Pendekar Bego 17
Pendekar Bego Karya Can Id Bagian 17
busuk, sejak saat itulah aku sudah memperhatikan dengan seksama, begitu kulihat
disitu bertambah dengan dua puluhan orang tamu yang datang berbondong bondong,
aku semakin curiga lagi, sebab hal ini tidak lazim terjadi, hingga kewaspadaanku
pun tanpa terasa kutingkatkan..."
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ong It sin baru memahami akan duduknya
persoalan, maka diapun bertanya lebih lanjut:
"Lantas kenapa kau melancarkan serangan maut terhadap Sam si ok sang secara tiba
tiba dengan melepaskan sebutir peluru Siau gi tan" Apakah dengan mengandalkan
kepandaian asli, kita tak akan mampu untuk mengalahkan dirinya?"
"Dugaanmu itu keliru besar, bila bangsat itu tidak mempunyai suatu keyakinan,
tak nanti akan mengucapkan kata kata seperti itu, jika tombol rahasia diatas
dinding tersebut sampai dia pencet, niscaya kita semua akan terperangkap oleh
alat jebakannya?" "Bagaimana cara menemukan hal ini?"
"Bangsat itu sendiri yang memberitahukan hal tersebut kepadaku!"
"Enci Soat, kau jangan bergurau," seru Bwe Yau, "semenjak keluar dari kamarnya,
bangsat itu mengobrol cerita yang panjang dan tiada habisnya, kapan sih dia
memberi tahukan hal itu kepadamu?"
Bwe Leng soat memutar biji matanya lalu menjawab:
"Sekalipun dia tidak memberitahukan kepadaku dengan mempergunakan kata kata,
tapi matanya telah memberitahukan hal itu kepadaku!"
oodoOoowo "Apa maksud dari ucapanmu itu?" tanya Bwe Yau.
"Begitu keluar dari pintu, seperti sengaja tak sengaja matanya telah melirik
kearah tombol rahasia diatas dinding tersebut"
"Darimana kau bisa tahu kalau benda itu adalah sebuah tombol rahasia...?" tanya
Ong It sin. "Gampang sekali alasannya, seandainya diatas dinding tersebut bukan dipasang
alat rahasia yang sanggup untuk menjebak kita, mengapa dalam suasana seperti
itu, ia tidak menengok ke arah lain?"
Setelah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh:
"Ketika rumah makan itu ambruk, bukankah kita telah menemukan sebuah ruangan
batu yang dalam sekali didalam tanah?"
Setelah mendapat keterangan tersebut Ong It sin pun tak bisa bertanya lagi.
Bersamaan itu pula, dia merasa kagum sekali atas ketelitian serta kecerdasan
dari Bwe Leng soat. "Sekarang, kita sudah tahu kalau mahluk tua beracun itu mempunyai komplotan
disepanjang jalan yang siap mencelakai kita setiap saat" kata Bwe Leng soat lagi
pula cara kerja mereka amat licik, bila kita sampai bertindak teledor maka besar
kemungkinan kita semua akan terkena oleh jebakannya.
"Enci Soat, bagaimana pula menurut pendapatmu?" tanya Bwe Yau.
"Untuk menghindari pelbagai kesulitan yang tidak diinginkan, lebih baik kita
menyaru saja" Ong It sin yang pertama tama menyatakan persetujuannya lebih dahulu malah sambil
menuding kearah hutan pohon siong ditepi jalan, katanya:
"Tempat ini paling baik kalau digunakan sebagai tempat untuk menyaru...!"
Seraya berkata dia lantas masuk lebih dulu ke dalam hutan itu diikuti oleh Bwe
Yau dan Bwe Leng soat dibelakangnya.
Ketika muncul kembali dari dalam hutan, mereka telah berubah menjadi tiga orang
sastrawan berusia pertengahan.
Malam itu mereka telah tiba dikota tian gi, waktu itu senja telah menjelang
tiba. Untuk menghindari perhatian orang, Ong It sin sekalian hanya mencari sebuah
rumah makan yang kecil. Meski rumah makan itu kecil, namun hidangannya amat lezat.
Sambil mengangkat cawan araknya, Bwe Leng soat berkata:
"Bagaimana kalau kita jangan minum lagi setelah menghabiskan cawan yang terakhir
ini?" "Tidak bisa, aku harus menghormati tiga cawan arak lebih dulu kepadamu, kau
jangan berusaha menghindarkan diri"
Sementara mereka sedang ribut, dari depan pintu telah berjalan masuk seorang
lelaki berkaki panjang. Dia mengenakan sepatu rumput dengan kepalanya mengenakan topi lebar terbuat dari
anyaman bambu. Dilihat dari dandanannya itu, dapat diketahui kalau dia adalah seorang jago
persilatan yang baru saja melakukan perjalanan jauh.
Bwe Yau tidak begitu menaruh perhatian, tapi Ong It sin dan Bwe Leng soat
menjadi terperanjat sekali.
Ternyata kedua orang itu mengenali siapakah lelaki berkaki panjang itu, dia tak
lain adalah Sin heng tay poo (pangeran berkaki sakti) Thay Lip.
Ong It sin ingin menyapa, tapi segera dicegah oleh Bwe Leng soat sambil
berbisik: "Tunggu sebentar, ada orang datang!"
Ong It sin segera mendongakkan kepalanya, betul juga, didepan pintu rumah makan
itu telah muncul empat orang kakek berbaju merah.
Begitu melihat kemunculan keempat orang itu, paras muka Sin heng tay poo Thay
Lip segera berubah hebat.
Dia bangkit berdiri secara tiba tiba dan siap meninggalkan tempat itu...
Sayang keempat orang kakek berjubah merah itu telah menghadang didepan pintu.
Terdengar salah seorang kakek bermata besar berkepala singa dan berambut awut
awutan itu tertawa dingin tiada hentinya, kemudian menegur:
"Sahabat Thay, secara beruntun kau telah berhasil menghindari kejaran tujuh
kelompok jago jago kami tak malu kalau dirimu mendapat julukan sebagai si kaki
sakti, cuma... bagaimanapun kau berusaha untuk menghindarkan diri, jangan harap
bisa meloloskan diri dari pengawasan perkumpulan kami, sekarang apakah kau masih
ingin kabur lagi" Sin heng tay poo Thay Lip mendongakkan kepalanya dan berkata dengan suara
hambar. "Aku tak lebih hanya seorang prajurit tak bernama didalam dunia persilatan,
entah ada urusan apa perkumpulan kalian mengutus begitu banyak jago lihay untuk
menghadang jalan pergi dari aku orang she Thay?"
"Benar, hal ini mengherankan sekali" pikir Ong It sin, "walaupun Sin heng tay
poo memiliki sepasang kaki sakti yang bisa berjalan cepat, namun ilmu silatnya
biasa saja kenapa pihak Ki thian kau enggan melepaskannya dengan begitu saja?"
Sementara dia masih termenung, seorang kakek bercodet telah berkata dengan
lantang "Kau tak usah berlagak pilon lagi, bukankah kau hendak berangkat ke wilayah Biau
untuk menyampaikan kabar kepada Ong It sin?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, tiga orang sastrawan berusia pertengahan yang
berada disamping mereka menjadi amat terperanjat.
Sin heng tay poo Thay Lip pun tidak menyangka kalau musuhnya akan berterus
terang kepadanya, hingga ia tak bisa menghindarkan diri lagi setelah tertegun
sejenak, katanya kemudian dengan gusar:
"Sekalipun demikian, mau apa kau?"
Kakek bercodet itu tertawa dingin tiada hentinya.
"Tidak apa apa, kami hanya mendapat perintah dari kantor pusat untuk membekukmu
dan mengirimnya ke bukit Leng sia san."
"Hmm! hanya mengandalkan kalian Ciong lay su koay?" dengus Sin heng tay poo
dingin. "Ciong lay su koay?" dengan cepat Ong It sin menjadi teringat kembali siapa
gerangan keempat orang kakek itu, ternyata mereka adalah pencoleng pencoleng
keji yang sudah banyak melakukan kejahatan dan pembunuhan brutal...
Sementara ia teringat akan hal itu, kakek bermata besar itu sudah berkata lagi:
"Kenapa" Memangnya lohu bersaudara masih belum sanggup untuk mengundang dirimu?"
Sin heng tay poo Thay Lip gusar sekali biji matanya berputar sekejap ke
sekeliling tempat itu, dengan cepat ia berhasil menemukan rencana bagus untuk
melarikan diri dari situ, dengan suara dalam segera sahutnya:
"Tentu saja, tentu saja..."
Dibibir ia berkata demikian, kakinya segera bergeser dengan cepat melompat
keluar dari pintu samping rumah itu.
Tindakan yang dilakukannya itu boleh dibilang cepat sekali.
Sayangnya, meski dia cepat, dua orang diantara Ciong lay su koay telah menduga
sampai kesitu, dengan cepat mereka melompat ke depan dan menghadang jalan
perginya sambil berseru: "Sobat Thay, buat apa musti terburu napsu" Percuma kalau ingin kabur sekarang"
Tiba tiba Sin heng tay poo Thay Lip merasakan datangnya segulung tenaga pukulan
yang sangat kuat menerjang dadanya, dengan gugup dia menghindarkan diri ke
belakang. Entah dia sudah terdesak hebat atau karena timbul akal cerdiknya, ternyata Thay
Lip telah menyembunyikan diri ke belakang ketiga orang sastrawan berusia
pertengahan itu. Dengan suara lantang salah seorang dari ketiga orang sastrawan tersebut segera
berkata kepada Sin heng tay poo Thay Lip.
"Aku lihat cara berbicaramu sopan santun maju mundur tahu adat, jelas merupakan
seorang Kuncu sejati, bagaimana kalau duduk sambil minum arak bersama?"
Sin heng tay poo Thay Lip tahu kalau jalan mundurnya sudah tertutup, sesudah
sangsi sebentar, diapun duduk dan menerima cawan arak itu.
"Baiklah kuturuti permintaan anda!" katanya.
Sekali teguk dia menghabiskan isinya sampai habis kering, lagaknya santai,
seakan akan dia sudah melupakan mara bahaya yang sedang mengancam didepan
matanya itu. Agaknya ketiga orang sastrawan berusia pertengahan itu amat menggemari sikapnya
itu, dengan cepat mereka memesan sayur dan arak lagi.
Dalam pada itu, Ciong lay su koay juga mulai merasa lapar sekali, mereka tak
berani bertindak dengan gegabah lagi, akhirnya keempat orang itupun memesan
sayur dan arak. Sebab, pertama Sin heng tay poo tidak bermaksud untuk melarikan diri, kedua
ketiga orang sastrasan berusia pertengahan itu pun dia tidak akan mampu
melindungi keselamatan lawannya, maka dengan tenang merekapun turut makan minum.
Siapa tahu, ketika selesai bersantap, ketiga orang sastrawan berusia pertengahan
itu lantas menitahkan kepada pelayan untuk membuat rekening, setelah itu mereka
mengajak Sin heng tay poo Thay Lip untuk melakukan perjalanan bersama.
Sudah barang tentu Sin heng tay poo Thay Lip menerima tawaran itu dengan senang
hati. Walaupun demikian, diapun merasa rada kuatir, sebab Ciong lay su koay adalah
perampok perampok yang membunuh orang tanpa berkedip, andaikata ketiga orang
sastrawan ini sampai menjadi korban, bagaimana jadinya"
Berpikir demikian, ia menjadi sangsi, tapi salah seorang dari sastrawan berusia
pertengahan itu segera menarik ujung bajunya sambil berbisik lirih:
"Sobat, mari kita pergi! Malam ini kita harus berbincang bincang sampai pagi..."
Karena tak bisa melepaskan diri dari cengkeraman orang, maka Sin heng tay poo
Thay Lip terpaksa harus mengikuti dibelakang mereka untuk berjalan keluar dari
rumah makan itu. Belum sampai beberapa langkah, tiba tiba terdengar Ciong lay su koay membentak
keras dengan sorot mata bengis.
"Sahabat Thay, berhenti kau!"
Walaupun Thay Lip ingin berhenti, namun sepasang kakinya sudah tidak menuruti
perkataannya dan melanjutkan langkahnya menuju ke depan sana.
Terdengar sastrawan berusia pertengahan itu berkata:
"Sobat, hubunganmu sungguh luas sekali banyak benar orang yang hendak mengajakmu
pergi! Cuma, bukankah kau telah meluluskan permintaan kami lebih dulu untuk
berkunjung kerumah kami" Maka kaupun tak usah mempedulikan orang lain lagi"
Ucapan itu tak bisa disangkal lagi merupakan jawaban yang diturunkan kepada
orang orang itu. Tak heran kalau Ciong lay su koay menjadi naik pitam! sambil membentak keras
mereka menerjang ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Seorang menggerakkan tangannya untuk mencengkeram tubuh Sin heng tay poo
sedangkan seorang yang lain menghajar punggung sastrawan berusia pertengahan.
Pada detik yang terakhir itulah, mendadak terjadi suatu peristiwa yang sama
sekali di luar dugaan... Si kakek bercodet Im Hu dan sikakek berkepala singa Si Siau thian bersama sama
mendengus tertahan, bukannya berhasil dengan serangannya, malahan mereka kena
digetarkan balik kebelakang dengan darah yang bergolak keras dalam dadanya.
Kenyataan ini segera membuat keempat orang siluman itu berdiri termangu mangu
macam orang bodoh. Terutama sekali siluman pertama Kakek Kuntilanak Ong Liau dan siluman kedua
Kakek berusus dingin Ciang Pia hoo sebagai penonton, mereka tidak berhasil
melihat dengan jelas bagaimana caranya kedua orang rekannya terluka.
Dari sini dapat diketahui bahwa kesemuanya ini merupakan hasil karya dari ketiga
orang sastrawan berusia pertengahan itu.
Sementara sikakek bercodet Im Hu dan si kakek berkepala singa Si Siau thian
telah mengatur napasnya untuk menekan pergolakan darah didalam dadanya, setelah
itu teriaknya keras keras:
"Lotoa, lojin, mari kita susul ketiga orang pelajar rudin itu!"
"Apakah kalian tidak salah melihat," kata Kakek Ciang Pia hoo.
"Kami berdua kena dipentalkan oleh sastrawan jangkung itu, masa bisa salah"
Belum pernah kami dengar ada manusia macam begitu dalam dunia persilatan, hayo
kita kejar, coba lihat manusia macam apakah dirinya itu..."
"Baik!" Tanpa banyak berbicara lagi mereka segera berangkat meninggalkan rumah makan itu
dengan kecepatan luar biasa.
Dalam anggapan mereka, Sin heng tay poo dan ketiga orang pelajar rudin itu sudah
pasti telah pergi jauh, maka setibanya didepan rumah makan, dengan cepat mereka
celingukan kesana kemari.
Mendadak terdengar seorang menegur:
"Hei, sobat apakah kalian sedang mencari aku?"
Dengan terkejut keempat orang siluman itu membalikkan badannya.
Ternyata ketiga orang sastrawan tersebut bersama Sin heng tay poo Thay Lip
sedang menanti kedatangan mereka dirumah sebelah, bahkan waktu itu mereka sedang
memandang kearahnya dengan sinar mata yang sinis dan penuh rasa hina.
Kakek kuntilanak Ong Liu segera maju kedepan dan sahutnya:
"Betul, kami memang sedang mencari kalian semua!"
Seorang sastrawan setengah baya yang bertubuh kurus kecil segera mendengus:
"Hmm, ada urusan apa mencari kami?"
"Dihadapan orang lebih baik jangan berbohong, katakan siapa nama kalian!"
"Kami bukan anggota persilatan, juga tidak melakukan jual beli tanpa modal, buat
apa musti bercakap cakap dengan pentolan penyamun macam kalian itu?"
Begitu mendengar perkataan tersebut, Ciong lay su koay segera melototkan matanya
bulat bulat dengan wajah amat gusar.
Si kakek bermuka codet Im Hu paling berangasan orangnya, ditatapnya sastrawan
kecil itu lekat lekat, kemudian bentaknya:
"Pelajar rudin, rupanya kau sudah bosan hidup!"
"Memangnya kau berani bertindak semena mena terhadap kami?" jengek sastrawan itu
sambil tertawa dingin. Kakek bercodet itu segera maju ke depan, teriaknya keras keras:
"Kau tak usah berkentut terus dihadapan kami, lihat saja kami akan menjagal
kalian ditengah jalan..."
Dengan cepat dia meloloskan sebilah pisau kemudian menerjang ke depan dan
menusuk dada sastrawan setengah umur yang bertubuh ceking dan kecil itu.
"Losam, jangan sembarangan, bisa mengagetkan pihak petugas keamanan..." cegah
siluman pertama keras keras.
"Lotoa, kau maksudkan jangan memakai senjata tajam?" seru si kakek bercodet
sambil menarik kembali senjatanya.
"Betul lebih baik kita seorang bereskan seorang, itulah lebih praktis dan
bagus!" Baru selesai dia berkata, sastrawan yang jangkung itu sudah melotot dengan
matanya yang tajam, kemudian ujarnya sambil tertawa dingin.
"Kalau toh kau merasa begitu yakin dengan kemampuanmu, mengapa tidak terima
tantangan kami" Cuma tempat ini kurang cocok untuk dipakai sebagai tempat
pertarungan, mari kita berpindah tempat saja"
Mimpipun siluman pertama itu tak mengira kalau tantangannya diterima lawan
dengan begitu saja, tanpa terasa ia menjadi tertegun.
"Waah... jangan jangan musuhku ini cukup tangguh?" demikian dia berpikir.
Sudah barang tentu mustahil baginya untuk menarik diri lagi, maka katanya sambil
tertawa dingin: "Kalau begitu kita berjumpa ditanah pekuburan diluar kotasana.
"Baik, kami akan berangkat selangkah lebih duluan!"
Ciong lay su koay tak bisa berbicara apa apa lagi, maka siluman pertama pun
memberi tanda kepada rekan rekannya seraya berkata:
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mari kita berangkat, tidak kuatir mereka bisa kabur ke atas langit..."
Selesai berkata merekapun berangkat meninggalkan tempat itu, dalam waktu singkat
bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak berbekas.
Sepeninggal keempat orang siluman itu, Sin heng tay poo Thay Lip segera menjura
kepada ketiga orang sastrawan berusia pertengahan itu sambil ujarnya:
"Aku Thay Lip mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan saudara sekalian
sayang aku masih ada urusan penting yang harus segera dilaksanakan, lagipula
persoalan itu menyangkut keselamatan dunia persilatan, oleh sebab itu terpaksa
aku musti mohon diri lebih dulu."
Sin heng tay poo Thay Lip sudah bersiap siap meninggalkan tempat itu, tapi
segera dicegah oleh si sastrawan jangkung.
"Thay tayhiap" demikian katanya, "tadi kudengar kau hendak pergi ke wilayah Biau
untuk mencari Ong It sin, apa benar ada kejadian semacam ini...?"
"Benar!" "Aku lihat, kau tak usah pergi lagi!"
"Kenapa?" tanya Sin heng tay poo terkejut.
"Sebab sekarang ia sudah tidak berada di situ lagi, setelah melenyapkan kota
ular beracun, mereka telah berangkat meninggalkan tempat tersebut...!"
"Oooh, kemana aku harus mencari dirinya?" seru Sin heng tay poo Thay Lip
kemudian dengan sedih. "Mungkin dia sudah pulang ke daratan Tionggoan, oleh sebab itu Thay tayhiap tak
usah mencarinya lagi"
"Thay tayhiap" timbrung sastrawan ceking itu mendadak, "ada urusan penting
apakah sehingga kau begitu terburu buru untuk menemukan dirinya...?"
Sin heng tay poo ragu sejenak, kemudian katanya berterus terang:
"Ketua Ki thian kau Be Siau soh telah berhasil melatih Hu si jit si Ngo heng sin
kang, dengan mengandalkan kepandaiannya itu dia telah menyerbu ke kuil Siau lim
si dan menculik Thian yan serta Thian ci hweesio dengan tujuan merajai dunia
persilatan, sekarang dia telah mengutus orang untuk menyebar undangan ke
pelbagai aliran dan partai dengan perintah untuk melaporkan diri ke markas
besarnya di bukit Long cia san pada bulan Toan yang, kalau tidak, mereka akan
dilenyapkan dari muka bumi"
Sastrawan jangkung itu segera berkerut kening, serunya:
"Oooh... telah terjadi peristiwa semacam ... Pengetahuan kami benar benar amat
cetek!" Sembari berkata dia lantas membawa semua orang menuju ke tanah pekuburan di luar
kota. "Selain itu masih ada kabar apa lagi?" tanya sastrawan ceking itu kemudian.
"Konon Ay sian Cu Lian ci dan Say siu hun dim juga telah ditangkap dan disekap
mereka" Sastrawan jangkung itu tampak terperanjat sekali setelah mendengar perkataan itu
dengan cepat dia mencengkeram lengan Sin heng tay poo sambil pekiknya:
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
Walaupun cengkeraman itu dilakukan dengan sambil lalu, namun kekuatannya hebat
sekali, seketika itu juga sin heng tay poo Thay Lip menjadi kesakitan setengah
mati, peluh dingin bercucuran membasahi sekujur tubuhnya.
"Aku... aku... sama sekali... titi... tidak bohong..." sahutnya tergagap.
"Toako, kau tidak kuatir melukai Thay tayhiap?" sastrawan ceking itu segera
memperingatkan. Buru buru sastrawan jangkung itu mengendorkan tangannya, kemudian bertanya:
"Sakit tidak?" "Oooh... tidak tidak!"
Sementara perbincangan masih berlangsung, mereka sudah tiba di tengah pekuburan
diluar kota. Waktu itu dalam amat larat, kentongan ketiga pun sudah menjelang tiba...
Ciong lay su koay bagaikan setan gentayangan berdiri seram dibawah sinar
rembulan yang redup. Ketika menyaksikan kedatangan musuh musuhnya, Ya siau siu Ong Liau si siluman
pertama dari Ciong lay su koay itu segera tertawa seram, kemudian tegurnya:
"Kalian benar benar memegang janji sekarang sebutkan dulu siapa nama kalian!"
"Kau kuatir setelah mati mata tak meram jengek sastrawan jangkung itu sinis.
"Omong sembarangan" bentak Ya siau siu dengan gusar, "lohu tak pernah membunuh
manusia tak bernama!"
"Jadi kau memaksa aku untuk memberitahukan?"
"Hmmm. memangnya lohu sedang bergurau?"
Dengan kening berkerut sastrawan jangkung itu lantas berkata:
"Boleh saja diberitahukan kepadamu, tapi akupun mempunyai suatu pantangan"
"Apa pantanganmu itu?"
"Barang siapa salah mengetahui namaku, maka dia harus mampus dalam keadaan
mengerikan" Dengan geramnya Ya siau siu Ong Liau mendongakkan kepalanya dan tertawa seram
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau betul betul amat tekebur... juga besar
nyalinya, laporkan namamu soal mati atau tidak, sebentar kau bakal tahu sendiri
jawabannya!" Tiba tiba paras muka sastrawan jangkung itu berubah menjadi dingin seperti es
dengan sinar mata yang mengerikan dia berseru dalam dalam:
"Aku she Ong bernama It sin, sudah kau dengar jelas?"
Begitu mendengar nama tersebut, paras muka Ciong lay su koay segera berubah
hebat serunya hampir berbareng.
"Huuh... tampang macam itupun mengaku sebagai Giok bin sin liong (naga sakti
berwajah pualam) Ong It sin?"
Kali ini giliran sastrawan jangkung itu menjadi tertegun, pikirnya kemudian.
"Apakah didalam dunia persilatan telah muncul kembali seorang jago yang bernama
Giok bin sin liong Ong It sin?"
Ketika Ya siau siu melihat musuhnya nampak tertegun, dia lantas menganggap
lawannya adalah Ong It sin gadungan hatinya semakin lega dengan mata memancarkan
sinar tajam katanya kemudian:
"Sobat, tahukah kau kalau Giok bin sin liong Ong It sin adalah ahli waris dari
Leng mong sinceng" Wajahnya tampan sekali..."
Mendengar perkataan itu, si sastrawan jangkung itu kembali berpikir:
"Oooh, rupanya yang dinamakan Giok bin sin liOng Itu adalah diriku sendiri!"
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Kalau begitu, jelas kami punya nama yang sama, tapi memang tak sedikit orang
didunia ini yang nampaknya nama sama, setelah mampus nanti, silahkan kalian
ingat baik baik kalau kalian telah mampus ditangan Ong It sin!"
Ciong lay su koay bertambah gusar, rasa was was yang semula menyelimuti hati
mereka segera lenyap tak berbekas, terutama si kakek bercodet yang memang buas
dan kejam sedari tadi ia memang sudah berniat untuk membunuh orang.
Mendadak dia melompat ke depan kemudian bentaknya:
"Bajingan laknat, kalian memang pantas untuk dibunuh, serahkan nyawa kalian!"
Sepasang kepalannya diayunkan ke depan, deruan angin dahsyat yang amat kencang
segera menggulung ke muka.
Tampaknya ia bertekad untuk membunuh musuhnya dalam sekali gebrakan, maka
serangan tersebut dilancarkan dengan sepenuh tenaga, bukan saja pukulannya
berat, lagipula buas, ganas dan jitu.
Aneh sekali, meski pukulan itu amat dahsyat, dalam kenyataannya serangan itu tak
berhasil mengenai tubuh lawannya, malah seujung rambut pun tak terjawil olehnya.
Puluhan gebrakan kemudian, serangan dari si kakek bercodet itu makin lama
semakin lemah. Akhirnya, dia membentak keras, golok yang terselip dipinggangnya segera dicabut
keluar. Si kakek bercodet ini sesungguhnya memang merupakan seorang jago golok yang amat
lihay, dia memiliki serangkaian ilmu golok yang hebatnya bukan kepalang.
Selama ini, belum pernah ada seorang jago persilatanpun yang sanggup menahan dua
puluh jurus serangannya, itulah sebabnya dia menjadi latah, angkuh dan memandang
remeh kepada orang lain. Sayang keadaan yang dihadapinya hari ini berbeda, sekalipun begitu turun tangan
ia telah mengulurkan kepandaian andalannya toh hasilnya tetap nihil.
Masih untung musuhnya masih sungkan kepadanya, kalau tidak, akibatnya benar
benar sukar dibayangkan dengan kata kata.
Makin bertarung sikakek bercodet itu semakin ketakutan, butiran keringat jatuh
bercucuran membasahi tubuhnya, sekarang dia baru sadar kalau musuhnya terlampau
tangguh. Dalam sekejap mata puluhan gebrakan kembali sudah lewat.
Lama kelamaan Ong It sin bosan sendiri menghadapi musuhnya yang garang itu
dengan sebuah pukulan yang sangat aneh, dia hajar dada kakek bercodet itu.
Belum sempat menjerit kesakitan, gembong iblis itu sudah mencelat kebelakang dan
tewas seketika itu juga. Menyaksikan rekannya tewas, sikakek bermata besar kepala singa itu membentak
keras kemudian dengan garangnya menubruk ke depan.
Ia bersenjatakan sepasang roda emas Jit gwat kim lun, dengan menciptakan lapisan
cahaya emas yang amat tebal, langsung dia kurung sekujur tubuh musuhnya.
"Suatu serangan yang amat bagus," seru Ong It sin.
Tanpa sangsi lagi, telapak tangannya diayunkan kemuka melancarkan sebuah pukulan
dahsyat. Ditengah hembusan angin puyuh yang menderu deru, roda emas Jit gwat kim lun itu
segera terlepas dari cekalan dan mencelat ke udara.
Keadaan dari kakek kepala singa ini lebih mengenaskan lagi, satu gebrakan belum
dilewatkan dia sudah menjerit ngeri sambil muntah darah segar tubuhnya mencelat
kebelakang dan tewas seketika itu juga.
Dengan terjadinya peristiwa ini, Ya siau siu dan Leng cong siu menjadi keder dan
pecah nyalinya. Ya siau siu Ong Liu telah bersiap siap maju ke depan untuk beradu jiwa, tapi
segera dicegah oleh si kakek berusus dingin Ciang Pia hoo.
"Lotoa, jangan tak tahu diri!" nasehatnya, "sekalipun ilmu silatmu lebih hebat
dari pada losam dan losu, tapi sampai dimana kau bisa menolong keadaan ini?"
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu?" tanya Ya siau siu dengan wajah amat
sedih. "Sudah lumrah bila menderita kalah di suatu medan perang, apalagi yang bisa kita
lakukan sekarang" Lebih baik tunggu saja keputusan musuh terhadap nasib kita"
"Loji, mengapa kau dapat mengucapkan kata kata yang tidak tahu malu sama sekali
itu?" "Sebagai seorang lelaki sejati, harus bisa melihat keadaan, sekalipun kau tidak
setuju lotoa, akupun tak bisa berbuat banyak"
Agaknya Ya siau su juga tahu kalau keadaan yang dihadapinya sekarang amat tidak
menguntungkan posisinya, bila dia berani bertindak gegabah maka bisa jadi akan
berakibat lenyapnya Ciong lay su koay dari permukaan bumi.
