Pencarian

Bila Pedang Berbunga Dendam 8

Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong Bagian 8


dia sudah menyalurkan tenaga-dalam yang
hebat jauh berlipat ganda kuatnya dari tenaga Beng
Cu. Adalah karena tenaga-dalam Thian Pik siusu itu
termasuk tenaga dalam Im ji kang (lunak) maka
kecuali gerakannya yang luar biasa cepatnya, lain2 hal
tak dapat dketahui lawan.
Satu saja dari kedua senjata-rahasia yang terpental
keatas itu mengenai pedang Pui Tiok tentulah pedang
akan tersiak keatas sehingga dada Pui Tiok terbuka
tak terlindung. Pada saat itu Thian Pik siausu akan
memasukkan kipas untuk menutuk jalan darah pada
dada pemuda Itu.
Tetapi rencana Thian Pik siausu yang hebat itu
ketemu batunya. Ternyata tusukan pedang Pui Tiok itu
hanya suatu gerak-tipu untuk menggertak lawan.
Begitu lawan mundur, diapun terus mundur. Karena
dia menarik pedangnya lagi maka kedua senjata
rahasia thi lian-cu dari Beng Cu itupun menemui
sasaran kosong dan melanjut meluncur ke udara.
Diam-diam Pui Tiok tergetar hatinya. Kalau tadi dia
tak lekas menarik kembali pedangnya, tentulah saat
itu dia sudah dikuasai lawan.
Memang sebelumnya Pui Tiok sudah tahu, bahwa
Thian Pik siausu itu tergolong jago kelas satu. Dia
berdua dengan Beng Cu, belum tentu dapat
mengalahkan. Maka dia tak berani gegabah
menyerang. Begitu menyerang, terus mundur lagi.
Karena dia berbuat begitu, terhindarlah dia dari
bencana besar. 590 Diam-diam Pui Tiok terkejut. Dia menarik tangan
Beng Cu mundur sembari lancarkan tiga buah
serangan pedang kepada musuh.
Jurus permainan Pui Tiok itu. menimbulkan
lingkaran sinar pedang yang cepat dan ketat sekali
membungkus kedua anak muda. Sekalipun diserang
dari empat jurusan, musuh tetap tak mudah
mendekat. Ternyata tiga buah jurus permainan pedang yang
dilancarkan Pui Tiok itu bernama It hoa-sam-pian atau
sekuntum bunga, tiga kelopak. Merupakan salah
sebuah dari ilmu pedang Peh hoa kiam hwat yang
ruwet dan kaya akan perobahan. Ilmupedang itu boleh
dikata merupakan ilmu pedang yang paling unggul
dalam dunia persilatan.
Sebagai seorang tokoh yang berpengalaman luas,
cepat sekali Thian Pik siusu tahu dan mana sumber
ilmu pedang itu.
Waktu Thian Pek siusu berteriak menyebut sumber
ilmupedangnya, Pui Tiok terkejut. Kalau asal usul
dirinya sampai terdengar Coh Hen Hong tentulah
dirinya akan celaka.
Sambil mundur dia berseru, "Aku hanya seorang
kerucuk dalam Peh-hoa-kau perlu apa harus
diperhatikan."
Thian Pek siusu melesat maju mengejar, "Apakah
anda tahu bahwa Ting cong pangcu itu bersahabat
baik dengan ketua Peh-hoa-kau" Kalau anda tidak
menghadiri pertemuan besar kami, tentulah aku akan
dimarahi Ting cong pangcu."
591 Mendengar itu diam-diam Pui Tiok makin mengeluh.
memang tahu bahwa Tiang-pi sin-mo Ting Tay Ging
dan ayahnya dulu sama-sama terjun ke dunia
persilatan. Keduanya saling berbahasa heng te
(engkoh adik). Kemudian mereka berpisah. yang satu
menetap di perairan bengawan Hong ho, menjadi
ketua perserekatan Cap jit pang. Dan yang satu
mengasingkan diri ke Hunlam, mendirikan
perkumpulan Peh-hoa-kau.
Sebenarnya kalau Pui Tiok mau menghadiri
pertemuan besar mereka, Ting Tay Ging tentu akan
menyambut dengan gembira. Mungkin Pui Tiok akan
disambut sebagai tamu kehormatan yang istimewa.
Tetapi Pui Tiok keberatan sekali pergi karena Coh
Hen Hong tentu berada disana. Kalau Coh Hen Hong
sampai mengenalinya, jiwanya tentu terancam. Oleh
karena itu buru-buru dia mengangkat tangan memberi
hormat, "harap anda maafkan. Aku sedang melakukan
tugas dari kaucu. Tugas itu penting sekali dan tak
boleh ditunda. Juga tak boleh menampakkan diri.
Sekali lagi harap anda maafkan.
Thian Pik siu-su tertawa gelak!, "Ucapan anda itu,
salah sekali. Karena anda berada disini, rasanya tugas
yang hendak anda lakukan itu tentu berada di sekitar
daerah Sini. Bukan aku omong besar. betapapun
gawatnya urusan itu, untuk daerah sini, asal Cong
pangcu mau mengucap sepatah kata saja, tentu
beres. Harap anda menghadiri perjamuan besar itu.
sampai selesai, tanpa membuang waktu dan tenaga
anda, urusan itu tentu akan selesai. Harap sekarang
anda suka ikut"
592 Sudah tentu Pui Tiok kelabakan sekali. Kalau dia
sampai ikut menghadiri pertemuan itu, jelas tentu
akan menderita malapetaka,. Oleh karena itu dia tetap
berkeras menolak, "Harap, anda suka maafkan. Tugas
yang akan kami lakukan bukan berada di sekitar
tempat ini. kami harus menyeberang lautan untuk
melaksanakan tugas itu, maaf kami hendak pergi."
Sambil berkata dia menarik Beng Cu loncat mundur.
"Tunggu, harap anda berdua tunggu dulu," seru
Thian Pik siusu.
Pui Tiok kuatir kalau Thian Pik siu-su akan
mengejarnya. Memang orang itu bermaksud baik
tetapi tak tahu akan kesukarannya. Untung Thian Pik
siusu hanya berteriak tapi tidak mengejar.
Dalam beberapa kejab, Pui Tiok dan Beng Cu sudah
mencapai 7-8 li jauhnya. Karena tak ada yang
mengejar, mereka baru menghela napas longgar.
Walaupun kali ini berhasil lolos dari lubang jarum
tetapi daerah disitu bukan tempat yang aman Lebih
baik lekas-lekas menyingkir jauh. Maka walaupun
mereka lari agak lambat tetapi tetap tak mau
berhenti. Dalam beberapa saat, mereka mencapai 10 an li
lagi. Pui Tiok sengaja memilih jalan kecil Sehingga
hampir tak berjumpa orang. Mereka mengira
perjalanan mereka tentu sudah aman. Tetapi siapa
tahu, tiba-tiba mereka melihat di sebelah muka ada
seseorang yang duduk tegak.
593 Ketika Pui Tiok dan Beng Cu berhenti Jaraknya
hanya terpisah 7-8 tombak dari orang itu. Mereka
memandang dengan seksama dan melihat bahwa
orang itu duduk diatas segunduk batu besar.
Tubuhnya tinggi sekali, mengenakan jubah panjang,
sikapnya penuh wibawa. Dia meletakkan kedua tangan
diatas lutut dan duduk seperti patung. Sepasang
matanya berkilat kilat memandang kepada Pui Tiok
dan Beng Cu. Kedua anakmuda itu tergetar hatinya dan saling
bertukar pandang, penuh pertanyaan, Siapakah orang
itu. Keduanya hendak berjalan melngkar tetapi kedua
tepi jalan merupakan karang gunung yang terjal
sekali, tak dapat dilalui.
"Jangan bersuara," bisik Pui Tiok, "kita jalan terus
seperti tak terjadi suatu apa."
Beng Cu mengangguk. Keduanya lalu lanjutkan
langkah. Cepat sekali mereka sudah tiba dimuka orang
Itu. Saat itu baru mereka dapa melihat jelas
bagaimana keadaan orang itu.
Ternyata orang itu seorang lelaki tua berumur 6Oan
tahun. Sangat berwibawa. Sepintas orang tahu
kalau dia tentu seorang ko-jiu perisilatan yang
memiliki tenaga-luar dan tenaga dalam yang hebat
sekali. Kedia anak muda itu menyadari bahwa apabila tidak
mau memperhatikan tokoh aneh dari dunia persilatan,
tentu akan mengalami hal-hal yang tak enak karena
dikira tak memandang mata.
594 Oleh karena itu begitu berada dekat dihadapannya,
Pui Tiok dan Beng Cu pun memandangnya sejenak lalu
cepat-cepat berpaling kepala pura-pura seperti tak
tahu. Sekatipun begitu kedua anakmuda itu masih
merasa kalau sinar mata orang tua yang tajam itu
mencurah kepada mereka. Sudah tentu Pui Tiok dan
Beng Cu makin berdebar-debar, tak tau apa yang
akan terjadi. Saat itu keduanya sudah berada di samping tokoh
itu. Asal lewat dan tak terjadi suatu apa tentulah
takkan mengalami hal-hal yang tak terduga.
Tetapi pada saat mereka hendak lewat disamping,
sekonyong konyong orang tua itu tertawa gelak 2 dan
berbangkit. Gerakan tubuhnya menimbulkan angin
kuat dan sekali berayun, dia sudah menghadang di
muka mereka. Sekali ulurkan tangan tahu-tahu
pergelangan tangan Pui Tiok dan Beng Cu sudah kena
dipegang. gerakan lelaki itu benar-benar luar biasa cepatnya.
Pui Tiok dan Beng Cu bukan orang yang tak memiliki
kepandaian tinggi tetapi toh keduanya tak mampu
melepaskan diri. Dalam sekejab mata saja sudah
tercengkeram pergelangan tangannya. Karena
kejutnya, mereka sampai tak dapat bicara.
Lelaki tua Itu tertawa gelak-gelak, "Ho, Thian Pik
salah mata. Mana ada seorang kerucuk dapat
memainkan ilmupedang Peh Hoa kiam hwat " Hm,
kirannya putera dari sahabat lama"
595 Mendengar itu hati Pui Tiok makin merintih Dari
kata-katanya dia dapat menduga bahwa orang tua itu
bukan lain adalah Ting pi sian-mo Ting Tay Ging,
ketua dari Cap-jit-pang.
"Cianpwe... apakah bukan Ting cong-pangcu" tanya
Pui Tok. Orang tua itu tertawa meloroh "Hiantit, mengapa
engkau memanggil aku begitu" pangil saja Ting jisiok"
Pui Tiok memuji, Ting pi sin-mo itu Iblis sakti
tangan-panjang Ting Tay Ging itu lihay sekali. Melihat
ilmu pedang yang dimainkan tadi segera tahu siapa
dirinya. Bahkan langsung memastikan kalau dia
adalah putera dari Peh Hoa lokoay, ketua Peh hoakau.
Mau tak mau terpaksa Pui Tiok memberi hormat
dan berkata, "Ting ji siok, siautit, menghaturkan
hormat!' Ting Tay Ging melepaskan tangan kedua anak muda
itu. Setelah menerima penghormatan mereka Ting Tay
Ging berkata pula, "Hiantit, Engkau salah.
Hubunganku dengan ayahmu, betapalah eratnya. Saat
ini aku sedang mengadakan pesta besar, bagaimana
engkau tak mau menghadiri?"
"Ting ji-siok," kata Pui Tiok, "bukan karena aku tak
tahu adat tetapi benar-benar aku tak dapat unjuk diri
di muka umum. Harap Ting ji-siok suka maafkan."
596 Ting Tay Ging tertawa, "Kesulitan apa saja yang
engkau hadapi, harap bilang kepadaku, tak perlu
sungkan!" Sesaat bimbanglah hati Pui Tiok. Memang dia tahu
kalau ayahnya bersahabat baik dengan Ting Tay Ging..
Dan menilik Ting Tay Ging memerlukan menunggunya
di situ, jelas kalau sangat memperhatikan sekali
kepadanya. Lalu bagaimana dia harus berbuat"
Apakah dia harus menceritakan semua persoalan
kepadanya. Pada lain saat, hampir saja Pui Tiok hendak
mengatakan tetapi tiba-tiba dia teringat akan pesan
ayahnya. Dan lagi dia tahu kalau pesta yang diadakan
Ting Tay Ging itu adalah karena hendak mengambil
muka Coh Hen Hong. Kalau dia menceritakan secara
terus terang, bukanlah berarti akan cari penyakit"
Kemudian diapun hanya tertawa hambar, "Ting ji siok
maaf, urusan ini. . . . tak perlu diketahui orang luar."
kembali Ting Tay Ging tertawa gelak-gelak, "Hiantit,
bagaimana omonganmu itu" Apakah aku ini orang
luar?" Pui Tiok makin meringis, "Ting ji-siok, memang jisiok
bukan orang luar. Tetapi urusan ini benar-benar
tak dapat kukatakan. Dan lagi kami berduapun harus
memakai kedok muka agar jangan sampai dketahui
orang. Ting Tay Ging tak mau mendesak. Dia hanya
berkata, "Sebenarnya kalian tak perlu memakai
kedok. karena mudah menimbulkan kecurigaan orang.
Aku mempunyai dua buah kedok dari kulit manusia
yang dapat kuberikan kepadamu."
597 Dia terus merogoh kedalam baju dan mengeluarkan
dua buah kedok dari kulit manusia. Dan kebetulan
sekali. potongan kedok itu yang satu wajah pria dan
yang satu wajah wanita.
Kedok itu memang luar biasa. Begitu Ting Tay Ging
mencobanya, serentak berobahlah wajahnya menjadi
manusia lain. Kedok itu terbuat dari kulit manusia dan dibuat


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sempurna sehingga dapat menjadi kan
pemakainya seorang manusia baru. Bagi orang
yang berkelana di dunia persilatan, memang berguna
sekali. Terutama bagi Pui Tiok dan Beng Cu yang
sedang dalam kesulitan.
Tetapi Pui Tiok tak ingin menerima pemberian itu.
Memang orang lain tak mengenalnya tetapi bukankah
Ting Tay Ging tetap mengenal mereka"
Dalam pesta besar nanti tentu akan dihadiri
segenap lapisan tokoh-tokoh aliran hitam dan Putih.
Mungkin saja Coh Hen Hong akan mencari keterangan
tentang diri mereka berdua. Hati manusia sukar
diduga. Siapa tahu Ting Tay Ging akan berhianat
untuk menjual mereka kepada Coh Hen Hong"
"Tak usah," Pui Tiok menolak, "lebih baik kami
mengenakan kerudung muka saja. Asal kami tidak
menimbulkan perkara, tentu takkan di perhatikan
orang." Sebagai tokoh yang banyak pengalaman, sudah
tentu Ting Tay Ging tahu apa sebab Pui Tiok menolak
598 pemberiannya. Dia tertawa gelak-gelak, katanya,
"Hiantit, bukankah engkau kuatir kalau aku sampai
mengatakan dirimu kepada orang lain dengarkanlah.
Kalau aku sampai berbuat sesuatu yang merugikan
engkau, biarlah aku mati di sambar geledek!"
Mendengar seorang tokoh seperti Ting Tay Ging
sampai mengeluarkan sumpah yang begitu berat, Pui
Tiok gugup, "Ah, tak perlu Ting ji-siok bersumpah
begitu ngeri."
Ting Tay Ging tertawa, "Kalau begitu kalian
menerima pemberian ini dan ikut aku menghadiri
pesta. Kesempatan yang jarang ada tentu, tak boleh
disia siakan."
Pui Tiok rnenerima kedok, katanya, "Pesta besar Itu
sebenarnya kami. .. . tak Ingin hadir."
Kembali Ting Tay Ging tertawa gelak-gelak, "Hiantit
jangan kuatir. Kalau ada orang yang bertanya aku
akan mengatakan kalau engkau ini seorang piauthau
dari piau-kiok di Gun-beng. Apakah engkau setuju?"
Begaimanapun dalam hati Pui Tiok tetap masih
curiga. Mengapa Ting Tay Ging begitu berkeras.
hendak mengajaknya hadir dalam pesta itu" Pesta
besar itu akan dihadiri oleh tokoh-tokoh ternama,
mengapa Ting Tay Ging tetap hendak memintanya
hadir" Bukankah Ting Tay Ging sudah tahu kalau dia
dan Beng Cu hanya kerucuk yang tak ternama"
Mengapa" Apakah Ting Tay Ging memang bersungguh
sungguh sebagai seorang sahabat karib Peh Hoa
599 lokoay akan mengundang puteranya menghadiri pesta
itu" Sejenak Pui Tiok tak dapat mengambil keputusan
pergi atau tidak. Tetapi setitik kecurigaan yang
menghuni dalam batinnya menyatakan kalau lebih
baik dia tak hadir saja. Dia memberi isyarat mata
kepada Beng Cu lalu berkata, "Kalau Ting ji siok tetap
suruh kami harus hadir sudah tentu kami akan
mentaati. Tetapi dari kami, harap Ting Ji-siok............".
