Lembah Patah Hati 1
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung Bagian 1
Lembah Patah Hati ~ dh : Lembah Beracun ~ Karya : Khu lung (Chin Yung ) ?""
Saduran : OPA Jilid 1 SUATU MALAM........ Itu merupakan suatu malam yang seram, kesunyian
meliputi seluruh jagad. Kilat dan guntur saling meyusul
memecahkan suasana sunyi malam itu.
Keadaan pada saat itu sungguh menakutkan.
Pada suatu gunung yang tinggi dengan jurangnya yang
curam dan berhutan belukar tidak kelihatan barang seekor
binatang buas sekalipun. seolah2 disitu sudah tidak ada
penghuninya. Sesosok bayangan manusia yang pendek kecil, dapat
kelihatan bergerak atau lebih mirip kalau dikatakan tengah
merayap keatas gunung yang seram sunyi itu.
Bayangan itu sebentar jatuh sebentar bangun, terus
merayap keatas gunung, gerakannya seperti juga gerakan
binatang liar yang sedang melarikan diri dari kurungannya
dan hendak kembali ke hutan.
Pakaiannya compang camping, pada badannya disana
sini kedapatan banyak luka dan berlumuran darah......
Tetapi ia seperti didorong oleh suatu pengaruh gaib, ia
masih dapat bertahan terus atas semua penderitaan.
Kilat yang menyambar nyambar menyeramkan, disusul
oleh suara geledek yang mengelegar2 membuat gunung
tersebut rasanya seakan2 hendak ambruk, tetapi hujan turun
dengan sangat lebatnyaa. Bayangan kecil itu kelihatan berhenti dibawah sebuah
pohon yang besar yang rindang, rupanya hendak meneduh
sejenak untuk beberapa saat disitu. Sesaat kemudian, ia
mendongakan kepalanya mengawasi langit yang gelap
gulita. "Oh Ayah... ayah.........." terdengar ia mengeluh
perlahan. Ia ternyata seorang anak tanggung yang usianya kira2
baru tiga belas atau empat belas tahun. Sehelai kain yang
menutupi badannya kelihatan sudah mesum dan compang
camping, kini sudah menjadi basah kuyup karena
kehujanan. Air hujan yang menerpa wajahnya yag kecil cakap, telah
membuat penglihatannya menjadi guram. Dengan perasaan
sedih, ia memesut air hujan dimatanya dengan lengan
bajunya. Apakah itu air mata atau air hujan, ia sendiri juga tidak
dapat membedakannya lagi.
Keletihan dan kedukaan dengan tajam telah menggilas
gilas jiwa bocah yang masih belum dewasa ini.
Ia melanjutkan perjalanannya, tidndakan kakinya makin
lama makin berat. Sebentar2 ia menoleh kebelakang sambil menghela napas
panjang. ia ingin secepat mungkin dapat memasuki rimba
guna mencari tempat untuk meneduh dari serangan air
hujan. Sayang sebelum maksudnya tercapai, ia telah rubuh
karena amat lelah dan lapar.
Ia kertak gigi, berkata pada dirinya sendiri:
"Ho kie, Ho Kie, kau tidak boleh mati, kau pasti akan
dapat bertahan sampai melewati bukit Pek-Kat Nia didunia
ini! Kau harus secepatnya mencapai puncak gunung Sin
hong untuk mencari itu orang aneh berkepandaian tinggi
yang sedang menyembunyikan diri disana........"
Apa mau, ketika ia mementang matanya, didepan hanya
kelihatan deretan gunung yang menjulang tinggi yang pada
saat itu tengah disirim air dari langit.
"Akh! Dimana adanya puncak gunung Sin hong"
Dimana adanya temapt untuk mencari orang aneh yang
berkepandaian tinggi itu?" kembali ia berkata2 sendirian.
Ia coba berbangkit, hendak meneruskan perjalanannya.
Kakinya semakin lama semakin berat bertindak.
Tenaganya yang terakhir sudah hampir digunakan habis.
Tetapi ia kuatkan hati dan paksa berjalan terus.
Mendadak telinganya mendengar suara seorang yang
tertawa dingin. Dalam suasana yang menyeramkan, suara
tertawa itu membuat bulu roma pada berdiri.
Dengan bergemetaran, ia menghentikan tindakaannya.
Ia memasang telinganya, kemudian berpikir dengan
perasaan takut..Aaaa, apakah mereka mengejar aku"
Perasaan takut membikin ia tidak perdulikan lagi adanya
geledek dan hujan, dengan sisa tenaganya yang masih ada,
ia terus lari keatas gunung.
Dijalanan pergunungan itu penuh dengan lumpur. Belum
berapa jauh ia lari kakinya terpeleset, badannya yang kecil
itu tergelincir kedalam lumpur.
Tetapi ia terus keraskan hatinya. ia bangkit kembali dan
lari lagi. Sebentar saja ia sudah berhasil mencapai jarak
sepuluh tombak lebih. Mendadak dilihatnya disebelah depan ada bayangan
hitam yang sedang mendatangi dan menghampiri dirinya.
Ia niat menyingkir, tetapi bajunya kena kecandak. Ia
menjerit kaget, lal berbalik dan tangannya yang kecil
menyerang. Apa maum tangannya kontan dirasakan sakit.
Ketika ditegasinya rombongan bayangan hitam itu ternyata
cuma pohon yang banyak durinya, yang dikiranya orang
yang menghampirinya, padahal ia sendiri yang lari
menghampiri pohon2 itu. Bajunya robek dan badannya berdarah, napasnya
tersengal2. Dalam keletihannya ia coba melongok lagi
kebawah gunung. Gelap gulita, tak tampak bayangan seorang manusia pun
disana. Ia sesali dirinya sendiri. Nyalinya terlalu kecil. Meskipun
gerakan mereka lebih cepat, tetapi untuk mencapai jenazah
ayaj, setidak2nya harus makan waktu satu jam lebih. tidak
mungkin mereka dapat mengejar kemari.
Tetapi belum lenyap pikirannya itu, mendadak
didengarnya suara orang berkata:
"Be Tongcu, jangan kasih lolos anjing kecil itu, sebag
dibadan bangsat tua tiu tidak kita dapati barang yang
dicari." Bocah itu ketakutan setengah mati. Sepasang matanya
berjelilatan didalam kegelapan.
Badannya gemearan, diam2 ia mendoa: "Ayah, mohon
kau melindungi Kie-jie supaya bisa lolos dari cengkraman
mereka...." Pada saat itu, kilat telah menerangi jalanan gunung yang
kecil. dari penerangn itu kelihatan beberapa bayangan
hitam yang sedang lari dengan cepat ke atas gunung.
Si bocah tidak dapat melihat tegas wajah mereka, ia
hanya dapat melihat bergemerlapannya sinar golok yang
terkena sinar kilat. Sudah terang, bahwa orang2 itu sedang mengejar
kearahnya dan hendak mengambil jiwanya. Untuk sesaat
lamanya, ia berdiri dengan wajah ketakutan, tetapi dalam
hatinya masih terus berkata : Aku tidak boleh mati!
Keturunan keluarga Ho cuma tinggal aku seorang. Kalau
aku mati, siapa yang akan menuntut balas untuk kematian
ayah yang menggenaskanitu" Lagi pula sebelum ayah
menutup mata, beliau telah suruh aku lekas menyingkirkan
diri, malah beliau mengatakan bahwa atas diriku ada
sangkut pautnya tentang mati hidup sembilan partai besar
dalam rimba persilatan......benarkah aku ada sangkut
pautnya dengan nasib seluruh rimba persilatan" Benarkah
kedudukanku sedemikian pentingnya"
Rupa2 pertanyaan, kekuatiran dan rasa ketakutan yang
tercampur aduk dalam otaknya.
Ketiak ia tersadar dari pikirannya yang mleayang, ia
dapatkan bahwa orang2 yang mengejar padanya sudah
terpisah kira2 1 tombak jauhnya.
Bukan kepalang kaget dan takutnya dia, buru2 ia angkat
kaki dan mabur lagi.... Air hujan terus seperti dituang dari langit. Gunung itu
seolah2 seekor binatang yang hendak menelan bocah yang
belum apa2 itu. Mendadak ia dengar pula suara orang yang bicara
dengan nada yang menyeramkan.
"Anjing kecil, ajalmu sudah didepan mata, kau masih
mau kabur kemana?" Suara itu kedengarannya sangat nyata. terang pengejar
sudah berdada dekat dibelakang dirinya.
Bocah itu nyalinya hampir copot, dengan kekuatan yang
masih ada, dia terus lari sambil berseru
"Tolong....tolong....."
Tetapi suara permintaan tolongnya itu telah ditelan oleh
sang malam yang gelap, oleh air hujan dan guntur yang
bersambung tak henti2nya.
Dipergunungan yang sepi, siapa yang bisa dengar
seruannya" Dan andai kata ada yang mendengar, siapakah
yang mau mencampuri urusan2 orang lain"
Saat itu kembali terdengar pula suara yang seram itu.
"Tongcu, anjing kecil itu sudah dekat dipuncak gunung!
Kita harus lekas turun tangan, sekalian jangan biarkan dia
lolos dari tangan kita....!"
Sibocah thau bahwa orang yang bicara tadi tentunya
adalah kauwcu dari Hian kui kauw yang mempunyai gelar
Cian Tok Cian Mo atau Manusia Iblis Sangat Jahat, yang
sedang menggunakan ilmunya menyampaikan suara sampai
ribuan lie, untuk memberi perintah pada orang2nya supaya
segera menangkap atau membinasakan diriny sibocah yang
bernasib malang itu. Ayahnya sibocah sudah binasa ditangan merea!
Mereka itu sungguh kejam. sesudah membinasakan
ayahnya sekarang mereka masih hendak menumpas
keturunannya. Mereka anggap hidupnya bocah itu seperti
juga menanam bibit bencana bagi mereka dikemudian hari.
Dari suaranya kauwcu yang memberi komand itu,
sibocah sekarang sudah tahu bahwa dirinya sudah berada
diujung paling tinggi dari bukit Pek-Kut nia. Jadi puncak
gunung Sin hong tempat kediaman orang aneh ang
berkepandaian tinggi itu sudha tidak jauh lagi dari situ.
Ini ada merupakan suatu titik sinar pengharapan bagi
jiwanya Ho Kie yang terancam bahaya maut itu.
Maka, ia lari terus sambil berteriak-teriak minta
tolong."Cianpwe, tolong.....!"
Tetapi pada saat itu terdengar suara guntur. hingga suara
permintaan tolongnya ditelan oleh bunyi guntur.
Apakah itu sudah kemauan takdir, Ho Kie harus binasa
digunung yang sepi itu dalam usianya yang masih begitu
muda" Suara seram tadi terdengar pula:
"Anjing kecil, sekalipun kau berteriak sampai pecah
tenggorokanmu, siapa yang akan mendengar" Perintah
kauwcu sudah keluar. sebaiknya kau menyerah saja. Kami
tongcu mungkin masih memandang usiamu yang masih
begitu muda, dapat memberi kelonggaran membinasakan
kkau dalam keadaan tubuhmu utuh."
Pada saat waktu suara itu berhenti. orangnya sudah
dibelakang Ho Kie. si bocah ketika menoleh kebelakang, melihat tidak jauh
darinya ada beridir seorang tua yang berbadan tegap dan
wajahnya keren sambil menyoren golok.
Dibawah sinar kilat. Ho Kie melihat wajah yang sudah
serem. ketika tertawa lebih menyeramkan lagi tampaknya.
Wajah itu masih teringat betul dalam otaknya Ho Kie,
peristiwa berdarah yang masih belum lama terjadi kembali
terlintas dalam otakknya.
Belum lama berselang, ketika sang malam baru tiba,
orang ituah yang memimpin sekawanan manusia buas
berkepandaian tinggi, mengejar dan membunuh ayahya.
Dan sekarang ia kembali muncul didepan matanya,
sudah tentu bermaksud hendak membinasakannya sekalian.
Ho Kie ketakutan, ia berteriak dan lari ke luar lagi....
Mendadak terdengar pula suara perintah kauwcu:
"Bo tongcu, lekas turun tangan, jangan biarkan bocah itu
sampai menginjak tanah telarang sisetan tua Cit Cie Sijari
Tujuh.!" Orang tua itu tertawa dingin, lalu gerakan badannya,
secepat kilat sudah memburu ke arah sibocah tadi.
Ho Kie tiba diatas gunung, mendadak didepan matanya
tampak semua kosong. Ia hentikan larinya dan apa yang
terlihat, membikin semangatnya terbang seketika.
Ternyata ia sudah tiba ditepi sebuah jurang yang sangat
dalam. Keadaan jurang itu sangat berbahanya, di kanan dan
dikiri tebing jurang tampak menjulang tinggi, kecuali itu
jalanan kecil yang barusan dilalui, sudah tidak ada jalan
keduanya lagi. Ho Kie berpaling ke belakang dengan penuh ketakutan,
dimana orang tua berwajah seram itu sudah berada dekat
sekali dibelakangnya, seolah2 terus dia dibuntuti, seperti
kucing mempermainkan tikus.
Ho kie sekarang menghadapi jalan buntu.Didepan ada
jurang, dibelakang sudah tidak ada jalan untuk mundur.....
Kecuali terjun kedalam jurang, jalan mundur berarti
mengantarkan jiwanya kedalam tangannya orang tua yang
kejam itu. Ho Kie gemetaran bdannya menekankan rasa takut dan
ngeri, tanpa sadar ia mundur dua tindak, terpisah dengan
jurang cuma tinggal 1 tombak saja.
"Anjing kecil, aku ingin tahu kau masih bisa lari
kemana?" demikian orang tua berwajah seram itu berseru.
Menganggap sudah tidak ada harapan untuk hidup, Ho
Kie jadi nekad. Dengan mata mendelik lebih dulu ia
memaki orang tua itu. "Bangsat tua! Kejam benar kau. Ayahku ada
permusuhan apa dengan kau" mengapa kau bunuh dia" Aku
seorang anak kecil saja kau masih tidak mau lepaskan, apa
kau bermaksud hendak menumpas habis seluruh keluarga
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ho?" "Ayahmu si anjing tua itu, sejak menjadi anggota Hian
Kui kauw. kauwcu dengan kami semua perlakukan
padanya dengang baik, siapa nyana dia telah menghianati
perkumpulan dan hendak mabur. Selain daripada itu, dia
juga mencuri sebuah...." belum habis ucapan orang tua itu,
kembali terdengar suara kauwcu yang amat dingin.
"Be tongcu, lekas turun tangan! Jangan sampai si setan
tua Cit-Cie Lo kui nanti dapat dengar perkataannya dan
memberi pertolongan kepadanya.!"
Orang tua yang dipanggil Bo Tongcu itu lantas
menjawab sambil bungkukkan badan,
"Bo Pin menjunjung tinggi perintah kauwcu!"
Orang she Bo itu lantas angkat kepalanya, matanya
memancarkan sorot beringas.
Ho Kie terkejut, Ia pernah mengikuti ayanya yang
menjadi anggota perkumpulan Hian Kui kauw hingga ia
tahu benar sifat2 orang she Bo yang bergelar Pai Lui Khiu
atau sitangan geledek ini. Orang ini ada memangku jabatan
sebagai kepala badan hukum dari perkumpulan Huan kui
kauw, boleh dibilang mirip seorang tukang pukul.
pada waktu biasa, sukar sekali untuk mengetahui wajah
orang she Bo ini. Oleh karena ayahnya terbinasa justru oleh orang she Bo
ini, maka timbul niatnya Ho Kie untuk mengawasi dulu
dengan sepuas hati ia mencongor pembunuh ayahnya itu
sebelum ia menemui ajahnya.
Apa mau, pada saat itu sinar kilat sudah tidak kelihatan
lagi, malam juga semakin gelap. Kecuali cambang dan
alisnya yang putih yang nyata sekali kelihatan, wajah orang
she Bo itu tidak dapat dilihat dengan tegas.
Ho Kie sambil mengertek gigi, berkata gentas:
"Orang she Bo, Aku ingat benar bagimana raut muka
cecongormu ini. Sekalipun aku menjadi setan dialam baka,
aku juga akan menangkap kau untuk menuntut balas
dendam sakit hati ayahku..."
Perkataan Ho Kie belum keluar habis, Bo Pin sudah
keluarkan bentakan keras sambil menyerang dan
menjambret pundak kirinya.
Ho Kie kegusarannya sudah meluap.
"Bangsat tua, aku akan adu jiwa dengan kau..!"
bentaknya nyaring. Dengan cepat tangannya menghajar perut Bo Pin.
Ho Kie tau kekuatannya sendiri, yang tentu saja tidak
sebanding dengan kekuatan Bo Pin. tetapi ia tidak mau
mandah menerima kemaitan dengan begitu saja.
Serangan itu telah dilancarkan dengan menggunakan
kekuatan tenaga sepenuhnya.
Sebagai tukang pukul, ilmu silat Bo Pin sudha tentu
diatas kepandaian kawan2nya, maka dengan cara
bagaimana sibocah dapat menjamah tubuhnya"
Bo Pin hanya ganda ketawa atas serangan Ho Kie, lalu
menangkis dengan seenaknya. Ho Kie mundur terhuyung2
dan jatuh ditanah. Ingin mempertahankan jiwanya, Ho Kie telah
melupakan keadaan dirinya sendiir. Baru saja terjatuh ia
sudha lompat bangun lagi, dan kali ini ia telah
menggunakan kakinya menendang bagian bawah tubuh Bo
Pin. Ho Kie cuma mengerti ia tidak mau mati begitu saja,
maka kepandaian ilmu silatnya yang serba sedikit sudah
dikeluarkan semua untuk menyerang musuhnya.
Bo Pin sungguh tidak menyangka bahwa bocah sekecil
itu juga berani turun tangan terhadap dirinya.
Dalam gusarnya, setelah menghindaran satu serangan
dari Ho Kie, ia menyerang kepala bocah tersebut.
Siapa sangka, sibocah sudah berlaku nekad benar2.
Ketika satu tendangan Bo Pin sudah meluncur keluar,
bukannya mundur, sebaliknya malah maju menerjang.
Ia mementang kedua tangannya, maksudnya hendak
merangkul kaki lawannya dan hendak digigitnya sekuat
tenaga. "Anjing kecil, serahkan jiwamu!" Bo Pin membentak
sangat gusar. Ho Kie terkejut, ternayta tubrukannya tadi telah
mengenai tempat kosong. Mendadak ia merasakan
gegernya disambar oleh angin yang sangat kuat.
Ho Kie memang sudah mengerti, bahwa kalau cuma
mengandal pada kepandaiannya yang tidak berarti, suka
untuk ia dapat melawan Bo Pin. Tetapi ia mempunyai
kemauan yang keras, ia tidak mau mandah binasa begitu
saja. Pada saat2 demikian itu, telinganya seperti mendengar
pesan ayanya pula waktu hendak menutup mata.
"Kie-jie, kau tdak boleh mati! Kau harus lekas lari! Awas
dirimu bukan saja ada menyangkut keluarga Ho, tapi juga
kau mempunyai hubungan erat dengan bangun atau
jatuhnya sembilna partai besar dalam rimba persilatan."
Semua perkataan itu sepatah demi sepatah seperti jarum
yang menusuk ulu hatinya.....
Dengan tabah ia kuatkan diri. Karena ia ditugaskan
untuk hidup, sekali2 ia tidak boleh binasa.
Selagi berpikir demikian, serangan Bo Pin yang hebat
tiba2 menggempur belakang dirinya.
Entah dari mana datangnya kekuatan tenaganya,
mendadak semangatnya bangun untuk melawan musuhnya.
Tetapi serangan itu seperti juga telur menghantam batu.
Terdengar suara Beleduk. Matanya berkunang2,
mulutnya berteriak2 ketakutan. Ia hanya merasakan bahwa
tubuhnya telah terlempar ketengah udara, sementara
mulutnya sudah menyemburkan darah segar....Matanya
makin gelap, dan badannya melayang masuk kedalam
jurang. Dalam keadaan separuh sdara lapat2 Ho Kie ingat,
dirinya seperti sudah meninggalkan dunia yang fana ini,
badannya seperti kosong, melayang ditengah udara.
Diantaranya kosong, tidak ada apa2 yang dapat dijambret
untuk menolong dirinya. Ia terus meluncur turun kebawah.
Dalam keadaan demikian hatinya malah menjadi tenang.
Air muka orang yang dikenal betuh oelhnya dengan tegas
terbayang didalam otaknya.
Siapa dia" itu adalah ayahnya sendiri yang berlepotan
darah, sepasang matanya yang sayu memandang padanya
dengan penuh kasih sayang.
Sang ayah mengharapkan sangat agar anaknya bisa
meloloskan diri dari cengkraman kawanan manusia iblis
itu, karena perlu untuk menyambung turunan keluarga Ho
dan penting artinya buat jatuh bangunnya sembilan partai
besar dalam dunia rimba persilatan.
Tetapi akhirnya ia tidak terlepas dari kemauan takdir.
Sesudah dekat berada dipuncak gunung Sin hong, sehingga
terjerumus masuk kedalam jurang.
Kesemuanya itu telah terbayang dalam otaknya yang
makin lama makin tidak nyata, dan akhirnya perlahan2
kehilangan perasaannya sendiri..
-oo0dw0oo- MALAM, tanpa dirasakan lagi telah berlalu perlahan.
Hujan angin, kilat dan geledek telah berhenti dengan
sendirinya. suasana mulai terang kembali.
Entah berapa lama sang waktu telah berlalu.... Ho Kie si
bocah itu, perlahan2 telah tersadar dari impiannya yang
buruk. Ia mengucak2 matanya dan mengawasi keadaan
disekitarnya. Ia melihat bahwa tempat tersebut ternyata adalah suatu
tempat yang amat sunyi. Tak ada hujan, tidak ada angin,
tidak ada kilat ataupun geledek, juga tidak lagi terdengar
suara Pun-Lui khiu yang amat menyeramkan....
Tempat apakah ini" Itu seolah2 suatu tempat yang tenang tentram, bebas dari
segala gangguan dunia, juga seperti suatu kuburan kuno
yang luas. Gelap dan sunyi.
Ia mendadak terkejut, hatinya berdebaran, maka lantas
bertanya2 kepada dirinya sendiri: "Ah.. apa aku sudah
mati" atau mungkinkah aku sedang mimpi...?""
Benar! tapi ia pernah dikejar2 oleh Bo Pin, terdesak
sampai ditepi jurang dari bukit Pek Kut-nia, dan kemudian
diserang oleh orang she Bo itu.
semua kejadian yang sudah lalu kembali berlintasan
didalam otaknya. Apakah dirinya berada didalam
akherat..." Mendadak ia angkat tangannya, dengan sekuat tenagan
ditepokkan keatas batok kepalanya sendiri....
"Plak.." terdengar suara nyaring, kepalanya dirasakan
sakit Ia tertawa, sebab dengan rasa sakit itu membuktikan
bahwa ia belum mati, juga bukan sedang mimpi, melainkan
sadar sesadar2nya. Ia masih berada didalam dunia.
Kembali ia pentang lebar kedua matanya, ia dapatkan
dirinya berada didalam sebuah goa yang dingin hawanya.
Disekitar goa itu berdinding batu hijau terang, diatas ada
sebuah pelita yang memancarkan sinar hijau.
Dalam goa itu dipenuhi oleh sinar hijau, angin dingin
meniup sepoi2, orang yang berada didalam goa seperti
berada didalam air laut....
Disitu tidak kelihatan bayangan seorangpun juga,
sesungguhnya amat sunyi, barang perabotan rumah tangga
seperti meja atau kursi juga tidak terdapat sama sekali.
Dengan perasaan heran ia berduduk, lalu menanya
kepada dirinya sendiri: "Ah! ini tempat apa?"
"Ini adalah Lembah Patah Hati."
Jawaban yang tidak terduga2 itu terdengar dibelakang
Ho Kie. Dalam kagetnya ia lantas berpaling. Dan apa yang
disaksikan, membuat ia hampir saja menjerit.
Dibelakang dirinya kira2 berjaram enam kaki jauhnya,
ada berdiri satu orang yang aneh bentuknya.
Orang aneh itu dari ujung kepala sampai kakinya
dibungkus oleh kain berwarna putih dan hitam, kecuali
sepasang amtanya yang memancarkan sinart tajam,
rambutnya juga terbungkus rapat.
Nampaknya ia tengah mengawasi Ho Kie dengan heran,
sorot matanya yang tajam terus menatap wajah Ho Kie,
sementara mulutnya terus mengeluarkan suara tertawa yang
sangat aneh. Ho Kie dengan hati berdebaran mulai memikir, mana
boleh jadi didalam dunia ada makhluk yang aneh seperti
ini" Apakah itu bukan setan atau dedemit yang biasanya
terdapat didalam akherat"
Berputarlah rupa2 pertanyaan dalam otaknya pada saat
itu. Kalau mau dikatakan akherat, mengapa pula orang itu
menyebut tempat ini sebagai Lembah Patah Hati" Apakah
diakherat ini ada lembahnya yang dinamakan Lembah
Patah Hati" Ia lalu besarkan nyalinya dan coba2 bertanya:
"Hai, kau ini manusia atau setan?"
Makhluk itu kembali perdengarkan suaranya yang aneh
seram, sampai bulu romanya Ho Kie pada berdiri semua
dan badannya terasa mengigil.
Mendadak makhluk itu menghentikan ketawanya dan
berkata perlahan: "Kalau aku setang, siang2 sudah aku bawa kau keneraka.
Tapi malah sebaliknya, aku sudah bisa narik kembali
dirimu dari ancaman bahaya maut.!"
Suaranya kedengaran sangat dining, sedikitpun tidak
seperti orang yang mempunyai perasaan welas asih.
Ho Kie adalah seorang anak yang cerdik. Dari
keterangan itu segera ia mengerti bahwa jiwanya tentu
sudah ditolong dari ancaman bahaya maut oleh siorang
aneh. Apakah orang ini adalah orang aneh yang berkepandaian
tinggi yang pernah disebut oleh ayahnya ketika masih
hidup" Ia sebenarnya hendak menanyakan nama orang aneh itu.
tetapi perasaannya telah dibikin takut oleh sorot mata orang
tersebut yang bercahaya begitu bengis dan kejam, sehingga
akhirnya dia tidak berani membuka mulut, sampaipun
ucapan terima kasih tidak berani di keluarkan dari
mulutnya. Kiranya orang aneh itu bukan hanya tajam
penglihatannya, dikedua matanya juga seperti
memancarkan sinar biru seperti binatang buas diwaktu
malam hari. Kalau dilihat dari sini, mana dia mirip dengan
manusia" Adalah elbih mirip kalau mau dikatakan sebagai
makhluk jejadian atau setan.
Karena perasaan takut yang menghingapi dirinya, sesaat
lamanya ia seperti orang kesima. Orang aneh itu mendadak
tertawa serta berkata: "Setan cilik! kau takut apa" aku toh tidak akan menelan
kau" Apa kau sekarang sudah merasa sedikit enakan?"
Meskipun pertanyaan itu mengandung maksud perhatian
yang ditujukan si anak kecil itu, tetapi karena pada logat
suaranya itu agak ketus dan dingin, maka orang yang
mendengarkan bisa menjadi merasa kurang enak.
Dalam hati Ho Kie merasa agak mendongkol dan timbul
dalam pikirannya dugaan begini: Orang ini pasti bukan
yang disebuh ayah dulu, karena dari suaranya yang ketus,
kelihatannya seperti orang yang tidak mempunyai perasaan
terhadap sesama manusia. Maka ia juga lantas menjawab
dengan suara dingin: "Atas perbuatanmu yang sudah menolong selembar
jiwaku itu, disini aku Ho Kie mengucapkan banyak2 terima
kasih. Tetapi kalau kau anggap adanya aku disini akan
mengganggu ketentramanmu, mengapa tidak kau antarkan
aku kelembah Muikok lagi supaya aku dibunuh oleh
kauwcu Hian Kui-kauw?"
Orang aneh itu tertawa terbahak2, kemudian berkata:
"Kau mau mati" Tidak begitu gampang. Sekarang
kematianmu sudha lewat. Sekalipun kau ingin mati, raja
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akherat belum tentu mau menerima kau. Hai setan kecil,
siapa namamu?" "Namaku Ho Kie"
Orang aneh itu tiba2 ketawa pula bergelak2.. Dengan
tangannya ia menuding Ho Kie seraya berkata:
"Ho Kie.. Ho Kie.. Nama ini boleh juga! Mo ciok wie kie
(apa yang perlu diherankan) Cuma satu bocah cilik yang
tiada berarti. Apa yang perlu dibuat heran?"
Ho Kie yang digoda demikian, hatinya semakin
mendongkol. Ia pikir ia hendak berlalu dari depan orang
aneh iut. Tetapi baru saja bergerak. kepalanya mendadak
dirasakan puyeng, badannya dirasakan tidak lagi bertenaga,
maka akhirnya ia terjatuh numprah lagi ditanah.
"Setan kecil, kau mau apa?" tanya orang aneh itu dengan
suaranya yang dingin ketus.
"aku mau perti dari sini!"
"Aku disini mempunyai satu aturan, orang hidup yang
datang kemari berarti mencari kematian, tetapi kalau orang
yang mau mati masuk kemari, itu berarti akan terbuka jalan
hidup baginya. Kalau ada salah satu orang yang mau mati
dapat ku pungut dilembah Patah Hati ini, maka selanjutnya
orang itu cuma bisa mengikuti aku melewati penghidupan
antara mati tidak, hiduppun tidak. Kau mau pergi" Tidak
begitu mudah! lebih baik kau berdiam disini dengan
tenang." "Itu toh kau sendiri yang suka menolong aku bukan"
Pada saat itu aku sendan dikejar dan dipukul orang"
"Jikalau kau tidak bermaksud mencari aku, mana bisa
kau lari ke Lembah Patah Hati yang jarang didatangi oleh
manusia ini." "Ngaco! Maksudku hendak mencari orang aneh
berkepandaian tinggi yang berdiam dipuncak gunung Sin
hong. Aku sendiri tidak mengetahui kau ini setan atau
manusia, mana bisa lantas kau kata aku mencari kau?"
"ha..Ha...! Apa orang yang ingin kau cari itu bukannya
orang berjari tujuh si tua bangka Cit cie?"
