Pencarian

Legenda Bunga Persik 1

Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long Bagian 1


~Seri 6 Pendekar Harum~ Legenda Bunga Persik Judul Asli : Tao Hua Zhuan Qi
Karya Gu Long 01. Taman "Wanfu Wanshou"
Chu Liuxiang suka wanita.
Semua wanita suka Chu Liuxiang.
Maka di mana ada Chu Liuxiang, di sana pasti ada wanita.
Ada orang tanya dia: Kiat rahasia apa dari dia yang bisa
menaklukkan hati begitu banyak wanita" Ia selalu tersenyum.
Ia hanya bisa tersenyum, sebab ia sendiri pun merasa heran.
Ia sering kali dalam keadaan-keadaan yang mengherankan,
mengenal sejumlah wanita yang luar biasa.
Ketika ia mengenal Shen Shangu, Shen Shangu barusan
melompat turun dari atas kamar, tangannya memegang pisau tajam
dan mau membunuh dia. Ketika ia mengenal Qiu Yusu, wanita itu sedang bersiap bunuh
diri. Di padang pasir yang tidak berair ia mengenal Shi Guanyin, tapi
di dalam air ia mengenal Yinji.
Ketika ia mengenal Gong Nanyan, gadis itu sedang duduk di
kursinya dan minum araknya.
Ketika ia mengenal Shi Suyin, gadis itu sedang berbaring di dalam
pelukan orang lain. Di tempat yang teramat gelap ia mengenal Dong Sanniang, tetapi
mengenal Hua Zhenzhen di pinggir mayat!
Ketika ia mengenal Pipa Gongzhu, putri raja itu sedang mandi!
Tapi ketika mengenal Jin Lingzi, ia sendiri yang sedang mandi!
Kadang-kadang ketika ia mengenang kembali hal-hal itu, ia pun
tidak bisa menahan geli! Namun bagaimanapun juga, yang paling mengherankan dan
paling menggelikan, adalah ketika ia mengenal Ai Qing.
Ia bisa mengenal Ai Qing, karena gadis itu berkentut!
Banyak orang mengira bahwa hanyalah laki-laki yang berkentut,
mungkin disebabkan mereka tidak pernah melihat perempuan
berkentut. Sebenarnya perempuan juga dapat berkentut.
Anatomi tubuh perempuan banyak samanya dengan laki-laki,
ketika mau kentut, belum tentu bisa menahannya, disebabkan ada
sejumlah kentut itu mirip dengan pedang cepatnya Xue Yiren: Ketika
datang, tidak ada bayangannya, sehingga sulit sekali untuk berjagajaga!
Tetapi di dalam dunia amat banyak hal yang tidak adil, pria di
tempat apa pun dan kentut berapa banyak pun, umumnya tidak
menimbulkan persoalan yang terlalu besar.
Tapi jika seorang wanita berkentut di depan orang banyak, itu
adalah perkara yang teramat besar!
Kata orang: Dahulu ada seorang wanita, hanya karena berkentut
di depan banyak orang, pulang ke rumah langsung gantung diri!
Meskipun hal semacam ini tidak sering ada, anda toh mesti percaya.
*** Musim semi Taman "Wanfu Wanshou" (Dalam bahasa Tionghoa, Wanfu
artinya: banyak rejeki; Wanshou artinya: panjang usia)
Musim semi di Taman " Wanfu Wanshou" mungkin jauh lebih
indah dari musim semi di tempat manapun! Dikarenakan meskipun
tempat lain juga ada taman yang demikian luas dan besar, tak kan
ada bunga-bunga berwarna-warni yang demikian banyaknya!
Sekalipun di tempat lain ada banyak bunga, tapi tak kan ada
orang sebanyak ini. Sekalipun ada banyak orang, juga tak kan dapat
demikian luar biasanya! Apalagi pada tanggal 7 bulan 3.
Hari itu adalah hari ulang tahun ke-80 dari Nyonya Besar Jin.
Nyonya Besar Jin barangkali adalah seorang nenek tua yang
paling beruntung di dunia!
Walaupun orang lain bisa berusia tinggi seperti dia, tidak akan
sekaya dan setinggi kedudukannya! Walaupun bisa kaya dan tinggi
kedudukannya, juga tak kan sedemikian banyak anak-cucunya.
Walaupun bisa banyak anak-cucunya, juga tak kan bisa sama
dengan dia: Semua anak-cucunya menjadi orang-orang yang
berhasil! Yang paling penting ialah: Bukan saja Nyonya Besar Jin orang
yang beruntung, tapi dia juga tahu bagaimana menikmati
keberuntungannya! Ia memiliki 10 anak laki-laki, 9 anak perempuan, 8 menantu lakilaki,
39 cucu dalam dan 28 cucu luar.
Anak-anak dan menantu-menantunya, ada yang menjadi
pemimpin perusahaan ekspedisi, ada yang menjadi kepala polisi, ada
yang menjadi ketua partai persilatan...Boleh dikata tiada seorang
pun yang bukan pesilat kelas wahid!
Bahkan di antaranya ada 2 orang yang jadi pejabat tinggi: Yang
satunya adalah menteri, yang satunya adalah panglima!
Ia punya 9 anak perempuan, tapi cuma punya 8 menantu lakilaki,
dikarenakan seorang anak perempuannya telah menjadi
bhiksuni, masuk ke Partai Emei, dan kemudian hari menjadi ketua
partai. Cucu-cucu dalam dan cucu-cucu luarnya, kebanyakan juga telah
menjadi orang-orang yang ternama!
Jin Lingzi adalah cucu perempuannya yang bungsu.
Jin Lingzi mengenal Chu Liuxiang dan Hu Tiehua pada waktu
yang bersamaan ketika mereka sedang mandi di tempat mandi
umum, dengan tiba-tiba ia menerjang masuk!
Siapa pun juga mesti mengakui bahwa ini adalah sebuah
permulaan yang aneh dan mendebarkan, namun hal-hal yang
mereka alami bersama setelah perkenalan itu, malahan lebih aneh
dan lebih mendebarkan! Mereka pernah terkatung-katung di laut dengan berbaring di
dalam peti mati, pernah menunggu mati di tempat yang teramat
gelap dan mengerikan bagai di neraka!
Mereka pernah bertemu dengan "ikan duyung" yang tersauk
dengan jala di laut, juga pernah bertemu dengan "manusia
kelelawar" yang seumur hidup tidak melihat terang!
Pokoknya mereka adalah kawan yang bersama-sama menghadapi
kesulitan bahkan bahaya yang mengancam nyawa, karena itu
mereka menjadi sahabat karib.
Terlebih lagi Hu Tiehua mempunyai hubungan yang khusus
dengan Jin Lingzi. Perayaan hari ulang tahun yang ke-80 dari Nyonya Besar Jin,
tentu saja mereka mesti hadir, apalagi hidung Hu Tiehua, sudah
sejak awal mencium harumnya arak bagus yang disimpan 20 tahun
oleh Taman " Wanfu Wanshou"
Dengan kukuh Jin Lingzi meminta mereka tidak usah memberi
kado, cuma meminta mereka satu hal: "Tidak minum arak sampai
puas, tidak boleh pergi."
Chu Liuxiang pun meminta dia menyanggupi satu hal: "Tidak
boleh memberitahukan nama mereka kepada orang lain."
Hu Tiehua sangat menepati janjinya.
Ia sudah mabuk tiga kali,tapi masih belum pergi.
Mereka tanggal 3 sudah datang, sekarang tanggal 7, tamu yang
datang makin banyak, tapi hampir tidak ada seorang pun yang
mengenali wajah yang sebenarnya dari Chu Liuxiang.
Ternyata Jin Lingzi juga sangat menepati janjinya.
Ia tidak membocorkan identitas Chu Liuxiang kepada siapa pun.
Sebab itu Chu Liuxiang masih bisa berkeliling ke mana-mana
dengan nyaman, bahkan ia sudah mulai merasa sedikit pening,
disebabkan tempat ini terlalu besar dan orangnya terlalu banyak.
Tanggal 7 tengah hari, semua orang akan pergi ke balairung
untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Nyonya Besar Jin,
kemudian makan "mie panjang umur."
Sekalipun Taman " Wanfu Wanshou" begitu besar, tapi juga tidak
bisa menampung tamu yang begitu banyak! Maka terpaksa para
tamu dibagi jadi tiga rombongan, dan masih begitu banyak orang di
setiap rombongan. Chu Liuxiang masuk rombongan ketiga.
Sebenarnya ia berjalan bersama Hu Tiehua dari taman belakang,
berjalan setengah perjalanan, mendadak Hu Tiehua tidak kelihatan.
Orang demikian banyak, mau cari juga susah.
Terpaksa Chu Liuxiang berjalan sendirian, ketika masuk ke
balairung, tampaknya sudah berkurang orangnya, ada orang yang
sudah mulai makan "mie panjang umur", dan ada beberapa gadis
yang mengerling dia secara sembunyi-sembunyi dari antara sumpit.
Sekalipun ia bukan Chu Liuxiang yang berwajah asli, ia tetap
seorang pria yang punya daya tarik besar!
Ia terpaksa merundukkan kepala, mata melihat ke hidungnya,
dengan sikap sopan berjalan ke depan untuk mengucapkan selamat
ulang tahun. Ia bukan orang yang terlalu sopan, tapi Nyonya Besar Jin sedang
memandang dia dengan wajah penuh senyuman - Jin Lingzi tidak
pernah berani berdusta di depan neneknya.
Karena Nyonya Besar Jin sudah tahu dia siapa, maka di depan
seorang nenek yang begini luar biasa ini, terpaksa Chu Liuxiang
berusaha sebisa-bisanya untuk bersikap sopan.
Sebetulnya ia merasa agak risih dipandang terus oleh Nyonya
Besar Jin - Ia memandang Chu Liuxiang seperti memandang cucu
menantu yang akan datang!
Chu Liuxiang cuma berharap nenek itu jangan salah mengenal
orang. Ketika ia berjalan terus dengan agak risih, sepertinya ada
seseorang yang berjalan di pinggirnya, dan ia seorang wanita, lalu
hidungnya mencium bau harum.
Pas pada ketika ia mau menolehkan kepala untuk melihat, ia
mendadak mendengar bunyi "bruut."
Selain Chu Liuxiang, paling sedikit ada 70-80 orang yang juga
mendengar bunyi "bruut" itu!
Pertama sebab di depan Nyonya Besar Jin, semua orang tidak
berani kurang ajar, maka walaupun banyak orang ada di dalam
balairung, namun tidak begitu bising.
Kedua: sebab bunyi ini luar biasa nyaringnya.
Asal yang pernah kentut pasti tahu ini adalah bunyi kentut.
Semua orang pernah kentut.
Kentut ini kecuali bunyinya yang amat keras, sebenarnya tidak
ada apa-apa yang istimewa.
Hanya, kentut ini dilepaskan pada waktu dan tempat yang tidak
seharusnya, lebih-lebih tidak seharusnya dilepaskan di pinggir badan
Chu Liuxiang. Chu Liuxiang tak kuasa menahan dirinya, lalu melirik ke samping,
yang berdiri di sampingnya memang seorang wanita.
Wanita ini bukan saja amat harum, tapi juga amat cantik dan
muda! Chu Liuxiang mengeluh dalam hatinya, sebab saat ini ada 70-80
pasang mata yang melihat ke arah dia, dalam pandanganpandangan
itu terkandung rasa heran, rasa ingin tahu dan rasa
menertawakan! Tentu saja Chu Liuxiang tahu ia tidak berkentut, tapi jika
demikan, pastilah yang berkentut adalah gadis yang amat harum
dan cantik ini. Bagaimana bisa seorang laki-laki satria membiarkan seorang
gadis yang demikian cantik ini menanggung "dosa berkentut?"
Apalagi ketika si gadis memandang dia dengan mimik wajah
minta dikasihani dan minta dia menolong, walaupun bukan satria,
juga tentu akan maju dan menolong.
Sekalipun ia tidak mengucapkan kalimat ini di depan banyak
orang: "Yang kentut ialah aku", namun ekspresi wajahnya
menunjukkan ia yang berkentut, dan dibuatnya orang banyak itu
punya pengertian demikian. Lalu ketika si gadis memandang lagi
kepada dia, ia memandang dia sebagai seorang pahlawan yang
menyelamatkan dia dari ribuan serdadu musuh atau dari lautan api!
Asal bisa dipandang demikian oleh gadis rupawan, apa artinya
pengorbanan kecil ini"
Demi seorang gadis yang demikian cantik, sebelum ini sudah
tidak terhitung banyaknya Chu Liuxiang melakukan hal-hal yang
bahkan menuntut pengorbanan yang kian berat!
Demi menyelamatkan seorang gadis yang secantik ini, sekalipun
anda menyuruh Chu Liuxiang seorang diri melawan tiga harimau dan
dua singa, ia juga berani melakukannya!
Lawan-lawan yang pernah dihadapinya bahkan lebih mengerikan
sepuluh kali lipat dari harimau dan singa!
Namun saat ini ia betul-betul tidak punya keberanian untuk
duduk dan makan "mie panjang umur", dikarenakan paling sedikit
ada 40-50 pasang mata yang masih memandang dia, dan di
antaranya paling sedikit ada 20 pasang mata gadis-gadis!
Setelah mengucapkan selamat ulang tahun, ia buru-buru pergi
keluar. Di dalam halaman pun ada banyak orang,yang menjadi
kelompok-kelompok kecil, lalu ngobrol dan tertawa dengan riuhnya.
Kebanyakan dari mereka adalah pesilat-pesilat yang ternama, di
antaranya ada beberapa orang yang dikenal Chu Liuxiang.
Tetapi mereka semuanya tidak kenal dia, tentu saja juga tidak
tahu peristiwa tadi, tetap saja ia merasa was-was Bagaimanapun
juga, berkentut di depan orang banyak bukanlah hal yang terhormat.
Karena itu begitu ada orang yang memandang dia, dia lalu ingin
cepat-cepat pergi. Dari halaman depan ia pergi ke taman bunga depan, kemudian
pergi ke taman bunga belakang.
Mendadak ia merasa bahwa sejak tadi ada seseorang yang terus
membuntutinya. Ia berjalan sampai di mana, orang itu ikut sampai di mana: Ia
berhenti, orang itu ikut berhenti.
Meskipun ia tidak melihat orang itu, namun dapat merasakannya.
Di dunia ini tak ada seorang pun yang dapat membuntuti Chu
Liuxiang secara diam-diam, yang tidak ketahuan oleh dia!
Chu Liuxiang sengaja bertingkah seolah-olah tidak menyadari
sedikit pun, dengan santai berjalan melewati sebuah jembatan kecil.
Jembatan kecil itu berada di atas sebuah empang teratai, di
pinggir empang teratai itu ada sebuah gunung-gunungan.
Ia berjalan sampai di belakang gunung-gunungan itu, tempat ini
sepi orang, namun orang itu masih berani ikut ke sana.
Derap langkahnya amat ringan --- Orang yang tidak mengerti
ilmu ringan tubuh, tidak mungkin punya derap kaki yang sedemikian
ringannya! Mendadak Chu Liuxiang menolehkan kepala, dan terlihatlah gadis
itu. Gadis itu memakai pakaian musim semi yang berwarna hijau
muda, lengan bajunya sempit, modenya baru, bajunya bermotifkan
bunga-bunga yang berwarna biru diserasikan dengan rok panjang
berlepitan banyak yang juga berwarna biru nilam.
Kesan pertama Chu Liuxiang pada dia adalah: "Gadis ini mengerti
sekali dalam hal memakai baju serta menyerasikan warna."
Dengan gaya lemah gemulai ia berdiri di sisi gunung-gunungan
itu, kepalanya ditundukkan, sambil menggigit bibir, sepasang tangan
yang seputih batu giok itu sedang menyisir rambut di pinggir pelipis


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang agak awut-awutan karena tertiup angin.
Kesan kedua Chu Liuxiang pada dia adalah: "Gadis ini memiliki
gigi dan tangan yang sedap dipandang."
Wajah gadis itu memerah, sepasang biji mata yang amat bening
itu sedang melirik Chu Liuxiang dengan curi-curi.
Kesan ketiga Chu Liuxiang pada dia adalah: "Gadis ini dari atas
sampai ke bawah semuanya sedap dipandang!"
Sebenarnya ia bukan pertama kali melihat gadis itu.
Gadis itulah yang ketika berada di balairung berdiri di sisinya,
cuma tadi ia tidak melihatnya dengan jelas.
Di depan orang yang begitu banyak, ia sungguh risih melihat
seorang gadis cantik lama-lama!
Namun sekarang ia dapat melihat lama-lama!
Bisa memandang dan menikmati kecantikan yang luar biasa ini,
sungguh-sungguh merupakan semacam kenikmatan yang luar biasa!
Wajah gadis itu kian memerah, tapi tiba-tiba berkata sambil
tersenyum manis: "Saya bernama Ai Qing."
