Lembah Tiga Malaikat 1
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id Bagian 1
1 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 1 Langit makin lama semakin menggelap, senja sudah lama lewat, dari ujung jalan
tiba-tiba muncul empat ekor kuda yang sedang dilarikan dengan kencang.
Makin lama kuda itu semakin mendekat dan penunggangnya makin lama semakin
jelas pula wajahnya. Mereka terdiri dari empat orang, dua orang gadis dan dua lelaki.
Gadis yang berjalan paling depan berwajah cantik jelita bagai bidadari dari
kahyangan, dengan potongan tubuh yang ramping, ia adalah ketua dari suatu
organisasi besar dalam dunia persilatan, Bau-hoa-lengcu Nyo Hong-ling
julukannya. Di belakangnya mengikuti seorang lelaki kekar berwajah gagah dan
seorang gadis yang tak kalah pula kecantikan wajahnya, sedang dipaling belakang
mengikuti pula seorang pemuda sastrawan yang bertubuh lemah lembut serta
berwajah tampan. Empat ekor kuda dengan empat orang penunggangnya yang aneh, melarikan
binatang tunggangannya itu menuju ke arah utara dengan kecepatan yang sangat
tinggi, tampaknya ada suatu urusan penting yang sedang mereka lakukan. Kurang
lebih belasan li kemudian, sampailah mereka di mulut sebuah lembah, si gadis
cantik atau Nyo Hong-ling itu segera menggebrak kudanya menerjang masuk ke
dalam lembah tersebut. Tiga orang rekannya dengan cepat mengikuti pula di belakangnya menerjang
masuk ke dalam lembah tersebut.
2 Beberapa li kembali dilewatinya dengan cepat, akhirnya sampailah mereka di
depan sebuah kuil San sin-bio yang sudah bobrok, Nyo Hong-ling melarikan
kudanya ke arah sana, melompat turun dari kudanya dan melepaskan pelananya.
Tiga orang rekannya, meski merasa heran sekali dengan tindakan yang dilakukan
gadis itu, namun tak seorangpun yang buka suara, dengan cepat mereka menuruti
perbuatannya itu dengan menurunkan pelana dari atas kuda.
Memandang kuda jempolan itu, Nyo Hong-ling menghela napas pelan, gumamnya.
"Kalau kubunuh, rasanya terlalu kejam, dibiarkan hidup hanya akan meninggalkan
titik terang bagi pengejar-pengejar kita, aihh..... entah bagaimana baiknya?"
"Apakah kita akan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki?" tanya lelaki
bertubuh kekar itu. "Ya, terpaksa kita harus berbuat demikian sebab tindak tanduk kita telah
menimbulkan perhatian dari lawan."
"Kau maksudkan orang-orang dari lembah tiga malaikat?"
"Sampai saat ini kita belum bisa menemukan bukti yang nyata, tapi yang pasti
mereka telah lama mengejar kita berempat.."
"Apakah diantara pengejar kita terdapat seorang gadis berbaju putih yang
menunggang kuda putih?" sela gadis berbaju hijau.
"Kalian berjumpa dengan mereka?" tanya Nyo Hong ling.
"Aku berjumpa dengannya ketika mereka sedang menanti kedatangan nona
ditempat pertemuan yang telah nona tentukan itu." jawab lelaki bertubuh kekar.
Lelaki ini she Tong bernama Thian hong, dia cukup tersohor dalam dunia
persilatan. Gadis baju hijau yang mendampinginya tadi she Khi bernama Li ji,
sedangkan pemuda sastrawan yang berwajah tampan itu bernama Buyung Im seng.
Mereka bertiga telah mengadakan suatu kontak rahasia untuk bertemu di suatu
tempat untuk menyelidiki letak dari lembah tiga malaikat yang belakangan ini
meraja lela dalam dunia persilatan.
Terdengar Nyo Hong ling bertanya lagi. "Tindakan apa yang dilakukan oleh
perempuan berbaju putih itu?"
"Ia bertanya kepada kami sekalian, mengapa ditengah malam buta begini duduk
ditengah pegunungan yang sepi."
"Lantas apa jawabanmu?"
"Aku lantas membohonginya, aku bilang kami akan pergi ke kota Kay-hong untuk
berkunjung ke rumah Be toa sianseng, oleh karena kuda kami terluka pada
kakinya, maka terpaksa beristirahat di sana." Setelah berhenti dan termenung
sejenak, dia melanjutkan. "Agaknya perempuan itu cukup memahami persoalan
dunia persilatan, setelah ku singgung nama Be toa sianseng dari Kay hong, dia
lantas membalikkan kudanya dan pergi."
"Kalau begitu, urusan sudah amat jelas sekarang, sudah pasti mereka berniat
untuk menguntit jejak kita berempat."
3 "Apakah kalian berdua juga telah berjumpa dengan gadis yang berbaju putih itu?"
Tong Thian hong balik bertanya kemudian. "Ya, kami telah berulang kali berjumpa
muka dengannya, malah sudah mengalami beberapa kali penghadangan ditengah
jalan yang memaksa terjadinya pertarungan, itulah sebabnya Tong Siau pocu
terpaksa harus menunggu agak lama."
"Aku sih tak menjadi soal," jawab Tong Thian hong sambil tertawa. "Yang pantas
dikasihani adalah nona Ki, ia merasa amat gelisah sekali."
"Hm, kau mengatakan siapa yang gelisah?" seru Ki Li-ji dengan cepat.
Menyaksikan wajah si nona yang galak bercampur gelisah itu, Thian hong
tersenyum dan tidak bicara lagi.
Nyo Hong ling lantas memandang sekejap ke arah Ki Li ji, lalu katanya. "Li-ji,
mengapa sikapmu terhadap Tong Sou pocu begitu tak tahu sopan?" Belum sempat
Ki Li ji menjawab Tong Thian hong telah berkata lagi. "Aah, tidak menjadi soal,
nona Ki dan aku sudah terbiasa saling bergurau."
Nyo Hong ling termenung kembali sesaat lamanya, sesudah itu dia menyahut
kembali. "Dua orang manusia yang berbaju hitam menghadang kami itu memiliki ilmu silat
yang tangguh, tapi kami yang terpaksa harus merahasiakan identitas enggan untuk
turun tangan dengan sepenuh tenaga, kami sengaja bertarung seimbang dengan
mereka, benar juga, orang yang bertarung dengan Buyung kongcu itu sendirinya
menghentikan pertarungan setelah pertempuran berlangsung ratusan gebrakan
kemudian." Sorot matanya dialihkan sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian melanjutkan.
"Kasihan saudara Buyung, kalau kita mengerahkan segenap tenaga untuk melawan
seseorang yang berilmu tinggi, keadaan masih muda dikuasai, tapi bila harus
bertarung seimbang melawan seseorang yang berilmu cetek tanpa memberi
kesempatan kepada musuh untuk mengetahui rahasia kita, apa lagi berlagak
kepayahan agar lawan percaya, mungkin perbuatan ini harus dilakukan sepuluh
kali lipat lebih payah bila dibandingkan untuk melawan seseorang yang berilmu
tinggi." "Yaa, waktu itu aku memang kepayahan sekali sampai mandi keringat, susah juga
untuk berlagak seperti seorang yang berilmu cetek," sahut Buyung Im seng.
"Apakah nona tidak turun tangan?" tanya Ki Li ji
"Waktu itu aku sedang menyaru sebagai kacung bukunya, maka seorang kacung
buku juga berilmu?" Mendengar itu, Ki Li ji diam-diam berpikir.
"Siapa suruh kau menyaru sebagai kacung buku" Coba kalau seperti aku,
menyambar sebagai saudaranya, tentu akan lebih bebas untuk bergerak ....."
Sementara itu Tong Thiang hong telah memeriksa cuaca dan bertanya.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"
4 "Kita akan beristirahat sebentar di sini," kata Nyo Hong ling, bereskan
pelananya, jangan lupa untuk bekerja yang cermat hingga tidak meninggalkan bekas,
kemudian kita harus menyaru kembali dengan dandanan yang lain, agar tidak
menimbulkan kecurigaan mereka terhadap identitas kita.
"Apakah Lembah tiga malaikat terletak di sekitar tempat ini?" tanya Tong Thian
hong. "Aku tak terlalu yakin, menurut apa yang diketahui, agaknya lembah tiga malaikat
sudah tidak jauh letaknya, sebab penjagaan disekitar tempat ini sangat tangguh
dan berlapis-lapis."
"Jadi nona sendiripun kurang tahu?"
"Aku tak berani memastikan, cuma kita harus mencari akal agar mereka yang
membawa kita kesana."
"Agar mereka yang membawa kita kesana" pikir Tong Thian hong, "gampang
memang untuk dibicarakan, tapi untuk melakukan mungkin akan mengalami
kesulitan." Terdengar Nyo Hong ling berkata lagi.
"Persoalan paling penting yang sedang kita hadapi sekarang adalah bagaimana
menyelesaikan ke empat ekor kuda ini."
"Bila tak ingin meninggalkan bekas, hanya ada satu cara untuk kita, bunuh ke
empat ekor kuda ini lalu di kubur di sini."
"Cara itu baik sih baik, cuma rasanya kelewat kejam."
"Kecuali berbuat begini, apakah nona mempunyai cara lain yang lebih baik?"
"Lepaskan mereka ke atas hutan dan biarkan mereka beradu nasib sendiri."
"Daripada dilepaskan di gunung, mengapa tidak dilepaskan saja dalam dusun,
paling tidak mereka bakal ditemukan orang dan dipeliharanya."
"Betul, inilah cara yang paling baik!"
"Kalau begitu, akan kulepaskan ke empat ekor kuda ini lebih dulu"
"Tak usah terburu napsu" tukas Nyo Hong ling, "menanti kami sudah berangkat, ke
empat ekor kuda itu baru dilepaskan."
Tong Thian hong termenung sejenak, kemudian menjawab.
"Perkataan nona memang benar!"
Pelan-pelan dia lantas duduk ke lantai.
"Menurut berita yang berhasil ku kumpulkan" kata Nyo Hong ling lagi, "lembah
tiga malaikat yang misterius itu letaknya ada dibukit Tay hu san di tengah
sungai Hu sian kang, letaknya tak jauh dari kota Kang ciu....!
"Apakah orang-orang Lembah Tiga Malaikat yang berkata demikian?"
"Yaa, cuma aku masih agak sangsi."
"Nona menganggap kata-kata dari anggota Lembah Tiga Malaikat itu bohong
semua?" tanya Buyung Im seng.
5 "Itu sih tidak, aku cuma berpikir mengapa ia harus bicara terus terang" Aku
telah menyelidiki keadaan dibukit Tay hu san tersebut, bukit tersebut merupakan bukit
karang yang berdiri ditengah sungai Hu sian kang, di atas bukit selain jarang
sekali terdapat pepohonan, yang ada hanya batu cadas yang berbentuk aneh, tempat itu
merupakan sesuatu tempat yang gersang dan berbahaya, aku heran kenapa
Lembah Tiga Malaikat bisa memilih tempat semacam itu sebagai markas besarnya"
"Ucapan nona memang benar" kata Tong Thian hong," menurut pendapatku bukit
Tay hu san memang tidak cocok untuk dipakai sebagai markas besar yang
memerintah seluruh dunia persilatan."
"Padahal nona beranggapan bahwa ucapan dari anggota Lembah tiga malaikat itu
tidak bohong" sambung Buyung Im seng. "Inilah yang membuat orang tak habis
mengerti." "Aku sudah menanyakan persoalan ini pada belasan orang anggota tiga lembah
malaikat mereka semua menjawab kalau perguruan mereka ada di lembah Tay hu
san, hal ini membuktikan kalau di atas bukit Tay hu san tersebut benar-benar
memang terdapat sebuah markas."
"Seandainya dibukit Tay hu san benar-benar terdapat sebuah Seng tong (markas),
bukankah kita bisa menemukan secara gampang?"
Nyo Hong Jing tertawa hambar, sahutnya. "Cuma markas tersebut sudah barang
tentu bukan markas besar Lembah Tiga Malaikat yang sesungguhnya."
"Aaaiii.... " Ki Li ji menghela napas panjang, aku benar-benar dibuat
kebingungan, kalau memang di atas Tay hu san terdapat markas, mengapa pula markas itu
bukan markas yang sesungguhnya?"
"Sam seng Tongcu adalah seorang manusia yang begitu licik, bukan hanya musuh
saja yang telah mereka tipu, bahkan orang sendiripun juga turut mereka tipu."
"Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Dewasa ini kita hanya bisa memeriksa keadaan di bukit Tay hu san, seandainya
terbukti bahwa dugaan kita benar, maka kita harus berusaha dengan
menggunakan cara lain untuk menemukan markas mereka yang sesungguhnya."
Ada suatu hal yang membuat aku tak habis mengerti," ujar Buyung Im seng pula,
"mereka mempunyai organisasi yang sangat besar serta jumlah anggota yang
banyak, diantaranya sudah pasti banyak terdapat jago lihay, kalau markas besar
mereka benar-benar tak ada dibukit Tay hu san, padahal atas pertanyaan nona
kepada orang banyak mereka mengatakan markasnya ada dibukit Tay hu san, ini
membuktikan kalau paling tidak di sana pasti tinggal banyak sekali jago-jago
lihay." Nyo Hong ling berpikir sebentar, kemudian menjawab.
"Justru disinilah letak kelihaian mereka, ternyata bukan saja mereka bisa
membuat musuh salah menganggap markas besar mereka berada di bukit Tay hu
san, sekalipun sebagian besar anak buahnya juga percaya kalau markas mereka
berada di bukit Tay hu san, mereka sengaja hendak menciptakan suatu anggapan
6 yang keliru, agar musuh serta anak buahnya penuh dengan siasat yang diaturnya
ini." "Kalau dilihat dari keadaan bukit Tay hu san, aku juga tidak percaya kalau pihak
Sam seng bun (Lembah Tiga Malaikat) membangun markas besarnya disana, sebab
tempat itu adalah sebuah tempat yang gersang dan tandus, lagi pula selain harus
menggunakan perahu sebagai sarana pengangkutannya, boleh dibilang tiada jalan
lain untuk melewatinya, cuma selain itu aku tidak berhasil menjumpai alasan lain
yang membuat mereka tidak membangun markasnya di bukit tersebut."
Nyo Hong ling termenung sejenak, lalu berkata.
"Selain Sau pocu katakan sebagai tempat yang tandus, masih ada sebuah alasan
lagi yang lebih penting, pemimpin dari Sam seng bun ini jelas adalah seorang
bajingan licik yang tiada taranya dikolong langit, bukan saja setiap langkah
yang mereka lakukan diatur secara rapi, bahkan mempersiapkan pula jalan mundur bagi
dirinya sendiri, aku telah mencoba dengan berbagai cara tapi tidak berhasil
untuk membuktikan manusia macam apakah yang disebut Tiga Malaikat tersebut" Dalam
keadaan demikian, andaikata Sam seng bun mengalami kegagalan, kemusnahan
atau kehancuran, yang benar-benar terbasmi hanya anak buahnya belaka, sedang
pemimpin mereka tetap bersembunyi dibalik kegelapan, mereka tetap tidak
kehilangan kedudukan serta nama baiknya dalam dunia persilatan."
Tong Thian hong agak tertegun sesudah mendengar perkataan itu, serunya
kemudian. "Setelah mendengar kata-kata dari nona ini, aku jadi teringat pula akan satu
persoalan....." Tiba-tiba ia merasa salah berbicara, sehingga buru-buru membungkam kembali.
Melihat kegugupan orang, baik Nyo Hong ling maupun Buyung Im seng segera
mengetahui persoalan itu pasti merupakan suatu rahasia hatinya, maka
merekapun tidak mendesak lebih jauh.
Berbeda dengan Ki Li-ji, sambil berkerut kening ia segera mendesak, tanyanya.
"Kau teringat soal apa" Mengapa tidak kau lanjutkan?"
Tong Thian hong menjadi tersipu-sipu, serunya gugup. "Soal ini, soal ini,
cayhe..." "Hey, kenapa sih kau ini?" Ki Li ji semakin keheranan.
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Tong Thian hong berkata. "Berhubung
soal ini menyangkut persoalan ayahku, bila kukatakan nanti harap kalian
mengingatnya saja didalam hati dan jangan diberitahukan lagi kepada orang lain."
Satu ingatan segera melintas dalam benak Buyung Im seng, diam-diam pikirnya.
"Jangan-jangan benteng keluarga Tong mempunyai hubungan dengan pihak Sam
seng bun" Kalau memang demikian, persoalan ini pasti akan merupakan persoalan
yang merepotkan...."
Sementara itu terdengar Tong Thian hong telah berkata kembali, "Ayahku pernah
memberitahukan kepadaku..."
"Lagi-lagi berhenti," sela Ki Li ji, "Hmm.... kalau bicara mencla-mencle,
sedikitpun tidak memiliki sifat jantan seorang lelaki."
7 Nyo Hong ling segera berkata. "Kami bersedia merahasiakan persoalan ini, tapi
bila sau pocu merasa ada kesulitan untuk disampaikan lebih baik tak usah dibicarakan
lagi." Melihat Nyo Hong ling bersedia untuk memegang rahasia, Tong Thian hong baru
berkata. "Bila saudara sekalian bersedia menutup rahasia, tak ada salahnya
bagiku untuk mengutarakan keluar."
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sesudah termenung sejenak, dia kembali pada kata-katanya. "Ayahku bilang, pihak
Sam eng bun telah cukup memberi muka kepada benteng keluarga Tong kami,
selain mengizinkan kami orang-orang keluarga Tong untuk berkelana dalam dunia
persilatan, juga tidak mendesak kami lagi untuk bergabung dengan perguruan Sam
seng bun, maka aku diminta agak berhati-hati bila berkelana didalam dunia
persilatan, berusaha keras untuk menghindari bentrokan dengan pihak Sam seng
bun, sebab pengaruh Sam seng bun terlampau besar dan tersebar di seluruh dunia
persilatan......." Berbicara sampai di sini, tiba-tiba ia membungkam kembali.
KI Li ji sedang mendengar kan pembicaraan itu dengan seksama, ketika tiba-tiba
Tong Thian hong berhenti berbicara lagi ditengah jalan, ia menjadi gusar sekali,
sambil tertawa dingin serunya.
"Hai, apakah kau punya penyakit sinting?"
Nyo Hong ling dan Buyung Im seng memang ingin mengetahui kata-kata
selanjutnya, merekapun tidak mencegah gadis itu mengomel.
Tong Thian hong tertawa jengah, katanya kemudian.
"Ayahku telah memberitahukan sepatah kata kepadaku, ia berpesan bilamana aku
sedang bertarung dengan musuh tangguh, aku disuruh mencari peluang yang baik
dan tanpa menimbulkan kecurigaan untuk mengucapkan sesuatu kata sandi,
seandainya pihak lawan bukan anggota Sam seng bun, ia pasti tak akan memahami
arti dari perkataan itu, sebaliknya jika dia adalah orang Sam seng bun, sudah
pasti dia akan segera pergi, sehingga suatu kesalah pahaman sudah pasti tak akan
terjadi." "Ohhh.......... begitukah" Apakah perkataan itu?"
"Perkataan itu aneh kedengarannya, aku sendiri juga tidak memahami artinya,
seperti sepotong kata sandi, seperti juga sepotong bait syair, pokoknya kata-
kata tersebut bisa membuat orang tidak habis mengerti."
"Apakah sau pocu merasa keberatan untuk mengutarakannya keluar?" tanya Nyo
Hong ling. "Boleh saja aku ucapkan kata-kata tersebut, cuma aku minta kalian jangan
sembarangan menggunakannya."
Nyo Hong ling segera tersenyum.
"Sau pocu tak usah kuatir, Sam seng bun mempunyai organisasi yang amat rapat
dan sempurna, andaikata kata sandi itu bukan diucapkan oleh sau pocu, berita ini
8 dengan cepat akan tersiar sampai di markas besar mereka, aku pikir kejadian ini
bisa menimbulkan ketidak beruntungan bagi keluarga Tong kalian."
"Ucapan Hoacu memang benar, usia ayahku sudah lanjut, aku memang tidak ingin
mendatangkan bencana kemusnahan buat keluarga Tong kami..."
"Kesulitan sau pocu dapat kami pahami sekalipun tidak kau katakan, kami juga
takkan menyalahkan dirimu."
Tong Thian hong termenung sejenak, kemudian berkata. "Mungkin kata sandi itu
akan bermanfaat bagi kalian untuk memahami perguruan Sam seng bun, asal
kalian tidak menggunakannya sewaktu menghadapi mush, tiada salahnya bagiku
untuk mengutarakannya keluar."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Kata sandi itu adalah Seng tong
sembilan pintu, delapan penjuru adalah tanah terlarang!"
"Seng tong sembilan pintu, delapan penjuru tanah terlarang?" gumam Ki Li ji,
"Kata-kata ini pada hakekatnya tidak bisa dihubungkan satu dengan lainnya."
"Akupun berpendapat demikian, rasanya tiada hubungannya satu dengan lainnya."
kata Tong Thian hong, "mungkin justru lantaran tidak adanya hubungan ini, maka
baru menimbulkan perhatian orang lain."
Tiba-tiba Nyo Hong ling memejamkan matanya dan tidak menggubris beberapa
orang itu lagi. Ki Li ji segera mengulapkan tangannya memberi tanda dan berbisik. "Kalian
jangan bicara lagi, Hoa cu sedang menggunakan kecerdasan otaknya untuk
memecahkan arti dari ucapan tersebut."
Untuk sesaat lamanya, suasana di arena itu menjadi sepi, sedemikian heningnya
sampai tak kedengaran suara ringkikan kuda berkumandang datang dari balik
kuil, menyusul kemudian terdengar suara derap kaki kuda yang ramai
berkumandang memecahkan keheningan, tampaknya ke empat ekor kuda itu
seperti mengalami kekagetan sehingga melarikan diri dari situ.
Serentak Buyung Im seng dan Tong Thian hong melompat ke udara dan secepat
kilat menerjang keluar dari kuil tersebut.
Di bawah cahaya bintang, tampaklah beberapa ekor kuda sedang melarikan diri
menjauhi tempat itu. Buyung Im seng hanya memandang sekejap ke arah kuda-kuda yang lari menjauh
itu, mereka tidak melakukan dan pelan-pelan membalikkan badannya.
Hampir pada saat yang bersamaan, Tong Thian hong juga menghentikan gerakan
tubuhnya dan saling bertukar pandang sekejap.
Dari balik kegelapan pelan-pelan muncul sesosok bayangan manusia yang tinggi
besar, di tangannya masing-masing menghela seekor macan kumbang.
"Sudah lama aku mendengar nama besar sungguh beruntung hari ini kita bisa
saling bersua!" Pa-jin, Li Tat mendengus dingin, dengan suara serius balik tanyanya.
"Siapa pula engkau?"
9 Baru saja Tong Thian hong hendak menyebutkan namanya, tiba-tiba satu ingatan
melintas dalam benaknya, ia lantas berpikir.
"Sekarang aku harus merahasiakan identitasku jangan sampai namaku ketahuan
orang" Berpikir demikian, sambil mengulapkan tangan kanannya ia menjawab.
"Aku tidak lebih hanya seorang prajurit tak bernama, sekalipun kusebutkan
namaku, belum tentu kau akan mengenalnya."
Sementara itu Buyung Im seng juga sedang berpikir.
"Diantara sekawan binatang buas, macan kumbang adalah jenis binatang yang
terganas, orang ini berjuluk Pa jin, si manusia macan kumbang, apalagi menuntun
dua ekor macan kumbang besar, sudah pasti dia bukan manusia baik-baik.
Sementara ia masih berpikir sampai di situ, Li Tat dengan dingin telah berkata:
"Kalau toh kau bisa mengetahui namaku, berarti kau bukan seorang manusia
sembarangan, mengapa kau tak berani mengucapkan namamu yang
sesungguhnya?" "Seandainya aku menyebutkan sebuah nama secara sembarangan, memangnya kau
tahu?" Si Manusia macan kumbang Li Tat segera mendongakkan kepala dan tertawa
terbahak-bahak. "Haaahhhhaaa.....hahhhh....hahhh...... tampaknya kau sudah bosan hidup!"
"Sudah lama kudengar kau memiliki kepandaian melatih macan kumbang yang
cukup lihai, bisa membuat binatang buas menuruti perintahmu, hari ini bila aku
bisa menyaksikan kehebatanmu itu, sungguh merupakan suatu keberuntungan
bagi kami berdua." Manusia macan kumbang Li Tat mendengus dingin.
"Hmmm! Sepasang macan kumbangku ini terlatih sekali dan pandai bekerja sama
untuk melawan musuh, sekalipun kau memiliki kekuatan untuk menaklukkan
harimau menjinakkan singa, belum tentu dianya itu sanggup untuk menghindari
serangan sepasang macan kumbangku ini.
Kembali Buyung Im seng berpikir.
"Tampaknya ia marah oleh perkataan Tong Thian hong, tapi belum juga
melepaskan macan kumbangnya, mungkin ia bermaksud untuk menggertak kami
lebih dulu..." Sementara ia masih termenung, Tong Thian hong telah mengulapkan tangannya
seraya berkata. "Aku juga tahu kalau kepandaianmu sebagai pawang macan kumbang tiada
taranya di dunia ini, memberi perintah macan kumbang seperti memerintah
tentara, cuma..." "Cuma kenapa?" 10 Tong Thian hong menepuk pelan telapak tangannya, sambil tertawa ujarnya.
"Cuma didunia ini masih terdapat juga manusia yang tidak takut dengan macan
kumbang andai kata aku mampus di bawah cakar macan kumbangmu itu, anggap
saja nasibku yang jelek tapi bagaimana seandainya macan kumbang kalian yang
terluka di tanganku?"
"Kau tak akan mampu melukai mereka!" jawab Li Tat.
Tiba-tiba dia mengangkat tangan kirinya, macan kumbang yang berada di sebelah
kiri itu segera melompat ke udara dan menubruk ke depan dengan membawa
desingan angin tajam. Waktu itu Tong Thian hong sudah mengadakan persiapan, telapak tangan kirinya
segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan dahsyat, sementara
tubuhnya melompat ke samping untuk menghindarkan diri.
Perlu diketahui, ilmu pukulan dari keluarga Tong tersohor karena kemampuan
untuk membunuh kerbau dari seratus langkah, bila ilmu tersebut digunakan untuk
menghadapi macan kumbang maka hal itu malah sangat tepat sekali.
Tapi ia tak berani menggunakannya, sebab ia kuatir identitasnya akan ketahuan
lawan. Tampak Li Tat mengayunkan tangan kanannya, macan kumbang yang berada di
sebelah kanan itu segera menubruk pula ke depan.
Pada saat itu, macan kumbang di sebelah kiri yang sedang menyerang ke muka itu
memiringkan kepalanya ke samping, wesss! Serangan dari Tong Thian hong tadi
segera menyambar dari sisi tubuhnya dan mengenai ditempat kosong.
Baru gagal dalam serangannya tersebut, Tong Thian hong merasakan cakar tajam
dari macan kumbang yang berada di sebelah kanan itu telah mengancam di depan
dadanya, dengan taring yang tajam makhluk ganas itu siap menggigit tubuhnya.
Tampak Pa Jin Li Tat menarik tangan kirinya, macan kumbang yang menyambar
lewat dari sisi tubuh Tong Thian hong itu segera membalikkan badan dan tanpa
menimbulkan sedikit suarapun menubruk dari punggung orang.
Buyung Im seng hanya memandang jalannya pertarungan itu dari samping,
menyaksikan kesemuanya itu, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, dia
berpikir. "Kedua ekor macan kumbang ini selain lincah gerak-geriknya, lagi pula bisa maju
mundur secara teratur persis seperti orang yang berlatih ilmu silat, bukan suatu
pekerjaan yang gampang untuk melatih dua ekor macan kumbang seperti itu...."
Tong Thian hong juga turut terperanjat setelah bertarung sekian lama melawan
kedua ekor macan kumbang itu, ia merasa kemampuan dari sepasang macan
kumbang itu bagaikan jago lihai dalam dunia persilatan, rasa memandang rendah
pada lawannya segera dipunahkan dengan menghimpun semua pikiran dan tenaga
dihadapinya serangan-serangan dari macan kumbang tersebut secara serius.
Dalam waktu singkat dua puluh gebrakan sudah lewat, kedua ekor macan kumbang
itu tidak berhasil melukai Tong Thian hong, sebaliknya Tong Thian hong
sendiripun tak berhasil menghantam sepasang makhluk buas itu.
11 Mendadak Pa Jin Li Tat menarik tangannya, dua ekor macan kumbang itu segera
melompat mundur ke belakang waktu itu Tong Thian hong sudah habis
kesabarannya setelah serangan tidak berhasil merobohkan makhluk buas itu, baru
saja ia hendak melancarkan serangan mematikan, tiba-tiba kedua ekor macan
kumbang itu mundur ke belakang, ini membuat hatinya menjadi tercengang, segera
teriaknya. "Mengapa kau menarik kembali kedua ekor kumbangmu itu" Menang kalah toh
belum ketahuan?" Tidak banyak manusia di dunia ini yang sanggup menghadapi serangan dari kedua
ekor macan kumbangku ini" kata Li tat dingin, kau sanggup bertarung sebanyak
dua puluh gebrakan melawan mereka tanpa memperlihatkan tanda-tanda
kekalahan, sudah bisa dipastikan kau adalah manusia yang tangguh dalam dunia
persilatan." Tong Thian hong tertawa dingin dihati, pikirnya. "Hmmm... coba kalau kugunakan
ilmu pukulan Tong Keh sin kun, sedari tadi kedua ekor macan kumbangmu itu
sudah mampus di ujung pukulanku" Dalam hati dia berpikir demikian ujarnya.
"Saudara terlalu memuji."
"Apakah kau bersedia menyebutkan nama aslimu?"
