Pencarian

Misteri Pedang Naga Suci 1

Wiro Sableng 140 Misteri Pedang Naga Suci 212 Bagian 1


BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
WIRO SABLENG MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212 1
Wakil Ketua melangkah cepat memanggul tubuh Hantu Muka Dua. Setelah melewati
sebuah pintu besi, dia hentikan langkah dan berpaling pada Satria Pocong yang
berjalan mengikutinya.
"Untung tadi Yang Mulia Ketua tidak sampai
menanyakan soal caping milik Kakek Segala Tahu. Kau sempat memeriksa benda
itu ?" "Sudah, tapi saya tidak menemukan gulungan kain putih
yang kita cari."
"Apa ucapanmu bisa kupercaya?" tanya wakil ketua barisan manusia pocong 113
lorong kematian sambil dua
matanya menatap lurus dan tajam pada sepasang mata anak buahnya.
"Saya tidak berdusta. Saya tidak punya keperluan apa-apa atas benda itu."
Menjawab Satria Pocong.
"Yang Mulia Ketua pernah bilang benda itu luar biasa penting. Menyangkut
kelangsungan masa depan seratus
tiga belas lorong kematian dan rencana pembentukan sebuah partai yang bakal
menguasai seantero rimba persilatan tanah Jawa dan tanah seberang."
"Saya pernah mendengar hal itu..." ucap Satria Pocong.
Lalu dan balik jubah putihnya orang ini keluarkan caping milik Kakek Segala
Tahu. "Silahkan Wakil Ketua
memeriksa sendiri"
"Simpan saja. Saat ini aku mempercayai semua
ucapanmu. Kalau kemudian kau ternyata berdusta, aku MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
akan merajam dirimu tiga hari tiga malam sebelum nyawamu kucabut! Camkan itu
baik baik!"-"Saya mengerti Wakil Ketua." Satria Pocong masukkan kembali caping bambu ke
balik jubahnya.
Wakil Ketua serahkan tubuh Hantu Muka Dua pada anak
buahnya. "Tunggu aku di depan Rumah Tanpa Dosa.
Jangan melakukan apapun sampai aku datang!"
"Wakil Ketua mau kemana?" tanya Satria Pocong.
"Sesuai perintah Yang Mulia Ketua, aku akan menemui Dewa Tuak di ruangannya. Aku
harus memeriksa tua bangka satu itu. Gadis muridnya lenyap dan kamar Yang
Mulia Ketua. Mungkin dia yang punya pekerjaan."
Satria Pocong mengangguk. Panggul sosok Hantu Muka Dua di bahu kiri lalu cepat
-cepat tinggalkan tempat itu.
Wakil Ketua menyusuri lorong di mana terdapat deretan
ruang batu. Di depan sebuah pintu besi dia berhenti. Ada satu jendulan di batu
ini. Pintu besi terbuka. Engselnya keluarkan suara berkereketan.
Di sudut kamar, di atas satu tempat tidur terbuat dan batu, duduk seorang kakek
berpakaian putih lusuh.
Wajah pucat, tubuh kelihatan lemas. Rambut putih acak
-acakan. Janggut dan kumis putih tidak karuan. Di lantai ruangan, dekat kepala
tempat tidur batu, teronggok helai jubah dan kain putih penutup kepala. Orang
tua ini yang bukan lain adalah Dewa Tuak adanya pandangi sosok manusia pocong
yang masuk lalu berkata.
"Lagi lagi kau datang berhampa tangan. Kukira kau membawa tuak kayangan
-untukku!"
Wakil Ketua tutup pintu besi, perhatikan orang tua di atas tempat tidur batu
seraya berucap dalam hati.
"Seingatku dia sudah dicekoki Iebih dan empat cangkir MISTERI PEDANG NAGA SUCI
212 minuman pelupa diri pelupa ingatan. Nyatanya
ingatannya tidak sepenuhnya leleh. Dia masih ingat pada minuman kesayangannya
itu. Tidak heran Yang Mulia Ketua masih terus menyekapnya di tempat ini. Manusia
satu ini masih berbahaya. Aku akan menyuruh orang untuk
memberi minuman tambahan padanya." Sejurus kemudian Wakil Ketua Barisan Manusia Pocong berkata.
"Selama kau belum mau mengenakan jubah dan kain putih penutup kepala, jangan
harap aku akan memberikan tuak padamu!"
"Aku sudah bilang, jubah dan penutup kepala tidak pantas jadi dandanan tua
bangka sepertiku! Para gadis cantik tidak dapat melihat wajahku yang walau sudah
keriputan ini tapi masih merangsang! Ha.. ha. .ha!"
"Tua bangka edan. Alasan tolol!" bentak Wakil Ketua.
Dewa Tuak menyeringai. Kepala didongakkan. Mulut
dibuka. Dua tangan diangkat ke atas seolah memegang sebuah benda panjang. Sikap
si kakek seperti seseorang yang meneguk minuman sungguhan. Mata meram melek
dan dari tenggorokannya yang bergerak naik turun keluar suara
gluk...gluk...gluk!
"Gila! Bagaimana mungkin!" ujar Wakil Ketua dalam hati.
Dewa Tuak tertawa bergelak. Belakang telapak tangan kirinya dipakai mengusap
mulut, seperti orang yang barusan benar benar habis meneguk minuman enak.-"Tuakku terasa tawar. Tapi lumayan. Daripada meneguk
air comberan...." Dewa Tuak kembali tertawa sambil mengusap usap perutnya yang
-kempes. MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Wakil Ketua hentakkan kaki kanannya ke lantai hingga ruangan batu itu bergetar.
"Dewa Tuak! Jangan
bertingkah macam macam yang membuatku jengkel!"
-"Oala! Sampeyan jengkel rupanya. Mana aku tahu!
Padahal aku tidak macam macam. Cuma satu macam!
-Ha...ha...ha!"
"Aku datang untuk menanyakan perihal muridmu!"
"OaIa, kapan aku punya murid" Aku lupa."
"Muridmu, gadis bernama Anggini lenyap dari kamar Yang Mulia Ketua! Ini pasti
kau punya pekerjaan. Kau sembunyikan dimana gadis itu?" Dewa Tuak pentang lebar
-lebar matanya. "Aku tidak pernah ingat kalau punya murid. Aku tidak kenal siapa
gadis bernama Anggini itu. Di tempat ini mana mungkin aku main sembunyi
-sembunyian. Pintu celaka itu selalu dikunci.
Bagaimana mungkin aku bisa keluar?"
"Beberapa waktu lalu ketika ada seorang tokoh rimba persilatan dijebloskan
kedalam Seratus Tiga Belas Lorong Kematian, kau diberi kebebasan keluar kamar
ini. Kesempatan itu pasti kau pergunakan untuk melarikan dan menyembunyikan muridmu!"
Dewa Tuak tertawa. Dia kembali membuat sikap seperti
orang tengah meneguk minuman dan dalam sebuah
bumbung. "Gluk! Gluk...gluk!"
"Mengurusi diriku saja, aku tak mampu, apalagi
mengurusi orang lain! Sudah, pergi sana! Lama lama aku muak melihatmu. Aku mau -kentut!"
"Kakek jahanam! Jangan kau berani main main padaku!"
-MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Aku tidak main main. Aku memang mau kentut
-sungguhan!" Habis berkata begitu Dewa Tuak turun dan
tempat tidur batu, badannya membungkuk dan pantat disonggengkan. Lalu!
"Buuuttt....... Buuutt....... buttttttt!"
Dewa Tuak keluarkan kentut, tiga kali berturut turut, panjang dan keras. Selagi
-pantatnya keluar suara kentut, dan mulutnya si kakek keluarkan suara mengekeh.
Ruangan batu itu buncah oleh bau kentut luar biasa busuk "Jahanam kurang ajar!"
Wakil Ketua angkat kaki kanannya dan bukkk!
Satu tendangan mendarat di pantat Dewa Tuak. Suara tawa mengekeh si kakek
berubah jadi jeritan keras.
Tubuhnya terlempar, kening membentur dinding batu itu hingga benjut besar. Si
kakek melingkar tak bergerak di lantai, mata terpejam, mulut meringis kesakitan.
