Pencarian

Bila Pedang Berbunga Dendam 7

Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong Bagian 7


itu adalah lelaki tua gagah yang berada di
hadapannya. Dan dilihatnya di belakang Ho Tik itu masih ada tiga
lelaki tua Lainnya yang semuanya rambut dan
janggutnya sudah putih. Dan pakaian mereka, entah
terbuat dari pada bahan apa, juga berwarna putih
seperti salju, bersih sekali.
Tergerak hati Coh hen Hong. Tanpa menghiraukan
Ho Tik, ia berseru kepada ketiga lelaki Thian-san-samhau
artinya Tiga-putih-gunung-Thiansan.
"Lepaskan orang itu," ke tiga lelaki tua itu
serempak berseru.
Coh Hen Hong sejenak meragu lalu menurunkan
tubuh Tan Thian Song. Ia kenal kepada ketiga kakek
berpakaian putih itu karena sebelum meninggalkan
Ceng te kiong, Cengte sudah memberitahu kepadanya
bahwa di daerah timur, selatan, barat dan utara,
masing-masing mempunyai jago-jago sakti yang
berkepandaian tinggi. harus hati-hati, jangan
menganggap enteng kepada mereka.
Di penjuru timur, terdapat Jong Hi Siang jin, ketua
dari pulau Bak-ciau-to. Sebelah selatan mempunyai
Peh Hoa lokoay, ketua perkumpulan Peh-hoa kau.
Sebelah barat ada Thian-sah-sam-hau. Dan di utara
yalah Im Thian Su, kepala pulau Hek-sat-to di laut
Pak-hay. Kenam tokoh itu masing-masing mempunyai
kelebihan sendiri2. Dan diantara mereka adalah Thian
san sam hau yang paling lihay. Mereka bertiga itu
507 saudara kembar tiga. Berpuluh tahun lamanya.
Kemana saja mereka bertiga selalu bersama, tak
pernah berpisah.
Begitu juga dalam bertempur. merekapun selalu
maju bertiga. Dan karena wajah, perawakan dan
segalanya mereka Itu serupa, maka lawan tentu
bingung. Bertempur dengan seorang tetapi ternyata
tiga orang, tiga orang tetapi tampaknya hanya seperti
seorang, Selama bertahun tahun ini belum pernah
mereka mendapat tandingan.
Cengte mengatakan, kalau dia sudah tentu dapat
mengalahkan ketiga saudara kembar itu. Tetapi jagojago
sakti yang ikut Ceng te kiong. tak ada yang dapat
mengalahkan Thian-Sam Sam Hau, oleh karena itu
selama ini fihak Ceng te kiong juga tak pernah
mengganggu ketiga saudara-kembar itu.
Pesan Ceng-te itu diingat baik-baik oleh Coh Hen
hong Dia tak menduga bahwa kali ini, begitu cepat dia
sudah bertemu dengan ketiga saudara kembar yang
termasyhur. Sejenak tertegun, Coh Hen hong tertawa
"Aku hendak mengantungnya, hal itu memang
sudah saling berjanji."
"Lepaskan dia!" bentak Thian-San-sam hau pula.
Coh Hen Hong tertawa dingin, "Kalau saja kini aku
yang kalah, apakah sam wi (kalian bertiga) juga akan
memerintahkan Tan Thian Song supaya melepaskan
aku?" 508 Menerima pertanyaan itu Thian-sam-hau terkesiap.
Pertanyaan dara itu memang tajam sekali Terus
terang merekapun sudah mendengar tentang ributribut
itu. Tetapi mereka baru terkejut ketika orang
datang melaporkan bahwa Tan Thian Song telah
diringkus orang dan hendak digantung. Ber gegasgegas
mereka lari keluar.
Kalau Tan Thian Song yang menang, sudah tentu
mereka takkan keluar, mana mungkin akan menyuruh
Tan Thian Song melepaskan lawannya
Pada ketiga saudara-kembar itu tak dapat
menjawab maka Ho Tik lah yang berkata, "Siapa kah
guru nona, harap lepaskan orang baru nanti kita
bicara lagi."
Coh Hen Hong tertawa dingin, "Aneh, mengapa
kalian begitu ketemu aku terus mendesak
menanyakan siapa guruku" Sekarang kalau dengan
aku saja kalian tidak menang, buat apa menanyakan
guruku" Kalau kusebut namanya, tentu kalian akan
mengucurkan keringat dingin.
Apakah tidak akan membuat malu pada diri
sendiri?" Wajah Ho Tik dari biru menjadi merah. Menandakan
kalau dia marah sekali. Kalau saja yang bicara itu
bukan dara berumur 16-17 tahun. kalau saja dia tak
mengingat akan kedudukannya sebagai tokoh
ternama, tentulah saat itu dia sudah menghajarnya.
"Jangan bermain lidah tajam, lepaskan orang itu ''
bentaknya dengan keras.
509 Tan Thian Song ditutuk jalandarah dan diangkat
seperti anak kecil. Padahal dia seorang lelaki yang
bertubuh tinggi besar dan yang mengangkat itu
seorang gadis saja.
Berserulah Coh Hen Hong seperti tak kaget dengan
segala bentakan dan hardikan orang, "Baik, kalian
lihat saja. Sebenarnya tadi aku sudah berjanji dengan
Tan thian Song. Siapa yang kalah, bersedia digantung.
Sekarang begini saja. Siapa di antara kalian yang
dapat merebut Tan Thian Song dari tanganku, akupun
takkan menarik panjang urusan ini lagi.
Mendengar kata-kata Coh Hen Hong itu, Ho Tik,
Thian san sam-hau dan lain2, terbelalak kaget Katakata
Coh Hen Hong itu berarti menantang kepada
siapa saja yang berani merebut Tan Thian Song dari
tangannya. Gila barangkali gadis itu, pikir setiap
orang. bukankah yang dihadapinya tokoh-tokoh
ternama" Tetapi karena berani mengeluarkan tantagan, itu
jelas gadis itu tentu punya pegangan. Apakah
kepandaian gadis itu. benar-benar tiada yang dapat
menandingi"
Entah bagaimana, tokoh-tokoh itu malah tak berani
sembarangan menerima tantangan Coh Hen Hong.
"Apakah tidak menyesal"' tanya Ho Tik.
Coh Hen Hong sudah punya perhitungan. Dia masih
belum yakin kalau dapat mengalahkan Thian-san-samhau.
Dan kalau dia sampai kalah kelak bagaimana dia
dapat bertemu orang lagi" oleh karena itu, dia harus
mengalahkan ketiga jago kembar dari Thian san itu.
510 Otak Coh Hen Hong memang encer sekali. Segera
dia teringat bahwa dia pernah dapat pelajaran ilmu
ginkang yang sakti dari Cengte yaitu yang disebut Bi
hun-kang (ilmu Awan sesat). Apabila dikembangkan,
tubuh akan melayang-layang seperti awan bertebaran.
Ceng-te mengatakan, jika menggunakan ilmu
ginkang Itu, lawan tentu sukar menyentuh dirinya.
Sekarang Ia sudah terlanjur menantang tokohtokoh
itu untuk merebut Tan Thian Song. Dengan
menggunakan ginkang Bi-hun kang Itu, asal lawan
tidak mampu merebut Tan Thian Song berarti dia
menang. Maka waktu Ho Tik meminta penegasan Coh Hen
Hong pun serentak menjawab, "Tentu saja, jadi.
Tetapi menurut pendapatku, lebih baik kalian
serempak sekaligus maju saja, kalau tidak tentu tak
mampu merebut."
Saking marahnya, napas Ho Tik sampai sesak
sehingga tak dapat mengeluarkan kata-kata.
"Lagi pula," kata Coh Hen Hong lagi, "kita tentukan
waktunya, Tak boleh kalian terus menerus merebut
saja sehingga aku tak sempat menggantung Tan Thian
Song Lagi."
Dengan kalap Ho Tik serentak berteriak,
"Seperminum teh, sudah cukup. Kalau tak mampu
merebut, aku bersedia mengaku kalah."
Dalam waktu seperminum teh, tidak mungkin Ho
Tik mampu merebut Tan Thian Song. Dalam hal ini
511 Coh Hen Hong yakin betul. Tetapi waktu Itu terlalu
pendek. Kalau temponya keliwat pendek, tentu ia tak
dapat mengeluarkan ke pandaiannya.
Maka dia lantas berseru, "Saudara2 sekalian kalian
tentu sudah mendengarkan. Ho tayhiap mengatakan
dalam waktu sepeminum teh sudah cukup. Tetapi
kubilang tidak cukup. Aku bersedia untuk
memperpanjang waktunya sampai setengah jam.
Auyang piauthau, tolong engkau lihatkan waktunya."
Auyang Tiong He hanya mengiakan saja.
Sejak turun ke gelanggang persilatan dan
mengangkat nama, belum pernah Ho Tik dipandang
hina begitu rupa. Sekarang dia sudah berumur 60
tahun, pengalaman cukup nama tinggi. Lalu tiba-tiba
muncul suatu peristiwa seperti saat itu. Maka dapat
dibayangkan betapa kemarahannya saat itu. Baru Cob
Hen Hong selesai berkata, Ho Tik terus bergerak
menerjang. Melihat itu Coh Hen Hong menghimpun tenaga
murni dan melangkah setindak ke samping. Sudah
tentu Ho Tik melihat gerakan gadis itu maka iapun
condongkan tubuh ke samping, merentang kelima
jarinya dan menerkam bahu Coh hen Hong!
Baik Ho Tik maupun para penonton, yakin kalau
terkaman Ho Tik itu pasti berhasil. Karena jari jemari
Ho Tik berhamburan malang melintang laksana sarang
laba2 yang ketat Musuh yang berada setombak di
sekeliling Ho Tik, pasti sukar meloloskan diri.
Tetapi gerakan Coh Hen Hong ternyata aneh. Baru
melangkah setengah tindak, tiba-tiba tubuhnya
512 berputar, kaki kanan dilingkarkan dan tubuh rubuh ke
muka, membentur tubuh Ho Tik.
Dia masih meringkus Tan Thian Song. Bahwa tibatiba
dia seperti rubuh hendak menjatuhi Ho Tik,
benar-benar merupakan hal yang tak diduga sama
sekali. Terkaman Ho Tik memang serapat jaring Empat
penjuru takkari lolos dari terkamannya. Tetapi dia kan
tak mungkin mau menerkam dirinya sendiri. Oleh
karena itu bagian muka dadanya merupakan tempat
yang aman. Dan kebetulan Coh Hen Hong memang
rubuh ke situ. Sudah tentu Ho Tik terkejut sekali dan cepat
mundur Tetapi baru dia melangkah mundur, tubuh
Coh Hen Hong pun sudah melesat. Walau pun
membawa orang tetapi gerakan Coh hen Hong begitu
indah, sedikit suarapun tak terdengar, Semisal awan
berarak di cakrawala.
Setelah menerkam luput, Ho Tik tak berani berayal.
Cepat dia berputar tubuh, Tadi dia melihat sendiri, Coh
Hen Hong melayang ke sebelah kiri tetapi setelah dia
berputar ke kiri, ternyata nona itu tidak kelihatan.
kejut Ho Tik bukan alang kepalang. Dia termangu.
Tepat pada saat itu dari belakang ter dengar Coh Hen
Hong tertawa, Cepat Ho Tik berputar ke belakang.
Cepat sekali dia bergerak tetapi tetap dia tak dapat
melihat Coh Hen Hong.
Dimana gadis itu" Ho Tik tahu jelas kalau gadis itu
di sampingnya tetapi dia tak dapat melihatnya. Kalau
513 orangnya saja tak dapat melihat bagamana hendak
merampas Tan Thian Song"
Kalau tak dapat merebut Tan Thian Song pamornya
tentu jatuh. Ho Tik tak menghendaki hal itu terjadi.
Karena bingung, dia sampai mengucurkan keringat.
Tetapi makin dia gugup, makin dia mendengar tawa
Coh Hen Hong berhamburan di empat penjuru. Namun
setiap kali dia berpaling kearah suara tawa itu. tentu
tak dapat melihat orangnya.
Keringat pada dahi Ho Tik makin mengucur deras.
Waktu sepeminum teh yang dijanjikan, sudah lewat
lama dan setengah jam segera tiba.
Sekalian orang hanya melihat tubuh Coh Hen hlong
melayang kian ke mari di belakang Ho Tik. Dan setiap
kali Ho Tik berputar tubuh, dalam waktu sesempit
lubang jarum, gadis itu tentu sudah menghindar.
itulah sebabnya maka setiap kali Ho Tik berputar
tubuh, tentu tak dapat melihat Coh Hen Hong.
Di antara sekian banyak tamu2 yang menyaksikan,
tidak sedikit yang ginkangnya tinggi. Tetapi melihat
Coh Hen Hong sambil membawa orang dapat bergerak
seperti meluncur di atas air dan gerak langkahnya
begitu aneh sekali, membuat sekalian orang bersorak
memuji gegap gempita.
jika Coh Hen Hong makin mangkak karena
mendapat pujian yang mengemparkan, adalah Ho Tik
yang setengah mati, Dia makin bingung. Marah dan
malu. Dia tahu bahwa sorak pujian orang itu bukan
untuk dia. Dan orang yang bersorak memuji itu belum
tentu bermusuhan dengan dia. Hanya sebagai seorang
514 persilatan, begitu melihat kepandaian yang
mengagumkan, dengan sendirinya kagum dan
bersorak memuji.
Dia menyadari bahwa sekalipun dia tak dapat
melihat Coh Hen Hong tetapi jelas kalau ginkang gadis
itu memang luar biasa hebatnya.
Dalam hati Ho Tik sudah merasa bahwa saat itu
siperminum teh sudah lewat lama. Dan menilik


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keadaannya, jangankan setengah jam, sekalipun satu
jam, pun juga tak nanti dia dapat menyentuh pakaian
orang. Dalam keadaan seperti itu apabila harus menunggu
Auyang Tiong He berteriak memperingatkan temponya
sudah habis, Ho Tik merasa benar-benar kehilangan
muka. Belum pernah Ho Tik merasakan suatu kesedihan
hati yang begitu besar seperti saat itu. Berpuluh puluh
tahun lamanya dia menikmati kemasyhuran nama
dalam dunia persilatan Pada hari itu dalam merayakan
ulang tahunnya yang ke 60 dimana hampir seluruh
kaum persilatan datang untuk memberi selamat, tidak
di sangka dalam waktu hanya setengah jam saja,
keadaannya telah berobah sembilan puluh derajat.
Ibarat jatuh, dia bukan hanya jatuh saja tetapi benarbenar
terbanting jatuh.
Kalau dia kalah di tangan seorang jago sakti, itu
masih dapat diterima. Tetapi dia dibuat kucingan oleh
seorang gadis berumur 16- 17 tahun saja. Ahhh .
Tiba-tiba dia hentikan gerakannya lalu tertawa
gelak-gelak. Tetapi nadanya bagaikan burung kukuk
515 beluk yang merintih di tengah malam. Setelah tertawa
duka itu, keringat makin mengucur deras lalu dengan
suara yang gemetar, dia berkata, "Kagum. sungguh
kagum." Antara mulut dengan hati telah terjadi pertentangan
hebat. Mulut memuji, hati seperti disayat. Seketika
darah dan hawa dalam tubuhnya bergolak naik, wajah
pucat lesi dan sepasang matanyapun terbalik.
Karena Ho Tik berhenti rnaka Coh Hen Hong pun
berhenti. Tubuh Ho Tik membeku dan wajahnya yang pucat
seperti mayat itu segera diketahui orang.
"Ho tayhiap, ambillah pernapasan '' cepat Thian san
sam-hau berteriak.
Darah yang meluap dalam tubuh Ho Tik, telah
menerjang sun-meh (urat-urat hati). Itulah sebabnya
maka wajah Ho Tik tampak begitu mengerikan. Hal itu
merupakan pantangan besar dalam ilmu silat. Kalau
parah, jiwa dapat melayang. Kalau ringan, akan
menuju ke co hwe jip mo (peredaran darah tersesat).
Paling ringannya, akan menderita luka-dalam yang
parah. Itulah sebabnya maka Thian san sam hau
meneriakinya supaya menjalankan peredaran tenaga
dalam ke dada, agar jangan sampai menderila akibat
yang mengerikan.
Sebenarnya tokoh seperti Ho Tik bukan tak tahu hal
itu. Tetapi darah yang membinal itu laksana air bah
yang membobolkan tangkis, tak dapat dicegah lagi,
516 Setelah berteriak, Thian-san sam-hau juga terus
melesat ke muka. Tetapi waktu mereka bertiga tiba
dimuka Ho Tik dan terus ulurkan tangan untuk
menopang ulu-punggung Ho Tik, ternyata sudah
terlambat. Huak.... mulut Ho Tik menghambur darah
segar. Thian-san-sam-hau tetap melekatkan tangan
mereka ke punggung Ho Tik. Lima enam kali
menyembur darah, pakaian ketiga jago dari Thian san
itu berlumuran darah.
