Pena Wasiat 29
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 29
"Hei..masa kau lupa, kalau ada urusan masa yang muda
harus melaksanakan lebih dulu?"
Cu Siau hong yang mendengarkan pembicaraan tersebut
menjadi keheranan, pikirnya:
"Tadi mereka berdua masih berebut untuk turun tangan
lebih dahulu, sekarang mereka malah berubah pikiran
dengan saling dorong mendorong"
Sementara dia masih termenung, Bun Hong berbisik lirih:
"Cu Siau hong suruh kedua orang anak buahmu itu
keluar dari sini..."
"Mengapa?" "Suruh mereka member kabar kepada sahabatsahabatmu"
"Baik ! Ong Peng, Seng Hong, cepat kalian member
kabar kepada Kian tayhiap!"
"Apa yang harus kusampaikan?" tanya Ong Peng.
"Keadaan di tempat ini telah terjadi perubahan yang
sangat besar" "Kongcu harus baik-baik menjaga diri" seru Ong Peng
dan Seng Hong kemudian. Selesai berkata mereka segera membalikkan badan dan
berlalu dari situ. Cu Siau hong segera menggetarkan pedangnya untuk
bersiap-siap kemudian berseru:
"Nona Bun Hong, hari ini kita tak bisa menghindari suatu
pertempuran sengit mengapa kita tidak segera turun tangan
untuk mempercepat selesainya pertarungan ini"
Bun Hong tidak menjawab, dia masih tetap berdiri tegak
di tempat semula tanpa bergerak.
"Lo siaucu" tiba-tiba pemuda itu berkata sambil tertawa,
"Bocah cilik ini sungguh tidak tahu tingginya langit dan
tebalnya bumi, kita harus memberikan pelajaran lebih dulu"
Cu Siau hong telah menggenggam pedangnya erat-erat,
dia bersiap sedia untuk melancarkan serangan, tapi tibatiba
saja dia merasakan keseriusan yang mencekam wajah
Bun Hong. Tampak wajah yang cantik ayu itu berdiri di tempat
dengan wajah serius, agaknya segenap tenaga dalam yang
dimilikinya sedang dihimpun menjadi satu dan bersiap sedia
melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga, tergerak
hatinya setelah menyaksikan kejadian ini, pikirnya:
"Kalau dilihat dari sikap tenang yang mencekam dirinya,
sehingga kesempatan untuk berbicara pun tidak dimiliki,
sudah jelas kejadian sekarang telah mencapai pada
tingkatan yang luar biasa gawatnya"
Berpikir demikian, dia segera memusatkan perhatiannya
dan mempersiapkan diri semakin baik, gagang pedangnya
digenggam pula erat-erat.
Terdengar kakek berjenggot putih itu menyahut:
"Bocah muda, perkataanmu memang benar, mari kita
bersama-sama memberi pelajaran kepada mereka"
"Bagus sekali" Belum habis dia berkata, tubuhnya sudah melejit kembali
keudara, dua sosok bayangan manusia seperti anak panah
yang terlepas dari busurnya meluncur ke depan.
Kali ini mereka telah saling bertukar pasangan, si bocah
muda itu menubruk Bun Hong, sedangkan si kakek
berjenggot putih menerkam Cu Siau hong.
"Blaaammmm...!" ditengah benturan nyaring keempat
orang itu sudah saling beradu pukulan satu kali.
Lau sau siang mo balik kembali ke posisi semula namun
dengan cepat melejit kembali sambil melancarkan
serangan. Tapi kedua orang itu pun makin menyerang mundur
semakin jauh dari tempat semula.
Tatkala sergapan dilancarkan untuk ketiga kalinya kedua
orang itu sudah di luar rumah gubuk itu.
Kali ini mereka berdua melejit ke udara, namun
bukannya menyerang Bun Hong dan Cu Siau hong,
melainkan menembusi jendela dan melarikan diri.
Sementara itu, Bun Hong dan Cu Siau hong benar-benar
dipaksa untuk memusatkan segenap perhatiannya untuk
menghadapi sergapan demi sergapan yang dilancarkan Lau
sau siang mo seperti bidikan ketapel itu, mereka tak sempat
untuk mencabangkan pikirannya lagi guna mengurus hal ini.
Menanti kedua orang itu sudah pergi jauh, Cu Siau hong
baru menemukan kalau ruangan tersebut tidak tampak
orang lain kecuali mereka.
Entah sedari kapan Toa sianseng telah kabur
meninggalkan tempat tersebut.
Dengan kening berkerut Cu Siau hong segera
bergumam: "Aneh, benar-benar sangat aneh?"
"Apakah kau merasa heran apa sebabnya Toa sianseng
tidak memamnfaatkan kesempatan itu untuk membunuh
kita berdua?" tanya Bun Hong.
"Untuk menghadapi kedua orang gembong iblis itu, kita
telah mengerahkan segenap kekuatan yang kita miliki, bila
dia melancarkan sergapan pada saat itu, bukankah dia akan
berhasil membunuh kita dengan mudah sekali?"
Dengan cepat Bun Hong menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Tak mungkin dia berbuat demikian kecuali kalau dia
memerintahkan Lau sau siang mo untuk menghentikan
serangannya, kalau tidak, bila dia turun melancarkan
serangan maka dia akan menghadapi dua serangan
sekaligus." "Mengapa" Apakah dia tidak percaya dengan anak buah
sendiri?" "Dia tak pernah mempercayai orang lain, apalagi
sekarang, dia lebih tak berani mempercayai siapa pun"
"Benar, seandainya lo sau siang mo menyergap dari
belakang disaat Toa sianseng menyerang kita, mungkin dia
tak sanggup mempertahankan diri."
"Sergapan mereka yang disertai lompatan betul-betul
cepat dan mengerikan"
"Tapi mereka pun cukup gagah dan perkasa, sewaktu
kau menggunakan senjata mereka pun menggunakan
senjata, selagi kau bertangan kosong, mereka pun
bertangan kosong pula"
"Cu kongcu, aku mengira kita bakal mampus, sungguh
tak disangka kita masih dapat hidup segar bugar"
"Benarkah kerjasama kita berdua masih belum mampu
untuk menandingi dirinya?" tanya Cu Siau hong kemudian.
"Kecil sekali peluang untuk kita, kau harus tahu
kepandaian silatnya benar-benar telah mencapai puncak
kesempurnaan" Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, kemudian
katanya: "Aaaii..hal ini dikarenakan dia tidak mempunyai
kepercayaan pada kemampuan sendiri, dia pun kekurangan
keberaniannya" Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh:
"Tentu saja yang paling penting adalah perkataanku tadi"
"Perkataan apa?"
"Dia selalu menganggap aku berhasil memiliki semacam
kepandaian yang maha sakti padahal didalam kenyataan
aku baru mencapai tiga bagian kesempurnaan"
Cu Siau hong tersenyum. "Nona Bun Hong, coba kau lihat apa yang harus kita
lakukan sekarang?" "Kini aku sudah tak punya tempat tinggal dan tujuan lagi
selain berkumpul bersama kalian rasanya tiada jalan lain
lagi bagiku" "Kami memang sangat membutuhkan manusia seperti
kau disini, kai adalah Ji sianseng tapi setelah sampai di
tempat kami nanti kau boleh menjadi Toa sianseng"
"Sebetulnya aku bukan seorang yang kemaruk
kedudukan, aku hanya seorang perempuan yang berambisi
besar saja, sedari kecil berlatih silat hingga mampu
merubuhkan beberapa pesilat nomor satu tentu saja
membentuk watak ingin menang, ingin berkuasa, tapi mulai
sekarang aku akan melepaskan ambisiku itu."
"Oya?" "Mulai sekarang, yang paling kuharapkan adalah menjadi
seorang perempuan sejati"
"Sekarang pun belum terlambat"
"Aku tahu Toa sianseng belum mati, kekacauan didalam
dunia persilatan pun belum berhenti"
"Nona Bun Hong, ada satu hal tidak kupahami" ujar Cu
Siau hong pelan. "Dalam hal yang mana?"
"Sebenarnya hubungan apakah yang terjalin antara
kelompok kalian dengan Pena wasiat?"
Bun Hong termenung sebentar, kemudian ujarnya:
"Cu kongcu, kalau dibicarakan sebenarnya hal ini
merupakan suatu kejadian yang aneh sekali, dulu, segala
tindak tanduk kami selalu dilakukan dalam kegelapan dan
serba rahasia, tujuannya adalah untuk menghindari intaian
Pena wasiat tapi sekarang rasanya justru seakan aka nada
hubungan yang erat sekali dengannya"
"Berapa kali kalian pernah menghadiri pertemuan besar
pemunculan Pena wasiat?"
"Kali ini adalah pertama kalinya"
"Toa sianseng tersebut benar-benar memiliki
kemampuan yang melebihi siapa pun sampai waktu begini
pun kita masih belum dapat menduga dengan jelas asal
usulnya yang sebenarnya"
Kemudian Bun Hong termenung beberapa saat
kemudian, katanya: "Cu kongcu, selama ini aku belum pernah mempunyai
ingatan untuk membongkar rahasia identitasnya, andaikata
aku mempunyai ingatan semenjak dahulu, mungkin
kesempatan kesana sudah kujumpai dari dulu"
"Kalau begitu, terlampau sedikit hal-hal yang kita ketahui
tentang Toa sianseng tersebut"
"Sungguh menyesal sekali Cu kongcu, apa yang
kuketahui tak akan lebih banyak daripada apa yang kau
ketahui" "Nona Bun Hong, sekarang apa yang harus kita
lakukan?" "Toa sianseng sengaja menjaga kerahasiaan identitasnya
dan belum pernah berhadapan dengan kami menggunakan
wajah aslinya, bila topeng yang dia kenakan selama ini
dilepas, niscaya, kita semua tak akan kenal lagi dengannya,
oleh sebab itu mulai sekarang kita harus perhatikan secara
khusus setiap orang asing yang berada disekeliling kita"
"Nona, tidak sedikit bukan manusia dari organisasimu
yang berada disekitar tempat ini?"
"Benar" "Nona Bun, bagaimana tindakanmu untuk menghadapi
mereka?" "Cu kongcu, kami mempunyai tujuh orang sianseng, dari
sekian banyak Lak sians Eng telah mati terbunuh olehmu"
"Nona, apakah para manusia yang bergelar sianseng ini
menempati urutan nomornya sesuai dengan ilmu silat yang
mereka miliki?" "Tidak. Menurut apa yang kuketahui, diantara deretan
sianseng tersebut, selain Toa sianseng yang sukar diduga
kelihayan ilmu silatnya, maka orang yang memiliki kungfu
terbaik hanya dua orang saja yakni Lo sam dan Lo jit!"
"Bagaimana kalau nona dibandingkan dengan mereka?"
kembali Cu Siau hong bertanya.
"Kami belum pernah mencoba untuk saling mengukur
kepandaian, namun berbicara menurut pengamatanku, ilmu
silat yang mereka miliki tampaknya masih berada setingkat
denganku' "Saban hari kau naik tandu, gerak-gerikmu amat rahasia,
apakah mereka pun seringkali dapat berjumpa denganmu?"
"Kalau dibicarakan yang sebenarnya, tandu dengan
paying keemasan inipun disiapkan Toa sianseng khusus
bagiku, kecuali kemisteriusan dari Toa sianseng, organisasi
ini pun sangat terpengaruh olehnya sehingga sebagian
besar anak buahnya sama-sama menunjukkan pula
kemisteriusan masing-masing, tapi bagi kami dari angkatan
yang sederajat, diantara masing-masing pihak masih tetap
terjalin semacam kebiasaan untuk mengadakan pertemuan,
tapi kecuali kami dari angkatan yang sederajat, orangorang
dibawah kami sulit untuk bersua muka dengan kami"
"Tahukah kau kalau dia telah mempergunakan suatu
sistim ilmu perubahan wajah yang amat istimewa?"
"Ilmu perubahan wajah seseorang?"
"Tampaknya dia telah melapisi wajah dengan selapis bulu
binatang yang tipis"
"Aku tahu, ini namanya ilmu berubah kepala berganti
wajah, kesemuanya itu merupakan hasil karya dari Toa
sianseng dan Ngo sianseng, konon kepandaian tersebut
merupakan semacam ilmu pertabiban yang amat tinggi"
"Ilmu pertabiban yang amat tinggi sih tidak" kata Cu
Siau hong cepat, "Cuma mereka memang terlampau kejam
dan buas, buktinya begitu tega mereka turun tangan
terhadap sesama anggotanya"
"Cu kongcu, sebagian besar dari anggota organisasi kami
ini muncul dalam dunia persilatan dengan mempergunakan
berbagai macam identitas yang berbeda-beda, ada kalanya
pekerjaan kami sehari-hari sama sekali tak ada sangkut
pautnya dengan dunia persilatan, sekarang kau bertemu
denganku disini dan mengetahui aku sebagai seorang
sianseng, tapi bila berganti di tempat lain maka kau akan
bertemu denganku sebagai seorang pemilik rumah penjual
perhiasan yang kaya raya"
"Tentang masalah tersebut, aku sudah pernah
merasakannya, ambil contoh dengan kawanan pendekar
macan kumbang hitam yang kalian sebar dalam kalangan
masyarakat rendah, mereka tak ubahnya seperti manusiaKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
manusia biasa, bila ingin mengumpulkan mereka cukup
turunkan satu perintah, maka mereka akan berkumpul dari
segala penjuru lalu menghilang kemana-mana, sistim
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti ini kuakui memang hebat sekali"
"Cu kongcu, masih ada satu hal yang perlu kujelaskan
lebih dahulu.." "Katakanlah!" "Sebagian besar dari orang-orang yang berjaga disekitar
tempat ini merupakan anak buah dibawah perintahku, tapi
aku tak tahu apakah mereka benar-benar akan setia
kepadaku atau tidak"
"Di hari-hari biasa, sampai pada taraf bagaimanakah
kesetiaan mereka terhadap dirimu?"
"Perintah yang kami turunkan selalu disampaikan secara
rahasia, jadi antara aku dengan mereka jarang sekali terjadi
hubungan pribadi yang akrab, aku tak tahu apakah Toa
sianseng mempunyai cara lain untuk mengendalikan
mereka" "Mungkinkah beberapa orang pentolan dari organisasi
kalian akan muncul disini" Sampai seberapa besar
pengaruhmu terhadap mereka.?"
"Gerak-gerik mereka semuanya berada dalam
pengendalian Toa sianseng, sedangkan seberapa besar
pengaruhku terhadap mereka, aku sendiri pun kurang jelas,
namun ada satu hal tak usah kau kuatirkan, asal aku dapat
bersua dengan mereka, aku dapat berupaya untuk
menjelaskan duduknya persoalan ini kepada mereka"
Mendengar sampai disitu, Cu Siau hong lantas berpikir di
dalam hati: "Kalau didengar dari pembicaraan yang berlangsung
selama ini, agaknya ia menempati bangku kedua dalam
organisasi rahasia ini, kedudukan tinggi kekuasaannya
besar tapi pengaruhnya dalam organisasi terbatas sekali"
"Tapi, bagaimana pun jua organisasi rahasia ini sudah
berhasil terbuka sedikit, paling tidak dalam kerapatan
organisasi mereka, kini sudah muncul sebuah retak yang
cukup besar" Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata:
"Nona, apa yang harus kita lakukan sekarang" Apakah
perlu untuk mengundang semua anak buahku agar bisa
bergabung menjadi satu?"
"Dengan menggabungkan diri bersama anak buahmu,
kekuatan kita memang akan bertambah besar dan kuat,
namun tindakan mana justru akan menyingkap satu hal,
yakni secara resmi aku menyatakan pengkhianatanku
terhadap organisasi tersebut, dalam keadaan demikian,
apakah anak buahku masih mau menuruti perintahku atau
tidak, hal ini sukar untuk diramalkan"
"Jadi menurut pendapat nona?"
Bun Hong mengawasi wajah Cu Siau hong lekat-lekat,
kemudian ujarnya lagi: "Diantara kelompok jagomu itu, adakah yang berilmu
silat sangat tinggi?"
"Selain To ko bu seng (golok lewat tanpa suara) Kian Hui
seng, masih ada Pek bi taysu, Thian ho heng kong (kuda
langit terbang melayang) Thian Pak liat, Hun hoa jiu
(tangan sakti pemisah bunga) Si Eng, Sui tiong sin liong
(Naga sakti dalam air) Ho Hou pod an Pek poh hui hong
(belalang terbang seratus langkah) Tham Ki wan dan lainlainnya,
ditambah pula dengan belasan jago yang kubawa,
kalau dibicarakan menurut ukuran dunia persilatan
seharusnya mereka termasuk jago kelas satu, kemampuan
mereka masih mampu untuk menandingi kemampuan para
pembunuh macan kumbang hitam, tapi kalau harus
berhadapan dengan jagoan lihay macam kalian, tentu saja
mereka masih ketinggalan jauh"
"Cu kongcu, beranikah kau menyerempet bahaya sekali
saja?" "Asal demi kebenaran dan kepentingan umum,
kendatipun mesti mendaki bukit golok atau terjun ke kuali
berisi minyak mendidih, aku tak akan menampik"
"Aku tidak mengharapkan permintaan yang kelewat
batas, aku Cuma berharap kau sudi berada disampingku
untuk sementara waktu, bagaimana?"
"Baik!" "Pilihlah delapan sampai sepuluh jago berani mati dari
antara anak buahmu dan bawalah serta disisimu Cu kongcu!
Bila tidak turun tangan dari dalam, sulit bagi kita untuk
menghadapi Toa sianseng"
"Baik! Apakah semua tindakan tersebut akan dilakukan
secara rahasia?" "Yaa, segera kerjakan, lagi pula kau tak boleh
meninggalkan tempat ini"
"Jika aku tidak kesitu, siapa yang akan menyampaikan
perintahku ini?" Bun Hong menghela napas panjang.
"Aku tidak percaya kalau Toa sianseng dan Lo sau siang
koay (sepasang manusia aneh tua dan muda) benar-benar
telah meninggalkan tempat ini, bila kau pergi, mereka pasti
akan datang kemari untuk membunuhku"
"Bagaimana kalau kita pergi bersama-sama?" tanya Cu
Siau hong kemudian sambil tertawa.
"Pergi bersama" Kita hendak kemana?"
"Aku rasa kita harus bergabung dulu dengan mereka"
"Bergabung" Cu kongcu, tahukah kau tempat apakah
ini?" "Sebuah gubuk di tengah bukit yang terpencil, apakah
masih ada keistimewaan lain?"
"Tempat ini merupakan markas besar sementara dari
organisasi kami, pusat tempat disiarkan komando ke
seluruh penjuru, tempat bila ada suatu kabar maka dengan
cepat berita tersebut akan sampai disini"
"Nona, kau sudah bentrok dengan To a sianseng, masa
mereka masih akan pergunakan tempat ini?"
"Aku pikir Toa sianseng tak akan menyiarkan kejadian ini
untuk sementara waktu, sekalipun disiarkan, belum tentu
orang lain akan percaya dengan begitu saja"
"Oooh, bila Toa sianseng begitu tak berguna, buat apa
dia menjadi lo toa?"
"Selama ini dia selalu menggunakan perintahnya untuk
mengendalikan semua organisasi, dan akulah yang mewakili
dia menyiarkan perintah tersebut, tapi ia tak pernah
menyangka apabila penghubung tersebut putus atau tidak
berjalan lancar, maka semua perintahnya tak akan bisa
tersampaikan" "Siapa yang menjadi penghubung perintah ini?"
"Aku!" "Nona, masa dia tak bisa memperbaiki keadaan
tersebut?" "Kecuali beberapa gelintir manusia dari golongan kami,
tiada orang yang kenal dengannya, bahkan kami sendiri pun
hanya bisa mengenali dia dari bentuk perawakan tubuh
serta nada suaranya, sekali pun dia muncul di hadapan
kami, kami pun tak akan bisa kenal dirinya, apalagi orang
lain" "Orang persilatan tidak mengetahui julukan dan
namanya, kalian pun tidak kenal dengannya, cara semacam
ini memang cukup misterius tapi untuk menjadi seorang
pemimpin dalam organisasi seperti ini, pada hakekatnya
sama sekali tiada dasar yang kuat"
Bun Hong menghela napas panjang, selanya:
"Sekarang dia sudah menyadari akan hal tersebut
bahkan sudah bersiap sedia melakukan perombakan secara
besar-besaran, hanya saja ia tak pernah menyangka kalau
perubahan akan berlangsung sedemikian cepatnya"
"Mungkin masih ada rencana busuk lainnya?"
"Yang lewat kami tak pernah memikirkan persoalan ini
tapi sekarang kulihat banyak orang sudah berpikir sampai
kesitu, hanya tiada orang yang berani mengemukakan saja"
"Aaai, kalau begitu antara kalian dengan Toa sianseng
sebenarnya sudah terdapat jurang pemisah yang besar
sekali" Bun Hong tertawa. "Sudah lama kami memahami akan hal ini, cuma saja
semua orang merasa sangsi untuk mengungkapkan keluar,
kami hanya bisa merasakan saja di dalam hati"
"Bagaimana dengan sekarang, nona?"
"Sekarang sudah jauh berbeda dengan keadaan yang
lewat, aku sudah bentrok dengannya hingga saling
berpisah, tentu saja aku tidak usah menguatirkan sesuatu
bila aku bersua lagi dengan mereka, semua kecurigaan dan
kesangsianku ini pasti akan kuungkapkan keluar"
"Betul! Cara ini memang suatu yang amat manjur dan
tepat.." "Apabila dugaanku benar, dengan cepat dia akan balik
lagi kemari dan berusaha untuk merebut kembali tempat
ini' "Perkataanmu memang masuk diakal, namun empat
penjuru sekeliling tempat ini merupakan anak buahmu,
sekalipun dia ingin merebut kembali tempat ini, sebelum
sampai disini dia pasti akan menghadapi lebih dulu
rintangan yang cukup kuat"
"Semua anak buahku yang berada disini bisa berkumpul
semua di tempat ini atas perintahku, apakah mereka akan
setia seratus persen kepadaku hal ini tak berani kupastikan,
sebab dalam organisasi kami ini hanya berlaku perintah dan
kekuasaan, sama sekali tiada hubungan persahabatan
secara pribadi" "Nona, apakah kau tidak mempunyai dua orang yang
bisa kau percayai seratus persen?"
"Siapa tahu" Kuanggap mereka sebagai orang
kepercayaanku, tapi siapa tahu kalau mereka justru
merupakan mata-mata yang dikirim Toa sianseng untuk
mengamati diriku" "Jadi maksud nona, kau hendak mempertahankan rumah
gubuk ini?" Bun Hong manggut-manggut.
"Orang yang kita butuhkan adalah jago-jago yang
berilmu silat amat tinggi sebab jumlahnya tidak boleh
terlalu banyak" "Benar, banyak pos penjagaan dengan jumlah delapan
belas orang" "Selain kedelapan belas orang tersebut, apakah masih
ada orang lain?" "Aaaah kau memang sangat teliti, kecuali orang-orang
yang menjaga pos-pos penjagaan tersebut masih ada dua
belas orang lagi mereka adalah penandu dan pengawal
pribadiku" "Orang-orang yang kuundang kemari apakah harus
menembusi dulu beberapa pos penjagaan tersebut?"
"Tentu saja tidak perlu!" Bun Hong segera tersenyum
setelah mendengar ucapannya.
"Bila mereka tidak menghalangi serbuan orang lain,
apalah gunanya pos-pos penjagaan tersebut?"
"Disinilah letak keistimewaan kami, asal ada perintah
dariku, mereka tak akan turun tangan secara sembarangan"
"Nona, paling baik berapa orang yang kita undang
kemari?" "Jangan lewat dari dua puluh orang, belasan orang pun
sudah lebih dari cukup"
Cu Siau hong termenung sejenak, kemudian ujarnya:
"Baiklah, kalau yang datang kelewat banyak, biar
kusuruh mereka pulang"
"Kau sudah mengundang mereka datang?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
Tak selang berapa saat kemudian, Seng Hong telah
membawa Kian Hui seng dan Su Eng serta Hoa Wan
sekalian berenam masuk kedalam ruangan.
Setibanya di ruangan, Kian Hui seng memperhatikan Bun
Hong sekejap, kemudian katanya:
"Saudaraku, ternyata di sekitar tempat ini tidak terdapat
pos penjagaan, kami bisa masuk kemari dengan lancer dan
tanpa rintangan apa pun"
"Jebakan yang berada disini belum digerakkan" kata Cu
Siau hong cepat. "Oooh, nona ini adalah..."
"Manusia dibawah payung kebesaran berwarna
keemasan, dalam organisasi rahasia ini menempati kursi
kedua, orang memanggilnya nona Bun Hong"
"Oooh, menjumpai nona Bun, aku Kian Hui seng"
"Selamat bersua, selamat bersua, rupanya kau adalah
golok lewat tanpa suara Kian Hui seng"
"Oooh, rupanya nona pun mengetahui namaku"
"Oleh karena kau adalah sasaran kesembilan dari deretan
nama manusia-manusia yang harus kami bunuh, maka aku
mempunyai bahan yang cukup lengkap tentang dirimu"
"Oooh..kalau begitu diatas aku orang she Kian masih ada
delapan orang lagi?"
"Betul!" "Jadi nilaiku masih rendah sekali?"
"kami mempunyai delapan belas sasaran yang harus
dilenyapkan, kau menempati urutan kesembilan, jadi persis
berada di tengah-tengah"
"Nona, dapatkah kau memberitahukan padaku, siapasiapa
saja yang berada diatas urutan namaku?"
Bun Hong termenung sambil berpikir sebentar, kemudian
sahutnya: "Aku hanya bisa menyebutkan dua orang diantaranya.."
"Tak bisa disebutkan secara lengkap?"
"Tidak, sebab dari antara orang-orang tersebut akan
menimbulkan akibat yang besar apabila kusebutkan
sekarang" "Baik! Kalau begitu katakanlah siapakah kedua orang
tersebut?" "Bagaimanakah jika Kian tayhiap dibandingkan dengan
dua orang majikan dari keluarga persilatan Lamkiong dan
Tonghong?" "Yaa, mereka berdua memang sudah sepantasnya kalau
menempati urutan diatasku"
"Sudah cukup?" Kian Hui seng termenung sebentar, kemudian katanya
cepat: "Selain kedua orang itu, aku masih ingin mengetahui lagi
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu dua orang yang lain"
"Mengapa kau tidak berpikir sendiri dengan lebih
seksama?" "Apabila aku dapat menemukan jawabannya, buat apa
kutanyakan lagi kepada nona?"
Bun Hong segera tertawa. "Aku hanya dapat memberitahukan satu orang lagi.."
ujarnya. "Siapa?" Bun Hong menuding kea rah Cu Siau hong sambil
berseru: "Dia! Sebetulnya kau menempati urutan kedelapan, tapi
kemudian karena bertambah dengan Cu Siau hong seorang
maka urutanmu jadi mundur setingkat jadi nomor
Sembilan" "Saudara Cu?" Kian Hui seng tertawa, "Kalau begitu aku
tak bisa berkata lagi, dia memang lebih tangguh daripada
diriku" "Toako, kau.." Cu Siau hong berseru tertahan.
"Kami menempatkan Cu kongcu didepan urutanmu waktu
itu, sesungguhnya bukan disebabkan ilmu silatnya jauh
lebih tangguh daripada dirimu" tukas Bun Hong.
"Lantas dikarenakan apa?"
"Sebab cara kerjanya sangat lurus dan terbuka, berbeda
sekali dengan kalian manusia-manusia yang menganggap
dirinya sebagai pendekar sejati, cara kerjanya amat terbuka
dan secara langsung, punya nyali, pintar, amat teratur dan
disertai perencanaan yang matang, cuma kami tidak
menyangka kalau ilmu silat yang dimilikinya ternyata begitu
tangguh dan luar biasa"
Mendengar sampai disitu, Kian Hui seng segera tertawa
terbahak-bahak. "Haahh...haa..haah..betul, dia memang berbeda sekali
dengan kami manusia-manusia antic yang kolot, kelewat
memikir pantangan dunia persilatan, bila tidak sopan tidak
bergerak, hal mana justru banyak memberi kesempatan
kepada kalian untuk menancapkan kaki di tempat-tempat
yang strategis, ia justru menggunakan akal muslihat
dilawankan dengan akal muslihat, bila kalian menggunakan
suatu cara yang keji maka dia pun membalas dengan cara
yang keji pula, didalam hal ini aku paling kagum
kepadanya" Cu Siau hong segera tersenyum.
"Toako, menurut nona Bun Hong, mereka bakal balik lagi
kemari" tukasnya. "Mengapa?" "Sebab disinilah letak markas besar mereka untuk
menyampaikan perintah" sambung Bun Hong.
Sambil tertawa Cu Siau hong berkata pula:
"Toa sianseng terlalu misterius, sedemikian misteriusnya
sehingga orang sendiri pun sukar untuk mengenali dirinya"
"Oleh sebab itu, bila dia meninggalkan tempat yang
dijadikan pusat komando ini sama artinya dengan seekor
burung yang kehilangan sayapnya. Maka dari itu dia
memang pasti akan datang lagi kemari"
"Betul! Maka kita harus menunggunya disini hingga dia
kembali.." Sesudah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh:
"Toako, bagaimana untuk mengatur orang-orang ini?"
"Saudaraku, mereka semua pemberani, pun menyadari
akan situasi yang sedang dihadapi, tapi setiap orang enggan
untuk mundur kebelakang, mereka sepenuh tenaga
mengadakan patrol disekeliling dusun kecil tersebut, semua
orang menyumbangkan kemampuan dan kelebihan yang
dimilikinya untuk mengatur banyak sekali jebakan, bahkan
Pek bi taysu dan kedua belas anak buahnya telah
mewariskan pula banyak ilmu silat praktis dari Siauw lim si
kepada mereka" "Nah, begitulah baru merupakan suatu kerjasama yang
benar-benar murni" seru Cu Siau hong sambil tersenyum.
Kemudian anak muda ini mengalihkan sorot matanya
kearah Bun Hong sesudah itu bisiknya:
"Apabila orang-orang yang kau atur di sekitar tempat ini
tak dapat dikendalikan lagi, bolehkah kami membunuhnya?"
"Bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk
membinasakan mereka, namun aku akan berusaha keras
untuk memperalat mereka. Apakah masih ada orang di
pihakmu yang bakal kemari?"
Kian Hui seng segera menyambut:
"Kecuali orang-orang yang kami undang..rasanya tak
mungkin mereka akan datang lagi kemari"
"Cu kongcu" kata Bun Hong kemudian, "Undang masuk
semua orang-orangmu, aku akan mengajak kalian menuju
ke suatu tempat" Kini yang berjaga diluar pintu tinggal Seng Hong
seorang. Bun Hong perintahkan orang untuk menutup pintu kayu,
kemudian mengajak semua orang menuruni lorong rahasia
dan mendaki keatas bukit terjal di belakang rumah.
Tempat tersebut merupakan sebuah gua kecil yang
terbuat dari alam, tingginya sepuluh kaki, dari atas orang
dapat menyaksikan pemandangan di sekitar tempat
tersebut dengan jelas. "Untuk membangun tempat ini, tentunya kalian sudah
banyak mengeluarkan tenaga dan pikiran?" ujar Cu Siau
hong kemudian setelah menyaksikan kesemuanya itu.
