Pencarian

Misteri Pedang Naga Suci 2

Wiro Sableng 140 Misteri Pedang Naga Suci 212 Bagian 2


rasa kawatir, kekuatan gaib seperti tadi akan
membalikkan pukulan sakti itu lalu menghantam dirinya
sendiri! Dia bisa benar benar celaka! Malah mungkin mati konyol dengan sekujur
-tubuh hangus! "Apa yang harus aku lakukan" Bagaimanapun juga aku harus bisa masuk ke dalam
sana! Dewa Tuak ada di sana.
Orang tua itu harus kuselamatkan. Kakek Segala Tahu dan juga Wulan Srindi
mungkin sekali ada di sana.
Jahanam! Siapa sebenarnya penguasa lorong kematian itu" Apakah ilmunya setinggi
langit sedalam samudera"!
Berbahaya dan sulit dijajagi!"
Wiro garuk garuk kepala berulang kali.
-MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Mungkin aku harus menunggu sampai pintu rahasia terbuka dan ada orang keluar
dan dalam sana. Tapi sampai berapa lama aku musti menunggu sementara
para tokoh dan sahabat di dalam terancam
keselamatannya" Gila betul! Wiro meludah lagi.
Ludahnya masih merah bercampur darah. "Satu satunya
-cara mungkin aku harus pergunakan ilmu itu.
Sebelumnya aku pernah kucoba. Tapi terhalang oleh Wulan Srindi Tak ada jalan
lain. Rasanya saat ini aku harus mengeluarkan ilmu itu" Wiro melompat turun dan
tangga. Dia memilih berdiri di sebelah kanan sementara Hantu Muka Dua berada di
sebelah kiri tangga batu.
Duduk bersila di tanah Wiro pejamkan mata. Dua tangan
diletakkan di atas paha kiri kanan. Perlahan lahan dia mulai mengosongkan
-pikiran. Bersamaan dengan itu
jalan pendengarannyapun mulai ditutup. Dalam hati Wiro melafal Basmallah tiga
kali berturut turut. Lalu disusul dengan ucapan Meraga Sukma juga sebanyak tiga
-kali. Apa yang tengah dilakukan oleh Pendekar 212
saat itu adalah menerapkan imu kesaktian yang disebut
"Meraga Sukma". Dengan ilmu kesaktian ini raga atau ujud kasarnya akan tetap
tinggal sebagaimana biasa namun roh atau sukmanya akan keluar dan dalam tubuh
kasar. Sukma ini selanjutnya akan memiliki kemampuan untuk masuk kemana saja
walaupun terhalang dinding tebal. Atau menerobos masuk ke satu tempat melalui
lobang atau celah sekecil apapun.
Sebelumnya Wiro hendak menerapkan iImu kesaktian ini
ketika berada di depan goa yang merupakan jalan masuk
ke dalam 113 Lorong Kematian. Namun Wulan Srindi yang tidak sabaran saat itu
mengajaknya cepat cepat MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212-berlalu. Seperti diceritakan dalam serial Wiro Sableng berjudul "Meraga Sukma"
ilmu kesaktian langka ini didapat Pendekar 212 dan! seorang s?kti di kawasan
samudera selatan yang dikenal dengan nama Nyi Roro Manggut.
Sesaat setelah Wiro mengucapkan kata kata Meraga
-Sukma dalam hati, sekujur tubuhnya terasa bergetar.
Tidak seperti yang pernah kejadian sebelumnya, keringat membasahi wajah dan
badan. Beberapa saat berlalu. Di
bawah tanah yang didudukinya seolah ada bara api membakar. Wiro merasa pening.
Ujud gaib atau sukmanya tidak mampu keluar dan dalam tubuh kasar.
Beberapa saat berlalu. Saputan angin tencium menebar bau setanggi! Wiro merasa
bulu tengkuknya merinding.
Akhirnya sang pendekar buka sepasang mata.
"Apa yang terjadi" Aku tidak mampu menerapkan ilmu kesaktian itu. Mungkin ilmu
itu sudah lenyap, tak lagi aku miliki" Mengapa tengkukku terasa meninding" Biar
kucoba sekali lagi."
Wiro kembali duduk bersila penuh khidmat, kosongkan pikiran dan pendengaran.
Mengucapkan BasmalIah dan Meraga Sukma sebanyak tiga kali. Wiro merasa
tubuhnya enteng sekali. Mengira ilmu kesaktian itu akan berhasil dikeluarkannya
mendadak harumnya bau
setanggi membucah seantero tempat. Lalu satu
kekuatan dahsyat, Iaksana angin topan datang dan arah
dinding batu, menggemuruh melabrak dirinya!
Pendekar 212 berteriak kaget. Jatuhkan diri ke tanah tapi tetap saja kena disapu
hantaman angin hingga terguling kencang ke arah jurang. Sesaat lagi dirinya akan
tercebur ke dalam jurang, seperti tadi ada satu kekuatan aneh MISTERI PEDANG
NAGA SUCI 212 mendorong tubuhnya hingga dia terlempar kembali ke depan dan terhenyak di tanah!
"Apa yang terjadi dengan diriku! Mengapa aku tidak sanggup menerapkan ilmu
kesaktian itu. Siapa yang barusan menolongku," ucap Wiro dengan dada turun naik
dan nafas tersengal. Seperti tadi ada rasa asin dalam mulutnya. Ketika dia
meludah, ludahnya merah kental bercampur darah. Dia terluka di bagian dalam
kembali! Berubahlah paras murid Sinto Gendeng ini.
Hantaman kekuatan gaib tadi telah membuat dirinya cidera di sebelah dalam untuk
kedua kali! "Dari pada penasaran biar aku coba sekali lagi!" Kata Wiro dalam hati. Dia
sengaja pindah duduk ke bagian depan lain dan dinding batu. Dua tangan
diletakkan di ujung lutut. Mata dipejamkan. Pikiran dikosongkan dan jalan
pendengaran ditutup. Baru saja dia hendak
melafalkan Basmallah, tiba tiba di depannya terdengar suara angin menderu, lebih-keras dan lebih dahsyat dan yang tadi menghantam dirinya.
"Bocah tolol! Memangnya kau punya nyawa berapa
berani mengadu jiwa"!' Tiba tiba ada suara perempuan berteriak disusul tawa
-cekikikan. Bersamaan dengan itu Wiro merasa rambut gondrongnya dijambak. Di lain
saat dia sudah pindah duduk di atas tangga batu pada undakan ke dua puluh empat.
Ketika jambakan di
kepalanya terlepas, Wiro cepat berpaling. Dia tak melihat siapa siapa!
-Tiba tiba dia mendengar suara tawa cekikikan
-perempuan. Berpaling ke kanan Wiro tersentak kaget ketika melihat siapa yang ada
di arah sana. "Nyi Roro Manggut!" Seru Pendekar 212.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Seruan Wiro disambut suara tawa cekikikan. "Hik...hik...hik! Pemuda sableng! Kau masih mengenali diriku! Heran, kenapa kau
kelayapan sampai jauh jauh kesini dan berpakaian cuma tinggal sepotong celana"!"
-"Bajuku dijadikan tali untuk menolong orang", jawab Wiro. Lalu dia menimpali
"Nek, aku juga heran! Ngapain Nyi Roro sendiri ikutan keluyuran bersamaku sampai
di sini!" Ucapan Wiro disambut orang dengan tawa panjang.
"Weleh! Siapa yang ikutan kamu datang kesini"
Walau luka dalamnya cukup parah dan sekujur tubuh sakit bukan main, Wiro yang
tidak mau melupakan sopan
santun serta peradatan cepat melompat turun dan atas tangga batu, terbungkuk
-bungkuk menjura di hadapan satu sosok nenek bertubuh cebol. Sepasang matanya
besar jernih tapi juling. Muka yang berkulit keriput dihias sebuah hidung pesek
hampir sama rata dengan pipi.
"Nyi Roro, terima salam hormatku. Apa kau yang tadi menolongku tapi juga
sekaligus menebar kentut prat-pret prat pret"!"
-"Enak saja kau bicara! Kentutnya bau apa tidak?" Si nenek bertanya sambil
kepalanya termanggut manggut.