"Aku tidak mengetahui nama orang tua itu, tapi ayah
menyuruh aku...." "Apa kau kira ia lebih kuat dari pada aku" Kita bertiga
adalah : Sin hong, Kui kok, dan Toan Theng Gay (Lembah
Patah Hati). kekuatannya ada berimbang. Siapapun tidak
ada yang lemah dari yang lainnya. Lebih baik kau
mengikuti aku, mungkin ada lebih baik dari pada mencari
dia.." Ho Kie merasa sedikit heran, maka lalu bertanya lagi:
"Tempat ini mengapa sampai bisa dinamakn Lembah
Patah Hati?" Siapa tahu, dengan dikeluarkannya pertanyaan itu si
orang aneh badannya kelihatan gemetaran dengan beruntun
ia mundur dua langkah dan lantas membentak dengan
suara tertahan: "Aku melarang kau menanyakan soal ini lagi!"
Ho Kie tambah tidak mengerti, maka lalu bertanya pula:
"kalau begitu, siapa namamu?"
Orang aneh itu kelihatan terperanjat, dengan terhuyung2
ia mundur lagi tiga tindak. sinar matanya yang biru
kelihatan bertambah menakutkan. Dengan perasaan aneh
Ho Kie kembali bertanya: "Kau telah menolong selembar jiwaku, apakah terhadap
nama saja kau berkeberatan memberitahukan padaku?"
Mendadak orang aneh itu bergerak badannya, dengan
cepat sudah berada disampingnya Ho Kie. Tangannya
sudah mencekal pundak Ho Kie, Lantas ia membentak
dengan suaranya yang keras:
"Aku tidak ijinkan kau bertanya...."
Ho Kie yang merasa pundaknya dicekal merasakan
tulang pundaknya seolah2 telah hancur.
Ia tidak mengerti, apa kesalahan dari pada pertanyaan
tadi. Apakah menanyakan anma saja juga tidak boleh
sehingga telah membuat orang itu gusar sedemikian rupa"
Apakah ia mempunyai rahasia yang tidak boleh
diketahui oleh orang kedua"
Kalau benar demikian halnya, orang itu benar2
merupakan orang aneh nomor satu dalam dunia.
Pertanyaan itu telah berputaran didalam otaknya, tetapi
selalu tidak mendapatkna jawaban yang tepat. Rasa sakit
dipundaknya itu telah menambah penderitaan pada dirinya
sehingga keringat dingin membasahi sekujur badannya.
Tetapi kemudian ia balik berpikir: Jikalau telah ditolong
olehnya, kalau ia tidak suka ditanya, buat apa aku mesti
menanyakan terus" Begitulah maka terpaksa ia menahan
rasa sakit dipundaknya itu.
Sambil menunjukkan ketawa getir, lalu berkata dengan
perlahan, "Baiklah kalau kau tidak sudi mengatakan padaku, aku
akan ingat2 saja pakaianmu yang akan kuukir selamanya
dalam hatiku. Aku tidak akan melupakan budimu yang
telah menolong jiwaku, begitu saja rasanya sudah cukup."
Mendadak badan orang aneh itu menggetar, ia
melepaskan tangannya dan mundur tiga tindak. Karena
wajah orang aneh ini terbungkus oleh kain hitam dan putih,
maka siapapun jadi tidak dapat melihat perubahan apa
sebenarnya yang terjadi diwajahnya itu.
Hanya, dari sinar mata orang tersebut yang dari bringas
telah berubah menjadi guram, dapat diduga rupanya hati
orang ini sedang mengalami penderitaan hebat.
Ho Kie sambil memijit2 pundaknya yang kembali terasa
sakit, lalu berkata sambil tertawa getir:
"Kau... kau pasti pernah mengalami penderitaan hidup
pada masa yang lalu, menyesal karena aku ingin dapat
membalas budimu, sehingga pertanyaanku tadi agak
menusuk persaanmu. Locianpwe, sudkah kau tidak
sesalkan perbuatanku tadi?"
Orang aneh itu mendadak menghela napas panjang,
dikelopak matanya telah mengembang air matanya.
Ho Kie terperanjat, dalam hatinya diam2 ia berpikir:
"Benar saja, dugaan ku ternyata tidak keliru, ia psati
pernah....." Selagi Ho Kie berpikir demikian, tiba2 ia mendengar
orang aneh itu berkata sambil menghela napas:
"ah, sudah beberapa puluh tahun lamanya tidak pernah
ada orang yang menanyakan namamku, sampai aku sendiri
rasanya sudah melupakan namaku."
"Locianpwe, akalu kau sudah tidak ingat namau, ya
sudahlah. Jangan locianpwe terlalu memikirkan hal itu
lagi." kata Ho Kie sambil ketawa getir.
Meskipun dimulutnya Ho Kie mengatakan demikian,
tetapi dalam hatinya tidak mau percaya bahwa dalam dunia
ini ada orang yang melupakan namanya sendiri.
Tetapi orang aneh itu setelah mendengar perkataan Ho
Kie, sebaliknya malah berkata sambil menganggukan
kepala. "Kalau kau kepingin tahu juga namaku dan siapa aku ini,
Panggil saja aku Toan-theng lojin"
Toan-theng Lojin sama artinya dengan Orang tua yang
patah hati. Alangkah menyedihkan sebutan nama itu.
Bagaimana ia bisa menggunakan nama sebutan yang kejam
ini" Soal apakah sebetulnya yang telah membuat ia sampai
patah hati" Ho Kie benar2 tidak habis mengerti, karena ia masih
kecil, sudah tentu ia tidak mengerti banyak urusan dalam
dunia. Toan-theng lojin kembali berkata:
"Disini ada berdiam seorang tua yang berhati duka
karena pengalaman hidupnya menyedihkan. Hampir segala
penderitaan hidup dalam dunia telah menimpa diri orang
tua yang bercelaka itu. Akh... Habis nama apalagi yang
akan kupakai. kalau tidak menyebut begitu" Dan
bagaimana pula kalau aku tidak menyebut tempat
kediamanku sebagai Lembah Patah Hati?"
Perkataan yang diucapkan dengan nada menyedihkan,
segala penderitaan hidup yang menyedihannya, seolah2
telah terbayang kembali didepan matanya.
Meskipun Ho Kie masih merupakan seorang anak kecil
dan belum mengerti seluk beluknya penghidupan orang
dewasa, namun hatinya merasa sedih juga mendengar
penuturan orang tua itu, sehingga terhadap orang aneh
tersebut mendadak telah bersemu dihatinya semacam
perasaan simpati. Hening sejenak, orang aneh itu lantas berkata pula :
"Enam puluh tahun lamanya, pengalaman hidup ku
boleh dikatakan sangat tidak beruntung. Hampir semua
perkara membuat aku patah hati... Akh. aku barangkali
merupakan satu-satunya manusia yang paling tidak
beruntung didalam dunia ini..."
Ho Kie mengangguk2kan kepalanya, lama sekali barulah
ia dapat menjawab sambil tertawa getir
"Locianpwe, dunia ini memang selalu kejam.."
Ia sebetulnya masih ingin mengeluarkan beberapa patah
lagi untuk menghiburi orang tua itu. tetapi ia tidak mengerti
perkataan apa yang rasanya paling tepat untuk menghibur
hati orang tua tersebut. ORang aneh itu mengangguk2kan kepalanya seraya
berkata lagi: "Aku lihat, diwajahmu nampak gelap. Rupa-rupanya
dalam keluargamu pernaht erjadi sesuatu pembunuhan
yang sangat hebat. Kalau aku mau menduga, kau tentunya
pernah mengalami penderitaan yang sangat hebat dalam
penghidupanmu. Tetapi kalau kau merasa susah hati, lebih
baik jangan kita bicara soal ini.:
Mendadak hati Ho Kie tergerak :
"Tidak!! Aku pasti akan memberitahukan kepadamu.
Meskipun peristiwa itu sangat menggenaskan, tetapi aku
tidak akan terlalu sedih kalau cuma menuturkan saja......"
Sekalipun mulutnya mudah mengatakan perkatan
demikian, tetapi air matanya telah mengalir bercucuran.
Toan-theng lojin angguk2an kepalanya, ia menghampiri
Ho Kie, lalu mengulurkan tangan kanannya, dengan
perlahan tangan itu diletakkan diatas jalan darah Kiu bwee
hiat dibadan Ho Kie. "Kalau begitu, kau jangan terlalu bersedih. Kau boleh
beritahukan padaku secara perlahan2 saja. Bagaimana kau
bisa menaruh permusuhan dengan Hian-kui kauw" Dan
perlu apa kau hendak pergi kepuncak gunung Sin hong
untuk mencari Cit-cie siorang tua?"
Dari telapak tangan orang aneh itu, Ho Kie telah
merasakan hawa hangat yang mengalir ke dalam dirinya,
Hawa hangat tersebut telah membuat badannya terasa lebih
segar. Sebentar saja hawa hangat itu telah menyusuri
sekujur badannya. Kelihatannya Ho Kie sekarang
bersemangat, ekduaan yang menggetarkan hatinya tadi kini
juga sudah lenyap sebagian, maka ia dapat menuturkan
kejadian2 yang dialaminya dengan tenang.
"Dalam usia tujuhtahun aku telah ditinggal mati oleh
ibuku. Oleh karena kami adalah keluarga miskin, maka
untuk mengubur jenazah ibuku, ayahku telah menjual
semua harta bendanya. sejak aku berusia sepulu tahun, aku
lantas mengikuti ayah merantau didunia kangouw...."
"siapa nama ayahmu?" orang tua aneh itu mendadak
memotong. "Ayahku bernama In Bo. dulu beliau pernah belajar silat
dari seorang padri, beliau mengajak aku merantau didunia
Kang ouw setengah tahun lamanya, kemudian karena
bujukan orang lain, beliau telah masuk ke dalam
perkumpulan Hian-kui kauw."
"Aaaa.. ia tidak seharusnya berbuat demikian.." nyeletuk
Toan-theng lojin. "Ayah dan aku berdiam di lembah Kui kiok, empat
tahun lamanya. Ayah menjabat kedudukan sebagai Hiacu
dari bagian tata hukum Hian kui kauw. Kemudian ayah
dapat melihat bahwa Hian kui kauw mengandung maksud
jahat untuk menjagoi rimba persilatan, dimana pengaruh
Hian-kui kauw juga sudah mulai meluas dan akhirnya pasti
akan menimbulkan bencana bagi orang2 dalam rimba
persilatan. Meskipun ayah mengetahu hal itu, tetapi beliau
tidak mampu membebaskan dirinya."
"Kemudian bagaimana mendadak bisa tertanam
permusuhan dengan Hian kui kauw?" tanya Toan-Theng
lojin. "Tentang hal ini, aku juga tidak mengetahui dengan jelas
apa maksudnya, Aku hanya mengetahui bahwa pada suatu
malam, mendadak ayah mengajak aku pergi. Beliau
mengatakan bahwa kami tidak bisa berdiam lama2
dilembah Kui kiok. Kami harus segera meninggalkan
tempat tersebut. Tidak disangka, ditengah perjalanan kami
telah dikejar oleh utusan Kauwcu kami. Kasihan, ayah
telah binasa ditangan Bo Pin, kepala dari bagian tata hukum
yang mempunyai gelar, Si Tangan Geledek..." bicara
sampai disitu, peristiwa berdarah yang sangat
menggenaskan diatas gunung pada malam yang sangat
menggenaskan itu, kembali terbayang dipelupuk matanya....
Wajah yang menyedihkan dari ayahnya ketika
mendekati ajalnya setelah terkena serangan tangan Bo Pin
membuat Ho Kie tidak mampu lagi mengendalikan
perasaan dukanya. Air mata kembali menitik keluar, terus
membasahi pipinya. Dengan perlahan orang aneh itu mengusap kepala Ho
Kie dan kemudian ia berkata dengan suara lemah lembut.
"ayahmu setelah mengetahui tidak bisa tinggal lama2
dibawah pengaruhnya Hian-kui kauw, tentu ada banyak
tempat yang dapat dikunjungi olehnya. Tapi mengapa ia
lari justru menuju keatas gunung belukar ini?"
"Menurut kata ayah, kami datang kegunung belukar ini
maksudnya ialah hendak mencari seorang aneh yang
mengasingkan diri diatas puncak gunung ini, ayah
mengatakan pula bahwa ada satu persoalan penting yang
menyangkut mati hidupnya sembilan partai besar dalam
rimba persilatan." Mendadak orang aneh itu terkejut.
"Akh..Ada kejadian begitu janggal" Apa kau mengetahui
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
urusan apa itu. yang ada begitu penting?"
"Tentang hal ini sebelum ayah binasa tidak keburu
beritahukan kepadaku, ia hanya menyuruh aku lari untuk
menyelamatkan diri. kalau jiwaku masih hidup, soal itu
nanti pasti akan kuketahui sendiri, katanya."
"Tidak apa. Aku nanti akan turun gunung sebentar,
sudah tentu akan dapat tahu persoalannya. Hanya...
Ayahmu telah terbunuh oleh Bo Pin, orangnya Cian tok Lo
Mo, sakit hatimu ini barangkali suliat untuk kau tuntut."
Ho Kie terperanjat. "Ini apa sebabnya?"
"Kau tidak mengetahui kelihayan Cian tok La Mo.
Kepandaian ilmu silatnya iblis tua itu mungkin berimbang
dengan si orang tua Cit cie yang berdiam dipuncak gunung
Sin hong ini. sekalipun aku yang turun tangan sendiri,
belum bisa diramalkan siapa yang akan menang dan siapa
yang akan kalah." "Locianpwe apa ucapanmu ini benar?"
"Perlu apa aku membohongi kau" Mengenai kepandaian
ilmu silat kami bertiga, sebetulnya berasal dari satu cabang.
Semuanya berasal dari kitab ilmu silat Hian ku pit kip. Iblis
tua itu mempelajari ilmunya dari jilid kedua dan aku dari
jilid ketiga, sedangkan jilid pertama jatuh ditangan si orang
tua Cit-cie yang berdiam diatas puncak gunung Sin hong.
Pelajaran-pelajaran yang terdapat dalam ketiga jilid kitab
itu, sebetulnya masing-masing sama hebatnya. Siapapun
tidak dapat memenangkan yang lainnya. Jilid pertama
mengutamakan gerak tipu yang aneh2, yang penting untuk
gerak melindungi diri. Jilid kedua merupakan pelajaran
gerak tipu serangan yang diutamakan untuk menyerang
musuh, sedangkan jilid ke tiga yang aku dapatkan ada
mengutamakan pelajaran ilmu Iweekang. kalau
dibandingkan yang satu dengan yang lainnya, meskipun
ada beberapa bagian yang melebihi dari jilid yang berlainan,
tetapi dalam hal ilmu menyerang, tidak sehebat dari
pelajaran yang terdapat dalam jilid kedua dan pertama. Kau
pikir saja, Taruh kata kau berhasil mempelajari ilmu silat
dari aku, bagimana kau dapat mempergunakannya untuk
menuntut balas?" Ho Kie yang mendengar keterangan yang panjang lebar
itu, hatinya jadi sangat berduka, Air matanya lantas
mengalir dengan deras, lalu berkata dengan terisak2.
"Kalau begitu, kematian ayah tentu akan sangat kecewa
dan musuh ini untuk selamanya tidak dapat kubunuh."
Toan-theng lojin lantas berkata sambil menepok2 pundak
Ho Kie: "Kau juga tidak perlu terlalu bersusah hati. Untuk
menuntut balas, bukan tertutup jalannya sama sekali, itu
harus dilihat pada kegiatan dan keberuntungan sendiri
bagaimana. Hati Ho Kie agak tergerak, lalu berlutut ditanah sambil
meratap "Locianpwe, harap kau suka menerima aku, bocah yang
bernasib malang ini, aku hendak angkat kau sebagai guru
untuk belajar ilmu silat yang nanti akan kugunakan untuk
menuntut balas sakit hati ayahku"
Orang aneh itu mendadak mundur dua tindak. Dengan
perlahan dia kebutkan lengan bajunya, angin kuta yang
tidak kelihatan dapat menahan dirinya Ho Kie. Dengan
suara besar orang aneh ini selanjutnya berkata:
"Aku belum memikirkan untuk memungut murid.
Urusanku sangat menyedihkan, sudah lama pikiranku
seperti telah terpendam. Sekalipun kau anggukkan
kepalamu sampai pecah juga tidak akan ada gunanya."
"Locianpwe, kalau kau tidak mau menerima kau, aku
akan berlutut disini untuk selama-lamanya."
"Kalau begitu, kau boleh berlutut terus! Aku akan keluar
untuk mengadakan penyelidikan, barang kali tiga hari
kemudian baru bisa pulang." kata siorang aneh itu.
Tanpa menanti jawaban Ho Kie lagi ia sudah
menghilang dari situ. Dengan seorang diri Ho Kie berlutut dalam goa itu.
Mengingat apa yang telah terjadi barusan, ia seperti berada
dalam mimpi. Dengan perasaan murung ia mengawasi dinding tembok,
tempat yang penuh rahasia itu telah membuat dalam
pikirannya timbul semacam perasaan yang sukar dikatakan.
Semuanya dengan sebisa-bisanya ia ingin supaya dapat
menggunakan ketulusan hatinya untuk menggerakkan hati
orang aneh yang sangat kukoay itu.
Tetapi hatinya mendadak bergolak. ia tidak dapat
menenangkan pikirannya lagi. Semua kejadian yang
menggenaskan telah terbayang2 begitu nyata didepan
kelopak matanya, kesemua itu seperti juga gambar hidup
yang terpeta jelas sekali didepan matanya. Jiwanya yang
masih muda bergelora terpengaruh oleh adanya kejadian
buruk yang menimpa dirinya itum dengan mendadak ia
berteriak: "Ayah! Ayah! Tolong!!Tolong!" tetapi ia tidak
mendapatkan jawaban dan apa yang terbayang didepan
matanya sudha lenyap semuanya.
Ia masih tetap berlutut didalam goa yang disekitarnya
dikelilingi oleh dinding biru, dibawahnya ada batu keras
dingin, sedangkan diatasnya ada tergantung sebuah pelita
kecil yang memancarkan sinarnya yang biru pula..
Keringat sudah mulai turun bermanik2, kedua lututnya
dirasakan sakit sekali, perutnya sudah mulai keroncongan.
Pada saat itu, kalau dia diberikan kesempatan untuk
melonjorkan kakinya atau makan barang sejenak atau
minum seteguk air alangkah segarnya.
Tetapi..... ia tidak mau berbuat demikian.
Sebab, jika ia tidak bisa berlutut sampai tiga hari, tidak
nanti ia akan dapat menggerakkan hati orang kukoay itu,
juga akan berarti tidak dapatkan pelajaran yang tinggi
sebagai bekal untuk menuntut balas sakit hati ayahnya.
Ia bertekad bahwa ia harus dapat bertahan dan harus
sanggup menerima penderitaan, harus tahan berlutut
dengna hati sujut..... Berlutut terus sampai tiga hari. Ya, sampai tiga hari,
yaitu sampai orang tua Patah hati itu kembali.
Pinggangnya dirasakan sudah mulai sakit, tetapi ia
kertak gigi, ia bertahan terus tanpa bergerak.
Sehari lewat sehari, hari telah berlalu dengan tenang.
Hanya detakan ulu hatinya yang seolah2 masih
memberitahukan padanya bahwa ia pada saat itu masih
hidup. Kesengsaraan badan sudah membuat matinya perasaan
Ho Kie. Kelaparan sudah melampaui batas. Kecuali ulu
hatinya yang masih tetap berdenyut, semuanya seperti
dirasakan sudah kaku. Didalam goa itu tidak kelihatan muncul dan terbenam
matahari. Berapa lama sebenarnya ia sudha berlutut itu, ia
sendiri juga tidak lagi mengetahuinya.apa yang
diketahuinya adalah si orang tua Patah Hati itu masih
belum juga kembali. Dengan kemauannnya yang keras seperti baja, ia tidak
mau melepaskan janjinya sendiri. Ia tetap berlutut dengan
kedua lututnya diatas batu yang keras dan dingin.
Akhirnya, matanya dirasakan berkunang2, badannya
rubuh tersungkur.... Tepat pada saat itu, satu bayangan orang berkelebat. Si
orang tua Patah HAti kembali muncul didepan matanya.
Ho Kie seolah2 masih mempunyai sedikit ingatannya.
Dengan susah payah ia dongakkan kepalanya, sambil
berkata hambar: "Locianpwe, Locianpwe, akhirnya aku dapat
menantikan kau kembali."
Orang tua yang aneh itu menatap wajah Ho Kie dengan
pandangan matanya yang sayu lalu menganggukkan
kepalanya, kemudian berkata sambil menghela napas:
"Benar saja ada satu anak yang berkemauan keras. Tapi
mengapa kau berbuat begitu bodoh sekali, mau terus
berlutut terus tujuh hari lamanya?"
"sudah lewat tujuh hari?" Ho Kie lompat bangun bahna
kagetnya. Locianpwe apa sejak kau pergi dilu sampai
sekarang ini sudah ada tujuh hari?"
"Benar.Aku telah menyerapi rahasia yang dikatakan
ayahmu ada menyangkut mati hidupnya sembilan partai
besar didunia rimba persilatan. Didekat pusat perkumpulan
Hian Kui-kauw, di lembah Kui kiok, aku sudah
bersembunyi tujuh hari lamanya... akh.. aku sungguh tidak
menyangka bahwa kau sibocah goblok ini sudah berlutut
terus selama tujuh hari itu."
"Apakah locianpwe sudah mendapatkan keterangan
jelas?" "aku mencoba mencari keterangan dari berbagai pihak,
mengetahui bahwa Hian kui kauw pernah mendapatkan
sebuah benda yang berharga sekali yang telah dibawa kabur
oleh ayahmu, sehingga mereka lantas..."
"Aaaa.... tidak! Locianpwe kau jangan dengar ucapan
merak yang mengaco belo! ayahku tidak pernah mau
mencuri barang sesuatu apapun milik mereka." menyela Ho
Kie. "Cian tok Lo Mo juga merasa bersangsi sebab benda itu
dibawa kabur oleh ayahmu, sebab dibadan ayahmu mereka
tidak dapat menemukan benda yang dicari itu. tepapi benda
itu memang betul sangat berharga. Kalau tidak dapat
diketemukan, benar2 memang akan menyangkut nasibnya
sembilan partai besar dalam kalangan persilatan."
"Benda apakah itu?"
"Benda itu benda apa. aku sendiri juga tidak tahu dengan
jelas, Kabarnya adalah suatu peristiwa yang terjadi pada
seratustahun berselang. Bit cie dari daerah See hek telah
menyerbu Tionggoan, sembilan partai besar yang terkenal
kuta pada masa itu karena bermaksud hendak secara
bersama2 melwana musuh dari luar itu, bersama2 telah
membuat semacam benda. Siapa yang membawa benda itu
dapat memberikan perintah apapun yang ia mau pada
siapapun orang2 sembilan partai besar itu, tidak peduli
hidup atau mati, harus ditaati benar. Kau pikir sendiri, apa
bila benda itu benar2 berada dalam Hian kui Kauw, itu
berarti runtuhnya kita."
Ho Kie terperanjat. Seketika itu ia lantas melupakan
keletihan dalam dirinya. "Kiranya benda itu ada begitu penting. Tetapi mengapa
ayah cuma menyuruh aku supaya dapat melepaskan diri
dari cengkraman mereka" Dan apakah hubungannya urusan
itu dengan diriku?" "Barang kali ia inginkan kau menyampaikan berita ini
kepada Cit-cie si orang tua itu, tetapi sudah tidak keburu
menjelaskan lagi." "Kalau begitu, kematian ayah lebih tidak jelas lagi
sebabnya. Locianpwe, aku mohon kau supaya sudi
menerima aku sebagai muridmu."
Orang tua itu berpikir sejenak lalu berkata sambil
tertawa: "Mengingat akan ketulusan hatimu, menyimpang dari
kebiasaan ku, aku bersedia hendak memberikan beberapa
rupa pelajaran ilmu silat untuk kau. Ini mungkin sudah
jodohnya. tetapi hanya sekedar sebagai peringatan atas
pertemuan kita ini. Kau tidak usah anggap aku sebagai
gurumu" Ho Kie merasa sangat girang, dengan perasaan yang
sangat terharu, ia berkata:
"Locianpwe, kau telah melepas begitu banyak budi
kepadaku, sebaliknya tidak memberikan sedikit
kesempatanpun kepadaku supaya aku dapat membalas
budimu." "Maksudmu toh cuma ingin bisa menuntut balas sakit
hati atas kematian ayahmu bukan" Apa perlunya kau harus
merecoki segala soal tentang ilmu silatku ini kau dapatkan
dari mencuri atau memungut" Aku juga tidak menghendaki
kau untuk membalas budi, satu sama lain tidak ada
sangkutan apa2, bukankah ada lebih baik" cuma kalau kau
hendak menuntut balas untuk ayahmu, dengan hanya
menganadalkan kepandaiaan yang kau dapatkan dari aku si
orang tua, sebetulnya tidak cukup untuk memenangkan
Cian-tok lo mo. Sebaiknya kau belajar lagi dari Cit-cie si
orang tua itu. Kalau kau sudah dapatkan kepandaian orang
tua itu, itu berarti juga bahwa kau dua lawan satu dan
harapan untuk menang ada lebih besar."
Ho Kie yang pada saat itu sudah terlalu lelah
keadaannya, sesudah mendengarkan keterangan si orang
tua, hatinya mulai lega dan rasa ngantuknya lantas
menghebat dan akhirnya tertidur pulas sekali.
Toan-theng lojin menyaksikan Ho Kie tidur pulas, lalu
berkata seorang diri sambil menghela napas:
"Ah, Bocah! Kau tidak mengetahui bahwa paling lama
aku cuma bisa mengajar kau satu bulan saja. Sekalipun aku
berikan pelajaran padamu siang malam tanpa berhenti2.
tetap saja tidak cukup waktunya untuk menurunkan
pelajaranku semuanya. Dan sekarang kau telah tertidur, apa
ini bukan berarti menelantarkan pelajaranmu......"
Dalam tidurnya itu Ho Kie lapat2 seperti mendengar
perkatan orang tua aneh itu. Tiba2 hatinya terkejut lalu
bertanya sambil membuka matanya:
"Locianpwe, kau tadi kata apa?"
Toan-theng lojin mengambil sebutir pil dan diberikan
kepada Ho Kie. "Obat ini boleh kau makan." katanya. Selambatlambatnya
satu bulan, aku akan muncul di dunia kangouw
lagi. Sekarang waktunya itdak banyak lagi. Selama satu
bulan ini aku akan memberitahukan padamu semua isi
pelajaran dalam kitabku Hian kui Pit kip, jilid ketiga. Tetapi
sampai dimana kau dapat memahaminya, itu semuanya
tergantung atas kecerdasan otakmu. WAktunya sudah
terlalu mendesak. Kita tidak perlu banyak bicara lagi,
supaya kau bisa berhasil dengan cepat, aku sudah
berkeputusan dengan tidak menyayangi kekuatan tenaga
gdalamku, telbih dulu aku akan membuka otot2 dan urat2
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nadimu supaya dapat menyalurkan kekuatan tenaga
dalamku." Ho Kie yang mendengar itu, bukan kepalang rasa
girangnya, maka ia lantas makan obat berbentuk pil itu. ia
hampir tidak percaya dengan pendengarannya sendiri,
sebab kalau urat nadinya sudah terbuka dan dapat
menerima saluran kekuatan tenaga dalam, itu artinya
bahwa dia sudah mendapatkan dasar ilmu kepandaian yang
tinggi. Sedangkan tokoh2 rimba persilatan yang tinggi
kepandaian ilmu silatnya setingkat dengan itu, sungguh
sedikit sekali jumlahnya.
Ia seperti bersangsi atas dirinya sendiri, semnetara Toantheng
lojin sudah berkata lagi sambil anggukkan kepalanya:
"Setan kecil, keu kemari!"
Pada saat itu, Ho Kie sudah merasakan bahwa panggilan
Setan kecil itu tidak terlalu menusuk hatinya lagi.
Sebaliknya sebutan itu dianggapnya lebih meriah dan
lebih sedap didengarnya, maka ia lantas menghampiri orang
tua anhe itu sambil ketawa berseri2.
Toang-theng lojin dengan cepat mengerakkan jari2
tangannya, sebentar saja sudah dapat menguasai tiga ratus
enam puluh tempat jalan darah dibadan Ho kie.
Darah disekujur badan Ho kie seolah2 berhenti mengalir
dengan mendadak. Stelah berdiri kaku sejenak, badannya
lantas rubuh dalam pelukan siorang tua. Toan-theng lojin
lantasi mulai memale. Sebentar kemudian, dari telapakan tangannya telah
mengeluarkan hawa putih semcam kabut tebal. Kabut itu
hanya mengurung kepalanya Ho Kie dan telapakan tangan
si orang tua. Sebentar kelihatan tebal, sebentar kemudian
tipis. KemudiaN masuk ke jalan darah Pek-Hwee hiat.
Orang tua itu tidak bergerak barang sedikitkpun juga. sorot
matanya yang hijau kelihatan semakin mencorong.
Mulutnya terkancing, kadang2 mengeluarkan suara
keretekan. Keadaan demikian itu berlangsung sesaat lamanya,
diwajah orang aneh yang terbungkus kain hitam dan putih
itu kelihatannya sudah basah dengan air keringat.
Ho Kie berdiri sambil pejamkan matanya seolah2 tengah
tidur nyenyak. Lewat lagi sejenak, orang tua itu perlahan-lahan
menggeserkan telapakan tangan kanannya. ia dapat
melepaskan napas lega. Sinar matanya yang Tajam sudah
mulai berkurang. Mata itu bahkan kelihatannya
mengembang air. Ia meletakkan dirinya Ho Kie di atas
tanah dengan sangat hati2. Kembali dari sakunya ia
mengeluarkan tiga butir pil yang seperti tadi, lantas
dimasukkan kedalam mulutnya Ho Kie.
-oo0dw0ooo- Jilid 2 SELANJUTNYA ia lantas membebaskan dirinya Ho
Kie dari totokan tadi. Ho Kie mula2 pernapasannya kelihatan memburu, tetapi
sebentar kemudian keadaan telah berobah menjadi sabar
dan kemudian tertidur nyenyak pula. Diwajahnya terlintas
senyumannya yang manis, badannya dirasakan sangat
nyaman. Toan-theng lojin memandang Ho kie sejenak, lantas
angguk2kan kepalnya dan berkata kepada dirinya sendiri.
"Sudah empat puluh tahun, sekarang aku kembali
menciptakan suatu kemukjijatan dalam rimba persilatan,
tapi entah kali ini akan memusingkan kepalaku atau tidak?"
