Si Cantik Dari Tionggoan 2
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan Bagian 2
berdaya. Sesaat lagi ujung pedang akan menembus perut pendekar Tionggoan itu,
Wiro berubah pikiran.
Si Cantik Dari Tionggoan 35
"Craassl"
Pedang Ular Hijau ditancapkannya ke tanah di antara dua pangkal paha Liok Ong
Cun. "Bunuh! Aku tidak takut matil ucap Liok Ong Cun.
"Keparatl silahkan kau mau omong apa. Tadi kau meludahi Mukaku. Sekarang terima
balasannya!"
Wiro selorotkan celananya ke bawah. Lalu serr! Air kencingnya mancur membasahi m
uka orang. Sebagian masuk ke datam mulut Liok Ong Cun hingga pemuda ini
keluarkan suara menggorok, sulit bernafas. Mau tak mau giek, gtek, glek,
akhirnya dia terpaksa menelan air kencing yang menggenang didalam mulutnya!
"Manusia jahanam.'" rutuk Liok Ong Cun. "Aku bersumpah mengorek jantungmu
mencincang tubuhmu!"
Si Cantik Dari Tionggoan 36
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
etika Wiro sampai di depan gedung kediaman Adipati Brebes, pintu gerbang dalam
keadaan terkunci dan suasana serba sunyi.
"Sial, gara-gara pemuda sinting tadi aku jadi terlambat Paderi itu tidak
kelihatan. Apa dia sudah masuk ke dalam gedung?"
Wiro naik ke sebatang pohon yang salah satu cabangnya menjulal ke arah tembok
gedung Kadipaten. Untuk beberapa lama dia mendekam memperhatikan keadaan.
Seperti di luar, halaman dalam gedung Kadipaten juga tampak sunyi. Tak kelihatan
seorang pengawalpun. Gedung besar tempat kediaman Adipati Brebes itu bagian
depannya terselubung kegelapan. Tak ada satupun lampu menyala. Wiro merasa tidak
enak. Jika seorang tuan rumah menunggu kedatangan tamu penting, adalah aneh
rumahnya berada dalam keadaan gelap seperti itu.
Dari cabang pohon Wiro melompat ke atas tembok lalu melayang turun kehalaman
dalam. Belum lama dia menginjakkan kaki di tanah tiba-tiba terdengar orang
berteriak. "Ada orang menyusup di halaman dalami"
Saat itu juga tiga orang pengawal bersenjata tombak dan satu mencekal golok
berkelebat dalam gelap mengurung Pendekar 212.
"Aku bukan penyusup! Aku mencari seorang teman yang Si Cantik Dari Tionggoan 37
malam ini menemui Adipati Brebes. Temanku itu seorang paderi perempuan dari
negeri Cina!" Wiro menjelaskan.
Empat orang pengawal Gedung Kadipaten mana mau perduli.
"Menyerah atau kami akan membunuhmu saat ini juga!" salah seorang pengawal
membentak. "Antarkan aku menghadap Adipati!" Kata Wiro pula.
Empat pengawal takmenyahufj. Yang menjawab tombak dan golok.
Tiga mata tombak menusuk ke arah dada, perut dan pinggang sementara golok besar
berkelebatmengincar kepala.
"Sial!" Wiro memaki jengkel. Dia bergerak cepat Tangan dan kaki berkelebat Dua
pengawal terjengkang pingsan begitu tendangan dan kepalan Wiro menghantam
mereka. Pengawal ke tiga yang memegang golok keluarkan keluhan pendek lalu
tertegun kaku tak mampu bergerak atau bersuara karena urat besar di leher
kanannya telah ditotok.
Pengawal ke empat yang memegang tombak rupanya memiliki ilmu silat paling
tinggi. Tombak di tangannya dibolang-baling, menderu kian kemari.
"Kunyuk gondrong! Amblas perutmu! Jebol ususmu!"
Teriak pengawal ini sambil kirimkan satu tusukan kilat ke perut Wiro. Dia begitu
yakin serangannya akan menemui sasaran.
Dia tidak tahu tengah berhadapan dengan siapa.
Wiro mundur satu langkah. Tangan kiri melesat ke depan. Si pengawal kaget bukan
main sewaktu tombaknya dicengkeram lalu dibetot lepas. Dia cepat menerjang.
Namun gagang tombak keburu mengemplang kepalanya Tak ampun lagi orang ini roboh
pingsan ke tanah.
Wiro tinggalkan empat pengawal yang bergelimpangan di halaman gedung. Dia segera
hendak berkelebatmenuju pintu depan. Namun tidak sengaja matanya melihat ada
seseorang mendekam di atas salah satu wuwungan gedung.
"Kalau dia pengawal, mengapa berada di atas atap. Kalau dia paderi perempuan itu
mengapa bertamu di atas wuwungan."
Pikir Wiro. Bangunan gedung Kadipaten memiliki beberapa wuwungan.
Si Cantik Dari Tionggoan 38
Wiro melesat ke wuwungan paling rendah lalu melompat ke wuwungan yang lebih
tinggi. Tak lama kemudian dia sudah berada di atas wuwungan dimana orang yang
tadi dilihatnya dari bawah berada. Orang ini berpakaian jubah biru gelap. Saat
itu dia tengah mengintip ke dalam bangunan lewat sebuah genteng yang sengaja
dibuka. Demikian asyiknya dia mengintip hingga tidak tahu kalau ada orang lain
naik ke atas atap. Juga tidak mendengar teriakan-teriakan di bawah sana. Tanpa
suara Wiro dekati si jubah biru. Wiro tepuk bahu orang ini lalu berkata."
"Sobat, kalau ada pemandangan bagus jangan dilihat sendiri.
Bagi-bagilah..."
Kejut si jubah biru yang adalah Ki Sentot Balangnipa bukan alang kepalang. Cepat
dia palingkan kepala.
"Keparat! Siapa kau"!" Ki Sentot Balangnipa membentak.
Dia memang sudah sering mendengar nama dan kehebatan Pendekar 212 Wiro Sableng
namun belum pernah melihat sendiri orangnya.
Melihat tampang orang yang menyerupai muka kuda, Pendekar 212 menyeringai "Eh,
matamu ternyata cuma satu.
Masih saja doyan mengintipi Minggir sana, aku mau lihat apa yang sedang kau
intipi" Wiro dorong bahu si jubah biru dengan pantatnya. Orang ini menggembor marah.
Tubuh dibungkukkan, kaki kiri menendang. Gerakannya cepat sekali.
"Wuttl"
Wiro tersentak kaget Bukan karena mendapat serangan mendadak begitu rupa, tapi
ketika melihat keadaan kaki kiri orang itu yang berbentuk kaki kuda lengkap
dengan ladam besinyal Wiro jatuhkan diri sama rata dengan atap bangunan.
Tendangan si jubah biru masih menyapu rambut di kepalanya.
Sebelum sempat orang menarik kakinya Wiro cepat menjotos.
"Bukkkl"
Ki Sentot Balangnipa keluarkan gerung kesakitan. Tubuh melintir akibat jotosan
yang melanda pangkal pahanya.
Tampangnya berubah seperti kepala kuda. Dari bagian atas atap dia gulingkan
diri, berusaha merangkul sosok Pendekar 212.
Si Cantik Dari Tionggoan 39
Wiro maklum lawan hendak mengajak jatuh bersama.
Dengan cepatdia membuang diri ke samping kiri sambil tangan kanan melepas satu
pukulan tangan kosong. Ki Sentot Balangnipa kebutkan lengan jubah sebelah kanan
dua kali berturut-turut
Wiro terkejut Kebutan lengan jubah lawan bukan saja mem-buyarkan pukulan tangan
kosongnya tadi tapi dia juga merasakan tubuhnya laksana didorong sebuah batu
besar. Karena kedudukan dua kakinya berada pada atap yang miring, dia tak mungkin
bertahan. Wiro kerahkan tenaga dalam untuk melindungi diri. Bersamaan dengan itu
dia pergunakan ilmu meringankan tubuh untuk cepat-cepat melompat ke atas.
Ki Sentot Balangnipa berusaha mengejar sambil melepas serangan tangan kosong
mengandalkan tenaga dalam tinggi.
Namun dia tidakmelihat lawan. Sebelum dia mengetahui dimana Wiro berada tiba-
tiba punggungnya dihajar satu tendangan keras. Tak ampun lagi orang ini mencelat
mental, menggelinding di atas atap, terus melayang ke bawah.
Ki Sentot Balangnipa memang tangguh. Walau punggung cidera berat namun dia masih
sanggup membuat gerakan jungkir balik di udara dan jatuh dengan dua kaki
menginjak tanah lebih dulu.
Wiro tidak perdulikan lagi orang itu. Dia cepat merangkak ke atas dan mengintai
ke dalam gedung lewat genteng yang terbuka dimana tadi Ki Sentot Balangnipa
melakukan pengintipan.
"Jahanam kurang ajari" Wiro memaki goram. Apa yang disaksikan membuat dia marah
besar. Di bawah sana, di atas sebuah ranjang seorang lelaki bertubuh besar
tengah menanggalkan pakaian seorang perempuan muda berkulit sangat putih.
Melihat wajah dengan kepala gundul semula Wiro hampir tidak mengenali perempuan
itu. Namun dari wama pakaian serta sebilah pedang bergagang kepala naga yang
terletak di atas meja, Wiro sadar peiempuan itu bukan lain adalah Nionio Nikouwl
"Aneh. mengapa paderi itu diam saja"l" Pikir Pendekar 212.
Si Cantik Dari Tionggoan 40
"Pasti ada yang tidak beres! Mungkin dia telah kena tolok!"
"Braakkk!"
Wiro tendang hancur atap bangunan lalu melesat turun ke dalam ruangan. Di udara
dia berjungkir balik satu kali. Begitu melayang turun kaki kanannya menendang
ganas ke arah kepala Adipati Brebes yang tengah berbuat mesum terhadap Nionio
Nikouw. Pada saat atap jebol, Adipati Karta Suminta sadar sesuatu terjadi diluar gedung.
Telebih lagi ketika ada sambaran angin di sampingnya. Secepat kilat Adipati ini
jatuhkan diri di atas tubuh Nionio Nikouw lalu menarik tubuh paderi Itu
menggelinding ke lantai. Begitu bangkit berdiri sosok sang paderi dipergunakan
sebagai tameng melindungi diri. Pakaian merahnya tersingkap lebar di sebelah
depan. "Bangsat gondrong! Siapa kau!" Bentak Adipati Karta Suminta.
"Manusia bejat! Lepaskan perempuan itu atau kuhancurkan kepalamu!" Teriak Wiro
lalu melangkah cepat mendekati.
"Berhentil Jika berani mendekat kupatahkan leher paderi ini!"
Adipati Brebes balas mengancam dan saat itu juga tangan kanannya yang berjari
besar mencengkeram batang leher Kiang Loan Nio Nikouw.
"Aku tidak perduli kau mau apakan paderi itu! Yang aku Inginkan adalah nyawa
busukmu!" Wiro melompat Termakan ucapan Wiro Adipati Brebes dorong tubuh sang
paderi ke depan. Sebelum tubuh itu tersungkur di lantai Wiro cepat merangkulnya.
Di saat yang sama Adipati Brebes berkelebat ke meja kayu jati di tengah ruangan,
menyambal Pedang Naga Merah dan sekaligus sreet.. Menghunus senjata milik Nionio
Nikouw Ini. Cahaya merah memancar di ruangan itu.
"Kurang ajar..." rutuk Pendekar 212. Dia cepat memanggul tubuh paderi Nionio.
melangkah ke kanan ke arah pintu ruangan.
"Kalian berdua akan mampus percuma di tempat ini!" teriak Adipati Brebes marah
besar. Sekali melompat pedang di tangan kanannya menderu dahsyat Wiro cepat
menyingkir. Cahaya merah disertai hawa dingin menggldikan memapas satu jengkal
di depan hidung Wiro. Kalau dia tidak cepat memutar diri sambil Si Cantik Dari
Tionggoan 41 bersurut dua langkah, pasti kaki Nionio Nikouw yang terjuntai akan kena dibabat
putus oleh Pedang Naga Merah miliknya sendiri!
"Manusia setani"
Baru saja Wiro memaki, Adipati Brebes sudah menyerbu kembali. Cahaya merah
bertabur menggidikkan dalam ruangan.
Di saat itu pula tiba-tiba dari atap yang jebol melayang turun satu sosok
berpakaian biru yang bukan lain adalah Ki Sentot Balangnipa.
"Ki Sentot Bantu aku membunuh dua orang ini!"
"Dua orang ini Adipati"!" Ki Sentot Balangnipa terkejut
"Bukankah-perempuan Cina itu perlu dibiarkan hidup" Si gondrong jahanam ini yang
musti dicincang!"
"Kau benar" ucap Adipati Karta Suminta seolah baru sadar bahwa dia masih ingin
melampiaskan nafsu bejatnya atas diri Nionio Nikouw. "Hati-hati Ki Sentot!
Jangan sampai gadis itu terluka Sang Adipati pentang tangan yang memegang pedang
lalu menyerbu. Ki Sentot Balangnipa goyangkan dua bahu, keluarkan suara
meringkik seperti kuda.
Saat itu juga tahu-tahu dia sudah memegang sepasang tali kekang kuda yang
merupakan senjata andalannya. Dengan dua senjata ini dia bisa membelah batu,
membabat putus tubuh manusia, juga mampu menjirat mengikat atau menggantung
orangl Wiro melihat bahaya mengancam begitu rupa tidak mau berlama-lama. Ketika Adipati
Brebes menerjang dengan Ang Liong Kiam dan Ki Sentot Balangnipa menyabatkan dua
buah tali kekang yang jadi senjatanya, Pendekar 212 Wiro Sableng segera angkat
tangan kanan. Begitu tangan memancarkan cahaya perak menyilaukan Wiro memu kul
ke arah Adipati Karta Suminta.
"Pukulan Sinar Matahari Adipati lekas menyingkir!" teriak Ki Sentot Balangnipa
yang telah sering mendengar kehebatan ilmu pukulan sakti itu. Habis berteriak
dia cepat-cepat jatuhkan diri ke lantai dan berguling menjauh, berlindung
dibalik ranjang besar.
Si Cantik Dari Tionggoan 42
"Wuss!"
Cahaya putih berkiblat Hawa panas menghampar.
Adipati Karta Suminta menjerit keras. Tubuhnya terpental ke dinding. Sesaat
tubuh itu seolah menempel lalu jatuh ke lantai dalam keadaan gosong hitam,
mengepul bau sangit daging terpanggang!
Asap tebal memenuhi ruangan.
Di luar terdengar suara banyak orang berlarian mendatangi para pengawal. Dari
atas genteng ada seorang melompat turun Pasti seorang yang punya kepandaian
tinggi. Ki Sentot Balangnipa walau sebagian jubah birunya hangus masih untung tidak
mengalami cidera. Hanya matanya terasa perih dan nafas menyesak. Didahului suara
meringkik keras dia hantamkan dua tali kekang kuda ke tengah mangan dimana tadi
Wiro berada. Namun saat itu Pendekar 212 sudah lenyap dari ruangan itu. Pintu
kamar tampak hancur berantakanl"
"Pengawal jangan biarkan bangsat gondomg itu kaburi Kejari" teriak Ki Sentot
Balangnipa. ****** Wiro menambahkan beberapa potong kayu kering di atas Onggok perapian yang hampir
padam. Goa dimana dia berada kembali menjadi terang benderang. Wiro menatap
sosok paderi Nionio yang sampai saatitu masih terbaring tak sadarkan diri.
Wajah cantik dengan kepala gundul. Sang pendekar jadi tersenyum sendiri. Dia
tidak pernah menduga kalau Nionio Nikouw berkepala gundul.Meski tanpa rambut
namun kecantikan Nionio Nikouw tetap memukau.
"Aneh rasanya, lucu, ada perempuan cantik berkepala botak. Baru sekali ini aku
melihat" Sambil senyum-senyum Wiro usap-usap kepala gundul sang paderi. Tidak
sampai disitu, dasar jahil dia dekatkan mulurnya ke kepala Nionio Nikouw lalu
menjilat kepala botak itu!" Weehh, asin!" Wiro tertawa sendiri.
Sebelumnya Wiro telah memeriksa keadaan diri paderi itu. Tak Si Cantik Dari
Tionggoan 43 ada tanda-tanda bekas totokan di tubuh Nionio Nikouw. Dari bibirnya yang agak
kebiruan Wiro menduga Nionio Nikouw tak sadarkan diri akibat keracunan.
"Pasti ini pekerjaan Adipati keparat itu..." kata Wiro dalam hati. Karena itu
dia segera menotok beberapa jalan darah di tubuh Nionio Nikouw agar racun tidak
tembus ke dalam jantung dan masuk ke otak. Sampai menjelang pagi paderi itu
masih belum sadar. Wiro jadi gelisah. Tiba-tiba dia ingat pada Kitab Seribu
Pengobatan yang ada daiam sebuah kantong kain dan disimpan di balik pakaiannya.
Wiro segera hendak mengeluarkan kitab itu untuk mencari tahu cara pengobatan
yang bisa dilakukan guna menolong Nionio Nikouw.
Seperti diceritakan dalam serial Wiro Sableng sebelumnya berjudul "Api Di Puncak
Merapi"' dengan bantuan mahluk alam gaib yang diberinya nama Purnama, kitab
tersebut berhasil didapatkan Wiro. Dalam kisah ini sebenarnya Wiro dalam
perjalanan menuju puncak Gunung Gede untuk menyimpan kitab tersebut di satu
tempat yang aman karena seperti diketahui pondok kedamaian Sinto Gendeng telah
roboh berentakan sewaktu terjadi perkelahian antara si nenek dengan Tua Gila.
Kemudian Sinto Gendeng menghancurkan sendiri pondok itu hingga musnah sama rata
dengan tanah. (Baca serial Wiro Sableng dalam Episode "Nyi Bodong")
Belum sempat Wiro mengeluarkan Kitab Seribu Pengobatan tiba-tiba dia melihat
kaki kiri Nionio Nikouw bergerak. Wiro cepat simpan Kitab Seribu Pengobatan ke
balik pakaian. Dia pegang urat besar di atas tumit kiri sang paderi. Terasa
hangat tanda jalan darahnya mulai lancar. Wiro lalu alirkan hawa sakti ke dalam
tubuh Nionio Nikouw lewat pegangan pada pergelangan tangan kanan. Sesaat
kemudian keluar suara mendesah halus dan mulut Nionio Nikouw. Menyusul perlahan-
lahan membukanya kedua matanya.
