Pencarian

Bara Maharani 7

Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 7


terbayang kembali akan pemandangan sewaktu berada
ditepi pantai Sungai Huang-hoo tempo dulu, Kiranya
perempuan Cantik itu bukan lain adalah Giok Teng Hujien
dari perkumpulan Tong-thian-kauw.
Dalam hati segera pikirnya, "Seluruh tubuhku telah
penuh dengan racun, badanku sudah kebal terhadap
racun macam apapun. Kecuali di dalam ilmu silat kita
belum pernah bergebrak untuk mengetahui siapa
menang siapa kalah, rasanya dia pun tak akan sanggup
mengapa-apakan diriku......."
Karena berpikir begitu la lantas jejakkan kakinya dan
menerobos masuk ke dalam kamarnya lewat jendela.
Terdengar Giok Teng Hujien berkata, "Tutuplah pintu
jendela dan pasanglah lampu lentera!"
"Hmm! maaf cayhe sedang lelah. lebih baik kau turun
tangan sendiri!...:" tampik Hoa Thian-hong dengan nada
ketus, habis bicara ia segera duduk dikursi.
Giok Teng Hujien tertawa riang, "Eeeif bukankah kau
telah masuk jadi anggota perkumpulan Tong-thiankauw...?"
tegurnya. "Bagaimanapun aku toh menjadi
anggota lebih dahulu, kalau dihitung maka aku lebih
punya hak dari pada dirimu bukan begitu?"
"Oooh..... Jadi ia sudah tahu akan pertarunganku
melawan si hweesio gede tadi..." pikir Hoa Thian-hong di
dalam hati. Di dalam ia berpikir demikian, diluar ia menjawab
dengan nada hambar, "Pek Kun-gie undang diriku untuk
masuk menjadi anggota Sin-kie-pang, tapi akhirnya dia
menyesal. Aku adalah seorang manusia yang membawa
sial, aku takut perkumpulan Tong-thian-kauw pun tak
akan mengijinkan aku menancap kaki disitu?"
Sambil berbicara ia awasi pihak lawannya lebih
seksama lagi. Tampaklah pada tangan kanannya ia
membawa sebuah Hud-tim sedang di tangan kirinya
membopong makhluk aneh berbulu putih mulus, bermata
merah serta berbentuk mirip rase itu. Sikapnya agung
dan senyuman manis selalu menghiasi ujung bibirnya.
Makhluk aneh berbulu putih itu sebenarnya sedang
tidur, kini ia mendusin. Sepasang matanya yang
berwarna merah memandang kesana kemari dengan
sikap yang aneh, membuat orang yang memandang jadi
tidak tenteram dan berdebar.
Dalam hati si anak muda itu kembali berpikir, "Si
Cukat beracun Yauw Sut adalah manusia licik yang
sangat ditakuti oleh setiap umat Bulim, tetapi setelah ia
berjumpa dengan Giok Teng Hujien sikapnya ternyata
begitu hati-hati dan tak berani bertindak gegabah, dalam
segala hal ia mengalah tiga bagian kepadanya. hal ini
menunjukkan kalau perempuan ini seandainya tidak
memiliki ilmu silat yang sangat lihay. tentulah memiliki
tindakan yang paling ganas dan kejam ...."
Berpikir sampai disitu, tiba-tiba terdengar Giok Teng
Hujien telah berkata kembali, "Duduklah di atas
pembaringan, aku hendak mengajak kau untuk
melakukan pembicaraan yang seksama."
"Hujien. kalau kau ada persoalan katakanlah, cayhe
akan mendengarkan dengan serius "sahut Hoa Thianhong
dengan sepasang alis berkerut.
Giok Teng Hujien tertawa manis. "Kau adalah seorang
manusia yang terhormat "ujarnya. "baik siang maupun
malam selalu ada saja orang yang melindungi dirimu
secara diam-diam, rahasia yang akan kita bicarakan tak
boleh sampai kedengaran orang lain!"
"Selama cayhe bertindak dan berbuat secara jujur dan
terbuka, entah ada rahasia apa yang hendak hujien
bicarakan dengan diriku?"
"Huuuh! Kau ini memang seorang lelaki yang keras
diluar lunak didalam... " terang-terangan kau takut
padaku, di mulut saja ngomongnya ketus dan gagah,
apakah kau tidak takut dimalu-malui orang?" seru Giok
Teng Hujien sambil cibirkan bibirnya yang kecil.
"Hujien, tak ada gunanya kau memanasi hatiku!"
Tiba-tiba ia teringat bahwa dirinya memang merasa
agak jeri terhadap dirinya, maka sambil tertawa geli ia
segera bangkit dan berjalan ke sisinya, kemudian duduk
ditepi pembaringan sambil menuding makhluk aneh yang
berada di dalam bopongannya ia bertanya, "Apakah dia
juga pandai menggigit orang?"
Giok Teng Hujien tertawa, "Dia bernama Soat-jia,
menghadapi manusia semacam Cia Kim....Huuhl
Sekalipun ditambah seorang lagipun juga percuma.
dalam waktu singkat mereka bakal keok digigitnya!"
"Aaaah.. .! masa begitu lihay" waaah ... waaah....
cayhe tidak berani mendekatinya....." seru Hoa Thianhong
dengan alis berkerut, sementara dalam hati ia
merasa amat terperanjat.
"Kau ini.....si.setan cilik" maki Giok Teng Hujien sambil
tertawa, ia segera menoleh ke arah "Soat-Jie" dalam
pengakuannya dan memerintahkan, "Soat-jie! tunggulah
diluar jendela Sana, sebelum ada perintahku janganlah
melukai orang!"
Rupanya makhluk aneh itu sangat memahami bahasa
manusia, mendengar perintah dari majikannya tanpa
ragu-ragu lagi ia segera bangkit berdiri.
Tampaklah bayangan putih berkelebat lewat melalui
jendela yang terbentang lebar, dalam sekejap mata telah
lenyap tak berbekas.
"Oooh ... sungguh hebat!" seru Hoa Thian-hong tanpa
terasa dengan hati kaget.
"Aaah konyol kau ini!" kembali Giok Teng Hujien
memaki sambil tertawa, tiba-tiba ia merendahkan
suaranya dan berkata lebih jauh, "Kau tentu mengetahui
bukan siapa yang telah membinasakan Jien Bong,
anaknya Jien Han?"
Jantung Hoa Thian-hong terdengar amat keras, tadi
dengan cepat ia berusaha untuk menenteramkan hatinya
kembali, "Menurut apa yang kau ketahui, orang itu
adalah seorang gadis yang mengaku bernama Poei Che
Giok. entah benar entah tidak aku sendiripun kurang
jelas!" "Persoalan itu sih hanya suatu urusan kecil, tetapi kau
musti tahu setelah dunia aman tenteram untuk beberapa
waktu lamanya, dewasa ini mulai menunjukkan gejala
perubahan yang besar, kau hanya kebetulan saja
menjumpai kejadian itu maka alangkah baiknya kalau
cepat-cepat mengambil keputusan"
"Bukankah kolong langit telah dibagi tiga dan pihak
Tong-thian-kauw telah memperoleh satu bagian"apa sih
gunanya membikin gara-gara lagi"...."tanya si anak muda
itu dengan alis berkerut.
Giok Teng Hujien segera tersenyum."Bagi suatu
perkumpulan macam Sin-kie-pang ataupun Hong-im-hwie
mungkin saja mereka puas dengan satu daerah tersebut,
tapi bagi partai sekte agama lain keadaannya. cita-cita
mereka adalah mengarungi seluruh jagad. nah. itulah dia
apa sebabnya Tong-thian-kauw tidak bisa hanya
bertahan pada sebagian daerah saja."
Ia merandek sejenak, biji matannya yang jeli segera
melirik sekejap ke arah wajah Hoa Thian-hong dengan
kerlingan tajam kemudian terusnya, "Pek Siauw-thian
terlalu kemaruk akan harta dan kekuasaan, sedang Jien
Hian adalah seorang manusia licik dengan pikiran yang
panjang, kedua orang itu sama-sama bertahan pada
daerah kekuasaannya sekarang tanpa ada keinginan
untuk meluaskan wilayahnya, waktu berlalu dengan
cepat lama kelamaan apakah Tong-thian-kauwcu tidak
punya keinginan untuk majukan daerah kekuasaannya"
inilah kesempatan yang paling baik untuk bertindak!"
"Kalau begitu Tong-thian-kauwcu seharusnya adalah
seorang manusia dengan ambisi yang amat besar dan
kepandaian memimpin yang hebat?"
"Ambisi yang besar mungkin tak bakal salah,
mengenai hebatnya kepandaian untuk memimpin sih sulit
untuk dikatakan."
"Hujien entah apa maksud dan tujuanmu
mengucapkan kata-kata seperti ini?" tanya Hoa Thianhong
sambil tertawa hambar.
"Dunia persilatan sedang kacau, dan perhatian orang
tercurahkan ke pihak kami, kenapa kau tidak
memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk
raembangun serta memperjuangkan cita-citamu?"
"Ooooh....! Rupanya ucapanmu mengandung maksud
yang sangat dalam!" teriak Hoa Thian-hong dengan hati
tercengang. "Hujien, kau toh seorang enghiong dari
pihak Tong-thian-kauw, mengapa kau ucapkan kata-kata
seperti itu kepadaku?"
Giok Teng Hujien segera tertawa cekikikan "Hiiih....
hiiih kau betul-betul seorang manusia yang tak tahu diri!"
Serunya pura-pura marah, setelah merandek sejenak
sambungnya. "Angin berhembus dikala udara tenang,
kematian Jien Bong telah membuat situasi dalam dunia
persilatan jadi kacau dan mulai menunjukkan gejala
keretakan diantara hubungan tiga kekuatan besar,
usiamu pada saat ini masih muda, inilah kesempatan
yang sangat baik bagimu untuk tunjukkan kelihayan dan
angkat nama, apa yang harus dilakukan sepantasnya
kalau kau mulai menyusun rencana sejak kini."
"Waaah.... kalau begitu lebih baik cayhe
menggabungkan diri ke dalam perkumpulan Hong-imhwie
saja!" "Kenapa?" tanya Giok Teng Hujien dengan alis
berkerut. "Tabiat cayhe suka terus terang dan bicara seadanya,
tidak suka menggunakan akal dan membantu kaum yang
kuat dan kosen untuk bekerja, maka setelah kupikir
pulang pergi rasanya lebih enak dan menguntungkan
kalau aku menggabungkan diri dibawah panji dibawah
kekuasaan Jie Hian saja."
Giok Teng Hujien tahu kalau pemuda itu cuma bicara
ngawur dan sekenanya saja, dalam kenyataan ia tidak
ber-sungguh2 hati. maka sambil tertawa tanyanya,
"Dimanakah ibumu?"
"Dia orang tua sedang melatih semacam kepandaian
sakti yang diberi nama Thong-Mo-Sin-Kang atau ilmu
sakti pembasmi iblis asal ilmu tadi telah berhasil
dilatihnya maka beliau pasti akan segera turun gunung."
"Aduuuh. rupanya kau lagi menggertak cici yaah"
Hmm! tak usah yaa....!" seru Giok Teng Hujien sambil
tertawa. ia merandek dan alihkan pembicaraan kesoal
lain "Aku dengar setiap kali kau "Lari Racun" keadaanmu
tambah payah dan serius, betulkah itu?"
"Terima kasih buat perhatian serta pertanyaanmu iiu,
aku rasa dalam dua tiga bulan jiwaku belum sampai mati
konyol!" Giok Teng Hujien pun gerakkan pergelangannya
mengeluarkan tiga buah jari tangan lalu digeserkan ke
arah urat nadi untuk memeriksa denyutan jantung si
anak muda itu. Seolah olah menghindari pagutan ular berbisa dengan
cepat Hoa Thian-hong tarik kembali tangannya ke
belakang sambil berseru "Sekujur badan cayhe penuh
dengan racun keji, barang siapa berani menyentuh
tubuhku niscaya telapaknya bakal busuk dan keluar
nanah. kau jangan dekati diriku!"
Giok Teng Hujien tertawa cekikikan, kemudian
katanya, "Coba menurut penglihatanmu seandainya
pihak perkumpulan Tong-thian-kauw ada maksud
meluaskan wilayah kekuasaannya, maka kami akan turun
tangan ke pihak yang mana lebih dulu?"
"Pertanyaan yang hujien ajukan terlalu berat,
darimana cayhe bisa tahu mengenai persoalan yang
maha besar itu?" si anak muda itu berpikir sejenak lalu
terusnya. "Agaknya pihak Hong~Im-Hwie yang paling
lemah, kalau menurut penilaianku maka bila mau
menyerang maka pertama-tama kita musti hancurkan
pihak mereka lebih dahulu."
Sambil tertawa Giok Teng Hujien segera gelengkan
kepalanya. "Bila dua kekuatan saling bertempur maka
bukan saja kita beradu perajurit, panglimapun kita adu.
Pihak perkumpulan Sin-kie-pang menang karena memiliki
jumlah prajurit yang banyak, sedang pihak perkumpulan
Hong-im-hwie lebih menang dalam hal panglima
perangnya. Seandainya kita serang perkumpulan Hongim-
hwie lebih dulu maka kerugian yang bakal kami derita
akan terlalu berat, pihak Perkumpulan Sin-kie-pang yang
bersembunyi dibelakang akan jauh lebih ampuh
kekuatannya. Sebaliknya kalau kita pukul pihak Sin-kiepang
lebih dulu, walaupun Hong-im-hwie memiliki
beberapa orang lihay, itupun belum mampu untuk
menghadapi pihak Tong-thian-kauw."
"Sungguh lihay perempuan ini "pikir Hoa Thian-hong
di dalam hati. "Usianya masih begitu muda, tetapi. ia
telah menguasai keadaan serta situasi dunia dengan
begitu jelas, bukan saja otaknya cerdas siasat, yang
dikemukakan pun tepat dan mantap, kedudukannya di
dalam perkumpulan Tong Thiap Kauw pasti tidak kecil....
... Dalam bati berpikir demikian, diluar ia menjawab,
"Cara berpikir Hujien serta penganalisaan yang telah kau
berikan sungguh hebat, cayhe merasa amat kagum"
Giok Teng Hujien mendengus ringan, lalu tertawa.
"Apa yang barusan kuutarakan barusan hanyalah siasat
cadangan, bilamana keadaan tidak terlalu memaksa
kamipun tak akan kerahkan segenap kekuatan kita untuk
bertindak demikian, tahukah kau apakah siasatku. yang
sebetulnya"........"
"Apanya yang susah untuk menebak persoalan itu?"
pikir Hoa Thian-hong di dalam hati, "Paling banter kau


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya berusaha menghasut dan memancing terjadinya
selisih paham serta bentrokan langsung antara
perkumpulan Sin-kie-pang dengan Hong-In-Hwie, sedang
pihak Tong-thian-kauw duduk berpangku tangan
menonton dua harimau bertarung, dan kemudian
menjadi nelayan yang untung ...."
Sebenarnya apa yang mereka bicarakan hanyalah
suatu kejadian yang sederhana, tapi bila sungguh2
dilaksanakan tidaklah akan segampang seperti waktu
berpikir dan mengucapkannya keluar, meski si anak
muda itu berpikir sampai disini tapi ia tetap berpura pura
tidak tahu, katanya sambil tersenyum, "Pengetahuan
cayhe amat cetek, tidak mengerti akan persoalan yang
begitu besar dan berat, Hujien! apa pendapatmu"
katakanlah agar cayhe bisa mendengarkan dengan
seksama dan menambah pengetahuanku yang masih
picik......."
"Telur busuk cilik!" maki Giok Teng Hujien dengan
wajah cemberut, tiba-tiba ia tertawa dan menepuk-nepuk
bantal di sisinya sambil berseru, "Ayoh sini, berbaring!
aku hendak ajak kau berbicara."
Kerlingan mata yang genit serta tingkah lakunya yang
merangsang seketika membuat Hoa Thian-hong jadi ter
sipu2 dengan wajah berubah jadi merah padam ia
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Lebih baik cayhe duduk saja disini!"