Bun Hong manggut-manggut.
"Yaa.. tenaga manusia yang dibutuhkan tidak terlalu
besar, segala sesuatunya mengikuti keadaan alam yang
kemudian sedikit dirubah menggunakan tenaga manusia"
"Hanya ditujukan khusus untuk menghadapi bakal
munculnya Pena wasiat disini?"
"Benar!" "Waaah, kalau begitu Toa sianseng benar-benar memiliki
kemampuan yang luar biasa darimana dia bisa tahu kalau
Pena wasiat akan muncul disini?"
"Apa yang dipahami tentang keadaan diluar jauh lebih
banyak ketimbang pengetahuannya tentang urusan di
dalam" kata Bun Hong tertawa.
Tiba-tiba dia mengeluarkan sempritan bambu dari
sakunya dan membunyikan keras-keras.
Bagian 74 Tak lama setelah sumpritan itu dibunyikan, segera
diperoleh reaksinya; Dari kejauhan sana tiba-tiba saja muncul gumpalan
bunga api yang meledak ditengah udara.
"Apakah bunga-bunga api merah muncul dari tempat
tempat jebakan yang kalian persiapkan?" tanya Cu Siau
hong, 'Benar, bunga api yang dilepaskan dari tempat jebakan
tersebut mengartikan kalau mereka sudah menerima
perintah apa yang kusampaikan."
"Menerima perintah apa"'
"Mulai sekarang, setiap orang ingin memasuki rumah
gubuk tersabut akan menemui hadangan dan sergapan
sergapan terlebih dahulu...'
"Andaikata Toa sianseng yang hendak memasuki rumah
gubuk itu..?" "Kecuali Toa sianseng dapat menerangkan identitas
sendiri dan peroleh kepercayaan dari pihak lain, kalau tidak
kecil sekali kesempatan baginya uutuk bisa masuk kemari
dengan mudah" "Mengapa"' tanya Kian Hui seng keheranan.
''Sebab dia kelewat misterius sehingga pada hakekatnya
tiada orang yang mengenali dirinya" sambung Cu Siau hong
cepat. "Ya, bahkan aku yang menempati kursi kedua dalam
organisasi rahasia inipun belum pernah menyaksikan raut
wajah aslinya, apalagi orang lain" sambung Bun Hong.
'"Itu namanya mencari penyakit buat diri sendiri" seru
Kian Hui seng sambil tertawa.
''Nona Bun" ujar Cu Siau hong lagi, menurut
pendapatmu, mungkinkah dua manusia aneh tua dan muda
yang tiba tiba menyergapku tadi akan membantu Toa
sianseng untuk membuktikan identitasnya..."
"Sepasang manusia aneh tua dan muda baru satu kali
muncul dalam organisasi kami, aku pun baru dua kali
berjumpa muka dengan mereka"
- Apakah mereka terhitung sebagai anggota organisasi
kalian?" "Entahlah, banyak orang yang dipakai Toa sianseng
tanpa mengajak kami berunding lebih dulu"
"Saudara Cu, coba kau terangkan lebih jelas, manusia
macam apakah kedua orang itu" seru Kian Hui seng tibatiba.
Setelah Cu Siau hong menjelaskan bentuk wajah dan
perawakan dari ke dua orang itu, Kian Hui seng segera
berkata sambil manggut-manggut:
"Yaa, dalam dunia persilatan memang terdapat dua
orang manusia seperti ini, ada orang yang menyebut
mereka sebagai Lo sau siang koay (sepasang manusia aneh
tua dan muda), tapi ada juga yang menyebut mereka
sebagai Mo lo kui tong (1blis tua setan bocah), cuma yang
tua belum tentu tua, yang muda belum tentu muda!"
"Apa maksud dari perkataan ini?"
"Si setan bocah hanya bentuk rupa dan perawakan
tubuhnya saja menyerupai seorang bocah, pdahal usianya
mungkin lebih tua ketimbang si ibis tua, mereka adalab
sepasang sobat karib, namun berhubung harus melatih
semacam kepandaian silat akhirnya yang satu berubah
menjadi berambut uban, sadangkan yang lain mirip seorang
kanak kanak", "Mengapa bisa muncul dua akibat yang sama sekali
berbeda satu sama lainnya"
''Menurut kabar berita yang tersiar dalam dunia
persilatan, suatu ketika tanpa disengaja mereka berdua
memperoleh semacam kitab pusaka ilmu silat yang
didalamnya tercantum dua macam kepandaian silat yang
berbeda, mereka berdua pun mulai berlatih diri, tapi sayang
tiada petunjuk dari guru yang pandai sehingga akibatnya
yang satu rambutnya jadi beruban sedangkan yang lain
berubah menjadi mirip bocah pada dasarnya mereka berdua
memang bukan manusia baik-baik, dengan terjadinya
peristiwa ini maka mereka berdua pun semakin berubah
menjadi manusia aneh yang girang gusar tak menentu.."
"Tidak banyak yang kuketahui tentang orang-orang yang
tergabung dalam organisasi rahasia ini" ucap Bun Hong.
"Nona Bun Hong, ada satu hal masih tidak begitu
kupahami" kata Kian Hui seng.tiba-tiba.
"Dalam soal apa?"
"Kalian merubah selembar wajah orang yang baik-baik
menjadi ada yang berbulu ada yang berbentuk aneh-aneh,
sebenarnya mengapa demikian?"
"Cara yang dipakai memang terlampau kejam dan tidak
berperi kemanusiaan, namun orang-orang tersebut tidak
berharga untuk dikasihani, sebab kebanyakan adalah
manusia-manusia rakus yang kemaruk akan harta
kekayaan" "Ooohh.." Tiba-tiba Cu Siau hong berbisik: "Sssttt....ada orang
datang" Bun Hong.dan Kian Hui seng bersama-sam
mendongakkan kepalanya.."
Dari jalanan bukit didepan situ muncul dua sosok
bayangan manusia dengan cepatnya bayangan tersebut
meluncur kearah rumah gubuk ketika berada dua puluh kaki
dari rumah gubuk itu mendadak mereka melejit ke udara
kemudian terbanting keras ke atas tanah.
Cu Siau hong sangat keheranan ketika melihat dua orang
yang roboh terkapar diatas tanah itu sama sekali tak
berkutik lagi tanyanya tercengang:
"Hei..sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Mereka telah mampus"
"Telah mampus"Mana mungkin?"
"Aku pikir mereka pasti sudah mampus oleh Han sah Si
im (pasir sakti menyerang
Bayangan).." Paras muka Kian Hui seng berubah hebat sesudah
mendengar perkataan tersebut.
Pasir sakti menyembur bayangan" Manusia atau senjata
rahasia?" tanya Cu Siau hong.
Nama dari seorang, juga nama dari senjata rahasia"
"Masa kedua orang makhluktua itu masih hidup di dunia
ini..?" "Benar, mereka masih hidup"
"Terlepas bagaimanakah cara kerja dan berpikir orang
dari organisasimu ini, namun aku harus mengakui bahwa
kalian memang betul-betul memiliki kelebihan yang
melampaui siapa pun nyatanya begitu banyak manusia
aneh yang berhasil kalian tampung"
"Dalam anggapan orang lain memang demikian, orangKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
orang yang telah bergabung dengan arganisasi kami pun
mungkin akan berperasaan demikian, sebab kami amat
misterius, amat rahasia, semua trencana dan tindakan kami
dilakukan secara rahasia dan diluar dugaan orang bahkan
kecuali otak yang mengatur rencana tersebut, pelaksanaan
dari rencana itupun tidak begitu jelas, malah seringkali
setelah melaksanakan rencana itu mereka baru memahami
duduk persoalan yang sebenarnya, tapi bila kau benarbenar
sudah memahami seluk beluk yang sesungguhnya
dari keadaan itu, sudah pasti akan berbeda sekali pendapat
kalian" "Dimanakah letak perbedaan itu?"
Bun Hong tertawa getir. "Kau akan merasa seakan-akan hidup disuatu dunia yang
kosong dan melayang tak menentu, antara manusia dengan
manusia hampir sama sekali tiada hawa kemanusiaannya.."
"Misteri dan kesadisan seringkali bergabung menjadi
satu, dengan begitu orang merasa seakan-akan hidup
dalam alam yang menyeramkan"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah hal inipun termasuk semacam kekuatan untuk
mengendalikan orang?" tanya Kian Hui seng.
"Benar, kami mempunyai peraturan yang ketat,
pelaksana hukuman yang berdarah dingin dan tidak
berperasaan, apabila seseorang yang diperintahkan untuk
melakukan sesuatu tugas dan tak mampu menyelesaikan
tugas tersebut dengan sempurna, mereka akan lebih rela
mati dalam pertempuran atau mati bunuh diri, daripada
pulang untuk menerima hukuman"
Cu Siau hong tersenyum. "Tapi buktinya nona Bun Hong berani menampilkan diri
untuk melawan peraturan yang ketat dan mengerikan itu"
Bun Hong segera menghela napas sedih, "Aaai..selama
banyak tahun ini, aku seolah-olah hidup dialam impian yang
mengerikan, setelah sadar dari impian tersebut tiba-tiba
saja ku merasa seakan-akan memiliki suatu keberanian
yang tak terkirakan besarnya"
Kemudian setelah tertawa dia melanjutkan: "Tapi kalau
dibilang darimanakah datangnya keberanian tersebut, maka
bisa kujawab Cu kongcu lah sumber dari keberanianku itu.."
"Waah..aku jadi malu rasanya."
..Aku tidak bohong. aku berbicara dengan sesungguhnya,
Toa sianseng seringkali menyinggung tentang dirimu, dia
berusaha untuk meraihmu dan merangkulmu agar mau
bergabung dengan organisasi kami ini, namun setelah
kujumpai dirimu baru kuketahui kalau kau tak lebih hanya
seorang manusia yang masih begitu muda, mengapa
pemuda seperti kau berani melawan organisasi ini" Betul,
keberhasilanmu banyak dibantu oleh kepandaian silatmu
yang amat lihay serta bantuan dari sahabat-sahabat
karibmu yang menolong tanpa pamrih, tapi yang paling
penting kau memiliki keberanian untuk melakukan
perlawanan dan inilah merupakan modal utama dari
munculnya keberanian dalam hatiku.."
"Sekalipun demikian bila nona bukan seorang manusia
yang pintar dan berotak encer, rasanya sulit bagimu untuk
sadar dengan begini cepat" sambung Kian Hui seng.
"Moga-moga saja sadarnya nona Bun bisa menyadarkan
pula orang-orang yang lain untuk membedakan mana yang
benar dan mana yang salah" kata Cu Siau hong pula.
"Nona, siapakah dua orang yang mampus oleh pasir sakti
menyembur bayangan itu"
"Sesungguhnya mereka masih terhitung orang sendiri"
"Kalau memang orang sendiri, mengapa mereka turun
tangan terhadapnya?"
"Sebab aku sudah menurunkan perintah untuk
menghalangi siapa saja yang berusaha untuk memasuki
rumah gubuk itu, sebagai anggota organisasi kami, perintah
tetap perintah, siapa yang melanggar perintah itu maka dia
harus menerima sendiri akibatnya"
"Bagaimana dengan kau" Dapatkah kau masuk keluar
sekehendak hatimu sendiri?"
"Kalau berganti dengan tempat lain mungkin saja bisa,
tapi untuk menembusi Han sah sui m ini aku hanya bisa
lewat kecuali sekali lagi menurunkan perintah dan
mencabut larangan lewat tersebut.."
"Oohh, jadi ia tidak kenal dengan dirimu?"
"Mungkin tahu, cuma sekali pun sudah mengetahui
identitasku, mereka tak akan membiarkan aku lewat
dengan begitu saja" Cu Siau hong tertawa hambar dan tidak banyak bertanya
lagi. Tiba-tiba Bun Hong berkata lagi:
"Mungkin penjelasanku ini terlampau kabur dan tidak
begitu kau pahami?" "Benar" "Mereka berdua adalah orang buta, namun pendengaran
mereka tajamnya luar biasa, mereka pernah mendengar
suaraku tapi apakah mereka masih ingat dengan suaraku
atau tidak hal ini tidak begitu kuketahui"
"Ooohh.." "Kedua orang itu sangat keras kepala, tapi jikalau dapat
menaklukkan mereka, kedua orang itu merupakan
pembantu yang hebat bagi kita"
"Mengapa nona Bun tidak mencobanya" Yang paling
penting bukanlah sumbangan tenaga dan kekuatan dari
mereka berdua melainkan kesanggupan mereka untuk
melepaskan diri dari lingkungan pengaruh organisasi ini"
"Betul, kami memang terlalu misterius, tidak banyak
yang diketahui tentang kami" kata Bun Hong, "Namun Han
sah si im itu mempunyai pamor yang cukup besar dalam
organisasi kami ini"
"Mengapa?" "Sebab pada dasarnya Han sah dan Si im memang
mempunyai pamor yang cukup besar dalam dunia
persilatan, mereka berdua pun tak pandai merubah muka
jadi apabila kedua orang ini mempunyai suatu gerakan
sudah pasti tindakan mereka akan menimbulkan pengaruh
yang amat besar terhadap organisasi ini"
"Kalau memang demikian, kita harus mencurahkan
tenaga dan pikiran kesitu?"
Bun Hong termenung sambil berpikir sejenak, lalu
berkata: "Aku rasa saat ini masih bukan saat yang tepat untuk
pergi menjumpai mereka"
"Ooo ya?" "Aku masih akan mempergunakan kekuatan dari mereka
berdua untuk melindungi rumah gubuk tersebut"
"Mereka hanya melaksanakan tugas atas perintah,
membunuh orang tanpa membedakan mana yang putih dan
mana yang merah, aku pikir lebih baik cepat-cepat dibujuk
saja" usul Kian Hui seng dengan cepat.
"Aaai..terus terang saja kukatakan, aku tidak mempunyai
keyakinan yang terlalu besar untuk berhasil membujuk Han
sah dan Si im, seandainya bujukan tak berhasil, bisa jadi
akan timbul pertarungan yang seru, daripada menyerempet
bahaya ini lebih baik kita urungkan dulu rencana ini, apabila
waktu yang dibutuhkan sudah sampai, barulah kita mencari
akal lagi untuk membujuknya"
"Nona, yakinkah kau kalau Toa sianseng bakal balik lagi
kemari?" "Aku pikir dia akan berbuat demikian, sebab berita yang
sampai disini amat luas, bila mereka tinggalkan tempat ini
sama artinya dengan memisahkan diri dari keramaian dunia
untuk sementara waktu"
"Seandainya dia berhasil melampaui han sah dan Si im
siapa lagi yang bisa menghalangi dirinya?"
"Bila orang-orang mengenali dia sebagai Toa sianseng
maka siapa pun akan melepaskan dia masuk tapi bila tidak
kenal pos penjagaan yang mana tak akan melepaskan
dirinya, dia sendiri telah menetapkan peraturannya, barang
siapa berani membangkang perintah maka hukumannya
adalah mati dicincang menjadi berkeping-keping.."
(Bersambung ke jilid 58) "Kian toako, mungkinkah orang-orang kita akan
menyusul kemari" Cu Siau hong segera bertanya.
"Aku rasa tak mungkin"
"Tapi aku terus menerus merasa kuatir bila mereka
datang kemari" "Cu kongcu, Kian tayhiap, aku ingin menjelaskan dulu
situasi pos penjagaan yang diatur di sekeliling tempat ini,
enath bagaimana menurut pendapat kalian?" tiba-tiba Bun
Hong menyela. Mendadak terdengar suara sayap burung merpati
mengebas udara, lalu muncul tiga ekor burung merpati
yang meluncur datang setelah berputar satu lingkaran
diatas rumah gubuk, tiba-tiba burung-burung tersebut
menukik dan turun keatas rumah gubuk tadi.
Cu Siau hong yang menyaksikan hal ini segera berkata:
"Nona, dibawah tiada orang bila burung-burung merpati
itu membawa kabar berita"
"Biar aku yang pergi mengambil" seru Bun Hong dengan
cepat. "Tunggu sebentar" tiba-tiba Cu Siau hong mencegah.
"Mengapa?" "Tunggu sebentar lagi, aku merasa sangat keheranan,
bila disitu tak ada orang, mengapa burung-burung merpati
itu bisa terbang masuk kedalam ruangan?"
Bun Hong jadi tertegun dan tak mampu menjawab
sepatah kata pun jua. Setelah menghela napas kembali Cu Siau hong berkata:
"Nona Bun Hong, coba kau pikir lagi apakah didalam
rumah gubuk itu ada ruang rahasia?"
"Kurasa ada" "Ruang rahasia apa yang terdapat dibawah sana?"
"Soal ini, aku kurang begitu jelas"
"Nona Bun, jangan kelewat rendah kau menilai Toa
sianseng" "Tentang soal ini..betul juga perkataan Cu kongcu, kita
memang tak boleh terlampau gegabah"
Mendadak berkumandang lagi suara sayap burung
merpati yang mengebas diudara, empat ekor burung
merpati terbang lagi menerobos keluar lewat jendela.
Bun Hong semakin tertegun lagi, serunya tertahan:
"Ada orang!" "Nona menemukan apa?"
"Dalam rumah gubuk itu ada orangnya, maka burung
merpati itu baru terbang kesana"
"Tahukah nona siapa yang mungkin berada disana?"
"Aku pikir dugaanmu benar, kemungkinannya betul,
mungkin orang itu adalah Toa sianseng"
"Nona Bun, seandainya dia masih tetap tinggal didalam
rumah gubuk itu, apakah masih dapat mengendalikan
semua kekuatan yang berada disini?"
"Semua perangkap dan penjagaan yang ada di seputar
rumah gubuk itu dikendalikan gerak-geriknya dengan suara
sumpritan tapi burung merpati itu bisa dipakai untuk
memberi perintah kepada orang yang berada diluar"
"Jarak merpati dengan kita masih ada puluhan kaki, aku
pikir tak mungkin bisa merontokkan burung-burung
tersebut" kata Kian Hui seng.
"Nona Bun, mari kita pergi mencarinya!" tiba-tiba Cu
Siau hong mengajak. "Baik! Jikalau dapat merobohkan Toa sianseng, yang
lainnya akan lebih mudah untuk dihadapi"
"Bila apa yang terjadi sesuai dengan perkataan nona,
maka Toa sianseng selalu mengawasi gerak-gerik dari
semua organisasinya ini"
"Aku lihat memang demikian keadaannya"
"Jikalau situasi disekitar tempat ini masih berada
dibawah pengendalian nona, aku percaya Toa sianseng
masih belum dapat mengundang bala bantuan kemari,
sekarang kita hasru segera mencarinya, mungkin masih ada
sedikit kesempatan buat kita untuk beradu jiwa dengannya"
"Toako, ada satu hal perlua siaute katakana lebih dulu"
tiba-tiba Cu Siau hong memotong.
"Katakanlah!" "Toa sianseng hendak kita hadapi berikut ini merupakan
jago lihay di kolong langit, oleh sebab itu toako tak perlu
terlalu terikat dengan segala macam peraturan yang
berlaku dalam dunia persilatan"
"Maksud saudara.."
"Aku tahu toako adalah seorang lelaki sejati, seorang
kuncu, seorang pendekar kenamaan, bila kita terpaksa
harus turun tangan melawan orang, mungkin toako enggan
untuk turun tangan bersama-sama dan mengerubutinya"
"Kau tak usah kuatir saudaraku! Untuk menghadapi
manusia bengis seperti ini toakomu tak akan
mempersoalkan peraturan dalam dunia persilatan lagi"
"Baik, kalau begitu mari kita berangkat. Aku akan
membawa jalan untu kalian" kata Bun Hong dengan cepat.
Seng Hong dan Hoa Wan cepat bertindak dengan
berjalan di depan Bun Hong.
Melihat itu sambil tertawa Bun Hong berkata:
"Kalian berdua tak usah berebut denganku, lebih baik
aku saja yang membawa jalan untuk kalian"
Cu Siau hong mengerti apa yang dimaksudkan Bun
Hong, nona itu kuatir Seng Hong dan Hoa Wan tak mampu
menahan serangan dari Toa sianseng, maka segera
tukasnya: "Kalian mengikuti dibelakangnya saja"
Kemudian dengan cepat dia maju kedepan dan menyusul
dibelakang Bun Hong. Kian Hui seng berjalan dibelakang Cu Siau hong.
Ketika memasuki rumah gubuk itu, Toa sianseng sudah
duduk menanti di kursi kebesaran dalam ruangan tengah.
Sepasang manusia aneh tua dan muda berdiri di kedua
belah sisinya dengan angker.
Toa sianseng memang seorang yang selalu bertindak
sangat hati-hati, dia melarang siapa pun untuk berdiri
dibelakang punggungnya. Dengan suara dingin Kian Hui seng segera berkata:
"Nona Bun, manusia yang memakai topeng inikah yang
dinamakan Toa sianseng?"
"Betul, akulah orangnya" jawab Toa sianseng.
"Hmmm, memakai kedok untuk menutupi wajah asli
sendiri, termasuk manusia macam apakah dirimu itu?" ejek
Kian Hui seng sambil tertawa dingin.
Toa sianseng tersenyum. "Cita-citaku untuk menguasai seluruh kolong langit,
terhadap manusia macam kalian ini tak pernah kupikirkan di
hati, aku pun tak sudi bertemu kalian dengan wajah asliku"
"Sekeliling tempat ini sudah ditutup oleh Nona Bun" kata
Cu Siau hong, "Sekalipun aka nada yang kemari, tak nanti
bisa melampaui pos penjagaan yang dipegang Han sah dan
Si im, apalagi orang yang kau undang lewat burung merpati
pun belum tentu bisa datang sampai disini"
"Heeehh...heeehh..heeeh..apabila aku tidak mempunyai
keyakinan untuk berhasil menghadapi kalian, tak mungkin
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku bakal muncul disini" jengek Toa sianseng sambil
tertawa dingin tiada hentinya.
"Kau sangat licik" maki Bun Hong.
Kembali Toa sianseng tertawa dingin.
"Bun Hong, aku belum menjatuhkan hukuman atas
pengkhianatanmu, ternyata kau berani bersikap kurang ajar
lebih dulu kepadaku?"
"Yang mengkhianatimu bukan hanya aku seorang,
kecuali aku masih ada banyak orang.."
Agaknya Toa sianseng dibikin tergetar hatinya oleh
ucapan tersebut, beberapa saat dia membungkam,
kemudian pelan-pelan baru berkata lagi:
"Coba katakanlah, selain kau masih ada siapa lagi yang
berani mengkhianatiku?"
"Sekalipun aku tahu, tak nanti akan kuberitahukan
rahasia ini kepadamu"
Toa sianseng segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak. "Haaah..haa..haaah..Buh Hong, sekali pun masih ada
orang yang mengkhianatiku, pengkhianatan mereka tak
akan mempengaruhi keadaan situasi, sayang sekali kau
justru akan menjadi satu domba yang berkorban bagi orang
lain" Bun Hong tersenyum ewa. "Toa sianseng soal mati atau hidup bukan masalah yang
memusingkan diriku lagi"
"Dengarkan baik-baik" seru Cu Siau hong pula, "Saat ini
kita bakal melangsungkan suatu pertarungan antara mati
dan hidup, bila kami tidak mati ditanganmu maka akulah
yang akan mengorek wajah aslimu"
"Sebenarnya orang yang kelewat pintar tak boleh
dibiarkan terus di dunia ini, apa mau dibilang aku justru
menaruh perasaan kasihan atas dirimu"
Kian Hui seng tidak sabar untuk menahan diri lebih jauh,
tiba-tiba ia membentak keras:
"Lepaskan topengmu aku orang she Kian akan
menantangmu untuk berduel"
"Huuuh, kau masih belum pantas untuk bertarung
melawanku" jengek Toa sianseng dingin.
Dengan gerakan cepat Kian Hui seng meloloskan
goloknya sambil melangkah kedepan, hardiknya lagi dengan
suara dingin. "Loloskan senjatamu"
Belum sampai Toa sianseng berbicara, sepasang manusia
aneh tua dan muda telah turun tangan, dua bilah golok lolos
bersama dari sarungnya dan menghadapi jalan Kian Hui
seng. Dengan cepat Kian Hui seng mencabut goloknya sambil
melancarkan sebuah sapuan. Ia disebut orang golok lewat
tanpa suara, kecepatan gerak serangannya kali ini benarbenar
luar biasa. Sepasang manusia aneh tua dan muda maju
menyongsong datangnya ancaman tersebut, ketiga orang
itu segera terlibat dalam suatu pertarungan yang benarbenar
sengit. Sejak mulai, Kian Hui seng sudah mengerahkan segenap
kekuatan yang dimilikinya dimana cahaya golok berkelebat
lewat, serangan meluncur kemuka dan meneter lawan tiada
hentinya. Kali ini sepasang manusia aneh tua dan muda tidak
mempergunakan lagi serangan melompatnya, mereka
gunakan ilmu golok yang asli untuk melangsungkan
pertempuran. Sungguh amat seru dan ramai pertarungan yang sedang
berlangsung di tengah arena itu.
Sepasang manusia aneh tua dan muda melakukan suatu
kerja sama yang amat ketat untuk mengerubuti Kian Hui
seng, masing-masing pihak memakai jurus golok kilat untuk
saling mendesak, keadaannya sungguh tegang.
Sementara pertarungan berlangsung, Cu Siau hong
mengalihkan sorot matanya ke wajah Toa sianseng,
kemudian pelan-pelan dia berkata:
"Saudara, kau boleh melepaskan topengmu sekarang"
"Cu Siau hong, dengarkan baik-baik, suatu ketika aku
akan melepaskan topengku ini, cuma hal ini sudah pasti tak
akan kulakukan sekarang"
"Kalau begitu sampai kapan kau baru akan melepaskan
topengmu itu?" "Disaat yang seharusnya kulepaskan topeng ini pasti
akan kulepaskan topeng tersebut"
Pelan-pelan Cu Siau hong meloloskan pedangnya,
kemudian berkata keras: "Sayang sekali hanya sepasang manusia aneh tua dan
muda yang setia kepadamu.."
"Ada apa?" "Oleh sebab itu sekarang terpaksa kau mesti turun
tangan" Toa sianseng segera manggut-manggut.
"Cu Siau hong, kalau cuma kau seorang mungkin masih
bukan tandinganku, bagaimana kalau maju bersama-sama
Bun Hong saja?" Cu Siau hong tertawa hambar.
"Aku rasa tidak perlu, di saat Cu Siau hong menderita
kalah, nona Bun Hong masih belum terlambat untuk
membantuku." Mendengar perkataan ini Toa sianseng segera tertawa
terbahak-bahak: "Haah..hah..haaahh..baiklah Cu Siau hong, hari ini aku
akan menyuruh matamu menjadi melek, ayolah turun
tangan" "Toa sianseng, apakah untuk menghadapi aku orang she
Cu pun Toa sianseng enggan berdiri?"
"Cu Siau hong, pernah menyaksikan jago lihay yang
benar-benar hebat?" "Toa sianseng kah yang kau maksudkan sebagai jago
yang benar-benar hebat?" jengek Cu Siau hong.
Toa sianseng termenung sebentar, lalu katanya:
"Cu Siau hong, mengapa kau tidak coba sendiri?"
"Aku memang ingin meminta petunjukmu"
Pedangnya diangkat kemudian pelan-pelan melancarkan
tusukan kedepan. Toa sianseng masih tetap duduk tenang di tempat
semula, bergerak sedikit pun tidak.
Kini serangan pedang dari Cu Siau hong sudah tinggal
setengah depa saja didepan dada Toa sianseng. Pada saat
itulah pelan-pelan Toa sianseng mengangkat tangannya
keatas. Tiba-tiba Cu Siau hong mempercepat serangannya.
Jarak yang cuma setengah depa itu segera tencapai
dalam sekilas kelebatan saja tahu-tahu ujung pedang sudah
tiba di depan dada. Pada detik yang kritis inilah tiba-tiba Toa sianseng
mengangkat lengan kanannya, pedang dari Cu Siau hong
itu persis menusuk pada lekukan lengannya.
Ketika Cu Siau hong merapatkan lekukan tangannya itu,
sang pedang segera terjepit diantara ketiaknya.
Tindakan yang dilakukan oleh Toa sianseng ini sma sekali
berada diluar dugaan Cu Siau hong, untuk sesaat dia
menjadi termangu. Disaat inilah Toa sianseng menyentilkan tangan
kanannya dengan pelan, tiba-tiba saja pedang yang berada
di tangan Cu Siau hong itu patah menjadi dua bagian.
Sambil menggenggam kutungan pedangnya, dengan
cepat Cu Siau hong bergerak mundur sejauh dua langkah."
"Bagaimana Cu Siau hong?" ejek Toa sianseng kemudian
sambil tertawa lebar. "Hmm sungguh menakuti orang" sahut anak muda
tersebut sambil mendengus.
"Menakuti orang" Beranikah kau menerima sebuah
tusukanku dengan duduk di kursi?"
"Tidak usah, aku bukan kau Toa sianseng, dalam tindak
tandukmu selama ini, perbuatan yang manakah darimu
yang menuruti peraturan dunia persilatan" Aku Cu Siau
hong tak akan tertipu oleh siasat busukmu itu"
"Baik, baik! Yang lunak tak mau yang keras pun enggan,
tampaknya aku harus membunuhmu, nah berhati-hatilah!"
"Silahkan saja untuk turun tangan!"
Seng Hong dan Hoa Wan yang berada di belakang Cu
Siau hong telah dibuat terkesiap oleh tindakan Toa sianseng
yang menjepit pedang dengan ketiak dan memutuskan
pedang dengan sentilan tangan jari tangan itu.
Akan tetapi setelah menyaksikan ketenangan dari Cu
Siau hong, pelan-pelan ketenangan mereka pun pulih
kembali. Mendadak Bun Hong maju selangkah dan berdiri
disamping Cu Siau hong. Sikap Cu Siau hong tenang sekali, katanya sambil
tertawa: "Dalam sekali sentilan saja Toa sianseng mampu
mematahkan pedangku, ini menandakan kalau ilmu It ci
sinking mu cukup hebat tapi apa sebabnya kau tidak
memakai kesempatan ini untuk melanjutkan seranganmu?"
Sementara itu Su Eng telah turun tangan bersama-sama
mengerubuti siluman kecil sehinga Kian Hui seng hanya
bertarung satu lawan satu melawan manusia aneh tua.
Sebenarnya Kian Hui seng tidak mengharapkan bantuan
orang lain, tapi setelah pertarungan berlangsung sekian
lama, dia merasakan daya tekanan yang dipancarkan oleh
sepasang manusia aneh tua dan muda itu makin lama
semakin bertambah besar, maka ketika Su eng turun
tangan membantu, Kian Hui seng sama sekali tidak
bermaksud untuk menghalanginya.
Sepanjang hidupnya sudah beratus kali pertempuran
dialami olehnya, dalam sehari saja dia pernah bertarung
melawan ratusan jago lihay, dengan tenaga sakti
alamiahnya yang ditambah dengan kesempurnaan tenaga
dalamnya, meskipun harus bertarung belasan jam, tak
pernah ia tunjukkan kelemahan.
Akibat dari pertarungan dia menjadi tenar dan diapun
berubah menjadi seorang pendekar besar.