- Wiro garuk kepala lalu mendongak, hidung mengendus-endus.
"Tidak Nyi Roro. Kentutnya tidak bau," jawab Wiro pula.
"Kalau kentutku pasti bau! Berarti bukan aku yang kentut!"
"Lalu..."!"
*** MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
WIRO SABLENG MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212 5
Nenek berambut putih yang disanggul di atas kepala sunggingkan senyum. Kepala
mengangguk angguk
-seperti orang kesedakan. IniIah Nyi Roro Manggut.
Orang kepercayaan Nyi Roro Agung, penguasa samudera
kawasan selatan. Nenek sakti inilah yang memberikan ilmu Iangka Meraga Sukma
kepada Wiro dengan Ratu Duyung yang sebelumnya juga adalah penghuni
samudera selatan.
"Yang menolongmu memang aku! Tapi soal kentut
jangan menuduh diriku!" Si nenek menjawab.
Wiro garuk kepala. "Berarti kakek yang punya dua muka
itu yang kentut"!"
Nyi Roro Manggut menoleh ke arah Hantu Muka Dua yang sampai saat itu masih
menjelepok di tanah, duduk
tersandar ke dinding batu.
"Bau mahluk itu terasa aneh. Menyembunyikan banyak rahasia. Aku mencium bahaya
besar dibalik dua
wajahnya yang menyeramkan. Matanya menatap kosong
namun dibalik kekosongan itu dia seolah melihat
sesuatu. Jari jari tangan kanannya bergetar. Ingin digerakkan, ingin diangkat
-karena hendak berusaha mengambil sesuatu. Dia orang yang katamu kau tolong
dengan mengorbankan baju bututmu"!"
"Kau suka padanya?"
"Bocah geblek!" Nyi Roro Manggut berteriak marah.
Matanya sampai mendelik besar.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Wiro tertawa dan seenaknya menggoda lagi. "Dia bukan
mahluk sembarangan, Nek. Kalau mukanya dua berarti anunya juga dua. Siapa yang
ha ha hi hi dengan dia pasti puas!"- -"Anak kurang ajar! Apa maksudmu dengan kata kata ha
- -ha hi hi itu"!"
-"Maaf Nek," jawab Wiro sambil nyengir. "Aku hanya bergurau."
"Benar benar sableng! Kau tengah menghadapi urusan besar! Masih bisa bergurau!"
-Kepala si nenek tersentak-sentak, dagunya manggut manggut.
-Wiro garuk garuk kepala.
-"Nyi Roro, apakah kau tahu kita berada di mana?"
"Kau yang akan menerangkan padaku." Jawab Nyi Roro Manggut.
"Di balik dinding batu ini ada satu tempat yang disebut Seratus Tiga Belas
Lorong Kematian. Lorong ini
merupakan sarang dan gerombolan orang yang dikenal sebagai manusia pocong...."
"Manusia ya manusia. Pocong ya pocong! Mana ada manusia sekaligus pocong...."
"Maksudku...."
"Sudahlah, aku lebih tahu dari kamu!" potong Nyi Roro Manggut.
"Kalau begitu kau bisa menolongku", kata Wiro cepat.
Kepala si nenek menggangguk angguk tapi ini bukan merupakan gerakkan tanda dia
-mengiyakan ucapan
Wiro. "Aku muncul di sini bukan untuk menolongmu!"
"Lalu....?" tanya Wiro sambil garuk kepala.
"Aku mencari seseorang."
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Siapa Nyi Roro?"
"Apa perlumu mencari tahu"!" sentak si nenek.
"Bukan maksudku lancang, Nyi Roro. Tapi... sudahlah.
Walau kau tak mau memberi tahu aku sudah bisa
menduga siapa orang yang kau cari itu."
"Siapa?" Kini Nyi Roro Manggut yang balik bertanya.
"Apa perlu aku memberi tahu"!" Wiro menggoda sambil
senyum senyum.-Dan balik pinggang celananya Wiro mengeluarkan
sebuah kaleng butut lalu digoyang hingga mengeluarkan
suara berkerontang. Berubahlah paras Nyi Roro
Manggut. "Kau memegang kaleng miliknya. Orangnya dimana?"
Suara si nenek agak tercekat ketika mengajukan
pertanyaan. Wiro lalu menuturkan riwayat bagaimana dia mendapatkan kaleng milik
Kakek Segala tahu itu.
Termasuk penemuan kuburan tak jauh dan sebuah
jurang. Air muka Nyi Roro Manggut menunjukkan rasa kawatir. Terlebih setelah
Wiro mengatakan dugaan
bahwa besar kemungkinan Kakek Segala Tahu telah
diculik oleh orang orang 113 Lorong Kematian.
-"Aku kawatir apakah dia masih hidup. Berikan kaleng itu padaku." Kata Nyi Roro
Manggut pula. Wiro serahkan kaleng milik Kakek Segala Tahu kepada si nenek dan Nyi Roro
Manggut lalu memegang kaleng itu
dengan kedua tangan. Mata dipejamkan, kepala yang termanggut manggut sedikit
-diangkat ke atas. Sesaat kemudian mulutnya berucap perlahan.
"Aku merasa ada sedikit hawa hangat. Dia masih hidup.
Tapi keadaannya sangat sengsara..." Nyi Roro Manggut tarik nafas panjang lalu
buka kedua matanya. Sesaat dia MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
pandangi yang ada di dalam pegangan tangan kanannya.
Kaleng berisi batu batu kerikil digoyang. Wiro hendak mencegah tapi terlambat.
-Suara kerontangan kaleng menggema ke suluruh penjuru, menggaung sampai ke dalam
jurang. Tanah, dinding dan tangga batu seratus undak bergetar!
Tiba tiba Nyi Roro Manggut terpekik. Satu sambaran angin keras membuat kaleng
-yang dipegangnya
mencelat mental dan jatuh ke dalam jurang. Si nenek sendiri ikut tersapu
terpental namun dengan jungkir balik di udara sambil dorongkan dua tangan ke
depan dia berhasil menahan hantaman angin dahsyat dan
melayang turun, injakkan kaki di tanah.
"Luar biasa kekuatan gaib itu", ucap si nenek bertubuh cebol ini.
"Nyi Roro, kita berdua harus bisa masuk ke dalam lorong...."
Nyi Roro Manggut menggeleng. "Aku terlalu jauh berada
dan dalam asalku. Selain itu kekuatan gaib yang ada di dalam lorong tak mungkin
kusentuh...."
"Kalau kau saja berkata begitu bagaimana aku?" ujar Wiro pula.
"Tadi aku mencoba mengeluarkan ilmu Meraga Sukma untuk bisa menembus masuk ke
dalam lorong. Tapi gagal. Aku mencium bau setanggi. Malah ada satu kekuatan
dahyat kemudian menghantamku. Apakah aku
telah kehilangan ilmu yang kudapat darimu itu Nyi Roro?"
Si nenek menggeleng. "Tidak, kau masih memiliki ilmu kesaktian itu. Namun
seperti penjelasanku dulu sewaktu ilmu itu aku berikan. Ada kemungkinan suatu
saat kau MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
tidak bisa menerapkan ilmu itu. Ingat, semua apa yang kita miliki, semua
kepandaian dan kesaktian yang dipunyai manusia keampuhannya sangat tergantung
pada kuasa dan ridhonya Gusti Allah. Selain itu di tempat ini ada satu kekuatan
dahsyat dan alam lain yang sulit ditandingi. Kekuatan itu merupakan kekuatan
roh! Dan roh paling suka bau setanggi!"
"Kalau begitu tidak ada yang bakal bisa menembus masuk ke dalam lorong kematian
untuk menyelamatkan
perempuan perempuan hamil dan para tokoh yang-diculik. Aku kawatir Wulan Srindi saat ini juga menuju ke sini. Aku tidak tahu
berada dimana mereka sekarang.
Jangan jangan...."
-Nyi Roro Manggut terdiam sesaat. Kemudian mulutnya berucap perlahan. "Kekuatan
roh hanya bisa ditandingi oleh roh pula. Tapi, mungkin ini semua sudah kehendak
Gusti Allah...."