"Sudah tentu aku tak mau mengatakan kepada
orang" cepat Ting Tay Ging menukas.
"Kalau begitu kami mengucap banyak terima kasih
kepada Ting ji - siok."
"Silakan kalian memakai kedok itu," kata Ting Tay
Ging. Meragu sejenak Pui Tiok lalu mencabut kain hitam
yang menyelubungi mukanya. Saat itu Ting Tay Ging
memandangnya dengan tajam sehingga membuat hati
anak muda itu tak enak. Cepat dia memakai kedok
kulit. "Wah, hiantit, beberapa tahi lalat pada pangkal
telingamu itu, dari mana asalnya " " Ting Tay Ging
bertanya Mendengar pertanyaan itu Pui Tiok makin tersipu
sipu. Karena bekas noda luka itu adalah hasil yang
didapat dari pedang Coh Hen Hong.
600 Pui Tiok pura-pura tak mendengar dan berpaling
kepala. Saat itu Beng Cu juga sudah mengenakan
kedok kulit. "Beng Cu, mengapa engkau diam saja dan tak lekas
menghaturkan terima kasih kepada Ting ji-siok ?" Pui
Tiok berseru tertawa. Mendengar itu Beng cu yang
sejak tadi diam saja, gopoh menghaturkan terima
kasih kepada Ting Tay Ging
Ting Tay Ging tertawa gembira dan mengajak kedua
anakmuda itu berangkat. Dia menarik tangan kedua
anakmuda itu lalu berlari kencang. Ternyata llmu lari
cepat dari ketua Cap jit pang itu memang luar biasa.
Pui Tiok Dan Beng Cu Seperti dibawa terbang saja
rasanya. Diam-diam kedua anak muda out terkejut atas
kehebatan ginkang Ting Tay Ging yang walaupun
menarik dua orang masih dapat lari secepat angin.
Tak berselang lama, merekapun sudah melihat
tembok kota Celam shia. Dan dalam beberapa kejab
kemudian, merekapun sudah tiba di tembok kota.
Mereka tidak masuk melainkan melingkar mengitari
kota dan tiba ditepi bengawan. Menyusuri tepi
bengawan itu terus mereka menuju kemuka.
Hampir setengah jam lamanya maka tampak
sebuah panggung yang tinggi.
Sekitar dari panggung, penuh berhias dengan
penerangan dan gemuruh yang mengemparkan sekali.
601 Selekas Ting Tay Ging berhenti. beberapa orang
segera menyambut dan melaporkan pekerjaan
mereka. Setelah itu Ting Tay Ging menawarkan
kepada Pui Tiok apakah perlu ditemani seorang
pangcu. "Ah, tak usah, terima kasih," sahut Pui Tiok.
"Baik.," kata Ting Tay Ging," tetapi harap kalian
jangan meninggalkan tempat ini dengan
sembarangan. Kalau kalian sampai mengalami apaapa
dalam pesta besar Itu bagaimana nanti aku akan
memberi keterangan kepada ayahmu"
Pui Tiok tertawa hambar dan mengiakan saja.
kemudian Ting Tay Ging dikawal beberapa orang
meningalkan tempat itu.
Sepeninggalan mereka, Pui Tiok lalu menarik Beng
Cu diajak masuk kedalam kerumun orang.
Saat itu suasana di tepi bengawan Hongho,
memang luar biasa ramainya. Orang-orang datang
pergi tak putus2nya. Mereka berkeliaran tanpa tujuan
asal berjalan saja.
Tak berapa lama tiba-tiba muncul seorang lelaki
setengah tua yang berwajah luar biasa. Orang ini
menghampiri ke tempat Pui Tiok, "Maaf, apakah anda
ini bukan Pui piauthau dari Gun-beng?"
Pui Tiok terkesiap. Hampir saja dia menjawab
'bukan' - Tetapi tiba-tiba saja dia teringat bahwa Ting
Tay Ging pernah mengatakan kalau mau
memperkenalkan dia kepada tokoh-tokoh Cap it-pang
602 dengan menggunakan nama sebagai orang piauthau
dan Gun-beng. Maka dengan ragu2 dia balas bertanya, "Maaf,
apakah anda ini. . . ."
Dia tidak menjawab dan tidak menyangkal
melainkan balas bertanya diri orang. Sungguh
tindakan yang cerdik juga.
Orang itu tertawa, "Aku yang rendah orang she
Gong nama Hui. Walaupun berkepandaisn jelek tetapi
diangkat orang sebagai pangcu dari Kim an-pang di
perairan Hongho sini. Ting cong pangcu
memerintahkan aku untuk melayani Pui piauthau."
Diam-diam Pui Tiok tergetar dalam hati. Walau pun
orang bersikap merendah tetapi jelas Gong
Hui itu seorang tokoh ternama di perairan Hong ho.
"0, kiranya Gong pangcu, ah, Ting Cong pang cu
sungguh terlalu sungkan. Kami hanya sekedar melihat
keramaian saja, tak usah merepotkan anda."
Gong Hui tak mau memaksa "Kalau Pui piauthau
tidak menginginkan orang untuk menemani, akupun
tak berani memaksa. Apabila dalam hal penginapan
dan hidangan Pui piauthau ingin memberi pesan, asal
kepada anak buah Cap-it-pang anda menyebutkan
namaku, aku tentu akan segera datang Harap jangan
sungkan." "Ah, tidak, Gong pangcu terlalu merendah diri
kepadaku," kata Pui Tiok.
603 Gong Hui tertawa. Setelah memberi hormat lalu
bergegas pergi Setelah itu Pui Tiok dan Beng Cu lalu berjalan
sampai 1Oan tombak lagi. keduanya duduk
beristirahat di sebuah tenda yang terbuat dari bambu.
Tenda itu cukup untuk ditempati 100an orang. Meja
kursi terbuat dari kayu pek kok semua. Walaupun
karena memburu waktu, meja kursi itu dibuat agak
kasar tetapi jumlahnya banyak sekali. Dan setiap meja
tentu disediakan hidangan dan minuman. orang yang
datang. boleh makan minum sekehendak hatinya.
Sudah tentu pesta macam itu akan menelan biaya
besar sekali. Mungkin partai2 persilatan tak berani
menyelenggarakan pesta semacam itu.
Setelah duduk maka pelayan lalu menghampiri, Pui
Tiok minta beberapa macam makanan.
"Pui toako, rupanya Ting cong pangcu tak
......................................kepada kita," kata Beng Cu
setelah pelayan pergi.
Dalam diam Pui Tiok geleng2 kepala, "Masih sukar
dipastikan. Tetapi menurut perasaanku, rupanya ada
sesuatu yang agak tak wajar."
"Kalau begitu mengapa tidak sekarang kita
tinggalkan tempat ini saja?" kata Beng Cu.
"memang aku sudah merencanakan begitu"kata Pui
Tiok,"tetapi kalau mereka memang bermaksud tak
baik kepada kita, ditengah jalan mereka pasti sudah
mempersiapkan penjagaan. Kalau mereka turun
604 tangan, jelas kita tentu bukan tandingannya. Maka
perlu apa kita harus cari penyakit" Dan lagi kita toh
tak mungkin dapat lolos karena seratus li disekeliling
daerah ini semua telah dikuasai oleh anakbuah Cap-itpang.
Sedang tokoh hebat seperti Lim Po Seng saja
tak dapat menghindar, apalagi kita?"
"Wah, kalau begitu bagaimana?" Beng Cu cemas
"Tak usah takut," kata Pui Tiok menghiburnya, "Kila
nanti bertindak menurut keadaan saja. Tetapi yang
penting " jangan sekali-kali kita bercerai, harus tetap
berkumpul."
"Maksud Pui Tiok', apabila terjadi sesuatu, kalau
dihadapi dua orang tentu lebih ringan untuk
mengatasi. Tetapi Waktu Beng Cu mendengar ucapan
itu, dia segera tundukkan kepala. Untung saat itu Ia
memakai kedok kulit sehinga tak kelihatan wajah yang
tersipu merah. melihat itu Pui Tiok terkesiap. Tetapi dia pun segera
menyadari akan kata-kata tadi. Buru-buru dia
memegang tangan Beng Cu, "Beng Cu, karena
menghadapi peristiwa yang aneh begini, maka aku
baru berkata begitu. kalau engkau tak suka. . " "Tidak,
tidak, aku. . . bukan tak suka "Beng Cu gopoh
menukas. "Kalau begitu Beng Cu, aku. . - "baru berkata
sampai disitu Pui Tiok hentikan kata-katanya, karena
saat itu dia melihat seorang berbaju ungu berjalan
mendatangi ke tempatnya. Orang Itu deliki mata dan
berhenti. 605 Sudah tentu Pui Tiok dan Beng Cu tertegun. Orang
berbaju ungu itu bertubuh kecil pendek Pinggangnya
agak mengembung, tentulah karena memakai senjata
yang lemas. Dan pada pergelangan tangan kirinya
memakai empat buah gelang emas. Dandanannya
semacam itu jelas menandakan kalau seorang
pendekar ternama dalam dunia persilatan.
Menilik sikap orang itu, agaknya seperti hendak
mengganggu. Pui Tiok heran. Dia memberi isyarat
mata kepada Beng Cu agar nona Itu jangan membuka
suara. Sebenarnya bagi kaum persilatan. mengunjuk
kegarangan, cari gara-gara memang bukan hal yang
aneh. Tetapi kalau dalam suasana seperti saat itu
masih ada orang yang bersikap begitu, tentu akan
menimbulkan keheranan orang.
Dalam pesta besar yang diselenggarakan Cap itpang
itu akan dihadiri Suan Hong siansu (Coh Hen
Hong). Tak peduli tetamu yang bagaimana, adakah
yang menerima undangan atau tidak, yang datang
atas kemauannya sendiri atau yang dipaksa seperti
Lirn Po Seng, tentu akan memandang muka Cap-itpang
dan tak berani cari onar disitu.
Tetapi nyatanya sekarang orang pendek kecil itu
berani memandang Pui Tiok sedemilian rupa seperti
hendak menantang dan cari perkara.
Pui Tiok tak tahu apa maksud orang pendek itu,.
Dia tak mau meladeni setelah balas memandang


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejenak dia lalu berpaling dan tak mau menghiraukan
lagi. 606 Tetapi entah bagaimana tiba-tiba orang pendek itu
malah mengajak duduk dihadapannya dan begitu
duduk dia terus menggebrak meja dan memaki,
"Keparat laknat!"
Tingkah laku orang kate itu benar-benar terlampau
kurang ajar sekali. Pui Tiok dan Beng Cu terkesiap dan
berpaling. Dua orang anakbuah Cap-it pang berlari lari
mendatangi. "Saudara ini, mau pesan apa, tak perlu harus
memaki-maki!" kata kedua anakbuah Cap-it-pang itu.
"Bukan urusan kalian!" bentak orang pendek itu.
Kedua anakbuah Cap it-pang itu tertawa dingin,
"Sahabat, Jangan engkau salah berpikir. Saat ini
segala apa yang terjadi di perairan Hongho, tentu
mempunyai hubungan dengan kami."
Orang pendek itu deliki mata. Saat itu banyak
sudah orang-orang yang berkerumun ditempat itu.
Diantaranya terdapat empat lima anak buah Cap itpang.
Orang-orang yang berada disitu sama
menyaksikan bahwa orang pendek itu yang bertindak
salah. Orang kate itu menuding kearah Pui Tiok, serunya,
"Baik, saat ini aku takkan membuat perhitungan
dengan engkau. Kalau engkau tahu diri. lekas engkau
menyingkir jauh, jangan sampai bertemu dengan aku
Lagi!" Sebenarnya Pui Tiok tak dapat menelan kesabaran
lagi. Tetapi pada waktu dia hendak bertindak orang
pendek itu sudah berputar tubuh. Sabuk sutera yang
mengikap pada pinggangnya tampak tersingkap dan
607 sabuk pinggang itu caranya mengikat, melukiskan
bentuk Peh-hoa atau seratus bunga. Melihat itu
gemetarlah hati Pui Tiok sehingga kata-kata yang
hendak diluncurkan tak jadi keluar. Dia memang teliti
dan waspada. Serentak dia tertawa gelak 2 dan
berseru, 'Saudara yang itu tentu agak mabuk."
Tetapi orang pendek itu tak menghiraukan dan
ayunkan langkah tinggalkan tempat itu. Karena tak
terjadi peristiwa maka anak buah Cap-it pang juga tak
mau merintangi orang pendek itu.
Setelah orang pendek itu pergi, Pui Tiok dan Beng
Cu duduk lagi Rupanya Beng Cu sudah merasa ada
sesuatu yang tidak beres tetapi dia tak tahu apa
peristiwa itu. Berapa kali dia hendak bertanya tetapi
selalu dicegah oleh isyarat mata Pui Tiok.
Selesai makan baru keduanya berjalan lagi. Setiba
di tepi bengawan, Beng Cu tak dapat menahan
keinginan hatinya lagi dan berkata, "Pui toako, apakah
yang sebenarnya terjadi?"
"Orang pendek itu orang kita sendiri," jawab Pui
Tiok. "Siapa?"
"Dia juga menyamar dan merubah bentuk wajahnya
sehingga aku tak mengenalnya. Tetapi jelas kenal
padaku. Dan lagi tadi dia seperti sengaja hendak
memberi peringatan kepadaku supaya meninggalkan
tempat ini. Bagaimana engkau tahu kalau orang kita sendiri?"
Beng Cu meragu.
608 "Pinggang orang itu mengenakan sabuk sutera
dengan ikatan chas Peh-hoa-kiat. Ikatan seperti
itu sukar sekali dibuat. Kecuali orang Peh-hoa kau
orang sukar membuatnya."
Beng Cu terkejut, "Kalau begitu, kita ini sahabatnya
dan orang itu sengaja datang untuk memberi
peringatan. Lebih baik kita lekas pergi saja."
"Ya, benar," Pui Tiok mengangguk," kita jalan
disepanjang tepi bengawan ini, nanti kita cari
kesempatan untuk melarikan diri."
Memang sejak kecil Beng Cu tak pernah menderita.
setelah terjadi peristiwa besar dalam rumah
keluarganya dan terpaksa ikut Pui Tiok ke Peh Ho-nia
dia telah dikurung sampai beberapa tahun. Sudah
tentu dia tak tahu apa yang terjadi diluar. Menghadapi
keadaan yang penuh serba-misterius seperti saat
sekarang, benar-benar dia merasa gelisah.
Rupanya Pui Tiok tahu perasaan gadis itu maka
diapun menghiburnya, "Jangan cemas, kalau
gugup engkau tentu akan menimbulkan kecurigaan
orang yang akan menduga kalau kita bermaksud
hendak melarikan diri."
Beng Cu berusaha menenangkan diri. Keduanya
melanjutkan perjalanan menyusur tepi bengawan. Tak
berapa lama sudah mencapai satu li. Keadaan
ditempat situ sudah tak seramai seperti yang ditempat
panggung tadi. 609 Nampak di tepi bengawan banyak sekali terdapat
perahu2 yang berpangkalan. Tetapi kebanyakan
perahu2 itu ukuran kecil sekali. Hanya ada satu
tempat ditengahnya.
Beng Cu, lihatlah, banyak sekali perahu2 kecil itu
yang meluncur kebawah. Kalau kita loncat ke sebuah
perahu kecil, engkau bersembunyi dalam ruangannya,
berganti pakaian dan meluncur ke mudik, tentu tak
ada orang yang memperhatikan. Setelah dapat
mencapai dua tiga puluh li, kemungkinan kita tentu
aman." Beng Cu mengangguk. Pui Tiok memirnpin
tangannya dan menuju ke tanggul bengawan. Disitu
mereka memperhatikan ada sebuah perahu yang
kosong tak ada orangnya. Cepat keduanya melayang
turun kedalam perahu itu.
Selekas berada dalam perahu, Pui Tiok lalu hendak
memutus tali pengikat dan perahu segera dibawa
hanyut arus bengawan.
Tetapi pada saat Pui Tiok hendak ayunkan tangan
menghantam tiba-tiba terdengar suara orang tertawa
gelak-gelak, "Pui piauthau," pun serentak terdengar
suara orang memanggilnya.
Sudah tentu kejut Pui Tiok bukan alang kepalang.
Dia segera mengangkat muka memandang, dia segera
meringis seperti monyet makan terasi setelah melihat
siapa yang berseru kepadanya itu.
Ternyata orang itu adalah Gong Hui. Pui Tiok
menyesali dirinya yang masih kurang hati-hati kenapa
sejak berjalan tadi dia tak memperhatikan disekeliling
610 tempat. Tetapi dia teringat bahwa rasanya tadi
memang tak ada orang lagi.
hanya mengapa baru saja hendak kabur, Gong Hui
sudah cepat muncul.
