Dendam Makhluk Alam Roh 2
Wiro Sableng 160 Dendam Makhluk Alam Roh Bagian 2
tapi mau melihat batu kembar antik milik pemuda itu yang gelantungan bergerak
lucu kian kemari! Hik... hik... hik!"
DENGAN susah payah akhirnya Wiro bisa
melepaskan diri dari pelukan dan duman Luhrembulan.
Dia langsung duduk menjelepok ditanah untuk
menutupi celana yang robek di bagian belakang
sebelah bawah. "Wiro, sekian lama aku mencarimu. Ketika aku menyirap kabar kau akan datang ke
puncak Gunung Gede, aku mendahului datang ke sana. Tapi aku bertemu dengan perempuan-
perempuan yang menyakitkan hatiku!"
"Luhrembulan, siapa yang kau maksudkan dengan perempuan-perempuan yang
menyakitkan hati?" tanya Wiro.
"Yang pertama, si ceking yang kemana-mana membawa boneka kayu itu. Katanya ayah
dari boneka itu adalah kau. Berarti kau adalah suami perempuan ceking itu yang
menurut Kiai Gede Tapa Pamungkas adalah muridnya, bernama Nyi Retno Mantili!
Perempuan tidak tahu diri! Tidak tahu dluntung! Sudah sinting punya anak kayu,
mengejek diriku pula!"
"Perempuan malang itu memang tidak waras. Setiap ucapannya tidak perlu kau ambil
hati!" Luhrembulan tersenyum ialu mencibir.
"Aku tahu otaknya memang miring sejak dia kehilangan bayi. Bukan begitu
ceritanya" Tapi aneh.
Orang sinting mengapa bisa bermulut ketus. Mengapa bisa merasa cemburu"! Jangan-
jangan sintingnya dibuat-buatl Tapi apa urusannya dengan diriku"
Perempuan sinting itu malah menyerang aku dengan dua sinar yang keluar dari
sepasang mata boneka kayu. Tapi ilmu kesaktiannya itu tidak bisa melewati tanah
terbelah yang telah aku gurat dengan ilmu Membelah Bumi Menyedot Arwah. Kalau
tidak ditolong Kiai Gede perempuan itu pasti sudah amblas masuk ke dalam belahan
tanah." "Katamu Nyi Retno mengejekmu. Memangnya dia mengejekmu apa" Apakah karena soal
mengejek itu kau lantas sampai mengeluarkan Ilmu kesaktian yang dahsyat itu?"
tanya Wiro. "Dia marah ketika aku memberi tahu kalau kau adalah suamiku! Bahwa kita sudah
kawin di Latanahsilam."
"Tapi perkawinan itu tidak syah..." tukas Wiro.
"Syah atau tidak yang Jelas perkawinan Itu telah terjadi! Ada yang menikahkan
kita yaitu nenek
Lamahila dan ada seorang saksi bernama Laduliu.
Apa kau lupa hal itu Wiro" Atau berpura-pura lupa?"
"Aku Ingat betul peristiwa di Bukit Batu Kawin Itu.
Ada orang yang memberikan minuman aneh padaku
hingga aku tidak sadar diri. Sudahlah, aku tidak ingin membicarakan hal Itu,"
kata Wiro pula sambil garuk-garuk kepala Dia hendak berdiri tapi begitu ingat
celananya yang robek tidak jadi dan buru-buru duduk menjelepok di tanah
kembali.j berdiri?" tanya Luhrembulan.
"Anu... tidak ada apa-apa Aku hanya masih ingin duduk."
"Di tanah yang becek oleh air hujan Ini?" ujar Luhrembulan.
"Aneh! Sementara aku bicara berdiri, kau duduk di tanah. Sudah aku duduk saja di
depanmu." Laiu Luhrembulan duduk bersimpuh di depan Wiro.
"Wiro, apa selama ini kau tak pernah ingat diriku"
Tidak pernah kangen, tidak pernah rindu?"
"Selama di Latanahsilam kau banyak berbuat baik padaku. Kau mengobati diriku
ketika cidera berat Kau memberikan ilmu kesaktian hebat luar biasa padaku.
Aku tidak bisa membalas semua hutang budi itu.Tentu saja aku mengingat semua
kebaikanmu itu."
"Hanya mengingat kebaikannya, orangnya tidak"
Kau tidak ingat diriku, Wiro?" ujar Luhrembulan dengan suara dan wajah
menunjukkan rasa sedih.
Wiro tersenyum tapi tidak menjawab.
"Wiro, aku tidak pernah merasa bahwa kau berhutang budi padaku. Aku tidak pernah
membangkit minta kau membalas semua itu. Aku hanya ingin satu hal. Yaitu bahwa
kau menyadari kalau kita sudah kawin, sudah nikah..."
Wiro masih diam.
"Aku minta dinikahkan denganmu oleh Nenek Lamahila bukan karena apa-apa. Pertama
aku memang mencintaimu dengan setulus hati. Kedua aku ingin keluar dari azab
sengsara yang terjadi sejak mulai dari nenek moyangku. Wiro, ketika masih di
Latanahsiiam aku pernah meratap. Aku masih ingat apa yang aku ratapkan saat itu.
Wahai mahluk bermuka
buruk. Puluhan tahun kau hidup dalam kutuk yang
jatuh menimpa dirimu bukan karena maumu dan
bukan karena kesalahanmu. Puluhan tahun kau
tenggelam dalam kesesalan. Menyantet dan mem-
bunuh orang-orang tidak berdosa. Kini ketika
sentuhan kasih membuka mata dan menyingkap
hatimu, ketika kau mengambil keputusan bahwa kau
bisa meninggalkan Jalan sesat dan memilih hidup
baik, ternyata tidak ada orang yang mau menolongmu.
Wahai mahluk tua berwajah buruk. Sudah takdir
dirimu kau akan berada dalam keadaan sengsara
begini rupa seumur bumi terbentang, selagi langit
terkembang ..."(Baca serial Wiro Sableng di negeri Latanahsllam berjudul
"Rahasia Perkawinan Wiro").
Luhrembulan tutup wajahnya dengan dua tangan lalu menangis sesenggukan.
"Aku tahu, tidak ada seorangpun yang mau mengerti.
Apa lagi mau menolong. Aku akan tetap hidup dalam kutukan. Dalam ujud seorang
nenek buruk bernama Hantu Santet Laknat"
"Luhrembulan, kau tidak lagi berada di alammu. Kau saat Ini sudah berada di alam
lain. Kau berada di tanah Jawa. Kurasa semua kutukan turun temurun itu telah
lenyap. Kau benar-benar telah menjadi seorang
gadis cantik seperti keadaanmu saat ini."Wiro coba menghibur.
Luhrembulan tersenyum. Dia beringsut mendekati Wiro. Untuk beberapa saat
wajahnya diletakkan di dada bidang pemuda itu. Laiu dia mundur menjauh kembali.
"Wiro, kau berkata begitu, aku berterima kasih.Tapi coba kau lihat sebentar ke
arahku. Kau akan melihat kenyataan..."
Luhrembulan duduk tak bergerak, menatap kearah Pendekar 212 Wiro Sableng. Murid
Sinto Gendeng balas memperhatikan. Dadanya berdebar ketika dia melihat, walaupun
sedikit samar, sosok Luhrembulan yang tadi berupa gadis cantik berpakaian putih
kini berubah menjadi nenek kurus keriput bermuka buruk seperti burung gagak,
mata kecil tak beralis. Pakaian dari jerami kering. Sosok Inilah yang pernah
dilihatnya sewaktu berada di Latanahsilam dulu ketika tersesat bersama Setan
Ngompol dan Naga Kuning (baca serial Wiro Sableng di tanah silam mulai dari
episode "Bola Bola Iblis sampai "istana Kebahagiaan").
"Luhrembulan, sebaiknya kau jangan mengingat-ingat lagi keadaan dirimu..."
"Bagaimana aku bisa melupakan hal itu, Wiro" Nasib buruk dan azab diriku
mengalir dalam darah, bersatu dengan nafasku."
"Luhrembulan, tadi kau menyebut perempuan-perempuan yang menyakitkan hati. Kau
sudah menceritakan tentang Nyi Retno. Lalu siapa perempuan lainnya?"Wiro alihkan
pembicaraan. "Tadi di tempat Ini ada gubuk.Tapi sudah hancur berantakan. Ketika aku berteduh
datang seorang gadis berpakaian hijau. Dia mengaku bernama Nyi Wulas Pikan..."
"Nyi Wulas Pikan?" Mengulang Wiro dengan suara bernada kaget. Lalu dalam hati
dia membatin. "Gila, jadi mahluk alam roh satu itu sudah sampai pula di tempat
Ini rupanya!"
"Kau mengenalnya?"
"Aku melihatnya pertama kali malam tadi di pantai pulau Watu Gilang,"
menerangkan Wiro.
"Katanya dia adalah kekasihmu..." ujar Luhrembulan pula.
Wiro menggaruk kepala.
"Gadis itu adalah jejadian dari Nyai Tumbal Jiwo.
Muridnya kubunuh. Celakanya sang murid yang
bernama Wira Bumi itu adalah Patih Kerajaan dan merupakan kekasih si nenek. Dia
memaksa aku jadi kekasihnya pengganti Wira Bumi."
"Aku melihat paksaan Itu sekaligus merupakan ancaman. Nyai Tumbal Jiwo bisa
membuatmu menjadi buronan Kerajaan seumur-umur."
"Kurasa begitu," Jawab Wiro sambil menggaruk kepala.
"Apakah kau akan menerima atau memang sudah menjadi kekasihnya?" tanya
Luhrembulan. Wiro tertawa "Di balik niat mesumnya itu aku yakin dia punya maksud hendak membunuhku.
Rasanya tidak ada jalan lain. Aku harus membunuhnya lebih dulu. Hanya saja
apakah aku bisa melakukan hal itu karena dia mahluk dari alam roh. Dia bisa
bersalin rupa seratus kali dalam satu hari!"
"Kalau begitu biar aku yang mewakili dirimu membunuh nenek Itu!" kata
Luhrembulan pula.'Saat Ini dia tengah dalam perjalanan menuju puncak Gunung
Gede. Menunggu kedatanganmu."
"Aku tidak akan ke sana. Paling tidak untuk kali Ini,"
jawab Pendekar 212.
Untuk beberapa lama kedua orang itu tidak ada yang bicara. Kemudian Wiro
bertanya. "Selain Nyi Retno dan Nyi Wulas Pikan, apa masih ada perempuan lain yang
menyakiti hatimu"'
"Sebenarnya bukan perempuan. Dia seorang lelaki.
Tapi bermulut seperti perempuan. Dia mengusirku dari puncak Gunung Gede!"
"Aku tak mengerti. Siapa lelaki itu?" tanya Wiro pula.
"Kiai Gede Tapa Pamungkas! Kakek yang katanya tokoh bijaksana rimba persilatan.
Tapi mulutnya seperti ember. Perilakunya terhadapku sungguh tidak adil. Dia
lebih membela perempuan ceking yang punya anak boneka kayu itu. Yang diakuinya
sebagai muridnya. Dia mengusirku secara halus. Aku terpaksa meninggalkan telaga
tempat kediaman Kiai itu! Wiro, aku tak habis pikir mengapa Kiaimu Itu memberi
ilmu kesaktian pada seorang perempuan sinting. Orang waras saja
terkadang bisa menyalah gunakan Ilmu kepandaian, apa lagi yang tidak waras
seperti Nyi Retno Mantili Itu."
Kurasa Kiai hanya memberikan ilmu pada Nyi Retno untuk melindungi dirinya. Sejak
dia meninggalkan Gedung Ketemenggungan di Kotaraja, nyawanya
terancam. Dia terpisah dengan bayinya..."
Luhrembulan tertawa mendengar kata-kata Wiro itu.
"Kenapa kau tertawa" Apa yang lucu?" tanya Pendekar 212.
"Dia hendak membunuhku dengan dengan ilmu kesaktian yang mengeluarkan dua larik
cahaya putih dari mata boneka kayu. Pertama kali dilakukannya di tepi telaga. Di
depan Kiaimu. Yang kedua kali di tempat Ini. Kau menyaksikan sendiri. Apakah Ku
yang kau maksudkan Ilmu untuk melindungi diri?"
Wiro mulai resah dan gerah.
"Luhrembulan, sebenarnya aku ingin bicara lebih banyak denganmu. Tapi ada yang
harus aku lakukan.
Aku mungkin berubah pikiran. Mungkin aku akan menemui Kiai Gede Tapa Pamungkas
di tempat kediamannya."
"Aku ikut bersamamu," kata Luhrembulan pula.
Mendengar kata-kata Luhrembulan Ku Wiro cepat memutar otak.
"Sebelum menemui Kiai, aku ingin mengejar dua nenek temanku tadi. Mereka tengah
berusaha mencari Nyi Retno..."
"Hemmm....begitu" Setahuku rencana pertemuanmu dengan Kiai ember Itu baru besok
malam...."
"Luhrembulan, tidak baik mencerca Kiai GedeTapa Pamungkas seperti itu...!"Wiro
mengingatkan. Luhrembulan hanya tersenyum.
"Kau Ingin pergi mencari dua nenek yang mengejar Nyi Retno. Aku ada di sini.
Jangankan memperhatikan diriku, perasaanpun rupanya kau sudah tidak punya lagi.
Aku Ingin kita hidup bahagia berdua.Tapi kalau kau inginkan perempuan lain, dan
aku tidak kuasa
melihatnya, aku akan habisi perempuan itu. Aku sudah bersumpah Wiro. Dengar
baik-baik sumpahku!Tidak ada seorang perempuan lainpun yang bisa memiliki
dirimu, kecuali diriku yang telah menjadi Istrimu!
Perempuan mana saja yang melakukan hal itu akan kubunuhl"
"Kau tidak boleh bersikap seperti itu, Luhrembulan.
Kau harus sadar. Kita sebenarnya tidak pernah nikah."
"Jadi begitu sikapmu terhadapku, Wiro" Kau seorang pendekar yang ingin lari dari
kenyataan. Ingin menghindar dari tanggung jawab!"
"Memangnya aku punya tanggung jawab apa atas dirimu?" Wiro mulai kesal.
"Aku pernah mendengar pantun bagus berasal dari negerimu ini. Kura-kura dalam
perahu. Pura-pura tidak tahu! Sudah gaharu cendana pula. Sudah tahu bertanya
pula!" Dalam kesalnya Wiro berdiri, lupa akan celananya yang robek besar di belakang
sebelah bawah. "Luhrembulan, maafkan aku. Aku harus pergi...."
"Pergilah, rohku akan mengikuti kemana kau pergi.
Rohku akan membunuh perempuan siapa saja yang
berani mendekatimu!"
Tiba-tiba menggema satu suara perempuan.
"Mahluk alam roh tidak tahu malu. Kau sudah tersesat di alam mimpimu! Aku akan
mendekati Wiro.
Aku mau lihat apakah kau mampu membunuhku!"
Luhrembulan tersentak kaget. Wiro memandang berkeliling.
"Jahanam laknat! Siapa kau! Unjukkan dirimu! Biar kubunuh saat ini juga!" teriak
Luhrembulan. Mata mendelik, memandang seputar tempat.
Teriakan Luhrembulan disambut dengan tawa melengking panjang.
Saat itu hujan mulai mereda. Namun keadaan masih gelap. Di arah tepi sunga"
kecil kelihatan cahaya biru serta keriap kerlip seperti kembang api. Sesaat
kemudian tampak sosok perempuan cantik berambut hitam digeral lepas mendatangi
dengan cepat lalu berhenti di samping Pendekar 212 Wiro Sableng.
Bukan hanya sekedar berdiri, tapi sambil merangkulkan tangan kiri ke pinggang
sementara kepala disandarkan mesra ke bahu sang pendekar! Mulut melontarkan
senyum mengejek.
"Kau Ingin membunuhku" Silahkan!"
MAHLUK keparat! Aku sudah mengira! teriak
Luhrembulan lalu dengan cepat melompat bangkit dari duduknya di tanah becek.
"Kau juga keparat!" Jawab perempuan cantik berambut panjang lepas dan mengenakan
pakaian biru gelap. Kepala ditegakkan tapi tangan kiri masih merangkul pinggang
Wiro membuat Luhrembulan
seperti terbakar. "Aku tahu riwayat pernikahanmu!
Jangan coba menipu dan menjebak Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng! Pernikahan
itu tidak pernah ada!
Kalaupun ada tidak syah!"
Wajah Luhrembulan berubah merah. Rahang
menggembung. "Perempuan celaka! Apa kau kira aku tidak tahu riwayat dirimu"! Di Latanahsilam
kau bernama Luhmintari. Di tanah Jawa ini kau menukar nama dengan Purnama!"
"Wiro yang memberikan nama itu padaku. Apa kau keberatan?" ucap si cantik
berbaju biru yang ternyata adalah Purnama. Seperti diceritakan sebelumnya
Purnama bersama Ratu Duyung telah bertemu dengan Kiai GedeTapa Pamungkas di
puncak gunung. Gadis ini mengetahui kalau sang Kiai merasa tidak enak melihat
kehadirannya. Hal ini membuat dugaan
Purnama semakin kuat bahwa Kiai Gede Tapa
Pamungkas memang Ingin membicarakan perjodohan Ratu Duyung dengan Wiro. Selain
menimbulkan rasa perih di hatinya, juga agar tidak menjadi sandungan yang tidak
enak karena kehadirannya di situ. Purnama mengatakan Ingin melihat-lihat
keindahan di sekitar puncak gunung. Padahal saat itu awan mendung mulai
bertumpuk di langit. Keindahan apa yang mau dilihat"
Purnama menuruni puncak Gunung Gede. Nalurinya mengatakan sesuatu akan terjadi
di bawah sana. Apa lagi ketika dia mengerahkan ilmu Nafas Sepanjang Badan.
Purnama dapat merasakan bahwa ada seorang 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
51 dari alam gaib di kaki gunung sana.
"Mungkin Nyai Tumbal Jiwo. Tapi mungkin juga Luhrembulan..." kata Purnama dalam
Wiro Sableng 160 Dendam Makhluk Alam Roh di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hati. Ketika dia sampai di kaki gunung dalam keadaan hujan lebat, yang
ditemuinya memang Luhrembulan, tengah
duduk di tanah becek, berhadap-hadapan dengan Wiro.
Setelah mendengar cukup lama percakapan kedua orang itu Purnama keluar dari
tempat persembunyiannya sambil keluarkan tawa panjang.
Luhrembulan menatap tajam ke arah Purnama.
"Aku tidak perduli siapa namamu sekarang! Atau siapa yang memberikan nama itu
padamu! Aku cuma tahu namamu adalah Luhmintari! Riwayatmu di
Latanahsilam sungguh memalukan, menjijikkan!
Bukankah kau kena kutuk hingga melahirkan seorang bayi berbentuk landak"! Hik...
hik! Di sini lagakmu seperti seorang Ratu saja!"
"Riwayatmu jauh lebih buruk dan menjijikkan dariku!" jawab Purnama. "Kutuk telah
menjadi azab nenek moyangmu. Apakah kau pernah berkaca dan
melihat keadaan ujud dirimu yang sebenarnya" Banyak orang yang kasihan padamu!
Tapi kelakuan perbuatanmu membuat semua orang menjadi sangat membencimu1 Kau sendiri sejak
tersesat ke tanah Jawa ini bukankah selalu membuntuti diriku dan ingin
membunuhku" Terakhir sekali kau bekerja sama
dengan Raja Racun Langit Bumi di Gedung Kadipaten Losari untuk melaksanakan niat
kejimu!" (Baca serial Wiro Sanleng berjudul "Sang Pembunuh")
"Wahai! Jika ada orang ingin membunuhmu berarti dirimu sebenarnya jelas bukan
mahluk baik-baik!
Sayangnya kau adalah mahluk tidak tahu diri hingga tidak menyadari hal itu!"
Jawab ucapan Luhrembulan tak kalah pedas menyakitkan.