Akhirnya setelah mempertimbangkannya beberapa waktu, dia merasa ucapan dari loji
memang ada benarnya juga, maka diapun lantas menundukkan kepalanya dan tidak
berbicara lagi. Sesungguhnya Ong It sin sendiripun sama sekali tidak berniat untuk melakukan
pembasmian terhadap lawannya, melihat pihak musuh sudah tidak melancarkan
serangan lagi, diapun lantas berkata:
"Semua akibat ini merupakan hasil perbuatan dari kalian sendiri, jangan salahkan
kalau aku orang she Ong bertindak keji. Untung saja kalian masih tahu diri, asal
kalian tidak menyerang lagi, akupun bersedia untuk mengampuni jiwa kalian
berdua" "Terima kasih banyak" ucap si Kakek berusus dingin Ciang Pia hoo, "selama bukit
nan hijau, air tetap mengalir, budi kebaikanmu ini suatu ketika pasti akan kubayar"
Sehabis berkata, dia lantas membalikkan badan dan siap berlalu dari situ.
Baru saja mereka menggerakkan tubuhnya, seorang sastrawan bertubuh ceking telah
membentak keras: "Tunggu sebentar!"
Serentak Ya siau siu dan Leng cong siu berseru bersama:
"Apakah ucapan dari Ong tayhiap tidak berlaku?"
"Setiap perkataan dari toako kami selalu dipegang dengan teguh, siapa bilang
kalau tidak berlaku?"
"Lantas apa maumu?" seru Ya siau siu cepat.
"Apa yang dikatakan toako ku barusan?"
"... dia bilang, bersedia mengampuni dua lembar nyawa kami, apakah perkataan ini
keliru?" "Kata kata itu mah tidak keliru, cuma kami toh tidak berjanji untuk tidak
memunahkan ilmu silat kalian?"
Mendengar ucapan tersebut, terbungkamlah kedua orang siluman itu, sekujur badan
merekapun mulai gemetar keras.
Menyaksikan mimik wajah mereka yang mengenaskan, Ong It sin menjadi tak tega,
katanya cepat: "Soat... te, sudahlah, biarkan mereka tinggalkan tempat ini dengan membawa serta
ilmu silatnya?" "Engkoh Sin, kalau mereka dibiarkan pergi dengan begitu saja, maka jejak kita
sudah pasti tak akan bisa dipertahankan lagi!"
"Bagaimana menurut pendapatmu?"
"Punahkan ilmu silatnya kemudian menotok jalan darah bisunya, setelah itu
serahkan kepada Tay tayhiap agar dilepaskan setibanya dibukit Soat hong san"
"Aaah, ucapan adik Soat memang tepat sekali!"
Ternyata sastrawan bertubuh ceking itu adalah penyaruan dari Bwe Leng soat.
Dengan demikian, Sin heng tay poo pun segera menyadari apa gerangan yang telah
terjadi. Ketika Ya siau siu dan Leng cong siu menyaksikan keadaan telah berkembang
menjadi begini rupa, tahulah mereka bahwa tiada harapan lagi bagi mereka untuk
kabur, tanpa terasa kedua orang iblis ini menghela napas panjang.
Ong It sin segera maju ke depan dan memunahkan ilmu silat dari kedua orang ini,
bahkan sekalian menotok pula jalan darah bisunya, sambil diserahkan kepada Sin
heng tay poo, dia berkata:
" maaf..., aku musti merepotkan dirimu!"
"Siau heng bersedia melaksanakan tugas ini!" jawab Sin heng tay poo dengan
girang. "Bagaimana dengan Coa toako sekalian?"
"Mereka masih berada ditempat semula!"
"Baik baiklah mereka semua?" tanya Bwe Leng soat.
"Tindak tanduk mereka sekarang semakin bertambah hati hati, karena kuatir
terjadi hal hal yang tak diinginkan, silahkan kalian langsung menuju ke tempat
pertemuan saja" "Dewasa ini anggota Ki thian kau makin banyak, dengan mengandalkan kekuatan kita
beberapa orang sesungguhnya terlalu minim sekali...?"
"Bagaimana kalau kita pulang ke Lam hay untuk meminta bantuan guruku...?" usul
Bwe Leng soat. Ong It sin segera menggeleng.
"Inilah percobaan untuk kita, tak perlu, lagi pula bulan lima hari Toan yang
tinggal dua puluh hari, waktunya sudah tak sempat lagi buat kita pergi ke tempat
jauh" Setelah berhenti sejenak, ujarnya kepada Sin heng tay poo:
"Thay toako, bawalah kedua orang siluman ini menuju kebukit Soat hong san
kemudian berangkat ke kuil Siau lim si untuk bertemu dengan Toan gi siansu,
suruh dia mengadakan perundingan rahasia dengan pelbagai aliran untuk
mempersiapkan sesuatu pertarungan massal, tapi berita ini musti dirahasiakan
lebih baik kalau hanya diketahui oleh beberapa orang ciang bunjinnya saja!"
Sin heng tay poo Thay Lip mengiakan, dia lantas menuju kekota menyewa kereta dan
membawa pergi dua orang siluman tersebut.
Sebelum berangkat dia bertanya lagi kepada Ong It sin:
"Aku masih belum menanyakan nama dari saudara ini?"
Sambil berkata dia lantas menunjuk kearah Bwe Yau.
Ong It sin segera tersenyum.
"Aaah, aku memang pikun sekali, masa lupa untuk memperkenalkan kalian, dia
adalah sumoayku..." "Sedari kapan sinceng menerima murid perempuan?"
"Thay toako, kau salah duga, dia bukan murid guruku, melainkan muridnya Seng
hong tianglo dari luar perbatasan yang bernama nona Bwe Yau..." kata pemuda itu
tertawa. "Oooh, seharusnya aku bisa menduga ke sana"
Dia lantas mencemplak kudanya dan berlalu dari situ.
Sedangkan Ong It sin bertiga pun kembali ke tempat penginapannya untuk
beristirahat. oxodOwooxo Sementara itu, markas besar perkumpulan Ki thian kau diatas bukit Long sia san
dekat kota Si ciu tampak bertambah semarak dan tersohor, terutama sekembalinya
kaucu mereka Be Siau soh ke dalam markas besarnya.
Hal ini lebih disemarakkan lagi dengan berhasil tertangkapnya Say siu hud sim,
Thian ya, Thian ci hwesio dari Siau lim pay dan Ay sian Cu Lian ci.
Makin lama pengaruh Ki thian kau dalam dunia persilatan semakin besar, sedang
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kawanan liok lim dan penjahat golongan hitam sama sama takluk dan menggabungkan
diri dengan mereka. Sementara murid murid dari pelbagai perguruan besar didunia ini, semakin jarang
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan.
Melihat kenyataan tersebut, tampaknya cita cita Be Siau soh untuk menguasahi
seluruh jagad sudah hampir menjadi suatu kenyataan.
Tapi Be Siau soh masih belum tenang, dia masih merisaukan sesuatu hal, terutama
kemampuan dari Ong It sin dan Bwe Leng soat dua orang, terutama sekali yang
disebut belakangan ini. kalau bisa dia ingin mencincang tubuhnya menjadi
berkeping keping. Sedangkan soal Ong It sin, semenjak dia tahu kalau pemuda itu tidak bertampang
jelek dan memuakkan seperti dulu lagi, bahkan berubah menjadi tampan bagaikan
Phoa An, sehingga orang orang persilatan memberi julukan Giok bin sin liong
kepadanya hal ini menimbulkan gairah Be Siau soh untuk berjumpa dengan kekasih
lamanya ini. Sekalipun dalam hatinya dia berhasrat demikian, namun tiada seorang manusiapun
yang tahu dimanakah Ong It sin dan Bwe Leng soat berada saat itu.
Ketika menyaksikan Sin heng tay poo menuju kebarat dengan gerak gerik yang
mencurigakan, dia lantas menduga kalau hal ini ada hubungannya dengan Ong It
sin. Itulah sebabnya sepanjang jalan Be Siau soh menitahkan untuk mengadakan
penghadangan. Siapa tahu Sin heng tay poo terlampau lihay, secara beruntun dia telah berhasil
melampaui tujuh hadangan dan tiba tiba lenyap tak berbekas...
Kemudian diketahui pula bahwa Ciong lay su koay yang dikirimnya telah kedapatan
tewas dua orang lainnya lenyap dengan begitu saja.
Maka Be Siau soh segera menitahkan wakil kaucu ketiga Siau bin mi lek dengan
membawa empat orang toa guhoat untuk melakukan penyelidikan yang jelas.
Tak lama kemudian Thian tok tay ong dan Ciok yong sin li datang menggabungkan
diri, sudah barang tentu hal ini membuat Be Siau soh kegirangan setengah mati.
oooOdwXooo Setiap dua tiga hari sekali, Be Siau soh memerlukan diri untuk berkunjung ke
penjara bawah tanah dan membujuk Thian yan, Thian ci hwesio, Say siu hud sim dan
Ay sian Cu Lian ci sekalian untuk menyerah saja.
Siapa tahu keempat orang itu tetap berkeras kepala dan tak mau takluk sampai
mati. Dia cukup mengetahui akan pentingnya keempat orang ini bagi umat persilatan,
bila dibunuh maka keadaan pasti akan bertambah kacau, bila dibiarkan melarikan
diri, mereka pasti akan menjadi musuh bebuyutan yang menakutkan.
Yang lebih menakutkan lagi adalah jika keempat orang ini sampai diperalat oleh
Ong It sin. Oleh sebab itu penjaga penjaga yang ditugaskan untuk menjaga penjara tersebut
merupakan jago jago pilihan yang rata rata berilmu tinggi.
Selain daripada itu, diapun menunjuk wakil ketua kedua sebagai komandan dari
pengawal penjara tersebut.
Bahwasanya Seng Meh cu, wakil ketua kedua dari Ki Thian kau bisa terpilih, hal
ini pun sudah sewajarnya, sebab bukan Cuma ilmu silatnya saja yang sangat lihay,
kecerdasan otaknya juga luar biasa sekali.
Dengan penjagaan yang demikian ketatnya memang sukar buat keempat orang tawanan
itu untuk melarikan diri.
Suatu hari, Be Siau soh melakukan pesiar disekitar bukit tersebut, untuk
menikmati pemandangan alam, yang dimaksudkan sebagai pesiar baginya adalah
keluar rumah untuk berburu pemuda tampan.
Semenjak mempelajari ilmu Ngo heng sin kang, setiap hari dia membutuhkan sari
kelakian seorang pemuda untuk menambah sempurnanya tenaga dalam yang sedang
dilatihnya. Itulah sebabnya dikota Si ciu, seringkali kedapatan pemuda pemuda tampan yang
mendadak lenyap tak berbekas.
Hari itu, dia berpesiar lagi dengan menaiki tandu, ketika melewati pintu kota,
mendadak ia menyaksikan ada seorang petani muda sedang mencangkul tanah ditengah
sawah. Petani itu berwajah tampan, berotot kekar dan amat menawan hati, bergetar
perasaan Be Siau soh menyaksikan ketampanan pemuda itu, segera bentaknya:
"Hentikan tandu!"
Tandu berhenti, Ang hun lo sat Hoa Long jin segera maju kedepan sambil bertanya:
"Kaucu ada urusan apa?"
Be Siau soh mengerling sekejap kearah petani muda ditengah sawah itu, lalu
perintahnya. "Tangkap dia!" Ang hun lo sat Hoa Long jin mengiakan, dia segera melompat ketengah sawah dan
menggape kearah petani itu sambil berseru:
"Hei, toako, cepat kemari, nio nio ingin menyatakan sesuatu kepadamu!"
"Nio nio kalian berada dimana?"
Sambil berkata petani itu membersihkan lumpur dari kakinya dan berjalan
mendekat. Ang hun lo sat Hoa long jin segera menuding ke arah tandu kecil itu seraya
menyahut: "Itu dia, bukankah dia berada disini" Cepat ikuti aku!"
Sambil berkata dia lantas berjalan lebih dahulu ke depan.
Tak selang berapa saat kemudian, pemuda itupun sudah tiba didepan tandu
tersebut. Baru saja dia ingin menyaksikan sesuatu tahu tahu Be Siau soh sudah mengebaskan
tangannya dan menotok jalan darah petani muda tadi.
"Bawa dia pulang ke markas!" perintahnya.
Gadis berbaju merah yang ada dibelakangnya segera mengiakan, dengan cepat dia
menyambar tubuh petani itu dan dibawa kabur.
Dalam waktu singkat, rombongan tersebut sudah lenyap dari pandangan mata.
Sepeninggal rombongan tersebut, dari balik semak belukar kedengaran seorang
gadis sedang berkata: "Coa toako, dugaanmu memang hebat. Cuma..."
"Adik Soat, Cuma kenapa?" tanya lelaki she Coa itu, "apakah kau takut Ong lote
berubah pikiran" Tak usah memikirkan yang bukan bukan!"
"Hmm, aku sih tidak kuatir, Cuma aku kuatir dengan keselamatannya, setelah
berada didalam sarang iblis, mungkinkah dia akan mengalami sesuatu yang sama
sekali diluar dugaan?"
"Ong lote adalah seorang pemuda bernyali besar dan berotak cerdas, ilmu silatnya
juga sangat lihay, mana mungkin dia akan menjumpai mara bahaya" Lebih baik kita
pulang ke rumah saja sambil menantikan kabar baik darinya!"
Tak lama kemudian, kedua sosok bayangan manusia itupun lenyap dari tempat itu.
^oood^O^wooo^ Tempat ini adalah sebuah kamar tidur yang amat megah dan mewah sekali.
Diatas pembaringan berbaringlah seorang pemuda tampan, dia tak lain adalah sang
petani muda yang kena dibekuk siang tadi.
Sementara itu, disamping pembaringan berdiri seorang dayang berbaju putih.
Waktu itu sang dayang sedang mengawasi wajah petani muda diatas ranjang itu
dengan termangu mangu, kemudian diapun menghela napas lirih.
Dibalik helaan napasnya itu, penuh mengandung rasa kasihan dan sayang.
Sebab dia pernah menyaksikan banyak sekali pemuda tampan yang tertidur nyenyak
pada malam itu, tapi keesokan harinya sudah tak sanggup berdiri lagi.
Tentu saja petani muda inipun tak akan terhindar pula dari keadaan tersebut.
Diam diam dayang berbaju merah itu berpikir:
"Kaucu kami begitu cabul dan jalang, selain membunuh orang, suka sekali melalap
lelaki muda, dia bukan manusia yang baik. suatu hari sudah pasti akan kena
batunya... tapi sampai waktu itu, mungkin aku sendiripun harus mengorbankan pula
selembar jiwaku" Berpikir sampai disini, dia semakin sedih.
Jangan dilihat dayang berbaju merah itu adalah dayangnya Ang hun lo sat Hoa Long
jin dalam kenyataannya diapun seorang anak gadis yang masih suci bersih, tapi
berhubung dipilih oleh Ang hun lo sat, maka terpaksa dia harus menjadi
dayangnya. Tidak sedikit peristiwa cabul yang disaksikan olehnya dia benar benar merasa
benci dan muak sekali dengan kejadian kejadian semacam itu.
Tapi dia tak mampu menghalanginya, ia pernah mencoba untuk melarikan diri, tapi
ia takut ditangkap dan menderita karena siksaan.
Itulah sebabnya selama inipun dia hidup dalam dunia yang serba gelap dan penuh
kemaksiatan ini... Sementara dayang itu sedang melamun, mendadak pemuda diatas ranjang itu membuka
matanya, lalu bertanya dengan suara tercengang:
"Nona, sekarang aku berada dimana?"
"Benarkah kau tidak tahu?" tanya si dayang.
"Tentu saja" "Akan kuberitahukan kepadamu, tapi kau tak boleh melarikan diri dari sini!"
"Kalau memang begitu, aku lebih lebih ingin tahu!"
Dayang berbaju merah itu menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan
sesuatu, tapi sejenak kemudian dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
katanya: "Tak ada gunanya kuberitahukan hal ini kepadamu, sebab hal mana hanya akan
merugikan dirimu saja, aku rasa lebih baik tak usah kukatakan kepadamu saja"
Mendengar perkataan itu, tergerak juga perasaan petani muda itu, segera
pikirnya: "Orang bilang, setiap sepuluh jengkal tanah, pasti ada rumput yang bersemi, tak
kusangka kalau didalam sarang iblis seperti ini, masih terdapat seorang nona
yang baik hati" 0000=dow=0000 Jilid 30 PETANI muda itu tak lain adalah hasil penyaruan dari Giok bin sin liong Ong It
sin, seketika itu juga timbul rasa simpati didalam hatinya, ia pun lantas
berkata: "Kalau didengar dari nada perkataan nona, tampaknya tempat ini bukan suatu
tempat yang baik?" "Perkataan siangkong memang tepat sekali, tempat ini merupakan markas besar
perkumpulan Ki thian kau yang berada dibukit Long sia san, nama lainnya adalah
Liu cun piat wan. Disinilah kaucu nio nio seringkali menggaet pemuda pemuda
tampan dan dilalap ditempat ini..."
Bagaimanapun juga dia adalah seorang gadis perawan, maka ketika berbicara sampai
disitu, merah padam selembar wajahnya karena jengah.
"Kalau memang begitu, aku adalah korbannya yang keberapa?" tanya petani muda itu
kemudian. "Aku sudah tidak teringat lagi dengan pasti, tapi kalau dihitung dari kepulangan
kaucu ke markas besar ini, agaknya kau adalah korbannya yang ketiga puluh enam!"
"Apakah mereka semua dapat turun gunung dalam keadaan hidup?"
"Orang orang itu kebanyakan mati dibawah telapak kaki kaucu, sekalipun mereka
masih hidup, akhirnya juga akan terjerumus ke tangan para tongcu lainnya aaai...
pokoknya tak seorangpun yang dibiarkan hidup meninggalkan tempat ini!"
"Kalau nona sudah tahu begini, mengapa tidak berusaha untuk menyelamatkan
mereka?" "Sekalipun aku bisa pertaruhkan nyawa untuk melepaskan kau meninggalkan tempat
ini namun jago lihay yang berada ditempat ini banyak sekali, akhirnya toh kau
tak akan berhasil juga untuk meloloskan diri!"
Ketika menyaksikan gadis itu berbicara dengan tulus dan sama sekali tidak dibuat
buat, petani muda itu kembali berpikir:
"Dayang ini boleh dibilang merupakan satu satunya orang yang belum ternoda,
mengapa aku tidak berusaha untuk menolongnya meninggalkan sarang iblis ini?"
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia lantas bertanya:
"Siapa namamu?"
"Budak she Ciong bernama Hoa"
"Tahukah kau siapakah aku?"
"Bukankah kau seorang petani yang hidup dikaki bukit sana?"
"Coba pikirkan sendiri, kalau aku hanya seorang petani biasa, mengapa totokan
jalan darah mereka dapat kubebaskan sendiri"
"Waah, betul juga perkataan ini" pikir Ciong Hoa, "hampir saja aku melupakan hal
ini." Berpikir demikian, buru buru dia bertanya
"Cepat katakan, siapa kau?"
Sekulum senyuman segera tersungging diujung bibir petani muda itu, sahutnya.
"Aku adalah musuh yang paling membikin pusingnya orang orang perkumpulan
kalian..." Tidak menunggu pemuda itu melanjutkan kembali kata katanya, Ciong Hoa telah
menukas: "Aaah, aku tahu sekarang, bukankah kau adalah Giok bin sin liong (sinaga sakti
berwajah kemala) Ong It sin?"
Betul memang, petani muda itu memang bukan lain adalah penyaruan dari Ong It
sin. Ternyata ia bersama dua gadis Bwe telah tiba dijalan pohon jeruk dimana Coa
Thian tam berada, dari situlah diketahui semua peristiwa yang telah terjadi
belakangan ini. Maka merekapun lantas berunding bagaimana caranya untuk menyelamatkan para jago
yang tersekap dalam markas besar perkumpulan Ki thian kau.
Setelah memutar otak sesaat lamanya, maka diputuskan untuk mengutus Ong It sin
menyusup ke dalam markas besar perkumpulan Ki thian kau dengan cara menyaru.
Begitulah, mereka pun lantas mengatur siasat dengan menyuruh Ong It sin menyamar
sebagai seorang petani yang sedang mencangkul tanah di sawah sambil menanti
perangkapnya mengena. Sebetulnya siasat semacam ini merupakan sebuah siasat yang amat bodoh, siapa
tahu justru karena kesederhanaan tersebut telah mendatangkan hasil yang luar
biasa. Demikianlah, ketika menyaksikan dayang berbaju merah itu berhasil menebak jitu
identitasnya, dia lantas memuji:
"Nona Ciong, kau memang pintar sekali"
"Ong tayhiap," kata Ciong Hoa dengan wajah berseri, "kedatanganmu ke markas
besar ini, tentunya bukan lantaran untuk menolong aku bukan?"
Ong It sin sama sekali tidak menyangkal, jawabnya:
"Yaa, aku datang kali ini dengan tujuan untuk menolong Ay sian Cu Lian ci
sekalian meloloskan diri dari cengkeraman iblis!"
"Aaai... aku rasa sukar sekali"
"Bagaimana sukarnya?"
"Kau anggap keempat orang itu disekap didalam markas besar" Keliru besar bila
kau beranggapan demikian"
"Lantas mereka disekap dimana?"
"Diatas tebing Eng ciu gay dibelakang bukit sana"
"Asal tempat mereka disekap telah diketahui, tentu tak sulit untuk mencari akal
guna menembusinya" "Tahukah kau betapa berbahayanya tempat itu" Setiap tiga langkah ada penjaga,
setiap sepuluh langkah ada pos penjagaan, lagi pula dipimpin langsung oleh wakil
ketua kedua perkumpulan ini, Seng Mi cu. Bila tiada tanda perintah dari Kaucu
pribadi, siapapun tak dapat masuk ketempat itu"
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ong It sin baru tahu kalau persoalannya
tidak gampang untuk diselesaikan.
Untuk sesaat dia menjadi tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Tiba tiba Ciong Hoa berseru:
"Aaah, budak mempunyai suatu ide bagus!"
Mendengar itu Ong It sin segera berseru:
"Apa idemu itu?"
"Dalam ruang Kang yok tong terdapat seorang hiangcu yang bernama Hoa Kui goan,
dia adalah adik dari Hoa Tongcu, meskipun kedudukannya rendah, akan tetapi amat
disayang oleh Kaucu..."
"Apakah nona menyuruh aku untuk menyamar sebagai dirinya?" timbrung Ong It sin
kemudian. Ciong Hoa segera mengangguk, tapi kemudian dengan kening berkerut katanya:
"Cuma bagaimanakah dengan ilmu menyaru dari Ong tayhiap?"
"Kecuali menjadi seorang perempuan, aku rasa menyaru sebagai apapun, mungkin aku
masih sanggup untuk melakukannya"
"Jikalau Tayhiap mempunyai keyakinan tersebut, sudah barang tentu budak akan
berusaha untuk membantu dengan sepenuh tenaga"
"Waktu tak bisa diulur lagi, lagipula aku harus menyaksikan dulu wajah dari Hoa
Kui tersebut..." Sementara pembicaraan berlangsung tiba tiba terdengar suara langkah kaki manusia
berkumandang datang. Ciong Hoa segera berbisik:
"Sstt, ada orang datang, harap tayhiap segera membaringkan diri...!"
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terpaksa Ong It sin harus membaringkan diri keatas pembaringan dan berlagak
seakan akan sedang tertotok jalan darahnya.
Dalam waktu singkat, pintu dibuka orang dan muncullah seorang pemuda yang
berwajah tampan. Pemuda itu mengenakan baju berwarna biru dengan ikat kepala yang rapi, sepasang
pedang tersoren dibelakang punggungnya.
Andaikata ia tidak memperlihatkan sinar mata yang cabul dan sesat, sesungguhnya
dia merupakan seorang pemuda yang tampan dan gagah sekali.
Begitu bertemu dengan Ciong Hoa, sambil cengar cengir dengan gayanya yang
tengik, dia berkata: "Ciong Hoa, apakah kau berada disini seorang diri" Tidakkah kau merasa kesepian
berdiam diri seorang diri ditempat seperti ini?"
Seandainya berada dihari hari biasa, tentu dayang itu akan segan untuk
menggubrisnya. Tapi hari ini keadaannya berbeda, mau tak mau dia harus berusaha melayani
pembicaraannya. Maka dengan suara lirih diapun menjawab.
"Aku toh bukan sendirian berada disini, mengapa musti merasa kesepian...?"
Mula mula Kui goan agak tertegun, tapi dengan cepat dia menjadi paham kembali,
sambil tertawa terbahak bahak katanya.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau bilang ada bocah keparat ini yang
menemanimu" Coba lihatlah dia tidur macam babi, dengan tiada orang toh sama
saja" "Kau berani memakinya sebagai babi mati?" kata Ciong Hoa tak senang hati, "bila
sampai ketahuan kaucu, hati hati kalau sampai kena didamprat olehnya"
Tanpa terasa Hoa Kui goan menjulurkan lidahnya seraya berbisik:
"Budak, kau tak boleh melaporkan diriku lho... bisa dipenggal kepalaku nanti"
"Huuuh, siapa yang menjadi budakmu" Kalau berbicara jelaskan sedikit..."
"Oooh... nyonya mudaku, anggap saja aku telah salah berbicara, kalau aku minta
maaf tentunya boleh bukan?"
Sembari berkata, menggunakan kesempatan tersebut dia lantas menubruk kemuka dan
memeluknya erat erat dalam dekapan.
Ciong Hoa berusaha untuk meronta, namun tak berhasil melepaskan diri, dengan
wajah memerah dia lantas berseru:
"Hei, mau apa kau?"
Hoa Kui goan segera tertawa cabul.
"Aku akan mengajakmu bermain ke sorga loka dunia, heeehh... heeehh... heeehh...
kau tentu mau bukan?"
"Jangan berpikir yang bukan bukan tak lama kemudian kaucu akan sampai disini!"
Kembali Hoa Kui goan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahh... kau anggap bisa membohongi aku" Secara tiba
tiba kaucu telah mendapat laporan yang mengabarkan tentang kehadiran Giok bin
sin liong Ong It sin di kota Si ciu ini, sekarang dia telah turun gunung membawa
kawanan jago, tak mungkin ia bisa pulang pada malam ini"
Tergerak hati Ciong Hoa sesudah mendengar perkataan itu, serunya kemudian:
"Dapat dipercayakah perkataanmu itu?"
Hoa Kui goan mengira Ciong Hoa sudah tergerak hatinya, ia menjadi girang
setengah mati, serunya segera sambil mengangkat sumpah:
"Bila aku berani bohong, biar mendapatkan kematian yang tak wajar..."
"Sekalipun kau tidak bohong, sekarang pun jangan harap bisa hidup lebih lanjut!"
sambung Ong It sin. Dengan terperanjat Hoa Kui goan segera berseru:
"Siapa yang sedang berbicara?"
Dengan gerakan ikan leihi melejit, Ong It sin yang berbaring diatas pembaringan
itu melompat bangun, kemudian katanya
"Kalau aku Giok bin sin liong Ong It sin yang lagi berbicara, mau apa kau?"
Begitu mendengar nama Ong It sin, Hoa Kui goan ketakutan setengah mati, dengan
wajah pucat dan peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuhnya, buru buru dia
lepas tangan dan siap melarikan diri dari situ.
Tapi baru saja dia menggerakkan tubuhnya, jalan darah kematian diatas dadanya
sudah kena dihantam, tak sempat berteriak lagi, habis sudah riwayat manusia
cabul ini Menyaksikan kemampuan ilmu silat yang dimiliki Giok bin sin liong, Ciong Hoa
merasa semakin kagum. Tanpa disuruh lagi, dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat ia
telah menyeret mayat Hoa Kui goan dan menyembunyikannya dalam ruangan lain.
Malah dia melepaskan pakaian mayat itu dan diserahkan kepada sang pemuda sambil
katanya: "Ong tayhiap, terpaksa harus menyiksamu sebentar!"
Ong It sin segera tertawa.
"Nona jangan berkata begitu..."
o000d0e00o Tak selang berapa saat kemudian, dia telah berdandan menjadi Hoa Kui goan.
Menyaksikan kemiripan tersebut, Ciong Hoa segera memuji tiada hentinya:
"Ong tayhiap, ilmu menyaru mukamu benar benar hebat sekali, budak merasa sangat
kagum!" "Aaah, nona terlampau memuji, kita harus berlomba dengan waktu, sekarang,
bersediakah kau untuk menemani aku berangkat bersama meninggalkan tempat ini?"
"Budak bersedia!" jawab Ciong Hoa tanpa berpikir panjang lagi.
"Kalau begitu, harap nona suka membawa jalan untukku!"
Sambil bergurau dan berbincang bincang berangkatlah kedua orang ini menuju ke
bukit belakang. Tiba dimulut bukit, terasa bayangan manusia berwarna emas berkelebat lewat,
kemudian muncul dua orang pengawal yang membentak keras:
"Siapa?" Ong It sin yang menyaru sebagai Hoa Kui goan segera menyahut:
"Apakah kalian semua sudah buta semua masa hiangcu saja tidak dikenali lagi"
Berbicara soal kedudukan, tentu saja pengawal berbaju emas masih rendah beberapa
tingkat bila dibandingkan dengan seorang hiangcu apalagi semua orang tahu kalau
Hoa Kui goan adalah orang kesayangan kaucu, sudah barang tentu keadaannya
semakin berbeda. Dua orang pengawal berbaju emas itu segera tertawa paksa, kemudian menjawab.
"Oooh... rupanya saudara Hoa dan nona Ciong, silahkan, silahkan..."
Ong It sin dan Ciong Hoa segera melanjutkan perjalanannya kedepan.
Secara beruntun mereka telah berhasil melewati tiga belas buah pos penjagaan
secara mudah. "Masih berapa jauh?" tanya Ong It sin kemudian dengan suara berat.
