Mayat Persembahan 3
Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan Bagian 3
mulutnya berucap.
"Perjanjian sudah batal. Apa kau berencana membuat perjanjian baru" Mengapa
susah-susah. Mengapa tidak langsung saja melamarku saat ini?"
Wajah Daeng Wattansopeng bersemu merah.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 52
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"Sinto, hari ini biar aku mengangkat dirimu sebagai saudara...."
"Saudara?" kening Sinto Gendeng mengerenyit.
Sepasang alisnya naik ke atas. Perempuan muda ini menutup mulut dengan jari-jari
tangannya. "Saudara apa" Saudara kandung" Pasti tidak mungkin.
Saudara sepupu, saudara misan...?"
"Saudara lain ayah lain ibu," jawab Daeng Wattansopeng.
Sinto Gendeng angguk-anggukkan kepala.
Tertawa panjang lalu ulurkan tangan. Tidak malu malu dia pegang lengan Daeng
Wattansopeng. "Sinto, kau.... Kalau orang lain melihat...."
"Hueh! Kenapa malu-malu" Sama saudara 'kan tidak apa-apa saling pegangan
tangan"!" ujar Sinto Gendeng pula. Membuat Daeng Wattansopeng salah tingkah.
Sinto lepaskan pegangannya.
"Sinto, kalau aku boleh bertanya. Apa nama jurus yang tadi kau pergunakan untuk
mengambil sorbanku?"
Sinto Gendeng tertawa. "Daeng, kau masih penasaran rupanya. Baik, aku akan beri
tahu. Jurus yang aku pergunakan untuk mengambil sorbanmu bernama Di balik Gunung
Memukul Halilintar."
"Di balik Gunung Memukul Halilintar...." Daeng Wattansopeng mengulang nama jurus
itu. Lalu wajahnya berubah. Dia memandang tak berkesip pada Sinto Gendeng.
"Saudaraku.... Menyimak nama jurus itu, sebenarnya jika kau mau kau tadi bisa
memukul pecah kepalaku. Tapi kau tidak melakukan.
Pukulan kau ganti dengan sambaran mengambil sorbanku. Kau... kau sungguh baik
hati...." "Yang benar saja Daeng. Masakan aku mau memukul pecah kepala saudara sendiri.
Hik...hik...hik."
"Sinto, ternyata tidak sia-sia aku menyeberang lautan datang ke tempat ini. Hari
ini aku mendapat satu pelajaran sangat berharga darimu. Bagaimana aku harus
membalas budi baikmu."
Sinto Gendeng tersenyum. "Aku merasa bahagia punya saudara sebaik dirimu. Sayang
waktuku tidak banyak. Sebagai tanda persaudaraan dan kenang kenangan, aku
menitipkan sesuatu dalam saku jubahmu sebelah kanan. Selamat tinggal Daeng.
Kalau umur sama panjang kita pasti bertemu lagi."
Sinto Gendeng pegang lengan Daeng Wattansopeng.
Daeng Wattansopeng balas mengusap jari-jari tangan perempuan itu. Lalu sekali
berkelebat Sinto Gendeng lenyap dari tempat itu. Lama Daeng Wattansopeng
tertegun di tempatnya berdiri. Kemudian dia ingat pada ucapan Sinto Gendeng.
Cepat dia masukkan tangan ke saku jubah sebelah kanan. Ada sebuah 127 MAYAT
PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 53
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
benda dalam saku itu. Ketika dikeluarkannya ternyata sebuah tusuk konde perak.
"Benar-benar di luar langit masih ada langit."
Daeng Wattansopeng geleng-gelengkan kepala. Dia memandang ke arah lenyapnya
Sinto Gendeng. "Aku benar-benar tidak tahu. Tidak merasa. Bagaimana dia mampu
memasukkan tusuk konde perak ini ke dalam saku jubahku?"
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 54
9 SELESAI menutur riwayat pertemuannyadengan Sinto Gendeng, sesaat Daeng
Wattansopeng masih pandangi tusuk konde perak pemberian perempuan itu, lalu
memasukkannya kembali ke saku jubah.
Mengetahui bahwa Daeng Wattansopeng punya
hubungan baik dengan Sinto Gendeng, Jatilegowo jadi tidak enak. Bagaimana
mungkin orang ini akan membantunya padahal kedatangannya justru meminta senjata
untuk dipakai antara lain menghabisi Pendekar 212, murid Sinto Gendeng sendiri!
"Jatilegowo," tiba-tiba Daeng Wattansopeng menegur. "Melihat tingginya jabatanmu
sebagai Adipati di Tanah Jawa, serta jauh dan sulitnya perjalanan ke tempat
kediamanku ini, tentunya kau datang ke sini membawa satu masalah besar. Harap
kau mau menceritakan apa masalahmu, apa sebabnya kau menginginkan senjata
bertuah yang baru aku buat."
Jatilegowo berpaling pada Kakek Sarontang yang berdiri di sebelahnya. Orang tua
satu ini maklum apa yang ada dalam pikiran dan hati sang Adipati setelah
mengetahui hubungan Daeng Wattansopeng dengan Sinto Gendeng. Maka diapun
berkata. "Tak usah ragu. Jangan bimbang. Jangan jadikan perjalanan jauhmu ini satu kesia-
siaan. Ceritakan semua riwayatmu, jangan ada yang disembunyikan."
Jatilegowo mengangguk. Lalu berikan penuturan.
Mulai dari maksudnya hendak menikahi Nyi Larasati, janda almarhum Adipati
Temanggung. "Niat baik saya ditolak mentah-mentah oleh Nyi Larasati. Saya merasa dihina.
Selain itu Sarwo Ladoyo sesepuh Kadipaten Temanggung menyerang saya. Terpaksa
saya menjatuhkan tangan keras terhadap orang tua itu. Karena orang-orang
Kadipaten Temanggung menunjukkan sikap menantang maka dengan persetujuan
Kotaraja saya menyerbu Temanggung. Tapi tak terduga di situ muncul dua orang
muda berkepandaian tinggi, menolong orang-orang Temanggung. Pemuda pertama
bertubuh gendut luar biasa. Dikenal dengan julukan Bujang Gila Tapak Sakti. Yang kedua
adalah Pendekar 212
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Wiro Sableng. Saya dan para perwira Kadipaten Salatiga tidak mampu menghadapi
mereka. Dalam keadaan babak belur kami terpaksa mundur. Saya bukan saja dihina
dipermalukan tetapi diperlakukan secara keji. Wiro Sableng murid Sinto Gendeng
memindah hidung saya ke kening. Dendam saya terhadap Wiro Sableng tidak akan
lebur sekalipun kelak tubuh saya tinggal tulang-belulang di dalam kubur. Selain
mempecundangi dan menghina serta memperlakukan saya seperti ini, dia juga telah
berbuat mesum terhadap salah seorang istri saya."
(Baca Episode sebelumnya berjudul "Badik Sumpah Darah").
Terkejutlah Daeng Wattansopeng mendengar
ucapan terakhir Jatilegowo itu. Dalam hati dia membatin. "Sinto Gendeng
kuketahui memang punya watak aneh. Tidak heran kalau muridnya juga aneh. Sang
guru gendeng sang murid sableng.
Tetapi kalau dia sampai berbuat mesum dengan istri orang, ini satu hal yang
sulit dipercaya."
Daeng Wattansopeng memandang Jatilegowo
lalu berkata. "Setahuku Sinto Gendeng tidak memiliki ilmu aneh begitu rupa," kata Daeng
Wattansopeng pula.
"Berarti sang murid mendapatkan ilmu aneh itu dari orang lain."
"Kakek Daeng Wattansopeng, kini jelas bagimu latar belakang maksud kedatangan
saya. Pertama untuk mengambil badik sakti bertuah yang kau janjikan melalui
Kakek Sarontang. Kedua, saya berharap dengan kesaktianmu hidung saya yang ada di
kening bisa dipindah ke tempat semula di atas bibir."
Daeng Wattansopeng terdiam sejenak, mata
dipejam seolah merenung. Kemudian orang tua ini tarik nafas dalam dan berkata.
"Jatilegowo, ketika saudaraku Sarontang minta dibuatkan badik sakti bertuah
untukmu, aku tidak pernah menduga latar belakang permintaanmu itu ada sangkut
pautnya dengan murid Sinto Gendng...."
"Saya maklum perasaanmu, Kakek Daeng
Wattansopeng. Apakah berarti kau tidak akan menyerahkan badik itu pada saya?"
tanya Jatilegowo pula.Sebelum Daeng Wattansopeng menjawab, Sarontang mendahului
berucap. "Adipati Jatilegowo, jangan kau berkawatir terlalu jauh. Saudaraku tak pernah
mengecewakan siapapun selama hidupnya."
Daeng Wattansopeng tersenyum kecil.
Dipandanginya badik tak bergagang di atas kain hitam empat persegi. Dalam hati
dia berkata. 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 56
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"Agaknya sekali ini aku membuat senjata bertuah untuk sesuatu yang keliru. Ya
Rabbi Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, jika saya salah, ampuni kesalahan saya." Orang
tua ini angkat kepalanya, menatap pada Sarontang lalu memandang pada Jatilegowo
dan berucap. "Aku sudah berjanji. Pantang bagiku tidak menepati janji. Sebelum aku mendengar
kisahmu, sebenarnya ada syarat-syarat yang harus kau lakukan di atas sumpah,
yakni sebelum badik sakti bertuah aku berikan padamu. Kini setelah aku tahu
silang sengketamu dengan Wiro Sableng murid Sinto Gendeng yang sudah saling
angkat saudara denganku, maka ada satu syarat tambahan lagi yang harus kau terima di atas
sumpah." "Kalau Kakek Daeng Wattansopeng mau mengatakan sekarang, sekarang pula saya akan
mengangkat sumpah memenuhi permintaan Kakek.
kata Jatilegowo.
"Aku sangat menghargai ucapan dan
tindakanmu. Tapi sumpah itu baru boleh kau ucapkan lusa pagi, bersamaan dengan
terbitnya matahari di ufuk timur. Sekarang, sebelum fajar menyingsing kau
bersama Kakek Sarontang ikuti aku ke rimba Seratus Pohon Tuba. Badik tak
bergagang ini perlu dibenamkan selama satu hari satu malam dalam Pohon Tuba,
agar racun menyelimutinya luar dalam. Agar kesaktiannya bangkit di atas segala kesaktian.
Hingga kelak jangankan tertusuk, tergores sedikit saja lawan akan menemui
kematian."
Dengan hati-hati Daeng Wattansopeng melipat kain hitam empat persegi. Badik
berikut sarungnya yang terbungkus kain hitam ini dimasukkannya ke saku jubah.
Lalu orang tua ini turun dari pembaringan.
Memberi isyarat pada Sarontang dan Jatilegowo untuk mengikutinya.
SANG surya belum muncul. Hari masih gelap ketika ke tiga orang itu sampai di
satu rimba belantara. Di bagian rimba sebelah tengah ada satu pedataran tinggi.
Di sini tumbuh seratus buah pohon besar yang disebut Pohon Tuba. Daeng
Wattansopeng mendatangi pohon paling besar. Di sini dia melangkah memutari pohon
sampai tujuh kali. Sambil memutari pohon dari mulutnya tak putus- putus keluar
suara mengucap sesuatu. Di akhir putaran ke tujuh orang tua ini hentikan
langkah. Badik tak bergagang dikeluarkan dari dalam saku.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 57
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Lipatan kain dibuka, sarung badik diselipkan pada ikat pinggang jubah, kain
hitam dipegang dengan tangan kiri sementara badik dipegang dengan tangan kanan.
Tangan kiri Daeng Wattansopeng bergerak.
Terdengar suara seperti kepakan sayap burung besar ketika kain hitam empat
persegi itu melesat ke udara, menabas daun-daun dan rerantingan lalu lenyap
dalam kegelapan.
Daeng Wattansopeng letakkan badik tak
bergagang di atas keningnya. Mata dipejamkan, mulut komat-kamit melafatkan
sesuatu. Bersamaan dengan itu tangan kanan yang memegang badik perlahan-lahan
bergerak. Ujung runcing badik hitam kebiru-biruan ditusukkan ke batang Pohon
Tuba. Sedikit demi sedikit badik itu amblas masuk ke dalam batang pohon hingga
akhirnya lenyap sama sekali.
Jatilegowo memperhatikan apa yang tadi
dilakukan Daeng Wattansopeng. Diam-diam dia menaruh kagum. Bukan pekerjaan
gampang memasukkan sebuah benda hingga amblas ke dalam pohon tanpa bekas. Tidak semua
tokoh rimba persilatan sekalipun memiliki tenaga dalam tinggi sanggup melakukan
hal seperti itu.
Daeng Wattansopeng berpaling pada dua orang yang ada di belakangnya.
"Kalian berdua carilah tempat yang baik untuk menunggu. Mulai saat ini sampai
pagi satu usapan muka aku akan mengheningkan daya dan rasa. Jika kalian tidak
suka menunggu di sini, kaliann boleh menunggu di pondok.'
"Daeng, kalau kau tidak keberatan dan memberi izin biar kami menunggu sekitar
sini," menjawab Sarontang.
Mendengar jawaban orang, tanpa banyak bicara lagi Daeng Wattansopeng mencari
tempat yang baik dan bersih lalu melaksanakan sembahyang sunat dua rakaat.
Selesai sembahyang dia duduk bersila di tanah, di bawah Pohon Tuba. Dua tangan
diletakkan di atas lutut, wajah dan tubuh dihadapkan ke arah matahari tenggelam.
Menjelang pagi hari kedua, baik Sarontang maupun Jatilegowo tidak memicingkan
mata. Mereka memperhatikan sosok Daeng Wattansopeng yang masih duduk bersila tak
bergerak, mata terpejam. Di ufuk timur fajar masih belum menyingsing. Keadaan di
tempat itu masih gelap. Ketika terdengar hembusan nafas panjang dari hidung
Daeng Wattansopeng, Sarontang dan Jatilegowo saling melirik. Lalu perlahan-lahan
kelihatan si orang tua membuka sepasang matanya.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 58
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Kakek ini yang masih dalam keadaan suci
wudhu bangkit berdiri lalu sembahyang sunat dua rakaat. Selesai sembahyang dia
melangkah mendekati Pohon Tuba. Sarontang dan Jatilegowo segera berdiri, mengikuti langkah
si orang tua tapi menjaga jarak, tidak mau terlalu dekat.
Di hadapan Pohon Tuba Daeng Wattansopeng
tundukkan kepala membaca sesuatu. Lalu dua tangannya ditempelkan ke batang
pohon, tepat di mana sehari semalam sebelumnya dia memasukkan badik yang
dibuatnya ke dalam pohon beracun itu.
