Pencarian

Antara Budi Dan Cinta 3

Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long Bagian 3


laksanakan kali ini begitu sempurna dan sangat sukses.
Biasanya Lao-bo akan langsung memujinya.
Lu Xiang-chuan melihat tangan Lao-bo menggenggam
kancing bajunya dengan kencang seperti ingin memencet
mati sebuah binatang.
Biasanya bila Lao-bo memencet suatu benda dengan erat
artinya dia sedang berpikir dan sedang marah. Dan juga
siap menyerang.
Siapa yang akan dia serang kali ini"
Tiba-tiba Lao-bo berdiri dan berkata kepada pengawal
yang berada di luar pintu, "Beri kabar kepada kelompok
merpati agar semua anggotanya siap siaga dan segera cari
Sun Jian. Walaupun Sun Jian sedang berada di mana pun
suruh dia pulang, jangan sampai terlambat."
"Ya! Siap!"
Kemudian Lao-bo berkata lagi, "Langsung bawa
kelompok elang."
Kelompok merpati bertanggung jawab saling memberi
kabar sedangkan kelompok elang bertanggung jawab
menjaga keamanan. Kecuali Lao-bo dan Lu Xiang-chuan
tidak ada orang ketiga yang tahu dan biasanya mereka
berada di mana.
Lao-bo belum pernah menggerakkan kedua kelompok
ini. Bila sudah menggerakkan kelompok ini artinya masalah
yang dihadapi sudah sangat serius.
Namun sekarang, apa sudah timbul masalah serius"
Lu Xiang-chuan memikirkan kata-kata yang sering
diucapkan oleh Lao-bo.
Untuk selalu membuat musuh salah tafsir kepadamu tapi
kau sendiri tidak boleh salah menafsir musuh.
Apakah aku sudah salah menafsir Wan Peng-wang"
Karena tugasnya terlalu lancar, saking lancarnya seolah
berjalan dengan tidak wajar.
Perjuangan Wan Peng-wang sudah puluhan tahun,
dengan susah payah dia telah bisa mencapai kedudukan
seperti sekarang memang tidak mudah. Kali ini bagaimana
dengan mudah dia bisa menerima kegagalannya begitu saja"
Memikirkan hal itu kembali, Lu Xiang-chuan segera
merasa pakaiannya sudah basah.
Lao-bo sedang memandangnya, melihat ekspresi
wajahnya Lao-bo berkata, "Apakah kau sudah mengerti?"
Lu Xiang-chuan mengangguk dan keringat dingin
menetes. "Kau sudah mengerti."
Dia tidak marah kepada Lu Xiang-chuan karena dia tahu
orang seperti Lu Xiang-chuan tidak perlu dimarahi tapi dia
tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Lu Xiang-chuan sangat berterima kasih kepada Lao-bo
tapi di sisi lain dia juga sangat malu. Tiba-tiba dia berdiri
dengan suara seperti tercekik berkata, "Aku harus bertemu
dengan Wu Lao-dao, kemungkinan dia dalam keadaan
yang berbahya."
"Tidak perlu lagi," jawab Lao-bo.
"Mengapa?" tanya Lu Xiang-chuan terkejut.
Dengan sedih Lao-bo berkata, "Sekarang Wu Lao-dao
pasti sudah mati."
Lu Xiang-chuan merasa hatinya menjadi dingin dan dia
berkata, "Kemungkinan...."
Lao-bo memutuskan kata-katanya, "Tidak ada
kemungkinan, bagi orang seperti Wan Peng-wang, orang
lain tidak akan merasakan adanya suatu bahaya. Begitu dia
merasa semua sudah terlambat."
Lu Xiang-chuan dengan perlahan duduk kembali,
hatinya terasa tenggelam kedalam jurang yang dalam sekali.
Dia tidak tahu bagaimana harus memperbaikinya dan
entah bagaimana bisa menebusnya.
Saat itu sudah ada orang seperti terburu-buru masuk dari
pintu. Orang itu masih sangat muda namun tampan hanya
sayang hidungnya bengkok karena dipukul orang. Sudut
matanya pun sudah dipukul hingga sobek. Tangan sebelah
kiri tergantung sebuah kain.
Begitu dia masuk dia sudah jatuh terkapar, tidak dapat
bangun lagi. Semua orang melihat bahwa orang ini sudah
mendapat banyak siksaan.
Sudah lama Lao-bo tidak suka dengan kekerasan namun
kali ini merupakan pengecualian. Sepertinya orang ini
sudah melakukan kesalahan yang tidak dapat dimaafkan.
"Siapa Orang ini?" tanya Lu Xiang-chuan.
"Tidak tahu!" jawab Lao-bo.
Lu Xiang-chuan merasa aneh, kelihatannya orang ini
seperti orang yang tahan menderita sehingga meski sudah
melewati begitu banyak siksaan masih dapat bertahan.
Kemungkinan dia takut bila membocorkan rahasia akan
lebih menderita lagi. Di belakang semua ini pasti ada orang
yang lebih menakutkan lagi.
Sepertinya Lao-bo sudah dapat menebak pikiran Lu
Xiang-chuan kemudian Lao-bo berkata, "Dia tidak mau
bicara bukan karena takut sesuatu. Bila kita menyiksanya
terus dia akan pingsan."
Dia berpura-pura ingin pingsan tapi itu bukan pekerjaan
yang mudah dan dia memilih suatu cara untuk pingsan dan
cara ini malah membuatnya menderita. Dia ingin tidak
dapat bicara. Lu Xiang-chuan bertanya, "Dia sudah melakukan
kesalahan apa?"
"Dia hendak membunuhku."
Lu Xiang-chuan baru merasa terkejut. Siapa pun yang
berani membunuh Lao-bo orang itu pasti orang gila atau
setidaknya dia adalah seorang yang sangat berani.
"Coba kau tanya lagi kepadanya, mungkin masih ada
informasi yang bisa kita dapatkan," kata Lao-bo.
Lu Xiang-chuan dengan perlahan berdiri, dia memilih
arak yang paling keras kemudian mencekokkan arak ke
mulut orang itu.
Karena arak itu akan membuat orang mengatakan yang
sejujurnya. Dia melihat wajah pemuda itu mulai berubah menjadi
merah matanya pun menjadi merah.
Walaupun pemuda itu adalah seorang yang jago minum
tapi bila tiba-tiba dicekoki dengan satu botol arak sekaligus
dia pasti akan mabuk.
Kemudian Lu Xiang-chuan bertanya, "Apa shemu?"
"Margaku He," jawab pemuda itu.
Lu Xiang-chuan bertanya lagi, "Siapa Namamu?"
"Margaku He."
Berapa kali ditanya orang itu selalu menjawab, 'Margaku
He.' Kecuali 3 kata ini yang lain dia tidak mengatakan apa
pun. "Orang ini sudah sangat terlatih dia bisa melatih anak
buahnya menjadi seperti ini," kata Lao-bo.
Mata Lu Xiang-chuan tampak berpikir dan dia berkata,
"Kau menyangka orang ini adalah...." Lao-bo mengangguk.
Lu Xiang-chuan tidak menyebutkan nama orang itu
begitu juga dengan Lao-bo namun mereka sudah mengerti
siapa orang yang dimaksud.
Lu Xiang-chuan dengan suara rendah bertanya, "Apakah
harus mengantarkan dia pulang?"
Lao-bo menggeleng-gelengkan kepala dan berkata,
"Lepaskan saja dia!"
Antarkan dia pulang dan lepaskan dia, artinya tidak
sama. Mengantarkan dia pulang artinya orang pulang
dalam keadaan sudah mati. Lepaskan dia untuk pulang
berarti dia pulang dalam keadaan masih hidup.
Setelah lama Lu Xiang-chuan baru mengerti maksud
Lao-bo. Lao-bo membereskan masalah dengan cara paling tepat.
Meng Xing-hun tidak ingin mengelilingi taman bunga
Lao-bo dia tidak mau sebelum melaksanakan tugasnya,
gerak-geriknya sudah diketahui orang.
Namun sekarang masalahnya tidak sama. Dia sudah
tahu bahwa Lao-bo sudah mulai bergerak.
Di depan taman bunga adalah hutan yang lebat. Meng
Xing-hun memilih sebatang pohon yang paling lebat dan
memanjatnya kemudian dia seperti seekor burung hantu
bersembunyi di balik pohon.
Di taman bunga sama sekali tidak terdengar suara, tidak
ada orang yang masuk dan tidak ada orang yang keluar.
Pada saat Meng Xing-hun mulai kecewa, di taman bunga
itu muncul sesosok bayangan.
Orang itu terlihat gerakannya lumayan cepat namun
kakinya sempoyongan dan sebelah tangannya seperti sudah
putus. Pakaian yang lengket di tubuhnya entah berwarna
ungu. atau biru. Dan bajunya tampak compang-camping.
Meng Xing-hun merasa mengenal pakaiannya. Waktu
itu orang ini mengangkat kepala untuk membedakan arah.
Sinar bulan menyoroti wajahnya.
Hampir saja Meng Xing-hun berteriak, "XiaoHe!"
Xiao He tidak dibunuh oleh Lao-bo dan masih dapat
melarikan diri.
Wajahnya terlihat sangat lelah dan kesakitan, namun
sorot matanya masih tampak begitu sombong.
Sepertinya Xiao He sangat kagum kepada dirinya
sendiri. Melihat wajah Xiao He, Meng Xing-hun sudah tahu
bahwa Xiao He tidak membocorkan rahasia Gao Lao-da.
Meng Xing-hun pun tahu bagaimana keadaan Xiao He.
Dia tidak akan bisa melarikan diri dari cengkeraman Laobo.
Di dunia tidak ada orang yang dapat kabur dari
cengkeraman Lao-bo. Namun mengapa Xiao He bisa
melepaskan diri"
Meng Xing-hun tampak sedang berpikir dan dia segera
mengerti apa yang dimau oleh Lao-bo.
Lao-bo pasti sengaja membiarkan Xiao He melarikan diri
dan akan mengikuti Xiao He ke mana pun dia pergi
kemudian akan menyelidiki siapa dalang di balik semua
kejadian ini. Mengingat hal ini, Meng Xing-hun keluar keringat
dingin. Tidak, dia tidak akan membiarkan Xiao He pulang dan
dia pun tidak dapat mencegah Xiao He untuk pulang.
Karena sekarang sudah ada orang yang menguntit Xiao He.
Meng Xing-hun pun tidak dapat membocorkan
identitasnya. Dari sinar bulan Xiao He sudah dapat membedakan
arah, tanpa berpikir dia langsung berlari keluar. Melihat
Xiao He yang lari begitu cepat sepertinya dalam satu
langkah dia ingin tiba di Kuai-huo-ling.
Meng Xing-hun merasa sangat marah dan benci, dia
ingin memukul hidung dan kepalanya sendiri. Dan ingin
bertanya, mengapa dia begitu bodoh"
Sebenarnya Xiao He adalah orang yang sering
mencelakai orang mengapa sekarang dia begitu bodoh"
Sekarang bila ingin mencegah Xiao He membocorkan
rahasia Gao Lao-da, hanya ada satu cara.
Bunuh dia! Meng Xing-hun tidak ingin melakukan hal itu dan dia
sendiri pun tidak tega. Untung dia memiliki cara kedua
yaitu membunuh orang yang menguntit Xiao He.
Meng Xing-hun terus menunggu.
Betul saja di dalam kegelapan muncul 3 sosok orang.
Mereka berlari mengikuti jalan yang dilalui Xiao He.
Mereka bertiga memiliki ilmu meringankan tubuh yang
sangat lihai dan mereka selalu ditugaskan untuk menguntit.
Menguntit dengan cara seperti ini, bila ada satu orang
yang ketahuan, yang lainnya masih dapat terus
menjalankan tugas. Namun yang dituju oleh Meng Xinghun
adalah orang yang terakhir.
Orang ini memiliki ilmu meringankan tubuh yang paling
tinggi, setelah cukup lama Meng Xing-hun baru dapat
mengejarnya. Kemudian dengan ringan Meng Xing-hun
menepuk pundak orang itu.
Orang ini sangat terkejut dan dia menoleh.
Dengan tertawa Meng Xing-hun melihat dia, tiba-tiba
dia menotok tenggorokan orang itu, sekejap melihat Meng
Xing-hun dia sudah roboh.
Totokan Meng Xing-hun cepat seperti kilat.
Dia menghadapi 2 orang yang menguntit Xiao He
dengan cara yang sama. Cara yang sangat sederhana, saking
sederhana hingga membuat orang tidak percaya. Memang
kadang-kadang cara yang sederhana malah cara yang paling
efektif. Cara yang digunakan oleh Lao-bo, juga cara yang sering
digunakan oleh Meng Xing-hun.
Orang yang berpengalaman biasanya memakai cara
sederhana. Xiao He terus berlari melewati kota Huang-su yang sepi.
Di sebuah toko kelontong yang ada di kota Huang-shi,
sebenarnya sudah tutup, tiba-tiba ada 2 orang yang muncul
keluar. Yang satu berkata, "Itulah dia!"
"Kita harus terus menguntit dia," kata Yang satu lagi.
Mereka memiliki ilmu meringankan tubuh yang sangat
tinggi dan mereka mengerahkan seluruh kemampuan
mereka. Mereka tidak takut kehabisan tenaga karena mereka tahu
di kota berikutnya sudah akan ada orang yang mengganti
mereka. Kali ini Lao-bo menguntit Xiao He dengan cara yang
sangat rumit. Walau bagaimana pun memakai dua cara sekaligus pasti
ada satu yang berhasil.
Bila Lao-bo sudah mengambil keputusan untuk
melakukan suatu hal dia pasti banyak cara, hingga saat ini
dia belum pernah gagal.
Begitu terbangun Sun Jian masih merasa sangat lelah.
Dia bukan orang yang terbuat dari besi apalagi
perempuan yang tidur di sisinya membuat dia kelelahan.
Sebenarnya dia masih ingin tinggal di tempat itu selama
2 hari lagi. Tapi saat itu ada suara aneh dari luar jendela.
Suara itu seperti suara suling yang membuat ular kobra


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menari, setelah berbunyi 2 kali baru berhenti.
Sun Jian langsung dapat membedakan, itu adalah tanda
darurat yang dikirim oleh Lao-bo. Mendengar suara bila
tidak langsung pulang, seumur hidupnya akan menyesal.
Tidak ada orang yang berani melakukannya, demikian pula
dengan Sun Jian.
Segera dia bangun dari tempat tidur kemudian memakai
sepatu, dia berani tidak mengenakan baju keluar rumah tapi
kakinya harus memakai sepatu, sepatu seperti nyawanya.
Tubuh Sun Jian seperti terbuat dari besi namun sepasang
kakinya sangat halus. Perempuan yang berada di tempat
tidur membalikkan tubuhnya dan menarik tangan Sun Jian.
"Apakah kau akan pergi?"
"Ya," jawab Sun Jian.
"Mengapa kau tega meninggalkanku?"
Jawabannya hanyalah sebuah tamparan.
Sun Jian tidak menyukai perempuan yang terlalu
mengekangnya. Begitu matahari terbit, Sun Jian sudah menunggang kuda
sejauh 200 li. Dia sangat cemas karena sudah lama Lao-bo
tidak pernah mengeluarkan tanda darurat ini. Dia tidak
dapat menebak apa yang telah terjadi.
Walaupun di sisi jalan ada orang yang menjual kue,
daging dan arak. Walaupun dia merasa lapar dan haus dia
tetap tidak berhenti.
Lao-bo adalah ayahnya juga temannya, untuknya dia
rela mati. Di dunia tidak ada yang bisa menghentikannya.
Matahari pagi menyinari jalan. Batu-batu yang berada di
jalan panasnya seperti baru diambil dari kuah.
Matahari musim gugur kadang-kadang lebih menyengat
dari musim panas.
Sun Jian melepas topi kemudian mengelap keringat.
Walaupun dia masih dapat bertahan tapi kudanya mulai
kelelahan. Kuda tidak sekuat dia. Sun Jian tidak perlu berlari dan
tidak ada yang memecut dia.
Sun Jian sedang mencari tempat untuk mengganti kuda
di sisi jalan. Tiba-tiba ada orang yang melempar sesuatu
benda. Itu adalah sebuah batu yang dibungkus kertas.
Tertulis di kertas itu, "Apakah kau ingin tahu siapa yang
hendak membunuh Lao-bo?"
Sun Jian menghentikan kuda dan loncat turun dari kuda.