Ucapan itu seolah2 mengandung banyak arti. Sayang Ho
kie tengah tidur nyenyak sekali, hingga tidak mungkin
dapat mendengar atau melihat sikap orang aneh itu.
Kalau ia tahu, barang kali ia tidak akan dapat melupakan
untuk selamanya. Toan theng lojin duduk disampingnya Ho kie, agaknya
seluruh perhatiannya tengah dicurahkan melulu untuk
sibocah yang sedang tidur nyenyak tersebut. sebagai suatu
kewajiban tetap, setiap 2 jam sekali, ia menyalurkan
kekuatan tenaga dalamnya kedalam diri bocah itu.
Ho kie dalam tidurnya nampak seperti tersenyum,
wajahnya perlahan-lahan berubah menjadi merah.
Sepuluh hari lamanya ia berada dalam keadaan
demikian. Toan-theng lojin selama itu tidak makan, tidak minum,
tanpa tidur, tanpa ngaso, sorot matanya main lama makin
sayu. Seperti pelita yang hampir kehabisan bahan
pembakarnya, seluruh kekuatan tenaga dalamnya telah
disalurkan ke dalam badan Ho Kie.
Wajah Bocah itu perlahan-lahan kelihatan menjadi
merah, hingga nampaknya sangat segar dan tambah cakap
kalau dilihat. Orang tua itu ketawa bangga. Wajahnya tertutup rapat,
tapi dari sorot matanya kelihatan jelas kebanggaannya.
Ia tahu bahwa tindakannya hari itu akna membuat bocah
ini nanti akan menjadi seorang kuat yang sukuar dicari
tandingannya didalam dunia rimba persilatan.
Sepuluh hari kemudian, ia sudah kehabisan tenaga, ia
duduk numprah, napasnya tersengal-sengal.
Ho Kie perlahan-lahan membuka matanya. Sekarang
sudah sangat berlainan keadaannya dengan Ho Kie pada 10
hari berselang. Dalam matanya yang jernih, nampak memancarkan
sinar terang tajam, jidatnya samar2 ada sinarnya, setiap
gerakannya menunjukkan kegesitannya.
Tapi, perubahan besar itu ia sendiri agaknya masih
belum tahu. Apa yang ia dapat rasakan ialah badannya seperti sangat
ringan dan lincah, didalam badannya seperti mempunyai
semacam kekuatan yang tidak kelihatan.
Ketika ia melihat orang tua Patah Hati itu duduk
numprah, diam2 merasa kaget, maka lalu bertanya:
"Locianpwe, apa kau merasa kurang enak badan?"
Orang tua itu gelengkan kepalanya, menjawab dengan
perlahan" "Setan kecil, otot dan urat2 nadi mu sudah kusaluri
dengan kekuatan tenaga dalam yang dinamakan Giok liong
Cao Khie! Dengan kekuatan tenaga dalam yang kau miliki
sekarang. meskipun belum dapat menandingin kekuatan
Cian tok Lo mo, tapi sudah cukup untuk menjagoi dunia
rimba persilatan..." ia berhenti sejenak, kemudian berkata
pula:"Setan kecil, sekarang kita tidak boleh membuang
tempa lagi. WAktu sangat berharga, satu bulan sudah kita
gunakan sepuluh hari, tinggal 20 hari lagi. Aku harus
memberikan pelajaran kepadamu dengan ilmu silat yang
terdapat dalam ktiba Hian kui Pit kip jilid ke tiga, kau harus
memperhatikan baik-baik"
Ho kie duduk bersila ditanah.
Orang tua itu setelah mengheningkan cipta sejenak,
dengan perlahan dan jelas sekali ia menerangkan dan
mengajarkan semua pelajaran ilmu silat yang terdapat
dalam kitab ilmu silat Hian kui Pit kip jilid ketiga kepada
Ho Kie. Tiga hari berlalu cepat. Selama tiga hari itu, Toan theng lojin tanpa kenal lelah
memberikan pelajarannya yang ia miliki kepada Ho Kie,
bocah itu karena kemauannya yang keras, ditambah lagi
dengan kecerdasan otakknya yang luar biasa, maka dalam
waktu sesingkat itu telah dapat mengingat semua pelajaran
dengan baik. Tiga hari kemudian, orang tua itu berkata kepada Ho kie
dengan bersungguh-sungguh:
"SEmua kepandaian ilmu silat yang ada pada dirimu,
sudah aku wariskan semua kepadamu. Kalau kau bisa ingat
dan gunakan dengan baik-baik, dalam tempo singat kau
akan menjadi seorang kuat kelas satu dalam rimba
persilatan. Tapi pelajaran-pelajaran yang agak sulit seperti
tipu silat Hoa ing sie sek dan Hu kut hien kang, serta tipu
serangan untuk menundukan musuh yang luar biasa
hebatnya. Hian kui Cap she sek Kin na khiu harus kau
pelajari lebih teliti. SEdangkan ilmu silat Giok liong Hoa
khie masih kudu memakan tempo yang agak lama,
pelajaran ini tidak dapat dicapai dalam waktu yang sangat
singat. Tapi kalau kau sudha mahir tiga tipu silat itu, sudah
cukup untuk kau melindungi dirimu tidak samapi dapat
dikalahkan oleh musuhmu. Selain dari pada itu, selama 40
tahun aku berdiam disini, aku telah menciptakan serupa
ilmu silat yang kunamakan Tay Iet Kim kong ciang hoat,
meski cuma tiga jurus, tapi sudah cukup untuk melayani
musuh yang bagaimanapun tangguhnya. Semua ini kau
harus ingat baik2 dan melatih dengan rajin."
Ho kie terima baik pesan orang tua itu dengan perasan
terharu. Toan theng lojin anggukkan kepala dan berkata pula :
"Sejak hari ini, kau harus bertekun dalam pelajaranmu
didalam lembah yang sukar diinjak oleh manusia ini, kau
harus baik2 meyakinkan semua pelajaran yang sudah
kuturunkan padamu. Waktuku cuma msaih ada setengah
bulan, sekarang kekuatan tenaga dalamku sudah
dihamburkan terlalu banyak, maka aku harus menutup diri
untuk 10 hari lamanya guna memulihkan kekuatanku.
Setelah satu bulan cukup, aku nanti akan menguji kau
lagi..." Demikianlah, selanjutnya Ho Kie dengan tekun setiap
hari melatih ilmu silatnya dari pelajaran Taon theng Lojin.
Karena ia tidak memperhatikan lewatnya waktu, maka ia
tidak mengetahui sudah berapa lama ia belajar sendiri
secara demikian. Didalam goa itu kadang2 ada banyak nyamuk dan lalat
yang sering menggangu Ho kie pada waktu ia melatih
ilmunya. Semula ia dibikin jengkel oleh adanya gangguan
binatang-binatang kecil itu. Lama-kelamaan mendadak ia
dapatkan suatu pemikiran. Mengapa aku tidak
menggunakan binatan terbang ini untuk melatih ilmu Kin
na khiu dan Hu kut Hian kang"
Didalam goa sinarnya tidak cukup terang, tetapi mata
Ho kie sekarang sudah menjadi terang. Ia sudah mulai
dapat mengenal barang yang bagaimana halusnya sekalipun
dalam keadaan remang-remang. Ia menggunakan binatang
terbang itu sebagai musuh dirinya melancarkan ilmu Kinna0khiu-
nya, sebentar ia menangkap dan sebentar
kemudian ia melepaskannya lagi. Perbuatan demikian itu
agaknya menggembirakan hatinya.
Tidak antara lama, dengan mudah ia dapat menangkap
binatang nyamuk yang halus, gerakannya itu belum pernah
gagal. Setelah ia mahir betul mempelajari ilmunya itu, nyamuknyamuk
atau lalat-lalat sudah tidak berdaya untuk
mengganggu dirinya lagi. Ada kalanya kalau ia sedang bergembiri, ia lantas
bergerak kesana dan kemari diantara gerombolan nyamuknyamuk,
tetapi tidak memberikan kesempatan pada
nyamuk-nyamuk itu menyenggol badannya.
Didalam goa yang tidak ada isinya apapun, kala itu
dimata Ho kie sedikitpun tidak merasakan kekosongan. Ia
telah mendapatkan kawan berupa nyamuk, lalat dan
binatang-binatang kecil lainnya sebagai teman karib selama
ia melatih ilmu silatnya.
Pada suatu hari, selagi Ho kie sedang asyik melatih ilmu
silatnya dengan cara yang luar biasa itu, tiba-tiba dibelakang
dirinya terdengar oarang yang memberikan pujian
kepadanya: "Tidak nyana kau sisetan kecil ini telah mendapatkan
pikiran untuk melatih dengan cara demikian"
Ho kie berpaling. Dilihatnya Toan-theng lojin sudah
berdiri dimulut goa. Ia buru-buru menghampiri dan berlutut
dihadannya sembari berkata:
"Locianpwe, coba locianpwe uji aku. Selama beberapa
hari ini apakah aku telah mendapatkan kemajuan?"
"Aku sudah lama mencuri lijat, caramu melatih ini
memang cukup baik, tidak perlu ku uji lagi. Tetapi cara
melatih serupa ini hanya dapat menambah kelincahan
gerakan tubuh, sedangkan ilmu pukulan yang dapat
membuat lawan mundur kau rupanya tidak
memperhatikannya." "Aku hanya mengetahui kalau aku menggunakan
binatang nyamuk dan lalat ini untuk melatih ilmu Kin na
khiu dan Hin Kut hian kang.... tipu serangan, meskipun ku
latih dengan tidka berhenti-hentinya, tetapi aku masih
belum mengetahui ilmuku ini apakah telah mendapat
kemajuan atau tidak. "Ini mudah saja! Asal kau dapat menangkap binatang itu
satu demi satu kemudain kau hajar dengan kekuatan
telapakan tangan mu, kalau kau mampu menghajar sampai
binatang-binatang itu terpental keluar dari dalam goa ini,
maka kekuatan tangan mu itu sudah tidak perlu disangsikan
lagi." "Berapa si kekuatan binatang-binatang seperti nyamuknyamuk
itu" Aku akan segera mencobanya."
Orang itu hanya kedengaran suara ketawanya tidak
menjawab. Ia mengeluarkan sebuah kantung kecil dan
menyuruh Ho kie melancarkan ilmu Kin-na-khiu-nya untuk
menangkapi binatang-binatang nyamuk kemudian
diletakkan di dalam kantong tersebut.
Dengan sangat mudah sekali Ho kie sudah berhasil
menangkap tiga-empat puluh ekor nyamuk yang kecil-kecil
itu. "Bagus! Sekarang kau lepaskan lagi satu demi satu.
Kalau kau sudha melepaskan seekor, kau boleh terus
menghajar dengan telapakan tanganmu. Apa kau mampu
membikin terpental binatang itu atau tidak?"
Ia lalu mengajak ho kie berdiri disuatu temapt terpisah
kira-kira 10 tombak dari mulut goa untuk sebagai temapt
latihan. Dengan penuh keyakinannya Ho kie melakukan
apa yang diperintahkan oleh orang tua itu.
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika ia mengeluarkan serangannya yang pertama,
memang betul hebat sekali serangan dari telapakan
tangannya itu. Dinding-dinding batu yang berdekatan
dalam lingkaran satu tombak lebih sampai pada hancur
berantakan, tetapi ketika ia melihat nyamuk tadi, ia lantas
merasakan kaget dan terheran-heran.
Kiranya binatang kecil itu meskipun kecil badannya dan
juga enteng, karena dapat berterbangan ditengah udara,
maka serangan Ho kie yang pertama kali itu walaupun
cukup keras, tetapi ternyata masih belum mampu membuat
nyamuk itu terpental sampai sejarak lima kaki. Bukan saja
tidak mati, malah nyamuk itu berterbangan berputar-putar
tidak henti-hentinya. ORang tua itu lantas tertawa bergelak-gelak.
"Gedung besar mudah dirubuhkan, tapi selembar bulu
susah dicabut!" katanya " Kau jangan pandang enteng
binatang kecil ini. Dengan kekuatan tenaga yang kau miliki
sekarang ini, untuk dapat membikin terpental binatang keicl
itu sampai sepuluh tombak jauhnya, rasanya masih harus
berlatih beberapa tahun lagi."
Ho kie merasa agak malu, ia mencoba sekali lagi dengan
melepaskan sepuluh lebih nyamuk-nyamuk itu. Tetapi
meskipun kali ini kekuatannya sudha ditambah lagi, tetap ia
tidak berhasil membuat nyamuk-nyamuk tersebut terpental
keluar ke mulut goa. "Kekuatan dengan kekerasan mudah dilatih, tetapi kalau
mau memusatkan kekuatan pada satu tempat, pada satu
tangan atau satu jari misalnya, sungguh tidak mudah. Apa
kau mengerti sebabnya teori ini?" kata siorang tua Patah
Hati. Ho kie meskipun mau menerima pelajaran itu smabil
membungkukkan badannya, tetapi dalam hatinya masih
merasa penasaran. Sebagai satu bocah, ia tidak terluput dari
sifatnya yang tidak mau mengalah mentah-mentah.
Mendadak ia mengerahkan kepandaiannya, sebentar saja ia
sudah berhasil menangkapi kembali beberapa puluh
nyamuk itu dan dibinasakan semuanya...
Toan-theng lojin yang menyaksikan perbuatan Ho kie
dalam hatinya bercekat. Dengan mata tidak berkedip ia
menatap wajah Ho kie, sedangkan mulutnya mendumel:
"Bocah, Napsu membunuhmu sungguh keterlaluan. Ini
agak menakutkan." Mendengar perkataan itu HO kie buru-buru berlutut
seraya berkata: "Locianpwe, aku hanya membunuh beberapa ekor
nyamuk ini saja, apakah itu bisa dibilang keterlaluan?"
"Seekor nyamuk atau semut sekalipun, juga ada
mempunyai jiwa. Kau telah mempelajari ilmu silat, kalau
ilmu silatmu digunakan untuk membasmi kejahatan atau
untuk menuntut balas sakit hati ayahmu itu memang tidak
dapat disalahkan. Tetapi kalau kepandaianmu itu kau
pergunakan hanya untuk mengambil jiwa yang tidak
berdosa, itu terang sudah melanggar hukum Tuhan."
"Locianpwe, sekarang aku telah mengerti akan
kesalahanku. Lain kali aku tidak berani berbuat kesalahan
semacam itu lagi." Ho kie mengakui kekeliruannya.
"Sekarang batas waktu satu bulan sudah cukup, aku
harus segera turun gunung untuk menyelidiki itu persoalan
yang menyangkut nasibnya sembilan partai besar dalam
rimba persilatan. Baik-baiklah kau melatih diri didalam goa
ini. Sampai pada waktu kau sudah bisa membikin terpental
nyamuk sehingga sepuluh tombak jauhnya, itulah tandanya
bahwa latihanmu sudah cukup sempurna dan pada waktu
itu lah kau baru boleh turun gunung."
"Locianpwe, kapan kau akan kembali?"
"Selambat-lambatnya ya setengah tahun, secepatcepatnya
tiga bulan. Tetapi kalau lewat batas waktu yang
kutetapkan itu aku masih belum kembali. kau juga tidak
perlu menantikan aku lagi. kau boleh pergi turun gunung.
Tetapi ada satu hal yang harus kau ingat betul-betul.
Sebelum kau dapatkan kitab pelajaran ilmu silat Hian-Kui
pit-kip jilid pertama, sekali-kali kau jangan coba-coba
melanggar dirinya Cian-tok lo mo di lembah Kui-kok!
mengerti kau maksudku?"
"Locianpwe, Aku pasti akan menunggu kau. Harap kau
supaya lekas kembali."
Orang tua itu berdiri sekian lama, agaknya mereka
sangat terharu akan perpisahan itu. Tangannya mengelus
kepala Ho kie, ia berkata sambil menghela napas:
"Akh.. Bocah! Sudah cukup aku mengalami berbagai
kedukaan, apakah sebelum meninggalkan tempat ini kau
hendak menyuruh au menjumpai kedukaan orang yang
akan berpisahan lagi?"
Sehabis berkata demikian mata orang tua itu
mengembang air. Ho kie lebih terharu lagi, ia sudha menangis tersengguksenguk..
"Locianpwe" katanya" kau tidak mau menerima aku
sebagai muridmu, setidak-tidaknya kau harus
memberitahukan kepadaku kemana kau hendak pergi.
Supaya kalau aku nanti sudah berhasil dengan latihanku,
aku bisa mencari padamu."
Toan-theng lojin mendadak mengertak gigi, ia
mengibaskan tangannya dan mundur beberapa tombak
jauhnya, lalu berkata sambil tertawa dingin:
"Satu laki-laki dimana saja dapat mendirikan rumah
tangganya. Kau boleh pergi dengan urusanmu sendiri, aku
akan melakukan tugasku pula. Taruh kata kau dapat
menemukan aku, apa yang akan kau perbuat" Lebih baik
kau melatih ilmu silatmu dengan rajin. Perlu apa
mengambil sikap seperti anak perempuan?"
Sehabis mengucapkan perkataannya yang terakhir itu ia
lantas menggerakkan kakinya, sebentar kemudian ia sudah
menghilang dari mulut goa.
Dengan hati sedih, Ho kie terus berlutut ditanah, dengan
hormat sekali lagi ia mengangguk-anggukan kepalanya
sampai tiga kali.... Satu tahun berlalu dengan pesatnya.
Orang tua yang patah hati itu telah pergi meninggalkan
Ho kie seorang diri, sedikitpun tidak ada lagi kabar
beritanya. Hari berganti hari, bulan bertemu bulan. Setahun
kembali sudah dilewatkan lagi oleh Ho kie didalam goa itu,
tetapi kekuatan tangan Ho kie hanya mendapat kemajuan
sedikit, cuma dapat membikin nyamuk terpental lima
tombak saja jauhnya. Sering kali ia berdiri bingung dimulut goa, memandang
gunung-gunung dan bagai tiada bertepi, ia memandang
segala perubahan alam, karena bergantinya musim demi
musim. Ia sendiri hampor-hampir tidak mengetahui sudah
berapa lama ia telah melewatkan penghidupannya didalan
goa yang sesunyi itu. Mengingat akan kematian ayahnya dan mengingat
dirinya siorang tau Patah Hati yang sudah lama
meninggalkan dirinya, rasa duka didalam hatinya sungguh
sukar untuk dapat ditindasnya, maka kadang-kadang ia
tidak dapat lagi menahan perasaan dukanya.
Ia percaya bahwa orang tua Patah Hati itu tentunya
sudah mengalami nasib buruk. Sebab kalau tidak demikian,
tidak nantinya sampai sudah begitu lamanya belum
kembali. "Akh! kalau sampai terjadi apa-apa atas diri orang tua
itu, bukankah itu berarti akulah yang telah mencelakai
dirinya?" Ho kie ngedumel sendiri.
Sebab jika ia tidak datang ke lembah patah hati itu,
sudah dengan sendirinya orang tua itu tidak akan
mengetahui duduk persoalan yang menyangkut sembilan
partai besar dalam dunia persilatan dan dengan sendirinya
pula orang tua itu juga tidak akan dengan secara mendadak
meninggalkan goa-nya yang sudah didiami empat puluh
tahun lamanya. Ia menyesalkan dirinya sendiri, ia menyesal tidak
terhingga. Ditahun ketiga ia sudah mampu membikin terpental
binatang nyamuk sampai lewat lebih dari tujuh tombak
jauhnya. Ia sudah tidak sabaran buat menantikan lebih
lama lagi, maka ia lantas mengambil keputusan untuk
keluar dari Lembah Patah Hati.
Sejak ia mendapatkan kepandaian ilmu dari siorang tua,
ditambah lagi dengan latihannya yang rajin tanpa mengenal
lelah, badan dan tulang seta otot-ototnya telah mengalami
banyak perubahan. Ketika ia terjerumus di Lembah Patah Hati, ia masih
merupakan satu bocah yang belum cukup empat belas
tahun, tetapi sekarang ia sudah merupakan jejaka yang
sudah hampir tujuh belas tahun usianya.
Parasnya cakap dan badannya tegap kekar. IA sudah
seperti seorang pemuda cakap, ganteng yang sudah berusia
dua puluh tahunan. Dengan perasaan duka ia memandang semua keadaan
didalam goa itu meskipun dalam goa itu tidak ada apaapanya,
tetapi setelah hendak ditinggalkan, hatinya merasa
berat. Disatu sudut ia menemukan satu bungkusan kecil.
Tatkala dibukanya, isinya ternyata adalah satu stel pakaian
dan sedikit uang. Karena ia sedang membutuhkan pakaian
dan uang untuk bekal dalam perjalanannya, maka ia lantas
mengambil bungkusan tersebut.
Dengan Hati berat ia meninggalkan goa Pek-Giok-Kiong
di dalam Lembah Patah HAti itu yang sudah didiami
hampir tiga tahun lamanya.
Dalam perjalanan satu hari ia baru tiba disebuah kota
kecil. Dengan tindakan perlahan ia memasuki sebuah rumah
makan dan memesan beberapa rupa hidangan. Seorang diri
juga ia makan dan minum hidanganannya. Selagi enakenaknya
makan telinganya tiba-tiba menangkap suatu suara
yang kedengarannya sangat menyenangkan.
"Hei pelayam! hitung uangnya!"
Ho kie terperanjat oleh suara tadi, Ketika ia
memperhatikan dengan seksama, disatu meja yang terletak
didekat jendela, ada duduk seorang diri pemuda yang
berdandan seperit anak sekolah dalam pakaian seragam
putih. Pemuda itu juga usianya paling-paling juga baru
delapan belas tahun. Wajahnya yang putih bersih bersemu dadu serta dikedua
pipinya ada sebuah sunyen dengan bibirnya yang merah.
ada lebih mirip dengan seorang wanita. Anak muda itu
dengan tenang mengipas-ngipas dirinya dengan kipasnya
yang indah. Baik parasnya, maupun sikapnya kelihatan sangat
menarik hati bagi siapa saja yang menghadapinya.
Ho Kie seumur hidupnya belum pernah melihat pemuda
secakap demikian, dengan tidak sadar mulutnya lantas
memberikan pujiannya: "Aaaa, sungguh cakap pemuda itu!"
Meskipun suaranya itu diucapkan perlaha, siapa sangka
anak sekolah berbaju putih itu mempunyai pendengaran
yang sangat tajam. Dengan mendadak ia lantas melipat
kipasnya lalu menegur: "Dari mana datangnya manusia liar yang begitu kasar"
sungguh menjemukan!"
Ho kie yang mendengar teguran yang serupa itu,
parasnya merah seketika, pada pikirnya: "Aku toh memuji
dirimu dan bukan bermaksud menjeleki! kenapa sebaliknya
kau malah memaki-maki tidak keruan?"
Ia juga tidak mau mengalah mentah-mentah, dengan
suara dihidung ia berkata:
"Dasar dogol, Anak tidak tahu adat!!"
Pemuda berbaju putih berdiri alisnya, mendadak ia
lompat bangun. sambil menuding dengan kipasnya pada Ho
kie ia membentak. "hei manusia liar, kau memaki siapa?"
Ho kie mendongkol, lantas menjawab dengan suara agak
heran: "Aku suka memaki siap saja, perduli apa dengan kau?"
Pemuda berbaju putih itu agaknya sudah gusar benarbenar:
"Kalau tidak karena didepan umum ini ada rasa kurang
pantas, hari ini tentu aku sudah memberi sedikit hajaran
pada kau si manusia liar yang tidak mengenal aturan!"
"Apa kalau tidak dihadapan umum kau kira aku takut
padamu?" "Kalau kau mempunyai kepandaian sebentar malam jam
tiga kau boleh datang di Cit-Lie kang!"
"Baik! aku nanti tepati janjimu!"
Pada saat itu pelayan rumah makan sudah berdiri dekat
pemuda berbaju putih itu untuk menantikan bayaran.
Pemuda berbaju putih itu juga tidak berkata apa-apa lagi,
ia memberikan sedikit uang pada pelayan rumah makan,
kemudian lantas berlalu. Selagi melewati Ho kie, mendadak ia menghentikan
tindakan kakinya dan berkata dengan suara dingin:
"Pertempuran antara mati dah hidup! kalau tidak
mendapatkan keputusan, aku tidak mau sudah."
Setelah mengucapkan perkataannya itu, ia lantas berlalu
dengan langkah lebar. Ho kie jadi ketawa geli, diam-diam berpikir: "Bocah ini
sungguh sombong. Entah orang golongan apa?"
Karena hatinya sedang mendongkol, maka napsu
makannya juga berkurang. Dengan cepat ia membayar
rekening dan kembali kerumah penginapannya.
Entah sudah berapa lama ia rebahkan dirinya
dipembaringan. secara begitu, tetapi tidak juga tidur pulas.
Hatinya selalu memikirkan itu pemuda sekolah berbaju
putih. Kalau dilihat dari paras dan sikapnya, kelihatannya
ia bukan orang jahat. Tetapi kenapa ia begitu jumawa"
Apakah ia mempunyai kepandaian yang luar biasa"
Berpikir sampai disitu, ia merasa geli sendiri, ia
menganggap bahwa pemuda itu hanya mempunyai
pengertian sedikit tentang ilmu silat yang tidak mungkin
dibandingkan dengan kepandaian yang dimilikinya.
Baru pertama kali ia keluar lembah sudah lantas diajak
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertanding, maka dalam hatinya merasa sangat gembira,
karena itu adalah merupakan suatu kesempatan untuk
menguji kepandaiannya. Oleh karena itu juga ia tidak dapat
tidur pulas. Kentongan baru berbunyi sekali, ia sudah turun dari
pembaringannya lalu membuka jendela dan lompat keatas
genteng. Menurut jurusan yang ditunjul oleh pelayan rumah
makan ia lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
lari ke Cit-lie kung. Malam itu ada malaman terang bulan. Keadaan diluar
kota sangat terang benderang. Ho Kie yang sedang berlarilarian
menuju ketempat yang telah dijanjikan, dalam hati
merasa sangat gembira, tetapi juga merasa agak kuatir.
Bukan disebabkan karena tidak mengetahui dimana
tingginya kepandaian ilmu silat pemuda baju putih itu,
tetapi karena sejak ia mendapatkan pelajaran ilmu silatnya
dari si orang tua Patah Hati, serta sudah memahami
ilmunya yang terdapat dalam kitab Hian kui Pit-kip, boleh
dikatakan ia masih belum mendapat kesempatan untuk
digunakna dalam menghadapi lawan dalam arti kata
pertempuran yang sebenarnya. Maka malam itu dapatlah
diartikan sebagai suatu ujian untuk menjajal kepandaiannya
yang telah dipelajari dengan rajin selama hampir tiga tahun
itu, maka diam-diam ia mengharapkan supaya kepandaian
pemuda itu ada lebih tinggi sedikit daripada kepandaian
dirinya sendiri, sebab kalau kepandaian pemuda itu
berselisih terlalu banyak dengan kepandaian yang
dimilikinya, juga tidak akan ada artinya.
Tidak antara lama kemudian ia sudah sampai pada
sebuah rimba yang lebat. Rimba itulah yang dinamakan Cit-
Lie kang! Tiba-tiba ia mendengar orang menegur dengan suara
merdu, yang kedengarannya keluar dari dalam rimba:
"Siapa?" Pertanyaan itu lalu disusul oleh munculnya satu
bayangan putih yang bergerak dengan gesit, menghadang
didepan mata Ho kie. Ketika mendengar suara itu, Ho kie sudah lantas
menghentikan gerakan kakinya. Ternyata orang yang
sedang berdiri didepan matanya itu adalah seorang pemuda
berbaju putih seperti anak sekolah yang tadi siang dijumpai
dirumah makan. "Kau datang terlalu pagi sahabat!" Ho kie ketawa dingin.
Anak sekolah berbaju putih itu menunjukkan sikap yang
terperanjat, lantas menyahut dengan suara dingin:
"Kedatanganku cepat atau lambat, ada hubungan apa
dengan kau?" "Mengapa tidak ada hubungannya" Aku justru datang
kesini hendak menepati janjimu"
Anak sekolah berbaju putih itu kembali tercengang.
"Menepati janji" Dengan siapa kau berjanji?"
Mendengar ucapan yang ketus dingin yang seolah-olah
tidak memandang dirinya sama sekali, hati Ho kie merasa
mendongkol. "Anak dogol yang jumawa!" katanya gemas,"Apa kau
sudah hitung pasti bahwa kepandaiannya ada diatas
kepandaianku?" Anak sekoah itu kelihatannya seperti benar-benar heran.
"Sama-sanam anak sekolahan, dengan alasan apa kau
memaki aku anak dogol?" tanyanya.
"Alasan apa" Itulah karena sikapmu yang terlalu jumawa
yang telah kau unjukkan dirumah makan tadi siang,
rasanya tidak cukup dengan hanya memaki kau saja,
andaikan aku hajar kau sampai pingsan juga sudah
sepantasnya..." Anak sekolahan berbaju putih itu berpikir sejenak, ia lalu
ketawa sehingga kelihatan kedua baris giginya yang putih
berkilat. "apa kau ingin berkelahi" Coba saja kau turun tangan".
"Itulah yang dijanjikan, aku datang kemari. Apa kau
hendak mangkir?" Anak sekolah berbaju putih itu menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Kapan aku janji kepadamu" Dengan caramu gerabk
gerubuk seperti ini, apa kau kira aku suka janjikan kau?"
"Anak dogol, kau mau berpura-pura?"
"Hai! kita sama-sama orang sekolahan, sebaiknya kau
jangan membuka mulut sembarangan. Kalau aku anak
dogol, lalu kau sendiri anak apa?"
Ho kie sudah tidak dapat menahan sabarnya lagi. Ia
berseru: "Bocah yang mengingkari janji! kita tidak usah banyak
mulut lagi. Mari kita adu kekuatan!" Berbareng Ho kie
menyerang. Serangan itu adalah tipu serangan Tay-Lek kin kong
ciptaan Toan-theng lojin yang diyakinkan si orang tua
selama empat puluh tahun lamanya. Tidak heran kalau
serangannya itu sangat hebat, sehingga tujuh atau delapan
batang pohon telah tersapu rubuh oleh kekuatan angin
serangan itu. Ho Kie tidak menyangka bahwa kekuatan serangannya
itu ada begitu hebat, maka ia sendiri juga lantas kesima.
Dalam hatinya agak menyesali dirinya, pada pikirannya
"Ah, kalau aku mengetahui seranganku bakal begitu heba,
aku tidak akan turun tangan sembarangan. Aku dengan dia
tidak mempunyai permusuhan apa-apa. kalau aku sampai
memukul mati padanya, apakah itu bukan keterlaluan?"