Sambil menuding kedepan sahut Ciong Hoa:
"Bukankah didepan sana terdapat sebuah bangunan kecil" Penjara tersebut terletak
di belakang bangunan rumah itu"
Mengikuti arah yang ditunjuk Ong It sin melongok ke depan, betul juga, didepan
sana tampak sebuah bangunan rumah yang kecil berada dibalik sebaris pepohonan
itu yang rapi dan lebat. Ciong Hoa segera berbisik lagi:
"Ong tayhiap, bila bertemu dengan wakil ketua kedua Seng Meh cu nanti, kau musti
berhati hati, manusia itu amat lihay dan seksama sekali..."
"Kau maksudkan Seng Meh cu" Nona tak usah kuatir, aku dapat menghadapinya"
Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang itu sudah tiba didepan sebuah pos
penjagaan. Seorang pengawal berbaju emas segera maju menghampirinya sembari berkata:
"Wakil ketua ada urusan hendak diperbincangkan dengan kalian berdua..."
Tak disangka kalau berita yang diperoleh para pengawal berbaju emas ini
sedemikian cepatnya. "Baik!" jawab Ong It sin.
Diiringi pengawal berbaju emas itu, mereka berangkat menuju ke ruangan dimana
wakil ketua berada. Seng Meh cu menyambut kedatangan mereka, sekulum senyuman menghiasi ujung
bibirnya, dengan sikap yang ramah segera katanya:
"Angin apa yang telah membawa kalian berdua sampai disini" Sungguh tak kusangka,
sungguh tak kusangka!"
Sambil berkata dia lantas mengulurkan tangannya siap berjabatan tangan...
Pada saat itulah tiba tiba Ciong Hoa memperingatkan.
"Ong tayhiap, hati hati dengan tipu muslihat..."
Belum habis dia berkata, secepat sambaran kilat Seng Meh cu telah mencengkeram
tangan Ong It sin, sementara tangan yang lain menyambar ke tangan Ciong Hoa.
Serunya sambil tertawa seram:
"Budak, kau berani pagar makan tanaman!"
Begitu mengumbar hawa amarahnya, Seng Meh cu segera merentangkan kelima jari
tangannya dan mencengkeram tubuh Ciong Hoa seperti jepitan baja, kecepatan serta
ketepatannya sungguh menggetarkan perasaan orang.
Menyaksikan cakar maut itu telah menempel diujung bajunya, paras muka Ciong Hoa
berubah hebat, dia sungguh merasa kaget dan ketakutan setengah mati.
Untunglah disaat itu juga Giok bin sin liong Ong It sin membentak nyaring:
"Tidak mudah kalau ingin mampus!"
Pergelangan tangannya dibalik sambil menotok, desingan angin serangan menyambar
bagaikan belahan pisau. Terpaksa Seng Meh cu harus melindungi keselamatan dirinya lebih dahulu, serangan
cakar maut yang dilancarkan ke arah Ciong Hoa itu cepat ditarik kembali untuk
menghadapi ancaman musuh.
Dengan demikian, Ciong Hoa pun segera lolos dari ancaman maut lawannya itu.
Cepat cepat dia mengundurkan diri menuju ke sudut dinding di belakang tubuh Ong
It sin. Oo=oodOeooo=O Mendadak... dari belakang tubuhnya berkumandang suara tertawa aneh yang
mengerikan sekali, suaranya bagaikan pekikan burung malam yang menggidikkan
hati. Ciong Hoa amat terperanjat. dengan cepat dia membalikkan badannya sambil
memandang. Tampak tiga orang kakek berjubah hitam yang pada lehernya tergantung sebuah
kalung bertengkorak sedang melompat keluar dari balik pintu dikedua belah sisi
ruangan Sebagai dayang dari Ang yok tongcu sudah barang tentu kenapa pula dengan ketiga
orang gembong iblis tua ini, dengan cepat katanya:
"Locianpwe bertiga, apakah kalian sudah tidak kenal lagi dengan diriku...?"
"Kau adalah Ciong Hoa" jawab Thian oh sin mo (iblis sakti telinga langit) Bun Si
kian "lohu bersaudara ketika menggabungkan diri dengan perkumpulan ini bulan
berselang, kaulah yang menyambut kedatangan kami, masa kini tidak kenal
denganmu." "Kalau memang begitu, maka kalian bersikap bermusuhan dengan diriku?"
"Soal ini lebih baik kau tanyakan pada dirimu sendiri!"
Ciong Hoa menjadi terkesiap buru buru dia berseru lagi:
"Tapi toh aku tidak melakukan kesalahan apa apa terhadap kalian bertiga?"
"Betul kau memang tidak melakukan kesalahan apa apa terhadap lohu bersaudara
tapi kau telah menghianati perkumpulan Ki thian kau...!"
"Aaa... siapa yang bilang" Kami hanya mendapat perintah dari kaucu untuk datang
kemari membujuk Ay sian Cu Lian ci bertiga agar mau menyerah"
Thian oh sin mo segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... budak busuk kau masih ingin berbohong" Apa
yang kau bicarakan dengan Ong It sin telah kami dengar semua dengan jelas kalau
tidak mana mungkin wakil ketua bisa melakukan tindakan?"
Sekarang Ciong Hoa baru memahami duduknya persoalan, dia utusan telah digagalkan
oleh iblis sakti bertelinga langit ini, sekarang dia baru menyesal karena
keteledoran sendiri. Namun, sesal kemudian apa gunanya"
Secepat kilat dia merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah tabung besi
kemudian dibidikkan kearah Tang hay sam mo (tiga iblis dari lautan timur).
"Blaam! Blaaam!" beberapa kali ledakan keras bergema, menyusul kemudian tampak
cahaya biru berkilauan memenuhi angkasa.
Waktu itu, si iblis sakti bertelinga langit Bun Si kian dan Thian gan sin mo
(iblis sakti mata langit) Si Beng wan berada di barisan depan, tak ampun lagi
dua jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan keheningan.
Secara beruntun dua orang iblis sakti itu kena terhajar oleh serangan mendadak
itu dan roboh binasa, dalam waktu singkat jenasah mereka berubah menjadi
segumpalan air darah. Tay lek sin mo (iblis sakti bertenaga raksasa) yang menyaksikan kematian lotoa
dan lojinya menjadi naik darah, sambil membentak keras dia melejit keudara
kemudian menubruk kedepan sambil dampratnya
"Ciong Hoa perempuan sialan, lohu akan mencincang tubuhmu menjadi berkeping
keping" Sekilas cahaya bianglala panjang yang menyilaukan mata segera berkelebat
ditengah udara. Waktu itu racun dalam tabung besi yang berada ditangan Ciong Hoa telah habis
terpakai, dengan begitu menjadi sama sekali tak berkekuatan lagi.
Tampaknya sebentar lagi dia akan termakan oleh serangan tersebut dan menemui
ajalnya. Suatu kemampuan untuk melanjutkan hidup muncul dihati dayang itu, tanpa sadar
dia menjerit lengking dengan suara sekeras kerasnya.
Dalam repotnya Ong It sin segera berpaling, dengan cepat dia menyaksikan
selembar nyawa Ciong Hoa terancam oleh mara bahaya.
Dalam keadaan demikian mau menolong jelas sudah tak sempat lagi, seketika itu
juga bahu kanannya digoyangkan.
Kalau dibicarakan sesungguhnya aneh sekali, tahu tahu serentetan cahaya
bianglala berwarna emas telah menyambar ke depan membelah angkasa...
Tay lek sin mo segera merasakan datangnya sambaran angin tajam yang muncul dari
belakang tubuhnya, berada dalam keadaan demikian, andaikata ia melanjutkan
serangannya untuk mencelakai Ciong Hoa, maka dia sendiripun niscaya akan
termakan pula oleh serangan yang datang dari belakang.
Terpaksa dia harus menyelamatkan diri lebih dahulu dengan melompat ke samping
untuk menghindarkan diri.
Rupanya serangan itu berasal dari pedang Kim liong kiam yang tajam, dengan
berkelitnya iblis itu, maka senjata tadi segera menyambar ke arah dinding dan
menancap hingga tinggal gagang pedangnya saja.
Tay lek sin mo menjadi terkesiap sekali menyaksikan kejadian tersebut...
Sementara itu, Ciong HOa pun terlepas pula dari ancaman bahaya maut yang
mengancam selembar nyawanya.
Dipihak lain, pada waktu itu Seng Meh cu juga sudah bukan tandingan dari Giok
bin sin liong Ong It sin lagi, cepat cepat dia memperdengarkan suara pekikan
yang berulang kali. Menyusul kemudian tampak bayangan manusia berbaju emas bermunculan dari mana
mana, dalam waktu singkat tiga puluh enam orang pengawal berbaju emas telah
mengurung bangunan rumah itu rapat rapat.
Tentu saja Tay lek sin mo serta Seng Meh cu tidak banyak berpeluk tangan belaka.
Suatu pertarungan sengit dengan cepat berkobar didalam ruangan rumah itu.
Ciong Hoa tidak turun dalam pertarungan itu, dengan senjata terhunus dia hanya
berjaga jaga dipintu gerbang.
Giok bin sin liong Ong It sin rupanya sudah tahu kalau keadaan bertambah gawat,
bila pertarungan ini tidak diselesaikan secepatnya, niscaya keadaan akan
bertambah runyam. Berpendapat demikian, dia lantas berpekik nyaring, menyusul kemudian sebuah
pukulan Tay khek sin kang dibabarkan kedepan.
Tay lek sin mo tidak menduga kalau serangan yang dilancarkan pihak lawan begitu
hebatnya, musti dia sudah melatih ilmu Thi pu san, toh tak urung tak tahan juga.
Seketika itu juga dia merasakan dadanya seperti terhantam oleh martil yang besar
sekali tenggorokannya terasa anyir, dengan sempoyongan ia mundur kebelakang,
kemudian memuntahkan gumpalan darah segar.
"Kau tidak apa apa bukan?" Seng Meh cu segera menegur.
Walaupun luka dalam yang dideritanya Tay lek sin mo cukup parah, namun dia
adalah seorang yang keras kepala, dengan cepat dia meronta bangun, kemudian
teriaknya seperti jeritan binatang buas yang sedang kalap
"Ong It sin, anak jadah, locu akan beradu jiwa denganmu!"
Dengan sepasang tangan direntangkan, dia segera menubruk ke depan dan berusaha
merangkul tubuh Ong It sin.
Andaikata Ong It sin sampai kena dipeluk olehnya, niscaya pemuda itu akan
menemui ajalnya sebab walaupun Tay lek sin mo belum tentu bisa mengapa apakan
dirinya, namun Seng Meh cu yang berada disampingnya pasti tak akan melepaskan
kesempatan baik tersebut dengan begitu saja...
Asal dia sudah turun tangan, itu berarti selembar nyawa Ong It sin pasti akan
terenggut. Jangankan cuma Ong It sin, sekalipun bertambah seorang lagi juga sama saja
keadaannya.
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Walaupun demikian, sudah barang tentu Ong It sin tak akan membiarkan dirinya
tertangkap, sambil mendengus dingin, kakinya melangkah dengan ilmu gerakan yang
cepat, lalu berkelit ke samping.
Gagal dengan tubrukannya, Tay lek sin mo segera mencaci maki kalang kabut.
Betapa geramnya Ong It sin mendengar makian makian tersebut, tangan kirinya
segera diayunkan ke depan sambil bentaknya:
"Manusia bodoh, sebenarnya aku berniat untuk mengampuni selembar jiwamu, tapi
sekarang, aku tak dapat berbuat baik hati lagi kepadamu, siapa suruh mulutmu
kotor dan memaki yang bukan bukan?"
Kepalannya diayunkan ke depan, angin pukulan segera menderu deru memekikkan
telinga. Untuk kedua kalinya Tay lek sin mo kena dihajar keras keras, tubuhnya yang
tinggi besar seperti pagoda itupun segera mencelat sejauh beberapa kaki dari
tempat semula. Darah kental muncrat keluar dari mulutnya, setelah roboh terkapar diatas tanah,
ia tak pernah bisa bangkit kembali untuk selamanya.
Tak terlukiskan rasa kaget Seng Meh cu menyaksikan kejadian ini, segera
pikirnya: "Baru dua bulan tak bersua, tenaga dalam yang dimiliki bajingan ini sudah
memperoleh kemajuan yang begitu pesat, waah... kalau orang ini tidak segera
dilenyapkan, bisa berbahaya sekali dikemudian hari...
Berpikir sampai disitu, bergidik hatinya, bulu kuduk tanpa terasa pada bangun
berdiri. Semangat tempurnya seketika hilang lenyap tak berbekas, Sreet! Dengan cepat dia
kabur lewat jendela, kemudian melepaskan tiga buah tanda bahaya untuk meminta
bantuan ke markas besar. Melihat itu Ciong Hoa segera berseru:
"Penjara itu berada didalam dinding batu Ong tayhiap, cepat selamatkan mereka,
sebentar kawanan jago dari markas besar pasti akan berdatangan"
Ong It sin berpaling, dia saksikan gadis itu sedang bertahan didepan pintu
sambil bertempur melawan para pengawal baju emas, badannya sudah basah kuyup
oleh keringat, napasnya tersengal sengal, malah disana sini kelihatan luka yang
membesar dengan darah yang bercucuran.
"Nona Ciong cepat mundur!" serunya kemudian dengan kening berkerut.
Sekalipun Ciong Hoa keras kepala, namun saat itu dia betul betul sudah tak tahan
terpaksa ia melompat kesamping.
Ong It sin segera mencabut keluar pedang naga emas dari atas dinding dan
memutarnya membentuk selapis cahaya bianglala berwarna emas.
Dalam waktu singkat, semua senjata yang dicekal pengawal berbaju emas itu kena
dibabat kutung semua menjadi beberapa bagian dan rontok diatas tanah.
"Bila kalian berani memasuki pintu ini, jangan salahkan kalau kubunuh kalian
tanpa ampun!" ancam Ong It sin kemudian dengan wajah menyeramkan.
Selesai berkata, bersama Ciong Hoa ia lantas masuk ke dalam ruangan batu sebelah
kiri. Baru saja mereka masuk keruang dalam, sudah kedengaran suara Si dewa cebol Cu
Liang ci berseru: "Ong lote, kaukah yang datang" Aduh... benarkah wajahmu yang jelek telah berubah
menjadi tampan?" "Benar akupun sama sekali tak menyangka kalau mendiang ayahku telah mengenakan
topeng kulit manusia diatas wajahku!"
Sekarang ia baru melihat jelas bahwa penjara itu berupa sebuah gua dengan pintu
penjara berupa sebuah dinding baja yang tebal sekali, dalam ruang penjara itu
kelihatan meringkuk Si dewa cebol Cu Liang ci, Say siu hud sim serta Thian yan
dan Thian ci siansu dari kuil Siau lim si...
Sedangkan kunci dari pintu penjara itu digantung pada dinding ruangan tersebut.
Dengan cepat Ong It sin telah berhasil membuka pintu penjara itu, tapi jalan
darah mereka tertotok semua, maka satu per satu pemuda itu membebaskan pengaruh
totokan itu. Kemudian, ia baru berseru:
"Mari kita segera pergi meninggalkan tempat ini!"
"Kita akan mundur lewat mana?" tanya Si dewa cebol Cu Liang ci tiba tiba.
"Tentu saja mundur melewati jalan utama?"
"Jangan toh jago jago dalam markas mereka amat banyak, cukup beberapa orang
wakil ketuanya saja ilmu silat yang mereka miliki sudah hebatnya bukan
kepalang..." "Ay toako, aku cukup tahu paham kepandaian silat yang kalian berempat miliki
tidak lemah, untuk membasmi kaum iblis itu mungkin masih belum memadahi, tapi
kalau cuma untuk meloloskan diri saja, aku percaya kalian masih mampu"
"Ong lote, mungkin kau belum tahu" kata Say siu hud sim, "sebelum kami dikirim
kemari, Be Siau soh telah mencekoki sebutir pil kepada kami, pil itu amat
beracun, bila kami berani bertempur dengan mempergunakan tenaga dalam, maka sari
racun itu pasti akan menyerang kedalam isi perut yang menyebabkan kematian.
bayangkan saja walaupun ilmu silatmu sangat lihay, mampukah kau untuk melindungi
keselamatan kami berempat?"
Persoalan ini benar benar merupakan suatu masalah yang panik, untuk sesaat
lamanya Ong It sin tak tahu apa yang musti dilakukan.
Untung saja Ciong Hoa segera berkata:
"Ong tayhiap, apa yang diucapkan cianpwe ini memang ada benarnya juga, sebelum
mereka makan pil penawar dari Kaucu kami, maka mereka tak boleh sekali kali
bertempur dengan orang, tapi aku mempunyai akal untuk membawa mereka kabur dari
bukit ini tanpa diketahui oleh siapapun juga."
"Dapatkah kau memberi tahukan kepadaku?" tanya Ong It sin.
"Tidak dapat, sekarang waktu yang tersedia buat kita terbatas sekali, cepat
ikuti diriku, sebentar kalian akan mengerti dengan sendirinya..."
Serombongan enam orang dengan dipimpin oleh Ciong Hoa segera berangkat
meninggalkan gunung itu. Tak lama kemudian, mereka telah tiba diatas sebuah tebing yang amat curam.
Si Dewa cebol Cu lian ci segera berseru dengan tercengang:
"Nona Ciong, bila kami masih sanggup untuk melompati tebing yang curam ini, maka
kamipun tak usah takut kepada mereka"
"Omintohud, lolap juga berpendapat demikian!" sambung Thian yang siancu pula.
Ciong Hoa segera menggoyangkan tangannya berulang kali sembari menimbrung:
"Cianpwe sekalian jangan salah paham, andaikata budak tidak mempunyai keyakinan
yang besar, tak akan kuajak kalian datang kemari..."
Berkata sampai disitu, dia lantas mendongakkan kepalanya dan bertanya kepada Pek
giok sin liong: "Ong tayhiap, tahukah kau apa akalku itu?"
Ong It sin melongok sekejap ke bawah tebing, tampak jurang amat dalam dengan
kabut yang sangat tebal, tiba tiba satu ingatan melintas dalam benaknya.
"Menurut pendapatku, kemungkinan besar diantaranya dinding yang terjal ini
terdapat sebuah jalan rahasia lain"
Mendengar perkataan itu, Ciong Hoa segera memuji tiada hentinya:
"Ong tayhiap, kau memang tak malu disebut sebagai orang yang paling cerdik
didunia ini, ternyata kau berhasil menebak dengan jitu! Benar dibawah tebing ini
memang terdapat sebuah jalan rahasia, hanya aku seorang yang mengetahui jalan
rahasia ini" "Dimana?" tanya si dewa cebol Cu Lian ci.
"Berada dua kaki dibawah tebing dimana Ay sia cianpwe berdiri sekarang"
Semua orang berjalan mendekati tebing tersebut, ketika melongok kebawah, benar
juga tampak dinding disitu amat licin dan berkilap.
"Omintohud, kenapa tidak menemukan sesuatu pertanda apapun?" tanya Thian yan
siansu. Say siu hud sim juga segera berpaling dan memandang wajah Ciong Hoa dengan sorot
mata tercengang. Ciong Hoa sama sekali tidak menjadi gugup, sambil tersenyum manis ujarnya.
"Tampaknya cianpwe sekalian sedang menaruh curiga akan kebenaran dari
perkataanku ini?" "Semestinya nona tak akan membohongi kami, atau mungkin tempat yang ditunjukkan
keliru?" ujar si Dewa cebol Cu Lian ci.
Ciong Hoa segera berpaling kearah Ong It sin seraya bertanya.
"Bagaimana dengan pendapat Ong tayhiap?"
"Aku percaya nona takkan marah bila tempat rahasia tersebut dapat ditemukan
dalam sekilas pandangan saja, maka tempat ini bukan jalan rahasia lagi namanya."
Sekulum senyuman cerah segera menghiasi wajah Ciong Hoa, serunya dengan cepat
"Ong tayhiap memang benar benar memiliki kecerdasan yang luar biasa, budak
merasa kagum sekali"
Selesai berkata dia lantas melayang turun lebih dahulu dari atas tebing
tersebut. Menyusul kemudian, diapun berseru.
"Ong tayhiap, cepat lihat, disinilah lorong rahasia itu berada"
Ong It sin turut melayang pula turun ke dalam jurang. Meski dia berilmu tinggi,
terasa agak seram juga untuk melayang turun dari tebing semacam itu.
Menanti kakinya sampai diatas batu cadas itu yang menonjol keluar, dia baru
menjumpai dibawah tonjolan batu cadas itu terbentang sebuah lorong rahasia.
"Nona Ciong" ujar Ong It sin kemudian "apakah kau tahu kalau lorong rahasia ini
bisa tembus sampai dikaki bukit sana?"
"Tentu saja, kalau tidak, memangnya aku menggunakan nyawaku sebagai barang
taruhan" Ong It sin tidak banyak berbicara lagi, dia melompat kembali keatas kemudian
membawa Si dewa cebol sekalian memasuki jalan rahasia tersebut.
Walaupun si dewa cebol sekalian tak dapat mengerahkan tenaga dalamnya dan
berjalan dengan ilmu meringankan tubuh, namun bagaimanapun juga mereka memiliki
kemampuan yang berbeda dengan orang biasa, dengan cepatnya beberapa orang itu
sudah menerobosi jalan rahasia itu menuju ke bukit bukit.
Dalam pada itu, diatas puncak tebing telah berdatangan pula berpuluh puluh orang
jago dari Ki thian kau. Sambil melompat turun dari dalam tandunya, Be Siau soh segera bertanya:
"Secara beruntun toheng telah melepaskan tiga batang panah berapi, berapa banyak
sih musuh yang berdatangan?"
Buru buru Seng Meh cu membungkukkan badannya memberi hormat.
"Lapor kaucu, walaupun musuh yang datang tidak banyak, namun dia adalah musuh
paling besar dari perkumpulan kita" sahutnya.
"Musuh paling besar dari perkumpulan kita?" ulang Be Siau soh dengan kening
berkerut. Tiba tiba seperti memahami akan sesuatu tanpa terasa dia bertanya:
"Apakah dia adalah Giok bin sin liong (naga sakti berwajah pualam) Ong It sin?"
"Betul kaucu, dugaanmu memang tepat sekali"
Semenjak muncul dari tempat pertapaannya, Be Siau soh sudah mendengar tentang
munculnya kembali Ong It sin dalam dunia persilatan, bahkan dari seorang pemuda
yang jelek telah berubah menjadi tampan, dari bodoh menjadi pintar, ini semua
membuatnya ingin sekali berjumpa dengannya.
Tapi, kedudukannya sekarang adalah seorang kaucu, tentu saja dia segan untuk
berbicara terus terang, terpaksa tanyanya lagi:
"Dia... dia telah kabur ke arah mana?"
"Tadi, hamba menyaksikan mereka kabur keatas tebing curam ini, tapi kemudian
secara tiba tiba bayangan tubuhnya lenyap tak berbekas"
"Apakah ditempat ini terdapat lorong rahasia yang dapat menghubungkan tempat
lain?" "Tebing ini terjal bagaikan papasan pisau, jangan toh manusia, sekalipun burung
juga jangan harap bisa melewatinya, kalau tak percaya, silahkan kaucu
memeriksanya sendiri"
"Tak usah" tukas Be Siau soh sambil menggoyangkan tangannya berulang kali,
"sebelum mendirikan markas besar Ki thian kau di tempat ini, hampir seluruh
tebing ini telah kujelajahi seperti dikatakan toheng tak akan ada orang yang
berhasil melarikan diri dari tempat ini..."
Ketika Seng Meh cu menyaksikan kaucunya tidak menuntut tanggung jawab darinya
diam diam ia merasa lega.
Terdengar Be Siau soh berkata lagi:
"Tentang ilmu silat yang dimiliki Giok bin sin liong Ong It sin, aku sudah
berulang kali memperoleh laporan dari kalian agaknya meski lebih hebat dari hu
kaucu bertiga namun masih terbatas sekali. Bukankah toheng telah dibantu oleh
Tong pay sam mo dan tiga puluh enam orang pengawal baju emas" Gabungan kekuatan
ini kuat sekali, kenapa toh akhirnya dia berhasil menyelamatkan rekan rekannya
secara mudah" Alasannya tolong kau jelaskan kepadaku"
Seng Meh cu sedikitpun tidak menjadi gugup, agaknya ia telah mempersiapkan
jawabannya dengan matang.
Andaikata hanya mengandalkan kemampuan Giok bin sin liong Ong It sin seorang,
kemungkinan besar hanya mengandalkan kekuatan kami saja sudah sanggup untuk
membekuknya!" "Tapi kenyataannya toheng tidak berhasil membekuknya, malahan Tang hay sam mo
tewas secara mengenaskan, apa pula sebabnya?" tanya Sangkoan Bu cing yang berada
disampingnya tidak habis mengerti.
Walaupun saat ini dia menunjukkan sikap perhatian, padahal hatinya girang sekali
kalau bisa pihak lawan kena dipecundangi lebih hebat lagi.
Sudah barang tentu Seng Meh cu dapat memahami makna dari perkataan Sangkoan Bu
cing tersebut, namun ia tidak mau ribut, hanya ujarnya sambil menghela napas.
"Aaai... kalau dibicarakan, sesungguhnya alasan ini sangat menyakitkan hati"
Ketika menyaksikan air muka orang berubah amat serius, Be Siau soh segera tahu
kalau hal ini tanpa sebab, segera tanyanya lagi:
"Toheng cepat katakan, apa alasanmu?"
Dengan wajah serius Seng Meh cu berpaling kearah Sangkoan Bu cing, kemudian
katanya: "Sangkoan heng sudah tahu kalau Tang hay sam mo telah tewas kecuali Tay lek sin
mo yang tewas terhajar ilmu pukulan Tay khek sin kang dari Ong It sin, tahukah
kau apa yang menyebabkan kematian dari Thian oh sin mo Bun Si kian serta Thian
gan sia mo Si Beng wan?"
Sangkoan Bu cing menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku toh tidak pergi memeriksa jenasah mereka, darimana aku tahu" Apakah orang
kita sendiri yang melakukan pembunuhan tersebut?"
Seng Meh cu segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... saudara Sangkoan memang pandai sekali menebak
hal hal yang tak diketahui, betul kematian dari kedua orang huhoat itu memang
mengenaskan sekali... dia telah mampus di tangan orang penghianat perkumpulan
kita" "Siapakah dia?" tanpa terasa Sangkoan Bu cing bertanya dengan perasaan bergetar
keras. "Sangkoan heng tak usah gugup atau tegang, dia adalah seorang perempuan,
denganmu tiada hubungan apa apa. Cuma dalam sakunya menyimpan sebuah tabung besi
yang sanggup menyemburkan jarum beracun ekor lebah..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, Be Siau soh sudah berseru dengan perasaan
terperanjat: "Macam apakah tabung besi itu?"
"Besarnya selengan, panjangnya beberapa jengkal, berwarna hitam pekat dan diatas
tabung itu terdapat ukiran naga dan burung hong..."
Tidak menunggu orang itu menyelesaikan kata katanya, Be Siau soh kembali
menukas: "Jangan jangan perbuatan ini dilakukan oleh keempat orang dayangku Pek Giok, Lan
dan Kiok" Tabung itu bernama Hu im cian mia tong (Tabung hitam perenggut nyawa),
merupakan benda hasil ciptaanku yang terbaru dan paling rahasia, dan selama ini
kusimpan terus dalam kamar tidurku tanpa diketahui siapapun, mana mungkin..."
Sembari berkata dia lantas berpaling ke arah keempat orang dayangnya yang
berdiri dibelakang. Keempat orang dayang itu menjadi ketakutan setengah mati, cepat cepat mereka
berlutut sambil berseru: "Budak meski bernyali besarpun tak akan berani mengusik barang milik Nio nio"
Be Siau soh sama sekali tidak menggubris mereka, hanya kepada Seng Meh cu
katanya: "Apakah mereka yang melakukan?"
"Bukan!" Seng Meh cu segera menggeleng.
"Lantas siapakah dia?"
"Orang ini bukan dayang kepercayaan kaucu, melainkan nona Ciong Hoa yang
melayani Hoa tongcu"
Secara ringkas dia lantas menceritakan bagaimana Ong It sin menyaru sebagai Hou
Kui goan... Sebagai akhir kata, ujarnya:
"Sesungguhnya, bila secara kebetulan Thian oh sin mo tidak mendengar pembicaraan
rahasia yang dilakukan sepasang muda mudi itu, hamba tak akan dapat melihat
penyaruan mereka, apalagi menduga bahwa dia adalah Giok bin sin liong Ong It
sin" Setelah berhenti sejenak, kemudian ujarnya:
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Persoalannya sekarang, dengan cara apakah dia berhasil menyusup ke dalam markas
kita bahkan bisa memperalat Ciong Hoa..."
Ang hun lo sat Hoa Long jin yang berdiri disamping, dengan cepat dapat memahami
semua duduknya persoalan, dia lantas berpikir.
"Jangan jangan petani muda itu adalah penyaruan dari Ong It sin..."
Sekalipun dugaannya benar, namun peristiwa yang memalukan semacam itu tentu saja
tak dapat diceritakan secara umum.
Itulah sebabnya dia lantas membungkam belaka, sementara matanya lantas
mengerling ke arah kaucunya.