"Kalau begitu padamkanlah lampu lentera itu!"
Melihat udara sudah terang dan Cahaya sang surya
telah memancar masuk lewat jendela, Hoa Thian-hong
pun segera ayunkan tangannya untuk memadamkan
lampu lentera yang ada di atas meja, angin pukulan
menyambar lewat Cahaya lentera seketika padam.
Siapa tahu dikala pikirannya bercabang itulah, Giok
Teng Hujien bertindak Cepat, ia rangkul pundak si anak
muda itu kemudian ditariknya ke belakang hingga roboh
terjengkang di atas pembaringan dan tidur
berdampingan dengan perempuan itu.
Haruslah diketahui, Giok Teng Hujien adalah seorang
perempuan yang sudah tersohor akan kegenitannya,
nama harumnya tersebar dimana-mana dan dikenal oleh
setiap pria. Terhadap perempuan ini sebetulnya saja Hoa Thianhong
menaruh rasa jeri dan was-was, Sekarang setelah
badannya dirangkul kencang dan berbaring disisi
tubuhnya yang montok, hatinya jadi kebat-kebit dan
pikirannya terasa kalut. pikirnya di dalam hati
"Di kolong langit hanyalah perempuan dan manusia
rendah yang sulit dihadapi demikian ujar2 kuno,
seandainya aku menyalahi dirinya sehingga membuat
perempuan ini dari malunya jadi gusar, tentu saja ia akan
mendendam diriku. Dalam keadaan serta situasi seperti
ini aku tidak ingin mengikat tali permusuhan dengan
siapapun apalagi musuh tangguh macam dia, sebaliknya
kalau kau harus menuruti kehendaknya untuk berbuat
tidak genah.... waaah entah bagaimana akhirnya"....."
Setelah dipikir bolak-balik ia belum berhasil juga
menemukan suatu cara yang dirasakan paling bagus,
tanpa terasa hatinya jadi semakin tak tenteram. Bagaikan
duduk di atas jarum bergeser kesini tak enak bergeser
kesanapun sungkan.
Terdengar Giok Teng Hujien tertawa merdu, serunya,
"Aku mengerti bahwa kau bukanlah makhluk ajaib yang
berada di dalam kolam, tidak nanti kau rela masuk jadi
anggota perkumpulan Tong-thian-kauw dengan tulus
Hali, semakin tak masuk diakal lagi kalau kau rela
menggabungkan diri dengan pihak Houg Im Hwie
ataupun Sin-kie-pang, bukan begitu?"
Hoa Thian-hong hanya berharap bisa cepat-cepat
melepaskan diri dari rangkulan mautnya, maka ia lantas
menjawab, "Cayhe hanya sebatang kara dan
kekuatannya terbatas sekali, apalagi sudah kenyang
disiksa kesana kemari. Kalau pihak Tong-thian-kauw suka
menerima diriku jadi anggota, Cayhe lebih balk menyerah
saja!" "Eeei....Bajingan Cilik, kau jangan lain diluar lain di
hati, mengerti?" maki Giok Teng Hujien sambil tertawa.
"Hmm..... Hmm..... sekalipun Tong-thian-kauw suka
menerima dirimu mereka juga tak ingin mengundang
setan masuk pintu."
Kalau memang begitu, silahkan hujien segera berlalu!"
Giok Teng Hujien tertawa Cekikikan. "Sudah begini
saja aku akan memberi kedudukan yang terhormat sekali
kepadamu" serunya. "Asal kau suka menjadi anggota
perkumpulan kami maka akan kupersilahkan dirimu
Untuk menduduki jabatan sebagai Kauwcu dan aku jadi
wakilnya, dengan sepenuh hati dan sepenuh tenaga
kubantu dan lindungi dirimu. Bagaimana" Apa kau ada,
minat" "Loo.. apa Hujien sudah tidak berada dibawah
perintah Tong-thian-kauw lagi, masa di dalam sekte
agama tersebut masih terdapat organisasi lain lagi?"
"Hiih....hiih..,.hiih .. kalau orang tidak serakah langit
dan bumi pasti akan ambruk dan kiamat tentu saja
akupun ingin mendirikan sebuah perkumpulan sendiri"
Diam-diam Hoa Thian-hong terkejut juga setelah
mendengar perkataan itu, pikirnya "Ooh. ternyata di
dalam tubuh perkumpulan Tong-thian-kauw-pun terdapat
orang yang secara diam-diam mengandung maksudmaksud
tertentu...:"
Berpikir sampai disitu, la sengaja berlagak pilon dan
seolah olah tak tahu urusan apapun. katanya, "Cayhe
duga sang Kauwcunya tentulah Hujien sendiri. bukan
tegitu" tapi.... apasih nama perkumpulanmu itu" sudah
ada berapa banyak anggota perkumpulanmu itu?"
"Andaikata kau suka menjabat sebagai kauwcuya
maka aku adalah anggotamu yang pertama, kau dan aku
dua orang bekerja sama bersatu hati memukul rata
seluruh kotoug langit, aku tanggung banyak keuntungan
yang bakal kita peroleh" Giok Teng Hujien sambil
mengerdipkan biji matanya yang jeli, sinar matanya
berputar lalu dengan wajah serius ia menambahkan,
"Bagaimana kalau kita namakan perkumpulan Thian Te
Kauw saja?"
Merah jengah selembar wajah Hoa Thian-hong.
"0oooh, kiranya hujien sedang mempermainkan diriku,
hampir saja cayhe kira apa yang kau katakan adalah
sungguh2l"
Secara lapat2 iapun dapat menangkap arti serta
makna dari ucapan itu, jelas Giok Teng Hujien telah
mengutarakan perkataan tadi dengan arti rangkap.
secara diam-diam ia sedang memberi kisikan kepadanya
bahwa, Sejak bergaul dengan Chin Wan Hong selama
beberapa waktu, pikirannya boleh dibilang sudah mulai
terbuka terutama sekali mengenai soal cinta asmara,
pikirannya sudah tidak sebodoh dan secupat dahulu lagi
mengenai soal muda-mudi. Sekarang setelah ia berbaring
berdampingan dengan Giok Teng Hujien ditambah pula
dengan bau harum semerbak yang aneh berhembus
masuk ke dalam lubang hidungnya membuat ia jadi
mabok dan seolah olah sedang melayang menuju ke
nirwana yang penuh dengan bidadari.
Giok Teng Hujien meskipun telah disebut nyonya,
namun usianya masih muda belia hanya saja sikapnya
yang jauh lebih dewasa serta tingkah lakunya yang Hot
mendatangkan daya rangsang yang lebih besar dari
sekawanan gadis lain.
Hoa Thian-hong adalah seorang pemuda dengan
darah panas, setelah berbaring dalam jarak yang begini
dekat apalagi kulit harus bergerak dengan kulit, lama
kelamaan terpengaruh juga oleh nafsunya hingga tak
sanggup menguasai diri.
Tetapi... bagaimanapun ia adalah seorang pemuda
luar biasa yang lain daripada yang lain, terutama sekali
pendidikan moral yang tinggi dari ibunya semenjak kecil
membuat dia dengan cepat menyadari akan
ketidakbenarannya.
Dengan cepat pemuda itu bangkit berdiri sambil
berseru, "Hujien, jauh2 datang kemari kau adalah
Seorang tamu, cayhe sampai lupa untuk menghidangkan
air teh" "Kenapa sih musti bertindak macam segala tetek
bengek itu?" tukas Giok Teng Hujien sambil tertawa, ia
segera rangkul kembali tubuh si anak muda itu sambil
ditarik untuk berbaring kembali. "Terhadap diriku, kau
tak usah sungkan-sungkan!"
Wajah Hoa Thian-hong berubah semakin merah.
"Hujien, racun dari Teratai empedu api masih bersarang
di dalam pusarku..."serunya.
"Hiiih....hiiih....hiiih..."Giok Teng Hujien kontan tertawa
cekikikan, sambil mengerling tajam serunya, "Eeei. setan
cilik! cici hanya ingin berbicara saja, aku tak mau minum
teh juga tak mau ajak kau untuk......"
"Pada saat itulah, tiba-tiba dari halaman luar
berkumandang datang suara nyanyian. nyaring yang
tajam dan lantang. suara itu segera memenuhi seluruh
angkasa dan berdengung tiada hentinya:
"Rambut mega Rambut embun lebih indah dari
kumpulan gagak,
Memperlihatkan kaki yang indah dari balik gaun
berwana merah, Tapi lebih indah bunga liar di luar dinding jendela,
Kumaki kau bagaikan seorang penghibur lelaki yang
murah, Setengah bagian susah dilayani setengah
mempermainkan."
Baik lagu tersebut walaupun banyak orang yang bisa
menyanyikan, tetapi kemunculan yang sangat kebetulan
itu cukup mendatangkan suasana yang aneh bagi kedua
orang muda-mudi itu.
Hoa Thian-hong segera tahu bahwa tingkah lakunya
telah diketahui oleh orang lain yang mangintip dari luar
jendela, air mukanya seketika itu juga berubah jadi
merah padam, dengan tersipu2 ia segera loncat turun
dari atas pembaringan.
Mula2 Giok Teng Hujien nampak tertegun, tapi dengan
cepat ia menjadi tenang kembali. Dengan senyuman
dikulum ia dengarkan nyanyian itu hingga habis
kemudian. Perlahan-lahan turun dari pembaringan dan
menengok keluar jendela, sikapnya aras2an seperti
badannya sama sekali tak bertenaga.
Tampak suasan diluar halaman tetap sunyi senyap tak
nampak sesosok bayangan manusiapun, kecuali Soet jie
si makhluk aneh itu tetap melingkar dibawah jendela,
tiada sesuatu pertanda apapun ada disitu.
Hoa Thian-hong yakin bahwa ketajaman penglihatan
serta pendengarannya masih bisa dipertanggung
jawabkan, maka ketika dilihatnya suasana di halaman
luar sunyi senyap tak nampak sesosok bayangan
manusiapun, ia segera sadar bahwa si penyanyi itu
sudah berlalu. Dalam hati segera pikirnya, "Entah
siapakah orang itu" Kecepatan geraknya benar-benar
mengagumkan sekali, bukan saja menyerupai sukma
gentayangan bahkan sama sekali tidak meninggalkan
sedikit jejakpun!"
Dalam pada itu Giok Teng Hujien telah membopong
Soat-jie makhluk anehnya sambil berbisik, "Siapa sih tadi
yang ada diluar halaman" Ayoh kita kejar dirinya sampai
dapat." Sudah dua kali Hoa Thian-hong berjumpa dengan
perempuan yang menamakan dirinya Giok Teng Hujien
ini, tapi baru pertama kali ini ia menjumpai perempuan
itu berbicara dengan wajah kaku, sementara hatinya
masih tertegun terasalah pandangan matanya jadi kabur,
makhluk aneh bernama Soat-Jie itu sudah berkelebat
menuju ke pintu kebun disamping kiri dan lenyap dibalik
kegelapan. Giok Teng Hujien segera menoleh dan tertawa, ketika
dijumpainya Hoa Thian-hong masih berdiri dengan wajah
terkejut ia lantas berseru, "Eeei .. pemuda tampan, mari
ikutlah cici, aku telah memerintahkan Soat-jie untuk
menangkap bajingan tersebut bagimu!"
Dalam hati Hoa Thian-hong memang berharap begitu,
maka dengan senang hati ia segera menyetujui ajakan
tersebut. Baru saja badannya hendak loncat keluar dari
dalam kamar, tahu-tahu tangannya sudah digenggam
oleh perempuan itu dan diajak melayang keluar dari
kamar. Baru saja tubuh mereka berdua melayang keluar dari
pintu kebun, mendadak dari tempat kejauhan terdengar
suara ringkikan kuda dan teriakan manusia
berkumandang datang, buru-buru mereka segera
memburu kesitu.
Sebelum tubuh mereka tiba di tempat tujuan, telinga
mereka telah menangkap suara desiran tajam yang
menderu deru, diikuti teriakan gusar seseorang dengan
suara yang serak dan nyaring berkumandang memenuhi
seluruh angkasa, "Rase sialan! kuhajar kau sampai
mampus! Rase terkutuk ... kuhancurkan tubuhmu........"
Sejak tadi Hoa Thian-hong sudah dibikin terkejut dan
diliputi keragu-raguan, sedangkan Giok Teag Hujien
sewaktu mendengar dengusan-dengusan gusar dari
Soat-Jie makhluk aneh itu, di dalam hati iapun merasa
terkejut: cepat-cepat badannya berkelebat ke depan,
dalam waktu singkat bersama Hoa Thian-hong ia sudah
tiba di istal kuda.
Tampaklah beberapa orang pelayan sedang
berjongkok di sudut tembok dengan badan gemetar,
kuda yang berada di istal meloncat loncat dan meringkik
panjang tiada hentinya.
Di sudut sebelah lain tampaklah seorang kakek tua


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbadan kurus tinggi dan berwajah hijau membesi
sedang mainkan sebilah pedang lemas sepanjang empat
depa di tangan kanannya, lima buah roda berwarna
keemas-emasan di tangan kirinya untuk melindungi
seluruh tubuhnya dari sergapan maut si makhluk aneh
tersebut. Sedangkan Soat-Jie dengan menciptakan diri jadi
sesosok bayangan putih yang samar melancarkan
tubrukan maut tiada hentinya ke arah si kakek tua itu.
Di sudut lain, tampak seorang pria berjubah putih
menggeletak di atas tanah dengan badan penuh luka
berdarah, pakaiannya koyak-koyak dan raut mukanya
susah dikenali lagi karena boleh dibilang sudah hancur
sama sekali. Diam-diam Hoa Thian-hong merasa hatinya tercekat
Juga setelah menyaksikan pemandangan yang
terbentang di depan matanya saat ini, bulu kuduk tanpa
terasa pada bangun berdiri. pikirnya: Tidak aneh kalau
perempuan itu berani bicara sesumbar dengan
mengatakan bahwa dua orang jago lihay macam Cia Kim
pun tak akan sanggup menandingi Soat-jie nya kalau
ditinjau dari ilmu silat yang dimiliki si kakek tua ini jelas
jauh di atas kepandaian Cia Kim, tetapi. Haruslah
diketahui si kakek kurus kering itu sekaligus telah
menggunakan dua macam senjata aneh yang berbeda
satu sama lainnya dimana seluruhnya berjumlah enam
buah Pedang lemas adalah sebuah senjata yang sulit
digunakan sementara Ngo-Heng-Loen di tangan kirinya
terdiri dari lima buah roda yang beratnya rata-rata di
atas enam puluh kati, bilamana seorang tidak memiliki
gerakan tangan yang lincah serta tenaga lwekang yang
amat sempurna untuk mengimbangi penggunaan senjata pedang yang
enteng dan senjata roda yang berat, jelas tak mungkin
sanggup untuk mempergunakan senjata tersebut.
Atau dengan perkataan lain si kakek tinggi jelas
memiliki kedudukan yang amat tinggi di dalam dunia
persilatan Tampaklah Giok Teng Hujien tertawa hambar lalu
berseru, "Aku kira siapa yang berani ajak aku untuk
bergurau, kiranya Pelindung Hukum Utama dari
perkumpulan Sin-K-ie Pang yang telah tiba!"
"Giok Teng Hujien" seru si kakek kurus kering itu.
"Dibalik kejadian ini sebenarnya masih terselip persoalan
lain....."
Sepasang tangannya harus bekerja keras memainkan
pedang serta senjata godanya, sedang sepasang
matapun dengan tajam menatap terus bayangan putih
yang menerjang datang tiada hentinya itu tanpa
berkedip, maka untuk mengucapkan dua patah kata yang
sikap ia membutuhkan waktu yang amat lama sekali,
Giok Teng Hujien tertawa dingin, ia merandek sejenak
kemudian secara tiba-tiba memperdengarkan siulan
nyaring yang panjang.