"Pui piauthau" seru Gong hui pula, apakah engkau
ingin main-main naik perahu" Arusnya deras sekali.
Kalau perahu sampai terbalik, tentu bukan main.
Bagaimana kalau kubantu engkau mendayung" Pui
Tiok menyadari kalau dirinya telah diawasi dengan
ketat oleh Ting Tay Ging. Gong Hui tentu mendapat
perintah dari ketua cap it pang itu.
Diam-diam Pui Tiok heran. Bukankah Ting Tay Ging
tadi bersikap begitu manis kepadanya" Mengapa dia
secara diam-diam suruh orang untuk mengawasinya"
Jelas tentu mengandung maksud tak baik.
Dengan kesimpulan itu makin mantap keputusan
Pui tiok untuk melarikan diri. Tetapi dalam situasi
seperti saat itu bagaimana mungkin dia dapat
melaksanakan keputusannya"
Dia tertawa hambar, katanya, 'Kami hanya ingin
main-main saja, tak kira kalau mengejutkan.. -
tiba-tiba dia hentikan kata-katanya.
Saat itu Gong Hui berdiri diatas tanggul. Pada saat
Pui Tiok bicara, tiba-tiba dia melihat sesosok bayangan
muncul dan diam-diam menyelinap ke belakang Gong
Hui. Ternyata orang itu adalah si orang pendek
berbaju ungu 611 Gong Hui masih tetap memandang kesungai dan
tampaknya seperti tak merasakan kedatangan orang
baju ungu. Pada detik itulah Pui Tiok hampir saja
berteriak. Dia kini sudah teringat siapa orang itu. Dia adalah
Hat Jiong, kepala dari paseban Jin-Siu tong dari Peh
hoa-kau. Kat jiong memiliki kepandaian yang tinggi, terutama
dalam Ilmu gin-kang, memang luar biasa sekali. Dia
bergelar Kui-yan-cu atau burung setan.
Saat itu kat jong memberi isyarat tangan kepada
Pui Tiok. Pui Tiok mengerti bahwa Kat Jiong
menginginkan supaya dia melanjutkan bicara dengan
Gong Hui. Maka sejenak berhenti, Pui Tiok pun
meneruskan kata-katanya, ".. . mengejutkan Gong
pangcu Kalau begitu kami akan kembali saja."
Gong Hui tertawa, "Ah, tak perlu. Asal ditemani
dengan orang yang pandai berenang dan mengerti
cara mendayung perahu, naik perahu menurutkan
arus, memang menyenangkan sekali, tunggu aku
............ baru dia mengucapkan begitu, tangan Kat Jiong
sudah berayun. Pukulan itu dilambari dengan tenagadalam
yang mampu menghancurkan batu karang
dahsyatnya. Gong Hui juga bukan tokoh sembarangan.
Dia menyadari apa yang terjadi. Tetapi pada saat
itu, sudah terlambat. Dia hanya sempat untuk berkisar
ke samping tetapi tak sempat berputar tubuh.
612 Bluk. . pungungnya terkena telak.
Pui Tiok yang berada dihadapannya, tahu jelas
tentang peristiwa itu. Setelah terkena pukulan Gong
Hui muntah darah dan jatuh terguling ke bawah terus
disambut arus dan ditelan gelombang.
"Mengapa tidak lekas berangkat "' serentak
terdengar suara Kat Jiong membentak.
Peristiwa itu terjadi mendadak dan mengejutkan
sehingga Pui Tiok tercengang. Baru setelah Kat Jiong
membentak dia gelagapan dan terus menebas tali
penambat perahu. Begitu tali putus, perahu berputarputar
sejenak lalu dibawa hanyut arus.
Saat itu Pui Tiok masih sempat melihat tubuh Gong
Hui meronta dan mengembangkan gumpalan darah
merah ke permukaan air. Tetapi luka Gong Hui
terlampau berat sekali. Hanya sebentar dia meronta
lalu tenggelam ke bawah untuk selama lamanya.
Setelah tenangkan pikiran. Pui Tiok memberi pesan,
Beng Cu, coba engkau lihat kedalam ruang perahu,
apakah disitu terdapat pakaian dari pemilik perahu."
Beng Cu masuk dan tak lama keluar dengan
membawa seperangkat pakaian kain kasar warna biru.
Pui Tiok cepat mengenakannya. Setelah Itu dia
berkata, "Engkau sembunyi saja dalam ruang perahu,
jangan sekali kali keluar."
"Pui toako, dan engkau?"
613 "Aku kan berada di hulu perahu untuk mendayung,"
kata Pui Tiok. Arus bengawan Hongho memang keras sekali,
Tetapi aliran bengawan yang masuk ke wilayah
Shoatang, bukan tergolong yang paling deras arusnya.
Dan lagi Pui Tiok pun pernah mendayung perahu di
sungai Lan jong kiang di wilayah shoatang.
Sungai itu juga terkenal deras sekali arusnya, oleh
karena itu dia tak kikuk lagi mendayung, apalagi
perahu itu tidak menentang arus melainkan dibawa
arus. Tak berapa lama perahu itu telah mencapai satu li
jauhnya. Dari tempat itu dapat melihat jelas panggung
tinggi yang didirikan diatas tanggul.
Pui Tiok mulai tegang. Asal perahu dapat melalui
tempat letak panggung, tentu tak ada orang yang
akan memperhatikan lagi. Kemungkinan besar tentu
dapat meloloskan diri dengan aman.
Karena kuatir dikenal orang maka selama
mendayung itu diapun tundukkan kepala. Pada saat
panggung makin dekat, tiba-tiba dari tepi bengawan
meluncur sebuah perahu yang laksana anak panah
terlepas dari busur, telah meluncur datang.
Cepat sekali perahu kecil itu membelah ombak dan
tiba di muka perahu Pui Tiok. Melihat itu Pui Tiok
menyadari kalau perahu itu hendak membentur
perahunya, setidak-tidaknya hendak menghadang.
Waktu Pui Tiok memandang dengan seksama, baru
dia tahu kalau orang yang berada dalam perahu itu
614 bukan lain adalah Thian Pik siusu. Diam-diam dia
mengeluh dalam hati.
Pada saat Thian Pik siusu menukikkan kipas nya
kebawah, enam belas tukang kayuh serempak
berteriak dan tahu-tahu perahu Pui Tiok telah di
tercekam oleh 6-7 buah kait besi.
'Pui piauthau" Thian Pik siusu tertawa," kalau
mendayung terus ke muka, disana terdapat sebuah
kisaran yang berbahaya sekali"
betapa gugupnya hati Pui Tiok pada saat Itu,
berbeda dengan tadi waktu dipergoki dengan Gong Hui
dia masih dapat memberi alasan kalau hanya ingin


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bermain-main dengan perahu. Demi saling menjaga
muka masing-masing, maka Gong Hui menanggapi
dengan tertawa.
Tetapi sekarang karena Gong Hui telah dihantam
sampai terlempar kedalam ombak bengawan,
sekalipun mayatnya tak diketemukan tetapi kalau
orang Cap jit-pang tak dapat menemukan Gong Hui
sudah tentu mereka akan membuat perhitungan
kepadanya. Bukankah dengan begitu dia akan
menderita nasib buruk"
Sambil menimang hal itu pikiran Pui Tiong masih
tetap bekerja untuk mencari akal. Tetapi dia
menyadari bahwa keadaan saat Itu tiada lain jalan
baginya kecuali hanya menurut mereka saja.
Sementara pada saat itu anak buah perahu cepat
sudah mulai mendayung lagi, menuju ke tepi. Karena
tergaet kait, perahu Pui Tiong pun Ikut tertarik ke
615 tepi. Sedang di tepi bengawan, tampak ketua Cap-jit
pang yakni Ting Tay Ging menunggu dengan wajah
berseri. Beng Cu keluar dari ruang perahu dan berdiri di
samping Pui Tiok.
'Jangan takut," Pui Tiok berbisik" menilik sikap
mereka, rasanya belum memusuhi kita."
Setelah tiba dipantai, Thian Pek siusu tertawa,
"Silakan naik ke pantai."
Pui Tiok membuka pakaian kain kasar dan loncat ke
pantai bersama Beng Cu. Ting Tay Ging tak ada disitu
lagi, entah kemana.
"Anda berdua sebaiknya beristirahat, Anda berdua
atas perintah cong-pangcu harus dilayani sebagai
tetamu agung. Apabila pelayanan kami kurang
sempurna, harap dimaafkan,'' kata Thian Pik siu.
Sebenarnya Pui Tiok hendak langsung bertanya,
apa tujuan mereka terhadap dirinya. Tetapi pada lain
kilas dia melihat kesimpulan, sekalipun mengajukan
pertanyaan semacam itu, tentulah mereka tak mau
mengatakan. Salah2 akan memberi dorongan kepada
mereka supaya cepat bertindak kepadanya. Dengan
begitu malah tak ada kesempatan lagi baginya untuk
meloloskan diri.
Maka Pui Tiok juga tertawa, "Ah, mana aku berani
secongkak begitu. Budi kebaikan Cap-jit- pang pasti
takkan kulupakan selama lamanya."
616 Thian Pik siusu tertawa dan mengajak kedua anak
muda itu berjalan menyusur pantai. Tiba-tiba
disamping panggung mereka menaiki tangga yang
makin lama makin tinggi sehingga mencapai tingkat
yang paling atas. Tingkat paling atas itu sangat
mewah. Thian Pik siusu mendorong sebuah pintu.
Ternyata dibalik pintu merupakan sebuah kamar
tidur yang luas. "Bagaimana kalau disini" kata Thian
Pik siusu. Pui Tiok tertawa hambar. Dengan menempati kamar
paling atas itu dibawahnya dijaga ketat. oleh anak
buah Cap-jit-pang, juga tak mungkin lagi akan dapat
meloloskan diri. Tetapi bagaimana lagi kecuali harus
menerima. "Baiklah, tempat ini terlalu mewah sekali terima
kasih atas perhatian anda '.
Thian Pik siusu tak menyahut melainkan tertawa
terus berputar tubuh berlalu.
Pui toako" bisik Beng Cu," apakah maksud
mereka?" Pui Tiok tertawa sambil geleng2 kepala, "Aku juga
tak tahu apa sebenarnya maksud mereka Maka kita
harus tenang, jangan gugup"
Beng Cu menghela napas, 'Pui toako, tak perlu
engkau selalu menghibur aku. Kutahu bukan hanya
aku, pun engkau juga tegang setengah mati.
Pui Tiok tak menjawab. Dia menghampiri jendela
dan melongok ke bawah. Alam permandangan di
617 sekeliling pantai, tampak jelas semua. Panggung
hanya lima tombak tingginya. Dengan kepan daian
yang dimiliki Pui Tiok dan Beng Cu, rasanya tak sukar
kalau mau merangkak keluar melalui jendela itu
Tetapi baru saja dia melongok dari jendela, di
bawah panggung terdapat sederet orang-orang yang
pakaiannya ringkas seperti orang persilatan. Selain
itu, di permukaan bengawan juga siap sederet perahu
cepat. Dengan begitu, apabila Pui Tiok mau
meloloskan diri, baru nongol dari cendela saja sudah
tentu akan diketahui orang.
Halaman 45 tak terbaca........................................................
menjetikkan tangan. Benda yang digengamnya tadi
segera meluncur ke udara.
"Pui toako, apakah itu?" seru Beng Cu.
"Pertandaan rahasia untuk memberi tahu, "kata Pui
Tiok" seluas li didaerah ini, apabila terdapat anak buah
Peh-hoa-kau, begitu melihat penandaan rahasia itu
tentu segera tahu kalau aku dalam bahaya. Mereka
tentu akan datang untuk menolong. Meongok keluar
jendela, Beng Cu melihat benda yang diselentikkan Pui
Tiok tadi telah membubung 7-8 tombak tingginya dan
mulai meluncur turun. baru turun satu tombak ke
bawah, tiba-tiba benda itu meledak. Benda yang
semula hanya sebesar pil, begitu meledak
mengeluarkan bunyi mendengung yang tak
berkeputusan dan memancarkan bunga api
pancawarna. 618 Sudah tentu orang-orang yang berada ditepi
bengawan melihat ledakan api itu. Tetapi mereka tak
heran karena mengira kalau itu tentu bunga api yang
sengaja disulut untuk merayakan kemeriahan pesta
dari Cap-jit-pang.
Setelah melepaskan penandaan itu, Pui Tiok tak
mempunyai jalan lagi Dia hanya berjalan mondar
mandir dalam kamar.
tak berapa lama, muncul orang menghantar
makanan. Dan setelah malam tiba, juga ada yang
mengantar lampu. Cepat sekali waktu berlalu. Tahutahu
sudah dua hari keduanya telah dikurung dalam
kamar itu. Selama itu memang Pui Tiok dan Beng Cu tak henti
hentinya mencari akal untuk lolos, tetapi belum
ketemu. Mereka tak mau menuruti emosi dan
sembarangan saja melakukan percobaan untuk lolos.
Penjagaan tak pernah berkurang. Baik siang
maupun malam, berpuluh-pulluh anak buah cap jit
pang selalu menjaga dibawah panggung.
Pui Tiok mengharap mudah-mudahan Kat Jiong
dapat melihat pertandaan rahasia tadi. walaupun
belum mempunyai jalan untuk menolong tapi paling
tidak dapat mengadakan kontak. Tetapi sampai saat
itu Kat Jiong tak terdengar beritanya, apalagi nongol.
Sudah tentu Pui Tiok dan Beng Cu gelisah. Kat Jiong
telah membunuh seorang pangcu dari Cap jit pang.
Mana mungkin Ting tay Ging mau mengampuninya"
Siapa tahu Kat-Jiong sudah dibunuh Ting Tay Ging.
619 Satu hal yang masih membuat Pui Tiok heran Kalau
Kat Jiong benar telah dibunuh, mengapa Ting Tay Ging
hanya menyandera mereka berdua saja" Apakah
maksud ketua Cap-jit pang itu"
Dalam keputus asaan, tiada lain jalan bagi Pui Tiok
kecuali berusaha tenangkan diri. Dia menyadari hanya
ketenangan yang dapat menembus segala kegelapan
dari saat yang sulit.
Hari itu pada tengah hari tiba-tiba dari arah tepi
bengawan terdengar suara tambur dan genderang
serta mercon seperti memecah langit Pui Tiok dan
Beng Cu segera melongok ke jendela. Ternyata suara
gemuruh itu berasal dari pada Burung Cendrawasih
raksasa yang dimainkan berpuluh-puluh anak buah
Cap jit-pang. Aneh. Setiap menyonsong perayaan besar biasanya
orang tentu mengadakan pawai Liong atau barongsay.
Tetapi mengapa yang diperagakan itu seekor burung
Cenderawasih raksasa. 0, mungkin karena yang
disambut Dewi Angin-puyuh (Suan Hong siansu) maka
lambangnya pun seekor birung Cenderawasih,
lambang kecantikan dan kemewahan.
Memang Ting Tay Ging hendak membuat surprise
atau kejutan untuk Coh Hen Hong. Dengan sengaja
suruh membuat burung Cenderawasih besar yang
hanya dapat diangkat dan dimainkan oleh sepuluh
orang. Mudah-mudahan saja Dewi Angin puyuh akan
gembira. Dibawah sinar matahari terik, burung Cenderawasih
raksasa yang indah bulunya itu sangat menarik dan
620 mempesona Sedang di tengah bengawan tampak 17
buah perahu cepat menyertai, menempuh arus.
Walaupun menempuh arus tetapi perahu itu tetap
meluncur cepat. Setiap perahu terdapat seorang yang
memegang panji besi berbentuk segitiga.
Halaman 49 setengah halaman tak
terbaca.................................
Saat itu perahu besar amat jauh sehingga tidak
tampak siapa-2 yang duduk di jajaran kursi. Tetapi
dari tata barisan itu dapat diduga, tentulah Dewi Angin
Puyuh juga berada disitu. Perahu besar makin lama
makin mendekati barisan perahu kecil. Sementara
beribu-ribu orang yang berada di sepanjang tepi
bengawan menyambut dengan penuh perhatian.
Ketika melongok kebawah, Pui Tiok mengeluh.
Dibawah panggung masih tetap dijaga oleh barisan
jago-jago Cap-jit-pang.
tetapi Pui Tiok pun sempat memperhatikan bahwa
kawanan penjaga itu sedang mencurahkan seluruh
perhatiannya kepada upacara pertemuan perahu besar
dengan barisan perahu kecil.
Tiba-tiba timbul akal Pui Tiok. Dia hendak memberi
tahu kepada Beng Cu bahwa nanti apabila pada saat
perahu besar bertemu dengan barisan perahu kecil,
seluruh perhatian orang termasuk kawanan anakbuah
yang menjaga dibawah panggung tentu akan
tertumpah ruah. itu akan merupakan kesempatan
yang paling bagus untuk meloloskan diri.
