Pencarian

Si Cantik Dari Tionggoan 1

Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan Bagian 1


Episode : 149 Ebook by : Dewi Tiraikasih
Scan kitab : Syaugy_ar
Si Cantik Dari Tionggoan 1
s' CANTIK "SAUDARA WIE, APA YANG TERJADI" APA YANG KAU LAKUKAN
TERHADAPKU"!" TANYA LOAN NIO NIKOUW. TANGAN KIRI MENUTUP
PADA PAKAIAN YANG TERSINGKAP. TANGAN KANAN MERABA KE
PUNGGUNG. "DIMANA PEDANGKU?"
TIBA-TIBA ADA SESEORANG MUNCUL DI MULUT GOA.
"LOAN NIO. BANGSAT BERAMBUT GONDRONG ITU BARUSAN
HENDAK MEMPERKOSAMU UNTUNG AKU DATANG. DIA PULA YANG
TELAH MENCURI PEDANG NAGA MERAH MILIKMU..."
"SAUDARAWIEI BENAR ...BENAR"!"
"BENAR APA NIO?"
"KAU HENDAK MEMPERKOSAKU! KAU MENCURI PEDANG NAGA MERAHI"
'NIONIO, AKU BELUM GILA MELAKUKAN HAL BEJAT ITU PASTI BANGSAT MUKA TENGKORAK INI
MENGARANG CERITA
MENGUMBAR MULUT FITNAH!"
"SAUDARA WIE. AKU TIDAK MENYANGKA BEGITU BEJAT BUDI PEKERTIMU!
AKU MENGIRA KAU SEORANG SAHABAT YANG BISA DIMINTA TOLONG! TERNYATA KAU IBLIS
TERKUTUK!"
"NIONIO. DENGAR DULU KETERANGANKU..."UCAP WIRO.
"AKU TIDAK BUTUH KETERANGAN. AKU INGIN MEMBUNUHMU
SAAT INI JUGA"
Si Cantik Dari Tionggoan 2
WIRO SABLENG Si CANTIK DARI TIONGGOAN
ENDEKAR212 Wiro Sableng beberapa kali mempercepat larinya. Namun nenek rambut
kelabu tetap saja terpaut dua tombak di sebelah depan.
"Luar biasa. Ilmu lari apa yang dimiliki mahlukjejadian ini.
Aku tak mampu mendekati." ucap Wiro dalam hati.
Setelah berlari cukup jauh. di satu jalan berbatu-batu dan menurun serta
dipenuhi pohon cemara hutan, dari arah depan muncul nenek kedua, kembaran nenek
yang tengah diikuti Wiro.
"Hahu ha-hu."
Nenek yang muncul keluarkan ucapan gagu sambil tangan kiri menunjuk-nunjuk kc
jalan berliku-liku di bawah sana.
"Ha-hu ha-hu." Nenek satunya keluarkan suara sama. Dia memberi tanda pada Wiro
lalu ikuti saudara kembarnya. Wiro segera pula membuntuti dua nenek kembar Eyang
Sepuh Kembar Tilu, seorang nenek sakti yang tempo hari tewas di tangan pembunuh
misterius (Baca episode sebelumnya berjudul
"Dadu setan".) Dari nenek itu Wiro malah kebagian pekerjaan Sebelum mati si
nenek minta agar sang pendekar mencari siapa pembunuhnya.
Makin ke bawah jalan yang ditempuh semakin terjal. Batu-batu besar menghadang di
setiap sudut Dua nenek kembar enak saja melompat, melayang dan melesat Jubah
kuning mereka tampak berkibar-kibar ditiup angin dan keluarkan suara berkasiuran
saking cepatnya mereka berkelebat Wiro ketinggalan jauh di belakang. Dia hendak
berteriak agar dua
Si Cantik Dari Tionggoan 3
nenek jangan lari terlalu cepat Namun urungkan niat karena tiba-tiba dia
mendengar sayup-sayup suara tiupan seruling.
Dua nenek kembar saat itu sudah lebih dahulu hentikan lari dan berlindung
dibalik satu batu cadas besar. Begitu Wiro mendekat keduanya menunjuk ke arah
kelaunan. Mulut mereka hendak keluarkan suara ha-hu ha-hu tapi Wiro cepat
memberi tanda agar dua nenek ini jangan bersuara.
DI arah yang ditunjuk, sekitar dua puluh tombak di bawah sana terdapat sebuah
situ atau telaga yang airnya sangat jernih, memiliki dua warna. Yaitu biru dan
hijau. Warna Ini bukan lain adalah pantulan dari pepohonan serta tanam-tanaman
yang tumbuh di sekeliling telaga.
Di tepi telaga sebelah timur, tepat arah jatuhnya cahaya sang surya siang hari
itu, terapung sebuah rakit bambu. Di atas rakit Ini ada bagian yang menyerupai
kursi panjang. Di atas kursi bambu inilah tampak duduk seorang perempuan
berpakaian merah berkembang kecil-kecil biru dan kuning. Asyik meniup seruling
berwarna putih dan dari jauh kelihatan berkilauan terkena cahaya matahari.
Karena agak jauh Wiro tidak dapat memperhatikan jelas, apalagi melihat wajah
orang. Selain Itu di bawah topi biru yang dikenakan wajah perempuan ini tertutup
untaian manik-manik merah yang menjulai sampai ke bawah dagu. DI punggungnya
tergantung sebilah pedang bersarung merah dan selembar papan seluncur.
Tiupan seruling perempuan berbaju merah di atas rakit mengalun lembut namun
sanggup menimbul kan buiatan-bulatan riok tak berkoputusan di permukaan air
telaga serta mendatangkan getaran halus pada aliran darah Pendekar 212. Pengaruh
tiupan seruling membuat dua nenek kembar saling pandang dan mengusap muka
berulang kali. "Perempuan baju merah itu memiliki hawa sakti dan tenaga dalam tinggi..." ucap
Wiro perlahan. Salah seorang nenek kembar menggerak-gerakkan tangan kanan ke atas ka bawah
sementara tangan kiri mengacungkan jempol.
"Ya, ya. Aku mengerti. Kau hendak mengatakan orang Itu Si Cantik Dari Tionggoan
4 juga memiliki ilmu meringankan tubuh yang hebat" kata Wiro pula. "Kalian berdua
tunggu di sini. Aku akan turun menemui perempuan itu." Wiro dongakkan kepala,
menarik nafas dalam-dalam melalui hidung. Saat itu dia mencium bau harum
semerbak. Rasa-rasanya dia pernah mencium bau harum seperti ini sebelumnya. Wiro memandang
pada dua nenek kembar.
"Aku yakin dia yang telah menolong diriku sewaktu dilibat pohon beringin
jejadian ujud sialan Ki Beringin Reksal Tubuhnya menebar bau harum yang sama.
Dua nenek sama-sama mengangguk. Yang satu memberi tanda dengan gerakan tangan
agar Wiro berlaku hati-hati. Baru saja Wiro keluar dari gundukan batu cadas,
suara tiupan seruling mendadak berhenti. Wiro tahan gerakannya. Mata menatap
tajam ke arah orang di atas rakit. Si baju merah Ini sama sekali tidak
menggerakkan tubuh atau kepala.
"Dia tidak memandang berkeliling. Tapi dari tubuh dan kepala yang tidak bergerak
sama sekali agaknya dia sudah tahu aku ada di sini." Pikir Wiro. Sang pendekar
menunggu. Perempuan di atas rakit kembali meniup sulingnya. Wiro cepat berkelebat di
antara batu-batu besar hingga akhirnya sampai di tepi sebelah selatan telaga.
Dari sini dia segera hendak lari ke arah timur. Namun lagi-lagi gerakan pendekar
212 tertahan. Kali ini bukan oleh gerak-gerik perempuan di atas rakit namun
karena berkelebatnya satu bayangan biru dari balik sebuah batu besar antara
tempat dia berada dan rakit di tepi telaga. Wiro cepat menyelinap ke balik semak
belukar lebat "Loan Nio! Akhirnya kutemui juga kau!" Satu suara seruan menggelegar di seantero
telaga. Menatap ke arah timur Wiro melihat seorang berpakaian ringkas serba biru berdiri
di tepi telaga, hanya terpisah satu tombak dengan rakit. Hebatnya, orang
berambut hitam lebat panjang dan dijalin ke belakang ini memiliki wajah
berbentuk tengkorak. Di balik punggungnya tersembul gagang sebilah pedang. Dari
bentuk pakaian, Wiro mengetahui bahwa siapapun adanya dia adalah seorang
pendekar silat berasal dari daratan Tiongkok.
Si Cantik Dari Tionggoan 5
Perempuan di atas rakit tampak terkejut Tapi agaknya dia bisa menguasai diri.
Perlahan-lahan dia bangkit berdiri. Suling perak diselipkan pada selendang yang
terbelit di pinggangnya yang ramping.
Ingin melihat lebih jelas dan juga ingin tahu apa yang dibicarakan kedua orang
itu, Wiro bergerak mendekat. Namun dia hanya bisa garuk kepala karena dua orang
tersebut bicara dalam bahasa yang tidak dimengertinya. Bahasa Tionggoan.
"Ong Cun. bagaimana kau bisa berada di tempat ini?"
Perempuan di atas rakit bertanya.
'Loan Nio, aku sudah lama menyirap kabar bahwa kau akan berangkat ke tanah Jawa
ini. Setelah mencari tahu dari teman-teman pulau dan kota mana yang kau tuju,
aku berangkat mendahului." Orang bermuka tengkorak menjawab.