Dia melihat ada orang yang bergerombol di bawah
pohon. Mereka semua dengan terkejut melihat Sun Jian.
Sun Jian pun tidak tahu siapa yang melempar batu itu.
Tiba-tiba dia melihat seraut wajah yang dikenalnya.
Dia langsung mengenal bahwa itu adalah kelompok
anjing. Orang-orang yang masuk ke dalam kelompok anjing
anggotanya paling sedikit dan ilmu meringankan tubuh
mereka sangat tinggi, juga jago menguntit.
Sun Jian melambaikan tangan menyuruh orang itu
menghampiri. Orang ini pasti sudah mengenal Sun Jian.
Dengan suara berat Sun Jian berkata, " Siapa yang kau
ikuti?" Orang itu tidak mau membocorkan tugasnya tapi dia
juga tahu sifat jelek Sun Jian. Apalagi dia bukan orang lain
melainkan anak Lao-bo.
Orang itu terpaksa memandang orang yang berada di
bawah pohon. Sun Jian mengikuti pandangannya, dia
sudah melihat ada Xiao He di sana.
Xiao He sedang duduk di bawah pohon, sedang makan
kue yang dibungkus oleh daging sapi. Xiao He sangat sulit
menggigit daging itu karena tangannya hanya berfungsi
sebelah. Walaupun Xiao He ingin cepat-cepat pulang namun dia
juga tidak mungkin di siang bolong seperti itu
menggunakan ilmu meringankan tubuh.
Apalagi dia sudah merasa haus, lapar juga sangat
kelelahan. Untung saja masih ada uang di dalam
kantungnya. Dia ingin menyewa sebuah kereta kuda dan
tidur di kereta kuda begitu terbangun dia sudah berada di
Kuai Huo Ling. Dia tidak takut, dikuntit orang karena dia mempunyai
kemampuan untuk melarikan diri. Walaupun Lao-bo tahu
dia sudah kabur dan menyuruh orang mengejarnya tapi
gerakan mereka tidak cepat baginya.
Dia merasa pelarian ini sangat seru.
Mereka mengira aku sudah mabuk, sedikit pun mereka
tidak curiga dan meninggalkanku sendiri di dalam kamar.
Sekarang mereka tahu bahwa aku pintar dan mampu.
Orang yang memiliki niat jahat kadang-kadang sikapnya
tidak dewasa. Licik dan dewasa sebenarnya dua hal yang
bertentangan. Xiao He merasa sangat senang dan hampir tertawa
sendiri. Belum sempat tertawa dia melihat seseorang yang
menghampirinya. Dia belum pernah melihat ada orang
yang begitu besar, begitu bersemangat. Saat dia berjalan
batu-batu di jalan sepertinya hancur diinjaknya. Ditambah
lagi dengan sepasang matanya yang seperti dua bola api
yang terbakar. Siapa pun yang dipandang oleh sepasang mata seperti itu
akan merasa gelisah.
Xiao He menggigit kue daging sapi itu tapi karena kaget
dia lupa untuk mengunyahnya.
Orang itu sudah berada di depannya dan terus
memelototinya, "Margaku Sun, di panggil Sun Jian."
Wajah Xiao He segera berubah daging dan kue yang
dipegang terlepas dari tangannya. Dia sudah tahu bahwa
dia adalah orang yang dicari. Bila bukan karena sudah
berbuat salah kepada Lao-bo saat mendengar namanya
orang itu akan terkejut.
Siapa yang tidak sopan kepada Lao-bo, dia harus mati.
Sun Jian tertawa sinis.
Xiao He sudah melihat mata Sun Jian yang galak, tibatiba
dia meloncat. Tangan yang tinggal satu itu mencekik
leher Sun Jian.
Kepandaian Xiao He dan Meng Xing-hun adalah satu
aliran, sangat kejam, tepat, dan cepat.
Begitu dipukul oleh pukulan Xiao He sangat jarang
orang bisa hidup.
Tapi sayang dia masih kalah cepat.
Biasanya bila dia bergerak semuanya akan mudah,
kadang-kadang hanya berbeda dalam hitungan detik saat
itulah penentuan antara hidup dan mati.
Tidak ada yang mengetahui seberapa cepat gerakan yang
dikeluarkan dan tidak ada yang mengakui bahwa dirinya
paling cepat. Cepat itu tidak ada batasnya. Bila kau cepat
masih ada orang yang lebih cepat darimu. Bila sekarang kau
yang paling cepat mungkin nanti akan ada orang yang lebih
cepat lagi darimu.
Xiao He tidak pernah mengetahui kecepatan
gerakannya.Sekarang dia sudah tahu.
Karena Sun Jian tidak mengelak sebaliknya dia malah
maju menghadang dan tepat menangkap tangan Xiao He.
Segera Xiao He mendengar suara lengannya patah tapi
dia tidak berteriak karena sebelah tangan Sun Jian yang lain
sudah memukul mukanya.
Giginya sudah pada copot dan darah segar mengalir dari
hidung Xiao He.
Orang yang berada di sisi jalan tampak terkejut hingga
mematung. Tidak ada orang yang pernah melihat orang yang begitu
kuat, galak, dan begitu cepat, langsung memukul lawannya
tanpa sempat mengeluarkan jurus terlebih dahulu.
Semua orang melihat kejadian itu sangat terkejut tapi
hanya ada seseorang yang tertawa sembunyi-sembunyi.
Orang itu adalah Gao Lao-da.
Semua kejadian sudah berada dalam perhitungannya.
Dia sangat percaya kepada dirinya sendiri.
Namun melihat keadaan Xiao He, dia juga merasa
sedikit kasihan.
Tapi laki-laki semacam Xiao He tidak pantas dikasihani
lebih-lebih tidak pantas dicintai. Dia berniat untuk
secepatnya melupakan dia, semakin cepat semakin baik.
Dulu Gao Lao-da tidak begitu kejam namun sekarang
dia tahu bila seseorang ingin hidup lebih baik dia harus
memiliki hati yang keras, lebih keras lebih baik.
Untuk kekayaan dan kemauan laksana cuka dan air. Bila
air ditambah cuka pasti akan berubah asam. Bila telah
memiliki kekayaan maka kemauan orang ini akan cepat
berubah. Sun Jian membanting Xiao He ke tanah, seperti seorang
kuli membanting karung yang dipanggulnya.
Karung dalam posisi berdiri namun karena Xiao He
tulang punggungnya sudah patah dia lemas seperti sebuah
karung kosong. Ooo)dw(ooO Lao-bo dengan diam memandang anaknya, wajahnya
sama sekali tidak ada ekspresi.
Lu Xiang-chuan sangat mengkhawatirkan Sun Jian.
Biasanya bila wajah Lao-bo tidak ada ekspresi itu
menunjukkan bahwa Lao-bo sedang marah.
Namun wajah Sun Jian masih tampak senang dan
berkata, "Aku sudah menangkap dan membawa pulang
orang ini."
"Di mana kau menemukan dia?" tanya Lao-bo.
"Dijalan."
"Di jalan banyak orang, mengapa tidak semua orang kau
tangkap dan bawa pulang?"
Sun Jian terpaku kemudian berkata, "Aku tahu bahwa
orang ini akan membunuhmu dan dia juga melarikan diri
dari tempat ini."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Ada yang memberitahu."
"Siapa?"
Sun Jian memperlihatkan batu yang dibungkus oleh
kertas. Lao-bo melihatnya tapi wajahnya tetap tidak
memperlihatkan ekspresi apa pun, kemudian dengan
perlahan dia berkata, "Hanya ada satu yang ingin
kutanyakan, siapa yang pernah melarikan diri dari sini?"
"Tidak ada seorang pun," jawab Sun Jian.
Lao-bo bertanya lagi, "Bila ada orang yang bisa
melarikan diri dari sini, artinya dia adalah orang macam
apa?" "Artinya dia adalah seorang yang sangat lihai."
"Bila dia orang yang sangat lihai, apakah pernah terpikir
olehmu dengan satu kali pukul saja kau sudah dapat
merobohkannya, bukankah itu sangat aneh?"
Sun Jian terpaku.
Sekarang Sun Jian baru menyadari bahwa Xiao He
bukanlah orang yang sangat lihai dan dia pun sudah
mengerti bahwa dia sudah diperalat oleh orang lain. Sun
Jian berharap Lao-bo marah kepadanya atau setidaknya
memukul dia seperti waktu dia kecil dulu. Perasaannya
mungkin akan terasa lebih baik.
Tapi Lao-bo tidak peduli.
Dia tidak peduli kepada Sun Jian, ini merupakan bentuk
hukuman dari Lao-bo. Tapi bagi Sun Jian hukuman seperti
ini malah lebih menyakitkan.
Lao-bo berkata kepada Lu Xiang-chuan, "Walaupun Sun
Jian sudah melakukan tindakan bodoh tapi bukan berarti
semua itu tidak ada gunanya."
Lu Xiang-chuan mengatupkan mulutnya, dalam keadaan
seperti itu dia tahu lebih baik jangan ikut campur dalam
urusan ayah dan anak.
Apalagi Lu Xiang-chuan sudah mengerti maksud Laobo.
Sebenarnya Lao-bo sengaja ingin membuat Sun Jian
marah. Bila Sun Jian marah dia akan kehilangan kendali dirinya.
Tenaga yang dikeluarkan pada saat dia marah membuat
orang takut bahkan Lao-bo pun takut kepadanya. Di dunia
jarang ada yang bisa bertahan terhadap kekuatannya.
Itulah yang dilakukan oleh Lao-bo di pagi hari.
Pagi-pagi Wan Peng-wang sudah mengantarkan empat
buah peti. Empat peti itu diisi oleh empat mayat dan
seorang yang masih hidup.
Tiap mayat wajahnya sudah tidak dapat dikenali lagi tapi
Lu Xiang-chuan dapat mengenal mereka. Mereka adalah
Wen Hu, Wen Bao, Wu Lao-dao, dan Dai-dai yang
telanjang bulat dan badannya penuh luka.
Xiao Wu sendiri disatukan di dalam peti dengan Dai-dai.
Walaupun Xiao Wu masih hidup tapi tulang-tulang di
seluruh tubuhnya sudah remuk.
Xiao Wu sangat menyesal mengapa hanya dia sendiri
yang masih hidup dan dia melihat istrinya diperkosa dan
dibunuh di depan matanya.
Begitu peti dibuka Lao-bo melihat sepasang mata Xiao
Wu. Bola matanya hampir keluar seperti seekor ikan yang
sudah mati dan mata ini terus memandang Lao-bo. Tidak
ada orang yang dapat menggambarkan kesedihan dan
kemarahan yang terpancar dari mata Xiao Wu.
Seumur hidup Lao-bo sudah terbiasa melihat mayat tapi
sekarang dia merasa ada hawa dingin yang muncul dari
tangan dan kakinya. Keringat dingin mulai mengalir.
Apalagi Lu Xiang-chuan, dia merasa ingin muntah. Lu
Xiang-chuan kagum kepada Lao-bo, dalam situasi seperti
ini Lao-bo masih bisa menatap langsung ke mata Xiao Wu
dan berkata, "Aku akan membalaskan dendammu."
Mendengar kata-kata Lao-bo mata Xiao Wu baru
menutup karena Xiao Wu percaya Lao-bo akan melakukan
semua yang dijanjikan kepadanya.
Saat mengingat wajah kelima orang yang sudah mati itu
Lu Xiang-chuan masih merasa mual.
"Paling sedikit kita dapat membuktikan orang she Ho itu
bukan orang suruhan Wan Peng-wang."
Lu Xiang-chuan mengangguk.


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sekarang Wan Peng-wang sudah berani menunjuk
hidungku dan mengajak perang. Bila orang itu adalah
suruhannya dia tidak akan membunuh orang itu untuk
menutup mulut."
Lu Xiang-chuan sangat terkejut, bila orang itu bukan
suruhan Wan Peng-wang lantas siapa yang menyuruh
pemuda itu" Hal itu tidak terpikirkan Lu Xiang-chuan.
Apakah Lao-bo masih memiliki musuh yang lain"
Lao-bo menarik nafas dan berkata, "Sebenarnya kita
masih dapat menyelidiki siapa orang itu tapi sayang...."
Dengan dingin Lao-bo memandang Sun Jian dan
berkata, "Sayang ada orang yang mengira dirinya paling
pintar akhirnya semua malah berantakan."
Nadi di dahi Sun Jian mulai bermunculan.
Lu Xiang-chuan dengan perlahan berkata, "Kita masih
bisa menyelidikinya perlahan-lahan."
"Hal itu bisa kita bicarakan nanti, sekarang kita harus
siap-siap untuk melakukan penyerangan kepada Wan Pengwang."
"Biar aku yang ke sana!" Teriak Sun Jian.
Lao-bo hanya tertawa dingin, "Kau yang ke sana" Untuk
apa" Dia sedang menunggumu mengantarkan nyawa."
Sun Jian menunduk. Orang yang di luar pintu pun dapat
mendengar suara tulangnya yang berderak.
"Wan Peng-wang menunggu kedatangan kita namun kita
tidak perlu ke sana. Dia bisa menunggu dan kita harus lebih
sabar menunggu."
"Benar," jawab Lu Xiang-chuan.
"Kira-kira mereka akan melakukan gerakan apa lagi?"
Lu Xiang-chuan tampak berpikir.
Lu Xiang-chuan tahu kapan dia harus pintar kapan dia
harus bodoh. "Besok adalah hari pemakaman saudara-saudara Tie
Cheng-gang, Wan Peng-wang menganggap bahwa kita akan
mengirim orang ke sana untuk mengucapkan bela
sungkawa dan dia akan melakukan penyerangan. Kita
harus membuat dia salah tafsir."
Belum habis kata-kata Lao-bo, Sun Jian sudah keluar
dari ruangan. Lao-bo tidak menggubrisnya sedangkan Lu
Xiang-chuan masih berpikir cara-cara menghadapi Wan
Peng-wang. Setelah lama Lao-bo baru berkata, "Apakah kau sudah
siap menghadapi pemakaman besok?"
Kata Lu Xiang-chuan, "Orang yang menggotong peti,
yang menggali lubang dan tosu-tosu yang diundang untuk
membacakan doa. Semua sudah digantikan oleh orangorang
kita, yang kita takutkan adalah Wan Peng-wang
malah tidak melakukan tindakan apa pun."
"Sun Jian pasti mempunyai cara membuat Wan Pengwang
bertindak," kata Lao-bo.
"Begitu melihat Sun Jian di sana, mereka pasti akan
langsung bertindak."
"Sepertinya kali ini Wan Peng-wang tidak akan keluar
sendiri karena itu aku juga tidak akan muncul di depan
umum," kata Lao-bo.
"Tapi aku ingin ke sana melihat-lihat," kata Lu Xiangchuan.
Jawab Lao-bo tegas, "Kau tidak dapat pergi, begitu
mereka melihatmu mereka bisa langsung menebak bahwa
kita sudah mempersiapkan semuanya, apalagi...."
Pandangan Lao-bo dengan perlahan pindah ke Xiao He
yang masih pingsan dan berkata, "Kau masih ada tugas
lain." "Ya."
"Aku yang akan menghadapi Wan Peng-wang dan kau
yang menelusuri siapa bos orang ini. Walau pakai cara apa
pun aku berharap hal ini tidak diketahui oleh orang ketiga."
Lu Xiang-chuan menatap Xiao He dengan lama
kemudian berkata, "Asalkan dia tidak meninggal aku masih
memiliki cara lain."
LuXiang-chuan berkata lagi, "Aku tidak akan
membiarkan dia mati begitu saja."
Tie Cheng-gang mengenakan baju putih-putih. Baju ini
biasanya dipakai oleh orang yang menghadiri upacara
pemakaman. Luka-luka Tie Cheng-gang belum sembuh tapi
semangatnya sudah kembali. Yang membuat heran adalah
dia tidak terlihat berduka atau bersedih.
Di hadapan Tie Cheng-gang ada peti mayat saudarasaudaranya,
dengan diam memandang mayat saudarasaudaranya.
Tie Cheng-gang tidak meneteskan air mata, dia
terlihat begitu tabah.
Orang yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa
tidak banyak tapi Tie Cheng-gang tidak peduli dengan
mereka. Pandangan Tie Cheng-gang tidak pernah bergeser dari
peti mati itu. Hari sudah siang, angin musim gugur tidak begitu dingin
tapi membuat orang menjadi sedih.