Begitu mendengar siulan tersebut, Soat-jie si makhluk
aneh itu segera menghentikan tubrukannya dan
mendekam di atas tanah tanpa bergerak barang
sedikitpun jua, sepasang matanya yang berwarna merah
darah menatap terus wajah si kakek kurus kering itu
tanpa berkedip: seakan-akan ia takut kalau mangsanya
itu kabur. "Traaaak....!" ditengah dentingan nyaring, kelima buah
senjata roda itu menumpuk menjadi satu dan melayang
balik ke tangan kakek tua itu.
Walaupun begitu jelas terlihat bahwa seluruh tubuh
kakek kurus itu sudah basah kuyup oleh keringat,
napasnya tersengal-sengal dan dapat didengar dengan
amat jelas. "Ciat Tiang Hong!" jengek Giok Teng Hujien dengan
nada ketus. "Bukankah kau mengatakan bahwa dibalik
persoalan ini masih terselip masalah lain" Mengapa tidak
kau ucapkan keluar?"
"Orang yang menyanyikan lagu itu adalah orang lain,
Makhluk aneh milik hujien ini meskipun pandai bertempur
tapi belum mampu untuk membedakan mana yang benar
dan mana yang salah"
Sekalipun baru saja lolos dari bahaya maut, tapi nada
ucapannya tajam dan jumawa sedikitpun tidak ada
maksud untuk mengalah Tidak malu ia duduk sebagai
seorang Pelindung Hukum terutama dari perkumpulan
Sin-kie-pang, Giok Teng Hujien mendengus dingin sinar matanya
segera dialihkan ke arah pria berbaju putih yang
menggeletak di atas tanah, setelah menarik sekejap ke
arahnya ia lantas menegur:"Siapakah orang ini" apakah
dia yang menyaksikan bait lagu tadi".,.."
"Saudara ini adalah seorang sahabat dari perkumpulan
Hong-im-hwie, maaf kalau loohu tidak bisa mengatakan
kejelekan orang lain" jawab kakek kurus itu makin ketus.
Terdengarlah pria berbaju putih yang menggeletak di
atas tanah itu merintih dan berkata; "Bait lagu itu bukan
cayhe yang nyanyikan....."
Rupanya ilmu silat yang dimiliki orang ini agak cetek
maka tubuhnya tercakar oleh Soat-Jie hingga menderita
luka yang amat parah, ketika itu dia sama sekali tak
sanggup untuk bangkit berdiri.
Sepasang alis Giok Teng Hujien segera berkerut
kencang,serunya dengan nada yang dingin, "Sekalipun
bait lagu itu bukan kalian yang menyanyikan, tetapi
seandainya kau tidak mengintip dan mengawasi diriku
dari tempat kegelapan, Soat jie kau juga tak akan
mencari kalian tanpa alasan. Hmm. kau tidak ingin
dicurigai maka lebih baik segera menyingkir dari sini,
jelas kalianlah yang tidak pandang sebelah matapun
terhadap diriku. Soet Jie! terjang dia....!"
Soet Jie benar-benar amat cerdik dan mengerti akan
bahasa manusia, ketika Giok Teng suruh ia berhenti
bertarung ia segera berhenti, sekarang setelah diberi
perintah untuk menyerang iapun segera maju
menyerang. Begitu perintah terakhir dari perempuan itu meluncur
keluar dari bibirnya, Soet jie segera menjerit aneh dan
menubruk kembali ke depan.
Si-kakek kurus kering itu jadi terkejut bercampur
gusar. Sreeet! Senjata Ngo Hoen-Loen nya segera
direntangkan untuk melindungi tubuhnya dari ancaman
lawan, sementara pedang lemasnya dimainkan dengan
rapat disekeliling tubuhnya, terlihatlah bayangan pedang
menggulung dan mengelilingi seluruh badannya tanpa
meninggalkan sedikit peluangpun bagi lawannya untuk
menyarangkan cakarnya ke atas tubuhnya.
Untung kakek kurus itu cukup cerdik dan berdiri di
sudut tembok, dalam posisi yang begini ia hanya cukup
berjaga jaga terhadap serangan yang datang dari depan,
Meskipun tubrukan dan terjangan Soat-jie cepat laksana
kilat tapi dalam keadaan begini daya kekuatannya
berkurang juga, seandainya ditanah lapang yang luas,
sejak tadi mungkin kakek tua itu sudah kewalahan.
Tiba-tiba tampak sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat, si Utusan pencabut nyawa Mo Ching
San meloncat masuk dari luar dinding pekarangan,
setelah memberi hormat katanya, "Hujien jangan gusar,
hamba ada urusan hendak memberi laporan!"
Giok Teng Hujien bersiul memanggil kembali makhluk
aneh Soat Jie untuk mundur kesisi tubuhnya, lalu sambil
tertawa dingin makinya, "Heeeh.... heeeh.... heeeeeh,
bagus, kau tentu sudah lari amat .iauh bukan?"
Sekujur badan Ma Ching-san si utusan pencabut
nyawa itu seketika gemetar keras buru-buru sahutnya,
"Hamba tidak berani melalaikan tugas yang telah
dibebankan pada pundak hamba... " ia menghembuskan
napas panjang dan meneruskan. "Hamba tidak berani
berdiri di tengah halaman .."
"Bicara sesingkatnya Saja!" tukas Giok Teng Hujien.
"Ketika hamba bertugas diluar dinding tembok
mendadak kudengar ada orang sedang menyanyi di
dalam halaman. karena takut nyanyian itu mengganggu
ketenangan hujien maka aku siap masuk ke dalam untuk
melakukan pemeriksaan, pada saat itulah secara tiba-tiba
dari pintu belakang berjalan keluar seorang kakek tua
dengan langkah yang seenaknya. Karena wajahnya
terasa asing maka hamba segera melakukan pengejaran,
siapa tahu kakek tua itu licik sekali setelah mengitari
halaman ini dua lingkaran mendadak bayangan tubuhnya
lenyap tak berbekas."
Dalam waktu singkat ia telah berbicara sampai disitu,
mendadak selanjutnya ia jadi gelagapan dan tak sanggup
meneruskan kembali kata-katanya.
Ma Ching-san tahu, ia pasti sudah jatuh kecundang di
tangan maka tak berani meneruskan kembali katakatanya,
ditinjau dari sikapnya yang begitu ketakutan
tanpa terasa pemuda itu segera berpikir, "Aku mengira
Hujien ini cuma kukoay dan genit, ternyata semua
anggota perkumpulan Tong-thian-kauw begitu ketakutan
menghadapi dirinya, ia pastilah seorang yang lihay!"
Sementara itu Giok Teng Hujien telah bertanya,
"Macam apakah si kakek tua itu" apakah kau berhasil
memperhatikan raut wajah serta potongan tubuhnya?"
"Dia adalah seorang kakek yang pendek dan gemuk"
jawab Ma Ching-san dengan amat hormat. "Wajahaya
berwarna merah memancarkan sinar terang, kepalanya
botak dan jenggotnya pendek. pakaian yang dikenakan
terbuat dari kain kasar, sedangkan di tangannya
membawa sebuah kipas bulat yang besar!"
Mendengar laporan itu Giok Teng Hujien tundukkan
kepala dan berpikir sebentar, tiba-tiba ia mendongak dan
melotot sekejap ke arah Hoa Thian-hong dengan
pandangan gemas.
"Beeei...!Kenapa sih Hujien melotot wajahku" apa
salahnya cayhe?" Teriak Hoa Thian-hong dengan cepat.
"Huuuh! orang itu bukan anggota perkumpulan Sinkie-
pang, Hong In Hwie maupun Teng Thian Kauw!"
"Lalu kenapa?"
"Itu berarti bahwa orang itu adalah manusia dari
pihakmu!" Hoa Thian-hong melengak, tapi dengan cepat ia
berseru, "Kalau memang dia adalah kawan cayhe, biarlah
aku segera pergi mencari dirinya."
Sesudah menjura ia segera putar badan dan berlalu
dari situ. Giok Teng Hujien segera tertawa cekikikan, lengannya
diulur ke depan tahu-tahu Soat jie sudah menyusup ke
dalam gendongannya. Tampaklah pinggangnya yang
ramping bergerak dan di dalam waktu singkat ia sudah
mengejar ke sisi si anak muda itu untuk berjalan
berdampingan dengan dirinya sikap tersebut se-akanakan
menganggap di sekitar sana tak ada seorang
manusiapun. Diam-diam Hoa Thian-hong kesal juga melihat
perempuan itu membuntuti terus jejaknya, dalam hati ia
berpikir, "Waaduuuh....celaka nih! kalau sampai aku
dilengketi terus olehnya, apa yang musti kulakukan?"
Otaknya dengan cepat bekerja keras untuk mencari
akal guna melepaskan diri dari penguntitan perempuan
itu, namun tak sepotong siasatpun yang berhasil
didapatkan, Akhirnya dengan perasaan apa boleb buat
katanya "Waktu sudah tidak dapat pagi2, siauwte siap
akan pergi "Lari Racun" cici bagaimana kalau kau pulang
dulu kekuil It Goan Koan" besok siauwte pasti datang
berkunjung lagi."
"Iiiiirh.,..masih benar mulutmu itu," ejek Giok Teng
Hujien sambil tertawa cekikikan. "Cici tak pernah
menduga kalau kau sepandai itu untuk merayu
perempuan!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, kedua
orang itu sudah berjalan keluar dari rumah penginapan
dan menuju ke jalan raya.
Bergaul dengan perempuan seperti ini, Hoa Thianhong
merasakan hatinya selalu kebat-kebit diliputi rasa
takut, ia takut tindakannya yang keliru akan
mengakibatkan munculnya kembali seorang musuh
tangguh, waktu itu baik perkumpulan Sin-kie-pang,
Hong-im-hwie maupun Tong-thian-kauw akan menjadi
musuhnya membuat ia sama sekali tiada tempat untuk
berpijak, keadaan seperti itu pastilah mengenaskan
sekali. Tiba-tiba terdengar Giok Teng Hujien tertawa dan
berkata, "Kau sudah bergadang semalam suntuk, aku
pikir perutmu tentu sudah lapar, ayoh aku undang kau
pergi makan pagi!"
Hoa Thian-hong tidak tahu musti menampik atau
menurut saja terhadap undangan nya itu, terpaksa
dengan mengikuti disisinya mereka berangkat menuju ke
pusat kota. Sepasang muda-mudi ini berjalan berdampingan
ternyata amat menyolok sekali, yang lelaki adalah
seorang pria tampan berbadan tegap sedang yang
perempuan cantik jelita bagaikan bidadari, sepintas lagi
hubungan mereka bagaikan kakak beradik tapi kalau
dipandang lebih seksama hubungan itu lebih mirip
dengan sepasang kekasih.
Terlihatlah orang-orang dijalan yang bertemu dengan
mereka berdua. ada yang lewat dengan kepala tunduk
ada pula yang buru-buru menoleh ke arah lain pura pura
tidak melihat, tak seorangpun berani menggunakan
pandangan yang gamblang untuk mengawasi kedua
orang itu. Beberapa saat kemudian sampailah mereka berdua di
depan sebuah rumah makan yang amat megah, Sambil
menuding hurup "Cie-Eng-Loo" yang tergantung di depan


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rumah makan itu Giok Teng Hujien berkata sambil
tertanya, "Dua kali ber-turut2 ayah ibu telah
mengadakan perjamuan para enghiong di atas rumah
makan ini untuk menjumpai pimpinan Hong-im-hwie
serta Tong-thian-kauw dan menyelesaikan beberapa
masalah Bulim yang serius, rumah makan ini semula
bernama "Ka Peng-Cioe-Loo" tapi sekarang mereknya
sudah diganti, itupun gara-gara disebabkan karena
peristiwa itu!....."
Waktu itu sebenarnya Hoa Thian-hong telah
melangkah masuk ke dalam pintu, mendengar cerita tadi
ia segera alihkan sinar matanya yang diliputi perasaan
tercengang untuk memperhatikan sejenak papan merek
yang luasnya dua tombak itu, kemudian sambil tertawa
paksa sahutnya, "Pengetahuan cici benar-benar amat
luas, waktu diutarakan keluar pun menarik sekali untuk
didengar...."
"Idiiih....malu aah, masa memuji sambil menyindir.,..
Ogah, ogah, aku tak bicara lagi."
Di tengah gelak tertawa kedut orang itu telah naik ke
atas loteng dan mencari sebuah tempat yang tenang di
dekat jendela. Setelah memesan sayur dan arak, Giok
Teng Hujien berkata lagi sambil tertawa, "Maukah kau
dengarkan kisah mengenai ayah ibumu dimasa yang
silam".,..,.."
"Mendengarkan saja tentu mau .." tiba-tiba si anak
muda itu teringat kembali akan pesan ibunya sesaat
sebelum ia turun gunung ia dilarang menyelidiki kisah
ayah ibunya. Sebagai seorang anak berbakti dan menuruti
perkataan orang tuanya, tentu saja Hoa Thian-hong tak
berani melanggar pesan ibunya itu, dengan cepat ia
berseru, "Seorang lelaki sejati tak akan membicarakan
kejadian yang telah lampau, lebih baik kita tak usah
membicarakan persoalan itu."
Tertegun dan melongo Giok Teng Hujien setelah
mendengar ucapan itu, sambil tertawa segera tanyanya,
"Makhluk aneh cilik, lalu apa yang hendak kita
bicarakan?"
"Cici pernah berkata bahwa pihak perkumpulan Sinkie-
pang lebih banyak dalam prajurit sedang pihak Hong
lm Hwie lebih luas dalam panglima, mengenai soal ini
siauwte merasa kurang begitu jelas."
"Bukankah persoalan itu gampang sekali untuk
dijawab" kenapa kau musti suruh aku kasih penjelasan?"
"Malaikat berlengan delapan Cia Kim adalah Sam
Tang-kee dari perkumpulan Hong-im-hwie, aku lihat
meskipun ilmu silatnya lumayan tapi belum sampai
mencapai taraf yang dikatakan betul betul hebat, aku
pikir yang lainnya."
"Jangan sembarangan menduga, makin menduga
semakin keliru "tukas Giok Teng Hujien cepat, "Itulah
sebabnya Siauwte mohon penjelasan.."
Persoalan ini gampang sekali untuk dijelaskan,
perkumpulan Sin-kie-pang adalah suatu perkumpulan
dengan mengambil struktur organisasinya menyerupai
sebuah pagoda. sang Pangcu duduk jauh di paling atas
sedang sisanya adalah anak buahnya semua.
"Itu memang betul," Hoa Thian-hong mengangguk
membenarkan, "Bila orang lain memiliki ilmu silat jauh di
atas Pek Siauw-thian, tentu saja ia tak akan sudi tunduk
dibawah perintah orang!"
"Sedang perkumpulan Hong-im-hwie sesuai dengan
namanya adalah merupakan suatu kumpulan dari semua
jago dari pelbagai lapisan masyarakat. semua anggota
saling menyebut sebagai saudara. walaupun ada
perbedaan dalam sebutan Loo-Toa, Loo-jie atau Loo-sam
namun kedudukan serta tingkatan mereka adalah
seimbang. Yang disebut sebagai Tang-kee adalah orang
yang mendapat tugas untuk menyelesaikan pelbagai
persoalan. mengenai hal kepandaian, ketajaman
berbicara serta hak dan kewajiban tidak memiliki patokan
yang khusus. pokoknya secara singkatnya saja mereka
tidak membedakan tingkatan, yang ada hanya urutan
dan nomor urutanpun tidak ada hubungannya dengan
tinggi atau tidak ilmu silat yang mereka miliki!"
"Maksudmu para jago dalam perkumpulan Hong In
Hwie, tidak sedikit yang memiliki ilmu silat yang di atas si
Malaikat berlengan delapan Cia Kim" .
