Pencarian

Lembah Patah Hati 2

Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung Bagian 2


bertindakk, tetapi telah dicegah oleh Lim Kheng.
Orang tua itu dengan cepat telah berada dibelakang Ho
kie, dengan perlahan ia mendorong tubuh anak muda itu
sambil berkata: "Saudara kecil, tolong bantu aku. Taoto itu bukan orang
baik-baik." Ho kie belum menjawab, orang tua itu sudah melesat
kebelakang Lim Kheng dan berkata dengan suara cemas.
"Kongcuya, Hweesio itu hendak membunuh orang. Apa
kalian tidak mau menolong aku?"
Lim Kheng agaknya merasa kurang senang. selagi ia
hendak menjawab orang tua itu tiba-tiba ketawa dan lantas
mundur tiga tindak. Gerakannya geist sekali, sebentar saja ia sudah melesat
sejauh sepuluh tombak lebih. Lapat-lapat masih terdengar
suara ketawanya dan nyanyiannya.
"Ngo-kui-Khio, Ngo-kui-Khio segalamacam orang
berkumpul disitu, masing-masing saling berebut, tetapi apa
yang didapat" semua hampa belaka..."
Suaranya itu kedengarannya makin lama semakin jauh,
dan perkataannya yang terakhir itu kedengarannya sudah
tidak nyata lagi. Ho kie karena melihat si taoto itu terus mengejar, maka
setelah berpikir sejenak, ia lalu berkata:
"Lim heng, ditempat yang disebut Ngo-Kui-Khio itu
tentu akan terjadi apa-apa, mari kita juga pergi kesana, kau
pikir bagaimana?" "Tidak! kita cari dulu itu manusia yang tidak tahu
malu..!" Tetapi pikirannya mendadak tergerak, buru-buru ia
merogoh sakunya. Sebentar wajahnya berubah dan lantas
berseru: "Aaa... benar-benar dia!"
"Lim-heng, kau katakan siapa?"
"Jalan..! mari kita ke Ngo kui Khio. Bangsat tua itu
sungguh jahat...." "Siapa" siapa yang kau maksudkan dengan Bangsat tua?"
"Coba kau raba sakumu, Apa barangmu masih ada?"
Ho kie meraba-raba sakunya, seketika ia lantas melongo,
"Celaka !! uangku sudah tidak ada lagi."
"Demikian juga dengan kau. Sudah dicuri oleh sibangsat
tua tadi." "Apakah itu perbuatannya orang tua tadi?"
"Mengapa tidak" Dia adalah sicopet sakti yang terkenal
dikalangan golongan hitam. si taoto tadi sudah memakimaki
dengan nyata, dan toh sekarang kita masih kena
diingusi." "kalau begitu, kita jangan buang-buang tempo lagi, mark
lekas kejar." "Tidak apa! Dia pasti ke Ngo-kui-khio! kita juga kesana
saja." Keduanya lalu meninggalkan bukit itu dengan mengikuti
jejak orang tua tadi mereka dengan cepat mengejar.
Setelah berjalan kira-kira enam atau tujuh lie jauhnya,
jalanan sudah sepi, tidak kelihatan bayangan seorang pun
juga. -oo0dw0oo- Jilid 3 HO KIE lalu merasa kurang enak, maka lalu bertanya
"Lim-heng, kemana kita harus mencari Ngo-kui-Khio?"
"Tempat yang disebut Ngo-kui Khio itu rasanya tentu
ada suatu tempat yang ditanami lima batang pohon Kui.
mari lekas kita kejar. Kita coba lihat-lihat keadaan
disekitarnya." Masing-masing lalu mengeluarkan kepandaian lari
melesatnya, maka sebentar saja mereka sudah melalui lima
atau enam lie. Makin lama keadaan makin sunyi. Disepanjang jalan,
yang dapat dilihatnya lapangan yang luas tidak kelihatan
sebuah rumahpun juga. Mendadak Ho kie mengehentikan gerakan kakinya,
sambil menuding ke tempat tinggal sejauh kira-kira sepuluh
tombak ia berkata: "Coba kita berada ditempat yang agak tinggi itu, nanti
kita mencari daya upaya lagi."
Lim Kheng mengangguk, keduanya lantas menuju
ketempat yang ditunjukkan oleh Ho kie.
Di sebelah barat, sejarak kira-kira lima lie dari tempat
mereka berdiri itu, kedapatan suatu lapangan yang luas.
Disitu terdapat suatu bangunan, semacam perkampungan.
Dipingirnya bangunan itu terlihat berdiri lima batang
pohon Kui yang teratur rapi. Ho kie lantas berkata dengan
giran "Lim-heng, kau lihat" Apa itu bukan tempat yang dsebut
Ngo-Kui-khio?" sehabis berakta lantas ia lari menuju ke tempat tersebut.
Ketika mereka tiba didepan perkampungan itu, keduaduanya
lantas terperanjat. Mereka lantas menghentikan tindakan kaki mereka
dengan perasaan terheran-heran.
Karena tempat itu sangat sunyi. Tidak ada suara
manusia maupun binatang. Ditanah lapang kosong
kelihatan beberapa puluh bangkai manusia yang telah mati
menggeletak dalam keadaan yang tidak utuh tubuhnya.
Dimana-manadarah berhamburam. Senjata-senjata
berserakan ditanah. Terang bahwa ditempat tersebut belum
lama berselang sudah terjadi suatu pertempuran yang sangat
hebat. sehingga telah meminta korban yang begitu banyak.
Orang-orang itu kesemuanya adaah orang-orang dari
dunia Kangouw. Tetapi sekrang mereka sudah rebah
bergelimpangan dengan tidak bernyawa. Siapakah mereka
itu" Mengapa mereka bertempur ditanah lapang ini" Sudah
berapa lama mereka binasa"
Lim Kheng mengawasi keadaan disekitarnya sejenak,
lalu berkata dengan menghela napas.
"ah! kita terlambat sedetik saja!"
"Tempat ini sungguh aneh, Apakah orang-orang didalam
rumah binasa semuanya?"
Mendadak angin dingin meniup, sehingga badan Ho kie
mengigil. "Lim-heng, mari kita masuk untuk melihat-lihat" kata Ho
kie dengan perlahan. Lim Kheng mengawasi keadaan kampung sejenak lantas
menyahut sambil angguk-anggukkan kepala:
"Baiklah! sebaiknya kau ikuti aku saja, kita jangan
bertindak sembarangan."
Ho kie merasa tersinggung, Pikirnya, Apa kau kira aku
ini lebih rendah darimu" Tetapi selagi ia hendak menjawab,
ia telah menyaksikan sorot mata yang halus dari mata Lim
Kheng yang sedang menatap wajahnya...
Hati Ho kie lantas berdebaran, dengan tidak terasa lantas
tundukkna kepalanya dan menjawab:
"Baiklah! silahkan Lim-heng jalan lebih dulu!"
Lim Kheng anggukkan kepala sambil tersenyum,
kemudian dengan gerakan gesit ia lompat melesat melalui
lapangan dan telah berdiri didepan pintu perkampungan.
Ho kie sangat kagum menyaksikan kepandaian
meringankan tubuh Lim Kheng, kemudian dia juga
bergerak menyusul padanya.
Pintu itu tertutup dari sebelah dalam, tetapi keadaan
dalam sangat sunyi, sedikitpun tidak kedengaran suara
manusia. Seluruh perkarangan seperti tempat kuburan yang
luas, tidak mirip dengan tempat kediaman manusia.
Lim Kheng mengulur tangan kirinya, dengan perlahan
ditempelkan keatas pintu sambil mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya. Mendadak telapak tangannya digerakkan, setelah
mendengar barang patah, tulak pintu yang berada disebelah
dalam ternyata sudah dibikin patah. Lim Kheng lalu
menoleh dan tersenyum pada Ho kie, pintu lantas
dipentang dan orangnya lantas melompat masuk.
APA yang terlihat didalamnya" Sungguh merupakan
pemandangan yang mengejutkan. Karena didekat pintu
masuk ada berdiri tiga laki-laki berbadan tegap dengan
masing-masing tangan membawa golok atau pedang, telah
berdiri tegak tanpa bergerak.
Ho Kie lalu menegur dengan suara perlahan :
"Sahabat........"
"Sttttt.........." Lim Kheng dengan telunjuk jarinya
ditempelkan pada bibirnya memberi isyarat supaya Ho Kie
tidak mengeluarkan suara.
Hening sejenak. Heran, ketiga orang itu tidak
menunjukkan gerakan apa-apa dan kelihatannya mereka
sekarang berdiri seperti patung.
Lim Kheng lalu ketawa seorang diri, kemudian berkata
pada Ho kie. "Saudara Ho, coba kau periksa, apa sebabnya mereka
tidak dapat bergerak?"
Ho kie lalu memeriksa hidung ketiga orang itu, lantas
berseru kaget: "Aaaaa, kiranya mereka sudah binasa semuanya."
"Kalau merek bukan karena sudah binasa, bagaimana
mereka mau membiarkan kita masuk begitu saja?" kata Lim
Kheng sambil tertawa. "Lim-heng sungguh cerdik! Mengaap aku tidak
memikirkan soal itu sehinggal hampir saja kena tertipu."
Lim Kheng lalu mulai masuk kedalam untuk memeriksa
rumah itu. Disitu ternyata ada satu ruangan yang luas dikanan
kirinya berdiri banyak kursi, dikedua sisinya ada pintu yang
menghubungi ruangan luar dengan ruangan dalam.
Kursi dan lantainya kelihatan sangat bersih. Terang
bahwa ruangan itu sudah pernah ditinggali orang belum
lama berselang. Lim Kheng berpikir sejenak lalu berkata dengan
perlahan. "Kalau dugaanku tidak keliru, disini pasti sudah terjadi
peristiwa hebat. Musuh kuat sudah masuk kedalam. ketiga
orang tadi tentunya hendak keluar untuk mengadakan
pemeriksaan, tidak dinyana, sebelum membuka pintu.
mereka sudha kena ditotok oleh tangan jahat dari
musuhnya sehingga mereka binasa semua."
"Dugaan Lim-heng memang ada beralasan. Sudah terang
kalau disini pernah didatangi oleh musuh yang kuat.
Dilapangan tadi terdapat banyak orang yang sudah binasa,
dalam rumah ini sekarang mungkin sudah tidak ada
manusianya lagi yang hidup yang dapat kita mintakan
keterangan" "Ini masih susah dikatakan. Menurut dugaanku, bangsat
tua dan taoto tadi, pasti ada hubungannya dengan peristiwa
berdarah ini. Tetapi mereka toh hanya lebih dulu sedetik
dari kita, sesudah menyaksiakn pemandangan ini, kemana
pula mereka pergi?" kata Lim Kheng sambil
menganggukkan kepalanya dan lalu mengadakan
pemeriksaan yang teliti pada dirinya ketiga orang yang
sudah binasa tadi. Mendadak ia berkata dengan suara kaget:
"Eeeiii Apa ini bukannya perbuatan orang-orang dari
Hian kui kauw?" Ketika mendengar disebutnya nama Hian kui kauw,
semangat Ho kie lantas terbangun.
"Bagaimana Lim kheng bisa tahu kalau itu adalah
perbuatan orang-orang Hian-kui kauw?" ia bertanya pada
lim kheng. "Coba kau lihat dibadannya orang-orang itu. Bukankah
ada tanda matang biru bekas telapakan tangan, yang kini
sudah mulai menyenyah?" Lim kheng sambil menunjuk
pada salah satu mayat. Ho kie lantas membuka baju mayat yang diunjuk, benar
saja digegernya orang itu ada tanda telapak tangan yang
mengandung darah hitam yang pada saat itu sudah mulai
menyenyah. Ia bercekat dan berseru: "Benar saja! orang ini binasa karena serangan ilmu Husie
biat kut ciang dari golongan Hian-kui kauw."
"Orang yang melakukan serangna ini masih belum cukup
hebat kekuatan tenagnya. Jikalau yang melakukan
Kauwcunya sendiri, Cian-tok lo mo, serangannya dapat
menembusi badan sehingga isi dada hancur semua,
dadanya juga menyenyeh dan sebentar saja akan menjadi
darah hitam." Mendadak Ho kie mengingat kembali akan kematian
ayahnya ditangan Bo Pin, dan Bo Pin ini yang
kedudukannya semacam algojo dari Hian-Kui Kauw,
sepantasnya mempunyai kekuatan yang cukup tinggi. Kalau
begitu, kematian ayahnya juga tentunya menggenaskan
seperti orang-orang ini. Perasaan gemas dan gusar lalu
timbul diotaknya, sambil kertak gigi ia berkata kepada
kawannya: "Lim-heng,kalau benar dalam peristiwa ini adalah
perbuatan orang-orang Hian-kui kauw. kita tidak boleh
berpeluk tangan saja."
"Ini sudah tentu! Kita yang sudah menyaksikan dengan
mata kepala sendiri, biar bagaimana harus menyelidiki
sampai kedasar-dasarnya."
Sehabis berkata demikian, ia lalu pentang kipasnya untuk
melindungi dadanya, kemudian ia melesat kedepat pintu
disebelah kiri lalu menoleh dah berkata kepada kawannya.
"Saudara Ho, kita masing-masing memasuki satu pintu,
kita lihat didalmnya ada terjadi apa lagi yang aneh"
Ho kie yang menyaksikan ketawa kawannya, tiba-tiba
hatinya berdebaran. Diotaknya lantas terbayang gerakgeriknya
yang mengarahkan dari tingkah laku seorang
wanita. Mungkinkah kawannya ini adalah seorang wanita
yang menyaru menjadi seorang pria"
Selagi Ho Kie bepikir demikian Lim Kheng sudah masuk
jauh kedalam maka ia terpaksa masuk kelain pintu.
Dari pintu yang dimasuki Ho kie terdapat jalan yang
lurus, dipinggir jalan ada tanaman rumput dan bunga-bunga
yang lebat.

Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho kie memasang telinganya, sedikit suara pun tidak
kedengaran, maka ia terus masuk kedalam salah satu kamar
yang ada disitu. Dengan sangat hati-hati sekali, Ho kie mengadakan
penyelidikan, ia mendapat perasaan bahwa keadaan
ditempat itu sangat seram. Kecuali suatu angin yang
membuat daun pintu dan jendela bergoyang, seluruh tempat
disekitarnya sangat sunyi.
Tidak lama kemudian, ia sudah dapat melalui tiga buah
bangunan rumah, tetapi tetap ia belum berhasil menemukan
bayangan seorangpun juga.
Setelah berjalan kesana kemari, ia tiba disebuah ruangan
kecil yang indah pemandangan dari kamarnya.
Dalam kamar itu terdapat dua buah lemari buku, sebuah
meja besar, didinding ada banyak gambar-gambar dan
tulisan-tulisan orang terkenal, sehingga Ho kie dapat
menduga bahwa kamar itu adalah kamar bagi tuan rumah.
Selagi ia hendak keluar berlalu, tiba-tiba melihat sehelai
kertas tulis diatas meja yang masih ada bekas tanda belum
lama orang menulisnya. Karena merasa tertarik, ia lantas memeriksa tulisan
tersebut. ternyata tulisan itu adalah surat yang belum selesai
ditulis semuanya. Karena sepasang mata Ho Kie dapat melihat dalam
keadaan gelap dengan tidak usah menggunakan penerangan
apa-apa, maka ia dapat membaca bunyi surat itu dengan
berbunyi demikian. "Rahasia tentang Kalajengking emas sudah terbuka.