Karena dalam pertarungan itu dengan seorang diri Kian
Hui seng mencari gara-gara dalam suatu pertemuan besar
kaum rimba hijau dia mengobrak-abrik orang jahat yang
hampir sebagian besar berkumpul disana.
Tapi dalam pertarungan yang berlangsung hari ini, Kian
Hui seng dapat merasakan kalau dia telah bertemu dengan
musuh yang amat tangguh, daya tekanan yang dipancarkan
sepasang manusia aneh tua dan muda kian lama kian
bertambah kuat. Kian Hui seng sadar ia bisa bertahan sampai puluhan
jurus dibawah kerubutan dua orang itu karena dialah yang
turun tangan lebih dahulu sehingga merebut posisi yang
lebih menguntungkan, itulah sebabnya dia bisa bertahan
sampai sekarang. Tapi bagaimana pun keras kepalanya seseorang, namun
Kian Hui seng sadar kalau dia telah berjumpa dengan suatu
pertarungan antara mati dan hidup, lagi pula menang
kalahnya pertarungan ini bisa jadi akan mempengaruhi
seluruh situasi. Bantuan dari Su eng dengan paksa berhasil mengajak
musush untuk bertarung seimbang, untuk sementara waktu
menang kalah belum bisa diketahui.
Namun hasil mana sudah cukup untuk memuaskan Bun
Hong, diam-diam pikirnya kemudian:
"Anak buah Cu Siau hong memang bukan manusiamanusia
kelas dua.." Dalam pada itu Toa sianseng masih tetap duduk di kursi
kebesarannya sambil menonton sepasang manusia aneh tua
dan muda melangsungkan pertempuran dari balik sorot
matanya lamat-lamat muncul perasaan kaget dan
tercengangnya yang sangat tebal.
Sambil tertawa Cu Siau hong segera berkata:
"Toa sianseng bila dilihat dari luaran, demonstrasi yang
kau perlihatkan barusan seakan-akan mengerikan dan
menggidikkan hati orang, tapi tahukah kau apa sebabnya
tidak sampai mengejutkan aku?"
Toa sianseng mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu
Siau hong kemudian menjawab:
"Mungkin hal ini dikarenakan Bun Hong berada di
belakangmu dank au percaya dia pasti akan behasil
menyelamatkan dirimu"
"Keliru besar jika kau berpendapat demikian" kata Cu
Siau hong sambil tertawa, "Toa sianseng, aku bukan
merasa kalau dia dapat menolongku, melainkan aku
percaya kalau kau tak akan mampu untuk membunuhku"
Pelan-pelan Toa sianseng bangkit berdiri, kemudian
tanyanya: "Apa alasanmu?"
"Kau kelewat gegabah, bila aku tak tahu kalau ilmu It ci
sin kang mu sudah berhasil mencapai tingkatan seperti ini
dan jikalau kau menyerangku secara tiba-tiba maka bisa
jadi aku akan terbunuh di tanganmu atau paling tidak akan
berhasil melukaiku, tapi saying sekali kau terlalu suka
mencari nama, terlalu suka memamerkan kemampuan
sendiri" "Aaaai..Cu Siau hong, dengan perbuatanku tadi aku
sudah membuktikan kepadamu bahwa kemampuan yang
kumiliki untuk membunuhmu hanya semudah membalikkan
telapak tangan tapi kenyataannya kau tidak takut..."
"Yaa, karena persoalan yang sudah diketahui paling tidak
bisa dibuatkan persiapannya untuk menanggulangi hal
tersebut" "Baik, kalau begitu berhati-hatilah.."
Mendadak dia melancarkan sebuah tusukan dengan
ujung jari tangannya. Cu Siau hong sama sekali tak bergerak, hanya tiba-tiba
saja tangan kanannya dari bawah dibalik menuju atas dan
dibalik mencengkeram urat nadi Toa sianseng.
Bagaikan disengat kalajengking, Toa sianseng menarik
kembali tangannya sambil melompat mundur selangkah,
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serunya tertahan: "Aaaah, rupanya kitab pusaka Kiam boh itu betul-betul
sudah terjatuh ke tanganmu bahkan kau telah selesai
membacanya.." "Darimana kau bisa tahu?"
"Karena ilmu yang khusus untuk menandingi ilmu jari it
ci sin kang ini tercantum pada halaman yang terakhir,
kenyataannya kau dapat mempergunakan ilmu tersebut"
"Toa sianseng, jikalau ilmu silatmu hanya kau pelajari
dari kitab pusaka Kiam boh tersebut, maka terus terang
saja kukatakan kepadamu, apa yang kau bisa aku pun bisa,
mungkin aku tidak sesempurna permainanmu, tapi paling
tidak aku masih mengerti bagaimana untuk
menghadapinya" Bagian 75 (jilid 58-59) "Bagus, bagus sekali, kalau begitu kau memang tak
boleh dibiarkan hidup terus di dunia ini" kata Toa sianseng
kemudian sambil manggut-manggut.
"Besok adalah hari pemunculan dari Pena wasiat, walau
pun aku kurang jelas tentang hubunganmu dengan Pena
wasiat, tapi aku yakin diantara kalian berdua pasti
mempunyai hubungan yang erat sekali.."
"Cu Siau hong, kau memang terlalu pintar cuma menurut
apa yang kuketahui, orang yang kelewat pintar seringkali
tak bisa hidup terlalu lama"
"Bukan aku terlalu pintar, melainkan kau sendirilah yang
memandang orang lain kelewat bodoh, seperti misalnya
caramu untuk merajai dunia persilatan, apakah
perbuatanmu ini dapat mengelabuhi semua orang di dunia "
Seperti juga tindakanmu menutupi wajah sendiri dengan
topeng, kau anggap identitasmu sudah dapat dirahasiakan
dan orang lain tak akan mengenali siapakah dirimu yang
sebenarnya." "Paling tidak sampai sekarang toh masih belum ada
orang yang bisa mengenali siapakah aku?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Di dalam soal ini, kau memang merahasiakan
identitasmu dengan baik, cuma hal ini bukan bersifat
langgeng, suatu hari pasti ada orang yang akan berhasil
mencopot kedokmu itu."
"Padahal tak usah orang lain yang mencopotkan bagiku,
bila saatnya untuk melepaskan topeng ini sudah tiba secara
otomatis akan copot sendiri"
"Sayang sekali kami tak bisa menunggu samapi saat
tersebut" "Cu Siau hong, apakah kau ingin sekali menyaksikan
paras muka asliku?" "Tentu ada syaratnya?"
"Benar, syaratnya amat sederhana yakni beritahu
kepadaku siapa yang menyerahkan kitab pusaka Kiam boh
tersebut kepadamu?" Diam-diam Cu Siau hong menghela napas panjang,
setelah tertegun pikirnya:
"Kalau dilihat dari keadaan ini, nampaknya duduknya
persoalan sudah mulai agak terang.."
Berpikir demikian, dia pun berkata:
"Apa sih hubunganmu dengan orang itu?"
"Kita sedang bertukar syarat, kau cukup menerangkan
kisah pengalamanmu ketika memperoleh kitab tersebut dan
aku pun akan melepaskan topeng kulit manusia ini untuk
mperolihatkan wajah asliku kepadamu."
"Toa sianseng, diantara kita siapakah yang dapat
mempercayai pihak lain?"
Toa sianseng berpaling dan memandang sekejap
keadaan pertarungan yang berlangsung antara sepasang
manusia aneh tua dan muda melawan Kian Hui seng,
kemudian ujarnya: "Pertarungan mereka masih akan berlangsung cukup
lama, nah Cu Siau hong, waktu yang tersedia bagimu masih
lebih dari cukup, kau harus lekas mengambil keputusan!"
"Memutuskan soal apa?"
"Bagaimana kalau kita membicarakan pertukaran syarat
itu.." "Aku sudah mengambil keputusan, aku rasa tingkat
kepercayaanku masih jauh lebih besar daripada kau"
"Apa maksudmu?"
"Maksudnya kau harus mencopot topeng kulit manusia
yang kau kenakan itu lebih dulu, setelah kusaksikan paras
muka aslimu barulah kuceritakan kisah pengalamanku
sewaktu menerima kitab pusaka Kiam boh tersebut,
bagaimana?" "Ooooh...!" "Berbicara soal 'kepercayaan' rasanya aku masih bisa
dipercaya ketimbang kau" kata Cu Siau hong lagi.
Toa sianseng termenung beberapa saat kemudian
katanya: "Boleh saja, cuma kau harus menyanggupi sebuah
permintaanku lebih dulu, dimanakah kitab Kiam boh
tersebut kini" Cu Siau hong tertawa. "Tentunya tidak kuhancurkan benda itu.."
"Jadi maksudmu, benda itu masih berada di dunia?"
"Betul! Itulah sebabnya tiga atau lima tahun kemudian,
mungkin dalam dunia persilatan akan bermunculan kembali
berpuluh-puluh orang Cu Siau hong, oleh karenanya
terhadap berhasil atau tidaknya diriku, aku tidak terlalu
memandang serius" "Cu Siau hong, ada sementara ilmu silat yang belum
tentu bisa dipelajari meskipun memiliki kitab Kiam boh itu,
yang paling penting adalah dia mesti memiliki bakat serta
kecerdasan yang luar biasa"
"Mereka dapat menemukan manusia-manusia seperti ini,
lagipula mereka mempunyai cukup waktu"
"Aku tidak percaya kalau seseorang dapat memiliki jiwa
yang begitu besar setelah membaca kitab mana masih mau
menyimpannya terus di dunia ini?"
"kau boleh tidak percaya, tapi aku sudah merupakan
contoh yang jelas atau tegasnya saja kitab mana sudah
bukan merupakan sejilid kitab Kiam boh belaka, melainkan
sejilid kitab pusaka yang penuh dengan catatan pelbagai
macam ilmu silat diantaranya termasuk ilmu pukulan, ilmu
kepalan, jari serta macam-macam kepandaian silat
lainnya." "Cu Siau hong, pernahkah kau bayangkan kehadiran
Kiam boh tersebut dalam dunia kemungkinan besar akan
menciptakan manusia macam diriku?"
"Betul, setelah kau singgung aku jadi menyadari akan
bahayanya, yah kitab itu harus dimusnahkan secepatnya"
"Bagus sekali, dalam hal ini aku dapat membantu
usahamu itu..." "Cu kongcu, kau tak usah menerima permintaannya"
teriak Bun Hong tiba-tiba, "Jika kau rusak Kiam boh
tersebut, kemudian dia membunuhmu maka dia akan
menjadi seorang manusia yang tiada tandingannya di dunia
ini" "Bun Hong, orang kuno bilang hati perempuan adalah
hati yang paling keji, tampaknya ucapan ini memang tepat
sekali," seru Toa sianseng mendongkol.
Bun Hong tertawa dingin. "Toa sianseng aku tidak tahu apakah kau masih
mempunyai sifat kemanusiaan atau tidak?"
Oleh karena wajah Toa sianseng ditutup oleh kedok,
maka orang tak bisa melihat apakah dia sedang gusar atau
tidak namun kalau dilihat dari sorot matanya, bisa diketahui
bahwa amarahnya sudah memuncak.
Apalagi kalau dibalik sorot mata tersebut sudah terlihat
sinar yang berapi-api hal mana membuktikan kalau
kemarahannya sudah mencapai ke tingkatan yang tak
terkendalikan lagi. Dengan cepat Bun Hong dapat menatap sorot matanya
itu, sorot mata tersebut adalah semacam sorot mata yang
buas dan sangar, dengan cepat dia meningkatkan
kewaspadaannya. Cu Siau hong pun segera membuat persiapan yang
paling ketat dan rapat. Toa sianseng memang memiliki kemampuan yang sukar
ditandingi orang lain, ternyata dia sanggup untuk menekan
hawa amarahnya sehingga tidak sampai meluap keluar.
Sambil tertawa dingin Cu Siau hong segera berseru:
"Toa sianseng, kesabaranmu sungguh mengagumkan
sekali, cukup membuat hatiku agak bergetar keras saking
terkejutnya!" "Kesadisannya sudah merasuk hingga ke dalam tulang
sumsumnya.." sambung Bun Hong dari samping.
"Toa sianseng" kata Cu Siau hong lagi, "Apabila kau
enggan turun tangan lagi, terpaksa kami akan segera turun
tangan." "Kalian hendak maju bersama" Ataukah maju satu
persatu?" "Itu urusan kami sendiri, tak usah kau kuatirkan"
"Bagus sekali! Kalau begitu kalian berdua sekarang boleh
turun tangan bersama-sama"
"Toa sianseng" kata Bun Hong, "Aku cukup memahami
maksud hatimu itu, bukankah kau berharap bisa menunggu
datangnya bala bantuan?" Hmmm.."
"Betul!" "Sayang sekali kami tak akan memberi kesempatan
seperti ini kepadamu"
Tiba-tiba saja gadis itu mengayunkan telapak tangannya
sambil melancarkan sebuah pukulan dari kejauhan.
Toa sianseng sama sekali tidak menghindari maupun
berkelit, dia seakan-akan siap menerima serangan tersebut
dengan keras lawan keras.
Tatkala telapak tangan dari Bun Hong hampir menempel
diatas dada Toa sianseng, tiba-tiba saja dia menarik
kembali serangannya itu. "Mengapa tidak kau lanjutkan seranganmu?" ejek Toa
sianseng dingin. "Kalau manusia yang licik dan berhati busuk macam kau
berani menghadapi serangan tanpa menghindar ataupun
berkelit, ini berarti kau sudah mempersiapkan sesuatu.."
"Bun Hong, apabila kau begitu bernyali kecil, bagaimana
mungkin bisa melukai diriku?"
"Cu kongcu, semakin kupikirkan tentang dirinya, hatiku
semakin merasa kalau dia merupakan seorang manusia
yang kurang beres, itulah sebabnya serangan ini kutarik
kembali." "Betul" sambung Cu Siau hong dari sisinya, "Besar
kemungkinan ia mengenakan kutang baja pelindung badan"
"Kalau cuma tameng baja saja masih mendingan, tapi
aku pikir kemungkinan besar diatas tameng tersebut dia
pasang pula jarum beracun atau sebangsanya.."
"Ehmmm..kalau dibicarakan dari kelicikan serta
kebusukan hati orang ini, kemungkinan besar dia dapat
berbuat demikian" Seng Hong segera meloloskan pedangnya dan
diangsurkan kepada Cu Siau hong.
Setelah memegang pedang ditangan, kembali Cu Siau
hong berkata dengan dingin:
"Toa sianseng, sambutlah seranganku ini"
Tiba-tiba saja dia melepaskan sebuah tusukan kilat
kedepan. Pada saat yang bersamaan Bun Hong mengeluarkan pula
pergelangan tangan kanannya, sekilas cahaya tajam
meluncur keluar lewat balik ujung bajunya.
Terhadap datangnya tusukan pedang yang tajam
tersebut. Toa sianseng bersikap seakan-akan cuma
permainan kanak-kanak, sama sekali tidak memikirkan ke
dalam hati. Dengan cepat pedang itu menusuk diatas perut Toa
sianseng, sedangkan cahaya tajam yang menyambar
datang tadipun menghajar telak diatas dadanya.
Kedua tempat tersebut merupakan tempat yang
mematikan bagi seseorang.
"Triiiing...triiiing..triiing.." beberapa kali dentingan
nyaring bergema memecahkan keheningan, pedang itu
seakan-akan menusuk diatas lempengan baja yang sangat
keras, dengan cepat melejit kembali.
Sebaliknya cahaya tajam yang menusuk ke dada Toa
sianseng pun seperti menumbuk diatas dinding yang keras.
"Traang..! diiringi dentingan nyaring, senjata itu pun
membentur balik. Rupanya hanya sebilah pisau terbang yang tipis sekali.
Toa sianseng bergerak cepat, dengan jari telunjuk dan
ibu jarinya dia menjepit pedang Cu Siau hong, lalu ujarnya
sambil tertawa lebar: "Perubahan yang sesungguhnya dari ilmu silat bukan
terletak pada rumitnya perubahan jurus, melainkan
kelincahan dalam gerakan serangan, meskipun sudah
mempelajari Tay lo cap ji si, namun belum dapat
mempergunakannya secara baik.
Cu Siau hong tertawa. "Toa sianseng, aku merasa kagum sekali dengan
perasaan yang seksama darimu untuk melindungi diri,
memang tidak banyak orang persilatan yang menggunakan
tameng baja diatas tubuhnya seperti kau.."
Entah sedari kapan Bun Hong mengenakan pula sebuah
sarung tangan dengan jari-jari yang berkuku tajam.
Dengan ketat dia berdiri di belakang Cu Siau hong,
sementara sepasang matanya mengawasi terus sepasang
tangan Toa sianseng secara ketat, asal dia turun tangan
maka sepasang tangan Bun Hong yang tajam niscaya akan
mencengkeram tubuh Toa sianseng.
Sedangkan Su Eng dan Kian Hui seng mengawasi terus
sepasang manusia aneh tua dan muda secara ketat.
Cu Siau hong masih tetap mempertahankan
ketenangannya yang luar biasa kendatipun berulang kali dia
harus menghadapi mara bahaya.
Ketenangan yang berhasil dipertahankan olehnya ini
membuat pemuda ini berhasil mempertahankan sisa
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekuatan untuk melancarkan serangan balasan.
Bun Hong menghembuskan napas panjang, lalu katanya:
"Cu kongcu, bila waktu harus berlarut-larut terus,
niscaya keadaan tak akan menguntungkan kita, lebih baik
kita beradu jiwa sekarang saja, mumpung kita masih
mempunyai kesempatan untuk berbuat demikian"
"Baik!" Sambil membalikkan tangannya memutus pedang, ia
lepaskan sebuah tendangan kilat menghajar perut Toa
sianseng. Pada saat yang bersamaan Bun Hong melancarkan
serangan pula, tangan kanannya mencengkeram
pergelangan tangan kanan Toa sianseng yang menjepit
pedang itu, sementara ujung jari tangan kirinya
mengancam tenggorokan Toa sianseng.
Dengan suatu gerakan yang cepat Toa sianseng memutar
tubuhnya, tenaganya dikerahkan kedalam tangan kanannya
untuk mematahkan pedang yang berada di tangan kanan
Cu Siau hong, bersamaan waktunya dia menghindari
serangan dari kedua orang itu, kemudian menggunakan
kesempatan mana tangan kirinya digunakan untuk
melancarkan serangan kearah Bun Hong.
Tampaknya ketajaman jari tangan Bun Hong tersebut
merupakan musuh yang ditakuti Toa sianseng.
Dia boleh saja tidak memandang sebelah matapun
terhadap pedang baja yang kuat itu, namun menaruh
perasaan yang amat jeri terhadap sarung tangan yang
dipakai si nona. Tapi justru karena hal ini, Bun Hong berhasil merebut
kedudukan yang cukup lumayan dalam pertarungan
tersebut. Setelah secara berturut-turut kedua bilah pedangnya
dipatahkan orang, Cu Siau hong benar-benar merasakan
hatinya campur aduk tak karuan.
Serangan ganas dari Bun Hong segera memberikan
waktu yang cukup bagi Cu Siau hong untuk mempersiapkan
diri. Hoa Wan mencabut keluar pedangnya dan segera
disodorkan kedepan. Tapi Cu Siau hong menggelengkan kepalanya berulang
kali seraya berkata: "Pedang ini hanya putus sepotong, masih bisa dipakai
dengan baik.." Diiringi bentakan nyaring pedangnya diputar sambil
menerjang kemuka. Jurus-jurus serangan dari ilmu Tay lo cap ji si pun segera
berhamburan di udara. Sekali pun pedang yang dipakai hanya pedang yang
sudah kutung setengah, namun tidak berarti mengurangi
daya pengaruhnya. Bun Hong melancarkan tiga belas serangan berantai, tapi
setelah menyerang sebanyak sembilan jurus, ia kena
terdesak oleh kedahsyatan serangan Cu Siau hong sehingga
serangannya tertutup dan terdesak keluar.
Dia cukup mengetahui akan kedahsyatan dari ilmu
pedang Tay lo cap ji si tersebut, hawa pedang yang
memancar keluar tak akan membiarkan dia untuk turut
terluka dalam serangan ini.
Toa sianseng sendiri hanya berputar di sekitar tiga depa
lebih, ilmu memotong jalan darahnya selalu menutup
serangan dahsyat dari Bun Hong membuat nona itu seakanakan
tak mampu banyak berkutik.
Seandainya dia bukan merasa jeri terhadap ketajaman
sarung tangan yang dikenakan nona itu, sudah pasti Bun
Hong telah terbunuh semenjak tadi.
Akan tetapi sama sekali berbeda dengan ilmu pedang
Tay lo kiam si dari Cu Siau hong.
Jurus pedangnya yang maha dahsyat itu seakan-akan
bukit Thay san yang menindih kepala, memaksa Toa
sianseng mau tak mau harus menghadapi dengan sepenuh
tenaga. Tampak sepasang tangannya bergerak kian kemari, dia
selalu menggunakan pergelangan tangannya untuk
menyambut datangnya serangan pedang dari Cu Siau hong.
"Triiing..traaaag..triiing...traaang!" benturan nyaring yang
memekikkan telinga bergema tiada hentinya secara keras
lawan keras dia bendung semua serangan dahsyat Cu Siau
hong yang menggunakan kutungan pedang itu.
Toa sianseng sudah menguasahi penuh setiap perubahan
dari Tay lo cap ji si, sesudah membendung empat serangan
lawan, dia mulai memanfaatkan setiap kesempatan yang
ada untuk melancarkan serangan balasan.
"Weees..!" sebuah pukulan langsung dilontarkan
kedepan. Pukulan ini persis menyerempet masuk melalui celah
kosong dari gerakan pedang Tay lo cap ji si tersebut.
Angin pukulan yang tajam dahsyat langsung menggulung
kemuka dengan kecepatan luar biasa.
Entah berapa puluh jago lihay yang pernah berhadapan
dengan Cu Siau hong dalam pertarungan seru akan tetapi
belum pernah pemuda ini menjumpai angin pukulan yang
begini dahsyat dan kuatnya.
Angin serangan yang kuat dan dahsyat memaksa Cu Siau
hong harus mundur sejauh tiga empat kaki dari posisi
semula. Bun Hong segera mendesak maju kemuka mengisi
kekosongan tersebut, secara beruntun dia melancarkan tiga
buah serangan berantai. Sekali lagi Cu Siau hong menggerakkan pedangnya
sambil menyerbu kemuka. Dalam waktu singkat ketiga orang itu terlibat dalam
suatu pertempuran yang amat sengit.
Serangan tajam dari tangan Bun Hong serta permainan
ilmu pedang Tay lo kiam si dari Cu Siau hong ternyata tak
lebih hanya berhasil memaksa Toa sianseng untuk
bertarung dalam keadaan seimbang dan sama kuat.
Ilmu pedang Tay lo cap ji si tersebut mempunyai daya
poengaruh yang luar biasa sekali, tapi untung saja Bun
Hong mempunyai sedikit pengertian atas jurus-jurus
pedang yang sangat dahsyat dan luar biasa itu.
Maka dia dapat mengimbangi setiap permainan pedang
yang dilancarkan oleh Cu Siau hong.
Pada permulaan pertarungan itu berlangsung kerja sama
dari Cu Siau hong dan Bun Hong masih belum dapat
mencapai suatu kerja sama yang akrab, tapi setelah
pertarungan berlangsung sekian lama, kerja sama kedua
orang itu makin lama semakin lancar dan matang.
Ujung jari-jari yang runcing, jurus pedang yang tajam
tampak semakin bertambah dahsyat dan mengerikan pula
akibat dari semakin matangnya kerja sama tersebut.
Sebetulnya Toa sianseng masih menghadapi serangan
dari kedua orang musuhnya dengan ringan dan santai,
namun lambat laun dia kelihatan semakin payah dan
ngotot. Sementara itu di pihak lain Kian Hui seng dan Su Eng
sedang mengawasi terus gerak-gerik dari sepasang manusia
aneh tua dan muda. Akan tetapi sepasang manusia aneh tua dan muda tidak
memperhatikan Kian Hui seng mau pun Su Eng, mereka
telah mencurahkan sebagian besar dari perhatiannya untuk
mengikuti jalannya pertarungan antara ketiga orang
tersebut. Sambil melancarkan serangannya secara bertubi-tubi
mendadak Bun Hong berseru:
"Toa sianseng aku masih mengira kau memiliki suatu
kesabaran yang luar biasa, sekarang aku dapat merasakan
bahwa kau tak lebih hanya begitu saja"
"Jarak kalian dari jalan menuju ke kemenangan masih
jauh sekali lebih baik janganlah kelewat cepat merasa
bangga" "Toa sianseng, dulu aku memang menaruh perasaan jeri
kepadamu, tapi sekarang semua perasaan tersebut sudah
hilang tak berbekas, aku dapat merasakan bahwa kau pun
tak lebih cuma seorang manusia biasa"
"Bagaimana dahulu" Kau menganggap diriku sebagai
apa?" jengek Toa sianseng.
"Dulu, aku selalu menganggap dirimu sebagai malaikat
suci, dewa yang sakti"
"Bun Hong, Toa sianseng tetap merupakan toa sianseng,
berhati-hatilah kau"
Mendadak dia menggetarkan tangan kanannya, tahutahu
dalam genggamannya telah bertambah dengan sebilah
pedang emas. Itulah sebilah pedang pendek yang panjangnya mencapai
satu depa lebih lima inci.
Tapi begitu pedang pendek tersebut berada dalam
genggaman Toa sianseng, kedahsyatan dan daya
pengaruhnya sungguh menggetarkan hati.
Cu Siau hong yang melancarkan serangan-serangan yang
gencar dan dahsyat, seketika itu juga kena terbendung oleh
pertahanan Toa sianseng yang kuat.
Ujung jari Bun Hong yang runcing pun segera kena
tertahan oleh permainan pedang emasnya yang ampuh.
Toa sianseng yang pada mulanya terdesak pada posisi di
bawah angin, kini sudah mulai dapat menguasai keadaan
kembali, posisinya pun makin lama semakin bertambah
membaik. Kian Hui seng segera menggetarkan golonya sambil
berseru: "Saudaraku, perlukah bantuanku!"
Mendadak terdengar seseorang berseru dengan suara
dingin: "Golok lewat tanpa suara Kian Hui seng, kau sudah
bosan hidup rupanya?"
Ketika mendongakkan kepalanya, entah sedari kapan
dua orang lelaki setengah umur berbaju hitam telah
munculkan diri di tengah ruangan.
"Mundur!" Bun Hong segera berseru nyaring.
Tanpa membuang waktu dia segera melompat mundur
sejauh lima depa lebih dahulu.
Cu Siau hong segera mengikuti gerakannya dengan
mundur pula ke belakang. Toa sianseng tidak mendesak lebih jauh, dia menarik
pula pedang emasnya. "Lo sam, Lo su..!" Bun Hong berseru.
Dua orang lelaki berbaju hitam itu memandang sekejap
kearah Bun Hong dengan pandangan dingin, kemudian
katanya: "Toa sianseng, apa yang sebenarnya telah terjadi?"
"Apa yang telah terjadi" Ji sianseng telah mengkhianati
kita semua.." Dua orang manusia berbaju hitam itu pelan-pelan
bergerak maju kemuka, mereka baru berhenti setibanya di
hadapan Toa sianseng. Sesungguhnya Kian Hui seng hendak mengumbar
amarahnya, tapi segera dicegah oleh Cu Siau hong.
Setelah tertawa dingin Toa sianseng cepat menegur:
"Sam sianseng, Su sianseng, bagaimana kalian
memasuki tempat ini?"
Kedua orang manusia berbaju hitam itu membungkukkan
badannya memberi hormat dan menjawab:
"Kami berhasil melampaui Han sah dan Si im serta
membunuh empat orang sendiri sebelum berhasil memasuki
ruangan ini" "Bagus, bagus sekali, Lo sam, orang yang menggenggam
pedang kutung itu adalah Cu Siau hong, aku akan serahkan
dia kepadamu, kau harus membunuhnya sampai mati!"
Manusia berbaju hitam yang berada disebelah kiri segera
mengiakan, pelan-pelan dia berjalan menghampiri Cu Siau
hong. "Yu losam, berhenti kau!" mendadak Bun Hong berseru
dengan suara dingin. Yu losam menghentikan langkahnya kemudian bertanya:
"Ji sianseng ada urusan apa?"
"Barusan, kami telah bertarung melawan Toa sianseng.."
kata Bun Hong. "Jadi kau sudah berkhianat?"
"Benar!" sambung Toa sianseng cepat, dia sudah
berkhianat secara terang-terangan"
"Terpaksa aku harus memberitahukan satu hal
kepadamu" kata Bun Hong lagi.
"Baik, katakanlah!"
"Kami telah bertarung melawan Toa sianseng, bahkan
hingga sekarang masih tetap hidup"
"Ji sianseng" tukas Yu losam cepat, "Seandainya kau
mengucapkan kata-kata kotor, maka leluconmu ini
sedikitpun tidak menggelikan"
"Aku tidak berguarau, tidak pula membikin lelucon, aku
berbicara dengan serius"
"Oyaa..?" "Yang paling penting adalah Toa sianseng tidak berhasil
membunuh kami, hal ini membuktikan kalau Toa sianseng
pun seorang manusia juga, bukan dewa atau malaikat, aku
dan dia sama saja, asalkan ilmu silatku lebiih tangguh
sedikit saja niscaya dapat kutandingi dirinya, lagipula ilmu
silat yang dimilikinya hanya sedikit saja lebih tangguh
daripada kita" Yu losam tertawa dingin, dia meneruskan langkahnya
menghampiri Cu Siau hong.
"Yu losam" kembali Bun Hong berkata, "Mengapa kau
bersikeras hendak membunuh Cu Siau hong?"
"Melaksanakan tugas!"
"Melaksanakan tugas siapa?"
"Tentu saja tugas Toa sianseng"
"Siapakah Toa sianseng?"
Yu losam tertegun sejenak, lalu sahutnya:
"Toa sianseng adalah toa sianseng, apa yang mesti
kucurigai lagi?" Bun Hong segera tertawa dingin.
"Entah siapa saja dia orangnya asalkan orang itu
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengenakan kedok atau topeng kulit manusia diatas
wajahnya, maka dia bisa menjadi Toa sianseng bukan?"
"Soal ini, soal ini..."
"Aku tidak pernah mengerti, siapakah sesungguhnya Toa
sianseng itu?" Yu losam tidak menjawab, tapi dia berpaling juga untuk
memandang sekejap kearah Toa sianseng.
Dengan suara dingin Toa sianseng segera berseru:
"Yu losam, apa yang sedang kau curigai?"
"Aku sedang merenungkan perkataan dari Ji sianseng"
jawab Yu losam cepat. "Apakah perkataan dari Ji sianseng dapat dipercaya?"
"Apakah perkataannya dapat dipercaya?" Yu losam balik
bertanya pula. Toa sianseng segera menegur dengan suara dingin:
"Losam , apakah kau pun bermaksud untuk
mengkhianati pula diriku?"
Yu losam mengangkat bahunya seraya menjawab:
"Apa yang diucapkan nona Bun Hong memang benar
sekali, kita membunuh orang dan jiwa, sesungguhnya
kesemuanya ini dikarenakan apa" Selama ini kau
memerintah kami untuk ini itu tapi siapa pula dirimu?"