Tiba-tiba Tie Cheng-gang membalikkan tubuhnya
menghadapi orang-orang yang datang untuk mengucapkan
bela sungkawa dan berkata, "Saudara-saudaraku semua
dibunuh dan difitnah sedangkan aku sendiri melarikan diri
seperti seekor anjing."
Tidak ada ucapan terima kasih kepada orang-orang itu
atau pun kata-kata yang sedih. Begitu mulai percakapan
sudah berkata seperti itu. Apa maksud semua itu" Tidak ada
seorang pun yang tahu karena itu orang-orang di sana
hanya bisa terdiam.
Tie Cheng-gang terus berkata, "Aku melarikan diri
bukan karena takut mati melainkan aku menunggu hingga
hari ini. Untuk membersihkan nama baik mereka, sekarang
nama baik mereka sudah pulih aku pun tidak mempunyai
alasan untuk bertalian hidup...."
Sebelum habis kata-katanya dia sudah mengeluarkan
sebilah pisau. Pisau itu sangat tajam, dia langsung menggorok lehernya
sendiri. Perubahan ini terlalu cepat, begitu cepatnya hingga tak
dapat dicegah oleh orang-orang di sana.
Darah segar sudah menetes ke mana-mana namun
tubuhnya masih tegak berdiri. Setelah lama baru roboh di
atas peti mati saudara-saudaranya.
Saat dia roboh orang-orang baru sadar dan berteriakteriak.
Ada yang mundur dan ada yang maju ke depan.
Hanya Sun Jian yang tidak bergerak dan tidak berdiri di
antara orang-orang itu.
Sun Jian melihat ada 4 orang yang akan menabraknya
tapi dia sama sekali tidak berkelit.
Tiba-tiba 4 orang ini berbarengan mengeluarkan pisau.
Empat pisau dari empat arah berbarengan menusuk Sun
Jian. Sekejap mereka sudah dekat dengan Sun Jian, ujung
pisau hampir mengenai baju Sun Jian.
Tiba-tiba Sun Jian mengayunkan kepalan tangannya.
Kepalan tangan memukul wajah salah satu dari mereka dan
tangan yang satu menyikut wajah yang lain.
Begitu dia mengayunkan kepalan tangan dan 4 orang itu
sudah roboh. Masih ada 20 orang lebih yang berkain putih terikat di
tangan sebelah kanan.
Tiba-tiba dari kerumunan orang itu ada yang berteriak,
"Perhatikan orang-orang yang masih ada tali putih di
tangan sebelah kanan."
Orang yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa
kebanyakan mengikat tali kain putih di tangannya. Tapi
kebiasaan mengikat adalah di tangan kiri dan 4 orang itu
mengikat di sebelah kanan.
Tiba-tiba kerumunan orang bubar hanya tersisa 20 orang
yang berdiri di tengah-tengah.
Sun Jian berdiri di antara ke 20 orang itu.
Suara teriakan sudah berhenti, orang yang menggotong
peti mati, yang menggali lubang dan biksu-tosu sudah
berbarengan menghadapi kedua puluh orang ini. Tangan
mereka masing-masing memegang sebilah pisau.
Terdengar suara teriakan yang berbarengan dari ke 20
orang. Suara itu begitu menakutkan.
Tersisa 3 orang yang belum tumbang. Ketiga orang itu
paling dekat dengan Sun Jian. Orang tidak membunuh
mereka karena mereka menyisakan untuk dibunuh oleh Sun
Jian. Sun Jian memelototi mereka.
Ketiga orang itu tampak gemetaran dan baju mereka
sudah basah oleh keringat dingin. Dan basahnya seperti
disiram air. Di antara mereka ada satu orang yang membungkukkan
badan dan segera tercium ada bau yang menyengat.
Ternyata celananya sudah basah kemudian dia dengan
berlutut dan menangis berkata, "Aku bukan teman-teman
mereka...."
Kata-katanya belum selesai, orang yang berada di sisinya
sudah mengayunkan pisau memenggal kepalanya.
Kepalanya jatuh terguling ke tempat jauh tapi matanya
masih meneteskan air mata.
Yang seorang lagi terkejut hingga tercengang.
Orang yang mengayunkan pisau berteriak, "Mati ya
mati, tidak perlu disesali."
Dia sudah mengangkat pisau dan ingin menggorok
lehernya sendiri.
Tiba-tiba Sun Jian mengeluarkan tangannya dan
memegang pergelangan tangan orang itu.
Tulang pergelangan tangannya hancur dan pisau pun
terjatuh, karena kesakitan air mata pun mengalir. Dengan
suara serak dia berkata, "Mengapa aku tidak boleh mati?"
"Tidak boleh," jawab Sun Jian.
Wajah orang itu karena kesakitan sudah berubah dengan
tenaga yang tersisa dia bertanya, "Kau mau apa?"
Mulut Sun Jian tidak menjawab, yang menjawab adalah
tangannya. Tangan Sun Jian tidak berhenti, dalam waktu singkat
tulang-tulang orang ini sudah pada remuk.
Kemudian Sun Jian membalikkan badan melihat wajah
orang yang kaget itu dan berkata, "Suruh orang ini pulang,
beri tahu Wan Peng-wang, bagaimana cara Wan Pengwang
memperlakukan kami maka kami akan membalas 10
kali lipat dengan cara yang sama."
Pertarungan ini dimenangkan oleh Sun Jian tapi
kemarahannya belum reda. Sun Jian merasa sedikit heran
pertarungan ini sangat penting tapi Wan Peng-wang tidak
mengerahkan orang andalannya.
Darah sudah meresap masuk ke dalam tanah, mayat pun
berubah semakin kaku.
Orang yang disuruh Lao-bo sedang membersihkan
tempat pertarungan tadi, dengan perlahan Sun Jian
mendekati mayat Tie Cheng-gang.
Walaupun mayat Tie Cheng-gang tergeletak di peti mati
tapi dalam perasaan Sun Jian, Tie Cheng-gang masih dalam
keadaan berdiri dan tegak.
Tie Cheng-gang adalah temannya, benar-benar
temannya. Walaupun Tie Cheng-gang sudah meninggal tapi
kematiannya akan selalu dikenang oleh orang dunia
persilatan. Tiba-tiba Sun Jian merasa air matanya sudah penuh
dengan perlahan dia berlutut. Seumur hidupnya belum
pernah dia berlutut, walaupun orang itu masih hidup atau
sudah meninggal tidak akan membuat dia berlutut.
Namun sekarang dia dengan rela berlutut karena hanya
dengan berlututlah hal itu menggambarkan
penghormatannya kepada Tie Cheng-gang.
Angin berhembus.
Awan hitam menutup sinar bulan. Di bumi tampak sepi
dan gelap. Sun Jian menutup matanya kemudian berdoa.
Baru saja dia memejamkan matanya tiba-tiba dia
mencium wangi yang sangat aneh. Wangi ini. keluar dari
peti mati di mana Tie Cheng-gang roboh tadi.
Sun Jian marah dan dia mengayunkan tangannya
kemudian menghancurkan peti mati itu. Dari peti itu keluar
teriakan kaget.
Sebilah pedang mengikuti suara teriakan kaget menusuk
dari peti yang sudah hancur.
Walaupun Sun Jian mengelak tapi tubuhnya terasa lemas
tidak bertenaga, tubuhnya tidak dapat dikendalikan lagi
olehnya. Sebilah pedang secepat kilat berkelebat, pedang itu sudah
berhasil menusuk dadanya dan menembus hingga ke
punggungnya. Darah segar mengalir hingga ke ujung pedang.
Darah Sun Jian pun seperti darah yang lain berwarna
merah segar. Matanya karena marah hingga menonjol keluar dan terus
memelototi orang yang memegang pedang itu. Darah pun
mengalir juga dari sudut matanya yang sobek kemudian
mengalir ke wajahnya.
Orang yang memegang pedang itu begitu menyerang
tepat dan cepat pada sasaran, dalam waktu, yang singkat
berusaha meloloskan diri. Dari sudut matanya dia masih
sempat melihat Sun Jian, tapi segera dia merasa tangannya
terasa lemas dan terjatuh.
Setelah rasa lemasnya mulai hilang dia sudah melihat
ada cahaya pisau yang berseliweran. Pisau itu sudah
memotongnya menjadi seperti daging cincang.
Tidak ada yang mengeluarkan suara dan tidak ada
seorang pun yang bergerak. Sepertinya nafas pun ikut
berhenti. Semua orang terus memandang mayat Sun Jian, mereka
merasa tangan dan jari menjadi dingin begitu pula dengan
jari kaki. Keringat dingin menetes dari punggung.
Sun Jian benar-benar sudah meninggal, orang yang
begitu kuat seperti Sun Jian dapat mati juga.
Tidak ada yang percaya namun semua ini memang harus


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipercaya karena mereka melihat dengan mata kepala
sendiri. Tidak ada orang yang berani membawa mayat Sun Jian
ke hadapan Lao-bo.
Siapa orang yang di dalam peti mati" Mengapa bisa
bersembunyi di dalam peti mati itu"
Ini tidak mungkin.
Karena di dalam kereta jenazah semua sudah diganti
oleh orang-orang Lao-bo.
Di antara mereka beberapa orang mengalihkan
pandangan dari mayat Sun Jian kepada orang yang ada di
depan. Dua orang itu adalah penggotong peti mati.
Semua orang sekarang memelototi mereka berdua dan
setiap pasang mata menyorotkan kebencian dan
kemarahan. Kedua orang itu tampak gemetaran hingga tulangnya
seperti lepas. Tiba-tiba mereka berdua berteriak, "Ini bukan
ide kami. Ini semua ide...."
Saat itu juga ada sebuah suara yang terdengar berwibawa
berteriak, "Bunuh!"
Ooo)dw(ooO Lao-bo seperti patung.
Di depannya ada sebuah peti. Yang terbaring di dalam
peti adalah mayat anaknya.
Pedang masih berada di dada Sun Jian.
Lao-bo sangat mengerti anaknya. Lao-bo tidak percaya
di dunia ini ada orang yang dapat menusuk dada Sun Jian
dengan pedang. Siapa yang menusuk Sun Jian"
Siapa yang memiliki kepintaran yang begitu tinggi"
Di gunung itu sebenarnya apa sudah terjadi"
Tidak ada yang tahu karena semua orang yang pergi ke
gunung itu tidak ada yang hidup. Dengan diam Lao-bo
berdiri, wajahnya tidak ada ekspresi apa pun.
Tiba-tiba air matanya mengalir. Lu Xiang-chuan pun
menunduk. Dulu dia tidak berani melihat Lao-bo sekarang dia pun
masih tidak berani memandang Lao-bo. Orang seperti Laobo
pun bisa menangis artinya hal ini sangat menyedihkan
dan menakutkan.
Hati Lao-bo sudah hancur berkeping-keping sudah lama
dia belum pernah melakukan kesalahan. Tapi kesalahan
sudah terjadi satu kali.
Kesalahan ini sudah membuat anak laki-laki satusatunya
mati. Sampai sekarang pun dia belum tahu di mana
letak kesalahannya.
Mungkin kesalahan yang sama akan terulang lagi.
Memikirkan hal itu tubuh Lao-bo menjadi kaku dan beku.
Perkumpulan Lao-bo sebenarnya sangat sempurna.
Sempurna seperti sebuah telur tapi sekarang kumpulan ini
ada celahnya. Walaupun celah ini seperti lubang jarum
namun akan membuat telur putih atau kuning menetes
hingga habis. Bila isi telur sudah habis maka telur ini akan
kosong. Walaupun tidak pecah telur ini sudah tidak
berharga lagi. Lao-bo rela mengorbankan segalanya untuk mencari
celah ini, namun dia tidak menemukannya.
Malam sudah tiba tapi tidak ada orang yang menyalakan
lampu. Semua orang sepertinya sudah bercampur dalam
kegelapan. Kemungkinan tiap orang yang ada di sana yang
membuat celah itu.
Hanya seorang yang dapat dipercaya.
Lao-bo membalikkan badan mengeluarkan perintah
singkat, "Pergi, carilah Han Tang!"
Ooo)dw(ooO BAB 5 Han Tang tidak mirip dengan orang yang senang
memelihara ikan, namun pada kenyataannya dia memang
memelihara ikan. Ikan yang dipeliharanya cukup banyak.
Ada yang dipelihara di akuarium, kadang-kadang dia
memeliharanya di sebuah mangkuk arak.
Dia menghabiskan waktunya diam di sisi kolam atau
duduk di sisi akuarium memandangi ikan-ikan yang
berenang hilir mudik.
Saat itulah dia melupakan kesulitan dan dia merasa
dirinya seperti, seekor ikan yang berenang dengan tenang.
Dia pun pernah memiliki keinginan untuk memelihara
burung. Burung dapat terbang dengan bebas dari pada ikan
yang hanya berenang, tapi sayang dia tidak dapat
memelihara burung di alam bebas. Namun bila burung
dikurung di dalam sangkar maka akan hilang
kebebasannya, dan dia bukan lagi sebagai seekor burung
yang bebas. Dia lebih menyukai memelihara ikan. Orang yang
senang memelihara ikan adalah orang yang kesepian. Han
Tang pun seperti itu.
Dia tidak memiliki keluarga, tidak mempunyai teman
maupun pelayan. Karena dia adalah orang yang tidak mau
didekati orang dan juga tidak mau mendekati orang lain.
Dia menganggap di dunia tidak ada orang yang dapat
dipercaya, kecuali Lao-bo.
Tidak ada orang yang setia kepada Lao-bo melebihi
dirinya, bila dia mempunyai ayah, demi Lao-bo dia rela
membunuh ayah kandungnya sendiri.
Han Tang pun senang memancing. Cara memancingnya
sama seperti orang lain hanya tujuannya tidak sama. Dia
senang melihat ikan yang menggelepar di pancingannya.
Tiap ikan cara menggeleparnya tidak sama seperti orang
bila menghadapi kematian, ekspresi tiap orang tidak sama.
Dia senang melihat ikan menggelepar di dalam
pancingannya, dia pun senang melihat orang menggelepar
menjelang kematiannya.
Namun sampai hari ini dia belum pernah melihat orang
yang tidak takut menghadapi kematian. Mungkin hanya
Lao-bo yang mampu. Dalam hati Han Tang, Lao-bo bagai
seorang dewa. Walau Lao-bo melakukan apa pun dia tetap
menganggap semuanya benar. Walau Lao-bo
memperlakukan dia seperti apa pun dia tidak akan marah.
Kadang dia pun tidak tahu mengapa Lao-bo melakukannya
tapi dia yakin Lao-bo pasti memiliki alasan yang khusus.
Dia sering membunuh orang namun Lao-bo tidak senang
membunuh orang. Bila kesepian dia akan datang ke kolam
ikan. Oleh karena itu dia sering melampiaskan keinginan
membunuhnya kepada ikan.
Kadang kala dia menaruh ikan ke dalam sebuah sangkar
dan menjemurnya di bawah sinar matahari. Dan ikan itu
akan mati perlahan-lahan. Dia sangat menikmati pada saat
ikan itu mulai mati perlahan-lahan, demikian juga
perasaannya kepada orang.
Seringkali dia berpikir bila kematian menjemputnya,
apakah saat itu akan seru"
Orang senang memelihara ikan di pekarangan atau di
belakang rumah. Selain memelihara ikan mereka memiliki
pekerjaan yang lain. Orang lebih mementingkan pekerjaan
dari pada memelihara ikan. Tapi untuk orang yang betulbetul
senang memelihara ikan, mereka menganggap
memelihara ikan adalah hal yang sangat penting,
Orang yang senang memelihara ikan biasanya memiliki
sifat yang aneh. Mencari orang yang aneh tidaklah sulit bagi
seorang Meng Xing-hun.
Akhirnya Meng Xing-hun menemukan tempat Han
Tang. Matahari senja menyinari kolam ikan dan tampak
berkilauan. Meng Xing-hun pun berada di bawah matahari senja.
Dia melihat ada orang yang sedang duduk di sisi kolam,
pancingan ditarik dan sudah ada seekor ikan yang
terpancing. Orang itu sedang menikmati ikan yang sedang
menggelepar- di pancingannya. Meng Xing-hun tahu orang
itu tidak salah lagi adalah. Han Tang. Dia sudah sering
berpikir bagaimana cara menghadapi Han Tang. Tapi
sampai hari ini tidak ada satu cara yang bisa dipakai.