"Aku toh sudah bilang, aku tak lebih hanya seorang prajurit tak bernama,
sekalipun kusebutkan namaku belum tentu kau akan kenal."
"Kalau kau memang enggan menyebutkan namamu, aku tak akan memaksa!" kata
Li Tat dingin. Tiba-tiba dia membalikkan badan dan melompat pergi, kedua ekor macan
kumbangnya segera pergi pula, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah
lenyap dari pandangan mata.
Memandang bayangan punggung Li Tat yang berlalu, Tong Thian hong segera
berpikir dalam hati. "Orang ini sangat mencurigakan, harus kubiarkan ia pergi atau menghalanginya?"
Tiba-tiba terdengar Nyo Hong ling berseru keras.
"Harap saudara sekalian kembali. Kita harus merundingkan siasat untuk
mengatasi keadaan ini."
Buyung Im seng dan Tong Thian hong segera melangkah balik ke dalam kuil itu.
"Maksud nona apakah Pa jin Li tat ada hubungannya dengan perguruan Sam seng
bun?" bisik Tong Thian hong.
"Aku rasa pasti sudah ada hubungannya....."
"Tahu begitu aku harus melancarkan serangan mematikan untuk membunuhnya,
kini ibaratnya melepas harimau pulang gunung, hanya akan meninggalkan bibit
bencana saja untuk kita."
Nyo Hong ling tertawa. 12 "Ada banyak perubahan situasi yang jauh berbeda dengan ap yang kuduga semula,
aku sendiripun merasa agak bingung, ktia sedang membutuhkan seorang petunjuk
jalan tahu-tahu Pa jin Li Tat muncul tepat pada waktunya coba kalian pikir
apakah keadaan ini tidak mengherankan?"
Tong Thian hong tersenyum.
"Barusan aku kuatir identitasku ketahuan orang, maka aku tak berani
mempergunakan ilmu silat keluarga Tong, siapa tahu justru tindakanku ini
rupanya sangat tepat."
"Setelah aku berpikir berulang kali, maka tiba-tiba saja kurasakan bahwa Tay hu
san seng merupakan suatu jebakan yang besar sekali, bagaimanapun cermatnya
kita menyaru, setibanya ditengah pulau Kang sim hu to tersebut jejak kita pasti
ketahuan." "Jadi maksud Hoa cu, apakah kita harus membatalkan rencana kita untuk
berkunjung kebukit Tay hu san?"
"Dengan bersusah payah kita berusaha mencari mereka, mengapa kita tidak
membiarkan mereka yang membawa kita ke tempat tujuan?"
Maksud Hoacu, kita akan menguntil di belakang Pa jin Li Tat?"
Tidak, caraku ini rada kelewat menyerempet bahaya tapi rasanya cukup jitu, entah
bagaimana pendapat kalian?"
"Silahkan Hoacu menerangkan lebih jauh."
Nyo Hong ling termenung sebentar, lalu katanya, "Andaikata kita tertawan oleh
mereka, apakah menurut peraturan Sam seng bun kita akan segera dibunuh?"
Mendengar pertanyaan tersebut Tong Thian hong segera berpikir.
"Aaah, benar juga dugaanku, cara yang dia kemukakan sangat menyerempet
bahaya, tak nyana ia bisa menemukan cara semacam itu"
Berpikir sampai di situ, dia lantas berkata.
"Menurut pendapatku, ini tergantung manusia macam apakah yang mereka tawan,
kalau mereka cuma manusia yang tak bernama aku pikir mereka tak akan
menggusur kita ke markas besar, siapa tahu ditengah jalan sudah dibereskan dulu
jiwanya" Seandainya orang yang mereka tawan adalah Buyung kongcu serta seorang Hoa li
dari Biau hoa lengcu, apakah kedudukan kedua orang ini cukup tinggi" Tentu saja
cukup tinggi!" "Baik, kalau begitu kita boleh menyaru sekali lagi, aku dan Ki Li ji akan
menyamar sebagai dua orang hoa li dari perguruan Biau hoa bun, sedangkan sau pocu
terpaksa harus turunkan sedikit derajatmu untuk menyaru sebagai pelayannya
Buyung kongcu, kita menyerempet bahaya lagi, siapa tahu kalau lembah tiga
malaikat berhasil kita ketemukan?"
"Ada satu hal yang aku merasa kurang mengerti harap Hoa lengcu bersedia
memberi penjelasan."
"Katakan sau pocu!"
13 "Sewaktu di tawan oleh mereka, jalan darah kita akan tertotok, apakah dalam hal
ini Hoa cu pernah memikirkannya?"
"Sudah!" "Andaikata mereka tidak turun tangan lebih lanjut, aku percaya kita berempat
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memilih lanjut, aku percaya kita berempat memiliki kemampuan untuk
membebaskan diri dari totokan, asal kita diberi waktu selama setengah jam, jalan
darah yang tertotok pasti akan bebas dengan sendirinya, cuma dibalik kesemuanya
itu masih ada satu hal yang amat penting, yakni andaikata kita dihadapkan dengan
suatu ancaman keselamatan jiwa kita, apakah kita akan turun tangan untuk
melancarkan serangan balasan?"
"Tentu saja, kalau kita dihadapkan dengan ancaman jiwa, berpura-pura lebih
jauhpun tak ada gunanya, tapi harus diperhatikan bahwa kita harus meninggalkan
paling tidak dua orang musuh agar bisa dikorek keterangan...."
"ini yang dinamakan sekali timpuk mendapat dua ekor burung kata Tong Thian
hong," bila keadaan terjadi perubahan, kita bisa berusaha untuk membunuh orang
yang menawan kita serta menyamar sebagai anggota Sam seng bun, bukankah
begitu?" "Benar, aku memang bermaksud demikian!"
Tong Thian hong segera tertawa lebar.
"Baik, kalau begitu aku bersedia menuruti usul dari Hong cu ini!"
Nyo Hong ling mengalihkan sinar matanya ke wajah Buyung Im seng, kemudian
tanyanya. "Saudara Buyung, bagaimana pendapatmu?"
"Aku setuju!" jawab pemuda itu sambil tertawa.
"Baik! Jikalau kalian berdua telah setuju, mari kita laksanakan menurut rencana,
untuk sementara waktu harap kalian mengundurkan diri lebih dulu, aku dan Li ji
akan menyuruh sebentar."
Buyung Im seng saling berpandangan sekejap dengan Tong Thian hong, kemudian
mengundurkan diri keluar ruangan.
Tak lama kemudian, dari dalam kuil kedengaran Nyo Hong ling berseru.
"Sekarang kalian boleh turun tangan!"
"Saudara Tong, terpaksa menurunkan derajatmu" bisik Buyung Im seng kemudian.
"Pegang janji adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan seorang manusia,
setelah aku menyanggupi permintaan Hoa lengcu, sudah barang tentu harus
kulakukan janjiku itu."
Penyamaran yang dilakukan Buyung Im-seng paling sederhana, dia hanya
membersihkan obat penyamar di atas mukanya dan memulihkan kembali wajah
aslinya. 14 Sedangkan Tong Thian hong bertukar pakaian dan menyamar sebagai seorang
pelayan. Baru selesai kedua orang itu menyamar, tiba-tiba terdengar suara auman macan
kumbang yang berpuluh-puluh ekor banyaknya berkumandang datang dari
kejauhan. Menyusul kemudian muncul beberapa sosok bayangan manusia mengikuti di
belakang rombongan macan kumbang tadi.
Buyung Im seng menengok ke depan, dilihatnya Pa jin Li Tat berjalan di paling
muka dengan di belakangnya mengikuti dua orang kakek berusia antara 50 tahun.
Tong Thian hong melirik sekejap ke arah ke dua orang kakek itu, dengan cepat dia
kenali kedua orang itu sebagai gembong iblis yang amat kesohor namanya dalam
dunia persilatan. Orang yang berada di sebelah kiri adalah seorang yang bernama Si hu ciang
(pukulan pembetot sukma) Kim Cok, sedangkan orang yang berada di sebelah
kanan itu bernama Liu seng to (golok bintang kilat) Ong Thi san.
Diam-diam terkejut juga hatinya setelah menjumpai kedua orang itu, pikirnya.
"Sungguh lihai pentolan dari Sam seng bun itu, entah dengan cara apakah ia
berhasil membuat jago-jago lihai yang termasyhur akan kekejiannya dalam dunia
persilatan ini takluk kepadanya?"
Sekalipun ia kenal mereka berdua namun tidak menegur secara langsung, rahasia
itu hanya disimpan dalam hatinya belaka.
Terdengar Si hun ciang Kim Cok berada di sebelah kiri berseru.
"Dua orang inikah yang kau maksudkan?"
Walaupun si manusia macan kumbang Li Tat merasa bahwa dua orang yang berada
dihadapannya itu bukan mereka yang dijumpainya tadi, tapi keadaan memaksanya
mau tak mau musti mengakui, terpaksa dia manggut-manggut.
"Benar, kedua orang itu."
Tiba-tiba Kim Cok menerjang maju ke muka, setelah melewati Li Tat, ditatapnya
Buyung Im seng dan Tong Thian hong sekejap dengan sinar mata setajam sembilu,
kemudian tegurnya. "Siapakah kalian berdua, mengapa ditengah malam buta begini datang kemari"
Mau apa kalian datang ke sini?"
"Aneh benar pertanyaan yang kalian ajukan itu, apakah tempat ini tak boleh
dikunjungi?" sahut Tong Thian hong.
"Dikunjungi sih boleh, cuma harus dilihat dulu kedudukannya serta saat
kedatangannya." "Huh, sungguh besar amat lagakmu, siapa kau?"
"Si hun ciang Kim cok, ucapanku tidak kelewat bukan?"
"Hmmm, belum pernah ku dengar nama itu"
15 Kontan Kim Cok tertawa dingin, serunya,
"Sekalipun kau belum pernah dengar, sekarang mumpung belum mati, mendengar
agak terlambatpun tak menjadi soal."
Menyaksikan sikap orang, Tong Thian hong lantas berpikir dalam hati kecilnya.
"Bila ku ejek sekali lagi, sudah pasti suatu pertarungan akan terjadi...."
Untuk sesaat dia tak dapat mengambil keputusan, maka ia terus berpaling dan
memandang ke arah Buyung Im seng.
Pelan-pelan Buyung Im seng bertanya.
"Harus berasal dari kedudukan apakah baru boleh datang ke sini ditengah malam
buta begini?" "Tentu saja harus mempunyai sedikit nama dan kedudukan dalam dunia
persilatan." "Silahkan kau pertimbangkan sendiri bila kau merasa nama dan kedudukanmu
cukup mengejutkan orang, tak ada salahnya untuk disebutkan. Tapi kalau merasa
nama dan kedudukanmu belum cukup untuk disebutkan, lebih baik tak usah
mencari malu untuk diri sendiri."
Buyung Im seng segera tertawa hambar, katanya "Kalau Buyung Im seng dari
Kang ciu, apakah cukup besar nama serta kedudukannya dalam dunia persilatan?"
"Buyung kongcu?" Kim Cok tampak tertegun.
"Benar, bila nama serta kedudukanku kurang cukup, bagaimana kalau ditambah
dengan nama mendiang ayahku Buyung Tiang kim?"
"Cukup, cukup, hanya nama besar dari Buyung kongcu pun sudah lebih dari
cukup." "Kalian berdua terlalu memuji, aku masih belum menanyakan nama besar kalian
berdua." Pengalamannya selama bertahun-tahun membuat pemuda ini pandai sekali
membawa diri. Entah lantaran tergetar oleh sisa pengaruh Buyung Tiang kim
semasa masih hidupnya dulu, entah ia menaruh kesan istimewa terhadap Buyung
Im seng, tiba-tiba Kim Cok menjura seraya berkata "Aku bernama Kim Cok,
mempunyai sebuah julukan yang kurang sedap didengar bernama Si hun ciang!"
Sekalipun Buyung Im seng belum pernah mendengar nama orang itu, ia menjura
pula seraya berseru. "Selamat berjumpa, selamat berjumpa." Tidak menanti Kiim
Cok menyahut, Liu seng to Ong Thi san segera memperkenalkan pula dirinya.
"Siaute bernama Liu seng to Ong Thian san!"
"Sudah lama kudengar nama besar kalian berdua dalam dunia persilatan, sungguh
beruntung bisa saling bersua muka pada malam ini."
"Kemunculan Buyung kongcu didalam dunia persilatan juga sudah lama kami
dengar, tak disangka kita dapat berjumpa hari ini."
Melihat sikap orang yang sopan, Buyung Im seng segera berpikir.
16 "Aku harus berusaha untuk mengobarkan kemarahan mereka hingga terjadi
pertarungan, dengan demikian aku baru dapat kesempatan untuk membekuk
mereka." Berpikir demikian, dengan dingin ia lantas berkata.
"Ditengah malam buta begini kalian membawa binatang buas datang mengganggu
kami, bahkan membuat kuda kami lari ketakutan, sesungguhnya apa tujuan
kalian?" "Kalau cuma beberapa ekor kuda sih apa artinya?" jawab Kim Cok sambil tertawa,
"bila kongcu bersedia, besok pagi aku pasti akan mengambilkan kuda-kuda kongcu."
Buyung Im seng kembali berpikir.
"Sikapnya kepadaku begitu ramah dan mengalah, agaknya sulit untuk
melangsungkan suatu pertarungan dengan mereka."
Sambil mendengus dingin segera katanya.
"Aku inginkan kudaku yang telah kalian bikin lari ketakutan itu.....!"
"Baik! Besok pagi pasti kami kembalikan, kami tak akan membuat kongcu menjadi
kecewa." "Bagus sekali!" kembali Buyung Im seng membatin," kalau kau bersikap begitu
sungkan terus kepadaku, mana mungkin pertarungan bisa dilangsungkan?"
Terdengar Kim Cok telah berkata lagi:
"Tolong tanya berapa ekor kuda kongcu yang telah hilang?"
"Empat ekor!" Kim Cok segera tersenyum, serunya.
"Kongcu kan cuma dua orang" Kenapa kuda tunggangannya bisa berjumlah
empat?" "Siapa bilang kami hanya berdua?"
"Bocah keparat" pikir Kim Cok dalam hati," ternyata kau betul-betul pandai
sekali, tampaknya kalau tidak kugunakan kata-kata untuk menjebakmu, sulit untuk
mengorek keterangan dari mulutmu."
Berpikir demikian dengan girang ia lantas melanjutkan.
"Apakah kongcu masih membawa pembantu?"
"Dua orang yang lain adalah temanku!"
"Kalau memang mereka adalah teman Buyung kongcu, sudah pasti kedua orang ini
bukan manusia tak bernama, dapatkah diundang keluar agar berkenalan dengan
kami?" "mereka jarang sekali melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, sekalipun
kalian bertiga menjumpai mereka juga belum tentu kenal."
17 Kim Cok berpaling dan memandang sekejap ke arah Ong Thi san, kemudian
katanya, "Kalau Buyung kongcu telah berkata demikian, sudah pasti tak bakal
salah lagi, dua orang itu pastilah jago-jago muda dari dunia persilatan..."
"Wah... kalau mereka sudah begitu merendah terus menerus, tentu sukar untuk
menciptakan suatu bentrokan kekerasan," pikir Buyung Im seng.
Terdengar Ong Thi san berkata. "Apakah rekan-rekan seperjalanan Buyung
kongcu....." "Kenapa?" tiba-tiba serentetan suara merdu menukas.
Ketika menengok ke samping, tampak Nyo Hong ling dan Ki Li ji sedang
melangkah keluar dari balik ruangan kuil. Nyo Hong ling tak mau munculkan diri
dengan wajah aslinya, maka ia menutupi mukanya dengan obat-obatan, sedangkan
Ki Li ji telah memulihkan kembali wajah aslinya.
Kim Cok segera tertawa terbahak-bahak. "Haahhh... hahhh.... hahh... rupanya
mereka adalah dua orang nona."
Ong Thi san segera mengalihkan pandang matanya ke wajah Buyung Im seng,
katanya "Kedua orang ini adalah......."
"Hoa li (anggota perkumpulan) dari perguruan Biau hoa bun!"
Mendengar nama itu, diam-diam Kim Cok terperanjat, segera pikirnya. "Ternyata
pihak Biau hoa bun telah mengikat hubungan dengan Buyung kongcu."
Buru-buru dia menjura seraya berkata.
"Nona berdua, sungguh gagah sekali kalian berdua!"
"Sekarang, aku musti mencari alasan untuk turun tangan terhadap mereka.....
pikir Buyung Im seng. Sambil tertawa dingin ia lantas berkata.
"Kalian bertiga sudah mengajukan pertanyaan yang amat banyak kepadaku,
sekarang tiba giliranku untuk bertanya kepada kalian bertiga.
"Baik!" kata Kim Cok sambil tertawa, apa yang Buyung kongcu ajukan, sedapat
mungkin akan kami jawab, cuma tempat yang cocok untuk berbicara, bagaimana
kalau duduk sebentar di rumah kami?"
"Kita tak pernah saling mengenal, mengapa aku musti saja mengganggu
ketenangan kalian?" "Aaaah, empat samudra adalah sama-sama saudara," kata Ong Thi san, "apalagi
sudah lama sekali kami mengagumi nama besar Buyung kongcu.....!"
"Betul!" sambung Kim Cok pula," rumah kami ini adalah terletak tak jauh di
belakang bukit sana, bila kongcu tidak keberatan silahkan berkunjung ke rumah
kami sambil minum teh, Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap ke
arah Nyo Hong ling, kemudian tanyanya.
"Bagaimana menurut pendapat nona berdua"
"Terserah kongcu!" jawab si nona.
18 Buyung Im seng pura-pura berpikir sebentar, kemudian sahutnya.
"Baiklah mengingat kebaikan kalian bertiga kami akan datang mengganggu sekali
ini." "Baik, mari ikut aku!" kata Kim Cok.
Dia lantas membalikkan badan dan berjalan lebih dulu.
Nyo Hong ling dan Ki Li ji dengan langkah lebar mengikuti di belakang Kim Cok.
Pa jin Li Tat juga membalikkan badannya sambil berlalu dari situ berbareng itu
pula ia memperdengarkan suara pekikan yang amat nyaring. Puluhan sosok
bayangan hitam segera bermunculan dari balik semak belukar dari bebatuan
sekeliling tempat itu, kemudian berlari mengikuti di belakang Li Tat.
Bayangan-bayangan hitam itu bergerak sangat cepat, ketika Buyung Im seng
mengenalinya sebagai macan-macan kumbang yang garang, diam-diam ia merasa
terperanjat, pikirnya. "Hebat betul orang ini! Tak nyana ia sudah mengatur begitu banyak macan tutul di
sekeliling tempat ini tanpa kami sadari, seandainya ia memberi tanda tadi dan
tibatiba kawanan macan kumbang itu menyerang bersama, sekalipun ilmu silat kami
amat lihaipun belum tentu bisa menghadapi serangan itu.... untung aku tidak
bertindak gegabah tadi."
Berpikir demikian, dia lantas beranjak dan mengikuti di belakang Nyo Hong ling
berdua. Sedangkan Tong Thian hong sengaja berada di belakang dengan berjalan disamping
Liu seng to Ong Thi san. Ong Thi san melirik sekejap ke arah Tong Thian hong yang menyaru sebagai
seorang kacung buku itu, lalu pikirnya.
"Orang ini tidak lebih cuma seorang kacungnya Buyung kongcu, tapi begitu berani
ia berjalan di sampingku, Hmmm! Aku harus memberi sedikit pelajaran kepadanya
agar tahu diri." Berpikir sampai di situ, dengan dingin ia lantas menegur.
"Sudah berapa lama kau mengikuti Buyung kongcu......?"
Tong Thian hong memandang sekejap ke arah Ong Thi san, kemudian jawabnya.
"Belum lama!" "Oh...... berapa waktu?"
"Belum sampai setengah tahun!"
Kalau begitu ku bukan termasuk pembantu lama dari gedung Buyung hu......?"
"Jelas bukan!" jawab Tong Thian hong. Ketika gedung keluarga Buyung diserbu
orang dulu, laki perempuan tua muda semua anggota keluarga telah dibantai
orang. Buyung kongcu adalah satu-satunya orang yang berhasil meloloskan diri
dari musibah ini." 19 "Kalau begitu kau bersedia secara suka rela untuk menjadi kacungnya Buyung
kongcu?" Tong Thian hong segera tersenyum.
"Benar!" sahutnya, "tampaknya saudara Ong amat menaruh perhatian kepadaku?"
Ong Thi san semakin naik pitam ketika mendengar dirinya dipanggil saudara,
pikirnya dalam hati. "Sialan betul orang ini, seorang kacung pun berani menyebut saudara denganku.
Entah aku musti memberi sedikit pelajaran kepadanya." Karena mendongkolnya
dia tidak menggubris Tong Thian hong lagi, dengan langkah lebar dia melanjutkan
perjalanan ke depan. ooooOOOOoooo Bagian Kedua Pada mulanya Tong Thian hong mengira Ong Thi san telah menaruh curiga
kepadanya, dia menyangka pihak musuh sedang berusaha menyelidiki asal
usulnya, maka ketika dilihatnya orang itu berlalu tanpa menggubris dirinya lagi,
ia
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadi senang dan lega. Begitulah, setelah melewati dua buah bukit sampailah mereka di depan sebuah
perkampungan yang amat luas.
Perkampungan itu dibangun dalam sebuah lembah, empat penjuru sekelilingnya
penuh tumbuh pepohonan yang lebat lagi rimbun, tempat itu merupakan suatu
perkampungan yang rahasia sekali letaknya.
Pintu gerbang perkampungan telah terbuka lebar, sedang Pa jin Li Tat sudah
menunggu di depan pintu. Kim Cok segera berhenti setibanya di depan pintu, sambil memberi hormat ujarnya.
"Buyung kongcu, silahkan masuk!"
Diam-diam Buyung Im seng mengerahkan tenaga dalamnya mengelilingi seluruh
badan, dengan kesiap siagaan penuh dia melangkah masuk ke dalam ruangan.
Tampaknya sikap Kim Cok terhadap Buyung Im seng amat menghormat, sambil
mengikuti di belakangnya ia berkata.
"Aku sudah lama hidup mengasingkan diri ditempat ini, jarang sekali kami
melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan...."
Tapi aku lihat saudara Kim masih banyak mengetahui tentang kejadian dalam
dunia persilatan sambung Buyung Im seng.
"Yaa, teman-teman lamaku banyak yang mengetahui kami siaute hidup
mengasingkan diri di sini, mereka sering berkunjung kemari dan menginap selama
beberapa hari, dalam kesempatan itu mereka banyak bercerita tentang kejadian
20 dalam dunia persilatan, itulah sebabnya sekalipun sute telah mengasingkan diri
tapi masih banyak mengetahui tentang urusan dalam dunia persilatan."
"Ohh.... kiranya begitu!"
Kedua belah pihak sudah mulai saling membohong, tapi siapapun enggan untuk
membongkar kebohongan lawannya, karena itu dalam pembicaraan tersebut
semuanya berlangsung amat santai.
Masuk ke ruangan tengah, suasana terang benderang bermandikan cahaya lampu,
meja perjamuan telah dipersiapkan di sana.
"Sambil membungkukkan badan Kim Cok berkata:
"Silahkan saudara sekalian mengambil tempat duduk!"
Buyung Im seng berjalan masuk lebih dulu, sambil melangkah ke tengah ruangan
dia mengawasi keadaan di sekeliling tempat itu, tampak di atas dinding sebelah
depan situ tergantung sebuah lukisan gadis yang amat besar, kecuali itu tidak
nampak perabot yang menghiasi di sekitarnya. Dua orang dayang muda berbaju
hijau telah menunggu kedatangan tamunya di dalam ruangan.
"Buyung kongcu, silahkan duduk!" kata Kim Cok sambil mempersilahkan tamunya.
Tanpa sungkan-sungkan Buyung Im seng mengambil tempat duduk dikursi utama.
Nyo Hoa ling segera menarik Ki Li ji dan tanpa sungkan-sungkan mengambil
tempat duduk di hadapan Buyung Im seng.
Kalau Buyung Im seng duduk membelakangi lukisan gadis itu, maka Nyo Hong ling
dan Ki Li ji duduk dengan menghadap ke arah lukisan tersebut.....
Dengan langkah cepat Tong Thian hong segera maju ke depan dan duduk
disamping Buyung Im seng.
Dengan demikian Kim Cok serta Ong Thi san tak dapat memilih tempat duduk lagi,
kedua orang itu saling berpandangan sekejap kemudian masing-masing duduk di
sebelah kiri dan kanan. Baru saja beberapa orang itu duduk, kedua orang dayang itu telah maju ke depan
memenuhi cawan mereka dengan arak.
Sambil mengangkat cawan araknya, Kim Cok berkata.
"Tempo dulu, sewaktu Buyung tayhiap masih menjagoi dunia persilatan, akupun
berkesempatan mendapat perjamuan dari Buyung tayhiap didalam gedungnya,
maka dengan secawan arak ini akan ku hormat kongcu sebagai tanda terima kasih
kepada ayahmu." Buyung Im seng mengangkat cawan araknya melakukan suatu gerakan
menghormat, kemudian ujarnya sambil tertawa.
"Aku tidak terbiasa minum arak, maksud baik saudara Kim biar kuterima di hati
saja." 21 Kim Cok sekali teguk menghabiskan isi cawannya, kemudian ia berkata. "Kongcu
tak usah memaksakan diri, aku hanya bermaksud memberi hormat saja
kepadamu!" Buyung Im seng segera meletakkan cawannya ke meja dan menjura, katanya,
"Kalau begitu kuucapkan banyak-banyak terima kasih kepadamu!"
Ong Thi san menggerakkan sumpitnya dan berkata pula.
"Kalau Kongcu memang tak pandai minum arak, silahkan mencicipi hidangan
kami, hanya masakan gunung yang kurang lezat, harap kongcu jangan
menertawakan." Sehabis berkata dia lantas menggerakkan sumpit dan bersantap
dulu. Diam-diam Buyung Im seng berpikir.
"Seandainya meracuni hidangan tersebut tak nanti mereka akan bersantap dengan
begitu leluasa, jika aku tidak turut bersantap lagi pastilah mereka akan
memandang rendah diriku."
Berpikir demikian dia lantas menggerakkan sumpitnya dengan cekatan sekali ikut
bersantap tapi yang dimakan adalah hidangan yang telah disantap oleh Ong Thi
san tadi. Kim Cok ternyata tidak menawari arak lagi sambil memandang ke arah Buyung Im
seng katanya lagi sambil tertawa. "Ketika ayahmu ketimpa musibah, semua umat
persilatan ikut merasa berduka cita, apakah kemunculan kongcu kali ini adalah
untuk menyelidiki, aku kuatir sekalipun berminat juga tak akan mampu untuk
mewujudkannya." "Bukankah teman-teman ayahmu di masa lalu amat banyak sekali" Bahkan
diantaranya terdapat pula tokoh-tokoh sakti didalam dunia persilatan, asal
kongcu berseru minta bantuan, masakah mereka tak mau munculkan diri untuk membantu
usahamu itu?" Buyung Im seng termenung sejenak, kemudian katanya. "Apakah
Kim locianpwe juga berminat untuk berbuat demikian?"
Agaknya Kim Cok sama sekali tidak menyangka kalau dia akan mengajukan
pertanyaan secara berterus terang, untuk sesaat lamanya dia menjadi tertegun.
"Soal ini" Aku kuatir dengan kepandaian silatku yang biasa-biasa saja, mungkin
tak bisa banyak membantu diri kongcu."
Tiba-tiba Tong Thian hong menyela.
"Seandainya kongcu kami yang memohon bantuanmu?"
KIm Cok segera tertawa terbahak-bahak.
"Hahhhh.... hahhhh... hahhh...... andaikata Buyung kongcu bersedia memberi muka
kepadaku, sudah tentu akupun bersedia untuk membantu dengan sepenuh tenaga."
Mendengar itu, Buyung Im seng mendesak lebih jauh.
"Terima kasih banyak atas kebaikan Kim locianpwe, dewasa ini aku mempunyai
suatu kesulitan, apakah locianpwe bersedia untuk memberi bantuan.....?"
Desakan yang dilontarkan secara langsung ini dengan kontan saja membuat Kim
Cok tertegun di tempat, sampai lama sekali ia baru bisa berkata.
22 "Persoalan apa itu?"
"Kim locianpwe, bukankah kau sudah lama berkenalan dalam dunia persilatan"
Tentunya kau mengetahui bukan tentang perguruan Sam seng bun"
"Buyung kongcu tak usah sungkan-sungkan sebutan locianpwe tak berani ku
terima, meski aku lebih tua beberapa tahun, silahkan Kongcu menyebut Khim heng
saja kepadaku, ini sudah lebih dari cukup."
Setelah mendehem pelan, terusnya.
"Mengenai perguruan Sam seng bun, aku memang pernah mendengar orang
membicarakannya, cuma setelah banyak tahun mengasingkan diri persoalan dunia
persilatan yang kuketahui pun bertambah sedikit, aku cuma mendengar orang
berkata bahwa Sam seng bun merupakan kekuatan yang terbesar didalam dunia
persilatan dewasa ini, mengenai masalah selanjutnya, aku kurang begitu paham."
"Konon didalam perguruan Tiga malaikat tersebut bukan saja banyak jago lihai
yang telah menjadi anggotanya, bahkan memiliki organisasi yang amat rahasia,
bila tidak mengetahui cara mengadakan kontak, sekalipun ada orang dari Sam seng
bun yang berada disamping kitapun tidak kita sadari, benarkah itu?"
Didesak oleh ucapan Buyung Im seng yang tajam bagaikan pisau itu, hampir saja
Kim Cok tak sanggup mengendalikan diri, sambil tertawa paksa katanya,
"Soal itu sih saya kurang tahu!"
