Bara Maharani 16
Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 16
sebuah lenganpun dia bisa hidup sampai ini hari, hal
tersebut membuktikan bukan manusia sembarangan"
Malaikat kedua Sim Ciu mendengus, ia segera
mendekati Pek Soh Gi dan ayunkan telapaknya untuk
membebaskan jalan darahnya yang tertotok.
"Tunggu sebentar!" tiba-tiba Sim Kian berseru, "Malam
yang panjang akan mendatangkan impian yang banyak,
apa yang musti kita tunggu lagi?"
"Apa yang telah dikatakan Jin Hian?" seru Sim Kian
sambil tertawa dingin....
Mula mula Sim Ciu tertegun, kemudian sambil
berpaling ke dalam gua teriaknya keras-keras.
"Tio Sam-koh, ayoh keluar memberi jawaban!"
Hoa Thian-hong yang bersembunyi dibalik kabut hitam
merasa tertegun sesudah mendengar bentakan itu, ia
merasa jarak antara mereka berdua dengan dirinya
bertiga terpaut sejauh beberapa tombak, tak mungkin
mereka bisa tahu dengusan napas mereka apalagi kabut
hitam itu tebal sekali dan amat beracun sehingga sejak
tadi mereka semua telah menutup pernapasan, tentu
saja dalam keadaan begini tak mungkin mereka bisa tahu
jejak mereka yang ada di dalam gua lewat pernapasan.
Begitulah, seruan dari Sim Ciu dengan cepat membuat
semua orang tertegun dan merasa sedikit diluar dugaan.
Tio Sam-koh tertegun lalu menyinggung lengan Hoa
Thian-hong memberi tanda kepadanya agar tidak
menggubris. Tiba-tiba terdengar Sim Kian berkata pula dengan
nada dingin. "Tio Sam-koh, kalau engkau tak mau unjukkan diri
lagi, jangan salahkan kalau aku orang she Sim akan
segera memasang api"
Terkejut hati Hoa Thian-hong mendengar ancaman
tersebut, pikirnya, "Aku rasa sepasang malaikat itupun
tahu kalau gua ini tak boleh bertemu dengan api apa
daya sekarang?"
Sementara itu Sim Ciu telah berkala pula.
"Loo-toa, perduli amat di dalam gua ada manusia atau
setan, kita lepaskan api saja untuk membakarnya,
bukankah dengan cepat kita akan tahu disana ada
setannya atau tidak"
Mendengar sampai disitu, Tio Sam-koh segera menarik
tangan Hoa Thian-hong serta Hoa In dan meloncat
mundur ke belakang. Hoa Thian-hong merasa terkejut
bercampur curiga, buru-buru ia berkelebat kesisi ibunya.
Sepasang telapak Hoa Hujien masih menempel di atas
tanah dan tubuhpun masih tetap duduk tak berkutik di
tempat semula, pada saat itu ia membuka matanya dan
berbisik. "Kalian semua mundur ke belakang punggungku
begitu melihat cahaya api segera lancarkan angin
pukulan ke arah luar"
Gua tersebut gelap gulita sulit melihat kelima jari
tangan sendiri ketika Hoa Hujien membuka sepasang
matanya maka terlihatlah cahaya tajam yang amat
menyilaukan mata seakan-akan bintang yang gemerlapan
di udara gelap memancar keluar dari balik matanya.
Hoa Thian-hong amat terperanjas, ia tak mengira
kalau tenaga dalam yang dimiliki ibunya telah mencapai
taraf yang begitu sempurnanya, untuk beberapa saat
lamanya kerena pengaruh emosi ia tak mampu
mengucapkan separah katapun.
Hoa In sendiri, dia diam-diam merasa terperanjat,
mereka bertiga segera berdiri di belakang Hoa Hujien,
hawa murni disalurkan ke dalam telapak dan setiap saat
menantikan perubahan.
Jarak antara gua bagian dalam dan gua bagian luar
terpaut belasan tombak jauhnya bila melancarkan
serangan dari dasar gua maka tenaga pukulannya sukar
untuk mencapai mulut gua, keistimewaan di dalam hal ini
tidak diketahui oleh Hoa Thian-hong serta Hoa In,
merekapun tak berani banyak bertanya karena musuh
tangguh sedang berada di depan mata, terpaksa sambil
salurkan hawa murni dengan tenang mereka nantikan
munculnya cahaya api dari luar gua.
Rupanya Jin Hian telah menduga bahwa orang yang
bersembunyi di dalam gua itu pastilah Hoa Hujien, hanya
saja karena ia gentar atas kecemerlangan nama besar
Hoa Hujien di masa lampau, ditambah pula nenek buta
sudah menderita kekalahan maka akhirnya dia ambil
keputusan untuk menyelesaikan semua persengketaan ini
dalam pertemuan besar Kian ciau tay hwee.
Sungguh kebetulan ketika mereka kembali ke markas,
Liong bun Siang sat baru tiba, mendengar kisah tersebut
mereka merasa tidak puas dan bersikeras akan datang
menyelidiki duduk perkara yang sebenarnya, walau pun
begitu merekapun mengetahui akan kelihayan dari Hoa
Hujien, maka kewaspadaan merekapun dipertingkat.
Sebagian besar orang persilatan mengetahui bahwa
dalam gua kuno itu mengandung udara gas yang amat
beracun dan tak bisa didiami oleh manusia, kini dengan
suatu gerakan yang manis Hoa Hujien berhasil memaksa
pancaran gas beracun itu langsung membumbung
kedinding bukit sehingga membuat gua kuno itu terbagi
jadi dua bagian kejadian tersebut boleh dibilang
merupakan suatu hal yang sama sekali tak terduga.
Liong bun siang sat sendiripun menduga bahwa Hoa
Hujien masih bersembunyi di dalam gua, tapi karena
mereka tak tabu keadaan yang sebenarnya dari gua kuno
itu, untuk beberapa waktu kedua orang itu tak berani
bertindak secara gegabah.
Setelah menunggu beberapa saat lamanya dan baik
gua masih belum juga nampak adanya suatu gejala, rasa
was-was dalam hati dua bersaudara itu makin berkurang.
Malaikat kedua Sim Ciu segera membentak nyaring.
"Nenek bangkotan she Tio, kalau engkau
menyembunyikan diri terus menerus seperti kura-kura
ketakutan, jangan salahkan kalau aku orang she Sim
akan menyumpal delapan keturunanmu!"
Kedudukan serta nama besar Hoa Hujien di dalam
dunia persilatan amat tinggi dan di hormati semua orang,
rupanya mereka segan untuk secara langsung mencari
gara-gara dengan dirinya, maka yang dicari adalah Tio
Sam-koh. Bisa dibayangkan betapa gusarnya Tio Sam-koh
mendengar teriakan tersebut dengan cepat ia gerakkan
tubuhnya siap menerjang keluar dari gua itu, mendadak
ia teringat bahwa Hoa Hujien pada saat ini sedang
mencapai keadaan yang paling kritis, ia takut jika
keadaan bertambah seru maka mereka terpaksa harus
tinggalkan tempat itu, andai kata hawa murni sampai
buyar, bukan saja susah payahnya selama ini akan
menemui kegagalan bahkan kemungkinan besar akan
mengalami jalan api menuju neraka.
Mengingat betapa besarnya akibat yang bakal
ditimbulkan, terpaksa Tio Sam-koh menahan amarahnya
dan menghentikan gerakan tubuh yang sudah mencapai
tepi gua itu. Hoa Thian-hong mengetahui bahwa nenek itu
berwatak berangasan, melihat ia berhasil menguasai diri
dalam hati kecilnya pemuda ini merasa amat berterima
kasih, segera bisiknya, "Sam po, bersabarlah sebentar!
cepat atau lambat Seng ji pasti akan bereskan manusiamanusia
jahanam tersebut agar rasa dongkol sam po
bisa terlampiaskan"
Bluuum....! tiba-tiba kabut warna hitam yang amat
tebal itu seakan-akan terhantam oleh segulung angin
pukulan yang amat dahsyat dengan cepatnya
menggulung ke dasar gua hingga jaraknya dengan dasar
gua dimana mereka berada dekat sekali.
Hoa In dengan cepat bertindak, dia lancarkan sebuah
pukulan dengan ilmu Sau yang ceng ki untuk memaksa
kabut hitam itu meluncur kembali ke tempat semula.
Sementara itu Sim Ciu jadi semakin berani setelah
dilihatnya angin pukulan yang dia lancarkan sama sekali
tidak menunjukkan perubahan apapun juga, katanya,
"Mungkin saja mereka telah berlalu dari tempat ini!"
Dengan langkah lebar ia berjalan maju ke depan
hingga tiba di depan gumpalan asap warna hitam itu,
telapaknya diayun dan kembali dia lancarkan sebuah
pukulan dahsyat kemuka.
Blaaam.... segulung angin pukulan yang amat dahsyat
dengan cepatnya menerobos masuk melewati kabut
hitam dan langsung menerjang ke dalam gua.
Tapi dari balik gua sama sekali tidak memperlihatkan
reaksi apapun juga, tanpa terasa Sim Ciu mengerutkan
dahinya. "Loo toa!" ia berseru, "rupanya gua ini kosong tak
berpenghuni, biar aku masuk ke dalam untuk memeriksa
keadaan disitu!"
"Tak usah diperiksa lagi," tukas malaikat pertama Sim
Kian dengan nada dingin, "sudah lama kudengar bahwa
kabut hitam itu segera akan terbakar bila terkena api,
kita coba saja melepaskan api kedalam"
Habis berkata dia mengempit tubuh Pek Soh Gi yang
masih tertotok jalan darahnya dan mengundurkan diri
keluar gua. Malaikat kedua Sim Ciu termenung sebentar, akhirnya
dia mengundurkan diri sejauh dua tombak lebih dari
tempat semula lalu mengambil api untuk kemudian
dilemparkan kedalam.
"Blamm.... ketika cahaya api bertemu dengan udara
gas berwarna hitam itu terjadilah ledakan keras yang
disertai percikan cahaya api yang menerangi seluruh gua
tersebut. Hoa Thian-hong yang bersembunyi di dalam gua,
segera merasakan sengatan hawa panas yang luar biasa
dahsyatnya, dalam keadaan demikian masing-masing
orang segera melancarkan sebuah pukulan ke arah
depan. Ilmu Sau yang ceng ki dari Hoa In merupakan
kepandaian tenaga dalam yang sangat ampuh, tenaga
dalam Tio Sam-koh yang mencapai enam puluh tahun
hasil latihan serta tenaga dalam Hoa Thian-hong berkat
kerja teratai racun empedu api bisa di bayangkan betapa
mengerikannya tenaga gabungan dari ketiga orang tokoh
sakti terse but.
Baru saja cahaya api meletus di angkasa, angin
pukulan yang amat dahsyat itu sudah menerjang keluar
membawa percikan api yang menyengat badan keluar
dari mulut gua.
Malaikat kedua Sim Ciu amat terperanjat, dengan
ketakutan ia loncat keluar dari gua tersebut.
Dalam waktu singkat cahaya api segera padam dan
suasana disekeliling tempat itupun putih kembali dalam
kegelapan, bau gas yang amat tebal dan menusuk
penciuman tersebar disekeliling tempat itu.
Sepasang malaikat dari perguruan naga adalah
gembong iblis yang berpengalaman luas, tentu saja
mereka pun tahu bahwa pancaran api yang muncul
keluar gua adalah berkat hasil pukulan dari Hoa Thianhong
sekalian yang bersembunyi dalam gua.
Sekarang dua orang bersaudara itu baru mengetahui
bahwa di dalam gua masih terdapat sebuah ruang lain
yang aman, dan Tio Sam-koh sekalian menyembunyikan
diri disitu. Sepasang malaikat dari perguruan naga saling
bertukar pandangan sekejap, sorot mata mereka berdua
sama-sama memancarkan sikap ke ragu-raguan.
Haruslah diketahui baik Tio Sam-koh mau pun Hoa In
sama-sama merupakan jago lihay yang berkepandaian
tinggi, sekalipun sepasang malaikat dari perguruan naga
merasa yakin dapat menangkan mereka berdua, namun
selisih kepandaian diantara mereka boleh dibilang tipis
sekali, kendatipun kemenangan masih berada
dipihaknya, itupun harus diperjuangkan secara matimatian.
Andaikata Hoa Hujien benar-benar berada di dalam
goa, dengan dua lawan tiga maka keadaan mereka dua
bersaudara akan runyam.
Keadaan mereka pada saat ini boleh dibilang ibaratnya
menunggang di atas punggung harimau, mau turun tak
berani mau tetap duduk disitupun sungkan.... sementara
mereka masih berdiri dengan wajah kebingungan, tibatiba
dari jembatan seberang berkumandang datang suara
langkah manusia yang amat lirih.
Liong bun siang sat sama-sama tertegun dan segera
berpaling ke belakang, tampaklah belasan sosok
bayangan manusia dengan kece patan bagaikan
sambaran kilat sedang bergerak mendekat.
Dalam waktu singkat seorang kekek berbadan tinggi
kurus telah tiba lebih dahulu di tempat itu, dia bukan lain
adalah Jin Hian ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie, di
sampingnya mengikuti seorang jago pula dan dia adalah
salah seorang tulang punggung perkumpulan Hong-imhwie
yang bukan lain adalah Yan-san It-koay.
Diam-diam Liong bun siang sat merasa kegirangan
melihat kehadiran jago-jago lihay tersebut, Sim Kian
segera melemparkan tu buh Pek Soh Gi ke depan sambil
serunya diiringi gelak tertawa berat, "Sungguh kebetulan
sekali kedatangan Cong Tang-kee di tempat ini, dialah
putri sulung dari Pek Siau-thian, coba periksalah
benarkah dia adalah pembunuh yang telah
membinasakan Bong ji?"
Ketika tubuh gadis itu dilontarkan ke depan, jalan
darahnya telah ditotok bebas, Jin Hian segera
menangkapnya dan membentak dengan wajah
menyeringai seram, "Pasang obor!"
Dalam waktu sekejap, delapan orang pengawal golok
emas yang dibawa serta oleh Jin Hian telah memasang
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
obor dan menggangkat tinggi-tinggi, suasana disekeliling
gua kuno pun menjadi terang benderangbagaikan berada
disiang hari. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran
kilat, Jin Hian menatap wajah Pek Soh-gie tanpa
berkedip, di dalam ketajaman matanya terpancar keluar
cahaya seram yang menggidikan hati, seakan-akan ia
hendak menembusi isi hati gadis itu.
Pek Soh-gie tetap tenang dan air mukanya sedikitpun
tidak beruba, mukanya yang cantik dengan biji matanya
yang bening dan jeli memandang wajah Jin Hian penuh
kehalusan dan ketenangan, begitu halus dan tenang
keadaannya sehingga mengherankan semua orang yang
hadir disitu. Beberapa waktu kemudian, tangan Jin Hian yang
mencengkeram bahu Pek Soh-gie nampak gemetar
keras, cahaya matanya yang bengis bagaikan iblis kian
lama kian bertambah kalut dan kacau tak karuan,
mukanya berkerut kencang.... akhirnya dia menundukan
kepala, menghela napas dan berdiri termangu-mangu,
lama sekali tak mengucapkan sepatah katapun jua.
Tiba-tiba terdengar Yan sat It koay berseru, "Pek Sohgie
masih gadis psrawan, sedang Bong ji dengan
pembunuh itu pernah melakukan hubungan badan.... aku
rasa urusan ini agak sedikit tidak beres...."
Walaupun Pek Soh-gie berwajah cantik jelita bagaikan
bidadari yang baru turun dari kahyangan, namun
dandanannya sederhana dan biasa sekali, dari tubuhnya
terpancar pula kehalusan budi serta keramah tamahan
yang begitu meyakinkan, membuat barang siapa pun
yang melihat tentu tak akan percaya kalau dia adalah
seorang pembunuh.
Jin Hian berpengalaman luas dan berpandangan luas,
tentu diapun mengetahui bahwa Pek Soh-gie masih
perawan suci, atau dengan perkataan lain tak mungkin
dia adalah pembunuh yang membunuh putranya serta
mencuri barang berharga.
Dengan sepasang alis berkerut Sim kian segera
berseru, "Aku lihat di dalam persoalan ini tentu ada
orang yang sengaja membolak balikkan duduk
perkara...."
Tiba-tiba terdengar Pek Soh Gi berkata, "Apakah
engkau adalah Jin locianpwee?"
Jin Hian melototkan matanya bulat-bulat, setelah
menenangkan hatinya dia mengangguk.
"Sedikirpun tidak salah, akulah Jin Hian engkau ada
perkataan apa yang hendak disampaikan?"
"Boanpwee belum pernah menyeberangi sungai
Huang-ho menuju keutara, dan akupun belum pernah
membunuh orang...."
Jin Hian menggertak giginya kencang-kencang
sehingga berbunyi gemerutukan, tiba-tiba ia berpaling ke
arah gua kuno itu sambil bentaknya keras-keras, "Hoa
Thian-hong! Kalau engkau tak menunjukkan diri lagi,
janganlah salahkan kalau aku akan bertindak kasar
kepadamu!"
Rupanya pikiran jago tua ini sedang kacau sekali,
selesai mengucapkan kata-kata tersebut dia segera
ulapkan tangannya kepada seorang pengawal golok
emas yang berada disisinya sambil membentak.
"Lepaskan anak panah!"
Kiranya kawanan pengawal golok emas itu kecuali
menyoren sebilah golok bergagang emas yang besar,
pada pinggang masing-masing menyandang pula
gendewa serta anak panah yang berujung bulat telur,
sekilas memandang siapapun tahu kalau anak panah
yang mereka siapkan adalah panah-panah berapi.
Setelah mendapat perintah dari Jin Hian, buru-buru
pengawal golok emas itu menyiapkan gendewa dan
mengambil anak panah, setelah membakar ujungnya
panah tersebut segera dibidikkan ke dalam gua,
Sreeet....! Serentetan cahaya api dengan cepat meluncur
masuk ke dalam gua yang gelap itu.
Gelak tertawa berkumandang memecahkan kesunyian,
sambil menjepit batang anak panah itu dengan ketiga jari
tangannya, perlahan-lahan Hoa Thian-hong munculkan
diri dari dalam gua diiringi Tio Sam-koh serta Hoa In
dibelakangnya. Pepatah mengatakan: Budha harus memakai emas
dan manusia harus memakai pakaian, kemarin baju yang
dikenakan Hoa Thian-hong tidak komplit dan keadaannya
mengenaskan sekali, sebaliknya hari ini dengan pakaian
yang baru serta pedang baja tersoren di atas pinggang,
keadaannya nampak begitu gagah dan mengagumkan.
Liong bun siang sat baru pertama kali ini bertemu
dengan Hoa Thian-hong, menyaksikan sikapnya yang
gagah tanpa terasa mereka mendengus dingin.
Pek Soh Gi segera mementang matanya yang jeli
ketika menyaksikan kemunculan Hoa Thian-hong dari
dalam gua, dengan hati kejut bercampur girang serunya,
"Oooh....! ternyata Hoa toako benar-benar terlepas dari
mara bahaya, ketika Ciu locianpwee mengatakan hal itu
kepadaku, aku masih tidak berani untuk
mempercayainya!"
Hoa Thian-hong tertawa dengan wajah minta maaf,
ujarnya, "Aku tak mampu menyelamatkan jiwa nona,
kalau diingat benar-benar menyesal sekali!"
"Hoa toako tak usah sungkan-sungkan"
Hoa Thian-hong segera memberi hormat kepada Jin
Hian, lalu bertanya.
"Ketua Jin, kau memanggil diriku keluar entah ada
urusan apa?"
Jin Hian tertawa seram.
"Heeeh.... heeeh.... heeeh.... harap Hoa Lo te suka
menyampaikan kepada ibumu, katakanlah kalau aku ada
urusan hendak bertemu dengan dirinya"
"Ketua Jin sebagai pemimpin dari suatu perkumpulan
besar, sudah sepantasnya kalau ibuku menemui dirimu
dengan segala kehormatan," kata Hoa Thian-hong
dengan wajah serius.... sayang sekali dia orang tua
sedang berlatih suatu ilmu dan tak mungkin untuk keluar
dari gua, karena itu aku mohon ketua Jin bisa
memakluminya dan boanpwee mewakili ibuku minta
maaf yang sebesar-besarnya"
Mendengar perkataan itu, Jin Hian segera berpikir di
dalam hati, "Jadi kalau begitu, orang yang bersembunyi
di dalam gua benar-benar adalah bininya Hoa Goan
Sin....!" Berpikir sampai disini, sorot matanya segera menyapu
sekejap ke arah Pek Soh Gi dan berkata kembali, "Nasib
aku orang she Jin memang benar-benar buruk, sudah
begini tua harus kehilangan satu-satunya putera
tunggalku.... aaai! Sampai sekarangpun aku masih belum
mengetahui macam apakah pembunuhnya, apakah dia
laki atau perempuan, cantik atau jelek.... kecuali Hoa loo
te, tak ada orang lain yang, mengetahui lagi"
Hoa Thian-hong termenung dan membayangkan
kembali keadaan pada saat terjadinya peristiwa itu,
kemudian ia menjawab, "Aku rasa pembunuh itu sudah
mempunyai susunan rencana yang amat masak, pergi
datangnya bukan saja menutupi raut wajah dengan kain
hitam bahkan diapun minta kepada putramu untuk
melarang semua orang melakukan pengintaian, dari sini
memang bisa ditarik kesimpulan bahwa cuma aku
seorang yang pernah mengetahui raut wajah aslinya"
Ia berhenti sebentar, sesudah termenung,
sambungnya lebih jauh, "Aaaai....! Meskipun aku pernah
bertemu dengan raut wajah sang pembunuh, tapi kalau
dipikir lebih seksama maka aku rasa belum tentu yang
kusaksikan adalah raut wajahnya yang sebenarnya"
"Hmmm! apakah engkau punya mata tak berbiji?"
sindir Sim Gui malaikat kedua dari Liong bun siang sat
dengan nada dingin.
Air muka Hoa Thian-hong berubah membesi,
tegurnya, "Aku rasa engkau tentulah malaikat kedua dari
Liong-bun bukan" Huuh....! Sebagai seorang angkatan
tua dari dunia persilatan, kalau bicara mengapa tak tahu
adat dan sopan santun" Munekinkah engkau tak pernah
mendapat pendidikan?"
"Hmmm! Kalau engkau menganggap aku tak tahu
adat, panggil saja ibumu suruh dia yang menuntut
kepadaku...."
Hoa Thian-hong tertawa dingin.
"Engkau anggap aku tak mampu untuk menuntut
dirimu?" ejeknya.
Baik Liong bun siang sat maupun Yan-san It-koay
semuanya merupakan jago-jago lihay yang mengerubuti
Hoa Goan Sin ketika dilangsungkan pertemuan besar Pak
beng Hwee, atau dengan perkataan lain mereka adalah
musuh besar pembunuh ayahnya dari Hoa Thian-hong.
Walaupun pemuda itu tetap memegang teguh pesan
ibunya yang mengharuskan dia mengesampingkan
masalah pribadi lebih dahulu, akan tetapi setelah
berjumpa dengan musuh besarnya tak urung hawa
kegusaran bergelora juga di dalam dadanya.
Malaikat kedua Sim Kian sebagai seorang jago yang
amat lihay tentu saja tidak pandang sebelah matapun
terhadap diri Hoa Thian-hong, dengan sorot mata
berkilat serunya sambil tertawa seram.
"Bajingan cilik yang tak tahu diri, akan kutangkap
dirimu lebih dahulu.... akan kulihat ibumu akan unjukkan
diri atau tidak?"
Sambil berkata ia menerjang maju ke depan, kelima
jari tangannya bagaikan cakar garu dan segera
mencengkeram dadanya.
Hoa In yang berada dibelakang, pemuda ini segera
mendengus dingin, sambil ayun telapaknya melancarkan
serangan ia segera menerjang maju ke depan.
"Hey, tua bangka! apakah engkau adalah Hoa In?"
bentak Sim Ciu dengan alis berkerut.
Tubuhnya menerjang maju ke depan, dan diapun
mengirim satu pukulan pula kemuka.
"Hmm! Kalau benar, ada apa?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung kedua
orang itu sudah saling membentur satu sama lainnya
untuk kemudian berpisah kembali, dalam benturan itu
tubuh Sim Ciu terdesak mundur kembali ke belakang,
sedangkan Hoa In tetap menghadang dimulut gua,
sepasang kakinya terpantek di atas tanah dan sedikitpun
tak bergeser. Dalam pada itu, Jin Hian telah berpikir di dalam hati.
"Pek Soh Gi tidak mirip pembunuh yang melakukan
pembunuhan berdarah tersebut, dan Bong ji sudah pasti
bukan mati ditangannya.... kalau tidak urusan tentu tak
akan beres-beres...."
Berpikir sampai disini, kepada Yan-san It-koay serta
Sim Kian segera ujarnya, "Aku harap lo koko berdua suka
membayangi diriku dari samping arena, aku hendak
bertempur beberapa gebrakan melawan Hoa loo-te
tersebut" "Cong Tang-kee, mengapa kau harus turun tangan
sendiri?" seru Sim Kian dengan cepat.... biarlah aku
orang she Sim yang mewakili dirimu!"
Habis berkata ia segera berjalan menuju kemulut gua.
Pada saat itu Hoa Thian-hong sekalian masih berdiri
berjejer di depan mulut gua, meskipun pertarungan
antara Hoa In melawan Sim Ciu berlangsung dengan
serunya, namun tak seorangpun yang bersedia
tinggalkan tempat kedudukan mereka, kalau ditinjau
keadaan tersebut jelas membuktikan bahwa beberapa
orang itu hendak mempertahankan mulut gua itu matimatian
dan tidak memberi kesempatan pada musuhnya
untuk masuk ke dalam gua.
Ketika menyaksikan Sim Kian berjalan menghampiri
Hoa Thian-hong, tiba-tiba Tio Sam-koh menyikut si anak
muda itu sambil membentak keras, "Seng ji, mundur
selangkah ke belakang!"
Luka yang diderita Hoa Thian-hong belum sembuh, ia
tak berani secara gegabah menggunakan tenaga murni,
lagipula pemuda itupun menyadari bahwa kekuatannya
masih belum mampu menandingi Sim Kian, maka tanpa
banyak bicara lagi ia mundur selangkah ke belakang dan
bersembunyi di belakang Hoa In serta Tio Sam-koh.
Sementara itu perempuan she Tio yang berangasan ini
tidak menunggu Sim Kian turun tangan lebih dahulu, ia
segera putar sen jata toyanya dan disapu ke arah depan.
Permainan toyanya benar-benar dahsyat, ibarat
harimau yang gila, desiran angin tajam menderu-deru
memenuhi angkasa, ujung toya de ngan cepatnya
meluncur keuepan dan menghantam dada Sim Kian.
Menyaksikan datangnya serangan yang begitu
dahsyat, buru-buru orang she Sim itu meluncur ke
samping dengan ilmu Tay im sin jiau ia balas
melancarkan sebuah serangan.
Dalam waktu singkat Liong bun siang sat, Tio Sam-koh
serta Hoa In terlibat dalam dua pertarungan yang amat
seru, masing-masing pihak berusaha merebut posisi di
atas angin dan merobohkan musuhnya dengan cepat,
angin pukulan menderu-deru bayangan telapak berlapislapis,
ilmu Tay im sin jiau dari Liong bun Siang sat
menimbulkan desiran tajam yang memekikkan telinga,
masing-masing pihak mengeluarkan kepandaiannya yang
terampuh untuk merobohkan lawannya.
Hoa Thian-hong yang berdiri dimuka gua hanya
terpaut tiga lima langkah dari keempat orang itu,
sementara pandangan matanya terasa kabur dan
memusingkan kepala.... tiba-tiba terdengar desiran angin
tajam meluncur datang ke arahnya, tahu-tahu sebatang
anak panah berapi telah melurcur di depan mata....Anak
panah berapi itu meluncur datang dengan kecepatan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaikan sambaran kilat, Hoa Thian-hong merasa amat
terkejut dan buru-buru menyingkir setengah depa ke
samping, tangannya dengan cekatan berkelebat kemuka
menangkap gagang panah tersebut.
Sreeet....! Sreeet....! desingan tajam kembali
berkumandang memecahkan kesunyian, puluhan batang
anak panah berapi pada saat yang bersamaan meluncur
datang, sekilas memandang terlihatlah panah-panah itu
bagaikan bintang api yang meletus di udara membuat
sekeliling tempat itu segera berubah jadi merah.
Hoa Thian-hong segera menggerakkan panah yang
berada di dalam genggamannya untuk memukul rontok
anak panah berapi yang berhamburan bagaikan hujan
gerimis itu. Ketika ia menengok ke arah depan, tampaklah para
pengawal golok emas telah menancapkan obornya ke
atas tanah, saat itu mereka semua sedang mementang
gendewa dan membidikkan anak panah ke arahnya.
Haruslah diketahui para pengawal golok emas itu
adalah jago-jago lihay yang sempurna di dalam hal
tenaga dalam, dalam melepaskan bidikan anak panahnya
itu mereka telah sertakan pula hawa murni yang amat
besar. Hoa Thian-hong berjaga dimulut gua dan sama sekali
tak berani bergeser dari tempat semula, dengan
sendirinya ia harus berusaha menyampok rontok setiap
anak panah yang melurcur ke arahnya, pekerjaan
semacam ini boleh dikata payah dan banyak memakan
tenaga. Jin Hian memberikan perintahnya dari samping, ketika
menyaksikan semua panah yang dibidikan ke arah gua
berhasil dipukul rontok semua, tiba-tiba ia meminta
gendewa itu dari seorang anak buahnya dan langsung
membidikkan sebatang anak panah ke arah si anak muda
itu. Sreeet....! cahaya api berkilat diiringi desiran angin
tajam, kepala panah dengan cepat menyambarnya lewat
dari depan dada Hoa Thian-hong tidak lebih satu dua cun
di atas tubuhnya.
Si anak muda itu berseru kaget, panah di tangannya
segera digetarkan kemuka dan sekuat tenaga menangkis
datangnya ancaman tersebut.
Kraaak....! di tengah benturan keras, dua batang anak
panah itu segera tergetar patah jadi puluhan bagian yang
kecil dan berceceran di atas tanah.
Sreet! Sreet! di tengah berhamburannya hujan panah,
Jin Hian kembali melepaskan pula dua bidikan ke dalam
gua. Cukup didengar dari desiran angin yang jauh lebih
tajam dari panah-panah lain, Hoa Thian-hong
mengetahui bahwa dua batang anak panah tersebut
dibidikkan sendiri oleh Jin Hian, dalam gugupnya ia
segera menyambar dua batang panah musuh yang
sedang meluncur datang dan sekuat tenaga disambitkan
ke arah panah-panah yang dilancarkan Jin Hian itu.
Traaang....! empat batang anak panah kembali patah
jadi beberapa bagian yang kecil.
Tiba-tiba.... sreet! Sepasang panah berapi yang amat
tajam meluncur datang melewati atas kepala Hoa Thianhong
dan langsung meluncur masuk ke dalam gua....