Akhirnya Meng Xing-hun memilih cara yang paling
mudah dan langsung. Dia bersiap menghadapi Han Tang
langsung kemudian membunuhnya. Bila tidak ada
kesempatan terbunuh pun tidak menjadi masalah.
Membunuh orang seperti Han Tang harus berani
mempertaruhkan nyawa, bila tidak dengan cara apa pun
tidak akan ada gunanya.
Sekarang Meng Xing-hun sudah bertemu dengan Han
Tang dan langsung menghampirinya. Dia membunuh Han
Tang semua ini demi Gao Lao-da dan juga dirinya sendiri.
Orang yang selalu mencari sesuatu, dalam hatinya selalu
merasa sedih, walaupun dia selalu mencari sesuatu namun
dia sendiri tidak tahu apa yang dicarinya. Terus menerus
mencari malah membuatnya merasa kelelahan. Meng Xinghun
sudah lelah. Dia berharap setelah membunuh Han
Tang dia akan kembali seperti dulu.
Tiap orang pasti berharap mendapat lawan yang kuat
dan dapat menandinginya, untuk hal ini mereka rela
mengorbankan apa pun.
Saat Meng Xing-hun mendekati Han Tang hatinya
sangat tegang sekaligus gembira seperti seorang prajurit
yang berada di medan tempur untuk pertama kalinya.
Langkah Meng Xing-hun begitu ringan seperti seekor
kucing yang mengendap-endap hendak menangkap seekor
tikus. Dia tidak sengaja meringankan langkahnya semua ini
karena dia sudah terbiasa berjalan seperti itu. Melatih
langkah yang begitu ringan bukan hal yang mudah.
Han Tang tidak membalikkan tubuhnya juga tidak
mengangkat kepalanya, dia pun tidak mengalihkan
pandangannya dari kolam. Ikan yang berada dalam
pancingan Han Tang sudah berhenti menggelepar karena
ikan itu sudah mati.
Tiba-tiba Han Tang bertanya, "Apakah kau kemari
untuk membunuhku?"
Meng Xing-hun menghentikan langkahnya. Han Tang
tidak melihatnya dan Meng Xing-hun belum sempat bicara
padanya. Apakah orang ini bisa mencium hawa membunuh dari
Meng Xing-hun"
"Kau sudah membunuh berapa orang?" tanya Han Tang.
"Sangat banyak," jawab Meng Xing-hun. "Pasti sudah
sangat banyak, bila tidak langkah kakimu tidak akan begitu
ringan." Han Tang tidak senang bicara bertele-tele. Namun di
balik semua itu dia mempunyai maksud lain. Hanya orang
yang memiliki hati tenang mala langkah kakinya bara
begitu ringan. Orang yang berniat membunuh hatinya tidak
akan tenang. Apalagi niat Meng Xing-hun ke sini adalah
untuk membunuh Han Tang hatinya lebih tidak tenang lagi.
Walaupun Han Tang tidak mengutarakannya tapi Meng
Xing-hun sudah tahu maksudnya. Dia mengakui bahwa
Han Tang adalah orang yang sangat menakutkan.
"Apakah kau sudah tahu siapa aku?" tanya Han Tang.
"Aku tahu!"
Tiba-tiba Han Tang mengatakan sesuatu yang aneh,
"Baiklah kalau begitu mari kita memancing."
Undangan ini sangat tiba-tiba, aneh, jarang ada orang
yang mengundang orang yang akan membunuhnya. Dan
ajakan seperti ini tidak ada yang mau menerimanya. Tapi
Meng Xing-hun berjalan menghampirinya, kemudian
duduk dalam jarak beberapa meter dari Han Tang.
Tangan Han Tang masih memegang beberapa batang
alat pancing begitu dilempar pancingan itu jatuh ke
hadapan Meng Xing-hun.
Meng Xing-hun menangkapnya kemudian
mengucapkan, "Terima kasih!"
"Biasanya kau memakai umpan apa untuk memancing?"
"Biasanya aku memakai 2 macam umpan."
"Umpan macam apa?"
"Yang satu adalah umpan yang paling disukai oleh ikan
dan semacam lagi adalah umpan yang aku sukai," jawab
Meng Xing-hun. "Keduanya sangat baik," Han Tang Mengangguk.
"Lebih baik lagi bila tidak memasang umpan dan
membiarkan itu memancingku."
Han Tang terdiam. Sampai saat ini dia belum melihat
wajah Meng Xing-hun dan tidak ada niat untuk melihat
Meng Xing-hun. Namun Meng Xing-hun ingin melihat Han Tang. Wajah
Han Tang sangat biasa, hidung, mata, mulut pun biasa. Dia
seperti orang biasa yang Meng Xing-hun temui sehari-hari.
Wajah yang biasa ini bila dipasang di tubuh orang lain
tidak akan diperhatikan oleh siapa pun. Tapi karena
dipasang di tubuh Han Tang, hal itu sudah bukan hal yang
biasa lagi, melihat Han Tang hati Meng Xing-.hun serasa
tertekan dan dia merasa takut. Hampir membuat Meng
Xing-hun tidak dapat bernafas.
Meng Xing-hun mulai memasang pancingannya.
Tiba-tiba Han Tang berkata, "Kau lupa memasang
umpan." Meng Xing-hun sangat terkejut setelah lama dia baru
menjawab, "Aku sudah bilang bila memancing aku tidak
pernah menggunakan umpan."
"Kau salah, jika tidak ada umpan maka tidak akan ada
ikan." Meng Xing-hun memegang pancingannya dengan
erat dan dia berkata, "Dapat atau tidak mendapatkan itu
tidak jadi masalah asal aku dapat memancing."
Han Tang mengangguk dan berkata, "Betul juga."
Tiba-tiba Han Tang membalikkan tubuh dan melihat
Meng Xing-hun, pandangan Han Tang seperti paku sudah
memaku Meng Xing-hun hingga ke dalam daging dan
talangnya. Meng Xing-hun merasa wajahnya menjadi beku.
"Siapa yang menyuluhmu ke sini?" tanya Han Tang.
"Aku sendiri yang mau."
"Apakah kau sendiri yang akan membunuhku?"
"Benar."


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa?"
Meng Xing-hun menolak untuk menjawab karena
memang tidak perlu untuk menjawabnya, dia yakin Han
Tang sendiri sudah mengerti.
Setelah lama Han Tang baru mengangguk kemudian
berkata, "Aku tahu siapa kau."
Meng Xing-hun terperanjat, "Oh?"
"Dalam beberapa tahun ini telah muncul seorang
pembunuh yang sangat menakutkan, dia membunuh orang
yang sulit dibunuh."
"Oh?"
"Dan yang pasti pembunuh itu adalah kau." Meng Xinghun
hanya terdiam. Diam artinya Meng Xing-hun
mengakuinya. "Bila kau ingin membunuhku,sekarang masih belum
dapat kau lakukan," kata Han Tang.
"Mengapa?"
"Pembunuh jarang ada yang pintar tapi kau sangat
pintar, cara berpikirmu pun sangat tinggi dan cenderung
aneh." Meng Xing-hun terus mendengarkan.
Kata Han Tang lagi, "Karena cara berpikirmu aneh dan
tinggi karena itu kau tidak pernah bisa menjadi pembunuh
yang baik. Seorang pembunuh tidak boleh terlalu pintar dan
seorang pembunuh bukan tipe orang yang suka berpikir."
"Mengapa?" tanya Meng Xing-hun.
"Karena orang yang pintar pada saat membunuh dia
akan merasa takut."
"Bila aku takut aku tidak akan kemari."
Han Tang berkata lagi, "Datang ke sini adalah hal yang
berbeda dan takut pun adalah hal yang berbeda juga."
"Kau menganggapku takut, aku takut apa?" tanya Meng
Xing-hun. "Kau takut kepadaku, kau ingin membunuhku tapi kau
juga tahu aku lebih kuat darimu."
Pandangan matanya sangat tajam dan dengan perlahan
dia berkata, "Karena takut itulah kau akan melakukan
kesalahan."
Meng Xing-hun bertanya dengan penasaran, "Kesalahan
apa?" "Pertama, kau lupa memasang umpan. Kedua, kau tidak
melihat pancingan itu sudah terpasang umpan."
Telapak tangan Meng Xing-hun keluar keringat dingin.
Dia merasa pancingannya bergoyang, artinya ada ikan yang
terpancing. Bila pancingan itu dapat menangkap ikan
berarti pancingan itu memang sudah ada umpan sejak tadi.
Kalau pancingan itu memang sudah ada umpan artinya
Meng Xing-hun benar-benar takut pada Han Tang. Bila
tidak takut kepada Han Tang dia pasti melihat bahwa
pancingan itu memang sudah ada umpannya.
Kata Han Tang lagi, "Seorang pembunuh tidak boleh
melakukan kesalahan apalagi kau sudah melakukan
kesalahan sebanyak dua kali."
Meng Xing-hun tiba-tiba tertawa dan berkata,
"Melakukan, kesalahan satu kali saja sudah fatal dan
melakukan kesalahan dua kali adalah, mati."
"Kematian sebenarnya tidak boleh dijadikan mainan."
Meng Xing-hun hanya tertawa.
"Mengapa kau tertawa?" tanya Han Tang.
"Aku tertawa karena kau pun sudah melakukan
kesalahan."
"Oh!" Seru Han Tang.
Kemudian Meng Xing-hun melanjutkan lagi,
"Sebenarnya kau tidak perlu memberitahu kata-kata tadi
kepadaku karena kau sudah menceritakannya maka kau
pun sudah melakukan kesalahan."
Karena merasa aneh Han Tang bertanya, "Di mana letak
kesalahanku?"
"Kau mengatakan semua ini sebab kau tidak sanggup
membunuhku dan kau berusaha membuatku menjadi
takut." Pancingan Han Tang pun bergerak namun dia tidak
mengangkatnya. Kata Meng Xing-hun lagi, "Pengalamanmu lebih
banyak, hatimu pun lebih kejam dari diriku. Pada saat
menyerang aku tidak secepat dirimu semua ini sudah aku
pikirkan."
"Bila semua sudah kau pikirkan, mengapa masih datang
ke sini?" "Karena aku masih mempunyai kelebihan lain."
"Oh!"
Kata Meng Xing-hun melanjutkan lagi, "Aku lebih muda
dari dirimu."
"Lebih muda bukan kelebihan tapi kekurangan."
Meng Xing-hun membantah, "Anak muda memiliki
tenaga dan stamina lebih kuat."
"Stamina?"
"Pembunuh profesional tidak akan melakukan hal yang
tidak dapat dia lakukan. Kau tidak dapat membunuhku, itu
artinya kau belum mulai."
Han Tang tertawa dingin. Wajah Han Tang selalu tidak
menunjukkan perasaan, yang ada hanyalah tawa dingin.
Bisa membuat orang seperti Han Tang menunjukkan
perasaannya artinya cara itu sangat tepat, paling sedikit
sudah mengenai titik kelemahannya.
Meng Xmg-hun menyambung lagi, "Kau selalu
menungguku lengah pada saat itu kau akan langsung
menyerang namun aku tidak akan memberi kesempatan,
karena, itu kita harus saling menunggu. Siapa yang kuat dia
yang akan menang."
Han Tang terdiam lama baru berkata, "Kau adalah orang
yang menarik."
"Menarik?"
"Aku belum pernah membunuh orang seperti dirimu."
Meng Xing-hun berkata, "Tentu saja sebab orang
sepertimu tidak akan sanggup membunuh orang seperti
diriku." Han Tang tampaknya sedang berpikir dan sepertinya dia
tidak mendengar kata-kata Meng Xing-hun, setelah lama
dia baru berkata, "Aku belum pernah membunuh orang
seperti dirimu tapi aku pernah bertemu dengan orang seperti
dirimu." Meng Xing-hun hanya bisa mengucapkan, "Oh."
"Orang seperti dirimu tidak banyak, tapi aku benar
pernah bertemu dengan orang seperti dirimu," kata Han
Tang. "Siapakah?" tanya Meng Xing-hun.
"Ye Xiang."
Memang benar Han Tang mengenal Ye Xiang. Hal ini
dapat ditebak oleh Meng Xing-hun. Tapi dia tidak dapat
menebak dari mana mereka bisa saling mengenal" Dan
mereka memiliki hubungan apa"
Han Tang terus berkata, "Dia sangat tenang, cepat, dan
pemberani. Siapa pun yang dibunuh olehnya, dalam sekali
pukul langsung melayang jiwanya. Dalam hal membunuh
tidak ada yang lebih baik dari dirinya."
Meng Xing-hun pun berkata, "Memang dia orang seperti
itu." "Apakah kau mengenalnya?"
Meng Xing-hun mengangguk.
Meng Xing-hun tidak ingin berbohong karena dia tahu
bahwa Han Tang tidak suka dibohongi. Sekarang Han Tang
adalah musuhnya namun Meng Xing-hun merasa entah
mengapa di depan oramg ini dia selalu mengatakan yang
sebenarnya. Orang yang mampu membuat Meng Xing-hun
mengatakan hal yang sebenarnya tidak banyak.
"Kalian pasti saling mengenal, aku sudah dapat
menebaknya dan kalian datang dari tempat yang sama."
"Bagaimana kau tahu kami datang dari mana?" tanya
Meng Xing-hun. Han Tang menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata,
"Aku belum pernah menanyakannya karena aku tahu dia
tidak akan pernah mengatakannya."
"Di mana kau mengenalnya?" tanya Meng Xing-hun.
"Dia adalah satu-satunya orang yang dapat lolos dari
tanganku."
Meng Xing-hun menanggapi, "Aku percaya hal itu"
"Aku tidak membunuhnya bukan karena aku tidak
sanggup melainkan aku yang tidak mau."
"Mengapa?" tanya Meng Xing-hun.
"Semua perkerjaan membunuh bukan hanya kita saja,
kecuali perkerjaan pembunuh, di dunia ini pembunuh
profesional tidak banyak, Ye Xiang adalah salah satunya."
"Kau membiarkan Ye Xiang hidup karena kau ingin dia
membunuh orang lebih banyak lagi," Tanya Meng Xinghun.
"Benar."
"Kau salah!"
"Apa yang salah?"
"Sekarang ini dia sudah tidak berani membunuh orang
lagi." "Mengapa?" tanya Han Tang heran.
"Karena kau sudah menghancurkan rasa percaya
dirinya." Sekarang Meng Xing-hun tahu mengapa Ye Xiang bisa
seperti itu. Setelah lama Han Tang baru mengangguk dan berkata,
"Benarkah dia sudah tidak sanggup membunuh lagi"
Seharusnya waktu itu dia langsung kubunuh saja."
Han Tang mengangkat kepalanya dan memandang
Meng Xing-hun kemudian dia berkata, "Hari ini aku tidak
akan melakukan kesalahan yang sama, aku tidak akan
membiarkanmu hidup pada saat keluar dari sini."
Meng Xing-hun hanya menjawab, "Aku tidak akan
menyalahkanmu untuk hal ini karena aku pun tidak akan
membiarkanmu hidup...."
Tiba-tiba Meng Xing-hun menutup mulutnya. Mulut
Han Tang pun sepertinya menjadi kaku. Karena mereka
mencium gerakan yang membawa hawa darah.
Bila ikan berada di antara gunung.
Senja sudah tiba.
Mereka berdua melihat ada 2 orang masuk. Dua orang
ini penuh dengan darah, seluruh tubuh tidak ada yang tidak
ternoda oleh darah. Bisa bertalian hidup sampai ke tempat
itu hanya karena mereka masih ingin terus hidup. Karena
keinginan hidup membuat mereka bisa melakukan hal yang
tidak mungkin. Tiba di depan Han Tang barulah mereka roboh. Han
Tang masih memandang pancingannya, sepertinya langit
runtuh pun tidak akan membuatnya gentar.
Meng Xing-hun melihat kedua orang itu, di antaranya
ada seseorang dengan sorot mata meminta dan dengan
suara terengah-engah dia berkata, "Tolong, sembunyikan
kami. Di belakang ada yang mengejar...."
Yang lainnya berkata, "Kami adalah orang-orang
suruhan Lao-bo, karena kecerobohan anak laki-laki Lao-bo,
Sun Jian jadi terbunuh."
Meng Xing-hun melihat Han Tang, dia menyangka
setelah mendengar berita ini, Han Tang akan bertanya
sesuatu. Sepertinya Han Tang tidak mendengarkan ucapan
mereka. Orang itu berkata lagi, "Kami bukan orang penakut tapi
kami harus memberitahu kabar ini kepada Lao-bo."