Siapa sangka, belum lenyap peikirannya itu,
disampingnya terdengar suara anak sekolah berbaju putih
itu: "Aaaa, dengan mengandalkan kepandaian yang begini
saa, kau lantas hendak menyombongkan dirimu untuk
mengadu kekuatan" he.. he... masih belum cukup bung!"
Bukan main kagetnya Ho kie, dengan lekas ia memutar
tubuhnya, Ia meliaht anak sekolah itu sedikitpun tidak
terluka. Ia sedang berdiri dengan tenang sambil goyanggoyangkan
kipasnya dan memandang Ho kie sambil
tertawa. Karena terkejut oleh kepandaian yang aneh dari si
pemuda itu, dalam hatinya Ho Kie merasa terheran-heran.
"Aku masih mempunyai urusan penting!" kata pemuda
baju putih ketawa. Aku tidak mempunyai waktu untuk melayani segala
orang kasar seperti kau ini, Melihat sikapmu yang begitu
galak, benar-benar telah membuat orang tiga hari tidak enak
makan. Ingatlah lain kali kau jangan terlalu gegabah
menunjukkan kepandaianmu dihadapan orang lain."
Sehabis berakata begitu, ia lalu berkelebat menghilang ke
dalam rimba. "Jangan pergi" bentak Ho kie.
Tetapi sang lawan sudah tidak kelihatan lagi
bayangannya sekalipun. Ia telah dibikin mendongkol oleh ucapan anak sekolah
baju putih yang terakhir itu.
Ia coba mengerahkan seluruh kepandaian yang
dimilikinya untuk mengejar anak sekolah itu.
Mengejar orang didalam rimba sesungguhnya tidak
mudah, apa lagi pemuda baju putih itu kelihatannya
mempunyai kepandaian yang sangat luar biasa.
Dengan perasaan mendongkol Ho Kie berputaran
didalam rimba, tetapi ia tdiak dapat menemukan anak
sekolah tersebut. maka mulutnya lantas mulai memaki-maki
tidak berhentinya. KArena tidak berhasil menemukan orang
yang sedang dicarinya, terpaksa ia pulang ke rumah
penginapannya dengan perasaan gemas serta masgul..
Keesokan harinya, pagi-pagi seklai hawa udaranya sejuk.
Pagi-pagi itu juga Ho kie sudah melanjutkan perjalannya.
Ketika ia melewati sebuah rimba, tiba-tiba ia mendengar
orang berakat: "Manusia tidak tahu malu! kalau merasa takut, jangan
terima baik perjanjian orang. Mengapa kau mengingkari
janji seenaknya saja" Apa itu juga perbuatannya satu lakilaki?"
Ho kie terkejut. mana kala ia menegasi siapa orangnya
yang bicara itu, bukan main gusarnya.
Kiranya orang itu sedang berdiri menggendong tangan.
Ia adalah sianak sekolah berbaju putih yang telah
menjanjikan padanya untuk bertanding di Cit-lie kang.
Mengingat semua kejadian tadi malam, hati Ho kie
semakin gusar. Maka dengan cepat ia menghampiri anak
sekolah itu, mulutnya memaki dan membentak:
"Anak dogol, tadi malam hitung-hitung kau tahu gelagat
sudah kabur dengan cepat. Sekarang kita bertemu lagi, aku
harus memberikan hajaran padamu sepuas-puasnya."
Sehabis berkata demikian, ia lantas hendak menyerang.
Pemuda berbaju puth itu menggeser kakinya dan minggir
kesamping dua tindak, kemudian berkata:
"Hmmn, tadi malam kenapa kau tidak berani menepati
janji untuk datang ke Cit lie kang?"
"Ngaco! adalah kau sendiri yang telah kabur lebih dulu.
Kau hendak menyuruh aku mencari kemana?"
"Tadi malam, sejak jam tiga aku menantikan kau sampai
jam empat. Sam sekali aku tidak pernah melihat batang
hidungmu. Dan toh kau sekarang berani gede bacot lagi.
Sungguh tidak tahu malu.!"
Ho kie terkejut, seketika lamanya ia berdiri melongo.
"Mana bisa"!" katanya "Kau sendirilah yang ngaco belo!
Lama aku mencari, kemudian aku pikir barang kali kau
takut sehingga kau tidak berani menepati janjimu, aku lalu
mencari kau diseluruh rumah penginapan dalma kita,
sampai pagi aku tidak bisa menemukan tempat
persembunyianmu. Coba kau jelaskan dimana kau
sembunyi tadi malam" Kalau berani mengoceh lagi tidak
keruan aku tidak mau gampang-gampang mengampuni
kau" Ho kie kelihatan semakin gusar, alisnya berdiri,
kemudian ia membentak: "Terang kau sendiri yang memutar balik dudukan
perkara. sebaliknya menuduh orang mengoceh tidak
keruan. Kita tidak perlu banyak rewel, biar ku hajar dulu
kau buat melampiaskan kemendongkolanku!"
Dengan cepat HO kie lantas mementang kelima jari
tangannya menyambar pundak kiri si anak sekolahan
berbaju putih. Menyaksikan tipu serangan Ho kie yang aneh itu, sianak
sekolahan agaknya terkejut. Ia tidak berani berlaku ayal
lagi, dengan cepat ia sudah menggeser tubuhnya sampai
lima tindak untuk menghindarkan sambaran tangan Ho kie.
Sepasang matanya yang jernih dengan keheran-heranan
menatap wajah Ho kie dengan tidak berkedip.
Ternyata begitu turun tangan Ho kie lantas
menggunakan tipu serangan Hian-kui cap sha sek na khiu,
karena menurut keterangan Toan-theng lojin, serangan itu
sangat luar biasa, dengan serangan mana sudah cukup
untuk menjagoi dirimba persilatan. Siapa sangka, untuk
pertama kalinya ia mengunakan serangan itu untuk
menghadapi musuh, ternyata telah mengalami kegagalan.
Ia heran, apakah anak sekolahan itu kegesitannya
melampaui binatang nyamuk atau serangannya sendiri yang
kurang tepat. Ia lantas mengerahkan seluruh kekuatannya dengan
secepat kilat ia maju menyerang lagi. Kali ini tangan
kanannya mengarah jalan darak Ciok tie hiat. Sebentar saja
sudah menekan sikut kiri anak sekolah berbaju putih itu.
Dalam pikirannya kali ini pasti berhasil.
ooo0dw0ooo SIAPA NYANA, kesudahannya adalah diluar
dugaannya. Kelima jarinya baru saja tiba, sang lawang
badannya tiba-tiba berkelit kekiri, sebentar saja seperti
sudah berubah menjadi tiga bayangan putih...
Ho kie terperanjat. Dalam kagetnya ia sudah kehilangan
jejaknya si pemuda berbaju putih.
"Tahan dulu!" bentak sibaju putih.
"Kenapa kau suruh aku hentikan serangan" apa kau takut
akan aku gebuk?" "Hmnn,apa kau kira aku takut kepadamu?"
"Dan mengapa kau suruh aku menghentikan
seranganku?" "Aku merasa gerak tipu silatmu ini mirip dengan salah
seorang yang berkepandaian tinggi, maka aku ingin
menanyakan dulu siapa nama suhumu?"
"Kau tidak berhak menanyakan apapun dalam hal ini.
Aku justru hendak menanya kau".
"Kalau begitu, kau harus bisa memenangkan kau dulu,
baru kau boleh bertanya."
"Hmmn, bocah yang terlalu jumawa!"
"Kau jangan mengiri bahwa kepandaianmu lebih hebat
daripada kepandaianku. Kalau dalam tiga jurus aku tidak
mampu menundukkan kau, aku segera angkat kau menjadi
guru. Bagaimana?" Ho kie pikir, bocah dihadapannya ini terlalu tidak
memandang mata kepadanya, maka lantas menjawab
sambil tertawa dingin: "Sekarang kita tetapkan seperti katamu tadi. Kalau
dalam tiga jurus, kau tidak bisa menangkan kau, kau harus
berlutut dihadapanku untuk manggut-manggut sampai tiga
kali. Maukah kau berjanji?"
"Ehm.. jangan kata cuma tiga kali, tiga puluh kali juga
tidak akan ku pungkiri."
"Kalau begitu, siap sedialah!"
Sehabis berkata demikian, kembali Ho kie pentang
kelima jari tangannya untuk mengarah jalan darah Kian kie
hiat. Mulutnya berkaok "Awas! ini adalah jurus pertama"
Siapa nyana, jarinya hampir saja mengenai pundak
pemuda berbaju putih itu, mendadak terdengar suaranya
yang nyaring, pemuda itu dengan caranya yang sama
seperti pertama sudah berhasil mengelakkan serangannya.
Ho kie celingukan, kali ini ia tidak berhasil menemukan
kemana perginya anak mudah sekolahan berbaju putih tadi.
Keadan disekitar tempat mereka bertempur amat sunyi.
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pemuda berbaju putih itu seolah-olah setan yang bisa
menghilang dengan mendadak.
Dia tiba-tiba bergidik. Mulutnya lantas berseru:
"Anak dogol itu manusia atau setan?"
Mendadak didengarnya suara orang ketawa:
"Nah! Aku ada disini!"
Ho kie buru-buru berpaling, wajahnya berubah seketika,
kiranya pemuda berbaju putih tadi sudah berdiri diatas
ranting sebuah pohon kira-kira satu tombak jauhnya dari
situ. Dengan sikapnya yang tenang sekali pemuda tersebut
mengawasi Ho kie sambil tersenyum. Ho kie gusar bukan
kepalang, mendadak ia lompat maju, tangannya
mengeluarkan serangan yang sangat hebat ditujukan keatas
pohon sambil berseru : "Baik! kau sambutlah serangan ku yang kedua ini."
Serangan itu ternyata hebat sekali. ranting-ranting dan
daun-daun pohon yang ditempati pemuda berbaju putih
tadi sampai pada putus terkena sambaran angin serangannya,
tetapi si pemuda berbaju putih ternyata telah
menghilang lagi entah kemana.
Sekali lagi Ho kie mencari keatas pohon lainnya, tidak
disangka pemuda itu sudah berada dibelakang dirinya, siapa
telah berkata kepadanya sambil tertawa dingin:
"Anak sombong, Perlu apa kau menghajar segala batangbatang
pohon yang tidak bisa apa-apa untuk mengumbar
amarahmu?" Ho kie benar-benar telah dibikin tidak berdaya oleh
kegesitan anak muda tadi, dalam keadaan apa boleh buat ia
ingin mencoba sekali lagi. Dengan gesit sekali ia telah
memutar tubuhnya. Pemuda baju putih itu kelihatannya sangat tenang, ia
berdiri disitu sambil mengipas dan ketawa-ketawa
mengawasi pada Ho kie. Karena sudah dua kali serangannya gagal selalu,
sekarang Ho kia tidak berani sembarangan turun tangan
lagi. Sambil memikirkan bagaimana caranya yang baik
untuk menjatuhkan lawannya, ia berkara:
"Dalam tiga jurus, dua jurus seranganku sudah lewat.
Kalau kau masih menggunakan cara berlompat-lompatan
seperti caranya monyet, setelah tiga jurus ini lewat, kau
dihitung kalah. Kau berhati-hatilah."
Pemuda berbaju putih tersebut, mendadak ketawa
cekikikan.. "Aku liaht, kau hanya satu bocah yang baru turun dari
atas gunung. Tiga jurus itu cuma boleh dihitung aku sengaja
membiarkan kau menyerang. Setelah cukup tiga jurus, aku
nanti baru turun tangan, supaya kau tahu bahwa diatas
langit masih ada langit lagi, diatas manusia, masih ada
manusia yang lebih tinggi lagi."
"Ooo.. jadinya kau hendak mengingkari janjimu yang
tadi?" "Bagaimana aku pungkir janji" Tadi sudah kita tentukan,
bahwa dalam tiga jurus aku akan tundukkan kau. Yang ku
maksudkan, sudah tentu mesti aku yang turun tangan
sampai tiga jurus, bukannya kau yang menyerang untuk tiga
jurus." Ho kie lalu berpikir, Apakah bocah ini hendak mencari
tahu asal usul ilmu silatku kemudian mencari akal pula
hedak memperdayaiku"
Berpikir sampai disitu, ia lalu menjawab sambil ketawa
dingin, "Sekarang kau harus berhati-hati benar! Jurus ketiga ini
namanya Malaikat menangkap setan, makanya kau harus
waspada." Pemuda berbaju putih dongakkan kepalanya dan ketawa
terkekeh-kekeh. "Kau boleh turun tangan sepuas hatimu. Sebentar lagi
kita lantas bisa dapat tahu...!" jawabnya.
Ho kie ternyata sangat nakal. selagi pemdua berbaju
putih itu masih mendongak dan ketawa, tiba-tiba ia sudah
menggerakkan kedua tangannya untuk meyerang pada
tujuh tempat bagian jalan darah dibadan pemuda berbaju
putih tersebut. Serangan secara demikian itu benar-benar diluar dugaan
si pemuda berbaju putih. Ketika ia tersadar kalau dirinya sudah diakali, Ho kie
sudah berada dekat sekali didepan matanya. Kedua tangan
lawannya itu sudah menghantam bagian-bagian yang
berbahaya pada badannya. Dalam keadaan demikian, ia sudah tidak mampu lagi
mengeluarkan gerak badannya yang gesit tadi, terpaksa ia
berlaku nekad dan merangsek Ho kie.
Tangan kanannya bergerak menyerang dada Ho kie,
sedangkan ia sendiri menggunakan kesempatan selagi
mengirim serangannya , badannya sudah melompat
mundur. Ho kie ketawa dingin. Tiba-tiba ia memutar tangan
kirinya, kakinya digeser maju, denganmudah saja dapat
mengelakkan serangan pemuda berbaju putih itu.
Bersamaan dengan itu, ia mengulurkan tangan kanannya
menotok jalan darah Ciang Tay hiat didada kiri lawannya.
Selagi jari tangannya itu menempel pada dada kiri
pemuda berbaju putih itu, mendadak dirasakan seperti ada
apa-apa yang tidak wajar, sebab jarinya seperti menyentuh
barang lunak yang agak melembung.
Semacam barang yang seperti balon melembung,
bentuknya sebesar kepalan tangan.
Tadinya ia ingin menjambret, tetapi suatu pikiran
mendadak terkilas dalam otaknya.
Ia terperanjat hampir lompat dan buru-buru tarik kembali
serangannya. Telinganya mendengar suara bentakan
pemuda itu: "Kau mau mampus!" kemudian Ho kie merasa matanya
berkunang-kunang karena pipinya kean tamparan dengan
telak. Cepat ia mundur tiga tindak sambil mengusap-usap
pipinya, dengan bingung ia mengawasi pemuda berbaju
putih itu. Sipemuda berbaju putih tampaknya selembar wajahnya
berubah merah, ia tundukkan kepalanya, agaknya merasa
sangat malu... Tetapi sebentar saja ia kelihatannya sudah mulai tenang
kembali. Setelah merapikan pakaiannnya lantas berkata:
Sekarang tiga jurus sudah berlalu, tibalah gilirannya
untuk menghajar kau!"
Setelah dengan susah payah Ho kie menenangkan
pikirannya kembali, lantas menjawab dengan perasaan
tidak puas. "Dalam jurus ketiga tadi kau sudah berhasil menepuk
jalan darahmu. Kau sudah kalah, bagimana masih punya
muka untuk bertanding lagi?"
"Ngaco! kapan aku terkena totokanmu" Bukankah kau
lihat sendiri aku masih berdiri disini dalam keadaan segar
bugar?" "Kau ini juga ada sedikit keterlaluan. Kau mau menang
sendiri saja, sudah kalah masih tidak mau ngaku. Barusan
terang-terangan aku sudah berhasil menotok jalan daran
Ciang tay hiat didadamu. Kaalu bukan karena didadamu
ada menyimpan suatu benda, niscaya siang-siang aku
sudah...." Pemuda berbaju putih itu tidak menunggu sampai Ho kie
bicara habis, dengan wajah kemerah-merahan ia
membentak. "anak sombong! lihat seranganku!"
Badannya benar saja telah bergerak melancarkan satu
serangan. Saat itu ia sudah seperti melupakan perjanjian bahwa
siapa yang menang dalam tiga jurus, yang kalah harus
berlutut dan manggut-manggut tiga kali dihadapan yang
menang. Anak muda itu terus melancarkan serangannya yang
bertubi-tubi. Sebentar saja tujuh atau delapan jurus sudah dilalui, saat
itu cuma kelihatan bayangan putih yang berkelebatan serta
sambarang anginnya yang hebat.
Ho kie tidak berlaku ayal, dengan menggunakna ilmu
silat Hoan eng-sie-sek-nya, semacam ilmu yang
memerlukan kelincahan gerak badan, terus ia
menghindarkan setiap serangan pemuda berbaju putih itu.
"Tahan dulu!" tiba-tiba Ho kie berkata dan lompat
mundur.. "Perlu apa berhenti" Kalau belum ada keputusannya,
jangan harap kau bisa lari!"
kata sang lawan, gemas kelihatannya.
"Kita tadi sudah berjanji hanya boleh bertempur dalam
tiga jurus, sekarang kau sudah melancarkan serangan
sampai delapan jurus dan toh masih belum mampu
menundukkan aku, kenapa kau tidak lekas-lekas berlutut
dihadapanku?" Pemuda berbaju putih itu melongo, tetapi kemudian ia
lantas menjawab sambil ketawa dingin:
"Siapa kata aku kalah, dalam setiap jurus seranganku
mengandung enam belas rupa perubahan. Delapan jurus
tadi cuma bisa dihitung delapan rupa, sebetulnya satu
juruspun belum ada."
"Apa ucapanmu semula boleh dipercaya?"
"Mengapa tidak" kalau benar-benar kau mempunyai
kepandaian, sambuti serangan-seranganku yang tiga jurus
ini sampai habis dulu."
"karena kau tetap hendak mengingkari janji, biarlah kita
adu tenaga sampai ada keputusan."
"Kau sendiri yang tidak tahu malu msaih berani memaki
orang lagi." Karena tidak ada yang mau mengalah, maka keduanya
lantas saling menyerang lagi.
Lewat lagi sepuluh jurus, Ho kie diam-diam terkejut,
sebab kepandaian ilmu silat pemuda berbaju putih itu
memang benar masih berada diatas kepandaiannya sendiri.
Dan apa yang mengherankan, ialah semua gerak tipu
silatnya mirip dengan ilmu silatnya sendiri, maka sangat
sukar untuk ia menjatuhkan lawannya yang tangguh itu.
Dalam jengkelnya, ia mencoba mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Beberapa kali ia sudah mengganti cara
bersilatnya supaya dapat menundukkan lawannya.
Siapa tahu, pemuda berbaju putih itu sangat licin. Setiap
kali serangan Ho kie hampir mengenakan dirinya, selalu
dapat dielakkan dengan cara yang enak sekali.
Pada suatu ketika, anak muda berbaju putih itu
mendadak telah lompat mundur beberapa tindak sembari
bertanya: "Apakah kau anak murid golongan Hian kui kauw?"
Ho kie tercengang. Ia lantas menghentikan serangannya,
menjawab: "Mungkin kau sendiri ada muridnya Hian kui kauw.
Apakah lantaran tidak mampu merebut kemangan, kau
lantas hendak mencari alasan untuk kabur?"
"Kalau kau bukan anak murid Hian kui kauw, bagimana
kau dapat menggunakan tipu serangan Kin-na-khiu hoat
dalam kitab pelajaran Hian kui pit kip, dengan baik?"
Hati Ho kie curiga, diam-diam ia berpikir:
Bocah ini tinggi sekali ilmu silatnya, bahkan dalam setiap
serangan dia selalu mencoba mengatasi seranganku.
Apakah dia sendiri anak murid golongan Hian kui kauw?"
Begitu mengingat Hian kui kauw, ia lantas ingat
kematian ayahnya, maka rasa gemasnya lantas timbul
seketika itu. Dengan suara keras ia lantas menjawab:
"Aku dengan Hian kui kauw mempunyai permusuhan
yang sangat dalam. Kalau kau murid Hian kui kauw, hari
ini aku akan membunuhmu terlebih dahulu!"
Pemuda berbaju putih itu tidak marah, sebaliknya malah
menunjukkan roman girang.
"Kalau kau bukannya anak murid Hian kui kauw,"
katanya. "Kenapa ilmu silatmu mirip seperti ilmu silat dari
kitab pelajaran Hian kui Pit kip" Kau tentunya mempunyai
hubungan dengan Toan-theng lojin di Lembah Patah Hati."
Ho kie terperanjat. "Kau siapa" Bagaimana kau
mengetahui nama Toan-theng Lojin?"
"Bukan cuma mengetahui saja, aku malah bertetangga
dengan dia, dan tidak cuma sekali saja aku melihat padanya
yang mengenakan pakaiannya yang aneh itu yang kadangkadang
berlari-lari diatas bukit Pek-kut nia..."
Mendadak ia menghela napas perlahan:
"Tetapi.. ia agaknya ketimpa oleh nasib malang, seperti
seorang yang sedang dirundung kedukaan hebat. Kadangkadang
ia menangis seorang diri, bahkan tidak mau
menemui orang, juga tidak mau bicara..."
HO kie semakin heran, sebab kepandaian ilmu silat
Toan-theng lojin itu sangat luar biasa hebatnya. Adatnya
juga sangat aneh. Menurut keterangan Toan-theng lojin
sendiri, ia sembunyi dibukit Pek-kut-nia sudah lebih dari
empat puluh tahun lamanya, sedang anak sekolah berbaju
putih ini, usianya masih belum cukup dua puluh tahun.
Bagaimana ia bisa berada dibukit Pek-kut nia dan cara
bagaimana ia bisa melihat Toan-theng lojin serta dapat
mengetahui semua sifat-sifatnya begitu jelas" Hatinya mulai
tergerak, maka lantas ia menanyakan dengan suara
terputus-putus: "kau... kau siapa?"
"Aku sejak masih kecil sudah berdiam di bukit Pek-kut
nia, terpisah tidak jauh dari tempat tinggalnya Toan-theng
lojin. kau boleh menerka aku ini siapa?"
"Ouw... sekarang kau tahu. Kau pasti murid Cit-cie Sin
hong locianpwe di puncak gunung Sin hong."
Pemuda berbaju putih itu tertawa dan menganggukanggukan
kepalanya. "Benar saja! Dengan demikian, juga berarti kau telah
mengakui bahwa kau adalah muridnya Toan-theng
locianpwe." "Pantas ilmu silatmu hampir setiap jurus dapat merebut
kesempatan lebih dahulu. Gerak tipu silatmu sangat aneh.
Aku benar-benar sangat tolol, sudah melupakan pada Citcie
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sin hong Locianpwe.."
Ho kie lalu angkat tangan memberi hormat, kemudian
berkata pula: "Orang yang tidak mengetahui, tidak boleh dianggap
bersalah. Aku ingin numpang tanya, siapakah nama
saudara yang mulia?"
"Aku orang she Lim, namaku Kheng" Jawab sianak
muda. "Sejak aku masih kecil telah belajar ilmu silat di
puncak gunung Sin Hoa. tentang diri Toan theng
locianpwe, meskipun sudah lama aku mengenalnya, tetapi
aku belum pernah medengar kalau dia ada menerima
murid." Ho kie lalu memberitahukan namanya sendiri, kemudian
sambil menghela napas berkata:
"Ilmu silat ku meskipun dapat pelajaran darinya, tetapi
aku belum mengangkat guru padanya. Aku berdiam disana
dengan dia hanya satu bulan saja..."
"Aku benar-benar telah kesalahan mengira kau murid
golongan Hian-kui kauw. Sekarang sudah terang,
sebetulnya kita masih terhitung orang-orang sendiir. Tetapi
entah apa sebabnya saudara Ho meninggalkan lembah
seorang diri" Ada urusan penting apa yang hendak
dilakukan?" Ho kie lalu menceritakan hal ikhwalya Toan-theng lojin,
yang kin telah muncul lagi didunia kang ouw. dan sudah 3
tahun belum kembali. Karena ia merasa kuatir atas dirinya,
maka lantas keluar lembah untuk menyelidiki dimana
adanya orang tua yang bernasib malang itu.
Lim Kheng lalu berkata: "Sekarang Hian-kui kauw sangat menonjol didunia
rimba persilatan." kata Lim Kheng.
"Mereka ingin menjagoi dunia persilatan. Toan-theng
lojin karena urusan Hian kui kauw telah meninggalkan
lembah, mengapa saudara Ho tidak langsung menuju
kesarangnya Hian kui kauw untuk mencari kabar?"
"Aku sebenarnya juga ada itu maksud. tapi karena
Toanotheng lojin waktuk pergi telah meninggalkan pesan,
sebelum pelajaran ilmu silatku mahir, tidak boleh
sembarangan masuk kesarangnya Hian-kui kauw untuk
mencari setori, maka sehinggal saat ini aku masih merasa
bimbang." "Apasih kepandaian Hian kui kauw yang bisa
dibanggakan" Kalau saudara Ho tidak keberatan, aku
mesipun seorang yang tidak berguna, juga ingin memberi
sedikit bantuan tenaga kepada saudara Ho untuk
mengadakan penyelidikan."
Sudah tentu Ho kie tidak keberatan atas tawaran
tersebut. Saat itu ia mendadak ingat kejadian aneh yang tadi
malam telah dialami di Cit-lie kang, dimana ada seorang
pemuda lain yang mengenakan pakaian serupa dengan Lim
Kheng. Lim Kheng yang diberitahukan hal itu lantas menjadi
gusar. "Manusia siapa yang tidak tahu malu begitu rupa, beraniberani
menyaru pakaian lain orang" mari kita pergi cari lagi
dimana adanya bocah itu sekarang?"
"Aku lihat pemuda itu ilmu silatnya sangat luar biasa.
kepandaiannya tidak dibawah aku dan kau, apakah dia
mungkin..."Ho kie berkata.
"Tidak perlu kita menduga-duga, mari kita lekas cari,
jangan sampai dia kabur" memotong Lim Kheng, yang
lantas gerakkan kakinya dan sebentar saja sudah berada
kira-kira tiga tombak jauhnya.
Ho kie terpaksa mengikuti, hingga dua orang itu berlarilarian
dijalanan yang sunyi itu. Sebentar saja mereka sudha
meninggalkan bukit. Sedang enak-enaknya mereka berlari-larian, tiba-tida
mendengar suara beradunya senjata tajam.
Lim Kheng lalu hentikan tindakannya, ia berpaling dan
berkata kepada kawannya: "Saudara Ho, disana ada orang mari kita pergi lihat!"
"Baiklah..!" Baru saja ucapan itu keluar dari mulutnya, Lim Kheng
sudah lompat melesat keatas bukit.
Dari atas bukit kecil itu mereka dapat lihat seorang taoto
dengan wajahnya yang keren, sedang memutar senjata
Siantung(tongkat) bertempur dengan seorang laki-laki tua
yang kurus kering. Taoto itu badannya tinggi besar, dandannya cukup
mewah. Di pinggangnya maish ada membawa sebilah golok
Kayto yang sangat berat tampaknya. Putaran tongkatnya itu
mengeluarkan sambaran angin yang sangat hebat
mengurung dirinya siorang tua, mulutnya tidak berhentihentinya
membentak-bentak.: "Anjing, apakah kau sudah buat" berani menggerayangi
kanto aku?" Laki-laki kurus kering itu juga tidak mau mengalah
mentah-mentah. ia balas memaki:
"Kaulah yang buat. Toaya mu disini banyak uang,
dirumah ada mempunyai 4 orang istri, masakan
memerlukan uang segala kurcaci seperti kau ini?"
"Anjing tua, kau masih berani mungkir?" bentak pula si
taoto sambil ayun tongkatnya yang berat menyerang
lawannya. Orang tua itu mengerakan badannya, seolah-olah belut
nyelusup dari bawah ketiaknya Taoto, kemudian dengan
sebat sekali tangannya menyambar gagang golok si Taoto
yang menyelip dipingganya. Sebenar saja golok itu sudah
berada ditangannya si orang tua.
Taoto itu terperanjat, sambil mundur beberapa tindak ia
lantas berkata: "tidak nyana aku Sam Ciok To oh solah mata, Anjing
tua, beritahukan namamu."
Orang tua itu mengurut-urut jenggotnya yang seperti
jenggot kambing, sambil ketawa cengar dengir menjawab,
"aku adalah cukongmu, perlu apa harus memberitahukan
nama?" Taoto itu semakin mendongkol, "Aku tahu kau tentunya
orang yang diminta bantuan tenaga oleh orang Hoa-sanpay.
kalau kau mempunyai kepandaian kau boleh pergi ke
Ngo-ku cio. Orang tua seperti kau yang bisanya cuma
melakukan perbuatan mencuri, merampas, apa kau tidak
takut membikin rusak nama Hoa-san pay salah satu partai
terbesar dari 9 partai besar dirimba persilatan?"
"Kalau Hoa-san pay medapat malu ada hubungan apa
dengan aku si orang tua?"
Taoto itu merasa dirinya digoda, kegusarannya semakin
memuncak, maka ia lantas menyerang dengan cepat sambil
membentak keras: "Anjing tua! Kau cari mampus?"
Kali ini orang tua itu tidak menyingkir atau berkelit,
sebaliknya malah menyambut serangan lawannya dengan
goloknya: Setelah terdengar suara beradunya senjata. masingmasing
lantas mundur tiga tindak. Orang tua itu memeriksa
senjatanya, ternyat pada senjatanya itu telah kedapatan
sedikit kerusakan, maka wajahnya lantas berubah seketika.
Ia lantas melemparkan goloknya sambil mendumel: "Aku
kira golok pusaka, tak tahunya golok rongsokan."
Taoto itu yang melihat goloknya rusak, hatinya merasa
duka, sambil kertak gigi, ia memaki-maki.
"akau aku tidak mampu membikin hancur kepalamu,
benar-benar aku tidak puas."
Kembali ia memutar tongkatnya menyerang orang tua
itu. Si orang tua melompat tinggi mundur satu tombak lebih,
kemudian lari kabur keatas bukit, sambil sebentar-sebentar
menolej dan mengejek taoto.
"Hai taoto, kalau berani, kau boleh naik kemari."
Si taoto memungut goloknya sambil berseru keras ia
mengejar keatas bukit. Ho kie yang menyaksiakn kejadian itu sudah ingin
Pendekar Jembel 14 Pendekar Mabuk 123 Pengawal Pilihan Tangan Hitam Elang Perak 3
Lembah Patah Hati ~ dh : Lembah Beracun ~ Karya : Khu lung (Chin Yung ) ?""
