Pencarian

Cincin Maut 3

Cincin Maut Karya Tjan Id Bagian 3


Liong Tian im mengunyah segenggam rumput obat,
rasanya getir, pahit dan sukar ditelan, tapi kalau teringat kalau
162 obat itu bermanfaat bagi lukanya, dengan memaksakan diri
ditelannya kedalam perut.
Lalu sambil termangu-mangu memperhatikan beberapa
kuntum mega di angkasa, pelan pelan ia berkata Iagi:
"Setiap orang, tentu mempunyai kenangan yang amat
banyak tentang masa kecilnya, tapi masa kecilku dulu selain
dendam kesumat, serta kebencian yang mengelilingi diriku,
hampir tiada suatu kenanganpun yang berharga untuk diingat
kembali... . Setelah tertawa getir, lanjutnya:
"Aku masih ingat, suatu malam ketika aku sedang tidur
nyenyak, tiba-tiba muncul empat orang hwesio yang
memasuki kamarku, menelanjangi aku, membelengguku
dihadapan ayah ibuku lalu menghajarku habis-habisan,
dengan kesakitan aku menjerit-jerit, tapi hwesio-hwesio itu tak
mengenal belas kasihan, mereka menghajar terus sambil
memaksa ayah ibunya memberitahukan suatu rahasia...."
Butiran keringat telah membasahi wajahnya, dengan nada
setengah menjerit ia melanjutkan:
"Walaupun kedua orang tuaku menubruk datang dengan
mati-matian, bahkan memohon agar mengampuni aku, tapi
orangtua ku tidak mengungkapkan rahasia tersebut lantaran
aku dilecuti, karena mereka lebih suka kehilangan anaknya
daripada mengungkapkan rahasia tersebut . . ."
Dia sendiripun merasa heran, mengapa kisah yang diharihari
biasa enggan diutarakan kini telah d'ceriterakan kepada
seorang gadis yang baru dikenalnya "
163 "Kau tak usah kelewat emosi . . . , ." bujuk Hong Tin-tin
lembut Liong Tian-im menyeka keringat sambil berusaha keras
untuk mengendalikan gejolak perasaannya, kembali dia
bergumam: "Mereka saksikan seluruh badanku penuh dengan luka,
namun tak sepatah katapun yang di ucapkan . . ."
"Mengapa orang tuamu begitu kejam ?" makin lama Hong
Tin tin makin tertarik, dia membelalakkan matanya lebar lebar,
"sebetulnya rahasia besar apakah itu?"
"Kenapa bisa membuat orang tuamu lebih suka
mengorbankan kau daripada membongkar rahasia tersebut."
Kembali Liong Tian-im mengunyah obat-obatan tersebut
kemudian mengangkat cincin iblis emas yang berada ditangan
kanannya, memandang benda itu sepasang matanya berkacakaca,
gejolak perasaan yang keraspun sraspun kembali
menerjang perasaannya. "Keadaan yang sejelasnya tidak kuketahui ia menghela
napas sedih, "tapi sudah jelas ada hubungannya dengan cincin
ini, adapun kedatanganku dalam dunia persilatan yang penuh
dengan mara bahaya dari bukit Lau-san yang eaangpun tak
lain untuk melacaki rahasia yang menyelimuti ayah ibuku
dimasa lalu." Kesedihan yang mencekam perasaannya membuat pemuda
itu mengungkapkan seluruh rahasia hatinya.
164 Hong Tin-tin hanya tahu mendengarkan keluh-kesah
tersebut ia tak menyangka kalau rumput obat yang diambilnya
tadi sudah ada sebagian besar yang telah habis termakan.
Tatkala untuk kesekian kalinya Liong Tian im masukan
rumput obat itu kedalam mulutnya dia menjerit kaget dengan
wajah pucat pias lalu buru buru menubruk kedepan dan
menyampok jatuh rumput obat ditangan pemuda itu.
"Jangan makan yang ini!" jeritnya kaget.
Liong Tian im agak tertegun, kemudian dengan gusar
bentaknya: "Perempuan rendah, apakah kau takut lukaku sembuh
kembali?" Dimaki perempuan rendah, HongTin tin tertegun, lalu
sambil menutup mukanya menangis dia lari kebelakang,
"Berhenti!" bentak Liong Tian im lagi dengan gusar
Dengan terkejut Hong Tin tin menghentikan tubuhnya, air
mata telah membasahi wajahnya sambil membalikkan badan
ia menatap wajah Liong Tiam im, tapi dari wajahnya yang
pucat dan bibirnya yarg gemetar, dapat diketahui betapa ngeri
dan takutnya gadis itu. Pelan pelan Liong Tian im bangkit berdiri, lalu ujarnya:
"Kau jangan menangis, selama hidup aku paling benci
melihat perempuan menangis."
Kemudian setelah menarik napas panjang-panjang dia
melanjutkan: 165 "Aku ingin bertanya kepadamu, mengapa kau memukul
jatuh rumput obat yang berada ditanganku ?"
"Kau . . . kau mengatakan aku rendah, di bagian yang
manakah aku telah melakukan perbuatan rendah ?"
Gejolak perasaan dalam hati Liong Tian-lm pelan pelan
mereda kembali, ujarnya pelan:
"Anggaplah aku telah salah berbicara, baiklah, aku minta
maaf kepadamu !" Sesudah berhenti sebentar, ia segera membentak:
"Tapi apa sebabnya kau memukul jatuh rumput obat
ditanganku" Bila tidak kau jelaskan alasannya pada hari ini,
hmm, lihat apakah aku akan mengampuni dirimu atau tidak ?"
Hong Tin tin segera menyeka air mata membasahi pipinya,
kemudian ujarnya: "Wakta itu aku kuatir kau akan membunuh ayahku setelah
luka dalammu sembuh maka sengaja kucarikan rumput
beracun untukmu, tapi setelah menyaksikan kau bukanlah
orang jahat, aku jadi tak tega membiarkan kau mati maka..."
Ia mendongakkan kepalanya kemhali, dengan mata
terbelalak besar terusnya:
"Tahu begini, akan kubiarkan kau mati."
Selesai berkata, kembali ia tundukkan kepalanya rendah
rendah, rambutnya yang hitam terurai kebawah, badannya
gemetar keras menahan isak tangis sementara matanya
166 melirik diam diam kearah Liong Tian im melalui celah celah
rambutnya. Dalam pandangan matanya kabur karena air mata, ia
saksikan napas Liong Tian im mulai memburu seluruh
wajahnya telah berubah menjadi hijau kebiruan.
Dia tahu rumput obat itu mengandung racun yang amat
jahat, dan sekarang sudah mulai bereaksi didalam nadinya,
bila tidak segera mendapatkan obat penawarnya niscaya
badannya akan membusuk dan mati dengan tujuh lubang
indranya mengucurkan darah,
Dalam keadaan demikian, buru buru dia mengambil keluar
sebutir mutiara besar yang digantungkan pada lehernya, lalu
dengan cepat mutiara tersebut dijejalkan kedalam mulut
pemuda itu. Segulung bau harum khas perempuan dengan cepat
menerpa hidung Liong Tian im, ia merasakan seluruh
badannya bergejolak keras, suatu perasaan aneh tiba tiba
muncul dalam benaknya. Dengan suara lirih Hong Tia tin berkata:
"Inilah mutiara penolak racun yang amat termashur dalam
dunia persilatan, hisaplah berapa saat, bagaimanapun lihaynya
racun yang mengeram dalam tubuhmu niscaya akan punah
dengan sendirinya." "Mengapa kau lagi lagi menyelamatkan jiwaku ?" tanya
Liong Tian im sambil tertawa sedih.
"Entahlah . . . " gadis itu menggelengkan kepalanya
berulang kali, dia tak tahu kalau hati kecilnya sudah tertambat
167 oleh benih cinta yang tumbuh dalam hatinya, dia hanya
merasa bila pemuda itu di biarkan mati keracunan, maka hal
ini akan merupakan suatu kejadian yang amat menyedihkan
hatinya sepanjang masa. Liong Tian im tak berani memperhatikan sinar mata dibalik
biji matanya yang jeli, buru-buru dia melengos ke arah lain,
sementara mutiara yang menggeser dibibirnya segera
mendatangkan suatu perasaan dingin dan nyaman yang
merasuk sampai ke daIam tulang sumsum.
Dengan cepat dia berpikir:
"Sekalipun benda ini adalah racun penembus usus yang
paling beracun pun pasti akan kutelan, apalagi benda ini
hanya mutiara pe-nolak racun .. .."
Dengan cepat dia mendongakkan kepalanya dan
memandang wajahnya dengan lembut kemudian tanyanya:
"Kau mengingkari kuhisap mutiara ini ?"
"Bila kau sampai mati karena celaka di tanganku, sudah
pasti aku akan menyesal sepanjang masa karena telah
melakukan kesalahan besar, karena sesungguhnya aku sangat
menyukai dirimu" Liong Tian-im merasakan hatinya bergetar terasa sehingga
bibirnya ternganga: Hong Tin tin pun tidak menunggu dia bicara lagi, dengan
cepat mutiara tersebut djjejalkan ke dalam mulutnya.
Segulung hawa dingin yang menyegarkan dengan cepat
mengalir masuk ke dalam lambungnya, seketika itu juga ia
168 merasakan rasa sakit yang mencekam tubuhnya selama ini
mendadak berkurang banyak, pikirannya yang mulai kalutpun
sudah banyak menjadi sadar kembali.
Dalam waktu singkat, satu ingatan dengan cepat melintas
didalam benaknya: "Kalau toh mutiara penolak racun ini mempunyai kasiat
untuk menyembuhkan luka beracun, mengapa tak kugunakan
kesempatan sewakaktu menawarkan racun nanti kucoba untuk
menyembuhkan pula luka dalam yang aku derita ini " Ya
benar ! Siapa tahu kalau ini akan bermanfaat bagiku . . . ."
Begitu ingatan tersebut melintas didalam benaknya, buru
buru dia menjatuhkan diri duduk bersila diatas batu, kemudian
mengerahkan sim hoat tenaga dalam aliran Kim-mo-bun untuk
menyalurkan hawa murninya mengitari seluruh badan, lalu
dengan menggunakan kesempatan dikala hawa racun tersebut
terhisap keluar, pelan-pelan dia mencoba untuk mengisap
kembali hawa murninya kedalam pusar.
Dengan telapak tangan kiri menuding kelangit, telapak
tangan kanan menuding ketanah, sepasang matanya
dipejamkan rapat-rapat, pelan-pelan kesadarannya mulai
hilang dan pikirannya terpusatkan menjadi satu.
Hong Tin tin menyeka air matanya sambil mengawasi
wajah Liong Tian im dengan penuh perhatian, dia merasa
cemas bercampur geiisah, tapi ketika dilihatnya warna hitam
yang semula menyelimuti wajah si anak muda itu sudah
berubah menjadi putih pucat, hatinya menjadi girang sekali.
"Mutiara penolak racun itu benar-benar mujarab sekali"
demikian dia berpikir, "sekarang racun yang mengeram dalam
tubuhnya telah mulai punah dan hilang."
169 Sinar matahari yang cerah menyoroti diatas wajah Liong
Tian im. pelan-pelan muka yang pucat itupun sudah mulai
bersemu merah dengusan napasnya yang beratpun lambat
laun semakin teratur. Memperhatikan pemuda yang dari seluruh badannya
memancarkan kekuatan aneh itu Hong Tin tin merasakan
timbulnya suatu perasaan kasih dan sayang yang membawa
sorot matanya makin lembut dan senyuman manis mulai
menghiasi ujung bibirnya.
Kini paras muka Liong Tian im sudah semakin bersemu
merah, senyuman sinona pun semakin membaik.
"Traang." mendadak dari balik lembah berkumandang
suara genta yang amat nyaring.
Paras muka Hong Tin tin segera berubah hebat, pikirnya:
"Aduh celaka sudah pasti ayah sedang mengundang datang
tiga manusia jahanam itu."
Ketika ia menjumpai semedi Liong Tian lm sedang
mencapai kritisnya, ia makin gelisah sehingga wajahnya
berubah menjadi pucat pias, untuk sesaat dia tak tahu
bagaimana mesti menanggulangi keadaan tersebut.
Sementara dia masih panik, dari kejauhan sana tampak
munculnya tiga sosok bayangan hitam yang meluncur datang
dengan kecepatan luar biasa.
Orang yang menerjang datang paling dulu adalah seorang
pemuda berusia dua puluh tahunan, wajahnya tampan dan
mengenakan baju berwarna putih dengan sebilah pedang
tersoren dipunggung, sepatunya hitam dengan tubuh yang
170 gagah, sebelah ya ia bertampang cakap, hanya sayang agak
licik, tengik dan menyebalkan.
Jilid 05 BEGITU MELAYANG TURUN KEATAS tanah, sorot matanya
yang tajam segera memperhatikan tubuh Liong Tian im lekatlekat,
kemudian sambil menjura dalam-dalam katanya.
"Tin tin, siapakah orang ini?"
"Memangnya kau tak bisa bertanya sendiri" tukas Hong Tin
tin sambil mencibir. Sekalipun terkena batunya, pemuda itu sama sekali tidak
marah, malah sambil tertawa ja nah dia meluncur kedepan
langsung menerjang ke arah Liong Tian im.
Hong Tin tin menjadi gelisah sekali setelah menyaksikan
kejadian itu, dengan cepat dia menyelinap ke depan Liong
Tian im kemudian menghalangi gerakan tubuh pemuda itu.
Tindakan dari gadis itu segera membiat pemuda baju putih
itu menjadi tertegun, sambil menghentikan gerakan tubuhnya
ia menegur, "Tin-tii, apa-apaan kau ini?"
"Lee Tang yang, sekarang dia sedang kritis keadaannya,
sekalipun kau bisa membunuhnya juga bukan terhitung
enghiong." ooooOoooo 171 "HMM, aku tak akan memperdulikan urusan tetek bengek
semacam itu" tukas Lee Tang yang sambil tertawa dingin,
"ayahmu telah menerangkan cukup jelas, barang siapa
diantara ka mi bertiga sanggup memenggal batok kepala


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bocah keparat ini, siapa pula yang bakal menjadi menantunya,
sudah tiga tahun lamanya aku nantikan keadaan seperti ini,
masa kesempatan yang begini baiknya akan ku sia-siakan
dengan begitu saja..."
Hong Tin-tin yang mendengar perkataan itu segera
merasakan hatinya kecut, sementara pipinya berubah menjadi
semu merah, serta merta dia menundukkan kepalanya dengan
wajah tersipu. Selang sejenak kemudian, dia baru melirik pula dua orang
pemuda lain yang baru datang dan berdiri beberapa depa
disekitar sana. Kedua pemuda itu kira-kira berusia dua puluh tahunan,
disebelah kiri berbaju hitam dan dikanan berbaju biru, mereka
berdiri di atas tebing dengan posisi segitiga, sorot matanya
yang garang mengawasi tubuh Liong Tian im.
Diam diam Hong Tin tin menghela napas panjang, pikirnya:
"Gara gara ingin mencarikan seorang suami yang cocok
untukku, ayah telah mengurung tiga ahli waris dari tiga
perguruan besar ini untuk menanam rumput obat didalam
lembah, padahal kecuali bersua satu kali, selama tiga tahun ini
belum pernah kujumpai mereka untuk kedua kalinya. Tak
kusangka mereka mempunyai kesabaran yang begitu besar
dengan berdiam terus dalam lembah yang terpencil ini."