"Aku adalah Toa sianseng"
"Siapa pula Toa sianseng itu?" kata Yu losam sambil
tertawa lebar. "Tentu saja diriku!"
Dengan cepat Yu losam menggelengkan kepalanya
berulang kali, katannya lagi:
"Selama banyak tahun, di hati kecil kami selalu dihantui
oleh suatu pertanyaan yakni siapakah sebenarnya orang
yang memberi perintah kepada kami selama ini" Pertanyaan
tersebut sudah berubah menjadi beban yang berat sekali
didalam hati kecil kami"
"Kalau toh kalian mempunyai persoalan semacam itu,
mengapa tak pernah kalian utarakan?" tukas Toa sianseng
dengan cepat. "Sesungguhnya persoalan itu sudah mengakar didalam
hati kecil kami, hanya saja selama ini belum ada waktu
untuk diutarakan keluar"
"Jadi kau anggap sekarang saat yang kalian nantikan itu
telah tiba?" "Betul!" Toa sianseng segera berpaling dan memandang sekejap
kearah Su sianseng, kemudian tegurnya pula:
"Thi losu, bagaimanakah perasaanmu?"
"Aku merasa seperti apa yang dirasakan lo sam, aku pun
beranggapan bahwa persoalan ini perlu dibikin jelas lebih
dahulu.." "Apakah kalian pun mencurigai identitasku?"
"Selama banyak tahun kami belum pernah menyaksikan
raut wajah aslimu, sekarang kami butuh untuk mengetahui
raut wajah aslimu itu!" sahut Thi lo su cepat.
"Setelah mengetahui?"
"Setelah mengetahui, kami akan merundingkan suatu
cara penyelesaian" sambung Bun Hong.
"Yu losam, Thi losu, aku menantikan jawaban dari kalian
berdua" "Apa yang dikatakan Bun Hong memang betul" ucap Yu
losam, "Setelah mengetahui identitasmu yang
sesungguhnya, kami baru dapat merundingkan suatu cara
untuk menyelesaikan persoalan ini.."
Mendadak Toa sianseng membalikkan badannya dan
berjalan menuju keluar. "Berhenti! Bentak Bun Hong dengan suara nyaring.
Namun Toa sianseng tidak menggubris bentakan itu, dia
malahan mempercepat langkahnya langsung menerjang
keluar dari pintu ruangan.
Mendadak dari depan pintu ruangan muncul dua sosok
bayangan manusia. Kedua orang itu adalah dua manusia buta yang
mengenakan baju berwarna abu-abu.
Inilah Han sah dan Si im.
Meskipun kedua orang ini sudah menjadi buta puluhan
tahun lamanya, namun kepandaian silat yang mereka miliki
amat lihay, lagipula mereka berhasil melatih pendengaran
serta penciumannya sehingga melebihi siapa saja.
Dari jarak sepuluh kaki mereka dapat mendengar suara
jatuhnya daun kering dari atas pohon, dari hawa yang
terpancar keluar dari tubuh manusia mereka dapat
membedakan manusia asing atau manusia dikenal yang
berada dihadapannya. Gerakan tubuh dari Toa sianseng cepat sekali, hampir
saja dia saling bertumbukan dengan kedua orang itu.
Setelah menghentikan gerakan tubuhnya, Toa sianseng
mundur sejauh lima langkah dengan cepat, serunya
tertahan: "Oooh, kalian?"
Han sah dan Si im merupakan dua julukan dari mereka
berdua, julukan tersebut diperoleh setelah sepasang mata
mereka menjadi buta dan kedua orang itu berhasil melatih
semacam senjata rahasia yang amat beracun serta suatu
kombinasi kepandaian silat yang luar biasa sekali.
Tiada manusia yang tahu apakah dalam satu jurus
serangan yang mereka lancarkan akan disertai serangan
senjata rahasia atau tidak, oleh karena itu banyak sekali
orang yang menjadi korban dibawah serangan maut
mereka, nama busuk Han sah dan Si im pun menjadi lebih
mengerikan daripada ular beracun ditengah gurun pasir.
Dengan semakin tersohornya julukan dari kedua orang
ini, nama asli mereka berdua pun semakin tenggelam dan
tidak dikenali orang lagi.
Sebenarnya kedua orang ini adalah saudara kembar,
setelah melalui kerja sama selama puluhan tahun, boleh
dibilang hubungan batin mereka erat sekali.
Sesungguhnya mereka she Ang, yang lahir setengah jam
lebih dulu sang lotoa bernama Ang Hui, sedangkan yang
lahir belakangan bernama Ang San.
"Toa sianseng kah disitu?" terdengar Ang Hui menegur
sambil tertawa dingin. "Benar-benar memiliki daya ingatan yang luar biasa" puji
Toa sianseng, "Seingatku hanya satu kali kuajak kau
berbicara" "Itu sudah lebih dari cukup untuk kami" kata Ang Hui
cepat, "Entah suara siapa saja, asalkan kami dapat
mendengar satu kali maka selama hidup suara itu tak
pernah akan terlupakan kembali!"
"Han sah, Si im.." seru Toa sianseng dengan kening
berkerut. Ang Hui dan Ang San bersama-sama menyambut: "Ada
apa Toa sianseng?" "Apabila kalian telah yakin kalau aku adalah Toa
sianseng, mengapa perbuatan kalian begitu kurang ajar dan
tak tahu sopan santun?"
"Toa sianseng" kata Ang San dingin, "Tugas kami berdua
didalam organisasi ini hanya sebagai pengawal, tapiu setiap
perintahmu selalu kami laksanakan dan selama ini belum
pernah menyalahi perintah"
"Betul, kalian memang selalu melaksanakan perintah
dengan baik dan serius, tidak mementingkan diri sendiri
dengan mengutamakan kepentingan organisasi, kalian
berdua memang pelaksana hukuman yang mengagumkan"
"Tidak perlu, setiap orang memiliki kesadaran sendiri,
dalam hal ilmu silat mungkin kami masih memiliki sedikit
modal tapi sepasang mata tak dapat melihat benda,
mustahil untuk kami mengejar orang yang kabur sejauh
seribu li, jadi kami tak mungkin untuk menjabat kedudukan
sebagai pelaksana hukuman tersebut"
Cu Siau hong yang mendengarkan pembicaraan tersebut
diam-diam segera berpikir:
"Walaupun kedua orang ini sudah menggabungkan diri
dengan organisasi ini, namun watak mereka nampaknya
masih tetap dipertahankan seperti sedia kala"
Sementara itu mencorong sinar amarah dari balik mata
Toa sianseng, namun dia tidak mengumbar hawa
amarahnya itu, hanya pelan-pelan ujarnya:
"Kalau toh kalian masih menganggap diri kalian sebagai
anggota organisasi ini, pun tahu kalau aku adalah Toa
sianseng, mengapa sikap kalian terhadapku masih begitu
kurang ajar dan tak tahu sopan santun?"
Bun Hong yang berada disisinya segera menimbrung:
"Walaupun mereka tahu kalau kau adalah anggota
organisasi kita ini, juga mengetahui dirimu sebagai Toa
sianseng, namun Han sah dan Si im adalah manusia yang
serius, mereka selalu merasa tidak puas atas tindakanmu
yang telah mengundang kedatangan anak buahnya tapi
kemudian membinasakan mereka semua.."
(BERSAMBUNG KE JILID 59) Toa sianseng tertawa dingin, segera tegurnya:
"Ang Hui, Ang San, tahukah kalian siapakah manusia
yang telah membunuh anak buah kalian?"
"Siapa?" tanya Ang Hui.
"Sam sianseng dan Su sianseng!"
"Ang San segera tertawa dingin:
"Heeeh...heeeh..heeh..hal ini semakin membuat kami
berdua tidak mengerti, kalau toh Sam sianseng dan Su
sianseng mengapa mereka membunuhi orang-orang
sendiri?" Ang Hui menyambung pula ketus:
"Kami telah mendapat perintah untuk berjaga-jaga disini,
siapa pun dilarang memasuki tempat ini, sungguh tak
disangka Sam sianseng dan Su sianseng tidak segan-segan
membunuhi orang sendiri dan menyerbu kemari, apalagi
sampai sekarang larangan tersebut belum dicabut, apabila
ada orang menerjang masuk kedalam rumah gubuk ini,
sudah seharusnya kami berdua yang bertanggungjawab
atas kejadian ini, bukankah demikian?"
"Baiklah, aku dengan kedudukanku sebagai Toa sianseng
memberitahukan kepda kalian, Yu losam dan Thi losu
datang kemari atas perintahku, kalian tak usah mencampuri
urusan ini lagi, sekarang boleh mengundurkan diri dari sini!"
"Toa sianseng, kau adalah pemimpin dari organisasi ini,
apa yang kau ucapkan merupakan perintah, tapi sebelum
perintah larangan dicabut, kau turunkan lagi perintah
semacam ini, kejadian tersebut sungguh membuat kami
yang menjadi anak buahmu merasa sulit dan tidak habis
mengerti?" Toa sianseng tertawa dingin.
"Tahukah kalian, siapa yang telah menurunkan perintah
agar kalian berjaga-jaga di tempat ini dan melarang siapa
pun untuk memasuki wilayah sekitar sini?"
"Kami berdua hanya tahu melaksanakan tugas atau
perintah, kami tak mau tahu siapakah orang tersebut" ujar
Ang Hui ketus. "Benar-benar suatu tragedi untuk organisasi kita ini,
tahukah kalian dalam tubuh perkumpulan ini telah muncul
seorang pengkhianat" "Pengkhianat tersebut tak lain adalah
Ji sianseng yang menurunkan perintah kepada kalian ini"
"Ji sianseng telah mengkhianati Toa sianseng?" Ang Hui
menegaskan. Toa sianseng berpaling dan memandang sekejap kearah
Bun Hong, kemudian manggut-manggut:
"Benar, sekarang Ji sianseng hadir sendiri disini, aku
mengundang kedatangan Sam sianseng dan Su sianseng
karena tak lain ingin menjatuhkan hukuman kepada
pengkhianat tersebut"
"Toa sianseng" tiba-tiba Ang San menimbrung, "Kami
dua bersaudara adalah manusia-manusia yang tidak
bermata, namun kami bisa merasakan agaknya Toa
sianseng sedang bersiap-siap untuk melarikan diri.."
"Si im, aku sudah cukup memahami seluk beluk kalian"
seru Toa sianseng dengan gusar, "Sekarang kalian kurang
ajar dan tak mau menghormati atasan, apakah kau tidak
takut dengan peraturan organisasi kita yang ketat itu?"
"Takut! Itulah sebabnya kami selalu melaksanakan
perintah dengan sebaik-baiknya, kami tak pernah
melalaikan setiap beban dan kewajiban yang dilimpahkan
diatas pundak kami" Dua orang bersaudara ini selalu berbicara sambung
menyambung yang satu mengisi kekurangan yang lain, tapi
apa yang diucapkan hampir semuanya beralasan, seketika
itu juga Toa sianseng dibuat membungkam dalam seribu
bahasa. Pada saat itulah tiba-tiba Thi losu buka suara:
"Han sah, Si im, kalian berdua mundurlah dahulu, soal
terbunuhnya anak buah kalian ditanganku dan losam suatu
hari pasti akan kami pertanggungjawabkan"
Ang Hui segera tertawa. "Sam sianseng, kalau memang begitu kami berdua tak
berani membantah lagi, biarlah kami mohon diri lebih dulu"
Tiba-tiba saja sikap kedua orang itu berubah seratus
delapan puluh derajat, setelah memberi salam dengan
hormat sekali kedua orang itu segera mengundurkan diri
dari situ. Memandang bayangan punggung kedua orang yang
menjauh itu, Toa sianseng menunjukkan suatu sikap yang
aneh sekali. Yu losam mendehem beberapa kali, kemudian katanya:
"Toa sianseng, sekarang kita harus melanjutkan
pembicaraan kita berdua yang terputus tadi"
"Apakah kalian sudah bersekongkol untuk bersam-sama
mengkhianati aku" Tegur Toa sianseng dingin.
Yu losam menggeleng dengan cepat.
"Tidak, Toa sianseng kami hanya ingin melihat raut
wajah aslimu dan mengetahui siapakah dirimu yang
sebenarnya" "Bagaimana setelah melihat?"
Yu losam menjadi tertegun, dia menengok kearah Thi
losu dan untuk beberapa saat lamanya tak sanggup
mengucapkan sepatah kata pun.
Thi losu termenung sambil berpikir beberapa saat
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lamanya, kemudian baru berkata:
"Toa sianseng, kau adalah pemimpin kami selama ini dan
kami pun selalu menaruh hormat dan kagum kepadamu,
sungguh tak disangka diantara kita berdua agaknya tak
pernah saling bersua secara jujur dan terbuka"
"Betul!" sambung Yu losam, "Toa sianseng, kami
berharap kau sudi melepaskan topeng kulit manusia
tersebut, kemudian marilah kita berbicara secara baik-baik,
menurut perkataan Toa sianseng, bukankah dalam sebulan
mendatang organisasi kita ini sudah dapat menyelesaikan
idaman dan cita-cita kita selama banyak tahun ini?"
"Benar, perjalanan seratus li sudah ditempuh sembilan
puluh li, tapi saat ini bukan saat yang tepat bagiku untuk
melepaskan topengku ini"
"Toa sianseng" Bun Hong menimbrung, "Yang kau
maksudkan sebagai cita-cita hampir terselesaikan, apakah
kami pun ikut terhitung didalamnya?"
"Bun Hong, kau selalu berniat mengadu domba bukan?"
"Yang sudah lewat, kami selalu menganggapmu sebagai
seorang pemimpin, setiap perintahmu selalu kami
laksanakan dengan sebaik-baiknya, bahkan sekali pun
harus menyerempet bahaya pun kami tak pernah
mengeluh, tapi coba pikirlah perbuatanmu sendiri selama
ini, tindakan yang manakah yang bisa membuat kami
menaruh kepercayaan kepadamu?"
"Yang sudah lewat, apakah kau tak pernah memikirkan
persoalan-persoalan tersebut?"
"Persoalan-persoalan itu sudah lama kupikirkan, hanya
tidak sejelas sekarang saja"
"Toa sianseng" Yu losam menimbrung, "Perkataan dari Ji
sianseng memang benar, sesungguhnya sudah lama kami
tidak menaruh kepercayaan lagi kepadamu, hanya saja
perasaan mana tak pernah kami utarakan secara terangterangan"
"Kalau toh sudah sejak lama tidak percaya lagi
kepadaku, mengapa tidak kalian utarakan sejak dulu?"
"Sekalipun hendak diutarakan, paling tidak toh mesti
menantikan datangnya kesempatan" sela Thi losu.
"Bila kau ingin tahu, aku akan memberitahukan
kepadamu" sela Bun Hong pula.
"Baik! Aku pun berharap kalian bisa menbutarakan
secara tenang dan benarkah kalian sudah bersekonhkol
semenjak dahulu..?" "Lagi-lagi kau menduga, kami tak pernah bersekongkol,
semua orang hanya menaruh curiga kepadamu, meski
curiga itu hanya tersimpan di hati, kemisteriusanmu bukan
saja membuat kami curiga pun membuat kami merasa jeri,
jadi walau pun kami sudah curiga sejak lama namun kami
tak berani mengutarakan secara blak-blakan aku pun tahu
kecuali markas yang diwakili olehku ini kau telah
mendirikan lagi dua markas komando di tempat lain.
Sayang sekali tiada dinding yang utuh sepanjang jaman,
bukan saja maksud lainmu itu dapat kurasakan, mungkin Lo
sam dan Lo su pun mempunyai perhitungan sendiri dalam
hatinya. Nah sebenarnya permainan busuk apakah yang
sedang kau persiapkan?"
Toa sianseng tertawa dingin, seperti menjawab tapi
bukan menjawab, katanya: "Hmm tampaknya kalian sudah mempunyai keberanian
untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan semacam ini
kepadaku?" "Cu Siau hong merupakan suatu contoh yang amat jelas,
dengan pelbagai tipu daya dan siasat busuk kau berusaha
untuk membunuhnya, tapi hingga detik ini dia masih tetap
hidup segar bugar di dunia ini"
"Yang penting aku menginginkan dia tetap hidup, coba
aku ingin membunuh, masa dia masih bernapas hingga
sekarang" "Tentang soal ini, seharusnya kau paling jelas memahami
duduknya persoalan" "Aku memang tahu jelas, sewaktu di kota Siang yang
kau gagal membunuh, kemudian kau pun ingin
membunuhnya lagi, diantara sekian banyak kejadian, hanya
satu kali saja timbul ingatanmu untuk menangkapnya dalam
keadaan hidup" Toa sianseng termenung beberapa saat lamanya,
kemudian dia berkata: "Maka, kau berani mengkhianati aku?"
"Hmmm! Bukan cuma aku, mungkin semua orang yang
dekat denganmu pun sudah ada niat untuk
mengkhianatimu" "Yu losam, Thi losu, coba kalian katakan, apakah kamu
berdua pun bertekad hendak mengkhianatiku?"
ooooOOoooo Bagian 76 (Tamat) Sepasang matanya yang tajam bagaikan sembilu tiada
hentinya mengawasi wajah kedua orang tersebut.
Yu losam menghembuskan napas panjang, lalu katanya:
"Toa sianseng, siaute sekalian hanya ingin lebih
memahami tentang keadaan Toa sianseng yang
sebenarnya" Setelah berada dibawah pengaruh yang ketat dan tegas
selama banyak tahun, sedikit banyak sudah tertanam rasa
jeri dalam hati kecil orang-orang itu terhadap pemimpinnya
maka begitu saling beradu pandangan dengan Toa sianseng
serta merta orang itu menjadi bergidik.
"Apakah disebabkan aku selalu mengenakan topeng kulit
manusia maka kalian menganggap aku misterius,
bagaimana seandainya kulepaskan topeng tersebut
sekarang juga?" "Toa sianseng, memang itulah yang kami harapkan siang
dan malam" "Baik! Aku akan segera melepaskan topeng kulit manusia
ini, namun aku harap saat ini juga kalian mengemukakan
posisi masing-masing"
"Posisi bagaimana?"
"Pertama, aku minta kalian menetapkan apabila
kulepaskan topeng ini, apakah kalian masih bersedia
melaksanakan tugas seperti apa yang kuperintahkan"
"Apabila setelah kejadian ini masing-masing pihak dapat
bergaul secara jujur dan terbuka, tentu saja kami masih
bersedia untuk mendengarkan perintah Toa sianseng"
jawab Thi losu dengan cepat.
"Bagus sekali, bila kuminta kalian berdua membunuh Bun
Hong?" Yu losam menjadi tertegun, "Kau maksudkan Ji
sianseng?" "Betul!" "Soal ini..dia adalah Ji sianseng, mana boleh kami
berbuat kurang ajar dengan melawan atasan sendiri?"
"Mereka telah mengkhianati aku, mulai sekarang aku
telah menghapus kedudukannya sebagai Ji sianseng,
kemudian jabatan mana akan kuberikan kepadamu"
Ucapan yang terakhir ini sungguh mempunyai daya pikat
yang besar sekali. Tanpa terasa Yu losam memandang
beberapa kejap kearah Bun Hong.
Dengan suara dingin Bun Hong segera berkata:
"Jangan percaya dengan taktik adu dombanya, dia suruh
kalian turun tangan, tapi coba kalian bayangkan sendiri,
mampukah kalian membunuhku?"
"Lo sam, ilmu silat yang dimiliki Ji sianseng pasti tidak
berada diatasmu" bujuk Toa sianseng.
Yu losam berpaling dan memandang sekejap ke arah Thi
losu, kemudian katanya, "Coba kau lihat, menurut
pendapatmu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Aku rasa, persoalan ini harus kita pikirkan dulu secara
tenang" jawab Thi losu.
"Apa lagi yang mesti dipikirkan?" desak Toa sianseng.
"Aku ingin berpikir, bagaimana kami mesti mengambil
keputusan, sebab aku pikir itulah kesempatan yang terakhir
buat kami semua" "Kesempatan yang terakhir" Apa maksudmu?" tanya Yu
losam keheranan. Thi losu tersenyum, "Coba bayangkan, menurut keadaan
situasi yang terbentang didepan mata sekarang, agaknya
itulah pilihan kita yang terakhir, jikalau kita salah memilih,
maka hanya satu jalan yang bakal kita tempuh"
"Jalan apa?" "Jalan kematian"
"Masih ada satu jalan lagi, apakah kau belum pernah
membayangkan?" tiba-tiba Cu Siau hong menyela dengan
suara sedingin salju. "Jalan apa?" "Nama busuknya akan tersiar sampai generasinya,
manusia hanya bisa hidup beberapa puluh tahun di dunia
ini, siapa pun tak akan terhindar dari kematian, tapi ada
sementara orang walau pun sudah mati masih dihormati
sebagai malaikat, paling tidak bila namanya disinggung
akan muncul perasaan hormat dalam hatinya, tapi ada pula
sementara orang meski sudah m ati namun setiap kali
namanya disinggung maka orang tentu akan
mengumpatnya dengan beberapa patah kata"
Thi losu termenung dan membungkam seribu bahasa.
Yu losam menghembuskan napas panjang, kemudian
katanya: "Bila seseorang sudah mati, perduli amat dia akan dicaci
maki orang yang masih hidup atau tidak, toh orang yang
telah mati tak akan pernah mendengar lagi"
"Yu losam!" tiba-tiba Kian Hui seng berseru, "Meskipun
kalian menggunakan nomor urutan sebagai sebutan, akan
tetapi aku tahu siapakah kau, hidup sebagai seorang lelaki
sejati seharusnya hidup yang gagah dan perkasa, ambil
contoh kalian ini, semuanya memiliki ilmu silat yang luar
biasa serta kemampuan yang hebat, sekalipun tak bisa
menjadi seorang tokoh silat, namun paling tidak pasti bisa
termashur dan menjadi seorang pendekar besar"
"Kami menyaru dan menyembunyikan diri dibalik
kegelapan, sesungguhnya hanya satu tujuan yang hendak
dicapai" sela Toa sianseng dengan cepat, "Yakni kami ingin
mengembangkan pengaruh kami ke seluruh dunia
persilatan, meski sekarang menyembunyikan diri namun
suatu ketika kami pasti akan melepaskan penyaruan kami
dan muncul kembali dalam dunia persilatan secara wajar,
Cuma pada waktu itu semua orang persilatan sudah tunduk
dan menyembah kepadaku"
"Bagaimana dengan para jago yang telah
menyumbangkan tenaganya bagimu" Apa yang hendak kau
lakukan terhadap mereka?" tanya Cu Siau hong.
"Ooh, mereka" Mereka akan menjadi majikan yang
sebenarnya dari pelbagai perguruan besar yang ada di
dunia ini" "Sejak dulu hingga sekarang entah sudah berapa banyak
tokoh dunia persilatan yang mempunyai niat berbuat
demikian, pernahkah kau saksikan keberhasilan mereka?"
sela Cu Siau hong. "Mereka gagal karena cara yang mereka gunakan tidak
benar" "Aku tak dapat menemukan cara apakah yang kau
pergunakan sehingga harapanmu itu bisa tercapai?"
"Oooh, soal itu mah tak perlu kau ketahui"
"Didalam kenyataan, belum tentu kau memiliki
kemampuan untuk berbuat demikian"
"Mengapa?" "Sebab kau haru melewati mayatku sebelum berhasil
mencapai apa yang diharapkan"
"Cu Siau hong, kau anggap kemampuanmu itu benarbenar
dapat menghalangi usahaku?"
"Masih ada aku!" sela Kian Hui seng.
Toa sianseng segera tertawa dingin.
"Heeeh..heeeh..heeeh..kau, huuuh, kau tidak lebih cuma
sinar dari kunang-kunang, berani amat beradu cahaya
dengan rembulan" "Toa sianseng, masih ada aku" seru Bun Hong tiba-tiba.
Yu losam mendehem pelan kemudian menimbrung, "Toa
sianseng, sekarang apakah kau bersedia melepaskan
topeng kulit manusiamu itu?"
"Boleh saja, cuma kalian belum memberitahukan
kepadaku bagaimanakah keputusan kalian?"
"Toa sianseng!" Thi losu berkata pula, "Aku rasa lebih
baik kau yang melakukan dahulu sebelum kami
mengemukakan keputusan kami"
"Bagaimana maksudmu?"
"Lebih baik kau lepaskan dulu topeng kulit manusia itu,
apabila kami sudah mengetahui identitasmu barulah
mengambil keputusan"
Mendengar ucapan mana Toa sianseng segera tertawa
terbahak-bahak, serunya, "Haaah..haaah..haaahh..Thi losu,
agaknya kau pun berniat untuk mengkhianati aku?"
"Berbicara menurut keadaan situasi yang terbentang di
depan mata sekarang, bagaimana pun jua kami memang
menaruh curiga terhadap Toa sianseng"
Sementara itu Bun Hong dan Cu Siau hong telah
menggeserkan badannya secara diam-diam untuk
menghadang disepan pintu gerbang.
Dengan suara dingin Kian Hui seng segera berseru:
"Toa sianseng, sekarang semua orang sudah berkhianat
kepadamu, kau sudah tinggal sebatang kara tanpa kerabat,
buat apa masih memasang gaya jual tampang?"
Mendadak Cu Siau hong menerjang maju kemuka,
dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat
dia menyambar wajah Toa sianseng, kemudian serunya,
"Kalau toh kau enggan melepaskan sendiri topengmu itu,
terpaksa kami harus turun tangan sendiri"
Sementara pembicaraan itu masih berlangsung mereka
berdua sudah saling bergebrak beberapa jurus.
Dalam pertarungan mana, bukan saja Cu Siau hong tidak
berhasil mencopot topeng kulit manusia diatas wajah Toa
sianseng malahan sebaliknya dia kena terhajar oleh tenaga
pukulan Toa sianseng yang maha dahsyat itu sehingga
terdesak mundur sejauh tiga langkah lebih.
Tapi Bun Hong segera membantu serangan dengan
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melepaskan totokan jari tangan dan bacokan kilat di dalam
waktu singkat dia telah melepaskan tujuh buah pukulan dan
lima buah totokan. Menantikan Toa sianseng membendung serangan yang
dilancarkan oleh Bun Hong, serangan yang dilancarkan oleh
Cu Siau hong telah meluncur datang.
Begitulah, selamanya mereka berdua saling isi mengisi
didalam serangan-serangannya, meskipun semua
serangannya gencar, ganas dan dahsyat, namun Toa
sianseng masih dapat menghadapi dengan santai dan tidak
terlalu ngotot. Thi losu berpaling dan memandang sekejap kearah Yu
losam, kemudian membisik, "Bagaimana kita sekarang?"
"Sekarang kita sudah terlanjur berbicara, sekali pun saat
ini kita berpeluk tangan belaka, belum tentu dia akan
melepaskan kita dengan begitu saja"
"Entah ucapanmu memang betul, kalau begitu satusatunya
jalan yang kita lakukan sekarang adalah berusaha
mencari akal untuk memaksanya melepaskan topeng kulit
manusia yang dikenakan itu"
Yu losam manggut-manggut.
Sementara itu, walaupun Toa sianseng sedang bertarung
sengit melawan Cu Siau hong dan Bun Hong, namun ia
tetap mempertahankan kejelian mata dan ketajaman
pendengarannya, otomatis pembicaraan kedua orang itu
pun dapat terdengar olehnyadengan jelas.
Mendadak To sianseng merubah pemainan jurus
pukulannya, sekarang jurus-jurus serangannya dilancarkan
bagaikan kapak raksasa membelah bukit, angin pukulan
yang kuat diiringi deruan angin tajam menyambar kian
kemari. Baik Cu Siau hong mau pun Bun Hong sama-sama
terdesak oleh angin pukulan tersebut hingga tak mampu
banyak berkutik. Mendadak Toa sianseng melejit ke tengah udara, lalu
seperti anak panah yang terlepas dari bususrnya dia
menerjang keluar ruangan.
Waktu itu Bun Hong dan Cu Siau hong sudah tersingkir
oleh angin pukulannya yang kuat, jelas mereka sudah tak
mampu menghalangi usaha Toa sianseng untuk menerjang
keluar dari kepungan. Saat itulah cahaya golok berkelebat lewat, sekilas cahaya
tajam sudah membacok datang dari arah depan, itulah Kian
Hui seng. Rupanya sesudah menyadari kalau Toa sianseng ada niat
untuk melarikan diri, maka secara diam-diam dia
menggeserkan badannya dengan berjaga di depan pintu
ruangan, bacikan kilatnya dilancarkan persis pada saatnya.
Toa sianseng segera mengayunkan kepalannya
menyongsong datangnya bacokan tersebut.
Sambil tertawa dingin Kian Hui seng berkata, "Sekali pun
kau pernah berlatih ilmu Kin ciong ciang atau Thi puh siu
jangan harap bisa tahan menghadapi bacokan golokku ini"
Dia menambahi tenaganya dengan berlipat ganda,
serangan goloknya yang dilancarkan juga makin kencang
dan menghebat. Tampaknya kepalan dan mata golok segera membentur
satu sama lainnya, tiba-tiba To sianseng miringkan
kepalannya kesamping dan menyambut senjata itu dengan
pergelangan tangannya. "Criiiing!" benturan nyaring yang memekikkan telinga
bergema memecahkan keheningan, bacokan golok Kian Hui
seng tahu-tahu sudah kena ditangkis sehingga terpental.
Rupanya pada pergelangan tangannya dia mengenakan
sebuah gelang emas. Tapi begitu Kian Hui seng terbendung serangannya, Bun
Hong dan Cu Siau hong telah mengepung kembali.
Waktu itu sepasang manusia aneh tua dan muda telah
terkepung oleh Hoa Wan, Seng Hong dan Su Eng.
Yu lo sam dan Thi losu dengan cepat menyusul pula
kearah depan. Dengan suara keras Thi losu berteriak: "Toa sianseng,
bila kau masih enggan melepaskan topeng kulit
manusiamu, jangan salahkan kalau kami akan bertindak
kasar kepadamu" Toa sianseng mengalihkan sorot matanya
memperhatikan sekejap lima jago lihay yang sedang
mengerubuti dirinya sekarang ia benar-benar merasa sedih
dan masgul. Sebab dari lima orang yang hadir sekarang ternyata ada
tiga orang adalah bekas anak buah sendiri.
Cu Siau hong berkata lagi dengan suara dingin: "Toa
sianseng, apabila kau selalu menganggap dirimu sebagai
seorang manusia yang sangat berhasil, sekarang tentunya
kau sudah mendapatkan buktinya bukan?"
"Bukti apa?" "Bukti kalau kau belum berhasil, masih banyak
pengecualian dalam dunia persilatan dewasa ini antara kau
dengan mereka sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang
terlampau besar, kau bukan seorang manusia yang luar
biasa, kau hanya terlalu menilai rendah orang lain"
"Asal aku dapat meninggalkan tempat ini, aku percaya
aku masih mempunyai kemampuan yang cukup untuk
bangkit kembali, anggap saja semua anggota organisasi ini
Pendekar Aneh Naga Langit 32 Pendekar Rajawali Sakti 38 Dewa Iblis Gerombolan Bidadari Sadis 2
"Hei..masa kau lupa, kalau ada urusan masa yang muda
harus melaksanakan lebih dulu?"
