dan tak kuasa menghadapinya. Tetapi
pada 4 April 1961 itu, saat dia berada di puncak kekuasaannya itu, ketika sang raja ini tengah melenggang
didepan selusinan anak buahnya. Tiba-tiba beberapa mobil berhenti, dan beberapa lelaki berlompatan keluar
dan meringkus raja tak bermahkota itu.
Tangannya langsung di borgol, ketika dia mencoba meronta dan berkata bahwa dia seorang terhormat,
bahwa para penguasa akan membebaskannya, orang yang meringkusnya itu, yang tak lain dari anggota FBI,
meninju mulutnya hingga pecah. Dan ketika para pengawalnya yang sejak tadi hanya melongo kaget akan
membantu, anggota FBI itu, menodong mereka dengan senapan mesin.
Para tukang pukul itu tak berdaya. Dan orang yang mereka lindungi itu dilemparkan FBI kedalam mobil
yang segera dipacu meninggalkan tempat itu. Mobil itu segera menuju lapangan udara. Disana telah disiapkan
pesawat terbang khusus. Hanya beberapa menit setelah itu dia telah berada di Guatemala! Diusir dari Amerika
Serikat! Suatu penghinaan yang tak ada duanya. Yang membuat para bandit lainnya mengigil ketakutan.
Siapakah yang telah demikian beraninya melemparkan sang raja ini dari tahtanya" Siapakah dia yang
tak mau peduli dan tak takut pada beking raja penjahat ini" Orang itu, yang memerintahkan FBI itu, tak lain
dan tak bukan adalah Jaksa Agung Robert Kennedy!
Tindakan Kennedy itulah yang membangkitkan amarah para tokoh-tokoh Mafia! Namun Marcello hanya
berada di pembuangan selama dua bulan. Mafia menunjukan kalau mereka memang berkuasa di Amerika
Serikat. Dua bulan, Marcello sudah kembali ke Louisiana serta menunjuk ke foto Jaksa Agung Amerika tersebut
sambil mengeluarkan perintah "Cabut paku ini dari sepatu ku!"
Perintah mencabut "paku dari sepatu" itu dikeluarkan dihadapan pertemuan Mafia. Pertemuan para
pemimpin Mafia itu diadakan bulan September 1962. Ketika itu Bob Kennedy baru saja melancarkan suatu
pukulan baru pada organisasi penjahat itu. Seorang tokoh mafia yang sudah tobat, Joseph Falachi,
mengungkapan rahasia-rahasia kejahatan Mafia yang penuh sensasi. Untuk pertama kalinya, cara kerja
organisasi yang ditakuti ini diketahui orang. Hubungan antara sindikat Hoffa dengan Mafia di kemukakan
didepan hakim. Mafia menggelepar-gelepar dihadapan dan cengkraman Robert Kennedy. Mereka bertekad untuk
membela anggota pilihan mereka seperti Hoffa itu. Orang ini baru saja meminjamkan uang sejumlah satu
setengah juta dollar pada Trafficante. Dia juga sering memberi pinjaman pada pimpinan Mafia, dan tak pernah
menagihnya kembali. Dengan demikian Mafia tak bisa berdiam diri ketika Hoffa diterkam kejaksaan agung
Amerika. Namun tindakan pembalasan nampaknya belum dapat dilakukan segera. Kennedy bersaudara juga
tahu, bahwa tindakan Bob yang Jaksa Agung itu merupakan tindakan membangunkan singa yang tidur. Oleh
karena itu, Presiden kennedy menyuruh melindungi adiknya secermat mungkin oleh pihak keamanan. Siapa
nyana, adiknya, terlindung dengan baik sementara dirinya terbuka terhadap rencana pembunuhan. Bulan
September 1963, Bob Kennedy kembali melakukan aksi.
Kali ini gerakannya merupakan aksi menentukan terhadap Mafia. Bulan September itu ratusan Anggoata
FBI serta petugas Kas Negara menyerbu semua casino-casino di Las Vegas. Di tempat mana Trafficante
menanam saham yang besar, Bob tengah mengarahkan bidikannya ke jantung Mafia! Presiden Kennedy juga
tak tinggal diam. Dalam rangka menekan Komisi dia mengirimkan Inspektur-inspektur FBI ke Cuba. Dia
menyuruh kontak orang-orang yang anti Castro di Florida dan Louisiana.