Musuh-musuh yang kuat sekarang sedang mengepung,
sehingga sukar untuk bertindak barang sedikitpun juga. Hal
ini harap supaya lekas disampaikan kepada Ciang-bun-jiu
supaya segera mengutus...."
Surat itu masih belum selesai ditulis semuanya, maka ia
tidak mengetahui surat itu ditujukan pada siapa. Barangkali
orang yang menulis surat itu sudah berlalu dengan sangat
tergesa-gesa dan tidak akan kembali lagi, maka surat itu
ditinggalkan begitu saja diatas meja.
Tetapi siapakah orangnya yang menulis surat itu, Benda
apakah yang dimaksudkan dengan Kalajengking emas itu"
Apakah orang itu juga sudah binasa ditangan musuhnya"
Rupa-rupanya dugaan timbul dalam otaknya Ho Kie, ia
menduga bahwa Kalajengking mas itu adalah sebuah benda
pusaka yang sangat berharga yang sudah didapatkan oleh
majikan dari rumah gedung ini.
Semula tentunya benda itu ingin diberikan kepada Ciang
bun jiu partainya, tetapi kemudian telah diketahui oleh
orang lain yang timbul maksudnya hendak merampas
benda tersebut, maka ia lantas meninggalkan surat untuk
minta bantuan .... Kalau dugaannya itu tidak salah. Cungcu dari
perkampungan ini tentunya juga adalah orang dari rimba
persilatan. Ho Kie masukkan surat itu kedalam sakunya, lalu
memandang keadaan diatas meja. Diujung kanan meja ada
terdapat sebuah kotak kecil. Ketika ia coba mengangkat,
ternyata sangat berat. Ia kelihatan bersangsi. Menurut pantas, barang yang ada didalam peti, sudah
tentu kepunyaan orang lain yang tidak seharusnya dibuka
sembarangan. Tetapi karena disini sekarang tidak ada
seoraug manusiapun yang masih bernyawa, suatu perasaan
ingin tahu mendorong padanya untuk membuka kotak itu.
Tepat pada saat itu, dibelakangnya seperti terdengar
suara orang ketawa dingin.
Ho Kie terperanjat. Ia cepat-cepat memutar tubuhnya
dan siap menghadapi segala kemungkinan.
Diluar pintu kamar tampak seperti ada berkelebat
bayangan hitam yang telah menghilang dengan cepat.
cepat2 ia meletakkan kotak itu diatas meja, segera ia
lompat melesat untuk memburu kaarah bayangan tersebut.
Tetapi diluar kamar ternyata sudah kosong melompong,
tidak kelihatan bayangan seorang pun juga.
Diam-diam Ho Kie merasa kaget. Karena suara tadi
memang benar adalah suara orang, tidak disangkanya
bahwa gerak geriknya sendiri sudah dalam pengintaian
orang. Kalau orang itu adalah orang-orangnya Hian-kui kauw,
pasti ia akan hajar mampus, maka ia sengaja ketawa dingin
juga lalu berkata : "Hai, kawanan tikus. Perlu apa main sembunyisembunyi"
Kalau betul berani, lekas kau unjukkan diri !"
Tetapi biar bagaimanapun ia sudah mengejek, tetap tidak
ada orang yang menjawab. Ia lalu balik lagi kedalam kamar
dan hendak membuka kotak itu untuk melihat apa isinya.
Rupa-rupa pikiran telah mengaduk dalam otak Ho Kie.
Hampir semua benda yang sangat berharga itu diingininya.
Tetapi akhirnya pikiran sehat dapat menindas semua
perasaan serakahnya, ia lantas membungkus barang2
berharga itu dengan sehelai kain dan diletakkan kembali
ditempat asalnya. Ia mengerahkan kekuatannya dengan sekali tepok saja ia
sudah dapat menghancurkan kotak itu.
Apa yang dilihatnya" Ho Kie kesima, kiranya isi kotak
itu adalah mutiara, berlian, emas dan batu giok yang sangat
berharga. Ia menghela napas dalam-dalam, sesaat lamanya ia
hampir-hampir tidak mau melepaskan barang2 berharga itu.
Dalam hatinya berpikir, bahwa keadaan dirinya sendiri dan
Lim Kheng berdua, pada saat itu sudah tidak mempunyai
uang barang sepeser dan emas beserta barang permata itu
justru sangat dibutuhkan oleh mereka untuk ongkos dalam
perjalanan. Apa lagi jika benar Lim Kheng adalah seorang
wanita yang sedang menyaru, batu batu giok ini pasti
disukainya" Benda-benda ini mungkin sudah tidak ada pemiliknya
lagi. Bukankah sangat sayang kalau diletakkan didalam
rumah kosong........"
Diantara barang-barang berharga itu ia telah menemukan
dua buah kunci kecil yang terbuat dari emas murni. Kuncikunci
itu sangat halus buatannya, mungkin bukan barang
perhiasan biasa, ia lalu mengantongi kedua buah kunci itu
kemudian keluar dari dalam kamar itu.
Karena disitu ia sudah membuang banyak waktu, ia
kuatirkan kalau kawannya, Lim Kheng mendapat bahaya,
maka dengan tidak banyak pikir lagi ia lantas cepat melesat
ke-atas genteng. Ia melihat dirumah paling belakang ada berkelebat sinar
terang, tetapi ketika ia memasang telinganya, kembali ia
sudah tidak ragu-ragu ia lantas lompat melesat kebagian
rumah yang ada berkelebat sinar terang tadi.
Dengan sangat hati hati ia memeriksa keadaan rumah
tersebut, ternyata rumah itu di bangun diatas sebuah bukit
kecil yang terpisah agak jauh dari pada rumah rumah yang
terdapat dibagian depan. Ia berdiri ditengah tengah,
terpisah oleh sebuah lapangan yang seluas sepuluh tumbak
lebih, sehingga bangunan tersebut kelihatannya mencil
sendirian. Karena Ho Kie ada seorang yang berkepandaian tinggi
dan bernyali besar, maka ketika ia melihat bahwa pintu
rumah itu tidak terpalang, ia lantas mendorong dengantangan
kanannya. Setelah berada didalam rumah, baru
diketahuinya bahwa keadaan di dalam situ ternyata banyak
berlainan dengan yang sudah-sudah ia masuki,
ternyata rumah itu sangat sederhana. Di dalamnya tidak
terdapat perlengkapan perabot apa-apa, hanya dibagian
yang berdekatan dengan bukit, ada sebuah bangunan
berupa kuburan besar yang terbuat dari batu pualam.
ooo0dw0ooo HO KIE TERPERANJAT. Ia heran, mengapa kuburan bisa terdapat didalam
rumah" Kalau mau dikatakan bahwa tempat itu digunakan
untuk tempat abu leluhur, tidak perlu dibuat berbentuk
semacam kuburan. Apa lagi seluruh rumah itu, kecuali
sebuah bangunan berupa kuburan, sudah tidak ada lagi
tempat abu yang lain-lainnya.
Ia menduga bahwa batu kuburan itu pasti mengandung
rahasia, maka dengan sikap yang hati-hati sekali ia maju
mendekati. Didepan batu kuburan itu berdiri sebuah batu kecil yang
bertulisan sudah tidak kelihatan lagi apa dan bagaimana
bunyinya. Ho Kie memeriksa mengitari kuburan tersebut, Tetapi
tetap ia tidak mendapatkan apa-apanya yang aneh.
Selagi berada dalam keragu-raguan, tiba2 kedengaran
lapat-lapat suara tindakan kaki orang.
Ia terkejut, buru2 bersembunyi dibelakang kuburan.
Sebentar kemudian, dari luar pintu telah muncul seorang
jangkung dan seorang cebol.
Ho Kie yang mengintai dari belakang kuburan telah
mengenali orang yang jangkung itu adalah padri buas yang
menyebut dirinya Sam-ciok Taoto, sedangkan yang cebol
berpakaian hijau berusia kira-kira 40 tahun.
Taoto itu tidak kelihatan membawa tongkatnya.
Ditangannya hanya memegang sebilah golok, matanya
memandang buas dan sikapnya sangat keren. Sedangkan
kawannya sangat aneh bentuknya, badannya dibagian atas
tidak berbeda dengan badan orang biasa umumnya tetapi
kedua kakinya amat pendek, sehingga kelihatan seperti
anak-anak yang masih belum dewasa.
Begitu masuk, Taoto itu lantas bertanya dengan suara
rendah : "Shao-heng, kau kira apa kita tidak datang terlambat"
Dalam kuburan ini apa tidak ada orang lain yang sudah
masuk lebih dahulu?"
Si Cebol memandang sepasang matanya yang tajam lalu
menyahut sambil anggukkan kepalanya :
"Tidak salah! Kelihatannya seperti sudah ada orang lain
yang masuk lebih dahulu. Barang itu masih ada atau tidak,
susah dikatakan." "Ini semua gara3 simaling tua yang mau mampus itu.
Kalau dia tidak mencuri uang dan senjata rahasia kita,
bagaimana aku bisa terlambat sampai sekarang baru
menemui kau?" "Aku sudah tahu bahwa kau kalau melihat arak lantas
lupa daratan. maka begitu mendengar beritanya tentang
siorang tua she Lo itu, aku lantas memanggil kau kemari
dan memesan wanti-wanti jangan sampai kau minum
arak.., Kau tahu, selama beberapa hari ini berapa cemas
hatiku, disuatu pihak aku harus melayani Lo su ie. jangan
sampai dia mengabarkan kepada Hoa-san. dilain pihak aku
harus berhati-hati terhadap orang-orangnya Hian kui-kauw,
jangan sampai mereka menganggap aku ini berkomplot
dengan orang she Lo itu dan mereka turun tangan lebih
dulu kepadaku....Akh! Sekarang ini kukatakan semuanya
juga sudah tidak ada gunanya. Mudah-mudahan usaha kita
tidak didahului oleh lain orang, sehingga benda pusaka itu
dibawa kabur." "Shao heng, kau sudah mengetahui benar jalan masuk
kedalam kuburan ini" Apa kau pikir tidak bisa salah?"
"Kalau kau takut akan terjebak, kau tunggu saja, aku
diatas jangan turut masuk."
"Mana bisa begitu! Kita merupakan sahabat-sahabat dari
banyak tahun. Senang dan susah kita rasakan bersama-sama
bagaimana aku tidak mau ikut masuk?"
Si cebol ketawa dingin, dengan tindakan lebar ia berjalan
kedepan kuburan. Dengan kedua tangannya ia mengangkat
batu kuburan, Ia coba goyang sampai dua kali, mendadak
wajahnya berubah. Si cebol tegang sendiri sikapnya, ia memutar-mutar batu
itu kekanan dan kekiri, mendadak memaki sendiri :
"Kurang ajar! Sungguh aneh. Rasanya benar2 seperti
sudah ada orang yang masuk kedalam batu kuburan ini,
mari kita lekas sedikit"
Pada saat itu, dari dalam kuburan mendadak telah
terdengar suara keresekan.
Mata si cebol membelalak "Cilaka" ia berseru dengan
suara perlahan. Setelah berseru, dengan cepat ia lalu lompat mundur
kesampingnya si Taoto. Keduanya lalu sama-sama lompat
melesat keatas penglari rumah.
Ho Kie yang menyaksikan kegesitan si Taoto dan sicebol
diam-diam merasa gusar. Sebentar kemudian suara tadi kedengarannya semakin
nyaring. Batu kuburan itu perlahan-lahan menjeblak
kebelakang, disitu lantas kelihatan sebuah pintu goa. Tidak
lama kemudian, dari dalam goa itu lantas kelihatan
munculnya seorang ,tinggi kurus berpakaian hitam yang
berjalan sempoyongan. Orang itu sekujur badannya penuh darah, rambutnya
kusut, wajahnya mesum, pada pakaiannya dibadannya
terdapat beberapa bagian yang pecah. Ia membawa sebilah
golok Kui taoto terang ia sedang menderita luka-luka.
Baru berjalan kira-kira 5 tindak, mendadak ia muntahkan
darah segar. Tapi ia masih kuatkan dirinya dengan golok
untuk menunjang tubuh jangan sampai rubuh.
Setelah mengaso sejenak, lalu memesut darah
dimulutnya, kembali ia berjalan hendak keluar pintu,
Mendadak si cebol dan si Taoto melayang turun dan
menghadang didepannya. Orang itu terkejut, buru-buru angkat goloknya untuk
melindungi dadanya, lalu mundur dua tindak,
"Ko hiocu, aku yang rendah adalah Shao Cu Bung, apa
kau sudah tidak kenal aku lagi ?" si cebol berkata.
Orang itu memandang dengan mata yang layu, setelah
mengeluarkan seruan kaget, lantas turunkan goloknya dan
berkata sambil tertawa getir :
"Kiranya Shao Losu, kau.... kau kenapa juga datang
kemari ?" Si cebol dengan tajam mengawasi orang itu, tidak
menjawab pertanyaannya, sebaliknya balas bertanya:


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ko hiocu baru keluar dari dalam kuburan ini, kiranya
Ko tancu juga sudah datang sendiri, apa sekarang masih
berada didalam?" Orang she Ko itu berdiam sejenak, lantas menjawab
sambil menganggukkan kepala;
"Dengan terus terang, tancu sekarang ini sedang
terkurung dibawah tanah, dia suruh aku melarikan diri
untuk meminta bala bantuan Hoa-san-pay ada mempunyai
beberapa orang kuat yang melindungi, fihak kita sudah ada
4 atau 5 orang yang binasa."
"Apa benar" Kalau begitu kita harus lekas masuk
kedalam lobang untuk membantu Li tancu!"
"Kalau Shao losu mau berbuat demikian, kita Hiau-kuikauw
pasti akan mengucapkan banyak terima kasih kepada
Shao losu di kemudian hari pasti akan membalas budimu
ini." "Tak usah kuatir. Ko hiocu boleh lekas minta bala
bantuan, disini ada aku si orang she Shao yang akan
membantu Li Tancu, tidak nanti meleset!"
Orang she Ko itu tampaknya merasa sangat berterima
kasih atas bantuan kedua orang itu, dengan tanpa curiga
apa-apa, ia lantas memberi hormat sambil angkat
tangannya, kemudian melanjutkan perjalanannya dengan
sempoyongan. Si cebol terus mengawasi, setelah orang itu berjalan kirakira
5 tindak, sicebol tiba-tiba menyerang dan tepat
mengenakan gegernya orang she Ko itu, hingga tengkurap
ditanah dan binasa seketika,
Ho Kie yang menyaksikan kejadian itu, hatinya merasa
bergidik. Dalam hati berpikir orang she Ko itu meski
seorang dari Hian-kui-kauw yang sudah sepantasnya
mendapat bagian karena dosa-dosanja, tapi sicebol juga
agaknja terlalu telengas, terang dia bukan bangsa baik-baik.
Si cebol setelah membinasakan orang she Ko itu lalu
berkata kepada sitaoto: "Hun tancu dari Hian-kui-kauw Lie Hui Hauw, sekarang
sedang berada didalam lobang kuburan. Orang itu
mempunyai kekuatan tenaga pemberian alam yang luar
biasa. Sekarang ternyata dia telah terkurung, dari partay
Hoa-san-pay pasti ada datang orang-arang yang
berkepandaian sangat tinggi. Kita sebaiknya menggunakan
kesempatan kedua pihak itu bertarung mati-matian lekaslekas
turun tangan, kalau terlambat nanti tidak keburu lagi!"
Taoto itu menganggukkan kepala sebagai tanda
menyetujui usul kawannya, ia buru-buru membuka kantong
senjata rahasianya dari badan Ko hiocu yang sudah jadi
bangkai, lalu diikatkan pada pinggangnya sendiri.