Tiga saudara kembar tiga dari Thian-san itu digelari
Sam-hau (tiga putih) adalah karena rambut, jenggot,
alis dan pakaian mereka putih semua. Tetapi saat itu
karena pakaian dan muka mereka tersembur darah
merah, mereka bukan lagi Sam hau melainkan Samhong
atau si Tiga merah.
Melalui tangan yang di letakkan pada tubuh Ho Tik,
ketiga jago Thian-san itu menyalurkan tenaga-murni
mereka untuk melindungi jalan darah sin-meh Ho Tik.
Karena mendapat saluran itu barulah Ho Tik berhenti
muntah darah. Akan tetapi wajahnya mengerikan
sekali. Sekalian tetamu yang menyaksikan hal itu tahu
bahwa sekalipun jiwa Ho Tik tertolong tetapi ilmu
kepandaiannya telah turun setingkat. Sejak saat itu,
sukarlah baginya untuk mengibarkan panji panji tokoh
sakti dalam dunia persilatan.
Dalam waktu yang singkat, telah jatuh dua tokoh
ternama. Yang satu telah dikuasai seperti patung dan
yang seorang telah menderita luka dalam yang amat
517 parah. Peristiwa itu benar-benar belum pernah terjadi
dalam dunia persilatan. Dan yang menimbulkan. tak
lain hanya seorang gadis remaja belaka. Sungguh hal
yang sukar dipercaya.
Tak seorangpun di antara sekian banyak tetamu
yang buka suara lagi. Tiba-tiba Coh hen Hong berkata,
"Ho tayhiap, pibu (adu kepandaian) sudah tentu akan
ada yang menang dan kalah Hal itu sudah wajar,
mengapa engkau harus menyiksa diri sampai begitu?"
Saat itu karena menderita luka dalam, Ho Tik tak
dapat bicara. Memang dia sudah tidak muntah darah
tetapi mulutnya tetap mengalirkan darah. Ditambah
dengan cahaya mukanya yang pucat lesi, dia tak ubah
seperti sesosok mayat. Dan lagi kalau tidak ditopang
ketiga jago Thian-san, dia tentu tak dapat berdiri dan
rubuh. Bahwa kesudahan dari pertandingan bakal begitu
rupa. benar-benar tak seorangpun yang pernah
membayangkan. dan karenanya sekalian orang
menarik napas tak bicara apa-apa.
"Lalu siapa lagi yang tak membiarkan aku untuk
menggantung Tan Thian Song?" seru Coh Hen Hong
pula. Sekalian orang hanya saling pandang
mememandang satu sama lain. Meskipun diantara
mereka tahu diri dan merasa berkepandaian lebih
rendah dari Ho Tik. Kalau berani maju, toh percuma
saja. Dan lagi bukankah disitu masib masih ada Thian
san-sam-hau" Ketiga saudara kembar itu juga
518 bersahabat baik dengan Tan Thian Song, kepandaian
mereka juga hebat. Tentulah mereka takkan berpeluk
tangan mengawasi Tan Thian Song akan di gantung
Ah, lebih baik tidak usah maju sendiri dan melihat saja
bagaimana nanti Thian san sam hau akan bertindak,
pikir mereka. Oleh karena itu pertanyaan Coh Hen Hong tak ada
yang menjawab. Thian-san-sam-hau saat itu sedang
sibuk menolong Ho Tik. Keadaan Ho Tik amat gawat,
kalau ditinggal, tentu akan mati. Maka thian san sam
hau pun tak mau bicara apa-apa.
Melihat tak ada orang yang berani menjawab Coh
Hen Hong merasa bahwa dia telah berhasil unjuk
kepandaian untuk mempengaruhi tetamu2 kaum
persilatan disitu. Dia gembira sekali. Cepat dia
berputar tubuh dan menuding pada seorang lelaki
yang bersabuk cambuk panjang.
'Hai, sahabat, pinjam cambukmu itu," seru nya.
Ternyata orang itu juga punya nama di dunia
persilatan. Cambuk yang melilit pinggangnya itu
terbuat dari urat ular besar. Dengan senjata itu dia
telah mengangkat nama besar. Mendengar perkataan
Coh Hen Hong seketika berobahlah Wajahnya.
Melihat orang itu tak menyahut dan wajahnya
tegang, Coh Hen Hong tertawa, "Apakah anda tidak
boleh" Mungkin apakah anda tidak percaya kalau
dengan membawa orang aku masih dapat merebut
cambuk dipingangmu itu.?"
Wajah orang itu makin lesi, tak sedap dipandang.
519 "Lekas jawab!" tiba-tiba Coh Hen Hong hentikan
tawa dan membentak dengan bengis.
Tiba-tiba orang itu memekik aneh. Sekali tangan
bergerak, cambuk panjang terlepas dari pinggang nya
dan terus diayunkan ke pinggang Coh Hen Hong.
Melihat sikap orang yang menggeretek gigi, jelas
dia itu kalap dan nekad. Tahu kalau tak dapat
melawan Coh Hen Hong, dia tetap nekad. bagi kaum
persilatan, kehormatan itu jauh lebih berharga dari
jiwa. Kalau dia menurut saja menyerahkan cambuk
itu, jelas tak mungkin dia dapat menanam kaki di
dunia persilatan lagi. Maka baginya lebih baik mati
secara ksatrya dari pada hidup menanggung malu.
Cambuk itu melayang cepat sekali. Tetapi mana
Coh Hen Hong menganggapnya" Sambil memindahkan
tubuh Tan Thian Song ke tangan kiri lalu tangan
kanannya menyambar. Tangkai cambuk itu tak henti
hentinya bergetar. Rupanya akan mengembangkan
berbagai gerak perobahan. Tetapi setelah kena
disambar Coh Hen Hong, macetlah permainan cambuk
itu. Melihat sekali gebrak, tangkai cambuknya sudah di
kuasai lawan, kejut orang itu bukan alang kepalang.
Tetapi dia masih berusaha hendak meronta. Sekali
pijakkan ujung kaki ke tanah, dia terus hendak loncat
mundur, menarik cambuknya.
Tetapi ternyata Coh Hen Hong tak sabar. Selekas
menerkam cambuk, ia terus menyalurkan tenagadalam.
Arus tenaga dalam mengalir melalui batang
cambuk. Pada Saat orang itu hendak loncat mundur,
arus tenaga dalam Coh Hen Hong sudah melanda
520 telapak tangannya.
Saat itu orang yang punya cambuk melayang
diatas, sukar sekali untuk mengerahkan tenaga dalam
membendung arus serangan tenaga dalam Coh Hen
Hong. Seketika dia menjerit keras, kelima jari
melepaskan cambuk dan tubuhnya seperti layang2
putus tali, melayang di udara.
Setelah melayang sampai tiga empat tombak
tingginya baru melayang ke bawah. Kebetulan
tubuhnya tersangkut pada pohon sehingga dia tak
dapat turun ke tanah.
Melihat itu Coh Hen Hong tertawa geli serunya,
'Engkau tidak mau memberi pinjam cambuk bahkan
malah menyerang hm, sungguh tak tahu diri!"
Sambil berkata dia mengikat kedua kaki Tan Thian
Song dengan cambuk lalu dibawa ke pohon Setiba
dibawah pohon, dia lontarkan cambuk ke arah
sebatang dahan. Sekali cambuk itu melibat dahan,
jelas Tan Thian Song pasti akan tergantung
Tetapi tepat pada saat itu tiba-tiba terdengar
seorang berseru nyaring, "Tunggu dulu!"
Menyusul gelombang tenaga yang amat panas
melanda dari samping kearah dahan pohon itu.
Krak..... pohon itupun patah, Dan bekas dahan yang
putus, terpapas seperti dipapas senjata tajam.
Diam-diam Coh Hen Hong berteriak memuji atas
tenaga dalam yang hebat dari pendatang itu. Tanpa
berputar tubuh dia sudah dapat menduga bahwa yang
521 turun tangan itu tentulah Thian-san sam hau.
Siapakah lagi kalau bukan mereka yang memiliki
tenaga dalam sedemikian sakti"
Maka tanpa berpaling, Coh Hen Hong tertawa,
serunya, "Bagus, Sam-hau cianpwe, apakah mau
memberi pelajaran juga" Terima kasih."
Tetapi kali ini dia telah menduga salah. Yang
tertawa dingin dari belakang, bukanlah Thian-san
sam-hau melainkan orang lain "Kurasa tak perlu harus
Thian-san-sam-hau yang akan memberi pelajaran
kepadamu!"
Pada saat mendengar nada suara orang itu, sesaat
Coh hen Hong tertegun. Rasanva dia sangat faham
dengan suara itu tetapi karena karena sudah lama, dia
tak ingat lagi.
Segera dia berputar tubuh dan memandang ke
muka. Kembali dia tertegun. Yang berdiri di
hadapannya bukan Thian-san-sam hau melainkan
seorang yang berperawakan tinggi lencir, muka nya
mengenakan topeng.
Topeng orang ini terbuat dari kulit manusia,
berwarna kuning gelap sehingga menyeramkan orang.
"Sembunyikan kepala, mengunjukkan ekor, apakah
juga berani hendak unjuk kepandaian?"
Orang itu berkata, "Nona, cukup kiranya engkau
mengunjuk permainan. Jangan dilanjutkan Kalau
diteruskan, apa engkau kira bakal membawa
kesudahan yang baik?"
522 Memang kata-kata orang bertopeng itu nalar sekali.
Tetapi Coh Hen Hong itu seorang gadis yang congkak
dan kepala besar. Apalagi sekarang dia sudah memiliki
ilmu silat yang sakti, Mana dia mau mendengarkan
nasehat orang. Serentak dia tertawa sinis, "Berkesudahan baik atau
tidak. tak ada yang tahu. Tetapi kalau engkau yang
akan menerima kesudahan tak baik, itu sudah pasti"
Sambil berkata Coh Hen Hong ulurkan sebuah jari
kearah orang itu dan, sissss.... segulung angin yang
keras menghambur ke muka. Tiba-tiba orang itu
loncat keatas sehingga tenaga dalam dari jari Coh Hen
Hong hanya lewat di bawah kakinya.
Orang-orang yang berada di belakang orang
bertopeng iti terkejut dan cepat menyingkir.


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Krakkk.... tenaga-dalam dari jari Coh Hen Hong itu
meluncur sampai tiga tombak jauhnya dan
menghantam sebuah batu merah, Batu merah hancur
dan rontok berhamburan ke bawah.
Dengan seenaknya saja menjulur jari lalu dapat
menghancurkan batu merah yang berada tiga tombak
jauhnya, menyebabkan seorang tetamu melonggo. Dia
bukan lain adalah Kim kong ci (Jari malaikat) Jit Ci
siansu. Paderi itu pernah menggemparkan dunia
persilatan tetapi sekarang sudah mengasingkan diri.
Betapa kesaktian dari ilmu jari Jit Ci siansu, seluruh
kaum persilatan tahu semua. Sebenarnya dia juga
mempunyai sepuluh jari tangan yang utuh. Tetapi
demi mempelajari ilmu Kim kong ci, dia tak segan2
523 memotong tiga buah jarinya. Itulah sebabnya dia
bergelar Jit Ci atau Tujuh-jari.
Kim kong-ci yang dipelajarinya. dapat di gunakan
untuk menutuk jalandarah orang dari jarak jauh.
Hebatnya bukan kepalang. Tetapi setelah melihat ilmu
jari yang dipertunjukkan Coh Hen Hong, dia merasa
tidak dapat menyamai. Hanya tersentuh dan diapun
menghela napas panjang. "Ah, biarlah."
Karena saat itu suasana sunyi senyap maka semua
orangpun dapat mendengar helaan napas Jit Ci siansu
dan ucapannya. Coh Hen Hong pun melihat jika yang menghela
napas itu seorang paderi tinggi besar. ia tertawa
menegurnya 'Mengapa berkata begitu"'
Jit Ci siansu mengangkat tangan kirinya hanya
berjari empat dan tangan kanan yang hanya berjari
tiga, berkata, "Melihat ilmu jari yang engkau
pertunjukkan tadi, latihanku selama berpuluh tahun,
boleh dikata sia-sia saja."
Coh Hen Hong gelengkan kepala, "Engkau
mempunyai bakat yang baik, mengapa ilmu jari begitu
tak berarti?"
Ilmu Kim-kong-ci merupakan ilmu sakti dari
kalangan perguruan agama. Suatu ilmu yang sakti
sekali. Sudah berpuluh tahun Jit Ci siansu mempelajari
ilmu itu dan sudah mempunyai hasil Kalau ada yang
berani mengatakan ilmu kepandaiannya itu masih tak
karuan, tentulah Jit Ci marah dan akan turun tangan.
524 Tetapi sekarang dia menyaksikan sendiri bahwa
kepandaian nona itu memang lebih tinggi dari dirinya.
Lalu bagaimana dia harus membantahnya"
jit Ci siansu hanya menghela napas, "Engkau benar.
Mulai saat ini aku takkan membicarakan soal ilmu jari
lagi" "Ah, tak perlu begitu," Coh Hen Hong tertawa, "aku
dapat memberimu pelajaran sedikit tentang ilmu jari.
Tetapi engkau harus mengangkat aku sebagai suhu!"
Dari pembicaraan yang semula tak berarti, tiba-tiba
berobah menjadi persoalan yang serius dan gawat.
Suatu hal yang tak pernah diduga-duga sekalian
orang. Jit Ci siansu, walaupun bukan terhitung tokoh hebat
dari kalangan Hud-bun (agama), tetapi dia juga
mempunyai nama besar dalam dunia persilatan.
Mengapa Coh Hen Hong seorang gadis belasan tahun,
berani mengatakan sangup menerima Jit Ci siansu
sebagai muridnya" Apakah itu bukan suatu hinaan
besar bagi Jit Ci siansu"
Tetapi yang lebih mengejutkan sekalian bakal
terjadi belakang nanti Ternyata mendengar ucapan
Coh Hen Hong, bukannya marah tetapi wajah Jit Ci
siansu malah tampil cerah.
"Jangan kira dengan mengangkat aku sebagai suhu,
engkau benar-benar menjadi muridku yang sungguh.
Paling banyak engkau hanya kuanggap sebagai murid
istimewa, namanya saja murid tetapi orangnya bukan.
Nanti aku akan tetap memberimu pelajaran ilmu silat."
525 Jit Ci siansu masih tegak seperti patung. Sikapnya
mengundang perhatian orang untuk memandangnya.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba Jit Ci siansu berlutut
menghadap Coh Hen Hong seraya berkata, "Sucun,
terimalah hormat murid"
Peristiwa itu bukan hanya sekalian orang, pun Coh
Hen Hong tak pernah menyangka. Mengapa gadis itu
berkata hendak mengambil Jit Ci sebagai murid, tak
lain hanya untuk membikin panas hati orang agar
orang marah dan timbul perkelahian lagi.
Coh Hen Hong memang hendak mencari musuh
yang sakti kepandaiannya. Melihat Jit Ci siansu hanya
mempunyai tujuh buah jari tangan, dia segera tahu
kalau paderi itu adalah Jit Ci siansu yang termasyhur
di dunia persilatan.
Coh hen hong tidak mengira kalau Jit Ci siansu itu
seorang yang paling memuja ilmu silat seperti jiwanya
sendiri. Untuk memiliki ilmu Kim kong ci, dia rela memotong
tiga buah jarinya. Pada hal menurut ilmu ketabiban,
jari itu merupakan saluran penting dengan hati. Jika
dipotong, sakitnya bukan kepalang. Tapi bagi jit Ci,
hal itu bukan halangan asal dia dapat menguasai jarisakti
Kim kong ci kang.
Seperti yang terjadi pada saat itu. Dia tahu bahwa
baik kedudukan nama dan umurnya, tak mungkin dia
sudi menjadi murid Coh Hen Hong.
tetapi dia melihat dengan mata kepala sendiri,
betapa sakti ilmu jari nona itu, Dia begitu ngiler dan
tergila gila untuk memiliki sehingga akhirnya dia
526 melupakan dan menindas segala perasaan, harus
mempelajari ilmu jari yang lebih sakti dari Kim-kong ci
itu. Itulah sebabnya, tanpa malu2 lagi dia terus
bertekuk lutut dan memberi hormat, menyebut suhu
kepada Coh Hen Hong.