Pada kalimat pertama ia sudah menyebutkan namanya.
Chu Liuxiang pun tidak mengira, namun ia mengerti: Seorang
gadis jika mau memberitahukan namanya pada seorang yang belum
dikenal, paling sedikit itu berarti ia tidak merasa sebal padanya.
Ai Qing berkata sambil menundukkan kepala: "Tadi kalau bukan
karena anda, maka saya...saya terpaksa akan mati"
Chu Liuxiang tersenyum saja.
Hanya karena kentut lalu mau mati, hal ini betul-betul tidak dapat
dipahami. Ia cuma bisa tersenyum. Ai Qing berkata lagi: "Saya tidak berani melupakan budi anda
yang telah menyelamatkan nyawa saya, tapi tidak tahu mesti
dengan cara apa untuk membalas budi anda."
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum "Itu cuma urusan kecil,
bagaimana bisa dikatakan `budi yang menyelamatkan nyawamu'?"
Ai Qing berkata: "Bagi anda itu urusan kecil, tapi bagi saya itu
urusan yang luar biasa besar! jika anda tidak mengizinkan saya balas
budi, saya saya...."
Mendadak ia mengangkat kepalanya, dan berkata dengan sikap
tegas: "Terpaksa saya akan mati di depan anda."
Chu Liuxiang menjadi terkesiap.
Mimpi pun ia tidak mengira Ai Qing bisa menganggap hal ini
sebagai sesuatu yang amat serius!
Seolah-olah takut ia tidak percaya, Ai Qing memberi penjelasan:
"Walaupun saya seorang wanita, tapi juga tahu bahwa jika
seseorang ingin berdiri teguh dalam dunia persilatan, maka ia harus
bisa menangani budi dan dendam dengan sebaik-baiknya! Saya tidak
suka orang lain berhutang budi pada saya, juga tidak pernah saya
berhutang budi pada orang lain. Maka jika anda tidak ijinkan saya
balas budi, berarti memandang hina pada saya! Seseorang kalau
dipandang hina oleh orang, masih adakah arti untuk hidup?"
Pada mulanya ia terkesan sebagai orang yang malu-malu dan
tidak pandai bicara, namun kata-kata ini diucapkan dengan keras
dan cepat, dan nada bicaranya seperti seorang "preman!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum masam: "Kamu ingin
balas budi dengan cara apa?"
Ai Qing berkata dengan wajah serius: "Terserah anda mau saya
balas budi dengan cara apa pun, semuanya saya setuju."
Rona wajahnya timbul lagi, tetapi matanya memandang lurus ke
Chu Liuxiang, di dalam suaranya tersirat semacam godaan yang
tiada terkatakan! Kebanyakan pria kalau mendengar kata-kata semacam ini, dan
melihat ekspresi semacam ini, pasti akan menduga gadis ini sedang
merayu dan menggoda dia, karena pria umumnya amat sensitif
dalam hal ini! Pria yang tidak mengerti maksud gadis ini, kalau bukan cerdiknya
luar biasa, pasti tololnya minta ampun!
Tidak tahu Chu Liuxiang betul-betul tidak paham atau pura-pura
tidak paham, ia berkata tiba-tiba setelah mengelus-elus hidungnya:
"Jikalau kamu pasti mau balas budi, berilah aku 500 tael uang perak
saja." Ai Qing terkejut dan berkata: "Anda mau apa?"
"Limaratus tael uang perak. Kalau tidak punya, separuh pun
boleh." Ai Qing melototkan matanya dan berkata "Anda tidak mau
yang lain?" Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas: "Aku adalah orang
miskin, apapun tidak kekurangan, hanya kekurangan uang saja.
Apalagi, kalau seseorang mau balas budi, selain memberi uang,
apakah masih ada cara lain yang lebih baik?"
Ai Qing melotot ke dia, pada awalnya tampak amat terkejut, tapi
lama kelamaan berubah jadi kecewa sekali, wajah yang tadi
memerah juga kian memudar, kemudian berkata seraya menghela
nafas panjang: "Tidak disangka bahwa anda adalah orang yang
pandir!" Chu Liuxiang berkata seraya mengedipkan matanya: "Apakah aku
mintanya terlalu sedikit" Apakah bisa minta lebih banyak?"
Ai Qing berkata sambil menggigit bibirnya: "Seorang wanita kalau
mau balas budi pada seorang pria, sebenarnya masih ada semacam
cara yang lebih baik, masa' anda tidak paham?"
Chu Liuxiang berkata sambil menggelengkan kepala: "Aku tidak
paham." Ai Qing berkata sambil menjejakkan kaki: "Baik, saya akan
memberi anda 500 tael."
Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum: "Terima kasih banyak."
Kata Ai Qing "Saat ini saya tidak membawa uang, tengah malam
ini saya akan datang ke sini untuk memberikannya pada anda."
Selesai bicara ia putar badannya dan pergi, setelah beberapa
langkah ia menoleh lagi, dan berkata dengan gemas: "Betul-betul
adalah si pandir!" Chu Liuxiang memandangi dia pergi menjauh, akhirnya tidak
kuasa menahan tertawanya, dan makin dipikir makin geli.
Tapi ternyata selain dia, masih ada orang lain yang tertawa,
suara tertawa yang nyaring dan empuk itu sepertinya berasal dari
dalam gunung-gunungan itu.
Chu Liuxiang betul-betul terkesiap, ia betul-betul tidak mengira
bahwa gunung-gunungan itu dalamnya kosong, dan ada orang yang
bersembunyi di dalamnya. Seseorang sudah menjulurkan kepalanya dari dalam gununggunungan
itu, dan masih tertawa terus.
Chu Liuxiang sama dengan pria-pria lain Suka menggolonggolongkan
para wanita, hanya caranya agak berbeda dengan orang
lain. Ia membagi para wanita menjadi 2 golongan: 1 golongan yang
suka menangis dan 1 golongan yang suka tertawa.
Golongan wanita yang suka tertawa biasanya cantik, dan punya
tertawa yang manis, jika tidak ia mungkin akan memilih menangis.
Chu Liuxiang pernah melihat banyak sekali wanita yang suka
tertawa, tetapi ia mesti mengakui bahwa wanita yang menjulurkan
kepalanya dari gunung-gunungan itu, tertawanya jauh lebih manis
dari kebanyakan wanita, serta amat merdu!
Matanya tidak besar, dan menjadi sipit ketika tertawa, dan
bentuknya mirip dengan bulan sabit yang melengkung. Asalnya Chu
Liuxiang lebih menyukai gadis yang bermata besar, namun sekarang
mesti mengakui bahwa gadis yang bermata kecil pun punya daya
pesonanya! Kenyataannya, ia memang belum pernah melihat sepasang mata
yang demikian mempesonakan, ia memandang sampai melongo!
Gadis itu berkata seraya tertawa cekikikan: "Ternyata apa yang ia
katakan itu sedikit pun tidak keliru, kamu memang si Pandir!"
Chu Liuxiang mengedipkan matanya dan berkata "Jadi si Pandir
juga tidak ada jeleknya, paling sedikit ia tidak akan mencuri dengar
pembicaraan orang lain."
Si gadis mendelikkan matanya dan berkata "Siapa yang curi
dengar pembicaraan kalian" Sejak tadi aku sudah ada di sini, siapa
yang suruh kalian ke sini?"
"Untuk apa kau bersembunyi di dalam gua itu?"
"Aku suka!" Kebenaran logika yang sebesar langit pun akan kalah, dengar
kata "Suka" ini, dan Chu Liuxiang tahu bahwa ia ketemu lagi dengan
seorang gadis yang mau menang sendiri!
Ia sering mengingatkan diri sendiri: Jangan cari gara-gara pada
wanita mana pun, dan lebih-lebih jangan berdebat dengan mereka!
Anda bahkan boleh pukul dia, tapi sekali-kali jangan berdebat!
Ia mengelus-elus hidung, tersenyum sedikit, lalu ingin pergi
menjauh --- Aku tidak mau cari gara-gara dengan kamu, lebih baik
menghindar saja. Tiba-tiba si gadis melompat keluar dari dalam, dan berkata: "Hei!
Tadi gadis kecil itu sepertinya sedang merayu dan menggodamu,
apakah kau tahu?" "Tidak tahu." "Kata-kata yang diucapkannya itu, masa' kamu betul-betul sedikit
pun tidak paham?" "Pura-pura saja."
Si gadis tersenyum lagi dan berkata "Ternyata kamu bukanlah si
Pandir!" Chu Liuxiang berkata: "Aku cuma tidak senang dirayu dan digoda
wanita, aku senang merayu dan menggoda wanita."
Si gadis mengerlingkan matanya dan berkata: "Kalau begitu,
kenapa kamu tidak merayu dan menggoda aku?"
Chu Liuxiang tidak kuasa menahan ketawanya dan berkata:
"Bagaimana kau tahu aku tidak ingin merayu dan menggodamu?"
"Jika begitu, setidaknya kamu mesti tanya dulu namaku yang
harum." "Boleh tahu namamu yang harum?"
Si gadis berkata seraya tersenyum "Aku bernama Zhang Jiejie."
"Zhang Jiejie."
Zhang Jiejie berkata sambil tertawa "Wah! Aku tidak berani
terima nih! Kok begitu ketemu langsung panggil aku: "Kakak
Zhang?"(Dalam bahasa Mandarin, Zhang Jiejie (nama wanita) dan
Kakak Zhang, bunyinya hampir sama) Sungguh seorang anak yang
manis!" Kata-katanya belum selesai diucapkan, pinggangnya hampir
membungkuk karena gelak tawanya.
Tapi Chu Liuxiang tidak bisa tertawa.
Sebab inilah pertama kalinya ia dipermainkan seorang wanita!
Sebelum ia menjawab, Zhang Jiejie berkata-lagi seraya tertawa:
"Adik kecil, kamu panggil kakak ada perlu apa?"
Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas: "Ternyata kau
masih seorang anak kecil, sebab hanya anak kecillah yang suka
mencari keuntungan di atas diri orang lain."
Zhang Jiejie berkata sambil memutar-mutarkan biji matanya:
"Menurutmu aku mirip anak kecil?"
Tidak mirip. Bagian tubuhnya yang paling mempesonakan
bukanlah mata. Chu Liuxiang batuk kering dua kali, dengan sekuat tenaganya
barulah dapat mengalihkan pandangan matanya dari bagian
tubuhnya yang paling mempesonakan itu!
Zhang Jiejie berkata seraya tertawa cekikikan: "Kenapa kamu
diam saja?" "Ketika aku diam saja, sebaiknya kau hati-hati."
"Mengapa?" "Sebab ketika aku tidak pakai mulut, itu artinya aku akan pakai
tangan." Matanya memelototi lagi bagian tubuh si gadis yang paling
mempesonakan itu, dan kelihatannya segera akan "memakai
tangannya!" Tanpa terasa Zhang Jiejie mengulurkan tangannya untuk
melindungi dirinya, dan berteriak "Kau berani!"
Chu Liuxiang berkata sambil "memperagakan" wajah yang
menyeramkan: "Aku tidak berani?" Tangannya sudah mulai
"bergerak!" Zhang Jiejie menjerit, berputar badan lalu lari menjauh, sambil
berteriak: "Ternyata kau bukan si Pandir, tapi si Hidung Belang!"
Chu Liuxiang memandangi dia lari menjauh, baru saja merasa
lega, tidak terduga tiba-tiba ia datang mendekat lagi, lalu berkata
seraya memelototkan matanya "Si Hidung Belang, dengarkan:
Karena kamu sudah merayu dan menggodaku, jikalau masih berani
main gila dengan nona kecil yang bermarga Ai itu, hati-hati aku akan
memukulmu!" Yang sungguh menggerakkan tangan bukan Chu Liuxiang, tapi
dia - Mendadak ia mengangkat tangannya, mengetuk sekali dengan
keras ke kepala Chu Liuxiang, lalu pergi dengan cepat!
Chu Liuxiang satu tangan mengelus-elus kepala, satu tangan
mengelus-elus hidung, merasa gemas sekaligus lucu! Tapi entah
kenapa, ada sedikit rasa manis di dalam hatinya!
Ia bukan orang yang kampungan, tapi ia pun tidak pernah
menjumpai gadis semacam ini. Orang yang pernah menjumpai gadis
semacam ini mungkin sedikit sekali.
Mendadak terdengar seseorang berkata sambil tertawa: "Aku
dengar ada orang yang memaki si Hidung Belang, langsung tahu itu
ialah kau, dan kau memang ada di sini."
Tanpa menoleh pun ia tahu yang datang adalah Hu Tiehua, maka
ia bergumam: "Sayang, seribu sayang! Sungguh-sungguh sayang!"
Hu Tiehua berkata dengan heran: "Sayang apa?"
"Sayang kau kehilangan kesempatan!"
"Aku kehilangan kesempatan?"
"Tadi di sini banyak gadis cantik! Siapa suruh kau pergi?"
Hu Tiehua menyindir: "Oh ya" Begitu aku pergi, kau segera
"mendapat rejeki bunga persik?"("Mendapat rejeki bunga persik",
dalam bahasa Tionghoa, artinya: Berkenalan lalu punya hubungan
mendalam dengan gadis atau perempuan yang cantik!)
"Kelihatannya ya."
Hu Tiehua berkata seraya menghela nafas: "Yang aku kagum
padamu bukan yang lain, tapi kepandaian membualmu itu lho! Tentu
saja, kau masih ada...Kepandaian berkentut. Ia melanjutkan sambil
tertawa keras: "Dengarnya tadi kau melepaskan kentut yang
ternyaring di dunia!"
Chu Liuxiang berkata dengan santai: "Tiap-tiap orang bisa
melepaskan kentut nyaring, tapi jarang ada yang luar biasar
"Luar biasa apa?"
"Kalau kau tahu hasil kentutku, setiap hari kau paling sedikit
kentut sepuluh kali!"
"Selain bau busuk, apa lagi sih hasil kentutmu?"
"Aku tahu kau tidak percaya, tapi tunggulah sampai besok pagi,
kau akan percaya." Tiba-tiba Hu Tiehua berkata dengan serius: "Tidak bisa tunggu."
"Kenapa?" "Sebab kita harus pergi."
"Siapa yang harus pergi?"
"Kita Artinya kau dan aku."
"Kita kenapa harus pergi?"
"Sebab jika tidak segera pergi, akan ada masalah."
" Maksudmu ada orang yang mau cari masalah dengan kita?"


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul." "Siapa?" Hu Tiehua berkata seraya menghela nafas panjang. "Jin Lingzi."
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum "Jika ia mau cari
masalah, pasti dengan kau, bukan dengan aku."
Hu Tiehua berkata seraya mendelik: "Masa' kau bukan
sahabatku?" Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum "Ia mau cari masalah apa
dengan kau" Masa' ingin menikah dengan kau?"
Hu Tiehua segera menjadi muram durja, lalu berkata seraya
menghela nafas: "Sedit pun tidak salah."
"Kalau begitu kan kebetulan"! Nikah saja, bukankah kamu amat
suka padanya?" Hu Tiehua berkata sambil mengerutkan alisnya "Iya sih, tapi
sekarang...." "Apakah karena ia sudah suka padamu, maka kau tidak
menyukainya lagi?" Tiba-tiba Hu Tiehua menepuk telapak tangannya dan berkata:
"Dari tadi aku tidak paham mengapa, tapi kata-katamu ini telah
membuatku paham." Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas panjang "Ini
memang penyakit lamamu! Tidak tahu sampai kapan penyakit
lamamu ini baru bisa sembuh?"
Hu Tiehua terbengong-bengong cukup lama, lalu berkata seraya
tersenyum masam: "Sekalipun aku masih suka padanya, tapi coba
pikir: Bagaimana aku bisa tahan terhadap bibi-bibi dan pamanpamannya"
Tidak usah yang bersujud saja sudah mana tahan!?"
"Bersujud?" "Jika aku menikah dengan Jin Lingzi, bukankah aku akan berubah
menjadi orang generasi muda dari mereka" Setiap ada perayaan
tahun baru atau hari-hari besar, bukankah mesti bersujud pada
mereka semua" Bukankah aku akan berubah jadi "Kumbang
Bersujud?"("Kumbang Bersujud", adalah sejenis kumbang yang
sering mengangguk-anggukkan kepalanya, mirip dengan orangorang
Tiongkok zaman dulu, ketika bersujud pada pejabat/ orang
generasi tua, juga mesti berlutut sambil mengangguk-anggukkan
kepala ke bawah/ tanah.) Ia menggaruk-garuk kepalanya dengan keras, lalu berkata "Yang
lain boleh, tapi sekali-kali tidak boleh menjadi `Kumbang Bersujud'!"
Chu Liuxiang tidak kuasa menahan ketawanya dan berkata "Kau
selalu saja bisa mencari-cari alasan untuk membela dirimu!"