"Tidak bisa! Kita tidak bisa berkata seperti itu Nyi Roro!
Apapun yang terjadi aku harus bisa masuk ke dalam lorong. Kalau tidak bisa lewat
jalan rahasia di tempat ini aku akan kembali ke bagian depan bukit batu dan
memasuki lorong dan mulut gua. Tidak perduli aku akan
tersesat dan menemui ajal di dalam lorong!"
Melihat Nyi Roro Manggut diam saja Wiro jadi
penasaran. "Nyi Roro, kau orang sakti. Mustahil kau tidak bisa memberi
pertolongan. Atau mungkin cuma berupa petunjuk. Tadi kau sendiri telah
menyelidiki. Kakek Segala Tahu ada dalam lorong. Keadaannya
mengawatirkan. Apakah kau tidak ingin menolongnya?"
Bukannya menjawab si nenek malah balik bertanya.
"Ketika kau berkunjung ke tempatku di dasar samudera.


Wiro Sableng 140 Misteri Pedang Naga Suci 212 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Setelah aku memberikan Ilmu Meraga Sukma, sebelum kau pergi aku pernah
menitipkan sebuah kipas padamu.
Dengan pesan agar diserahkan pada Kakek Segala Tahu.
Apakah kipas itu sudah kau berikan padanya?" (Baca serial Wiro Sableng berjudul
"Meraga Sukma")
Wiro terkejut. Dia meraba pinggang celana sebelah kanan. Lalu beralih ke
pinggang kiri. Dia menemukan benda yang dicarinya. Sebuah kipas kayu cendana
dikeluarkannya dan balik pinggang celana. Wiro garuk-garuk kepala.
"Anu Nek, kipasnya masih ada padaku. Aku tidak ingat.
Tapi kalau tidak keliru sampai saat ini aku belum sempat bertemu dengan Kakek
Segala Tahu. Kau ingin
mengambil kipas ini kembali?"
Nyi Roro Manggut kelihatan kecewa tapi masih bisa tersenyum. "Kemarikan, biar
kupegang sebentar kipas itu," katanya. Kipas kayu cendana diambil lalu
dikembangkan. Di sebelah dalam kipas itu penuh dengan
ukiran bagus sekali. Di bagian tengah kipas ada gambar seorang pemuda gagah dan
seorang gadis cantik. Nyi Roro letakkan kipas itu di atas kening, mata dipejam
dan mulut komat kamit entah merapal apa. Tiga larik sinar biru berpijar lima
kali berturut turut dan kepala Nyi Roro ke badan kipas. Kipas kemudian -diserahkan kembali pada Wiro. "Simpan saja, kalau bertemu berikan pada
orangnya."
"Nyi Roro, maafkan aku karena lalai memenuhi
pesanmu..." Wiro masukkan kipas kayu cendana ke balik
pinggang celana.
"Huk...huk...huk...huk!"
Di dinding batu sebelah sana Hantu Muka Dua keluarkan
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
suara seperti mau muntah. Nyi Roro melirik, Wiro berpaling.
"Nyi Roro, tadi kau berkata. Orang itu melihat sesuatu dan ingin mengambil
sesuatu itu. Sebelumnya aku
memang melihat sikapnya yang aneh itu. Kalau kau mau
menerangkan apakah yang dilihatnya itu."
"Mengapa tidak kau tanyakan sendiri padanya?"
"Tubuhnya kaku, mulutnya gagu".
"Dia tidak gagu. Hanya lidahnya kena dikancing orang."
"Maksud Nyi Roro?"
"Sudahlah...."
"Nyi Roro, maukah Nyi Roro menyempatkan diri
memeriksa keadaan orang itu barang sebentar" Nyi Roro
saksikan sendiri walau tubuhnya terkulai lemah
perawakannya tinggi dan besar. Tapi ketika aku
menolong dan memanggulnya, tubuhnya seenteng
kertas! Kalau dia bisa dibikin bicara mungkin banyak rahasia di dalam lorong
yang bisa kita ketahui..."
"Begitu....?"
Nyi Roro manggut manggut lalu melangkah mendekati Hantu Muka Dua. Wiro -mengikuti. Di hadapan Hantu Muka Dua nenek cebol itu berdiri memperhatikan. Dia
melihat tanda berupa.
Telapak dan jari jari tangan di atas kepala Hantu Muka Dua. Si nenek geleng
- -geleng kepala.
"Turut apa yang aku lihat, orang ini bukan mahluk dan alam kita..."
"Kau benar Nyi Roro, dia datang dan negeni seribu dua ratus tahun silam..."
"Dia memiliki ilmu kesaktian luar biasa. Tapi sekarang ilmunya itu sudah lenyap.
Dirampas orang dengan cara MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
menyedot lewat kepala. Lihat tanda telapak tangan dan
lima jari di kulit kepalanya. itu menyebabkan tubuhnya sekujur tubuhnya menjadi
sangat lemah dan berubah menjadi enteng. Mahluk lain pasti sudah amblas
nyawanya disedot begini rupa."
"Kau tahu siapa yang menyedot ilmu kesaktiannya itu, Nyi Roro?" tanya Wiro.
Si nenek cebol tidak menjawab. Melainkan ulurkan tangan kiri dan cekik
tenggorokan Hantu Muka Dua kuat-kuat.
"Hueekkkk!"
Mulut Hantu Muka Dua terbuka lebar seperti mau
muntah. Mata mendelik. Lidahnya terjulur. Pendekar 212 Wiro Sableng melengak
kaget sampai tersurut satu langkah! Lidah yang terjulur panjang itu ternyata
berada dalam keadaan terbuhul!
"Itu yang membuat dia tidak bisa bicara!" Menjelaskan Nyi Roro Manggut.
"Bagaimana sampai Iidahnya jadi seperti ini?"
"Akibat sedotan dahsyat di kepalanya."
Nyi Roro Manggut cabut jepitan kayu pada rambutnya yang dikonde hingga konde
terlepas dan rambutnya yang putih sepinggang tergerai ke bawah. Dengan
jepitan kayu itu kemudian mengait Iidah Hantu Muka Dua sampai terlepas.
Tenggorokan Hantu Muka Dua
turun naik. Mulutnya mengeluarkan suara mendesah
panjang berulang kali. Lidahnya terluka. Mukanya depan belakang berubah ubah
-beberapa kali.
Sesaat merupakan wajah kakek keriput, dilain kejap berupa muka raksasa
bercaling. MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Nyi Roro buang ke tanah jepitan kayu bernoda darah yang tadi dipakai membuka
buhulan lidah Hantu Muka Dua.
"Nyi Roro, kau tahu siapa yang melakukan penyedotan itu?" Wiro ulangi
pertanyaannya tadi.
"Roh?" Wiro mengulang heran sambil garuk kepala.
"Benar. Dan kau akan kawin dengan roh itu!"
Murid Sinto Gendeng tersentak kaget.
"Nyi Roro, jangan kau bergurau. Mana ada manusia kawin dengan roh."
Si nenek cebol tersenyum.
"Aku tahu, kau menyimpan secarik kain di dalam
kantong hitam yang tergantung di pinggangmu. Kau pernah membacanya...,"
"Eh, bagaimana kau tahu perihal kain itu"' Wiro menggaruk kepala. "Kain itu
memang ada tulisannya.
Aku pernah membacanya...."
"Sudah keluarkan saja dan baca sekali lagi apa yang tertulis disitu." Kata Nyi
Roro dengan kepala terangguk-angguk.
*** MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
WIRO SABLENG MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212 6
Wiro mengeruk kantong kain di pinggang yang
dipergunakan sebagal tempat menyimpan batu sakti
hitam pasangan Kapak Naga Geni 212. Di kantong itu pula dia menyimpan secarik kain putih yang di dapatnya terselip di bawah caping milik Kakek
Segala Tahu. "Baca yang keras biar aku bisa mendengar," kata Nyi Roro Manggut pula.
Wiro mulai membaca.