Sejenak tertegun, Coh Hen Hong cepat tenang
kembali, serunya, "jit Ci, engkau meninggalkan vihara
Leng-in dan hendak menjadi murid dalam
perguruanku terserah engkau mau jadi orang biasa
lagi atau tetap, sebagai paderi. Tetapi apakah engkau
sudah memberi tahu kepada It Wi taysu pimpinan
vihara itu "Tak perlu," sahut Jit Ci siansu
Guyon2 jadi sungguh. Setelah itu. Sebenarniya
hanya hendak berolok-olok saja tetapi ternyata Coh
Hen Hong benar-benar mendapat seorang murid.
Walaupun. tampaknya janggal seorang gadis
menerima murid seorang paderi tua, namun Coh Hen
Hong gembira Juga karena tahu bahwa Jit Ci itu
seorang kojiu ternama juga.
"Kalau engkau memang mempunyai keputusan
begitu," kata Coh Hen Hong.
"itu baik sekali Bangun dan berdiri dibelakangku.
Kalau It Wi taysu tak mencari kemari, ya tak apa.
Tetapi kalau dia berani datang meminta
pertanggungan jawab, berarti dia akan cari penyakit
sendiri " Jit Ci menurut. Dia bangun lalu berdiri di
belakang Coh Hen Hong. Pada saat itu Thian-san-sam
hau sudahb hentikan seluruh tenaga-murninya lalu
527 memangil pengurus rumah tangga keluarga Ho, suruh
mereka membawa Ho Tik masuk kedalam setelah itu
baru ketiga jago Thian san itu menghampiri Coh Hen
Hong. Sebelum tiba di muka Coh Hen Hong mereka
berhenti di depan orang yang bertopeng tadi, memberi
salam, "Anda sunguh bernyali besar sungguh
mengagumkan!" Orang itu tertawa rawan, "Ah, sam wi
cianpwe terlalu memuji". Habis berkata dia terus
mengundurkan diri kebawah sebatang pohon. Disitu
telah menunggu seorang wanita yang juga memakai
kedok kulit Mereka terus hendak pergi.
"Hai Kalau memang berani jangan pergi dulu" seru
Coh Hen Hong. Mendengar itu kalau tetap pergi, orang
bertopeng itu merasa kehilangan muka. Tetapi
rupanya dia tak menghiraukan soal itu. Bersama Si
Wanita, dia terus melesat keluar. " Coh Hen Hong
hendak mengejar tetapi pada saat itu berkelebat tiga
sosok bayangan. Thian san sam hau sudah muncul di
hadadapannya. Apa boleh buat Coh Hen Hong terpaksa tak dapat
mengejar. tetapi dia memandang kedua pria dan
wanita yang bertopeng itu seraya tertawa dingin,
"Kalau kalian hendak lepas dari tanganku jangan
mimpi!" "Lepaskan orang itu," seru Thian san sam hau.,
berhadapan dengan tiga tokoh sakti, mau tak mau
hati Coh Hen Hong tegang juga. Ia tak berani
memandang rendah. Tetapi bagaimanapun tak sudi
dia menurut perintah mereka.
"Tidak bisa," serunya.
528 " Wut, wut, wut.... . ketiga jago Thian-san sudah
serempak menghantam. Waktu menyahut tadi untung
Coh Hen Hong sudah bersiap.
Telah dituturkan di atas, berhadapan dengan siapa
sajan ketiga saudara kembar dari Thian san itu tentu
selalu maju bertiga. Soal itu Coh Hen Hong tak tahu.
Dia mengira lawan tokoh yang ternama dan sudah
berusia tua. Sedang dia hanya seorang diri. Kalau
bertempur tentulah mereka akan maju satu demi satu.
Maka tak heran kalau Coh Hen Hong terkejut ketika
ketiga lawan itu menyerangnya serempak.
Untunglah Coh Hen Hong sudah mengerahkan
tenaga-murni. Waktu ketiga jago Thian san
menghantam, iapun segera mundur. Baru mundur
selangkah kaki kanan melangkah kesamping menjurus
kelain arah. Gerak tata-langkah itu adalah yang dimainkan
waktu melawan Ho Tik tadi yaitu ilmu ginkang sakti
yang disebut Bi-hun-kang.
Memang digunakan terhadap Ho Tik, dapat berhasil.
Tetapi berhadapan dengan ketiga jago dari Thian-san
ternyata macet. Hal itu bukan disebabkan karena
Thian-san sam hau lebih unggul ilmu nya dari Ho Tik.
Tetapi disebabkan karena Ho Tik hanya seorang dan
ketiga jago Thian-san itu tiga orang.
Dalam berhadapan dengan Ho Tik, Coh Hen Hong
memang dapat main kucing-kucingan menyelinap ke
belakang Ho Tik. Tetapi dia benar takt berdaya harus
menyelinap ke belakang ketiga jago Thian san ini.
529 Baru dia menyelinap salah seorang lawan yang dua
serentak menghantamnya dari belakang. Mendengar
pungungnya dihantam, terpaksa Coh Hen Hong tak
berani melanjutkan serangannya. Tetapi justru karena
ia berayal itu, lawan yang berada di mukannya juga
cepat berputar tubuh dan mengancamnya. Dengan
begitu Coh Hen Hong harus menderita pukulan dari
muka dan belakang.
Coh Hen Hong terkejut tetapi malah makin gembira.
Dengan berteriak aneh dia terus melambung keatas.
Dia masih memegang tubuh Tan Thian Song namun
dia dapat melambung keatas sampai hampir dua
tombak tingginya dan tepat melayang turun pada
sebuah dahan. Di lepaskan Tan Thian Song sehingga
tubuh Tan Thian Song meluncur turun lalu ujung
cambuk di pijak pada dahan. Dengan demikian Tan
Thian Song tetap digantung dengan kepala menjungkir
dibawah. Pukulannya luput, ketiga jago Thian-san Itu marah
sekali. Dan melihat Tan Thian Song digantung pada
dahan pohon, mereka makin marah sekali. serentak
mereka berteriak kalap lalu mengangkat tangan
hendak menghantam ke arah dahan,
Tetapi pada saat itu terdengar dua buah teriakan
memuji dan orang yang suaranya bernada Im dan
Yang "bagus! Ilmu kepandaian yang bagus! "
Dalam kesibukannya Coh Hen Hong menyempatkan
diri untuk memandang ke arah suara orang Itu.
Ternyata yang berteriak itu dua orang, yalah pelajar
berbaju biru dan kawannya yang bertubuh tinggi kurus
dan berpakaian hitam.
530 Coh Hen Hong tenang. Diam-diam dia merasa
paling tidak ada dua orang yang secara moril telah
membantunya. Dan andaikata dia tak dapat melawan
Thian san sam hau toh dia masih punya sepasang
pedang Leng-liong-kiam yang ampuh.
Cengte pernah mengatakan bahwa ilmu pedang
Leng liong kiam hwat itu, di dunia persilatan tak ada
orang yang mampu menandingi. Hanya dipesan kalau
lawan bisa menerima serangan sampai lima jurus,
harus dilepas jangan terus didesak saja,
Teringat akan hal itu ketegangan wajah Coh Hen
Hong., mereda. Dia berseru dingin, "Kalian menyerang
keroyokan, mengapa tak mau bilang Lebih dulu?"
"Kami selalu begitu selamanya, perlu apa harus
memberitahu?" bantah ketiga jago Thian san.
Dalam menghindari dua buah serangan mereka,
Coh hen Hong harus terpaksa loncat keatas. Suatu hal
yang mengejutkan hatinya. Dia menyadari apabila
tidak menggunakan pedang pusaka tentu tak mungkin
dapat mengalahkan ketiga jago Thian-san itu.
Maka dia segera berseru. "Karena kalian maju


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertiga, tentunya kalian tak keberatan kalau aku
menggunakan senjata, bukan"'
"Silahkan," cepat ketiga jago itu menyahut. Dan
serempak mereka membalikkan tangan dan pelahanlahan
didorongkan ke muka. Bum, bum.. telapak
tangan mereka meletus keras. Tenaga-dalam yang
dipancarkan dari tangan mereka kuasa untuk
merobohkan sebatang pohon.
531 Tiba-tiba deru angin dan telapak tangan mereka
lenyap. Mengapa"
Tak lain karena saat itu Coh Hen Hong sudah
mempersiapkan sepasang pedang Ceng-leng-kiam dan
Kim-liong-kiam. sinar yang keluar dari sepasang
pedang pusaka itu telah menyilaukan mata sekalian
penonton. Sekalian tetamu yang mengunjungi pesta ulang
tahun Ho Tik itu terdiri dari golongan Putih dan Hitam.
Mereka kebanyakan tokoh-tokoh yang ternama.
Walaupun belum pernah melihat tetapi mereka pernah
mendengar bahwa di dunia ini tidak ada pusaka yang
memancarkan cahaya keras menyilaukan mata kecuali
sepasang pedang pusaka Leng-liong-kiam milik istana
Ceng-te kiong. Maka melihat pedang itu sekalian orang kuncup
nyalinya. Thian san sam hau serempak tertawa getir,
"kiranya engkau dari.... Ceng te-kiong. "
"Sudah tentu begitu. Dari mana lagi aku ini jika
tidak dari sana," sahut Coh Hen Hong.
Ketiga jago Thian-san itu saling pandang
memandang lalu sama membalikkan pergelangan
tangan. Dari kolong lengan bajunya mereka pun
megeluarkan tiga macam senjata yang aneh.
Ketiga senjata itu, pedang bukan pedang,
panjangnya hampir satu tombak, mempunyai tiga
mata yang tajam dan memancarkan sinar dingin.
Itulah yang disebut Sam-cay-sin-cek atau Tiga tusuk
tiga mata. 532 Sudah bertahun tahun mereka tidak menggunakan
senjata itu. Bahwa sekarang tiba-tiba
mengeluarkannya., pertanda kalau mereka sudah siap
untuk mengadu jiwa dengan Coh Hen Hong
Dan tepat pada saat itu situasi gedung keluarga Ho
telah terjadi perobahan. Serta melihat Coh hen hong
dan Thian san sam hau mengeluarkan senjata, orangorang
yang berkerumun di pintu terus bubar,
berserabutan ke luar.
Pada mulanya memang ada berapa orang yang
agak sungkan. Tetapi karena ada lain orang yang
sudah mendahului, merekapun tak malu lagi untuk
mengambil langkah seribu.
Bermula lebih kurang seratus orang yang berada di
pintu untuk meelihat Tetapi dalam beberapa kejab
saja mereka sudah lenyap semua dan hanya tinggal
bujang keluarga Ho Tik. Mungkin bujang itu tak tahu
apa yang dinamakan Ceng te kiong maka mereka
masih tetap berada di pintu. Selain itu masih ada tiga
tetamu lagi yang tetap berada di situ yaitu Auyang
Tiong He, sasterawan baju biru dan si tinggi kurus
baju hitam. "Ha, orang-orang itu memang bernyali kecil,"
sasterawan baju biru tertawa, "justeru sekarang
kesempatan bagus untuk menambah pengalaman,
harus jangan melewatkannya. Mengapa malah
terbirit2 pergi, lucu, sungguh lucu sekali!"
Si tinggi kurus baju hitam juga tertawa seram,
533 "Memang dunia ini penuh dengan manusia-sia yang
bernyali tikus. Yang seperti engkau dan aku entah
hanya ada berapa orang!"
Ucapan Si tinggi kurus itu memang mengejutkan
sekali. Dan lagi jelas dia itu berkawan dengan
sasterawan baju biru.
JILID 12 Coh Hen Hong mempunyai kesan baik terhadap Si
tinggi kurus baju Hitam. Oleh karena itu dia tak
merasa muak mendengar tawanya yang sinis itu.
lapun tertawa ringan. Dengan gerak laksana daun
kering gugur, dia terus melayang turun dari dahan dan
dengan tanpa mengeluarkan suara sama sekali. dia
sudah tegak di tanah.
Tring! Ia benturkan kedua pedangnya sehingga
menggetarkan dering yang tak berkeputusan, lalu
berseru, "Orang yang nyalinya besar memang hanya
kecuali kalian berdua, masih ada Thian-san-sam hau
!" "Saat itu darah Ho Tik yang menyembur pada muka
dan pakaian Thian-san-sam hau sudah kering sehinga
pakaiannya yang putih berobah warna menjadi merah.
Tetapi wajah mereka tampak pucat. Setelah saling
bertukar pandang baru mereka menyahut "Kiranya
534 nona ini dari istana Ceng te kiong. Entah dengan
Ceng-te, nona ini pernah apa?"
Bermula Coh Hen Hong hendak merahasiakan
dirinya. Tetapi setelah mengeluarkan sepasang
pedang Leng-liong-kiam, dia heran mengapa orang
terus mengenali dirinya.
Karena sudah terlanjur dikenal maka tanpa tedeng
aling2 lagi iapun berseru, "Engkongku."
Wajah Thian-san-sam-hau makin pucat, seru
mereka, "Beberapa tahun dulu, kami pernah bertemu
dengan Ceng-te, apakah sekarang dia sehat-sehat
saja?" "Sehat tak kurang suatu apa."
Thian-san-sam-hau merupakan tokoh persilatan
yang dihormati orang. Tatapi saat itu sikap mereka
serba aneh. Menilik sikapnya, mereka tampaknya tak
mau melanjutkan bertempur dengan Coh Hen Hong.
Tetapi karena sudah terlanjur mengeluarkan senjata,
kalau bilang tidak jadi bertempur, sukar rasanya mulut
mengatakan. Maka untuk beberapa saat, mereka
kehilangan faham.
Pada saat itu Auyang Tiong He menyela. "Siau
lihiap, ternyata Thian san-sam hau kenal dengan
Cengte, ha... ha, orang sendiri hampir saja salah
faham. Tak apa, harap siau-lihiap suka menyimpan
pedang lagi."
Mendengar pernyataan itu cepat-cepat Thian-sansam
hau menggunakan kesempatan, serunya,
535 "Auyang piauthau benar. Tolong sampaikan pada
Ceng-te, Thian-san-sam-hau menghaturkan hormat !'
Sambil berkata ketiga jago dari Thian-san itu terus
melesat ke belakang. Karena kepandaiaan mereka
tinggi maka dalam sekejab saja mereka sudah lenyap
dari pandang mata.
Sebenarnya Coh Hen Hong hendak mengejar untuk
memaksa mereka menderita malu. Tetapi pada lain
kilas ia menimang. Di pesta ulang tahun Ho Tik, dia
sudah banyak menimbulkan kegemparan.
Menggantung Pil Lik jiu Tan Thian Song membikin
marah tuan rumah sehingga muntah darah dan
menderita luka dalam yang parah. Dan membuat
sekalian jago-jago lari ketakutan. Hal itu kiranya
sudah cukup untuk mengunjuk kewibawaannya. Jika
melakukan pembantaian habis habisan, kemungkinan
kelak orang persilatan tentu segan dan takut bertemu
dengan dia. Siapa tahu karena takut dibunuh, mereka
akan berusaha untuk melawan dengan cara terang
maupun gelap. Hal Itu tentu tak menguntungkan
baginya. Setelah dipikir-pikir akhirnya Ia memutuskan kali ini
lebih baik melepaskan ketiga jago Thian san itu agar
memberi kesan kepada kaum persilatan bahwa kelak
mereka supaya menghormat dan takut kepadanya.
Coh Hen Hong tak mengejar melainkan tertawa
nyaring. Dia menggunakan tenaga dalam untuk
tertawa. Selama di Ceng te kiong entah berapa
banyak leng yok sian tan (obat mujarab, pil dewa)
yang dimakannya. Masih ditambah pula dia sering
mendapat saluran tenaga murni dari Cengte. Dengan
536 demikian tenaga dalamnya memang telah mencapai
tataran yang tinggi sekali.
Thian-san sam-hau yang sudah berada 2 li jauhnya,
sayup-sayup masih mendengar gelak tawa yang
nyaring itu. Mau tidak mau mereka terkejut.
Setelah tertawa beberapa saat barulah Coh Hen
Hong berkata, "Auyang piauthau, tak apalah, Kasihan
kepada kedua saudara yang sudah menunggu lama
ini." Mendengar Coh Hen Hong hendak cari2 lagi,
Auyang Tiong he segera melesat maju, "Siau lihiap,
ijinkan aku menghaturkan sedikit kata."
"Soal apa ?"
Sasterawan baju biru juga maju ke hadapan Coh
Hen Hong dan memberi hormat, "Ilmu kepandaian
lihiap benar-benar seperti malaekat dari langit. Aku
yang rendah beruntung sekali hari ini dapat bertemu,
benar-benar merupakan peristiwa yang paling
menggembirakan dalam kehidupan."
Sikap, wajah dan kata-kata si sasterawan yang
sopan menarik telah menimbulkan makin besarnya
simpathi Coh Hen Hong, "Betulkah" Siapakah nama
besar anda ?"