Hu Tiehua mendelik lagi dan berkata: "Aku cuma tanya: Kau mau
pergi atau tidak?" "Bolehkah aku tidak pergi?"
"Tidak boleh"!"
*** Di sebuah kedai arak yang kecil sekali.
Chu Liuxiang bukan seorang yang hemat sekali, juga tidak
menyukai kedai arak sekecil ini, tapi melulu karena kengototan Hu
Tiehua - Yang mengangggap tempat ini aman, sekalipun Jin Lingzi
mau mengejar atau mencari mereka, tidak akan datang kemari,
sebab tidak menyangka mereka akan minum arak di tempat
semacam ini. Kedai arak kecil ini juga punya sesuatu yang bagus: tempatnya
amat hening, apalagi pada malam yang larut, bukan saja tidak ada
tamu yang lain, bahkan pegawainya pun sedang terkantuk-kantuk.
Chu Liuxiang tidak suka ada orang lain di pinggir yang
mendengarkan percakapan mereka, lebih-lebih tidak suka orang lain
menyaksikan rupa Hu Tiehua yang sedang mabuk.
Saat ini Hu Tiehua sudah hampir mabuk.
Ia menelungkupkan badannya di meja, satu tangan memegang
guci arak, satu tangan mencengkeram Chu Liuxiang, sambil
bergumam: "Walaupun kau sahabatku, namun kau tidak
memahamiku, sama sekali tidak paham, kau tidak tahu sedikit pun
tentang penderitaanku."
"Kau menderita?"
"Ya, bahkan luar biasa sakitnya."
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum sekilas: "Aku tidak dapat
melihat apa penderitaanmu?"
"Meskipun Jin Lingzi agak sedikit mau menang sendiri, namun
siapa pun mesti mengakui bahwa dia seorang gadis yang baik,
orangnya cantik lagi! Apakah kau tidak sependapat?"
"Aku sependapat"
Hu Tiehua membanting guci arak itu dengan keras ke meja dan
berkata: "Gadis cantik yang sebaik itu aku tidak mau, arak yang
enak pun aku tidak mau, malahan datang ke tempat brengsek ini
untuk minum arak yang bermutu rendah, jika aku tidak menderita,
siapa lagi yang menderita?"
"Siapa yang menyuruh kau datang ke sini?"
Hu Tiehua mengelus-elus hidungnya, terbengong-bengong lama
sekali, baru bergumam: "Siapa yang suruh ya"...Sepertinya aku
sendiri...." "Kau sendiri yang cari penyakit, itu urusanmu, tapi aku..."
Chu Liuxiang melanjutkan kata-katanya setelah menghela nafas:
"Kau tidak tahu betapa besarnya kerugianku karena ikut kau
pergi!" Hu Tiehua menepuk bahu Chu Liuxiang dengan keras dan
berkata "Ini juga salahmu sendiri, siapa suruh kau bersahabat
denganku?" "Aku sendiri." Hu Tiehua bertepuk tangan, lalu berkata seraya tertawa: "Nah!
Kau sendiri yang cari penyakit, kau bisa salahkan siapa"
Chu Liuxiang tidak kuasa menahan tertawanya, ia pun menepuk
bahu Hu Tiehua dengan keras, dan berkata seraya tertawa: "Masuk
akal! Kenapa ya kata-katamu kok senantiasa masuk akal?"
Tiba-tiba Hu Tiehua melorot turun dari bangku, duduk di lantai
bengong, lalu bergumam: "Sialan! Bangku ini kok hanya berkaki
tiga" Apa karena mau merampok dan membunuh aku?"
Chu Liuxiang berkata dengan geli: "Bisa jadi tempat ini adalah
'toko hitam' (Di Tiongkok jaman dulu, ada sejumlah losmen dan
rumah makan, yang sengaja memasukkan obat tidur ke dalam
makanan atau minuman para tamu, lalu merampok dan membunuh
mereka! Tempat-tempat yang melakukan tindakan-tindakan kejam
ini di sebut: "toko hitam"), dan sejak tadi sudah mengincar kau -
Seorang hartawan besar yang pura-pura miskin!"
Hu Tiehua berpikir sejenak, lalu berkata sambil menganggukkan
kepala: "Masuk akal, tetapi kali ini mereka salah melihat, aku tidak
punya apa-apa, kecuali beberapa tanda terima penggadaian."
Mendadak ia merasa dirinya amat humoris, lalu kagum pada diri
sendiri, setelah tertawa terbahak-bahak, ia berdiri dengan
sempoyongan mendelikkan mata pada Chu Liuxiang, dan berkata
sambil mengerutkan alis mata "Kenapa kamu berubah jadi dua
orang?" "Sebab aku bisa 'Ilmu memisahkan tubuh'."
Hu Tiehua berpikir lagi, lalu berkata seraya menggoyangkan
kepala: "Mungkin dikarenakan kamu bukan orang, tapi setan, setan
hidung belang!" Ia melanjutkan setelah tertawa keras: "Dengarnya begitu aku
pergi, kau segera 'mendapat rejeki bunga persik'! Benarkah?"
"Sepertinya ya."
"Baik, aku beri kau kesempatan."
Tangannya mau menepuk bahu Chu Liuxiang lagi, namun Chu
Liuxiang segera menghindar karena sudah berjaga-jaga.
Hu Tiehua memandangi tangannya, lalu bergumam: "Kenapa aku
kelebihan satu tangan, masa' aku punya tiga tangan?"(Dalam bahasa
Tionghoa,"Punya tiga tangan" artinya adalah seorang pencuri/
pencopet") ---- Masa' aku ketularan penyakitmu?"
Kata-kata ini terlalu humoris, ia makin kagum pada dirinya,
sehingga tidak mampu menahan ketawanya.
Ketika tertawa, tiba-tiba dari kerongkongannya terdengar bunyi:
"eeeh", ia mengerutkan alisnya, lalu memandang ke bawah dengan
menundukkan kepala, seolah-olah sedang mencari sesuatu, lama
sekali memandang, tiba-tiba ia membaringkan dirinya di lantai.
Chu Liuxiang menjadi cemas, lalu berkata dengan nyaring: "Tidak
boleh! Kau tidak boleh tidur di sini."
Hu Tiehua menjawab dengan tertawa: "Siapa bilang tidak boleh"
Walaupun ranjang ini agak keras, tapi besar sekali."
Ia membalikkan badan dan menggelinding masuk ke bawah
meja, dan segera terdengar bunyi dengkur.
Pegawai yang tertidur itu terbangun, tapi belum berkata-kata
apaapa, Chu Liuxiang sudah melemparkan sebuah uang perak pada
dia, yang menyebabkan ia duduk dan tertidur lagi.
Chu Liuxiang sungguh merasa malas jika mesti berjalan sambil
memanggul seorang pemabuk berat, dan telah menentukan untuk
bermalam di sini - Ia tidak kuatir Hu Tiehua bisa masuk angin, sebab
bagi Hu Tiehua tidur di lantai adalah satu hal yang biasa.
Ia tidak memberi penjelasan pada pegawai itu. Yang memberi
penjelasan adalah uang perak itu Dengan jelas dan'efektif!'
Dari jauh terdengar bunyi kentongan jam 12 malam.
Chu Liuxiang menghela nafas panjang - Saat ini mestinya ia telah
berhadapan dengan seorang gadis cantik!
Namun tiba-tiba ia melihat ada seorang gadis cantik berjalan
masuk! *** Pintu kedai arak ini sudah tertutup 7/8 bagian ---Artinya tempat
usaha ini sudah tutup, mestinya tidak ada lagi orang yang masuk.
Sekalipun ada yang masuk, pasti seorang pemabuk, tidak
mungkin adalah seorang gadis.
Namun sekarang yang masuk justru seorang gadis berusia 16-17
tahun! Sekalipun kedai ini kecil, juga tersedia 7-8 meja, dan semuanya
kosong, sekalipun gadis ini mau minum arak, harusnya tidak duduk
di depan tempat duduk Chu Liuxiang.
Tetapi ia tidak duduk di tempat lain, malahan justru duduk di
depannya Chu Liuxiang Seperti sudah janjian dulu!
Meskipun ia amat muda dan cantik, namun bukan Ai Qing atau
Zhang Jiejie atau Jin Lingzi, juga bukan gadis lain yang pernah
dikenal Chu Liuxiang. Seumur hidupnya ia tidak pernah melihat gadis dan saat ini mau
tidak mau ia melihatnya. Gadis ini memelototkan matanya, wajahnya sedikit merah padam.
Sepertinya sedang dongkol pada seseorang. Tiba-tiba ia
mengulurkan tangan untuk mengangkat guci.
Tentu saja guci itu kosong.
Bagaimana bisa guci yang ada di depan Hu Tiehua tidak kosong"
Ia mengerutkan alisnya, lalu berkata dengan suara keras: "Pelayan!
Antarkan arak lagi, 10 kati arak!"
Pegawai itu telah terbangun, dan sejak tadi melihat dengan curicuri,
namun tangannya masih menggenggam uang peraknya Chu
Liuxiang. Maka ia segera mengantarkan 10 kati arak.
Di meja ada sebuah mangkok besar Hu Tiehua selalu minum arak
dengan mangkok besar. Gadis remaja ini juga memakai mangkok ini untuk isi arak sampai
penuh, kemudian mengangkat lehernya, " glek-glek-glek, semangkok
arak diminum habis hanya dalam satu tegukan!"
Chu Liuxiang melihat terus dengan tenang dan tidak bersuara.
Ia memang senantiasa memiliki pikiran yang tenang.
Namun ketika si gadis remaja ini mulai minum arak mangkok
kedua, ia terpaksa membuka mulutnya.
Sebelum berbicara kepada seorang gadis, ia selalu akan
tersenyum lebih dulu. Maka ia berkata seraya tersenyum: "Minum arak dengan cara
begini, segera akan jadi mabuk lho!"
Si gadis berkata sambil mendelik: "Mabuk ya mabuk! Siapa yang
tidak pernah mabuk" Apakah kau tidak pernah mabuk?"
"Apakah kau melihat orang yang berada di bawah meja itu?"
"Aku bukan orang buta!"
"Apakah kau tidak takut menjadi serupa dengan dia" Tidak sedap
dipandang lho!" "Aku tidak takut! Aku memang bermaksud mabuk, makin mabuk
makin baik." Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum "Apakah kau tidak takut
aku akan bertindak 'macam-macam padamu?"
"Memang aku datang untuk diperlakukan macam-macam olehmu!
Kau boleh melakukan apa saja!"
Saat ini Chu Liuxiang benar-benar terkesiap! Dengan tidak sabar
ia mengelus-elus hidungnya dan bergumam: "Kau kenal aku?"
"Tidak kenal." "Sepertinya aku pun tidak pernah melihatmu"
"Memang tidak pernah."
Chu Liuxiang berkata dengan suara lembut: "Lalu kenapa kau
mau membiarkan orang lain bertindak macam-macam padamu?"
"Sebab aku bukan orang!"
Chu Liuxiang tidak kuasa menahan ketawanya dan berkata "
Bukan orang" Lalu apa?"
"Aku adalah 500 tael uang perak!"
Akhirnya Chu Liuxiang jadi paham, lalu berkata sambil
menghembuskan nafasnya panjang-panjang: "Ternyata Ai Qing yang
suruh kau kemari!" "Ia adalah kakakku. Aku bernama Ai Hong."
"Kakakmu di mana?"
Ai Hong minum lagi semangkok arak, kemudian bertanya sambil
tersenyum: "Cantikkah aku?"
Senyumnya lebih manis dari senyum kakaknya!
Mau tidak mau Chu Liuxiang menganggukkan kepala dan
berkata: "Amat cantik."
Ai Hong berkata sambil mengerlingkan mata "Aku tahun ini baru
berusia 16 tahun, masih belum terlalu tua kan?"
Seperti bunyinya syair Tionghoa: "Gadis rupawan yang berusia
16- 18 tahun itu bagaikan sekuntum bunga." Ia tepat pada "usia
bunga!" Chu Liuxiang menggelengkan kepala dan berkata: "Tidak tua."
Ai Hong berkata sambil membusungkan dadanya: "Tentu saja
kamu bisa melihat bahwa aku sudah bukan anak kecil lagi kan?"
Chu Liuxiang tidak ingin melihat, namun tidak kuasa menahan
dirinya untuk tidak melihat, lalu berkata seraya tersenyum: "Aku pun
bukan orang buta." Ai Hong menggigit bibirnya, tiba-tiba minum semangkok arak
lagi. Wajahnya merona, dan berkata: Apakah kamu percaya bahwa
aku masih perawan?" Sebenarnya Chu Liuxiang sudah tidak mau minum arak lagi,
namun sekarang segera menuang semangkok arak dan diminum
dengan cepat, hampir saja arak menyembur dari hidungnya!
Ai Hong berkata seraya memelototkan matanya: "Kalau tidak
percaya, boleh periksa!"
Chu Liuxiang cepat-cepat berkata: "Aku percaya, amat percaya!"
"Pantaskah aku bernilai 500 tael uang perak?"
"Pantas! Amat pantas!"


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jika begitu buat apa kamu mencari kakakku" Bukankah ia telah
membayar 500 tael uang perak?"
"Ia tidak berhutang padaku."
"Dikarenakan sudah ia sanggupi, maka harus dilunasi ia tidak
punya 500 tael uang perak, makanya suruh aku melunasi hutang.
Walaupun kami kakak beradik adalah orang miskin, namun tidak
pernah berhutang pada orang!"
Lingkaran matanya Ai Hong mulai memerah---Tidak tahu karena
sedih atau karena lima mangkok arak, sebab ia telah minum habis
arak mangkok kelima. Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas: "Bolehkah aku
minta kamu menyanggupi satu hal?"
"Tentu, apa pun juga boleh!"
"Kamu pulang dan beritahukan kakakmu...."
Ai Hong memotong kata-katanya: "Kamu suruh aku pulang?"
Chu Liuxiang menganggukkan kepalanya.
Ai Hong berkata dengan air muka yang berubah: "Kamu tidak
mau aku?" Kata Chu Liuxiang sambil tersenyum masam: "Kamu bukan 500
tael uang perak." "Baik!" Ai Hong mendadak berdiri, mengeluarkan sebilah pisau, lalu
menikam ke ulu hatinya sendiri! - Ia menikam sungguhan!
Jikalau Chu LiuXiang adalah orang lain, maka ia pasti mati,
untung Chu Liuxiang bukan orang lain, begitu tangan si gadis
bergerak, ia telah berada di sisinya dan mencengkeram tangan Ai
Hong. Tubuh Ai Hong mendadak jadi lemas, lalu berbaring dengan
lemas di pangkuan Chu Liuxiang, satu tangannya yang lain
merangkul leher Chu Liuxiang, sambil berkata dengan suara
tergetar: "Bagian manaku yang tidak baik" Mengapa kamu tidak mau
aku?" Hati Chu Liuxiang jadi sedikit "lunak" lalu berkata: "Mungkin
disebabkan kamu datang bukan karena kerelaan mu sendiri."
"Siapa bilang aku datang bukan kerelaanku sendiri" Jika bukan
karena aku pernah melihatmu dan jatuh hati padamu, bagaimana
aku mau datang?" Tubuhnya harum dan empuk, nafasnya hangat dan wangi!
Di dalam pelukan seorang pria ada seorang wanita semacam ini,
jikalau hatinya tidak bisa tergerak, maka ia pasti bukan pria yang
sejati! Chu Liuxiang adalah pria - Pria tulen.
Ai Hong berkata dengan agak terengah-engah: "Bawalah aku
pergi, aku tahu di sekitar sini ada suatu tempat yang tidak ada orang
lain..." Badannya menggeliat-geliat di dalam pelukan Chu Liuxiang, tibatiba
kakinya menekuk, lalu menendang ke arah kaki Chu Liuxiang.
Tendangannya ringan sekali --- Kebanyakan gadis, ketika lagi
bermanja-manjaan, bukan saja dapat mencubit dan memukul,
bahkan juga dapat menendang.
Pria yang tertendang bukan saja tidak merasa sakit, bahkan bisa
amat gembira, namun kali ini Chu Liuxiang tidak merasa gembira
sama sekali! Sebab ketika Ai Hong menendang, dari dasar sepatunya tiba-tiba
melenting keluar sebagian ujung pisau!
Sepatu yang dikenakannya berwarna merah muda, tapi ujung
pisau itu berwarna hijau pucat mirip dengan warna gigi ular derik!
Ujung pisau itu amat kecil, jika mengenai tubuh manusia, rasanya
seperti ditusuk jarum dan tak akan sakit.
Jikalau anda tergigit ular derik, anda pun tak akan merasa sakit -
Anda bahkan selama-lamanya tak akan punya rasa apa-apa lagi,
sebab anda sebentar lagi akan mati!
*** Chu Liuxiang tidak mati. Ketika Ai Hong menendang, tiba-tiba ada sebuah tangan yang
terjulur dari bawah meja dan menangkap kakinya!