Berjalan belum beberapa tindak, si taoto mendadak
berhenti dan bertanya: "Ya, kau tadi mengatakan orang tua kurus kecil yang
mencuri uang dan senjata rahasiamu, apakah bukan
seorang tua yang mempunyai jenggot seperti kambing dan
matanya sebelah kiri agak kurang leluasa kalau berkedip?"
"Benar, dia memang mempunyai jenggot seperti
kambing, Tapi bagaimana keadaan matanya kurang jelas...
" "Kalau begitu pasti itu pencuri ulung si Auw-yang Khia,
yang namanya sangat kesohor dalam kalangan hitam,
Bangsat tua itu banyak akalnya, kekuatannya juga hebat,
pula merupakan kakek moyangnya pencuri, terhadap kita,
ancamannya tidak lebih kurang dari pada Lie Hui Hauw.
Kita harus lebih berhati-hati terhadapnya."
Bersama si taoto ia lantas mulai masuk ke dalam lobang
kuburan itu. Ho Kie yang melihat pintu rahasia lubang itu tidak
ditutup, ia tidak mau menghilangkan kesempatan sebaik ini,
maka diam2 ia mengikuti dibelakang kedua orang tadi.
Jalanan masuk kedalam lobang itu merupakan suatu
lorong sempit yang berliku-liku. Oleh karena Ho Kie
mengintai segala tindak tanduknya kedua orang tadi, maka
ia sengaja berjalan sangat perlahan dan harus menahan
napas supaya jangan sampai dipergoki.
Lorong itu kira-kira ada dua tombak panjangnya.
Sehabis melalui lorong itu, ada terdapat sebuah kamar batu
yang luas. Ho Kie dengan jalan sembunyi mengawasi
keadaan kamar itu. Begitu melihat, ia menjadi bingung sendirinya, sebab
dalam kamar itu, selain jalanan masuk dari lorong tadi,
ketiga dinding lainnya juga ternyata masih mempunyai
pintu yang berderet deret yang tidak kurang dari tujuh
lubang banyaknya. Karena kedatangannya itu sedikit terlambat, maka ia
sudah tidak dapat melihat si cebol dan si taoto itu tadi
memasuki pintu yang sebelah mana.
Ini membuat ia bingung sendiri, Ia berdiri ditengah
tengah ruangan dan mengawasi keadaan disekitarnya,
tetapi juga tidak kedengaran suara gerakan apa-apa.
Dalam keadaan yang demikian itu terpaksa ia harus
mencari sendiri. Dengan tidak banyak pikir lagi ia lantas
mendorong pintu ketiga didinding sebelah kanannya.
Dalam pintu itu, kelihatan juga seperjalanan lorong yang
sangat dalam. Setelah merasa ragu-ragu sejenak, ia lalu bertindak maju
lagi. Dengan cepat ia sudah berjalan kira-kira tujuh atau
delapan tombak jauhnya, kembali ia tiba disebuah kamar
batu, Kamar ini kelihatannya lebih kecil dari pada kamar
yang pertama sekali ditemuinya, dan apa yang
mengherankan ialah, disitu juga terdapat kira-kira enam
atau tujuh buah pintu. Ho Kie berpikir keheranan. Berapa luasnaja kuburan ini,
diingat dari perjalananku tadi, saat ini barangkali sudah
berada jauh dari luar gedung tadi.
Pada saat itu, ia agaknya lantas mengerti apa sebabnya
gedung dalam perkampungan ini dibangun menurut
keadaan dibawah kaki bukit dan apa pula sebabnya
dibagian depannya terdapat sebidang tanah lapang yang
sepuluh tumbak lebih luas.
Menurut perhitungannya sendiri, pada saat itu ia
seharusnya sudah berada ditengah-tengah bukit.
Ia merasa menyesal tadi telah mengikuti tindakannya
sicebol, Ia lebih menyesal lagi, mengapa tadi ia tidak mau
mengintai dari jarak dekat, sehingga sekarang ini dirinya
berada dalam suatu tempat yang tidak mengetahui menuju
kemana. Apakah Lim Kheng juga memasuki jalanan dibawah
tanah ini" Kalau ya, sekarang ini dia entah berada dibagian
mana" Hatinya menjadi jeri. Ho Kie tidak berani gegabah lagi,
sebab didalam tanah itu, jalanan simpang terlalu banyak
jumlahnya, sekali saja salah bertindak ia tentunya akan
kesasar. Selagi berada dalam keadaan bingung, suara jeritan
mengerikan mendadak masuk kedalam telinganya. Ia
mencoba mengamat-amati suara itu, rasanya keluar dari
pintu keempat, Ia lalu maju mendekati dan menyerang
pintu batu dengan menggunakan kedua tangannya.
Ketika pintu itu terpukul hancur dan terbuka, dari dalam
telah menerobos keluar sesosok bayangan orang,
Ho Kie dengan cepat mundur empat tindak, lalu
menegur dengan keras ; "Siapa?"
Orang yang ditanya tidak menjawab. Hanya dengan
kedua tangannya mendekap kepalanya, Ia berputaran
didalam kamar sambil menjerit jerit, agaknya sedang
menderita rasa sakit yang agak hebat.
Setelah lari berputaran dua kali putaran-orang itu
mendadak menubruk Ho Kie....
Sambil membentak keras Ho Kie lalu mengayun
tangannya menyerang. Orang itu setelah terserang jatuh bergelimpangan dan
jungkir balik, tubuhnya dengan tepat telah membentur
dinding, sehingga kepalanya pecah dan ia binasa seketika
itu juga. Ho Kie mengambil batu api. Setelah menyalakan api, ia
telah menyaksikan keadaan yang sangat mengerikan.
Kiranya, sekujur badan orang itu penuh digerumuti
semut besar-besar, sehingga keadaan badannya sudah tidak
karuan macam. Pada saat itu, dari dalam lubang pintu itu merayap
keluar puluhan ribu binatang semut.
Ho Kie yang menyaksikan itu, hatinya berdebaran
badannya sampai dirasakan bergetar, buru-buru ia
padamkan apinya dan masuk kedalam pintu yang lain.
Dalam keadaan tergesa-gesa ia sudah tidak keburu
melihat pintu mana yang telah dimasukinya, ia segera
menutup pintunya. Setelah kakinya tenang kembali, barulah
ia memeriksa keadaan tempat yang dimasukinya. Apa
lacur, pintu itu ternyata merupakan jalan buntu yang
disekitarnya terkurung oleh dinding batu yang tebal.
Ia menghela napas dalam-dalam. Sekarang, kecuali
menempuh bahaya dengan jalan menerjang kepungan
binatang semut dan menerobos keluar diri situ, sudah tidak
ada jalan lain lagi baginya,
Tetapi kalau diingatnya bagaimana keadaan orang yang
dikerubuti oleh semut-semut tadi, bulu romannya telah
berdiri dengan tidak terasa lagi.
Ia lebih suka mati terkurung dalam kamar itu dari pada
dirinya dibuat santapan oleh binatang semut itu. Dalam
keadaan demikian. Ia lantas duduk bersemedi sambil
memikirkan jalan keluar. Kira-kira tiga jam sudah berlalu, keadaan di luar kamar
mungkin sudah, hampir malam. Entah dimana adanya Lim
Kheng sekarang" Apakah ia dapat menemukan jalanan
dibawah tanah itu" Andaikata ia dapat menemukan jalanan,
ia juga tidak akan mengetahui kalau dirinya sekarang
sedang terkurung disitu. Memikir sampai disitu, ia lantas
mulai putus asa. Tetapi apakah ia pun mandah binasa didalam kamar
kecil itu" Tidak! Ia masih harus mencari dimana adanya itu
orang tua yang memberikan pelajaran padanya ilmu silat
yang demikian tingginya dan ia masih memerlukan belajar
ilmu silat lebih tinggi lagi untuk dapat menuntut balas pada
Hian kui-kauw atas kematian ayahnya.
Dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia telah mengingat
kembali pesannya siorang tua Toan theng Lojin yang
menyuruh ia belajar silat dari Cit-cie Sin-hong. Bukanlah
Lim Kheng itu mengaku sebagai muridnya Cit-cie Sinhong"
Tetapi apakah, ia mau mengajak dia untuk belajar
ilmu silat pada Cit-cie Sin hong suhunya itu"
Tetapi kemudian ia merasa geli sendirinya, sebab untuk
meloloskan dirinya sendiri sekarang ini saja ia sudah tidak
mampu, bagaimana ia mau memikirkan belajar ilmu silat
pada Cit-cie Sin hong"
Entah berapa lama telah berlalu dalam keadaan
demikian. Tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu yang amat
perlahan, Ia coba memasang telinganya, benar saja, suara
itu terdengar dari dinding sebelah kanannya. Meskipun
suara itu halus, tetapi terdengarnya nyata didalam
telinganya. Ho Kie girang, ia buru buru mendekati dinding dan
mengetuk ngetuk dua kali.
Benar saja, suara ketukan dilain kamar itu lantas
berhenti. Sebentar lagi, Ho Kie coba mengetuk sambil menanya
dengan suara perlahan : "Siapa disana?" Berulang-ulang ia memanggil, tetapi ia
tidak mendapat jawaban. Ho Kie melompat bangun, dengan seluruh kekuatan
tenaga ia coba menggempur dinding tersebut. tetapi kecuali
ada sebagian yang runtuh batunya, dinding itu tidak
mendapat keretakan lainnya.
Selagi ia merasa putus asa, mendadak mendengar suara
orang bicara padanya: "Kau berbuat demikian, sekalipun kau gempur sampai
satu tahun juga tidak bisa bikin hancur tembok dinding ini!"
Ho Kie kaget, ia bertanya ;
"Kau siapa?" "Siapa aku" Sama dengan kau yang harus menantikan
kematian didalam kamar ini!"
Suara itu agaknya pernah ia dengar, tapi sesaat itu Ho
Kie sudah tidak ingat lagi di-mana ia pernah dengar suara
itu. "Pembicaraan antara kita bisa dapat di dengar dengan
jelas, disekitar kamar ini tentunya ada terdapat lobang
angin, coba kau periksa dengan teliti!" berkata Ho Kie.
"Kau sendiri bagaimana tidak bisa cari, kita belum kenal
sudah berani memerintahi orang!" jawabnya orang itu
dingin. Ho Kie merasa mendongkol dan geli sendiri. Tanpa
banyak bicara, ia lantas keluarkan ilmunya merayap
didinding, dengan hati hati ia mencari lobang hawa. Benar
saja, di ujung bagian atas kamar itu, terdapat tiga buah
lobbang kecil. Ia coba mengintai dari lobang itu, tapi keadaan gelap
gulita, tidak dapat ia melibat apa-apa.
Ho Kie lompat turun dan berkata dengan suara agak
keras ; "Hai! Sahabat! Aku sudah menemukan lobang hawa!"
"Kau bisa berbuat apa dengan lubang hawa itu, Siangsiang
aku juga sudah menemukan, Semua ada tiga lobang
tapi dirimu tokh tidak bisa berubah menjadi binatang kecil
lalu kau bisa keluar dari lubang sekecil itu."
"Kau ini bagaimana sih" Kita berdua terkurung dalam
kamar tutupan, namun tampaknya sedikit pun tidak
memiliki perasan?" "Kau suruh aku berbuat bagaimana" memangnya aku
harus bertekuk lutut dihadapanmu yang dibatasi oleh
tembok dinding itu?"
Kalau aku bisa lihat kau, aku pasti sedikit memberi
sedikit hajaran padamu seorang yang sombong, congkak?"


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau jangan banyak lagak siapa yang sombong congkak
?" Sekarang Ho Kie mendadak ingat, bahwa suara itu
ternyata sama dengan suaranya si anak muda yang
berdandan seperti anak sekolah yang mirip dengan Lim
Kheng. Dengan penuh perhatian ia berseru ;
"Apakah Lim Kheng?"
Orang itu ketawa geli. "MaAf, aku bukan seorang she
Lim" Ho Kie tercengang, ia mencoba sekali lagi :
"Lim Kheng, apa kau sudah tidak kenali suaraku" Aku
Ho Kie di sini." "Maaf, aku juga tidak kenal siapa Ho Cit atau Hopat."
Ho Kie menjadi gusar. Dengan gemas ia menggempur
dinding dengan kepalannya.
tanpa memperdulikan runtuhnya reruntuh batu dinding,
ia terus menggempur secara berulang-ulang, akan tetapi
dindingnya sedikitpun tidak bergeming. Tapi Ho Kie yang
keras kepala benar-benar tidak memperdulikan bisa
membikin runtuh dinding itu atau tidak, terus menggempur
tidak hentinya. sehingga benar saja. dalam kamar itu sudah
penuh pecahan batu dan abu.
Mungkin karena lelah. Ho Kie berhenti sendiri, napasnya
memburu. Orang itu tidak mendengar suara Ho Kie lagi, ia lantas
menegur sambil tertawa dingin;
"Mengapa tidak menggempur lagi" Kalau kau terus
berbuat demikian, barangkali tidak usah menunggu tiga
tahun, kau benar-benar sudah bisa bikin ambruk gedung ini.
coba saja terus! Siapa tahu ?" Sehabis berkata demikian ia
lantas tertawa bergelak. Ho Kie yang sudah letih, membiarkan diri-nya diejek
seolah-olah tidak mendengarnya.
Lama, setelah tenaganya pulih kembali, dengan tidak
disengaja ia menemukan sebuah lubang anak kunci kecil,
disebuah tempat yang sudah runtuh, ia telah mendapatkan
suatu lubang kunci yang sangat terrahasia. Kalau tidak
karena temboknya pada berarakan lubang itu sungguh tidak
mudah dapat dilihat, Ia lalu ingat pada kedua anak kunci emas yang
didapatnya dari kotak kecil, ia lalu keluarkan dari sakunya
dan dicoba satu demi satu kelubang itu.
Tiba-tiba terdengar suara Greeek, benar saja dinding itu
telah memperlihatkan sebuah pintu. Dengan tidak berayal
iagi Ho Kie lantas melompat masuk kedalam kamar
disebelahnya sembari membentak :
"Bocah kau.........."
Siapa nyana, ketika ia berhadapan dengan orang yang
berada disebelah kamar, seketika lantas melongo dan tidak
dapat melanjutkan ucapannya bahwa kagetnya.
Ho Kie anggap orang itu Lim Kheng, tapi sebenarnya ia
itu adalah anak sekolah yang mirip Lim Kheng, maka ia
berkata : "Di Cit-cie-kang, Kau sudah kabur dari tanganku tapi
sekarang kita sama terkurung dalam kamar ini, kemana kau
mau lari?" "Apa kau kira aku takut padamu ?" demikian jawab anak
sekolah itu dengan tenang.
Ho Kie yang mengingat bagaimana dirinya telah
dipermainkan oleh anak muda itu, ia sudah tidak dapat
mengendalikan lagi amarannya. Dengan cepat ia mengulur
tangan kirinya untuk menyambar tangan anak sekolah itu.
Anak muda berbaju putih itu mementang kipasnya
menangkis tangan Ho Kie, kakinya bergerak secara cepat,
dengan aneh pula telah berbelit kesamping.
"Kau cari mampus!" ia membentak keras.
"Siapa mampus, siapa hidup" Sekarang masih terlalu
pagi untuk diramalkan. Bocah tolol, sambuti seranganku!"
jawab Ho Kie sumbil ketawa dingin.