"Kalian berdua," Wiro yang sejak tadi diam saja coba menengahi. "Bukankah kalian
datang dari negeri leluhur yang sama" Mengapa sampai di tanah Jawa ini kalian
bersilang sengketa" Akan lebih baik kaiau kalian berdua akur-akur saja dan
saling bersahabat Banyak kebajikan yang bisa kalian perbuat di negeri ini."
Luhrembulan tertawa melengking.
"Aku"! Aku mau akur-akuran dan bersahabat dengan laknat alam roh tidak tahu diri
ini!" 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
52 Luhrembulan meludah lalu menggeleng berulang kali.
Perlahan-lahan Purnama lepaskan rangkulannya di pinggang Pendekar 212.
"Selama langit terbentang bumi terkembang, kau adalah mahluk alam roh paling
memuakkan di mataku!
Sebaiknya kau mencari jaian pulang kembali ke alam gaib. Atau aku harus memberi
petunjuk hingga kau tidak lagi menimbulkan bencana di tanah Jawa ini?"
"Sombongnya!' maki Luhrembulan. "Sebelum kau memberi petunjuk, terima dulu yang
satu ini!" Didahului pekik penuh amarah Luhrembulan menerjang ke depan.
Begitu menginjak tanah kaki kanan langsung
diguratkan. "Rrrrttttt!"
Tanah terbelah!
Dari dasar belahan menderu daya sedot kencang luar biasa. Ilmu Membelah Bumi
Menyedot Arwah yang luar biasa ganas' Dalam waktu bersamaan dari
sepasang mata menyambar dua larik sinar hitam. Ini adalah ilmu Dua Hantu
Menembus Raga Menyedot
Jiwa! "Edan, gadis ini benar-benar kalap. Dia benar-benar hendak menghabisi Purnama!"
ucap Wiro dalam hati.
Bahkan dirinya Juga bisa ikut tersedot ke dalam tanah yang mendadak sontak
terbelah itu! Di dahului suara teriakan keras tanpa perdulikan keadaan celananya
yang robek Wiro cepat melompat ke kiri sementara Purnama melesat ke kanan. Untuk
selamat dari serangan dua larik sinar hitam Purnama segera lindungi diri dengan cahaya biru
begemeriap lalu serentak dengan itu dia balas menghantam dengan lepaskan
serangan sakti bernama Menggusur Gunung
Menjungkir Langit
Dua cahaya biru begemeriap melesat lalu bergabung menjadi satu membentuk bola
raksasa. "Buummm!"
"Breetttl"
Letusan dahsyat menggelegar. Seantero tempat bergoncang laksana dilanda gempa
besar.Tanah yang terbelah merapat kembali. Wiro, Purnama dan
Luhrembulan sama-sama terlempar Jauh. Kalau Wiro kemudian terduduk di tanah
dengan kuping pengang dan dada mendenyut sakit, maka Luhrembulan dan 160 Dendam
Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
53 Purnama tergelimpang di tanah becek, sama-sama mengerang dan kucurkan darah
kental di sela bibir.
Wiro tak berani bergerak. Memandang ke bawah matanya Jadi mendelik ketika
melihat celananya kini robek bukan cuma di bagian belakang tapi akibat terpental
tadi robekan menjalar lebar sampai ke bagian depan!
"Celaka! Bagaimana aku menyembunyikan anuku...."!" Wiro Jadi bingung. Namun
begitu mendapat akal dia segera buka baju putihnya lalu digelungkan ke bagian
celana yang robek. Ternyata baju ini hanya bisa dipakai untuk menutupi salah
satu bagian saja. Sobelah depan atau sebelah belakang!
"Gila! Masakan aku harus memilih bagian mana yang mau ditutup!" Wiro masih
sempat-sempatnya menggaruk kepala. Tiba-tiba baju yang sudah di Ikatkan di
pinggang dibuka kembali iaiu dimasukkan ke dalam celana sebelah depan, di ulur
ke belakang. Dengan cara begitu dia berhasil menutupi aurat depan belakang.
"He.. he!" Wiro nyengir. Namun cengiran ini serta merta lenyap ketika di
depannya Luhrembulan dan Purnama dengan mulut bercelemong darah telah
bertarung hebat. Keduanya melancarkan serangan dalam jurus-jurus pukulan serta
tendangan mematikan.
"Tahan I Hentikan!" teriak Wiro.
Dua gadis alam roh tidak perdullkan. Keduanya sama-sama berhasil mendaratkan
pukulan telak ke dada lawan. Akibatnya mereka sama-sama semburkan darah segar.
"Mahluk alam roh keparat! Kau memang harus aku habiskan sekarang juga!" kertak
Purnama dengan wajah pucat. Dari balik pakaiannya dia mengeluarkan satu kantong
kain hitam. Luhrembulan dan juga Wiro tampak heran.
"Apa isi kantong itu" Apa yang hendak diperbuat Purnama?" Wiro menduga-duga
sementara Luhrembulan mencium satu bahaya besar mengancam dirinya.
Jari-jari tangan Purnama yang memegang kantong hitam bergerak. Sesaat kemudian
dari dalam kantong kain menyembul dua buah benda bulat berwarna
kuning kehitaman.
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
54 "Dulu kau hendak membunuhku dengan benda Ini! Sekarang rasakan sendiri neraka
kematian saat dua benda ini menembus tubuhmu!" Didahului teriakan keras, Purnama
lemparkan dua buah benda yang ada di dalam kantong ke arah Luhrembulan.
Luhrembulan berteriak kaget ketika mengenali dua benda itu.
"Buah damar!" teriak gadis alam roh Ini. Muka pucat tubuh langsung menggigil.
Dia cepat melompat mundur sambil dorongkan dua tangan ke depan
melepas angin serangan sehebat badai. Namun dua buah damar masih bisa menembus
angin sakti tersebut hingga Luhrembulan kembali berteriak.
Seperti diketahui buah damar adalah buah pantangan bagi semua mahluk alam gaib
yang berasal dari
Negeri Latanahsilam. Siapa saja yang bersentuhan langsung dengan buah damar akan
menemui ajal kematian secara mengenaskan. Rohnya akan kembali ke alam gaib tanpa bisa keluar
lagi untuk selama-lamanya!
Sesaat lagi dua buah damar akan menghantam
tembus kepala dan dada Luhrembulan, gadis Ini
tiba-tiba gerakkan tangan kanan ke pinggang. Di lain kejap satu sinar putih
berkiblat menyilaukan menebar udara dingin angker!
"Trang ...trang!"
Dua buah damar hancur berkeping-keping. Sinar putih kemudian menyambar ke arah
Purnama. Wiro tersentak kaget. Dia cepat mengenali senjata yang ada di tangan
Luhrembulan yang tadi dipakai untuk
menangkis menghancurkan dua buah damar maut,
kemudian menyerang ke arah Purnama. Membuat
gadis ini berseru kaget dan cepat selamatkan diri dengan melompat sampai satu
tombak ke udara.
Kakinya terasa dingin dan tengkuk merinding ketika sinar putih menyambar ganas
hanya setengah jengkal di bawah ke dua kakinya!
"Tidak mungkin! Gila! Bagaimana senjata itu bisa berada di tangannya!" ucap Wiro
dalam hati. Lalu murid Sinto Gendeng melompat ke depan sambil
berteriak. "Luhrembulan! Tahan serangan!"
Luhrembulan tidak perduli. Dia yakin dengan 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
55 senjata sakti yang kini berada di tangannya itu dia mampu menghabisi Purnama
paling tidak dalam satu jurus di muka. Hal ini tidak disadari Purnama tapi
diketahui oleh Wiro.
Senjata di tangan Luhrembulan kembali berkiblat.
"Crasss!"
Wiro berteriak kaget sewaktu ujung rambutnya di atas kening putus dibabat
senjata di tangan
Luhrembulan. "Luhrembulan! Jika kau tidak berhenti menyerang aku terpaksa mengeluarkan Kapak
Naga Geni Dua Satu Dua!"terlakWiro mengancam.
Luhrembulan tidak perdulikan ancaman Wiro. Malah sambil umbar tawa senjata di
tangan diputar demikian rupa hingga membeset di depan hidung sang pendekar.
"Hai! Kau kemasukan setan apa"! Kau mau membunuhku"!" teriak Pendekar 212 sambil
melompat mundur dan pegang hidungnya yang terasa dingin akibat sambaran senjata
di tangan Luhrembulan.
Ketika dilihatnya Luhrembulan tetap nekad
meneruskan serangan ke arah Purnama, Wiro tidak bisa menunggu lebih lama. Dia
berteriak keras sambil tangan kanan di angkat ke atas.
"Kapak Naga Genl Dua Satu Dua!"
Saat itu juga terlihat cahaya putih memancar di dada Wiro disertai munculnya
jarahan angka 212 di pertengahan dada. Lalu terdengar suara bergaung keras
laksana ribuan tawon mengamuk. Bersamaan dengan itu cahaya putih di dada melesat
ke luar dan di lain kejap dalam genggaman tangan kanan Wiro telah berada senjata
sakti mandraguna Kapak Naga Genl 212 yang selama ini telah menggegerkan rimba
persilatan tanah Jawa. Kapak sakti ini jarang dipergunakan murid Sinto Gendeng,
kecuali dalam menghadapi musuh yang benar-benar luar biasa
perkasa atau dalam keadaan jiwanya terancam.
Begitu kapak sakti terpegang di tangan, angka 212
yang berkilauan di dada kiri lenyap dengan sendirinya Seperti diceritakan
sebelumnya dalam serial Wiro Sableng berjudul "Lentera Iblis!" Kapak Naga Geni
212 bersama Batu Hitam Sakti demi keamanan dan keselamatan sang pendekar oleh
Kiai Gede Tapa Pamungkas dimasukkan secara gaib ke dalam tubuh 160 Dendam Mahluk
Alam Roh - Dewi KZ
56 Wiro. Kini dengan berseru menyebut nama senjata itu maka kapak sakti keluar dari
dalam tubuh, muncul di udara terbuka dan langsung berada dalam
genggaman Pendekar 212 Wiro Sableng.
Wiro sadar dan tidak punya cara lain menghadapi Luhrembulan. Jika dia tidak
mengeluarkan Kapak Naga Gen i 212, dalam nekadnya Luhrembulan bukan saja akan
membunuh Purnama, tapi juga bisa
menghabisi dirinya!
"Aku tak ingin melukai gadis ini. Tapi aku Juga tidak mau celaka!" ucap Wiro
dalam hati. 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
57 KEREDUPAN di tempat Itu serta merta sirma olah cahaya yang memancar dari dua
mata kapak. Udara yang tadi dingin kini menjadi hangat akibat pancaran hawa
panas yang keluar dari senjata sakti warisan Eyang Slnto Gendeng yang asal-
muasalnya dimiliki oleh Kiai Gede Tapa Pamungkas, kemudian
diberikan pada Sinto Gendeng yang menjadi murid sang Kiai bersama Sukat Tandika
alias Tua Gila.
(Baca serial Wiro Sableng berjudul "Pedang Naga Suci 212").
Wiro memperhatikan dengan terperangah dan
penuh rasa tidak percaya melihat senjata yang
tergenggam di tangan Luhrembulan.
"Pedang Naga Suci Dua Satu Dua..." ucap sang pendekar dalam hati.
"Luhrembulan, serahkan pedang itu padaku!
Bagaimana kau bisa mendapatkan senjata sakti ttu?"
"Wiro. Bukan saatnya bertanya jawab! Biar aku membunuh perempuan sesat itu lebih
dulul" Jawab Luhrembulan. Lalu tanpa perdulikan sang pendekar Luhrembulan
kembali menyerbu ke arah Purnama.
Wiro maklum, bagaimanapun tingginya ilmu kesaktian Purnama namun menghadapi
Pedang Naga Suci 212
sulit baginya untuk bisa menyelamatkan jiwa. Murid Sinto Gendeng saat itu juga
memutuskan harus
merampas pedang sakti dari tangan Luhrembulan. Ini bukan hal mudah untuk
dilakukan! Karena Pedang Naga Suci 212 dan Kapak Naga Gen I 212 boleh
dikatakan memiliki kesaktian yang setara! Bedanya kalau Pedang Naga Suci 212
mengandalkan kesaktian berdasarkan hawa dingin maka Kapak Naga Geni 212
mengandalkan hawa panas.
Namun sebelum Wiro sempat bergerak, berlangsung satu kejadian tidak terduga.
Dengan kecepatan laksana kilat Purnama melompat ke arah Wiro. Sang pendekar
tersentak kaget dan berseru keras. Namun terlambat.
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
58 Kapak Naga Genl 212 yang berada dalam
genggamannya lenyap! Berpindah tangan dan kini telah berada dalam genggaman
Pumama. Begitu senjata sakti itu berada di tangan kanannya Purnama langsung menyerbu ke arah
Luhrembulan. Gadis alam gaib Latanahsilam Ini kerahkan seluruh tenaga dalam dan
hawa sakti yang dimilikinya hingga Kapak Naga Geni 212 memancarkan cahaya terang
benderang. Ketika senjata sakti Itu dihantamkan ke arah
Luhrembulan suara dahsyat seperti ribuan tawon mengamuk mengumandang menusuk
telinga disertai pancaran cahaya putih menyilaukan mata.
Melihat Purnama menyerbu dengan kapak sakti, Luhrembulan cepat putar Pedang Naga
Suci 212 lalu dengan sebat dibabatkan ke arah lawan. Ternyata serangan Purnama
hanya tipuan belaka. Karena begitu dia melihat gerakan tangan Luhrembulan yang
memegang pedang, Purnama cepat rundukkan kepala.
Pedang Naga Suci 212 lewat di atas kepala Purnama, sempat membabat putus
sejumput rambutnya yang
hitam dan membuat gadis ini terpekik Dalam keadaan sekujur tubuh terasa dingin
akibat serangan pedang, Purnama masih mampu lancarkan serangan kedua
berupa babatan kapak membalik ke atas.
"Purnama! Jangan!"teriak Wiro. Dia menendang ke arah Purnama, berusaha mendorong
gadis Ini namun terlambat.
"Craasss!"
Kapak Naga Geni 212 menyapu lebih dulu di atas dada Luhrembulan! Gadis alam gaib
ini terpekik keras.
Tubuh terhuyung ke belakang.Tangan kiri menekap dada yang luka besar. Darah aneh
berwarna hijau mengucur deras. Sepasang mata yang bagus mendelik.
Pedang Naga Suci 212 terlepas jatuh dari tangan kanan.
Begitu menyentuh tanah pedang sakti ini secara aneh langsung bergulung
menyerupai gulungan ikat
pinggang. Purnama tegak diam tertegun sambil menekap mulut dengan tangan kiri. Dia seperti
tidak percaya akan apa yang telah dilakukannya Kapak Naga Geni 212 untuk
beberapa lamanya masih tergenggam di tangan kanan.
Noda darah hijau pada mata kapak pertahan-tahan sirna secara gaib.
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
Wiro Sableng 160 Dendam Makhluk Alam Roh di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
59 Sesaat lagi sosok Luhrembulan akan jatuh terbanting ke tanah. Pendekar 212 Wiro
Sableng cepat memeluknya "Wiro suamiku..." suara Luhrembulan pelan dan bergetar. "Aku merasa dingin
sekali." Wiro tak menjawab, malah merasa heran. Setiap orang yang terkena bacokan Kapak
Naga Geni 212 akan merasakan sekujur tubuhnya panas luar biasa lalu sosoknya
akan berubah gosong hitam atau menjadi bubuk putih, tergantung daya tolak
kesaktian yang ada dalam tubuhnya. Anehnya Luhrembulan justru merasa sekujur
tubuhnya dingin luar biasa hingga dia
menggigil dan gerahamnya bergemeietukkan.
"Wiro, hangatkan tubuhku. Peluk tubuhku wahai suamiku. Jangan biarkan aku pergi.
Jangan lepaskan..."
Suara Luhrembulan hanya tinggal bisikan halus.
"Luhrembulan, kau tak akan pergi kemana-mana
... ucap Wiro sambil memeluk dan menurunkan tubuh Luhrembulan ke tanah.
"Cium aku Wiro. Sebelum aku menutup mata berikan kehangatan mesra padaku untuk
pertama dan terakhir kali..."
"Luhrembulan, kau..." Wiro bimbang sesaat. Wajah pucat putih itu tampak memelas.
Wiro tetapkan hati dan perlahan-lahan turunkan kepalanya. Luhrembulan tersenyum
menengadah menyambut datangnya bibir sang pendekar di atas bibirnya.
Purnama yang menyaksikan kejadian itu terpekik dalam hati.
"Dia menciumnya ...Wiro mencium Luhrembulan!
Ohhh..." Gadis Ini lepaskan Kapak Naga Geni 212, balikkan tubuh lalu menghambur
lari tinggalkan tempat itu.
Begitu sepasang bibir mereka saling bertempelan, sosok Luhrembulan berubah
menjadi sosok seorang nenek berpakaian jerami kering, dengan wajah
menyerupai burung gagak hitam.
Wiro tersentak kaget tarik kepalanya. Sebelumnya dia pernah melihat sosok dan
wajah ini di Latanahsilam negeri 1200 tahun lampau.
"Hantu Santet Laknat.." ucap Wiro, mata membesar kuduk terasa dingin.
Sesaat kemudian tubuh nenek Itu mengepulkan asap 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 60 laiu perlahan-lahan leleh berubah menjadi cairan putih. Begitu asap lenyap,
cairan putih juga sirna tak berbekas di tanah becek.
Selagi perhatian Wiro terpusat atas apa yang terjadi atas diri Luhrembulan, dia
tidak menyadari kalau saat itu, setelah melihat bagaimana Wiro memeluk dan
mencium Luhrembulan, Purnama merasa dunia seperti terbalik. Hatinya menjerit!
Kapak Naga Genl 212
terlepas jatuh dari tangannya. Sebelum menyentuh tanah senjata Ini secara gaib
melesat dan masuk kembali ke dalam tubuh Wiro. Purnama sendiri telah berkelebat
lenyap. Hanya sesaat setelah Purnama meninggalkan tempat itu diluar pengetahuan Wiro
satu bayangan hijau melesat tanpa suara. Sesaat dia menatap ke arah sosok
Luhrembulan yang mencair leleh.
"Mahluk alam roh keparat! Jadi kau yang mencuri pedang sakti itu ketika baru
kudapat Sekarang rasakan sendiri akibatnya!" Orang berpakaian hijau menyumpahi
dalam hati. Dengan cepat orang ini
kemudian mengambil gulungan Pedang Naga Suci 212
yang tergeletak di tanah lalu berkelebat pergi. Namun di satu tempat orang yang
melarikan pedang ini berteriak kaget ketika tangannya yang memegang senjata itu
seperti memagang bara panas. Telapak tangan dan jari-jarinya melepuh!
"Senjata keparat jahanam! Setan apa yang ada dalam dirimu"! dua kali dengan Ini
kau membuat tanganku melepuh!" maki orang itu lalu bantingkan gulungan Pedang
Naga Suci 212 ke tanah. Senjata sakti
menggelinding lalu masuk ke dalam sungai kecil, lenyap dari pemandangan.
Nyi Wulas Pikan, gadis cantik berpakaian ringkas hijau yang tadi hendak mencuri
Pedang Naga Suci 212 dan bukan lain adalah samaran Nyai Tumbal Jiwo meniup-niup
dan mengusap telapak tangan kanannya yang melepuh. Mulutnya tiada henti memaki
panjang pendek.
**** BAGAIMANA Pedang Naga Suci 212 bisa berada
di tangan Luhrembulan dan apa sangkut pautnya
dengan Nyai Tumbal Jiwo alias Nyi Wulas Pikan"
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
61 Pagi hari yang mendung, hujan lebat belum lagi turun, di kaki Gunung Gede Nyi
Wulas Pikan ingat sesuatu.
"Aku pernah menyirap kabar kalau Kiai di puncak gunung itu memiliki satu senjata
berupa pedang sakti luar biasa. Pedang Naga Suci Dua Satu Dua. Apakah aku mampu
mengambil senjata Itu dengan ilmu
kesaktianku?" Sambil berpikir-pikir Nyi Wulas Pikan mencari tempat yang baik
untuk menerapkan ilmu mengambil benda dari jarak jauh.