Setelah menggelengkan kepalanya berulang kali dan
berpikir lebih jauh. 172 "Betul ke tiga orang pemuda itu berwajah ganteng dan
bertubuh tegap gagah, tapi aku tidak suka kepada
mereka,aaaai! Entahlah bagaimana penyelesaiannya
dikemudian hari, sementara dia masih melamun, Lee Tang
yang telah berkata lagi: "Tin tin, harap kau menyingkir dari sini, sudah tiga tahun
aku selalu bersabar tinggal dalam lembah ini, tujuanku tak lain
adalah untuk mempersunting kau, nah sekarang kesempatan
telah datang,aku tak akan menyia-nyiakan dengan begitu saja
. . ." "Hey, kalau hendak berbicara sedikitlah tahu diri" bentak
Hong Tin-tin marah, "sekalipun ayah mengatakan akan
memilih salah seseorang diantara kalian, bukan berarti kau
yang terpilih. ." "Oooo, itu soah tak menjadi soal" Lee Tang-yang tertawa
seram, "bila batok kepala bocah keparat ini telah kupenggal
kau pun akan menjadi biniku . . . ."
"Mengaco belo!" kembali Hong Tin-tin membentak marah,
"kini, kalian bertiga sama sama telah datang kemari, belum
tentu kau bisa me raih pahala tersebut, siapa tahu sebelum
badan mu bergerak, Pay Hay tiong dan Ciang Tiong ci akan
segera melancarkan serangan pula, Tidak percaya " Tanyakan
sendiri kepada mereka !"
Lee Tang-yang tertegun setelah mendengar perkataan itu,
tanpa terasa ia lantas melirik sekejap ke arah Ciang Tiong-ci
serta Pay Hay-tiong. "Aaah, tak menjadi soal" ujarnya kemudian "sebelum
datang kemari, kami telah merundingkan secara baik-baik,
siapa diantara kami bertiga sampai dulu disini, dialah yang
173 berhak untuk turun tangan paling dulu saudara Pay, saudara
Ciang begitu bukan ?"
Ciang Tiong-ci serta Pay Hay tiong tidak berkata apa-apa
mereka cuma mendengus dingin, setelah saling bertukar
pandangan sekejap kedua orang itu serentak maju ke muka
jelas mereka tidak setuju dengan apa yang diucapkan Lee
Tang-yang barusan. "Hei, ada apa ?" Lee Tang-yang selera berseru dengan
wajah kaget dan tercengang, "apakah kalian berdua kembali
akan berubah pikiran ?"
Ciang Tiong-ci mendengus dingin, "Hmm, sebelum
dilakukan adu kepandaian tadi, kau telah melakukan
perbuatan licik, ini berarti apa yang telah dijanjikan batal.
Sekarang kita memiliki kesempatan yang sama siapa pun
mempnnyai peluang yang sama pula untuk turun tangan."
Sampai disitu, dia lantas melirik sekejap ke arah Pay Hay
tiong yang berbaju biru sambil menambahkan:
"Saudara Pay, betul begini bukan ?" Pay Hay tong tertawa
terbahak bahak, "Haahh ... haahh ... hhahh ... apa yang
diucapkan saudara Ciang memang benar, siaute memang
bermaksud demikian ?"
Dengan penuh kegusaran Lee Tang yang segera
membentak keras: "Orang she Ciang, kau betul betul tak tahu malu, sudah
kalah mau mungkir ?"
"Huuhh, katanya saja ahli warisnya Khong jeng bun di Lam
hay, nyatanya cara untuk berbicara pun begitu kasar dan tak
174 tahu adat, hmm ! Aku Ciang Tiong ci segan berdebat dengan
manusia macam kau, lebih baik saudara Pay saja yang
memberikan pertimbangannya"
"Ucapan saudara Ciang memang betul" Pay Hay tong
manggut manggut, "Kita memang seharusnya memiliki
kesempatan yang sama, mana boleh saat turun tangan dibagi
siapa duluan siapa belakangan sehingga .. .."
"Orang she Pay, apa yang kau katakan tadi masih termasuk
hitungan tidak ?" Lee Tang-yang marah marah.
"Apa yang kuucapkan tadi ?" seru Pay Hay tiong
tercengang. "Tadi, kita sudah berjanji akan saling beradu ilmu
meringankan tubuh, siapa tiba ditempat sasaran paling dulu,
dia yang berhak turun tangan lebih duluan, bukankah kalian
sudah menyetujuinya " Sekarang, mengapa kalian nmngkir
lagi ?" Pay Hay tiong menunjukkan sikap yang amat kaget
bercampur tercengang, segera gumamnya:
"Heran, sejak kapan sih aku mengucapkan kata-kata seperti
ini ?" Dia segera berpaling sambil bertanya lagi:
"Saudara Ciang, apakah tadi siaute pernah berkata begitu
?" "Haah, haaah, haaah, aku pun tidak mendengar saudara
Pay berkata demikian, mungkin ia sudah salah dengar."
175 Lee Tang yang makin berang, dia segera marah-marah
besar. "Hmmm, katanya saja sau poocu dari benteng Cong liong
poo di wilayah Saylam dan ahli waris Sim cian uin oi Kwang
tiong, tak tahunya apa yang diucapkan melebihi bau kentut!"
Ciang Tiong ci mau pun Pay Hay tiong menjadi naik pitam,
serentak mereka meloloskan senjata masing masing sambil
bersiap sedia melancarkan serangan.
Lee Taig yang !" Teriak Ciang Tiong ci dengan suara keras
"Jangan kau anggap setelah menjadi muridnya Khong leng
bun kau bisa berbuat semena mena dihadapan kami, hmm !
Siapa sih yang memandang sebelah mata kepadamu ?"
Betapa gembiranya Hong Tin tin ketika melihat tiga orang
itu cekcok sendiri, dia tahu ke tiga orang pemuda itu sama
sama bernapsu ingin mempersunting dirinya, siapapun tak
akan mengalah kepada siapa, bila ketiganya bisa saling
beradu, niscaya keadaan tersebut akan sangat bermanfaat
baginya. Tapi secara diam diam diapun merasa cemas karena, Liong
Tian im sedang bersemedi ketika itu, sedang paras mukanya
juga tidak mengalami perubahan lagi, tetap seperti sediakala,
keadaan semacan ini bila dibiarkan berlangsung terus, niscaya
akan sangat menguntungkan bagi dirinya.
Perlu diketahui tiga orang pemuda itu semuanya,
merupakan ahli waris dari perguruan perguruan kenamaan
dalam dunia persilatan, mereka semua memiliki serangkaian
ilmu silat yang tak terkirakan hebat, padahal Hong Tin-tin
tidak tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yaag
dimiliki Liong Tian im, ditambah pula luka dalam yang
176 dideritanya cukup parah, dapatkah sembuh masih merupakan
sebuah tanda tanya amat besar.
Sambil menggigit bibir, diam-diam dia berpikir lagi:
"Sekarang aku hanya bisa berusaha untuk mengulur waktu
sedapat mungkin, agar dia bisa menyembuhkan lukanya
dengan tenteram, sebab menanti dia telah menyelesaikan
semedinya, maka suatu pertarungan sengit sudah pasti tak
bisa dihindari lagi. Berpikir sampai disitu, Hong Tin-tin segera menghela napas
panjang, katanya: "Sudahlah, kalian jangan cekcok sendiri, begini saja, biar
aku yang menjadi saksi bagi kalian, cobalah bertanding untuk
sekali lagi, akan kulihat siapa yang bisa mencapai puncak
tebing diatas air terjun itu paling dulu, dialah yang paling
punya harapan untuk mendapatkan aku."
Dengan cepat Pay Hay tong menggelengkan kepalanya
berulang kali, serunya: "Bagaimana kalau bocah keparat itu sampai melarikan diri
?" "la sedang menderita luka dalam yang cukup parah,
sekarang sudah tak bertenaga lagi untuk bergerak, apalagi
ada aku disini, pada hakekatnya dia tak bakal bisa kabur,
apakah kau takut kepadanya ?"
"Tapi hal ini jelas tak adil" teriak Lee Tang yang tak senang
hati, "sudah jelas aku yang menang, masa. . ."
177 Hong Tin-tin sama sekali tidak memperdulikan ocehannya,
dia segera berteriak keras:
"Mulai, siapa lamban siapa pula yang segera menggelinding
pergi dari lembah Yok-ong kok ini"
Baru selesai ucapan tersebut diutarakan Pay Hay tiong dan
Ciang Tiong ci telah berpekik nyaring, kemudian dengan
kecepatan yang luar biasa mereka lari menuju ke atas puncak
tebing dimana air terjun itu bersumber.
Dalam keadaan seperti ini, pada hakekatnya tiada
kesempatan lagi buat Lee Tang yang untuk berpikir lebih jauh,
setelah melotot sekejap ke arah Hong Tin tin dengan gemas,
buru-buru dia menyusul pula dari belakang.
Tiga sosok bayangan manusia bagaikan tiga gulung asap
segera meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi, dalam
beberapa kali lompatan saja mereka sudah mulai mendaki
dinding tebing itu. Sayang tebing itu penuh lumut hijau yang licin dan lembab,
hampir boleh dibilang sama sekali tiada tempat berpijak, maka
makin ke atas ketiga orang itu mendaki, gerakan mereka
semakin tambah lambat. Memandang bayangan punggung ke tiga orang itu, Hong
Tin-tin menghembuskan napas panjang, ia tahu ketiga orang
pemuda itu hanya terkecoh untuk sementara waktu bila
mereka sudah kembali nanti, entah bagaimana dia harus
menghadapi mereka. Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Liong Tian-im,
setelah menghela napas panjang pikirnya:
178 "Heran, entah mengapa aku begitu menaruh perhatian
kepadanya " Bukan cuma begitu, bahkan perkataan ayahku
pun tak kuturuti, inikah yang dinamakan cinta ?"
Terlintas rasa jengah diatas pipinya yang merah dadu,
kemudian kembali di menghela napas panjang, gumamnya:
"Bila inilah yang dinamakan cinta, maka sepanjang hidup
aku tak akan merasakan gembira Iagi, sebab dia begitu kaku,
begitu dingin dan susah didekati. . ."
Makin dipikir dia merasa pikirannya makin kalut, akhirnya
dia mendongakkan kepalanya memperhatikan tiga sosok
bayangan manusia yang makin mengecil didepan sana, ketiga
orang pemuda itu sedang pelan-pelan mendekati puncak
tebing. Tapi dinding tebing itu makin ke atas semakin licin seperti
cermin, hampir tiada tempat yang bisa digunakan sebagai
tempat berpijak, sudah jelas ketiga orang itu tidak akan bisa
kembali dalam waktu singkat.
"Hey. cepatlah bangun!"
Ia tahu pada saat itu Liong Tian im sedang bersemedi
untuk mengobati lukanya, dalam keadaan seperti ini jelas tak
boleh terpengaruh oleh kekuatan apa pun dari luar, sebab
sedikit saja salah bertindak akibatnya bisa menimbulkan jalan
api menuju neraka. Oleh karena itu suara panggilannya amat lirih, kuatir Liong
Tian im menjadi terkejut sehingga tenaga dalamnya yang
terhimpun itu menjadi tersumbat.. ."
179 Liong tian im sendiri hanya tahu bersemedi untuk
mengobati lukanya, pelan pelan dia membawa sisa hawa
murni yang terpencar pencar dalam urat nadinya itu
berkumpul dalam pusar, kemudian di rasakan peluh dingin
meleleh keluar lewat pori pori badannya membuat luka yang
semula amat berat lambat laun menjadi semakin ringan dan
berkurang. Dalam lamat lamatnya kesadaran tiba-tiba ia mendengar
suara panggilan Hong Tm-iin yang penuh kecemasan itu, serta
merta dia lantas membuka matanya dan melihat gadis itu
berdiri dihadapannya. Dengan sinar mata penuh tanda tanya, ia lantas mengawasi
sorot mara Hong Tin tin yang penuh dengan rasa kuatir itu.
"Sudah punah racun dalam tubuhmu "Dapatkah kau
bangkit berdiri ?" Hong Tin tin segera bertanya:
Liong Tian im segera muntahkan keluar mutiara penolak
racun dari dalam mulutnya, ia menjawab:
"Mutiara ini selain berkhasiat untuk mengusir racun, juga
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan luka dalam,
seandainya tiada dia, mungkin luka ku tak pernah akan
lembah kembali !" "Jadi lukamu telah sembuh sama sekali ?" seru Long Tin tin
amat gembira. Dengan cepat Liong Tian im menggelengkan kepalanya.
"Tidak baru sembuh tiga bagian saja, tapi lama kelamaan
luka tersebut akan sembuh dengan sendirinya."
180 Sambil menerima kembali mutiara penolak racun itu, rasa
kecewa sempat melintas di wajah Hong Tin tin.


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Barusan ada tiga orang datang hendak membunuhmu,
sekarang mereka kena kutipu umuk pergi ke tebing curam
diseberang sana katanya sambil menuding air terjun di depan
sana. Kemudian setelah berhenti sejenak, dia me\anjutkan:
"Bila mereka datang lagi nanti. kita pasti tak dapat lolos
dari cengkeraman mereka !"
Liong Tian-im segera mendengus dingin.
"Hmmm, mengapa aku mesti takut kepada mereka ?"
serunya, "Mereka adalah orang orang yang dikirim ayahku untuk
membunuhmu" seru Hong Tin tin cemas, "sekarang, marilah
kita mencari suatu tempat untuk menghindari kejaran mereka
lebih dulu, bila lukamu telah sembuh nanti sudah barang tentu
kau tak usah takut kepada mereka lagi"
Liong Tian im memandang sekejap bayangan manusia yang
sedang pelan-pelan meluncur turun ril atas dinding tebing
seberang sana, kemudian ujarnya keras..
"Aku Liong Tian im tak perlu menghindar kan diri dari
pengejaran mereka..."
"Tapi, lukamu baru sembuh tiga bagian, bila lukamu sudah
sembuh seratus persen tentu saja aku tak akan
menghalangimu untuk tetap tinggal disini, sekarang kumohon
kepadamu, ikutilah aku pergi!"
181 Makin berkata hatinya makin sedih sehingga bampir saja
airmatanya jatuh bercucuran.
Liong Tian im memandang sekejap kearahnya, kemudian
menghela napas panjang. "Aai...baiklah, aku akan mengikuti dirimu!"
Hong Tin tin segera mengulurkan tangannya yang lembut
untuk menarik tangan Liong Tian im, kembali ia berkata:
"Kita hanya bersembunyi dalam gua itu saja agar mereka
tak menemukan jejak kita, saat itu kau pasti dapat merawat
lukamu dengan hati yang tenang!"
Dia lantas mengajak pemuda itu berjalan berputar-putar
kesana kemari, akhirnya sampai dibawah dasar air terjun yang
deras itu, kemudian dengan menelusuri dinding tebing
menyeberangi pancuran air yang deras menuju ke sebuah
selokan kecil yang mengalir ke sisi tebing.
Belum lama tubuh mereka berdua menyelinap masuk ke
balik air terjun yang sangat deras itu, dari tengah udara
melayang turun tiga sosok bayangan manusia.