Saduran : OPA Jilid 1 SUATU MALAM........ Itu merupakan suatu malam yang seram, kesunyian
meliputi seluruh jagad. Kilat dan guntur saling meyusul
memecahkan suasana sunyi malam itu.
Keadaan pada saat itu sungguh menakutkan.
Pada suatu gunung yang tinggi dengan jurangnya yang
curam dan berhutan belukar tidak kelihatan barang seekor
binatang buas sekalipun. seolah2 disitu sudah tidak ada
penghuninya. Sesosok bayangan manusia yang pendek kecil, dapat
kelihatan bergerak atau lebih mirip kalau dikatakan tengah
merayap keatas gunung yang seram sunyi itu.
Bayangan itu sebentar jatuh sebentar bangun, terus
merayap keatas gunung, gerakannya seperti juga gerakan
binatang liar yang sedang melarikan diri dari kurungannya
dan hendak kembali ke hutan.
Pakaiannya compang camping, pada badannya disana
sini kedapatan banyak luka dan berlumuran darah......
Tetapi ia seperti didorong oleh suatu pengaruh gaib, ia
masih dapat bertahan terus atas semua penderitaan.
Kilat yang menyambar nyambar menyeramkan, disusul
oleh suara geledek yang mengelegar2 membuat gunung
tersebut rasanya seakan2 hendak ambruk, tetapi hujan turun
dengan sangat lebatnyaa. Bayangan kecil itu kelihatan berhenti dibawah sebuah
pohon yang besar yang rindang, rupanya hendak meneduh
sejenak untuk beberapa saat disitu. Sesaat kemudian, ia
mendongakan kepalanya mengawasi langit yang gelap
gulita. "Oh Ayah... ayah.........." terdengar ia mengeluh
perlahan. Ia ternyata seorang anak tanggung yang usianya kira2
baru tiga belas atau empat belas tahun. Sehelai kain yang
menutupi badannya kelihatan sudah mesum dan compang
camping, kini sudah menjadi basah kuyup karena
kehujanan. Air hujan yang menerpa wajahnya yag kecil cakap, telah
membuat penglihatannya menjadi guram. Dengan perasaan
sedih, ia memesut air hujan dimatanya dengan lengan
bajunya. Apakah itu air mata atau air hujan, ia sendiri juga tidak
dapat membedakannya lagi.
Keletihan dan kedukaan dengan tajam telah menggilas
gilas jiwa bocah yang masih belum dewasa ini.
Ia melanjutkan perjalanannya, tidndakan kakinya makin
lama makin berat. Sebentar2 ia menoleh kebelakang sambil menghela napas
panjang. ia ingin secepat mungkin dapat memasuki rimba
guna mencari tempat untuk meneduh dari serangan air
hujan. Sayang sebelum maksudnya tercapai, ia telah rubuh
karena amat lelah dan lapar.
Ia kertak gigi, berkata pada dirinya sendiri:
"Ho kie, Ho Kie, kau tidak boleh mati, kau pasti akan
dapat bertahan sampai melewati bukit Pek-Kat Nia didunia
ini! Kau harus secepatnya mencapai puncak gunung Sin
hong untuk mencari itu orang aneh berkepandaian tinggi
yang sedang menyembunyikan diri disana........"
Apa mau, ketika ia mementang matanya, didepan hanya
kelihatan deretan gunung yang menjulang tinggi yang pada
saat itu tengah disirim air dari langit.
"Akh! Dimana adanya puncak gunung Sin hong"
Dimana adanya temapt untuk mencari orang aneh yang
berkepandaian tinggi itu?" kembali ia berkata2 sendirian.
Ia coba berbangkit, hendak meneruskan perjalanannya.
Kakinya semakin lama semakin berat bertindak.
Tenaganya yang terakhir sudah hampir digunakan habis.
Tetapi ia kuatkan hati dan paksa berjalan terus.
Mendadak telinganya mendengar suara seorang yang
tertawa dingin. Dalam suasana yang menyeramkan, suara
tertawa itu membuat bulu roma pada berdiri.
Dengan bergemetaran, ia menghentikan tindakaannya.
Ia memasang telinganya, kemudian berpikir dengan
perasaan takut..Aaaa, apakah mereka mengejar aku"
Perasaan takut membikin ia tidak perdulikan lagi adanya
geledek dan hujan, dengan sisa tenaganya yang masih ada,
ia terus lari keatas gunung.
Dijalanan pergunungan itu penuh dengan lumpur. Belum
berapa jauh ia lari kakinya terpeleset, badannya yang kecil
itu tergelincir kedalam lumpur.
Tetapi ia terus keraskan hatinya. ia bangkit kembali dan
lari lagi. Sebentar saja ia sudah berhasil mencapai jarak
sepuluh tombak lebih. Mendadak dilihatnya disebelah depan ada bayangan
hitam yang sedang mendatangi dan menghampiri dirinya.
Ia niat menyingkir, tetapi bajunya kena kecandak. Ia
menjerit kaget, lal berbalik dan tangannya yang kecil
menyerang. Apa maum tangannya kontan dirasakan sakit.
Ketika ditegasinya rombongan bayangan hitam itu ternyata
cuma pohon yang banyak durinya, yang dikiranya orang
yang menghampirinya, padahal ia sendiri yang lari
menghampiri pohon2 itu. Bajunya robek dan badannya berdarah, napasnya
tersengal2. Dalam keletihannya ia coba melongok lagi
kebawah gunung. Gelap gulita, tak tampak bayangan seorang manusia pun
disana. Ia sesali dirinya sendiri. Nyalinya terlalu kecil. Meskipun
gerakan mereka lebih cepat, tetapi untuk mencapai jenazah
ayaj, setidak2nya harus makan waktu satu jam lebih. tidak
mungkin mereka dapat mengejar kemari.
Tetapi belum lenyap pikirannya itu, mendadak
didengarnya suara orang berkata:
"Be Tongcu, jangan kasih lolos anjing kecil itu, sebag
dibadan bangsat tua tiu tidak kita dapati barang yang
dicari." Bocah itu ketakutan setengah mati. Sepasang matanya
berjelilatan didalam kegelapan.
Badannya gemearan, diam2 ia mendoa: "Ayah, mohon
kau melindungi Kie-jie supaya bisa lolos dari cengkraman
mereka...." Pada saat itu, kilat telah menerangi jalanan gunung yang
kecil. dari penerangn itu kelihatan beberapa bayangan
hitam yang sedang lari dengan cepat ke atas gunung.
Si bocah tidak dapat melihat tegas wajah mereka, ia
hanya dapat melihat bergemerlapannya sinar golok yang
terkena sinar kilat. Sudah terang, bahwa orang2 itu sedang mengejar
kearahnya dan hendak mengambil jiwanya. Untuk sesaat
lamanya, ia berdiri dengan wajah ketakutan, tetapi dalam
hatinya masih terus berkata : Aku tidak boleh mati!
Keturunan keluarga Ho cuma tinggal aku seorang. Kalau
aku mati, siapa yang akan menuntut balas untuk kematian
ayah yang menggenaskanitu" Lagi pula sebelum ayah
menutup mata, beliau telah suruh aku lekas menyingkirkan
diri, malah beliau mengatakan bahwa atas diriku ada
sangkut pautnya tentang mati hidup sembilan partai besar
dalam rimba persilatan......benarkah aku ada sangkut
pautnya dengan nasib seluruh rimba persilatan" Benarkah
kedudukanku sedemikian pentingnya"
Rupa2 pertanyaan, kekuatiran dan rasa ketakutan yang
tercampur aduk dalam otaknya.
Ketiak ia tersadar dari pikirannya yang mleayang, ia
dapatkan bahwa orang2 yang mengejar padanya sudah
terpisah kira2 1 tombak jauhnya.
Bukan kepalang kaget dan takutnya dia, buru2 ia angkat
kaki dan mabur lagi.... Air hujan terus seperti dituang dari langit. Gunung itu
seolah2 seekor binatang yang hendak menelan bocah yang
belum apa2 itu. Mendadak ia dengar pula suara orang yang bicara
dengan nada yang menyeramkan.
"Anjing kecil, ajalmu sudah didepan mata, kau masih
mau kabur kemana?" Suara itu kedengarannya sangat nyata. terang pengejar
sudah berdada dekat dibelakang dirinya.
Bocah itu nyalinya hampir copot, dengan kekuatan yang
masih ada, dia terus lari sambil berseru
"Tolong....tolong....."
Tetapi suara permintaan tolongnya itu telah ditelan oleh
sang malam yang gelap, oleh air hujan dan guntur yang
bersambung tak henti2nya.
Dipergunungan yang sepi, siapa yang bisa dengar
seruannya" Dan andai kata ada yang mendengar, siapakah
yang mau mencampuri urusan2 orang lain"
Saat itu kembali terdengar pula suara yang seram itu.
"Tongcu, anjing kecil itu sudah dekat dipuncak gunung!
Kita harus lekas turun tangan, sekalian jangan biarkan dia
lolos dari tangan kita....!"
Sibocah thau bahwa orang yang bicara tadi tentunya
adalah kauwcu dari Hian kui kauw yang mempunyai gelar
Cian Tok Cian Mo atau Manusia Iblis Sangat Jahat, yang
sedang menggunakan ilmunya menyampaikan suara sampai
ribuan lie, untuk memberi perintah pada orang2nya supaya
segera menangkap atau membinasakan diriny sibocah yang
bernasib malang itu. Ayahnya sibocah sudah binasa ditangan merea!
Mereka itu sungguh kejam. sesudah membinasakan
ayahnya sekarang mereka masih hendak menumpas
keturunannya. Mereka anggap hidupnya bocah itu seperti
juga menanam bibit bencana bagi mereka dikemudian hari.
Dari suaranya kauwcu yang memberi komand itu,
sibocah sekarang sudah tahu bahwa dirinya sudah berada
diujung paling tinggi dari bukit Pek-Kut nia. Jadi puncak
gunung Sin hong tempat kediaman orang aneh ang
berkepandaian tinggi itu sudha tidak jauh lagi dari situ.
Ini ada merupakan suatu titik sinar pengharapan bagi
jiwanya Ho Kie yang terancam bahaya maut itu.
Maka, ia lari terus sambil berteriak-teriak minta
tolong."Cianpwe, tolong.....!"
Tetapi pada saat itu terdengar suara guntur. hingga suara
permintaan tolongnya ditelan oleh bunyi guntur.
Apakah itu sudah kemauan takdir, Ho Kie harus binasa
digunung yang sepi itu dalam usianya yang masih begitu
muda" Suara seram tadi terdengar pula:
"Anjing kecil, sekalipun kau berteriak sampai pecah
tenggorokanmu, siapa yang akan mendengar" Perintah
kauwcu sudah keluar. sebaiknya kau menyerah saja. Kami
tongcu mungkin masih memandang usiamu yang masih
begitu muda, dapat memberi kelonggaran membinasakan
kkau dalam keadaan tubuhmu utuh."
Pada saat waktu suara itu berhenti. orangnya sudah
dibelakang Ho Kie. si bocah ketika menoleh kebelakang, melihat tidak jauh
darinya ada beridir seorang tua yang berbadan tegap dan
wajahnya keren sambil menyoren golok.
Dibawah sinar kilat. Ho Kie melihat wajah yang sudah
serem. ketika tertawa lebih menyeramkan lagi tampaknya.
Wajah itu masih teringat betul dalam otaknya Ho Kie,
peristiwa berdarah yang masih belum lama terjadi kembali
terlintas dalam otakknya.
Belum lama berselang, ketika sang malam baru tiba,
orang ituah yang memimpin sekawanan manusia buas
berkepandaian tinggi, mengejar dan membunuh ayahya.
Dan sekarang ia kembali muncul didepan matanya,
sudah tentu bermaksud hendak membinasakannya sekalian.
Ho Kie ketakutan, ia berteriak dan lari ke luar lagi....
Mendadak terdengar pula suara perintah kauwcu:
"Bo tongcu, lekas turun tangan, jangan biarkan bocah itu
sampai menginjak tanah telarang sisetan tua Cit Cie Sijari
Tujuh.!" Orang tua itu tertawa dingin, lalu gerakan badannya,
secepat kilat sudah memburu ke arah sibocah tadi.
Ho Kie tiba diatas gunung, mendadak didepan matanya
tampak semua kosong. Ia hentikan larinya dan apa yang
terlihat, membikin semangatnya terbang seketika.
Ternyata ia sudah tiba ditepi sebuah jurang yang sangat
dalam. Keadaan jurang itu sangat berbahanya, di kanan dan
dikiri tebing jurang tampak menjulang tinggi, kecuali itu
jalanan kecil yang barusan dilalui, sudah tidak ada jalan
keduanya lagi. Ho Kie berpaling ke belakang dengan penuh ketakutan,
dimana orang tua berwajah seram itu sudah berada dekat
sekali dibelakangnya, seolah2 terus dia dibuntuti, seperti
kucing mempermainkan tikus.
Ho kie sekarang menghadapi jalan buntu.Didepan ada
jurang, dibelakang sudah tidak ada jalan untuk mundur.....
Kecuali terjun kedalam jurang, jalan mundur berarti
mengantarkan jiwanya kedalam tangannya orang tua yang
kejam itu. Ho Kie gemetaran bdannya menekankan rasa takut dan
ngeri, tanpa sadar ia mundur dua tindak, terpisah dengan
jurang cuma tinggal 1 tombak saja.
"Anjing kecil, aku ingin tahu kau masih bisa lari
kemana?" demikian orang tua berwajah seram itu berseru.
Menganggap sudah tidak ada harapan untuk hidup, Ho
Kie jadi nekad. Dengan mata mendelik lebih dulu ia
memaki orang tua itu. "Bangsat tua! Kejam benar kau. Ayahku ada
permusuhan apa dengan kau" mengapa kau bunuh dia" Aku
seorang anak kecil saja kau masih tidak mau lepaskan, apa
kau bermaksud hendak menumpas habis seluruh keluarga
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ho?" "Ayahmu si anjing tua itu, sejak menjadi anggota Hian
Kui kauw. kauwcu dengan kami semua perlakukan
padanya dengang baik, siapa nyana dia telah menghianati
perkumpulan dan hendak mabur. Selain daripada itu, dia
juga mencuri sebuah...." belum habis ucapan orang tua itu,
kembali terdengar suara kauwcu yang amat dingin.
"Be tongcu, lekas turun tangan! Jangan sampai si setan
tua Cit-Cie Lo kui nanti dapat dengar perkataannya dan
memberi pertolongan kepadanya.!"
Orang tua yang dipanggil Bo Tongcu itu lantas
menjawab sambil bungkukkan badan,
"Bo Pin menjunjung tinggi perintah kauwcu!"
Orang she Bo itu lantas angkat kepalanya, matanya
memancarkan sorot beringas.
Ho Kie terkejut, Ia pernah mengikuti ayanya yang
menjadi anggota perkumpulan Hian Kui kauw hingga ia
tahu benar sifat2 orang she Bo yang bergelar Pai Lui Khiu
atau sitangan geledek ini. Orang ini ada memangku jabatan
sebagai kepala badan hukum dari perkumpulan Huan kui
kauw, boleh dibilang mirip seorang tukang pukul.
pada waktu biasa, sukar sekali untuk mengetahui wajah
orang she Bo ini. Oleh karena ayahnya terbinasa justru oleh orang she Bo
ini, maka timbul niatnya Ho Kie untuk mengawasi dulu
dengan sepuas hati ia mencongor pembunuh ayahnya itu
sebelum ia menemui ajahnya.
Apa mau, pada saat itu sinar kilat sudah tidak kelihatan
lagi, malam juga semakin gelap. Kecuali cambang dan
alisnya yang putih yang nyata sekali kelihatan, wajah orang
she Bo itu tidak dapat dilihat dengan tegas.
Ho Kie sambil mengertek gigi, berkata gentas:
"Orang she Bo, Aku ingat benar bagimana raut muka
cecongormu ini. Sekalipun aku menjadi setan dialam baka,
aku juga akan menangkap kau untuk menuntut balas
dendam sakit hati ayahku..."
Perkataan Ho Kie belum keluar habis, Bo Pin sudah
keluarkan bentakan keras sambil menyerang dan
menjambret pundak kirinya.
Ho Kie kegusarannya sudah meluap.
"Bangsat tua, aku akan adu jiwa dengan kau..!"
bentaknya nyaring. Dengan cepat tangannya menghajar perut Bo Pin.
Ho Kie tau kekuatannya sendiri, yang tentu saja tidak
sebanding dengan kekuatan Bo Pin. tetapi ia tidak mau
mandah menerima kemaitan dengan begitu saja.
Serangan itu telah dilancarkan dengan menggunakan
kekuatan tenaga sepenuhnya.
Sebagai tukang pukul, ilmu silat Bo Pin sudha tentu
diatas kepandaian kawan2nya, maka dengan cara
bagaimana sibocah dapat menjamah tubuhnya"
Bo Pin hanya ganda ketawa atas serangan Ho Kie, lalu
menangkis dengan seenaknya. Ho Kie mundur terhuyung2
dan jatuh ditanah. Ingin mempertahankan jiwanya, Ho Kie telah
melupakan keadaan dirinya sendiir. Baru saja terjatuh ia
sudha lompat bangun lagi, dan kali ini ia telah
menggunakan kakinya menendang bagian bawah tubuh Bo
Pin. Ho Kie cuma mengerti ia tidak mau mati begitu saja,
maka kepandaian ilmu silatnya yang serba sedikit sudah
dikeluarkan semua untuk menyerang musuhnya.
Bo Pin sungguh tidak menyangka bahwa bocah sekecil
itu juga berani turun tangan terhadap dirinya.
Dalam gusarnya, setelah menghindaran satu serangan
dari Ho Kie, ia menyerang kepala bocah tersebut.
Siapa sangka, sibocah sudah berlaku nekad benar2.
Ketika satu tendangan Bo Pin sudah meluncur keluar,
bukannya mundur, sebaliknya malah maju menerjang.
Ia mementang kedua tangannya, maksudnya hendak
merangkul kaki lawannya dan hendak digigitnya sekuat
tenaga. "Anjing kecil, serahkan jiwamu!" Bo Pin membentak
sangat gusar. Ho Kie terkejut, ternayta tubrukannya tadi telah
mengenai tempat kosong. Mendadak ia merasakan
gegernya disambar oleh angin yang sangat kuat.
Ho Kie memang sudah mengerti, bahwa kalau cuma
mengandal pada kepandaiannya yang tidak berarti, suka
untuk ia dapat melawan Bo Pin. Tetapi ia mempunyai
kemauan yang keras, ia tidak mau mandah binasa begitu
saja. Pada saat2 demikian itu, telinganya seperti mendengar
pesan ayanya pula waktu hendak menutup mata.
"Kie-jie, kau tdak boleh mati! Kau harus lekas lari! Awas
dirimu bukan saja ada menyangkut keluarga Ho, tapi juga
kau mempunyai hubungan erat dengan bangun atau
jatuhnya sembilna partai besar dalam rimba persilatan."
Semua perkataan itu sepatah demi sepatah seperti jarum
yang menusuk ulu hatinya.....
Dengan tabah ia kuatkan diri. Karena ia ditugaskan
untuk hidup, sekali2 ia tidak boleh binasa.
Selagi berpikir demikian, serangan Bo Pin yang hebat
tiba2 menggempur belakang dirinya.
Entah dari mana datangnya kekuatan tenaganya,
mendadak semangatnya bangun untuk melawan musuhnya.
Tetapi serangan itu seperti juga telur menghantam batu.
Terdengar suara Beleduk. Matanya berkunang2,
mulutnya berteriak2 ketakutan. Ia hanya merasakan bahwa
tubuhnya telah terlempar ketengah udara, sementara
mulutnya sudah menyemburkan darah segar....Matanya
makin gelap, dan badannya melayang masuk kedalam
jurang. Dalam keadaan separuh sdara lapat2 Ho Kie ingat,
dirinya seperti sudah meninggalkan dunia yang fana ini,
badannya seperti kosong, melayang ditengah udara.
Diantaranya kosong, tidak ada apa2 yang dapat dijambret
untuk menolong dirinya. Ia terus meluncur turun kebawah.
Dalam keadaan demikian hatinya malah menjadi tenang.
Air muka orang yang dikenal betuh oelhnya dengan tegas
terbayang didalam otaknya.
Siapa dia" itu adalah ayahnya sendiri yang berlepotan
darah, sepasang matanya yang sayu memandang padanya
dengan penuh kasih sayang.
Sang ayah mengharapkan sangat agar anaknya bisa
meloloskan diri dari cengkraman kawanan manusia iblis
itu, karena perlu untuk menyambung turunan keluarga Ho
dan penting artinya buat jatuh bangunnya sembilan partai
besar dalam dunia rimba persilatan.
Tetapi akhirnya ia tidak terlepas dari kemauan takdir.
Sesudah dekat berada dipuncak gunung Sin hong, sehingga
terjerumus masuk kedalam jurang.
Kesemuanya itu telah terbayang dalam otaknya yang
makin lama makin tidak nyata, dan akhirnya perlahan2
kehilangan perasaannya sendiri..
-oo0dw0oo- MALAM, tanpa dirasakan lagi telah berlalu perlahan.
Hujan angin, kilat dan geledek telah berhenti dengan
sendirinya. suasana mulai terang kembali.
Entah berapa lama sang waktu telah berlalu.... Ho Kie si
bocah itu, perlahan2 telah tersadar dari impiannya yang
buruk. Ia mengucak2 matanya dan mengawasi keadaan
disekitarnya. Ia melihat bahwa tempat tersebut ternyata adalah suatu
tempat yang amat sunyi. Tak ada hujan, tidak ada angin,
tidak ada kilat ataupun geledek, juga tidak lagi terdengar
suara Pun-Lui khiu yang amat menyeramkan....
Tempat apakah ini" Itu seolah2 suatu tempat yang tenang tentram, bebas dari
segala gangguan dunia, juga seperti suatu kuburan kuno
yang luas. Gelap dan sunyi.
Ia mendadak terkejut, hatinya berdebaran, maka lantas
bertanya2 kepada dirinya sendiri: "Ah.. apa aku sudah
mati" atau mungkinkah aku sedang mimpi...?""
Benar! tapi ia pernah dikejar2 oleh Bo Pin, terdesak
sampai ditepi jurang dari bukit Pek Kut-nia, dan kemudian
diserang oleh orang she Bo itu.
semua kejadian yang sudah lalu kembali berlintasan
didalam otaknya. Apakah dirinya berada didalam
akherat..." Mendadak ia angkat tangannya, dengan sekuat tenagan
ditepokkan keatas batok kepalanya sendiri....
"Plak.." terdengar suara nyaring, kepalanya dirasakan
sakit Ia tertawa, sebab dengan rasa sakit itu membuktikan
bahwa ia belum mati, juga bukan sedang mimpi, melainkan
sadar sesadar2nya. Ia masih berada didalam dunia.
Kembali ia pentang lebar kedua matanya, ia dapatkan
dirinya berada didalam sebuah goa yang dingin hawanya.
Disekitar goa itu berdinding batu hijau terang, diatas ada
sebuah pelita yang memancarkan sinar hijau.
Dalam goa itu dipenuhi oleh sinar hijau, angin dingin
meniup sepoi2, orang yang berada didalam goa seperti
berada didalam air laut....
Disitu tidak kelihatan bayangan seorangpun juga,
sesungguhnya amat sunyi, barang perabotan rumah tangga
seperti meja atau kursi juga tidak terdapat sama sekali.
Dengan perasaan heran ia berduduk, lalu menanya
kepada dirinya sendiri: "Ah! ini tempat apa?"
"Ini adalah Lembah Patah Hati."
Jawaban yang tidak terduga2 itu terdengar dibelakang
Ho Kie. Dalam kagetnya ia lantas berpaling. Dan apa yang
disaksikan, membuat ia hampir saja menjerit.
Dibelakang dirinya kira2 berjaram enam kaki jauhnya,
ada berdiri satu orang yang aneh bentuknya.
Orang aneh itu dari ujung kepala sampai kakinya
dibungkus oleh kain berwarna putih dan hitam, kecuali
sepasang amtanya yang memancarkan sinart tajam,
rambutnya juga terbungkus rapat.
Nampaknya ia tengah mengawasi Ho Kie dengan heran,
sorot matanya yang tajam terus menatap wajah Ho Kie,
sementara mulutnya terus mengeluarkan suara tertawa yang
sangat aneh. Ho Kie dengan hati berdebaran mulai memikir, mana
boleh jadi didalam dunia ada makhluk yang aneh seperti
ini" Apakah itu bukan setan atau dedemit yang biasanya
terdapat didalam akherat"
Berputarlah rupa2 pertanyaan dalam otaknya pada saat
itu. Kalau mau dikatakan akherat, mengapa pula orang itu
menyebut tempat ini sebagai Lembah Patah Hati" Apakah
diakherat ini ada lembahnya yang dinamakan Lembah
Patah Hati" Ia lalu besarkan nyalinya dan coba2 bertanya:
"Hai, kau ini manusia atau setan?"
Makhluk itu kembali perdengarkan suaranya yang aneh
seram, sampai bulu romanya Ho Kie pada berdiri semua
dan badannya terasa mengigil.
Mendadak makhluk itu menghentikan ketawanya dan
berkata perlahan: "Kalau aku setang, siang2 sudah aku bawa kau keneraka.
Tapi malah sebaliknya, aku sudah bisa narik kembali
dirimu dari ancaman bahaya maut.!"
Suaranya kedengaran sangat dining, sedikitpun tidak
seperti orang yang mempunyai perasaan welas asih.
Ho Kie adalah seorang anak yang cerdik. Dari
keterangan itu segera ia mengerti bahwa jiwanya tentu
sudah ditolong dari ancaman bahaya maut oleh siorang
aneh. Apakah orang ini adalah orang aneh yang berkepandaian
tinggi yang pernah disebut oleh ayahnya ketika masih
hidup" Ia sebenarnya hendak menanyakan nama orang aneh itu.
tetapi perasaannya telah dibikin takut oleh sorot mata orang
tersebut yang bercahaya begitu bengis dan kejam, sehingga
akhirnya dia tidak berani membuka mulut, sampaipun
ucapan terima kasih tidak berani di keluarkan dari
mulutnya. Kiranya orang aneh itu bukan hanya tajam
penglihatannya, dikedua matanya juga seperti
memancarkan sinar biru seperti binatang buas diwaktu
malam hari. Kalau dilihat dari sini, mana dia mirip dengan
manusia" Adalah elbih mirip kalau mau dikatakan sebagai
makhluk jejadian atau setan.
Karena perasaan takut yang menghingapi dirinya, sesaat
lamanya ia seperti orang kesima. Orang aneh itu mendadak
tertawa serta berkata: "Setan cilik! kau takut apa" aku toh tidak akan menelan
kau" Apa kau sekarang sudah merasa sedikit enakan?"
Meskipun pertanyaan itu mengandung maksud perhatian
yang ditujukan si anak kecil itu, tetapi karena pada logat
suaranya itu agak ketus dan dingin, maka orang yang
mendengarkan bisa menjadi merasa kurang enak.
Dalam hati Ho Kie merasa agak mendongkol dan timbul
dalam pikirannya dugaan begini: Orang ini pasti bukan
yang disebuh ayah dulu, karena dari suaranya yang ketus,
kelihatannya seperti orang yang tidak mempunyai perasaan
terhadap sesama manusia. Maka ia juga lantas menjawab
dengan suara dingin: "Atas perbuatanmu yang sudah menolong selembar
jiwaku itu, disini aku Ho Kie mengucapkan banyak2 terima
kasih. Tetapi kalau kau anggap adanya aku disini akan
mengganggu ketentramanmu, mengapa tidak kau antarkan
aku kelembah Muikok lagi supaya aku dibunuh oleh
kauwcu Hian Kui-kauw?"
Orang aneh itu tertawa terbahak2, kemudian berkata:
"Kau mau mati" Tidak begitu gampang. Sekarang
kematianmu sudha lewat. Sekalipun kau ingin mati, raja
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akherat belum tentu mau menerima kau. Hai setan kecil,
siapa namamu?" "Namaku Ho Kie"
Orang aneh itu tiba2 ketawa pula bergelak2.. Dengan
tangannya ia menuding Ho Kie seraya berkata:
"Ho Kie.. Ho Kie.. Nama ini boleh juga! Mo ciok wie kie
(apa yang perlu diherankan) Cuma satu bocah cilik yang
tiada berarti. Apa yang perlu dibuat heran?"
Ho Kie yang digoda demikian, hatinya semakin
mendongkol. Ia pikir ia hendak berlalu dari depan orang
aneh iut. Tetapi baru saja bergerak. kepalanya mendadak
dirasakan puyeng, badannya dirasakan tidak lagi bertenaga,
maka akhirnya ia terjatuh numprah lagi ditanah.
"Setan kecil, kau mau apa?" tanya orang aneh itu dengan
suaranya yang dingin ketus.
"aku mau perti dari sini!"
"Aku disini mempunyai satu aturan, orang hidup yang
datang kemari berarti mencari kematian, tetapi kalau orang
yang mau mati masuk kemari, itu berarti akan terbuka jalan
hidup baginya. Kalau ada salah satu orang yang mau mati
dapat ku pungut dilembah Patah Hati ini, maka selanjutnya
orang itu cuma bisa mengikuti aku melewati penghidupan
antara mati tidak, hiduppun tidak. Kau mau pergi" Tidak
begitu mudah! lebih baik kau berdiam disini dengan
tenang." "Itu toh kau sendiri yang suka menolong aku bukan"
Pada saat itu aku sendan dikejar dan dipukul orang"
"Jikalau kau tidak bermaksud mencari aku, mana bisa
kau lari ke Lembah Patah Hati yang jarang didatangi oleh
manusia ini." "Ngaco! Maksudku hendak mencari orang aneh
berkepandaian tinggi yang berdiam dipuncak gunung Sin
hong. Aku sendiri tidak mengetahui kau ini setan atau
manusia, mana bisa lantas kau kata aku mencari kau?"
"ha..Ha...! Apa orang yang ingin kau cari itu bukannya
orang berjari tujuh si tua bangka Cit cie?"