Tubuh Ai Hong yang harum dan empuk itu segera mengeras.
Sepertinya Chu Liuxiang tidak terasa apa-apa, di kakinya kan tidak
bertumbuh mata. Namun tiba-tiba ia tersenyum, dan berkata sambil menatap
wajahnya Ai Hong: " Mengapa kita mesti ke tempat lain" Di sini kan
ada sebuah ranjang?" -
Wajah Ai Hong sudah jadi pucat, tapi berkata sambil tersenyum
paksa: "Mana ranjangnya" Kok aku tidak melihatnya?"
"Kau sekarang berdiri di ranjang itu."
Sambung Chu Liuxiang dengan tersenyum "Makanya lain kali
ketika kamu mau menendang orang, lebih baik lihat dulu dengan
jelas, apakah kau sedang berdiri di ranjang orang lain?"
Ai Hong berkata seraya menghela nafas: "Kalau tahu ada sebuah
ranjang, barangkali sejak tadi aku sudah berbaring."
Mendadak ada seorang yang berkata sambil tertawa dari bawah
meja: "Kamu sekarang mau berbaring masih sempat kok!"
Ai Hong berkata seraya mengedipkan matanya: "Kawanmu ini
tidak sopan, bukan saja menggoda aku, bahkan mengelus-elus
kakiku!" Kata Chu Liuxiang sambil tersenyum "Tidak apa-apa, aku telah
menyerahkan kakimu padanya, yang aku urus cuma tanganmu."
Ai Hong berkata sambil tertawa cekikikan: "Kau ini pandai
mengambil keuntungan! Kau pilih dulu yang wangi, yang berbau kau
berikan pada orang lain...."
Badannya tiba-tiba melompat ke belakang, lalu bersalto di udara
dan dengan cepat sekali telah melesat keluar pintu, terakhir yang
terlihat Chu Liuxiang ialah sebuah kaki yang tidak bersepatu.
Terdengar bunyi tertawa dan kata-katanya: "Karena kamu suka
sepatuku, aku tinggalkan padamu sebagai kenang-kenangan!"
Secara pelan-pelan Hu. Tiehua merangkak keluar dari bawah
meja, tangannya memegang sebuah sepatu yang berwarna merah
muda. Chu Liuxiang bertanya sambil tersenyum: "Bau tidak?"
Hu Tiehua menyodorkan sepatu itu ke depan hidung Chu Liuxiang
dan berkata: "Kenapa kau tidak menciumnya sendiri?"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum "Ini kan merupakan
pemberian dia padamu, seharusnya kau sendiri yang menikmatinya,
kenapa kau sungkan-sungkan?"
Hu Tiehua berkata dengan dongkol: "Kenapa tadi aku tidak
biarkan saja ia menendangmu" Orang semacam kamu mati satu
kurang satu!" Namun ia menyambung kata-katanya sambil mengerutkan alis:
"Kadang-kadang aku sungguh tidak paham, kenapa kau tidak matimati
juga" Apakah karena nasibmu luar biasa baik?"
"Mungkin disebabkan aku amat memahamimu, tahu kamu suka
mengelus kaki wanita."
Hu Tiehua berkata seraya mendelik: "Apakah kau betul-betul
tahu bahwa sejak tadi aku telah bangun?"
"Barangkali nasibku betul-betul lebih baik dari orang lain"
Hu Tiehua mendelikkan mata, lama sekali baru berkata seraya
menghela nafas: "Kelihatannya kau memang sedang "bernasib
bunga persik", dan itu semacam "bernasib bunga persik" yang luar
biasa!" "Semacam apa?" "Semacam yang dapat merenggut nyawa Seseorang kalau sudah
kena, tidak sampai setengah bulan, nyawanya akan melayang!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum masam: "Betulkah ada
'nasib bunga persik' yang merenggut nyawa?"
Hu Tiehua berkata dengan wajah serius: "Tentu saja ada, bahkan
ketika itu datang, kau tidak berdaya menghindatinya!"
*** Chu Liuxiang punya satu prinsip: Jika telah tahu ada satu
masalah yang tak dapat dihindari,maka ia tak kan menghindarinya.
Ketika anda mau mencari dia, seringkali malahan dia yang
mencari anda duluan. Di dalam taman bunga itu lengang sekali.
Betapa ramainya suatu pesta, toh juga ada saat bubarnya.
Tamu-tamu yang mengucapkan selamat sudah bubar semua, di
perjalanan pulang mereka pasti sedang mengagumi rejeki dan
kebahagiaan Nyonya Besar Jin, bahkan mungkin banyak yang iri.
Tapi bagaimana dengan Nyonya Besar Jin sendiri"
Ia telah berusia 80 tahun, boleh dikata sudah masuk babak akhir
kehidupannya, kemuliaan dan kekayaan yang luar biasa besarnya
itu, dalam waktu singkat akan berlalu!
Sekalipun ia masih bisa hidup 20 tahun lagi, namun waktu-waktu
yang terindah dari hidupnya telah berlalu, selain kenang-kenangan
masa lampau, apa yang masih bisa benar-benar ia nikmati"
Chu Liuxiang memandang ke taman besar namun sepi lengang
itu, perasaan hatinya tiba-tiba jadi suram.
Jikalau semuanya sampai pada akhirnya akan sirna bagaikan
mimpi, lalu untuk apa semua jerih payah perjuangan"
Tetapi Chu Liuxiang bukanlah orang yang pesimis dan pasif, ia
memahami lebih banyak. Arti hidup memang terdapat di dalam perjuangan!
Ia tidak mesti menunggu untuk menikmati hasil perjuangan
Perjuangan sendiri itulah kesukacitaan dan semacam kenikmatan! Ini
sudah cukup untuk mengganti semua yang dikeluarkan bahkan yang
dikorbankan! Maka sewaktu anda meluku sawah dan menyiangi rumput, tidak
usah menanti hasilnya, asalkan anda melihat tanah yang sudah
terluku, dan batu-batu serta rumput-rumput liar yang sudah
tersiangi, maka anda akan merasa bahwa peluh yang dikeluarkan itu
tidak sia-sia. Anda akan bisa merasakan adanya semacam kepuasan yang tak
terucapkan! Asalkan anda dapat membuktikan bahwa anda bukanlah orang
yang tidak berguna, berapa pun peluh yang anda kucurkan,
semuanya adalah berharga.
Inilah arti hidup - Hanyalah orang yang memahami ini yang dapat
sungguh-sungguh menikmati hidup dan berbahagia!
Selama ini Chu Liuxiang memang menikmati hidup dan
berbahagia. Ia mengangkat kepala dan menghembuskan nafas
panjang-panjang. Berapa lama pun hidup seseorang, asalkan ia
benar-benar punya sejumlah hal yang pantas dikenang, boleh
dibilang tidak sia-sia hidupnya! Ia seharusnya sudah bisa puas.
Gunung-gunungan lebih gelap dari tempat lain.
Dari jauh Chu Liuxiang telah melihat ada seorang yang berdiri
tenang di sana. Ia berjalan menuju ke sana, orang ini membelakanginya,
mengenakan mantel yang panjangnya sampai ke tanah, rambut
yang lembut dan halus terurai dari pundak, hitamnya bagaikan
sutera. Kelihatannya ia sama sekali tidak merasa ada orang yang
mendekatinya. Chu Liuxiang berbatuk ringan dan berkata: "Nona Ai Qing?"
Ia tidak menoleh, cuma berkata dengan dingin: "Ternyata kau
menepati janji juga."
"Aku datang terlambat, tapi aku tahu kau masih menungguku."
Ia tetap tidak menoleh, dan berkata dengan tertawa dingin:
"Kamu punya keyakinan yang amat besar pada dirimu sendiri ya!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum sekilas: "Seseorang kalau
diri sendiri saja tak dapat dipercayai, lalu masih dapat mempercayai
siapa?" Tiba-tiba ia tertawa dan menolehkan kepalanya pelan-pelan.
Chu Liuxiang menjadi tercengang Senyuman gadis ini bagaikan
bunga musim semi yang lagi mekar, tapi ia bukan Ai Qing.
Tanpa sadar ia berkata: "Zhang Jiejie."
Zhang Jiejie mengedipkan matanya, dan semua bintang di langit
seolah-olah berada di dalam matanya!
Zhang Jiejie berkata sambil tersenyum menawan: "Kenapa kamu
mesti memanggil aku kakak" Sekali-sekali panggil aku adik dong!
Aku tak'akan marah kok!"
Chu Liuxiang mengelus-elus hidung, lalu berkata Apakah kamu
sedang menunggu aku?"
"Masa' cuma Ai Qing saja yang boleh menunggumu" Lalu aku
tidak boleh?" Ia menyambung kata-katanya dengan senyuman menawannya:
"Orang yang panjang sabar baru bisa memperoleh hasilnya.
"Pernahkah kau mendengarnya?"
"Pernah." "Aku lebih panjang sabar dari dia."
Ia menatap Chu Liuxiang, sinar matanya remang-remang,
seremang cahaya bintang-bintang yang terpantul dari dalam air laut!
"Apakah kau sudah menunggu lama?"
Zhang Jiejie mengerlingkan matanya dan berkata: "Apakah kau
ingin bertanya padaku, apakah tadi aku melihat dia?"
"Aku tidak bertanya, tapi jika kau mau mengatakannya, akan aku
dengar." "Aku tadi memang telah melihat dia, juga tahu ia sekarang ada di
mana, tapi...." Ia mengedipkan mata, lalu berkata: "Aku tidak mau
memberitahumu." "Mengapa?" Sebenarnya ia tak perlu bertanya, namun seorang pria kadangkadang
terpaksa berpura-pura bloon di depan wanita.
Tetapi jawaban Zhang Jiejie di luar dugaannya, bahkan
mengejutkannya. "Aku tidak mau memberitahumu, sebab aku tidak mau melihat
kau mati!" "Menurutmu ia mau membunuh aku?"
"Apakah kau tidak merasa bahwa dalam dua hari ini tiba-tiba kau
mengenal banyak gadis?"
"Oh ya?" "Tahukah kau bahwa orang yang 'bernasib bunga persik' adalah
orang yang bernasib sial?"
Chu Liuxiang berkata sambil tertawa: "Aku yakin banyak sekali
pria yang mau dan berharap dapat sial semacam ini!"
"Kau juga?" "Aku kan pria."'
Zhang Jiejie berkata seraya menghela nafas: "Jadi kau pasti mau
mencari Ai Qing?" "Aku telah berjanji dengan dia."
Zhang Jiejie menatap dia, lalu berjalan mendekat, mendadak
membuka mantelnya, lalu memeluk dia dengan mantelnya!
Chu Liuxiang tidak bergerak, namun bisa merasakan tubuh yang
hangat dan mulus itu sedang gemetar!
Ternyata di balik mantel itu dia tidak mengenakan apa-apa!
Ia menggesekkan dirinya dengan pelan di dada Chu Liuxiang dan
berkata: "Kau menginginkan aku atau Ai Qing?"
Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas: "Wanita yang
cerdas tidak seharusnya bertanya demikian."
"Aku tidak cerdas, semua wanita yang tergila-gila karena cinta itu
tidak cerdas!" "Tetapi aku amat menepati janji."


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak takut ia membunuhmu?"
Chu Liuxiang berdiam diri, dan diam itu biasanya ialah
jawabannya. Zhang Jiejie tiba-tiba mendorong tubuh Chu Liuxiang dengan
kuat agar menjauh, lalu membalut tubuhnya dengan mantel.
Bahkan Chu Liuxiang pun mau tidak mau terasa agak kecewa!
Zhang Jiejie mendelik ke arah dia, lama sekali, lalu berkata dengan
suara keras: "Baik, matilah kau!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Pergi ke mana untuk
mati?" Ia menggigit bibirnya dan berkata: "Terserah kau mau pergi
kemana untuk mati! Aku tidak tahu, tahu pun tidak
memberitahumu!" Mendadak ia memutar badannya dan berlari pergi, menyisakan
Chu Liuxiang seorang diri yang hanya bisa tersenyum masam di
dalam kegelapan. Gadis belia yang berusia 17-18 tahun! Siapa yang dapat mengerti
hati mereka" Ia mendengar bunyi angin, mengangkat kepalanya dan terlihat
bahwa tiba-tiba Zhang Jiejie telah berdiri tidak jauh dari dia,
wajahnya tersungging senyuman bagaikan bunga musim semi yang
lagi mekar! Seolah-olah barusan tidak terjadi apa-apa.
Ia berkata seraya tersenyum menawan: "Aku suka pria yang
tepat janji, cuma berharap kau jangan merasa terlalu cerdas!"
Ia menatap dengan perasaan cinta yang dalam, kemudian
mengangkat tangannya dan menunjuk ke kejauhan dan berkata: "Ia
ada di sana." Tempat yang ia tunjuk ternyata ada sinar lampunya.
Sepertinya ia mengetahui dengan jelas sekali tentang gerak-gerik
Ai Qing. Walaupun Chu Liuxiang merasa heran, tapi tidak bertanya, sebab
amat jarang ia menanyakan rahasia orang lain.
Apalagi itu rahasia seorang wanita.
Zhang Jiejie bertanya: "Apakah kau suka wanita yang pakai
anting-anting?" Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Tergantung itu siapa,
ada wanita yang pakai atau tidak pakai anting-anting sama saja
menariknya!" "Ia memakai anting-anting."
"Oh." Zhang Jiejie berkata pelan-pelan: "Ada sejumlah wanita berubah
menjadi amat mengerikan begitu pakai anting-anting! Lebih baik kau
ekstra hati-hati!" *** Di dalam taman sangat gelap, sebab sinar lampu yang tersisa
sudah tidak banyak. Sinar lampu ini berada di luar taman.
Di atas lereng bukit yang berada di luar taman itu, terdapat 3-5
buah rumah kecil, dan sinar lampu itu muncul dari jendela salah satu
rumah. "Ada sejumlah wanita berubah menjadi amat mengerikan begitu
pakai anting-anting!"
Apakah di dalam kalimat ini terkandung arti mendalam yang lain"
Chu Liuxiang mendaki lereng bukit itu, lalu melompat ke dalam
pagar. Biasanya ia seorang yang mengerti sopan santun, sebelum masuk
rumah orang, mesti mengetuk pintu dulu.
Tapi kali ini sopan santunnya mendadak lenyap.
Ia langsung mendorong pintu dan masuk, ia segera melihat ada
sepasang anting-anting yang berwarna hijau zamrud.
Ai Qing memang berada di dalam rumah kecil itu.
Ada lampu berada di atas sebuah meja, ia duduk di sisi meja itu,
anting-anting zamrud yang ada di telinganya itu berkerlap-kerlip
terkena sinar lampu. Ketika ia melihat Chu Liuxiang berjalan masuk, di wajahnya tidak
nampak rasa terkejut, hanya berkata dengan sikap dingin: "Ternyata
kau menepati janji juga."
"Aku datang terlambat, tapi aku tahu kau masih menungguku."
Ai Qing berkata seraya tertawa dingin: "Kamu punya keyakinan
yang amat besar pada dirimu sendiri ya!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Seseorang kalau diri
sendiri saja tak dapat dipercayai, lalu masih dapat mempercayai
siapa?" Ia tersenyum, sebab ini betul-betul sebuah hal yang amat lucu!
Di dalam dunia ada bermacam-macam wanita yang tidak sama,
namun ada sejumlah reaksi yang hampir persis sama sewaktu
menghadapi orang pria, oleh sebab itu kadang-kadang mereka bisa
mengucapkan kata-kata yang sama.
Maka kaum pria cuma bisa menjawab dengan kata-kata yang
sama. Ai Qing mendelik ke arahnya, lama sekali baru berkata seraya
tersenyum "Aku juga tahu bahwa kau pasti datang."
"Oh ya?" "Sebab aku tahu bahwa pria macam kau ini selalu tidak mau
melepaskan peluang apa pun!"
"Kau amat memahamiku ya?"
Ai Qing berkata sambil mengedipkan matanya: "Aku juga tahu
bahwa yang kamu maui sebenarnya bukan 500 tael uang perak itu,
kamu sengaja berkata begitu, hanya karena tak punya keyakinan
padaku, lalu sengaja mau mengujiku."
Ia menatap Chu Liuxiang, lalu melanjutkan kata-katanya dengan
perlahan-lahan: "Sekarang kamu tak perlu lagi menguji, ya kan?"
Ia duduk dengan sopan, sikapnya pun amat serius - Persis seperti
seorang murid kecil yang sedang duduk di depan guru.
Iapun merias dirinya dengan rapi, rambutnya pun tersisir rapi,
bedak di wajahnya tidak tebal tidak tipis, bahkan anting-antingnya
pun terpasang dengan rapi.
Namun satu-satunya benda yang terpakai di tubuhnya cuma
sepasang anting-anting itu!
Selain sepasang anting-anting itu, ia tidak memakai apa-apa!