Tampaknya ke tiga orang pemuda itu tidak melihat kalau
Liong Tian im dan Hong Tin tin telah melompati air selokan
dan menyembunyikan diri di belakang air terjun.
Dengan sorot mata yang tajam ketiga orang pemuda itu
celingukan ke sana kemari mencari jejak Hong Tin tin, namun
selain suara air yang mengalir, mereka tak berhasil
mendengar suara apa- apa, tidak melihat pula sesosok
bayangan manusia pun. 182 Dengan wajah tercengang Pay Hay tiong segera berpikir:
"Heran, setibanya di sini, mengapa bocah keparat tiu
bersama dia bisa hilang lenyap?"
Ternyata sekeliling air terjun itu amat kabur suasananya
karena diliputi oleh selapis kabut yang tebal, sewaktu mereka
bertiga melayang turun tadi, sorot mata mereka terhalang
oleh kabut air serta butiran air yang memercik ke empat
penjuru, oleh sebab itu mereka saksikan tubuh Liong Tian im
dan Hong Tin tin menyelinap disekitar sana, namun tidak
melihat kemanakah mereka menyembunyikan diri.
Dengan sinar mata yang tajam bagai sembilu, Ciang Tiong
ci segera berseru dengan gusar:
"Bila bocah keparat itu berani menyandera Tin tin, akan
kuhajar dia sampai mampus"
Lee Tang yang segera tertawa seram,
"Heeeh...heeehh...heeehh...kemungkinan besar kita bertiga
sudah tertipu oleh bocah perempuan itu, seluk beluk dilembah
Yok ong kok ini cukup dikuasahi olehnya, apalagi jalan kecil
disinipun sangat banyak, sepanjang hari dia selalu bermain
disini, mana mungkin tak tahu jalan", besar kemungkinan dia
telah mengajak bocah keparat itu pergi meninggalkan tempat
ini. Pay Hay-Tiong tertegun untuk beberapa saat lamanya,
dengan wajah tidak percaya dia berseru:
"Dari mana kau bisa tahu kalau setiap hari dia selalu
bermain disini. . . ?"
183 Sekilas rasa bangga segera menghiasi wajah Lee Tong
yang, setelah tertawa seram katanya:
"Sebelum kita memasuki lembah ini tempo hari, bukankah
Hong Yok-su pernah berpesan secara khusus kepada kita agar
jangan mendekati sekitar air terjun ini" waktu itu aku merasa
keheranan dan ingin tahu, maka suatu hari secara diam-diam
aku pun ngeloyor ke bawah air terjun sana untuk mengintip,
setelah berhanti sebentar dengan wajah penuh rasa bangga
dia melanjutkan: "Begitu melihat keadaan disitu, kontan saja aku merasakan
sukmaku serasa melayang meninggalkan raga, ternyata diair
selokan tepi air terjun tersebut nampak seorang gadis yang
putih bersih sedang mandi, coba tebak apakah gadis itu ?"
Dia nampak bangga sekali, terutama setelah bercerita
sampai bagian yang paling menegangkan, sambil
mendongakkan kepalanya dia segera tertawa terbahak-bahak.
"Bagus sekali, rupanya kau sering ngintip Tin-tin mandi!"
seru Ciang Tiong-ci cepat, "mengapa tidak memberitahukan
kepada kami" Lee Tang yang tahu kalau kedua orang itu sedang dibakar
oleh api cemburu, dengan bangga sekali dia tertawa terkekeh
kekeh. "Haaah, haaah, haaah, ternyata gadis yang berada dalam
keadaan telanjang bulat itu memang Tin-tin. bayangkan saja,
disuguhi pemandangan yang begitu merangsang, masa aku
akan ceritakan hal ini kepadamu " seandainya kecantikan Tin
tin tidak membuat hatiku terpikat sejak dahulu aku sudah
tidak betah tinggal di lembah gersang ini terus menerus, apa
lagi menanamkan rumput obat buat Hong Yok su"
184 Suara tertawa dan ceritanya amat keras itu berkumandang
sampai di mana-mana, berkumandang pula kedalam gua
dibalik air, terjun dimana Liong Tian im dan Hong tin tin
berada. Kontan saja paras muka Hong tin tin berubah merah karena
jengah, sekujur badannya gemetar keras menahan rasa gusar,
lalu-dengan pandangan malu dan menyesal dia menatap
wajah Liong Tian im. Entah mengapa ternyata Liong tian im juga merasakan
suatu perasaan tak enak yang sukar dilukiskan dengan kata
kata, dia merasa hatinya seperti ditusuk dengan sebilah pisau
tajam, membuat dia harus mengerang menahan amarahnya.
"Keparat, bedebah bangsat itu harus dibunuh!" sumpahnya
dalam hati. Ia tidak tahu kalau secara diam diam dan tanpa terasa dia
telah jatuh cinta kepada yang bernamakan Hong Tin tin itu,
ketika mengerti kalau tubuhnya yang putih polos diintip orang,
hal ini membuat perasaannya kalut dan tak keruan.
Tapi tak lama kemudian ia jadi geli sendiri pikirnya:
"Apa sangkut pautnya persoalan ini dengan diriku "
Mengapa aku mesti marah sendiri" Toh dia bukan biniku,
bukan pula kekasihku, mengapa aku mesti cemburu . . . .!"
Dengan termangu-mangu Hong Tin-tin memandang wajah
Liong Tian im, lama kemudian dia baru menghela napas
sambil bertanya: "Apakah kau tidak marah ?"
185 Liong Tian im menjadi tertegun setelah mendengar
pertanyaan itu, serunya hambar:
"Mengapa aku harus marah ?"
Hong Tin tin tidak menyangka kalau Liong Tian im bersikap
begitu dingin dan hambar kepadanya, ia merasa banyak
kesedihan dan kemendongkolan yang tak dapat disalurkan ke
luar, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya. Sambil menahan isak tangisnya ia berkata:
"Aku tahu kau tidak suka kepadaku, sejak kecil aku tidak
beribu, di dunia ini memang tak ada orang yang mencintai aku
dan menyayangiku, dalam kehidupanku yang sepi, tak akan
pernah ada orang yang memperhatikan diriku."
Setelah memandang sekejap kearah Liong-tian im.
lanjutnya kemudian: "Bahkan kau pun tidak menaruh perhatian kepadaku."
Diam diam Liong tian im menghela rapat panjang, pelbagai
pikiran berkecamuk dalam benaknya, jalan pikirannya pun
segera turut berbuat ternama linnug air mata Hong tin tin.
Dia merasa didunia ini tak ada kehangatan tiada cinta, yang
ada, dendam kesumat. Sementara dia masih termenung, mendadak dari balik tirai
air terjun ia menangkap ada tiga sosok bayangan manusia
sedang bergerak lewat. 186 Dengan cepat dia menarik napas dalam-dalam, lalu
bertanya: "Tin-tin, apakah disini masih ada jalan ke luar?"
Agaknya Hong Tin-tin pun merasakan juga keadaan yang
tak beres, dengan kaget dia menyahut:
"Tidak ada, disini cuma ada sebuah jalan yang
menghubungkan tempat luar dengan kuburan ibuku..."
Liong Tian im segera menjulurkan jari tangannya untuk
mendekap bibir sinona, kemudian memberi tanda kepada
Hong Tin tin agar jangan berbicara.
Saat itulah, diluar air terjun sana kembali berkumandang
suara pembicaraan dari ketiga orang pemuda itu.
Terdengar Lee Tang yang berkata:
"Tahukah kalian, dibelakang air terjun ini masih terdapat
sebuah gua yang besar?"
"Apa" Dibelakang air terjun ini masih ada sebuah gua
besar?" teriak Ciang Tiong ci keras-keras, "kenapa kau tidak
kau katakan sedari tadi. Sudah pasti keparat itu bersama Tintin
bersembunyi didalam sana!"
"Betul!" sambung Pay Hay tiong pula, "kita sudah mencari
disekeliling tempat ini tanpa hasil, sudah pasti mereka
bersembunyi didalam gua tersebut"
"Hei, dengarkan dulu perkataanku jangan maunya
ngeropos melulu." tukas Lee Tiang-yang.
187 Setelah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Tahukah kalian, apa sebabnya Hong Yok-su melarang kita
untuk datang kemari " Hal ini disebabkan karena isterinya
dikubur dibelakang air terjun tersebut."
"Kau maksudkan gua itu tempat menyimpan jenasah ?"
tanya Ciang Tiong ci. "Benar, maka dari itu meski aku berpikir sampai kesitu,
namun akupun merasa hal ini tak mungkin terjadi, tapi
sekarang, setelah tiada tempat lain yang bisa dicari lagi,
terpaksa aku akan memeriksanya juga, Nah. kalian tunggu
saja disini" Ketika Liong Tian im menyaksikan paras muka Hong Tin tin
berubah hebat, dengan suara dalam dia lantas berkata:
"Kalau toh disini tiada jalan lain, bilamana pergi, terpaksa
aku akan menerjang keluar dengan kekerasan !"
"Weees" mendadak Lee Tang-yang menerobos masuk ke
dalam gua itu dengan menyeberangi air terjun.
Begitu menepis air yang membasahi wajahnya, dalam
sekilas pandangan saja telah dijumpainya Liong Tian im dan
Hong Tin tin sedang menyembunyikan diri diatas batu besar
dibelakang air terjun tersebut, tanpa terasa ia tertawa seram.
Sambil maju selangkah, teriaknya keras: "Tin-tin, kau tidak
terluka bukan ?" "Enyah kau dari sini, kau tak boleh memasuki tempat ini !"
bentak Hong Tin-tin. 188 Lee Tang-yang tertawa tawa tersipu-sipu segera katanya
lagi: "Oooh Tin tin, mengapa kau mengambek kepadaku ?"
"Jika kau berani maju selangkah lagi, segera kulaporkan
kepada ayah." ancamnya.
Setelah mendengar ancaman tersebut Lee Tang yang benar
benar tak berani maju ke depan, sementara sorot matanya
dialihkan kesekeliling tempat itu.
Gua dibelakang air terjun ini memang sangat luas, sebuah
batu besar berdiri ditengah ruangan, Liong Tian im dan Hong
Tin-tin yang berada diatasnya sama sekali tidak kena percikan
air dari atas. Dibelakang mereka berdua terbentang sebuah gua yang
berbentuk persegi, didalamnya gelap gulita tak nampak dasar,
entah tempat itu di hubungkan kemana"
Paras muka Liong Tian im diliputi oleh selapis hawa napsu
membunuh yang amat tebal, dengan sorot mata setajam
sembilu dia mengawasi seluruh tubuh Lee Tang yang tanpa
berkedip, sementara suatu perasaan gusar yang aneh muncul
dalam hatinya. Sambil tertawa dingin ia segera membentak: "Saudara,
lebih baik kau enyah dari sini" Lee Tang yang agak tertegun,
tapi kemudian ia segera tertawa terbahak bahak.
"Haaah...haaahh....haaahh...haaaahh... dalam dunia
persilatan dewasa ini barang siapa berjumpa dengan anggota
keluarga Lee kami, semuanya menaruh hormat dan sungkan
tak kusangka kau si keparat jahanam berani betul menjual
aksi dihadapan aku orang she Lee. . ."
189 "Kau tahu, siapakah aku ?" tegur Liong Tian im dengan
suara sedingin salju. "Aku tidak ambil perduli siapakah kau, aku hanya tahu
menginginkan batok kepalamu ?"
Sekali lagi Liong Tian-im mendengus dingin.
"Bajingan yang tak tahu diri, lebih baik jangan tekebur lebih
dulu, untuk mempertahankan batok kepala sendiripun belum
tentu mampu kau masih berani berbicara sesumbar"
Lee Tang-yang marah sekali. mendadak dia meloloskan
pedangnya, kemudian berkata:


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bocah keparat, aku bersumpah hendak membunuhmu . .
." Belum habis perkataan itu diuctpkan, men dadak dari luar
air terjun sudah terdengar suara dari Ciang Tiong-ci
berkumandang datang: "Saudara Lee benarkah bccah keparat itu berada di dalam
sana ?" "Betul," jawab Lee Tang yang dengan lantang, aku orang
she Lee yang berhasil menemukan keparat ini, maka kalian
berdua pun tak usah berebut lagi denganku !"
Sesudah menarik napas panjang-panjang dia membentak
nyaring: "Bocah keparat, serahkan nyawa anjingmu!"
190 Waktu itu, entah dari mana datangnya hawa amarah yang
berkobar di dalam dadanya, tiba-tiba LiongTian-im mendengus
dingin, pergelangan tangannya segera digetarkan ke angkasa,
sebuah cincin segera melayang ke udara dan menyambar ke
depan diiringi suara deringan angin tajam.
Lee Tang yang berasal dari keluarga persilatan, senjata
rahasia dari aliran mana pun dalam dunia persilatan diketahui
olehnya dengan jelas, tapi belum pernah ia saksikan senjata
rahasia berbentuk cincin yang bisa berbunyi begini aneh.
Begitu menyaksikan cincin tersebut menyambar datang
dengan membawa suara desingan angin tajam yang
memekikkan telinga, dia merasa amat terperanjat buru-buru
tubuhnya merendah lalu melompat ke samping kanan.
Liong Tian-im sama sekali tidak menyangka kalau ilmu
meringankan tubuh yang dimilikinya oleh Lee Tang-yang itu
adalah begitu luar biasa, ternyata dalam keadaan yang gawat
dia sempat menghindarkan diri kearah samping dimana
tempat itu lolos dari ancamannya. Dengan cepat tubuhnya
melompat ke depan secepat kilat, telapak tangannya segera
diayunkan ke depan, menggunakan kesempatan Lee Tangyang
sempat berdiri tegak, ia menghantam dada lawan.
Dengan cekatan Lee Tang yang berkelit ke samping,
kakinya bergeser lalu telapak tangan kirinya melepaskan
sebuah pukulan dahsyat, sementara pedang ditangan
kanannya membacok dengan jurus Thian liong koan jit (Naga
langit menerjang matahari).
"Suatu jurus serangan Thian liong koan jit yang sangat
lihay l" bentak Liong Tian-im, ia tidak menduga kalau
perubahan gerak yang dilakukan Lee Tang yang bisa lebih
cekatan daripada seorang jago lihay dari dunia persilatan
191 kecerdasan serta kesiap siagaannya betul betul amat
mengagumkan. Ia mendengus dingin, mendadak dengan kelima jari tangan
yang direntangkan dia hantam bahu kiri Lee Tang yang, jurus
serangan ini selain dilepaskan lurus ke muka juga dilancarkan
dengan kecepatan luar biasa.
Siapa tahu baru saja serangan itu dilepaskan mendadak
wajahnya mengejang keras, dadanya kembali turun naik
dengan tersengkal-sengkal, meski luka dalamnya yarg parah
telah sembuh tujuh delapan puluh persen, tapi pengerahan
tenaga dalam yang dilakukannya barusan membuat luka itu
kambuh kembali." Itulah sebabnya sewaktu ke lima jari tangan itu
mencengkeram tubuh lawan, dia merasa sudah tak bertenaga
lagi. Lee Tatig yang pun merasa terkesiap sekali ketika
menyaksikan datangnya cengkeraman maut itu, menanti
ancaman lawan menyentuh diatas badannya, ia baru merasa
kalau ancaman tersebut sama sekali tak bertenaga.