"Aku tidak mengetahui nama orang tua itu, tapi ayah
menyuruh aku...." "Apa kau kira ia lebih kuat dari pada aku" Kita bertiga
adalah : Sin hong, Kui kok, dan Toan Theng Gay (Lembah
Patah Hati). kekuatannya ada berimbang. Siapapun tidak
ada yang lemah dari yang lainnya. Lebih baik kau
mengikuti aku, mungkin ada lebih baik dari pada mencari
dia.." Ho Kie merasa sedikit heran, maka lalu bertanya lagi:
"Tempat ini mengapa sampai bisa dinamakn Lembah
Patah Hati?" Siapa tahu, dengan dikeluarkannya pertanyaan itu si
orang aneh badannya kelihatan gemetaran dengan beruntun
ia mundur dua langkah dan lantas membentak dengan
suara tertahan: "Aku melarang kau menanyakan soal ini lagi!"
Ho Kie tambah tidak mengerti, maka lalu bertanya pula:
"kalau begitu, siapa namamu?"
Orang aneh itu kelihatan terperanjat, dengan terhuyung2
ia mundur lagi tiga tindak. sinar matanya yang biru
kelihatan bertambah menakutkan. Dengan perasaan aneh
Ho Kie kembali bertanya: "Kau telah menolong selembar jiwaku, apakah terhadap
nama saja kau berkeberatan memberitahukan padaku?"
Mendadak orang aneh itu bergerak badannya, dengan
cepat sudah berada disampingnya Ho Kie. Tangannya
sudah mencekal pundak Ho Kie, Lantas ia membentak
dengan suaranya yang keras:
"Aku tidak ijinkan kau bertanya...."
Ho Kie yang merasa pundaknya dicekal merasakan
tulang pundaknya seolah2 telah hancur.
Ia tidak mengerti, apa kesalahan dari pada pertanyaan
tadi. Apakah menanyakan anma saja juga tidak boleh
sehingga telah membuat orang itu gusar sedemikian rupa"
Apakah ia mempunyai rahasia yang tidak boleh
diketahui oleh orang kedua"
Kalau benar demikian halnya, orang itu benar2
merupakan orang aneh nomor satu dalam dunia.
Pertanyaan itu telah berputaran didalam otaknya, tetapi
selalu tidak mendapatkna jawaban yang tepat. Rasa sakit
dipundaknya itu telah menambah penderitaan pada dirinya
sehingga keringat dingin membasahi sekujur badannya.
Tetapi kemudian ia balik berpikir: Jikalau telah ditolong
olehnya, kalau ia tidak suka ditanya, buat apa aku mesti
menanyakan terus" Begitulah maka terpaksa ia menahan
rasa sakit dipundaknya itu.
Sambil menunjukkan ketawa getir, lalu berkata dengan
perlahan, "Baiklah kalau kau tidak sudi mengatakan padaku, aku
akan ingat2 saja pakaianmu yang akan kuukir selamanya
dalam hatiku. Aku tidak akan melupakan budimu yang
telah menolong jiwaku, begitu saja rasanya sudah cukup."
Mendadak badan orang aneh itu menggetar, ia
melepaskan tangannya dan mundur tiga tindak. Karena
wajah orang aneh ini terbungkus oleh kain hitam dan putih,
maka siapapun jadi tidak dapat melihat perubahan apa
sebenarnya yang terjadi diwajahnya itu.
Hanya, dari sinar mata orang tersebut yang dari bringas
telah berubah menjadi guram, dapat diduga rupanya hati
orang ini sedang mengalami penderitaan hebat.
Ho Kie sambil memijit2 pundaknya yang kembali terasa
sakit, lalu berkata sambil tertawa getir:
"Kau... kau pasti pernah mengalami penderitaan hidup
pada masa yang lalu, menyesal karena aku ingin dapat
membalas budimu, sehingga pertanyaanku tadi agak
menusuk persaanmu. Locianpwe, sudkah kau tidak
sesalkan perbuatanku tadi?"
Orang aneh itu mendadak menghela napas panjang,
dikelopak matanya telah mengembang air matanya.
Ho Kie terperanjat, dalam hatinya diam2 ia berpikir:
"Benar saja, dugaan ku ternyata tidak keliru, ia psati
pernah....." Selagi Ho Kie berpikir demikian, tiba2 ia mendengar
orang aneh itu berkata sambil menghela napas:
"ah, sudah beberapa puluh tahun lamanya tidak pernah
ada orang yang menanyakan namamku, sampai aku sendiri
rasanya sudah melupakan namaku."
"Locianpwe, akalu kau sudah tidak ingat namau, ya
sudahlah. Jangan locianpwe terlalu memikirkan hal itu
lagi." kata Ho Kie sambil ketawa getir.
Meskipun dimulutnya Ho Kie mengatakan demikian,
tetapi dalam hatinya tidak mau percaya bahwa dalam dunia
ini ada orang yang melupakan namanya sendiri.
Tetapi orang aneh itu setelah mendengar perkataan Ho
Kie, sebaliknya malah berkata sambil menganggukan
kepala. "Kalau kau kepingin tahu juga namaku dan siapa aku ini,
Panggil saja aku Toan-theng lojin"
Toan-theng Lojin sama artinya dengan Orang tua yang
patah hati. Alangkah menyedihkan sebutan nama itu.
Bagaimana ia bisa menggunakan nama sebutan yang kejam
ini" Soal apakah sebetulnya yang telah membuat ia sampai
patah hati" Ho Kie benar2 tidak habis mengerti, karena ia masih
kecil, sudah tentu ia tidak mengerti banyak urusan dalam
dunia. Toan-theng lojin kembali berkata:
"Disini ada berdiam seorang tua yang berhati duka
karena pengalaman hidupnya menyedihkan. Hampir segala
penderitaan hidup dalam dunia telah menimpa diri orang
tua yang bercelaka itu. Akh... Habis nama apalagi yang
akan kupakai. kalau tidak menyebut begitu" Dan
bagaimana pula kalau aku tidak menyebut tempat
kediamanku sebagai Lembah Patah Hati?"
Perkataan yang diucapkan dengan nada menyedihkan,
segala penderitaan hidup yang menyedihannya, seolah2
telah terbayang kembali didepan matanya.
Meskipun Ho Kie masih merupakan seorang anak kecil
dan belum mengerti seluk beluknya penghidupan orang
dewasa, namun hatinya merasa sedih juga mendengar
penuturan orang tua itu, sehingga terhadap orang aneh
tersebut mendadak telah bersemu dihatinya semacam
perasaan simpati. Hening sejenak, orang aneh itu lantas berkata pula :
"Enam puluh tahun lamanya, pengalaman hidup ku
boleh dikatakan sangat tidak beruntung. Hampir semua
perkara membuat aku patah hati... Akh. aku barangkali
merupakan satu-satunya manusia yang paling tidak
beruntung didalam dunia ini..."
Ho Kie mengangguk2kan kepalanya, lama sekali barulah
ia dapat menjawab sambil tertawa getir
"Locianpwe, dunia ini memang selalu kejam.."
Ia sebetulnya masih ingin mengeluarkan beberapa patah
lagi untuk menghiburi orang tua itu. tetapi ia tidak mengerti
perkataan apa yang rasanya paling tepat untuk menghibur
hati orang tua tersebut. ORang aneh itu mengangguk2kan kepalanya seraya
berkata lagi: "Aku lihat, diwajahmu nampak gelap. Rupa-rupanya
dalam keluargamu pernaht erjadi sesuatu pembunuhan
yang sangat hebat. Kalau aku mau menduga, kau tentunya
pernah mengalami penderitaan yang sangat hebat dalam
penghidupanmu. Tetapi kalau kau merasa susah hati, lebih
baik jangan kita bicara soal ini.:
Mendadak hati Ho Kie tergerak :
"Tidak!! Aku pasti akan memberitahukan kepadamu.
Meskipun peristiwa itu sangat menggenaskan, tetapi aku
tidak akan terlalu sedih kalau cuma menuturkan saja......"
Sekalipun mulutnya mudah mengatakan perkatan
demikian, tetapi air matanya telah mengalir bercucuran.
Toan-theng lojin angguk2an kepalanya, ia menghampiri
Ho Kie, lalu mengulurkan tangan kanannya, dengan
perlahan tangan itu diletakkan diatas jalan darah Kiu bwee
hiat dibadan Ho Kie. "Kalau begitu, kau jangan terlalu bersedih. Kau boleh
beritahukan padaku secara perlahan2 saja. Bagaimana kau
bisa menaruh permusuhan dengan Hian-kui kauw" Dan
perlu apa kau hendak pergi kepuncak gunung Sin hong
untuk mencari Cit-cie siorang tua?"
Dari telapak tangan orang aneh itu, Ho Kie telah
merasakan hawa hangat yang mengalir ke dalam dirinya,
Hawa hangat tersebut telah membuat badannya terasa lebih
segar. Sebentar saja hawa hangat itu telah menyusuri
sekujur badannya. Kelihatannya Ho Kie sekarang
bersemangat, ekduaan yang menggetarkan hatinya tadi kini
juga sudah lenyap sebagian, maka ia dapat menuturkan
kejadian2 yang dialaminya dengan tenang.
"Dalam usia tujuhtahun aku telah ditinggal mati oleh
ibuku. Oleh karena kami adalah keluarga miskin, maka
untuk mengubur jenazah ibuku, ayahku telah menjual
semua harta bendanya. sejak aku berusia sepulu tahun, aku
lantas mengikuti ayah merantau didunia kangouw...."
"siapa nama ayahmu?" orang tua aneh itu mendadak
memotong. "Ayahku bernama In Bo. dulu beliau pernah belajar silat
dari seorang padri, beliau mengajak aku merantau didunia
Kang ouw setengah tahun lamanya, kemudian karena
bujukan orang lain, beliau telah masuk ke dalam
perkumpulan Hian-kui kauw."
"Aaaa.. ia tidak seharusnya berbuat demikian.." nyeletuk
Toan-theng lojin. "Ayah dan aku berdiam di lembah Kui kiok, empat
tahun lamanya. Ayah menjabat kedudukan sebagai Hiacu
dari bagian tata hukum Hian kui kauw. Kemudian ayah
dapat melihat bahwa Hian kui kauw mengandung maksud
jahat untuk menjagoi rimba persilatan, dimana pengaruh
Hian-kui kauw juga sudah mulai meluas dan akhirnya pasti
akan menimbulkan bencana bagi orang2 dalam rimba
persilatan. Meskipun ayah mengetahu hal itu, tetapi beliau
tidak mampu membebaskan dirinya."
"Kemudian bagaimana mendadak bisa tertanam
permusuhan dengan Hian kui kauw?" tanya Toan-Theng
lojin. "Tentang hal ini, aku juga tidak mengetahui dengan jelas
apa maksudnya, Aku hanya mengetahui bahwa pada suatu
malam, mendadak ayah mengajak aku pergi. Beliau
mengatakan bahwa kami tidak bisa berdiam lama2
dilembah Kui kiok. Kami harus segera meninggalkan
tempat tersebut. Tidak disangka, ditengah perjalanan kami
telah dikejar oleh utusan Kauwcu kami. Kasihan, ayah
telah binasa ditangan Bo Pin, kepala dari bagian tata hukum
yang mempunyai gelar, Si Tangan Geledek..." bicara
sampai disitu, peristiwa berdarah yang sangat
menggenaskan diatas gunung pada malam yang sangat
menggenaskan itu, kembali terbayang dipelupuk matanya....
Wajah yang menyedihkan dari ayahnya ketika
mendekati ajalnya setelah terkena serangan tangan Bo Pin
membuat Ho Kie tidak mampu lagi mengendalikan
perasaan dukanya. Air mata kembali menitik keluar, terus
membasahi pipinya. Dengan perlahan orang aneh itu mengusap kepala Ho
Kie dan kemudian ia berkata dengan suara lemah lembut.
"ayahmu setelah mengetahui tidak bisa tinggal lama2
dibawah pengaruhnya Hian-kui kauw, tentu ada banyak
tempat yang dapat dikunjungi olehnya. Tapi mengapa ia
lari justru menuju keatas gunung belukar ini?"
"Menurut kata ayah, kami datang kegunung belukar ini
maksudnya ialah hendak mencari seorang aneh yang
mengasingkan diri diatas puncak gunung ini, ayah
mengatakan pula bahwa ada satu persoalan penting yang
menyangkut mati hidupnya sembilan partai besar dalam
rimba persilatan." Mendadak orang aneh itu terkejut.
"Akh..Ada kejadian begitu janggal" Apa kau mengetahui
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
urusan apa itu. yang ada begitu penting?"
"Tentang hal ini sebelum ayah binasa tidak keburu
beritahukan kepadaku, ia hanya menyuruh aku lari untuk
menyelamatkan diri. kalau jiwaku masih hidup, soal itu
nanti pasti akan kuketahui sendiri, katanya."
"Tidak apa. Aku nanti akan turun gunung sebentar,
sudah tentu akan dapat tahu persoalannya. Hanya...
Ayahmu telah terbunuh oleh Bo Pin, orangnya Cian tok Lo
Mo, sakit hatimu ini barangkali suliat untuk kau tuntut."
Ho Kie terperanjat. "Ini apa sebabnya?"
"Kau tidak mengetahui kelihayan Cian tok La Mo.
Kepandaian ilmu silatnya iblis tua itu mungkin berimbang
dengan si orang tua Cit cie yang berdiam dipuncak gunung
Sin hong ini. sekalipun aku yang turun tangan sendiri,
belum bisa diramalkan siapa yang akan menang dan siapa
yang akan kalah." "Locianpwe apa ucapanmu ini benar?"
"Perlu apa aku membohongi kau" Mengenai kepandaian
ilmu silat kami bertiga, sebetulnya berasal dari satu cabang.
Semuanya berasal dari kitab ilmu silat Hian ku pit kip. Iblis
tua itu mempelajari ilmunya dari jilid kedua dan aku dari
jilid ketiga, sedangkan jilid pertama jatuh ditangan si orang
tua Cit-cie yang berdiam diatas puncak gunung Sin hong.
Pelajaran-pelajaran yang terdapat dalam ketiga jilid kitab
itu, sebetulnya masing-masing sama hebatnya. Siapapun
tidak dapat memenangkan yang lainnya. Jilid pertama
mengutamakan gerak tipu yang aneh2, yang penting untuk
gerak melindungi diri. Jilid kedua merupakan pelajaran
gerak tipu serangan yang diutamakan untuk menyerang
musuh, sedangkan jilid ke tiga yang aku dapatkan ada
mengutamakan pelajaran ilmu Iweekang. kalau
dibandingkan yang satu dengan yang lainnya, meskipun
ada beberapa bagian yang melebihi dari jilid yang berlainan,
tetapi dalam hal ilmu menyerang, tidak sehebat dari
pelajaran yang terdapat dalam jilid kedua dan pertama. Kau
pikir saja, Taruh kata kau berhasil mempelajari ilmu silat
dari aku, bagimana kau dapat mempergunakannya untuk
menuntut balas?" Ho Kie yang mendengar keterangan yang panjang lebar
itu, hatinya jadi sangat berduka, Air matanya lantas
mengalir dengan deras, lalu berkata dengan terisak2.
"Kalau begitu, kematian ayah tentu akan sangat kecewa
dan musuh ini untuk selamanya tidak dapat kubunuh."
Toan-theng lojin lantas berkata sambil menepok2 pundak
Ho Kie: "Kau juga tidak perlu terlalu bersusah hati. Untuk
menuntut balas, bukan tertutup jalannya sama sekali, itu
harus dilihat pada kegiatan dan keberuntungan sendiri
bagaimana. Hati Ho Kie agak tergerak, lalu berlutut ditanah sambil
meratap "Locianpwe, harap kau suka menerima aku, bocah yang
bernasib malang ini, aku hendak angkat kau sebagai guru
untuk belajar ilmu silat yang nanti akan kugunakan untuk
menuntut balas sakit hati ayahku"
Orang aneh itu mendadak mundur dua tindak. Dengan
perlahan dia kebutkan lengan bajunya, angin kuta yang
tidak kelihatan dapat menahan dirinya Ho Kie. Dengan
suara besar orang aneh ini selanjutnya berkata:
"Aku belum memikirkan untuk memungut murid.
Urusanku sangat menyedihkan, sudah lama pikiranku
seperti telah terpendam. Sekalipun kau anggukkan
kepalamu sampai pecah juga tidak akan ada gunanya."
"Locianpwe, kalau kau tidak mau menerima kau, aku
akan berlutut disini untuk selama-lamanya."
"Kalau begitu, kau boleh berlutut terus! Aku akan keluar
untuk mengadakan penyelidikan, barang kali tiga hari
kemudian baru bisa pulang." kata siorang aneh itu.
Tanpa menanti jawaban Ho Kie lagi ia sudah
menghilang dari situ. Dengan seorang diri Ho Kie berlutut dalam goa itu.
Mengingat apa yang telah terjadi barusan, ia seperti berada
dalam mimpi. Dengan perasaan murung ia mengawasi dinding tembok,
tempat yang penuh rahasia itu telah membuat dalam
pikirannya timbul semacam perasaan yang sukar dikatakan.
Semuanya dengan sebisa-bisanya ia ingin supaya dapat
menggunakan ketulusan hatinya untuk menggerakkan hati
orang aneh yang sangat kukoay itu.
Tetapi hatinya mendadak bergolak. ia tidak dapat
menenangkan pikirannya lagi. Semua kejadian yang
menggenaskan telah terbayang2 begitu nyata didepan
kelopak matanya, kesemua itu seperti juga gambar hidup
yang terpeta jelas sekali didepan matanya. Jiwanya yang
masih muda bergelora terpengaruh oleh adanya kejadian
buruk yang menimpa dirinya itum dengan mendadak ia
berteriak: "Ayah! Ayah! Tolong!!Tolong!" tetapi ia tidak
mendapatkan jawaban dan apa yang terbayang didepan
matanya sudha lenyap semuanya.
Ia masih tetap berlutut didalam goa yang disekitarnya
dikelilingi oleh dinding biru, dibawahnya ada batu keras
dingin, sedangkan diatasnya ada tergantung sebuah pelita
kecil yang memancarkan sinarnya yang biru pula..
Keringat sudah mulai turun bermanik2, kedua lututnya
dirasakan sakit sekali, perutnya sudah mulai keroncongan.
Pada saat itu, kalau dia diberikan kesempatan untuk
melonjorkan kakinya atau makan barang sejenak atau
minum seteguk air alangkah segarnya.
Tetapi..... ia tidak mau berbuat demikian.
Sebab, jika ia tidak bisa berlutut sampai tiga hari, tidak
nanti ia akan dapat menggerakkan hati orang kukoay itu,
juga akan berarti tidak dapatkan pelajaran yang tinggi
sebagai bekal untuk menuntut balas sakit hati ayahnya.
Ia bertekad bahwa ia harus dapat bertahan dan harus
sanggup menerima penderitaan, harus tahan berlutut
dengna hati sujut..... Berlutut terus sampai tiga hari. Ya, sampai tiga hari,
yaitu sampai orang tua Patah hati itu kembali.
Pinggangnya dirasakan sudah mulai sakit, tetapi ia
kertak gigi, ia bertahan terus tanpa bergerak.
Sehari lewat sehari, hari telah berlalu dengan tenang.
Hanya detakan ulu hatinya yang seolah2 masih
memberitahukan padanya bahwa ia pada saat itu masih
hidup. Kesengsaraan badan sudah membuat matinya perasaan
Ho Kie. Kelaparan sudah melampaui batas. Kecuali ulu
hatinya yang masih tetap berdenyut, semuanya seperti
dirasakan sudah kaku. Didalam goa itu tidak kelihatan muncul dan terbenam
matahari. Berapa lama sebenarnya ia sudha berlutut itu, ia
sendiri juga tidak lagi mengetahuinya.apa yang
diketahuinya adalah si orang tua Patah Hati itu masih
belum juga kembali. Dengan kemauannnya yang keras seperti baja, ia tidak
mau melepaskan janjinya sendiri. Ia tetap berlutut dengan
kedua lututnya diatas batu yang keras dan dingin.
Akhirnya, matanya dirasakan berkunang2, badannya
rubuh tersungkur.... Tepat pada saat itu, satu bayangan orang berkelebat. Si
orang tua Patah HAti kembali muncul didepan matanya.
Ho Kie seolah2 masih mempunyai sedikit ingatannya.
Dengan susah payah ia dongakkan kepalanya, sambil
berkata hambar: "Locianpwe, Locianpwe, akhirnya aku dapat
menantikan kau kembali."
Orang tua yang aneh itu menatap wajah Ho Kie dengan
pandangan matanya yang sayu lalu menganggukkan
kepalanya, kemudian berkata sambil menghela napas:
"Benar saja ada satu anak yang berkemauan keras. Tapi
mengapa kau berbuat begitu bodoh sekali, mau terus
berlutut terus tujuh hari lamanya?"
"sudah lewat tujuh hari?" Ho Kie lompat bangun bahna
kagetnya. Locianpwe apa sejak kau pergi dilu sampai
sekarang ini sudah ada tujuh hari?"
"Benar.Aku telah menyerapi rahasia yang dikatakan
ayahmu ada menyangkut mati hidupnya sembilan partai
besar didunia rimba persilatan. Didekat pusat perkumpulan
Hian Kui-kauw, di lembah Kui kiok, aku sudah
bersembunyi tujuh hari lamanya... akh.. aku sungguh tidak
menyangka bahwa kau sibocah goblok ini sudah berlutut
terus selama tujuh hari itu."
"Apakah locianpwe sudah mendapatkan keterangan
jelas?" "aku mencoba mencari keterangan dari berbagai pihak,
mengetahui bahwa Hian kui kauw pernah mendapatkan
sebuah benda yang berharga sekali yang telah dibawa kabur
oleh ayahmu, sehingga mereka lantas..."
"Aaaa.... tidak! Locianpwe kau jangan dengar ucapan
merak yang mengaco belo! ayahku tidak pernah mau
mencuri barang sesuatu apapun milik mereka." menyela Ho
Kie. "Cian tok Lo Mo juga merasa bersangsi sebab benda itu
dibawa kabur oleh ayahmu, sebab dibadan ayahmu mereka
tidak dapat menemukan benda yang dicari itu. tepapi benda
itu memang betul sangat berharga. Kalau tidak dapat
diketemukan, benar2 memang akan menyangkut nasibnya
sembilan partai besar dalam kalangan persilatan."
"Benda apakah itu?"
"Benda itu benda apa. aku sendiri juga tidak tahu dengan
jelas, Kabarnya adalah suatu peristiwa yang terjadi pada
seratustahun berselang. Bit cie dari daerah See hek telah
menyerbu Tionggoan, sembilan partai besar yang terkenal
kuta pada masa itu karena bermaksud hendak secara
bersama2 melwana musuh dari luar itu, bersama2 telah
membuat semacam benda. Siapa yang membawa benda itu
dapat memberikan perintah apapun yang ia mau pada
siapapun orang2 sembilan partai besar itu, tidak peduli
hidup atau mati, harus ditaati benar. Kau pikir sendiri, apa
bila benda itu benar2 berada dalam Hian kui Kauw, itu
berarti runtuhnya kita."
Ho Kie terperanjat. Seketika itu ia lantas melupakan
keletihan dalam dirinya. "Kiranya benda itu ada begitu penting. Tetapi mengapa
ayah cuma menyuruh aku supaya dapat melepaskan diri
dari cengkraman mereka" Dan apakah hubungannya urusan
itu dengan diriku?" "Barang kali ia inginkan kau menyampaikan berita ini
kepada Cit-cie si orang tua itu, tetapi sudah tidak keburu
menjelaskan lagi." "Kalau begitu, kematian ayah lebih tidak jelas lagi
sebabnya. Locianpwe, aku mohon kau supaya sudi
menerima aku sebagai muridmu."
Orang tua itu berpikir sejenak lalu berkata sambil
tertawa: "Mengingat akan ketulusan hatimu, menyimpang dari
kebiasaan ku, aku bersedia hendak memberikan beberapa
rupa pelajaran ilmu silat untuk kau. Ini mungkin sudah
jodohnya. tetapi hanya sekedar sebagai peringatan atas
pertemuan kita ini. Kau tidak usah anggap aku sebagai
gurumu" Ho Kie merasa sangat girang, dengan perasaan yang
sangat terharu, ia berkata:
"Locianpwe, kau telah melepas begitu banyak budi
kepadaku, sebaliknya tidak memberikan sedikit
kesempatanpun kepadaku supaya aku dapat membalas
budimu." "Maksudmu toh cuma ingin bisa menuntut balas sakit
hati atas kematian ayahmu bukan" Apa perlunya kau harus
merecoki segala soal tentang ilmu silatku ini kau dapatkan
dari mencuri atau memungut" Aku juga tidak menghendaki
kau untuk membalas budi, satu sama lain tidak ada
sangkutan apa2, bukankah ada lebih baik" cuma kalau kau
hendak menuntut balas untuk ayahmu, dengan hanya
menganadalkan kepandaiaan yang kau dapatkan dari aku si
orang tua, sebetulnya tidak cukup untuk memenangkan
Cian-tok lo mo. Sebaiknya kau belajar lagi dari Cit-cie si
orang tua itu. Kalau kau sudah dapatkan kepandaian orang
tua itu, itu berarti juga bahwa kau dua lawan satu dan
harapan untuk menang ada lebih besar."
Ho Kie yang pada saat itu sudah terlalu lelah
keadaannya, sesudah mendengarkan keterangan si orang
tua, hatinya mulai lega dan rasa ngantuknya lantas
menghebat dan akhirnya tertidur pulas sekali.
Toan-theng lojin menyaksikan Ho Kie tidur pulas, lalu
berkata seorang diri sambil menghela napas:
"Ah, Bocah! Kau tidak mengetahui bahwa paling lama
aku cuma bisa mengajar kau satu bulan saja. Sekalipun aku
berikan pelajaran padamu siang malam tanpa berhenti2.
tetap saja tidak cukup waktunya untuk menurunkan
pelajaranku semuanya. Dan sekarang kau telah tertidur, apa
ini bukan berarti menelantarkan pelajaranmu......"
Dalam tidurnya itu Ho Kie lapat2 seperti mendengar
perkatan orang tua aneh itu. Tiba2 hatinya terkejut lalu
bertanya sambil membuka matanya:
"Locianpwe, kau tadi kata apa?"
Toan-theng lojin mengambil sebutir pil dan diberikan
kepada Ho Kie. "Obat ini boleh kau makan." katanya. Selambatlambatnya
satu bulan, aku akan muncul di dunia kangouw
lagi. Sekarang waktunya itdak banyak lagi. Selama satu
bulan ini aku akan memberitahukan padamu semua isi
pelajaran dalam kitabku Hian kui Pit kip, jilid ketiga. Tetapi
sampai dimana kau dapat memahaminya, itu semuanya
tergantung atas kecerdasan otakmu. WAktunya sudah
terlalu mendesak. Kita tidak perlu banyak bicara lagi,
supaya kau bisa berhasil dengan cepat, aku sudah
berkeputusan dengan tidak menyayangi kekuatan tenaga
gdalamku, telbih dulu aku akan membuka otot2 dan urat2
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nadimu supaya dapat menyalurkan kekuatan tenaga
dalamku." Ho Kie yang mendengar itu, bukan kepalang rasa
girangnya, maka ia lantas makan obat berbentuk pil itu. ia
hampir tidak percaya dengan pendengarannya sendiri,
sebab kalau urat nadinya sudah terbuka dan dapat
menerima saluran kekuatan tenaga dalam, itu artinya
bahwa dia sudah mendapatkan dasar ilmu kepandaian yang
tinggi. Sedangkan tokoh2 rimba persilatan yang tinggi
kepandaian ilmu silatnya setingkat dengan itu, sungguh
sedikit sekali jumlahnya.
Ia seperti bersangsi atas dirinya sendiri, semnetara Toantheng
lojin sudah berkata lagi sambil anggukkan kepalanya:
"Setan kecil, keu kemari!"
Pada saat itu, Ho Kie sudah merasakan bahwa panggilan
Setan kecil itu tidak terlalu menusuk hatinya lagi.
Sebaliknya sebutan itu dianggapnya lebih meriah dan
lebih sedap didengarnya, maka ia lantas menghampiri orang
tua anhe itu sambil ketawa berseri2.
Toang-theng lojin dengan cepat mengerakkan jari2
tangannya, sebentar saja sudah dapat menguasai tiga ratus
enam puluh tempat jalan darah dibadan Ho kie.
Darah disekujur badan Ho kie seolah2 berhenti mengalir
dengan mendadak. Stelah berdiri kaku sejenak, badannya
lantas rubuh dalam pelukan siorang tua. Toan-theng lojin
lantasi mulai memale. Sebentar kemudian, dari telapakan tangannya telah
mengeluarkan hawa putih semcam kabut tebal. Kabut itu
hanya mengurung kepalanya Ho Kie dan telapakan tangan
si orang tua. Sebentar kelihatan tebal, sebentar kemudian
tipis. KemudiaN masuk ke jalan darah Pek-Hwee hiat.
Orang tua itu tidak bergerak barang sedikitkpun juga. sorot
matanya yang hijau kelihatan semakin mencorong.
Mulutnya terkancing, kadang2 mengeluarkan suara
keretekan. Keadaan demikian itu berlangsung sesaat lamanya,
diwajah orang aneh yang terbungkus kain hitam dan putih
itu kelihatannya sudah basah dengan air keringat.
Ho Kie berdiri sambil pejamkan matanya seolah2 tengah
tidur nyenyak. Lewat lagi sejenak, orang tua itu perlahan-lahan
menggeserkan telapakan tangan kanannya. ia dapat
melepaskan napas lega. Sinar matanya yang Tajam sudah
mulai berkurang. Mata itu bahkan kelihatannya
mengembang air. Ia meletakkan dirinya Ho Kie di atas
tanah dengan sangat hati2. Kembali dari sakunya ia
mengeluarkan tiga butir pil yang seperti tadi, lantas
dimasukkan kedalam mulutnya Ho Kie.
-oo0dw0ooo- Jilid 2 SELANJUTNYA ia lantas membebaskan dirinya Ho
Kie dari totokan tadi. Ho Kie mula2 pernapasannya kelihatan memburu, tetapi
sebentar kemudian keadaan telah berobah menjadi sabar
dan kemudian tertidur nyenyak pula. Diwajahnya terlintas
senyumannya yang manis, badannya dirasakan sangat
nyaman. Toan-theng lojin memandang Ho kie sejenak, lantas
angguk2kan kepalnya dan berkata kepada dirinya sendiri.
"Sudah empat puluh tahun, sekarang aku kembali
menciptakan suatu kemukjijatan dalam rimba persilatan,
tapi entah kali ini akan memusingkan kepalaku atau tidak?"