Yang seorang lagi berkata, "Asal kau mau membantu
kami, Lao-bo pasti akan sangat berterima kasih kepada
tuan-tuan. Tuan-tuan pun pasti tahu bahwa Lao-bo sangat
senang berteman."
Meng Xing-hun hanya mendengarkan ucapan mereka,
sedikit pun tidak ada reaksi. Dia menunggu reaksi Han
Tang. Han Tang tetap tidak bereaksi sepertinya dia pun tidak
mendengar kata-kata tentang Lao-bo.
Meng Xing-hun sangat kagum kepada ketenangan Han
Tang dan dia mulai merasa terkejut.
Dari sosok seorang Han Tang, Meng Xing-hun menjadi
lebih mengenal Lao-bo, semakin mengenal Lao-bo semakin
membuatnya takut. Lao-bo dapat membuat seorang Han
Tang begitu penurut dan setia. Dari sini dapat diketahui
bagaimana sosok seorang Lao-bo.
Melihat sorot mata orang itu yang begitu ketakutan, di
luar sudah ada 3 orang yang masuk.
"Sudah kukatakan, kemana pun kalian pergi kalian tidak
akan bisa lolos." Teriak salah seorang.
Orang yang kedua berkata, "Kami sudah sampai di sini,
paling sedikit kami harus berkenalan dengan pemilik
kolam." Orang yang ketiga bertanya, "Siapa pemilik kolam ini?"
Matanya melihat Meng Xing-hun. "Aku hanya
memancing."
Orang pertama berkata lagi, "Siapa pun tuan rumahnya,
tidak menjadi masalah, asalkan orang-orang tadi kau suruh
keluar kalian akan aman, bila tidak...."
Orang kedua pun berkata, "Mereka adalah anak buah
LaO-bo, mereka sudah membunuh orang-orang kami, yang
kami cari adalah mereka berdua."
Orang yang terbaring di tanah mulai memberontak
sepertinya mereka akan melarikan diri.
Tiba-tiba Han Tang bertanya, "Apakah mereka yang
kalian inginkan?"
Begitu dia membuka mulut, Meng Xing-hun sudah tahu
bahwa Han Tang akan bertindak.
Pada saat dia bertindak, ketiga orang itu tidak akan
hidup lebih lama lagi.
"Ya, Kami akan membawa orang ini," jawab orang
pertama. "Baiklah!"
Pada saat kata 'baik' diucapkan dari mulutnya, dia sudah
mulai bertindak, tidak ada yang melihat bagaimana Han
Tang bergerak. Hanya terdengar suara 'PUG' dan kepala
dua orang yang terlihat terluka sudah pecah.
Terpaksa Meng Xing-hun mengelak karena darah


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bercipratan kemana-mana.
Han Tang tidak menoleh dan dia berkata, "Cepat bawa
orang ini pergi!"
Ketiga orang itu sangat terkejur dan mulai gelisah.
Mereka tidak tahu mengapa Han Tang membunuh anak
buah Lao-bo, tapi Meng Xing-hun tahu alasannya.
Orang-orang pemberontak itu luka-lukanya tidak separah
seperti yang terlihat dari luar dan dia mengetahui di lengan
baju mereka tersimpan senjata rahasia.
Ini adalah tipuan. Tipuan yang diperlihatkan kepada
Han Tang. Bila Han Tang percaya bahwa mereka adalah
anak buah Lao-bo, Han Tang akan berada dalam posisi
yang sulit. Meng Xing-hun tidak tahu bahwa Han Tang bisa
menebak hal itu karena Han Tang sama sekali tidak pernah
memandang mereka.
Lawannya yang bertiga itu merasa lebih aneh lagi. Meng
Xing-hun memandang mereka dan dengan sorot mata aneh,
mereka tampak bingung bagaimana harus bercerita kepada
Han Tang. Ucap orang kedua, "Kami kemari hanya untuk meminta
nyawa mereka, sekarang mereka sudah mati, sebaiknya
kami permisi pulang."
Kata-kata orang ini selalu ramali dan sepertinya hanya
untuk menutupi rencananya.
Setelah habis berkata mereka bertiga berbarengan
mundur. Pada saat itu pun terlihat berkelebat cahaya golok yang
berkilauan. Tiga orang berbarengan berteriak kemudian
mematung, tiga buah kepala seperti tiga bola yang
ditendang oleh orang dan terbang ke atas langit.
Golok yang sangat cepat. Golok masih bersih tidak
terlihat ada bercak darah sedikit pun. Golok ini digenggam
oleh seorang laki-laki yang tegap dan berbaju mewah.
Walaupun orang ini tidak memegang golok dia tetap
akan membuat orang-orang gemetaran. Dia datang dengan
hawa membunuh. Sekali melihat pun tahu bahwa orang ini biasanya senang
memerintah. Hanya orang berkedudukan, tinggi, bisa
menjadi begitu angkuh.
Meng Xing-hun tahu bahwa orang ini bukan teman Laobo.
Hanya terdengar- suara berat berkata, "Mereka berlima
anak buah Wan Peng-wang. Sengaja membuat sandiwara
ini untuk menipumu, seharusnya kau jangan membiarkan
mereka melarikan diri."
Hati Meng Xing-hun terasa tenggelam.
Orang ini adalah teman Lao-bo, bila dia bersatu dengan
Han Tang, dia tidak alon mempunyai kesempatan untuk
membunuh Han Tang lagi.
"Apakah kau mengenal Lao-bo?" tanya Han Tang.
Orang ini tertawa dan berkata, "Lao-bo pernah
membantuku dan aku selalu mancari kesempatan untuk
membalas budinya. Aku tahu bahwa Lao-bo sedang
berselisih dengan Wan Peng-wang karena itu aku selalu
mengawasi gerak gerik Wan Peng-wang."
Han Tang mengangguk dan berkata, "Terima kasih."
Saat Han Tang mengucapkan kata terima kasih, Han
Tang sudah merasa ada yang tidak beres.
Karena Meng Xing-hun merasa Han Tang bukan orang
yang terbiasa mengucapkan terima kasih. Saat itu Meng
Xing-hun melempar pancingannya, terlihat benang
pancingan itu sudah melilit leher orang itu.
Han Tang sepertinya akan membunuh orang yang sudah
menolongnya. Sepertinya Han Tang akan membunuh semua orang.
Tali pancing sudah melilit leher orang itu dengan erat dan
kencang, dan tali itu kencangnya seperti urat sapi.
Nafasnya serasa berhenti. Hanya tinggal sekali pukul,
Han Tang akan berhasil membunuh orang ini.
Sekali pukul langsung mengenai sasarannya, cara seperti
ini adalah cara Han Tang. Juga cara Meng Xing-hun
membunuh. Tapi sepertinya kali ini Han Tang sudah
melakukan kesalahan. Karena semenjak orang itu datang,
dia tidak pernah melihat golok yang dipegang oleh orang
itu. Saat goloknya diayun, tali yang melilit leher orang itu
sudah putus. Orang ini kemudian meloncat sangat tinggi,
langsung mundur dan menghilang.
Han Tang sudah melakukan kesalahan dan dia terlalu
percaya kepada kekuatan tali pancingan itu, juga terlalu
percaya diri. Bila seseorang terlalu percaya diri, dia akan melakukan
kesalahan yang fatal, kadang-kadang seseorang itu lebih
baik tidak memiliki rasa percaya diri.
Pertama kalinya Meng Xing-hun melihat wajah Han
Tang yang berubah.
Han Tang dan. Meng Xing-hun meragukan bahwa orang
itu bukan teman mereka. Dari dalam kegelapan muncul
kembali 3 orang.
Saat melihat 3 orang itu, Han Tang terlihat sudah
kembali tenang dan tiba-tiba orang-orang itu tertawa kepada
Han Tang kemudian berkata, "Mengapa kau tahu bahwa
kelima, orang tadi adalah pembohong" Dan akulah yang
akan membunuhmu?"
Han Tang tidak menjawab malah balik bertanya, "Kalian
semua adalah anak buah Wan Peng-wang."
"Aku adalah Tu Da-peng," jawab orang itu.
Orang yang baru tiba pun ikut berbicara, "Aku adalah
Jin-peng."
"Aku adalah In-peng."
"Aku adalah Nu-peng."
Sandiwara ini telah usai, mereka tidak perlu berbohong
lagi. Apalagi sejak awal. mereka belum sempat
membohongi Han Tang. Mata Han Tang terus menyipit,
dia mengenal 4 orang ini dan juga tahu mengenai kehebatan
mereka. Perlahan-lahan mereka mulai mendekat Han Tang.
Meng Xing-hun merasa posisinya saat ini sungguh lucu,
dia datang ke sini untuk membunuh Han Tang dan
sekarang ini Tu Da-peng menganggap dia adalah teman
Han Tang. Dan mereka tidak akan melepaskan Meng Xing-hun
begitu saja. Apakah Han Tang menginginkan dia menemaninya
mati" Satu-satunya cara untuk bertahan, hidup adalah
membantu Han Tang membunuh keempat orang itu namun
dia tidak dapat melakukan hal itu.
Meng Xing-hun tidak dapat memperlihatkan
kepandaiannya di depan orang-orang itu. Dia pun tidak
sanggup membunuh keempat orang itu untuk tatap mulut.
Karena itulah dia harus ikut mati.
Tu Da-peng berbicara dilanjutkan oleh Nu-peng, Inpeng,
dan Jin-peng. "Han. Tang seharusnya kau merasa bangga karena pada
saat kami membunuh Sun Jian, kami tidak perlu
menggerakkan jari-jari kami tapi kali ini kami harus
mengerahkan sekuat tenaga."
"Apakah kau tahu. mengapa kami harus membunuhmu"
Karena kau adalah teman baik Sun Yu-bo. Saat ini Wan
Peng-wang dan Sun Yu-bo sedang bermusuhan."
"Kau pasti bertanya-tanya mengapa kami tahu
hubunganmu dengan Sun Yu-bo, karena ada orang yang
memberitahu kami. Sayang seribu sayang, seumur hidupmu
kau tidak akan mampu menebak siapa orang ini."
"Karena orang ini sangat dipercaya oleh Sun Yu-bo
karena itu kami jadi. tahu bagaimana hubunganmu dengan
Sun Yu-bo."
"Sun Yu-bo selalu menganggap semua anak buahnya
sangat setia namun sekarang orang yang dia percayai sudah
berani menjualnya, seperti sebatang pohon dengan akarnya
yang sudah lapuk."
"Bila akarnya sudah lapuk pohonnya akan cepat
tumbang." "Tapi kau tenang saja sebab Sun Yu-bo akan menyusul
ke neraka untuk mencarimu."
Han Tang terus mendengarkan, dia terlihat sangat
tenang. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun,
otot mulutnya sepertinya sudah menjadi kaku.
Semenjak tadi Meng Xing-hun merasa aneh mengapa Tu
Da-peng terus berbicara, sekarang dia baru mengerti,
mereka terus berbicara hanya untuk membuat perhatian
Han Tang menjadi buyar dan membuat Han Tang menjadi
tegang. Bila Han Tang tegang maka otot-ototnya akan menjadi
keras dan kaku, bila sudah seperti itu akan membuat orang
menjadi lemah dan gerakan pun menjadi lambat.
Meng Xing-hun sepertinya sudah dapat menebak
bagaimana nasib Han Tang selanjutnya.
Bagaimana dengan Meng Xing-hun sendiri"
Tiba-tiba dia melihat Tu Da-peng melambai-lambaikan
tangan kepada Meng Xing-hun, dan dia pun mendekati Tu
Da-peng. Meng Xing-hun begitu gemetaran saat mendekati Tu Dapeng.
Walaupun dia tidak pernah mendengar nasihatnasihat
Lao-bo, namun Meng Xing-hun tahu bagaimana
harus membuat musuh salah tafsir dan membuat musuh
memandang enteng kepadanya.
Mata Tu Da-peng seperti sebuah pecut. Dan pecut ini
seperti sedang diayun-ayunkan olehnya. Setelah lama Tu
Da-peng bertanya kepadanya, "Apakah kau ke sini hanya
untuk memancing?"
Meng Xing-hun mengangguk.
"Apakah kau kenal dengan Han Tang?"
Meng Xing-hun menggelengkan kepalanya.
Tanya Tu Da-peng lagi, "Bila dia tidak mengenalmu,
mengapa dia membiarkanmu memancing di sini?"
Meng Xing-hun hanya menjawab, "Karena.... aku
adalah seorang pemancing."
Kalimat itu sungguh tidak masuk akal dan sama sekali
bukan penjelasan yang bagus.
Tapi Tu Da-peng menganggukkan kepalanya dan
berkata, "Benar juga, karena kau hanya seorang pemancing,
Han Tang menganggap kau bukan ancaman baginya karena
itu dia mengijinkanmu memancing di sini."
"Aku pun menganggapnya seperti itu," kata Meng Xinghun.
"Sayang, kau bukan orang tuli," kata Tu Da-peng.
Meng Xrng-hun tidak mengerti ucapan Tu Da-peng
kemudian dia pun bertanya, "Apa maksudnya aku bukan
seorang yang tuli?"
"Bila kau adalah seorang yang tuli kami pasti akan
melepaskanmu namun sekarang ini kau sudah mendengar
begitu banyak. Dengan terpaksa kami harus membunuhmu
untuk tutup mulut, sungguh kami sangat menyesal."
Kata-kata Tu Da-peng sangat ramah jarang ada orang
yang bisa berkata begitu ramah.
Meng Xing-hun sudah dapat menebak mengapa Tu Dapeng
sangat dipercayai oleh Wan Peng-wang. Dia pun
merasa untuk lolos dari tangan Tu Da-peng sungguh tidak
mudah. Tu Da-peng bertanya lagi, "Apakah kau bisa silat?"
Meng Xing-hun menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kata Tu Da-peng lagi, "Bila kau bisa silat kemungkinan
masih memiliki sedikit kesempatan untuk hidup, di antara
kami berempat kau boleh memilih satu sebagai lawanmu
dan bila kau menang melawannya dengan satu jurus saja,
aku akan membiarkanmu pergi."
Ini adalah tawaran yang sangat menarik.
Di antara mereka berempat dilihat dari mana pun
mereka bukan lawan yang tangguh untuk seorang Meng
Xing-hun. Sungguh sulit menolak tawaran menarik ini tapi bila dia
menerima tawaran, ini dia akan. seperti seekor ikan yang
siap menelan umpan.
Di luar gunung tampak banyak bayangan orang, golok
dan pisau pun berkilauan.
Tu Da-peng tidak bohong, mereka telah mengerahkan
tenaga penuh. Saat ini orang yang senang memelihara ikan sudah
menjadi seekor ikan. Seekor ikan yang berada di dalam jala.
Meng Xing-hun tidak ingin menelan umpan tapi bila dia
menolak, apakah orang-orang itu akan tahu bahwa dia
adalah orang yang pintar"
Umpan yang disodorkan Tu Da-peng pun ada dua
macam, dan kedua-duanya sangat disukai oleh Tu Da-peng.
Meng Xing-hun merasa lehernya yang kaku seperti sudah
dililit oleh seutas tali.
Dengan sudah payah dia membalikkan kepalanya
dengan tidak sengaja matanya melihat mata Tu Da-peng,
dari pancaran matanya Meng Xing-hun melihat adanya
sedikit harapan.
Karena pada saat matanya melihat mata Tu Da-peng,
tidak terlihat adanya hawa membunuh, sebaliknya Tu Dapeng
tampak memandang ringan Meng Xing-hun.
Meng Xing-hun menundukkan kepalanya dan secara
tiba-tiba dia menubruk Tu Da-peng, dari pancaran mata Tu
Da-peng terlihat dia sedang menahan tawa. Kemudian
golok pun sudah diayunkan.
Meng Xing-hun berteriak, "Kau adalah orang yang aku
pilih." Meng Xing-hun berteriak sambil menubruk ujung golok
Tu Da-peng. Sepertinya dia tidak tahu bahwa golok itu bisa
membunuh orang.
Ujung golok menusuk ke dalam dadanya, seperti seekor
ikan meluncur masuk ke dalam air sangat licin dan cepat.
Meng Xing-hun sama sekali tidak merasa sakit.
Meng Xing-hun berteriak lagi dan jatuh kemudian tidak
dapat bangun. Dia jatuh dengan posisi wajah mencium
tanah. Suara teriakan berhenti dan darah mengalir
mengikuti ujung golok kemudian menetes.