"Kalau aku kembali dan kau masih belum mengenakan jubah serta penutup kepala
itu, akan aku patahkan batang lehermu!" Wakil Ketua lalu keluar dan kamar, pintu
besi dibanting keras.
Dewa Tuak usap usap pantatnya. "Untung tidak remuk tulang bokongku! Edan!
-Tendangan bangsat itu keras juga! Weleh...!"
Dewa Tuak buka sepasang mata. Pandangannya
membentur onggokan jubah dan kain putih penutup
kepala. Si kakek mencibir. "Mungkin sudah saatnya aku harus mengenakan pakaian
dan penutup kepala sialan ini! Dari pada ditendang lagi, apa lagi kalau sampai
dipatahkan Ieherku. Hik...hik...hik. Sebelum mengenakan jubah dan penutup kepala
itu, aku mau minum tuak dulu
ah!" Lalu Dewa Tuak dongakkan kepala, buka mulut dan
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
dua tangan dikeataskan, mata merem melek dan leher naik turun.
"Gluk...gluk. . .gluk!"
*** Satria Pocong berdiri tak bergerak di hadapan Rumah Tanpa Dosa. Sepasang matanya
sesekali melirik ke arah bangunan, menatap ke bagian atas. Setiap berada di
dekat rumah itu dia selalu merasa takut. Kini dia berada di situ dengan beban
tubuh Hantu Muka Dua di bahu kiri.
Yang disebut Rumah Tanpa Dosa ini adalah sebuah rumah panggung terletak di
seberang Iembah kecil. Di sebelah atas ada sebuah pintu dan delapan jendela
dalam keadaan tertutup. Mulai dari atap yang terbuat dan ijuk sampai tiang
penyangga bangunan dan tangga berputar menuju ke atas, semua berwarna putih. Di
bawah atap, dekat tangga setengah Iingkaran, menjulai ke bawah hampir menyentuh
tanah seutas tali besar. Tali ini berhubungan dengan sebuah genta atau lonceng
besar yang terletak di depan pintu bangunan.
Di dalam rumah panggung putih yang disebut Rumah Tanpa Dosa inilah diam Yang
Mulia Sri Paduka Ratu, seorang gadis berambut hitam panjang yang hidup
dengan nyawa kedua setelah mendapat satu kekuatan majis aneh dan benda berupa
batu yang disebut Aksara
Batu Bernyawa. Sang Ratu yang memiliki kesaktian luar biasa ini berada di bawah
kekuasaan Yang Mulia Ketua Barisan Manusia Pocong Seratus Tiga Belas Lorong
Kematian. Walau cukup lama memanggul tubuh Hantu Muka Dua, MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Satria Pocong di halaman rumah Tanpa Dosa tetap berdiri tak bergerak. Setiap dua
kakinya terasa capai atau bahunya terasa pegal maka cepat cepat Ia-mengucap. "Hanya penintah Yang Mulia Ketua yang
harus dilakukan!
Hanya Yang Mulia Ketua seorang yang wajib dicintai!"
Satu bayangan putih bekelebat. Satria Pocong lepaskan nafas lega. Wakil Ketua
akhirnya muncul dan tegak di sampingnya.
"Tidak ada kejadian apa apa di tempat ini?" Wakil Ketua bertanya.
-"Sepi sepi saja." Jawab Satria Pocong.
-Wakil Ketua memperhatikan arah delapan jendela dan pintu rumah pintu. "Saatnya
kita minta Yang Mulia Sri Paduka Ratu keluar," kata Wakil Ketua pula lalu
melangkah mendekati tali besar yang menjulai ke
permukaan tanah. Ada sedikit debaran di dada manusia
pocong ini ketika jari jari tangan kanannya menyentuh dan menggenggam tali.
-Terlebih ketika dia menggerakan
tangan menarik tali. Saat itu juga genta di bawah atap mengeluarkan suara
berkumandang. Tanah di halaman Rumah Tanpa Dosa bergetar. Tiang rumah panggung
berderak. Satria Pocong merasakan dua kakinya goyah dan tubuhnya sebelah atas
gontai seperti ditiup angin.
Wakil Ketua Ietakkan tangan kiri di depan dada lalu mendongak dan berseru.
"Yang Mulia Sri Paduka Ratu. Kami diutus oleh Yang Mulia Ketua Barisan Manusia
Pocong Seratus Tiga Belas Lorong Kematian untuk satu permintaan yang harus kau
Iaksanakan!"
Wakil Ketua menanik genta sekali lagi. Lalu menunggu.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Sementara itu di selatan bukit batu tak jauh dari jalan masuk ke dalam 113
lorong kematian, Ratu Duyung tercekat ketika mendengar suara menggema dari
kejauhan. Tanah yang dipijaknya seperti dialiri getaran aneh. Ratu Duyung
berpaling pada Setan Ngompol yang
tegak di sampingnya sambil memegangi bagian bawah perut
agar tidak membersit air kencingnya. "Kek, kau dengar suara aneh itu?"
Setan Ngompol anggukkan kepala. "Seperti suara
lonceng besar."
Ratu Duyung segera keluarkan cermin saktinya.
Sepasang matanya yang biru memperhatikan tak
berkesip. Setan Ngompol ulurkan kepala ikutan melihat.
Mula mula tampak tebaran asap tipis.-"Jangan jangan tak mempan lagi...." Ucap Ratu Duyung dalam hati agak khawatir.
-Namun perlahan lahan asap tipis dalam cermin bulat berangsur lenyap. Kini muncul
-satu bangunan berwarna putih. Ratu Duyung berpaling pada si kakek. "Rumah putih
itu pernah muncul
sebelumnya dalam cermin beberapa waktu lalu.
Bangunan penuh rahasia menyimpan satu kekuatan
dahsyat." Baru saja Ratu Duyung berucap begitu tiba tiba di sebelah utara kembali
-terdengar gema suara aneh.
Cermin bulat bergetar. Satu hawa aneh berkekuatan hebat tiba tiba menghantam
-Ratu Duyung. Gadis ini terpekik, terjajar beberapa langkah dan jatuh duduk di
tanah. Wajahnya tampak pucat. Setan Ngompol sudah lebih dulu terjengkang di
tanah dan kucurkan kencing.
"Rumah putih itu..." desisnya dengan dada MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
turun naik "Aku yakin itu tempatnya markas
manusia pocong."
*** MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
WIRO SABLENG MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212 2
Setelah berdiam diri sesaat untuk menenangkan hati dan mengatur jalan darahnya,
Ratu Duyung berdiri.
Sebenarnya melalui cermin sakti dia ingin memantau lagi. Menjajagi dimana
beradanya Wiro. Namun khawatir
akan diserang kekuatan dahsyat yang tidak kelihatan Ratu Duyung simpan cermin
saktinya di balik pakaian lalu tinggalkan tempat itu sambil memberi isyarat pada
si kakek di sebelahnya untuk mengikuti.
"Kita mau kemana?" tanya Setan Ngompol.
"Aku yakin markas manusia pocong ada di arah utara.
Kita menuju ke sana."
Setan Ngompol raba telinga kanannya yang terbalik, peras celananya yang basah
oleh air kencing lalu cepat-cepat mengikuti Ratu Duyung yang telah jalan duluan.
*** Kembali ke halaman Rumah Tanpa Dosa. Belum lenyap gema suara genta, belum hilang
getaran di tanah, delapan jendela rumah putih terpentang. Ada hembusan
angin aneh keluar lewat jendela yang terbuka disertai tebaran asap putih. Sesaat
kemudian pintu bangunan ikut terbuka.
"Siapa di luar sana?"
Tiba tiba suara perempuan bertanya. Keluar dan bagian atas rumah panggung putih.-MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Saya Wakil Ketua bersama seorang Satria Pocong. Kami
diutus Yang Mulia Ketua untuk satu keperluan yang harus dilaksanakan oleh Yang
Mulia Sri Paduka Ratu!"
Wakil Ketua memberi jawaban dengan berteriak.
Sunyi beberapa saat ketika pada saat Yang Mulia Sri Paduka Ratu diharapkan
keluar, justru dari dalam rumah panggung putih terdengar suara orang bernyanyi.