Sebelum sasterawan membuka mulut, Auyang
Tiong He sudah mendahului, "Siau-lihiap, ijinkan aku
menghaturkan sedikit kata."
537 Rupanya Coh Hen Hong tak sabar "Engkau hendak
bicara apa, bilang saja, mengapa harus minta ijin
segala ?" Auyang Tiong He juga seorang piauthau ternama.
Mana dia pernah menderita perlakuan begitu dari
orang" Auyang Tiong He sebentar merah sebentar pucat
mukanya. Namun dia dapat menahan perasaannya
dan berkata pula, "Siau lihiap tahukah engkau siapa
kedua orang itu?"
Sasterawan baju biru tertawa ringan, "Ah, rasanya
tak perlu Auyang piauthau memperkenalkan biar kami
sendiri yang mengatakan."
Auyang Tiong He mendengus dan tak bicara lagi.
"Aku yang rendah orang she Hong nama tungal Jui.
Orang persilatan memanggil Kiau long kun." Kiau-long
kun artinya Cowok cakep.
Coh Hen Hong hanya tertawa tak bicara apa-apa.
Diam-diam dia berpikir, ah, kiranya benar si Kiau long
kun, sunguh tak bernama kosong.
Setelah memperkenalkan diri, Hong Jui menunjuk
pada kawannya si tinggi kurus. berpakaian hitam,
memperkenalkan, "Dan dia adalah sahabat baikku. Dia
jarang datang ke Tiong-goan. Dia sibuk sebagai
pemimpin pulau Hek sat to di laut Pai-hay, namanya
Hek sat sing Im Thian Su !"
"O, sudah lama aku mengagumi nama anda," seru
Coh Hen Hong. Tadi dia bertingkah sombong memang
538 supaya menarik perhatian tokoh-tokoh sakti. Makin
banyak jago-jago yang berkepandaian tinggi berada di
situ, makin baik. Ternyata Hek-sat sing Im Thian Su
juga ada. Suatu hal yang amat menggembirakan hati
Coh Hen Hong. Im Thian Su juga memberi hormat, "Siapakah nama
lihiap yang mulia ?"
Sambil keliarkan mata, Coh Hen Hong mengatakan,
"Aku bernarna Kwan Beng Cu."
Waktu menyebutkan namanya itu sudah tentu
Auyang Tiong He, Hong Jui dan Im Thian Su tidak
merasa kaget. Tetapi di luar dugaan ternyata masih
ada lain orang lagi yang bersembunyi di atas sebatang
pohon yang terpisah tiga empat tombak jauhnya.
Orang itu terdiri dari sepasang pria dan wanita. Waktu
mendengar nama Kwan Beng Cu, tubuh mereka
menggigil. Kedua orang itu ternyata adalah yang mukanya
mengenakan topeng tadi. Setelah bergegas pergi,
diam-diam mereka menyelinap balik. Saat itu
kebetulan sekalian hadirin yang berebut menyingkir
karena melihat Cob Hen Hong dan Thian-san-sam-hau
siap2 bertempur dengan senjata.
Dalam kesempatan dimana orang sedang kelabakan
hendak menyingkir, kedua orang bertopeng itu segera
menyusup dan loncat bersembunyi di atas pohon.
Yang wanita rupanya hendak membuka mulut tetapi
cepat didekap mulutnya oleh tangan si pria. Keduanya
bersembunyi mendekam diatas dahan Mereka
539 mencurahkan perhatian untuk mengikuti
perkembangan di bawah.
"Telah lama kudengar bahwa ilmu kepandaian Im
tocu itu luar biasa hebatnya. Sekarang setelah
bertemu, aku baru membuktikan kebenarannya. Ah,
sungguh beruntung aku dapat bertemu" kata Coh Hen
Hong. Im Thian Su tertawa, Ah, mana aku berani
menerima pujian lihiap, Apa sih namaku itu kalau


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibanding dengan kebesaran Ceng te-kiong "
"Kalau tak salah kemungkinan nona baru saja
meninggalkan Ceng-te-kiong, bukan ?" tanya Kiau
long kun Hong Jui.
"Benar. maka waktu bertemu dengan para kojiu
sekalian, aku tak kenal," sahut Coh Hen hong
Hong Jui tertawa, nona Kwan, dihadapanmu mana
ada apa yang disebut ko-jiu dunia persilatan lagi"
Sekira nona tidak menolak, aku hendak
memberanikan diri, akan menyediakan diri dibawah
perintah cambuk nona Kwan."
Belum pernah Coh Hen Hong mendengar rangkaian
kata-kata yang seindah itu. Kata-kata yang sedap di
dengar itu, tentu menyentuh hati orang. Mendengar
itu Coh Hen Hongpun menjawab, "Ah mana aku berani
merepotkan anda. Aku sudah minta Auyang piauthau
untuk menemani aku, menerangkan segala seluk
beluk dalam dunia persilatan."
Dengan wajah berseri-seri berkatalah Hong Jui.
'Nona Kwan. itu kurang benar. Auyang piauthau
540 seorang tokoh ternama, sudah tentu pengalamannya
luas. Tetapi nona bersama dia mungkin nona takkan
mendapat apa yang nona inginkan."
Sambil berkata, Hong Jui melirik Auyang Tiong He.
Dan Auyang Tiong He tampak terkejut sekali. Memang
waktu mendapatkan Hong Jui dan Im Thian Su masih
tetap berada disitu, diam-diam Auyang Tiong He
sudah mengeluh.
Dia tahu kedua orang itu manusia-sia yang ganas
dan sadis. Kalau Coh Hen Hong tak hati-hati dan
sampai menurut omongan mereka, tentu akan
menimbulkan peristiwa yang mengerikan.
Auyang Tiong He segera hendak minta bicara Untuk
menerangkan siapa sebenarnya kedua orang itu.
Tetapi Coh Hen Hong menolak. Dan sekarang setelah
Hong Jui begitu, Lalu dia bisa berbuat apa"
"Siau-lihiap, hal ini...." dengan gugup Auyang Tiong
He segera hendak memberi penjelasan.
Tetapi Coh Hen Hong berwatak membawa
kemauannya sendiri. Dan karena telah terbius oleh
kata-kata Hong Jui. sudah tentu dia tak mau
mendengar perkataan lain orang lalu Cepat dia
menukas ,"Auyang piauthau, itu bukan urusanmu.
Silahkan engkau pergi !"
"Aku .... aku . . "
"Engkau bagaimana?" seru Coh Hen Hong dengan
wajah gelap, "apakah ingin seperti Tan Thian Song,
minta digantung" Panji Delapan rajawali itu harap
engkau menyimpannya baik-baik."
541 Auyang Tiong He hanya dapat menghela napas tak
berani berkata apa-apa. Dia berputar tubuh terus
angkat kaki. Coh Hen Hong hanya tertawa gelak-gelak lalu
melambai kearah jit Ci siansu, "Murid, engkau
kemarilah!"
Jit Ci segera melangkah menghampiri, "Sucun
hendak memberi perintah apa?"
Coh Hen Hong tertawa mengekeh, "Engkau jalan
dimuka untuk mencarikan jalan."
Jit Ci siansu terkesiap. Selama hidup sampai setua
ini, bilakah dia pernah menjadi petugas yang
mencarikan jalan. Sesaat dia tertegun tak dapat
bicara. "Bagaimana" Apa tidak mau?" desah Coh Hen Hong.
Adalah demi mempelajari ilmu jari sakti yang
membuat hatinya tersengsam sekali, dia terpaksa
menurut. Kalau tidak begitu bagaimana seorang tokoh
tua yang kedudukan dan kepandaiannya begitu tinggi
seperti dia, sudi menjadi murid dari Coh Hen Hong.
"Baik, murid akan melakukan perintah" melihat Coh
Hen Hong marah, Jit Ci siansu gopoh menjawab.
Dia terus berputar tubuh dan melangkah ke muka
sembari mulut tak henti-hentinya berteriak, "Mingir,
hayo minggir semua ! Tokoh ilmu jari sakti nomor satu
di dunia akan lewat !"
542 Melihat seorang tokoh hebat seperti Jit Ci siansu
bukan saja mau menjadi murid, pun juga mau
menjadi perintis jalan. Coh Hen Hong gembira sekali
dan tertawa gelak-gelak. Setelah itu dia bersiul
memangil kudanya.
Begitu dia naik kuda, Im Thian Su dan Hong Jui
sejenak saling bertukar pandang lalu sama-sama
mengeluarkan ilmu lari cepat. Yang satu di kanan dan
satu di kiri, mengawal di samping kuda Coh Hen Hong.
Cepat sekali Coh Hen Hong dengan ketiga
pengawalnya itu berlari, dalam beberapa kejab
mereka sudah lenyap dari pandang mata.
Setelah mereka pergi, Auyang Tiong he
menghampiri ke pohon tempat Tan Thian Siong
digantung. Dia segera menurunkan tubuh tokoh itu
dan memberi pertolongan seperlunya.
Wajah Tan Thian Song tampak pucat sekali. Auyang
Tiong He tahu kalau jago itu sedang menderita batin
yang hebat. Dia hendak menghiburnya tetapi tak tahu
harus memulai dari mana. Maka dia hanya menghela
napas. Setelah ikatan tangan dan kakinya dibuka, Tan
Thian Song pun berdiri. Tanpa bicara apa-apa dia
ayunkan langkah.
"Thian Song heng, bagaimana kalau kita masuk
beristirahat di dalam dulu?" seru Auyang Tiong He,
Tan Thian Song sejenak berhenti lalu tertawa
rawan, "Auyang piauthau, kurasa.... kurasa. Tidak...."
543 Belum habis dia bicara, tubuhnya terguncang dan
huak.... mulutnya menyembur darah segar.
Tan Thian Song berwatak berangasan. Adaikata dia
mati ditangan musuh, tak nanti dia akan kerutkan dahi
karena dicengkam perasaan takut. Tetapi kali ini dia
tidak mati melainkan menderita hinaan yang luar
biasa memalukan.
Tuan rumah Ho Tik karena tak berhasil menolong
Tan Thian Song, karena marah juga muntah darah.
Apalagi dia yang digantung dihadapan sekian banyak
orang persilatan. Bagaimana derita perasaannya.
sukar dilukiskan.
Sebab muntah darah, tubuhnya gemetar keras.
Melihat itu Auyang Tiong He terkejut dan cepat loncat
menghampiri, menyanggapi tubuh orang itu, "Thian
Song-heng, Thian Song heng!"
Tepat pada saat Itu dari atas pohon besar yang tak
berapa jauh dari tempat situ, dua sosok tubuh susul
menyusul melayang turun.
Saat itu Auyang Tiong He sedang gugup, Dia makin
kaget melihat dua sosok tubuh melayang keluar dari
atas pohon. Dia berpaling dan melihat yang muncul itu
seorang pria dan seorang wanita muda.
Kedua orang itu mukanya tertutup topeng. Auyang
Tiong He segera mengenali, lelaki bertopeng itu
adalah orang yang menasehati agar Coh Hen Hong
jangan bertindak sewenang-wenang. Dia lega
pikirannya. Sebelah tangannya yang memegang ulu
punggung Tan Thian Song, merasa kalau sim, meh
544 (jantung) Tan Thian Song makin lemah. Tak mungkin
dia seorang dapat menolong nya.
"Sahabat, lekas kemari. Keadaan Pik lik-jiu gawat
sekali," cepat dia berseru kepada kedua orang itu.
Kedua orang itu dengan cepat lari menghampiri
kemuka Tan Thian Song. Yang pria menghela napas
lalu cepat mengambil sebuah botol kecil dari bajuya.
Botol yang terbuat dari tembikar itui hanya sebesar
kepal tangan bayi, putih bersih dan bergambar
macam-macam bunga yang indah.
Pengetahuan Auyang Tong he memang luas sekali.
Begitu melihat botol kecil, dia terkejut, serunya,
"Kalian.... kalian dengan Peh-hoa kau mempunyai
hubungan apa?"
Kedua pria dan wanita muda itu tak mau menyahut.
Si pria hanya membuka sumbat botol dan menuang ke
luar sebutir pil warna hijau ke biru-biruan. Hawanya
yang harum, menyerbak hidung. Terasa menyegarkan
semangat. Auyang Tioug He girang sekali, "Peh hoa tan !"
serunya gembira.
Peh-hoa tan adalah pil buatan dari ketua Peh-hoakau
sendiri. Mengambil seratus macam bunga untuk
dijadikan ramuannya. Khasiatnya bukan olah2. Untuk
mendapatkan sebutir pil itu kaum persilatan harus
menderita kesukaran yang hebat.
Walaupun dengan minum pil mujarab itu, luka Tan
Thian Song takkan serentak sembuh tetapi sekurangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
545 kurangnya tak sampai bertambah makin parah.
Sembuhnya pelahan lahan.
Pria itu lalu memasukkan pil itu ke mulut Tan Thian
Song. Tetapi Tan Thian Song deliki mata kepada pria
itu dan mengatupkan mulut erat-erat tak mau
menelan "Tan cianpwe," kata pria bertopeng itu, luka agak
parah. Pil ini akan banyak membantumu ! Tan Thian
Song sedang marah, ditambah pula dia mendongkol
dengan pria itu maka darah mengalir pula dari
mulutnya. Dengan tersendat-sendat dia malah
memaki maki, "Aku..... lebih baik mati daripada minum
obat milik.... lokoay. Saat Itu Auyang Tiong He baru
menyadari kalau dia terburu nafsu bergembira. Tan
Thian Song mempunyai dendam dengan ketua Pehhoa
kau Keduanya saling bermusuhan. Menilik sifat
Tan Thian Song, walaupun jiwanya terancam bahaya
tetapi dia tentu tak mau menerima pertolongan dari
Peh-hoa kau. Auyang Tiong He hendak memberi nasehat. Tetapi
setelah selesai berkata, Tan Thian Song rupanya
sudah kehabisan napas. Wajahnya pelahan lahan
berobah warnanya. Sepasang mata terbalik. Lebih
kurang sepeminuman teh lamanya, kerongkongannya
mengeluarkan bunyi bergemerutuk dan setelah itu
putuslah jiwanya,
Auyang Tiong He menghela napas panjang. Dia
hati-hati meletakkan tubuh Tan Thian Song lalu
berkata, "Dunia persilatan segera akan dilanda mala
petaka !" 546 Dalam mengucapkan kata-kata nadanya amat
mengharukan sekali. Hal itu dapat dimaklumi. Karena
walaupun belum lama bergaul dengan Coh Hen Hong
tetapi dia tahu bagaimana peribadi nona Itu. Dengan
memiliki kepandaian yang begitu sakti, Coh Hen Hong
akan merupakan naga betina yang dapat menjungkirbalikkan
langit dengan bumi.
Dia merasa mulai detik itu, siapa yang tunduk pada
Coh Hen Hong tentu selamat, yang berani menentang
tentu mati. Bagig adis itu tidak ada nalar dan
kompromi lagi. Rawe2 rantas, malang2 putung.
Pria bertopeng itu juga menghela napas, "Auyang
piauthau, aku hendak mohon tanya."
"Soal apa?"
"Ceng-te-kong itu sebenarnya terletak dimana"
Dengan pengetahuan dan pengalaman Auyang
piauthau yang luas, tentulah mengetahuinya !
Sama sekali Auyang Tiong he tidak menyangka
kalau pria itu akan melontarkan pertanyaan begitu.
Istana Ceng te-kiong berada di mana, benar-benar
merupakan hal yang misterius dalam dunia persilatan.
Dulu pernah ada orang yang hendak mencari istana
Ceng te-kiong itu. walau orang hendak mencari
Cengte secara diam-diam, itu masih tak apa. Tetapi
jika dia berani menyatakan hal itu secara terangterangan
tentu tak berapa lama dia akan mati.
Demikiaanpun nasib yang dialami orang itu.
547 Maka lama kelamaan tak ada lagi orang yang berani
menyebut nyebut nama Ceng te kiong. Apalagi
mengatakan hendak mencari tempat itu.
itulah sebabnya maka Auyang Tiong He terkejut
sekali mendengar pertanyaan pria bertopeng itu.
Sejenak terbeliak dia gopoh menjawab, "Soal
itu....aku tak tahu. Dan lagi lebih baik anda jangan
bertanya kepada orang.."
Pria itu gelengkan kepala, "Tidak, Auyang piauthau.
Apa yang telah terjadi tadi, engkau juga menyaksikan.
Sejak detik ini, apakah dunia persilatan akan dapat
mengenyam hari2 yang tenang lagi"
Auyang Tiong He sendiri meskipun belum pernah
kesalahan pada Coh Hen Hong dan lagi masih
memperoleh sebuah panji Pat eng-ki. itu berarti,
malapetaka apa saja yang akan terjadi dalam dunia
persilatan, semuanya tiada sangkut paut dengan
dirinya. Tetapi dia seorang ksatrya yang berbudi. Jika
kawan persilatan menderita bencana, diapun merasa
sedih. Maka ketika mendengar ucapan orang
bertopeng itu, diapun tak dapat bicara apa-apa.