Setelah menemukan tempat yang cocok, dia duduk bersila. Ujudnya sebagai gadis
cantik berubah ke bentuk asli yaitu nenek rambut merah bermuka setan.
Ujud nenek angker Nyai Tumbal Jrwo! Mata dipejam dan mulut perot mulai merapal.
SI nenek tidak mengetahui kalau saat itu di belakang pohon, di balik rimbunan semak belukar
mendekam sosok seorang
berpakaian putih, memperhatikan apa yang tengah dilakukannya.
Dalam keadaan mata yang terpejam Nyai Tumbal Jiwo melihat puncak Gunung Gede.
Lalu tampak sebuah telaga. Sepasang mata si nenek bergetar, pelipis bergerak-gerak.
Pandangan gaib ditembuskan melewati permukaan telaga. Menukik sampai ke dasar
dimana terdapat tiga bangunan terbuat dari batu pualam. Dari dalam bangunan di
sebelah kanan keluar satu cahaya putih yang berasal dari sebuah benda bergulung
tipis dan berada di dalam keranda kaca.
"Senjata sakti Pedang Naga Suci Dua Satu Dua!
Aku melihatmu! Kutemui dlrimul Kita berjodoh"
Ikutlah bersamaku!" ucap Nyai Tumbal Jlwo berulang kali. Lalu dia berhenti
berucap dan menahan nafas.
Saat itu juga keranda kaca di dalam tempat kediaman Kiai Gede Tapa Pamungkas di
dasar telaga berderak pecah. Benda putih bergulung yang memang adalah pedang
Sakti Naga Suci 212 melesat keluar keranda, melayang ke arah pintu bangunan batu
pualam. Hanya dua kali kejapan mata senjata sakti itu menembus keluar dari dalam
telaga, melayang di udara ke arah kaki gunung mengeluarkan suara berdesing.
Tak selang berapa lama di langit awan mendung mulai menggumpal. Kilat beberapa
kali menyambar.
Nyai Tumbal Jiwo merapal lebih cepat dan lebih keras.
Dari batok kepalanya keluar kepulan asap merah 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi
KZ 62 pertanda dia tengah mengerahkan seluruh kesaktian yang ada untuk menarik Pedang
Naga Suci 212 yang telah berhasil dikeluarkannya dari dasar telaga.
Ternyata senjata sakti itu memberi perlawanan. Si nenek lipat gandakan kekuatan
yang dimiliki. Tubuhnya bergetar hebat. Dia mendengar suara berdesing. Lalu di
udara tampak satu benda putih melesat, berputar tujuh kali turun naik di atas
pohon tak jauh dimana Nyai Tumbal Jiwo duduk bersila. Benda ini sepertinya
berusaha bertahan dari kekuatan yang ingin
menariknya ke bawah. Namun setelah tujuh kali putaran akhirnya benda melayang ke
bawah dan jatuh di
pangkuan Nyai Tumbal Jiwo.
"Pedang Naga Suci Dua Satu Dua!" ucap Nyai Tumbal Jiwo seakan tidak percaya
kalau dia benar-benar berhasil mendapatkan senjata sakti mandraguna itu. Dua mata yang
sejak tadi terpejam dibuka. Dia melihat gulungan benda tipis putih dan bercahaya
terang dlpangkuannya. Mulut si nenok menyeringai gembira. Dengan cepat dia
ulurkan tangan kanan untuk mengambil senjata sakti itu.
"Luar biasa, senjata aneh..." SI nenek membolak balik gulungan pedang tipis.
Tiba-tiba dia menjerit keras. Gulungan pedang terasa panas seperti barai
Tangannya sampai mengepulkan asap dan melepuhi Sambil memaki si nenek bantingkan
senjata itu ke tanah. Mendadak guntur menggelegar membuat Nyai Tumbal Jiwo kaget
dan melompat bangkit aambll banting-bantlng kaki. Saat Itulah tiba-tiba
Luhrembulan, yaitu sosok yang sejak tadi sembunyi di balik semak belukar, dengan
gerakan kilat melompat keluar, menyambar gulungan Pedang Naga Suci 212
yang tergeletak di tanah lalu berkelebat menghilang tanpa Nyai Tumbal Jiwo
sempat melihat.
Seperti diceritakan sebelumnya Nyai Tumbal Jiwo dalam keadaan kembali berubah
menjadi Nyi Wulas Pikan berteduh di sebuah gubuk. Sebelumnya di
tempat itu telah lebih dulu berteduh Luhrembulan.
Gadis dari alam 1200tahun silam ini segera mengenali si nenek, serta merta
berlaku waspada. Sebaliknya si nenek tidak mengenali Luhrembulan apa lagi
mengetahui kalau gadis berpakaian putih itu yang telah mencuri Pedang Naga Suci
212. Antara mereka 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
63 kemudian terjadi perkelahian. Sewaktu Nyi Retno Mantili muncul Nyi Wulas Pikan
walau semula ingin membunuh perempuan tidak waras ini namun
akhirnya memilih lebih baik meninggalkan tempat itu dan cepat-cepat naik ke
puncak Gunung Gede guna menantikan kedatangan Pendekar 212 Wiro Sableng 160
Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
64 TAK LAMA setelah hujan lebat berhenti dan arus di sungai kecil surut, dekat satu
tikungan sungai pada bagian yang dangkal berbaring menelentang seorang pemuda
bertubuh luar biasa gemuk, bermuka putih tembam. Leher dan dagu jadi satu. Perut
menyembul buncit besar. Pemuda ini mengenakan baju terbalik dengan kancing di
sebelah punggung.
Di kepalanya yang berambut panjang sebahu
bertengger sebuah kopiah hitam kupluk kebesaran menutupi alis.
Saat itu walau sebagian tubuhnya berada dalam air dan udara dingin pula karena
habis hujan namun anehnya si pemuda merasa kepanasan bahkan
sampai keringatan. Tangan kiri yang memegang
sebuah kipas kertas tidak henti-henti dikibaskan ke bagian dada dan wajah.
Sepasang mata ter pejam-pejam ayam. Dua kaki dikambang lebar-lebar. Pemuda gemuk
ini agaknya benar-benar menikmati
keberadaannya di dalam sungai dangkal berair jernih dan sejuk itu.
Tiba-tiba ada sebuah benda putih berkilau dihanyutkan air sungai meluncur
mengapung diantara dua kaki pemuda gendut yang terkembang. Begitu menyentuh
bagian bawah perut, ada rasa dingin
menjalar masuk ke dalam tubuh si gendut ini. Mata masih terpejam dan mulut
tersenyum-senyum si gendut keluarkan suara "Heh...." Setiap kali benda itu
dipermainkan aliran air sungai dan menyentuh bagian bawah perutnya si pemuda
selalu mengeluarkan
ucapan heh. Rupanya dia merasa senang. Mata kini meram melek dan lidah terjulur-
julur di atas bibir. Selain merasa sejuk pemuda ini juga merasa geli-geli enak
bagian bawah perutnya seperti diusap disentuh
tangan-tangan halus.
"Dewi Sungai... Oooh, kau kah itu yang yang mengusap anuku. Aahhh, enak ...
asyik. Ooo nikmatnya. Pelan-pelan Dewi... Jangan sampai anuku 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 65 lecet...." Si gendut bicara sendiri sambil senyum-senyum.
Dalam rasa senangnya lama-lama si gendut ini ingin tahu juga benda apa
sebenarnya yang sejak tadi menyentuh-nyentuh memberi nikmat pada dirinya itu.
"Jangan-jangan ikan betina yang mulutnya besar,"
pikir si gendut lalu ulurkan tangan kiri menjangkau benda di bawah
selangkangannya itu. Namun tidak tersentuh karena terhalang oleh perut yang
buncit. "Sreett!"
SI gendut lipat kipas kertas di tangan kiri lalu menopang tubuh dengan tangan
kanan, berusaha
bangkit. Begitu duduk dia melihat sebuah benda aneh, tipis bergulung seperti
sebuah ikat pinggang.
"Hah, ini rupanya mahluk yang sejak tadi menyenggol-nyenggol kantong menyanku!
Kusangka Dewi Sungai, kukira ikan, tak tahunya benda apa ini?"
Ucap pemuda gendut lalu dengan tangan kanan
mengambil benda yang terapung itu. Begitu bersentuhan tangan kanannya terasa
dingin. Rasa sejuk menjalar ke seluruh tubuh. Ketika digenggam rasa dingin
berkurang dan perlahan-lahan berubah menjadi hangat. Dari hangat berubah lagi
menjadi panas! Sekujur tubuh si gendut langsung kucurkan keringat
"Aneh, mengapa jadi panas" Senda bergulung, apa kau marah padaku" Apa kau tidak
mau dipegang tapi maunya dikempit di antara dua pahaku" Ha ...
ha!" Pemuda gemuk tertawa sendiri lalu benda dioles-oleskan ke bagian bawah
perutnya. Dia tertawa haha-hihi ketika kembali rasa sejuk terasa menyentuh dan
masuk ke dalam tubuhnya.
"Aneh. aneh!" si gendut berucap berulang kali.
Benda putih bergulung kemudian ditimang-timang.
Di lempar ke atas ditangkap lagi, dilempar kembali.
Pada kali yang ketujuh tiba-tiba terdengar suara berdesir di susul dengan
memancarnya hawa dingin.
Lalu srett! Benda bergulung membuka Cahaya putih berkiblat dan wuuttt!
"Breett!"
Si gendut terpekik. Matanya yang belok melotot tambah besar. Wajahnya yang pucat
putih menjadi tambah putih seperti kain kafan!
Kopiah hitam kupluk yang ada di atas kepalanya 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi
KZ 66 mencelat mental, jatuh ke dalam sungai. Sebelum dihanyutkan air pemuda ini
cepat-cepat mengambilnya. Ketika diperhatikan ternyata bagian pinggir atas
kopiah hitam itu telah robek besar.
"Kopiahku satu-satunya kenapa dirusak"! Tapi untung cuma kopiah yang bolong.
Kalau sampai jidatku yang robek!" Si gendut letakkan kopiah di atas kepala lalu
berbalik mencari benda putih berkilat yang tadi menyerangnya Dia buru-buru
jatuhkan diri ketika benda yang dicarinya itu melayang di udara dan membeset ke
arah hidungnya. Hawa dingin menebar.
"Kurang ajar! Mahluk setan apa yang menyerangku?"
Si gemuk cepat berdiri, memandang kedepan dan
memperhatikan lebih jelas dia melihat benda putih Ku ternyata sebilah pedang
putih tipis bergagang gading berbentuk kepala naga. Pada badan pedang kiri kanan
ada guratan angka 212.
"Dua Satu Dua! Astaga..-!" SI gendut berseru. Dia segera ingat pada sobat yang
sudah lama tidak
bertemu. "Wiro anak geblek. Pasti kau yang punya urusan! Kau yang menyuruh
pedang Itu menyerangku!
Anak Sableng! Lama tidak bertemu mengapa mau
membuat aku celaka"! Dimana kau"I Jangan
sembunyi. Nanti aku"."
Ucapan belum selesai pedang putih yang
mengapung di udara bergerak naik ke atas lalu wutt!
Meluncur menusuk ke arah pertengahan dada gembrot berlemak si gendut.
"Kau benar-benar mau membunuhku"! Aku tidak Yakin! Ayo sllahkan saja tusuk!"
kata pemuda gendut sambil pegang koplah kupluk sementara tangan kiri bergerak
mengangkat kipas kertas ke atas. Tadinya dia menyangka bahwa luncur tusukan
pedang akan berhenti di tengah jalan atau membelok ke samping.
Tapi ketika senjata itu terus meluncur ke arahnya si gendut jadi terperangah dan
tidak mau mati konyol!
Sambil jatuhkan tubuh yang gembrot besar ke dalam air sungai, tangan kiri
mengembangkan kipas untuk menangkis serangan pedang. Kalau dia
mempergunakan kipas kertas untuk menghadapi
pedang sakti berarti kipas kertas itu merupakan benda bukan sambarangan! Dan
memang benar. Begitu selarik angin dingin menyapu keluar dari 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 67 kipas kertas, gerak luncur pedang putih tertahan. Si pemuda sentakkan kipas ke
kiri. Pedang yang
mengapung di udara ikut bergerak ke kiri.
Wiro Sableng 160 Dendam Makhluk Alam Roh di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita tidak pernah bermusuhan. Mengapa menyerangku! Bukankah bersahabat lebih
baik dari pada berseteru"!" Si gendut berucap sambil perlahan-lahan tangan
kirinya yang memegang kipas diturunkan kebawah dan diputar-putar. Pedang putih
ikut bergerak turun, berputar beberapa kali lalu srett!
Pedang menggulung kembali dan jatuh di dalam
sungai yang dangkal. Walau agak takut-takut si pemuda ulurkan tangan kanan
mengambil gulungan pedang.
"Wiro! Mengapa masih sembunyi"! Ayo keluar!
Kita bisa ngobrol sore Ini sampai pagi! Kalau mau disambung lagi dari pagi
sampai sore!" Si gendut lalu tergelak-gelak hingga perut dan dadanya yang
gembrot berguncang-guncang.
Satu bayangan berkelebat keluar dari balik pohon besar di tepi sungai kecil. Si
gendut mengira yang muncul adalah sobat lamanya Pendekar 212 Wiro Sableng. Tapi
dia jadi terperangah dan berbalik terkagum-kagum ketika melihat yang berdiri di
tepi sungai adalah seorang gadis memiliki rambut panjang sepinggang. Pakaian
hijaunya basah kuyup hingga tubuhnya yang sintal seolah tercetak di bawah
pakaian itu. "Kau mampu menjinakkan Pedang Naga Suci Dua Satu Dua! Bagaimana kau
melakukannya" Mantera apa yang kau baca"!" bertanya gadis berpakaian hijau
sambil melirik ke arah kipas kertas di tangan kiri si gendut
"Ha... he..." pemuda gemuk tertawa. Mata dlkedap-kedlpkan. "Aku tidak membaca
mantera apa-apa. Kipas jelek Ini yang menolongku."
"Hebat! Kipasmu itu pasti sama saktinya dengan Pedang Naga Suci Dua Satu Dua!"
"He..he. Kipasku Cuma kipas kertas jelek," Jawab si gendut merendah. "Eh!
bagaimana kau tahu kalau pedang ini bernama Pedang Naga Suci Dua Satu
Dua... ?" "Aku hanya menduga.Tidakkah kau melihat ada guratan angka Dua Satu Dua pada dua
sisi pedang?"
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
68 "Ya ... ya. He... he. Kau pasti gadis dari rimba persilatan. Tidak sembarang
orang bisa tahu ini pedang apa Ha..he... Bagaimana kau tahu-tahu bisa muncul di
sini?" "Sewaktu hujan aku tengah berperahu di sungai ini. Lalu hujan turun, arus
berubah besar. Perahuku terbalik. Selagi berenang ke tepi aku melihat benda
putih bergulung dihanyutkan air. Aku mengikuti sepanjang tepian kali. Ketika
melihat benda itu mengarah ke tempatmu berbaring di sungai dangkal aku berhenti
mengikuti, sembunyi di balik pohon sana. Waktu benda bergulung terbuka berubah
jadi sebilah pedang dan menyerangmu, aku sempat
melihat guratan angka Dua Satu Dua di sisi pedang.
Tadi aku mendengar kau menyebut nama seseorang.
Wiro. Apakah kau kenal pada pendekar itu?"
"Dia sobat lamaku. Tadinya dia yang aku kira bergurau dengan senjata Ini. Heran,
mengapa pedang sakti ini bisa tersesat begini rupa" Apa yang telah terjadi?"
kata si gendut pula. Matanya yang betok terus saja memperhatikan wajah dan sosok
elok si gadis. "Eh, kau belum menerangkan siapa dirimu."
"Namaku Nyi Wulas Pikan."
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
69 NAMA BAGUS. Puji si gendut. "Kau sendiri siapa?"
Balik bertanya si gadis. "Adalah aneh sementara orang kedinginan kau malah
merendam diri di sungai."
Mengakubernama Nyi Wulas Pikan berarti dia bukan lain adalah penjelmaan Nyai
Tumbal Jiwo. "Namaku Santlko. Tapi orang-orang menyebutku Bujang Gila Tapak Sakti. Aku memang
punya kelainan.
Aku tidak tahan hawa panas. Selain itu kata orang usiaku sekitar dua puluhan.
Pada hai aku sebenarnya sudah berumur lebih dari delapan puluhl"
Nyi Wulas Pikan perhatikan dua tangan al pemuda yang tampak putih sampai ke
kuku, "Kalau ucapanmu bisa dipercaya maka kau adalah orang paling aneh yang pernah
kutemui. Dijuluki seperti itu kau pasti orang hebati" kata Nyi Wulas
Pikan."Apakah kau benar-benar masih bujang seperti namamu?"
Si gendut Bujang Gila Tapak Sakti keluar dari dalam sungai. Duduk di tanah di
hadapan si gadis.
Tangan kiri memegang kipas, tangan kanan meng-
genggam gulungan Pedang Naga Suci 212 yang mulai terasa panas. Sambil
menyeringai dia bertanya.
"Apa maksudmu dengan pertanyaan itu Nyi Wulas?"
"Maksudku apakah kau masih perjaka" HIk..hlk..."
Si gendut Bujang Gila Tapak Sakti ikutan tertawa.
"Aku tidak ingat apa aku ini masih perjaka.Yang jelas aku belum pernah nikah!"
"Nikah belum kawin sudah! Iya kan" Hik...hik...hik!"
"Kalau nikah denganmu aku mau!" kata Bujang Gila Tapak Sakti pula yang sejak
tadi sudah tertawan dan bergairah melihat kecantikan serta kebagusan tubuh Nyi
Wulas Pikan. "Ihh... Kau sungguhan" Jangan main-main soal nikah."
"Kalau begitu kawin saja!" sahut si gendut 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
70 "Dengar." Nyi Wulas Pikan melangkah mendekati Bujang Gila Tapak Sakti. "Kalau
kau sungguhan mau kawin denganku, aku juga mau."
"Eh apa"I" Bujang Gila Tapak Sakti jadi kaget. Walau tertarik pada si cantik ini
tapi tadi dia bicara hanya sekadar bergurau.
Nyi Wulas Pikan duduk di samping Bujang Gila Tapak Sakti lalu usap-usap dada
gembrot si pemuda. Usapan turun ke perut yang buncit hingga Bujang Gila Tapak
Sakti senyum-senyum meram melek. Sambil turunkan lagi usapannya ke bagian pusar,
Nyi Wulas Pikan berkata.
"Aku mau kawin denganmu.Tapi ada syaratnya.''
"Ah, pasti kau minta mas kawin seratus sapi seratus kambing seratus...."
"Aku tidak, minta mas kawin apa-apa." Potong Nyi Wulas Pikan.
"Lalu" Sungguh" Ah. mungkin kau minta mas kawin emas atau perhiasan satu
karung!" "Gila! itu juga tidak." jawab Nyi Wulas Pikan sambil tersenyum dan lagi-lagi
kedipkan mata menggoda.
"Aku hanya ingin kau mengajarkan padaku bagaimana caranya agar aku bisa memegang
pedang sakti itu tanpa tanganku menjadi panas dan melepuh."
"Apa kau pemah memegang pedang sakti ini sebelumnya?" tanya si pemuda sambil
melirik kearah tangan kanan si gadis dan melihat ada luka melepuh pada tangan
itu. "Waktu berenang di sungai. Aku berusaha mengambil pedang yang masih dalam
keadaan tergulung. Tapi tanganku kepanasan bahkan sampai melepuh." Berdusta Nyi Wulas
Pikan. "Terus terang aku tidak tahu bagaimana cara mengajar orang lain agar bisa
memegang pedang ini."
"Tapi kau mampu memegangnya tanpa tanganmu cidera Aku pernah mendengar riwayat
senjata ini yang konon keluar dari perut naga di dasar laut."
"Ceritakan padaku..." kata Bujang Gila Tapak Sakti pula.
Nyi Wulas Pikan menggeleng.
"Aku tidak mau menceritakan. Takut kesalahan."
Kilah si gadis.