Cu Siau hong yang mendengarkan pembicaraan tersebut
menjadi keheranan, pikirnya:
"Tadi mereka berdua masih berebut untuk turun tangan
lebih dahulu, sekarang mereka malah berubah pikiran
dengan saling dorong mendorong"
Sementara dia masih termenung, Bun Hong berbisik lirih:
"Cu Siau hong suruh kedua orang anak buahmu itu
keluar dari sini..."
"Mengapa?" "Suruh mereka member kabar kepada sahabatsahabatmu"
"Baik ! Ong Peng, Seng Hong, cepat kalian member
kabar kepada Kian tayhiap!"
"Apa yang harus kusampaikan?" tanya Ong Peng.
"Keadaan di tempat ini telah terjadi perubahan yang
sangat besar" "Kongcu harus baik-baik menjaga diri" seru Ong Peng
dan Seng Hong kemudian. Selesai berkata mereka segera membalikkan badan dan
berlalu dari situ. Cu Siau hong segera menggetarkan pedangnya untuk
bersiap-siap kemudian berseru:
"Nona Bun Hong, hari ini kita tak bisa menghindari suatu
pertempuran sengit mengapa kita tidak segera turun tangan
untuk mempercepat selesainya pertarungan ini"
Bun Hong tidak menjawab, dia masih tetap berdiri tegak
di tempat semula tanpa bergerak.
"Lo siaucu" tiba-tiba pemuda itu berkata sambil tertawa,
"Bocah cilik ini sungguh tidak tahu tingginya langit dan
tebalnya bumi, kita harus memberikan pelajaran lebih dulu"
Cu Siau hong telah menggenggam pedangnya erat-erat,
dia bersiap sedia untuk melancarkan serangan, tapi tibatiba
saja dia merasakan keseriusan yang mencekam wajah
Bun Hong. Tampak wajah yang cantik ayu itu berdiri di tempat
dengan wajah serius, agaknya segenap tenaga dalam yang
dimilikinya sedang dihimpun menjadi satu dan bersiap sedia
melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga, tergerak
hatinya setelah menyaksikan kejadian ini, pikirnya:
"Kalau dilihat dari sikap tenang yang mencekam dirinya,
sehingga kesempatan untuk berbicara pun tidak dimiliki,
sudah jelas kejadian sekarang telah mencapai pada
tingkatan yang luar biasa gawatnya"
Berpikir demikian, dia segera memusatkan perhatiannya
dan mempersiapkan diri semakin baik, gagang pedangnya
digenggam pula erat-erat.
Terdengar kakek berjenggot putih itu menyahut:
"Bocah muda, perkataanmu memang benar, mari kita
bersama-sama memberi pelajaran kepada mereka"
"Bagus sekali" Belum habis dia berkata, tubuhnya sudah melejit kembali
keudara, dua sosok bayangan manusia seperti anak panah
yang terlepas dari busurnya meluncur ke depan.
Kali ini mereka telah saling bertukar pasangan, si bocah
muda itu menubruk Bun Hong, sedangkan si kakek
berjenggot putih menerkam Cu Siau hong.
"Blaaammmm...!" ditengah benturan nyaring keempat
orang itu sudah saling beradu pukulan satu kali.
Lau sau siang mo balik kembali ke posisi semula namun
dengan cepat melejit kembali sambil melancarkan
serangan. Tapi kedua orang itu pun makin menyerang mundur
semakin jauh dari tempat semula.
Tatkala sergapan dilancarkan untuk ketiga kalinya kedua
orang itu sudah di luar rumah gubuk itu.
Kali ini mereka berdua melejit ke udara, namun
bukannya menyerang Bun Hong dan Cu Siau hong,
melainkan menembusi jendela dan melarikan diri.
Sementara itu, Bun Hong dan Cu Siau hong benar-benar
dipaksa untuk memusatkan segenap perhatiannya untuk
menghadapi sergapan demi sergapan yang dilancarkan Lau
sau siang mo seperti bidikan ketapel itu, mereka tak sempat
untuk mencabangkan pikirannya lagi guna mengurus hal ini.
Menanti kedua orang itu sudah pergi jauh, Cu Siau hong
baru menemukan kalau ruangan tersebut tidak tampak
orang lain kecuali mereka.
Entah sedari kapan Toa sianseng telah kabur
meninggalkan tempat tersebut.
Dengan kening berkerut Cu Siau hong segera
bergumam: "Aneh, benar-benar sangat aneh?"
"Apakah kau merasa heran apa sebabnya Toa sianseng
tidak memamnfaatkan kesempatan itu untuk membunuh
kita berdua?" tanya Bun Hong.
"Untuk menghadapi kedua orang gembong iblis itu, kita
telah mengerahkan segenap kekuatan yang kita miliki, bila
dia melancarkan sergapan pada saat itu, bukankah dia akan
berhasil membunuh kita dengan mudah sekali?"
Dengan cepat Bun Hong menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Tak mungkin dia berbuat demikian kecuali kalau dia
memerintahkan Lau sau siang mo untuk menghentikan
serangannya, kalau tidak, bila dia turun melancarkan
serangan maka dia akan menghadapi dua serangan
sekaligus." "Mengapa" Apakah dia tidak percaya dengan anak buah
sendiri?" "Dia tak pernah mempercayai orang lain, apalagi
sekarang, dia lebih tak berani mempercayai siapa pun"
"Benar, seandainya lo sau siang mo menyergap dari
belakang disaat Toa sianseng menyerang kita, mungkin dia
tak sanggup mempertahankan diri."
"Sergapan mereka yang disertai lompatan betul-betul
cepat dan mengerikan"
"Tapi mereka pun cukup gagah dan perkasa, sewaktu
kau menggunakan senjata mereka pun menggunakan
senjata, selagi kau bertangan kosong, mereka pun
bertangan kosong pula"
"Cu kongcu, aku mengira kita bakal mampus, sungguh
tak disangka kita masih dapat hidup segar bugar"
"Benarkah kerjasama kita berdua masih belum mampu
untuk menandingi dirinya?" tanya Cu Siau hong kemudian.
"Kecil sekali peluang untuk kita, kau harus tahu
kepandaian silatnya benar-benar telah mencapai puncak
kesempurnaan" Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, kemudian
katanya: "Aaaii..hal ini dikarenakan dia tidak mempunyai
kepercayaan pada kemampuan sendiri, dia pun kekurangan
keberaniannya" Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh:
"Tentu saja yang paling penting adalah perkataanku tadi"
"Perkataan apa?"
"Dia selalu menganggap aku berhasil memiliki semacam
kepandaian yang maha sakti padahal didalam kenyataan
aku baru mencapai tiga bagian kesempurnaan"
Cu Siau hong tersenyum. "Nona Bun Hong, coba kau lihat apa yang harus kita
lakukan sekarang?" "Kini aku sudah tak punya tempat tinggal dan tujuan lagi
selain berkumpul bersama kalian rasanya tiada jalan lain
lagi bagiku" "Kami memang sangat membutuhkan manusia seperti
kau disini, kai adalah Ji sianseng tapi setelah sampai di
tempat kami nanti kau boleh menjadi Toa sianseng"
"Sebetulnya aku bukan seorang yang kemaruk
kedudukan, aku hanya seorang perempuan yang berambisi
besar saja, sedari kecil berlatih silat hingga mampu
merubuhkan beberapa pesilat nomor satu tentu saja
membentuk watak ingin menang, ingin berkuasa, tapi mulai
sekarang aku akan melepaskan ambisiku itu."
"Oya?" "Mulai sekarang, yang paling kuharapkan adalah menjadi
seorang perempuan sejati"
"Sekarang pun belum terlambat"
"Aku tahu Toa sianseng belum mati, kekacauan didalam
dunia persilatan pun belum berhenti"
"Nona Bun Hong, ada satu hal tidak kupahami" ujar Cu
Siau hong pelan. "Dalam hal yang mana?"
"Sebenarnya hubungan apakah yang terjalin antara
kelompok kalian dengan Pena wasiat?"
Bun Hong termenung sebentar, kemudian ujarnya:
"Cu kongcu, kalau dibicarakan sebenarnya hal ini
merupakan suatu kejadian yang aneh sekali, dulu, segala
tindak tanduk kami selalu dilakukan dalam kegelapan dan
serba rahasia, tujuannya adalah untuk menghindari intaian
Pena wasiat tapi sekarang rasanya justru seakan aka nada
hubungan yang erat sekali dengannya"
"Berapa kali kalian pernah menghadiri pertemuan besar
pemunculan Pena wasiat?"
"Kali ini adalah pertama kalinya"
"Toa sianseng tersebut benar-benar memiliki
kemampuan yang melebihi siapa pun sampai waktu begini
pun kita masih belum dapat menduga dengan jelas asal
usulnya yang sebenarnya"
Kemudian Bun Hong termenung beberapa saat
kemudian, katanya: "Cu kongcu, selama ini aku belum pernah mempunyai
ingatan untuk membongkar rahasia identitasnya, andaikata
aku mempunyai ingatan semenjak dahulu, mungkin
kesempatan kesana sudah kujumpai dari dulu"
"Kalau begitu, terlampau sedikit hal-hal yang kita ketahui
tentang Toa sianseng tersebut"
"Sungguh menyesal sekali Cu kongcu, apa yang
kuketahui tak akan lebih banyak daripada apa yang kau
ketahui" "Nona Bun Hong, sekarang apa yang harus kita
lakukan?" "Toa sianseng sengaja menjaga kerahasiaan identitasnya
dan belum pernah berhadapan dengan kami menggunakan
wajah aslinya, bila topeng yang dia kenakan selama ini
dilepas, niscaya, kita semua tak akan kenal lagi dengannya,
oleh sebab itu mulai sekarang kita harus perhatikan secara
khusus setiap orang asing yang berada disekeliling kita"
"Nona, tidak sedikit bukan manusia dari organisasimu
yang berada disekitar tempat ini?"
"Benar" "Nona Bun, bagaimana tindakanmu untuk menghadapi
mereka?" "Cu kongcu, kami mempunyai tujuh orang sianseng, dari
sekian banyak Lak sians Eng telah mati terbunuh olehmu"
"Nona, apakah para manusia yang bergelar sianseng ini
menempati urutan nomornya sesuai dengan ilmu silat yang
mereka miliki?" "Tidak. Menurut apa yang kuketahui, diantara deretan
sianseng tersebut, selain Toa sianseng yang sukar diduga
kelihayan ilmu silatnya, maka orang yang memiliki kungfu
terbaik hanya dua orang saja yakni Lo sam dan Lo jit!"
"Bagaimana kalau nona dibandingkan dengan mereka?"
kembali Cu Siau hong bertanya.
"Kami belum pernah mencoba untuk saling mengukur
kepandaian, namun berbicara menurut pengamatanku, ilmu
silat yang mereka miliki tampaknya masih berada setingkat
denganku' "Saban hari kau naik tandu, gerak-gerikmu amat rahasia,
apakah mereka pun seringkali dapat berjumpa denganmu?"
"Kalau dibicarakan yang sebenarnya, tandu dengan
paying keemasan inipun disiapkan Toa sianseng khusus
bagiku, kecuali kemisteriusan dari Toa sianseng, organisasi
ini pun sangat terpengaruh olehnya sehingga sebagian
besar anak buahnya sama-sama menunjukkan pula
kemisteriusan masing-masing, tapi bagi kami dari angkatan
yang sederajat, diantara masing-masing pihak masih tetap
terjalin semacam kebiasaan untuk mengadakan pertemuan,
tapi kecuali kami dari angkatan yang sederajat, orangorang
dibawah kami sulit untuk bersua muka dengan kami"
"Tahukah kau kalau dia telah mempergunakan suatu
sistim ilmu perubahan wajah yang amat istimewa?"
"Ilmu perubahan wajah seseorang?"
"Tampaknya dia telah melapisi wajah dengan selapis bulu
binatang yang tipis"
"Aku tahu, ini namanya ilmu berubah kepala berganti
wajah, kesemuanya itu merupakan hasil karya dari Toa
sianseng dan Ngo sianseng, konon kepandaian tersebut
merupakan semacam ilmu pertabiban yang amat tinggi"
"Ilmu pertabiban yang amat tinggi sih tidak" kata Cu
Siau hong cepat, "Cuma mereka memang terlampau kejam
dan buas, buktinya begitu tega mereka turun tangan
terhadap sesama anggotanya"
"Cu kongcu, sebagian besar dari anggota organisasi kami
ini muncul dalam dunia persilatan dengan mempergunakan
berbagai macam identitas yang berbeda-beda, ada kalanya
pekerjaan kami sehari-hari sama sekali tak ada sangkut
pautnya dengan dunia persilatan, sekarang kau bertemu
denganku disini dan mengetahui aku sebagai seorang
sianseng, tapi bila berganti di tempat lain maka kau akan
bertemu denganku sebagai seorang pemilik rumah penjual
perhiasan yang kaya raya"
"Tentang masalah tersebut, aku sudah pernah
merasakannya, ambil contoh dengan kawanan pendekar
macan kumbang hitam yang kalian sebar dalam kalangan
masyarakat rendah, mereka tak ubahnya seperti manusiaKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
manusia biasa, bila ingin mengumpulkan mereka cukup
turunkan satu perintah, maka mereka akan berkumpul dari
segala penjuru lalu menghilang kemana-mana, sistim
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti ini kuakui memang hebat sekali"
"Cu kongcu, masih ada satu hal yang perlu kujelaskan
lebih dahulu.." "Katakanlah!" "Sebagian besar dari orang-orang yang berjaga disekitar
tempat ini merupakan anak buah dibawah perintahku, tapi
aku tak tahu apakah mereka benar-benar akan setia
kepadaku atau tidak"
"Di hari-hari biasa, sampai pada taraf bagaimanakah
kesetiaan mereka terhadap dirimu?"
"Perintah yang kami turunkan selalu disampaikan secara
rahasia, jadi antara aku dengan mereka jarang sekali terjadi
hubungan pribadi yang akrab, aku tak tahu apakah Toa
sianseng mempunyai cara lain untuk mengendalikan
mereka" "Mungkinkah beberapa orang pentolan dari organisasi
kalian akan muncul disini" Sampai seberapa besar
pengaruhmu terhadap mereka.?"
"Gerak-gerik mereka semuanya berada dalam
pengendalian Toa sianseng, sedangkan seberapa besar
pengaruhku terhadap mereka, aku sendiri pun kurang jelas,
namun ada satu hal tak usah kau kuatirkan, asal aku dapat
bersua dengan mereka, aku dapat berupaya untuk
menjelaskan duduknya persoalan ini kepada mereka"
Mendengar sampai disitu, Cu Siau hong lantas berpikir di
dalam hati: "Kalau didengar dari pembicaraan yang berlangsung
selama ini, agaknya ia menempati bangku kedua dalam
organisasi rahasia ini, kedudukan tinggi kekuasaannya
besar tapi pengaruhnya dalam organisasi terbatas sekali"
"Tapi, bagaimana pun jua organisasi rahasia ini sudah
berhasil terbuka sedikit, paling tidak dalam kerapatan
organisasi mereka, kini sudah muncul sebuah retak yang
cukup besar" Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata:
"Nona, apa yang harus kita lakukan sekarang" Apakah
perlu untuk mengundang semua anak buahku agar bisa
bergabung menjadi satu?"
"Dengan menggabungkan diri bersama anak buahmu,
kekuatan kita memang akan bertambah besar dan kuat,
namun tindakan mana justru akan menyingkap satu hal,
yakni secara resmi aku menyatakan pengkhianatanku
terhadap organisasi tersebut, dalam keadaan demikian,
apakah anak buahku masih mau menuruti perintahku atau
tidak, hal ini sukar untuk diramalkan"
"Jadi menurut pendapat nona?"
Bun Hong mengawasi wajah Cu Siau hong lekat-lekat,
kemudian ujarnya lagi: "Diantara kelompok jagomu itu, adakah yang berilmu
silat sangat tinggi?"
"Selain To ko bu seng (golok lewat tanpa suara) Kian Hui
seng, masih ada Pek bi taysu, Thian ho heng kong (kuda
langit terbang melayang) Thian Pak liat, Hun hoa jiu
(tangan sakti pemisah bunga) Si Eng, Sui tiong sin liong
(Naga sakti dalam air) Ho Hou pod an Pek poh hui hong
(belalang terbang seratus langkah) Tham Ki wan dan lainlainnya,
ditambah pula dengan belasan jago yang kubawa,
kalau dibicarakan menurut ukuran dunia persilatan
seharusnya mereka termasuk jago kelas satu, kemampuan
mereka masih mampu untuk menandingi kemampuan para
pembunuh macan kumbang hitam, tapi kalau harus
berhadapan dengan jagoan lihay macam kalian, tentu saja
mereka masih ketinggalan jauh"
"Cu kongcu, beranikah kau menyerempet bahaya sekali
saja?" "Asal demi kebenaran dan kepentingan umum,
kendatipun mesti mendaki bukit golok atau terjun ke kuali
berisi minyak mendidih, aku tak akan menampik"
"Aku tidak mengharapkan permintaan yang kelewat
batas, aku Cuma berharap kau sudi berada disampingku
untuk sementara waktu, bagaimana?"
"Baik!" "Pilihlah delapan sampai sepuluh jago berani mati dari
antara anak buahmu dan bawalah serta disisimu Cu kongcu!
Bila tidak turun tangan dari dalam, sulit bagi kita untuk
menghadapi Toa sianseng"
"Baik! Apakah semua tindakan tersebut akan dilakukan
secara rahasia?" "Yaa, segera kerjakan, lagi pula kau tak boleh
meninggalkan tempat ini"
"Jika aku tidak kesitu, siapa yang akan menyampaikan
perintahku ini?" Bun Hong menghela napas panjang.
"Aku tidak percaya kalau Toa sianseng dan Lo sau siang
koay (sepasang manusia aneh tua dan muda) benar-benar
telah meninggalkan tempat ini, bila kau pergi, mereka pasti
akan datang kemari untuk membunuhku"
"Bagaimana kalau kita pergi bersama-sama?" tanya Cu
Siau hong kemudian sambil tertawa.
"Pergi bersama" Kita hendak kemana?"
"Aku rasa kita harus bergabung dulu dengan mereka"
"Bergabung" Cu kongcu, tahukah kau tempat apakah
ini?" "Sebuah gubuk di tengah bukit yang terpencil, apakah
masih ada keistimewaan lain?"
"Tempat ini merupakan markas besar sementara dari
organisasi kami, pusat tempat disiarkan komando ke
seluruh penjuru, tempat bila ada suatu kabar maka dengan
cepat berita tersebut akan sampai disini"
"Nona, kau sudah bentrok dengan To a sianseng, masa
mereka masih akan pergunakan tempat ini?"
"Aku pikir Toa sianseng tak akan menyiarkan kejadian ini
untuk sementara waktu, sekalipun disiarkan, belum tentu
orang lain akan percaya dengan begitu saja"
"Oooh, bila Toa sianseng begitu tak berguna, buat apa
dia menjadi lo toa?"
"Selama ini dia selalu menggunakan perintahnya untuk
mengendalikan semua organisasi, dan akulah yang mewakili
dia menyiarkan perintah tersebut, tapi ia tak pernah
menyangka apabila penghubung tersebut putus atau tidak
berjalan lancar, maka semua perintahnya tak akan bisa
tersampaikan" "Siapa yang menjadi penghubung perintah ini?"
"Aku!" "Nona, masa dia tak bisa memperbaiki keadaan
tersebut?" "Kecuali beberapa gelintir manusia dari golongan kami,
tiada orang yang kenal dengannya, bahkan kami sendiri pun
hanya bisa mengenali dia dari bentuk perawakan tubuh
serta nada suaranya, sekali pun dia muncul di hadapan
kami, kami pun tak akan bisa kenal dirinya, apalagi orang
lain" "Orang persilatan tidak mengetahui julukan dan
namanya, kalian pun tidak kenal dengannya, cara semacam
ini memang cukup misterius tapi untuk menjadi seorang
pemimpin dalam organisasi seperti ini, pada hakekatnya
sama sekali tiada dasar yang kuat"
Bun Hong menghela napas panjang, selanya:
"Sekarang dia sudah menyadari akan hal tersebut
bahkan sudah bersiap sedia melakukan perombakan secara
besar-besaran, hanya saja ia tak pernah menyangka kalau
perubahan akan berlangsung sedemikian cepatnya"
"Mungkin masih ada rencana busuk lainnya?"
"Yang lewat kami tak pernah memikirkan persoalan ini
tapi sekarang kulihat banyak orang sudah berpikir sampai
kesitu, hanya tiada orang yang berani mengemukakan saja"
"Aaai, kalau begitu antara kalian dengan Toa sianseng
sebenarnya sudah terdapat jurang pemisah yang besar
sekali" Bun Hong tertawa. "Sudah lama kami memahami akan hal ini, cuma saja
semua orang merasa sangsi untuk mengungkapkan keluar,
kami hanya bisa merasakan saja di dalam hati"
"Bagaimana dengan sekarang, nona?"
"Sekarang sudah jauh berbeda dengan keadaan yang
lewat, aku sudah bentrok dengannya hingga saling
berpisah, tentu saja aku tidak usah menguatirkan sesuatu
bila aku bersua lagi dengan mereka, semua kecurigaan dan
kesangsianku ini pasti akan kuungkapkan keluar"
"Betul! Cara ini memang suatu yang amat manjur dan
tepat.." "Apabila dugaanku benar, dengan cepat dia akan balik
lagi kemari dan berusaha untuk merebut kembali tempat
ini' "Perkataanmu memang masuk diakal, namun empat
penjuru sekeliling tempat ini merupakan anak buahmu,
sekalipun dia ingin merebut kembali tempat ini, sebelum
sampai disini dia pasti akan menghadapi lebih dulu
rintangan yang cukup kuat"
"Semua anak buahku yang berada disini bisa berkumpul
semua di tempat ini atas perintahku, apakah mereka akan
setia seratus persen kepadaku hal ini tak berani kupastikan,
sebab dalam organisasi kami ini hanya berlaku perintah dan
kekuasaan, sama sekali tiada hubungan persahabatan
secara pribadi" "Nona, apakah kau tidak mempunyai dua orang yang
bisa kau percayai seratus persen?"
"Siapa tahu" Kuanggap mereka sebagai orang
kepercayaanku, tapi siapa tahu kalau mereka justru
merupakan mata-mata yang dikirim Toa sianseng untuk
mengamati diriku" "Jadi maksud nona, kau hendak mempertahankan rumah
gubuk ini?" Bun Hong manggut-manggut.
"Orang yang kita butuhkan adalah jago-jago yang
berilmu silat amat tinggi sebab jumlahnya tidak boleh
terlalu banyak" "Benar, banyak pos penjagaan dengan jumlah delapan
belas orang" "Selain kedelapan belas orang tersebut, apakah masih
ada orang lain?" "Aaaah kau memang sangat teliti, kecuali orang-orang
yang menjaga pos-pos penjagaan tersebut masih ada dua
belas orang lagi mereka adalah penandu dan pengawal
pribadiku" "Orang-orang yang kuundang kemari apakah harus
menembusi dulu beberapa pos penjagaan tersebut?"
"Tentu saja tidak perlu!" Bun Hong segera tersenyum
setelah mendengar ucapannya.
"Bila mereka tidak menghalangi serbuan orang lain,
apalah gunanya pos-pos penjagaan tersebut?"
"Disinilah letak keistimewaan kami, asal ada perintah
dariku, mereka tak akan turun tangan secara sembarangan"
"Nona, paling baik berapa orang yang kita undang
kemari?" "Jangan lewat dari dua puluh orang, belasan orang pun
sudah lebih dari cukup"
Cu Siau hong termenung sejenak, kemudian ujarnya:
"Baiklah, kalau yang datang kelewat banyak, biar
kusuruh mereka pulang"
"Kau sudah mengundang mereka datang?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
Tak selang berapa saat kemudian, Seng Hong telah
membawa Kian Hui seng dan Su Eng serta Hoa Wan
sekalian berenam masuk kedalam ruangan.
Setibanya di ruangan, Kian Hui seng memperhatikan Bun
Hong sekejap, kemudian katanya:
"Saudaraku, ternyata di sekitar tempat ini tidak terdapat
pos penjagaan, kami bisa masuk kemari dengan lancer dan
tanpa rintangan apa pun"
"Jebakan yang berada disini belum digerakkan" kata Cu
Siau hong cepat. "Oooh, nona ini adalah..."
"Manusia dibawah payung kebesaran berwarna
keemasan, dalam organisasi rahasia ini menempati kursi
kedua, orang memanggilnya nona Bun Hong"
"Oooh, menjumpai nona Bun, aku Kian Hui seng"
"Selamat bersua, selamat bersua, rupanya kau adalah
golok lewat tanpa suara Kian Hui seng"
"Oooh, rupanya nona pun mengetahui namaku"
"Oleh karena kau adalah sasaran kesembilan dari deretan
nama manusia-manusia yang harus kami bunuh, maka aku
mempunyai bahan yang cukup lengkap tentang dirimu"
"Oooh..kalau begitu diatas aku orang she Kian masih ada
delapan orang lagi?"
"Betul!" "Jadi nilaiku masih rendah sekali?"
"kami mempunyai delapan belas sasaran yang harus
dilenyapkan, kau menempati urutan kesembilan, jadi persis
berada di tengah-tengah"
"Nona, dapatkah kau memberitahukan padaku, siapasiapa
saja yang berada diatas urutan namaku?"
Bun Hong termenung sambil berpikir sebentar, kemudian
sahutnya: "Aku hanya bisa menyebutkan dua orang diantaranya.."
"Tak bisa disebutkan secara lengkap?"
"Tidak, sebab dari antara orang-orang tersebut akan
menimbulkan akibat yang besar apabila kusebutkan
sekarang" "Baik! Kalau begitu katakanlah siapakah kedua orang
tersebut?" "Bagaimanakah jika Kian tayhiap dibandingkan dengan
dua orang majikan dari keluarga persilatan Lamkiong dan
Tonghong?" "Yaa, mereka berdua memang sudah sepantasnya kalau
menempati urutan diatasku"
"Sudah cukup?" Kian Hui seng termenung sebentar, kemudian katanya
cepat: "Selain kedua orang itu, aku masih ingin mengetahui lagi
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu dua orang yang lain"
"Mengapa kau tidak berpikir sendiri dengan lebih
seksama?" "Apabila aku dapat menemukan jawabannya, buat apa
kutanyakan lagi kepada nona?"
Bun Hong segera tertawa. "Aku hanya dapat memberitahukan satu orang lagi.."
ujarnya. "Siapa?" Bun Hong menuding kea rah Cu Siau hong sambil
berseru: "Dia! Sebetulnya kau menempati urutan kedelapan, tapi
kemudian karena bertambah dengan Cu Siau hong seorang
maka urutanmu jadi mundur setingkat jadi nomor
Sembilan" "Saudara Cu?" Kian Hui seng tertawa, "Kalau begitu aku
tak bisa berkata lagi, dia memang lebih tangguh daripada
diriku" "Toako, kau.." Cu Siau hong berseru tertahan.
"Kami menempatkan Cu kongcu didepan urutanmu waktu
itu, sesungguhnya bukan disebabkan ilmu silatnya jauh
lebih tangguh daripada dirimu" tukas Bun Hong.
"Lantas dikarenakan apa?"
"Sebab cara kerjanya sangat lurus dan terbuka, berbeda
sekali dengan kalian manusia-manusia yang menganggap
dirinya sebagai pendekar sejati, cara kerjanya amat terbuka
dan secara langsung, punya nyali, pintar, amat teratur dan
disertai perencanaan yang matang, cuma kami tidak
menyangka kalau ilmu silat yang dimilikinya ternyata begitu
tangguh dan luar biasa"
Mendengar sampai disitu, Kian Hui seng segera tertawa
terbahak-bahak. "Haahh...haa..haah..betul, dia memang berbeda sekali
dengan kami manusia-manusia antic yang kolot, kelewat
memikir pantangan dunia persilatan, bila tidak sopan tidak
bergerak, hal mana justru banyak memberi kesempatan
kepada kalian untuk menancapkan kaki di tempat-tempat
yang strategis, ia justru menggunakan akal muslihat
dilawankan dengan akal muslihat, bila kalian menggunakan
suatu cara yang keji maka dia pun membalas dengan cara
yang keji pula, didalam hal ini aku paling kagum
kepadanya" Cu Siau hong segera tersenyum.
"Toako, menurut nona Bun Hong, mereka bakal balik lagi
kemari" tukasnya. "Mengapa?" "Sebab disinilah letak markas besar mereka untuk
menyampaikan perintah" sambung Bun Hong.
Sambil tertawa Cu Siau hong berkata pula:
"Toa sianseng terlalu misterius, sedemikian misteriusnya
sehingga orang sendiri pun sukar untuk mengenali dirinya"
"Oleh sebab itu, bila dia meninggalkan tempat yang
dijadikan pusat komando ini sama artinya dengan seekor
burung yang kehilangan sayapnya. Maka dari itu dia
memang pasti akan datang lagi kemari"
"Betul! Maka kita harus menunggunya disini hingga dia
kembali.." Sesudah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh:
"Toako, bagaimana untuk mengatur orang-orang ini?"
"Saudaraku, mereka semua pemberani, pun menyadari
akan situasi yang sedang dihadapi, tapi setiap orang enggan
untuk mundur kebelakang, mereka sepenuh tenaga
mengadakan patrol disekeliling dusun kecil tersebut, semua
orang menyumbangkan kemampuan dan kelebihan yang
dimilikinya untuk mengatur banyak sekali jebakan, bahkan
Pek bi taysu dan kedua belas anak buahnya telah
mewariskan pula banyak ilmu silat praktis dari Siauw lim si
kepada mereka" "Nah, begitulah baru merupakan suatu kerjasama yang
benar-benar murni" seru Cu Siau hong sambil tersenyum.
Kemudian anak muda ini mengalihkan sorot matanya
kearah Bun Hong sesudah itu bisiknya:
"Apabila orang-orang yang kau atur di sekitar tempat ini
tak dapat dikendalikan lagi, bolehkah kami membunuhnya?"
"Bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk
membinasakan mereka, namun aku akan berusaha keras
untuk memperalat mereka. Apakah masih ada orang di
pihakmu yang bakal kemari?"
Kian Hui seng segera menyambut:
"Kecuali orang-orang yang kami undang..rasanya tak
mungkin mereka akan datang lagi kemari"
"Cu kongcu" kata Bun Hong kemudian, "Undang masuk
semua orang-orangmu, aku akan mengajak kalian menuju
ke suatu tempat" Kini yang berjaga diluar pintu tinggal Seng Hong
seorang. Bun Hong perintahkan orang untuk menutup pintu kayu,
kemudian mengajak semua orang menuruni lorong rahasia
dan mendaki keatas bukit terjal di belakang rumah.
Tempat tersebut merupakan sebuah gua kecil yang
terbuat dari alam, tingginya sepuluh kaki, dari atas orang
dapat menyaksikan pemandangan di sekitar tempat
tersebut dengan jelas. "Untuk membangun tempat ini, tentunya kalian sudah
banyak mengeluarkan tenaga dan pikiran?" ujar Cu Siau
hong kemudian setelah menyaksikan kesemuanya itu.