Beberapa saat berlalu dalam cekaman kesunyian.
Sarontang dan Jatilegowo menunggu dengan dada berdebar. Tiba-tiba ada cahaya
terang kehijauan memancar pada batang Pohon Tuba, tepat pada bagian yang
ditempeli dua telapak tangan Daeng Wattansopeng. Lalu ada asap mengepul disertai
tebaran bau wangi membuat Sarontang dan Jatilegowo jadi tercekat.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 59
10 TAK SELANG berapa lama terdengar Daeng Wattansopeng mengucap Basmallah lalu dua
tangannya yang sejak tadi ditempelkan ke batang pohon perlahan-lahan ditarik ke
belakang. Dalam jepitan dua telapak tangan Daeng Wattansopeng saat itu kelihatan
badik tak bergagang menyembul keluar dari batang pohon lalu tertarik keluar.
Badik yang sebelumnya berwarna hitam kebiruan itu kini berubah warna menjadi
hitam kehijauan. Pertanda racun Pohon Tuba telah menyatu dalam tubuh badik.
"Sarontang, berikan padaku gagang dari gading yang sudah kau siapkan untuk hulu
senjata ini."
Daeng Wattansopeng berkata.
Dari balik pakaiannya Sarontang segera
mengeluarkan gagang terbuat dari gading gajah lalu menyerahkannya pada Daeng
Wattansopeng. Hati-hati Daeng Wattansopeng masukkan dan
sambungkan gagang gading ke ujung sebelah bawah badik. Ternyata gagang dan badik
cocok satu sama lainnya, bersatu kuat membentuk satu senjata mustika sakti yang
utuh. "Badik Sumpah Darah...." bisik Sarontang.
Matanya berkilat-kilat.
"Jatilegowo, mendekatlah ke hadapanku,"
terdengar Daeng Wattansopeng berucap. Adipati Salatiga Jatilegowo segera
melangkah ke hadapan si orang tua. Wajahnya tegang dan dadanya berdebar.
"Berdoalah pada Yang Maha Kuasa, agar wajahmu diberi kesembuhan. Anggukkan
kepalamu jika kau selesai berdoa."
Dalam hati Jatilegowo segera melakukan apa
yang dikatakan si orang tua. Selesai berdoa dia anggukkan kepala.
Perlahan-lahan Daeng Wattansopeng angkat
tangan kanannya yang memegang badik, didekatkan ke wajah Jatilegowo, ditempelkan
pada hidung yang ada di kening.
Jatilegowo merasa ada hawa panas menjalar ke hidung merambas ke keningnya. Dia
keluarkan suara mengeluh karena hawa panas seperti melelehkan BASTIAN TITO
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
seluruh wajahnya. Tubuhnya bergetar menahan sakit. Perlahan-lahan hawa panas
lenyap, berganti dengan hawa sejuk. Perubahan panas dengan sejuk menimbulkan
kepulan asap yang menyelubungi seluruh kepala Jatilegowo. Adipati Salatiga ini
merasakan ada sesuatu bergerak di keningnya lalu gerakan serupa terasa di atas
Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bibirnya. Daeng Wattansopeng meniup. Kepulan asap
yang membungkus kepala Jatilegowo lenyap.
Sarontang keluarkan suara tercekat. Matanya menyaksikan seperti tak percaya.
Hidung Jatilegowo yang tadinya ada di kening kini telah kembali ke tempatnya
semula di atas bibir. Pada kening kelihatan sedikit goresan yang mengeluarkan
darah. Ketika diusap oleh Daeng Wattansopeng dengan badan badik, goresan itu serta-
merta lenyap. Jatilegowo telah melihat pada perubahan air muka Kakek Sarontang. Dadanya
berdebar. Kemudian didengarnya orang tua itu berkata.
"Jatilegowo, Tuhan telah mengabulkan doa pintamu."
Jatilegowo angkat ke dua tangannya, meraba wajah, kening dan bagian atas
bibirnya. Dia merasakan hidungnya yang sebelumnya menempel di kening kini telah
kembali ke tempat seharusnya di atas bibir.
"Ah...." Lelaki ini keluarkan seruan gembira, langsung jatuhkan diri di hadapan
Daeng Wattansopeng. "Berdirilah Jatilegowo. Bersyukur dan berterima kasih pada Allah. Dia yang telah
menolong dirimu...."
"Tapi Kakek Daeng, kalau bukan engkau...."
"Aku hanya hamba Allah, yang dipercayakan jadi kepanjangan tanganNya untuk
menolongmu...."
"Kakek Daeng, saya bersyukur, saya berterima kasih," ucap Jatilegowo penuh haru
sedang dua matanya kelihatan berlinang. Sarontang berdiri menyaksikan sambil
usap-usap dagunya.
"Sarontang mendekat ke mari." Kata Daeng Wattansopeng sambil mengeluarkan sarung
badik dari saku jubahnya. Setelah Sarontang berada di hadapannya, berdiri di
samping Jatilegowo Daeng Wattansopeng berkata.
"Kalian dengar baik-baik. Sebelum badik bertuah ini aku masukkan ke dalam
sarungnya, sebelum senjata mustika sakti ini aku berikan pada kalian.
aku ingatkan kembali pada kalian berdua. Ada janji yang disebut sumpah, harus
kalian ingat dan laksanakan. Pertama, senjata bernama Badik Sumpah Darah ini
akan kuserahkan padamu Jatilegowo. Kau hanya boleh memilikinya selama tiga
purnama. Itu 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 61
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
sudah cukup bagimu untuk melakukan apa saja dalam mewujudkan segala niatmu.
Mulai dari memperistrikan Nyi Larasati, sampai kau mendapat kekuasaan penuh di
Temanggung dan Salatiga. Bilamana semua apa yang kau inginkan itu sudah
tercapai, Badik Sumpah Darah harus kau serahkan pada Sarontang. Sarontang juga
akan memiliki senjata ini selama tiga purnama.
Waktu yang cukup untuk mewujudkan cita-citamu mendapatkan tahta kerajaan
Pakubuwon. Tapi ingat baik-baik akan satu hal. Jangan kalian berani mengganggu
Sinto Gendeng ataupun muridnya yang bernama Wiro Sableng...."
"Kakek Daeng, saya...." Jatilegowo memotong ucapan si orang tua.
"Aku tahu, Wiro Sableng adalah musuh besarmu.
Tetapi begitulah bunyi perjanjian yang akan diikat dengan sumpah."
"Jatilegowo," kata Sarontang sambil memegang bahu lelaki itu. "Walau Wiro adalah
musuhmu tapi maksud utamamu adalah mendapatkan Nyi Larasati dan kekuasaan di dua
Kadipaten. Kau harus mengerti dan menurut apa yang dikatakan Kakek Daeng...."
Jatilegowo akhirnya anggukkan kepala.
Si orang tua melanjutkan ucapannya yang tadi terputus. "Setelah apa yang kalian
inginkan tercapai, senjata ini harus kalian kembalikan ke sini, serahkan
langsung ke tanganku."
"Kakek Daeng, bagaimana kalau selama waktu yang ditetapkan kami tidak mampu
mewujudkan niat...."
Sarontang menyentuh kaki Jatilegowo dengan kakinya, membuat ucapan Adipati itu
terputus. "Jatilegowo, Kakek Daeng Wattansopeng lebih luas penglihatan dan pengalamannya
dari pada kita.
Lakukan saja apa yang dikatakannya...."
"Baik kalau begitu. Harap maafkan saya Kakek Daeng," kata Jatilegowo.
"Jika kau sudah menerima janji maka saatnya kita mengikat diri dengan sumpah
darah. Majulah lebih dekat."
Jatilegowo dan Sarontang bergerak lebih dekat.
Daeng Wattansopeng tempelkan ujung gagang badik yang agak runcing ke lengan
kanan Jatilegowo.
Begitu digores, lengan itu tersayat halus dan kucurkan darah. Hal yang sama
kemudian dilakukan Daeng Wattansopeng pada lengan kanan Sarontang.
"Jangan kalian bersihkan darah di lengan kalian.
Pada saatnya darah itu akan lenyap dengan sendirinya."
"Saudaraku Daeng Wattansopeng, ada sesuatu 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang
Zusi & Aby Elziefa 62
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
yang hendak aku sampaikan padamu. Sekaligus meminta petunjukmu," berkata
Sarontang, kakek berambut biru berminyak.
"Katakanlah, mudah-mudahan aku bisa membantu," jawab Daeng Wattansopeng.
"Pada saat aku menginjakkan kaki pertama kali di Tanah Bugis ini sekitar
seperempat abad yang lalu, aku bertemu dengan seorang kakek bernama Pattirobajo,
mengaku berjuluk Iblis Seribu Nyawa...."
"Aku tahu banyak riwayat orang itu. Apa yang dimintanya darimu, Sarontang?"
tanya Daeng Wattansopeng pula.
"Dia meminta aku untuk membunuhnya dengan Badik Sumpah Darah. Menurut
pengakuannya dia sudah terlalu lama hidup dan tidak mati-mati. Katanya, hanya
badik bertuah itulah yang bisa menamatkan riwayatnya. Asal saja aku yang
menikamkan ketubuhnya. Aku terlanjur berjanji akan memenuhi permintaannya itu. Selama
hampir dua puluh lima tahun berada di Tanah Bugis ini aku telah menerima banyak
budi dari dia. Antaranya sebuah jimat yang membuat aku memiliki ilmu silat dan
kesaktian tinggi. Aku minta izinmu, sebelum berangkat ke Tanah Jawa bersama
Jatilegowo aku akan mampir lebih dulu di lereng timur Gunung Lompobatang untuk
memenuhi permintaan Iblis Seribu Nyawa."
Daeng Wattansopeng merenung sejenak lalu
berkata. "Membunuh seseorang tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
adalah satu dosa besar. Aku menasihatkan agar kau tidak melakukan hal itu, tidak
memenuhi permintaan Iblis Seribu Nyawa...."
"Lalu bagaimana dengan budi yang telah aku terima?"
"Anggap saja itu sebagai berkah atau sedekah seseorang padamu yang wajib kau
syukuri. Tapi jika kau tidak berkenan, boleh saja kau kembalikan pada si
pemberi. Lagi pula setelah dua puluh lima tahun berlalu, apakah Iblis Seribu
Nyawa masih hidup?"
"Dia memang masih hidup. Keadaannya separuh lumpuh, tinggal kulit pembalut
tulang. Tapi dia tak kunjung menemui ajal," jawab Sarontang.
"Saudaraku, aku tetap menganjurkan agar kau melupakan saja permintaan Iblis
Seribu Nyawa. Ketahuilah Badik Sumpah Darah aku ciptakan bukan untuk membunuh secara
sembarangan. Kalian berdua ingat hal itu baik-baik."
Sarontang lalu berdiam diri. Daeng Wattansopeng tidak bisa menerka apakah
saudara angkatnya ini akan mengikuti nasihatnya. Dia berpaling pada 127 MAYAT
PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 63
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Jatilegowo lalu berkata.
"Tubuhmu akan kusapu dan kugosok dengan Badik Sumpah Darah agar mendapat
kekebalan luar dalam. Berbaringlah di tanah, menelungkup."
Jatilegowo lakukan apa yang diperintahkan si orang tua. Dia berbaring
menelungkup di tanah.
Daeng Wattansopeng berjongkok di sampingnya.
Dengan badik telanjang, sambil melafatkan bacaan sakti Daeng Wattansopeng sapu
dan usapkan senjata itu ke tubuh belakang Jatilegowo, mulai dari kepala sampai
ke ujung kaki. "Balik, menelentang," kata Daeng Wattansopeng.
Jatilegowo membalikkan badan, kini berbaring menelentang. Seperti tadi dia
mengusapkan senjata bertuah itu ke tubuh Jatilegowo mulai dari kepala, bagian
muka turun ke dada terus ke perut. Sampai di bawah perut membelok ke kanan
mengusap kaki kanan sampai ke ujung bawah lalu naik ke atas pada kaki kiri. Pada
saat itulah Sarontang memberikan isyarat kedipan mata ke arah Jatilegowo.
Melihat isyarat ini Jatilegowo tiba-tiba tendangkan kaki kanannya ke dada Daeng
Wattansopeng. Di saat yang bersamaan dari samping belakang
Sarontang hantamkan tangan kanannya ke tengkuk si orang tua!
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 64
11 TENDANGAN kaki kanan Jatilegowo
menghancurkan tulang dada Daeng Wattansopeng.
Tubuh orang tua itu terpental ke atas tapi kembali terbanting ke bawah begitu
pukulan yang dilepaskan Sarontang mendarat telak di tengkuknya.
"Kraaakk!"
Tulang pangkal leher orang tua itu patah. Dia jadi sulit bernafas. Badik Sumpah
Darah terlepas dari genggamannya, jatuh tercampak di tanah. Megap-megap dia
berusaha sambil menunjuk ke arah Jatilegowo dan Sarontang.
"Kalian...." darah mengucur dari mulut Daeng Wattansopeng. "Kalian tel... telah
berbu... at... dosa bessarr...."
"Jatilegowo, tunggu apa lagi. Lekas habisi dia! Tikam dengan badik!" Sarontang
berteriak. Mendengar teriakan itu Jatilegowo segera
mengambil Badik Sumpah Darah yang tergeletak di tanah. Dengan senjata sakti
bertuah yang telah mengandung racun hebat ini Jatilegowo kemudian menikam Daeng
Wattansopeng tepat di arah jantungnya.
"Ahhhh...."
Daeng Wattansopeng keluarkan keluhan panjang.
Tubuhnya terkapar di tanah. Mata membeliak, wajah menunjukkan rasa tak percaya.
Tak percaya kalau dirinya akan menemui kematian oleh sejata buatannya sendiri.
Tak percaya kalau yang menikam
membunuhnya adalah Jatilegowo kepada siapa senjata itu akan diserahkannya. Hanya
sesaat setelah nyawanya melayang, kulit Daeng Wattansopeng mulai dari muka
sampai ke kaki kelihatan berwarna hijau.
Jatilegowo dan Sarontang sesaat pandangi mayat Daeng Wattansopeng lalu keduanya
sama-sama tertawa bergelak. Selagi Sarontang masih tertawa gelak-gelak
Jatilegowo cepat mengambil sarung badik. Badik telanjang bernoda darah
dimasukkanya ke dalam sarung itu. Lalu tanpa setahu Sarontang di dalam gelap
Jatilegowo membuat satu gerakan cepat.
"Orang tua tolol!" kata Sarontang. "Siapa sudi menelan janji dan sumpahmu!"