"Boleh dibilang banyak sekali," sahut Giok Teng
Hujien, ia merandek sejenak dan angkat teko untuk
memenuhi cawan mereka- dengan arak, kemudian
sambil tertawa sambungnya
Sebetulnya ilmu silat yang dimiliki Cia-Kim tidak
berada dibawah kepandaian Ciong-Lian-Khek, kekalahan
yang dideritanya kemarin malam sebagian besar
disebabkan karena rasa menyesal yang timbul dalam
hatinya setelah teringat akan kesalahan yang pernah
dibuatnya membuat ia jadi tidak tenang dan pikirannya
jadi kalut. kau janganlah menilai seorang enghiong dari
menang kalahnya, berhubung ia kalah maka kau anggap
ilmu silatnya hanya begitu-begitu saja
Si Hweesio gede yang bernama Seng Hauw itupun
bukan seorang manusia sembarangan "Aku sanggup
menahan dirinya, itu berarti bahwa ia belum termasuk
seorang jago yang sangat lihay" seru Hoa Thian-hong
dengan cepat sambil tertawa geli,
Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba-tiba
dari luar rumah makan berkumandang datang suara
derap kaki kuda, diikuti seseorang dengan suara
pembicaraan yang berat dan penuh bertenaga sedang
bercakap-cakap dengan seseorang.
Giok Teng Hujien melongok sekejap keluar jendela, air
mukanya mendadak berubah, serunya sambil tertawa."
"Waduuuih! Coe Goan Khek telah datang, dia adalah
Jie Tang-kee dari perkumpulan Hong-im-hwie seorang
jago lihay diantara jago lihay yang lain!:.."
Mendengar ucapan itu buru-buru Hoa Thian-hong pun
melongok keluar tampak olehnya seorang kakek tua
berjenggot panjang selambung berwajah model persegi,
berbahu bidang dan sepasang mata memancarkan
cahaya tajam sedang melangkah masuk ke dalam rumah
makan diikuti tiga orang pria lainnya.
Diantara ketiga orang pengikutnya itu, dua orang
mempunyai perawakan kurus kering bagaikan dua
batang tongkat bambu, Sedang orang ketiga adalah
seorang pemuda tampan berbadan kekar
Raut wajah pemuda itu tampan sekali, cuma sorot
matanya sayu dan ke-bodoh2an, wajahnya tidak
memperlihatkan perubahan perasaan dan jalannya tegak
lagi lurus ke muka, keadaan itu bagaikan seseorang yang
ngelindur dan berjalan di dalam impian
Begitu bertatapan muka dengan orang itu sekujur
badan Hoa Thian Hong segera bergetar keras, Dalam
pada itu Giok Teng Hujien telah berkata lagi sambil
tertawa, "Bocah muda berdandan Boe-su yang kemarin
Kau hajar sampai setengah mati itu bersama Coe Siauw
Khek dia adalah putra kesayangan dart Coe Goan Khek
ini...." Mendadak ia merandek ketika dilihatnya air muka si
anak muda itu berubah hebat dengan cepat ia genggam
tangannya sambil menegur, "Eeeei! kenapa kau" Tengah
hari belum sampai masa racun teratai dalam tubuhmu
sudah kambuh?"
Tingkah lakunya yang lembut dan romantis tanpa
terasa telah menghilangkan rasa permusuhan diantara
Hoa Thian Hong dengan Giok Teng Hujien, seakan-akan
sedang berbicara dengan encinya saja, ia lantas
menjawab, "Pemuda gagah yang berada dipaling
belakang itu adalah sahabatku, kenapa ia bisa melakukan
perjalanan bersama sama Coe Goan khek?"
"Apa" dia adalah kawanmu?" seru Giok Teng Hujien
tercengang. "Apakah tahu dengan asal usulnya?"
"Dia bernama Chin Giok Liong, putranya Chin Pek
Cuan dari kota Keng-Chiu...!"
"Ooooh...! sekarang aku ingat sudah!" seru Giok Teng
Hujien sambil tertawa. "Bukankah kau punya hubungan
yang sangat akrab dengan encinya" dia toh adik
iparmu?" Hoa Thian-hong ulapkan tangannya dan segera berdiri
menuju ke tempat luar. Giok Teng Hujien tertawa ringan,
ia tarik tangan si anak muda itu sambil serunya, "Eeei,
mau apa kau" marah yaah dengan cici?"
"Cici, aku tidak marah kepadamu!" jawab Hoa Thianhong
dengan alis berkerut. "Harap tunggulah sebentar
disini, aku mau kesana untuk bertanya kepada Toako
dari keluarga Chin itu, kenapa ia melakukan perjalanan
bersama-sama Coe Goan Khek?"
"Tak usah ditanyakan lagi, Chin Toako mu itu sudah
dicekoki dengan sebangsa obat pemabok, kesadarannya
telah punah sama sekali. Keadaannya tidak lebih
bagaikan sesosok mayat hidup."
"Hoa Thian-hong jadi semakin gelisah. "Aku harus
pergi kesana dan menanyakan, persoalan ini hingga
sejelas-jelasnya!"
Ia meronta dan berusaha melepaskan diri dari
cengkeraman si perempuan itu. Tapi genggaman Giok
Teng Hujien pada tangannya sedikitpun tidak
mengendor, malah sambil tertawa merdu nasehatnya.
"Persengketaanmu dengan pihak perkumpulan Hongim-
hwie tidak kecil, kalau memaksa juga untuk kesitu
maka kemungkinan besar jiwamu akan terancam oleh
bayangan maut."
Jilid 12 : Thong Thian Kauw vs Hong Im Hwie
CICI, kau tidak tahu bahwa nona Chin dengan
mempertaruhkan jiwanya telah menyelamatkan diriku
dari mara bahaya, namun hal ini masih tidak penting...."
"Lalu apa yang paling penting?"
"Kedatangan siauwte ke dalam dunia persilatan kali ini
tujuannya bukan tain adalah melaksanakan perintah dari
ibuku untuk menyelamatkan jiwa keluarga Chin," kata
Hoa Thian-hong dengan wajah serius. "Bila menolong
orang tidak menolong sampai pada dasarnya, darimana
siauwte punya maka untuk berjumpa lagi dengan ibuku?"
"Saudaraku, apa yang cici katakan kepadamu adalah
perkataan yang sejujurnya!" seru Giok Teng Hujien
sambil tertawa. "Tenaga gabungan kita berduapun belum
tentu bisa menandingi kekuatan mereka bertiga, kenapa
sih kau musti mencari kerugian yang ada di depan
mata?" Dengan perasaan berterima kasih Hoa Thian-hong
anggukkan kepalanya. "Siauwte pun mengerti akan
enteng beratnya persoalan, cuma peristiwa ini sudah
berada di depan mata, masalah kita musti mengkeret
dan takut untuk maju" Cici, harap kau duduk sejenak
disini, siauwte akan pergi sebentar saja kesitu dan segera
kembali." Giok Teng Hujien tertawa mengikik. "Manusia tolol,
setelah kesitu kau takkan bisa kembali lagi!"
Ia menghela napas panjang, bangkit berdiri dan
berlalu bersama-sama dirinya.
Sambil tertawa ia melanjutkan, "Aaaii.... akupun tak
tahu kenapa bisa begitu menurut dengan dirimu...."
"Kenapa?"
"Kalau tidak mengerti, lebih baik jangan bertanya!"
Rumah makan Cie Eng Loo adalah rumah makan
paling besar pada waktu itu, di tengah rumah makan itu
terdapat sebidang tanah lapang yang diberi nama 'Yan-
Boe-Peng' atau lapangan demonstrasi silat, luasnya dua
puluh tombak persegi dengan alas batu hijau yang atos,
sekeliling tempat itu dilapisi oleh dinding tembok terbuat
dari batu granit, disitulah tempat yang biasanya
digunakan untuk beradu silat.
Diluar pagar merupakan sebuah serambi yang berliukliuk,
dimana biasanya para penonton menikmati jalannya
pertarungan sambil minum arak. Di samping serambi tadi
terdapat pula garuda dan bangunan loteng sejumlah dua
puluh buah. Pemilik dari rumah makan inipun seorang jago silat
dari kalangan Bulim, tapi tidak tergabung dalam
perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im-hwie maupun
Thong-thian-kauw.
Dalam rumah makan tadi terdapat satu peraturan
yang unik, yaitu bilamana tidak terdesak oleh keadaan
selamanya tidak memberi kesempatan bagi para jago
dari ketiga perkumpulan itu untuk saling berjumpa muka
di tempat itu, tindakan ini dimaksudkan agar bisa
mengurangi bentrokan phisik yang tidak perlu.
Setibanya di tempat luar, Hoa Thian-hong segera
celingukan kesana kemari namun bayangan tubuh Cu
Goan-khek sekalian tak ditemukan juga.
Melihat tingkah laku si anak muda itu, Giok Teng
Hujien segera tertawa. Kepada pengurus yang bertugas
di serambi bawah tegurnya, "Eeei, Cu Tang-kee berada
dimana?" "Hamba segera akan membawa jalan!" buru-buru
pengurus itu berseru sambil bongkok bongkokkan
badannya. oooOcoo DENGAN mengikuti di belakang pengurus tadi, kedua
orang itu secara beruntun telah melewati beberapa lapis
serambi yang berbelok kesana kemari, akhirnya
sampailah di sebuah beranda tepat berhadapan dengan
lapangan 'Yan-Boe-Peng'.
Tampaklah sebuah meja perjamuan telah
dipersiapkan, Cu Goan-khek duduk di kursi utara sedang
dua orang kurus kering yang nampaknya menyerupai
sepasang saudara kembar itu duduk di kedua belah
sisinya. sedang Chin Giok-liong dengan badan kaku
bagaikan patung duduk di hadapan mereka.


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba Cu Goan-khek angkat kepalanya, ketika ia
jumpai Giok Teng Hujien mendampingi seorang pemuda
berwajah tampan berjalan menghampiri dirinya, air muka
orang itu seketika berubah hebat diikuti wajahnya yang
berbentuk persegi segera terlapis oleh nafsu membunuh
yang menyeramkan.
Hoa Thian-hong langsung berjalan masuk ke dalam
ruangan, sinar matanya dengan tajam menatap Chin
Giok-liong tanpa berkedip, melihat pemuda itu tetap
duduk dengan wajah yang ketolol-tololan tanpa terasa
diam-diam ia menghela napas panjang.
Sebetulnya pada saat itu wajah Giok Teng Hujien
dihiasi dengan senyum tetapi setelah menjumpai
beberapa orang itu tak seorangpun yang bangkit dari
tempat duduknya, ia segera berhenti berjalan dan
serunya dengan nada dingin, "Saudaraku, kalau kau ada
urusan cepatlah diselesaikan kemudian kita harus pergi
minum arak."
"Sungguh mengagumkan sekali 'Nyonya' ini,
berhadapan muka dengan musuh tangguhpun tak mau
turunkan pamornya," pikir Hoa Thian-hong di dalam hati.
Otaknya dengan cepat berputar, setelah mengambil
keputusan untuk mengatasi persoalan itu di ujung
senjata seorang diri ia segera meneruskan langkahnya
berjalan maju ke depan.
Tiba-tiba terdengar Cu Goan-khek tertawa keras,
sepasang telapaknya menekan pinggiran meja dan
segera bangkit dari tempat duduknya.
Tenaga lweekang yang dimiliki orang ini sungguh
amat sempurna, gelak tertawa yang amat perlahan itu
ternyata cukup menggetarkan telinga sehingga gendang
telinganya secara 1apat-lapat terasa sakit.
Setelah Cu Goan-khek bangkit dari tempat duduknya,
kedua orang lelaki kurus kering itupun bangkit berdiri,
hanya Chin Giok-liong seorang tetap duduk di tempat
semula tanpa berkutik, seolah olah terhadap gerak-gerik
beberapa orang itu ia sama sekali tidak melihat.
Giok Teng Hujieu kuattr Cu Gotn Khek secara tiba
melancarkan serangan bokongan yang mematikan, cepat
iapun melangkah maju ke depan dan berdiri disisi Hoa
Thian-hong, wajahnya berubah jadi sinis dan penuh
dihiasi dengan ejekan.
Suasana jadi semakin tegang, rupanya sebelum
pembicaraan dilangsungkan pertempuran bisa segera
meledak. Tiba-tiba Cu Goan-khek berhenti maju ke depan dan
merangkap tangannya menjura, kemudian sambil
tertawa katanya, "Hujien, Harap kau suka maafkan diri
loohu yang sudah bersikap kurang hormat terhadap
dirimu. Maklumlah, loohu sedang diumbar oleh hawa
amarah yang rasanya susah dikendalikan lagi."
Air muka Giok Teng Hujien masih tetap dihiasi
senyuman sinis, sambil menyelempitkan senjata Hudtimnya
ke belakang bahu ia berkata dengan nada ketus,
"Soat-jie ku tadi pagi telah melukai seorang anggota
perkumpulan kalian."
"Jumlah anggota perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-imhwie
serta Thong-thian-kauw amat banyak dan tak
terhitung jumlahnya, sekalipun terjadi sedikit
kesalahpahaman diantara kawanan sealiran, rasanya
juga tak usah dipersoalkan lebih lanjut" tukas Cu Goankhek
sambil goyangkan tangannya.
Ia merandek sejenak, lalu sambil tertawa terbahakbahak
sambungnya lebih lanjut, "Loohu mempunyai
peraturan loohu sendiri, dan Hujien pun mempunyai
peraturan menurut selera serta cara hujien sendiri,
bilamana manusia yang tak tahu diri berani bertindak
kurangajar, sudah sewajarnya kalau kita beri hukuman
yang setimpal."
Giok Teng Hujien segera tersenyum. "Pantanganku
yang paling berat adalah tidak akan memberi
kesempatan hidup bagi seseorang yang berani mengintip
rahasia pribadiku, entah bagaimana pula dengan
peraturan dari Jie Tang-kee?"
"Putra kesayangan dari Jien toako telah mati dibunuh
oleh seorang manusia berhati keji, Loohu pun hanya
mempunyai seorang putra tunggal, aku tidak ingin
kejadian serupa itu terulang kembali untuk kedua
kalinya!" Bicara sampai disitu, dengan sorot mata yang tajam
menggidikkan orang she Cu itu segera alihkan sinar
matanya ke atas wajah Hoa Thian-hong, tegurnya, "Putra
kesayangan Loohu apakah menderita luka di tanganmu?"
Giok Teng Hujien gerakkan bibirnya seperti mau
mengucapkan sesuatu, tiba-tiba Hoa Thian-hong
berpaling dan katanya sambil tertawa."
"Cici, maafkanlah daku, siauwte akan mengatasi
sendiri persoalan ini!!"
Diluar ia berkata demikian, sementara di dalam hati
pikirnya, "Hidup di dalam dunia persilatan memang
penuh diliputi oleh mara bahaya yang setiap saat bisa
mengancam datang, bila aku tak mampu menandingi
kepandaian silatnya aku masih bisa kabur, kalau tak
Sanggup kabur adu bisa bertahan sampai titik darah
penghabisan, minta perlindungan di bawah gaun seorang
perempuan, kejadian ini apakah tidak akan dibuat
sebagai bahan lelucon oleh orang lain" lagipula belum
tentu ia sanggup memberikan perlindungan kepadaku."
Setelah mengambil keputusan di dalam hati sikapnya
jadi semakin tenang dan kalem, kepada Cu Goan-khek
ujarnya, "Kemarin malam cayhe memang pernah saling
beradu satu pukulan dengan putra kesayanganmu, waktu
itu serangan yang cayhe lancarkan terlalu berat hingga
mungkin sudah melukai putramu, untuk itu harap kau
suka memberi maaf!"
Sepasang mata Cu Goan-khek melotot besar,
sepasang sorot mata yang tajam bagaikan dua batang
pisau menatap wajah si anak muda itu tanpa berkedip,
lama kemudian ia baru menegur, "Apakah kau she Hoa?"
"Cayhe Hoa Thian-hong, majikan lama dari
perkampungan Liok Soat Sanceng," jawab si anak muda
itu sambil tertawa ewa.
Cu Goan-khek mendengus dingin.