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tu Da-peng melihat Meng Xing-hun roboh seperti
melihat seekor ikan yang mati. Dengan perlahan dia
berkata, "Anak ini hanya tahu memancing."
Nu-peng pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,
berkata, "Aku pun tidak mengerti mengapa dia
memilihmu?"
"Sebab memang dia ingin mati."
Pada saat dia berkata 'mati', tubuh Tu. Da-peng sudah
meloncat menjauh dan bersamaan dengan waktu itu Jinpeng,
In-peng, dan Nu-peng juga ikut meloncat.
Mereka menggunakan cara dan kecepatan yang sama.
Keempat orang itu seperti empat panah dan pada saat yang
sama dilepaskan dari busurnya dan sasarannya tidak lain
adalah Han Tang.
Tidak ada orang yang bisa lolos dari panah ini, begitu
pun dengan Han Tang.
Benar saja Han Tang roboh.
Cahaya golok semakin berkilauan dan menghilang
dengan cepat. Pertarungan yang seru dan begitu cepat
selesai, sebab semua cahaya dan tenaga secara bersamaan
dikeluarkan, mereka berempat sudah mengelilingi Han
Tang. Nyawa Han Tang benar-benar terancam.
Pada saat mereka meninggalkan Han Tang saat itulah
Han Tang sudah roboh dan tidak akan pernah bisa bangun
kembali. Pertarungan hanya terjadi dalam waktu singkat dan cara
menyelesaikannya pun sangat sederhana. Sederhananya
seperti mengeluarkan sebuah hembusan nafas. Tapi Meng
Xing-hun sangat seksama memperhatikan pertarungan itu.
Meng Xing-hun dengan sangat teliti memperhatikan
gerakan mereka. Jurus-jurus mereka tidak semudah yang
dilihat paling sedikit mereka sudah, mengeluarkan 13 jurus.
Setiap jurus gerakannya sangat kejam dan cepat.
Meng Xing-hun tidak mati, dia sering membunuh orang
dan dia tahu bagaimana dengan menusuk satu kali bisa
langsung mematikan dan sebaliknya dia juga tahu
bagaimana menusuk dengan cara yang tidak mematikan.
Karena itulah dia lebih suka bila dia sendiri yang
menusuk ujung golok Tu Da-peng ke dadanya.
Meng Xing-hun membiarkan golok Tu Da-peng
menusuk bagian tubuhnya yang tidak berbahaya walaupun
bagian ini sangat dekat dengan jantung.
Cara membunuh yang paling sulit adalah harus tepat
mengenai sasaran, sama sekali tidak boleh meleset.
Walau kepandaian Tu Da-peng sangat tinggi tetapi dia
tidak mempunyai banyak pengalaman dalam membunuh
orang, meskipun seseorang mempunyai ilmu kungfu yang
tinggi tetapi belum tentu mengetahui cara untuk membunuh
orang. Seperti seseorang yang telah mempuyai 8 orang anak
belum tentu dia mengetahui artinya cinta.
Sebenarnya tusukan Tu Da-peng tidak tepat menusuk
pada sasaran tetapi dia menyangka sudah tepat menusuk ke
jantung Meng Xmg-hun.
Meng Xing-hun dengan cepat merobohkan dirinya, dia
tidak ingin ujung golok terlalu dalam menusuk dadanya.
Setelah dia menjatuhkan diri wajah Meng Xing-hun
menghadap ke arah tanah karena dia tidak menginginkan
banyak darah yang keluar, juga Meng Xing-hun ingin
mengetahui cara mereka membunuh Han Tang.
Dia juga ingin mengetahui apakah Han Tang bisa
melawan mereka.
Seorang Han Tang di. dunia sulit dicari tandingannya.
Orang ini sewaktu hidup sangat aneh sekarang cara matinya
pun aneh. Bila kita ingin membunuh orang semacam itu pasti harus
menggunakan cara yang istimewa dan hal ini jarang terjadi.
Oleh karena itu biarpun berbahaya Meng Xing-hun tetap
ingin melihatnya.
Golok itu terlalu tajam, Meng Xing-hun yang sudah
lama roboh dia baru merasakan sakit, beruntung dia masih
dapat menutup luka dengan tangannya.
Waktu itu Tu Da-peng sudah mulai bertarung dengan
Han Tang. Sebenarnya Meng Xing-hun harus berpura-pura mati
tetapi saat itu adalah kesempatan langka dan tidak dapat
dibiarkan begitu saja. Meng Xing-hun terus melihat
jalannya pertarungan itu.
Begitu Tu Da-peng mendekati Han Tang dia sudah
mengeluarkan beberapa jurus.
Tiap jurus yang dikeluarkan adalah jurus yang sangat
mematikan, Han Tang ingin membuat mereka menganggap
bahwa dia ingin mati bersama mereka.
Bila Han Tang tidak dapat hidup setelah pertarungan itu,
di antara mereka berempat harus ada satu yang ikut mati
dengannya. Mereka mengetahui hal ini di dalam pikiran mereka
masing-masing oleh karena itu mereka menjadi tidak
tenang. Di antara mereka, bila ada dua orang yang mempunyai
pikiran seperti itu maka gerakan mereka akan menjadi
lamban kemungkinan Han Tang mempunyai kesempatan
untuk melarikan diri atau menyerang balik.
Tu Da-peng adalah orang pertama yang gerakannya
menjadi lambat, hal ini tidak aneh sebab dia pernah
bertarung dengan Han Tang sebelumnya.
Orang kedua yang gerakannya menjadi lambat adalah Inpeng.
Sebenarnya dia bertarung menggunakan golok tetapi
golok yang biasa dia gunakan sekarang ini terjatuh ke
tanah. Gerakan Han Tang berubah lagi, sekarang dia
berhadapan dengan Jin-peng dan Nu-peng.
Bila bisa mengalahkan mereka berdua tentunya yang lain
akan segera menyusul.
Yang paling lamban gerakannya ternyata adalah orang
yang paling cepat serangannya. Han Tang tidak
memperhitungkan hal ini, tetapi dia tidak mempunyai
waktu lagi untuk mengubah gerakannya dengan terpaksa
dia menyerang Jin-peng.
Jin-peng kesakitan karena serangan ini dia menggigit
pundak Han Tang dan dari bahunya menetes darah.
Walaupun tangan Han Tang menjadi sedikit lamban
tetapi dia tetap dapat memukul tulang rusuk Nu-peng.
Nu-peng tidak menghindar, biarpun tulang rusuknya
patah dia menjepit tangan Han Tang dengan tangan
kanannya. Persendian tangan Han Tang sudah terkunci.
Walaupun dia mendengar suara tulang yang patah dia
tetap tidak melepaskan tangan itu.
Golok Tu Da-peng dari arah depan sudah menembus
perut Han Tang.
Semua otot badan Han Tang sudah tidak dapat
dikendalikan lagi, air mata, ingus, air liur, dan air kencing
keluar secara bersamaan. Biji matanya pun menonjol
keluar, akhirnya mereka berempat melepaskan Han Tang.
Jin-peng masih membungkuk seperti seekor udang,
karena kesakitan wajahnya menjadi sangat pucat, air mata
terus keluar karena kesakitan. Di mulutnya masih ada
sepotong daging yaitu daging Han Tang.
Wajah Tu Da-peng masih tercengang, dia berdiri dengan
wajah, yang pucat. Ini bukan karena dia kesakitan
melainkan karena ketakutan karena melihat keadaan Han
Tang. Walaupun dia sering membunuh orang tetapi melihat
hal ini tetap membuatnya ketakutan.
Han Tang tidak roboh karena golok Tu Da-peng masih
menembus perutnya.
Meng Xing-hun sudah melihat semua kejadian dengan
jelas. Jika bukan wajahnya yang menghadap tanah dan tidak
sedang dalam posisi menekan lambung, dia akan muntah.
Dia sendiri sering membunuh orang tetapi ini adalah
pertama kalinya dia melihat orang dibunuh di depan
matanya. Meng Xing-hun tidak menyangka pembunuhan itu
sangat kejam dan licik seperti pembunuhan terhadap seekor
binatang. Tu Da-peng setelah lama baru berbicara.
Suaranya terdengar serak dan sangat tegang seperti
sebuah anak panah yang siap ditembakkan.
"Aku tahu bahwa kau tidak rela mati seperti ini. Mati
pun kau akan tetap menjadi setan gentayangan, tetapi kau
tidak boleh mencari kami, kau harus mencari orang yang
telah menjualmu."
Han Tang sudah tidak dapat mendegar kata-katanya,
tetapi Tu Da-peng terus berkata, "Cepat kita pergi!"
Suaranya juga terdengar gemetar.
Mayat Han Tang terjatuh. Mayat ini seakan-akan
menarik-narik Tu Da-peng, sepertinya dia benar-benar
menjadi setan penasaran yang ingin membalas dendam.
Jin-peng yang kakinya tidak dapat berjalan hanya
menggulingkan tubuhnya di atas tanah, akhirnya dia
dipapah oleh Nu-peng.
Dia membuka mulutnya dan membuang segumpal
daging ke dalam kolam yang langsung diperebutkan oleh
ikan-ikan. Daging yang dimuntahkan itu adalah daging Han Tang.
Jika dia masih hidup, apakah pernah terpikir bahwa ikan
peliharaannya memakan daging dan darahnya"
Dia biasa memakan ikan sekarang ikan yang
memakannya, dulu dia membunuh orang sekarang dia
dibunuh orang, ini adalah akhir hidup seorang pembunuh.
Suasana masih sepi dan angin yang berhembus masih
berbau darah. Meng Xing-hun masih dalam keadaan telungkup, darah
dan keringat masih bercucuran.
Keringat dingin sudah membasahi bajunya. Hari ini dia
tidak tewas dalam pertarungan, semua sesuai dengan
perhitungannya dan masih ada sedikit kemujurannya.
Apakah dia beruntung"
Bukan itu alasannya. Ini bukan keberuntungan juga
bukan perhitungannya yang tepat.
Melihat cara Tu Da-peng membunuh Han Tang dapat
diketahui setiap langkah yang diambil dan gerakannya
sudah sangat terlatih serta sangat terencana.
Gerakan mereka sangat licik dan kejam juga sangat
terencana. Tetapi mengapa golok Tu Da-peng bisa meleset
dan Meng Xing-hun tidak tewas"
Dari awal dia sudah curiga sekarang dia mengerti semua
ini. Dia tidak tewas sebab Tu Da-peng tidak menghendaki
dirinya tewas. Apa yang dipikirkan oleh Meng Xing-hun sedikit pun
tidak meleset. Tu Da-peng percaya bahwa Meng Xing-hun
sudah dianggap teman oleh Han Tang yang merupakan
salah seorang anak buah Sun Yu-bo, oleh karena itu Tu Dapeng
membiarkan Meng Xing-hun hidup untuk melaporkan
hal ini kepada Sun Yu-bo bahwa yang menjual Han Tang
adalah Lu Xiang-chuan, dan dialah yang menjadi
pengkhianat. Tetapi Lu Xiang-chuan bukanlah seorang pengkhianat.
Wan Peng-wang ingin Sun Yu-bo sendiri yang membunuh
Lu Xiang-chuan. Bila ingin membunuh Sun Yu-bo harus
membunuh Lu Xiang-chuan terlebih dulu.
Rencananya sangat licik dan kejam. Sekarang dia
menyadari kedudukan Lu Xiang-chuan dan pentingnya
kedudukan Lu Xiang-chuan dalam perkumpulan Lao-bo.
Sun Jian dan Han Tang sudah tewas orang yang tersisa
hanya Lu Xiang-chuan.
Apakah dengan mengandalkan tenaga Lu Xiang-chuan
bisa mengalahkan Wan Peng-wang"
Meng Xing-hun sedang berpikir, tapi dia sudah tidak
sanggup untuk berpikir lagi karena dia merasa sangat
kelelahan, Meng Xing-hun merasa sangat lelah dan juga
sangat kedinginan sepertinya bila dia memejamkan mata
mungkin dia akan langsung tertidur.
Karena cuaca sangat dingin bila dia tertidur maka dia
akan mati kedinginan oleh karena itu dia tidak berani untuk
memejamkan mata walau sebentar, tetapi dia sama sekali
tidak mempunyai tenaga untuk berdiri.
Darah masih terus mengalir dari lukanya, akibat luka
yang sangat parah ini banyak darah yang keluar dan
menjadikannya kehilangan tenaga. Dia hanya mempunyai
sedikit tenaga untuk membalikkan tubuhnya.
Setelah berhasil membalikkan tubuhnya, Meng Xing-hun
sudah sangat kelelahan, sepertinya dia sudah tidak dapat
bertahan lagi. Pada waktu itulah dia melihat Ye Xiang.
Ooo)dw(ooO Rumah itu sangat gelap dan lembab karena tidak terkena
sinar matahari. Rumah itu adalah tempat tinggal Han Tang,
di sudut mangan terdapat sebuah kursi tinggi, bila duduk di
atas kursi ini pasti tidak terasa nyaman.
Tetapi Han Tang selalu duduk di kursi ini dan dia duduk
sangat lama. Han Tang tidak suka dengan kenyamanan dan
tidak suka menikmati sesuatu apa pun. Han Tang hidup di
dunia untuk siapa tidak seorang pun yang mengetahuinya.
Sekarang yang menduduki kursi ini adalah Ye Xiang.
Dia duduk dengan diam dan matanya menerawang
sepertinya apa pun tidak terlihat dan tidak ada sesuatu yang
dipikirkan. Sewaktu Han Tang duduk di sana ekspresinya seperti Ye
Xiang. Meng Xing-hun berbaring di tempat tidur
berseberangan dengan kursi itu. Dia telah menceritakan
semua yang terjadi, dia sedang menunggu Ye Xiang untuk
berkomentar. Sewaktu Ye Xiang mendengarkan cerita Meng Xing-hun
tidak ada separah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Dengan tenang dia berkata pada Meng Xing-hun, "Hari
ini kau sudah melakukan hal yang paling bodoh."
Meng Xing-hun mengangguk dan dia tertawa kecut,
berkata, "Aku tahu, sebenarnya aku tidak perlu
menghindari tusukan golok Tu Da-peng, aku mengetahui


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari matanya bahwa dia tidak berniat untuk membunuhku."
"Bagaimanapun dalam pertarungan tadi kau tidak
seharusnya meneteskan darah," kata Ye Xiang.
Ye Xiang tertawa kecut dengan tenang dia berkata,
"Orang yang memiliki tubuh seperti kita tidaklah banyak
dan darah yang tersisa pun sedikit."
Meng Xing-hun menatap langit-langit rumah itu. Atap
rumah itu sangat buruk, pintunya sudah seperti bagian
bawah panci. Apakah orang seperti Han Tang seumur
hidup hanya mengalami penderitaan dalam menjalankan
hidup" Meng Xing-hun menarik nafas dan berkata,
"Kemungkinan masih ada yang lebih berharga dari pada
darah." "Apakah itu?" tanya Ye Xiang, "Apakah itu air mata?"
"Benar, ada beberapa jenis orang lebih baik
mengeluarkan darah dari pada harus meneteskan air mata."
"Orang-orang semacam itu adalah orang bodoh!"
"Kemungkinan semua orang kadang-kadang menjadi
orang bodoh dan melakukan hal-hal yang bodoh."
Meng Xing-hun tertawa lagi dan berkata, "Sepertinya Tu
Da-peng tidak perlu membiarkan aku hidup."
"Benar, seharusnya tidak perlu."
"Sesudah Sun Yu-bo mengetahui Han Tang sudah tewas,
orang pertama yang akan dicurigai adalah Lu Xiangchuan."
Kata Ye Xiang, "Biasanya bila orang yang mempunyai
kesulitan dan merasa terancam, dia akan dipenuhi oleh rasa
curiga yang sangat besar. Mencurigai semua orang.
Menganggap semua orang tidak dapat dipercaya," Dia
tertawa kecut lagi, "Ini adalah sebuah luka yang
mematikan. Kesulitan dan rasa terancam tidak dapat
melukainya, tetapi kecurigaan akan meminta nyawanya."
"Bila Sun Yu-bo benar-benar membunuh Lu Xiangchuan,
dia akan tinggal seorang diri."
"Salah!"
"Mengapa salah?" tanya Meng Xing-hun.
"Sebab salah bila menganggap dia akan seperti itu."