"Kau pergi sejauh ini. Apakah tidak hanya membuang waktu percuma?"
"Aku sudah berbulat tekad bahkan bersumpah. Aku akan mencarimu sampai dapat. Aku
akan mengikutimu kemana kau pergi."
"Untuk apa?" tanya perempuan yang dipanggil dengan nama Loan Nio dan bukan lain
adalah seorang paderi perempuan yang di Tionggoan selatan dikenal dengan nama
Kiang Loan Nio Nikouw.
"Loan Nio, jangan kau berkura-kura dalam perahu. Berpura-pura tidak tahu. Tiga
tahun lebih aku mengikutimu. Aku tidak akan berhenti mengejarmu sebelum kau
menyatakan diri mau menerima tali perjodohan denganku."
Habis berkata begitu lelaki berpakaian biru yang rambutnya dikepang dan berwajah
tengkorak ini melompat ke atas rakit.
Gerakkannya enteng, tubuhnya seringan kapas. Rakit yang dijejaki tidak bergoyang
barang sedikitpun.
"Ong Cun, kau sudah tahu. Aku sudah menjadi seorang paderi.
Jangan..."
"Loan Nio, itu dalihmu dari dulu. Lalu apakah seorang Paderi tidak boleh nikah?"
"Memang tidak ada larangan. Tapi aku telah memutuskan dan memilih menjauhi
segala urusan keduniaan."
Si Cantik Dari Tionggoan 6
Liok Ong Cun tertawa bergelak.
"Kau berdusta. Kau menipu dirimu sendiri. Kedatanganmu kemari jelas-jelas adalah
untuk urusan dunia. Apa kau kira aku tidak tahu sangkut pautmu dengan benda yang
kau cari" Dua buah dadu yang oleh orang-orang di daratan Tiongkok sudah dianggap
sebagai dadu setan dan harus dimusnahkan" Apa kau kira aku tidak tahu kau telah
memperalat beberapa tokoh kang ouw. Dan semua mereka telah menemui kematian
secara sia-sial Bun Pek Cuan, Siauw Chie, Hek Chiu Mol"
Walau agak kaget bahwa orang dihadapannya tahu banyak tentang perjalanannya ke
tanah Jawa namun paderi perempuan itu bersikap tenang dan menjawab.
"Aku hanya menjalankan tugas dari Wakil Ketua Siauw Lim-pai."
"Aku tahu tugas itu. Tapi sambil menyelam kau sekaligus minum air. Sambil
menjalankan tugas kau kesini adalah untuk mencari kekasihmu di masa kanak-kanak
dulu. Bukan begitu"! Jangan kau kira aku tidak tahu riwayat dirimu sejak kau
baru lahir sampai saat inil"
Wajah paderi perempuan yang tertutup di balik cadar untaian manik-manik tampak
bersemu kemerahan.
"Ong Cun, aku tidak mau bicara lagi denganmu. Pergilah. Aku ingin sendirian di
tempat ini."
"Menunggu kedatangan kekasihmu"l" ucap LiokOng Cun penuh mengejek. "Loan Nio,
dengar baik-baik. Aku tidak akan bergerak setapakpun. Sebelum kau menerima
ikatan perjodohan!"
"Ong Cun. kau juga denga rbaik-baik dan masukkan ke dalam otakmu!" jawab Loan
Nio Nfkouw jadi sengit "Antara kita selama ini tidak ada hubungan apa-apa.
Antara kita tidak akan ada hubungan apapun di masa mendatangi"
Wajah tengkorak Uok Ong Cun mengelam kaku. "Dari pada teganya kau berkata
begitu, lebih baik kau bunuh saja diriku saat ini juga I"
"Srettt"
Liok Ong Cun yang di Tionggoan dijuluki Ko Lo Khek alias Pendekar Muka Tengkorak
cabut pedang yang tergantung di punggung, jatuhkan diri setengah berlutut,
pedang yang Si Cantik Dari Tionggoan 7
memancarkan sinar hijau diletakkan di atas rakit, kepala diulur, siap untuk
dipenggal, pasrah menerima kematian!
Akan tetapi paderi perempuan itu tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Dengan
suara perlahan dia berkata.
"Ong Cun, kau telah sesat terlalu jauh. Bukan aku sendiri gadis di dunia ini.
Kau bisa mencari yang lain. Yang lebih baik dari diriku.
Sarungkan pedangmu kembali. Pedang sakti seperti Ceng Coa Kiam milikmu itu tidak
boleh dipakai sembarangan (Ceng Coa Kiam
= Pedang Ular Hijau).
"Aku hanya menginginkan dirimu seorang. Kau tahu hal itu Loan Nio. Mengapa kau
begitu angkuh tidak mau menerima diriku"
Mengapa hatimu sekeras batu" Mengapa kau seolah tidak punya perasaan sama
sekalil" Liok Ong Cun masih tetap dalam keadaan setengah berlutut dan kepala
dimajukan. "Sudah, aku tidak mau bicara lagi. Aku sarankan agar kau memencilkan diri di
satu tempat Bertapa atau bersemadi.
Semoga kau diberi kesadaran oleh Thian." (Thian=Tuhan)
"Loan Nio, kita sama-sama kembali saja ke Tionggoan.
Mengapa membuang waktu di negeri orang."
"Ong Cun, kau tahu, aku ada urusan di negeri ini. Jika kau Ingin pulang,
pulanglah duluan. Kurasakan itu lebih baik bagimu..."
"Loan Nio, jika kau tetap tidak mau memberi jalan dan juga tidak mau menghabisi
diriku maka jangan salahkan kalau aku berbuat nekat Aku merasa lebih baik kita
mati bersama saja!"
Selesai keluarkan ucapan Pendekar Muka Tengkorak alias Liok Ong Cun ambil pedang
hijau yang tergeletak di atas rakit bambu. Lalu didahului satu teriakan dahsyat
dia kiblatkan pedang demikian rupa hingga menyambar deras di depan rumbai manik-
manik yang menjadi cadar Kiang Loan Nio Nikouw.
Jelas yang diincar adalah kepala atau leher sang Nikouw dan jelas pula dia
benar-benar hendak menghabisi paderi perempuan yang sangat dicintainya itu.
"Ong Cunl Apa yang kau lakukan ini" Apa kau sudah gila"!"
Loan Nio Nikouw cepat cabut seruting perak yang terselip di pinggang.
Si Cantik Dari Tionggoan 8
"Tringg!"
Terdengar suara berdering ketika mata pedang hijau saling beradu dengan suling
perak. Bunga api memercik hijaudan pubh berkilau. Kiang Loan Nio Nikouw merasa
suling perak dan tangan kanannya bergetar. Walau menyadari suling itu bukan
tandingan pedang sakti Ceng Coa Kiam milik lawan, namun dengan mengandalkan ilmu
meringankan tubuh tenaga dalam serta gerakan yang sangat cepat paderi perempuan
itu masih sanggup menghadapi gempuran gencar Liok Ong Cun, malah dua kakinya
tidak bergeser sedikitpun dari tempat injakan semula! Ini menjadi bukti bahwa
sebenarnya tingkat kepandaian sang paderi berada di atas orang yang nekad hendak
membunuhnya. "Loan Nio! Aku memang sudah gila! Tergila-gila padamu!
Aku akan membunuhmu. Setelah itu aku akan bunuh diri! Tidak berjodoh di dunia
tidak jadi apa, tapi di alam akhirat kita bisa bersatu!"
Si Cantik Dari Tionggoan 9
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
Makin sulit bagi Liok Ong Cun menembus pertahananlawan yang hanya mengandalkan
sebuah suling perak, semakin beringas lelaki muka tengkorak ini menghujani sang
paderi dengan bacokan, tusukan serta babatan pedang.
Setelah serangan menghabisi jurus ke sembilan dan tidak menghasilkan apa-apa,
maka didahului satu teriakan dahsyat Liok Ong Cun kiblatkan pedang Ceng Coa Kiam
dalam jurus andalannya bernama Thian Yau Te Soan atau Langit Goyang Bumi
Berputar. Loan Nio Nikouw melihat pedang di tangan Ong Cun menggeletar seperti ular
melesat. Dua kakinya yang menginjak lantai rakit terasa bergoyang kesemutan
sementara di sebelah atas kepalanya terasa pening.
"Breett!"
Ujung pedang berhasil menyambar bahu kiri baju merah Loan Nio Nikouw hingga
paderi ini terpekik dan untuk pertama kalinya dia melompat di atas rakit lalu
melesat ke daratan. Dengan sigap Ong Cun mengejar. Pedang Ceng Coa Kiam kembali
menggempur. Kali ini dalam jurus Jay Hong Toh Te atau Pelangi Melengkung Ke Bumi
Pedang sakti di tangan Liok Ong Cun menderu deras dan membuat cahaya hijau
setengah lingkaran. Benar-benar laksana pelangi jatuh ke bumi sangat berbahaya
bagi keselamatan Loan Nio Nikouw yang saat itu masih mengandalkan suling perak
dalam menghadapi lawan. Sebenarnya untuk melindungi diri paderi ini ingin
mencabut pedang di punggung. Namun diamerasa khawatir. Pedang Naga Merah bukan
senjata sembarangan. Sekali keluar dari sarungnya Si Cantik Dari Tionggoan 10
Liok Ong Cun bisa celaka.