Anak panah tersebut dibidik sendiri oleh Jin Hian, Hoa
Thian-hong yang sedang ayun sepasang telapaknya
untuk menyampok datangnya hujan panah sama sekali
tak mampu menghadang datangnya desiian panah berapi
yang sedang meluncur ke dalam gua itu.
"Blaaam....!" ledakan keras menggetarkan seluruh
bumi, ketika hawa yang mengandung gas racun itu
bertemu dengan jilatan api, se ketika terciptalah
serentetan cahaya api yang menyelimuti seluruh
angkasa. Hoa Thian-hong terkejut bercampur gelisah, ketika ia
sedang menguatirkan keselamatan dari ibunya, tiba-tiba
dari dalam gua berkumandang keluar suara dari Hoa
Hujien yang dingin dan berat, "Minggir semua!"
Hoa Hujien adalah orang yang paling dihormati oleh
Tio Sam-koh, Hoa Thian-hong serta Hoa In tentu saja tak
usah dikatakan lagi, mendengar perkataan itu tanpa
berpikir panjang lagi ketiga orang itu segera tinggalkan
musuh-musuhnya dan meloncat ke samping.
Blaaaam.... ledakan dahsyat bagaikan meletusnya
gunung api menggeletar di angkasa, hembusan udara
panas yang bercampur dengan jilatan api segera
meluncur keluar dari balik gua.
Liong bun siang sat sendiri meskipun mendengar
seruan dari Hoa Hujien, namun ia tak pernah menyangka
kalau dari balik gua bakal menyembur keluar cahaya api
yang begitu panas dan dahsyat, dalam kejutnya, sekuat
tenaga ia loncat mundur ke belakang.
Untung kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini
sangat lihay dan luar biasa sekali, hingga badannya tidak
sampai terjilat oleh hembusan api yang amat keras itu.
Dalam waktu singkat jilatan api yang berada di dalam
gua itu sudah padam dan lenyap tak berbekas, akan
tetapi rumput serta ilalang yang tumbuh diluar gua
segera terjilat api dan terjadilah kebakaran besar.
Hoa Thian-hong serta Tio Sam-koh sekalian saling
berpandangan dengan mulut melongo, meskipun mereka
tahu bahwa kebakaran yang terjadi di sekitar tempat itu
akan mengakibatkan kebakaran hutan yang hebat, tapi
karena musuh tangguh ada di depan mata sementara
angin gunungpun berhembus kencang, maka sekalipun
ada maksud memadamkan kebakaran itu sudah tak bakal
sempat lagi....
Liong bun siang sat sendiripun merasa terkejut
bercampur curiga, dari pancaran api yang memantul
keluar gua diiringi desiran angin tajam, mereka tahu
bahwa hal ini pastilah disebabkan oleh dorongan tenaga
pukulan seseorang yang amat keras, seandainya angin
pukulan itu dilancarkan oleh Hoa Hujien maka dapat
dibayangkan sampai dimanakah kelihayan perempuan
itu, kendatipun Liong bun siang sat merasa yakin akan
kemampuannya tak urung mereka merasa bergidik juga.
Jin Hian jauh lebih terperanjat lagi, teringat akan
keadaan nenek buta yang terhantam sampai pingsan
ketika nenek memasuki gua pagi tadi, diam-diam ia
merasa bergidik dan rasa was-waspun semakin
dipertebal. Tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang
pemimpin dari suatu perkumpulan besar, sebelum
bertemu dengan Hoa Hujien dan mengetahui keadaan
yang sebenarnya tentu saja ia tak mau mundur dengan
begitu saja. Setelah berpikir sebentar, ia segera memberi hormat
ke arah gua dan berkata dengan suara lantang, "Jin Hian
dari perkumpulan Hong-im-hwie sengaja datang
berkunjung, Hoa Hujien...."
Hoa Thian-hong sendiripun merasa terkejut bercampur
curiga, ia tak tahu dengan cara apakah ibunya memaksa
keluar jilatan api yang berkobar di dalam gua tersebut,
dia ingin sekali masuk ke dalam gua untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya, maka ketika Jin Hian
mengucapkan kata-kata itu, dia segera menukas,
"Sekarang ibuku masih bertapa, jika ketua Jin Hian
bertemu harap tunggu sebentar, aku akan segera
memberi laporan"
"Kalau begitu merepotkan," ujar Jin Hian dingin.
Hoa Thian-hong segera masuk ke dalam gua, di
tengah hembusan hawa gas yang menusuk hidung buruburu
ia terjang masuk ke tempat ibunya bertapa.
Kabut hitam yang menyelimuti ruang gua membuat
suasana bertambah gelap, sekalipun diluar gua suasana
terang benderang tapi keadaan digua tetap gelap gulita
sehingga lima jari sendiripun tak dapat dilihat.
Hoa Thian-hong segera jatuhkan diri berlutut disisi
ibunya, lalu menegur dengan suara lirih.
"Ibu, bagaimana keadaanmu" tidak apa-apa bukan?"
Hoa Hujien geleng kepala.
"Aku sudah paksakan diri untuk menggunakan hawa
murni, sekarang harus segera bersemedi untuk
memulihkan kembali tenagaku, kalau tidak maka aku
akan mengalami jalan api menuju neraka," katanya
serak. Setelah berhenti sebentar dia menengok sekejap
keluar gua dan menyambung lebih jauh"
"Kebakaran telah melanda luar gua, hal itu akan
memancing datangnya para jago dari perkumpulan Sinkie-
pang serta Thong-thian-kauw, engkau berusahalah
untuk mengulur waktu beberapa jam lagi, aku rasa
sampai tengah malam nanti keadaan ku akan tidak
berbahaya lagi"
Hoa Thian HoDg mengiakan berulang kali, tiba-tiba ia
temukan kabut putih mengepul keluar dari atas ubunubun
ibunya, keringat membasahi seluruh tubuhnya,
cepat-cepat ia menyeka keringat ibunya dengan ujung
pakaian kemudian muncul kembali dari balik gua, Ketika
dilihatnya Hoa Thian-hong muncul kembali di mulut gua,
dengan sepasang mata yang tajam Jin Hian menatap
wajahnya tanpa berkedip.
Secara tiba-tiba pemuda itu merasakan pandangan
mata orang ini buas bagaikan srigala dan sangat tak
sedap dirasakan dalam hati, diapun segera menyadari
bahwa Jin Hian adalah seorang manusia yang sangat
berbahaya dan licik sekali, ancaman terhadap dirinya
sama sekali tidak berada di bawah Thong-thian Kaucu .
Terdengar Jin Hian tertawa dan berkata.
"Hoa loo te, ibumu pasti masih mendendam kepada
kami karena peristiwa di pertemuan Pak Beng hwee
tempo dulu, sehingga sekarang tidak bersedia
menjumpai kami manusia-manusia kasar dari dunia
persilatan"
Dengan pandangan yang tajam Hoa Thian-hong
melirik sekejap ke arah bukit karang di sekelilingnya,
ketika dilihatnya di bawah kobaran cahaya api tak
nampak sesosok bayangan manusiapun yang muncul
disitu, dengan wajah serius segera ujarnya.
"Ketua Jin harap maklum, sebenarnya ibuku akan
keluar dari gua untuk menyambut sendiri kedatanganmu,
tapi berhubung saat ini beliau sedang berlatih ilmu maka
maafkanlah bila ibuku tak bisa menemui kalian"
Bicara sampai disini ia segera memberi hormat dan
melanjutkan, "Ibuku memerintahkan aku untuk mewakili
beliau menyambut kedatangan ketua Jin, harap ketua Jin
suka masuk ke dalam gua, tapi karena tempat kami
terlalu sempit dan tak bisa menyambut pula saudarasaudara
yang lain, harap para enghiong lainnya suka
memaafkan"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Tio Samkoh
dan Hoa In segera berdiri tertegun.
Mereka tidak habis mengerti, sekarang Hoa Hujien toh
sedang berlatih ilmu kenapa Jin Hian dipersilahkan
masuk kedalam" Karena kebingungan dan tak habis
mengerti, maka sorot mata yang tajam segera dialihkan
ke arah si anak muda itu.
Hoa Thian-hong tetap berlagak pilon dan sama sekali
tidak menggubris kedua orang rekannya, malahan
dengan tenang ia menantikan Jin Hian untuk masuk ke
dalam gua, Kendatipun Jin Hian adalah seorang jago
kawakan yang banyak pengalaman, berada dalam
keadaan begini diapun jadi ragu-ragu dan tak tahu apa
yang musti dilakukan.
Diam-diam ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie ini
segera berpikir.
"Perempuan itu tersohor karena kekerasan hatinya,
ketegasan tindakannya serta tingkah lakunya yang sukar
diduga. Hmm! Hmm! ditinjau dari sikapnya siang hari
tadi ketika dia memerintah bangsat ini untuk membokong
nenek buta, tindakan tersebut sudah melanggar
semangat jantan seorang pendekar ditambah pula ketika
turun tangan membokong nenek buta yang merupakan
tindakan melanggar peraturan Bulim.... sekarang ia
hendak gunakan akal licik untuk mencelakai pula
dirimu....Hmm....Hmm.... aku adalah manusia macam
apa" tidak mungkin aku akan bersedia masuk
perangkapmu"
Berpikir sampai disini sirnalah niatnya untuk memasuki
gua, tetapi karena dia sendirinya yang bermaksud untuk
menemui Hoa Hujien, bila tak berani masuk ke dalam
gua tentu akan dipandang remeh orang, maka dalam
keadaan yang serba salah ia segera berpaling ke arah
Yan-san It-koay serta Liong bun Siang sat.
Kedudukan ketiga orang itu dalam perkumpulan
bagaikan seorang tiongloo dalam perguruan.
kedudukannya tinggi dan sangat terhormat melebihi
jabatan Jin Hian sendiri.
Sekarang ketika dilihatnya Jin Hian berpaling ke arah
mereka dengan maksud bertanya, sorot mata dengan
cepat saling bertukar pandangan cuma tiada sesuatu
jalanpun yang berhasil mereka dapatkan.
Malaikat kedua Sim Ciu adalah seorang yang jumawa
dan bengis, melihat Jin Hian dibikin serba salah dia jadi
naik pitam dan kebuasannya menyelimuti seluruh wajah,
dengan kepala diangkat ke atas ia maju ke arah mulut
gua dan serunya dengan dingin, "Sudah banyak manusia
aneh dan pendekar sakti yang kutemui, Hujien ini benarbenar
tidak pandang sebetah matapun terhadap kita
semua" Tio Sam-koh berjaga-jaga di depan Hoa In, melihat
orang itu maju ke depan ia segera mengetahui banwa
pihak lawan ada maksud hendak masuk ke dalam gua,
dengan gusar ia lantas menatap wajah orang itu
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara suara tertawa dingin bergema tiada hentinya,
bila Sim Ciu berani berjalan makin dekat maka segera dia
akan turun tangan.
Hoa Thian-hong sebenarnya sedang menjalankan
siasat untuk menakut-nakuti musuhnya, kendatipun Jin
Hian berani menerima undangannya, dengan seorang
diripun belum tentu ia ijinkan musuhnya masuk kedalam,
apa lagi setelah dilihatnya orang yang mendekati gua
adalah Sun Ciu, diam-diam hawa murninya dihimpun ke
dalam telapak dan siap menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan.
Siapa tahu Sim Ciu pun sedang berpikir di dalam hati,
"Perempuan itu bersembunyi di dalam gua entah
permainan setan apakah yang sedang ia persiapkan"
Nama besarku didapat dengan susah payah dan harus
berjuang selama setengah abad lamanya, buat apa aku
musti menempuh mara bahaya yang sama sekali tak ada
gunanya itu" Bila bangsat cilik itu berhasil kutangkap,
bukankah tidak sukar untuk memaksa dia untuk
mengaku....?"
Berpikir sampai disini, ia segera mendekati Hoa Thianhong,
tiba-tiba sambil tertawa seram dengan ilmu Tay im
sin jiau ia lancarkan sebuah cengkeraman kilat kemuka.
Hoa Thian-hong tertawa dingin, ia mengegos ke
samping meloloskan diri dari cengkeraman Sim Ciu,
kemudian jari tangan kanannya dikeraskan bagaikan
tombak dan balas menyerang ke depan.
Inilah jurus 'menyerang sampai mati' dari ilmu tujuh
kupasan dari Ci yu, bukan saja lihay dalam serangan,
hebat pula dalam tenaga.
Bagi kedua orang yang sama-sama mempunyai
maksud tertentu, serangan yang dilancarkan bagaikan
guntur membelah bumi di siang hari bolong ini masih
belum terasa seberapa lain keadaannya dengan para
penonton yang berada disisi arena, mereka jadi amat
terperanjat sehingga air mukanya berubah hebat.
Di tengah desingan suara tajam, Hoa Thian-hong serta
Sim Ciu bersama-sama loncat mundur ke belakang,
kendatipun tidak sampai terluka, namun jantung mereka
berdua sama-sama berdebar keras karena emosi.
Dengan cepat Hoa In loncat ke depan Hoa Thian-hong
sambil tegurnya dengan suara gelisah, "Siau Koan-jin,
kenapa kau?"
"Aku tidak apa-apa!"
Sambil berkata, empat buah mata bersama-sama
melirik ke arah pinggangnya, di atas jubah warna biru
yane baru kini sudah bertambah dengan tiga buah bekas
cakar tangan yang nyata.
Sedari tadi Hoa In sudah terkesiap sehingga keringat
dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya,
kini setelah rasa kagetnya agak berkurang dengan hawa
amarahnya yang berkobar, ia membentak keras, "Setan
tua she Sim, kalau punya kepandaian ayoh adu kekuatan
dengan diriku akan kusuruh engkau rasakan sampai
dimanakah kelihayan dari ilmu silat perkampungan Liong
soat Sanceng!"
"Huuuh....! engkau situa bangka bangkotan punya
kepandaian apa?" ejek Sim Ciu dengan nada menghina,
berani benar engkau menantang diriku untuk bertarung,
rupanya engkau sudah bosan hidup?"
Hoa In mendengus dengan gusarnya, sepasang
telapak diayun ke depan sementara tubuhnya menerjang
dengan hebatnya.
Diluaran Sim Ciu bicara dengan enteng dan
seenaknya, padahal ia tak berani bertindak gegabah,
setelah mengenos dari serangan lawan tubuhnya berebut
maju ke depan dan sekuat tenaga mendahului musuhnya
dengan satu sodokan maut, dalam waktu singkat
terjadilah suatu pertempuran yang amat seru, masingmasing
pihak mengeluarkan segenap kemampuannya
untuk berusaha merobohkan lawannya secepat mungkin.
Setelah mengikuti jalannya pertarungan itu beberapa
saat, Hoa In Hong mengetahui bahwa pertarungan itu
tak akan berakhir dalam satu dua ratus jurus, sinar
matanya segera dialihkan ke arah yang lain, ia lihat fajar
telah menyingsing di ufuk sebelah Timur, segera
pikirnya, "Ibu memerintahkan aku untuk mengulur
waktu, sekarang fajar sudah hampir menyingsing,
semoga saja dalam tiga jam terakhir jangan sampai
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi"
Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat dalam
benaknya, tiba-tiba dari tepi seberang muncul kembali
belasan sosok bayangan manusia yang mana dengan
cepatnya berlari mendekat.
Dalam pada itu kobaran api telah membakar rumput
ilalang yang lebat dan tingginya mencapai sedada
manusia, jilatan api yang amat besar menyebar keempat
penjuru menimbulkan kebakaran yang amat besar,
sepanjang pandangan mata yang terlihat hanya tanah
gersang yang berwarna hitam karena hangus....
Dalam waktu singkat belaian orang yang munculkan
diri itu sudah berada di depan mata, ternyara mereka
adalah para jago lihay perkumpulan Sin-kie-pang.
Orang pertama yang memimpin rombongan para jago
itu bukan lain adalah kunsu atau juru pikir dari
perkumpulan Sin-kie-pang yakni Cukat beracun yau sut,
dibelakangnya mengikuti dua belas orang jago yang
semuanya terdiri dari para pelindung hukum
perkumpulan. Bsgitu tiba di tempat tujuan, dengan pandangan yang
tajam Cukat beracun Yau Sut menyapu sekejap suasana
disekeliling arena tersebut, kemudian sorot matanya
yang tajam dialihkan ke atas tubuh Pek Soh-gie.
Begitu melihat hadirnya Yau Sut di tempat itu Hoa
Thian-hong segera teringat kembali pengalamannya
sewaktu berada ditepi sungai Huang-ho tempo hari,
orang inilah yang telah menusuk tubuhnya dengan jarum
pengunci sukma Soh hun sin ciam, dan ia pula yang
memaksa dirinya menelan teratai racun empedu api
untuk melakukan bunuh diri. Tanpa terasa pikirnya di
dalam hati. Keadaan dari manusia berhati racun ini masih juga
seperti sediakala, sayang tubuhku masih terluka.... kalau
tidak aku ingin se kali memberi pelajaran kepadanya!"
Dalam pada itu, Cukat racun Sut telah memberi
hormat dan menyapa sambil tertawa nyaring, "Ketua Jin,
baik-baik-baikah engkau" Sudah lama kita tak pernah
berjumpa" "Yau heng, selamat bertemu," sahut Jin Hian sambil
balas memberi hormat. Sinar mata Cukat beracun Yau
Sut menyapu sekejap wajah Yan-san It-koay serta Sim
Kian, tapi ketika dilihatnya kedua orang itu sama sekali
tidak menggubris dirinya bahkan malah menonton
jalannya pertarungan antara Sim Ciu dengan Hoa In,
maka diapun tidak menyapa kedua orang itu sebaliknya
alihkan kembali sorot matanya ke arah Hoa Thian-hong,
Sambil tertawa ia memberi hormat dan tegurnya.
"Hoa kongcu, sejak berpisah apakah engkau berada
dalam keadaan baik-baik saja" Apakah masih ingat
dengan aku orang she Yau?"
"Aku tak berani melupakan dirimu!" jawab Hoa Thianhong
sambil tertawa hambar.
Air muka Cukat beracun Yau Sut segera berubah amat
serius, tiba-tiba ujarnya, "Apakah nona ini adalah nona
Pek Soh Gi dari perkumpulan kami?"
"Sedikitpun tidak salah" sahut Pek Soh Gi sambil
membentangkan biji matanya yang jeli, "keponakan
bukan lain adalah Pek Soh Gi, siapa paman" Apakah
engkau adalah Cukat beracun?"
Melihat gadis itu mendadak membungkam, Cukat
beracun Yau Sut segera tertawa nyaring.
"Benar, aku adalah Cukat beracun Yau Sut, sudah
lama aku mengabdi pada pangcu dan nona Gi dibesarkan
oleh kami!"
"Oooh.... rupanya paman Yau, maaf kalau tit-li kurang
hormat" sambil berkata Pek Soh Gi hendak maju ke
depan, tapi pergelangannya terasa mengencang ketika ia
berpaling maka terlihatlah orang yang mencekal
pergelangannya bukan lain adalah Jin Hian.
Bentak-bentakan gusar berkumandang dari arah
belakang, belasan orang jago yang berada di belakang
Yau Sut dengan amat gusarnya siap melakukan
terjangan ke arah depan.
Cukat beracun Yau Sut sendiri tetap tenang, dia
melintangkan tangannya menghadang anak buahnya
melakukan penyergapan.
Sejak ia tiba disitu situasi yang terbentang sudah
terlihat olehnya, ia tahu Pek Soh Gi berada tidak jauh
dari Jin Hian, asal dirinya turun tangan maka pihak lawan
pasti akan mendahului dirinya, maka setelah
menyaksikan pergelangan Pek Soh Gi sudah di
cengkeram Jin Hian, ia semakin tak berani turun tangan
secara gegabah.
0000O0000 38 SETELAH termenung sebentar Yau Sut segera
mengerling sekejap ke arah kakek baju hijau yang
berada disampingnya, kakek baju hijau itu mengangguk,
dari sakunya dia ambil keluar sebuah bom udara dan
segera dilepaskan ke udara.
Sreet.... blaam! Serentetan cahaya merah
membumbung tinggi ke angkasa dan meledak dengan
kerasnya, serentetan bintang berwarna emas dengan
cepat memancar keluar dan membentuk sebuah panji
besar, perlahan kerlipan cahaya itu melayang ke bawah
dan lama sekali baru lenyap.
Dalam sekejap mata dari tempat kejauhan
berdentuman pula beberapa puluh ledakan bunga api
yang berbentuk sama.
Sim Ciu yang sedang melakukan pertarungan tiba-tiba
membentak keras, dia lancarkan dua pukulan dahsyat
menggetar mundur musuhnya, kemudian diapun
meloncat mundur pula ke belakang.
Hoa In tarik kembali serangannya dan segera menegur
dengan suara dingin, "Setan tua she Sim, menang kalah
toh belum berhasil ditetapkan, kenapa kau
mengundurkan diri di tengah jalan?"
Sim Ciu menyeringai seram, "Tua bangka bangkotan,
hanya mengandalkan beberapa jurus silat kasaranpun
berani pentang bacot dihadapanku, suatu ketika akan
suruh engkau merasakan kelihaianku"
Sorot matanya dialihkan ke atas wajah Cukat beracun
Yau Sut, kemudian menambahkan, "Engkaukah juru pikir
dari perkumpulan Sin-kie-pang yang disebut orang Cukat
beracun Yau Sut?"
Cukat beracun tersenyum.
"Mana nama.... aku memang bernama Yau Sut, kata
beracun secara dipaksakan masih dapat kupakai, kalau
kata Cukat sih tak berani kugunakan"
Ketika Hoa Thian-hong melihat Sim Ciu melepaskan
Hoa In dan mencari gara-gara dengan Yau Sut, hatinya
jidi amat girang, pikirnya, "Andaikata kedua kekuatan
besar itu saling bentrok dan bertempur sehingga waktu
bisa terulur lebih lama lagi, ibu pasti akan berhasil
melepaskan diri dari mara bahaya"
Tiba-tiba terdengar suara Sim Ciu berseru sambil
tertawa seram. "Yau Sut, kami Liong bun siang sat akan bernama
kosong jika tindakan kami kalah beracunnya kalau
dibandingkan dengan diri mu, aku ingin menjajal apakah
engkau benar-benar beracun tidak?"
Mendengar perkataan tersebut semua orang merasa
tercengang, mereka tak tahu dengan cara apakah Sim
Ciu akau menjajal kepandaian Yau Sut, kecuali beberapa
orang kepercayaan yang merasa kuatir atas kejadian ini,
semua orang diam-diam merasa girang sekali dengan
terjadinya peristiwa itu, sebab mereka ingin melihat Yau
Sut dibikin malu.
Tapi Cukat beracun Yau Sut benar-benar lihay dan
tidak malu menjabat kedudukan sebagai Kun su, orang
lain tak dapat menebak maksud hati Sim Ciu sebaliknya
ia sudah dapat menduga apa yang hendak dilakukan
lawannya. Tampak sepasang alisnya berkerut kencang dengan
wajah murung serunya, "Engkaupun merupakan seorang
jago lihay yang amat tersohor di dalam dunia persilatan,
kalau beraninya hanya melukai angkatan muda apakah
engkau tak takut akan ditertawakan oleh para enghiong
hoohan di kolong langit?"
Sim Ciu tertawa terbahak-bahak, dengan langkah
lebar ia berjalan mendekati kesisi Pek Soh Gi, kemudian
sambil menempelkan telapaknya di atas punggung gadis
itu, serunya sambil tertawa seram.
"Yau Sut! aku perintahkan engkau untuk turun tangan
membekuk batang leher bangsat cilik she Hoa itu di
dalam seratus jurus, andaikata perintah ini dapat kau
penuhi maka aku akan bertukar tawanan dengan dirimu,
sebaliknya kalau engkau tak mampu, maka sekali bacok
akan kubunuh mati budak ini sehingga Pek loo ji akan
bikin perhitungan dengan dirimu...."
"Sim Ciu!" bentak Hoa Thian-hong dengan alis
berkerut, "aku orang she Hoa toh berada disini, mengapa
kau tak berani turun tangan sendiri?"
Tio Sam-koh takut suasana jadi bertambah kacau,
mendengar ucapan tersebut dengan nada dingin ia
segera berseru, "Siapa yang akan turun tangan toh sama
saja, apakah kalau Pek Siau-thian kematian putrinya
maka engkau yang harus mengganti nyawanya?"
Hoa Thian-hong segera alihkan sorot matanya ke arah
Pek Soh Gi, diam-diam ia menghela napas dan berpikir,
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aaai.... nona itu berbudi luhur dan lemah lembut, tak
tahunya bencana yang menimpa dirinya ternyata
beruntun.... ia benar-benar patut dikasihani...."
Walaupun berada dalam keadaan bahaya, sikap Pek
Soh Gi masih tetap tenang sekali, air matanya sama
sekali tidak berubah, sesudah berpikir sebentar tiba-tiba
ia bertanya, "Paman Yau, sekarang ayahku berada
dimana?" Pada saat itu Cukat beracun Yau Sut sedang putar
otak mencari akal untuk mengatasi persoalan itu,
mendengar pertanyaan tersebut segera menjawab,
"Pangcu mendengar engkau sudah terjerumus ke dalam
kuil It-goan-koan, sekarang ia pergi mencari Thian Ik-cu
untuk minta orang, menurut Thian Ik-cu engkau sudah di
culik oleh Ciu It-bong, maka setelah bertempur sebentar
kami berpisah untuk mencari diri mu...."
Karena kehabisan akal maka ia mengambil keputusan
untuk mengulur waktu sambil menunggu datangnya bala
bantuan, maka setelah berhenti sebentar Cukat racun
Yau Sut segera mendehem ringan sambil berkata, "Untuk
menghindari siasat licik dari Thian Ik-cu, sekarang
pangcu sedang melakukan pemeriksaan langsung ke
dalam setiap too koan milik perkumpulan Thong-thiankauw,
sedangkan orang-orang dari pihak Thong-thiankauw
sedang mencari jejak dari Ciu It-bong, sebenarnya
Thian Ik-cu akan mengejar ke arah sini, tapi disebabkan
mereka berhasil menemukan jejak Ciu It-bong di tengah
jalan, sekarang telah mengajar ke arah lain"
Mendengar perkataan itu Pek Soh-gie menghela napas
panjang, gumamnya seorang diri.
"Aaaai....! Untuk pertama kali keluar rumah, aku telah
mendatang-kan banyak kerepotan bagi semua orang
sehingga membuat ayah jadi gelisah bercampur cemas,
aku benar-benar seorang anak yang tak berbakti!"
"Perubahan situasi dalam dunia persilatan bagaikan
awan di tengah angkasa setiap perubahan yang
berlangsung sukar diramalkan sebelumnya, di dalam
peristiwa ini engkau sama sekali tak salah" sambung
Cukat Racun dengan cepat.
Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu menegur
dengan suara dingin, "Yan Sut apakah pembicaraan soal
rumah tangga sudah selesai" Kalau engkau tidak turun
tangan lagi, jangan salahkan kalau tela pakku akan
kudorong ke depan, waktu itu engkau tak usah menyesal
yaa!" "Kurang ajar orang ini, benar-benar memaksa aku
untuk bertindak" pikir Yau Sut di dalam hati, "dia anggap
dari keluarga Hoa adalah seorang manusia yang
gampang ditaklukkan" Hemm.... hemm.... kalau gampang
sekali, akupun tidak nanti sudi menggunakan cara yang
begini rendah untuk mengulur waktu...."
Meskipun Cukat racun Yau Sut adalah seorang
manusia cerdik dengan akal muslihat yang banyak,
namun saat itu dia dibikin kelabakan juga sehingga tak
tahu apa yang musti dilakukan.
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia keluar dari
barisan dan perlahan-lahan berjalan menuju ke depan
gua. "Paman Yau!" tiba-tiba Pek Soh-gie berseru lantang,
"jangan sekali-kali kau turun tangan secara gegabah,
ketahuilah Hoa toako adalah sahabat karib dari adik Kungie,
keponakan bersedia mengorbankan jiwaku dari pada
musti menyusahkan Hoa toako!"
Jilid 28 HOA THIAN-HONG yang ikut mendengar perkataan
tersebut dalam hati ia merasa geli atas kepolosan dara
muda itu di dalam berpikir, pertama belum tentu dia
adalah sahabat karib dari Pek Kun-gie dan kedua belum
tentu Cukat racun Yau Sut mampu membekuk dirinya, ia
bermaksud untuk membantah ucapan tersebut akan
tetapi ketika ucapannya hendak melontar keluar dari
bibirnya mendadak ia telah kembali.
Sementara itu Cukat racun Yau Sut telah berkata,
"Keponakanku, engkau tak usah kuatir! Selama paman
masih berada disini, tak seoanng pun akan mampu
membinasakan dirimu"
"Heeeeeh.... heeehh.... heeeehh.... Yau Sut, aku
nasehati kepadamu lebih baik kurangilah pembicaraan
yang tak berguna," sela malaikat kedua Sim Ciu sambil
menyeringai seram, "ketahuilah aku tak berputera
ataupun berputri, selama hidup aku tak pernah
menerima murid dan lagi melakukan pekerjaan tak
pernah memikirkan tentang akibatnya, jika engkau tidak
turun tangan lagi maka aku segera akan beradu
kekuatan dengan dirimu, akan kulihat engkau lebih
'beracun' ataukah aku yang lebih ampuh?"
Cukat racun Yau Sut adalah seorang jago yang
mempunyai kedudukan tinggi sekali dalam perkumpulan
Sin-kie-pang, kecuali pangcu sendiri dia adalah orang
yang memegang kekuasaan dalam perkumpulan itu,
dihari-hari biasa, nama serta perkataannya disegani
orang jangan dibilang ia sudah menyadari bahwa untuk
menangkap Hoa Thian-hong bukanlah suatu pekerjaan
yang gampang, berada dihadapan orang banyak diapun
tak sudi dirinya diperintah oleh malaikat kedua Sim Ciu
sehingga di kemudian hari ditertawakan banyak orang.
Akan tetapi keselamatan jiwa Pek Soh-gie telah berada
di tangan lawan, semua kecerdikannya telah diperas
untuk mencari suatu jalan keluar yang paling baik untuk
menolong puteri pangcunya ini sayang usahanya selalu
gagal, sebagai seorang Kun su dari perkumpulan Sin-kiepang
tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka,
untuk beberapa saat lamanya ia jadi serba salah dan tak
tahu apa yang musti dilakukan pada saat ini.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, bukan
marah dia malah tertawa tergelak, tiba-tiba ujarnya
dengan suara tegas, "Sim Ciu, engkau berkelana di
dalam dunia persilatan lebih dahulu sedang aku orang
she Yau punya nama belakangan, seandainya engkau
masih mempunyai kegagahan sebagai seorang pria,
silahkan datang kemari dan bertanding secara jantan
dengan aku orang she Yau, tidak mungkin kutampik
keinginanmu itu sekalian kita lihat umur siapa yang lebih
panjang diantara kita, bagaimana" Bersedia bukan?"