"Saudara Wio..." Kata-kata itu terucap sambil mata menatap sayu Pendekar 212.
Lalu Nionio Nikouw perhatikan tangannya yang dipegang Wiro. Kemudian melirik ke
atas, memandang ke kiri dan ke kanan lalu menatap ke arah perapian dan akhirnya
Si Cantik Dari Tionggoan 44
kembali memandang Wiro. "Saudara Wie, kita berada dimana"
Paderi itu tarik tangannya yang dipegang Wiro. Ketika dia memperhatikan dirinya
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kejutnya bukan olah-olah. Wajahnya mendadak sontak menjadi bersurut menjadi
merah. Nionio Nikouw serta meria bangun dan duduk lalu tersurut menjauhi Wiro
sampai punggungnya menyentuh dinding goa.
"Saudara Wie, apa yang terjadi" Apa yang kau lakukan terhadapku"! tanya Loan Nio
Nikouw. Tangan kiri menutup dada pakaian yang tersingkap, tangan kanan meraba ke
punggung. Karena Wiro tak segera menjawab paderi perempuan itu bangkit berdiri. Sepasang
matanya membesar, memandang tak berkesip ke arah Wiro.
"Dimana pedangku"!"
Tiba-tiba ada seseorang m uncul di mulut goa. Orang yang datang ini keluarkan
ucapan. "Loan Nio. bangsat berambut gondrong ini barusan hendak memperkosamu. Untung aku
datang. Dia pula yang telah mencuri Pedang Naga Merah milikmu. Senjata itu
disembunyikannya di satu tempat Kau saksikan sendiri apa yang telah dilakukannya
terhadapku!"
Orang yang bicara melangkah masuk sehingga wajah dan sosoknya kelihatan jelas
diterangi nyala perapian.
Kiang Loan Nio Nikouw menjerit keras. Wiro tidak tahu apa yang diucapkan orang
di mulut goa karena dia berkata dalam bahasa Cina. Namun melihat keadaan sang
paderi yang mendadak tampak marah besar seperti mau menerkamnya Wiro yakin orang
di mulut goa telah mengatakan sesuatu yang dahsyat! Tanpa berpaling, dari
suaranya saja Wiro sudah mengenali. Orang itu bukan lain adalah LiokOng Cun.
"Saudara Wie! Benar... benar"!"
"Benar apa Nionio?"
"Kau hendak memperkosaku! Kau mencuri Pedang Naga Merah!"
"Nionio, aku belum gila melakukan hal bejat itul Pasti bangsat muka tengkorak
ini mengarang cerita mengumbar mulut fitnah! dia Si Cantik Dari Tionggoan 45
hendak menarik perhatianmu!
"Loan Nio, apapun yang dikatakannya jangan percayai Demi cintaku padamu aku akan
membunuhnya saat ini juga! Apakah kau tidak akan membantuku menghajar orang yang
hendak mencelakai dirimu ini"!" Liok Ong Cun cepat keluarkan ucapan karena
merasa orang tengah berusaha membela diri.
Selesai berucap Liok Ong Cun cabut pedangnya.
Loan Nio Nikouw meraba ke pinggang, mencari suling perak.
Tapi benda itu tak berhasil ditemukan. Dia mengusap muka meraba kepala dan jadi
terpekik ketika menyadari bahwa topi sekaligus cadar yang menutupi kepala serta
wajahnya tak ada lagi! Dengan cepat paderi ini robek ujung bawah kiri kanan
pakaian merahnya. Robekan kain yang cukup lebar Ini dijadikannya destar penutup
kepala serta cadar pelindung wajah. Dengan mata menyorot Loan Nio Nikouw
memandang ke arah Pendekar 212.
"Saudara Wie. aku tidak menyangka begitu bejat budi pekertimu! Aku mengira kau
seorang sahabat yang bisa dimintai tolong! Ternyata kau iblis terkutuk!"
"Nionio, dengar dulu keteranganku..." ucap Wiro.
"Aku tak butuh keterangan. Aku ingin membunuhmu saat ini juga!" Loan Nio Nikouw
berteriak keras lalu menerjang.
Walau cuma mengandalkan tangan kosong namun dengan ilmunya yang tinggi dua
tangan bisa seganas senjata tajam atau pentungan besi!
"Celaka Kenapa bisa jadi begini"!" ucap Pendekar 212
Dia cepat rundukkan kepala. Pukulan Loan Nio Nikouw menghantam dinding goa.
Dinding berupa batu keras itu hancur, bolong besari "Gila!" Wiro kembali memaki.
Sementara dari kanan Liok Ong Cun putar tangannya yang memegang pedang.
"Wuttti" Pedang Ular Hijau menyambar. Cahaya hijau berkiblat Wiro jatuhkan diri
ke lantai goa sambil dua tangannya menyambar dua kayu perapian. Kayu di tangan
kiri dilempar ke arah Nionio Nikouw hingga paderi perempuan ini terpaksa tahan
serangan yang hendak dilancarkannya. Walau cuma kayu tapi Si Cantik Dari
Tionggoan 46 karena dialiri tenaga dalam, setelah tidak mengenai sasaran kayu itu menancap di
dinding goa. Dengan kayu berapi di tangan kanan Wiro kemudian menyerang Liok Ong
Cun. Pendekat dari Tionggoan ini mendengus. Sekali pedangnya membabat kayu api di
tangan Wiro buntung.
"Kalau tidak kuhabisi manusia satu ini bisa membuat urusan panjang tak karuan di
kemudian hari!" Berpikir sampai di situ Wiro siap melepas Pukulan Sinar Malahan.
Namun entah mengapa dia mengganti dengan pukulan Benteng Topan Melanda Samudera.
Dia kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Angin dahsyat menggebu-gebu.
Liok Ong Cun berteriak marah ketika melihat serangannya menjadi buyar. Sambil
membolang balingkan pedang membentengi diri dia melompatmeneijang Wiro. Wiro
sambut dengan dorongkan tangan kanan.
"Wusss!"
Liok Ong Cun terjengkang di tanah Pedang Ular hijau nyaris terlepas. Wiro
melompat di atas tubuhnya, melesat keluar goa. Uok Ong Cun berusaha membabat
kaki Wiro namun dadanya keburu sesak. Lalu pemuda Tionggoan ini semburkan darah
kental. Dia termasuk hebat Orang lain yang terkena hantaman pukulan Benteng
Topan Melanda Samudera berkekuatan tenaga dalam penuh pasti sudah remuk sekujur
tubuhnya. "Manusia pengecut! Kau bisa lari sekarang! Aku akan mencarimu sampai ke ujung
dunia!" teriak Kiang Loan Nio Nikouw.
"Paderi Nionio! Jangan menuduh aku pengecut!" Di kegelapan malam diluar goa
terdengar suara Wiro menyahuti teriakan sang paderi. "Aku terpaksa pergi karena
kau lebih percaya pada pemuda busuk muka tengkorak itu dari pada diriku! Jika
kau ingin tahu apa yang terjadi pergilah menyelidik ke Gedung Kadipaten Brebes!
Aku telah membunuh Adipati Karta Suminta demi menyelamatkan dirimu dari
perbuatan kejinya!"
"Dusta!" teriak Loan Nio Nikouw. Dalam keadaan masih Si Cantik Dari Tionggoan 47
marah dia berkelebat hendak mengejar. Tapi Liok Ong Cun mencegah.
"Manusia satu itu sangat berbahaya. Biarkan dia pergi: Oia tidak akan iolos dari
tanganku. Demi dirimu aku bersumpah akan menabas lehemyal Loan Nio, mungkin ini
saatyang baik bagi kita untuk bicara"
Mengingat dan merasa orang telah menolong dirinya, walaupun tidak suka pada
pemuda itu namun akhirnya Loan Nio Nikouw masuk kembali ke dalam goa dan duduk
di lantai. "Ong Cun, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini. Tapi tunggu..."
Sang paderi perhatikan wajah Liok Ong Cun yang masih ada noda-noda darah di
bagian bawah hidung dan sekitar bibir. "Aku melihatnodadarah di wajahmu. Suaramu
sengau seperti ada yang mengganjal di hidungmu. Sesuatu terjadi atas dirimu
sebelum kau berada di tempat ini..."
Liok Ong Cun jatuhkan diri ke lantai goa, duduk bersimpuh lalu mengarang cerita.
Si Cantik Dari Tionggoan 48
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
LOAN NIO," Liok Ong Cun mulai dengan kebohongannya."Kau tahu bagaimana besarnya
cintaku padamu. Sampai-sampai aku rela bunuh diri bahkan diluar sadarku aku
bicara kasar padamu.
Bukan itu saja, aku sampai ingin mati berdua bersamamu. Untuk semua itu aku
sangatmenyesal dan mohon maafmu. Aku tahu kau sudi dan mau memaafkan diriku..."
'Teruskan bicaramu. Yang sudah berlalu aku tidak keliwat memikir. Yang aku ingin
tahu apa sebenarnya yang telah terjadi.
Benar pemuda berambut gondrong itu hendak merusak kehormatanku?"
"Kau mungkin tidak percaya. Lihat wajahku Loan Nio.
Bibirku pecah, tulang hidung patah. Aku menderita luka di dalam. Itu yang telah
terjadi dengan diriku sebelum memergoki manusia keparat itu melakukan perbuatan
keji atas dirimu di goa ini. Sejak peristiwa di telaga, aku selalu memata-
matainya. Bukankah aku pernah mengeluarkan ucapan akan membunuh siapa saja lelaki yang
berani mendekatimu" Malam tadi aku mencegatnya di satu tempat Dia langsung
menyerangku. Aku harus mengakui dia memiliki ilmu silat dan kesaktian sangat
tinggi. Ilmu pedangku tidak berdaya. Kekuatan tenaga dalam dan hawa saktiku
tidak mampu menandinginya. Aku dihajar begini rupa. Tidak apa. Cepat atau lambat
dia akan menerima balasan dariku! Selain itu dia berkelahi secara licik. Oia
menghajarku lalu kabur begitu saja. Ada satu hal yang membuatku sangat
sakithati. Kau tahu apa yang dikatakannya Si Cantik Dari Tionggoan 49
sebelum pergi?"
"Mana aku tahu. Memangnya dia bicara apa?" tanya Loan Nio Nikouw pula.
"Katanya aku tak bakal mendapatkan dirimu karena kau telah tergila-gila padanya.
Kau akan menjadi miliknya. Kalau sudah dapat kau akan ditelantarkan lalu
ditinggalkanl Dia akan mempermainkan dirimu secara kejil Dia berkata aku tidak
akan mendapatkan dirimu sebagai seorang gadis utuh karena dia akan menodai
dirimu lebih dulu. Aku akan mendapat sisanya!"
"Kurang ajar sekalil" Loan Nio Nikouw jadi terbakar amarahnya. "Tidak ada
seorangpun lelaki yang bisa mem-perlakukan aku seperti itu." Sang paderi menatap
wajah tengkorak pemuda di hadapannya beberapa lama. Membuat Liok Ong Cun merasa
tidak enak. "Ong Cun, aku percaya pada ceritamu tentang perkelahianmu dengan
pemuda itu. Namun aku merasa heran. Setahuku kau tidak mengerti bahasa orang
disini. Bagaimana kau tahu semua kata-kata yang diucapkan pemuda itu lalu
menceritakannya padaku?"
Di balik topeng wajah LiokOng Cun menjadi sangat merah.
Dia tampak salah tingkah tapi masih bisa berdalih.
"Aku memang tidak mengerti bahasa yang diucapkannya.
Tapi dari gerak gerik serta sikapnya aku tahu apa yang dibicarakannya."
"Kau hebat sekali. Aku tidak tahu kau punya kepandaian mengartikan ucapan orang
dari gerak geriknya." kata Loan Nio Nikouw sambil tersenyum, entah memuji entah
mengejek. "Selama aku masih hidup, dia tidak bakal dapat mencelakai dirimu. Aku bersumpah
akan melindungimu setiap saat"
Loan Nio Nikouw tidak perduli ucapan Ong Cun. Selain itu, melihat bagaimana
Pendekar 212 Wiro Sableng telah menggebuk pemuda muka tengkorak ini, jelas Ong
Cun terlalu takabur.
"Ong Cun, bagaimana kejadiannya kau sampai di goa in dan memergoki pemuda itu
hendak menodai diriku?" tanya Loan Nio Nikouw.
"Setelah aku dipecundangi secara licik aku bertekad Si Cantik Dari Tionggoan 50
menuntut balas. Begitu dia pergi aku mencari jejaknya. Aku berhasil menemui
pemuda terkutuk itu di goa ini. Tapi pada saat dia hendak merusak
kehormatanmu..."
"Ong Cun, ketahuilah. Malam ini aku dan pemuda itu sebenarnya telah berjanji
akan bertemu di depan gedung kediaman Adipati Brebes. Aku minta dia menemaniku
menghadapi Adipati. Dia tidak muncul dalam waktu yang dijanjikan. Sekarang aku
tahu. Dia tidak datang memenuhi janji karena berkelahi denganmu."
"Loan Nio, sungguh aku tak menduga kau mempercayai musang berbulu ayam itu!
Kenyataannya kau lihat sendiri apa yang sekarang terjadi. Mengapa kau mau-maunya
membuat janji dengan pemuda terkutuk itu..."
Aku hanya menurut petunjuk Wakil Ketua Siauw Lim. Jika sampai di negeri ini
harus mencarinya untuk dimintai tolong Sebelumnya aku sama sekali tidak menaruh
curiga padanya Tapi jika dia memang orang jahat aku bisa saja berubah pikiran."
"Loan Nio, kau bukan cuma harus berubah pikiran. Tapi harus menjauhi pemuda itu!
Bahkan tidak salah kalau kau membunuhnya! Wakil Ketua tidak tahu apa-apa tentang
pemuda itu. Dia jauh di Tionggoan sana. Apa yang dia tahu tentang'
orang-orang di sini. Kau harus berhati-hati Loan Nio. Mulai sekarang kemana-mana
kita harus bersama-sama. Aku punya tanggung jawab menjaga keselamatanmu."
Loan Nio Nikouw terdiam beberapa lama. Kemudian dia berucap. "Aku masih tidak
mengerti mengapa aku bisa berada dalam goa ini. Pada hal seingatku saat itu aku
berada di gedung Adipati di Brebes.
"Loan Nio, nada bicaramu seperti membela pemuda itu.
Ketika aku sampai di goa ini, aku memergoki pemuda itu tengah menanggalkan
pakaianmu. Aku langsung menyerangnya dengan pukulan Lima Kuku Akhirat Apa kau
tidak melihat punggung pakaiannya yang robek dan lima guratan luka pada kulit
tubuhnya"!"
"Aku memang melihat.." jawab Loan Nio Nikouw. Namun dalam hati dia berkata "Jka
kau memang memergoki, mengapa Si Cantik Dari Tionggoan 51
susah-susah mengeluarkan Ilmu Lima Kuku Akhirat segala.
Bukankah kau membekal pedang sakti" Mengapa tidak langsung membacok kepalanya
dengan Pedang Ular Hijau"
Sekali bacok kepala pemuda itu pasti terbelahl Apa lagi kau menyerang dari
belakang."
Dari luka guratan di punggung Wiro, Loan Nio Nikouw bisa menduga kalau Liok Ong
Cun menyerang pemuda itu dari arah belakang.
"Seharusnya racun kuku jariku sudah membuat dia mampus saat ini. Tapi entah itmu
kebal setan apa yang dimilikinya hingga dia sanggup bertahan, tidak menemui
ajali" "Ong Cun... Jika pemuda itu hendak memperkosaku di tempat ini, bagaimana
kejadiannya topiku tak ada di sini. Juga kain putih penutup bagian dalam dadaku
tidak kutemui. Selendang ikat pinggangku lenyap. Lalu papan seluncurku juga hilang."
"Loan Nio, aku menduga pemuda itu sebelumnya hendak merusak kehormatanmu di
tempat lain. Namun kemudian dia memutuskan membawamu ke goa ini. Mungkin di sini
lebih aman. Mungkin juga topi dan kain penutup dadamu serta selendang jatuh di
tengah jalan. Loan Nio, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri apa yang
hendak dilakukannya.
Apakah kau tidak mempercayai diriku?"
Loan Nio Nikouw bukannya menjawab malah bertanya.
"Pedang Naga Merah milikku apa juga jatuh di jalan?"
"Pasti dia yang telah mencurinya! Senjata itu agaknya disembunyikan di satu
tempat" Ong Cun menatap wajah paderi cantik di hadapannya lalu berkata. "Loan
Nio, air mukamu menunjukkan kau tidak mempercayai keteranganku. Apa yang
diteriakkan pemuda itu tadi padamu sebelum kabur?"
"Ong Cun, aku percaya padamu. Namun ada beberapa kejadian yang membingungkan..."
"Kau hendak diperkosa orang yang kau sangka baik. Tentu saja kau jadi bingung.
Loan Nio."
"Bukan, bukan Itu maksudku" jawab Loan Nio Nikouw.
"Sebelumnya aku masuk seorang diri ke dalam Gedung Si Cantik Dari Tionggoan 52
Kadipaten. Aku bertemu dengan Adipati Karta Suminta. Dia pejabat tinggi dan
penguasa di daerah ini. Kami bicara lalu aku tak ingat lagi. Sesuatu pasti
terjadi atas diriku. Adipati itu menyuguhkan sejenis minuman..."
Berarti pemuda jahat itu menghadangmu setelah kau keluar dari Gedung Kadipaten.
Ketika kau lengah bisa saja dia menotokmu. Aku tidakyakin seorang pejabat mau
berbuat keji terhadap dirimu. Atau bisa saja begini. Pemuda itu berkomplot
dengan Adipati untuk mencelakaimu. Lalu membawamu ke goa ini dan mengaku justru
dia yang menyelamatkan dirimu.
Maksudnya jelas agar kau merasa berhutang budi dan kehormatan lalu pasrah
menyerahkan diri padanya!"
Loan Nio Nikouw terdiam.
"Satu bukti lagi bahwa pemuda itu orang jahat, mengapa dia melarikan diri begitu
saja" Dia takut belangnya akan ketahuan. Selain itu dia merasa tak sanggup
menghadapi kita berdua. Aku tadi mengadu nyawa untukmenyeiamatkan dirimu.