"Hmmmm! peristiwa yang sudah lampau tak usah kita
ungkap kembali. Putraku tak becus dan terima kasih buat
pelajaran yang telah kau berikan kepadanya mewakili
diriku. Loohu sendiripun merupakan seorang manusia
yang tak tahu diri, aku ingin sekali mohon petunjuk pula
mengenai kehebatan ilmu silatmu!"
"Oooh, jadi inikah peraturan dari Jie Tang-kee?"
"Sedikitpun tidak salah, inilah peraturan dari Loohu!
Musuh yang tak sanggup dihadapi putraku maka Loohu
akan turun tangan sendiri untuk menghadapinya."
"Ooooh, pandai sekali Jie Tang-kee menyayang anak!"
sindir Hoa Thian-hong sambil tertawa, mendadak dengan
wajah serius ujarnya lebih jauh, "Kedatangan cayhe pada
saat ini bukanlah untuk mencari satori atau gara-gara
dengan diri Jie Tang-kee, tapi kalau memang Jie Tangkee
ada keinginan untuk minta petunjuk tentu saja cayhe
akan mengiringi keinginanmu itu."
"Sebelumnya ada sedikit urusan kecil mohon Jie Tangkee
suka memberi penjelasan terlebih dahulu"
Sebelum orang she-Cu itu sempat menjawab, tiba-tiba
terdengar Giok Teng Hujien telah berteriak, "Jie TangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kee, kaupun merupakan seorang enghiong yang memiliki
nama besar yang telah menggemparkan seluruh kolong
langit. masa beginikah caramu untuk menyambut
kedatangan seorang tetamu?"
"Aku dengar perempuan siluman ini lihay sekali,"
diam-diam Cu Goan-khek berpikir di dalam hati. "Jika
ditinjau dari sikapnya yang begitu membelai bajingan
cilik itu, kemungkinan besar kedua orang ini sudah
berkomplot lebih dahulu.
Dalam hati ia berpikir demikian, diluar segera
mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam
ruangan, katanya, "Silakan kalian berdua masuk ke
dalam pertama-tama loohu hendak menghormati
secawan arak lebih dahulu kepada kalian kemudian baru
minta petunjuk dari Hoa kongcu!"
Giok Teng hujien tersenyum, ia segera berjalan masuk
lebih dibulu ke dalam ruangan. Hoa Thian-hong berjalan
ke sisi Chin Giok-liong dan duduk disampingnya, ia
menegur, "Chin-heng, masih ingatkah kau dengan
siauwte Hong-po Seng?"
Mendapat pertanyaan itu, sepasang mata Chin Giokliong
yang pudar tak bercahaya dialihkan ke atas wajah
Hoa Thian-hong, lama sekali ia duduk tertegun lalu
menoleh ke arah Cu Goan-khek.
Orang she-Cu itu segera menunjukkan suatu gerakan
tangan, melihat gerakan itu Chin Giok-liong tundukkan
kepalanya dan tidak memberikan suatu reaksi lagi.
Diam-diam Hoa Thian-hong jadi amat gelisah,
pikirnya, "Gerakan tangannya itu sederhana dan sama
sekali tidak mengandung arti, tapi dalam pandangan Chin
Giok-liong yang nampaknya pudar dan tak bercahaya itu
seolah-olah mengandung suatu arti yang mendalam,
sebetulnya apa yang telah terjadi?"
Pelayan telah menambah cawan dan sumpit bagi tamu
yang baru datang, sedang pria tinggi kurus yang duduk
di kursi utama angkat poci araknya dan memenuhi cawan
dari Giok Teng Hujien serta Hoa Thian-hong.
Menyaksikan kesemuanya itu, Giok Teng hujien
tertawa. sambil menuding ke arah orang itu katanya,
"Saudaraku, dia ada1ah Siang loo-toa, sedang disebelah
sana Siang loo-jie, kedua orang bersaudara ini
menduduki urutan kursi keenam belas dan tujuh belas di
dalam perkumpulan Hong-im-hwie, ilmu cakar Thong
Long-Jiauw yang diyakini kedua orang ini termasyhur
sebagai ilmu silat maha sakti di dalam dunia persilatan!"
"Selamat bertemu!" kata Hoa Thian-hong sambil
menjura, sinar matanya berkelebat menyapu sekejap jari
tangan Siang loo-toa yang mencekal poci arak, ketika
dilihatnya kelima jari tangan orang itu bersih tidak
menyerupai seseorang yang ilmu cakar beracun, dalam
bati ia merasa keheranan sedang rasa was-was pun
semakin menebal.
Tampak Siang loo-toa meletakkan poci arak itu ke atas
meja, lalu sambil balas memberi hormat katanya, "Aku
adalah Siang Kiat dengan adikku Siang Hauw!"
Sementara Siang Hauw dengan suara dingin menegur,
"Hoa-heng, apakah kau telah menggabung diri dengan
pihak sekte agama Thong-thian-kauw?"
Walaupan Siang Kiat serta Siang Hauw adalah saudara
sekandung tetapi watak Loo toa lebih mantap dan
berpikir panjang sedang sang Loo-jie berangasan, tak
dapat menyembunyikan perasaan sendiri.
Mendengar teguran orang tidak senonoh dan
mengandung maksud tak baik, tidak menanti Giok Teng
Hujien buka suara, Hoa Thian-hong segera menjawab
dengan nada ketus .
"Selama aku hidup berkelana Seorang diri, belum
pernah terlintas dalam benakku untuk masuk menjadi
anggota perkumpulan Thong-thian-kauw!"
Giok Teng Hujien yang sedang memberi minum Soatjie
makhluk anehnya dengan arak wangi segera
menyambung pula sambil tertawa, "Sekalipun antara aku
dengan saudara Hoa tiada hubungan tugas, tetapi
hubungan persahabatan kami sangat erat, bila Siang
Loo-jie ada urusan mau cari dia atau aku juga lama saja"
Sepasang alis Siang Hauw kontan berkerut, dengan
wajah berubah hebat serunya, "Sudah lama aku Siang
Loo-jie mendengar orang berkata bahwa ilmu Kie-Sat
Sinkang yang dimiliki Hujien merupakan ilmu ampuh
dalam dunia persilatan, bila kau tidak keberatan ingin
sekali aku mohon beberapa jurus petunjuk dari Hujien."
"Hiih....Hiih....Hiiiih....bagus sekali!" sahut Giok Teng
Hujien sambil tertawa terkekeh kekeh. "Bila kalian dua
bersaudara punya kegembiraan, aku pasti unjukkan
kejelekanku buat kalian berdua."
Maksud dari ucapan itu jelas sekali, ia telah masukkan
pula sang Loo-toa Siang Kiat dalam hitungan.
Cu Goan-khek yang merasakan situasi makin lama
tidak menguntungkan, segera tertawa seram, ia menoleh
ke arah Hoa Thian-hong sambil tegurnya hambar, "Apa
kongcu kau ada urusan apa" rasanya sekarang boleh
utarakan keluar"
Hoa Thian-hong mengejek dingin, ia tuding ke arah
Chin Giok-liong dan berkata, "Karena persoalan apa
Saudara Chin ini telah menyatroni diri Jie Tang-kee...."
Kalau dilihat tingkah lakunya yang bodoh dan lamban,
cahaya matanya yang pudar serta sikapnya yang tidak
bicara tidak tertawa, rupanya kau sudah cekoki sebangsa
obat pemabok kepadanya hingga ia hilang ingatan...!"
"Oooh! Rupanya kedatangan Hoa kongcu adalah
disebabkan urusan ini!...."
Ia merandek sejenak, sorot matanya yang tajam
kembali menatap wajah si anak muda itu dalam2.
Kesaktian ilmu silat yang dimiliki Hoa Goan-siu serta
nama besarnya yang telah menggetarkan seluruh sungai
telaga telah membekas sangat dalam di hati kecil setiap
jago dari dunia persilatan, sekalipun Hoa Thian-hong
masih muda, namun Cu Goan-khek tak berani
memandang enteng dirinya sebab ia menganggap
ayahnya lihay sedikit banyak anaknya pasti punya
simpanan yang lumayan.
Setelah merandek sejenak, segera sambungnya
kembali, "Chin Giok-liong ini sih tidak mencari perkara
dengan diriku, tetapi dia sudah menyalahi seorang Ciong
Touw-cu kami hingga ia harus minum obat pemabok


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

milik Touwcu tersebut, lalu tolong tanya Hoa kongcu ada
rencana apa terhadap urusan ini?"
Diam-diam Hoa Thian-hong merasa amat gusar
jawabnya tegas, "Maaf terpaksa aku orang She Hoa-kee
harus bertindak kurangajar dan minta kembali orang itu
dari tangan Jie Tang-kee, di samping minta pula obat
penawar dari racun pemabok dari Jie Loo Tang-kee!"
"Haaaah.... haaaah..... haaaah...." Cu Goan-khek
mendongak dan tertawa terbahak bahak. "Untuk minta
kembali orang ini sih gampang, cuma untuk
mendapatkan obat penawar itu rasanya terlalu susah!"
Apa kehendak Jie Tang-kee harap segera dikatakan
keluar, aku orang she Hoa pasti akan berusaha
memenuhinya dengan sebaik baiknya!"
Nafsu membunuh berkelebat menghiasi wajah Cu
Goan-khek, ia tertawa dingin.
"Untuk memerintah dirimu sih aku berani, tetapi Hoa
kongcu sebagai keturunan seorang jagoan yang tersohor
namanya di kolong langit tentu memiliki ilmu silat yang
sakti, asal kau sanggup memenangkan satu atau
setengah jurus dariku, maka Chin Giok-liong segera akan
kuserahkan kembali pada diri kongcu"
Giok Teng Hujien yang selama ini selalu
membungkam, tiba-tiba menimbrung dari samping,
"Oooh...! Sungguh tak nyana Jie Tang-kee mempunyai
kegembiraan sebesar itu, akupun sudah lama tak pernah
bergebrak melawan orang, otot-otot di tangan serta
kakiku terasa agak kaku dan linu...... bagus sekali!
Beruntung kita bisa saling bertemu pada hari ini, biarlah
aku yang melayani Jie Tang-kee untuk bermain sebanyak
beberapa jurus!"
Habis berkata ia mengelus bulu makhluk anehnya
kemudian meletakkan binatang tadi di bawah meja.
Baik Cu Goan-khek maupun dua bersaudara she-Siang
sama-sama mengetahui sampai dimanakah kelihayan
dari makhluk aneh itu, melihat binatang tersebut
mendekam di bawah meja ketiga orang itu diam-diam
jadi tegang bercampur gelisah, mereka kuatir kalau
makhluk itu secara tiba-tiba menggigit kaki sendiri.
Oleh sebab itu seluruh perhatian mereka segera
dipusatkan jadi satu untuk bersiap sedia menghadapi
segala kemungkinan yang tidak diinginkan, siapapun
diantara ketiga orang itu tak berani turun tangan secara
gegabah Giok Teng Hujien tersenyum, ia menoleh ke arah Hoa
Thian-hong dan bertanya lirih, "Sewaktu racun dalam
tubuhmu kambuh, apakah kau masih sanggup untuk
turun tangan bergebrak melawan orang?"
Setiap perkataan dan setiap senyuman dari
perempuan ini terhadap diri Hoa Thian-hong selalu
disertai dengan nada halus, lunak dan hangat yang sukar
dilukiskan dengan kata", membuat si anak muda itu lama
kelamaan takluk oleh kelembutan serta kemesraannya
itu, perasaan simpatik dan senangpun makin mendekati
perempuan itu. Terutama sekali berhadapan muka dengan musuh
tangguh pada saat ini bisa mendengar pertanyaan yang
begitu hangat serta penuh perhatian membuat si anak
muda itu jadi amat terharu.
"Terima kasih atas perhatian dari cici," sahutnya.
"Siauwte sendiripun tidak tahu dikala racun teratai itu
mulai kambuh, sanggupkah aku bergebrak melawan
orang?" Bicara sampai disini ia putar kepala dan memandang
cuaca, setelah mengetahui bahwa saatnya hingga racun
teratai itu mulai kambuh masih terpaut setengah jam,
dalam hati segera pikirnya, "Ilmu silat yang dimiliki Chin
Pek-cuan ada batasnya, enci Wan-hong sendiri kendati
sudah angkat Kioe-Tok Sian-Ci sebagai guru tetapi ilmu
silatnya sewaktu masuk perguruan ada batas2nya pula,
apalagi air yang jauh sulit menolong kebakaran di depan
mata, Dalam urusan yang terjadi hari ini bila aku tidak
unjukkan diri untuk bantu yang lemah, maka kesatu aku
akan malu menjumpai enci Wan-hong, kedua, aku gagal
menolong orang dan tak bisa memberikan
pertanggungan jawab terhadap ibu ..."
Meski yang dipikir banyak tapi semua ingatan tersebut
berkelebat dalam sekejap mata, sesudah mengambil
keputusan di dalam hati ia segera bangkit berdiri dan
turun dari beranda.
Melihat pemuda itu sudah tinggalkan tempat duduknya
Che Goan Khek segera menoleh dan menatap wajah Giok
Teng Hujien tajam-tajam, serunya, "Peristiwa yang
terjadi hari ini merupakan bentrokan antara sahabat
ataukah perebutan antara perkumpulan Hong-im-hwie
dengan Thong-thian-kauw" harap Hujien bisa
memberikan ketegasan!"
"Bagiku kedua duanya sama saja!"
"Perempuan siluman" sumpah Cu Goan-khek di dalam
hati. "Kau tak usah jual lagak dihadapanku suatu hari
loohu pasti akan suruh kau rasakan kelihayanku!"
Dalam hati ia memaki, diluar wajah tetap tenang
seperti sedia kala. dan dalam sakunya dia ambil keluar
sebuah medali Kim Pay dan serahkan kepada pelayan
yang berdiri disisi ruangan, katanya, "Katakan kepada
pengurus, semua saudara yang tergabung dalam
perkumpulan Hong-im-hwie tidak diperkenankan masuk
ke dalam rumah makan ini ..."
Giok Teng Hujien tertawa terkekeh, dari sakunya
diapun ambil keluar sebuah benda dan diserahkan
kepada pelayan itu sambil pesannya , "Bilamana di atas
loteng terdapat anak murid dari perkumpulan Thongthian-
kauw, usir mereka semua dari tempat ini"
Pelayan itu mengiyakan berulang kali, sambil
membawa tanda pengenal dari kedua orang itu buruburu
berlalu dari situ.
Menggunakan kesempatan dikala pelayan tadi berjalan
lewat dihadapannya, Hoa Thian-hong melirik sekejap
memperhatikan kedua benda itu.
Tampaklah di atas medali Kim-pay terukir sebuah
lukisan angin dan mega, di bawah lambang dari
perkumpulan Hong-im-hwie atau Angin dan mega itu
terukir pula sebuah huruf ,.,Cu" yakni she dari Cu Goankhek.
Sebaliknya tanda pengenal dari Giok Teng Hujien
merupakan tanda pengenal pribadi yang sama sekali
tiada hubungannya dengan sekte agama Thong-thiankauw,
benda itu adalah sebuah hioloo kumala yang
tingginya cuma beberapa senti,
Selama Soat-jie si makhluk aneh itu tetap mendekam
di bawah meja Cu Goan-khek serta dua bersaudara she
Siang selalu merasa hati mereka tidak tenang suatu
ketika mereka bertiga saling berpandangan sekejap dan
serentak bangkit berdiri
Alis Giok Teng Hujien seketika berkerut tegurnya,
"Apakah kalian bertiga akan turun tangan berbareng?"
Siang Hauw melangkah ke samping sejauh enam depa
dan berdiri jauh dari meja perjamuan, sambil tertawa
dingin jawabnya, "Heeeh.... heeeh.... heeeeh, saudara
dari perkumpulan Hong-im-hwie belum sampai setidak
becus itu."
"Sahabat Siang! Kau tak usah bersombong hati!"
bentak Hoa Thian-hong secara mendadak dengan suara
gusar. "Akupun sudah pernah menjumpai beberapa
orang Hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie."