Setelah sesaat termangu, baru dia dapat berkata,
"Atau.... atau mungkinkah memang harus terjadi


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malapetaka itu?"
Orang bertopeng ber bisik, "Auyang piauthau terus
terang kukatakan kepadamu. Kalau saja kita tahu
Ceng-te-kiong itu berada di mana, bencana dari dunia
persilatan tentu dapat dilenyapkan.."
548 "Mengapa begitu?"
Sepasang pria wanita bertopeng saling bertukar
pandang. Berkata pria yang bertopeng, "Liku-liku
persoalan itu, sukar diterangkan. Dan lagi memang
tak boleh dikatakan kepada orang luar. Ringkasnya,
kalau musuh sampai tahu asal usul kami, kami pasti
mati." Sebagai seorang persilatan yang banyak makan
asam garam dunia persilatan. Auyang Tiong he
mendapatkan bahwa kedua orang itu memang bicara
dengan serius dan bahwa memang mereka sukar
untuk mengatakan secara terus terang. Maka
walaupun hati kepingin, tetapi dia dapat menahan diri
untuk tidak mendesak lebih lanjut.
Auyang Tiong He hanya tertawa ringan, "Jika anda
berdua ingin tahu di mana letak istana Ceng te-kiong
itu, maaf, aku benar-benar tak tahu."
"Dengan pengalaman Auyang piauthau begitu luas,
masa sedikit keterangan saja tak dapat memberi
tahu?" desak pria bertopeng.
Auyang Tiong He kerutkan sepasang alis Dia
mondar-mandir sambil menggendong kedua tangan.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba dia berteriak, "Hai
benar. Menang ada sedikit jejaknya tetapi aku tak
tahu pasti apakah akan dapat menemukan tempat
istana itu."
"Silahkan bilang, Auyang piauthau" cepat si pria
bertopeng mendesak.
549 "Beberapa tahun yang lalu," kata Auyang Tiong he,
"ketika aku lewat di Celam, aku menyusur jalan besar
untuk berkunjung pada Thay san sin-to Po Seng
tayhiap. Di rumahnya aku bertemu dengan seorang
kojiu yaitu salah seorang tiang-lo (sesepuh) dari
perkumpulan Pay kau dl Kiangse. Dia meninggalkan
perkumpulannya dan berkelana beberapa waktu di
dunia persilatan, yalah Tok-ih-ki-su (pertapa Baju
beracun) Seng Kun yang nyentrik perangainya."
Ternyata pria bertopeng itu juga banyak sekali
pengetahuannya tentang tokoh-tokoh dunia
persilatan, Mendengar nama Tok-ih-ki-su Seng Kun,
dia terkejut dan berteriak tertahan, 'Seng Kun"
Apakah bukan tokoh yang tiba-tiba lenyap tetapi
beberapa tahun kemudian muncul sekali lagi di dunia
persilatan membasmi seluruh warga tiga perguruan di
daerah Jwan-se. lalu setelah itu menghilang lagi?"
"Benar memang dia," sahut Auyang Tiong He.
Kabarnya," kata pria bertopeng, "karena ketiga
partai persilatan itu tak dapat melaksanakan
permintaan Ceng-te-kiong Jika begitu, tentulah Song
Kun itu sudah jadi anak buah Ceng te kiog, bukan?"
"Benar," Auyang Tiong He mengangguk, "waktu
Song Kun muncul lagi untuk yang terakhir kalinya,
dunia persilatan memang menduga begitu. oleh
karena itu ketika bertemu dia dirumah Lim tayhiap,
aku merasa kikuk sekali. itu waktu karena sudah
bersahabat baik dengan Lim tayhiap maka terus
masuk ke dalam rumahnya tanpa permisi lagi. Saat itu
kudengar Lim tayhiap sedang asyik bicara dengan
Song Kun. Waktu melihat kedatanganku, mereka
menjadi plengasan.
550 "Lalu selanjutnya?"
"Sudah tentu dalam keadaan seperti saat itu, kami
bertiga memang tak leluasa untuk bicara. Setelah
menutup kejutku dengan tertawa gelak, aku mencari
alasan. Mengatakan karena masih ada urusan penting
maka aku lantas pamit"
"Hanya saja," kata Auyang Tiong He pula, "kuatir
kalau Seng Kum akan berbuat sesuatu yang tak baik
terhadap Limn tayhiap maka setiba di luar aku kembali
lagi secara diam-diam, untuk mencuri dengar
pembicaraan mereka. Kudengar Lim tayhiap bertanya
kepada Seng Kum Waktu meningalkan Ceng-te-kiong
apakah terjamin keselamatan jiwa kalian"
"Waktu itu Seng Kun hanya menghela napas, "Apa
boleh buat. terpaksa aku harus sembunyi."
"Mendengar apa maksud kunjungan Seng Kun
kepada Lim tayhiap itu bukan bermaksud buruk,maka
aku tak mau mendengarkan lebih lanjut dan terus
pergi." "Apakah selanjutnya Auyang piauthau tak, pernah
bertemu dengan Seng Kun lagi ?" tanya pria
bertopeng. Auyang Tiong He gelengkan kepala,"Tidak tidak
pernah bertemu lagi. Tetapi pernah beberapa kali
bertemu dengan Lim Po Seng tayhiap. Setiap kali
kutanyakan diri Seng Kun, Lim tayhiap selalu
mengalihkan kepada lain soal. Sudah tentu aku juga
sungkan untuk mendesaknya."
551 Tiba-tiba terdengar wanita muda yang bertopeng
menghela napas, "Ah, apa gunanya hal itu,"
Menilik suaranya jelas wanita itu tentu masih muda
sekali. "Memang tak banyak gunanya," sahut Auyang Tiong
He, "tetapi beberapa tahun yang lain Seng Kun telah
meninggalkan Ceng-te-kiong. Dia tentu tahu dimana
letak istana itu. Dan Seng Kum itu bersahabat baik
dengan Lim Po Seng. Kalau kalian bisa mendapat
keterangan dari Lim Po Seng tentang tempat itu,
bukankah kalian akan memperoleh petunjuk berharga
dimana sebenarnya letak istana yang tak ubah seperti
khayalan dalam dongeng?"
sambil mendengarkan, pria bertopeng mengangguk.
Sekalipun tidak gampang untuk bertemu dengan
Golok-sakti Lim Po Seng tetapi paling tidak ada setitik
cahaya cerah. Pria bertopeng memberi hormat, "Terima kasih atas
petunjuk Auyang piauthau."
dia lalu mengajak kawannya pergi. Sambil
mengantar pandang kepada kedua pria wanita itu
diam-diam Auyang Tiong He berkata seorang diri,
"Kedua orang itu orang Peh-hoa-kau, entah mereka
mempunyai daya apa untuk mencegah banjir darah di
dunia persilatan nanti "
Sebenarnya dia hendak masuk kedalam rumah Ho
Tik untuk menghiburnya tetapi pada lain saat dia
berpikir walaupun peristiwa itu ada sangkut pautnya
dengan dis tetapi karena Coh Hen Hong itu dia yang
552 membawa, lebih baik dia tak usah terlibat. Maka
setelah menghela napas, dia terus ayunkan langkah
mengejar rombongan kereta barang.
Sekarang mari kita ikuti perjalanan sepasang pria
wanita itu. Setelah keluar dari kota, dan lari sejauh
10-an li, tibalah mereka disebuah gunung yang sunyi.
Mereka berhenti.
"Pui toako, itu jelas dianya," begitu beristirahat, si
wanita terus gopoh berkata.
Si pria mengangguk lalu menghela napas. "Pui
toako, dulu waktu mencuri pedang pusaka Ceng-leng
kiam, dia tentu memalsu jadi aku dan menuju ke
Ceng-te kiong. Karena engkong belum pernah melihat
aku, tentu saja sukar untuk membedakan mana yang
tulen dan mana yang palsu. Dalam beberapa tahun ini,
dia telah berhasil menerima pelajaran ilmu silat sakti
dari engkong " kata si wanita.
Pria itu menghela napas lalu meraba telinganya.
Telinganya berhias beberapa bekas luka. Itulah luka2
yang diberikan Coh Hen Hong dengan tusukan
pedang. Tentulah pembaca sudah dapat menebak sendiri
siapakah kedua orang bertopeng itu. Benar memang
yang pria tak lain adalah putera dari ketua Peh-hoakau
yaitu Pui Tiok dan yang wanita adalah Kwan Beng
Cu. Selama di Peh hoa nia, ketua Peh-hoa-kau, Peh Hoa
lokoay, telah menggembleng keduanya dengan ilmu
silat yang hebat sehingga kini mereka memiliki ilmu
kepandaian yang tinggi.
553 Tetapi betapapun sakti kepandaian dari ketua Pehhoa-
kau itu karena sumbernya dari kitab ih-su-keng
maka masih kalah Sakti dengan ilmu kepandaian dari
Ceng-te kiong. Hal itu disadari oleh Peh Hoa lokoay. Maka selama
bertahun tahun ini dia selalu menyembunyikan gerak
geriknya, tak mau unjuk pengaruh.
Sebenarnya menurut peraturan Peh-hoa-kau, setiap
tiga tahun tentu diadakan pesta besar dari seluruh
pendekar2 ternama, Tetapi sudah dua kali berturut
turut (enam tahun) pesta itu tak pernah
diselenggarakan lagi.
Selama bertahun-tahun itu Peh Hua lokoay
melarang puteranya dan Kwan Beng Cu keluar dari
Peh-hoa nia. Tetapi setengah tahun yang lalu,
terjadilah musibah dimana secara tak terduga2 Peh
Hoa lokoay telah menderita co-hwe-jip-mo atau
peredaran-darah yang sesat dalam tubuhnya.
Dalam keadaan gawat seperti itu terpaksa Peh Hoa
lokoay suruh orang untuk memanggil Pui Tiok dan
Kwan Beng Cu. Waktu dimasukkan dalam kurungan secara
terpisah, Kwan Beng Cu masih seorang gadis cilik
Tetapi kini dia telah tumbuh menjadi seorang dara
yang cantik jelita. Waktu berjumpa, Pui Tiok merasa
tak kenal. Setelah menderita Co hwe-jip-mo, tubuh Peh Hoa
lokoay tak dapat berkutik tetapi masih dapat bicara.
554 Dia menyambut kedatangan Pui Tiok dan Kwan Beng
Cu dengan helaan napas dalam.
"Tiok-ji dan nona Beng Cu," katanya rawan,
sungguh naas aku telah menderita Co hwe-jip-mo.
Tetapi hal ini jangan sekali kali sampai tersiar keluar.
Sekali orang luar tahu, orang-orang yang dulu pernah
bermusuhan dengan aku, tentu akan ber bondongbondong
datang untuk menuntut balas kepadaku.
Oleh karena itu urusan kalian, terpaksa secara
sederhana saja."
Pui Tiok dan Beng Cu tahu bahwa yang dimaksud
dengan 'urusan" itu adalah soal pernikahan mereka.
Wajah Beng Cu tersipu merah dan menunduk.
Sejenak memandang pada Beng Cu, timbullah
suatu perasaan aneh dalam hati Pui Tiok, Diam-diam
dia merasa geli juga. Urusan dunia banyak perobahan
yang sukar diduga lebih dulu.
Beberapa tahun dulu ketika ayahnya menetapkan
bahwa setelah nanti pelajaran mereka selesai dan
boleh keluar dari kurungan, dia harus menikah dengan
Kwan Beng Cu, Pui Tiok merasa enggan. Bahkan
selama dalam pusat latihan Itu dia selalu mencari akal
bagaimana kelak dapat menolak keputusan ayahnya,
Tetapi kini setelah melihat Kwan Beng Cu, dia cepatcepat
membuang jauh rencananya itu semua. Dia
benar-benar mau menerima keputusan ayahnya itu.
Bahkan kalau ayah nya membatalkan, dia akan
berkeras meminta supaya pernikahan itu dijadikan.
"Yah, urusan kami, terlambat beberapa waktu juga
tak apa," kata Pui Tiok, "toh sekarang belum sampai
555 perjanjian waktu yang engkau katakan Tetapi yang
penting, engkau sendiri telah...."
"Ya," cepat Peh Hoa lokoay menukas, "aku telah
menderita Co hwe jip-mo, apa daya"
"Yah, kata orang ilmu Bu-siang sinkang dari
kalangan agama, sakti sekali. Dapat menembus jalan
darah yang terkena Co-hwe-jip mo. Bukan saja dapat
menyembuhkan pun bahkan dapat menambah
tenaganya makin sakti"
"Cukup," tukas Peh Hoa lokoay, kalau engkau saja
sudah tahu, bagaimana aku tidak lebih tahu ?"
"Jika begitu ijinkanlah aku bersama Beng Cu
menemui Kiu Hun cujin di vihara Leng-siau kiong
gunung Bu-tong-san. Kalau beliau mau datang kemari,
engkau tentu ada harapan."
Peh Hoa lokoay tertawa gelak, "Jangan engkau
berhayal. Aku tak punya hubungan dengan Kiu Hun
cinjin. Dan mereka adalah golongan Ceng pay. Mereka
menganggap kita sebagai golongan dan aliran lain.
Percuma saja engkau pergi kalian toh hanya akan
menderita hinaan."
"Sekalipun menerima hinaan," jawab Pui Tio "toh
tak apa Beberapa tahun yang lalu, fihak Leng-siau
kiong juga pernah mengirim orang untuk menghadiri
pesta kita. Aku kenal dengan beberapa orang mereka.
Tiada jeleknya kalau kukesana mencobanya."
Peh Hoa lokoay tertawa aneh, "Bilang terus terang
saja, apakah tujuanmu itu benar-benar hanya untuk
kepentinganku ?"
556 Pui Tiok juga tertawa. "Yah dalam soal apa saja
mana aku dapat mengelabuhi engkau" Memang


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagian untuk kepentingan mu, walaupun
kemungkinannya tipis tetapi aku tetap akan mengadu
untung. Dan sebagian lagi untuk kepentingan kami
berdua. Selama mengasingan diri beberapa tahun ini,
kami merasa kesepian sekali."
Peh hoa lokoay tertawa gelak-gelak. Tetapi pada
lain saat wajahnya mengerut serius, "Kalian ingin
pergi ke Tiong-goan, sebenarnya boleh2 saja. Memang
orang setelah memiliki ilmu silat harus berkelana
untuk menambah pengalaman. Tetapi kalian harus
ingat beberapa hal,"
"Sukalah ayah memberi tahu," Pui Tiok gembira.
"Pertama, jangan sekali kali mengatakan kepada
orang bahwa sekarang aku sedang menderita Co-hwejip
mo." "Tentu saja takkan kukatakan."
"Kedua, kalian tak boleh mengatakan siapa diri
kalian. Lebih baik memakai kerudung atau topeng.
Dan jangan timbulkan onar di jalanan. Yang penting
saja yang dikerjakan, setelah selesai harus cepatcepat
pulang," "Ya, kami mengerti. yah,"
Peh Hoa lokoay menghela napas, "Dan terakhir,
kepergian kalian ke Tiong-goan kali ini, sekalian boleh
mendengarkan bagaimana keadaan Ceng-te kiong
557 dalam beberapa tahun ini,. Tetapi jangan sampai
kentara. Pui Tiok dan Kwan Beng Cu saling tukar pandangan
dan keduanya serempak mengiakan. Begitulah mereka
segera pamit dan tinggalkan Peh Hoa nia.
Kini sudah setengah tahun lamanya mereka pergi
dari Peh hoa-nia. Sebulan yang lalu mereka tiba di
gunung Bu-tong-san tetapi Kiu Hun totiang sedang
keluar berkelana, entah kapan pulangnya.
Apa boleh buat, kedua anakmuda itu lalu berkelana
tanpa tujuan tertentu. Mana tempat yang ramai,
kesanalah mereka pergi. Itulah sebabnya maka
mereka juga ikut berkunjung dalam pesta ulang tahun
Ho Tik. Sungguh tak dinyana-nyana di tempat Ho Tik,
mereka telah bertemu dengan musuh lama (Coh Hen
Hong). Sebenarnya karena tak dapat menahan perasaan,
Pui Tiok terus hendak tampil dan menelanjangi Coh
Hen Hong. Tetapi pada lain saat dia menimang. Kalau
Coh Hen Hong sampai tahu siapa dirinya, tentulah
akan membunuhnya. Oleh karena itu dia mengajak
Kwan Beng Cu lari.
Sekarang mereka beristirahat di sebuah gua dan
membicarakan Coh Hen Hong.