Wiro Sableng 140 Misteri Pedang Naga Suci 212 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kematian datang tidak disangka
Di dalam bukit batu
Ada seratus tiga belas lorong
Siapa masuk akan tersesat
Tidak ada jalan keluar
Sampai kematian datang menjemput
Di dalam lembah
Ada Rumah Tanpa Dosa
Inilah tempatnya...
Di halaman Rumah Tanpa Dosa, Wakil Ketua Barisan Manusia Pocong 113 Lorong
Kematian berteriak keras.
"Yang Mulia Sri Paduka Ratu! Yang Mulia Ketua telah berulangkali memperingatimu
agar tidak menyanyi!
Jangan membuat Yang Mulia Ketua gusar dan marah!"
Sunyi lagi. Lalu satu bayangan putih muncul di pintu.
Tampak satu sosok tinggi semampai dibalut jubah
terbuat dan kain putih lembut dan halus berkilat. Di bawah kain putih penutup
kepala menjulai rambut hitam
panjang hampir menyentuh pinggul. Pada bagian kening
dan kain penutup kepala melingkar sebuah mahkota kecil berwarna hijau
memancarkan cahaya berkilau. Di MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
depan pintu sosok ini berhenti sebentar. Dua mata memandang ke bawah. Menatap ke
arah Wakil Ketua, lalu ke arah sosok berjubah putih di atas panggulan bahu
Satria Pocong. "Yang Mulia Ketua mengutusmu ke sini untuk satu urusan. Wakil Ketua, harap
katakan urusan apa?" Sosok
di atas rumah panggung putih yaitu Yang Mulia Sri Paduka Ratu ajukan pertanyaan.
"Kami membawa seorang tawanan. Yang Mulia Ketua
meminta agar Yang Mulia Sri Paduka Ratu menyedot semua ilmu kesaktian yang
dimiIikinya."
"Hanya perintah Yang Mulia Ketua harus dilakukan!
Hanya Yang Mulia Ketua seorang yang wajib dicintai!"
"Jangan membuang waktu. Harap Yang Mulia Sri Paduka
Ratu segera melaksanakan perintah!" kata Wakil Ketua pula.
Untuk turun ke bawah Sri Paduka Ratu bisa
mempergunakan tangga setengah Iingkaran. Tapi dia tidak melakukan hal itu.
Dengan satu gerakan enteng tanpa suara sama sekali, seperti seekor burung besar,
dalam gerakan yang begitu indah Sri Paduka Ratu melompat, melayang turun ke
tanah. Di lain saat dia telah berdiri di hadapan Wakil Ketua dan Satria Pocong.
"Ini manusia yang akan disedot ilmu kesaktiannya?"
tanya Sri Paduka Ratu sambil menatap tubuh yang tergeletak di bahu kiri Satria
Pocong. "Pakaian dan kain penutup kepalanya hampir sama dengan kalian berdua."
"Dia bukan anggota Barisan Manusia Pocong Seratus Tiga Belas Lorong Kematian,"
menjelaskan Wakil Ketua.
Wakil Ketua memberi isyarat. Anak buahnya turunkan sosok Hantu Muka Dua dan bahu
kiri lalu ditegakkan di MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
tanah. Karena dalam keadaan tertotok tanpa bisa
bergerak ataupun berbicara, Hantu Muka Dua tegak kaku seperti patung. Hanya dua
matanya yang aneh berbentuk segi tiga menatap angker ke arah Yang Mulia
Sri Paduka Ratu.
"Dari matanya yang aneh aku bisa memaklumi manusia ini memang memiliki ilmu
kesaktian yang luar biasa. Tapi baunya aneh. Dia seperti bukan mahluk alam sini.
Beri tahu siapa namanya."
"Nama aslinya kami tidak tahu. Orang orang yang kenal menyebut dia Hantu Muka -Dua! Konon dia bukan
mahluk alam kita. Tapi berasal dan alam seribu dua ratus tahun silam. Silahkan
Yang Mulia Sri Paduka Ratu menyaksikan dan menyelidik sendiri!" Selesai berucap
Wakil Ketua tanggalkan kain yang menutupi kepala Hantu Muka Dua.
Orang lain mungkin akan terkesiap kaget bahkan ngeri melihat keadaan kepala
Hantu Muka dua. Betapa tidak.
Kepala itu memiliki dua wajah. Satu di sebelah depan, satunya di bagian
belakang. Wajah sebelah depan
berkulit putih kekuningan sedang bagian belakang hitam berkilat. Keduanya
mewujudkan wajah seorang lelaki berusia sekitar empat puluhan.
Di balik kain penutup kepala walau kening mengerenyit dan mata menyipit namun
air muka Yang Mulia Sri Paduka Ratu tidak memperlihatkan rasa gentar. Dengan
tenang ia melangkah mendekati Hantu Muka Dua. Dari mulutnya keluar ucapan.
"Hanya perintah Yang Mulia Ketua yang harus
dilaksanakan!"
Di hadapan Yang Mulia Sri Paduka Ratu dua wajah Hantu
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Muka Dua tiba tiba berubah. Warnanya yang tadi hitam-dan putih kini sama sama menjadi merah. Tampang itu bukan berwujud manusia biasa
-tapi lebih menyerupai tampang raksasa. Mulut berbibir tebal, taring mencuat.
Cambang hijau berubah merah. Sesuai ujud dan sifatnya
iniIah satu pertanda bahwa Hantu Muka Dua berada dalam kemarahan luar biasa!
Kalau Wakil Ketua dan Satria Pocong tercekat kaget melihat perubahan dua wajah
Hantu Muka Dua,
sebaliknya Yang Mulia Sri Paduka Ratu tertawa pendek.
"Mungkin ini mahluk jejadian yang kesasar dan rimba belantara. Mungkin kau
memang memiliki ilmu kesaktian
setinggi langit sedalam samudera! Namun semua
kehebatanmu itu berakhir hari ini! Harus kau serahkan padaku! Mulai yang ada di
batok kepala sampai yang ada di telapak kakimu!"
Tenggorokan Hantu Muka Dua turun naik. Bola matanya
yang berbentuk segi tiga warna hijau pantulkan cahaya bergidik
tapi tidak punya kemampuan untuk melancarkan serangan berupa sinar maut. Raja Diraja dari segala Hantu dari
Negeri Latanahsilam ini berusaha kerahkan tenaga dan hawa sakti untuk
memusnahkan totokan yang menguasai dirinya, namun sia sia.
-Sementara itu bersamaan dengan akhir ucapannya,
sosok Yang Mulia Sri Paduka Ratu tiba tiba melayang ke atas. Serentak dengan itu
-tangan kanannya menyambar ke atas batok kepala Hantu Muka Dua. Telapak tangan
menempel pada ubun ubun mahluk dari Negeri
-Latanahsilam ini.
"Dess! Dess! Dess!
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Sekujur tubuh Hantu Muka Dua bergetar hebat.
Sepasang mata mendelik. Tenggorokan mengeluarkan
suara seperti sapi digorok. Untuk kedua kalinya
wajahnya depan belakang berubah mengerikan.
Tampang raksasa lenyap, berganti dengan wajah kakek keriput pucat pasi. Ini
merupakan pertanda bahwa Hantu Muka Dua berada dalam keadaan kaget dan takut
besar. Dari batok kepala Hantu Muka Dua mengepui asap
kelabu. Lalu ada cahaya biru mengalir dari telapak kaki, menjalar ke atas dan
akhirnya keluar dari ubun ubun.-Cahaya biru itu disedot, melesat masuk ke dalam tangan kanan Yang Mulia Sri
Paduka Ratu, terus menjalar ke seluruh jalan darah dalam tubuhnya. Begitu cahaya
biru mencapai bagian kepala, kelihatan kain penutup kepala serta mahkota kecil
memancarkan sinar biru sangat benderang.
Hantu Muka Dua yang sebeiumnya dalam keadaan
tertotok tak bisa bergerak tak bisa bersuara, keluarkan suara raungan keras
mengerikan. Tubuh seperti benang basah, terkulai iemah. Wajahnya yang tua
keriputan, depan belakang semakin putih. Ketika sosoknya hampir roboh ke tanah
tiba tiba ada suara mengiang di kedua telinganya kiri kanan. Kepala Hantu Muka
-Dua tersentak.