Ucapan itu seolah2 mengandung banyak arti. Sayang Ho
kie tengah tidur nyenyak sekali, hingga tidak mungkin
dapat mendengar atau melihat sikap orang aneh itu.
Kalau ia tahu, barang kali ia tidak akan dapat melupakan
untuk selamanya. Toan theng lojin duduk disampingnya Ho kie, agaknya
seluruh perhatiannya tengah dicurahkan melulu untuk
sibocah yang sedang tidur nyenyak tersebut. sebagai suatu
kewajiban tetap, setiap 2 jam sekali, ia menyalurkan
kekuatan tenaga dalamnya kedalam diri bocah itu.
Ho kie dalam tidurnya nampak seperti tersenyum,
wajahnya perlahan-lahan berubah menjadi merah.
Sepuluh hari lamanya ia berada dalam keadaan
demikian. Toan-theng lojin selama itu tidak makan, tidak minum,
tanpa tidur, tanpa ngaso, sorot matanya main lama makin
sayu. Seperti pelita yang hampir kehabisan bahan
pembakarnya, seluruh kekuatan tenaga dalamnya telah
disalurkan ke dalam badan Ho Kie.
Wajah Bocah itu perlahan-lahan kelihatan menjadi
merah, hingga nampaknya sangat segar dan tambah cakap
kalau dilihat. Orang tua itu ketawa bangga. Wajahnya tertutup rapat,
tapi dari sorot matanya kelihatan jelas kebanggaannya.
Ia tahu bahwa tindakannya hari itu akna membuat bocah
ini nanti akan menjadi seorang kuat yang sukuar dicari
tandingannya didalam dunia rimba persilatan.
Sepuluh hari kemudian, ia sudah kehabisan tenaga, ia
duduk numprah, napasnya tersengal-sengal.
Ho Kie perlahan-lahan membuka matanya. Sekarang
sudah sangat berlainan keadaannya dengan Ho Kie pada 10
hari berselang. Dalam matanya yang jernih, nampak memancarkan
sinar terang tajam, jidatnya samar2 ada sinarnya, setiap
gerakannya menunjukkan kegesitannya.
Tapi, perubahan besar itu ia sendiri agaknya masih
belum tahu. Apa yang ia dapat rasakan ialah badannya seperti sangat
ringan dan lincah, didalam badannya seperti mempunyai
semacam kekuatan yang tidak kelihatan.
Ketika ia melihat orang tua Patah Hati itu duduk
numprah, diam2 merasa kaget, maka lalu bertanya:
"Locianpwe, apa kau merasa kurang enak badan?"
Orang tua itu gelengkan kepalanya, menjawab dengan
perlahan" "Setan kecil, otot dan urat2 nadi mu sudah kusaluri
dengan kekuatan tenaga dalam yang dinamakan Giok liong
Cao Khie! Dengan kekuatan tenaga dalam yang kau miliki
sekarang. meskipun belum dapat menandingin kekuatan
Cian tok Lo mo, tapi sudah cukup untuk menjagoi dunia
rimba persilatan..." ia berhenti sejenak, kemudian berkata
pula:"Setan kecil, sekarang kita tidak boleh membuang
tempa lagi. WAktu sangat berharga, satu bulan sudah kita
gunakan sepuluh hari, tinggal 20 hari lagi. Aku harus
memberikan pelajaran kepadamu dengan ilmu silat yang
terdapat dalam ktiba Hian kui Pit kip jilid ke tiga, kau harus
memperhatikan baik-baik"
Ho kie duduk bersila ditanah.
Orang tua itu setelah mengheningkan cipta sejenak,
dengan perlahan dan jelas sekali ia menerangkan dan
mengajarkan semua pelajaran ilmu silat yang terdapat
dalam kitab ilmu silat Hian kui Pit kip jilid ketiga kepada
Ho Kie. Tiga hari berlalu cepat. Selama tiga hari itu, Toan theng lojin tanpa kenal lelah
memberikan pelajarannya yang ia miliki kepada Ho Kie,
bocah itu karena kemauannya yang keras, ditambah lagi
dengan kecerdasan otakknya yang luar biasa, maka dalam
waktu sesingkat itu telah dapat mengingat semua pelajaran
dengan baik. Tiga hari kemudian, orang tua itu berkata kepada Ho kie
dengan bersungguh-sungguh:
"SEmua kepandaian ilmu silat yang ada pada dirimu,
sudah aku wariskan semua kepadamu. Kalau kau bisa ingat
dan gunakan dengan baik-baik, dalam tempo singat kau
akan menjadi seorang kuat kelas satu dalam rimba
persilatan. Tapi pelajaran-pelajaran yang agak sulit seperti
tipu silat Hoa ing sie sek dan Hu kut hien kang, serta tipu
serangan untuk menundukan musuh yang luar biasa
hebatnya. Hian kui Cap she sek Kin na khiu harus kau
pelajari lebih teliti. SEdangkan ilmu silat Giok liong Hoa
khie masih kudu memakan tempo yang agak lama,
pelajaran ini tidak dapat dicapai dalam waktu yang sangat
singat. Tapi kalau kau sudha mahir tiga tipu silat itu, sudah
cukup untuk kau melindungi dirimu tidak samapi dapat
dikalahkan oleh musuhmu. Selain dari pada itu, selama 40
tahun aku berdiam disini, aku telah menciptakan serupa
ilmu silat yang kunamakan Tay Iet Kim kong ciang hoat,
meski cuma tiga jurus, tapi sudah cukup untuk melayani
musuh yang bagaimanapun tangguhnya. Semua ini kau
harus ingat baik2 dan melatih dengan rajin."
Ho kie terima baik pesan orang tua itu dengan perasan
terharu. Toan theng lojin anggukkan kepala dan berkata pula :
"Sejak hari ini, kau harus bertekun dalam pelajaranmu
didalam lembah yang sukar diinjak oleh manusia ini, kau
harus baik2 meyakinkan semua pelajaran yang sudah
kuturunkan padamu. Waktuku cuma msaih ada setengah
bulan, sekarang kekuatan tenaga dalamku sudah
dihamburkan terlalu banyak, maka aku harus menutup diri
untuk 10 hari lamanya guna memulihkan kekuatanku.
Setelah satu bulan cukup, aku nanti akan menguji kau
lagi..." Demikianlah, selanjutnya Ho Kie dengan tekun setiap
hari melatih ilmu silatnya dari pelajaran Taon theng Lojin.
Karena ia tidak memperhatikan lewatnya waktu, maka ia
tidak mengetahui sudah berapa lama ia belajar sendiri
secara demikian. Didalam goa itu kadang2 ada banyak nyamuk dan lalat
yang sering menggangu Ho kie pada waktu ia melatih
ilmunya. Semula ia dibikin jengkel oleh adanya gangguan
binatang-binatang kecil itu. Lama-kelamaan mendadak ia
dapatkan suatu pemikiran. Mengapa aku tidak
menggunakan binatan terbang ini untuk melatih ilmu Kin
na khiu dan Hu kut Hian kang"
Didalam goa sinarnya tidak cukup terang, tetapi mata
Ho kie sekarang sudah menjadi terang. Ia sudah mulai
dapat mengenal barang yang bagaimana halusnya sekalipun
dalam keadaan remang-remang. Ia menggunakan binatang
terbang itu sebagai musuh dirinya melancarkan ilmu Kinna0khiu-
nya, sebentar ia menangkap dan sebentar
kemudian ia melepaskannya lagi. Perbuatan demikian itu
agaknya menggembirakan hatinya.
Tidak antara lama, dengan mudah ia dapat menangkap
binatang nyamuk yang halus, gerakannya itu belum pernah
gagal. Setelah ia mahir betul mempelajari ilmunya itu, nyamuknyamuk
atau lalat-lalat sudah tidak berdaya untuk
mengganggu dirinya lagi. Ada kalanya kalau ia sedang bergembiri, ia lantas
bergerak kesana dan kemari diantara gerombolan nyamuknyamuk,
tetapi tidak memberikan kesempatan pada
nyamuk-nyamuk itu menyenggol badannya.
Didalam goa yang tidak ada isinya apapun, kala itu
dimata Ho kie sedikitpun tidak merasakan kekosongan. Ia
telah mendapatkan kawan berupa nyamuk, lalat dan
binatang-binatang kecil lainnya sebagai teman karib selama
ia melatih ilmu silatnya.
Pada suatu hari, selagi Ho kie sedang asyik melatih ilmu
silatnya dengan cara yang luar biasa itu, tiba-tiba dibelakang
dirinya terdengar oarang yang memberikan pujian
kepadanya: "Tidak nyana kau sisetan kecil ini telah mendapatkan
pikiran untuk melatih dengan cara demikian"
Ho kie berpaling. Dilihatnya Toan-theng lojin sudah
berdiri dimulut goa. Ia buru-buru menghampiri dan berlutut
dihadannya sembari berkata:
"Locianpwe, coba locianpwe uji aku. Selama beberapa
hari ini apakah aku telah mendapatkan kemajuan?"
"Aku sudah lama mencuri lijat, caramu melatih ini
memang cukup baik, tidak perlu ku uji lagi. Tetapi cara
melatih serupa ini hanya dapat menambah kelincahan
gerakan tubuh, sedangkan ilmu pukulan yang dapat
membuat lawan mundur kau rupanya tidak
memperhatikannya." "Aku hanya mengetahui kalau aku menggunakan
binatang nyamuk dan lalat ini untuk melatih ilmu Kin na
khiu dan Hin Kut hian kang.... tipu serangan, meskipun ku
latih dengan tidka berhenti-hentinya, tetapi aku masih
belum mengetahui ilmuku ini apakah telah mendapat
kemajuan atau tidak. "Ini mudah saja! Asal kau dapat menangkap binatang itu
satu demi satu kemudain kau hajar dengan kekuatan
telapakan tangan mu, kalau kau mampu menghajar sampai
binatang-binatang itu terpental keluar dari dalam goa ini,
maka kekuatan tangan mu itu sudah tidak perlu disangsikan
lagi." "Berapa si kekuatan binatang-binatang seperti nyamuknyamuk
itu" Aku akan segera mencobanya."
Orang itu hanya kedengaran suara ketawanya tidak
menjawab. Ia mengeluarkan sebuah kantung kecil dan
menyuruh Ho kie melancarkan ilmu Kin-na-khiu-nya untuk
menangkapi binatang-binatang nyamuk kemudian
diletakkan di dalam kantong tersebut.
Dengan sangat mudah sekali Ho kie sudah berhasil
menangkap tiga-empat puluh ekor nyamuk yang kecil-kecil
itu. "Bagus! Sekarang kau lepaskan lagi satu demi satu.
Kalau kau sudha melepaskan seekor, kau boleh terus
menghajar dengan telapakan tanganmu. Apa kau mampu
membikin terpental binatang itu atau tidak?"
Ia lalu mengajak ho kie berdiri disuatu temapt terpisah
kira-kira 10 tombak dari mulut goa untuk sebagai temapt
latihan. Dengan penuh keyakinannya Ho kie melakukan
apa yang diperintahkan oleh orang tua itu.
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika ia mengeluarkan serangannya yang pertama,
memang betul hebat sekali serangan dari telapakan
tangannya itu. Dinding-dinding batu yang berdekatan
dalam lingkaran satu tombak lebih sampai pada hancur
berantakan, tetapi ketika ia melihat nyamuk tadi, ia lantas
merasakan kaget dan terheran-heran.
Kiranya binatang kecil itu meskipun kecil badannya dan
juga enteng, karena dapat berterbangan ditengah udara,
maka serangan Ho kie yang pertama kali itu walaupun
cukup keras, tetapi ternyata masih belum mampu membuat
nyamuk itu terpental sampai sejarak lima kaki. Bukan saja
tidak mati, malah nyamuk itu berterbangan berputar-putar
tidak henti-hentinya. ORang tua itu lantas tertawa bergelak-gelak.
"Gedung besar mudah dirubuhkan, tapi selembar bulu
susah dicabut!" katanya " Kau jangan pandang enteng
binatang kecil ini. Dengan kekuatan tenaga yang kau miliki
sekarang ini, untuk dapat membikin terpental binatang keicl
itu sampai sepuluh tombak jauhnya, rasanya masih harus
berlatih beberapa tahun lagi."
Ho kie merasa agak malu, ia mencoba sekali lagi dengan
melepaskan sepuluh lebih nyamuk-nyamuk itu. Tetapi
meskipun kali ini kekuatannya sudha ditambah lagi, tetap ia
tidak berhasil membuat nyamuk-nyamuk tersebut terpental
keluar ke mulut goa. "Kekuatan dengan kekerasan mudah dilatih, tetapi kalau
mau memusatkan kekuatan pada satu tempat, pada satu
tangan atau satu jari misalnya, sungguh tidak mudah. Apa
kau mengerti sebabnya teori ini?" kata siorang tua Patah
Hati. Ho kie meskipun mau menerima pelajaran itu smabil
membungkukkan badannya, tetapi dalam hatinya masih
merasa penasaran. Sebagai satu bocah, ia tidak terluput dari
sifatnya yang tidak mau mengalah mentah-mentah.
Mendadak ia mengerahkan kepandaiannya, sebentar saja ia
sudah berhasil menangkapi kembali beberapa puluh
nyamuk itu dan dibinasakan semuanya...
Toan-theng lojin yang menyaksikan perbuatan Ho kie
dalam hatinya bercekat. Dengan mata tidak berkedip ia
menatap wajah Ho kie, sedangkan mulutnya mendumel:
"Bocah, Napsu membunuhmu sungguh keterlaluan. Ini
agak menakutkan." Mendengar perkataan itu HO kie buru-buru berlutut
seraya berkata: "Locianpwe, aku hanya membunuh beberapa ekor
nyamuk ini saja, apakah itu bisa dibilang keterlaluan?"
"Seekor nyamuk atau semut sekalipun, juga ada
mempunyai jiwa. Kau telah mempelajari ilmu silat, kalau
ilmu silatmu digunakan untuk membasmi kejahatan atau
untuk menuntut balas sakit hati ayahmu itu memang tidak
dapat disalahkan. Tetapi kalau kepandaianmu itu kau
pergunakan hanya untuk mengambil jiwa yang tidak
berdosa, itu terang sudah melanggar hukum Tuhan."
"Locianpwe, sekarang aku telah mengerti akan
kesalahanku. Lain kali aku tidak berani berbuat kesalahan
semacam itu lagi." Ho kie mengakui kekeliruannya.
"Sekarang batas waktu satu bulan sudah cukup, aku
harus segera turun gunung untuk menyelidiki itu persoalan
yang menyangkut nasibnya sembilan partai besar dalam
rimba persilatan. Baik-baiklah kau melatih diri didalam goa
ini. Sampai pada waktu kau sudah bisa membikin terpental
nyamuk sehingga sepuluh tombak jauhnya, itulah tandanya
bahwa latihanmu sudah cukup sempurna dan pada waktu
itu lah kau baru boleh turun gunung."
"Locianpwe, kapan kau akan kembali?"
"Selambat-lambatnya ya setengah tahun, secepatcepatnya
tiga bulan. Tetapi kalau lewat batas waktu yang
kutetapkan itu aku masih belum kembali. kau juga tidak
perlu menantikan aku lagi. kau boleh pergi turun gunung.
Tetapi ada satu hal yang harus kau ingat betul-betul.
Sebelum kau dapatkan kitab pelajaran ilmu silat Hian-Kui
pit-kip jilid pertama, sekali-kali kau jangan coba-coba
melanggar dirinya Cian-tok lo mo di lembah Kui-kok!
mengerti kau maksudku?"
"Locianpwe, Aku pasti akan menunggu kau. Harap kau
supaya lekas kembali."
Orang tua itu berdiri sekian lama, agaknya mereka
sangat terharu akan perpisahan itu. Tangannya mengelus
kepala Ho kie, ia berkata sambil menghela napas:
"Akh.. Bocah! Sudah cukup aku mengalami berbagai
kedukaan, apakah sebelum meninggalkan tempat ini kau
hendak menyuruh au menjumpai kedukaan orang yang
akan berpisahan lagi?"
Sehabis berkata demikian mata orang tua itu
mengembang air. Ho kie lebih terharu lagi, ia sudha menangis tersengguksenguk..
"Locianpwe" katanya" kau tidak mau menerima aku
sebagai muridmu, setidak-tidaknya kau harus
memberitahukan kepadaku kemana kau hendak pergi.
Supaya kalau aku nanti sudah berhasil dengan latihanku,
aku bisa mencari padamu."
Toan-theng lojin mendadak mengertak gigi, ia
mengibaskan tangannya dan mundur beberapa tombak
jauhnya, lalu berkata sambil tertawa dingin:
"Satu laki-laki dimana saja dapat mendirikan rumah
tangganya. Kau boleh pergi dengan urusanmu sendiri, aku
akan melakukan tugasku pula. Taruh kata kau dapat
menemukan aku, apa yang akan kau perbuat" Lebih baik
kau melatih ilmu silatmu dengan rajin. Perlu apa
mengambil sikap seperti anak perempuan?"
Sehabis mengucapkan perkataannya yang terakhir itu ia
lantas menggerakkan kakinya, sebentar kemudian ia sudah
menghilang dari mulut goa.
Dengan hati sedih, Ho kie terus berlutut ditanah, dengan
hormat sekali lagi ia mengangguk-anggukan kepalanya
sampai tiga kali.... Satu tahun berlalu dengan pesatnya.
Orang tua yang patah hati itu telah pergi meninggalkan
Ho kie seorang diri, sedikitpun tidak ada lagi kabar
beritanya. Hari berganti hari, bulan bertemu bulan. Setahun
kembali sudah dilewatkan lagi oleh Ho kie didalam goa itu,
tetapi kekuatan tangan Ho kie hanya mendapat kemajuan
sedikit, cuma dapat membikin nyamuk terpental lima
tombak saja jauhnya. Sering kali ia berdiri bingung dimulut goa, memandang
gunung-gunung dan bagai tiada bertepi, ia memandang
segala perubahan alam, karena bergantinya musim demi
musim. Ia sendiri hampor-hampir tidak mengetahui sudah
berapa lama ia telah melewatkan penghidupannya didalan
goa yang sesunyi itu. Mengingat akan kematian ayahnya dan mengingat
dirinya siorang tau Patah Hati yang sudah lama
meninggalkan dirinya, rasa duka didalam hatinya sungguh
sukar untuk dapat ditindasnya, maka kadang-kadang ia
tidak dapat lagi menahan perasaan dukanya.
Ia percaya bahwa orang tua Patah Hati itu tentunya
sudah mengalami nasib buruk. Sebab kalau tidak demikian,
tidak nantinya sampai sudah begitu lamanya belum
kembali. "Akh! kalau sampai terjadi apa-apa atas diri orang tua
itu, bukankah itu berarti akulah yang telah mencelakai
dirinya?" Ho kie ngedumel sendiri.
Sebab jika ia tidak datang ke lembah patah hati itu,
sudah dengan sendirinya orang tua itu tidak akan
mengetahui duduk persoalan yang menyangkut sembilan
partai besar dalam dunia persilatan dan dengan sendirinya
pula orang tua itu juga tidak akan dengan secara mendadak
meninggalkan goa-nya yang sudah didiami empat puluh
tahun lamanya. Ia menyesalkan dirinya sendiri, ia menyesal tidak
terhingga. Ditahun ketiga ia sudah mampu membikin terpental
binatang nyamuk sampai lewat lebih dari tujuh tombak
jauhnya. Ia sudah tidak sabaran buat menantikan lebih
lama lagi, maka ia lantas mengambil keputusan untuk
keluar dari Lembah Patah Hati.
Sejak ia mendapatkan kepandaian ilmu dari siorang tua,
ditambah lagi dengan latihannya yang rajin tanpa mengenal
lelah, badan dan tulang seta otot-ototnya telah mengalami
banyak perubahan. Ketika ia terjerumus di Lembah Patah Hati, ia masih
merupakan satu bocah yang belum cukup empat belas
tahun, tetapi sekarang ia sudah merupakan jejaka yang
sudah hampir tujuh belas tahun usianya.
Parasnya cakap dan badannya tegap kekar. IA sudah
seperti seorang pemuda cakap, ganteng yang sudah berusia
dua puluh tahunan. Dengan perasaan duka ia memandang semua keadaan
didalam goa itu meskipun dalam goa itu tidak ada apaapanya,
tetapi setelah hendak ditinggalkan, hatinya merasa
berat. Disatu sudut ia menemukan satu bungkusan kecil.
Tatkala dibukanya, isinya ternyata adalah satu stel pakaian
dan sedikit uang. Karena ia sedang membutuhkan pakaian
dan uang untuk bekal dalam perjalanannya, maka ia lantas
mengambil bungkusan tersebut.
Dengan Hati berat ia meninggalkan goa Pek-Giok-Kiong
di dalam Lembah Patah HAti itu yang sudah didiami
hampir tiga tahun lamanya.
Dalam perjalanan satu hari ia baru tiba disebuah kota
kecil. Dengan tindakan perlahan ia memasuki sebuah rumah
makan dan memesan beberapa rupa hidangan. Seorang diri
juga ia makan dan minum hidanganannya. Selagi enakenaknya
makan telinganya tiba-tiba menangkap suatu suara
yang kedengarannya sangat menyenangkan.
"Hei pelayam! hitung uangnya!"
Ho kie terperanjat oleh suara tadi, Ketika ia
memperhatikan dengan seksama, disatu meja yang terletak
didekat jendela, ada duduk seorang diri pemuda yang
berdandan seperit anak sekolah dalam pakaian seragam
putih. Pemuda itu juga usianya paling-paling juga baru
delapan belas tahun. Wajahnya yang putih bersih bersemu dadu serta dikedua
pipinya ada sebuah sunyen dengan bibirnya yang merah.
ada lebih mirip dengan seorang wanita. Anak muda itu
dengan tenang mengipas-ngipas dirinya dengan kipasnya
yang indah. Baik parasnya, maupun sikapnya kelihatan sangat
menarik hati bagi siapa saja yang menghadapinya.
Ho Kie seumur hidupnya belum pernah melihat pemuda
secakap demikian, dengan tidak sadar mulutnya lantas
memberikan pujiannya: "Aaaa, sungguh cakap pemuda itu!"
Meskipun suaranya itu diucapkan perlaha, siapa sangka
anak sekolah berbaju putih itu mempunyai pendengaran
yang sangat tajam. Dengan mendadak ia lantas melipat
kipasnya lalu menegur: "Dari mana datangnya manusia liar yang begitu kasar"
sungguh menjemukan!"
Ho kie yang mendengar teguran yang serupa itu,
parasnya merah seketika, pada pikirnya: "Aku toh memuji
dirimu dan bukan bermaksud menjeleki! kenapa sebaliknya
kau malah memaki-maki tidak keruan?"
Ia juga tidak mau mengalah mentah-mentah, dengan
suara dihidung ia berkata:
"Dasar dogol, Anak tidak tahu adat!!"
Pemuda berbaju putih berdiri alisnya, mendadak ia
lompat bangun. sambil menuding dengan kipasnya pada Ho
kie ia membentak. "hei manusia liar, kau memaki siapa?"
Ho kie mendongkol, lantas menjawab dengan suara agak
heran: "Aku suka memaki siap saja, perduli apa dengan kau?"
Pemuda berbaju putih itu agaknya sudah gusar benarbenar:
"Kalau tidak karena didepan umum ini ada rasa kurang
pantas, hari ini tentu aku sudah memberi sedikit hajaran
pada kau si manusia liar yang tidak mengenal aturan!"
"Apa kalau tidak dihadapan umum kau kira aku takut
padamu?" "Kalau kau mempunyai kepandaian sebentar malam jam
tiga kau boleh datang di Cit-Lie kang!"
"Baik! aku nanti tepati janjimu!"
Pada saat itu pelayan rumah makan sudah berdiri dekat
pemuda berbaju putih itu untuk menantikan bayaran.
Pemuda berbaju putih itu juga tidak berkata apa-apa lagi,
ia memberikan sedikit uang pada pelayan rumah makan,
kemudian lantas berlalu. Selagi melewati Ho kie, mendadak ia menghentikan
tindakan kakinya dan berkata dengan suara dingin:
"Pertempuran antara mati dah hidup! kalau tidak
mendapatkan keputusan, aku tidak mau sudah."
Setelah mengucapkan perkataannya itu, ia lantas berlalu
dengan langkah lebar. Ho kie jadi ketawa geli, diam-diam berpikir: "Bocah ini
sungguh sombong. Entah orang golongan apa?"
Karena hatinya sedang mendongkol, maka napsu
makannya juga berkurang. Dengan cepat ia membayar
rekening dan kembali kerumah penginapannya.
Entah sudah berapa lama ia rebahkan dirinya
dipembaringan. secara begitu, tetapi tidak juga tidur pulas.
Hatinya selalu memikirkan itu pemuda sekolah berbaju
putih. Kalau dilihat dari paras dan sikapnya, kelihatannya
ia bukan orang jahat. Tetapi kenapa ia begitu jumawa"
Apakah ia mempunyai kepandaian yang luar biasa"
Berpikir sampai disitu, ia merasa geli sendiri, ia
menganggap bahwa pemuda itu hanya mempunyai
pengertian sedikit tentang ilmu silat yang tidak mungkin
dibandingkan dengan kepandaian yang dimilikinya.
Baru pertama kali ia keluar lembah sudah lantas diajak
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertanding, maka dalam hatinya merasa sangat gembira,
karena itu adalah merupakan suatu kesempatan untuk
menguji kepandaiannya. Oleh karena itu juga ia tidak dapat
tidur pulas. Kentongan baru berbunyi sekali, ia sudah turun dari
pembaringannya lalu membuka jendela dan lompat keatas
genteng. Menurut jurusan yang ditunjul oleh pelayan rumah
makan ia lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
lari ke Cit-lie kung. Malam itu ada malaman terang bulan. Keadaan diluar
kota sangat terang benderang. Ho Kie yang sedang berlarilarian
menuju ketempat yang telah dijanjikan, dalam hati
merasa sangat gembira, tetapi juga merasa agak kuatir.
Bukan disebabkan karena tidak mengetahui dimana
tingginya kepandaian ilmu silat pemuda baju putih itu,
tetapi karena sejak ia mendapatkan pelajaran ilmu silatnya
dari si orang tua Patah Hati, serta sudah memahami
ilmunya yang terdapat dalam kitab Hian kui Pit-kip, boleh
dikatakan ia masih belum mendapat kesempatan untuk
digunakna dalam menghadapi lawan dalam arti kata
pertempuran yang sebenarnya. Maka malam itu dapatlah
diartikan sebagai suatu ujian untuk menjajal kepandaiannya
yang telah dipelajari dengan rajin selama hampir tiga tahun
itu, maka diam-diam ia mengharapkan supaya kepandaian
pemuda itu ada lebih tinggi sedikit daripada kepandaian
dirinya sendiri, sebab kalau kepandaian pemuda itu
berselisih terlalu banyak dengan kepandaian yang
dimilikinya, juga tidak akan ada artinya.
Tidak antara lama kemudian ia sudah sampai pada
sebuah rimba yang lebat. Rimba itulah yang dinamakan Cit-
Lie kang! Tiba-tiba ia mendengar orang menegur dengan suara
merdu, yang kedengarannya keluar dari dalam rimba:
"Siapa?" Pertanyaan itu lalu disusul oleh munculnya satu
bayangan putih yang bergerak dengan gesit, menghadang
didepan mata Ho kie. Ketika mendengar suara itu, Ho kie sudah lantas
menghentikan gerakan kakinya. Ternyata orang yang
sedang berdiri didepan matanya itu adalah seorang pemuda
berbaju putih seperti anak sekolah yang tadi siang dijumpai
dirumah makan. "Kau datang terlalu pagi sahabat!" Ho kie ketawa dingin.
Anak sekolah berbaju putih itu menunjukkan sikap yang
terperanjat, lantas menyahut dengan suara dingin:
"Kedatanganku cepat atau lambat, ada hubungan apa
dengan kau?" "Mengapa tidak ada hubungannya" Aku justru datang
kesini hendak menepati janjimu"
Anak sekolah berbaju putih itu kembali tercengang.
"Menepati janji" Dengan siapa kau berjanji?"
Mendengar ucapan yang ketus dingin yang seolah-olah
tidak memandang dirinya sama sekali, hati Ho kie merasa
mendongkol. "Anak dogol yang jumawa!" katanya gemas,"Apa kau
sudah hitung pasti bahwa kepandaiannya ada diatas
kepandaianku?" Anak sekoah itu kelihatannya seperti benar-benar heran.
"Sama-sanam anak sekolahan, dengan alasan apa kau
memaki aku anak dogol?" tanyanya.
"Alasan apa" Itulah karena sikapmu yang terlalu jumawa
yang telah kau unjukkan dirumah makan tadi siang,
rasanya tidak cukup dengan hanya memaki kau saja,
andaikan aku hajar kau sampai pingsan juga sudah
sepantasnya..." Anak sekolahan berbaju putih itu berpikir sejenak, ia lalu
ketawa sehingga kelihatan kedua baris giginya yang putih
berkilat. "apa kau ingin berkelahi" Coba saja kau turun tangan".
"Itulah yang dijanjikan, aku datang kemari. Apa kau
hendak mangkir?" Anak sekolah berbaju putih itu menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Kapan aku janji kepadamu" Dengan caramu gerabk
gerubuk seperti ini, apa kau kira aku suka janjikan kau?"
"Anak dogol, kau mau berpura-pura?"
"Hai! kita sama-sama orang sekolahan, sebaiknya kau
jangan membuka mulut sembarangan. Kalau aku anak
dogol, lalu kau sendiri anak apa?"
Ho kie sudah tidak dapat menahan sabarnya lagi. Ia
berseru: "Bocah yang mengingkari janji! kita tidak usah banyak
mulut lagi. Mari kita adu kekuatan!" Berbareng Ho kie
menyerang. Serangan itu adalah tipu serangan Tay-Lek kin kong
ciptaan Toan-theng lojin yang diyakinkan si orang tua
selama empat puluh tahun lamanya. Tidak heran kalau
serangannya itu sangat hebat, sehingga tujuh atau delapan
batang pohon telah tersapu rubuh oleh kekuatan angin
serangan itu. Ho Kie tidak menyangka bahwa kekuatan serangannya
itu ada begitu hebat, maka ia sendiri juga lantas kesima.
Dalam hatinya agak menyesali dirinya, pada pikirannya
"Ah, kalau aku mengetahui seranganku bakal begitu heba,
aku tidak akan turun tangan sembarangan. Aku dengan dia
tidak mempunyai permusuhan apa-apa. kalau aku sampai
memukul mati padanya, apakah itu bukan keterlaluan?"