Mula-mula hatinya agak tertegun, kemudian dengan capat
pikirannya: "Aneh benar, mengapa tenaga dalam yang dimiliki bocah
keparat ini sebentar kuat sebentar kemudian melemah"
sesungguhnya spa yang telah terjadi?"
Begitu perasaan takutnya hilang, semangatnya segera
berkobar, sambil miringkan badan secepat kilat dia menerjang
kemuka. 192 Cahaya pedang berkilauan menjauhi udara selapis cahaya
pedang bagaikan hujan gerimis memancar diseluruh angkasa.
dalam waktu singkat semua jalan darah penting Liong Tian im
sudah berada dibawah kepungan lawan.
Diam-diam Liong Tian im menghela napas panjang,
pikirnya: "Heran, mengapa lukaku bisa kambuh kembali, tampaknya
hari ini aku bakal tewas di tangan musuh tangguh...aaai,
mumpung lukaku belum bertambah parah, mengapa aku tidak
mempertaruhkan sisa tenaga dalam yang kumiliki untuk
beradu jiwa dengan ketiga orang musuh tangguh tersebut.!."
Begitu ingatan tersebut melintas didalam benaknya, ia
segera menghimpun segenap tenaga dalamnya kedalam
telapak tangan kanan, kemudian di ayunkan ke arah lapisan
pedang lawan yang berlapis lapis.
Lee Tang-yang mendengus berat, pedangnya kena dipaksa
oleh serangan Liong Tian-im sampai keluar dari arena, dalam
gugupnya cepat dia mengayunkan tangan kirinya melepaskan
sebuah pukulan. "Blaaammm ... !" Tahu tahu tubuh Lee Tang yang sudah
kena terhajar oleb angin serangan dari Liong Tian im sehingga
mencelat keluar dari gua dan tercebur ke dalam air.
Liong Tian im menarik napas panjang panjang, telapak
tangan kanannya kembali di sentakkan keras keras, cincin
maut iblis emas nya berputar sutu lingkungan busur di tengah
udara, lalu mnnkul kembali ke atas tangannya.
193 Hong Tin tin kuatir pemuda itu akan menyusul keluar, buru
buru dia menarik tangan nya sambil berkata dengan suara
lembut: "Kau jangan keluar dari tempat ini, mereka bertiga bisa
bekerja sama untuk mengerubuti dirimu."
Liong Tian-im segera tertawa terbahak-bahak setelah
mendengar perkataan itu. "Haaahh . . . haahh . . . haaahh . . . sejak terjun kedalam
dunia persilatan, aku iblis emas berjari darah belum pernah
takut kepada siapa pun, aku rasa kemampuan ketiga orang
keparat itu cuma begitu-begitu saja, aku yakin masih mampu
untuk menghadapinya . .,"
Tiba tiba senyumannya hilang, dengan sorot mata yang
tajam dia mengawasi wajah Hong Tin-tin dalam dalam, ketika
sorot matanya bertemu dengan wajahnya yang penuh
kegelisahan, dia merasa amat terperanjat.
Dari balik sorot matanya yang bening, tiba tiba ia
menyaksikan ada selapis kabut kekuatan yang pelan pelan
menyebar luas, itulah suatu perasaan yang aneh, ketika ia
merasa hatinya bergetar keras, Hong Tin tin pun merasakan
pula tubuhnya gemetar keras.
Setitik perasaan itu segera disambut oleh mereka berdua
dengan senyuman jengah. Ada orang bilang, cinta bisa terjadi disaat mata seorang
pemuda bertemu dengan mata seorang dara, mungkin juga
cinta dari mereka berdua tercipta pula pada detik detik itu.
194 Pelan-pelan Liong Tian im menjulurkan tangannya kedepan
sambil mengamati wajah Hong Tin tin dengan termangu.
Sekulum senyuman manis pun segera tersungging diujung
bibir gadis itu, pelan-pelan, ia mengulurkan pula tangannya
dan diletakkan dalam telapak tangannya yang besar.
Ketika tangannya yang kecil mungil digenggam olehnya,
serentetan perasaan bahagia segera timbul dari dalam hati
mereka berdua. Sambil menggandeng tangan Hong Tin tin, pelan pelan
Liong Tian im mengajaknya ke luar dari situ.
Ketika bayangan mesrah mereka berdua muncul dihadapan
tiga orang jago muda yang berdiri diluar air terjun, tiba tiba
saja perasaan api cemburu membara didalam dada ketiga
orang itu. Dengan cepat mereka saling berpandangan sekejap,
setelah itu enam buah mata yang tajam bersama sama
dialihkan ke wajah Liong Tian im.
Ciang liong ci tertawa dingin, tiba tiba dia berkata:
"Si heng berdua, dalam waktu singkat kita sudah tiga tahun
berdiam dalam lembah Yok ong kak, dalam waktu yang
panjang dan lama, kita harus menanti terus disini sambil
menahan derita dan kesal, tapi . . . kesemuanya ini karena
apa ?" Lee Taag-yang yang basah kuyup karena tercebur ke air,
segera tertawa seram. 195 "Hehh ... heehh ... heeh . .. kita sedang menunggu Hong
Yok su memilih salah seorang diantara kita bertiga untuk
dijadikan bakal menantunya, tapi aku lihat, tampaknya kita
sudah tiga tahun menunggu dengan sia sia."
Pay Hay tiong mendengus dingin, "Hmm, sekalipun
demikian, aku rasa bocah keparat itupun masih belum cukup
hokki untuk mempersunting gadis secantik bidadari ini sebagai
istrinya . . ." Setelah melirik sekejap ke arah Hong Tin tin, dia
melanjutkan: "Sekalipun Hong Tin tin setuju, Hong Yok su sudah pasti
tak akan setuju !" Ke tiga orang pemuda ini merasa dirinya memiliki
serangkaian ilmu silat yang hebat, pada hakekatnya mereka
sama sekali tak memandang sebelah mata pun kepada Liong
Tian lm, ucapan demi ucapan dilontarkan terus tiada hentinya,
membuat Liong Tian-im yang diejek segera memperlihatkan
wajah kegusaran. Mendadak sekulum senyuman sinis tersungging diujung
bibir Liong Tian-im. senyuman yang dingin itu sedemikian
seramnya membuat ke tiga orang pemuda itu langsung
tertegun. Liong Tian im segera tertawa seram, tegurnya:
"Sudah cukupkah kalian berbicara ?"
Lee Tang yang mendesis sinis, pelan pelan dia meloloskan
pedangnya yang dingin seperti es itu dan sarungnya,
kemudian menyentil tubuh pedang itu keras-keras . ,. i
196 "Criiing . . . !" dentingan nyaring segera berkumandang
memecahkan keheningan .. .
Liong Tian lm mendengus dirgin, "Hmmm ! Sebuah
pukulanku tadi apakah masih belum cukup ?" dia mengejek
dingin. Merah padam selembar wajah Lee Tang yang karena
jengah. "Kepandaian anda untuk memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan memang betul betul hebat! Kalau cuma
kepandaian semacam itu mah apa artinya . .. ?"
"Hmm, kalau begitu kau boleh maju lebih duluan ?" jengek
Liong Tian-im sinis. Lea Tang yang menggetarkan pergelangan tangannya.
beberapa gelombang cahaya pedang segera memancar keluar,
bentaknya keras: "Mari, kau telah menghadiahkan sebuah cincin dan sebuah
puku'an kepadaku, sekarang aku hendak menghadiahkan
kembali sebuah tusukan pedang untukmu"
Secepat sambaran petir cahaya pedang berkelebat lewat,
Lee Tang yang bergeser maju berulang kali, pedangnya
membentuk satu lingkaran cahaya ditengah udara lalu
membacok kedepan. Menyaksikan datangnya bacokan pedang tersebut, Liong
Tian im segera melejit ke samping untuk berkelit,
menggunakan kesempatan itu telapak tangan kirinya
diayunkan kedepan. 197 Seketika itu juga terdengarlah segulung angin pukulan yang
disertai suara gemuruh yang amat nyaring meluncur ke depan
menghantam cahaya pedang yang sedang membacok tiba.
Lee Tang yang tidak menduga kalau pihak lawan berani
menyongsong datangnya bacokkan pedang yang maha
dahsyat itu dengan tangan kolong belaka, bahkan sedikitpun
tidak takut terhadap cahaya pedang lawan.
Baru pertama kali ini Lee Tang yang menjumpai taktik
pertarungan yang begitu berani menyerempet bahaya,
seketika itu juga dia menjadi ketakutan dan buru-buru
menarik kembali pedangnya sambil melompat mundur kebelakang.
"Kau benar benar sudah bosan hidup?" hardiknya keras
keras. Butiran keringat sudah membasahi wajah Liong Tian im, dia
menarik napas panjang panjang lalu berkata:
"Seandainya kau tidak mundur, yang mati bukan aku!"
"Hmm, bocah keparat, kau jangan kelewat tekebur!" seru
Lee Tang yang mendengus dingin.
Sambil berkata dia lantas menghimpun kembali tenaga
dalamnya keujung pedang, seketika itu juga cahaya tajam
berkilauan di angkasa gelombang pedang pun menggulung
gulung membelah angkasa. "Hmm..." Liong Tian im menjengek sinis, serunya sambil
tertawa dingin, "tampaknya sebelum melihat peti mati kau tak
akan melelehkan air mata" Baik, agar kau tahu kalau aku
198 Liong tian im bukan manusia tak berguna seperti yang kau
bayangkan, lihatlah akan kelihayanku ini."
Mendadak dia maju selangkah dengan tindakkan lebar,
bayang tapak tangan membelah di angkasa, terlihatlah
segulung tenaga pukulan yang disertai berpuIuh-puluh bayang
tangan yang membelah angkasa, langsung membacok ke
muka. Angin pukulan yang menggulung gulung membuat seluruh
angkasa serasa penuh dengan daya tekanan yang berat,
sedemikian dahsyatnya serangan tersebut hinggi cukup
menggetarkan hati setiap orang.
Dalam urutan jago jago muda, Lee Tang-yang adalah
seorang jagoan muda yang menonjol, belum pernah ia alami
keadaan yang sebegitu mengenaskan seperti hari ini, sambil
membentak keras mendadak pedangnya ditekan kebawah lalu
berbalik menebas pergelangan tangan Liong Tian-im.


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Enyah kau dari sini !" bentak Liong Tian im sambil
melontarkan telapak tangannya ke depan.
Lee Tang yang hanya merasakan datangnya segulung
tenaga pukulan yang maha dahsyat menghantam keatas
tubuhnya, dengan ketakutan dia muniur sejauh enam lima
langkah dari tempat semula, kemudian memandang ke arah si
anak muda itu dengan wajah termangu.
"Ilmu kepandaian apakah itu?" tanyanya dengan suara
keras. "Hmmm. aku yakin kau belum pernah menyaksikan
kepandaian ini" ejek Liong Tian-im sinis, "aku pun merasa
tidak berkewajiban untuk memberitahukan kepadamu . . ."
199 Ketika Pay Hay-tiong dan Ciang Tiong-ci menyaksikan
sebuah sentilan jari dari pemuda she Liong itu berhasil
memukul mundur Lee Tang-yang, diam diam mereka saling
berpandangan sekejap dengan perasaan terkesiap, mim pipun
mereka tak menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki
lawannya telah mencapai puncak kesempurnaan
Tanpa terasa kedua orang itu maju dua langkah kedepan.
"Saudara Lee, perlukah siaute membantu dirimu?" tanya
Ciang Tiong-ci sambil tertawa seram.
Merah padam selembar wajah Lee-yang ka rena jengah,
tapi dengan cepat dia menjawab:
"Ako toh belum kalah..."
Liong Tian im sendiripun merasa agak terkejut juga setelah
berhadapan dengan tiga orang jago muda yang begitu lihay,
satu ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya.
Dia berpikir: "Andaikata setelah terluka aku masih sanggup untuk
mengalahkan ke tiga orang jago lihay ini, entah betapa
gemparnya dunia persilatan karena peristiwa ini " sayang aku
sudah tidak mempunyai peluang sebesar itu lagi."
Dengan sorot mata yang amat dingin dia memandang
sekejap ke arah tiga orang jagoan muda itu, kembali
mencorong sinar tajam dari balik matanya.
Sedemikian tajamnya sorot mata itu bukan saja membuat
ke tiga orang lawannya terkesiap juga membawakan suatu
kewibawaan yang besar. 200 "Lebih baik kalian maju bersama-sama !" seru Liong Tian
imn dengan suara dingin. Pay Hay liong marah sekali, dia segera berkoak-koak
kegusaran: "Keparat, anjing geladak, sombong kau.."
Kemudian dia menyikut Ciang Tioog ci dam berbisik lagi
dengan suara lirih: "Saudara Ciang, bagaimana kalau kita berdua turun tangan
bersama?" Sekilas sinar kelicikan terpencar keluar dari balik mata
Ciang Tiong ci, dia tertawa dan menjawab:
"Biarkan saja orang she Lee itu mendapat malu lebih dulu,
kalau tidak kehilangan muka keparat itu tidak akan
mengetahui tingginya langit dan tebalnya bumi, dia mengira
dirinya saja yang paling hebat."
Lee Tang yang seakan akan sempat mendengar perkataan
itu, dengan pandangan penuh kebencian dia melotot sekejap
kearah mereka berdua, lalu mendengus berat berat.
"Bila salah satu diantara kalian berdua berani turun tangan,
maka aku akan bermusuhan dengannya," demikian ia berkata
dengan suara dingin, "Sampai waktunya jangan salahkan
kalau aku melupakan perhitungan di antara kita sebelumnya .
. ." Selama ini dia selalu menganggap dirinya paling hebat,
sejak terjun ke dalam dunia persilatan belum pernah sungguhsungguh
berjumpu dengan musuh tangguh, maka setelah
201 mendengar kata-kata Ciong liong dan Pay Hay-tiong yang
menghina dirinya, dia menganggap kejadian ini sebagai
penghinaan yang paling memalukan sepanjang hidupnya,
perasaan dendam dan bencinya terhadap ke dua orang ini
benar benar sudah merasuk sampai ke tulang sumsum
Untuk menunjukkan kepahlawanan dirinya ia nekad untuk
menghadapi Liong Tian-im seorang diri, maka dalam
pembicaraan pun dia menunjukkan suatu sikap angkuh yang
sinis seakan-akan merasa tak sudi untuk menerima bantuan
dari orang lain. Pay Hay-tiong segera tertawa terbahak-bahak:
"Haaahhh... hhaaahhh... hhaaah... saudara Lee benarbenar
tak tahu diri, anggap saja kami lantang banyak
mencampuri urusan orang...."
"Hmmm !" Ciang Tiong ci mendengus dingin, "kalau toh
saudara Lee berkata demikian, terpaksa kami akan
menyaksikan sampai dimana kelihayanmu . . . ."
Lee Tang-yang tertawa dingin. kepada Liong-Tian im
bentaknya: "Sebelum salah seorang diantara kita berdua mampus,
pertarungan ini takkan diakhiri."
Begitu selesai membentak pedangnya bergetar keras, jurus
serangan demi jurus serangan dilancarkan bertubi tubi
mengancam dada Liong Tian im.