621 Pui Tiok cepat berputar tubuh hendak
menyampaikan hal itu kepada Beng Cu. Dia hendak
memanggil Beng Cu supaya siap di jendela. Melalui
jendela itulah mereka hendak lolos.
Tetapi bukan alang kepalang kejutnya ketika
melihat bahwa dalam ruang telah bertambah dengan
seorang lagi. Dan orang itu bukan lain adalah Thian
Pik siusu. Beng Cu tegak disamping. tak berani buka suara.
Pui Tiok cepat menghampirinya.
"Dia baru saja masuk, coba perhatikanlah
tangannya," kata Beng Cu.
Pui Tiok memandang tangan Thian Pik siusu.
Tangan kirinya masih memegang kipas tetapi tangan
kanannya diletakkan diatas meja. Permukaan meja
yang dilekati tangannya itu mengeluarkan asap tebal
seperti terbakar dan tangan tokoh itu seperti
menyusup masuk.
ketika Pui Tiok memandang. baru Thian Pik siusu
tertawa gelak-gelak dan mengangkat tangan
kanannya. Diatas permukaan meja, tampak sebuah
bekas telapak tangan yang amat dalam.
"Dari atas memandang kebawah, anda berdua pasti
dapat melihat bahwa Suan Hong siancu telah datang,"
kata Thian Pik siusu tertawa.
Pui Tiok dan Beng Cu hanya saling bertukar
pandang. Tak tahu mereka mengapa Thian Pik siusu
datang kesitu dengan memamerkan kepandaian
tenaga-dalam yang hebat.
622 Mungkin saja, Thian Pik siusu hendak memberi
peringatan kepada Pui Tiok berdua, bahwa janganlah
kedua anakmuda itu coba-coba hendak melarikan diri
karena kalau berani berbuat begitu, Thian Pik siusu
tentu akan menindak mereka. Jelas mereka itu bukan
lawan Than Pik siusu.
"silahkan lihat," kata Thian Pik siusu, menunjuk
keluar jendela," keramaian semacam itu sungguh
belum pernah ada dalam dunia persilatan,
Halaman 52 separuh tidak terbaca
....................................................
"Ah, memang benar, kata Pui Tiok,"adalah berkat
kemurahan hati Ting cong-pangcu kami beruntung
mendapat kesempatan untuk menyaksikannya."
Thian Pik siusu tertawa mengekeh, "Tetapi Ting
cong pangcu mengundang kalian kemari untuk
menghadiri, mengapa anda menolak?"
Pui Tiok tertawa, "itu yang dinamakan kalau kurang
pengalaman dan picik pengetahuan. Mana kami dapat
menduga kalau apa yang akan kami saksikan ternyata
suatu peristiwa besar yang jarang terjadi dalam dunia
persilatan."
Sambil melayani bicara, diam-diam Pui Tiok
memutar otak untuk mencari akal. Cepat dia
menemukan daya.


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian Pik siuSu merupakan pembantu paling
dipercaya Ting Tay Ging. Selain cerdas, Thian Pik
623 siusu juga banyak akal dan ilmu kepandaiannya
juga tinggi sekali. Dari cara dia mengunjuk kesaktian
tenaga dalamnya tadi, dapat dinilai betapa tinggi
tenaga dalamnya. Sekalipun dia (tui Tiok) maju
berdua dengan Beng Cu, tetap takkan menang.
Bagi Pui Tiok hanya ada satu pilihan. Karena
dengan jalan terang tak mungkin menang maka dia
harus mengambil cara gelap. Dia hendak mencari
kesempatan untuk menunggu sampai Thian Pik siusu
lengah, baru akan turun tangan.
Apabila Thian Pik siusu dapat disingkirkan tentu
mudah meloloskan diri. Tetapi bagaimana akibatnya
kalau sampai gagal menyingkirkan Thian Pik siusu"
Ah, biarlah. Dengan menahan mereka berdua diatas
panggung, jelas Ting Tay Ging tentu tak mengandung
rnaksud baik. Andai kata nanti gagal membunuh Thian
Pik siusu, toh sama saja akibatnya. Membunuh Thian
Pik siusu atau tidak, berusaha meloloskan diri atau
tidak, sama saja. Ting Tay Ging akan melakukan
sesuatu yang tak baik kepada mereka berdua.
setelah membulatkan tekad, Pui Tiok agak memberi
kicupan mata kepada. Beng Cu tertegun tetapi tak
tahu apa maksud Pui Tiok. Melihat itu terpaksa Pui
Tiok mengangkat tangannya, jari tengahnya
dilekatkan pada jempol tangannya dan pelahan lahan
dijentikkan. Dia melakukan ini tanpa diketahui Thian Pik siusu.
Karena saat itu dia tegak menghadap kepada Thian
Pik siusu sembari omong2 untuk mengikat perhatian
orang. 624 Melihat gerak tangan Pui Tiok, baru Beng Cu
serentak mengerti. Dia tahu Pui Tiok menghendaki
agar secara tak terduga-duga suruh dia melancarkan
serangan mendadak kepada Than Pik siusu.
Beng Cu tegang itu bukan karena dia takut akan
kepandaian Thian Pik siusu sehingga kalau sampai
gagal, tentu dia akan celaka. Beng Cu karena
menyerang Orang secara menggelap seperti yang
diperintahkan Pui Tiok, belurn pernah dia lakukan
selama ini. Peh hoa-kau bukan suatu perkumpulan Ceng Pay
dan Pui Tok juga bukan seorang kuncu (ksatya) yang
menjunjung budi pekerti. Bagi Pui Tiok, menyerang
orang secara mengelap demi menyelamatkan diri
adalah hal yang wajar. Tetapi tidak demikian dengan
pendirian Beng Cu. Gadis Itu tetap menganggap
perbuatan semacam itu, bukan perbuatan perwira.
maka dia gelengkan kepala menolak.
Melihat itu Pui Tiok banting2 kaki menandakan
mendongkol dan menghendaki supaya Beng Cu jangan
ragu2 lagi. Beng Cu terpaksa menghela napas dan tak
bilang apa-apa lagi.
Pui Tiok bicara beberapa saat lagi dengan Thian Pik
siusu kemudian berpaling memandang Beng Cu.
melihat itu Beng Cu lalu mengangkat tangan Ternyata
pada jari telunjuk dan ibu jarinya telah terdapat 3
batang kim-ciam atau jarum emas.
Cepat Pui Tiok berpaling lagi dan tertawa, "Thian Pik
cianpwe, anda tidak ikut menyambut Sian Hong siancu
tetapi malah mengawasi kami. Apakah kami berdua ini
benar-benar penting sekali artinya bagi kalian?"
625 Thian Pik siusu tertawa, "Pui lote, Ucapanmu ini tak
benar, Kalian berdua adalah tamu kehormatan dari
Ting cong pangcu. Kata-kata mengawasi itu sungguh
tak tepat."
'kalau tidak mengawasi kami, mengapa anda tidak
memperbolehkan kami jalan2 keluar?"
Pui Tiok tertawa. Thian Pik siusu balas tertawa juga,
"Hal itu. ......."
Baru dia berkata begitu, Pui Tiok memberi isyarat
dari belakang pungung. Memang Beng Cu hanya
tunggu isyarat Pui Tiok. Sejak tadi dia sudah kerahkan
segenap tenaga dalam. Begitu melihat isyarat Pui
Tiok, cepat dia selentikkan jarinya. Dua batang
kimciam meluncur deras ke muka.
Memang kedatangan Thian Pik siusu kesitu, tak lain
memang hendak mengawasi gerak gerik kedua
anakmuda itu. Tetapi dia menganggap dirinya terlalu
tinggi, tak mungkin kedua anak muda itu mampu
mengapa-apakan dirinya. Dan lagi waktu datang tadi,
dia telah memamerkan ilmu tenaga dalarnnya yang
hebat. Dia mengira kedua anakmuda itu tentu sudah
kuncup nyalinya.
Pada saat itu, pertunjukan di bengawan sudah
makin tegang. Perahu besar makin dekat. Barongsay
cendrawasih raksasa makin menari dengan penuh
semangat. Genderang, tambur dan petasan bagai
memecah bumi dahsyatnya. Peristiwa semacam itu
memang jarang sekali terjadi. Maka walaupun Thian
Pik siusu banyak pengalaman didunia persilatan,
namun dia belum pernah melihat pertunjukan
626 semacam itu juga. Oleh karena itu diapun
mengalihkan seluruh perhatiannya kearah bengawan.
Jarum emas yang dilepas Beng Cu itu, merupakan
senjata rahasia yang lihay sekali. Gerakannya cepat
dan tak mengeluarkan suara sama sekali. Kalau
secara terang terangan bertempur dengan Thian Pik
siusu, walaupun maju berdua, tetapi Pui Tiok dan
Beng Cu tentu kalah. Tetapi dengan mengunakan
kesempatan pada saat Thian Pik sedang lengah,
memang lain hasilnya.
Beng Cu berdiri hanya dua meter di belakang Thian
Pik. Dan kedua jarum-emas itu lajunya secepat kilat.
Seketika Thian Pik rasakan jalan darah Leng-tay-hiap
pada pungungnya terasa linu.
Dia terkejut dan tahu kalau dicelakai secara licik.
Cepat dia berputar tubuh ke samping tetapi pada saat
itu juga jarum kedua juga sudah menyusup kedalam
jalan darah gi-hay-hiat di pinggang belakang.
Waktu berputar tubuh kesamping tadi, gerak tubuh
Thian Pik sudah menghamburkan tenaga yang dahsyat
sehingga Pui Tiok terhuyung-huyung dua langkah.
Dan waktu berputar tubuh, Thian Pik siusu
mengerung keras, menyebabkan Pui Tiok dan Beng
Cu tertegun. Dalam keadaan seperti itu, apabila
Thian Pik turun tangan, jelas Pui Tiok dan Beng
Cu tentu akan remuk.
627 Memang Thian Pik juga akan turun tangan. Dia
mengangkat tangan terus hendak menghantam Beng
Cu. Waktu Thian Pik mengangkat tangan, gerakannya
telah menimbulkan angin yang menyebabkan barang2
dalam kamar itu miring semua. Dapat dinilai betapa
hebat tenaga-dalam yang dimilikinya.
Sedang Beng Cu masih terkesima. Demikian halnya
dengan Pui Tiok yang tak jauh bedanya dengan Beng
Cu. Dengan begitu jelas nona itu pasti akan hancur
lebur. Tetapi sekonyong konyong dalam saat yang
berbahaya itu, tubuh Thian Pik meregang tegak.
Sehirub tubuhnya mengeluarkan bunyi seperti letupan
bambu dibakar. Tangan yang sudah diangkat itu, tidak
diayunkan malah terkulai turun. Dan sekonyong
konyong bluk. . . dia rubuh ke lantai.
Ternyata kedua jarum emas yang dilepas Beng Cu
tadi tepat mengenai jalan darah yang maut dari Thian
Pik yaitu jalan darah leng-tay-hiat yang menembus ke
ulu hati dan jalan darah gi-hay hiat yang merupakan
pusat dari tenaga murni.
Sebenarnya dengan kepandaian yang dimilikinya,
kalau hanya terkena dua batang kim ciam saja, Thian
Pik tentu dapat mengatasi asal dia terus menutup
tenaga-murninya dan menunggu sampai datang
pertolongan. Tetapi pada saat terkena jarum itu, dia marah
sekali dan terus hendak membunuh Beng Cu. Dia
berputar tubuh dan mengangkat tangan itu, telah
628 menyebabkan tenaga murninya memancar deras. Dan
karena tenaga murni mengalir keras, kedua jarumemas
itu ikut terbawa berputar dalam tubuhnya.
Jarum yang satu menurutkan aliran jalan darah lengtay-
hiat, menyusup kedalam uluhatinya. Sedang yang
sebatang menusuk selaput tenaga murni sehingga
bocor keluar. Walaupun jarum itu amat halus tetapi
karena tepat mengenai sasaran yang berbahaya sudah
tentu jiwa Thian Pik tak dapat ditolong lagi!
Peristiwa itu benar-benar dirasakan Pui Tiok dan
Beng Cu seperti dalam impian saja. Beng Cu sudah
merasa kalau dirinya tak mungkin dapat terhindar dari
pukulan-maut Thian Pik.
"Beng Cu, Beng Cu!" teriak Pui Tiok. Tetapi Beng Cu
masih terlongong seperti orang kehilangan semangat.
Pui Tiok terkejut. Menganggap mungkin suaranya
kurang keras maka dia hendak memanggil lagi. Tetapi
pada lain saat dia menyadari keadaan saat itu. Karena
dibawah panggung di tepi bengawan suara pekik sorak
dan bunyi petasan memekakan telinga maka Beng Cu
sampai tak dapat mendengar. Keadaan itu membuat
Pui Tiok girang sekali. Karena dengan gemuruhnya
sorak sorai dan petasan, tentulah kawanan anak buah
Cap jit pang itu tak mendengar aum yang dahsyat dari
Thian Pik tadi.
Kini dia harus lekas-lekas bertindak untuk
meloloskan diri. Serentak dia maju dan menarik
tangan Beng Cu, "Lekas kita pergi!"
Mereka membuka pintu Lebih dulu melongok keluar,
ketika tak ada orang mereka lalu Cepat menuruni
tangga turun ke bawah panggung. Tentulah anakbuah
629 yang menjaga disitu karena menganggap Thian Pik
tentu lebih dari cukup untuk menjaga kedua tawanan
itu maka mereka pun lalu turut melihat keramaian.
Tiba di bawah panggung, karena disitu penuh sesak
dengan manusia, mereka lalu menyusup kedalam
kerumum. Untung tak ada orang yang
memperhatikan. Seluruh perhatian orang tercurah
pada seorang gadis yang berpakaian bersulam benang
emas dan rambutnya diikat dengan sebutir mutiara
besar dan tegak berdiri di perahu besar dengan sikap
yang angkuh sekali.
Gadis itu tak lain adalah Coh Hen Hong yang
sekarang bergelar Suan hong siansu atau Dewi Angin
puyuh Sejenak Pui Tok dan Beng Cu memandang kearah
perahu besar itu tetapi mereka tak punya selera untuk
manyaksikan peristiwa itu. Tetapi mereka menyadari
juga, kalau bergegas tentu menimbulkan kecurigaan
orang. Maka merekapun pelahan-lahan mundur kerah
luar. Saat itu tak ada orang yang bergerak mundur.
Semua sama mendesak maju ketepi bengawan. Oleh
karena itu maka cepat sekali Pui Tiok dan Beng Cu
dapati mundur keluar. Pada saat itu tiba-tiba
kumandang suara gemuruh yang memekakkan telinga
itu, sirap seketika.
Pui Tiok dan Beng Cu terkejut. Tetapi cepat mereka
segera mengetahui apa sebab suara2 itu berhenti
semua. Karena pada saat itu terdengarlah suara Ting
Tay Ging mengelegar lantang dari tepi sungai, "Atas
630 kedatangan Suan Hong siancu kami segenap pangcu
dari Cap-jit-pang menghaturkan hormat dan mohon
maaf apabila terdapat hal-hal yang tak berkenan di
hati." "Bagus" terdengar lengking suara Coh Hen Hong
yang jumawa "bagus Ting Tay Ging. Ternyata anak
buah golongan kojiu banyak sekali."
Sebenarnya nada suara Coh Hen Hong itu nyaring
dan bening. Tetapi kerena dia sengaja berseru dengan
nada congkak maka kedengarannya tak enak di
telinga. "Silahkan Suan Hong siancu naik kedaratan," kata
Ting Tay Ging dengan tertawa ramah.
Coh Hen hong mengiakan dan sesosok bayangan
berwarna kuning emas melayang dari tengah
bengawan. Pada saat dia melayang turun hampir ke
tepi, tiba-tiba dia melambung lagi sampai dua tiga
meter ke udara dan pada waktu akan turun kembali
dia melambung keudara lagi. Setelah tiga kali
melakukan demonstrasi seperti itu. barulah ia turun
melamping ke bawah.
Setiap kali dia melambung ke udara tadi, beriburibu
orang yang menyambut di tepi bengawan tentu
bersorak dengan gegap gempita. Bahkan Pui Tiok
secara tak sadar juga ikut bersorak memuji.
Ilmu ginkang yang dipertunjukkan Coh Hen Hong
dihadapan ribuan jago-jago sakti saat itu, memang
luar biasa hebatnya. Seorang tokoh yang termasyhur
memiliki ilmu ginkang sakti, paling hanya satu kali
saja dapat melambung ke udara lagi. Jarang yang
631 mampu melakukan sampai dua kali apabila tiga kali


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti yang dilakukan oleh Coh Hen Hong. Begitu
indah ia beterbangan di udara seperti burung yang
mempunyai sayap saja.