Seorang wanita kalau berdiri di depan anda dengan telanjang bulat
bagaikan bayi yang baru lahir, tentu saja maksudnya sudah sangat
jelas! Ai Qing berkata lagi: "Kamu tidak perlu menguji lagi, sebab
seharusnya kamu sudah mengerti maksudku!"
Yang tidak mengerti maksud ini hanyalah orang idiot!
Sepertinya Chu Liuxiang betul-betul telah berubah jadi idiot,
mengelus-elus hidung lalu bertanya: "Apakah kamu merasa panas
sekali?" Ai Qing masih dapat bersabar, lalu menjawab: "Aku merasa
dingin." "Ya kan" Siapa pun tak akan merasa panas dalam cuaca
semacam ini." "Bahkan babi pun tak akan terasa panas."
"Betul! Kamu pasti ingin mandi ya?"
"Aku sudah mandi."
"Jika begitu, apakah kamu mengantarkan semua pakaianmu pada
binatu, sehingga tidak ada pakaian lagi untuk dipakai?"
Ai Qing mendelik pada dia, rasa-rasanya ingin sekali meninju dan
mematahkan seluruh giginya!
Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas: "Jika kau memang
betul-betul tidak punya baju, aku dapat pergi mencari dan
meminjamkan sebuah celana untukmu, paling tidak celana adik
perempuanmu pasti bisa kau pakai kan?"
Tampaknya Ai Qing heran dan terkejut, lalu berkata: "Adik
perempuanku?" "Kamu tidak menyangka kan bahwa aku telah bertemu dengan
dia?" "Kapan kau bertemu dengan dia?"
"Tadi." "Kalau begitu tadi kau telah bertemu setan, setan kepala besar!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum "Kepala dia tidak besar
lho, walaupun dia adalah setan, juga bukan setan kepala besar, tapi
setan arak!" Mendadak Ai Qing berteriak: "Tidak peduli kau ketemu setan apa,
itu pasti bukan adikku!"
"Mengapa?" "Aku tidak punya adik."
Chu Liuxiang bertanya sambil mengerutkan alis: "Seorang adik
pun tidak punya?" "Setengah pun tidak punya!"
Chu Liuxiang memandang dia lama sekali, lalu bergumam:
"Tampaknya kau tidak seperti sedang berbohong."
"Mengapa aku mesti berbohong dalam hal ini?"
"Mungkin disebabkan kau suka berbohong, ada sebagian orang
kalau lagi berbohong itu tidak kelihatan!"
Tiba-tiba Ai Qing meloncat dan melayangkan tamparan ke wajah
Chu Liuxiang. Tentu saja ia tidak berhasil, sebab Chu Liuxiang telah menangkap
tangannya. Mata Chu Liuxiang mulai memandang secara liar: Dari wajah
sampai ke kaki, lalu dari kaki sampai ke wajah lagi.
Ini adalah pandangan seorang seks-maniak tulen!
Tidak ada seorang wanitapun yang tahan dipandangi demikian
oleh pria, sekalipun ia memakai 17-18 potong pakaian pun tidak bisa
tahan! Badan Ai Qing mulai mengkeret ke belakang, serta mulai
menggigil. Satu tangan yang tidak tertangkap itu pun tidak bisa dipakai
untuk memukul, dikarenakan tangan ini terpaksa menutupi sebagian
tubuh yang tidak terlalu "sedap dipandang"!
Namun mata Chu Liuxiang dengan sengaja memandang ke
bagian itu! Ai Qing bertanya sambil mengertakkan gigi: "Kau...kau mau
apa?" Sebenarnya kalimat ini tidak usah ditanyakan, tapi seorang
wanita kadang-kadang terpaksa pura-pura bodoh jika berhadapan
dengan pria! Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Aku hanya mau kau
memahami dua hal." "Ka katakan" "Pertama: Aku bukan babi, tapi orang, laki-laki."
Ai Qing bertanya sambil mengedipkan mata: "Yang kedua?"
Badannya kelihatan takut, wajahnya kelihatan takut, tapi
matanya tidak kelihatan takut.
Bahkan tidak ada rasa takut sedikit pun di dalam matanya!
Chu Liuxiang menatap matanya, lalu berkata seraya tersenyum
"Yang kedua: Aku bukan pria sopan, kebetulan kau pun bukan
wanita baik-baik." Di wajah Ai Qing terlihat rasa amarah, tapi matanya mulai
tersenyum, lalu berkata sambil menggigit bibir: "Aku masih tahu satu
hal." "Oh ya?" "Aku tahu kau artilah penakut!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Segera kau akan
menyadari bahwa dirimu keliru, bahkan kelirunya luar biasa!"
Ai Qing berkata seraya mengerlingkan mata: "Masa' kau berani
berbuat sesuatu padaku?"
"Aku tidak berani."
Ketika mulutnya berkata: "Tidak berani," tangannya telah
merangitul Ai Qin! Mendadak Ai Qing merasa badannya lemas semua, lalu berkata
sambil menutup mata: "Aku memang keliru, kau betul-betul
berani...." Kata-katanya belum habis, tiba-tiba ia merasa jantungnya seperti
mau copot, dan merasa kakinya tidak menginjak apa-apa, seperti ia
jatuh dari tempat yang amat tinggi dalam sebuah mirnpi buruk!
Segera ia sadar ini bukan lagi mimpi, karena badannya memang
terjatuh dari angsa ke lantai, sampai mau pingsan!
Ketika matanya tidak lagi berkunang-kunang, ia melihat Chu
Liuxiang tersenyum dan mendengar kata-katanya: "Kau tidak keliru,
aku betul-betul tidak berani."
Ai Qing tiba-tiba melompat berdiri, setiap barang yang ada di
dekatnya Seperti bangku, cangkir teh dan lain-lain, semuanya
dipakai untuk menimpuk Chu Liuxiang.
Semua barang yang ditimpuk telah terpegang oleh Chu Liuxiang.
Setelah tidak ada lagi barang yang bisa ditimpuk, ia
menimpukkan dirinya sendiri!
Dan ini pun terpegang oleh Chu Liuxiang.
Ia bukan babi, juga bukan malaikat.
"Ia pun, sama dengan pria yang lain kadang-kadang juga tidak
tahan godaan dan hatinya juga bisa tergerak!
Kali ini ia benar-benar memeluknya!
Tiba-tiba ia merasa bahwa--- Bagaimanapun juga--Ai Qing layak
dianggap sebagai seorang gadis yang sangat menarik!
Nafas Ai Qing sedikit terengah-engah, lalu berkata seraya
menghela nafas: "Aku sekarang baru paham kenapa ada banyak
orang yang mau membunuhmu."
"Banyak orang" Siapa saja?"
"Orang lain aku tidak tahu, aku cuma tahu satu orang."
"Siapa?" "Aku." "Kau" Kau mau bunuh aku?"
"Jika tidak kenapa aku menggodamu dengan cara ini" Masa' aku
mengidap penyakit gila lelaki?"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Kelihatannya memang
sedikit mirip." "Huuh!"Ai Qing mendengus, meronta-ronta, mau mendorong dan
memukul Chu Liuxiang. Dorongannya tidak berhasil, pukulannya pun tidak kena.
Chu Liuxiang sangat memahami caranya agar wanita yang
dipeluk tidak bisa melepaskan diri! Bahkan segala cara pun ia
paham! Nafas Ai Qing kian memburu, tiba-tiba berkata "Hati-hati pada
anting-antingku!" "Anting-antingmu?"
"Kau tidak boleh menyentuhnya!"
"Mengapa?" "Di dalam anting-anting terpasang jarum-jarum berbisa, jika kau
menanggalkan anting-antingku, jarum-jarum berbisa itu akan
melesat dan menusuk jari tanganmu!"
Ai Qing melanjutkan kata-katanya sambil menggigit bibirnya:
"Ketika pria mau bermain cinta dengan wanita, semuanya pasti mau
menanggalkan benda apa saja yang melekat di tubuh wanita, betul
tidak?" Betul, pada saat semacam ini, semua pria berharap tidak ada
satu benda pun yang melekat di tubuh wanita!
Sebab pada saat ini, benda apa pun juga berlebihan, bahkan
menjengkelkan! Chu Liuxiang memandang anting-anting itu dan berkata: "Apakah


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisanya amat ganas?"
"Bisa dari satu jarum saja sudah dapat membunuh seekor gajah
besar!" Chu Liuxiang menghela nafas, lalu berkata seraya tersenyum
masam: "Tidak heran jika ada orang memberitahukanku, bahwa ada
wanita begitu pakai anting-anting langsung berubah menjadi sangat
menakutkan!" Ia tidak menunggu jawaban Ai Qing, lalu bertanya "Kamu kan
datang mau bunuh aku, mengapa malah memberitahukanku hal ini
padaku?" Ai Qing menutup lagi matanya, menghela nafas yang amat
panjang,baru berkata: "Karena...karena apa aku sendiri juga tidak
mengerti, barangkali, karena aku betul-betul mengidap penyakit gila
lelaki!" Wajahnya memerah lagi, tapi ini malah menambah
kecantikannya! Wajahnya merah dan panas, tetapi ujung hidungnya dingin
bagaikan es! Ketika bibir seorang pria menyentuh ujung hidung wanita, jikalau
hatinya masih tidak tergerak, maka ia lebih dungu dari idiot!
Lebih tepat lagi ia adalah sebongkah kayu - kayu yang mati! Chu
Liuxiang bukan kayu yang mati.
*** Di ujung hidung yang dingin bagaikan es itu ada butiran-butiran
keringat yang kecil-kecil, mirip sekali dengan butiran-butiran embun
yang berada di kuntum bunga.
Butiran-butiran embun itu manis rasanya, juga harum.
Sinar lampu hampir redup, sinar fajar telah masuk melalui
jendela, dan di ambang jendela ada sepasang anting-anting yang
berwarna hijau zamrud. Ai Qing berbaring dengan tenang, sambil terus memandangi Chu
Liuxiang. Tubuh Chu Liuxiang tegak dan kencang Seperti terpahat dari
sebongkah batu giok yang utuh.
Matanya bening bagai mata seorang bayi yang polos, dari sudut
mulutnya tercermin bahwa ia adalah orang optimis yang penuh rasa
percaya diri! Ia benar-benar seorang pria yang amat menarik! Yang pantas
disenangi banyak wanita! Saat ini di wajahnya ada semacam ekspresi merenungkan,
memandang sepasang anting-anting itu dengan konsentrasi.
Ketika Ai Qing menanggalkan anting-anting itu, tangan Ai Qing
sendiri juga bergemetaran tak henti-hentinya!
Mendadak Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas: "Aku
mengetahui banyak cara membunuh orang, namun membunuh
orang dengan anting-anting, betul-betul luar biasa!"
Ia melanjutkan kata-katanya sambil tersenyum sejenak:
"Seandainya aku benar-benar mati, pasti akan sangat menarik!"
"Mengapa menarik?"
"Sebab aku pasti adalah orangpertama di dunia yang mati
terbunuh oleh anting-anting!"
Ai Qing mengedipkan matanya dan berkata: "Jika tidak ada orang
yang memberitahukanmu, barangkali sekarang kamu sudah mati!"
"Apakah kau kira dengan cara ini pasti bisa membunuhku?"
"Menurutmu bagaimana?"
Chu Liuxiang tersenyum sebentar, lalu menjawab: "Dari dahulu
ada banyak orang yang ingin membunuhku, dan mereka semuanya
memakai cara-cara yang menurut anggapan mereka pasti bisa
membunuhku!" "Akhirnya?" "Paling tidak saat ini aku belum mati kan?"
Ai Qing memandang lekat padanya, tiba-tiba wajahnya memerah
lagi, lalu berkata seraya menggigit bibirnya: "Kau memang belum
mati, akulah yang hampir mati!"
Ini adalah kata-kata yang dapat membuat pria mana pun menjadi
bangga dan sombong setelah mendengarnya!
Tampaknya Chu Liuxiang tidak dengar, tiba-tiba bertanya:
"Siapakah yang memasangkan anting-anting ini untukmu?"
"Mengapa bertanya demikian?"
"Sebab orang yang memasangkan anting-anting untukmu itu
adalah orang yang betul-betul mau membunuhku!"
"Kau ingin mencari dia?"
"Tidak." "Betul-betul tidak?"
"Sebab aku tidak perlu mencari dia, ia pasti akan mencariku."
Ai Qing berdiam diri cukup lama, lalu menganggukkan kepala dan
berkata: "Ia juga tahu bahwa belum tentu aku sanggup
membunuhmu, karena itu selain aku, pasti ada banyak orang lagi."
"Siapa saja?" "Kaum wanita." Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum: "Apakah ia amat
mempercayai kaum wanita" Apakah ia mengira bahwa kaum wanita
lebih mengerti dalam urusan membunuh orang dibanding kaum
pria?" "Barangkali disebabkan ia mengetahui titik lemahmu!"
"Titik lemahku?"
Sudut mulut Ai Qing tersungging senyum, dan berkata "Setiap
orang di dunia persilatan mengetahui titik lemahmu! Satu-satunya
titik lemah pendekar harum Chu adalah wanita! Apalagi wanita
cantik!" Chu Liuxiang menghela nafas yang amat panjang dan berkata:
'Ternyata kau sejak dini sudah tahu siapa aku."
"Orang yang tahu kamu bukan cuma aku seorang saja!"
"Tetapi aku masih belum tahu siapakah dia" Dan mengapa mau
membunuhku?" Ai Qing mengerling dan berkata: "Apakah kamu ingin tahu?"
"Ingin sekali!"
Ai Qing tersenyum sejenak, lalu berkata sambil menghela nafas:
"Aku seharusnya tidak boleh memberitahukanmu, tapi...."
Kalimatnya belum selesai, tiba-tiba Chu Liuxiang memeluknya
dan berguling menjauh. Sebuah tangan tiba-tiba terjulur masuk dari luar jendela, antinganting
yang berada di ambang jendela itu dijentikkan ke arah
mereka! Sepertinya Chu Liuxiang terus menatap Ai Qing, dan tidak
melihat ke tempat lain. Namun ia bisa melihat tangan itu.
Sebuah tangan yang mulus dan indah, di kuku jari tangan itu
tampaknya dipolesi cairan bunga inai air yang mencolok warnanya!
Kuku jari tangan yang berwarna merah menyala, anting-anting
yang berwarna hijau zamrud.
Cahaya matahari pagi menyinari ambang jendela itu.
Pada detik jari tangan itu dijentikkan, maka pemandangan yang
mestinya amat indah itu berubah jadi pemandangan membunuh
yang amat mengerikan! Chu Liuxiang berguling sampai sudut rumah, baru berani
menoleh. Tangan itu masih berada di ambang jendela, dan sedang
melambai ke arahnya! Tiba-tiba Ai Qing bergemetaran, dan berkata dengan suara
tergetar: "Dia! Itu pasti dia!"
Badan Chu Liuxiang bergerak dengan cepat, sambil melemparkan
lampu dian yang ada di meja itu keluar jendela, badannya juga ikut
melesat keluar jendela. Ternyata di luar pintu tidak ada orang, di luar jendela juga tidak
ada orang. Angin sedang berhembus ke daun pohon willow yang baru
tumbuh, kabut pagi yang tipis melayang-layang di antara daun
pohon willow, sebuah lampu dian tergeletak di bawah jendela---
Ternyata lampu dian yang baru saja dilempar Chu Liuxiang.
Lalu orangnya ada di mana" Chu Liuxiang mendesah panjang,
tahu bahwa pada kali ini ia ketemu lagi dengan lawan yang amat
menakutkan! Tepat di saat ini, tiba-tiba dari sudut rumah depan muncul lagi
sebuah tangan yang melambai-lambai dengan ringan ke arahnya,
masih tetap tangan yang tadi itu, jari-jari tangan yang lentik dan
indah, dan ujung jari-jari tangan yang merah menyala!
Dengan kecepatan yang tercepat Chu Liuxiang melesat ke sana --
-Ia pernah meragukan banyak hal, bahkan pernah meragukan
Tuhan, tetapi tidak pernah meragukan ilmu meringankan tubuhnya!
Bahkan belum pernah ada orang yang meragukan ilmu
meringankan tubuh Chu Liuxiang!
Ilmu meringankan tubuh Chu Liuxiang tiada tanding di dunia, itu
sudah tak perlu diragukan lagi, tetapi begitu ia sampai di sana,
"Orang itu" sudah tidak ada!
Di belakang rumah tidak ada pohon, hanya ada angin, yang
berhembus dari lereng bukit.
Mendadak saja ia merasa bahwa anginnya amat dingin!
"Bukan aku yang mau dibunuh oleh tangan itu -- Tapi Ai Qing!"
Dengan gerakan secepat anak panah yang baru dilepaskan ia
kembali lagi, pintu masih terbuka, dengan cepat ia masuk ke dalam.
Di meja ada sebuah lampu dian.