Tentu saja Be Siau soh juga tahu akan hal itu, dia lantas berkata:
"Ong It sin memiliki kepandaian silat yang amat lihay, mau masuk keluar tanpa
diketahui orang bukan soal yang sulit baginya, soal ini tak usah kalian
pikirkan..." Setelah berhenti sebenar, dia melanjutkan:
"Sedang soal tabung hitam perenggut nyawa itu, mungkin ia telah mencurinya jauh
sebelum peristiwa itu terjadi, soal ini pun tak usah sampai menyeret orang lain
Yang paling penting sekarang adalah mengirim orang untuk menjaga semua tempat
yang strategis disamping mengirim pula sepasukan jago untuk melakukan
penggeledahan yang ketat, asal mereka belum melarikan diri, masih ada harapan
buat kita untuk membekuknya...
"Tapi, siapa yang akan bertanggung jawab atas operasi ini?" tanya kelabang hitam
Be ji nio. "Tentu saja Sangkoan hu kaucu yang memimpin penggeledahan ini, untuk sementara
waktu kita tetapkan wakil kaucu kedua Seng Meh cu, wakil kaucu ketiga Siau mi
lek, Thian tok tay ong, Ciok yang li sin beserta keempat kim pay huhoat
(pelindung hukum lencana emas) Say siu jin mo, Tee leng kun dan Tee Iwe siang mo
yang turut serta dalam operasi ini."
Kemudian dengan nada yakin, Be Siau soh berkata lagi:
"Aku harap, bila kalian berhasil menemukan jejak mereka jangan lakukan suatu
gerakan yang mengejutkan mereka, usahakan untuk melaporkan kejadian ini kepada
diriku lebih dulu" Sangkoan Bu cing mengiakan, dia segera memimpin pasukannya berangkat
meninggalkan tempat itu. Sedangkan Ang hun lo sat Long jin dengan membawa sepasukan jago lihay lainnya
segera memasang penjagaan disekeliling bukit itu untuk melakukan pengintaian.
Be Siau soh sendiri segera menunggang tandunya kembali ke dalam kamar tidurnya.
Benar juga, ketika ia melakukan pemeriksaan diruang Liu cun pian wan, ternyata
petani muda itu sudah lenyap tak berbekas, yang tertinggal hanyalah mayat dari
Hoa Kui goan. Mau tak mau Be Siau soh harus mengagumi kelihayan Ong It sin dalam ilmu menyaru
muka, bukan cuma berhasil mengelabuhi semua orang, dirinyapun kena dikelabuhi.
Sedikit banyak kejadian ini menimbulkan rasa sedih didalam hatinya.
Tapi kemudian dia lantas membangkitkan kembali semangat sendiri untuk menunggu
datangnya laporan dari anak buahnya.
Sehari lewat dengan cepat, namun tiada laporan yang masuk.
Hari kedua kembali sudah lewat, belum juga ada tanda diketemukannya jejak
mereka. Sampai hari ketiga sudah lewat ternyata pasukan dari pencari yang dikirim belum
juga kembali. Akhirnya dalam suatu penemuan yang tak terduga Si janda cabul Seng Cing ciu
telah berhasil menemukan sepucuk surat dari tangan seorang anak buahnya dan
surat tersebut ternyata ditulis oleh Ong It sin.
Karena tak berani membuka surat tadi maka dia lantas menyerahkan kepada
kaucunya. Be Siau soh segera membuka sampul surat itu dan membaca isinya, tapi sejenak
kemudian dia sudah mencak mencak karena marah, serunya sambil menahan geram:
"Baik lihat saja nanti, kita buktikan sendiri angin timur yang berhasil mendidih
angin barat ataukah angin barat yang bisa menyapu angin timur, jangan harap aku
akan menemui harapanmu untuk membatalkan ambisiku untuk menguasahi seluruh dunia
persilatan, heeeh... heeehhh... heehh... sedang soal membalas dendam, aku sudah
salah perhitungan..."
Si kelabang hitam Be Ji nio yang berada disisinya meski tak melihat isi surat
tersebut, namun ia dapat menebak kalau pemuda itu telah berhasil meloloskan diri
dari bukit Long sia san. Melihat kemampuan orang, diam diam dia lantas berpikir:
"Sungguh luar biasa sekali kepandaian silat yang dimiliki Giok bin sin liong Ong
It sin, aku si nenek mesti bertindak lebih waspada, jangan sampai kapal terbalik
dalam selokan, bisa berabe jadinya..."
Berpikir demikian, ia lantas bertanya:
"Apakah surat itu ditulis oleh bocah keparat tersebut?"
Be Siau soh segera mengangguk.
"Kita benar benar telah jatuh kecundang ditangan orang, bukan saja dia datang
seorang diri, ternyata mau datang ia datang, mau pergi ia pergi..."
"Kalau memang begitu, pasukan penggeledah bisa segera dibuyarkan, dan penjagaan
di tiap tiap bagianpun bisa dibubarkan pula"
"Ibu, kau turunkan perintah untuk buyarkan mereka, aku benar benar merasa pusing
sekali!" Hari itu, dia mengendon seharian penuh didalam istananya, otaknya diperas habis
habisan berusaha untuk menemukan cara terbaik untuk menaklukkan Giok bin sin
liong Ong It sin. Tapi, bagaimanapun ia berusaha untuk memeras otaknya, usahanya tak pernah
berhasil. "Siau soh, aku lihat lebih baik persoalan ini dirundingkan bersama saja" hibur
si kelabang hitam Be ji nio, "ketahuilah, bila tiga orang tukang kulit berkumpul
menjadi satu, maka akan muncullah seorang Cukat Liang"
Be Siau soh berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Baik, malam ini kumpulkan semua jago kelas satu dan kita rundingkan bersama
persoalan ini" Tapi Pek bwe tongcu Leng hiat siansu (dewi darah dingin) Liu In hoa segera
menimbrung. "Hamba rasa dalam perundingan tingkat tinggi ini jangan terlalu banyak orang
yang turut serta, daripada rahasia itu bocor sebelum waktunya"
"Menurut anggapanmu, siapa saja yang cocok untuk menghadiri pertemuan rahasia
ini?" "Cukup Thian tok tay ong, Ciok yong li sin dan kaucu bertiga saja..."
Be Siau soh berpikir sebentar, kemudian dengan gembira katanya:
"Kalau memang begitu, beritahu kepada mereka berdua agar datang ke istana
pribadiku pada kentongan ketiga malam nanti untuk melakukan perundingan rahasia,
mengerti?" Leng hiat siancu segera mengiakan, kemudian beranjak pergi dari tempat itu.
Malam sudah semakin kelam.
Thian tok tay ong serta Ciok yong li sin yang diinstruksikan lewat Leng hiat
siancu, secara beruntun telah datang ke istana pribadi ketuanya.
Be Siau soh segera menitahkan kepada para dayang untuk mengundurkan diri,
setelah menutup pintu rapat rapat, perundingan rahasia segera dilangsungkan.
Apa yang mereka bicarakan dan siasat licik apa yang mereka persiapkan, tak ada
orang yang tahu selain mereka bertiga, bahkan ketiga orang wakil kaucu
sendiripun tidak mendapat tahu.
Pada saat yang bersamaan, disuatu gedung dalam kota Si ciu tampak pula
sekelompok orang duduk sambil bermuram durja.
Rupanya mereka sedang menantikan kedatangan dari Giok bin sin liong Ong It sin.
Terdengar Bwe Yau berkata:
"Heran, mengapa sampai saat sekarang belum juga kembali" Mulai kemarin sampai
hari ini, dua hari sudah lewat, jangan jangan dia sudah lupa daratan karena
merasakan kegembiraan yang meluap."
"Nona Bwe tak usah kuatir" hibur Coa Thian yan segera, "Ong lote bukan manusia
seperti itu..." Bwe Leng soat segera menimbrung pula dengan cepat:
"Aaah, tiada lelaki yang jujur didunia ini apalagi bila ia sedang dikelilingi
oleh sekawan siluman rase"
"Siapa yang tidak tahu kalau Giok bin sin liong adalah seorang lelaki sejati?"
ucap Pek lek to To hu Hiong pula, "mana mungkin ia bisa terpikat oleh perempuan
perempuan rendah dari perkumpulan Ki thian kau tersebut...?"
"Sekalipun perkataanmu ada benarnya juga, tapi sudah dua hari ia pergi dari sini
kenapa sampai sekarang belum juga ada kabar beritanya?"
Pek lek to (Golok Geledek) To hu Hiong menjadi tertegun, dia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun juga.
Bwe Leng soat segera mendengus, kembali ujarnya.
"Memangnya kau anggap aku tak tahu kalau dahulu dia mempunyai hubungan dengan Be
Siau soh, ketua perkumpulan Ki thian kau tersebut" Hmm, setelah berpisah tiga
empat tahun, tentu saja perjumpaan ini merupakan saat yang mesra dan hangat buat
mereka" Dia benar benar merasa cemburu sekali, ini bisa dilihat dari nada ucapannya.
Buru buru Coa Thian tan menghibur:
"Adik Soat, kau tak boleh berkata begitu ketahuilah Ong lote masuk kedalam
sarang iblis dengan tujuan untuk menolong Si dewa cebol Cu Lian ci serta jago
jago lainnya, biasa dibayangkan betapa sulitnya tugas yang harus dia laksanakan
ini, aku jamin dia pasti tak akan melupakan nona berdua"
Menyinggung soal kesulitan, Bwe Yau kembali menjadi murung dan sedih ujarnya
"Enci Soat, menurut pendapatmu mungkinkah engkoh Sin bakal menemui bencana atau
bahaya?" "Hal ini sulit untuk dibicarakan walaupun engkoh Sin memiliki ilmu silat yang
lihay, namun seorang diri tak akan menangkap tiga tangan, lagipula jarum beracun
ekor lebah dari sikelabang hitam Be Ji nio sukar diduga kehebatannya"
Bwe Yau bertambah panik setelah mendengar ucapan itu, sambil bergendong tangan
gumamnya berulang kali. "Waah... bagaimana baiknya, bagaimana baiknya sekarang..."
Tiba tiba ia berpaling kearah Bwe Leng soat lalu katanya:
"Enci Soat kepandaian yang kau miliki amat lihay, mengapa tidak berusaha untuk
menyusup kedalam bukit Lang sia san dan mencari berita Ong toako?"
"Asal satu kentongan lagi dia belum kembali, aku akan masuk kedalam bukit untuk
menyelidikinya" Pada saat itulah mendadak kedengaran suara anjing menggonggong diluar gedung
sana. Yu liong (naga berpesiar) Kang Tang lin segera memberi tanda kepada putranya
sambil berbisik: "Cepat tengok keadaan diluar, jangan jangan gembong iblis itu telah datang
mencari gara gara?" Kang Cian li, putra Kang Tang liu segera menyelinap keluar untuk melaksanakan
perintah. Tak selang sejenak kemudian, ia telah balik kembali sambil berkata:
"Lapor ayah, paman Ong telah kembali bahkan membawa serta beberapa orang"
Mendengar ucapan itu, semua orang menjadi girang. mereka segera beranjak untuk
melakukan penyambutan. Dua orang gadis she Bwe juga serentak melompat keluar dari pintu ruangan sambil
bertanya: "Kang sauhiap, mereka berada dimana?"
"Mereka masuk melalui pintu belakang, mungkin sekarang telah berada di serambi
samping" Bwe Leng soat dan Bwe Yau tidak banyak berbicara lagi, cepat mereka meluncur
keluar sambil berseru: "Engkoh Sin, kau telah kembali"
Ong It sin segera memburu pula kedepan sambil merentangkan tangannya lebar lebar
"Aku telah kembali" sahutnya, "coba kalau tidak dibantu oleh nona Ciong hampir
saja aku tak dapat pulang?"
Sambil berkata dia lantas membalikkan badannya dan kebetulan saling berhadapan
muka dengan Ciong Hoa yang berada dibelakangnya.
Merasa kalau disana ada orang asing, Bwe Leng soat berdua menjadi malu, dengan
wajah memerah mereka segera melepaskan diri dari pelukan.
ooodOowoo Rupanya Ciong Hoa sudah pernah mendengar tentang kedua orang gadis itu, buru
buru ia maju memberi hormat sambil katanya:
"Budak Ciong Hoa, menjumpai nona berdua"
Melihat perempuan itu tahu sopan santun Bwe Leng soat berdua segera menaruh
kesan baik kepadanya buru buru mereka balas memberi hormat sambil menyahut:
"Kau telah menyelamatkan Ong toako, kami saja belum berterima kasih masa kau
banyak adat lebih duluan?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, si Dewa cebol sekalian telah menyusul
datang. Melihat kecantikan para dua orang gadis itu, dia segera berseru memuji:
"Ooh... betapa cantik dan anggunnya kedua orang gadis ini, Ong lote, kau benar
benar bernasib baik..."
Sesungguhnya Bwe Leng soat dan Bwe Yau sudah dibuat jengah, apalagi sesudah
mendengar perkataan itu, mereka makin tersipu sipu dibuatnya.
Untung saja Say siu hud sim (Kepalanya singa berhati buddha) segera maju melerai
sambil berkata: "Cu cianpwe, kau ini makin tua makin tak tahu diri, hati hati kalau nona berdua
mendampratmu sebagai telur busuk tua..."
"Bocah busuk, kau pandai amat mencari muka" seru si dewa cebol sambil mendelik,
"hati hati kau, suatu ketika hutang ini pasti akan kutuntut balas..."
Ong It sin tahu kalau saudaranya yang cebol ini gemar bergurau, sambil tersenyum
dia lantas berjalan lebih dulu segera berkata:
"Sudah: jangan bergurau terus, hati hati kalau sampai ketahuan mata mata musuh,
rumah ini bisa digropyok mereka"
Manjur sekali perkataan itu, seketika itu juga semua orang menjaga ketenangannya
masing masing. Tak lama kemudian mereka telah sampai dalam ruangan, setelah kedua belah pihak
saling memperkenalkan diri, tuan rumah lantas menitahkan orang untuk menyiapkan
meja perjamuan. Kebetulan Ong It sin sekalian yang baru lolos dari bahaya memang sedang lapar,
tak heran kalau perjamuan itu berlangsung amat meriah.
Selesai perjamuan, Bwe Leng soat mendesak kepada Ong It sin untuk menuturkan
pengalamannya, hal ini justru merupakan apa yang ingin diketahui semua orang,
maka secara ringkas Ong It sin mengisahkan kembali apa yang telah dialaminya.
Ketika semua orang mengetahui akan jasa dari Ciong Hoa yang besar, serentak
mereka mengangkat cawan dan menghormati Ciong Hoa dengan secawan arak sebagai
tanda terima kasih. Terutama sekali Bwe Leng soat berdua dengan sangat terharu dia berkata:
"Adikku, kau memang sangat hebat. dikemudian hari kita harus berhubungan lebih
akrab lagi" "Asal budak bisa diterima disinipun sudah berterima kasih sekali, apalagi hal
hal yang lain!" ucap Ciong Hoa terharu.
"Ong lote" kata Coa Thian yan kemudian, "menurut apa yang kuketahui, dalam
markas besar Ki Thian kau penuh dengan kawanan jago lihay, dengan cara apakah
kalian meloloskan diri dari situ?"
Rupanya ia sudah melihat kalau si dewa cebol sekalian menderita keracunan hebat,
itulah sebabnya ia merasa tercengang sekali.
Ong It sin segera menghela napas panjang.
"Aai... Kalian tidak tahu, ketika Be Siau soh berhasil meringkus Ay loko, Kwik
tayhiap dan dua orang tianglo dari Siau lim si, bukan saja keempat orang rekan
kita ini disekap, merekapun dicekoki dengan pil beracun sehingga hawa murninya
tak dapat dihimpun kembali..."
"Ooh Thian, bagaimana sekarang?" pekik Bwe Leng soat.
"Adik Soat, seandainya berganti kau, coba katakan apa pula yang musti
kulakukan?" "Wah, kalau aku sih benar akan kehabisan akal..."
Mendadak ia merasa keadaan tak beres, maka tanpa terasa tanyanya kembali:
"Engkoh Sin, cara apa pula yang telah kau pergunakan?"
Ong It sin segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Terus terang saja, aku tidak lebih pintar daripada dirimu, karenanya aku
sendiripun dibikin gelagapan"
Kontan saja Bwe Leng soat mencibirkan bibirnya yang mungil,
"Aku tidak percaya!" serunya.
"Kenyataannya memang demikian, sekalipun kau tidak percaya juga percuma saja"
"Lantas bagaimana cara kalian untuk meloloskan diri dari sana?" seru gadis itu.
"Kau anggap hal itu merupakan jasaku" Terus terang kukatakan kepadamu, aku
sendiripun lagi membonceng orang lain"
Dari sikap dan ucapan lawan yang tegas dan bersungguh sungguh, Bwe Leng soat
tahu kalau ia tidak bohong, maka tanyanya dengan cepat:
"Lantas siapakah dia?"
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika sorot matanya membentur dengan wajah si kakek cebol yang berjenggot
panjang, ia segera berkata:
"Aaah, tak bakal salah lagi, dia pasti Ay..."
Ay apa, ia tidak melanjutkan, bagaimanapun juga baru pertama kali ini dia
berjumpa dengan jago tua ini, sehingga paling tidak sopan santun tetap harus
dijaga. Teringat akan sopan santun, kontan saja selembar wajahnya berubah menjadi merah
karena jengah. Namun si dewa cebol Cu Lian ci sama sekali tidak ambil peduli, ia segera tertawa
terbahak bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau maksudkan lohu" Tebakanmu itu lebih tak
betul lagi" Begitu dia menyangkal, semua orang semakin kebingungan.
"Tentunya bukan nona Ciong Hoa bukan?" Bwe Yau segera menyela.
Dalam perkiraannya jika bukan dewa cebol pastilah Sai siu hud sim atau Thian yan
dan Thian ci siansu dari kuil Siau lim si, maka diapun mengajukan pertanyaan
tersebut. Siapa sangka Ong It sin segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... adik Yau, kembali kau keliru besar" serunya.
"orang yang menolong kami lolos dari mara bahaya justru adalah nona Ciong Hoa"
Dengan diutarakannya ucapan tersebut maka semua orang menjadi makin kaget dan
tercengang. Sebaliknya Bwe Leng soat berdua menjadi curiga, mereka mengira si anak muda itu
memang berhasrat untuk menonjolkan Ciong Hoa agar dihormati semua orang: kontan
saja kesan baiknya hilang lenyap, sebagai gantinya rasa cemburu berkobar kobar
didalam dada. Untung saja Coa Thian yang segera bertanya:
"Ong lote ucapanmu itu benar benar membingungkan sekali, bahkan kau sendiripun
gelagapan, masa kecerdasan dari Ciong jauh melebihi dirimu?"
Pertanyaan tersebut justru merupakan pertanyaan yang hendak ditanyakan Bwe Leng
soat berdua pula, maka ketika didengar kalau Coa Thian yan telah mengutarakan
diam diam mereka mengangguk sambil berpikir dalam hati:
"Sekarang, akan kulihat permainan setan apa lagi yang hendak kau perlihatkan!"
Terdengar Ong It sin kembali tertawa tergelak.
"Coa toako, kau keliru besar!"
"Dimana letak kekeliruanku?"
Ong It sin tertawa. "Ketahuilah, banyak persoalan yang ada didunia ini bukan bisa dibereskan dengan
mengandalkan soal ilmu silat dan kecerdasan otak saja"
"Kalau begitu aku ingin bertanya kepada lote, kalau ilmu silat, kecerdasan dan
akal pun tak bisa diandalkan, kita harus mengandalkan soal apa lagi...?"
"Ada kalanya harus mengandalkan pula sesuatu rahasia yang dimiliki orang lain"
"Waah... setelah mendengar ucapanmu itu, aku makin dibikin kebingungan, maaf
kalau aku bodoh, lote, lebih baik kau beberkan saja semua duduk persoalan yang
sebenarnya" "Hayo cepat katakan" sambung Bwe Leng soat pula, "aku ingin tahu rahasia apakah
yang dimiliki adik Ciong Hoa"
"Padahal setelah diungkap hal ini tidak terhitung apa apa, sebab nona Ciong Hoa
tahu kalau diatas tebing jurang itu terdapat sebuah lorong rahasia yang bisa
kita pergunakan untuk menyelamatkan diri"
Bwe Leng soat segera mengerling sekejap kearahnya, kemudian berkata:
"Oooh... rupanya kalian kabur lewat jalan rahasia. kalau begitu sia sia saja
kami menguatirkan keselamatanmu"
Setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan:
"Kalau memang jalan itu merupakan sebuah jalan rahasia, sudah pasti sepanjang
jalan tiada rintangan apa apa, mengapa sampai sekarang kalian baru tiba
dirumah?" O000dw000O Jilid 31 BURU-BURU Ong It sin menjulurkan lidahnya.
"Waduh adik Soat betul betul sangat lihay" keluhnya, "andaikata aku berani
berbuat serong, niscaya rahasiaku bakal ketahuan semua"
"Memangnya kau mempunyai alasan yang lain?"
"Tentu saja!" "Boleh kudengar?"
"Aku toh sudah memberi tahu kepadamu"
"Kapan kau memberitahukan hal itu kepadaku?" Bwe Leng soat menjadi tertegun.
"Kenapa tidak kau pikirkan dulu?"
Untuk sesaat lamanya Bwe Leng soat tak berhasil mengingat kembali hal itu.
Tiba-tiba Coa Thian yan seperti teringat akan sesuatu hal, buru buru katanya.
"Adik Soat, bukankah Ong lote telah memberitahukan kepadamu kalau si dewa cebol
Cu Lian ci sekalian empat orang terkena racun jahat" Dari enam orang yang
melakukan perjalanan, empat diantaranya tak sanggup mengerahkan ilmu meringankan
tubuh, apalagi harus menghindarkan diri pula dari kejaran musuh, bayangkan
sendiri, mana mungkin mereka bisa berjalan dengan cepat" Alasan ini rasanya amat
bukan?" Setelah mendengar keterangan itu, senyuman manis baru sempat menghiasi ujung
bibir Bwe Leng soat. Kembali Ong It sin berkata:
"Dewasa ini soal terpenting yang harus kita lakukan adalah membuat resep untuk
memunahkan racun yang bersarang ditubuh Ay loko sekalian, tapi untuk
merahasiakan gerakan kita ini, lebih baik kita kirim orang saja untuk membeli
obat tersebut didesa lain saja"
"Tak usah repot repot kalau begitu" sela Kang Tang liu, "kebetulan sekali di
kota ini, Ih hen juga membuka sebuah toko obat, akan kukerjakan sendiri obat
tersebut, tanggung rahasia ini tak bakal bocor."
Ong It sin menjadi girang sekali.
"Ya, memang paling baik kalau begitu" serunya.
Selesai bersantap, pemuda itu lantas membuat selembar resep obat untuk
memunahkan racun. Oleh karena urusan ini mempunyai akibat yang besar bila sampai ketahuan musuh,
Kang Tang liu segera berangkat sendiri ke toko obatnya untuk mempersiapkan obat
tersebut. Ketika keempat orang itu habis minum obat yang dibuat Ong It sin, racun yang
mengeram ditubuh merekapun segera punah dan lenyap sama sekali.
Sementara itu waktu sudah menunjukkan dua hari menjelang datangnya hari Toan
yang. Orang pertama yang tiba di kota Si ciu paling dulu adalah ketua Hoa san pay, Kim
liong lojin (kakek naga emas) Bwe Hoa poh yang membawa serta Gin liong su kiam
(empat pedang naga perak) serta cucunya Bwe Kiam ciu.
Menyusul kemudian Tay gi siansu dari Siau lim pay dengan membawa Tay cu siansu,
Tay pe siansu, Tay jin siansu, Tay yong siansu serta dua belas orang jago muda
dari angkatan Go berdatangan ke sana.
Kemudian datang pula Wi to cinjin dari Bu tong pay dengan membawa serta Tui hong
jit kiam kek (tujuh pendekar pedang pengejar angin).
Hari kedua, muncul pula It po taysu dari Heng san pay yang disertai seorang
kakek jangkung kurus, dia adalah Sin cian jiu (si pemanah sakti Phu Yang liat).
Datang pula Cing hoa loni dari Cin shia pay.
Ih lwe sangjin dari Tiong lam pay juga datang diikuti Ho hoa siansu, Tui im kiam
kek dan Toa tou Go Eng. Dari pihak Go bi pay datang Tiang bi siansu beserta kedua belas orang jagonya.
Tentu saja pihak Kay pang juga tidak ketinggalan, mereka mendatangkan San ciat
jin Ciong (tiga sakti tujuh miskin).
Dari luar perbatasan muncul pula tiga orang jago, diantaranya Seng hong tianglo
dan Li Ji. Dengan kehadirannya jago lihay dari seluruh dunia persilatan, kontan saja
membuat suasana di kota Si ciu menjadi ramai sekali.Pertama tama Tay gi siancu, ketua partai Siau lim yang datang mencari berita
dari mulut Kim liong lojin:
"Apakah cucu perempuanmu Bwe Leng soat dan Giok bin sin liong Ong It sin tidak
datang?" "Belum, mereka belum datang" sahut Kim liong lojin sambil menggelengkan
kepalanya. "Bwe sicu, tahukah kau bahwa perkumpulan Ki thian kau telah diperkuat oleh Seng
Meh cu serta Siau mi lek dari bukit Tay huang san" Malah Thian yan siansu dan
Thian ci siansu dua orang susiok kami kena ditawan mereka, sampai sekarang kabar
beritanya belum ketahuan, hal ini benar benar mengurangi kekuatan kami"
"Siansu, aku rasa cucu perempuanku pasti akan datang kemari bila ia tahu aku
telah sampai kesini" hibur Kim liong lojin, "aku rasa Giok bin sin liong Ong It
sin mungkin juga telah datang"
Sementara mereka masih berbincang bincang, dari luar pintu rumah penginapan Peng
an telah datang tiga orang manusia.
Yang berada di paling depan adalah seorang kakek cebol yang berjenggot perak, di
tengah adalah seorang nona cantik, sedang di paling belakang adalah seorang
pemuda berbaju biru. Begitu mereka bertiga muncul dalam rumah penginapan, suasana seketika menjadi
gempar. Semua orang segera berteriak keras:
"Ay sian Cu cianpwe telah datang!"
"Thian hiang siancu telah datang!"
"Giok bin sin liong telah datang!"
Kim liong lojin yang mendengar seruan itu menjadi tertegun, pikirnya kemudian:
"Heran, siapakah yang bernama Thian hiang siancu itu?"
Ketika sorot matanya bertemu dengan wajah Bwe Leng soat, dia menjadi paham
sendiri: "Oooh, rupanya budak Soat!"
Yaa, orang persilatan memang telah menghadiahkan julukan Thian hiang siancu
untuk Bwe Leng soat, bahkan julukan tersebut sudah tersebar luas sampai dimana
mana hanya saja Bwe Leng soat sendiri masih belum tahu akan hal ini.
Sementara Kim liong lojin dan Tay gi siansu masih duduk tertegun, ketiga orang
itu telah datang menghampirinya.
Kedua orang itu baru sadar dari lamunannya, ketika ketiga tamu sudah di depan
mata, buru buru mereka bangkit berdiri sambil menjura.
"Boanpwe menjumpai Cu cianpwe" katanya cepat.
Cu Lian ci segera tertawa meringis.
"Dari mana datangnya begitu banyak adat lebih baik kalian berbincang sendiri"
Dalam pada itu Bwe Leng soat telah berseru:
"Yaya!" Bagaikan burung walet pulang sarang, ia segera menjatuhkan diri ke dalam pelukan
Kim liong lojin. Sedang Giok bin sin liong Ong It sin juga mulai berbincang bincang dengan Tay gi
siansu. Sementara para jago dari pelbagai penjuru dunia yang berada di sekitar sana pun
datang berkerumun. Pelan pelan Ong It sin mengalihkan sinar matanya memandang sekejap kawanan jago
yang berada di sana, mendadak ia menjerit tertahan, kemudian sapanya kepada
seorang kakek kekar berbaju ringkas dan membawa sebuah cambuk di pinggangnya:
"Paman Li jisiok, rupanya kau orang tua juga telah datang dari luar perbatasan!"
"Hian tit, tak nyana kau masih kenal dengan ji siokmu, hampir saja Ji siok tak
kenal lagi denganmu" seru cambuk beracun Li Ji, "tampaknya permainan dari
saudara Tang thian berhasil pula mengelabuhi diriku..."
Setelah berhenti sejenak, dia lantas menuding ke arah seorang kakek keren yang
berada disampingnya, kemudian berkata:
"Hian tit, mari kuperkenalkan, dia adalah lotoa kami Seng hong tianglo..."
Mengetahui kalau pendeta tua ini adalah toako dari ayahnya, buru buru Ong It sin
bangkit berdiri dan memberi hormat.
"Omintohud" bisik Seng hong tianglo, "Tang tian bisa memiliki anak seperti kau,
arwahnya di alam baka tentu dapat beristirahat dengan mata meram"
Menyusul kemudian tanyanya lagi.
"Keponakan It sin, kenapa kau begitu teledor hingga menyerahkan pedang Hu si
kiam kepada kelabang hitam dan putrinya" Bila mereka berhasil mempelajari Ngo
heng sin kang dan Hu si jit si, dunia persilatan pasti akan dibikin kacau balau"
"Supek, kini nasi sudah menjadi bubur, namun masih bisa ditolong keadaannya"
"Sekarang tergantung apakah kau telah berhasil meyakinkan ilmu pedang Sang yang
kiam hoat atau tidak?"