Khawatir si baju merah akan mendapat celaka, Wiro tidak tunggu lebih lama. Namun
sebelum dia melesat dua nenek kembar Eyang Sepuh Kembar Tilu mendahului
bergerak. Keduanya memberi isyarat pada Wiro dengan gerakan tangan mereka yang akan
menolong paderi perempuan itu.


Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selesai memberi isyarat dua nenek melesat ke udara. Di depan sana tahu-tahu Liok
Ong Cun merasakan dua bahunya ditahan dan ditekan orang lalu tubuhnya tertarik
ke belakang hampir terjengkang hingga serangan Jay Hong Toh Te atau Pelangi
Melengkung Ke Bumi hanya menderu membabat udara kosong. Saat itu Loan Nio Nikouw
yang tengah berpikir-pikir apakah akan mencabut pedang sakti atau tidak tampak
terkejut melihat kemunculan dua nenek kembar aneh yang menelikung Liok Ong Cun
dari belakang. "Bangsat rendah! Siapa berani berlaku kurang ajar"
Liok Ong Cun berteriak marah dan hantamkan dua sikut tangannya ke belakang.
"Bukk! Bukkl"
"Ha-hu Ha-hul"
Dua nenek lepaskan cekalan. Dilabrak sikutan keras tadi keduanya seperti tidak
merasakan padahal sikut kiri kanan Liok Ong Cun mendarat di tubuh mereka dengan
telak. Jangankan tubuh manusia, tembokpun bisa jebol. Liok Ong Cun tidak tahu
kalau yang jadi lawannya saat itu adalah dua nenek kembar jejadian. Begitu
cekalan pada bahunya terlepas Pendekar Tengkorak segera berbalik dan kiblatkan
Ceng Coa Kiam dalam jurus Cia Yan Hoan Sim atau Burung Walet membalik Diri.
Pedang ular hijau membabat di udara. Dua nenek keluarkan suara ha-hu ha-hu,
cepat selamatkan diri dengan melompat ke atas namun ujung pedang masih sempat
membabat robek ujung jubah kuning nenek kembar sebelah kiril
Liok Ong Cun tak habis pikir siapa adanya dua nenek yang membokong dari belakang
itu. Kawan-kawan baru atau kaki tangan Loan Nio"l
"Ha-hu ha-hu!"
Si Cantik Dari Tionggoan 11
Dua nenek tampak marah. Terutama yang jubahnya robek.
Keduanya menggerung keras lalu sama-sama dorongkan dua tangan ke bawah.
"Wuut! Wuut!"
"Wurrl Byaarrl"
Empat gelombang angin menghantam ke bawah. Tanah di tepi telaga terbongkar, air
di pingir telaga muncrat ke atas. Liok Ong cun berteriak keras. Pandangannya
tertutup oleh hamburan tanah dan cipratan air telaga. Dalam keadaan seperti itu
dia merasa empat tangan bergerak di seputar tubuhnya sebelah atas. Lalu!
"Breett ..Ibreet!..Breetttl"
Terdengar suara robekan pakaian berulang kali.
"Kurang ajar! Apa yang kalian lakukanl teriak Liok Ong Cun.
Pedang dibabatkan ke atas, ditusukan ke depan, lalu dibacokan ke samping. Namun
dia hanya menghantam tempat kosong.
Sementara di lain kejap dia merasa tubuhnya didorong keras ke depan hingga
terjerembab di tanah, belum sempat bergerak bangkit, dia merasa celana birunya
diloloskan orangl"
"Ha-hu... ha-hu! Hik... hik,.. hik!"
Begitu cipratan air telaga dan hamburan tanah lenyap. Liok Ong Cun berteriak
kaget dan juga marahi Dia dapatkan dirinya dalam keadaan polos, hanya tinggal
mengenakan celana dalam putih!
Dihadapannya dua nenek kembar berjubah kuning tertawa ha-hi ha-hi sambil
menunjuk-nunjuk ke arah bagian bawah perut si muka tengkorak.
'Tua bangka setan alas!" maki Liok Ong Cun dalam bahasa Cina yang tentu saja
tidak dimengerti dua nenek. "Kucincang kalian!"
Liok Ong Cun melompat sambil ayunkan pedang Ceng Coa Kiam.
Pedang bergeletar hebat Dua nenek melihat seperti ada setengah lusin ular
menyerang ke arah mereka!
"Ha-hu Ha-hu" Nenek di sebelah kanan kibaskan tangan ke atas menangkis serangan
lawan sementara tangan kanannya menunjuk-nunjuk ke arah celana kolor yang masih
tersisa di tubuh Liok Ong Cun. Nenek satunya yang mengerti maksud kawannya
segera Si Cantik Dari Tionggoan 12
jatuhkan diri ke tanah, dua tangan menyambar ke arah kolor putih.
Sadar apa yang hendak dilakukan orang, dirinya akan ditelanjangi dengan cepat
Liok Ong Cun jatuhkan diri ke tanah, sambar sarung pedang yang tadi jatuh
bersama robekan baju lalu gelindingkan tubuh menjauh setelah sebelumnya kirim
satu tendangan yang tidak mengenai sasaran.
Tua bangka kurang ajar! Kalian akan menerima balasanku!"
Liok Ong Cun memandang berkeliling mencari Loan Nio Nikouw.
Tapi paderi ini sudah sembunyi di balik sebuah pohon besar karena jengah melihat
keadaan Liok Ong Cun yang nyaris bugil!
"Loan Nio! Jika aku tidak bisa mendapatkan dirimu, jika aku tidak bisa
menghabisi dirimu! Aku akan membunuh semua lelaki yang berani mendekatimu!"
Habis berkata begitu sambil pegangi kolornya yang kedodoran awut-awutan Liok Ong
Cun tinggalkan telaga sambil mulutnya memaki panjang pendek.
'Ha-hu ha-hul Hik...hik...hikl"
Dua nenek kembar tertawa terpingkal-pingkal lalu lari ke balik semak belukar
menemui Wiro. Yang satu menunjuk-nunjuk ke arah pohon besar.
"Aku tahu, gadis berpakaian merah ada di balik pohon itu. Ayo kita menemuinya ke
sana." Wiro dan dua nenek lantas berkelebat ke balik pohon besar.
Loan Nio Nikouw agak terkejut ketika dapatkan dirinya didatangi dan berhadapan
dengan si pemuda gondrong serta dua nenek kembar. Namun sadar kalau dua nenek
itu tadi telah menolongnya walau dia sebenarnya sudah siap keluarkan pedang Ang
Liong Kiam yang akan sanggup menghadapi gempuran lawan, sang Nikouw cepat
menjura dalam-dalam di hadapan dua nenek.
"Terima kasih. Orang tua berdua telah menolong saya. Mengapa Melakukan itu"
"Ha-hu ha-hu..." Dua nenek dan juga Wiro sama-sama terkejut Walau ucapannya
tidak fasih betul dan bahasanya agak kaku namun ternyata gadis berpakaian merah
ini bisa bicara bahasa setempat. Pendekar 212 garuk-garuk kepala beberapa kali.
"Nona, kami yakin kau bukan orang sini. Kalau tidak salah Si Cantik Dari
Tionggoan 13 menduga kau adalah orang dari negeri seberang, daratan Tiongkok. Menakjubkan kau
bisa bahasa kami." Wiro berkata sambil matanya coba mengintai ke balik untaian
tirai manik-manik yang menutupi wajah orang. Tapi untaian manik-manik itu sangat
rapat hingga matanya tidak dapat menembus. Dia hendak terapkan ilmmenembus
pandang tapi tidak bisa. Aneh ! Apakah orang ini memiliki hawa sakti yang punya
daya tolak luar biasa"
"Tidak ada hal menakjubkan. Lagi kecil sampai usia tujuh tahun saya tinggal di
sini. DI satu kota bernama Semarang..."
"Ah, begitu?" ujar Wiro.
"Ha-hu ha-hul" Dua nenek kembar menimbrung.
Di balik cadar manik si baju merah tersenyum lalu bertanya pada Wiro.
"Dua nenek hebat Ini, Apakah dia pellharaanmu. Naluri saya mengatakan dia bukan
manusia serupa kita. Apakah dia sebangsa jin yang saya dengar sangat banyak
keberadaannya dinegeri inl?"
"Ha-hu ha-hu." Dua nenek goyang-goyangkan tangan tapi dengan wajah tersenyum.
"Mereka sahabatku. Mereka baik terhadap siapa saja. Mereka kelihatan sangat
senang mengenalmu."
"Terima kasih, terima kasih." Loan Nio Nikouw menjura.
"Saya rasa dua kawanmu Ini agak keterlaluan mempermalukan orang tadi sampai
bugil begitu rupa..."
"Ha-hu ha-hu." Dua nenek membuat gerakan tangan berulang kali.
"Apa yang hendak dikatakan dua sahabatmu Itu?" tanya si baju merah.
"Mereka ingin mengatakan, kalau tidak ditelanjangi orang Itu tidak akan mau
angkat kaki dari sini."
Loan Nio Nikouw tertawa.
"Cerdik juga dua nenek kembar Itu. Membuat lawan kabur tanpa mencederai..."
"Mereka masih berbaik hati. Kalau sampai kolor orang itu ikut dicopot, wah..."
Wiro dan dua nenek tertawa gelak-gelak.
Dua nenek balas monjura lalu tertawa ha-ho hl-hl. Yang satu sambil memegang
lengan kembarannya mengacungkan jari Si Cantik Dari Tionggoan 14
telunjuk dan jari tengah tangan kanan lalu tangan dijalankan ke kiri.