Batas antara kebaikan dan kejahatan adalah
kebijaksanaan Kehidupan yang terjadi tanpa Izin Yang Kuasa
Akan menimbulkan bencana malapetaka dimana mana-Jika kehidupan pertama tidak dimusnahkan
Rimba persilatan akan kiamat
Dalam kiamat tangan tangan jahat akan menjadi
-penguasa Darah mengalir sederas air sungai di musim hujan
Nyawa tiada artinya lagi
Hanya pernikahan dengan mayat yang sanggup menjadi tumbal penyelamat
Jika pemilik pertama nyawa kedua seorang perempuan Nikahkan dia dengan seorang
perjaka Jika pemilik nyawa kedua seorang laki laki
-Nikahkah dia dengan seorang perawan
Pernikahan adalah sesuatu yang sakral
Dalam kesakralan ada kesucian
Dalam kesucian ada jalan untuk selamat
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Maka kematian abadi akan menjadi jalan keselamatan
"Bagaimana?" tanya Nyi Roro Manggut.
"Apanya yang bagaimana, Nek?" balik bertanya Wiro.
Nenek cebol tertawa lebar hingga hidungnya yang pesek
penyet benar benar jadi sama rata dengan pipi kiri kanan.
-"Kau sudah siap?" Kembali Nyi Roro bertanya yang membuat Wiro tambah heran.
"Siap" Siap apa?"
Nyi Roro tertawa cekikian. "Aku bertanya apa kau sudah siap nikah dengan roh?"
Wiro terperangah. Sambil garuk garuk kepala murid Sinto Gendeng ini berkata.
-"Dengan gadis manusia sungguhan saja aku belum sempat dan belum tentu mau
nikah. Apalagi dengan roh!" Lalu sang pendekar tertawa sendiri.
"Kau tahu, tulisan di atas kain putih itu bukan sembarangan tulisan dan dibuat
oleh orang yang juga bukan sembarangan. Seseorang telah memberikan kain itu pada
Kakek Segala Tahu. Aku tidak tahu siapa orangnya!
Tapi semua tujuan adalah untuk memusnahkan mahluk mahluk jahat yang gentayangan-seperti pocong! Kain itu menjadi rebutan beberapa tokoh, termasuk manusia
-manusia pocong penguasa
Seratus Tiga Belas Lorong Kematian. Mereka ingin tahu apa yang tertera di situ
lalu mencari penangkalnya.
Bocah sableng. Kau tahu, satu satunya jalan untuk menghancurkan mereka adalah
-melalui pernikahanmu
dengan roh yang ada di dalam lorong..."
"Roh perempuan...?" tanya Wiro.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Tentu saja roh perempuan! Apa kau mau kawin dengan
laki laki sejenismu juga?" tukas Nyi nora Manggut lalu tertawa cekikikan.
-Wiro garuk garuk kepala.
-"Maksudku masuk ke dalam lorong adalah untuk
menyelamatkan perempuan perempuan yang diculik.
-Termasuk para sahabat dan para tokoh."
"Kau tidak akan mampu melakukan itu karena kau tidak
sanggup menghadapi kekuatan roh. Buktinya kau tidak sanggup menjebol dinding
batu yang ada pintu
rahasianya itu! Dengar bocah sableng, satu satunya cara adalah melumpuhkan roh
-itu hanya dengan cara
menikahinya."
"Gila! Aku tidak mau!" ucap Wiro sambil mengusap tengkuknya yang mendadak
menjadi dingin dan
merinding. "Jadi kau tidak mau masuk ke dalam lorong"
Membatalkan semua rencana?"
"Bukan tidak mau masuk ke dalam lorong! Tapi tidak mau nikah dengan roh!"
"Anggap saja nikah dengan gadis sungguhan."
Wiro tak bisa menjawab lagi. Malah kini dia jadi tertawa gelak gelak.-"Syukur " katanya Nyi Roro Manggut pula.
"Syukur apa Nek?"
"Kau tertawa gelak gelak. Tandanya kau senang dan suka nikah dengan roh!"
-Wiro mencibir dan keluarkan suara seperti orang kentut dari mulutnya.
"Prett!"
Ada yang membalas. Dengan kentut sungguhan!
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Wiro kaget, memandang berkeliling. Dia tidak melihat orang lain di tempat itu,
Nyi Roro tertawa cekikikan.
Wiro pandangi nenek ini. Dia tahu bukan Nyi Roro yang
barusan kentut. Lalu siapa"
"Sudah, segala kentut kau urusi." Kata Nyi Roro pula.
"Kau tidak punya waktu banyak. Kau harus segera masuk
ke dalam Seratus Tiga Belas Lorong Kematian. Tadi kau bertanya padaku mengenai
mahluk bermuka dua itu.
Walau tubuhnya sangat lemah, kurasa sekarang dia sudah bisa bicara."
"Aku memang banyak pertanyaan untuknya," sahut Wiro
lalu mendatangi Hantu Muka Dua. Begitu sampai di hadapan Hantu Muka Dua Wiro
bukannya ajukan
pertanyaan tapi justru mendamprat mahluk dan negeri latanahsilam itu.
"Nenek itu sudah menolong membuka buhul lidahmu!
Apakah kau tidak punya adat tidak tahu diri untuk mengucapkan terima kasihmu
padanya?" Hantu Muka Dua batuk batuk. Mukanya depan belakang
-masih berupa muka kakek kakek keriput pertanda masih
-ada rasa takut menghinggapi dirinya. Mendengar katakata Wiro tadi ia segera
menggeser tubuh, lalu masih dalam keadaan duduk dia bungkukkan tubuh ke arah Nyi
Roro Manggut dan keluarkan ucapan.
"Nyi Roro, aku Hantu Muka Dua dan negeri Latanahsilam
sangat berterima kasih padamu. Kau telah melepaskan siksa diriku dan Iidah yang
terkancing."
Walau sudah bisa bicara namun suara Hantu Muka Dua
perlahan sekali karena tubuhnya sangat lemah. Nyi Roro Manggut pencongkan mulut
lalu melirik pada Wiro.
Hantu Muka Dua kemudian putar tubuhnya menghadap
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
ke arah Wiro. Kembali dia membungkukkan badan lalu berkata "Aku juga sangat
berterima kasih padamu. Aku sudah tewas kalau bukan kau yang menolongku.
Mengingat perseteruan kita di negeri Latanahsilam, aku sungguh
tidak mengerti mengapa kau mau mengorbankan nyawa menyelamatkanku."
"Semua silang sengketa di negerimu sudah berlalu. Kau sekarang berada di alam
lain." Jawab Wiro. "Ketika kau terdesak melawanku, dua manusia pocong muncul
menolongmu. Kau dilarikan ke dalam lorong. Apakah kau
salah seorang dart mereka" Mungkin juga kau biang kerok pimpinan Barisan Manusia
Pocong mahluk celaka itu!"
Hantu Muka Dua gelengkan kepala. Tampang kakek
keriputnya tampak tegang. "Aku bukan anggota Barisan Manusia Pocong. Apalagi
pimpinannya. Mereka menculik
aku..." "Perlu apa mereka menculik dirimu?" yang bertanya Nyi
Roro Manggut. "Semula aku juga tidak mengerti. Ternyata mereka punya maksud jahat. Mereka
membawa aku menemui
seseorang yang disebut Yang Mulia Sri Paduka Ratu."
Wiro dan Nyi Roro saling pandang.
"Jadi Yang Mulia Sri Paduka Ratu itu rupanya yang jadi pimpinan Barisan Manusia
Pocong." Ujar Wiro sambil rangkapkan dua tangan di atas dada sementara Nyi Roro
tegak angguk anggukkan kepala.-"Turut apa yang aku lihat sang Ratu bukanlah pimpinan Barisan Manusia Pocong.
Ilmunya memang luar biasa tapi dia berada di bawah kekuasaan dan perintah yang
disebut Yang Mulia Ketua. Selain itu ada lagi yang MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
dipanggil dengan sebutan Wakil Ketua. Dia punya
kebiasaan mengeluarkan suara berdecak ck. . .ck.. .ck."
"Kau melihat wajah wajah semua orang itu" Tahu siapa mereka?"
-Hantu Muka Dua gelengkan kepala. Semua mahluk yang
ada dalam lorong mengenakan jubah putih dan kain penutup kepala putih. Termasuk
yang dipanggil dengan sebutan Ratu.