Seperti ada kekuatan aneh yang masuk ke dalam
tubuhnya lewat suara mengiang itu mendadak bola
matanya yang berwarna hijau dan berbentuk segi tiga pancarkan cahaya berkilat
aneh, menatap Sri Paduka Ratu. Malah tangan kirinya yang menunjuk nunjuk kini
-bergerak berusaha hendak memegang tubuh perempuan
itu. Dari mulutnya keluhan suara hek...hek...hek
berkepanjangan disertai lelehan air liur berwarna biru!
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Sreettt!"
Tangan kiri Hantu Muka Dua berhasil menggapai Jubah putih Sri Paduka Ratu.
"Ihh!"
Yang Mulia Sri Paduka Ratu cepat mundur satu langkah Lalu hentakkan kaki
kanannya. Tanah bergetar hebat.
Hantu Muka Dua tergelimpang roboh. Tangan kirinya yang tadi sempat menyentuh
pakaian Sri Paduka Ratu kelihatan berwarna putih dan mengepulkan asap.
Satria Pocong cepat memeriksa keadaan Hantu Muka Dua. Tubuh itu dingin sekali.
Ketika diraba urat besar di leher terasa denyutan.
"Wakil Ketua, orang ini masih hidup!" Satria Pocong memberi tahu. "Biar saya
selesaikan sekalian!" Satria Pocong angkat tangan kanannya siap hendak menggebuk
batok kepala Hantu Muka Dua yang tergelimpang tak berdaya.
"Ajalnya hanya tinggal beberapa kejapan mata. Buang dia ke dalam jurang di
belakang lorong," perintah Wakil Ketua. "Biar dia tersiksa lebih dulu sebelum
menemui kematian!"
Satria Pocong segera panggul tubuh Hantu Muka Dua.
Aneh sosok orang itu kini terasa sangat enteng seolah dia memanggul batangan
bambu. "Wakil Ketua, aku sudah melaksanakan perintah. Aku akan kembali masuk ke dalam
Rumah Tanpa Dosa. Harap
kau tidak berlama lama berada di sekitar tempat ini."-Wakil Ketua tidak segera berlalu. Mulutnya keluarkan suara berdecak. Dia
berkata, "Seorang gadis tawanan, bernama Anggini, lenyap dari kamar Yang Mulia
Ketua. Mungkin melarikan diri. Jika Yang Mulia Sri Paduka Ratu MISTERI PEDANG NAGA SUCI
212 melihatnya harap memberi tahu kami Kalau bisa tangkap
sekalian dan serahkan padaku!"
Sri Paduka Ratu putar tubuh, melangkah ke arah tangga
setengah Iingkaran. Sebelum melesat ke atas rumah panggung ia berhenti sebentar
dan berpaling pada Wakil ketua lalu mendongak dan berkata.
"Yang barusan kau katakan bukan penintah Yang Muila Ketua. Kau dan anak buahmu
berkewajiban mencari
tawanan yang kabur itu. Bukan aku!"
"Ck...ck...ck..." Mulut Wakil Ketua berdecak berulang kali.
Walaupun telinganya panas mendengar ucapan itu
namun dia segera saja angkat kaki dan halaman Rumah Tanpa Dosa. Tapi dalam hati
dia berkata, "Lihat saja, Kalau aku punya kesempatan dan berhasil mencuri
rahasia dirimu akan aku sedot habis seluruh ilmu kesaktianmu lewat lubang paling
bawah di tubuhmu!
Setelah itu kau akan jadi budak pemuas nafsuku!"
Begitu menginjakkan kaki di lantai atas rumah
panggung, Yang Mulia Sri Paduka Ratu berpaling
memperhatikan sosok Hantu Muka Dua yang dilarikan Satria Pocong dari halaman
Rumah Tanpa Dosa. Sang Ratu usapkan tangannya dan dada sampai perut.
"Aneh," ucapnya dalam hati. "Mahluk satu itu benar-benar luar biasa. Memiliki
dua wajah yang bisa berubah-ubah. Orang lain pasti sudah leleh tubuhnya kusedot
begitu rupa." Yang Mulia Sri Paduka Ratu kembali mengusap tubuhnya sebelah
depan. "Matanya itu.... Apa
yang dilihatnya, apa yang diperhatikannya?"
Satria Pocong yang memanggul Hantu Muka Dua lenyap
di kejauhan. Sri Paduka Ratu putar tubuh lalu masuk ke MISTERI PEDANG NAGA SUCI
212 dalam bangunan. Tak ama kemudian sayup sayup-terdengar suaranya menyanyi.
Kehidupan muncul secara aneh
Kematian datang tidak disangka
Di dalam bukit batu
Ada seratus tiga belas lorongSiapa masuk akan tersesat Tidak ada jalan keluar
Sampai kematian datang menjemput...
*** MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
WIRO SABLENG MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212 3
Pendekar 212 Wiro Sableng berdiri di pinggir timur jurang batu. Memandang ke
bawah tak terlihat dasar jurang karena tertutup pohon pohon besar berdaun
-lebat dan rimbunan pohon bambu. Sayup sayup Wiro mendengar suara air mengalir ke
-bawah berarti di dasar jurang yang tak kelihatan itu ada genangan air atau
semacam telaga.
Murid Eyang Sinto Gendeng berpaling pada Wulan Srindi
yang tegak di sebelahnya. "Apa kataku. Ini jadinya mengikuti petunjuk nenek bau
pesing itu!"
"Wiro, jangan kau berkata begitu. Nenek itu adalah gurumu sendiri!"
"Siapa bilang dia bukan guruku" Tapi Wulan, kau saksikan tak ada jalan masuk
lewat bagian belakang bukit bukit batu yang jadi markas manusia pocong itu!
-Kau percaya pada ucapan Eyang Sinto Gedeng. Inilah jadinya! Pakai ilmu bambu.
Setiap ada jalan masuk dari depan pasti ada jalan masuk dan belakang. Ilmu
bambu...Huh! Di dalam jurang aku lihat banyak pohon bambu. Makan saja bambu
itu!" Sambil tersenyum Wulan Srindi pegang punggung Wiro.
"Saat ini kita berada di bagian terpendek dan lebarnya jurang. Bagaimana kalau
kita bergerak ke arah barat, menyusuri panjangnya pinggiran jurang. Mungkin kita
akan menemukan sesuatu."
"Sudah setengah nyasar, biar nyasar benaran. Aku mengikuti apa katamu saja,"
ucap Wiro masih kesal.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Cukup lama mereka menyusuri pinggiran jurang di
belakang bukit batu. Di satu tempat ketinggian Wiro dan Wulan Srindi berhenti.
Saat itu mereka berada di deretan pohon pohon tinggi berbatang sebesar-pemelukan tangan.
"Wiro lihat!" Tiba tiba Wulan Srindi keluarkan ucapan sambil menyibakkan semak
-belukar di depannya.
Wiro sibakkan pula semak belukar di sebelah depan yang menutupi pemandangan. Dua
mata terpentang lebar. Di
seberang jurang, gundukan batu hitam berjejer
bertumpuk tumpuk, membentuk dinding hitam kokoh
-dan tinggi. Di bagian tengah dinding, antara dua buah batu menyerupai tiang
hitam tumbuh dua buah pohon berdaun lebat. Di sebelah belakang ada tumbuhan
merambat, melekat ke dinding agak terlindung oleh dua
pohon berdaun lebat. Di belakang pohon terdapat satu tangga batu seratus undak
menuju ke dinding yang ditutupi tumbuhan merambat.
Sepasang mata Wiro memperhatikan tak berkesip.
"Kalau ada tangga berarti ada pintu, berarti ada jalan masuk. Tapi aku tidak
melihat sebuah pintupun di bagian atas tangga batu...." Ucap Wiro.