Ia lantas maju menyerang dengan ilmu silatnya Hiankui-
cap-sa-sek-kin-na-khiu, ia ingin dalam segebrakan saja
dapat menundukkan lawannya.
Tetapi- sang lawan secara indah sekali sudah dapat
menghindarkan serangan Ho Kie.
Ho Kie terus mendesak dan melancarkan serangan
bertubi-tubi, apa mau lawannya itu sangat licin. Ia terus
terusan berkelit kesana kemari, kegesitannya ternyata tidak
berada dibawahnya Lim Kheng.
Hampir sepuluh jurus Ho Kie telah melancarkan
serangannya, tetapi semuanya dapat dielakkan oleh anak
sekolah itu dengan caranya yang enak sekali.
Sambil ketawa dingin anak muda itu mengejek Ho Kie :
"Hanya mempunyai kepandaian sebegini saja kau sudah
berani unjukkan diri didunia Kang-ouw. Hmm! Benar-benar
tidak tahu diri." Ho Kie yang sudah mendongkol benar-benar, lantas
mengeluarkan tipu serangannya warisan Toan-theng Lojin
yang dinamakan Tay-lek kim kong-ciang.
Benar saja, dengan menggunakan tipu serangan ini, telah
membuat anak sekolah baju putih itu sukar menyingkirkan
diri. maka terpaksa ia harus menyambuti dengan kekerasan.
Setelah kekuatan kedua tangan beradu, masing masing
mundur satu tindak. Diantara sambaran angin dari
beradunya serangan tersebut, lantas tercium hawa busuk
yang memenuhi dalam kamar. Ho Kie terkejut, dalam
hatinya diam-diam telah berpikir. Apakah bocah ini bukan
orang Hian kui kauw"
Selagi ia memikirkan diri lawannya, anak sekolah itu
sudah menggetarkan badannya dan mencelat dari lubang
pintu masuk kekamar bekas kurungan Ho Kie. Sambil
membentak keras Ho kie mengejar, tetapi gerakan anak
sekolah itu gesit sekali, sebentar saja sudah berada dipintu.
Ho kie coba mencegah sembari membentak:
"Jangan bergerak! Pintu itu tidak boleh dibuka....... "
Tapi anak sekolah baju putih itu tanpa menghiraukan
peringatan Ho Kie, dengan cepat tangannya sudah menarik
pintu yang tertutup rapat.
Begitu pintu terbuka, dikamar sebelah, terlihatlah
binatang semut yang bergerak-gerak diseluruh ruang dalam
kamar itu. Anak sekolah baju putih itu sambil ketawa lantas melesat
dan di tengah udara ia memutar tubuhnya dengan
menggunakanilmunya merembet ditembok, sekali bagus
seklai ia sudah geser tubuhnya ke dekat pintu.
Ho Kie kesima menyaksikan perbuatan anak muda itu,
ketika ia melongok kebawah, bangkai yang dikerubuti
semut tadi ternyata cuma tinggal tulangnya saja dan
binatang semut yang demikian banyaknya itu kini sudah
mulai merayap masuk kedalam kamarnya.
Ia tidak berani meniru cara anak muda tadi, terpaksa
mundur ke dalam kamar bekas terkurungnya anak muda
tadi dan buru-buru menutup pintunya.
Dengan demikian, anak sekolah baju putih tadi
sebaliknya sudah berhasil keluar dari dalam kurungan,
sedang ia sendiri lantas terkurung sendirian dalam kamar
kecil yang gelap itu. Dengan perasaan sangat masgul ia duduk ditanah,
mendadak ia ingat anak kuncinya. ia coba mencari cari
lubang kunci, untung di situ juga terdapat sebuah lubang
kunci. Dengan tidak ayal lagi, ia keluarkan anak
kuncinya...dimasukkan kedalam lubang kunci dan lantas
telah terbuka sebuah pintu. Sinar yang dari luar situ lantas
menyorot masuk, ternyata disitu terdapat sebuah lorong
yang dikanan kirinya terdapat obor api. Disana pula
menggeletak bergelimpangan enam-tujuh mayat manusia.
Dengan demikian ia telah memperlihatkan segenap tempat
tersebut. Tanpa banyak berpikir pula Ho Kie lantas melewati dan
lari mengikuti jalan lorong itu.
Disuatu tikungan, ia mendengar dari depannya seperti
ada orang ketawa. Dengan cepat ia sembunyikan dirinya,
badannya digeser maju dengan perlahan.
Ia mendengar ada seorang berkata dengan suaranya yang
keras: "Kalajengking emas pemunah racun itu adalah benda
pusaka yang jarang terdapat dalam dunia. Aku siorang she
Li dengan mengambil resiko menanam bibit permusuhan
dengan orang-orang Hoa-san pay setelah aku membunuh
mati Lo Su le, benda itu sekarang ada dibadanku. Kalau
kalian tidak takut, kekuatan Tay-lek sin-koan ku kalian
boleh mencoba." Kemudian suata itu disusul oleh suara orang lain.
"Li tan cu, kita bukannya takuti kau! Sebetulnya karena
melihat kau sedang terluka parah, tidak pantas kita turun
tangan, sehingga kau nanti akan binasa dengan mata tidak
meram " Terdengar pula suaara orang yang pertama bicara;
"Baik! kalau begitu, kalian boleh coba saja,"
Setelah suara ini berhenti, lalu disusul oleh suara
menderunya angin dan beradunya tenaga......
Ho Kie karena mengira Lim Kheng ada di situ, maka
tubuhtnya terus mendesak masuk kedalam,
Disitu ternyata adalah sebuah kamar yang luas,
keadaannya terang benderang.
Baru saja ia tiba didepan pintu, tiba2 terdengar
beradunya dua kekuatan tenaga yang keras, disusul oleh
suara rubuhnya tubuh orang..........
Ho Kie terperanjat, ia tidak dapat menduga siapa adanya
orang yang telah jatuh terluka itu. Mendadak ia mendengar
suara orang berkata; "Kalian orang-orang dari Hian kui-kauw semuanya
ganas dan telengas. Aku siorang she Shao, meskipun tidak
berguna, juga ingin mencoba-coba kekuatan kalian"
Ho Kie mendengar suara orang itu adalah suara si cebol
Shao Cu Beng, seketika itu lantas masuk kedalam kamar.
Disitu ternyata sudah terdapat banyak mayat yang
berserakan di tanah, sedangkan Sam ciok Taoto tengah
duduk bersamadi untuk mengatur pernapasannya.
Shao Cu Beng dengan mata beringas mengawasi seorang
berewokan yang berbadan besar yang sedang berdiri
dihadapannya, Wajah orang itu keren sekali, usianya kira-kira 40 tahun.
Dididpan dadanya sudah terdapat banyak darah, tetapi
wajahnya masih bisa perlihatkan ketawa dingin.
Munculnya Ho Kie secara tiba-tiba telah mengagetkan
Shao Cu Beng dan orang tinggi besar itu.
Shao cu Beng menggeser tubuhnya dan mundur tiga
tindak. Ho Kie memandang mereka sambil tertawa dingin.
Tidak usah menanya, ia sudah mengetahui bahwa orang
laki berewokan itu adalah Li Hai Houw dan Shao Cu Beng
semuanya tidak mengenal Ho Kie, sehingga mereka pada
saling pandang, masing-masing pada menduga, siapakah
yang akan dibantu oleh anak muda itu"
Ho Kie tiba2 bertanya kepada Lie Hui Houw ;
"Apakah kau orang Hian kui kauw?"
Lie Hui Houw terkejut, ia buru buru siapkan diri,
kemudian menjawab dengan suara dingin :
"Benar! Aku si orang she Lie, salah satu tancu dari Hiankui-
kauw," Ho Kie lalu berpaling dan berkata kepada sicebol.
"Aku tahu, kau adalah Shao Cu Beng. betul tidak?"
Shao Cu Beng juga terkejut, buru buru ia melindungi
dada dengan kedua tangannya dan menjawab :
"Benar! Bagaimana saudara kecil bisa mengetahui
namaku?" Ho Kie ketawa dingin, kemudian berkata, dengan
perlahan lahan ; "Hian-kui-kauw telah merusak ketentraman dunia,
Sudah sepantasnya kalau ditumpas. Shao Cu Beng" kau
bunuhlah dia!" Lie Hui Houw terperanjat, dalam hatinya-berpikir : "Aku
sudah terluka berat, anak buahku sudah terbinasa
semuanya, Meskipun aku sudah berhasil melukai Sam-ciok
Taoto, tetapi dengan Shao Cu Beng seorang saja sudah
sukar melayani, dan bocah ini kelihatannya ada
permusuhan dengan Hian-kui-kauw, pasti ada orang Hoasan-
pay, Kalau benar demikian, sangat berbahaya bagi
diriku." Sebaliknya bagi Shao Cu Beng, ia lantas bisa bernapas
lega. Sambil ketawa ia menyahut :
"ucapan saudara kecil ini sedikitpun tidak salah.
Dosanya Hian kui kauw sudah terlalu banyak. Sudah
sepantasnya kalau ditumpas. Aku si orang she Shao,
meskipun tidak berguna, ingin menghajar kaki tangannya
Hian kui-kauw ini sampai mampus untuk mengamankan
dunia rimba persilatan ........."
Ho Kie menjawab sambil ketawa dingin :
"Sungguh enak didengarnya perkataanmu, hanya saja
aku mengetahui juga, kau ini ada seorang yang ganas dan
telengas, lagi pula sangat licik, juga bukan merupakan
manusia baik2......"
Shao Cu Beng wajahnya berubah seketika, dalam hati
diam-diam berpikir : "Meskipun bocah ini tidak akan
membantu ia, tetapi kelihatannya juga menghendaki
kalajengking emas itu juga, maka aku harus menjaga jaga
dirinya. Ho Kie melihat berubahnya wajah sicebol.
"Kau jangan takut!" katanya ketawa. "Meskipun aku
mengatakan kau bukan orang baik-baik, tetapi dengan kau,
aku tidak mempunyai permusuhan apa-apa. Tidak nanti
aku membantu dia untuk membinasakan kau!"
Hati Shao Cu Beng agak lega, maka lantas bisa berkata
sambil tertawa bergelak-gelak:
"Kalau begitu, saudara kecil bermaksud hendak
menonton atau sebagai saksi kita?"
Shao Cu Beng diam-diam sudah mendapat pikiran,
Sambil mengerahkan kekuatannya, perlahan-lahan ia


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendekati Lie Hui Houw. Lie Hui Houw merasa kuatir, ia coba menggertak
padanya: "Shao Cu Beng, kau jangan terlalu mendesak. Aku
siorang tua she Lie juga tidak akan mandah dipermainkan
begitu saja." "Lie Tancu, dalam keadaan demikian ini aku tidak bisa
berbuat lain........."
Shao Cu Beng seorang yang kejam. Baru saja ia menutup
mulutnya, orangnya sudah menerjang Lie Hui Houw
laksana macan kelaparan, sebentar saja ia sudah mengirim
empat kali serangannya saling susul.
Serangannya itu semuanya ditujukan pada bagian-bagian
terpenting didadanya Lie Hui Houw. sedikitpun ia tidak
memberikan kesempatan pada lawannya untuk bergerak.
Lie Hui Houw terpaksa menggunakan sisa tenaganya
yang penghabisan, sambil membelakangi tembok dia
menyambuti serangan si cebol.
Ketika kekuatan kedua pihak itu beradu. Shao Cu Beng
telah terpental mundur lima tindak, hampir saja jatuh
ditanah, sedangkan Lie Hui Hauw, karena ia membelakangi
dinding tidak mempunyai tempat mundur lagi, maka
serangan si cebol itu telah membuat lukanya didalam
bertambah hebat, sehingga mulutnya mengeluarkan darah.
Ho Kie yang menyaksikan hal itu, dalam hati merasa
girang. Sambil bertepuk tangan ia berkata :
"Benar! Shao Cu Beng! Hajarlah lagi Orang-orang Hiankui-
kauw harus dibunuh mampus semuanya."
Shao Cu Beng sangat girang, sambil menggeram hebat ia
menyerang lagi. Lie Hui Houw mengetahui bahwa dirinya sudah tidak
mempunyai harapan untuk hidup lagi, maka sambil
mengertek gigi ia mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya
untuk menyambuti sekali lagi serangan sicebol.
Kali ini Shao Cu Beng telah dibikin terpental sejauh satu
tombak lebih dan lantas terjatuh ditanah, sedangkan Lie
Hui Hauw sendiri, lukanya bertambah parah, tenaganya
sudah habis, maka setelah menyemburkan banyak darah, ia
juga rubuh ditanah...... Dengan susah payah dan mengorbankan banyak jiwa, ia
baru berhasil mendapatkan benda pusaka yang sangat
langka itu. Kasihan baginya belum sampai ia keluar dari
jalanan dibawah tanah, ia sudah terbinasa ditangan Shao
Cu Beng. Sebelum menarik napas yang penghabisan, ia masih bisa
menanyakan pada Ho Kie dengan suara keras:
"Kau!...... Kau mempunyai permusuhan apa dengan
Hian-kui kauw?" "Dalam laksana lautan!" jawab Ho Kie dengan dingin.
Mendengar jawaban itu, Lie Hui Hauw lantas
menggeram dan putus nyawanya.
Shao Cu Beng yang telah jatuh terluka parah, ketika
menyaksikan Lie Hui Hauw sudah binasa dengan tidak
memperdulikan lukanya sendiri, ia lantas merangkak
menghampiri mayatnya Lie Hui Hauw. Dari saku mayat itu
ia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang terbuat dan emas
murni, tetapi sebelum ia pindahkan kedalam sakunya
sendiri, Ho Kie sudah membentak:
"Bawa kemari," "Saudara kecil mau apa?" Shao Cu Beng masih berpurapura
bertanya: "Kalajengking emas,"
"Apa saudara kecil ini adalah orang Hoa San pay ?"
"Bukan!! Tetapi kalajengking emas ini juga bukan
kepunyaanmu, bagaimana kau dapat memilikinya?"
"Kalau begitu, kau juga mempunyai hati temaha hendak
merampas benda pusaka ini."
"Ah, tidak!! Aku hanya tidak menginginkan benda ini
terjatuh ditangan orang jahat dan ganas seperti kau ini."
Shao Cu Beng sudah mempunyai rencana sendiri, ia
berpikir sejenak, sedikitpun tidak melawan. Tetapi baru saja
ia hendak menyerahkan benda itu, tiba-tiba ditariknya
kembali dan berkata: "Kua telah menganggap aku seorang jahat, aku juga
tidak membantah! Tetapi benda ini adalah benda pusaka
yang jarang ada didalam dunia. Sebelum kau bawa pergi,
bolehkah kau menyembuhkan lukanya sahabatku ini?"
Ho Kie mengerti bahwa sicebol ini tentu mempunyai
maksud tertentu, tetapi karena sudah memajukan
permintaan, hatinya lalu merasa tidak enak, maka ia lantas
menjawab: "Sebetulnya, Taoto ini juga bukannya orang baik, Tetapi
karena mengingat benda ini kau dapatkan boleh merebut
dari tangan Lie Hui Houw, baiklah!! Aku terima
permintaanmu, menggunakan benda ini sekali saja."
Shao Cu Beng lantas berdiri menghampiri Sam-ciok
Taoto. Ia berlega mengobati Sam-ciok Taoto sambil berdiri
membelakangi Ho Kie, tetapi kotak itu diam-diam telah
dimasukkan kedalam sakunya.