Buyung Im seng segera tertawa hambar.
"Tampaknya saudara Kim tidak berniat sungguh-sungguh untuk membantu diriku!
"Bukannya begitu, bila Buyung kongcu akan membalaskan dendam untuk kematian
ayahmu, tentu saja aku bersedia untuk membantu, tapi perguruan Sam seng bun
toh bukan musuh besar pembunuh ayahmu!"
Buyung Im seng segera berpikir didalam hati .
"Bila ku desak dirinya lebih jauh, sudah pasti keadaan akan berobah menjadi kaku
dan tidak menggembirakan "Berpikir demikian, sambil tertawa dia lantas berkata.
"Saudara Kim tak usah kuatir, aku tak lebih cuma bertanya saja, aku tahu bahwa
saudara Kim sudah lama mengasingkan diri dari keramaian dunia persilatan,
sekalipun kau benar-benar bersedia membantuku, aku juga tak akan berani
mengusik ketenanganmu."
Merah padam selembar wajah Kim Cok karena jengah ujarnya agak tersipu-sipu,
"Asalkan Kongcu telah berhasil menemukan pembunuh ayahnya sampai waktunya
aku pasti akan datang ditempat kejadian dan membantu dirimu.
Tiba-tiba Ong Thi san bangkit berdiri, lalu katanya. "Harap kalian duduk
sebentar, aku ingin mengundurkan diri sebentar!"
"Silahkan saudara Ong!" cepat Kim Cok berseru. Ong Thi san segera menjura dan
melangkah keluar dari ruangan dengan tindakan lebar.
Memandang hingga bayangan Ong Thi san lenyap diluar ruangan, Buyung Im seng
segera beranjak, katanya.
23 "Kami sudah menunggu kalian cukup lama, maksud baik kalian tak akan
kulupakan, nah kami sekalianpun ingin mohon diri pula." Kim Cok menjadi amat
gelisah, serunya cepat-cepat.
"Kongcu, mengapa kau harus terburu napsu" Duduklah sebentar, lohu masih ada
persoalan ingin dibicarakan."
"Persoalan apa?" tanya Buyung Im seng sambil tersenyum.
Kim Cok mendehem pelan, kemudian sahutnya
(Bersambung ke jilid 2) 24 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 2 PERSOALAN tentang lembah tiga malaikat itu tiba tiba saja lohu teringat akan
beberapa hal. Tubuh Buyung Im-seng yang telah bangkit berdiri itu segera duduk kembali,
katanya: "Kalau begitu aku siap mendengarkan penjelasanmu."
Kim Cok sendiri juga mengerti, apabila ia tidak singgung masalah lembah tiga
malaikat pada saat ini, mungkin sulit untuk menahan Buyung Im-seng di sana.
Maka katanya: "Setengah tahun berselang, seorang teman lamaku kebetulan berkunjung
menengok ku" "Tentunya temanmu itu secara kebetulan adalah anggota Sam-seng-bun, maka ia
mengetahui banyak tentang latar belakang perguruan itu. Betul bukan ?" Sambung
Tong Thian-hong. Dengan dingin Kim Cok memandangi sekejap Tong Thian hong, agaknya ia hendak
mengumbar hawa amarahnya, tapi dengan capat perasaan itu ditekan kembali,
sambungnya: "Teman lamaku ini apakah benar-benar anggota Sam-seng-bun atau
bukan, lohu kurang tahu. Tapi ia memang banyak membicarakan masalah Samseng-
bun dengan lohu." "Apa saja yang dibicarakan ?"
"Katanya seluruh dunia persilatan akan mengalami perubahan besar, sudah tentu
beberapa tahun Sam-seng-bun memupuk kekuatan secara diam-diam paling lama
dua tahun lagi, paling cepat satu tahun kemudian seluruh dunia persilatan pasti
akan terjatuh ke tangan mereka."
"Dia masih banyak membicarakan persoalan lain, sayang sudah terlalu lama
kejadian ini berlangsung, sehingga lohu sendiripun sudah banyak yang lupa."
25 "Terima kasih atas petunjukmu !" kata Buyung Im-seng, dia lantas beranjak dan
berlalu dari situ dengan langkah lebar.
Dengan cepat Kim Cok menghalangi jalan perginya, dia berseru:
Buyung Kongcu, kau hendak pergi kemana ?"
"Apa yang hendak Kim-seng katakan sudah habis diucapkan, sedang apa yang bisa
kudengar juga sudah selesai kudengar, tentu saja aku hendak memohon diri !"
"Kongcu, silahkan duduk dulu, mungkin bila kupikirkan beberapa waktu lagi ada
banyak persoalan yang bisa kuingat kembali."
"Tapi sayang aku sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk menunggu,
harap Kim-heng pikirkan secepatnya, bila dalam seperminuman teh kau masih
belum berhasil mengingat apa-apa, aku tak akan menunggu lagi." Kim Cok
termenung dan berpikir sejenak kemudian katanya: "Yaa, yaa, aku sudah teringat
lagi, dia masih memberitahukan suatu hal kepada lohu."
"Persoalan apa ?"
"Dia bilang separuh bagian jago lihay yang ada didalam dunia persilatan ini
telah menggabungkan diri dengan perguruan Sam-seng-bun dalam dunia persilatan
sudah tiada kekuatan lain lagi yang bisa menghalangi niat Sam-seng-bun,
sekalipun ayahmu Buyung tayhiap hidup kembalipun percuma saja."
"Apakah saudara Kim percaya dengan perkataannya itu ?"
"Sebenarnya aku tidak percaya, tapi setelah dijelaskan pelbagai masalah besar
lainnya, mau tak mau aku menjadi percaya juga."
"Jikalau kau sudah percaya, sepantasnya kalau menggabungkan diri dengan
perguruan Sam-seng-bun." sindir Tong Thian-hong.
"Pertama karena aku sudah mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan.
Kedua sekalipun aku ingin bergabung juga harus ada yang mengantar, maka... "
Buyung Im-seng tertawa lebar, tukasnya: "Kalau atap tidak terjatuh tak akan
pecah, seorang panglima perang besar kemungkinan akan tewas di medan laga,
kalau toh saudara Kim sudah mengundurkan diri dari dunia persilatan lebih baik
jagalah diri dengan waspada, jangan sampai mendapat suatu akhir yang
mengenaskan" Kim Cok tertawa terbahak bahak ; "Haa... haah... haahh.. tapi bila tidak
bergabung dengan perguruan Sam-seng bun, besar kemungkinan kita akan mampus semakin
cepat lagi." Buyung Im-seng tertawa dingin, katanya: "Setiap manusia mempunyai tujuannya
sendiri-sendiri, aku pun tak ingin banyak membujukmu lagi."
Kongcu, apakah kau mempunyai urusan penting lainnya ?"
"Kalau pembicaraan tidak mencocoki, banyak bicarapun tak ada gunanya, aku tak
ingin berdiam lebih lama lagi."
"Kalau memang begitu, akupun tak berani memaksa lebih jauh, cuma harap kongcu
menunggu sebentar, akan kuberi tanda dulu kepada Li Tat agar menyingkirkan
macam-macam kumbangnya, daripada kongcu kena dilukai nanti."
26 "Sekalipun aku menunggu lebih lama lagi belum tentu mereka bisa datang kemari."
"Kongcu, apa kau bilang ?"
"Aku bilang, orang-orang yang lebih garang dari binatang buas buas yang sedang
kau tunggu itu, aku rasa saudara Kim tak usah repot-repot lagi "
Melihat keadaan semakin runyam, terpaksa Kim Cok menarik mukanya seraya
berkata: "Seorang bocah yang masih muda belia, mengapa kata katanya begitu tak
tahu sopan santun ?"
Yang dikuatirkan Buyung Im-seng justru kalau dia dihantar keluar dari situ
dengan hormat, sebab kalau sampai demikian keadaannya, untuk mencari garagara
pasti akan sulit sekali. Oleh sebab itu, ketika pihak lawan berubah wajah, ini
justru berkenan dihatinya, maka sambil tertawa katanya: "Saudara Kim
maksudkan diriku?" "Tentu saja kau !"
Tiba-tiba Tong Thian -hoang menerjang maju ke depan, serunya: "Besar amat
nyalimu, sungguh berani mendamprat kongcu kami !"
Telapak tangan kanannya segera diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat. "Bagus !" Seru Kim Cok. "Lohu akan memberi pelajaran dulu kepada kau si
pelayan, kemudian baru memberi pelajaran kepada majikannya!"
Sambil mengayun tangan, dia sambut datangnya serangan tersebut.
Serangan yang dilakukan kedua orang itu hampir diayunkan pada saat yang
bersamaan, "Blaaam... !" suatu bentrokan segera terjadi.
Hasil dari bentrokan kekerasan tersebut, baik Tong Thian hong maupun Kim Cok
sama-sama mundur selangkah.
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan bentrokan kekerasan tersebut, maka kedua orang itu lantas tahu kalau
kekuatan mereka seimbang alias setali tiga uang.
Diam-diam Kim Cok merasa terkejut, pikirnya: "orang ini tidak lebih cuma seorang
pembantunya Buyung kongcu, mengapa ilmu silatnya luar biasa hebatnya" Kalau
begitu Buyung kongcu sendiri pasti luar biasa!"
Berpikir demikian, ternyata serangan yang kedua tidak lagi dilancarkan.
Dalam anggapannya semula, sekalipun tidak berhasil melukai musuhnya dengan
serangan tersebut paling tidak bisa memberi pelajaran kepada orang itu, siapa
sangka dia sendiri malahan terdorong mundur selangkah ke belakang.
Dengan kening berkerut Buyung Im seng juga sedang berpikir.
"Tujuan kami adalah menangkap hidup-hidup diri mereka, tapi Tong Thian hong
telah saling beradu kekerasan dengannya, harapan tersebut tampaknya sukar
untuk diwujudkan." Tapi berada di hadapan Kin Cok ia merasa sukar untk memberi teguran, hal mana
membuat hatinya merasa amat bersedih hati.
27 Pada saat itulah, tiba tiba tampak bayangan manusia berkelebat lewat tahu-tahu
Nyo Hong ling dan Ki Li ji sudah melompat keluar melewati beberapa orang.
Belum sempat buyung Im seng menegur Ki Li ji telah membalikkan badan sambil
menubruk ke arah Kim Cok.
Sepasang tangannya dipergunakan bersama, dalam waktu singkat dia sudah
melancarkan empat buah serangan berantai.
Ke empat buah serangan itu dilancarkan secara berurutan dan seakan akan
dilancarkan tanpa berhenti, hal ini memaksa Kim Cok secara beruntun harus
mundur sejauh empat langkah.
Paras muka Kim Cok segera berubah hebat, katanya dengan dingin: "Buyung
kongcu, memandang di atas wajah ayahmu lohu tak ingin turun tangan keji
padamu, tapi sobat dan anak buah kongcu bila mendesak terus menerus, jangan
salahkan kalau lohu tak akan mengenal belas kasihan lagi !"
Mendengar perkataan itu, Buyung Im seng lantas berpikir: "Dia tersohor sebagai
Si hun ciang, sudah pasti dia hendak mempergunakan ilmu pukulan membetot sukma
itu!" Sementara dia masih memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat, Tong Thian
hong telah berebut berkata lagi: "Saudara memiliki ilmu silat apalagi yang
disebut hebat" Mengapa tidak digunakan semua " Dengan kepandaian yang kau miliki itu,
aku percaya masih sanggup untuk menyambutinya sendiri, tak usah kau mengusik
kongcu kami. Pelan-pelan Kim Cok mengangkat tangan kanannya ke tengah udara, paras
mukanya juga turut berubah menjadi serius sekali.
Buyung Im seng mencoba untuk mengamat-amatinya, ia tengah saksikan telapak
tangan kanan Kim Cok yang sudah diangkat ke udara itu lamat-lamat
memancarkan cahaya merah yang kehijau-hijauan.
Tampak Kim Cok mengayunkan tangan kanannya dan langsung menghajar ke
tubuh Tong Thian hong. Rupanya Tong Thian hong sudah tahu kalau dia telah mempergunakan ilmu
pukulan si-hun ciang, agak sangsi hatinya, dia tak tahu hatinya dia tak tahu
sampai dimanakah kelihaian ilmu pukulan itu dan harus menghadapinya dengan
cara yang bagaimana. Sementara sekujur badan Nyo Hong ling gemetar keras, kemudian roboh
terjengkang ke atas tanah, Tong Thian menjadi tertegun, baru saja dia hendak
membangunkan gadis itu, tiba-tiba terdengar bisikan lirih berkumandang di sisi
telinganya. "cepat tutup napas dan melindungi denyut nadi!"
Suara itu adalah bisikan Nyo Hong ling dengan ilmu menyampaikan suaranya.
Ketika Buyung Im seng menyaksikan Nyo Hong ling roboh ke tanah, dengan hati
terkejut ia menerjang ke muka dan menubruk ke arah Kim Cok.
Sambil membalikkan badan Kik Cok menghindarkan diri dari serangan Buyung Im
seng itu, kemudian sambil melayang mundur katanya dingin: "Kongcu benar-benar
tak tahu diri, aku tak ingin melukai diri kongcu..."
28 Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap Nyo Hong ling yang tergeletak
di tanah itu, kemudian serunya: "Kau telah menggunakan cara yang keji untuk
melukainya." Kim Cok tertawa terbahak bahak: "Haahh... hahh... hah... aku toh mempunyai
julukan sihun ciang, kau anggap julukan itu cuma suatu julukan belaka tanpa ada
kenyataannya?" Baru saja dia hendak berkata lagi, tiba-tiba terdengar Tong Thian hong berbisik
dengan ilmu menyampaikan suara: "Lindungi denyutan nadi, jangan melawan
tenaga pukulannya dengan kekerasan!"
Tiba-tiba Ki Li ji menerjang maju ke depan melewat samping, kemudian tanpa
menimbulkan sedikit suarapun menyerang ke arah Kim Cok.
Dengan cekatan Kim Cok menghindarkan diri ke samping, kemudian sambil
membalikkan badan melepaskan sebuah pukulan.
Ki Li ji seakan akan tak mampu untuk menghindarkan diri lagi "Blaamm!"
tubuhnya segera roboh terjengkang ke atas tanah.
Walaupun Tong Thian hong bisa menduga bahwa Ki Li ji mungkin sudah mendapat
petunjuk dari Nyo Hong ling untuk berpura pura kena pukulan dan roboh ke tanah,
tapi ia merasa kuatir sekali, sehingga tanpa terasa tubuhnya turut menerjang
pula ke depan. Tampak Ki Li ji membuka matanya kemudian dipejamkan kembali, sikapnya
seakan akan seseorang yang sedang terluka parah.
Agak lega juga Tong Thian hong menyaksikan keadaannya itu, belum sempat ia
mendongakkan kepalanya, tiba-tiba terasa desingan angin tajam menerjang
langsung ke arahnya. Dibalik angin pukulan itu terbawa hawa dingin yang menyengat badan, ia tahu
Kim Cok lagi-lagi menggunakan tenaga pukulan Sihun ciangnya untuk melukai
musuh. Buru buru dia mengerahkan hawa murninya untuk melindungi jantung kemudian
menyambut datangnya serangan itu dengan kekerasan.
Dimana angin pukulan Sihun ciang tersebut menyambar lewatm segulung hawa
dingin yang menyusup tulang langsung menerjang ke tubuhnya. Tong Thian hong
segera berpikir: "Ternyata tenaga pukulan Si hun ciang adalah sejenis tenaga pukulan yang khusus
dipakai untuk menghancurkan nadi orang, sungguh hebat sekali kecerdasan Nyo
Hong ling, ternyata dalam satu bentrokan saja sudah berhasil mengetahui ciri-
ciri kekejaman ilmu pukulan ini"
Berpikir demikian, tubuhnya segera berputar putar pelan jatuh ke atas tanah.
Demikian dari empat orang yang hadir di situ tinggal Buyung Im seng seorang yang
belum roboh, ini membuat keberanian Si hun ciang Kim Cok bertambah besar,
sambil tertawa tergelak segera serunya: "Buyung kongcu, apakah kau ingin sekali
bertemu dengan anggota Sam seng bun ?"
29 "Yaa, dimana orangnya ?"
"Akulah orangnya ?"
"Saudara Kim ?"
"Betul, selain aku juga Ong Thi san dan si manusia macan kumbang Li Tat
semuanya adalah orang-orang Sam seng bun!"
Setelah tertawa gelak, terusnya: "akupun pernah mendengar tentang para Hoa-li
dari perguruan Biau hoa bun, aku mendengar ilmu silat mereka rata-rata sangat
lihay, sungguh tak disangka mereka tak lebih hanya manusia-manusia lemah yang
tak sanggup untuk menyambuti sebuah seranganku pun"
Setelah menengok sekejap ke arah Nyo Hong ling dan Ki Li ji yang menggeletak di
tanah lanjutnya: "Tentu saja Buyung kongcu jauh lebih tangguh dari pada mereka,
tapi bila ingin mempergunakan bantuan dari beberapa orang ini untuk
membantumu membalas dendam, aai... Hakekatnya perbuatan itu seperti orang
yang lagi mengigau!"
"Ilmu apakah yang telah kau gunakan untuk melukai mereka."
"Si hun ciang khusus suatu ilmu pukulan penghancur nadi!"
"Apakah saudara Kim juga telah bersiap siap untuk menjajalkan pula ilmu pukulan
Si hun ciang tersebut di atas tubuhku ?"
"mungkin kalau cuma aku seorang belum bisa menandingi kehebatan kongcu, cuma
aku tidak bermaksud untuk bertarung satu lawan satu melawan dirimu"
"Kalau begitu kau bermaksud untuk bermain kerubutan?"
"Benar, aku bermaksud untuk bertarung melawan kongcu dengan jalan
mengerubut, kecuali kongcu bersedia untuk menyerahkan diri"
Buyung Im seng mengalihkan sinar matanya untuk meneliti sekejap sekeliling
tempat itu, kemudian sambil berpaling katanya: "kecuali kau, Ong Thi san dan Pa
Jin Li Tat, masih ada siapa lagi ?"
"Dua puluh orang jago lihay telah mempersiapkan diri di balik ruangan ini, asal
aku memberi tanda, maka serentak mereka munculkan diri dari empat arah
delapan penjuru dan bersama menyerang diri kongcu"
Buyung Im seng segera memutar otaknya mencari akal guna menghadapi situasi
ini. Tiba tiba menyaksikan Kim Cok memberi tanda dengan ulapan tangannya.
Ditengah kegelapan tampak cahaya golok berkilauan, benar juga, dari balik
kegelapan di luar ruangan sana segera bermunculan belasan orang lelaki kekar
berpakaian ringkas yang bersenjata golok.
Sambil tertawa terbahak bahak kata Kim Cok: "sekarang kongcu tentunya sudah
percaya bukan ?" Tiba tiba sambil menarik muka, katanya lagi dengan dingin: "Aku
percaya kongcu mempunyai kemampuan untuk menerjang keluar dari kepungan
kami, tapi kedua orang temanmu dan pembantumu itu sudah pasti tak akan
mampu untuk melakukan perjalanan bersama, bila kongcu sudah tak ambil peduli
30 lagi terhadap keselamatan mereka silahkan saja untuk melangsungkan
pertarungan" "Kami akan baik-baik melayani diri kongcu serta teman dan pelayanmu itu!"
Selanjutnya ?" "Aku akan segera mengirim burung merpati untuk melaporkan kejadian ini ke Seng
Thong dalam satu dua hari pasti ada surat perintah dari Malaikat untuk
menyelesaikan diri Kongcu, jadi aku tak bisa memutuskan sendiri persoalan ini."
"Mereka sudah terluka oleh ilmu pukulan Si hun pian apakah kau bisa
menyembuhkan lukanya itu ?"
"Bila bersedia untuk menyerahkan diri, tentu saja akupun akan menyadarkan
mereka, tapi bila kongcu sudah lolos dari kepungan, maka sahabat dan pelayan
saudara itu tak usah kulaporkan ke Seng thong lagi, siapa tahu kalau kita akan
segera menghukumnya di sini juga"
"Agaknya mereka terlalu menilai tinggi diriku!" Buyung Im seng kemudian.
Dia lantas berlagak agak sangsi, setelah memandang sekejap ke arah Nyo Hong
ling berdua serta Tong Thian hong, sambil menghela napas katanya: "Baiklah! Apa
yang hendak kau lakukan atas diriku ?"
"Tadi toh aku sudah berkata, akan ku sambut kongcu dan teman temanmu secara
baik baik." jawab Kim Cok sambil tertawa: "Cuma... "
"Cuma bagaimana ?" tanya Bunyung Im seng dengan suara dingin. "Cuma aku
harus menotok jalan darah kongcu !"
"Menotok jalan darahku ?"
"Benar kalau kongcu tidak bersedia untuk kutotok jalan darahnya, itu berarti kau
tak mau menyerahkan diri, maka pembicaraan kita tadi pun menjadi sama sekali
tak ada gunanya." "Bila jalan darahku tertotok, waktu itu aku benar-benar akan menuruti semua
perkataan tanpa bisa melawan, aku tak bisa menyanggupi permintaannya itu"
Terdengar Kim Cok telah berkata lebih jauh: "Bila kongcu tidak bersedia kutotok
jalan darahnya, masih ada sebuah cara lagi yang lebih bagus"
"Apakah caramu itu ?"
"Akan ku ikat sepasang tangan kongcu dengan tali otot kerbau !"
Buyung Im seng kembali berpikir: "Andaikata mereka belum terluka, sekalipun
sepasang tanganku diikat juga tidak menjadi soal" Berpikir demikian, dia terus
mengiakan. "Kalau Kim Heng memang begitu tak percaya dengan diriku, agaknya hanya cara
ini yang bisa dilakukan."
"Kelicikan dunia persilatan terlalu mengerikan, kongcupun demikian pula terlalu
halus, tapi aku tak bisa tidak harus sedia payung sebelum hujan, kita memang
31 selisih usia puluhan tahun, tapi kalau siaute sampai mengalami perahu yang
terbalik di selokan, bukankah kejadian ini akan ditertawakan orang ?"
Menyaksikan kegembiraan orang, Buyung Im seng merasakan kemarahannya
berkobar, tapi ia tetap menahan diri untuk tak sampai mengumbar kemarahan
tersebut, Kim Cok segera memberi tanda, kemudian katanya: "Buyung kongcu
bersedia menyerahkan diri, mengapa kalian tidak maju ke muka untuk mengikat
tangannya?" Buyung Im seng tertawa dingin, pelan-pelan dia meluruskan tangannya ke depan.
Dua orang lelaki berbaju hitam segera tampil ke depan, kemudian dengan seutas
tali otot kerbau mengikat sepasang tangan Buyung Im seng erat erat.
Kim Cok memandang sekejap ke arah Nyo Hong ling sekalian, kemudian serunya
pula: "Masih ada beberapa orang itu, sekalian diikat juga !"
Dengan gusar Buyung Im seng segera berseru: "Orang She Kim, perkataanmu
masuk dalam hitungan tidak?"
"Perkataan apa ?" Jawab Kim Cok sambil tertawa seram. "Kau sudah bilang, bila
aku menyerahkan diri mengapa kau malahan mengingkari janji?"
"Itulah kesalahan kongcu sendiri !"
"Kesalahan aku sendiri ?"
"Kita kan sedang berhadapan sebagai musuh, dalam keadaan demikian
pembicaraan apalagi yang bisa dipercaya" Jika sebelum kongcu menyerahkan diri
tadi minta kepadaku untuk menyadarkan teman dan pelayanmu itu lebih dulu
terdesak oleh keadaan mungkin aku akan menuruti janji sayang sekali ternyata
kau tak pandai menggunakan kesempatan, sekarang tanganmu juga telah
dibelenggu, apakah aku musti memenuhi janjimu lagi...?"
"Kau amat rendah dan hina!" teriak Buyung Im seng gusar.
"Kalau tidak mengalami suatu kejadian, kecerdasanmu tak akan bertambah
matang, andai kata kongcu masih mempunyai kesempatan untuk hidup lebih maju,
nasehatku ini pasti akan banyak bermanfaat bagimu."
Diam-diam Buyung Im seng mencoba untuk mengerahkan tenaga dalamnya, tapi
otot kerbau yang membelenggu tubuhnya itu sangat kuat sekalipun memiliki
tenaga dalam yang lebih sempurna pun jangan harap bisa mematahkannya.
Sementara itu kedua orang lelaki kekar tadi sudah bekerja cepat, dalam waktu
singkat Nyo Hong ling bertiga sudah dibelenggu juga.
"Bimbing mereka bangun !" teriak Kim Cok.
Empat orang lelaki kekar segera lari maju dan masing-masing membimbing bangun
seorang diantaranya. Kim Cok maju ke depan dan menghantam punggung Tong Thian hong lebih dahulu.
Melihat itu, dengan terkejut Buyung Im seng segera berseru: "Hey apa yang kau
lakukan ?" Kim Cok tertawa, sahutnya: "Kongcu amat cerdik, sampai pelayanmu pun lihay
sekali, sedang kedua orang hoa-li dari Biau hoa-bun tersebut bisa melakukan
32 perjalanan bersama Buyung Kongcu, ini menandakan kalau merekapun bukan
manusia sembarangan, aku tidak percaya kalau mereka bisa jatuh pecundang di
tanganku secara gampang, maka aku harus menyadarkan mereka lebih dulu untuk
ditanyai lebih jelas !"
Buyung Im-seng merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya. "Orang ini benarbenar
sangat licik, aku hampir saja terkecoh di tangannya... !"
Tampak sepasang tangannya bekerja cepat secara beruntun dia melepaskan pula
sebuah pukulan ke atas punggung Nyo Hong ling serta Ki Ji ji, tak lama kemudian
mereka bertiga pun secara beruntun sadarkan diri.
Buyung Im seng kembali berpikir. "Dari antara kami, ilmu silat Nyo Hong ling
terhitung paling lihay, entah apakah dia sanggup untuk memutuskan otot kerbau
tersebut atau tidak ?"
sementara itu Nyo Hong ling telah membuka sepasang matanya, ia memandang
sekejap ke arah Kim Cok kemudian memandang pula ke arah Buyung Im seng,
setelah itu pelan-pelan ia memejamkan kembali matanya.
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak, serunya: "Kalian bertiga telah pulih
kembali kesadarannya seperti sedia kala, tak usah berlagak lagi."
Tiba-tiba suaranya berubah menjadi dingin menyeramkan, serunya lebih jauh:
"Kalian akan berjalan sendiri masuk ke dalam ruangan, ataukah membutuhkan
bantuanku ?" Nyo Hong ling memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian berjalan
lebih dulu menuju ke ruang tengah.
Ki Li ji, Tong Thian Hong dan Buyung Im seng secara beruntun ikut pula masuk ke
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam ruangan. Lim Cok berjalan dipaling belakang, sikap hormatnya tadi kini sudah tidak nampak
lagi, dengan gaya yang sok dia duduk dikursi utama kemudian serunya: "Manusia
yang tahu keadaan dia barulah orang yang pandai, aku tak ingin menyusahkan
kalian beberapa orang, tapi akupun tak ingin disusahkan oleh kalian semua."
Sementara pembicaraan masih berlangsung ke empat orang lelaki berbaju hitam
tadi sudah ikut masuk pula ke dalam ruangan dan berdiri disamping dengan
tangan lurus ke bawah. Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap ke arah empat orang lelaki itu,
kemudian ujarnya: "apa yang kami ketahui sangat terbatas sekali, bila kau ingin
menanyakan sesuatu, tanyakan saja !"
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak: "Haaahh... haaahh.. haaahhh... kongcu
memang seorang manusia pintar yang amat bijaksana, persis seperti ayahmu dulu,
aku merasa amat kagum."
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya. "Kedatangan kalian berempat ke utara kali
ini sudah pasti ada tujuannya, dapatkah kongcu menjelaskan tujuanmu itu ?"
Buyung Im seng segera berpikir didalam hati: "Tampaknya aku harus mencari akal
untuk mengarang suatu cerita bohong..."
33 Belum sempat ia menjawab, Tong Thian hong telah menyela lebih dahulu.
"Kongcu kami telah mengajak beberapa orang teman untuk mengadakan suatu
pertemuan, secara kebetulan saja lewat di sini."
Kim Cok segera manggut-manggut: "Baik ! Siapa saja yang hendak kalian temui itu
?" Rupanya Tong Thian hong kuatir kalau Buyung Im seng tak sanggup memberi
jawaban, maka sengaja dia memberi kata pembukaan agar pemuda itu bisa
melanjutkan karangan cerita bohongnya. Sebagai seorang pelayan sudah tentu ia
tidak bisa banyak bicara, kuatir jejaknya malah dicurigai orang, maka katanya
kembali: "Soal itu mah... aku kurang tahu."
"Kau amat jujur, bila berkata lebih jauh belum tentu lohu akan mempercayai
perkataanmu itu." Sinar matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im seng, kemudian katanya
kembali: "Pelayan Kongcu telah membocorkan tujuanmu, aku lihat kongcu tak bisa
tidak harus berbicara lebih lanjut."
Buyung Im seng termenung sampai lama sekali, kemudian dia baru berkata: "Aku
ada janji dengan beberapa orang teman ayahku dulu."
"Sin Cu sian dan Lui Hoa hong ?"
Buyung Im seng diam-diam berpikir: "Aku pernah membuat keonaran di kota Hong
ciu, sudah pasti orang-orang Sam seng bun mendengar akan kejadian ini, asal dia
percaya saja aku harus mengarang cerita yang lebih bagus lagi."
Berpikir demikian, diapun lantas berkata: "Yaa, mereka telah mencarikan beberapa
orang sahabat lagi bagiku !"
Kim Cok tersenyum. "Apakah mereka juga telah berangkat ke kota Hong ciu semua
?" "Benar, mereka sudah berangkat dua hari lebih pagi."