"Kalian mau pergi" Silahkan saja Aku juga berterima kasih kalian telah menolong
Nona ini." Kata Wiro yang mengerti maksud isyarat si nenek.
Dua nenek keluarkan suara ha-hu ha-hu, yang satu kedip-kedipkan mata, yang satu
lagi runcingkan bibir lalu digerak-gerakkan hingga mengeluarkan suara seperti
orang mengecup.
Kemudian sambil tertawa ha-ha hl-hi keduanya tinggalkan tempat Itu dan lenyap
dalam sekejapan mata.
"Luar biasa Imu kesaktian mereka," memuji Loan Nio Nikouw.
"Nona, bagaimana kau jauh-jauh dari daratan Tiongkok bisa sampai di sini. Lalu
siapa pula lelaki muka tengkorak tadi?"
"Jangan panggil saya nona. Panggil saya Loan Nio Nikouw.
Saya seorang paderi."
"Ah..." Wiro kembali garuk kepala. Tidak menyangka kalau saat itu dia berhadapan
dengan seorang paderi perempuan.
Walau belum melihat wajah, namun dari raut tubuh serta suara Wiro merasa pasti
si paderi berbaju merah ini seorang gadis remaja. Masih begini muda. sudah jadi
paderi. "Satu kehormatan besar bisa berkenalan dongan seorang paderi. Lidah saya agak
susah menyebut nama paderi. Apa boleh saya memanggil paderi dengan sebutan
Nionio saja?"
Loan Nio Nikouw terdiam sejenak Lalu tertawa lepas.
"Seumur hidup belum pernah orang memanggil saya Nionio. Itu nama punya lucu.
Tapi enak juga didengar." Kembali paderi itu tertawa.
"Nionio, lelaki muka tengkorak tadi, aku lihat dia sangat beringas ingin
membunuhmu. Apakah kau dan dia memang saling bermusuhan?"
"Ini soal sangat pribadl. Saya tidak akan menceritakan sebelum tahu siapa dirimu
adanya.'' Jawab Loan Nio Nikouw.
Wiro menjawab sambil menggaruk kepala.
"Namaku Wiro."
'Wiro?" Loan Nio Nikouw mengingat-ingat, lalu di balik tirai manik-manik
wajahnya menunjukkan keterkejutan. Kakinya Si Cantik Dari Tionggoan 15
malah tersurut setu langkah.
"Ada apa" Apakah namaku satu hal yang menakutkan bagimu?"
tanya pendekar 212.
"Seorang tokoh perguruan di Tionggoan pernah memberi tahu tentang dirimu. Kau
dikatakan sebagai seseorang yang punya She Wie dan nama Lo Sab Leng'
Karuan saja Wiro jadi tertawa gelak-gelak mendengar namanya disebut seperti nama
orang Cina. "Lebih lanjut tokoh itu minta agar saya mencarimu dalam menyelesaikan semua
urusan di negeri ini Saya seperti menerima satu berkah besar. Belum mencari
orangnya sudah datang sendiri."
"Nionio, siapa gerangan tokoh yang kau maksudkan itu"
"Dia Wakil Ketua perguruan besar Siauw Lim. Katanya beberapa waktu lalu kau
pernah berada di Tionggoan."
"Luar biasa Aku sungguh mendapat kehormatan sangat besar.
Namun aku tidak bisa mengatakan apakah aku punya kemampuan untuk membantumu."
Kata Pendekar 212 pula.
"Paderi Nionio, sekarang apa kau sudah mau menerangkan sangkut paut silang
sengketa dirimu dengan lelaki muka tengkorak tadi?"
"Lelaki itu bernama Liok Ong Cun. Saya mengenalnya lebih dari sepuluh tahun.
Sejak kami sama-sama jadi murid Siauw Lim. Dia pernah berulang kali bilang bahwa
dia mencintai saya dan ingin mengambil saya jadi istri. Saya tidak begitu
perduli semua dia punya ucapan dan keinginan. Saya menganggap dia tidak lebih
dan seorang kakak seperguruan. Kemudian saya meninggalkan Siauw Lim dan
memutuskan jadi paderi.
Dia terus mengikuti kemana saya pergi. Bahkan sampai kesini.
Tadi dia berlaku nekad mau bunuh saya. Kalau saya mati dia lantas akan bunuh
diri.' "Nionio. ucapannya mungkin saja hanya tiupan untuk meluluskan permintaannya.
Tapi satu hal, kau harus berhati-hati.
Cinta yang berubah jadi kebencian bisa menimbulkan dendam amat mengerikan."
Kiang Loan Nio Nikouw terdiam Dalam dirinya dia menyadari apa yang dikatakan
pemuda gondrong yang baru dikenalnya Si Cantik Dari Tionggoan 16
itu benar adanya dan bisa menjadi kenyataan. Malah tadi dia telah menyaksikan
sendiri kenekatan Liok Ong Cun."Tadi dia mengancam akan membunuh siapa saja saja
laki-laki yang berani mendekati diriku."
"Berarti termasuk aku," kata Wiro sambii garuk kepala
"Nionio, aku lihat Liok Ong Cun menutupi wajahnya dengan topeng tengkorak..."
"Dia pernah bersumpah tidak akan melepas topeng itu sebelum saya bersedia jadi
istrinya."
"Apa kau juga akan menceritakan tujuan perjalananmu ke tanah Jawa ini" Kau tahu.
kedatanganmu di tanah Jawa pada saat suasana di kawasan barat Ini sedang tidak
aman. Pembunuhan penuh misteri terjadi dimana-mana. Diantara para korban adalah
beberapa orang dari daratan Tiongkok."
"Saya sudah tahu..." kata paderi perempuan itu.
"Apa orang-orang itu ada sangkut pautnya dengan dirimu?"
"Semua mereka yang tewas itu adalah orang suruhan dan kepercayaan saya."
Wiro tak menyangka dan jadi ternganga mendengar ucapan sang paderi
Loan Nio Nikouw lanjutkan ucapan. "Saya harus menyelidiki siapa pelaku pembunuh
orang-orang itu."
"Itu bukan pekerjaan mudah. Bisa-bisa membahayakan keselamatan dirimu sendiri,
Nionio." "Saya tahu. Tapi itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai murid Siauw Lim..."
"Jadi perguruan Siauw Lim yang memberikan tugas padamu?"
Loan Nio Nikouw anggukan kepala.
"Masih ada satu tugas lain yang harus saya lakukan. Saya tidak tahu harus
memulai dari mana walau ada beberapa petunjuk yang bisa dipergunakan untuk
menyelidik."
"Tugas apa?" Wiro bertanya ingin tahu. Semula dia menyangka paderi perempuan itu
tidak akan memberi tahu. Ternyata Nionio Nikouw malah bercerita.
"Saya ditugaskan untuk menemukan dan membawa pulang ke Siauw Lim dua buah benda
mustika berupa sepasang dadu Si Cantik Dari Tionggoan 17
dari gading, dulunya dadu ini adalah milik seorang keturunan Dinasti Ming.
Karena dua dadu telah disalah gunakan dan menimbulkan malapetaka dimana-mana
maka Raja meminta Siauw Lim untuk menyimpannya secara rahasia. Namun sekitar
tiga tahun silam dua buah dadu itu lenyap dari tempat penyimpanan. Walau Siauw
Lim geger namun berita tidak sampai bocor ke luar. Dua buah dadu berpindah dari
satu tangan ke tangan lain. Karena bencana yang ditimbulkannya dua buah dadu itu
disebut dadu setan. Kabarnya dua buah dadu itu sekarang berada di tanah Jawa
ini. Orang-orang suruhan saya mungkin telah berhasil melacak keberadaan dua buah
dadu itu. Namun mereka keburu menemui ajal sebelum
mendapatkanya.Saat inl saya seperti menghadapi jalan buntu.
Ada satu kekuatan besar di negeri Ini yang tidak Ingin dua buah dadu kembali ke
Tionggoan."
Wiro Ingat pertemuannya beberapa waktu lalu dengan Eyang Sepuh Kambaran Tilu.
Sebelum meregang nyawa nenek yang punya dua kembaran jejadian Ini meminta agar
Wiro menolong mencari siapa pembunuhnya dan mendapatkan kembali dua buah dadu
Wiro juga ingat cerita perajurit Jumena yang ditemuinya di sebuah Jurang di
daerah perbatasan. Saat Itu Jumana menceritakan tentang dua buah dadu yang
menjadi sebab kematian Pengemis Muka Bopeng di tangan Eyang Sepuh Kembar Tilu
yang menyaru sebagal Raden Kumatesakti (Baca Episode sebelumnya berjudul
"Dadu Setan")
"Dua buah dadu, bisa menimbulkan malapetaka. Sungguh luar biasa. Nionio, apakah
dua buah dadu Itu merupakan senjata mustika hingga diperebutkan orang, Sampai-
sampal mengorbankan nyawa?"
"Dua buah dadu Itu memang merupakan senjata mustika atau senjata rahasia. Di
Tionggoan kami menyebutnya piauw.
Bilamana dipakai untuk menyerang lawan, setelah lawan menemui ajal, dadu akan
berbalik kembali pada pemiliknya.'
"Hebat" ucap Wiro kagum.
"Namun bukan itu yang merisaukan para tetua di Siauw Lim. Dua buah dadu Itu blaa
dipergunakan untuk mengeruk kekayaan orang Si Cantik Dari Tionggoan 18
lain. Harta setlnggl gunungpun bisa ludas."