Orang-orang anti Castro itu diminta untuk menghentikan serangan terhadap Cuba. Kennedy tak ingin
Komisi mendapat angin dengan tekanan-tekanan kekerasan. Tekanan itu justru memperkuat komisi.
Sistemnya harus dirubah. Castro harus dirangkul, bukan dimusuhi. Peristiwa itu terjadi setelah skandal Teluk
Babi yang tersohor dan sempat akan memantik Perang Dunia III. Yaitu hancurnya pasukan Amerika yang
mencoba mendarat di Cuba untuk menggulingkan Castro.
Ke Dallas Menuntut Balas -bagian- 531
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 547
Kini Kennedy ingin merangkul Castro, mengikat hubungan baik. Langkah ini ternyata amat di tentang
amat dan tak disukai oleh orang-orang tertentu di Amerika. Dan orang-orang tertentu itu ternyata punya jalur
kuat dalam Mafia. Orang-orang tertentu itu adalah juga penguasa Amerika yang naik ketangga kekuasaan lewat
jenjang yang di buat Mafia.
Mereka lantas mempercepat proses penyingkiran kedua adik beradik Kennedy ini. Komisi Kongres
untuk sementara tak menyebutkan keterlibatan CIA, badan intelijen luar negeri Amerika, terlibat dalam
pembunuhan presiden itu. Namun siapa lagi yang harus bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan Kepala Negara
Amerika, jika bukan badan ini" Dan komisi punya bukti, bahwa CIA punya hubungan dengan semua anggota
Mafia yang disebut Mafiosi, yang terlibat dalam pembunuhan Kennedy bersaudara.
Tatkala fidel Castro tahun 1969 berpaling pada Uni Sovyiet dan menasionalisir seluruh perusahaan
Amerika di Cuba, maka pemarintahan Presiden Esinhower menjadi gelisah dan kalang kabut. Usaha untuk
menyingkirkan Castro dibuat. Pembunuh-pembunuh bayaran direkrut.
Namun prilaku pembunuh bayaran terkadang menggelikan. Salah seorang diantaranya harus
menghidangkan secangkir minuman coklat yang sudah dibubuhi racun kepada Castro. Apa lacur, saat
menghidangkan itu dia ketakutan dan menggigil sedemikian rupa sehingga dia tertangkap basah. Yang lainnya
menyembunyikan sebutir pil beracun dalam krim untuk rias muka Castro saat akan tampil di depan televisi.
Namun karena suatu hal, pil itu ternyata sudah meleleh. Dan tugasnya pun gagal.
Komisi penyelidikan Senator Chruch, yang tidak menaruh perhatian terhadap makar di Dallas, tetapi
cuma pada rencana-rencana pembunuhan terhadap Castro, menganggap telah mendapatkan seorang saksi
yang penting pada diri Jhony Roselly. Dia ini diancam dengan ancaman dengan pengusiran dari Amerika Serikat
apabila tak bersedia jadi saksi.
Roselly berumur tujuh puluh tahun dan tak ingin sampai diusir dari Amerika. Namun diapun sudah tahu,
memberikan kesaksian sama artinya dengan bunuh diri. Komisi menjanjikan identitas baru, tempat
persembunyian yang baik dan uang 100 ribu dollar padanya. Roselly setuju, namun dia hanya mengungkapkan
sebagian saja dari masalah yang amat rahasia itu. Yaitu bagaimana dia dihubungi CIA untuk menyingkirkan
Castro. Pada tanggal 8 Agustus mayat Roselly terdampar di pantai di teluk Miami. Delapan hari sebelum itu,
pada tanggal 30 Juli, tokoh penghubung lainnya antara Mafia dan CIA, Jimmy Hofman, telah hilang dari
rumahnya di Detroit. Mayatnya tak pernah diketemukan. Senator Cruch mengira masih ada cara lain, yakni
melalui Ciancana. Setelah terjadi makar di Dallas terhadap Presiden Kennedy, Ciancana lari ke Meksiko. Di sana
dia memakai nama palsu dan tinggal di sebuah rumah mewah yang mirip sebuah Puri dekat Cuernavaca.
Senator Churc yang mengepalai komisi kongres itu menyuruh menculik orang ini untuk mencari jejak
pembunuh Kennedy. Dengan perintah kongres dengan wewenang yang luar biasa itu, suatu hari FBI di bantu
polisi-polisi Meksiko mengepung Puri Ciancana di Meksiko city.