"Sekarang kita bisa memiliki senjata sakti BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga
Geni 212 mandraguna ini tanpa ada batas waktu!" ucap Jatilegowo. "Sesuai apa yang
dikatakan Daeng Wattansopeng, aku pertama kali akan memiliki senjata itu. Jika
semua niat dan urusanku selesai akan kuserahkan padamu."
"Memang begitu ucapan Daeng Wattansopeng.
Tapi apakah kau lupa perjanjian di antara kita?" ujar Sarontang lalu tertawa
mengekeh dan ulurkan tangannya.
Jatilegowo terdiam mendengar kata-kata
Sarontang itu lalu anggukkan kepala dan menjawab perlahan. "Ya, saya ingat."
"Sesuai dengan apa yang pernah aku katakan padamu, mulai saat ini kewajiban
untuk menyediakan Mayat Persembahan menjadi tanggung jawabmu.
Sebelum kita berangkat ke Tanah Jawa, kau sudah harus menyerahkan satu mayat
pemuda lajang padaku.
Seteiah itu setiap bulan mati, enam kali berturut-turut.
Sampai tujuh kali kau menyerahkan mayat
persembahan maka impaslah janjimu. Aku tunggu kau di Gua Nipanipa. Begitu mayat
persembahan kau serahkan, aku akan menyerahkan badik ini padamu!
Dan ingat Jatilegowo. Jika mayat persembahan tidak aku serahkan sebelum
berangkat ke Tanah Jawa, kutuk dan kualat akan jatuh atas dirimu." Habis berkata
begitu Sarontang berkelebat pergi.
"Licik, aku sudah menduga dia akan berbuat licik,"
kata Jatilegowo. Satu seringai tersungging di mulutnya.
Dia kemudian pandangi sejurus jenazah Daeng Wattansopeng tanpa ada penyesalan di
dalam hatinya, lalu tinggalkan tempat itu.
Hanya sesaat setelah lenyapnya Sarontang disusul kepergian Adipati Jatilegowo,
dari kerimbunan semak belukar yang dibungkus kegelapan melesat keluar satu sosok
berjubah dan berkerudung putih. Orang ini perhatikan mayat Daeng Wattansopeng,
melangkah memutari mayat itu sampai dua kali sambil mulutnya berucap perlahan.
Orang yang datang bersama Sarontang itu jelas bukan Pendekar 212 Wiro Sableng.
Ada baiknya aku bersiap-siap mengadakan perjalanan menuju teluk.
Aku hanya tinggal menunggu. Salah satu dari mereka akan menunjukkan jalan ke
Tanah Jawa padaku."
Ucapannya berhenti. Langkahnya juga terhenti.
Kembali dia pandangi sosok Daeng Wattansopeng.
sambil menyeringai dia berkata.
"Daeng, negerimu memang berbeda dengan negeriku. Di negeriku kepercayaan tidak
datang begitu mudah. Di negerimu kepercayaan terlalu mudah diberikan hingga
disalahgunakan. Dan 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 66
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
terkadang berakhir pada kematian. Buktinya hari ini kau mengalami sendiri."
GOA Nipanipa. Sarontang bersandar ke dinding, tidur-tidur ayam di mulut goa sebelah dalam.
Saat itu sang surya belum lama tenggelam. Tapi udara cepat menjadi gelap karena
langit tertutup awan mendung.
Di atas pangkuannya terletak satu kantong perbekalan besar. Di dalam kantong
.itu, terbungkus dalam lipatan sehelai kain kasar, Badik Sumpah Darah
disimpannya. Rupanya dia sudah siap meninggalkan goa yang telah dihuninya selama
hampir dua puluh lima tahun itu. Dia hanya tinggal menunggu kedatangan
Jatilegowo membawa mayat persembahan. Sejak pagi tadi dia menunggu, sampai siang
berganti malam yang ditunggu belum juga muncul.
Di luar goa angin bertiup kencang. Hujan mulai seharusnya memancarkan sinar
hitam kehijauan kelihatan redup.
Sarontang delikkan mata. Tidak percaya. Tangannya bergetar. Tengkuknya mendadak
dingin. Matanya semakin membesar seolah mau melompat keluar dari rongganya.
"Palsu...." desis Sarontang. "Badik ini bukan Badik Sumpah Darah. Tapi badik
palsu! Jatilegowo jahanam!
Sungguh tolol diriku! Bagaimana dia bisa menipu aku"!
Jahanam! Keparat jahanam!" Saking marahnya Sarontang hantamkan tangan kanan yang
memegang badik ke dinding goa. Badik Sumpah Darah palsu patah tiga, sarungnya
hancur. Dinding goa pecah berantakan!
"Jatilegowo! Jangan kira kau bisa lari dari tanganku!
Dunia ini sempit. Ke manapun kau pergi akan kukejar!
Aku bersumpah membunuhmu! Jangan kira kau sudah menjadi manusia kebal! Aku tahu
di mana kelemahanmu! Kau harus mati ditanganku!"
KETIKA Sarontang sampai di Teluk Bantaeng
keesokan sorenya dia melihat banyak orang berkerumun di dermaga kayu. Teluk
Bantaeng pada masa itu merupakan salah satu pangkalan perahu barang dan
penumpang yang mengarungi jalur pelayaran ke Tanah Jawa. Kerumunan orang di
dermaga begitu banyak, tidak seperti biasanya. Di beberapa tempat ada pula
kelompok-kelompok orang bercakap-cakap. Sarontang mendekati salahsatu kerumunan
orang untuk mencari tahu apa yang 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby
Elziefa 67 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
terjadi. Ternyata orang-orang itu tengah membicarakan satu peristiwa hebat yang
belum lama terjadi.
Belasan perahu besar yang biasa berlayar ke Tanah Jawa telah dirusak oleh
seorang tak dikenal.
Ada yang dibakar bagian haluannya. Ada yang dihancurkan bagian dasar tiang-tiang
layar. Lalu ada pula yang dihancurkan dilubangi di bagian buritan. Orang yang
melakukan perbuatan itu kemudian melarikan diri dengan sebuah perahu layar yang
rupanya telah disiapkan. Beberapa anak perahu yang perahunya dirusak coba
mengejar tapi tak berhasil karena perahu mereka lebih kecil.
Pada seorang awak perahu yang berdiri di
dekatnya Sarontang bertanya bagaimana ciri-ciri orang yang merusak sekian banyak
perahu itu. "Badannya tinggi besar. Kumis lebat. Rambut panjang sebahu...."
Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jatilegowo," kata Sarontang dalam hati.
"Kalian begini banyak, tapi tidak mampu menghalang atau menangkap orang itu...."
Sarontang berucap setengah menyesali setengah mengejek.
"Pak Tua, jumlah kami boleh banyak tapi orang itu mempunyai ilmu kesaktian
hebat. Setiap dua tangannya dipukulkan pasti ada korban manusia berkaparan. Atau
ada perahu yang hancur! Siapa mau menyabung nyawa melawan manusia berkekuatan
seperti setan dia!"
"Pukulan Dua Gunung Meroboh Langit. Aku tahu dia memiliki pukulan sakti itu. Dia
telah mempergunakan pukulan itu." Kembali Sarontang berucap dalam hati. Orang
tua ini memandang ke arah laut lepas. Dia tahu mengapa Jatilegowo merusak
perahu-perahu di dermaga. Agar dirinya tak bisa mengejar. "Jatilegowo, kau
mengira telah berlaku cerdik. Memang saat ini aku tidak bisa segera mengejarmu.
Tapi kau lupa. Dunia ini begini sempit. Kau mau melarikan diri ke mana" Aku akan
mengejarmu dan satu waktu pasti kau akan kutemui!
Kalau tahta Kerajaan Pakubuwon telah berada di tanganku, aku bisa mengerahkan
seribu orang untuk mencarimu! Kau akan jadi manusia paling celaka di dunia ini!"
Sarontang terpaksa bermalam di Teluk,
menunggu perahu yang datang dari Jawa atau dari pelabuhan lain. Menjelang siang
keesokannya baru ada perahu besar yang berlayar ke Jawa. Sarontang menumpang
perahu ini tanpa mengetahui bahwa salah seorang penumpang dalam perahu itu
adalah seorang lelaki berjubah dan berkerudung putih yang bukan lain adalah
Lajundai alias Hantu Muka Dua, 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby
Elziefa 68 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
dedengkot negeri seribu dua ratus tahun silam yang pernah menyatakan dirinya
sebagai raja di raja Negeri Latanahsilam.
Siang Sarontang berlayar ke Jawa, pada malam harinya Iblis Seribu Nyawa yang
diam di lereng timur Gunung Lompobatang sebelah timur punya firasat dan merasa
kalau Aryo Probo alias Sarontang tidak memenuhi janjinya. Tidak datang ke tempat
kediamannya untuk membunuh menghabisi dirinya.
"Aryo Probo, Pangeran Pakubuwon. Aku telah terlanjur memberikan budi baik padamu
dan sebagai balasan meminta sedikit pertolongan. Tapi kau ingkari janji. Hampir
dua puluh lima tahun aku menunggu.
Kau khianati diriku. Kau kabur ke Tanah Jawa tanpa datang ke sini membawa Badik
Sumpah Darah untuk membunuhku. Aku tidak ihlas atas semua itu! Aku akan
mencarimu, mengambil kembali semua ilmu
kepandaian yang sudah aku ajarkan. Termasuk jimat batu Combong Dewa yang telah
aku berikan padamu.
Akan aku ambil kembali bersama-sama jiwamu!
Kalaupun aku tidak kesampaian maksud
membunuhmu, kutuk dan sumpahku akan jauh lebih ganas menimpa dirimu!"
Habis berkata begitu Iblis Seribu Nyawa bertepuk dua kali. Dari balik dinding
batu tempat kediamannya serta merta keluar dua orang lelaki berkepala botak.
Mengenakan pakaian kelabu gelap berkulit hitam bertubuh tinggi besar. Tampang
keduanya garang angker tapi gerak gerik, langkah serta putaran mata mereka
kelihatan kaku aneh. Mereka tak ubahnya seperti dua boneka kayu besar.
"Siapkan tandu! Bawa aku ke Teluk. Kita berangkat ke Tanah Jawa hari ini juga!"
kata Iblis Seribu Nyawa.
Dua orang hitam anggukkan kepala, lenyap ke balik dinding. Tak lama kemudian
muncul lagi membawa sebuah tandu yang pada bagian tangannya ada kursi rendah
untuk dudukan dilengkapi bantalan kain tebal.
Ketika muncul kembali, dua lelaki botak itu mengenakan sorban tebal di atas
kepala masing-masing.
Iblis Seribu Nyawa naik ke atas tandu, duduk di kursi rendah. Dua orang hitam
segera menggotong tandu. Satu di depan satu di belakang. Ternyata mereka tidak
memanggul atau memikul tandu itu, melainkan menjunjungnya di atas kepala yang
dilapisi dengan sorban tebal!
Di atas tandu Iblis Seribu Nyawa berucap.
"Sarontang, aku tahu hitam busuk keji kehidupanmu selama ini. Puluhan anak muda
telah jadi korban nafsu bejatmu! Mereka kemudian kau 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook
by Kang Zusi & Aby Elziefa 69
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
bunuh, kau jadikan Mayat Persembahan. Sekarang giliran dirimu aku jadikan Mayat
Persembahan!"
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 70
12 IBLIS Kepala Batu Alis Empat melangkah mengitari kursi batu di mana Sutri
Kaliangan didudukkannya dalam keadaan kaku.
"Iblis Keparat, kau bakal mendapat hukuman berat dari Patih Kerajaan. Aku
sendiri sudah bersumpah akan membunuhmu!"
Setiap kata-kata itu diucapkan si gadis, Iblis Kepala Batu keluarkan tawa
mengekeh. "Jadi kau tidak mau menyerahkan Keris Naga Kopek dengan tanganmu sendiri! Tidak
jadi apa! Aku malah senang! Aku akan menggerayangi tubuh bagusmu, mencari keris itu dan
mengambilnya. Ha...
ha... ha...!"
"Jahanam kurang ajar!" hardik Sutri.
Gadis itu terpekik ketika Iblis Kepala Batu melompat ke hadapannya dan memegang
ke dua bahunya.
"Pergi! Jangan sentuh!"
"Ha... ha... ha. Di sebelah mana bagian tubuhmu kau sembunyikan Keris Naga Kopek
itu"!"
"Iblis jahanam! Pergi! Jangan pegang tubuhku!"
"Kau tak mau memberi tahu. Berarti memang minta dan suka aku gerayangi! Ha...
ha... ha!"
"Manusia terkutuk, mendekatlah, aku akan membisikkan sesuatu ke telingamu!" kata
Sutri Kaliangan.
"Eh, mengapa kau berubah jadi lembut?"
Mahluk berkepala empat persegi dan memiliki alis empat buah itu merasa heran.
Tapi kepalanya dirundukkan juga mendekati wajah si gadis.
Begitu muka Iblis Kepala Batu berada dekat di depannya Sutri Kaliangan ludahi
muka itu. "Gadis liar keparat!" teriak Iblis Kepala Batu.
Tangan kanannya bergerak.
"Plaaakkk!"
Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Sutri Kaliangan. Gadis ini terpekik,
kepalanya lunglai di sandaran kursi batu. Lelehan darah mengucur keluar dari
sudut bibirnya yang pecah.
Iblis Kepala Batu jambak rambut si gadis. "Aku tahu, Keris Naga Kopek kau
sembunyikan di balik pakaianmu. Kau tidak mau menyerahkan tidak jadi BASTIAN
TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
apa. Nanti aku akan kembali. Akan kugerayangi tubuhmu untuk mengambil keris
itu!" Iblis Kepala Batu lalu sentakkan jambakannya hingga bagian belakang kepala
Sutri membentur sandaran kursi batu. Tak ampun lagi gadis ini serta merta jatuh
pingsan. Sambil menyeka ludah yang membasahi mukanya Iblis Kepala Batu tinggalkan ruangan
itu, melangkah memasuki ruangan lain yang bersebelahan. Agaknya ruangan ini
adalah kamar tidur sang iblis. Segala sesuatunya terbuat dari batu. Mulai dari
tempat tidur, kursi dan meja. Tempat tidur batu dialasi semacam kasur yang diisi
dengan rumput kering.
Di atas meja ada sebilah pelita aneh. Terbuat dari kayu berminyak yang
ditancapkan dalam sebuah jambangan batu. Di sebelah pelita kayu itu terletak
sebuah guci tembaga berdampingan dengan kendi tanah berisi tuak keras.