Sampai saat ini agaknya kau masih lebih mempercayai dia dari pada diriku. Aku
benar-benar merasa kecewa, Loan Nio. Loan Nio, dengar. Jika sekali lagi aku
berhadapan dengan pemuda itu aku akan mengeluarkan ilmu Manusia Bangkai. Aku
dendam sampai mati pada pemuda keparat satu ibu. Kau tahu, sebelum kabur dia
mengencingi mukaku!"
Wajah Loan Nio Nikouw berubah. Kejutnya bukan alang kepalang. Bukan karena
cerita Ong Cun bahwa mukanya telah dikencingi Wiro. Melainkan karena mendengar
ilmu yang disebut pemuda bertopeng muka tengkorak itu. Ilmu Manusia Bangkai
adalah satu ilmu setengah sihir yang sangat berbahaya.
Ilmu ini dimiliki oleh seorang tokoh sesat dari Gobi Pay berjuluk Pak San Kwi
Ong yang berarti Raja Setan Gunung Utara. Orang yang memiliki ilmu ini tubuhnya
akan berubah menjadi bangkai hidup berbau busuk luar biasa. Siapa saja lawan
yang terkena sentuhannya, bagian tubuhnya akan membusuk. Dalam waktu beberapa
hari kebusukan itu akan menjalar ke seluruh tubuh sampai ke kepala dan kaki. Tak
ada yang sanggup menyembuhkan. Berarti jangan harap korban bisa bertahan hidupi
Si Cantik Dari Tionggoan 53
"Aku tidak pernah mendengar kabar kapan pemuda ini mempelajari ilmu sesat itu.
Pasti setelah aku meninggalkan Siauw Lim beberapa waktu lalu. Turut kabar yang
aku dengar Pak San Kwi Ong punya kelainan badaniah. Dia hanya bernafsu pada
sesama jenis. Apa Ong Cun telah menyerahkan dirinya untuk mendapatkan ilmu itu"
Mengerikan, menjijikanl Dan manusia macam ini yang minta nikah dengankul Semoga
Thian menjauhkan aku darinya." (Thian=Tuhan).
Perlahan-lahan Loan Nio Nikouw bangkit berdiri. Banyak hal yang membuat
pikirannya kacau. Banyak ha! yang harus segera dilakukannya.
"Loan Nio, kau mau kemana?" tanya LiokOng Cun.
"Urusanku di Gedung Kadipaten belum selesai. Aku akan kembali ke sana..."
"Kau barusan saja menemui bahaya. Hampir celaka. Dan sekarang berkata hendak
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kembali ke Kadipaten. Lebih baik kita sama-sama tinggalkan tempat ini. Loan Nio,
tak ada yang lebih baik dari pada kembali ke Tionggoan. Kita menikah di sana."
"Manusia satu ini benar-benar keras kepala," kata Loan Nio Nikouw dalam hati.
Lalu dia berucap. "Kau mungkin lupa.
Aku pernah menerangkan ada tugas yang harus aku laksanakan dari Wakil Ketua
Siauw Lim. Aku akan pulang bila semua tugasku selesai. Lagi pula aku harus
menemukan Ang Liong Kiam kembali. Senjata itu sama nilainya dengan nyawaku. Aku
juga harus mencari topi. selendang serta papan seluncurku.
Suling perakku!"
"Aku bosan mendengar ceritamu itu. Tugas... tugas!
Kalaupun kau berhasil dalam tugasmu Siauw Lim tidak akan menjadikanmu pahlawan
besar." "Dalam menjalankan tugas apapun, dari siapapun aku tidak pemah memikir akan jadi
pahlawan." Kata Loan Nio Nikouw pula. Lalu dia meneruskan. "Kalau kau bosan, tak
usah kau dengar semua ucapanku."
"Loan Nio, mengapa kau jadi begitu keras kepala. Aku ingin menyelamatkanmu dari
bencana. Ah, aku khawatir. Jangan-jangan kau telah tertarik pada pemuda berambut
gondrong itu."
Si Cantik Dari Tionggoan 54
Di balik kain merah penutup muka, wajah Loan Nio Nikouw menjadi merah oleh
ucapan pemuda muka tengkorak. Tanpa banyak bicara lagi dia segera tinggalkan
tempat itu. Liok Ong Cun sesaat tertegun Lalu berteriak keras dan memukul
dinding goa dengan tangan kanan hingga hancur berantakan.
"Gadis itu sudah tergerak hatinya padaku. Tapi kini setan gondrong keparat itu
yang jadi ganjalan. Jangan-jangan Loan Nio sudah kena guna-gunanya. Aku banyak
mendengar cerita.
Negeri ini penuh dengan seribu satu macam ilmu guna-guna Ilmu pelet!" Habis
memukul dan memaki Liok Ong Cun keluar dari goa. Dia masih sempat melihat
bayangan Loan Nio Nikouw lalu mengajar ke arah larinya paderi itu.
***** KETIKA Wiro kembali ke Gedung Kadipaten Brebes, malam hampir sampai di
penghujungnya. Keadaan gedung terang benderang. Lampu menyala dimana-mana Di
bagian dalam dan luar gedung terlihat banyak orang. Di pintu gerbang selusin
perajurit pengawal berjaga-jaga. Di halaman dalam belasan pengawal tampakmundar-
mandir. Di luar tembok pagar halaman hampirduapuiuh pengawal melakukan
penjagaan. Wiro berpikir mencari akal bagaimana caranya agar bisa masuk ke dalam
tanpa menarik perhatian atau dicurigai. Dia punya dua tujuan kembali ke gedung
itu. Pertama untuk mencari dan mendapatkan kembali Pedang Naga Merah, topi serta
suling perakmilik Nionio Nikouw. Kedua menyelidik keterlibatan Adipati Brebes
dalam kematian Eyang Sepuh Kembar Tilu. Loan Nio Nikouw pernah cerita bahwa dia
ingin menemui Adipati Brebes untuk mencari tahu keberadaan dua buah dadu
mustika. Paderi ini mengatakan bahwa saat itu Adipati Karta Suminta satu-satunya
sumber petunjuk keberadaan dua buah dadu. Sementara itu sebelum menemui ajal
Eyang Sepuh Kembar Tilu minta Wiro agar mendapatkan dua buah dadu itu.
Di kamar dimana sang Adipati hendak menggagahi Loan Si Cantik Dari Tionggoan 55
Nio Nikouw Wiro sempat melihat sehelai jas hitam terletak di atas kursi. Wiro
keluarkan kancing baju besar yang diberikan Eyang Kembar Tilu padanya. Menimang-
nimang kancing itu beberapa lama lau memasukkannya kembali ke balik pakaiannya.
"Jika kancing ini tanggai dari jas milik Adipati Brebes, berarti dia yang
membunuh nenek aneh itu. Ku yang perlu kuselidiki..."
Selagi berpikir-pikir seorang pengawal lewat di depan Wiro, tengah melangkah ke
arah pintu gerbang, membekal sebilah tombak, Wiro mengukur-ukur. Pengawal ini
memiliki ukuran badan menyerupai dirinya.
"Celana dan bajunya pasti muat," ucap Wiro dalam hati.
Lalu dia mendekati sang pengawal.
"Pengawal, ada orang dibunuh dibalik semak belukar sana"
Si pengawal hentikan langkah, menatap Wiro sejurus lalu memandang ke arah semak
belukar di kejauhan yang ditunjuk Wiro.
"Kau siapa" Siapa yang dibunuh?" Pengawal bertanya.
"Saya Ngamino, petani dari Dukuh Turi. Yang dibunuh sepertinya seorang perajurit
Kadipaten," jawab Wiro.
"Hah!" Sang pengawal kaget" Lekas antarkan aku kesana"
"Ba... baik. Tapi kaujalan lebih dulu. Aku takut Perajurit Itu mati dengan lidah
mencelet dan mata mendelik..." Wiro berkata sambil mendorong punggung si
pengawal. "Hah"!" Si pengawal melangkah cepat ke arah semak belukar. Wiro mengikuti dari
belakang. Sampai di balik semak belukar si pengawal memeriksa lalu berpaling
pada Wiro. 'Tak ada mayat! Tak ada siapa-siapa di tempat ini!"
"Memang tak ada siapa-siapa di sini!" jawab Wiro sambil menyengir.
"Kurang ajari Aku sedang bertugas dan kau mempermainkan aku" Si pengawal marah
sekali lalu angkat tombaknya.
'Tidak, aku tidakmempermainkanmu. Aku cuma mau pinjam pakaianmu"
"Setan alas.-"
Makian si pengawal terputus. Totokan yang dihujamkan Wiro ke pangkal lehernya
sebelah kiri membuat pengawal itu Si Cantik Dari Tionggoan 56
langsung kaku dan gagu. Wiro tarik orang ini ke balik samak belukar.
Si Cantik Dari Tionggoan 57
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
DENGAN menyamar sebagai perajurit Kadipaten,mengenakan pakaian pengawai curian
di atas pakaian putihnya, membawa tombak Wiro melewati pintu gerbang Gedung Kadi
paten tanpa kesulitan. Rambutnya yang panjang digulung lalu ditutupi topi besar.
Saat itu menjelang pagi. Udara terang-terang tanah.
Di dalam gedung orang banyak sekali. Di sebuah ruangan besar jenasah Adipati
Karta Suminta dibaringkan dlatas ranjang besar kasur tebal diselimuti kain
sutera halus. Beberapa orang laki dan perempuan duduk bersimpuh mengelilingi
ranjang. Yang lelaki unjukkan wajah sedih, yang perempuan menangis. Mereka
adalah kerabat dekat mendiang Adipati Karta Suminta. Wiro melangkah sepanjang
sisi dinding mangan. Dia berusaha mencari dimana letak kamar tidur Adipati Karta
Suminta. Setelah berputar-putar cukup lama akhirnya Wiro berhasil juga menemukan kamar
itu. DI depan pintu kamar ada seorang pelayan perempuan gemuk pendek menunggui.
Seorang pengawal bicara dengan pelayan perempuan itu lalu pergi. Wiro segera
mendekati si pelayan.
"Saya ditugaskan memeriksa kamar tidur Adipati. Mungkin pembunuh Adipati masuk
kt sini dan meninggalkan tanda-tanda yang bisa dijadikan pengusutan. Saya merasa
tidak enak kalau memasuki kamar tanpa ada yang menyaksikan. Saya tidak mungkin
meminta izin istri Adipati yang sedang berduka."
Pelayan perempuan bertubuh gemuk pendek itu perhatikan Si Cantik Dari Tionggoan
58 Wiro beberapa lama.
"He... Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya." Sang pelayan keluarkan ucapan.
Suaranya bernada heran tapi juga ada rasa curiga.
Wiro tersenyum. "Saya pengawal baru di sini. Baru datang kemarin dari Slawi."
"Walau baru adalah aneh kalau disitu tidak tahu bahwa Adipati Karta Suminta
tidak punya istri..."
"Ah..." Wiro tertawa. "Terjebak aku" katanya dalam hati.
"Soal atasanku punya istri atau tidak, atau punya istri banyak, apakah saya
harus bertanya padanya atau menggunjingkan dengan orang lain" Mbok, saya masih
banyak tugas lain. Saya minta diizinkan masuk sekarang juga-."
Si pelayan akhirnya membuka pintu kamar. Sebelum masuk Wiro pura-pura bertanya.
"Simbok tidak ikutmasuk?"
Pelayan menggeleng. "Aku menunggu di luar saja..." katanya.
Wiro mengangguk. "Aku tidak lama."
Begitu Wiro masuk pelayan gemuk pendek ini segera beranjak pergi. Dia melangkah
cepat ke bagian depan gedung, menemui seseorang.
Di dalam kamar yang diperiksa Wiro adalah sebuah lemari pakaian besar. Di dalam
lemari ini dia melihat enam buah jas tutup tergantung rapi. Wiro cepat memeriksa
kancing setiap jas. Ternyata kancing-kancing jas tutup itu lengkap semua. Tak
ada yang hilang atau tanggal. Wiro keluarkan dari saku pakaiannya kancing baju
yang didapat dari Eyang Sepuh Kembar Tilu. Salah satu jas tutup yang ada dalam
lemari itu memiliki kancing yang sama bentuk serta warnanya Tapi semua kancing-
kancing jas tutup itu lengkap, tak ada yang tanggal.
"Mungkin saja kancingnya sudah diganti," pikir Wiro.
"Mungkin juga memang bukan dia pembunuh nenek aneh itu."
Wiro hendak menutup pintu lemari pakaian. Namun dia ingat sesuatu. Jas tutup
berkancing sama dengan yang ada padanya diperiksa ke dua sakunya. Dalam salah
satu saku Wiro menemukan sebuah kantong kecil, terbuat dari kain berwarna hitam.
Kantong ini kosong, tak berisi apa-apa Wiro menimang-Si Cantik Dari Tionggoan 59
nimang kantong itu sambil berpikir-pikir, akhirnya kantong kain hitam dimasukan
ke dalam saku pakaian. Lalu dia cepat-cepat melangkah ke pintu. Namun begitu
pintu dibuka langkah Wiro serta merta tertahan, dihadapannya berdiri dua orang
dengan sikap menghadang. Orang pertama, berdiri di sebelah kanan adalah si muka
kuda jubah biru mata satu Ki SentotBalangnipa.
Orang ini menyeringai lalu keluarkan ucapan.
"Menyamar jadi pengawail Kau kira kami ini orang-orang tolol"l" Pemuda keparat!
Pembunuh Adipati Karta Suminta!
Lancangnya kau memasuki kamar mendiang Adipati. Apa yang kau lakukan di dalam
sana"!"
Wiro melirik pada sebilah pedang bersarung yang dipegang Ki Sentot Balangnipa.
Dia segera mengenali. Pedang Itu adalah Ang Liong Kiam milik Nionio Nikouw. Di
pinggang Ki Sentot tersisip sebuah suling perak. Benda ini juga adalah milik
sang paderi. Wiro menyeringai. Sadar kalau orang sudah mengenali siapa dirinya
Wiro tanggalkan topi besar di kepala. Topi ini dilemparkannya ke arah wajah W
Sentot Balangnipa.
"Jahanaml" Sambil berteriak marah W Sentot Balangnipa cepatmenghindar.
"Aku ke dalam kamar mencari senjata itu. Ternyata ada padamu!" Wiro tudingkan
tombak yang dipegangnya ke arah pedang di tangan Ki Sentot Balangnipa.
"Mulut busuk dusta Kau kira aku tidak tahu spa yang kau lakukan di dalam sana
Aku mengintip semua perbuatanmu lewat atap kamar!"
"Matamu cuma satu Tapi masih doyan mengintipi Sebelumnya kau asyikasyikan
mengintip Adipati yang hendak merusak kehormatan gadis pemilik pedang itu! Tadi
kau mengintip akui Kucing beranakpun bisa-bisa kau Intipi Ha...
ha... hal" Wiro tertawa gelak-gelak.
Orang di samping Ki Sentot Balangnlpa kerenyitkan kening, rangkapkan dua tangan
di atas dada. Lalu Ikutan tertawa. Suara tawanya perlahan saja namun Wiro merasa
lantai yang dipijaknya bergetar. Wiro tidak tahu siapa adanya orang satu ini
yang agaknya memiliki tenaga dalam dan hawa sakti tinggi.
Si Cantik Dari Tionggoan 60
Sementara itu Ki Sentot Balangnipa sendiri tampak mengetam merah tampangnya.
Rahang menggembung, mata kirimendelik besar. Tangan kiri yang memegang sarung
pedang diangkat ke atas. Tangan kanan bergerak mencabut
"Srettl"
Pedang sakti keluar dari sarungnya. Cahaya merah langsung bertabur. Orang banyak
yang ada di tempat itu segera menjauh. Belasan pengawal menutup semua jalan
keluar. Orang kedua yang berdiri di samping Ki SentotBalangnipa adalah kakek bertubuh
kurus tinggi. Sepasang daun telinganya sangat lebar, mengingatkan Wiro pada daun
telinga sobatnya, si kakek berjuluk Setan Ngompol. Orang ini mengenakan jubah
hitam gombrang menjela lantai. Rambut panjang kasar seperti ijuk berwarna biru.
Sepasang alis juga berwarna biru sementara dua bola mata berwarna kelabu pekat
"Pendekar Dua Satu dua! Kau boleh menyandang nama besar dan punya nyali setinggi
langit Apa tidak mengerti kalau kau cuma punya satu nyawa"!" Orang yang tidak
dikenal Wiro itu membuka mulut sambil goleng-goleng kepala. Namanya Walang
Gambir. Dalam rimba persilatan tanah Jawa dia dikenai dengan julukan Kobra Bini.
Wiro menggaruk kepala. Sambil senyum cengengesan dia berkata "Orang gilapun tahu
kalau setiap manusia cuma punya satu nyawa. Mungkin kau satu-satunya manusia
yang punya nyawa satu setengah"!"
Ki SentotBalangnipa menyeringai. Pedang Naga Merah dimelintang di depan dada.
"Pendekar Dua Satu Dua. Ternyata kau memang orang sableng yang pandai melucu.
Dengar baik-baik. Jika kau sudi menyerah, umurmu mungkin bisa kami perpanjang
barang satu hari" Ucap kakek bertampang kuda. Dia sudah tahu kehebatan Wiro
bahkan sebelumnya sempat dihajar pendekar Ini. Itu sebabnya dia mencoba
menghindari perkelahian walau saat itu di sampingnya ada seorang
sobatberkepandaian tinggi yang bisa diandalkan. Selain itu Ki Sentot Balangnipa
juga ingin mengorek keterangan dari Wiro. Waktu mengintip dari atas Si Cantik
Dari Tionggoan 61
atap tadi dia melihat pemuda itu mengambil sesuatu dari kantong jas tutup milik
mendiang Adipati Karta Suminta.
"Soal menyerah gampang-gampang saja," sahut Pendekar 212. Tapi serahkan dulu
padaku pedang itu. Senjata itu bukan milikmu. Kau mencurinya!"
"Lantas apakah kau merasa pedang ini milikmu hingga kau lancang berani
meminta"!" tukas Ki Sentot Balangnipa.
"Pemiliknya adalah seorang paderi dari Cina. Dia sahabatku.
Aku mewakilinya untuk meminta senjata itu. Jelas"!"
"Pemuda setan Siapa percaya dirimu! Sekalipun paderi itu gendak atau istrimu aku
tidak menyerahkan pedang ini padamu. Tapi jika kau memaksa meminta silahkan
mengambili"
Habis memaki Ki SentotBalangnipa gerakkan tangan yang memegang-megang pedang.