"Mengapa demikian...?" tanya Ong It sin dengan keheranan, ia mengawasi wajah
orang lekat lekat. "Aku dengar ayahmu pernah berkata bahwa kekuasaan yang sebenarnya dari pedang Hu
3 Kehidupan 3 Dunia 2 Istana Tanpa Bayangan Karya Efenan Pedang Sakti Tongkat Mustika 17
busuk, sejak saat itulah aku sudah memperhatikan dengan seksama, begitu kulihat
disitu bertambah dengan dua puluhan orang tamu yang datang berbondong bondong,
aku semakin curiga lagi, sebab hal ini tidak lazim terjadi, hingga kewaspadaanku
pun tanpa terasa kutingkatkan..."
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ong It sin baru memahami akan duduknya
persoalan, maka diapun bertanya lebih lanjut:
"Lantas kenapa kau melancarkan serangan maut terhadap Sam si ok sang secara tiba
tiba dengan melepaskan sebutir peluru Siau gi tan" Apakah dengan mengandalkan
kepandaian asli, kita tak akan mampu untuk mengalahkan dirinya?"
"Dugaanmu itu keliru besar, bila bangsat itu tidak mempunyai suatu keyakinan,
tak nanti akan mengucapkan kata kata seperti itu, jika tombol rahasia diatas
dinding tersebut sampai dia pencet, niscaya kita semua akan terperangkap oleh
alat jebakannya?" "Bagaimana cara menemukan hal ini?"
"Bangsat itu sendiri yang memberitahukan hal tersebut kepadaku!"
"Enci Soat, kau jangan bergurau," seru Bwe Yau, "semenjak keluar dari kamarnya,
bangsat itu mengobrol cerita yang panjang dan tiada habisnya, kapan sih dia
memberi tahukan hal itu kepadamu?"
Bwe Leng soat memutar biji matanya lalu menjawab:
"Sekalipun dia tidak memberitahukan kepadaku dengan mempergunakan kata kata,
tapi matanya telah memberitahukan hal itu kepadaku!"
oodoOoowo "Apa maksud dari ucapanmu itu?" tanya Bwe Yau.
"Begitu keluar dari pintu, seperti sengaja tak sengaja matanya telah melirik
kearah tombol rahasia diatas dinding tersebut"
"Darimana kau bisa tahu kalau benda itu adalah sebuah tombol rahasia...?" tanya
Ong It sin. "Gampang sekali alasannya, seandainya diatas dinding tersebut bukan dipasang
alat rahasia yang sanggup untuk menjebak kita, mengapa dalam suasana seperti
itu, ia tidak menengok ke arah lain?"
Setelah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh:
"Ketika rumah makan itu ambruk, bukankah kita telah menemukan sebuah ruangan
batu yang dalam sekali didalam tanah?"
Setelah mendapat keterangan tersebut Ong It sin pun tak bisa bertanya lagi.
Bersamaan itu pula, dia merasa kagum sekali atas ketelitian serta kecerdasan
dari Bwe Leng soat. "Sekarang, kita sudah tahu kalau mahluk tua beracun itu mempunyai komplotan
disepanjang jalan yang siap mencelakai kita setiap saat" kata Bwe Leng soat lagi
pula cara kerja mereka amat licik, bila kita sampai bertindak teledor maka besar
kemungkinan kita semua akan terkena oleh jebakannya.
"Enci Soat, bagaimana pula menurut pendapatmu?" tanya Bwe Yau.
"Untuk menghindari pelbagai kesulitan yang tidak diinginkan, lebih baik kita
menyaru saja" Ong It sin yang pertama tama menyatakan persetujuannya lebih dahulu malah sambil
menuding kearah hutan pohon siong ditepi jalan, katanya:
"Tempat ini paling baik kalau digunakan sebagai tempat untuk menyaru...!"
Seraya berkata dia lantas masuk lebih dulu ke dalam hutan itu diikuti oleh Bwe
Yau dan Bwe Leng soat dibelakangnya.
Ketika muncul kembali dari dalam hutan, mereka telah berubah menjadi tiga orang
sastrawan berusia pertengahan.
Malam itu mereka telah tiba dikota tian gi, waktu itu senja telah menjelang
tiba. Untuk menghindari perhatian orang, Ong It sin sekalian hanya mencari sebuah
rumah makan yang kecil. Meski rumah makan itu kecil, namun hidangannya amat lezat.
Sambil mengangkat cawan araknya, Bwe Leng soat berkata:
"Bagaimana kalau kita jangan minum lagi setelah menghabiskan cawan yang terakhir
ini?" "Tidak bisa, aku harus menghormati tiga cawan arak lebih dulu kepadamu, kau
jangan berusaha menghindarkan diri"
Sementara mereka sedang ribut, dari depan pintu telah berjalan masuk seorang
lelaki berkaki panjang. Dia mengenakan sepatu rumput dengan kepalanya mengenakan topi lebar terbuat dari
anyaman bambu. Dilihat dari dandanannya itu, dapat diketahui kalau dia adalah seorang jago
persilatan yang baru saja melakukan perjalanan jauh.
Bwe Yau tidak begitu menaruh perhatian, tapi Ong It sin dan Bwe Leng soat
menjadi terperanjat sekali.
Ternyata kedua orang itu mengenali siapakah lelaki berkaki panjang itu, dia tak
lain adalah Sin heng tay poo (pangeran berkaki sakti) Thay Lip.
Ong It sin ingin menyapa, tapi segera dicegah oleh Bwe Leng soat sambil
berbisik: "Tunggu sebentar, ada orang datang!"
Ong It sin segera mendongakkan kepalanya, betul juga, didepan pintu rumah makan
itu telah muncul empat orang kakek berbaju merah.
Begitu melihat kemunculan keempat orang itu, paras muka Sin heng tay poo Thay
Lip segera berubah hebat.
Dia bangkit berdiri secara tiba tiba dan siap meninggalkan tempat itu...
Sayang keempat orang kakek berjubah merah itu telah menghadang didepan pintu.
Terdengar salah seorang kakek bermata besar berkepala singa dan berambut awut
awutan itu tertawa dingin tiada hentinya, kemudian menegur:
"Sahabat Thay, secara beruntun kau telah berhasil menghindari kejaran tujuh
kelompok jago jago kami tak malu kalau dirimu mendapat julukan sebagai si kaki
sakti, cuma... bagaimanapun kau berusaha untuk menghindarkan diri, jangan harap
bisa meloloskan diri dari pengawasan perkumpulan kami, sekarang apakah kau masih
ingin kabur lagi" Sin heng tay poo Thay Lip mendongakkan kepalanya dan berkata dengan suara
hambar. "Aku tak lebih hanya seorang prajurit tak bernama didalam dunia persilatan,
entah ada urusan apa perkumpulan kalian mengutus begitu banyak jago lihay untuk
menghadang jalan pergi dari aku orang she Thay?"
"Benar, hal ini mengherankan sekali" pikir Ong It sin, "walaupun Sin heng tay
poo memiliki sepasang kaki sakti yang bisa berjalan cepat, namun ilmu silatnya
biasa saja kenapa pihak Ki thian kau enggan melepaskannya dengan begitu saja?"
Sementara dia masih termenung, seorang kakek bercodet telah berkata dengan
lantang "Kau tak usah berlagak pilon lagi, bukankah kau hendak berangkat ke wilayah Biau
untuk menyampaikan kabar kepada Ong It sin?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, tiga orang sastrawan berusia pertengahan yang
berada disamping mereka menjadi amat terperanjat.
Sin heng tay poo Thay Lip pun tidak menyangka kalau musuhnya akan berterus
terang kepadanya, hingga ia tak bisa menghindarkan diri lagi setelah tertegun
sejenak, katanya kemudian dengan gusar:
"Sekalipun demikian, mau apa kau?"
Kakek bercodet itu tertawa dingin tiada hentinya.
"Tidak apa apa, kami hanya mendapat perintah dari kantor pusat untuk membekukmu
dan mengirimnya ke bukit Leng sia san."
"Hmm! hanya mengandalkan kalian Ciong lay su koay?" dengus Sin heng tay poo
dingin. "Ciong lay su koay?" dengan cepat Ong It sin menjadi teringat kembali siapa
gerangan keempat orang kakek itu, ternyata mereka adalah pencoleng pencoleng
keji yang sudah banyak melakukan kejahatan dan pembunuhan brutal...
Sementara ia teringat akan hal itu, kakek bermata besar itu sudah berkata lagi:
"Kenapa" Memangnya lohu bersaudara masih belum sanggup untuk mengundang dirimu?"
Sin heng tay poo Thay Lip gusar sekali biji matanya berputar sekejap ke
sekeliling tempat itu, dengan cepat ia berhasil menemukan rencana bagus untuk
melarikan diri dari situ, dengan suara dalam segera sahutnya:
"Tentu saja, tentu saja..."
Dibibir ia berkata demikian, kakinya segera bergeser dengan cepat melompat
keluar dari pintu samping rumah itu.
Tindakan yang dilakukannya itu boleh dibilang cepat sekali.
Sayangnya, meski dia cepat, dua orang diantara Ciong lay su koay telah menduga
sampai kesitu, dengan cepat mereka melompat ke depan dan menghadang jalan
perginya sambil berseru: "Sobat Thay, buat apa musti terburu napsu" Percuma kalau ingin kabur sekarang"
Tiba tiba Sin heng tay poo Thay Lip merasakan datangnya segulung tenaga pukulan
yang sangat kuat menerjang dadanya, dengan gugup dia menghindarkan diri ke
belakang. Entah dia sudah terdesak hebat atau karena timbul akal cerdiknya, ternyata Thay
Lip telah menyembunyikan diri ke belakang ketiga orang sastrawan berusia
pertengahan itu. Dengan suara lantang salah seorang dari ketiga orang sastrawan tersebut segera
berkata kepada Sin heng tay poo Thay Lip.
"Aku lihat cara berbicaramu sopan santun maju mundur tahu adat, jelas merupakan
seorang Kuncu sejati, bagaimana kalau duduk sambil minum arak bersama?"
Sin heng tay poo Thay Lip tahu kalau jalan mundurnya sudah tertutup, sesudah
sangsi sebentar, diapun duduk dan menerima cawan arak itu.
"Baiklah kuturuti permintaan anda!" katanya.
Sekali teguk dia menghabiskan isinya sampai habis kering, lagaknya santai,
seakan akan dia sudah melupakan mara bahaya yang sedang mengancam didepan
matanya itu. Agaknya ketiga orang sastrawan berusia pertengahan itu amat menggemari sikapnya
itu, dengan cepat mereka memesan sayur dan arak lagi.
Dalam pada itu, Ciong lay su koay juga mulai merasa lapar sekali, mereka tak
berani bertindak dengan gegabah lagi, akhirnya keempat orang itupun memesan
sayur dan arak. Sebab, pertama Sin heng tay poo tidak bermaksud untuk melarikan diri, kedua
ketiga orang sastrasan berusia pertengahan itu pun dia tidak akan mampu
melindungi keselamatan lawannya, maka dengan tenang merekapun turut makan minum.
Siapa tahu, ketika selesai bersantap, ketiga orang sastrawan berusia pertengahan
itu lantas menitahkan kepada pelayan untuk membuat rekening, setelah itu mereka
mengajak Sin heng tay poo Thay Lip untuk melakukan perjalanan bersama.
Sudah barang tentu Sin heng tay poo Thay Lip menerima tawaran itu dengan senang
hati. Walaupun demikian, diapun merasa rada kuatir, sebab Ciong lay su koay adalah
perampok perampok yang membunuh orang tanpa berkedip, andaikata ketiga orang
sastrawan ini sampai menjadi korban, bagaimana jadinya"
Berpikir demikian, ia menjadi sangsi, tapi salah seorang dari sastrawan berusia
pertengahan itu segera menarik ujung bajunya sambil berbisik lirih:
"Sobat, mari kita pergi! Malam ini kita harus berbincang bincang sampai pagi..."
Karena tak bisa melepaskan diri dari cengkeraman orang, maka Sin heng tay poo
Thay Lip terpaksa harus mengikuti dibelakang mereka untuk berjalan keluar dari
rumah makan itu. Belum sampai beberapa langkah, tiba tiba terdengar Ciong lay su koay membentak
keras dengan sorot mata bengis.
"Sahabat Thay, berhenti kau!"
Walaupun Thay Lip ingin berhenti, namun sepasang kakinya sudah tidak menuruti
perkataannya dan melanjutkan langkahnya menuju ke depan sana.
Terdengar sastrawan berusia pertengahan itu berkata:
"Sobat, hubunganmu sungguh luas sekali banyak benar orang yang hendak mengajakmu
pergi! Cuma, bukankah kau telah meluluskan permintaan kami lebih dulu untuk
berkunjung kerumah kami" Maka kaupun tak usah mempedulikan orang lain lagi"
Ucapan itu tak bisa disangkal lagi merupakan jawaban yang diturunkan kepada
orang orang itu. Tak heran kalau Ciong lay su koay menjadi naik pitam! sambil membentak keras
mereka menerjang ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Seorang menggerakkan tangannya untuk mencengkeram tubuh Sin heng tay poo
sedangkan seorang yang lain menghajar punggung sastrawan berusia pertengahan.
Pada detik yang terakhir itulah, mendadak terjadi suatu peristiwa yang sama
sekali di luar dugaan... Si kakek bercodet Im Hu dan sikakek berkepala singa Si Siau thian bersama sama
mendengus tertahan, bukannya berhasil dengan serangannya, malahan mereka kena
digetarkan balik kebelakang dengan darah yang bergolak keras dalam dadanya.
Kenyataan ini segera membuat keempat orang siluman itu berdiri termangu mangu
macam orang bodoh. Terutama sekali siluman pertama Kakek Kuntilanak Ong Liau dan siluman kedua
Kakek berusus dingin Ciang Pia hoo sebagai penonton, mereka tidak berhasil
melihat dengan jelas bagaimana caranya kedua orang rekannya terluka.
Dari sini dapat diketahui bahwa kesemuanya ini merupakan hasil karya dari ketiga
orang sastrawan berusia pertengahan itu.
Sementara sikakek bercodet Im Hu dan si kakek berkepala singa Si Siau thian
telah mengatur napasnya untuk menekan pergolakan darah didalam dadanya, setelah
itu teriaknya keras keras:
"Lotoa, lojin, mari kita susul ketiga orang pelajar rudin itu!"
"Apakah kalian tidak salah melihat," kata Kakek Ciang Pia hoo.
"Kami berdua kena dipentalkan oleh sastrawan jangkung itu, masa bisa salah"
Belum pernah kami dengar ada manusia macam begitu dalam dunia persilatan, hayo
kita kejar, coba lihat manusia macam apakah dirinya itu..."
"Baik!" Tanpa banyak berbicara lagi mereka segera berangkat meninggalkan rumah makan itu
dengan kecepatan luar biasa.
Dalam anggapan mereka, Sin heng tay poo dan ketiga orang pelajar rudin itu sudah
pasti telah pergi jauh, maka setibanya didepan rumah makan, dengan cepat mereka
celingukan kesana kemari.
Mendadak terdengar seorang menegur:
"Hei, sobat apakah kalian sedang mencari aku?"
Dengan terkejut keempat orang siluman itu membalikkan badannya.
Ternyata ketiga orang sastrawan tersebut bersama Sin heng tay poo Thay Lip
sedang menanti kedatangan mereka dirumah sebelah, bahkan waktu itu mereka sedang
memandang kearahnya dengan sinar mata yang sinis dan penuh rasa hina.
Kakek kuntilanak Ong Liu segera maju kedepan dan sahutnya:
"Betul, kami memang sedang mencari kalian semua!"
Seorang sastrawan setengah baya yang bertubuh kurus kecil segera mendengus:
"Hmm, ada urusan apa mencari kami?"
"Dihadapan orang lebih baik jangan berbohong, katakan siapa nama kalian!"
"Kami bukan anggota persilatan, juga tidak melakukan jual beli tanpa modal, buat
apa musti bercakap cakap dengan pentolan penyamun macam kalian itu?"
Begitu mendengar perkataan tersebut, Ciong lay su koay segera melototkan matanya
bulat bulat dengan wajah amat gusar.
Si kakek bermuka codet Im Hu paling berangasan orangnya, ditatapnya sastrawan
kecil itu lekat lekat, kemudian bentaknya:
"Pelajar rudin, rupanya kau sudah bosan hidup!"
"Memangnya kau berani bertindak semena mena terhadap kami?" jengek sastrawan itu
sambil tertawa dingin. Kakek bercodet itu segera maju ke depan, teriaknya keras keras:
"Kau tak usah berkentut terus dihadapan kami, lihat saja kami akan menjagal
kalian ditengah jalan..."
Dengan cepat dia meloloskan sebilah pisau kemudian menerjang ke depan dan
menusuk dada sastrawan setengah umur yang bertubuh ceking dan kecil itu.
"Losam, jangan sembarangan, bisa mengagetkan pihak petugas keamanan..." cegah
siluman pertama keras keras.
"Lotoa, kau maksudkan jangan memakai senjata tajam?" seru si kakek bercodet
sambil menarik kembali senjatanya.
"Betul lebih baik kita seorang bereskan seorang, itulah lebih praktis dan
bagus!" Baru selesai dia berkata, sastrawan yang jangkung itu sudah melotot dengan
matanya yang tajam, kemudian ujarnya sambil tertawa dingin.
"Kalau toh kau merasa begitu yakin dengan kemampuanmu, mengapa tidak terima
tantangan kami" Cuma tempat ini kurang cocok untuk dipakai sebagai tempat
pertarungan, mari kita berpindah tempat saja"
Mimpipun siluman pertama itu tak mengira kalau tantangannya diterima lawan
dengan begitu saja, tanpa terasa ia menjadi tertegun.
"Waah... jangan jangan musuhku ini cukup tangguh?" demikian dia berpikir.
Sudah barang tentu mustahil baginya untuk menarik diri lagi, maka katanya sambil
tertawa dingin: "Kalau begitu kita berjumpa ditanah pekuburan diluar kotasana.
"Baik, kami akan berangkat selangkah lebih duluan!"
Ciong lay su koay tak bisa berbicara apa apa lagi, maka siluman pertama pun
memberi tanda kepada rekan rekannya seraya berkata:
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mari kita berangkat, tidak kuatir mereka bisa kabur ke atas langit..."
Selesai berkata merekapun berangkat meninggalkan tempat itu, dalam waktu singkat
bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak berbekas.
Sepeninggal keempat orang siluman itu, Sin heng tay poo Thay Lip segera menjura
kepada ketiga orang sastrawan berusia pertengahan itu sambil ujarnya:
"Aku Thay Lip mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan saudara sekalian
sayang aku masih ada urusan penting yang harus segera dilaksanakan, lagipula
persoalan itu menyangkut keselamatan dunia persilatan, oleh sebab itu terpaksa
aku musti mohon diri lebih dulu."
Sin heng tay poo Thay Lip sudah bersiap siap meninggalkan tempat itu, tapi
segera dicegah oleh si sastrawan jangkung.
"Thay tayhiap" demikian katanya, "tadi kudengar kau hendak pergi ke wilayah Biau
untuk mencari Ong It sin, apa benar ada kejadian semacam ini...?"
"Benar!" "Aku lihat, kau tak usah pergi lagi!"
"Kenapa?" tanya Sin heng tay poo terkejut.
"Sebab sekarang ia sudah tidak berada di situ lagi, setelah melenyapkan kota
ular beracun, mereka telah berangkat meninggalkan tempat tersebut...!"
"Oooh, kemana aku harus mencari dirinya?" seru Sin heng tay poo Thay Lip
kemudian dengan sedih. "Mungkin dia sudah pulang ke daratan Tionggoan, oleh sebab itu Thay tayhiap tak
usah mencarinya lagi"
"Thay tayhiap" timbrung sastrawan ceking itu mendadak, "ada urusan penting
apakah sehingga kau begitu terburu buru untuk menemukan dirinya...?"
Sin heng tay poo ragu sejenak, kemudian katanya berterus terang:
"Ketua Ki thian kau Be Siau soh telah berhasil melatih Hu si jit si Ngo heng sin
kang, dengan mengandalkan kepandaiannya itu dia telah menyerbu ke kuil Siau lim
si dan menculik Thian yan serta Thian ci hweesio dengan tujuan merajai dunia
persilatan, sekarang dia telah mengutus orang untuk menyebar undangan ke
pelbagai aliran dan partai dengan perintah untuk melaporkan diri ke markas
besarnya di bukit Long cia san pada bulan Toan yang, kalau tidak, mereka akan
dilenyapkan dari muka bumi"
Sastrawan jangkung itu segera berkerut kening, serunya:
"Oooh... telah terjadi peristiwa semacam ... Pengetahuan kami benar benar amat
cetek!" Sembari berkata dia lantas membawa semua orang menuju ke tanah pekuburan di luar
kota. "Selain itu masih ada kabar apa lagi?" tanya sastrawan ceking itu kemudian.
"Konon Ay sian Cu Lian ci dan Say siu hun dim juga telah ditangkap dan disekap
mereka" Sastrawan jangkung itu tampak terperanjat sekali setelah mendengar perkataan itu
dengan cepat dia mencengkeram lengan Sin heng tay poo sambil pekiknya:
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
Walaupun cengkeraman itu dilakukan dengan sambil lalu, namun kekuatannya hebat
sekali, seketika itu juga sin heng tay poo Thay Lip menjadi kesakitan setengah
mati, peluh dingin bercucuran membasahi sekujur tubuhnya.
"Aku... aku... sama sekali... titi... tidak bohong..." sahutnya tergagap.
"Toako, kau tidak kuatir melukai Thay tayhiap?" sastrawan ceking itu segera
memperingatkan. Buru buru sastrawan jangkung itu mengendorkan tangannya, kemudian bertanya:
"Sakit tidak?" "Oooh... tidak tidak!"
Sementara perbincangan masih berlangsung, mereka sudah tiba di tengah pekuburan
diluar kota. Waktu itu dalam amat larat, kentongan ketiga pun sudah menjelang tiba...
Ciong lay su koay bagaikan setan gentayangan berdiri seram dibawah sinar
rembulan yang redup. Ketika menyaksikan kedatangan musuh musuhnya, Ya siau siu Ong Liau si siluman
pertama dari Ciong lay su koay itu segera tertawa seram, kemudian tegurnya:
"Kalian benar benar memegang janji sekarang sebutkan dulu siapa nama kalian!"
"Kau kuatir setelah mati mata tak meram jengek sastrawan jangkung itu sinis.
"Omong sembarangan" bentak Ya siau siu dengan gusar, "lohu tak pernah membunuh
manusia tak bernama!"
"Jadi kau memaksa aku untuk memberitahukan?"
"Hmmm. memangnya lohu sedang bergurau?"
Dengan kening berkerut sastrawan jangkung itu lantas berkata:
"Boleh saja diberitahukan kepadamu, tapi akupun mempunyai suatu pantangan"
"Apa pantanganmu itu?"
"Barang siapa salah mengetahui namaku, maka dia harus mampus dalam keadaan
mengerikan" Dengan geramnya Ya siau siu Ong Liau mendongakkan kepalanya dan tertawa seram
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau betul betul amat tekebur... juga besar
nyalinya, laporkan namamu soal mati atau tidak, sebentar kau bakal tahu sendiri
jawabannya!" Tiba tiba paras muka sastrawan jangkung itu berubah menjadi dingin seperti es
dengan sinar mata yang mengerikan dia berseru dalam dalam:
"Aku she Ong bernama It sin, sudah kau dengar jelas?"
Begitu mendengar nama tersebut, paras muka Ciong lay su koay segera berubah
hebat serunya hampir berbareng.
"Huuh... tampang macam itupun mengaku sebagai Giok bin sin liong (naga sakti
berwajah pualam) Ong It sin?"
Kali ini giliran sastrawan jangkung itu menjadi tertegun, pikirnya kemudian.
"Apakah didalam dunia persilatan telah muncul kembali seorang jago yang bernama
Giok bin sin liong Ong It sin?"
Ketika Ya siau siu melihat musuhnya nampak tertegun, dia lantas menganggap
lawannya adalah Ong It sin gadungan hatinya semakin lega dengan mata memancarkan
sinar tajam katanya kemudian:
"Sobat, tahukah kau kalau Giok bin sin liong Ong It sin adalah ahli waris dari
Leng mong sinceng" Wajahnya tampan sekali..."
Mendengar perkataan itu, si sastrawan jangkung itu kembali berpikir:
"Oooh, rupanya yang dinamakan Giok bin sin liOng Itu adalah diriku sendiri!"
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Kalau begitu, jelas kami punya nama yang sama, tapi memang tak sedikit orang
didunia ini yang nampaknya nama sama, setelah mampus nanti, silahkan kalian
ingat baik baik kalau kalian telah mampus ditangan Ong It sin!"
Ciong lay su koay bertambah gusar, rasa was was yang semula menyelimuti hati
mereka segera lenyap tak berbekas, terutama si kakek bercodet yang memang buas
dan kejam sedari tadi ia memang sudah berniat untuk membunuh orang.
Mendadak dia melompat ke depan kemudian bentaknya:
"Bajingan laknat, kalian memang pantas untuk dibunuh, serahkan nyawa kalian!"
Sepasang kepalannya diayunkan ke depan, deruan angin dahsyat yang amat kencang
segera menggulung ke muka.
Tampaknya ia bertekad untuk membunuh musuhnya dalam sekali gebrakan, maka
serangan tersebut dilancarkan dengan sepenuh tenaga, bukan saja pukulannya
berat, lagipula buas, ganas dan jitu.
Aneh sekali, meski pukulan itu amat dahsyat, dalam kenyataannya serangan itu tak
berhasil mengenai tubuh lawannya, malah seujung rambut pun tak terjawil olehnya.
Puluhan gebrakan kemudian, serangan dari si kakek bercodet itu makin lama
semakin lemah. Akhirnya, dia membentak keras, golok yang terselip dipinggangnya segera dicabut
keluar. Si kakek bercodet ini sesungguhnya memang merupakan seorang jago golok yang amat
lihay, dia memiliki serangkaian ilmu golok yang hebatnya bukan kepalang.
Selama ini, belum pernah ada seorang jago persilatanpun yang sanggup menahan dua
puluh jurus serangannya, itulah sebabnya dia menjadi latah, angkuh dan memandang
remeh kepada orang lain. Sayang keadaan yang dihadapinya hari ini berbeda, sekalipun begitu turun tangan
ia telah mengulurkan kepandaian andalannya toh hasilnya tetap nihil.
Masih untung musuhnya masih sungkan kepadanya, kalau tidak, akibatnya benar
benar sukar dibayangkan dengan kata kata.
Makin bertarung sikakek bercodet itu semakin ketakutan, butiran keringat jatuh
bercucuran membasahi tubuhnya, sekarang dia baru sadar kalau musuhnya terlampau
tangguh. Dalam sekejap mata puluhan gebrakan kembali sudah lewat.
Lama kelamaan Ong It sin bosan sendiri menghadapi musuhnya yang garang itu
dengan sebuah pukulan yang sangat aneh, dia hajar dada kakek bercodet itu.
Belum sempat menjerit kesakitan, gembong iblis itu sudah mencelat kebelakang dan
tewas seketika itu juga. Menyaksikan rekannya tewas, sikakek bermata besar kepala singa itu membentak
keras kemudian dengan garangnya menubruk ke depan.
Ia bersenjatakan sepasang roda emas Jit gwat kim lun, dengan menciptakan lapisan
cahaya emas yang amat tebal, langsung dia kurung sekujur tubuh musuhnya.
"Suatu serangan yang amat bagus," seru Ong It sin.
Tanpa sangsi lagi, telapak tangannya diayunkan kemuka melancarkan sebuah pukulan
dahsyat. Ditengah hembusan angin puyuh yang menderu deru, roda emas Jit gwat kim lun itu
segera terlepas dari cekalan dan mencelat ke udara.
Keadaan dari kakek kepala singa ini lebih mengenaskan lagi, satu gebrakan belum
dilewatkan dia sudah menjerit ngeri sambil muntah darah segar tubuhnya mencelat
kebelakang dan tewas seketika itu juga.
Dengan terjadinya peristiwa ini, Ya siau siu dan Leng cong siu menjadi keder dan
pecah nyalinya. Ya siau siu Ong Liu telah bersiap siap maju ke depan untuk beradu jiwa, tapi
segera dicegah oleh si kakek berusus dingin Ciang Pia hoo.
"Lotoa, jangan tak tahu diri!" nasehatnya, "sekalipun ilmu silatmu lebih hebat
dari pada losam dan losu, tapi sampai dimana kau bisa menolong keadaan ini?"
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu?" tanya Ya siau siu dengan wajah amat
sedih. "Sudah lumrah bila menderita kalah di suatu medan perang, apalagi yang bisa kita
lakukan sekarang" Lebih baik tunggu saja keputusan musuh terhadap nasib kita"
"Loji, mengapa kau dapat mengucapkan kata kata yang tidak tahu malu sama sekali
itu?" "Sebagai seorang lelaki sejati, harus bisa melihat keadaan, sekalipun kau tidak
setuju lotoa, akupun tak bisa berbuat banyak"
Agaknya Ya siau su juga tahu kalau keadaan yang dihadapinya sekarang amat tidak
menguntungkan posisinya, bila dia berani bertindak gegabah maka bisa jadi akan
berakibat lenyapnya Ciong lay su koay dari permukaan bumi.
Akhirnya setelah mempertimbangkannya beberapa waktu, dia merasa ucapan dari loji
memang ada benarnya juga, maka diapun lantas menundukkan kepalanya dan tidak
berbicara lagi. Sesungguhnya Ong It sin sendiripun sama sekali tidak berniat untuk melakukan
pembasmian terhadap lawannya, melihat pihak musuh sudah tidak melancarkan
serangan lagi, diapun lantas berkata:
"Semua akibat ini merupakan hasil perbuatan dari kalian sendiri, jangan salahkan
kalau aku orang she Ong bertindak keji. Untung saja kalian masih tahu diri, asal
kalian tidak menyerang lagi, akupun bersedia untuk mengampuni jiwa kalian
berdua" "Terima kasih banyak" ucap si Kakek berusus dingin Ciang Pia hoo, "selama bukit
nan hijau, air tetap mengalir, budi kebaikanmu ini suatu ketika pasti akan kubayar"
Sehabis berkata, dia lantas membalikkan badan dan siap berlalu dari situ.