Begitu masuk ke dalam ruangan Iblis Kepala
Batu langsung menyambar kendi, meneguk isinya hingga mukanya yang biru angker
berubah merah seperti udang rebus. Setelah meletakkan kendi setengah kosong di
atas meja, Iblis Kepala Batu ambil guci tembaga. "Dewi Bunga Mayat, kau yang
juga bernama Suci dan Bunga. Kau dengar suaraku"
Aku ingin bicara denganmu!"
Iblis Kepala Batu dekatkan guci tembaga itu ke depan wajahnya. Tak ada suara
jawaban."Bunga, gadis alam roh! Ini untuk terakhir kali aku memberi kesempatan.
Jika kau tak mau bicara, guci akan kulemparkan ke dalam laut, kau akan kupasung
sampai kiamat di dalamnya!"
Masih tak ada jawaban. Iblis Kepala Batu dekatkan guci ke telinga kirinya. Guci
lalu digoncang kuat-kuat.
Di dalam guci terdengar suara jeritan-jeritan halus.
Iblis Kepala Batu menyeringai.
"Kau merasa sakit" Ha... ha... ha.... itu belum seberapa. Aku bisa memasukkan
asap penyiksa roh ke dalam guci. Kau akan tersiksa hebat, kulitmu akan
mengelupas. Darah akan mengucur dari setiap lubang tubuhmu!"
"Mahluk iblis! Aku tidak takut ancamanmu!
Buang aku ke laut! Sekarang juga! Masukkan asap penyiksa roh sekarang juga!"
Dari dalam guci keluar suara perempuan, halus seolah datang dari kejauhan.
Itulah suara Bunga gadis alam roh yang disekap Iblis Kepala Batu di dalam guci
tembaga. Iblis Kepala Batu terdiam mendengar jawaban Bunga lalu geleng-geleng kepala.
"Dengar, aku akan mengatakan permintaanku padamu satu kali lagi."
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 72
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"Aku sudah bosan mendengar! Kau mahluk iblis jahat tidak tahu malu!"
"Kau akan kukeluarkan dari dalam guci ini, jika kau bersedia kujadikan gundik
peliharaanku!"
"Mulutmu kotor! Otakmu busuk! Hatimu keji!
Siapa sudi jadi peliharaanmu! Buang saja aku ke lautan!"
"Semasa aku hidup di negeri seribu dua ratus tahun silam Latanahsilam, aku
mendengar tentang dirimu. Seorang gadis alam roh yang memiliki kecantikan luar biasa. Aku tidak pernah melihat
wajahmu. Tapi dalam hatiku timbul niat untuk mencarimu. Aku berusaha keras agar
bisa keluar dari negeriku, masuk ke negerimu. Aku berusaha keras selama belasan
tahun dan berhasil. AKu berhasil menemuimu. Setelah bertemu apa yang aku niatkan
tidak kesampaian karena kau menolak menjadi peliharaanku! Kau harus tahu Bunga,
aku tidak bisa hidup dengan manusia biasa. Aku hanya bisa berhubungan dengan
mahluk roh sepertimu.
Itu sumpah ilmu kesaktian yang aku miliki sewaktu aku keluar dari alamku
memasuki alam yang sekarang."
"Persetan dengan sumpahmu! Kau boleh pergi ke dalam rimba belantara. Kau bisa
mencari puluhan bahkan ratusan setan dan jin perempuan di sana yang bisa kau
jadikan peliharaanmu!"
"Kau tidak mengerti Bunga. Dengar...."
"Iblis keparat! Pergilah ke neraka! Aku tak mau bicara denganmu lagi!"
"Bunga... Bunga?"
Tak ada jawaban dari dalam guci.
Iblis Kepala Batu Alis Empat menarik nafas panjang, geleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak tega dan tidak mau melakukan. Tapi kau tak mau mengerti. Aku terpaksa
memasukkan asap penyiksa roh ke dalam guci."
Iblis Kepala Batu menunggu sesaat. Dia berharap ada jawaban dari dalam guci. Dia
berharap ancamannya akan membuat takut gadis dari alam roh itu. Ternyata tetap
saja tak ada suara jawaban dari dalam guci tembaga. Iblis Kepala Batu tumpahkan
rasa kesalnya dengan meneguk habis tuak dalam kendi. Mukanya bertambah merah dan
darahnya menjadi semakin panas.
"Apa boleh buat...." katanya. "Yang satu ini terpaksa kusiksa sampai dia mau
menyerahkan diri.
Untuk sementara biar aku bersenang-senang dulu dengan puteri Patih Kerajaan
itu." Dari balik cawatnya Iblis Kepala Batu keluarkan sebuah tabung berwarna merah,
terbuat dari bambu.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 73
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Di dalam tabung ini tersimpan sejenis asap beracun yang disebut asap penyiksa
roh. Jika asap itu dimasukkan ke dalam guci tembaga di mana Bunga disekap maka
gadis dari alam roh itu akan merasakan siksaan yang luar biasa hebatnya.
Iblis Kepala Batu buka sumbat penutup tabung bambu merah. Asap tipis warna merah
mengepul keluar. Ketika dia hendak membuka penutup guci tembaga tempat Bunga
disekap mendadak dia merasa ada kelainan pada hawa di ruangan di mana saat itu
dia berada. "Aneh, mengapa ruangan ini terasa panas?"
Iblis Kepala Batu sumbat kembali tabung bambu merah, masukkan ke balik cawatnya.
Guci tembaga digantungkan kembali di pinggang. Lalu dia
bergegas keluar dari dalam ruangan menuju sebuah tangga batu.
****** DALAM mengejar Iblis Kepala Batu Pendekar
212 terus menerapkan ilmu Menembus Pandang.
Beberapa kali dia berhasil melihat sosok orang yang dikejarnya serta tubuh Sutri
Kaliangan yang dipanggul di atas bahunya. Namun apa yang dilihatnya berubah
samar lalu lenyap. Agaknya tubuh Iblis Kepala Batu memiliki hawa sakti yang bisa
membendung kekuatan ilmu yang diterapkan Wiro.
Di satu tempat Wiro melihat orang yang dikejarnya lari menembus satu kawasan
ditumbuhi lalang kering setinggi bahu. Baik dengan ilmu Menembus Pandang maupun
dengan mata kasar Wiro dapat melihat jelas Iblis Kepala Batu. Tapi pada saat dia
mencapai padang lalang, sosok Iblis Kepala Batu lenyap. Wiro terus lari memasuki
kerimbunan padang lalang. Di bagian tengah dia hentikan langkah. Memandang
berkeliling sambil kembali terapkan ilmu Menembus Pandang.
"Hilang... lenyap. Tak mungkin dia amblas ke dalam tanah. Kalaupun dia punya
kesaktian seperti, Sutri pasti tak bisa dibawanya serta." Murid Sinto Gendeng
garuk-garuk kepala. "Lalang, hanya ada lalang di sekitar sini. Tapi apa
iyya...?" Wiro garukkan tangannya ke pingggang mencabut Kapak Maut Naga Geni 212 lalu
keluarkan batu sakti hitam.
"Iblis Kepala Batu! Kau boleh punya ilmu tikus, sembunyi dalam tanah. Aku mau
lihat sampai di mana kehebatanmu!" Habis berkata begitu Wiro adukan batu hitam
ke mata kapak. "Wusss!"
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 74
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Lidah api menderu menyambar lalang kering.
Lalang terbakar. Saat itu juga kawasan itu dilamun api. Asap tebal membumbung ke
udara. IBLIS Kepala Batu mendorong batu besar
penutup pintu lorong rahasia bawah tanah yang terletak di ujung tangga. Asap
tebal dan hawa panas menerpa dirinya begitu dia keluar dari lobang.
Melihat ke depan dia terkejut. Padang lalang di sebelah sana telah berubah
menjadi padang api!
Pantas saja hawa panas mendera masuk sampai ke tempat rahasia di mana dia tadi
berada. "Kurang ajar! Siapa yang punya pekerjaan!" Iblis Kepala Batu menggeram marah.
Sekelompok asap tebal menutup pemandangannya. Dia kerahkan
tenaga dalam lalu meniup. Namun begitu asap tersibak menebar dan dia dapat
melihat cukup jelas ke depan tiba-tiba satu jotosan melanda dadanya.
"Bukkk!"
Iblis Kepala Batu terpental hampir dua tombak.
Mulutnya keluarkan raung kesakitan. Di hadapannya berdiri berkacak pinggang
pemuda berambut
gondrong. "Tikus tanah! Akhirnya keluar juga kau dari persembunyianmu!" Wiro membentak
sambil melirik pada guci tembaga yang tergantung di pinggang Iblis Kepala Batu.
Dulu dia keliru mengira guci itu terbuat dari perak.
"Pendekar 212 jahanam!" teriak Iblis Kepala Batu. Dia cepat melompat sambil
lepaskan satu pukulan tangan kosong. Bersamaan dengan itu Wiro juga melompat dan
hantamkan satu tendangan
mengarah kepala.
Terpaksa Iblis Kepala Batu jatuhkan diri ke tanah kembali. Pukulannya yang tadi
diarahkan ke depan kini diputar ke atas, mencari sasaran di betis si
pemuda.Murid Sinto Gendeng tahu betul kekuatan lawan. Dia tidak berani adu
tendangan kaki dengan pukulan tangan. Sambil lipat lututnya ke atas Wiro ganti
tendangan dengan pukulan Tangan Dewa Menghantam Tanah. Ini adalah pukulan sakti
yang didapatnya dari Kitab "Kitab Putih Wasiat Dewa berintikan "Delapan Sabda
Dewa." Angin laksana topan melabrak ke arah Iblis Kepala Batu. Sambil berteriak keras,
dia kerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya lalu kedipkan mata dan
bersamaan dengan itu pukulkan dua tangan ke atas.
Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua larik sinar merah melesat keluar dari sepasang mata Iblis Kepala Batu sedang
dari dua tangannya 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 75
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
menyembur cahaya juga berwarna merah dan lebih besar.
"Bummm! Bummm!"
Dua letusan keras menggelegar. Satu gelombang angin luar biasa derasnya
menyambar ke arah kobaran api yang melalap padang lalang. Begitu hebatnya
gelombang angin, padang lalang yang terbakar terangkat berserabutan, melayang ke
udara dan mati.
Asap mengepul hampir di segala penjuru.
BENTROKAN pukulan sakti berkekuatan tenaga
dalam tinggi membuat Iblis Kepala Batu cidera dalam cukup parah. Dada mendenyut
sakit, tubuh gontai seolah hilang keseimbangan.
"Pemuda keparat itu. Ilmunya benar-benar tinggi.
Aku tadi melepaskan Sepasang Sinar Pemasung Nyawa dari mata, sekaligus
menghantamkan pukulan Dua Iblis Menjebol Tembok Roh. Tidak ada satu tokoh
silatpun yang bisa selamat dari serangan itu. Apa dia lebih hebat dari semua
tokoh yang pernah
kupecundangi"!"
Iblis Kepala Batu Pemasung Roh batuk-batuk.
Dia meludah. Ludahnya ternyata bercampur darah.
"Kalau saja pendupaan di atas kepalaku tidak dihancurkan oleh gadis jahanam itu,
mungkin lukaku tidak separah ini," Iblis Kepala Batu merutuk.
Ingat pada Sutri Kaliangan dan sadar saat itu terlalu berbahaya baginya untuk
melanjutkan pertempuran melawan Pendekar 212, selagi kepulan asap melindungi
dirinya Iblis Kepala Batu cepat melompat masuk ke dalam lobang di dekatnya.
Kejutnya bukan alang kepalang ketika masuk ke ruang bawah tanah. Sutri Kaliangan
tidak ada lagi di kursi batu di mana dia didudukkan dalam keadaan tertotok.
"Tidak mungkin gadis itu melarikan diri. Pasti ada seseorang yang menolong!
Kurang ajar!" Iblis Kepala Batu memeriksa kamar tidurnya. Kamar itu kosong. Tapi
alas tempat tidur batu yakni kain tebal berisi rumput kering tercampak di
lantai. Kejut Iblis Kepala Batu bukan kepalang. Dia memeriksa ujung kiri tempat
tidur batu. Sebuah alat rahasia yang berada di ujung kiri tempat tidur telah bergeser dari
kedudukan semula.
"Jahanam! Ada yang mempergunakan pintu rahasia!" Iblis Kepala Batu cepat memutar
alat rahasia itu. Saat itu juga lapisan batu tempat tidur bergeser ke samping.
Sebuah lobang menganga. Di luar sana suara langkah-langkah kaki memasuki 127
MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 76
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
ruang bawah tanah semakin jelas. Tidak menunggu lebih lama lagi Iblis Kepala
Batu segera masuk ke dalam lobang di lantai ruangan. Tempat tidur batu bergeser
kembali menutup lobang.
WIRO terkapar di tanah bekas lalang terbakar. Rasa panas membuat dia tersentak
dan cepat melompat bangkit. Tangan kanannya yang tadi melepas pukulan dan
bentrokan dengan pukulan lawan terasa bergetar.
Ada rasa ngilu di sekujur tulang lengannya sampai ke bahu. Ketika dia
memperhatikan ke depan, Iblis Kepala Batu tidak kelihatan.
"Lari ke mana mahluk keparat itu?" pikir Wiro sambil memandang berkeliling. "Tak
mungkin dia kabur tanpa membawa Sutri." Wiro lalu melihat lobang besar di tanah.
Dia memeriksa. Ada tangga batu menuju ke bawah. Tanpa pikir panjang dia segera
memasuki lobang, menuruni tangga. Di bawah tanah dia hanya menemui dua buah
ruang kosong. Iblis Kepala Batu tidak kelihatan. Begitu juga Sutri. Tiba-tiba
Wiro mendengar suara menggemuruh. Ruangan di mana dia berada mendadak menjadi
gelap dan udara berubah pengap.
"Celaka, apa yang terjadi"!" pikir Wiro.
Lapat-lapat di luar sana dia mendengar suara tawa bergelak Iblis Kepala Batu.
"Pendekar 212! Aku menguburmu hidup-hidup!
Tamat sudah riwayatmu! Ha... ha... ha!"
"Aku terjebak...." desis murid Sinto Gendeng. Dia berusaha tenang. Tapi
bagaimana bisa tenang. Dia berada dalam kegelapan. Jari tangan di depan matapun
tidak kelihatan. Tengkuknya mulai terasa dingin.
TAMAT Ke mana lenyapnya Sutri Kaliangan puteri Patih Kerajaan" Masih bisakah Pendekar
212 menyelamatkan Bunga dari sekapan guci maut Iblis Kepala Batu sementara dirinya
sendiri terjebak dalam kuburan maut bawah tanah"
Ikuti serial selanjutnya berjudul :
SI CANTIK DALAM GUCI
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 77
Perguruan Sejati 3 Joko Sableng Ratu Pemikat Pendekar Aneh Naga Langit 5
mulutnya berucap.