Sekulum senyuman sinis tersungging di ujung bibir Liong
Tian im, pikirnya dengan cepat:
202 "Kedua makhluk ini rata-rata merupakan jago lihay kelas
satu dalam dunia persilatan, bila aku tidak pergunakan ilmu
jari Jian-hun hiat ci rasanya sulit untuk membinasakan ketiga
orang ini agar bisa meninggalkan tempat ini lebih cepat,
tampaknya aku harus mempertaruhkan tenaga dalamku untuk
bertarung. ." Belum habis ingatan tersebut melintas di dalam benaknya,
cahaya pedang yang dingin menggidikkan itu sudah
menyambar tiba, dia segera membentak keras, telapak
tangannya diayunkan kedepan menyongsong datangnya tubuh
Lee Tang yang. Betapa kagetnya Lee Tang yang menjumpai ancaman
tersebut, untuk menarik kembali serangannya jelas tak
sempat, terpaksa pergelangan tangannya diputar, cahaya
pedang menyambar nyambar, dengan menciptakan serentetan
cahaya tajam, senjatanya langsung menyambar keatas telapak
tangan lawan . . . . Liong Tian im mendesis sinis, telapak tangannya ditarik
kemudian jari tangannya pelan pelan menotok keluar.
xx^xx DARI ujung jari tangannya yang berwarna putih bersih
bagaikan salju itu segera memancar keluar cahaya merah
yang segar dan menyala, makin lama cahaya tajam itu makin
membara dan amat menyilaukan mata . . .
"Sreeet . . .!"
Sebelum ujung pedang itu menusuk tubuh Liong Tian-im,
ilmu jari Jian hun-hiat-ci nya telah berubah menjadi segulung
203 angin serangan jari menerobos masuk melalui celah celah
senjata lawan. Angin serangan jari tangan itu membelah angkasa dan
"Sreeet... !" memantul ke depan langsung menyambar tujuh
buah jalan darah kematian ditubuh Lee Tang yang.
Mendadak terdengar Pay Hay-tiong menjerit kaget:
"Aaah, ilmu jari Jian hun hiat ci .. . "
Lee Tang yang mendengus tertahan, tiba tiba saja
serangan pedangnya punah.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat lewat dan meluncur
sejauh lima depa dan posisi semula, "Traaang!" pedangnya
patah menjadi dua bagian dan rontok ke tanah.
Walaupun dia berhasil menahan serangan jari Jian hun hiat
ci dari Liong Tian im dengan pedangnya dan beruntung bisa
menyelamatkan jalan darah kematian diatas tubuhnya, tapi
bawah iganya toh kena tertusuk juga oleh angin pukulan Jianhun-
hiat ci tersebut. Seketika itu juga paras mukanya berobah menjadi pucat
pias seperti mayat dengan sempoyongan badannya mundur
beberapa langkah ke belakang, telapak tangan kirinya
menekan bawah iganya kencang-kencang, hampir saja
tubuhnya terjengkang ke tanah.
Ciang Tiong ci berdiri dengan telapak tangan tunggal
disilangkan didepan dada, mendadak ia menyerobot maju ke
muka, kemudian membentak nyaring:
"Saudara Pay, mari kita binasakan dia."
204 Sembari berkata telapak tangannya di ayunkan ke depan
melepaskan sebuah pukulan dahsyat yang segera mengurung
sekujur badan Liong Tian im, belum lagi angin pukulannya
sampai, segulung hawa dingin yang menggidik kan hati telah
menggulung tiba secara berlapis lapis.
Pay Hay tiong cukup mengerti akan kehebatan dari ilmu jari
Jian bun hiat ci dengan cepat dia melejit ke samping dan
berkelit ke-samping. Ia memeriksa sejenak keadaan Lee Taog yang, tiba tiba
paras mukanya berubah menjadi amat serius, rasa kaget dan
takut segera mencekam seluruh benaknya.
Buru-buru dia berteriak keras:
"Saudara Ciang, harap segera mundur, aku ada beberapa
patah perkataan hendak ditanya kan kepada saudara ini"
Semenjak Liong Tian im mengeluarkan ilmu jarinya Jian
hun hiat ci, nada pembicaraannya sudah makin lunak.
Ciang Tiong ci segera mendengus dingin, dia melejit ke
udara dan melayang mundar ke belakang.
Setajam sembilu Pay Hay-tiong mengawasi wajah Liong
Tiao-im, setelah itu tegurnya:
"Saudara, boleh aku tahu siapakah nama gurumu ?"
"Soal ini mah tak usah kau ketahui" jawab Liong Tian im
dingin, "akupun merasa tiada berkewajiban untuk menjawab
pertanyaanmu itu" 205 Tiba tiba muncul segulung api kegusaran yang membara
didalam dada Pay Hay tiong, setelah tertawa dingin dia
berseru: "Mungkin aku harus memperlihatkan benda ini lebih dulu
sebelum kau bersedia memberitahukan kepadaku"
Seraya berkata, dari dalam sakunya dia mengeluarkan
sebatang pedang pendek berwarna emas.
Pedang emas ito panjangnya hanya berapa inci dengan
sebuah burung hong berwarna merah menghiasi diujungnya,
sedangkan ekor burung hong yang memanjang ke bawah
mencapai sampai ke gagangnya, bentuk maupun modelnya
aneh sekali. Dengan sepasang jari tangannya menjepit pedang kecil itu,
pelan pelan Pay Hay-tiong menyodorkan benda mana ke
hadapan Liong Tian im. Paras muka Liong Tian-im beruban hebat, agak emosi dia
berseru tertahan: "Aaah... pedang emas burung hong merah!"
Pay Hay tiong juga nampak sangat emosi, dengan suara
gemetar serunya lantang: "Sekarang tentunya kau bersedia memberi tahukan
kepadaku bukan, siapakah gurumu ?"
Liong Tian-im menjadi sedih sekali.
"Guruku telah tiada, lebih baik tak usah di singgung lagi."
206 "Apa" Lenghou Hay telah meninggal ?" seru Pay Hay tiong
dengan perasaan bergetar.
Ketika Lee Tang-yang mendengar disebutkannya nama
"Lenghou Hay." tiba-tiba saja melompat bangun, kemudian
dengan wajah berubah hebat, teriaknya keras keras:
"Kau adalah muridnya Lenghou Hay ?"
Liong Tian im mendongakkan kepalanya sambil menekan
gejolak perasaan dalam hatinya, kemudian sambil menuding
ke arah Lee Tang yang katanya cepat:
"Kau adalah ahli waris dari Ci hong kim kiam (pedang emas
burung hong merah) dan anda tentulah murid keluarga Lee
dari Lamhay?" Sewaktu sorot matanya dialihkan ke wajah Lee Tang yang
tadi, Ciang Tiong ci dengan wajah keheranan juga ikut maju
ke muka. Pay Hay tiong segera tertawa seram, katanya:
"Lenghou Hay mempunyai dendam kesumat sedalam
lautan dengan kami tiga keluarga, kau sebagai ahli waris dari
Lenghou Hay sudah sewajarnya untuk menanggung semua
perbuatan dendam yang dilakukan gurumu di masa lampau."
"Benar." jawab Liong Tian-im dengan wajah serius, "dalam
perjalananku dalam dunia persilatan kali ini, salah satu
tujuanku adalah melacaki kisah dendam kesumat yang terjalin
antara guruku dengan kalian tiga keluarga persilatan, selain
itu juga aku hendak menanggung segala tanggung jawabnya."
Ciang Tiong ci mendengus dingin, bentaknya keras keras:
207 "Kentut busuk, gurumu adalah seorang ahli dalam berpura
pura mampus, aku tidak percaya kalau Lenghou Hay betul
betul sudah mampus!"
Setelah mencibir sebentar, ia melanjutkan: "Sekalipun dia
benar benar mati juga belum tiba pada giliranmu untuk
menyelesaikan persoalan ini-"
"Mengapa ?" tanya Liong Tian-im dengan suara dalam.
"Kau masih belum berhak !"
"Hmmm. cukup berdasarkan perkataanmu itu, aku sudah
pantas unjuk membinasakan dirimu." ancaman pemuda itu
geram. Ciang Tiong ci sedikitpun tidak merasa takut, katanya lagi:
"Sebelum pertarungan diantara kita dilangsungkan aku
percaya kau masih belum becus untuk melakukannya . . ."
Agaknya kemarahan Liong Tian im betul betul sudah
mencapai pada puncaknya, dia telah bersiap sedia melakukan
tubrukan ke muka, tapi entah apa yang meragukan olehnya,
setelah kesiap siagaan itu dilakukan, akhirnya toh dia
mengendorkan kembali segenap tenaga dalam yang telah
dihimpunnya itu. Menggunakan kesempatan ituIah, Pay Hay-tiong menerjang
maju kedepan, serunya: "Setelah bertemu dengan Ci hong kim kiam mengapa kau
tidak segera menyerahkan jiwa anjingmu ?"


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

208 Pada saat itu kemarahannya betul-betul sudah mencapai
pada puncaknya sehingga kesadarannya hampir punah, sambil
membentak segenap tenaga dalam yang dimilikinya
dipancarkan keluar. Tampak pakaian yang dikenakannya itu tiba-tiba saja
menggelembung besar seperti bola yang diisi hawa.
Liong Tian-im mengebaskan ujung bajunya sambil mundur
ke belakang , setelah mendengus dingin katanya:
"Omong kosong, murid Lenghou Hay tidak sebodoh
gentong nasi .." Waktu itu telapak tangan dari Pay Hay tiong dilontarkan ke
depan mengikuti gerakan badannya, maka sewaktu Liong Tian
im melompat ke depan tadi, telapak tangan kanannya juga
ikut di lontarkan ke muka, segulung tenaga pukulan yang
maha dahsyat segera meluncur ke arah lawannya.
"Blaaammm. . !"
Ketika sepasang telapak tangan saling berjumpa, segera
terjadilah suatu ledakan keras yang memekikkan telinga.
Liong Tian im tersenyum, tubuhnya hanya sempat bergetar
sedikit, sebaliknya Pay Hay tiong kena terdesak sehingga
mundur sejauh tujuh delapan langkah dari posisi semula.
Ciang Tiong-ci segera tertawa penuh kegusaran teriaknya:
"Saudara Lee, mengapa tidak kita bekuk bajingan ini
kemudian memaksanya untuk menunjukkan tempat
persembunyian dari Lenghou Hay ?"
209 Dia dan Lee Tang-yang saling bertukar pandangan, lalu
secepat kilat tubuhnya meluncur ke depan dan menyerang
punggung Liong Tian im dari belakang.
Hong Tin tin yang berada disisi arena jadi sangat gelisah
setelah menyaksikan ke tiga orang jago muda itu mengerubuti
Liong Tian im seorang, dia segera membentak nyaring:
"Manusia bedebah yang tak tahu malu . .."
Pergelangan tangannya segera digetarkan, lalu
menghantam tubuh Ciang Tiong-ci.
Dengan cekatan Ciang Tiong ci berkelit ke samping,
teriaknya dengan suara tertahan:
"Tin tin, kau..."
Hong Tin tin tertawa hambar:
"Bila kalian sampai tiga melawan satu, aku akan beradu
jiwa dengan kalian . . ."
Ciang Tiong-ci berkelit ke samping untuk menghindarkan
diri dari datangnya serangan itu, tiba tiba dari balik matanya
memancar keluar perasaan kasihan dan sayang yang tebal,
selama ini belum pernah ia berkesempatan untuk memandang
wajah Hong Tin tin yang cantik secara jelas.
Tapi sekarang jarak mereka berdua begitu dekat, sepasang
matanya seketika itu juga terpikat oleh kecantikan wajah
lawan. 210 Satu perasaan yang aneh segera melintas di dalam
benaknya, sesudah termangu sekian lama akhirnya dia
berbisik: "Tin tin, kau sungguh amat cantik !" sebenarnya dia amat
pandai mengucapkan kata kata manis, siapa tahu setelah
bertemu dengan Hong Tin tin sekarang, tak sepatah kata
pujian pun yang dapat diutarakan, bibirnya bergetar sampai
setengah harian lamanya, tapi hanya beberapa patah kata ttu
saja yang mampu diutarakan.
Siapa sangka tindakannya ini bukan saja tidak berhasil
merebut hati Hong Tin tin, malahan sebaliknya justru kena
dihantam oleh gadis tersebut.
Dengan mata melotot besar karena gusar, Hong Tin tin
membentak amat nyaring: "Sebelum ayahku menjatuhkan pilihannya di antara kalian
bertiga, siapa yang berani mencari keuntungan, siapa pula
harus menerima sebuah pukulanku."
Dengan pandangan termangu-mangu Ciang Tiong-ci
mengawasi wajah Hong Tin tin tanpa berkedip, semakin gadis
itu marah ternyata wajahnya nampak semakin menawan hati,
sedemikian terpesonanya dia sampai rasa sakit diatas
pipinyapun jadi terlupakan.
Hong Tin tin mendengus dingin, dia segera membalikkan
badannya menghadap ke tengah arena.
Dengan termangu mangu Ciang Tiooglci mengawasi
bayangan punggungnya yang ramping itu, lalu menghela
napas panjang, satu ingatan dengan cepat melintas dalam
benaknya: 211 "Dulu aku hanya mendengar orang memuji putrinya Hong
Yok su begini, begini .. . aku masih belum mempercayai
sepenuhnya, malah kalau bukan ayah menitahkan kepadaku
untuk berada disini sambil mencuri belajar ilmu pertabiban
Hong Yok-su, mungkin aku tak akan berdiam kelewat lama
disini. . ." Sesudah menghembuskan napas panjang dia berpikir lebih
jauh: "Siapa sangka setelah berjumpa dengannya, apalagi
setelah kau dapat melihat wajahnya sekarang dengan begitu
jelas, barulah kuketahui kalau diriku sesungguhnya benar
benar mencintainya .... "
"Blaaam . ..!" tiba tiba terdengar suara benturan nyaring
berkumandang dari tengah arena.
Tampaklah tiga sosok bayangan manusia yang sedang
melangsungkan pertarungan sengit itu saling memisahkan diri,
ternyata Liong Tiao im dengan keadaan terluka parah masih
sanggup untuk bertanding seimbang dengan musuh
musuhnya. pertempuran yang berlangsung diantara ketiga orang itu
sekarang juga tidak seseru tadi lagi mereka hanya berjalan
sambil mengitari arena, bila ada peluang kadangkala Liong
Tian im melancarkan serangan, tapi begitu sampai ditengah
jalan, serangan tersebut segera ditarik kembali.
Pada saat itulah mendadak dari atas puncak tebing tersebut
berkumandang datang suara pekikan panjang yang amat
nyaring, dibaliknya nyaringnya suara tersebut terselip pula
hawa napsu membunuh yang tebal, hal mana membuat
212 beberapa orang yang sedang bertarung di bawah air terjun
situ sama-sama berubah muka.
Dengan cepat mereka memisahkan diri dan berpaling ke
arah mana berasalnya suara itu.
Terdengar Hong Yok-su berseru dari tempat kejauhan
sana: "Keponakan bertiga, aku toh sudah bilang, barang siapa
sanggup mendapatkan batok kepala bocah keparat itu, aku
akan menjodohkan Tin tin kepadanya, mengapa hingga kini
kalian belum juga turun tangan ..."
Hong Tin tin yang mendengar perkataan itu menjadi amat
gelisah, segera serunya: "Hei, cepat melarikan diri kearah. . . !"
Semenjak mendengar perkataan dari Hong-Yok su tadi,
paras muka Ciang Tiong ci segera berubah hebat, mendadak
dia melompat kedepan lalu melancarkan sebuah bacokan
dahsyat ketubuh Liong Tian im.