"WuttT Sinarmerah menebar ganas, mengeluarkan hawa dingin.
Wiro angkat tangan kanannya yang memegang tombak.
"Traang!"
Seperti menahas ranting kering pedang sakti membabat buntung tombak besi di
tangan Wiro. Selanjutnya secepat kilat ujung pedang menyambar dalam gerakan
membalik. Tinggal sepertiga jengkal ujung senjata itu berada di depan leher Wiro
tiba-tiba Wiro dan Ki Sentot Balangnipa sama-sama terpental.
Wiro topangkan tangan ke lantai agar tidak terbanting jatuh.
Dadanya terasa sesak. Dia cepat mengatur jalan darah dan melompat bangkit!
Sebaliknya Ki Sentot Balangnipa sudah lebih dulu jatuh terjengkang! Dadanya
mendenyut sakit Pelipisnya bergerak-gerak. Apa yang terjadi" Apa yang
menyebabkan kedua orang itu terpental"
"Ada yang tidak beresi" membatin Walang Gambir yang bermata tajam. Dia berbisik
pada Ki Sentot "Amankan pedang."
Lalu dia melompat ke hadapan Pendekar 212. "Anakmuda, kau mau menyerah atau
ingin mampus saat ini juga"!"
'Tua bangka jelek Kau ingin sekali melihat aku mati! Melihat tampangmupun baru
hari inil Kalau aku mampus apa kau mau ikutan"!"
Si Cantik Dari Tionggoan 62
Darah Walang Gambir alias Kobra Biru mengge!egak.Tapi dia masih bisa menguasai
diri. "Berlututlah minta ampun. Kami akan mengampuni selembar nyawa busukmu!"
'Tua bangka jeleki Bicaramu sombong amat. Apa kau tidak Melihat malaikat maut
sudah berdiri di sampingmu, siap hendak menjemput kau punya nyawa"!"
"Setan kurang ajar!" Walang Gambir marah sekali. Tapi dia berlaku cerdik. Tak
mau gegabah. Dia pergunakan tangan orang lain terlebih dahulu. "Ki Sentot habisi
bangsat inil"
Dengan Pedang Naga Merah di tangan Ki SentotBalangnipa menerjang.Sampai dia
melakukan serangan ini dia masih tidak mengerti apa yang membuat dia tadi
mental. Dengan mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya dan dialirkan
ke tangan yang memegang pedang, lelaki bermata satu ini bacokan senjata milik
Loan Nio Nikouw itu ke arah kepala Pendekar 212.
Wiro cepat melompat mundur. Lawan mengejar dengan garang.
"Wutt"
Seperti tadi, hanya tinggal sedikit lagi pedang sakti itu akan membelah batok
kepala Wiro, tiba-tiba Ki Sentot Balangnipa mengeluh pendek. Cahaya merah yang
memancar dari Pedang Naga Merah meredup lalu senjata ini terpental membal ke belakang. Ki
Sentot sendiri mencelat sampai empat langkah dan jatuh terbanting di lantai.
Dari sudut bibirnya meleleh darah kental. Tampangnya tampak seputih kain kafan!
Walau tidak menderita separah lawannya namun Wiro juga jatuh terduduk di lantai
ruangan. Dadanya mendenyut sakit seperti ada satu batu raksasa menghimpit Mulut
terasa asin. Ada darah membersitdi tenggorokannya!
"Gila, aku terluka di dalam. Apa yang terjadi?"
Wajah putih Ki Sentot Balangnipa berubah garang. Sekali melompat dia sudah
berdiri. Ketika dia kembali hendak menyerang dengan pedang di tangan, Walang
Gambir cepat menghalangi.
"Ki Sentot mundurlah. Biar aku yang menangani bangsat Si Cantik Dari Tionggoan
63
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pembunuh Adipati Karta Suminta ini! Kita tidak perlu membuang waktu berlama-
lama! Kalau kita sudah memutuskan dia harus mati, dia memang harus mampus!"
Kalau bukan Walang Gambir yang melarang Ki Sentot Balangnipa pasti tidak mau
perduli. Amarah dan dendamnya terhadap Wiro bukan alang kepaiang.
"Pemuda terkutuk. Menurut aturan kau seharusnya dihukum gantung karena telah
membunuh Adipati Karta Suminta. Tapi aku akan mempercepat kematianmul Lihat
wajahku!" Walang Gambir sorongkan kepalanya ke depan.
"Wajahmu jelokl" kata Wiro pula.
Walang Gambir tidak pe;du!ikan ejekan orang. Begitu selesai berucap dia usapkan
tangan kiri ke wajah.
"Dessl"
Terdengar satu letupan halus disertai kepulan asap tipis berwarna biru. Lalu
settt.. leher Walang Gambir saat itu juga menjadi panjang. Kepala berubah
menjadi kepala seekor ular kobra besar berwarna birui Mata mendelik merah, mulut
terpentang lebar memperlihatkan deretan gigi runcing tajam dan lidah yang
menjulur merah. Inilah Ilmu kesaktian dahsyat yang dimiliki Walang Gambir yang
membuat dia dijuluki Kobra Biru! Puluhan orang termasuk belasan tokoh rimba
persilatan telah menemui ajal di tangan kakek ini.
Pendekar 212 dalam kagetnya segera bergerak mundur.
"Kau tak bisa bergerak. Kau tak bisa melangkahi"
Wiro tersentak kaget Saat itu dia benar-benar tak bisa bergerak, sekalipun sudah
menggerakkan seluruh tenaga. Dua kakinya terasa berat Jangankan melangkah,
menggeserpun tak sanggup dllakukanya.
"Celaka! Tua bangka ini menyihirku!"
Yang dilakukan Walang Gambir dengan ilmunya bukan cuma menyihir Wiro tapi juga
menyerangnya. Kepalanya yang telah berubah menjedi kepala ular Kobra biru
mendesis keras laki melesat ke arah kepala Wiro. Untuk beberapa lamanya mulut
kobra biru menancap di kening Wiro tanpa pendekar Ini bisa berbuat apa-apa. Saat
itulah tiba-tiba terdengar jeritan keras Si Cantik Dari Tionggoan 64
disertai berkelebatnya satu bayangan merah.
Ki Sentot Balangnipa berteriak kaget keti ka mendadak ada yang merampas pedang
di tangan kanannya. Belum sempat , dia mencari tahu siapa yang melakukan hal
itu, satu tendangan bersarang di dadanya. Untuk kedua kalinya si mata satu ini
berteriak, kali ini karena kesakitan. Untuk kedua kalinya pula darah membersit
dari mulutnya. Dalam keadaan seperti itu sepasang matanya melihat satu
pemandangan berbahaya. Dia lalu berteriak.
"Ki Walangl Awas serangan pedang di belakangmul"
Walang Gambir alias Kobra Biru mendesis dan bergerak cepat Namun masih kalah
cepatdengan datangnya sambaran Ang Liong Kiam.
"Crasssl"
"Dessl"
Lolongan aneh menggelegar mengerikan di dalam gedung.
Asap bini mengepul lalu sirna. Kurungan kepala Ular kobra mencelat di udara lalu
jatuh ke lantai ruangan. Beberapa orang yang ada di ruangan itu lari berpekikan.
Begitu sosok Walang Gambir jatuh ke lantai, ujud kepala ular kobra biru berubah
menjadi kepala asli Walang Gambir! Untuk kesekian kalinya orang banyak
berpekikan ngeri. Ki Sentot Balangnipa sendiri merasa tengkuknya dingin lalu
terkapar pingsan.
Keanehan dan kengerian tidak hanya sampai di situ. Tiba-tiba satu letusan
dahsyat menggelegar disertai menebarnya asap biru. Ketika asap sirna, potongan
kepala dan sosok tubuh Walang Gambir yang tadi tergeletak di lantai tak ada lagi
di tempat itul "Loan Niol Lekas tinggalkan tempat inil"
Ada orang berteriak dalam bahasa Cina. Seorang pemuda bermuka tengkorak mencekal
tangan kiri orang yang memegang pedang dan tadi menabas leher Walang Gambir.
Ternyata orang ini bukan lain adalah Kiang Loan Nio Nikouw sang paderi berwajah
cantik yang saat itu kemunculannya disusul oleh Liok Ong Cun.
"Tidak! aku harus menolong Saudara Wie lebih dulu!" teriak Si Cantik Dari
Tionggoan 65 Loan Nio Nikouw lalu hendak melompat ke arah Wiro yang saat itu berdiri tidak
bergerak, sepasang mata membeliak besar. Di keningnya ada sebuah luka berwarna
biru. Warna biru ini menjalar ke seluruh wajah, turun ke leher, terus ke seluruh
badan sampai ke ujung kaki. Bahkan rambutnya yang gondrong juga berubah birui
Jelas satu racun jahat telah merasuk ganas mulai dari kepala sampai ke kaki sang
pendekarl Tinggalkan dia. Perlu apa ditolong! Dia telah berbuat jahat hendak memperkosamul
Ayo ikut aku!"
Dengan sekuat tenaga Liok Ong Cun menarik tangan Loan Nio Nikouw. demikian
kuatnya tarikan ini hingga Liok Ong Cun berhasil membawa paderi itu sampai ke
halaman depan. "Liok Ong Cunl Lepaskan tanganmu atau kutabas dengan pedangl" Loan Nio Nikouw
mengancam. "Perempuan keras kepala. Jangan cuma tangan, leherku boleh kau tabasl" teriak
Liok Ong Cun. "Jika kau memang suka pada pemuda itu pergilah! Dia diserang racun
ganas Tak ada obat yang bisa menyembuhkannya! Tak ada orang pandai yang bisa
mengobatinya! Kau hanya akan mendapatkan bangkainya!" Penuh geram pemuda
bertopeng wajah tengkorak itu lepaskan cekatannya di pergelangan tangan kiri
Loan Nio Nikouw lalu menghambur pergi tinggalkan halaman Gedung Kadipaten!
Ketika lewat di pintu gerbang, saking geramnya Liok Ong Cun tendang sebuah arca
batu hingga hancur berkeping-keping.
Begitu ditinggal Liok Or.g Cun dengan cepat Loan Nio Nikouw lari masukke dalam
gedung kembali. Namun Pendekar 212 tak kelihatan lagi. DI lantai Ki Sentot
Balangnipa terkapar pingsan tertelungkup! Tangan kiri masih memegang sarung Ang
Liong Kiam. Loan Nio Nikouw cepat ambil sarung pedang miliknya itu. Dia tidak
melihat suling perak miliknya yang terselip di pinggang sebelah depan KI Sentot
Paderi ini memandang berkeliling lalu berkelebat ke beberapa bagian dalam gedung
mencari Wiro. Belasan perajurit Kadipaten yang ada di tempat itu tidak berani
bertindak menghadang apalagi menangkapnya.
"Aku tak menemukan pemuda itu. Ada musuh yang Si Cantik Dari Tionggoan 66
menculiknyal Racun yang menyerang dirinya jahat sekali.
Jangan-jangan saat ini dia sudah menemui ajal! Ah, kemana aku harus mencari!"
Loan Nio Nikouw memandang berkeliling.
Saat itulah tiba-tiba terdengar teriakan.
"Tangkap perempuan bercadar itu!"
Selusin perajurit pengawa! Gedung Kadipaten yang sejak tadi hanya bisa mengawasi
dari jauh kini bergerak menebar mengurung Loan Nio Nikouw. Di depan sekali
berdiri pimpinan mereka, seorang lelaki bertubuh tinggi besar berkumis tebal
melintang dan berewokan lebat
"Tangkapi" Untuk kedua kalinya si berewok ini memberi perintah. Dua belas
pengawal serta merta menyerbu Loan Nio Nikouw. Dalam kesal dan khawatir sang
paderi melesat ke udara.
Kaki kanan menginjak kepala pengawai, sarung pedang di tangan kiri berkelebat
kian kemari. Kepala pengawal coba menangkap kaki Loan Nio Nikouw tapi justru hidungnya
disambar tumit sang paderi hingga berderak patah dan kucurkan darah. Orang ini
terbungkuk-bungkuk, meraung kesakitan laiu jatuh terjerembab di lantai.
Sementara itu lima perajuritberpekJkan sambil pegangi kepala mereka yang terluka
dan benjut di kemplang sarung pedang.
Masih untung Loan Nio Nikouw tidak memecahkan kepala mereka.
Sebelum molesat ke pintu Loan Nio Nikouw berkelebat ke arah ranjang dimana
jenazah Adipati Karta Suminta dibaringkan. Dengan cepat dia menarik kain sutera
yang menutupi bagian atas jenazah. Walau cuma sebentar dan wajah jenazah itu
dalam keadaan gosong hitam namun paderi masih bisa mengenali bahwa itu memang
adalah wajah dan jenazah sang Adipati.
Di luar hari sudah terang. Loan Nio Nikouw tak tahu mau bergerak ke arah mana.
Akhirnya paderi Ini berkelebat ke jurusan timur seolah sengaja menyongsong
kedatangan sang surya.
Si Cantik Dari Tionggoan 67
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
HA-HU ha-hu." Dua nenek kembar rambut kelabuberjubah kuning baringkan tubuh
Pendekar 212 di lantai dangau. Dangau ini adalah tempat dimana dulu Eyang Sepuh
KembarTilumenemui ajal dibunuh oleh seseorang yang sampai saat itu tidak
diketahui siapa adanya. Sekujur badan Wiro mulai dari rambutsampai kepala dan
mata terus ke ujung kaki berwarna biru akibat racun jahat Kobra Biru. Dua nenek
jejadian bicara ha-hu ha-hu sambil dua tangan bergerak kian kemari. Mereka
tengah dilanda kebingungan bagaimana caranya menolong Wiro yang saat itu berada
dalam keadaan kaku, tak bisa bergerak tak mampu bicara, dua mata mendelik tak
berkesip. "Ha-hu ha-hu..." Nenek di sebelah kiri berucap sambil jari-jari tangan mem beri
isyarat Dia memberi tahu pada kembarannya kalau sampai maiam nanti mereka tidak
bisa menolong maka Wiro akan menemui ajal. Nenek satunya menyahuti dengan
gerakan tangan pula dan bicara ha-hu ha-hu sambil air mata meluncur di pipi yang
keriput. Gerak isyarat tangannya mengartikan bahwa mereka tidakmungkin
memusnahkan racun yang ada dalam tubuh dan aliran darah pemuda itu. Dia juga
mengingatkan pada saudara kembarnya bahwa dulu di dangau ini Eyang Sepuh Kembar
Tilu menemui kematian. Jangan-jangan Wiro juga akan mengakhiri riwayatnya di
tempat ini. Sesuai permintaan Eyang Sepuh Kembar Tilu mereka sangat mengharapkan
agar Wiro mencari dan membunuh orang yang telah membunuh nenek kembaran asli
mereka itu. Karena hanya Si Cantik Dari Tionggoan 68
dengan cara itulah penyakit gagu yang mereka derita akan lenyap. Dua nenek sama-
sama sesunggukan menahan tangis.
Lalu yang satu kembali bicara ha-hu ha-hu dan gerak-gerakan tangan. Dia
menyampaikan kalau tidak bisa menolong menyembuhkan
palingtidakmerekaharusdapatmembuatWiro sadar dan mampu bicara.
Dua nenek itu kemudian sibuk memeriksa aliran darah di sekujur tubuh Pendekar
212, menotok beberapa urat besar.
Sampai sepeminuman teh berlalu keadaan Wiro tidak berubah.
Mendelik kaku tak bisa keluarkan suara.
Dua nenek terduduk bingung. Mereka perhatikan wajah Wiro yang pada keningnya ada
luka terkuak sebesar ujung ibu jari tangan. Ini adalah luka bekas patukan Kobra
Biru, ular jejadian kakek jahatWalang Gambir.
"Ha-hu ha-hul" Nenek di sebelah kanan menunjuk ke arah luka di kening Wiro.
Gerakan tangannya memberi tahu pada kembarannya agar mereka coba melakukan
sesuatu pada luka itu. "Ha-hu ha-hu..." Nenek Ini letakkan telapak tangan
kanannya di atas luka. Lalu telapak tangan kiri ditindihkan di atas tangan
kanan. Nenek kedua bersimpuh di belakang. Dua tangan ditempelkan ke punggung
kembarannya. "Ha-hu ha-hul"
Dua nenek kembar sama-sama kerahkan tenaga dalam lalu menyedot. Empat tangan
bergetar hebat. Dua tubuh bergoncang. Ada aliran cahaya biru tersedot dari
kening Wiro, mengalir melalui tangan lalu masuk ke dalam tubuh dua nenek kembar.
"Ha-hu ha-ha.... Huaaahhhhhl"
Dua nenek terjengkang, menjerit laiu muntahkan cairan biru. Untuk beberapa
lemanya mereka tergeletak tak bergerak dengan muka pucat dada mendenyut sakit.
Keduanya cepat alirkan hawa sakti di dalam tubuh untuk mencegoh keracunan.
Tiba-tiba mereka mendengar suara orang mengerang. Dua nenek serta merta bergerak
bangun. Memperhatikan ke arah Wiro mereka melih t dua bola mata sang pendekar
yang masih berwarna biru bergerak-gerak sementara mulut komat-kamit Si Cantik
Dari Tionggoan 69
Wiro seperti hendak mengatakan sesuatu namun tak ada suara yang keluar.
"Ha-hu ha-hul"
Dua ner.ek sama-sama ulurkan tangan.Satu menotok urat besar jalan suara di
pangkal leher sebelah kiri, satunya menotok urat besar jalan suara di pangkal
leher sebelah kanan. Saat itu Wiro juga keluarkan suara seperti tercekik lalu
semburkan cairan kental berwarna biru. Muka dan tubuhnya basah oleh keringat
dingin. "Dimana ini... Apa yang terjadi?" Dia berusaha menggerakkan fcmgan. Tak bisa.
"Tubuhku kaku.?"
Dua nenek tampak gembira melihat dan mendengar Wiro bisa bicara
"Ha-hu ha-hu..."
Wiro gerakkan kepala, tapi tidak mampu. Dia hanya bisa memutar bola mata,
memperhatikan. "Ah, kalian rupanya. Nek..." Aku tak bisa menggerakan tangan. Dua kaki kaku.
Sekujur tubuhku terasa panas..."
"Ha-hu ha-hu." Nenek di sebelah kanan membuat gerakan isyarat dengan kedua
tangannya. Wiro memperhatikan dan coba mengartikan isyarat gerakan tangan si
Geger Kitab Inti Jagad 1 Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Tiga Iblis Pulau Berhala 2
berdaya. Sesaat lagi ujung pedang akan menembus perut pendekar Tionggoan itu,
Wiro berubah pikiran.