Diantara ribuan orang yang bersorak memuji itu
hanya seorang saja yang mendelu dalam hati. Dia
adalah Kwan Beng Cu.
Setelah Coh Hen Hong mendarat di tepi bengawan,
Pui Tiok tundukan kepala lalu membuka kedok kulit
pada mukanya. Beng Cu juga demikian. Keduanya
berputar tubuh lalu jalan keluar dan tak berapa lama
sudah keluar dari kota Celam. Mereka tak mau
berhenti di kota. Menjelangsenja mereka sudah mandi
keringat dan napaspun terengah engah.
Mereka berhenti.
JILID 14 Pada saat itu mereka sudah lari paling sedikit 7-8
puluh li. Diperkirakan andaikata. Ting Tay Ging
mengetahui kalau Thian Pik siusu telah mati dan lalu
mengirim anakbuah untuk mengejar Pui Tiok dan Beng
Cu, pun rasanya sudah tak mungkin dapat menyusul
lagi. Kedua anakmuda itu saling berpandangan dan
serempak menghela napas, "Ah, akhirnya kita telah
lolos!" "Pui toako," kata Beng Cu," sekalipun kita sudah
dapat lolos tetapi aku masih belum mengerti mengapa
632 Ting Tay Ging hendak mencelakai kita. Tahukah
engkau apa sebabnya?"
Pui Tiok tertawa getir, "Aku juga tak tahu. Sudah
kupikir bolak balik tetapi tak mengerti."
Keduanya lalu melanjutkan perjalanan lagi. Tak
berapa lama mereka mendengar desir suara sumber
air berasal dari sebelah muka. Karena sudah haus
sekali mereka lalu kencangkan lari menuju ke tempat
itu. Memang seluas 100 li dari kota Ce-lam-shia
merupakan daerah yang banyak terdapat sumber air.
Baru lari beberapa tombak jauhnya mereka melihat
sebuah aliran-air menumpah dari celah karang
setinggi dua meter. Mereka minum sepuas-puasnya
dan duduk beristirahat diatas segunduk karang besar.
Saat itu hari mulai gelap. Mereka mencari tempat di
sebuah lubang karang. Keadaan di sekeliling penjuru
sunyi senyap. "Bagaimana kita sekarang?" tanya Beng Cu "apakah
masih hendak mencari Seng Kun atau terus pulang?"
Sejenak merenung, Pui Tiok berkata, "Seng Kun
memang harus kita cari. Tetapi dia berada di mana
mungkin tak ada orang yang tahu. Sampai saat ini aku
rasanya belum dapat memikirkan mengapa Ting Tay
Ging hendak mencelakai kita. Pada hal dia baik sekali
dengan ayah. Ya, mengapa dia sampai hati hendak
mencelakai aku?"
Beng Cu sendiri juga tak tahu maka dia diam saja.
633 Sementara itu di tepi bengawan Hong-ho telah
berlangsung penyambutan Dewi Angin-puyuh dengan
meriah sekali Panggung besar pernuh dengan bermacam-macam,
Sedang pada tingkat kedua dari panggung itu telah
penuh dengan hadirin yang terdiri dari jago-jago sakti,
baik dari Cap-it-pang maupun dari luar.
Kursi kebesaran yang terletak di tengah ruang,
diduduki Coh Hen Hong. Disamping kanan duduk Ting
Tay Ging dan disebelah kiri diduduki Im Thian Su,
Hong Jui dan lain2.
Sejak naik kedaratan, rasanya telinga Coh Hen
Hong sudah pekak dengan ucapan2 sanjung pujian
yang muluk2. Sejak terjun kedunia persilatan, walaupun sudah
banyak kali menerima penyambutan besar dari kaurn
persilatan tetapi tidaklah semewah dan semeriah
seperti penyambutan di tepi bengawan Hong-ho saat
itu. Sudah tentu dia semakin mabuk.
Setelah upacara penyambutan selesai dan hidangan
arak mulai diedarkan, tiba-tiba Ting Tay Ging berkata
dengan bisik2, "Suan Hong siancu, beberapa hari yang
lalu, di dunia persilatan tersiar berita bahwa engkau
dengan putera dari ketua Peh-hoa-kau, mempunyai
sedikit ganjelan, benarkah itu?"
Coh Hen Hong terkesiap. Dia sendiri lupa ucapan
dan dimana dia pernah mengatakan hal itu kepada
orang. Mungkin secara tak sengaja saja dia
mengatakan hal itu dan ternyata seluruh dunia
persilatan. Suatu hal yang menggembirakan hatinya.
634 "Ya, memang," ia mengangguk.
Ting Tay Ging tertawa, "Siancu, setelah tahu hal itu
maka akupun segera memerintahkan anak-buah untuk
mencari ke seluruh penjuru.
"Lalu bagaimana hasilnya?" Coh Hen Hong mulai
tertarik," Peh-hoa-nia merapakan pusat perkumpulan
Peh-hoa-kau. Dengan kesaktian siansu, sudah tentu
dapat menyusup ke sana. Tidak seperti diriku. Aku
hanya mengandalkan keberuntungan yang tak terduga
dimana secara kebetulan aku berjumpa dengan dia di
luar kota Ce-lam-hu."
Coh Hen Hong mengangkat cawan dan me-neguk
habis lalu bertanya, Benarkah" Sakarang dia di
mana?" Ting Tay Ging menunjuk ke atas, "Berada di sebelah
atas. Telah kusuruh pembantu kepercayaanku, Thian
Pik siusu, untuk menahan mereka."
"Mereka" Apakah dua orang?" Coh Hen Hong
menegas. "Ya," jawab Ting Tay Ging," dengan kawan seorang
gadis yang namanya sama dengan siansu. Juga she
Kwan. Mereka mengatakan hendak ke Tanghay tetapi
kutahan disini."
Coh Hen Hong meletakkan supit. Hatinya mulai
tegang. Kedua orang itu adalah duri dalam daging
baginya. Bukan saja tahu tentang tindakannya
memalsu sebagai cucu perempuan Ceng-te, bahwa
yang wanita itu adalah cucu Ceng-te. yang asli.
635 Jika kedua orang itu masih hidup, Coh Hen Hong
takkan pernah merasa tenang.
Melihat Coh Hen Hong diam saja, karena tak tahu
entah marah atau gembira, Ting Tay Ging gopoh
berkata pula, "Aku hanya mendengar berita dari dunia
persilatan, entah apakah benar begitu. Soal itu. ..."
Coh Hen Hong cepat mengangkat tangan dan cepat
menukas, "Sudah, jangan bicara lagi. kedua orang itu,
lekas engkau perintahkan Thian Pik siusu untuk
menghabisi. Lakukan secara rahasia, jangan sampai
orang tahu."
Ting Tay Ging mengiakan. Diam-diam dia girang
karena Coh Hen Hong memberi pesan kepadanya. Hal
ini berarti bahwa tindakannya benar.
Memang tujuannya yalah hendak mengambil hati
Coh Hen Hong. Dia tak peduli siapa Pui Tiok, siapa
sahabat karib Peh hoa lokoay.
Ting Tay Ging mengangkat tangan. Seorang anak
buahnya datang.
"Naik keatas dan suruh Thian Pik siusu segera
menghabisi kedua anakamuda itu. Jangan sampai ada
orang yang tahu.
Anak buah itu segera keluar. Ketika berpaling, Ting
Tay Ging merasa heran karena melihat Coh Hen Hong
tertegun. Ternyata saat itu Coh Hen Hong tengah. terkenang
akan saat beberapa tahun yang lalu, ketika bersama
636 sama Pui Tiok dan Beng Cu. Pada saat itu bagi Pui
Tiok, hanya Beng Cu yang diperhatikan saja, seolah
dara itu seperti seekor angsa, Sedang terhadap dia,
Pui Tiok menganggapnya perempuan. seperti seekor
katak. Hal itulah yang menyebabkan Coh Hen Hong
membenci Pui Tiok setengah mati. Dendam itu pernah
ditumpahkan ketika dia dapat menguasai anak muda
itu, dia lantas mengurat-gurat wajah Pui Tiok. Untung
waktu dia menggurat 7 kuntum bunga diwajah Pui
Tiok, saat itu dia mendengar jeritan mamanya
sehingga dia tinggalkan Pui Tiok dan menuju ke
tempat maamnya.
Ternyata mamanya mati dibunuh orang tetapi
sampai sekarang dia belum tahu siapakah
pembunuhnya. Sekarang dia menjadi Suan Hong siancu yang
disanjung puji setiap orang persilatan. Dia tak tahu
bagaimana sikap Pui Tiok kalau ketemu dengannya.
Apakah anak muda itu masih berani menganggapnya
seperti katak seperti dulu"
"Ting cong-pangcu," tiba-tiba dia berseru karena
terkilas sesuatu dalam benaknya," untuk sementara
jangan mereka dibunuh dulu. Suruh bawa saja mereka
kemari." Mendengar itu Ting Tay Ging berobah wajahnya. Dia
sudah terlanjur menyuruh orang untuk memberi
perintah kepada Thian Pik siusu segera menghabisi
kedua anak muda itu. Kemungkinan saat itu Pui Tiok
dan Beng Cu sudah mati. Kalau sekarang tiba-tiba
Suan Hong siancu merubah keputusannya, lalu
bagaimana nanti".
637 Sejenak terkesiap, Ting Tay Ging gopoh menjawab,
"Baik, baik."
Habis berkata dia berbangkit dan terus melesat
keluar. Melihat tindakan ketua itu, sekalian hadirin
terkejut. Tetapi karena Suan Hong siancu masih disitu,
merekapun tak berani berkutik walau pun dalam hati
heran. Dengan kerahkan segenap tenaga-dalam, Ting Tay
Ging melesat keatas. Pada saat dia tiba ditingkat
teratas, dilihatnya orang suruannya tadi terhuyunghuyung
keluar. "Thian Pik, jangan bertindak dulu!" lebih dulu Ting
Tay Ging berteriak untuk mencegah Thian Pik siusu.
Melihat orang tadi lari sempoyongan keluar, dia
mengira tentu sudah memberitahu kepada Thian Pik
siusu dan Thian Pik tentu sedang bertindak.
Tetapi begitu dia berteriak, orang suruhan-nya tadi
sudah cepat berseru, "Cong-pangcu, Thian Pik. . .siusu
sudah. . . . meninggal. ..."
Kejut Ting Tay Ging bukan alang kepalang "Lalu
kedua anak muda itu?" teriaknya seperti orang kalap.
"Juga tak ada," sahut orang itu.
Ting Tay Ging maju mendorong pintu. Tampak
Thian Pik siusu terlentang di lantai, kedua matanya
mendelik. Jelas dia sudah mati dan sudah beberapa
waktu lamanya. Ting Tay Ging maju memeriksa keadaan mayat
Thian Pik tetapi tak dapat menemukan tanda-tanda
638 penyebab kematiannya. Saat itu dia benar-benar
tegang dan bingung sekali. Demi mengambil muka
Suan Hong siancu, dia telah rela mengorbankan segala
apa termasuk putera dari saudara baiknya, Tetapi
ternyata, semua itu gagal total.
Dia bingung. Bagaimana reaksi Suan Hong siancu
apabila mengetahui hal itu, dia belum da-pat
membayangkan. Cepat dia berputar tubuh dan berseru, "Lekas
panggil para hu-pangcu menghadap aku kemari,
lekas, lekas!"
Orang itu mengiakan dan cepat lari. Tak berselang
berapa lama para pangcupun datang semua.
"Kalian 17 orang, setiap orang membawa tiga kojiu
untuk segera mencari dua anak muda laki perempian.
"Yang lelaki, mungkin pakai kedok muka, mungkin
hanya bertutup kain kerudung. Yang jelas pada
wajahnya terdapat 7 kuntum bekas guratan pedang
yang berbentuk bunga. Namanya Pui Tiok. Harus cari
sampai ketemu!" perintah Ting Tay Ging.
Para hu-pangcu mengiakan dan segera keluar. Ting
Tay Ging sendiri juga terus kembali ketempat Coh Hen
Hong. Saat itu para hadirin tengah berebut untuk
mengambil hati Coh Hen Hong. Mereka mengelilingi
gadis itu dan mengucapkan bermacam-macam kata
sanjung pujian.
639 Begitu melihat Ting Tay Ging muncul mereka lalu
menyisih ke samping. Ting Tay Ging langsung kembali
ke tempat duduknya di sebelah Coh Hen Hong.
Silih berganti hadirin menghaturkan arak dan
mengucapkan selamat kepada Coh Hen Hong sehingga
gadis itu makin mabuk kegirangan. Khusus untuk
menghormati Coh Hen Hong, Ting Tay Ging sengaja
menghidangkan arak pilihan yang istimewa. Rasanya
manis tetapi daya kekuatannya keras sekali.
Sebenarnya Coh Hen Hong tak biasa minum arak.
Karena terus menerus harus menerima pemberian
selamat, mau tak mau dia harus minum banyak.
Adalah berkat tenaga dalamnya yang tinggi maka dia
dapat menekan kekuatan arak itu.
Tetapi memang terlampau banyak sekali dia telah
minum arak. Dan pengaruh arak telah mem-buatnya
kemerah-merahan dan agak tegang. Begitu melihat


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ting Tay Ging datang tiba-tiba dia teringat akan
perintahnya tadi, yaitu suruh membawa Pui Tiok dan
Beng Cu menghadap. Dia hendak turun tangan sendiri
untuk menyelesaikan kedua anak muda itu agar kelak
tak ada bahaya lagi.
"Ting cong-pangcu, mana kedua orang yang engkau
katakan itu?" tegurnya.
Ting Tay Ging kembali dengan hati yang kedat
kedut. Melihat Coh Hen Hong minum banyak, dia kira
gadis itu tentu akan lupa. Maka diapun terkejut dan
tertawa pahit ketika ditegur. Dia segera maju dan
berbisik, "Siancu, kedua orang itu. . ."
640 Coh Hen Hong yaug cerdik cepat tahu tentu telah
terjadi hal yang tak diinginkan, wajahnya serentak
berobah. Baginya, Pui Tiok dan Beng Cu itu sama
pentingnya dengan jiwanya.
Melihat perubahan itu seketika hati Ting Tay Ging
menjadi tegang sekali. Diam-diam dia mengutuk
dirinya tendiri. Kalau tak ada persoalan Pui Tiok dan
Beng Cu tentulah perjamuan besar itu akan
berlangsung dengan mengembirakan sekali. Dan
tujuannya untuk mengambil hati Suan Hong siancupun
pasti berhasil.
Tetapi dia terlanjur melakukan hal itu. Demi
mengambil muka Coh Hen Hong, dia menahan Pui
Tiok dan Beng Cu untuk diserahkan. Tetapi ternyata
hal itu malah seperti senjata makan tuan
"Siancu," akhirnya dia terpaksa menjawab dengan
pelahan," kedua anak muda itu telah membunuh
orang yang kusuruh menjaga mereka dan sekarang
mereka sudah. . . . sudah melarikan diri !"
Bukan kepalang kaget Coh Hen Hong mendengar
laporan itu. Dengan melarikan diri itu jelas sudah
kalau Pui Tiok dan Beng Cu sudah mengetahui tentang
perbuatannya memalsu diri menjadi cucu perempuan
Ceng-te. Seketika luapan kegembiraan yang melanda hatinya
sirna seketika. Dan tak dapat dia menahan kemarahan
lagi, "Ting Tay Ging, engkau berani menyombongkan
diri kalau perserekatan Cap-it pang di Hongho itu lihay
sekali. Tetapi buktinya menjaga dua orang anak muda
saja tak becus Bukankah kalian ini hanya kawanan
641 kantong nasi saja dan engkau sendiri tak lepas dari
manusia goblok tak berguna!"
Dihadapan ratusan Jago-jago sakti dari perserekatan
Cap-it-pang dan jago-jago lainnya, Coh Hen
Hong telah mendamprat Ting Tay Ging seperti seorang
anak kecil. Saat itu kalau hanya dua orang saja yang
berhadapan, tentulah Ting Tay Ging akan mandah
menerima hinaan itu. Tetapi saat itu beratus-ratus kojiu
hadir, malah diantaranya terdapat juga jago-jago
yang bermusuhan dengan dia yang serentak tertawa
mengejek. Sudah tentu Ting Tay Ging tak dapat
menahan hinaan seperti itu.
Seketika merah padam wajah Ting Tay Ging dan
dengan suara berat dia membalas, "Suan Hong siancu,
orang yang lari kan masih dapat dikejar, perlu apa
engkau menghina aku begitu nista?"
Coh Hen Hong menganggap dirinya seperti Dewi
sakti yang tak ada tandingannya. Apalagi dia kelewat
banyak minum arak. Andaikata Ting Tay Ging
mengiakan dan tak bersikap keras, habis
menumpahkan kemarahan tentulah Coh Hen Hong
tenang lagi. Tetapi bukan saja mengaku salah malah Ting Tay
Ging berani membantah dan bersikap takl puas.