"Sebenarnya aku juga kepanasan memegang senjata 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 71 ini. Tapi tidak sampai melepuh. Mungkin karena aku memiliki kekuatan hawa dingin
dalam diriku, itu yang membuat aku bisa memegang senjata ini.Tapi lama-lama
kalau panas terus-terusan rasanya aku bisa jadi tidak tahan..."
"Kalau begitu berikan kesaktian hawa dingin yang ada dalam tubuhmu padaku." Kata
Nyi Wulas Pikan pula.
"Memberikan hawa dingin dalam tubuhku padamu?"
mengulang si gendut.
Nyi Wulas Pikan mengangguk. Mulut mengulum
senyum dan mata dikedipkan.
"'Bagaimana caranya?" tanya Bujang Gila Tapak Sakti yang kena rayuan dan tambah
bergairah melihat sikap si gadis.
Mengenai siapa adanya pemuda gendut berjuluk Bujang Gila Tapak Sakti ada baiknya
dituturkan sedikit riwayatnya. Dalam serial Wiro Sableng berjudul
"Bujang Gita Tapak Sakti, "diceritakan, ketika berusia 10 tahun Santiko mencuri
perangkat Gamelan berupa dua buah bonang (kentongan besi) milik Keraton. Dua
buah bonang ini kemudian diserahkan Santiko pada seorang janda muda cantik
jelita bernama Nyi Bulan Seruni Pitaloka yang memang telah membujuk Santiko
untuk mencuri benda pusaka itu. Ketika Dewa Ketawa, tokoh aneh rimba persilatan
tanah Jawa yang
merupakan paman Santiko mengetahui hal ini maka si bocah dihukum berat. Dibawa
ke puncak Gunung Mahameru lalu dipendam dalam sebuah lobang yang disebut lobang
inti es selama 7 tahun. Menurut Dewa Ketawa satu tahun di dalam lobang sama
dengan sepuluh tahun hidup di dunia luar.
Tujuh tahun kemudian setelah bebas dari
hukuman, Santiko berubah menjadi seorang pemuda yang memiliki ilmu kesaktian
tidak ada duanya Semua Ilmu kepandaian dan kesaktiannya itu berdasar dan
mengandalkan pada hawa dingin yang didapatnya
selama dipendam di puncak Mahameru. Karena
bertahun-tahun berada di dalam lobang luar biasa dingin, Santiko kini menjadi
tidak tahan akan hawa panas. Kemana pergi selalu membawa kipas kertas.
Selain dipakai untuk mengipasi diri, benda ini juga bisa dipergunakan sebagai
satu senjata hebat. Sejak turun gunung Santiko dijuluki Bu|ang Gila Tapak Sakti
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
72 dan selalu mengaku kalau usianya sudah delapan puluh tahun.
Dalam pengembaraannya pendekar gemuk ini
bertemu dengan Pendekar 212 Wiro Sableng yaitu ketika murid Sinto Gendang ini
membantu mendapatkan dua buah bonang kembali. Dari
keterangan Nyi Bulan Seruni Pitaloka diketahui bahwa di dalam dua buah bonang
itu terdapat lapisan dua helai kain sutera tipis yang hanya bisa dilepas dengan
dua senjata sakti mandra guna. Senjata pertama Keris Nogo Sosro.TapI senjata
milik dan pusaka Keraton Ini tidak diketahui dlmana beradanya. Yang kedua adalah
Kapak Maut Naga Genl 212 milikWIro.
Setelah berhasil dilepas dari bonang, dua carik kain sutera Ku ternyata berisi
tulisan kuno mengenai rahasia ilmu sakti mandraguna. Pada kain sutera pertama
tertera tulisan mengenal limu kesaktian langka sementara pada kain sutera kedua
terdapat tulisan mengenai ilmu pengobatan.
Wiro menyerahkan dua helai kain sutera pada Nyi Bulan Seruni Pitaloka yang
memang adalah milik mendiang suaminya. Dua buah bonang kemudian
diberikan pada Dewa Ketawa. Antara kakek ini dengan sang keponakan keduanya
saling berbaikan kembali.
Sebagal balas budi atas bantuan Wiro, Nyi Bulan Seruni Pitaloka dengan Ilmu
kesaktian bernama Berjalan DI Dalam Tanah kemudian mengajak sang pendekar jalan-
jalan masuk ke dalam perut bumi.
Kembali pada pembicaraan antara Nyi Wulas Pikan dengan Bujang Tnpak Sakti.
"Ada satu cara paling ampuh dan cepat untuk memasukkan ilmu kesaktian hawa
dinginmu ke tubuhku." Kata Nyi Wulas Pikan pula.
"Katakan bagaimana caranya." Ucap Bujang Gila Tapak Sakti ingin tahu.
Nyi Wulas Pikun dekatkan mulutnya ke telinga kiri Bujang GIlaTapak Sakti. Dia
lebih dulu menjilat daun telinga si pemuda hingga si gendut ini menggelinyang
kegelian dan tambah berkobar nafsunya. Lalu Nyi Wulas Pikan membisikkan
ucapannya ke telinga Bujang Gita Tapak Sakti.
"Heh, kau ini bicara apa"! Kau sungguhan"!" SI pemuda pura-pura terkejut ketika
mendengar bisikan 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
73 Nyi Wulas Pikan, padahal dadanya berdebar gembira.
Tubuhnya langsung panas. Keringat memercik.
"Aku tidak main-main."
"Kita... kita mau melakukannya di mana?" tanya Bujang Gila Tapnk Sakti sambing
pegang bagian bawah celana seperti orang kebelet kencing!
Nyi Wulas Pikan memandang berkeliling.
"Di bawah pchon sana. Tanahnya tidak terlalu basah."
Lalu gadis ini berdiri dan melangkah ke bawah pohon besar. Di sini dia lambaikan
tangan memanggil si pemuda, mulut tersenyum, mata dikedip menggoda. Karena
Bujang Gila Tapak Sakti masih tidak beranjak dari tempatnya, Nyi Wulas Pikan
gerakkan jari-jari tangan ke dada Satu persatu dia tanggalkan kancing kain pada
baju hijau yang dikenakannya.
"He..."!" Bujang Gila Tapak Sakti terperangah.
"Kau sungguhan rupanya Nyi Wulas?" Mata mendelik besar tak berkedip. Ketika di
depan sana Nyi Wulas Pikan dilihatnya tidak lagi mengenakan apa-apa di bagian
atas tubuhnya bahkan siap hendak menurunkan celana panjangnya pemuda ini per-
lahan-lahan bangkit berdiri sambil kipas-kipaskan kipas kertas. Tubuhnya panas
kelangsangan. Bukan saja karena hawa dan pedang sakti dan udara di sekitarnya,
tapi juga karena akibat kobaran nafsu.
Hanya beberapa langkah saja Bujang Gila Tapak Sakti akan sampai di hadapan Nyi
Wulas Pikan yang tegak berdiri di depan pohon besar tiba-tiba terdengar suara
berdesing. Pedang Naga Suci 212 yang ada di tangan kanan pemuda gendut itu memancarkan
sinar terang. Bujang Gila Tapak Sakti berseru kaget ketika hawa sangat panas
menghantam tangan kanannya Pedang sakti
berkelebat lepas, gulungan terbuka lalu berkiblat di udara
"Breett!"
Bujang Gila Tapak Sakti melompat mundur.
Lengan kiri baju terbalik yang dikenakannya robek besar Kulit tergores Hawa
dingin luar bisa menyelubungi dinnya. Menyangka pedang sakti akan berbalik
menyerang kembali cepat dia buka lipatan kipas kertas.
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
74 Ternyata Pedang Naga Suci 212 melesat ke arah Nyi Wulas Pikan alias jejadian
Nyai Tumbal Jiwo!
Melihat dirinya diserang gadis cantik jejadian yang dalam keadaan polos tubuh
sebelah atas tentu saja tidak tinggal diam. Dia cari selamat dengan melompat ke
kiri sambil lima jari tangan kanan dijentikkan.
Lima larik sinar merah menderu, menghantam Pedang Naga Suci 212 di lima tempat.
"Tring...tring... tring... tring...tring.,n Terdengar suara berdentringan
disertai percikan bunga api. Pedang sakti tampak bergetar, sesaat naik turun di
udara namun di lain kejap kembali melesat ke arah Nyi Wulas Pikan. Gadis
jejadian ini berteriak keras, secepat kilat jatuhkan diri ke tanah.
"Crass!"
Pedang Naga Suci 212 menancap sampai
sejengkal di depan gagang pada batang pohon besar di belakang Nyi Wulas Pikan.
Gadis ini sambar bajunya yang tergeletak di tanah, siap untuk menghambur lari.
Namun di batang pohon Pedang Naga Suci 212
melesat surut lalu kembali menderu ke arah Nyi Wulas Pikan. Kali ini yang
diserang tidak mampu selamatkan diri lagi. Kalau sampai dirinya dibantai pedang
sakti, rohnya akan terlempar ke alam gaib untuk selama-lamanya, tak mungkin lagi
akan gentayangan dimuka bumi, Nyi Wulas Pikan menjerit keras.
Sekejap lagi pedang sakti akan menancap di
dadanya yang putih polos tiba-tiba mengumandang satu suara.
"Pedang sakti Naga Suci Dua Satu Dua! Bukan saatnya kau membunuh! Kembali
padaku!" 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
75 LUNCURAN Pedang Naga Suci 212
mendadak tersendat, lalu berhenti. Setelah sesaat mengapung di udara pedang
sakti Ini menggulung diri lalu melayang ke arah kakek berambut panjang putih
yang wajahnya tertutup janggut serta kumis putih menjulai. Dengan cepat kakek
ini menangkap gulungan pedang sakti lalu memasukkan ke balik pakaian.
Matanya kemudian ditujukan ke arah Nyi Wulas Pikan yang baru saja mengambil baju
hijaunya. ,. "Gadis jalang! Beraninya kau berbuat mesum di tempat ini!"
Nyi Wulas Pikan menyahuti dengan mencibirkan lidah, tertawa cekikikan lalu
Wiro Sableng 160 Dendam Makhluk Alam Roh di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkelebat tinggalkan tempat itu.
"Jangan pergi!" bentak orang tua berselempang kain putih seraya mengejar dan
tusukkan dua jari tangan kanan mengirim totokan jarak jauh. Namun dengan
mengeluarkan ilmu DibalikAsap Roh Mencari Pahala yang merupakan semburan asap
hitam peng-halang pemandangan Nyi Wulas Pikan berhasil lenyap dari tempat itu.
Totokan jarak jauh si orang tua hanya mengenal udara kosong mengeluarkan suara
menggelegar. Di kejauhan terdengar tawa cekikikan Nyi Wulas Pikan disertai
ucapan. "Orang tua! Aku tahu kau cuma berpura-pura marah! Aku melihat kau menikmati
pemandangan dadaku yang bagus! Hik... hik... hik!"
Wajah si orang tua berubah merah. Mulutnya berkomat-kamit mengucap. Kini
kemarahannya ditumpahkan pada si gendut Bujang Gila Tapak Sakti.
Tahu kalau orang marah padanya pemuda Ini pegang kopiah kupluknya yang robek
besar lalu berkata.
"Kek, kalau aku tidak salah menduga, bukankah kau Kiai GedeTapa Pamungkas yang
diam dipuncak Gunung Gede sana?"
Si kakek tidak menjawab. Untuk beberapa lama 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi
KZ 76 dia hanya menatap mendelik pada si gendut
"Kau sudah tahu diriku! Aku juga sudah tahu siapa dirimu! Apakah pantas bagi
seorang pendekar rimba persilatan apa lagi yang konon keponakan Dewa Ketawa,
berbuat mesum di tempat ini"!"
"Kiai. aku tidak berbuat mesum. Perempuan itu sendiri yang menanggalkan bajunya.
Aku tidak menyuruh!" jawab si gendut sambil menyenglr.
"Bujang Gila Tapak Sakti! Jangan bermain kata-kata denganku!"
"Kiai, kau salah menduga Gadis tadi bermaksud menggodaku.
Usiaku sudah delapan puluh tahun. Aku tak mungkin tertipu. Sebenarnya gadis tadi
ingin mendapatkan pedang bergulung itu..."
Sang Kiai merasa heran mendengar pemuda gendut di depannya mengaku berusia
delapan puluh tahun.
"Sudahlah, sulit aku percaya pada ucapanmu." Kata Kiai Gede Tapa Pamungkas pula.
"Aku hanya ingin tahu satu hal. Apa kau berkomplot dengan gadis tadi mencuri
Pedang Naga Suci Dua Satu Dua dari tempat kediamanku di dasar telaga?"
"Aku tidak mengerti. Kau seperti mau menuduh.
Ceritanya aku menemui pedang itu waktu aku lagi berbaring di sungai dangkal.
Gadis tadi ingin
menguasai pedang tapi tidak bisa karena kalau memegang gulungan pedang tangannya
jadi melepuh." Kiai Gede Tapa Pamungkas perhatikan tangan
Bujang Gila Tapak Sakti. Tangan itu tampak agak kemerahan tapi tidak terluka
atau melepuh. Berarti pemuda ini memilik kesaktian tinggi untuk mampu memegang
Pedang Naga Suci 212.
"Kiai, tadi kau bilang cuma Ingin tahu satu hal.
Apa kau tidak Ingin tahu siapa nama gadis itu?"
"Apa maksudmu" Jangan berani kurang ajar bicara denganku!"
"Kiai, jangan salah paham. Aku tidak bermaksud begitu. Aku..."
"Tutup mulutmu! Kalau kau tidak bersekongkol dengan gadis jejadian tadi, lalu
mengapa kau bisa tersesat ke tempat ini?"
Bujang Gila Tapak Sakti jadi kesal karena terus 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 77 menerus dicurigai.
"Kiai, tidak ada hujan tidak ada angin, tidak ada ujung tidak ada pangkal kau
mengambil sikap
mencurigai diriku. Apakah ada aturan dalam rimba persilatan bahwa seseorang itu
tidak boleh pergi kemana dia suka?"
"Memang tidak ada aturan. Tapi lain dengan dirimu!"
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa gelak-gelak. Saking kesalnya maka si gendut ini
lantas lontarkan kata-kata mengejek.
"Aku memang lain dibanding dirimu. Kau kurus nyaris kerempeng. Aku gendut
gembrot! Kau berambut putih. Rambutku masih hitam. Kau punya kumis dan janggut putih. Mukaku
tembam tapi klimis.
Kau mengenakan pakaian selempang kain putih. Aku mengenakan baju terbalik dan
celana komprang. Aku masih tegap, kau sudah reot Anuku masih kencang berkilat.
Anumu pasti sudah seperti terong peot Mungkin juga rada-rada burik. Ha... ha...
ha)" Amarah Kiai Gede Tapa Pamungkas bukan alang kepalang.
"Kau layak diberi pelajaran!" bentak orang tua itu dengan wajah merah mengetam.
Lalu sekali tangan kanannya digerakkan, tangan itu berubah panjang dan.
"Plaak! Plaak!"
Dua tamparan keras melanda pipi Bujang Gila Tapak Sakti kiri kanan hingga
bibirnya pecah dan mengucurkan darah. Sambil menahan sakit, setelah menyeka noda
darah di pinggiran mulut dan dagu si gendut ini masih bisa keluarkan ucapan yang
membuat Kiai Gede Tapa Pamungkas merasa
menyesal. "Kiai, kalau aku memang bersalah dan kurang ajar apakah begini cara seorang Kiai
memberi pelajaran.
Seumur hidup aku akan mengingat pelajaran yang barusan kau berikan padaku. Aku
mengucapkan terlmakasih atas kebaikanmu mau memberi pelajaran."
Terhuyung-huyung Bujang Gila Tapak Sakti memutar tubuh lalu tertatih-tatih
tinggalkan tempat itu. Kiai Gede Tapa Pamungkas hela nafas panjang dan dalam.
Dia hendak beranjak pergi dari tempat itu, segera kembali ke puncak Gunung Gede.
Namun mendadak dia
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
78 merasakan udara di sekitarnya berubah dingin.
Semakin dia berusaha bertahan semakin dingin
tubuhnya. Lalu tanah yang dipijaknya seolah
berubah menjadi es! Dua kaki berubah kaku tak
mampu digerakkan. Orang tua ini menggigil, geraham bergemeletukan. Bagaimanapun
dia berusaha mengalirkan tenaga dalam mengandung hawa panas tetap saja dia tidak mampu
melawan rasa dingin.
Periahan-lahan dari hidung dan telinganya meleleh keluar cairan darah.
"Aku telah bersalah. Menyengsarakan orang yang mungkin tidak berdosa. Sekarang
pemuda itu melakukan pembalasan..." Membatin Kiai GedeTapa Pamungkas."Ya Tuhan aku mohon
ampun padamu. Dan kau pemuda bernama Bujang Gila Tapak Sakti, aku minta maaf padamu atas
kekeliruanku."
Baru saja sang Kiai selesai mengeluarkan ucapan batin itu tiba-tiba hawa dingin
serta merta lenyap. Dua kakinya yang kaku kini bisa digerakkan. Darah
berhenti mengucur dari hidung dan telinga, bankan lenyap tanpa bekas. Dalam
tubuhnya kini mengalir hawa luar biasa sejuk yang membuat dadanya terasa lapang
dan hatinya menjadi lega.
Sang Kiai geleng-gelengkan kepala.
"Pemuda itu telah memberi pelajaran sangat baik padaku." Ucap Kiai Gada Tapa
Pamungkas. "Bujang Gila Tapak Sakti, aku berterima kasih padamu. Hari ini kau
telah memberi pelajaran yang tidak akan aku lupakan seumur hidup."
**** BUJANG GILA Tapak Sakti kembali ke tepi sungai dimana sebelumnya dia berbaring
di bagian yang dangkal. Lama pemuda gendut ini duduk termenung sambil mengusap-
usap pipinya yang terasa sakit.
Dengan air sungai yang sejuk dan jernih dia
membersihkan noda darah yang masih tertinggal di pinggiran mulut dan dagu.
Selagi termangu-mangu demikian rupa tiba-tiba si gendut ini mendongar suara
seseorang. "Ssstt.... sstt. Gendut.Terong peot rada-rada burik!
Hik...hik...hik!
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
79 Lagi apa kau di pinggir sungai situ"!"
Bujang GilaTapak Sakti turunkan dua tangan yang dipakai membasuh muka. Memandang
berkeliling. Dia tidak melihat siapa-siapa.
"Ah. mungkin suara hatiku sendiri yang tadi aku dengar." Ucap si gendut dalam
hati. Namun dia merasa kesal juga. "Aku bukan terong peot! Punyaku masih segar
mengkilat. Juga tidak rada-rada burik! Punyaku licin mulus! Sialan! Siapa yang
barusan ngomong"!
Jangan-jangan gadis bernama Nyi Wulas Pikan tadl.?
Karena tatap tidak melihat seorangpun Bujang Gua Tapak Sakti kembali meneruskan
membasuh muka. "Ssst Terong peot! Hlk... hik! Kau tidak dengar ya ditegur orang!"
Bujang Gila Tapak Sakti diam sebentar lalu
pura-pura meneruskan membasuh muka. Dia sudah
mengetahui dari arah mana suara orang Itu. Suara perempuan.
"Perempuan sialan! Tunggu saja. Sebentar lagi akan aku labrak kau!"
"Ssst... ssttt! Hai terong peot!"
Kembali terdengar suara itu.
Tubuh gemuk ratusan kati Bujang GllaTapak Sakti tiba-tiba melesat enteng ke
udara. Berkelebat ke balik pohon besar di tepi kanan sungai kecil. Kipas di
tangan kiri dikembangkan. Begitu si gendut ini sampai di balik pohon, dari
tempat itu terdengar suara perempuan terpekik disusul tawa cekikikan.
"Anak kecil! Siapa kau"!" bentak Bujang Gila Tapak Sakti.
"Hik... hlk!"
TAMAT ikuti serial berikutnya berjudul
PERJODOHAN BERDARAH
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
80 Pendekar Mata Keranjang 13 Pendekar Pulau Neraka 05 Pengantin Dewa Rimba Puncak Kematian Cinta 3
tapi mau melihat batu kembar antik milik pemuda itu yang gelantungan bergerak
lucu kian kemari! Hik... hik... hik!"