"Akulah yang akan memenggal batok kepala bocah keparat
ini." bentaknya keras keras.
213 Jilid 06 WALAUPUN DENGAN SATU LAWAN dua Liong Tian im
berhasil mempertahankan posisinya dalam keadaan seimbang,
tapi dengan turut sertanya Ciang Tiong ci untuk
melangsungkan pertarungan adu jiwa, kontan saja situasi
dalam arena berubah hebat.
Setelah melepaskan dua buah pukulan dahsyat, serunya
sambil tertawa seram: "Dendam sakit hati pada hari ini, suatu ketika aku Liong
Tian im pasti akan menagihnya kembali."
Begitu selesai berkata, dia benar-benar melejit ke udara
lalu melarikan diri menuju ke balik batu cadas diarah sebelah
utara. Dengan suara geram Ciang Tiong-ci segera membentak
keras dari belakang: "Jangan biarkan bocah keparat ini melarikan diri!"
Ditengah mengalunnya teriakan tersebut di tengah udara,
tiga orang itupun turut melejit sambil menyusul ke arah utara.
Sambil menahan diri karena emosi, Liong Tian-im berlarian
kencang menelusuri batuan cadas disekitar tempat itu,
perasaan hatinya waktu ini benar benar sukar dilukiskan
dengan kata kata, pikirnya:
"Bila lukaku dapbt sembuh kembali, ketiga orang bocah
keparat itu pasti akan kubunuh . "
214 Setelah berlarian sekian lama, mendadak hawa darah
didalam dadanya mulai bergoncang keras dan naik turun tidak
menentu, dia segera berpaling dan memandang sekejap ke
tiga orang yang masih mengejar terus tiada hentinya itu,
kemudian pikirnya: "Aaai .. , mereka mengejar terus tiada hentinya, kalau
begini terus, tak mungkin aku berkesempatan lagi untuk
melarikan diri." Bagaikan sambaran petir dia berlarian menuruni bukit itu,
sekarang di depan matanya terbentang sebuah lembah
berbentuk buli buli dengan sebuah padang rumput nan hijau.
Liong Tian-im berpikir: "Asal aku dapat kabur ke lembah itu, niscaya aku bisa
meminjam keadaan medan disitu uutuk menghindarkan diri
dari pengejaran mereka."
Ia menarik napas panjang panjang, dengan menelusuri
pepohonan disepanjang bukit, dia berlarian kencang menuju
kedalam lembah berbentuk buli-buli itu.
Mendadak, sesosok bayangan manusia berkelebat lewat,
dari dalam lembah berbentuk buli buli itu melompat keluar
seseorang dan menghadang jalan perginya.
Liong Tian im segera menghentikan gerakan tubuhnya, ia
saksikan orang itu berkilat pada seluruh badannya, entah
jubah terbuat dari bahan apakah yang di kenakan olehnya,
sebuah tusuk konde emas tampak diatas kepalanya, sedang
rambut yang panjang terurai kebawab sepanjang punggung . .
215 Dengan cepat Liong Tian-im mengamati pula paras muka
orang itu, ternyata sepasang matanya telah cekung ke dalam,
sementara sebuah codet yang memanjang membekas diatas
wajahnya, jelas dia adalah seorang yang buta.
Begitu menghadang jalan perginya, si buta itu segera
menegur: "Saudara, mengapa kau melarikan diri?"
Lione Tian-im tersengkal sengkal menahan napasnya yang
memburu, lalu balik bertanya: "Siapa pula kau?"
"Aku adalah Mang -kiam-kek (jago pedang buta) Bok Ci!"
Kemudian pelan pelan ia menambahkan:
"Apakah tempat ini adalah lembah Yok ong kok."
"Ya, betul, tempat ini memang lembah Yok ong kok"
Kemudian setelah memandang sekejap ke belakang dia
melanjutkan: "Dapatkah saudara menyingkir sedikit agar aku bisa keluar
dari lembab ini?" Jago pedang buta Bok Ci mendongakkan kepalanya ke
atas, kemudian ujarnya lagi:
"Apakah kau sedang dikejar kejar orang maka sekarang
hendak kabur ke dalam lembah Yok-ong kok untuk mencari
bantuan ?" 216 Diam diam Liong Tian-im merasa terkejut juga oleh
ketajaman perasaan orang ini, katanya pula dengan cepat:
"Apakah kau datang karena persoalan ini ?" Jago pedang
buta Bok Ci manggut-manggut, katanya kemudian :
"Sekarang, bersembunyilah dibelakang tubuhku"
"Aku tak pernah menerima bantuan dan perlindungan dari
orang lain..." Sementara itu, Pay Hay tiong telah berkelebat mendekat
sambil berteriak keras. "Orang she Liong tinggalkan batok kepalamu"
Jago pedang buta Bok Bi segera bergeser ke depan dan
menghadang dimuka Liong Tian im, kemudian katanya lagi:
"Sekarang kau boleh keluar dari lembah ini biar aku yang
menahan mereka sebentar."
Begitu pedang Pay Hay-tiong membacok datang, mendadak
si Jago pedang buta Bok Ci meluruskan tangannya sambil
membacok keluar dengan ujung telapak tangannya, dengan
membentuk satu gerakan lengkungan busur dia menghadang
datangnya ancaman dari Pay Hay tiong tersebut.
Didalam waktu singkat Pay Hay tiong telah melancarkan
dua belas kali getaran pedangnya sehingga menimbulkan
suara dengungan yang amat memekikkan telinga.
"Triiing" cahaya pedang segera berkelebat di tengah udara
dan terjatuh kembali dibalik hamburan pasir dan debu.
217 Pedang yang bergetar tersebut segera memancarkan
berjalur jalur cahaya tajam yang berkilauan membuat semua
orang merasa silau matanya dan tak mampu membuka
matanya kembali. "Aaah, kau . . ." dengan perasaan terkesiap Pay Hay tiong
mundur dua langkah ke belakang.
Akan tetapi setelah berhasil melihat jelas paras muka orang
itu, saking terperanjatnya dia sampai tak mampu
mengucapkan sepatah katapun, karera hampir saja dia tidak
percaya kalau seseorang yang matanya telah buta ternyata
memiliki tenaga dalam yang demikian sempurnanya.
Terutama sekali bekas bacokan yang memanjang diatas
wajahnya, benar besar merupakan suatu ciri yang amat
menyolok. Dengan suara dingin si Jago pedang buta Bok Ci
membentak nyaring: "Sekarang, enyah kalian dari sini, jangan harap kalian bisa
menembusi lembah ini sela ma aku masih berada disini."
Pak Hay-tiong sama sekali tidak menyangka kalau seorang
butapun begitu tak tahu aturan, dan tak percaya kalau si buta
ini sanggup menghalangi perjalanannya, maka diam diam dia


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lantas berpikir: "Sekalipun tenaga dalam yang dimiliki si buta ini lebih
hebat daripada diriku pun jangan harap bisa melihat aku, asal
aku dapat mengajaknya bermain petak, itu sudah pasti dia tak
akan mampu berbuat banyak terhadap diriku .. ."
218 Berpikir sampai disitu, dia lantas tertawa terbahak bahak,
lalu serunya dengan lantang.
Hei, si buta sialan, apakah kau sudah bosan hidup lagi?"
Paras muka si Jago pedang buta Bok Ci sama sekali tidak
terlintas perasaan apa apa, pelan pelan sahutnya.
"Sudah dua belas tahun lamanya mataku menjadi buta, tapi
selama ini belum pernah ada orang yang berani memakiku
sebagai si buta, Hmmm, kau si bocah keparat berani berbicara
sombong dan kurangajar. . aku si jago pedang buta harus
memberi sedikit pelajaran kepadamu."
Sambil tertawa dingin dia segera maju selangkah ke depan
dengan tindakan lebar, kemudian telapak tangannya didorong
ke muka menghantam ke atas dada Pay Hay tiong.
Jurus serangan ini dilancarkan dengan kecepatan luar
biasa, kedahsyatannya pun mengerikan.
Pay Hay tiong segera melompat ke depan sambil
membentak nyaring: "Kau anggap aku memang jeri kepadamu ., "
Sengaja dia mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
sedemikian rupa sehingga tidak mengeluarkan sedikit suara
pun, dalam anggapannya dengan keadaan tanpa suara maka
si jago pedang buta Bok Ci niscaya tak akan sanggup untuk
mengejar dirinya, rasa takut yang semula mencekam
perasaannya pun kini jauh lebih berkurang.
Siapa tahu, si jago pedang buta Bok Ci segera tertawa
dingin, serunya dengan gusar:
219 "Kurangajar, kau hendak mempermainkan aku si orang
buta." Secepat kilat dia menubruk ke depan dan secara kebetulan
menghadang jalan pergi Pay Hay-tiong, dengan terkesiap buru
buru Pay Hay tiong mundur ke belakang kemudian lari.
Si jago pedang buta Bok Ci kembali berpaling ke arah Liong
Tian-im, kemudian katanya.
"Cepatlah pergi, apa lagi yang kau nantikan di sini ?"
Dengan cepat Liong Tian-im menggelengkan kepalanya
berulang kali, sahutnya: "Aku tak dapat membiarkan kau berada di sini seorangdiri
untuk melawan musuh, lagi pula . . ."
"Aaah, lebih baik kau tak usah banyak bicara." bentak jago
pedang buta Bok Ci dengan gusar, "kalau tak mau pergi lagi,
jangan salah kan kalau aku tak akan mengurusimu lagi"
Diam-diam Liong Tian-im menghela napas panjang, dengan
agak sulit dia mengiakan lalu dengan langkah besar berjalan
keluar dari lembah tersebut, makin lama bayangan tubuhnya
semakin jauh dan akhirnya lenyap dari pandangan.
Betapa gelisah, Pay Hay tiong menyaksikan Liong Tian-im
melarikan diri, secepat kilat tubuhnya menerjang lewat dari
atas kepada jago pedang buta sambil membentak keras:
"Saudara Ciang, saudara Lee, bajingan itu hendak
melarikan diri..." 220 "Menggelinding balik!" bentak jago pedang buta Bok Ci
dengan sangat gusar. Dengan sebuah pukulan yang amat dahsyat dia paksa Pay
Hay tiong untuk melayang turun dari atas tanah.
Terpengaruh oleh gerakan tersebut, tubuh Pay Hay tiong
segera menerjang ke muka, Dengan cepat dia maju selangkah
sikutnya di sodok sejajar dengan dada dan menghajar jalan
darah Ki tong hiat dibawah iga Pay Hay-tiong.
Menghadapi ancaman tersebut, Pay Hay tiong berseru
tertahan lalu melompat mundur sejauh tujuh depa.
Dengan perasaan terperanjat Ciang Tiong-ci berseru keras .
"Hei, sebenarnya siapakah kau" Datang dari mana?"
"Aku jago pedang buta Bok Ci!" jawab orang itu dingin.
Kemudian setelah berpekik panjang lanjutnya:
"Aku datang dari bukit Toa pousat nia..."
Ooo0ooo DITENGAH lari yang kencang tanpa tujuan, tampak batuan
yang aneh serta tebing yang curam makin lama tertinggal
semakin jauh...suara teriakan dan bentakan bentakan pun
makin jauh . . . Sekujur badan Liong Tian im basah kuyup oleh keringat,
segenap perhatian dan ingatannya tertuju bagaimana caranya
melarikan diri dari situ "
221 Terhadap Hong Tin tin dia memang menaruh satu ingatan
yang luar biasa, tapi sepanjang usahanya untuk melarikan diri,
ia justru merasa keheranan, sebab sedikitpun tidak
memikirkan dia. Mendadak tubuhnya melayang kebawah, sepanjang
pandangan yang nampak hanya kabut putih yang tebal
menyelimuti lembah bukit, pepohonan nan hijau muncul dari
balik kabut yang tebal ibarat lampu lampu hijau dibalik
kegelapan . . . Baru saja badannya menyelinap masak ke balik kabut,
hawa lembab yang dingin terasa mebepa hidung, tubuhnya
terasa tak enak, dadanya sesak dan tanpa terasa dia bersin
beberapa kali. Kabut putih yang tebal menyelimuti angkasa, ia ragu
sejenak. telinganya tidak mendengar lagi suara orang orang
yang mengejarnya. Begitu ketegangannya mulai mengendor, kesadarannya
pun pulih kembali seperti sedia kala, sekarang dia baru
teringat kalau dia sedang berlarian dalam kebingungan segera
pikirnya: "Sungguh menggelikan, mengapa aku berlari tanpa tujuan
?" Setelah berpikir sebentar, wajah Hong Tin tin yang
tersungging senyuman kembali melintas di dalam benaknya.
Dari balik kabut yang tebal, dia seakan-akan menyaksikan
kembali wajahnya yang cantik dengan sepasang matanya
yang membetot sukma. 222 Lirikannya yang penuh duka serta ucapannya yang penuh
kelembutan segera melintas kembali didalam benaknya.
"Aaah, tidak benar !" diam diam dia berpekik, pikirnya lebih
jauh, "mengapa belum pernah kujumpai ada orang lain yang
memandang seperti ini kepadaku, jangan-jangan . . ."
Serentetan pertanyaan yang penuh kecurigaan serasa
berkecamuk dalam benaknya rapi ia tak habis mengerti
kenapa Hong Tin tin bersikap begitu kepadanya, dia tak tahu
kalau itulah yang dinamakan cinta, dia hanya merasakan
sesuatu yang aneh. Karena sejak kecil dia dibesarkan dalam suatu keluarga
yang memedihkan, disana tiada kehangatan, tiada kasih
sayang, yang ada hanya kejadian tragis.
Dia belum pernah merasakan hangatnya cinta, maka
diapun tidak memahami hangatnya cinta, dalam anggapannya
cinta hanyalah sesuatu perasaan yang aneh.
Setelah berpikir setengah harian lamanya, ia masih belum
juga mengerti apa artinya kehangatan cinta tersebut.
Sambil memandang awan putih yang menyelimuti angkasa,
ia angkat bahunya lalu bergumam:
"Sungguh aneh, aku menganggap diriku adalah jago lihay
nomor satu didunia, tapi sekarang justru aku melarikan diri
terbirit birit dihadapan tiga orang pemuda biasa, dan ini
kulakukan hanya dikarenakan menuruti perkataan gadis itu
yang mengatakan: kiri ke utara heran, mengapa aku begitu
menuruti perkataannya . ."
Sesudah tertawa getir, dia berpikir lebih jauh :
223 "Kalau orang persilatan tahu jika Hiat ci-kim mo
mengandalkan perlindungan seorang buta meloloskan diri,
hm, siapa yang akan percaya dengan itu ?"
"Haah . . haah . haah . . siapa yang percaya kalau aku Hiat
ci kim mo adalah orang yang membunuh empat puluhan
orang pendeta lihay di bukit Tay san."
Mendadak tampak kabut menggulung dan menyambar ke
tepian, lalu terasa segulung angin pukulan menekan dari atas
kepala sementara suara bentrokan senjata tajam makin lama
bergema semakin mendekat Liong Tian im mendengus dingin, dengan cepat tubuhnya
berputar kencang, tangan kirinya memegang patung kim mo
sin jin, lalu dengan jurus Seng seh boan thian (pasir terbang
memenuhi angkasa) tubuhnya melejit ke udara diantara
deruan angin yang menderu, tampak kabut memisah ke
empat penjuru. Cahaya emas berkilauan berkelebat memancarkan sinar
yang menyilaukan mata. "Criing" terdengar dentingan nyaring, lalu tampak ada
sejata yang patah menjadi dua dan mencelat kesamping.