Bun Hong manggut-manggut.
"Yaa.. tenaga manusia yang dibutuhkan tidak terlalu
besar, segala sesuatunya mengikuti keadaan alam yang
kemudian sedikit dirubah menggunakan tenaga manusia"
"Hanya ditujukan khusus untuk menghadapi bakal
munculnya Pena wasiat disini?"
"Benar!" "Waaah, kalau begitu Toa sianseng benar-benar memiliki
kemampuan yang luar biasa darimana dia bisa tahu kalau
Pena wasiat akan muncul disini?"
"Apa yang dipahami tentang keadaan diluar jauh lebih
banyak ketimbang pengetahuannya tentang urusan di
dalam" kata Bun Hong tertawa.
Tiba-tiba dia mengeluarkan sempritan bambu dari
sakunya dan membunyikan keras-keras.
Bagian 74 Tak lama setelah sumpritan itu dibunyikan, segera
diperoleh reaksinya; Dari kejauhan sana tiba-tiba saja muncul gumpalan
bunga api yang meledak ditengah udara.
"Apakah bunga-bunga api merah muncul dari tempat
tempat jebakan yang kalian persiapkan?" tanya Cu Siau
hong, 'Benar, bunga api yang dilepaskan dari tempat jebakan
tersebut mengartikan kalau mereka sudah menerima
perintah apa yang kusampaikan."
"Menerima perintah apa"'
"Mulai sekarang, setiap orang ingin memasuki rumah
gubuk tersabut akan menemui hadangan dan sergapan
sergapan terlebih dahulu...'
"Andaikata Toa sianseng yang hendak memasuki rumah
gubuk itu..?" "Kecuali Toa sianseng dapat menerangkan identitas
sendiri dan peroleh kepercayaan dari pihak lain, kalau tidak
kecil sekali kesempatan baginya uutuk bisa masuk kemari
dengan mudah" "Mengapa"' tanya Kian Hui seng keheranan.
''Sebab dia kelewat misterius sehingga pada hakekatnya
tiada orang yang mengenali dirinya" sambung Cu Siau hong
cepat. "Ya, bahkan aku yang menempati kursi kedua dalam
organisasi rahasia inipun belum pernah menyaksikan raut
wajah aslinya, apalagi orang lain" sambung Bun Hong.
'"Itu namanya mencari penyakit buat diri sendiri" seru
Kian Hui seng sambil tertawa.
''Nona Bun" ujar Cu Siau hong lagi, menurut
pendapatmu, mungkinkah dua manusia aneh tua dan muda
yang tiba tiba menyergapku tadi akan membantu Toa
sianseng untuk membuktikan identitasnya..."
"Sepasang manusia aneh tua dan muda baru satu kali
muncul dalam organisasi kami, aku pun baru dua kali
berjumpa muka dengan mereka"
- Apakah mereka terhitung sebagai anggota organisasi
kalian?" "Entahlah, banyak orang yang dipakai Toa sianseng
tanpa mengajak kami berunding lebih dulu"
"Saudara Cu, coba kau terangkan lebih jelas, manusia
macam apakah kedua orang itu" seru Kian Hui seng tibatiba.
Setelah Cu Siau hong menjelaskan bentuk wajah dan
perawakan dari ke dua orang itu, Kian Hui seng segera
berkata sambil manggut-manggut:
"Yaa, dalam dunia persilatan memang terdapat dua
orang manusia seperti ini, ada orang yang menyebut
mereka sebagai Lo sau siang koay (sepasang manusia aneh
tua dan muda), tapi ada juga yang menyebut mereka
sebagai Mo lo kui tong (1blis tua setan bocah), cuma yang
tua belum tentu tua, yang muda belum tentu muda!"
"Apa maksud dari perkataan ini?"
"Si setan bocah hanya bentuk rupa dan perawakan
tubuhnya saja menyerupai seorang bocah, pdahal usianya
mungkin lebih tua ketimbang si ibis tua, mereka adalab
sepasang sobat karib, namun berhubung harus melatih
semacam kepandaian silat akhirnya yang satu berubah
menjadi berambut uban, sadangkan yang lain mirip seorang
kanak kanak", "Mengapa bisa muncul dua akibat yang sama sekali
berbeda satu sama lainnya"
''Menurut kabar berita yang tersiar dalam dunia
persilatan, suatu ketika tanpa disengaja mereka berdua
memperoleh semacam kitab pusaka ilmu silat yang
didalamnya tercantum dua macam kepandaian silat yang
berbeda, mereka berdua pun mulai berlatih diri, tapi sayang
tiada petunjuk dari guru yang pandai sehingga akibatnya
yang satu rambutnya jadi beruban sedangkan yang lain
berubah menjadi mirip bocah pada dasarnya mereka berdua
memang bukan manusia baik-baik, dengan terjadinya
peristiwa ini maka mereka berdua pun semakin berubah
menjadi manusia aneh yang girang gusar tak menentu.."
"Tidak banyak yang kuketahui tentang orang-orang yang
tergabung dalam organisasi rahasia ini" ucap Bun Hong.
"Nona Bun Hong, ada satu hal masih tidak begitu
kupahami" kata Kian Hui seng.tiba-tiba.
"Dalam soal apa?"
"Kalian merubah selembar wajah orang yang baik-baik
menjadi ada yang berbulu ada yang berbentuk aneh-aneh,
sebenarnya mengapa demikian?"
"Cara yang dipakai memang terlampau kejam dan tidak
berperi kemanusiaan, namun orang-orang tersebut tidak
berharga untuk dikasihani, sebab kebanyakan adalah
manusia-manusia rakus yang kemaruk akan harta
kekayaan" "Ooohh.." Tiba-tiba Cu Siau hong berbisik: "Sssttt....ada orang
datang" Bun Hong.dan Kian Hui seng bersama-sam
mendongakkan kepalanya.."
Dari jalanan bukit didepan situ muncul dua sosok
bayangan manusia dengan cepatnya bayangan tersebut
meluncur kearah rumah gubuk ketika berada dua puluh kaki
dari rumah gubuk itu mendadak mereka melejit ke udara
kemudian terbanting keras ke atas tanah.
Cu Siau hong sangat keheranan ketika melihat dua orang
yang roboh terkapar diatas tanah itu sama sekali tak
berkutik lagi tanyanya tercengang:
"Hei..sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Mereka telah mampus"
"Telah mampus"Mana mungkin?"
"Aku pikir mereka pasti sudah mampus oleh Han sah Si
im (pasir sakti menyerang
Bayangan).." Paras muka Kian Hui seng berubah hebat sesudah
mendengar perkataan tersebut.
Pasir sakti menyembur bayangan" Manusia atau senjata
rahasia?" tanya Cu Siau hong.
Nama dari seorang, juga nama dari senjata rahasia"
"Masa kedua orang makhluktua itu masih hidup di dunia
ini..?" "Benar, mereka masih hidup"
"Terlepas bagaimanakah cara kerja dan berpikir orang
dari organisasimu ini, namun aku harus mengakui bahwa
kalian memang betul-betul memiliki kelebihan yang
melampaui siapa pun nyatanya begitu banyak manusia
aneh yang berhasil kalian tampung"
"Dalam anggapan orang lain memang demikian, orangKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
orang yang telah bergabung dengan arganisasi kami pun
mungkin akan berperasaan demikian, sebab kami amat
misterius, amat rahasia, semua trencana dan tindakan kami
dilakukan secara rahasia dan diluar dugaan orang bahkan
kecuali otak yang mengatur rencana tersebut, pelaksanaan
dari rencana itupun tidak begitu jelas, malah seringkali
setelah melaksanakan rencana itu mereka baru memahami
duduk persoalan yang sebenarnya, tapi bila kau benarbenar
sudah memahami seluk beluk yang sesungguhnya
dari keadaan itu, sudah pasti akan berbeda sekali pendapat
kalian" "Dimanakah letak perbedaan itu?"
Bun Hong tertawa getir. "Kau akan merasa seakan-akan hidup disuatu dunia yang
kosong dan melayang tak menentu, antara manusia dengan
manusia hampir sama sekali tiada hawa kemanusiaannya.."
"Misteri dan kesadisan seringkali bergabung menjadi
satu, dengan begitu orang merasa seakan-akan hidup
dalam alam yang menyeramkan"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah hal inipun termasuk semacam kekuatan untuk
mengendalikan orang?" tanya Kian Hui seng.
"Benar, kami mempunyai peraturan yang ketat,
pelaksana hukuman yang berdarah dingin dan tidak
berperasaan, apabila seseorang yang diperintahkan untuk
melakukan sesuatu tugas dan tak mampu menyelesaikan
tugas tersebut dengan sempurna, mereka akan lebih rela
mati dalam pertempuran atau mati bunuh diri, daripada
pulang untuk menerima hukuman"
Cu Siau hong tersenyum. "Tapi buktinya nona Bun Hong berani menampilkan diri
untuk melawan peraturan yang ketat dan mengerikan itu"
Bun Hong segera menghela napas sedih, "Aaai..selama
banyak tahun ini, aku seolah-olah hidup dialam impian yang
mengerikan, setelah sadar dari impian tersebut tiba-tiba
saja ku merasa seakan-akan memiliki suatu keberanian
yang tak terkirakan besarnya"
Kemudian setelah tertawa dia melanjutkan: "Tapi kalau
dibilang darimanakah datangnya keberanian tersebut, maka
bisa kujawab Cu kongcu lah sumber dari keberanianku itu.."
"Waah..aku jadi malu rasanya."
..Aku tidak bohong. aku berbicara dengan sesungguhnya,
Toa sianseng seringkali menyinggung tentang dirimu, dia
berusaha untuk meraihmu dan merangkulmu agar mau
bergabung dengan organisasi kami ini, namun setelah
kujumpai dirimu baru kuketahui kalau kau tak lebih hanya
seorang manusia yang masih begitu muda, mengapa
pemuda seperti kau berani melawan organisasi ini" Betul,
keberhasilanmu banyak dibantu oleh kepandaian silatmu
yang amat lihay serta bantuan dari sahabat-sahabat
karibmu yang menolong tanpa pamrih, tapi yang paling
penting kau memiliki keberanian untuk melakukan
perlawanan dan inilah merupakan modal utama dari
munculnya keberanian dalam hatiku.."
"Sekalipun demikian bila nona bukan seorang manusia
yang pintar dan berotak encer, rasanya sulit bagimu untuk
sadar dengan begini cepat" sambung Kian Hui seng.
"Moga-moga saja sadarnya nona Bun bisa menyadarkan
pula orang-orang yang lain untuk membedakan mana yang
benar dan mana yang salah" kata Cu Siau hong pula.
"Nona, siapakah dua orang yang mampus oleh pasir sakti
menyembur bayangan itu"
"Sesungguhnya mereka masih terhitung orang sendiri"
"Kalau memang orang sendiri, mengapa mereka turun
tangan terhadapnya?"
"Sebab aku sudah menurunkan perintah untuk
menghalangi siapa saja yang berusaha untuk memasuki
rumah gubuk itu, sebagai anggota organisasi kami, perintah
tetap perintah, siapa yang melanggar perintah itu maka dia
harus menerima sendiri akibatnya"
"Bagaimana dengan kau" Dapatkah kau masuk keluar
sekehendak hatimu sendiri?"
"Kalau berganti dengan tempat lain mungkin saja bisa,
tapi untuk menembusi Han sah sui m ini aku hanya bisa
lewat kecuali sekali lagi menurunkan perintah dan
mencabut larangan lewat tersebut.."
"Oohh, jadi ia tidak kenal dengan dirimu?"
"Mungkin tahu, cuma sekali pun sudah mengetahui
identitasku, mereka tak akan membiarkan aku lewat
dengan begitu saja" Cu Siau hong tertawa hambar dan tidak banyak bertanya
lagi. Tiba-tiba Bun Hong berkata lagi:
"Mungkin penjelasanku ini terlampau kabur dan tidak
begitu kau pahami?" "Benar" "Mereka berdua adalah orang buta, namun pendengaran
mereka tajamnya luar biasa, mereka pernah mendengar
suaraku tapi apakah mereka masih ingat dengan suaraku
atau tidak hal ini tidak begitu kuketahui"
"Ooohh.." "Kedua orang itu sangat keras kepala, tapi jikalau dapat
menaklukkan mereka, kedua orang itu merupakan
pembantu yang hebat bagi kita"
"Mengapa nona Bun tidak mencobanya" Yang paling
penting bukanlah sumbangan tenaga dan kekuatan dari
mereka berdua melainkan kesanggupan mereka untuk
melepaskan diri dari lingkungan pengaruh organisasi ini"
"Betul, kami memang terlalu misterius, tidak banyak
yang diketahui tentang kami" kata Bun Hong, "Namun Han
sah si im itu mempunyai pamor yang cukup besar dalam
organisasi kami ini"
"Mengapa?" "Sebab pada dasarnya Han sah dan Si im memang
mempunyai pamor yang cukup besar dalam dunia
persilatan, mereka berdua pun tak pandai merubah muka
jadi apabila kedua orang ini mempunyai suatu gerakan
sudah pasti tindakan mereka akan menimbulkan pengaruh
yang amat besar terhadap organisasi ini"
"Kalau memang demikian, kita harus mencurahkan
tenaga dan pikiran kesitu?"
Bun Hong termenung sambil berpikir sejenak, lalu
berkata: "Aku rasa saat ini masih bukan saat yang tepat untuk
pergi menjumpai mereka"
"Ooo ya?" "Aku masih akan mempergunakan kekuatan dari mereka
berdua untuk melindungi rumah gubuk tersebut"
"Mereka hanya melaksanakan tugas atas perintah,
membunuh orang tanpa membedakan mana yang putih dan
mana yang merah, aku pikir lebih baik cepat-cepat dibujuk
saja" usul Kian Hui seng dengan cepat.
"Aaai..terus terang saja kukatakan, aku tidak mempunyai
keyakinan yang terlalu besar untuk berhasil membujuk Han
sah dan Si im, seandainya bujukan tak berhasil, bisa jadi
akan timbul pertarungan yang seru, daripada menyerempet
bahaya ini lebih baik kita urungkan dulu rencana ini, apabila
waktu yang dibutuhkan sudah sampai, barulah kita mencari
akal lagi untuk membujuknya"
"Nona, yakinkah kau kalau Toa sianseng bakal balik lagi
kemari?" "Aku pikir dia akan berbuat demikian, sebab berita yang
sampai disini amat luas, bila mereka tinggalkan tempat ini
sama artinya dengan memisahkan diri dari keramaian dunia
untuk sementara waktu"
"Seandainya dia berhasil melampaui han sah dan Si im
siapa lagi yang bisa menghalangi dirinya?"
"Bila orang-orang mengenali dia sebagai Toa sianseng
maka siapa pun akan melepaskan dia masuk tapi bila tidak
kenal pos penjagaan yang mana tak akan melepaskan
dirinya, dia sendiri telah menetapkan peraturannya, barang
siapa berani membangkang perintah maka hukumannya
adalah mati dicincang menjadi berkeping-keping.."
(Bersambung ke jilid 58) "Kian toako, mungkinkah orang-orang kita akan
menyusul kemari" Cu Siau hong segera bertanya.
"Aku rasa tak mungkin"
"Tapi aku terus menerus merasa kuatir bila mereka
datang kemari" "Cu kongcu, Kian tayhiap, aku ingin menjelaskan dulu
situasi pos penjagaan yang diatur di sekeliling tempat ini,
enath bagaimana menurut pendapat kalian?" tiba-tiba Bun
Hong menyela. Mendadak terdengar suara sayap burung merpati
mengebas udara, lalu muncul tiga ekor burung merpati
yang meluncur datang setelah berputar satu lingkaran
diatas rumah gubuk, tiba-tiba burung-burung tersebut
menukik dan turun keatas rumah gubuk tadi.
Cu Siau hong yang menyaksikan hal ini segera berkata:
"Nona, dibawah tiada orang bila burung-burung merpati
itu membawa kabar berita"
"Biar aku yang pergi mengambil" seru Bun Hong dengan
cepat. "Tunggu sebentar" tiba-tiba Cu Siau hong mencegah.
"Mengapa?" "Tunggu sebentar lagi, aku merasa sangat keheranan,
bila disitu tak ada orang, mengapa burung-burung merpati
itu bisa terbang masuk kedalam ruangan?"
Bun Hong jadi tertegun dan tak mampu menjawab
sepatah kata pun jua. Setelah menghela napas kembali Cu Siau hong berkata:
"Nona Bun Hong, coba kau pikir lagi apakah didalam
rumah gubuk itu ada ruang rahasia?"
"Kurasa ada" "Ruang rahasia apa yang terdapat dibawah sana?"
"Soal ini, aku kurang begitu jelas"
"Nona Bun, jangan kelewat rendah kau menilai Toa
sianseng" "Tentang soal ini..betul juga perkataan Cu kongcu, kita
memang tak boleh terlampau gegabah"
Mendadak berkumandang lagi suara sayap burung
merpati yang mengebas diudara, empat ekor burung
merpati terbang lagi menerobos keluar lewat jendela.
Bun Hong semakin tertegun lagi, serunya tertahan:
"Ada orang!" "Nona menemukan apa?"
"Dalam rumah gubuk itu ada orangnya, maka burung
merpati itu baru terbang kesana"
"Tahukah nona siapa yang mungkin berada disana?"
"Aku pikir dugaanmu benar, kemungkinannya betul,
mungkin orang itu adalah Toa sianseng"
"Nona Bun, seandainya dia masih tetap tinggal didalam
rumah gubuk itu, apakah masih dapat mengendalikan
semua kekuatan yang berada disini?"
"Semua perangkap dan penjagaan yang ada di seputar
rumah gubuk itu dikendalikan gerak-geriknya dengan suara
sumpritan tapi burung merpati itu bisa dipakai untuk
memberi perintah kepada orang yang berada diluar"
"Jarak merpati dengan kita masih ada puluhan kaki, aku
pikir tak mungkin bisa merontokkan burung-burung
tersebut" kata Kian Hui seng.
"Nona Bun, mari kita pergi mencarinya!" tiba-tiba Cu
Siau hong mengajak. "Baik! Jikalau dapat merobohkan Toa sianseng, yang
lainnya akan lebih mudah untuk dihadapi"
"Bila apa yang terjadi sesuai dengan perkataan nona,
maka Toa sianseng selalu mengawasi gerak-gerik dari
semua organisasinya ini"
"Aku lihat memang demikian keadaannya"
"Jikalau situasi disekitar tempat ini masih berada
dibawah pengendalian nona, aku percaya Toa sianseng
masih belum dapat mengundang bala bantuan kemari,
sekarang kita hasru segera mencarinya, mungkin masih ada
sedikit kesempatan buat kita untuk beradu jiwa dengannya"
"Toako, ada satu hal perlua siaute katakana lebih dulu"
tiba-tiba Cu Siau hong memotong.
"Katakanlah!" "Toa sianseng hendak kita hadapi berikut ini merupakan
jago lihay di kolong langit, oleh sebab itu toako tak perlu
terlalu terikat dengan segala macam peraturan yang
berlaku dalam dunia persilatan"
"Maksud saudara.."
"Aku tahu toako adalah seorang lelaki sejati, seorang
kuncu, seorang pendekar kenamaan, bila kita terpaksa
harus turun tangan melawan orang, mungkin toako enggan
untuk turun tangan bersama-sama dan mengerubutinya"
"Kau tak usah kuatir saudaraku! Untuk menghadapi
manusia bengis seperti ini toakomu tak akan
mempersoalkan peraturan dalam dunia persilatan lagi"
"Baik, kalau begitu mari kita berangkat. Aku akan
membawa jalan untu kalian" kata Bun Hong dengan cepat.
Seng Hong dan Hoa Wan cepat bertindak dengan
berjalan di depan Bun Hong.
Melihat itu sambil tertawa Bun Hong berkata:
"Kalian berdua tak usah berebut denganku, lebih baik
aku saja yang membawa jalan untuk kalian"
Cu Siau hong mengerti apa yang dimaksudkan Bun
Hong, nona itu kuatir Seng Hong dan Hoa Wan tak mampu
menahan serangan dari Toa sianseng, maka segera
tukasnya: "Kalian mengikuti dibelakangnya saja"
Kemudian dengan cepat dia maju kedepan dan menyusul
dibelakang Bun Hong. Kian Hui seng berjalan dibelakang Cu Siau hong.
Ketika memasuki rumah gubuk itu, Toa sianseng sudah
duduk menanti di kursi kebesaran dalam ruangan tengah.
Sepasang manusia aneh tua dan muda berdiri di kedua
belah sisinya dengan angker.
Toa sianseng memang seorang yang selalu bertindak
sangat hati-hati, dia melarang siapa pun untuk berdiri
dibelakang punggungnya. Dengan suara dingin Kian Hui seng segera berkata:
"Nona Bun, manusia yang memakai topeng inikah yang
dinamakan Toa sianseng?"
"Betul, akulah orangnya" jawab Toa sianseng.
"Hmmm, memakai kedok untuk menutupi wajah asli
sendiri, termasuk manusia macam apakah dirimu itu?" ejek
Kian Hui seng sambil tertawa dingin.
Toa sianseng tersenyum. "Cita-citaku untuk menguasai seluruh kolong langit,
terhadap manusia macam kalian ini tak pernah kupikirkan di
hati, aku pun tak sudi bertemu kalian dengan wajah asliku"
"Sekeliling tempat ini sudah ditutup oleh Nona Bun" kata
Cu Siau hong, "Sekalipun aka nada yang kemari, tak nanti
bisa melampaui pos penjagaan yang dipegang Han sah dan
Si im, apalagi orang yang kau undang lewat burung merpati
pun belum tentu bisa datang sampai disini"
"Heeehh...heeehh..heeeh..apabila aku tidak mempunyai
keyakinan untuk berhasil menghadapi kalian, tak mungkin
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku bakal muncul disini" jengek Toa sianseng sambil
tertawa dingin tiada hentinya.
"Kau sangat licik" maki Bun Hong.
Kembali Toa sianseng tertawa dingin.
"Bun Hong, aku belum menjatuhkan hukuman atas
pengkhianatanmu, ternyata kau berani bersikap kurang ajar
lebih dulu kepadaku?"
"Yang mengkhianatimu bukan hanya aku seorang,
kecuali aku masih ada banyak orang.."
Agaknya Toa sianseng dibikin tergetar hatinya oleh
ucapan tersebut, beberapa saat dia membungkam,
kemudian pelan-pelan baru berkata lagi:
"Coba katakanlah, selain kau masih ada siapa lagi yang
berani mengkhianatiku?"
"Sekalipun aku tahu, tak nanti akan kuberitahukan
rahasia ini kepadamu"
Toa sianseng segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak. "Haaah..haa..haaah..Buh Hong, sekali pun masih ada
orang yang mengkhianatiku, pengkhianatan mereka tak
akan mempengaruhi keadaan situasi, sayang sekali kau
justru akan menjadi satu domba yang berkorban bagi orang
lain" Bun Hong tersenyum ewa. "Toa sianseng soal mati atau hidup bukan masalah yang
memusingkan diriku lagi"
"Dengarkan baik-baik" seru Cu Siau hong pula, "Saat ini
kita bakal melangsungkan suatu pertarungan antara mati
dan hidup, bila kami tidak mati ditanganmu maka akulah
yang akan mengorek wajah aslimu"
"Sebenarnya orang yang kelewat pintar tak boleh
dibiarkan terus di dunia ini, apa mau dibilang aku justru
menaruh perasaan kasihan atas dirimu"
Kian Hui seng tidak sabar untuk menahan diri lebih jauh,
tiba-tiba ia membentak keras:
"Lepaskan topengmu aku orang she Kian akan
menantangmu untuk berduel"
"Huuuh, kau masih belum pantas untuk bertarung
melawanku" jengek Toa sianseng dingin.
Dengan gerakan cepat Kian Hui seng meloloskan
goloknya sambil melangkah kedepan, hardiknya lagi dengan
suara dingin. "Loloskan senjatamu"
Belum sampai Toa sianseng berbicara, sepasang manusia
aneh tua dan muda telah turun tangan, dua bilah golok lolos
bersama dari sarungnya dan menghadapi jalan Kian Hui
seng. Dengan cepat Kian Hui seng mencabut goloknya sambil
melancarkan sebuah sapuan. Ia disebut orang golok lewat
tanpa suara, kecepatan gerak serangannya kali ini benarbenar
luar biasa. Sepasang manusia aneh tua dan muda maju
menyongsong datangnya ancaman tersebut, ketiga orang
itu segera terlibat dalam suatu pertarungan yang benarbenar
sengit. Sejak mulai, Kian Hui seng sudah mengerahkan segenap
kekuatan yang dimilikinya dimana cahaya golok berkelebat
lewat, serangan meluncur kemuka dan meneter lawan tiada
hentinya. Kali ini sepasang manusia aneh tua dan muda tidak
mempergunakan lagi serangan melompatnya, mereka
gunakan ilmu golok yang asli untuk melangsungkan
pertempuran. Sungguh amat seru dan ramai pertarungan yang sedang
berlangsung di tengah arena itu.
Sepasang manusia aneh tua dan muda melakukan suatu
kerja sama yang amat ketat untuk mengerubuti Kian Hui
seng, masing-masing pihak memakai jurus golok kilat untuk
saling mendesak, keadaannya sungguh tegang.
Sementara pertarungan berlangsung, Cu Siau hong
mengalihkan sorot matanya ke wajah Toa sianseng,
kemudian pelan-pelan dia berkata:
"Saudara, kau boleh melepaskan topengmu sekarang"
"Cu Siau hong, dengarkan baik-baik, suatu ketika aku
akan melepaskan topengku ini, cuma hal ini sudah pasti tak
akan kulakukan sekarang"
"Kalau begitu sampai kapan kau baru akan melepaskan
topengmu itu?" "Disaat yang seharusnya kulepaskan topeng ini pasti
akan kulepaskan topeng tersebut"
Pelan-pelan Cu Siau hong meloloskan pedangnya,
kemudian berkata keras: "Sayang sekali hanya sepasang manusia aneh tua dan
muda yang setia kepadamu.."
"Ada apa?" "Oleh sebab itu sekarang terpaksa kau mesti turun
tangan" Toa sianseng segera manggut-manggut.
"Cu Siau hong, kalau cuma kau seorang mungkin masih
bukan tandinganku, bagaimana kalau maju bersama-sama
Bun Hong saja?" Cu Siau hong tertawa hambar.
"Aku rasa tidak perlu, di saat Cu Siau hong menderita
kalah, nona Bun Hong masih belum terlambat untuk
membantuku." Mendengar perkataan ini Toa sianseng segera tertawa
terbahak-bahak: "Haah..hah..haaahh..baiklah Cu Siau hong, hari ini aku
akan menyuruh matamu menjadi melek, ayolah turun
tangan" "Toa sianseng, apakah untuk menghadapi aku orang she
Cu pun Toa sianseng enggan berdiri?"
"Cu Siau hong, pernah menyaksikan jago lihay yang
benar-benar hebat?" "Toa sianseng kah yang kau maksudkan sebagai jago
yang benar-benar hebat?" jengek Cu Siau hong.
Toa sianseng termenung sebentar, lalu katanya:
"Cu Siau hong, mengapa kau tidak coba sendiri?"
"Aku memang ingin meminta petunjukmu"
Pedangnya diangkat kemudian pelan-pelan melancarkan
tusukan kedepan. Toa sianseng masih tetap duduk tenang di tempat
semula, bergerak sedikit pun tidak.
Kini serangan pedang dari Cu Siau hong sudah tinggal
setengah depa saja didepan dada Toa sianseng. Pada saat
itulah pelan-pelan Toa sianseng mengangkat tangannya
keatas. Tiba-tiba Cu Siau hong mempercepat serangannya.
Jarak yang cuma setengah depa itu segera tencapai
dalam sekilas kelebatan saja tahu-tahu ujung pedang sudah
tiba di depan dada. Pada detik yang kritis inilah tiba-tiba Toa sianseng
mengangkat lengan kanannya, pedang dari Cu Siau hong
itu persis menusuk pada lekukan lengannya.
Ketika Cu Siau hong merapatkan lekukan tangannya itu,
sang pedang segera terjepit diantara ketiaknya.
Tindakan yang dilakukan oleh Toa sianseng ini sma sekali
berada diluar dugaan Cu Siau hong, untuk sesaat dia
menjadi termangu. Disaat inilah Toa sianseng menyentilkan tangan
kanannya dengan pelan, tiba-tiba saja pedang yang berada
di tangan Cu Siau hong itu patah menjadi dua bagian.
Sambil menggenggam kutungan pedangnya, dengan
cepat Cu Siau hong bergerak mundur sejauh dua langkah."
"Bagaimana Cu Siau hong?" ejek Toa sianseng kemudian
sambil tertawa lebar. "Hmm sungguh menakuti orang" sahut anak muda
tersebut sambil mendengus.
"Menakuti orang" Beranikah kau menerima sebuah
tusukanku dengan duduk di kursi?"
"Tidak usah, aku bukan kau Toa sianseng, dalam tindak
tandukmu selama ini, perbuatan yang manakah darimu
yang menuruti peraturan dunia persilatan" Aku Cu Siau
hong tak akan tertipu oleh siasat busukmu itu"
"Baik, baik! Yang lunak tak mau yang keras pun enggan,
tampaknya aku harus membunuhmu, nah berhati-hatilah!"
"Silahkan saja untuk turun tangan!"
Seng Hong dan Hoa Wan yang berada di belakang Cu
Siau hong telah dibuat terkesiap oleh tindakan Toa sianseng
yang menjepit pedang dengan ketiak dan memutuskan
pedang dengan sentilan tangan jari tangan itu.
Akan tetapi setelah menyaksikan ketenangan dari Cu
Siau hong, pelan-pelan ketenangan mereka pun pulih
kembali. Mendadak Bun Hong maju selangkah dan berdiri
disamping Cu Siau hong. Sikap Cu Siau hong tenang sekali, katanya sambil
tertawa: "Dalam sekali sentilan saja Toa sianseng mampu
mematahkan pedangku, ini menandakan kalau ilmu It ci
sinking mu cukup hebat tapi apa sebabnya kau tidak
memakai kesempatan ini untuk melanjutkan seranganmu?"
Sementara itu Su Eng telah turun tangan bersama-sama
mengerubuti siluman kecil sehinga Kian Hui seng hanya
bertarung satu lawan satu melawan manusia aneh tua.
Sebenarnya Kian Hui seng tidak mengharapkan bantuan
orang lain, tapi setelah pertarungan berlangsung sekian
lama, dia merasakan daya tekanan yang dipancarkan oleh
sepasang manusia aneh tua dan muda itu makin lama
semakin bertambah besar, maka ketika Su eng turun
tangan membantu, Kian Hui seng sama sekali tidak
bermaksud untuk menghalanginya.
Sepanjang hidupnya sudah beratus kali pertempuran
dialami olehnya, dalam sehari saja dia pernah bertarung
melawan ratusan jago lihay, dengan tenaga sakti
alamiahnya yang ditambah dengan kesempurnaan tenaga
dalamnya, meskipun harus bertarung belasan jam, tak
pernah ia tunjukkan kelemahan.
Akibat dari pertarungan dia menjadi tenar dan diapun
berubah menjadi seorang pendekar besar.