DENGAN susah payah akhirnya Wiro bisa
melepaskan diri dari pelukan dan duman Luhrembulan.
Dia langsung duduk menjelepok ditanah untuk
menutupi celana yang robek di bagian belakang
sebelah bawah. "Wiro, sekian lama aku mencarimu. Ketika aku menyirap kabar kau akan datang ke
puncak Gunung Gede, aku mendahului datang ke sana. Tapi aku bertemu dengan perempuan-
perempuan yang menyakitkan hatiku!"
"Luhrembulan, siapa yang kau maksudkan dengan perempuan-perempuan yang
menyakitkan hati?" tanya Wiro.
"Yang pertama, si ceking yang kemana-mana membawa boneka kayu itu. Katanya ayah
dari boneka itu adalah kau. Berarti kau adalah suami perempuan ceking itu yang
menurut Kiai Gede Tapa Pamungkas adalah muridnya, bernama Nyi Retno Mantili!
Perempuan tidak tahu diri! Tidak tahu dluntung! Sudah sinting punya anak kayu,
mengejek diriku pula!"
"Perempuan malang itu memang tidak waras. Setiap ucapannya tidak perlu kau ambil
hati!" Luhrembulan tersenyum ialu mencibir.
"Aku tahu otaknya memang miring sejak dia kehilangan bayi. Bukan begitu
ceritanya" Tapi aneh.
Orang sinting mengapa bisa bermulut ketus. Mengapa bisa merasa cemburu"! Jangan-
jangan sintingnya dibuat-buatl Tapi apa urusannya dengan diriku"
Perempuan sinting itu malah menyerang aku dengan dua sinar yang keluar dari
sepasang mata boneka kayu. Tapi ilmu kesaktiannya itu tidak bisa melewati tanah
terbelah yang telah aku gurat dengan ilmu Membelah Bumi Menyedot Arwah. Kalau
tidak ditolong Kiai Gede perempuan itu pasti sudah amblas masuk ke dalam belahan
tanah." "Katamu Nyi Retno mengejekmu. Memangnya dia mengejekmu apa" Apakah karena soal
mengejek itu kau lantas sampai mengeluarkan Ilmu kesaktian yang dahsyat itu?"
tanya Wiro. "Dia marah ketika aku memberi tahu kalau kau adalah suamiku! Bahwa kita sudah
kawin di Latanahsilam."
"Tapi perkawinan itu tidak syah..." tukas Wiro.
"Syah atau tidak yang Jelas perkawinan Itu telah terjadi! Ada yang menikahkan
kita yaitu nenek
Lamahila dan ada seorang saksi bernama Laduliu.
Apa kau lupa hal itu Wiro" Atau berpura-pura lupa?"
"Aku Ingat betul peristiwa di Bukit Batu Kawin Itu.
Ada orang yang memberikan minuman aneh padaku
hingga aku tidak sadar diri. Sudahlah, aku tidak ingin membicarakan hal Itu,"
kata Wiro pula sambil garuk-garuk kepala Dia hendak berdiri tapi begitu ingat
celananya yang robek tidak jadi dan buru-buru duduk menjelepok di tanah
kembali.j berdiri?" tanya Luhrembulan.
"Anu... tidak ada apa-apa Aku hanya masih ingin duduk."
"Di tanah yang becek oleh air hujan Ini?" ujar Luhrembulan.
"Aneh! Sementara aku bicara berdiri, kau duduk di tanah. Sudah aku duduk saja di
depanmu." Laiu Luhrembulan duduk bersimpuh di depan Wiro.
"Wiro, apa selama ini kau tak pernah ingat diriku"
Tidak pernah kangen, tidak pernah rindu?"
"Selama di Latanahsilam kau banyak berbuat baik padaku. Kau mengobati diriku
ketika cidera berat Kau memberikan ilmu kesaktian hebat luar biasa padaku.
Aku tidak bisa membalas semua hutang budi itu.Tentu saja aku mengingat semua
kebaikanmu itu."
"Hanya mengingat kebaikannya, orangnya tidak"
Kau tidak ingat diriku, Wiro?" ujar Luhrembulan dengan suara dan wajah
menunjukkan rasa sedih.
Wiro tersenyum tapi tidak menjawab.
"Wiro, aku tidak pernah merasa bahwa kau berhutang budi padaku. Aku tidak pernah
membangkit minta kau membalas semua itu. Aku hanya ingin satu hal. Yaitu bahwa
kau menyadari kalau kita sudah kawin, sudah nikah..."
Wiro masih diam.
"Aku minta dinikahkan denganmu oleh Nenek Lamahila bukan karena apa-apa. Pertama
aku memang mencintaimu dengan setulus hati. Kedua aku ingin keluar dari azab
sengsara yang terjadi sejak mulai dari nenek moyangku. Wiro, ketika masih di
Latanahsiiam aku pernah meratap. Aku masih ingat apa yang aku ratapkan saat itu.
Wahai mahluk bermuka
buruk. Puluhan tahun kau hidup dalam kutuk yang
jatuh menimpa dirimu bukan karena maumu dan
bukan karena kesalahanmu. Puluhan tahun kau
tenggelam dalam kesesalan. Menyantet dan mem-
bunuh orang-orang tidak berdosa. Kini ketika
sentuhan kasih membuka mata dan menyingkap
hatimu, ketika kau mengambil keputusan bahwa kau
bisa meninggalkan Jalan sesat dan memilih hidup
baik, ternyata tidak ada orang yang mau menolongmu.
Wahai mahluk tua berwajah buruk. Sudah takdir
dirimu kau akan berada dalam keadaan sengsara
begini rupa seumur bumi terbentang, selagi langit
terkembang ..."(Baca serial Wiro Sableng di negeri Latanahsllam berjudul
"Rahasia Perkawinan Wiro").
Luhrembulan tutup wajahnya dengan dua tangan lalu menangis sesenggukan.
"Aku tahu, tidak ada seorangpun yang mau mengerti.
Apa lagi mau menolong. Aku akan tetap hidup dalam kutukan. Dalam ujud seorang
nenek buruk bernama Hantu Santet Laknat"
"Luhrembulan, kau tidak lagi berada di alammu. Kau saat Ini sudah berada di alam
lain. Kau berada di tanah Jawa. Kurasa semua kutukan turun temurun itu telah
lenyap. Kau benar-benar telah menjadi seorang
gadis cantik seperti keadaanmu saat ini."Wiro coba menghibur.
Luhrembulan tersenyum. Dia beringsut mendekati Wiro. Untuk beberapa saat
wajahnya diletakkan di dada bidang pemuda itu. Laiu dia mundur menjauh kembali.
"Wiro, kau berkata begitu, aku berterima kasih.Tapi coba kau lihat sebentar ke
arahku. Kau akan melihat kenyataan..."
Luhrembulan duduk tak bergerak, menatap kearah Pendekar 212 Wiro Sableng. Murid
Sinto Gendeng balas memperhatikan. Dadanya berdebar ketika dia melihat, walaupun
sedikit samar, sosok Luhrembulan yang tadi berupa gadis cantik berpakaian putih
kini berubah menjadi nenek kurus keriput bermuka buruk seperti burung gagak,
mata kecil tak beralis. Pakaian dari jerami kering. Sosok Inilah yang pernah
dilihatnya sewaktu berada di Latanahsilam dulu ketika tersesat bersama Setan
Ngompol dan Naga Kuning (baca serial Wiro Sableng di tanah silam mulai dari
episode "Bola Bola Iblis sampai "istana Kebahagiaan").
"Luhrembulan, sebaiknya kau jangan mengingat-ingat lagi keadaan dirimu..."
"Bagaimana aku bisa melupakan hal itu, Wiro" Nasib buruk dan azab diriku
mengalir dalam darah, bersatu dengan nafasku."
"Luhrembulan, tadi kau menyebut perempuan-perempuan yang menyakitkan hati. Kau
sudah menceritakan tentang Nyi Retno. Lalu siapa perempuan lainnya?"Wiro alihkan
pembicaraan. "Tadi di tempat Ini ada gubuk.Tapi sudah hancur berantakan. Ketika aku berteduh
datang seorang gadis berpakaian hijau. Dia mengaku bernama Nyi Wulas Pikan..."
"Nyi Wulas Pikan?" Mengulang Wiro dengan suara bernada kaget. Lalu dalam hati
dia membatin. "Gila, jadi mahluk alam roh satu itu sudah sampai pula di tempat
Ini rupanya!"
"Kau mengenalnya?"
"Aku melihatnya pertama kali malam tadi di pantai pulau Watu Gilang,"
menerangkan Wiro.
"Katanya dia adalah kekasihmu..." ujar Luhrembulan pula.
Wiro menggaruk kepala.
"Gadis itu adalah jejadian dari Nyai Tumbal Jiwo.
Muridnya kubunuh. Celakanya sang murid yang
bernama Wira Bumi itu adalah Patih Kerajaan dan merupakan kekasih si nenek. Dia
memaksa aku jadi kekasihnya pengganti Wira Bumi."
"Aku melihat paksaan Itu sekaligus merupakan ancaman. Nyai Tumbal Jiwo bisa
membuatmu menjadi buronan Kerajaan seumur-umur."
"Kurasa begitu," Jawab Wiro sambil menggaruk kepala.
"Apakah kau akan menerima atau memang sudah menjadi kekasihnya?" tanya
Luhrembulan. Wiro tertawa "Di balik niat mesumnya itu aku yakin dia punya maksud hendak membunuhku.
Rasanya tidak ada jalan lain. Aku harus membunuhnya lebih dulu. Hanya saja
apakah aku bisa melakukan hal itu karena dia mahluk dari alam roh. Dia bisa
bersalin rupa seratus kali dalam satu hari!"
"Kalau begitu biar aku yang mewakili dirimu membunuh nenek Itu!" kata
Luhrembulan pula.'Saat Ini dia tengah dalam perjalanan menuju puncak Gunung
Gede. Menunggu kedatanganmu."
"Aku tidak akan ke sana. Paling tidak untuk kali Ini,"
jawab Pendekar 212.
Untuk beberapa lama kedua orang itu tidak ada yang bicara. Kemudian Wiro
bertanya. "Selain Nyi Retno dan Nyi Wulas Pikan, apa masih ada perempuan lain yang
menyakiti hatimu"'
"Sebenarnya bukan perempuan. Dia seorang lelaki.
Tapi bermulut seperti perempuan. Dia mengusirku dari puncak Gunung Gede!"
"Aku tak mengerti. Siapa lelaki itu?" tanya Wiro pula.
"Kiai Gede Tapa Pamungkas! Kakek yang katanya tokoh bijaksana rimba persilatan.
Tapi mulutnya seperti ember. Perilakunya terhadapku sungguh tidak adil. Dia
lebih membela perempuan ceking yang punya anak boneka kayu itu. Yang diakuinya
sebagai muridnya. Dia mengusirku secara halus. Aku terpaksa meninggalkan telaga
tempat kediaman Kiai itu! Wiro, aku tak habis pikir mengapa Kiaimu Itu memberi
ilmu kesaktian pada seorang perempuan sinting. Orang waras saja
terkadang bisa menyalah gunakan Ilmu kepandaian, apa lagi yang tidak waras
seperti Nyi Retno Mantili Itu."
Kurasa Kiai hanya memberikan ilmu pada Nyi Retno untuk melindungi dirinya. Sejak
dia meninggalkan Gedung Ketemenggungan di Kotaraja, nyawanya
terancam. Dia terpisah dengan bayinya..."
Luhrembulan tertawa mendengar kata-kata Wiro itu.
"Kenapa kau tertawa" Apa yang lucu?" tanya Pendekar 212.
"Dia hendak membunuhku dengan dengan ilmu kesaktian yang mengeluarkan dua larik
cahaya putih dari mata boneka kayu. Pertama kali dilakukannya di tepi telaga. Di
depan Kiaimu. Yang kedua kali di tempat Ini. Kau menyaksikan sendiri. Apakah Ku
yang kau maksudkan Ilmu untuk melindungi diri?"
Wiro mulai resah dan gerah.
"Luhrembulan, sebenarnya aku ingin bicara lebih banyak denganmu. Tapi ada yang
harus aku lakukan.
Aku mungkin berubah pikiran. Mungkin aku akan menemui Kiai Gede Tapa Pamungkas
di tempat kediamannya."
"Aku ikut bersamamu," kata Luhrembulan pula.
Mendengar kata-kata Luhrembulan Ku Wiro cepat memutar otak.
"Sebelum menemui Kiai, aku ingin mengejar dua nenek temanku tadi. Mereka tengah
berusaha mencari Nyi Retno..."
"Hemmm....begitu" Setahuku rencana pertemuanmu dengan Kiai ember Itu baru besok
malam...."
"Luhrembulan, tidak baik mencerca Kiai GedeTapa Pamungkas seperti itu...!"Wiro
mengingatkan. Luhrembulan hanya tersenyum.
"Kau Ingin pergi mencari dua nenek yang mengejar Nyi Retno. Aku ada di sini.
Jangankan memperhatikan diriku, perasaanpun rupanya kau sudah tidak punya lagi.
Aku Ingin kita hidup bahagia berdua.Tapi kalau kau inginkan perempuan lain, dan
aku tidak kuasa
melihatnya, aku akan habisi perempuan itu. Aku sudah bersumpah Wiro. Dengar
baik-baik sumpahku!Tidak ada seorang perempuan lainpun yang bisa memiliki
dirimu, kecuali diriku yang telah menjadi Istrimu!
Perempuan mana saja yang melakukan hal itu akan kubunuhl"
"Kau tidak boleh bersikap seperti itu, Luhrembulan.
Kau harus sadar. Kita sebenarnya tidak pernah nikah."
"Jadi begitu sikapmu terhadapku, Wiro" Kau seorang pendekar yang ingin lari dari
kenyataan. Ingin menghindar dari tanggung jawab!"
"Memangnya aku punya tanggung jawab apa atas dirimu?" Wiro mulai kesal.
"Aku pernah mendengar pantun bagus berasal dari negerimu ini. Kura-kura dalam
perahu. Pura-pura tidak tahu! Sudah gaharu cendana pula. Sudah tahu bertanya
pula!" Dalam kesalnya Wiro berdiri, lupa akan celananya yang robek besar di belakang
sebelah bawah. "Luhrembulan, maafkan aku. Aku harus pergi...."
"Pergilah, rohku akan mengikuti kemana kau pergi.
Rohku akan membunuh perempuan siapa saja yang
berani mendekatimu!"
Tiba-tiba menggema satu suara perempuan.
"Mahluk alam roh tidak tahu malu. Kau sudah tersesat di alam mimpimu! Aku akan
mendekati Wiro.
Aku mau lihat apakah kau mampu membunuhku!"
Luhrembulan tersentak kaget. Wiro memandang berkeliling.
"Jahanam laknat! Siapa kau! Unjukkan dirimu! Biar kubunuh saat ini juga!" teriak
Luhrembulan. Mata mendelik, memandang seputar tempat.
Teriakan Luhrembulan disambut dengan tawa melengking panjang.
Saat itu hujan mulai mereda. Namun keadaan masih gelap. Di arah tepi sunga"
kecil kelihatan cahaya biru serta keriap kerlip seperti kembang api. Sesaat
kemudian tampak sosok perempuan cantik berambut hitam digeral lepas mendatangi
dengan cepat lalu berhenti di samping Pendekar 212 Wiro Sableng.
Bukan hanya sekedar berdiri, tapi sambil merangkulkan tangan kiri ke pinggang
sementara kepala disandarkan mesra ke bahu sang pendekar! Mulut melontarkan
senyum mengejek.
"Kau Ingin membunuhku" Silahkan!"
MAHLUK keparat! Aku sudah mengira! teriak
Luhrembulan lalu dengan cepat melompat bangkit dari duduknya di tanah becek.
"Kau juga keparat!" Jawab perempuan cantik berambut panjang lepas dan mengenakan
pakaian biru gelap. Kepala ditegakkan tapi tangan kiri masih merangkul pinggang
Wiro membuat Luhrembulan
seperti terbakar. "Aku tahu riwayat pernikahanmu!
Jangan coba menipu dan menjebak Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng! Pernikahan
itu tidak pernah ada!
Kalaupun ada tidak syah!"
Wajah Luhrembulan berubah merah. Rahang
menggembung. "Perempuan celaka! Apa kau kira aku tidak tahu riwayat dirimu"! Di Latanahsilam
kau bernama Luhmintari. Di tanah Jawa ini kau menukar nama dengan Purnama!"
"Wiro yang memberikan nama itu padaku. Apa kau keberatan?" ucap si cantik
berbaju biru yang ternyata adalah Purnama. Seperti diceritakan sebelumnya
Purnama bersama Ratu Duyung telah bertemu dengan Kiai GedeTapa Pamungkas di
puncak gunung. Gadis ini mengetahui kalau sang Kiai merasa tidak enak melihat
kehadirannya. Hal ini membuat dugaan
Purnama semakin kuat bahwa Kiai Gede Tapa
Pamungkas memang Ingin membicarakan perjodohan Ratu Duyung dengan Wiro. Selain
menimbulkan rasa perih di hatinya, juga agar tidak menjadi sandungan yang tidak
enak karena kehadirannya di situ. Purnama mengatakan Ingin melihat-lihat
keindahan di sekitar puncak gunung. Padahal saat itu awan mendung mulai
bertumpuk di langit. Keindahan apa yang mau dilihat"
Purnama menuruni puncak Gunung Gede. Nalurinya mengatakan sesuatu akan terjadi
di bawah sana. Apa lagi ketika dia mengerahkan ilmu Nafas Sepanjang Badan.
Purnama dapat merasakan bahwa ada seorang 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
51 dari alam gaib di kaki gunung sana.
"Mungkin Nyai Tumbal Jiwo. Tapi mungkin juga Luhrembulan..." kata Purnama dalam
Wiro Sableng 160 Dendam Makhluk Alam Roh di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hati. Ketika dia sampai di kaki gunung dalam keadaan hujan lebat, yang
ditemuinya memang Luhrembulan, tengah
duduk di tanah becek, berhadap-hadapan dengan Wiro.
Setelah mendengar cukup lama percakapan kedua orang itu Purnama keluar dari
tempat persembunyiannya sambil keluarkan tawa panjang.
Luhrembulan menatap tajam ke arah Purnama.
"Aku tidak perduli siapa namamu sekarang! Atau siapa yang memberikan nama itu
padamu! Aku cuma tahu namamu adalah Luhmintari! Riwayatmu di
Latanahsilam sungguh memalukan, menjijikkan!
Bukankah kau kena kutuk hingga melahirkan seorang bayi berbentuk landak"! Hik...
hik! Di sini lagakmu seperti seorang Ratu saja!"
"Riwayatmu jauh lebih buruk dan menjijikkan dariku!" jawab Purnama. "Kutuk telah
menjadi azab nenek moyangmu. Apakah kau pernah berkaca dan
melihat keadaan ujud dirimu yang sebenarnya" Banyak orang yang kasihan padamu!
Tapi kelakuan perbuatanmu membuat semua orang menjadi sangat membencimu1 Kau sendiri sejak
tersesat ke tanah Jawa ini bukankah selalu membuntuti diriku dan ingin
membunuhku" Terakhir sekali kau bekerja sama
dengan Raja Racun Langit Bumi di Gedung Kadipaten Losari untuk melaksanakan niat
kejimu!" (Baca serial Wiro Sanleng berjudul "Sang Pembunuh")
"Wahai! Jika ada orang ingin membunuhmu berarti dirimu sebenarnya jelas bukan
mahluk baik-baik!
Sayangnya kau adalah mahluk tidak tahu diri hingga tidak menyadari hal itu!"
Jawab ucapan Luhrembulan tak kalah pedas menyakitkan.
"Kalian berdua," Wiro yang sejak tadi diam saja coba menengahi. "Bukankah kalian
datang dari negeri leluhur yang sama" Mengapa sampai di tanah Jawa ini kalian
bersilang sengketa" Akan lebih baik kaiau kalian berdua akur-akur saja dan
saling bersahabat Banyak kebajikan yang bisa kalian perbuat di negeri ini."