"Bagus sekali!" bentak Hoa Thian-hong pula sambil
tertawa, "Cukat racun, memandang dalam beberapa
patah kata yang barusan kau ucapkan, perselisihan
diantara kita dimasa lampau aku sudahi sampai disini
saja!" Kemudian pemuda itu berpaling ke arah malaikat
kedua Sim Cui dan sambungnya lebih jauh.
"Sim Ciu! asal engkau berhasil menangkap Cukat
racun, meskipun aku punya luka dibadan tentu akan
kulayani dirimu untuk bergebrak sebanyak beberapa
jurus, kalau engkau merasa punya cukup kepandaian,
silahkan sekalian tangkap aku orang she Hoa!"
Sebagai seorang pemuda yang jujur dan berwatak
gagah, pemuda itu merasa muak sekali menyaksikan
perbuatan Sim Ciu yang rendah dan tak tahu malu itu
sehingga karena pengaruh emosi, meluncurlah kata-kata
tersebut. Bagi orang lain yang mendengar, ucapan itu tidak
menimbulkan reaksi apa-apa, tetapi bagi T?o Sam-koh
serta Hoa In jadi kuatir se kali.
Perkataan seorang lelaki sejati berat laksana bukit,
andaikata Sim Ciu benar-benar sanggup mengalahkan
Cukat Racun Yau Sut, maka dengan sendirinya Hoa
Thian-hong harus tampil ke depan untuk melayani
tantangan dari Sim Cui, dengan dasar perjanjian yang
dibuat lebih dahulu, siapakah yang mampu untuk
menghalang-halangi kejadian tersebut"
Malaikat kedua Sim Cui tak kuat menahan hasutan
tersebut, ia segera bersiap-siap untuk meloncat masuk
ke dalam gelanggang serta melayani Cukat Racun, tetapi
sebelum ia sempat melangkah ke tengah gelanggang
terdengarlah malaikat pertama Sim Kian dengan suara
yang dalam telah berseru, "Loo ji, julukan kita adalah
sepasang malaikat, jangan kau layani hasutan dari
keparat cilik itu, lakukan saja apa yang kau ingin
kaulakukan, jangan sekali-kali kau termakan oleh jebakan
bajingan itu."
Mendengar teguran dari saudaranya, malaikat kedua
Sim Cui segera berubah pendirian kembali, ia tertawa
aneh dan serunya kepada Cukat Racun Yau Sut.
"Cukat racun, ilmu silat kucing kaki tiga yang kau miliki
itu sudah pernah kulihat ketika berada dipertemuan
besar Pak Reng hwe tempo hari, engkau tak usah kuatir!
Setelah keparat cilik she Hoa itu berhasil kau tangkap
ataukah budak ingusan she Pek itu sudah keburu
mampus, aku pasti akan melayani dirimu untuk
bergebrak sampai puas"
"Oooh....! rupanya ketika berada dalam pertemuan
besar Pak Beng Hwee engkau sudah pernah berjumpa
dengan aku orang she Yau, aku masih mengira engkau
benar-benar telah lupa," ejek Cukat racun dengan nada
dingin. Berbicara sampai disini tiba-tiba ia berpaling dan
ujarnya lagi, "Teng Loo huhoat, coba engkau minta
petunjuk beberapa jurus lebih dahulu dari Hoa kongcu!"
Semua orang tertegun mendengar perkataan itu,
secara terang dan jelas malaikat kedua Sim Ciu
memerintahkan dia untuk bergebrak melawan Hoa
Thian-hong, sebaliknya dia malah memerintahkan
seorang pelindung hukum untuk maju bertarung,
bukankah tindakannya ini sama sekali menyimpang dari
maksud hati Sim Ciu yang sebenarnya?"
Terlihatlah seorang kakek berpakaian perlente
meloncat maju ke tengah gelanggang, setelah memberi
hormat katanya, "Aku Teng Kong Li mohon petunjuk dari
Hoa kongcu, harap kongcu suka memenuhi harapanku
ini!" Sambil memegang toya bajanya Tio Sam-koh segera
tampil keluar dari dalam gua, teriaknya dengan gusar,
"Engkau tak perlu berkaok-kaok, aku si nenek tua akan
memberi petunjuk kepadamu!"
Hawa amarah berkelebat dialas wajah Teng Kong Li
namun tetap ia membungkam dalam seribu bahasa,
ketika serangan toya yang di lancarkan Tio Sam-koh
telah menyapu datang, buru-buru kakek tua itu meloncat
mundur satu langkah ke belakang, dari balik bajunya dia
ambil keluar sebatang alat penotok jalan darah yang
berwarna emas. Setelah Tio Sam-koh melancarkan serangan
gencarnya, terjadilah penarungan yang amat seru antara
dua orang jago lihay itu.
Mereka berdua yang menggunakan senjata berat
dengan tenaga raksasa yang menimbulkan deruan angin
tajam, sedang pihak lain menggunakan senjata ringan
khusus melancarkan totokan dengan menggunakan
peluang yang didapat, membuat suasana dalam
pertarungan itu berubah jadi tegang dan ramai sekali.
Tio Sam-koh adalah seorang jago lihay yang sudah
tersohor dalam dunia persilatan sejak puluhan tahun
berselang, sebenarnya ia sama sekali tak pandang
sebelah mata pun terhadap seorang pelindung hukum
yang tak bernama, dalam perkiraannya semula cukup
beberapa gebrakan saja dia akan berhasil memukul keok
Teng Kong Li. Siapa tahu pelindung hukum yang tak ternama dan
kelihatannya lemah itu ternyata mempunyai kepandaian
silat yang ampuh, selama berlangsungnya pertempuran
sengit ia dapat mengatur pertahanan serta serangannya
secara teratur serta jitu, sedikitpun tidak nampak bodoh.
Kebagusan jurus serangan serta kecepatan perubahan
gerak yang dimiliki kedua orang ini sama-sama dapat
disebut sebagai ilmu silat luar biasa dalam dunia
persilatan, belum lama pertarungan berlangsung semua
orang sudah tertarik untuk mengikuti jalannya
pertarungan tersebut.
Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu berseru
kembali dengan suara lantang, "Manusia she Yau,
benarkah engkau tak akan menggubris perkataan yang
kuucapkan?"
Cukat racun Yau Sut segera berpaling, kemudian
jawabnya dengan nada dingin dan ketus, "Engkau tak
usah sombong, ini hari aku orang she Yau mengaku
kalah di tanganmu...."
"Nah! begitulah sepantasnya," tukas malaikat kedua
Sim Ciu sambil tertawa bangga, "kalau sudah mengaku
kalah, maka sudah sepantasnya kalau engkau segera
melaksanakan perintahku"
"Oooh....! tentu saja akan kulaksanakan apa yang kau
kehendaki itu," jawab Cukat racun Yau Sut sambil
memperlihatkan satu senyuman aneh di atas wajahaya,
"cuma Saja, kalau aku orang she Yau membiarkan
engkau hidup sampai melewati bulan tujuh tanggal
limabelas dibukanya pertemuan besar Kiani Ciau tay hwe,
di kolong langit tak akan muncul seorang manusia yang
bernama Cukat racun lagi"
"Haaah.... haaah.... haaah.... tentu saja, tentu saja,"
Malaikat kedua Sim Ciu tertawa seram, "seandainya aku
harus pulang ke alam baka, masa tidak kubawa serta
dirimu?" Cukat racan Yau Sut mendengus dingin, sinar matanya
berputar dan segera memberi tanda kepada seorang
kakek bermuka kurus yang berada di samping tubuhnya.
Kakek bermuka kurus itu segera mencabut senjata
kaitan racun berwarna kebiru-biruan yang tersoren di
atas punggungnya, kemudian sekali enjot badan ia
menerjang ke arah Hoa In.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menyaksikan datangnya terjangan itu, Hoa In teramat
gusar, telapak tangan segera diayun ke depan
melancarkan sebuah pukulan dahsyat, sementara dimulut
ia membentak, "Siau Koan-jin, cepat mengundurkan diri
kedalem gua!"
Rupanya Hoa Thian-hong sendiripun dapat merasakan
gentingnya situasi yang sedang dihadapi olehnya, ia tarik
napas panjang lalu mengundurkan diri ke dalam gua,
ketika ia berpaling kembali maka tampaklah Hoa In serta
kakek kurus bersenjata kaitan racun itu secepat kilat
telah saling bergebrak sebanyak dua jurus.
Setelah Tio Sam-koh serta Hoa In masing-masing
menantang seorang lawan, meskipun kekuatan mereka
untuk menghadapi lawannya masih le bih dari cukup
namun untuk meluangkan waktu sudah tak mungkin lagi,
sebab dua orang jago tua dari perkumpulan Sin-kie-pang
bukan termasuk manusia-manusia sembarangan, di
dalam dua tiga gebrakan tak mungkin bagi Tio Sam-koh
berdua untuk merobohkannya.
Tercekatlah hati Hoa Thian-hong menyaksikan
peristiwa tersebut, pikirnya di dalam hati, "Dalam barisan
jago-jago lihay kalangan lurus, Tio Sam-koh maupun Hoa
In merupakan manusia-manusia yang amat lihay dan
disegani semua orang, tetapi dua orang pelindung
hukum dari perkumpulan Sin-kie-pang ternyata sudah
mampu untuk membendung kekuatan mereka, bukankah
hal ini...."
Berpikir sampai disini ia tak berani melanjutkan
kembali jalannya pikiran, sementara itu bentakanbentakan
keras dari Tio Sam-koh serta Hoa In
berkumandang tiada hentinya dari luar gua, jelas kedua
orang jago itu merasa malu untuk melakukan
pertarungan selama ini tanpa berhasil merobohkan
lawannya. Terlihatlah permainan toya dari Tio Sam-koh bagaikan
gulungan ombak di tengah samudra, permainan
sepasang telapak Hoa In bagaikan angin puyuh dan
hujan badai, dua orang itu melancarkan seranganserangan
yang ampuh secara bertubi-tubi meneter
musuhnya habis-habisan.
Sebaliknya, permainan senjata petotok jalan darah
dari Teng Kong Li serta kaitan racun dari kakek kurus
rupanya terdesak hebat sehingga harus diputar
sedemikian lupa untuk mengutamakan perlindungan atas
keselamatan sendiri, dalam keadaan tersebut jelas dalam
umpat lima jurus pertarungan itu masih tetap belum bisa
diakhiri. Dalam kenyatan Hoa Thian-hong mana tahu kalau dua
orang kakek tua yang sedang bertempur saat ini adalah
jago-jago lihay sisa dari pertemuan besar pak Beng hwee
dimasa lampau, kedua orang itu bukanlah manusia
sembarangan yang tak bernama, cuma saja berhubung
para jago yang dikumpulkan perkumpulan Seng Kie Pang
tak terhingga banyaknya maka nama-nama mereka jadi
tenggelam diantara para jago lainnya yang rata-rata lebih
hebat ilmu silatnya dari mereka berdua.
Tib-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut berteriak
lantang, "Hoa kongcu mumpung sekarang kita tak ada
urusan, bagaimana kalau kitapun beradu kepandaian
untuk meluruskan otot?"
Mendengar tantangan terebut Hoa Thian-hong jadi
terperanjat, dengan sorot matanya yang tajam ia
menyapu sekejap disekeliling tempat itu, rupanya kakek
kurus yang bersenjata kaitan racun itu berlaku cerdik,
meskipun Tio Sam-koh serta Hoa In berada di depan
gua, namun kakek kurus itu mundur terus kebealkang
memancingg Hoa In meninggalkan mulut gua, dengan
begitu terbukalah sebuah liang kosong.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik ini, Cukat
racun Yau Sut segera menerobos masuk ke dalam gua
dan berdiri saling berhadapan dengan Thian-hong,
berada dalam keadaan begini tentu saja tangannya tak
dapat diabaikan dengan begitu saja.
"Bajingan yang tak tahu diri, lihat serangan!" bentak
Tio Sam-koh dengan penuh kegusaran.
Weeess....! Sebuah serangan gencar dengan cepat
dilancarkan ke arah juru pikir dari perkumpulan Sin-kiepang
itu. Sementara itu Hoa In pun takut Hoa Thian-hong
melayani tantangan lawan, tubuhnya segera berputar
kembali ke belakang, tanpa mengucapkan sepatah kata
pun sebuah pukulan keras dilancarkan ke arah punggung
Yau Sut. Sejak Thian-hong terkena racun teratai yang tak dapat
dipunahkan sehingga setiap hari harus lari racun dan tak
diketahui bagaimana akrabnya, Hoa In sudah amat
membenci terhadap Cukat racun yang dianggap sebagai
biang keladi dalam peristiwa itu, serangan yang sepnitas
lalu kelihatannya enteng sekali dalam kenyataan telah
diseratai dengan sepuluh bagian hawa murni Sau yang
Ceng ki, asal Yau Sut berani menangkis dengan jalan
keras lawan keras maka tenaga pukulan yang maha
dahsyat itu bagaikan tanggul yang jebol segera akan
menghantam tubuhnya dengan luar biasa hebatnya.
Serangan telapak dan toya itu tiba pada sasaran
hampir bersamaan waktunya, meskipun Cukat racun Yau
Sut sudah bikin persiapan sejak semula, tak urung
hatinya di bikin terperanjat juga oleh kedahsyatan musuhnya.
Sekuat tenaga ia enjotkan badannya meloncat mundur
sejauh beberapa tombak dari tempat semula, sementara
Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus itu tidak
menanti sampai Tio Sam-koh serta Hoa In mengejar dari
belakang, mereka segera menyerang kembali
musuhmusuhnya dengan gencar, Cukat racun Yau Sut
menyadari apabila pertarungan ini diteruskan lebih jauh
maka dua orang anak buahnya pasti akan terluka di
tangan musuh, diam-diam ia segera mengulapkan
tangannya ke belakang, dengan cepat muncul kembali
dua orang jago lihay yang segera menerjang ke arah Hoa
In serta Tio Sam-koh.
Dalam sekejap mata Tio Sam-koh harus menghadapi
dua orang musuh sekaligus, dengan cepat pula situasi
dalam gelanggang mengalami perubahan besar.
Terdengar Cukat racun Yau Sut telah berkata kembali,
"Hoa kongcu, aku dengan ibumu telah munculkan diri
kembali dalam dunia persilatan, kenapa kau tidak undang
keluar untuk berjumpa dengan kami?"
Sambil berkata tubuhnya bergerak kembali mendekati
mulut gua, hanya saja untuk menghindari sergapan dari
Tio Sam-koh atau Hoa In kali ini ia tak berani terlalu
mendekati gua tersebut.
Hoa Thian-hong sepera tertawa dingin, pikirnya di
dalam hati, "Dewasa ini jumlah lawan jauh lebih banyak
dari pada pihak kami, bila pertarungan dengan cara roda
kereta ini dibiarkan berlarut- larut, kendatipun Tio Sam
po serta Hoa In tidak sampai menderita kalah, paling
sedikit mereka akan lelah dan kehabisan tenaga, selama
ini Yan-san It-koay serta Liong bun siang kiat tetap
terdiam diri, dalam keadaan penat serta kehabisan
tenaga darimana mungkin nenek Tio serta Hoa In
mampu untuk menghadapi serangan mereka?"
Berpikir sampai disini, ia tahu jika dirinya tidak segera
tampil ke depan maka keadaannya akan bertambah
runyam, maka sambil melangkah maju ke depan,
serunya dengan suara lantang, "Aku harap saudara
sekalian suka saling hentikan pertarungan, aku ada
perkataan hendak disampaikan kepada kalian semua"
"Pelindung hukum sekalian harap segera
mengundurkan diri!" seru Yau Sut kemudian.
Empat orang jago dari perkumpulan Sin-kie-pang
dengan cepat menghentikan pertarungannya dan loncat
mundur ke belakang, sedangkan Tio Sam-koh serta Hoa
In pun terpaksa buyarkan serangan dan berhenti
bertarung. Tio Sam-koh segera berpaling ke arah Hoa Thianhong,
dengan mata melotot nada gusar ia menegur,
"Perkataan apa yang hendak kau utarakan keluar?"
Hoa Thian-hong tersenyum.
"Ini hari jumlah musuh yang harus kita hadapi jauh
lebin besar daripada kita, meskipun Sam poo gagah dan
hebat namun mampukah engkau hadapi musuh-musuh
yang begitu banyaknya" Boanpwee memang tak becus
tapi aku tak tega untuk berpeluk tangan belaka, sebab
cepat atau lambat pertarungan tak bisa dihindarkan lagi,
oleh karena itu ijinkanlah boanpwe untuk bertempur
pada babak pertama!"
Tio Sam-koh tertegun mendengar perkataan itu, lalu
serunya, "Tapi.... badanmu menderita luka, jika sampai
kalah bukankah kekalahanmu itu sama sekali tak ada
nilainya?"
"Aaah....! bagaimanapun toh pertarungan ini bukan
adu kepandaian di atas panggung Lui thay, ada orang
mencari gara-gara masa aku tak boleh memberikan
perlayanan sebagaimana mestinya?" jawab Hoa Thianhong
sambil tertawa.
Habis berkata, dengan langkah lebar dia segera
berjalan maju ke depan.
Hoa In tidak berusaha mencegah dengan
menggunakan kata-kata, akan tetapi dengan ketat dia
mengikuti terus disisi majikan mu danya, kalau dilihat
dari tampangnya, barang siapa berani mengganggu Hoa
Thian-hong maka pertama-tama harus berhadapan lebih
dahulu dengan dirinya.
Tiba-tiba si anak muda itu berpaling, dengan purapura
gusar bentaknya keras-keras, "Ibu paling benci
kalau ada orang yang mengganggu dirinya, sana!
berjagalah di depan gua dan tak usah mencampuri
urusan pribadiku lagi...."
Dengan amat jelas Hoa In mengetahui bahwa majikan
mudanya masih bukan tandingan dari Cukat racun Yau
Sut, tentu saja ia tidak membiarkan si anak muda itu
menghantar kematiannya, sesudah tertegun beberapa
saat lamanya, ia berseru, "Budak tua tak akan
memperdulikan soal apapun lagi, bagaimanapun juga...."
Ditinjau dari kesetiaannya, mungkin langit ambrukpun
dia benar- benar tak mau mengurusinya kecuali
memperhatikan keselamatan dari majikan mudanya,
akan tetapi ia tak berani membantah ataupun
memperingatkan dengan kata-kata, oleh sebab itulah ia
segera mengambil keputusan untuk berjaga-jaga di
samping tubuh pemuda itu.
Sebenarnya susah bagi Hoa Thian-hong untuk
menegur ataupun menyakiti hati pelayan tuanya yang
amat setia serta sangat mem perhatikan keselamatan
jiwanya itu, tetapi dalam situasi semacam itu tak
mungkin baginya untuk bersikap ragu-ragu, sekalipun
begitu setelah mengucapkan kata-kata kasar tadi, timbul
rasa tak tega dalam hati kecilnya.
Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang keluar suara
dari Hoa Hujien yang berat dan rendah, "Hoa In segera
mengundurkan diri, biarlah Seng ji beradu kekuatan
dengan sahabat itu, bilamana diapun benar-benar tak
mampu mempertahankan diri lagi rasanya belum
terlambat bagimu untuk menolong dirinya!"
Meskipun ucapan tersebut diucapkan dengan suara
dalam dan rendah, akan tetapi nyata, jelas dia amat
bertenaga. Bagi siapa pun yang pernah mengikuti
pertemuan Pak Beng Hwee, suara itu bukan nada yang
terlalu asing bagi bagi mereka, dan bayangan atas
seorang perempuan cantik tegas dan keras dalam
pendirianpun terlintas dalam be nak mereda.
Sorot mata semua orang yang hadir dalam arena
dengan cepat dialihkan ke dalam gua yang gelap gulita
itu, air muka semua orang secara tiba-tiba saja berubah
jadi amat serius.
Setelah hening beberapa saat lamanya, dari boalik gua
tidak kedengaran suara pembicaraan lagi, Hoa In
tertegun akhirnya perlahan-lahan ia mundur beberapa
langkah ke belakang.
"Hoa Hujien!" terdengar malaikat kedua Sim Ciu
berteriak gusar dengan sepasang alis berkernyit, "bagi
setiap orang dalam dunia persilatan, siapa yang kuat di
dalam pemimpin yang harus dihormati setiap orang, kami
bersaudara she Sim sudah hampir beberapa jam lamanya
tiba di tempat ini tapi Hujien tidak menegur ataupun
menyapa, sedikitpun tidak mengindahkan tatacara dalam
dunia persilatan, apakah hal ini berarti bahwa ilmu silati
yang dimiliki oleh dua bersaudara she Sim masih belum
mencapai taraf yang tinggi sehingga tidak pantas untuk
berjumpa dengan dirimu?"
"Hmm, yang kuat dialah pemimpin" pemimpin kentut
anjing yang busuk...." maki Tio Sam-koh dingin.
Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang kembali suara
dari Hoa Hujien, "Pendapat dari Sim kong tak sejalan
dengan pikiran aku Bun si, tetapi ada satu yang jelas
yakin ilmu cakar Tay in sin jiau yang kalian berdua miliki,
sudah lama aku orang Bun si merasa sangat kagum"
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan, "Sejak
perpisahan di pertemuan besar Pek Beng Hwe, dalam
sekejap mata dua belas tahun sudah lewat, aku percaya
ilmu silat yang kalian berdua miliki sudah mendapat
kemajuan yang amat pesat, jika engkau bermaksud
untuk memberi petunjuk, silahkan diperlihatkan dimulut
gua, dari sini aku Bun si akan melayani!"
Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, bibir
bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi
malaikat pertama Sim Kian yang teringat kembali akan
nasib nenek buta dimana baru saja tubuhnya berada
dimulut gua, segulung tenaga pukulan yang amat keras
telah membanting tubuhnya hingga jatuh tak sadarkan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri, buru-buru mengerdipkan matanya, lalu menjawab,
"Pertemuan besar Kian ciau Tay hwee yang akan
diselenggarakan oleh pihak Thong-thian-kauw, dalam
waktu singkat segera akan berlangsung, pada waktu itu
semua jago yang ada di kolong langit boleh
mendemonstrasikan keampuhannya disana. aku rasa
kalau mau bertarung itulah waktunya paling tepat
karenanya pertarungan saat ini lebih baik diabaikan
saja!" Hoa Thian-hong tertawa, sambil memandang wajah
Cukat racun Yau Sut dia pun berseru, "Kalau semua
pertarungan diabaikan, maka akupun akan gunakan
kesempatan ini untuk menyembunyikan kembali ilmu
silatku" Cukat racun Yau Sut tahu bahwa Hoa Thian-hong
adalah kekasih hati dari Pek Kun-gie, sebelum persoalan
dibikin terang ia tak ingin turun tangan terhadap si anak
muda itu, maka mendengar ucapan tadi sorot matanya
segera dialihkan kepada malaikat kedua Sim Ciu, ujarnya
sambil tertawa, "Sim kong, bagaimana dengan keputusan
mengenai barter ini" dilanjutkan atau batal sampai
disini?" Tiba-tiba terdengar Jin Hian tertawa dingin, lalu
berseru, "Hoa loo te, membicarakan tentang asal
mulanya peristiwa maka persoalan ini kembali terjatuh di
atas kepalamu"
"Aku bodoh dan tak dapat menangkap maksud dari
ucapan Jien Tang-kee, apakah engkau bersedia untuk
menerangkan lebih lanjut?"
"Hmm! putraku mati di tangan Hoa loo te engkau
tentu tahu bukan bahwa kematiannya tak akan sia-sia
belaka!" seru jin Hian dengan nada dingin menyeramkan.
"Ooo.... kiranya kau maksudkan tentang persoalan
itu...." kata Hoa Thian-hong dengan alis mata berkenyit.
Tidak menunggu pemuda itu menyelesaikan katakatanya,
kembali Jin Hian menukas, "Pada saat peristiwa
ini baru saja berlangsung, Hoa Loo te mengatakan
bahwa raut wajah pembunuh itu rada mirip dengan Pek
Kun-gie dan sekarang setelah persoalan berlaut-larut
samnai sekarang ternyata Pek Kun-gie bukan
pembunuhnya sedang Pek Soh-gie pun bukan pembunuh
tersebut, sekarang aku hendak menuntut kepada Hoa
Loo te, apa alasanmu menuding menjangan mengatakan
kuda dan membolak balikkan duduknya persoalan
sehingga menjadi tak karuan seperti ini?"
"Pembunuh yang sebenarnya pasti Pui Che-giok" pikir
Hoa Thian-hong di dalam hati, "sayang sekali raut
wajahnya tidak cocok dengan apa yang kukatakan,
bagaimana aku bisa menjawabnya?"
Tatkala dilihatnya pemuda itu membungkam dalam
seribu buhasa, Jin Hian segera tertawa dingin dan
berkata kembali, "Hoa loo te, aku Jin Hian ingin
mengajukan satu pertanyaan lagi kepadamu, putraku
pernah mengadukan hubungan kelamin dangan
pembunuh tersebut, apakah kesemuanya itu kau
saksikan dengan mata kepala sen diri?"
Hoa Thian-hong sama sekali tak menduga kalau ia
bakal diajukan pertanyaan seperti ini, uniuk beberapa
saat lamanya pemuda itu berdiri tertegun sementara
dalam hati kecilnya ia berpikir, "Oooh....! rupanya ia
masih tetap menaruh curiga atas diri kakak beradik she
Pek!" Dalam hati ia berpikir demikian, diluaran ia menjawab,
"Aku tidak sudi mengintip urusan pribadi seseorang
apalagi urusan yang mengenai permainan di atas
ranjang, benarkah putera mu pernah mengadakan
hubungan badaniah dengan sang pembunuh, aku tidak
menyaksikan dengan kepala sendiri dan tak berani pula
menegaskan secara meyakinkan, kalau Jien Tang-kee
ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya, kenapa
tidak kau tanyakan sendiri kepada pelayan yang melayani
puteramu itu" Aku rasa mereka jauh lebih tahu"
"Hmm! Hoa loote , bukankah engkau pernah berkata
bahwa pembunuh itu telah memohon kepada anakku
untuk melarang semua orang bawahannya mengintip
kedatangannya?" seru Jin Hian dengan nada hambar.
Tio Sam-koh yang ikut mendengarkan pembicaraan itu
jadi naik pitam, dengan cepat selanya, "Sekalipun tak
ada yang mengintip, diperiksa dari keadaan pembaringan
masa tidak tahu?"
Jin Hian sama sekali tidak menggubris perkataan itu,
kembali ia berkata dengan nada menyeramkan,
"Andaikata putraku tidak pernah melakukan hubungan
badaniah dengan pembunuhnya maka urusan ini akan
lebih gampang untuk diselesaikan, Hoa Loo te,
bagaimana pendapatmu?"
Hoa Thian-hong tidak langsung menjawab, diam-diam
ia berpikir kembali di dalam hati, "Kakak beradik dari
keluarga Pek adalah gadis-gadis perawan yang belum
pernah dijamah kaum lelaki, jelas dalam pembicaraannya
itu dia hendak menimpakan semua dosa serta kesalahan
ini kepada dua orang gadis itu...."
Berpikir demikian, tanpa terasa ia menghela napas
panjang dan berkata.
"Jien Tang-kee, harap engkau suka memakluminya.
Tempo hari aku mengatakan bahwa raut wajah sang
pembunuh agak mirip dengan nona dari keluarga Pek,
apa yang kukatakan sesuai dengan apa yang kusaksikan
tak sepatah katapun merupakan ucapan yang
berbohong, dan sekarang akupun berani bersumpah
dihadapan Thian bahwasannya pembunuh yang
kumaksudkan itu bukanlah kakak beradik dari keluarga
Pek...." Tiba-tiba malaikat pertama Sim Kian berkata dengan
nada yang menyeramkan, "Hmm! Kalau mau menuduh
seseorang tuduhlah orang itu, kalau tak mau menuduh
orang lain tak usahlah kau tuduh. Heeeh.... .heeehh....
heeehh.... menurut pendapatku, kemungkinan besar
memang tiada terdapat perempuan semacam itu,
pembunuh yang sebenarnya bukan lain adalah kau Hoa
Thian-hong seorang!"
Sepasang mata Hoa Thian-hong kontan melotot bulat,
dengan pandangan dingin ia melirik sekejap ke arahnya,
kemudian menjawab.
"Hmm! aku tahu bahwa persoalan yang paling
menguatirkan hatimu tidak lain adalah Pedang emas
tersebut seandainya pembunuh tersebut adalah aku Hoa
Thian-hong seorang, bukankah engkau segera akan
menun tut kembali pedang emas tersebut dari
tanganku?"
"Haah.... haaah.... haaah...." malaikat pertama Sim
Kian tertawa seram, "pada waktu itu aku hendak
menerima dirimu sebagai anak muridku....!"
"Aaai....! aku lihat persoalan ini harus ku ucapkan
keluar secara jelas dan tanpa tedeng aling-aling, kalau
tidak nona Pek Sok Gie pasti tak akan memperoleh
ketenangan di dalam hidup selanjutnya," pikir Hoa Thianhong
di dalam hati. Berpikir sampai disini, dengan wajah serius ia segera
berkata kepada diri Jin Hian, "Terus terang saja
kukatakan bahwa pada saat itu dalam genggamanku
telah berhasil menemukan penanda yang cukup kuat,
aku telah mengetahui siapakah pembunuh yang
sebenarnya telah menghabisi jiwa putramu, namun
sayang sekali bukti yang kuat belum berhasil kudapatkan
sehingga akupun tidak ingin mengutarakannya keluar
lebih dahulu. Jin longteee! aku harap engkau bersedia
untuk bersabar selama beberapa hari lagi, dalam
pertemuau besar Kian ciau tay hwee aku pasti akan
berhasil membuktikan kepadamu siapakah pembunuh
yang sebenarnya!"
Diam-diam Jin Hian mendengus dingin, batin-nya,
"Keparat cilik, ergkeu anggap aku adalah seorang
manusia tolol" Berani benar engkau gunakan siasat
kosong untuk mengulur waktu!"
"Hoa Thian-hong! terdengar malaikat kedua Sim Ciu
menjerit dengan suaranya yang tinggi melengking,
benarkah engkau mengetahui siapakah sebenarnya
pembunuh itu?"
"Kalau benar ada apa?" tanya Hoa Thian-hong dengan
dahi berkerut dan alis mata berkenyit.
Malaikat kedua Sim Ciu tertawa.
"Kalau begitu engkau sudah mengetahui bukan
pedang emas tersebut pada saat ini berada di tangan
siapa?" tanyanya
"Tentu saja aku tahu!"
"Coba kau katakan siapakah orang itu?"
"Sekalipun aku katakan keluar belum tentu kalian
bersedia untuk mempercayainya," jawab Hoa Thian-hong
dengan nada hambar, "pedang emas itu sekarang berada
di tangan Thian Ik-cu, percaya tidak?"
"Hmmm mengadu domba diantara sesama umat
persilatan, engkau memang licik sekali"
"Hmmm bukan sejak tadi aku sudah berkata,
kendatipun kuberitahukan kepadamu, belum tentu
engkau percaya. Nah seorang lihatlah bukankah
ucapanku hanya sial belaka?"
Jin Hian tertawa seram, tiba-tiba ia berseru, "Kalau
tidak sakit tidak gatal, siapa yang bersedia mengaku
secara terus terang?"