"Ehmm... dalam pertemuan yang akan diselenggarakan ini, siapa saja yang akan
turut menghadirinya ?"
"Dua orang pamanku yang mengatur kesemuanya ini, mereka tidak menyinggung
soal nama-nama mereka."
"Sin Cu sian, Lui Hua hong dan ayahmu adalah saudara angkat, tentu saja mereka
akan membantumu dengan sepenuh tenaga, cuma aku tidak percaya kalau mereka
tidak memberitahukan kepadamu, siapa-siapa saja yang telah diundangnya untuk
menghadiri pertemuan itu."
Kembali Buyung Im seng berpikir: "Kalau ku sebut dua nama secara sembarangan
bisa jadi rahasia kebohonganku bakal ketahuan, lebih baik berkeras mengaku tidak
tahu saja... " Dia lantas menggelengkan kepalanya seraya berseru: "Kalau kedua pamanku itu
tidak menyinggung dan akupun tidak banyak bertanya, dari mana bisa kuketahui
nama-nama mereka " Mau percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri, itu kan
urusanmu sendiri." 34 Sambil tersenyum Kim Cok lantas manggut-manggut. "Ehmm... tampaknya
memang bohong." ia berkata: "tapi Sin Cu sian dan Lui Hua hong memang kelewat
gegabah, mengapa ia begitu tega membiarkan kau pergi seorang diri " Aaai....,
seandainya salah satu diantara mereka berdua ada yang mengikuti di sampingmu,
rasanya malam ini sulit bagiku untuk menangkap kongcu"
"Bila sampai waktunya aku belum juga sampai di sini, mereka pasti akan
berangkat untuk datang mencariku."
"Tak menjadi soal." tukas Kim Cok: "Kongcu tak akan berdiam terlalu lama di
sini, paling cepat besok pagi, paling lambat besok malam Kongcu akan berangkat
meninggalkan tempat ini"
"Kau hendak membawa aku kemana ?" tanya Buyung Im seng pura-pura amat
cemas. "Sampai waktunya Kongcu pasti akan tahu dengan sendirinya !" setelah
memandang sekejap sekeliling tempat itu, lanjutnya: "Bawa mereka ke dalam
penjara batu!" Pembantu pembantunya mengiakan, masing-masing membawa seorang dan menuju
keluar, Buyung Im seng tertawa dingin, dia seperti hendak mengucapkan sesuatu
tapi kemudian niat itu dibatalkan.
Kim Cok mengelus jenggotnya sambil tertawa katanya: "Kongcu terhadap sahabat
dan pelayanmu itu aku tak akan risau, tapi aku harap kongcu bisa memikirkan
pula keselamatan mereka bertiga, aku minta kau jangan sembarangan berkutik.
Bagus sekali. pikir Buyung Im seng, "rupanya semua pikiran dan perhatiannya
hanya ditujukan padaku seorang"
Sementara itu Ong Thi san telah berjalan datang dengan langkah lebar kemudian
katanya: "saudara Kim, cukupkah hanya membelenggu tangan mereka saja ?"
"Menurut pendapat saudara Ong?"
"Lebih baik kalau ilmu silatnya dipunahkan saja!"
Kim Cok berpikir sebentar, lalu katanya: Aku rasa tidak perlu, yang kita
kuatirkan hanya Buyung Kongcu seorang, sisanya yang tiga orang tak perlu dikuatirkan,
apakah saudara Ong telah melepaskan merpati pos?"
"Secara beruntun aku telah melepaskan tiga ekor burung merpati pos, paling
lambat besok tengah hari kita sudah akan memperoleh surat perintah dari atasan"
Buyung Im seng berempat digusur oleh ke empat orang lelaki itu menuju ke sebuah
tebing karang di belakang perkampungan sambil membuka sebuah pintu baja,
serunya: "Harap kalian berempat masuk sendiri" Tong Thian hong, Nyo Hong ling,
Ki Li ji dan Buyung Im seng secara berurutan lantas masuk ke dalam gua batu itu.
"Blaamm..." diiringi suara keras pintu baja itu ditutup rapat. Gua tersebut
adalah sebuah gua batu yang dalamnya dua kaki dinding di sekeliling gua itu berupa batu
karang yang keras. 35 Tong Thian hong langsung berjalan menuju ke ujung gua itu, kemudian pelan pelan
duduk. "Li ji, kau terluka?" tanya Nyo Hong ling lirih.
Ki Li ji menggelengkan kepala berulang kali "Begitu mendapat petunjuk dari nona,
aku lantas mengarahkan tenaga untuk melindungi nadi" katanya "Meski badanku
terasa kurang enak setelah makan pukulannya, namun setelah ku atur pernapasan
secara diam-diam, kesehatan badanku sekarang telah pulih kembali seperti sedia
kala" "Asal kita tak ada yang terluka, tak usah merasa khawatir lagi." kata nyo Hong
ling kemudian. "Tapi otot kerbau yang membelenggu tangan kencang sekali, aku rasa tidak
gampang untuk memutuskannya" kata Buyung Im seng.
Nyo Hong ling segera tersenyum. "Tak menjadi soal" katanya "Asal menggunakan
ilmu penyusut tulang, tidak sulit untuk melepaskan ikatan otot kerbau tersebut
dari tangan, tapi dewasa ini aku tak akan melepaskan ikatan pada tangan kalian
itu" Buyung Im seng lantas berpaling ke arah Tong Thian hong sambil bertanya.
"Saudara Tong, kau bisa menggunakan ilmu menyusut tulang?"
Tong Thain hong gelengkan kepalanya berulang kali.
"Siaute belum pernah melatih kepandaian seperti itu!" Buyung Im seng lantas
menengok ke luar, tampak dua buah lentera tergantung dimulut pintu penjara dan
menerangi lima enam jengkal di sekeliling pintu tersebut.
Melihat itu, sambil tersenyum lantas ujarnya: "kim Cok kuatir sekali kalau kita
kabur, sekalipun dia berhasil menangkap kita tapi pikirannya justru makin gundah
dan tidak tenang oleh sebab itu dia berusaha secepatnya menghantar kita pergi,
aku pikir kita bisa jadi akan dipisah-pisah, bila otot kerbau yang membelenggu
kita sekarang tidak dilepas, andaikata besok terjadi suatu perubahan, kita akan
terlambat untuk melepaskan diri dari belenggu ini"
Nyo Hong ling termenung sebentar, kemudian katanya: "Jika belenggu itu kita
lepas dalam sekilas pandangan saja orang akan mengetahui akan hal itu. Begini
saja! Akan kuberi kalian seorang sebilah pisau kecil yang kalau digenggam
ditangan tak sampai ketahuan mereka, seandainya ditengah jalan kita menjumpai
hal-hal diluar dugaan dan tak bisa saling menolong segera patahkan otot-otot
kerbau tersebut dengan pisau itu"
"Ya, tampaknya memang kita harus berbuat demikian"
Tiba-tiba sepasang tangan Nyo Hong ling yang terbelenggu itu menyusut dengan
sendirinya, ketika tangannya digoyangkan berulang kali, maka tali itupun lolos
dengan sendirinya. Meskipun tangannya sudah lolos dari belenggu, namun tali otot kerbau itu masih
tetap utuh seperti sedia kala.
36 Nyo Hong ling segera merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan tiga pisau
yang amat tajam, sambil diserahkan ke tangan tiga orang itu, katanya sambil
tertawa: "Pisau ini terbuat dari besi baja yang telah berusia seribu tahun, tajamnya luar
biasa di pakai memecahkan ilmu khikang sebangsa ilmu Kin ciong kay, Thi pu san
dan lain lainnya aku membawa enam bilah untuk persiapan, aku harap kalian bisa
baik baik menyimpannya dan jangan sembarang dibuang"
Tiga orang itu manggut-manggut dan segera di simpan dalam cekalan tangan.
Nyo Hong ling segera mengerahkan kembali ilmu menyusut tulangnya untuk
mengenakan kembali tali belenggu tangannya itu. Keesokan harinya mendekati
tengah hari Kim Cok, Ong Thi san dengan membawa empat orang anak buahnya
dengan bersenjata lengkap berjalan masuk ke dalam penjara.
Tampak Nyo Hong ling sekalian duduk bersandar di atas dinding batu, selain
Buyung Im seng hampir boleh di bilang yang lain berada dalam keadaan lemas
dengan mata pudar, keadaan mereka seperti orang yang keletihan.
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak katanya: "Saudara Ong, bagaimana "
Tidak meleset dari dugaanku bukan?"
"Menurut pendapatku lebih baik bersikaplah lebih berhati hari!"
X ooOoo X * BAGIAN KE TIGA * KIM Cok kembali menggelengkan kepala berulang kali katanya: "Asal seorang
sekali dan dua orang perempuan ini dibiarkan kelaparan barang dua hari lagi,
sekalipun tidak mati juga sudah hampir, bila kita putuskan nanti mereka
kemungkinan besar ketiga orang itu takkan tahu sampai di Seng thong. Satu
satunya yang paling menakutkan adalah Buyung kongcu, tetapi dalam firman yang
kita dapat dengan jelas diterangkan bahwa kita tak boleh melukainya terpaksa
kita harus membawanya dengan kurungan besi ditambah dua buah rantai baja yang
kuat." Sambil bercakap cakap dengan Kim Cok sepasang mata Ong Thi san tiada hentinya
mengawasi ke empat orang tersebut, ketika kelihatannya otot kerbau yang
membelenggu tangan mereka masih utuh dan tak kelihatan bekas putus, dia baru
menghembuskan napas panjang.
"Mungkin Kim Heng memang benar, siaute yang kelewat banyak curiga!" Sinar
mata Kim Cok segera dialihkan ke tubuh Buyung Im seng kemudian sambil tertawa
katanya: "Cuma, Buyung kongcu adalah seorang yang tahu gelagat, aku rasa kau pasti tak
akan menyusahkan kami bukan ?" Dengan kemarahan yang berkobar kobar,
Buyung Im seng berkata dingin.
"Kesuksesan yang berhasil dicapai seorang laki-laki sejati didapat dengan
merangkak selangkah demi selangkah, soal kecil itu mah tak akan sampai menodai
namaku" 37 "Benar, benar sekali perkataanmu itu !" kata Kim Cok sambil tertawa, seorang
lelaki sejati dia harus pandai menyesuaikan diri, itulah sebabnya aku minta
kongcu jangan mengacau kami sepanjang jalan nanti " Buyung Im seng mendengus dingin
dan tidak menggubris lagi.
Paras muka Kim Cok berubah hebat, dengan dingin katanya: "Saudara berempat
silahkan keluar ! Buyung kongcu harap berjalan yang paling muka. "Buyung Im
seng bangkit berdiri dan keluar dari penjara dengan langkah lebar.
Empat buah kerangkeng besi yang terbuat dari baja sebesar lengan telah tersedia
di depan pintu, kerangkeng-kerangkeng itu berada dalam keadaan terbuka lebar.
Buyung Im seng langsung masuk ke dalam kerangkeng yang pertama, sedangkan
Nyo Hong ling, Ki Li ji dan Tong Thian hong berurutan masuk pula ke dalam
kerangkeng lain. "Pasang gembokan !" perintah Kim Cok sambil mengulap tangannya. Ke empat
orang lelaki itu segera mengiakan dan menutup pintu besi, kemudian diberi pula
gembokan besar yang beratnya sekitar lima belas kati. Didalam kerangkeng besi
itu terdapat sebuah kursi, jadi orang yang berada dalam kurungan itu bisa duduk.
"Turunkan tirai!" perintah Kim Cok lagi. Empat orang lelaki itu segera
menurunkan tirai yang sudah dipersiapkan di atas kerangkeng itu sehingga
pemandangan di empat penjuru sama sekali tertutup. Tirai yang diturunkan itu
sangat tebal, sehingga begitu diturunkan maka pemandangan menjadi gelap.
Terdengar Ong Thi san berseru dengan gembira "Kim heng, segala sesuatunya
berjalan amat lancar!"
Kim Cok tertawa terbahak bahak: "Haaah... Haaah... haaahhh... kalau saudara Ong
masih banyak curiga, baiknya siaute menghantar keberangkatan saudara Ong saja"
Tiba-tiba terdengar Ong Thi san berkata dengan suara lantang. Buyung Kongcu,
kami mendapat perintah dari atasan untuk tidak melukai dirimu, tapi dalam surat
perintah tersebut juga diterangkan bahwa andai kata kongcu melawan terpaksa
kami hanya akan menghantar mayat kongcu saja kesana.
Dua belas orang jago lihai lain berilmu tinggi juga membawa bwe-hoa ciam yang
sangat beracun, asal kongcu melakukan tindakan pembangkangan dua belas buah
tabung bwe hoa ciam segera kana memuntahkan enam puluh batang jarum beracun
dari empat arah delapan penjuru, bagaimanapun tingginya ilmu silat kongcu,
jangan harap bisa meloloskan diri dengan selamat"
"Aku sudah mendengarnya"
"Kalau sudah mendengar, itu lebih baik lagi, mari kita berangkat.
Buyung Im seng segera merasakan kerangkeng itu digotong orang bergerak ke
depan. Lebih kurang satu jam kemudian, berputarnya roda kereta beriring maju ke
depan. Berada dalam keadaan begini, selain ke empat orang itu tak dapat saling
memandang ke arah rekannya, pemandangan di sekeliling tempat itupun tak dapat
dilihat. 38 Diam-diam Buyung Im seng berpikir. Nyo Hong ling memiliki ilmu menyusut
tulang, bisa saja dia melepaskan diri dari belenggu otot kerbau itu secara
gampang, tapi entah bagaimana dengan Ki Li ji dan Tong Thian hong " Apakah mereka juga
berhasil memutuskan otot kerbau yang membelenggu tangannya..."
Sementara itu dalam hatinya sedang berpikir tiba-tiba iringan kereta kuda itu
terhenti secara tiba-tiba. Menyusul kemudian terdengar seseorang berseru dengan
suara yang keras dan kasar: "Tinggalkan ke empat buah kereta itu, kalian boleh
melanjutkan perjalanan !"
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak: "Haah... haaah... hahhhh... sobat,
tahukan kau isi kereta ini ?"
"Sepuluh laksa tahil perak ditambah dengan sepeti barang mustika, kalau kami
tidak mendapatkan infi yang bisa dipercaya, buat apa datang menghadang
kepergian kalian ?" "Bagus sekali! Sobat, pentang matamu lebar-lebar, perhatikan kami baik-baik,
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jangan dianggap kami adalah orang piaukiok, aku orang she Kin sudah puluhan
tahun berkelana dalam dunia persilatan, belum pernah aku makan sesuap nasipun
dari perusahaan pengawalan barang."
Suara yang kasar dan nyaring itu kembali berkata dengan dingin: "Kami tak punya
waktu untuk ribut dengan kalian lagi, jika kamu sekalian tidak meninggalkan
barang-barang kawalanmu, terpaksa kita musti beradu kekuatan lewat ilmu silat."
"Budak-budak yang tak bermata, barang milik sam seng bun juga berani diincar..."
"Trang... !" suatu bentrokan senjata yang keras sekali memotong ucapan Kim Cok
selanjutnya. Menyusul kemudian terjadilah suatu bentrokan senjata yang keras sekali
berkumandang dari empat arah delapan penjuru.
Jelas pembegal-pembegal itu sudah mempersiapkan orangnya disekitar sana, begitu
perintah penyerangan diturunkan, dua terus menyerbu bersama dari empat
penjuru. Buyung Im seng merasa amat murung pikirannya. "Entah siapakah mereka "
Mengapa menganggap kami sebagai uang yang akan dibegal?"
Saking ingin mengetahui keadaan, dia berusaha untuk menarik kain tirai hitam
yang menutup kerangkengnya itu dengan kedua jari tangannya.
Tapi tirai tersebut amat kuat dan sulit disingkap, sebab rupanya kain hitam itu
dikerudungkan dari atas kerangkeng besi itu sampai ke bawah, dengan begitu
sulitlah untuk menyingkapnya.
Buyung Im seng segera menghela napas panjang, perasaan ingin tahunya yang
begitu keras terpaksa hanya ditekan dalam hatinya saja, kain kerudung yang
ditarik tadipun segera dilepaskan kembali.
Karena tak dapat melihat pemandangan di luar, terpaksa dia harus memasang
telinga baik-baik untuk mendengarkan dengan seksama.
39 Terdengar suara bentrokan senjata berlangsung amat seru dan gencar, bahkan
sering terdengar jeritan-jeritan kesakitan yang memilukan hati, jelas
pertempuran yang sedang berlangsung di luar amat seru.
Tiba-tiba terdengar suara ringkikan kuda yang keras, menyusul kereta yang
ditumpanginya itu menerjang ke depan.
Tapi belum sampai beberapa kaki, tiba-tiba kereta itu menumbuk sesuatu dan
terbalik, kerangkeng besi itupun turut terguling keluar dari atas kereta.
Kerangkeng besi itu berguling beberapa kali di tanah dan akhirnya berhenti, tapi
dengan terjadinya peristiwa itu, kain hitam penutup tiraipun segera tersingkap
lebar. Buyung Im seng mencoba untuk memeriksa keadaan di sekelilingnya, dilihatnya
dua ekor kuda yang menarik keretanya itu sudah roboh terluka parah, kereta itu
sendiri menubruk pohon besar dan terbalik, tampaknya setelah terluka kuda itu
lari kesakitan, akibatnya hilangnya kendali maka kereta itupun menubruk pohon.
Pertempuran sengit masih berlangsung di sekeliling tempat itu, dan orang manusia
berkerudung sedang melangsungkan pertarungan sengit melawan Ong Thi san dan
Kim Cok. Dua belas lelaki yang mengiringi kereta tawanan itu ada delapan orang di
antaranya yang terluka parah, empat orang sisanya masih memberi perlawanan
yang sengit. Pelan pelan Buyung Im seng bangkit dan duduk tampak dia tengah mengawasi juga
pembegal tersebut, ternyata mereka semua mengenakan baju ringkas berwarna
hitam dengan wajah masing-masing tertutup oleh kain hitam, senjata yang
digunakan adalah sebilah pedang.
Ada beberapa orang manusia berbaju hitam yang terluka, sekalipun sedang
membalut lukanya, mereka tidak melepaskan kain kerudung mukanya.
Terdengar jeritan-jeritan ngeri kembali berkumandang memecahkan kesunyian,
empat orang pengawal terakhir yang masih memberi perlawanan itu akhirnya kena
ditusuk juga oleh beberapa orang jago pedang berbaju hitam itu sehingga tewas.
Dengan demikian, selain Kim Cok dan Ong Thi san segenap anak buahnya telah
ditumpas habis oleh penyerang-penyerang gelap itu, anehnya ternyata
penyergappenyergap berbaju hitam itu sama sekali tidak mencampuri pertarungan sengit
antara Kim Cok dan Ong Thi san melawan dua orang manusia berkerudung itu,
sambil berpekik nyaring, mereka segera berlalu dari sana.
Buyung Im seng melihat ke arah lain, dia menjumpai ketiga kereta lainnya masih
utuh dan berada ditempat, sedangkan Nyo Hong ling sekalian masih menunggu di
atas kereta. Sementara dia masih melamun, tiba-tiba terdengar jeritan kesakitan bergema
memecahkan keheningan, tiba-tiba Ong Thia san membalikkan badannya dan
melarikan diri. 40 Tampaknya manusia berkerudung itu telah bertekad untuk melakukan
pembunuhan sampai keakar akarnya, dengan cepat ia mengejar dari belakang.
Tampak Ong Thi san membalikkan tangan sambil melepaskan segenggam jarum
tajam ke belakang. Manusia berkerudung itu segera memutar pedangnya untuk memukul rontok
jarum-jarum perak itu, tapi karena terhadang sebentar tadi, Ong Thi san telah
memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur empat lima kaki lebih ke depan.
Tampaknya ia sudah mengerahkan segenap kekuatannya untuk secepatnya
melarikan diri, sungguh cepat gerakan tubuhnya...
Manusia berkerudung itu seperti tahu bahwa dikejarpun tak ada gunanya,
sekalipun kurang berkenan dalam hatinya, terpaksa dia hanya bisa memandang
bayangan punggung Ong Thi san hingga lenyap tak berbekas.
Akhirnya dia membalikkan badannya dan ikut terjun karena pertarungan untuk
mengerubut Kim Cok. Buyung Im seng kembali berpikir dihati: "Manusia berkerudung ini entah berasal
dari mana " Serangan mereka sungguh amat keji, tampaknya aku tak bisa duduk
termenung sambil memasrahkan diri"
Berpikir di situ, dia lantas mengeluarkan pisau kecil yang disembunyikan dalam
genggamannya itu dan cepat-cepat memotong tali otot kerbau yang membelenggu
tangannya itu. Baru saja tali otot itu di putuskan dua orang manusia berkerudung itu telah
berhasil membunuh Kim Cok kemudian bersama sama menghampirinya.
Kemunculan kawan manusia berkerudung itu terlalu tiba-tiba, Buyung Im seng
sendiripun tak bisa menentukan mereka adalah kawan atau lawan, terpaksa hawa
murninya dikerahkan keluar sambil bersiap siap menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan. Dua orang manusia berkerudung itu berjalan ke depan kerangkeng besi Buyung Im
seng, kemudian menggerakkan pedangnya mematahkan gembokan di luar, setelah
itu katanya: "Buyung kongcu, silahkan menolong rekan rekanmu dan cepatlah
melarikan diri !" Dengan perasaan tercengang Buyung Im seng segera berpikir.
"Bagus sekali! Rupanya mereka sudah mengenali diriku"
Ketika selesai berbicara tadi, kedua orang itu segera angkat kaki meninggalkan
tempat itu, sedetikpun tidak mau berhenti.
"Hey, harap kalian tunggu sebentar!" teriak Buyung Im seng dengan lantang.
Salah seorang diantaranya tiba tiba mempercepat larinya terbirit meninggalkan
tempat itu. Sedang lainnya berhenti, tapi ia tidak membalikkan tubuhnya.
"Buyung kongcu, kau masih ada urusan apa lagi?" tegurnya. "siapa namamu"
Mengapa bisa tahu kalau aku ketimpa musibah dan sengaja datang menolongku ?"
Manusia berkerudung itu belum juga membalikkan badannya, dia menjawab:
"Pengaruh dan kekuatan Sam seng bun amat luas, anak buahnya sangat banyak,
41 kini kongcu belum lagi meloloskan diri dari bahaya, maaf jika kami tak bisa
memberikan identitas kami semua, lebih baik kongcu baik-baik menjaga diri, di
lain waktu kau bakal tahu dengan sendirinya, nah selamat tinggal"
Tidak menunggu sampai Buyung Im seng berkata, cepat-cepat orang itu berlalu
dari situ. Tetapi teringat akan kebaikan orang lain, dia tak tega untuk mengucapkan
sesuatu. Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan mata.
Memandang punggung bayangan orang itu, Buyung Im seng menghempaskan
napas panjang, baru saja dia akan membuka pintu kerangkeng besinya, tiba-tiba
terdengar seseorang menghela napas dari belakang tubuhnya.
"Aaii...! orang yang membantumu sangat banyak, sayang kekuatan itu bercerai
berai dan tak dapat dipersatukan"
Ketika ia berpaling, tampaklah orang itu tak lain adalah Nyo Hong ling.
Tampak kain kerudung kerangkeng besi lainnya berkarat pula, kemudian tampak
Tong Thian hong dan Ki Li ji berlompatan keluar.
Jelas mereka sudah memotong tali otot kerbau yang membelenggu mereka dan
menerjang keluar dari kerangkeng.
Sambil tertawa rikuh Buyung Im seng lantas berkata: "Orang-orang itu telah
merusak rencana kita! saudara Buyung, dapatkan kau memberitahukan padaku,
siapa gerangan orang-orang itu ?" tanya Tong Hian hong.
"aaii..., kalau kukatakan, mungkin kalian tak akan percaya "
"Kenapa?" "Sebab seperti juga saudara Tong, aku juga tidak tahu siapakah orang-orang itu?"
Tong Thian hong menjadi keheranan: "Saudara Buyung juga tidak kenal ?"
Dari mimik wajahnya dapat diketahui kalau dia tidak percaya.
"Ucapan Buyung kongcu adalah kata-kata yang jujur." sela Nyo Hong ling, "Dia
sendiri mungkin tak tahu siapa gerangan orang-orang itu."
"Ooooh... !" sekalipun Tong Thian hong tidak banyak bertanya lagi, tapi dari
mimik wajahnya itu tampak sangat tidak puas.
"Asal usul beberapa orang itu tidak sulit untuk diduga." Pelan-pelan Nyo Hong
ling melanjutkan. "Apakah nona sudah tahu ?"
"Ya, mereka adalah orang-orang Sam seng bun"
"Apa " Orang-orang Sam seng bun ?"
"Betul, kedengarannya memang agak jengkel, tapi kalau diteliti lebih jauh tidak
sulit untuk memahaminya, kita kan belum sehari ditawan mereka " Selain orang42
orang Sam seng bun, siapa lagi yang bisa mendengar kabar tersebut demikian
cepatnya ?" "Benar, dugaan nona memang masuk akal" Tong Thian hong manggut-manggut
tanda setuju. "Semasa masih hidupnya dulu. Buyung tayhiap adalah seorang yang arif bijaksana,
banyak orang yang pernah menerima budi kebaikannya, meski Buyung tayhiap
tidak membutuhkan balasan tapi mereka yang pernah menerima budinya pasti
ingatnya terus dihati. Semenjak Buyung tayhiap terbunuh, terdesak oleh keadaan
mereka terpaksa menggabungkan diri dengan Sam seng bun, tentu tak sedikit yang
memperoleh kedudukan yang tinggi, maka ketika dapat kabar kalau Buyung Im
Seng tertawan, serentak mereka mengumpulkan rekannya untuk memberi
pertolongan, mungkin juga mereka kenal dengan Kim Cok, maka sengaja mukanya
memakai kerudung hitam, kita tinjau cara kerjanya yang keji tanpa membicarakan
seorang manusia hiduppun, sudah jelas kalau orang-orang itu kuatir rahasianya
terbongkar..." Kemudian sambil memandang ke wajah Buyung Im Seng, tersenyum sambil
tertawa. Dia bisa menyebutmu Buyung Kongcu secara langsung, ini menandakan kalau dia
kenal denganmu." Buyung Im seng tertegun, lalu katanya: "Perkataan nona memang singkat masuk
diakal, cuma mereka telah meninggalkan kembali rencana kita !"
"Di dunia ini memang tiada sesuatu kejadian yang bisa di bilang amat sempurna,
terpaksa kita harus menyusun suatu rencana lain yang lebih baik lagi... !"
"Masih adakah akal lain yang dapat membuat kita menyusup ke dalam perguruan
Sam Seng bun ?" "Ada sih ada, cuma harus menurunkan derajat saudara Tong dan Buyung Kongcu!"
"apa maksudmu ?" tanya Tong Thian hong.
"Kau dan Buyung kongcu bisa menyamar sebagai kusir kereta dan tergeletak di sini
pura-pura terluka, aku pikir pihak Sam-seng-bun dengan cepat akan mengirim
orangnya kemari. Meskipun kedudukan kalian tidak terlalu tinggi, tapi berhubung
cuma kamu berdua yang hidup demi memberikan pertanggungan jawab,
kemungkinan besar kalian akan dibawa ke Seng-Thong"
"Akal ini memang bagus, tapi bagaimana dengan Hoa-cu serta nona Ki ?"
"Kami akan menyaru sebagai kalian berdua dan sengaja munculkan diri beberapa
kali agar memancing perhatian orang-orang Sam-Seng-bun, kemudian baru
mencari kesempatan lain untuk menyusup ke dalam Seng-thong mereka..."
"Ehmm...! Ini dinamakan sekali tepuk dapat dua hasil, selain bisa membuat orang
orang Sam-seng-bun mengira Buyung Kongcu dan pelayannya sudah kabur, juga
dapat menghilangkan kecurigaan kepada kami"
"Inipun bisa membuka kesempatan buat kita untuk menyusup ke dalam lembah
tiga malaikat" Nyo Hong ling menambahkan.
43 "Setelah menyusup ke dalam lembah tiga malaikat, apa yang harus kami lakukan"
Bagaimana mengadakan kontak " Harap nona mengatur segala sesuatunya lebih
dahulu." Nyo Hong ling termenung sebentar, kemudian jawabnya: "Bagaimanakah keadaan
dalam Sam-seng-bun, aku sendiripun tidak tahu, apa yang harus kalian lakukan
lebih baik hadapi saja menurut keadaan waktu itu, sedang soal mengadakan kontak
aku pikir tidak perlu, sebab bagaimanapun rahasianya cara kita mengadakan
kontak, bisa jadi akan diketahui orang-orang Sam seng bun"
"Maksud nona dapat kupahami, setelah kami masuk ke dalam lembah tiga
malaikat harus bekerja dengan kepandaian masing-masing untuk mengatasi
kesulitan bukan ?" "Yaa, inilah suatu pertaruhan, bahkan pertaruhan yang amat besar, kita sama
sekali tidak memiliki keyakinan untuk menang, tapi kita harus menyerempet
bahaya dengan mengandalkan kecerdasan serta keberanian kita sendiri." Buyung
Im-seng menghela napas panjang.
"Aaai... kalau aku yang menempuh bahaya ini, hal mana sudah sepantasnya, tapi
Tong heng dan nona berdua... "
"Aku bukan demi kau, aku berjuang demi Biau hoa bun ku sendiri" tukas Nyo
Hong-ling, kalau kita tidak melawan kekuatan Sam-seng-bun, tak nanti Sam-sengbun
akan melepaskan kami, itulah sebabnya kau tak usah merasa sungkan."