Bandit kelas satu ini tak menyadari, bahwa jejak pelariannya telah dicium hamba hukum. Dia tengah
tidur telanjang bulat berpelukan dengan gadis meksiko yang panas, yang berusia belasan tahun,ketika FBI dan
polisi Meksiko mendobrak pintu kamarnya.
Dia diseret kemobil, dan masih dalam memprotes keras, dibawa kepesawat, diterbangkan langsung ke
Amerika Serikat! Dia langsung dihadapkan kedepan sebuah juri yang mengintimadasi dirinya. Pria berumur 67
tahun ini diancam akan dijebloskan kepenjara sampai akhir hayatnya.
Kemudian Senator Chruch menawarkan pembebasan padanya dengan identitas baru dan uang 100 ribu
dollar. Orang berharap akan banyak diperoleh keterangan tentang pembunuhan Kennedy dari mulut penjahat
ini. Namun keadaan ternyata sama saja, dengan Hoffa dan roselly. Dia tak punya kesempatan banyak untuk
bicara. Lima hari sebelum dia tampil bercerita didepan juri, lima lelaki yang mengaku dan diakuinya sebagai
sahabat dekatnya datang berkunjung. Mereka minum anggur dan bicara hangat dan akrab dalam bahasa Italia,
yaitu bahasa asal para bandit itu.
Menjelang tengah malam, sahabat-sahabatnya itu pamitan. Hanya seorang yang masih tinggal
bersamanya, yaitu sahabatnya yang paling akrab. Untuk sahabatnya ini Ciancana memerlukan membuat
makanan khas italia di dapur. Saat dia berdiri dekat Oven "sahabat" karibnya itu menembaknya di kepala!
Sahabatnya itu merasa belum cukup menembaknya dikepala saja. Dia masih belum merasa belum puas
sebelum menembaki tubuh Ciancana yang tak bernyawa itu hingga pistolnya kosong dari peluru!
Kini, semua tokoh penghubung antara CIA dan Mafia telah mati! Jejak telah dihapus dengan sempurna.
Meski mereka yang bersalah dapat ditunjuk, namun sudah terlambat. Hukum di Amerika mengatakan, tanpa
saksi, tak seorangpun bisa diseret kemeja peradilan. Alangkah tragisnya, kematian seorang Presiden Amerika,
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 548
negara terkuat dan pelopor demokrasi, pelopor dari negara-negara hukum, tak mampu menyeret pembunuh
Presidennya kedepan hakim! Itulah keterangan yang dalam laporan dapat dibocorkan. Publikasinya
menimbulkan kehebohan di Amerika Serikat. Tapi seperti diketahui, hampir dua puluh tahun setelah itu, tak
ada seorangpun yang diadili sehubungan dengan pembunuhan Presiden Kennedy dan adiknya!
Kepada Yoshua, Indian berbudi itu, telah di sampaikan Si Bungsu bahwa dia tak mungkin berada di
Dallas berlama-lama. Lambat atau cepat, dia pasti bertemu lagi dengan Michiko. Hal itu akan melukai hatinya
kembali. Lagi pula, di kota ini ingatannya akan kematian Angela selalu menyiksa dirinya. Dia menyesali kenapa
dia tak memaksa Angela untuk melarikan diri dari penjara itu. "Saya harus disini Bungsu, saya tak bisa berada
di luar. Saya tak sanksi pada kemampuanmu untuk melindungi ku. Tapi kemana saya harus pergi dari negeri ini"
Ini negeri saya. Saya tak mau jadi buronan. Kau mengerti maksudku kan?"
Begitu kata gadis itu dahulu, saat diajak untuk lari dan memberitahu, dia akan dijadikan kambing hitam
dalam pembunuhan kennedy. Dia ingin menghapus kenangannya tentang Michiko. Ingin melupakan
kenangannya dengan Angela. Dia ingin pergi, entah kemana. Ada terlintas di fikirannya untuk kembali ke
Minangkabau, pulang kekampungnya. Tapi, tanpa pendidikan, apa yang akan dikerjakannya disana" Dia punya
Uang, lalu berniaga" Ah, tak ada bakatnya sedikitpun untuk berniaga. Nampaknya dia dilahirkan bukan untuk
itu. Ditengah niatnya meninggalkan Dallas tak terbendung, suatu hari Yoshua mengajaknya kesebuah ranch.