"Sedikitpun tidak salah" sambung malaikat kedua Sim
Ciu, "Cukat racun, bagaimana kalau aku mengajak
engkau untuk membicarakan soal barter...." Kau tentu
bersedia bukan?"
Sambil berkata, telapak tangannya kembali
ditempelkan ke atas punggung Pek Soh-gie.
Cukat racun Yau Sut termasuk juga seorang jago
kawakan yang punya banyak pengalaman di dalam dunia
persilatan, akan tetapi berada dihadapan siluman tua
yang banyak akalnya ini dia dihabiskan akal juga
dibuatnya. Andaikata Pek Soh-gie adalah putrinya sendiri,
mungkin akan keraskan hati dengan tidak
memperdulikan perintahnya tetapi apa daya gadis
tersebut adalah putri kesayangan dari ketuanya,
meskipun dalam hati kecilnya merasa tak senang hati,
akan tetapi perasaan tak senang itu tak berani diutarakan
keluar. Terdengar Pek Soh-gie berseru dengan suara lantang,
"Paman Yau, tit-li mempunyai sepucuk surat yang harus
diserahkan kepada ayahku, apakah engkau bersedia
menyampaikannya kepada ayahku?"
"Tentu saja akan kusampaikan kepadanya," jawab
Cukat racun Yau Sut dengan cepat tetapi engkau tak
usah berpikir yang bukan-bukan lebih dahulu, putri dari
ketua perkumpulan Sin-kie-pang tak akan begitu
gampang menemui ajalnya!"
Sebenarnya Pek Soh-gie ada maksud untuk
menyelesaikan kehidupan sendiri apabila keadaan terlalu
mendesak, sehingga tidak sampai mendatangkan banyak
kesulitan dan kerepotan buat orang lain, setelah rahasia
hatinya ini berhasil ditebak secara jitu oleh Yau Sut tak
dapat dicegah lagi air mukanya berubah jadi merah
padam saking jengahnya, untuk sesaat ia tak tahu apa
yang harus dilakukan olehnya.
Cukat racun Yau Sut sendiri rupa-rupanya juga telah
menyadari bahwa pertarungannya pada hari ini melawan
Hoa Thian-hong tak dapat dihindari lagi, otaknya dengan
cepat berputar dan ia berhasil mendapatkan cara yang
paling jitu untuk mengatasi masalah lersebut.
Perlahan-lahan ia berjalan maju ke depan, setelah
memberi hormat ujarnya, "Hoa kongco, pertarungan
yang berlangsung pada hari ini sebenarnya terjadi karena
keadaan yang mendesak...."
"Engkau tak perlu sungkan-sungkan," tukas Hoa
Thian-hong sambil tertawa pula, "akupun tahu bahwa
keadaan yang memaksa kita harus bertempur!"
Sambil berkata pedang bajanya perlahan-lahan
dicabut keluar dan dalam sarung, kemudian bersiap siaga
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan
"Silahkan!" seru Cukat racun Yau Sut dengan wajah
serius. Dalam sekejap mata suasana dalam arena berubah
jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapuo.
Pertarungan ini merupakan suatu pertarungan yang
luar biasa, orang yang hendak bergebrak yang satu
merupakan jago Bulim yang sudah diketahui oleh setiap
orang dalam dunia persilatan sedangkan yang lain adalah
seorang keturunan jago kenamaan yang belum lama
terjun dalam sungai telaga.
Para penonton yang berada disisi arena semua tahu
bahwa Hoa Thian-hong masih bukan tandingan dari
Cukat racun Yau sut, tapi mereka tak tahu berapa
banyak selisih kepandaian yang mereka miliki, semua
orang ingin lahu berapa gebrakan, yang sanggup
diterima oleh Hoa Thian-hong, dan berapa jurus
serangan yang dibutuhkan Yau Sut Cukat racun itu untuk
merobohkan lawannya.
Cukat racun Yau Sut tersohor karena kekejaman serta
ketelengasannya yang melebihi ular beracun atau
binatang buas, dan semua orang dalam dunia persilatan
mengetahui akan hal ini.
Sebaliknya Hoa Thian-hong merupakan tulang
punggung dari kawanan pendekar golongan lurus,
pendekar muda yang disayang serta dikagumi olen
kawan sealiran, golok tak bermata, pertarungan tak
mengenal belas kasihan, seandainya Hoa Thian-hong
sampai musnah di tangan Cukat racun Yau Sut niscaya
peristiwa ini akan sangat menggemparkan seluruh kolong
langit terutama sekali dalam kalangan kaum lurus sendiri.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara itu fajar telah menyingsing diufuk sebelah
timur, sinar keemas-emasan memancar keempat penjuru
dan menyoroti mulut gua kuno tadi.
Kebakaran yang terjadi disekeliling gua tersebut belum
padam, bahkan makin lama semakin meluas keempat
penjuru, sepintas memandang ke tempat kejauhan yang
terlihat hanyalah tanah hangus yang berwarna hitam,
suasana benar-benar mengenaskan sekali.
Tiba-tiba...."Weeess....!" desingan angin tajam
menderu-deru di angkasa, dengan membawa suara
pekikan tajam pedang baja Hoa Thian-hong yang besar
dan berat itu meluncur ke depan.
Menyaksikan betapa dahsyat datangnya bacokan itu,
tentu saja Cukat racun Yau Sut tahu lihay, dengan cepat
badannya berkelit ke samping untuk meloloskan diri dari
datangnya ancaman tersebut, kemudian badannya
laksana kilat menerjang maju ke depan, sebuah serangan
balasan ini dilancarkan dengan Kecepatan yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata, tak sempat lagi bagi Hoa
Thian-hong merubah jurus ganti gerakan, tampaklah
olehnya serangan itu meluncur seakan-akan kosong
namun dalam kenyataan berisi serta terselip banyak
perubahan yang tak terduga, membuat seluruh jalan
mundurnya sama sekali tersumbat.
Dalam keadaan terdesak dan gugup, Hoa Thian-hong
segera menekan pergelangan tangannya ke bawah,
pedang baja disilangkan di depan dada sementara
tubuhnya berputar kencang.
Dalam perkiraan Cukat racun Yau Sut semula, dalam
satu jurus saja ia akan berhasil menguasai keadaan,
siapa tahu perbuatan Hoa Thian-hong sambil
menyilangkan pedangnya itu mengandung pertahanan
yang sangat kuat, apabila ia tidak segera buyarkan
serangan serta menarik diri niscaya separuh bagian
lengannya akan terbabat sampai kutung.
Dalam keadaan begini terpaksa ia rubah gerak
telapaknya, sesudah berputar membentuk gerakan
setengah lingkaran ia ganti menyerang pinggang Hoa
Thian-hong, sementara jari tangan dan telunjuk tangan
kirinya menotok jalan darah Jit kan hiat dibadan-nya.
Dua jurus serangan itu dilancarkan cepat, ganas dan
lincah, membuat semua jago yang menyaksikan jalannya
pertarungan itu
diam-diam bersorak memuji, sorot mata Liong bun
siang sat serta Yao San It koay pun memancarkan
cahaya tajam, setelah menyaksikan betapa sempurna
dan ampunnya ilmu silat yang dimiliki Yau Sut, perasaan
memandang rendah lawannya seketika lenyap tak
berbekas. Hot Thian-hong segera angkat lengannya ke atas
mengikuti gerakan tersebut, pedang bajanya menyapu ke
depan, hawa pedang memancar ke empat penjuru dan
dalam sekejap mata telah menyergap badan Yau Sut.
Diam-diam Cukat racun mengerutkan alis matanya
melihat kemampuan musuhnya, terburu-buru ia rubah
jurus serangannya kembali, telapak dan jari melancarkan
serangan secara berbarengan, ia berusaha menyerobot
posisi di atas angin.
Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu
pertempuran yang menarik hati, dalam sekejap mata
kedua orang jago itu sudah saling bertarung sebanyak
dua puluh jurus lebih.
Setiap kali Hoa Thian-hong pasti berhasil meloloskan
diri dari serangan lawan dengan suatu gerakan pedang
yang sederhana dan mudah, gerakannya menghindar
dan balas menyerang begitu leluasa permainan
pedangnya itu memang khusus diciptakan untuk
menahan jurus serangan lawan, kejadian ini membuat
para jaro disisi arena diam-diam merasa keheranan dan
tercengang. Yan-san It-koay serta Liong bun Siang sat sekalian
yang ilmu silatnya telah mencapai taraf kesempurnaan,
setelah menyaksikan jalannya pertarungan itu beberapa
saat lamanya mereka segera menemukan bahwa ilmu
pedang yang dipergunakan pemuda itu sebetulnya cuma
terdiri dari enam belas jurus belaka, hal itu membuat hati
mereka jauh lebih terperanjat dari pada siapapun juga.
Bapi Cukat racun Yan Sut baru pertama kali ini ia
berjumpa dengan serangkaian ilmu pedang sedemikian
anehnya, semakin ber tempur hatinya merasa semakin
terperanjat, makin bertarung hatinya semakin berat, ia
sama sebali tidak jeri terhadap keampuhan ilmu silat
yang dimiliki Hoa Thian-hong, tapi ia terperanjat oleh
kesaktian serta kelihayan dari ilmu pedangnya itu.
Hoa Thian-hong sendiri diam-diampun merasa terkejut
bercampur keheranan, enam belas jurus ilmu pedang ini
sudah dilatihnya selama sepuluh tahun lebih, sejak
pedang bajanya ditahan oleh Ciu It-bong, selama satu
tahun lebih meskipun tiap hari dia menghapalkan kembali
gerakan pedang itu dalam benaknya namun tidak
sekalipun pernah dipraktekkan.
Siapa tahu setelah dipergunakan olehnya pada saat
itu, bukan saja gerakan pedangnya sama sekali tidak
kelihatan asing atau membingungkan, malahan
sebaliknya bertambah hapal dan matang keampuhan
yang terpancar dari ujung pedang semakin mantap dari
pada keadaan dahulu.
Dahulu setiap kali ia mempergunakan ilmu pedang
tersebut, sering kali terasa olehnya seakan-akan bahunya
sedang memikul suatu beban yang amat berat sekali,
tetapi sekarang sesudah racun teratai empedu api
membaur dengan tenaga dalamnya, bukan saja pedang
yang berat terasa enteng dalam penggunaan yang lebih
aneh lagi ketika ia mainkan pedang itu dengan enteng
dan perlahan karena kuatir mulut luka di atas dadanya
merekah kembali, ternyata hasil yang diperoleh luar
biasa sekali, makin enteng dan perlahan ia gunakan
pedang tersebut, tenaga murni yang terpancar keluar
lewat ujung pedangnya semakin lancar dan luar biasa.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah
bertarung sebanyak limapuluh jurus lebih, Hoa Thianhong
semakin memahami rahasia serta inti dari gerakan
ilmu pedangnya, makin bertempur ia semakin bersemangat,
semakin bergebrak ia semakin menghemat dalam
penggunaan tenaga.
Akan tetapi Cukat racun Yau Sut juga bukan seorang
manusia sembarangan, meskipun ilmu pedang lawan
sangat ampuh akan tetapi keyakinan dalam ilmu silatnya
jauh lebih unggul daripada si anak muda itu, sete-lah
lima puluh jurus lewat diapun berhasil menguasai seluruh
keadaan. Permainan ilmu telapaknya tiba-tiba berubah, ia mulai
melancarkan serangan secara bertubi-tubi, jurus satu
dengan jurus berikutnya di lancarkan makin dahsyat, hal
ini memaksa daya serangan yang terpancar keluar dari
ujung pedang Hoa Thian-hong seketika terdesak balik.
Pedang baja Hoa Thian-hong dilancarkan secara
bertubi-tubi, sekuat tenaga ia berusaha untuk
memulihkan kembali posisinya yang terdesak, akan tetapi
ilmu silat yang dimiliki Cukat racun Yau Sut beberapa kali
lipat jauh lebih tinggi beberapa kali lipat, setelah saling
bertahan beberapa saat lamanya, siapa yang tangguh
dan siapa yang lemahpun segeia terlihat di depan mata.
Tiba-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut membentak
keras, sepasang telapaknya beterbangan di angkasa, silih
berganti ia lancarkan pukulan mematikan yang memaksa
Hoa Thian-hong tak mampu mempertahan-kan diri serta
mundur ke belakang berulang kali.
Melihat dirinya didesak hebat, hawa amarah berkobar
di dalam benak Hoa Thian-hong pikirnya dalam hati, "Ibu
sedang berlatih ilmu di dalam gua, sedangkan aku
bertugas mempertahankan pintu masuk ke dalam gua ini,
berarti pula kesela matan jiwa ibuku berada ditanganku,
kalau aku begini tak becus, bagaimana tanggung
jawabku terhadap ibu nantinya?"
Begitu ingatan tersebut berkelebat di dalam benaknya,
semangat bertempur segera berkobar di dalam
benaknya, pedang baja diayunkan berulang kali, dalam
waktu singkat tiga tusukan kilat telah dilepaskan.
Meskipun tiga rangkaian serangan berantai itu
dilancarkan dalam waktu yang amat singkat akan tetapi
daya serangannya amat hebat bagaikan tanggul yang
jebol, buru-buru Cukat racun Yau Sut ayunkan
telapaknya berulang kali untuk memunahkah serangan
tersebut, begitu berat daya tekanan yang datang
menggulung membuat dia seakan-akan baru saja
melakukan perjalanan jauh.
Sreeet....!sreeet....!sreeeet....! tiga buah serangan
balasan dilancarkan dengan cepat telah membendung
pula serangan gencar dari Cukat racun Yau Sut.
Diam-diam juru pikir dari perkumpulan Sin-kie-pang ini
merasa amat gusar, dia mendengus dingin dan tubuhnya
tiba-tiba menerjang maju ke depan, telapak kiri
melancarkan serangan dengan menyapu sedangkan
telapak kanan menyerang dengan tonjokan, dengan
jurus Thian kang Pat to atau bintang langit cahaya
diutara, ia menyerang kemuka.
jurus serangan tersebut merupakan suatu serangan
yang aneh dan jarang ditemui di kolong langit,
menyaksikan datangnya serangan dari pihak lawan itu
Hoa Thian-hong merasa gugup dan terkesiap, ia merasa
seakan-akan semua jalan mundurnya telah tersumbat
oleh pukulan lawan.
Para jago yang menonton jalannya pertarungan dari
sisi arenapun nampak berubah air mukanya setelah
melihat gerakan ilmu telapak itu, Tio Sam-koh serta Hoa
In paling terperanjat diantara beberapa orang itu,
mereka bersama-sama menunjukkan gerakan hendak
menerjang ke depan.
Hoa Thian-hong sebagai keturunan seorang jago
kenamaan tentu saja tak mau menyerah dengan begitu
saja, tiba-tiba ia mengepos tenaga lalu membentak
keras, sekuat tenaga ia lancarkan sebuah bacokan ke
arah tubuh lawan.
Daya serangan yang terpancar keluar dari bacokan itu
amat dahsyat bagaikan meretaknya bumi terkena gempa
bumi, hawa pedang memancar keempat penjuru diantara
berdesingnya pedang baja menembusi angkasa terselip
suara getaran lembut yang amat lirih, meskipun lirih
namun mengandung daya kekuatan yang menggetarkan
hati. Cukat racun Yau Sut merasa terkejut bercampur
gusar, melihat sepasang telapaknya hampir menghajar
tubuh lawan akan tetapi pedang baja lawanpun akan
segera melukai tubuhnya terpaksa ia berganti jurus dan
mencari jalan lain untuk menguasai musuhnya.
Kehebatan Hoa Thian-hong segera terpancar keluar
keempat penjuru, secara beruntun ia lancarkan empat
buah babatan dahsyat, tiba-tiba mulut luka di atas
dadanya terasa amat sakit dan kedua kakinyapun ikut
jadi kaku bercampur linu,
Sadarlah si anak muda itu bahwa mulut lukanya pecah
kembali, diikuti diapun merasa darah segar bagaikan air
marcur mengalir ke luar dengan amat derasnya.
Teringat akan darah, tiba-tiba semangat pemuda itu
berkobar kembali, dia membentak keras, seluruh tenaga
dalamnya disalurkan ke luar dan secara tiba-tiba sebuah
bacokan pedang dilepaskan ke arah depan.
Dari keganasan serta kehebatan datangnya bacokan
lawan, Cukat racun Yau Sut merasa tak mampu untuk
menandinginya, dengan cepat badannya berputar
kencang, sebuah totokan segera dilepaskan menyergap
belakang punggung Hoa Thian-hong.
Pertempuran itu benar-benar merupakan suatu
pertarungan sengit yang menentukan antara mati hidup,
ilmu silat yang dimiliki Yau Sut beraneka ragam dengan
jurus yang aneh sebaliknya Hoa Thian-hong hanya
mengerti enam belas jurns ilmu pedang yang biasa dan
sederhana dalam menggunakan, walaupun begitu
pertarungan tetap berjalan seru dan di dalam sepuluh
jurus, menang kalah masih belum dapat ditentukan.
Sementara itu darah segar telah mengucur keluar
membasahi seluruh pakaiannya, mulut luka terasa panas,
linu dan sakitnya bu kan kepalang, sambil menggertak
gigi menahan rasa sakit Hoa Thian-hong masih tetap
berusaha mempertahankan diri, sekalipun begitu rasa
sakit terpancar juga dari atas wajahnya.
00000O00000 39 KEADAAN seperti ini tentu saja tak dapat mengelabuhi
pandangan mata beberapa orang tokoh persilatan yang
sedang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena,
Hoa In paling gelisah dan kuatir dan dialah yang
pertama-tama menyadari keadaan majikan mudanya
yang terdesak hebat itu.
Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus adalah
komplotan yang setia dengan Cukat racun Yau Sut,
melihat Hoa In menerjang masuk ke dalam gelanggang
kedua orang itu segera membentak gusar dan terjun ke
dalam kalangan untuk menghalang-halangi niat lawan.
"Blaaaam....!" sebuah pukulan yang amat dahsyat dari
Hoa In menghajar tubuh Teng Kong Li serta kakek
bermuka kurus sehingga isi perutnya goncang dan
kepalanya pusing tujuh keliling, tubuh mereka tergetar
mundur sampai beberapa tombak jauhnya dari tempat
semula....Sepasang mata Hoa In telah berubah jadi
merah darah, sepasang telapaknya diayun berulang kali,
bagaikan seekor harimau gila dia menerkam ke arah
tubuh Cukat racun Yau Sut.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata,
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
anak buah dari perkumpulan Sin-kie-pang bersama-sama
membentak keras dan terjun ke dalam gelanggang.
Tio Sam-koh segera putar toya bajanya menyongsong
datangnya serbuan itu, dalam waktu singkat suasana jadi
kacau balau, pertarungan secara massalpun segera
berlangsung. Disaat-saat yang amat kritis itulah, tiba-tiba terdengar
seseorang dengan suara yang nyaring bercampur gelisah
berkumandang datang, "Saudara-saudara sekalian, harap
tahan!" Bersamaan dengan munculnya suara bentakan itu,
terlihatlah Pek Kun-gie, Oh Sam serta tujuh delapan
sosok bayangan manusia lainnya dalam waktu singkat
telah menyeberangi jembatan batu dan meluncur ke arah
mulut gua tersebut.
Cukat racun Yau Sut berotak cerdas dan paling cepat
reaksinya, begitu mendengar suara bentakan dari Pek
Kun-gie dia segera menyadari bahwa beban seberat
ribuan kati yang terpikul di atas bahunya kini sudah
tersingkirkan, dengan cepat ia memerintahkan anak
buahnya untuk berhenti bertempur serta meloncat
mundur ketepi kalang an.
Dalam waktu singkat Pek Kun-gie yang cantik jelita
bagaikan bunga mawar itu sudah tiba lebih dahulu di
tengah kalangan.
Pek Soh-gie jadi kegirangan setengah mati, buru-buru
teriaknya dengan suara nyaring, "Moay Moay....!"
Dengan sorot mata yang tajam dan cepat Pek Kun-gie
menyapu sekejap ke arah para jago yang berada
disekeliling tempat itu, ke mudian tegurnya, "Cici
darimana engkau bisa tiba di tempat ini?"
"Thian Ik-cu telah menangkap diriku kemudian Ciu Itbong
membawa aku ke tempat ini dan akhirnya para
enghiong hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie
menyandera diriku serta memaksa paman Yau untuk
bertempur melawan Hoa toako, katanya bilamana paman
Yau tidak berhasil menangkap Hoa toako maka akupun
tak akan dilepaskan"
Pek Kun-gie dengan sorot mata yang tajam dengan
cepat berpaling ke arah Hoa Thian-hong.
Dibalik sorot matanya itu terselip rasa cinta yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata, seakan-akan rasa hangat di
tengah hujan salju bagaikan pula hujan dimusim
kemarau, meskipun hanya pandangan dalam sekejap
mata akan tetapi rasa cinta yang terpancar keluar dapat
dirasakan pula oleh setiap jago yang hadir dalam
kalangan itu. Hoa Thian-hong jadi tersipu-sipu dibuatnya oleh
pandangan yang penuh dengan perasaan cinta itu, ketika
teringat kembali akan pesan ibunya yang mengharuskan
dia untuk memutuskan hubungan dengan gadis ini, buruburu
wajahnya dicemberutkan dan tak berani
menampilkan senyuman.
Pek Kun-gie segera alihkan sorot matanya dan
menyapu ke arah para jago dari perkumpulan Hong-imhwie,
di atas wajahnya terlintas rasa muak benci dan
pandangan hina yang amat tebal.
Sedari kecil gadis ini sudah terbiasa dimanja dan selalu
pandang tinggi diri sendiri, apabila ia memandang hina
terhadap seseorang maka di atas wajahnya segera
tercerminlah rasa tak senang hatinya itu. Dan terutama
sekali pandangan sinisnya yang penuh penghinaan terasa
jauh lebih lihay dari pada tusukan golok, kendatipun
seseorang mempunyai iman yang tebal ataupun watak
yang sabar, sesudah menyaksikan sikapnya yang penuh
penghinaan itu tentu akan naik pitam dan menjadi
marah. Malaikat kedua Sim Ciu yang pertama-tama tak kuat
menahan diri, sorot mata tajam terpancar keluar dari
balik kelopak matanya, dengan penuh kegusaran dia
membentak keras, "Budak ingusan! engkaukah putri
kedua dari Pek Siau-thian si tua bangka itu?"
Cukat racun Yau Sut takut gadis itu tak tahu lihay dan
melakukan tindakan secara semberono, buru-buru sambil
menuding ke arah orang itu dia menerangkan, "Kedua
orang ini adalah dua bersaudara she Sim dari
perkumpulan Hong-im-hwie, mereka berdua menetap di
Liong bun dan di sebut oleh setiap orang Bulim sebagai
Liong bun Siang sat sepasang malaikat dari Liong bun!"
Dari sikap malaikat kedua Sim Ciu yang berjaga-jaga
di samping tubuh sucinya, Pek Kun-gie segera
mengetahui apa maksud tujuan orang, tak tahan lagi ia
tertawa dingin.
"Heeeh.... heeehh.... heeehh.... kalau kutinjau dari
situasi yang terbentang pada saat ini, rupanya
perkumpulan Hong-im-hwie sudah mengambil keputusan
untuk berselisih paham dengan perkumpulan Sin-kiepang
kami?" "Kita toh sama-sama merupakan perkumpulan besar
dalam dunia persilatan, apa takutnya untuk berselisih
paham" engkau anggap kami jeri terhadap
perkumpulanmu itu?" ejek malaikat kedua Sim Ciu sambil
tertawa seram. Pek Kun-gie mendengus dingin.
"Hmm! perkumpulan Hong-im-hwie bukan milikmu
seorang, pendapatmu apakah dapat disetujui oleh rekanrekanmu
yang lain?" serunya.
Mendengar ucapan itu malaikat kedua Sim Ciu
tertegun, sesudah termenung beberapa saat lamanya ia
segera berpaling ke samping kiri kanannya dan berseru,
"Kami dua bersaudara she Sim adalah satu hati satu
pendirian-entah bagaimana dengan pendapat kalian
semua?" Jin Hian yang sudah lama tidak buka suara ketika
menyaksikan sorot mata Sim Ciu berhenti di atas
wajahnya, dengan cepat ia menyambung, "Tujuanku
datang kemari adalah mencari tahu siapakah pembunuh
puteraku kemudian balaskan dendam bagi kematiannya,
persoalan mengenai perkumpulan silahkan kalian berdua
untuk memutuskannya sendiri"
Setelah berhenti sebentar, sepasang matanya yang
tajam menyapu tiada hentinya di atas wajah kakak
beradik she Pek itu lalu melanjutkan lebih jauh,
"Selamanya pendapat dari Sim loe selalu dikagumi oleh
setiap saudara yang ada dalam perkumpulan, tentu saja
tak usah kau rundingkan lagi dengan diriku, kalian boleh
bersikap sekehendak hatimu!"
Dengan sorot mata tajam malaikat kedua Sim Ciu
berpaling ke arah rekannya Yan-san It-koay, kemudian
bertanya lebih jauh, "Makhluk tua, bagaimana menurut
pendapatmu?"
"Buat apa musti bersilat lidah dengan kawanan
manusia dari angkatan muda, mau berdua, bagaimana
kita lakukan saja menurut rencana, kita cepat selesaikan
masalah ini agar bisa segera berlalu pula dari tempat ini!"
Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, tibatiba
dengan ilmu menyampaikan suara ia berseru, "Aku
hendak berdaya upaya untuk memaksa perempuan itu
keluar dari dalam gua, ingin kulihat permainan setan
apakah yang sedang ia persiapkan! bagaimana
pandangan mu mengenai rencanaku ini?"
Dengan ilmu menyampaikan suara Yan-san It-koay
segera menjawab pula, "Ilmu ampuh apakah yang telah
berhasil kau yakinkan, berani benar mencari gara-gara,
apakah engkau yakin mampu menangkan pihak lawan"
janganlah dikarenakan sebilah pedang emas yang tak
ada harganya, selembar jiwapun ikut lenyap"
"Makhluk tua, engkau tak usah lain dimulut lain
dihati!" seru Sim Ciu dengan dingin, "kalau engkau
menginginkan pedang emas tersebut silahkan tangkap
dahulu keparat cilik she hoa itu, kami berdua akan
berada di belakang untuk membendung datangnya para
pengejar!"
"Hmmm! belum tentu ada gunanya kita tangkap
keparat cilik itu, lebih batk nanti saja kita bicarakan lagi
persoalan ini!"
Kedua orang itu saling bercakap-cakap dengan bibir
saja yang bergerak namun tak kedengaran sedikit
suarapun, setelah ditunggu beberapa saat namun pihak
lawan belum juga buka suara, dengan gusar Pek Kun-gie
segera menegur, Bagaimana" Apakah engkau ada
rahasia penting yang tak dapat diketahui oleh orang
lain?" "Heeehh.... heeehh.... heeeh....!" malaikat ke dua Sim
Ciu tertawa seram, "budak ingusan besar amat nyalimu!
orang sih tak akan kulepaskan engkau mau apa?"
Pek Kun-gie tertawa dingin.
"Hmm! Semula aku mengira para enghiong hoohan
dari perkumpulan Hong-im-hwie adalah manusia-manusia
yang luar biasa, tak tahunya keberanian kalian hanya
berbuat begitu saja....Hmm! Sungguh memuakkan...."
Habis berkata selangkah demi selangkah dia maju ke
depan. "Hiantitli, engkau mau berbuat apa" tegur Cukat racun
Yau Sut sambil menghalangi jalan perginya.
"Aku hendak mengajak jago lihay ini untuk
membicarakan soal pertukaran ini"
"Bagus sekali, sambung Sim Ciu sambil tertawa,
"bagaimana caranya pertukaran ini dilangsungkan?"
"Kalau dibicarakan sesungguhnya gampang sekali,
engkau boleh segera melepaskan ciciku, sedangkan aku
akan menggantikan dirinya sebagai sanderamu,
bagaimana" ringan sekali bukan?"
Pek Soh-gie jadi gelisah sekali mendengar perkataan
itu, buru-buru teriaknya, "Adikku aku tidak takut
menghadapi segala sesuatu apapun, engkau tak usah
memperdulikan diriku"
Pek Kun-gie pura-pura tidak mendengar ucapan tadi,
sepasang sorot matanya yang tajam dan dingin berputar
di atas wajah Sim Ciu, kemudian serunya kembali,
"Hanya urusan yang kecil sekali, apa yang patut kau
curigai lagi" takut dengan aku?"
Sebenarnya kakak beradik itu adalah saudara kembar
yang dilahirkan bersamaan waktunya, akan tetapi setelah
keluarganya terjadi perpecahan mengakibatkan
lingkungan hidup serta sistim pendidikan yang mereka
terima berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Kalau Pek Soh-gie adalah seorang gadis yang lemah
lembut dengan watak yang halus serta ramah tamah,
sebaliknya Pek Kun-gie adalah seorang gadis yang kasar
dengan mempunyai watak yang keras, sifat maupun
gerak-geriknya tentu saja berbeda satu sama lainnya.
Terdengar malaikat kedua Sim Ciu menyeringai dan
tertawa seram, serunya mengejek, "Pek Kun-gie!
Ketahuilah bila engkau sampai terjatuh ketanganku,
maka siksaan badaniah yang akan kau alami berat sekali,
engkau harus pikirkan lebih dahulu sebelum bertindak"
"Hmmmm! banyak bicara tak ada gunanya...." dengan
langkah lebar ia segera berjalan maju ke depan.
"Kun-gie...." teriak Cukat racun Yau Sut dengan
perasaan hati serba salah.
Berhubung Cukat racun Yau Sut telah bertempur
melawan Hoa Thian-hong, terhadap juru pikir dari
perkumpulan ini Pek Kun-gie merasa amat tidak senang
hati, tidak menanti ia menyelesaikan kata-katanya,
dengan cepat ia menukas, "Paman Yau tak usah
menghalang-halangi rencanaku lagi, dia adalah saudara
kandungku, apakah titli musti berpeluk tangan belaka?"
"Adikku...." teriak Pek Soh-gie dengan amat gelisah,
"engkau ataupun aku bukankah sama saja" Kenapa
engkau harus bersikeras dengan pendirianmu itu?"
Pek Kuo Gie sama sekali tak menggubris ucapan
encinya itu, dengan langkah lebar ia segera berjalan
menuju kesisi tubuh malaikat kedua Sim Ciu.
"Berbuatlah yang cerdik!" seru Sim Ciu sambil
menyeringai seram, "selama berada dalam lingkaran
daya seranganku, aku harap engkau jangan bertindak
secara gegabah!"
Rupanya malaikat kedua dari Liong bun ini sudah
cukup mengenali watak Pek Kun-gie yang tidak sehalus
serta sepenurut enci nya, maka begitu gadis muda itu
berjalan mendekat, beberapa totokan dengan cepat di
lancarkan menotok jalan darah kaku dikedua belah
Mutiara Hitam 6 Roro Centil 15 Langkah-langkah Manusia Beracun Pemburu Darah Satria 2
sebuah lenganpun dia bisa hidup sampai ini hari, hal
tersebut membuktikan bukan manusia sembarangan"
Malaikat kedua Sim Ciu mendengus, ia segera
mendekati Pek Soh Gi dan ayunkan telapaknya untuk
membebaskan jalan darahnya yang tertotok.