Kata Meng Xing-hun, "Aku tahu bahwa Sun Yu-bo
bukanlah jenis orang yang mudah dikalahkan tetapi
bagaimanapun kuatnya sebuah pohon jika tidak ada yang
menyangganya tertiup angin sedikit saja pohon itu bisa
tambang." Ye Xiang berkata, "Sebatang pohon bisa tumbuh
menjadi besar pasti akarnya menancap sangat dalam."
"Itu artinya....?" tanya Meng Xing-hun.
"Artinya adalah akar pohon besar itu tumbuh di dalam
tanah dan orang lain tidak dapat melihatnya."
"Apakah Su Yu Bo masih mempunyai anak buah yang
lain dan mereka adalah anak buah yang bergerak 'di dalam
tanah'?" "Masih ada 2 orang lagi," kata Ye Xiang.
"Dua orang tidak dapat mengalahkan 12 orang."
"Kemungkinan dua orang ini lebih menakutkan dari
pada 120.000 orang."
"Apakah kau tahu siapa nama kedua orang itu?"
Ye Xiang diam setelah lama dia baru berkata, "Aku
hanya mengetahui sebuah nama yaitu Lu Chung."
Meng Xing-hun mengerutkan dahinya dan bertanya, "Lu
Chung yang kau maksud itu adalah Lu Man-tian?"
"Benar."
"Apakah hubungan antara Lu Man-tian dengan Sun Yubo?"
"Dia dan Sun Yu-bo mempunyai hubungan yang sangat
dekat." "Oh."
"Lu Xiang-chuan adalah keponakan dari Lu Man-tian."
Ye Xiang berkata lagi, "Gerakan bawah tanah Sun Yubo
dibagi menjadi 2 bagian, dia adalah salah satu
kepalanya."
"Siapakah yang satunya lagi?" tanya Meng Xing-hun.
"Dia bernama Yi-qian-long, aku yakin kau juga
mengenalinya."
Meng Xing-hun memang mengenalinya.
Orang-orang persilatan banyak yang mengenal nama Yiqian-
long. Di sepanjang Chang-jiang banyak penjahat, mereka
bergerak dalam air dan darat.
Yi-qian-long adalah kepala dari para penjahat itu.
Kata Meng Xrng-hun, "Itu apakah artinya Sun Yu-bo
dapat memerintah mereka?"
Ye Xiang berkata dengan tenang, "Sun Yu-bo tidak
langsung memerintah mereka, sebab dalam beberapa tahun
ini Sun Yu-bo berusaha untuk menjalankan
perkumpulannya dengan benar, dia tidak ingin bergaul
dengan penjahat-penjahat itu. Tetapi jika Sun Yu-bo
menghadapi bahaya maka mereka akan berusaha
menolong."
Meng Xing-hun berkata, "Tak disangka bahwa akar Sun
Yu-bo menancap sangat dalam."
"Sekarang terlihat bahwa Wan Peng-wang sedang berada
di atas angin, tetapi pertarungan yang sebenarnya belum
selesai. Sampai saat ini belum dapat diketahui siapa yang
menang atau kalah."
Ye Xiang memandang Meng Xing-hun dan tiba-tiba
bertanya, "Apakah kau mengerti apa yang sudah kukatakan
tadi?" "Ya, aku mengerti."
"Apakah kau benar-benar mengerti?" tanya Ye Xiang.
Meng Xing-hun balik bertanya, "Apakah kau
menyuruhku untuk melepaskan tugas untuk tidak
membunuh Sun Yu-bo?"
"Aku tidak akan memaksamu melakukannya, aku hanya
ingin menasehatimu untuk lebih berhati-hati dalam
mempertahankan nyawamu."
"Aku mengerti."
Meng Xing-hun benar-benar mengerti, oleh karena itu
dia sangat berterimakasih kepada Ye Xiang, seumur
hidupnya dia sudah hancur, Ye Xiang hanya bisa bertumpu
pada Meng Xing-hun saja.
Semua ini karena Meng Xing-hun merupakan bayangan
diri Ye Xiang. Ada suatu hal yang tidak dimengerti oleh Men Xiang
Hun dan dia menanyakannya pada Ye Xiang, "Sepertinya
kau sangat mengenal SunYu Bo?"
Ye Xiang hanya terdiam.
"Bagaimana kau dapat mengenal Sun Yu-bo dengan
begitu jelas?"
Meng Xing-hun bertanya-tanya dalam hatinya namun
dia tidak menanyakanya lagi pada Ye Xiang karena dia
mengetahui bahwa Ye Xiang tidak akan mau
menjawabnya. Ye Xiang tidak menjawab pertanyaannya
pasti memiliki alasan yang cukup masuk akal.
Meng Xing-hun dan Ye Xiang sudah hidup bersamasama
selama 6 tahun. Sekarang dia baru mengetahui bahwa
dia tidak begitu mengenal Ye Xiang.
Bila orang yang sudah hidup bersama tetapi tidak saling
mengenal tentu hal itu sangat menyakitkan.
Meng Xing-hun menarik nafas dan berkata kepada Ye
Xiang, "Aku mengerti maksudmu tetapi aku tidak dapat
melepaskan tugas ini, aku tetap akan melakukannya."
"Mengapa harus demikian?"
"Sebab aku masih memiliki kesempatan," jawab Meng
Xing-hun. Ye Xiang bertanya lagi, "Apakah kau benar masih
memiliki kesempatan?"
"Benar."
"Bila ada 2 pihak bertarung maka pihak yang ketigalah
yang akan mengambil keuntungan. Antara Sun Yu-bo dan
Wan Peng-wang adalah dua pihak yang sangat kuat, tetapi
jika terjadi pertarungan di antara mereka tentu tenaga
mereka akan terkuras, di sanalah kesempatan yang sangat
baik untukku dan aku tidak akan melepaskan kesempatan
itu begitu saja."
"Apa keuntungan yang kau dapatkan jika berhasil
membunuh Sun Yu-bo?" tanya Ye Xiang.
"Aku sendiri tidak tahu, tetapi kereta sudah berjalan dan
aku ada di dalam kereta itu aku harus terus mengikuti
kereta itu berjalan."
Kadang-kadang Meng Xing-hun merasa dirinya seperti
seekor kuda penarik kereta yang ditutup matanya dengan
sehelai kain. Dia merasa sudah berjalan jauh tetapi
sebenarnya masih berputar-putar di tempat yang sama.
Sampai di manakah dia harus terus berjalan" Dia tidak
pernah memikirkannya dan tidak berani untuk
memikirkannya, sebab bila terlalu banyak berpikir akan
membuatnya menjadi gila.
Dengan pilu Ye Xiang berkata, "Oleh sebab itukah kau
ingin menunggu terus di sini?"
Meng Xing-hun tertawa dengan pahit lebih pahit dari
rasa empedu ikan.
Dia hanya menganggukkan kepalanya dan berkata,
"Menunggu adalah pekerjaan yang tidak enak. Tetapi aku
sudah terbiasa untuk menunggu."
"Menunggu apa" Menunggu kematian atau menunggu
hingga kau mati?"
Meng Xing-hun tiba-tiba berkata kepada Ye Xiang, "Bila
kau pulang beritahu pada Gao Lao-da bahwa dalam waktu
yang telah ditentukan tugas yang diberikan bila belum bisa
selesaikan aku tidak akan pulang."
Ye Xiang mengangguk dengan perlahan dan berkata
pada Meng Xing-hun, "Aku mengerti maksudmu, seumur
hidupmu kau abdikan pada Gao Lao-da, aku sudah
mengerti, sebab aku dulu pun seperti ini."
"Sekarang bagaimana?"
"Sekarang" Apa sekarang aku masih bisa dikatakan
hidup?" Dia merasakan mulutnya sangat pahit dan dia meneguk
teh yang berada di atas meja.
Sudah lama Ye Xiang tidak pernah minum teh, tidak
disangka sekarang yang diminum adalah arak, arak yang
sangat keras dan bukanlah teh seperti dikiranya.
Ye Xiang tertawa dan berkata, "Tidak disangka Han
Tang juga peminum arak. Memang aku akan merasa heran
jika orang seperti Han Tang bisa hidup tanpa arak."
Meng Xing-hun terus berkata, "Kau sangat mengenal
Han Tang?"
Meng Xing-hun mengira pertanyaannya tidak akan
dijawab tetapi Ye Xiang malah menjawab pertanyaannya,
"Memang aku sangat mengenalnya seperti aku mengenal
diriku sendiri."
"Kau dan dia tidak sama."
Ye Xiang tertawa kecut, "Apa bedanya, aku dan dia
hidup untuk orang lain, oleh karena itu aku tidak ingin kau
seperti aku dan dia."
Ye Xiang menatap atap rumah itu dengan perlahan dia
berkata, "Seseorang harus hidup untuk dirinya sendiri
walaupun hanya satu tahun itu pun tidak apa-apa. Aku
merasa hidupku tidak pernah untuk diriku sendiri."
"Apa benar tidak ada satu hari pun?"
Dalam mata Ye Xiang tiba-tiba keluar cahaya terang.
Cahaya yang keluar ini seperti cahaya meteor, sangat
singkat tetapi sangat berkilau.
Karena dia hanya pernah mengalami satu liari dan hari
itu adalah hari yang sangat berkilau. Karena hari itu
jiwanya terbakar.
Tiba-tiba Ye Xiang membalikkan tubuh dan keluar dari
rumah itu. Hari itu merupakan hari yang paling ceria dan dia
menyimpannya rapat-rapat hanya untuk dirinya sendiri.
Karena selain hari itu, dia tidak mempunyai kenangan yang
indah. Ye Xiang pergi lama. Meng Xing-hun masih terus
memikirkannya, memikirkan cara kerjanya dan rahasianya.
Antara dia, Sun Yu-bo dan Han Tang pasti memiliki
hubungan yang istimewa.
Ye Xiang muncul di sini dan kemunculannya bukan
untuk Meng Xing-hun melainkan untuk Han Tang.
Meng Xing-hun ingin bertanya tetapi dia segera
membatalkannya sebab dia berpikir setiap orang pasti
mempunyai kesulitan dan mereka berhak untuk
merahasiakannya.
Meng Xing-hun merasa sangat lelah dan dia ingin tidur.
Begitu dia terbangun pasti Sun Yu-bo sudah
mendapatkan kabar bahwa Han Tang Sudah tewas, dan dia
pasti sudah menyusun rencana berikutnya.
Meng Xing-hun berharap Sun Yu-bo tidak melakukan
kesalahan lagi. Tetapi dia tahu bahwa seseorang pasti
pernah melakukan kesalahan, termasuk Sun Yu-bo, dia pun
tidak terkecuali.
Jalan yang berada di hadapan Ye Xiang sangat gelap,
tetapi dia tidak peduli walaupun matanya ditutup dia masih
bisa mengenali jalan ini, dia pernah menunggu di sini
sambil berjongkok selama berhari-hari. Dia menunggu
seseorang yang pernah membakar kehidupannya.
Waktu itu dia rela mengorbankan segalanya hanya untuk
bertemu dengan orang ini asalkan bisa bertemu dengan
orang ini mati pun dia rela.
Tetapi sekarang, mati pun dia tidak ingin bertemu
dengan orang itu. Dia merasakan dirinya tidak pantas untuk
bertemu dengannya. Dia berharap bahwa orang ini bisa
hidup dengan bahagia.
Jalan sangat gelap karena tidak ada cahaya bulan atau
cahaya bintang yang menerangi jalan itu.
Di ujung jalan itu adalah taman bunga milik Sun Yu-bo.
Dia sangat mengenali jalan itu karena dia sering mengintip
ke arah taman bunga itu.
Tetapi dia tidak pernah bertemu dengan seseorang yang
sangat ingin dia temui, dia hanya bisa meratapi nasibnya
yang menyedihkan.
Dari kejauhan dia dapat mendengar suara kuda yang
berlari. Dimalam yang sepi suara kuda yang berlari


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdengar sangat jelas.
Ye Xiang berhenti berjalan dan bersembunyi dalam
semak-semak.Gerakan Ye Xiang sangat cepat. Dari arah
depan ada 3 ekor kuda yang berlari sambil menarik sebuah
kerera. Kuda-kuda itu berlari sangat cepat. Pada malam
yang begitu gelap tidak ada orang yang dapat melihat jalan
tetapi kereta kuda itu dapat melaju dengan kencang, Ye
Xiang tidak dapat melihat keadaan di dalam kereta itu.
Dalam suara kuda yang sedang berlari itu terdengar pula
ada suara lain yaitu suara lempengan besi yang beradu,
suara itu. sangat nyaring seperti suara lonceng.
Di mana ada suara seperti itu artinya Lu Man-tian ada di
sana. Ternyata benar Lu Man-tian telah tiba, kelihatannya Sun
Yu-bo telah mengerahkan semua tenaganya.
Lu Man-tian adalah seorang yang sangat terangterangan,
biasanya kemanapun dia pergi dia akan
memberitahukan kedatangannya. Tetapi malam ini
berbeda. Jalan yang dipilihnya adalah jalan yang sangat sepi. Dan
waktunya pun dipilihnya adalah ketika tidak ada cahaya
bulan dan cahaya bintang.
Bila dia melakukan hal itu ada 2 kemungkinan.
Panggilan Sun Yu-bo sangat mendadak sehingga harus
segera datang walaupun sudah larut malam.
Hubungan di antara mereka sangat dekat, tetapi mereka
sangat merahasiakannya. Mereka ingin membuat Wan
Peng-wang menganggap bahwa Sun Yu-bo sudah tidak
memiliki kekuatan hanya dengan cara ini dia mempunyai
kesempatan untuk membalas.
Penbalasan yang dilancarkan oleh Sun Yu-bo pasti lebih
kejam dan lebih dahsyat dari pada yang diperkirakan Wan
Peng-wang. Suara ketiga ekor kuda itu sudah menjauh. Ye Xiang
masih berdiri di bawah pohon beringin.
Kegelapan membuatnya tenang. Ye Xiang ingin
menyelidiki seberapa besar peluang Sun Yu-bo untuk
menang. Tetapi dia tidak mampu untuk melakukannya.
Pikirannya sangat kacau, begitu mulai memikirkan hal ini,
pikiran terasa kosong melompong.
Dia merasakan bahwa kepalanya sangat sakit, sepasang
kakinya mendadak lemas dan dia terpaksa berlutut.
Sekarang dia sudah tidak dapat berpikir dia hanya bisa
berdoa. Dia berdoa dengan sepenuh hati memohon agar
jangan sampai terluka orang yang dia sayangi.
Ini adalah satu-satunya cara yang dapat dia lakukan. Air
mata mulai bercucuran. Dia tidak mempunyai tenaga untuk
membantu orang yang dicintainya.
Ye Xiang sebenarnya datang ke sana untuk menemui
Sun Yu-bo tetapi dia sekarang hanya bisa berlutut dan
berdoa. Lempeng besi yang dibawa oleh Lu Man-tian masih
terus dipegangnya. Lempengan besi ini tidak mengeluarkan
suara karena terlalu erat dipegang.
Karena terlalu kencang memegang lempengan ini,
tangan Lu Man-tian berubah menjadi putih dan urat-urat
tangannya bertonjolan.
Di atas meja sudah penuh dengan arak, Sun Yu-bo
duduk di dekat arak-arak itu.
Sebenarnya Sun Yu-bo ingin minum dan ingin
berbincang-bincang. Tetapi dia tidak bisa melakukannya,
hatinya sangat berat.
Hari hampir pagi, tidak ada orang di kediaman Sun Yubo.
Pengikut yang biasa mendampingi Lu Man-tian juga
tidak tampak di sana.
Rencana yang akan mereka susun tentulah sangat
rahasia dan merupakan suatu rencana besar.
Tiba-tiba Lu Man-tian bertanya pada Sun Yu-bo,
"Apakah kau dapat membuktikan bahwa Han Tang dan
Sun Jian tewas dibunuh oleh Wan Peng-wang?"
Sun Yu-bo mengangguk, tiba-tiba gelas yang dipegang
oleh Sun Yu-bo pecah, karena terlalu erat digenggam.
Lu Man-tian bertanya, "Apakah kau sudah mencari Yiqian-
long?" "Besok lusa dia akan ke sini, tidak perlu tergesa-gesa,
karena...."
Kelihatannya Lao-bo begitu kelelahan, sambil melihat
gelas yang pecah dengan perlahan dia berkata, "Aku harus
bicara denganmu."