Baru saja mereka menggerakkan tubuhnya, seorang sastrawan bertubuh ceking telah
membentak keras: "Tunggu sebentar!"
Serentak Ya siau siu dan Leng cong siu berseru bersama:
"Apakah ucapan dari Ong tayhiap tidak berlaku?"
"Setiap perkataan dari toako kami selalu dipegang dengan teguh, siapa bilang
kalau tidak berlaku?"
"Lantas apa maumu?" seru Ya siau siu cepat.
"Apa yang dikatakan toako ku barusan?"
"... dia bilang, bersedia mengampuni dua lembar nyawa kami, apakah perkataan ini
keliru?" "Kata kata itu mah tidak keliru, cuma kami toh tidak berjanji untuk tidak
memunahkan ilmu silat kalian?"
Mendengar ucapan tersebut, terbungkamlah kedua orang siluman itu, sekujur badan
merekapun mulai gemetar keras.
Menyaksikan mimik wajah mereka yang mengenaskan, Ong It sin menjadi tak tega,
katanya cepat: "Soat... te, sudahlah, biarkan mereka tinggalkan tempat ini dengan membawa serta
ilmu silatnya?" "Engkoh Sin, kalau mereka dibiarkan pergi dengan begitu saja, maka jejak kita
sudah pasti tak akan bisa dipertahankan lagi!"
"Bagaimana menurut pendapatmu?"
"Punahkan ilmu silatnya kemudian menotok jalan darah bisunya, setelah itu
serahkan kepada Tay tayhiap agar dilepaskan setibanya dibukit Soat hong san"
"Aaah, ucapan adik Soat memang tepat sekali!"
Ternyata sastrawan bertubuh ceking itu adalah penyaruan dari Bwe Leng soat.
Dengan demikian, Sin heng tay poo pun segera menyadari apa gerangan yang telah
terjadi. Ketika Ya siau siu dan Leng cong siu menyaksikan keadaan telah berkembang
menjadi begini rupa, tahulah mereka bahwa tiada harapan lagi bagi mereka untuk
kabur, tanpa terasa kedua orang iblis ini menghela napas panjang.
Ong It sin segera maju ke depan dan memunahkan ilmu silat dari kedua orang ini,
bahkan sekalian menotok pula jalan darah bisunya, sambil diserahkan kepada Sin
heng tay poo, dia berkata:
" maaf..., aku musti merepotkan dirimu!"
"Siau heng bersedia melaksanakan tugas ini!" jawab Sin heng tay poo dengan
girang. "Bagaimana dengan Coa toako sekalian?"
"Mereka masih berada ditempat semula!"
"Baik baiklah mereka semua?" tanya Bwe Leng soat.
"Tindak tanduk mereka sekarang semakin bertambah hati hati, karena kuatir
terjadi hal hal yang tak diinginkan, silahkan kalian langsung menuju ke tempat
pertemuan saja" "Dewasa ini anggota Ki thian kau makin banyak, dengan mengandalkan kekuatan kita
beberapa orang sesungguhnya terlalu minim sekali...?"
"Bagaimana kalau kita pulang ke Lam hay untuk meminta bantuan guruku...?" usul
Bwe Leng soat. Ong It sin segera menggeleng.
"Inilah percobaan untuk kita, tak perlu, lagi pula bulan lima hari Toan yang
tinggal dua puluh hari, waktunya sudah tak sempat lagi buat kita pergi ke tempat
jauh" Setelah berhenti sejenak, ujarnya kepada Sin heng tay poo:
"Thay toako, bawalah kedua orang siluman ini menuju kebukit Soat hong san
kemudian berangkat ke kuil Siau lim si untuk bertemu dengan Toan gi siansu,
suruh dia mengadakan perundingan rahasia dengan pelbagai aliran untuk
mempersiapkan sesuatu pertarungan massal, tapi berita ini musti dirahasiakan
lebih baik kalau hanya diketahui oleh beberapa orang ciang bunjinnya saja!"
Sin heng tay poo Thay Lip mengiakan, dia lantas menuju kekota menyewa kereta dan
membawa pergi dua orang siluman tersebut.
Sebelum berangkat dia bertanya lagi kepada Ong It sin:
"Aku masih belum menanyakan nama dari saudara ini?"
Sambil berkata dia lantas menunjuk kearah Bwe Yau.
Ong It sin segera tersenyum.
"Aaah, aku memang pikun sekali, masa lupa untuk memperkenalkan kalian, dia
adalah sumoayku..." "Sedari kapan sinceng menerima murid perempuan?"
"Thay toako, kau salah duga, dia bukan murid guruku, melainkan muridnya Seng
hong tianglo dari luar perbatasan yang bernama nona Bwe Yau..." kata pemuda itu
tertawa. "Oooh, seharusnya aku bisa menduga ke sana"
Dia lantas mencemplak kudanya dan berlalu dari situ.
Sedangkan Ong It sin bertiga pun kembali ke tempat penginapannya untuk
beristirahat. oxodOwooxo Sementara itu, markas besar perkumpulan Ki thian kau diatas bukit Long sia san
dekat kota Si ciu tampak bertambah semarak dan tersohor, terutama sekembalinya
kaucu mereka Be Siau soh ke dalam markas besarnya.
Hal ini lebih disemarakkan lagi dengan berhasil tertangkapnya Say siu hud sim,
Thian ya, Thian ci hwesio dari Siau lim pay dan Ay sian Cu Lian ci.
Makin lama pengaruh Ki thian kau dalam dunia persilatan semakin besar, sedang
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kawanan liok lim dan penjahat golongan hitam sama sama takluk dan menggabungkan
diri dengan mereka. Sementara murid murid dari pelbagai perguruan besar didunia ini, semakin jarang
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan.
Melihat kenyataan tersebut, tampaknya cita cita Be Siau soh untuk menguasahi
seluruh jagad sudah hampir menjadi suatu kenyataan.
Tapi Be Siau soh masih belum tenang, dia masih merisaukan sesuatu hal, terutama
kemampuan dari Ong It sin dan Bwe Leng soat dua orang, terutama sekali yang
disebut belakangan ini. kalau bisa dia ingin mencincang tubuhnya menjadi
berkeping keping. Sedangkan soal Ong It sin, semenjak dia tahu kalau pemuda itu tidak bertampang
jelek dan memuakkan seperti dulu lagi, bahkan berubah menjadi tampan bagaikan
Phoa An, sehingga orang orang persilatan memberi julukan Giok bin sin liong
kepadanya hal ini menimbulkan gairah Be Siau soh untuk berjumpa dengan kekasih
lamanya ini. Sekalipun dalam hatinya dia berhasrat demikian, namun tiada seorang manusiapun
yang tahu dimanakah Ong It sin dan Bwe Leng soat berada saat itu.
Ketika menyaksikan Sin heng tay poo menuju kebarat dengan gerak gerik yang
mencurigakan, dia lantas menduga kalau hal ini ada hubungannya dengan Ong It
sin. Itulah sebabnya sepanjang jalan Be Siau soh menitahkan untuk mengadakan
penghadangan. Siapa tahu Sin heng tay poo terlampau lihay, secara beruntun dia telah berhasil
melampaui tujuh hadangan dan tiba tiba lenyap tak berbekas...
Kemudian diketahui pula bahwa Ciong lay su koay yang dikirimnya telah kedapatan
tewas dua orang lainnya lenyap dengan begitu saja.
Maka Be Siau soh segera menitahkan wakil kaucu ketiga Siau bin mi lek dengan
membawa empat orang toa guhoat untuk melakukan penyelidikan yang jelas.
Tak lama kemudian Thian tok tay ong dan Ciok yong sin li datang menggabungkan
diri, sudah barang tentu hal ini membuat Be Siau soh kegirangan setengah mati.
oooOdwXooo Setiap dua tiga hari sekali, Be Siau soh memerlukan diri untuk berkunjung ke
penjara bawah tanah dan membujuk Thian yan, Thian ci hwesio, Say siu hud sim dan
Ay sian Cu Lian ci sekalian untuk menyerah saja.
Siapa tahu keempat orang itu tetap berkeras kepala dan tak mau takluk sampai
mati. Dia cukup mengetahui akan pentingnya keempat orang ini bagi umat persilatan,
bila dibunuh maka keadaan pasti akan bertambah kacau, bila dibiarkan melarikan
diri, mereka pasti akan menjadi musuh bebuyutan yang menakutkan.
Yang lebih menakutkan lagi adalah jika keempat orang ini sampai diperalat oleh
Ong It sin. Oleh sebab itu penjaga penjaga yang ditugaskan untuk menjaga penjara tersebut
merupakan jago jago pilihan yang rata rata berilmu tinggi.
Selain daripada itu, diapun menunjuk wakil ketua kedua sebagai komandan dari
pengawal penjara tersebut.
Bahwasanya Seng Meh cu, wakil ketua kedua dari Ki Thian kau bisa terpilih, hal
ini pun sudah sewajarnya, sebab bukan Cuma ilmu silatnya saja yang sangat lihay,
kecerdasan otaknya juga luar biasa sekali.
Dengan penjagaan yang demikian ketatnya memang sukar buat keempat orang tawanan
itu untuk melarikan diri.
Suatu hari, Be Siau soh melakukan pesiar disekitar bukit tersebut, untuk
menikmati pemandangan alam, yang dimaksudkan sebagai pesiar baginya adalah
keluar rumah untuk berburu pemuda tampan.
Semenjak mempelajari ilmu Ngo heng sin kang, setiap hari dia membutuhkan sari
kelakian seorang pemuda untuk menambah sempurnanya tenaga dalam yang sedang
dilatihnya. Itulah sebabnya dikota Si ciu, seringkali kedapatan pemuda pemuda tampan yang
mendadak lenyap tak berbekas.
Hari itu, dia berpesiar lagi dengan menaiki tandu, ketika melewati pintu kota,
mendadak ia menyaksikan ada seorang petani muda sedang mencangkul tanah ditengah
sawah. Petani itu berwajah tampan, berotot kekar dan amat menawan hati, bergetar
perasaan Be Siau soh menyaksikan ketampanan pemuda itu, segera bentaknya:
"Hentikan tandu!"
Tandu berhenti, Ang hun lo sat Hoa Long jin segera maju kedepan sambil bertanya:
"Kaucu ada urusan apa?"
Be Siau soh mengerling sekejap kearah petani muda ditengah sawah itu, lalu
perintahnya. "Tangkap dia!" Ang hun lo sat Hoa Long jin mengiakan, dia segera melompat ketengah sawah dan
menggape kearah petani itu sambil berseru:
"Hei, toako, cepat kemari, nio nio ingin menyatakan sesuatu kepadamu!"
"Nio nio kalian berada dimana?"
Sambil berkata petani itu membersihkan lumpur dari kakinya dan berjalan
mendekat. Ang hun lo sat Hoa long jin segera menuding ke arah tandu kecil itu seraya
menyahut: "Itu dia, bukankah dia berada disini" Cepat ikuti aku!"
Sambil berkata dia lantas berjalan lebih dahulu ke depan.
Tak selang berapa saat kemudian, pemuda itupun sudah tiba didepan tandu
tersebut. Baru saja dia ingin menyaksikan sesuatu tahu tahu Be Siau soh sudah mengebaskan
tangannya dan menotok jalan darah petani muda tadi.
"Bawa dia pulang ke markas!" perintahnya.
Gadis berbaju merah yang ada dibelakangnya segera mengiakan, dengan cepat dia
menyambar tubuh petani itu dan dibawa kabur.
Dalam waktu singkat, rombongan tersebut sudah lenyap dari pandangan mata.
Sepeninggal rombongan tersebut, dari balik semak belukar kedengaran seorang
gadis sedang berkata: "Coa toako, dugaanmu memang hebat. Cuma..."
"Adik Soat, Cuma kenapa?" tanya lelaki she Coa itu, "apakah kau takut Ong lote
berubah pikiran" Tak usah memikirkan yang bukan bukan!"
"Hmm, aku sih tidak kuatir, Cuma aku kuatir dengan keselamatannya, setelah
berada didalam sarang iblis, mungkinkah dia akan mengalami sesuatu yang sama
sekali diluar dugaan?"
"Ong lote adalah seorang pemuda bernyali besar dan berotak cerdas, ilmu silatnya
juga sangat lihay, mana mungkin dia akan menjumpai mara bahaya" Lebih baik kita
pulang ke rumah saja sambil menantikan kabar baik darinya!"
Tak lama kemudian, kedua sosok bayangan manusia itupun lenyap dari tempat itu.
^oood^O^wooo^ Tempat ini adalah sebuah kamar tidur yang amat megah dan mewah sekali.
Diatas pembaringan berbaringlah seorang pemuda tampan, dia tak lain adalah sang
petani muda yang kena dibekuk siang tadi.
Sementara itu, disamping pembaringan berdiri seorang dayang berbaju putih.
Waktu itu sang dayang sedang mengawasi wajah petani muda diatas ranjang itu
dengan termangu mangu, kemudian diapun menghela napas lirih.
Dibalik helaan napasnya itu, penuh mengandung rasa kasihan dan sayang.
Sebab dia pernah menyaksikan banyak sekali pemuda tampan yang tertidur nyenyak
pada malam itu, tapi keesokan harinya sudah tak sanggup berdiri lagi.
Tentu saja petani muda inipun tak akan terhindar pula dari keadaan tersebut.
Diam diam dayang berbaju merah itu berpikir:
"Kaucu kami begitu cabul dan jalang, selain membunuh orang, suka sekali melalap
lelaki muda, dia bukan manusia yang baik. suatu hari sudah pasti akan kena
batunya... tapi sampai waktu itu, mungkin aku sendiripun harus mengorbankan pula
selembar jiwaku" Berpikir sampai disini, dia semakin sedih.
Jangan dilihat dayang berbaju merah itu adalah dayangnya Ang hun lo sat Hoa Long
jin dalam kenyataannya diapun seorang anak gadis yang masih suci bersih, tapi
berhubung dipilih oleh Ang hun lo sat, maka terpaksa dia harus menjadi
dayangnya. Tidak sedikit peristiwa cabul yang disaksikan olehnya dia benar benar merasa
benci dan muak sekali dengan kejadian kejadian semacam itu.
Tapi dia tak mampu menghalanginya, ia pernah mencoba untuk melarikan diri, tapi
ia takut ditangkap dan menderita karena siksaan.
Itulah sebabnya selama inipun dia hidup dalam dunia yang serba gelap dan penuh
kemaksiatan ini... Sementara dayang itu sedang melamun, mendadak pemuda diatas ranjang itu membuka
matanya, lalu bertanya dengan suara tercengang:
"Nona, sekarang aku berada dimana?"
"Benarkah kau tidak tahu?" tanya si dayang.
"Tentu saja" "Akan kuberitahukan kepadamu, tapi kau tak boleh melarikan diri dari sini!"
"Kalau memang begitu, aku lebih lebih ingin tahu!"
Dayang berbaju merah itu menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan
sesuatu, tapi sejenak kemudian dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
katanya: "Tak ada gunanya kuberitahukan hal ini kepadamu, sebab hal mana hanya akan
merugikan dirimu saja, aku rasa lebih baik tak usah kukatakan kepadamu saja"
Mendengar perkataan itu, tergerak juga perasaan petani muda itu, segera
pikirnya: "Orang bilang, setiap sepuluh jengkal tanah, pasti ada rumput yang bersemi, tak
kusangka kalau didalam sarang iblis seperti ini, masih terdapat seorang nona
yang baik hati" 0000=dow=0000 Jilid 30 PETANI muda itu tak lain adalah hasil penyaruan dari Giok bin sin liong Ong It
sin, seketika itu juga timbul rasa simpati didalam hatinya, ia pun lantas
berkata: "Kalau didengar dari nada perkataan nona, tampaknya tempat ini bukan suatu
tempat yang baik?" "Perkataan siangkong memang tepat sekali, tempat ini merupakan markas besar
perkumpulan Ki thian kau yang berada dibukit Long sia san, nama lainnya adalah
Liu cun piat wan. Disinilah kaucu nio nio seringkali menggaet pemuda pemuda
tampan dan dilalap ditempat ini..."
Bagaimanapun juga dia adalah seorang gadis perawan, maka ketika berbicara sampai
disitu, merah padam selembar wajahnya karena jengah.
"Kalau memang begitu, aku adalah korbannya yang keberapa?" tanya petani muda itu
kemudian. "Aku sudah tidak teringat lagi dengan pasti, tapi kalau dihitung dari kepulangan
kaucu ke markas besar ini, agaknya kau adalah korbannya yang ketiga puluh enam!"
"Apakah mereka semua dapat turun gunung dalam keadaan hidup?"
"Orang orang itu kebanyakan mati dibawah telapak kaki kaucu, sekalipun mereka
masih hidup, akhirnya juga akan terjerumus ke tangan para tongcu lainnya aaai...
pokoknya tak seorangpun yang dibiarkan hidup meninggalkan tempat ini!"
"Kalau nona sudah tahu begini, mengapa tidak berusaha untuk menyelamatkan
mereka?" "Sekalipun aku bisa pertaruhkan nyawa untuk melepaskan kau meninggalkan tempat
ini namun jago lihay yang berada ditempat ini banyak sekali, akhirnya toh kau
tak akan berhasil juga untuk meloloskan diri!"
Ketika menyaksikan gadis itu berbicara dengan tulus dan sama sekali tidak dibuat
buat, petani muda itu kembali berpikir:
"Dayang ini boleh dibilang merupakan satu satunya orang yang belum ternoda,
mengapa aku tidak berusaha untuk menolongnya meninggalkan sarang iblis ini?"
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia lantas bertanya:
"Siapa namamu?"
"Budak she Ciong bernama Hoa"
"Tahukah kau siapakah aku?"
"Bukankah kau seorang petani yang hidup dikaki bukit sana?"
"Coba pikirkan sendiri, kalau aku hanya seorang petani biasa, mengapa totokan
jalan darah mereka dapat kubebaskan sendiri"
"Waah, betul juga perkataan ini" pikir Ciong Hoa, "hampir saja aku melupakan hal
ini." Berpikir demikian, buru buru dia bertanya
"Cepat katakan, siapa kau?"
Sekulum senyuman segera tersungging diujung bibir petani muda itu, sahutnya.
"Aku adalah musuh yang paling membikin pusingnya orang orang perkumpulan
kalian..." Tidak menunggu pemuda itu melanjutkan kembali kata katanya, Ciong Hoa telah
menukas: "Aaah, aku tahu sekarang, bukankah kau adalah Giok bin sin liong (sinaga sakti
berwajah kemala) Ong It sin?"
Betul memang, petani muda itu memang bukan lain adalah penyaruan dari Ong It
sin. Ternyata ia bersama dua gadis Bwe telah tiba dijalan pohon jeruk dimana Coa
Thian tam berada, dari situlah diketahui semua peristiwa yang telah terjadi
belakangan ini. Maka merekapun lantas berunding bagaimana caranya untuk menyelamatkan para jago
yang tersekap dalam markas besar perkumpulan Ki thian kau.
Setelah memutar otak sesaat lamanya, maka diputuskan untuk mengutus Ong It sin
menyusup ke dalam markas besar perkumpulan Ki thian kau dengan cara menyaru.
Begitulah, mereka pun lantas mengatur siasat dengan menyuruh Ong It sin menyamar
sebagai seorang petani yang sedang mencangkul tanah di sawah sambil menanti
perangkapnya mengena. Sebetulnya siasat semacam ini merupakan sebuah siasat yang amat bodoh, siapa
tahu justru karena kesederhanaan tersebut telah mendatangkan hasil yang luar
biasa. Demikianlah, ketika menyaksikan dayang berbaju merah itu berhasil menebak jitu
identitasnya, dia lantas memuji:
"Nona Ciong, kau memang pintar sekali"
"Ong tayhiap," kata Ciong Hoa dengan wajah berseri, "kedatanganmu ke markas
besar ini, tentunya bukan lantaran untuk menolong aku bukan?"
Ong It sin sama sekali tidak menyangkal, jawabnya:
"Yaa, aku datang kali ini dengan tujuan untuk menolong Ay sian Cu Lian ci
sekalian meloloskan diri dari cengkeraman iblis!"
"Aaai... aku rasa sukar sekali"
"Bagaimana sukarnya?"
"Kau anggap keempat orang itu disekap didalam markas besar" Keliru besar bila
kau beranggapan demikian"
"Lantas mereka disekap dimana?"
"Diatas tebing Eng ciu gay dibelakang bukit sana"
"Asal tempat mereka disekap telah diketahui, tentu tak sulit untuk mencari akal
guna menembusinya" "Tahukah kau betapa berbahayanya tempat itu" Setiap tiga langkah ada penjaga,
setiap sepuluh langkah ada pos penjagaan, lagi pula dipimpin langsung oleh wakil
ketua kedua perkumpulan ini, Seng Mi cu. Bila tiada tanda perintah dari Kaucu
pribadi, siapapun tak dapat masuk ketempat itu"
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ong It sin baru tahu kalau persoalannya
tidak gampang untuk diselesaikan.
Untuk sesaat dia menjadi tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Tiba tiba Ciong Hoa berseru:
"Aaah, budak mempunyai suatu ide bagus!"
Mendengar itu Ong It sin segera berseru:
"Apa idemu itu?"
"Dalam ruang Kang yok tong terdapat seorang hiangcu yang bernama Hoa Kui goan,
dia adalah adik dari Hoa Tongcu, meskipun kedudukannya rendah, akan tetapi amat
disayang oleh Kaucu..."
"Apakah nona menyuruh aku untuk menyamar sebagai dirinya?" timbrung Ong It sin
kemudian. Ciong Hoa segera mengangguk, tapi kemudian dengan kening berkerut katanya:
"Cuma bagaimanakah dengan ilmu menyaru dari Ong tayhiap?"
"Kecuali menjadi seorang perempuan, aku rasa menyaru sebagai apapun, mungkin aku
masih sanggup untuk melakukannya"
"Jikalau Tayhiap mempunyai keyakinan tersebut, sudah barang tentu budak akan
berusaha untuk membantu dengan sepenuh tenaga"
"Waktu tak bisa diulur lagi, lagipula aku harus menyaksikan dulu wajah dari Hoa
Kui tersebut..." Sementara pembicaraan berlangsung tiba tiba terdengar suara langkah kaki manusia
berkumandang datang. Ciong Hoa segera berbisik:
"Sstt, ada orang datang, harap tayhiap segera membaringkan diri...!"
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terpaksa Ong It sin harus membaringkan diri keatas pembaringan dan berlagak
seakan akan sedang tertotok jalan darahnya.
Dalam waktu singkat, pintu dibuka orang dan muncullah seorang pemuda yang
berwajah tampan. Pemuda itu mengenakan baju berwarna biru dengan ikat kepala yang rapi, sepasang
pedang tersoren dibelakang punggungnya.
Andaikata ia tidak memperlihatkan sinar mata yang cabul dan sesat, sesungguhnya
dia merupakan seorang pemuda yang tampan dan gagah sekali.
Begitu bertemu dengan Ciong Hoa, sambil cengar cengir dengan gayanya yang
tengik, dia berkata: "Ciong Hoa, apakah kau berada disini seorang diri" Tidakkah kau merasa kesepian
berdiam diri seorang diri ditempat seperti ini?"
Seandainya berada dihari hari biasa, tentu dayang itu akan segan untuk
menggubrisnya. Tapi hari ini keadaannya berbeda, mau tak mau dia harus berusaha melayani
pembicaraannya. Maka dengan suara lirih diapun menjawab.
"Aku toh bukan sendirian berada disini, mengapa musti merasa kesepian...?"
Mula mula Kui goan agak tertegun, tapi dengan cepat dia menjadi paham kembali,
sambil tertawa terbahak bahak katanya.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau bilang ada bocah keparat ini yang
menemanimu" Coba lihatlah dia tidur macam babi, dengan tiada orang toh sama
saja" "Kau berani memakinya sebagai babi mati?" kata Ciong Hoa tak senang hati, "bila
sampai ketahuan kaucu, hati hati kalau sampai kena didamprat olehnya"
Tanpa terasa Hoa Kui goan menjulurkan lidahnya seraya berbisik:
"Budak, kau tak boleh melaporkan diriku lho... bisa dipenggal kepalaku nanti"
"Huuuh, siapa yang menjadi budakmu" Kalau berbicara jelaskan sedikit..."
"Oooh... nyonya mudaku, anggap saja aku telah salah berbicara, kalau aku minta
maaf tentunya boleh bukan?"
Sembari berkata, menggunakan kesempatan tersebut dia lantas menubruk kemuka dan
memeluknya erat erat dalam dekapan.
Ciong Hoa berusaha untuk meronta, namun tak berhasil melepaskan diri, dengan
wajah memerah dia lantas berseru:
"Hei, mau apa kau?"
Hoa Kui goan segera tertawa cabul.
"Aku akan mengajakmu bermain ke sorga loka dunia, heeehh... heeehh... heeehh...
kau tentu mau bukan?"
"Jangan berpikir yang bukan bukan tak lama kemudian kaucu akan sampai disini!"
Kembali Hoa Kui goan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahh... kau anggap bisa membohongi aku" Secara tiba
tiba kaucu telah mendapat laporan yang mengabarkan tentang kehadiran Giok bin
sin liong Ong It sin di kota Si ciu ini, sekarang dia telah turun gunung membawa
kawanan jago, tak mungkin ia bisa pulang pada malam ini"
Tergerak hati Ciong Hoa sesudah mendengar perkataan itu, serunya kemudian:
"Dapat dipercayakah perkataanmu itu?"
Hoa Kui goan mengira Ciong Hoa sudah tergerak hatinya, ia menjadi girang
setengah mati, serunya segera sambil mengangkat sumpah:
"Bila aku berani bohong, biar mendapatkan kematian yang tak wajar..."
"Sekalipun kau tidak bohong, sekarang pun jangan harap bisa hidup lebih lanjut!"
sambung Ong It sin. Dengan terperanjat Hoa Kui goan segera berseru:
"Siapa yang sedang berbicara?"
Dengan gerakan ikan leihi melejit, Ong It sin yang berbaring diatas pembaringan
itu melompat bangun, kemudian katanya
"Kalau aku Giok bin sin liong Ong It sin yang lagi berbicara, mau apa kau?"
Begitu mendengar nama Ong It sin, Hoa Kui goan ketakutan setengah mati, dengan
wajah pucat dan peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuhnya, buru buru dia
lepas tangan dan siap melarikan diri dari situ.
Tapi baru saja dia menggerakkan tubuhnya, jalan darah kematian diatas dadanya
sudah kena dihantam, tak sempat berteriak lagi, habis sudah riwayat manusia
cabul ini Menyaksikan kemampuan ilmu silat yang dimiliki Giok bin sin liong, Ciong Hoa
merasa semakin kagum. Tanpa disuruh lagi, dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat ia
telah menyeret mayat Hoa Kui goan dan menyembunyikannya dalam ruangan lain.
Malah dia melepaskan pakaian mayat itu dan diserahkan kepada sang pemuda sambil
katanya: "Ong tayhiap, terpaksa harus menyiksamu sebentar!"
Ong It sin segera tertawa.
"Nona jangan berkata begitu..."
o000d0e00o Tak selang berapa saat kemudian, dia telah berdandan menjadi Hoa Kui goan.
Menyaksikan kemiripan tersebut, Ciong Hoa segera memuji tiada hentinya:
"Ong tayhiap, ilmu menyaru mukamu benar benar hebat sekali, budak merasa sangat
kagum!" "Aaah, nona terlampau memuji, kita harus berlomba dengan waktu, sekarang,
bersediakah kau untuk menemani aku berangkat bersama meninggalkan tempat ini?"
"Budak bersedia!" jawab Ciong Hoa tanpa berpikir panjang lagi.
"Kalau begitu, harap nona suka membawa jalan untukku!"
Sambil bergurau dan berbincang bincang berangkatlah kedua orang ini menuju ke
bukit belakang. Tiba dimulut bukit, terasa bayangan manusia berwarna emas berkelebat lewat,
kemudian muncul dua orang pengawal yang membentak keras:
"Siapa?" Ong It sin yang menyaru sebagai Hoa Kui goan segera menyahut:
"Apakah kalian semua sudah buta semua masa hiangcu saja tidak dikenali lagi"
Berbicara soal kedudukan, tentu saja pengawal berbaju emas masih rendah beberapa
tingkat bila dibandingkan dengan seorang hiangcu apalagi semua orang tahu kalau
Hoa Kui goan adalah orang kesayangan kaucu, sudah barang tentu keadaannya
semakin berbeda. Dua orang pengawal berbaju emas itu segera tertawa paksa, kemudian menjawab.
"Oooh... rupanya saudara Hoa dan nona Ciong, silahkan, silahkan..."
Ong It sin dan Ciong Hoa segera melanjutkan perjalanannya kedepan.
Secara beruntun mereka telah berhasil melewati tiga belas buah pos penjagaan
secara mudah. "Masih berapa jauh?" tanya Ong It sin kemudian dengan suara berat.