"Tunggu sebentar!" tiba-tiba Sim Kian berseru, "Malam
yang panjang akan mendatangkan impian yang banyak,
apa yang musti kita tunggu lagi?"
"Apa yang telah dikatakan Jin Hian?" seru Sim Kian
sambil tertawa dingin....
Mula mula Sim Ciu tertegun, kemudian sambil
berpaling ke dalam gua teriaknya keras-keras.
"Tio Sam-koh, ayoh keluar memberi jawaban!"
Hoa Thian-hong yang bersembunyi dibalik kabut hitam
merasa tertegun sesudah mendengar bentakan itu, ia
merasa jarak antara mereka berdua dengan dirinya
bertiga terpaut sejauh beberapa tombak, tak mungkin
mereka bisa tahu dengusan napas mereka apalagi kabut
hitam itu tebal sekali dan amat beracun sehingga sejak
tadi mereka semua telah menutup pernapasan, tentu
saja dalam keadaan begini tak mungkin mereka bisa tahu
jejak mereka yang ada di dalam gua lewat pernapasan.
Begitulah, seruan dari Sim Ciu dengan cepat membuat
semua orang tertegun dan merasa sedikit diluar dugaan.
Tio Sam-koh tertegun lalu menyinggung lengan Hoa
Thian-hong memberi tanda kepadanya agar tidak
menggubris. Tiba-tiba terdengar Sim Kian berkata pula dengan
nada dingin. "Tio Sam-koh, kalau engkau tak mau unjukkan diri
lagi, jangan salahkan kalau aku orang she Sim akan
segera memasang api"
Terkejut hati Hoa Thian-hong mendengar ancaman
tersebut, pikirnya, "Aku rasa sepasang malaikat itupun
tahu kalau gua ini tak boleh bertemu dengan api apa
daya sekarang?"
Sementara itu Sim Ciu telah berkala pula.
"Loo-toa, perduli amat di dalam gua ada manusia atau
setan, kita lepaskan api saja untuk membakarnya,
bukankah dengan cepat kita akan tahu disana ada
setannya atau tidak"
Mendengar sampai disitu, Tio Sam-koh segera menarik
tangan Hoa Thian-hong serta Hoa In dan meloncat
mundur ke belakang. Hoa Thian-hong merasa terkejut
bercampur curiga, buru-buru ia berkelebat kesisi ibunya.
Sepasang telapak Hoa Hujien masih menempel di atas
tanah dan tubuhpun masih tetap duduk tak berkutik di
tempat semula, pada saat itu ia membuka matanya dan
berbisik. "Kalian semua mundur ke belakang punggungku
begitu melihat cahaya api segera lancarkan angin
pukulan ke arah luar"
Gua tersebut gelap gulita sulit melihat kelima jari
tangan sendiri ketika Hoa Hujien membuka sepasang
matanya maka terlihatlah cahaya tajam yang amat
menyilaukan mata seakan-akan bintang yang gemerlapan
di udara gelap memancar keluar dari balik matanya.
Hoa Thian-hong amat terperanjas, ia tak mengira
kalau tenaga dalam yang dimiliki ibunya telah mencapai
taraf yang begitu sempurnanya, untuk beberapa saat
lamanya kerena pengaruh emosi ia tak mampu
mengucapkan separah katapun.
Hoa In sendiri, dia diam-diam merasa terperanjat,
mereka bertiga segera berdiri di belakang Hoa Hujien,
hawa murni disalurkan ke dalam telapak dan setiap saat
menantikan perubahan.
Jarak antara gua bagian dalam dan gua bagian luar
terpaut belasan tombak jauhnya bila melancarkan
serangan dari dasar gua maka tenaga pukulannya sukar
untuk mencapai mulut gua, keistimewaan di dalam hal ini
tidak diketahui oleh Hoa Thian-hong serta Hoa In,
merekapun tak berani banyak bertanya karena musuh
tangguh sedang berada di depan mata, terpaksa sambil
salurkan hawa murni dengan tenang mereka nantikan
munculnya cahaya api dari luar gua.
Rupanya Jin Hian telah menduga bahwa orang yang
bersembunyi di dalam gua itu pastilah Hoa Hujien, hanya
saja karena ia gentar atas kecemerlangan nama besar
Hoa Hujien di masa lampau, ditambah pula nenek buta
sudah menderita kekalahan maka akhirnya dia ambil
keputusan untuk menyelesaikan semua persengketaan ini
dalam pertemuan besar Kian ciau tay hwee.
Sungguh kebetulan ketika mereka kembali ke markas,
Liong bun Siang sat baru tiba, mendengar kisah tersebut
mereka merasa tidak puas dan bersikeras akan datang
menyelidiki duduk perkara yang sebenarnya, walau pun
begitu merekapun mengetahui akan kelihayan dari Hoa
Hujien, maka kewaspadaan merekapun dipertingkat.
Sebagian besar orang persilatan mengetahui bahwa
dalam gua kuno itu mengandung udara gas yang amat
beracun dan tak bisa didiami oleh manusia, kini dengan
suatu gerakan yang manis Hoa Hujien berhasil memaksa
pancaran gas beracun itu langsung membumbung
kedinding bukit sehingga membuat gua kuno itu terbagi
jadi dua bagian kejadian tersebut boleh dibilang
merupakan suatu hal yang sama sekali tak terduga.
Liong bun siang sat sendiripun menduga bahwa Hoa
Hujien masih bersembunyi di dalam gua, tapi karena
mereka tak tabu keadaan yang sebenarnya dari gua kuno
itu, untuk beberapa waktu kedua orang itu tak berani
bertindak secara gegabah.
Setelah menunggu beberapa saat lamanya dan baik
gua masih belum juga nampak adanya suatu gejala, rasa
was-was dalam hati dua bersaudara itu makin berkurang.
Malaikat kedua Sim Ciu segera membentak nyaring.
"Nenek bangkotan she Tio, kalau engkau
menyembunyikan diri terus menerus seperti kura-kura
ketakutan, jangan salahkan kalau aku orang she Sim
akan menyumpal delapan keturunanmu!"
Kedudukan serta nama besar Hoa Hujien di dalam
dunia persilatan amat tinggi dan di hormati semua orang,
rupanya mereka segan untuk secara langsung mencari
gara-gara dengan dirinya, maka yang dicari adalah Tio
Sam-koh. Bisa dibayangkan betapa gusarnya Tio Sam-koh
mendengar teriakan tersebut dengan cepat ia gerakkan
tubuhnya siap menerjang keluar dari gua itu, mendadak
ia teringat bahwa Hoa Hujien pada saat ini sedang
mencapai keadaan yang paling kritis, ia takut jika
keadaan bertambah seru maka mereka terpaksa harus
tinggalkan tempat itu, andai kata hawa murni sampai
buyar, bukan saja susah payahnya selama ini akan
menemui kegagalan bahkan kemungkinan besar akan
mengalami jalan api menuju neraka.
Mengingat betapa besarnya akibat yang bakal
ditimbulkan, terpaksa Tio Sam-koh menahan amarahnya
dan menghentikan gerakan tubuh yang sudah mencapai
tepi gua itu. Hoa Thian-hong mengetahui bahwa nenek itu
berwatak berangasan, melihat ia berhasil menguasai diri
dalam hati kecilnya pemuda ini merasa amat berterima
kasih, segera bisiknya, "Sam po, bersabarlah sebentar!
cepat atau lambat Seng ji pasti akan bereskan manusiamanusia
jahanam tersebut agar rasa dongkol sam po
bisa terlampiaskan"
Bluuum....! tiba-tiba kabut warna hitam yang amat
tebal itu seakan-akan terhantam oleh segulung angin
pukulan yang amat dahsyat dengan cepatnya
menggulung ke dasar gua hingga jaraknya dengan dasar
gua dimana mereka berada dekat sekali.
Hoa In dengan cepat bertindak, dia lancarkan sebuah
pukulan dengan ilmu Sau yang ceng ki untuk memaksa
kabut hitam itu meluncur kembali ke tempat semula.
Sementara itu Sim Ciu jadi semakin berani setelah
dilihatnya angin pukulan yang dia lancarkan sama sekali
tidak menunjukkan perubahan apapun juga, katanya,
"Mungkin saja mereka telah berlalu dari tempat ini!"
Dengan langkah lebar ia berjalan maju ke depan
hingga tiba di depan gumpalan asap warna hitam itu,
telapaknya diayun dan kembali dia lancarkan sebuah
pukulan dahsyat kemuka.
Blaaam.... segulung angin pukulan yang amat dahsyat
dengan cepatnya menerobos masuk melewati kabut
hitam dan langsung menerjang ke dalam gua.
Tapi dari balik gua sama sekali tidak memperlihatkan
reaksi apapun juga, tanpa terasa Sim Ciu mengerutkan
dahinya. "Loo toa!" ia berseru, "rupanya gua ini kosong tak
berpenghuni, biar aku masuk ke dalam untuk memeriksa
keadaan disitu!"
"Tak usah diperiksa lagi," tukas malaikat pertama Sim
Kian dengan nada dingin, "sudah lama kudengar bahwa
kabut hitam itu segera akan terbakar bila terkena api,
kita coba saja melepaskan api kedalam"
Habis berkata dia mengempit tubuh Pek Soh Gi yang
masih tertotok jalan darahnya dan mengundurkan diri
keluar gua. Malaikat kedua Sim Ciu termenung sebentar, akhirnya
dia mengundurkan diri sejauh dua tombak lebih dari
tempat semula lalu mengambil api untuk kemudian
dilemparkan kedalam.
"Blamm.... ketika cahaya api bertemu dengan udara
gas berwarna hitam itu terjadilah ledakan keras yang
disertai percikan cahaya api yang menerangi seluruh gua
tersebut. Hoa Thian-hong yang bersembunyi di dalam gua,
segera merasakan sengatan hawa panas yang luar biasa
dahsyatnya, dalam keadaan demikian masing-masing
orang segera melancarkan sebuah pukulan ke arah
depan. Ilmu Sau yang ceng ki dari Hoa In merupakan
kepandaian tenaga dalam yang sangat ampuh, tenaga
dalam Tio Sam-koh yang mencapai enam puluh tahun
hasil latihan serta tenaga dalam Hoa Thian-hong berkat
kerja teratai racun empedu api bisa di bayangkan betapa
mengerikannya tenaga gabungan dari ketiga orang tokoh
sakti terse but.
Baru saja cahaya api meletus di angkasa, angin
pukulan yang amat dahsyat itu sudah menerjang keluar
membawa percikan api yang menyengat badan keluar
dari mulut gua.
Malaikat kedua Sim Ciu amat terperanjat, dengan
ketakutan ia loncat keluar dari gua tersebut.
Dalam waktu singkat cahaya api segera padam dan
suasana disekeliling tempat itupun putih kembali dalam
kegelapan, bau gas yang amat tebal dan menusuk
penciuman tersebar disekeliling tempat itu.
Sepasang malaikat dari perguruan naga adalah
gembong iblis yang berpengalaman luas, tentu saja
mereka pun tahu bahwa pancaran api yang muncul
keluar gua adalah berkat hasil pukulan dari Hoa Thianhong
sekalian yang bersembunyi dalam gua.
Sekarang dua orang bersaudara itu baru mengetahui
bahwa di dalam gua masih terdapat sebuah ruang lain
yang aman, dan Tio Sam-koh sekalian menyembunyikan
diri disitu. Sepasang malaikat dari perguruan naga saling
bertukar pandangan sekejap, sorot mata mereka berdua
sama-sama memancarkan sikap ke ragu-raguan.
Haruslah diketahui baik Tio Sam-koh mau pun Hoa In
sama-sama merupakan jago lihay yang berkepandaian
tinggi, sekalipun sepasang malaikat dari perguruan naga
merasa yakin dapat menangkan mereka berdua, namun
selisih kepandaian diantara mereka boleh dibilang tipis
sekali, kendatipun kemenangan masih berada
dipihaknya, itupun harus diperjuangkan secara matimatian.
Andaikata Hoa Hujien benar-benar berada di dalam
goa, dengan dua lawan tiga maka keadaan mereka dua
bersaudara akan runyam.
Keadaan mereka pada saat ini boleh dibilang ibaratnya
menunggang di atas punggung harimau, mau turun tak
berani mau tetap duduk disitupun sungkan.... sementara
mereka masih berdiri dengan wajah kebingungan, tibatiba
dari jembatan seberang berkumandang datang suara
langkah manusia yang amat lirih.
Liong bun siang sat sama-sama tertegun dan segera
berpaling ke belakang, tampaklah belasan sosok
bayangan manusia dengan kece patan bagaikan
sambaran kilat sedang bergerak mendekat.
Dalam waktu singkat seorang kekek berbadan tinggi
kurus telah tiba lebih dahulu di tempat itu, dia bukan lain
adalah Jin Hian ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie, di
sampingnya mengikuti seorang jago pula dan dia adalah
salah seorang tulang punggung perkumpulan Hong-imhwie
yang bukan lain adalah Yan-san It-koay.
Diam-diam Liong bun siang sat merasa kegirangan
melihat kehadiran jago-jago lihay tersebut, Sim Kian
segera melemparkan tu buh Pek Soh Gi ke depan sambil
serunya diiringi gelak tertawa berat, "Sungguh kebetulan
sekali kedatangan Cong Tang-kee di tempat ini, dialah
putri sulung dari Pek Siau-thian, coba periksalah
benarkah dia adalah pembunuh yang telah
membinasakan Bong ji?"
Ketika tubuh gadis itu dilontarkan ke depan, jalan
darahnya telah ditotok bebas, Jin Hian segera
menangkapnya dan membentak dengan wajah
menyeringai seram, "Pasang obor!"
Dalam waktu sekejap, delapan orang pengawal golok
emas yang dibawa serta oleh Jin Hian telah memasang
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
obor dan menggangkat tinggi-tinggi, suasana disekeliling
gua kuno pun menjadi terang benderangbagaikan berada
disiang hari. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran
kilat, Jin Hian menatap wajah Pek Soh-gie tanpa
berkedip, di dalam ketajaman matanya terpancar keluar
cahaya seram yang menggidikan hati, seakan-akan ia
hendak menembusi isi hati gadis itu.
Pek Soh-gie tetap tenang dan air mukanya sedikitpun
tidak beruba, mukanya yang cantik dengan biji matanya
yang bening dan jeli memandang wajah Jin Hian penuh
kehalusan dan ketenangan, begitu halus dan tenang
keadaannya sehingga mengherankan semua orang yang
hadir disitu. Beberapa waktu kemudian, tangan Jin Hian yang
mencengkeram bahu Pek Soh-gie nampak gemetar
keras, cahaya matanya yang bengis bagaikan iblis kian
lama kian bertambah kalut dan kacau tak karuan,
mukanya berkerut kencang.... akhirnya dia menundukan
kepala, menghela napas dan berdiri termangu-mangu,
lama sekali tak mengucapkan sepatah katapun jua.
Tiba-tiba terdengar Yan sat It koay berseru, "Pek Sohgie
masih gadis psrawan, sedang Bong ji dengan
pembunuh itu pernah melakukan hubungan badan.... aku
rasa urusan ini agak sedikit tidak beres...."
Walaupun Pek Soh-gie berwajah cantik jelita bagaikan
bidadari yang baru turun dari kahyangan, namun
dandanannya sederhana dan biasa sekali, dari tubuhnya
terpancar pula kehalusan budi serta keramah tamahan
yang begitu meyakinkan, membuat barang siapa pun
yang melihat tentu tak akan percaya kalau dia adalah
seorang pembunuh.
Jin Hian berpengalaman luas dan berpandangan luas,
tentu diapun mengetahui bahwa Pek Soh-gie masih
perawan suci, atau dengan perkataan lain tak mungkin
dia adalah pembunuh yang membunuh putranya serta
mencuri barang berharga.
Dengan sepasang alis berkerut Sim kian segera
berseru, "Aku lihat di dalam persoalan ini tentu ada
orang yang sengaja membolak balikkan duduk
perkara...."
Tiba-tiba terdengar Pek Soh Gi berkata, "Apakah
engkau adalah Jin locianpwee?"
Jin Hian melototkan matanya bulat-bulat, setelah
menenangkan hatinya dia mengangguk.
"Sedikirpun tidak salah, akulah Jin Hian engkau ada
perkataan apa yang hendak disampaikan?"
"Boanpwee belum pernah menyeberangi sungai
Huang-ho menuju keutara, dan akupun belum pernah
membunuh orang...."
Jin Hian menggertak giginya kencang-kencang
sehingga berbunyi gemerutukan, tiba-tiba ia berpaling ke
arah gua kuno itu sambil bentaknya keras-keras, "Hoa
Thian-hong! Kalau engkau tak menunjukkan diri lagi,
janganlah salahkan kalau aku akan bertindak kasar
kepadamu!"
Rupanya pikiran jago tua ini sedang kacau sekali,
selesai mengucapkan kata-kata tersebut dia segera
ulapkan tangannya kepada seorang pengawal golok
emas yang berada disisinya sambil membentak.
"Lepaskan anak panah!"
Kiranya kawanan pengawal golok emas itu kecuali
menyoren sebilah golok bergagang emas yang besar,
pada pinggang masing-masing menyandang pula
gendewa serta anak panah yang berujung bulat telur,
sekilas memandang siapapun tahu kalau anak panah
yang mereka siapkan adalah panah-panah berapi.
Setelah mendapat perintah dari Jin Hian, buru-buru
pengawal golok emas itu menyiapkan gendewa dan
mengambil anak panah, setelah membakar ujungnya
panah tersebut segera dibidikkan ke dalam gua,
Sreeet....! Serentetan cahaya api dengan cepat meluncur
masuk ke dalam gua yang gelap itu.
Gelak tertawa berkumandang memecahkan kesunyian,
sambil menjepit batang anak panah itu dengan ketiga jari
tangannya, perlahan-lahan Hoa Thian-hong munculkan
diri dari dalam gua diiringi Tio Sam-koh serta Hoa In
dibelakangnya. Pepatah mengatakan: Budha harus memakai emas
dan manusia harus memakai pakaian, kemarin baju yang
dikenakan Hoa Thian-hong tidak komplit dan keadaannya
mengenaskan sekali, sebaliknya hari ini dengan pakaian
yang baru serta pedang baja tersoren di atas pinggang,
keadaannya nampak begitu gagah dan mengagumkan.
Liong bun siang sat baru pertama kali ini bertemu
dengan Hoa Thian-hong, menyaksikan sikapnya yang
gagah tanpa terasa mereka mendengus dingin.
Pek Soh Gi segera mementang matanya yang jeli
ketika menyaksikan kemunculan Hoa Thian-hong dari
dalam gua, dengan hati kejut bercampur girang serunya,
"Oooh....! ternyata Hoa toako benar-benar terlepas dari
mara bahaya, ketika Ciu locianpwee mengatakan hal itu
kepadaku, aku masih tidak berani untuk
mempercayainya!"
Hoa Thian-hong tertawa dengan wajah minta maaf,
ujarnya, "Aku tak mampu menyelamatkan jiwa nona,
kalau diingat benar-benar menyesal sekali!"
"Hoa toako tak usah sungkan-sungkan"
Hoa Thian-hong segera memberi hormat kepada Jin
Hian, lalu bertanya.
"Ketua Jin, kau memanggil diriku keluar entah ada
urusan apa?"
Jin Hian tertawa seram.
"Heeeh.... heeeh.... heeeh.... harap Hoa Lo te suka
menyampaikan kepada ibumu, katakanlah kalau aku ada
urusan hendak bertemu dengan dirinya"
"Ketua Jin sebagai pemimpin dari suatu perkumpulan
besar, sudah sepantasnya kalau ibuku menemui dirimu
dengan segala kehormatan," kata Hoa Thian-hong
dengan wajah serius.... sayang sekali dia orang tua
sedang berlatih suatu ilmu dan tak mungkin untuk keluar
dari gua, karena itu aku mohon ketua Jin bisa
memakluminya dan boanpwee mewakili ibuku minta
maaf yang sebesar-besarnya"
Mendengar perkataan itu, Jin Hian segera berpikir di
dalam hati, "Jadi kalau begitu, orang yang bersembunyi
di dalam gua benar-benar adalah bininya Hoa Goan
Sin....!" Berpikir sampai disini, sorot matanya segera menyapu
sekejap ke arah Pek Soh Gi dan berkata kembali, "Nasib
aku orang she Jin memang benar-benar buruk, sudah
begini tua harus kehilangan satu-satunya putera
tunggalku.... aaai! Sampai sekarangpun aku masih belum
mengetahui macam apakah pembunuhnya, apakah dia
laki atau perempuan, cantik atau jelek.... kecuali Hoa loo
te, tak ada orang lain yang, mengetahui lagi"
Hoa Thian-hong termenung dan membayangkan
kembali keadaan pada saat terjadinya peristiwa itu,
kemudian ia menjawab, "Aku rasa pembunuh itu sudah
mempunyai susunan rencana yang amat masak, pergi
datangnya bukan saja menutupi raut wajah dengan kain
hitam bahkan diapun minta kepada putramu untuk
melarang semua orang melakukan pengintaian, dari sini
memang bisa ditarik kesimpulan bahwa cuma aku
seorang yang pernah mengetahui raut wajah aslinya"
Ia berhenti sebentar, sesudah termenung,
sambungnya lebih jauh, "Aaaai....! Meskipun aku pernah
bertemu dengan raut wajah sang pembunuh, tapi kalau
dipikir lebih seksama maka aku rasa belum tentu yang
kusaksikan adalah raut wajahnya yang sebenarnya"
"Hmmm! apakah engkau punya mata tak berbiji?"
sindir Sim Gui malaikat kedua dari Liong bun siang sat
dengan nada dingin.
Air muka Hoa Thian-hong berubah membesi,
tegurnya, "Aku rasa engkau tentulah malaikat kedua dari
Liong-bun bukan" Huuh....! Sebagai seorang angkatan
tua dari dunia persilatan, kalau bicara mengapa tak tahu
adat dan sopan santun" Munekinkah engkau tak pernah
mendapat pendidikan?"
"Hmmm! Kalau engkau menganggap aku tak tahu
adat, panggil saja ibumu suruh dia yang menuntut
kepadaku...."
Hoa Thian-hong tertawa dingin.
"Engkau anggap aku tak mampu untuk menuntut
dirimu?" ejeknya.
Baik Liong bun siang sat maupun Yan-san It-koay
semuanya merupakan jago-jago lihay yang mengerubuti
Hoa Goan Sin ketika dilangsungkan pertemuan besar Pak
beng Hwee, atau dengan perkataan lain mereka adalah
musuh besar pembunuh ayahnya dari Hoa Thian-hong.
Walaupun pemuda itu tetap memegang teguh pesan
ibunya yang mengharuskan dia mengesampingkan
masalah pribadi lebih dahulu, akan tetapi setelah
berjumpa dengan musuh besarnya tak urung hawa
kegusaran bergelora juga di dalam dadanya.
Malaikat kedua Sim Kian sebagai seorang jago yang
amat lihay tentu saja tidak pandang sebelah matapun
terhadap diri Hoa Thian-hong, dengan sorot mata
berkilat serunya sambil tertawa seram.
"Bajingan cilik yang tak tahu diri, akan kutangkap
dirimu lebih dahulu.... akan kulihat ibumu akan unjukkan
diri atau tidak?"
Sambil berkata ia menerjang maju ke depan, kelima
jari tangannya bagaikan cakar garu dan segera
mencengkeram dadanya.
Hoa In yang berada dibelakang, pemuda ini segera
mendengus dingin, sambil ayun telapaknya melancarkan
serangan ia segera menerjang maju ke depan.
"Hey, tua bangka! apakah engkau adalah Hoa In?"
bentak Sim Ciu dengan alis berkerut.
Tubuhnya menerjang maju ke depan, dan diapun
mengirim satu pukulan pula kemuka.
"Hmm! Kalau benar, ada apa?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung kedua
orang itu sudah saling membentur satu sama lainnya
untuk kemudian berpisah kembali, dalam benturan itu
tubuh Sim Ciu terdesak mundur kembali ke belakang,
sedangkan Hoa In tetap menghadang dimulut gua,
sepasang kakinya terpantek di atas tanah dan sedikitpun
tak bergeser. Dalam pada itu, Jin Hian telah berpikir di dalam hati.
"Pek Soh Gi tidak mirip pembunuh yang melakukan
pembunuhan berdarah tersebut, dan Bong ji sudah pasti
bukan mati ditangannya.... kalau tidak urusan tentu tak
akan beres-beres...."
Berpikir sampai disini, kepada Yan-san It-koay serta
Sim Kian segera ujarnya, "Aku harap lo koko berdua suka
membayangi diriku dari samping arena, aku hendak
bertempur beberapa gebrakan melawan Hoa loo-te
tersebut" "Cong Tang-kee, mengapa kau harus turun tangan
sendiri?" seru Sim Kian dengan cepat.... biarlah aku
orang she Sim yang mewakili dirimu!"
Habis berkata ia segera berjalan menuju kemulut gua.
Pada saat itu Hoa Thian-hong sekalian masih berdiri
berjejer di depan mulut gua, meskipun pertarungan
antara Hoa In melawan Sim Ciu berlangsung dengan
serunya, namun tak seorangpun yang bersedia
tinggalkan tempat kedudukan mereka, kalau ditinjau
keadaan tersebut jelas membuktikan bahwa beberapa
orang itu hendak mempertahankan mulut gua itu matimatian
dan tidak memberi kesempatan pada musuhnya
untuk masuk ke dalam gua.
Ketika menyaksikan Sim Kian berjalan menghampiri
Hoa Thian-hong, tiba-tiba Tio Sam-koh menyikut si anak
muda itu sambil membentak keras, "Seng ji, mundur
selangkah ke belakang!"
Luka yang diderita Hoa Thian-hong belum sembuh, ia
tak berani secara gegabah menggunakan tenaga murni,
lagipula pemuda itupun menyadari bahwa kekuatannya
masih belum mampu menandingi Sim Kian, maka tanpa
banyak bicara lagi ia mundur selangkah ke belakang dan
bersembunyi di belakang Hoa In serta Tio Sam-koh.
Sementara itu perempuan she Tio yang berangasan ini
tidak menunggu Sim Kian turun tangan lebih dahulu, ia
segera putar sen jata toyanya dan disapu ke arah depan.
Permainan toyanya benar-benar dahsyat, ibarat
harimau yang gila, desiran angin tajam menderu-deru
memenuhi angkasa, ujung toya de ngan cepatnya
meluncur keuepan dan menghantam dada Sim Kian.
Menyaksikan datangnya serangan yang begitu
dahsyat, buru-buru orang she Sim itu meluncur ke
samping dengan ilmu Tay im sin jiau ia balas
melancarkan sebuah serangan.
Dalam waktu singkat Liong bun siang sat, Tio Sam-koh
serta Hoa In terlibat dalam dua pertarungan yang amat
seru, masing-masing pihak berusaha merebut posisi di
atas angin dan merobohkan musuhnya dengan cepat,
angin pukulan menderu-deru bayangan telapak berlapislapis,
ilmu Tay im sin jiau dari Liong bun Siang sat
menimbulkan desiran tajam yang memekikkan telinga,
masing-masing pihak mengeluarkan kepandaiannya yang
terampuh untuk merobohkan lawannya.
Hoa Thian-hong yang berdiri dimuka gua hanya
terpaut tiga lima langkah dari keempat orang itu,
sementara pandangan matanya terasa kabur dan
memusingkan kepala.... tiba-tiba terdengar desiran angin
tajam meluncur datang ke arahnya, tahu-tahu sebatang
anak panah berapi telah melurcur di depan mata....Anak
panah berapi itu meluncur datang dengan kecepatan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaikan sambaran kilat, Hoa Thian-hong merasa amat
terkejut dan buru-buru menyingkir setengah depa ke
samping, tangannya dengan cekatan berkelebat kemuka
menangkap gagang panah tersebut.
Sreeet....! Sreeet....! desingan tajam kembali
berkumandang memecahkan kesunyian, puluhan batang
anak panah berapi pada saat yang bersamaan meluncur
datang, sekilas memandang terlihatlah panah-panah itu
bagaikan bintang api yang meletus di udara membuat
sekeliling tempat itu segera berubah jadi merah.
Hoa Thian-hong segera menggerakkan panah yang
berada di dalam genggamannya untuk memukul rontok
anak panah berapi yang berhamburan bagaikan hujan
gerimis itu. Ketika ia menengok ke arah depan, tampaklah para
pengawal golok emas telah menancapkan obornya ke
atas tanah, saat itu mereka semua sedang mementang
gendewa dan membidikkan anak panah ke arahnya.
Haruslah diketahui para pengawal golok emas itu
adalah jago-jago lihay yang sempurna di dalam hal
tenaga dalam, dalam melepaskan bidikan anak panahnya
itu mereka telah sertakan pula hawa murni yang amat
besar. Hoa Thian-hong berjaga dimulut gua dan sama sekali
tak berani bergeser dari tempat semula, dengan
sendirinya ia harus berusaha menyampok rontok setiap
anak panah yang melurcur ke arahnya, pekerjaan
semacam ini boleh dikata payah dan banyak memakan
tenaga. Jin Hian memberikan perintahnya dari samping, ketika
menyaksikan semua panah yang dibidikan ke arah gua
berhasil dipukul rontok semua, tiba-tiba ia meminta
gendewa itu dari seorang anak buahnya dan langsung
membidikkan sebatang anak panah ke arah si anak muda
itu. Sreeet....! cahaya api berkilat diiringi desiran angin
tajam, kepala panah dengan cepat menyambarnya lewat
dari depan dada Hoa Thian-hong tidak lebih satu dua cun
di atas tubuhnya.
Si anak muda itu berseru kaget, panah di tangannya
segera digetarkan kemuka dan sekuat tenaga menangkis
datangnya ancaman tersebut.
Kraaak....! di tengah benturan keras, dua batang anak
panah itu segera tergetar patah jadi puluhan bagian yang
kecil dan berceceran di atas tanah.
Sreet! Sreet! di tengah berhamburannya hujan panah,
Jin Hian kembali melepaskan pula dua bidikan ke dalam
gua. Cukup didengar dari desiran angin yang jauh lebih
tajam dari panah-panah lain, Hoa Thian-hong
mengetahui bahwa dua batang anak panah tersebut
dibidikkan sendiri oleh Jin Hian, dalam gugupnya ia
segera menyambar dua batang panah musuh yang
sedang meluncur datang dan sekuat tenaga disambitkan
ke arah panah-panah yang dilancarkan Jin Hian itu.
Traaang....! empat batang anak panah kembali patah
jadi beberapa bagian yang kecil.
Tiba-tiba.... sreet! Sepasang panah berapi yang amat
tajam meluncur datang melewati atas kepala Hoa Thianhong
dan langsung meluncur masuk ke dalam gua....