Si Cantik Dari Tionggoan 35
"Craassl"
Pedang Ular Hijau ditancapkannya ke tanah di antara dua pangkal paha Liok Ong
Cun. "Bunuh! Aku tidak takut matil ucap Liok Ong Cun.
"Keparatl silahkan kau mau omong apa. Tadi kau meludahi Mukaku. Sekarang terima
balasannya!"
Wiro selorotkan celananya ke bawah. Lalu serr! Air kencingnya mancur membasahi m
uka orang. Sebagian masuk ke datam mulut Liok Ong Cun hingga pemuda ini
keluarkan suara menggorok, sulit bernafas. Mau tak mau giek, gtek, glek,
akhirnya dia terpaksa menelan air kencing yang menggenang didalam mulutnya!
"Manusia jahanam.'" rutuk Liok Ong Cun. "Aku bersumpah mengorek jantungmu
mencincang tubuhmu!"
Si Cantik Dari Tionggoan 36
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
etika Wiro sampai di depan gedung kediaman Adipati Brebes, pintu gerbang dalam
keadaan terkunci dan suasana serba sunyi.
"Sial, gara-gara pemuda sinting tadi aku jadi terlambat Paderi itu tidak
kelihatan. Apa dia sudah masuk ke dalam gedung?"
Wiro naik ke sebatang pohon yang salah satu cabangnya menjulal ke arah tembok
gedung Kadipaten. Untuk beberapa lama dia mendekam memperhatikan keadaan.
Seperti di luar, halaman dalam gedung Kadipaten juga tampak sunyi. Tak kelihatan
seorang pengawalpun. Gedung besar tempat kediaman Adipati Brebes itu bagian
depannya terselubung kegelapan. Tak ada satupun lampu menyala. Wiro merasa tidak
enak. Jika seorang tuan rumah menunggu kedatangan tamu penting, adalah aneh
rumahnya berada dalam keadaan gelap seperti itu.
Dari cabang pohon Wiro melompat ke atas tembok lalu melayang turun kehalaman
dalam. Belum lama dia menginjakkan kaki di tanah tiba-tiba terdengar orang
berteriak. "Ada orang menyusup di halaman dalami"
Saat itu juga tiga orang pengawal bersenjata tombak dan satu mencekal golok
berkelebat dalam gelap mengurung Pendekar 212.
"Aku bukan penyusup! Aku mencari seorang teman yang Si Cantik Dari Tionggoan 37
malam ini menemui Adipati Brebes. Temanku itu seorang paderi perempuan dari
negeri Cina!" Wiro menjelaskan.
Empat orang pengawal Gedung Kadipaten mana mau perduli.
"Menyerah atau kami akan membunuhmu saat ini juga!" salah seorang pengawal
membentak. "Antarkan aku menghadap Adipati!" Kata Wiro pula.
Empat pengawal takmenyahufj. Yang menjawab tombak dan golok.
Tiga mata tombak menusuk ke arah dada, perut dan pinggang sementara golok besar
berkelebatmengincar kepala.
"Sial!" Wiro memaki jengkel. Dia bergerak cepat Tangan dan kaki berkelebat Dua
pengawal terjengkang pingsan begitu tendangan dan kepalan Wiro menghantam
mereka. Pengawal ke tiga yang memegang golok keluarkan keluhan pendek lalu
tertegun kaku tak mampu bergerak atau bersuara karena urat besar di leher
kanannya telah ditotok.
Pengawal ke empat yang memegang tombak rupanya memiliki ilmu silat paling
tinggi. Tombak di tangannya dibolang-baling, menderu kian kemari.
"Kunyuk gondrong! Amblas perutmu! Jebol ususmu!"
Teriak pengawal ini sambil kirimkan satu tusukan kilat ke perut Wiro. Dia begitu
yakin serangannya akan menemui sasaran.
Dia tidak tahu tengah berhadapan dengan siapa.
Wiro mundur satu langkah. Tangan kiri melesat ke depan. Si pengawal kaget bukan
main sewaktu tombaknya dicengkeram lalu dibetot lepas. Dia cepat menerjang.
Namun gagang tombak keburu mengemplang kepalanya Tak ampun lagi orang ini roboh
pingsan ke tanah.
Wiro tinggalkan empat pengawal yang bergelimpangan di halaman gedung. Dia segera
hendak berkelebatmenuju pintu depan. Namun tidak sengaja matanya melihat ada
seseorang mendekam di atas salah satu wuwungan gedung.
"Kalau dia pengawal, mengapa berada di atas atap. Kalau dia paderi perempuan itu
mengapa bertamu di atas wuwungan."
Pikir Wiro. Bangunan gedung Kadipaten memiliki beberapa wuwungan.
Si Cantik Dari Tionggoan 38
Wiro melesat ke wuwungan paling rendah lalu melompat ke wuwungan yang lebih
tinggi. Tak lama kemudian dia sudah berada di atas wuwungan dimana orang yang
tadi dilihatnya dari bawah berada. Orang ini berpakaian jubah biru gelap. Saat
itu dia tengah mengintip ke dalam bangunan lewat sebuah genteng yang sengaja
dibuka. Demikian asyiknya dia mengintip hingga tidak tahu kalau ada orang lain
naik ke atas atap. Juga tidak mendengar teriakan-teriakan di bawah sana. Tanpa
suara Wiro dekati si jubah biru. Wiro tepuk bahu orang ini lalu berkata."
"Sobat, kalau ada pemandangan bagus jangan dilihat sendiri.
Bagi-bagilah..."
Kejut si jubah biru yang adalah Ki Sentot Balangnipa bukan alang kepalang. Cepat
dia palingkan kepala.
"Keparat! Siapa kau"!" Ki Sentot Balangnipa membentak.
Dia memang sudah sering mendengar nama dan kehebatan Pendekar 212 Wiro Sableng
namun belum pernah melihat sendiri orangnya.
Melihat tampang orang yang menyerupai muka kuda, Pendekar 212 menyeringai "Eh,
matamu ternyata cuma satu.
Masih saja doyan mengintipi Minggir sana, aku mau lihat apa yang sedang kau
intipi" Wiro dorong bahu si jubah biru dengan pantatnya. Orang ini menggembor marah.
Tubuh dibungkukkan, kaki kiri menendang. Gerakannya cepat sekali.
"Wuttl"
Wiro tersentak kaget Bukan karena mendapat serangan mendadak begitu rupa, tapi
ketika melihat keadaan kaki kiri orang itu yang berbentuk kaki kuda lengkap
dengan ladam besinyal Wiro jatuhkan diri sama rata dengan atap bangunan.
Tendangan si jubah biru masih menyapu rambut di kepalanya.
Sebelum sempat orang menarik kakinya Wiro cepat menjotos.
"Bukkkl"
Ki Sentot Balangnipa keluarkan gerung kesakitan. Tubuh melintir akibat jotosan
yang melanda pangkal pahanya.
Tampangnya berubah seperti kepala kuda. Dari bagian atas atap dia gulingkan
diri, berusaha merangkul sosok Pendekar 212.
Si Cantik Dari Tionggoan 39
Wiro maklum lawan hendak mengajak jatuh bersama.
Dengan cepatdia membuang diri ke samping kiri sambil tangan kanan melepas satu
pukulan tangan kosong. Ki Sentot Balangnipa kebutkan lengan jubah sebelah kanan
dua kali berturut-turut
Wiro terkejut Kebutan lengan jubah lawan bukan saja mem-buyarkan pukulan tangan
kosongnya tadi tapi dia juga merasakan tubuhnya laksana didorong sebuah batu
besar. Karena kedudukan dua kakinya berada pada atap yang miring, dia tak mungkin
bertahan. Wiro kerahkan tenaga dalam untuk melindungi diri. Bersamaan dengan itu
dia pergunakan ilmu meringankan tubuh untuk cepat-cepat melompat ke atas.
Ki Sentot Balangnipa berusaha mengejar sambil melepas serangan tangan kosong
mengandalkan tenaga dalam tinggi.
Namun dia tidakmelihat lawan. Sebelum dia mengetahui dimana Wiro berada tiba-
tiba punggungnya dihajar satu tendangan keras. Tak ampun lagi orang ini mencelat
mental, menggelinding di atas atap, terus melayang ke bawah.
Ki Sentot Balangnipa memang tangguh. Walau punggung cidera berat namun dia masih
sanggup membuat gerakan jungkir balik di udara dan jatuh dengan dua kaki
menginjak tanah lebih dulu.
Wiro tidak perdulikan lagi orang itu. Dia cepat merangkak ke atas dan mengintai
ke dalam gedung lewat genteng yang terbuka dimana tadi Ki Sentot Balangnipa
melakukan pengintipan.
"Jahanam kurang ajari" Wiro memaki goram. Apa yang disaksikan membuat dia marah
besar. Di bawah sana, di atas sebuah ranjang seorang lelaki bertubuh besar
tengah menanggalkan pakaian seorang perempuan muda berkulit sangat putih.
Melihat wajah dengan kepala gundul semula Wiro hampir tidak mengenali perempuan
itu. Namun dari wama pakaian serta sebilah pedang bergagang kepala naga yang
terletak di atas meja, Wiro sadar peiempuan itu bukan lain adalah Nionio Nikouwl
"Aneh. mengapa paderi itu diam saja"l" Pikir Pendekar 212.
Si Cantik Dari Tionggoan 40
"Pasti ada yang tidak beres! Mungkin dia telah kena tolok!"
"Braakkk!"
Wiro tendang hancur atap bangunan lalu melesat turun ke dalam ruangan. Di udara
dia berjungkir balik satu kali. Begitu melayang turun kaki kanannya menendang
ganas ke arah kepala Adipati Brebes yang tengah berbuat mesum terhadap Nionio
Nikouw. Pada saat atap jebol, Adipati Karta Suminta sadar sesuatu terjadi diluar gedung.
Telebih lagi ketika ada sambaran angin di sampingnya. Secepat kilat Adipati ini
jatuhkan diri di atas tubuh Nionio Nikouw lalu menarik tubuh paderi Itu
menggelinding ke lantai. Begitu bangkit berdiri sosok sang paderi dipergunakan
sebagai tameng melindungi diri. Pakaian merahnya tersingkap lebar di sebelah
depan. "Bangsat gondrong! Siapa kau!" Bentak Adipati Karta Suminta.
"Manusia bejat! Lepaskan perempuan itu atau kuhancurkan kepalamu!" Teriak Wiro
lalu melangkah cepat mendekati.
"Berhentil Jika berani mendekat kupatahkan leher paderi ini!"
Adipati Brebes balas mengancam dan saat itu juga tangan kanannya yang berjari
besar mencengkeram batang leher Kiang Loan Nio Nikouw.
"Aku tidak perduli kau mau apakan paderi itu! Yang aku Inginkan adalah nyawa
busukmu!" Wiro melompat Termakan ucapan Wiro Adipati Brebes dorong tubuh sang
paderi ke depan. Sebelum tubuh itu tersungkur di lantai Wiro cepat merangkulnya.
Di saat yang sama Adipati Brebes berkelebat ke meja kayu jati di tengah ruangan,
menyambal Pedang Naga Merah dan sekaligus sreet.. Menghunus senjata milik Nionio
Nikouw Ini. Cahaya merah memancar di ruangan itu.
"Kurang ajar..." rutuk Pendekar 212. Dia cepat memanggul tubuh paderi Nionio.
melangkah ke kanan ke arah pintu ruangan.
"Kalian berdua akan mampus percuma di tempat ini!" teriak Adipati Brebes marah
besar. Sekali melompat pedang di tangan kanannya menderu dahsyat Wiro cepat
menyingkir. Cahaya merah disertai hawa dingin menggldikan memapas satu jengkal
di depan hidung Wiro. Kalau dia tidak cepat memutar diri sambil Si Cantik Dari
Tionggoan 41 bersurut dua langkah, pasti kaki Nionio Nikouw yang terjuntai akan kena dibabat
putus oleh Pedang Naga Merah miliknya sendiri!
"Manusia setani"
Baru saja Wiro memaki, Adipati Brebes sudah menyerbu kembali. Cahaya merah
bertabur menggidikkan dalam ruangan.
Di saat itu pula tiba-tiba dari atap yang jebol melayang turun satu sosok
berpakaian biru yang bukan lain adalah Ki Sentot Balangnipa.
"Ki Sentot Bantu aku membunuh dua orang ini!"
"Dua orang ini Adipati"!" Ki Sentot Balangnipa terkejut
"Bukankah-perempuan Cina itu perlu dibiarkan hidup" Si gondrong jahanam ini yang
musti dicincang!"
"Kau benar" ucap Adipati Karta Suminta seolah baru sadar bahwa dia masih ingin
melampiaskan nafsu bejatnya atas diri Nionio Nikouw. "Hati-hati Ki Sentot!
Jangan sampai gadis itu terluka Sang Adipati pentang tangan yang memegang pedang
lalu menyerbu. Ki Sentot Balangnipa goyangkan dua bahu, keluarkan suara
meringkik seperti kuda.
Saat itu juga tahu-tahu dia sudah memegang sepasang tali kekang kuda yang
merupakan senjata andalannya. Dengan dua senjata ini dia bisa membelah batu,
membabat putus tubuh manusia, juga mampu menjirat mengikat atau menggantung
orangl Wiro melihat bahaya mengancam begitu rupa tidak mau berlama-lama. Ketika Adipati
Brebes menerjang dengan Ang Liong Kiam dan Ki Sentot Balangnipa menyabatkan dua
buah tali kekang yang jadi senjatanya, Pendekar 212 Wiro Sableng segera angkat
tangan kanan. Begitu tangan memancarkan cahaya perak menyilaukan Wiro memu kul
ke arah Adipati Karta Suminta.
"Pukulan Sinar Matahari Adipati lekas menyingkir!" teriak Ki Sentot Balangnipa
yang telah sering mendengar kehebatan ilmu pukulan sakti itu. Habis berteriak
dia cepat-cepat jatuhkan diri ke lantai dan berguling menjauh, berlindung
dibalik ranjang besar.
Si Cantik Dari Tionggoan 42
"Wuss!"
Cahaya putih berkiblat Hawa panas menghampar.
Adipati Karta Suminta menjerit keras. Tubuhnya terpental ke dinding. Sesaat
tubuh itu seolah menempel lalu jatuh ke lantai dalam keadaan gosong hitam,
mengepul bau sangit daging terpanggang!
Asap tebal memenuhi ruangan.
Di luar terdengar suara banyak orang berlarian mendatangi para pengawal. Dari
atas genteng ada seorang melompat turun Pasti seorang yang punya kepandaian
tinggi. Ki Sentot Balangnipa walau sebagian jubah birunya hangus masih untung tidak
mengalami cidera. Hanya matanya terasa perih dan nafas menyesak. Didahului suara
meringkik keras dia hantamkan dua tali kekang kuda ke tengah mangan dimana tadi
Wiro berada. Namun saat itu Pendekar 212 sudah lenyap dari ruangan itu. Pintu
kamar tampak hancur berantakanl"
"Pengawal jangan biarkan bangsat gondomg itu kaburi Kejari" teriak Ki Sentot
Balangnipa. ****** Wiro menambahkan beberapa potong kayu kering di atas Onggok perapian yang hampir
padam. Goa dimana dia berada kembali menjadi terang benderang. Wiro menatap
sosok paderi Nionio yang sampai saatitu masih terbaring tak sadarkan diri.
Wajah cantik dengan kepala gundul. Sang pendekar jadi tersenyum sendiri. Dia
tidak pernah menduga kalau Nionio Nikouw berkepala gundul.Meski tanpa rambut
namun kecantikan Nionio Nikouw tetap memukau.
"Aneh rasanya, lucu, ada perempuan cantik berkepala botak. Baru sekali ini aku
melihat" Sambil senyum-senyum Wiro usap-usap kepala gundul sang paderi. Tidak
sampai disitu, dasar jahil dia dekatkan mulurnya ke kepala Nionio Nikouw lalu
menjilat kepala botak itu!" Weehh, asin!" Wiro tertawa sendiri.
Sebelumnya Wiro telah memeriksa keadaan diri paderi itu. Tak Si Cantik Dari
Tionggoan 43 ada tanda-tanda bekas totokan di tubuh Nionio Nikouw. Dari bibirnya yang agak
kebiruan Wiro menduga Nionio Nikouw tak sadarkan diri akibat keracunan.
"Pasti ini pekerjaan Adipati keparat itu..." kata Wiro dalam hati. Karena itu
dia segera menotok beberapa jalan darah di tubuh Nionio Nikouw agar racun tidak
tembus ke dalam jantung dan masuk ke otak. Sampai menjelang pagi paderi itu
masih belum sadar. Wiro jadi gelisah. Tiba-tiba dia ingat pada Kitab Seribu
Pengobatan yang ada daiam sebuah kantong kain dan disimpan di balik pakaiannya.
Wiro segera hendak mengeluarkan kitab itu untuk mencari tahu cara pengobatan
yang bisa dilakukan guna menolong Nionio Nikouw.
Seperti diceritakan dalam serial Wiro Sableng sebelumnya berjudul "Api Di Puncak
Merapi"' dengan bantuan mahluk alam gaib yang diberinya nama Purnama, kitab
tersebut berhasil didapatkan Wiro. Dalam kisah ini sebenarnya Wiro dalam
perjalanan menuju puncak Gunung Gede untuk menyimpan kitab tersebut di satu
tempat yang aman karena seperti diketahui pondok kedamaian Sinto Gendeng telah
roboh berentakan sewaktu terjadi perkelahian antara si nenek dengan Tua Gila.
Kemudian Sinto Gendeng menghancurkan sendiri pondok itu hingga musnah sama rata
dengan tanah. (Baca serial Wiro Sableng dalam Episode "Nyi Bodong")
Belum sempat Wiro mengeluarkan Kitab Seribu Pengobatan tiba-tiba dia melihat
kaki kiri Nionio Nikouw bergerak. Wiro cepat simpan Kitab Seribu Pengobatan ke
balik pakaian. Dia pegang urat besar di atas tumit kiri sang paderi. Terasa
hangat tanda jalan darahnya mulai lancar. Wiro lalu alirkan hawa sakti ke dalam
tubuh Nionio Nikouw lewat pegangan pada pergelangan tangan kanan. Sesaat
kemudian keluar suara mendesah halus dan mulut Nionio Nikouw. Menyusul perlahan-
lahan membukanya kedua matanya.