"Perjanjian sudah batal. Apa kau berencana membuat perjanjian baru" Mengapa
susah-susah. Mengapa tidak langsung saja melamarku saat ini?"
Wajah Daeng Wattansopeng bersemu merah.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 52
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"Sinto, hari ini biar aku mengangkat dirimu sebagai saudara...."
"Saudara?" kening Sinto Gendeng mengerenyit.
Sepasang alisnya naik ke atas. Perempuan muda ini menutup mulut dengan jari-jari
tangannya. "Saudara apa" Saudara kandung" Pasti tidak mungkin.
Saudara sepupu, saudara misan...?"
"Saudara lain ayah lain ibu," jawab Daeng Wattansopeng.
Sinto Gendeng angguk-anggukkan kepala.
Tertawa panjang lalu ulurkan tangan. Tidak malu malu dia pegang lengan Daeng
Wattansopeng. "Sinto, kau.... Kalau orang lain melihat...."
"Hueh! Kenapa malu-malu" Sama saudara 'kan tidak apa-apa saling pegangan
tangan"!" ujar Sinto Gendeng pula. Membuat Daeng Wattansopeng salah tingkah.
Sinto lepaskan pegangannya.
"Sinto, kalau aku boleh bertanya. Apa nama jurus yang tadi kau pergunakan untuk
mengambil sorbanku?"
Sinto Gendeng tertawa. "Daeng, kau masih penasaran rupanya. Baik, aku akan beri
tahu. Jurus yang aku pergunakan untuk mengambil sorbanmu bernama Di balik Gunung
Memukul Halilintar."
"Di balik Gunung Memukul Halilintar...." Daeng Wattansopeng mengulang nama jurus
itu. Lalu wajahnya berubah. Dia memandang tak berkesip pada Sinto Gendeng.
"Saudaraku.... Menyimak nama jurus itu, sebenarnya jika kau mau kau tadi bisa
memukul pecah kepalaku. Tapi kau tidak melakukan.
Pukulan kau ganti dengan sambaran mengambil sorbanku. Kau... kau sungguh baik
hati...." "Yang benar saja Daeng. Masakan aku mau memukul pecah kepala saudara sendiri.
Hik...hik...hik."
"Sinto, ternyata tidak sia-sia aku menyeberang lautan datang ke tempat ini. Hari
ini aku mendapat satu pelajaran sangat berharga darimu. Bagaimana aku harus
membalas budi baikmu."
Sinto Gendeng tersenyum. "Aku merasa bahagia punya saudara sebaik dirimu. Sayang
waktuku tidak banyak. Sebagai tanda persaudaraan dan kenang kenangan, aku
menitipkan sesuatu dalam saku jubahmu sebelah kanan. Selamat tinggal Daeng.
Kalau umur sama panjang kita pasti bertemu lagi."
Sinto Gendeng pegang lengan Daeng Wattansopeng.
Daeng Wattansopeng balas mengusap jari-jari tangan perempuan itu. Lalu sekali
berkelebat Sinto Gendeng lenyap dari tempat itu. Lama Daeng Wattansopeng
tertegun di tempatnya berdiri. Kemudian dia ingat pada ucapan Sinto Gendeng.
Cepat dia masukkan tangan ke saku jubah sebelah kanan. Ada sebuah 127 MAYAT
PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 53
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
benda dalam saku itu. Ketika dikeluarkannya ternyata sebuah tusuk konde perak.
"Benar-benar di luar langit masih ada langit."
Daeng Wattansopeng geleng-gelengkan kepala. Dia memandang ke arah lenyapnya
Sinto Gendeng. "Aku benar-benar tidak tahu. Tidak merasa. Bagaimana dia mampu
memasukkan tusuk konde perak ini ke dalam saku jubahku?"
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 54
9 SELESAI menutur riwayat pertemuannyadengan Sinto Gendeng, sesaat Daeng
Wattansopeng masih pandangi tusuk konde perak pemberian perempuan itu, lalu
memasukkannya kembali ke saku jubah.
Mengetahui bahwa Daeng Wattansopeng punya
hubungan baik dengan Sinto Gendeng, Jatilegowo jadi tidak enak. Bagaimana
mungkin orang ini akan membantunya padahal kedatangannya justru meminta senjata
untuk dipakai antara lain menghabisi Pendekar 212, murid Sinto Gendeng sendiri!
"Jatilegowo," tiba-tiba Daeng Wattansopeng menegur. "Melihat tingginya jabatanmu
sebagai Adipati di Tanah Jawa, serta jauh dan sulitnya perjalanan ke tempat
kediamanku ini, tentunya kau datang ke sini membawa satu masalah besar. Harap
kau mau menceritakan apa masalahmu, apa sebabnya kau menginginkan senjata
bertuah yang baru aku buat."
Jatilegowo berpaling pada Kakek Sarontang yang berdiri di sebelahnya. Orang tua
satu ini maklum apa yang ada dalam pikiran dan hati sang Adipati setelah
mengetahui hubungan Daeng Wattansopeng dengan Sinto Gendeng. Maka diapun
berkata. "Tak usah ragu. Jangan bimbang. Jangan jadikan perjalanan jauhmu ini satu kesia-
siaan. Ceritakan semua riwayatmu, jangan ada yang disembunyikan."
Jatilegowo mengangguk. Lalu berikan penuturan.
Mulai dari maksudnya hendak menikahi Nyi Larasati, janda almarhum Adipati
Temanggung. "Niat baik saya ditolak mentah-mentah oleh Nyi Larasati. Saya merasa dihina.
Selain itu Sarwo Ladoyo sesepuh Kadipaten Temanggung menyerang saya. Terpaksa
saya menjatuhkan tangan keras terhadap orang tua itu. Karena orang-orang
Kadipaten Temanggung menunjukkan sikap menantang maka dengan persetujuan
Kotaraja saya menyerbu Temanggung. Tapi tak terduga di situ muncul dua orang
muda berkepandaian tinggi, menolong orang-orang Temanggung. Pemuda pertama
bertubuh gendut luar biasa. Dikenal dengan julukan Bujang Gila Tapak Sakti. Yang kedua
adalah Pendekar 212
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Wiro Sableng. Saya dan para perwira Kadipaten Salatiga tidak mampu menghadapi
mereka. Dalam keadaan babak belur kami terpaksa mundur. Saya bukan saja dihina
dipermalukan tetapi diperlakukan secara keji. Wiro Sableng murid Sinto Gendeng
memindah hidung saya ke kening. Dendam saya terhadap Wiro Sableng tidak akan
lebur sekalipun kelak tubuh saya tinggal tulang-belulang di dalam kubur. Selain
mempecundangi dan menghina serta memperlakukan saya seperti ini, dia juga telah
berbuat mesum terhadap salah seorang istri saya."
(Baca Episode sebelumnya berjudul "Badik Sumpah Darah").
Terkejutlah Daeng Wattansopeng mendengar
ucapan terakhir Jatilegowo itu. Dalam hati dia membatin. "Sinto Gendeng
kuketahui memang punya watak aneh. Tidak heran kalau muridnya juga aneh. Sang
guru gendeng sang murid sableng.
Tetapi kalau dia sampai berbuat mesum dengan istri orang, ini satu hal yang
sulit dipercaya."
Daeng Wattansopeng memandang Jatilegowo
lalu berkata. "Setahuku Sinto Gendeng tidak memiliki ilmu aneh begitu rupa," kata Daeng
Wattansopeng pula.
"Berarti sang murid mendapatkan ilmu aneh itu dari orang lain."
"Kakek Daeng Wattansopeng, kini jelas bagimu latar belakang maksud kedatangan
saya. Pertama untuk mengambil badik sakti bertuah yang kau janjikan melalui
Kakek Sarontang. Kedua, saya berharap dengan kesaktianmu hidung saya yang ada di
kening bisa dipindah ke tempat semula di atas bibir."
Daeng Wattansopeng terdiam sejenak, mata
dipejam seolah merenung. Kemudian orang tua ini tarik nafas dalam dan berkata.
"Jatilegowo, ketika saudaraku Sarontang minta dibuatkan badik sakti bertuah
untukmu, aku tidak pernah menduga latar belakang permintaanmu itu ada sangkut
pautnya dengan murid Sinto Gendng...."
"Saya maklum perasaanmu, Kakek Daeng
Wattansopeng. Apakah berarti kau tidak akan menyerahkan badik itu pada saya?"
tanya Jatilegowo pula.Sebelum Daeng Wattansopeng menjawab, Sarontang mendahului
berucap. "Adipati Jatilegowo, jangan kau berkawatir terlalu jauh. Saudaraku tak pernah
mengecewakan siapapun selama hidupnya."
Daeng Wattansopeng tersenyum kecil.
Dipandanginya badik tak bergagang di atas kain hitam empat persegi. Dalam hati
dia berkata. 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 56
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"Agaknya sekali ini aku membuat senjata bertuah untuk sesuatu yang keliru. Ya
Rabbi Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, jika saya salah, ampuni kesalahan saya." Orang
tua ini angkat kepalanya, menatap pada Sarontang lalu memandang pada Jatilegowo
dan berucap. "Aku sudah berjanji. Pantang bagiku tidak menepati janji. Sebelum aku mendengar
kisahmu, sebenarnya ada syarat-syarat yang harus kau lakukan di atas sumpah,
yakni sebelum badik sakti bertuah aku berikan padamu. Kini setelah aku tahu
silang sengketamu dengan Wiro Sableng murid Sinto Gendeng yang sudah saling
angkat saudara denganku, maka ada satu syarat tambahan lagi yang harus kau terima di atas
sumpah." "Kalau Kakek Daeng Wattansopeng mau mengatakan sekarang, sekarang pula saya akan
mengangkat sumpah memenuhi permintaan Kakek.
kata Jatilegowo.
"Aku sangat menghargai ucapan dan
tindakanmu. Tapi sumpah itu baru boleh kau ucapkan lusa pagi, bersamaan dengan
terbitnya matahari di ufuk timur. Sekarang, sebelum fajar menyingsing kau
bersama Kakek Sarontang ikuti aku ke rimba Seratus Pohon Tuba. Badik tak
bergagang ini perlu dibenamkan selama satu hari satu malam dalam Pohon Tuba,
agar racun menyelimutinya luar dalam. Agar kesaktiannya bangkit di atas segala kesaktian.
Hingga kelak jangankan tertusuk, tergores sedikit saja lawan akan menemui
kematian."
Dengan hati-hati Daeng Wattansopeng melipat kain hitam empat persegi. Badik
berikut sarungnya yang terbungkus kain hitam ini dimasukkannya ke saku jubah.
Lalu orang tua ini turun dari pembaringan.
Memberi isyarat pada Sarontang dan Jatilegowo untuk mengikutinya.
SANG surya belum muncul. Hari masih gelap ketika ke tiga orang itu sampai di
satu rimba belantara. Di bagian rimba sebelah tengah ada satu pedataran tinggi.
Di sini tumbuh seratus buah pohon besar yang disebut Pohon Tuba. Daeng
Wattansopeng mendatangi pohon paling besar. Di sini dia melangkah memutari pohon
sampai tujuh kali. Sambil memutari pohon dari mulutnya tak putus- putus keluar
suara mengucap sesuatu. Di akhir putaran ke tujuh orang tua ini hentikan
langkah. Badik tak bergagang dikeluarkan dari dalam saku.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 57
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Lipatan kain dibuka, sarung badik diselipkan pada ikat pinggang jubah, kain
hitam dipegang dengan tangan kiri sementara badik dipegang dengan tangan kanan.
Tangan kiri Daeng Wattansopeng bergerak.
Terdengar suara seperti kepakan sayap burung besar ketika kain hitam empat
persegi itu melesat ke udara, menabas daun-daun dan rerantingan lalu lenyap
dalam kegelapan.
Daeng Wattansopeng letakkan badik tak
bergagang di atas keningnya. Mata dipejamkan, mulut komat-kamit melafatkan
sesuatu. Bersamaan dengan itu tangan kanan yang memegang badik perlahan-lahan
bergerak. Ujung runcing badik hitam kebiru-biruan ditusukkan ke batang Pohon
Tuba. Sedikit demi sedikit badik itu amblas masuk ke dalam batang pohon hingga
akhirnya lenyap sama sekali.
Jatilegowo memperhatikan apa yang tadi
dilakukan Daeng Wattansopeng. Diam-diam dia menaruh kagum. Bukan pekerjaan
gampang memasukkan sebuah benda hingga amblas ke dalam pohon tanpa bekas. Tidak semua
tokoh rimba persilatan sekalipun memiliki tenaga dalam tinggi sanggup melakukan
hal seperti itu.
Daeng Wattansopeng berpaling pada dua orang yang ada di belakangnya.
"Kalian berdua carilah tempat yang baik untuk menunggu. Mulai saat ini sampai
pagi satu usapan muka aku akan mengheningkan daya dan rasa. Jika kalian tidak
suka menunggu di sini, kaliann boleh menunggu di pondok.'
"Daeng, kalau kau tidak keberatan dan memberi izin biar kami menunggu sekitar
sini," menjawab Sarontang.
Mendengar jawaban orang, tanpa banyak bicara lagi Daeng Wattansopeng mencari
tempat yang baik dan bersih lalu melaksanakan sembahyang sunat dua rakaat.
Selesai sembahyang dia duduk bersila di tanah, di bawah Pohon Tuba. Dua tangan
diletakkan di atas lutut, wajah dan tubuh dihadapkan ke arah matahari tenggelam.
Menjelang pagi hari kedua, baik Sarontang maupun Jatilegowo tidak memicingkan
mata. Mereka memperhatikan sosok Daeng Wattansopeng yang masih duduk bersila tak
bergerak, mata terpejam. Di ufuk timur fajar masih belum menyingsing. Keadaan di
tempat itu masih gelap. Ketika terdengar hembusan nafas panjang dari hidung
Daeng Wattansopeng, Sarontang dan Jatilegowo saling melirik. Lalu perlahan-lahan
kelihatan si orang tua membuka sepasang matanya.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 58
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Kakek ini yang masih dalam keadaan suci
wudhu bangkit berdiri lalu sembahyang sunat dua rakaat. Selesai sembahyang dia
melangkah mendekati Pohon Tuba. Sarontang dan Jatilegowo segera berdiri, mengikuti langkah
si orang tua tapi menjaga jarak, tidak mau terlalu dekat.
Di hadapan Pohon Tuba Daeng Wattansopeng
tundukkan kepala membaca sesuatu. Lalu dua tangannya ditempelkan ke batang
pohon, tepat di mana sehari semalam sebelumnya dia memasukkan badik yang
dibuatnya ke dalam pohon beracun itu.