Anak panah tersebut dibidik sendiri oleh Jin Hian, Hoa
Thian-hong yang sedang ayun sepasang telapaknya
untuk menyampok datangnya hujan panah sama sekali
tak mampu menghadang datangnya desiian panah berapi
yang sedang meluncur ke dalam gua itu.
"Blaaam....!" ledakan keras menggetarkan seluruh
bumi, ketika hawa yang mengandung gas racun itu
bertemu dengan jilatan api, se ketika terciptalah
serentetan cahaya api yang menyelimuti seluruh
angkasa. Hoa Thian-hong terkejut bercampur gelisah, ketika ia
sedang menguatirkan keselamatan dari ibunya, tiba-tiba
dari dalam gua berkumandang keluar suara dari Hoa
Hujien yang dingin dan berat, "Minggir semua!"
Hoa Hujien adalah orang yang paling dihormati oleh
Tio Sam-koh, Hoa Thian-hong serta Hoa In tentu saja tak
usah dikatakan lagi, mendengar perkataan itu tanpa
berpikir panjang lagi ketiga orang itu segera tinggalkan
musuh-musuhnya dan meloncat ke samping.
Blaaaam.... ledakan dahsyat bagaikan meletusnya
gunung api menggeletar di angkasa, hembusan udara
panas yang bercampur dengan jilatan api segera
meluncur keluar dari balik gua.
Liong bun siang sat sendiri meskipun mendengar
seruan dari Hoa Hujien, namun ia tak pernah menyangka
kalau dari balik gua bakal menyembur keluar cahaya api
yang begitu panas dan dahsyat, dalam kejutnya, sekuat
tenaga ia loncat mundur ke belakang.
Untung kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini
sangat lihay dan luar biasa sekali, hingga badannya tidak
sampai terjilat oleh hembusan api yang amat keras itu.
Dalam waktu singkat jilatan api yang berada di dalam
gua itu sudah padam dan lenyap tak berbekas, akan
tetapi rumput serta ilalang yang tumbuh diluar gua
segera terjilat api dan terjadilah kebakaran besar.
Hoa Thian-hong serta Tio Sam-koh sekalian saling
berpandangan dengan mulut melongo, meskipun mereka
tahu bahwa kebakaran yang terjadi di sekitar tempat itu
akan mengakibatkan kebakaran hutan yang hebat, tapi
karena musuh tangguh ada di depan mata sementara
angin gunungpun berhembus kencang, maka sekalipun
ada maksud memadamkan kebakaran itu sudah tak bakal
sempat lagi....
Liong bun siang sat sendiripun merasa terkejut
bercampur curiga, dari pancaran api yang memantul
keluar gua diiringi desiran angin tajam, mereka tahu
bahwa hal ini pastilah disebabkan oleh dorongan tenaga
pukulan seseorang yang amat keras, seandainya angin
pukulan itu dilancarkan oleh Hoa Hujien maka dapat
dibayangkan sampai dimanakah kelihayan perempuan
itu, kendatipun Liong bun siang sat merasa yakin akan
kemampuannya tak urung mereka merasa bergidik juga.
Jin Hian jauh lebih terperanjat lagi, teringat akan
keadaan nenek buta yang terhantam sampai pingsan
ketika nenek memasuki gua pagi tadi, diam-diam ia
merasa bergidik dan rasa was-waspun semakin
dipertebal. Tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang
pemimpin dari suatu perkumpulan besar, sebelum
bertemu dengan Hoa Hujien dan mengetahui keadaan
yang sebenarnya tentu saja ia tak mau mundur dengan
begitu saja. Setelah berpikir sebentar, ia segera memberi hormat
ke arah gua dan berkata dengan suara lantang, "Jin Hian
dari perkumpulan Hong-im-hwie sengaja datang
berkunjung, Hoa Hujien...."
Hoa Thian-hong sendiripun merasa terkejut bercampur
curiga, ia tak tahu dengan cara apakah ibunya memaksa
keluar jilatan api yang berkobar di dalam gua tersebut,
dia ingin sekali masuk ke dalam gua untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya, maka ketika Jin Hian
mengucapkan kata-kata itu, dia segera menukas,
"Sekarang ibuku masih bertapa, jika ketua Jin Hian
bertemu harap tunggu sebentar, aku akan segera
memberi laporan"
"Kalau begitu merepotkan," ujar Jin Hian dingin.
Hoa Thian-hong segera masuk ke dalam gua, di
tengah hembusan hawa gas yang menusuk hidung buruburu
ia terjang masuk ke tempat ibunya bertapa.
Kabut hitam yang menyelimuti ruang gua membuat
suasana bertambah gelap, sekalipun diluar gua suasana
terang benderang tapi keadaan digua tetap gelap gulita
sehingga lima jari sendiripun tak dapat dilihat.
Hoa Thian-hong segera jatuhkan diri berlutut disisi
ibunya, lalu menegur dengan suara lirih.
"Ibu, bagaimana keadaanmu" tidak apa-apa bukan?"
Hoa Hujien geleng kepala.
"Aku sudah paksakan diri untuk menggunakan hawa
murni, sekarang harus segera bersemedi untuk
memulihkan kembali tenagaku, kalau tidak maka aku
akan mengalami jalan api menuju neraka," katanya
serak. Setelah berhenti sebentar dia menengok sekejap
keluar gua dan menyambung lebih jauh"
"Kebakaran telah melanda luar gua, hal itu akan
memancing datangnya para jago dari perkumpulan Sinkie-
pang serta Thong-thian-kauw, engkau berusahalah
untuk mengulur waktu beberapa jam lagi, aku rasa
sampai tengah malam nanti keadaan ku akan tidak
berbahaya lagi"
Hoa Thian HoDg mengiakan berulang kali, tiba-tiba ia
temukan kabut putih mengepul keluar dari atas ubunubun
ibunya, keringat membasahi seluruh tubuhnya,
cepat-cepat ia menyeka keringat ibunya dengan ujung
pakaian kemudian muncul kembali dari balik gua, Ketika
dilihatnya Hoa Thian-hong muncul kembali di mulut gua,
dengan sepasang mata yang tajam Jin Hian menatap
wajahnya tanpa berkedip.
Secara tiba-tiba pemuda itu merasakan pandangan
mata orang ini buas bagaikan srigala dan sangat tak
sedap dirasakan dalam hati, diapun segera menyadari
bahwa Jin Hian adalah seorang manusia yang sangat
berbahaya dan licik sekali, ancaman terhadap dirinya
sama sekali tidak berada di bawah Thong-thian Kaucu .
Terdengar Jin Hian tertawa dan berkata.
"Hoa loo te, ibumu pasti masih mendendam kepada
kami karena peristiwa di pertemuan Pak Beng hwee
tempo dulu, sehingga sekarang tidak bersedia
menjumpai kami manusia-manusia kasar dari dunia
persilatan"
Dengan pandangan yang tajam Hoa Thian-hong
melirik sekejap ke arah bukit karang di sekelilingnya,
ketika dilihatnya di bawah kobaran cahaya api tak
nampak sesosok bayangan manusiapun yang muncul
disitu, dengan wajah serius segera ujarnya.
"Ketua Jin harap maklum, sebenarnya ibuku akan
keluar dari gua untuk menyambut sendiri kedatanganmu,
tapi berhubung saat ini beliau sedang berlatih ilmu maka
maafkanlah bila ibuku tak bisa menemui kalian"
Bicara sampai disini ia segera memberi hormat dan
melanjutkan, "Ibuku memerintahkan aku untuk mewakili
beliau menyambut kedatangan ketua Jin, harap ketua Jin
suka masuk ke dalam gua, tapi karena tempat kami
terlalu sempit dan tak bisa menyambut pula saudarasaudara
yang lain, harap para enghiong lainnya suka
memaafkan"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Tio Samkoh
dan Hoa In segera berdiri tertegun.
Mereka tidak habis mengerti, sekarang Hoa Hujien toh
sedang berlatih ilmu kenapa Jin Hian dipersilahkan
masuk kedalam" Karena kebingungan dan tak habis
mengerti, maka sorot mata yang tajam segera dialihkan
ke arah si anak muda itu.
Hoa Thian-hong tetap berlagak pilon dan sama sekali
tidak menggubris kedua orang rekannya, malahan
dengan tenang ia menantikan Jin Hian untuk masuk ke
dalam gua, Kendatipun Jin Hian adalah seorang jago
kawakan yang banyak pengalaman, berada dalam
keadaan begini diapun jadi ragu-ragu dan tak tahu apa
yang musti dilakukan.
Diam-diam ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie ini
segera berpikir.
"Perempuan itu tersohor karena kekerasan hatinya,
ketegasan tindakannya serta tingkah lakunya yang sukar
diduga. Hmm! Hmm! ditinjau dari sikapnya siang hari
tadi ketika dia memerintah bangsat ini untuk membokong
nenek buta, tindakan tersebut sudah melanggar
semangat jantan seorang pendekar ditambah pula ketika
turun tangan membokong nenek buta yang merupakan
tindakan melanggar peraturan Bulim.... sekarang ia
hendak gunakan akal licik untuk mencelakai pula
dirimu....Hmm....Hmm.... aku adalah manusia macam
apa" tidak mungkin aku akan bersedia masuk
perangkapmu"
Berpikir sampai disini sirnalah niatnya untuk memasuki
gua, tetapi karena dia sendirinya yang bermaksud untuk
menemui Hoa Hujien, bila tak berani masuk ke dalam
gua tentu akan dipandang remeh orang, maka dalam
keadaan yang serba salah ia segera berpaling ke arah
Yan-san It-koay serta Liong bun Siang sat.
Kedudukan ketiga orang itu dalam perkumpulan
bagaikan seorang tiongloo dalam perguruan.
kedudukannya tinggi dan sangat terhormat melebihi
jabatan Jin Hian sendiri.
Sekarang ketika dilihatnya Jin Hian berpaling ke arah
mereka dengan maksud bertanya, sorot mata dengan
cepat saling bertukar pandangan cuma tiada sesuatu
jalanpun yang berhasil mereka dapatkan.
Malaikat kedua Sim Ciu adalah seorang yang jumawa
dan bengis, melihat Jin Hian dibikin serba salah dia jadi
naik pitam dan kebuasannya menyelimuti seluruh wajah,
dengan kepala diangkat ke atas ia maju ke arah mulut
gua dan serunya dengan dingin, "Sudah banyak manusia
aneh dan pendekar sakti yang kutemui, Hujien ini benarbenar
tidak pandang sebetah matapun terhadap kita
semua" Tio Sam-koh berjaga-jaga di depan Hoa In, melihat
orang itu maju ke depan ia segera mengetahui banwa
pihak lawan ada maksud hendak masuk ke dalam gua,
dengan gusar ia lantas menatap wajah orang itu
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara suara tertawa dingin bergema tiada hentinya,
bila Sim Ciu berani berjalan makin dekat maka segera dia
akan turun tangan.
Hoa Thian-hong sebenarnya sedang menjalankan
siasat untuk menakut-nakuti musuhnya, kendatipun Jin
Hian berani menerima undangannya, dengan seorang
diripun belum tentu ia ijinkan musuhnya masuk kedalam,
apa lagi setelah dilihatnya orang yang mendekati gua
adalah Sun Ciu, diam-diam hawa murninya dihimpun ke
dalam telapak dan siap menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan.
Siapa tahu Sim Ciu pun sedang berpikir di dalam hati,
"Perempuan itu bersembunyi di dalam gua entah
permainan setan apakah yang sedang ia persiapkan"
Nama besarku didapat dengan susah payah dan harus
berjuang selama setengah abad lamanya, buat apa aku
musti menempuh mara bahaya yang sama sekali tak ada
gunanya itu" Bila bangsat cilik itu berhasil kutangkap,
bukankah tidak sukar untuk memaksa dia untuk
mengaku....?"
Berpikir sampai disini, ia segera mendekati Hoa Thianhong,
tiba-tiba sambil tertawa seram dengan ilmu Tay im
sin jiau ia lancarkan sebuah cengkeraman kilat kemuka.
Hoa Thian-hong tertawa dingin, ia mengegos ke
samping meloloskan diri dari cengkeraman Sim Ciu,
kemudian jari tangan kanannya dikeraskan bagaikan
tombak dan balas menyerang ke depan.
Inilah jurus 'menyerang sampai mati' dari ilmu tujuh
kupasan dari Ci yu, bukan saja lihay dalam serangan,
hebat pula dalam tenaga.
Bagi kedua orang yang sama-sama mempunyai
maksud tertentu, serangan yang dilancarkan bagaikan
guntur membelah bumi di siang hari bolong ini masih
belum terasa seberapa lain keadaannya dengan para
penonton yang berada disisi arena, mereka jadi amat
terperanjat sehingga air mukanya berubah hebat.
Di tengah desingan suara tajam, Hoa Thian-hong serta
Sim Ciu bersama-sama loncat mundur ke belakang,
kendatipun tidak sampai terluka, namun jantung mereka
berdua sama-sama berdebar keras karena emosi.
Dengan cepat Hoa In loncat ke depan Hoa Thian-hong
sambil tegurnya dengan suara gelisah, "Siau Koan-jin,
kenapa kau?"
"Aku tidak apa-apa!"
Sambil berkata, empat buah mata bersama-sama
melirik ke arah pinggangnya, di atas jubah warna biru
yane baru kini sudah bertambah dengan tiga buah bekas
cakar tangan yang nyata.
Sedari tadi Hoa In sudah terkesiap sehingga keringat
dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya,
kini setelah rasa kagetnya agak berkurang dengan hawa
amarahnya yang berkobar, ia membentak keras, "Setan
tua she Sim, kalau punya kepandaian ayoh adu kekuatan
dengan diriku akan kusuruh engkau rasakan sampai
dimanakah kelihayan dari ilmu silat perkampungan Liong
soat Sanceng!"
"Huuuh....! engkau situa bangka bangkotan punya
kepandaian apa?" ejek Sim Ciu dengan nada menghina,
berani benar engkau menantang diriku untuk bertarung,
rupanya engkau sudah bosan hidup?"
Hoa In mendengus dengan gusarnya, sepasang
telapak diayun ke depan sementara tubuhnya menerjang
dengan hebatnya.
Diluaran Sim Ciu bicara dengan enteng dan
seenaknya, padahal ia tak berani bertindak gegabah,
setelah mengenos dari serangan lawan tubuhnya berebut
maju ke depan dan sekuat tenaga mendahului musuhnya
dengan satu sodokan maut, dalam waktu singkat
terjadilah suatu pertempuran yang amat seru, masingmasing
pihak mengeluarkan segenap kemampuannya
untuk berusaha merobohkan lawannya secepat mungkin.
Setelah mengikuti jalannya pertarungan itu beberapa
saat, Hoa In Hong mengetahui bahwa pertarungan itu
tak akan berakhir dalam satu dua ratus jurus, sinar
matanya segera dialihkan ke arah yang lain, ia lihat fajar
telah menyingsing di ufuk sebelah Timur, segera
pikirnya, "Ibu memerintahkan aku untuk mengulur
waktu, sekarang fajar sudah hampir menyingsing,
semoga saja dalam tiga jam terakhir jangan sampai
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi"
Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat dalam
benaknya, tiba-tiba dari tepi seberang muncul kembali
belasan sosok bayangan manusia yang mana dengan
cepatnya berlari mendekat.
Dalam pada itu kobaran api telah membakar rumput
ilalang yang lebat dan tingginya mencapai sedada
manusia, jilatan api yang amat besar menyebar keempat
penjuru menimbulkan kebakaran yang amat besar,
sepanjang pandangan mata yang terlihat hanya tanah
gersang yang berwarna hitam karena hangus....
Dalam waktu singkat belaian orang yang munculkan
diri itu sudah berada di depan mata, ternyara mereka
adalah para jago lihay perkumpulan Sin-kie-pang.
Orang pertama yang memimpin rombongan para jago
itu bukan lain adalah kunsu atau juru pikir dari
perkumpulan Sin-kie-pang yakni Cukat beracun yau sut,
dibelakangnya mengikuti dua belas orang jago yang
semuanya terdiri dari para pelindung hukum
perkumpulan. Bsgitu tiba di tempat tujuan, dengan pandangan yang
tajam Cukat beracun Yau Sut menyapu sekejap suasana
disekeliling arena tersebut, kemudian sorot matanya
yang tajam dialihkan ke atas tubuh Pek Soh-gie.
Begitu melihat hadirnya Yau Sut di tempat itu Hoa
Thian-hong segera teringat kembali pengalamannya
sewaktu berada ditepi sungai Huang-ho tempo hari,
orang inilah yang telah menusuk tubuhnya dengan jarum
pengunci sukma Soh hun sin ciam, dan ia pula yang
memaksa dirinya menelan teratai racun empedu api
untuk melakukan bunuh diri. Tanpa terasa pikirnya di
dalam hati. Keadaan dari manusia berhati racun ini masih juga
seperti sediakala, sayang tubuhku masih terluka.... kalau
tidak aku ingin se kali memberi pelajaran kepadanya!"
Dalam pada itu, Cukat racun Sut telah memberi
hormat dan menyapa sambil tertawa nyaring, "Ketua Jin,
baik-baik-baikah engkau" Sudah lama kita tak pernah
berjumpa" "Yau heng, selamat bertemu," sahut Jin Hian sambil
balas memberi hormat. Sinar mata Cukat beracun Yau
Sut menyapu sekejap wajah Yan-san It-koay serta Sim
Kian, tapi ketika dilihatnya kedua orang itu sama sekali
tidak menggubris dirinya bahkan malah menonton
jalannya pertarungan antara Sim Ciu dengan Hoa In,
maka diapun tidak menyapa kedua orang itu sebaliknya
alihkan kembali sorot matanya ke arah Hoa Thian-hong,
Sambil tertawa ia memberi hormat dan tegurnya.
"Hoa kongcu, sejak berpisah apakah engkau berada
dalam keadaan baik-baik saja" Apakah masih ingat
dengan aku orang she Yau?"
"Aku tak berani melupakan dirimu!" jawab Hoa Thianhong
sambil tertawa hambar.
Air muka Cukat beracun Yau Sut segera berubah amat
serius, tiba-tiba ujarnya, "Apakah nona ini adalah nona
Pek Soh Gi dari perkumpulan kami?"
"Sedikitpun tidak salah" sahut Pek Soh Gi sambil
membentangkan biji matanya yang jeli, "keponakan
bukan lain adalah Pek Soh Gi, siapa paman" Apakah
engkau adalah Cukat beracun?"
Melihat gadis itu mendadak membungkam, Cukat
beracun Yau Sut segera tertawa nyaring.
"Benar, aku adalah Cukat beracun Yau Sut, sudah
lama aku mengabdi pada pangcu dan nona Gi dibesarkan
oleh kami!"
"Oooh.... rupanya paman Yau, maaf kalau tit-li kurang
hormat" sambil berkata Pek Soh Gi hendak maju ke
depan, tapi pergelangannya terasa mengencang ketika ia
berpaling maka terlihatlah orang yang mencekal
pergelangannya bukan lain adalah Jin Hian.
Bentak-bentakan gusar berkumandang dari arah
belakang, belasan orang jago yang berada di belakang
Yau Sut dengan amat gusarnya siap melakukan
terjangan ke arah depan.
Cukat beracun Yau Sut sendiri tetap tenang, dia
melintangkan tangannya menghadang anak buahnya
melakukan penyergapan.
Sejak ia tiba disitu situasi yang terbentang sudah
terlihat olehnya, ia tahu Pek Soh Gi berada tidak jauh
dari Jin Hian, asal dirinya turun tangan maka pihak lawan
pasti akan mendahului dirinya, maka setelah
menyaksikan pergelangan Pek Soh Gi sudah di
cengkeram Jin Hian, ia semakin tak berani turun tangan
secara gegabah.
0000O0000 38 SETELAH termenung sebentar Yau Sut segera
mengerling sekejap ke arah kakek baju hijau yang
berada disampingnya, kakek baju hijau itu mengangguk,
dari sakunya dia ambil keluar sebuah bom udara dan
segera dilepaskan ke udara.
Sreet.... blaam! Serentetan cahaya merah
membumbung tinggi ke angkasa dan meledak dengan
kerasnya, serentetan bintang berwarna emas dengan
cepat memancar keluar dan membentuk sebuah panji
besar, perlahan kerlipan cahaya itu melayang ke bawah
dan lama sekali baru lenyap.
Dalam sekejap mata dari tempat kejauhan
berdentuman pula beberapa puluh ledakan bunga api
yang berbentuk sama.
Sim Ciu yang sedang melakukan pertarungan tiba-tiba
membentak keras, dia lancarkan dua pukulan dahsyat
menggetar mundur musuhnya, kemudian diapun
meloncat mundur pula ke belakang.
Hoa In tarik kembali serangannya dan segera menegur
dengan suara dingin, "Setan tua she Sim, menang kalah
toh belum berhasil ditetapkan, kenapa kau
mengundurkan diri di tengah jalan?"
Sim Ciu menyeringai seram, "Tua bangka bangkotan,
hanya mengandalkan beberapa jurus silat kasaranpun
berani pentang bacot dihadapanku, suatu ketika akan
suruh engkau merasakan kelihaianku"
Sorot matanya dialihkan ke atas wajah Cukat beracun
Yau Sut, kemudian menambahkan, "Engkaukah juru pikir
dari perkumpulan Sin-kie-pang yang disebut orang Cukat
beracun Yau Sut?"
Cukat beracun tersenyum.
"Mana nama.... aku memang bernama Yau Sut, kata
beracun secara dipaksakan masih dapat kupakai, kalau
kata Cukat sih tak berani kugunakan"
Ketika Hoa Thian-hong melihat Sim Ciu melepaskan
Hoa In dan mencari gara-gara dengan Yau Sut, hatinya
jidi amat girang, pikirnya, "Andaikata kedua kekuatan
besar itu saling bentrok dan bertempur sehingga waktu
bisa terulur lebih lama lagi, ibu pasti akan berhasil
melepaskan diri dari mara bahaya"
Tiba-tiba terdengar suara Sim Ciu berseru sambil
tertawa seram. "Yau Sut, kami Liong bun siang sat akan bernama
kosong jika tindakan kami kalah beracunnya kalau
dibandingkan dengan diri mu, aku ingin menjajal apakah
engkau benar-benar beracun tidak?"
Mendengar perkataan tersebut semua orang merasa
tercengang, mereka tak tahu dengan cara apakah Sim
Ciu akau menjajal kepandaian Yau Sut, kecuali beberapa
orang kepercayaan yang merasa kuatir atas kejadian ini,
semua orang diam-diam merasa girang sekali dengan
terjadinya peristiwa itu, sebab mereka ingin melihat Yau
Sut dibikin malu.
Tapi Cukat beracun Yau Sut benar-benar lihay dan
tidak malu menjabat kedudukan sebagai Kun su, orang
lain tak dapat menebak maksud hati Sim Ciu sebaliknya
ia sudah dapat menduga apa yang hendak dilakukan
lawannya. Tampak sepasang alisnya berkerut kencang dengan
wajah murung serunya, "Engkaupun merupakan seorang
jago lihay yang amat tersohor di dalam dunia persilatan,
kalau beraninya hanya melukai angkatan muda apakah
engkau tak takut akan ditertawakan oleh para enghiong
hoohan di kolong langit?"
Sim Ciu tertawa terbahak-bahak, dengan langkah
lebar ia berjalan mendekati kesisi Pek Soh Gi, kemudian
sambil menempelkan telapaknya di atas punggung gadis
itu, serunya sambil tertawa seram.
"Yau Sut! aku perintahkan engkau untuk turun tangan
membekuk batang leher bangsat cilik she Hoa itu di
dalam seratus jurus, andaikata perintah ini dapat kau
penuhi maka aku akan bertukar tawanan dengan dirimu,
sebaliknya kalau engkau tak mampu, maka sekali bacok
akan kubunuh mati budak ini sehingga Pek loo ji akan
bikin perhitungan dengan dirimu...."
"Sim Ciu!" bentak Hoa Thian-hong dengan alis
berkerut, "aku orang she Hoa toh berada disini, mengapa
kau tak berani turun tangan sendiri?"
Tio Sam-koh takut suasana jadi bertambah kacau,
mendengar ucapan tersebut dengan nada dingin ia
segera berseru, "Siapa yang akan turun tangan toh sama
saja, apakah kalau Pek Siau-thian kematian putrinya
maka engkau yang harus mengganti nyawanya?"
Hoa Thian-hong segera alihkan sorot matanya ke arah
Pek Soh Gi, diam-diam ia menghela napas dan berpikir,
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aaai.... nona itu berbudi luhur dan lemah lembut, tak
tahunya bencana yang menimpa dirinya ternyata
beruntun.... ia benar-benar patut dikasihani...."
Walaupun berada dalam keadaan bahaya, sikap Pek
Soh Gi masih tetap tenang sekali, air matanya sama
sekali tidak berubah, sesudah berpikir sebentar tiba-tiba
ia bertanya, "Paman Yau, sekarang ayahku berada
dimana?" Pada saat itu Cukat beracun Yau Sut sedang putar
otak mencari akal untuk mengatasi persoalan itu,
mendengar pertanyaan tersebut segera menjawab,
"Pangcu mendengar engkau sudah terjerumus ke dalam
kuil It-goan-koan, sekarang ia pergi mencari Thian Ik-cu
untuk minta orang, menurut Thian Ik-cu engkau sudah di
culik oleh Ciu It-bong, maka setelah bertempur sebentar
kami berpisah untuk mencari diri mu...."
Karena kehabisan akal maka ia mengambil keputusan
untuk mengulur waktu sambil menunggu datangnya bala
bantuan, maka setelah berhenti sebentar Cukat racun
Yau Sut segera mendehem ringan sambil berkata, "Untuk
menghindari siasat licik dari Thian Ik-cu, sekarang
pangcu sedang melakukan pemeriksaan langsung ke
dalam setiap too koan milik perkumpulan Thong-thiankauw,
sedangkan orang-orang dari pihak Thong-thiankauw
sedang mencari jejak dari Ciu It-bong, sebenarnya
Thian Ik-cu akan mengejar ke arah sini, tapi disebabkan
mereka berhasil menemukan jejak Ciu It-bong di tengah
jalan, sekarang telah mengajar ke arah lain"
Mendengar perkataan itu Pek Soh-gie menghela napas
panjang, gumamnya seorang diri.
"Aaaai....! Untuk pertama kali keluar rumah, aku telah
mendatang-kan banyak kerepotan bagi semua orang
sehingga membuat ayah jadi gelisah bercampur cemas,
aku benar-benar seorang anak yang tak berbakti!"
"Perubahan situasi dalam dunia persilatan bagaikan
awan di tengah angkasa setiap perubahan yang
berlangsung sukar diramalkan sebelumnya, di dalam
peristiwa ini engkau sama sekali tak salah" sambung
Cukat Racun dengan cepat.
Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu menegur
dengan suara dingin, "Yan Sut apakah pembicaraan soal
rumah tangga sudah selesai" Kalau engkau tidak turun
tangan lagi, jangan salahkan kalau tela pakku akan
kudorong ke depan, waktu itu engkau tak usah menyesal
yaa!" "Kurang ajar orang ini, benar-benar memaksa aku
untuk bertindak" pikir Yau Sut di dalam hati, "dia anggap
dari keluarga Hoa adalah seorang manusia yang
gampang ditaklukkan" Hemm.... hemm.... kalau gampang
sekali, akupun tidak nanti sudi menggunakan cara yang
begini rendah untuk mengulur waktu...."
Meskipun Cukat racun Yau Sut adalah seorang
manusia cerdik dengan akal muslihat yang banyak,
namun saat itu dia dibikin kelabakan juga sehingga tak
tahu apa yang musti dilakukan.
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia keluar dari
barisan dan perlahan-lahan berjalan menuju ke depan
gua. "Paman Yau!" tiba-tiba Pek Soh-gie berseru lantang,
"jangan sekali-kali kau turun tangan secara gegabah,
ketahuilah Hoa toako adalah sahabat karib dari adik Kungie,
keponakan bersedia mengorbankan jiwaku dari pada
musti menyusahkan Hoa toako!"
Jilid 28 HOA THIAN-HONG yang ikut mendengar perkataan
tersebut dalam hati ia merasa geli atas kepolosan dara
muda itu di dalam berpikir, pertama belum tentu dia
adalah sahabat karib dari Pek Kun-gie dan kedua belum
tentu Cukat racun Yau Sut mampu membekuk dirinya, ia
bermaksud untuk membantah ucapan tersebut akan
tetapi ketika ucapannya hendak melontar keluar dari
bibirnya mendadak ia telah kembali.
Sementara itu Cukat racun Yau Sut telah berkata,
"Keponakanku, engkau tak usah kuatir! Selama paman
masih berada disini, tak seoanng pun akan mampu
membinasakan dirimu"
"Heeeeeh.... heeehh.... heeeehh.... Yau Sut, aku
nasehati kepadamu lebih baik kurangilah pembicaraan
yang tak berguna," sela malaikat kedua Sim Ciu sambil
menyeringai seram, "ketahuilah aku tak berputera
ataupun berputri, selama hidup aku tak pernah
menerima murid dan lagi melakukan pekerjaan tak
pernah memikirkan tentang akibatnya, jika engkau tidak
turun tangan lagi maka aku segera akan beradu
kekuatan dengan dirimu, akan kulihat engkau lebih
'beracun' ataukah aku yang lebih ampuh?"
Cukat racun Yau Sut adalah seorang jago yang
mempunyai kedudukan tinggi sekali dalam perkumpulan
Sin-kie-pang, kecuali pangcu sendiri dia adalah orang
yang memegang kekuasaan dalam perkumpulan itu,
dihari-hari biasa, nama serta perkataannya disegani
orang jangan dibilang ia sudah menyadari bahwa untuk
menangkap Hoa Thian-hong bukanlah suatu pekerjaan
yang gampang, berada dihadapan orang banyak diapun
tak sudi dirinya diperintah oleh malaikat kedua Sim Ciu
sehingga di kemudian hari ditertawakan banyak orang.
Akan tetapi keselamatan jiwa Pek Soh-gie telah berada
di tangan lawan, semua kecerdikannya telah diperas
untuk mencari suatu jalan keluar yang paling baik untuk
menolong puteri pangcunya ini sayang usahanya selalu
gagal, sebagai seorang Kun su dari perkumpulan Sin-kiepang
tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka,
untuk beberapa saat lamanya ia jadi serba salah dan tak
tahu apa yang musti dilakukan pada saat ini.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, bukan
marah dia malah tertawa tergelak, tiba-tiba ujarnya
dengan suara tegas, "Sim Ciu, engkau berkelana di
dalam dunia persilatan lebih dahulu sedang aku orang
she Yau punya nama belakangan, seandainya engkau
masih mempunyai kegagahan sebagai seorang pria,
silahkan datang kemari dan bertanding secara jantan
dengan aku orang she Yau, tidak mungkin kutampik
keinginanmu itu sekalian kita lihat umur siapa yang lebih
panjang diantara kita, bagaimana" Bersedia bukan?"