"Kau dibawa menghadap Ratu. Apa yang kemudian
terjadi?" "Ratu menyedot seluruh tenaga dalam dan ilmu
kesaktian yang ada di tubuhku'" jawab Hantu Muka Dua.
Lalu dia tundukkan kepala memperlihatkan bekas
telapak tangan dan jari jari sang Ratu di kulit kepalanya.-Murid Sinto Gendeng raba tengkuknya sendiri, lalu berbisik pada Nyi Roro. "Kalau
yang namanya Ratu itu kerjanya hanya menyedot tenaga dalam dan kesaktian orang,
dapat dibayangkan betapa luar biasa tenaga dalam dan ilmu kesaktian yang kini
dimilikinya. Sudah berapa orang saja yang kena disedotnya" Bagaimana mungkin hal
itu bisa terjadi" Dia bukan pimpinan Barisan Manusia Pocong. Mengapa disuruh


Wiro Sableng 140 Misteri Pedang Naga Suci 212 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyedot tenaga
dalam dan ilmu kesaktian orang?"
"Aku punya dugaan, di balik semua kejadian ini ada satu rahasia besar. Ada satu
kejadian luar biasa yang akan meluluh Iantakkan rimba persilatan tanah Jawa.
Tokoh Seratus Tiga Belas Lorong Kematian mempergunakan
tangan orang untuk melaksanakan hal itu. Mungkin Yang
Mulia Sri Paduka Ratu itu. Dan firasatku mengatakan Ratu itulah yang bakal jadi
calon jodoh untuk dinikahkan dengan dirimu!"
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
"Apa Nek?" tanya Wiro dengan mata terbelalak.
Nyi Roro hanya senyum senyum.
-"Turut keteranganmu tadi yang akan nikah dengan aku adalah sebangsa roh.
Sekarang ternyata malah muncul seorang Ratu."
"Bocah tolol. Yang namanya Roh itu bisa saja nyangsrang di pohon, nempel di
batu, main air di sungai atau masuk ke dalam tubuh manusia hidup atau yang sudah
mati, atau nemplok di pantatmu! Hi...hik...hik!"
"Aku tidak mengerti..." Wiro garuk garuk kepala. Dia mendekati Hantu Muka Dua
-dan bertanya. "Setelah Ratu
menyedot tenaga dalam dan kesaktianmu, apa yang
kemudian terjadi?"
"Wakil Ketua memerintah seorang Satria Pocong
membuang diriku ke dalam jurang di belakang markas.
Masih untung aku tidak amblas jatuh sampai ke dasar jurang. Tubuhku tersangkut
menyangsrang di pohon
sampai kau muncul menyelamatkan diriku. Sekali lagi aku sangat berterima kasih
padamu..."
"Aku sempat melihat kau dipanggul keluar dan pintu rahasia di dinding sana. Apa
yang kau ketahui mengenal pintu itu?" tanya Wiro pula.
"Pintu batu penuh rahasia. Hanya bisa dibuka dan dalam lewat satu kekuatan gaib.
Tidak ada satu kekuatan lain yang bisa membuka pintu dan menjebol pintu itu dan
luar..." "Selain Ketua, Wakil Ketua dan Ratu ada berapa banyak
manusia pocong di dalam lorong?"
"Aku tidak tahu pasti. Mungkin beberapa orang saja.
Bolak balik aku hanya melihat Wakil Ketua dan seorang bawahannya." Jawabnya
Hantu Muka Dua.
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Wiro garuk garuk kepala.-"Coba kau ingat ingat. Selama kau berada di dalam lorong mungkin ada hal atau
-peristiwa lain yang terjadi"
Atau mungkin kau bertemu orang lain yang jadi
tawanan. Mungkin juga melihat perempuan perempuan
-bunting?"
"Waktu aku dibawa dan dijebloskan dalam ruangan batu,
aku melihat deretan kamar berpintu besi. Lalu masuk seorang perempuan bunting.
Dia mencekoki aku dengan
sejenis minuman. Kalau aku tidak salah minuman itu disebut Minuman Selamat
Datang. Konon siapa saja yang
meneguk minuman itu akan lupa diri dan akan tunduk seperti kerbau dipasung.
Dalam setiap hal mereka selalu mengumandangkan ucapan Hanya perintah Yang Mulia
Ketua yang harus dilakukan! Hanya Yang Mulia Ketua seorang yang wajib dicintai!
Ternyata minuman itu tidak mempan padaku. Aku lalu ditotok. Aku berada dalam
keadaan kaku ketika Ratu menyedot tenaga dalam dan ilmu kesaktian yang ada dalam
diriku" *** MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
WIRO SABLENG MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212 7
Wiro geleng geleng kepala. Nyi Roro manggut manggut.
- -"Sudah" Hanya itu saja yang bisa kau ceritakan" Atau. .."
"Ada satu kejadian lain," kata Hantu Muka Dua pula.
"Sewaktu aku dipanggul dalam perjalanan ke tempat Ratu..."
"Tunggu," memotong Nyi Roro. "Kau bilang dibawa ke tempat Ratu. Apakah tempat
itu di dalam markas, di dalam lorong atau Ratu punya tempat tersendiri?"
"Ratu punya kediaman sendiri. Letaknya di seberang sebuah lembah kecil.
Berbentuk satu rumah panggung berwarna putih. Di bawah atapnya ada sebuah genta
besar..." "Ah. . .Suara genta itu rupanya suara aneh yang pernah aku dengar beberapa
kali..." Ucap Wiro. "Hantu Muka Dua, teruskan keteranganmu."
"Sewaktu aku dipanggul menuju tempat kediaman Ratu,
di dalam lorong terjadi satu kehebohan. Seorang gadis culikan lenyap dan kamar
ketiduran Ketua Barisan Manusia Pocong."
Air muka murid Sinto Gendeng jadi berubah.
"Kau tahu siap adanya gadis itu?"
"Turut ucapan Wakil Ketua dan seorang bawahannya gadis itu adalah murid seorang
tokoh silat yang diculik.
Tokoh itu kalau aku tidak salah berjuluk Dewa Tuak."
"Anggini!" seru Wiro. "Gadis itu pasti Anggini! Kurang ajar! Kalau manusia-manusia pocong itu berani
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
menyentuh Anggini aku bersumpah akan membunuh
dan mencincang lumat tubuh mereka semua!"
"Wiro, waktu kita tidak banyak. Ada lagi yang ingin kau tanyakan padanya?"
"Aku memperhatikan gerak gerikmu. Nyi Roro tadi juga menyebutkan. Kau pernah
bersikap seperti melihat
sesuatu. Tanganmu berusaha menggapai. Apa yang
sebenarnya terjadi?"
Sepasang mata Hantu Muka Dua yang berbentuk segi tiga hijau berputar. Setelah
batuk batuk beberapa kali dan mukanya menjadi merah, baru mahluk ini keluarkan
-ucapan. "Keselamatan diriku. Aku melihat sebuah benda yang bisa menyelamatkan diriku dan
keadaan seperti
sekarang ini." Suara Hantu Muka Dua perlahan sekali sehingga Wiro terpaksa
membungkuk dan dekatkan
telinganya ke mulut orang.
"Kau melihat benda yang bisa menyelamatkan dirimu.
Benda apa" Dimana kau melihatnya?" Tanya Wiro
sementara Nyi Roro Manggut memperhatikan sambil
rangkapkan dua tangan di atas dadanya.
"Berbentuk cahaya putih..."
Wiro menggaruk kepala. "Kau tidak tahu benda apa itu?"
"Tidak jelas karena mataku silau terkena cahayanya.
Tampaknya seperti... mungkin seperti ikat pinggang dalam keadaan tergulung."
"Benda putih. Bercahaya. Seperti gulungan ikat
pinggang..." Wiro ulangi ucapan Hantu Muka Dua. Sulit dia menduga benda apa yang
sebenarnya dilihat Hantu Muka Dua itu. Kalau cuma sebuah ikat pinggang,
kesaktian apa yang ada di dalamnya hingga mampu MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
menyelamatkan Hantu Muka Dua dan keadaannya yang
sekarang. "Kau melihat benda itu dimana?" Wiro ajukan
pertanyaan. "Di dalam Seratus Tiga Belas Lorong Kematian.