"Tapi Tong-heng kan tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan ini, agaknya dia
Kesatria Baju Putih 19 Pendekar Mabuk 021 Titisan Ilmu Setan Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 22
1 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 1 Langit makin lama semakin menggelap, senja sudah lama lewat, dari ujung jalan
tiba-tiba muncul empat ekor kuda yang sedang dilarikan dengan kencang.
Makin lama kuda itu semakin mendekat dan penunggangnya makin lama semakin
jelas pula wajahnya. Mereka terdiri dari empat orang, dua orang gadis dan dua lelaki.
Gadis yang berjalan paling depan berwajah cantik jelita bagai bidadari dari
kahyangan, dengan potongan tubuh yang ramping, ia adalah ketua dari suatu
organisasi besar dalam dunia persilatan, Bau-hoa-lengcu Nyo Hong-ling
julukannya. Di belakangnya mengikuti seorang lelaki kekar berwajah gagah dan
seorang gadis yang tak kalah pula kecantikan wajahnya, sedang dipaling belakang
mengikuti pula seorang pemuda sastrawan yang bertubuh lemah lembut serta
berwajah tampan. Empat ekor kuda dengan empat orang penunggangnya yang aneh, melarikan
binatang tunggangannya itu menuju ke arah utara dengan kecepatan yang sangat
tinggi, tampaknya ada suatu urusan penting yang sedang mereka lakukan. Kurang
lebih belasan li kemudian, sampailah mereka di mulut sebuah lembah, si gadis
cantik atau Nyo Hong-ling itu segera menggebrak kudanya menerjang masuk ke
dalam lembah tersebut. Tiga orang rekannya dengan cepat mengikuti pula di belakangnya menerjang
masuk ke dalam lembah tersebut.
2 Beberapa li kembali dilewatinya dengan cepat, akhirnya sampailah mereka di
depan sebuah kuil San sin-bio yang sudah bobrok, Nyo Hong-ling melarikan
kudanya ke arah sana, melompat turun dari kudanya dan melepaskan pelananya.
Tiga orang rekannya, meski merasa heran sekali dengan tindakan yang dilakukan
gadis itu, namun tak seorangpun yang buka suara, dengan cepat mereka menuruti
perbuatannya itu dengan menurunkan pelana dari atas kuda.
Memandang kuda jempolan itu, Nyo Hong-ling menghela napas pelan, gumamnya.
"Kalau kubunuh, rasanya terlalu kejam, dibiarkan hidup hanya akan meninggalkan
titik terang bagi pengejar-pengejar kita, aihh..... entah bagaimana baiknya?"
"Apakah kita akan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki?" tanya lelaki
bertubuh kekar itu. "Ya, terpaksa kita harus berbuat demikian sebab tindak tanduk kita telah
menimbulkan perhatian dari lawan."
"Kau maksudkan orang-orang dari lembah tiga malaikat?"
"Sampai saat ini kita belum bisa menemukan bukti yang nyata, tapi yang pasti
mereka telah lama mengejar kita berempat.."
"Apakah diantara pengejar kita terdapat seorang gadis berbaju putih yang
menunggang kuda putih?" sela gadis berbaju hijau.
"Kalian berjumpa dengan mereka?" tanya Nyo Hong ling.
"Aku berjumpa dengannya ketika mereka sedang menanti kedatangan nona
ditempat pertemuan yang telah nona tentukan itu." jawab lelaki bertubuh kekar.
Lelaki ini she Tong bernama Thian hong, dia cukup tersohor dalam dunia
persilatan. Gadis baju hijau yang mendampinginya tadi she Khi bernama Li ji,
sedangkan pemuda sastrawan yang berwajah tampan itu bernama Buyung Im seng.
Mereka bertiga telah mengadakan suatu kontak rahasia untuk bertemu di suatu
tempat untuk menyelidiki letak dari lembah tiga malaikat yang belakangan ini
meraja lela dalam dunia persilatan.
Terdengar Nyo Hong ling bertanya lagi. "Tindakan apa yang dilakukan oleh
perempuan berbaju putih itu?"
"Ia bertanya kepada kami sekalian, mengapa ditengah malam buta begini duduk
ditengah pegunungan yang sepi."
"Lantas apa jawabanmu?"
"Aku lantas membohonginya, aku bilang kami akan pergi ke kota Kay-hong untuk
berkunjung ke rumah Be toa sianseng, oleh karena kuda kami terluka pada
kakinya, maka terpaksa beristirahat di sana." Setelah berhenti dan termenung
sejenak, dia melanjutkan. "Agaknya perempuan itu cukup memahami persoalan
dunia persilatan, setelah ku singgung nama Be toa sianseng dari Kay hong, dia
lantas membalikkan kudanya dan pergi."
"Kalau begitu, urusan sudah amat jelas sekarang, sudah pasti mereka berniat
untuk menguntit jejak kita berempat."
3 "Apakah kalian berdua juga telah berjumpa dengan gadis yang berbaju putih itu?"
Tong Thian hong balik bertanya kemudian. "Ya, kami telah berulang kali berjumpa
muka dengannya, malah sudah mengalami beberapa kali penghadangan ditengah
jalan yang memaksa terjadinya pertarungan, itulah sebabnya Tong Siau pocu
terpaksa harus menunggu agak lama."
"Aku sih tak menjadi soal," jawab Tong Thian hong sambil tertawa. "Yang pantas
dikasihani adalah nona Ki, ia merasa amat gelisah sekali."
"Hm, kau mengatakan siapa yang gelisah?" seru Ki Li-ji dengan cepat.
Menyaksikan wajah si nona yang galak bercampur gelisah itu, Thian hong
tersenyum dan tidak bicara lagi.
Nyo Hong ling lantas memandang sekejap ke arah Ki Li ji, lalu katanya. "Li-ji,
mengapa sikapmu terhadap Tong Sou pocu begitu tak tahu sopan?" Belum sempat
Ki Li ji menjawab Tong Thian hong telah berkata lagi. "Aah, tidak menjadi soal,
nona Ki dan aku sudah terbiasa saling bergurau."
Nyo Hong ling termenung kembali sesaat lamanya, sesudah itu dia menyahut
kembali. "Dua orang manusia yang berbaju hitam menghadang kami itu memiliki ilmu silat
yang tangguh, tapi kami yang terpaksa harus merahasiakan identitas enggan untuk
turun tangan dengan sepenuh tenaga, kami sengaja bertarung seimbang dengan
mereka, benar juga, orang yang bertarung dengan Buyung kongcu itu sendirinya
menghentikan pertarungan setelah pertempuran berlangsung ratusan gebrakan
kemudian." Sorot matanya dialihkan sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian melanjutkan.
"Kasihan saudara Buyung, kalau kita mengerahkan segenap tenaga untuk melawan
seseorang yang berilmu tinggi, keadaan masih muda dikuasai, tapi bila harus
bertarung seimbang melawan seseorang yang berilmu cetek tanpa memberi
kesempatan kepada musuh untuk mengetahui rahasia kita, apa lagi berlagak
kepayahan agar lawan percaya, mungkin perbuatan ini harus dilakukan sepuluh
kali lipat lebih payah bila dibandingkan untuk melawan seseorang yang berilmu
tinggi." "Yaa, waktu itu aku memang kepayahan sekali sampai mandi keringat, susah juga
untuk berlagak seperti seorang yang berilmu cetek," sahut Buyung Im seng.
"Apakah nona tidak turun tangan?" tanya Ki Li ji
"Waktu itu aku sedang menyaru sebagai kacung bukunya, maka seorang kacung
buku juga berilmu?" Mendengar itu, Ki Li ji diam-diam berpikir.
"Siapa suruh kau menyaru sebagai kacung buku" Coba kalau seperti aku,
menyambar sebagai saudaranya, tentu akan lebih bebas untuk bergerak ....."
Sementara itu Tong Thiang hong telah memeriksa cuaca dan bertanya.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"
4 "Kita akan beristirahat sebentar di sini," kata Nyo Hong ling, bereskan
pelananya, jangan lupa untuk bekerja yang cermat hingga tidak meninggalkan bekas,
kemudian kita harus menyaru kembali dengan dandanan yang lain, agar tidak
menimbulkan kecurigaan mereka terhadap identitas kita.
"Apakah Lembah tiga malaikat terletak di sekitar tempat ini?" tanya Tong Thian
hong. "Aku tak terlalu yakin, menurut apa yang diketahui, agaknya lembah tiga malaikat
sudah tidak jauh letaknya, sebab penjagaan disekitar tempat ini sangat tangguh
dan berlapis-lapis."
"Jadi nona sendiripun kurang tahu?"
"Aku tak berani memastikan, cuma kita harus mencari akal agar mereka yang
membawa kita kesana."
"Agar mereka yang membawa kita kesana" pikir Tong Thian hong, "gampang
memang untuk dibicarakan, tapi untuk melakukan mungkin akan mengalami
kesulitan." Terdengar Nyo Hong ling berkata lagi.
"Persoalan paling penting yang sedang kita hadapi sekarang adalah bagaimana
menyelesaikan ke empat ekor kuda ini."
"Bila tak ingin meninggalkan bekas, hanya ada satu cara untuk kita, bunuh ke
empat ekor kuda ini lalu di kubur di sini."
"Cara itu baik sih baik, cuma rasanya kelewat kejam."
"Kecuali berbuat begini, apakah nona mempunyai cara lain yang lebih baik?"
"Lepaskan mereka ke atas hutan dan biarkan mereka beradu nasib sendiri."
"Daripada dilepaskan di gunung, mengapa tidak dilepaskan saja dalam dusun,
paling tidak mereka bakal ditemukan orang dan dipeliharanya."
"Betul, inilah cara yang paling baik!"
"Kalau begitu, akan kulepaskan ke empat ekor kuda ini lebih dulu"
"Tak usah terburu napsu" tukas Nyo Hong ling, "menanti kami sudah berangkat, ke
empat ekor kuda itu baru dilepaskan."
Tong Thian hong termenung sejenak, kemudian menjawab.
"Perkataan nona memang benar!"
Pelan-pelan dia lantas duduk ke lantai.
"Menurut berita yang berhasil ku kumpulkan" kata Nyo Hong ling lagi, "lembah
tiga malaikat yang misterius itu letaknya ada dibukit Tay hu san di tengah
sungai Hu sian kang, letaknya tak jauh dari kota Kang ciu....!
"Apakah orang-orang Lembah Tiga Malaikat yang berkata demikian?"
"Yaa, cuma aku masih agak sangsi."
"Nona menganggap kata-kata dari anggota Lembah Tiga Malaikat itu bohong
semua?" tanya Buyung Im seng.
5 "Itu sih tidak, aku cuma berpikir mengapa ia harus bicara terus terang" Aku
telah menyelidiki keadaan dibukit Tay hu san tersebut, bukit tersebut merupakan bukit
karang yang berdiri ditengah sungai Hu sian kang, di atas bukit selain jarang
sekali terdapat pepohonan, yang ada hanya batu cadas yang berbentuk aneh, tempat itu
merupakan sesuatu tempat yang gersang dan berbahaya, aku heran kenapa
Lembah Tiga Malaikat bisa memilih tempat semacam itu sebagai markas besarnya"
"Ucapan nona memang benar" kata Tong Thian hong," menurut pendapatku bukit
Tay hu san memang tidak cocok untuk dipakai sebagai markas besar yang
memerintah seluruh dunia persilatan."
"Padahal nona beranggapan bahwa ucapan dari anggota Lembah tiga malaikat itu
tidak bohong" sambung Buyung Im seng. "Inilah yang membuat orang tak habis
mengerti." "Aku sudah menanyakan persoalan ini pada belasan orang anggota tiga lembah
malaikat mereka semua menjawab kalau perguruan mereka ada di lembah Tay hu
san, hal ini membuktikan kalau di atas bukit Tay hu san tersebut benar-benar
memang terdapat sebuah markas."
"Seandainya dibukit Tay hu san benar-benar terdapat sebuah Seng tong (markas),
bukankah kita bisa menemukan secara gampang?"
Nyo Hong Jing tertawa hambar, sahutnya. "Cuma markas tersebut sudah barang
tentu bukan markas besar Lembah Tiga Malaikat yang sesungguhnya."
"Aaaiii.... " Ki Li ji menghela napas panjang, aku benar-benar dibuat
kebingungan, kalau memang di atas Tay hu san terdapat markas, mengapa pula markas itu
bukan markas yang sesungguhnya?"
"Sam seng Tongcu adalah seorang manusia yang begitu licik, bukan hanya musuh
saja yang telah mereka tipu, bahkan orang sendiripun juga turut mereka tipu."
"Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Dewasa ini kita hanya bisa memeriksa keadaan di bukit Tay hu san, seandainya
terbukti bahwa dugaan kita benar, maka kita harus berusaha dengan
menggunakan cara lain untuk menemukan markas mereka yang sesungguhnya."
Ada suatu hal yang membuat aku tak habis mengerti," ujar Buyung Im seng pula,
"mereka mempunyai organisasi yang sangat besar serta jumlah anggota yang
banyak, diantaranya sudah pasti banyak terdapat jago lihay, kalau markas besar
mereka benar-benar tak ada dibukit Tay hu san, padahal atas pertanyaan nona
kepada orang banyak mereka mengatakan markasnya ada dibukit Tay hu san, ini
membuktikan kalau paling tidak di sana pasti tinggal banyak sekali jago-jago
lihay." Nyo Hong ling berpikir sebentar, kemudian menjawab.
"Justru disinilah letak kelihaian mereka, ternyata bukan saja mereka bisa
membuat musuh salah menganggap markas besar mereka berada di bukit Tay hu
san, sekalipun sebagian besar anak buahnya juga percaya kalau markas mereka
berada di bukit Tay hu san, mereka sengaja hendak menciptakan suatu anggapan
6 yang keliru, agar musuh serta anak buahnya penuh dengan siasat yang diaturnya
ini." "Kalau dilihat dari keadaan bukit Tay hu san, aku juga tidak percaya kalau pihak
Sam seng bun (Lembah Tiga Malaikat) membangun markas besarnya disana, sebab
tempat itu adalah sebuah tempat yang gersang dan tandus, lagi pula selain harus
menggunakan perahu sebagai sarana pengangkutannya, boleh dibilang tiada jalan
lain untuk melewatinya, cuma selain itu aku tidak berhasil menjumpai alasan lain
yang membuat mereka tidak membangun markasnya di bukit tersebut."
Nyo Hong ling termenung sejenak, lalu berkata.
"Selain Sau pocu katakan sebagai tempat yang tandus, masih ada sebuah alasan
lagi yang lebih penting, pemimpin dari Sam seng bun ini jelas adalah seorang
bajingan licik yang tiada taranya dikolong langit, bukan saja setiap langkah
yang mereka lakukan diatur secara rapi, bahkan mempersiapkan pula jalan mundur bagi
dirinya sendiri, aku telah mencoba dengan berbagai cara tapi tidak berhasil
untuk membuktikan manusia macam apakah yang disebut Tiga Malaikat tersebut" Dalam
keadaan demikian, andaikata Sam seng bun mengalami kegagalan, kemusnahan
atau kehancuran, yang benar-benar terbasmi hanya anak buahnya belaka, sedang
pemimpin mereka tetap bersembunyi dibalik kegelapan, mereka tetap tidak
kehilangan kedudukan serta nama baiknya dalam dunia persilatan."
Tong Thian hong agak tertegun sesudah mendengar perkataan itu, serunya
kemudian. "Setelah mendengar kata-kata dari nona ini, aku jadi teringat pula akan satu
persoalan....." Tiba-tiba ia merasa salah berbicara, sehingga buru-buru membungkam kembali.
Melihat kegugupan orang, baik Nyo Hong ling maupun Buyung Im seng segera
mengetahui persoalan itu pasti merupakan suatu rahasia hatinya, maka
merekapun tidak mendesak lebih jauh.
Berbeda dengan Ki Li-ji, sambil berkerut kening ia segera mendesak, tanyanya.
"Kau teringat soal apa" Mengapa tidak kau lanjutkan?"
Tong Thian hong menjadi tersipu-sipu, serunya gugup. "Soal ini, soal ini,
cayhe..." "Hey, kenapa sih kau ini?" Ki Li ji semakin keheranan.
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Tong Thian hong berkata. "Berhubung
soal ini menyangkut persoalan ayahku, bila kukatakan nanti harap kalian
mengingatnya saja didalam hati dan jangan diberitahukan lagi kepada orang lain."
Satu ingatan segera melintas dalam benak Buyung Im seng, diam-diam pikirnya.
"Jangan-jangan benteng keluarga Tong mempunyai hubungan dengan pihak Sam
seng bun" Kalau memang demikian, persoalan ini pasti akan merupakan persoalan
yang merepotkan...."
Sementara itu terdengar Tong Thian hong telah berkata kembali, "Ayahku pernah
memberitahukan kepadaku..."
"Lagi-lagi berhenti," sela Ki Li ji, "Hmm.... kalau bicara mencla-mencle,
sedikitpun tidak memiliki sifat jantan seorang lelaki."
7 Nyo Hong ling segera berkata. "Kami bersedia merahasiakan persoalan ini, tapi
bila sau pocu merasa ada kesulitan untuk disampaikan lebih baik tak usah dibicarakan
lagi." Melihat Nyo Hong ling bersedia untuk memegang rahasia, Tong Thian hong baru
berkata. "Bila saudara sekalian bersedia menutup rahasia, tak ada salahnya
bagiku untuk mengutarakan keluar."
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sesudah termenung sejenak, dia kembali pada kata-katanya. "Ayahku bilang, pihak
Sam eng bun telah cukup memberi muka kepada benteng keluarga Tong kami,
selain mengizinkan kami orang-orang keluarga Tong untuk berkelana dalam dunia
persilatan, juga tidak mendesak kami lagi untuk bergabung dengan perguruan Sam
seng bun, maka aku diminta agak berhati-hati bila berkelana didalam dunia
persilatan, berusaha keras untuk menghindari bentrokan dengan pihak Sam seng
bun, sebab pengaruh Sam seng bun terlampau besar dan tersebar di seluruh dunia
persilatan......." Berbicara sampai di sini, tiba-tiba ia membungkam kembali.
KI Li ji sedang mendengar kan pembicaraan itu dengan seksama, ketika tiba-tiba
Tong Thian hong berhenti berbicara lagi ditengah jalan, ia menjadi gusar sekali,
sambil tertawa dingin serunya.
"Hai, apakah kau punya penyakit sinting?"
Nyo Hong ling dan Buyung Im seng memang ingin mengetahui kata-kata
selanjutnya, merekapun tidak mencegah gadis itu mengomel.
Tong Thian hong tertawa jengah, katanya kemudian.
"Ayahku telah memberitahukan sepatah kata kepadaku, ia berpesan bilamana aku
sedang bertarung dengan musuh tangguh, aku disuruh mencari peluang yang baik
dan tanpa menimbulkan kecurigaan untuk mengucapkan sesuatu kata sandi,
seandainya pihak lawan bukan anggota Sam seng bun, ia pasti tak akan memahami
arti dari perkataan itu, sebaliknya jika dia adalah orang Sam seng bun, sudah
pasti dia akan segera pergi, sehingga suatu kesalah pahaman sudah pasti tak akan
terjadi." "Ohhh.......... begitukah" Apakah perkataan itu?"
"Perkataan itu aneh kedengarannya, aku sendiri juga tidak memahami artinya,
seperti sepotong kata sandi, seperti juga sepotong bait syair, pokoknya kata-
kata tersebut bisa membuat orang tidak habis mengerti."
"Apakah sau pocu merasa keberatan untuk mengutarakannya keluar?" tanya Nyo
Hong ling. "Boleh saja aku ucapkan kata-kata tersebut, cuma aku minta kalian jangan
sembarangan menggunakannya."
Nyo Hong ling segera tersenyum.
"Sau pocu tak usah kuatir, Sam seng bun mempunyai organisasi yang amat rapat
dan sempurna, andaikata kata sandi itu bukan diucapkan oleh sau pocu, berita ini
8 dengan cepat akan tersiar sampai di markas besar mereka, aku pikir kejadian ini
bisa menimbulkan ketidak beruntungan bagi keluarga Tong kalian."
"Ucapan Hoacu memang benar, usia ayahku sudah lanjut, aku memang tidak ingin
mendatangkan bencana kemusnahan buat keluarga Tong kami..."
"Kesulitan sau pocu dapat kami pahami sekalipun tidak kau katakan, kami juga
takkan menyalahkan dirimu."
Tong Thian hong termenung sejenak, kemudian berkata. "Mungkin kata sandi itu
akan bermanfaat bagi kalian untuk memahami perguruan Sam seng bun, asal
kalian tidak menggunakannya sewaktu menghadapi mush, tiada salahnya bagiku
untuk mengutarakannya keluar."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Kata sandi itu adalah Seng tong
sembilan pintu, delapan penjuru adalah tanah terlarang!"
"Seng tong sembilan pintu, delapan penjuru tanah terlarang?" gumam Ki Li ji,
"Kata-kata ini pada hakekatnya tidak bisa dihubungkan satu dengan lainnya."
"Akupun berpendapat demikian, rasanya tiada hubungannya satu dengan lainnya."
kata Tong Thian hong, "mungkin justru lantaran tidak adanya hubungan ini, maka
baru menimbulkan perhatian orang lain."
Tiba-tiba Nyo Hong ling memejamkan matanya dan tidak menggubris beberapa
orang itu lagi. Ki Li ji segera mengulapkan tangannya memberi tanda dan berbisik. "Kalian
jangan bicara lagi, Hoa cu sedang menggunakan kecerdasan otaknya untuk
memecahkan arti dari ucapan tersebut."
Untuk sesaat lamanya, suasana di arena itu menjadi sepi, sedemikian heningnya
sampai tak kedengaran suara ringkikan kuda berkumandang datang dari balik
kuil, menyusul kemudian terdengar suara derap kaki kuda yang ramai
berkumandang memecahkan keheningan, tampaknya ke empat ekor kuda itu
seperti mengalami kekagetan sehingga melarikan diri dari situ.
Serentak Buyung Im seng dan Tong Thian hong melompat ke udara dan secepat
kilat menerjang keluar dari kuil tersebut.
Di bawah cahaya bintang, tampaklah beberapa ekor kuda sedang melarikan diri
menjauhi tempat itu. Buyung Im seng hanya memandang sekejap ke arah kuda-kuda yang lari menjauh
itu, mereka tidak melakukan dan pelan-pelan membalikkan badannya.
Hampir pada saat yang bersamaan, Tong Thian hong juga menghentikan gerakan
tubuhnya dan saling bertukar pandang sekejap.
Dari balik kegelapan pelan-pelan muncul sesosok bayangan manusia yang tinggi
besar, di tangannya masing-masing menghela seekor macan kumbang.
"Sudah lama aku mendengar nama besar sungguh beruntung hari ini kita bisa
saling bersua!" Pa-jin, Li Tat mendengus dingin, dengan suara serius balik tanyanya.
"Siapa pula engkau?"
9 Baru saja Tong Thian hong hendak menyebutkan namanya, tiba-tiba satu ingatan
melintas dalam benaknya, ia lantas berpikir.
"Sekarang aku harus merahasiakan identitasku jangan sampai namaku ketahuan
orang" Berpikir demikian, sambil mengulapkan tangan kanannya ia menjawab.
"Aku tidak lebih hanya seorang prajurit tak bernama, sekalipun kusebutkan
namaku, belum tentu kau akan mengenalnya."
Sementara itu Buyung Im seng juga sedang berpikir.
"Diantara sekawan binatang buas, macan kumbang adalah jenis binatang yang
terganas, orang ini berjuluk Pa jin, si manusia macan kumbang, apalagi menuntun
dua ekor macan kumbang besar, sudah pasti dia bukan manusia baik-baik.
Sementara ia masih berpikir sampai di situ, Li Tat dengan dingin telah berkata:
"Kalau toh kau bisa mengetahui namaku, berarti kau bukan seorang manusia
sembarangan, mengapa kau tak berani mengucapkan namamu yang
sesungguhnya?" "Seandainya aku menyebutkan sebuah nama secara sembarangan, memangnya kau
tahu?" Si Manusia macan kumbang Li Tat segera mendongakkan kepala dan tertawa
terbahak-bahak. "Haaahhhhaaa.....hahhhh....hahhh...... tampaknya kau sudah bosan hidup!"
"Sudah lama kudengar kau memiliki kepandaian melatih macan kumbang yang
cukup lihai, bisa membuat binatang buas menuruti perintahmu, hari ini bila aku
bisa menyaksikan kehebatanmu itu, sungguh merupakan suatu keberuntungan
bagi kami berdua." Manusia macan kumbang Li Tat mendengus dingin.
"Hmmm! Sepasang macan kumbangku ini terlatih sekali dan pandai bekerja sama
untuk melawan musuh, sekalipun kau memiliki kekuatan untuk menaklukkan
harimau menjinakkan singa, belum tentu dianya itu sanggup untuk menghindari
serangan sepasang macan kumbangku ini.
Kembali Buyung Im seng berpikir.
"Tampaknya ia marah oleh perkataan Tong Thian hong, tapi belum juga
melepaskan macan kumbangnya, mungkin ia bermaksud untuk menggertak kami
lebih dulu..." Sementara ia masih termenung, Tong Thian hong telah mengulapkan tangannya
seraya berkata. "Aku juga tahu kalau kepandaianmu sebagai pawang macan kumbang tiada
taranya di dunia ini, memberi perintah macan kumbang seperti memerintah
tentara, cuma..." "Cuma kenapa?" 10 Tong Thian hong menepuk pelan telapak tangannya, sambil tertawa ujarnya.
"Cuma didunia ini masih terdapat juga manusia yang tidak takut dengan macan
kumbang andai kata aku mampus di bawah cakar macan kumbangmu itu, anggap
saja nasibku yang jelek tapi bagaimana seandainya macan kumbang kalian yang
terluka di tanganku?"
"Kau tak akan mampu melukai mereka!" jawab Li Tat.
Tiba-tiba dia mengangkat tangan kirinya, macan kumbang yang berada di sebelah
kiri itu segera melompat ke udara dan menubruk ke depan dengan membawa
desingan angin tajam. Waktu itu Tong Thian hong sudah mengadakan persiapan, telapak tangan kirinya
segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan dahsyat, sementara
tubuhnya melompat ke samping untuk menghindarkan diri.
Perlu diketahui, ilmu pukulan dari keluarga Tong tersohor karena kemampuan
untuk membunuh kerbau dari seratus langkah, bila ilmu tersebut digunakan untuk
menghadapi macan kumbang maka hal itu malah sangat tepat sekali.
Tapi ia tak berani menggunakannya, sebab ia kuatir identitasnya akan ketahuan
lawan. Tampak Li Tat mengayunkan tangan kanannya, macan kumbang yang berada di
sebelah kanan itu segera menubruk pula ke depan.
Pada saat itu, macan kumbang di sebelah kiri yang sedang menyerang ke muka itu
memiringkan kepalanya ke samping, wesss! Serangan dari Tong Thian hong tadi
segera menyambar dari sisi tubuhnya dan mengenai ditempat kosong.
Baru gagal dalam serangannya tersebut, Tong Thian hong merasakan cakar tajam
dari macan kumbang yang berada di sebelah kanan itu telah mengancam di depan
dadanya, dengan taring yang tajam makhluk ganas itu siap menggigit tubuhnya.
Tampak Pa Jin Li Tat menarik tangan kirinya, macan kumbang yang menyambar
lewat dari sisi tubuh Tong Thian hong itu segera membalikkan badan dan tanpa
menimbulkan sedikit suarapun menubruk dari punggung orang.
Buyung Im seng hanya memandang jalannya pertarungan itu dari samping,
menyaksikan kesemuanya itu, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, dia
berpikir. "Kedua ekor macan kumbang ini selain lincah gerak-geriknya, lagi pula bisa maju
mundur secara teratur persis seperti orang yang berlatih ilmu silat, bukan suatu
pekerjaan yang gampang untuk melatih dua ekor macan kumbang seperti itu...."
Tong Thian hong juga turut terperanjat setelah bertarung sekian lama melawan
kedua ekor macan kumbang itu, ia merasa kemampuan dari sepasang macan
kumbang itu bagaikan jago lihai dalam dunia persilatan, rasa memandang rendah
pada lawannya segera dipunahkan dengan menghimpun semua pikiran dan tenaga
dihadapinya serangan-serangan dari macan kumbang tersebut secara serius.
Dalam waktu singkat dua puluh gebrakan sudah lewat, kedua ekor macan kumbang
itu tidak berhasil melukai Tong Thian hong, sebaliknya Tong Thian hong
sendiripun tak berhasil menghantam sepasang makhluk buas itu.
11 Mendadak Pa Jin Li Tat menarik tangannya, dua ekor macan kumbang itu segera
melompat mundur ke belakang waktu itu Tong Thian hong sudah habis
kesabarannya setelah serangan tidak berhasil merobohkan makhluk buas itu, baru
saja ia hendak melancarkan serangan mematikan, tiba-tiba kedua ekor macan
kumbang itu mundur ke belakang, ini membuat hatinya menjadi tercengang, segera
teriaknya. "Mengapa kau menarik kembali kedua ekor kumbangmu itu" Menang kalah toh
belum ketahuan?" Tidak banyak manusia di dunia ini yang sanggup menghadapi serangan dari kedua
ekor macan kumbangku ini" kata Li tat dingin, kau sanggup bertarung sebanyak
dua puluh gebrakan melawan mereka tanpa memperlihatkan tanda-tanda
kekalahan, sudah bisa dipastikan kau adalah manusia yang tangguh dalam dunia
persilatan." Tong Thian hong tertawa dingin dihati, pikirnya. "Hmmm... coba kalau kugunakan
ilmu pukulan Tong Keh sin kun, sedari tadi kedua ekor macan kumbangmu itu
sudah mampus di ujung pukulanku" Dalam hati dia berpikir demikian ujarnya.
"Saudara terlalu memuji."
"Apakah kau bersedia menyebutkan nama aslimu?"