Beberapa saat berlalu dalam cekaman kesunyian.
Sarontang dan Jatilegowo menunggu dengan dada berdebar. Tiba-tiba ada cahaya
terang kehijauan memancar pada batang Pohon Tuba, tepat pada bagian yang
ditempeli dua telapak tangan Daeng Wattansopeng. Lalu ada asap mengepul disertai
tebaran bau wangi membuat Sarontang dan Jatilegowo jadi tercekat.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 59
10 TAK SELANG berapa lama terdengar Daeng Wattansopeng mengucap Basmallah lalu dua
tangannya yang sejak tadi ditempelkan ke batang pohon perlahan-lahan ditarik ke
belakang. Dalam jepitan dua telapak tangan Daeng Wattansopeng saat itu kelihatan
badik tak bergagang menyembul keluar dari batang pohon lalu tertarik keluar.
Badik yang sebelumnya berwarna hitam kebiruan itu kini berubah warna menjadi
hitam kehijauan. Pertanda racun Pohon Tuba telah menyatu dalam tubuh badik.
"Sarontang, berikan padaku gagang dari gading yang sudah kau siapkan untuk hulu
senjata ini."
Daeng Wattansopeng berkata.
Dari balik pakaiannya Sarontang segera
mengeluarkan gagang terbuat dari gading gajah lalu menyerahkannya pada Daeng
Wattansopeng. Hati-hati Daeng Wattansopeng masukkan dan
sambungkan gagang gading ke ujung sebelah bawah badik. Ternyata gagang dan badik
cocok satu sama lainnya, bersatu kuat membentuk satu senjata mustika sakti yang
utuh. "Badik Sumpah Darah...." bisik Sarontang.
Matanya berkilat-kilat.
"Jatilegowo, mendekatlah ke hadapanku,"
terdengar Daeng Wattansopeng berucap. Adipati Salatiga Jatilegowo segera
melangkah ke hadapan si orang tua. Wajahnya tegang dan dadanya berdebar.
"Berdoalah pada Yang Maha Kuasa, agar wajahmu diberi kesembuhan. Anggukkan
kepalamu jika kau selesai berdoa."
Dalam hati Jatilegowo segera melakukan apa
yang dikatakan si orang tua. Selesai berdoa dia anggukkan kepala.
Perlahan-lahan Daeng Wattansopeng angkat
tangan kanannya yang memegang badik, didekatkan ke wajah Jatilegowo, ditempelkan
pada hidung yang ada di kening.
Jatilegowo merasa ada hawa panas menjalar ke hidung merambas ke keningnya. Dia
keluarkan suara mengeluh karena hawa panas seperti melelehkan BASTIAN TITO
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
seluruh wajahnya. Tubuhnya bergetar menahan sakit. Perlahan-lahan hawa panas
lenyap, berganti dengan hawa sejuk. Perubahan panas dengan sejuk menimbulkan
kepulan asap yang menyelubungi seluruh kepala Jatilegowo. Adipati Salatiga ini
merasakan ada sesuatu bergerak di keningnya lalu gerakan serupa terasa di atas
Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bibirnya. Daeng Wattansopeng meniup. Kepulan asap
yang membungkus kepala Jatilegowo lenyap.
Sarontang keluarkan suara tercekat. Matanya menyaksikan seperti tak percaya.
Hidung Jatilegowo yang tadinya ada di kening kini telah kembali ke tempatnya
semula di atas bibir. Pada kening kelihatan sedikit goresan yang mengeluarkan
darah. Ketika diusap oleh Daeng Wattansopeng dengan badan badik, goresan itu serta-
merta lenyap. Jatilegowo telah melihat pada perubahan air muka Kakek Sarontang. Dadanya
berdebar. Kemudian didengarnya orang tua itu berkata.
"Jatilegowo, Tuhan telah mengabulkan doa pintamu."
Jatilegowo angkat ke dua tangannya, meraba wajah, kening dan bagian atas
bibirnya. Dia merasakan hidungnya yang sebelumnya menempel di kening kini telah
kembali ke tempat seharusnya di atas bibir.
"Ah...." Lelaki ini keluarkan seruan gembira, langsung jatuhkan diri di hadapan
Daeng Wattansopeng. "Berdirilah Jatilegowo. Bersyukur dan berterima kasih pada Allah. Dia yang telah
menolong dirimu...."
"Tapi Kakek Daeng, kalau bukan engkau...."
"Aku hanya hamba Allah, yang dipercayakan jadi kepanjangan tanganNya untuk
menolongmu...."
"Kakek Daeng, saya bersyukur, saya berterima kasih," ucap Jatilegowo penuh haru
sedang dua matanya kelihatan berlinang. Sarontang berdiri menyaksikan sambil
usap-usap dagunya.
"Sarontang mendekat ke mari." Kata Daeng Wattansopeng sambil mengeluarkan sarung
badik dari saku jubahnya. Setelah Sarontang berada di hadapannya, berdiri di
samping Jatilegowo Daeng Wattansopeng berkata.
"Kalian dengar baik-baik. Sebelum badik bertuah ini aku masukkan ke dalam
sarungnya, sebelum senjata mustika sakti ini aku berikan pada kalian.
aku ingatkan kembali pada kalian berdua. Ada janji yang disebut sumpah, harus
kalian ingat dan laksanakan. Pertama, senjata bernama Badik Sumpah Darah ini
akan kuserahkan padamu Jatilegowo. Kau hanya boleh memilikinya selama tiga
purnama. Itu 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 61
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
sudah cukup bagimu untuk melakukan apa saja dalam mewujudkan segala niatmu.
Mulai dari memperistrikan Nyi Larasati, sampai kau mendapat kekuasaan penuh di
Temanggung dan Salatiga. Bilamana semua apa yang kau inginkan itu sudah
tercapai, Badik Sumpah Darah harus kau serahkan pada Sarontang. Sarontang juga
akan memiliki senjata ini selama tiga purnama.
Waktu yang cukup untuk mewujudkan cita-citamu mendapatkan tahta kerajaan
Pakubuwon. Tapi ingat baik-baik akan satu hal. Jangan kalian berani mengganggu
Sinto Gendeng ataupun muridnya yang bernama Wiro Sableng...."
"Kakek Daeng, saya...." Jatilegowo memotong ucapan si orang tua.
"Aku tahu, Wiro Sableng adalah musuh besarmu.
Tetapi begitulah bunyi perjanjian yang akan diikat dengan sumpah."
"Jatilegowo," kata Sarontang sambil memegang bahu lelaki itu. "Walau Wiro adalah
musuhmu tapi maksud utamamu adalah mendapatkan Nyi Larasati dan kekuasaan di dua
Kadipaten. Kau harus mengerti dan menurut apa yang dikatakan Kakek Daeng...."
Jatilegowo akhirnya anggukkan kepala.
Si orang tua melanjutkan ucapannya yang tadi terputus. "Setelah apa yang kalian
inginkan tercapai, senjata ini harus kalian kembalikan ke sini, serahkan
langsung ke tanganku."
"Kakek Daeng, bagaimana kalau selama waktu yang ditetapkan kami tidak mampu
mewujudkan niat...."
Sarontang menyentuh kaki Jatilegowo dengan kakinya, membuat ucapan Adipati itu
terputus. "Jatilegowo, Kakek Daeng Wattansopeng lebih luas penglihatan dan pengalamannya
dari pada kita.
Lakukan saja apa yang dikatakannya...."
"Baik kalau begitu. Harap maafkan saya Kakek Daeng," kata Jatilegowo.
"Jika kau sudah menerima janji maka saatnya kita mengikat diri dengan sumpah
darah. Majulah lebih dekat."
Jatilegowo dan Sarontang bergerak lebih dekat.
Daeng Wattansopeng tempelkan ujung gagang badik yang agak runcing ke lengan
kanan Jatilegowo.
Begitu digores, lengan itu tersayat halus dan kucurkan darah. Hal yang sama
kemudian dilakukan Daeng Wattansopeng pada lengan kanan Sarontang.
"Jangan kalian bersihkan darah di lengan kalian.
Pada saatnya darah itu akan lenyap dengan sendirinya."
"Saudaraku Daeng Wattansopeng, ada sesuatu 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang
Zusi & Aby Elziefa 62
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
yang hendak aku sampaikan padamu. Sekaligus meminta petunjukmu," berkata
Sarontang, kakek berambut biru berminyak.
"Katakanlah, mudah-mudahan aku bisa membantu," jawab Daeng Wattansopeng.
"Pada saat aku menginjakkan kaki pertama kali di Tanah Bugis ini sekitar
seperempat abad yang lalu, aku bertemu dengan seorang kakek bernama Pattirobajo,
mengaku berjuluk Iblis Seribu Nyawa...."
"Aku tahu banyak riwayat orang itu. Apa yang dimintanya darimu, Sarontang?"
tanya Daeng Wattansopeng pula.
"Dia meminta aku untuk membunuhnya dengan Badik Sumpah Darah. Menurut
pengakuannya dia sudah terlalu lama hidup dan tidak mati-mati. Katanya, hanya
badik bertuah itulah yang bisa menamatkan riwayatnya. Asal saja aku yang
menikamkan ketubuhnya. Aku terlanjur berjanji akan memenuhi permintaannya itu. Selama
hampir dua puluh lima tahun berada di Tanah Bugis ini aku telah menerima banyak
budi dari dia. Antaranya sebuah jimat yang membuat aku memiliki ilmu silat dan
kesaktian tinggi. Aku minta izinmu, sebelum berangkat ke Tanah Jawa bersama
Jatilegowo aku akan mampir lebih dulu di lereng timur Gunung Lompobatang untuk
memenuhi permintaan Iblis Seribu Nyawa."
Daeng Wattansopeng merenung sejenak lalu
berkata. "Membunuh seseorang tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
adalah satu dosa besar. Aku menasihatkan agar kau tidak melakukan hal itu, tidak
memenuhi permintaan Iblis Seribu Nyawa...."
"Lalu bagaimana dengan budi yang telah aku terima?"
"Anggap saja itu sebagai berkah atau sedekah seseorang padamu yang wajib kau
syukuri. Tapi jika kau tidak berkenan, boleh saja kau kembalikan pada si
pemberi. Lagi pula setelah dua puluh lima tahun berlalu, apakah Iblis Seribu
Nyawa masih hidup?"
"Dia memang masih hidup. Keadaannya separuh lumpuh, tinggal kulit pembalut
tulang. Tapi dia tak kunjung menemui ajal," jawab Sarontang.
"Saudaraku, aku tetap menganjurkan agar kau melupakan saja permintaan Iblis
Seribu Nyawa. Ketahuilah Badik Sumpah Darah aku ciptakan bukan untuk membunuh secara
sembarangan. Kalian berdua ingat hal itu baik-baik."
Sarontang lalu berdiam diri. Daeng Wattansopeng tidak bisa menerka apakah
saudara angkatnya ini akan mengikuti nasihatnya. Dia berpaling pada 127 MAYAT
PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 63
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Jatilegowo lalu berkata.
"Tubuhmu akan kusapu dan kugosok dengan Badik Sumpah Darah agar mendapat
kekebalan luar dalam. Berbaringlah di tanah, menelungkup."
Jatilegowo lakukan apa yang diperintahkan si orang tua. Dia berbaring
menelungkup di tanah.
Daeng Wattansopeng berjongkok di sampingnya.
Dengan badik telanjang, sambil melafatkan bacaan sakti Daeng Wattansopeng sapu
dan usapkan senjata itu ke tubuh belakang Jatilegowo, mulai dari kepala sampai
ke ujung kaki. "Balik, menelentang," kata Daeng Wattansopeng.
Jatilegowo membalikkan badan, kini berbaring menelentang. Seperti tadi dia
mengusapkan senjata bertuah itu ke tubuh Jatilegowo mulai dari kepala, bagian
muka turun ke dada terus ke perut. Sampai di bawah perut membelok ke kanan
mengusap kaki kanan sampai ke ujung bawah lalu naik ke atas pada kaki kiri. Pada
saat itulah Sarontang memberikan isyarat kedipan mata ke arah Jatilegowo.
Melihat isyarat ini Jatilegowo tiba-tiba tendangkan kaki kanannya ke dada Daeng
Wattansopeng. Di saat yang bersamaan dari samping belakang
Sarontang hantamkan tangan kanannya ke tengkuk si orang tua!
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 64
11 TENDANGAN kaki kanan Jatilegowo
menghancurkan tulang dada Daeng Wattansopeng.
Tubuh orang tua itu terpental ke atas tapi kembali terbanting ke bawah begitu
pukulan yang dilepaskan Sarontang mendarat telak di tengkuknya.
"Kraaakk!"
Tulang pangkal leher orang tua itu patah. Dia jadi sulit bernafas. Badik Sumpah
Darah terlepas dari genggamannya, jatuh tercampak di tanah. Megap-megap dia
berusaha sambil menunjuk ke arah Jatilegowo dan Sarontang.
"Kalian...." darah mengucur dari mulut Daeng Wattansopeng. "Kalian tel... telah
berbu... at... dosa bessarr...."
"Jatilegowo, tunggu apa lagi. Lekas habisi dia! Tikam dengan badik!" Sarontang
berteriak. Mendengar teriakan itu Jatilegowo segera
mengambil Badik Sumpah Darah yang tergeletak di tanah. Dengan senjata sakti
bertuah yang telah mengandung racun hebat ini Jatilegowo kemudian menikam Daeng
Wattansopeng tepat di arah jantungnya.
"Ahhhh...."
Daeng Wattansopeng keluarkan keluhan panjang.
Tubuhnya terkapar di tanah. Mata membeliak, wajah menunjukkan rasa tak percaya.
Tak percaya kalau dirinya akan menemui kematian oleh sejata buatannya sendiri.
Tak percaya kalau yang menikam
membunuhnya adalah Jatilegowo kepada siapa senjata itu akan diserahkannya. Hanya
sesaat setelah nyawanya melayang, kulit Daeng Wattansopeng mulai dari muka
sampai ke kaki kelihatan berwarna hijau.
Jatilegowo dan Sarontang sesaat pandangi mayat Daeng Wattansopeng lalu keduanya
sama-sama tertawa bergelak. Selagi Sarontang masih tertawa gelak-gelak
Jatilegowo cepat mengambil sarung badik. Badik telanjang bernoda darah
dimasukkanya ke dalam sarung itu. Lalu tanpa setahu Sarontang di dalam gelap
Jatilegowo membuat satu gerakan cepat.
"Orang tua tolol!" kata Sarontang. "Siapa sudi menelan janji dan sumpahmu!"