"Bing Cu," kata Pui Tiok, "kurasa lebih baik kita cari
istana Ceng-te-kiong dan menjelaskan duduk perkara
yang sebenarnya kepada Cengte."
558 "Pui toako," jawab Beng Cu," andaikata kita berhasil
mencari Ceng-te-kiong dan menemui Cengte, tetapi
apa manfaatnya?"
Pui Tiok terkesiap, "Apa maksudmu?"
Beng Cu menghela napas "Telah kukatakan kalau
aku tak pernah bertemu engkong. Dan aku telah
kehilangan pedang Ceng-leng-kiam Dalam pada itu
beberapa tahun yang lalu telah muncul seorang anak
perempuan yang mengaku sebagai diriku. Kalau
berhadapan dengan Ceng-te, bukti apakah yang dapat
kuberikan bahwa aku ini cucunya?"
Mendengar itu Pui Tiok tertegun. Dia seorang
pemuda yang tajam otaknya. Waktu dulu memasuki
kediaman Kwan Pek Hong hanya karena ilmu
kepandaiannya kalah usahanya gagal. Tetapi dalam
soal keberanian dan kecerdikan, dia memang
menonjol sekali.
Namun waktu mendengar keterangan Beng Cu dia
benar-benar tak berkutik. Menilik kepandaian Coh Hen
Hong yang begitu sakti. jelas selama berapa tahun ini
Cengte sangat sayang kepadanya, tak ada bukti yang
meyakinkan, bagai mana mungkin akan meyakinkan
Cengte bahwa dara yang selama bertahun-tahun
mengaku sebagai
cucunya itu ternyata palsu"
Karena Pui Tiok diam, Beng Cu pun tak punya daya
apa-apa lagi. Dia tertawa rawan, "Pui toako,
kurasa....kurasa kita .... lebih baik pulang ke Peh-hoa
nia saja."
559 Pui Tiok gelengkan kepala, "Tidak. Kalau kita tidak
berjuang keras, kalau kita tak mau tampil, dunia tentu
takkan ada orang tahu kalau dia itu palsu. Dengan
begitu dia tetap dapat malang melintang menguasai
dunia, persilatan.
"Tetapi....tetapi apa daya kita?"
"Tetap seperti yang kukatakan tadi. Kita menuju
Ceng-te-kiong. Tak peduli engkongmu percaya atau
tidak, kita tetap ke sana, walaupun tipis tetapi masih
ada harapan Kalau tidak kesana, ludaslah seluruh
harapan kita."
Habis berkata Pui Tiok gentakkan kaki ke tanah dan
bertanya, "Beng Cu, bagaimana, kata kataku itu benar
atau tidak ?"
"Ya, benar," Beng Cu tertawa pudar.
Pui Tiok memegang tangan gadis itu erat2, katanya,
"Engkau adalah cucu perempuan dari Cengte,
merupakan keluarga yang paling dekat. Menilik
ilmusilat Ceng-te Itu sakti tiada lawan, kurasa dia
tentu seorang yang tajam pikirannya. tentu dia dapat
menimbang dan tak mungkin hanya percaya pada
pengakuan sepihak saja."
Beng Cu mengangguk "Engkau benar. Mungkin aku
yang banyak keraguan."
Dalam beberapa tahun ini Pui Tiok mendapatkan
Kwan Beng Cu itu seorang gadis yang lemah lembut
dan penurut. Hal itu mungkin karena selama
bertahun-tahun diasingkan di Peh hoa-nia,
560 "Coh Hen Hong bersama Im Thian Su dan Hong Jui,
tentu akan menimbulkan huru hara. Kita tidak boleh
ayal, mari lekas-lekas menemui Lim tayhiap di
Celam." Mereka lalu berangkat. Setelah mencapai jarak dua
tiga puluh li, mereka membeli dua ekor kuda yang
lebih tegar lalu melanjutkan perjalanan,
Pada hari kedua mereka sudah mendengar berita
dikalangan orang persilatan tentang peristiwa yang
terjadi di kediaman Ho Tik.
Memang sudah umum, setiap berita itu kalau sudah
tersiar luas tentu akan mendapat tambahan bumbu
yang sering berlebih-lebihan. Maka tak heran kalau
Coh Hen Hong digambarkan sebagai pendekar wanita
yang tak ada lawannya lagi dalam dunia persilatan.
selama menempuh perjalanan ke Celam-hu,
Sepanjang perjalanan mereka mendengar tentang
berita mengenai Coh Hen Hong. Tetapi mereka tidak
menyebut nama Coh Hen Hong, melainkan seorang
lihiap (pendekar wanita) dari istana Ceng-te-kiong,
telah menggantung Tan Thian Song, melukai tuan
rumah Ho Tik dan membuat tiga jago kembar dari
Thay san melarikan diri.
Begitu sok-tahu orang-orang yang bercerita itu
seolah-olah mereka menyaksikan sendiri. Padahal
para tetamu yang melihat kejadian pada waktu itu,
tak berani bercerita. Mereka sibuk pulang dan
membenahi diri karena takut kalau2 orang dari Ceng
te kiong akan datang mencari mereka.
561 Tetapi Pui Tiok dan Kwan Beng Cu makin banyak
mendengar cerita2 tentang Coh hen Hong. Gadis dari
Ceng-te-kiong itu telah membakar perkampungan
marga Coa, tujuh jago keluarga Coa telah dibantai dan
dilempar ke dalam api.
Setelah itu enam orang murid angkatan kedua dari
partai Ceng-shia-pay telah dipotong daun telinganya,
suruh mereka pulang melapor pada pimpinan Cengshia-
pay bahwa untuk sementara waktu Coh Hen Hong
titip dulu kepala keenam murudnya itu.
Demikian cerita2 tentang sepak terjang Coh Hen
Hong dalam waktu akhir2 ini. Tak heran kalau dalam
waktu satu bulan saja, gadis dari Ceng te kiong itu
telah dapat menggerakkan dunia persilatan sehingga
setiap orang persilatan menjadi gemetar.
Tetapi kemunculan Coh Hen Hong itu mendapat
sambutan gembira dari kawanan golongan Hitam.
Selama dalam perjalanannya, Coh Hen Hong banyak
menerima kedatangan pimpinan dan tokoh-tokoh
aliran Hitam yang datang untuk menghaturkan
hormat. Kalau Coh Hen Hong mau memberi muka
kepada mereka maka kedudukan merekapun akan
naik beberapa puluh derajat.
Dalam waktu sebulan itu Coh Hen Hong benar mirip
dengan angin puyuh yang mengoncangkan dunia
persilatan. Maka orang-orang yang cari muka
kepadanya telah mempersembahkan sebuah gelaran
yang hebat kepadanya sebagai Suanhong sian-cu atau
dewi Angin-puyuh. Ada juga yang hanya menjulukinya
sebagai Siau-sian-cu atau Dewi kecil.
562 Sudah tentu bagi orang-orang yang mempunyai
perikemanusiaan waktu membicarakan Coh Hen Hong,
menjulukinya sebagai Siau-koay-li atau Siluman
perempuan kecil.
Tetapi baik digelari sebagai Suan-hong sian-cu atau
Siau-sian cu atau Siau koay li, yang nyata selama ini
Coh Hen Hong memang belum pernah ada yang
mampu mengalahkan. Memang, kalau tokoh-tokoh
seperti tiga jago Thian san saja begitu melihat
sepasang pedang Leng liong kiam terus lari ngiprit,
masa ada lain orang yang berani melawannya lagi"
Sebulan kemudian Pui Tiok dan Kwan Beng Cu tiba
di suatu tempat yang hanya terpisah 6 - 7 li dari kota
Ce-lam-hu. Keduanya menyadari kalau tak dapat
memperlihatkan diri maka selama itu mereka selalu
memakai kedok kulit. Selama ini mereka menempuh
perjalanan di darat tetapi akhirnya mereka tiba juga di
tepi bengawan Hongho.
Makin mendekat bengawan. mereka dapatkan
pejalan2 dan orang-orang berkuda makin banyak dan
makin ramai. Pui Tiok sudah pernah beberapa kali datang ke
Celam. Tetapi dulu tak pernah dia melihat keadaan
yang seramai itu. Dan ketika mereka tiba di tepi
bengawan mereka melihat disitu telah dibangun
sebuah panggung raksasa dari papan kayu.
Panggung itu, tak kurang dari 10-an tombak
tingginya, megah dan perkasa sekali. Pui Tiok mencari
563 keterangan kepada orang. Apa yang di dapatkannya
membuatnya terkesiap.
Bahwa di tepi bengawan Hongho, begitu ramai dan
dibangun sebuah panggung tinggi, bukan lain adilah
untuk menyelenggarakan penyambutan pada Suan
Hong siancu (Dewi Angin-puyuh). Yang
menyelenggarakan itu adalah 17 perkumpulan
persilatan yang bermukim di sepanjang perairan
bengawan Hongho.
Pui Tiok benar-benar terkejut sekali. Dia tak
menyangka kalau Coh Hen Hong juga tiba di daerah
Celam situ. Di sepanjang perairan bengawan Hongho terdapat
17 perkumpulan silat atau pang-hwe. Mereka
membentuk perserikatan dan mengangkat Tiang-pi-sin
mo atau Iblis sakti Lengan panjang Ting Tay Ging
sebagai ketua. Ting tay Ging hendak menyelenggarakan
penyambutan secara besar besaran kepada Coh Hen
Hong. Dapat dibayangkan betapa ramai dan meriah
pesta itu. Pui Tiok mendapat keterangan bahwa pesta besar
penyambutan itu akan berlangsung tiga hari lagi.
Tetapi pada saat itu ketua dari 17 pang-hwe itu sudah
datang untuk mengatur segala persiapan yang
diperlukan. Setelah mendapat keterangan, Pui Tiok dan Beng
Cu menyingkir ke tempat yang agak jauh untuk
berunding. 564 "Pui toako, bagaimana tiadakan kita ?" tanya nona
itu. "Kita tak perlu takut. Urusan itu tiada sangkut
pautnya dengan kita," kata Pui Tiok yang malah
tenang-tenang saja dengan adanya berita itu.
"Bagaimana tidak ada sangkut pautnya" Kalau dia
sampai mengetahui kita berada disini"
"Tak mungkin," tukas Pui Tiok," sekarang ini kita
akan masuk kedalam kota, tentu takkan bertemu dia,
Coba engkau pikir, 17 pang hwe dari bengawan
Hongho itu sudah begitu banyak sekali jago-jago yang
sakti. Masih ditambah pula, Setelah mendengar berita
itu, dari segenap penjuru orang-orang persilatan sama
datang melihat. dengan dikelilingi oleh sekian ratus
ribu orang, mana dia sempat melihat kita."
Beng Cu menghela napas kecil dan tak bicara apaapa


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi. Mereka lalu masuk kedalam kota. Karena Lim
Po Seng itu seorang pendekar ternama, maka sekali
bertanya pada orang, Pui Tiok segera mendapat
keterangan tentang, tempat Tinggalnya.
Tetapi setiba di rumah Lim Po Seng, keduanya
terlongong-longong.
Dimuka halaman rumah Lim Po seng, tampak
berhenti 20-an kereta besar penuh bermuatan peti.
Beberapa puluh bujang sedang memberi petunjuk
kepada kusir kereta, kemana kereta harus berjalan.
Hal itu menimbulkan kesan bahwa Thay san-sin to Lim
Po Seng sedang mau boyongan pindah ke lain tempat.
565 Pui Tiok cepat menghampiri dan bertanya kepada
seorang yang menurut dandanannya tentu kepala
bujang, "Tolong tanya, apakah Lim tayhiap ada?"
Kepala bujang berpaling. Melihat yang bertanya itu
seorang bertopeng, muka kepala bujang serentak
berobah, "Sudah sepuluh hari yang lalu majikan kami
pergi." Pui Tiok terkejut, "Dia sudah pergi" Kemanakah
perginya" Apa aku boleh tahu?"
Pui Tiok merasa bahwa Lim Po Seng Itu satu2nya
pijakan dimana dia nanti dapat melakukan
penyelidikan. Selain itu tiada lain jalan lagi untuk
mencari jejak tempat istana Ceng te kiong.
Kepala bujang menyurut mundur selangkah. Dan
serentak berpuluh bujang berhamburan mengepung.
Kepala bujang berkata, "Kami tak tahu. Perusahaan
pengantar barang Jit Kian piaukiok dari majikan sudah
tutup dan sejak itu majikan kami tak mau muncul ke
dunia persilatan lagi."
"Mengapa?" Pui Tiok terkejut.
Kepala bujang itu meneliti pandang kepada Pui Tiok
lalu bertanya, "Engkau memang sungguh tak tahu
atau hanya berpura-pura tak tahu?"
"Mengapa harus berpura pura" Aku memang
sungguh-sungguh tak tahu, harap anda
memberitahu."
'kurasa engkau tentu bukan anak buah dari Cap jit
(tujuhbelas) pang hwe. Tak apa, akan kuberitahukan
566 kepadamu," kata kepala bujang itu, "memang sudah
lama majikan kami mempunyai ganjelan dengan
orang-orang dari Cap-jit-pang. Waktu itu disebabkan
karena majikan kami menjadi kepala dari kantor Jit
Kian piaukiok di kota Celam. Sekarang Cap-jit pang,
Dia berhenti sejenak lalu melanjutkan, "Kiranya tak
perlu kukatakan. engkau seharusnya sudah tahu !"
Memang Pui Tiok sudah tahu hal itu. Karena
mempunyai ganjelan dengan perserikatan Cap jit pang
maka setelah Ting Tay Ging mengundang Suan Hong
sian su, Lim Po Seng merasa akan terancam maka
lebih baik dia lekas-lekas menyingkir saja.
Setelah termenung beberapa jenak, Pui Tiok lalu
mengajak Beng Cu pergi. Selama menyusuri beberapa
jalan, mereka merasa seperti ada orang yang secara
sembunyi2 mengikuti mereka.
Waktu berjalan, Pui Tiok bergandengan tangan
dengan Kwan Beng Cu. Tahu kalau ada orang
menguntit dari belakang, Pui Tiok lalu memijat agak
keras tangan Beng Cu. Rupanya nona itu mengerti
isyarat Pui Tiok. Mereka lalu pesatkan langkah berlari
cepat. setelah melintas sebuah jalan, mereka terus lari ke
gang ujung lalu ayunkan tubuh loncat keatas rumah
dan mendekam bersembunyi di puncak Wuwungan.
Tak berapa lama, muncul dua orang yang
mengejar. Tiba di mulut jalan, mereka celingukan kian
kemari untuk mencari yang dikejar.
567 Pui Tiok mendongkol sekali. Dia mencopot dua buah
genteng lalu berseru, "Sudah tak perlu jelalatan kian
kemari, kami berada disini!"
Kedua Orang itu terkejut dan serempak
memandang keatas,. Wut, wut.... . Pui Tiok lemparkan
kedua genteng ke muka mereka.
Pui Tiok mengira kedua orang itu tentu akan
menghindar. Tetapi diluar dugaan, mereka hanya
kesima saja, brak, brak.,.. dua buah genteng
menimpa muka mereka hingga berlumuran darah.
Ternyata ilmu kepandaian kedua orang itu tidak
seberapa. Tetapi mulut mereka memang libur.
Sekalipun mukanya bocor, mereka masih berani
memaki maki, "Bangsat jahanam, menyerang secara
gelap, tandanya jagoan anjing. Pendekar dari
perkumpulan Cui-liong pang masa takut kepadamu !"
Sebenarnya Pui Tiok hendak loncat turun untuk
memberi hajaran kepada mereka. Tetapi ketika
mendengar mereka menyebut 'jago-jago Cui liongpang",
dia tertegun. Cui-liong-pang atau perkumpulan Naga-air,
merupakan salah sebuah anggauta dari perserikatan
Cap-jit pang. Dengan begitu jelas kalau kedua orang
itu tentu ditugaskan Cap-jit-pang untuk mematamatai
gerak gerik Lim Po Seng.
Pui Tiok menimang, kalau dia meladeni mereka dan
sampai terlibat pertempuran dengan Cap jit pang, Cap
jit pang tentu akan meminta bantuan Coh Hen Hong.
Dan kalau Coh Hen Hong datang, tentu akan tahu
siapa dirinya. 568 Pui Tiok menyadari bahayanya kalau sampai Coh
Hen Hong datang dan mengenali dirinya. Maka
terpaksa dia urungkan niatnya untuk memberi hajaran
kepada anak buah Cui-liong pang itu.
Pui Tiok lalu menarik Beng Cu, loncat turun dari
arah belakang sana dan menyusur sebuah gang dan
tak lama sudah keluar dari kota sebelah barat. Setelah
lari sampai tiga empat puluh Ii, mereka lalu masuk
kedalam sebuah hutan yang lebat.