Diantara kabut putih yang membuyar Liong Tian im dapat
menyaksikan kalau orang yang kena didesak mundur oleh
patung emasnya adalah Ciang Tiong ci.
Sambil mendengus dingin, ia segera berseru:
"Kau benar benar datang untuk menghantar kematian?"
224 Sambil berkata, sorot matanya memancarkan cahaya
tajam. r" wi pc lur.uhau mtcyt'i ,u t
"t)gt8S9, sambil melejit keatas, patung emas ditangannya
diputar mengikuti satu lingkaran bujur, lalu dihantamkan keras
keras keatas. Sepasang tangan emas Kim mo sin jin yang berbentuk lurus
keatas itu dengan cepat menerabas angin pukulan lawan,
diantara berkilaunya cahaya emas segera menghajar telapak
tangan Ciang Tiong ci. "Aduuh..." terdengar dengus kesakitan menggema
memecahkan keheningan, telapak tangan kanan Liong Tian im
telah membantu dan melepaskan sebuah bacokan Iagi.
Angin puyuh menderu-deru, awan putih menyebar ke
empat penjuru, terdengar Ciang- Tiong ci menjerit kesakitan,
tubuhnya mencelat sejauh beberapa kaki dan terjatuh
kedalam lembah bukit, jeritan ngeri itu memanjang dan
mengalun ke empat penjuru, lalu tampak darah memancar
lewat dari atas kepala dan membasahi seluruh kepala Liong
Tian im. Mendengar suara jaritan ngeri yang memilukan hati dibalik
jurang sana, Liong Tian im baru merasa terperanjat pikirnya:
"Untung saja aku berhenti setelah tiba disini, kalau tidak, di
tengah kabut yang begini tebal, bukankah sedari tadi aku
sudah tercebur kedalam jurang dan mati?"
Diam diam ia mengucurkan peluh dingin karena ngeri, tapi
begitu ingatan tersebut melintas lewat, hawa pembunuhan
yang menyelimuti wajahnya kembali menebal.
225 Setelah tertawa dingin, serunya:
"Hari ini aku akan melakukan pembunuhan secara besar
besaran siapa suruh kalian mengikuti diriku terus menerus?"
Lee, Tang yang tidak menyangka kalau tenaga dalam yang
dimiliki Liong Tian im bisa pulih secepat itu, seketika itu juga
muncul perasaan ngeri didalam hatinya.
Tanpa terasa dia mundur beberapa langkah dengan
ketakutan, lalu serunya gemetar:
"Si...siapakah kau?"
Dalam ingatannya, belum pernah ada seorang manusia pun
diantara yang pernah di-jumpainya memiliki sorot mata yang
dingin, seram dan menakutkan seperti itu.
Seakan akan tercekam oleh pengaruh iblis yang
menakutkan, kontan saja ia menjadi bergemetaran saking
takutnya. Liong Tian im tertawa dingin, pelan pelan ujarnya:
"Pernahkah kau mendengar tentang Hiat-ci-kim mo (iblis
emas berjari darah)?"
"Hiat ci kim mo " Hiat ci kim mo ?" dengan sorot mata
gugup Lee Tang yang memperhatikan sekejap senjata patung
Kim mo sin jin yang benda ditangan lawan, lalu ujarnya
dengan suara gemetar: 226 "Semenjak kapan dalam dunia persilatan telah muncul
seorang manusia yang bernama Hiat ci kim mo ?"
"Hrnm. tiada manusia didunia ini yang ticak mengetahui
tentang Hiat ci kim mo!"
Kemudian dengan wajah berubah, lanjutnya "Kalau begitu,
kau lebih lebih tak dapat di biarkan hidup lebih jauh . . .
Serentetan cahaya mata yang menggidikkan hati terpancar
keluar dan balik matanya, hal mana membuat Lee Tang yang
merasa semakin ketakutan.
Seakan akan dia berubah menjadi seorang siau jin sedang
berhadapan dengan maIaikat iblis, bahkan kesadaran serta
akal budinya pun turut terpengaruh.
"Andaikata aku membiarkan kau hidup terus, sudah pasti
Hong Tin tin tak bersenang hati"
Begitu menyinggung soal Hong Tin tin, dalam benak Lee
Tang yang segera terlintas seraut wajah cantik yang menawan
hati. Gara gara perempuan cantik itulah ia rela tinggal didalam
lembah Yok ong kok, rela hidup menderita dan menerima
perintah orang lain. Dorongan api cinta didalam dadanya membuat
bersemangat kembali, ingatan untuk melanjutkan hidup
segera muncul, dengan suara keras segera bentaknya :
"Kau jangan kelewat memaksa orang"
"Aku tak memaksa apa apa kepadamu !"
227 Baru selesai dia berkata Pay Hay tiong telah melompat
datang sambil membentak keras.
Berkilat sepasang mata Liong Tian im, dia telah
menyaksikan si jago pedang buta turut melayang datang
mengikuti dibelakang tubuh Pay Hay-tiong.
Terdengar Pay Hay-tiong berseru sambil tertawa dingin.
"Hari ini kau hendak melarikan diri lagi ke mana ?"
"Aku hendak membunuh kalian semua !"
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil tertawa dingin. "Bila kau merasa tidak puas, maka pertama tama yang
bakal mampus lebih dulu adalah kau!"
Perkaiain itu diucapkan dengan begitu tegas dan
meyakinkan,sekalipun tujuan Pay Hay-tiong adalah untuk
memancing Liong Tian-im turun tangan, saat ini toh dia dibikin
terkesiap juga oleh ucapan Iawan yang dingin bagaikan es itu,
saking takutnya dia sampai mundur beberapa langkah ke
belakang. Jago pedang buta segera menyusul datang, sambil
mengayunkan sebatang ranting pohon liu yang ramping
bentaknya keras keras, "Bocah keparat, kau berani mempermainkan aku si buta ?"
Tampak si jago pedang buta membalikkan pergelangan
tangannya, ranting pohon liu berputar membentuk satu
228 bayangan busur yang menyilaukan mata dan langsung
membacok ke atas punggung Pay Hay-tiong.
Jangan dilihat benda tersebut hanya sebuah ranting pohon
liu yang tipis, ternyata benda tersebut bagaikan sebilah
pedang tajam saja menyambar ke muka secepat kilat.
"Aduuuh . .. !" terdengar Pay Hay-tiong menjerit kesakitan,
tubuhnya gemetar keras, lalu roboh terjengkang ke atas
tanah. Lee Tang yang merasa amat terperanjat segera jeritnya:
"Saudara Pay, jangan kaget, aku segera datang !"
Ia menerjang datang sambil merentangkan tangannya,
kemudian dengan gencarnya menyergap tubuh si jago pedang
buta Bok Ci. Liong Tian-im segera menggeserkan tubuhnya sambil
menghadang dimuka orang itu, kemudian bentaknya keraskeras:
"Lee Tang yang, serahkan selembar jiwamu!"
Ditengah bentakan mendadak tangannya dibalik sambil
melepaskan pukulan dahsyat ke depan, seketika itu juga
tubuh Lee Tang yang tercebur kedalam jurang.
Dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang memecahkan keheningan, Pay Hay Tiong pun
telah dibunuh oleh si pedang buta.
"Terima kasih banyak atas pertolonganmu" Liong Tian im
segera menjura. 229 "Tak usah banyak beradat, aku masih ada urusan yang
harus diselesaikan mau berbicara nanti saja" sahut si jago
pedang buta sambil mengulapkan tangannya.
Begitu selesai berkata, si jago pedang buta Bok Ci segera
membalikkan badan dan berlalu dari situ, dari balik kabut
terdengar suara nyanyiannya yang lantang.
"Dibawah bukit Hung'fcong, suara penuh dendam.
Hujan rintik memenuhi angkasa, tiga kali berputar di kota,
Nyanyian belum hilang. harus berpisah di pintu kota,
Rasa cinta membara, dua titik air mata,
Cinta kasih bagaikan seribu lapis besi
kapan kita bersua lagi"
Dulu penuh kemurungan kini tinggal kenangan,
Suara nyanyian tersebut makin lama semakin jauh sebelum
akhirnya lenyap dari pendengaran.
Liong Tian im berdiri termangu-mangu dibalik kabut sambil
termenung keheranan pikirnya.
"Aiai, orang ini benar benar seorang yang aneh"
Hawa dingin yang terhisap kedalam dadanya membuat urat
syarafnya terasa mengejang keras, darah yang mengalir
dalam tubuhnya seakan akan membeku semua, sedikit tenaga
pun tak dimiliki lagi. 230 Ia menjadi amat terkejut, buru-buru patung kim mo sin
jinnya dimasukkan kembali dalam buntalan, lalu duduk bersila
sambil mengerahkan tenaga dalamnya untuk bersemedi.
Tenaga dalam yang mulai muncul kembali sebelah sembuh
dari lukanya tadi telah digunakan untuk menghantam Ciang
Tiong ci dan Lee Tang yang hingga tercebur kedalam jurang.
Sekarang, semua kekuatan dalam tubuhnya telah punah,
semangatnya menjadi loyo kembali.
Akibat dari pengerahan tenaga yang melampaui batas ini
mengakibatkan luka yang semula diderita cukup parah itu kini
semakin bertambah parah lagi.
Begitu semedinya dimulai, Liong Tian Im merasakan hawa
darah dalam tubuhnya merasa menyebar kemana-mana,
bukan saja tak sanggup dihimpun kembali, bahkan seakan
akan menunjukkan gejala hendak membuyar ke mana mana.
Tenaga dalam yang dilatihnya selama dua belas tahun
sekarang sudah hilang delapan sembilan bagian, yang
tersisapun tinggal suatu jumlah yang tak seberapa.
Dia mendongakkan kepalanya sambil menyeka peluh yang
membasahi kepalanya lalu memandang kearah kabut yang
menyelimuti sekeliling tempat itu dengan termangu, akhirnya
dia tertawa getir. "Aaai .. ." dia menghela napas panlang, "aku tidak
seharusnya keras kepala, mengapa aku harus
mempertaruhkan segenap tenaga dalamku urtuk menghimpun
sisa kekuatan yang ada guna bertarung ?"
Pelan pelan dia bangun sendiri kemudian berpikir kembali:
231 "seandainya aku tidak sabaran, mana mungkin keadaanku
akan berubah seperti sekarang ini" Kini, walaupun aku
berhasil membinasakan mereka, tapi aku sendiri . . ."
Dengan penuh penderitaan dia menggelengkan kepalanya
berulang kali, kemudian melanjutkan perjalanannya kedepan
tanpa tujuan. Kabut pulih yang lembut bagai membelai pipinya dan
menghibur hatinya, tetapi Liong Tian im masih berjalan terus
kedepan tanpa tujuan. Setelah menembusi hutan yang jarang,
dia berjalan terus menuju ke arah utara.
Sekarang satu satunya harapan yang masih tersisa dalam
hatinya adalah berjalan menuju ke arah utara seperti apa yang
dipesankan Hong Tin-tin, dia mengira kemungkinan besar
gadis itu akan menunggunya di sana.
"Mungkin dia akan mencuri obat mestika itu untukku."
diam-diam dia berpikir "kalau sampai demikian, maka aku
mempunyai harapan untuk memulihkan kembali tenaga
dalamku, kalau tidak maka aku akan kehilangan segenap
kepandaian silat yang kumiliki dan menjadi manusia biasa."
Bagi seorang yang belajar silat, maka ilmu silat biasanya
dianggap jauh lebih berharga daripada nyawa sendiri mereka
lebih suka mati daripada kehilangan ilmu silat dan menjadi
seorang manusia biasa. Sebab bila seseorang dari seorang yang luar biasa berubah
menjadi seorang biasa, maka hal mana merupakan suatu
siksaan batin yang tak akan dapat ditahan oleh siapapun,
penderitaan tersebut boleh dibilang akan menusuk
perasaannya setiap saat, membuatnya setiap waktu harus
melawan siksaan dan penderitaan.
232 Berpikir sampai disitu, tanpa terasa Liong Tian Im
menghela napas panjang, pikirnya:
"Sungguh tak kusangka aku Liong Tiarj-im hanya seperti
bintang malam, baru saja bersinar ditengah kegelapan, dalam
waktu singkat harus berlalu kembali."
Dengan sempoyongan dia maju beberapa langkah dan
berjalan keluar dari wilayah yang diliputi kabut putih tersebut,
kini dia sudah tiba di atas sebuah tebing yang penuh dengan
batuan, rumput dan pohon siong tua.
Saat itu matahari hampir tenggelam pandangan yang
terbentang didepan mata tampak begitu menarik hati,
sedemikian menariknya sampai membuatnya berat hati untuk
maju ke depan. "Huuh!" dia menghembuskan napas panjang sambil
bergumam. "sungguh tak kusangka di sini terdapat
pemandangan alam yang begitu indah mempesonakan."
Sudah dua belas tahun lamanya dia hidup di bukit Lausan,
sepanjang hari harus tinggal di dalam kuil untuk membantu
mengambil air, memotong kayu serta pekerjaan kasar lainnya.
Sekalipun dia telah diterima oleh koancu kuil itu menjadi
muridnya, tapi tak seorang anggota kuil pun yang mengetahui
akan hal ini karena dia pun tak pernah mendapat pelayan
secara baik. Sekalipun pemandangan alam di bukit Lau-san juga indah,
tapi dia tak berkesempatan untuk menikmatinya. Sedang kini,
dia sudah menderita luka parah, saat dengan kematiannya
juga tak jauh, dalam suasana seperti inilah dia dapat
menikmati keindahan alam yang terbentang di depan mata.
233 Berdiri kaku di tengah bukit yang berbatu, dengan
termangu mangu dia memandang awan putih dikejauhan
sana. Lama kemudian, Liong Tian im baru berpikir:
"Cahaya rembulan diwaktu malam, cahaya bintang
menjelang fajar, suasana ditengah keremangan, semuanya
merupakan sesuatu yang indah dinikmati, tapi mengapa baru
sekarang aku dapat merasakannya?"
Lama sekali dia memandang pemandangan alam disekitar
tempat itu dengan termangu, lama, lama kemudian dia baru
menarik kembali pandangan matanya sambil berpikir:
"Aneh, kenapa dari semua unsur alam yang kulihat
sekarang, aku seakan akan memahami sesuatu teori yang
berhubungan dengan ilmu silat" Ah. aku semakin bimbang
rasanya." Sesudah berpikir sejenak, sambil tertawa getir dia
menggelengkan kepalanya berulang kaii, katanya lagi sambil
hela napas: "Kenapa aku harus memikirkan yang bukan-bukan" Bila aku
tak bisa mendapatkan pil po mia wan, toh aku bakal mati
juga.." Dipandangnya pemandangan indah disekitar tempat itu
sekejap, kemudian gumamnya:
"Andaikata aku bisa mati di tempat yang berpemandangan
bsaini indah, apa lagi yang harus kurisaukan...."
Tapi dengan cepat dia berkerut kening, pikirnya lebih jauh:
234 "Cuma dalam dunia persilatan tak akan bisa dijumpai lagi
ilmu sakti iblis emas?"