Karena dalam pertarungan itu dengan seorang diri Kian
Hui seng mencari gara-gara dalam suatu pertemuan besar
kaum rimba hijau dia mengobrak-abrik orang jahat yang
hampir sebagian besar berkumpul disana.
Tapi dalam pertarungan yang berlangsung hari ini, Kian
Hui seng dapat merasakan kalau dia telah bertemu dengan
musuh yang amat tangguh, daya tekanan yang dipancarkan
sepasang manusia aneh tua dan muda kian lama kian
bertambah kuat. Kian Hui seng sadar ia bisa bertahan sampai puluhan
jurus dibawah kerubutan dua orang itu karena dialah yang
turun tangan lebih dahulu sehingga merebut posisi yang
lebih menguntungkan, itulah sebabnya dia bisa bertahan
sampai sekarang. Tapi bagaimana pun keras kepalanya seseorang, namun
Kian Hui seng sadar kalau dia telah berjumpa dengan suatu
pertarungan antara mati dan hidup, lagi pula menang
kalahnya pertarungan ini bisa jadi akan mempengaruhi
seluruh situasi. Bantuan dari Su eng dengan paksa berhasil mengajak
musush untuk bertarung seimbang, untuk sementara waktu
menang kalah belum bisa diketahui.
Namun hasil mana sudah cukup untuk memuaskan Bun
Hong, diam-diam pikirnya kemudian:
"Anak buah Cu Siau hong memang bukan manusiamanusia
kelas dua.." Dalam pada itu Toa sianseng masih tetap duduk di kursi
kebesarannya sambil menonton sepasang manusia aneh tua
dan muda melangsungkan pertempuran dari balik sorot
matanya lamat-lamat muncul perasaan kaget dan
tercengangnya yang sangat tebal.
Sambil tertawa Cu Siau hong segera berkata:
"Toa sianseng bila dilihat dari luaran, demonstrasi yang
kau perlihatkan barusan seakan-akan mengerikan dan
menggidikkan hati orang, tapi tahukah kau apa sebabnya
tidak sampai mengejutkan aku?"
Toa sianseng mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu
Siau hong kemudian menjawab:
"Mungkin hal ini dikarenakan Bun Hong berada di
belakangmu dank au percaya dia pasti akan behasil
menyelamatkan dirimu"
"Keliru besar jika kau berpendapat demikian" kata Cu
Siau hong sambil tertawa, "Toa sianseng, aku bukan
merasa kalau dia dapat menolongku, melainkan aku
percaya kalau kau tak akan mampu untuk membunuhku"
Pelan-pelan Toa sianseng bangkit berdiri, kemudian
tanyanya: "Apa alasanmu?"
"Kau kelewat gegabah, bila aku tak tahu kalau ilmu It ci
sin kang mu sudah berhasil mencapai tingkatan seperti ini
dan jikalau kau menyerangku secara tiba-tiba maka bisa
jadi aku akan terbunuh di tanganmu atau paling tidak akan
berhasil melukaiku, tapi saying sekali kau terlalu suka
mencari nama, terlalu suka memamerkan kemampuan
sendiri" "Aaaai..Cu Siau hong, dengan perbuatanku tadi aku
sudah membuktikan kepadamu bahwa kemampuan yang
kumiliki untuk membunuhmu hanya semudah membalikkan
telapak tangan tapi kenyataannya kau tidak takut..."
"Yaa, karena persoalan yang sudah diketahui paling tidak
bisa dibuatkan persiapannya untuk menanggulangi hal
tersebut" "Baik, kalau begitu berhati-hatilah.."
Mendadak dia melancarkan sebuah tusukan dengan
ujung jari tangannya. Cu Siau hong sama sekali tak bergerak, hanya tiba-tiba
saja tangan kanannya dari bawah dibalik menuju atas dan
dibalik mencengkeram urat nadi Toa sianseng.
Bagaikan disengat kalajengking, Toa sianseng menarik
kembali tangannya sambil melompat mundur selangkah,
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serunya tertahan: "Aaaah, rupanya kitab pusaka Kiam boh itu betul-betul
sudah terjatuh ke tanganmu bahkan kau telah selesai
membacanya.." "Darimana kau bisa tahu?"
"Karena ilmu yang khusus untuk menandingi ilmu jari it
ci sin kang ini tercantum pada halaman yang terakhir,
kenyataannya kau dapat mempergunakan ilmu tersebut"
"Toa sianseng, jikalau ilmu silatmu hanya kau pelajari
dari kitab pusaka Kiam boh tersebut, maka terus terang
saja kukatakan kepadamu, apa yang kau bisa aku pun bisa,
mungkin aku tidak sesempurna permainanmu, tapi paling
tidak aku masih mengerti bagaimana untuk
menghadapinya" Bagian 75 (jilid 58-59) "Bagus, bagus sekali, kalau begitu kau memang tak
boleh dibiarkan hidup terus di dunia ini" kata Toa sianseng
kemudian sambil manggut-manggut.
"Besok adalah hari pemunculan dari Pena wasiat, walau
pun aku kurang jelas tentang hubunganmu dengan Pena
wasiat, tapi aku yakin diantara kalian berdua pasti
mempunyai hubungan yang erat sekali.."
"Cu Siau hong, kau memang terlalu pintar cuma menurut
apa yang kuketahui, orang yang kelewat pintar seringkali
tak bisa hidup terlalu lama"
"Bukan aku terlalu pintar, melainkan kau sendirilah yang
memandang orang lain kelewat bodoh, seperti misalnya
caramu untuk merajai dunia persilatan, apakah
perbuatanmu ini dapat mengelabuhi semua orang di dunia "
Seperti juga tindakanmu menutupi wajah sendiri dengan
topeng, kau anggap identitasmu sudah dapat dirahasiakan
dan orang lain tak akan mengenali siapakah dirimu yang
sebenarnya." "Paling tidak sampai sekarang toh masih belum ada
orang yang bisa mengenali siapakah aku?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Di dalam soal ini, kau memang merahasiakan
identitasmu dengan baik, cuma hal ini bukan bersifat
langgeng, suatu hari pasti ada orang yang akan berhasil
mencopot kedokmu itu."
"Padahal tak usah orang lain yang mencopotkan bagiku,
bila saatnya untuk melepaskan topeng ini sudah tiba secara
otomatis akan copot sendiri"
"Sayang sekali kami tak bisa menunggu samapi saat
tersebut" "Cu Siau hong, apakah kau ingin sekali menyaksikan
paras muka asliku?" "Tentu ada syaratnya?"
"Benar, syaratnya amat sederhana yakni beritahu
kepadaku siapa yang menyerahkan kitab pusaka Kiam boh
tersebut kepadamu?" Diam-diam Cu Siau hong menghela napas panjang,
setelah tertegun pikirnya:
"Kalau dilihat dari keadaan ini, nampaknya duduknya
persoalan sudah mulai agak terang.."
Berpikir demikian, dia pun berkata:
"Apa sih hubunganmu dengan orang itu?"
"Kita sedang bertukar syarat, kau cukup menerangkan
kisah pengalamanmu ketika memperoleh kitab tersebut dan
aku pun akan melepaskan topeng kulit manusia ini untuk
mperolihatkan wajah asliku kepadamu."
"Toa sianseng, diantara kita siapakah yang dapat
mempercayai pihak lain?"
Toa sianseng berpaling dan memandang sekejap
keadaan pertarungan yang berlangsung antara sepasang
manusia aneh tua dan muda melawan Kian Hui seng,
kemudian ujarnya: "Pertarungan mereka masih akan berlangsung cukup
lama, nah Cu Siau hong, waktu yang tersedia bagimu masih
lebih dari cukup, kau harus lekas mengambil keputusan!"
"Memutuskan soal apa?"
"Bagaimana kalau kita membicarakan pertukaran syarat
itu.." "Aku sudah mengambil keputusan, aku rasa tingkat
kepercayaanku masih jauh lebih besar daripada kau"
"Apa maksudmu?"
"Maksudnya kau harus mencopot topeng kulit manusia
yang kau kenakan itu lebih dulu, setelah kusaksikan paras
muka aslimu barulah kuceritakan kisah pengalamanku
sewaktu menerima kitab pusaka Kiam boh tersebut,
bagaimana?" "Ooooh...!" "Berbicara soal 'kepercayaan' rasanya aku masih bisa
dipercaya ketimbang kau" kata Cu Siau hong lagi.
Toa sianseng termenung beberapa saat kemudian
katanya: "Boleh saja, cuma kau harus menyanggupi sebuah
permintaanku lebih dulu, dimanakah kitab Kiam boh
tersebut kini" Cu Siau hong tertawa. "Tentunya tidak kuhancurkan benda itu.."
"Jadi maksudmu, benda itu masih berada di dunia?"
"Betul! Itulah sebabnya tiga atau lima tahun kemudian,
mungkin dalam dunia persilatan akan bermunculan kembali
berpuluh-puluh orang Cu Siau hong, oleh karenanya
terhadap berhasil atau tidaknya diriku, aku tidak terlalu
memandang serius" "Cu Siau hong, ada sementara ilmu silat yang belum
tentu bisa dipelajari meskipun memiliki kitab Kiam boh itu,
yang paling penting adalah dia mesti memiliki bakat serta
kecerdasan yang luar biasa"
"Mereka dapat menemukan manusia-manusia seperti ini,
lagipula mereka mempunyai cukup waktu"
"Aku tidak percaya kalau seseorang dapat memiliki jiwa
yang begitu besar setelah membaca kitab mana masih mau
menyimpannya terus di dunia ini?"
"kau boleh tidak percaya, tapi aku sudah merupakan
contoh yang jelas atau tegasnya saja kitab mana sudah
bukan merupakan sejilid kitab Kiam boh belaka, melainkan
sejilid kitab pusaka yang penuh dengan catatan pelbagai
macam ilmu silat diantaranya termasuk ilmu pukulan, ilmu
kepalan, jari serta macam-macam kepandaian silat
lainnya." "Cu Siau hong, pernahkah kau bayangkan kehadiran
Kiam boh tersebut dalam dunia kemungkinan besar akan
menciptakan manusia macam diriku?"
"Betul, setelah kau singgung aku jadi menyadari akan
bahayanya, yah kitab itu harus dimusnahkan secepatnya"
"Bagus sekali, dalam hal ini aku dapat membantu
usahamu itu..." "Cu kongcu, kau tak usah menerima permintaannya"
teriak Bun Hong tiba-tiba, "Jika kau rusak Kiam boh
tersebut, kemudian dia membunuhmu maka dia akan
menjadi seorang manusia yang tiada tandingannya di dunia
ini" "Bun Hong, orang kuno bilang hati perempuan adalah
hati yang paling keji, tampaknya ucapan ini memang tepat
sekali," seru Toa sianseng mendongkol.
Bun Hong tertawa dingin. "Toa sianseng aku tidak tahu apakah kau masih
mempunyai sifat kemanusiaan atau tidak?"
Oleh karena wajah Toa sianseng ditutup oleh kedok,
maka orang tak bisa melihat apakah dia sedang gusar atau
tidak namun kalau dilihat dari sorot matanya, bisa diketahui
bahwa amarahnya sudah memuncak.
Apalagi kalau dibalik sorot mata tersebut sudah terlihat
sinar yang berapi-api hal mana membuktikan kalau
kemarahannya sudah mencapai ke tingkatan yang tak
terkendalikan lagi. Dengan cepat Bun Hong dapat menatap sorot matanya
itu, sorot mata tersebut adalah semacam sorot mata yang
buas dan sangar, dengan cepat dia meningkatkan
kewaspadaannya. Cu Siau hong pun segera membuat persiapan yang
paling ketat dan rapat. Toa sianseng memang memiliki kemampuan yang sukar
ditandingi orang lain, ternyata dia sanggup untuk menekan
hawa amarahnya sehingga tidak sampai meluap keluar.
Sambil tertawa dingin Cu Siau hong segera berseru:
"Toa sianseng, kesabaranmu sungguh mengagumkan
sekali, cukup membuat hatiku agak bergetar keras saking
terkejutnya!" "Kesadisannya sudah merasuk hingga ke dalam tulang
sumsumnya.." sambung Bun Hong dari samping.
"Toa sianseng" kata Cu Siau hong lagi, "Apabila kau
enggan turun tangan lagi, terpaksa kami akan segera turun
tangan." "Kalian hendak maju bersama" Ataukah maju satu
persatu?" "Itu urusan kami sendiri, tak usah kau kuatirkan"
"Bagus sekali! Kalau begitu kalian berdua sekarang boleh
turun tangan bersama-sama"
"Toa sianseng" kata Bun Hong, "Aku cukup memahami
maksud hatimu itu, bukankah kau berharap bisa menunggu
datangnya bala bantuan?" Hmmm.."
"Betul!" "Sayang sekali kami tak akan memberi kesempatan
seperti ini kepadamu"
Tiba-tiba saja gadis itu mengayunkan telapak tangannya
sambil melancarkan sebuah pukulan dari kejauhan.
Toa sianseng sama sekali tidak menghindari maupun
berkelit, dia seakan-akan siap menerima serangan tersebut
dengan keras lawan keras.
Tatkala telapak tangan dari Bun Hong hampir menempel
diatas dada Toa sianseng, tiba-tiba saja dia menarik
kembali serangannya itu. "Mengapa tidak kau lanjutkan seranganmu?" ejek Toa
sianseng dingin. "Kalau manusia yang licik dan berhati busuk macam kau
berani menghadapi serangan tanpa menghindar ataupun
berkelit, ini berarti kau sudah mempersiapkan sesuatu.."
"Bun Hong, apabila kau begitu bernyali kecil, bagaimana
mungkin bisa melukai diriku?"
"Cu kongcu, semakin kupikirkan tentang dirinya, hatiku
semakin merasa kalau dia merupakan seorang manusia
yang kurang beres, itulah sebabnya serangan ini kutarik
kembali." "Betul" sambung Cu Siau hong dari sisinya, "Besar
kemungkinan ia mengenakan kutang baja pelindung badan"
"Kalau cuma tameng baja saja masih mendingan, tapi
aku pikir kemungkinan besar diatas tameng tersebut dia
pasang pula jarum beracun atau sebangsanya.."
"Ehmmm..kalau dibicarakan dari kelicikan serta
kebusukan hati orang ini, kemungkinan besar dia dapat
berbuat demikian" Seng Hong segera meloloskan pedangnya dan
diangsurkan kepada Cu Siau hong.
Setelah memegang pedang ditangan, kembali Cu Siau
hong berkata dengan dingin:
"Toa sianseng, sambutlah seranganku ini"
Tiba-tiba saja dia melepaskan sebuah tusukan kilat
kedepan. Pada saat yang bersamaan Bun Hong mengeluarkan pula
pergelangan tangan kanannya, sekilas cahaya tajam
meluncur keluar lewat balik ujung bajunya.
Terhadap datangnya tusukan pedang yang tajam
tersebut. Toa sianseng bersikap seakan-akan cuma
permainan kanak-kanak, sama sekali tidak memikirkan ke
dalam hati. Dengan cepat pedang itu menusuk diatas perut Toa
sianseng, sedangkan cahaya tajam yang menyambar
datang tadipun menghajar telak diatas dadanya.
Kedua tempat tersebut merupakan tempat yang
mematikan bagi seseorang.
"Triiiing...triiiing..triiing.." beberapa kali dentingan
nyaring bergema memecahkan keheningan, pedang itu
seakan-akan menusuk diatas lempengan baja yang sangat
keras, dengan cepat melejit kembali.
Sebaliknya cahaya tajam yang menusuk ke dada Toa
sianseng pun seperti menumbuk diatas dinding yang keras.
"Traang..! diiringi dentingan nyaring, senjata itu pun
membentur balik. Rupanya hanya sebilah pisau terbang yang tipis sekali.
Toa sianseng bergerak cepat, dengan jari telunjuk dan
ibu jarinya dia menjepit pedang Cu Siau hong, lalu ujarnya
sambil tertawa lebar: "Perubahan yang sesungguhnya dari ilmu silat bukan
terletak pada rumitnya perubahan jurus, melainkan
kelincahan dalam gerakan serangan, meskipun sudah
mempelajari Tay lo cap ji si, namun belum dapat
mempergunakannya secara baik.
Cu Siau hong tertawa. "Toa sianseng, aku merasa kagum sekali dengan
perasaan yang seksama darimu untuk melindungi diri,
memang tidak banyak orang persilatan yang menggunakan
tameng baja diatas tubuhnya seperti kau.."
Entah sedari kapan Bun Hong mengenakan pula sebuah
sarung tangan dengan jari-jari yang berkuku tajam.
Dengan ketat dia berdiri di belakang Cu Siau hong,
sementara sepasang matanya mengawasi terus sepasang
tangan Toa sianseng secara ketat, asal dia turun tangan
maka sepasang tangan Bun Hong yang tajam niscaya akan
mencengkeram tubuh Toa sianseng.
Sedangkan Su Eng dan Kian Hui seng mengawasi terus
sepasang manusia aneh tua dan muda secara ketat.
Cu Siau hong masih tetap mempertahankan
ketenangannya yang luar biasa kendatipun berulang kali dia
harus menghadapi mara bahaya.
Ketenangan yang berhasil dipertahankan olehnya ini
membuat pemuda ini berhasil mempertahankan sisa
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekuatan untuk melancarkan serangan balasan.
Bun Hong menghembuskan napas panjang, lalu katanya:
"Cu kongcu, bila waktu harus berlarut-larut terus,
niscaya keadaan tak akan menguntungkan kita, lebih baik
kita beradu jiwa sekarang saja, mumpung kita masih
mempunyai kesempatan untuk berbuat demikian"
"Baik!" Sambil membalikkan tangannya memutus pedang, ia
lepaskan sebuah tendangan kilat menghajar perut Toa
sianseng. Pada saat yang bersamaan Bun Hong melancarkan
serangan pula, tangan kanannya mencengkeram
pergelangan tangan kanan Toa sianseng yang menjepit
pedang itu, sementara ujung jari tangan kirinya
mengancam tenggorokan Toa sianseng.
Dengan suatu gerakan yang cepat Toa sianseng memutar
tubuhnya, tenaganya dikerahkan kedalam tangan kanannya
untuk mematahkan pedang yang berada di tangan kanan
Cu Siau hong, bersamaan waktunya dia menghindari
serangan dari kedua orang itu, kemudian menggunakan
kesempatan mana tangan kirinya digunakan untuk
melancarkan serangan kearah Bun Hong.
Tampaknya ketajaman jari tangan Bun Hong tersebut
merupakan musuh yang ditakuti Toa sianseng.
Dia boleh saja tidak memandang sebelah matapun
terhadap pedang baja yang kuat itu, namun menaruh
perasaan yang amat jeri terhadap sarung tangan yang
dipakai si nona. Tapi justru karena hal ini, Bun Hong berhasil merebut
kedudukan yang cukup lumayan dalam pertarungan
tersebut. Setelah secara berturut-turut kedua bilah pedangnya
dipatahkan orang, Cu Siau hong benar-benar merasakan
hatinya campur aduk tak karuan.
Serangan ganas dari Bun Hong segera memberikan
waktu yang cukup bagi Cu Siau hong untuk mempersiapkan
diri. Hoa Wan mencabut keluar pedangnya dan segera
disodorkan kedepan. Tapi Cu Siau hong menggelengkan kepalanya berulang
kali seraya berkata: "Pedang ini hanya putus sepotong, masih bisa dipakai
dengan baik.." Diiringi bentakan nyaring pedangnya diputar sambil
menerjang kemuka. Jurus-jurus serangan dari ilmu Tay lo cap ji si pun segera
berhamburan di udara. Sekali pun pedang yang dipakai hanya pedang yang
sudah kutung setengah, namun tidak berarti mengurangi
daya pengaruhnya. Bun Hong melancarkan tiga belas serangan berantai, tapi
setelah menyerang sebanyak sembilan jurus, ia kena
terdesak oleh kedahsyatan serangan Cu Siau hong sehingga
serangannya tertutup dan terdesak keluar.
Dia cukup mengetahui akan kedahsyatan dari ilmu
pedang Tay lo cap ji si tersebut, hawa pedang yang
memancar keluar tak akan membiarkan dia untuk turut
terluka dalam serangan ini.
Toa sianseng sendiri hanya berputar di sekitar tiga depa
lebih, ilmu memotong jalan darahnya selalu menutup
serangan dahsyat dari Bun Hong membuat nona itu seakanakan
tak mampu banyak berkutik.
Seandainya dia bukan merasa jeri terhadap ketajaman
sarung tangan yang dikenakan nona itu, sudah pasti Bun
Hong telah terbunuh semenjak tadi.
Akan tetapi sama sekali berbeda dengan ilmu pedang
Tay lo kiam si dari Cu Siau hong.
Jurus pedangnya yang maha dahsyat itu seakan-akan
bukit Thay san yang menindih kepala, memaksa Toa
sianseng mau tak mau harus menghadapi dengan sepenuh
tenaga. Tampak sepasang tangannya bergerak kian kemari, dia
selalu menggunakan pergelangan tangannya untuk
menyambut datangnya serangan pedang dari Cu Siau hong.
"Triiing..traaaag..triiing...traaang!" benturan nyaring yang
memekikkan telinga bergema tiada hentinya secara keras
lawan keras dia bendung semua serangan dahsyat Cu Siau
hong yang menggunakan kutungan pedang itu.
Toa sianseng sudah menguasahi penuh setiap perubahan
dari Tay lo cap ji si, sesudah membendung empat serangan
lawan, dia mulai memanfaatkan setiap kesempatan yang
ada untuk melancarkan serangan balasan.
"Weees..!" sebuah pukulan langsung dilontarkan
kedepan. Pukulan ini persis menyerempet masuk melalui celah
kosong dari gerakan pedang Tay lo cap ji si tersebut.
Angin pukulan yang tajam dahsyat langsung menggulung
kemuka dengan kecepatan luar biasa.
Entah berapa puluh jago lihay yang pernah berhadapan
dengan Cu Siau hong dalam pertarungan seru akan tetapi
belum pernah pemuda ini menjumpai angin pukulan yang
begini dahsyat dan kuatnya.
Angin serangan yang kuat dan dahsyat memaksa Cu Siau
hong harus mundur sejauh tiga empat kaki dari posisi
semula. Bun Hong segera mendesak maju kemuka mengisi
kekosongan tersebut, secara beruntun dia melancarkan tiga
buah serangan berantai. Sekali lagi Cu Siau hong menggerakkan pedangnya
sambil menyerbu kemuka. Dalam waktu singkat ketiga orang itu terlibat dalam
suatu pertempuran yang amat sengit.
Serangan tajam dari tangan Bun Hong serta permainan
ilmu pedang Tay lo kiam si dari Cu Siau hong ternyata tak
lebih hanya berhasil memaksa Toa sianseng untuk
bertarung dalam keadaan seimbang dan sama kuat.
Ilmu pedang Tay lo cap ji si tersebut mempunyai daya
poengaruh yang luar biasa sekali, tapi untung saja Bun
Hong mempunyai sedikit pengertian atas jurus-jurus
pedang yang sangat dahsyat dan luar biasa itu.
Maka dia dapat mengimbangi setiap permainan pedang
yang dilancarkan oleh Cu Siau hong.
Pada permulaan pertarungan itu berlangsung kerja sama
dari Cu Siau hong dan Bun Hong masih belum dapat
mencapai suatu kerja sama yang akrab, tapi setelah
pertarungan berlangsung sekian lama, kerja sama kedua
orang itu makin lama semakin lancar dan matang.
Ujung jari-jari yang runcing, jurus pedang yang tajam
tampak semakin bertambah dahsyat dan mengerikan pula
akibat dari semakin matangnya kerja sama tersebut.
Sebetulnya Toa sianseng masih menghadapi serangan
dari kedua orang musuhnya dengan ringan dan santai,
namun lambat laun dia kelihatan semakin payah dan
ngotot. Sementara itu di pihak lain Kian Hui seng dan Su Eng
sedang mengawasi terus gerak-gerik dari sepasang manusia
aneh tua dan muda. Akan tetapi sepasang manusia aneh tua dan muda tidak
memperhatikan Kian Hui seng mau pun Su Eng, mereka
telah mencurahkan sebagian besar dari perhatiannya untuk
mengikuti jalannya pertarungan antara ketiga orang
tersebut. Sambil melancarkan serangannya secara bertubi-tubi
mendadak Bun Hong berseru:
"Toa sianseng aku masih mengira kau memiliki suatu
kesabaran yang luar biasa, sekarang aku dapat merasakan
bahwa kau tak lebih hanya begitu saja"
"Jarak kalian dari jalan menuju ke kemenangan masih
jauh sekali lebih baik janganlah kelewat cepat merasa
bangga" "Toa sianseng, dulu aku memang menaruh perasaan jeri
kepadamu, tapi sekarang semua perasaan tersebut sudah
hilang tak berbekas, aku dapat merasakan bahwa kau pun
tak lebih cuma seorang manusia biasa"
"Bagaimana dahulu" Kau menganggap diriku sebagai
apa?" jengek Toa sianseng.
"Dulu, aku selalu menganggap dirimu sebagai malaikat
suci, dewa yang sakti"
"Bun Hong, Toa sianseng tetap merupakan toa sianseng,
berhati-hatilah kau"
Mendadak dia menggetarkan tangan kanannya, tahutahu
dalam genggamannya telah bertambah dengan sebilah
pedang emas. Itulah sebilah pedang pendek yang panjangnya mencapai
satu depa lebih lima inci.
Tapi begitu pedang pendek tersebut berada dalam
genggaman Toa sianseng, kedahsyatan dan daya
pengaruhnya sungguh menggetarkan hati.
Cu Siau hong yang melancarkan serangan-serangan yang
gencar dan dahsyat, seketika itu juga kena terbendung oleh
pertahanan Toa sianseng yang kuat.
Ujung jari Bun Hong yang runcing pun segera kena
tertahan oleh permainan pedang emasnya yang ampuh.
Toa sianseng yang pada mulanya terdesak pada posisi di
bawah angin, kini sudah mulai dapat menguasai keadaan
kembali, posisinya pun makin lama semakin bertambah
membaik. Kian Hui seng segera menggetarkan golonya sambil
berseru: "Saudaraku, perlukah bantuanku!"
Mendadak terdengar seseorang berseru dengan suara
dingin: "Golok lewat tanpa suara Kian Hui seng, kau sudah
bosan hidup rupanya?"
Ketika mendongakkan kepalanya, entah sedari kapan
dua orang lelaki setengah umur berbaju hitam telah
munculkan diri di tengah ruangan.
"Mundur!" Bun Hong segera berseru nyaring.
Tanpa membuang waktu dia segera melompat mundur
sejauh lima depa lebih dahulu.
Cu Siau hong segera mengikuti gerakannya dengan
mundur pula ke belakang. Toa sianseng tidak mendesak lebih jauh, dia menarik
pula pedang emasnya. "Lo sam, Lo su..!" Bun Hong berseru.
Dua orang lelaki berbaju hitam itu memandang sekejap
kearah Bun Hong dengan pandangan dingin, kemudian
katanya: "Toa sianseng, apa yang sebenarnya telah terjadi?"
"Apa yang telah terjadi" Ji sianseng telah mengkhianati
kita semua.." Dua orang manusia berbaju hitam itu pelan-pelan
bergerak maju kemuka, mereka baru berhenti setibanya di
hadapan Toa sianseng. Sesungguhnya Kian Hui seng hendak mengumbar
amarahnya, tapi segera dicegah oleh Cu Siau hong.
Setelah tertawa dingin Toa sianseng cepat menegur:
"Sam sianseng, Su sianseng, bagaimana kalian
memasuki tempat ini?"
Kedua orang manusia berbaju hitam itu membungkukkan
badannya memberi hormat dan menjawab:
"Kami berhasil melampaui Han sah dan Si im serta
membunuh empat orang sendiri sebelum berhasil memasuki
ruangan ini" "Bagus, bagus sekali, Lo sam, orang yang menggenggam
pedang kutung itu adalah Cu Siau hong, aku akan serahkan
dia kepadamu, kau harus membunuhnya sampai mati!"
Manusia berbaju hitam yang berada disebelah kiri segera
mengiakan, pelan-pelan dia berjalan menghampiri Cu Siau
hong. "Yu losam, berhenti kau!" mendadak Bun Hong berseru
dengan suara dingin. Yu losam menghentikan langkahnya kemudian bertanya:
"Ji sianseng ada urusan apa?"
"Barusan, kami telah bertarung melawan Toa sianseng.."
kata Bun Hong. "Jadi kau sudah berkhianat?"
"Benar!" sambung Toa sianseng cepat, dia sudah
berkhianat secara terang-terangan"
"Terpaksa aku harus memberitahukan satu hal
kepadamu" kata Bun Hong lagi.
"Baik, katakanlah!"
"Kami telah bertarung melawan Toa sianseng, bahkan
hingga sekarang masih tetap hidup"
"Ji sianseng" tukas Yu losam cepat, "Seandainya kau
mengucapkan kata-kata kotor, maka leluconmu ini
sedikitpun tidak menggelikan"
"Aku tidak berguarau, tidak pula membikin lelucon, aku
berbicara dengan serius"
"Oyaa..?" "Yang paling penting adalah Toa sianseng tidak berhasil
membunuh kami, hal ini membuktikan kalau Toa sianseng
pun seorang manusia juga, bukan dewa atau malaikat, aku
dan dia sama saja, asalkan ilmu silatku lebiih tangguh
sedikit saja niscaya dapat kutandingi dirinya, lagipula ilmu
silat yang dimilikinya hanya sedikit saja lebih tangguh
daripada kita" Yu losam tertawa dingin, dia meneruskan langkahnya
menghampiri Cu Siau hong.
"Yu losam" kembali Bun Hong berkata, "Mengapa kau
bersikeras hendak membunuh Cu Siau hong?"
"Melaksanakan tugas!"
"Melaksanakan tugas siapa?"
"Tentu saja tugas Toa sianseng"
"Siapakah Toa sianseng?"
Yu losam tertegun sejenak, lalu sahutnya:
"Toa sianseng adalah toa sianseng, apa yang mesti
kucurigai lagi?" Bun Hong segera tertawa dingin.
"Entah siapa saja dia orangnya asalkan orang itu
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengenakan kedok atau topeng kulit manusia diatas
wajahnya, maka dia bisa menjadi Toa sianseng bukan?"
"Soal ini, soal ini..."
"Aku tidak pernah mengerti, siapakah sesungguhnya Toa
sianseng itu?" Yu losam tidak menjawab, tapi dia berpaling juga untuk
memandang sekejap kearah Toa sianseng.
Dengan suara dingin Toa sianseng segera berseru:
"Yu losam, apa yang sedang kau curigai?"
"Aku sedang merenungkan perkataan dari Ji sianseng"
jawab Yu losam cepat. "Apakah perkataan dari Ji sianseng dapat dipercaya?"
"Apakah perkataannya dapat dipercaya?" Yu losam balik
bertanya pula. Toa sianseng segera menegur dengan suara dingin:
"Losam , apakah kau pun bermaksud untuk
mengkhianati pula diriku?"
Yu losam mengangkat bahunya seraya menjawab:
"Apa yang diucapkan nona Bun Hong memang benar
sekali, kita membunuh orang dan jiwa, sesungguhnya
kesemuanya ini dikarenakan apa" Selama ini kau
memerintah kami untuk ini itu tapi siapa pula dirimu?"