"Saudara Wio..." Kata-kata itu terucap sambil mata menatap sayu Pendekar 212.
Lalu Nionio Nikouw perhatikan tangannya yang dipegang Wiro. Kemudian melirik ke
atas, memandang ke kiri dan ke kanan lalu menatap ke arah perapian dan akhirnya
Si Cantik Dari Tionggoan 44
kembali memandang Wiro. "Saudara Wie, kita berada dimana"
Paderi itu tarik tangannya yang dipegang Wiro. Ketika dia memperhatikan dirinya
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kejutnya bukan olah-olah. Wajahnya mendadak sontak menjadi bersurut menjadi
merah. Nionio Nikouw serta meria bangun dan duduk lalu tersurut menjauhi Wiro
sampai punggungnya menyentuh dinding goa.
"Saudara Wie, apa yang terjadi" Apa yang kau lakukan terhadapku"! tanya Loan Nio
Nikouw. Tangan kiri menutup dada pakaian yang tersingkap, tangan kanan meraba ke
punggung. Karena Wiro tak segera menjawab paderi perempuan itu bangkit berdiri. Sepasang
matanya membesar, memandang tak berkesip ke arah Wiro.
"Dimana pedangku"!"
Tiba-tiba ada seseorang m uncul di mulut goa. Orang yang datang ini keluarkan
ucapan. "Loan Nio. bangsat berambut gondrong ini barusan hendak memperkosamu. Untung aku
datang. Dia pula yang telah mencuri Pedang Naga Merah milikmu. Senjata itu
disembunyikannya di satu tempat Kau saksikan sendiri apa yang telah dilakukannya
terhadapku!"
Orang yang bicara melangkah masuk sehingga wajah dan sosoknya kelihatan jelas
diterangi nyala perapian.
Kiang Loan Nio Nikouw menjerit keras. Wiro tidak tahu apa yang diucapkan orang
di mulut goa karena dia berkata dalam bahasa Cina. Namun melihat keadaan sang
paderi yang mendadak tampak marah besar seperti mau menerkamnya Wiro yakin orang
di mulut goa telah mengatakan sesuatu yang dahsyat! Tanpa berpaling, dari
suaranya saja Wiro sudah mengenali. Orang itu bukan lain adalah LiokOng Cun.
"Saudara Wie! Benar... benar"!"
"Benar apa Nionio?"
"Kau hendak memperkosaku! Kau mencuri Pedang Naga Merah!"
"Nionio, aku belum gila melakukan hal bejat itul Pasti bangsat muka tengkorak
ini mengarang cerita mengumbar mulut fitnah! dia Si Cantik Dari Tionggoan 45
hendak menarik perhatianmu!
"Loan Nio, apapun yang dikatakannya jangan percayai Demi cintaku padamu aku akan
membunuhnya saat ini juga! Apakah kau tidak akan membantuku menghajar orang yang
hendak mencelakai dirimu ini"!" Liok Ong Cun cepat keluarkan ucapan karena
merasa orang tengah berusaha membela diri.
Selesai berucap Liok Ong Cun cabut pedangnya.
Loan Nio Nikouw meraba ke pinggang, mencari suling perak.
Tapi benda itu tak berhasil ditemukan. Dia mengusap muka meraba kepala dan jadi
terpekik ketika menyadari bahwa topi sekaligus cadar yang menutupi kepala serta
wajahnya tak ada lagi! Dengan cepat paderi ini robek ujung bawah kiri kanan
pakaian merahnya. Robekan kain yang cukup lebar Ini dijadikannya destar penutup
kepala serta cadar pelindung wajah. Dengan mata menyorot Loan Nio Nikouw
memandang ke arah Pendekar 212.
"Saudara Wie. aku tidak menyangka begitu bejat budi pekertimu! Aku mengira kau
seorang sahabat yang bisa dimintai tolong! Ternyata kau iblis terkutuk!"
"Nionio, dengar dulu keteranganku..." ucap Wiro.
"Aku tak butuh keterangan. Aku ingin membunuhmu saat ini juga!" Loan Nio Nikouw
berteriak keras lalu menerjang.
Walau cuma mengandalkan tangan kosong namun dengan ilmunya yang tinggi dua
tangan bisa seganas senjata tajam atau pentungan besi!
"Celaka Kenapa bisa jadi begini"!" ucap Pendekar 212
Dia cepat rundukkan kepala. Pukulan Loan Nio Nikouw menghantam dinding goa.
Dinding berupa batu keras itu hancur, bolong besari "Gila!" Wiro kembali memaki.
Sementara dari kanan Liok Ong Cun putar tangannya yang memegang pedang.
"Wuttti" Pedang Ular Hijau menyambar. Cahaya hijau berkiblat Wiro jatuhkan diri
ke lantai goa sambil dua tangannya menyambar dua kayu perapian. Kayu di tangan
kiri dilempar ke arah Nionio Nikouw hingga paderi perempuan ini terpaksa tahan
serangan yang hendak dilancarkannya. Walau cuma kayu tapi Si Cantik Dari
Tionggoan 46 karena dialiri tenaga dalam, setelah tidak mengenai sasaran kayu itu menancap di
dinding goa. Dengan kayu berapi di tangan kanan Wiro kemudian menyerang Liok Ong
Cun. Pendekat dari Tionggoan ini mendengus. Sekali pedangnya membabat kayu api di
tangan Wiro buntung.
"Kalau tidak kuhabisi manusia satu ini bisa membuat urusan panjang tak karuan di
kemudian hari!" Berpikir sampai di situ Wiro siap melepas Pukulan Sinar Malahan.
Namun entah mengapa dia mengganti dengan pukulan Benteng Topan Melanda Samudera.
Dia kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Angin dahsyat menggebu-gebu.
Liok Ong Cun berteriak marah ketika melihat serangannya menjadi buyar. Sambil
membolang balingkan pedang membentengi diri dia melompatmeneijang Wiro. Wiro
sambut dengan dorongkan tangan kanan.
"Wusss!"
Liok Ong Cun terjengkang di tanah Pedang Ular hijau nyaris terlepas. Wiro
melompat di atas tubuhnya, melesat keluar goa. Uok Ong Cun berusaha membabat
kaki Wiro namun dadanya keburu sesak. Lalu pemuda Tionggoan ini semburkan darah
kental. Dia termasuk hebat Orang lain yang terkena hantaman pukulan Benteng
Topan Melanda Samudera berkekuatan tenaga dalam penuh pasti sudah remuk sekujur
tubuhnya. "Manusia pengecut! Kau bisa lari sekarang! Aku akan mencarimu sampai ke ujung
dunia!" teriak Kiang Loan Nio Nikouw.
"Paderi Nionio! Jangan menuduh aku pengecut!" Di kegelapan malam diluar goa
terdengar suara Wiro menyahuti teriakan sang paderi. "Aku terpaksa pergi karena
kau lebih percaya pada pemuda busuk muka tengkorak itu dari pada diriku! Jika
kau ingin tahu apa yang terjadi pergilah menyelidik ke Gedung Kadipaten Brebes!
Aku telah membunuh Adipati Karta Suminta demi menyelamatkan dirimu dari
perbuatan kejinya!"
"Dusta!" teriak Loan Nio Nikouw. Dalam keadaan masih Si Cantik Dari Tionggoan 47
marah dia berkelebat hendak mengejar. Tapi Liok Ong Cun mencegah.
"Manusia satu itu sangat berbahaya. Biarkan dia pergi: Oia tidak akan iolos dari
tanganku. Demi dirimu aku bersumpah akan menabas lehemyal Loan Nio, mungkin ini
saatyang baik bagi kita untuk bicara"
Mengingat dan merasa orang telah menolong dirinya, walaupun tidak suka pada
pemuda itu namun akhirnya Loan Nio Nikouw masuk kembali ke dalam goa dan duduk
di lantai. "Ong Cun, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini. Tapi tunggu..."
Sang paderi perhatikan wajah Liok Ong Cun yang masih ada noda-noda darah di
bagian bawah hidung dan sekitar bibir. "Aku melihatnodadarah di wajahmu. Suaramu
sengau seperti ada yang mengganjal di hidungmu. Sesuatu terjadi atas dirimu
sebelum kau berada di tempat ini..."
Liok Ong Cun jatuhkan diri ke lantai goa, duduk bersimpuh lalu mengarang cerita.
Si Cantik Dari Tionggoan 48
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
LOAN NIO," Liok Ong Cun mulai dengan kebohongannya."Kau tahu bagaimana besarnya
cintaku padamu. Sampai-sampai aku rela bunuh diri bahkan diluar sadarku aku
bicara kasar padamu.
Bukan itu saja, aku sampai ingin mati berdua bersamamu. Untuk semua itu aku
sangatmenyesal dan mohon maafmu. Aku tahu kau sudi dan mau memaafkan diriku..."
'Teruskan bicaramu. Yang sudah berlalu aku tidak keliwat memikir. Yang aku ingin
tahu apa sebenarnya yang telah terjadi.
Benar pemuda berambut gondrong itu hendak merusak kehormatanku?"
"Kau mungkin tidak percaya. Lihat wajahku Loan Nio.
Bibirku pecah, tulang hidung patah. Aku menderita luka di dalam. Itu yang telah
terjadi dengan diriku sebelum memergoki manusia keparat itu melakukan perbuatan
keji atas dirimu di goa ini. Sejak peristiwa di telaga, aku selalu memata-
matainya. Bukankah aku pernah mengeluarkan ucapan akan membunuh siapa saja lelaki yang
berani mendekatimu" Malam tadi aku mencegatnya di satu tempat Dia langsung
menyerangku. Aku harus mengakui dia memiliki ilmu silat dan kesaktian sangat
tinggi. Ilmu pedangku tidak berdaya. Kekuatan tenaga dalam dan hawa saktiku
tidak mampu menandinginya. Aku dihajar begini rupa. Tidak apa. Cepat atau lambat
dia akan menerima balasan dariku! Selain itu dia berkelahi secara licik. Oia
menghajarku lalu kabur begitu saja. Ada satu hal yang membuatku sangat
sakithati. Kau tahu apa yang dikatakannya Si Cantik Dari Tionggoan 49
sebelum pergi?"
"Mana aku tahu. Memangnya dia bicara apa?" tanya Loan Nio Nikouw pula.
"Katanya aku tak bakal mendapatkan dirimu karena kau telah tergila-gila padanya.
Kau akan menjadi miliknya. Kalau sudah dapat kau akan ditelantarkan lalu
ditinggalkanl Dia akan mempermainkan dirimu secara kejil Dia berkata aku tidak
akan mendapatkan dirimu sebagai seorang gadis utuh karena dia akan menodai
dirimu lebih dulu. Aku akan mendapat sisanya!"
"Kurang ajar sekalil" Loan Nio Nikouw jadi terbakar amarahnya. "Tidak ada
seorangpun lelaki yang bisa mem-perlakukan aku seperti itu." Sang paderi menatap
wajah tengkorak pemuda di hadapannya beberapa lama. Membuat Liok Ong Cun merasa
tidak enak. "Ong Cun, aku percaya pada ceritamu tentang perkelahianmu dengan
pemuda itu. Namun aku merasa heran. Setahuku kau tidak mengerti bahasa orang
disini. Bagaimana kau tahu semua kata-kata yang diucapkan pemuda itu lalu
menceritakannya padaku?"
Di balik topeng wajah LiokOng Cun menjadi sangat merah.
Dia tampak salah tingkah tapi masih bisa berdalih.
"Aku memang tidak mengerti bahasa yang diucapkannya.
Tapi dari gerak gerik serta sikapnya aku tahu apa yang dibicarakannya."
"Kau hebat sekali. Aku tidak tahu kau punya kepandaian mengartikan ucapan orang
dari gerak geriknya." kata Loan Nio Nikouw sambil tersenyum, entah memuji entah
mengejek. "Selama aku masih hidup, dia tidak bakal dapat mencelakai dirimu. Aku bersumpah
akan melindungimu setiap saat"
Loan Nio Nikouw tidak perduli ucapan Ong Cun. Selain itu, melihat bagaimana
Pendekar 212 Wiro Sableng telah menggebuk pemuda muka tengkorak ini, jelas Ong
Cun terlalu takabur.
"Ong Cun, bagaimana kejadiannya kau sampai di goa in dan memergoki pemuda itu
hendak menodai diriku?" tanya Loan Nio Nikouw.
"Setelah aku dipecundangi secara licik aku bertekad Si Cantik Dari Tionggoan 50
menuntut balas. Begitu dia pergi aku mencari jejaknya. Aku berhasil menemui
pemuda terkutuk itu di goa ini. Tapi pada saat dia hendak merusak
kehormatanmu..."
"Ong Cun, ketahuilah. Malam ini aku dan pemuda itu sebenarnya telah berjanji
akan bertemu di depan gedung kediaman Adipati Brebes. Aku minta dia menemaniku
menghadapi Adipati. Dia tidak muncul dalam waktu yang dijanjikan. Sekarang aku
tahu. Dia tidak datang memenuhi janji karena berkelahi denganmu."
"Loan Nio, sungguh aku tak menduga kau mempercayai musang berbulu ayam itu!
Kenyataannya kau lihat sendiri apa yang sekarang terjadi. Mengapa kau mau-maunya
membuat janji dengan pemuda terkutuk itu..."
Aku hanya menurut petunjuk Wakil Ketua Siauw Lim. Jika sampai di negeri ini
harus mencarinya untuk dimintai tolong Sebelumnya aku sama sekali tidak menaruh
curiga padanya Tapi jika dia memang orang jahat aku bisa saja berubah pikiran."
"Loan Nio, kau bukan cuma harus berubah pikiran. Tapi harus menjauhi pemuda itu!
Bahkan tidak salah kalau kau membunuhnya! Wakil Ketua tidak tahu apa-apa tentang
pemuda itu. Dia jauh di Tionggoan sana. Apa yang dia tahu tentang'
orang-orang di sini. Kau harus berhati-hati Loan Nio. Mulai sekarang kemana-mana
kita harus bersama-sama. Aku punya tanggung jawab menjaga keselamatanmu."
Loan Nio Nikouw terdiam beberapa lama. Kemudian dia berucap. "Aku masih tidak
mengerti mengapa aku bisa berada dalam goa ini. Pada hal seingatku saat itu aku
berada di gedung Adipati di Brebes.
"Loan Nio, nada bicaramu seperti membela pemuda itu.
Ketika aku sampai di goa ini, aku memergoki pemuda itu tengah menanggalkan
pakaianmu. Aku langsung menyerangnya dengan pukulan Lima Kuku Akhirat Apa kau
tidak melihat punggung pakaiannya yang robek dan lima guratan luka pada kulit
tubuhnya"!"
"Aku memang melihat.." jawab Loan Nio Nikouw. Namun dalam hati dia berkata "Jka
kau memang memergoki, mengapa Si Cantik Dari Tionggoan 51
susah-susah mengeluarkan Ilmu Lima Kuku Akhirat segala.
Bukankah kau membekal pedang sakti" Mengapa tidak langsung membacok kepalanya
dengan Pedang Ular Hijau"
Sekali bacok kepala pemuda itu pasti terbelahl Apa lagi kau menyerang dari
belakang."
Dari luka guratan di punggung Wiro, Loan Nio Nikouw bisa menduga kalau Liok Ong
Cun menyerang pemuda itu dari arah belakang.
"Seharusnya racun kuku jariku sudah membuat dia mampus saat ini. Tapi entah itmu
kebal setan apa yang dimilikinya hingga dia sanggup bertahan, tidak menemui
ajali" "Ong Cun... Jika pemuda itu hendak memperkosaku di tempat ini, bagaimana
kejadiannya topiku tak ada di sini. Juga kain putih penutup bagian dalam dadaku
tidak kutemui. Selendang ikat pinggangku lenyap. Lalu papan seluncurku juga hilang."
"Loan Nio, aku menduga pemuda itu sebelumnya hendak merusak kehormatanmu di
tempat lain. Namun kemudian dia memutuskan membawamu ke goa ini. Mungkin di sini
lebih aman. Mungkin juga topi dan kain penutup dadamu serta selendang jatuh di
tengah jalan. Loan Nio, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri apa yang
hendak dilakukannya.
Apakah kau tidak mempercayai diriku?"
Loan Nio Nikouw bukannya menjawab malah bertanya.
"Pedang Naga Merah milikku apa juga jatuh di jalan?"
"Pasti dia yang telah mencurinya! Senjata itu agaknya disembunyikan di satu
tempat" Ong Cun menatap wajah paderi cantik di hadapannya lalu berkata. "Loan
Nio, air mukamu menunjukkan kau tidak mempercayai keteranganku. Apa yang
diteriakkan pemuda itu tadi padamu sebelum kabur?"
"Ong Cun, aku percaya padamu. Namun ada beberapa kejadian yang membingungkan..."
"Kau hendak diperkosa orang yang kau sangka baik. Tentu saja kau jadi bingung.
Loan Nio."
"Bukan, bukan Itu maksudku" jawab Loan Nio Nikouw.
"Sebelumnya aku masuk seorang diri ke dalam Gedung Si Cantik Dari Tionggoan 52
Kadipaten. Aku bertemu dengan Adipati Karta Suminta. Dia pejabat tinggi dan
penguasa di daerah ini. Kami bicara lalu aku tak ingat lagi. Sesuatu pasti
terjadi atas diriku. Adipati itu menyuguhkan sejenis minuman..."
Berarti pemuda jahat itu menghadangmu setelah kau keluar dari Gedung Kadipaten.
Ketika kau lengah bisa saja dia menotokmu. Aku tidakyakin seorang pejabat mau
berbuat keji terhadap dirimu. Atau bisa saja begini. Pemuda itu berkomplot
dengan Adipati untuk mencelakaimu. Lalu membawamu ke goa ini dan mengaku justru
dia yang menyelamatkan dirimu.
Maksudnya jelas agar kau merasa berhutang budi dan kehormatan lalu pasrah
menyerahkan diri padanya!"
Loan Nio Nikouw terdiam.
"Satu bukti lagi bahwa pemuda itu orang jahat, mengapa dia melarikan diri begitu
saja" Dia takut belangnya akan ketahuan. Selain itu dia merasa tak sanggup
menghadapi kita berdua. Aku tadi mengadu nyawa untukmenyeiamatkan dirimu.