"Pintu yang kau cari terhalang daun pohon lebat dan tertutup tumbuhan merambat"
"Bagaimana kau tahu?" tanya Wiro penasaran. Lalu dia hendak mengerahkan ilmu
menembus pandang. Tapi
tidak jadi. Khawatir kekuatan gaib akan menghantam dirinya lagi seperti yang
sudah sudah. -"Petunjuk gurumu bukan isapan jempol. Di sebelah depan satu satunya jalan masuk
-ke dalam Seratus Tiga Belas Lorong Kematian adalah mulut goa. Siapa masuk
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
lewat goa itu akan tersesat seumur umur sampai
-akhirnya menemui ajal. Di sebelah belakang tenyata ada pintu masuk lain.
Terlindung oleh daun dan tumbuhan merambat."
"Kalau di situ memang ada pintu berarti Eyang Sinto betul," kata Wiro
menyeringai dan sambil garuk kepala.
"Yang jadi pertanyaan sekarang apakah pintu itu
memang dipergunakan untuk jalan keluar masuk. Kau lihat sendiri. Tangga batu itu
menuju pinggiran jurang.
Buntu! Lalu apa kegunaan pintu kalau memang di
dinding itu ada pintu tersembunyi?"
"Betul, apa kegunaan pintu itu." Mengulang Wulan Srindi. "Kalau orang membuat
pintu, lantas tidak ada kegunaannya, buat apa?"
"Bisa saja sebagai jebakan," kata Wiro pula.
Wulan Srindi pegang lengan Wiro. Menarik pemuda itu melangkah sepanjang
pinggiran jurang dan berhenti tepat di jurusan dinding batu yang ada tangganya.


Wiro Sableng 140 Misteri Pedang Naga Suci 212 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si gadis memperhatikan ke arah kejauhan. Lalu memperhatikan ke arah kakinya sendiri. Pandangan
terus melebar ke arah sekitarnya. Wiro ikuti perbuatan Wulan Srindi. Dua orang
ini kemudian sama sama-melepas nafas tercekat.
"Apa yang ada dalam pikiranmu?" tanya Wiro.
"Apa yang ada dalam benakmu?" balik bertanya Wulan Srindi.
"Aku melihat batu di pinggiran jurang sebelah sini agak kurang lumutnya." Kata
Wiro pula. "Itu yang pertama. Yang kedua nyaris tidak ada semak belukar di sekitar sini.
Berarti ada yang pernah merambasnya. Berarti tempat ini, yang jika ditarik garis
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
lurus berhadap hadapan dengan bagian dinding batu yang aku kira ada pintunya
-itu. Wiro, keras dugaanku tempat ini sering dilalui orang."
"Wulan, yang jadi pertanyaan jika banyak orang lewat sini, apakah mereka pergi
dan datang ke dinding batu"
Lalu bagaimana caranya" Tidak mungkin melompat, apa
lagi terbang. Siapapun orang sakti dan memiliki ilmu meringankan tubuh hebat
sekalipun tak mungkin
sanggup melompat dari sini sampai ke sana atau
sebaliknya."
"Apapun kesulitannya kita harus mampu menyeberang dan menyelidik bagian dinding
batu yang ditutupi tumbuhan merambat itu."
"Jarak dua pinggiran jurang terlalu jauh. Kita tidak mungkin melompat atau turun
ke bawah lalu naik lagi di sebelah sana. Jurang ini terlalu dalam. Kita tidak
tahu ada apa di dasarnya. Mungkin ular atau binatang buas lainnya. Mungkin juga
ada dedemit penghuni jurang...."
"Kita harus mencari akal," kata Wulan sambil menggigit bibir. Pandangannya
diarahkan ke berbagai jurusan.
Ketika dia memperhatikan ke arah tiga pohon tinggi yang tumbuh tak jauh di sisi
kanan, gadis ini tersenyum.
"Aku tahu apa yang ada dalam benakmu. Kau ingin menumbangkan salah satu pohon
itu untuk dijadikan jembatan dan sini ke dinding seberang sana. Menurut
perhitunganku kelebaran jurang paling sedikit lima puluh kaki. Tinggi pohon ini
sampai ke pucuknya paling banyak empat puluh kaki."
"Jarak yang terpaut sekitar sepuluh kaki bisa kita atasi dengan melompat."
Setelah memperhatikan akar pohon,
Wulan Srindi melanjutkan. "Akar pohon ini dari jenis MISTERI PEDANG NAGA SUCI
212 yang melebar ke samping, bukan menghujam ke dalam tanah. Wiro, keluarkan kapak
saktimu. Akar pohon harus diputus baru bisa ditumbangkan."
"Enak saja kau bicara. Kapak saktiku bukan alat untuk menebang pohon!"
"Kalau begitu kita berdua harus pergunakan kekuatan tenaga dalam. Tunggu apa
lagi" Dorong batang pohon yang di tengah. Kalau akarnya terbongkar pasti
pohonnya tumbang."
Wiro dan Wulan mencari bagian batang yang baik untuk
tempat meletakkan dua telapak tangan dan selanjutnya mulai mendorong pohon iu.
Namun sampai tangan
mereka licin oleh keringat walau batang pohon bergerak, akarnya tidak terbongkar
dari tanah. Kedua orang itu terus mencoba sambil kerahkan tenaga dalam yang
mereka miliki. "Preettt!"
"Pendekar kurang ajar!" maki Wulan Srindi seraya melompat menjauhi Wiro.
"Mendorong pohon saja
sampai keluar kentut!"
"Siapa yang kentut?" tukas Wiro dengan mata mendelik.
"Kalau bukan kamu apa ada setan yang kentut di tempat
itu!" Wulan Srindi semakin marah. "Kalaupun ada setan
aku belum pernah mendengar ada setan bisa kentut!"
Wiro gosok gosok pantatnya sendiri. Tangannya-kemudian ditempelkan ke hidung. "Kalau aku memang kentut pasti bau! Nyatanya
tanganku tidak bau! Kau mau cium?"
Wulan Srindi mencibir.
"Ayo kita dorong sekali lagi pohonnya," kata Wiro.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Wulan Srindi menggeleng. "Percuma, pohon tidak
tumbang malah kentutmu yang bermuncratan!"
"Kalau begitu biar aku pergunakan pukulan sakti saja."
Kata Wiro Jadi jengkel mendengar kata kata si gadis.-"itu lebih baik. Dan pada kau nanti kentut lagi!" jawab Wulan Srindi.
"Sial! Jangan bicara soal kentut lagi! Pokoknya aku tidak kentut! Sumpah!" Murid
Sinto Gendeng mundur
menjauhi pohon. Tangan kiri menggaruk kepala, tangan kanan menyiapkan pukulan
"Dewa Topan Menggusur
Gunung". Diarahkan ke bagian paling bawah pohon
tinggi di depan.
"Wiro, tunggu!" tiba tiba Wulan Srindi berseru.
-"Ada apa?"
"Lihat!"
Wulan Srindi menunjuk ke seberang jurang. "Astaganaga..." Wiro mengucap setengah berolok.
Saat itu bagian dinding yang tertutup tumbuhan
merambat kelihatan bergeser ke samping hingga
membentuk sebuah celah tinggi dan lebar.
"Apa kataku! Kau lihat sendiri! Ternyata memang ada pintu di dinding itu!" kata
Wulan Srindi. "Pintu rahasia," ucap Wiro.
Sesaat kemudian dan ruang agak gelap di balik pintu yang barusan terbuka
keluarlah manusia pocong
memanggul sosok besar seorang berjubah tanpa kain putih penutup kepala. Si
manusia pocong menuruni tangga batu yang memiliki seratus undakan dan
membawanya ke tepi jurang.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Wiro! Si manusia pocong melemparkan orang yang
dipanggulnya ke dalam jurang!" ucap Wulan Srindi.
"Aneh!"
"Tidak aneh kalau orang itu memang anggota barisan manusia pocong yang sudah
mati," kat Wiro pula.
"Kalau begitu yang jadi pertanyaan mengapa orang itu mati. Dibunuh?"
Manusia pocong yang barusan melemparkan orang
berjubah ke dalam jurang untuk beberapa lama masih berdiri di tepi jurang. Dia
mengomel sendiri karena orang yang dilempar ternyata menyangsrang di antara
kerapatan ranting dan kelebatan daun pohon di dalam jurang, juga tertahan oleh
sebuah cabang cukup besar.