Diam2 ia menotok jalan darahnya Sam-ciok Taoto itu
supaya tidak banyak bicara-sehingga menggagalkan
rencananya. Ho Kie ingin melihat bagaimana ia mengobati kawannya
memakai benda pusaka itu. Baru saja melongok sicebol
yang kejam itu lantas membalikkan badan, dengan secepat
kilat ia menyerang pusarnya Ho Kie.
Dalam keadaan tidak menduga duga itu, hampir saja Ho
Kie terluka ditangannya. Untung ia keburu lompat mundur.
Shao Cu Beng yang melihat seranganna tidak berhasil,
buru buru lantas angkat kaki hendak kabur.
Ho Kie gemas sekali melihat perbuatannya sicebol ini,
maka lantas membentak. "Mau kemana?" kemudian sudah
mengirimku satu serangan dahsyat.
Shao Cu Beng mengeluarkan satu jeritan ngeri, lalu
mundur sempoyongan. Kedua tangannya menekap
dadanya, keringat dingin mengucur dari jidatnya.
ooo0dw0ooo MELIHAT KEADAAN Shao Cu Beng itu, ia seperti
terkena serangan didepan pintu, Ho Kie merasa girang,
maka lantas menjambret dirinya dan menampar pipinya
sambil memaki : "Manusia busuk!! Kau berani membokong-tuan rumah
mudamu." Shao Cu Beng mulutnya mengeluarkan darah, giginya
rontok, tetapi ia masih bisa berkata,
"Cilaka!! Ada setan. Ada setan!......"
Mendengar disebutnya setan, Ho Kie juga heran. Setelah
menotok jalan darahnya si cebol, ia lalu melongok keluar.
Didepan pintu ternyata ada berdiri seorang tua yang
rambutnya sudah putih semua dengan badan berlumuran
darah. Ho Kie terkejut, ia buru-buru kerahkan kekuatan dikedua
lengannya dan lantas membentak dengan suara keras :
"Kau siapa?" Orang tua itu kelihatan menggerakkan pundaknya lalu
maju sempoyongan dan menjawab dengan suara dingin:
"Aku Lo Su le."
"Lo So le".........."
Ho Kie terkejut tidak mengetahui siapa adanya Lo Su le,
maka ia lantas mundur satu tindak.
Orang tua itu lantas anggukkan kepalanya lalu berkata
pula dengan suaranya yang parau :
"Aku adalah Khungcu dari gedung ini. Aku telah binasa
ditangannya Lie Hui Houw, Rohku belum buyar, maka aku
hendak menagih jiwanya.........."
Ho Kie mendadak ingat bahwa orang tua itu adalah yang
telah meninggalkan surat di kamar bukunya untuk orangorang
Hoa-san-pay, Meskipun bernyali besar, tetapi menyaksikan orang yang
sudah mati bisa hidup kembali, bulu roma Ho Kie juga
berdiri, dengan tidak dirasa ia lantas mundur lagi dua
tindak sembari membentak:
"Kau mau apa?" "Aku hendak menuntut balas!"
"Orang she Lie itu sudah binasa."
"Orang she Lie sudah binasa " Aku hendak berhitungan
dengan kau!" sehabis berkata orang tua itu lantas pentang
kedua tangannya dengan gerakan yang kaku ia menerjang
Ho Kie. Dalam ketakutannya, Ho Kie menyambuti serangan
orang tua dengan kedua tangan sambil memejamkan
matanya. Orang tua yang hidup kembali itu telah dibikin terpental
dan jatuh disatu sudut karena serangan Ho Kie yang hebat.
Tiba-tiba ia mendengar suara orang ketawa yang kemudian
disusul oleh perkataannya;
"Benar-benar tidak mempunyai nyali. Baru melihat orang
mati saja sudah ketakutan."
Ho Kie terperanjat, ketika membuka matanya, didepan
telah berdiri seorang pemuda anak sekolah baju putih yang
bukan lain adalah Lim Kheng.
Ia baru tersadar bahwa tadi semua adalah perbuatan
nakal dari Lim Kheng ini yang bermaksud untuk menggoda
dirinya. Ho Kie merasa kurang senang, lalu berkata kepada
kawannya itu : "Barusan seandainya aku kesalahan tangan, bukankah
akan mencelakakan diri Lim heng?"
"Baru saja ketakutan setengah mati, sekarang sudah
omong besar! Kalau bukan aku, apa sisetan cebol ini kau
kira mau balik mundur padamu" Kau tidak mengucapkan
terima kasih padaku, sebaliknya menyesalkan aku." jawab
Lim Kheng sambil tertawa cekikikan.
"Orang she Lo itu toh sudah mati, buat apa kau
permainkan mayatnya?"
"Orang she Lo dari Hoa san pay ini juga bukan manusia
baik-baik. Didalam salah satu kamar gedung ini aku telah
menemukan beberapa wanita muda cantik2. mereka itu
semuanya adalah wanita baik-baik yang dirampas
kemudian dibuat gundik oleh Lo Su Ie ... Oleh karena
wanita-wanita itu aku telah membuang banyak waktu.
Didalam pekarangan aku tidak dapat menemukan kau,
dengan susah payah baru menemukan kuburan ini, dan
kemudian tiba disini. Tidak nyana baru saja tiba diluar
pintu, aku lantas dapat lihat sicebol ini telah menotok jalan
darah si Taoto, setelah tidak berhasil membokong kau,
lantas hendak kabur maka aku lantas menggunakan mayat
Lo Su Ie untuk menakuti dia !"
Dari dalam sakunya Shao Cu Beng. H0 Kie mengambil
kotak yang berisi kalajengking emas.
"Dua manusia ini juga bukan dari golongan baik2, kau
pikir bagaimana membereskan mereka?"
"Mereka cuma karena temaha hendak memiliki benda
pusaka itu saja, tidak ada kejahatan lainnya yang kita lihat,
kita tutup saja pintu batu itu, biar mereka menentukan
nasibnya sendiri." Lim Kheng dan Ho Kie lalu turun tangan menutup pintu
dari batu itu, kemudian berlalu dari tempat tersebut.
-oo0dw0oo- Jilid 4 BARU saja keluar dari jalanan dibawah tanah, Ho Kie
mendadak ingat sesuatu ia lantas hentikan tindakannya dan
berkata kepada kawannya ;
"Nanti dulu, masih ada seorang penting, entah dia sudah
keluar atau belum, mari kita cari dulu sebenar !"
"Siapa yang kau maksudkan?"
"Dia adalah itu anak muda berbaju putih yang dulu aku
pernah cerita padamu."
"Dia" Mari kita lekas cari! jawab Lim Kheng terkejut,
dan gusar, kemudian dengan cepat lompat masuk kelubang
kuburan. Siapa tahu baru bergerak, dari atas penglari mendadak
dengan suara tertawa dingin :
"Tak usah dicari lagi, orangnya toh sudah lama
berlalu.........." Ho Kie dan Lim Kheng urungkan maksudnya, mereka
mendongak keatas payon, dari atas penglari melayang turun
satu orang. Ketika melihat orang itu, mereka lantas naik darah. Ho
Kie yang lebih dulu lari menghampiri dan berkata kepada
kawannya : "Lim-heng, jangan kasih dia pergi dari sini !"
Lim Kheng menghadang dimulut kuburan sembari
berkata : "Tak usah kuatir, aku tanggung bangsat tua ini tidak bisa
lolos dari tanganku."
Orang itu ketawa, satu tangannya mengurut jenggot
kambingnya, lain tangannya mengangkat tinggi sebuah
bungkusan, kemudian berkata :
"Aku si tua bangka sengaja datang untuk mengantar
harta kepada kalian berdua, mengapa kalian perlakukan aku
begini macam?" Orang tua itu adalah si pencuri kenamaan dari golongan
hitam, Auw-yang Khia. Ho Kie menampak bungkusan ditangannya itu adalah
barang-barang permata yang ia letakan diatas meja dikamar
tulis, seketika itu lantas gusar:
"Auw yang Khia, berkali kali kau mencuri, hari ini
dengan harap kau bisa lolos dari tanganku!" bentaknya.
Dengan cepat ia menghajar dirinya orang tua itu.
Auw yang Khia wajahnya berubah seketika, dengan
cepat ia memutar tubuhnya, dengan cara demikian ia lolos
dari ketiak Ho Kie. "Hai, jangan keburu napsu, mari kita bicara dulu secara
baik-baik, bagaimana baru bertemu lantas turun tangan, apa
kau memang sengaja hendak memereteli tulangku yang
sudah tua ini?" "Kami dengan kau tidak ada permusuhan apa-apa,
mengapa kau mencuri uang kami?"
"Ini benar-benar penasaran, kapan aku mencuri uang


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalian ?" "Kau masih hendak pungkir?" bentaknya Lim Kheng,
lantas bergerak tangannya menyekal urat nadi si orang tua.
Auw-yang khia melenggakan dirinya kebelakang, dengan
satu tangan menunjang tubuhnya ia memutar laksana
gasing, kemudiaa melesat dan menyelusup di sampingnya
Lim Kheng. Kemudian ulapkan tangannya sembari berkata
; "jangan menuduh orang secara sembarangan, coba
kalian periksa dulu badan sendiri, kalau uang kalian kurang
sepeser saja, aku Auw-yang Khia bersedia mengganti
sepenuhnya!" "Lim heng jangan dengar mulutnya, bangsat tua ini
mengaco belo......." berkata Ho Kie dengan sengit. Tapi
diam-diam ia meraba sakunya, benar saja lantas dapat
meraba benda keras, yang ternyata adalah bungkusan
uangnya sendiri!. Maka seketika itu lantas melongo.
Lim Kheng yang menyaksikan itu, juga lantas meraba
sakunya, ternyata uangnya sendiri juga sudah balik sendiri.
Meski ia tahu bahwa pencuri ulung itu sedang
permainkan mereka, tapi mau tidak mau merasa kagum
juga atas kepandaiannya copet ulung itu.
"Meski kau sudah kembalikan uang kami yang kau curi,
tapi didalam tanganmu masih terdapat barang curian, nyata
tabiatmu masih belum diubah." berkata Ho Kie.
"Aku si tua bangka malang melintang dari Selatan
sampai utara, badanku tidak pernah membawa uang barang
sepeser, perlu apa dengan barang emas berlian ini" Aku
cuma hendak menggunakan barang ini untuk membeli
sebuah barang pusaka saja."
"Barang pusaka apa yang mempunyai harga begitu
besar?" "Barang itu ada dibadan kalian, berdua!"
Ho Kie lantas mengerti, maka lantas meraba kotak
dibadannya. "Owh! yang kau maksudkan adalah kalajengking
pemunah racun ini?" demikian Ho Kie bertanya.
"cepat!! Kalajengking emas ini merupakan benda pusaka
didalam dunia, dalam 50 tahun cuma kedapatan seekor
saja. Binatang ini sangat berbisa, tapi dapat memunahkan
segala racun apa saja dari dunia. Buat kalian berdua, untuk
sementara mungkin tidak ada gunanya, mengapa tidak
kalian jual saja kepada aku situa bangka, untuk menolong
jiwanya seorang yang sedang menderita luka berat?"
"Kau tokh seorang pencuri yang terkenal, mengapa tidak
bisa turuti tangan sendiri untuk mengambil" Sebaliknya
hendak membeli dari tangan orang lain" Dan cara
bagaimana kau bisa tahu kalau barang itu ada pada kami?"
tanya Lim Kheng. "Sebelum kalian berdua masuk kedalam perkampungan
ini aku si tua bangka sudah dapat tahu dari tempat
sembunyiku, cuma oleh karena Lie Hui Houw si cebol Shao
Cu Beng dan Sam-ciok Toato. semuanya ada merupakan
manusia yang kejam dan ganas, maka aku si orang tua
merasa segan berhadapan dengan mereka. Apa lagi sudah
ada kalian berdua, perlu apa aku harus turun tangan sendiri
untuk merampas dari tangan mereka?" jawab Auw yang
Khia sambil ketawa. "Hm ! Kau sungguh pintar, kau membiarkan lain orang
yang susah payah dan kau sendiri mau menerima eunaknya
saja! Kuberi tahukan padamu, kami tidak kenal barang
pusaka itu?" kata Lim Kheng tegas.
"Mengapa saudara kecil mengambil keputusan begitu
getas" Barang pertama dalam buntalanku ini hampir
semuanya merupakan barang yang tidak ternilai harganya,
sudah cukup untuk membeli benda pusaka itu."
"Barang dalam buntalan itu bukan kepunyaanmu, siapa
sudi berurusan dengan seorang yang berlagak kaya dengan
kekayaan orang lain?" berkata Ho Kie sambil ketawa
dingin. "Kalian berdua meski tidak kepingin barang berharga,
tapi menolong jiwa manusia, berarti sudah menunaikan
perikemanusiaan. Apakah kalian tega menyaksikan orang
yang terluka kena racun itu binasa begitu saja?" berkata
Auw-yang Khia sambil angkat pundak.
"Siapakah sahabatmu yang terluka itu" cara bagaimana
dia terluka kena racun?" tanya Lim Kheng heran.
Auw-yang Khia menghela napas panjang, dalam
matanya mengembang air! Lama ia berdiam, baru bisa menjawab dengan perlahan
lahan : "Dia adalah seorang yang benar-benar paling dikasihani
dalam dunia ini, tidak mempunyai kawan, tidak
mempunyai keluarga. Meskipun dalam dirinya mempunyai
kepandaian yang sudah tidak ada taranya, tapi tidak nyana
telah kena dibokong oleh orang, sudah setahun lebih
lamanya berada dalam keadaan mati tidak hiduppun tidak,
sejengkal saja tidak bisa bergerak dari tempatnya........"
Ho Kie merasa tertarik, selagi hendak bertanya, tidak
nyana sudah didahului oleh Lim Kheng :
"Dalam perkataanmu ini terdapat banyak pertentangan,
kau katakan dia tidak mempuyai kawan dan keluarga, kalau
begitu kau ini pernah apa dengan dia" Buat apa begitu repot
terhadap dia?" "Empat penjuru lautan, semua merupakan saudara. Aku
si orang tua meski tidak kenal dia, tapi ketika dengan tidak
sengaja aku ketemukan dia menderita kesengsaraan dalam
tempat persembunyiannya, setelah kita beromong-omong,
baru tahu kalau dia adalah seorang aneh didalam dunia,
buat dewasa ini...." "Dia siapa?" tanya Ho Kie agak gelisah,
Auw yang Khia menghela napas, lalu menjawab dengan
perlahan : "Dia kata tidak mempunyai she dan nama, cuma
mempunyai gelar katanya adalah Toan-theng Lojin, atau
orang tua patah hati...."
Ho Kie terperanjat, wajahnya berubah seketika,
badannya gemetar..... Lim Kheng melirik ia sejenak, lalu berkata dengan suara
perlahan ; "Apa benar dia......?"
Mendadak dengan secepat kilat Ho Kie melesat dan
menyekal pergelangan tangan Auw yang Khia, kemudian
bertanya dengan suara gemetar :
"Dia ada dimana" Lekas antar kita ketemui padanya......
" Menampak sikapnya yang aneh itu, Auw-yang Khia lalu
bertanya dengan suara heran.
"Apa kalian berdua kenal padanya......?"
Ho Kie pejamkan matanya, dari kelopak matanya
merembes keluar air mata.
"Kau tidak usah tanya lagi!!......lekas ajak kita.... ketemui
dia....!" "Baiklah, menolong jiwa seperti juga menolong
kebakaran, kita harus lekas berangkat!!"