"Bagus sekali!" bentak Hoa Thian-hong pula sambil
tertawa, "Cukat racun, memandang dalam beberapa
patah kata yang barusan kau ucapkan, perselisihan
diantara kita dimasa lampau aku sudahi sampai disini
saja!" Kemudian pemuda itu berpaling ke arah malaikat
kedua Sim Cui dan sambungnya lebih jauh.
"Sim Ciu! asal engkau berhasil menangkap Cukat
racun, meskipun aku punya luka dibadan tentu akan
kulayani dirimu untuk bergebrak sebanyak beberapa
jurus, kalau engkau merasa punya cukup kepandaian,
silahkan sekalian tangkap aku orang she Hoa!"
Sebagai seorang pemuda yang jujur dan berwatak
gagah, pemuda itu merasa muak sekali menyaksikan
perbuatan Sim Ciu yang rendah dan tak tahu malu itu
sehingga karena pengaruh emosi, meluncurlah kata-kata
tersebut. Bagi orang lain yang mendengar, ucapan itu tidak
menimbulkan reaksi apa-apa, tetapi bagi T?o Sam-koh
serta Hoa In jadi kuatir se kali.
Perkataan seorang lelaki sejati berat laksana bukit,
andaikata Sim Ciu benar-benar sanggup mengalahkan
Cukat Racun Yau Sut, maka dengan sendirinya Hoa
Thian-hong harus tampil ke depan untuk melayani
tantangan dari Sim Cui, dengan dasar perjanjian yang
dibuat lebih dahulu, siapakah yang mampu untuk
menghalang-halangi kejadian tersebut"
Malaikat kedua Sim Cui tak kuat menahan hasutan
tersebut, ia segera bersiap-siap untuk meloncat masuk
ke dalam gelanggang serta melayani Cukat Racun, tetapi
sebelum ia sempat melangkah ke tengah gelanggang
terdengarlah malaikat pertama Sim Kian dengan suara
yang dalam telah berseru, "Loo ji, julukan kita adalah
sepasang malaikat, jangan kau layani hasutan dari
keparat cilik itu, lakukan saja apa yang kau ingin
kaulakukan, jangan sekali-kali kau termakan oleh jebakan
bajingan itu."
Mendengar teguran dari saudaranya, malaikat kedua
Sim Cui segera berubah pendirian kembali, ia tertawa
aneh dan serunya kepada Cukat Racun Yau Sut.
"Cukat racun, ilmu silat kucing kaki tiga yang kau miliki
itu sudah pernah kulihat ketika berada dipertemuan
besar Pak Reng hwe tempo hari, engkau tak usah kuatir!
Setelah keparat cilik she Hoa itu berhasil kau tangkap
ataukah budak ingusan she Pek itu sudah keburu
mampus, aku pasti akan melayani dirimu untuk
bergebrak sampai puas"
"Oooh....! rupanya ketika berada dalam pertemuan
besar Pak Beng Hwee engkau sudah pernah berjumpa
dengan aku orang she Yau, aku masih mengira engkau
benar-benar telah lupa," ejek Cukat racun dengan nada
dingin. Berbicara sampai disini tiba-tiba ia berpaling dan
ujarnya lagi, "Teng Loo huhoat, coba engkau minta
petunjuk beberapa jurus lebih dahulu dari Hoa kongcu!"
Semua orang tertegun mendengar perkataan itu,
secara terang dan jelas malaikat kedua Sim Ciu
memerintahkan dia untuk bergebrak melawan Hoa
Thian-hong, sebaliknya dia malah memerintahkan
seorang pelindung hukum untuk maju bertarung,
bukankah tindakannya ini sama sekali menyimpang dari
maksud hati Sim Ciu yang sebenarnya?"
Terlihatlah seorang kakek berpakaian perlente
meloncat maju ke tengah gelanggang, setelah memberi
hormat katanya, "Aku Teng Kong Li mohon petunjuk dari
Hoa kongcu, harap kongcu suka memenuhi harapanku
ini!" Sambil memegang toya bajanya Tio Sam-koh segera
tampil keluar dari dalam gua, teriaknya dengan gusar,
"Engkau tak perlu berkaok-kaok, aku si nenek tua akan
memberi petunjuk kepadamu!"
Hawa amarah berkelebat dialas wajah Teng Kong Li
namun tetap ia membungkam dalam seribu bahasa,
ketika serangan toya yang di lancarkan Tio Sam-koh
telah menyapu datang, buru-buru kakek tua itu meloncat
mundur satu langkah ke belakang, dari balik bajunya dia
ambil keluar sebatang alat penotok jalan darah yang
berwarna emas. Setelah Tio Sam-koh melancarkan serangan
gencarnya, terjadilah penarungan yang amat seru antara
dua orang jago lihay itu.
Mereka berdua yang menggunakan senjata berat
dengan tenaga raksasa yang menimbulkan deruan angin
tajam, sedang pihak lain menggunakan senjata ringan
khusus melancarkan totokan dengan menggunakan
peluang yang didapat, membuat suasana dalam
pertarungan itu berubah jadi tegang dan ramai sekali.
Tio Sam-koh adalah seorang jago lihay yang sudah
tersohor dalam dunia persilatan sejak puluhan tahun
berselang, sebenarnya ia sama sekali tak pandang
sebelah mata pun terhadap seorang pelindung hukum
yang tak bernama, dalam perkiraannya semula cukup
beberapa gebrakan saja dia akan berhasil memukul keok
Teng Kong Li. Siapa tahu pelindung hukum yang tak ternama dan
kelihatannya lemah itu ternyata mempunyai kepandaian
silat yang ampuh, selama berlangsungnya pertempuran
sengit ia dapat mengatur pertahanan serta serangannya
secara teratur serta jitu, sedikitpun tidak nampak bodoh.
Kebagusan jurus serangan serta kecepatan perubahan
gerak yang dimiliki kedua orang ini sama-sama dapat
disebut sebagai ilmu silat luar biasa dalam dunia
persilatan, belum lama pertarungan berlangsung semua
orang sudah tertarik untuk mengikuti jalannya
pertarungan tersebut.
Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu berseru
kembali dengan suara lantang, "Manusia she Yau,
benarkah engkau tak akan menggubris perkataan yang
kuucapkan?"
Cukat racun Yau Sut segera berpaling, kemudian
jawabnya dengan nada dingin dan ketus, "Engkau tak
usah sombong, ini hari aku orang she Yau mengaku
kalah di tanganmu...."
"Nah! begitulah sepantasnya," tukas malaikat kedua
Sim Ciu sambil tertawa bangga, "kalau sudah mengaku
kalah, maka sudah sepantasnya kalau engkau segera
melaksanakan perintahku"
"Oooh....! tentu saja akan kulaksanakan apa yang kau
kehendaki itu," jawab Cukat racun Yau Sut sambil
memperlihatkan satu senyuman aneh di atas wajahaya,
"cuma Saja, kalau aku orang she Yau membiarkan
engkau hidup sampai melewati bulan tujuh tanggal
limabelas dibukanya pertemuan besar Kiani Ciau tay hwe,
di kolong langit tak akan muncul seorang manusia yang
bernama Cukat racun lagi"
"Haaah.... haaah.... haaah.... tentu saja, tentu saja,"
Malaikat kedua Sim Ciu tertawa seram, "seandainya aku
harus pulang ke alam baka, masa tidak kubawa serta
dirimu?" Cukat racan Yau Sut mendengus dingin, sinar matanya
berputar dan segera memberi tanda kepada seorang
kakek bermuka kurus yang berada di samping tubuhnya.
Kakek bermuka kurus itu segera mencabut senjata
kaitan racun berwarna kebiru-biruan yang tersoren di
atas punggungnya, kemudian sekali enjot badan ia
menerjang ke arah Hoa In.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menyaksikan datangnya terjangan itu, Hoa In teramat
gusar, telapak tangan segera diayun ke depan
melancarkan sebuah pukulan dahsyat, sementara dimulut
ia membentak, "Siau Koan-jin, cepat mengundurkan diri
kedalem gua!"
Rupanya Hoa Thian-hong sendiripun dapat merasakan
gentingnya situasi yang sedang dihadapi olehnya, ia tarik
napas panjang lalu mengundurkan diri ke dalam gua,
ketika ia berpaling kembali maka tampaklah Hoa In serta
kakek kurus bersenjata kaitan racun itu secepat kilat
telah saling bergebrak sebanyak dua jurus.
Setelah Tio Sam-koh serta Hoa In masing-masing
menantang seorang lawan, meskipun kekuatan mereka
untuk menghadapi lawannya masih le bih dari cukup
namun untuk meluangkan waktu sudah tak mungkin lagi,
sebab dua orang jago tua dari perkumpulan Sin-kie-pang
bukan termasuk manusia-manusia sembarangan, di
dalam dua tiga gebrakan tak mungkin bagi Tio Sam-koh
berdua untuk merobohkannya.
Tercekatlah hati Hoa Thian-hong menyaksikan
peristiwa tersebut, pikirnya di dalam hati, "Dalam barisan
jago-jago lihay kalangan lurus, Tio Sam-koh maupun Hoa
In merupakan manusia-manusia yang amat lihay dan
disegani semua orang, tetapi dua orang pelindung
hukum dari perkumpulan Sin-kie-pang ternyata sudah
mampu untuk membendung kekuatan mereka, bukankah
hal ini...."
Berpikir sampai disini ia tak berani melanjutkan
kembali jalannya pikiran, sementara itu bentakanbentakan
keras dari Tio Sam-koh serta Hoa In
berkumandang tiada hentinya dari luar gua, jelas kedua
orang jago itu merasa malu untuk melakukan
pertarungan selama ini tanpa berhasil merobohkan
lawannya. Terlihatlah permainan toya dari Tio Sam-koh bagaikan
gulungan ombak di tengah samudra, permainan
sepasang telapak Hoa In bagaikan angin puyuh dan
hujan badai, dua orang itu melancarkan seranganserangan
yang ampuh secara bertubi-tubi meneter
musuhnya habis-habisan.
Sebaliknya, permainan senjata petotok jalan darah
dari Teng Kong Li serta kaitan racun dari kakek kurus
rupanya terdesak hebat sehingga harus diputar
sedemikian lupa untuk mengutamakan perlindungan atas
keselamatan sendiri, dalam keadaan tersebut jelas dalam
umpat lima jurus pertarungan itu masih tetap belum bisa
diakhiri. Dalam kenyatan Hoa Thian-hong mana tahu kalau dua
orang kakek tua yang sedang bertempur saat ini adalah
jago-jago lihay sisa dari pertemuan besar pak Beng hwee
dimasa lampau, kedua orang itu bukanlah manusia
sembarangan yang tak bernama, cuma saja berhubung
para jago yang dikumpulkan perkumpulan Seng Kie Pang
tak terhingga banyaknya maka nama-nama mereka jadi
tenggelam diantara para jago lainnya yang rata-rata lebih
hebat ilmu silatnya dari mereka berdua.
Tib-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut berteriak
lantang, "Hoa kongcu mumpung sekarang kita tak ada
urusan, bagaimana kalau kitapun beradu kepandaian
untuk meluruskan otot?"
Mendengar tantangan terebut Hoa Thian-hong jadi
terperanjat, dengan sorot matanya yang tajam ia
menyapu sekejap disekeliling tempat itu, rupanya kakek
kurus yang bersenjata kaitan racun itu berlaku cerdik,
meskipun Tio Sam-koh serta Hoa In berada di depan
gua, namun kakek kurus itu mundur terus kebealkang
memancingg Hoa In meninggalkan mulut gua, dengan
begitu terbukalah sebuah liang kosong.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik ini, Cukat
racun Yau Sut segera menerobos masuk ke dalam gua
dan berdiri saling berhadapan dengan Thian-hong,
berada dalam keadaan begini tentu saja tangannya tak
dapat diabaikan dengan begitu saja.
"Bajingan yang tak tahu diri, lihat serangan!" bentak
Tio Sam-koh dengan penuh kegusaran.
Weeess....! Sebuah serangan gencar dengan cepat
dilancarkan ke arah juru pikir dari perkumpulan Sin-kiepang
itu. Sementara itu Hoa In pun takut Hoa Thian-hong
melayani tantangan lawan, tubuhnya segera berputar
kembali ke belakang, tanpa mengucapkan sepatah kata
pun sebuah pukulan keras dilancarkan ke arah punggung
Yau Sut. Sejak Thian-hong terkena racun teratai yang tak dapat
dipunahkan sehingga setiap hari harus lari racun dan tak
diketahui bagaimana akrabnya, Hoa In sudah amat
membenci terhadap Cukat racun yang dianggap sebagai
biang keladi dalam peristiwa itu, serangan yang sepnitas
lalu kelihatannya enteng sekali dalam kenyataan telah
diseratai dengan sepuluh bagian hawa murni Sau yang
Ceng ki, asal Yau Sut berani menangkis dengan jalan
keras lawan keras maka tenaga pukulan yang maha
dahsyat itu bagaikan tanggul yang jebol segera akan
menghantam tubuhnya dengan luar biasa hebatnya.
Serangan telapak dan toya itu tiba pada sasaran
hampir bersamaan waktunya, meskipun Cukat racun Yau
Sut sudah bikin persiapan sejak semula, tak urung
hatinya di bikin terperanjat juga oleh kedahsyatan musuhnya.
Sekuat tenaga ia enjotkan badannya meloncat mundur
sejauh beberapa tombak dari tempat semula, sementara
Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus itu tidak
menanti sampai Tio Sam-koh serta Hoa In mengejar dari
belakang, mereka segera menyerang kembali
musuhmusuhnya dengan gencar, Cukat racun Yau Sut
menyadari apabila pertarungan ini diteruskan lebih jauh
maka dua orang anak buahnya pasti akan terluka di
tangan musuh, diam-diam ia segera mengulapkan
tangannya ke belakang, dengan cepat muncul kembali
dua orang jago lihay yang segera menerjang ke arah Hoa
In serta Tio Sam-koh.
Dalam sekejap mata Tio Sam-koh harus menghadapi
dua orang musuh sekaligus, dengan cepat pula situasi
dalam gelanggang mengalami perubahan besar.
Terdengar Cukat racun Yau Sut telah berkata kembali,
"Hoa kongcu, aku dengan ibumu telah munculkan diri
kembali dalam dunia persilatan, kenapa kau tidak undang
keluar untuk berjumpa dengan kami?"
Sambil berkata tubuhnya bergerak kembali mendekati
mulut gua, hanya saja untuk menghindari sergapan dari
Tio Sam-koh atau Hoa In kali ini ia tak berani terlalu
mendekati gua tersebut.
Hoa Thian-hong sepera tertawa dingin, pikirnya di
dalam hati, "Dewasa ini jumlah lawan jauh lebih banyak
dari pada pihak kami, bila pertarungan dengan cara roda
kereta ini dibiarkan berlarut- larut, kendatipun Tio Sam
po serta Hoa In tidak sampai menderita kalah, paling
sedikit mereka akan lelah dan kehabisan tenaga, selama
ini Yan-san It-koay serta Liong bun siang kiat tetap
terdiam diri, dalam keadaan penat serta kehabisan
tenaga darimana mungkin nenek Tio serta Hoa In
mampu untuk menghadapi serangan mereka?"
Berpikir sampai disini, ia tahu jika dirinya tidak segera
tampil ke depan maka keadaannya akan bertambah
runyam, maka sambil melangkah maju ke depan,
serunya dengan suara lantang, "Aku harap saudara
sekalian suka saling hentikan pertarungan, aku ada
perkataan hendak disampaikan kepada kalian semua"
"Pelindung hukum sekalian harap segera
mengundurkan diri!" seru Yau Sut kemudian.
Empat orang jago dari perkumpulan Sin-kie-pang
dengan cepat menghentikan pertarungannya dan loncat
mundur ke belakang, sedangkan Tio Sam-koh serta Hoa
In pun terpaksa buyarkan serangan dan berhenti
bertarung. Tio Sam-koh segera berpaling ke arah Hoa Thianhong,
dengan mata melotot nada gusar ia menegur,
"Perkataan apa yang hendak kau utarakan keluar?"
Hoa Thian-hong tersenyum.
"Ini hari jumlah musuh yang harus kita hadapi jauh
lebin besar daripada kita, meskipun Sam poo gagah dan
hebat namun mampukah engkau hadapi musuh-musuh
yang begitu banyaknya" Boanpwee memang tak becus
tapi aku tak tega untuk berpeluk tangan belaka, sebab
cepat atau lambat pertarungan tak bisa dihindarkan lagi,
oleh karena itu ijinkanlah boanpwe untuk bertempur
pada babak pertama!"
Tio Sam-koh tertegun mendengar perkataan itu, lalu
serunya, "Tapi.... badanmu menderita luka, jika sampai
kalah bukankah kekalahanmu itu sama sekali tak ada
nilainya?"
"Aaah....! bagaimanapun toh pertarungan ini bukan
adu kepandaian di atas panggung Lui thay, ada orang
mencari gara-gara masa aku tak boleh memberikan
perlayanan sebagaimana mestinya?" jawab Hoa Thianhong
sambil tertawa.
Habis berkata, dengan langkah lebar dia segera
berjalan maju ke depan.
Hoa In tidak berusaha mencegah dengan
menggunakan kata-kata, akan tetapi dengan ketat dia
mengikuti terus disisi majikan mu danya, kalau dilihat
dari tampangnya, barang siapa berani mengganggu Hoa
Thian-hong maka pertama-tama harus berhadapan lebih
dahulu dengan dirinya.
Tiba-tiba si anak muda itu berpaling, dengan purapura
gusar bentaknya keras-keras, "Ibu paling benci
kalau ada orang yang mengganggu dirinya, sana!
berjagalah di depan gua dan tak usah mencampuri
urusan pribadiku lagi...."
Dengan amat jelas Hoa In mengetahui bahwa majikan
mudanya masih bukan tandingan dari Cukat racun Yau
Sut, tentu saja ia tidak membiarkan si anak muda itu
menghantar kematiannya, sesudah tertegun beberapa
saat lamanya, ia berseru, "Budak tua tak akan
memperdulikan soal apapun lagi, bagaimanapun juga...."
Ditinjau dari kesetiaannya, mungkin langit ambrukpun
dia benar- benar tak mau mengurusinya kecuali
memperhatikan keselamatan dari majikan mudanya,
akan tetapi ia tak berani membantah ataupun
memperingatkan dengan kata-kata, oleh sebab itulah ia
segera mengambil keputusan untuk berjaga-jaga di
samping tubuh pemuda itu.
Sebenarnya susah bagi Hoa Thian-hong untuk
menegur ataupun menyakiti hati pelayan tuanya yang
amat setia serta sangat mem perhatikan keselamatan
jiwanya itu, tetapi dalam situasi semacam itu tak
mungkin baginya untuk bersikap ragu-ragu, sekalipun
begitu setelah mengucapkan kata-kata kasar tadi, timbul
rasa tak tega dalam hati kecilnya.
Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang keluar suara
dari Hoa Hujien yang berat dan rendah, "Hoa In segera
mengundurkan diri, biarlah Seng ji beradu kekuatan
dengan sahabat itu, bilamana diapun benar-benar tak
mampu mempertahankan diri lagi rasanya belum
terlambat bagimu untuk menolong dirinya!"
Meskipun ucapan tersebut diucapkan dengan suara
dalam dan rendah, akan tetapi nyata, jelas dia amat
bertenaga. Bagi siapa pun yang pernah mengikuti
pertemuan Pak Beng Hwee, suara itu bukan nada yang
terlalu asing bagi bagi mereka, dan bayangan atas
seorang perempuan cantik tegas dan keras dalam
pendirianpun terlintas dalam be nak mereda.
Sorot mata semua orang yang hadir dalam arena
dengan cepat dialihkan ke dalam gua yang gelap gulita
itu, air muka semua orang secara tiba-tiba saja berubah
jadi amat serius.
Setelah hening beberapa saat lamanya, dari boalik gua
tidak kedengaran suara pembicaraan lagi, Hoa In
tertegun akhirnya perlahan-lahan ia mundur beberapa
langkah ke belakang.
"Hoa Hujien!" terdengar malaikat kedua Sim Ciu
berteriak gusar dengan sepasang alis berkernyit, "bagi
setiap orang dalam dunia persilatan, siapa yang kuat di
dalam pemimpin yang harus dihormati setiap orang, kami
bersaudara she Sim sudah hampir beberapa jam lamanya
tiba di tempat ini tapi Hujien tidak menegur ataupun
menyapa, sedikitpun tidak mengindahkan tatacara dalam
dunia persilatan, apakah hal ini berarti bahwa ilmu silati
yang dimiliki oleh dua bersaudara she Sim masih belum
mencapai taraf yang tinggi sehingga tidak pantas untuk
berjumpa dengan dirimu?"
"Hmm, yang kuat dialah pemimpin" pemimpin kentut
anjing yang busuk...." maki Tio Sam-koh dingin.
Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang kembali suara
dari Hoa Hujien, "Pendapat dari Sim kong tak sejalan
dengan pikiran aku Bun si, tetapi ada satu yang jelas
yakin ilmu cakar Tay in sin jiau yang kalian berdua miliki,
sudah lama aku orang Bun si merasa sangat kagum"
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan, "Sejak
perpisahan di pertemuan besar Pek Beng Hwe, dalam
sekejap mata dua belas tahun sudah lewat, aku percaya
ilmu silat yang kalian berdua miliki sudah mendapat
kemajuan yang amat pesat, jika engkau bermaksud
untuk memberi petunjuk, silahkan diperlihatkan dimulut
gua, dari sini aku Bun si akan melayani!"
Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, bibir
bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi
malaikat pertama Sim Kian yang teringat kembali akan
nasib nenek buta dimana baru saja tubuhnya berada
dimulut gua, segulung tenaga pukulan yang amat keras
telah membanting tubuhnya hingga jatuh tak sadarkan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri, buru-buru mengerdipkan matanya, lalu menjawab,
"Pertemuan besar Kian ciau Tay hwee yang akan
diselenggarakan oleh pihak Thong-thian-kauw, dalam
waktu singkat segera akan berlangsung, pada waktu itu
semua jago yang ada di kolong langit boleh
mendemonstrasikan keampuhannya disana. aku rasa
kalau mau bertarung itulah waktunya paling tepat
karenanya pertarungan saat ini lebih baik diabaikan
saja!" Hoa Thian-hong tertawa, sambil memandang wajah
Cukat racun Yau Sut dia pun berseru, "Kalau semua
pertarungan diabaikan, maka akupun akan gunakan
kesempatan ini untuk menyembunyikan kembali ilmu
silatku" Cukat racun Yau Sut tahu bahwa Hoa Thian-hong
adalah kekasih hati dari Pek Kun-gie, sebelum persoalan
dibikin terang ia tak ingin turun tangan terhadap si anak
muda itu, maka mendengar ucapan tadi sorot matanya
segera dialihkan kepada malaikat kedua Sim Ciu, ujarnya
sambil tertawa, "Sim kong, bagaimana dengan keputusan
mengenai barter ini" dilanjutkan atau batal sampai
disini?" Tiba-tiba terdengar Jin Hian tertawa dingin, lalu
berseru, "Hoa loo te, membicarakan tentang asal
mulanya peristiwa maka persoalan ini kembali terjatuh di
atas kepalamu"
"Aku bodoh dan tak dapat menangkap maksud dari
ucapan Jien Tang-kee, apakah engkau bersedia untuk
menerangkan lebih lanjut?"
"Hmm! putraku mati di tangan Hoa loo te engkau
tentu tahu bukan bahwa kematiannya tak akan sia-sia
belaka!" seru jin Hian dengan nada dingin menyeramkan.
"Ooo.... kiranya kau maksudkan tentang persoalan
itu...." kata Hoa Thian-hong dengan alis mata berkenyit.
Tidak menunggu pemuda itu menyelesaikan katakatanya,
kembali Jin Hian menukas, "Pada saat peristiwa
ini baru saja berlangsung, Hoa Loo te mengatakan
bahwa raut wajah pembunuh itu rada mirip dengan Pek
Kun-gie dan sekarang setelah persoalan berlaut-larut
samnai sekarang ternyata Pek Kun-gie bukan
pembunuhnya sedang Pek Soh-gie pun bukan pembunuh
tersebut, sekarang aku hendak menuntut kepada Hoa
Loo te, apa alasanmu menuding menjangan mengatakan
kuda dan membolak balikkan duduknya persoalan
sehingga menjadi tak karuan seperti ini?"
"Pembunuh yang sebenarnya pasti Pui Che-giok" pikir
Hoa Thian-hong di dalam hati, "sayang sekali raut
wajahnya tidak cocok dengan apa yang kukatakan,
bagaimana aku bisa menjawabnya?"
Tatkala dilihatnya pemuda itu membungkam dalam
seribu buhasa, Jin Hian segera tertawa dingin dan
berkata kembali, "Hoa loo te, aku Jin Hian ingin
mengajukan satu pertanyaan lagi kepadamu, putraku
pernah mengadukan hubungan kelamin dangan
pembunuh tersebut, apakah kesemuanya itu kau
saksikan dengan mata kepala sen diri?"
Hoa Thian-hong sama sekali tak menduga kalau ia
bakal diajukan pertanyaan seperti ini, uniuk beberapa
saat lamanya pemuda itu berdiri tertegun sementara
dalam hati kecilnya ia berpikir, "Oooh....! rupanya ia
masih tetap menaruh curiga atas diri kakak beradik she
Pek!" Dalam hati ia berpikir demikian, diluaran ia menjawab,
"Aku tidak sudi mengintip urusan pribadi seseorang
apalagi urusan yang mengenai permainan di atas
ranjang, benarkah putera mu pernah mengadakan
hubungan badaniah dengan sang pembunuh, aku tidak
menyaksikan dengan kepala sendiri dan tak berani pula
menegaskan secara meyakinkan, kalau Jien Tang-kee
ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya, kenapa
tidak kau tanyakan sendiri kepada pelayan yang melayani
puteramu itu" Aku rasa mereka jauh lebih tahu"
"Hmm! Hoa loote , bukankah engkau pernah berkata
bahwa pembunuh itu telah memohon kepada anakku
untuk melarang semua orang bawahannya mengintip
kedatangannya?" seru Jin Hian dengan nada hambar.
Tio Sam-koh yang ikut mendengarkan pembicaraan itu
jadi naik pitam, dengan cepat selanya, "Sekalipun tak
ada yang mengintip, diperiksa dari keadaan pembaringan
masa tidak tahu?"
Jin Hian sama sekali tidak menggubris perkataan itu,
kembali ia berkata dengan nada menyeramkan,
"Andaikata putraku tidak pernah melakukan hubungan
badaniah dengan pembunuhnya maka urusan ini akan
lebih gampang untuk diselesaikan, Hoa Loo te,
bagaimana pendapatmu?"
Hoa Thian-hong tidak langsung menjawab, diam-diam
ia berpikir kembali di dalam hati, "Kakak beradik dari
keluarga Pek adalah gadis-gadis perawan yang belum
pernah dijamah kaum lelaki, jelas dalam pembicaraannya
itu dia hendak menimpakan semua dosa serta kesalahan
ini kepada dua orang gadis itu...."
Berpikir demikian, tanpa terasa ia menghela napas
panjang dan berkata.
"Jien Tang-kee, harap engkau suka memakluminya.
Tempo hari aku mengatakan bahwa raut wajah sang
pembunuh agak mirip dengan nona dari keluarga Pek,
apa yang kukatakan sesuai dengan apa yang kusaksikan
tak sepatah katapun merupakan ucapan yang
berbohong, dan sekarang akupun berani bersumpah
dihadapan Thian bahwasannya pembunuh yang
kumaksudkan itu bukanlah kakak beradik dari keluarga
Pek...." Tiba-tiba malaikat pertama Sim Kian berkata dengan
nada yang menyeramkan, "Hmm! Kalau mau menuduh
seseorang tuduhlah orang itu, kalau tak mau menuduh
orang lain tak usahlah kau tuduh. Heeeh.... .heeehh....
heeehh.... menurut pendapatku, kemungkinan besar
memang tiada terdapat perempuan semacam itu,
pembunuh yang sebenarnya bukan lain adalah kau Hoa
Thian-hong seorang!"
Sepasang mata Hoa Thian-hong kontan melotot bulat,
dengan pandangan dingin ia melirik sekejap ke arahnya,
kemudian menjawab.
"Hmm! aku tahu bahwa persoalan yang paling
menguatirkan hatimu tidak lain adalah Pedang emas
tersebut seandainya pembunuh tersebut adalah aku Hoa
Thian-hong seorang, bukankah engkau segera akan
menun tut kembali pedang emas tersebut dari
tanganku?"
"Haah.... haaah.... haaah...." malaikat pertama Sim
Kian tertawa seram, "pada waktu itu aku hendak
menerima dirimu sebagai anak muridku....!"
"Aaai....! aku lihat persoalan ini harus ku ucapkan
keluar secara jelas dan tanpa tedeng aling-aling, kalau
tidak nona Pek Sok Gie pasti tak akan memperoleh
ketenangan di dalam hidup selanjutnya," pikir Hoa Thianhong
di dalam hati. Berpikir sampai disini, dengan wajah serius ia segera
berkata kepada diri Jin Hian, "Terus terang saja
kukatakan bahwa pada saat itu dalam genggamanku
telah berhasil menemukan penanda yang cukup kuat,
aku telah mengetahui siapakah pembunuh yang
sebenarnya telah menghabisi jiwa putramu, namun
sayang sekali bukti yang kuat belum berhasil kudapatkan
sehingga akupun tidak ingin mengutarakannya keluar
lebih dahulu. Jin longteee! aku harap engkau bersedia
untuk bersabar selama beberapa hari lagi, dalam
pertemuau besar Kian ciau tay hwee aku pasti akan
berhasil membuktikan kepadamu siapakah pembunuh
yang sebenarnya!"
Diam-diam Jin Hian mendengus dingin, batin-nya,
"Keparat cilik, ergkeu anggap aku adalah seorang
manusia tolol" Berani benar engkau gunakan siasat
kosong untuk mengulur waktu!"
"Hoa Thian-hong! terdengar malaikat kedua Sim Ciu
menjerit dengan suaranya yang tinggi melengking,
benarkah engkau mengetahui siapakah sebenarnya
pembunuh itu?"
"Kalau benar ada apa?" tanya Hoa Thian-hong dengan
dahi berkerut dan alis mata berkenyit.
Malaikat kedua Sim Ciu tertawa.
"Kalau begitu engkau sudah mengetahui bukan
pedang emas tersebut pada saat ini berada di tangan
siapa?" tanyanya
"Tentu saja aku tahu!"
"Coba kau katakan siapakah orang itu?"
"Sekalipun aku katakan keluar belum tentu kalian
bersedia untuk mempercayainya," jawab Hoa Thian-hong
dengan nada hambar, "pedang emas itu sekarang berada
di tangan Thian Ik-cu, percaya tidak?"
"Hmmm mengadu domba diantara sesama umat
persilatan, engkau memang licik sekali"
"Hmmm bukan sejak tadi aku sudah berkata,
kendatipun kuberitahukan kepadamu, belum tentu
engkau percaya. Nah seorang lihatlah bukankah
ucapanku hanya sial belaka?"
Jin Hian tertawa seram, tiba-tiba ia berseru, "Kalau
tidak sakit tidak gatal, siapa yang bersedia mengaku
secara terus terang?"