Sampai saat ini agaknya kau masih lebih mempercayai dia dari pada diriku. Aku
benar-benar merasa kecewa, Loan Nio. Loan Nio, dengar. Jika sekali lagi aku
berhadapan dengan pemuda itu aku akan mengeluarkan ilmu Manusia Bangkai. Aku
dendam sampai mati pada pemuda keparat satu ibu. Kau tahu, sebelum kabur dia
mengencingi mukaku!"
Wajah Loan Nio Nikouw berubah. Kejutnya bukan alang kepalang. Bukan karena
cerita Ong Cun bahwa mukanya telah dikencingi Wiro. Melainkan karena mendengar
ilmu yang disebut pemuda bertopeng muka tengkorak itu. Ilmu Manusia Bangkai
adalah satu ilmu setengah sihir yang sangat berbahaya.
Ilmu ini dimiliki oleh seorang tokoh sesat dari Gobi Pay berjuluk Pak San Kwi
Ong yang berarti Raja Setan Gunung Utara. Orang yang memiliki ilmu ini tubuhnya
akan berubah menjadi bangkai hidup berbau busuk luar biasa. Siapa saja lawan
yang terkena sentuhannya, bagian tubuhnya akan membusuk. Dalam waktu beberapa
hari kebusukan itu akan menjalar ke seluruh tubuh sampai ke kepala dan kaki. Tak
ada yang sanggup menyembuhkan. Berarti jangan harap korban bisa bertahan hidupi
Si Cantik Dari Tionggoan 53
"Aku tidak pernah mendengar kabar kapan pemuda ini mempelajari ilmu sesat itu.
Pasti setelah aku meninggalkan Siauw Lim beberapa waktu lalu. Turut kabar yang
aku dengar Pak San Kwi Ong punya kelainan badaniah. Dia hanya bernafsu pada
sesama jenis. Apa Ong Cun telah menyerahkan dirinya untuk mendapatkan ilmu itu"
Mengerikan, menjijikanl Dan manusia macam ini yang minta nikah dengankul Semoga
Thian menjauhkan aku darinya." (Thian=Tuhan).
Perlahan-lahan Loan Nio Nikouw bangkit berdiri. Banyak hal yang membuat
pikirannya kacau. Banyak ha! yang harus segera dilakukannya.
"Loan Nio, kau mau kemana?" tanya LiokOng Cun.
"Urusanku di Gedung Kadipaten belum selesai. Aku akan kembali ke sana..."
"Kau barusan saja menemui bahaya. Hampir celaka. Dan sekarang berkata hendak
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kembali ke Kadipaten. Lebih baik kita sama-sama tinggalkan tempat ini. Loan Nio,
tak ada yang lebih baik dari pada kembali ke Tionggoan. Kita menikah di sana."
"Manusia satu ini benar-benar keras kepala," kata Loan Nio Nikouw dalam hati.
Lalu dia berucap. "Kau mungkin lupa.
Aku pernah menerangkan ada tugas yang harus aku laksanakan dari Wakil Ketua
Siauw Lim. Aku akan pulang bila semua tugasku selesai. Lagi pula aku harus
menemukan Ang Liong Kiam kembali. Senjata itu sama nilainya dengan nyawaku. Aku
juga harus mencari topi. selendang serta papan seluncurku.
Suling perakku!"
"Aku bosan mendengar ceritamu itu. Tugas... tugas!
Kalaupun kau berhasil dalam tugasmu Siauw Lim tidak akan menjadikanmu pahlawan
besar." "Dalam menjalankan tugas apapun, dari siapapun aku tidak pemah memikir akan jadi
pahlawan." Kata Loan Nio Nikouw pula. Lalu dia meneruskan. "Kalau kau bosan, tak
usah kau dengar semua ucapanku."
"Loan Nio, mengapa kau jadi begitu keras kepala. Aku ingin menyelamatkanmu dari
bencana. Ah, aku khawatir. Jangan-jangan kau telah tertarik pada pemuda berambut
gondrong itu."
Si Cantik Dari Tionggoan 54
Di balik kain merah penutup muka, wajah Loan Nio Nikouw menjadi merah oleh
ucapan pemuda muka tengkorak. Tanpa banyak bicara lagi dia segera tinggalkan
tempat itu. Liok Ong Cun sesaat tertegun Lalu berteriak keras dan memukul
dinding goa dengan tangan kanan hingga hancur berantakan.
"Gadis itu sudah tergerak hatinya padaku. Tapi kini setan gondrong keparat itu
yang jadi ganjalan. Jangan-jangan Loan Nio sudah kena guna-gunanya. Aku banyak
mendengar cerita.
Negeri ini penuh dengan seribu satu macam ilmu guna-guna Ilmu pelet!" Habis
memukul dan memaki Liok Ong Cun keluar dari goa. Dia masih sempat melihat
bayangan Loan Nio Nikouw lalu mengajar ke arah larinya paderi itu.
***** KETIKA Wiro kembali ke Gedung Kadipaten Brebes, malam hampir sampai di
penghujungnya. Keadaan gedung terang benderang. Lampu menyala dimana-mana Di
bagian dalam dan luar gedung terlihat banyak orang. Di pintu gerbang selusin
perajurit pengawal berjaga-jaga. Di halaman dalam belasan pengawal tampakmundar-
mandir. Di luar tembok pagar halaman hampirduapuiuh pengawal melakukan
penjagaan. Wiro berpikir mencari akal bagaimana caranya agar bisa masuk ke dalam
tanpa menarik perhatian atau dicurigai. Dia punya dua tujuan kembali ke gedung
itu. Pertama untuk mencari dan mendapatkan kembali Pedang Naga Merah, topi serta
suling perakmilik Nionio Nikouw. Kedua menyelidik keterlibatan Adipati Brebes
dalam kematian Eyang Sepuh Kembar Tilu. Loan Nio Nikouw pernah cerita bahwa dia
ingin menemui Adipati Brebes untuk mencari tahu keberadaan dua buah dadu
mustika. Paderi ini mengatakan bahwa saat itu Adipati Karta Suminta satu-satunya
sumber petunjuk keberadaan dua buah dadu. Sementara itu sebelum menemui ajal
Eyang Sepuh Kembar Tilu minta Wiro agar mendapatkan dua buah dadu itu.
Di kamar dimana sang Adipati hendak menggagahi Loan Si Cantik Dari Tionggoan 55
Nio Nikouw Wiro sempat melihat sehelai jas hitam terletak di atas kursi. Wiro
keluarkan kancing baju besar yang diberikan Eyang Kembar Tilu padanya. Menimang-
nimang kancing itu beberapa lama lau memasukkannya kembali ke balik pakaiannya.
"Jika kancing ini tanggai dari jas milik Adipati Brebes, berarti dia yang
membunuh nenek aneh itu. Ku yang perlu kuselidiki..."
Selagi berpikir-pikir seorang pengawal lewat di depan Wiro, tengah melangkah ke
arah pintu gerbang, membekal sebilah tombak, Wiro mengukur-ukur. Pengawal ini
memiliki ukuran badan menyerupai dirinya.
"Celana dan bajunya pasti muat," ucap Wiro dalam hati.
Lalu dia mendekati sang pengawal.
"Pengawal, ada orang dibunuh dibalik semak belukar sana"
Si pengawal hentikan langkah, menatap Wiro sejurus lalu memandang ke arah semak
belukar di kejauhan yang ditunjuk Wiro.
"Kau siapa" Siapa yang dibunuh?" Pengawal bertanya.
"Saya Ngamino, petani dari Dukuh Turi. Yang dibunuh sepertinya seorang perajurit
Kadipaten," jawab Wiro.
"Hah!" Sang pengawal kaget" Lekas antarkan aku kesana"
"Ba... baik. Tapi kaujalan lebih dulu. Aku takut Perajurit Itu mati dengan lidah
mencelet dan mata mendelik..." Wiro berkata sambil mendorong punggung si
pengawal. "Hah"!" Si pengawal melangkah cepat ke arah semak belukar. Wiro mengikuti dari
belakang. Sampai di balik semak belukar si pengawal memeriksa lalu berpaling
pada Wiro. 'Tak ada mayat! Tak ada siapa-siapa di tempat ini!"
"Memang tak ada siapa-siapa di sini!" jawab Wiro sambil menyengir.
"Kurang ajari Aku sedang bertugas dan kau mempermainkan aku" Si pengawal marah
sekali lalu angkat tombaknya.
'Tidak, aku tidakmempermainkanmu. Aku cuma mau pinjam pakaianmu"
"Setan alas.-"
Makian si pengawal terputus. Totokan yang dihujamkan Wiro ke pangkal lehernya
sebelah kiri membuat pengawal itu Si Cantik Dari Tionggoan 56
langsung kaku dan gagu. Wiro tarik orang ini ke balik samak belukar.
Si Cantik Dari Tionggoan 57
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
DENGAN menyamar sebagai perajurit Kadipaten,mengenakan pakaian pengawai curian
di atas pakaian putihnya, membawa tombak Wiro melewati pintu gerbang Gedung Kadi
paten tanpa kesulitan. Rambutnya yang panjang digulung lalu ditutupi topi besar.
Saat itu menjelang pagi. Udara terang-terang tanah.
Di dalam gedung orang banyak sekali. Di sebuah ruangan besar jenasah Adipati
Karta Suminta dibaringkan dlatas ranjang besar kasur tebal diselimuti kain
sutera halus. Beberapa orang laki dan perempuan duduk bersimpuh mengelilingi
ranjang. Yang lelaki unjukkan wajah sedih, yang perempuan menangis. Mereka
adalah kerabat dekat mendiang Adipati Karta Suminta. Wiro melangkah sepanjang
sisi dinding mangan. Dia berusaha mencari dimana letak kamar tidur Adipati Karta
Suminta. Setelah berputar-putar cukup lama akhirnya Wiro berhasil juga menemukan kamar
itu. DI depan pintu kamar ada seorang pelayan perempuan gemuk pendek menunggui.
Seorang pengawal bicara dengan pelayan perempuan itu lalu pergi. Wiro segera
mendekati si pelayan.
"Saya ditugaskan memeriksa kamar tidur Adipati. Mungkin pembunuh Adipati masuk
kt sini dan meninggalkan tanda-tanda yang bisa dijadikan pengusutan. Saya merasa
tidak enak kalau memasuki kamar tanpa ada yang menyaksikan. Saya tidak mungkin
meminta izin istri Adipati yang sedang berduka."
Pelayan perempuan bertubuh gemuk pendek itu perhatikan Si Cantik Dari Tionggoan
58 Wiro beberapa lama.
"He... Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya." Sang pelayan keluarkan ucapan.
Suaranya bernada heran tapi juga ada rasa curiga.
Wiro tersenyum. "Saya pengawal baru di sini. Baru datang kemarin dari Slawi."
"Walau baru adalah aneh kalau disitu tidak tahu bahwa Adipati Karta Suminta
tidak punya istri..."
"Ah..." Wiro tertawa. "Terjebak aku" katanya dalam hati.
"Soal atasanku punya istri atau tidak, atau punya istri banyak, apakah saya
harus bertanya padanya atau menggunjingkan dengan orang lain" Mbok, saya masih
banyak tugas lain. Saya minta diizinkan masuk sekarang juga-."
Si pelayan akhirnya membuka pintu kamar. Sebelum masuk Wiro pura-pura bertanya.
"Simbok tidak ikutmasuk?"
Pelayan menggeleng. "Aku menunggu di luar saja..." katanya.
Wiro mengangguk. "Aku tidak lama."
Begitu Wiro masuk pelayan gemuk pendek ini segera beranjak pergi. Dia melangkah
cepat ke bagian depan gedung, menemui seseorang.
Di dalam kamar yang diperiksa Wiro adalah sebuah lemari pakaian besar. Di dalam
lemari ini dia melihat enam buah jas tutup tergantung rapi. Wiro cepat memeriksa
kancing setiap jas. Ternyata kancing-kancing jas tutup itu lengkap semua. Tak
ada yang hilang atau tanggal. Wiro keluarkan dari saku pakaiannya kancing baju
yang didapat dari Eyang Sepuh Kembar Tilu. Salah satu jas tutup yang ada dalam
lemari itu memiliki kancing yang sama bentuk serta warnanya Tapi semua kancing-
kancing jas tutup itu lengkap, tak ada yang tanggal.
"Mungkin saja kancingnya sudah diganti," pikir Wiro.
"Mungkin juga memang bukan dia pembunuh nenek aneh itu."
Wiro hendak menutup pintu lemari pakaian. Namun dia ingat sesuatu. Jas tutup
berkancing sama dengan yang ada padanya diperiksa ke dua sakunya. Dalam salah
satu saku Wiro menemukan sebuah kantong kecil, terbuat dari kain berwarna hitam.
Kantong ini kosong, tak berisi apa-apa Wiro menimang-Si Cantik Dari Tionggoan 59
nimang kantong itu sambil berpikir-pikir, akhirnya kantong kain hitam dimasukan
ke dalam saku pakaian. Lalu dia cepat-cepat melangkah ke pintu. Namun begitu
pintu dibuka langkah Wiro serta merta tertahan, dihadapannya berdiri dua orang
dengan sikap menghadang. Orang pertama, berdiri di sebelah kanan adalah si muka
kuda jubah biru mata satu Ki SentotBalangnipa.
Orang ini menyeringai lalu keluarkan ucapan.
"Menyamar jadi pengawail Kau kira kami ini orang-orang tolol"l" Pemuda keparat!
Pembunuh Adipati Karta Suminta!
Lancangnya kau memasuki kamar mendiang Adipati. Apa yang kau lakukan di dalam
sana"!"
Wiro melirik pada sebilah pedang bersarung yang dipegang Ki Sentot Balangnipa.
Dia segera mengenali. Pedang Itu adalah Ang Liong Kiam milik Nionio Nikouw. Di
pinggang Ki Sentot tersisip sebuah suling perak. Benda ini juga adalah milik
sang paderi. Wiro menyeringai. Sadar kalau orang sudah mengenali siapa dirinya
Wiro tanggalkan topi besar di kepala. Topi ini dilemparkannya ke arah wajah W
Sentot Balangnipa.
"Jahanaml" Sambil berteriak marah W Sentot Balangnipa cepatmenghindar.
"Aku ke dalam kamar mencari senjata itu. Ternyata ada padamu!" Wiro tudingkan
tombak yang dipegangnya ke arah pedang di tangan Ki Sentot Balangnipa.
"Mulut busuk dusta Kau kira aku tidak tahu spa yang kau lakukan di dalam sana
Aku mengintip semua perbuatanmu lewat atap kamar!"
"Matamu cuma satu Tapi masih doyan mengintipi Sebelumnya kau asyikasyikan
mengintip Adipati yang hendak merusak kehormatan gadis pemilik pedang itu! Tadi
kau mengintip akui Kucing beranakpun bisa-bisa kau Intipi Ha...
ha... hal" Wiro tertawa gelak-gelak.
Orang di samping Ki Sentot Balangnlpa kerenyitkan kening, rangkapkan dua tangan
di atas dada. Lalu Ikutan tertawa. Suara tawanya perlahan saja namun Wiro merasa
lantai yang dipijaknya bergetar. Wiro tidak tahu siapa adanya orang satu ini
yang agaknya memiliki tenaga dalam dan hawa sakti tinggi.
Si Cantik Dari Tionggoan 60
Sementara itu Ki Sentot Balangnipa sendiri tampak mengetam merah tampangnya.
Rahang menggembung, mata kirimendelik besar. Tangan kiri yang memegang sarung
pedang diangkat ke atas. Tangan kanan bergerak mencabut
"Srettl"
Pedang sakti keluar dari sarungnya. Cahaya merah langsung bertabur. Orang banyak
yang ada di tempat itu segera menjauh. Belasan pengawal menutup semua jalan
keluar. Orang kedua yang berdiri di samping Ki SentotBalangnipa adalah kakek bertubuh
kurus tinggi. Sepasang daun telinganya sangat lebar, mengingatkan Wiro pada daun
telinga sobatnya, si kakek berjuluk Setan Ngompol. Orang ini mengenakan jubah
hitam gombrang menjela lantai. Rambut panjang kasar seperti ijuk berwarna biru.
Sepasang alis juga berwarna biru sementara dua bola mata berwarna kelabu pekat
"Pendekar Dua Satu dua! Kau boleh menyandang nama besar dan punya nyali setinggi
langit Apa tidak mengerti kalau kau cuma punya satu nyawa"!" Orang yang tidak
dikenal Wiro itu membuka mulut sambil goleng-goleng kepala. Namanya Walang
Gambir. Dalam rimba persilatan tanah Jawa dia dikenai dengan julukan Kobra Bini.
Wiro menggaruk kepala. Sambil senyum cengengesan dia berkata "Orang gilapun tahu
kalau setiap manusia cuma punya satu nyawa. Mungkin kau satu-satunya manusia
yang punya nyawa satu setengah"!"
Ki SentotBalangnipa menyeringai. Pedang Naga Merah dimelintang di depan dada.
"Pendekar Dua Satu Dua. Ternyata kau memang orang sableng yang pandai melucu.
Dengar baik-baik. Jika kau sudi menyerah, umurmu mungkin bisa kami perpanjang
barang satu hari" Ucap kakek bertampang kuda. Dia sudah tahu kehebatan Wiro
bahkan sebelumnya sempat dihajar pendekar Ini. Itu sebabnya dia mencoba
menghindari perkelahian walau saat itu di sampingnya ada seorang
sobatberkepandaian tinggi yang bisa diandalkan. Selain itu Ki Sentot Balangnipa
juga ingin mengorek keterangan dari Wiro. Waktu mengintip dari atas Si Cantik
Dari Tionggoan 61
atap tadi dia melihat pemuda itu mengambil sesuatu dari kantong jas tutup milik
mendiang Adipati Karta Suminta.
"Soal menyerah gampang-gampang saja," sahut Pendekar 212. Tapi serahkan dulu
padaku pedang itu. Senjata itu bukan milikmu. Kau mencurinya!"
"Lantas apakah kau merasa pedang ini milikmu hingga kau lancang berani
meminta"!" tukas Ki Sentot Balangnipa.
"Pemiliknya adalah seorang paderi dari Cina. Dia sahabatku.
Aku mewakilinya untuk meminta senjata itu. Jelas"!"
"Pemuda setan Siapa percaya dirimu! Sekalipun paderi itu gendak atau istrimu aku
tidak menyerahkan pedang ini padamu. Tapi jika kau memaksa meminta silahkan
mengambili"
Habis memaki Ki SentotBalangnipa gerakkan tangan yang memegang-megang pedang.
"WuttT Sinarmerah menebar ganas, mengeluarkan hawa dingin.