Luhrembulan tertawa melengking.
"Aku"! Aku mau akur-akuran dan bersahabat dengan laknat alam roh tidak tahu diri
ini!" 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
52 Luhrembulan meludah lalu menggeleng berulang kali.
Perlahan-lahan Purnama lepaskan rangkulannya di pinggang Pendekar 212.
"Selama langit terbentang bumi terkembang, kau adalah mahluk alam roh paling
memuakkan di mataku!
Sebaiknya kau mencari jaian pulang kembali ke alam gaib. Atau aku harus memberi
petunjuk hingga kau tidak lagi menimbulkan bencana di tanah Jawa ini?"
"Sombongnya!' maki Luhrembulan. "Sebelum kau memberi petunjuk, terima dulu yang
satu ini!" Didahului pekik penuh amarah Luhrembulan menerjang ke depan.
Begitu menginjak tanah kaki kanan langsung
diguratkan. "Rrrrttttt!"
Tanah terbelah!
Dari dasar belahan menderu daya sedot kencang luar biasa. Ilmu Membelah Bumi
Menyedot Arwah yang luar biasa ganas' Dalam waktu bersamaan dari
sepasang mata menyambar dua larik sinar hitam. Ini adalah ilmu Dua Hantu
Menembus Raga Menyedot
Jiwa! "Edan, gadis ini benar-benar kalap. Dia benar-benar hendak menghabisi Purnama!"
ucap Wiro dalam hati.
Bahkan dirinya Juga bisa ikut tersedot ke dalam tanah yang mendadak sontak
terbelah itu! Di dahului suara teriakan keras tanpa perdulikan keadaan celananya
yang robek Wiro cepat melompat ke kiri sementara Purnama melesat ke kanan. Untuk
selamat dari serangan dua larik sinar hitam Purnama segera lindungi diri dengan cahaya biru
begemeriap lalu serentak dengan itu dia balas menghantam dengan lepaskan
serangan sakti bernama Menggusur Gunung
Menjungkir Langit
Dua cahaya biru begemeriap melesat lalu bergabung menjadi satu membentuk bola
raksasa. "Buummm!"
"Breetttl"
Letusan dahsyat menggelegar. Seantero tempat bergoncang laksana dilanda gempa
besar.Tanah yang terbelah merapat kembali. Wiro, Purnama dan
Luhrembulan sama-sama terlempar Jauh. Kalau Wiro kemudian terduduk di tanah
dengan kuping pengang dan dada mendenyut sakit, maka Luhrembulan dan 160 Dendam
Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
53 Purnama tergelimpang di tanah becek, sama-sama mengerang dan kucurkan darah
kental di sela bibir.
Wiro tak berani bergerak. Memandang ke bawah matanya Jadi mendelik ketika
melihat celananya kini robek bukan cuma di bagian belakang tapi akibat terpental
tadi robekan menjalar lebar sampai ke bagian depan!
"Celaka! Bagaimana aku menyembunyikan anuku...."!" Wiro Jadi bingung. Namun
begitu mendapat akal dia segera buka baju putihnya lalu digelungkan ke bagian
celana yang robek. Ternyata baju ini hanya bisa dipakai untuk menutupi salah
satu bagian saja. Sobelah depan atau sebelah belakang!
"Gila! Masakan aku harus memilih bagian mana yang mau ditutup!" Wiro masih
sempat-sempatnya menggaruk kepala. Tiba-tiba baju yang sudah di Ikatkan di
pinggang dibuka kembali iaiu dimasukkan ke dalam celana sebelah depan, di ulur
ke belakang. Dengan cara begitu dia berhasil menutupi aurat depan belakang.
"He.. he!" Wiro nyengir. Namun cengiran ini serta merta lenyap ketika di
depannya Luhrembulan dan Purnama dengan mulut bercelemong darah telah
bertarung hebat. Keduanya melancarkan serangan dalam jurus-jurus pukulan serta
tendangan mematikan.
"Tahan I Hentikan!" teriak Wiro.
Dua gadis alam roh tidak perdullkan. Keduanya sama-sama berhasil mendaratkan
pukulan telak ke dada lawan. Akibatnya mereka sama-sama semburkan darah segar.
"Mahluk alam roh keparat! Kau memang harus aku habiskan sekarang juga!" kertak
Purnama dengan wajah pucat. Dari balik pakaiannya dia mengeluarkan satu kantong
kain hitam. Luhrembulan dan juga Wiro tampak heran.
"Apa isi kantong itu" Apa yang hendak diperbuat Purnama?" Wiro menduga-duga
sementara Luhrembulan mencium satu bahaya besar mengancam dirinya.
Jari-jari tangan Purnama yang memegang kantong hitam bergerak. Sesaat kemudian
dari dalam kantong kain menyembul dua buah benda bulat berwarna
kuning kehitaman.
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
54 "Dulu kau hendak membunuhku dengan benda Ini! Sekarang rasakan sendiri neraka
kematian saat dua benda ini menembus tubuhmu!" Didahului teriakan keras, Purnama
lemparkan dua buah benda yang ada di dalam kantong ke arah Luhrembulan.
Luhrembulan berteriak kaget ketika mengenali dua benda itu.
"Buah damar!" teriak gadis alam roh Ini. Muka pucat tubuh langsung menggigil.
Dia cepat melompat mundur sambil dorongkan dua tangan ke depan
melepas angin serangan sehebat badai. Namun dua buah damar masih bisa menembus
angin sakti tersebut hingga Luhrembulan kembali berteriak.
Seperti diketahui buah damar adalah buah pantangan bagi semua mahluk alam gaib
yang berasal dari
Negeri Latanahsilam. Siapa saja yang bersentuhan langsung dengan buah damar akan
menemui ajal kematian secara mengenaskan. Rohnya akan kembali ke alam gaib tanpa bisa keluar
lagi untuk selama-lamanya!
Sesaat lagi dua buah damar akan menghantam
tembus kepala dan dada Luhrembulan, gadis Ini
tiba-tiba gerakkan tangan kanan ke pinggang. Di lain kejap satu sinar putih
berkiblat menyilaukan menebar udara dingin angker!
"Trang ...trang!"
Dua buah damar hancur berkeping-keping. Sinar putih kemudian menyambar ke arah
Purnama. Wiro tersentak kaget. Dia cepat mengenali senjata yang ada di tangan
Luhrembulan yang tadi dipakai untuk
menangkis menghancurkan dua buah damar maut,
kemudian menyerang ke arah Purnama. Membuat
gadis ini berseru kaget dan cepat selamatkan diri dengan melompat sampai satu
tombak ke udara.
Kakinya terasa dingin dan tengkuk merinding ketika sinar putih menyambar ganas
hanya setengah jengkal di bawah ke dua kakinya!
"Tidak mungkin! Gila! Bagaimana senjata itu bisa berada di tangannya!" ucap Wiro
dalam hati. Lalu murid Sinto Gendeng melompat ke depan sambil
berteriak. "Luhrembulan! Tahan serangan!"
Luhrembulan tidak perduli. Dia yakin dengan 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
55 senjata sakti yang kini berada di tangannya itu dia mampu menghabisi Purnama
paling tidak dalam satu jurus di muka. Hal ini tidak disadari Purnama tapi
diketahui oleh Wiro.
Senjata di tangan Luhrembulan kembali berkiblat.
"Crasss!"
Wiro berteriak kaget sewaktu ujung rambutnya di atas kening putus dibabat
senjata di tangan
Luhrembulan. "Luhrembulan! Jika kau tidak berhenti menyerang aku terpaksa mengeluarkan Kapak
Naga Geni Dua Satu Dua!"terlakWiro mengancam.
Luhrembulan tidak perdulikan ancaman Wiro. Malah sambil umbar tawa senjata di
tangan diputar demikian rupa hingga membeset di depan hidung sang pendekar.
"Hai! Kau kemasukan setan apa"! Kau mau membunuhku"!" teriak Pendekar 212 sambil
melompat mundur dan pegang hidungnya yang terasa dingin akibat sambaran senjata
di tangan Luhrembulan.
Ketika dilihatnya Luhrembulan tetap nekad
meneruskan serangan ke arah Purnama, Wiro tidak bisa menunggu lebih lama. Dia
berteriak keras sambil tangan kanan di angkat ke atas.
"Kapak Naga Genl Dua Satu Dua!"
Saat itu juga terlihat cahaya putih memancar di dada Wiro disertai munculnya
jarahan angka 212 di pertengahan dada. Lalu terdengar suara bergaung keras
laksana ribuan tawon mengamuk. Bersamaan dengan itu cahaya putih di dada melesat
ke luar dan di lain kejap dalam genggaman tangan kanan Wiro telah berada senjata
sakti mandraguna Kapak Naga Genl 212 yang selama ini telah menggegerkan rimba
persilatan tanah Jawa. Kapak sakti ini jarang dipergunakan murid Sinto Gendeng,
kecuali dalam menghadapi musuh yang benar-benar luar biasa
perkasa atau dalam keadaan jiwanya terancam.
Begitu kapak sakti terpegang di tangan, angka 212
yang berkilauan di dada kiri lenyap dengan sendirinya Seperti diceritakan
sebelumnya dalam serial Wiro Sableng berjudul "Lentera Iblis!" Kapak Naga Geni
212 bersama Batu Hitam Sakti demi keamanan dan keselamatan sang pendekar oleh
Kiai Gede Tapa Pamungkas dimasukkan secara gaib ke dalam tubuh 160 Dendam Mahluk
Alam Roh - Dewi KZ
56 Wiro. Kini dengan berseru menyebut nama senjata itu maka kapak sakti keluar dari
dalam tubuh, muncul di udara terbuka dan langsung berada dalam
genggaman Pendekar 212 Wiro Sableng.
Wiro sadar dan tidak punya cara lain menghadapi Luhrembulan. Jika dia tidak
mengeluarkan Kapak Naga Gen i 212, dalam nekadnya Luhrembulan bukan saja akan
membunuh Purnama, tapi juga bisa
menghabisi dirinya!
"Aku tak ingin melukai gadis ini. Tapi aku Juga tidak mau celaka!" ucap Wiro
dalam hati. 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
57 KEREDUPAN di tempat Itu serta merta sirma olah cahaya yang memancar dari dua
mata kapak. Udara yang tadi dingin kini menjadi hangat akibat pancaran hawa
panas yang keluar dari senjata sakti warisan Eyang Slnto Gendeng yang asal-
muasalnya dimiliki oleh Kiai Gede Tapa Pamungkas, kemudian
diberikan pada Sinto Gendeng yang menjadi murid sang Kiai bersama Sukat Tandika
alias Tua Gila.
(Baca serial Wiro Sableng berjudul "Pedang Naga Suci 212").
Wiro memperhatikan dengan terperangah dan
penuh rasa tidak percaya melihat senjata yang
tergenggam di tangan Luhrembulan.
"Pedang Naga Suci Dua Satu Dua..." ucap sang pendekar dalam hati.
"Luhrembulan, serahkan pedang itu padaku!
Bagaimana kau bisa mendapatkan senjata sakti ttu?"
"Wiro. Bukan saatnya bertanya jawab! Biar aku membunuh perempuan sesat itu lebih
dulul" Jawab Luhrembulan. Lalu tanpa perdulikan sang pendekar Luhrembulan
kembali menyerbu ke arah Purnama.
Wiro maklum, bagaimanapun tingginya ilmu kesaktian Purnama namun menghadapi
Pedang Naga Suci 212
sulit baginya untuk bisa menyelamatkan jiwa. Murid Sinto Gendeng saat itu juga
memutuskan harus
merampas pedang sakti dari tangan Luhrembulan. Ini bukan hal mudah untuk
dilakukan! Karena Pedang Naga Suci 212 dan Kapak Naga Gen I 212 boleh
dikatakan memiliki kesaktian yang setara! Bedanya kalau Pedang Naga Suci 212
mengandalkan kesaktian berdasarkan hawa dingin maka Kapak Naga Geni 212
mengandalkan hawa panas.
Namun sebelum Wiro sempat bergerak, berlangsung satu kejadian tidak terduga.
Dengan kecepatan laksana kilat Purnama melompat ke arah Wiro. Sang pendekar
tersentak kaget dan berseru keras. Namun terlambat.
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
58 Kapak Naga Genl 212 yang berada dalam
genggamannya lenyap! Berpindah tangan dan kini telah berada dalam genggaman
Pumama. Begitu senjata sakti itu berada di tangan kanannya Purnama langsung menyerbu ke arah
Luhrembulan. Gadis alam gaib Latanahsilam Ini kerahkan seluruh tenaga dalam dan
hawa sakti yang dimilikinya hingga Kapak Naga Geni 212 memancarkan cahaya terang
benderang. Ketika senjata sakti Itu dihantamkan ke arah
Luhrembulan suara dahsyat seperti ribuan tawon mengamuk mengumandang menusuk
telinga disertai pancaran cahaya putih menyilaukan mata.
Melihat Purnama menyerbu dengan kapak sakti, Luhrembulan cepat putar Pedang Naga
Suci 212 lalu dengan sebat dibabatkan ke arah lawan. Ternyata serangan Purnama
hanya tipuan belaka. Karena begitu dia melihat gerakan tangan Luhrembulan yang
memegang pedang, Purnama cepat rundukkan kepala.
Pedang Naga Suci 212 lewat di atas kepala Purnama, sempat membabat putus
sejumput rambutnya yang
hitam dan membuat gadis ini terpekik Dalam keadaan sekujur tubuh terasa dingin
akibat serangan pedang, Purnama masih mampu lancarkan serangan kedua
berupa babatan kapak membalik ke atas.
"Purnama! Jangan!"teriak Wiro. Dia menendang ke arah Purnama, berusaha mendorong
gadis Ini namun terlambat.
"Craasss!"
Kapak Naga Geni 212 menyapu lebih dulu di atas dada Luhrembulan! Gadis alam gaib
ini terpekik keras.
Tubuh terhuyung ke belakang.Tangan kiri menekap dada yang luka besar. Darah aneh
berwarna hijau mengucur deras. Sepasang mata yang bagus mendelik.
Pedang Naga Suci 212 terlepas jatuh dari tangan kanan.
Begitu menyentuh tanah pedang sakti ini secara aneh langsung bergulung
menyerupai gulungan ikat
pinggang. Purnama tegak diam tertegun sambil menekap mulut dengan tangan kiri. Dia seperti
tidak percaya akan apa yang telah dilakukannya Kapak Naga Geni 212 untuk
beberapa lamanya masih tergenggam di tangan kanan.
Noda darah hijau pada mata kapak pertahan-tahan sirna secara gaib.
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
Wiro Sableng 160 Dendam Makhluk Alam Roh di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
59 Sesaat lagi sosok Luhrembulan akan jatuh terbanting ke tanah. Pendekar 212 Wiro
Sableng cepat memeluknya "Wiro suamiku..." suara Luhrembulan pelan dan bergetar. "Aku merasa dingin
sekali." Wiro tak menjawab, malah merasa heran. Setiap orang yang terkena bacokan Kapak
Naga Geni 212 akan merasakan sekujur tubuhnya panas luar biasa lalu sosoknya
akan berubah gosong hitam atau menjadi bubuk putih, tergantung daya tolak
kesaktian yang ada dalam tubuhnya. Anehnya Luhrembulan justru merasa sekujur
tubuhnya dingin luar biasa hingga dia
menggigil dan gerahamnya bergemeietukkan.
"Wiro, hangatkan tubuhku. Peluk tubuhku wahai suamiku. Jangan biarkan aku pergi.
Jangan lepaskan..."
Suara Luhrembulan hanya tinggal bisikan halus.
"Luhrembulan, kau tak akan pergi kemana-mana
... ucap Wiro sambil memeluk dan menurunkan tubuh Luhrembulan ke tanah.
"Cium aku Wiro. Sebelum aku menutup mata berikan kehangatan mesra padaku untuk
pertama dan terakhir kali..."
"Luhrembulan, kau..." Wiro bimbang sesaat. Wajah pucat putih itu tampak memelas.
Wiro tetapkan hati dan perlahan-lahan turunkan kepalanya. Luhrembulan tersenyum
menengadah menyambut datangnya bibir sang pendekar di atas bibirnya.
Purnama yang menyaksikan kejadian itu terpekik dalam hati.
"Dia menciumnya ...Wiro mencium Luhrembulan!
Ohhh..." Gadis Ini lepaskan Kapak Naga Geni 212, balikkan tubuh lalu menghambur
lari tinggalkan tempat itu.
Begitu sepasang bibir mereka saling bertempelan, sosok Luhrembulan berubah
menjadi sosok seorang nenek berpakaian jerami kering, dengan wajah
menyerupai burung gagak hitam.
Wiro tersentak kaget tarik kepalanya. Sebelumnya dia pernah melihat sosok dan
wajah ini di Latanahsilam negeri 1200 tahun lampau.
"Hantu Santet Laknat.." ucap Wiro, mata membesar kuduk terasa dingin.
Sesaat kemudian tubuh nenek Itu mengepulkan asap 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 60 laiu perlahan-lahan leleh berubah menjadi cairan putih. Begitu asap lenyap,
cairan putih juga sirna tak berbekas di tanah becek.
Selagi perhatian Wiro terpusat atas apa yang terjadi atas diri Luhrembulan, dia
tidak menyadari kalau saat itu, setelah melihat bagaimana Wiro memeluk dan
mencium Luhrembulan, Purnama merasa dunia seperti terbalik. Hatinya menjerit!
Kapak Naga Genl 212
terlepas jatuh dari tangannya. Sebelum menyentuh tanah senjata Ini secara gaib
melesat dan masuk kembali ke dalam tubuh Wiro. Purnama sendiri telah berkelebat
lenyap. Hanya sesaat setelah Purnama meninggalkan tempat itu diluar pengetahuan Wiro
satu bayangan hijau melesat tanpa suara. Sesaat dia menatap ke arah sosok
Luhrembulan yang mencair leleh.
"Mahluk alam roh keparat! Jadi kau yang mencuri pedang sakti itu ketika baru
kudapat Sekarang rasakan sendiri akibatnya!" Orang berpakaian hijau menyumpahi
dalam hati. Dengan cepat orang ini
kemudian mengambil gulungan Pedang Naga Suci 212
yang tergeletak di tanah lalu berkelebat pergi. Namun di satu tempat orang yang
melarikan pedang ini berteriak kaget ketika tangannya yang memegang senjata itu
seperti memagang bara panas. Telapak tangan dan jari-jarinya melepuh!
"Senjata keparat jahanam! Setan apa yang ada dalam dirimu"! dua kali dengan Ini
kau membuat tanganku melepuh!" maki orang itu lalu bantingkan gulungan Pedang
Naga Suci 212 ke tanah. Senjata sakti
menggelinding lalu masuk ke dalam sungai kecil, lenyap dari pemandangan.
Nyi Wulas Pikan, gadis cantik berpakaian ringkas hijau yang tadi hendak mencuri
Pedang Naga Suci 212 dan bukan lain adalah samaran Nyai Tumbal Jiwo meniup-niup
dan mengusap telapak tangan kanannya yang melepuh. Mulutnya tiada henti memaki
panjang pendek.
**** BAGAIMANA Pedang Naga Suci 212 bisa berada
di tangan Luhrembulan dan apa sangkut pautnya
dengan Nyai Tumbal Jiwo alias Nyi Wulas Pikan"
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
61 Pagi hari yang mendung, hujan lebat belum lagi turun, di kaki Gunung Gede Nyi
Wulas Pikan ingat sesuatu.
"Aku pernah menyirap kabar kalau Kiai di puncak gunung itu memiliki satu senjata
berupa pedang sakti luar biasa. Pedang Naga Suci Dua Satu Dua. Apakah aku mampu
mengambil senjata Itu dengan ilmu
kesaktianku?" Sambil berpikir-pikir Nyi Wulas Pikan mencari tempat yang baik
untuk menerapkan ilmu mengambil benda dari jarak jauh.
Setelah menemukan tempat yang cocok, dia duduk bersila. Ujudnya sebagai gadis
cantik berubah ke bentuk asli yaitu nenek rambut merah bermuka setan.