"Sedikitpun tidak salah" sambung malaikat kedua Sim
Ciu, "Cukat racun, bagaimana kalau aku mengajak
engkau untuk membicarakan soal barter...." Kau tentu
bersedia bukan?"
Sambil berkata, telapak tangannya kembali
ditempelkan ke atas punggung Pek Soh-gie.
Cukat racun Yau Sut termasuk juga seorang jago
kawakan yang punya banyak pengalaman di dalam dunia
persilatan, akan tetapi berada dihadapan siluman tua
yang banyak akalnya ini dia dihabiskan akal juga
dibuatnya. Andaikata Pek Soh-gie adalah putrinya sendiri,
mungkin akan keraskan hati dengan tidak
memperdulikan perintahnya tetapi apa daya gadis
tersebut adalah putri kesayangan dari ketuanya,
meskipun dalam hati kecilnya merasa tak senang hati,
akan tetapi perasaan tak senang itu tak berani diutarakan
keluar. Terdengar Pek Soh-gie berseru dengan suara lantang,
"Paman Yau, tit-li mempunyai sepucuk surat yang harus
diserahkan kepada ayahku, apakah engkau bersedia
menyampaikannya kepada ayahku?"
"Tentu saja akan kusampaikan kepadanya," jawab
Cukat racun Yau Sut dengan cepat tetapi engkau tak
usah berpikir yang bukan-bukan lebih dahulu, putri dari
ketua perkumpulan Sin-kie-pang tak akan begitu
gampang menemui ajalnya!"
Sebenarnya Pek Soh-gie ada maksud untuk
menyelesaikan kehidupan sendiri apabila keadaan terlalu
mendesak, sehingga tidak sampai mendatangkan banyak
kesulitan dan kerepotan buat orang lain, setelah rahasia
hatinya ini berhasil ditebak secara jitu oleh Yau Sut tak
dapat dicegah lagi air mukanya berubah jadi merah
padam saking jengahnya, untuk sesaat ia tak tahu apa
yang harus dilakukan olehnya.
Cukat racun Yau Sut sendiri rupa-rupanya juga telah
menyadari bahwa pertarungannya pada hari ini melawan
Hoa Thian-hong tak dapat dihindari lagi, otaknya dengan
cepat berputar dan ia berhasil mendapatkan cara yang
paling jitu untuk mengatasi masalah lersebut.
Perlahan-lahan ia berjalan maju ke depan, setelah
memberi hormat ujarnya, "Hoa kongco, pertarungan
yang berlangsung pada hari ini sebenarnya terjadi karena
keadaan yang mendesak...."
"Engkau tak perlu sungkan-sungkan," tukas Hoa
Thian-hong sambil tertawa pula, "akupun tahu bahwa
keadaan yang memaksa kita harus bertempur!"
Sambil berkata pedang bajanya perlahan-lahan
dicabut keluar dan dalam sarung, kemudian bersiap siaga
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan
"Silahkan!" seru Cukat racun Yau Sut dengan wajah
serius. Dalam sekejap mata suasana dalam arena berubah
jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapuo.
Pertarungan ini merupakan suatu pertarungan yang
luar biasa, orang yang hendak bergebrak yang satu
merupakan jago Bulim yang sudah diketahui oleh setiap
orang dalam dunia persilatan sedangkan yang lain adalah
seorang keturunan jago kenamaan yang belum lama
terjun dalam sungai telaga.
Para penonton yang berada disisi arena semua tahu
bahwa Hoa Thian-hong masih bukan tandingan dari
Cukat racun Yau sut, tapi mereka tak tahu berapa
banyak selisih kepandaian yang mereka miliki, semua
orang ingin lahu berapa gebrakan, yang sanggup
diterima oleh Hoa Thian-hong, dan berapa jurus
serangan yang dibutuhkan Yau Sut Cukat racun itu untuk
merobohkan lawannya.
Cukat racun Yau Sut tersohor karena kekejaman serta
ketelengasannya yang melebihi ular beracun atau
binatang buas, dan semua orang dalam dunia persilatan
mengetahui akan hal ini.
Sebaliknya Hoa Thian-hong merupakan tulang
punggung dari kawanan pendekar golongan lurus,
pendekar muda yang disayang serta dikagumi olen
kawan sealiran, golok tak bermata, pertarungan tak
mengenal belas kasihan, seandainya Hoa Thian-hong
sampai musnah di tangan Cukat racun Yau Sut niscaya
peristiwa ini akan sangat menggemparkan seluruh kolong
langit terutama sekali dalam kalangan kaum lurus sendiri.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara itu fajar telah menyingsing diufuk sebelah
timur, sinar keemas-emasan memancar keempat penjuru
dan menyoroti mulut gua kuno tadi.
Kebakaran yang terjadi disekeliling gua tersebut belum
padam, bahkan makin lama semakin meluas keempat
penjuru, sepintas memandang ke tempat kejauhan yang
terlihat hanyalah tanah hangus yang berwarna hitam,
suasana benar-benar mengenaskan sekali.
Tiba-tiba...."Weeess....!" desingan angin tajam
menderu-deru di angkasa, dengan membawa suara
pekikan tajam pedang baja Hoa Thian-hong yang besar
dan berat itu meluncur ke depan.
Menyaksikan betapa dahsyat datangnya bacokan itu,
tentu saja Cukat racun Yau Sut tahu lihay, dengan cepat
badannya berkelit ke samping untuk meloloskan diri dari
datangnya ancaman tersebut, kemudian badannya
laksana kilat menerjang maju ke depan, sebuah serangan
balasan ini dilancarkan dengan Kecepatan yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata, tak sempat lagi bagi Hoa
Thian-hong merubah jurus ganti gerakan, tampaklah
olehnya serangan itu meluncur seakan-akan kosong
namun dalam kenyataan berisi serta terselip banyak
perubahan yang tak terduga, membuat seluruh jalan
mundurnya sama sekali tersumbat.
Dalam keadaan terdesak dan gugup, Hoa Thian-hong
segera menekan pergelangan tangannya ke bawah,
pedang baja disilangkan di depan dada sementara
tubuhnya berputar kencang.
Dalam perkiraan Cukat racun Yau Sut semula, dalam
satu jurus saja ia akan berhasil menguasai keadaan,
siapa tahu perbuatan Hoa Thian-hong sambil
menyilangkan pedangnya itu mengandung pertahanan
yang sangat kuat, apabila ia tidak segera buyarkan
serangan serta menarik diri niscaya separuh bagian
lengannya akan terbabat sampai kutung.
Dalam keadaan begini terpaksa ia rubah gerak
telapaknya, sesudah berputar membentuk gerakan
setengah lingkaran ia ganti menyerang pinggang Hoa
Thian-hong, sementara jari tangan dan telunjuk tangan
kirinya menotok jalan darah Jit kan hiat dibadan-nya.
Dua jurus serangan itu dilancarkan cepat, ganas dan
lincah, membuat semua jago yang menyaksikan jalannya
pertarungan itu
diam-diam bersorak memuji, sorot mata Liong bun
siang sat serta Yao San It koay pun memancarkan
cahaya tajam, setelah menyaksikan betapa sempurna
dan ampunnya ilmu silat yang dimiliki Yau Sut, perasaan
memandang rendah lawannya seketika lenyap tak
berbekas. Hot Thian-hong segera angkat lengannya ke atas
mengikuti gerakan tersebut, pedang bajanya menyapu ke
depan, hawa pedang memancar ke empat penjuru dan
dalam sekejap mata telah menyergap badan Yau Sut.
Diam-diam Cukat racun mengerutkan alis matanya
melihat kemampuan musuhnya, terburu-buru ia rubah
jurus serangannya kembali, telapak dan jari melancarkan
serangan secara berbarengan, ia berusaha menyerobot
posisi di atas angin.
Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu
pertempuran yang menarik hati, dalam sekejap mata
kedua orang jago itu sudah saling bertarung sebanyak
dua puluh jurus lebih.
Setiap kali Hoa Thian-hong pasti berhasil meloloskan
diri dari serangan lawan dengan suatu gerakan pedang
yang sederhana dan mudah, gerakannya menghindar
dan balas menyerang begitu leluasa permainan
pedangnya itu memang khusus diciptakan untuk
menahan jurus serangan lawan, kejadian ini membuat
para jaro disisi arena diam-diam merasa keheranan dan
tercengang. Yan-san It-koay serta Liong bun Siang sat sekalian
yang ilmu silatnya telah mencapai taraf kesempurnaan,
setelah menyaksikan jalannya pertarungan itu beberapa
saat lamanya mereka segera menemukan bahwa ilmu
pedang yang dipergunakan pemuda itu sebetulnya cuma
terdiri dari enam belas jurus belaka, hal itu membuat hati
mereka jauh lebih terperanjat dari pada siapapun juga.
Bapi Cukat racun Yan Sut baru pertama kali ini ia
berjumpa dengan serangkaian ilmu pedang sedemikian
anehnya, semakin ber tempur hatinya merasa semakin
terperanjat, makin bertarung hatinya semakin berat, ia
sama sebali tidak jeri terhadap keampuhan ilmu silat
yang dimiliki Hoa Thian-hong, tapi ia terperanjat oleh
kesaktian serta kelihayan dari ilmu pedangnya itu.
Hoa Thian-hong sendiri diam-diampun merasa terkejut
bercampur keheranan, enam belas jurus ilmu pedang ini
sudah dilatihnya selama sepuluh tahun lebih, sejak
pedang bajanya ditahan oleh Ciu It-bong, selama satu
tahun lebih meskipun tiap hari dia menghapalkan kembali
gerakan pedang itu dalam benaknya namun tidak
sekalipun pernah dipraktekkan.
Siapa tahu setelah dipergunakan olehnya pada saat
itu, bukan saja gerakan pedangnya sama sekali tidak
kelihatan asing atau membingungkan, malahan
sebaliknya bertambah hapal dan matang keampuhan
yang terpancar dari ujung pedang semakin mantap dari
pada keadaan dahulu.
Dahulu setiap kali ia mempergunakan ilmu pedang
tersebut, sering kali terasa olehnya seakan-akan bahunya
sedang memikul suatu beban yang amat berat sekali,
tetapi sekarang sesudah racun teratai empedu api
membaur dengan tenaga dalamnya, bukan saja pedang
yang berat terasa enteng dalam penggunaan yang lebih
aneh lagi ketika ia mainkan pedang itu dengan enteng
dan perlahan karena kuatir mulut luka di atas dadanya
merekah kembali, ternyata hasil yang diperoleh luar
biasa sekali, makin enteng dan perlahan ia gunakan
pedang tersebut, tenaga murni yang terpancar keluar
lewat ujung pedangnya semakin lancar dan luar biasa.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah
bertarung sebanyak limapuluh jurus lebih, Hoa Thianhong
semakin memahami rahasia serta inti dari gerakan
ilmu pedangnya, makin bertempur ia semakin bersemangat,
semakin bergebrak ia semakin menghemat dalam
penggunaan tenaga.
Akan tetapi Cukat racun Yau Sut juga bukan seorang
manusia sembarangan, meskipun ilmu pedang lawan
sangat ampuh akan tetapi keyakinan dalam ilmu silatnya
jauh lebih unggul daripada si anak muda itu, sete-lah
lima puluh jurus lewat diapun berhasil menguasai seluruh
keadaan. Permainan ilmu telapaknya tiba-tiba berubah, ia mulai
melancarkan serangan secara bertubi-tubi, jurus satu
dengan jurus berikutnya di lancarkan makin dahsyat, hal
ini memaksa daya serangan yang terpancar keluar dari
ujung pedang Hoa Thian-hong seketika terdesak balik.
Pedang baja Hoa Thian-hong dilancarkan secara
bertubi-tubi, sekuat tenaga ia berusaha untuk
memulihkan kembali posisinya yang terdesak, akan tetapi
ilmu silat yang dimiliki Cukat racun Yau Sut beberapa kali
lipat jauh lebih tinggi beberapa kali lipat, setelah saling
bertahan beberapa saat lamanya, siapa yang tangguh
dan siapa yang lemahpun segeia terlihat di depan mata.
Tiba-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut membentak
keras, sepasang telapaknya beterbangan di angkasa, silih
berganti ia lancarkan pukulan mematikan yang memaksa
Hoa Thian-hong tak mampu mempertahan-kan diri serta
mundur ke belakang berulang kali.
Melihat dirinya didesak hebat, hawa amarah berkobar
di dalam benak Hoa Thian-hong pikirnya dalam hati, "Ibu
sedang berlatih ilmu di dalam gua, sedangkan aku
bertugas mempertahankan pintu masuk ke dalam gua ini,
berarti pula kesela matan jiwa ibuku berada ditanganku,
kalau aku begini tak becus, bagaimana tanggung
jawabku terhadap ibu nantinya?"
Begitu ingatan tersebut berkelebat di dalam benaknya,
semangat bertempur segera berkobar di dalam
benaknya, pedang baja diayunkan berulang kali, dalam
waktu singkat tiga tusukan kilat telah dilepaskan.
Meskipun tiga rangkaian serangan berantai itu
dilancarkan dalam waktu yang amat singkat akan tetapi
daya serangannya amat hebat bagaikan tanggul yang
jebol, buru-buru Cukat racun Yau Sut ayunkan
telapaknya berulang kali untuk memunahkah serangan
tersebut, begitu berat daya tekanan yang datang
menggulung membuat dia seakan-akan baru saja
melakukan perjalanan jauh.
Sreeet....!sreeet....!sreeeet....! tiga buah serangan
balasan dilancarkan dengan cepat telah membendung
pula serangan gencar dari Cukat racun Yau Sut.
Diam-diam juru pikir dari perkumpulan Sin-kie-pang ini
merasa amat gusar, dia mendengus dingin dan tubuhnya
tiba-tiba menerjang maju ke depan, telapak kiri
melancarkan serangan dengan menyapu sedangkan
telapak kanan menyerang dengan tonjokan, dengan
jurus Thian kang Pat to atau bintang langit cahaya
diutara, ia menyerang kemuka.
jurus serangan tersebut merupakan suatu serangan
yang aneh dan jarang ditemui di kolong langit,
menyaksikan datangnya serangan dari pihak lawan itu
Hoa Thian-hong merasa gugup dan terkesiap, ia merasa
seakan-akan semua jalan mundurnya telah tersumbat
oleh pukulan lawan.
Para jago yang menonton jalannya pertarungan dari
sisi arenapun nampak berubah air mukanya setelah
melihat gerakan ilmu telapak itu, Tio Sam-koh serta Hoa
In paling terperanjat diantara beberapa orang itu,
mereka bersama-sama menunjukkan gerakan hendak
menerjang ke depan.
Hoa Thian-hong sebagai keturunan seorang jago
kenamaan tentu saja tak mau menyerah dengan begitu
saja, tiba-tiba ia mengepos tenaga lalu membentak
keras, sekuat tenaga ia lancarkan sebuah bacokan ke
arah tubuh lawan.
Daya serangan yang terpancar keluar dari bacokan itu
amat dahsyat bagaikan meretaknya bumi terkena gempa
bumi, hawa pedang memancar keempat penjuru diantara
berdesingnya pedang baja menembusi angkasa terselip
suara getaran lembut yang amat lirih, meskipun lirih
namun mengandung daya kekuatan yang menggetarkan
hati. Cukat racun Yau Sut merasa terkejut bercampur
gusar, melihat sepasang telapaknya hampir menghajar
tubuh lawan akan tetapi pedang baja lawanpun akan
segera melukai tubuhnya terpaksa ia berganti jurus dan
mencari jalan lain untuk menguasai musuhnya.
Kehebatan Hoa Thian-hong segera terpancar keluar
keempat penjuru, secara beruntun ia lancarkan empat
buah babatan dahsyat, tiba-tiba mulut luka di atas
dadanya terasa amat sakit dan kedua kakinyapun ikut
jadi kaku bercampur linu,
Sadarlah si anak muda itu bahwa mulut lukanya pecah
kembali, diikuti diapun merasa darah segar bagaikan air
marcur mengalir ke luar dengan amat derasnya.
Teringat akan darah, tiba-tiba semangat pemuda itu
berkobar kembali, dia membentak keras, seluruh tenaga
dalamnya disalurkan ke luar dan secara tiba-tiba sebuah
bacokan pedang dilepaskan ke arah depan.
Dari keganasan serta kehebatan datangnya bacokan
lawan, Cukat racun Yau Sut merasa tak mampu untuk
menandinginya, dengan cepat badannya berputar
kencang, sebuah totokan segera dilepaskan menyergap
belakang punggung Hoa Thian-hong.
Pertempuran itu benar-benar merupakan suatu
pertarungan sengit yang menentukan antara mati hidup,
ilmu silat yang dimiliki Yau Sut beraneka ragam dengan
jurus yang aneh sebaliknya Hoa Thian-hong hanya
mengerti enam belas jurns ilmu pedang yang biasa dan
sederhana dalam menggunakan, walaupun begitu
pertarungan tetap berjalan seru dan di dalam sepuluh
jurus, menang kalah masih belum dapat ditentukan.
Sementara itu darah segar telah mengucur keluar
membasahi seluruh pakaiannya, mulut luka terasa panas,
linu dan sakitnya bu kan kepalang, sambil menggertak
gigi menahan rasa sakit Hoa Thian-hong masih tetap
berusaha mempertahankan diri, sekalipun begitu rasa
sakit terpancar juga dari atas wajahnya.
00000O00000 39 KEADAAN seperti ini tentu saja tak dapat mengelabuhi
pandangan mata beberapa orang tokoh persilatan yang
sedang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena,
Hoa In paling gelisah dan kuatir dan dialah yang
pertama-tama menyadari keadaan majikan mudanya
yang terdesak hebat itu.
Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus adalah
komplotan yang setia dengan Cukat racun Yau Sut,
melihat Hoa In menerjang masuk ke dalam gelanggang
kedua orang itu segera membentak gusar dan terjun ke
dalam kalangan untuk menghalang-halangi niat lawan.
"Blaaaam....!" sebuah pukulan yang amat dahsyat dari
Hoa In menghajar tubuh Teng Kong Li serta kakek
bermuka kurus sehingga isi perutnya goncang dan
kepalanya pusing tujuh keliling, tubuh mereka tergetar
mundur sampai beberapa tombak jauhnya dari tempat
semula....Sepasang mata Hoa In telah berubah jadi
merah darah, sepasang telapaknya diayun berulang kali,
bagaikan seekor harimau gila dia menerkam ke arah
tubuh Cukat racun Yau Sut.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata,
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
anak buah dari perkumpulan Sin-kie-pang bersama-sama
membentak keras dan terjun ke dalam gelanggang.
Tio Sam-koh segera putar toya bajanya menyongsong
datangnya serbuan itu, dalam waktu singkat suasana jadi
kacau balau, pertarungan secara massalpun segera
berlangsung. Disaat-saat yang amat kritis itulah, tiba-tiba terdengar
seseorang dengan suara yang nyaring bercampur gelisah
berkumandang datang, "Saudara-saudara sekalian, harap
tahan!" Bersamaan dengan munculnya suara bentakan itu,
terlihatlah Pek Kun-gie, Oh Sam serta tujuh delapan
sosok bayangan manusia lainnya dalam waktu singkat
telah menyeberangi jembatan batu dan meluncur ke arah
mulut gua tersebut.
Cukat racun Yau Sut berotak cerdas dan paling cepat
reaksinya, begitu mendengar suara bentakan dari Pek
Kun-gie dia segera menyadari bahwa beban seberat
ribuan kati yang terpikul di atas bahunya kini sudah
tersingkirkan, dengan cepat ia memerintahkan anak
buahnya untuk berhenti bertempur serta meloncat
mundur ketepi kalang an.
Dalam waktu singkat Pek Kun-gie yang cantik jelita
bagaikan bunga mawar itu sudah tiba lebih dahulu di
tengah kalangan.
Pek Soh-gie jadi kegirangan setengah mati, buru-buru
teriaknya dengan suara nyaring, "Moay Moay....!"
Dengan sorot mata yang tajam dan cepat Pek Kun-gie
menyapu sekejap ke arah para jago yang berada
disekeliling tempat itu, ke mudian tegurnya, "Cici
darimana engkau bisa tiba di tempat ini?"
"Thian Ik-cu telah menangkap diriku kemudian Ciu Itbong
membawa aku ke tempat ini dan akhirnya para
enghiong hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie
menyandera diriku serta memaksa paman Yau untuk
bertempur melawan Hoa toako, katanya bilamana paman
Yau tidak berhasil menangkap Hoa toako maka akupun
tak akan dilepaskan"
Pek Kun-gie dengan sorot mata yang tajam dengan
cepat berpaling ke arah Hoa Thian-hong.
Dibalik sorot matanya itu terselip rasa cinta yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata, seakan-akan rasa hangat di
tengah hujan salju bagaikan pula hujan dimusim
kemarau, meskipun hanya pandangan dalam sekejap
mata akan tetapi rasa cinta yang terpancar keluar dapat
dirasakan pula oleh setiap jago yang hadir dalam
kalangan itu. Hoa Thian-hong jadi tersipu-sipu dibuatnya oleh
pandangan yang penuh dengan perasaan cinta itu, ketika
teringat kembali akan pesan ibunya yang mengharuskan
dia untuk memutuskan hubungan dengan gadis ini, buruburu
wajahnya dicemberutkan dan tak berani
menampilkan senyuman.
Pek Kun-gie segera alihkan sorot matanya dan
menyapu ke arah para jago dari perkumpulan Hong-imhwie,
di atas wajahnya terlintas rasa muak benci dan
pandangan hina yang amat tebal.
Sedari kecil gadis ini sudah terbiasa dimanja dan selalu
pandang tinggi diri sendiri, apabila ia memandang hina
terhadap seseorang maka di atas wajahnya segera
tercerminlah rasa tak senang hatinya itu. Dan terutama
sekali pandangan sinisnya yang penuh penghinaan terasa
jauh lebih lihay dari pada tusukan golok, kendatipun
seseorang mempunyai iman yang tebal ataupun watak
yang sabar, sesudah menyaksikan sikapnya yang penuh
penghinaan itu tentu akan naik pitam dan menjadi
marah. Malaikat kedua Sim Ciu yang pertama-tama tak kuat
menahan diri, sorot mata tajam terpancar keluar dari
balik kelopak matanya, dengan penuh kegusaran dia
membentak keras, "Budak ingusan! engkaukah putri
kedua dari Pek Siau-thian si tua bangka itu?"
Cukat racun Yau Sut takut gadis itu tak tahu lihay dan
melakukan tindakan secara semberono, buru-buru sambil
menuding ke arah orang itu dia menerangkan, "Kedua
orang ini adalah dua bersaudara she Sim dari
perkumpulan Hong-im-hwie, mereka berdua menetap di
Liong bun dan di sebut oleh setiap orang Bulim sebagai
Liong bun Siang sat sepasang malaikat dari Liong bun!"
Dari sikap malaikat kedua Sim Ciu yang berjaga-jaga
di samping tubuh sucinya, Pek Kun-gie segera
mengetahui apa maksud tujuan orang, tak tahan lagi ia
tertawa dingin.
"Heeeh.... heeehh.... heeehh.... kalau kutinjau dari
situasi yang terbentang pada saat ini, rupanya
perkumpulan Hong-im-hwie sudah mengambil keputusan
untuk berselisih paham dengan perkumpulan Sin-kiepang
kami?" "Kita toh sama-sama merupakan perkumpulan besar
dalam dunia persilatan, apa takutnya untuk berselisih
paham" engkau anggap kami jeri terhadap
perkumpulanmu itu?" ejek malaikat kedua Sim Ciu sambil
tertawa seram. Pek Kun-gie mendengus dingin.
"Hmm! perkumpulan Hong-im-hwie bukan milikmu
seorang, pendapatmu apakah dapat disetujui oleh rekanrekanmu
yang lain?" serunya.
Mendengar ucapan itu malaikat kedua Sim Ciu
tertegun, sesudah termenung beberapa saat lamanya ia
segera berpaling ke samping kiri kanannya dan berseru,
"Kami dua bersaudara she Sim adalah satu hati satu
pendirian-entah bagaimana dengan pendapat kalian
semua?" Jin Hian yang sudah lama tidak buka suara ketika
menyaksikan sorot mata Sim Ciu berhenti di atas
wajahnya, dengan cepat ia menyambung, "Tujuanku
datang kemari adalah mencari tahu siapakah pembunuh
puteraku kemudian balaskan dendam bagi kematiannya,
persoalan mengenai perkumpulan silahkan kalian berdua
untuk memutuskannya sendiri"
Setelah berhenti sebentar, sepasang matanya yang
tajam menyapu tiada hentinya di atas wajah kakak
beradik she Pek itu lalu melanjutkan lebih jauh,
"Selamanya pendapat dari Sim loe selalu dikagumi oleh
setiap saudara yang ada dalam perkumpulan, tentu saja
tak usah kau rundingkan lagi dengan diriku, kalian boleh
bersikap sekehendak hatimu!"
Dengan sorot mata tajam malaikat kedua Sim Ciu
berpaling ke arah rekannya Yan-san It-koay, kemudian
bertanya lebih jauh, "Makhluk tua, bagaimana menurut
pendapatmu?"
"Buat apa musti bersilat lidah dengan kawanan
manusia dari angkatan muda, mau berdua, bagaimana
kita lakukan saja menurut rencana, kita cepat selesaikan
masalah ini agar bisa segera berlalu pula dari tempat ini!"
Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, tibatiba
dengan ilmu menyampaikan suara ia berseru, "Aku
hendak berdaya upaya untuk memaksa perempuan itu
keluar dari dalam gua, ingin kulihat permainan setan
apakah yang sedang ia persiapkan! bagaimana
pandangan mu mengenai rencanaku ini?"
Dengan ilmu menyampaikan suara Yan-san It-koay
segera menjawab pula, "Ilmu ampuh apakah yang telah
berhasil kau yakinkan, berani benar mencari gara-gara,
apakah engkau yakin mampu menangkan pihak lawan"
janganlah dikarenakan sebilah pedang emas yang tak
ada harganya, selembar jiwapun ikut lenyap"
"Makhluk tua, engkau tak usah lain dimulut lain
dihati!" seru Sim Ciu dengan dingin, "kalau engkau
menginginkan pedang emas tersebut silahkan tangkap
dahulu keparat cilik she hoa itu, kami berdua akan
berada di belakang untuk membendung datangnya para
pengejar!"
"Hmmm! belum tentu ada gunanya kita tangkap
keparat cilik itu, lebih batk nanti saja kita bicarakan lagi
persoalan ini!"
Kedua orang itu saling bercakap-cakap dengan bibir
saja yang bergerak namun tak kedengaran sedikit
suarapun, setelah ditunggu beberapa saat namun pihak
lawan belum juga buka suara, dengan gusar Pek Kun-gie
segera menegur, Bagaimana" Apakah engkau ada
rahasia penting yang tak dapat diketahui oleh orang
lain?" "Heeehh.... heeehh.... heeeh....!" malaikat ke dua Sim
Ciu tertawa seram, "budak ingusan besar amat nyalimu!
orang sih tak akan kulepaskan engkau mau apa?"
Pek Kun-gie tertawa dingin.
"Hmm! Semula aku mengira para enghiong hoohan
dari perkumpulan Hong-im-hwie adalah manusia-manusia
yang luar biasa, tak tahunya keberanian kalian hanya
berbuat begitu saja....Hmm! Sungguh memuakkan...."
Habis berkata selangkah demi selangkah dia maju ke
depan. "Hiantitli, engkau mau berbuat apa" tegur Cukat racun
Yau Sut sambil menghalangi jalan perginya.
"Aku hendak mengajak jago lihay ini untuk
membicarakan soal pertukaran ini"
"Bagus sekali, sambung Sim Ciu sambil tertawa,
"bagaimana caranya pertukaran ini dilangsungkan?"
"Kalau dibicarakan sesungguhnya gampang sekali,
engkau boleh segera melepaskan ciciku, sedangkan aku
akan menggantikan dirinya sebagai sanderamu,
bagaimana" ringan sekali bukan?"
Pek Soh-gie jadi gelisah sekali mendengar perkataan
itu, buru-buru teriaknya, "Adikku aku tidak takut
menghadapi segala sesuatu apapun, engkau tak usah
memperdulikan diriku"
Pek Kun-gie pura-pura tidak mendengar ucapan tadi,
sepasang sorot matanya yang tajam dan dingin berputar
di atas wajah Sim Ciu, kemudian serunya kembali,
"Hanya urusan yang kecil sekali, apa yang patut kau
curigai lagi" takut dengan aku?"
Sebenarnya kakak beradik itu adalah saudara kembar
yang dilahirkan bersamaan waktunya, akan tetapi setelah
keluarganya terjadi perpecahan mengakibatkan
lingkungan hidup serta sistim pendidikan yang mereka
terima berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Kalau Pek Soh-gie adalah seorang gadis yang lemah
lembut dengan watak yang halus serta ramah tamah,
sebaliknya Pek Kun-gie adalah seorang gadis yang kasar
dengan mempunyai watak yang keras, sifat maupun
gerak-geriknya tentu saja berbeda satu sama lainnya.
Terdengar malaikat kedua Sim Ciu menyeringai dan
tertawa seram, serunya mengejek, "Pek Kun-gie!
Ketahuilah bila engkau sampai terjatuh ketanganku,
maka siksaan badaniah yang akan kau alami berat sekali,
engkau harus pikirkan lebih dahulu sebelum bertindak"
"Hmmmm! banyak bicara tak ada gunanya...." dengan
langkah lebar ia segera berjalan maju ke depan.
"Kun-gie...." teriak Cukat racun Yau Sut dengan
perasaan hati serba salah.
Berhubung Cukat racun Yau Sut telah bertempur
melawan Hoa Thian-hong, terhadap juru pikir dari
perkumpulan ini Pek Kun-gie merasa amat tidak senang
hati, tidak menanti ia menyelesaikan kata-katanya,
dengan cepat ia menukas, "Paman Yau tak usah
menghalang-halangi rencanaku lagi, dia adalah saudara
kandungku, apakah titli musti berpeluk tangan belaka?"
"Adikku...." teriak Pek Soh-gie dengan amat gelisah,
"engkau ataupun aku bukankah sama saja" Kenapa
engkau harus bersikeras dengan pendirianmu itu?"
Pek Kuo Gie sama sekali tak menggubris ucapan
encinya itu, dengan langkah lebar ia segera berjalan
menuju kesisi tubuh malaikat kedua Sim Ciu.
"Berbuatlah yang cerdik!" seru Sim Ciu sambil
menyeringai seram, "selama berada dalam lingkaran
daya seranganku, aku harap engkau jangan bertindak
secara gegabah!"
Rupanya malaikat kedua dari Liong bun ini sudah
cukup mengenali watak Pek Kun-gie yang tidak sehalus
serta sepenurut enci nya, maka begitu gadis muda itu
berjalan mendekat, beberapa totokan dengan cepat di
lancarkan menotok jalan darah kaku dikedua belah
Mutiara Hitam 6 Roro Centil 15 Langkah-langkah Manusia Beracun Pemburu Darah Satria 2