Siapa sangka, belum lenyap peikirannya itu,
disampingnya terdengar suara anak sekolah berbaju putih
itu: "Aaaa, dengan mengandalkan kepandaian yang begini
saa, kau lantas hendak menyombongkan dirimu untuk
mengadu kekuatan" he.. he... masih belum cukup bung!"
Bukan main kagetnya Ho kie, dengan lekas ia memutar
tubuhnya, Ia meliaht anak sekolah itu sedikitpun tidak
terluka. Ia sedang berdiri dengan tenang sambil goyanggoyangkan
kipasnya dan memandang Ho kie sambil
tertawa. Karena terkejut oleh kepandaian yang aneh dari si
pemuda itu, dalam hatinya Ho Kie merasa terheran-heran.
"Aku masih mempunyai urusan penting!" kata pemuda
baju putih ketawa. Aku tidak mempunyai waktu untuk melayani segala
orang kasar seperti kau ini, Melihat sikapmu yang begitu
galak, benar-benar telah membuat orang tiga hari tidak enak
makan. Ingatlah lain kali kau jangan terlalu gegabah
menunjukkan kepandaianmu dihadapan orang lain."
Sehabis berakata begitu, ia lalu berkelebat menghilang ke
dalam rimba. "Jangan pergi" bentak Ho kie.
Tetapi sang lawan sudah tidak kelihatan lagi
bayangannya sekalipun. Ia telah dibikin mendongkol oleh ucapan anak sekolah
baju putih yang terakhir itu.
Ia coba mengerahkan seluruh kepandaian yang
dimilikinya untuk mengejar anak sekolah itu.
Mengejar orang didalam rimba sesungguhnya tidak
mudah, apa lagi pemuda baju putih itu kelihatannya
mempunyai kepandaian yang sangat luar biasa.
Dengan perasaan mendongkol Ho Kie berputaran
didalam rimba, tetapi ia tdiak dapat menemukan anak
sekolah tersebut. maka mulutnya lantas mulai memaki-maki
tidak berhentinya. KArena tidak berhasil menemukan orang
yang sedang dicarinya, terpaksa ia pulang ke rumah
penginapannya dengan perasaan gemas serta masgul..
Keesokan harinya, pagi-pagi seklai hawa udaranya sejuk.
Pagi-pagi itu juga Ho kie sudah melanjutkan perjalannya.
Ketika ia melewati sebuah rimba, tiba-tiba ia mendengar
orang berakat: "Manusia tidak tahu malu! kalau merasa takut, jangan
terima baik perjanjian orang. Mengapa kau mengingkari
janji seenaknya saja" Apa itu juga perbuatannya satu lakilaki?"
Ho kie terkejut. mana kala ia menegasi siapa orangnya
yang bicara itu, bukan main gusarnya.
Kiranya orang itu sedang berdiri menggendong tangan.
Ia adalah sianak sekolah berbaju putih yang telah
menjanjikan padanya untuk bertanding di Cit-lie kang.
Mengingat semua kejadian tadi malam, hati Ho kie
semakin gusar. Maka dengan cepat ia menghampiri anak
sekolah itu, mulutnya memaki dan membentak:
"Anak dogol, tadi malam hitung-hitung kau tahu gelagat
sudah kabur dengan cepat. Sekarang kita bertemu lagi, aku
harus memberikan hajaran padamu sepuas-puasnya."
Sehabis berkata demikian, ia lantas hendak menyerang.
Pemuda berbaju puth itu menggeser kakinya dan minggir
kesamping dua tindak, kemudian berkata:
"Hmmn, tadi malam kenapa kau tidak berani menepati
janji untuk datang ke Cit lie kang?"
"Ngaco! adalah kau sendiri yang telah kabur lebih dulu.
Kau hendak menyuruh aku mencari kemana?"
"Tadi malam, sejak jam tiga aku menantikan kau sampai
jam empat. Sam sekali aku tidak pernah melihat batang
hidungmu. Dan toh kau sekarang berani gede bacot lagi.
Sungguh tidak tahu malu.!"
Ho kie terkejut, seketika lamanya ia berdiri melongo.
"Mana bisa"!" katanya "Kau sendirilah yang ngaco belo!
Lama aku mencari, kemudian aku pikir barang kali kau
takut sehingga kau tidak berani menepati janjimu, aku lalu
mencari kau diseluruh rumah penginapan dalma kita,
sampai pagi aku tidak bisa menemukan tempat
persembunyianmu. Coba kau jelaskan dimana kau
sembunyi tadi malam" Kalau berani mengoceh lagi tidak
keruan aku tidak mau gampang-gampang mengampuni
kau" Ho kie kelihatan semakin gusar, alisnya berdiri,
kemudian ia membentak: "Terang kau sendiri yang memutar balik dudukan
perkara. sebaliknya menuduh orang mengoceh tidak
keruan. Kita tidak perlu banyak rewel, biar ku hajar dulu
kau buat melampiaskan kemendongkolanku!"
Dengan cepat HO kie lantas mementang kelima jari
tangannya menyambar pundak kiri si anak sekolahan
berbaju putih. Menyaksikan tipu serangan Ho kie yang aneh itu, sianak
sekolahan agaknya terkejut. Ia tidak berani berlaku ayal
lagi, dengan cepat ia sudah menggeser tubuhnya sampai
lima tindak untuk menghindarkan sambaran tangan Ho kie.
Sepasang matanya yang jernih dengan keheran-heranan
menatap wajah Ho kie dengan tidak berkedip.
Ternyata begitu turun tangan Ho kie lantas
menggunakan tipu serangan Hian-kui cap sha sek na khiu,
karena menurut keterangan Toan-theng lojin, serangan itu
sangat luar biasa, dengan serangan mana sudah cukup
untuk menjagoi dirimba persilatan. Siapa sangka, untuk
pertama kalinya ia mengunakan serangan itu untuk
menghadapi musuh, ternyata telah mengalami kegagalan.
Ia heran, apakah anak sekolahan itu kegesitannya
melampaui binatang nyamuk atau serangannya sendiri yang
kurang tepat. Ia lantas mengerahkan seluruh kekuatannya dengan
secepat kilat ia maju menyerang lagi. Kali ini tangan
kanannya mengarah jalan darak Ciok tie hiat. Sebentar saja
sudah menekan sikut kiri anak sekolah berbaju putih itu.
Dalam pikirannya kali ini pasti berhasil.
ooo0dw0ooo SIAPA NYANA, kesudahannya adalah diluar
dugaannya. Kelima jarinya baru saja tiba, sang lawang
badannya tiba-tiba berkelit kekiri, sebentar saja seperti
sudah berubah menjadi tiga bayangan putih...
Ho kie terperanjat. Dalam kagetnya ia sudah kehilangan
jejaknya si pemuda berbaju putih.
"Tahan dulu!" bentak sibaju putih.
"Kenapa kau suruh aku hentikan serangan" apa kau takut
akan aku gebuk?" "Hmnn,apa kau kira aku takut kepadamu?"
"Dan mengapa kau suruh aku menghentikan
seranganku?" "Aku merasa gerak tipu silatmu ini mirip dengan salah
seorang yang berkepandaian tinggi, maka aku ingin
menanyakan dulu siapa nama suhumu?"
"Kau tidak berhak menanyakan apapun dalam hal ini.
Aku justru hendak menanya kau".
"Kalau begitu, kau harus bisa memenangkan kau dulu,
baru kau boleh bertanya."
"Hmmn, bocah yang terlalu jumawa!"
"Kau jangan mengiri bahwa kepandaianmu lebih hebat
daripada kepandaianku. Kalau dalam tiga jurus aku tidak
mampu menundukkan kau, aku segera angkat kau menjadi
guru. Bagaimana?" Ho kie pikir, bocah dihadapannya ini terlalu tidak
memandang mata kepadanya, maka lantas menjawab
sambil tertawa dingin: "Sekarang kita tetapkan seperti katamu tadi. Kalau
dalam tiga jurus, kau tidak bisa menangkan kau, kau harus
berlutut dihadapanku untuk manggut-manggut sampai tiga
kali. Maukah kau berjanji?"
"Ehm.. jangan kata cuma tiga kali, tiga puluh kali juga
tidak akan ku pungkiri."
"Kalau begitu, siap sedialah!"
Sehabis berkata demikian, kembali Ho kie pentang
kelima jari tangannya untuk mengarah jalan darah Kian kie
hiat. Mulutnya berkaok "Awas! ini adalah jurus pertama"
Siapa nyana, jarinya hampir saja mengenai pundak
pemuda berbaju putih itu, mendadak terdengar suaranya
yang nyaring, pemuda itu dengan caranya yang sama
seperti pertama sudah berhasil mengelakkan serangannya.
Ho kie celingukan, kali ini ia tidak berhasil menemukan
kemana perginya anak mudah sekolahan berbaju putih tadi.
Keadan disekitar tempat mereka bertempur amat sunyi.
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pemuda berbaju putih itu seolah-olah setan yang bisa
menghilang dengan mendadak.
Dia tiba-tiba bergidik. Mulutnya lantas berseru:
"Anak dogol itu manusia atau setan?"
Mendadak didengarnya suara orang ketawa:
"Nah! Aku ada disini!"
Ho kie buru-buru berpaling, wajahnya berubah seketika,
kiranya pemuda berbaju putih tadi sudah berdiri diatas
ranting sebuah pohon kira-kira satu tombak jauhnya dari
situ. Dengan sikapnya yang tenang sekali pemuda tersebut
mengawasi Ho kie sambil tersenyum. Ho kie gusar bukan
kepalang, mendadak ia lompat maju, tangannya
mengeluarkan serangan yang sangat hebat ditujukan keatas
pohon sambil berseru : "Baik! kau sambutlah serangan ku yang kedua ini."
Serangan itu ternyata hebat sekali. ranting-ranting dan
daun-daun pohon yang ditempati pemuda berbaju putih
tadi sampai pada putus terkena sambaran angin serangannya,
tetapi si pemuda berbaju putih ternyata telah
menghilang lagi entah kemana.
Sekali lagi Ho kie mencari keatas pohon lainnya, tidak
disangka pemuda itu sudah berada dibelakang dirinya, siapa
telah berkata kepadanya sambil tertawa dingin:
"Anak sombong, Perlu apa kau menghajar segala batangbatang
pohon yang tidak bisa apa-apa untuk mengumbar
amarahmu?" Ho kie benar-benar telah dibikin tidak berdaya oleh
kegesitan anak muda tadi, dalam keadaan apa boleh buat ia
ingin mencoba sekali lagi. Dengan gesit sekali ia telah
memutar tubuhnya. Pemuda baju putih itu kelihatannya sangat tenang, ia
berdiri disitu sambil mengipas dan ketawa-ketawa
mengawasi pada Ho kie. Karena sudah dua kali serangannya gagal selalu,
sekarang Ho kia tidak berani sembarangan turun tangan
lagi. Sambil memikirkan bagaimana caranya yang baik
untuk menjatuhkan lawannya, ia berkara:
"Dalam tiga jurus, dua jurus seranganku sudah lewat.
Kalau kau masih menggunakan cara berlompat-lompatan
seperti caranya monyet, setelah tiga jurus ini lewat, kau
dihitung kalah. Kau berhati-hatilah."
Pemuda berbaju putih tersebut, mendadak ketawa
cekikikan.. "Aku liaht, kau hanya satu bocah yang baru turun dari
atas gunung. Tiga jurus itu cuma boleh dihitung aku sengaja
membiarkan kau menyerang. Setelah cukup tiga jurus, aku
nanti baru turun tangan, supaya kau tahu bahwa diatas
langit masih ada langit lagi, diatas manusia, masih ada
manusia yang lebih tinggi lagi."
"Ooo.. jadinya kau hendak mengingkari janjimu yang
tadi?" "Bagaimana aku pungkir janji" Tadi sudah kita tentukan,
bahwa dalam tiga jurus aku akan tundukkan kau. Yang ku
maksudkan, sudah tentu mesti aku yang turun tangan
sampai tiga jurus, bukannya kau yang menyerang untuk tiga
jurus." Ho kie lalu berpikir, Apakah bocah ini hendak mencari
tahu asal usul ilmu silatku kemudian mencari akal pula
hedak memperdayaiku"
Berpikir sampai disitu, ia lalu menjawab sambil ketawa
dingin, "Sekarang kau harus berhati-hati benar! Jurus ketiga ini
namanya Malaikat menangkap setan, makanya kau harus
waspada." Pemuda berbaju putih dongakkan kepalanya dan ketawa
terkekeh-kekeh. "Kau boleh turun tangan sepuas hatimu. Sebentar lagi
kita lantas bisa dapat tahu...!" jawabnya.
Ho kie ternyata sangat nakal. selagi pemdua berbaju
putih itu masih mendongak dan ketawa, tiba-tiba ia sudah
menggerakkan kedua tangannya untuk meyerang pada
tujuh tempat bagian jalan darah dibadan pemuda berbaju
putih tersebut. Serangan secara demikian itu benar-benar diluar dugaan
si pemuda berbaju putih. Ketika ia tersadar kalau dirinya sudah diakali, Ho kie
sudah berada dekat sekali didepan matanya. Kedua tangan
lawannya itu sudah menghantam bagian-bagian yang
berbahaya pada badannya. Dalam keadaan demikian, ia sudah tidak mampu lagi
mengeluarkan gerak badannya yang gesit tadi, terpaksa ia
berlaku nekad dan merangsek Ho kie.
Tangan kanannya bergerak menyerang dada Ho kie,
sedangkan ia sendiri menggunakan kesempatan selagi
mengirim serangannya , badannya sudah melompat
mundur. Ho kie ketawa dingin. Tiba-tiba ia memutar tangan
kirinya, kakinya digeser maju, denganmudah saja dapat
mengelakkan serangan pemuda berbaju putih itu.
Bersamaan dengan itu, ia mengulurkan tangan kanannya
menotok jalan darah Ciang Tay hiat didada kiri lawannya.
Selagi jari tangannya itu menempel pada dada kiri
pemuda berbaju putih itu, mendadak dirasakan seperti ada
apa-apa yang tidak wajar, sebab jarinya seperti menyentuh
barang lunak yang agak melembung.
Semacam barang yang seperti balon melembung,
bentuknya sebesar kepalan tangan.
Tadinya ia ingin menjambret, tetapi suatu pikiran
mendadak terkilas dalam otaknya.
Ia terperanjat hampir lompat dan buru-buru tarik kembali
serangannya. Telinganya mendengar suara bentakan
pemuda itu: "Kau mau mampus!" kemudian Ho kie merasa matanya
berkunang-kunang karena pipinya kean tamparan dengan
telak. Cepat ia mundur tiga tindak sambil mengusap-usap
pipinya, dengan bingung ia mengawasi pemuda berbaju
putih itu. Sipemuda berbaju putih tampaknya selembar wajahnya
berubah merah, ia tundukkan kepalanya, agaknya merasa
sangat malu... Tetapi sebentar saja ia kelihatannya sudah mulai tenang
kembali. Setelah merapikan pakaiannnya lantas berkata:
Sekarang tiga jurus sudah berlalu, tibalah gilirannya
untuk menghajar kau!"
Setelah dengan susah payah Ho kie menenangkan
pikirannya kembali, lantas menjawab dengan perasaan
tidak puas. "Dalam jurus ketiga tadi kau sudah berhasil menepuk
jalan darahmu. Kau sudah kalah, bagimana masih punya
muka untuk bertanding lagi?"
"Ngaco! kapan aku terkena totokanmu" Bukankah kau
lihat sendiri aku masih berdiri disini dalam keadaan segar
bugar?" "Kau ini juga ada sedikit keterlaluan. Kau mau menang
sendiri saja, sudah kalah masih tidak mau ngaku. Barusan
terang-terangan aku sudah berhasil menotok jalan daran
Ciang tay hiat didadamu. Kaalu bukan karena didadamu
ada menyimpan suatu benda, niscaya siang-siang aku
sudah...." Pemuda berbaju putih itu tidak menunggu sampai Ho kie
bicara habis, dengan wajah kemerah-merahan ia
membentak. "anak sombong! lihat seranganku!"
Badannya benar saja telah bergerak melancarkan satu
serangan. Saat itu ia sudah seperti melupakan perjanjian bahwa
siapa yang menang dalam tiga jurus, yang kalah harus
berlutut dan manggut-manggut tiga kali dihadapan yang
menang. Anak muda itu terus melancarkan serangannya yang
bertubi-tubi. Sebentar saja tujuh atau delapan jurus sudah dilalui, saat
itu cuma kelihatan bayangan putih yang berkelebatan serta
sambarang anginnya yang hebat.
Ho kie tidak berlaku ayal, dengan menggunakna ilmu
silat Hoan eng-sie-sek-nya, semacam ilmu yang
memerlukan kelincahan gerak badan, terus ia
menghindarkan setiap serangan pemuda berbaju putih itu.
"Tahan dulu!" tiba-tiba Ho kie berkata dan lompat
mundur.. "Perlu apa berhenti" Kalau belum ada keputusannya,
jangan harap kau bisa lari!"
kata sang lawan, gemas kelihatannya.
"Kita tadi sudah berjanji hanya boleh bertempur dalam
tiga jurus, sekarang kau sudah melancarkan serangan
sampai delapan jurus dan toh masih belum mampu
menundukkan aku, kenapa kau tidak lekas-lekas berlutut
dihadapanku?" Pemuda berbaju putih itu melongo, tetapi kemudian ia
lantas menjawab sambil ketawa dingin:
"Siapa kata aku kalah, dalam setiap jurus seranganku
mengandung enam belas rupa perubahan. Delapan jurus
tadi cuma bisa dihitung delapan rupa, sebetulnya satu
juruspun belum ada."
"Apa ucapanmu semula boleh dipercaya?"
"Mengapa tidak" kalau benar-benar kau mempunyai
kepandaian, sambuti serangan-seranganku yang tiga jurus
ini sampai habis dulu."
"karena kau tetap hendak mengingkari janji, biarlah kita
adu tenaga sampai ada keputusan."
"Kau sendiri yang tidak tahu malu msaih berani memaki
orang lagi." Karena tidak ada yang mau mengalah, maka keduanya
lantas saling menyerang lagi.
Lewat lagi sepuluh jurus, Ho kie diam-diam terkejut,
sebab kepandaian ilmu silat pemuda berbaju putih itu
memang benar masih berada diatas kepandaiannya sendiri.
Dan apa yang mengherankan, ialah semua gerak tipu
silatnya mirip dengan ilmu silatnya sendiri, maka sangat
sukar untuk ia menjatuhkan lawannya yang tangguh itu.
Dalam jengkelnya, ia mencoba mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Beberapa kali ia sudah mengganti cara
bersilatnya supaya dapat menundukkan lawannya.
Siapa tahu, pemuda berbaju putih itu sangat licin. Setiap
kali serangan Ho kie hampir mengenakan dirinya, selalu
dapat dielakkan dengan cara yang enak sekali.
Pada suatu ketika, anak muda berbaju putih itu
mendadak telah lompat mundur beberapa tindak sembari
bertanya: "Apakah kau anak murid golongan Hian kui kauw?"
Ho kie tercengang. Ia lantas menghentikan serangannya,
menjawab: "Mungkin kau sendiri ada muridnya Hian kui kauw.
Apakah lantaran tidak mampu merebut kemangan, kau
lantas hendak mencari alasan untuk kabur?"
"Kalau kau bukan anak murid Hian kui kauw, bagimana
kau dapat menggunakan tipu serangan Kin-na-khiu hoat
dalam kitab pelajaran Hian kui pit kip, dengan baik?"
Hati Ho kie curiga, diam-diam ia berpikir:
Bocah ini tinggi sekali ilmu silatnya, bahkan dalam setiap
serangan dia selalu mencoba mengatasi seranganku.
Apakah dia sendiri anak murid golongan Hian kui kauw?"
Begitu mengingat Hian kui kauw, ia lantas ingat
kematian ayahnya, maka rasa gemasnya lantas timbul
seketika itu. Dengan suara keras ia lantas menjawab:
"Aku dengan Hian kui kauw mempunyai permusuhan
yang sangat dalam. Kalau kau murid Hian kui kauw, hari
ini aku akan membunuhmu terlebih dahulu!"
Pemuda berbaju putih itu tidak marah, sebaliknya malah
menunjukkan roman girang.
"Kalau kau bukannya anak murid Hian kui kauw,"
katanya. "Kenapa ilmu silatmu mirip seperti ilmu silat dari
kitab pelajaran Hian kui Pit kip" Kau tentunya mempunyai
hubungan dengan Toan-theng lojin di Lembah Patah Hati."
Ho kie terperanjat. "Kau siapa" Bagaimana kau
mengetahui nama Toan-theng Lojin?"
"Bukan cuma mengetahui saja, aku malah bertetangga
dengan dia, dan tidak cuma sekali saja aku melihat padanya
yang mengenakan pakaiannya yang aneh itu yang kadangkadang
berlari-lari diatas bukit Pek-kut nia..."
Mendadak ia menghela napas perlahan:
"Tetapi.. ia agaknya ketimpa oleh nasib malang, seperti
seorang yang sedang dirundung kedukaan hebat. Kadangkadang
ia menangis seorang diri, bahkan tidak mau
menemui orang, juga tidak mau bicara..."
HO kie semakin heran, sebab kepandaian ilmu silat
Toan-theng lojin itu sangat luar biasa hebatnya. Adatnya
juga sangat aneh. Menurut keterangan Toan-theng lojin
sendiri, ia sembunyi dibukit Pek-kut-nia sudah lebih dari
empat puluh tahun lamanya, sedang anak sekolah berbaju
putih ini, usianya masih belum cukup dua puluh tahun.
Bagaimana ia bisa berada dibukit Pek-kut nia dan cara
bagaimana ia bisa melihat Toan-theng lojin serta dapat
mengetahui semua sifat-sifatnya begitu jelas" Hatinya mulai
tergerak, maka lantas ia menanyakan dengan suara
terputus-putus: "kau... kau siapa?"
"Aku sejak masih kecil sudah berdiam di bukit Pek-kut
nia, terpisah tidak jauh dari tempat tinggalnya Toan-theng
lojin. kau boleh menerka aku ini siapa?"
"Ouw... sekarang kau tahu. Kau pasti murid Cit-cie Sin
hong locianpwe di puncak gunung Sin hong."
Pemuda berbaju putih itu tertawa dan menganggukanggukan
kepalanya. "Benar saja! Dengan demikian, juga berarti kau telah
mengakui bahwa kau adalah muridnya Toan-theng
locianpwe." "Pantas ilmu silatmu hampir setiap jurus dapat merebut
kesempatan lebih dahulu. Gerak tipu silatmu sangat aneh.
Aku benar-benar sangat tolol, sudah melupakan pada Citcie
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sin hong Locianpwe.."
Ho kie lalu angkat tangan memberi hormat, kemudian
berkata pula: "Orang yang tidak mengetahui, tidak boleh dianggap
bersalah. Aku ingin numpang tanya, siapakah nama
saudara yang mulia?"
"Aku orang she Lim, namaku Kheng" Jawab sianak
muda. "Sejak aku masih kecil telah belajar ilmu silat di
puncak gunung Sin Hoa. tentang diri Toan theng
locianpwe, meskipun sudah lama aku mengenalnya, tetapi
aku belum pernah medengar kalau dia ada menerima
murid." Ho kie lalu memberitahukan namanya sendiri, kemudian
sambil menghela napas berkata:
"Ilmu silat ku meskipun dapat pelajaran darinya, tetapi
aku belum mengangkat guru padanya. Aku berdiam disana
dengan dia hanya satu bulan saja..."
"Aku benar-benar telah kesalahan mengira kau murid
golongan Hian-kui kauw. Sekarang sudah terang,
sebetulnya kita masih terhitung orang-orang sendiir. Tetapi
entah apa sebabnya saudara Ho meninggalkan lembah
seorang diri" Ada urusan penting apa yang hendak
dilakukan?" Ho kie lalu menceritakan hal ikhwalya Toan-theng lojin,
yang kin telah muncul lagi didunia kang ouw. dan sudah 3
tahun belum kembali. Karena ia merasa kuatir atas dirinya,
maka lantas keluar lembah untuk menyelidiki dimana
adanya orang tua yang bernasib malang itu.
Lim Kheng lalu berkata: "Sekarang Hian-kui kauw sangat menonjol didunia
rimba persilatan." kata Lim Kheng.
"Mereka ingin menjagoi dunia persilatan. Toan-theng
lojin karena urusan Hian kui kauw telah meninggalkan
lembah, mengapa saudara Ho tidak langsung menuju
kesarangnya Hian kui kauw untuk mencari kabar?"
"Aku sebenarnya juga ada itu maksud. tapi karena
Toanotheng lojin waktuk pergi telah meninggalkan pesan,
sebelum pelajaran ilmu silatku mahir, tidak boleh
sembarangan masuk kesarangnya Hian-kui kauw untuk
mencari setori, maka sehinggal saat ini aku masih merasa
bimbang." "Apasih kepandaian Hian kui kauw yang bisa
dibanggakan" Kalau saudara Ho tidak keberatan, aku
mesipun seorang yang tidak berguna, juga ingin memberi
sedikit bantuan tenaga kepada saudara Ho untuk
mengadakan penyelidikan."
Sudah tentu Ho kie tidak keberatan atas tawaran
tersebut. Saat itu ia mendadak ingat kejadian aneh yang tadi
malam telah dialami di Cit-lie kang, dimana ada seorang
pemuda lain yang mengenakan pakaian serupa dengan Lim
Kheng. Lim Kheng yang diberitahukan hal itu lantas menjadi
gusar. "Manusia siapa yang tidak tahu malu begitu rupa, beraniberani
menyaru pakaian lain orang" mari kita pergi cari lagi
dimana adanya bocah itu sekarang?"
"Aku lihat pemuda itu ilmu silatnya sangat luar biasa.
kepandaiannya tidak dibawah aku dan kau, apakah dia
mungkin..."Ho kie berkata.
"Tidak perlu kita menduga-duga, mari kita lekas cari,
jangan sampai dia kabur" memotong Lim Kheng, yang
lantas gerakkan kakinya dan sebentar saja sudah berada
kira-kira tiga tombak jauhnya.
Ho kie terpaksa mengikuti, hingga dua orang itu berlarilarian
dijalanan yang sunyi itu. Sebentar saja mereka sudha
meninggalkan bukit. Sedang enak-enaknya mereka berlari-larian, tiba-tida
mendengar suara beradunya senjata tajam.
Lim Kheng lalu hentikan tindakannya, ia berpaling dan
berkata kepada kawannya: "Saudara Ho, disana ada orang mari kita pergi lihat!"
"Baiklah..!" Baru saja ucapan itu keluar dari mulutnya, Lim Kheng
sudah lompat melesat keatas bukit.
Dari atas bukit kecil itu mereka dapat lihat seorang taoto
dengan wajahnya yang keren, sedang memutar senjata
Siantung(tongkat) bertempur dengan seorang laki-laki tua
yang kurus kering. Taoto itu badannya tinggi besar, dandannya cukup
mewah. Di pinggangnya maish ada membawa sebilah golok
Kayto yang sangat berat tampaknya. Putaran tongkatnya itu
mengeluarkan sambaran angin yang sangat hebat
mengurung dirinya siorang tua, mulutnya tidak berhentihentinya
membentak-bentak.: "Anjing, apakah kau sudah buat" berani menggerayangi
kanto aku?" Laki-laki kurus kering itu juga tidak mau mengalah
mentah-mentah. ia balas memaki:
"Kaulah yang buat. Toaya mu disini banyak uang,
dirumah ada mempunyai 4 orang istri, masakan
memerlukan uang segala kurcaci seperti kau ini?"
"Anjing tua, kau masih berani mungkir?" bentak pula si
taoto sambil ayun tongkatnya yang berat menyerang
lawannya. Orang tua itu mengerakan badannya, seolah-olah belut
nyelusup dari bawah ketiaknya Taoto, kemudian dengan
sebat sekali tangannya menyambar gagang golok si Taoto
yang menyelip dipingganya. Sebenar saja golok itu sudah
berada ditangannya si orang tua.
Taoto itu terperanjat, sambil mundur beberapa tindak ia
lantas berkata: "tidak nyana aku Sam Ciok To oh solah mata, Anjing
tua, beritahukan namamu."
Orang tua itu mengurut-urut jenggotnya yang seperti
jenggot kambing, sambil ketawa cengar dengir menjawab,
"aku adalah cukongmu, perlu apa harus memberitahukan
nama?" Taoto itu semakin mendongkol, "Aku tahu kau tentunya
orang yang diminta bantuan tenaga oleh orang Hoa-sanpay.
kalau kau mempunyai kepandaian kau boleh pergi ke
Ngo-ku cio. Orang tua seperti kau yang bisanya cuma
melakukan perbuatan mencuri, merampas, apa kau tidak
takut membikin rusak nama Hoa-san pay salah satu partai
terbesar dari 9 partai besar dirimba persilatan?"
"Kalau Hoa-san pay medapat malu ada hubungan apa
dengan aku si orang tua?"
Taoto itu merasa dirinya digoda, kegusarannya semakin
memuncak, maka ia lantas menyerang dengan cepat sambil
membentak keras: "Anjing tua! Kau cari mampus?"
Kali ini orang tua itu tidak menyingkir atau berkelit,
sebaliknya malah menyambut serangan lawannya dengan
goloknya: Setelah terdengar suara beradunya senjata. masingmasing
lantas mundur tiga tindak. Orang tua itu memeriksa
senjatanya, ternyat pada senjatanya itu telah kedapatan
sedikit kerusakan, maka wajahnya lantas berubah seketika.
Ia lantas melemparkan goloknya sambil mendumel: "Aku
kira golok pusaka, tak tahunya golok rongsokan."
Taoto itu yang melihat goloknya rusak, hatinya merasa
duka, sambil kertak gigi, ia memaki-maki.
"akau aku tidak mampu membikin hancur kepalamu,
benar-benar aku tidak puas."
Kembali ia memutar tongkatnya menyerang orang tua
itu. Si orang tua melompat tinggi mundur satu tombak lebih,
kemudian lari kabur keatas bukit, sambil sebentar-sebentar
menolej dan mengejek taoto.
"Hai taoto, kalau berani, kau boleh naik kemari."
Si taoto memungut goloknya sambil berseru keras ia
mengejar keatas bukit. Ho kie yang menyaksiakn kejadian itu sudah ingin
Pendekar Jembel 14 Pendekar Mabuk 123 Pengawal Pilihan Tangan Hitam Elang Perak 3