Tetapi begitu masuk kedalam hutan, mereka segera
merasa ada sesuatu yang tidak beres. Cepat mereka
berhenti. Yang dirasakan tak wajar oleh Pui Tiok adalah
kedaan hutan yang begitu sunyi senyap sekali. Suatu
keadaan yang menandakan kalau di dalam hutan
tentu terjadi suatu yang tidak wajar.
Ternyata naluri Pui Tiok memang tepat. Baru dia
dan Beng Cu berhenti, dari sebelah muka segera
terdengar suara orang tertawa dingin, "Lim tayhiap,
cong pangcu (ketua) kami sebenarnya bermaksud
baik, mengapa Lim tayhiap tak mau menerima?"
Kemudian terdengar suara parau berkata, 'Heh,
heh, pepatah mengatakan pertemuan itu tak ada yang
baik, pesta pun tak ada yang baik. Maka baik
menghindar saja. Tolong haturkan ke cong-pangcu
bahwa orang she Lim minta maaf dengan ucapan
terima kasih."
569 Suara yang seram tadi berseru pula, "Lim tayhiap,
engkau ini sungguh tak tahu atau hanya pura-pura tak
tahu?" Suara yang parau berseru marah, "Apa Itu sungguh
tak tahu dan pura-pura tak tahu?"
Sampai disitu Pui Tiok dan Beng Cu dengan hati hati
maju mendekati sembari mencurahkan pendengaran.
Berkata pula suara seram tadi, "Cong pangcu kami
bukan hanya mengundang Lim tayhiap, pun kali ini
dalam pesta besar orang gagah akan diundang
seorang tamu agung yakni Suan Hong sian cu.
Andaikata Lim tayhiap tak memandang muka congpangcu,
tetapi masa Lim tayhiap juga tak mau
memandang muka Suan hong sian cu?"
Saat itu Pui Tiok dan Beng Cu sudah dekat. Mereka
melihat orang yang tengah bicara disebelah muka itu
bertubuh kecil pendek seperti kera. Pakaiannya
berwarna merah darah. Waktu bicara, walaupun
suaranya seram tetapi disertai juga gerakan-gerakan
kaki dan tangan.
Dihadapannya tegak seorang lelaki pertengahan
umur, berperawakan kurus sekali. Memakai jubah
warna kuning emas, pinggangnya menyelip sebatang
tan to yang panjang dan lebar.
Selain kedua orang itu masih terdapat lagi tujuhdelapan
orang lain yang berkerumun berkeliling di
sekitar tempat itu.
Melihat itu Pui Tiok terkejut, "Mereka Sedang
mengepung Lim tayhiap," bisiknya.
570 "Lalu bagaimana" Siapakah mereka itu?" Beng Cu
gugup. Pui Tiok menunjuk pada orang yang profilnya
seperti kera itu, "Dia belum pernah kulihat. Tetapi
menilik orangnya dia tentu Hwe-kau (kera-api) Ciau
Yan. Dia adalah pangcu dari Cek cui-pang, anggauta
perserekatan Cap-jit pang.
Terdengar Lim tayhiap berseru tegas, "Kalau
kubilang tidak pergi, tentu tak pergi. Jangan kalian
ribut 2 saja di sini."
Dalam berkata itu, tangan Lim Po Seng sudah
menjamah tangkai goloknya. Dia digelari sebagai
Thay-san-sinto atau Golok-sakti gunung Thaysan.
Sudah tentu dalam ilmu permainan golok, dia
mempunyai kelebihan yang istimewa.
Hwe-kau Ciau Yan tertawa dingin, Lim tayhiap
peribahasa mengatakan, seorang pendekar sukar
menghadapi musuh yang berjumlah banyak. Aku
diutus cong pangcu untuk menyampaikan undangan
kepadamu. Kalau engkau tak mau pergi, terpaksa aku
akan turun tangan."
Tring.... Lim Po Seng getarkan lengan dan golok
pusakanyapun sudah siap di tangan. golok itu sebuah
senjata yang termasyhur, tajamnya bukan alang
kepalang. Dulu ketika belum mengangkat nama,
secara tak sengaja Lim Po Seng telah menemukan
golok itu. Pada waktu itu golok terpendam di dalam
sebuah telaga. Entah golok buatan jaman apa.
571 Pada batang golok itu terdapat ukiran huruf kecil2.
Setelah dipelajari dengan teliti oleh Lim Po Seng,
ternyata merupakan ilmu permainan golok itu. Tiga
tahun lamanya dia menyekap diri dalam lembah
gunung itu untuk mempelajari dan berlatih ilmu golok.
Karena selama tiga tahun tak pernah muncul, orang
mengira dia sudah mati, Tetapi tak dinyana-nyana dia
muncul lagi dengan membawa senjata golok. Dunia
persilatan gempar.
Tak sampai setengah tahun saja dia sudah
diagungkan orang sebagai seorang jago sakti. lalu dia
mendirikan kantor pengiriman barang Jit Tay piaukiok.
Pada waktu Itu dia baru berumur 25 tahun. Sungguh
seorang pendekar muda belia yang gagah perkasa.
Sekarang dia sudah berumur 50 tahun. Selama
berkecimpung 30 tabun dalam meyakinkan ilmu golok,
sudah tentu dia makin sempurna. Dalam pertempuran,
tidak sembarang dia mencabut goloknya kalau tidak
menghadapi musuh yang tangguh.
Oleh karena itu waktu dia mencabut golok, orangorang
yang mengepungnya itu termasuk Hwe kau Kiau
Yan, juga menyurut mundur selangkah.
Tampak golok Lim Po Seng berkilat-kilat memancar
cahaya tajam dan hawa dingin. Dengan sebuah gerak
menggetar, sinar golok itu pun tampak menggulunggulung
selingkar demi selingkar.
Kemudian dia berseru, "Kalau mau turun tangan,
silahkan."
572 Kera-api Kiu Yan tidak lagi bersikap garang seperti
tadi. Dia tertawa hambar, "Lim tayhiap, siapakah yang
tak kenal kalau ilmu permainan golokmu itu
menguasai dunia..
Baru dia berkata begitu, tiba-tiba dia sudah
menerjang maju. Waktu masih berkata kata tadi dia
tak membekal senjata tetapi begitu menyerang
ternyata terdengar benturan senjata yang berdering
tajam sekali. Ternyata dia sudah memegang sepasang
senjata yang aneh bentuknya.
Kedua senjatanya itu memang benar-benar luar
biasa anehnya. Kemungkinan selain dia tak ada lagi
tokoh dalam dunia persilatan yang menggunakan
senjata semacam itu.
Apakah senjata yang aneh itu", Tak lain dan tak
bukan adalah dua buah senjata berbentuk dua ekor
kera, terbuat daripada baja yang keras.
Panjang kera itu hampir setengah meter. Di atas
kepalanya diberi sebatang tusuk yang tajam. Dan
sepasang matanya seperti dapat bergerak gerak
mengeluarkan bunyi berderuk-deruk. Kera-api Kiau
Yan membuka serangan dengan langsung
menusukkan ujung tusuk kepada lawan. Sepintas gaya
serangan itu seperti gaya menutuk jalan darah.
Lim Po Seng tertawa dingin. Golok pusakanya
ditarik mundur dengan tiba-tiba. Dalam gerakan
tampaknya dia seperti orang yang jeri. Dibagian
dadanya telah terbuka lubang. Dan pada Saat itu
sepasang kera-besi dari lawan terus menuju ke
dadanya. 573 Hanya kurang dari sekejab mata, waktu sepasang


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senjata kera besi itu sudah hampir menyentuh dada
Lim Po Seng, dalam keadaan yang menurut
pandangan orang tak mungkin dapat dilakukan,
ternyata telah ditunjukkan oleh Lim Po Seng.
Sret..... . tiba-tiba sinar golok menggembung. Kiau
Yang saat itu yakin kalau serangannya pasti akan
mengenai sasaran, diam-diam sudah bersorak dalam
hati. Tetapi tiba-tiba memancar sinar golok yang
menggelembung seperti bola dengan pancaran cahaya
yang menyilaukan matanya, dia sudah mengeluh
dalam hati. Tetapi gerakan golok itu luar biasa cepatnya. Pada
saat dia merasa akan celaka dan hendak menghindar
mundur, tetapi sudah terlambat. Dia rasakan
lengannya dingin dan tak kuasa lagi maka menjeritlah
dia sekeras- kerasnya.
Sebelum gema teriakan ngeri itu sirap, Lim Po Seng
pun sudah mundur tiga langkah dan tegak berdiri
laksana karang.
Kiau Yan juga berdiri terlongong-longong. Sesaat
dalam benaknya dia tak tahu apakah yang telah
terjadi pada dirinya saat itu.
Sebagai seorang persilatan yang berpengalaman,
sudah tentu Kiau Yan tahu apa artinya hal itu. Dia
terkejut sekali sampai gemetar keras.
Hal sudah jelas dan gamblang. Golok lawan menoel
pada lengannya dan mengupas bajunya. Tetapi karena
ketajaman yang luar biasa dari golok Itu maka
Walaupun terkupas, tapi tetap melekat pada
574 lengannya. Baru setelah itu bajunya itupun
berhamburan jatuh ketanah.
Menurut nalar, menilik gerakan sinar golok yang
begitu dahsyat, tentulah tubuhnya Kiau Yan akan
terbelah dan tak mungkin lari lolos lagi. Tetapi
mengapa saat itu dia masih dapat tegak berdiri dan
tak merasa sakit"
Bukan sehari dua hari Kera api Kiau Yan berkelana
dalam dunia persilatan. Namun dalam saat itu dia
benar-benar seperti kehilangan faham dan tak tahu
suatu apa. Baru ketika dia merasa sepasang lengannya agak
dingin baru mereka mengetahui kalau kedua
lengannya masih menjulur maju dalam gaya menusuk.
Hal itu dikarenakan pada saat dilanda oleh lingkaran
sinar golok Lim Po Seng yang begitu mempesonakan,
dia sampai terlongong longong seperti patung dan tak
menarik kembali tangannya.
Dan setelah ditarik kembali baru dia tahu apa
sebabnya lengannya terasa dingin.
Ternyata lengan bajunya sebatas siku lengan
sampai ke tangan telah terpapas kutung dan
berhamburan jatuh ke tanah. Bahwa sampai bulu
tangannya juga tercukur kelimis.
Kini kedua lengannya menjadi kelimis tak berbulu
lagi. beberapa baris tidak terbaca ......................
575 Saat itu bukan saja Kiau Yan yang kaget pun 7-8
jago yang ikut mengepung Lim Po Seng berobah
wajahnya dan tegak terlongong longong.
Lim Po Seng tertawa mengekeh, "Kiau pangcu
apakah aku boleh melanjutkan perjalanan !"
Saat itu baru Kiau Yan gelagapan. Dia mendapat
perintah dari cong-pangcu untuk mengundang Lim Po
Seng. Tetapi ternyata Lim Po Seng telah menunjukkan
kewibawaan yang mengejutkan.
sekalipun rombongannya berjumlah lebih banyak
Diantara mereka, dialah yang tertinggi
kepandaiannya. Kalau dia sendiri sudah gagal,
bagaimana mungkin yang lain akan bertindak"
Menyadari hal itu walaupun dia seorang jago
ternama yang bernyali besar tetapi tetap dia tak
berani keras kepala lagi.
"Terima kasih atas kemurahan hati Lim tayhiap,"
serunya seraya mundur. Berputar tubuh dia terus
melesat lari. Pada waktu dia melesat pergi, kebetulan melewati
Pui Tiok dan Beng Cu yang bersembunyi disebelah.
Tetapi karena ketakutan, Kera api Kiau Yan tak
sempat memperhatikan keadaan disekelilingnya lagi.
Tetapi Pui Tiok dan Beng Cu. dapat melihat jelas
bagaimana dahi, muka, dan pakaian Kera-api itu
basah kuyup dengan keringat.
Karena Kera-api sudah pergi yang lain2 juga tak
berani tinggal lagi. Dalam beberapa kejab saja mereka
sudah berlalu dari tempat itu.
576 Saat itu baru Lim Po Seng menghela napas. Dan
menggerakkan tangan, golok pusakanya menghambur
sinar pelangi yang meluncur ke udara.
Pui Tiok dan Beng Cu tak tahu mengapa tiba-tiba
Lim Po Seng melemparkan goloknya ke udara. Tibatiba
tampak golok itu berjungkir balik ujungnya, ujung
golok menukik ke bawah dan tring. terus masuk
kedalam kerangkanya.
Saat itu barulah Pui Tiok dan Beng Cu dapat
mengetahui bahwa begitulah cara Lim Po Seng
menyimpan kembali golok kedalam kerangkanya,
Menilik cara gerakannya yang begitu sempurna,
jelaslah kalau dia tentu sudah menguasai benar ilmu
permainan golok itu.
Melihat Lim Po Seng sudah menyimpan golok dan
tampaknya hendak meninggalkan tempat itu, Pui Tiok
loncat keluar dan berseru, "Lim tayhiap, harap
berhenti sebentar."
Saat itu Lim Po Seng sudah berputar tubuh tetapi
begitu mendengar angin berkesiurnya Pui Tiok
muncul, diapun cepat membalik tubuh ke belakang
lagi dan tangannya sudah meraba tangkai golok
seraya membentak 'Siapa!"
Ketika melihat yang dihadapinya dua orang laki
perempuan yang mengenakan kedok, Lim Po Seng
mengulang membentaknya lagi, "Siapa!"
"Lim tayhiap," kata Pui Tiok," kami tiada hubungan
apa-apa dengan Cap-jit-pang dari Hongho. Kami
hanya mendapat keterangan dari Auyang piauthau
577 tentang seseorang. Orang itulah yang hendak kami
tanyakan kepada Lim tayhiap."
"Siapa?" dengus Lim Po Seng.
"Tok-ih ki su Seng Kun," sahut Pui Tiok
Mendengar itu serentak tergetarlah hati Lim Po
Seng. Peristiwa itu hanya Auyang piauthau sendiri
yang tahu. Maka diapun tak meragukan kalau kedua
orang bertopeng yang dihadapinya itu tentulah
sungguh-sungguh mendapat keterangan dari Auyang
Tiong He. Tetapi karena Seng Kun itu pernah menjadi anak
buah Ceng-te-kiong dan saat ini dunia persilatan
sedang heboh menyambut kedatangan Seorang Suan
Hong sian-cu dari istana Ceng-te ki ong, mau tak mau
Lim Po Seng terkejut juga menenima pernyataan dari
Pui Tiok. Setelah berdiam sampai beberapa saat baru dia
berkata, 'Benar, beberapa tahun yang lalu, memang
pernah bartemu satu kali dengan dia. Tetapi sejak itu,
dia mati atau masih hidup, sukar diketahui jejaknya.
Aku tak tahu."
Jawaban Lim Po Seng itu memang sudah diduga
lebih dulu oleh Pui Tiok. Apakah jawaban itu benar
atau palsu hanya Lim Po Seng seorang yang tahu.
Pui Tiok menghela napas, "Kalau begitu, apakah
Lim tayhiap tahu dimanakah sebenarnya letak istana
Ceng-te-kiong itu?"
578 Pertanyaan itu menyebabkan Lim Po Seng terbeliak
kaget. Namun dia paksakan tertawa, katanya,
"Pertanyaan anda ini, mungkin dikolong jagad tak ada
orang yang mampu menjawab."
Pui Tiok dan Beng Cu saling berpandangan. Dengan
susah payah mereka mencari Lim Po Seng,. tetapi
setelah secara kebetulan bertemu, ternyata tak
mendapat hasil apa-apa. Betapa tidak membuat orang
tertawa kecewa.
"Kalau anda tak ada lain soal lagi, aku akan
melanjutkan perjalanan," kata Lim Po Seng. Dia terus
berputar diri. Tetapi pada saat itu juga terdengar
suara orang berteriak, "Lim tayhiap, harap jangan
tergesa-gesa pergi dulu. Tunggulah aku!"
Teriakan itu dari jauh makin dekat dan datangnya
cepat bukan main. Begitu ucapan selesai,
orangnyapun tiba.
Pendatang itu bertubuh kurus tinggi, memakai
jubah dan tangannya mencekal sebatang kipas. Kalau
saja kedatangannya itu tidak dengan gerak yang
begitu cepat seperti angin meniup, orang tentu
mengira dia seorang sasterawan tidak terurus. Melihat
orang itu, wajah Lim Po Seng tampak berobah,
"Andakah ini" Kiau Yan sudah mau pergi, tentunya
anda maklum isi hatiku. Perlu apa mau merintangi?"
Mendengar kata-kata itu hati Pui Tiok dan Beng Cu
tergetar. Dan kata-kata itu jelas dapat mereka ketahui
bahwa pendatang itu adalah anak buah dari Cap-jitpang
di sungai Hongho. Dan kalau Kiau Yan tadi
menderita kekalahan lalu orang ini datang, tentulah
kepandaiannya lebih tinggi dari Kiau Yan.