Mereka bertiga dengan Auw-yang Khia yang selaku
petunjuk jalan berlari-larian dengan cepat menunjuk
ketempat sembunyinya Toan theng Lojin
Ho Kie yang paling gelisah, ia mengharap bisa lekas
berada disamping orang tua yang bernasib malang itu.
Sebab dalam hatinya Ho Kie, eorang tua itu sudah dianggap
sebagai satu-satunya orang yang pernah membesarkan dan
mendidiknya, kalau tidak ada orang tua yang aneh itu,
mungkin jiwanya sudah melayang di tangan Bo Pin,
sitangan geledek. Kalau tidak ada orang tua itu, ia tidak hidup sampai
sekarang, yang sudah merupakan seorang gagah yang
mempunyai kepandaian sangat tinggi. Maka jiwa dan
semua harapannya, seolah olah dihidupkan oleh orang tua
itu. Dan kini, orang tua itu telah menderita luka parah,
bagaimana ia tidak gelisah dan berduka"... Ia merasa heran,
mengapa Toan theng Lojin yang mempunyai kepandaian
luar biasa juga bisa terluka"
Dengan hati kusut Ho Kie sepanjang jalan menanyakan
keterangan kepada Auw-yang Khia, tapi orang tua itu cuma
bisa gelengkan kepalanya sembari menjawab.
"Aku sendiri juga kurang jelas, sebab ketika aku bertemu
padanya, sudah dalam keadaan terluka parah, hanya dari
keterangannya saja aku dapat tahu Ia dibokong oleh Siang
koan Tuat, dan Hian-kui-kauw. sehingga dalam badannya
terkena racun yang sangat berbisa. Dengan seorang diri dia
kabur kedalam gunung, akhirnya tidak tahan dan jatuh.
Selama itu, cuma mengandalkan kekuatan tenaga
Lweekangnya yang sangat sempurna, dapat menutup
setengah dari jalan darah dibadannya, sehingga jiwanya
tidak binasa. Sekarang kedua kakinya sudah tidak bisa
digerakkan, setiap hari duduk dimulut goa dengan binatang
burung dan air mancur untuk menangsal perut......."
"Kau tahu dia luka begitu berat mengapa tidak dibawa
berobat kadalam kota yang terdekat?" berkata Ho Kie
sembari mengucurkan air matanya.
"Aku juga bermaksud demikian, tapi dia tidak mau. Dia
kata bahwa Kaucu Hian-kui-kauw sudah mengetahui
tempat sembunyinya, barangkali tidak lama lagi akan
datang padanya untuk paksa dia mengeluarkan sebuah
benda. Dia suruh aku lekas mencarikan obat yang bisa
memunahkan racun. Aku lalu meninggalkan dia, secara
kebetulan aku dapat dengar bahwa disini ada terhadap
kalajengking emas yang bisa memunahkan segala racun,
maka aku lantas datang kemari."
"Sudah berapa lama kau meninggalkan dia?" tanya Ho
Kie, "Kira-kira sudah 4 atau 5 hari lamanya!"
Ho Kie nampak semakin gelisah, sebab ia tahu bahwa
Toan-theng Lojin kali ini turun, maksudnya ialah hendak
mencari benda yang ada menyangkut nasibnya 9 partai
besar dalam rimba persilatan. Menurut keterangan Auwyang
Khia, mungkin Toan-theng Lojin sudah menemukan
benda itu, tapi di ketahui oleh kaucu Hian-kui-kauw, hingga
dengan rupa-rupa akal muslihat hendak paksa ia
menyerahkan benda tersebut.
Selagi berlari larian dengan cepatnya, Lim Kheng
mendadak berkata dengan suara perlahan :
"Tunggu dulu, didepan ada orang."
Ho Kie dan Auw-yang Khia hentikan tindakannya,
ketika mereka pasang telinganya, benar saja ada dengar
suara gerakannya kaki orang. Ia jadinya tidak mau ambil
pusing, tapi Auw-yang Khia beranggapan lain. berkata
dengan sungguh-sungguh. "Orang yang menandingi itu rupa-rupanya bukan cuma
seorang saja, sebaiknya kita sembunyi dulu, setelah mereka
berlalu, baru melanjutkan perjalanan kita."
Ho Kie terpaksa menurut. Baru saja berada
dibelakangnya sebuah pohon besar, dijalanan sudah
kelihatan 3 imam lari mendatangi.
Imam itu pada membawa pedang, dari sinar mata
mereka dapat diduga bahwa imam-imam itu ada
mempunyai kepandaian tinggi. Mereka sudah merupakan
orang-orang yang usianya lebih dari setengah abad, satu
diantaranya bahkan rambutnya sudah putih semua, diduga
usianya sudah lebih dari 50 tahun, tapi gerakan badannya
ringan sekali, boleh jadi merupakan orang terkuat dari
mereka bertiga. Tiga imam itu ketika tiba didepan tempat Ho Kie
smbunyi, mendadak berhenti. Satu diantaranya lantas
berkata dengan suara perlahan-lahan.
"Terang tadi ada suara orang bicara. mengapa dalam
sekejap saja sudah tidak kelihatan?"
Seorang imam lainnya lantas berkata dengan nyaring;
"Sahabat dari mana" Mengapa tidak mau unjukan diri?"
Ho Kie sudah ingin unjukan diri, tapi di cegah oleh Lim
Kheng. Karena tidak mendapat jawaban, masing-masing imam
itu lantas menghunus pedangnya. Imam yang bicara lebih
dulu tadi lantas berkata pula:
"Main sembunyi, pasti ada orang-orangnya Hian kuikauw,
Toa suheng, mari kita cari!" dengan cepat imam itu
lantas hendak bertindak. Imam rambut putih itu lantas ulapkan tangannya dan
berkata sambil ketawa dingin.
"Perlu apa kita cari?"
"Jika ia tidak lantas unjukkan diri, tidak perlu banyak
basa-basi lagi!" sehabis berkata lalu ia itu.
Dengan cepat salah seorang imam menggerakan
tangannya mengeluarkan serangan dahsyat kearah
rimbunan pohon tersebut. Ho Kie tahu bahwa jejak mereka sudah kepergok, maka
lantas sambuti serangan si imam.
Kedua kekuatan lantas saling bentur, imam tua tadi
tampak mundur sempoyongan dua tindak, wajahnya
berubah seketika. Ho Kie juga terdesak mundur dua tindak. diam-diam
juga merasa terkejut. Imam tua itu memandang wajahnya Ho Kie dari atas
sampai kebawah, ia agaknya tidak menduga bahwa orang
yang mampu membikin mundur dirinya tadi ternyata ada
satu pemuda belia. Dalam kagetnya, ia mundur lagi dua
tindak dan berkata dengan suara dingin:
"Siao sicu, kau tergesa-gesa melakukan perjalanan,
sebetulnya hendak kemana?"
"Kau tidak perlu tahu urusan orang lain" jawab Ho Kie
ketus. "Toa suheng, mereka datang dari Ngo-kui khio, pasti ada
hubungannya dengan soal permintaan bantuan dari Lo
sutee, buat apa banyak bicara, Hajar saja habis perkara"
berkata lagi imam lainnya.
Ho kie mengerti bahwa imam ini tentunya adalah
bantuan yang dikirim oleh Hoa san pay untuk menolong Lo
Su Ie. "Apakah kalian berasal dari Hoa-San pay?" demikian ia


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertanya. Tiga imam ini saling pandang, lalu berkata "Kami adalah
Hoa san pay Sam kiam, dan kau siapa anak
muda ?" "Bukankah kalian, hendak ke Ngo kui khio untuk
menolong Lo Su Ie", Sayang sungguh sayang sudah
terlambat. Lo sutee kalian itu siang-siang sudah binasa
ditangannya Li Hui Houw.."
Mendengar keterangan Ho Kie, ketiga Imam seketika itu
wajahnya pada berubah. "Apa bicaramu ini benar?" tanya imam yang berambut
putih, "Kalau kalian tidak percaya, boleh pergi lihat sendiri."
"Toa suheng, kita benar telah datang terlambat." kata
salah satu imam itu dengan cemas.
"Orang ini pasti komplotan Hian kui kauw, sebaiknya
kita tangkap padanya dulu!" kata seorang imam lainnya,
yang lalu menghunus pedangnya dan menyerang Ho Kie.
Dengan ilmu Hoan-eng-sie-sek, Ho Kie telah berhasil
singkirkan diri dari serangan pedang imam itu. Kedua
imam yang lainnya, ketika menyaksikan caranya Ho Kie
mengegoskan diri, mereka pada terperanjat. Buru-buru pada
menghunus pedangnya untuk membantu kawannya.
Ketiga imam itu sekarang sudah mengurung dan
mengerubuti Ho Kie, Gerakan pedang mereka kelihatan
sangat rapi, rupanya Sam kiam (tiga pedang) dari Hoa sanpay
ini benar benar sudah mempunyai latihan yang
istimewa. Tetapi Ho Kie adalah seorang yang mempunyai
kepandaian luar biasa, meskipun ketiga orang imam itu
lihay semuanya, tetapi masih tidak dipandang mata
olehnya. Dengan kegesitannya yang luar biasa, ia
menyelusup ke sana dan kemari diantara sambaran pedang
lawannya, seolah-olah sengaja ia mempermainkan
lawannya itu. Pertempuran secara demikian itu sebentar saja sudah
berlalu sepuluh jurus lebih. Pedang panjang para imam itu
sedikitpun tidak berhasil menyentuh bajunya Ho Kie.
Lim Kheng dan Auw-yang khia juga sejak tadi belum
mau unjukkan diri, telah keluar dan tempat sembunyinya.
Auw-yang Khia lalu membentak dengan suaranya yang
keras : "Hai, para Imam!! Apa kalian tidak malu mengerubuti
seorang Bocah?" Imam berambut putih itu ketika melihat Auw yang Khia,
wajahnya berubah seketika,
"Ahaaaa, kau si bangsat tua juga berada disini!!"
katanya. "It Tim, kau boleh datang, mengapa aku Auw-yang Khia
tidak?" jawab Auw-yang Khia sambil ketawa.
"Bangsat Auw yang Khia turut campur tangan dalam
urusan Ngo-kui-khio. Kalajengking emas pasti sudah
hilang. Jiewie sutee, kita sekali kali jangan membiarkan
mereka lolos!" berseru si imam berambut putih.
"Hal ini, kalian tak usah banyak kuatir. Kalau tidak kami
berikan sedikit pelajaran kepada kalian, tentunya kalian
tidak tahu kami ini siapa!"
Lim Kheng ikut bicara sambil ketawa, lalu membuka
kipasnya dan menyerbu kedalam kalangan pertempuran.
Ho Khie dengan seorang diri saja melawan tiga orang itu
masih tidak kalah, apa lagi sekarang mendapat bantuan
Lim Kheng, terang Imam-imam itu merasa kewalahan.
It Tim Tojin yang lompat keluar dan menghadapi Auwyang-
Khia, kelihatannya Auw yang-Khia yang dengan
tangan kosong melawan pedangnya si imam, sudah mulai
keteter. Ho Kie yang pikrrannya selalu mengingat kepada Toan
theng Lojin, tidak mau membuang tempo melayani para
imam itu, maka ia lantas lompat mundur dan berkata
kepada lawannya: "Kita masih mempunyai urusan penting, tidak ada waktu
untuk melayani kalian. Kalau kalian masih tidak tahu diri,
jangan sesalkan aku nanti berlaku telengas."
"Hari ini kalau kalian tidak menyerahkan itu
kalajengking emas, jangan harap kalian bisa pergi dari sini!"
jawab seorang imam. Ho Kie jadi mendongkol, lalu berkata sambil kertek gigi:
"Baik! Tuan mudamu nanti kasih kau sedikit rasa!" Lalu
ia mengeluarkan ilmu serangannya yang paling hebat: Tay
shio Kim kong khiang, menyerang iman tadi.
Imam itu merasa kaget, dengan cepat taruh pedangnya di
belakang sikut, telapakan tangan kanannya dipakai untuk
mendorong- Ia menggunakan 100% kekuatannya bertekad
hendak menyambuti serangan Ho Kie!!
Kedua lawan terpisah cuma kira-kira 3 kaki, begitu angin
dari kekuatan kedua pihak beradu lalu terdengar suara
benturan keras : Si imam merasakan dadanya seperti tertindih barang
berat, seketika itu badannya lantas mundur sempoyongan
sampai 4 tindak dan mulutnya menyemburkan darah segar.
It Tim Tojin yang menyaksikan keadaan demikian,
segera meninggalkan Auw-yang thia lompat memburu
sambii melintangkan pedangnya untuk melindungi dirinya
sang sutee. "It Siu sutee, kau rasakan bagaimana?" ia bertanya
dengan gugup. It Siu Tojin gelengkan kepalanya, menjawab:
"Bocah itu ada mempunyai tenaga gaib. Tadi, ketika aku
menyambuti dengan kekerasan, serangannya seperti
menembus kedalam dadaku. Sekarang dadaku rasanya
seperti tergoncang hebat."
It Tim Tojin yang berambut putih itu, hampir berdiri
semua rambutnya, badannya bergemetaran. Dengan mata
mendelik ia mengawasi Ho Kie.
"Bocah, perbuatanmu agak sedikit telengas!" katanya
dengan suara dingin. Imam ini merupakan salah seorang imam terkuat dari
golongan Hoa-san-pay. Baik ilmu pedangnya, maupun
kekuatan Iweekangnya, semua sudah mencapai
kepuncaknya kesempurnaan. Kekuatan tenaga dalamnya,
diantara murid-murid Hoa san-pay, ia hanya berada
dibawah ketua dan Hoa-san-pay Tian Hian Totiang.
Kali ini, menghadapi Ho Kie, merasa tidak mudah
merebut kemenangan, maka ia tidak berani memandang
ringan lagi. Ho Kie juga tidak berani berlaku sembrono lagi. ia lalu
mengeluarkan ilmunya Ho-kut-hian-kang, sambil memutar
kakinya, sebentar saja sudah berada dibelakangnya It Tim
Tojin. It Tim Tojin yang mengirim serangannya, telah
kehilangan sasarannya dari dibelakangnya dengan
mendadak ada satu tangan yang menotok jalan darahnya
Yu-hong bu-hiat. Bukan main kagetnya It Tim Tojin, cepat-cepat ia
membungkukkan badannya, kaki kanannya melangkah
maju, pedangnya lalu membalik membacok lawannya.
Diserang secara demikian, mau tidak mau Ho Kie lantas
urungkan serangannya. Dengan cepat It Tim Tojin sudah
membalikkan badannya untuk menghadapi Ho Kie.
Tetapi, ketika ia memutar tubuhnya, Ho Kie ternyata
sudah menghilang lagi dari depan matanya.
It Tim Tojin dibikin terkejut lagi, tengah ia merasa
terheran-heran, kembali jalan darah Hong ga hiat-nya sudah
diserang lawan. Ilmu Ho kut hian kang ini hanya terdapat didalam kitab
pelajaran ilmu silat Hian kui pit kip, jilid ketiga, maka Lim
Kheng sendiripun yang menyaksikannya tidak
mengenalnya. Beberapa jurus telah berlalu, It Tim Tojin sudah mulai
kewalahan benar-benar. Pedangnya teruskan menyapu
kebelakang, tetapi selalu saja mengenakan tempat kosong.
Selagi dalam keadaan bingung itu, mendadak terdengar
suara tertahan, kemudian disusul oleh meluncurnya sesosok
bayangan yang menyambar padanya........
Dengan tidak banyak pikir lagi, It Tim Tojin lantas
mengayun tangannya, sehingga bayangan orang lantas
terlempar jatuh ditanah, kemudian disusul oleh suara
ketawanya Lim Kheng cekikikan.