Sebelum tinggalkan tepian jurang, sepasang matanya melirik ke seberang. Dj balik
kain penutup kepala mukanya menyeringai. Dalam hati dia berkata, "Yang Mulia
Ketua dan Wakil Ketua pasti senang jika kulapori sudah ada dua tokoh rimba
persilatan menyelinap ke bagian belakang markas."
Tak ama kemudian Wiro dan Wulan melihat manusia pocong tadi menaiki tangga,
masuk ke dalam pintu.
Setelah itu pintu rahasia di dinding batu tertutup kembali.
"Saatnya kita menyeberang ke sana." Kata Wiro. Dia melangkah mendekati pohon
besar yang akan
ditumbangkan dan dipergunakan sebagai jembatan
untuk menyeberang. Tenaga dalam dialirkan. Hawa sakti
disalurkan ke tangan. Wiro lalu hantam bagian bawah pohon dengan pukulan "Dewa
Topan Menggusur
Gunung"...
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Wuttt!"
"Braakkk!"
"Reeetttttt! Bummmm!"
Pukulan sakti pemberian Tua Gila dan Pulau Andalas itu menghancurkan
bagian bawah pohon besar, membongkar akar yang menjalar ke enam bagian tanah
lalu masuk dengan suara bergemuruh tumbang melintas
di atas jurang.
Seperti yang diperhitungkan Wiro, ujung pohon ternyata tidak sampai menyentuh
pinggiran jurang batu di
seberang sana. Selain itu karena tumbangnya miring, jarak yang terpaut menjadi
Lebih jauh dan sepuluh langkah.
"Kau siap?" tanya Wiro.
Wulan Srindi mengangguk. Kedua orang itu kerahkan ilmu meringankan tubuh dan
segera meniti batang
pohon yang melintang di atas jurang batu. Menjelang akan sampai ke ujung pohon
Wiro menyempatkan
memandang ke bawah kanan, ke arah orang yang tadi dilempar dan menyangsrang di
atas pohon. Jaraknya hanya terpisah sekitar dua jangkauan tangan. Dia bisa
melihat sosok dan wajah orang itu. Gerakan kakinya yang tengah meniti batang
pohon serta merta terhenti.
Wulan Srindi hampir menabrak tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan" Mengapa berhenti mendadak"
Gila! Kita bisa sama sama jatuh!" teriak Si gadis.-"Orang itu." Ucap Wiro. "Aku...aku mengenalinya. Dia Hantu Muka Dua, mahluk dari
negeri seribu dua ratus silam. Coba kau perhatikan kepalanya. Di memiliki dua
wajah. Satu di depan satu di belakang. Saat ini wajahnya MISTERI PEDANG NAGA
SUCI 212 seperti kakek. itu bukan wajah aslinya. Dia dalam ketakutan luar biasa."
"Turut keteranganmu, dia adalah musuh besarmu
sewaktu berada di alam lain. Dia muncul di alam kita untuk mengejar dan
membunuhmu! Aku pernah cerita dan punya dugaan kalau bangsat itu yang hendak
memperkosa Bidadari Angin Timur! Lalu dia pula yang menyeranq kita waktu di
bukit batu."
"Wulan, semua yang kau katakan betul adanya."
"Lalu mengapa kau berhenti" Apa yang hendak kau lakukan?"
"Aku ingin tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Jika manusia pocong
melemparkannya ke dalam jurang
berarti dia bukan anggota barisan manusia pocong."
"Belum tentu. Bisa saja dia anggota yang berbuat salah besar lalu dibunuh dan
mayatnya dibuang ke dalam jurang."
"Wulan, manusia itu masih belum jadi mayat. Lihat, tangan
kanannya bergerak gerak.
-Dia berusaha mengangkat tangan, berusaha melambai ke arah kita.
Mungkin dia ingin minta tolong..."
"Perduli setan! Orang jahat seperti dia kenapa
diperdulikan" Biar dia mati nyangsrang di atas pohon itu.
Ayo jalan, Wiro! Kalau kita terus terusan berdiri di sini lama lama batang pohon- -ini bisa melengkung dan roboh.
Kita berdua bakalan mati konyol jatuh ke dalam jurang!"
"Aku tidak tega meninggalkannya.
Aku bisa menolongnya."
"Jangan terlalu berbaik budi dengan seorang musuh besar. Keselamatan kita saja
tidak ada yang menjamin.
Kau mau mauan menolong orang! Sudah gila apa!"
-MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Wulan mendorong bahu Wiro. Murid Sinto Gendeng
garuk kepala. Sesaat jadi bingung.
"Wulan, Hantu Muka Dua pernah masuk ke dalam lorong
kematian. Maksudku kita bisa menanyainya. Mungkin dan dia kita bisa mendapat
keterangan yang besar manfaatnya."
"Aku pernah masuk ke lorong jahanam itu! Aku sudah ceritakan semua yang aku
ketahui! Di dalam lorong kematian ada beberapa tokoh yang perlu diselamatkan.
Kau akan ke lorong atau mau menolong bangsat satu itu?"
Wiro tidak menjawab. Tiba tiba pemuda ini menjatuhkan
-diri ke bawah, bergayut pada batang pohon.
"Benar benar sableng! Apa yang kau lakukan, Wiro?"
-teriak Wulan Srindi.
"Aku memberi jalan padamu! Lewatlah cepat! Tunggu aku di tangga batu."
"Pendekar goblok! Seumur hidup baru hari ini aku menyaksikan seorang pendekar
mau maunya menolong
-musuh besarnya! Kau akan mati karena ketololanmu sendiri!" Dengan kesal Wulan
Srindi tinggalkan Wiro, meniti batang pohon, bergerak hati hati di sela sela
- -ranting dan begitu sampai di ujung pohon dia Iesatkan diri, membuat lompatan
sejauh lima belas kaki lebih dan berhasil mendarat di undakan tangga batu ke
tiga. Setelah memperhatikan Wulan Srindi sebentar Wiro
putar tubuhnya sedemikian rupa hingga kini dia berada dalam keadaan duduk di
cabang pohon. Dengan cepat dia buka baju putihnya. Pakaian ini dibuntal demikian
rupa hingga membentuk tali sepanjang lebih sepuluh jengkal.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Hantu Muka Dua!" Wiro berteriak. "Kalau aku
lemparkan ujung pakaian padamu, cepat tangkap!
Pegang kuat kuat. Aku akan menarikmu ke batang-pohon ini!"
Hantu Muka Dua tidak menjawab karena jalan suaranya
berada dalam keadaan ditotok. Wiro lemparkan pakaian
putihnya yang kini berbentuk tali. Ujung pakaiannya jatuh tepat di bahu kiri
Hantu Muka Dua "Hantu Muka Dua! Tunggu apa iagi" Lilitkan ujung pakaian ke lenganmu. Pegang
kuat kuat! Kau akan aku tarik!"
-Hantu Muka Dua dengan wajah masih berupa kakek
keriput hanya bisa menatap ke arah Pendekar 212. Dua
tangannya terkulai Iemah di kedua sisi, sama sekali tidak bisa digerakkan.
"Hantu Muka Dua! Kau mendengar teriakanku! Cepat pegang ujung pakaian!" Wiro
kembali berteriak. Tak ada jawaban. Tak ada gerakan.
"Jangan jangan mahluk itu sudah jadi mayat," pikir Wiro.
-"Tapi tadi salah satu tangannya mampu digerakkan membuat lambaian. Atau mungkin
dia sudah pasrah, tak
mau ditolong." Di atas pohon sosok Hantu Muka Dua bergoyang goyang menyangsrang
terlentang. Penasaran Wiro tarik pakaiannya. Dalam hati ia berkata. "Lebih baik
aku mengikuti ucapan Wulan Srindi. Buat apa susah-susah menolong mahluk satu
ini." Perlahan lahan Wiro berdiri di atas cabang pohon.