579 "Kiau lo-jit memang tidak pandai bicara," sahut
orang itu, "bukan saja tak dapat mengundang Lim
tayhiap, pun malah mendapat pelajaran Lim tayhiap.
Hal itu memang sudah pantas menjadi bagiannya, aku
yang rendah memerlukan datang untuk minta maaf"
Pada saat dia bicara, kembali muncul tiga orang.
Wajah dan bentuk mereka aneh, tubuhnya pendek
kecil kancing baju warna coklat menghias baju yang
potongannya seperti seorang pendekar. Pinggangnya
menyelip sederet golok pendek. Begitu datang,
mereka berdiri di samping tak bicara apa-apa.
"Ah, tak perlu begitu merendah," Lim Po Seng
tertawa dingin.
"Cong pangcu sungguh sibuk sekali, kalau tidak
tentu akan memerlukan untuk menyambut tayhiap"
kata orang itu pula, "sekarang beliau pesan aku
supaya bersama tiga orang kawan harus dapat
mengundang Lim tayhiap."
Lim Po seng memandang kearah ketiga lelaki
pendek berbaju coklat, berkata, "Mereka adalah..
Dengan pertanyaan itu menandakan bahwa
walaupun pengalaman dan pengetahuan Lim Po Seng
sangat luas, tetapi rupanya dia belum tahu juga siapa
ketiga orang kate itu.
Orang tadi tertawa, "Ketiga sahabat itu, datang dari
Chatamu di Ceng-hay. Kiranya Lijm tay hiap akan tahu
asal usul mereka.
580 Mendengar itu wajah Lim Po Seng serentak berobah
dan berseru sember, "Hong ih locu!"
"Ya, benar," sahut orang itu," mereka adalah murid
dari Hong ih locu,"
Segera Lim Po Seng tahu kalau ketiga orang itu
adalah murid dari aliran Shia-pay, yang tergolong
tokoh hebat. Mau tak mau ketika mengetahui ketiga
jago pendek itu murid dari Hong ih lo cu (guru besar
baju kuning) tergetar juga hati Lim Po Seng.
Tetapi pada lain kilas, dia malah tertawa cerah.
karena dia berpikir. Kalau toh dengan Suan Hong sian
cu (Dewi angin Puyuh) dan istana Ceng te-kiong saja
dia sudah berani membangkang, masa terhadap
Hong-ih locu, dia harus takut. Selihay lihaynya Hong
ih locu, masa lebih lihay dari Ceng-te kiong.
Maka tanpa takut2 lagi dia berkata, "0, kiranya
murid dari Hong-ih locu, sudah lama aku mengagumi
namanya. Tetapi sekarang aku sudah memutuskan
tidak mau pergi, sekalipun Hong ih locu datang kemari
sendiri, akupun tetap takkan pergi!"
Orang itu hendak bicara tetapi ketiga lelaki baju
coklat itu sudah membentak, 'jangan berandalan!"
Lim Po Seng adalah seorang tayhiap (pendekar
besar) pada jaman itu. Namanya sangat menonjol di
dunia persilatan. Kapankah dia pernah di damprat
begitu oleh orang"
Dengan wajah membesi, dia menegas, "Silahkan
kalian bertiga berkata sekali lagi."
581 Ketiga orang baju coklat itu pantang mundur
Mereka serempak berseru, "Beran.... " Tetapi mereka
tak dapat melanjutkan kata-kata nya karena secepat
kilat Lim Po Seng sudah gentakkan golok puakanya.
Tiga buah lingkar sinar golok berpencaran menyerang
ketiga orang. Sekali gerak tiga jurus, memang merupakan salah
satu jurus terlihay dari ilmu golok Lim Po Seng. Jurus
itu disebut Sam-cay-lian hoan.
Sudah tentu kejut ketiga orang itu bukan alang
kepalang. mereka tidak sempat melanjutkan kata
katanya lagi terus loncat menghindar.
mereka menghindar secara terpencar tetapi
lingkaran golok Lim Po Seng tetap membengkak besar
dan membayangi mereka.


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka mundur satu tombak kebelakang dan Lim
Po Seng tegak di tempat semula. Tetapi toh mereka
seperti dibayangi oleh sinar golok yang
menghamburkan hawa dingin.
Orang yang dandanannya seperti sasterawan itu
adalah seorang pangcu dari Cap-jit-pang bengawan
Hong-ho. Dia merupakan pembantu utama dari Ting
Tay Ging (ketua Cap jit-pang) Namanya Thian Pik siusu.
Walaupun belum turun tangan tetapi dari gerakan
golok yang dipertunjukkan Lim Po Seng tadi, dia
merasa walaupun berjumlah empat orang tetapi tak
mungkin dapat 'mengundang" Lim Po Seng.
582 Itulah sebabnya maka dia terus bersuit nyaring.
kumandangnya sampai bergema jauh sekali.
Lim Po Seng memang tak bermaksud terlibat lama
disitu. Setelah dapat menggebah ketiga orang itu, dia
terus hendak melesat pergi. Tetapi setelah mendengar
suitan Thian Pik siu su yang bergema jauh, tentulah
hendak memanggil bala bantuan Sudah tentu Lim Po
Seng sendiri tak mau lama2 berada disitu.
Dia terus ayunkan tubuh melayang kesamping.
Tetapi jurus Sam cay lian-hoan yang dimainkan tadi
hanya menggertak ketiga lawannya mundur bukan
berarti kalau tak berani datang lagi. Maka pada saat
tubuh Lim Po Seng melayang, ketiga orang itu
berteriak aneh dan serempak juga enjot kakinya
melayang keatas. Di tengah udara mereka sudah
mempersiapkan senjatanya ialah masing-masing
membawa sepasang golok pandak, Lalu menyerang
Lim Po Seng. Kepandaian dari ketiga orang itu memang hebat
juga. Sret, sret, sret.... . Lim Po Seng berhasil
menghindari enam batang golok yang ber hamburan
menyerang kepadanya. Kemudian dengan gaya
meluncur turun ke bawah, Lim Po Seng membuat
lingkaran besar sinar golok.
Begitu mengeluarkan gerakan golok yang begitu
hebat. ketiga orang yang masih melayang di udara itu
berteriak terkejut sehingga Si sasterawan Thian Pik siu
su juga terbeliak.
Selekas turun ke tanah, Lim Po Seng terus melesat
lari. Sesaat itu terdengar beberapa kali suara kain
bertebaran jatuh ke tanah. Enam buah benda hitam
583 telah berguguran jatuh dari atas. Dan ketika ketiga
orang itu menginjakkan kaki ke tanah, mereka tegak
terlongong longong seperti patung.
JILID 13 Pada saat itu barulah sekalian orang dapat
mengetahui apa yang telah terjadi. Ternyata yang
berguguran jatuh dari udara itu adalah enam helai sol
sepatu. Dengan begitu jelas sudah bahwa taburan sinar
golok Lim Po Seng tadi telah mengupassepatu dari
ketiga orang itu.
Hal itu menandakan kalau Lim Po Seng masih
berlaku murah hati. Kalau dia mau, apakah kaki ketiga
orang itu masih dimiliki oleh yang punya.
Ketiga orang itu walaupun kakinya masih
terbungkus kain sepatu tetapi sepatu yang tak ada
alasnya (bawahnya) sehingga sama dengan tidak
bersepatu saja. Pecahlah nyali mereka dan mereka tak
berani mengejar lagi.
Sekali melesat tadi Lim Po Seng sudah berada 7-8
tombak jauhnya. Tetapi tepat pada saat itu tujuh
delapan sosok bayangan berhamburan menerjang.
Orang yang paling tiba lebih dulu, terus langsung
menyerang Lim Po Seng.
Thian Pik siu-su yang melihat dari kejauhan segera
tertawa gelak-gelak, "Lim tayhiap, kali ini kalau tak
mau pergi, engkau tentu tidak bisa. Engkau mampu
584 merangsang perhatian Ah Tang lokoay untuk datang
mengundangmu, sungguh terang sekali muka mu!
Ketika Pui Tiok dan Beng Cu memandang ke muka,
tampak Lim Po Seng sedang menghadapi seorang
lelaki pendek gemuk seperti bola. Tetapi gerakannya
luar biasa tangkasnya. Dibawah hujan tebaran golok
yang seperi hujan mencurah, sipendek kate itu dapat
berlincahan kian kemari laksana seekor kupu2.
Bukan melainkan menghindari serangan golok Lim
Po Seng, pun juga sempat untuk balas menyerang
bagian2 yang berbahaya dari tubuh Lim Po Seng.
Mendengar teriakan Thian Pik siusu tadi,
menggigillah hati Pui Tiok. Dia tahu kalau Ah Tang
lokoay itu seorang tokoh hebat dari aliran hitam.
Dengan begitu Pui Tiok dapat menarik kesan bahwa
kali ini pertemuan besar di tepi bengawan Hongho
yang diselenggarakan oleh Cap_jit pang itu juga
dihadiri oleh benggolan2 dan durjana2 yang ternama.
Pui Tiok memberi isyarat mata kepada Beng Cu.
Keduanya lalu tinggalkan tempat itu. Tetapi pada Saat
Itu Thian Pik siusu cepat berputar tubuh dan
menghadang, "Megapa kalian hendak pergi, Apakah
kalian tak mau memberi muka kepada ku?"
Pui Tiok tertegun, serunya gopoh, "Aku tak kenal
dengan anda. Sudah tentu aku hendak melanjutkan
perjalanan lagi, perlu apa tinggal disini."
Thian Pik siu-su tertawa, "Karena anda ber sama
sama Lim Tayhiap, sudah tentu kami akan gembira
sekali kalau dapat mengundang anda menghadiri
rapat besar itu." Pui Tiok dan Beng Cu terkejut sekali
585 Kalau pergi menghadiri pesta besar itu tentu akan
bertemu dengan Coh Hen Hong. Siatu hal yang untuk
sementara waktu itu harus dihindarkan dulu.
"terima kasih atas kebaikan anda" kata Pui Tiok,
"tapi kami masih mempunyai lain urusan yang
penting." "betulkah itu?" seru Thian Pik siu-su dengan sinis
"Apa sungguh-sungguh kalian tak mau memberi
muka" Coba lihatlah Lim tayhiap itu!"
Pui Tiok dan Beng Cu berpaling. Serentak keduanya
mengeluh dalam hati. Ternyata saat itu Lim Po Seng
sudah mulai kewalahan melayani Ah Tang lokoay saja,
pun masih ada empat orang lagi yang
mengeroyoknya. Tampak Lim Po Seng sudah mulai
kewalahan Walaupun goloknya masih menghambur
sinar yang berwibawa tetapi jelas kalau dia lebih
banyak bertahan dari pada menyerang.
Dan kesibukan Lim Po Seng itu bukan karena kalah
angin terhadap Ah TaNg Lokoay. Ah Tang memang
laksana bayang2 yang beterbangan kian kemari, sukar
dipegang. Tetapi masih dapat diatasi Lim Po Seng.
Yang membuat Lim Po Seng kewalahan adalah
salah seorang dari keempat pengeroyoknya Itu, yakni
Seorang wanita yang menggunakan senjata aneh
sekali. Wanita itu mengenakan pakaian warna merah
muda, kecantikannya amat menonjol. Menilik
potongan tubuhnya yang begitu aduhay, jelas dia
tentu seorang jelita yang amat cantik sekali. Tetapi
ternyata, masih belum dapat dipastikan karena
586 wajahnya ditutup dengan topeng yang menyeramkan.
Sebuah wajah dengan gigi taring yang tajam.
Senjata yang dipakai wanita itu adalah tujuh helai
sutera, tiap sutera sebesar untai benang lawe,
warnanya merah muda. Begitu dimainkan oleh Wanita
itu, ketujuh helai sutera itu bertebaran seolah menjadi
tujuh-delapan puluh bayangan sutera, mirip dengan
sebuah jaring besar yang terus menerus
menyelubungi lawan.
Memakai senjata 7 helai sutera, memang benarbenar
luar biasa anehnya, jauh lebih aneh dari senjata
gada kera yang dipakai Kera-api Kiau Yan tadi.
Golok Lim Po Seng yang luar biasa tajamnya itu tak
dapat membabat putus sutera si Wanita bertopeng.
Pui Tiok dan Beng Cu memperhatikan bahwa
tampaknya makin lama Lim Po Seng makin kalah
angin dan tak mampu menghadapi lawan lagi. Hati
kedua anakmuda itu gelisah tegang.
Tiba-tiba pada saat itu terdengar Ah Tang lokoay
tertawa panjang dan terus loncat mundur.
Begitu dia mundur, ketiga kawannya termasuk
wanita tadi juga serempak mundur. Namun sekali
mundur sampai satu tombak, Lim Po Seng tetap
terkepung ditengah.
Dengan tertawa-tawa seperti kunyuk, Ah Tang
lokoay berseru, "Lim tayhiap, kalau tak mau melihat
Ceng - bin (muka paderi), pun harus memandang Hudbin
(muka Budha). Karena kami berempat sudah
keluar mengundang mu, kalau Sampai engkau tak
587 mau datang. lalu hendak ditaruh dimanakah muka
kami nanti?"
Perasaan Lim Po Seng saat itu terkejut dan marah.
Dia tahu kalau keempat lawannya itu, satupun tak
mudah dikalahkan. Diapun menyadari kalau
pertempuran dilanjutkan, sungguh suatu keajaiban
kalau dia sampai dapat mengalahkan mereka.
Setelah menimang beberapa jenak, akhirnya ia
memutuskan. Satu-satunya cara yang terbaik saat itu
yalah mau menurut permintaan mereka, menghadiri
rapat besar dari Cap jit pang.
Lim Po Seng tahu bahwa ketua Cap-jit-pang yakni
Tiang-pi-sin-mo Ting Tay Ging, belum tentu akan
menghinanya dalam rapat besar itu.
Tetapi jelas kalau tindakan Itu hanya suatu cara
untuk memamerkan kekuatan belaka. Maka kalau dia
hadir dalam pertemuan besar itu berarti dia harus
melihat kecongkakkan orang Cap-jit pang. Kelak kalau
berhadapan dengan mereka, dia barus menundukkan
kepala. Sudah tentu Lim Po Seng tak sudi melakukan hal
Itu. Tetapi dalam situasi seperti saat itu, tiada lain
jalan kecuali harus berbuat begitu. Kalau dia tetap
keras kepala jelas dia akan kehilangan jiwa. itu berarti
dia tak mempunyai kesempatan untuk mencuci hinaan
itu selama-lamanya.
Sebagai seorang persilatan yang sudah kenyang
makan asam garam dunia persilatan, Lim Po Seng
menyadari bahwa dia tak punya pilihan Lain kecuali
harus menhadiri undangan mereka.
588 ia tertawa gelak-gelak "Ah Tang pangcu sungguh
terlalu memberi muka kepadaku. Baiklah, sudah tentu
aku bersedia ikut anda!"
dengan tertawa aneh, Ah tang lokoay berseru, "Lim
tayhiap ternyata seorang yang cepat mengambil
keputusan, silakan!"
Maka mereka berempat yang semula masih
mengepung Lim Po Seng. terus melesat pergi.
Melihat peristiwa itu Pui Tiok dan Beng Cu hanya
mengeluh dalam hati. Tiba-tiba Thian Pik siusu
tertawa mengekeh, "Kalian berdua juga silahkan
berangkat."
Pui Tiok mengeliar pandang ke sekeliling. Dilihatnya
disitu hanya tinggal Thian Pik siusu seorang saja. Dia
memberi Isyarat mata kepada Beng Cu dan Beng Cu
pun dapat menangkap maksudnya.
Tiba-tiba kedua anak muda Itu menyurut mundur
dan sring! - - terdengar dua buah bunyi. Beng Cu
taburkan dua batang senjata rahasia dan Pui Tiok
membarengi menusukkan pedangnya ketengorokan
Thian Pik siusu.
Thian Pik siusu tertawa nyaring. Serentak dia
menebarkan kipasnya dan mengebut. Kebutan kipas
itu sekilas seperti dilakukan dengan sembarangan saja
tetapi ternyata tetap menampar dua buah senjata
rahasia yang menyambar kepadanya. Tring, tring. . .
kedua batang senjata rahasia itu terlempar ke udara,
tepat menyongong kearah pedang Pui Tiok.
589 Sungguh luar biasa indahnya gerakan Than Pik
siusu itu. Waktu menampar senjata rahasia, diamdiam
Kemelut Di Pulau Aru 1 Pembalesan Seri Oey Eng Si Burung Kenari Karya Siao Ping Manusia Pemuja Bulan 2
^