Giok Teng Hujien yang menyaksikan sikap si anak
muda itu secara tiba-tiba berubah Jadi berangasan
hingga kegagahannya tadi sama sekali hilang tak
berbekas, jadi melengak, serunya, "Saudara Hoa, inilah
yang dinamakan tata cara dunia persilatan, sebelum
kirim pasukan harus melakukan upacara lebih dulu."
Terhadap manusia-manusia yang tergabung dalam
perkumpulan Hong-im-hwie maupun Sin-kie-pang. Hoa
Thian-hong telah mempunyai kesan buruk yang amat
mendalam, ia tahu bila tengah hari sudah tiba maka
racun teratai yang mengeram di dalam tubuhnya akan
kambuh, bila pertempuran tidak diselesaikan dengan
cepat niscaya situasi tidak menguntungkan bagi dirinya.
Oleh sebab itu tidak menanti sampai Giok Teng Hujien
menyelesaikan kata-katanya, dengan nada yang dingin
dan ketus ia berseru kembali '
Setelah kita hajar yang kecil, yang tua tentu akan
keluar sendiri. Biar kubereskan dulu si Loo jie ini
kemudian baru meringkus si Loo toa. buat apa kita musti
urusi segala macam tata cara Bulim yang sama sekali tak
ada gunanya itu" dari pada banyak ngebacot lebih baik
kita selesaikan urusan dengan adu tenaga!".
Bicara sampai disitu ia putar badan dan menghardik
dengan nada gusar, "Cu Goan-khek! Ayoh cepat
unjukkan diri di tengah kalangan!"
Dari mulutnya Cu Goan-khek jadi gusar, ia melayang
turun dari beranda dan berseru, "Ayoh! Kau beleh mulai
turun tangan, asal loohu berhasil kau kalahkan kami Chin
Giok-liong kau boleh bawa pergi."
"Omong kosong kau anggap tanpa menangkan dirimu
aku akan membiarkan kau membawa pergi Chin-heng
dari sini?"
"Sreeet!" telapak segera berputar dan melancarkan
sebuah pukulan kilat ke depan.
Waktu berlalu dengan cepatnya, jurus 'Koeo Siu-Ca-
Tauw' ini tampak terasa sudah setengah dilatihnya
dengan giat, meskipun belum bisa menandingi
kematangan diri kakek telaga dingin Cioe It Bong yang
setiap saat sanggup menciptakan perubahan baru, tetapi
jurus-jurus serangan yang berhasil dikuasainya itu sudah
dilatihnya hingga matang dan amat sempurna.
Dari hebatnya serangan yang mengancam datang,
seketika Cu Goan-khek menyadari akan kelihayannya si
anak muda itu, ia tahu bahwa untuk merobohkan Hoa
Thian-hong tak mungkin bisa dilakukannya dalam tiga
jurus belaka. Telapak kirinya segera diayun membabat
pergelangan lawan, telapak kanan dengan mengeluarkan
ilmu pukulan 'Mo-Im Jiu' melancarkan satu pukulan
kemuka. Dalam sekejap mata terjadilah suatu pertempuran
yang amat seru antara Cu Goan-khek yang sudah
tersohor didunia persilatan melawan Hoa Thian-hong
yang baru saja menunjukkan diri dimuka bumi.
Sementara itu Giok Teng Hujien yang diserobot
beberapa kali oleh ucapan Hoa Thian-hong yang tajam,
membuat hatinya merasa amat mendongkol. Melihat
kedua orang itu sudah mulai bertempur. ia segera
geserkan langkahnya dan berdiri di atas beranda, sedang
Soat-jie si makhluk aneh itu menerobos keluar dari
bawah meja dan lari ke sisinya.
Dua bersaudara she-Siang pun berjalan keluar dari
beranda, pelayan segera menggeserkan kursi bagi
tamunya agar bisa menonton jalannya pertarungan
sambil duduk. Soat-jie si makluk aneh itu rupanya mengerti akan
ilmu silat, sepasang matanya yang berwarna merah
menatap tajam gerakan Hoa Thian-hong maupun Cu
Goan-khek yang sedang bertarung, cahaya tajam
berkilauan menyorot keluar dari matanya, mungkin
binatang itu sedang bersiap diri untuk menolong Hoa
Thian-hong dimana perlu.
Di tengah pertarungan, tiba-tiba terdengar Hoa Thianhong
membentak keras, jurus demi jurus serangan
dilancarkan makin gencar, tubuhnya pun ikut mendesak
kemuka. Ilmu pukulan tangan kirinya ini didapatkan dari sikakek
telaga dingin Cioe It Bong, bagi si kakek tersebut
sudah tentu jurus pukulan itu bisa dimainkan dengan
pelbagai perubahan yang diluar dugaan, tetapi setelah
dimainkan pemuda ini gerakannya berubah dan setiap
jurus serangannyapun berubah jadi jurus pukulan yang
jujur dan bersifat keras
Cu Goan-khek belum begitu menguasai menghadapi
serangan tangan kiri lawan yang begitu dahsyat, melihat
datangnya serangan yang bertubi-tubi dan lihay itu
terpaksa ia harus kerahkan segenap kemampuannya
untuk memunahkan setiap ancaman yang tiba, ia
terdesak untuk menggunakan posisi bertahan guna
melindungi dirinya dari ancaman.
Bagaimanapun juga Cu Goan-khek adalah seorang
jagoan yang telah punya nama sejak puluhan tahun
berselang, pengalamannya menghadapi pertempuran
sudah amat matang dan iapun sudah banyak kali
menghadapi musuh tangguh, kini walaupun ia tak
sanggup untuk mengalahkan si anak muda itu dengan
mudah, tetapi untuk melindungi keselamatan sendiri
tentu saja masih jauh lebih mampu.
Setelah melancarkan tujuh belas buah pukulan gencar
tanpa berhasil mendesak mundur Cu Goan-khek dari
tempatnya semula Hoa Thian-hong mulai sadar bahwa
musuh yang dihadapinya saat ini merupakan musuh
paling tangguh yang pernah dijumpainya selama ini,
kecuali muncul keanehan disitu jelas harapannya untuk
merebut kemenangan amat tipis.
Hawa murninya segera dihimpun dengan ketat
diseluruh tubuh, otaknya mulai berputar kencang untuk
mencari jalan guna merebut kemenangan.
Bagi jago lihay yang sedang bertempur semua
gerakan berlalu laksana kilat, karena harus cabangkan
pikiran untuk berpikir itulah serangan Hoa Thian-hong
jadi mengendor.
Cu Goan-khek segera mendengus dingin, telapaknya
berputar kencang dan ia mulai melancarkan serangan
balasan dalam sekejap mata dari posisi bertahan ia
berubah jadi posisi menyerang, sepasang telapaknya
menari di angkasa dengan gencarnya, satu serangan


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih hebat dari serangan sebelumnya, memaksa Hoa
Thian-hong harus berlarian diseluruh kalangan untuk
melepaskan diri dari bahaya maut.
Beberapa saat kemudian keadaan Hoa Thian-hong jadi
sangat berbahaya, maut setiap saat mengancam jiwanya,
dari keadaan itu bisa terlihat bahwa tidak sampai seratus
jurus lagi ia pasti akan menderita kalah di ujung telapak
Cu Goan-khek. Giok Teng Hujien menyaksikan keadaan itu, sepasang
alisnya tangsung berkerut kencang. Sepasang mata
dengan tajam memperhatikan gerakan telapak orang she
Cu itu, sementara kakinya perlahan-lahan bergeser maju
ke depan, Soat-jie si makhluk aneh diturunkan di
belakang tubuhnya.
Pertempuran sengit yang sedang berlangsung dewasa
ini penuh diliputi oleh nafsu membunuh yang tebal,
masing-masing pihak bernafsu besar untuk mengalahkan
lawannya, hanya sayang yang satu adalah keturunan
jago kenamaan sedang yang lain adalah jago lihay kelas
satu, meskipun kedua orang itu sama-sama ganas tapi
kecuali membentak dan mendengus tiada kedengaran
suara makian atau ejekan.
Makin bertempur kedua orang itu saling bergebrak
makin sengit, diam-diam Giok Teng Hujien serta dua
saudara she Siang merasa tegang, tampaknya asal Cu
Goan-khek melancarkan beberapa jurus serangan lagi
niscaya Hoa Thian-hong akan menderita kekalahan total.
Siapa tabu pada saat itulah Hoa Thian-hong
membentak keras. telapak tangannya dengan dahsyat
mengirim satu pukulan keras ke depan.
"Blaaaam......!" sepasang telapak saling beradu satu
sama lainnya menimbulkan suara bentrokan nyaring.
Tubuh kedua orang itu sama-sama terjengkang ke
belakang dan mundur beberapa langkah, Cu Goan-khek
dengan pengalamannya yang lebih matang segera
memanfaatkan kesempatan itu sebaik baiknya, dikala
tubuhnya belum bergerak mundur ke belakang tangan
kirinya dituding ke atas dan menyodok iga si anak muda
itu. Pada saat itu kekuatan tubuh kedua orang itu samasama
telah mengendor, serangan bokongan yang
dilancarkan Cu Goan-khek saat ini betul-betul merupakan
suatu serangan yang luar biasa dan mematikan.
Hoa Thian-hong jadi tercekat hatinya dan berseru
kaget, sebelum ingatan kedua berkelebat di dalam
benaknya. jari musuh telah menempel di atas tubuhnya.
Pada detik terakhir yang kritis itulah, tiba-tiba Hoa
Thian-hong tarik napas dalam2 dengan ilmu 'Hoei-Si-
Kang' ia alihkan jalan darahnya setengah coen lebih
kesampings kemudian telapak kanannya berputar
kencang menggunakan gerakan membabat ia bacok
batok kepala Cu Goan-khek yang sedang menjorok
kemuka, Ketika melihat totokan jarinya mengenai sasaran, Cu
Goan-khek merasa sangat berbangga hati, tiba-tiba
jarinya bergetar keras dan jalan darah yang diancamnya
ternyata meleset dari dugaan semula.
Bagaimanapun dia adalah seorang jago kawakan,
begitu merasakan sesuatu yang aneh pada ujung jarinya.
segera ia menyadari bahwa si anak muda itn memiliki
kepandaian untuk memindahkan jalan darah-
Sementara hatinya masih tertegun dan ingatan kedua
belum muncul dalam benaknya, babatan telapak kanan
dari Hoa Thian-hong telah membacok tiba. Sreet..,!
diiringi desiran tajam bagaikan sabetan senjata tajam,
babatan itu melesat ke bawah.
Cu Goan-khek merasa terkejut bercampur sangsi, ia
tahu ilmu pukulan apa yang telah digunakan lawannya,
dalam gugupnya sepasang kaki segera menjejak tanah
dengan sekuat tenaga, tubuhnya segera menyurut
mundur sejauh beberapa tombak dari tempat semula.
Dengan gebrakan mundurnya sang lawan, babatan
telapak Hoa Thian-hong gagal melukai musuhnya,
kendati begitu sambaran angin pukulannya yang tajam
sempat menyambar ujung jubah Cu Goan-khek hingga
terkupas kutung sebagian, pada ujung robekan kain
jubah tadi nampak amat rata bagaikan tersobek oleh
babatan pisau. Semua kejadian ini hanya berlangsung dalam sekejap
mata, setelah peristiwa itu berlalu Hoa Thian-hong berdiri
menjublak dengan keringat dingin membasahi tubuhnya.
air muka Cu Goan-khek berubah jadi hijau membesi,
wajah Giok Teng Hujien berubah jadi pucat pias bagaikan
mayat, sedangkan dua bersaudara she Siang tergetar
keras hatinya, semua orang dibuat kaget dan tercekat
oleh kejadian yang baru saja berlalu itu.
Totokan dari Cu Goan-khek dilancarkan secara
mendadak itu melanggar kebiasaan Bulim, sekalipun Giok
Teng Hujien mengawasi jalannya pertarungan dari sisi
kalangan dengan siap siaga penuh, namun ia tak sempat
memberikan bantuannya dikala Hoa Thian-hong
terancam banyak maut.
Sebaliknya si anak muda itu sanggup menggeserkan
letak jalan darahnya dari tempat semula disaat yang
kritis. tindakan itu cukup mengejutkan hati orang
terutama sekali babatan telapaknya yang dahsyat lebihlebih
menggetarkan hati musuhnya.
Semua orang belum pernah menyaksikan permainan
ilmu pedangnya, mereka hanya tahu bahwa pemuda ini
memiliki ilmu pukulan tangan kiri yang hebat, siapa tahu
disaat yang paling kritis itulah dengan telapak
menggantikan pedang ternyata pemuda itu berhasil
membabat robek sebagian dari jubah yang dikenakan Cu
Goan-khek, kejadian ini sungguh diluar dugaan siapapun
juga Untuk sesaat suasana berobah jadi hening dan sunyi
tak kedengaran sedikit suarapun yang memecahkan
kesepian yang mencekam seluruh ruangan itu.
Beberapa saat kemudian terdengar Giok Teng Hujien
tertawa dan berkata, "Sebuah totokan ditukar dengan
sebuah babatan, kedua belah pihak sama-sama kuat dan
setali tiga uang. Menurut pendapatku lebih baik
pertarungan yang berlangsung pada hari tni hanya
dihentikan sampai disini saja, Jie Tang-kee! bagaimana
kalau kau jual muka bagiku dan serahkan
Chin Giok-liong agar bisa diajak pergi oleh Hoa
Kongcu" Tentang obat pemunahnya biar kita lanjutkan
pembicaraan ini di kemudian hari."
Cu Goan-khek adalah seorang jagoan yang tersohor
namanya di dalam dunia persilatan, sedangkan Hoa
Thian-hong hanya seorang pemuda yang baru saja
munculkan diri di dalam Bulim, tentu saja ia tak sudi
mengakui bahwa kekuatan mereka seimbang. Pikirnya di
dalam hati, "Meskipun ilmu silat yang dimiliki perempuan
siluman ini amat lihay, rasanya dengan tenaga gabungan
dari Siang Loo-toa serta Siang Loo-jie untuk sementara
waktu ia bisa ditahan. Ditambah pula dengan binatang
aneh itu paling banter kedua belah pihak berada pada
posisi seimbang biarlah aku lihat dulu bagaimanakah
keadaan dari si bajingan cilik ini disaat racun teratainya
sedang kambuh ...."
Karena berpikir demikian ia segera tertawa dingin.
Katanya, "Perintah dari Hujien sudah sepantasnya kalau
kupenuhi, Cuma sayang bila Chin Giok-liong sampai
terlepas dari tanganku maka aku jadi tak dapat
mempertanggung jawabkan diri dihadapan toako nanti,
maka maaf bila aku tak sanggup memenuhi keinginanmu
itu." Sepasang bahunya bergerak maju ke depan, sebuah
pukulan kembali dilancarkan ke arah Hoa Thian-hong.
Dalam bentrokan kekerasan tadi jelas terlihat bahwa
kekuatan tenaga lwekang yang dimiliki kedua belah pihak
sama" Kuat Cu Goan-khek hanya lebih menang dalam
pengalaman, beraneka ragamnya jurus pukulan serta
pengetahuan yang lebih luas. sekalipun begitu untuk
mengalahkan Hoa Thian-hong bukanlah suatu pekerjaan
yang gampang baginya. Kembali kedua orang itu
melangsungkan pertarungannya. Hoa Thian-hong yang
selalu kuatir racun teratai dalam tubuhnya keburu
kambuh, serangan-serangan yang dilancarkan kian lama
kian bertambah gencar, dalam sekejap mata ia sudah
membawa pertarungan itu berubah jadi sengit dan seru.
Giok Teng Hujien yang menonton jalannya
pertarungan dan sisi kalangan. Mengerutkan alisnya,
tiba-tiba ia berseru dengan nada dingin, "Jie Tang-kee
kau terlalu tidak pandang sebelah mata kepada orang
lain ..." Sambil berseru Seat-Jie si makhluk aneh itu dilempar
masuk ke dalam kalangan pertempuran.