"Aku toh sudah bilang, aku tak lebih hanya seorang prajurit tak bernama,
sekalipun kusebutkan namaku belum tentu kau akan kenal."
"Kalau kau memang enggan menyebutkan namamu, aku tak akan memaksa!" kata
Li Tat dingin. Tiba-tiba dia membalikkan badan dan melompat pergi, kedua ekor macan
kumbangnya segera pergi pula, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah
lenyap dari pandangan mata.
Memandang bayangan punggung Li Tat yang berlalu, Tong Thian hong segera
berpikir dalam hati. "Orang ini sangat mencurigakan, harus kubiarkan ia pergi atau menghalanginya?"
Tiba-tiba terdengar Nyo Hong ling berseru keras.
"Harap saudara sekalian kembali. Kita harus merundingkan siasat untuk
mengatasi keadaan ini."
Buyung Im seng dan Tong Thian hong segera melangkah balik ke dalam kuil itu.
"Maksud nona apakah Pa jin Li tat ada hubungannya dengan perguruan Sam seng
bun?" bisik Tong Thian hong.
"Aku rasa pasti sudah ada hubungannya....."
"Tahu begitu aku harus melancarkan serangan mematikan untuk membunuhnya,
kini ibaratnya melepas harimau pulang gunung, hanya akan meninggalkan bibit
bencana saja untuk kita."
Nyo Hong ling tertawa. 12 "Ada banyak perubahan situasi yang jauh berbeda dengan ap yang kuduga semula,
aku sendiripun merasa agak bingung, ktia sedang membutuhkan seorang petunjuk
jalan tahu-tahu Pa jin Li Tat muncul tepat pada waktunya coba kalian pikir
apakah keadaan ini tidak mengherankan?"
Tong Thian hong tersenyum.
"Barusan aku kuatir identitasku ketahuan orang, maka aku tak berani
mempergunakan ilmu silat keluarga Tong, siapa tahu justru tindakanku ini
rupanya sangat tepat."
"Setelah aku berpikir berulang kali, maka tiba-tiba saja kurasakan bahwa Tay hu
san seng merupakan suatu jebakan yang besar sekali, bagaimanapun cermatnya
kita menyaru, setibanya ditengah pulau Kang sim hu to tersebut jejak kita pasti
ketahuan." "Jadi maksud Hoa cu, apakah kita harus membatalkan rencana kita untuk
berkunjung kebukit Tay hu san?"
"Dengan bersusah payah kita berusaha mencari mereka, mengapa kita tidak
membiarkan mereka yang membawa kita ke tempat tujuan?"
Maksud Hoacu, kita akan menguntil di belakang Pa jin Li Tat?"
Tidak, caraku ini rada kelewat menyerempet bahaya tapi rasanya cukup jitu, entah
bagaimana pendapat kalian?"
"Silahkan Hoacu menerangkan lebih jauh."
Nyo Hong ling termenung sebentar, lalu katanya, "Andaikata kita tertawan oleh
mereka, apakah menurut peraturan Sam seng bun kita akan segera dibunuh?"
Mendengar pertanyaan tersebut Tong Thian hong segera berpikir.
"Aaah, benar juga dugaanku, cara yang dia kemukakan sangat menyerempet
bahaya, tak nyana ia bisa menemukan cara semacam itu"
Berpikir sampai di situ, dia lantas berkata.
"Menurut pendapatku, ini tergantung manusia macam apakah yang mereka tawan,
kalau mereka cuma manusia yang tak bernama aku pikir mereka tak akan
menggusur kita ke markas besar, siapa tahu ditengah jalan sudah dibereskan dulu
jiwanya" Seandainya orang yang mereka tawan adalah Buyung kongcu serta seorang Hoa li
dari Biau hoa lengcu, apakah kedudukan kedua orang ini cukup tinggi" Tentu saja
cukup tinggi!" "Baik, kalau begitu kita boleh menyaru sekali lagi, aku dan Ki Li ji akan
menyamar sebagai dua orang hoa li dari perguruan Biau hoa bun, sedangkan sau pocu
terpaksa harus turunkan sedikit derajatmu untuk menyaru sebagai pelayannya
Buyung kongcu, kita menyerempet bahaya lagi, siapa tahu kalau lembah tiga
malaikat berhasil kita ketemukan?"
"Ada satu hal yang aku merasa kurang mengerti harap Hoa lengcu bersedia
memberi penjelasan."
"Katakan sau pocu!"
13 "Sewaktu di tawan oleh mereka, jalan darah kita akan tertotok, apakah dalam hal
ini Hoa cu pernah memikirkannya?"
"Sudah!" "Andaikata mereka tidak turun tangan lebih lanjut, aku percaya kita berempat
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memilih lanjut, aku percaya kita berempat memiliki kemampuan untuk
membebaskan diri dari totokan, asal kita diberi waktu selama setengah jam, jalan
darah yang tertotok pasti akan bebas dengan sendirinya, cuma dibalik kesemuanya
itu masih ada satu hal yang amat penting, yakni andaikata kita dihadapkan dengan
suatu ancaman keselamatan jiwa kita, apakah kita akan turun tangan untuk
melancarkan serangan balasan?"
"Tentu saja, kalau kita dihadapkan dengan ancaman jiwa, berpura-pura lebih
jauhpun tak ada gunanya, tapi harus diperhatikan bahwa kita harus meninggalkan
paling tidak dua orang musuh agar bisa dikorek keterangan...."
"ini yang dinamakan sekali timpuk mendapat dua ekor burung kata Tong Thian
hong," bila keadaan terjadi perubahan, kita bisa berusaha untuk membunuh orang
yang menawan kita serta menyamar sebagai anggota Sam seng bun, bukankah
begitu?" "Benar, aku memang bermaksud demikian!"
Tong Thian hong segera tertawa lebar.
"Baik, kalau begitu aku bersedia menuruti usul dari Hong cu ini!"
Nyo Hong ling mengalihkan sinar matanya ke wajah Buyung Im seng, kemudian
tanyanya. "Saudara Buyung, bagaimana pendapatmu?"
"Aku setuju!" jawab pemuda itu sambil tertawa.
"Baik! Jikalau kalian berdua telah setuju, mari kita laksanakan menurut rencana,
untuk sementara waktu harap kalian mengundurkan diri lebih dulu, aku dan Li ji
akan menyuruh sebentar."
Buyung Im seng saling berpandangan sekejap dengan Tong Thian hong, kemudian
mengundurkan diri keluar ruangan.
Tak lama kemudian, dari dalam kuil kedengaran Nyo Hong ling berseru.
"Sekarang kalian boleh turun tangan!"
"Saudara Tong, terpaksa menurunkan derajatmu" bisik Buyung Im seng kemudian.
"Pegang janji adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan seorang manusia,
setelah aku menyanggupi permintaan Hoa lengcu, sudah barang tentu harus
kulakukan janjiku itu."
Penyamaran yang dilakukan Buyung Im-seng paling sederhana, dia hanya
membersihkan obat penyamar di atas mukanya dan memulihkan kembali wajah
aslinya. 14 Sedangkan Tong Thian hong bertukar pakaian dan menyamar sebagai seorang
pelayan. Baru selesai kedua orang itu menyamar, tiba-tiba terdengar suara auman macan
kumbang yang berpuluh-puluh ekor banyaknya berkumandang datang dari
kejauhan. Menyusul kemudian muncul beberapa sosok bayangan manusia mengikuti di
belakang rombongan macan kumbang tadi.
Buyung Im seng menengok ke depan, dilihatnya Pa jin Li Tat berjalan di paling
muka dengan di belakangnya mengikuti dua orang kakek berusia antara 50 tahun.
Tong Thian hong melirik sekejap ke arah ke dua orang kakek itu, dengan cepat dia
kenali kedua orang itu sebagai gembong iblis yang amat kesohor namanya dalam
dunia persilatan. Orang yang berada di sebelah kiri adalah seorang yang bernama Si hu ciang
(pukulan pembetot sukma) Kim Cok, sedangkan orang yang berada di sebelah
kanan itu bernama Liu seng to (golok bintang kilat) Ong Thi san.
Diam-diam terkejut juga hatinya setelah menjumpai kedua orang itu, pikirnya.
"Sungguh lihai pentolan dari Sam seng bun itu, entah dengan cara apakah ia
berhasil membuat jago-jago lihai yang termasyhur akan kekejiannya dalam dunia
persilatan ini takluk kepadanya?"
Sekalipun ia kenal mereka berdua namun tidak menegur secara langsung, rahasia
itu hanya disimpan dalam hatinya belaka.
Terdengar Si hun ciang Kim Cok berada di sebelah kiri berseru.
"Dua orang inikah yang kau maksudkan?"
Walaupun si manusia macan kumbang Li Tat merasa bahwa dua orang yang berada
dihadapannya itu bukan mereka yang dijumpainya tadi, tapi keadaan memaksanya
mau tak mau musti mengakui, terpaksa dia manggut-manggut.
"Benar, kedua orang itu."
Tiba-tiba Kim Cok menerjang maju ke muka, setelah melewati Li Tat, ditatapnya
Buyung Im seng dan Tong Thian hong sekejap dengan sinar mata setajam sembilu,
kemudian tegurnya. "Siapakah kalian berdua, mengapa ditengah malam buta begini datang kemari"
Mau apa kalian datang ke sini?"
"Aneh benar pertanyaan yang kalian ajukan itu, apakah tempat ini tak boleh
dikunjungi?" sahut Tong Thian hong.
"Dikunjungi sih boleh, cuma harus dilihat dulu kedudukannya serta saat
kedatangannya." "Huh, sungguh besar amat lagakmu, siapa kau?"
"Si hun ciang Kim cok, ucapanku tidak kelewat bukan?"
"Hmmm, belum pernah ku dengar nama itu"
15 Kontan Kim Cok tertawa dingin, serunya,
"Sekalipun kau belum pernah dengar, sekarang mumpung belum mati, mendengar
agak terlambatpun tak menjadi soal."
Menyaksikan sikap orang, Tong Thian hong lantas berpikir dalam hati kecilnya.
"Bila ku ejek sekali lagi, sudah pasti suatu pertarungan akan terjadi...."
Untuk sesaat dia tak dapat mengambil keputusan, maka ia terus berpaling dan
memandang ke arah Buyung Im seng.
Pelan-pelan Buyung Im seng bertanya.
"Harus berasal dari kedudukan apakah baru boleh datang ke sini ditengah malam
buta begini?" "Tentu saja harus mempunyai sedikit nama dan kedudukan dalam dunia
persilatan." "Silahkan kau pertimbangkan sendiri bila kau merasa nama dan kedudukanmu
cukup mengejutkan orang, tak ada salahnya untuk disebutkan. Tapi kalau merasa
nama dan kedudukanmu belum cukup untuk disebutkan, lebih baik tak usah
mencari malu untuk diri sendiri."
Buyung Im seng segera tertawa hambar, katanya "Kalau Buyung Im seng dari
Kang ciu, apakah cukup besar nama serta kedudukannya dalam dunia persilatan?"
"Buyung kongcu?" Kim Cok tampak tertegun.
"Benar, bila nama serta kedudukanku kurang cukup, bagaimana kalau ditambah
dengan nama mendiang ayahku Buyung Tiang kim?"
"Cukup, cukup, hanya nama besar dari Buyung kongcu pun sudah lebih dari
cukup." "Kalian berdua terlalu memuji, aku masih belum menanyakan nama besar kalian
berdua." Pengalamannya selama bertahun-tahun membuat pemuda ini pandai sekali
membawa diri. Entah lantaran tergetar oleh sisa pengaruh Buyung Tiang kim
semasa masih hidupnya dulu, entah ia menaruh kesan istimewa terhadap Buyung
Im seng, tiba-tiba Kim Cok menjura seraya berkata "Aku bernama Kim Cok,
mempunyai sebuah julukan yang kurang sedap didengar bernama Si hun ciang!"
Sekalipun Buyung Im seng belum pernah mendengar nama orang itu, ia menjura
pula seraya berseru. "Selamat berjumpa, selamat berjumpa." Tidak menanti Kiim
Cok menyahut, Liu seng to Ong Thi san segera memperkenalkan pula dirinya.
"Siaute bernama Liu seng to Ong Thian san!"
"Sudah lama kudengar nama besar kalian berdua dalam dunia persilatan, sungguh
beruntung bisa saling bersua muka pada malam ini."
"Kemunculan Buyung kongcu didalam dunia persilatan juga sudah lama kami
dengar, tak disangka kita dapat berjumpa hari ini."
Melihat sikap orang yang sopan, Buyung Im seng segera berpikir.
16 "Aku harus berusaha untuk mengobarkan kemarahan mereka hingga terjadi
pertarungan, dengan demikian aku baru dapat kesempatan untuk membekuk
mereka." Berpikir demikian, dengan dingin ia lantas berkata.
"Ditengah malam buta begini kalian membawa binatang buas datang mengganggu
kami, bahkan membuat kuda kami lari ketakutan, sesungguhnya apa tujuan
kalian?" "Kalau cuma beberapa ekor kuda sih apa artinya?" jawab Kim Cok sambil tertawa,
"bila kongcu bersedia, besok pagi aku pasti akan mengambilkan kuda-kuda kongcu."
Buyung Im seng kembali berpikir.
"Sikapnya kepadaku begitu ramah dan mengalah, agaknya sulit untuk
melangsungkan suatu pertarungan dengan mereka."
Sambil mendengus dingin segera katanya.
"Aku inginkan kudaku yang telah kalian bikin lari ketakutan itu.....!"
"Baik! Besok pagi pasti kami kembalikan, kami tak akan membuat kongcu menjadi
kecewa." "Bagus sekali!" kembali Buyung Im seng membatin," kalau kau bersikap begitu
sungkan terus kepadaku, mana mungkin pertarungan bisa dilangsungkan?"
Terdengar Kim Cok telah berkata lagi:
"Tolong tanya berapa ekor kuda kongcu yang telah hilang?"
"Empat ekor!" Kim Cok segera tersenyum, serunya.
"Kongcu kan cuma dua orang" Kenapa kuda tunggangannya bisa berjumlah
empat?" "Siapa bilang kami hanya berdua?"
"Bocah keparat" pikir Kim Cok dalam hati," ternyata kau betul-betul pandai
sekali, tampaknya kalau tidak kugunakan kata-kata untuk menjebakmu, sulit untuk
mengorek keterangan dari mulutmu."
Berpikir demikian dengan girang ia lantas melanjutkan.
"Apakah kongcu masih membawa pembantu?"
"Dua orang yang lain adalah temanku!"
"Kalau memang mereka adalah teman Buyung kongcu, sudah pasti kedua orang ini
bukan manusia tak bernama, dapatkah diundang keluar agar berkenalan dengan
kami?" "mereka jarang sekali melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, sekalipun
kalian bertiga menjumpai mereka juga belum tentu kenal."
17 Kim Cok berpaling dan memandang sekejap ke arah Ong Thi san, kemudian
katanya, "Kalau Buyung kongcu telah berkata demikian, sudah pasti tak bakal
salah lagi, dua orang itu pastilah jago-jago muda dari dunia persilatan..."
"Wah... kalau mereka sudah begitu merendah terus menerus, tentu sukar untuk
menciptakan suatu bentrokan kekerasan," pikir Buyung Im seng.
Terdengar Ong Thi san berkata. "Apakah rekan-rekan seperjalanan Buyung
kongcu....." "Kenapa?" tiba-tiba serentetan suara merdu menukas.
Ketika menengok ke samping, tampak Nyo Hong ling dan Ki Li ji sedang
melangkah keluar dari balik ruangan kuil. Nyo Hong ling tak mau munculkan diri
dengan wajah aslinya, maka ia menutupi mukanya dengan obat-obatan, sedangkan
Ki Li ji telah memulihkan kembali wajah aslinya.
Kim Cok segera tertawa terbahak-bahak. "Haahhh... hahhh.... hahh... rupanya
mereka adalah dua orang nona."
Ong Thi san segera mengalihkan pandang matanya ke wajah Buyung Im seng,
katanya "Kedua orang ini adalah......."
"Hoa li (anggota perkumpulan) dari perguruan Biau hoa bun!"
Mendengar nama itu, diam-diam Kim Cok terperanjat, segera pikirnya. "Ternyata
pihak Biau hoa bun telah mengikat hubungan dengan Buyung kongcu."
Buru-buru dia menjura seraya berkata.
"Nona berdua, sungguh gagah sekali kalian berdua!"
"Sekarang, aku musti mencari alasan untuk turun tangan terhadap mereka.....
pikir Buyung Im seng. Sambil tertawa dingin ia lantas berkata.
"Kalian bertiga sudah mengajukan pertanyaan yang amat banyak kepadaku,
sekarang tiba giliranku untuk bertanya kepada kalian bertiga.
"Baik!" kata Kim Cok sambil tertawa, apa yang Buyung kongcu ajukan, sedapat
mungkin akan kami jawab, cuma tempat yang cocok untuk berbicara, bagaimana
kalau duduk sebentar di rumah kami?"
"Kita tak pernah saling mengenal, mengapa aku musti saja mengganggu
ketenangan kalian?" "Aaaah, empat samudra adalah sama-sama saudara," kata Ong Thi san, "apalagi
sudah lama sekali kami mengagumi nama besar Buyung kongcu.....!"
"Betul!" sambung Kim Cok pula," rumah kami ini adalah terletak tak jauh di
belakang bukit sana, bila kongcu tidak keberatan silahkan berkunjung ke rumah
kami sambil minum teh, Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap ke
arah Nyo Hong ling, kemudian tanyanya.
"Bagaimana menurut pendapat nona berdua"
"Terserah kongcu!" jawab si nona.
18 Buyung Im seng pura-pura berpikir sebentar, kemudian sahutnya.
"Baiklah mengingat kebaikan kalian bertiga kami akan datang mengganggu sekali
ini." "Baik, mari ikut aku!" kata Kim Cok.
Dia lantas membalikkan badan dan berjalan lebih dulu.
Nyo Hong ling dan Ki Li ji dengan langkah lebar mengikuti di belakang Kim Cok.
Pa jin Li Tat juga membalikkan badannya sambil berlalu dari situ berbareng itu
pula ia memperdengarkan suara pekikan yang amat nyaring. Puluhan sosok
bayangan hitam segera bermunculan dari balik semak belukar dari bebatuan
sekeliling tempat itu, kemudian berlari mengikuti di belakang Li Tat.
Bayangan-bayangan hitam itu bergerak sangat cepat, ketika Buyung Im seng
mengenalinya sebagai macan-macan kumbang yang garang, diam-diam ia merasa
terperanjat, pikirnya. "Hebat betul orang ini! Tak nyana ia sudah mengatur begitu banyak macan tutul di
sekeliling tempat ini tanpa kami sadari, seandainya ia memberi tanda tadi dan
tibatiba kawanan macan kumbang itu menyerang bersama, sekalipun ilmu silat kami
amat lihaipun belum tentu bisa menghadapi serangan itu.... untung aku tidak
bertindak gegabah tadi."
Berpikir demikian, dia lantas beranjak dan mengikuti di belakang Nyo Hong ling
berdua. Sedangkan Tong Thian hong sengaja berada di belakang dengan berjalan disamping
Liu seng to Ong Thi san. Ong Thi san melirik sekejap ke arah Tong Thian hong yang menyaru sebagai
seorang kacung buku itu, lalu pikirnya.
"Orang ini tidak lebih cuma seorang kacungnya Buyung kongcu, tapi begitu berani
ia berjalan di sampingku, Hmmm! Aku harus memberi sedikit pelajaran kepadanya
agar tahu diri." Berpikir sampai di situ, dengan dingin ia lantas menegur.
"Sudah berapa lama kau mengikuti Buyung kongcu......?"
Tong Thian hong memandang sekejap ke arah Ong Thi san, kemudian jawabnya.
"Belum lama!" "Oh...... berapa waktu?"
"Belum sampai setengah tahun!"
Kalau begitu ku bukan termasuk pembantu lama dari gedung Buyung hu......?"
"Jelas bukan!" jawab Tong Thian hong. Ketika gedung keluarga Buyung diserbu
orang dulu, laki perempuan tua muda semua anggota keluarga telah dibantai
orang. Buyung kongcu adalah satu-satunya orang yang berhasil meloloskan diri
dari musibah ini." 19 "Kalau begitu kau bersedia secara suka rela untuk menjadi kacungnya Buyung
kongcu?" Tong Thian hong segera tersenyum.
"Benar!" sahutnya, "tampaknya saudara Ong amat menaruh perhatian kepadaku?"
Ong Thi san semakin naik pitam ketika mendengar dirinya dipanggil saudara,
pikirnya dalam hati. "Sialan betul orang ini, seorang kacung pun berani menyebut saudara denganku.
Entah aku musti memberi sedikit pelajaran kepadanya." Karena mendongkolnya
dia tidak menggubris Tong Thian hong lagi, dengan langkah lebar dia melanjutkan
perjalanan ke depan. ooooOOOOoooo Bagian Kedua Pada mulanya Tong Thian hong mengira Ong Thi san telah menaruh curiga
kepadanya, dia menyangka pihak musuh sedang berusaha menyelidiki asal
usulnya, maka ketika dilihatnya orang itu berlalu tanpa menggubris dirinya lagi,
ia
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadi senang dan lega. Begitulah, setelah melewati dua buah bukit sampailah mereka di depan sebuah
perkampungan yang amat luas.
Perkampungan itu dibangun dalam sebuah lembah, empat penjuru sekelilingnya
penuh tumbuh pepohonan yang lebat lagi rimbun, tempat itu merupakan suatu
perkampungan yang rahasia sekali letaknya.
Pintu gerbang perkampungan telah terbuka lebar, sedang Pa jin Li Tat sudah
menunggu di depan pintu. Kim Cok segera berhenti setibanya di depan pintu, sambil memberi hormat ujarnya.
"Buyung kongcu, silahkan masuk!"
Diam-diam Buyung Im seng mengerahkan tenaga dalamnya mengelilingi seluruh
badan, dengan kesiap siagaan penuh dia melangkah masuk ke dalam ruangan.
Tampaknya sikap Kim Cok terhadap Buyung Im seng amat menghormat, sambil
mengikuti di belakangnya ia berkata.
"Aku sudah lama hidup mengasingkan diri ditempat ini, jarang sekali kami
melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan...."
Tapi aku lihat saudara Kim masih banyak mengetahui tentang kejadian dalam
dunia persilatan sambung Buyung Im seng.
"Yaa, teman-teman lamaku banyak yang mengetahui kami siaute hidup
mengasingkan diri di sini, mereka sering berkunjung kemari dan menginap selama
beberapa hari, dalam kesempatan itu mereka banyak bercerita tentang kejadian
20 dalam dunia persilatan, itulah sebabnya sekalipun sute telah mengasingkan diri
tapi masih banyak mengetahui tentang urusan dalam dunia persilatan."
"Ohh.... kiranya begitu!"
Kedua belah pihak sudah mulai saling membohong, tapi siapapun enggan untuk
membongkar kebohongan lawannya, karena itu dalam pembicaraan tersebut
semuanya berlangsung amat santai.
Masuk ke ruangan tengah, suasana terang benderang bermandikan cahaya lampu,
meja perjamuan telah dipersiapkan di sana.
"Sambil membungkukkan badan Kim Cok berkata:
"Silahkan saudara sekalian mengambil tempat duduk!"
Buyung Im seng berjalan masuk lebih dulu, sambil melangkah ke tengah ruangan
dia mengawasi keadaan di sekeliling tempat itu, tampak di atas dinding sebelah
depan situ tergantung sebuah lukisan gadis yang amat besar, kecuali itu tidak
nampak perabot yang menghiasi di sekitarnya. Dua orang dayang muda berbaju
hijau telah menunggu kedatangan tamunya di dalam ruangan.
"Buyung kongcu, silahkan duduk!" kata Kim Cok sambil mempersilahkan tamunya.
Tanpa sungkan-sungkan Buyung Im seng mengambil tempat duduk dikursi utama.
Nyo Hoa ling segera menarik Ki Li ji dan tanpa sungkan-sungkan mengambil
tempat duduk di hadapan Buyung Im seng.
Kalau Buyung Im seng duduk membelakangi lukisan gadis itu, maka Nyo Hong ling
dan Ki Li ji duduk dengan menghadap ke arah lukisan tersebut.....
Dengan langkah cepat Tong Thian hong segera maju ke depan dan duduk
disamping Buyung Im seng.
Dengan demikian Kim Cok serta Ong Thi san tak dapat memilih tempat duduk lagi,
kedua orang itu saling berpandangan sekejap kemudian masing-masing duduk di
sebelah kiri dan kanan. Baru saja beberapa orang itu duduk, kedua orang dayang itu telah maju ke depan
memenuhi cawan mereka dengan arak.
Sambil mengangkat cawan araknya, Kim Cok berkata.
"Tempo dulu, sewaktu Buyung tayhiap masih menjagoi dunia persilatan, akupun
berkesempatan mendapat perjamuan dari Buyung tayhiap didalam gedungnya,
maka dengan secawan arak ini akan ku hormat kongcu sebagai tanda terima kasih
kepada ayahmu." Buyung Im seng mengangkat cawan araknya melakukan suatu gerakan
menghormat, kemudian ujarnya sambil tertawa.
"Aku tidak terbiasa minum arak, maksud baik saudara Kim biar kuterima di hati
saja." 21 Kim Cok sekali teguk menghabiskan isi cawannya, kemudian ia berkata. "Kongcu
tak usah memaksakan diri, aku hanya bermaksud memberi hormat saja
kepadamu!" Buyung Im seng segera meletakkan cawannya ke meja dan menjura, katanya,
"Kalau begitu kuucapkan banyak-banyak terima kasih kepadamu!"
Ong Thi san menggerakkan sumpitnya dan berkata pula.
"Kalau Kongcu memang tak pandai minum arak, silahkan mencicipi hidangan
kami, hanya masakan gunung yang kurang lezat, harap kongcu jangan
menertawakan." Sehabis berkata dia lantas menggerakkan sumpit dan bersantap
dulu. Diam-diam Buyung Im seng berpikir.
"Seandainya meracuni hidangan tersebut tak nanti mereka akan bersantap dengan
begitu leluasa, jika aku tidak turut bersantap lagi pastilah mereka akan
memandang rendah diriku."
Berpikir demikian dia lantas menggerakkan sumpitnya dengan cekatan sekali ikut
bersantap tapi yang dimakan adalah hidangan yang telah disantap oleh Ong Thi
san tadi. Kim Cok ternyata tidak menawari arak lagi sambil memandang ke arah Buyung Im
seng katanya lagi sambil tertawa. "Ketika ayahmu ketimpa musibah, semua umat
persilatan ikut merasa berduka cita, apakah kemunculan kongcu kali ini adalah
untuk menyelidiki, aku kuatir sekalipun berminat juga tak akan mampu untuk
mewujudkannya." "Bukankah teman-teman ayahmu di masa lalu amat banyak sekali" Bahkan
diantaranya terdapat pula tokoh-tokoh sakti didalam dunia persilatan, asal
kongcu berseru minta bantuan, masakah mereka tak mau munculkan diri untuk membantu
usahamu itu?" Buyung Im seng termenung sejenak, kemudian katanya. "Apakah
Kim locianpwe juga berminat untuk berbuat demikian?"
Agaknya Kim Cok sama sekali tidak menyangka kalau dia akan mengajukan
pertanyaan secara berterus terang, untuk sesaat lamanya dia menjadi tertegun.
"Soal ini" Aku kuatir dengan kepandaian silatku yang biasa-biasa saja, mungkin
tak bisa banyak membantu diri kongcu."
Tiba-tiba Tong Thian hong menyela.
"Seandainya kongcu kami yang memohon bantuanmu?"
KIm Cok segera tertawa terbahak-bahak.
"Hahhhh.... hahhhh... hahhh...... andaikata Buyung kongcu bersedia memberi muka
kepadaku, sudah tentu akupun bersedia untuk membantu dengan sepenuh tenaga."
Mendengar itu, Buyung Im seng mendesak lebih jauh.
"Terima kasih banyak atas kebaikan Kim locianpwe, dewasa ini aku mempunyai
suatu kesulitan, apakah locianpwe bersedia untuk memberi bantuan.....?"
Desakan yang dilontarkan secara langsung ini dengan kontan saja membuat Kim
Cok tertegun di tempat, sampai lama sekali ia baru bisa berkata.
22 "Persoalan apa itu?"
"Kim locianpwe, bukankah kau sudah lama berkenalan dalam dunia persilatan"
Tentunya kau mengetahui bukan tentang perguruan Sam seng bun"
"Buyung kongcu tak usah sungkan-sungkan sebutan locianpwe tak berani ku
terima, meski aku lebih tua beberapa tahun, silahkan Kongcu menyebut Khim heng
saja kepadaku, ini sudah lebih dari cukup."
Setelah mendehem pelan, terusnya.
"Mengenai perguruan Sam seng bun, aku memang pernah mendengar orang
membicarakannya, cuma setelah banyak tahun mengasingkan diri persoalan dunia
persilatan yang kuketahui pun bertambah sedikit, aku cuma mendengar orang
berkata bahwa Sam seng bun merupakan kekuatan yang terbesar didalam dunia
persilatan dewasa ini, mengenai masalah selanjutnya, aku kurang begitu paham."
"Konon didalam perguruan Tiga malaikat tersebut bukan saja banyak jago lihai
yang telah menjadi anggotanya, bahkan memiliki organisasi yang amat rahasia,
bila tidak mengetahui cara mengadakan kontak, sekalipun ada orang dari Sam seng
bun yang berada disamping kitapun tidak kita sadari, benarkah itu?"
Didesak oleh ucapan Buyung Im seng yang tajam bagaikan pisau itu, hampir saja
Kim Cok tak sanggup mengendalikan diri, sambil tertawa paksa katanya,
"Soal itu sih saya kurang tahu!"
Buyung Im seng segera tertawa hambar.