"Iman tua!! Ini adalah kau sendiri yang turunkan tangan
kejam. Kau tidak boleh sesalkan aku...." kata Lim Kheng.
Ketika pertama kali Ho Kie menggunakan kepandaian
menghadapi Lim Kheng, dua kali ia telah menggunakan
ilmunya Hian-kui-cap sha-sek-na-cjhiu, tetapi tidak berhasil,
maka dalam hatinya lantas menganggap bahwa apa yang
dipelajarinya itu tidak begitu hebat seperti apa yang
dikiranya semula. Siapa kira, kali ini menggunakan ilmu
Hu-kui-thian-kangnya kelihatannya ada begitu hebat,
sampai lawannya kerepotan. Karena ilmu ini se-olah-olah
kutu yang melekat ditulang, sekalipun memutar kemana
saja, tidak bisa terlepas.
It Tim Tojin terperanjat, ketika ia mengawasi orang yang
terpental jatuh tadi ternyata adalah suteenya sendiri, It Beng
Tojin. Pada saat itu, It Beng Tojin menutup matanya, napasnya
lemah, ia telah dihajar pingsan oleh tangan suhengnya
sendiri. It Tim Tojin dalam pikiran kalut, pundak kirinya telah
kena terhajar oleh Ho Kie, Ia mundur sempoyongan sampai
lima tindak. separuh badannya dirasakan mati kaku,
sehingga pedangnya terlepas dari tangannya.
It Tim Tojin yang mempunyai nama juga didalam
kalangan Kang-ouw, hari itu dalam tempo sekejap saja
sudah terjungkal ditangannya dua anak muda, membuat
nama baiknya Hoa-san-Sam-kiam seketika itu, menjadi
guram, Ia sangat berduka, beberapa kali ia menghela napas
menantikan kematiannya. Ho Kie yang sudah merasa gemas terhadap imam tua
itu, sudah mengangkat tangan kanannya hendak menepok
batok kepala It Tim Tojin.
Mendadak terdengar suara orang berseru ;
"Ho Siaohiap jangan!"
Ho Kie tercengang, ia menarik kembali tangannya. Pada
saat itu, Auw-yang Khia tampak sudah menghadang
didepannya. "Hoa-san-pay merupakan partay dari golongan orang
baik-baik dalam rimba persilatan. Dengan mereka kita tidak
mempunyai permusuhan apa-apa. Oleh karena kejadian ini
disebabkan kesalahan paham, sebaiknya Ho Siaohiap
ampuni jiwa mereka." demikian kata Auw-yang Thia.
"Baiklah! Dengan memandang muka auw yang Losu,
hari ini aku ampuni jiwa kalian. Hayo lekas pergi!!"
It Tim Tojin merasa sangat malu, Karena kedua suteenya
sudah terluka parah, maka dengan menahan malu ia
memondong kedua Suteenya. Sebelum berlalu ia masih
berkata dengan penasaran :
"Pinto hari ini mengaku kalah. Tetapi untuk selanjutnya
Hoa-san-pay akan bermusuhan dengan kalian. Apakah
kalian berani meninggalkan nama?"
Ho Kie tertawa dingin. "Aku she Ho nama Kie, kalau kau merasa tidak puas
dikemudian hari kau boleh cari aku saja."
"Lambat, atau cepat, Hoa-san pay pasti akan membuat
perhitungan dengan kalian!" berkata It Tim Tojin pula,
yang lantas berlalu meninggalkan musuh-musuhnya.
Setelah imam itu berlalu, Ho Kie mengajak Auw-yang
Khia melanjutkan perjalanannya.
Hari itu, mereka tiba disebuah kota kecil. Karena cuaca
sudah mulai gelap, hati Ho Kie amat cemas, maka dia lalu
bertanya kepada Auw yang Khia :
"Apa kau ingat benar dan tidak salah jalan?"
"Nama tempat itu, meskipun aku tak mengetahuinya,
tetapi jalanan ke tempat itu harus melalui jalanan puncak
gunung Tay pek san sebelah selatan, Ini tidak bisa salah
lagi" jawab Auw-yang Khia,
"Tay pek san masih berapa jauh dari sini?"
"Kalau kita dapat jalan cepat, tiga hari saja. rasanya
sudah sampai." "Kalau begitu, kita terburu buru juga tidak ada gunanya.
Lebih baik malam ini kita bermalam disini, besok baru
melanjutkan perjalanan kita."
Mereka lalu mencari rumah penginapan. Apa mau
dalam kota itu hanya ada satu rumah penginapan dan
tempatnyapun hanya ada dua buah kamar kosong.
Auw yang Khia lantas berkata secara bergurau :
"Untuk satu malam saja, biarlah kita tidur berdekatan.
Dua kamar juga rasanya sudah cukup,"
"Aku mau sendirian, kalian boleh berdua dalam satu
kamar." Lim Kheng nyeletuk.
Ho Kie lantas berkata sambil tertawa "Lim-heng,
mengapa kau tidak mau tinggal sama-sama satu kamar
dengan aku saja, supaya kita bisa mengobrol untuk
melewatkan sang malam."
Mendadak Lim Kheng merasa jengah dan kelihatan
dimukanya, agaknya merasa tidak senang. Tetapi kemudian
ia dapat menindas perasaannya sendiri dan menjawab
sambil ketawa : "jangan salah mengerti, aku mempunyai semacam
penyakit. Aku harus tidur sendiri, baru bisa pulas"
"Tadi aku katakan juga untuk melewatkan waktu. Justru
kalau tidak bisa tidur, Kita bisa mengobrol satu malaman."
"Siapa mau mengobrol dengan kau. Tadi malam aku
sudah tidak tidur dan besok masih melanjutkan perjalanan."
"Orang seperti kita sudah cukup dengan duduk semedi
sebentar saja, Dua tiga hari tidak tidur juga tidak menjadi
soal." Lim Kheng kewalahan sampai tidak bisa menjawab lagi,
sehingga akhirnya ia terima tinggal satu kamar dengan Ho
Kie. "Kau tidurlah sendiri, aku menyender dikursi saja sudsh
cukup." kata Lim Kheng telah berada dalam kamar.


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho Kie melihat sikap Lim Kheng yang kemalu maluan,
dugaannya semakin kuat bahwa kawannya ini adalah
seorang wanita yang menyaru sebagai pria, tetapi masih
berlagak pilon. "Ini mana boleh," katanya. "Kau dengan aku sudah
seperti saudara saja. Kalau kau suruh aku tidur sendiri
ditempat tidur, aku juga tidak akan dapat tidur pulas.
Sebaiknya kita sama-sama saja!"
"Aku tiba-tiba telah mengingat satu pelajaran ilmu
Iweekang. Diwaktu sunyi nanti aku akan mencoba melatih
dan kau jangan mengganggu aku."
"Kalau begitu terpaksa aku menurut. Sebaiknya setelah
Lim heng menyelesaikan pelajaranmu, boleh naik saja
dipembaringan." Lim Kheng menyahut dengan sembarangan, lantas
duduk dikursi. Apakah betul Lim Kheng melatih ilmunnya"
Tidak. Ia hanya pejamkan mata, tetapi hatinya dak dik duk
tidak keruan. Setelah Ho Kie meaggeros, diam-diam ia membuka
matanya melongok kepembaringan. Ketika menyaksikan
kecakapan Ho Kie dalam hati diam-diam berpikir: Pemudia
ini, baik wajahnya maupun kelakuannya sungguh tidak
tercela. Apalagi dia juga murid Toan-theng lodin.
Dipandang dari kelakuannya atau kepandaiannya, cukup
pantas untuk menjadi jodohku, tapi....
Tapi apa" Ia sendiri tidak mampu meneruskan katakatanya.
Ia cuma merasa kalut pikirannya hampir tidak
mamu mengendalikan. ooo0dw0ooo TIBA - TIBA DARI MULUT Ho Kie mencetuskan
perkataan : "Lim Kheng, kau lagi ngapain?"
Lim Kheng terperanjat, kembali pejamkan matanya. Ia
kira Ho Kie telah mengetahui perbuatannya. Tapi
kemudian terdengar suaranya pula ;
".....Suhu.....suhu....kau sungguh tidak
beruntung....ai...."
Lim Kheng baru merasa lega, kiranya anak muda itu
sedang mengigo. Ia membuka matanya pula, ketika melihat wajah Ho Kie
yang nampaknya berduka, dalam hati lalu berpikir: anak ini
sungguh mengenal budi, dengan Toan-theng Lojin ia tidak
mempunyai hubungan guru dengan murid, tapi mendengar
orang tua itu dalam bahaya, hatinya lantas gelisah begitu
rupa. Selagi melamun, Lim Kheng dengar suara Ho Kie pula :
"Lim-heng......Lim-heng!"
Lim Kheng terkejut, tapi Ho Kie tidak melanjutkan
perkataannya. Hatinya Lim Kheng berdebaran, pikirnya, dia dengan
aku belum erat perhubungannya mengapa dalam mimpinya
dia menyebut nyebut namaku"
tiba-tiba ia dengar suara Ho Kie pula :
"Lim heng, ah, aku lihat kau agak mengherankan......"
Lim Kheng betul-betul terkejut, hampir lompat dari
kursinya, wajahnya berubah seketika. Pikirnya : apakah dia
sudah tahu rahasiaku"
Sebentar kemudian kembali ia dengar suara Ho Kie :
"Adik...." dan sebentar pula memanggil "Enci......"
Lim Kheng mulai bingung. Entah siapa yang dimaksud
dengan adik dan enci itu. Apakah ia sudah mempunyai
kenalan seorang wanita"
"Mengingat sampai disitu, agaknya ia merasa terharu,
maka dengan tidak dirasa, dengan gemas ia lantas berseru :
"Hmmmm......" "Lim Heng kau, kenapa?"
Lim Kheng membuka matanya, melihat Ho Kie sedang
mengawasi padanya dengan mata terbuka lebar. Lim Kheng
gugup, buru-buru ia memejamkan matanya lagi.
"Lim Kheng, aku tadi dengar kau seperti sedang gusar
kepada seseorang, Siapa dia?" " Tanya Ho Kie sambil
ketawa. Wajah Lim Kheng mendadak berubah merah, sambil
tundukkan kepalanya ia bicara dengan suara perlahan,
"Perlu apa kau mau ketahui rahasia orang?"
"Aku bukannya mau tahu rahasia orang, aku tanya
karena kau aku dikejutkan dari mimpiku. Tadinya aku
mengira tengah melatih ilmumu, sehingga keluarkan
rintihan" Perkataan HO kie itu membuat Lim Kheng berdebaran.
"Bohong!" katanya sambil ia kerlingkan matanya yang
bagus. Ho kie jadi ketawa bergelak.
Suara ketawa itu telah mengejutkan Auw yang khia yang
berada dilain kamar. Orang itu kucek-kucek matanya,
sambil geleng-gelengkan kepalanya ia berkata seorang dari :
"Dasar anak muda, lagi senang, tidak perduli tengah malam
buta juga bisa ketawa begitu keras........"
Gunung Tay pek san yang mempunyai banyak puncak
yang tinggi-tinggi, kelihatan berdiri megah diantara
gumpalan awan. Dibawah kaki gunung itu ada berjalan tiga orang yang
sedang mendaki melalui jalanan yang berliku liku. Mereka
itu adalah si pencuri sakti Auw yang Khia, si baju putih
Lim Kheng dan Ho Kie yang hatinya sangat berduka.
Ketika tiba ditengah tengah gunung, Auw-yang Khia
menghentikan tindakan kakinya, kelihatan berdiri sejenak
memeriksa keadaan, lalu berkata kepada kedua kawannya :
"Jalanan yang kita lalui sedikitpun tidak salah. Aku
masih ingat dengan jelas, ketika aku turun gunung, aku
pernah melalui itu tebing tinggi. Cari sini keatas kira kira
berjalan lagi setengah hari, kita bisa sampai kegoa tempat
Toan theng Lojin menyembunyikan dirinya."
Ho Kie hanya menganggukkan kepalanya, matanya
memandang keadaan disekitarnya lalu berkata dengan
suara sedih: "Tempat ini keadaaanya begitu menyedihkan, rupanya
jarang didatangi manusia. Entah bagaimana dia seorang tua
bisa datang kemari?"
"Sebetulnya gunung Tay-pek-San ini, ke selatan bisa
menembus ke Hut-peng, ke Utara dengan melalui Kok-koan
bisa sampai dikota Cao toan. Kadang- ada juga tukang kayu
yang sampai keatas gunung, tidak sesunyi seperti apa yang
kau duga. Hanya saja, goa yang didiami Toan-theng Lojin,
keadaannya agak terpencil sendiri" berkata Auw-yang Khia
sambil tertawa. "Mudah-mudahan orang tua itu tidak mendapat
halangan apa-apa." berkata Ho Kie sambil ketawa getir.
"Kau jangan memikiri yang bukan-bukan. Dia si orang
tua, meskipun terkena racun, tetapi kekuatannya belum
tentu musnah. Kalau tidak, bagaimana dia bisa lolos
didalam gunung ini sampai setahun lebih?" berkata Lim
Kheng. Ho Kie diam-diam anggukkan kepala, Ia mengikuti
Auw-yang Khia terus mendaki gunung.
Kelihatannya orang tua itu jarang mengunjungi gunung
ini, maka berjalan belum lama sudah berhenti untuk
mengenali atau, mengingat-ingat jalanannya. Dengan
demikian maka perjalanan mereka itu sangat lambat,
Sepanjang jalan itu Ho Kie yang kelihatannya paling
gelisah. Ia tidak berani membayangkan bagaimana keadaan
orang tua Toan-theng Lojin itu yang pada dua tahun
berselang pernah memberikan pelajaran ilmu silat padanya.
Apa ia masih mengenakan pakaian Hitam putih yang aneh
itu" Apakah ia masih tetap suka menghela napas" Apakah
sorot matanya yang hijau masih tetap berpengaruh seperti
dulu"...-. Bermacam-macam pertanyaan itu telah mengaduk
didalam otaknya. Pada saat itu, ia benar-benar sudah ingin lekas-lekas
menemui orang tua yang pernah melempar budi padanya
itu. Meskipun ia membawa benda Kalajengking emas untuk
memunahkan racun, tetapi apakah benda itu dapat
menyembuhkan lukanya juga masih merupakan
pertanyaan, Makin dekat pada tujuannya, pikirannya dirasakan
makin gelisah. Setelah melalui baberapa puncak gunung,
matahari keiihatan sudah mendoyong ke barat.
Mendadak Auw-yang Khia menghentikan tindakan
kakinya, matanya mengawasi suatu tempat yang letaknya
kira-kira sepuluh tumbak lebih jauhnya, Sikapnya tiba2
berubah, mulutnya mendumel sendiri. "Eh, Kenapa salah?"
Ho Kie terperanjat lalu bertanya dengan cemas :
"Salah bagaimana?"
"Aku masih ingat betul, ketika aku berlalu, tatkala aku
berjalan sampai ditempat ini, aku pernah menoleh
mengawasi padanya. Dari sini menengok keatas, masih bisa
melihat setengah badannya......Tetapi, kenapa......goa itu
sekarang kelihatannya seperti kosong?"
Ho Kie berdebaran hatinya, dengan tidak dirasa ia telah
menyambar lengannya Auw-yang Khia seraya bertanya :
"Bagaimana, dimana?" Dimana adanya goa?"