Jangankan memiliki jika aku bisa menyentuh saja benda
itu, semua tenaga dalam dan kesaktianku yang hilang akan kembali."
"Luar biasa," ucap Wiro. "Katakan di sebelah mana Seratus Tiga Belas Lorong
Kematian kau melihat benda bercahaya putih itu" Aku akan masuk ke sana. Aku akan
berusaha menemukan benda itu dan memberikan
padamu..." Wiro mengiming iming agar orang mau-bicara terus.
"Benda itu bukan berada di satu ruangan atau di satu tempat. Tapi di.. .di. .
.di dalam rongga. Aku hanya sempat menggapai. Robek! Lihat jari jari tangan
-kiriku. Cidera. Putih semua..."
"Hantu Muka Dua, keteranganmu tidak jelas. Apa yang kau maksud dengan rongga.
Kau menggapai, menggapai
apa" Apa yang robek?" tanya Wiro mencecar.
"Yang robek pakaian...."
"Pakaian" Pakaian siapa" Lalu rongga yang kau sebut itu, rongga apa?"
"Di dalam tu..."
Belum sempat Hantu Muka Dua menyelesaikan
ucapannya tiba tiba tubuhnya tampak menggigil hebat.
-Lalu tidak terduga, entah dan mana datangnya berkiblat satu cahaya putih,
menyambar ke arah mahluk dari negeri 1200 tahun silam itu. Karena Wiro berada
dekat MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
sekali dengan Hantu Muka Dua sangat mungkin cahaya putih itu akan melabrak
dirinya pula. "Wiro awas!" teriak Nyi Roro Manggut lalu kebutkan ujung lengan kanan
pakaiannya. Selarik sinar biru melesat, memotong jalan cahaya putih.
Wiro berpaling. Dia masih sempat melihat sambaran cahaya putih. Secepat kilat
Pendekar 212 jatuhkan diri ke tanah. Pukulan yang memancarkan cahaya biru yang
dilepas Nyi Roro Manggut sempat menabrak cahaya
putih hingga mengeluarkan suara dentuman keras
diserta letupan api. Namun sebagian dari cahaya putih itu masih sempat
menghantam Hantu Muka Dua.
Mahluk ini menjerit keras. Sosoknya terkapar pucat dekat tangga seratus undak.
Bagian kiri jubah putih yang dikenakannya kelihatan hangus dan mengepulkan asap
kelabu. "Ada kekuatan gaib yang tidak ingin mahluk ini
membuka mulut memberi keterangan." Berkata Nyi
Roro Manggut. "Kekuatan roh?" tanya Wiro.
"Bagus kalau kau sudah bisa menduga." Sahut Nyi Roro Manggut pula. "Sekarang
lekas ikuti aku."
"Kau mau mengajakku kemana, Nyi Roro" Aku masih penasaran tentang benda
bercahaya putih yang dilihat Hantu Muka Dua itu. Mungkin di situ letak seluruh
kekuatan gaib penguasa Seratus Tiga Belas Lorong Kematian."
"Jangan banyak tanya. Ikut saja!"
Wiro akhirnya melangkah mengikuti Nyi Roro Manggut.
Tiba tiba ada satu bayangan kuning berkelebat dan arah MISTERI PEDANG NAGA SUCI -212
pohon besar yang membentang di tengah jurang disertai
suara menegur. "Nyi Roro sahabatku, tadi kita datang bersama. Apa kau tidak ingin aku bertemu
dulu dengan pemuda itu
sebelum dia kau ajak pergi?"
Nyi Roro Manggut hentikan langkah. Wiro berpaling dan
terkejut bukan alang kepalang. Di hadapan Wiro dan Nyi Roro Manggut saat itu
berdiri seorang nenek yang keadaannya serba kuning. Mulai dan rambut, wajah dan
juga pakaian. Selain itu si nenek juga mengenakan hiasan tiga tusuk konde,
giwang, beberapa untai kalung yang kesemuanya juga berwarna kuning. Salah satu
dari gandulan kalung berbentuk aneh yaitu berupa sebuah sendok emas.
"Luhkentut! Pantas aku mendengar suara ang kentut beberapa kali sebelumnya.
Ternyata kau! Pasti kau dan nenek satu itu sudah lama di sini!" berseru Pendekar
212 dan segera mendatangi lalu pegang dua Si nenek seperti orang kangen. Diam diam -Hantu Muka Dua juga terkejut
melihat kemunculan nenek serba kuning itu. Hatinya mendadak jadi tidak enak.
Karena Luhkentut adalah juga mahluk dan negeri 1200 tahun silam. Dan antara
mereka tidak terjalin hubungan baik.
"Prett!" Nenek yang dipanggil dengan sebutan Luhkentut pancarkan kentut keras.
Membuat Wiro lepaskan
dekapannya dan bersurut dua langkah.
"Penyakit kentutmu masih belum lenyap. Jauh jauh kau bawa ke sini. Padahal di
-negeri Latanahsilam kau sudah makan tujuh puluh kibul ayam!"
Si nenek berujud serba kuning tertawa cekikikan.
"Untung kau anjurkan aku menelan kibul ayam itu. Aku MISTERI PEDANG NAGA SUCI
212 sekarang cuma kentut sekali sekali saja. Kalau tidak penyakit kentutku tidak
-akan sembuh sembuh. Aku akan
-terus kentut mulai pagi sampai malam. Dan malam sampai pagi lagi. Hik ...hik ...
hik.." "Ya, ... ya, dalam tidurpun kau masih bisa kentut!" kata Wiro menggoda yang
membuat tawa Si nenek semakin panjang. (Mengenai nenek bernama Luhkentut ini
harap baca kisah Wiro di negeri Latanahsilam berjudul "Hantu Langit Terjungkir").
Luhkentut dikenal juga dengan julukan Nenek Selaksa Kentut atau Nenek Selaksa
angin. Sebagai salah seorang tokoh berkepandaian tinggi di Negeri Latanahsilam
nenek ini memiliki berbagai ilmu kesaktian Iangka.
Kepada Wiro dia telah memberikan ilmu kesaktian yang
disebut Menahan Darah Memindah Jazad. Dengan ilmu kesaktian ini seseorang bisa
memindahkan bagian tubuh
manusia ke tempat mana saja yang disukainya.
"Luhkentut, kau ingat sahabatku bernama Setan
Ngompol?" "Kakek bau pesing itu dimana dia" Apa masih suka kencing di celana?" tanya si
nenek muka kuning. "Dia pasti gembira kalau bertemu denganmu. Bukankah dulu
kau memindah telinga kanannya. Sewaktu kau
kembalikan kembali daun telinga itu kau pasang terbalik!
Sampai sekarang keadaannya masih seperti itu!"
Luhkentut tertawa gelak gelak.
-"Luhkentut, bagaimana kau bisa muncul di tempat ini?"
Wiro ingin tahu. "Apakah kau punya maksud baik
menolongku menumpas manusia manusia pocong itu?"-"Tak sengaja dalam perjalanan aku bertemu dengan Nyi
Roro Manggut. Begitu berkenalan kami saling cocok. Dia MISTERI PEDANG NAGA SUCI
212 mengajak aku ke tempat ini. Aku mau saja karena katanya dia akan menemuimu di
sini. Ternyata memang
benar." "Kau mau ikutan aku mencari jalan masuk ke dalam lorong?"
"Aku sudah kebagian tugas dari Nyi Roro." Si nenek mendekati Wiro lalu berbisik,
"Aku harus menjaga Hantu Muka Dua sampai manusia manusia pocong itu
-dimusnahkan. Ada sesuatu yang dikawatirkan Nyi Roro."
"Apa?"
"Dia tidak mengatakan padaku," jawab si nenek.
"Luhkentut, sewaktu di Latanahsilam aku mendapat Ilmu
Membelah Bumi Menyedot Arwah dari Hantu Santet
Laknat. Menurutmu dengan ilmu itu apakah aku bisa membongkar dinding batu ini
lalu menerobos masuk ke
dalam markas manusia pocong?"