Seketika amarah Coh Hen Hong meledak.
"Anak anjing, kalau kumaki engkau, engkau mau
apa?" teriaknya meledak.
642 Sambil berkata dia menyambar sebuah giok-hu
(poci kumala) tempat arak dan membenturkan ke
kepala Ting Tay Ging.
Ting Tay Ging bukan tokoh sembarangan. Melihat
sikap Coh Hen Hong sudah berbalik marah, dia merasa
kalau pesta penyambutan besar-besaran yang
menghabiskan puluhan ribu tail perak dan memakan
waktu sebulan lebih, akhirnya berantakan, Pikirnya,
kalau tidak turun tangan lebih dulu, dirinya tentu akan
celaka. Dia adalah tokoh cemerlang dari aliran Hitam.
Walaupun dalam hati mengeluh tetapi dia sudah siap
menghadapi perobahan apapun juga. Meski
tampaknya masih berdiri tegak tak berani berkutik
tetapi diam-diam dia sudah menyalurkan tenagadalam
kearah kedua tangannya. Begitu Coh Hen Hong
selesai menghambur kemarahan, diapun sudah
mengangkat kedua tangan terus menerkam dada nona
itu. Ting Tay Ging dilahirkan dengan bentuk yang aneh.
Dia memiliki sepasang tangan yang luar biasa
panjangnya. Maka begitu kedua tangan menerkam
dengan jurus yang aneh lawan sukar untuk membela
diri. itulah sebabnya maka dia mendapat gelar Tiangpi-
sin-mo atau Iblis-sakti-tangan-panjang.
Gerak kedua tangan yang dilancarkan mener-kam
dada Coh Hen Hong disebut Poan-koan-sin-jiu atau
Hakim-mengulurkan-tangan. Selanjutnya akan
diteruskan dengan perobahan yang lihay yalah yang
disebut jurus Giam-ong-tiam-thau atau Raja-akhiratmengangguk
kepala. 643 Kedua jurus itu disebut hakim-mengambil-pena dan
Raja akhirat-mengangguk-kepala. Artinya hakim
akhirat mengambil pena untuk menulis vonis mati dan
Raja Akhirat mengangguk menyetujui. Dengan begitu
kedua jurus itu berarti orang pasti mati. Entah sudah
berapa banyak Jago persilatan sakti yang harus
menyerahkan jiwanya atau terluka dengan kedua
jurus itu. Tetapi kali ini benar-benar ketemu batunya. Dia
memang menyerang secepat kilat dan secara tak
terduga-duga. Tetapi setelah memaki, Coh Hen
Hong juga telah menyambar poci-kumala dan
mengemplang kepala Ting Tay Ging.
Tentunya dia tak bermaksud hendak membunuh
Ting Tay Ging tetapi karena dia terkejut akan dua arus
tenaga kuat yang melanda dadanya, cepat dia
menyadari kalau Ting Tay Ging hendak balas
menyerangnya. Sudah tentu dia marah sekali.
Tangan kirinya yang masih memegang sumpit cepat
digetarkan. Kedua sumpit menyiak dan sing, sing. . . .
mengeluarkan dua buah desis suara yang tajam. Dua
gelombang angin keras menyambar kearah siku
lengan Ting Tay Ging.
Sebenarnya Ting Tay Ging harus mundur. Tetapi dia
merasa kalau mundur, sekalipun dapat terhindar dari
serangan orang, toh selanjutnya dia pasti tak ada
muka untuk berdiri tegak di dunia persilatan.
Memang gengsi merupakan penyakit orang
persilatan yang paling besar. Lebih baik mati daripada
kehilangan gengsi.
644 Ting Tay Ging tak mau mundur melainkan hanya
menyurutkan kedua tangan dan siap hendak
menyerang lagi. Tetapi dia memang belum tahu
sampai dimanakah kepandaian Coh Hen Hong Dewi
Angin puyuh itu.
Selain memillki tenaga-dalam yang luar biasa
hebatnya, waktu berada di istana Ceng-te-kiong, Coh
Hen Hong telah mempelajari beberapa macam jurus
aneh yang sukar diduga orang. Baru Ting Tay Ging
menarik kedua tangannya kebelakang, Coh Hen Hong
secepat kilat sudah selentikkan kedua supit ke
punggung Ting Tay Ging.
Pada saat pertama kail menyerang tadi Ting Tay
Ging telah mengerahkan delapan bagian tenagadalamnya.
Maka waktu kedua sumpit mengenai
punggungnya terdengarlah bunyi peletek seperti
membentur baja. Sumpit putus dan mencelat ke
udara. Tetapi setelah mengalami peristiwa yang
mengejutkan itu, sejenak Ting Tay Ging pun tertegun
dan terpesona akan kesaktian Coh Hen Hong.
Hanya sejenak tetapi sudah cukup untuk mengirim
jiwa Ting Tay Ging ke neraka. Poci arak yang terbuat
dari kumala di tangan kanan Coh Hen Hong, telah
ditekannya ke ubun-ubun kepala Ting Tay Ging dan
melesek masuk hampir setengah bagian.
Tiag Tay Ging terhuyung mundur tiga langkah.
Tangannya menyambar sebuah tiang kayu
645 yang besar. Tangan yang mencengkeram itu
melesek kedalam batang tiang. Tubuhnya tak hentihentinya
menggigil keras.
Poci kumala yang melesek masuk kedalam ubunubun
kepalanya, mengalirkan darah dan cairan otak.
Sekalian hadirin adalah tokoh-tokoh yang sudah
sering terlibat dalam partempuran berdarah.
Pembunuhan merupakan hal yang biasa bagi mereka.
Tetapi menyaksikan kematian Ting Tay Ging yang
begitu luar biasa mengerikan, memang baru pertama
kali itu. Beberapa tokoh yang nyalinya kecil segera
muntah. Melihat itu pengaruh arak lenyap dari benak Coh
Hen Hong. Dia berkata kepada dirinya sendiri, "Ah,
sebenarnya tak perlu harus membunuhnya.
Tetapi hanya sekejab saja rasa sesal itu datangnya
dan pada lain kejab sudah lenyap.
Saat itu sekalian hadirin menahan napas tak berani
bersuara. Beberapa orang yang muntah muntah tadi
cepat ditutuk jalandarahnya oleh kawannya supaya
berhenti muntah. Mereka kuatir akan kesalahan pada
Coh Hen Hong. Ting Tay Ging sudah mati tetapi karena se-belum
mati dia kerahkan tenaga mencengkeram tiang maka
tubuhnya masih tetap tegak berdiri.
Setelah menenangkan diri maka Coh Hen Hong
tertawa dingin, serunya, "Ting Tay Ging sudah mati,
hm siapa yang akan menuntut balas?"
646 Bahwa Ting Tay Ging mati secara tragis, sekalian
hadirin menyaksikan semua . Tetapi tiada seorangpun
tahu oleh sebab apa maka Coh Hen Hong sampai
marah dan membunuhnya. Dan dengan jurus apakah
Ting Tay Ging tadi telah kehilangan jiwanya,"
Ilmu kepandaian Ting Tay Ging memang menonjol
sekali. Dalam dunia persilatan, namanya bergema
laksana halilintar. Tetapi hanya dalam waktu beberapa
kejab saja telah mati dengan cara yang mengenaskan.
Sudah tentu tak ada seorangpun dari hadirin yang
berani menyambut pertanyaan Coh Hen Hong.
Coh Hen Hong mengulang sampai dua kali tetap tak
ada orang yang menyahut. Dia lalu berseru,
"Bagaimana dengan para pangcu Cap-it-pang" Aku
telah membunuh pemimpin kalian, apakah kalian
takkan menuntut balas?"
Karena pertanyaan itu ditujukan pada para ketua
Cap-it-pang mau tak mau mereka harus menjawab.
Wajah mereka pucat lesi dan saling pandang
memandang. Saat itu baru tampak diantara mereka,
seorang jago tua, berbangkit, "Menghaturkan maaf
kepada siancu, kami tak mempunyai maksud begitu.
Harap siancu mendapat tahu."
Serentak beberapa pangcupun berdiri dan memberi
peryataan serupa. Diantaranya hanya ada seorang
Kera api Kiau Yan yang tiba-tiba menggembor keras
dan loncat ke muka. Tring, dia benturkan kedua
senjatanya yaitu sepasang thiat-kau (kera besi), lalu
menyerbu Coh Hen Hong.
Tetapi sebelum dia sempat mendekat ke tempat
Coh Hen Hong, seorang pangcu bernama Hong Jui,
647 tiba-tiba mengayunkan tangannya wut, wut, wut. . .
.tiga batang hui-to melayang keras.
Kiau Yan sudah bertekad hendak mengadu jiwa
dengan Coh Hen Hong. Dia menganggap perbuatan
Coh Hen Hong terhadap Ting Tay Ging, terlalu kejam
dan sewenang-wenang. Dia tak mengira kalau bakal
diserang tiga batang hui-to oleh kawannya sendirl.
Ketika masih melayang diudara, Kiau Yan terkejut
karena mendengar desing senjata melayang
kearahnya, dia terkejut sekali dan terus berputar diri
hendak lari. Tetapi sudah terlambat. Cret, cret. cret. .
. . tiga batang hui-to itu sudah lebih cepat menyusup
ke tubuhnya. Kiau Yan menjerit keras. Dia masih coba
berusaha meronta tetapi gerak berputar itu hanya
menimbulkan semburan darah dari tubuhnya. Dan
pada lain saat dia terus jatuh ke tanah. Sebelum
jatuh, sebenarnya dia sudah melayang jiwanya.
Coh Hen Hong berpaling dan berkata kepa-da Hong
Jui, "Ketiga batang hui-to, kau timpukkan dengan
tepat sekali!"
Dengan wajah ketakutan, Hong Jui berbangkit,
"Dihadapan paderi unjuk kepandaian membaca kitab
suci. Hamba yang rendah sungguh tak tahu diri."
"Mengapa engkau begitu merendah diri?" Coh hen


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong tertawa. Dia terus berpaling kearah para
pangcu, "Siapa diantara kalian yang hendak tampil?"
"Tidak, Siancu," serempak para pangcu berseru,"
kami tak mempunyai maksud begitu. Kiau
Yan tak tahu diri dan cari kematian sendiri."
648 "Hai, desuh Coh Hen Hong," tetapi kalian kalau tak
punya pemimpin juga kurang layak Bagaimana kalau
kupilihkan seorang ketua baru untuk kalian?"
Para pangcu itu saling melirik. Setelah kematian
Ting Tay Ging sudah tentu mereka akan merebutkan
kedudukan pangcu. Untuk memilih pangcu baru,
memang tidak mudah dan harus melalui pemilihan
yang cermat. Oleh karena Coh Hen Hong yang
memilihkan, sudah tentu mereka tak berani menolak.
melihat mereka tak lekas menjawab, air muka Coh
Hen Hong tampak mengerut gelap.
"Terima kasih atas kebaikan Suan Hong Siancu,"
melihat gelagatnya tak baik, para pangcu serempak
berseru. Mendengar itu Coh Hen Hong tertawa lagi, "Yang
kuusulkan sebagai ketua baru, adalah orang yang baik
ilmu silatnya sakti, pun juga pribadinya terpilih. . .
Mendengar sampai disitu diam-diam hati para
pangcu mendelu. Buat apa pakai peribadi baik segala,
seperti orang yang hendak meminang"
Tiba-tiba Coh Hen Hong menunjuk pada Hong Jui
"Yaitu dia, Siau-long-kun Hong Jui," serunya.
Mendengar Itu, kecuali Hong Jui, Im Thian su dan
tokoh-tokoh yang duduk sederetannya, semua hadirin
menghembus napas kecut.
Memang dalam hal ilmusilat, Siau-long-kun Hong
Jui tidak lemah. Tetapi peribadinya benar benar
649 memperihatinkan sekali. Tindakannya selama ini
hanya layak dilakukan oleh tokoh-tokoh yang
derajatnya tergolong rendah. Bahkan dari golongan
kaum hitam sendiri, juga memandang rendah
kepadanva. Pengaruh dan kekuatan perkumpulan Cap-it-pang di
bengawan Hong-ho amat besar sekali. Banyak sekali
tokoh-tokoh berbakat yang dimiliki persekutuan itu.
Kalau akan dipimpin seorang pangcu macam Hong Jui,
benar-benar suatu hal yang menyakitkan hati.
Mendengar dirinya ditunjuk Coh Hen Hong, girang
Hong Jui bukan kepalang. Sebagai seorang manusia
yang licik, begitu memperhatikan tak ada diantara
hadirin yang membuka suara menentang
pengangkatan itu, dia segera berseru, "Terima kasih
atas petunjuk siancu. Tetapi hamba yang rendah tidak
becus apa-apa. Dikuatirkan saudara2 dari Cap-it-pang
takkan patuh Kepadaku."
Coh Hen Hong tertawa dingin "Aku yang memilih
sekalipun anak kecil berumur 3 tahun pun dapat
menjadi ketua Cap-it-pang Siapapun yang berani tak
menurut, hayo, siapa?"
Kata terakhir dilantangkan dengan tenaga-dalam
sehingga menggetarkan anak telinga setiap orang.
Setelah kumandang itu sirap, tetap tak ada yang
berani membuka suara.
"Hm," Desuh Coh Hen Hong, "karena tak ada yang
menentang, mengapa kalian tak segera memberi
selamat kepada ketua baru?"
650 Para pangcu Itu pecah nyalinya. Mereka masih ngeri
melihat mayat Ting Tay Ging dan Kiau Yan yang masih
menggeletak disitu Serempak mereka berdiri dan
berjajar-jajar.
"Mohon cong-pangcu berkenan menerima
penghormatan kami," salah seorang berkata
Hong Jui tertawa gelak-gelak. Ah, harap saudara
saudara jangan banyak peradatan."
Sambil berkata dia mengawasi pakaiannya dan
dengan langkah bergoyang gontai segera keluar.
Begitu keluar, dia tidak lantas menghampiri para
pangcu tetapi lebih dulu menghadap Coh Hen Hong
dan memberi hormat, "Terima kasih siancu, atas
pengangkatan diriku."
Memang sudah beberapa waktu Coh Hen Hong
bergaul dengan Hong Jui. Kedua sudah akrab.
Sekarang tiba-tiba Hong Jui memberi hormat secara
serius, Coh Hen Hong cibirkan bibir, "Lekas terima
penghormatan mereka. Setelah itu engkau secara
resmi menjadi ketua Cap-it-pang. Suruh orang
mengangkut pergi kedua mayat itu nantl kita
lanjutkan minum dengan gembira lagi."
Dengan sikap menghormat, Hong Jui mengiakan.
Begitu mundur dari hadapan Coh Hen Hong, sikap
Hong Jui sudah lain. Dengan lagak congkak, dia
busungkan dada seraya tertawa bangga. Lebhb dulu
dia menghadap ke empat penjuru untuk balas
memberi hormat.
"Dalam memangku jabatan sebagai ketua Cap-itpang
yang baru, kumohon para sahabat dunia
651 persilatan dari manapun saja, suka memberi bantuan
agar tidak mengecewakan harapan Suan Hong
siancu," katanya.
Sebenarnya dalam hati sekalian orang muak
terhadap sikap Hong Jui tetapi Hong Jui tak ambil
pusing. Yang penting dia sekarang telah menjadi ketua
baru Cap-it-pang. Barang siapa tak menurut
perintahnya, akan dibunuhnya.
Kemudian kepada para pangcu, dia berkata, "Hwatkau
Kiau Yan sudah meninggal seharusnya diganti
dengan lain orang. Saat itu kelak kita bicarakan dalam
kesempatan lain. Sekarang baiklah kalian sekarang
satu per satu melakukan penghormatan."
Para pangcu benar-benar meledak dadanya. Mereka
diam saja tak bergerak. Melihat itu berubahlah
wajah Hong Jui, serunya. "Apakah kalian tetap tak
mau menjalankan peradatan?"
Para pangcu menghela napas dan dengan terpaksa
mereka maju satu persatu memberi hormat kepada
Hong Jui. Dia berdiri tegak menerima penghormatan
mereka. Selesai upacara penghormatan itu, Coh Hen Hong
suruh orang-orang untuk mengangkut mayat Ting Tay
Ging dan Kiau Yan lalu suruh melanjutkan pesta lagi.
Dalam keadaan itu sudah tentu banyak orang yang
berkurang seleranya. Tetapi golongan yang sehaluan
dengan Hong Jui sudah tentu makin bergembira ria.