"Tampaknya saudara Kim tidak berniat sungguh-sungguh untuk membantu diriku!
"Bukannya begitu, bila Buyung kongcu akan membalaskan dendam untuk kematian
ayahmu, tentu saja aku bersedia untuk membantu, tapi perguruan Sam seng bun
toh bukan musuh besar pembunuh ayahmu!"
Buyung Im seng segera berpikir didalam hati .
"Bila ku desak dirinya lebih jauh, sudah pasti keadaan akan berobah menjadi kaku
dan tidak menggembirakan "Berpikir demikian, sambil tertawa dia lantas berkata.
"Saudara Kim tak usah kuatir, aku tak lebih cuma bertanya saja, aku tahu bahwa
saudara Kim sudah lama mengasingkan diri dari keramaian dunia persilatan,
sekalipun kau benar-benar bersedia membantuku, aku juga tak akan berani
mengusik ketenanganmu."
Merah padam selembar wajah Kim Cok karena jengah ujarnya agak tersipu-sipu,
"Asalkan Kongcu telah berhasil menemukan pembunuh ayahnya sampai waktunya
aku pasti akan datang ditempat kejadian dan membantu dirimu.
Tiba-tiba Ong Thi san bangkit berdiri, lalu katanya. "Harap kalian duduk
sebentar, aku ingin mengundurkan diri sebentar!"
"Silahkan saudara Ong!" cepat Kim Cok berseru. Ong Thi san segera menjura dan
melangkah keluar dari ruangan dengan tindakan lebar.
Memandang hingga bayangan Ong Thi san lenyap diluar ruangan, Buyung Im seng
segera beranjak, katanya.
23 "Kami sudah menunggu kalian cukup lama, maksud baik kalian tak akan
kulupakan, nah kami sekalianpun ingin mohon diri pula." Kim Cok menjadi amat
gelisah, serunya cepat-cepat.
"Kongcu, mengapa kau harus terburu napsu" Duduklah sebentar, lohu masih ada
persoalan ingin dibicarakan."
"Persoalan apa?" tanya Buyung Im seng sambil tersenyum.
Kim Cok mendehem pelan, kemudian sahutnya
(Bersambung ke jilid 2) 24 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 2 PERSOALAN tentang lembah tiga malaikat itu tiba tiba saja lohu teringat akan
beberapa hal. Tubuh Buyung Im-seng yang telah bangkit berdiri itu segera duduk kembali,
katanya: "Kalau begitu aku siap mendengarkan penjelasanmu."
Kim Cok sendiri juga mengerti, apabila ia tidak singgung masalah lembah tiga
malaikat pada saat ini, mungkin sulit untuk menahan Buyung Im-seng di sana.
Maka katanya: "Setengah tahun berselang, seorang teman lamaku kebetulan berkunjung
menengok ku" "Tentunya temanmu itu secara kebetulan adalah anggota Sam-seng-bun, maka ia
mengetahui banyak tentang latar belakang perguruan itu. Betul bukan ?" Sambung
Tong Thian-hong. Dengan dingin Kim Cok memandangi sekejap Tong Thian hong, agaknya ia hendak
mengumbar hawa amarahnya, tapi dengan capat perasaan itu ditekan kembali,
sambungnya: "Teman lamaku ini apakah benar-benar anggota Sam-seng-bun atau
bukan, lohu kurang tahu. Tapi ia memang banyak membicarakan masalah Samseng-
bun dengan lohu." "Apa saja yang dibicarakan ?"
"Katanya seluruh dunia persilatan akan mengalami perubahan besar, sudah tentu
beberapa tahun Sam-seng-bun memupuk kekuatan secara diam-diam paling lama
dua tahun lagi, paling cepat satu tahun kemudian seluruh dunia persilatan pasti
akan terjatuh ke tangan mereka."
"Dia masih banyak membicarakan persoalan lain, sayang sudah terlalu lama
kejadian ini berlangsung, sehingga lohu sendiripun sudah banyak yang lupa."
25 "Terima kasih atas petunjukmu !" kata Buyung Im-seng, dia lantas beranjak dan
berlalu dari situ dengan langkah lebar.
Dengan cepat Kim Cok menghalangi jalan perginya, dia berseru:
Buyung Kongcu, kau hendak pergi kemana ?"
"Apa yang hendak Kim-seng katakan sudah habis diucapkan, sedang apa yang bisa
kudengar juga sudah selesai kudengar, tentu saja aku hendak memohon diri !"
"Kongcu, silahkan duduk dulu, mungkin bila kupikirkan beberapa waktu lagi ada
banyak persoalan yang bisa kuingat kembali."
"Tapi sayang aku sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk menunggu,
harap Kim-heng pikirkan secepatnya, bila dalam seperminuman teh kau masih
belum berhasil mengingat apa-apa, aku tak akan menunggu lagi." Kim Cok
termenung dan berpikir sejenak kemudian katanya: "Yaa, yaa, aku sudah teringat
lagi, dia masih memberitahukan suatu hal kepada lohu."
"Persoalan apa ?"
"Dia bilang separuh bagian jago lihay yang ada didalam dunia persilatan ini
telah menggabungkan diri dengan perguruan Sam-seng-bun dalam dunia persilatan
sudah tiada kekuatan lain lagi yang bisa menghalangi niat Sam-seng-bun,
sekalipun ayahmu Buyung tayhiap hidup kembalipun percuma saja."
"Apakah saudara Kim percaya dengan perkataannya itu ?"
"Sebenarnya aku tidak percaya, tapi setelah dijelaskan pelbagai masalah besar
lainnya, mau tak mau aku menjadi percaya juga."
"Jikalau kau sudah percaya, sepantasnya kalau menggabungkan diri dengan
perguruan Sam-seng-bun." sindir Tong Thian-hong.
"Pertama karena aku sudah mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan.
Kedua sekalipun aku ingin bergabung juga harus ada yang mengantar, maka... "
Buyung Im-seng tertawa lebar, tukasnya: "Kalau atap tidak terjatuh tak akan
pecah, seorang panglima perang besar kemungkinan akan tewas di medan laga,
kalau toh saudara Kim sudah mengundurkan diri dari dunia persilatan lebih baik
jagalah diri dengan waspada, jangan sampai mendapat suatu akhir yang
mengenaskan" Kim Cok tertawa terbahak bahak ; "Haa... haah... haahh.. tapi bila tidak
bergabung dengan perguruan Sam-seng bun, besar kemungkinan kita akan mampus semakin
cepat lagi." Buyung Im-seng tertawa dingin, katanya: "Setiap manusia mempunyai tujuannya
sendiri-sendiri, aku pun tak ingin banyak membujukmu lagi."
Kongcu, apakah kau mempunyai urusan penting lainnya ?"
"Kalau pembicaraan tidak mencocoki, banyak bicarapun tak ada gunanya, aku tak
ingin berdiam lebih lama lagi."
"Kalau memang begitu, akupun tak berani memaksa lebih jauh, cuma harap kongcu
menunggu sebentar, akan kuberi tanda dulu kepada Li Tat agar menyingkirkan
macam-macam kumbangnya, daripada kongcu kena dilukai nanti."
26 "Sekalipun aku menunggu lebih lama lagi belum tentu mereka bisa datang kemari."
"Kongcu, apa kau bilang ?"
"Aku bilang, orang-orang yang lebih garang dari binatang buas buas yang sedang
kau tunggu itu, aku rasa saudara Kim tak usah repot-repot lagi "
Melihat keadaan semakin runyam, terpaksa Kim Cok menarik mukanya seraya
berkata: "Seorang bocah yang masih muda belia, mengapa kata katanya begitu tak
tahu sopan santun ?"
Yang dikuatirkan Buyung Im-seng justru kalau dia dihantar keluar dari situ
dengan hormat, sebab kalau sampai demikian keadaannya, untuk mencari garagara
pasti akan sulit sekali. Oleh sebab itu, ketika pihak lawan berubah wajah, ini
justru berkenan dihatinya, maka sambil tertawa katanya: "Saudara Kim
maksudkan diriku?" "Tentu saja kau !"
Tiba-tiba Tong Thian -hoang menerjang maju ke depan, serunya: "Besar amat
nyalimu, sungguh berani mendamprat kongcu kami !"
Telapak tangan kanannya segera diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat. "Bagus !" Seru Kim Cok. "Lohu akan memberi pelajaran dulu kepada kau si
pelayan, kemudian baru memberi pelajaran kepada majikannya!"
Sambil mengayun tangan, dia sambut datangnya serangan tersebut.
Serangan yang dilakukan kedua orang itu hampir diayunkan pada saat yang
bersamaan, "Blaaam... !" suatu bentrokan segera terjadi.
Hasil dari bentrokan kekerasan tersebut, baik Tong Thian hong maupun Kim Cok
sama-sama mundur selangkah.
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan bentrokan kekerasan tersebut, maka kedua orang itu lantas tahu kalau
kekuatan mereka seimbang alias setali tiga uang.
Diam-diam Kim Cok merasa terkejut, pikirnya: "orang ini tidak lebih cuma seorang
pembantunya Buyung kongcu, mengapa ilmu silatnya luar biasa hebatnya" Kalau
begitu Buyung kongcu sendiri pasti luar biasa!"
Berpikir demikian, ternyata serangan yang kedua tidak lagi dilancarkan.
Dalam anggapannya semula, sekalipun tidak berhasil melukai musuhnya dengan
serangan tersebut paling tidak bisa memberi pelajaran kepada orang itu, siapa
sangka dia sendiri malahan terdorong mundur selangkah ke belakang.
Dengan kening berkerut Buyung Im seng juga sedang berpikir.
"Tujuan kami adalah menangkap hidup-hidup diri mereka, tapi Tong Thian hong
telah saling beradu kekerasan dengannya, harapan tersebut tampaknya sukar
untuk diwujudkan." Tapi berada di hadapan Kin Cok ia merasa sukar untk memberi teguran, hal mana
membuat hatinya merasa amat bersedih hati.
27 Pada saat itulah, tiba tiba tampak bayangan manusia berkelebat lewat tahu-tahu
Nyo Hong ling dan Ki Li ji sudah melompat keluar melewati beberapa orang.
Belum sempat buyung Im seng menegur Ki Li ji telah membalikkan badan sambil
menubruk ke arah Kim Cok.
Sepasang tangannya dipergunakan bersama, dalam waktu singkat dia sudah
melancarkan empat buah serangan berantai.
Ke empat buah serangan itu dilancarkan secara berurutan dan seakan akan
dilancarkan tanpa berhenti, hal ini memaksa Kim Cok secara beruntun harus
mundur sejauh empat langkah.
Paras muka Kim Cok segera berubah hebat, katanya dengan dingin: "Buyung
kongcu, memandang di atas wajah ayahmu lohu tak ingin turun tangan keji
padamu, tapi sobat dan anak buah kongcu bila mendesak terus menerus, jangan
salahkan kalau lohu tak akan mengenal belas kasihan lagi !"
Mendengar perkataan itu, Buyung Im seng lantas berpikir: "Dia tersohor sebagai
Si hun ciang, sudah pasti dia hendak mempergunakan ilmu pukulan membetot sukma
itu!" Sementara dia masih memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat, Tong Thian
hong telah berebut berkata lagi: "Saudara memiliki ilmu silat apalagi yang
disebut hebat" Mengapa tidak digunakan semua " Dengan kepandaian yang kau miliki itu,
aku percaya masih sanggup untuk menyambutinya sendiri, tak usah kau mengusik
kongcu kami. Pelan-pelan Kim Cok mengangkat tangan kanannya ke tengah udara, paras
mukanya juga turut berubah menjadi serius sekali.
Buyung Im seng mencoba untuk mengamat-amatinya, ia tengah saksikan telapak
tangan kanan Kim Cok yang sudah diangkat ke udara itu lamat-lamat
memancarkan cahaya merah yang kehijau-hijauan.
Tampak Kim Cok mengayunkan tangan kanannya dan langsung menghajar ke
tubuh Tong Thian hong. Rupanya Tong Thian hong sudah tahu kalau dia telah mempergunakan ilmu
pukulan si-hun ciang, agak sangsi hatinya, dia tak tahu hatinya dia tak tahu
sampai dimanakah kelihaian ilmu pukulan itu dan harus menghadapinya dengan
cara yang bagaimana. Sementara sekujur badan Nyo Hong ling gemetar keras, kemudian roboh
terjengkang ke atas tanah, Tong Thian menjadi tertegun, baru saja dia hendak
membangunkan gadis itu, tiba-tiba terdengar bisikan lirih berkumandang di sisi
telinganya. "cepat tutup napas dan melindungi denyut nadi!"
Suara itu adalah bisikan Nyo Hong ling dengan ilmu menyampaikan suaranya.
Ketika Buyung Im seng menyaksikan Nyo Hong ling roboh ke tanah, dengan hati
terkejut ia menerjang ke muka dan menubruk ke arah Kim Cok.
Sambil membalikkan badan Kik Cok menghindarkan diri dari serangan Buyung Im
seng itu, kemudian sambil melayang mundur katanya dingin: "Kongcu benar-benar
tak tahu diri, aku tak ingin melukai diri kongcu..."
28 Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap Nyo Hong ling yang tergeletak
di tanah itu, kemudian serunya: "Kau telah menggunakan cara yang keji untuk
melukainya." Kim Cok tertawa terbahak bahak: "Haahh... hahh... hah... aku toh mempunyai
julukan sihun ciang, kau anggap julukan itu cuma suatu julukan belaka tanpa ada
kenyataannya?" Baru saja dia hendak berkata lagi, tiba-tiba terdengar Tong Thian hong berbisik
dengan ilmu menyampaikan suara: "Lindungi denyutan nadi, jangan melawan
tenaga pukulannya dengan kekerasan!"
Tiba-tiba Ki Li ji menerjang maju ke depan melewat samping, kemudian tanpa
menimbulkan sedikit suarapun menyerang ke arah Kim Cok.
Dengan cekatan Kim Cok menghindarkan diri ke samping, kemudian sambil
membalikkan badan melepaskan sebuah pukulan.
Ki Li ji seakan akan tak mampu untuk menghindarkan diri lagi "Blaamm!"
tubuhnya segera roboh terjengkang ke atas tanah.
Walaupun Tong Thian hong bisa menduga bahwa Ki Li ji mungkin sudah mendapat
petunjuk dari Nyo Hong ling untuk berpura pura kena pukulan dan roboh ke tanah,
tapi ia merasa kuatir sekali, sehingga tanpa terasa tubuhnya turut menerjang
pula ke depan. Tampak Ki Li ji membuka matanya kemudian dipejamkan kembali, sikapnya
seakan akan seseorang yang sedang terluka parah.
Agak lega juga Tong Thian hong menyaksikan keadaannya itu, belum sempat ia
mendongakkan kepalanya, tiba-tiba terasa desingan angin tajam menerjang
langsung ke arahnya. Dibalik angin pukulan itu terbawa hawa dingin yang menyengat badan, ia tahu
Kim Cok lagi-lagi menggunakan tenaga pukulan Sihun ciangnya untuk melukai
musuh. Buru buru dia mengerahkan hawa murninya untuk melindungi jantung kemudian
menyambut datangnya serangan itu dengan kekerasan.
Dimana angin pukulan Sihun ciang tersebut menyambar lewatm segulung hawa
dingin yang menyusup tulang langsung menerjang ke tubuhnya. Tong Thian hong
segera berpikir: "Ternyata tenaga pukulan Si hun ciang adalah sejenis tenaga pukulan yang khusus
dipakai untuk menghancurkan nadi orang, sungguh hebat sekali kecerdasan Nyo
Hong ling, ternyata dalam satu bentrokan saja sudah berhasil mengetahui ciri-
ciri kekejaman ilmu pukulan ini"
Berpikir demikian, tubuhnya segera berputar putar pelan jatuh ke atas tanah.
Demikian dari empat orang yang hadir di situ tinggal Buyung Im seng seorang yang
belum roboh, ini membuat keberanian Si hun ciang Kim Cok bertambah besar,
sambil tertawa tergelak segera serunya: "Buyung kongcu, apakah kau ingin sekali
bertemu dengan anggota Sam seng bun ?"
29 "Yaa, dimana orangnya ?"
"Akulah orangnya ?"
"Saudara Kim ?"
"Betul, selain aku juga Ong Thi san dan si manusia macan kumbang Li Tat
semuanya adalah orang-orang Sam seng bun!"
Setelah tertawa gelak, terusnya: "akupun pernah mendengar tentang para Hoa-li
dari perguruan Biau hoa bun, aku mendengar ilmu silat mereka rata-rata sangat
lihay, sungguh tak disangka mereka tak lebih hanya manusia-manusia lemah yang
tak sanggup untuk menyambuti sebuah seranganku pun"
Setelah menengok sekejap ke arah Nyo Hong ling dan Ki Li ji yang menggeletak di
tanah lanjutnya: "Tentu saja Buyung kongcu jauh lebih tangguh dari pada mereka,
tapi bila ingin mempergunakan bantuan dari beberapa orang ini untuk
membantumu membalas dendam, aai... Hakekatnya perbuatan itu seperti orang
yang lagi mengigau!"
"Ilmu apakah yang telah kau gunakan untuk melukai mereka."
"Si hun ciang khusus suatu ilmu pukulan penghancur nadi!"
"Apakah saudara Kim juga telah bersiap siap untuk menjajalkan pula ilmu pukulan
Si hun ciang tersebut di atas tubuhku ?"
"mungkin kalau cuma aku seorang belum bisa menandingi kehebatan kongcu, cuma
aku tidak bermaksud untuk bertarung satu lawan satu melawan dirimu"
"Kalau begitu kau bermaksud untuk bermain kerubutan?"
"Benar, aku bermaksud untuk bertarung melawan kongcu dengan jalan
mengerubut, kecuali kongcu bersedia untuk menyerahkan diri"
Buyung Im seng mengalihkan sinar matanya untuk meneliti sekejap sekeliling
tempat itu, kemudian sambil berpaling katanya: "kecuali kau, Ong Thi san dan Pa
Jin Li Tat, masih ada siapa lagi ?"
"Dua puluh orang jago lihay telah mempersiapkan diri di balik ruangan ini, asal
aku memberi tanda, maka serentak mereka munculkan diri dari empat arah
delapan penjuru dan bersama menyerang diri kongcu"
Buyung Im seng segera memutar otaknya mencari akal guna menghadapi situasi
ini. Tiba tiba menyaksikan Kim Cok memberi tanda dengan ulapan tangannya.
Ditengah kegelapan tampak cahaya golok berkilauan, benar juga, dari balik
kegelapan di luar ruangan sana segera bermunculan belasan orang lelaki kekar
berpakaian ringkas yang bersenjata golok.
Sambil tertawa terbahak bahak kata Kim Cok: "sekarang kongcu tentunya sudah
percaya bukan ?" Tiba tiba sambil menarik muka, katanya lagi dengan dingin: "Aku
percaya kongcu mempunyai kemampuan untuk menerjang keluar dari kepungan
kami, tapi kedua orang temanmu dan pembantumu itu sudah pasti tak akan
mampu untuk melakukan perjalanan bersama, bila kongcu sudah tak ambil peduli
30 lagi terhadap keselamatan mereka silahkan saja untuk melangsungkan
pertarungan" "Kami akan baik-baik melayani diri kongcu serta teman dan pelayanmu itu!"
Selanjutnya ?" "Aku akan segera mengirim burung merpati untuk melaporkan kejadian ini ke Seng
Thong dalam satu dua hari pasti ada surat perintah dari Malaikat untuk
menyelesaikan diri Kongcu, jadi aku tak bisa memutuskan sendiri persoalan ini."
"Mereka sudah terluka oleh ilmu pukulan Si hun pian apakah kau bisa
menyembuhkan lukanya itu ?"
"Bila bersedia untuk menyerahkan diri, tentu saja akupun akan menyadarkan
mereka, tapi bila kongcu sudah lolos dari kepungan, maka sahabat dan pelayan
saudara itu tak usah kulaporkan ke Seng thong lagi, siapa tahu kalau kita akan
segera menghukumnya di sini juga"
"Agaknya mereka terlalu menilai tinggi diriku!" Buyung Im seng kemudian.
Dia lantas berlagak agak sangsi, setelah memandang sekejap ke arah Nyo Hong
ling berdua serta Tong Thian hong, sambil menghela napas katanya: "Baiklah! Apa
yang hendak kau lakukan atas diriku ?"
"Tadi toh aku sudah berkata, akan ku sambut kongcu dan teman temanmu secara
baik baik." jawab Kim Cok sambil tertawa: "Cuma... "
"Cuma bagaimana ?" tanya Bunyung Im seng dengan suara dingin. "Cuma aku
harus menotok jalan darah kongcu !"
"Menotok jalan darahku ?"
"Benar kalau kongcu tidak bersedia untuk kutotok jalan darahnya, itu berarti kau
tak mau menyerahkan diri, maka pembicaraan kita tadi pun menjadi sama sekali
tak ada gunanya." "Bila jalan darahku tertotok, waktu itu aku benar-benar akan menuruti semua
perkataan tanpa bisa melawan, aku tak bisa menyanggupi permintaannya itu"
Terdengar Kim Cok telah berkata lebih jauh: "Bila kongcu tidak bersedia kutotok
jalan darahnya, masih ada sebuah cara lagi yang lebih bagus"
"Apakah caramu itu ?"
"Akan ku ikat sepasang tangan kongcu dengan tali otot kerbau !"
Buyung Im seng kembali berpikir: "Andaikata mereka belum terluka, sekalipun
sepasang tanganku diikat juga tidak menjadi soal" Berpikir demikian, dia terus
mengiakan. "Kalau Kim Heng memang begitu tak percaya dengan diriku, agaknya hanya cara
ini yang bisa dilakukan."
"Kelicikan dunia persilatan terlalu mengerikan, kongcupun demikian pula terlalu
halus, tapi aku tak bisa tidak harus sedia payung sebelum hujan, kita memang
31 selisih usia puluhan tahun, tapi kalau siaute sampai mengalami perahu yang
terbalik di selokan, bukankah kejadian ini akan ditertawakan orang ?"
Menyaksikan kegembiraan orang, Buyung Im seng merasakan kemarahannya
berkobar, tapi ia tetap menahan diri untuk tak sampai mengumbar kemarahan
tersebut, Kim Cok segera memberi tanda, kemudian katanya: "Buyung kongcu
bersedia menyerahkan diri, mengapa kalian tidak maju ke muka untuk mengikat
tangannya?" Buyung Im seng tertawa dingin, pelan-pelan dia meluruskan tangannya ke depan.
Dua orang lelaki berbaju hitam segera tampil ke depan, kemudian dengan seutas
tali otot kerbau mengikat sepasang tangan Buyung Im seng erat erat.
Kim Cok memandang sekejap ke arah Nyo Hong ling sekalian, kemudian serunya
pula: "Masih ada beberapa orang itu, sekalian diikat juga !"
Dengan gusar Buyung Im seng segera berseru: "Orang She Kim, perkataanmu
masuk dalam hitungan tidak?"
"Perkataan apa ?" Jawab Kim Cok sambil tertawa seram. "Kau sudah bilang, bila
aku menyerahkan diri mengapa kau malahan mengingkari janji?"
"Itulah kesalahan kongcu sendiri !"
"Kesalahan aku sendiri ?"
"Kita kan sedang berhadapan sebagai musuh, dalam keadaan demikian
pembicaraan apalagi yang bisa dipercaya" Jika sebelum kongcu menyerahkan diri
tadi minta kepadaku untuk menyadarkan teman dan pelayanmu itu lebih dulu
terdesak oleh keadaan mungkin aku akan menuruti janji sayang sekali ternyata
kau tak pandai menggunakan kesempatan, sekarang tanganmu juga telah
dibelenggu, apakah aku musti memenuhi janjimu lagi...?"
"Kau amat rendah dan hina!" teriak Buyung Im seng gusar.
"Kalau tidak mengalami suatu kejadian, kecerdasanmu tak akan bertambah
matang, andai kata kongcu masih mempunyai kesempatan untuk hidup lebih maju,
nasehatku ini pasti akan banyak bermanfaat bagimu."
Diam-diam Buyung Im seng mencoba untuk mengerahkan tenaga dalamnya, tapi
otot kerbau yang membelenggu tubuhnya itu sangat kuat sekalipun memiliki
tenaga dalam yang lebih sempurna pun jangan harap bisa mematahkannya.
Sementara itu kedua orang lelaki kekar tadi sudah bekerja cepat, dalam waktu
singkat Nyo Hong ling bertiga sudah dibelenggu juga.
"Bimbing mereka bangun !" teriak Kim Cok.
Empat orang lelaki kekar segera lari maju dan masing-masing membimbing bangun
seorang diantaranya. Kim Cok maju ke depan dan menghantam punggung Tong Thian hong lebih dahulu.
Melihat itu, dengan terkejut Buyung Im seng segera berseru: "Hey apa yang kau
lakukan ?" Kim Cok tertawa, sahutnya: "Kongcu amat cerdik, sampai pelayanmu pun lihay
sekali, sedang kedua orang hoa-li dari Biau hoa-bun tersebut bisa melakukan
32 perjalanan bersama Buyung Kongcu, ini menandakan kalau merekapun bukan
manusia sembarangan, aku tidak percaya kalau mereka bisa jatuh pecundang di
tanganku secara gampang, maka aku harus menyadarkan mereka lebih dulu untuk
ditanyai lebih jelas !"
Buyung Im-seng merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya. "Orang ini benarbenar
sangat licik, aku hampir saja terkecoh di tangannya... !"
Tampak sepasang tangannya bekerja cepat secara beruntun dia melepaskan pula
sebuah pukulan ke atas punggung Nyo Hong ling serta Ki Ji ji, tak lama kemudian
mereka bertiga pun secara beruntun sadarkan diri.
Buyung Im seng kembali berpikir. "Dari antara kami, ilmu silat Nyo Hong ling
terhitung paling lihay, entah apakah dia sanggup untuk memutuskan otot kerbau
tersebut atau tidak ?"
sementara itu Nyo Hong ling telah membuka sepasang matanya, ia memandang
sekejap ke arah Kim Cok kemudian memandang pula ke arah Buyung Im seng,
setelah itu pelan-pelan ia memejamkan kembali matanya.
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak, serunya: "Kalian bertiga telah pulih
kembali kesadarannya seperti sedia kala, tak usah berlagak lagi."
Tiba-tiba suaranya berubah menjadi dingin menyeramkan, serunya lebih jauh:
"Kalian akan berjalan sendiri masuk ke dalam ruangan, ataukah membutuhkan
bantuanku ?" Nyo Hong ling memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian berjalan
lebih dulu menuju ke ruang tengah.
Ki Li ji, Tong Thian Hong dan Buyung Im seng secara beruntun ikut pula masuk ke
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam ruangan. Lim Cok berjalan dipaling belakang, sikap hormatnya tadi kini sudah tidak nampak
lagi, dengan gaya yang sok dia duduk dikursi utama kemudian serunya: "Manusia
yang tahu keadaan dia barulah orang yang pandai, aku tak ingin menyusahkan
kalian beberapa orang, tapi akupun tak ingin disusahkan oleh kalian semua."
Sementara pembicaraan masih berlangsung ke empat orang lelaki berbaju hitam
tadi sudah ikut masuk pula ke dalam ruangan dan berdiri disamping dengan
tangan lurus ke bawah. Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap ke arah empat orang lelaki itu,
kemudian ujarnya: "apa yang kami ketahui sangat terbatas sekali, bila kau ingin
menanyakan sesuatu, tanyakan saja !"
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak: "Haaahh... haaahh.. haaahhh... kongcu
memang seorang manusia pintar yang amat bijaksana, persis seperti ayahmu dulu,
aku merasa amat kagum."
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya. "Kedatangan kalian berempat ke utara kali
ini sudah pasti ada tujuannya, dapatkah kongcu menjelaskan tujuanmu itu ?"
Buyung Im seng segera berpikir didalam hati: "Tampaknya aku harus mencari akal
untuk mengarang suatu cerita bohong..."
33 Belum sempat ia menjawab, Tong Thian hong telah menyela lebih dahulu.
"Kongcu kami telah mengajak beberapa orang teman untuk mengadakan suatu
pertemuan, secara kebetulan saja lewat di sini."
Kim Cok segera manggut-manggut: "Baik ! Siapa saja yang hendak kalian temui itu
?" Rupanya Tong Thian hong kuatir kalau Buyung Im seng tak sanggup memberi
jawaban, maka sengaja dia memberi kata pembukaan agar pemuda itu bisa
melanjutkan karangan cerita bohongnya. Sebagai seorang pelayan sudah tentu ia
tidak bisa banyak bicara, kuatir jejaknya malah dicurigai orang, maka katanya
kembali: "Soal itu mah... aku kurang tahu."
"Kau amat jujur, bila berkata lebih jauh belum tentu lohu akan mempercayai
perkataanmu itu." Sinar matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im seng, kemudian katanya
kembali: "Pelayan Kongcu telah membocorkan tujuanmu, aku lihat kongcu tak bisa
tidak harus berbicara lebih lanjut."
Buyung Im seng termenung sampai lama sekali, kemudian dia baru berkata: "Aku
ada janji dengan beberapa orang teman ayahku dulu."
"Sin Cu sian dan Lui Hoa hong ?"
Buyung Im seng diam-diam berpikir: "Aku pernah membuat keonaran di kota Hong
ciu, sudah pasti orang-orang Sam seng bun mendengar akan kejadian ini, asal dia
percaya saja aku harus mengarang cerita yang lebih bagus lagi."
Berpikir demikian, diapun lantas berkata: "Yaa, mereka telah mencarikan beberapa
orang sahabat lagi bagiku !"
Kim Cok tersenyum. "Apakah mereka juga telah berangkat ke kota Hong ciu semua
?" "Benar, mereka sudah berangkat dua hari lebih pagi."