Bertemu dengan temannya yang bertempat tinggal disisi yang lain kota Dallas.
Mereka sampai di sebuah rumah ditengah peternakan dan perkebunan jauh diluar kota, lebih megah
dari rumah Thomas MacKenzie, suami Michiko. "Dia teman saya. Tidak hanya dermawan yang menjadi donatur
bagi kami orang Indian, tapi tanah dimana rumah kami sekarang berada, adalah hutan perburuan miliknya.
Saya lama menjadi sopir dan Ajudannya. Dan suatu hari, hutan seluas sepuluh hektar itu dia berikan begitu saja
pada saya. Dia ingin minta bantuanmu.." ujar Yoshua. "Minta bantuan?" "Ya, kalau kau bersedia.." "Bantuan
apa?" "Nanti kita dengar bersama. Kendati dia teman saya dan amat dermawan. Namun kalau engkau tak bisa
menolongnya, jangan segan untuk menolak?" ujar Yoshua.
Ke Dallas Menuntut Balas bagian-532
Itu dialog mereka saat akan ke rumah teman Yoshua tersebut. Di rumah yang mewah itu, sebelum
diperkenalkan, dia melihat betapa akrabnya Yoshua dengan lelaki berusia enam puluhan bernama Alfonso
Rogers, warga Amerika blasteran Inggeris-Spanyol itu. Mereka saling sapa dan saling dekap erat sekali. Ketika
giliran dia berjabatan tangan, jabatan lelaki bermata biru itu terasa hangat dan kukuh.
"Senang bertemu dengan Anda, Bungsu. Teman Yoshua adalah teman saya. Saya sudah lama mendengar
cerita tentang diri Anda dari Yoshua. Saya memang meminta agar Yoshua mempertemukan Anda dengan
saya?" ujar lelaki itu. "Terimakasih, saya juga senang bertemu dengan Tuan?" "Kenalkan, ini sahabat saya,
McKinlay. Kolonel Jhon McKinlay, pensiunan perang Vietnam?"
Si Bungsu menjabat uluran tangan mantan Kolonel itu. Mereka lalu bicara hilir mudik tentang Dallas,
kemudian makan siang, kemudian pindah duduk di ruang tamu yang amat luas. Alfonso menceritakan masalah
yang merundungnya selama ini. Anak gadisnya yang bernama Roxy Rogers, yang bertugas sebagai perawat di
kesatuan Angkatan Darat, pada tahun 1971 ditugaskan ke Vietnam. Saat kesatuannya sedang bertugas merawat
tentara dan penduduk yang terluka di sebuah desa pantai, di Teluk Tonkin, tak jauh dari Kota Ha Tinh, desa itu
diserang Vietkong.

Tikam Samurai Karya Makmur Hendrik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejak itu tak ada kabar beritanya. Berbagai pasukan telah berupaya melacak jejak para perawat dan
tentara yang hilang di desa itu saat diserang Vietkong. Namun usaha itu sia-sia, sampai akhirnya dimasukkan
ke daftar MIA, Missing In Action, hilang saat bertugas. Dia sudah mengeluarkan uang jutaan dolar, membayar
tiga tim pencari jejak untuk mencari anaknya. Namun gadis itu tetap hilang tak berbekas. "Saya ingin meminta
tolong pada Anda mencari anak saya di belantara Vietnam itu. Saya yakin, dia masih hidup di suatu tempat?"
ujar Alfonso dengan suara bergetar.
Si Bungsu menatap lelaki itu. "Mengapa harus saya" Saya tak pernah ke Vietnam. Tak mengenal negeri
itu sama sekali?" "Maaf, tapi kami telah mempelajari berkas Tuan yang ada di dokumen rahasia yang dimiliki
Amerika. Bermula dari kasus pembunuhan tentara Amerika tak bermoral di Tokyo yang akan memperkosa
seorang gadis di Hotel Asakusa. Dokumen itu menceritakan telaah mengapa Tuan sangat mahir
mempergunakan samurai. Di usia yang sangat remaja bertahan hidup di dalam belantara Gunung Sago yang
amat ganas, sekaligus mempermahir cara mempergunakan samurai. Kendati hutan liar memiliki ciri khas
tertentu, namun secara garis besar hutan di manapun memiliki persamaan. Itulah apa sebab saya ingin
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 549
meminta bantuan Tuan. Kami juga membaca arsip yang menceritakan betapa Tuan mengalahkan pendetapendeta dan Saburo Matsuyama, pimpinan Kuil Shimogamo. Lalu pertemuan Tuan dengan Zato Ichi?"