"Sekarang kita bisa memiliki senjata sakti BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga
Geni 212 mandraguna ini tanpa ada batas waktu!" ucap Jatilegowo. "Sesuai apa yang
dikatakan Daeng Wattansopeng, aku pertama kali akan memiliki senjata itu. Jika
semua niat dan urusanku selesai akan kuserahkan padamu."
"Memang begitu ucapan Daeng Wattansopeng.
Tapi apakah kau lupa perjanjian di antara kita?" ujar Sarontang lalu tertawa
mengekeh dan ulurkan tangannya.
Jatilegowo terdiam mendengar kata-kata
Sarontang itu lalu anggukkan kepala dan menjawab perlahan. "Ya, saya ingat."
"Sesuai dengan apa yang pernah aku katakan padamu, mulai saat ini kewajiban
untuk menyediakan Mayat Persembahan menjadi tanggung jawabmu.
Sebelum kita berangkat ke Tanah Jawa, kau sudah harus menyerahkan satu mayat
pemuda lajang padaku.
Seteiah itu setiap bulan mati, enam kali berturut-turut.
Sampai tujuh kali kau menyerahkan mayat
persembahan maka impaslah janjimu. Aku tunggu kau di Gua Nipanipa. Begitu mayat
persembahan kau serahkan, aku akan menyerahkan badik ini padamu!
Dan ingat Jatilegowo. Jika mayat persembahan tidak aku serahkan sebelum
berangkat ke Tanah Jawa, kutuk dan kualat akan jatuh atas dirimu." Habis berkata
begitu Sarontang berkelebat pergi.
"Licik, aku sudah menduga dia akan berbuat licik,"
kata Jatilegowo. Satu seringai tersungging di mulutnya.
Dia kemudian pandangi sejurus jenazah Daeng Wattansopeng tanpa ada penyesalan di
dalam hatinya, lalu tinggalkan tempat itu.
Hanya sesaat setelah lenyapnya Sarontang disusul kepergian Adipati Jatilegowo,
dari kerimbunan semak belukar yang dibungkus kegelapan melesat keluar satu sosok
berjubah dan berkerudung putih. Orang ini perhatikan mayat Daeng Wattansopeng,
melangkah memutari mayat itu sampai dua kali sambil mulutnya berucap perlahan.
Orang yang datang bersama Sarontang itu jelas bukan Pendekar 212 Wiro Sableng.
Ada baiknya aku bersiap-siap mengadakan perjalanan menuju teluk.
Aku hanya tinggal menunggu. Salah satu dari mereka akan menunjukkan jalan ke
Tanah Jawa padaku."
Ucapannya berhenti. Langkahnya juga terhenti.
Kembali dia pandangi sosok Daeng Wattansopeng.
sambil menyeringai dia berkata.
"Daeng, negerimu memang berbeda dengan negeriku. Di negeriku kepercayaan tidak
datang begitu mudah. Di negerimu kepercayaan terlalu mudah diberikan hingga
disalahgunakan. Dan 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 66
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
terkadang berakhir pada kematian. Buktinya hari ini kau mengalami sendiri."
GOA Nipanipa. Sarontang bersandar ke dinding, tidur-tidur ayam di mulut goa sebelah dalam.
Saat itu sang surya belum lama tenggelam. Tapi udara cepat menjadi gelap karena
langit tertutup awan mendung.
Di atas pangkuannya terletak satu kantong perbekalan besar. Di dalam kantong
.itu, terbungkus dalam lipatan sehelai kain kasar, Badik Sumpah Darah
disimpannya. Rupanya dia sudah siap meninggalkan goa yang telah dihuninya selama
hampir dua puluh lima tahun itu. Dia hanya tinggal menunggu kedatangan
Jatilegowo membawa mayat persembahan. Sejak pagi tadi dia menunggu, sampai siang
berganti malam yang ditunggu belum juga muncul.
Di luar goa angin bertiup kencang. Hujan mulai seharusnya memancarkan sinar
hitam kehijauan kelihatan redup.
Sarontang delikkan mata. Tidak percaya. Tangannya bergetar. Tengkuknya mendadak
dingin. Matanya semakin membesar seolah mau melompat keluar dari rongganya.
"Palsu...." desis Sarontang. "Badik ini bukan Badik Sumpah Darah. Tapi badik
palsu! Jatilegowo jahanam!
Sungguh tolol diriku! Bagaimana dia bisa menipu aku"!
Jahanam! Keparat jahanam!" Saking marahnya Sarontang hantamkan tangan kanan yang
memegang badik ke dinding goa. Badik Sumpah Darah palsu patah tiga, sarungnya
hancur. Dinding goa pecah berantakan!
"Jatilegowo! Jangan kira kau bisa lari dari tanganku!
Dunia ini sempit. Ke manapun kau pergi akan kukejar!
Aku bersumpah membunuhmu! Jangan kira kau sudah menjadi manusia kebal! Aku tahu
di mana kelemahanmu! Kau harus mati ditanganku!"
KETIKA Sarontang sampai di Teluk Bantaeng
keesokan sorenya dia melihat banyak orang berkerumun di dermaga kayu. Teluk
Bantaeng pada masa itu merupakan salah satu pangkalan perahu barang dan
penumpang yang mengarungi jalur pelayaran ke Tanah Jawa. Kerumunan orang di
dermaga begitu banyak, tidak seperti biasanya. Di beberapa tempat ada pula
kelompok-kelompok orang bercakap-cakap. Sarontang mendekati salahsatu kerumunan
orang untuk mencari tahu apa yang 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby
Elziefa 67 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
terjadi. Ternyata orang-orang itu tengah membicarakan satu peristiwa hebat yang
belum lama terjadi.
Belasan perahu besar yang biasa berlayar ke Tanah Jawa telah dirusak oleh
seorang tak dikenal.
Ada yang dibakar bagian haluannya. Ada yang dihancurkan bagian dasar tiang-tiang
layar. Lalu ada pula yang dihancurkan dilubangi di bagian buritan. Orang yang
melakukan perbuatan itu kemudian melarikan diri dengan sebuah perahu layar yang
rupanya telah disiapkan. Beberapa anak perahu yang perahunya dirusak coba
mengejar tapi tak berhasil karena perahu mereka lebih kecil.
Pada seorang awak perahu yang berdiri di
dekatnya Sarontang bertanya bagaimana ciri-ciri orang yang merusak sekian banyak
perahu itu. "Badannya tinggi besar. Kumis lebat. Rambut panjang sebahu...."
Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jatilegowo," kata Sarontang dalam hati.
"Kalian begini banyak, tapi tidak mampu menghalang atau menangkap orang itu...."
Sarontang berucap setengah menyesali setengah mengejek.
"Pak Tua, jumlah kami boleh banyak tapi orang itu mempunyai ilmu kesaktian
hebat. Setiap dua tangannya dipukulkan pasti ada korban manusia berkaparan. Atau
ada perahu yang hancur! Siapa mau menyabung nyawa melawan manusia berkekuatan
seperti setan dia!"
"Pukulan Dua Gunung Meroboh Langit. Aku tahu dia memiliki pukulan sakti itu. Dia
telah mempergunakan pukulan itu." Kembali Sarontang berucap dalam hati. Orang
tua ini memandang ke arah laut lepas. Dia tahu mengapa Jatilegowo merusak
perahu-perahu di dermaga. Agar dirinya tak bisa mengejar. "Jatilegowo, kau
mengira telah berlaku cerdik. Memang saat ini aku tidak bisa segera mengejarmu.
Tapi kau lupa. Dunia ini begini sempit. Kau mau melarikan diri ke mana" Aku akan
mengejarmu dan satu waktu pasti kau akan kutemui!
Kalau tahta Kerajaan Pakubuwon telah berada di tanganku, aku bisa mengerahkan
seribu orang untuk mencarimu! Kau akan jadi manusia paling celaka di dunia ini!"
Sarontang terpaksa bermalam di Teluk,
menunggu perahu yang datang dari Jawa atau dari pelabuhan lain. Menjelang siang
keesokannya baru ada perahu besar yang berlayar ke Jawa. Sarontang menumpang
perahu ini tanpa mengetahui bahwa salah seorang penumpang dalam perahu itu
adalah seorang lelaki berjubah dan berkerudung putih yang bukan lain adalah
Lajundai alias Hantu Muka Dua, 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby
Elziefa 68 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
dedengkot negeri seribu dua ratus tahun silam yang pernah menyatakan dirinya
sebagai raja di raja Negeri Latanahsilam.
Siang Sarontang berlayar ke Jawa, pada malam harinya Iblis Seribu Nyawa yang
diam di lereng timur Gunung Lompobatang sebelah timur punya firasat dan merasa
kalau Aryo Probo alias Sarontang tidak memenuhi janjinya. Tidak datang ke tempat
kediamannya untuk membunuh menghabisi dirinya.
"Aryo Probo, Pangeran Pakubuwon. Aku telah terlanjur memberikan budi baik padamu
dan sebagai balasan meminta sedikit pertolongan. Tapi kau ingkari janji. Hampir
dua puluh lima tahun aku menunggu.
Kau khianati diriku. Kau kabur ke Tanah Jawa tanpa datang ke sini membawa Badik
Sumpah Darah untuk membunuhku. Aku tidak ihlas atas semua itu! Aku akan
mencarimu, mengambil kembali semua ilmu
kepandaian yang sudah aku ajarkan. Termasuk jimat batu Combong Dewa yang telah
aku berikan padamu.
Akan aku ambil kembali bersama-sama jiwamu!
Kalaupun aku tidak kesampaian maksud
membunuhmu, kutuk dan sumpahku akan jauh lebih ganas menimpa dirimu!"
Habis berkata begitu Iblis Seribu Nyawa bertepuk dua kali. Dari balik dinding
batu tempat kediamannya serta merta keluar dua orang lelaki berkepala botak.
Mengenakan pakaian kelabu gelap berkulit hitam bertubuh tinggi besar. Tampang
keduanya garang angker tapi gerak gerik, langkah serta putaran mata mereka
kelihatan kaku aneh. Mereka tak ubahnya seperti dua boneka kayu besar.
"Siapkan tandu! Bawa aku ke Teluk. Kita berangkat ke Tanah Jawa hari ini juga!"
kata Iblis Seribu Nyawa.
Dua orang hitam anggukkan kepala, lenyap ke balik dinding. Tak lama kemudian
muncul lagi membawa sebuah tandu yang pada bagian tangannya ada kursi rendah
untuk dudukan dilengkapi bantalan kain tebal.
Ketika muncul kembali, dua lelaki botak itu mengenakan sorban tebal di atas
kepala masing-masing.
Iblis Seribu Nyawa naik ke atas tandu, duduk di kursi rendah. Dua orang hitam
segera menggotong tandu. Satu di depan satu di belakang. Ternyata mereka tidak
memanggul atau memikul tandu itu, melainkan menjunjungnya di atas kepala yang
dilapisi dengan sorban tebal!
Di atas tandu Iblis Seribu Nyawa berucap.
"Sarontang, aku tahu hitam busuk keji kehidupanmu selama ini. Puluhan anak muda
telah jadi korban nafsu bejatmu! Mereka kemudian kau 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook
by Kang Zusi & Aby Elziefa 69
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
bunuh, kau jadikan Mayat Persembahan. Sekarang giliran dirimu aku jadikan Mayat
Persembahan!"
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 70
12 IBLIS Kepala Batu Alis Empat melangkah mengitari kursi batu di mana Sutri
Kaliangan didudukkannya dalam keadaan kaku.
"Iblis Keparat, kau bakal mendapat hukuman berat dari Patih Kerajaan. Aku
sendiri sudah bersumpah akan membunuhmu!"
Setiap kata-kata itu diucapkan si gadis, Iblis Kepala Batu keluarkan tawa
mengekeh. "Jadi kau tidak mau menyerahkan Keris Naga Kopek dengan tanganmu sendiri! Tidak
jadi apa! Aku malah senang! Aku akan menggerayangi tubuh bagusmu, mencari keris itu dan
mengambilnya. Ha...
ha... ha...!"
"Jahanam kurang ajar!" hardik Sutri.
Gadis itu terpekik ketika Iblis Kepala Batu melompat ke hadapannya dan memegang
ke dua bahunya.
"Pergi! Jangan sentuh!"
"Ha... ha... ha. Di sebelah mana bagian tubuhmu kau sembunyikan Keris Naga Kopek
itu"!"
"Iblis jahanam! Pergi! Jangan pegang tubuhku!"
"Kau tak mau memberi tahu. Berarti memang minta dan suka aku gerayangi! Ha...
ha... ha!"
"Manusia terkutuk, mendekatlah, aku akan membisikkan sesuatu ke telingamu!" kata
Sutri Kaliangan.
"Eh, mengapa kau berubah jadi lembut?"
Mahluk berkepala empat persegi dan memiliki alis empat buah itu merasa heran.
Tapi kepalanya dirundukkan juga mendekati wajah si gadis.
Begitu muka Iblis Kepala Batu berada dekat di depannya Sutri Kaliangan ludahi
muka itu. "Gadis liar keparat!" teriak Iblis Kepala Batu.
Tangan kanannya bergerak.
"Plaaakkk!"
Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Sutri Kaliangan. Gadis ini terpekik,
kepalanya lunglai di sandaran kursi batu. Lelehan darah mengucur keluar dari
sudut bibirnya yang pecah.
Iblis Kepala Batu jambak rambut si gadis. "Aku tahu, Keris Naga Kopek kau
sembunyikan di balik pakaianmu. Kau tidak mau menyerahkan tidak jadi BASTIAN
TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
apa. Nanti aku akan kembali. Akan kugerayangi tubuhmu untuk mengambil keris
itu!" Iblis Kepala Batu lalu sentakkan jambakannya hingga bagian belakang kepala
Sutri membentur sandaran kursi batu. Tak ampun lagi gadis ini serta merta jatuh
pingsan. Sambil menyeka ludah yang membasahi mukanya Iblis Kepala Batu tinggalkan ruangan
itu, melangkah memasuki ruangan lain yang bersebelahan. Agaknya ruangan ini
adalah kamar tidur sang iblis. Segala sesuatunya terbuat dari batu. Mulai dari
tempat tidur, kursi dan meja. Tempat tidur batu dialasi semacam kasur yang diisi
dengan rumput kering.
Di atas meja ada sebilah pelita aneh. Terbuat dari kayu berminyak yang
ditancapkan dalam sebuah jambangan batu. Di sebelah pelita kayu itu terletak
sebuah guci tembaga berdampingan dengan kendi tanah berisi tuak keras.
Begitu masuk ke dalam ruangan Iblis Kepala
Batu langsung menyambar kendi, meneguk isinya hingga mukanya yang biru angker
berubah merah seperti udang rebus. Setelah meletakkan kendi setengah kosong di
atas meja, Iblis Kepala Batu ambil guci tembaga. "Dewi Bunga Mayat, kau yang
juga bernama Suci dan Bunga. Kau dengar suaraku"
Aku ingin bicara denganmu!"