Kembang api dipasang. Cakrawala hitam menjadi
terang benderang dengan berbagai bentuk kembang
652 api warna warni. Sebenarnya kembang api itu
memang telah disiapkan Ting Tay Ging sebulan yang
lalu. Dia suruh orang untuk membeli dan pesan
kemana mana. Tetapi pada saat kembang api
meluncur ke udara, Ting Tay Ging sudah menjadi
mayat. Mungkin Ting Tay Ging sendiri, tak pernah
menduga sampai disitu.
Sekarang mari kita ikuti perjalanan Pui Tiok dan
Beng Cu. Kedua anak muda itu melanjutkan larinya
dengan pesat, Mereka seperti di kejar setan.
"Beng Cu," kata Pui Tiok," kita tinggalkan kedok
kulit kita. Kalau Ting Tay Ging memerintahkan anak
buahnya mengejar kita, dia tentu memberi keterangan
tentang bentuk wajah kita seperti kedok kulit itu."
Setelah membuka kedok mereka, keduanya menuju
ke timur. Dua hari kemudian pada waktu
tengah hari, mereka tiba disebuah kota yang agak
besar. Waktu berjalan, mereka melewati sebuah
kantor piaukiok. Tampak di pintu kantor pengangkutan
barang itu berkerumun banyak orang. Mereka tengah
berbincang bincang dengan getol sekali.
Sebenarnya Pui Tiok tak ingin mendengarkan
pembicaraan orang. Tetapi waktu melintas didepan
kantor itu, terdengar seorang lelaki berseru dengan
suara yang keras bernada penasaran, "Sungguh tak
kira kalau Ting Tay Ging yang begitu mati-matian
mengadakan sambutan besar-besaran malah harus
mati di pesta perjamuan!"
Mendengar itu kejut Pui Tiok dan Beng Cu bukan
kepalang. Pikir mereka, ah orang itu tentu ngoceh
653 seenak sendiri saja. Mana mungkin Ting Tay Ging
mati. Tetapi Pui Tiok menyadari bahwa kota itu masih
termasuk dalam wilayah kekuasaan Cap it-pang. Kalau
Ting Tay Ging tidak mati sungguh, mana orang itu
berani bicara sembarangan" Tertarik akan hal itu, Pui
Tiok dan Beng Cu hentikan langkah.
"Benar," kata salah seorang yang lain," kabar-nya
pada saat itu Suan Hong siancu lantas menunjuk Siaulong-
kun Hong Jui sebagai ketua Cap-it-pang."
Yang seorang lagi menghela napas, "Si Hong Jui
orang itu, ah, sungguh. . . . sungguh.. . ."
Jelas dia tak berani menilai Hong Jui secara terus
terang, Bahkan kata-kata orang itu tak dilanjut-kan
karena takut dan hanya berkata seperti orang putus
asa, "Kami semua ini, entah bagaimana nanti."
Mendengar pernyataan itu yang lain2 juga tak
berani berkata apa 2. Wajah mereka mengerut.
Pui Tiok dan Beng Cu bergegas melanjutkan
langkah lagi. Mereka bingung memikirkan
pembicaraan orang tadi. Mereka merasa bahwa
kematian Ting Tay Ging itu tentu ada hubungannya
dengan lolosnya mereka.
Teringat akan sifat Ting Tay Ging yang begitu hina,
sudah tentu Pui Tiok dan Beng Cu tak senang
kepadanya. Tetapi diam-diam kedua anak muda itu
terkejut juga. Dengan peristiwa itu. tentulah Coh Hen
Hong akan tahu jejak mereka berdua.
654 Siapa tahu saat itu mereka sedang dikejar anakbuah
Cap-it-pang. Membayangkan hal itu, Pui Tiok
terus menarik tangan Beng Cu untuk diajak berjalan
cepat. Tiba-tiba di muka sebuah rumah makan mereka
lalu masuk. Baru saja mereka duduk, dijalan besar
terdengar derap lari kuda yang riuh. Lima enam ekor
kuda tiba di muka pintu rumah makan dan berhenti.
Salah seorang penunggangnya berkata kepada
kawan-kawannya," kita berhenti makan dulu disini.
Disuruh mencari seorang pria dan seorang wanita
tanpa ciri penunjuk apa-apa, tidak mudah. Kalau
berhenti sebentar rasanya tak apa."
Beberapa orang rombongannya serempak
menjawab, "Ya, pangcu." Merekapun segera turun dari
kuda dan masuk kedalam rumah makan.
Sudah tentu Pui Tiok dan Beng Cu kelabakan
setengah mati. Rombongan orang berkuda itu jelas
anak buah Cap it pang yang diperintah untuk
mengejar mereka. Buru-buru Pui Tiok dan Beng Cu
berbalik diri lalu masuk kedalam ruang-dalam, terus
ke ruang besar dan tiba di halaman tengah baru
mereka menghela napas longgar.
Semetara di ruang muka terdengar pengurus rumah
makan sedang menyambut kedatangan rombongan
orang berkuda itu. "Mereka jelas hendak mencari
kita," kata Beng Cu.
"Ya," Pui Tiok mengangguk," rasanya. kalau kita
melanjutkan perjalanan, tentu akan kepergok mereka,
lebih baik. . . . lebih baik. . .
655 Walaupun tahu melanjutkan perjalanan tentu akan
kepergok tetapi Pui Tiok tak tahu cara bagaimana
harus menyelamatkan diri dari kejaran mereka.
Tiba-tiba dia melihat seorang jongos berjalan
mendatangi. Pui Tiok hendak memanggilnya tetapi
jongos itu cepat sekali sudah datang dihadapannya.
Pui Tiok terkejut dan cepat hendak menarik Beng Cu
ke belakang tetapi jongos itu sudah memandang Pui
Tiok dan memberi kicupan mata seraya berbisik, "
Kongcu, akulah."
Pui Tiok mendesuh pelahan, "Ah, Kat tong-cu,
kiranya engkau. Mengapa engkau disini?"
Ternyata jongos itu bukan lain adalah ketua
paseban Jin-siu-tong dari Peh-hoa-kau yani Kui-yah-cu
(Setan-seriti ) Kat Jiong.
"Disini kurang leluasa bicara. Ikut aku," bisik Kat
Jiong. Dia berputar tubuh dan Pui Tiok, Beng Cu mengikuti
di belakangnya. Mereka menuju ke gudang tempat
penyimpanan kayu bakar di kandang kuda.
Kat Jiong menutup pintunya dan berkata "Kongcu,
sungguh hebat sekali kalian dapat sarang iblis itu."
Teringat akan peristiwa itu, Pui Tiok juga heran
sendiri, "Ya, Itu banyak karena masih bernasib baik
saja. Apakah engkau tahu jalan yang aman bagi kami
berdua?" "Silakan mendekat kemari," bisik Kat Jiong Pui Tiok
dan Beng Cu maju mendekat karena ingin tahu apa
656 yang akan dikatakan Kat Jiong. Tetapi sekonyongkonyong
Kat Jiong menerkam dengan kedua
tangannya. Dengan jempol jari dia menutuk
jalandarah Ki-bun-hiat di iga kedua anak muda itu.
Gerakan Kat Jiong itu dilakukan cepat sekali dan tak
terduga-duga. Kat Jiong memiliki ilmu-silat yang


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi, pun andakata kepandaiannya lebih rendah dari
Pui Tiok, pun serangan mendadak itu juga sukar
dihindari Pui Tiok yang sama sekali tak menyangkanyangka.
Crek, crek. . . ketika iga mereka terbentur dengan
jempol tangan Kat Jiong, Pui Tiok dan Beng cu seperti
terlontar ke alam impian. Bluk bluk, kedua anakmuda
itupun rubuh ke tumpukan kayu bakar.
Saat itu karena tertu.uk jalandarahnya Pui Tiok dan
Beng cu tak dapat berkutik dan bicara. Hanya dalam
hati mereka terkejut dan heran atas perbuatan Kat
Jiong itu. Hampir mereka tak percaya kalau Kat Jiong
akan mencelakai diri mereka. Tetapi ternyata telah
berbicara lain.
Setelah menyadari apa yang terjadi, Pui Tiok kaget
dan marah. Dia hendak meminta keterangan mengapa
Kat Jiong sampai berbuat hianat begitu tetapi tak
dapat mengeluarkan suara. Dia tak dapat berbuat
apa-apa kecuali hanya mengharap, mudah-mudahan
tindakan Kat Jiong itu tidak mengandung maksud
buruk saja. Tetapi harapan tinggal harapan kosong belaka.
Setelah dapat merubuhkan kedua anakmuda itu, Kat
Jiong sangat gembira sekali. Dia mundur dua langkah
657 ke pintu dan berkata, "Pui kongcu, jangan sesalkan
aku." Walaupun tak dapat bicara tetapi dengan pandang
mata yang tak berkedip, Pui Tiok seperti minta
pertanggungan jawab Kat Jiong. Sepasang mata Pui
Tiok melotot seperti memancarkan api. Kat Jiong
tertawa, "Pui kongcu, tak perlu menyesali aku. Kata
orang, setiap manusia itu
tentu akan berjalan maju ke depan. Kurasa engkau
tentu tahu artinya. Engkau seorang pintar."
Dalam hati Pui Tiok mendamprat, "Hm, engkaukan
sudah jadi salah seorang toa-tongcu dalam Peh-hoakau.
Apakah kedudukanmu itu masih kurang tinggi"
Apa maksudmu menutuk jalan darah kami berdua?"
Sebenarnya Pui Tiok sudah dapat menduga apa
tujuan Kat Jiong. Tetapi dia tak berani membayangkan
lebih lanjut. Kat Jiong tertawa sinis. "Sekarang dunia persilatan
ini dikuasai siapa, rasanya kalian tentu sudah tahu.
Suan Hong siancu mengatakan, siapa saja yang dapat
menangkap dan menyerahkan kalian berdua ke
hadapannya, tentu akan mendapat penghargaan
besar. Pui kongcu, mengertikah engkau sekarang?"
Pui Tiok menghela napas dalam hati. Kalau tadi dia
tak berani membayangkan maksud tlndakan orang,
sekarang Kat Jiong sendiri sudah memberi
keterangan, Mendengar Itu perasaan Pui Tiok malah
tenang. 658 Dia tertawa rawan dalam hati. Coh Hen Hong
memang pandai mengatur siasat dan Pui Tiok tak
dapat menyalahkan Kat Jiong. Menilik kekuasaan dan
pengaruh Coh Hen Hong dalam dunia
Asal dia bilang, barang siapa yang dapat menangkap
dia (Pui Tiok) dengan Beng Cu akan di -balas
saja, berarti dia dan Beng Cu sudah secara. otomatis
menjadi buronan dalam dunia persilatan.
Kat Jiong tertawa, "Pui kongcu, sekalipun aku tidak
turun tangan tetapi engkaupun tentu tak dapat lolos
lagi. Heh, heh, kata orang air tentu akan mengalir ke
sawah orang. Aku berpegang pada dalih kata-kata itu
saja." Pui Tiok pejamkan mata, demikian Beng Cu.
Sekonyong-konyong mereka rasakan ada suatu benda
halus dan lunak telah menyelubungi tubuh mereka.
Pui Tiok terkejut dan cepat membuka mata. Tetapi
pandang matanya gelap sama sekali. Dia makin kaget.
Tentulah dirinya dimasukkan kedalam karung yang
tebal sehingga dia tak dapat melihat apa-apa lagi.
Dia tahu Kat Jiong tentu akan membawanya kepada
Coh Hen Hong. Saat itu Pui Tiok benar-benar
seperti ikan yang menggelepar gelepar diatas pasir.
Sejak saat itu dia hanya mendengar suara
berderak-derak dari roda kereta. Entah berselang
berapa lama dia baru merasa kereta itu berhenti.
Menurut perhitungan Pui Tiok, perjalanan itu
memakan waktu sehari.
659 Begitu berhenti segera terdengar suara orang yang
amat berbisik. Dan Kat Jiong lalu berseru, "Harap
dilaporkan kepada Suan Hong siancu, kepala paseban
Siu-tong dari Peh-hoa-kau, Kui-yan cu Kat Jiong,
hendak mohon menghadap karena ada urusan
penting." "Harap tunggu," kata seseorang. Dan tak berapa
lama kembali terdengar suara orang mempersilahkan
Kat Jiong. Sementara Pui Tiok rasakan tubuhnya seperti
diangkat dan di bawa jalan. Entah kemana. Beberapa
saat kemudian, keadaan menjadi sunyi dan kembali
Kat Jiong berkata, "Kui yan-cu Kat Jiong,
menghaturkan hormat kepada siancu.
Kemudian terdengar suara Coh Hen Hong, Nada
amat congkak dan angkuh sekali, "Ada urusan apa"
Berhadapan dengan aku mengapa tidak memberi
hormat?" Suasana sunyi. Rupanya Kat Jiong tertegun.
mendengar kata-kata yang tak disangka akan
diucapkan Coh Hen Hong. Diam-diam Pui Tiok
gembira. Dia duga Kat Jiong tentu akan meletakkan,
dirlnya. Bluk. . . terdengar Kat Jiong jatuhkan diri
memberi hormat kepada Coh Hen Hong.
"Engkau datang kemari perlu apa?" tegur Coh Hen
Hong dengan nada yang agak ramah.
Kat Jiong tertawa meringis, "Hatur beritahu kepada
siancu bahwa di dalam karung kulit kerbau ini terisi
dua orang yalah orang yang siancu kehendaki.
660 Sengaja hamba datang kemari untuk menghaturkan
kehadapan siancu."
"Betul" Lekas buka!" teriak Coh Hen Hong dengan
gembira. "Baik, hamba akan laksanakan perintah, "Kat Jiong
gopoh menyambut.
"Tunggu," tiba-tiba terdengar sebuah bentakan,"
siancu, orang ini adalah salah seorang ketua tong-cu
dari Peh-hoa-kau. Orang yang siancu kehendaki,
diantaranya adalah putera dari ketua Peh-hoa-kau.
Mana mungkin dia akan menyerahkan putera dari
ketua perkumpulannya" Mungkin hanya satu
perangkap belaka,"
"Betulkah begitu?" Coh Hen Hong menegas. Coh
Hen Hong hanya menegas dan belum tentu setuju
akan kata-kata orang tadi tetapi Kat Jiong sudah
gemetar. "Harap siancu berkenan menerima persembahan
Kami. Sekalipun Kami makan hati macan tutul dan
empedu macan gembong, tak mungkin kami berani
membohongi siancu," kata Kat Jiong dengan terbatabata.
"Lalu cara bagaimana engkau dapat menangkap
putera dari ketua kamu?" tegur Coh Hen Hong.
Hati Kat Jiong berdebar debar, katanya, "Kata orang
berjalan harus mendaki ke atas, air mengalir
kebawah. Sian-cu mempunyai wibawa yang tersiar
sampai ke empat lautan. Peh-hoa-kau tak ada artinya
kalau di banding dengan ke wibawaan siancu. Kami
661 rela menjadi hamba siancu dari pada menjadi tongcu
Peh-hoa-kau!"
Mendengar pernyataan Kat Jiong yang begitu
menjilat pantat, Pui Tiok marah sekali. Tetapi dia
memperhatikan bahwa nada suara Kat Jiong begitu
gemetar, jelas kalau orang itu dicengkam ketakutan.
Pui Tiok menghela napas dalam hati. Ah, memang
manusia di dunia kebanyakan seperti mentalitet Kat
Jiong. Mudah berbalik pikiran untuk ikut pada yang
kuat dan berkuasa. Sudah lumrah kalau Kat Jiong
begitu ketakutan setengah mati dan mau
merendahkan diri untuk berhamba kepada Coh Hen
Hong, cucu dari Ceng-te, tokoh yang paling dltakuti
dunia persilatan.
Ya, itu memang manusiawi, akhirnya Pui Tiok
menghibur diri.
Terdengar Coh Hen Hong mendesuh, "Uh, katakata-
mu itu memang beralasan. Hong cong-pangcu,
kuminta orang ini supaya engkau masukkan dalam
Cap-it-pang. Beri dia kedudukan yang tinggi,
sebaiknya sebagai wakilmu. Bawa dia keluar dan
aturlah!" Girang Kat Jiong bukan alang kepalang. Dia
bergegas menghaturkan terima kasih. Dia jatuhkan
diri berlutut dihadapan Coh Hen Hong.
Pada lain saat Coh Hon Hong berseru, "Kalian
jangan pergi dulu. Sebelum mendapat perintahku,
jangan ada yang tinggalkan tempat ini."
662 Ternyata perintah itu ditujukan pada lebih kurang
20-an pangcu yang berada disitu. Mereka. serempak
mengiakan. Suasana bening seketika.
Beberapa saat kemudian Pui Tiok mendengar Coh
Hen Hong tertawa dingin dan tahu-tahu suara tawa itu
berada di sampingnya Diam-diam Pui Tiok menggigil.
Cret. . . tiba-tiba karung yang terbuat dari kulit
kerbau itu tergurat pecah. Pui Tiok sempat
memperhatikan bahwa pecahnya karung kulit itu
disebabkan karena digurat kuku Coh Hen Hong.