Si Bungsu tertegun. Begitu detilnya arsip tentang dirinya yang dimiliki Amerika. Namun di sisi lain dia
juga merasa heran, kalau benar Kolonel McKinlay yang beberapa kali terjun ke perang Vietnam, kenapa tidak
dia saja yang menolong" "Mengapa tidak?"" "Meminta bantuan saya?"" potong McKinlay yang sejak tadi hanya
mendengarkan dengan diam. "Ya. Karena pernah berperang di sana Tuan tentu amat mengenal belantara
Vietnam?" MacKinlay tak bicara, dia mendadak meraih ujung pipa celana kanannya. Mengangkatnya ke atas
sampai ke batas lutut. Dan Si Bungsu melihat bahwa kaki kanan mantan Kolonel itu adalah kaki palsu. Dia jadi
faham kini apa sebab bukan McKinlay yang dimintai bantuan mencari gadis itu ke Vietnam.
Hari itu mereka belum memutuskan apapun. Si Bungsu tidak menerima, tidak pula menolak. Namun
pertemuan antara mereka setelah itu tetap berlanjut di berbagai tempat. Mereka jadi empat sekawan yang
"aneh". Alfonso blasteran Inggeris-Spanyol, McKinlay seorang Amerika yang berasal dari Wales, Inggeris.
Yoshua seorang Indian suku Sioux. Terakhir Si Bungsu, anak Indonesia dari Minangkabau.
Sesekali mereka menyinggung juga soal hutan dan perang Vietnam. Cerita itu terutama dituturkan oleh
McKinlay. Dia ternyata kehilangan kaki dalam pertempuran amat mencekam di sebuah bukit yang, karena
saking banyaknya tubuh tentara Amerika hancur berkeping oleh tembakan artileri, mortir dan ranjau Vietkong,
diberi julukan "Hamburger Hill". Bukit daging cencang! Soal hilangnya Rocky Rogers dan kawan-kawannya,
Pemerintah Amerika sudah berupaya dengan segala cara untuk mencari tahu dan membebaskannya. Segala
cara! Diplomatik, sogok, sampai menyelusup diam-diam. Alfonso Rogers sendiri sudah tiga kali membayar dan
mengirim tim menyelusup ke belantara itu. Bahkan menyuap perwira Vietkong, untuk mencari informasi
tentang keberadaan anaknya. Namun semua usaha itu sia-sia.
Diam-diam Si Bungsu membeli buku tentang Vietnam dan mempelajarinya. Dia menjadi tahu, nama asli
negeri itu adalah Cong Hoa Xa Hoi Chu Nghia Viet Nam. Paling tidak ada empat bahasa yang dipakai sebahagian
besar penduduk. Yaitu bahasa Vietnam sebagai bahasa resmi, kemudian bahasa Cina, Perancis dan Inggeris.
Ada macam-macam agama di sana, tapi yang terbesar agama Budha, jauh di bawahnya agama Katolik Roma,
lalu Islam dan menyusul kumpulan agama-agama lokal lainnya.
Secara geografis, dua sungai paling besar yang mengalir di sana adalah Sungai Songka yang disebut juga
sebagai Sungai Merah di utara, dan Sungai Mekong di selatan. Kedua sungai itu, dan sungai-sungai kecil lainnya,
selain memuntahkan airnya ke Laut Cina Selatan, lembahnya menciptakan hutan rawa yang amat luas dan..
amat berbahaya! Di utara, tanahnya juga bergunung-gunung. Dataran tinggi Tonkin sebagian besar adalah
gunung batu yang ketinggiannya dari permukaan laut lebih dari 1.000 m dengan puncak tertinggi berupa
gunung bernama Fan-Si-Pan, dengan ketinggian 3.143 m. Inilah pegunungan paling tinggi dan paling besar di
negeri ini. Domisili penduduk di utara terpusat di kawasan delta Sungai Songka, di selatan delta Sungai Mekong.