Sambil menuding kedepan sahut Ciong Hoa:
"Bukankah didepan sana terdapat sebuah bangunan kecil" Penjara tersebut terletak
di belakang bangunan rumah itu"
Mengikuti arah yang ditunjuk Ong It sin melongok ke depan, betul juga, didepan
sana tampak sebuah bangunan rumah yang kecil berada dibalik sebaris pepohonan
itu yang rapi dan lebat. Ciong Hoa segera berbisik lagi:
"Ong tayhiap, bila bertemu dengan wakil ketua kedua Seng Meh cu nanti, kau musti
berhati hati, manusia itu amat lihay dan seksama sekali..."
"Kau maksudkan Seng Meh cu" Nona tak usah kuatir, aku dapat menghadapinya"
Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang itu sudah tiba didepan sebuah pos
penjagaan. Seorang pengawal berbaju emas segera maju menghampirinya sembari berkata:
"Wakil ketua ada urusan hendak diperbincangkan dengan kalian berdua..."
Tak disangka kalau berita yang diperoleh para pengawal berbaju emas ini
sedemikian cepatnya. "Baik!" jawab Ong It sin.
Diiringi pengawal berbaju emas itu, mereka berangkat menuju ke ruangan dimana
wakil ketua berada. Seng Meh cu menyambut kedatangan mereka, sekulum senyuman menghiasi ujung
bibirnya, dengan sikap yang ramah segera katanya:
"Angin apa yang telah membawa kalian berdua sampai disini" Sungguh tak kusangka,
sungguh tak kusangka!"
Sambil berkata dia lantas mengulurkan tangannya siap berjabatan tangan...
Pada saat itulah tiba tiba Ciong Hoa memperingatkan.
"Ong tayhiap, hati hati dengan tipu muslihat..."
Belum habis dia berkata, secepat sambaran kilat Seng Meh cu telah mencengkeram
tangan Ong It sin, sementara tangan yang lain menyambar ke tangan Ciong Hoa.
Serunya sambil tertawa seram:
"Budak, kau berani pagar makan tanaman!"
Begitu mengumbar hawa amarahnya, Seng Meh cu segera merentangkan kelima jari
tangannya dan mencengkeram tubuh Ciong Hoa seperti jepitan baja, kecepatan serta
ketepatannya sungguh menggetarkan perasaan orang.
Menyaksikan cakar maut itu telah menempel diujung bajunya, paras muka Ciong Hoa
berubah hebat, dia sungguh merasa kaget dan ketakutan setengah mati.
Untunglah disaat itu juga Giok bin sin liong Ong It sin membentak nyaring:
"Tidak mudah kalau ingin mampus!"
Pergelangan tangannya dibalik sambil menotok, desingan angin serangan menyambar
bagaikan belahan pisau. Terpaksa Seng Meh cu harus melindungi keselamatan dirinya lebih dahulu, serangan
cakar maut yang dilancarkan ke arah Ciong Hoa itu cepat ditarik kembali untuk
menghadapi ancaman musuh.
Dengan demikian, Ciong Hoa pun segera lolos dari ancaman maut lawannya itu.
Cepat cepat dia mengundurkan diri menuju ke sudut dinding di belakang tubuh Ong
It sin. Oo=oodOeooo=O Mendadak... dari belakang tubuhnya berkumandang suara tertawa aneh yang
mengerikan sekali, suaranya bagaikan pekikan burung malam yang menggidikkan
hati. Ciong Hoa amat terperanjat. dengan cepat dia membalikkan badannya sambil
memandang. Tampak tiga orang kakek berjubah hitam yang pada lehernya tergantung sebuah
kalung bertengkorak sedang melompat keluar dari balik pintu dikedua belah sisi
ruangan Sebagai dayang dari Ang yok tongcu sudah barang tentu kenapa pula dengan ketiga
orang gembong iblis tua ini, dengan cepat katanya:
"Locianpwe bertiga, apakah kalian sudah tidak kenal lagi dengan diriku...?"
"Kau adalah Ciong Hoa" jawab Thian oh sin mo (iblis sakti telinga langit) Bun Si
kian "lohu bersaudara ketika menggabungkan diri dengan perkumpulan ini bulan
berselang, kaulah yang menyambut kedatangan kami, masa kini tidak kenal
denganmu." "Kalau memang begitu, maka kalian bersikap bermusuhan dengan diriku?"
"Soal ini lebih baik kau tanyakan pada dirimu sendiri!"
Ciong Hoa menjadi terkesiap buru buru dia berseru lagi:
"Tapi toh aku tidak melakukan kesalahan apa apa terhadap kalian bertiga?"
"Betul kau memang tidak melakukan kesalahan apa apa terhadap lohu bersaudara
tapi kau telah menghianati perkumpulan Ki thian kau...!"
"Aaa... siapa yang bilang" Kami hanya mendapat perintah dari kaucu untuk datang
kemari membujuk Ay sian Cu Lian ci bertiga agar mau menyerah"
Thian oh sin mo segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... budak busuk kau masih ingin berbohong" Apa
yang kau bicarakan dengan Ong It sin telah kami dengar semua dengan jelas kalau
tidak mana mungkin wakil ketua bisa melakukan tindakan?"
Sekarang Ciong Hoa baru memahami duduknya persoalan, dia utusan telah digagalkan
oleh iblis sakti bertelinga langit ini, sekarang dia baru menyesal karena
keteledoran sendiri. Namun, sesal kemudian apa gunanya"
Secepat kilat dia merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah tabung besi
kemudian dibidikkan kearah Tang hay sam mo (tiga iblis dari lautan timur).
"Blaam! Blaaam!" beberapa kali ledakan keras bergema, menyusul kemudian tampak
cahaya biru berkilauan memenuhi angkasa.
Waktu itu, si iblis sakti bertelinga langit Bun Si kian dan Thian gan sin mo
(iblis sakti mata langit) Si Beng wan berada di barisan depan, tak ampun lagi
dua jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan keheningan.
Secara beruntun dua orang iblis sakti itu kena terhajar oleh serangan mendadak
itu dan roboh binasa, dalam waktu singkat jenasah mereka berubah menjadi
segumpalan air darah. Tay lek sin mo (iblis sakti bertenaga raksasa) yang menyaksikan kematian lotoa
dan lojinya menjadi naik darah, sambil membentak keras dia melejit keudara
kemudian menubruk kedepan sambil dampratnya
"Ciong Hoa perempuan sialan, lohu akan mencincang tubuhmu menjadi berkeping
keping" Sekilas cahaya bianglala panjang yang menyilaukan mata segera berkelebat
ditengah udara. Waktu itu racun dalam tabung besi yang berada ditangan Ciong Hoa telah habis
terpakai, dengan begitu menjadi sama sekali tak berkekuatan lagi.
Tampaknya sebentar lagi dia akan termakan oleh serangan tersebut dan menemui
ajalnya. Suatu kemampuan untuk melanjutkan hidup muncul dihati dayang itu, tanpa sadar
dia menjerit lengking dengan suara sekeras kerasnya.
Dalam repotnya Ong It sin segera berpaling, dengan cepat dia menyaksikan
selembar nyawa Ciong Hoa terancam oleh mara bahaya.
Dalam keadaan demikian mau menolong jelas sudah tak sempat lagi, seketika itu
juga bahu kanannya digoyangkan.
Kalau dibicarakan sesungguhnya aneh sekali, tahu tahu serentetan cahaya
bianglala berwarna emas telah menyambar ke depan membelah angkasa...
Tay lek sin mo segera merasakan datangnya sambaran angin tajam yang muncul dari
belakang tubuhnya, berada dalam keadaan demikian, andaikata ia melanjutkan
serangannya untuk mencelakai Ciong Hoa, maka dia sendiripun niscaya akan
termakan pula oleh serangan yang datang dari belakang.
Terpaksa dia harus menyelamatkan diri lebih dahulu dengan melompat ke samping
untuk menghindarkan diri.
Rupanya serangan itu berasal dari pedang Kim liong kiam yang tajam, dengan
berkelitnya iblis itu, maka senjata tadi segera menyambar ke arah dinding dan
menancap hingga tinggal gagang pedangnya saja.
Tay lek sin mo menjadi terkesiap sekali menyaksikan kejadian tersebut...
Sementara itu, Ciong HOa pun terlepas pula dari ancaman bahaya maut yang
mengancam selembar nyawanya.
Dipihak lain, pada waktu itu Seng Meh cu juga sudah bukan tandingan dari Giok
bin sin liong Ong It sin lagi, cepat cepat dia memperdengarkan suara pekikan
yang berulang kali. Menyusul kemudian tampak bayangan manusia berbaju emas bermunculan dari mana
mana, dalam waktu singkat tiga puluh enam orang pengawal berbaju emas telah
mengurung bangunan rumah itu rapat rapat.
Tentu saja Tay lek sin mo serta Seng Meh cu tidak banyak berpeluk tangan belaka.
Suatu pertarungan sengit dengan cepat berkobar didalam ruangan rumah itu.
Ciong Hoa tidak turun dalam pertarungan itu, dengan senjata terhunus dia hanya
berjaga jaga dipintu gerbang.
Giok bin sin liong Ong It sin rupanya sudah tahu kalau keadaan bertambah gawat,
bila pertarungan ini tidak diselesaikan secepatnya, niscaya keadaan akan
bertambah runyam. Berpendapat demikian, dia lantas berpekik nyaring, menyusul kemudian sebuah
pukulan Tay khek sin kang dibabarkan kedepan.
Tay lek sin mo tidak menduga kalau serangan yang dilancarkan pihak lawan begitu
hebatnya, musti dia sudah melatih ilmu Thi pu san, toh tak urung tak tahan juga.
Seketika itu juga dia merasakan dadanya seperti terhantam oleh martil yang besar
sekali tenggorokannya terasa anyir, dengan sempoyongan ia mundur kebelakang,
kemudian memuntahkan gumpalan darah segar.
"Kau tidak apa apa bukan?" Seng Meh cu segera menegur.
Walaupun luka dalam yang dideritanya Tay lek sin mo cukup parah, namun dia
adalah seorang yang keras kepala, dengan cepat dia meronta bangun, kemudian
teriaknya seperti jeritan binatang buas yang sedang kalap
"Ong It sin, anak jadah, locu akan beradu jiwa denganmu!"
Dengan sepasang tangan direntangkan, dia segera menubruk ke depan dan berusaha
merangkul tubuh Ong It sin.
Andaikata Ong It sin sampai kena dipeluk olehnya, niscaya pemuda itu akan
menemui ajalnya sebab walaupun Tay lek sin mo belum tentu bisa mengapa apakan
dirinya, namun Seng Meh cu yang berada disampingnya pasti tak akan melepaskan
kesempatan baik tersebut dengan begitu saja...
Asal dia sudah turun tangan, itu berarti selembar nyawa Ong It sin pasti akan
terenggut. Jangankan cuma Ong It sin, sekalipun bertambah seorang lagi juga sama saja
keadaannya.
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Walaupun demikian, sudah barang tentu Ong It sin tak akan membiarkan dirinya
tertangkap, sambil mendengus dingin, kakinya melangkah dengan ilmu gerakan yang
cepat, lalu berkelit ke samping.
Gagal dengan tubrukannya, Tay lek sin mo segera mencaci maki kalang kabut.
Betapa geramnya Ong It sin mendengar makian makian tersebut, tangan kirinya
segera diayunkan ke depan sambil bentaknya:
"Manusia bodoh, sebenarnya aku berniat untuk mengampuni selembar jiwamu, tapi
sekarang, aku tak dapat berbuat baik hati lagi kepadamu, siapa suruh mulutmu
kotor dan memaki yang bukan bukan?"
Kepalannya diayunkan ke depan, angin pukulan segera menderu deru memekikkan
telinga. Untuk kedua kalinya Tay lek sin mo kena dihajar keras keras, tubuhnya yang
tinggi besar seperti pagoda itupun segera mencelat sejauh beberapa kaki dari
tempat semula. Darah kental muncrat keluar dari mulutnya, setelah roboh terkapar diatas tanah,
ia tak pernah bisa bangkit kembali untuk selamanya.
Tak terlukiskan rasa kaget Seng Meh cu menyaksikan kejadian ini, segera
pikirnya: "Baru dua bulan tak bersua, tenaga dalam yang dimiliki bajingan ini sudah
memperoleh kemajuan yang begitu pesat, waah... kalau orang ini tidak segera
dilenyapkan, bisa berbahaya sekali dikemudian hari...
Berpikir sampai disitu, bergidik hatinya, bulu kuduk tanpa terasa pada bangun
berdiri. Semangat tempurnya seketika hilang lenyap tak berbekas, Sreet! Dengan cepat dia
kabur lewat jendela, kemudian melepaskan tiga buah tanda bahaya untuk meminta
bantuan ke markas besar. Melihat itu Ciong Hoa segera berseru:
"Penjara itu berada didalam dinding batu Ong tayhiap, cepat selamatkan mereka,
sebentar kawanan jago dari markas besar pasti akan berdatangan"
Ong It sin berpaling, dia saksikan gadis itu sedang bertahan didepan pintu
sambil bertempur melawan para pengawal baju emas, badannya sudah basah kuyup
oleh keringat, napasnya tersengal sengal, malah disana sini kelihatan luka yang
membesar dengan darah yang bercucuran.
"Nona Ciong cepat mundur!" serunya kemudian dengan kening berkerut.
Sekalipun Ciong Hoa keras kepala, namun saat itu dia betul betul sudah tak tahan
terpaksa ia melompat kesamping.
Ong It sin segera mencabut keluar pedang naga emas dari atas dinding dan
memutarnya membentuk selapis cahaya bianglala berwarna emas.
Dalam waktu singkat, semua senjata yang dicekal pengawal berbaju emas itu kena
dibabat kutung semua menjadi beberapa bagian dan rontok diatas tanah.
"Bila kalian berani memasuki pintu ini, jangan salahkan kalau kubunuh kalian
tanpa ampun!" ancam Ong It sin kemudian dengan wajah menyeramkan.
Selesai berkata, bersama Ciong Hoa ia lantas masuk ke dalam ruangan batu sebelah
kiri. Baru saja mereka masuk keruang dalam, sudah kedengaran suara Si dewa cebol Cu
Liang ci berseru: "Ong lote, kaukah yang datang" Aduh... benarkah wajahmu yang jelek telah berubah
menjadi tampan?" "Benar akupun sama sekali tak menyangka kalau mendiang ayahku telah mengenakan
topeng kulit manusia diatas wajahku!"
Sekarang ia baru melihat jelas bahwa penjara itu berupa sebuah gua dengan pintu
penjara berupa sebuah dinding baja yang tebal sekali, dalam ruang penjara itu
kelihatan meringkuk Si dewa cebol Cu Liang ci, Say siu hud sim serta Thian yan
dan Thian ci siansu dari kuil Siau lim si...
Sedangkan kunci dari pintu penjara itu digantung pada dinding ruangan tersebut.
Dengan cepat Ong It sin telah berhasil membuka pintu penjara itu, tapi jalan
darah mereka tertotok semua, maka satu per satu pemuda itu membebaskan pengaruh
totokan itu. Kemudian, ia baru berseru:
"Mari kita segera pergi meninggalkan tempat ini!"
"Kita akan mundur lewat mana?" tanya Si dewa cebol Cu Liang ci tiba tiba.
"Tentu saja mundur melewati jalan utama?"
"Jangan toh jago jago dalam markas mereka amat banyak, cukup beberapa orang
wakil ketuanya saja ilmu silat yang mereka miliki sudah hebatnya bukan
kepalang..." "Ay toako, aku cukup tahu paham kepandaian silat yang kalian berempat miliki
tidak lemah, untuk membasmi kaum iblis itu mungkin masih belum memadahi, tapi
kalau cuma untuk meloloskan diri saja, aku percaya kalian masih mampu"
"Ong lote, mungkin kau belum tahu" kata Say siu hud sim, "sebelum kami dikirim
kemari, Be Siau soh telah mencekoki sebutir pil kepada kami, pil itu amat
beracun, bila kami berani bertempur dengan mempergunakan tenaga dalam, maka sari
racun itu pasti akan menyerang kedalam isi perut yang menyebabkan kematian.
bayangkan saja walaupun ilmu silatmu sangat lihay, mampukah kau untuk melindungi
keselamatan kami berempat?"
Persoalan ini benar benar merupakan suatu masalah yang panik, untuk sesaat
lamanya Ong It sin tak tahu apa yang musti dilakukan.
Untung saja Ciong Hoa segera berkata:
"Ong tayhiap, apa yang diucapkan cianpwe ini memang ada benarnya juga, sebelum
mereka makan pil penawar dari Kaucu kami, maka mereka tak boleh sekali kali
bertempur dengan orang, tapi aku mempunyai akal untuk membawa mereka kabur dari
bukit ini tanpa diketahui oleh siapapun juga."
"Dapatkah kau memberi tahukan kepadaku?" tanya Ong It sin.
"Tidak dapat, sekarang waktu yang tersedia buat kita terbatas sekali, cepat
ikuti diriku, sebentar kalian akan mengerti dengan sendirinya..."
Serombongan enam orang dengan dipimpin oleh Ciong Hoa segera berangkat
meninggalkan gunung itu. Tak lama kemudian, mereka telah tiba diatas sebuah tebing yang amat curam.
Si Dewa cebol Cu lian ci segera berseru dengan tercengang:
"Nona Ciong, bila kami masih sanggup untuk melompati tebing yang curam ini, maka
kamipun tak usah takut kepada mereka"
"Omintohud, lolap juga berpendapat demikian!" sambung Thian yang siancu pula.
Ciong Hoa segera menggoyangkan tangannya berulang kali sembari menimbrung:
"Cianpwe sekalian jangan salah paham, andaikata budak tidak mempunyai keyakinan
yang besar, tak akan kuajak kalian datang kemari..."
Berkata sampai disitu, dia lantas mendongakkan kepalanya dan bertanya kepada Pek
giok sin liong: "Ong tayhiap, tahukah kau apa akalku itu?"
Ong It sin melongok sekejap ke bawah tebing, tampak jurang amat dalam dengan
kabut yang sangat tebal, tiba tiba satu ingatan melintas dalam benaknya.
"Menurut pendapatku, kemungkinan besar diantaranya dinding yang terjal ini
terdapat sebuah jalan rahasia lain"
Mendengar perkataan itu, Ciong Hoa segera memuji tiada hentinya:
"Ong tayhiap, kau memang tak malu disebut sebagai orang yang paling cerdik
didunia ini, ternyata kau berhasil menebak dengan jitu! Benar dibawah tebing ini
memang terdapat sebuah jalan rahasia, hanya aku seorang yang mengetahui jalan
rahasia ini" "Dimana?" tanya si dewa cebol Cu Lian ci.
"Berada dua kaki dibawah tebing dimana Ay sia cianpwe berdiri sekarang"
Semua orang berjalan mendekati tebing tersebut, ketika melongok kebawah, benar
juga tampak dinding disitu amat licin dan berkilap.
"Omintohud, kenapa tidak menemukan sesuatu pertanda apapun?" tanya Thian yan
siansu. Say siu hud sim juga segera berpaling dan memandang wajah Ciong Hoa dengan sorot
mata tercengang. Ciong Hoa sama sekali tidak menjadi gugup, sambil tersenyum manis ujarnya.
"Tampaknya cianpwe sekalian sedang menaruh curiga akan kebenaran dari
perkataanku ini?" "Semestinya nona tak akan membohongi kami, atau mungkin tempat yang ditunjukkan
keliru?" ujar si Dewa cebol Cu Lian ci.
Ciong Hoa segera berpaling kearah Ong It sin seraya bertanya.
"Bagaimana dengan pendapat Ong tayhiap?"
"Aku percaya nona takkan marah bila tempat rahasia tersebut dapat ditemukan
dalam sekilas pandangan saja, maka tempat ini bukan jalan rahasia lagi namanya."
Sekulum senyuman cerah segera menghiasi wajah Ciong Hoa, serunya dengan cepat
"Ong tayhiap memang benar benar memiliki kecerdasan yang luar biasa, budak
merasa kagum sekali"
Selesai berkata dia lantas melayang turun lebih dahulu dari atas tebing
tersebut. Menyusul kemudian, diapun berseru.
"Ong tayhiap, cepat lihat, disinilah lorong rahasia itu berada"
Ong It sin turut melayang pula turun ke dalam jurang. Meski dia berilmu tinggi,
terasa agak seram juga untuk melayang turun dari tebing semacam itu.
Menanti kakinya sampai diatas batu cadas itu yang menonjol keluar, dia baru
menjumpai dibawah tonjolan batu cadas itu terbentang sebuah lorong rahasia.
"Nona Ciong" ujar Ong It sin kemudian "apakah kau tahu kalau lorong rahasia ini
bisa tembus sampai dikaki bukit sana?"
"Tentu saja, kalau tidak, memangnya aku menggunakan nyawaku sebagai barang
taruhan" Ong It sin tidak banyak berbicara lagi, dia melompat kembali keatas kemudian
membawa Si dewa cebol sekalian memasuki jalan rahasia tersebut.
Walaupun si dewa cebol sekalian tak dapat mengerahkan tenaga dalamnya dan
berjalan dengan ilmu meringankan tubuh, namun bagaimanapun juga mereka memiliki
kemampuan yang berbeda dengan orang biasa, dengan cepatnya beberapa orang itu
sudah menerobosi jalan rahasia itu menuju ke bukit bukit.
Dalam pada itu, diatas puncak tebing telah berdatangan pula berpuluh puluh orang
jago dari Ki thian kau. Sambil melompat turun dari dalam tandunya, Be Siau soh segera bertanya:
"Secara beruntun toheng telah melepaskan tiga batang panah berapi, berapa banyak
sih musuh yang berdatangan?"
Buru buru Seng Meh cu membungkukkan badannya memberi hormat.
"Lapor kaucu, walaupun musuh yang datang tidak banyak, namun dia adalah musuh
paling besar dari perkumpulan kita" sahutnya.
"Musuh paling besar dari perkumpulan kita?" ulang Be Siau soh dengan kening
berkerut. Tiba tiba seperti memahami akan sesuatu tanpa terasa dia bertanya:
"Apakah dia adalah Giok bin sin liong (naga sakti berwajah pualam) Ong It sin?"
"Betul kaucu, dugaanmu memang tepat sekali"
Semenjak muncul dari tempat pertapaannya, Be Siau soh sudah mendengar tentang
munculnya kembali Ong It sin dalam dunia persilatan, bahkan dari seorang pemuda
yang jelek telah berubah menjadi tampan, dari bodoh menjadi pintar, ini semua
membuatnya ingin sekali berjumpa dengannya.
Tapi, kedudukannya sekarang adalah seorang kaucu, tentu saja dia segan untuk
berbicara terus terang, terpaksa tanyanya lagi:
"Dia... dia telah kabur ke arah mana?"
"Tadi, hamba menyaksikan mereka kabur keatas tebing curam ini, tapi kemudian
secara tiba tiba bayangan tubuhnya lenyap tak berbekas"
"Apakah ditempat ini terdapat lorong rahasia yang dapat menghubungkan tempat
lain?" "Tebing ini terjal bagaikan papasan pisau, jangan toh manusia, sekalipun burung
juga jangan harap bisa melewatinya, kalau tak percaya, silahkan kaucu
memeriksanya sendiri"
"Tak usah" tukas Be Siau soh sambil menggoyangkan tangannya berulang kali,
"sebelum mendirikan markas besar Ki thian kau di tempat ini, hampir seluruh
tebing ini telah kujelajahi seperti dikatakan toheng tak akan ada orang yang
berhasil melarikan diri dari tempat ini..."
Ketika Seng Meh cu menyaksikan kaucunya tidak menuntut tanggung jawab darinya
diam diam ia merasa lega.
Terdengar Be Siau soh berkata lagi:
"Tentang ilmu silat yang dimiliki Giok bin sin liong Ong It sin, aku sudah
berulang kali memperoleh laporan dari kalian agaknya meski lebih hebat dari hu
kaucu bertiga namun masih terbatas sekali. Bukankah toheng telah dibantu oleh
Tong pay sam mo dan tiga puluh enam orang pengawal baju emas" Gabungan kekuatan
ini kuat sekali, kenapa toh akhirnya dia berhasil menyelamatkan rekan rekannya
secara mudah" Alasannya tolong kau jelaskan kepadaku"
Seng Meh cu sedikitpun tidak menjadi gugup, agaknya ia telah mempersiapkan
jawabannya dengan matang.
Andaikata hanya mengandalkan kemampuan Giok bin sin liong Ong It sin seorang,
kemungkinan besar hanya mengandalkan kekuatan kami saja sudah sanggup untuk
membekuknya!" "Tapi kenyataannya toheng tidak berhasil membekuknya, malahan Tang hay sam mo
tewas secara mengenaskan, apa pula sebabnya?" tanya Sangkoan Bu cing yang berada
disampingnya tidak habis mengerti.
Walaupun saat ini dia menunjukkan sikap perhatian, padahal hatinya girang sekali
kalau bisa pihak lawan kena dipecundangi lebih hebat lagi.
Sudah barang tentu Seng Meh cu dapat memahami makna dari perkataan Sangkoan Bu
cing tersebut, namun ia tidak mau ribut, hanya ujarnya sambil menghela napas.
"Aaai... kalau dibicarakan, sesungguhnya alasan ini sangat menyakitkan hati"
Ketika menyaksikan air muka orang berubah amat serius, Be Siau soh segera tahu
kalau hal ini tanpa sebab, segera tanyanya lagi:
"Toheng cepat katakan, apa alasanmu?"
Dengan wajah serius Seng Meh cu berpaling kearah Sangkoan Bu cing, kemudian
katanya: "Sangkoan heng sudah tahu kalau Tang hay sam mo telah tewas kecuali Tay lek sin
mo yang tewas terhajar ilmu pukulan Tay khek sin kang dari Ong It sin, tahukah
kau apa yang menyebabkan kematian dari Thian oh sin mo Bun Si kian serta Thian
gan sia mo Si Beng wan?"
Sangkoan Bu cing menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku toh tidak pergi memeriksa jenasah mereka, darimana aku tahu" Apakah orang
kita sendiri yang melakukan pembunuhan tersebut?"
Seng Meh cu segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... saudara Sangkoan memang pandai sekali menebak
hal hal yang tak diketahui, betul kematian dari kedua orang huhoat itu memang
mengenaskan sekali... dia telah mampus di tangan orang penghianat perkumpulan
kita" "Siapakah dia?" tanpa terasa Sangkoan Bu cing bertanya dengan perasaan bergetar
keras. "Sangkoan heng tak usah gugup atau tegang, dia adalah seorang perempuan,
denganmu tiada hubungan apa apa. Cuma dalam sakunya menyimpan sebuah tabung besi
yang sanggup menyemburkan jarum beracun ekor lebah..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, Be Siau soh sudah berseru dengan perasaan
terperanjat: "Macam apakah tabung besi itu?"
"Besarnya selengan, panjangnya beberapa jengkal, berwarna hitam pekat dan diatas
tabung itu terdapat ukiran naga dan burung hong..."
Tidak menunggu orang itu menyelesaikan kata katanya, Be Siau soh kembali
menukas: "Jangan jangan perbuatan ini dilakukan oleh keempat orang dayangku Pek Giok, Lan
dan Kiok" Tabung itu bernama Hu im cian mia tong (Tabung hitam perenggut nyawa),
merupakan benda hasil ciptaanku yang terbaru dan paling rahasia, dan selama ini
kusimpan terus dalam kamar tidurku tanpa diketahui siapapun, mana mungkin..."
Sembari berkata dia lantas berpaling ke arah keempat orang dayangnya yang
berdiri dibelakang. Keempat orang dayang itu menjadi ketakutan setengah mati, cepat cepat mereka
berlutut sambil berseru: "Budak meski bernyali besarpun tak akan berani mengusik barang milik Nio nio"
Be Siau soh sama sekali tidak menggubris mereka, hanya kepada Seng Meh cu
katanya: "Apakah mereka yang melakukan?"
"Bukan!" Seng Meh cu segera menggeleng.
"Lantas siapakah dia?"
"Orang ini bukan dayang kepercayaan kaucu, melainkan nona Ciong Hoa yang
melayani Hoa tongcu"
Secara ringkas dia lantas menceritakan bagaimana Ong It sin menyaru sebagai Hou
Kui goan... Sebagai akhir kata, ujarnya:
"Sesungguhnya, bila secara kebetulan Thian oh sin mo tidak mendengar pembicaraan
rahasia yang dilakukan sepasang muda mudi itu, hamba tak akan dapat melihat
penyaruan mereka, apalagi menduga bahwa dia adalah Giok bin sin liong Ong It
sin" Setelah berhenti sejenak, kemudian ujarnya:
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Persoalannya sekarang, dengan cara apakah dia berhasil menyusup ke dalam markas
kita bahkan bisa memperalat Ciong Hoa..."
Ang hun lo sat Hoa Long jin yang berdiri disamping, dengan cepat dapat memahami
semua duduknya persoalan, dia lantas berpikir.
"Jangan jangan petani muda itu adalah penyaruan dari Ong It sin..."
Sekalipun dugaannya benar, namun peristiwa yang memalukan semacam itu tentu saja
tak dapat diceritakan secara umum.
Itulah sebabnya dia lantas membungkam belaka, sementara matanya lantas
mengerling ke arah kaucunya.
Tentu saja Be Siau soh juga tahu akan hal itu, dia lantas berkata:
"Ong It sin memiliki kepandaian silat yang amat lihay, mau masuk keluar tanpa
diketahui orang bukan soal yang sulit baginya, soal ini tak usah kalian
pikirkan..." Setelah berhenti sebenar, dia melanjutkan:
"Sedang soal tabung hitam perenggut nyawa itu, mungkin ia telah mencurinya jauh
sebelum peristiwa itu terjadi, soal ini pun tak usah sampai menyeret orang lain
Yang paling penting sekarang adalah mengirim orang untuk menjaga semua tempat
yang strategis disamping mengirim pula sepasukan jago untuk melakukan
penggeledahan yang ketat, asal mereka belum melarikan diri, masih ada harapan
buat kita untuk membekuknya...