"Bagaimana mungkin?" Wiro setengah tak percaya.
"Melalui judi. Orang yang memiliki dadu bisa mengatur angka dadu yang akan
keluar hanya dengan menyebut dalam hati serta memperhatikan dengan mata."
Wiro garuk-garuk kepala lalu mengangguk-angguk.
Dari balik tirai manik-manik yang menutupi wajahnya, Loan Nio Nikouw perhatikan
wajah Pendekar 212. Dalam hati paderi perempuan Ini berkata. "Aku menduga, orang
ini mengetahui sesuatu. Tapi dia tidak mau bicara. Apakah aku memang bisa
mempercayainya seperti yang dikatakan Wakil Ketua Siauw Lim"
Orang bisa saja berubah. Dulu dia orang baik, sekarang mungkin sudah jadi jahat
Mungkin pula dia ikut terlibat dengan urusan dadu setan itu. Berarti bisa jadi


Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia yang membunuh Bun Pek Cuan, Siauw Cie dan Hek Chiu Mo. Apa yang harus aku
lakukan. Padahal masih ada satu urusan penting menyangkut pedang mustika milikku
dengan senjata sakti konon berupa kapak yang menjadi miliknya. Tapi saat ini aku
tidak melihat dia mombekal senjata itu."
"Saudara Wie"
Wiro tersenyum mendengar dirinya dipanggil seperti itu.
"Apa yang saat ini ada dalam pikiranmu?" tanya Loan Nio Nikouw.
"Nionio, aku pasti tewas ketika melawan manusia pohon bernama Ki Beringin Reksa
itu kalau kau tidak menolongku."
'Bagaimana kau bisa berkata bahwa aku yang menolongmu.
Padahal kita baru saja kali ini bertemu."
Wiro tertawa. "Kau sengaja menyembunyikan kenyataan. Aku menghargai kebesaran
jiwa dan kerendahan hatimu." Wiro melirik ke arah gagang pedang berbentuk kepala
naga yang tersembul di balik punggung sang paderi. Wiro terkesiap sesaat Untuk
pertama kali dia menyadari ukiran kepala naga yang jadi gagang pedang sang
paderi bentuknya sama dengan kepala naga gagang Naga Geni 212 miliknya.
"Saudara Wie, kau yakin aku menolongmu?"
"Saat itu aku melihat satu bayangan merah berkelebat disertai berkiblatnya
cahaya merah. Aku yakin bayangan merah itu adalah Si Cantik Dari Tionggoan 19
dirimu yang mengenakan pakaian merah. Lalu cahaya merah adalah cahaya pedang
sakti yang kau bekal di punggung.
Pasti dengan pedang sakti itu kau telah membabat putus tangan Ki Beringin Reksa.
Selain itu aku mencium dan mengenali satu bau harum. Bau tubuh dan pakaianmu.
Nionio. saat kau menolongku kita belum saling mengenai. Mengapa mau turun tangan
menghadang bahaya menyelamatkan diriku?"
'Apakah untuk menolong seseorang yang terancam jiwanya kita harus banyak
berpikir" Sebelum selesai berpikir bisa-bisa orang yang mau ditolong sudah mati
duluan." Wiro tertawa lebar.
"Selain itu, hal tolong menolong bukankah hukum yang tidak tertulis didalam
limbah persilatan?"
"Kau benar Nionio. Aku ingin mengucapkan terima kasih atas pertolonganmu."
Loan Nio Nikouw hanya tersenyum dibalik cadar manik-manik yang menutupi
wajahnya. "Nionio, kalau saja ada sesuatu yang bisa aku lakukan untuk membalas budi baik
dan hutang nyawaku..."
"Saya menolong bukan mengharapkan pamrih. Tapi jika ada kesudian, harap saudara
Wie mau menemui saya ditempat kediaman Adipati Brebes, lusa tengah malam."
Wiro agak heran mendengar ucapan sang paderi.
"Adipati Brebes" kau mengenal Adipati Itul"
"Saat ini dia satu-satunya orang yang bisa memberi petunjuk dalam mencari dua
buah dadu itu. Apakah Saudara Wie bersedia datang " Saya memerlukan seorang
teman untuk menemani sewaktu menemui Adipati itu."
Wiro mengangguk.
Tunggu saya didepan pintu gerbang gedung kadipaten. Saya akan datang tepat pada
pertengahan malam."
"Mengapa harus pada pertengahan malam" Bukan siang hari?"
tanya pendekar 212 pula.
Itu permintaan Adipati Brebes. Saya hanya bisa mengikuti. saya orang asing.
Mungkin Adipati tidak mau ada orang luar yang tahu saya mengunjunginya."
Si Cantik Dari Tionggoan 20
Wiro anggukkan kepala.
"Saudara Wle, saya harus pergi sekarang. Saya ada keperluan lain. Kita bertemu
di tampatyang saya katakan tadi."
"Nionio, tunggu dulu. Bagaimana kau bisa mengenal Adipati Brebes padahal kau
belum lama berada di sini."
Pertanyaan Wiro itu menimbulkan sedikit rasa curiga dalam diri Loan Nio Nikouw.
Apa perlunya pemuda gondrong Ini menanyakan hal itu.
"Jangan-jangan dia tengah menyelidiki diriku" pikir sang paderi.
"Jika kau tidak mau memberi tahu tidak jadi apa." Ucap Wiro ketika dilihatnya
orang hanya berdiam diri tak mau menjawab.
Loan Nio Nikouw ambil papan seluncur yang tergantung di punggungnya. Papan ini
dijatuhkan ke dalam telaga, diinjak dengan kaki kanan. Begitu sang paderi
celupkan kaki kiri ke dalam air dan dikibaskan ke belakang, papan seluncur
melesat ke depan. Hanya dua kali menggerakkan kaki kiri, Loan Nio Nikouw sudah
berada di tepi barat telaga, naik ke darat dan lenyap dari pemandangan.
Si Cantik Dari Tionggoan 21
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
Udara malam terasa dingin sementara angin bertiup kencang.
Langit kelihatan gelap kelam. Tak ada bulan tak ada bintang.
Mungkin tak lama lagi akan turun hujan.
Gedung besar kediaman Adipati Brebes tampak sunyi. Hanya ada sebuah lampu kecil
menyala di langkan depan. Pintu gerbang tertutup rapat Tak kelihatan seorang
pengawalpun di tempat Itu.
Bagi Kiang Loan Nio Nikouw yang menunggang kuda, tidak Sulit mencarl gedung
kediaman Adipati Brebes. Begitu sampai di depan pintu gerbang, entah dari mana
datangnya, tahu-tahu lima perajurit bersenjata tombak telah mengurung. Walau
mengurung sikap mereka menunjukan rasa hormat Mereka memegang tombak dengan
ujung lancip di arahkan ke tanah.
"Tamu berkuda, apakah kami berhadapan dengan paderi dari Tionggoan?" Salah
seorang dari lima perajurit bertanya.
"Saya memang paderi dari Tionggoan. Nama saya Kang Loan Nio." Jawab penunggang
kuda. Pada saat itu pintu gerbang terbuka. DI pertengahan pintu berdiri seorang
berjubah biru yang mata kanan ditutup sehelai kain tebal berwarna hitam. Dua
tangan dirangkap di atas dada, sepasang kaki yang tajam masih bisa melihat Dua
kaki yang tersembul dari bagian bawah jubah biru orang bermata satu ini bukan
kaki manusia biasa, melainkan berbentuk kaki kuda lengkap dengan ladam besinya.
"Henimm... kehadiran orang aneh Ini membuat aku tidak enak,"
Si Cantik Dari Tionggoan 22
ucap Loan Nio Nikouw dalam hati.
"Harap tamu terhormat menunjukkan tanda pengenal." Si picak berkata.
Masih duduk di atas kuda, Loan Nio Nikouw gerakkan tangan kanan ke punggung.
"Srettl"
Satu cahaya merah menerangi tempat di sekitar pintu gerbang.
Itulah cahaya Ang Liong Kiam atau Pedang Naga Merah yang barusan dicabut sang
Paderi perempuan dari sarung di belakang punggung. Lelaki picak di ambang pintu
gerbang menatap penuh kagum dengan mata kiri.
"Ini rupanya pedang sakti yang dikatakan Adipati. Sebentar lagi senjata itu akan
menjadi milikku." Si mata satu sunggingkan senyum dan anggukkan kepala. Setelah
membungkuk, dia melangkah ke kiri dan berkata.
"Paderi dari Tionggoan, atas nama Adipati Brebes aku mengucapkan selamat datang.
Adipati telah menunggu. Tak usah turun dari kuda. Silahkan mengikuti."
Kiang Loan Nio Nikouw sarungkan senjatanya kembali. Dia memandang berkeliling
lalu berkata. "Saya menunggu seorang teman. Kami akan menghadap Adipati berdua.
Apakah bisa menunggu barang sebentar?"
"Turut apa yang aku tahu, paderi dari Tionggoan hanya akan menemui Adipati
seorang diri."
Kian Loan Nio Nikouw kembali memandang berkeliling. Dia merasa kecewa karena
tidak melihat Wiro di tempatitu. Untuk mengulur waktu dia bertanya. "Apakah
Adipati sudah siap dan berkenan menerima saya?"
"Adipati orang yang tepat janji. Karena itu jangan membuat dia tidak enak karena
terlalu lama menunggu."