Wiro angkat tangan kanannya yang memegang tombak.
"Traang!"
Seperti menahas ranting kering pedang sakti membabat buntung tombak besi di
tangan Wiro. Selanjutnya secepat kilat ujung pedang menyambar dalam gerakan
membalik. Tinggal sepertiga jengkal ujung senjata itu berada di depan leher Wiro
tiba-tiba Wiro dan Ki Sentot Balangnipa sama-sama terpental.
Wiro topangkan tangan ke lantai agar tidak terbanting jatuh.
Dadanya terasa sesak. Dia cepat mengatur jalan darah dan melompat bangkit!
Sebaliknya Ki Sentot Balangnipa sudah lebih dulu jatuh terjengkang! Dadanya
mendenyut sakit Pelipisnya bergerak-gerak. Apa yang terjadi" Apa yang
menyebabkan kedua orang itu terpental"
"Ada yang tidak beresi" membatin Walang Gambir yang bermata tajam. Dia berbisik
pada Ki Sentot "Amankan pedang."
Lalu dia melompat ke hadapan Pendekar 212. "Anakmuda, kau mau menyerah atau
ingin mampus saat ini juga"!"
'Tua bangka jelek Kau ingin sekali melihat aku mati! Melihat tampangmupun baru
hari inil Kalau aku mampus apa kau mau ikutan"!"
Si Cantik Dari Tionggoan 62
Darah Walang Gambir alias Kobra Biru mengge!egak.Tapi dia masih bisa menguasai
diri. "Berlututlah minta ampun. Kami akan mengampuni selembar nyawa busukmu!"
'Tua bangka jeleki Bicaramu sombong amat. Apa kau tidak Melihat malaikat maut
sudah berdiri di sampingmu, siap hendak menjemput kau punya nyawa"!"
"Setan kurang ajar!" Walang Gambir marah sekali. Tapi dia berlaku cerdik. Tak
mau gegabah. Dia pergunakan tangan orang lain terlebih dahulu. "Ki Sentot habisi
bangsat inil"
Dengan Pedang Naga Merah di tangan Ki SentotBalangnipa menerjang.Sampai dia
melakukan serangan ini dia masih tidak mengerti apa yang membuat dia tadi
mental. Dengan mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya dan dialirkan
ke tangan yang memegang pedang, lelaki bermata satu ini bacokan senjata milik
Loan Nio Nikouw itu ke arah kepala Pendekar 212.
Wiro cepat melompat mundur. Lawan mengejar dengan garang.
"Wutt"
Seperti tadi, hanya tinggal sedikit lagi pedang sakti itu akan membelah batok
kepala Wiro, tiba-tiba Ki Sentot Balangnipa mengeluh pendek. Cahaya merah yang
memancar dari Pedang Naga Merah meredup lalu senjata ini terpental membal ke belakang. Ki
Sentot sendiri mencelat sampai empat langkah dan jatuh terbanting di lantai.
Dari sudut bibirnya meleleh darah kental. Tampangnya tampak seputih kain kafan!
Walau tidak menderita separah lawannya namun Wiro juga jatuh terduduk di lantai
ruangan. Dadanya mendenyut sakit seperti ada satu batu raksasa menghimpit Mulut
terasa asin. Ada darah membersitdi tenggorokannya!
"Gila, aku terluka di dalam. Apa yang terjadi?"
Wajah putih Ki Sentot Balangnipa berubah garang. Sekali melompat dia sudah
berdiri. Ketika dia kembali hendak menyerang dengan pedang di tangan, Walang
Gambir cepat menghalangi.
"Ki Sentot mundurlah. Biar aku yang menangani bangsat Si Cantik Dari Tionggoan
63
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pembunuh Adipati Karta Suminta ini! Kita tidak perlu membuang waktu berlama-
lama! Kalau kita sudah memutuskan dia harus mati, dia memang harus mampus!"
Kalau bukan Walang Gambir yang melarang Ki Sentot Balangnipa pasti tidak mau
perduli. Amarah dan dendamnya terhadap Wiro bukan alang kepaiang.
"Pemuda terkutuk. Menurut aturan kau seharusnya dihukum gantung karena telah
membunuh Adipati Karta Suminta. Tapi aku akan mempercepat kematianmul Lihat
wajahku!" Walang Gambir sorongkan kepalanya ke depan.
"Wajahmu jelokl" kata Wiro pula.
Walang Gambir tidak pe;du!ikan ejekan orang. Begitu selesai berucap dia usapkan
tangan kiri ke wajah.
"Dessl"
Terdengar satu letupan halus disertai kepulan asap tipis berwarna biru. Lalu
settt.. leher Walang Gambir saat itu juga menjadi panjang. Kepala berubah
menjadi kepala seekor ular kobra besar berwarna birui Mata mendelik merah, mulut
terpentang lebar memperlihatkan deretan gigi runcing tajam dan lidah yang
menjulur merah. Inilah Ilmu kesaktian dahsyat yang dimiliki Walang Gambir yang
membuat dia dijuluki Kobra Biru! Puluhan orang termasuk belasan tokoh rimba
persilatan telah menemui ajal di tangan kakek ini.
Pendekar 212 dalam kagetnya segera bergerak mundur.
"Kau tak bisa bergerak. Kau tak bisa melangkahi"
Wiro tersentak kaget Saat itu dia benar-benar tak bisa bergerak, sekalipun sudah
menggerakkan seluruh tenaga. Dua kakinya terasa berat Jangankan melangkah,
menggeserpun tak sanggup dllakukanya.
"Celaka! Tua bangka ini menyihirku!"
Yang dilakukan Walang Gambir dengan ilmunya bukan cuma menyihir Wiro tapi juga
menyerangnya. Kepalanya yang telah berubah menjedi kepala ular Kobra biru
mendesis keras laki melesat ke arah kepala Wiro. Untuk beberapa lamanya mulut
kobra biru menancap di kening Wiro tanpa pendekar Ini bisa berbuat apa-apa. Saat
itulah tiba-tiba terdengar jeritan keras Si Cantik Dari Tionggoan 64
disertai berkelebatnya satu bayangan merah.
Ki Sentot Balangnipa berteriak kaget keti ka mendadak ada yang merampas pedang
di tangan kanannya. Belum sempat , dia mencari tahu siapa yang melakukan hal
itu, satu tendangan bersarang di dadanya. Untuk kedua kalinya si mata satu ini
berteriak, kali ini karena kesakitan. Untuk kedua kalinya pula darah membersit
dari mulutnya. Dalam keadaan seperti itu sepasang matanya melihat satu
pemandangan berbahaya. Dia lalu berteriak.
"Ki Walangl Awas serangan pedang di belakangmul"
Walang Gambir alias Kobra Biru mendesis dan bergerak cepat Namun masih kalah
cepatdengan datangnya sambaran Ang Liong Kiam.
"Crasssl"
"Dessl"
Lolongan aneh menggelegar mengerikan di dalam gedung.
Asap bini mengepul lalu sirna. Kurungan kepala Ular kobra mencelat di udara lalu
jatuh ke lantai ruangan. Beberapa orang yang ada di ruangan itu lari berpekikan.
Begitu sosok Walang Gambir jatuh ke lantai, ujud kepala ular kobra biru berubah
menjadi kepala asli Walang Gambir! Untuk kesekian kalinya orang banyak
berpekikan ngeri. Ki Sentot Balangnipa sendiri merasa tengkuknya dingin lalu
terkapar pingsan.
Keanehan dan kengerian tidak hanya sampai di situ. Tiba-tiba satu letusan
dahsyat menggelegar disertai menebarnya asap biru. Ketika asap sirna, potongan
kepala dan sosok tubuh Walang Gambir yang tadi tergeletak di lantai tak ada lagi
di tempat itul "Loan Niol Lekas tinggalkan tempat inil"
Ada orang berteriak dalam bahasa Cina. Seorang pemuda bermuka tengkorak mencekal
tangan kiri orang yang memegang pedang dan tadi menabas leher Walang Gambir.
Ternyata orang ini bukan lain adalah Kiang Loan Nio Nikouw sang paderi berwajah
cantik yang saat itu kemunculannya disusul oleh Liok Ong Cun.
"Tidak! aku harus menolong Saudara Wie lebih dulu!" teriak Si Cantik Dari
Tionggoan 65 Loan Nio Nikouw lalu hendak melompat ke arah Wiro yang saat itu berdiri tidak
bergerak, sepasang mata membeliak besar. Di keningnya ada sebuah luka berwarna
biru. Warna biru ini menjalar ke seluruh wajah, turun ke leher, terus ke seluruh
badan sampai ke ujung kaki. Bahkan rambutnya yang gondrong juga berubah birui
Jelas satu racun jahat telah merasuk ganas mulai dari kepala sampai ke kaki sang
pendekarl Tinggalkan dia. Perlu apa ditolong! Dia telah berbuat jahat hendak memperkosamul
Ayo ikut aku!"
Dengan sekuat tenaga Liok Ong Cun menarik tangan Loan Nio Nikouw. demikian
kuatnya tarikan ini hingga Liok Ong Cun berhasil membawa paderi itu sampai ke
halaman depan. "Liok Ong Cunl Lepaskan tanganmu atau kutabas dengan pedangl" Loan Nio Nikouw
mengancam. "Perempuan keras kepala. Jangan cuma tangan, leherku boleh kau tabasl" teriak
Liok Ong Cun. "Jika kau memang suka pada pemuda itu pergilah! Dia diserang racun
ganas Tak ada obat yang bisa menyembuhkannya! Tak ada orang pandai yang bisa
mengobatinya! Kau hanya akan mendapatkan bangkainya!" Penuh geram pemuda
bertopeng wajah tengkorak itu lepaskan cekatannya di pergelangan tangan kiri
Loan Nio Nikouw lalu menghambur pergi tinggalkan halaman Gedung Kadipaten!
Ketika lewat di pintu gerbang, saking geramnya Liok Ong Cun tendang sebuah arca
batu hingga hancur berkeping-keping.
Begitu ditinggal Liok Or.g Cun dengan cepat Loan Nio Nikouw lari masukke dalam
gedung kembali. Namun Pendekar 212 tak kelihatan lagi. DI lantai Ki Sentot
Balangnipa terkapar pingsan tertelungkup! Tangan kiri masih memegang sarung Ang
Liong Kiam. Loan Nio Nikouw cepat ambil sarung pedang miliknya itu. Dia tidak
melihat suling perak miliknya yang terselip di pinggang sebelah depan KI Sentot
Paderi ini memandang berkeliling lalu berkelebat ke beberapa bagian dalam gedung
mencari Wiro. Belasan perajurit Kadipaten yang ada di tempat itu tidak berani
bertindak menghadang apalagi menangkapnya.
"Aku tak menemukan pemuda itu. Ada musuh yang Si Cantik Dari Tionggoan 66
menculiknyal Racun yang menyerang dirinya jahat sekali.
Jangan-jangan saat ini dia sudah menemui ajal! Ah, kemana aku harus mencari!"
Loan Nio Nikouw memandang berkeliling.
Saat itulah tiba-tiba terdengar teriakan.
"Tangkap perempuan bercadar itu!"
Selusin perajurit pengawa! Gedung Kadipaten yang sejak tadi hanya bisa mengawasi
dari jauh kini bergerak menebar mengurung Loan Nio Nikouw. Di depan sekali
berdiri pimpinan mereka, seorang lelaki bertubuh tinggi besar berkumis tebal
melintang dan berewokan lebat
"Tangkapi" Untuk kedua kalinya si berewok ini memberi perintah. Dua belas
pengawal serta merta menyerbu Loan Nio Nikouw. Dalam kesal dan khawatir sang
paderi melesat ke udara.
Kaki kanan menginjak kepala pengawai, sarung pedang di tangan kiri berkelebat
kian kemari. Kepala pengawal coba menangkap kaki Loan Nio Nikouw tapi justru hidungnya
disambar tumit sang paderi hingga berderak patah dan kucurkan darah. Orang ini
terbungkuk-bungkuk, meraung kesakitan laiu jatuh terjerembab di lantai.
Sementara itu lima perajuritberpekJkan sambil pegangi kepala mereka yang terluka
dan benjut di kemplang sarung pedang.
Masih untung Loan Nio Nikouw tidak memecahkan kepala mereka.
Sebelum molesat ke pintu Loan Nio Nikouw berkelebat ke arah ranjang dimana
jenazah Adipati Karta Suminta dibaringkan. Dengan cepat dia menarik kain sutera
yang menutupi bagian atas jenazah. Walau cuma sebentar dan wajah jenazah itu
dalam keadaan gosong hitam namun paderi masih bisa mengenali bahwa itu memang
adalah wajah dan jenazah sang Adipati.
Di luar hari sudah terang. Loan Nio Nikouw tak tahu mau bergerak ke arah mana.
Akhirnya paderi Ini berkelebat ke jurusan timur seolah sengaja menyongsong
kedatangan sang surya.
Si Cantik Dari Tionggoan 67
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
HA-HU ha-hu." Dua nenek kembar rambut kelabuberjubah kuning baringkan tubuh
Pendekar 212 di lantai dangau. Dangau ini adalah tempat dimana dulu Eyang Sepuh
KembarTilumenemui ajal dibunuh oleh seseorang yang sampai saat itu tidak
diketahui siapa adanya. Sekujur badan Wiro mulai dari rambutsampai kepala dan
mata terus ke ujung kaki berwarna biru akibat racun jahat Kobra Biru. Dua nenek
jejadian bicara ha-hu ha-hu sambil dua tangan bergerak kian kemari. Mereka
tengah dilanda kebingungan bagaimana caranya menolong Wiro yang saat itu berada
dalam keadaan kaku, tak bisa bergerak tak mampu bicara, dua mata mendelik tak
berkesip. "Ha-hu ha-hu..." Nenek di sebelah kiri berucap sambil jari-jari tangan mem beri
isyarat Dia memberi tahu pada kembarannya kalau sampai maiam nanti mereka tidak
bisa menolong maka Wiro akan menemui ajal. Nenek satunya menyahuti dengan
gerakan tangan pula dan bicara ha-hu ha-hu sambil air mata meluncur di pipi yang
keriput. Gerak isyarat tangannya mengartikan bahwa mereka tidakmungkin
memusnahkan racun yang ada dalam tubuh dan aliran darah pemuda itu. Dia juga
mengingatkan pada saudara kembarnya bahwa dulu di dangau ini Eyang Sepuh Kembar
Tilu menemui kematian. Jangan-jangan Wiro juga akan mengakhiri riwayatnya di
tempat ini. Sesuai permintaan Eyang Sepuh Kembar Tilu mereka sangat mengharapkan
agar Wiro mencari dan membunuh orang yang telah membunuh nenek kembaran asli
mereka itu. Karena hanya Si Cantik Dari Tionggoan 68
dengan cara itulah penyakit gagu yang mereka derita akan lenyap. Dua nenek sama-
sama sesunggukan menahan tangis.
Lalu yang satu kembali bicara ha-hu ha-hu dan gerak-gerakan tangan. Dia
menyampaikan kalau tidak bisa menolong menyembuhkan
palingtidakmerekaharusdapatmembuatWiro sadar dan mampu bicara.
Dua nenek itu kemudian sibuk memeriksa aliran darah di sekujur tubuh Pendekar
212, menotok beberapa urat besar.
Sampai sepeminuman teh berlalu keadaan Wiro tidak berubah.
Mendelik kaku tak bisa keluarkan suara.
Dua nenek terduduk bingung. Mereka perhatikan wajah Wiro yang pada keningnya ada
luka terkuak sebesar ujung ibu jari tangan. Ini adalah luka bekas patukan Kobra
Biru, ular jejadian kakek jahatWalang Gambir.
"Ha-hu ha-hul" Nenek di sebelah kanan menunjuk ke arah luka di kening Wiro.
Gerakan tangannya memberi tahu pada kembarannya agar mereka coba melakukan
sesuatu pada luka itu. "Ha-hu ha-hu..." Nenek Ini letakkan telapak tangan
kanannya di atas luka. Lalu telapak tangan kiri ditindihkan di atas tangan
kanan. Nenek kedua bersimpuh di belakang. Dua tangan ditempelkan ke punggung
kembarannya. "Ha-hu ha-hul"
Dua nenek kembar sama-sama kerahkan tenaga dalam lalu menyedot. Empat tangan
bergetar hebat. Dua tubuh bergoncang. Ada aliran cahaya biru tersedot dari
kening Wiro, mengalir melalui tangan lalu masuk ke dalam tubuh dua nenek kembar.
"Ha-hu ha-ha.... Huaaahhhhhl"
Dua nenek terjengkang, menjerit laiu muntahkan cairan biru. Untuk beberapa
lemanya mereka tergeletak tak bergerak dengan muka pucat dada mendenyut sakit.
Keduanya cepat alirkan hawa sakti di dalam tubuh untuk mencegoh keracunan.
Tiba-tiba mereka mendengar suara orang mengerang. Dua nenek serta merta bergerak
bangun. Memperhatikan ke arah Wiro mereka melih t dua bola mata sang pendekar
yang masih berwarna biru bergerak-gerak sementara mulut komat-kamit Si Cantik
Dari Tionggoan 69
Wiro seperti hendak mengatakan sesuatu namun tak ada suara yang keluar.
"Ha-hu ha-hul"
Dua ner.ek sama-sama ulurkan tangan.Satu menotok urat besar jalan suara di
pangkal leher sebelah kiri, satunya menotok urat besar jalan suara di pangkal
leher sebelah kanan. Saat itu Wiro juga keluarkan suara seperti tercekik lalu
semburkan cairan kental berwarna biru. Muka dan tubuhnya basah oleh keringat
dingin. "Dimana ini... Apa yang terjadi?" Dia berusaha menggerakkan fcmgan. Tak bisa.
"Tubuhku kaku.?"
Dua nenek tampak gembira melihat dan mendengar Wiro bisa bicara
"Ha-hu ha-hu..."
Wiro gerakkan kepala, tapi tidak mampu. Dia hanya bisa memutar bola mata,
memperhatikan. "Ah, kalian rupanya. Nek..." Aku tak bisa menggerakan tangan. Dua kaki kaku.
Sekujur tubuhku terasa panas..."
"Ha-hu ha-hu." Nenek di sebelah kanan membuat gerakan isyarat dengan kedua
tangannya. Wiro memperhatikan dan coba mengartikan isyarat gerakan tangan si
Geger Kitab Inti Jagad 1 Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Tiga Iblis Pulau Berhala 2