Tampak bayangan putih berkelebat lewat, 'Soat-Jie' si
makhluk aneh itu bagaikan segulung asap ringan segera
meluncur ke arah kaki Cu Goan-khek yang sedang
bertempur. "Jie-ko, hati-hati!" teriak dua bersaudara she Siang
hampir berbareng dengan suara kaget.
Cu Goan-khek terkejut bercampur gusar badannya
cepat berputar kencang sambil mengirim satu tendangan
kilat menyongsong datangnya tubrukan dari makhluk
aneh itu. Tampak bayangan putih kembali berkelebat, dengan
kecepatan yang sukar dilakukan dengan kata-kata Soatjie
berkelebat menuju ke belakang tubuh Cu Goan-khek,
kecepatannya sungguh membuat hati orang tercekat.
Walaupun ilmu silat yang dimiliki Cu Goan-khek masih
lebih tinggi satu tingkat jika dibandingkan dengan Hoa
Thian-hong, tetapi si anak muda itu tetap merupakan
seorang tandingan yang keras dan berat
Kini setelah ikut campurnya si Soat-jie makhluk aneh
itu ke dalam kalangan pertempuran, Cu Goan-khek
kontan merasakan tekanan yang menimpa dirinya
semakin berat, dalam waktu singkat gerakannya sudah
mulai kacau dan kelabakan tidak karuan.
Berhadapan dengan situasi seperti ini, Hoa Thian-hong
pun lantas berpikir di dalam hati. "Menolong orang
adalah masalah besar. aku tak usah memikirkan masalah
gengsi atau muka lagi!"
Berpikir demikian menggunakan kesempatan dikala
perhatian orang she Cu itu dipusatkan ke bawah kakinya,
ia segera maju ke depan sambil melancarkan serangan
bertubi tubi, bayangan telapak menumpuk laksana bukit
menggulung dan menghajar ke depan tiada hentinya.
Soat-jie si makhluk aneh itu sambil mendekam di
tanah khusus menyerang sepasang kaki Cu Goan-khek,
gerakannya kesana kemari cepat laksanakan kilatan
cahaya, bukan Saja lihay bahkan sukar diduga
sebelumnya. Ditambah pula dengan serangan gencar dari Hoa
Thian-hong, sesaat kemudian Cu Goan-khek sudah
terdesak hebat hingga keringat dingin mengucur keluar
tiada hentinya membasahi seluruh tubuhnya, ia merasa
amat gelisah bercampur kuatir, sang badan sering kali
meloncat ke tengah udara sambil meraung gusar.
Dua bersaudara she-Siang yang menyaksikan jalannya
pertarungan disisi kalangan berusaha keras untuk
menemukan cara yang baik untuk mengatasi serangan
dari rase putih itu, namun setiap kali jalan pikiran mereka
selalu menemui jalan buntu, kini setelah menyaksikan
keadaan Cu Goan-khek amat terdesak dan jiwanya
terancam bahaya mereka sadar apabila dirinya berdua
tidak segera turun tangan niscaya Jie Tang-kee nya ini
akan keok di tangan musuh.
Dalam keadaan begini mereka berdua tak bisa berpikir
panjang lagi, setelah saling tukar pandangan sekejap
serentak mereka menyerbu ke dalam kalangan
pertempuran. Terdengar Giok Teng Hujien tertawa merdu tegurnya,
"Siang Loo-jie, katanya kau tak akan berbuat sehina ini,
kenapa sekarang kau tebalkan muka dan ikut terjun ke
dalam gelanggang?"
Sembari berseru senjata Hud-timnya dibabat kemuka
langsung menyerang tubuh Siang Kiat, Siang Hauw
berdua. Siang Hauw mendengus dingin, tangan kirinya
dikebaskan ke muka melancarkan sebuah babatan
dahsyat hingga menggetarkan senjata Hud-tim di tangan
Giok Teng Hujien. Sementara kelima jari tangan
kanannya bagaikan kaitan tajam langsung menyambar
ketubuh lawan. Giok Teng Hujien tetap tersenyum, senjata Hud-tim
nya menyerang pinggang Siang Kiat sementara ujung
baju tangan kirinya dikebas menggulung pergelangan
tagan Siauw Hauw.
Beberapa orang itu semuanya merupakan jago-jago
lihay yang memiliki ilmu silat amat tinggi, gerak-gerik
Giok Teng Hujien enteng dan indah bagaikan bidadari
yang sedang menari.
Sebaliknya sepasang bersaudara she-Siang yang
melatih ilmu cakar maut, dengan perawakannya yang
tinggi kurus jauh lebih tinggi dua depa dari perawakan
Giok Teng Hujien, di bawah serangan Thong-Long-Jiauw
mereka yang lihay tampak sepuluh jari berubah jadi
hitam bercahaya dan amar menusuk mata, seranganserangan
yang dilancarkan kedua orang inipun luar biasa
lihaynya. Di tengah pertarungan Siang Kiat bergerak cepat
melepaskan diri dari ancaman senjata Hud-tim Giok Teng
Hujien, kakinya bergerak cepat dan segera menyapu ke
arah Soat-jie makhluk aneh itu.
Perawakan tubuh rase putih ini cuma beberapa depa
saja ditambah ekornya paling banter cuma tiga depa,
sekalipun badannya kecil tetapi gerak-geriknya Cepat


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

laksana kilat, cakarnya tajam dan giginya runcing
ditambah pula tenaganya luar biasa, serangannya yang
khusus mengancam kaki orang benar-benar merupakan
suatu ancaman yang sangat berbahaya.
Tendangan yang dilancarkan Siang Kiat nampak
segera akan mengenai sasarannya, tiba-tiba pandangan
mata terasa jadi kabur dan tahu-tahu tendangannya
mengenai Sasaran kosong, buru-buru ia tarik kembali
serangannya sambil ganti melancarkan satu tendangan
dengan kaki kiri,
Dalam waktu singkat situasi di tengah kalanganpun
segera berubah, Siang Kiat seorang diri bertempur
melawan rase putih itu, satu manusia yang lain binasa
bergebrak dalam keadaan seimbang, untuk sesaat si rase
putih itu tak sanggup melukai Siang Kiat sedangkan Si
Siang Kiat jago lihay yang sudah punya nama besar
dalam dunia persilatan pun tak bisa berkutik melawan
seekor makhluk aneh.
Giok Teng Hujien memutar senjata Hud-tim nya
mengurung seluruh tubuh Siang Hauw, jelas ia tidak
menggunakan Segenap kekuatan yang dimilikinya.
Sambil bertempur perhatiannya selalu dicurahkan ke arah
Hoa Thian-hong serta Soat-jie makhluk anehnya itu
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Agaknya perempuan ini tak mau menimbulkan
bentrokan langsung antara perkumpulan Thong-thiankauwnya
dengan pihak perkumpulan Hong-im-hwie.
karena itu walau sudah bertempur agak lama tetapi ia
tak pernah melancarkan serangan mematikan,
Dipihak lain Hoa Thian-hong yang sedang bertempur
melawan Cu Goan-khek lama kelamaan ia terdesak hebat
dan tak sanggup menahan diri. ditambah pula ancaman
racun teratai yang setiap saat bisa kambuh dalam
tubuhnya membuat pikiran pemuda ini bertambah tidak
senang, dengan sendirinya daya tekanan pada seranganserangan
yang dilancarkanpun bertambah merosot
Cu Goan-khek berhasil menguasai keadaan dan
merebut posisi di atas angin, pukulan2nya dengan
gencar dan mantap meneter musuhnya habis2an,
sedikitpun ia tidak beri kesempatan lagi lawannya untuk
bertukar napas.
Tiba-tiba Hoa Thian-hong merasakan segulung hawa
panas yang amat menyengat badan muncul dan dalam
pusarnya dan menyebar ke seluruh tubuh, Sedarlah si
anak muda ini bahwa tengah hari sudah tiba dan daya
kerja racun teratai empedu api sudah mulai kambuh
Selamanya pada saat seperti ini belum pernah ia
bergebrak melawan orang, ini hari terdesak oleh keadaan
membuat pemuda itu mau tak mau membendung rasa
keadaan, pada pengalaman yang pertama ini ia tak
kuasa membendung rasa tegang yang menguasai
hatinya. begitu hawa panas mulai muncul di dalam pusar
ia jadi tercekat dan serangannya semakin mengendor.
Cu Goan-khek adalah seorang jago lihay yang
pengalaman. begitu mengetahui peluang baik kembali
didapatkan olehnya, ia segera membentak keras.
serangan yang lebih dahsyatpun dilancarkan bartubi-tubi
. Serangan itu meluncur laksana sambaran kilat,
tampaknya dada Hoa Thian-hong segera akan termakan
oleh pukulan itu. Mendadak terdengar suara bentakan
nyaring berkumandang datang, disusul segulung angin
pukulan yang tajam menyapu tiba.
Cepat-cepat Cu Goan-khek berpaling tampaklah
sebuah telapak putih yang memacarkan cahaya merah
yang membara tiba-tiba menyerang tubuhnya dari arah
belakang, dengan cepat ia geserkan tubuhnya lima depa
dari tempat semula untuk melepaskan diri dari ancaman
tersebut. Tetapi dengan adanya gerakan ini maka dengan
sendirinya hawa pukulan yang sudah dihimpun dalam
telapakpun jadi buyar, sekalipun bersarang telak di atas
dada Hoa Thian-hong hingga menggetarkan tubuhnya
sejauh beberapa tombak dan jatuh terjengkang. namun
tidak sampai melukai isi perutnya
Cu Goan-khek jadi amat gusar, la membentak dan
melancarkan serangan dahsyat ke arah Giok Teng
Hujien, pertempuran sengitpun segera berlangsung
dengan serunya. dalam waktu singkat mereka telah
saling bergebrak sebanyak delapan sembilan jurus.
Dalam pada itu Siang Hauw yang terlepas dari
belenggu senjata Hud-tim Giok Teng Hujien segera
menerjang ke arah Hoa Thian-hong, kelima jari
tangannya yang hitam berkilat menyambar kian kemari
mengancam batok kepala si anak muda itu
Terdengar Giok Teng Hujien bersuit nyaring, rase
putih yang sedang bertempur melawan Siang Kiat segera
meninggalkan lawannya dan berbalik menubruk ke arah
kaki dari Loo-jie Siang Hauw.
Haruslah diketahui perawakan tubuh sepasang
bersaudara she-Siang ini mencapai ketinggian delapan
depa lebih, mereka yang harus bertempur melawan Rase
putih yang pendek kecil serta khusus menyerang kaki ini
benar-benar terasa amat payah dan tidak leluasa.
Begitu merasakan datangnya ancaman dari belakang
tubuh, Siang Hauw segera lepaskan Hoa Thian-hong
sambil putar badan mengirim sebuah tendangan kilat,
perhatiannya dipusatkan jadi satu dan sedikitpun tak
berani bertindak gegabah.
Hoa Thian-hong bergelinding di atas tanah beberapa
tombak jauhnya lalu meloncat bangun dan berdiri tak
berkutik, sepasang matanya melotot besar
memperhatikan empat orang yang sedang bertempur di
tengah kalangan.
Sepasang matanya telah berubah jadi merah berapi
api, sepasang giginya bergemerutuk kencang, otot dan
daging di atas keningnya bergetar keras. keringat
membasahi seluruh wajahnya, keadaan Hoa Thian-hong
pada saat ini benar-benar mengerikan sekali,
Tiba-tiba. terdengar Giok Teng Hujien membentak
keras, "Jie Tang-kee, harap tahan sebentar!"-
Cu Goan-khek yang bertempur sengit beberapa waktu
lamanya tanpa berhasil menangkan musuhnya, dalam
hati merasa amat mendendam terhadap Giok Teng
Hujien, apa lacur ilmu silat yang dimiliki perempuan itu
terlalu lihay membuat ia kehilangan pegangan untuk
merebut kemenangan begitu mendengar seruan
berhenti, tanpa banyak bicara lagi ia tarik kembali
serangannya dan mengundurkan diri ke belakang.
Dengan cepat Giok Teng Hujien berkelebat ke sisi Hoa
Thian-hong, tanyanya dengan nada penuh perhatian,
"Kenapa kau saudaraku" Aku lihat lebih baik pergilah
dulu keluar kota untuk berlari racun urusan di tempat ini
kita selesaikan di kemudian hari saja."
Sekujur badan Hoa Thian gemetar keras sepasang
giginya saling berada gemerutukan keringat dingin
mengucur keluar dengan amat deras ingin sekali pemuda
itu untuk berlari kencang.
Ia gelengkan kepalanya lalu mengangguk tiba-tiba
dengan langkah lebar berjalan masuk ke dalam ruangan,
teriaknya lantang, "Giok Liong heng, ayoh kita pergi dari
sini" Selama beberapa orang itu melangsungkan
pertarungan sengit Chin Giok-liong seorang diri duduk di
depan meja dengan membelakangi pintu, selamanya ia
tak pernah berpaling atau menegok ke belakang. Menanti
dirinya dibentak keras barulah kepalanya perlahan lahan
menoleh ke belakang.
Hoa Thian-hong melangkah maju ke depan. tangan
kanannya bergerak mencengkeram pergelangan
tangannya lalu berseru lagi dengan suara keras,
"Saudara Giok Liong, ayoh kita pergi dari sini!"
Chin Giok-liong merasakan pergelangannya amat sakit,
ia berusaha meronta untuk melepaskan diri dari cekalan
lawan tetapi usahanya gagal, sementara tubuhnya sudah
diseret keluar oleh Hoa Thian-hong.
Dari sikap serta perubahan wajahnya yang menahan
penderitaan besar Giok Teng Hujien mengetahui bahwa
pemuda itu sudah tak kuat menahan diri, ia segera maju
menghampiri sambil berkata, "Saudaraku, pergilah 'Lari
racun'! persoalan di tempat ini serahkan saja kepada cici
untuk menyelesaikannya."
Hoa Thian-hong gelengkan kepalanya, dengan ujung
baju ia menyeka keringat yang membasahi keningnya
lalu menyahut, "Terima kasih atas bantuan yang cici
berikan kepadaku, siauwte akan menyelesaikan sendiri
persoalan ini hingga duduknya perkara jadi jelas"
Sambil berkata ia tarik pergelangan tangan Chin Giokliong
dan berjalan menuju keluar dengan langkah lebar.
Cu Goan-khek jadi mendongkol dibuatnya, dengan
sigap ia menghadang jalan pergi pemuda itu. serunya,
"Hoa Thian-hong, kau toh tidak berhasil menahan diriku,
kenapa kau ajak pergi orang itu?"
Hoa Thian-hong berhenti melangkah, wajahnya
berubah jadi merah padam, hardiknya, "Enyah kau dari
sini!" Sambil berseru telapaknya bergerak cepat
melancarkan sebuah babatan ke depan.
Pukulan telapak ini dilancarkan dengan amat
sederhana dan merupakan suatu pandangan hina
terhadap lawannya Cu Goan-khek merasa amat gusar,
telapaknya segera dia ayun menyambut datangnya
serangan tadi dengan keras lawan keras.
"Blaam...,! di tengah suara bentrokan yang amat
nyaring, tubuh kedua orang itu sama'2 tergetar keras
dan mundur selangkah ke belakang
Hoa Thian-hong merasakan tubuhnya jadi lebih
nyaman Setelah terjadi bentrokan itu, daya tekanan yang
mengempit tubuhnya jauh lebih berkurang. segera ia
lepaskan pergelangan Chin Giok-liong dan melangkah
maju ke depan, bentaknya dengan penuh kegusaran, "Cu
Goan-khek. lihat pukulan!"
Jago tua she-Cu itu sudah tentu tak mau unjukkan
kelemahannya, ia ayunkan pula telapaknya untuk
menyambut datangnya serangan.