Pui Tiok makin tegang sekali. Jelas selama beberapa
tahun memalsu sebagai Kwan Beng Cu, Coh Hen Hong
telah berhasil mempelajari ilmu silat yang sakti.
Mengenai kesaktian Coh Hen Hong, selama ini Pui
Tiok hanya mendengar dari kabar cerita orang
persilatan saja. Tetapi sekarang, dia benar-benar telah
melihat dengan mata kepala sendiri. Kulit Kerbau itu
tak kurang dari lima mili tebalnya. Amat kokoh sekali.
Tetapi sekali gurat dengan kukunya, Coh Hen Hong
dapat memecahkannya. Ilmu kepandaian itu sungguh
menakjubkan sekali.
Pui Tiok segera mendapat kesan. Jangankan saat
itu dia tak berkutik karena ditutuk jalan-darahnya.
Sekalipun dia dapat bergerak bebas, tetapi bukan
lawan dari Coh Hen Hong.
Uh, karena sudah sekian lama disekap dalam
karung gelap maka begitu beronjol keluar matanya
silau. Dia cepat pejamkan mata. Beberapa saat ketika
membuka mata. dia dapat melihat jelas keadaan
dihadapannya. Coh Hen Hong tidak berada
663 disampingnya tetapi sudah duduk di sebuah kursi
kebesaran yang terpisah satu tombak dari tempatnya.
Coh Hen Hong mengenakan pakaian yang indah
mewah. Ternyata pakaiannya itu terbuat dari bulu
merak yang dianyam indah sekali. Rambutnya
menyunting sebutir mutiara kemilau yang besar. Juga
pakaiannya penuh bertabur dengan ratna mutu
manikam yang tak terhitung jumlahnya. Pada kanan
kiri pinggangnya masing-masing menyelip sebatang
pedang. Dari kursi kebesaran, Coh Hen Hong memandang
Pui Tiok yang masih tertutuk jalan darahnya. Coh Hen
Hong tertawa menyeringai. Melihat itu Pui Tiok marah
dan deliki mata kepadanya.
Beberapa saat kemudian baru terdengar Coh Hen
Hong tertawa, "Pui kongcu, kita bertemu kembali.
Benar-benar tepat yang dikatakan orang bahwa
manusia hidup itu disetiap tempat dan saat akan
bertemu." Karena jalan darahnya tertutuk, Pui Tiok tak dapat
berkutik dan bersuara. Setelah Coh Hen Hong bicara,
sebenarnya Pui Tiok terus hendak meram tak mau
menggubrisnya. Tetapi tiba tiba nona itu menyelentik,
siut. . . . setiup angin melanda tubuh Pui Tiok. Pui Tiok
rasakan tubuhnya longgar dan Jalan darahnya yang
tertutukpun terbuka kembali. Dia menekan tanah dan
melenting bangun.
Ternyata Coh Hen Hong telah membuka jalan
darahnya yang tertutuk. Suatu hal yang tak pernah
diduga Pui Tiok. Pui Tiok berdiri tegak.
664 "Pui kongcu'kata Coh Hen Hong," beberapa tabun
yang lalu ketika berpisah dengan engkau, engkau
seorang yang pandai bicara. Tetapi mengapa saat ini
membisu saja. Apakah engkau menyesal karena
terjadi hal seperti saat ini?"
Pui Tiok tenangkan diri dan menjawab, "Be-berapa
tahun ini engkau telah mendapat banyak keuntungan.
Asal tak ingin asal usul dirimu diketahui orang,
mengapa engkau tak lekas-lekas menyembunyikan diri
keseberang lautan?"
Coh Hen Hong kerutkan sepasang alis, seru-nya,"
Betulkah itu" Siapakah diriku ini" Aku hanya tahu
kalau aku ini cucu perempuan dari Ceng te. Seluruh
dunia juga tahu tentang diriku. Lalu engkau mau
memfitnah aku bagaimana.
Serentak darah Pui Tiok naik keatas kepala dan
berteriaklah dia sekeras-kerasnya, "Engkau benarbenar
tak tahu malu Apakah cucu perempuan dari


Bila Pedang Berbunga Dendam Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cengte itu engkau" Engkau, hanya anak haram hasil
hubungan gelap Kwan Pek Hong dengan wanita
kurang waras itu!"
Sebenarnya Pui Tiok tak mau bicara begitu keras
tetapi saat itu ia benar-benar tak dapat menguasai
diri. dia ingin menumpahkan penderitaannya. Coh Hen
Hong juga menderita batin. Bagaimana reaksi Coh Hen
Hong setelah nanti tertusuk perasaannya, Pui Tiok tak
mau menghiraukan lebih lanjut.
Benar juga begitu mendengar kata-kata 'anak
haram' dari mulut Pui Tiok, seketika wajah Coh Hen
Hong berubah gelap. Dia tersenyum Sadis dan
665 berseru, "Coba engkau ulangi kata-katamu itu sekali
lagi!" Nada suara Coh Hen Hong begitu serarn sehingga
Pui Tiok sampai gemetar. Tetapi dia juga
seorang pemuda yang keras kepala. Dulu ketika
hendak menyelundup ke gedung keluarga Kwan Pek
Hong untuk menculik Kwan Beng Cu, walaupun gagal
dan tertangkap tetapi dia tetap pantang mundur.
Demikian seperti saat itu. Walaupun dia sudah tahu
kalau bakal menghadapi bahaya tetapi dia tak sudi
tunduk pada Coh Hen Hong. Dia tertawa panjang.
"Tidak hanya satu kali tetapi akan ku ulang sampai
tiga kali 'anak haram, anak haram, engkau adalah
anak haram'!" serunya dengan berani.
Wut, Coh Hen Hong serentak berbangkit. Karena
gerakkannya amat cepat maka ratna mutiara yang
menghias pakaiannya saling berbentur dan
mengeluarkan dering suara yang berdenting-denting.
Dengan wajah membesi Coh Hen Hong melangkah
maju. Setelah tiba di muka Pui Tiok lalu
membentaknya, "Berlutut!"
Pui Tiok mengangkat kepala dan menyahut dengan
angkuh, "Dibawah lutut seorang lelaki itu terdapat
emas, mana sudi berlutut dihadapanmu seorang anak
haram yang berani mati telah memalsu nama orang!"
Coh Hen Hong tertawa sinis, "Engkau tidak mau
berlutut?"
666 Pui Tiok tertawa dingin sebagai tanda Ja-wabannya.
Tiba-tiba Coh Hen Hong ulurkan tangan menekan
bahu Pui Tiok. Sebenarnya Pui Tiok sudah berjagajaga.
Apabila Coh Hen Hong turun tangan, dia nekad
hendak menyerangnya. Tetapi ternyata gerak tangan
Coh Hen Hong terlampau cepat untuk memberi
kesempatan kepada Pui Tiok melaksanakan
rencananya. Coh Hen Hong menekan dengan tenaga-dalam Pui
Tiok hendak menolak tetapi mana mampu. Makin lama
tekanan tangan Coh hen Hong itu makin terasa berat
dan mau tak mau dia harus menurut perintah. Tetapi
dia tetap berkeras. tubuh ditegakkan lurus dan
gerahampun dikatupkan sekencang-kencangnya.
Dahinya mengucurkan berbutir-butir keringat dan
telinganyapun mulai mendenging-denging.
"Engkau mau berlutut atau tidak," tiba-tiba Coh Hen
Hong menegurnya lagi.
Pui Tiok kerahkan segenap sisa tenaga-dalam dan
berteriak keras, "Huh!"
Habis berteriak, Pui Tiok rasakan kalau tak kuat
bertahan lagi tetapi dia pantang menyerah.
Bagaimanapun halnya, tak sudi dia berlutut dihadapan
Coh Hen Hong. Pui Tiok memang keras kepala. Tiba-tiba tubuh-nya
rubuh tengkurap ke muka. Tekanan pada bahunya
begitu kuat sekali. Kalau dia terlentang ke belakang,
dia tentu harus menekuk lututnya dan berarti menurut
perintah Coh Hen Hong.
667 Tetapi waktu dia tengkurap ke muka, tekanan pada
bahunya beralih kearah kedua lututnya. Jelas Coh Hen
Hong memaksanya harus berlutut. Namun Pui Tiok
tetap bertahan. Krek, krek. . . terdengar dua buah
bunyi tulang patah. Dan menyusul dengan suara itu,
rubuhlah Pui Tiok. Tetapi dia tak berlutut melainkan
rubuh pingsan karena tulangnya patah itu.
Coh Hen Hong tertegun dan mundur selangkah lalu
duduk kembali di kursi kebesaran. Cahaya wajah
sukar dirubah. Saat itu terjadi pertentangan dalam
hatinya. Kalau mau, sekali ayunkan tangan, dapatlah dia
membunuh Pui Tiok. Tetapi dia merasa penasaran
karena ada sesuatu yang tak tercapai. Saat itu dia
berada dalam puncak kekuasaan. Ibarat mau
menghendaki angin atau hujan, pasti akan terlaksana.
Dia dapat menebus semua penderitaan yang
dideritanya ketika masih kecil. Tetapi nyatanya, dia
tadi tak mampu memaksa Pui Tiok berlutut di
hadapannya. Kalau saat itu dia menghantam Pui Tiok, Pui Tiok
tentu mati. Jelas. Tetapi apa gunanya" Bukankah hal
itu tak dapat mengobati kemengkalan hatinya karena
tak dapat memaksa anak muda itu berlutut
dihadapannya" Dia menginginkan Pui Tiok berlutut
dihadapannya sebagaimana setiap to-koh persilatan
yang bertemu dengan dia.
Tiba-tiba Coh Hen Hong tersenyum sadis dan
berseru, "Hong cong-pangcu!"
Karena tenaga-dalamnya sakti maka teriakan. Itu
bergema sampai jauh. Dan seketika terdengarlah
668 Hong Jui mengiakan. Pada hal suara Hong Jui
terdengar dari jauh. Begitu dia menjawab,
orangnyapun sudah tiba di depan pintu.
"Masuklah," kata Coh Hen Hong. Dengan sikap
menghormat, Hong Jui melangkah masuk, "Siancu
hendak memberi perintah apa?"
"Apakah disini ada sinshe yang pandai" Orang itu
tulang betisnya patah. Kuingin supaya lekas
disembuhkan."
Hong Jui berpaling memandang Pui Tiok. Walaupun
pingsan tetapi keringat pada dahi Pui Tiok masih
bercucuran. Diam-diam Hong Jui atas perintah Coh
Hen Hong tadi tetapi dia tak berani banyak bertanya.
"O, mudah," katanya, "Han Siang Seng lo-enghiong,
ahli dalam menyambung tulang patah."
"Bagus," seru Coh Hen Hong, "bawa dia keluar dan
serahkan kepada orang she Han supaya diobati."
Hong Jui mengiakan dan terus membawa Pui Tiok
keluar. Setelah beberapa saat duduk, Coh Hen Hong
baru bangkit dan menghampiri pada karung yang lain.
Diapun menggurat dengan kukunya pada karung itu.
Setelah pecah dia lalu menarik keluar Beng Cu. Waktu
menarik, dia gunakan tenaga-dalam untuk menekan
jalan darah Beng Cu sehingga Beng Cu dapat
mengerang. Coh Hen Hong meletakkan nona itu.
Beng Cu terhuyung huyung tak dapat berdiri tegak.
Tangannya menekan sebuah kursi baru dia dapat
berdiri tegak. Dia menghela napas.
669 "Apa engkau baik-baik saja?" tegur Coh Hen Hong,
"beberapa tahun tak ketemu sekarang kita sudah
sama besar."
Beng Cu hanya cibirkan bibir tak menyahut.
Wajahnya pucat lesi dan tubuh gemetar.
Kembali Coh Hen Hong tertawa, "Mengapa engkau
begitu ketakutan" Apakah takut kalau kubunuh?"
Dada Beng Cu berkembang kempis karena
napasnya terengah engah, "Engkau. . . apakan Pui
toako?" Mendengar itu dendam dalam hati Coh Hen Hong
makin berkembang. Dia tertawa dingin, "Engkau tidak
memikirkan kepentingan dirimu, hanya memikirkan
Pui Tiok saja. Heh, heh, hubungan batin kalian
sungguh hebat."
Dengan terengah-engah Bing Cu berkata, "Nona
Coh, engkau memalsu jadi diriku. Soal itu aku dan Pui
toako tak mau membuka rahasiamu. Engkau boleh
tenangkan pikiranmu. Lebih baik engkau lepaskan
kami dan urusan inipun takkan diketahui orang selama
lamanya." Coh Hen Hong tertawa dingin, "Apa artunya
omonganmu itu" Apakah kalau kubunuh kalian, malah
kalian akan dapat membuka rahasia diriku?"
"Hal itu sukar dipastikan," jawab Beng Cu.
"engkau memang dapat membunuh kami berdua.
tetapi engkau tak mungkin dapat membungkam mulut
670 orang. Apabila hal ini sampai tersiar luas, tentu akan
terdengar sampai ke Ceng-te-kiong."
Wajah Coh Hen Hong berobah, "Apa maksudmu?"
serunya. Seumur hidup belum pernah Beng Cu bicara
bohong. Tetapi saat itu dia terpaksa harus merangkai
cerita bohong Karena tak biasa maka hatinya tegang
sekali. Untung kulit mukanya putih sehingga Coh Hen
Hong tak sempat memperhatikan perobahan dari
airmuka nona itu.
"Peristiwa tentang diriku telah kami tulis dan tutup
dalam Sampul dan kami berikan pada tokoh 2 dari
kalangan vihara dan kuil. Begitu berita kematian kami
tersiar, tentulah mereka akan membuka surat dalam
sampul tertutup itu."
Sudah tentu Coh Hen Hong marah mendengar katakata
Beng Cu itu. Tetapi diam-diam dia juga merasa
agak takut juga.
"Takut apal" serunya sambil tertawa mengejek.
"Lain orang tentu saja engkau tak takut" jawab Beng
Cu." tetapi apakah engkau tak takut kepada
engkongku" Kalau beliau orang tua tahu engkau
memalsu diriku dan bahkan telah membunuhku,
kurasa apakah beliau akan tinggal diam saja?"
Coh Hen Hong tertegun. Sesaat dia tak tahu
bagaimana harus menjawab. Memang dia tak takut
segala apa tetapi didunia ini masih ada satu orang
yang ia takuti yalah Ceng-te. ilmu kepandaiaanya
masih kalah jauh dengan Ceng te. Maka mau tak mau
dia terpaksa masih takut juga.
671 Beberapa saat kemudian ia tertawa mengekeh
"Engkau kira dapat mengertak aku?"
memang nada suaranya garang tetapi kalau
diperhatikan agak mengandung getar2 ketakutan. Hal
itu tak lepas dari perhatian Beng Cu. Nona itu bangkit
nyalinya. "Kedudukan sekarang kan sudah mencapai puncak"
Mengapa engkau hendak cari jalan keruntuhan?"
serunya. Coh Hen Hong mundur beberapa langkah. Dengan
mata dingin dia memandang Beng Cu. Entah dia tak
tahu bagaimana perasaannya saat itu. Sejak beberapa
tahun baru pada saat itu dia merasakan sesuatu
dalam hatinya suatu yang paling mengganjel dalam
hatinya. Ya, kini dia baru menyadari bahwa musuh
utamanya bukan Beng Cu dan Pui Tiok tetap Ceng-te
sendiri. Dia kembali duduk di kursi. Pikirannya bergolak
keras. Dia seperti kehilangan faham.
Kalau dia membunuh Beng Cu dan kelak terdengar
Ceng-te, tentulah dia tak dapat lolos dari kematian
lagi. Lebih baik untuk sementara membiarkan Beng Cu
hidup. Setelah nanti ia membereskan Ceng-te, barulah
nanti menyelesaikan Beng Cu. Toh takkan terlambat.
Serentak dia mengulurkan tangan dan menuding.
Setiup angin serentak menutuk jalan darah Beng Cu
672 dan Coh Hen Hong membentak, "Hayo, mana ini
orangnya, lekas bawa dia keluar dan tawan.
Segera terdengar orang menyahut dan melakukan
perintah Coh Hen Hong.
Sementara itu Coh Hen Hong berjalan mondirmandir
sambil menggendong kedua tangan.
Sedang saat itu Pui Tiok setelah pingsan be-berapa
lama, mulai siuman. Dia rasakan kedua betisnya
seperti mati-rasa. Pikirannya juga limbung, tubuhnya
seperti layang2 putus.
Waktu mulai sadar dia tak ingat apa yang telah
terjadi tadi. Beberapa saat kemudian, barulah
Misteri Dewa Langit 2 Pendekar Gila 18 Dendam Mahesa Lanang Mahluk Kerdil Penghisap Darah 1
^