"Jangan mencari penyakit. Dirimu belum berada di tingkat roh. Nyi Roro sudah
mengatakan padamu bahwa
ada kekuatan roh di dalam lorong sana. Dan roh hanya bisa dilawan dengan roh
pula." Wiro menggaruk kepala. "Kalau begitu aku akan
tanyakan pada Nyi Roro apa maksudnya ucapannya itu."
"Sahabat Luhkentut, kami berdua akan pergi. Seperti yang sudah kita bicarakan di
perjalanan harap kau tetap di sini." Nyi Roro berkata.
Luhkentut anggukkan kepala. Dia tepuk tepuk bahu Wiro
-dan berkata. "Anak muda, jika semua urusan sudah selesai kita ketemu lagi. Banyak cerita yang
bisa kita bicarakan. Dari pagi sampai malam."
"Sambil kentut!"
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Luhkentut alias Nenek Selaksa Kentut tertawa cekikan.
Wiro tinggalkan nenek dari negeri Latanahsilam itu.
Melangkah mengikuti Nyi Roro Manggut.
"Nyi Roro, kau mau bawa aku kemana?"
"Dekat dekat sini saja," jawab Nyi Roro seraya berjalan terus dan baru berhenti -begitu sampai di pinggiran jurang. Wiro berdiri di samping si nenek.
"Nyi Roro, aku mohon petunjuk tentang ucapanmu roh harus dilawan roh."
"Apakah kau pernah kenal dengan seseorang dari alam roh?" Nyi Roro balik
bertanya. "Cobalah berhubungan dengan dia."
Wiro garuk garuk kepala.
-"Aku coba mengingat ingat dulu. Rasanya... Tapi Nek, katamu aku bisa menghancurkan
-kekuatan dahsyat di dalam lorong yang berasal dan roh jika aku nikah dengan roh.


Wiro Sableng 140 Misteri Pedang Naga Suci 212 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang mengapa kau meminta aku menghubungi
seseorang dan alam roh?"
"Karena orang itulah yang mungkin akan jadi juru nikahmu" Jawaban Nyi Roro
Manggut membuat Wiro
tercengang diam, mulut terbuka.
"Nek," Wiro garuk garuk kepala. "Selain urusan dengan gerombolan manusia pocong
-ini, aku punya dua perkara
atau dua tugas besar dan guruku Eyang Sinto Gendeng."
"Hemmmm, urusan apa?" tanya Nyi Roro pula.
"Aku harus mencari dua benda pusaka Iangka yang lenyap dicuri orang. Pertama
sebilah pedang sakti mandraguna bernama Pedang Naga Suci Dua Satu Dua.
Yang kedua sebuah buku keramat bernama Kitab Seribu
Pengobatan. Aku harus menemukan kedua benda
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
pusaka itu. Apa kau pernah mendengan dan punya
petunjuk?"
Nyi Roro geleng geleng kepala. Dipegangnya lengan Wiro. Ditariknya seraya
-berkata, "Berdiri Lebih dekat ke sini!"
Wiro mengikuti ucapan si nenek.
"Coba kau memandang ke dalam jurang. Apa yang kau lihat?"
Wiro memperhatikan ke bawah. Ke dalam jurang.
"Aku hanya melihat pepohonan. Selainnya redup gelap."
"Kau tidak melihat dasar jurang?"
"Tidak, nek."
"Menurutmu apakah jurang ini dalam?"
"Dalam sekali," jawab Wiro
"Heran, mengapa kau bertanya seperti itu Nyi Roro"
Orang gila mana yang mau mauan mengukur dalamnya jurang."-"Kalau begitu aku sarankan agar kau mengukur
dalamnya sekarang juga!"
Selagi murid Eyang Sinto Gendeng terheran heran
-karena tidak mengerti semua ucapan si nenek, tiba tiba Nyi Roro Manggut dorong
-punggung Pendekar 212 kuat-kuat. Tak ampun lagi Wiro terlempar jatuh ke dalam
jurang. "Nyi Roro!" Wiro berteriak keras. Suara teriakannya menggaung di seantero
tempat, bergelegar di dalam jurang.
Di pinggir jurang, Nyi Roro Manggut tetawa panjang. Lalu berkelebat lenyap ke
arah pohon besar yang
membelintang di atas jurang. Dekat dinding batu
Luhkentut si nenek muka kuning ikutan tertawa. Hantu MISTERI PEDANG NAGA SUCI
212 Muka Dua menyaksikan apa yang terjadi dengan
perasaan tercekat. Jika nenek bernama Nyi Roro
Manggut itu tega teganya membunuh Wiro berarti
-dirinya tidak bakal lama akan dihabisi pula!
Belum lama Nyi Roro Manggut lenyap dan tempat itu, belum lama pula suara gaung
teriakan Wiro sirna tiba-tiba dinding batu di depan anak tangga seratus undak
bergeser membuka. Bersamaan dengan itu, dan pintu rahasia yang terbuka melesat
keluar sebuah benda aneh
berbentuk papan panjang. Papan ini meluncur begitu hingga mencapai dan
membelintang pada dua pertiga lebarnya jurang.
Tak selang berapa lama, dua orang manusia pocong berkelebat keluar dan pintu
rahasia, langsung meniti sepanjang papan. Diberati dua sosok tubuh papan itu
kelihatan bergoyang goyang turun naik. Mendekati
-ujung papan, dua manusia pocong berhenti, memandang
berkeliling. "Aneh, orang orang kita memberi tahu ada beberapa orang di tempat ini. Salah
-satunya adalah Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng. Nyatanya tak ada satu
orangpun di tempat ini."
"Mereka sudah kabur entah kemana. Lihat pohon yang membellntang di atas jurang!
Jelas mereka sebelumnya ada di tempat ini, Wakil Ketua."
"Tadi aku mendengar suara teriakan. Lalu suara
perempuan tertawa. Sepengetahuanku tak ada setan
atau dedemit di sekitar sini. Lalu siapa yang berteriak, siapa yang menjerit?"
Orang yang bicara ternyata Wakil Ketua Barisan Manusia Pocong 113 Lorong
Kematian. Dia memandang berkeliling sekali lagi. Pandangannya
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
membentur dua buah batang kayu kering yang
tergeletak di tanah, di samping kiri tangga batu.
"Mungkin salah aku menduga. tapi seingatku dulu tidak ada dua batang kayu kering
di tempat itu," ucap Wakil Ketua. Dia mengangkat bahu lalu berkata, "Sudah kita
kembali saja ke dalam lorong. Banyak urusan yang harus kita lakukan."
Dua manusia pocong itu berbalik, meniti papan panjang
yang melesat masuk kembali ke arah pintu rahasia.
Namun sebelum masuk ke dalam pintu Wakil Ketua
hentikan larinya. Di balik kain putih penutup kepalanya dia menyeringai. Tangan
kanannya melepaskan satu
pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi
dua kali berturut turut.-Pohon besar yang melintang di atas jurang patah dua lalu bergemuruh masuk ke
dalam jurang. "Siapapun mahluk yang coba sembunyi mengelabui
diriku tak bakal punya jalan keluar. Dia akan mati kelaparan di tempat ini!
Ha ... ha... ha...!"
Wakil Ketua dan anak buahnya berkelebat masuk. Pintu
rahasia tertutup kembali. Dinding batu itu kembali pada ujudnya semula seolah
tak ada apa apa di tempat itu.
-Dua onggok batang kayu kering yang tergeletak di samping kiri tangga batu.
Secara aneh perlahan lahan berubah bentuk menjadi sosok nenek berpakaian serba
-kuning serta sosok kakek berjubah putih.
"Luhkentut, terima kasih kau telah menyelamatkan
diriku dengan ilmu kesaktianmu hingga kita berdua berubah bentuk jadi batang
kayu kering tak berguna.
Kalau sampai dua manusia pocong tadi itu sempat melihat kita di sini, Jangan
harap saat ini kita masih bisa MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
bernafas."
Nenek Selaksa Angin alias Luhkentut cuma menyeringai dingin mendengar kata kata
-Hantu Muka Dua itu.
"Luhkentut, kalau aku boleh bertanya. Mengapa nenek cebol tadi membunuh pemuda
bernama Wiro itu?"
Sambil bertanya sepasang mata Hantu Muka Dua yang berbentuk segitiga
memperhatikan kalung berbentuk
sendok yang tergantung di leher si nenek.