-Sebelum beranjak pergi untuk terakhir kalinya dia melihat ke arah Hantu Muka
Dua. Saat itu dilihatnya tangan kanan mahluk dan negeri Lahtanahsilam itu
bergerak sedikit. Jari terkembang, telapak melambai.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Edan!" maki murid Sinto Gendeng. Namun rasa kasihan
kembali muncul dalam hatinya. Ujung pakaian dibuhul membentuk
simpul cukup lebar. Simpul ini menyebabkan kepanjangan tali buatan itu jadi
berkurang. Wiro memperhatikan. Bagian tubuh Hantu Muka Dua yang paling dekat


Wiro Sableng 140 Misteri Pedang Naga Suci 212 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adalah kaki kanannya yang
terangkat ke atas. Wiro lemparkan ujung tali berbentuk simpul ke anah tangan
kiri itu. Meleset. Tali jatuh ke bawah. Sekali lagi dicoba. Ujung tali tepat
jatuh di kaki kiri Hantu Muka Dua tapi simpul tidak masuk ke kaki.
Wiro goyang goyangkan ujung tali yang dipegangnya.-Simpul bergerak turun. Begitu mencapai pergelangan kaki kiri, dengan cepat Wiro
menyentakkan hingga simpul menjerat keras.
"Mudah mudahan saja tali dan baju butut ini cukup kuat untuk menahan tubuh
-tinggi besar Hantu Muka Dua.
Kalau sampai putus tamat riwayatnya."
"Hantu Muka Dua. Aku akan menarik tubuhmu!" Wiro berteriak memberi tahu. Duduk
di atas batang dengan dua kaki disilang merangkul batang pohon kuat kuat, Wiro
-mempergunakan dua tangan untuk menarik Hantu
Muka Dua. Jelas bukan pekerjaan mudah melakukan hal
itu. Salah salah Wiro sendiri bisa terseret oleh beban berat dan amblas jatuh di
-dalam jurang. Namun
herannya murid Sinto Gendeng ini dapatkan ternyata tubuh Hantu Muka Dua yang
besar dan tinggi itu enteng
sekali. Dia seperti menarik sebatang ranting pohon kering.
Begitu sosok Hantu Muka Dua berada di dekatnya, Wiro
sentakkan tangan kanannya hingga Hantu Muka Dua
terbetot dan jatuh tepat di atas bahu kanannya. Lagi lagi MISTERI PEDANG NAGA
-SUCI 212 Wiro dibuat heran. Tubuh Hantu Muka Dua yang tinggi besar itu terasa ringan
hingga Wiro mampu bergerak dan berdiri di atas batang pohon. Tidak ada waktu
untuk mencari tahu keanehan itu Wiro cepat meniti batang pohon yang membelintang
di atas jurang. Di ujung pohon dia membuat lompatan, melesat di udara dan
melayang turun di samping kin tangga batu seratus undak. Ketika memperhatikan ke
arah tangga batu di samping kanan, Wiro tersentak kaget. Wulan Srindi yang tadi
dilihatnya berada di undakan tangga batu ketiga kini tidak ada lagi di tempat
itu! "Gadis bengal. Pergi kemana dia?" pikir Wiro. "Wulan!"
Wiro berteriak memanggil. Tak ada jawaban.
"Wulan!" terlak Wiro lebih keras hingga suaranya menggema ke seantero tempat dan
bergaung di dalam jurang. Tetap tak ada jawaban. Wiro baringkan tubuh Hantu Muka
Dua di samping tangga batu. Dia lalu melompat ke atas tangga, memandang
berkeliling, mencari cari. Sekali lagi dia berteriak memanggil Wulan Srindi. Tak ada jawaban,
-apalagi kelihatan sosoknya.
Selagi Wiro kebingungan tiba tiba terdengar suara suitan di kejauhan. Suara
-suitan ini disahuti oleh suitan lain dan arah yang berbeda.
"Orang orang Seratus Tiga Belas Lorong Kematian sudah
- mengetahui kehadiranku..." ucap Wiro dalam hati. Dia melompat turun dari tangga
batu, menghampiri Hantu Muka Dua.
Rasa cemas mulai menggerayangi diri murid Sinto
Gendeng ini. "Tidak mungkin Wulan Srindi pergi begitu saja. Kalau orang orang -lorong membawanya kabur
masakan aku tidak melihat. Masakan dia tidak
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
melakukan perlawanan..." Wiro memperhatikan bagian dinding batu yang tertutup
tumbuhan rambat. Lalu menyelidik ke tepi jurang di depan tangga batu seratus
undak. "Gila! Apa yang terjadi dengan gadis itu!" pikir Wiro.
Sambil garuk garuk kepala dia mendekati Hantu Muka Dua kembali.
-"Mahluk Latanahsilam Hantu Muka Dua! Kita
bertemu pada saat yang tidak karu karuan! Apa yang terjadi denganmu?" Wiro
-ajukan pertanyaan.
Tenggorokan Hantu Muka Dua bergerak turun naik.
Namun dan mulutnya tak ada suara yang keluar. Tubuh
tergeletak kaku. Wajah depan belakang masih berupa wajah kakek keriput. Pertanda
dirinya masih berada dalam ketakutan besar. Mungkin sekali saat itu dia takut
kalau Wiro akan menghabisi dirinya. Maklum saja, silang sengketa permusuhan dan
dendam kesumat dia dengan
Wiro sewaktu masih berada di negeri 1200 tahun silam luar biasa hebatnya.
Tambahan lagi beberapa waktu lalu dia sengaja hendak merusak kehormatan Bidadari
Angin Timur karena diketahuinya gadis itu adalah kekasih musuh besarnya itu. Perbuatan
keji yarg tidak
kesampaian itu adalah salah satu cara dia membalaskan
dendam kesumat sakit hati terhadap Wiro. Dan kini dalam keadaan dirinya tidak
berdaya Wiro muncul di hadapannya. Selain takut amat sangat juga ada tanda tanya
besar dalam hati Hantu Muka Dua. Mengapa
pemuda musuh besarnya itu mau menyelamatkan
dirinya. *** MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
WIRO SABLENG MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212 4
Hantu Muka Dua menatap Wiro dengan pandangan
kosong. Mukanya depan belakang yang berwujud kakek
keriput tetap menunjukkan rasa takut amat sangat.
"Aku bertanya kau tak menjawab. Apa kau tuli atau gagu"!" Wiro kembali membuka
mulut. Hantu Muka Dua masih tidak keluarkan jawaban.
Wiro sandarkan mahluk dan negeri 1.200 tahun silam itu ke dinding batu. Karena
kesal waktu menyandarkan Wiro
sengaja menghempaskan punggung Hantu Muka Dua ke
dinding batu. Tetap saja Hantu Muka Dua tidak bersuara tidak bergerak, kecuali
tenggorokannya yang turun naik.
Wiro lalu perhatikan sekujur tubuh mahluk itu. Periksa bagian leher serta
singkapkan jubah putih di bagian dada orang. Tak ada tanda tanda bekas totokan.-"Heran, apa yang terjadi dengan mahluk sialan ini!" maki Wiro dalam hati. Lalu
dia ingat. Tubuh Hantu Muka Dua
selain tinggi juga besar kekar. Namun mengapa
keadaannya luar biasa enteng" Untuk beberapa lama Wiro melangkah mundar mandir
sambil matanya terus mengawasi Hantu Muka Dua. Karena agak tertutup
rambut tanda itu nyaris tidak kelihatan kalau dia tdak memperhatikan dengan
teliti. Tanda itu menyerupai bekas telapak tangan dengan jari jari yang
-mengembang. "Tanda aneh", ucap Wiro dalam hati. "Kalau ada orang sakti memukul kepalanya
pasti kepala ini sudah hancur!
Banyak hal ingin aku tanyakan padanya. Bagaimana caraku membuat dia mampu
bicara!" MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Wiro berlutut di hadapan Hantu Muka Dua. Dua jari tangannya ditusukkan ke
beberapa bagian tubuh mahluk
dan negeri Latanahsilam itu. Sosok Hantu Muka Dua hanya meliuk sedikit lalu
kembali diam. Saking kesalnya Wiro kemudian pukul batok kepala mahluk itu.
"Desss!"
Suara seperti benda gembos terdengar bersamaan
dengan mengkeretnya tubuh Hantu Muka Dua. Kepala yang dipukul jatuh ke dada.