"Apakah sebelum ini tidak ada tamu lain yang datang?"
"Tamu siapa maksud paderi?" balikbertanya si jubah biru mata satu.
"Seorang pemuda berambut panjang sepundak."
Si mata satu gelengkan kepala. "Tidak ada tamu lain. Malam ini Adipati hanya
berkenan menerima kedatangan satu orang tamu Si Cantik Dari Tionggoan 23
yaitu Paderi dari Tionggoan. Pemuda yang paderi maksudkan itu, apakah dia punya
nama. Mungkin punya gelar?"
"Namanya Wie Lo Sab Leng. Bergelar Pendekar Kapak Naga Geni Dua Satu Dua."
Tampang si mata satu jadi berubah. Namun dia cepat-cepat tertawa untuk
menghilangkan bayangan rasa terkejut dimukanya.
"Paderi, aku yakin pemuda yang kau maksudkan itu adalah Wiro Sableng. Sekarang
sebaiknya paderi segera masuk."
"Kalau saya boleh bertanya, saya berhadapan dengan siapa?"
Loan Nio Nikouw bertanya.
"Namaku Sentot Balangnipa. Aku Kepala Pengawal gedung Kadipaten." Seperti
dituturkan dalam episode sebelumnya (Dadu Setan) Ki Sentot Balangnipa adalah
salah seorang tokoh rimba persilatan yang melindungi Istana Seribu Rejeki Seribu
Sorga yang terletak secara tersembunyi di bawah Bukit Batu Seruling. Mata
kanannya amblas ditembus Kujang Emas Kiai Pasundan milik Rayi Jantrayang kepala
Pasukan Kadipaten Losari Kini mata kanan yang buta itu ditutup dengan kain tebal
hitam. Begitu mengetahui siapa adanya orang di hadapannya Loan Nio Nikouw segera
rundukkan badan memberi hormat
"Paderi dari Tionggoan, kau ingin menghadap Adipati atau tidak.
Jika Ingin harap segera masuk. Jika kau beri ama-tama di sini Jangan salahkan
kalau aku terpaksa menutup pintu gerbang."
Loan Nio Nikouw maklum dia tidak bisa mengulur waktu karena lelaki di depannya
tampakmulai tidak senang. Sebelum menggerakkan kudanya, paderi ini kembali
memandang berkeliling Wiro yang diharapkan akan muncul tetap tidak kelihatan.
"Apa yang terjadi" Apa pemuda itu mendapat halangan atau dia memang sengaja
mendustai diriku...?" membatin sang paderi.
Pintu gerbang tertutup begitu Loan Nio Nikouw masuk ke halaman gedung Kadipaten.
Dia tidak tahu sampai dimana kehebatan lelaki mata picak mengaku bernama Sentot
Balangnipa ini. Namun dan keadaan dua kakinya yang menyerupai kaki kuda, sikap
serta gerak-gerik, sang paderi segera memaklumi orang ini memiliki ilmu
kepandaian tinggi.
Di depan tangga gedung Kadipaten, Sentot Balangnipa Si Cantik Dari Tionggoan 24
hentikan langkah lalu balikan badan.
"Paderi, kau boleh turun dari kuda. Ada yang akan mengurus binatang itu.
Solanjutnyasllahkan mengikuti."
Loan Nio Nikouw turun dari kuda lalu menaiki tangga depan gedung Kadipaten. DI
depannya si jubah biru bermata satu melangkah enteng di atas lantai babi pualam
tanpa suara, padahal dua kakinya dilapis ladam besi. Setiap ruangan yang dilalui
dalam keadaan redup karena hanya diterangi oleh lampu minyak kecil. Di satu
tempat yang merupakan ruangan luas Ki Sentot Balangnlpa hentikan langkah. Kaki
kanan dlketukan tiga kail ke lantai batu pualam. Serta merta enam buah lampu
minyak besar di tempat Itu menyala. Keadaan Jadi terang benderang. Ki Sentot
melirik ke samping memperhatikan tubuh elok Loon Nio Nikouw di sampingnya.
"Sayang wajahnya tertutup untaian manik-manik. Aku yakin wajahnya pasti cantik
sekali. Bau tubuhnya yang harum hemmmm..."ucap Ki Sentot Balangnipa dalam hati.
Loan Mo Nikouw memandang berkeliling.Temyata ruangan Itu memiliki tiang-tiang
kayu berukir serta empat dinding yang dipahat sangat indah. DI dinding sebelah
depan ada sebuah pintu kayu berukir dengan gambar seorang perompuan muda tanpa
pakaian menunggang kuda.
Kembali Ki Sentot Balangnlpa hentakkan kaki kanan tiga kali ke lantai.
Pintu kayu berukir bergeser ke samping. Sesaat kemudian dari dnlam ruangan
keluar seorang lelaki bertubuh kukuh, mengenakan blangkon biru dan jas tutup
hitam. Berewok serta kumisnya tebal sekali.
Inilah Raden Mas Karta Sumlnta, Adipati Brebes.
Sang Adipati tartawa lebar lalu rundukkan kepala sedikit dan berkata. "Paderi
Loan Nio, sungguh satu kehormatan besar kau bersedia memenuhi janji datang ke
gedungku."
"Adipati, saya mengucapkan terima kasih karena Adipati!
telah sudi menyediakan waktu menerima kedatangan saya."
Jawab Loan Nio Nikouw sambil membalas penghormatan orang dengan membungkukkan
badan. Lalu dia menyambung Si Cantik Dari Tionggoan 25
ucapannya. "Saya maklum Adipati tidak punya banyak waktu Apakah kita bisa bicara
di sini?" "Jangan khawatir. Untuk Paderi Loan Nio saya akan meluangkan waktu luas. Tidak
usah terburu-buru. Mari kita berbincang-bincang di dalam."
"Adipati Brebes mompersilahkan tamunya masuk ke dalam ruangan. Dia memberi
isyarat pada Ki Sento tBalangnipa yang segera tinggalkan tempat itu.
"Adipati, ada sesuatu yang hendak saya sampaikan." Kata Sentot Balangnipa.
Maksudnya hendak memberi tahu bahwa tamu paderi perempuan dari Tionggoan itu
punya hubungan dengan Pendekar 212 Wiro Sableng. Namun Adipati menjawab setengah
berbisik. "Nanti saja. Pada saatnya harap kau bersiap-siap untuk mengambil pedang milik
sang paderi."
Ki Sentot Balangnipa mengangguk lalu tinggalkan tempat itu.
Perlahan-lahan pintu kayu berukir gambar perempuan telanjang menunggang kuda
menutup kembali.
Ruang dimana Loan Nio Nikouw berada ternyata sebuah ruangan yang sangat bagus.
Lantai tertutup permadani dari Turki. Empat dinding memiliki warna dasar biru
muda dinhiasi lukisan pemandangan yang saling sambung antara dinding satu dengan
dinding lainnya. Loan Nio Nikouw belum pernah melihat lukisan begini indah dan
seolah hidup sehingga merasa berada di satu alam terbuka penuh kesegaran.
Di tengah ruangan terdapat sebuah meja dan dua kursi terbuat dari kayu jati
berukir burung pada bagian sandaran dan tangan kursi kiri kanan. Di atas meja
ada sebuah piala kaca serta dua buah seloki besar yang juga terbuat dari kaca.
Adipati Brebes mempersilahkan tamunya duduk.
Entah mengapa saat itu Loan Nio Nikouw merasa hatinya kurang tenteram. Karena
itu setelah duduk di kursi paderi ini langsung bicara pada maksud kedatangannya.
"Adipati, saya tidak ingin mengganggu Adipati terlalu lama.
Ijinkan saya bicara pada pokok persoalan. Saya sudah menerima Si Cantik Dari
Tionggoan 26 keterangan dari penghubung kita bahwa Adipati mengetahui dimana beradanya dua
buah dadu gading yang berasal dari Tiongkok itu."
"Paderi Loan Nio waktu kita cukup banyak. Mengapa terburu-buru" Lagi pula
bukankah sepatutnya saya menjamu Paderi lebih dulu?" Habis berkata begitu
Adipati Brebes Karta Suminta menuangkan minuman dalam piala ke dalam dua buah
cangkir kaca. "Minuman ini tidak ada di Tiongkok. Terbuat dari jahe yang ditumbuk halus,
diberi air yang sudah dimasak ditambah madu dari negeri Arab. Jika diminum
hangat-hangat akan membuat tubuh terasa segar, otak jernih, pandangan menjadi
terang serta hati lega. Ha_ ha... ha... Silahkan Paderi mencicipi..."
Loan Nio Nikouw tampak sedikit bimbang. "Saya tidak haus katanya.
"Tidak baik menampik. Atau mungkin Paderi menaruh curiga akan sesuatu...?"
Adipati Brebes ambil seloki di hadapannya lalu meneguk minuman di dalam seloki
itu sampai habis. Wajahnya kelihatan merah dan keringat memercik di kening.
Pelipis kiri kanan tampak bergerak-gerak.
"Tidak ada apa-apa dalam minuman ini. Tidak ada racun" kata Adipati pula lalu
tertawa lebar. Karena merasa tidak enak. Loan Nio Nikouw akhirnya ulurkan tangan mengambil
seloki di atas meja. Sebelum meneguk, minuman itu diciumnya terlebih dulu.
Terendus bau sedap harum dan hangat Sang paderi hanya meneguk seperlima dari isi
seloki kaca lalu letakkan seloki di atas meja.