Ternyata itu adalah lampu dian yang baru saja ia lemparkan
keluar jendela! Cuma ada lampu dian, tidak ada orang.
Cahaya matahari bersinar sampai ke sudut rumah, tapi Ai Qing
telah lenyap! Angin masuk dari luar pintu, dan terasa kian dingin.
Tangan Chu Liuxiang mulai basah oleh keringat, tapi tiba-tiba dari
sudut matanya ia melihat ada sebuah tangan yang sama!
Tangan itu ada di ambang jendela, ujung jari tangan yang lentik,
kuku jari tangan yang merah menyala.
Dengan gerakan secepat anak panah yang baru dilepaskan, ia
melesat ke sana dan mencengkeram tangan itu.
Kali ini ia berhasil, tapi itu sebuah tangan yang amat dingin,
bahkan rasa dingin itu dengan cepat menjalar dari ujung jari menuju
ke jantung Chu Liuxiang. Ia menarik dengan pelan, tangan itu segera saja terpegang
olehnya. Tapi hanya ada tangan, tidak ada orang.
Itu adalah sebuah tangan yang putus!
Yang dibacok putus oleh orang dari pergelangan tangan, dan
masih mengeluarkan darah.
Tetapi begitu darahnya habis dan kering, tangan itu lambat-laun
menjadi pucat dan kisut, persis seperti setangkai bunga segar tibatiba
menjadi layu dan kering. 2. Tangan Giok Pencabut Nyawa
Andaikata anda melihat ada setangkai bunga segar menjadi layu
di dalam telapak tangan anda, mau tidak mau di dalam hati akan
ada perasaan menyayangkannya, bahkan bisa muncul semacam
perasaan murung dan sedih yang tak kuasa terucapkan!
Sekalipun anda bukan tipe orang yang sentimentil, tetap saja
anda akan merasa sayang pada bunga itu.
Mengapa kehidupan yang indah selalu saja begitu singkat
waktunya" Tetapi kalau yang anda lihat itu adalah sebuah tangan yang
putus, melihat tangan yang semestinya amat indah itu tiba-tiba
menjadi kisut dan kering, maka di dalam hati anda tidak hanya ada
perasaan sayang dan murung, anda juga akan bisa memikirkan
banyak hal. Tangan ini milik siapa" Dan siapakah yang telah membacoknya"
*** Tiba-tiba Chu Liuxiang menyadari bahwa tangan ini bukan tangan
yang tadi melambai padanya, di punggung tangan ini terlihat satu
bagian yang berwarna hitam kehijauan - bekas luka dipelintir
orang. Ia yakin bahwa pada tangan yang tadi itu tidak ada bekas
luka ini. Apakah tangan ini milik Ai Qing"
Tadi ia kurang memperhatikan tangan Ai Qing, sebab ada banyak
sekali bagian tubuh si gadis yang lebih berharga diperhatikan!
Barangkali ini adalah tangan yang barusan meraba-raba dengan
ringan di tubuhnya" Tiba-tiba ia merasa tangan ini seolah-olah telah mencekik
lehernya! Ia memutar badan dan lari keluar, di luar sinar matahari
telah menerangi semuanya.
Matahari pagi telah terbit di timur.
Sinar matahari adalah sesuatu yang amat ajaib, kadang-kadang
bisa membuat orang sakit panas, tapi kadang-kadang bisa membuat
orang menjadi dingin dan tenang.
Sejak dulu Chu Liuxiang memang menyukai sinar matahari, maka
ia berdiri lama sekali di bawah sinar matahari pagi, berusaha sekuat
tenaga agar di dalam otaknya tidak memikirkan apa-apa, sampai
otaknya sudah menjadi tenang sama sekali, barulah urusan ini
direnungkan sekali lagi dari permulaan.
Ia merenungkannya dengan amat teliti, setiap detail yang kecil
pun tidak dilewatinya. Urusan ini sebenarnya dimulai oleh Ai Qing, namun anehnya,
yang paling banyak terpikirkan olehnya bukanlah Ai Qing, tapi Zhang
Jiejie! Ketika ia sedang memikirkan Zhang Jiejie, maka muncullah Zhang
Jiejie! Sepertinya gadis itu dapat kapan saja muncul di hadapannya!
*** Zhang Jiejie sedang berjalan turun dari lereng bukit itu.
Mulutnya sedang bersenandung sebuah lagu yang dan ceria,
tangannya sedang memegang setangkai bunga kuning yang kecil,
bunga kuning itu bergoyang-goyang ditiup angin pagi, baju kuning
muda yang dikenakannya juga bergoyang-goyang ditiup angin.
Gadis-gadis lain yang sebaya dengannya, suka membuat baju
yang pas di badan, bahkan kalau bisa, membuatnya lebih baik lagi
dari sekedar pas, yaitu membuat dirinya kelihatan lebih langsing.
Tetapi ia berbeda. Baju yang dikenakannya terlihat longgar dan kebesaran sedikit,
namun ini malah membuat dia tampak anggun dan lemah-gemulai.
Kombinasi warna bajunya mungkin tidak sebaik Ai Qing, tapi
kelihatan lebih bebas dan lepas, dan lebih terlihat kesan alami dan
tidak dibuat-buat. Gadis ini sama seperti lagu yang sedang disenandungkannya --
riang ria dan menyenangkan!
Apalagi di pagi nan cerah di bulan Maret yang bersih tapi
berhawa kering itu, dan di bawah sinar matahari pagi yang sejuk itu,
siapa pun yang melihatnya, pasti menimbulkan perasaan nikmat dan
gembira di hatinya! Chu Liuxiang menatapnya. Ia juga menatap Chu Liuxiang, di wajahnya tersungging senyum
yang ceria, dan langkahnya ringan bagaikan angin musim semi.
Ia berjalan sampai di depan Chu Liuxiang, tiba-tiba berkata
sambil tertawa "Selamat ya! Selamat ya!"
Jawab Chu Liuxiang: "Selamat" Ada urusan apa yang perlu diberi
ucapan selamat?" Kata Zhang Jiejie sambil terus tertawa "Masa' ketika kamu
melihat seorang mempelai pria, tidak pernah mengucapkan selamat
padanya?"

Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebelum Chu Liuxiang menjawab, ia sudah berkata lagi: "Kau
kelihatannya letih sekali, apakah baru saja mengerjakan pekerjaan
yang berat?" Ia melanjutkan sambil tertawa cekikikan: "Pertanyaanku ini
bodoh sekali ya! Mempelai pria tentu akan letih sekali! Mempelai pria
mana pun ketika berada di dalam kamar pengantin pada malam
pertama, pasti punya banyak pekerjaan yang mesti dikerjakan!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Namun itu bukanlah
mengerjakan pekerjaan yang berat!"
"Tentu saja bukan."
Zhang Jiejie menggigit bibirnya, lalu berkata seraya tertawa
"Yang merasa berat tentu saja bukan si pengantin pria, tapi si
pengantin wanita." Chu Liuxiang terpaksa hanya bisa tersenyum saja.
Ketemu gadis yang amat "berani" ini, ia masih bisa berkata apa
lagi" Zhang Jiejie mengedip-ngedipkan matanya, lalu bertanya: "Di
manakah si pengantin wanita" Masa' tidak mampu turun dari
ranjang?" "Aku sedang ingin bertanya padamu."
"Bertanya padaku" Bertanya apa?"
"Di manakah dia sekarang?"
Mata Zhang Jiejie menunjukkan rasa heran dan terkejut, lalu
bertanya: "Masa' dia sudah pergi?"
Chu Liuxiang menganggukkan kepalanya.
Zhang Jiejie bertanya lagi: "Kau tidak tahu dia pergi ke mana?"
Chu Liuxiang menggelengkan kepalanya.
Kata Zhang Jiejie: "Jikalau kau tidak tahu, bagaimana aku bisa
tahu!" "Sebab kau sepertinya tahu banyak hal tentang dia."
Kali ini tiba-tiba Zhang Jiejie berdiam diri.
Chu Liuxiang menatapnya dan berkata dengan perlahan: "Kau
tahu dia mau membunuhku, dan tahu dia mengenakan sepasang
anting-anting yang dapat membunuh orang."
Akhirnya Zhang Jiejie menganggukkan kepalanya.
Tanya Chu Liuxiang: "Selain itu, kau masih mengetahui apa lagi?"
"Apakah kamu beranggapan bahwa aku masih mengetahui hal
yang lain?" "Misalnya: Siapakah yang menyuruh dia datang untuk
membunuhku" Dan mengapa mau membunuhku?"
Biji mata Zang Jiejie berputaran dan berkata: "Bagaimana aku
bisa mengetahui hal-hal tersebut?"
"Pertanyaan ini aku pun ingin bertanya padamu, apakah kau...."
Zhang Jiejie memotong kata-katanya "Masa' kau menduga bahwa
aku sekomplotan dengannya?"
Chu Liuxiang tidak berkata ya, tapi juga tidak menyangkal, sikap
ini umumnya sama dengan mengaku ya.
Kata Zhang Jiejie: "Jikalau betul, mengapa aku mau
memberitahukanmu rahasia dia?"
"Jikalau tidak betul, bagaimana kau dapat mengetahui
rahasianya?" Zhang Jiejie terdiam lama sekali, tiba-tiba berjalan melewati Chu
Liuxiang, dan masuk ke dalam rumah itu.
Di dalam rumah itu masih berantakan.
Benda-benda yang dipakai Ai Qing untuk menimpuki Chu liuxiang,
masih berserakan di lantai, belum diberesi.
Mereka tidak punya waktu untuk memberesi.
Zhang Jiejie tertawa lagi dan berkata: "Tempat ini kelihatannya
persis sama dengan medan perang, mengapa kamar pengantin
selalu...." Suaranya mendadak berhenti, wajah senyumnya pun berubah. Ia
pun melihat tangan itu. Chu Liuxiang terus menatapnya, dan memerhatikan ekspresi
wajahnya, lalu segera bertanya "Apakah kau tahu tangan ini milik
siapa?" Nafas Zhang Jiejie seolah-olah telah berhenti, lama sekali baru
berkata seraya mendesah: "Ini bukan tanganku."
"Masa' ini tangan hantu?"
Zhang Jiejie berkata seraya menghela nafas: "Ada apa yang perlu
ditakutkan dari hantu" Kapankah kaupernah dengar bahwa hantu
benar-benar telah membunuh orang" Tetapi ini adalah 'Tangan
pencabut nyawa'!" Chu Liuxiang berkata sambil mengerutkan alisnya: "Tangan
pencabut nyawa?" "Siapa pun kalau sudah melihat "tangan pencabut nyawa" ini,
cepat atau lambat nyawanya akan tercabut!"
Ia melanjutkan lagi: "Dengar kata orang bahwa "tangan pencabut
nyawa" ini terdiri dari beberapa jenis, jenis yang terjelek saja dapat
mencabut nyawa orang tidak lebih dari setengah bulan!"
"Kalau yang ini jenis apa?"
Zhang Jiejie berkata sambil menghela nafas lagi: "Ini jenis yang
terbaik!" "Menurutmu, apakah tangan yang kelihatannya makin indah,
ketika mencabut nyawa juga makin. cepat?"
"Sedikit pun tidak salah."
Chu Liuxiang menjadi tertawa.
Zhang Jiejie berkata seraya mendelik: "Apakah kau kira aku
sedang menakut-nakutimu" Apa kau kira ini lucu" Nanti setelah
nyawamu tercabut, mau tertawa pun sudah tidak bisa."
"Aku cuma ingin tahu dengan cara apa ia mencabut nyawa" Cara
itu pasti amat menarik."
"Aku tidak tahu, tiada seorang pun yang tahu, karena yang tahu
sudah masuk peti mati!"
"Tetapi kau tahu."
"Aku cuma tahu ini adalah "tangan pencabut nyawa."
"Apakah dulu kamu pernah melihatnya?"
"Aku hanya dengar kata orang."
"Siapa yang mengatakannya?"
"Seorang...seorang teman."
"Apakah temanmu itu tahu banyak hal?"
"Hal-hal yang aku beritahukan padamu, semuanya aku dengar
dari dia." "Sekarang dia ada di mana?"
"Apakah kau tahu sekarang waktu apa?"
"Waktu pagi." "Pada waktu pagi, teman-temanmu biasanya ada di mana?"
Chu Liuxiang tertawa, sebab tiba-tiba is teringat pada Hu Tiehua,
lalu berkata: "Mereka ada kalanya sedang berbaring di dalam
pelukan orang lain, ada kalanya berbaring di bawah meja di sebuah
kedai arak kecil." Zhang Jiejie pun tertawa, tapi segera menyeriuskan wajahnya
dan berkata: "Teman-temanku bukan si pemabuk, juga bukan si gila,
mereka semuanya normal sekali, dan orang normal pada saat seperti
ini tentu saja masih berada di rumah."
Kata Chu Liuxiang: "Baiklah, kalau begitu marilah kita berangkat"
"Berangkat" Mau ke mana?"
"Tentu saja ke rumah dia."
Zhang Jiejie berkata seraya memelototkan matanya: "Mengapa
aku mesti membawa kamu pergi ke sana?"
Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum "Sebab jika kamu
selalu tidak mau membawa aku pergi ke sana, aku bisa sedih sekali,
disebabkan kamu adalah teman baikku, tentu saja tidak akan
membuat aku sedih kan!"
Zhang Jiejie menggigit bibirnya, lalu berkata dengan geram: "Aka
sengaja tidak mau membawa kau pergi ke sana! Justru mau
membuat kau sedih! Lebih baik kau mati karena mendongkol!"
*** Tetapi dia pergi juga. Sewaktu seorang gadis berkata bahwa lebih baik anda mati
karena mendongkol, seringkali maksudnya ialah ia suka anda!
Tiada seorang pun yang lebih dapat memahami kebenaran ini
dari pada Chu Liuxiang! Langit biru, awan putih, matahari baru terbit dan menyinari
bunga-bunga merah dan daun-daun hijau, di atas daun-daun hijau
masih terlihat embun-embun segar yang bening.
Angin pun terasa segar dan harum, bak nafas gadis yang penuh
kelembutan. Di pagi hari semacam ini, ada seorang gadis muda dan cantik
yang menemani berjalan, berjalan di bawah langit biru dan awan
putih, berjalan di antara bunga-bunga merah dan daun-daun hijau,
tentu saja ini adalah hal yang amat menggembirakan!
Tetapi hari ini Chu Liuxiang tidak terlalu merasa gembira, sebab
punya perasaan sepertinya ada satu bayangan yang selalu
mengikutinya. Bayangan sepasang tangan.
Seolah-olah sepasang tangan itu dapat muncul kapan saja dan di
mana saja dari dalam kegelapan, menjulur dan mencekik lehernya
sampai mati! Sebaliknya Zhang Jiejie kelihatannya jauh lebih gembira dari dia.
Tangan si gadis sedang memegang setangkai bunga liar yang
berembun yang baru dipetiknya, dan mulutnya sedang
bersenandung sebuah lagu daerah pegunungan.
Ia muda dan cantik -- Gadis yang semacam dia ini, mestinya
tidak memiliki kerisauan.
Barangkali ia sama sekali belum belajar untuk menjadi risau dan
gundah-gulana. Sebuah gerobak yang ditarik bagal muncul dari belakang bukit,
setengah gerobak itu terisi dengan selada yang warnanya sehijau
zamrud. Yang menjalankan gerobak itu adalah seorang kakek yang
sedang menghisap pipa rokok, rambut putihnya bergemerlapan bak
perak di bawah sinar matahari.
Dengan berlompatan Zhang Jiejie berjalan mendekati gerobak
itu, lalu bertanya sambil tersenyum "Apakah paman tua mau pergi
ke kota?" Pada awalnya kakek itu menyipitkan matanya, tapi begitu melihat
dia, tiba-tiba matanya bersinar, lalu berkata dengan lantang: "Betul!
Mau pergi ke kota untuk menjual selada."
Tanya Zhang Jiejie: "Bolehkah kami ikut numpang di gerobak
paman untuk pergi ke kota?"
Tetapi sebelum jawaban tiba ia sudah loncat ke gerobak itu.
Jikalau ada gadis secantik ini yang naik ke gerobak, maka setiap
pria dari usia 18-80 tahun tidak akan memaksanya turun!
Si kakek berkata seraya tertawa nyaring: "Gerobak kan masih
kosong, kalian suami istri naiklah bersama-sama."
Chu Liuxiang mengelus - elus hidungnya, lalu dengan terpaksa
naik ke gerobak itu. Zhang Jiejie memandang dia sambil tertawa cekikikan, lalu
bertanya dengan diam-diam: "Kata dia kita adalah suami istri,
mengapa kau tidak menyangkalnya?"
Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum: "Kau sendiri tidak
menyangkal, kenapa aku mesti menyangkal?"
Zhang Jiejie berkata seraya mengedip-ngedipkan mata "Apakah
kita kelihatannya mirip pasangan suami istri yang benaran?"