"Ehmm... dalam pertemuan yang akan diselenggarakan ini, siapa saja yang akan
turut menghadirinya ?"
"Dua orang pamanku yang mengatur kesemuanya ini, mereka tidak menyinggung
soal nama-nama mereka."
"Sin Cu sian, Lui Hua hong dan ayahmu adalah saudara angkat, tentu saja mereka
akan membantumu dengan sepenuh tenaga, cuma aku tidak percaya kalau mereka
tidak memberitahukan kepadamu, siapa-siapa saja yang telah diundangnya untuk
menghadiri pertemuan itu."
Kembali Buyung Im seng berpikir: "Kalau ku sebut dua nama secara sembarangan
bisa jadi rahasia kebohonganku bakal ketahuan, lebih baik berkeras mengaku tidak
tahu saja... " Dia lantas menggelengkan kepalanya seraya berseru: "Kalau kedua pamanku itu
tidak menyinggung dan akupun tidak banyak bertanya, dari mana bisa kuketahui
nama-nama mereka " Mau percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri, itu kan
urusanmu sendiri." 34 Sambil tersenyum Kim Cok lantas manggut-manggut. "Ehmm... tampaknya
memang bohong." ia berkata: "tapi Sin Cu sian dan Lui Hua hong memang kelewat
gegabah, mengapa ia begitu tega membiarkan kau pergi seorang diri " Aaai....,
seandainya salah satu diantara mereka berdua ada yang mengikuti di sampingmu,
rasanya malam ini sulit bagiku untuk menangkap kongcu"
"Bila sampai waktunya aku belum juga sampai di sini, mereka pasti akan
berangkat untuk datang mencariku."
"Tak menjadi soal." tukas Kim Cok: "Kongcu tak akan berdiam terlalu lama di
sini, paling cepat besok pagi, paling lambat besok malam Kongcu akan berangkat
meninggalkan tempat ini"
"Kau hendak membawa aku kemana ?" tanya Buyung Im seng pura-pura amat
cemas. "Sampai waktunya Kongcu pasti akan tahu dengan sendirinya !" setelah
memandang sekejap sekeliling tempat itu, lanjutnya: "Bawa mereka ke dalam
penjara batu!" Pembantu pembantunya mengiakan, masing-masing membawa seorang dan menuju
keluar, Buyung Im seng tertawa dingin, dia seperti hendak mengucapkan sesuatu
tapi kemudian niat itu dibatalkan.
Kim Cok mengelus jenggotnya sambil tertawa katanya: "Kongcu terhadap sahabat
dan pelayanmu itu aku tak akan risau, tapi aku harap kongcu bisa memikirkan
pula keselamatan mereka bertiga, aku minta kau jangan sembarangan berkutik.
Bagus sekali. pikir Buyung Im seng, "rupanya semua pikiran dan perhatiannya
hanya ditujukan padaku seorang"
Sementara itu Ong Thi san telah berjalan datang dengan langkah lebar kemudian
katanya: "saudara Kim, cukupkah hanya membelenggu tangan mereka saja ?"
"Menurut pendapat saudara Ong?"
"Lebih baik kalau ilmu silatnya dipunahkan saja!"
Kim Cok berpikir sebentar, lalu katanya: Aku rasa tidak perlu, yang kita
kuatirkan hanya Buyung Kongcu seorang, sisanya yang tiga orang tak perlu dikuatirkan,
apakah saudara Ong telah melepaskan merpati pos?"
"Secara beruntun aku telah melepaskan tiga ekor burung merpati pos, paling
lambat besok tengah hari kita sudah akan memperoleh surat perintah dari atasan"
Buyung Im seng berempat digusur oleh ke empat orang lelaki itu menuju ke sebuah
tebing karang di belakang perkampungan sambil membuka sebuah pintu baja,
serunya: "Harap kalian berempat masuk sendiri" Tong Thian hong, Nyo Hong ling,
Ki Li ji dan Buyung Im seng secara berurutan lantas masuk ke dalam gua batu itu.
"Blaamm..." diiringi suara keras pintu baja itu ditutup rapat. Gua tersebut
adalah sebuah gua batu yang dalamnya dua kaki dinding di sekeliling gua itu berupa batu
karang yang keras. 35 Tong Thian hong langsung berjalan menuju ke ujung gua itu, kemudian pelan pelan
duduk. "Li ji, kau terluka?" tanya Nyo Hong ling lirih.
Ki Li ji menggelengkan kepala berulang kali "Begitu mendapat petunjuk dari nona,
aku lantas mengarahkan tenaga untuk melindungi nadi" katanya "Meski badanku
terasa kurang enak setelah makan pukulannya, namun setelah ku atur pernapasan
secara diam-diam, kesehatan badanku sekarang telah pulih kembali seperti sedia
kala" "Asal kita tak ada yang terluka, tak usah merasa khawatir lagi." kata nyo Hong
ling kemudian. "Tapi otot kerbau yang membelenggu tangan kencang sekali, aku rasa tidak
gampang untuk memutuskannya" kata Buyung Im seng.
Nyo Hong ling segera tersenyum. "Tak menjadi soal" katanya "Asal menggunakan
ilmu penyusut tulang, tidak sulit untuk melepaskan ikatan otot kerbau tersebut
dari tangan, tapi dewasa ini aku tak akan melepaskan ikatan pada tangan kalian
itu" Buyung Im seng lantas berpaling ke arah Tong Thian hong sambil bertanya.
"Saudara Tong, kau bisa menggunakan ilmu menyusut tulang?"
Tong Thain hong gelengkan kepalanya berulang kali.
"Siaute belum pernah melatih kepandaian seperti itu!" Buyung Im seng lantas
menengok ke luar, tampak dua buah lentera tergantung dimulut pintu penjara dan
menerangi lima enam jengkal di sekeliling pintu tersebut.
Melihat itu, sambil tersenyum lantas ujarnya: "kim Cok kuatir sekali kalau kita
kabur, sekalipun dia berhasil menangkap kita tapi pikirannya justru makin gundah
dan tidak tenang oleh sebab itu dia berusaha secepatnya menghantar kita pergi,
aku pikir kita bisa jadi akan dipisah-pisah, bila otot kerbau yang membelenggu
kita sekarang tidak dilepas, andaikata besok terjadi suatu perubahan, kita akan
terlambat untuk melepaskan diri dari belenggu ini"
Nyo Hong ling termenung sebentar, kemudian katanya: "Jika belenggu itu kita
lepas dalam sekilas pandangan saja orang akan mengetahui akan hal itu. Begini
saja! Akan kuberi kalian seorang sebilah pisau kecil yang kalau digenggam
ditangan tak sampai ketahuan mereka, seandainya ditengah jalan kita menjumpai
hal-hal diluar dugaan dan tak bisa saling menolong segera patahkan otot-otot
kerbau tersebut dengan pisau itu"
"Ya, tampaknya memang kita harus berbuat demikian"
Tiba-tiba sepasang tangan Nyo Hong ling yang terbelenggu itu menyusut dengan
sendirinya, ketika tangannya digoyangkan berulang kali, maka tali itupun lolos
dengan sendirinya. Meskipun tangannya sudah lolos dari belenggu, namun tali otot kerbau itu masih
tetap utuh seperti sedia kala.
36 Nyo Hong ling segera merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan tiga pisau
yang amat tajam, sambil diserahkan ke tangan tiga orang itu, katanya sambil
tertawa: "Pisau ini terbuat dari besi baja yang telah berusia seribu tahun, tajamnya luar
biasa di pakai memecahkan ilmu khikang sebangsa ilmu Kin ciong kay, Thi pu san
dan lain lainnya aku membawa enam bilah untuk persiapan, aku harap kalian bisa
baik baik menyimpannya dan jangan sembarang dibuang"
Tiga orang itu manggut-manggut dan segera di simpan dalam cekalan tangan.
Nyo Hong ling segera mengerahkan kembali ilmu menyusut tulangnya untuk
mengenakan kembali tali belenggu tangannya itu. Keesokan harinya mendekati
tengah hari Kim Cok, Ong Thi san dengan membawa empat orang anak buahnya
dengan bersenjata lengkap berjalan masuk ke dalam penjara.
Tampak Nyo Hong ling sekalian duduk bersandar di atas dinding batu, selain
Buyung Im seng hampir boleh di bilang yang lain berada dalam keadaan lemas
dengan mata pudar, keadaan mereka seperti orang yang keletihan.
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak katanya: "Saudara Ong, bagaimana "
Tidak meleset dari dugaanku bukan?"
"Menurut pendapatku lebih baik bersikaplah lebih berhati hari!"
X ooOoo X * BAGIAN KE TIGA * KIM Cok kembali menggelengkan kepala berulang kali katanya: "Asal seorang
sekali dan dua orang perempuan ini dibiarkan kelaparan barang dua hari lagi,
sekalipun tidak mati juga sudah hampir, bila kita putuskan nanti mereka
kemungkinan besar ketiga orang itu takkan tahu sampai di Seng thong. Satu
satunya yang paling menakutkan adalah Buyung kongcu, tetapi dalam firman yang
kita dapat dengan jelas diterangkan bahwa kita tak boleh melukainya terpaksa
kita harus membawanya dengan kurungan besi ditambah dua buah rantai baja yang
kuat." Sambil bercakap cakap dengan Kim Cok sepasang mata Ong Thi san tiada hentinya
mengawasi ke empat orang tersebut, ketika kelihatannya otot kerbau yang
membelenggu tangan mereka masih utuh dan tak kelihatan bekas putus, dia baru
menghembuskan napas panjang.
"Mungkin Kim Heng memang benar, siaute yang kelewat banyak curiga!" Sinar
mata Kim Cok segera dialihkan ke tubuh Buyung Im seng kemudian sambil tertawa
katanya: "Cuma, Buyung kongcu adalah seorang yang tahu gelagat, aku rasa kau pasti tak
akan menyusahkan kami bukan ?" Dengan kemarahan yang berkobar kobar,
Buyung Im seng berkata dingin.
"Kesuksesan yang berhasil dicapai seorang laki-laki sejati didapat dengan
merangkak selangkah demi selangkah, soal kecil itu mah tak akan sampai menodai
namaku" 37 "Benar, benar sekali perkataanmu itu !" kata Kim Cok sambil tertawa, seorang
lelaki sejati dia harus pandai menyesuaikan diri, itulah sebabnya aku minta
kongcu jangan mengacau kami sepanjang jalan nanti " Buyung Im seng mendengus dingin
dan tidak menggubris lagi.
Paras muka Kim Cok berubah hebat, dengan dingin katanya: "Saudara berempat
silahkan keluar ! Buyung kongcu harap berjalan yang paling muka. "Buyung Im
seng bangkit berdiri dan keluar dari penjara dengan langkah lebar.
Empat buah kerangkeng besi yang terbuat dari baja sebesar lengan telah tersedia
di depan pintu, kerangkeng-kerangkeng itu berada dalam keadaan terbuka lebar.
Buyung Im seng langsung masuk ke dalam kerangkeng yang pertama, sedangkan
Nyo Hong ling, Ki Li ji dan Tong Thian hong berurutan masuk pula ke dalam
kerangkeng lain. "Pasang gembokan !" perintah Kim Cok sambil mengulap tangannya. Ke empat
orang lelaki itu segera mengiakan dan menutup pintu besi, kemudian diberi pula
gembokan besar yang beratnya sekitar lima belas kati. Didalam kerangkeng besi
itu terdapat sebuah kursi, jadi orang yang berada dalam kurungan itu bisa duduk.
"Turunkan tirai!" perintah Kim Cok lagi. Empat orang lelaki itu segera
menurunkan tirai yang sudah dipersiapkan di atas kerangkeng itu sehingga
pemandangan di empat penjuru sama sekali tertutup. Tirai yang diturunkan itu
sangat tebal, sehingga begitu diturunkan maka pemandangan menjadi gelap.
Terdengar Ong Thi san berseru dengan gembira "Kim heng, segala sesuatunya
berjalan amat lancar!"
Kim Cok tertawa terbahak bahak: "Haaah... Haaah... haaahhh... kalau saudara Ong
masih banyak curiga, baiknya siaute menghantar keberangkatan saudara Ong saja"
Tiba-tiba terdengar Ong Thi san berkata dengan suara lantang. Buyung Kongcu,
kami mendapat perintah dari atasan untuk tidak melukai dirimu, tapi dalam surat
perintah tersebut juga diterangkan bahwa andai kata kongcu melawan terpaksa
kami hanya akan menghantar mayat kongcu saja kesana.
Dua belas orang jago lihai lain berilmu tinggi juga membawa bwe-hoa ciam yang
sangat beracun, asal kongcu melakukan tindakan pembangkangan dua belas buah
tabung bwe hoa ciam segera kana memuntahkan enam puluh batang jarum beracun
dari empat arah delapan penjuru, bagaimanapun tingginya ilmu silat kongcu,
jangan harap bisa meloloskan diri dengan selamat"
"Aku sudah mendengarnya"
"Kalau sudah mendengar, itu lebih baik lagi, mari kita berangkat.
Buyung Im seng segera merasakan kerangkeng itu digotong orang bergerak ke
depan. Lebih kurang satu jam kemudian, berputarnya roda kereta beriring maju ke
depan. Berada dalam keadaan begini, selain ke empat orang itu tak dapat saling
memandang ke arah rekannya, pemandangan di sekeliling tempat itupun tak dapat
dilihat. 38 Diam-diam Buyung Im seng berpikir. Nyo Hong ling memiliki ilmu menyusut
tulang, bisa saja dia melepaskan diri dari belenggu otot kerbau itu secara
gampang, tapi entah bagaimana dengan Ki Li ji dan Tong Thian hong " Apakah mereka juga
berhasil memutuskan otot kerbau yang membelenggu tangannya..."
Sementara itu dalam hatinya sedang berpikir tiba-tiba iringan kereta kuda itu
terhenti secara tiba-tiba. Menyusul kemudian terdengar seseorang berseru dengan
suara yang keras dan kasar: "Tinggalkan ke empat buah kereta itu, kalian boleh
melanjutkan perjalanan !"
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak: "Haah... haaah... hahhhh... sobat,
tahukan kau isi kereta ini ?"
"Sepuluh laksa tahil perak ditambah dengan sepeti barang mustika, kalau kami
tidak mendapatkan infi yang bisa dipercaya, buat apa datang menghadang
kepergian kalian ?" "Bagus sekali! Sobat, pentang matamu lebar-lebar, perhatikan kami baik-baik,
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jangan dianggap kami adalah orang piaukiok, aku orang she Kin sudah puluhan
tahun berkelana dalam dunia persilatan, belum pernah aku makan sesuap nasipun
dari perusahaan pengawalan barang."
Suara yang kasar dan nyaring itu kembali berkata dengan dingin: "Kami tak punya
waktu untuk ribut dengan kalian lagi, jika kamu sekalian tidak meninggalkan
barang-barang kawalanmu, terpaksa kita musti beradu kekuatan lewat ilmu silat."
"Budak-budak yang tak bermata, barang milik sam seng bun juga berani diincar..."
"Trang... !" suatu bentrokan senjata yang keras sekali memotong ucapan Kim Cok
selanjutnya. Menyusul kemudian terjadilah suatu bentrokan senjata yang keras sekali
berkumandang dari empat arah delapan penjuru.
Jelas pembegal-pembegal itu sudah mempersiapkan orangnya disekitar sana, begitu
perintah penyerangan diturunkan, dua terus menyerbu bersama dari empat
penjuru. Buyung Im seng merasa amat murung pikirannya. "Entah siapakah mereka "
Mengapa menganggap kami sebagai uang yang akan dibegal?"
Saking ingin mengetahui keadaan, dia berusaha untuk menarik kain tirai hitam
yang menutup kerangkengnya itu dengan kedua jari tangannya.
Tapi tirai tersebut amat kuat dan sulit disingkap, sebab rupanya kain hitam itu
dikerudungkan dari atas kerangkeng besi itu sampai ke bawah, dengan begitu
sulitlah untuk menyingkapnya.
Buyung Im seng segera menghela napas panjang, perasaan ingin tahunya yang
begitu keras terpaksa hanya ditekan dalam hatinya saja, kain kerudung yang
ditarik tadipun segera dilepaskan kembali.
Karena tak dapat melihat pemandangan di luar, terpaksa dia harus memasang
telinga baik-baik untuk mendengarkan dengan seksama.
39 Terdengar suara bentrokan senjata berlangsung amat seru dan gencar, bahkan
sering terdengar jeritan-jeritan kesakitan yang memilukan hati, jelas
pertempuran yang sedang berlangsung di luar amat seru.
Tiba-tiba terdengar suara ringkikan kuda yang keras, menyusul kereta yang
ditumpanginya itu menerjang ke depan.
Tapi belum sampai beberapa kaki, tiba-tiba kereta itu menumbuk sesuatu dan
terbalik, kerangkeng besi itupun turut terguling keluar dari atas kereta.
Kerangkeng besi itu berguling beberapa kali di tanah dan akhirnya berhenti, tapi
dengan terjadinya peristiwa itu, kain hitam penutup tiraipun segera tersingkap
lebar. Buyung Im seng mencoba untuk memeriksa keadaan di sekelilingnya, dilihatnya
dua ekor kuda yang menarik keretanya itu sudah roboh terluka parah, kereta itu
sendiri menubruk pohon besar dan terbalik, tampaknya setelah terluka kuda itu
lari kesakitan, akibatnya hilangnya kendali maka kereta itupun menubruk pohon.
Pertempuran sengit masih berlangsung di sekeliling tempat itu, dan orang manusia
berkerudung sedang melangsungkan pertarungan sengit melawan Ong Thi san dan
Kim Cok. Dua belas lelaki yang mengiringi kereta tawanan itu ada delapan orang di
antaranya yang terluka parah, empat orang sisanya masih memberi perlawanan
yang sengit. Pelan pelan Buyung Im seng bangkit dan duduk tampak dia tengah mengawasi juga
pembegal tersebut, ternyata mereka semua mengenakan baju ringkas berwarna
hitam dengan wajah masing-masing tertutup oleh kain hitam, senjata yang
digunakan adalah sebilah pedang.
Ada beberapa orang manusia berbaju hitam yang terluka, sekalipun sedang
membalut lukanya, mereka tidak melepaskan kain kerudung mukanya.
Terdengar jeritan-jeritan ngeri kembali berkumandang memecahkan kesunyian,
empat orang pengawal terakhir yang masih memberi perlawanan itu akhirnya kena
ditusuk juga oleh beberapa orang jago pedang berbaju hitam itu sehingga tewas.
Dengan demikian, selain Kim Cok dan Ong Thi san segenap anak buahnya telah
ditumpas habis oleh penyerang-penyerang gelap itu, anehnya ternyata
penyergappenyergap berbaju hitam itu sama sekali tidak mencampuri pertarungan sengit
antara Kim Cok dan Ong Thi san melawan dua orang manusia berkerudung itu,
sambil berpekik nyaring, mereka segera berlalu dari sana.
Buyung Im seng melihat ke arah lain, dia menjumpai ketiga kereta lainnya masih
utuh dan berada ditempat, sedangkan Nyo Hong ling sekalian masih menunggu di
atas kereta. Sementara dia masih melamun, tiba-tiba terdengar jeritan kesakitan bergema
memecahkan keheningan, tiba-tiba Ong Thia san membalikkan badannya dan
melarikan diri. 40 Tampaknya manusia berkerudung itu telah bertekad untuk melakukan
pembunuhan sampai keakar akarnya, dengan cepat ia mengejar dari belakang.
Tampak Ong Thi san membalikkan tangan sambil melepaskan segenggam jarum
tajam ke belakang. Manusia berkerudung itu segera memutar pedangnya untuk memukul rontok
jarum-jarum perak itu, tapi karena terhadang sebentar tadi, Ong Thi san telah
memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur empat lima kaki lebih ke depan.
Tampaknya ia sudah mengerahkan segenap kekuatannya untuk secepatnya
melarikan diri, sungguh cepat gerakan tubuhnya...
Manusia berkerudung itu seperti tahu bahwa dikejarpun tak ada gunanya,
sekalipun kurang berkenan dalam hatinya, terpaksa dia hanya bisa memandang
bayangan punggung Ong Thi san hingga lenyap tak berbekas.
Akhirnya dia membalikkan badannya dan ikut terjun karena pertarungan untuk
mengerubut Kim Cok. Buyung Im seng kembali berpikir dihati: "Manusia berkerudung ini entah berasal
dari mana " Serangan mereka sungguh amat keji, tampaknya aku tak bisa duduk
termenung sambil memasrahkan diri"
Berpikir di situ, dia lantas mengeluarkan pisau kecil yang disembunyikan dalam
genggamannya itu dan cepat-cepat memotong tali otot kerbau yang membelenggu
tangannya itu. Baru saja tali otot itu di putuskan dua orang manusia berkerudung itu telah
berhasil membunuh Kim Cok kemudian bersama sama menghampirinya.
Kemunculan kawan manusia berkerudung itu terlalu tiba-tiba, Buyung Im seng
sendiripun tak bisa menentukan mereka adalah kawan atau lawan, terpaksa hawa
murninya dikerahkan keluar sambil bersiap siap menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan. Dua orang manusia berkerudung itu berjalan ke depan kerangkeng besi Buyung Im
seng, kemudian menggerakkan pedangnya mematahkan gembokan di luar, setelah
itu katanya: "Buyung kongcu, silahkan menolong rekan rekanmu dan cepatlah
melarikan diri !" Dengan perasaan tercengang Buyung Im seng segera berpikir.
"Bagus sekali! Rupanya mereka sudah mengenali diriku"
Ketika selesai berbicara tadi, kedua orang itu segera angkat kaki meninggalkan
tempat itu, sedetikpun tidak mau berhenti.
"Hey, harap kalian tunggu sebentar!" teriak Buyung Im seng dengan lantang.
Salah seorang diantaranya tiba tiba mempercepat larinya terbirit meninggalkan
tempat itu. Sedang lainnya berhenti, tapi ia tidak membalikkan tubuhnya.
"Buyung kongcu, kau masih ada urusan apa lagi?" tegurnya. "siapa namamu"
Mengapa bisa tahu kalau aku ketimpa musibah dan sengaja datang menolongku ?"
Manusia berkerudung itu belum juga membalikkan badannya, dia menjawab:
"Pengaruh dan kekuatan Sam seng bun amat luas, anak buahnya sangat banyak,
41 kini kongcu belum lagi meloloskan diri dari bahaya, maaf jika kami tak bisa
memberikan identitas kami semua, lebih baik kongcu baik-baik menjaga diri, di
lain waktu kau bakal tahu dengan sendirinya, nah selamat tinggal"
Tidak menunggu sampai Buyung Im seng berkata, cepat-cepat orang itu berlalu
dari situ. Tetapi teringat akan kebaikan orang lain, dia tak tega untuk mengucapkan
sesuatu. Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan mata.
Memandang punggung bayangan orang itu, Buyung Im seng menghempaskan
napas panjang, baru saja dia akan membuka pintu kerangkeng besinya, tiba-tiba
terdengar seseorang menghela napas dari belakang tubuhnya.
"Aaii...! orang yang membantumu sangat banyak, sayang kekuatan itu bercerai
berai dan tak dapat dipersatukan"
Ketika ia berpaling, tampaklah orang itu tak lain adalah Nyo Hong ling.
Tampak kain kerudung kerangkeng besi lainnya berkarat pula, kemudian tampak
Tong Thian hong dan Ki Li ji berlompatan keluar.
Jelas mereka sudah memotong tali otot kerbau yang membelenggu mereka dan
menerjang keluar dari kerangkeng.
Sambil tertawa rikuh Buyung Im seng lantas berkata: "Orang-orang itu telah
merusak rencana kita! saudara Buyung, dapatkan kau memberitahukan padaku,
siapa gerangan orang-orang itu ?" tanya Tong Hian hong.
"aaii..., kalau kukatakan, mungkin kalian tak akan percaya "
"Kenapa?" "Sebab seperti juga saudara Tong, aku juga tidak tahu siapakah orang-orang itu?"
Tong Thian hong menjadi keheranan: "Saudara Buyung juga tidak kenal ?"
Dari mimik wajahnya dapat diketahui kalau dia tidak percaya.
"Ucapan Buyung kongcu adalah kata-kata yang jujur." sela Nyo Hong ling, "Dia
sendiri mungkin tak tahu siapa gerangan orang-orang itu."
"Ooooh... !" sekalipun Tong Thian hong tidak banyak bertanya lagi, tapi dari
mimik wajahnya itu tampak sangat tidak puas.
"Asal usul beberapa orang itu tidak sulit untuk diduga." Pelan-pelan Nyo Hong
ling melanjutkan. "Apakah nona sudah tahu ?"
"Ya, mereka adalah orang-orang Sam seng bun"
"Apa " Orang-orang Sam seng bun ?"
"Betul, kedengarannya memang agak jengkel, tapi kalau diteliti lebih jauh tidak
sulit untuk memahaminya, kita kan belum sehari ditawan mereka " Selain orang42
orang Sam seng bun, siapa lagi yang bisa mendengar kabar tersebut demikian
cepatnya ?" "Benar, dugaan nona memang masuk akal" Tong Thian hong manggut-manggut
tanda setuju. "Semasa masih hidupnya dulu. Buyung tayhiap adalah seorang yang arif bijaksana,
banyak orang yang pernah menerima budi kebaikannya, meski Buyung tayhiap
tidak membutuhkan balasan tapi mereka yang pernah menerima budinya pasti
ingatnya terus dihati. Semenjak Buyung tayhiap terbunuh, terdesak oleh keadaan
mereka terpaksa menggabungkan diri dengan Sam seng bun, tentu tak sedikit yang
memperoleh kedudukan yang tinggi, maka ketika dapat kabar kalau Buyung Im
Seng tertawan, serentak mereka mengumpulkan rekannya untuk memberi
pertolongan, mungkin juga mereka kenal dengan Kim Cok, maka sengaja mukanya
memakai kerudung hitam, kita tinjau cara kerjanya yang keji tanpa membicarakan
seorang manusia hiduppun, sudah jelas kalau orang-orang itu kuatir rahasianya
terbongkar..." Kemudian sambil memandang ke wajah Buyung Im Seng, tersenyum sambil
tertawa. Dia bisa menyebutmu Buyung Kongcu secara langsung, ini menandakan kalau dia
kenal denganmu." Buyung Im seng tertegun, lalu katanya: "Perkataan nona memang singkat masuk
diakal, cuma mereka telah meninggalkan kembali rencana kita !"
"Di dunia ini memang tiada sesuatu kejadian yang bisa di bilang amat sempurna,
terpaksa kita harus menyusun suatu rencana lain yang lebih baik lagi... !"
"Masih adakah akal lain yang dapat membuat kita menyusup ke dalam perguruan
Sam Seng bun ?" "Ada sih ada, cuma harus menurunkan derajat saudara Tong dan Buyung Kongcu!"
"apa maksudmu ?" tanya Tong Thian hong.
"Kau dan Buyung kongcu bisa menyamar sebagai kusir kereta dan tergeletak di sini
pura-pura terluka, aku pikir pihak Sam-seng-bun dengan cepat akan mengirim
orangnya kemari. Meskipun kedudukan kalian tidak terlalu tinggi, tapi berhubung
cuma kamu berdua yang hidup demi memberikan pertanggungan jawab,
kemungkinan besar kalian akan dibawa ke Seng-Thong"
"Akal ini memang bagus, tapi bagaimana dengan Hoa-cu serta nona Ki ?"
"Kami akan menyaru sebagai kalian berdua dan sengaja munculkan diri beberapa
kali agar memancing perhatian orang-orang Sam-Seng-bun, kemudian baru
mencari kesempatan lain untuk menyusup ke dalam Seng-thong mereka..."
"Ehmm...! Ini dinamakan sekali tepuk dapat dua hasil, selain bisa membuat orang
orang Sam-seng-bun mengira Buyung Kongcu dan pelayannya sudah kabur, juga
dapat menghilangkan kecurigaan kepada kami"
"Inipun bisa membuka kesempatan buat kita untuk menyusup ke dalam lembah
tiga malaikat" Nyo Hong ling menambahkan.
43 "Setelah menyusup ke dalam lembah tiga malaikat, apa yang harus kami lakukan"
Bagaimana mengadakan kontak " Harap nona mengatur segala sesuatunya lebih
dahulu." Nyo Hong ling termenung sebentar, kemudian jawabnya: "Bagaimanakah keadaan
dalam Sam-seng-bun, aku sendiripun tidak tahu, apa yang harus kalian lakukan
lebih baik hadapi saja menurut keadaan waktu itu, sedang soal mengadakan kontak
aku pikir tidak perlu, sebab bagaimanapun rahasianya cara kita mengadakan
kontak, bisa jadi akan diketahui orang-orang Sam seng bun"
"Maksud nona dapat kupahami, setelah kami masuk ke dalam lembah tiga
malaikat harus bekerja dengan kepandaian masing-masing untuk mengatasi
kesulitan bukan ?" "Yaa, inilah suatu pertaruhan, bahkan pertaruhan yang amat besar, kita sama
sekali tidak memiliki keyakinan untuk menang, tapi kita harus menyerempet
bahaya dengan mengandalkan kecerdasan serta keberanian kita sendiri." Buyung
Im-seng menghela napas panjang.
"Aaai... kalau aku yang menempuh bahaya ini, hal mana sudah sepantasnya, tapi
Tong heng dan nona berdua... "
"Aku bukan demi kau, aku berjuang demi Biau hoa bun ku sendiri" tukas Nyo
Hong-ling, kalau kita tidak melawan kekuatan Sam-seng-bun, tak nanti Sam-sengbun
akan melepaskan kami, itulah sebabnya kau tak usah merasa sungkan."
"Tapi Tong-heng kan tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan ini, agaknya dia
Kesatria Baju Putih 19 Pendekar Mabuk 021 Titisan Ilmu Setan Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 22