"Aku adalah Toa sianseng"
"Siapa pula Toa sianseng itu?" kata Yu losam sambil
tertawa lebar. "Tentu saja diriku!"
Dengan cepat Yu losam menggelengkan kepalanya
berulang kali, katannya lagi:
"Selama banyak tahun, di hati kecil kami selalu dihantui
oleh suatu pertanyaan yakni siapakah sebenarnya orang
yang memberi perintah kepada kami selama ini" Pertanyaan
tersebut sudah berubah menjadi beban yang berat sekali
didalam hati kecil kami"
"Kalau toh kalian mempunyai persoalan semacam itu,
mengapa tak pernah kalian utarakan?" tukas Toa sianseng
dengan cepat. "Sesungguhnya persoalan itu sudah mengakar didalam
hati kecil kami, hanya saja selama ini belum ada waktu
untuk diutarakan keluar"
"Jadi kau anggap sekarang saat yang kalian nantikan itu
telah tiba?" "Betul!" Toa sianseng segera berpaling dan memandang sekejap
kearah Su sianseng, kemudian tegurnya pula:
"Thi losu, bagaimanakah perasaanmu?"
"Aku merasa seperti apa yang dirasakan lo sam, aku pun
beranggapan bahwa persoalan ini perlu dibikin jelas lebih
dahulu.." "Apakah kalian pun mencurigai identitasku?"
"Selama banyak tahun kami belum pernah menyaksikan
raut wajah aslimu, sekarang kami butuh untuk mengetahui
raut wajah aslimu itu!" sahut Thi lo su cepat.
"Setelah mengetahui?"
"Setelah mengetahui, kami akan merundingkan suatu
cara penyelesaian" sambung Bun Hong.
"Yu losam, Thi losu, aku menantikan jawaban dari kalian
berdua" "Apa yang dikatakan Bun Hong memang betul" ucap Yu
losam, "Setelah mengetahui identitasmu yang
sesungguhnya, kami baru dapat merundingkan suatu cara
untuk menyelesaikan persoalan ini.."
Mendadak Toa sianseng membalikkan badannya dan
berjalan menuju keluar. "Berhenti! Bentak Bun Hong dengan suara nyaring.
Namun Toa sianseng tidak menggubris bentakan itu, dia
malahan mempercepat langkahnya langsung menerjang
keluar dari pintu ruangan.
Mendadak dari depan pintu ruangan muncul dua sosok
bayangan manusia. Kedua orang itu adalah dua manusia buta yang
mengenakan baju berwarna abu-abu.
Inilah Han sah dan Si im.
Meskipun kedua orang ini sudah menjadi buta puluhan
tahun lamanya, namun kepandaian silat yang mereka miliki
amat lihay, lagipula mereka berhasil melatih pendengaran
serta penciumannya sehingga melebihi siapa saja.
Dari jarak sepuluh kaki mereka dapat mendengar suara
jatuhnya daun kering dari atas pohon, dari hawa yang
terpancar keluar dari tubuh manusia mereka dapat
membedakan manusia asing atau manusia dikenal yang
berada dihadapannya. Gerakan tubuh dari Toa sianseng cepat sekali, hampir
saja dia saling bertumbukan dengan kedua orang itu.
Setelah menghentikan gerakan tubuhnya, Toa sianseng
mundur sejauh lima langkah dengan cepat, serunya
tertahan: "Oooh, kalian?"
Han sah dan Si im merupakan dua julukan dari mereka
berdua, julukan tersebut diperoleh setelah sepasang mata
mereka menjadi buta dan kedua orang itu berhasil melatih
semacam senjata rahasia yang amat beracun serta suatu
kombinasi kepandaian silat yang luar biasa sekali.
Tiada manusia yang tahu apakah dalam satu jurus
serangan yang mereka lancarkan akan disertai serangan
senjata rahasia atau tidak, oleh karena itu banyak sekali
orang yang menjadi korban dibawah serangan maut
mereka, nama busuk Han sah dan Si im pun menjadi lebih
mengerikan daripada ular beracun ditengah gurun pasir.
Dengan semakin tersohornya julukan dari kedua orang
ini, nama asli mereka berdua pun semakin tenggelam dan
tidak dikenali orang lagi.
Sebenarnya kedua orang ini adalah saudara kembar,
setelah melalui kerja sama selama puluhan tahun, boleh
dibilang hubungan batin mereka erat sekali.
Sesungguhnya mereka she Ang, yang lahir setengah jam
lebih dulu sang lotoa bernama Ang Hui, sedangkan yang
lahir belakangan bernama Ang San.
"Toa sianseng kah disitu?" terdengar Ang Hui menegur
sambil tertawa dingin. "Benar-benar memiliki daya ingatan yang luar biasa" puji
Toa sianseng, "Seingatku hanya satu kali kuajak kau
berbicara" "Itu sudah lebih dari cukup untuk kami" kata Ang Hui
cepat, "Entah suara siapa saja, asalkan kami dapat
mendengar satu kali maka selama hidup suara itu tak
pernah akan terlupakan kembali!"
"Han sah, Si im.." seru Toa sianseng dengan kening
berkerut. Ang Hui dan Ang San bersama-sama menyambut: "Ada
apa Toa sianseng?" "Apabila kalian telah yakin kalau aku adalah Toa
sianseng, mengapa perbuatan kalian begitu kurang ajar dan
tak tahu sopan santun?"
"Toa sianseng" kata Ang San dingin, "Tugas kami berdua
didalam organisasi ini hanya sebagai pengawal, tapiu setiap
perintahmu selalu kami laksanakan dan selama ini belum
pernah menyalahi perintah"
"Betul, kalian memang selalu melaksanakan perintah
dengan baik dan serius, tidak mementingkan diri sendiri
dengan mengutamakan kepentingan organisasi, kalian
berdua memang pelaksana hukuman yang mengagumkan"
"Tidak perlu, setiap orang memiliki kesadaran sendiri,
dalam hal ilmu silat mungkin kami masih memiliki sedikit
modal tapi sepasang mata tak dapat melihat benda,
mustahil untuk kami mengejar orang yang kabur sejauh
seribu li, jadi kami tak mungkin untuk menjabat kedudukan
sebagai pelaksana hukuman tersebut"
Cu Siau hong yang mendengarkan pembicaraan tersebut
diam-diam segera berpikir:
"Walaupun kedua orang ini sudah menggabungkan diri
dengan organisasi ini, namun watak mereka nampaknya
masih tetap dipertahankan seperti sedia kala"
Sementara itu mencorong sinar amarah dari balik mata
Toa sianseng, namun dia tidak mengumbar hawa
amarahnya itu, hanya pelan-pelan ujarnya:
"Kalau toh kalian masih menganggap diri kalian sebagai
anggota organisasi ini, pun tahu kalau aku adalah Toa
sianseng, mengapa sikap kalian terhadapku masih begitu
kurang ajar dan tak tahu sopan santun?"
Bun Hong yang berada disisinya segera menimbrung:
"Walaupun mereka tahu kalau kau adalah anggota
organisasi kita ini, juga mengetahui dirimu sebagai Toa
sianseng, namun Han sah dan Si im adalah manusia yang
serius, mereka selalu merasa tidak puas atas tindakanmu
yang telah mengundang kedatangan anak buahnya tapi
kemudian membinasakan mereka semua.."
(BERSAMBUNG KE JILID 59) Toa sianseng tertawa dingin, segera tegurnya:
"Ang Hui, Ang San, tahukah kalian siapakah manusia
yang telah membunuh anak buah kalian?"
"Siapa?" tanya Ang Hui.
"Sam sianseng dan Su sianseng!"
"Ang San segera tertawa dingin:
"Heeeh...heeeh..heeh..hal ini semakin membuat kami
berdua tidak mengerti, kalau toh Sam sianseng dan Su
sianseng mengapa mereka membunuhi orang-orang
sendiri?" Ang Hui menyambung pula ketus:
"Kami telah mendapat perintah untuk berjaga-jaga disini,
siapa pun dilarang memasuki tempat ini, sungguh tak
disangka Sam sianseng dan Su sianseng tidak segan-segan
membunuhi orang sendiri dan menyerbu kemari, apalagi
sampai sekarang larangan tersebut belum dicabut, apabila
ada orang menerjang masuk kedalam rumah gubuk ini,
sudah seharusnya kami berdua yang bertanggungjawab
atas kejadian ini, bukankah demikian?"
"Baiklah, aku dengan kedudukanku sebagai Toa sianseng
memberitahukan kepda kalian, Yu losam dan Thi losu
datang kemari atas perintahku, kalian tak usah mencampuri
urusan ini lagi, sekarang boleh mengundurkan diri dari sini!"
"Toa sianseng, kau adalah pemimpin dari organisasi ini,
apa yang kau ucapkan merupakan perintah, tapi sebelum
perintah larangan dicabut, kau turunkan lagi perintah
semacam ini, kejadian tersebut sungguh membuat kami
yang menjadi anak buahmu merasa sulit dan tidak habis
mengerti?" Toa sianseng tertawa dingin.
"Tahukah kalian, siapa yang telah menurunkan perintah
agar kalian berjaga-jaga di tempat ini dan melarang siapa
pun untuk memasuki wilayah sekitar sini?"
"Kami berdua hanya tahu melaksanakan tugas atau
perintah, kami tak mau tahu siapakah orang tersebut" ujar
Ang Hui ketus. "Benar-benar suatu tragedi untuk organisasi kita ini,
tahukah kalian dalam tubuh perkumpulan ini telah muncul
seorang pengkhianat" "Pengkhianat tersebut tak lain adalah
Ji sianseng yang menurunkan perintah kepada kalian ini"
"Ji sianseng telah mengkhianati Toa sianseng?" Ang Hui
menegaskan. Toa sianseng berpaling dan memandang sekejap kearah
Bun Hong, kemudian manggut-manggut:
"Benar, sekarang Ji sianseng hadir sendiri disini, aku
mengundang kedatangan Sam sianseng dan Su sianseng
karena tak lain ingin menjatuhkan hukuman kepada
pengkhianat tersebut"
"Toa sianseng" tiba-tiba Ang San menimbrung, "Kami
dua bersaudara adalah manusia-manusia yang tidak
bermata, namun kami bisa merasakan agaknya Toa
sianseng sedang bersiap-siap untuk melarikan diri.."
"Si im, aku sudah cukup memahami seluk beluk kalian"
seru Toa sianseng dengan gusar, "Sekarang kalian kurang
ajar dan tak mau menghormati atasan, apakah kau tidak
takut dengan peraturan organisasi kita yang ketat itu?"
"Takut! Itulah sebabnya kami selalu melaksanakan
perintah dengan sebaik-baiknya, kami tak pernah
melalaikan setiap beban dan kewajiban yang dilimpahkan
diatas pundak kami" Dua orang bersaudara ini selalu berbicara sambung
menyambung yang satu mengisi kekurangan yang lain, tapi
apa yang diucapkan hampir semuanya beralasan, seketika
itu juga Toa sianseng dibuat membungkam dalam seribu
bahasa. Pada saat itulah tiba-tiba Thi losu buka suara:
"Han sah, Si im, kalian berdua mundurlah dahulu, soal
terbunuhnya anak buah kalian ditanganku dan losam suatu
hari pasti akan kami pertanggungjawabkan"
Ang Hui segera tertawa. "Sam sianseng, kalau memang begitu kami berdua tak
berani membantah lagi, biarlah kami mohon diri lebih dulu"
Tiba-tiba saja sikap kedua orang itu berubah seratus
delapan puluh derajat, setelah memberi salam dengan
hormat sekali kedua orang itu segera mengundurkan diri
dari situ. Memandang bayangan punggung kedua orang yang
menjauh itu, Toa sianseng menunjukkan suatu sikap yang
aneh sekali. Yu losam mendehem beberapa kali, kemudian katanya:
"Toa sianseng, sekarang kita harus melanjutkan
pembicaraan kita berdua yang terputus tadi"
"Apakah kalian sudah bersekongkol untuk bersam-sama
mengkhianati aku" Tegur Toa sianseng dingin.
Yu losam menggeleng dengan cepat.
"Tidak, Toa sianseng kami hanya ingin melihat raut
wajah aslimu dan mengetahui siapakah dirimu yang
sebenarnya" "Bagaimana setelah melihat?"
Yu losam menjadi tertegun, dia menengok kearah Thi
losu dan untuk beberapa saat lamanya tak sanggup
mengucapkan sepatah kata pun.
Thi losu termenung sambil berpikir beberapa saat
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lamanya, kemudian baru berkata:
"Toa sianseng, kau adalah pemimpin kami selama ini dan
kami pun selalu menaruh hormat dan kagum kepadamu,
sungguh tak disangka diantara kita berdua agaknya tak
pernah saling bersua secara jujur dan terbuka"
"Betul!" sambung Yu losam, "Toa sianseng, kami
berharap kau sudi melepaskan topeng kulit manusia
tersebut, kemudian marilah kita berbicara secara baik-baik,
menurut perkataan Toa sianseng, bukankah dalam sebulan
mendatang organisasi kita ini sudah dapat menyelesaikan
idaman dan cita-cita kita selama banyak tahun ini?"
"Benar, perjalanan seratus li sudah ditempuh sembilan
puluh li, tapi saat ini bukan saat yang tepat bagiku untuk
melepaskan topengku ini"
"Toa sianseng" Bun Hong menimbrung, "Yang kau
maksudkan sebagai cita-cita hampir terselesaikan, apakah
kami pun ikut terhitung didalamnya?"
"Bun Hong, kau selalu berniat mengadu domba bukan?"
"Yang sudah lewat, kami selalu menganggapmu sebagai
seorang pemimpin, setiap perintahmu selalu kami
laksanakan dengan sebaik-baiknya, bahkan sekali pun
harus menyerempet bahaya pun kami tak pernah
mengeluh, tapi coba pikirlah perbuatanmu sendiri selama
ini, tindakan yang manakah yang bisa membuat kami
menaruh kepercayaan kepadamu?"
"Yang sudah lewat, apakah kau tak pernah memikirkan
persoalan-persoalan tersebut?"
"Persoalan-persoalan itu sudah lama kupikirkan, hanya
tidak sejelas sekarang saja"
"Toa sianseng" Yu losam menimbrung, "Perkataan dari Ji
sianseng memang benar, sesungguhnya sudah lama kami
tidak menaruh kepercayaan lagi kepadamu, hanya saja
perasaan mana tak pernah kami utarakan secara terangterangan"
"Kalau toh sudah sejak lama tidak percaya lagi
kepadaku, mengapa tidak kalian utarakan sejak dulu?"
"Sekalipun hendak diutarakan, paling tidak toh mesti
menantikan datangnya kesempatan" sela Thi losu.
"Bila kau ingin tahu, aku akan memberitahukan
kepadamu" sela Bun Hong pula.
"Baik! Aku pun berharap kalian bisa menbutarakan
secara tenang dan benarkah kalian sudah bersekonhkol
semenjak dahulu..?" "Lagi-lagi kau menduga, kami tak pernah bersekongkol,
semua orang hanya menaruh curiga kepadamu, meski
curiga itu hanya tersimpan di hati, kemisteriusanmu bukan
saja membuat kami curiga pun membuat kami merasa jeri,
jadi walau pun kami sudah curiga sejak lama namun kami
tak berani mengutarakan secara blak-blakan aku pun tahu
kecuali markas yang diwakili olehku ini kau telah
mendirikan lagi dua markas komando di tempat lain.
Sayang sekali tiada dinding yang utuh sepanjang jaman,
bukan saja maksud lainmu itu dapat kurasakan, mungkin Lo
sam dan Lo su pun mempunyai perhitungan sendiri dalam
hatinya. Nah sebenarnya permainan busuk apakah yang
sedang kau persiapkan?"
Toa sianseng tertawa dingin, seperti menjawab tapi
bukan menjawab, katanya: "Hmm tampaknya kalian sudah mempunyai keberanian
untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan semacam ini
kepadaku?" "Cu Siau hong merupakan suatu contoh yang amat jelas,
dengan pelbagai tipu daya dan siasat busuk kau berusaha
untuk membunuhnya, tapi hingga detik ini dia masih tetap
hidup segar bugar di dunia ini"
"Yang penting aku menginginkan dia tetap hidup, coba
aku ingin membunuh, masa dia masih bernapas hingga
sekarang" "Tentang soal ini, seharusnya kau paling jelas memahami
duduknya persoalan" "Aku memang tahu jelas, sewaktu di kota Siang yang
kau gagal membunuh, kemudian kau pun ingin
membunuhnya lagi, diantara sekian banyak kejadian, hanya
satu kali saja timbul ingatanmu untuk menangkapnya dalam
keadaan hidup" Toa sianseng termenung beberapa saat lamanya,
kemudian dia berkata: "Maka, kau berani mengkhianati aku?"
"Hmmm! Bukan cuma aku, mungkin semua orang yang
dekat denganmu pun sudah ada niat untuk
mengkhianatimu" "Yu losam, Thi losu, coba kalian katakan, apakah kamu
berdua pun bertekad hendak mengkhianatiku?"
ooooOOoooo Bagian 76 (Tamat) Sepasang matanya yang tajam bagaikan sembilu tiada
hentinya mengawasi wajah kedua orang tersebut.
Yu losam menghembuskan napas panjang, lalu katanya:
"Toa sianseng, siaute sekalian hanya ingin lebih
memahami tentang keadaan Toa sianseng yang
sebenarnya" Setelah berada dibawah pengaruh yang ketat dan tegas
selama banyak tahun, sedikit banyak sudah tertanam rasa
jeri dalam hati kecil orang-orang itu terhadap pemimpinnya
maka begitu saling beradu pandangan dengan Toa sianseng
serta merta orang itu menjadi bergidik.
"Apakah disebabkan aku selalu mengenakan topeng kulit
manusia maka kalian menganggap aku misterius,
bagaimana seandainya kulepaskan topeng tersebut
sekarang juga?" "Toa sianseng, memang itulah yang kami harapkan siang
dan malam" "Baik! Aku akan segera melepaskan topeng kulit manusia
ini, namun aku harap saat ini juga kalian mengemukakan
posisi masing-masing"
"Posisi bagaimana?"
"Pertama, aku minta kalian menetapkan apabila
kulepaskan topeng ini, apakah kalian masih bersedia
melaksanakan tugas seperti apa yang kuperintahkan"
"Apabila setelah kejadian ini masing-masing pihak dapat
bergaul secara jujur dan terbuka, tentu saja kami masih
bersedia untuk mendengarkan perintah Toa sianseng"
jawab Thi losu dengan cepat.
"Bagus sekali, bila kuminta kalian berdua membunuh Bun
Hong?" Yu losam menjadi tertegun, "Kau maksudkan Ji
sianseng?" "Betul!" "Soal ini..dia adalah Ji sianseng, mana boleh kami
berbuat kurang ajar dengan melawan atasan sendiri?"
"Mereka telah mengkhianati aku, mulai sekarang aku
telah menghapus kedudukannya sebagai Ji sianseng,
kemudian jabatan mana akan kuberikan kepadamu"
Ucapan yang terakhir ini sungguh mempunyai daya pikat
yang besar sekali. Tanpa terasa Yu losam memandang
beberapa kejap kearah Bun Hong.
Dengan suara dingin Bun Hong segera berkata:
"Jangan percaya dengan taktik adu dombanya, dia suruh
kalian turun tangan, tapi coba kalian bayangkan sendiri,
mampukah kalian membunuhku?"
"Lo sam, ilmu silat yang dimiliki Ji sianseng pasti tidak
berada diatasmu" bujuk Toa sianseng.
Yu losam berpaling dan memandang sekejap ke arah Thi
losu, kemudian katanya, "Coba kau lihat, menurut
pendapatmu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Aku rasa, persoalan ini harus kita pikirkan dulu secara
tenang" jawab Thi losu.
"Apa lagi yang mesti dipikirkan?" desak Toa sianseng.
"Aku ingin berpikir, bagaimana kami mesti mengambil
keputusan, sebab aku pikir itulah kesempatan yang terakhir
buat kami semua" "Kesempatan yang terakhir" Apa maksudmu?" tanya Yu
losam keheranan. Thi losu tersenyum, "Coba bayangkan, menurut keadaan
situasi yang terbentang didepan mata sekarang, agaknya
itulah pilihan kita yang terakhir, jikalau kita salah memilih,
maka hanya satu jalan yang bakal kita tempuh"
"Jalan apa?" "Jalan kematian"
"Masih ada satu jalan lagi, apakah kau belum pernah
membayangkan?" tiba-tiba Cu Siau hong menyela dengan
suara sedingin salju. "Jalan apa?" "Nama busuknya akan tersiar sampai generasinya,
manusia hanya bisa hidup beberapa puluh tahun di dunia
ini, siapa pun tak akan terhindar dari kematian, tapi ada
sementara orang walau pun sudah mati masih dihormati
sebagai malaikat, paling tidak bila namanya disinggung
akan muncul perasaan hormat dalam hatinya, tapi ada pula
sementara orang meski sudah m ati namun setiap kali
namanya disinggung maka orang tentu akan
mengumpatnya dengan beberapa patah kata"
Thi losu termenung dan membungkam seribu bahasa.
Yu losam menghembuskan napas panjang, kemudian
katanya: "Bila seseorang sudah mati, perduli amat dia akan dicaci
maki orang yang masih hidup atau tidak, toh orang yang
telah mati tak akan pernah mendengar lagi"
"Yu losam!" tiba-tiba Kian Hui seng berseru, "Meskipun
kalian menggunakan nomor urutan sebagai sebutan, akan
tetapi aku tahu siapakah kau, hidup sebagai seorang lelaki
sejati seharusnya hidup yang gagah dan perkasa, ambil
contoh kalian ini, semuanya memiliki ilmu silat yang luar
biasa serta kemampuan yang hebat, sekalipun tak bisa
menjadi seorang tokoh silat, namun paling tidak pasti bisa
termashur dan menjadi seorang pendekar besar"
"Kami menyaru dan menyembunyikan diri dibalik
kegelapan, sesungguhnya hanya satu tujuan yang hendak
dicapai" sela Toa sianseng dengan cepat, "Yakni kami ingin
mengembangkan pengaruh kami ke seluruh dunia
persilatan, meski sekarang menyembunyikan diri namun
suatu ketika kami pasti akan melepaskan penyaruan kami
dan muncul kembali dalam dunia persilatan secara wajar,
Cuma pada waktu itu semua orang persilatan sudah tunduk
dan menyembah kepadaku"
"Bagaimana dengan para jago yang telah
menyumbangkan tenaganya bagimu" Apa yang hendak kau
lakukan terhadap mereka?" tanya Cu Siau hong.
"Ooh, mereka" Mereka akan menjadi majikan yang
sebenarnya dari pelbagai perguruan besar yang ada di
dunia ini" "Sejak dulu hingga sekarang entah sudah berapa banyak
tokoh dunia persilatan yang mempunyai niat berbuat
demikian, pernahkah kau saksikan keberhasilan mereka?"
sela Cu Siau hong. "Mereka gagal karena cara yang mereka gunakan tidak
benar" "Aku tak dapat menemukan cara apakah yang kau
pergunakan sehingga harapanmu itu bisa tercapai?"
"Oooh, soal itu mah tak perlu kau ketahui"
"Didalam kenyataan, belum tentu kau memiliki
kemampuan untuk berbuat demikian"
"Mengapa?" "Sebab kau haru melewati mayatku sebelum berhasil
mencapai apa yang diharapkan"
"Cu Siau hong, kau anggap kemampuanmu itu benarbenar
dapat menghalangi usahaku?"
"Masih ada aku!" sela Kian Hui seng.
Toa sianseng segera tertawa dingin.
"Heeeh..heeeh..heeeh..kau, huuuh, kau tidak lebih cuma
sinar dari kunang-kunang, berani amat beradu cahaya
dengan rembulan" "Toa sianseng, masih ada aku" seru Bun Hong tiba-tiba.
Yu losam mendehem pelan kemudian menimbrung, "Toa
sianseng, sekarang apakah kau bersedia melepaskan
topeng kulit manusiamu itu?"
"Boleh saja, cuma kalian belum memberitahukan
kepadaku bagaimanakah keputusan kalian?"
"Toa sianseng!" Thi losu berkata pula, "Aku rasa lebih
baik kau yang melakukan dahulu sebelum kami
mengemukakan keputusan kami"
"Bagaimana maksudmu?"
"Lebih baik kau lepaskan dulu topeng kulit manusia itu,
apabila kami sudah mengetahui identitasmu barulah
mengambil keputusan"
Mendengar ucapan mana Toa sianseng segera tertawa
terbahak-bahak, serunya, "Haaah..haaah..haaahh..Thi losu,
agaknya kau pun berniat untuk mengkhianati aku?"
"Berbicara menurut keadaan situasi yang terbentang di
depan mata sekarang, bagaimana pun jua kami memang
menaruh curiga terhadap Toa sianseng"
Sementara itu Bun Hong dan Cu Siau hong telah
menggeserkan badannya secara diam-diam untuk
menghadang disepan pintu gerbang.
Dengan suara dingin Kian Hui seng segera berseru:
"Toa sianseng, sekarang semua orang sudah berkhianat
kepadamu, kau sudah tinggal sebatang kara tanpa kerabat,
buat apa masih memasang gaya jual tampang?"
Mendadak Cu Siau hong menerjang maju kemuka,
dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat
dia menyambar wajah Toa sianseng, kemudian serunya,
"Kalau toh kau enggan melepaskan sendiri topengmu itu,
terpaksa kami harus turun tangan sendiri"
Sementara pembicaraan itu masih berlangsung mereka
berdua sudah saling bergebrak beberapa jurus.
Dalam pertarungan mana, bukan saja Cu Siau hong tidak
berhasil mencopot topeng kulit manusia diatas wajah Toa
sianseng malahan sebaliknya dia kena terhajar oleh tenaga
pukulan Toa sianseng yang maha dahsyat itu sehingga
terdesak mundur sejauh tiga langkah lebih.
Tapi Bun Hong segera membantu serangan dengan
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melepaskan totokan jari tangan dan bacokan kilat di dalam
waktu singkat dia telah melepaskan tujuh buah pukulan dan
lima buah totokan. Menantikan Toa sianseng membendung serangan yang
dilancarkan oleh Bun Hong, serangan yang dilancarkan oleh
Cu Siau hong telah meluncur datang.
Begitulah, selamanya mereka berdua saling isi mengisi
didalam serangan-serangannya, meskipun semua
serangannya gencar, ganas dan dahsyat, namun Toa
sianseng masih dapat menghadapi dengan santai dan tidak
terlalu ngotot. Thi losu berpaling dan memandang sekejap kearah Yu
losam, kemudian membisik, "Bagaimana kita sekarang?"
"Sekarang kita sudah terlanjur berbicara, sekali pun saat
ini kita berpeluk tangan belaka, belum tentu dia akan
melepaskan kita dengan begitu saja"
"Entah ucapanmu memang betul, kalau begitu satusatunya
jalan yang kita lakukan sekarang adalah berusaha
mencari akal untuk memaksanya melepaskan topeng kulit
manusia yang dikenakan itu"
Yu losam manggut-manggut.
Sementara itu, walaupun Toa sianseng sedang bertarung
sengit melawan Cu Siau hong dan Bun Hong, namun ia
tetap mempertahankan kejelian mata dan ketajaman
pendengarannya, otomatis pembicaraan kedua orang itu
pun dapat terdengar olehnyadengan jelas.
Mendadak To sianseng merubah pemainan jurus
pukulannya, sekarang jurus-jurus serangannya dilancarkan
bagaikan kapak raksasa membelah bukit, angin pukulan
yang kuat diiringi deruan angin tajam menyambar kian
kemari. Baik Cu Siau hong mau pun Bun Hong sama-sama
terdesak oleh angin pukulan tersebut hingga tak mampu
banyak berkutik. Mendadak Toa sianseng melejit ke tengah udara, lalu
seperti anak panah yang terlepas dari bususrnya dia
menerjang keluar ruangan.
Waktu itu Bun Hong dan Cu Siau hong sudah tersingkir
oleh angin pukulannya yang kuat, jelas mereka sudah tak
mampu menghalangi usaha Toa sianseng untuk menerjang
keluar dari kepungan. Saat itulah cahaya golok berkelebat lewat, sekilas cahaya
tajam sudah membacok datang dari arah depan, itulah Kian
Hui seng. Rupanya sesudah menyadari kalau Toa sianseng ada niat
untuk melarikan diri, maka secara diam-diam dia
menggeserkan badannya dengan berjaga di depan pintu
ruangan, bacikan kilatnya dilancarkan persis pada saatnya.
Toa sianseng segera mengayunkan kepalannya
menyongsong datangnya bacokan tersebut.
Sambil tertawa dingin Kian Hui seng berkata, "Sekali pun
kau pernah berlatih ilmu Kin ciong ciang atau Thi puh siu
jangan harap bisa tahan menghadapi bacokan golokku ini"
Dia menambahi tenaganya dengan berlipat ganda,
serangan goloknya yang dilancarkan juga makin kencang
dan menghebat. Tampaknya kepalan dan mata golok segera membentur
satu sama lainnya, tiba-tiba To sianseng miringkan
kepalannya kesamping dan menyambut senjata itu dengan
pergelangan tangannya. "Criiiing!" benturan nyaring yang memekikkan telinga
bergema memecahkan keheningan, bacokan golok Kian Hui
seng tahu-tahu sudah kena ditangkis sehingga terpental.
Rupanya pada pergelangan tangannya dia mengenakan
sebuah gelang emas. Tapi begitu Kian Hui seng terbendung serangannya, Bun
Hong dan Cu Siau hong telah mengepung kembali.
Waktu itu sepasang manusia aneh tua dan muda telah
terkepung oleh Hoa Wan, Seng Hong dan Su Eng.
Yu lo sam dan Thi losu dengan cepat menyusul pula
kearah depan. Dengan suara keras Thi losu berteriak: "Toa sianseng,
bila kau masih enggan melepaskan topeng kulit
manusiamu, jangan salahkan kalau kami akan bertindak
kasar kepadamu" Toa sianseng mengalihkan sorot matanya
memperhatikan sekejap lima jago lihay yang sedang
mengerubuti dirinya sekarang ia benar-benar merasa sedih
dan masgul. Sebab dari lima orang yang hadir sekarang ternyata ada
tiga orang adalah bekas anak buah sendiri.
Cu Siau hong berkata lagi dengan suara dingin: "Toa
sianseng, apabila kau selalu menganggap dirimu sebagai
seorang manusia yang sangat berhasil, sekarang tentunya
kau sudah mendapatkan buktinya bukan?"
"Bukti apa?" "Bukti kalau kau belum berhasil, masih banyak
pengecualian dalam dunia persilatan dewasa ini antara kau
dengan mereka sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang
terlampau besar, kau bukan seorang manusia yang luar
biasa, kau hanya terlalu menilai rendah orang lain"
"Asal aku dapat meninggalkan tempat ini, aku percaya
aku masih mempunyai kemampuan yang cukup untuk
bangkit kembali, anggap saja semua anggota organisasi ini
Pendekar Aneh Naga Langit 32 Pendekar Rajawali Sakti 38 Dewa Iblis Gerombolan Bidadari Sadis 2