Iblis Kepala Batu dekatkan guci tembaga itu ke depan wajahnya. Tak ada suara
jawaban."Bunga, gadis alam roh! Ini untuk terakhir kali aku memberi kesempatan.
Jika kau tak mau bicara, guci akan kulemparkan ke dalam laut, kau akan kupasung
sampai kiamat di dalamnya!"
Masih tak ada jawaban. Iblis Kepala Batu dekatkan guci ke telinga kirinya. Guci
lalu digoncang kuat-kuat.
Di dalam guci terdengar suara jeritan-jeritan halus.
Iblis Kepala Batu menyeringai.
"Kau merasa sakit" Ha... ha... ha.... itu belum seberapa. Aku bisa memasukkan
asap penyiksa roh ke dalam guci. Kau akan tersiksa hebat, kulitmu akan
mengelupas. Darah akan mengucur dari setiap lubang tubuhmu!"
"Mahluk iblis! Aku tidak takut ancamanmu!
Buang aku ke laut! Sekarang juga! Masukkan asap penyiksa roh sekarang juga!"
Dari dalam guci keluar suara perempuan, halus seolah datang dari kejauhan.
Itulah suara Bunga gadis alam roh yang disekap Iblis Kepala Batu di dalam guci
tembaga. Iblis Kepala Batu terdiam mendengar jawaban Bunga lalu geleng-geleng kepala.
"Dengar, aku akan mengatakan permintaanku padamu satu kali lagi."
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 72
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"Aku sudah bosan mendengar! Kau mahluk iblis jahat tidak tahu malu!"
"Kau akan kukeluarkan dari dalam guci ini, jika kau bersedia kujadikan gundik
peliharaanku!"
"Mulutmu kotor! Otakmu busuk! Hatimu keji!
Siapa sudi jadi peliharaanmu! Buang saja aku ke lautan!"
"Semasa aku hidup di negeri seribu dua ratus tahun silam Latanahsilam, aku
mendengar tentang dirimu. Seorang gadis alam roh yang memiliki kecantikan luar biasa. Aku tidak pernah melihat
wajahmu. Tapi dalam hatiku timbul niat untuk mencarimu. Aku berusaha keras agar
bisa keluar dari negeriku, masuk ke negerimu. Aku berusaha keras selama belasan
tahun dan berhasil. AKu berhasil menemuimu. Setelah bertemu apa yang aku niatkan
tidak kesampaian karena kau menolak menjadi peliharaanku! Kau harus tahu Bunga,
aku tidak bisa hidup dengan manusia biasa. Aku hanya bisa berhubungan dengan
mahluk roh sepertimu.
Itu sumpah ilmu kesaktian yang aku miliki sewaktu aku keluar dari alamku
memasuki alam yang sekarang."
"Persetan dengan sumpahmu! Kau boleh pergi ke dalam rimba belantara. Kau bisa
mencari puluhan bahkan ratusan setan dan jin perempuan di sana yang bisa kau
jadikan peliharaanmu!"
"Kau tidak mengerti Bunga. Dengar...."
"Iblis keparat! Pergilah ke neraka! Aku tak mau bicara denganmu lagi!"
"Bunga... Bunga?"
Tak ada jawaban dari dalam guci.
Iblis Kepala Batu Alis Empat menarik nafas panjang, geleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak tega dan tidak mau melakukan. Tapi kau tak mau mengerti. Aku terpaksa
memasukkan asap penyiksa roh ke dalam guci."
Iblis Kepala Batu menunggu sesaat. Dia berharap ada jawaban dari dalam guci. Dia
berharap ancamannya akan membuat takut gadis dari alam roh itu. Ternyata tetap
saja tak ada suara jawaban dari dalam guci tembaga. Iblis Kepala Batu tumpahkan
rasa kesalnya dengan meneguk habis tuak dalam kendi. Mukanya bertambah merah dan
darahnya menjadi semakin panas.
"Apa boleh buat...." katanya. "Yang satu ini terpaksa kusiksa sampai dia mau
menyerahkan diri.
Untuk sementara biar aku bersenang-senang dulu dengan puteri Patih Kerajaan
itu." Dari balik cawatnya Iblis Kepala Batu keluarkan sebuah tabung berwarna merah,
terbuat dari bambu.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 73
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Di dalam tabung ini tersimpan sejenis asap beracun yang disebut asap penyiksa
roh. Jika asap itu dimasukkan ke dalam guci tembaga di mana Bunga disekap maka
gadis dari alam roh itu akan merasakan siksaan yang luar biasa hebatnya.
Iblis Kepala Batu buka sumbat penutup tabung bambu merah. Asap tipis warna merah
mengepul keluar. Ketika dia hendak membuka penutup guci tembaga tempat Bunga
disekap mendadak dia merasa ada kelainan pada hawa di ruangan di mana saat itu
dia berada. "Aneh, mengapa ruangan ini terasa panas?"
Iblis Kepala Batu sumbat kembali tabung bambu merah, masukkan ke balik cawatnya.
Guci tembaga digantungkan kembali di pinggang. Lalu dia
bergegas keluar dari dalam ruangan menuju sebuah tangga batu.
****** DALAM mengejar Iblis Kepala Batu Pendekar
212 terus menerapkan ilmu Menembus Pandang.
Beberapa kali dia berhasil melihat sosok orang yang dikejarnya serta tubuh Sutri
Kaliangan yang dipanggul di atas bahunya. Namun apa yang dilihatnya berubah
samar lalu lenyap. Agaknya tubuh Iblis Kepala Batu memiliki hawa sakti yang bisa
membendung kekuatan ilmu yang diterapkan Wiro.
Di satu tempat Wiro melihat orang yang dikejarnya lari menembus satu kawasan
ditumbuhi lalang kering setinggi bahu. Baik dengan ilmu Menembus Pandang maupun
dengan mata kasar Wiro dapat melihat jelas Iblis Kepala Batu. Tapi pada saat dia
mencapai padang lalang, sosok Iblis Kepala Batu lenyap. Wiro terus lari memasuki
kerimbunan padang lalang. Di bagian tengah dia hentikan langkah. Memandang
berkeliling sambil kembali terapkan ilmu Menembus Pandang.
"Hilang... lenyap. Tak mungkin dia amblas ke dalam tanah. Kalaupun dia punya
kesaktian seperti, Sutri pasti tak bisa dibawanya serta." Murid Sinto Gendeng
garuk-garuk kepala. "Lalang, hanya ada lalang di sekitar sini. Tapi apa
iyya...?" Wiro garukkan tangannya ke pingggang mencabut Kapak Maut Naga Geni 212 lalu
keluarkan batu sakti hitam.
"Iblis Kepala Batu! Kau boleh punya ilmu tikus, sembunyi dalam tanah. Aku mau
lihat sampai di mana kehebatanmu!" Habis berkata begitu Wiro adukan batu hitam
ke mata kapak. "Wusss!"
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 74
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Lidah api menderu menyambar lalang kering.
Lalang terbakar. Saat itu juga kawasan itu dilamun api. Asap tebal membumbung ke
udara. IBLIS Kepala Batu mendorong batu besar
penutup pintu lorong rahasia bawah tanah yang terletak di ujung tangga. Asap
tebal dan hawa panas menerpa dirinya begitu dia keluar dari lobang.
Melihat ke depan dia terkejut. Padang lalang di sebelah sana telah berubah
menjadi padang api!
Pantas saja hawa panas mendera masuk sampai ke tempat rahasia di mana dia tadi
berada. "Kurang ajar! Siapa yang punya pekerjaan!" Iblis Kepala Batu menggeram marah.
Sekelompok asap tebal menutup pemandangannya. Dia kerahkan
tenaga dalam lalu meniup. Namun begitu asap tersibak menebar dan dia dapat
melihat cukup jelas ke depan tiba-tiba satu jotosan melanda dadanya.
"Bukkk!"
Iblis Kepala Batu terpental hampir dua tombak.
Mulutnya keluarkan raung kesakitan. Di hadapannya berdiri berkacak pinggang
pemuda berambut
gondrong. "Tikus tanah! Akhirnya keluar juga kau dari persembunyianmu!" Wiro membentak
sambil melirik pada guci tembaga yang tergantung di pinggang Iblis Kepala Batu.
Dulu dia keliru mengira guci itu terbuat dari perak.
"Pendekar 212 jahanam!" teriak Iblis Kepala Batu. Dia cepat melompat sambil
lepaskan satu pukulan tangan kosong. Bersamaan dengan itu Wiro juga melompat dan
hantamkan satu tendangan
mengarah kepala.
Terpaksa Iblis Kepala Batu jatuhkan diri ke tanah kembali. Pukulannya yang tadi
diarahkan ke depan kini diputar ke atas, mencari sasaran di betis si
pemuda.Murid Sinto Gendeng tahu betul kekuatan lawan. Dia tidak berani adu
tendangan kaki dengan pukulan tangan. Sambil lipat lututnya ke atas Wiro ganti
tendangan dengan pukulan Tangan Dewa Menghantam Tanah. Ini adalah pukulan sakti
yang didapatnya dari Kitab "Kitab Putih Wasiat Dewa berintikan "Delapan Sabda
Dewa." Angin laksana topan melabrak ke arah Iblis Kepala Batu. Sambil berteriak keras,
dia kerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya lalu kedipkan mata dan
bersamaan dengan itu pukulkan dua tangan ke atas.
Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua larik sinar merah melesat keluar dari sepasang mata Iblis Kepala Batu sedang
dari dua tangannya 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 75
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
menyembur cahaya juga berwarna merah dan lebih besar.
"Bummm! Bummm!"
Dua letusan keras menggelegar. Satu gelombang angin luar biasa derasnya
menyambar ke arah kobaran api yang melalap padang lalang. Begitu hebatnya
gelombang angin, padang lalang yang terbakar terangkat berserabutan, melayang ke
udara dan mati.
Asap mengepul hampir di segala penjuru.
BENTROKAN pukulan sakti berkekuatan tenaga
dalam tinggi membuat Iblis Kepala Batu cidera dalam cukup parah. Dada mendenyut
sakit, tubuh gontai seolah hilang keseimbangan.
"Pemuda keparat itu. Ilmunya benar-benar tinggi.
Aku tadi melepaskan Sepasang Sinar Pemasung Nyawa dari mata, sekaligus
menghantamkan pukulan Dua Iblis Menjebol Tembok Roh. Tidak ada satu tokoh
silatpun yang bisa selamat dari serangan itu. Apa dia lebih hebat dari semua
tokoh yang pernah
kupecundangi"!"
Iblis Kepala Batu Pemasung Roh batuk-batuk.
Dia meludah. Ludahnya ternyata bercampur darah.
"Kalau saja pendupaan di atas kepalaku tidak dihancurkan oleh gadis jahanam itu,
mungkin lukaku tidak separah ini," Iblis Kepala Batu merutuk.
Ingat pada Sutri Kaliangan dan sadar saat itu terlalu berbahaya baginya untuk
melanjutkan pertempuran melawan Pendekar 212, selagi kepulan asap melindungi
dirinya Iblis Kepala Batu cepat melompat masuk ke dalam lobang di dekatnya.
Kejutnya bukan alang kepalang ketika masuk ke ruang bawah tanah. Sutri Kaliangan
tidak ada lagi di kursi batu di mana dia didudukkan dalam keadaan tertotok.
"Tidak mungkin gadis itu melarikan diri. Pasti ada seseorang yang menolong!
Kurang ajar!" Iblis Kepala Batu memeriksa kamar tidurnya. Kamar itu kosong. Tapi
alas tempat tidur batu yakni kain tebal berisi rumput kering tercampak di
lantai. Kejut Iblis Kepala Batu bukan kepalang. Dia memeriksa ujung kiri tempat
tidur batu. Sebuah alat rahasia yang berada di ujung kiri tempat tidur telah bergeser dari
kedudukan semula.
"Jahanam! Ada yang mempergunakan pintu rahasia!" Iblis Kepala Batu cepat memutar
alat rahasia itu. Saat itu juga lapisan batu tempat tidur bergeser ke samping.
Sebuah lobang menganga. Di luar sana suara langkah-langkah kaki memasuki 127
MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 76
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
ruang bawah tanah semakin jelas. Tidak menunggu lebih lama lagi Iblis Kepala
Batu segera masuk ke dalam lobang di lantai ruangan. Tempat tidur batu bergeser
kembali menutup lobang.
WIRO terkapar di tanah bekas lalang terbakar. Rasa panas membuat dia tersentak
dan cepat melompat bangkit. Tangan kanannya yang tadi melepas pukulan dan
bentrokan dengan pukulan lawan terasa bergetar.
Ada rasa ngilu di sekujur tulang lengannya sampai ke bahu. Ketika dia
memperhatikan ke depan, Iblis Kepala Batu tidak kelihatan.
"Lari ke mana mahluk keparat itu?" pikir Wiro sambil memandang berkeliling. "Tak
mungkin dia kabur tanpa membawa Sutri." Wiro lalu melihat lobang besar di tanah.
Dia memeriksa. Ada tangga batu menuju ke bawah. Tanpa pikir panjang dia segera
memasuki lobang, menuruni tangga. Di bawah tanah dia hanya menemui dua buah
ruang kosong. Iblis Kepala Batu tidak kelihatan. Begitu juga Sutri. Tiba-tiba
Wiro mendengar suara menggemuruh. Ruangan di mana dia berada mendadak menjadi
gelap dan udara berubah pengap.
"Celaka, apa yang terjadi"!" pikir Wiro.
Lapat-lapat di luar sana dia mendengar suara tawa bergelak Iblis Kepala Batu.
"Pendekar 212! Aku menguburmu hidup-hidup!
Tamat sudah riwayatmu! Ha... ha... ha!"
"Aku terjebak...." desis murid Sinto Gendeng. Dia berusaha tenang. Tapi
bagaimana bisa tenang. Dia berada dalam kegelapan. Jari tangan di depan matapun
tidak kelihatan. Tengkuknya mulai terasa dingin.
TAMAT Ke mana lenyapnya Sutri Kaliangan puteri Patih Kerajaan" Masih bisakah Pendekar
212 menyelamatkan Bunga dari sekapan guci maut Iblis Kepala Batu sementara dirinya
sendiri terjebak dalam kuburan maut bawah tanah"
Ikuti serial selanjutnya berjudul :
SI CANTIK DALAM GUCI
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 77
Perguruan Sejati 3 Joko Sableng Ratu Pemikat Pendekar Aneh Naga Langit 5