"Blaaam...! Sekali lagi terjadi bentrokan keras,
sepasang kaki kedua orang itu yang menginjak di atas
lantai batu segera mencetak dalam2 di atas ubin
meninggalkan bekas telapak yang nyata. Dalam tubuh
Hoa Thian-hong merasa amat tersiksa tetapi setelah
menggunakan tenaga dalamnya untuk menyerang ia
merasa rasa sakitnya rada berkurang, karena kejadian ini
timbullah niatnya untuk menyerang lebih gencar lagi agar
rasa sakit dalam badannya lebih berkurang.
Berpikir demikian ia lantas gertak gigi dan maju lagi ke
depan sambil melancarkan satu pukulan. Cu Goan-khek
merasa kaget bercampur gusar, telapaknya segara
diayun menyambut datangnya ancaman itu.
"Braaak.....! Untuk kesekian kalinya terjadi benturan
keras yang menimbulkan suara nyaring, kedua orang itu
mendengus dingin Sambil tergetar mundur dua langkah
ke belakang, ubin batu di atas 1antai segera hancur
berantakan terinjak kaki kedua orang itu.
Pada saat itu baik Giok Teng Hujien, dua bersaudara
she-Siang maupun para jago yang secara diam-diam
mengintip jalannya pertarungan dari tempat
persembunyian sama-sama dibikin melengak oleh cara
bertarung kedua orang itu, Giok Teng Hujien yang berdiri
sangat dekat dengan kalangan pertempuranpun tidak
berhasil menentukan siapa menang siapa kalah dalam
bentrokan2 kekerasan itu, iapun tak tahu bagaimana
caranya untuk mencegah terjadinya peristiwa itu.
Dikala semua orang mencurahkan perhatiannya ke
tengah kalangan itulah, tiba-tiba dari balik ruangan
muncul seorang kakek tua, ia punya perawakan yang
pendek. lagi gemuk, kepalanya botak dan bersinar tajam,
pakaiannya kasar dengan sebuah kipas bulat berada
dalam cekalannya.
Tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia menyusup ke
dalam ruangan itu dan mendekati tubuh Chin Giok-liong.
Air muka si kakek gemuk ini merah bercahaya, pipinya
montok dan mulutnya lebar saat itu dengan wajah
murung bersembunyi di belakang tubuh Chin Giok-liong
sambil menatap tajam wajah Hoa Thian-hong, dari balik
sorot matanya secara lapat memancar keluar rasa
murung, kasihan serta kuatirnya yang amal mendalam.
Terdengar Hoa Thian-hong yang berada di tengah
kalangan membentak keras, "Cu Goan-khek, aku orang
she-Hoa ingin minta petunjuk tiga buah pukulan lagi
darimu!" Tubuhnya merangsek ke depan dan telapak nya
langsung membabat tubuh lawannya.
Sementara itu Cu Goan-khek merasakan isi perutnya
telah bergetar keras, darah panas dalam dadanya
bergolak kencang, dalam keadaan begitu ia tak ingin
bergebrak lebih lanjut. sebab keadaannya sudah payah,
tetapi mengingat nama besarnya yang dipupuk selama
ini dengan susah payah, ia tak mau unjukkan
kelemahannya dihadapan orang.
Ia segera membentak keras, dengan menghimpun
tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian sebuah
pukulan dahsyat segera dilancarkan.
"BRAAAK..! dalam bentrokan kali ini tubuh kedua
orang itu sama-sama tergetar mundur dengan kuda2nya
gempur. jelas kedua belah pihak telah menderita
kerugian semua.
Giok Teng Hujien mengerutkan alisnya ia hendak maju
ke depan melerai pertarungan itu, sedang dua saudara
she Siang-pun telah menemukan pula keadaan Cu Goankhek
yang payah, bila sampai terjadi bentrokan lagi
niscaya ia akan menderita luka parah, kedua orang itu
segera saling bertukar pandangan dan siap maju ke


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depan. Tapi sebelum kedua belah pihak sama-sama turun
tangan untuk membantu jagonya masing-masing, si
kakek cebol gemuk yang berdiri di belakang Chin Giokliong
itu mendadak menyambar pinggang pemuda itu lalu
mengempitnya di bawah ketiak, sambil berteriak
tubuhnya segera lari keluar dari ruangan tersebut ...
Lima orang yang berada di dalam kalangan saat itu
rata-rata merupakan jago lihay yang memiliki ilmu silat
tinggi, tetapi berhubung Hoa Thian-hong yang tersiksa
oleh daya kerja racun teratai harus menyerang secara
ganas dan nekad, semua perhatian Giok Teng Hujien
maupun dua bersaudara she-Siang harus dipusatkah ke
tengah kalangan, siapapun tidak memperhatikan
keadaan di belakang mereka.
Menanti beberapa orang itu sadar kembali dan
berpaling, tampaklah kakek cebol dan gemuk itu sudah
mengepit tubuh Chin Giok-liong dan kabur jauh.
Reaksi Giok Teng Hujien paling cepat diantara
beberapa orang itu, sepintas memandang bayangan
punggungnya ia segera kenali orang itu sebagai orang
yang menggoda dirinya sewaktu ada di rumah
penginapan dengan bait lagunya yang konyol, ia segera
tertawa merdu dan berseru, "Saudaraku, Chin Giok-liong
telah dirampas orang. kenapa kau tidak melakukan
pengejaran?"
Walaupun tubuh Hoa Thian-hong terasa amat sakit
dan menderita, namun pikirannya masih terang,
mendengar seruan itu iapun tinggalkan Cu Goan-khek
dan mengejar ke arah kakek tua itu.
Giok Teng Hujien tak berani berayal diapun enjotkan
badannya menyusul disisi pemuda itu, Soat-jie si rase
putih menyusul di belakang mereka dan Cu Goan-khek
serta dua bersaudara Siang berada di paling buncit.
Gerakan tubuh kakek gemuk cebol itu sangat aneh,
dalam waktu singkat ia sudah berada amat jauh dari situ.
Terlihatlah ia membelok ke kiri menikung ke kanan
bergerak menuju ke pintu besar rumah makan.
Walaupun di sekitar situ banyak terdapat manusia
tetapi sebagian besar mereka adalah orang-orang dari
perkumpulan Sin-kie-pang yang tak sudi mencampuri
urusan itu, para anggota perkumpulan Hong-im-hwie
maupun Thong-thian-kauw telah dipersilahkan keluar
dari rumah makan itu sebelum kedua belah pihak saling
bertempur tadi dan kini berjaga jaga diluar pintu sambil
menunggu berita hasil pertarungan itu.
Dengan demikian sewaktu kakek cebol itu raendadak
munculkan diri diluar pintu. tak seorangpun yang turun
tangan menghalangi jalan perginya.
Dengan tangan kiri mengepit tubuh Chin Giok-liong,
tangan kanan menggoyangkan kipas dalam usaha
melarikan dirinya itu mendadak si kakek cebol tadi
bersenandung nyaring,
Arak lama habis, arak baru meluap.
Berdiri di tepi baskom sambil tertawa terbahak- bahak.
Padri gunung kakek liar saling berjumpa muka.
Ia sambang sepasang ayam, aku sumbang seekor
bebek. Ooh.... hidup di alam ini sungguh berbahagia.
Bait lagu ini sangat populer dan dikenal setiap orang,
walaupun seorang pekerja kasar juga bisa membawakan
lagu ini, tapi dinyanyikan oleh si kakek gemuk itu
ternyata membawa suasana yang lain.
Giok Teng Hujien segera tertawa cekikikan, teriaknya
nyaring, "Hey. kakek tua, pandai amat kau menyanyi"
Bagaimana kalau kau bawakan lagu Soe-Koay-Giok?"
Kakek cebol itu pura-pura tidak mendengar, badannya
dengan cepat berkelebat masuk ke dalam ruang dalam,
terlihatlah manusia berjubal-jubal diluar pintu hingga sulit
bagi siapapun untuk berjalan keluar, disaat ia menemui
jalan buntu itulah mendadak dilihatnya ada dua benda
berada di atas meja pengurus rumah makan, benda itu
yang satu adalah Kim Pay dari Cu Goan-khek sedang
yang lain adalah hioloo kumalu dari Giok Teng Hujien.
Dengan gerakan yang cepat bagaikan hembusan angin
kakek cebol gemuk itu meluncur ke arah meja tersebut,
kipasnya dengan cepat bergerak menyapu kedua benda
tadi. Suasana diluar pintu kontan jadi kacau dan ribut, si
kakek cebol gemuk itu tidak berhenti sampai disitu saja,
kembali kipasnya bergerak melemparkan kedua macam
benda itu ke tengah rumah orang.
Suasana semakin kacau tak karuan, para anggota
perkumpulan Hong-im-hwie sama-sama menyambar
tanda pengenai Kim Pay itu, sedang para anak buah
perkumpulan Thong-thian-kauw sama-sama merampas
hioloo kumala ttu, suasana jadi hiruk pikuk dan ramai.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah si
kakek cebol tadi menyusup diantara gerombolan manusia
dan melayang keluar dari pintu.
Sementara itu Hoa Thian-hong serta Giok Teng Hujien
bersama-sama telah tiba disitu, Soat-jie si makhluk aneh
segera menyusup di antara gerombolan manusia.
Suasana semakin kacau lagi, di tengah jeritan kaget
dan panik para jago dari perkumpulan Hong-im-hwie
maupun Thong-thian-kauw sama-sama berlompatan ke
samping dan melarikan diri keempat penjuru.
Cu Goan-khek serta dua bersaudara she-Siangpun
sejenak kemudian menyusul tiba disitu, terhadang oleh
orang yang saling berdesak2an dihadapan mereka tanpa
sadar beberapa Orang itu tergencet jadi satu dengan Hoa
Thian-hong. Pada saat itulah seorang murid perkumpulan Thongthian-
kauw menyerahkan hioloo kecil yang berhasil
didapatkan itu ke tangan Giok Teng, Hujien, sedang
seorang anggota perkumpulan Hong-im-hwie
menyerahkan Kim-Pay itu ke tangan Cu Goan-khek.
Hanya Hoa Thian-hong seorang yang pusatkan seluruh
perhatiannya pada Chin Giok-liong, ditambah pula daya
kerja racun teratai yang bergelora dalam tubuhnya
membuat ia amat tersiksa, sepasang tangannya bekerja
keras mendorong orang-orang yang menghadang
dihadapannya ke samping, sekuat tenaga ia menerjang
maju terus ke depan
Siang Hauw yang berada disisi pemuda itu segera
timbul niat jahatnya ketika melihat ketiak orang terbuka
tanpa perlindungan. Pikirnya, "Usia keparat cilik ini.
belum mencapai dua puluh tahun, tapi ia telah sanggup
beradu tenaga dalam dengan Cu Jie ko, bila ia dibiarkan
hidup terus di kolong langit maka sepuluh tahun
kemudian bukankah akan muncul seorang Hoa Goan-siu
lagi .." Berpikir sampai disini hawa murninya segera
disalurkan ke dalam tangan, kelima jarinya dipentang
dan menunggu disaat Hoa Thian-hong sedang
mendorong orang-orang di hadapannya hingga ketiaknya
terbuka, jari tangannya itu segera mencengkeram tubuh
lawan. Tindakan orang ini betul-betul amat keji, ilmu cakar
'Thong-Long-Jiauw' yang diyakininya itu merupakan ilmu
kepandaian beracun yang amat tersohor, begitu bertemu
dengan, darah segera akan bekerja dan mencabut jiwa
korbannya, Hoa Thian-hong berada dalam keadaan tidak
siap tentu saja sulit baginya untuk menghindarkan diri.
Dalam pada itu Hoa Thian-hong.sama sekali tidak
menduga dirinya bakal diserang dari belakang secara
keji. menanti ia menyadari akan datangnya ancaman
tahu-tahu ketiaknya sudah kena dicengkeram oleh Jari
tangan Siang Hauw.
Dalam gugupnya tanpa menunggu jari tangan lawan
menusuk lebih dalam, sikutnya segera disodok ke
belakang menghajar lengan musuh sementara tubuhnya
berputar kencang ke belakang sambil menggerakkan
tangan kanannya mencakar sepasang mata lawan.
Cengkeraman ini sama sekali tidak pakai aturan tetapi
merupakan suatu ancaman yang amat ganas dan keji,
dengan sebat Siang Hauw miringkan, kepalanya
menghindarkan dari ancaman tersebut, siapa tahu
karena terburu nafsu gerakan tangannya jadi terlambat,
sodokan sikut Hoa Thian-hong segera membentuk telak
di atas pergelangannya hingga Jari kelingkingnya terasa
amat sakit kukunya hampir saja patah jadi dua bagian.
Giok Teng Hujien yang menyaksikan kejadian itu jadi
amat gusar, ia gerakan tangannya mencengkeram
pergelangan Siang Hauw. Serunya dengan nada ketus,
"Hey orang she Siang, kau betul-betul tak tahu malu.
Akan kusuruh kau rasakan siksaan yang paling hebat
sebelum ajalmu tiba!"
Sambil berkata hawa sinkang 'Hiat-Sat-sinkang' nya
disalurkan ke tangan kiri dan mengurung tubuhnya.
Siang Hauw yang merasa salah karena serangan
bokongannya itu jadi ketakutan, buru-buru ia geserkan
badannya bersembunyi di belakang tubuh Cu Goan-khek,
sementara Siang Kiat serta jago she Cu itu segera
menangkis serangan yang dilancarkan Giok Tang Hujien.
"Orang she-Siang?" bentak Giok Teng Hujien dengan
suara seram. Cepat serahkan obat pemunah kepadaku,
kalau tidak kau akan merasa menyesal untuk
selamanya."
"Heeeh.... heeeh.....heeh.... bukankah orang she-Hoa
itu masih segar bugar....?" seru Siang Hauw sambil
memuding ke arah pemuda itu. "Toh ia sendiri yang
terburu-buru, kenapa Hujien mesti ikut prihatin karena
porsoalan ini?"
JILID 13 : Pek Kun Gie..aku benci kau
GiOK TENG Hujien jadi amat gusar ia menyeringai
seram. "Rupanya kau benar-benar sudah bosan hidup!"
teriaknya, telapaknya diayun kemuka dan perlahan-lahan
didorong ke depan.
"Siang Lo-jie, cepat mundur!" bentak Cu Goan-khek,
sepasang kakinya disilang ke depan dan menggunakan
sepasang telapaknya diapun melancarkan sebuah
pukulan. Hiat-Sat Sinkang merupakan ilmu pukulan yang paling
sakti dikalangan kaum sesat, begitu sepasang tenaga
saling bertemu Cu Goan-khek segera merasakan
telapaknya seperti dihantam oleh segulung tenaga yang
berat dan aneh, dadanya jadi sesak dan hidungnya
seperti mencium bau amis darah yang memuakkan,Isi
perutnya goncang keras, hampir saja muntah darah
segar. Dalam pada itu Hoa Thian-hong pun telah tundukan
kepala memeriksa ketiak sendiri ia lihat di atas
pakaiannya telah bertambah dengan lima buah lubang
kecil yang mengucurkan darah berwarna hitam,
walaupun dalam hati merasa amat gusar tetapi karena
teringat akan keselamatan diri Chin Giok-liong ia
berusaha keras untuk menekan bawa amarahnya itu di
dalam hati. "Cici, ayo kita pergi!" serunya.
Di dalam tubuhnya masih bersarang racun Teratai
empedu api, semua jalan darah dalam tubuhnya terasa
panas, kaku dan gatal seolah olah diterobosi oleh berjuta
juta ekor semut, penderitaan yang dirasakannya pada
waktu itu benar-benar amat hebat.
Sehabis bicara ia segera putar kepala dan meneruskan
kembali pengejarannya ke arah kakek cebol gemuk itu.
Giok Teng Hujien yang berhadapan dengan keadaan
seperti ini jadi gugup dan tak tahu apa yang musti
dilakukan pada saat ini, hawa pukulan Hiat-Sat
sinkangnya segera ditarik kembali, sambil mengejar
pemuda itu serunya cemas, "Saudaraku, di atas ilmu
Seruling Sakti 4 Misteri Lukisan Tengkorak Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Harimau Mendekam Naga Sembunyi 5
^