"Siapa yang membunuh?" ujar Luhkentut pula.
"Kau menyaksikan sendiri. Nenek itu mendorong Wiro hingga masuk ke dalam jurang.
Kau juga aku lihat tertawa. Rahasia apa yang ada di balik semua kejadian aneh
ini?" Luhkentut kembali menyeringai dingin dan tidak
memberikan jawaban apa apa. Pandangan Hantu Muka-Dua ini tertuju ke arah jurang. Pohon yang tadi membelintang
tak tampak Iagi karena sudah dihancurkan oleh Wakil Ketua Barisan Manusia Pocong.
Hatinya merasa cemas. Bagaimana dia bisa tinggalkan tempat itu. Melirik ke
samping si nenek dilihatnya tenang tenang saja.
-*** MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
WIRO SABLENG MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212 8
Teriak kemarahan Pndekar 212 menggelegar di dalam jurang. "Nenek cebol keparat!
Apa salahku! Kau pasti kaki tangan kompiotan manusia pocong!"
Namun rasa marah itu dalam sekejap berubah menjadi rasa takut Iuar biasa.
Tubuhnya yang melayang jatuh dengan deras, sesekali tersangkut cabang pepohonan.
Cabang cabang pohon berpatahan dan dia kembali
-amblas ke bawah. Sekujur tubuhnya sebelah atas yang tidak berpakaian penuh
goresan luka. Sebuah patahan ranting menancap di punggung. Rasa sakit membuat
tubuhnya bergetar. Pipi kiri mengucurkan darah akibat luka sewaktu membentur
pohon bambu. Bagaimanapun
juga rasa saki dan luka luka itu tidak seberapa dibanding rasa takut bahwa di
-bawah sana batu batu besar
-menunggu kejatuhan tubuhnya di dasar jurang! Dalam keadaan
seperti itu Wiro masih berusaha menyelamatkan diri. Kaki dipentang mencari tahanan, tangan menggapai mencari
pegangan. Namun bobot
tubuhnya yang berat membuat dia tidak berdaya
menahan kejatuhan. Semakin dia berusaha mencari
selamat, semakin deras tubuhnya jatuh ke bawah.
Akhirnya dia hanya bisa pasrah. Agaknya Tuhan memang
sudah menakdirkan dia menemui kematian dengan cara
begini. Dia tahu dalam hitungan kejapan mata tubuhnya
akan menghantam batu di dasar jurang. Remuk dan hancur! Kematian baginya bukan
apa apa dibanding-dengan beban tanggung jawab untuk menyelamatkan
MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
para tokoh, para gadis serta perempuan perempuan
-hamil yang disekap dalam 113 Lorong Kematian. Pada saat saat menunggu ajal itu
-Pendekar 212 berulang kali memanggil nama Gusti AIlah.
"Byuuurrr!"
"Hik hik! Ada dedemit kecebur!"
-Wiro merasakan tubuhnya amblas dalam air luar biasa dingin. Saat tubuhnya
tenggelam ke dalam air rasa sakit perih mencengkeram wajah dan sekujur tubuhnya
yang penuh goresan luka.
"Astaga! Berada dimana aku ini"! Masih hidup atau sudah mati"!"
Wiro kembangkan dua tangan ke samping dan gerakkan
sepasang kaki. Perlahan lahan kepalanya muncul di permukaan air. Dalam keadaan
-mengambang yang
hampir tak bisa dipercaya.
Wiro dapatkan dirinya berada di tengah sebuah telaga besar berair luar biasa
dingin, dikelilingi kerimbunan pepohonan dan deretan batu batu besar membentuk
-dinding tinggi seperti Iingkaran. Kabut tipis menggantung di permukaan air. Wiro
berenang sejauh lima belas tombak lebih mencapai tepian telaga terdekat. Susah
payah dia berhasil menggapai deretan batu berlumut, naik ke atas dan duduk di
atas batu. Wiro alirkan hawa hangat yang berpusat di perut untuk melawan gigilan
rasa dingin. Lalu dia memandang berkeliling.
Di hadapannya terbentang telaga besar berair biru gelap.
Kabut menutupi sebagian pemandangan. di sebelah
kanan ada cahaya terang. Ketika diperhatikan ternyata terdapat sebuah celah
besar berbentuk goa antara dua dinding batu. Sayup sayup dia mendengar suara -aliran MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
air. "Apa yang ada di balik celah itu," pikir Wiro. Rasa nyeri di punggung membuat
dia meraba ke belakang. Tangannya
membentur patahan ranting yang menancap di
punggung. Sambil gigit bibir Wiro cabut patahan ranting.
Darah mengucur dan luka yang menganga. Wiro cepat totok urat besar di bahu kiri.
Kucuran darah serta merta berhenti.
"Nyi Roro ..." ucap Wiro begitu dia ingat nenek cebol itu.
"Permainan jahat apa yang kau lakukan padaku! Kau sengaja mendorong diriku ke
dalam jurang. Maksudmu hendak membunuhku atau bagaimana" Apa kau
memang sudah tahu di dasar jurang ini ada telaga hingga kalaupun jatuh aku tidak
bakal menemui kematian?"
Wiro garuk garuk rambutnya yang basah. "Kalau ini hanya siasatmu lalu apa
-tujuanmu" Mencelakai diriku atau ..?" Wiro usap goresan luka di dada kiri.
Sekujur tubuhnya basah, dingin dan sakit. "Nenek itu, tidak mungkin dia berniat
jahat terhadapku ..." ucap Wiro dalam hati. Otak diputar. "Nyi Roro, apakah kau
hendak menunjukkan sesuatu padaku?" Wiro memeriksa
beberapa benda yang disimpan di balik pinggang celana.
Kaleng butut milik Kakek Segala Tahu masih ada. Juga kipas kayu cendana dari Nyi
Roro Manggut yang harus diserahkannya pada kakek itu. Batu hitam sakti pasangan
Kapak Naga Geni 212 masih ada dalam kantong kain.
Begitu juga gulungan kecil kain putih. Lalu sapu tangan biru muda pemberian
Wulan Srindi, juga masih ada. Dan
tentunya Kapak Naga Geni 212 yang tersembul di atas pinggang celana sebelah
kiri. MISTERI PEDANG NAGA SUCI 212
Tiba tiba saja Wiro ingat. Waktu dirinya jatuh ke dalam telaga tadi dia sempat
-mendengar suara tawa cekikikan
serta ucapan "Ada dedemit kecebur." Siapa yang
tertawa, siapa yang berucap"
"Suara anak anak. Aku yakin betul itu suara anak anak,"
- -kata Wiro dalam hati. Dia memandang berkeliling. Tidak melihat apa apa, kecuali
-air telaga, batu batu yang mengelilingi dan pepohonan. "Jangan jangan ada Setan
- -anak anak di sini. Sebangsa tuyul ... Tempat apa ini sebenarnya" Telaga apa ini
-sebenarnya" Tempat mandi mahluk halus?" Wiro mengusap usap tengkuknya. Sekali
-lagi dia memandang berkeliling. Kali ini ada yang membuatnya jadi tercekat. Tadi
permukaan telaga
tertutup kabut. Kini ketika kabut naik ke atas, di arah kiri dia melihat sebuah
perahu kayu terapung apung di tepi telaga, ditambatkan pada sebuah tiang yang
-menancap di tebing batu. Lalu di sebelah sana kelihatan ada tangga kecil
merambat ke atas sepanjang dinding batu yang terjal.
"Nyi Roro," Wiro kembali menyebut nama nenek cebol itu. "Aku menaruh sangka
buruk padamu. Kini aku mengerti kau menceburkan aku ke dalam jurang adalah
untuk menemukan tempat dan jalan rahasia ini." Wiro garuk garuk kepala. Dia -ingat gurunya dan berucap lagi dalam hati. "Eyang Sinto, sebelumnya aku
mengejekmu. Ternyata ucapanmu betul. Pakai ilmu bambu. Ada jalan masuk ada jalan keluar..."
Jaka Lola 13 Pendekar Mabuk 033 Kitab Lorong Zaman Pendekar Lembah Naga 5
^