Lu Man-tian berbicara, "Aku mengerti, masalah Lu
Xiang-chuan, akulah yang mesti bertanggung jawab."
Muka Lao-bo kelihatan sangat lelah dan. dia berkata,
"Aku selalu menganggap dia sebagai anak kandungku,
kadang-kadang aku lebih mempercayai dia dari pada
anakku sendiri, tetapi sekarang aku juga mencurigainya,
sebab ada suatu permasalahan, kecuali dia tidak ada orang
lain yang sanggup melakukan hal ini."
Bila mencurigai orang yang sangat kita percayai itu
merupakan suatu hal yang sangat menyakitkan.
Wajah Lu Man-tian sama tidak menampakkan suatu
ekspresi, dengan suara kecil dia berkata, "Aku akan
meyakinkan kau untuk tidak mencurigainya."
Suara Lu Man-tian sangat tenang dan ringan dan orang
lain tidak mengetahui maksudnya.
Sudut mulut Lao-bo tiba-tiba menjadi kencang dan dia
mengerti, "Hanya orang yang sudah mati saja yang
selamanya tidak akan dicurigai."
Setelah lama dia baru berkata, "Ibunya adalah adik
perempuanmu."
"Aku tahu, di perkumpulan tidak mengijinkan orang
untuk dicurigai, seperti dalam mata tidak boleh ada sebutir
pasir pun."
Lao-bo berdiri dan dia berjalan, bila ada masalah yang
tidak dapat dipecahkan atau ada kesedihan biasanya Lao-bo
akan melakukan hal ini.
Lu Mao Tian dan Lao-bo adalah teman seperjuangan,
dia mengetahui kebiasaan Lao-bo juga mengetahui bahwa
jika Lao-bo sedang memikirkan sesuatu dia tidak mau
diganggu, lebih-lebih tidak mau ada orang yang
mengganggunya dalam mengambil keputusan.
Agak lama Lau Bo baru berhenti berjalan-jalan dan
bertanya kepada Lu Man-tian, "Kau mencurigai Lu Xiangchuan
berapa persen?"
Kalimat ini ditanyakan oleh Lao-bo dengan singkat
tetapi Lu Man-tian tahu bahwa dia tidak boleh salah
menjawab, walaupun hanya satu kata.
Bila salah menjawab ini akan berpengaruh pada nyawa
orang lain. Lu Man-tian juga berpikir lama dan perlahan dia
menjawab, "Pada hari pemakaman saudara Tie Cheng-gang
apakah semua itu rencana Lu Xiang-chuan?"
"Benar."
"Apakah semua anak buah dia sendiri yang
mengaturnya?"
"Semua dia yang mengaturnya."
Lu Man-tian bertanya lagi, "Bagaimana dengan orangorang
yang mencari Han Tang?"
"Dia juga yang mengaturnya."
Lu Man-tian kembali bertanya, "Apakah karena Lu
Xiang-chuan, kau bermusuhan dengan Wan Peng-wang?"
Lao-bo tidak menjawab.
Lu Man-tian mengetahui bahwa pertanyaan ini tidak
masuk akal. Dia terus melanjutkan, "Bila bukan dia yang
mengatur, Wan Peng-wang tidak akan. begitu cepat
menyerang kita."
Lao-bo berkata, "Benar, walaupun antara kita dengan
Wan Peng-wang terjadi pertarungan, tetapi jika yang
menyerang terlebih dulu adalah kita mungkin kerugian
yang kita alami tidak begitu parah."
Tiba-tiba Lu Man-tian terdiam.
Lao-bo memandangnya dan berkata, "Aku menunggu
kesimpulanmu."
Mengambil kesimpulan sangat sulit dan menyedihkan,
tetapi Lu Man-tian tidak mempunyai pilihan lain.
Dia berdiri dan menundukkan kepalanya, lalu dia
berkata, "Paling sedikit aku bisa mencurigainya sebesar
50%." Kalimat ini sudah memvonis Lu Xiang-chuan dengan
hukuman mati. Meskipun 10% saja dicurigai dia harus mati. Lao-bo
terdiam lama, tiba-tiba dia mengeleng-gelengkan kepala,
sambil berteriak dia berkata, "Tidak mungkin, sama sekali
tidak mungkin."
"Apa yang tidak mungkin?" tanya Lu Man-tian.
"Aku tidak mengijinkan kau membunuhnya."
Lu Man-tian terdiam, dia bertanya lagi, "Apakah kau
sendiri yang akan membunuhnya?"
"Aku sendiri pun tidak sanggup."
"Orang yang bisa membunuhnya tidaklah banyak,
mungkin Yi-qian-long akan sanggup...."
Lu Man-tian tertawa dingin dan berkata, "Yi-qian-long
hampir 15 tahun tidak pernah menggerakkan tubuh
kemungkinan tangannya sudah sangat lemas seperti tangan
perempuan. Tangannya hanya bisa digunakan untuk
mengelus pantat perempuan."
Lao-bo tertawa, dia merasa lucu bila melihat hubungan
antara Lu Man-tian dengan Yi-qian-long, dia juga tidak
berusaha untuk menyatukan mereka.
Seseorang bila mau mengatur orang lain dengan baik,
maka dia harus bisa belajar memakai cara ini, yaitu
memakai ketidak-cocokan mereka.
Tanya Lu Man-tian lagi, "Apakah Lu Xiang-chuan
sudah mengetahui bahwa kita sudah mencurigainya?"
"Kemungkinan dia belum mengetahuinya."
"Kalau begitu segera kita ambil tindakan, jangan sampai
menunggu dia menjadi waspada, jika dia sudah berada
dalam keadaan waspada itu akan menyulitkan kita."
Lao-bo terdiam dan mengeleng-gelengkan kepala,setelah
lama dia baru berkata, "Sekarang belum waktunya untuk
bertindak."
"Mengapa?"
"Kita harus memberikannya sebuah ujian lagi untuk
menguji kesetiaannya."
"Bagaimana kita harus mengujinya?" tanya Lu Mantian.
Lao-bo tidak segera menjawab.
Lao-bo mencari gelas lagi, dan menuangkan arak ke
dalam gelas, gerakannya ini menyatakan bahwa Lao-bo
sudah kembali tenang, dan dia sedang menyusun sebuah
rencana berikutnya.
Lao-bo dengan perlahan meminum arak itu dan berkata,
"Orang yang mencari Han Tang adalah orang suruhan
Feng Hao, kau sudah tahu orang itu?"
"Aku tahu orang itu, dia adalah orang yang aku bawa
dari tempat lain."
Lao-bo mengangguk, tertawa dan berkata,
"Kelihatannya kau sudah dapat menekan keinginan untuk
minum dan main perempuan. Oleh karena itu
konsentrasimu tidak buyar."
Lu Man-tian mengangkat gelas yang berisi arak tetapi dia
tidak ingin meminum arak itu, dia hanya ingin menutup
wajahnya dengan gelas arak supaya Lao-bo tidak dapat
melihat wajahnya yang memerah.
Dalam beberapa tahun ini hobinya untuk minum arak
dan main perempuan berkurang, bila dibandingkan pada
masa mudanya kesempatan yang datang lebih besar dari
pada sekarang. Hari-hari tua digunakan untuk menikmati hidup.
Lu Man-tian sudah merasakan otot-otot pada tubuhnya
mulai mengendur, nalurinya juga sudah berkurang, namun
mengenai masalah Feng Hao dia tidak akan pernah
melupakannya. Anak buah Lao-bo yang sangat dipercaya itu adalah
orang yang satu desa dengannya.
Orang ini tidak begitu tangguh namun kesetiaannya tidak
ada yang bisa menandingi. Apalagi anak buah Lao-bo yang
bernama Feng Hao.
"Apakah Feng Hao juga orang yang diatur oleh Lu
Xiang-chuan?"
Lao-bo menghela nafas, "Aku sudah banyak memberi
tugas kepadanya dan semuanya dapat dia lakukan dengan
sangat baik dan belum pernah membualku kecewa."
Tiba-tiba Lao-bo tertawa, "Yang bernama Feng Hao
begitu mendengar berita kematian Han Tang, Dia langsung
datang kemari dan sekarang masih menunggu di depan."
"Apakah berita kematian Han Tang belum tersebar?"
Lao-bo mengangguk dan berkata, "Kecuali aku dan
orang yang membunuh Han Tang."
"Apakah Lu Xiang-chuan sudah tahu?" tanya Lu Mantian.
"Bila dia tidak bersekongkol dengan Wan Peng-wang dia
tidak akan tahu, oleh karena itu...."
Lao-bo menuang arak lagi dan berkata, "Karena itu aku
akan segera mencari Lu Xiang-chuan."
Lu Man-tian tidak begitu mengerti maksud Lao-bo.
Dia mencoba menanyakan lagi, "Apakah kau mengenal
Feng Hao?"
Lu Man-tian menjawab, "Apakah dia adalah anak buah
Wan Peng-wang yang bernama Tie Peng" Katanya dia
sudah meninggalkan tempatnya, dan tidak ada yang
mengetahui ke mana dia pergi."
Wajah Lao-bo sangat puas dia berharap anak buahnya
bisa seperti Lu Man-tian, mengetahui situasi yang terjadi.
Lao-bo menuang arak dan memberikannya kepada Lu
Mao Tian lalu dia berkata, "Sudah tiga hari Tie Peng pergi
dari rumahnya, besok dia akan sampai di kota Hang-chou
dan akan tinggal di penginapan, karena itu Wan Peng-wang
akan menyuruh orang untuk menghubungi orang itu."
"Apakah berita ini dapat dipercaya?"
Lao-bo tertawa dan berkata, "Tujuh tahun yang lalu
sudah ada orang yang tinggal di dalam perkumpulan Wan


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Peng-wang di antaranya ada seseorang pernah menjadi
tangan kanan Rang Gong."
Lu Man-tian sangat kagum terhadap Lao-bo, Lao-bo
bukan semacam orang yang bila ingin makan buah pir, dia
baru menanamnya, tapi lama dia sudah menanam bibit,
dan bibit itu sudah menjadi pohon yang siap diambil
buahnya. "Apakah kau sudah mengetahui maksudku?" tanya Laobo.
"Apakah kau menyuruh Lu Xiang-chuan untuk pergi
mencari Han Tang?"
"Tidak salah, jika Lu Xiang-chuan tidak bersekongkol
dengan Wan Peng-wang dia tidak akan tahu kabar
kematian Han Tang dan juga tidak tahu kabar perjalanan
Rang Gong, dia pasti akan pergi...."
Lao-bo berkata lagi, "Tetapi dia bukan mencari Han
Tang, tetapi membunuh Han Tang."
Ooo)dw(ooO Lu Xiang-chuan sangat terkejut ketika dia menerima
tugas untuk membunuh Han Tang.
Lao-bo dengan tegas berkata, "Aku sudah
menjelaskannya apakah kau masih belum mengerti?"
Lu Xiang-chuan menundukkan kepalanya, dia tidak
berani untuk bertanya lagi. Perintah dari Lao-bo belum
pernah dia curigai.
Setelah lama Lao-bo baru berkata, "Aku menyuruhmu
membunuh Han Tang, karena aku sudah lama tahu dia
tidak menyukaiku, dia menganggap bahwa aku telah
meremehkannya dan dia berniat untuk bekerja pada orang
lain." Penjelasan ini sangat masuk akal dan dengan mudah
dapat dipercayai orang.
Lu Xiang-chuan dengan marah bertanya, "Apakah dia
bekerja sama dengan Wan Peng-wang?"
"Benar, dia sudah berjanji dengan Tie Peng akan
berunding, tempat yang disepakati oleh mereka adalah
penginapan di Hang-chou waktu pertemuan yang disepakati
adalah esok malam."
"Apakah aku boleh membawa anak buahku?" tanya Lu
Xiang-chuan. "Jangan sebab di dalam perkumpulan kita ada
pengkhianat, gerakan kali ini tidak boleh diketahui oleh
orang lain."
Lu Xiang-chuan tidak bertanya lagi dan dia berkata,
"Aku sudah mengerti aku akan segara berangkat."
Perintah Lao-bo harus segera dilaksanakan, baik tugas
yang mudah atau tugas yang sulit. Baik tugas itu bisa
diselesaikan seorang diri, semua itu bukan urusan Lao-bo
lagi, walaupun Lao-bo memerintahkan untuk
memindahkan gunung maka dia harus membawa cangkul
untuk melaksanakan tugas tersebut.
Sejak awal Lu Man-tian. mendengarkan pembicaraan
mereka, sejak Lu Xiang-chuan masuk ke dalam rumah ini,
Lu Man-tian terus mengawasi ekspresi Lao-bo saat
memberi perintah kepada Lu Xiang-chuan.
Sekarang dia baru kagum kepada Lao-bo juga merasa
sangat beruntung karena dia tidak melakukan sesuatu yang
membuat Lao-bo curiga.
Siapa pun yang membohongi Lao-bo artinya dia sedang
menggali lubang kuburnya sendiri.
Lu Man-tian berharap Lu Xiang-chuan tidak bertindak
bodoh dia berharap Lu Xiang-chuan berhasil membawa
pulang kepala Tie Peng, dengan itu. dia dapat membuktikan
kesetiaannya kepada Lao-bo, biar bagaimanapun Lu Xiangchuan
adalah keponakannya sendiri. Paman mana pun juga
pasti akan berpikir demikian.
Lu Xiang-chuan mendorong pintu rumahnya dan masuk
ke dalam, dia melihat Lin Xiu.
Kapan pun saat dia mendorong pintu rumah dia pasti
dapat bertemu dengan Lin Xiu.
Lin Xiu adalah istrinya, mereka sudah menikah lama,
tetapi perasaan mereka masih seperti dulu.
Lu Xiang-chuan tidak pernah meragukan kesetiaan
istrinya, biarpun Lu Xiang-chuan pergi sangat lama tetapi
istrinya tak pernah marah. Sudah lama Lu Xiang-chuan
tidak mendapatkan tugas, maka dia menghabiskan waktu di
rumah untuk berkumpul.
Rumah mereka berada di dalam taman bunga Lao-bo.
Sebab setiap saat bila Lao-bo membutuhkan Lu Xiangchuan
maka dia bisa langsung mencari di dalam rumah itu.
Mengenai ini, Lin Xiu tidak pernah mengeluh. Lin Xiu
juga seperti suaminya sangat hormat kepada Lao-bo.
Biarpun dulu pernikahan mereka tidak begitu, disetujui oleh
Lao-bo, karena Lin Xiu adalah orang bagian selatan. Laobo
berharap istri Lu Xiang-chuan satu desa dengan dia.
Lin Xiu berdiri dengan tersenyum menyambut suaminya
pulang. Dia dengan lembut bertanya, "Tidak disangka kau sudah
pulang. Aku takut kau tidak bisa sarapan hari ini, oleh
karena itu aku sudah menyiapkan seekor ayam untuk
dimasak dengan sayur yang kau suka."
Begitu habis cerita, dia sudah membalikkan tubuh.
Untuk mempersiapkan masakan dia tidak sempat melihat
ekspresi Lu Xiang-chuan.
Dengan tertawa Lin Xiu berkata lagi, "Ibuku pernah
berkata, bila sarapan kenyang maka seharian penuh orang
ini akan teras bersemangat."
Lu Xiang-chuan terus melihat pinggang istrinya, dia
tidak mendengar Lin Xiu sedang berbicara apa.
Pinggang istrinya tidak selangsing dulu lagi tapi bagi
seorang perempuan yang sudah lama menikah ini sudah
cukup lumayan. Tiba-tiba Lu Xiang-chuan memeluk pinggang istrinya.
Lin Xiu tertawa dan berkata, "Lepaskan aku dulu, aku
akan melihat apakah kuah ayam sudah dingin."
"Aku tidak mau makan ayam, aku mau memakanmu."
Wajah Lin Xiu memerah, dengan malu dia berkata,
"Paling sedikit pintunya harus ditutup dulu."
Di mata orang lain Lu Xiang-chuan adalah orang yang
dingin dan kejam tapi hanya Lin Xiu yang mengetahui
bahwa Lu Xiang-chuan adalah orang yang sangat hangat.
Kehangatan Lu Xiang-chuan tidak pernah pudar.
Tapi hari ini Lin Xiu merasa gerakan Lu Xiang-chuan
sangat lamban, sepertinya dia tidak begitu, berkonsentrasi.
Cinta Bernoda Darah 5 Dewa Arak 68 Biang-biang Iblis Sepasang Naga Penakluk Iblis 9
^