Ujud nenek angker Nyai Tumbal Jrwo! Mata dipejam dan mulut perot mulai merapal.
SI nenek tidak mengetahui kalau saat itu di belakang pohon, di balik rimbunan semak belukar
mendekam sosok seorang
berpakaian putih, memperhatikan apa yang tengah dilakukannya.
Dalam keadaan mata yang terpejam Nyai Tumbal Jiwo melihat puncak Gunung Gede.
Lalu tampak sebuah telaga. Sepasang mata si nenek bergetar, pelipis bergerak-gerak.
Pandangan gaib ditembuskan melewati permukaan telaga. Menukik sampai ke dasar
dimana terdapat tiga bangunan terbuat dari batu pualam. Dari dalam bangunan di
sebelah kanan keluar satu cahaya putih yang berasal dari sebuah benda bergulung
tipis dan berada di dalam keranda kaca.
"Senjata sakti Pedang Naga Suci Dua Satu Dua!
Aku melihatmu! Kutemui dlrimul Kita berjodoh"
Ikutlah bersamaku!" ucap Nyai Tumbal Jlwo berulang kali. Lalu dia berhenti
berucap dan menahan nafas.
Saat itu juga keranda kaca di dalam tempat kediaman Kiai Gede Tapa Pamungkas di
dasar telaga berderak pecah. Benda putih bergulung yang memang adalah pedang
Sakti Naga Suci 212 melesat keluar keranda, melayang ke arah pintu bangunan batu
pualam. Hanya dua kali kejapan mata senjata sakti itu menembus keluar dari dalam
telaga, melayang di udara ke arah kaki gunung mengeluarkan suara berdesing.
Tak selang berapa lama di langit awan mendung mulai menggumpal. Kilat beberapa
kali menyambar.
Nyai Tumbal Jiwo merapal lebih cepat dan lebih keras.
Dari batok kepalanya keluar kepulan asap merah 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi
KZ 62 pertanda dia tengah mengerahkan seluruh kesaktian yang ada untuk menarik Pedang
Naga Suci 212 yang telah berhasil dikeluarkannya dari dasar telaga.
Ternyata senjata sakti itu memberi perlawanan. Si nenek lipat gandakan kekuatan
yang dimiliki. Tubuhnya bergetar hebat. Dia mendengar suara berdesing. Lalu di
udara tampak satu benda putih melesat, berputar tujuh kali turun naik di atas
pohon tak jauh dimana Nyai Tumbal Jiwo duduk bersila. Benda ini sepertinya
berusaha bertahan dari kekuatan yang ingin
menariknya ke bawah. Namun setelah tujuh kali putaran akhirnya benda melayang ke
bawah dan jatuh di
pangkuan Nyai Tumbal Jiwo.
"Pedang Naga Suci Dua Satu Dua!" ucap Nyai Tumbal Jiwo seakan tidak percaya
kalau dia benar-benar berhasil mendapatkan senjata sakti mandraguna itu. Dua mata yang
sejak tadi terpejam dibuka. Dia melihat gulungan benda tipis putih dan bercahaya
terang dlpangkuannya. Mulut si nenok menyeringai gembira. Dengan cepat dia
ulurkan tangan kanan untuk mengambil senjata sakti itu.
"Luar biasa, senjata aneh..." SI nenek membolak balik gulungan pedang tipis.
Tiba-tiba dia menjerit keras. Gulungan pedang terasa panas seperti barai
Tangannya sampai mengepulkan asap dan melepuhi Sambil memaki si nenek bantingkan
senjata itu ke tanah. Mendadak guntur menggelegar membuat Nyai Tumbal Jiwo kaget
dan melompat bangkit aambll banting-bantlng kaki. Saat Itulah tiba-tiba
Luhrembulan, yaitu sosok yang sejak tadi sembunyi di balik semak belukar, dengan
gerakan kilat melompat keluar, menyambar gulungan Pedang Naga Suci 212
yang tergeletak di tanah lalu berkelebat menghilang tanpa Nyai Tumbal Jiwo
sempat melihat.
Seperti diceritakan sebelumnya Nyai Tumbal Jiwo dalam keadaan kembali berubah
menjadi Nyi Wulas Pikan berteduh di sebuah gubuk. Sebelumnya di
tempat itu telah lebih dulu berteduh Luhrembulan.
Gadis dari alam 1200tahun silam ini segera mengenali si nenek, serta merta
berlaku waspada. Sebaliknya si nenek tidak mengenali Luhrembulan apa lagi
mengetahui kalau gadis berpakaian putih itu yang telah mencuri Pedang Naga Suci
212. Antara mereka 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
63 kemudian terjadi perkelahian. Sewaktu Nyi Retno Mantili muncul Nyi Wulas Pikan
walau semula ingin membunuh perempuan tidak waras ini namun
akhirnya memilih lebih baik meninggalkan tempat itu dan cepat-cepat naik ke
puncak Gunung Gede guna menantikan kedatangan Pendekar 212 Wiro Sableng 160
Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
64 TAK LAMA setelah hujan lebat berhenti dan arus di sungai kecil surut, dekat satu
tikungan sungai pada bagian yang dangkal berbaring menelentang seorang pemuda
bertubuh luar biasa gemuk, bermuka putih tembam. Leher dan dagu jadi satu. Perut
menyembul buncit besar. Pemuda ini mengenakan baju terbalik dengan kancing di
sebelah punggung.
Di kepalanya yang berambut panjang sebahu
bertengger sebuah kopiah hitam kupluk kebesaran menutupi alis.
Saat itu walau sebagian tubuhnya berada dalam air dan udara dingin pula karena
habis hujan namun anehnya si pemuda merasa kepanasan bahkan
sampai keringatan. Tangan kiri yang memegang
sebuah kipas kertas tidak henti-henti dikibaskan ke bagian dada dan wajah.
Sepasang mata ter pejam-pejam ayam. Dua kaki dikambang lebar-lebar. Pemuda gemuk
ini agaknya benar-benar menikmati
keberadaannya di dalam sungai dangkal berair jernih dan sejuk itu.
Tiba-tiba ada sebuah benda putih berkilau dihanyutkan air sungai meluncur
mengapung diantara dua kaki pemuda gendut yang terkembang. Begitu menyentuh
bagian bawah perut, ada rasa dingin
menjalar masuk ke dalam tubuh si gendut ini. Mata masih terpejam dan mulut
tersenyum-senyum si gendut keluarkan suara "Heh...." Setiap kali benda itu
dipermainkan aliran air sungai dan menyentuh bagian bawah perutnya si pemuda
selalu mengeluarkan
ucapan heh. Rupanya dia merasa senang. Mata kini meram melek dan lidah terjulur-
julur di atas bibir. Selain merasa sejuk pemuda ini juga merasa geli-geli enak
bagian bawah perutnya seperti diusap disentuh
tangan-tangan halus.
"Dewi Sungai... Oooh, kau kah itu yang yang mengusap anuku. Aahhh, enak ...
asyik. Ooo nikmatnya. Pelan-pelan Dewi... Jangan sampai anuku 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 65 lecet...." Si gendut bicara sendiri sambil senyum-senyum.
Dalam rasa senangnya lama-lama si gendut ini ingin tahu juga benda apa
sebenarnya yang sejak tadi menyentuh-nyentuh memberi nikmat pada dirinya itu.
"Jangan-jangan ikan betina yang mulutnya besar,"
pikir si gendut lalu ulurkan tangan kiri menjangkau benda di bawah
selangkangannya itu. Namun tidak tersentuh karena terhalang oleh perut yang
buncit. "Sreett!"
SI gendut lipat kipas kertas di tangan kiri lalu menopang tubuh dengan tangan
kanan, berusaha
bangkit. Begitu duduk dia melihat sebuah benda aneh, tipis bergulung seperti
sebuah ikat pinggang.
"Hah, ini rupanya mahluk yang sejak tadi menyenggol-nyenggol kantong menyanku!
Kusangka Dewi Sungai, kukira ikan, tak tahunya benda apa ini?"
Ucap pemuda gendut lalu dengan tangan kanan
mengambil benda yang terapung itu. Begitu bersentuhan tangan kanannya terasa
dingin. Rasa sejuk menjalar ke seluruh tubuh. Ketika digenggam rasa dingin
berkurang dan perlahan-lahan berubah menjadi hangat. Dari hangat berubah lagi
menjadi panas! Sekujur tubuh si gendut langsung kucurkan keringat
"Aneh, mengapa jadi panas" Senda bergulung, apa kau marah padaku" Apa kau tidak
mau dipegang tapi maunya dikempit di antara dua pahaku" Ha ...
ha!" Pemuda gemuk tertawa sendiri lalu benda dioles-oleskan ke bagian bawah
perutnya. Dia tertawa haha-hihi ketika kembali rasa sejuk terasa menyentuh dan
masuk ke dalam tubuhnya.
"Aneh. aneh!" si gendut berucap berulang kali.
Benda putih bergulung kemudian ditimang-timang.
Di lempar ke atas ditangkap lagi, dilempar kembali.
Pada kali yang ketujuh tiba-tiba terdengar suara berdesir di susul dengan
memancarnya hawa dingin.
Lalu srett! Benda bergulung membuka Cahaya putih berkiblat dan wuuttt!
"Breett!"
Si gendut terpekik. Matanya yang belok melotot tambah besar. Wajahnya yang pucat
putih menjadi tambah putih seperti kain kafan!
Kopiah hitam kupluk yang ada di atas kepalanya 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi
KZ 66 mencelat mental, jatuh ke dalam sungai. Sebelum dihanyutkan air pemuda ini
cepat-cepat mengambilnya. Ketika diperhatikan ternyata bagian pinggir atas
kopiah hitam itu telah robek besar.
"Kopiahku satu-satunya kenapa dirusak"! Tapi untung cuma kopiah yang bolong.
Kalau sampai jidatku yang robek!" Si gendut letakkan kopiah di atas kepala lalu
berbalik mencari benda putih berkilat yang tadi menyerangnya Dia buru-buru
jatuhkan diri ketika benda yang dicarinya itu melayang di udara dan membeset ke
arah hidungnya. Hawa dingin menebar.
"Kurang ajar! Mahluk setan apa yang menyerangku?"
Si gemuk cepat berdiri, memandang kedepan dan
memperhatikan lebih jelas dia melihat benda putih Ku ternyata sebilah pedang
putih tipis bergagang gading berbentuk kepala naga. Pada badan pedang kiri kanan
ada guratan angka 212.
"Dua Satu Dua! Astaga..-!" SI gendut berseru. Dia segera ingat pada sobat yang
sudah lama tidak
bertemu. "Wiro anak geblek. Pasti kau yang punya urusan! Kau yang menyuruh
pedang Itu menyerangku!
Anak Sableng! Lama tidak bertemu mengapa mau
membuat aku celaka"! Dimana kau"I Jangan
sembunyi. Nanti aku"."
Ucapan belum selesai pedang putih yang
mengapung di udara bergerak naik ke atas lalu wutt!
Meluncur menusuk ke arah pertengahan dada gembrot berlemak si gendut.
"Kau benar-benar mau membunuhku"! Aku tidak Yakin! Ayo sllahkan saja tusuk!"
kata pemuda gendut sambil pegang koplah kupluk sementara tangan kiri bergerak
mengangkat kipas kertas ke atas. Tadinya dia menyangka bahwa luncur tusukan
pedang akan berhenti di tengah jalan atau membelok ke samping.
Tapi ketika senjata itu terus meluncur ke arahnya si gendut jadi terperangah dan
tidak mau mati konyol!
Sambil jatuhkan tubuh yang gembrot besar ke dalam air sungai, tangan kiri
mengembangkan kipas untuk menangkis serangan pedang. Kalau dia
mempergunakan kipas kertas untuk menghadapi
pedang sakti berarti kipas kertas itu merupakan benda bukan sambarangan! Dan
memang benar. Begitu selarik angin dingin menyapu keluar dari 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 67 kipas kertas, gerak luncur pedang putih tertahan. Si pemuda sentakkan kipas ke
kiri. Pedang yang
mengapung di udara ikut bergerak ke kiri.
Wiro Sableng 160 Dendam Makhluk Alam Roh di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita tidak pernah bermusuhan. Mengapa menyerangku! Bukankah bersahabat lebih
baik dari pada berseteru"!" Si gendut berucap sambil perlahan-lahan tangan
kirinya yang memegang kipas diturunkan kebawah dan diputar-putar. Pedang putih
ikut bergerak turun, berputar beberapa kali lalu srett!
Pedang menggulung kembali dan jatuh di dalam
sungai yang dangkal. Walau agak takut-takut si pemuda ulurkan tangan kanan
mengambil gulungan pedang.
"Wiro! Mengapa masih sembunyi"! Ayo keluar!
Kita bisa ngobrol sore Ini sampai pagi! Kalau mau disambung lagi dari pagi
sampai sore!" Si gendut lalu tergelak-gelak hingga perut dan dadanya yang
gembrot berguncang-guncang.
Satu bayangan berkelebat keluar dari balik pohon besar di tepi sungai kecil. Si
gendut mengira yang muncul adalah sobat lamanya Pendekar 212 Wiro Sableng. Tapi
dia jadi terperangah dan berbalik terkagum-kagum ketika melihat yang berdiri di
tepi sungai adalah seorang gadis memiliki rambut panjang sepinggang. Pakaian
hijaunya basah kuyup hingga tubuhnya yang sintal seolah tercetak di bawah
pakaian itu. "Kau mampu menjinakkan Pedang Naga Suci Dua Satu Dua! Bagaimana kau
melakukannya" Mantera apa yang kau baca"!" bertanya gadis berpakaian hijau
sambil melirik ke arah kipas kertas di tangan kiri si gendut
"Ha... he..." pemuda gemuk tertawa. Mata dlkedap-kedlpkan. "Aku tidak membaca
mantera apa-apa. Kipas jelek Ini yang menolongku."
"Hebat! Kipasmu itu pasti sama saktinya dengan Pedang Naga Suci Dua Satu Dua!"
"He..he. Kipasku Cuma kipas kertas jelek," Jawab si gendut merendah. "Eh!
bagaimana kau tahu kalau pedang ini bernama Pedang Naga Suci Dua Satu
Dua... ?" "Aku hanya menduga.Tidakkah kau melihat ada guratan angka Dua Satu Dua pada dua
sisi pedang?"
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
68 "Ya ... ya. He... he. Kau pasti gadis dari rimba persilatan. Tidak sembarang
orang bisa tahu ini pedang apa Ha..he... Bagaimana kau tahu-tahu bisa muncul di
sini?" "Sewaktu hujan aku tengah berperahu di sungai ini. Lalu hujan turun, arus
berubah besar. Perahuku terbalik. Selagi berenang ke tepi aku melihat benda
putih bergulung dihanyutkan air. Aku mengikuti sepanjang tepian kali. Ketika
melihat benda itu mengarah ke tempatmu berbaring di sungai dangkal aku berhenti
mengikuti, sembunyi di balik pohon sana. Waktu benda bergulung terbuka berubah
jadi sebilah pedang dan menyerangmu, aku sempat
melihat guratan angka Dua Satu Dua di sisi pedang.
Tadi aku mendengar kau menyebut nama seseorang.
Wiro. Apakah kau kenal pada pendekar itu?"
"Dia sobat lamaku. Tadinya dia yang aku kira bergurau dengan senjata Ini. Heran,
mengapa pedang sakti ini bisa tersesat begini rupa" Apa yang telah terjadi?"
kata si gendut pula. Matanya yang betok terus saja memperhatikan wajah dan sosok
elok si gadis. "Eh, kau belum menerangkan siapa dirimu."
"Namaku Nyi Wulas Pikan."
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
69 NAMA BAGUS. Puji si gendut. "Kau sendiri siapa?"
Balik bertanya si gadis. "Adalah aneh sementara orang kedinginan kau malah
merendam diri di sungai."
Mengakubernama Nyi Wulas Pikan berarti dia bukan lain adalah penjelmaan Nyai
Tumbal Jiwo. "Namaku Santlko. Tapi orang-orang menyebutku Bujang Gila Tapak Sakti. Aku memang
punya kelainan.
Aku tidak tahan hawa panas. Selain itu kata orang usiaku sekitar dua puluhan.
Pada hai aku sebenarnya sudah berumur lebih dari delapan puluhl"
Nyi Wulas Pikan perhatikan dua tangan al pemuda yang tampak putih sampai ke
kuku, "Kalau ucapanmu bisa dipercaya maka kau adalah orang paling aneh yang pernah
kutemui. Dijuluki seperti itu kau pasti orang hebati" kata Nyi Wulas
Pikan."Apakah kau benar-benar masih bujang seperti namamu?"
Si gendut Bujang Gila Tapak Sakti keluar dari dalam sungai. Duduk di tanah di
hadapan si gadis.
Tangan kiri memegang kipas, tangan kanan meng-
genggam gulungan Pedang Naga Suci 212 yang mulai terasa panas. Sambil
menyeringai dia bertanya.
"Apa maksudmu dengan pertanyaan itu Nyi Wulas?"
"Maksudku apakah kau masih perjaka" HIk..hlk..."
Si gendut Bujang Gila Tapak Sakti ikutan tertawa.
"Aku tidak ingat apa aku ini masih perjaka.Yang jelas aku belum pernah nikah!"
"Nikah belum kawin sudah! Iya kan" Hik...hik...hik!"
"Kalau nikah denganmu aku mau!" kata Bujang Gila Tapak Sakti pula yang sejak
tadi sudah tertawan dan bergairah melihat kecantikan serta kebagusan tubuh Nyi
Wulas Pikan. "Ihh... Kau sungguhan" Jangan main-main soal nikah."
"Kalau begitu kawin saja!" sahut si gendut 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
70 "Dengar." Nyi Wulas Pikan melangkah mendekati Bujang Gila Tapak Sakti. "Kalau
kau sungguhan mau kawin denganku, aku juga mau."
"Eh apa"I" Bujang Gila Tapak Sakti jadi kaget. Walau tertarik pada si cantik ini
tapi tadi dia bicara hanya sekadar bergurau.
Nyi Wulas Pikan duduk di samping Bujang Gila Tapak Sakti lalu usap-usap dada
gembrot si pemuda. Usapan turun ke perut yang buncit hingga Bujang Gila Tapak
Sakti senyum-senyum meram melek. Sambil turunkan lagi usapannya ke bagian pusar,
Nyi Wulas Pikan berkata.
"Aku mau kawin denganmu.Tapi ada syaratnya.''
"Ah, pasti kau minta mas kawin seratus sapi seratus kambing seratus...."
"Aku tidak, minta mas kawin apa-apa." Potong Nyi Wulas Pikan.
"Lalu" Sungguh" Ah. mungkin kau minta mas kawin emas atau perhiasan satu
karung!" "Gila! itu juga tidak." jawab Nyi Wulas Pikan sambil tersenyum dan lagi-lagi
kedipkan mata menggoda.
"Aku hanya ingin kau mengajarkan padaku bagaimana caranya agar aku bisa memegang
pedang sakti itu tanpa tanganku menjadi panas dan melepuh."
"Apa kau pemah memegang pedang sakti ini sebelumnya?" tanya si pemuda sambil
melirik kearah tangan kanan si gadis dan melihat ada luka melepuh pada tangan
itu. "Waktu berenang di sungai. Aku berusaha mengambil pedang yang masih dalam
keadaan tergulung. Tapi tanganku kepanasan bahkan sampai melepuh." Berdusta Nyi Wulas
Pikan. "Terus terang aku tidak tahu bagaimana cara mengajar orang lain agar bisa
memegang pedang ini."
"Tapi kau mampu memegangnya tanpa tanganmu cidera Aku pernah mendengar riwayat
senjata ini yang konon keluar dari perut naga di dasar laut."
"Ceritakan padaku..." kata Bujang Gila Tapak Sakti pula.
Nyi Wulas Pikan menggeleng.
"Aku tidak mau menceritakan. Takut kesalahan."
Kilah si gadis.