"Disana, Dibawah batu batu gunung." jawab Auw yang
Khia sambil menunjuk kesebuah batu gunung menonjol
yang letaknya beberapa puluh tumbak jauhnya.
Ho Kie memasang matanya. benar saja, dibawah itu batu
gunung terdapat sebuah mulut goa, tetapi kelihatan kosong,
tidak kelihatan bayangan manusia.
Dalam cemasnya, ia lalu mendorong diri Auw yang Khia
sampai orang tua itu hampir jatuh tergelincir.
Lim Kheng lalu berseru kaget : "Saudara Ho...."
Ho Kie sudah melesat terbang laksana burung, sebentar
saja kelihatan orangnya sudah berada dimulut goa yang
ditunjuk Auw yang Khia. Dimulut goa itu benar kosong, tidak kelihatan bayangan
Toan theng Lojin. Auw yang Khia pernah mengatakan bahwa orang tua itu
badannya sudah kena racun.
Sudah setahun lebih tidak bisa bergerak, tetapi kenapa
sekarang bisa mendadak menghilang" Pertanyaan itu selalu
mengaduk didalam otak Ho Kie.
Ketika ia memeriksa lebih jauh keadaan dalam goa itu,
Ho Kie terperanjat, karena di situ terdapat banyak tanda
darah. Bagaimana nasibnya orang tua itu" Ini masih merupakan
suatu pertanyaan besar. Tetapi hatinya Ho Kie sudah
hancur luluh. Ia buru-buru masuk kedalam goa sembari
berseru: "Lociaapwe!! Locianpwe !"
Tetapi hanya suaranya saja yang berkumandang sebagai
jawabannya. Hatinya penuh dengan rasa kuatir, ia berdiri bengong
dengan tubuh menggigil. Pada saat itu Lim Kheng dan Auw yang Khia juga sudah
tiba dimulut goa. Lim Kheng melihat Ho Hie sudah masuk kedalam goa,
lantas berseru : "Saudara Ho hati-hati kalau didalam ada orang
bersembunyi." "Tidak apa. Goa ini tidak terlalu dalam," kata Auw-yang
Khia, Selagi mereka berbicara, Ho Kie tampak keluar dari
dalam dengan tindakan lesu sambil kertak gigi.
"Bagaimana" Apa dia seorang tua ada di dalam?" Lim
Kheng bertanya. Ho-Kie tidak menjawab, seperti yang hilang ingatannya
setindak demi setindak keluar dari dalam goa.
Lim Kheng terperanjat, buru-buru menyambar
tangannya dan bertanya dengan suara keras :
"Bagaimana, apa dia tidak ada didalam goa?"
Ho Kie geleng-geleng kepala, kemudian menjawab
dengan suara perlahan : "Didalam goa tidak ada orang. Dia....... dia, siorang tua
pasti sudah diketahui oleh orang-orang Hian kui kauw, dan
dibikin- celaka oleh mereka... "
"Kau jangan berkata sembarangan. Kau tidak melihat
sendiri, bagaimana kau sudah tahu kalau dia mendapat
kecelakaan?" kata Lim Kheng.
"Kau lihat!! Darah ini adalah darahnya yang mengalir
dari badannya.... " berkata Ho Kie sambil menunjuk darah
yang bercecer ditanah. "Ho Siaohiap jangan menduga sembarangan, tanda
darah ini adalah bekas dia si orang tua, ketika membunuh
burung-burung untuk santapannya ..." berkata Auw yang
Khia,. Siapa nyana, belum lagi habis ucapannya, Ho Kie
mendadak mendelikkan matanya dan lantas tangannya
menyambar pergelangan tangan Auw-yang Khia dan
berkata dengan suara bengis :
"Mengapa kau tinggalkan, padanya seorang diri didalam
goa ini" Mengapa kau tidak membawa dia berlalu dari
sini,......... Ini adalah kau yang telah mencelakakan dirinya.
Kau yang membunuh dia...?"
Setelah berkata demikian, Ho Kie lantas mengayun
tangan kanannya hendak menghajar kepala Auw yang
Khia. Sekalipun Auw yang Khia mempunyai seratus mulut,
pada saat itu tentu tidak bisa membantah. Karena
pergelangan tangannya sudah tercekal, ia sudah tidak
berdaya lagi, maka terpaksa ia hanya dapat menghela napas
untuk menantikan kematiannya .....
Justru saat itu Lim Kheng maju menghalangi :
"Saudara Ho, kau hendak berbuat apa?" ia bertanya.
"Aku hendak membunuh dia untuk mengganti jiwa Toan
theng Lojin." jawab Ho Kie beringas.
Lim Kheng yang mendengar itu, merasa jengkel dan geli
sendiri. "Sungguh kecewa" katanya, Kau membunuh dia,
menganggap dirimu sebagai seorang gagah. Saudara Hokau
harus ingat, ketika Toan-theng Lojin mendapat
kecelakaan, Auw-yang Losu dengan menempuh segala


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahaya telah mencari obat pemunah racunnya, Secara
kebetulan telah memberikan kabar padamu yang kemudian
membawa kau kemari untuk memberikan pertolongan.
Kesemuanya ini, apakah ada yang dibuat salah oleh Auw
yang Losu?" "Meskipun dia tidak membunuh Toan-theng Lojin, tetapi
mengapa dia membiarkan orang yang sudah terkena racun
itu berdiam sendiri dan didalam goa sesunyi ini sampai dia
telah diketemukan oleh musuh-musuhnya ?"
"Sebelum diketemukan oleh Auw-yang Losu, bukanlah
Toan-theng Lojin berdiam sendiri disini sudah setahun lebih
lamanya" Jikalau pada saat itu ada kejadian apa-apa, kau
harus menyalahkan kepada siapa?"
Ho Kie yang mendapat pertanyaan demikian, seketika
itu lantas bungkam. Lama ia berdiam, dalam keadaan itu
kemudian ia melepaskan tangannya Auw-yang Khia.
Sambil memesut air matanya ia berkata :
"Kalau begitu, adalah aku yang telah mencelakakan
dirinya si oraag tua. Mengapa aku tidak bisa datang lebih
cepat....?" "Diantara kata siapapun tidak ada yang salah. Kalau dia
binasa, cuma kaucu Hian-kui kauw yang dapat
membinasakan dirinya." berkata Lim Kheng.
Ho Kie lompat dan berkata dengan suara beringas.
"Benar! Kita harus segera ke Kui-kok mencari padanya!"
sehabis berkata lalu kabur turun gunung, sekejap saja ia
sudah berada 10 tumbak lebih jauhnya.
Lim Kheng segera keluarkan ilmunya lari pesat dengan
cepat sudah dapat menyusul.
"Kau hendak kemana ?" tegurnya.
"Aku mau pergi ke Kui-kok untuk menolong Toan-theng
Lojin." Lim Kheng merasa geli, sambil menghela napas ia
berkata : "Siaoyaku, Kui-kok terpisah dari sini tokh bukan cuma
beberapa puluh kaki saja. perlu apa kau demikian tergesagesa"
Marilah kita pikirkan dulu daya upaya dengan tenang
dan yang paling sempurna."
Ho Kie yang sudah kalut pikirannya, tat-kala mendengar
Lim Kheng lantas melongo.
"Apa yang harus kita pikirkan lagi" Paling betul kita
segera pergi ke Kui-kok supaya bisa lekas-lekas menolong
jiwanya siorang tua ,....."
Lim Kheng agak jengkel, ia berkata sambil ketrukkan
kakinya : "Aih! Kau ini bagaimana sih... ?" ia hentikan ucapannya,
matanya celingukan. "Eh, kemana dia?"
"Siapa" Kau maksudkan siapa yang pergi?" tanya Ho Kie
heran. "Celaka, bagaimana dalam waktu sekejapan saja, Auwyang
Khia losu sudah menghilang?"
Mendengar jawaban itu Ho Kie terperanjat, ia menengok
kearah belakang, benar saja Auw-yang Khia sudah tidak
kelihatan bayangannya! Kepandaian Ho Khie dan Lim Kheng semuanya
didapatkan dari kitab ilmu silat Hian-kui-pit-kip boleh
dikatakan sudah termasuk jago kelas satu didunia Kangouw,
tetapi bagaimana sampai menyingkirkannya Auwyang
Khia saja tidak diketahuinya" Ini benar-benar aneh.
Mendadak wajah Ho Khie berubah. Dengan, cepat ia
mencari ditempat-tempat sekitarnya, tetapi hasilnya nihil
semua, maka ia lantas berkata dengan suara gusar:
"Jangan-jangan si bangsat tua memancing kita kemari
dan mempunyai lain maksud,"
setelah berpikir sejenak. Lim Kheng lantas menjawab
sambil gelengkan kepala :
"Rasanya tak mungkin. Kalau dilihat dari sikapnya, tidak
bisa jadi dia hendak menipu kita."
"Kalau begitu, mengapa dia berlalu secara diam-diam?"
Mendadak Lim Kheng seperti ingat sesuatu
"Celaka" serunya. "Coba kau lihat, itu kalajengking emas
apa masih ada?" Ho Kie merogoh sakunya, seketika itu lantas pucat
wajahnya. "Bagaimana" masih ada atau tidak?" tanya Lim Kheng
pula, Dari dalam sakunya Ho Kie mengeluarkan sebuah
benda, tetapi benda itu bukannya kotak emas yang berisikan
kalajengking emas, melainkan sepotong papan hitam yang
kira-kira tiga Khun besarnya.
Lim Kheng lalu memeriksa papan itu, ternyata hanya
sepotong papan biasa warna hitam diatasnya ada terlukis
tiga tangan orang yang disusun menjadi bentuk tiga segi.
Selain dari itu kelihatan juga empat huruf kecil yang
berbunyi "Biauw Khiu Kong Kong."
"Tidak nyana, benar dia telah mengambilnya." kata Lim
Kheng sambil menghela napas.
"Bangsat tua itu memang bukan orang baik-baik tentunya
dia inginkan benda pusaka itu, maka lantas mengarang
cerita bohong demi menipu kita datang kemari, lalu
mencari kesempatan untuk turun tangan. Mari lekas kita
kejar." kata Ho Kie dengan gusar,
Lim Kheng berpikir sejenak, baru menjawab:
"Meskipun benda pusaka itu betul dia yang mencurinya,
tetapi kelihatan apa yang dikatakan olehnya belum tentu
dusta." "Apa kau masih tetap percaya akan obrolannya?"
"Menurut pikiranku, dia bisa menyebutkan namanya
Toan-theng Lojin serta dapat melukiskan wajahnya si orang
tua, sudah tentu bukan bohong. Dia rupanya merasa tidak
enak dirinya dipersalahkan dan kau suruh dia mengganti
jiwa Toan-theng Lojin, maka dalam keadaan gusarnya dia
lantas kabur sambil membawa lari benda pusaka itu."
"Kalau dugaanku tidak keliru dia tentu pergi ke Kuikok."
"Apa iya?" Ho Kie kaget, "Kalau begitu mari kita kejar !"
"Betapapun cepatnya dia lari, aku yakin dia tidak nanti
bisa lebih cepat dari kita. Tapi lebih lebih dulu aku perlu
nasehat padamu, setelah kita berhasil menyandak dia sekali
kali kau jangan timbulkan urusan lagi. Sebaiknya kita
berunding secara tenang untuk pergi ke Kui kok."
"Sekarang kita jangan bicarakan soal itu dulu. Paling
penting kita kejar dia dulu." kata Ho Kie sambil anggukanggukkan
kepala, Kemudian lalu mengajak kawannya itu
lari kebawah gunung. Dalam hal ilmu lari pesat, kedua pemuda itu sama-sama
mahir, maka dalam waktu sekejap saja, mereka sudah
mencapai perjalanan dua puluh lie lebih.
Lim Kheng bermata tajam. Didalam sebuah rimba
pohon cemara yang jauhnya kira-kira sepuluh tumbak lebih,
agaknya dapat melihat berkelebatnya sesosok bayangan
manusia maka ia lalu memberitahukan kepada Ho Kie apa
yang telah dilihatnya. Ho Kie lalu lari menuju ketempat yang ditunjukkan Lim
Kheng, Benar saja. bayangan orang itu sudah lari menyeberangi
sebuah sungai kecil. Ho Kie dan Lim Kheng dengan cepat
mengejarnya, sebentar kemudian mereka sudah berada
didepan rimba. Lim Kheng yang pertama bergerak, ia lompat melesat
menyeberangi sungai kecil itu.
Selagi masih berada ditengah udara, matanya sudah.
dapat melihat bahwa orang itu sedang lari memutari sebuah
bukit secara tergesa-gesa, maka ketika ia turun diseberang
sana, lalu berkata kepada Ho kie,
"Kau jangan ribut. Kau boleh mengintai dibelakang dan
aku akan mencegat dari depan."
Ho Kie anggukkan kepala, maka ia lantas mengejar
dengan cepat. Maksudnya Lim kheng menyuruh Ho Kie yang mengejar
dan ia sendiri yang akan mencegat didepannya, itu
hanyalah untuk mencegah supaya Ho kie jangan turun
tangan melukai Auw Yang khia yang kelihatannya masih
sangat mendongkol terhadap orang tua itu.
Siapa sangka, karena dalam diri Ho kie sudah mendapat
warisan ilmu Toan-theng lojin, maka dalam hal ilmu lari
pesat dan kekuatan tenaga Iweekang sebetulnya ia masih
berada diatas Lim kheng. Maka tatkala kedua orAng itu berpencaran, dengan cepat
sekali Ho Kie sudah tiba dibelakangnya batu gunung.
Ia sudah benci sekali terhadap Auw-yang Khia yang
sudah mencuri kalajengking emasnya, maka kali ini ia
sudah bertekad tidak akan melepaskan padanya begitu saja.
Begitu melesat, setelah melalui sebuah batu gunung,
dengan tidak melihat lagi siapa orangnya, ia lantas angkat
tangannya menyerang belakang orang itu.
Sesudah turun tangan, ia baru membentak dengna suara
keras: "Bangsat tua, kau mau lari kemana?"
Meskipun ia hanya menggunakan tiga bagian dari
kekuatannya, tetapi sambaran angin serangannya cukup
hebat. Orang itu karena sedang lari dan tidak berjaga-jaga,
maka serangan Ho kie telah mengenai sasarannya dengan
telak. Setelah mengeluarkan seruan kaget, orang itu telah
dibikin terpental dan setelah jungkir-balik ditengah udara
lantas jatuh ngusrak setumbah lebih jauh.........
Ho Kie segera nunyusul, tetapi apa yang dilihatnya telah
membuat kesima. Kiranya tidak jauh dari tempat itu yang tadinya
kealingan oleh batu gunung, ternyata tebing jurang yang
sangat dalam, dan orang yang jatuh tadi hampir
menggelinding kebawah jurang.
Ho Kie merasa menyesal atas perbuatannya, tetapi pada
saat itu, karena terpisah agak jauh ia tidak berdaya
menolong diri orang tersebut.
Mendadak kelihatan berkelebatnya bayangan putih
bayangan itu ternyata adalah bayangan Lim kheng yang
tibanya pada saat yang tepat.
Karena ia mengambil jalan memutar, maka Ho Kie
sudah muncul duluan. Ketika menyaksikan orang itu
dibikin terpental, ia lantas menyambar dengan tangannya.
tetapi badan orang itu ternyata sangat berat, sehingga
hampir saja ia sendiri ikut menggelinding kedalam jurang.
APA MAU,selagi ia hendak menegur Ho kie, orang itu
Istana Sekar Jagat 3 Candika Dewi Penyebar Maut V I I I Wanita Iblis 17
^