Teringat sampai disitu, peluh dingin segera jatuh
bercucuran pikirnya lebih jauh:
"Aku masih menanggung dendam kesumat dari orang
tuaku, perintah suhuku, masa depan perguruanku serta
harapan dari umat persilatan, mengapa aku begitu pasrah
pada nasib, membiarkan malaikat elmaut mencengkeram jiwa
itu dan tidak berusaha untuk melawan....
Berpikir sampai disitu, dia segera menampar wajah sendiri
keras-keras, makinya: Liong Tian-im... wahai Liong Tian-im ! Usiamu baru tak
seberapa sudah bersiap siap mencari tempat untuk mengubur
mayatmu, Apakah kau sudah melupakan dendam berdarahmu.
Apakah kau sudah melupakan tanggung jawabmu sebagai
seorang manusia?" "Bagus !" Suatu pujian yang bersuara rendah dan berat berceraa dari
beIakang tubuhnya, membuat Liong Tian im merasa amat
terperanjat. Serta merta dia membalikkan badan sambil menyelinap ke
balik pohon siong, tangan kanannya diangkat tinggi tinggi,
seandainya pendatang itu bermaksud jahat, maka dia bersiap
sedia akan bertarung dengan mempertaruhkan jiwanya,
bilamana perlu dia akan beradu jiwa dengan mengandalkan
cincin iblis emas. 235 Ketika sorot matanya dialihkan ke arah si orang itu, tampak
olehnya seorang pemuda berjubah panjang, berambut
disanggul tinggi dan menggembol pedang kayu sedang berdiri
diatas batu besar. "Jago pedang buta Bok Ci!" diam diam ia menghembuskan
napas lega, "rupanya kau !"
Jago pedang buta Bok Ci tertawa hambar "Yaa, benar !
Memang siaute" "Apakah saudara membutuhkan bartuau siaute."
Jago pedang buta Bok Ci menggelengkan kepalanya
berulang kali, sahutnya :
"Aku merasa berterima kasih sekali atas kehangatan serta
kesediaan saudara. aku rasa mungkin saudara tak akan bisa
membantu diriku?" Liong Tian-im menjadi tertegun:
"Apa maksudmu ?"
"Kao sudah menderita luka parah, tapi masih memiliki
semangat besar yang begini mengagumkan, hal ini betul betul
sesuatu yang luar biasa, kau harus berani berduel melawan
malaikat elmaut, merebut kembali sisa hidupmu."
"Kau sudah tahu kalau aku . . . ." dengan kening berkerut
Liong Tian im menghentikan kata-katanya.
Jago pedang buta tidak menggubris ucapan dari Liong
Tian-im, kembali ia berkata lebih jauh:
236 "Orang yang paling kukagumi adalah seorang yang tak
pernah berubah pendirian sekalipun malaikat elmaut sudah
berada didepan mata, sebab hanya manusia semacam ini yang
bisa diserahi tanggung jawab besar."
Liong Tian im segera melompat keluar dari balik pohon,
kemudian tegurnya: "Kau sudah datang cukup lama ?"
"Tidak, aku baru saja tiba disini"
Dia segera melejit ke udara, melewati batuan cadas dan
berjalan menuju kehadapan Liong Tian-im.
Diam diam Liong Tian lm merasa terkejut juga oleh
kelihayan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Bok Ci,
katanya kemudian dengan suara dalam dan berat.
"Harap saudara bersedia menerima sebuah
penghormatanku sebagai rasa terima kasihku atas
pertolonganmu !" Jago pedang buta Bok Ci segera menggerak-gerakkan
matanya yang kolong dan cekung ke dalam itu, kemudian
berkata: "Pada mulanya aku mengira seorang lelaki gagah berjiwa
ksatria seperti kau tak terlalu banyak adat, siapa tahu kau toh


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti juga yang lain, sungguh membuat aku amat kecewa"
Liong Tian-im tertegun, kemudian ujarnya jdengan wajah
bersungguh sungguh : 237 "Selama hidup aku belum pernah berhutang budi kepada
orang lain, hanya orang lain berhutang darah kepadaku, oleh
sebab itu aku tak ingin menerima budi kebaikan orang dengan
begitu saja, kalau toh kau enggan menerima ucapan terima
kasihku, kalau begitu dimasa akan datang, aku pasti akan
berusaha dengan sepenuh tenaga untuk membalas budi ke
baikan itu !" Ucapannya yang tegas dan mantap membuat sekulum
senyuman segera tersungging di ujung bibir jago pedang buta
Bok Ci. dia menganggukkan kepalanya.
"lelaki sejati. benar becar lelaki sejati !" ia lantas
mengulapkan tangannya berulang kali. kemudian katanya lagi:
"Mari duduk, kita duduk sambil berbincang-bincang."
Pelan-pelan dia duduk diatas batu besar mengebaskan
ujung bajunya dan berkata lagi:
"Sudah banyak perjalanan yang telah kutempuh, banyak
jago muda pula yang kujumpai dalam dunia persilatan."
Berbicara sampai disitu dia berhenti sebentar, kemudian
menjelaskan lebih lanjut:
"Yang kumaksudkan dalam perkataan tadi adalah
kurasakan kemampuan mereka, bukan mengatakan aku dapat
melihat bentuk wajah mereka, karena aku adalah seorang
buta, aku hanya menghadapi orang lain dengan perasaan
bukan menilai dengan pandangan."
Liong Tian-im menurut dan segera dudnk sahutnya sambil
manggut manggut: 238 "Aku memahami maksud hatimu !"
Saat itu dia merasa bahwa jago buta yang memiliki ilmu
pedang sangat bagus ini memiliki suatu kewibawaan yaag bisa
membuat hatinya kagum. Sikapnya yang tenang dan mantap persis seperti sikap yang
sering dijumpai pada gurunya, dia merasa jago buta ini
memiliki semacam kewibawaan yang luar biasa, kecerdasan
seorang cendekiawan, kewibawaan seorang tokoh persilatan
Terdengar jago pedang buta Bok Ci melanjutkan kembali
kata katanya: "Oleh karena itu aka rasa dunia persilatan dimasa depan
akan menjadi milikmu, walaupun ilmu silatmu sekarang masih
tak becus, tapi aku percaya dikemudian hari kau akan menjadi
satu satunya musuhku didalam usaha meraih kedudukan
paling top dikolong langit."
Liong Tian im melototkan sepasang matanya besar-besar,
diawasinya wajah Bok Ci yang tampan tapi dingin itu lekat
lekat, suatu perasaan yang sangat aneh tiba tiba saja muncul
di dalam hatinya . .. Disatu pihak dia merasa bangga karena si Jago pedang
buta telah menganggap dirinya sebagai satu satunya namun
didalam usaha memperebutkan kursi terutama didalam dunia
persilatan. Di pihak lain diapun merasa terkejut akan ambisi si jago
pedang buta Bok Ci yang begitu besar. Sebab dengan
kedudukannya sebagai seorang buta ternyata dia ingin
menjadi seorang jagoan yang paling lihay dikolong langit.
239 Liong Tian im mambungkam tak berbicara.
Dengan nada serius, si Jago pedang buta Bok Ci kembali
berkata: "Apakah kau sedang mentertawakan cita-citaku yang kau
anggap muluk karena aku ingin menjadi manusia nomor wahid
dikolong langit" Bila kau beranggapan demikian, maka
anggapanmu itu keliru besar."
Liong Tiam im menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku hanya beranggapan bahwa pandangan mu keliru
besar, kau tak seharusnya menganggap aku sebagai satusatunya
Iawanmu karena. . ."
Dia menghela napas, lanjutnya:
"Karena aku sudah menderita luka dalam yang sangat
parah, aku sudah tak sanggup lagi untuk menandingi
kemampuanmu." "Justru karena itulah aku akan menolong dirimu, skuasan
menggunakan segenap kemampuan dan tenaga yang kumuliki
untuk menolongmu. Di dalam waktu waktu terakhir ini, tak
akan ada orang yang bisa mencelakai dirimu lagi."
"Kenapa?" sekali lagi Liong Tian im tertegun.
"Haaah...haah...." Sijago pedang buta Bok-Ci tertawa
tergelak, "kenapa".Karena kau adalah satu satunya lawanku."
Setelah berhenti sebentar. dengan suara dalam terusnya:
240 "Bila seorang jago silat tidak pernah menjumpai tandingan
sekalipun dia berhasil meraih kedudukan nomor satu didunia,
tapi apa pula artinya..?"
Teori yang dikemukakan olehnya membuat Liong Tian im
menjadi ke in txigan, ia berpikir sebentar, tapi tidak berhasil
menemukan jawaban yang tepat.
Jago pedang buta Bok Ci mendongakkan kepala
memandang angkasa, kemudian katanya lagi:
"Dulu suhuku justru setiap hari merasa murung dan tak
senang karena ia tak berhasil menemukan tandingan, siapa
tahu pada akhirnya ia malah kena disergap oleh manusia
bangsat." Liong Tian im merasa amat terkejut, pikirnya:
"Ehmm siapakah gurunya" Ternyata ia menjadi jago nomor
wahid dikolong langit dan tiada tandingannya. Sayang suhuku
kena pula dicelakai tiga orang tua dari Hud bun, kalau tidak...
Dia menghembuskan napas panjang, baru saja akan
menanyakan asal usul perguruan dari jago pedang buta Bok
Ci, mendadak ia saksikan Bok Ci miringkan kepalanya sambil
membentak dengan suara dalam:
"Kalian belum juga keluar dari tempat persembunyian"
apakah hendak menunggu sampai aku yang mengundang
kalian turun?" Tiga sosok bayangan manusia melompat ke luar dari dalam
hutan. Orang pertama adalah seorang kakek yang segera
menegur sambil tertawa dingin:
241 "Liong Tian-im, kau hendak melarikan diri kemana lagi?"
Mendengar perkataan itu, Liong Tian-im segera melompat
bangun seraya menjawab: "Hong Yok-su, serahkan pil Po-mia wan tersebut
kepadaku!" Hong Yok-su nampak sangat gusar, kembali Iia berseru:
"Kau telah menyembunyikan putriku dimana" berani benar
berlagak sok ditempat ini. .."
Dengan gusar dia melotot besar besar, kemudian sambil
menengok ke kiri dan ke kanan sambil serunya: "lnilah orang
yang kukatakan kepada kalian tadi, caal kc)itri" cepat
membekuk dirinya, lohu akan segera berikan pil Tii CUP wan
kepada kalian untuk dibawa pulang ke perkampungan
keluarga Tong !" "Soal ini ..." tiba tiba lelaki berbaju hijau yang ada
disebelah kiri berseru agak ragu-ragu.
Pelan pelan sijago pedang buta Bok Ci membalikkan badan,
kemudian berkata: "Siapakah yang menjadi anak murid perkampungan
keluarga Tong?" Dengan wajah hijau membesi lelaki berbaju hijau itu segera
menjawab: "Aku Tong Ko. murid angkatan kesembilan belas dari
keluarga Tong, menjumpai Bok tay hiap"
242 "Siapa yang lain " Kau adalah murid dari mana ?"
Lelaki bercambang yang ada disebelah kanan kelihatan
agak gemetar setelah mendengar jago pedang pedang buta
menegurnya, buru buru jawabnya:
"Aku adalah Toucu angkatan ketiga dari perkumpulan Thi
juan pang, Cho pit to (golok lengan kiri) Lau Peng ha."
"Hm. apakah taHaa te^an g or-inia1c8- oleh Hong Yok su
untuk pangcu kalian?"
"Benar" sahut Liu Peng faac cepat, Sedang Tong Ko segera
menjawab: "SJUa guruku selang mengidap parah, maka..."
Jago pedang buta Bok ci segera menuding arah Liong Tian
im sambil berkata: "Tahukah kalian siapakah orang ini" Hmm !
kalian berani mengusiknya, maka aku segera mencari pangcu
kalian untuk membuat perhitungan."
Tong Ko dan Lau Peng nan saling berpandangan sekejap,
akhirnya dengan hormat dia berkata:
"Hamba tak berani mengusik Liong sauhiap."
"Kalau begitu kalian pergilah dari sini!" perintah jago
pedang buta sambil mengulapkan tangannya.
Hong Yok su yang menyaksikan kejadian menjadi tertegun,
cepat cepat serunya, "Hei, sebenarnya kalian membutuhkan
pil itu atau tidak ?"
Jago pedang buta Bok Ci mengayunkan tangan kanan
segera diayunkan kedepan, tampak sebatang pohon siong
243 sebesar dua rangkulan orang dewasa telah terpapas kutung
menjadi tiga bagian dan roboh di atas tanah.
Pelan-pelan dia masuki kembali pedangnya kedalam sarung
sembari berkata: "Barang siapa berani mengusik Liong Tian im, pohon inilah
contoh yang paling baik"
Dalam perjalanannya menuju ke Tionggoan tempo hari,
dengan mengandalkan sebilah pedang kayunya dia telah
menghadapi ketua perguruan keluarga Tong yaitu " Sip jiu fO
ru (penjagal bertangan sepuluh) Tong Hua dan mengkocarkacirkan
anak murid seluruh perguruannya, bukan saja
berhasil menyerbu ke dalam ruangan tengah, bahkan
memaksa Tong Hua menyerah kalah setelah ketujuh puluh
dua macam senjata rahasianya tidak mendatangkan hasil.
Ketika berada di wilayah Lok sui. dengan pedang kayunya
pula Bok Ci berhasil mem teao perkumpulan thi joan pil serta
menghancurkan ke tiga belas cabangnya.
Konon karena itu Tong Ko serta Liu Peng menjadi keder
dan ketakutan setengah mati membayangkan kelihayan dari
Bok Ci tentu saja mereka melarikan diri terbirit-birit.
Hong Yok su berdiri termangu-mangu di tempat semula
setelah menyaksikan kutungan batang pohon yang berserakan
diatas tanah mulutnya bergetar seperti hendak mengucapkan
sesuatu, tapi akhirnya sambil membalikkan badan berlalu dari
sana. Sepeninggal Hong Yok-su, Liong Tian-im baru berkata
dengan suara kagum: 244 "Bok heng, ilmu pedangmu benar benar lihay sekali"
Bok ci tertawa getir. "Mari kita mencari tempat untuk berbincang sang,,,.JbUa
malam telah tiba nanti aku akan mencarikan obat bagimu!"
Mereka melanjutkan perjalanannya, tak lama kemudian
bayangan tubuh mereka berdua pun lenyap dibalik kegelapan.
Senja telah menjelang tiba, suasana mulai remang-remang.
. . Liong Tian-im dan jago pedang buta Bok bersama sama
menerobos masuk ke dalam sebuah gua besar, mereka berdua
duduk saling berhadapan tanpa mengeluarkan sedikit
suarapun. Sete!ah termenung lama sekali, akhirnya Liong Tian im tak
sanggup menahan diri, segera bertanya:
"Saudara Bok, kau berasal dari mana?"
"Aku datang dari tebing Toa pousat nia."
"Tebing Toa pousat nia?" gumam Liong Tian im,
"dimanakah letak tempat itu?"
"Toa pousat nia terletak didaratan tin| Sinkiang, suatu
tempat yang gersang dan tiada tetumbuhan"
"Lantas, mengapa kau datang kemari?"
Kasih Diantara Remaja 2 Raja Petir 22 Cinta Tokoh Sesat Bloon Cari Jodoh 8
^