"Adipati, kembali pada pertanyaan saya tadi. Benar Adipati mengetahui dimana
beradanya dua buah dadu gading Itu?"
Adipati Brebes terlebih dulu usap kumis dan janggut lebatnya baru menjawab.
"Memang betul. Saya mengetahui. Tapi mengetahui keberadaan dua buah dadu bukan
berarti saya telah memilikinya-."
"Saya mengerti. Saya juga maklum kalau Adipati bisa menolong saya untuk
mendapatkan dua buah dadu itu."
Si Cantik Dari Tionggoan 27
"Saya sudah menyuruh dua orang kepercayaan saya untuk mengawasi tempat dimana
dua buah dadu itu berada. Pagi nanti sebelum fajar menyingsing kita bersama-sama
mendatangi tempat itu. Sementara itu kita masih punya banyak waktu untuk
bercakap-cakap bertukar pengalaman. Selain itu ada beberapa hal yang ingin saya
tanyakan. Namun jika Paderi Loan Nio mungkin merasa letih dan ingin
beristirahat, saya sudah menyediakan kamar tersendiri sambil menunggu datangnya
pagi." Loan Nio Nikouw kedipkan kedua matanya beberapa kali. Dia tidak mengerti mengapa
tiba-tiba saja dia merasa mengantuk.
Tubuhnya terasa panas. Aliran darah mengencang sementara jantungnya berdetak
lebih cepat Paderi ini mulai merasa curiga.
"Terima kasih, saya tidak letih..."


Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengantuk mungkin?"
'Tidak juga. Tapi..." Sang Paderi menguap. Cepat-cepat dia tutupkan tangan kanan
ke mulut Sepasang matanya berair. Kepala terasa berat tersentak ke depan.
"Maafkan saya. Beberapa hari ini saya memang kurang tidur?" Loan Nio Nikouw
menguap kembali.
Bersamaan dengan itu kepala dan tubuhnya terkulai ke kursi.
Adipati Karta Suminta tersenyum. Perlahan-lahan dia berdiri, melangkah ke
dinding. Saat itu juga bagian tengah dinding yang berseberangan bergerak turun
ke lantai ruangan, membentuk sebuah tempat tidur besar berkasur tebal,
terbungkus seperai lembut
Gelegak nafsu membersit jelas di wajah yang menyeringai.
Adipati Karta Suminta mendatangi sosok yang terkulai tak sadarkan diri di kursi
kayu jati. Kemudian diambilnya pedang dan papan seluncur yang ada di punggung
paderi Loan Nio, diletakkan di atas meja. Lalu tubuh Loan Nio Nikouw didukung,
dibaringkan di aias tempat tidur. Lalu Adipati ini membuka pakaiannya. Dengan
hanya mengenakan celana dalam dia kemudian berbaring disamping Loan Nio Nikouw.
Topi biru yang bersambung dengan untaian manik-manik merah ditanggalkan dari
kepala sang Paderi.
Untuk beberapa saat lelaki ini terkesiap sewaktu melihat ternyata sang Paden
berkepala licin gundul. Walau tidak memiliki Si Cantik Dari Tionggoan 28
rambut namun wajah sang Paderi tampak cantik jelita. Alis lengkung bak bulan
sabit bibir merah seperti delima merekah.
Adipati Brebes ciumi kepala gundul dan wajah cantik harum itu berulang kali.
Sambil tertawa lebar dan pandang wajah serta kepala Loan Nio Nikouw Adipati
Karta Suminta usap-usap janggutnya yang lebat
"Seumur hidup baru kal in aku melihat gadis botak secantik ini. Ha... ha... ha .
Penga.aman baru! Aku akan meniduri gadis botak!" Karta Suminta melirik ke bagian
bawah pinggang Paderi Loan Nio. "Apakah...apakah.Ha...ha...ha! "Dengan penuh
nafsu dia kembali menciumi wajah dan kepala gundul Paderi dari Tionggoan itu
berkali-kali. Dua tangan Adipati Karta Suminta kemudian bergerak menyingkap dada pakaian sang
Paderi. Di balik pakaian luar warna merah berkembang-kembang biru dan kuning itu
ada selapis pakaian dalam. Pakaian dalam ini begitu tipis sehingga sang Adipati
dapat melihat jelas dada Loan Nio Nikouw.
Sepasang matanya membesar. Seumur hidup baru kali ini dia melihat dada begitu
bagus, putih dan mulus. Penuh gelegak nafsu lelaki ini sapukan wajahnya dengan
gemas ke dada Loan Nio Nikouw.
"Braakkl"
Tiba-tiba atap ruangan jebol. Sesosok tubuh melayang turun. Bersamaan dengan itu
satu tendangan menderu ke arah kepala Adipati Brebes yang tengah melampiaskan
nafsunya itu sementara Loan Nio Nikouw masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Si Cantik Dari Tionggoan 29
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
Dalam gelapnya malam Pendekar 212 Wiro Sablenghentikan lari. Dia membungkuk
untuk mengencangkan ikatan kasut di kaki kanan. Sebenarnya ini adalah satu
kepura-puraan belaka. Sejak tadi dia mengetahui ada seseorang berlari menguntit
dirinya. Sambil membungkuk Wiro memperhatikan ke belakang. Gelap sunyi. Tak tampak
seorangpun. "Cepat juga setan itu sembunyi" pikir Wiro 'Tapi aku akan segera mengetahui
siapa orangnya." Wiro lanjutkan lari ke arah utara menuju Kadipaten Brebes.
Malam itu sesuai perjanjian tepat tengah malam dia akan menemui Kang Loan Nio
Nikouw di pintu gerbang gedung kediaman Adipati Brebes.
Semula Wiro mengira orang yang menguntitnya adalah sang Paderi sendiri. Namun
setelah ditunggu beberapa lama orang yang membuntuti itu takkunjung menyusul
atau unjukkan diri. Wiro jadi curiga. Di satu tempat dia berkelebat ke balik
serumpunan semak belukar lalu melompat naik ke sebuah pohon bercabang rendah
berdaun rimbun.
Sunyi, tak ada suara tak ada gerakan. Namun tak selang berapa lama sang
penguntit muncul juga. Wiro tak percaya pada penglihatannya. Orang yang
mengikuti itu ternyata pemuda berpakaian biru bermuka tengkorak dari Tionggoan
yang bukan lain adalah Liok Ong Cun alias Pendekar Muka Tengkorak Ko Lo Khek.
Wiro segera ingatakan penjelasan Nio Nikouw bahwa pendekar murid Siauw Lim ini
pernah keluarkan ancaman akan membunuh setiap lelaki yang mendekati dirinya.
Si Cantik Dari Tionggoan 30
Wiro maklum sudah. Liok Ong Cun sengaja menguntit dengan membekal maksud jahat
"Sejak tadi dia sengaja tidak mau unjukkan diri. Pasti karena ingin mengetahui
lebih dulu kemana tujuanku." Pikir Wiro.
"Mungkin juga dia sudah tahu kalau aku akan menemui paderi perempuan yang
digilainya itu."
Wiro menatap ke langit. Tengah malam, waktu perjanjian dengan Loan Nio Nikouw
hampir tiba Jika mengurusi manusia satu ini bisa-bisa dia terlambat sampai di
gedung kediaman Adipati Tapi kalau tidak diurusi tetap saja LiokOng Cun akan
jadi penghalang. Wiro tidak mau kalau orang itu tahu kemana dia pergi dan
bertemu dengan sang paderi. Wiro memutuskan untuk segera saja turun dari atas
cabang pohon. Tapi belum sempat hal itu dilakukan satu cahaya hijau tiba-tiba
memancar di bawah sana. Di lain saat satu sosok biru melesat ke udara lalu
cahaya hijau berkiblat ke arah pohon dimana Wiro berada.
"Craass...craass!"
Luar biasa! Dalam waktu singkatdaun pohon dibalik mana Wiro berada tertebas
luruh dan melayang jatuh ke tanah.
Setengah bagian dari pohon menjadi gundul! Keberadaan sosok Wiro di atas pohon
yang tadi terlindung kini terlihat jelas. Sosok biru melesat ke tanah. Di bawah
sana Liok Ong Cun berdiri dengan dua kaki merenggang sementara sebilah pedang
hijau dimelintangkan di depan dada. Mulutnya mengumbar tawa bergelak.
"Manusia di atas pohon! Mengapa masih belum turuni Apa baru mau turun kalau
kutabas dulu batang lehermu dengan Ceng Coa Kiam"?"
Walau Pendekar 212 tidak mengerti apa yang diucapkan orang karena Liok Ong Cun
bicara dalam bahasa Cina tapi Wiro maklum kalau pemuda bertopeng muka tengkorak
itu bicara dan mengejek dirinya. Tidak tunggu lebih lama Wiro segera melompat
turun. Sebaliknya selagi Wiro melayang di udara Liok Ong Cun melompat ke atas.
Pedang sakti di tangan kanannya membabat ganas, menebar cahaya hijau dalam jurus
angker bernama Jai Hong Toh Te atau Pelangi Melengkung Ke Bumi.
Si Cantik Dari Tionggoan 31
Cahaya hijau setengah lingkaran berkiblat menabas menyamping dari atas ke bawah,
disertai suara bersuit ganas.
Yang diincar adalah kepala dan tubuh Pendekar 212.