Dada turun ke perut dan bagian perut melosoh ke pangkal paha. Sesaat kemudian
seperti Ienturnya karet, kepala, dada dan perut itu naik ke atas dan bentuknya
kembali seperti semula.
Murid Sinto Gendeng sampai terperangah dan terduduk
di tanah saking kagetnya melihat apa yang terjadi.
"Mahluk geblek! Ada yang tak beres dengan dirimu!"
ucap Wiro. Lalu dia bangkit berdiri. "Aku tak punya waktu lama lama mengurusi -dirimu!" Wiro hendak
melompat ke alas tangga batu.
"Huk...huk...hukkk..."
Tiba tiba mulut Hantu Muka Dua keluarkan suara seperti orang mau muntah.
-"Nah, nah! Akhirnya kau bersuara juga!"
"Hukkk...huk...hukkk..."
"Apa yang terjadi dengan dirimu. Aku lihat kau dipanggul keluar dan balik
dinding balu ini lalu dilempar ke jurang.
Apakah kau anggota Barisan Manusia Pocong Seratus Tiga Belas Lorong Kematian"!"
"Hukk...hukk! Hukkk..."
"Tubuhmu enteng sekali! Apakah..."
"Hukkk...huukkk...hukk!"
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Setan alas! Apa kau lak bisa bicara lain selain hukk...hukk...hukk melulu"!"
Saking kesalnya Wiro
tampar pipi kanan Hantu Muka Dua.
Saat itu juga wajah Hantu Muka Dua depan belakang mendadak sontak berubah
menjadi wajah raksasa
lengkap dengan taring mencuat. lnilah kehebatan dan keangkeran mahluk dan negeri
1.200 tahun silam. Dua mukanya depan belakang bisa berubah sesuai dengan
perasaan yang menguasai dirinya yaitu muka wajar, muka takut, muka marah dan
muka nafsu. "Nah, nah! Kau ternyata masih punya perasaan!
Tampangmu depan belakang berubah jadi muka raksasa
tanda kau lagi marah! marah padaku! Ha...ha...ha!" Wiro tertawa sambil garuk
-garuk kepala. "Hukkk...hukkkkk!" Lagi lagi Hantu Muka Dua keluarkan suara seperti orang mau
-muntah sementara wajahnya perlahan lahan kembali berubah menjadi wajah kakek-
-kakek dengan sepasang mata memandang ke depan.
Bersamaan dengan itu Wiro melihat mahluk ini berusaha
mengangkat tangan kanannya. Walau tergontai gontai, gerakan tangan itu seperti
-berusaha menggapai sesuatu.
Dua mata menatap ke depan, sayu tidak berkesip.
Wiro garuk garuk kepala. Dia memandang ke belakang, ke samping sambil bertanya
- -tanya dalam hati. "Apa yang diperhatikan mahluk ini" Ada sesuatu yang hendak
dipegangnya. Apa?"
Hantu Muka Dua! Kau menghabiskan waktuku saja!"
Wiro akhirnya melompat ke atas tangga batu,
menaikinya hingga mencapai bagian dinding yang
tertutup tumbuhan merambat. Dia meraba kian kemari.
"Aneh, jelas di bagian ini aku tadi melihat dinding batu MISTERI PEDANG NAGA
SUCI 212 terbuka menyerupai pintu! Mengapa rata semua, tidak ada tanda tandanya?" Dengan -jari jari tangannya Wiro merenggut tumbuhan merambat dan kini dia
-berhadapan dengan dinding batu hitam, kotor berlumut.
Kalau di sini ada pintu, berarti disini ada jalan masuk!
Seberapa tebalnya dinding batu ini. Kalau kuhantam dengan
pukulan sakti masakan tidak jebol!" Pendekar 212 alirkan tenaga dalam dan hawa sakti ke tangan kanan. Pukulan sakti
yang hendak dikeluarkannya adalah Segulung Ombak Menerpa Karang dengan
pengerahan tenaga dalam setengah dan yang
dimilikinya. Wiro turun ke anak tangga dua puluh Lima. Dua kaki tegak
merenggang. Dua tangan
perlahan lahan diangkat dan arah pinggang ke
-atas lalu dihantamkan ke arah dinding batu hitam, tepat pada bagian yang
diperkirakannya merupakan
pintu rahasia. "Wutttt! Wuttt!"
"Bummm! Bummm!
Dinding batu bergetar hebat. Dua pukulan sakti
menyebabkan gelegar panjang di dalam jurang. Namun dinding batu tetap berdiri
kokoh. Pukulan sakti yang dilepaskan Wiro untuk menjebol dinding malah berbalik
menghantam ke arahnya. Pendekar 212 berteriak kaget.
Darah menyembur dan mulut. Tubuh mencelat mental ke belakang, ditunggu jurang
batu yang dalam!
Lapat lapat dikejauhan terdengar suara perempuan
-bernyanyi. Di dalam lorong ada kesepian
Di dalam kesepian ada kehidupan
Di dalam lorong ada kesunyian
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Di dalam kesunyian ada kematian
Belum lagi suara nyanyian sirap mendadak ada suara
"Preett!" Suara orang kentut! Dan seperti ada yang mendorong dan belakang, tubuh
Pendekar Pendekar 212
yang akan amblas masuk ke dalam jurang batu mental ke
depan, jatuh terkapar di undakan tangga batu ke delapan puluh dan delapan puluh
satu. Wiro merasa sekujur tubuhnya sebelah depan seperti remuk. Untuk beberapa
saat lamanya dia hanya bisa tergeletak tak bergerak. Mulut meringis menahan
sakit, mata setengah
terpejam. Ketika merasa ada cairan hangat dan asin di dalam mulut, murid Sinto
Gendeng ini sadar kalau dirinya telah terluka di dalam!
"Gila! Kekuatan setan apa yang membalikkan
pukulariku!" Walau menahan sakit namun otak sang pendekar masih bisa bekerja.
Kekuatan daya pukulan sakti yang dilepaskannya dan berbalik menghantam dirinya
itulah yang membuat
tubuhnya sebelah depan serasa remuk dan terluka di sebelah dalam. Namun aneh
dorongan keras dan arah belakang yang tak kalah hebatnya sama sekali tidak
membuatnya cidera.
"Ada kekuatan Jahat dan arah depan menghantam
tubuhku. Pasti datangnya dan arah Seratus Tiga Belas Lorong Kematian. Lalu
kekuatan dan belakang yang menyelamatkan diriku! Siapa" Orang yang kentut tadi?"
Wiro memandang berkeliling. Tak ada siapa siapa kecuali Hantu Muka Dua yang -masih duduk tersandar ke dinding
batu. Masih bisa garuk garuk kepala.
-Wiro semburkan Iudah campur darah. Dengan menahan
sakit dia berusaha bendiri dan berteriak. "Siapa yang MISTERI PEDANG NAGA SUCI
212 barusan kentut"!" Tak ada jawaban. Diperhatikannya Hantu Muka Dua. Mahluk ini
masih tetap tak bergerak dan tempatnya semula, tersandar ke dinding batu. "Jelas
tadi aku mendengar suara orang kentut! Tak mungkin mahluk sialan satu ini yang
keluarkan angin!"
Wiro mendadak sadar. Dia harus melakukan sesuatu untuk meredam luka dalam yang
dialaminya. Sang
pendekar duduk bersila di tangga. Alirkan hawa sakti ke bagian dada dan tarik
nafas dalam lalu dilepaskan lagi.
Demikian dilakukan berulang kali. Setelah itu sambil mengusap dada Wiro alihkan
pandangan ke dinding batu
yang barusan dihantamnya dengan pukulan sakti. Mau tak mau ada rasa bergidik di
dalam hatinya. Pukulan Segulung Ombak Menerpa Karang tidak mampu
membobol dinding batu itu. Bahkan membekas
sedikitpun tidak! Kekuatan apa sebenarnya yang
tersembunyi di balik dinding" Lalu suara perempuan menyanyi tadi" Wiro berpikir-pikir akan menghantam dinding batu dengan Pukulan Sinar Matahari namun ada
Iblis Seruling Maut 2 Pendekar Mabuk 075 Bencana Selaput Iblis Ronggeng Dukuh Paruk 1
^