"Tapi, siapa yang akan bertanggung jawab atas operasi ini?" tanya kelabang hitam
Be ji nio. "Tentu saja Sangkoan hu kaucu yang memimpin penggeledahan ini, untuk sementara
waktu kita tetapkan wakil kaucu kedua Seng Meh cu, wakil kaucu ketiga Siau mi
lek, Thian tok tay ong, Ciok yang li sin beserta keempat kim pay huhoat
(pelindung hukum lencana emas) Say siu jin mo, Tee leng kun dan Tee Iwe siang mo
yang turut serta dalam operasi ini."
Kemudian dengan nada yakin, Be Siau soh berkata lagi:
"Aku harap, bila kalian berhasil menemukan jejak mereka jangan lakukan suatu
gerakan yang mengejutkan mereka, usahakan untuk melaporkan kejadian ini kepada
diriku lebih dulu" Sangkoan Bu cing mengiakan, dia segera memimpin pasukannya berangkat
meninggalkan tempat itu. Sedangkan Ang hun lo sat Long jin dengan membawa sepasukan jago lihay lainnya
segera memasang penjagaan disekeliling bukit itu untuk melakukan pengintaian.
Be Siau soh sendiri segera menunggang tandunya kembali ke dalam kamar tidurnya.
Benar juga, ketika ia melakukan pemeriksaan diruang Liu cun pian wan, ternyata
petani muda itu sudah lenyap tak berbekas, yang tertinggal hanyalah mayat dari
Hoa Kui goan. Mau tak mau Be Siau soh harus mengagumi kelihayan Ong It sin dalam ilmu menyaru
muka, bukan cuma berhasil mengelabuhi semua orang, dirinyapun kena dikelabuhi.
Sedikit banyak kejadian ini menimbulkan rasa sedih didalam hatinya.
Tapi kemudian dia lantas membangkitkan kembali semangat sendiri untuk menunggu
datangnya laporan dari anak buahnya.
Sehari lewat dengan cepat, namun tiada laporan yang masuk.
Hari kedua kembali sudah lewat, belum juga ada tanda diketemukannya jejak
mereka. Sampai hari ketiga sudah lewat ternyata pasukan dari pencari yang dikirim belum
juga kembali. Akhirnya dalam suatu penemuan yang tak terduga Si janda cabul Seng Cing ciu
telah berhasil menemukan sepucuk surat dari tangan seorang anak buahnya dan
surat tersebut ternyata ditulis oleh Ong It sin.
Karena tak berani membuka surat tadi maka dia lantas menyerahkan kepada
kaucunya. Be Siau soh segera membuka sampul surat itu dan membaca isinya, tapi sejenak
kemudian dia sudah mencak mencak karena marah, serunya sambil menahan geram:
"Baik lihat saja nanti, kita buktikan sendiri angin timur yang berhasil mendidih
angin barat ataukah angin barat yang bisa menyapu angin timur, jangan harap aku
akan menemui harapanmu untuk membatalkan ambisiku untuk menguasahi seluruh dunia
persilatan, heeeh... heeehhh... heehh... sedang soal membalas dendam, aku sudah
salah perhitungan..."
Si kelabang hitam Be Ji nio yang berada disisinya meski tak melihat isi surat
tersebut, namun ia dapat menebak kalau pemuda itu telah berhasil meloloskan diri
dari bukit Long sia san. Melihat kemampuan orang, diam diam dia lantas berpikir:
"Sungguh luar biasa sekali kepandaian silat yang dimiliki Giok bin sin liong Ong
It sin, aku si nenek mesti bertindak lebih waspada, jangan sampai kapal terbalik
dalam selokan, bisa berabe jadinya..."
Berpikir demikian, ia lantas bertanya:
"Apakah surat itu ditulis oleh bocah keparat tersebut?"
Be Siau soh segera mengangguk.
"Kita benar benar telah jatuh kecundang ditangan orang, bukan saja dia datang
seorang diri, ternyata mau datang ia datang, mau pergi ia pergi..."
"Kalau memang begitu, pasukan penggeledah bisa segera dibuyarkan, dan penjagaan
di tiap tiap bagianpun bisa dibubarkan pula"
"Ibu, kau turunkan perintah untuk buyarkan mereka, aku benar benar merasa pusing
sekali!" Hari itu, dia mengendon seharian penuh didalam istananya, otaknya diperas habis
habisan berusaha untuk menemukan cara terbaik untuk menaklukkan Giok bin sin
liong Ong It sin. Tapi, bagaimanapun ia berusaha untuk memeras otaknya, usahanya tak pernah
berhasil. "Siau soh, aku lihat lebih baik persoalan ini dirundingkan bersama saja" hibur
si kelabang hitam Be ji nio, "ketahuilah, bila tiga orang tukang kulit berkumpul
menjadi satu, maka akan muncullah seorang Cukat Liang"
Be Siau soh berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Baik, malam ini kumpulkan semua jago kelas satu dan kita rundingkan bersama
persoalan ini" Tapi Pek bwe tongcu Leng hiat siansu (dewi darah dingin) Liu In hoa segera
menimbrung. "Hamba rasa dalam perundingan tingkat tinggi ini jangan terlalu banyak orang
yang turut serta, daripada rahasia itu bocor sebelum waktunya"
"Menurut anggapanmu, siapa saja yang cocok untuk menghadiri pertemuan rahasia
ini?" "Cukup Thian tok tay ong, Ciok yong li sin dan kaucu bertiga saja..."
Be Siau soh berpikir sebentar, kemudian dengan gembira katanya:
"Kalau memang begitu, beritahu kepada mereka berdua agar datang ke istana
pribadiku pada kentongan ketiga malam nanti untuk melakukan perundingan rahasia,
mengerti?" Leng hiat siancu segera mengiakan, kemudian beranjak pergi dari tempat itu.
Malam sudah semakin kelam.
Thian tok tay ong serta Ciok yong li sin yang diinstruksikan lewat Leng hiat
siancu, secara beruntun telah datang ke istana pribadi ketuanya.
Be Siau soh segera menitahkan kepada para dayang untuk mengundurkan diri,
setelah menutup pintu rapat rapat, perundingan rahasia segera dilangsungkan.
Apa yang mereka bicarakan dan siasat licik apa yang mereka persiapkan, tak ada
orang yang tahu selain mereka bertiga, bahkan ketiga orang wakil kaucu
sendiripun tidak mendapat tahu.
Pada saat yang bersamaan, disuatu gedung dalam kota Si ciu tampak pula
sekelompok orang duduk sambil bermuram durja.
Rupanya mereka sedang menantikan kedatangan dari Giok bin sin liong Ong It sin.
Terdengar Bwe Yau berkata:
"Heran, mengapa sampai saat sekarang belum juga kembali" Mulai kemarin sampai
hari ini, dua hari sudah lewat, jangan jangan dia sudah lupa daratan karena
merasakan kegembiraan yang meluap."
"Nona Bwe tak usah kuatir" hibur Coa Thian yan segera, "Ong lote bukan manusia
seperti itu..." Bwe Leng soat segera menimbrung pula dengan cepat:
"Aaah, tiada lelaki yang jujur didunia ini apalagi bila ia sedang dikelilingi
oleh sekawan siluman rase"
"Siapa yang tidak tahu kalau Giok bin sin liong adalah seorang lelaki sejati?"
ucap Pek lek to To hu Hiong pula, "mana mungkin ia bisa terpikat oleh perempuan
perempuan rendah dari perkumpulan Ki thian kau tersebut...?"
"Sekalipun perkataanmu ada benarnya juga, tapi sudah dua hari ia pergi dari sini
kenapa sampai sekarang belum juga ada kabar beritanya?"
Pek lek to (Golok Geledek) To hu Hiong menjadi tertegun, dia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun juga.
Bwe Leng soat segera mendengus, kembali ujarnya.
"Memangnya kau anggap aku tak tahu kalau dahulu dia mempunyai hubungan dengan Be
Siau soh, ketua perkumpulan Ki thian kau tersebut" Hmm, setelah berpisah tiga
empat tahun, tentu saja perjumpaan ini merupakan saat yang mesra dan hangat buat
mereka" Dia benar benar merasa cemburu sekali, ini bisa dilihat dari nada ucapannya.
Buru buru Coa Thian tan menghibur:
"Adik Soat, kau tak boleh berkata begitu ketahuilah Ong lote masuk kedalam
sarang iblis dengan tujuan untuk menolong Si dewa cebol Cu Lian ci serta jago
jago lainnya, biasa dibayangkan betapa sulitnya tugas yang harus dia laksanakan
ini, aku jamin dia pasti tak akan melupakan nona berdua"
Menyinggung soal kesulitan, Bwe Yau kembali menjadi murung dan sedih ujarnya
"Enci Soat, menurut pendapatmu mungkinkah engkoh Sin bakal menemui bencana atau
bahaya?" "Hal ini sulit untuk dibicarakan walaupun engkoh Sin memiliki ilmu silat yang
lihay, namun seorang diri tak akan menangkap tiga tangan, lagipula jarum beracun
ekor lebah dari sikelabang hitam Be Ji nio sukar diduga kehebatannya"
Bwe Yau bertambah panik setelah mendengar ucapan itu, sambil bergendong tangan
gumamnya berulang kali. "Waah... bagaimana baiknya, bagaimana baiknya sekarang..."
Tiba tiba ia berpaling kearah Bwe Leng soat lalu katanya:
"Enci Soat kepandaian yang kau miliki amat lihay, mengapa tidak berusaha untuk
menyusup kedalam bukit Lang sia san dan mencari berita Ong toako?"
"Asal satu kentongan lagi dia belum kembali, aku akan masuk kedalam bukit untuk
menyelidikinya" Pada saat itulah mendadak kedengaran suara anjing menggonggong diluar gedung
sana. Yu liong (naga berpesiar) Kang Tang lin segera memberi tanda kepada putranya
sambil berbisik: "Cepat tengok keadaan diluar, jangan jangan gembong iblis itu telah datang
mencari gara gara?" Kang Cian li, putra Kang Tang liu segera menyelinap keluar untuk melaksanakan
perintah. Tak selang sejenak kemudian, ia telah balik kembali sambil berkata:
"Lapor ayah, paman Ong telah kembali bahkan membawa serta beberapa orang"
Mendengar ucapan itu, semua orang menjadi girang. mereka segera beranjak untuk
melakukan penyambutan. Dua orang gadis she Bwe juga serentak melompat keluar dari pintu ruangan sambil
bertanya: "Kang sauhiap, mereka berada dimana?"
"Mereka masuk melalui pintu belakang, mungkin sekarang telah berada di serambi
samping" Bwe Leng soat dan Bwe Yau tidak banyak berbicara lagi, cepat mereka meluncur
keluar sambil berseru: "Engkoh Sin, kau telah kembali"
Ong It sin segera memburu pula kedepan sambil merentangkan tangannya lebar lebar
"Aku telah kembali" sahutnya, "coba kalau tidak dibantu oleh nona Ciong hampir
saja aku tak dapat pulang?"
Sambil berkata dia lantas membalikkan badannya dan kebetulan saling berhadapan
muka dengan Ciong Hoa yang berada dibelakangnya.
Merasa kalau disana ada orang asing, Bwe Leng soat berdua menjadi malu, dengan
wajah memerah mereka segera melepaskan diri dari pelukan.
ooodOowoo Rupanya Ciong Hoa sudah pernah mendengar tentang kedua orang gadis itu, buru
buru ia maju memberi hormat sambil katanya:
"Budak Ciong Hoa, menjumpai nona berdua"
Melihat perempuan itu tahu sopan santun Bwe Leng soat berdua segera menaruh
kesan baik kepadanya buru buru mereka balas memberi hormat sambil menyahut:
"Kau telah menyelamatkan Ong toako, kami saja belum berterima kasih masa kau
banyak adat lebih duluan?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, si Dewa cebol sekalian telah menyusul
datang. Melihat kecantikan para dua orang gadis itu, dia segera berseru memuji:
"Ooh... betapa cantik dan anggunnya kedua orang gadis ini, Ong lote, kau benar
benar bernasib baik..."
Sesungguhnya Bwe Leng soat dan Bwe Yau sudah dibuat jengah, apalagi sesudah
mendengar perkataan itu, mereka makin tersipu sipu dibuatnya.
Untung saja Say siu hud sim (Kepalanya singa berhati buddha) segera maju melerai
sambil berkata: "Cu cianpwe, kau ini makin tua makin tak tahu diri, hati hati kalau nona berdua
mendampratmu sebagai telur busuk tua..."
"Bocah busuk, kau pandai amat mencari muka" seru si dewa cebol sambil mendelik,
"hati hati kau, suatu ketika hutang ini pasti akan kutuntut balas..."
Ong It sin tahu kalau saudaranya yang cebol ini gemar bergurau, sambil tersenyum
dia lantas berjalan lebih dulu segera berkata:
"Sudah: jangan bergurau terus, hati hati kalau sampai ketahuan mata mata musuh,
rumah ini bisa digropyok mereka"
Manjur sekali perkataan itu, seketika itu juga semua orang menjaga ketenangannya
masing masing. Tak lama kemudian mereka telah sampai dalam ruangan, setelah kedua belah pihak
saling memperkenalkan diri, tuan rumah lantas menitahkan orang untuk menyiapkan
meja perjamuan. Kebetulan Ong It sin sekalian yang baru lolos dari bahaya memang sedang lapar,
tak heran kalau perjamuan itu berlangsung amat meriah.
Selesai perjamuan, Bwe Leng soat mendesak kepada Ong It sin untuk menuturkan
pengalamannya, hal ini justru merupakan apa yang ingin diketahui semua orang,
maka secara ringkas Ong It sin mengisahkan kembali apa yang telah dialaminya.
Ketika semua orang mengetahui akan jasa dari Ciong Hoa yang besar, serentak
mereka mengangkat cawan dan menghormati Ciong Hoa dengan secawan arak sebagai
tanda terima kasih. Terutama sekali Bwe Leng soat berdua dengan sangat terharu dia berkata:
"Adikku, kau memang sangat hebat. dikemudian hari kita harus berhubungan lebih
akrab lagi" "Asal budak bisa diterima disinipun sudah berterima kasih sekali, apalagi hal
hal yang lain!" ucap Ciong Hoa terharu.
"Ong lote" kata Coa Thian yan kemudian, "menurut apa yang kuketahui, dalam
markas besar Ki Thian kau penuh dengan kawanan jago lihay, dengan cara apakah
kalian meloloskan diri dari situ?"
Rupanya ia sudah melihat kalau si dewa cebol sekalian menderita keracunan hebat,
itulah sebabnya ia merasa tercengang sekali.
Ong It sin segera menghela napas panjang.
"Aai... Kalian tidak tahu, ketika Be Siau soh berhasil meringkus Ay loko, Kwik
tayhiap dan dua orang tianglo dari Siau lim si, bukan saja keempat orang rekan
kita ini disekap, merekapun dicekoki dengan pil beracun sehingga hawa murninya
tak dapat dihimpun kembali..."
"Ooh Thian, bagaimana sekarang?" pekik Bwe Leng soat.
"Adik Soat, seandainya berganti kau, coba katakan apa pula yang musti
kulakukan?" "Wah, kalau aku sih benar akan kehabisan akal..."
Mendadak ia merasa keadaan tak beres, maka tanpa terasa tanyanya kembali:
"Engkoh Sin, cara apa pula yang telah kau pergunakan?"
Ong It sin segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Terus terang saja, aku tidak lebih pintar daripada dirimu, karenanya aku
sendiripun dibikin gelagapan"
Kontan saja Bwe Leng soat mencibirkan bibirnya yang mungil,
"Aku tidak percaya!" serunya.
"Kenyataannya memang demikian, sekalipun kau tidak percaya juga percuma saja"
"Lantas bagaimana cara kalian untuk meloloskan diri dari sana?" seru gadis itu.
"Kau anggap hal itu merupakan jasaku" Terus terang kukatakan kepadamu, aku
sendiripun lagi membonceng orang lain"
Dari sikap dan ucapan lawan yang tegas dan bersungguh sungguh, Bwe Leng soat
tahu kalau ia tidak bohong, maka tanyanya dengan cepat:
"Lantas siapakah dia?"
Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika sorot matanya membentur dengan wajah si kakek cebol yang berjenggot
panjang, ia segera berkata:
"Aaah, tak bakal salah lagi, dia pasti Ay..."
Ay apa, ia tidak melanjutkan, bagaimanapun juga baru pertama kali ini dia
berjumpa dengan jago tua ini, sehingga paling tidak sopan santun tetap harus
dijaga. Teringat akan sopan santun, kontan saja selembar wajahnya berubah menjadi merah
karena jengah. Namun si dewa cebol Cu Lian ci sama sekali tidak ambil peduli, ia segera tertawa
terbahak bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau maksudkan lohu" Tebakanmu itu lebih tak
betul lagi" Begitu dia menyangkal, semua orang semakin kebingungan.
"Tentunya bukan nona Ciong Hoa bukan?" Bwe Yau segera menyela.
Dalam perkiraannya jika bukan dewa cebol pastilah Sai siu hud sim atau Thian yan
dan Thian ci siansu dari kuil Siau lim si, maka diapun mengajukan pertanyaan
tersebut. Siapa sangka Ong It sin segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... adik Yau, kembali kau keliru besar" serunya.
"orang yang menolong kami lolos dari mara bahaya justru adalah nona Ciong Hoa"
Dengan diutarakannya ucapan tersebut maka semua orang menjadi makin kaget dan
tercengang. Sebaliknya Bwe Leng soat berdua menjadi curiga, mereka mengira si anak muda itu
memang berhasrat untuk menonjolkan Ciong Hoa agar dihormati semua orang: kontan
saja kesan baiknya hilang lenyap, sebagai gantinya rasa cemburu berkobar kobar
didalam dada. Untung saja Coa Thian yang segera bertanya:
"Ong lote ucapanmu itu benar benar membingungkan sekali, bahkan kau sendiripun
gelagapan, masa kecerdasan dari Ciong jauh melebihi dirimu?"
Pertanyaan tersebut justru merupakan pertanyaan yang hendak ditanyakan Bwe Leng
soat berdua pula, maka ketika didengar kalau Coa Thian yan telah mengutarakan
diam diam mereka mengangguk sambil berpikir dalam hati:
"Sekarang, akan kulihat permainan setan apa lagi yang hendak kau perlihatkan!"
Terdengar Ong It sin kembali tertawa tergelak.
"Coa toako, kau keliru besar!"
"Dimana letak kekeliruanku?"
Ong It sin tertawa. "Ketahuilah, banyak persoalan yang ada didunia ini bukan bisa dibereskan dengan
mengandalkan soal ilmu silat dan kecerdasan otak saja"
"Kalau begitu aku ingin bertanya kepada lote, kalau ilmu silat, kecerdasan dan
akal pun tak bisa diandalkan, kita harus mengandalkan soal apa lagi...?"
"Ada kalanya harus mengandalkan pula sesuatu rahasia yang dimiliki orang lain"
"Waah... setelah mendengar ucapanmu itu, aku makin dibikin kebingungan, maaf
kalau aku bodoh, lote, lebih baik kau beberkan saja semua duduk persoalan yang
sebenarnya" "Hayo cepat katakan" sambung Bwe Leng soat pula, "aku ingin tahu rahasia apakah
yang dimiliki adik Ciong Hoa"
"Padahal setelah diungkap hal ini tidak terhitung apa apa, sebab nona Ciong Hoa
tahu kalau diatas tebing jurang itu terdapat sebuah lorong rahasia yang bisa
kita pergunakan untuk menyelamatkan diri"
Bwe Leng soat segera mengerling sekejap kearahnya, kemudian berkata:
"Oooh... rupanya kalian kabur lewat jalan rahasia. kalau begitu sia sia saja
kami menguatirkan keselamatanmu"
Setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan:
"Kalau memang jalan itu merupakan sebuah jalan rahasia, sudah pasti sepanjang
jalan tiada rintangan apa apa, mengapa sampai sekarang kalian baru tiba
dirumah?" O000dw000O Jilid 31 BURU-BURU Ong It sin menjulurkan lidahnya.
"Waduh adik Soat betul betul sangat lihay" keluhnya, "andaikata aku berani
berbuat serong, niscaya rahasiaku bakal ketahuan semua"
"Memangnya kau mempunyai alasan yang lain?"
"Tentu saja!" "Boleh kudengar?"
"Aku toh sudah memberi tahu kepadamu"
"Kapan kau memberitahukan hal itu kepadaku?" Bwe Leng soat menjadi tertegun.
"Kenapa tidak kau pikirkan dulu?"
Untuk sesaat lamanya Bwe Leng soat tak berhasil mengingat kembali hal itu.
Tiba-tiba Coa Thian yan seperti teringat akan sesuatu hal, buru buru katanya.
"Adik Soat, bukankah Ong lote telah memberitahukan kepadamu kalau si dewa cebol
Cu Lian ci sekalian empat orang terkena racun jahat" Dari enam orang yang
melakukan perjalanan, empat diantaranya tak sanggup mengerahkan ilmu meringankan
tubuh, apalagi harus menghindarkan diri pula dari kejaran musuh, bayangkan
sendiri, mana mungkin mereka bisa berjalan dengan cepat" Alasan ini rasanya amat
bukan?" Setelah mendengar keterangan itu, senyuman manis baru sempat menghiasi ujung
bibir Bwe Leng soat. Kembali Ong It sin berkata:
"Dewasa ini soal terpenting yang harus kita lakukan adalah membuat resep untuk
memunahkan racun yang bersarang ditubuh Ay loko sekalian, tapi untuk
merahasiakan gerakan kita ini, lebih baik kita kirim orang saja untuk membeli
obat tersebut didesa lain saja"
"Tak usah repot repot kalau begitu" sela Kang Tang liu, "kebetulan sekali di
kota ini, Ih hen juga membuka sebuah toko obat, akan kukerjakan sendiri obat
tersebut, tanggung rahasia ini tak bakal bocor."
Ong It sin menjadi girang sekali.
"Ya, memang paling baik kalau begitu" serunya.
Selesai bersantap, pemuda itu lantas membuat selembar resep obat untuk
memunahkan racun. Oleh karena urusan ini mempunyai akibat yang besar bila sampai ketahuan musuh,
Kang Tang liu segera berangkat sendiri ke toko obatnya untuk mempersiapkan obat
tersebut. Ketika keempat orang itu habis minum obat yang dibuat Ong It sin, racun yang
mengeram ditubuh merekapun segera punah dan lenyap sama sekali.
Sementara itu waktu sudah menunjukkan dua hari menjelang datangnya hari Toan
yang. Orang pertama yang tiba di kota Si ciu paling dulu adalah ketua Hoa san pay, Kim
liong lojin (kakek naga emas) Bwe Hoa poh yang membawa serta Gin liong su kiam
(empat pedang naga perak) serta cucunya Bwe Kiam ciu.
Menyusul kemudian Tay gi siansu dari Siau lim pay dengan membawa Tay cu siansu,
Tay pe siansu, Tay jin siansu, Tay yong siansu serta dua belas orang jago muda
dari angkatan Go berdatangan ke sana.
Kemudian datang pula Wi to cinjin dari Bu tong pay dengan membawa serta Tui hong
jit kiam kek (tujuh pendekar pedang pengejar angin).
Hari kedua, muncul pula It po taysu dari Heng san pay yang disertai seorang
kakek jangkung kurus, dia adalah Sin cian jiu (si pemanah sakti Phu Yang liat).
Datang pula Cing hoa loni dari Cin shia pay.
Ih lwe sangjin dari Tiong lam pay juga datang diikuti Ho hoa siansu, Tui im kiam
kek dan Toa tou Go Eng. Dari pihak Go bi pay datang Tiang bi siansu beserta kedua belas orang jagonya.
Tentu saja pihak Kay pang juga tidak ketinggalan, mereka mendatangkan San ciat
jin Ciong (tiga sakti tujuh miskin).
Dari luar perbatasan muncul pula tiga orang jago, diantaranya Seng hong tianglo
dan Li Ji. Dengan kehadirannya jago lihay dari seluruh dunia persilatan, kontan saja
membuat suasana di kota Si ciu menjadi ramai sekali.Pertama tama Tay gi siancu, ketua partai Siau lim yang datang mencari berita
dari mulut Kim liong lojin:
"Apakah cucu perempuanmu Bwe Leng soat dan Giok bin sin liong Ong It sin tidak
datang?" "Belum, mereka belum datang" sahut Kim liong lojin sambil menggelengkan
kepalanya. "Bwe sicu, tahukah kau bahwa perkumpulan Ki thian kau telah diperkuat oleh Seng
Meh cu serta Siau mi lek dari bukit Tay huang san" Malah Thian yan siansu dan
Thian ci siansu dua orang susiok kami kena ditawan mereka, sampai sekarang kabar
beritanya belum ketahuan, hal ini benar benar mengurangi kekuatan kami"
"Siansu, aku rasa cucu perempuanku pasti akan datang kemari bila ia tahu aku
telah sampai kesini" hibur Kim liong lojin, "aku rasa Giok bin sin liong Ong It
sin mungkin juga telah datang"
Sementara mereka masih berbincang bincang, dari luar pintu rumah penginapan Peng
an telah datang tiga orang manusia.
Yang berada di paling depan adalah seorang kakek cebol yang berjenggot perak, di
tengah adalah seorang nona cantik, sedang di paling belakang adalah seorang
pemuda berbaju biru. Begitu mereka bertiga muncul dalam rumah penginapan, suasana seketika menjadi
gempar. Semua orang segera berteriak keras:
"Ay sian Cu cianpwe telah datang!"
"Thian hiang siancu telah datang!"
"Giok bin sin liong telah datang!"
Kim liong lojin yang mendengar seruan itu menjadi tertegun, pikirnya kemudian:
"Heran, siapakah yang bernama Thian hiang siancu itu?"
Ketika sorot matanya bertemu dengan wajah Bwe Leng soat, dia menjadi paham
sendiri: "Oooh, rupanya budak Soat!"
Yaa, orang persilatan memang telah menghadiahkan julukan Thian hiang siancu
untuk Bwe Leng soat, bahkan julukan tersebut sudah tersebar luas sampai dimana
mana hanya saja Bwe Leng soat sendiri masih belum tahu akan hal ini.
Sementara Kim liong lojin dan Tay gi siansu masih duduk tertegun, ketiga orang
itu telah datang menghampirinya.
Kedua orang itu baru sadar dari lamunannya, ketika ketiga tamu sudah di depan
mata, buru buru mereka bangkit berdiri sambil menjura.
"Boanpwe menjumpai Cu cianpwe" katanya cepat.
Cu Lian ci segera tertawa meringis.
"Dari mana datangnya begitu banyak adat lebih baik kalian berbincang sendiri"
Dalam pada itu Bwe Leng soat telah berseru:
"Yaya!" Bagaikan burung walet pulang sarang, ia segera menjatuhkan diri ke dalam pelukan
Kim liong lojin. Sedang Giok bin sin liong Ong It sin juga mulai berbincang bincang dengan Tay gi
siansu. Sementara para jago dari pelbagai penjuru dunia yang berada di sekitar sana pun
datang berkerumun. Pelan pelan Ong It sin mengalihkan sinar matanya memandang sekejap kawanan jago
yang berada di sana, mendadak ia menjerit tertahan, kemudian sapanya kepada
seorang kakek kekar berbaju ringkas dan membawa sebuah cambuk di pinggangnya:
"Paman Li jisiok, rupanya kau orang tua juga telah datang dari luar perbatasan!"
"Hian tit, tak nyana kau masih kenal dengan ji siokmu, hampir saja Ji siok tak
kenal lagi denganmu" seru cambuk beracun Li Ji, "tampaknya permainan dari
saudara Tang thian berhasil pula mengelabuhi diriku..."
Setelah berhenti sejenak, dia lantas menuding ke arah seorang kakek keren yang
berada disampingnya, kemudian berkata:
"Hian tit, mari kuperkenalkan, dia adalah lotoa kami Seng hong tianglo..."
Mengetahui kalau pendeta tua ini adalah toako dari ayahnya, buru buru Ong It sin
bangkit berdiri dan memberi hormat.
"Omintohud" bisik Seng hong tianglo, "Tang tian bisa memiliki anak seperti kau,
arwahnya di alam baka tentu dapat beristirahat dengan mata meram"
Menyusul kemudian tanyanya lagi.
"Keponakan It sin, kenapa kau begitu teledor hingga menyerahkan pedang Hu si
kiam kepada kelabang hitam dan putrinya" Bila mereka berhasil mempelajari Ngo
heng sin kang dan Hu si jit si, dunia persilatan pasti akan dibikin kacau balau"
"Supek, kini nasi sudah menjadi bubur, namun masih bisa ditolong keadaannya"
"Sekarang tergantung apakah kau telah berhasil meyakinkan ilmu pedang Sang yang
kiam hoat atau tidak?"
"Mengapa demikian...?" tanya Ong It sin dengan keheranan, ia mengawasi wajah
orang lekat lekat. "Aku dengar ayahmu pernah berkata bahwa kekuasaan yang sebenarnya dari pedang Hu
3 Kehidupan 3 Dunia 2 Istana Tanpa Bayangan Karya Efenan Pedang Sakti Tongkat Mustika 17