Sebelumnya Wiro telah melihat jurus serangan ini yaitu ketika Liok Ong Cun
menghadapi Nionio Nikouw. Digempur serangan hebat saat itu sang paderi tidak
sampai celaka karena keburu ditolong dua nenek kembar jejadian. Wiro tak mau
berlaku ayal. Dengan cepat dia berkelebat ke samping sambil tangan kiri lepaskan pukulan
Tameng Sakti Menerpa Hujan.
Selarik angin deras melabrak Liok Ong Cun. Gerakan tubuh pendekar Tionggoan muka
tengkorak ini menjadi goyang dan tertahan sedikit namun tangan kanannya yang
memegang pedang masih mampu menyusup ke depan.
"BrettT Ujung Pedang Ular HIjau merobek lengan kanan baju putih Wiro.
Wiro berseru kaget dan memaki dalam hati.
"Gila! Gebrakan pedangnya cepat sekali.Tenaga dalamnya juga tinggi. Pukulan
saktiku tidak membuatnya mental!"
Begitu menjejakkan kaki di tanah, Liok Ong Cun kembali menyerbu. Seperti tadi
gerakannya luar biasa cepat Wiro sambut serangan lawan dengan tawa bergelak lalu
membuat gerakan aneh. Dia keluarkan ilmu silat Orang Gila yang didapatnya dari
kakek sakti bernama Tua Gila.
LiokOng Cun kerenyitkan kening sewaktu melihat sosok lawan bergerak perlahan,
terhuyung ke kiri dan ke kanan, bergerak seperti mau terjerembab sementara dua
tangan menggapai ke atas dan ke samping Kepala mendongak dan mulut terus
mengumbar tawa. Gerakan Wiro yang perlahan seolah berlaku ayal ini membuat Liok
Ong Cun jadi penasaran.
Dasar ilmu pedangnya adalah gerakan cepatsementara lawan melayani dengan gerakan
perlahan. Dia merasa dalam waktu dua jurus saja dia akan mampu membacok kepala
atau menabas tubuh Wiro!
Liok Ong Cun menyerbu dengan jurus Yau Te Soan alias Langit Bergoyang Bumi
Berputar. Pedang sakti warna hijau di tangannya melesat menggeletar laksana ular
menyambar. Si Cantik Dari Tionggoan 32
"Heee.?" Wiro mencibir. Kepala dimiringkan, dua lutut ditekuk.
Pedang hijau menderu ganas setengah jengkal di depan kening Pendekar 212!
"Setan! Aku mau lihat apa kau mampu menghindar dari jurus maut ini!" teriak Liok
Ong Cun yang jadi marah karena selain diejek serangannya tadi berhasil dihindari
lawan. Untuk kesekian kalinya Pedang Ular Hijau membabat berkesiuran ke arah
pinggang namun tiba-tiba serangan berubah menjadi satu tusukan. Luar biasa!
Tidak gampang merubah babatan menjadi tusukan. Apa lagi serangan itu dilakukan
dengan kekuatan penuh dan kecepatan tinggi!
Itulah salah satu jurus andalan ilmu pedang LiokOng Cun yang disebut Cip Hian
JayHon atau Tiba-tiba Muncul Pelangi.
Kaget Pendekar 212 bukan alang kepalang. Senjata lawan tahu-tahu sudah menusuk
ke arah dadanya. Tepat pada saat ujung pedang menyentuh pakaiannya, tubuh Wiro
tiba-tiba meliuk ke kiri dan rebah ke belakang. Bersamaan dengan itu dua
tangannya membuat gerakan seperti orang bertepuk.
Badan pedang hijau terjepit diantara dua telapak tangan Wiro Ketika tubuh Wiro
jatuh punggung, senjata lawan yang ikut Tertarik menancap menghujam di tanah.
LiokOng Cun berseru kaget
"Bagaimana mungkin!" teriaknya heran. Di Tionggoan, tingkat kepandaian menarik
pedang dengan dua telapak tangan seperti itu hanya bisa dilakukan oleh para
tetua Siauw Lim Apakah pemuda berambut gondrong ini lebih hebatdari tokoh Siauw
Lim"! Rasa kaget membuat Liok Ong Cun bedaku lengah. Dia tak Sempat menghindar ketika
dari bawah kaki kiri Wiro melesat ke atas, kirimkan tendangan yang dengan
telakmenghajar bahu kanannya. LiokOng Cun berteriak kesakitan, memaki habis-
habisan. Wiro melompat bangkit Diam-diam dia merasa kagum.Orang lain jika
ditendang seperti itu pasti sudah remuk tulang bahunya.Tapi Liok Ong Cun
berteriak kesakitan lalu usap-usap bahu kanannya.
"Antara kita tidak ada permusuhan. Mengapa kau hendak membunuhku" Cemburu giia"
l" Si Cantik Dari Tionggoan 33
Liok Ong Cun yang tidak mengerti ucapan Wiro keluarkan kutuk serapah yang tidak
di mengerti Wiro. Tindakan pemuda muka tengkorak ini ternyata tidak sampai hanya
memaki. Tapi sambil melangkah kehadapan lawannya dia lalu meludahi, muka Wiro.
Dihina orang seperti itu membuat darah pendekar 212 jadi menggelegak. Ubun-
ubunnya terasa panas. Seumur hidup belum pernah dia diperlakukan orang seperti
itu. Dibarengi teriakan penuh amarah Wiro menerjang. Kalau tadi ketika
mengeluarkan ilmu silat orang gila gerakan Wiro begitu lamban seperti orang
mabok, kini tubuhnya seolah berubah menjadi bayang-bayang, dua tangannya lenyap
dari pemandangan!
Belum pernah Liok Ong Cun menghadapi lawan yang punya kemampuan ilmu silat
tangan kosong begini hebat dengan cepat dia membuat gerakan perlawanan,
lancarkan jurus-jurus pertahanan yang sesekali diseling serangan-serangan kilat
dengan mengandalkan ketinggian tenaga dalam serta kecepatan gerak.
Beberapa kali dua tangan mereka saling bersilang dan beradu sampai mengeluarkan
suara keras. Setiap terjadi bentrokan tangan, Wiro terpental satu langkah,
sebaliknya Liok Cun hanya mengeluh kesakitan. Mengira dia memiliki tenaga dalam
dan ilmu meringankan tubuh yang lebih andal dari lawan, pendekar dari Tionggoan
ini terus merangsak Namun dia salah menafsir. Saat itu Pendekar 2l2 telah
keluarkan Ilmu silat yang bersumber pada Kitab Putih Wasiat Dewa yang didapatnya
dari Datuk Rao Basaluang Ameh. Dari enam jurus pukulan inti yang mendasari ilmu
silat langka itu Wiro hanya mengeluarkan tiga jurus saja yakni Tangan Dewa
Menghantam Air Bah, Tangan Dewa Menghantam Api dan Tangan Dewa Menghantam
Matahari. LiokOng cun memang luar biasa Dia sanggup mengelakkan dua jurus pertama serangan
lawan yang menghantam ke arah kiri dan kanan tubuhnya. Namun jurus ketiga yang
bernama Tangan Dewa Menghantam Matahari tidak sanggup dia hindari.
Pemuda ini menjerit keras ketika jotosan tangan kanan Wiro mendarat telak di
wajahnya. "Kraakl"
Tulang hidung remuk. Bibir pecah. Darah mengucur, Si Cantik Dari Tionggoan 34
menggerung kesakitan dan megap-megap karena sulit bernafas Liok Ong Cun
terhuyung mundur. Tiba-tiba orang ini berteriak keras seperti kemasukan setan.
Darah menyembur dari hidung dan mulut Tubuh jatuh punggung tergelimpang di
tanah. Sepasang mata mendelik.
"Mati apa pingsan?" pikir Wiro memperhatikan.
Sosok Liok Ong Cun tak bergerak.
Wiro menatap ke langit Dia ingat janji pertemuannya dengan Nionio Nikouw.
"Celakai Aku sudah terlambati" ucap Wiro. Tanpa perdulikan Liok Ong Cun lagi
Wiro segera berputar badan tinggalkan tempat itu. Namun baru beberapa langkah
berlari tiba-tiba sosok Liok Ong Cun yang tergeletak tak bergerak di tanah
melesat bangkit Mata tetap mendelik. Muka tengkoraknya berlumuran darah Tangan
kanan dipentang ke depan.
"Kreeekk!"
Lima kuku jari tangan kanan Liok Ong Cun tiba-tiba mencuat panjang, runcing dan
hitam. Wiro tersentak kaget ketika mendadak di belakangnya ada suara sambaran
angin. Dengan cepat dia berbalik namun terlambat
"Breett!"
Lima kuku jari tangan kanan Liok Ong Cun merobek pakaian Wiro, membuat lima
guratan luka di punggungnya.
"Keparat kurang ajar!"
Wiro berteriak marah. Balikkan tubuh sambil tangan kanan menghantam.
"Brukkk!"
Liok Ong Cun menggerung keras. Tubuhnya terlempar sampai dua tombak. Tertantang
di tanah megap-megap. Mulut kucurkan darah segar. Perutnyayang terkena jotosan
mengalami luka dalam yang parah. Wiro melompat menghampiri. Dalam marahnya murid
Sinto Gendeng ini cabut Pedang Ular Hijau yang sampai saat itu masih menancap di
tanah. Pedang ini kemudian dihunjamkan ke arah tubuh LiokOng Cun yang tidak
Dayang Dayang Dasar Neraka 2 Joko Sableng 23 Istana Sekar Jagat Pengelana Rimba Persilatan 11
^