Dari sisi kelompok etnik, penduduk Vietnam amat beragam. Yang terbesar adalah orang Vietnam. Kelompok
minoritas ada etnik asli, ada pula pendatang. Kelompok pendatang terbesar Cina, Thai dan Khmer. Sedangkan
dari puluhan etnik penduduk asli yang terbesar adalah Champa dan Montagnard (orang gunung) di selatan,
sementara di utara etnik Muong, Nung dan Tay. Entah kenapa, Si Bungsu akhirnya tertarik untuk "jalan-jalan"
ke Vietnam. Dia sama sekali tidak berpretensi akan mampu menaklukkan keganasan belantara negeri itu, atau
akan mampu melawan Vietkong dan membebaskan Roxy Rogers. Dia hanya ingin tahu, seganas apa perang dan
rimba di negeri itu, dan ingin membantu Alfonsdo Rogers mencari informasi tentang putrinya.
Hal itu pun dia lakukan karena tak tahu akan kemana dia setelah pergi meninggalkan Dallas. Hidupnya
kini seperti layang-layang putus! Kalaupun dia hilang atau mati di belantara ganas itu, atau di manapun, tak
seorang pun yang akan merasa kehilangan. Tak seorang pun! "Hmm" Vietnam dengan Sungai Mekong dan
Sungai Songka, dengan pegunungan paling kasar berpuncak Gunung Fan-Si-Pan, dengan kelompok etnik Cina,
Thai, Khmer, Champa, Montagnard Muong, Nung, dan Tay, Vietnam dengan neraka Hamburger Hill, aku akan
datang mengunjungimu"!" bisik hati Si Bungsu.
Koleksi eBook : Drs. H. Hendri Hasnam, MM. 550
Episode VI (Enam) Dalam Neraka Vietnam bagian-533
Perwira Vietkong, yang mukanya merah karena pengaruh alkohol, merobek blus si gadis. Tanpa
mempedulikan rontaan dan cakaran gadis pemilik bar tersebut, si perwira dengan amat biadabnya meremasremas apa saja yang bisa dicapai tangannya pada tubuh si gadis. Bibir dan lidahnya dengan amat jahanamnya
menjilati pula hilir mudik. Teman-temannya, terdiri dari seorang perwira muda dan empat prajurit, yang juga
sedang menenggak minuman keras, tertawa cekikikan dan melototkan mata melihat adegan serta tubuh gadis
ranum itu tersingkap-singkap di sana-sini. Di ruang bar itu ada dua orang abang gadis tersebut.
Keduanya bertubuh kekar dan bekerja sebagai bartender di bar yang tengah kedatangan tamu enam
tentara Vietkong itu. Kendati yang sedang terancam kehormatannya adalah adik kandung mereka sendiri,
namun keduanya takut untuk mencegah. Sebab tentara Vietkong kini selain amat berkuasa, juga amat bengis.
Apalagi terhadap penduduk Vietnam blasteran Eropa seperti mereka. Tetapi akhirnya, karena kelakuan
perwira itu semakin tak beradab, dan adiknya semakin diperlakukan amat tidak senonoh, abang yang tertua
tak bisa lagi berdiam diri. Dia mendekat, maksudnya sekedar mencegah agar perlakuan biadab dan brutal
terhadap adiknya itu dihentikan.
Namun itulah langkahnya yang terakhir. Dua langkah menjelang sampai ke tempat si perwira yang
duduk sembari meremas dan menciumi bagian-bagian tertentu tubuh adiknya, perwira yang seorang lagi
menarik pistol di pinggangnya. Menembak. Dor! Pemuda indo Vietnam-Perancis itu terjungkal dengan kening
berlobang. Hanya sedikit darah yang meleleh dari lobang di jidatnya. Namun dari bahagian belakang kepalanya,
cairan merah bercampur putih kelihatan merembes ke lantai, makin lama makin banyak. Dua pelayan wanita,
keduanya orang Vietnam, yang berada di balik bar, menjerit-jerit. Abang si gadis yang seorang lagi, tertegak
kaku. Si gadis yang berada dalam pelukan si perwira menjerit-jerit.
Tapi kelima tentara Vietkong yang sedang menikmati minuman dan tontonan merangsang itu malah
Seruling Haus Darah 3 Satria Lonceng Dewa 4 Dewi Tangan Jerangkong Makhluk Jejadian 3
^