"Sebenarnya aku juga kepanasan memegang senjata 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 71 ini. Tapi tidak sampai melepuh. Mungkin karena aku memiliki kekuatan hawa dingin
dalam diriku, itu yang membuat aku bisa memegang senjata ini.Tapi lama-lama
kalau panas terus-terusan rasanya aku bisa jadi tidak tahan..."
"Kalau begitu berikan kesaktian hawa dingin yang ada dalam tubuhmu padaku." Kata
Nyi Wulas Pikan pula.
"Memberikan hawa dingin dalam tubuhku padamu?"
mengulang si gendut.
Nyi Wulas Pikan mengangguk. Mulut mengulum
senyum dan mata dikedipkan.
"'Bagaimana caranya?" tanya Bujang Gila Tapak Sakti yang kena rayuan dan tambah
bergairah melihat sikap si gadis.
Mengenai siapa adanya pemuda gendut berjuluk Bujang Gila Tapak Sakti ada baiknya
dituturkan sedikit riwayatnya. Dalam serial Wiro Sableng berjudul
"Bujang Gita Tapak Sakti, "diceritakan, ketika berusia 10 tahun Santiko mencuri
perangkat Gamelan berupa dua buah bonang (kentongan besi) milik Keraton. Dua
buah bonang ini kemudian diserahkan Santiko pada seorang janda muda cantik
jelita bernama Nyi Bulan Seruni Pitaloka yang memang telah membujuk Santiko
untuk mencuri benda pusaka itu. Ketika Dewa Ketawa, tokoh aneh rimba persilatan
tanah Jawa yang
merupakan paman Santiko mengetahui hal ini maka si bocah dihukum berat. Dibawa
ke puncak Gunung Mahameru lalu dipendam dalam sebuah lobang yang disebut lobang
inti es selama 7 tahun. Menurut Dewa Ketawa satu tahun di dalam lobang sama
dengan sepuluh tahun hidup di dunia luar.
Tujuh tahun kemudian setelah bebas dari
hukuman, Santiko berubah menjadi seorang pemuda yang memiliki ilmu kesaktian
tidak ada duanya Semua Ilmu kepandaian dan kesaktiannya itu berdasar dan
mengandalkan pada hawa dingin yang didapatnya
selama dipendam di puncak Mahameru. Karena
bertahun-tahun berada di dalam lobang luar biasa dingin, Santiko kini menjadi
tidak tahan akan hawa panas. Kemana pergi selalu membawa kipas kertas.
Selain dipakai untuk mengipasi diri, benda ini juga bisa dipergunakan sebagai
satu senjata hebat. Sejak turun gunung Santiko dijuluki Bu|ang Gila Tapak Sakti
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
72 dan selalu mengaku kalau usianya sudah delapan puluh tahun.
Dalam pengembaraannya pendekar gemuk ini
bertemu dengan Pendekar 212 Wiro Sableng yaitu ketika murid Sinto Gendang ini
membantu mendapatkan dua buah bonang kembali. Dari
keterangan Nyi Bulan Seruni Pitaloka diketahui bahwa di dalam dua buah bonang
itu terdapat lapisan dua helai kain sutera tipis yang hanya bisa dilepas dengan
dua senjata sakti mandra guna. Senjata pertama Keris Nogo Sosro.TapI senjata
milik dan pusaka Keraton Ini tidak diketahui dlmana beradanya. Yang kedua adalah
Kapak Maut Naga Genl 212 milikWIro.
Setelah berhasil dilepas dari bonang, dua carik kain sutera Ku ternyata berisi
tulisan kuno mengenai rahasia ilmu sakti mandraguna. Pada kain sutera pertama
tertera tulisan mengenal limu kesaktian langka sementara pada kain sutera kedua
terdapat tulisan mengenai ilmu pengobatan.
Wiro menyerahkan dua helai kain sutera pada Nyi Bulan Seruni Pitaloka yang
memang adalah milik mendiang suaminya. Dua buah bonang kemudian
diberikan pada Dewa Ketawa. Antara kakek ini dengan sang keponakan keduanya
saling berbaikan kembali.
Sebagal balas budi atas bantuan Wiro, Nyi Bulan Seruni Pitaloka dengan Ilmu
kesaktian bernama Berjalan DI Dalam Tanah kemudian mengajak sang pendekar jalan-
jalan masuk ke dalam perut bumi.
Kembali pada pembicaraan antara Nyi Wulas Pikan dengan Bujang Tnpak Sakti.
"Ada satu cara paling ampuh dan cepat untuk memasukkan ilmu kesaktian hawa
dinginmu ke tubuhku." Kata Nyi Wulas Pikan pula.
"Katakan bagaimana caranya." Ucap Bujang Gila Tapak Sakti ingin tahu.
Nyi Wulas Pikun dekatkan mulutnya ke telinga kiri Bujang GIlaTapak Sakti. Dia
lebih dulu menjilat daun telinga si pemuda hingga si gendut ini menggelinyang
kegelian dan tambah berkobar nafsunya. Lalu Nyi Wulas Pikan membisikkan
ucapannya ke telinga Bujang Gita Tapak Sakti.
"Heh, kau ini bicara apa"! Kau sungguhan"!" SI pemuda pura-pura terkejut ketika
mendengar bisikan 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
73 Nyi Wulas Pikan, padahal dadanya berdebar gembira.
Tubuhnya langsung panas. Keringat memercik.
"Aku tidak main-main."
"Kita... kita mau melakukannya di mana?" tanya Bujang Gila Tapnk Sakti sambing
pegang bagian bawah celana seperti orang kebelet kencing!
Nyi Wulas Pikan memandang berkeliling.
"Di bawah pchon sana. Tanahnya tidak terlalu basah."
Lalu gadis ini berdiri dan melangkah ke bawah pohon besar. Di sini dia lambaikan
tangan memanggil si pemuda, mulut tersenyum, mata dikedip menggoda. Karena
Bujang Gila Tapak Sakti masih tidak beranjak dari tempatnya, Nyi Wulas Pikan
gerakkan jari-jari tangan ke dada Satu persatu dia tanggalkan kancing kain pada
baju hijau yang dikenakannya.
"He..."!" Bujang Gila Tapak Sakti terperangah.
"Kau sungguhan rupanya Nyi Wulas?" Mata mendelik besar tak berkedip. Ketika di
depan sana Nyi Wulas Pikan dilihatnya tidak lagi mengenakan apa-apa di bagian
atas tubuhnya bahkan siap hendak menurunkan celana panjangnya pemuda ini per-
lahan-lahan bangkit berdiri sambil kipas-kipaskan kipas kertas. Tubuhnya panas
kelangsangan. Bukan saja karena hawa dan pedang sakti dan udara di sekitarnya,
tapi juga karena akibat kobaran nafsu.
Hanya beberapa langkah saja Bujang Gila Tapak Sakti akan sampai di hadapan Nyi
Wulas Pikan yang tegak berdiri di depan pohon besar tiba-tiba terdengar suara
berdesing. Pedang Naga Suci 212 yang ada di tangan kanan pemuda gendut itu memancarkan
sinar terang. Bujang Gila Tapak Sakti berseru kaget ketika hawa sangat panas
menghantam tangan kanannya Pedang sakti
berkelebat lepas, gulungan terbuka lalu berkiblat di udara
"Breett!"
Bujang Gila Tapak Sakti melompat mundur.
Lengan kiri baju terbalik yang dikenakannya robek besar Kulit tergores Hawa
dingin luar bisa menyelubungi dinnya. Menyangka pedang sakti akan berbalik
menyerang kembali cepat dia buka lipatan kipas kertas.
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
74 Ternyata Pedang Naga Suci 212 melesat ke arah Nyi Wulas Pikan alias jejadian
Nyai Tumbal Jiwo!
Melihat dirinya diserang gadis cantik jejadian yang dalam keadaan polos tubuh
sebelah atas tentu saja tidak tinggal diam. Dia cari selamat dengan melompat ke
kiri sambil lima jari tangan kanan dijentikkan.
Lima larik sinar merah menderu, menghantam Pedang Naga Suci 212 di lima tempat.
"Tring...tring... tring... tring...tring.,n Terdengar suara berdentringan
disertai percikan bunga api. Pedang sakti tampak bergetar, sesaat naik turun di
udara namun di lain kejap kembali melesat ke arah Nyi Wulas Pikan. Gadis
jejadian ini berteriak keras, secepat kilat jatuhkan diri ke tanah.
"Crass!"
Pedang Naga Suci 212 menancap sampai
sejengkal di depan gagang pada batang pohon besar di belakang Nyi Wulas Pikan.
Gadis ini sambar bajunya yang tergeletak di tanah, siap untuk menghambur lari.
Namun di batang pohon Pedang Naga Suci 212
melesat surut lalu kembali menderu ke arah Nyi Wulas Pikan. Kali ini yang
diserang tidak mampu selamatkan diri lagi. Kalau sampai dirinya dibantai pedang
sakti, rohnya akan terlempar ke alam gaib untuk selama-lamanya, tak mungkin lagi
akan gentayangan dimuka bumi, Nyi Wulas Pikan menjerit keras.
Sekejap lagi pedang sakti akan menancap di
dadanya yang putih polos tiba-tiba mengumandang satu suara.
"Pedang sakti Naga Suci Dua Satu Dua! Bukan saatnya kau membunuh! Kembali
padaku!" 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
75 LUNCURAN Pedang Naga Suci 212
mendadak tersendat, lalu berhenti. Setelah sesaat mengapung di udara pedang
sakti Ini menggulung diri lalu melayang ke arah kakek berambut panjang putih
yang wajahnya tertutup janggut serta kumis putih menjulai. Dengan cepat kakek
ini menangkap gulungan pedang sakti lalu memasukkan ke balik pakaian.
Matanya kemudian ditujukan ke arah Nyi Wulas Pikan yang baru saja mengambil baju
hijaunya. ,. "Gadis jalang! Beraninya kau berbuat mesum di tempat ini!"
Nyi Wulas Pikan menyahuti dengan mencibirkan lidah, tertawa cekikikan lalu
Wiro Sableng 160 Dendam Makhluk Alam Roh di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkelebat tinggalkan tempat itu.
"Jangan pergi!" bentak orang tua berselempang kain putih seraya mengejar dan
tusukkan dua jari tangan kanan mengirim totokan jarak jauh. Namun dengan
mengeluarkan ilmu DibalikAsap Roh Mencari Pahala yang merupakan semburan asap
hitam peng-halang pemandangan Nyi Wulas Pikan berhasil lenyap dari tempat itu.
Totokan jarak jauh si orang tua hanya mengenal udara kosong mengeluarkan suara
menggelegar. Di kejauhan terdengar tawa cekikikan Nyi Wulas Pikan disertai
ucapan. "Orang tua! Aku tahu kau cuma berpura-pura marah! Aku melihat kau menikmati
pemandangan dadaku yang bagus! Hik... hik... hik!"
Wajah si orang tua berubah merah. Mulutnya berkomat-kamit mengucap. Kini
kemarahannya ditumpahkan pada si gendut Bujang Gila Tapak Sakti.
Tahu kalau orang marah padanya pemuda Ini pegang kopiah kupluknya yang robek
besar lalu berkata.
"Kek, kalau aku tidak salah menduga, bukankah kau Kiai GedeTapa Pamungkas yang
diam dipuncak Gunung Gede sana?"
Si kakek tidak menjawab. Untuk beberapa lama 160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi
KZ 76 dia hanya menatap mendelik pada si gendut
"Kau sudah tahu diriku! Aku juga sudah tahu siapa dirimu! Apakah pantas bagi
seorang pendekar rimba persilatan apa lagi yang konon keponakan Dewa Ketawa,
berbuat mesum di tempat ini"!"
"Kiai. aku tidak berbuat mesum. Perempuan itu sendiri yang menanggalkan bajunya.
Aku tidak menyuruh!" jawab si gendut sambil menyenglr.
"Bujang Gila Tapak Sakti! Jangan bermain kata-kata denganku!"
"Kiai, kau salah menduga Gadis tadi bermaksud menggodaku.
Usiaku sudah delapan puluh tahun. Aku tak mungkin tertipu. Sebenarnya gadis tadi
ingin mendapatkan pedang bergulung itu..."
Sang Kiai merasa heran mendengar pemuda gendut di depannya mengaku berusia
delapan puluh tahun.
"Sudahlah, sulit aku percaya pada ucapanmu." Kata Kiai Gede Tapa Pamungkas pula.
"Aku hanya ingin tahu satu hal. Apa kau berkomplot dengan gadis tadi mencuri
Pedang Naga Suci Dua Satu Dua dari tempat kediamanku di dasar telaga?"
"Aku tidak mengerti. Kau seperti mau menuduh.
Ceritanya aku menemui pedang itu waktu aku lagi berbaring di sungai dangkal.
Gadis tadi ingin
menguasai pedang tapi tidak bisa karena kalau memegang gulungan pedang tangannya
jadi melepuh." Kiai Gede Tapa Pamungkas perhatikan tangan
Bujang Gila Tapak Sakti. Tangan itu tampak agak kemerahan tapi tidak terluka
atau melepuh. Berarti pemuda ini memilik kesaktian tinggi untuk mampu memegang
Pedang Naga Suci 212.
"Kiai, tadi kau bilang cuma Ingin tahu satu hal.
Apa kau tidak Ingin tahu siapa nama gadis itu?"
"Apa maksudmu" Jangan berani kurang ajar bicara denganku!"
"Kiai, jangan salah paham. Aku tidak bermaksud begitu. Aku..."
"Tutup mulutmu! Kalau kau tidak bersekongkol dengan gadis jejadian tadi, lalu
mengapa kau bisa tersesat ke tempat ini?"
Bujang Gila Tapak Sakti jadi kesal karena terus 160 Dendam Mahluk Alam Roh -
Dewi KZ 77 menerus dicurigai.
"Kiai, tidak ada hujan tidak ada angin, tidak ada ujung tidak ada pangkal kau
mengambil sikap
mencurigai diriku. Apakah ada aturan dalam rimba persilatan bahwa seseorang itu
tidak boleh pergi kemana dia suka?"
"Memang tidak ada aturan. Tapi lain dengan dirimu!"
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa gelak-gelak. Saking kesalnya maka si gendut ini
lantas lontarkan kata-kata mengejek.
"Aku memang lain dibanding dirimu. Kau kurus nyaris kerempeng. Aku gendut
gembrot! Kau berambut putih. Rambutku masih hitam. Kau punya kumis dan janggut putih. Mukaku
tembam tapi klimis.
Kau mengenakan pakaian selempang kain putih. Aku mengenakan baju terbalik dan
celana komprang. Aku masih tegap, kau sudah reot Anuku masih kencang berkilat.
Anumu pasti sudah seperti terong peot Mungkin juga rada-rada burik. Ha... ha...
ha)" Amarah Kiai Gede Tapa Pamungkas bukan alang kepalang.
"Kau layak diberi pelajaran!" bentak orang tua itu dengan wajah merah mengetam.
Lalu sekali tangan kanannya digerakkan, tangan itu berubah panjang dan.
"Plaak! Plaak!"
Dua tamparan keras melanda pipi Bujang Gila Tapak Sakti kiri kanan hingga
bibirnya pecah dan mengucurkan darah. Sambil menahan sakit, setelah menyeka noda
darah di pinggiran mulut dan dagu si gendut ini masih bisa keluarkan ucapan yang
membuat Kiai Gede Tapa Pamungkas merasa
menyesal. "Kiai, kalau aku memang bersalah dan kurang ajar apakah begini cara seorang Kiai
memberi pelajaran.
Seumur hidup aku akan mengingat pelajaran yang barusan kau berikan padaku. Aku
mengucapkan terlmakasih atas kebaikanmu mau memberi pelajaran."
Terhuyung-huyung Bujang Gila Tapak Sakti memutar tubuh lalu tertatih-tatih
tinggalkan tempat itu. Kiai Gede Tapa Pamungkas hela nafas panjang dan dalam.
Dia hendak beranjak pergi dari tempat itu, segera kembali ke puncak Gunung Gede.
Namun mendadak dia
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
78 merasakan udara di sekitarnya berubah dingin.
Semakin dia berusaha bertahan semakin dingin
tubuhnya. Lalu tanah yang dipijaknya seolah
berubah menjadi es! Dua kaki berubah kaku tak
mampu digerakkan. Orang tua ini menggigil, geraham bergemeletukan. Bagaimanapun
dia berusaha mengalirkan tenaga dalam mengandung hawa panas tetap saja dia tidak mampu
melawan rasa dingin.
Periahan-lahan dari hidung dan telinganya meleleh keluar cairan darah.
"Aku telah bersalah. Menyengsarakan orang yang mungkin tidak berdosa. Sekarang
pemuda itu melakukan pembalasan..." Membatin Kiai GedeTapa Pamungkas."Ya Tuhan aku mohon
ampun padamu. Dan kau pemuda bernama Bujang Gila Tapak Sakti, aku minta maaf padamu atas
kekeliruanku."
Baru saja sang Kiai selesai mengeluarkan ucapan batin itu tiba-tiba hawa dingin
serta merta lenyap. Dua kakinya yang kaku kini bisa digerakkan. Darah
berhenti mengucur dari hidung dan telinga, bankan lenyap tanpa bekas. Dalam
tubuhnya kini mengalir hawa luar biasa sejuk yang membuat dadanya terasa lapang
dan hatinya menjadi lega.
Sang Kiai geleng-gelengkan kepala.
"Pemuda itu telah memberi pelajaran sangat baik padaku." Ucap Kiai Gada Tapa
Pamungkas. "Bujang Gila Tapak Sakti, aku berterima kasih padamu. Hari ini kau
telah memberi pelajaran yang tidak akan aku lupakan seumur hidup."
**** BUJANG GILA Tapak Sakti kembali ke tepi sungai dimana sebelumnya dia berbaring
di bagian yang dangkal. Lama pemuda gendut ini duduk termenung sambil mengusap-
usap pipinya yang terasa sakit.
Dengan air sungai yang sejuk dan jernih dia
membersihkan noda darah yang masih tertinggal di pinggiran mulut dan dagu.
Selagi termangu-mangu demikian rupa tiba-tiba si gendut ini mendongar suara
seseorang. "Ssstt.... sstt. Gendut.Terong peot rada-rada burik!
Hik...hik...hik!
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
79 Lagi apa kau di pinggir sungai situ"!"
Bujang GilaTapak Sakti turunkan dua tangan yang dipakai membasuh muka. Memandang
berkeliling. Dia tidak melihat siapa-siapa.
"Ah. mungkin suara hatiku sendiri yang tadi aku dengar." Ucap si gendut dalam
hati. Namun dia merasa kesal juga. "Aku bukan terong peot! Punyaku masih segar
mengkilat. Juga tidak rada-rada burik! Punyaku licin mulus! Sialan! Siapa yang
barusan ngomong"!
Jangan-jangan gadis bernama Nyi Wulas Pikan tadl.?
Karena tatap tidak melihat seorangpun Bujang Gua Tapak Sakti kembali meneruskan
membasuh muka. "Ssst Terong peot! Hlk... hik! Kau tidak dengar ya ditegur orang!"
Bujang Gila Tapak Sakti diam sebentar lalu
pura-pura meneruskan membasuh muka. Dia sudah
mengetahui dari arah mana suara orang Itu. Suara perempuan.
"Perempuan sialan! Tunggu saja. Sebentar lagi akan aku labrak kau!"
"Ssst... ssttt! Hai terong peot!"
Kembali terdengar suara itu.
Tubuh gemuk ratusan kati Bujang GllaTapak Sakti tiba-tiba melesat enteng ke
udara. Berkelebat ke balik pohon besar di tepi kanan sungai kecil. Kipas di
tangan kiri dikembangkan. Begitu si gendut ini sampai di balik pohon, dari
tempat itu terdengar suara perempuan terpekik disusul tawa cekikikan.
"Anak kecil! Siapa kau"!" bentak Bujang Gila Tapak Sakti.
"Hik... hlk!"
TAMAT ikuti serial berikutnya berjudul
PERJODOHAN BERDARAH
160 Dendam Mahluk Alam Roh - Dewi KZ
80 Pendekar Mata Keranjang 13 Pendekar Pulau Neraka 05 Pengantin Dewa Rimba Puncak Kematian Cinta 3