Chu Liuxiang memandang dia dari atas sampai ke bawah
beberapa kali, baru berkata sambil tersenyum: "Seandainya dulu aku
kawin muda, maka anak perempuanku sudah hampir sebaya
denganmu." Mata Zhang Jiejie mendelik, lalu berkata dengan dongkol:
"Sekalipun kau ingin jadi anakku, ibu tuamu ini masih keberatan
karena kau agak kemudaan."
Kata-katanya belum selesai, ia sudah tidak bisa tahan lagi dan
tertawa cekikikan lagi, sebab ia merasa bahwa istilah ini "Ibu tuamu
ini" benar-benar sesuatu yang baru dan amat menarik!
Tampaknya ia amat mengagumi dirinya sendiri: Kok bisa ya
memikirkan serta mengucapkan istilah ini!
Chu Liuxiang terus menatapnya, dengan tak tertahankan,
perasaannya menjadi lebih gembira.
Ada sejumlah orang sepertinya punya bakat untuk
menggembirakan orang, dan Zhang Jiejie salah satunya.
Baik ia melakukan tindakan apa pun pada anda, tetap saja anda
tidak mampu marah padanya!
Si kakek menoleh dan memandang mereka, lalu berkata seraya
tersenyum: "Melihat kalian tertawanya begitu mesra, pasti baru
nikah!" Zhang Jiejie mengedipkan mata dan berkata: "Paman kok bisa
tahu?" Si kakek menghela nafas panjang, lalu berkata: "Jika suami istri
sudah menikah lama dan telah berusia lanjut, maka sudah tidak bisa
tertawa lagi, misalnya seperti aku itu, begitu melihat istriku yang tua
itu, bahkan mau menangis pun aku tidak bisa."
Zhang Jiejie tertawa renyah, lalu tiba-tiba mencubit hidung Chu
Liuxiang dengan keras. Chu Liuxiang cuma bisa mendelik saja, mengaku dirinya lagi
naas. Tetapi si kakek yang membelanya dengan berkata: "Kenapa
tanpa sebab kau mencubitnya?"
Biasanya seorang pria akan membantu omong untuk pria lain.
Zhang Jiejie berkata dengan senyum dikulum: "Kemudian hari
aku pun juga akan menjadi istri yang tua, kalau sekarang aku tidak
menggencet dia, maka sampai saat itu tiba, aku terpaksa digencet
oleh dia." Si kakek tertawa terbahak-bahak, lalu berkata seraya
menganggukkan kepala: "Benar! Omonganmu memang masuk akal.
Bukankah ketika istriku masih muda dan cantik, ia pun tiap hari
menjadikan aku sebagai bulan-bulanan pelampiasan amarahnya!"
Kemudian ia mengetukkan pipa rokoknya dengan keras pada
gerobak, memandang Chu Liuxiang sambil berkata dengan
tersenyum: "Tampaknya jika seorang pria mau mendapatkan istri
yang rupawan, ia mesti belajar menahan dongkol lebih dulu selama
beberapa tahun." Tanya Zhang Jiejie: "Sekarang bagaimana" Apakah sekarang
anda yang menjadikan dia sebagai bulan-bulanan?"
Tiba-tiba si kakek menghela nafas panjang, lalu berkata seraya
tersenyum masam: " Sekarang yang menjadi bulan-bulanan tetap
adalah aku." Zhang Jiejie berkata sambil tertawa terkekeh-kekeh: "Hal apa
pun kalau sudah jadi kebiasaan, tidak jadi soal kan?"
Si kakek menyipitkan mata dan berkata seraya tertawa "Betul
juga, lambat laun aku sekarang malah merasa jadi bulan-bulanan
kok ya enak juga, seandainya istri tuaku itu tidak membuat aku
marah selama tiga hari saja, aku malah merasa sedih."
Chu Liuxiang pun tidak bisa menahan senyumnya.
Si kakek berkata seraya menghela nafas panjang lagi: "Sekarang
aku hanya ada satu hal yang masih tidak terlalu paham."
Tanya Chu Liuxiang: "Apa itu?"
Ia pun mulai ikut nimbrung, sebab tiba-tiba ia merasa bahwa
kakek ini menarik juga. Si kakek bertanya "Kata banyak orang bahwa orang yang takut
istri itu bisa jadi kaya, tetapi sampai saat ini aku tetap miskinnya luar
biasa, ini kenapa ya?"
Kata Chu Liuxiang seraya tersenyum: "Mungkin takutnya belum


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terlalu hebat" "Harus takutnya bagaimana baru bisa jadi kaya" Ingin sekali aku
mempelajarinya", kata si kakek.
Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum: "Kalau begitu, anda
belajarnya harus mulai dari prinsip '3M dan 4 Harus'."
"Orang - orang pria yang lain juga mempelajari prinsip ini?" tanya
si kakek. "Sekarang sudah mulai mempelajarinya, dan kelak pasti akan
dipelajari sampai lebih mendalam lagi", jawab Chu Liuxiang.
"Jika begitu, cepat terangkan padaku", pinta si kakek.
Chu Liuxiang berkata seraya senyum terus: "'Prinsip 3M':
Mematuhi perintah dan istri; Menuruti secara membabi-buta apa
yang dikatakan istri; Mengikuti istri ke mana pun ia pergi."
"Ternyata ini disebut Prinsip 3M', lalu apa itu 'prinsip 4 Harus'?"
tanya si kakek. Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum simpul: "'Prinsip 4 Harus':
Harus merelakan istri keluar uang seberapa banyak pun; Harus
memahami apa yang dimaui istri; Harus bisa menahan dongkol yang
diberikan oleh istri; Harus bisa bersembunyi ketika istri mau
memukul anda, dan bersembunyinya makin jauh makin baik."
Si kakek menepuk pahanya sendiri, kemudian berkata seraya
tertawa "Luar biasa! Kau anak muda yang hebat! Aku kira kelak kau
pasti jadi jutawan!"
Ia melanjutkan sambil tertawa keras: " Sekarang aku baru
mengerti para jutawan itu telah memakai cara apa!"
Tiba-tiba Chu Liuxiang berkata lagi seraya tersenyum: "Tetapi
orang pria tidak selalu harus takut istri baru bisa jadi kaya!"
"Masa' ada cara lain?" tanya si kakek_
"Masih ada satu cara", jawab Chu Liuxiang.
"Apa itu?" tanya si kakek.
"Jangan punya istri", jawab Chu Liuxiang.
Ketika mereka terus berbicara dan tertawa, rasanya cepat sekali
sudah mau masuk kota. Seseorang kalau masih bisa tertawa, pasti akan melewati harihari
dengan lebih mudah. "Kalian suami istri ini hendak pergi ke mana dalam kota ini?"
tanya si kakek. "Kalau paman mau ke mana?" Zhang Jiejie balik bertanya.
Si kakek menjawab: "Aku sudah hampir tiba, yaitu pasar yang di
depan itu...." Mendadak is menutup mulutnya, dan wajahnya jadi pucat.
Chu Liuxiang mengikuti pandangan mata si kakek, terlihat ada
seorang perempuan tua yang tinggi dan gemuk sedang berjalan
keluar dari pasar, dengan tangan menenteng sebuah galah
timbangan. Si kakek begitu melihat dia, ekspresi wajahnya persis seperti anak
ayam ketika ketemu burung elang, sebelum si kakek berbicara,
nenek itu telah menarik turun si kakek dengan paksa dari gerobak,
lalu memukulkan galah timbangan itu ke badan si kakek dengan
membabi-buta, sambil memaki-maki: "Si tua bangka yang tidak
mati-mati! Kau yang pantas disayat-sayat pisau ini! Aku sedang
heran, kau mati di mana kok belum sampai-sampai" Ternyata kau di
tengah jalan kecantol seorang perempuan liar!"
Si kakek sambil menghindar sambil memohon ampun: "Kau
jangan omong sembarangan, itu istrinya orang lain."
Si nenek menjadi lebih galak, memukul tambah keras dan
berkata: "Omongan kentut! Ia istrinya siapa" Dari modelnya "rubah
kecil" ("Rubah kecil", suatu istilah dalam bahasa Tionghoa, ditujukan
pada seorang wanita muda (biasanya cantik) yang merusak rumah
tangga orang lain.) dari kepala sampai kaki, mana ada bagian yang
mirip dengan perempuan baik-baik?"
Sampai saat ini Zhang Jiejie baru sadar kalau yang dimaksud si
nenek itu adalah dia, dan menjadi tertegun karena makian-makian
nenek itu. Namun ketika melihat si kakek dipukul sampai mau merangkakrangkak
di tanah, ia menjadi tidak tega, lalu tangannya mendorong
Chu Liuxiang dengan diam-diam dan berkata: "Ia dipukuli habishabisan
karena kita, mengapa kita tidak melerainya?"
Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas panjang: "Jikalau
seorang istri sedang memukuli suaminya, bahkan kaisar pun tidak
sanggup melerainya."
Zhang Jiejie berkata dengan cemas: "Paling sedikit kau kan bisa
memberi penjelasan bagi dia" Masa' kalian sesama pria tidak dapat
saling bersimpati?" Chu Liuxiang mengelus-elus hidung, dengan sangat terpaksa
maju, baru berkata: "Ibu tua...."
Si nenek sudah berjalan ke arahnya dan berkata seraya
memelototkan mata: "Ibu tua itu siapa" Ibumulah ibu yang tua!"
Si kakek amat geram, lalu berkata seraya menjejak-jejakkan kaki:
"Kau lihat sendiri kan bahwa perempuan ini mau menang sendiri dan
tidak mau menuruti akal sehat! Sudah jelas ia adalah istrimu, tapi
perempuan ini sengaja tidak mau percaya."
Mata si nenek melotot kian besar dan berkata: "Benarkah 'rubah
kecil' itu istrimu?"
Chu Liuxiang mengangguk dengan senyum masam yang
dipaksakan. Selama ini yang paling ditakuti dia ialah ketemu perempuan yang
mau menang sendiri dan tidak mau menuruti akal sehat! Dan nenek
ini termasuk yang paling menyakitkan kepala dari type perempuan
ini! "Betul dia istrimu" Jika begitu aku tanya Siapa nama istrimu?"
tanya nenek itu. Pertanyaannya memang masuk akal: Tentu saja si suami harus
mengetahui nama si istri.
Sewaktu mengadakan razia penggerebekan pelacur-pelacur liar,
para petugas juga mengajukan pertanyaan ini kepada pria-pria
hidung belang yang terjaring razia!
Chu Liuxiang menjawab dengan tersenyum masam: "Ia bernama
Zhang Jiejie...." Ia sedang merasa beruntung bahwa ia tahu namanya Zhang
Jiejie. Siapa tahu bahwa kalimatnya belum selesai diucapkan, tiba-tiba
si nenek mencaci maki lagi: "Kau si anak haram jadah! Jelas - jelas ia
kakak perempuanmu, tapi sengaja bilang ia istrimu! Kau anak haram
dari siapa" Apakah kau anak haram dari si tua bangka ini" Atau kau
menerima uang sogok berapa banyak dari dia"
Ia makin memaki, amarahnya kian menjadi-jadi, galah timbangan
yang ada di tangannya itu dipukulkan secara membabi-buta ke
badan Chu Liuxiang. Ini betul-betul keterlaluan, si kakek dengan cemas datang
menarik si nenek, sambil berteriak: "Ia kan bukan suamimu,
mengapa kamu memukuli dia?"
Mendengar kata-katanya, seorang perempuan memukuli
suaminya kayaknya adalah sebuah azas kebenaran!
Si nenek berteriak-teriak: "Aku justru mau memukuli si anak
haram jadah ini sampai mati...."
Si kakek menarik si nenek dengan gelisah, tapi si nenek tetap
mau memukul dengan kalap.
Chu Liuxiang menjadi bingung, tidak tahu mau tetap diam di
tempat, atau sebaiknya melarikan diri.
Tiba-tiba, kakek yang menarik dan nenek yang memukul itu
sama-sama mau jatuh, dan jatuhnya mereka menuju ke arah Chu
Liuxiang. Dengan terpaksa dan gerakan yang otomatis, Chu Liuxiang
mengulurkan tangan untuk menahan tubuh mereka agar mereka
tidak terjatuh. Tiba-tiba, si kakek merangkul pinggang Chu Liuxiang erat-erat
dari bawah, dan gerakan si nenek cepat bagaikan angin, galah
timbangan yang ada di tangannya, dalam waktu sekejap mata, telah
menotok 7-8 jalan darah di tubuh Chu Liuxiang!
**** "Tiada seorang pun yang bisa mengelabui Chu Liuxiang!"
Tampaknya kalimat ini sudah seharusnya direvisi, setidaknya
mesti ada tambahan kata di depannya, sehingga menjadi: "Kecuali
wanita, tiada seorang pun yang bisa mengelabui Chu Liuxiang!"
Chu Liuxiang mendadak juga menyadari satu hal: "Perempuan
tua juga adalah wanita, dan wanita dari usia 18-80 tahun tidak ada
yang dapat dipercayai!"
Ia sudah lama bersumpah akan ekstra hati-hati terhadap kaum
wanita, cuma sayangnya ia telah melupakan hal ini!
Tampaknya sudah suratan takdir bahwa ia mesti terpelanting
oleh kaum wanita! **** Gerobak yang ditarik bagal itu menuju keluar kota lagi.
Si kakek sambil menghisap pipa rokok, menjalankan gerobak
dengan perasaan puas dan gembira.
Chu Liuxiang berbaring di setumpukan besar selada, persis
seperti selada yang berukuran ekstra besar -- Ia biasanya amat
jarang memakai pakaian hijau, kecuali hari ini.
Pakaian hijau ini dibuat khusus oleh Su Rongrong bagi dia, sebab
salah satu sahabat wanita terdekatnya ini berkata pada dia: "Kalau
pergi ke rumah orang untuk mengucapkan selamat panjang umur,
maka seharusnyalah memakai pakaian yang berwarna terang dan
sedikit menyolok, agar tidak dianggap sial oleh keluarga itu."
Chu Liuxiang berfikir seraya menghela nafas: "Mengapa tidak
memilih pakaian yang berwarna merah atau kuning, tapi justru
memilih pakaian hijau?"
Ia tidak menyukai selada.
Selama ini ia beranggapan bahwa selada, wortel dan sejenisnya
ini adalah makanan untuk kelinci.
Nenek itu sedang duduk di sampingnya, dan memandangi dia
dari atas ke bawah dan sebaliknya, sepertinya menaruh minat besar
padanya. Asalkan ia adalah wanita, pasti akan menaruh minat pada Chu
Liuxiang, dari usia 18-80 tahun adalah sama saja.
Lalu Zhang Jiejie" Sejak tadi ia telah menghilang.
Tiba-tiba si nenek tersenyum dan berkata kepada Chu Liuxiang:
"Hal ini pasti telah memberi pelajaran untukmu kan?"
"Pelajaran apa?" tanya Chu Liuxiang.
"Mengajarimu bahwa lain kali jangan mencampuri urusan suami
istri orang lain. Sekalipun si suami dipukuli sampai mati oleh si istri,
itu nasibnya si suami! Memang tiada seorang pun yang mampu
menangani urusan ini", kata si nenek.
Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas: "Pelajaran yang
aku dapatkan dari hal ini bukan cuma itu saja."
"Oh" Masih ada pelajaran apa lagi?" tanya si nenek.
"Yang pertama: Mengajariku dengan amat mendalam bahwa lain
kali jangan sembarangan mengaku diriku adalah suaminya orang
lain", kata Chu Liuxiang.
"Kemudian?" tanya si nenek.
"Yang kedua: Mengajariku dengan amat mendalam bahwa lain
kali jangan lupa bahwa nenek yang tua pun juga adalah wanita",
kata Chu Liuxiang. Raut muka si nenek menjadi dingin dan berkata: "Apakah kau
merasa sedikit tidak rela bahwa kau jatuh di tanganku?"
Chu Liuxiang menjawab seraya menghela nafas panjang:
"Sekarang aku hanya menyesal kenapa kemarin aku kok tidak jatuh
di tubuhnya nona-nona yang muda dan cantik itu!"
Si nenek berkata seraya tersenyum dingin: "Yang disayangkan
adalah: Sekarang kau menginginkannya tapi sudah terlambat!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum kecut: "Makanya
sekarang aku cuma berharap satu hal."
"Apa itu?" tanya si nenek.
"Berharap berubah menjadi seekor kelinci", jawab Chu Liuxiang.
Si nenek berkata dengan terkejut: "Kelinci?"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum "Jika anda melemparkan
seekor kelinci ke tumpukan selada, kelinci itu akan merasa senang
sekali, namun andalah yang akan menyesal."
Mendadak si kakek menolehkan kepalanya dan berkata sambil
senyum: "Istriku yang tua, apakah kau tidak merasa bahwa orang ini
ada sesuatu yang luar biasa?"
"Apanya yang luar biasa?" tanya si nenek.
"Sudah sampai pada situasi ini pun, ternyata ia masih bisa
bergurau, bahkan kata-katanya banyak sekali."
*** Ini memang betul adalah keluarbiasaan Chu Liuxiang!
Pada saat-saat makin sial dan paling berbahaya, ia makin suka
berbicara. Ini tidak saja disebabkan ia selalu beranggapan bahwa berbicara
dapat menenangkan perasaan hatinya, juga disebabkan ia seringkali
dapat menemukan kelemahan lawan!
Jikalau lawan ada kelemahan, ia baru punya kesempatan. Jikalau
tidak ada kelemahan, ia juga bisa menciptakannya.
*** Gerobak itu berbelok masuk ke sebuah jalan yang sepi dan
terpencil. Biji mata Chu Liuxiang berputar-putar, lalu berkata: "Jalan
ini menuju ke mana" Aku kok belum pernah lewat?"
Si nenek berkata dengan dingin: "Jalan yang belum pernah kamu
lewati masih amat banyak, lain kali lewatilah dengan pelan-pelan."
"Lain kali aku masih ada kesempatan?" tanya Chu Liuxiang.
"Itu tergantung", jawab si nenek.
"Tergantung apa?" tanya Chu Liuxiang.
"Tergantung kami senang atau tidak", jawab si nenek.
"Kalau tidak senang" Masa' mau membunuhku?"
"Hmm!" si nenek mendengus.
"Aku dengan kalian kan tidak pernah bermusuhan atau punya
dendam, seandainya mau membunuhku, ini pasti bukan ide kalian
kan?" tanya Chu Liuxiang.
Tiba-tiba si nenek jadi bungkam.
"Aku tahu ada seorang yang mau membunuhku, tapi sampai
sekarang masih tidak terfikirkan dia itu siapa?"
Chu Liuxiang melanjutkan kata-kata seraya memutar-mutar biji
matanya: "Apakah orang itu adalah Zhang Jiejie" Apakah kalian
sudah saling mengenal" Apakah ini adalah sandiwara yang sudah
kalian rancang sejak semula?"
Si nenek tetap mengatupkan mulutnya, kelihatannya telah
memutuskan untuk tidak ngobrol lagi dengan Chu Liuxiang.
Tiba-tiba Chu Liuxiang berkata sambil senyum "Aku sekarang
baru menyadari bahwa anda pun memiliki sesuatu yang luar biasa --
- Yang juga merupakan keunggulan terbesar anda."
Sewaktu orang lain menyinggung tentang keunggulan diri sendiri,
sedikit sekali orang yang bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
Dan memang si nenek akhirnya bertanya juga: "Apa yang kamu
maksud?" "Keunggulan terbesar anda ialah: tidak panjang mulut seperti
perempuan lain", jawab Chu Liuxiang.
"Hmm!" Si nenek mendengus.
Walaupun is mendengus, namun ekspresi wajahnya sudah lebih
"enak dipandang."


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chu Liuxiang tersenyum lagi, lalu berkata: "Orang bilang
perempuan tua paling panjang mulut, dikarenakan anda tidak
panjang mulut, anda pasti belum terlalu tua."
Ia melanjutkan sambil menghela nafas: "Hanya sayang bahwa
anda terlalu tidak memerhatikan periasan diri, sehingga anda
kelihatannya agak tua. Anda mesti memahami pepatah ini yang
berbunyi 30% wajah, 70% merias diri. Setiap wanita melakukan hal
demikian." Tanpa terasa si nenek membetulkan belahan bajunya, dan
mengelus-elus wajahnya. "Umpamanya Zhang Jiejie sama sekali tidak merias diri seperti
anda, pasti kelihatannya tidak lebih muda banyak dari anda", kata
Chu Liuxiang. Tanpa terasa si nenek berkata seraya menghela nafas: "Ia masih
gadis muda, bagaimana aku bisa dibandingkan dengan dia?"
"Anda tahun ini berusia berapa" Ada 38 tahun?" tanya Chu
Liuxiang. Si nenek berkata seraya "mendinginkan" ekspresi wajahnya
"Kamu jangan pandai menjilat ya!"
Walaupun demikian, ia sudah hampir mau tertawa dengan
senang. Gadis muda mengharapkan orang lain mengatakan bahwa ia
sudah besar dan dewasa, sebaliknya perempuan tua mengharapkan
orang lain mengatakan bahwa ia masih muda!
Azas kebenaran ini dari dahulu kala sampai sekarang pun tetap
berlaku! Si kakek menoleh lagi, lalu berkata sambil tertawa: "Istriku yang
tua, dengar kata orang bahwa orang ini memiliki mulut manis yang
telah menipu banya kwanita! Kau harus hati-hati agar tidak terjebak
olehnya." "Saya mengatakan yang sebenarnya", kata Chu Liuxiang.
Si kakek berkata seraya tersenyum: "Masa' kamu betul-betul
menganggap dia masih berumur 38 tahun" Bukan berumur 83
tahun?" Tiba-tiba si nenek lompat berdiri, menampar si kakek dan
memaki: "Omongan kentut! Kalau aku benar-benar berumur 83
tahun, bukankah kau adalah cucuku?"
Si kakek mengerutkan kepala dan tidak berani berbicara lagi.
Chu Liuxiang tersenyum lagi, lalu berkata dengan santai:
"Sebenarnya tidak bisa menyalahkan dia, karena setiap suami akan
merasa istrinya lebih tua dalam pandangan orang lain."
Si nenek saking marahnya sampai nafasnya agak terengahengah,
lalu berkata dengan marah: "Makanya wanita seharusnya
tidak boleh menikah!"
Chu Liuxiang berkata sambil menghela nafas: "Ngomong secara
jujur ya, di dunia ini posisi wanita terjepit: Jika tidak menikah, orang
akan mengejek dan berkata dia tidak laku; Jika menikah, harus
berjagajaga agar si suami tidak berubah hatinya!"
Ekspresi wajahnya penuh dengan rasa simpati, lalu melanjutkan:
"Orang semuanya sepertinya melupakan satu hal: Yaitu din mereka
juga dilahirkan oleh perempuan."
Di bawah kolong langit ini, sepertinya sudah tidak ada perkataan
lain lagi yang sanggup membuat wanita jadi terharu dari kalimat ini!
Tanpa dapat menahan diri lagi, si nenek pun berkata seraya
menghela nafas: "Andaikata semua pria di dunia ini penuh
pengertian seperti kamu ini, pastilah kehidupan kaum wanita
menjadi lebih mudah!"
Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum masam "Namun apa
manfaatnya menjadi orang semacam aku ini" Sebab malahan ada
orang yang menginginkan nyawaku! Bahkan justru ada wanita yang
menginginkan nyawaku!?"
Si nenek menatap dia, ekspresi mukanya tampak ada rasa
simpati serta sedikit rasa bersalah, lalu berkata dengan suara
lembut: "Barangkali ia tidak sungguh-sunguh mau menginginkan
nyawamu, mungkin hanya sekedar mau bertemu denganmu"
Chu Liuxiang menggelengkan kepala dan berkata: "Jika ia hanya
sekedar mau bertemu denganku, mengapa tidak langsung
menemuiku" Mengapa mesti memeras otak membikin jebakanjebakan"
Mengapa mesti bersusah-payah demikian?".
Ia melanjutkan dengan wajah murung: "Seandainya aku berbuat
salah pada dia, maka mati pun aku tidak menyesal, tapi yang
membuat aku menyesal ialah: Bukan saja aku tidak pernah melihat
wajahnya, bahkan aku tidak tahu dia itu siapa!"
Si nenek berkata dengan suara yang makin pelan: "Sebenarnya
kami tidak punya dendam denganmu, juga bukan sungguh-sungguh
mau mencelakaimu, cuma...cuma...."
"Aku pun tahu bahwa kalian pasti punya kesulitan yang sulit
diutarakan, maka aku juga tidak ingin kalian melepaskanku, aku
cuma ingin...cuma ingin....", kata Chu Liuxiang.
Si nenek berkata dengan tegas: "Jangan segan-segan untuk
mengatakan apa yang kamu inginkan, asal itu dalam batas
kemampuanku, aku pasti mau membantumu."
"Sebenarnya juga tidak ada apa-apa, cuma dikarenakan selama
ini aku tidak makan selada, juga amat takut pada baunya, maka
sekarang perutku terasa mulas dan mau muntah", kata Chu
Liuxiang. Si nenek berkata dengan sikap bersimpati: "Memang benar
selada ada semacam bau yang aneh, aku pun tahu ada banyak
orang yang tidak berani memakannya"
"Seandainya sekarang beri aku minum beberapa teguk arak, aku
akan merasa jauh lebih enakan", kata Chu Liuxiang.
Si nenek berkata sambil senyum: "Hal ini mudah."
Ini memang tidak termasuk permintaan yang kelewat batas,
sekalipun ia seorang narapidana terhukum mati, sebelum hukuman
mati dijalankan, juga akan diberikan semangkok arak.
Si nenek berdiri, lalu berkata dengan suara keras: "Kakek tua,
aku tahu kau pasti menyimpan arak, cepat keluarkan!"
Si kakek berkata sambil menghela nafas: "Tidak masalah jika
minum beberapa teguk arak, namun beberapa jalan darah di
dadanya telah kau totok, lalu bagaimana ia bisa menelan arak?"
"Kalau aku bisa menotoknya, apa aku tidak bisa melepaskan
totokannya?" kata si nenek.
Si kakek berkata dengan terkesiap: "Kau ingin melepaskan
totokannya" Kalau dia lari, siapa yang bertanggung-jawab?"
Si nenek berkata dengan tersenyum dingin: "Tenang! Ia tak akan
bisa lari." Chu Liuxiang berkata dengan tersenyum kecut: "Tidak salah,
kalau seluruh jalan darah di kedua kakiku ditotok, bagaimana aku
bisa melarikan diri?"
Dengan gerakan yang amat lambat, si kakek mengeluarkan satu
botol arak dari bawah alas gerobak, dan mau minum arak seteguk
dulu. Dengan sigap si nenek merampas botol arak itu, lalu
menggoyang-goyangkan botol itu di depan muka Chu Liuxiang dan
berkata: "Anak muda, dengarlah! Hanya disebabkan aku merasa kau
orangnya lumayan juga, maka aku izinkan kau minum arak, tapi
kamu sekali-kali jangan macam-macam, jika tidak jangan salahkan
aku kalau aku berlaku tidak sungkan lagi padamu!"
Si kakek berguman: ia betul-betul berlaku tidak sungkan, aku
boleh jamin bahwa tiada seorang pun yang sanggup bertahan."
Si nenek mendelik pada si kakek, namun tangannya telah
menotok 6 jalan darah di kedua kaki Chu Liuxiang.
"Masih ada tangannya yang belum kau totok - Jika kau begitu
menyukai dia, sekalian saja kau bantu dia dengan menyuapkan arak
pan dia", kata si kakek.
Si nenek berkata seraya tersenyum dingin: "Suap ya suap, siapa
takut" Menurut umurku kan sudah pantas jadi...kakak perempuan
terbesarnya, masa' ada orang yang mau curiga padaku?"
Si kakek bergumam lagi: "Ternyata kau bisa jadi kakak
perempuan terbesarnya, padahal aku kira kau sudah boleh jadi
ibunya." Mulut si nenek memaki-maki lagi, namun tangannya telah
menotok seluruh jalan darah di kedua tangan Chu Liuxiang.
Walaupun ia telah tua, tetapi kedua tangannya masih mantap
sekali, totokannya cepat dan tepat Tidak kalah dengan ahli-ahli totok
terkenal mana pun! Sejak tadi Chu Liuxiang telah bisa mengetahui bahwa pasangan
suami istri ini pasti adilah tokoh persilatan yang amat termasyhur,
namun sampai saat ini ia masih belum terpikirkan bahwa mereka itu
siapa. Setelah si nenek melepaskan totokan di dada Chu Liuxiang, lalu
memapah bangunkan dia, menutup mulut Chu Liuxiang dengan
botol arak, dan berkata: "Kamu minumlah dengan pelan-pelan.
Bukannya aku tidak dapat mempercayaimu, hanya dikarenakan
banyak orang berkata bahwa dalam situasi sebahaya apa pun, kamu
tetap bisa menemukan kesempatan untuk melarikan diri!"
Chu Liuxiang minum dua teguk arak, bernafas panjang sebentar,
lalu berkata seraya tersenyum pahit: "Ilmu menotok yang anda miliki
ini, di dalam dunia ini paling-paling cuma ada 2-3 orang yang dapat
menandingi! Jika masih ada orang yang dapat lolos dan anda, ini
baru disebut peristiwa aneh!"
Si nenek berkata sambil senyum: "Kamu termasuk orang yang
pengamatannya jeli sekali ya! Sebenarnya aku pun tidak percaya
kamu bisa lobs dari tanganku, namun berhati-hati sedikit kan tetap
baik!" Chu Liuxiang minum arak sambil menganggukkan kepala.
Si nenek berkata lagi sambil senyum: "Kamu tidak perlu minum
begitu tergesa-gesa, arak dalam botol ini kan milikmu."
Ia agak menjauhkan mulut botol itu agar Chu Liuxiang bisa
bernafas lebih lega. Chu Liuxiang memang sedang bernafas, sampai nafasnya
memburu dan wajahnya memerah.
Si nenek meninggikan kepalanya dan bergumam: "Mengapa
kaum pria sepertinya semua adalah "setan mabuk?" Aku sendiri
sampai sekarang kok tidak habis pikir: Apa manfaatnya minum
arak?" Ia segera akan mengerti: Sekalipun boleh dikatakan bahwa
minum arak tidak ada manfaatnya, tapi toh tetap saja ada satu
macam manfaatnya, yaitu kadang-kadang dapat menyelamatkan
nyawa seseorang! Tiba-tiba sebuah semburan arak keluar dari mulut Chu Liuxiang,
menyembur ke muka si nenek laksana anak panah!
Dengan terkejut si nenek melompat ke belakang dan turun dari
tumpukan selada itu, namun dengan tiba-tiba semburan arak itu
berubah arah dan mengenai kaki Chu Liuxiang!
Si kakek pun amat terkejut, dengan sigap berkelebat dari muka
gerobak, serta menimpukkan cambuk ke leher Chu Liuxiang.
Reaksi si nenek lebih cepat, badannya melesat bagaikan ada
pegasnya, sepuluh jari tangannya mencengkeram ke mata kaki Chu
Liuxiang laksana cengkeraman rajawali!
Hanya sayang bahwa mereka terlambat satu langkah saja!
Sewaktu Chu Liuxiang mau melarikan diri, selamanya tiada seorang
pun yang bisa menerka cara apa yang akan dipakainya!
Dan ketika orang sudah tahu cara apa yang dipakainya, seringkali
sudah terlambat satu langkah!
Ketika semburan arak itu mengenai kakinya, telah melepaskan
seluruh jalan darah di kakinya yang tertotok!
Chu Liuxiang melingkarkan kedua kakinya, badannya segera
melesat pergi laksana anak panah yang baru lepas dari busur!
Begitu badannya melesat, maka tiada seorang pun di kolong
langit ini yang dapat menangkapnya lagi!
"Ilmu meringankan tubuh Pendekar Harum nomor satu di dunia!"
Kalimat ini memang bukan isapan jempol!
Badannya melesat lalu bersalto di udara, setengah teguk arak
yang tersisa di mulutnya disemburkan untuk melepaskan totokan di
jalan darah lengan kanannya.
Badannya bersalto lagi di udara, tangan kanannya telah
melepaskan totokan di jalan darah lengan kirinya.
Begitu seluruh jalan darah di kedua lengannya sudah
terbebaskan, maka sepertinya ia ketambahan sepasang sayap, dan
terlihatlah kedua lengannya diayunkan, lalu badannya berputaran
dengan cepat di udara, segera saja badannya telah hinggap di
ranting-ranting pohon yang jauhnya kira-kira 20-30 meter, dan
ranting-ranting itu hampir tidak bergoyang sama sekali!
Ketika ia berada di ranting-ranting pohon, tampaknya ia berdiri
lebih teguh dari orang lain yang berdiri di tanah datar!
Si kakek dan si nenek hanya melihat dengan melongo saja.
Mereka tidak mengejar, sebab mereka sudah mengerti Sekalipun
dikejar, juga tidak bisa menyusul Chu Liuxiang.
Dan lagi, sekalipun mereka bisa menyusul Chu Liuxiang, mereka
bisa berbuat apa pada dia"
Mereka pun tidak melarikan diri, sebab mereka pun tahu itu tiada
gunanya. Mendadak Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum "Hal ini
barangkali juga telah memberikan pelajaran bagi kalian."
Si nenek menghela nafas panjang, lalu berkata: "Betul! Aku
Pedang Kiri 7 Pendekar Bayangan Sukma 5 Keris Naga Merah Pendekar Guntur 17
^